STIKES NGUDI WALUYO
ARTIKEL ILMIAH
HUBUNGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR BAYI USIA 7-12 BULAN DI DESA CANDIREJO KECAMATAN UNGARAN BARAT KABUPATEN SEMARANG
Oleh : SUSI SUSANTI NIM 030215A070
PROGRAM STUDI D IV KEBIDANAN STIKES NGUDI WALUYO AGUSTUS, 2016
HUBUNGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR BAYI USIA 7-12 BULAN DI DESA CANDIREJO KECAMATAN UNGARAN BARAT KABUPATEN SEMARANG. Susi Susanti, Sugeng Maryanto, Luvi Dian Afriyani* Program studi DIV kebidanan STIKES ngudi waluyo ungaran ABSTRAK Latar Belakang :. Gangguan atau hambatan pada motorik kasar memberikan dampak pada masa depan anak. Lingkungan prenatal yang mempengaruhi perkembangan motorik kasar bayi diantaranya gizi. Pemberian MP ASI dapat menambah energi dan zat-zat gizi yang dibutuhkan oleh bayi karena ASI tidak dapat menenuhi secara terus menerus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pemberian makanan pendamping ASI dengan perkembangan motorik kasar bayi usia 7-12 bulan di Desa Candirejo Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang. Metode : Desain penelitian ini deskriptif korelasional dengan pendekatan cross sectional Populasi penelitian ini bayi usia 7-12 bulan yang lahir di Desa Candirejo Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang sebanyak 54 bayi dengan teknik total sampling. Alat pengambilan data menggunakan kuesioner dan Denver II serta analisis data menggunakan chi square. Hasil : penelitian menunjukkan ada hubungan pemberian makanan pendamping ASI dengan perkembangan motorik kasar bayi usia 7-12 bulan di Desa Candirejo Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang dengan p value sebesar 0,003 < α (0,05). Sebaiknya ibu bayi memberikan stimulasi misalnya alat permainan sehingga pertumbuhan dan perkembangan anak dapat berjalan dengan normal. Kata Kunci Kepustakaan
: makanan pendamping ASI, perkembangan motorik kasar, bayi usia 7-12 bulan : 35 (2006-2015)
1
ABSTRACT Background : gross motor skills are physical movements that require balance and coordination among members of the body, using the big muscles, some or all members of the body. Disruption or drag on gross motor skills have an impact on the child's future. Prenatal environment affecting gross motor development among baby nutrition.This study was to determine the relationship of complementary feeding with gross motor development of infants aged 7-12 months in the village Candirejo District of West Ungaran Semarang District. Methods : The study design was descriptive correlation with cross sectional approach this study population of infants aged 7-12 months, who was born in the village of Candirejo District of West Ungaran Semarang regency as many as 54 infants with total sampling technique. Data retrieval tool using questionnaires and Denver II as well as data analysis using chi square. Result : The results showed no relationship giving complementary foods with gross motor development of infants aged 7-12 months in the village Candirejo District of West Ungaran Semarang District with a p value of 0,000 <α (0,05). The baby's mother should provide stimulation such as a game so that the growth and development of children can walk normally. Keywords
:
Complementary Feeding Giving Development, Babies 7-12 Months Bibliography : 35 (2006-2015)
Relationship,
Motoric
PENDAHULUAN Latar Belakang Masa bayi ditandai proses pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat disertai dengan perubahan yang memerlukan zat-zat gizi yang jumlahnya lebih banyak dengan kualitas tinggi. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Akibat kekurangan gizi akan menyebabkan beberapa efek serius seperti kegagalan pertumbuhan fisik serta tidak optimalnya perkembangan. Makanan pendamping ASI berperan melengkapi pemberian ASI yang berguna menutup kekurangan zat-zat gizi yang terkandung dalam ASI. Tujuan dari pemberian makanan pendamping ASI diantaranya menambah energi dan zat-zat gizi yang dibutuhkan oleh bayi karena ASI tidak dapat menenuhig secara terus menerus (Waryana, 2010). Guna mencapai tumbuh kembang optimal, di dalam Global Strategy For Infant and Young Child Feeding, WHO/UNICEF merekomondasikan empat hal penting yang harus dilakukan yaitu, pertama memberikan air susu ibu kepada bayi segera dalam waktu 30 menit setelah bayi lahir, kedua memberikan hanya air susu ibu (ASI) saja atau pemberian ASI secara eksklusif sejak lahir sampai bayi berusia 7 bulan, ketiga memberikan makanan pendamping air susu ibu (MP-ASI) sejak bayi berusia 7-24 bulan, dan keempat meneruskan pemberian ASI sampai anak berusia 24 bulan atau lebih. Rekomondasi tersebut menekankan, secara sosial budaya MP-ASI hendaknya dibuat dari bahan pangan yang murah dan mudah diperolah di daerah setempat (indegenous food) (Yuliarti, 2010).
2
Bayi merupakan individu yang berusia 0-12 bulan yang ditandai dengan pertumbuhan dan perkembangan yang cepat (Wong, 2008). Menurut Nursalam, dkk (2008) mengatakan bahwa tahapan pertumbuhan pada masa bayi dibagi menjadi masa neonatus dengan usia 0-28 hari dan masa pasca neonatus dengan usia 29 hari-12 bulan. Usia 7-12 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat, sehingga kerap diistilahkan sebagai periode emas sekaligus periode kritis. Periode emas dapat diwujudkan apabila pada masa ini bayi dan anak memperoleh asupan gizi yang sesuai untuk tumbuh kembang optimal. Sebaliknya, apabila bayi dan anak pada masa ini tidak memperoleh makanan sesuai kebutuhan gizinya, maka periode emas akan berubah menjadi periode kritis yang akan mengganggu tumbuh kembang bayi dan anak, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya (Adriana, 2011). Masa bayi merupakan bulan pertama kehidupan kritis karena bayi akan mengalami adaptasi terhadap lingkungan, perubahan sirkulasi darah, serta mulai berfungsinya organ-organ tubuh, dan pada pasca neonatus bayi akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat cepat (Perry & Potter, 2008). Perkembangan merupakan bertambah sempurnanya fungsi alat tubuh yang dapat dicapai melalui tumbuh kematangan dan belajar (Wong, 2008). Tumbuh kembang merupakan salah satu proses yang harus dilalui dalam kehidupan anak. Bayi umur 7 sampai 12 bulan kemampuan tumbuh kembang lebih terlihat karena anak lebih banyak bereksplorasi (Hurlock, 2008). Perkembangan pada bayi mencakup perkembangan motorik halus, motorik masar, bahasan dan perilaku atau adaptasi sosial (Hidayat, 2008). Anak yang berada pada periode bayi perkembangannya berlangsung cepat terutama pada aspek kognitif, motorik dan sosial serta pembentukan rasa percaya diri (Supartini, 2008). Perkembangan motorik halus pada bayi usia 7-12 bulan adalah mencari atau meraih benda kecil, bila diberi kubus mampu memindahkan, mengambil, memegang dengan telunjuk dan ibu jari, membenturkannya serta meletakkan benda atau kubus ketempatnya (Hidayat, 2008). Tidak semua anak berkembang sesuai dengan usianya. Ada bayi yang mengalami hambatan atau kelainan, misalnya bayi berusia lima bulan yang bersikap seperti anak usia empat bulan, kepandaiannya seperti anak tiga bulan dan perkembangan motorik halusnya sama dengan perkembangan motorik anak usia empat bulan. Contoh lainnya, perkembangan bahasa seorang anak sangat baik mendekati kemampuan anak berusia tujuh bulan namun perkembangan emosi dan sosialnya seperti anak usia empat bulan (Sudono, 2006). Gangguan atau hambatan pada masa ini memberikan dampak pada masa depan anak (Kasdu, 2014). Proses tumbuh kembang bayi akan mengalami siklus yang berbeda pada kehidupannya. Peristiwa tersebut dapat secara cepat maupun lambat tergantung pada individu atau lingkungannya. Proses percepatan atau perlambatan perkembangan anak dapat dipengaruhi oleh faktor herediter, lingkungan dan hormonal. Faktor herediter merupakan faktor yang dapat diturunkan sebagai dasar dalam mencapai perkembangan anak, meliputi bawaan, jenis kelamin, ras dan suku bangsa. Lingkungan prenatal merupakan lingkungan kandungan, mulai dari konsepsi sampai lahir yang meliputi gizi pada waktu ibu hamil, zat kiia dan hormonal. Lingkungan prenatal diantaranya budaya lingkungan, sosial ekonomi, status kesehatan dan gizi (Hidayat, 2008).
3
Gizi merupakan salah satu komponen yang penting dalam menunjang perkembangan anak. Nutrisi memiliki unsur yang dibutuhkan oleh tubuh bagi perkembangan seperti protein, karbohidrat, lemak, mineral dan air. Kebutuhan nutrisi yang terhambat akan menghambat perkembangan (Hidayat, 2008). Bayi setelah melewati usia enam bulan (masa ASI eksklusif) membutuhkan tambahan nutrisi berupa makanan pendamping ASI yang sesuai dengan bebutuhan gizi bayi (Prabaningrum, 2009). Makanan pendamping ASI bukanlah makanan pengganti ASI. Makanan ini sebaiknya diberikan setelah bayi berumur 7 bulan (Prabantini, 2010). Makanan pendamping ASI diberikan secara bertahap mulai dari bentuk cair yang dilanjutkan agak kental sampai menjadi makanan padat. Komposisi yang perlu diperhatikan diantaranya mengandung sumber hidrat arang seperti beras, kentang mi, tepung. Mengandung seumber protein seperti daging, ikan, ayam, telur kacang-kacangan, tahu dan tempe (Soenardi, 2014). Makanan pendamping ASI (MP-ASI) dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu MP-ASI yang merupakan hasil pengolahan pabrik atau disebut dengan MPASI pabrikan (commercial complementary food) dan perpustakaan.MP-ASI yang diolah di rumah tangga atau disebut dengan MP-ASI lokal (home-made baby food). Pemberian MP-ASI hendaknya dibuat dari bahan pangan yang murah dan mudah diperoleh di daerah setempat (indigenous food) (Yuliarti, 2010). Hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada bulan April 2016 diperoleh data jumlah bayi usia 7-12 bulan sebanyak 54 orang. Hasil pengukuran variabel pemberian MP ASI menggunakan kuesioner yang disusun oleh peneliti dan perkembangan motorik kasar bayi yang diukur dengan menggunakan Tes Denver II terhadap 6 orang bayi yang berusia 9 bulan dan ibu bayi diperoleh 4 bayi menunjukkan perkembangan motorik kasarnya bayi suspect dimana 3 orang diberikan MP ASI tepat waktu dan seorang bayi tidak tepat waktu. Diperoleh 2 bayi menunjukkan perkembangan motorik kasar bayi normal dimana seorang bayi diberikan MP ASI tepat waktu dan seorang bayi tidak tepat waktu. Rumusan Masalah Adakah hubungan pemberian makanan pendamping ASI dengan perkembangan motorik kasar bayi usia 7-12 bulan di Desa Candirejo Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang?. Hipotesis Ada hubungan pemberian makanan pendamping ASI dengan perkembangan motorik kasar bayi usia 7-12 bulan di Desa Candirejo Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang. METODE PENELITIAN Populasi dalam penelitian ini adalah bayi usia 7-12 bulan yang lahir di Desa Candirejo Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang yaitu sebanyak 54 bayi (data bulan Maret 2016) dengan menggunakan teknik total sampling
4
HASIL PENELITIAN Karakteristik Responden Tabel 1 Karakteristik Responden Karakteristik (f) Umur Remaja akhir 21 Dewasa awal 29 Dewasa akhir 4
(%) 38,9 53,7 7,4
Pendidikan Dasar Atas Tinggi
7 45
13,0 83,3
2
3,7
Pekerjaan IRT Swasta Wiraswasta PNS
29 18 4
53,7 33,3 7,4
3
5,6
Paritas Primipara Multipara
14
25,9
40
74,1
Jenis kelamin bayi Perempuan Laki-laki
26
48,1
28
51,9
Berdasarkan Tabel 1 menunjukkan bahwa umur ibu bayi usia 7-12 bulan sebagian besar dewasa awal (53,7%), berpendidikan atas (83,3%), karyawan swasta (53,7%) ibu multipara (74,1%) dan bayi usia 7-12 bulan berjenis kelamin laki-laki (51,9%).
Pemberian Makanan Pendamping ASI Tabel 2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pemberian Makanan Pendamping ASI Pemberian MP ASI (f) (%) Tidak tepat waktu 35 64,8 Tepat waktu 19 35,2 Jumlah 54 100,0 Berdasarkan Tabel 2 menunjukkan bahwa pemberian makanan pendamping ASI pada bayi usia 7-12 bulan di Desa Candirejo Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang sebagian besar kategori tidak tepat waktu yaitu sebanyak 35 orang (64,8%). 5
Perkembangan Motorik Kasar Tabel 3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Perkembangan Motorik Kasar Perkembangan (f) (%) Motorik Kasar Suspect 18 33,3 Normal 36 66,7 Jumlah 54 100,0 Berdasarkan Tabel 4 menunjukkan bahwa perkembangan motorik kasar bayi usia 7-12 bulan di Desa Candirejo Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang sebagian besar normal yaitu sebanyak 36 responden (66,7%). Hubungan Pemberian Makanan Pendamping ASI dengan Perkembangan Motorik Kasar Bayi Usia 7-12 Bulan Tabel 4 Hubungan Pemberian Makanan Pendamping ASI dengan Perkembangan Motorik Kasar Bayi Usia 7-12 bulan di Desa Candirejo Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang Perkembangan Motorik Kasar Pemberian Makanan p value Suspect Normal Total χ2 Pendamping ASI F % F % F % 17 48,6 18 51,4 35 100,0 8,536 0,003 Tidak tepat waktu 1 5,3 18 94,7 19 100,0 Tepat waktu Jumlah 18 33,3 36 66,7 54 100,0 Berdasarkan hasil analisis hubungan pemberian makanan pendamping ASI dengan perkembangan motorik kasar bayi usia 7-12 bulan di Desa Candirejo Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang, diperoleh hasil bahwa bayi yang diberikan MP ASI kategori tidak tepat waktu sebanyak 35 orang dimana sebagian besar perkembangan motorik kasarnya kategori normal yaitu sebanyak 18 bayi (51,4%) lebih banyak dari pada kategori suspect yaitu sebanyak 17 orang (48,6%). Bayi yang diberikan MP ASI kategori tepat waktu sebanyak 19 orang dimana sebagian besar perkembangan motorik kasarnya kategori normal yaitu sebanyak 18 bayi (94,7%) lebih banyak dari pada kategori suspect yaitu sebanyak 1 orang (5,3%). Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi square didapatkan p value sebesar 0,003 (α = 0,05), maka dapat disimpulkan ada hubungan pemberian makanan pendamping ASI dengan perkembangan motorik kasar bayi usia 7-12 bulan di Desa Candirejo Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang.
6
PEMBAHASAN Pemberian Makanan Pendamping ASI Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian makanan pendamping ASI pada bayi usia 7-12 bulan di Desa Candirejo Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang kategori tidak tepat waktu yaitu sebanyak 35 orang (64,8%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang memberikan MP ASI tidak tepat waktu sebanyak 35 orang dimana sebagian besar memberikan pada bulan ke 3 yaitu sebanyak 23 orang (65,7%), pada bulan ke 4 yaitu sebanyak 5 orang (14,3%), pada bulan ke 2 yaitu sebanyak 4 orang (11,4%), pada bulan ke 1 yaitu sebanyak 2 orang (5,7%). Hal tersebut menunjukan bahwa sebagian besar responden memberikan MP ASI ketika bayi berusia 3 bulan. Makanan pendamping ASI merupakan makanan tambahan yang diberikan kepada bayi setelah bayi berusia 6 bulan sampai bayi berusia 24 bulan. Peranan makanan pendamping ASI bukan untuk menggantikan ASI melainkan hanya melengkapi ASI (Waryana, 2010). Deklarasi innoceti tentang perlindungan, promosi dan dukungan pada pemberian ASI antara perwakilan WHO dan UNICEF pada tahun 1991, pemberian makanan bayi yang optimal adalah pemberian ASI eksklusif mulai dari saat lahir hingga usia 4-6 bulan dan terus berlanjut hingga tahun kedua kehidupannya. Makanan tambahan yang tepat waktu baru diberikan ketika bayi berusia sekitar 7 bulan. Selanjutnya WHO menyelenggarakan konvensi expert panel meeting yang meninjau lebih dari 3000 makalah riset dan menyimpulkan bahwa periode 6 bulan merupakan usia bayi yang optimal untuk pemberian ASI eksklusif (Gibney, 2009). Pemberian makanan pendamping ASI pada bayi usia 7-12 bulan di Desa Candirejo Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang kategori tidak tepat waktu disebabkan oleh faktor perkerjaan ibu Pekerjaan merupakan mata pencaharian sehari-hari dari seseorang untuk mencari uang dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Pekerjaan berperan besar terhadap seseorang melakukan tindakan pemberian makanan tambahan pendamping ASI (MPASI). Menurut Lestari (2013), variabel status pekerjaan ibu merupakan faktor yang bersifat memproteksi, artinya ibu yang tidak bekerja akan lebih mendukung dalam pemberian ASI ekslusif dibandingkan ibu yang bekerja. Hal ini dikarenakan ibu yang tidak melakukan pekerjaan di luar rumah (IRT) akan memiliki banyak waktu dan kesempatan untuk menyusui bayinya dibandingkan dengan ibu yang bekerja di luar rumah. Selain itu ibu yang tidak memberikan ASI Esklusif disebabkan oleh anggapan salah tentang ASI eksklusif, ibu juga merasa khawatir bahwa dengan menyusui akan merubah bentuk payudara menjadi jelek, dan takut badan akan menjadi gemuk. Alasan inilah ibu memberikan makanan pendamping ASI, karena ibu merasa ASI nya tidak mencukupi kebutuhan gizi bayinya sehingga ibu memilih susu formula hal ini juga terkadang terjadi pada ibu IRT (Roesli, 2009). Perkembangan Motorik Kasar Hasil penelitian menunjukkan bahwa perkembangan motorik kasar bayi usia 7-12 bulan di Desa Candirejo Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang kategori normal yaitu sebanyak 35 responden (66,7%). Hal isni dapat dilihat dari hasil yang telah didapatkan dari setiap perkembangan bayi normal tidak ada
7
keterlambatan dan maksimum dari satu kewaspadaan yang akan melewati satu tahap sebelum ia bisa melewati tahapan selanjutnya. misalnya bayi usia 12 bulan sudah bisa melakukan gerakan seimbang, mengangkat kepala, kepala terangkatangkat, duduk kepala tegak, menumpuh beban pada kaki, dada terangkat menumpuh satu lengan, membalik, bangkit kepala tegak, duduk tanpa pegangan, berdiri dengan pegangan, bangkit untuk berdiri, bangkit terus duduk, berdiri 2 detik, berdiri sendiri, membungkuk lalu berdiri, berjalan dengan baik. Karena itu perkembangan awal bayi ini merupakan masa kritis karena akan menentukan perkembangan selanjutnya. Perkembangan motorik kasar bayi usia 7-12 bulan di Desa Candirejo Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang kategori normal dimungkinkan didukung oleh faktor pendidikan ibu yang baik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perkembangan motorik kasar bayi usia 7-12 bulan di Desa Candirejo Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang kategori normal sebanyak 36 anak dimana sebagian besar pendidikan ibu tamat SMA yaitu sebanyak 29 orang (80,6%) lebih banyak dari pada tamat SMP yaitu sebanyak 6 orang (16,7%) dan tamat S1 yaitu sebanyak 1 orang (2,8%). Semakin tinggi pendidikan ibu maka semakin aktif dalam menggali informasi termasuk diantaranya informasi yang berkaitan dengan perkembangan motorik kasar anak. Mereka akan menggali informasi tentang perkembangan motorik kasar anak termasuk stimulasi yang dapat dilakukan. Semakin banyak informasi yang dikumpulkan maka semakin baik pengetahuan mereka tentang stimulasi bagi perkembangan motorik kasar anak yang pada akhirnya meningkatkan perilaku mereka dalam memberikan stimulasi bagi perkembangan motorik kasar anak. Proses tumbuh kembang seorang anak dipengaruhi oleh banyak faktor, dimana faktor-faktor tersebut akan saling berhubungan dengan proses perkembangan baik secara langsung maupun tidak langsung. Salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan seorang anak adalah ibu, kondisi ibu pada saat mengasuh anaknya mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap tumbuh kembang seorang anak. Dimana latar belakang pendidikan ibu berakumulasi dalam membentuk perkembangan seorang anak (Anwar, 2005). Semakin tingginya tingkat pendidikan pada perempuan menimbulkan kesadaran untuk mengembangkan potensi diri dengan cara mengaktualisasikannya dalam bentuk membimbing anak dalam mendukung tumbuh kembangnya termasuk motorik kasar (Gunarasa, 2008). Hubungan Pemberian Makanan Pendamping ASI dengan Perkembangan Motorik Kasar Bayi Usia 7-12 Bulan Berdasarkan hasil analisis hubungan pemberian makanan pendamping ASI dengan perkembangan motorik kasar bayi usia 7-12 bulan di Desa Candirejo Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang, diperoleh hasil bahwa bayi yang diberikan MP ASI kategori tidak tepat waktu sebanyak 35 orang dimana perkembangan motorik kasarnya kategori normal yaitu sebanyak 36 bayi (66,7%). Bayi yang diberikan MP ASI kategori tidak tepat waktu dimana perkembangan motorik kasarnya kategori normal dimungkinkan karena faktor stimulasi yang diberikan orang tua. Pemberian stimulasi pada tiga tahun pertama kehidupan anak merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan anak karena tiga tahun pertama otak
8
merupakan organ yang sangat pesat pertumbuhan dan perkembangan. Stimulasi merupakan hal yang sangat penting dalam perkembangan anak, karena anak yang mendapatkan stimulasi yang terarah akan berkembang lebih cepat dan baik dibanding dengan anak yang kurang atau sama sekali tidak mendapatkan stimulasi. Stimulasi juga dapat berfungsi sebagai penguat yang bermanfaat bagi perkembangan anak, termasuk perhatian dan kasih sayang dari orang tua. Peran orang tua mempengaruhi perkembangan motorik anak. Orang tua yang memberikan stimulasi dini maka kemampuan motorik anak berkembang dengan baik. Sedangkan orang tua yang sibuk bekerja mempunyai waktu yang sedikit untuk menstimulasi anak berkembang secara optimal (Soetjiningsih, 2006). Berdasarkan hasil analisis hubungan pemberian makanan pendamping ASI dengan perkembangan motorik kasar bayi usia 7-12 bulan di Desa Candirejo Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang, diperoleh hasil bahwa bayi yang diberikan MP ASI kategori tidak tepat waktu sebanyak 35 orang dimana perkembangan motorik kasarnya kategori suspect yaitu sebanyak 18 orang (33,3%). Bayi yang diberikan MP ASI kategori tidak tepat waktu dimana perkembangan motorik kasarnya kategori suspect dimungkinkan karena faktor penyakit yang pernah diderita bayi. Penyakit kronis atau kelainan congenital tuberkolosis, anemia, kelainan jantung bawaan mengakibatkan retardasi pertumbuhan jasmani. Retardasi mental adalah suatu keadaan perkembangan mental yang terhenti atau tidak lengkap, ditandai oleh adanya kelemahan (impairment) keterampilan atau kecakapan (skills) selama masa perkembangan sehingga berpengaruh pada semua tingkat intelegensia, yaitu kemampuan kognitif, bahasa, motorik, dan sosial (Wiekke, 2007). Berdasarkan hasil analisis hubungan pemberian makanan pendamping ASI dengan perkembangan motorik kasar bayi usia 7-12 bulan di Desa Candirejo Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang, diperoleh hasil bayi yang diberikan MP ASI kategori tepat waktu sebanyak 19 orang dimana perkembangan motorik kasarnya kategori normal yaitu sebanyak 18 bayi (94,7%). Bayi yang diberikan MP ASI kategori tepat waktu dimana perkembangan motorik kasarnya kategori normal dimungkinkan karena faktor gizi bayi yang baik. Masa bayi merupakan periode penting dalam tumbuh kembang bayi karena pertumbuhan dasar yang berlangsung pada masa balita akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan bayi selanjutnya. Seperti diketahui bahwa tiga tahun (baduta) pertama merupakan periode keemasan (golden period), yaitu terjadi optimalisasi proses tumbuh kembang (Risma, 2013). Bayi dalam pertumbuhan dan perkembangan memerlukan zat gizi agar proses pertumbuhan dan perkembangan berjalan dengan baik. Zat-zat gizi yang dikonsumi bayi akan berpengaruh pada status gizi bayi. Perbedaan status gizi bayi memiliki pengaruh yang berbeda pada setiap perkembangan bayi, apabila gizi seimbang yang dikomsumsi tidak terpenuhi, pencapaian pertumbuhan dan perkembangan bayi terutama perkembangan motorik yang baik akan terhambat (Wiekke, 2007). Nutrisi yang adekuat diperlukan untuk mencapai tumbuh kembang yang baik. Makanan yang kurang baik secara kualitas maupun kuantitas akan menyebabkan gizi kurang. Keadaan gizi kurang dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan, khusus pada perkembangan dapat mengakibatkan perubahan struktur dan fungsi otak. Otak manusia mengalami
9
perubahan struktural dan fungsional yang luar biasa antara minggu ke-24 sampai minggu ke-42 setelah konsepsi. Perkembangan ini berlanjut saat setelah lahir hingga usia 2 atau 3 tahun, periode tercepat usia 6 bulan pertama kehidupan. Dengan demikian pertumbuhan sel otak berlangsung sampai usia 3 tahun (Michael, 2008). Gizi merupakan salah satu komponen yang penting dalam menunjang keberlangsungan proses pertumbuhan dan perkembangan. Apabila kebutuhan nutrisi seseorang tidak atau kurang terpenuhi maka dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan (Hidayat, 2008). Berdasarkan hasil analisis hubungan pemberian makanan pendamping ASI dengan perkembangan motorik kasar bayi usia 7-12 bulan di Desa Candirejo Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang, diperoleh hasil bayi yang diberikan MP ASI kategori tepat waktu sebanyak 19 orang dimana perkembangan motorik kasarnya kategori suspect yaitu sebanyak 1 orang (5,3%). Bayi yang diberikan MP ASI kategori tepat waktu dimana perkembangan motorik kasarnya kategori suspect dimungkinkan karena faktor pola asuh orang tua yang tidak tepat. Menurut Anwar (2012) agar keluarga atau orang tua mampu melakukan fungsinya dengan baik maka orang tua perlu memahami tingkat perkembangan anak, menilai pertumbuhan dan perkembangan anak serta mempunyai motivasi yang kuat untuk memajukan tumbuh kembang anaknya dengan cara memberi pola pengasuhan yang baik terhadap anak. Gerakan motorik terdiri dari tiga komponen besar yaitu reseptor sensorik, otak dan alat gerak. Tiap rangsangan yang diterima oleh reseptor diteruskan ke otak melalui saraf sensorik setelah itu otak mengambil suatu keputusan untuk melakukan tindakan melalui saraf motorik (Tandyo, 2012). Kesempatan untuk menggerakkan semua bagian tubuh, rangsangan dan dorongan kepada anak mempercepat tercapainya kemampuan motorik. Perkembangan motorik yang abnormal dapat disebabkan karena kurangnya kesempatan untuk berlatih menggunakan anggota tubuhnya, adanya perlindungan yang berlebihan (Hurlock, 2009). Adapun pola asuh yang menghambat atau pola asuh yang kurang tepat adalah pola asuh otoriter dimana anak tidak mempunyai hak untuk mengetahui mengapa peraturan-peraturan dibuat dan tidak memperoleh kesempatan mengemukakan pendapatnya sendiri bila ia menganggap bahwa peraturan itu tidak adil (Hurlock, 2009). Setiap orang tua mencoba menghargai kemampuan anak secara langsung pada waktu anak bertingkah laku (Djiwardono, 2012). Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi square didapatkan pvalue sebesar 0,040 (α = 0,05), maka dapat disimpulkan ada hubungan pemberian makanan pendamping ASI dengan perkembangan motorik kasar bayi usia 7-12 bulan di Desa Candirejo Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang. Bayi merupakan individu yang berusia 0-12 bulan yang ditandai dengan pertumbuhan dan perkembangan yang cepat (Wong, 2008). Menurut Nursalam, dkk (2008) mengatakan bahwa tahapan pertumbuhan pada masa bayi dibagi menjadi masa neonatus dengan usia 0-28 hari dan masa pasca neonatus dengan usia 29 hari-12 bulan. Usia 7-12 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat, sehingga kerap diistilahkan sebagai periode emas sekaligus periode kritis. Periode emas dapat diwujudkan apabila pada masa ini bayi dan anak memperoleh asupan gizi yang tepat waktu untuk tumbuh kembang optimal. Sebaliknya, apabila bayi dan anak pada masa ini tidak memperoleh makanan tepat waktu kebutuhan gizinya, maka periode emas akan
10
berubah menjadi periode kritis yang akan mengganggu tumbuh kembang bayi dan anak, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya (Adriana, 2011). Masa bayi merupakan bulan pertama kehidupan kritis karena bayi akan mengalami adaptasi terhadap lingkungan, perubahan sirkulasi darah, serta mulai berfungsinya organ-organ tubuh, dan pada pasca neonatus bayi akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat cepat (Perry &Potter, 2008). Perkembangan merupakan bertambah sempurnanya fungsi alat tubuh yang dapat dicapai melalui tumbuh kematangan dan belajar (Wong, 2008). Tumbuh kembang merupakan salah satu proses yang harus dilalui dalam kehidupan anak. Bayi umur 7 sampai 12 bulan kemampuan tumbuh kembang lebih terlihat karena anak lebih banyak bereksplorasi (Hurlock, 2008). Perkembangan pada bayi mencakup perkembangan motorik halus, motorik kasar, bahasan dan perilaku atau adaptasi sosial (Hidayat, 2008). Anak yang berada pada periode bayi perkembangannya berlangsung cepat terutama pada aspek kognitif, motorik dan sosial serta pembentukan rasa percaya diri (Supartini, 2008). Perkembangan motorik halus pada bayi usia 7-12 bulan adalah mencari atau meraih benda kecil, bila diberi kubus mampu memindahkan, mengambil, memegang dengan telunjuk dan ibu jari, membenturkannya serta meletakkan benda atau kubus ketempatnya (Hidayat, 2008). Tidak semua anak berkembang tepat waktu dengan usianya. Ada bayi yang mengalami hambatan atau kelainan, misalnya bayi berusia lima bulan yang bersikap seperti anak usia empat bulan, kepandaiannya seperti anak tiga bulan dan perkembangan motorik halusnya sama dengan perkembangan motorik anak usia empat bulan. Contoh lainnya, perkembangan bahasa seorang anak sangat baik mendekati kemampuan anak berusia tujuh bulan namun perkembangan emosi dan sosialnya seperti anak usia empat bulan (Sudono, 2006). Gangguan atau hambatan pada masa ini memberikan dampak pada masa depan anak (Kasdu, 2014). Proses tumbuh kembang bayi akan mengalami siklus yang berbeda pada kehidupannya. Peristiwa tersebut dapat secara cepat maupun lambat tergantung pada individu atau lingkungannya. Proses percepatan atau perlambatan perkembangan anak dapat dipengaruhi oleh faktor herediter, lingkungan dan hormonal. Faktor herediter merupakan faktor yang dapat diturunkan sebagai dasar dalam mencapai perkembangan anak, meliputi bawaan, jenis kelamin, ras dan suku bangsa. Lingkungan prenatal merupakan lingkungan kandungan, mulai dari konsepsi sampai lahir yang meliputi gizi pada waktu ibu hamil, zat kiia dan hormonal. Lingkungan prenatal diantaranya budaya lingkungan, sosial ekonomi, status kesehatan dan gizi (Hidayat, 2008). Gizi merupakan salah satu komponen yang penting dalam menunjang perkembangan anak. Nutrisi memiliki unsur yang dibutuhkan oleh tubuh bagi perkembangan seperti protein, karbohidrat, lemak, mineral dan air. Kebutuhan nutrisi yang terhambat akan menghambat perkembangan (Hidayat, 2008). Bayi setelah melewati usia enam bulan (masa ASI eksklusif) membutuhkan tambahan nutrisi berupa makanan pendamping ASI yang tepat waktu dengan bebutuhan gizi bayi (Prabaningrum, 2009). Makanan pendamping ASI bukanlah makanan pengganti ASI. Makanan ini sebaiknya diberikan setelah bayi berumur 6 bulan (Prabantini, 2010). Makanan pendamping ASI diberikan secara bertahap mulai dari bentuk cair yang dilanjutkan agak kental sampai menjadi makanan padat. Komposisi yang perlu
11
diperhatikan diantaranya mengandung sumber hidrat arang seperti beras, kentang mi, tepung. Mengandung seumber protein seperti daging, ikan, ayam, telur kacang-kacangan, tahu dan tempe (Soenardi, 2014). Makanan pendamping ASI (MP-ASI) dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu MP-ASI yang merupakan hasil pengolahan pabrik atau disebut dengan MPASI pabrikan (commercial complementary food) dan perpustakaan.MP-ASI yang diolah di rumah tangga atau disebut dengan MP-ASI lokal (home-made baby food). Pemberian MP-ASI hendaknya dibuat dari bahan pangan yang murah dan mudah diperoleh di daerah setempat (indigenous food) (Yuliarti, 2010). PENUTUP Kesimpulan 1. Gambaran pemberian makanan pendamping ASI pada bayi usia 7-12 bulan di Desa Candirejo Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang sebagian besar kategori tidak tepat waktu yaitu sebanyak 35 orang (64,8%). 2. Gambaran responden berdasarkan perkembangan motorik kasar bayi usia 7-12 bulan di Desa Candirejo Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang sebagian besar normal yaitu sebanyak 36 responden (66,7%). 3. Ada hubungan makanan pendamping ASI dengan perkembangan motorik kasar bayi usia 7-12 bulan di Desa Candirejo Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang, dengan p value sebesar 0,003 (α = 0,05). Saran Sebaiknya ibu bayi menambah wawasan dan pemahaman tentang pemberian MP ASI dan perkembangan anak khususnya motorik kasar diantaranya dengan menggali informasi melalui tenaga kesehatan, mengikuti seminar atau literature yang berkaitan dengan masalah tersebut sehingga pertumbuhan dan perkembangan anak dapat berjalan dengan normal. DAFTAR PUSTAKA Adriana, (2011). Tumbuh Kembang dan Therapy Bermain pada Anak. Jakarta: Salemba Medika. Amalia, (2006). Makanan Tepat untuk Balita. Depok: Kawan. Pustaka Azwar, (2010). Sikap Manusia teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka. Pelajar. Dahlan, (2010). Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel. Jakarta: Salemba Medika Depkes RI, (2010). Rencana Strategis Kementerian Kesehatan. Tahun 2010-2014. Jakarta. Friedmen, (2008). Keperawatan Keluarga : Teori Dan Praktik (edisi 3). Jakarta : Penerbit buku kedokteran EGC Gibney, (2009). Gizi Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC. Hastono, (2007). Analisa Data Kesehatan. Jakarta : FKM. UI Hidayat, (2008). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan, Jakarta: Salemba Medika Hurlock, (2008). Psikologi Perkembangan, Jakarta : Erlangga.
12
IDAI, (2012). Buku Ajar Gastroenterologi – Hepatologi . Jilid 1 cetakan ketiga. Jakarta : Badan Penerbit IDAI . Pp:87-133 Ilyas, (2011). Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta: Salemba Medika Kasdu, (2014). Gizi Ibu Hamil agar Bayi Cerdas, Jakarta : PT. Rineka Cipta KBBI, (2006). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Notoatmodjo, (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta : Rineka Cipta Nursalam, dkk, (2008). Asuhan Keperawatan Bayi dan. Anak (untuk Perawat dan Bidan), Jakarta : Salemba Medika Perry & Potter, (2008). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, dan. Praktik. Edisi 4 volume 1. Jakarta : EGC. Prabaningrum, (2009). Seri Makanan Pendamping ASI 35 Resep Hidangan. Bergizi Untuk Balita. Jakarta : Wahyu Media Prabantini, (2010). A to Z Makanan Pendamping ASI.Yogyakarta : Penerbit Andi Pusponegoro, (2008). Standart Pelayanan Medis Kesehatan Anak . Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Risma, (2013). Perkembangan anak (edisi keenam). Jakarta : Erlangga. Roesli (2012. Mengenal ASI Exklusif. Jakarta : Pustaka Pengembangan Swadaya. Nusantara. Sarwono, (2013). Psikologi Remaja. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Satoto, 2012. Komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) gizi lebih sebagai bagian dari KIE gizi ganda Dalam M.A. Rifai (Ed), Prosiding Widya Karya. Nasional Setiawan dan Saryono, (2010). Metodologi Penelitian kebidanan. Jakarta : Nuha Medika. Soenardi, (2014). Gizi Seimbang Untuk Bayi & Balita. Jakarta:Prima Media. Pustaka. Sudono, (2006). Komposisi Susu. Yogyakarta: Gramedia Pustaka. Sugiyono, (2009). Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung : Alfabeta Suharjo (2008). Sosio Budaya Gizi, Bogor : IPB Sulistyoningsih (2011). Gizi Untuk Kesehatan Ibu dan Anak. Yogyakarta: Graha Ilmu Sumardiono, (2007). Buku Pintar ASI Eksklusif. Yogyakarta : Diva Press. Waryana, (2010). Gizi Reproduksi. Yogyakarta : Pustaka Rihama Wiknjosastro, (2008). Asuhan Persalinan Normal. Jakarta : JNPK- KR Wong, (2008). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Volume 2. Jakarta: EGC. Yuliarti, (2010). Keajaiban ASI, Makanan Terbaik untuk Kesehatan,. Kecerdasan dan Kelincahan Si Kecil. Yogyakarta : Penerbit Andi.
13