Artikel Penelitian Hubungan Antara Kebiasaan Merokok Dengan Kejadian Insomnia Pada Mahasiswa STIKES Ngudi Waluyo Kabupaten Semarang Runingsih*), Auly Tarmali**), Puji Pranowowati***) *) alumnus Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat STIKES Ngudi Waluyo **) Staf Pengajar Program Studi Kesehatan Masyarakat STIKES Ngudi Waluyo ***) Staf Pengajar Program Studi Kesehatan Masyarakat STIKES Ngudi Waluyo ABSTRACT Health problemsdue to life style are increasing, one of them is insomnia which have seriously impact in particular for adolescent that cause activity disturbance and sleepy in the afternoon. One of the factor of insomnia is smoking in which one of substance in cigarettes is nicotine can cause disturbances in the central nervous system. The purpose of this study is to determine the correlationbetween smokinghabitwith the occurence of insomnia on students of Ngudi Waluyo School Of Health At Semarang Regency. The study design used analytic with cross sectional approach. The population in this study were of male students of Ngudi Waluyo School Of Health with sample of 79 respondent drawn by using accidental sampling. Data collection by conducting interviews and direct measurements used a questionnaire intrument, analyzed with Chi-square test (α=0,05). The results show that smoking habits of 65 people (82.3%) and the incidence of insomnia as many as 67 people (84.8%), and there is correlation between smoking and the incidence of insomnia in students (p =0,005 dan RP=1,588) Students are expected to reduce cigarette consumption and health student is able to improve health promotion and to provide education on the dangers of tobacco consumption. Key Words : Smoking habit, insomnia
Hubungan antara Kebiasaan Merokok dengan Kejadian Insomnia pada Mahasiswa STIKES Ngudi Waluyo Ungaran Kabupaten Semarang
ABSTRAK Masalah kesehatan akibat gaya hidup makin banyak muncul, salah satunya adalah insomnia dimana insomnia mempunyai dampak serius khususnya bagi remaja yaitu menyebabkan terganggunya aktifitas dan mengantuk di siang hari. Salah satu faktor penyebab insomnia adalah merokok dimana salah satu zat nikotin, kandungan dari rokok menyebabkan terjadinya gangguan pada sistem saraf pusat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kebiasaan merokok dengan kejadian insomnia pada mahasiswa di STIKES Ngudi Waluyo. Desain penelitian yang digunakan adalah analitik dengan pendekatan Cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua mahasiswa STIKES Ngudi Waluyo dengan sampel sebanyak 79 responden yang di ambil dengan teknik accidental sampling. Pengumpulan data dengan melakukan wawancara dengan menggunakan isntrumen berupa kuesioner, dianalisa dengan uji Chisquare (α=0,05). Hasil penelitian menunjukan bahwa kebiasaan merokok sebanyak 65 orang (82,3%) dan kejadian insomnia sebanyak 67 orang (84,8%), dan ada hubungan antara kebiasaan merokok dengan kejadian insomnia pada mahasiswa (p=0,005 dan RP=1,588) Diharapkan bagi mahasiswa mengurangi konsumsi rokok dan mahasiswa kesehatan mampu meningkatkan promosi kesehatan dan memberikan penyuluhan terhadap bahayanya konsumsi rokok. Kata kunci : kebiasaan merokok, insomnia
PENDAHULUAN Istirahat dan tidur suatu faktor bagi pemulihan kondisi tubuh setelah sehari penuh melakukan aktivitas, setiap individu membutuhkan jumlah yang berbeda untuk istirahat dan tidur. Manusia mempunyai kebutuhan istirahat tidur bervariasi dan istirahat tidur sering mengalami perubahan karena kondisi tertentu. Kesehatan fisik dan emosi tergantung pada kemampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia. Tanpa jumlah tidur yang cukup, kemampuan untuk berkonsentrasi, membuat keputusan, dan berpartisipasi dalam aktivitas harian akan menurunkan dan meningkatkan iritabilitas (Potter & Perry, 2003).
Sekitar seperempat dari populasi orang dewasa telah mengalami masalah tidur dan 6% sampai 10% diperkirakan memiliki gangguan insomnia (National Sleep Foundation,2012). Insiden keseluruhan prevalensi insomnia di Indonesia berkisar 10%, dengan kata lain kurang lebih 28 juta dari total 238 juta penduduk indonesia menderita insomnia. Berdasarkan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah Kabupaten Purworejo (2012), didapatkan data bahwa remaja laki-lai yang merupakan perokok aktif di wilayah tersebut sebanyak 63% dari total jumlah remaja sebesar 629 orang. Data tersebut merupakan hasil
Hubungan antara Kebiasaan Merokok dengan Kejadian Insomnia pada Mahasiswa STIKES Ngudi Waluyo Ungaran Kabupaten Semarang
observasi dari beberapa Rumah Tangga (RT). Tidak hanya merokok, hal lain yang cukup memprihatinkan adalah kebiasaan merokok remaja laki-laki tersebut ternyata diikuti dengan adanya begadang di malam hari. Hal ini jelas dapat mengganggu kesehatan dan terganggunya pola tidur, yang akan mengakibatkan adanya penurunan mental. Kebiasaan begadang ini merupakan efek dari konsumsi rokok remaja, sehingga mereka akan merasa capek di pagi hari, merasa masih mengantuk dan tampak tidak segar karena kurang tidur. Faktor-faktor penyebab insomnia secara garis besar yaitu stres atau kecemasan, despresi, kelainan-kelainan kronis, efek samping pengobatan, pola makan yang buruk, kurang olahraga dan penggunaan zat-zat yang menekan syaraf pusat seperti nikotin yang terdapat pada rokok dan kafein pada kopi. Untuk penyebab lainya bisa berkaitan dengan kondisi-kondisi spesifik seperti usia lanjut, wanita hamil, riwayat despresi atau penurunan. Berdasarkan uraian diatas yamg dapat diketahui bahwa kebiasaan merokok dapat mempengaruhi kejadian insomnia, maka penulis tertarik untuk menganalisis hubungan antara kebiasaan merokok dengan kejadian insomnia. METODE PENELITIAN Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua mahasiswa laki-laki STIKES Ngudi Waluyo Kabupaten Semarang yang berjumlah 370 Mahasiswa. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan accidental sampling yaitu sebanyak 79 sampel, dengan kriteria mahasiswa yang
masih tinggal dikos, mahasiswa laki-laki, rumahnya sekitar ungaran. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner dengan melakukan wawancara ( tentang kebiasaan merokok dan kejadian insomnia). Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji Chi-square untuk mengetahui hubungan antara kebiasaan merokok dengan kejadian insomnia. Perhitungan menggunakan program SPSS 16 dengan α = 0,05. Dasar pengambilan keputusan berdasarkan perbandingan pvalue dengan α, p value ≤ α maka hipotesis penelitian diterima, artinya ada hubungan antara kebiasaan merokok dengan kejadian insomnia. HASIL DAN PEMBAHASAN Kebiasaan Merokok Tabel 1 Distribusi Frekuensi Kebiasaan Merokok pada Responden di STIKES Ngudi Waluyo. Kebiasaan Frekuensi Persentase Merokok (%) Ya 65 82,3 Tidak 14 17,7 Total 79 100,0 Pada tabel 1 dapat diketahui sebagian besar responden mempunyai kebiasaan merokok dengan persentase 82,3 % (65 orang), sedangkan responden tidak mempunyai kebiasaan merokok yaitu 17,7% (14 orang). Kejadian Insomnia Tabel 2 Distribusi Frekuensi Kejadian Insomnia pada Responden di STIKES Ngudi Waluyo Kejadian Frekuensi Persentase (%) Insomnia Insomnia 67 84,8
Hubungan antara Kebiasaan Merokok dengan Kejadian Insomnia pada Mahasiswa STIKES Ngudi Waluyo Ungaran Kabupaten Semarang
Tidak 12 15,2 insomnia Total 79 100,0 Pada tabel 2 dapat diketahui bahwa sebagian besar dari responden mengalami insomnia dengan persentase 84,8% (67 orang), adapun yang tidak mengalami insomnia dengan persentase 15,2% (12 orang). Hubungan Antara Kebiasaan Merokok Dengan Kejadian Insomnia Tabel 3 Hasil analisis bivariat berdasarkan Kebiasaan Merokok dengan Kejadian Insomnia pada Responden di STIKES Ngudi Waluyo
Kebiasaan Merokok Ya Tidak Total
Kejadian Insomnia Tidak Insomnia Insomnia F 59 8 67
% 90,8 57,1 84,8
f 6 6 12
% 9,2 42,9 15,2
F 65 14 79
Total % 100,0 100,0 100,0
P
0,005
Pada tabel 3dapat diketahui bahwa responden yang mengalami insomnia lebih banyak pada responden yang mempunyai kebiasaan merokok yaitu 90,8% (59 orang) daripada responden yang tidak merokok yaitu 57,1% (8 orang). Sedangkan responden yang tidak mengalami insomnia dan merokok yaitu 9,2% (6 orang), lebih rendah yang tidak insomnia dan tidak merokok mempunyai yaitu 42,9% (6 orang). Kebiasaan merokok Berdasarkan analisis deskripstif pada variabel kebiasaan merokok dapat diketahui sebagian besar mahasiswa mempunyai kebiasaan merokok sebanyak 65 mahasiswa (82,3 %), sedangkan yang tidak merokok sebanyak 14 mahasiswa (17,7%). Tingginya kebiasaan merokok pada responden dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah lingkungan, kelelahan, gaya hidup (merokok, alkohol,
pengobatan), stres, dan diet. Berkaitan dengan kebiasaan merokok, dilihat dari jumlah rokok yang dihisapnya setiap hari, bahwa responden yang merokok ≤10 batang perharinya sebanyak 34 orang (43,0%) , sedangkan responden yang merokok 11- 20 batang perharinya sebanyak 28 orang ( 35,4%) , dan untuk responden yang merokok 21-30 batang perharinya sebanyak 3 orang (3,8%). Dari masing- masing kategori perokok mempunyai resiko kanker, semakin banyak seseorang itu menghabiskan batang rokok per hari maka semakin lebih besar akan mempunyai resiko kanker dibanding yang tidak merokok (Alamsyah RM, 2007). Beberapa hal yang dapat diduga sebagai penyebab kebiasaan merokok pada responden yaitu pengaruh teman sebaya contohnya teman dekat atau teman satu kosnya, kesibukan dalam beroganisasi mahasiswa memiliki terlalu banyak aktivitas di luar akademik, misalnya organisasi, kesibukan akan semakin meningkat dan mereka juga semakin tertekan, kebiasaan merokok biasanya dilakukan karena tugas kuliah terlalu banyak dan tak akan ada habisnya yang bisa menyebabkan mahasiswa stres. Seseorang yang stres akan membutuhkan merelaksasi diri contohnya merokok, dimana merokok itu membuat seseorang merasa nyaman, dikarenakan ada nikotin dalam rokok yang menyebabkan kecanduan, semakin lama seseorang merokok maka semakin meningkat kandungan nikotin dalam tubuhnya. Kejadian Insomnia Hasil analisis deskriptif pada variabel insomnia menunjukan bahwa sebagian besar responden mengalami insomnia sebanyak 67 mahasiswa (84%). Dari 67 responden yang mengalami
Hubungan antara Kebiasaan Merokok dengan Kejadian Insomnia pada Mahasiswa STIKES Ngudi Waluyo Ungaran Kabupaten Semarang
kesulitan untuk memulai tidur sebanyak 50 responden (74,6%), 47 responden (70,1%) terbangun tengah malam, tidak dapat tidur kembali sebanyak 42 responden (62,9%), dan bangun lebih awal sebanyak 48 responden (71,6%), dari masing-masing responden diatas dapat disimpulkan bahawa setiap responden memiliki gejala insomnia lebih dari satu .Hal ini di sebabkan responden terlalu banyak tugas yang tak akan ada habisnya, kondisi lingkungan kos yang ramai dan kurang nyaman, begadang nonton televisi. Hubungan antara Kebiasaan Merokok dengan Kejadian Insomnia pada Mahasiswa Dari hasil penelitian didapatkan responden yang mengalami insomnia lebih banyak pada responden yang mempunyai kebiasaan merokok yaitu 59 responden (90,8%) daripada responden yang tidak merokok yaitu 8 orang (57,1%), serta responden yang tidak insomnia dan tidak merokok mempunyai proporsi 6 responden (42,6). `Berdasarkan statistik didapatkan hasil bahwa ada hubungan antara kebiasaan merokok dengan kejadian insomnia dengan nilai p= 0,005. Paparan kronis kebiasaan merokok adalah faktor resiko untuk insomnia. Hal ini selaras dengan teori yang menyatakan bahwa orang yang memiliki kebiasaan merokok cenderung untuk mengalami insomnia. Salah satu penyebab gangguan tidur insomnia adalah merokok,salah satunya karena kandungan nikotin dalam rokok yang merupakan sebagai zat stimulan otak (Widya, 2010). Nikotin akan hilang dari otak dalam waktu 30 menit. Tetapi reseptor di otak seorang pecandu seakan menginginkan nikotin lagi, sehingga
mengganggu proses tidur. Nikotin digolongkan dalam bentuk zat stimulan yang dapat menstimulus otak, karena stimulan merupakan zat yang memberi efek menyegarkan, sehingga perokok dapat merasa tenang dan santai saat menghirup asap rokok tersebut. Rokok meningkatkan tekanan darah, mempercepat denyut jantung dan meningkatkan aktifitas otak. Pada pecandu akut yang baru mulai kecanduan rokok, selain lebih sulit tidur, seseorang juga dapat terbangun oleh keinginan kuat untuk merokok setelah tidur kira-kira dua jam. Setelah merokok, seseorang akan sulit untuk tidur kembali karena efek stimulan dari nikotin (Prasadja, 2006). Khomsan (2009) juga menyebutkan bahwa menghisap rokok menjelang tidur, dapat memicu insomnia. SIMPULAN DAN SARAN 1. Responden yang merokok sebanyak 65 orang (82,3%), dan responden yang tidak merokok sebanyak 14 oramg (17,7%). 2. Responden yang mengalami insomnia sebanyak 67 orang (84,8%), dan responden yang tidak insomnia sebanyak 12 orang (15,2%) 3. Ada hubungan antara kebiasaan merokok dengan kejadian insomnia pada mahasiswa STIKES Ngudi Waluyo (p=0,005) 4. Diharapkan bagi peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian yang lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi insomnia secara multivariat. DAFTAR PUSTAKA Notoadmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta Potter, P.A, Perry, A.G.Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, dab Praktik.
Hubungan antara Kebiasaan Merokok dengan Kejadian Insomnia pada Mahasiswa STIKES Ngudi Waluyo Ungaran Kabupaten Semarang
Edisi 4.Volume 2.Alih Bahasa : Renata Komalasari,dkk.Jakarta:EGC.20 05 Potter, P.A., & Perry, A.G., (2001). Basic Nursing : Teori and practice.(2nd ed). St .Louis, Missouri : Mosbi Year Book,inc.
Prasadja, A. 2009. Ayo Bangung Dengan Bugar Karena Tidur Yang Benar. Jakarta: Penerbit Hikmah. Rafknowledge.(2005). Insomnia dan Gangguan Tidur Lainnya. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Hubungan antara Kebiasaan Merokok dengan Kejadian Insomnia pada Mahasiswa STIKES Ngudi Waluyo Ungaran Kabupaten Semarang