PENGARUH SENAM OTAK TERHADAP PENURUNAN KECEMASAN MAHASISWA TINGKAT AKHIR S1 KEPERAWATAN STIKES NGUDI WALUYO UNGARAN
Nurul Chosiyah*) Ns. Mona Saparwati, M.Kep.**) Liya Novitasari, S.Kep., Ns.**) *) Mahasiswa STIKES Ngudi Waluyo **) Dosen STIKES Ngudi Waluyo
ABSTRAK Kecemasan merupakan gangguan alam perasaan (afektif) yang ditandai dengan perasaan khawatir, takut akan pikirannya sendiri, tegang, gelisah, mudah terkejut, tidak tenang, gangguan konsentrasi dan daya ingat serta keluhan somantik seperti berdebar-debar. Penatalaksanaan non farmakologis mengurangi kecemasan terutama kecemasan menjelang ujian diantaranya senam otak. Gerakan-gerakan senam otak dapat mengaktifkan neocortex dan saraf parasimpatik untuk mengurangi peningkatan hormon adrenalin dalam tubuh yang dapat meredakan ketegangan psikis maupun ketegangan fisik. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh senam otak terhadap penurunan kecemasan mahasiswa tingkat akhir S1 Keperawatan Stikes Ngudi Waluyo Ungaran tahun 2012/2013. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi experiment pre dan post control group design,. Populasi yang akan diteliti adalah mahasiswa tingkat akhir S1 Keperawatan Stikes Ngudi Waluyo Ungaran, sampel yang diteliti 30 responden dengan teknik purposive sampling. Alat pengambilan data menggunakan kuesioner HRSA. Analisis data yang digunakan dependent t test dan independent t test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh senam otak terhadap penurunan kecemasan mahasiswa tingkat akhir S1 Keperawatan Stikes Ngudi Waluyo Ungaran tahun 2012/2013, dengan nilai pvalue sebesar 0,017 (α = 0,05). Hendaknya mahasiswa memanfaatkan terapi senam otak untuk menurunkan kecemasan yang dialami mahasiswa tingkat akhir. Kata Kunci : senam otak, kecemasan, mahasiswa tingkat akhir S1 keperawatan Kepustakaan : 38 (2000-2011)
Pengaruh Senam Otak terhadap Penurunan Kecemasan Mahasiswa Tingkat Akhir S1 Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran
1
ABSTRACT
Anxiety is a feeling of natural disturbances (affective) is marked by feelings of worry, fear of his own mind, tense, restless, easily startled, not calm, concentration and memory disorders and complaints such as palpitations somantik. Non-pharmacological treatment of anxiety reducing anxiety before exams especially among brain gymnastics. Brain Gym movements to activate the neocortex and parasympathetic nerves to reduce elevated adrenal hormones in the body that can relieve psychological stress and physical tension. The purpose of this study was to determine the influence of brain exercises to decrease anxiety final year students of Nursing Stikes S1 Ngudi Waluyo Ungaran year 2012/2013. This study uses a quantitative approach, the method used in this study is a quasi experiment pre and post control group design. Population to be studied is the final year students of Nursing Stikes S1 Ngudi Waluyo Ungaran, sample of 30 respondents surveyed by purposive sampling technique. Data retrieval tool using questionnaires HRSA. Analysis of the data used dependent t test and independent t test. The results showed that there was the influence of brain exercises to decrease anxiety final year students of Nursing Stikes S1 Ngudi Waluyo Ungaran year 2012/2013, with a p-value of 0,017 (α = 0,05). Students should take advantage of brain exercise therapy to reduce anxiety experienced by final year students. Keywords Bibliography
: brain exercise, anxiety, a senior nursing S1 : 38 (2000-2011)
PENDAHULUAN Kecemasan adalah respon terhadap suatu ancaman yang sumbernya tidak diketahui, internal, samar-samar atau konfliktual (Ibrahim, 2007). Kecemasan atau ansietas merupakan gangguan alam perasaan (afektif) yang ditandai dengan perasaan ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam dan berkelanjutan, tidak mengalami gangguan dalam menilai realitas (reality testing ability atau RTA masih baik). Kepribadian masih tetap utuh (tidak mengalami keretakan kepribadian atau splittting of personality) perilaku dapat terganggu tetapi masih dalam batas-batas normal (Hawari, 2008). Keluhan-keluhan yang sering dikemukakan oleh orang yang mengalami gangguan kecemasan antara lain khawatir, takut akan pikirannya sendiri, tegang, gelisah, mudah terkejut, tidak tenang, gangguan konsentrasi dan daya ingat serta keluhan somantik seperti berdebar-debar. Selain keluhan –keluhan cemas secara umum di atas ada lagi kelompok cemas yang lebih berat yaitu gangguan cemas menyeluruh, gangguan panik, gangguan phobik dan gangguan obsesif-kompulsif (Hawari, 2008). Faktor-faktor yang menjadi pemicu timbulnya kecemasan antara lain target kelulusan yang cukup tinggi, iklim pembelajaran yang tidak kondusif, tugas-tugas akhir yang sangat padat, serta penilaian yang ketat menjadi faktor penyebab timbulnya kecemasan. Mahasiswa yang berhasil dalam menyelesaikan perkuliahannya adalah mahasiswa yang memiliki taraf kecemasan 2
yang moderat atau sedang. Mahasiswa yang memiliki taraf kecemasan yang tinggi akan berhubungan dengan rendahnya nilai ujian yang diperolehnya (Santrock, 2001). Menurut Turmudhi (2004), kecemasan mahasiswa yang berlebihan dalam menghadapi UTS, UAS ataupun ujian skripsi akan menurunkan kinerja otak mahasiswa dalam belajar. Hal tersebut menyebabkan daya ingat, daya konsentrasi, maupun daya kritis mahasiswa dalam belajar menurun. Jika kecemasan itu sampai mengacaukan emosi, mengganggu tidur, menurunkan nafsu makan dan memerosotkan kebugaran tubuh, bukan saja kemungkinan gagal ujian justru semakin besar tetapi juga kemungkinan mahasiswa mengalami gangguan psikomatik seperti jantung berdebar dan problem dalam berinteraksi sosial seperti tidak mau bergaul dengan orang lain. Menurut Sieber (2008), menyatakan kecemasan dalam ujian merupakan faktor penghambat dalam belajar yang dapat mengganggu kinerja fungsi-fungsi psikologis seseorang, seperti dalam berkonsentrasi, mengingat, takut gagal, pembentukan konsep dan pemecahan masalah. Pada tingkat kronis dan akut, gejala kecemasan dapat berbentuk gangguan fisik (somatik), seperti gangguan pada saluran pencernaan, sering buang air, gangguan jantung, sesak di dada, gemetaran bahkan pingsan. Menurut Irmayanti dan Warsito (2012), jika bentuk kecemasan yang dirasakan dengan intensitas yang wajar maka akan berdampak positif yaitu dapat memotivasi untuk lebih giat
Pengaruh Senam Otak terhadap Penurunan Kecemasan Mahasiswa Tingkat Akhir S1 Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran
belajar, tetapi apabila intensitasnya sangat kuat dan bersifat negatif justru malah akan menimbulkan kerugian bahkan mengganggu keadaan fisik dan psikis individu yang bersangkutan misalnya membuat mereka stress dan malas belajar. Melihat dampak-dampak yang ditimbulkan akibat Mahasiswa mengalami kecemasan, maka perlu diberikan suatu usaha untuk mencegah dan mengurangi masalah kecemasan tersebut. Oleh karena itu, diperlukan suatu strategi khusus yang dapat membantu mengurangi kecemasan tersebut. Penyembuhan gangguan kecemasan dapat dilakukan dengan cara farmakologis maupun non farmakologis. Olahraga atau senam otak merupakan salah satu teknik relaksasi yang dapat digunakan untuk mengurangi nyeri karena saat melakukan olahraga atau senam otak dan susunan syaraf tulang belakang akan menghasilkan endorphin, hormon yang berfungsi sebagai obat penenang alami dan menimbulkan rasa nyaman (Harry, 2005). Senam otak atau senam otak adalah serangkaian latihan berbasis gerakan tubuh sederhana. Gerakan itu dibuat untuk merangsang otak kiri dan kanan (dimensi lateralitas), meringankan atau merelaksasi belakang otak dan bagian depan otak (dimensi pemfokusan); merangsang sistem yang terkait dengan perasaan atau emosional, yakni otak tengah (limbik) serta otak besar (dimensi pemusatan) (Yanuarita, 2012). Gerakan senam otak dibuat untuk menstimulasi (dimensi lateralitas), meringankan (dimensi pemfokusan), atau merelaksasi (dimensi pemusatan) Mahasiswa yang terlibat dalam situasi belajar tertentu. Otak manusia seperti hologram, terdiri dari tiga dimensi dengan bagian-bagian yang saling berhubungan sebagai satu kesatuan. Pelajaran lebih mudah diterima apabila mengaktifkan sejumlah panca indera daripada hanya diberikan secara abstrak saja. Otak manusia juga spesifik tugasnya, untuk aplikasi gerakan senam otak dipakai istilah dimensi lateralitas untuk belahan otak kiri dan kanan, dimensi pemfokusan untuk bagian belakang otak (batang otak atau brainstem) dan bagian depan otak (frontal lobes), serta dimensi pemusatan untuk sistem limbis (midbrain) dan otak besar (cerebral cortex) (Purwanto, et., al, 2009). Metode yang digunakan untuk membantu menurunkan gangguan kecemasan dengan cara melakukan pelatihan senam otak dengan menggunakan gerakan minum air, gerakan silang, 8 tidur, tombol bumi, tombol angkasa, kait relaks, dan titik positif. Gerakan-gerakan senam otak dapat mengaktifkan neocortex dan saraf parasimpatik untuk mengurangi peningkatan hormon adrenalin dalam tubuh yang dapat
meredakan ketegangan psikis maupun ketegangan fisik. Sehingga jiwa dan tubuh menjadi relaks dan seimbang. Gerakan senam otak diatas apabila dilakukan secara teratur dapat menurunkan kecemasan mahasiswa, mengatasi lupa karena gugup dan menenangkan pada saat atau tes (Purwanto, et., al, 2009). Menghadapi ujian atau tes seringkali menimbulkan ketegangan dalam diri, yang jika tidak diatasi dengan baik akan menjadi penghambat bagi kita dalam memberikan performansi terbaik. Lakukan gerakan senam otak berikut ini agar dapat menguasai situasi ujian tanpa rasa gelisah, gerakan air, pernapasan perut, gerakan silang, titik positif, kait relaks, tombol imbang, lambaian kaki dan coretan ganda (Yanuarita, 2012). Berdasarkan data National Institute of Mental Healt (2005) di Amerika Serikat terdapat 40 juta orang mengalami gangguan kecemasan pada usia 18 tahun sampai pada usia lanjut. Di Indonesia jumlah remaja putri yang mengalami gangguan emosional sebesar 20% (Putri, 2007). Penelitian dari Widianti (2011), tentang pengaruh senam otak terhadap kecemasan akibat hospitalisasi pada anak usia prasekolah di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta. Berdasarkan hasil analisis data ditemukan bahwa ada penurunan signifikan pada skor kecemasan anak setelah dilakukan senam otak pada kelompok intervensi bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (p value = 0,000). Hasil studi pendahuluan yang dilakukan terhadap Mahasiswa tingkat akhir S1 Keperawatan Stikes Ngudi Waluyo Ungaran pada tanggal 10 April 2013 dengan menggunakan lembar observasi sederhana berdasarkan teori kecemasan terhadap 10 Mahasiswa yang menempuh pendidikan kesarjanaan hingga tingkat akhir menunjukkan 6 mahasiswa (60,0%) mempunyai perilaku cemas berat, di mana 4 mahasiswa (66,7%) upaya yang dilakukan untuk mengatasi kecemasan dengan belajar dan mendengarkan musik dan 2 mahasiswa (33,3%) merasa pasrah tidak melakukan apa-apa dengan alasan nilai yang diperoleh biasanya tidak memuaskan. Diperoleh pula 4 mahasiswa (40,0%) menunjukkan cemas ringan, di mana 2 mahasiswa (50,0%) upaya yang dilakukan untuk mengatasi kecemasan dengan belajar dan mendengarkan musik dan 2 mahasiswa (50,0%) merasa pasrah tidak melakukan apa-apa dengan alasan nilai yang diperoleh biasanya tidak memuaskan. Berdasarkan hasil studi pendahuluan di atas maka dapat disimpulkan sebagian besar mahasiswa mengalami cemas berat. Upaya yang dilakukan selama ini untuk menurunkan
Pengaruh Senam Otak terhadap Penurunan Kecemasan Mahasiswa Tingkat Akhir S1 Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran
3
kecemasan tersebut dengan belajar, berdiskusi dengan teman, mendengarkan musik, berbincang dengan teman serta pasrah tidak melakukan apaapa karena sudah terbiasa mendapatkan nilai jelek. Upaya yang dilakukan selama ini belum memberikan hasil yang memuaskan, yaitu menurunkan kecemasan. Mahasiswa tingkat akhir S1 keperawatan Stikes Ngudi Waluyo Ungaran tahun 2012/2013 juga belum pernah mendapatkan
terapi senam otak untuk menurunkan kecemasan dalam atau test. Berdasarkan latar belakang di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul, “Pengaruh Senam Otak terhadap Penurunan Kecemasan pada Mahasiswa Tingkat Akhir S1 Keperawatan Stikes Ngudi Waluyo Ungaran tahun 2012/2013”.
KERANGKA KERJA PENELITIAN Kerangka Teori Faktor-Faktor Yang
Dampak cemas
Mempengaruhi Kecemasan
1. Faktor predisposisi a. Peristiwa traumatik b. Konflik emosional c. Konsep diri d. Frustasi e. Gangguan fisik 2. Faktor presipitasi a. Ancaman terhadap integritas fisik b. Ancaman terhadap harga diri
Kecemasan
1. Positif 2. Negatif
Penatalaksanaan Kecemasan
Penatalaksanaan non farmakologi 1. Distraksi 2. Relaksasi a. meditasi, b. relaksasi imajinasi c. relaksasi progresif d. senam otak (gerakan air, pernapasan perut, gerakan silang )
Penatalaksanaan farmakologi 1. Benzodiazepine 2. Nonbenzodiazepine 3. Buspiron (buspar) 4. Antidepresan
Keterangan : = variabel yang diteliti = variabel yang tidak diteliti Gambar 1. Kerangka Teori Sumber : Suliswati (2005), (Isaacs, 2005), (Potter & Perry, 2005), Yanuarita (2012). Kerangka Konsep Variabel Independen Senam otak
Variabel Dependen Penurunan Kecemasan
Gambar 2. Kerangka Konsep
4
Pengaruh Senam Otak terhadap Penurunan Kecemasan Mahasiswa Tingkat Akhir S1 Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran
Hipotesis Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada pengaruh senam otak terhadap penurunan
kecemasan pada mahasiswa tingkat akhir S1 Keperawatan Stikes Ngudi Waluyo Ungaran tahun 2012/2013.
Definisi Operasional Tabel 1. Definisi Operasional Variabel Variabel Bebas: Senam otak
Variabel Terikat: Penurunan Kecemasan
Definisi Operasional
Alat Ukur
Hasil Ukur
Skala Ukur
Latihan gerak yang sederhana untuk menurunkan kecemasan dengan mengunakan gerakan air, pernapasan perut, gerakan silang, titik positif, kait relaks, tombol imbang, lambaian kaki dan coretan ganda yang dilakukan 10-15 menit, sebanyak 1 kali dalam sehari
-
-
-
Reaksi umum mahasiswa tingkat akhir, karena ketegangan dirasakan sebagai suatu ancaman umum terhadap hasil perkuliahan akan mempengaruhi keputusan pendidikan yang akan datang dan pekerjaan, sehingga menimbulkan kecemasan pada setiap mahasiswa.
Menggunakan Hamilton Hasil penilaian total Rating Scale For Anxiety skore: (HRS-A) 1. Tidak ada 0: Tidak ada (tidak ada gejala kecemasan: < 14 sama sekali) 2. Kecemasan ringan: 1: Ringan (kurang dari 14-20 separuh pilihan yang 3. Kecemasan sedang: ada) 21-27 2: Sedang (separuh dari 4. Kecemasan berat: gejala yang ada) 28-41 3. Berat (lebih dari 5. Panik: 42-56 separuh dari gejala yang ada) 4. Sangat berat (semua gejala ada)
METODOLOGI PENELITIAN
Ordinal
(data dari bagian akademik STIKES Ngudi Waluyo per Juli 2013).
Desain Penelitian Sampel Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan cara quasi experiment control group design, metode penelitian yang digunakan eksperimen semu. Jenis desain dalam penelitian ini berbentuk non equivalent pre tes dan post tes control group design. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa tingkat akhir S1 Keperawatan Stikes Ngudi Waluyo Ungaran sebanyak 65 Mahasiswa
Diperoleh jumlah sampel untuk kelompok kontrol dan kelompok perlakuan masing-masing sebanyak 15 orang. Jumlah sampel digunakan dalam penelitian ini adalah 30 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Peneliti mempunyai pertimbangan dalam memilih sampel yaitu berdasarkan kriteria-kriteria inklusi dan eksklusi. Adapun kriteria inklusinya adalah: 1) Mahasiswa tingkat akhir S1 Keperawatan Stikes
Pengaruh Senam Otak terhadap Penurunan Kecemasan Mahasiswa Tingkat Akhir S1 Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran
5
Ngudi Waluyo Ungara; 2) Mahasiswa yang belum pernah melakukan senam otak; 3) Mahasiswa masih potensial atau masih mampu melakukan aktivitas sehari-hari. 4) Mahasiswa yang dapat berkomunikasi dengan baik. 5) Mahasiswa yang menjadi responden. Kriteria eksklusinya antara lain: 1) Mahasiswa dan siswi yang yang cacat; 2) Mahasiswa dan siswi yang menjalani terapi meditasi, relaksasi imajinasi, relaksasi progresif pada bulan ini; 3) Mahasiswa atau siswi yang dalam keadaan sakit.
Tabel 3. Deskripsi Frekuensi Responden Berdasarkan Penurunan Kecemasan Setelah Diberikan Senam Otak Pada Mahasiswa Tingkat Akhir S1 Keperawatan Stikes Ngudi Waluyo Ungaran Kelompok Intervensi Tingkat Kecemasan Cemas ringan Cemas sedang Cemas berat Jumlah
Jumlah (n) 7 6 2 15
Persentase (%) 46,7 40,0 13,3 100
Analisis data Analisis Univariat Analisis univariat menggambarkan masingmasing variabel dengan menggunakan distribusi frekuensi.
Berdasarkan Tabel 3 terlihat tingkat kecemasan setelah diberikan senam otak pada mahasiswa tingkat akhir S1 Keperawatan Stikes Ngudi Waluyo Ungaran kelompok intervensi sebagian besar dalam kategori cemas ringan yaitu sebanyak 7 orang (46,7%).
Analisis Bivariat Selanjutnya untuk menguji ada tidaknya perbedaan rata-rata skor hasil tes kesetaraan kelompok digunakan Uji t test-independent, di mana kriteria pengujian yang digunakan jika thitung > t-tabel pada derajat kebebasan n-2 dan taraf signifikansi 5%, maka kelompok dinyatakan setara (tidak berbeda secara signifikan). HASIL PENELITIAN Analisis Univariat Gambaran Penurunan Kecemasan Sebelum Diberikan Senam Otak pada Kelompok Intervensi dan Kontrol Tabel 2. Deskripsi Frekuensi Responden Berdasarkan Penurunan Kecemasan Sebelum Diberikan Senam Otak Pada Mahasiswa Tingkat Akhir S1 Keperawatan Stikes Ngudi Waluyo Ungaran Kelompok Intervensi Tingkat Kecemasan Cemas ringan Cemas sedang Cemas berat Jumlah
Jumlah (n) 2 6 7 15
Persentase (%) 13,3 40,0 46,7 100
Berdasarkan Tabel 2 terlihat tingkat kecemasan sebelum diberikan senam otak pada mahasiswa tingkat akhir S1 Keperawatan Stikes Ngudi Waluyo Ungaran kelompok intervensi sebagian besar dalam kategori cemas berat yaitu sebanyak 7 orang (46,7%). 6
Gambaran Penurunan Kecemasan Setelah Diberikan Senam Otak pada Kelompok Intervensi dan Kontrol Tabel 4. Deskripsi Frekuensi Responden Berdasarkan Penurunan Kecemasan Sebelum Penelitian pada Mahasiswa Tingkat Akhir S1 Keperawatan Stikes Ngudi Waluyo Kelompok Kontrol Tingkat Kecemasan Cemas ringan Cemas sedang Cemas berat Jumlah
Jumlah (n) 2 6 7 15
Persentase (%) 13,3 40,0 46,7 100
Berdasarkan Tabel 4 terlihat tingkat kecemasan sebelum penelitian pada mahasiswa tingkat akhir S1 Keperawatan Stikes Ngudi Waluyo Ungaran kelompok kontrol sebagian besar dalam kategori cemas berat yaitu sebanyak 7 orang (46,7%). Tabel 5. Frekuensi Responden Berdasarkan Penurunan Kecemasan Setelah Penelitian pada Mahasiswa Tingkat Akhir S1 Keperawatan Stikes Ngudi Waluyo Ungaran Kelompok Kontrol Tingkat Kecemasan Cemas ringan Cemas sedang Cemas berat Jumlah
Jumlah (n) 3 5 7 15
Persentase (%) 20,0 33,3 46,7 100
Pengaruh Senam Otak terhadap Penurunan Kecemasan Mahasiswa Tingkat Akhir S1 Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran
Berdasarkan Tabel 5 terlihat tingkat kecemasan setelah penelitian pada mahasiswa tingkat akhir S1 Keperawatan Stikes Ngudi Waluyo Ungaran kelompok kontrolsebagian besar dalam kategori cemas berat yaitu sebanyak 7 orang (46,7%). Analisis Bivariat Analisis bivariat yang digunakan dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui pengaruh senam otak terhadap penurunan kecemasan mahasiswa tingkat akhir S1 Keperawatan Stikes Ngudi Waluyo Ungaran tahun 2012/2013. Sebelum dilakukan pengujian hipotesis maka harus diuji terlebih dahulu kesetaraan data. Tabel 6. Hasil Uji Kesetaraan Kelompok Kontrol dan Intervensi Kelompok Pretest Kontrol Intervensi
N
Mean
SD t hitung p-value
15
28,93
6,53
15
26,67
6,88
0,925
0,363
Berdasarkan hasil uji kesetaraan menunjukkan bahwa tidak ada beda tekanan darah pada penderita hipertensi kelompok kontrol dan intervensi sebelum diberikan senam otak dengan p value sebesar 0,363 (α=0,05). Perbedaan Penurunan Kecemasan Sebelum dan Sesudah Diberikan Senam Otak pada Mahasiswa Tingkat Akhir S1 Keperawatan Stikes Ngudi Waluyo Ungaran Kelompok Intervensi Guna mengetahui perbedaan penurunan kecemasan sebelum dan sesudah diberikan senam otak pada mahasiswa tingkat akhir S1 Keperawatan Stikes Ngudi Waluyo Ungaran kelompok intervensi, maka menggunakan uji paired t test. Hasil uji paired t test dengan program pengolahan data SPSS Versi 17.0 disajikan sebagai berikut : Tabel 7. Perbedaan Penurunan Kecemasan Sebelum dan Sesudah Diberikan Senam Otak pada Mahasiswa Tingkat Akhir S1 Keperawatan Stikes Ngudi Waluyo Ungaran Kelompok Intervensi Kelompok Intervensi
Pretest Postest
N
Mean
15 15
26,67 22,67
t phitung value 6,88 8,198 0,000 5,95 SD
Berdasarkan Tabel 7 di atas, diketahui bahwa rata-rata tingkat kecemasan mahasiswa tingkat akhir S1 Keperawatan di STIKES Ngudi Waluyo Ungaran sebelum diberikan senam otak sebesar 26,67 (cemas sedang), rata-rata tingkat kecemasan mahasiswa tingkat akhir S1 Keperawatan di STIKES Ngudi Waluyo Ungaran setelah diberikan senam otak sebesar 22,67 (cemas sedang). Ini berarti telah terjadi penurunan kecemasan sesudah diberikan senam otak. Berdasarkan uji paired t test didapatkan nilai t hitung (8,198) > t tabel (2,101) dengan p-value (0,000) < (0,05), maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan penurunan kecemasan sebelum dan sesudah diberikan senam otak pada mahasiswa tingkat akhir S1 Keperawatan Stikes Ngudi Waluyo Ungaran kelompok intervensi. Perbedaan Penurunan Kecemasan Sebelum dan Sesudah Penelitian pada Mahasiswa Tingkat Akhir S1 Keperawatan Stikes Ngudi Waluyo Ungaran Kelompok Kontrol Tabel 8. Perbedaan Penurunan Kecemasan Sebelum dan Sesudah Diberikan Senam Otak pada Mahasiswa Tingkat Akhir S1 Keperawatan Stikes Ngudi Waluyo Ungaran Kelompok Kontrol Kelompok Kontrol
N Pretest Postest
15 15
t p-value hitung 28,93 6,53 1,825 0,089 28,47 6,52 Mean SD
Berdasarkan Tabel 8, diketahui bahwa ratarata tingkat kecemasan mahasiswa tingkat akhir S1 Keperawatan di STIKES Ngudi Waluyo Ungaran sebelum penelitian sebesar 28,93 (cemas berat), rata-rata tingkat kecemasan mahasiswa tingkat akhir S1 Keperawatan di STIKES Ngudi Waluyo Ungaran setelah penelitian sebesar 28,47 (cemas berat). Ini berarti terjadi penurunan kecemasan tidak signifikan sesudah penelitian. Berdasarkan uji paired t test didapatkan nilai t hitung (1,825) < t tabel (2,101) dengan p-value (0,089) > (0,05), maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan penurunan kecemasan sebelum dan sesudah penelitian pada mahasiswa tingkat akhir S1 Keperawatan Stikes Ngudi Waluyo Ungaran kelompok kontrol. Pengaruh senam otak terhadap penurunan kecemasan mahasiswa tingkat akhir S1 Keperawatan Stikes Ngudi Waluyo Ungaran tahun 2012/2013 Uji t test-independent digunakan untuk mengetahui pengaruh senam otak terhadap
Pengaruh Senam Otak terhadap Penurunan Kecemasan Mahasiswa Tingkat Akhir S1 Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran
7
penurunan kecemasan mahasiswa tingkat akhir S1 Keperawatan Stikes Ngudi Waluyo Ungaran, di mana dalam pengujian ini akan dibandingkan data yang berasal dari dua kelompok data yang tidak berpasangan. Tabel 9. Hasil Uji Pengaruh Senam Otak terhadap Penurunan Kecemasan Mahasiswa Tingkat Akhir S1 Keperawatan Stikes Ngudi Waluyo Variabel Tingkat cemas
Senam otak Tidak
N 15
28,47 6,52
Ya
15
22,67 5,95
Mean SD t hitung p-value 2,545
0,017
Berdasarkan Tabel 9 terlihat bahwa rata-rata tingkat kecemasan pada mahasiswa tingkat akhir S1 Keperawatan Stikes Ngudi Waluyo Ungaran yang tidak diberikan senam otak sebesar 28,47 (cemas berat), sedangkan rata-rata tingkat kecemasan pada mahasiswa tingkat akhir S1 Keperawatan Stikes Ngudi Waluyo Ungaran yang diberikan senam otak sebesar 22,67 (cemas sedang). Ini berarti telah terjadi penurunan kecemasan pada kelompok yang diberikan senam otak. Berdasarkan uji independen t-test terlihat bahwa t hitung (2,545) > t tabel (1,688) sedangkan nilai p-value (0,017) < α (0,05). Hal tersebut menunjukkan bahwa ada pengaruh senam otak terhadap penurunan kecemasan mahasiswa tingkat akhir S1 Keperawatan Stikes Ngudi Waluyo Ungaran tahun 2012/2013 Analisis Univariat Gambaran Penurunan Kecemasan Sebelum Diberikan Senam Otak pada Kelompok Intervensi dan Kontrol Hasil penelitian menunjukkan tingkat kecemasan sebelum diberikan senam otak pada mahasiswa tingkat akhir S1 Keperawatan Stikes Ngudi Waluyo Ungaran kelompok intervensi dalam kategori cemas berat yaitu sebanyak 7 orang (46,7%), dalam kategori cemas sedang yaitu sebanyak 6 orang (40,0%) dan dalam kategori cemas ringan yaitu sebanyak 2 orang (13,3%). Hal tersebut menunjukkan tingkat kecemasan sebelum diberikan senam otak pada mahasiswa tingkat akhir S1 Keperawatan Stikes Ngudi Waluyo Ungaran kelompok intervensi sebagian besar dalam kategori cemas berat. Hasil penelitian menunjukkan tingkat kecemasan sebelum penelitian pada mahasiswa tingkat akhir S1 Keperawatan Stikes Ngudi 8
Waluyo Ungaran kelompok kontrol dalam kategori cemas berat yaitu sebanyak 7 orang (46,7%), dalam kategori cemas sedang yaitu sebanyak 6 orang (40,0%) dan dalam kategori cemas ringan yaitu sebanyak 2 orang (13,3%). Hal tersebut menunjukkan tingkat kecemasan sebelum diberikan senam otak pada mahasiswa tingkat akhir S1 Keperawatan Stikes Ngudi Waluyo Ungaran kelompok kontrol sebagian besar dalam kategori cemas berat. Cemas (ansietas) adalah perasaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung oleh situasi. Ketika merasa cemas individu merasa tidak nyaman takut dan memiliki firasat akan ditimpa malapetaka padahal ia tidak mengerti mengapa emosi yang mengancam tersebut terjadi. Kecemasan berat adalah cemas ini sangat mengurangi persepsi individu, cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik, dan tidak dapat berfikir tentang hal yang lain. Semua perilaku ditunjukkan untuk mengurangi ketegangan individu memerlukan banyak pengesahan untuk dapat memusatkan pada suatu area lain ditandai dengan sulit berfikir, penyelesaian masalah buruk, takut, bingung, menarik diri, sangat cemas, kontak mata buruk, berkeringat, bicara cepat, rahang menegang, menggertakkan gigi, mondar mandir dan gemetar (Videbeck, 2008). Tingkat kecemasan sebelum diberikan senam otak pada mahasiswa tingkat akhir S1 Keperawatan Stikes Ngudi Waluyo Ungaran kelompok kontrol sebagian besar dalam kategori cemas berat disebabkan karena faktor umur. Faktor-faktor pemicu timbulnya kecemasan pada diri siswa. Menurut Endler dan Hunt (dalam Novliadi, 2009) mengatakan bahwa salah satu sebab kecemasan pada siswa adalah pada saat menghadapi ujian. Menurut Sieber (dalam Agustina, 2007) kecemasan dianggap sebagai salah satu faktor penghambat dalam belajar yang dapat mengganggu kinerja fungsi-fungsi kognitif seseorang, seperti dalam berkonsentrasi mengingat, pembentukan konsep dan pemecahan masalah. Pada tingkat kronis dan akut, gejala kecemasan dapat berbentuk gangguan fisik (somatik), seperti: gangguan pada saluran pencernaan, sering buang air, sakit kepala, gangguan jantung, sesak di dada, gemetaran bahkan pingsan. Gambaran Penurunan Kecemasan Setelah Diberikan Senam Otak pada Kelompok Intervensi dan Kontrol Hasil penelitian menunjukkan tingkat kecemasan setelah diberikan senam otak pada mahasiswa tingkat akhir S1 Keperawatan Stikes
Pengaruh Senam Otak terhadap Penurunan Kecemasan Mahasiswa Tingkat Akhir S1 Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran
Ngudi Waluyo Ungaran kelompok intervensi dalam kategori cemas ringan yaitu sebanyak 7 orang (46,7%), dalam kategori cemas sedang yaitu sebanyak 6 orang (40,0%) dan dalam kategori cemas berat yaitu sebanyak 2 orang (13,3%). Hal tersebut menunjukkan tingkat kecemasan setelah diberikan senam otak pada mahasiswa tingkat akhir S1 Keperawatan Stikes Ngudi Waluyo Ungaran kelompok intervensi sebagian besar dalam kategori cemas ringan Menurut As’ad (2000) semakin tinggi pendidikan yang dicapai seseorang semakin besar keinginan untuk memanfaatkan pengetahuan dan keterampilan. Pendapat tersebut senada dengan pendapat Notoatmodjo (2000), bahwa pendidikan seseorang berperan dalam membentuk sikap dan perilaku seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungan. Karena hasil pendidikan ikut membentuk pola berpikir, pola persepsi dan sikap pengambilan keputusan seseorang. Pendidikan seseorang yang meningkat mengajarkan individu mengambil sikap keputusan yang terbaik untuk dirinya. Hasil penelitian menunjukkan tingkat kecemasan setelah penelitian pada mahasiswa tingkat akhir S1 Keperawatan Stikes Ngudi Waluyo Ungaran kelompok kontrol dalam kategori cemas berat yaitu sebanyak 7 orang (46,7%), dalam kategori cemas sedang yaitu sebanyak 5 orang (33,3%) dan dalam kategori cemas berat yaitu sebanyak 3 orang (20,0%). Hal tersebut menunjukkan tingkat kecemasan setelah penelitian pada mahasiswa tingkat akhir S1 Keperawatan Stikes Ngudi Waluyo Ungaran kelompok kontrol sebagian besar dalam kategori cemas berat. Analisis Bivariat Perbedaan Penurunan Kecemasan Sebelum dan Sesudah Diberikan Senam Otak pada Mahasiswa Tingkat Akhir S1 Keperawatan Stikes Ngudi Waluyo Ungaran Kelompok Intervensi Hasil penelitian menunjukkan rata-rata tingkat kecemasan mahasiswa tingkat akhir S1 Keperawatan di STIKES Ngudi Waluyo Ungaran sebelum diberikan senam otak sebesar 26,67 ratarata tingkat ,kecemasan mahasiswa tingkat akhir S1 Keperawatan di STIKES Ngudi Waluyo Ungaran setelah diberikan senam otak sebesar 22,67. Ini berarti telah terjadi penurunan kecemasan sesudah diberikan senam otak. Berdasarkan uji paired t test didapatkan nilai t hitung (8,198) > t tabel (2,145) dengan p-value (0,000) < (0,05), maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan penurunan kecemasan
sebelum dan sesudah diberikan senam otak pada mahasiswa tingkat akhir S1 Keperawatan Stikes Ngudi Waluyo Ungaran kelompok intervensi. Hal ini sesuai dengan pendapat Sieber (dalam Agustina, 2007), yang menyatakan bahwa kecemasan dianggap sebagai salah satu faktor penghambat dalam belajar yang dapat mengganggu kinerja fungsi-fungsi kognitif seseorang, seperti dalam berkonsentrasi, mengingat, pembentukan konsep dan pemecahan masalah. Pada tingkat kronis dan akut, gejala kecemasan dapat berbentuk gangguan fisik (somatik), seperti gangguan pada saluran pencernaan, sering buang air, sakit kepala, gangguan jantung, sesak di dada, gemetaran bahkan pingsan. Dengan hal tersebut maka diperlukan suatu solusi untuk menanganinya. Ada berbagai cara yang dapat dilakukan oleh anakanak dalam mengatasi tekanan dalam menghadapi suasana ujian, salah satu caranya yaitu dengan menggunakan tehnik latihan gerak senam otak (Dennison & Gail, 2002). Perbedaan Penurunan Kecemasan Sebelum dan Sesudah Penelitian pada Mahasiswa Tingkat Akhir S1 Keperawatan Stikes Ngudi Waluyo Ungaran Kelompok Kontrol Hasil penelitian menunjukkan rata-rata tingkat kecemasan mahasiswa tingkat akhir S1 Keperawatan di STIKES Ngudi Waluyo Ungaran sebelum penelitian sebesar 28,93 ,rata-rata tingkat kecemasan mahasiswa tingkat akhir S1 Keperawatan di STIKES Ngudi Waluyo Ungaran setelah penelitian sebesar 28,47. Ini berarti terjadi penurunan kecemasan sesudah penelitian akan tetapi tidak signifikan. Berdasarkan uji paired t test didapatkan nilai t hitung (1,825) < t tabel (2,145) dengan p-value (0,089) > (0,05), maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan penurunan kecemasan sebelum dan sesudah penelitian pada mahasiswa tingkat akhir S1 Keperawatan Stikes Ngudi Waluyo Ungaran kelompok kontrol. Pengaruh senam otak terhadap penurunan kecemasan mahasiswa tingkat akhir S1 Keperawatan Stikes Ngudi Waluyo Ungaran tahun 2012/2013 Hasil penelitian menunjukkan rata-rata tingkat kecemasan pada mahasiswa tingkat akhir S1 Keperawatan Stikes Ngudi Waluyo Ungaran yang tidak diberikan senam otak sebesar 28,47 ,sedangkan rata-rata tingkat kecemasan pada mahasiswa tingkat akhir S1 Keperawatan Stikes Ngudi Waluyo Ungaran yang diberikan senam
Pengaruh Senam Otak terhadap Penurunan Kecemasan Mahasiswa Tingkat Akhir S1 Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran
9
otak sebesar 22,67. Ini berarti telah terjadi penurunan kecemasan pada kelompok yang diberikan senam otak. Berdasarkan uji independen t-test terlihat bahwa t hitung (2,545) > t tabel (2.045)sedangkan nilai p-value (0,017) < α (0,05). Hal tersebut menunjukkan bahwa ada pengaruh senam otak terhadap penurunan kecemasan mahasiswa tingkat akhir S1 Keperawatan Stikes Ngudi Waluyo Ungaran. Kecemasan merupakan reaksi yang tidak menyenangkan yang ditandai dengan ketakutan. Perasaan takut itu timbul karena adanya ancaman atau gangguan terhadap sesuatu objek yang masih abstrak dan juga takut yang bersifat subjektif yang ditandai adanya perasaan tegang, khawatir dan sebagainya. Lebih lanjut dikatakan bahwa perasaan senang dan bahagia berhubungan dengan keberhasilan, sedangkan perasaan sedih kecewa, putus asa dan cemas berhubungan dengan kegagalan (Kartono, 2002). Menurut Nevid (2003), kecemasan adalah suatu keadaan emosional yang mempunyai ciriciri keterangsangan fisiologis, perasaan tegang yang tidak menyenangkan dan perasaan aprehensif bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi. Gangguan ini ditandai oleh adanya gejala ketegangan motorik, hiperaktivitas sistem saraf otonom dan meningkatnya kewaspadaan. Ketegangan motorik bermanisfetasi sebagai sakit kepala, gemetar dan gelisah. Gejala hiperaktivitas sistem saraf otonom berupa jantung berdebardebar, nafas pendek, berkeringat banyak dan berbagai gejala sistem pencernaan. Meningkatnya kewaspadaan ditandai dengan adanya perasaan mudah marah dan mudah terkejut, serta tidak dapat tidur (Idrus, 2006). Mahasiswa mengalami kecemasan menyebabkan korteks cerebri (bagian berpikir dari otak) mengirimkan tanda bahaya ke hipotalamus yang menstimulasi sistem saraf simpatis (bagian dari sistem saraf otonom yang berfungsi menghasilkan energi). Sistem saraf simpatik menghasilkan energi dengan cara meningkatkan hormon adrenalin (epinefrin dan norepinefrin). Sehingga mengakibatkan ketegangan motorik, hiperaktivitas sistem saraf otonom dan meningkatnya kewaspadaan. Ketegangan motorik bermanifestasi sebagai sakit kepala, gemetar dan gelisah. Gejala hiperaktivitas sistem saraf otonom berupa jantung berdebar-debar, nafas pendek, berkeringat banyak dan berbagai gejala sistem pencernaan (Dennison & Gail, 2002). Gerakan-gerakan senam otak mengaktifkan kembali hubungan-hubungan saraf antara tubuh dan otak sehingga memudahkan aliran energi elektromagnetis ke seluruh tubuh sehingga dapat 10
mengaktifkan neocortex dan saraf parasimpatik untuk mengurangi peningkatan hormon adrenalin dalam tubuh yang dapat meredakan ketegangan psikis maupun ketegangan fisik. Sehingga jiwa dan tubuh menjadi relaks dan seimbang. Gerakan senam otak di atas apabila dilakukan secara teratur dapat menurunkan kecemasan Mahasiswa, mengatasi lupa karena gugup dan menenangkan pada saat atau tes (Dennison & Gail, 2002). Keterbatasan Penelitian Keterbatasan penelitian ini antara lain banyak faktor yang mempengaruhi kecemasan diantaranya factor distraksi. Distraksi merupakan metode untuk menghilangkan kecemasan dengan cara mengalihkan perhatian pada hal-hal lain. Sebagian mahasiswa yang mengalami kecemasan melakukan pengalihan perhatian misalnya dengan berolah raga, berbelanja, main game, sehingga dimungkinkan penurunan kecemasan pada mahasiswa kelompok intervensi dikarenakan distraksi tersebut. PENUTUP Kesimpulan Ada perbedaan penurunan kecemasan sebelum dan sesudah diberikan senam otak pada mahasiswa tingkat akhir S1 Keperawatan Stikes Ngudi Waluyo Ungaran kelompok intervensi, dengan nilai t hitung (8,198) > t tabel (2,101) dan p-value (0,000) < (0,05) Tidak ada perbedaan penurunan kecemasan sebelum dan sesudah penelitian pada mahasiswa tingkat akhir S1 Keperawatan Stikes Ngudi Waluyo Ungaran kelompok kontrol, dengan nilai t hitung (1,825) < t tabel (2,101) dengan p-value (0,089) > (0,05). Ada pengaruh senam otak terhadap penurunan kecemasan mahasiswa tingkat akhir S1 Keperawatan Stikes Ngudi Waluyo Ungaran, dengan nilai t hitung (2,545) > t tabel (1,688) dan nilai p-value (0,017) < α (0,05). Saran Bagi Perawat, Hasil penelitian ini dapat dipakai oleh tenaga keperawatan maupun tenaga kesehatan lainnya dalam usaha menurunkan kecemasan Bagi Program Studi Ilmu Keperawatan Stikes Ngudi Waluyo Ungaran, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan atau alternatif untuk memanfaatkan senam otak dalam usaha menurunkan kecemasan
Pengaruh Senam Otak terhadap Penurunan Kecemasan Mahasiswa Tingkat Akhir S1 Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran
Bagi Mahasiswa, hasil penelitian ini bermanfaat menurunkan kecemasan yang dialami mahasiswa tingkat akhir. Bagi Peneliti, penelitian ini dapat enambah wawasan dan pengalaman penulis khususnya dalam hal penelitian mengenai pengaruh senam otak terhadap penurunan kecemasan
Isaacs. 2005. Keperawatan kesehatan jiwa & Psikiatrik. Edisi 3. jakarta : EGC.
DAFTAR PUSTAKA
Kartini Supradjiman .2006.Brain Gym (Dalam Http/word press.com) diakses pada tanggal 1 maret 2012
Agustina. 2007. Hubungan Antara Persepsi Siswa Terhadap Pola Interaksi Guru-Murid Dengan Kecemasan Siswa Menghadapi Tugas Sekolah. Skripsi (tidak diterbitkan). Surakarta: fakultas psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta. As’ad Efiaty .Dkk.Buku Ajar Ilmu Kesehataan Telinga,Hidung ,Tenggorokan, Kepala,leher Edisi ke enam ,Balai Penerbit Fkui:Jakarta Az Zahrani. 2005. Konseling terapi. Jakarta : Gema Insani Press. Daradjat 2004. Kesehatan Gunung Agung.
Mental.
Jakarta:
Dennison dan Gail. 2002. Buku Panduan Lengkap Brain Gym. Jakarta : Gramedia Djiwandono. 2002. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Grasindo Harry, W. 2005. Hubungan Kemampuan Aerobik dan Kondisi Psikologis pada Pelajar Laki – laki SMU Negeri 1 Prabumulih. Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya. Hasan. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Hawari. 2008. Manajemen Stress. Cemas dan Depresi. Jakarta : FK UI Hawari.D.,2001.Manajemen Stress ,Cemas,Dan Deprisi.Fakultas kedokteraan UI : Jakarta. Hidayat. 2008. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan, Jakarta: Salemba Medika Ibrahim. 2007. Ilmu dan. Aplikasi Pendidikan. Bandung, Pedagogiana Press. Idrus, F. 2006. Anxietas dan Hipertensi. Diunduh pada tanggal 24 Februari 2013 dari http://med.unhas.ac.id/DataJurnal/tahun2013 vol2007/artikel masuk 2013 ok/cemas dan hipertensi Faisal Idrus_.pdf Irmayanti & Warsito 2012 .Penerapan Strategi Relaksasi Untuk Mengurangi siswa Menjelang Ujian .Surabaya :FIP Unesa
Kaplan. 2007. Kaplan’s Clinical Hypertension. Philadelphia: Lipincott Williams & Wilkins. Kartono. 2002. Patologi Sosial 3 : GangguanGangguan Kejiwaan. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada.
Maramis. 2004. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga. University Press; Nevid. 2003. Psikologi Abnormal. Jakarta : Erlangga Novliadi,Z.F.2009.Sense Of Humor dan Kecemasaan Menghadapi Ujian Di Kalangan Mahasiswa .Skripsi.Sumatra Utara :Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara. Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehataan. Jakarta: PT Rinzka Cipta Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses &. Praktek. Edisi 4. Vol 1. Jakarta : EGC Purwanto. et. al. 2009. Manfaat Senam Otak (Brain Gym) dalam mengatasi Kecemasan dan Stres Pada Anak Sekolah. Fakultas Psikologi: Universitas Muhammadiyah Surakarta Purwandari. 2009. Pengaruh Terapi Seni Dalam Menurunkan Tingkat Kecemasaan Anak Usia Sekolah Yang Menjalani Hospitalisasi Di wilayah Kab Banyumas .Tesisi.UI Putri. 2007. Gangguan Kecemasan”. (Online). (http://www.pikirdongorg./ index.php/ option-com, diakses 5 Maret 2012). Ramaimah. 2003. Kecemasan. Jakarta : Pustaka Populer Obor Santrock. 2001. Adolescence perkembangan remaja (6th ed.). Jakarta:Erlangga. Sieber. 2008. Partner in Learning : from Conflict to Colaboration in secondary classroom. Stuart. 2006. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi : Lima. Jakarta : EGC Suliswati. 2005. Konsep Dasar Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC. Susiaty. Turmudhi. 2004. Kecemasan Menghadapi Ujian Sekolah.(Online) (http//www.google.id/search?hl=id&q=kece
Pengaruh Senam Otak terhadap Penurunan Kecemasan Mahasiswa Tingkat Akhir S1 Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran
11
masan+siswa+menghadapi+ujian&meta=, Diakses 25 Maret 2009) Widianti 2011. Pengaruh senam otak terhadap kecemasan akibat hospitalisasi pada anak usia prasekolah di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta. Skripsi FKIP Unimus Winarsunu ,Tulus 2004 .Mempersiapkan Siswa Menghadapi Ujian Nasional (Online).(Http://Psikologi ,umm,ac,id/News/Cemas Uan .Htm.Diakses 25 Maret 2009)
12
Wijayanti. 2006. Pengaruh senam otak terhadap penurunan tingkat stres anak usia sekolah di Sekolah Dasar Negri Nginden Jangkungan I Surabaya. Skripsi PSIK. Unimus Videback,SL. 2008.Buku Ajar Keperawataan Jiwa Jakarta : EGC Yanuarita. 2012. Memaksimalkan otak melalui senam otak. Yogyakarta : Teranova Books
Pengaruh Senam Otak terhadap Penurunan Kecemasan Mahasiswa Tingkat Akhir S1 Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran