10 AgroinovasI
HASIL SAMPINGAN KELAPA SAWIT HARAPAN BESAR BAGI PENGEMBANGAN SAPI POTONG DI PROVINSI RIAU Ketersediaan rumput alam yang semakin terbatas dengan kualitas yang kurang memadai sudah saatnya peternak berpindah dengan memanfaatkan hasil sampingan berbagai komoditas pertanian dan perkebunan. Banyak orang menyebut dengan sebutan limbah sawit, tetapi banyak juga yang tidak setuju dengan ungkapan itu. Yang keberatan dengan ungkapan limbah mungkin ada juga benarnya, karena masih banyak manfaat yang bisa diambil dari limbah tersebut. Baik itu pelepah dan daun, lumpur/solid, apalagi bungkil, salah satu hasil sampingan pengolahan kelapa sawit yang merupakan komoditas ekspor. Karena itu ungkapan hasil sampingan lebih tepat agaknya ketimbang menyebutkan sebagai limbah kelapa sawit. Ketersediaan daun dan pelepah sawit sangat memungkinkan untuk pengembangan ternak sapi, karena kebun kelapa sawit di Provinsi Riau cukup luas. Pada tahun 2008 tercatat luas kebun sawit di Provinsi Riau 1,7 juta hektar, dikhabarkan sekarang sudah mencapai 1,9 juta ha. Provinsi Riau memiliki kebun kelapa sawit terluas di Indonesia, karena lebih 25 % dari 7,1 juta hektar kebun kelapa sawit di Indonesia berada di Bumi Lancang Kuning Provinsi Riau. Bila setiap batang sawit dalam setahun dapat dipanen 22 pelepah dan setiap hektarnya ada lebih kurang 130 batang kelapa sawit, diperkirakan jumlah daun dan pelepah ini dapat memenuhi kebutuhan pakan untuk 3 juta ekor sapi dewasa. Suatu jumlah yang cukup besar bila dibandingkan dengan populasi ternak sapi pada tahun 2008 sebanyak 160.502 ekor (hampir 20 kali lipat). Tidak saja daun dan pelepah kelapa sawit yang dapat dimanfaatkan tetapi juga bungkil, lumpur (solid), tankos dll. Sampai saat sekarang segelintir saja peternak yang telah memanfaatkannya, terutama di sekitar wilayah perusahaan perkebunan besar atau perusahaan penggemukan sapi di beberapa kabupaten di Prov. Riau seperti, Kabupaten Siak, Kuansing, Rohul, Indragiri Hulu, Kota Dumai. Untuk memanfaatkan pelepah dan daun sawit sebagai pakan ternak diperlukan sarana pendukung berupa mesin choper untuk perajang dan pencacah. Tidak cukup itu saja, pendampingan dan pengawalan dirasa sangat dibutuhkan, karena pada kenyataannya masih ada mesin Choper bantuan dari berbagai instansi untuk kelompok tani yang belum dimanfaatkan. Berbagai alasan petani kenapa belum dimanfaatkan, ada yang mengatakan rumput alam masih tersedia, merepotkan, sapi tidak mau memakan daun dan pelepah sawit, dan berbagai alasan lainnya. Perkembangan ternak sapi di Provinsi Riau berjalan sangat lamban yang ditunjukkan oleh perkembangan populasi dan pertambahan berat harian sapi yang dicapai di tingkat petani. Populasi ternak sapi selama lima tahun terakhir (2004 – 2008) tercatat secara berurut 108.934 ekor, 103.088 ekor, 108.057 ekor, 114.156 ekor dan tahun 2008 sebanyak 161.202 ekor. Sementara pertambahan berat badan harian (PBBH) ternak sapi di tingkat peternak berkisar antara 0,2 – 0.3 kg/ekor/hari. Itupun pada peternak yang cukup telaten, pada kebanyakan peternak masih berada di bawah angka tersebut. Sementara pada tingkat pengkajian 0,7 – 0,9 kg/e/h. Bahkan pada tingkat penelitian ataupun perusahaan peternakan angka tersebut ada yang lebih baik mencapai 1 kg/e/h. Rendahnya perkembangan populasi ternak dan PBBH antara lain karena peternak belum Edisi 11-17 Januari 2012 No.3439 Tahun XLII
Badan Litbang Pertanian
AgroinovasI
11
memberikan pakan konsentrat dan teknis pemeliharan yang seadanya, tingginya tingkat pemotongan untuk memenuhi kebutuhan daging yang selalu meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dari tahun ke tahun. Pemotongan sapi selama tahun 2004 - 2008 yang tercatat pada 2004 sebanyak 23.630 ekor, pada 2005 29.959 ekor, pada 2006 sebanyak 33.945 ekor, dan pada 2007 dan 2008 meningkat menjadi 35.685 dan 41.140 ekor. Disadari memang bahwa untuk meningkatkan populasi dan pertambahan berat badan harian (PBBH) tidak cukup hanya dengan mendongkrak faktor pakan saja, tetapi masih banyak faktor lain yang perlu disentuh. Pada saat sekarang mungkin faktor pakan yang mendapat perhatian utama, sementara yang lainnya secara bertahap tetap dibenahi. Berdasarkan kondisi tersebut, telah dilaksanakan pengkajian tentang pemanfaatan daun dan pelepah serta hasil sampingan lainnya dari komoditas kelapa sawit sebagai bahan yang dapat memotivasi peternak lainnya. Kajian “Beberapa Formulasi Pakan Berbahan Baku Lokal Untuk Penggemukan Sapi Potong untuk mendukung Peningkatan Produksi Daging Sapi di Provinsi Riau” yang bertujuan mendapatkan formulasi pakan untuk penggemukan sapi potong, meningkatkan pertambahan berat badan harian (PBBH) sapi minimal 0,7 kg/e/hari, dan memanfaatkan limbah kotoran ternak untuk pupuk alternatif sebanyak 20 ton /tahun. Potensi Pakan Ternak Asal Sawit Di Provinsi Riau Luas Kebun sawit Luas kebun kelapa sawit di Provinsi Riau senantiasa meningkat dari tahun ke tahun. Semakin luas kebun sawit, semakin besar peluang bagi ketersediaan pakan ternak, baik dari daun dan pelepah maupun hasil sampingan dari pabrik pengolahan kelapa sawit dan rumput lapangan yang tumbuh di lahan perkebunan. Luas kebun kelapa sawit menurut kabupaten di Provinsi Riau dapat dilihat pada tabel 1. Pabrik Pengolahan Kelapa sawit di Provinsi Riau Jumlah pabrik pengolahan kelapa sawit dan produksinya menurut kabupaten/kota di Provinsi Riau pada tahun 2007 dapat dilihat pada tabel 2. Ada 130 pabrik pengolahan kelapa sawit di Riau, tetapi belum ada data yang menunjukkan berapa di antara pabrik tersebut yang memiliki dekanter. Pabrik pengolahan kelapa sawit yang memiliki dekanter yang dapat menghasilkan lumpur (solid) sebagai salah satu bahan pakan konsentrat ternak sapi. Potensi Hasil Sampingan Kelapa Sawit Selain menghasilkan CPO sebagai hasil utama, pabrik pengolahan kelapa sawit juga menghasilkan beberapa hasil sampingan. Bahan pakan yang berasal dari kebun sawit dan pabrik pengolahan kelapa sawit yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak antara lain, (a) rumput alam yang tumbuh di areal kebun, (b) pelepah dan daun sawit, (c) bungkil dan solid berupa hasil sampingan pengolahan sawit di perusahaan. a. Rumput alam di dalam areal kebun sawit Satu hektar lahan kelapa sawit secara umum dapat menampung 1,4 unit ternak/ tahun. Jika luas kelapa sawit 1,7 juta ha, maka kebun kelapa sawit di Provinsi Riau dapat menampung 1,4 x 1,7 juta = 2,38 juta ekor sapi. b. Pelepah dan daun sawit Satu hektar luas kebun kelapa sawit terdiri dari 130 batang sawit. Setiap batang kelapa sawit dapat dipanen 22 buah pelepah/tahun. Setiap pelepah berat rata-rata 7 kg dan Badan Litbang Pertanian
Edisi 11-17 Januari 2012 No.3439 Tahun XLI
AgroinovasI
12
Tabel 1. Luas kebun kelapa sawit dan Produksi- Tabel 2. Jumlah pabrik pengolahan kelapa sawit dan nya menurut kabupaten /kota di Provinsi Riau produksi pertahun menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Riau tahun 2007 tahun 2008 No
Kab/Kota
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.
Kuansing Indragiri Hulu Indragiri Hilir Pelalawan Siak Kampar Rokan Hulu Bengkalis Rokan Hilir Pekanbaru Dumai Jumlah
Luas Kebun dan Produksi Sawit Produksi Luas (Ha) (Ton) 116.527,32 429.452,03 118.076,78 382.803,36 148.729,50 448.877,47 182.926,19 620.125,19 184.219,48 611.664,43 311.137,00 1.310.306,80 259.798,10 871.111,33 147.643,50 399.639.,42 170.300,59 614.951,35 7.353,00 29.993,66 27.594,00 58.769,95 1.674.845,00 5.777,49
Sumber: Statistik Peternakan Provinsi Riau (2009).
Pabrik dan Produksi
No.
Kab/ Kota
1.
Kuansing
11
480
2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Indragiri Hulu Indragiri Hilir Pelalawan Siak Kampar Rokan Hulu Bengkalis Rokan Hilir Pekanbaru
7 4 15 17 34 19 3 20 -
255 205 580 330 1.470 774 110 885 -
11.
Dumai
-
-
Jumlah
130
5.089
PKS
Produksi/Thn
Sumber: Statistik Peternakan Provinsi Riau (2009).
setiap ekor sapi membutuhkan lebih kurang empat pelepah/hari. Jika luas kebun kelapa sawit di Riau 1,7 juta hektar, akan tersedia pelepah/daun kelapa sawit setiap tahunnya 1,7 juta x 22 = 37,4 juta pelepah. Diperkirakan akan dapat memenuhi kebutuhan pakan untuk 9,35 juta ekor sapi. c. Bungkil Inti Sawit (BIS) Setiap ton pengolahan buah kelapa sawit akan dihasilkan lebih kurang 35 kg bungkil inti sawit. Produksi kelapa sawit pada tahun 2008 tercatat sebanyak 5,7 juta ton. Berarti akan menghasilkan 5,7 juta x 35 = 199.500.000 kg BIS. Merupakan potensi yang cukup besar sebagai sumber pakan ternak. Bungkil inti sawit dapat diberikan kepada ternak sebanyak 05 – 1 % dari berat badan sapi, akan tetapi sampai saat sekarang sulit diperoleh bungkil inti sawit sebagai pakan ternak, karena bisa merupakan komoditas ekspor. Peternak sulit memperolehnya karena paternak hanya dapat membeli dalam partai besar (2 ton bungkil inti sawit setiap kali membeli) d. Solid (lumpur kelapa sawit) Setiap ton pengolahan sawit diperoleh lumpur kelapa sawit sebanyak 294 kg. Jika Tabel 3. Produk samping tanaman dan olahan kelapa sawit untuk setiap hektar Segar (Kg)
No
Biomasa
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Daun tanpa lidi 1.430 Pelapah 20.000 Tandan Kosong 3.680 Serat Perasan Lumpur 2.880 Sawit, solid 4.704 Bungkil Inti sawit 560 Biomasa
Bahan Bahan Kering Kering (%) (Kg) 46,18 658 26,07 5.214 92,10 3.396 93,11 2.681 24,07 1.132 91,83 514 13.585
Sumber : Rekomendasi Teknologi Peternakan dan Veteriner Mendukung Swasembada Daging Sapi (PSDS) tahun 2014. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (2010). Edisi 11-17 Januari 2012 No.3439 Tahun XLII
Tabel 4. Komposisi nutrisi hasil ikutan kelapa sawit. No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 6. 7.
Hasil Ikutan
BK (%)
PK
Bungkil Inti Solid Decanter Daun Daging Pelepah Daun + Pelepah Serat Perasan buah Tandan Buah Kosong Batang
89,0 35,0 45,2 21,9 25,5 91,2 27,3
17,2 12,5 11,2 2,3 4,7 5,4 3,7 2,8
LK
SK
Abu
% BK 1,5 8,7 3,2 0,5 2,1 3,5 3,2 1,1
17,1 20,1 38,5 41,2 48,8 37,6
4,3 19,5 3,2 5,3 2,8
Sumber : Rekomendasi Teknologi Peternakan dan Veteriner Mendukung Swasembada Daging Sapi (PSDS) tahun 2014. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (2010). Badan Litbang Pertanian
AgroinovasI 13 produksi sawit 5,7 juta ton, maka akan dihasilkan solid sebanyak 1.653.000 ton solid. Sama seperti bungkil, solid dapat diberikan kepada ternak 0,5 – 1 % dari berat badan sapi setiap harinya. Solid dapat dihasilkan oleh perusahaan pengolahan sawit yang memiliki dekanter. Tidak semua perusahaan pengolahan kelapa sawit (PPKS) di Riau yang memiliki dekanter. Namun belum terdata berapa unit pabrik pengolahan sawit yang memiliki dekanter dari 130 unit pengolahan sawit. Hasil sampingan pabrik kelapa sawit untuk setiap hektarnya dapat dilihat pada tabel 3 dan nilai nutrisi dari hasil sampingan pabrik kelapa sawit pada tabel 4. Tabel 5. Perkembangan populasi dan pemotongan ternak sapi kurun waktu 2004 - 2008 No
Kabupaten/Kota
Tahun 2004
2005
2006
2007
2008
1. Kuansing • Populasi • Pemotongan
18.853 911
19.056 1.991
19.316 3.717
20.245 2.621
24.283 3.148
2. Indragiri Hulu • Populasi • Pemotongan
26.063 1.874
19.861 2.323
20.334 596
18.928 2.621
36.353 3.235
3. Indragiri Hilir • Populasi • Pemotongan
6.001 2.484
5.583 2.045
5.763 2.171
5.825 2.767
5.905 2.788
4. Pelalawan • Populasi • Pemotongan
1.726 268
1.867 350
1.926 365
2.521 1.525
4.777 1.765
5. Siak • Populasi • Pemotongan
12.491 -
10.856 -
16.593 664
17.978 1.401
11.833 1.421
6. Kampar • Populasi • Pemotongan
8.051 1.317
9.331 1.302
10.264 1.633
11.185 1.659
14.914 1.746
7. Rokan Hulu • Populasi • Pemotongan
15.056 1.077
15.176 1.376
15.820 2.913
17.492 2.654
24.483 2.511
8. Bengkalis • Populasi • Pemotongan
10.239 2.724
8.763 2.572
6.120 2.751
7.467 735
12.906 1.228
9. Rokan Hilir • Populasi • Pemotongan
5.300 -
6.427 773
7.794 788
7.419 667
18.994 677
10. Pekanbaru • Populasi • Pemotongan
2.621 11.356
2.001 16.060
2.721 17.303
2.746 18.801
3.429 21.258
11. Dumai • Populasi • Pemotongan
2.443 1.619
4.167 1.138
1.416 1.043
2.350 1.040
3.325 1.363
Provinsi Riau • Populasi • Pemotongan
108.934 23.630
103.088 29.959
108.057 33.945
114.156 35.685
161.202 41.140
Sumber : Statistik Peternakan Provinsi Riau (2009).
POPULASI DAN PEMOTONGAN TERNAK DI PROVINSI RIAU Perkembangan populasi sapi dari tahun ke tahun kelihatan sangat lamban, sementara pemotongan selama kurun waktu 2004 – 2008 menunjukkan tendensi yang meningkat tajam. Populasi dan pemotongan ternak sapi tercatat selama 2004 – 2008 Badan Litbang Pertanian
Edisi 11-17 Januari 2012 No.3439 Tahun XLI
14 AgroinovasI menurut kabupaten/ kota dapat dilihat pada Tabel 5. Tingkat pemotongan yang tinggi dan cenderung meningkat karena pada saat sekarang kebutuhan daging baru terpenuhi sekitar 40 %, sementara jumlah penduduk senantiasa meningkat yang menyebabkan meningkatnya kebutuhan daging, sehingga pemotongan hewan betina produktif masih sering terjadi. KIAT MELATIH TERNAK MENGKONSUMSI PELEPAH DAN DAUN SAWIT Sebagian besar peternak mengatakan bahwa ternak sapinya tidak mau memakan pelepah dan daun sawit. Ada juga benarnya pendapat peternak itu, karena mereka gagal melakukan pemberian daun dan pelepah, selama masa beradaptasi. Padahal masa beradaptasi sangat penting artinya bagi ternak sapi untuk mau atau tidak mau memakan daun dan pelepah kelapa sawit. Kegagalan itu rata-rata disebabkan faktor sikap mental peternak yang tidak sampai hati, tidak tega, dan kasihan, melihat ternak sapinya tidak mau makan selama masa beradaptasi dengan daun dan pelepah kelapa sawit. Malah ada peternak yang takut sapinya mati, sehingga setiap kali sapinya tidak mau memakan daun dan pelepah kelapa sawit, lantas mereka suguhkan rumput segar. Kondisi seperti ini berulang kali mereka lakukan, sehingga harapan agar sapinya mau memakan daun dan pelepah sawit tidak bisa diwujudkan. Sebenarnya peternak belum mengetahui kiat memberikan daun dan pelepah sawit kepada ternak sapi mereka dan memerlukan bimbingan dari penyuluh/petugas peternakan. Kiat untuk melatih ternak sapi memakan daun dan pelepah kelapa sawit adalah dengan cara; (1) selama beradaptasi sapi dikurung secara terus menerus, (2) Tidak tersedia pakan di dalam kandang selain daun dan pelepah sawit, (3) Sebaiknya daun dan pelepah sawit langsung dicampurkan dengan konsentrat, (4) Jangan khawatir bila sapinya tidak mau memakan daun dan pelepah sawit, biarkan saja sampai lapar sekalipun, (5) Jangan disuguhkan rumput segar ataupun bahan pakan lainnya selama beradaptasi, (6) Bubuhkan sedikit air garam di atas tumpukan daun dan pelepah sawit yang telah dirajang, (7) karena lapar, secara pelan dan berangsur ternak sapi mulai mengkonsumsi daun dan pelepah kelapa sawit, (8) Biasanya masa beradaptasi berlangsung selama lebih kurang seminggu, (9) setelah itu hasilnya dapat dilihat, sapinya terlihat lahap sekali memakan daun dan pelepah sawit., (10) jangan khawatir, biasanya di awal pemberian daun dan pelepah sawit terjadi juga diare, biasanya tidak berlangsung lama. HASIL KAJIAN PEMANFAATAN DAUN DAN PELEPAH KELAPA SAWIT Kegiatan pengkajian dilaksanakan di Desa Serosah, Kecamatan Hulu Kuantan, Kabupaten Kuantan Singingi, selama tiga bulan dari bulan Agustus sampai dengan November 2010. Bahan yang digunakan berupa hasil sampingan pertanian (daun dan pelepah kelapa sawit, bungkil, solid, dedak padi) dan probiotik, untuk 20 ekor Sapi Bali Jantan dengan 4 perlakuan (formulasi pakan) dan 5 ulangan. Data yang dikumpulkan berupa pertambahan berat badan harian sapi dan konsumsi pakan. Sebagai patokan pemberian pakan hijauan 10 % dan konsentrat 1 % dari berat badan sapi. Kegiatan kajian menghasilkan pertambahan berat badan harian (PBBH) yang lebih baik, pemanfaatan hasil sampingan pertanian (kelapa sawit) secara lebih baik, dan meningkatkan daya guna pupuk kandang menjadi kompos sebagai pupuk organik. Pemanfaatan hasil sampingan kelapa sawit Hasil sampingan kelapa sawit, berupa daun dan pelepah kelapa sawit, hasil ikutan pabrik kelapa sawit (bungkil dan lumpur) ternyata dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak sapi. Kesemua bahan ini mempunyai harapan besar bagi pengembangan ternak sapi di masa yang akan datang di Provinsi Riu karena ketersediaannya cukup banyak. Edisi 11-17 Januari 2012 No.3439 Tahun XLII
Badan Litbang Pertanian
AgroinovasI
15
Untuk memberikan kepada ternak, daun dan pelepah sawit perlu dirajang terlebih dahulu dengan mesin chopper (Gambar 4). Ternak sapi memerlukan waktu lebih kurang satu minggu untuk beradaptasi sampai dia mau mengkonsumsi. Tidak seperti dugaan petani yang mengatakan ternak sapinya tidak mau memakan daun dan pelepah sawit. Pertambahan Berat Badan Harian Formulasi pakan dan pertambahan berat badan harian dari keempat perlakuan dapat dilihat pada Tabel 7. Pertambahan berat badan harian (PBBH) dengan formulasi pakan A (teknologi peternak) 0,32 kg/e/h, B (0,42 kg/e/h) disusul perlakuan C (0,65 kg/e/h), dan terakhir perlakuan D (0,70 kg/e/h) dengan kondisi fisik sapi (Gambar 5) Produksi pupuk kompos Karena sapi dikurung secara terus menerus, kotorannya dapat terkumpul dengan baik. Kotoran diolah menjadi pupuk kompos. Untuk perlakuan C dan D rata – rata seekor ternak sapi menghasilkan kotoran 10,5 kg/ekor/hari. Selama tiga bulan kegiatan, perlakuan C dan D menghasilkan kotoran (10 ekor ternak sapi) sebanyak 3,86 ton . Jika dalam rentang waktu setahun untuk 20 ekor ternak sapi akan dihasilkan 3,86 x 4 x 2 = 30.8 ton kotoran. Kondisi ini dapat dicapai jika peternak senantiasa mengurus, mengandangkan, dan mengumpulkan kotoran ternak dengan baik. Kompos dapat dimanfaatkan sendiri sebagai pupuk di lahan kebun kelapa sawit, atau dijual kepada petani lain. Banyak rumah tangga yang memerlukan pupuk kompos sebagai pupuk bunga atau tanaman kesenangan di pekarangan rumah. Kotoran diberi probion, atau stardeg atau jenis dekomposer lainnya untuk mempercepat proses pembuatan kompos dan dibiarkan terinjak dan tercampur di dalam kandang selama tiga minggu. Setelah tiga minggu kompos dapat dibongkar/dikeluarkan dari kandang untuk dikemas atau langsung dipakai. Kompos yang telah dikemas dan siap dipasarkan seperti Gambar 6. Pembuatan kompos memegang peranan penting bagi perekonomian peternak karena dapat meningkatkan pendapatan dan selama ini pupuk kandang relatif belum/ tidak dimanfaatkan oleh peternak. BEBERAPA KEUNTUNGAN DAN KELEMAHAN PEMANFAATAN HASIL SAMPINGAN SAWIT SEBAGAI PAKAN TERNAK Beberapa keuntungan pemanfaatan daun dan pelepah serta hasil ikutan pengolahan kelapa sawit yang dapat dijadikan sebagai kekuatan dalam pengembangan pada masa yang akan datang dan beberapa kelemahan yang dapat pula dicarikan solusinya agar tidak menjadi penghambat dalam pengembangannya. a. Keuntungan/kekuatan Pemanfaatan daun dan pelepah kelapa sawit serta hasil ikutan pabrik pengolahan kelapa sawit sebagai pakan ternak dapat memberikan keuntungan antara lain : 1. Pakan dapat tersedia sepanjang waktu dengan kualitas yang lebih baik, peternak tidak perlu mencari rumput yang menyita waktu cukup banyak. 2. Mengurangi biaya pupuk, karena adanya kotoran ternak dan urine sebagai pengganti sebagian pupuk buatan (an organik) terutama bagi kebun kelapa sawit petani. 3. Pengawasan ternak, kebersihan kandang dan lingkungan lebih terjamin. 4. Mengurangi biaya penyiangan, karena sebagian besar pelepah yang biasanya tertumpuk di lahan, sekarang menjadi pakan ternak. 5. Dapat memberikan tambahan pendapatan dari hasil penjualan kompos dan mengurangi sebagian biaya pengadaan pupuk. 6. Peternak dapat membuat perencanaan pengembangan ternak secara lebih baik dan terarah, tentunya di bawah bimbingan dan pengawalan petugas atau penyuluh pertanian setempat. Badan Litbang Pertanian
Edisi 11-17 Januari 2012 No.3439 Tahun XLI
AgroinovasI
16
Tabel 7. Pertambahan Berat Badan sapi menurut perlakuan Perlakuan
Bahan Utama
Rata-Rata Per tambahan Berat Badan Harian (kg/e/h)
Rincian Bahan
A
Teknologi Petani dengan bahanutama rumput alam
100% rumput alam tidak diberikan konsentrat
0,32
B
Teknologi perbaikan dengan bahan pakan Hijauan rumput alam + Konsentrat
a. b.
Rumput alam Konsentrat (dedak padi 20 %, lumpur sawit 60 %, dan bungkil kelapa 20 %)
0,42
C
Hasil sampingan pertanian dengan variasi prosentase
a. b.
Cacahan daun dan pelepah sawit. Konsentrat (dedak padi 20%, lumpur sawit 60 %, dan bungkil kelapa 20 %)
0,65
D
Hasil sampingan pertanian dengan variasi prosentase
a. Cacahan daun dan pelepah sawit. b. Konsentrat (dedak padi 40%,
0,70
lumpur sawit 30 %, dan bungkil kelapa 30 %)
b. Beberapa kelemahan yang perlu diatasi. 1. Keterbatasan pemilikan modal peternak, perlu adanya subsidi pemerintah untuk pengadaan mesin Choper perajang daun dan pelepah kelapa sawit. 2. Kurangnya keberanian peternak memulai sesuatu dalam mengembangkan usaha ternaknya. Diperlukan adanya penyuluh atau petugas peternakan memberikan bimbingan dan pengawalan teknologi, serta memotivasi peternak dalam berusaha ternak sapi. 3. Adanya kecenderungan peternak yang sudah dilatih memanfaatkan daun dan pelepah kelapa sawit kembali kepada keadaan semula memberikan rumput alam secara seadanya. Diperlukan adanya bimbingan dan pendampingan penyuluh atau petugas peternakan dalam menerapkan teknologi. 4. Bungkil inti kelapa sawit sebagai bahan baku konsentrat sulit diperoleh karena merupakan komoditas ekspor. Diperlukan adanya campur tangan Pemda kabupaten/ kota dan Provinsi agar bungkil kelapa sawit tersedia secara kontinu sebagai bahan baku konsentrat untuk mendukung percepatan swasembada daging sapi. 5. Pengetahuan dan keterampilan peternak yang terbatas karena rendahnya rata-rata tingkat pendidikan mereka, diperlukan latihan-latihan keterampilan tentang beternak sapi. 6. Untuk mengatasi semua kelemahan di atas diperlukan koordinasi dan kerjasama yang baik dari instansi terkait (Dinas-dinas lingkup pertanian, Bakorluh, Bapelluh) baik tingkat kabupaten/kota maupun provinsi, pihak swasta perkebunan, BUMN perkebunan. Irwan Kasup dan Ali Jamil Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Riau Jl.Kaharudin Nasution No. 341 Padang Marpoyan - Pekanbaru 10210 Riau Telp: 0761- 674205 Fax: 0761-674206 E-mail:
[email protected] Website: riau.litbang.deptan.go.id
Petunjuk Cara Melipat:
Cover
r ve
Co
Cover
1. Ambil dua Lembar halaman tengah tabloid
2. Lipat sehingga cover buku (halaman warna) ada di depan.
Edisi 11-17 Januari 2012 No.3439 Tahun XLII
3. Lipat lagi sehingga dua melintang ke dalam kembali
Cover
Cover
4. Lipat dua membujur ke dalam sehingga cover buku ada di depan
5. Potong bagian bawah buku sehingga menjadi sebuah buku
Badan Litbang Pertanian