Hubungan Antara Kebiasaan Merokok dengan Kadar COHb pada Pasien Penyakit Paru di BKPM Wilayah Ambarawa Septaviani Astika Sari*), Auly Tarmali**), Puji Pranowowati**) *)
Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat STIKES Ngudi Waluyo
**)
Staf Pengajar Program Studi Kesehatan Masyarakat STIKES Ngudi Waluyo
ABSTRACT
The habit of smoking is a major factor that accelerates the increase in COHb levels due to carbon monoxide (CO) generated from cigarette smoke can cause >50% of CO binds to hemoglobin (Hb) becomes carboksihemoglobin (COHb) so that inhibits the function of hemoglobin (Hb) to bind Oxygen. While, the normal level of carboksihemoglobin (COHb) is <1%.The purpose of this research is to know the correlation the correlation between smoking habit with carboksihemoglobin (cohb) levels in lung disease patients at BKPM region Ambarawa. The research of design used analytic with cross sectional approach. The population in this research were all patients of pulmonary diseases in BKPM Ambarawa as many as 355 respondents with the sample as many as 78 respondents who were taken by accidental sampling. Instrument of data collection used questionnaires and Micro CO or the Analyze of Smoke Check, it was analyzed univariately and bivariately with Fisher Exact test (α =0,05). The results of research show that most of patients have smoking habit as many as 69,2 % and almost of them have abnormal levels of COHb as many as 84,6%. The results of research with Fisher Exact test show that there is a correlation between smoking habits (p =0,0001) with COHb levels. Patients with abnormal levels of COHb is expected to reduce cigarette consumption because it is a high contribution against COHb levels in lung disease patients.
Keywords
: Smoking Habit, COHb levels
ABSTRAK
Kebiasaan merokok adalah faktor utama yang mempercepat peningkatan kadar COHb karena karbonmonoksida (CO) yang dihasilkan dari asap rokok dapat menyebabkan >50% berikatan dengan hemoglobin (Hb) darah menjadi carboksihemoglobin (COHb) sehingga menghambat fungsi dari hemoglobin (Hb) untuk mengikat oksigen. Sedangkan untuk kadar normal carboksihemoglobin (COHb) sebesar <1%. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hubungan kebiasaan merokok dengan kadar COHb pada pasien penyakit paru.
HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK DENGAN KADAR COHb PADA PASIEN PENYAKIT PARU DI BKPM WILAYAH AMBARAWA 1
Desain penelitian yang digunakan adalah analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini semua pasien penyakit paru di BKPM Wilayah Ambarawa sebanyak 355 responden demean sampel sebanyak 78 responden yang diambil secara purposive sampling. Alat pengumpulan data menggunakan kuesioner dan Micro CO atau Smoke Check Analyze, dianalisis secara univariat dan bivariat dengan uji Fisher Exact (α=0,05). Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar pasien mempunyai kebiasaan merokok sebesar 69,2 % dan hampir seluruh dari responden kadar COHbnya tidak normal yaitu 84,6%. Hasil uji Fisher Exact test menunjukkan bahwa ada hubungan antara kebiasaan merokok (p=0,0001) dengan kadar COHb pada pasien penyakit paru di BKPM Wilayah Ambarawa. Pasien dengan kadar COHb tidak normal diharapkan dapat mengurangi konsumsi rokok karena kebiasaan merokok merupakan kontribusi tinggi terhadap kadar COHb padapasien, terutama pasien penyakit paru.
Kata Kunci
: Kebiasaan Merokok, Kadar COHb
Menurut data Departemen Kesehatan
PENDAHULUAN Kebiasaan
merupakan
RI (2010) melaporkan adanya hubungan
masalah penting dewasa ini.Rokok oleh
kausal antara penggunaan rokok dengan
sebagian orang sudah menjadi kebutuhan
terjadinya berbagai penyakit kanker, penyakit
hidup yang tidak bisa ditinggalkan dalam
jantung, penyakit sistem pernapasan, penyakit
kehidupan sehari-hari.
merokok
1
gangguan reproduksi dan kehamilan. Risiko
Indonesia menempati urutan ke 5
berbagai penyakit tersebut disebabkan pada
negara pengkonsumsi rokok terbanyak dan
setiap batang rokok yang mengandung lebih
urutan ke 3 negara dengan jumlah perokok
dari 4.000 bahan kimia toksik dan 43 bahan
terbanyak di dunia. Departemen Kesehatan
penyebab kanker.3
Indonesia menyatakan sebanyak 10 % atau
Pajanan rokok yang terus menerus
sekitar 200.000 jiwa dari total kematian di
menyebabkan perubahan pada mukosa jalan
Indonesia disebabkan oleh rokok. Hal ini
napas pada pasien penyakit paru yang
penting karena lebih dari 85% perokok di
merupakan akibat langsung zat–zat yang
Indonesia
terkandung
mengkonsumsi
rokok bersama
dalam
asap
rokok
tersebut.
anggota keluarganya di dalam rumah. Lebih
Perubahan pada jalan napas tersebut juga
dari 97 juta penduduk Indonesia terpajan asap
mengakibatkan perubahan secara mikroskopik
rokok setiap harinya dan 43 juta diantaranya
yang lebih rumit karena melibatkan banyak
adalah anak-anak.
2
sekali zat ataupun molekul. Salah satu cara yang
bisa
dilakukan
untuk
mengetahui
HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK DENGAN KADAR COHb PADA PASIEN PENYAKIT PARU DI BKPM WILAYAH AMBARAWA 2
perubahan tersebut yaitu dapat mendeteksi
mampu dibawa oleh hemoglobin karena
karbon monoksida yang telah terhisap ke
ikatan CO lebih kuat terhadap hemoglobin
dalam tubuh. Kadar konsentrasi karbon
daripada O2.5 Jika hal demikian terus-menerus
monoksida yang bisa terhisap ke dalam tubuh
terjadi
yaitu rata-rata sebesar 100 ppm (Parts Per
menyebabkan peningkatan kerusakan kapiler
Million).
karbon
darah (karena sudah terjadi obstruktif pada
monoksida yang kemudian dihisap oleh
saluran napas) sehingga plasma darah keluar
perokok paling rendah konsentrasi terendah
dan masuk ke paru-paru melalui kapiler yang
667 ppm dapat menyebabkan >50% karbon
rusak
monoksida berikatan dengan hemoglobin
penurunan fungsi paru, pernapasan tertekan,
(Hb)
hipoksia dan dispnea.
Rokok
darah
menghasilan
menjadi
COHb
sehingga
dalam
tersebut
jangka
panjang
sehingga
dapat
menyebabkan
menghambat fungsi dari Hb untuk mengikat
COHb dalam darah dapat diukur
oksigen (O2) dan dapat meningkatkan kadar
dalam tes nafas karbon monoksida, umumnya
COHb sebesar 2-6%.
1
dengan
COHb cukup stabil namun perubahan
menggunakan
monitor
napas
karbonmonoksida (CO napas monitor), atau
ini bisa reversibel atau dapat kembali ke
istilah
keadaan awal.COHb tidaklah efektif dalam
Check.Micro CO atauSmoke Check adalah
menghantarkan O2 di dalam sistem sirkulasi
alat diagnostik yang kuat untuk mengukur
atau transportasi darah.Karena itu beberapa
karbon monoksida alveolar dalam konsentrasi
bagian tubuh tidak mendapatkan oksigen yang
ppm dan presentase COHb. Alat ini berfungsi
cukup. Akibatnya paparan pada tingkat ini
sebagai indikator terutama pada perokok, alat
dapat membahayakan jiwa Sedangkan untuk
bantu klinis dalam menilai keracunan karbon
kadar normal COHb sebesar <1%.
4
COHb dengan konsentrasi tinggi yang
lainnya
Micro
CO
atau
Smoke
monoksida dan juga sebagai motivasi dan pendidikan atau indikasi rujukan konsultasi
disebabkan adanya CO dalam asap rokok
untuk
yang tinggi pula menyebabkan mukosa
keracunan karbon monoksida pada pasien,
saluran pernapasannya akan memproduksi
tindakan
mukus dalam jumlah yang besar. Fungsi
memberikan O2 sebanyak 95% dan CO2
saluran pernafasan yang terganggu akibat
sebanyak 5%.6
adanya bahan kimia asap rokok sehingga silia
berhenti
yang
merokok.
bisa
Jika
dilakukan
terjadi
adalah
Berdasarkan uraian di atas peneliti
kurang efektif dalam membersihkan mukosa
tertarikuntuk
menganalisis
hubungan
saluran pernapasan dan akibatnya terjadi
kebiasaan
peningkatan sensitifitas saluran pernapasan
kadarcarboksihemoglobin
pada perokok dapat muncul sebagai batuk,
pasien penyakit paru di BKPM wilayah
spasme laring, dan turunnya saturasi O2
Ambarawa. Manfaat dari penelitian ini adalah
dimana terjadi penurunan prosentase O2 yang
menambah wacana dan informasi ilmiah
merokok
dengan (COHb)
pada
HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK DENGAN KADAR COHb PADA PASIEN PENYAKIT PARU DI BKPM WILAYAH AMBARAWA 3
pembaca
mengenai
hubungan
kebiasaan
merokok dengan kadar COHb pada pasien.
HASIL DAN PEMBAHASAN Kebiasaan Merokok Tabel 1. Distribusi Frekuensi Kebiasaan
METODE PENELITIAN
Merokok pada Pasien Penyakit Paru di
Penelitian ini merupakan penelitian survey analitik dengan pendekatan cross sectional.Populasi
Terjangkau
BKPM Wilayah Ambarawa KebiasaanMerokok
Frekuensi
Persentase (%)
dalam
penelitian ini adalah rata-rata jumlah pasien
Ya
54
69,2
per bulan pada bulan Januari-Meitahun
Tidak
24
30,8
Total
78
100,0
2014yang memeriksakan dirinya ke BKPM Wilayah
Ambarawa
yang
mempunyai penyakit paru oleh dokter yaitu sebanyak355 pasien. Pengambilan sampel dilakukan dengan sistem purposive yaitu pengambilan berdasarkan
sampel
yang
pertimbangan
dilakukan
tertentu
oleh
peneliti sendiri.Kriteria penelitian ini adalah pasien yang didiagnosa oleh dokter menderita penyakit TBC dan pasien yang pernah menderita TBC dan dilaksanakan di BKPM Wilayah Ambarawa pada minggu ketiga sampai minggu keempatbulan Juni 2014. Dalam
penelitian
ini
menggunakanalat
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner(berisi tentang kebiasaan merokok) dan kadar COHb serta pengukuran kadar COHb menggunakan Micro CO atau Smoke Check Analyze dengan cara pasien meniup pipa corong yang ada pada alat tersebut kemudian nilai kadar COHb akan terlihat pada alat tersebut. Data dianalisis menggunakan uji statistic Fisher Exact Test dengan nilai p 0,0001.
Berdasarkan tabel 1 dapat di ketahui
didiagnosa
bahwa sebagian besar responden mempunyai kebiasaan
merokok
(69,2%).
Tingginya
kebiasaan merokok pada pasien penyakit paru di
BKPM
Wilayah
Ambarawa
dapat
dipengaruhi oleh adalah usia dan jenis kelamin. Dilihat dari variabel jenis kelamin menunjukkan
bahwa
hampir
seluruh
respondenberjenis kelamin laki-laki (85,9%). Hal ini menunjukan bahwa dimasyarakat orang laki-laki yang tidak merokok dianggap kurang jantan atau kurang berani ambil resiko, ada juga anggapan bahwa seorang anak gadis atau perempuan tidak pantas untuk merokok.
Adanya
anggapan-anggapan
tersebut dimasyarakat akan mempermudah kesempatan merokok pada laki-laki. Faktor yang mempermudah seseorang untuk menjadi perokok adalah seseorang berjenis kelamin laki-laki.
Meskipun
dalam
data
yang
diperoleh ada juga responden dengan jenis kelamin
perempuan
yang
mempunyai
kebiasaan merokok.
HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK DENGAN KADAR COHb PADA PASIEN PENYAKIT PARU DI BKPM WILAYAH AMBARAWA 4
Kadar COHb pada Pasien Penyakit Paru
dipengaruhi oleh polusi udara. Polusi udara
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Kadar COHb
bukan hanya dari pencemaran udara dari
pada Pasien Penyakit Paru
dalam atau luar rumah, namun polusi udara di tempat kerja seperti misalnya pekerjaan yang
Kadar COHb Pasien Penyakit
berkaitan dengan zat-zat kimia, yang zat
Frekuensi Persentase
Paru
tersebut akan terhirup dan akan menyebabkan
(%)
Tidak normal
66
84,6
Normal
12
15,4
Total
78
100,0
kadar COHb tinggi atau tidak normal. Pekerjaan kadar
juga
COHb,
mempengaruhi karena
tingginya
sebagian
besar
responden bekerja di bagian laminating yang
Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui
terdapat banyak bahan kimia, bahan kimia
bahwa hampir seluruh responden dengan
yang mengandung banyak CO sehingga CO
kadar
(84,6%).
tersebut terhisap oleh pekerja sehingga CO
Responden dengan kadar COHb tidak normal
dalam jumlah banyak bisa berikatan dengan
frekuensinya masih tinggi di daerah penelitian
Hb dalam darah.
COHb
tidak
normal
ini dapat dipengaruhi adanya beberapa faktor antara
lain
kadar
CO
ambient
yang
Hubungan Antara Kebiasaan Merokok dengan Kadar Karboksihemoglobin (COHb) pada Pasien Penyakit Paru di BKPM Wilayah Ambarawa Tabel 3.Hubungan Antara Kebiasaan Merokok dengan Kadar Karboksihemoglobin (COHb) pada Pasien Penyakit Paru di BKPM Wilayah Ambarawa
KebiasaanMerokok
Kategori Kadar COHb Total
P-
Tidak Normal
Normal
f
%
f
%
f
%
value
Ya
52
96,3
2
3,7
54
100,0
0,0001
Tidak
14
58,3
10
41,7
24
100,0
Total
66
84,6
12
15,4
78
100,0
Berdasarkantabel 3. dapat diketahui bahwa
responden (58,3%). Sedangkan kadar COHb
kadar COHb tidak normal pada responden
normal pada responden yang tidak mempunyai
yang mempunyai kebiasaan merokok lebih
kebiasaan merokok lebih besar yaitu sebanyak
besar yaitu sebanyak 52 responden (96,3%)
10 responden (41,7%) daripada responden
daripada responden yang tidak mempunyai
yang mempunyai kebiasaan merokok yaitu
kebiasaan
sebanyak 2 responden (3,7%).
merokok
yaitu
sebanyak
14
HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK DENGAN KADAR COHb PADA PASIEN PENYAKIT PARU DI BKPM WILAYAH AMBARAWA 5
Hasil
analisis
dengan
dan turunnya saturasi O2 (oksigen) dimana
menggunakan uji fisher’s exact test didapatkan
terjadi penurunan prosentase O2 (oksigen)
nilai P-value= 0,0001. Oleh karena p-value =
yang mampu dibawa oleh hemoglobin karena
0,0001< α (0,05) maka Ho ditolak, dan
ikatan CO lebih kuat terhadap hemoglobin
disimpulkan
daripada O2 (oksigen).5
bahwa
data
ada
hubungan
yang
signifikan antara kebiasaan merokok dengan
Berikatan pula dengan jenis kelamin,
kadar COHb pada pasien penyakit paru di
dapat diketahui dari data yang menunjukkan
BKPM Wilayah Ambarawa.
ada hubungan antara jenis kelamin dengan
Kebiasaan
dapat
kadar COHb pada pasien penyakit paru. Kadar
berhubungan dengan kadar COHb dalam darah
COHb tidak normal pada responden berjenis
yang tidak normal. Pada umumnya orang
kelamin laki-laki lebih besar yaitu sebanyak
dengan kebiasaan merokok, akan menghisap
62 responden (92,5%) daripada responden
bahan kimia sebanyak 4000 bahan kimia dan
yang
200 diantaranya beracun antara lain karbon
sebanyak 4 responden (36,4%). Sedangkan
monoksida (CO) yang dihasilkan oleh asap
kadar COHb normal pada responden yang
rokok
buruk terhadap
berjenis kelamin perempuan lebih besar yaitu
kesehatan karena CO dapat menggeser oksigen
sebanyak 7 responden (63,6%) daripada
yang terikat pada hemoglobin dan mengikat
responden yang berjenis kelamin laki-laki
Hb menjadi karboksihemoglobin.
yaitu sebanyak 5 responden (7,5%). Hal
memiliki
merokok
dampak
Adanya COHb dalam darah akan menghambat
perempuan
yaitu
tersebut dapat terjadi karena kemampuan menghembusan nafas pada pasien laki-laki
demikian jaringan akan mengalami hipoksia.
lebih kuat daripada pada pasien perempuan
Reaksi
sehingga kadar COHb yang terukur lebih
dengan
Oxi-Hb.
kelamin
Dengan
CO
disosiaso
berjenis
sitokrom
a3
yang
merupakan link yang penting dalam sistem enzim pernafasan sel dan mengakibatkan
tinggi. Diperkuat
pula
dengan
penelitian
hipoksia jaringan.COHb dengan konsentrasi
Cahaya A. , C. Rumput , Pursley D. , Krause J
tinggi yang disebabkan adanya CO dalam asap
tahun 2007 memperoleh hasil rata-rata kadar
rokok yang tinggi pula menyebabkan mukosa
COHb dari 33 responden yang mempunyai
saluran pernapasannya akan memproduksi
kebiasaan merokok adalah 5,04 % , sedangkan
mukus dalam jumlah yang besar. Karena
nilai rata-rata kadar COHb untuk 27 responden
fungsinya yang terganggu akibat adanya bahan
yang tidak mempunyai kebiasaan merokok di
kimia asap rokok sehingga silia kurang efektif
lingkungan merokok adalah sebesar 2,49 %,
dalam
saluran
itu artinya bahwa CO dalam asap rokok telah
pernapasan dan akibatnya terjadi peningkatan
terhisap ke dalam darah si perokok aktif
sensitifitas saluran pernapasan pada perokok
maupun perokok pasif.8
membersihkan
mukosa
dapat muncul sebagai batuk, spasme laring, HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK DENGAN KADAR COHb PADA PASIEN PENYAKIT PARU DI BKPM WILAYAH AMBARAWA 6
Dari data yang di peroleh untuk jenis rokok berdasarkan bahan baku, jenis rokok berdasarkan penggunaan filter, jumlah rokok yang
dihisap,
lama
merokok
dan
menghisapnya berkali-kali dan jumlah rokok yang dipergunakan bertambah banyak. Namun dari data yang didapat jumlah
cara
rokok, lama merokok dan cara menghisap
menghisap rokok tidak berhubungan dengan
rokok tidak sepenuhnya mempengaruhi kadar
kadar COHb pada pasien penyakit paru. Hal
COHb, hal tersebut dapat terjadi karena
tersebut terjadi karena dampak rokok akan
sebagian pasien ada juga yang merokok
terasa setelah 10-20 tahun pasca digunakan.
sebelum melakukan pemeriksaan di saat
Selain itu dampak rokok bukan hanya untuk
menunggu antrian panggilan periksa. Sehingga
7
perokok aktif tetapi juga perokok pasif. Pada
kadar COHb saat di ukur menjadi sangat
perokok aktif yang mengkonsumsi rokok
tinggi. Karena CO dapat bertahan dalam darah
dengan jenis rokok putih dan rokok kretek
sekitar 3-4 jam.
perbedaannya hanya ada di dalam kandungan bahan (cengkeh) yang digunakan, sehingga
SIMPULAN
kandungan cengkeh tidak menggambarkan
1. Pasien penyakit paru di BKPM Wilayah
kandungan CO dalam asap rokok. Kandungan
Ambarawa yang mempunyai kebiasaan
kadar karbon monoksida pun di dalam rokok
merokok sebesar 69,2 % dan yang tidak
kretek lebih rendah daripada di dalam rokok
mempunyai kebiasaan merokok sebesar
putih, padahal dari data menunjukkan banyak
30,8%.
responden yang mengkonsumsi rokok putih
2. Kadar COHb tidak normal pada pasien penyakit
daripada rokok kretek.
paru
di
BKPM
Wilayah
yang
Ambarawa sebesar 84,6% dan kadar
dikonsumsi oleh perokok aktif berdasarkan
COHb normal pada pasien penyakit paru
jenis rokok filter dan non filter, untuk jenis
di BKPM Wilayah Ambarawa sebesar
rokok filter walaupun rokok tersebut terdapat
15,4%.
Begitu
juga
dengan
rokok
filter (gabus) yang ada di batang rokok, filter
3. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh
(gabus) tersebut tidak seluruhnya menyerap
nilai p = 0,0001 (p<0,05) atau dapat
CO yang dihasilkan asap rokok namun hanya
dikatakan bahwa terdapat hubungan yang
sedikit menyerap CO dalam asap rokok yang
bermakna secara statistic antara kebiasaan
kemudian diubah menjadi sejenis cairan
merokok dengan kadar COHb pada pasien
berwarna
penyakit
menyebabkan
kecokelatan lidah
yang
perokok
dapat berwarna
paru
di
BKPM
Wilayah
Ambarawa.
kecokelatan pula. Walaupun diberi filter, efek karsinogenik pada paru-paru tidak berguna jika ketika merokok dihirup dalam-dalam,
HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK DENGAN KADAR COHb PADA PASIEN PENYAKIT PARU DI BKPM WILAYAH AMBARAWA 7
data-fakta-konsumsi-rokok-di-
SARAN Perlu adanya penelitian lebih lanjut dengan menambah sampel penelitian dan
indonesia/depkesRI
4. Sitepoe, M. 2000. Kekhususan Rokok Di
variabel yang berbeda untuk lebih mengetahui
Indonesia.
faktor lain yang berhubungan dengan kadar
Gramedia Widiasarana Indonesia
COHb pada pasien penyakit paru.
DAFTAR PUSTAKA
of
PT
Press.
Tersedia
sebagai
:http://books.google.co.id/books/about/Ox
Bahan Pencemar dalam Ruangan. Jakarta
ford_Handbook_of_Anaesthesia.html?id=
: Departemen Pulmonologi dan Ilmu
ktq7nQEACAAJ&redir_esc=y.
Kedokteran
Rokok
Jakarta:
Anaesthesia”.Oxford
University
2012.Asap
I.
5. Allman, Keith dan Wilson. 2011. “Oxford Handbook
1. Rogayah.
Cetakan
Fakultas
6. Harington, J.M dan F.S. Gill. 2005. Buku
Kedokteran Universitas Indonesia - RS
Saku Kerja Edisi 3 diterjemahkan dari
Persahabatan
Pocket Consultant Occupational Health,
2. Hediyani,
Respirasi,
Novie
DR,.2012.
Berhenti
Merokok.Tersedia:http://www.dokterkuonline.com/index.php/article/90-berhentimerokok
1992.Jakarta
:
Penerbit
Buku
Kedokteran EGC
7. Sitepoe, M. 1997. Usaha Mencegah Bahaya Merokok.Cetakan I.Jakarta : PT
3. Depkes RI. 2010.Data& Fakta Konsumsi Rokok
3/E
Di
Indonesia.
Tersedia
:http://chornie.wordpress.com/2010/04/08/
Gramedia Widiasarana Indonesia
8. Light A., Grass C., Pursley D., Krause J. 2007.
Respir
Care.
52(11):
1576
HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK DENGAN KADAR COHb PADA PASIEN PENYAKIT PARU DI BKPM WILAYAH AMBARAWA 8