HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL TEMAN SEBAYA DENGAN TINGKAT STRES MAHASISWI DENGAN PREMENSTRUASI SINDROM DI AKPER NGUDI WALUYO UNGARAN Deasy Yulistiana*), M. Imron Rosidi**), Fitria Primi A***)
*) Mahasiswa Program Studi Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran **) Staf Pengajar Program Studi Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran ***) Staf Pengajar Program Studi Kebidanan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran
ABSTRAK Berdasarkan fenomena pada dukungan sosial teman sebaya dengan tingkat stres mahasiswi premenstruasi sindrom. Jika gejala tersebut tidak diatasi akan mengakibatkan stres, dalam keadaan stres remaja membutuhkan dukungan sosial yang baik. Di Akper Ngudi Waluyo Ungaran dalam stres premenstruasi sindrom sebagian besar mendapatkan dukungan sosial dari teman sebaya 22 orang (40,8%). Mahasiswi Akper Ngudi Waluyo Ungaran dalam stres premenstruasi sindrom yang mengalami stres ringan 25 orang (46,3%). Ada hubungan yang signifikan antara dukungan sosial teman sebaya dengan tingkat stres pada mahasiswi dengan premenstruasi sindrom di Akper Ngudi waluyo Ungaran dengan p value 0,004 (α = 0,05). Kata Kunci
: Dukungan Sosial Teman Sebaya, Tingkat Stres Premenstruasi Sindrom
ABSTRACT Based on the phenomenon of peer social support with student stress levels premenstrual syndrome. If the symptoms are not addressed will lead to stress, in a state of stress teens need good social support. In Akper Ngudi Waluyo Ungaran premenstrual stress syndrome in the majority of social support from peers 22 people (40.8%). Nursing coed Ngudi Waluyo Ungaran in premenstrual stress syndrome who experienced mild stress of 25 people (46.3%). There was a significant relationship between social support peers in the level of stress on the students with premenstrual syndrome in Nursing Ngudi waluyo Ungaran with p value 0.004 (α = 0.05). Keywords: Social Support Peers, premenstrual syndrome Stress Levels PENDAHULUAN Individu yang memiliki teman akrap mengalami stres yang lebih ringan bila berhadapan dengan stres. Salah satu peran dari teman sebaya yaitu berupa dukungan sosial. Remaja dari kelompok teman sebaya menerima umpan balik mengenai kemampuan mereka. Berdasarkan
latar belakang diatas dapat disimpulkan bahwa faktor stres dapat dipengaruhi juga oleh stres pada premenstruasi sindrom. Di Akper Ngudi waluyo Ungaran pada kejadian premenstruasi sindrom setiap tahunnya meningkat karena ketidakseimbangan hormone ekstrogen dan progesteron, kadar hormone meningkat melampaui batas
normal sedangkan progesteron menurun. Seringnya terdapat keluhan pada premenstruasi sindrom antara lainnya adalah nyeri perut, nyeri payudara, nyeri sendi, mudah tersinggung, mudah marah, nafsu makan meningkat, dan mood tidak stabil. Adanya dukungan sosial teman sebaya. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif. Penelitian ini merupakan penelitian peneliti mencoba untuk menyelidiki hubungan dukungan sosial teman sebaya dengan tingkat stres mahasiswi dengan premenstruasi sindrom di AKPER Ngudi Waluyo Ungaran. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan cross sectional. Pendekatan cross sectional yaitu penelitian yang menekankan pada waktu pengukuran atau observasi data variabel independen dan dependen hanya dengan satu kali pada satu saat. HASIL PENELITIAN Hasil penelitian yang saya dapatkan dari 54 responden mhasiswi Akper Ngudi Waluyo Ungaran, lebih banyak responden mendapatkan dukungan sosial teman sebaya dalam kategori baik dalam menghadapi premenstruasi sindrom, sejumlah 22 orang (40,8%). Mahasiswi ang mengalami stres ringan pada premenstruasi sindrom yaitu sejumlah 25 mahasiswi (46,3%).
PEMBAHASAN Gambaran Dukungan Sosial Teman Sebaya Dengan Premenstruasi Sindom pada Mahasiswi AKPER Ngudi Waluyo Masa yang rentan terhadap stres dalam rentang kehidupan manusia adalah masa remaja. Remaja dalam menghadapi situasi yang penuh dengan tekanan atau stres, membutuhkan dukungan sosial yang didapatkan dari lingkungan sosialnya. Remaja dalam usahanya untuk memperoleh dukungan sosial, melakukkan interaksi tertentu yang membuatnya selalu berhubungan dengan lingkungan sosialnya (Nathania dan Godwin, 2012). Berdasarkan hasil analis Gambaran Dukungan Sosial Teman Sebaya Dengan Premenstruasi Sindrom Pada Mahasiswi AKPER Ngudi Waluyo sebagian besar responden mendapatkan dukungan sosial baik adalah 22 orang (40,8%) ditunjukkan dengan hasil penelitian teman mau mendengarkan keluh kesah saat sedang mengalami PMS (37,0%), teman mau memberikan semangat (44,4%), teman mau menghargai perasaan ketika sedang marah (29,6%) teman memberikan solusi saat PMS (51,9%), teman memberikan respon positif saat PMS (46,3%) dari hasil yang saya dapatkan ini dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial teman sebaya pada Mahasiswi AKPER Ngudi waluyo ungaran terjalin sangat baik, hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah mahasiswi AKPER tersebut berada di dalam satu asrama yang dimana tinggal di asrama menimbulkan suatu rasa kekeluargaan, kedekatan yang sangat tinggi, di dalam asrama juga secara
tidak langsung mengajarkan belajar bekerja sama, belajar bertenggang rasa serta belajar mengembangkan kemampuan sosial. Seperti di ketahui asrama mahasiswi AKPER Ngudi waluyo di huni oleh berbagai mahasiswi yang berasal dari berbagai wilayah di Indonesia yang berbeda dan mempunyai kebiasaan, adat istiadat yang berbeda pula, meskipun demikian mahasiswi di AKPER Ngudi waluyo tersebut bisa bergabung menjadi satu atas dasar kebersamaan dan mampu menyesuaikan diri dengan baik terhadap teman sebaya serta lingkungan Asrama yang ditinggali sehingga dukungan sosial terhadap teman sebaya yang mengalami Premenstruasi berjalan dengan baik. Gambaran Tingkat Stres Dalam Premenstruasi Sindrom Pada Mahasiswi AKPER Ngudi Waluyo Ungaran Semua orang tentu pernah mengalami stres, ada banyak faktor pemicu terjadinya stres. Stres berkaitan dengan pikiran, mental dan jiwa seseorang. Disaat kondisi seseorang mengalami tekanan batin atau memiliki beban pikiran yang berat serta beban rohani mengalami kelebihan dari kemampuan maksimun rohani itu, sehingga mengakibatkan perbuatan seseorang menjadi tidak terkontrol itulah yang disebut stress. Umumnya stress sering terjadi pada para remaja. Ini disebabkan karena kondisi pikiran seorang remaja yang masih labil dan belum sepenuhnya kuat secara mental dan spiritual. Sebagian besar kebahagiaan remaja tergantung pada apa yang mereka pikirkan tentang diri mereka sendiri (Priyoto, 2014)
Berdasarkan tabel 3, dapat diketahui bahwa responden yang berjumlah 54 orang mahasiswi yang mengalami stres ringan 25 orang (46,3%), mahasiswi yang mengalami stres sedang 20 orang (37,0%), mahasiswi yang mengalami stres berat 9 orang (16,7%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa Mahasiswi AKPER Ngudi Waluyo Ungaran yang mengalami PMS mengalami stres ringan 25 orang (46,3%), Hasil penelitian yang telah saya lakukan didapatkan hasil bahwa mahasiswi yang mengalami stres ringan hanya merasakan nyeri pada payudara saat Premenstruasi sindrom (22,2%), merasa kelelahan saat melakukan aktifitas (29,6%), merasa nyeri perut saat Premenstruasi sindrom (20,4%). Penelitan tersebut sesui dengan buku Priyono, (2014). Stres ringan adalah stressor yang dihadapi setiap orang secara teratur, seperti terlalu banyak tidur, kemacetan lalu-lintas, kritikan dari atasan. Situasi ini biasanya berlangsung beberapa menit atau jam. Stresor ringan biasanya tidak disertai timbulnya gejala. Ciricirinya yaitu semangat meningkat, penglihatan tajam, energi meningkat namun cadangan energinya menurun, kemampuan menyelesaikan pelajaran meningkat, sering merasa letih tanpa sebab, kadang-kadang terdapat gangguan system seperti pencernaan, perasaan tidak santai. Stres yang ringan berguna karena dapat memacu seseorang untuk berpikir dan berusaha lebih tangguh menghadapi hidup.
Hubungan Dukungan Sosial Teman Sebaya Dengan Tingkat Stres Pada Mahasiswi Dengan Premenstruasi Sindrom Di AKPER Ngudi Waluyo Ungaran Berdasarkan tabel 4 dapat diketahui bahwa responden yang mendapat dukungan sosial tidak baik mengalami stres sedang sejumlah 9 responden (64,3%) dan responden yang mendapatkan dukungan sosial teman sebaya cukup baik sebagian mengalami stres ringan sejumlah 7 responden (38,9%) hal tersebut ditunjukkan dengan ketidak pedulian teman terhadap kesulitan yang dialami dan mahasiswi tersebut kurang bersosialisai terhadap temanteman sebayanya. Responden yang mendapatkan dukungan sosial teman sebaya kategori baik sebagian besar mengalami stres ringan sejumlah 15 responden (68,2%) hal ini dikarenakan responden tersebut mendapatkan dukungan teman pada saat PMS sangat baik, hal ini disebabkan teman sebaya tersebut mau mendengar keluh kesah ketika sedang menghadapi PMS, teman selalu memberikan informasi tentang penyebab, tanda dan gejala serta pengobatan PMS. Stres merupakan keadaan fisik dan psikis diluar kebiasaan. Fisik secara otomatis merupakan peristiwa-peristiwa tersebut. Ternyata tubuh kita akan merespons sama, baik kejadian yang bersifat positif maupun negatif. Mengirim sinyal-sinyal berupa tekanan darah naik, denyut jantung naik (berdebar), nafas pendek/terengah-engah, kadar adrenalin meningkat. Stimulus yang kita anggap positif dan negatif akan menghasilkan reaksi yang sama. Membedakan hasil stress positif atau
negatif adalah respons emosi yang kita alami dan sikap yang kita ambil. Stress yang menimpa bersifat negatif, seperti kegagalan, frustasi, perasaan tidak berdaya, maka respons tubuh berupa tekanan darah naik, jarang berdebar kencang, nafas pendek, adrenalin meningkat akan terus berlanjut sehingga menganggu kesehatan (Stuart & sundden, 2007). Berdasarkan uji kendall Tau diperoleh korelasi r=-0,292 dengan p-value 0,002. Oleh karena p-value 0,002 < 0,05, maka disimpulkan bahwa ada hubungan sosial teman sebaya dengan tingkat stres pada mahasiswi dengan Prementruasi sindrom di AKPER Ngudi Waluyo Ungaran. Hubungan ini memiliki arah negatif, artinya jika dukungan teman sebaya semakin baik maka tingkat stres yang dialami mahasiswi dalam Premenstruasi sindrom akan semakin ringan. Hubungan ini memiliki kekuatan yang lemah karena nilainya terletak antara 0,200,40. Ketika mengalami kecemasan, individu mengunakan berbagai mekanisme koping untuk mencoba mengatasinya, ketidakmampuan mengatasi kecemasan secara kontruksif merupakan penyebab utama terjadinya perilaku patogis. Pola yang bisa digunakan individu untuk mengatasi kecemasan ringan cenderung tetap dominan, ketika kecemasan menjadi lebih intens. Kecemasan ringan sering ditanggulangi tanpa pemikiran sadar. Kecemasan sedang dan berat menimbulkan dua jenis mekanisme koping (Stuart & sundden, 2007). Salah satu peran dari teman sebaya yaitu berupa pemberian dukungan sosial. Dukungan sosial
dari teman sebaya yaitu dukungan yang diterima dari teman sebaya yang berupa bantuan baik secara verbal maupun non verbal. Remaja dari kelompok teman sebaya menerima umpan balik mengenai kemampuan mereka. Anak-anak sampai remaja mengabiskan semakin banyak waktu dalam interaksi teman sebaya (Santrock, 2007). Keterbatasan Peneliti Peneliti mengalami beberapa keterbatasan, diantara adalah Pengambilan data dengan menggunakan kuesioner, sehingga memungkinkan responden memberikan jawaban secara subyektif. Penelitian ini hanya membahas tentang premenstruasi saja.padahal masih ada faktor yang lain. SARAN Bagi mahasiswi diharapkan lebih bisa memberikan dukungan sosial tentang informasi penyebab premenstruasi sindrom, memberikan motivasi agar tidak mudah tersinggung saat mengalami premenstruasi sindrom. Bagi pelayanan kesehatan diharapkan meningkatkan pelayanan kesehatan bagi remaja yang mengalami Premenstruasi sindrom. Bagi institusi Pendidikan diharapkan dapat mengembangkan keilmuan secara mendalam yang berhubungan dengan dukungan teman Sebaya Dengan Tingkat Stres Pada Mahasiswi Dengan Premenstruasi sindrom, Bagi peneliti selanjutnya diharapkan untuk meningkatkan hasil penelitian dengan mengendalikan variabel lain yang mempengaruhi penelitian ini misalnya dengan
menambahkan variabel penelitian diantaranya mekanisme koping sehingga diperoleh hasil penelitian yang lebih lengkap. KESIMPULAN Sebagian besar dukungan sosial teman sebaya tentang Pre menstruasi sindrom pada Mahasiswi AKPER Ngudi Waluyo Ungaran dalam kategori baik yaitu sejumlah 28 responden (41,2 %). Sebagian besar tingkat stres dalam Premenstruasi sindrom pada Mahasiswi AKPER Ngudi Waluyo Ungaran adalah setres Ringan yaitu sejumlah 31 responden (45,6 %) Ada hubungan yang signifikan antara Hubungan Dukungan Sosial Teman Sebaya Dengan Tingkat Stres pada Mahasiswi AKPER Ngudi Waluyo Ungaran dengan p-value 0,002 < 0, 05. DAFTAR PUSTAKA Brunner & Suddarth. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8 Vol 1, Jakarta : EGC Christensen & Janet, (2009). Proses Keperawatan : Aplikasi model Konseptual ed 4. Jakarta : EGC Gunarsa, M, H. (2002), Dampak faktor-faktor lingkungan sosial terhadap setres, Surabaya: Badan penerbit Universitas Air Langga Hurlock, B. E. (2007). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan, Jakarta: Erlangga Jatmiko, R, G. (2005). Studi Kasus Tentang Dukungan Teman
Sebaya dan dukungan Keluarga Terhadap Remaja yang Mengalami Kecanduan NAPZA di Panti Rehabilitasi Lido Bogor : Jurnal Psikologi Universita Pasundan bandung Kumalasari, dkk. 2012. Kesehatan Reproduksi untuk mahasiswa kebidanan dan keperawatan, Jakarta: salemba Medika Martin, Reeder & Koniak-Griffin. (2013). Keperawatan Marternitas : Kesehatan wanita, bayi, dan keluarga, Volume 1 edisi 18, Jakarta : EGC Nathania dan Godwin. (2012). Pengaruh dukungan sosial teman sebaya terhadap kecemasan dalam menghadapi ujian nasional pada siswa kelas xii SMA x di Jakarta Barat. Jakarta : Fakultas Psikologi Universitas Bina Nusantara Notoadmojo, S. 2007. Promosi Kesehatan Teori dan Ilmu Perilaku, Jakarta: Rineka cipl Notoatmodjo.(2012). Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan, Jakarta : Rineka Cipta Potter dan Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses dan Praktik (alih bahasa : Yasmin Asih...[et al] : Editor Bahasa Indonesia Monica Ester, Devi Yulianti, Intan Parulina). Edisi 4 Volume 1. Jakarta: EGC Priyoto.(2014). Konsep manajemen stres, Yogyakarta : Nuha Medika
Proverawati & misoroh. (2009). Menstruasi Pertama Penuh Makna, Yogyakarta : Nuha Medika Sarafino, E. P. (2006). Health Psychology : Biopsychosocial Interactions. Fifth Edition. USA : John Wiley & sons Sarason, I.G., Levine, H. M., Bahsam, R.B., & Sarason, B. R (1983). Assessing Social Support: the social Support Questionnaire. Jurnal of Personality nd Sosial Psychology, 44 (1), 127-139. Sarwono. 2007. Psikologi Remaja, Jakarta: Raja Grafindo Persada Sarwono. 2011. Psikologi Remaja, Edisi Revisi, Jakarta: Rajawali pers Schneiders, A.A. (2000). Personal Adjusment and Mental Health. New York: http://book.google.co.id/boks Saryono & Waluyo sejati. (2009). Sindrom Premenstruasi, Yogyakarta : Nuha Medika Semiun. (2006). Kesehatan Mental, Yogyakarta : Kanisius Stuart & Suden. 2007. Buku Saku Keperawatan jiwa. Edisi 4. Jakarta : EGC Suntrock. (2007). Adolescence. Perkembangan Remaja, jilid 2 edisi 11, Jakarta : EGC Videbeck, S. L. (2007). Buku Ajar Keperawatan Jiwa, Jakarta : EGC Widyastuti, dkk. (2009). Kesehatan Reproduksi,Yogyakarta: Fitramaya Yosep, Iyus. (2009). Keperawatan Jiwa. Bandung: PT Refika Aditama.