Jurnal Zootek ( “Zootek Journal”) Vol 35 No 2 :187-200
(Juli 2015)
ISSN 0852 -2626
ANALISIS POTENSI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN SAPI POTONG DENGAN POLA INTEGRASI KELAPA–SAPI DI KABUPATEN HALMAHERA SELATAN PROVINSI MALUKU UTARA Husnatati Rusnan *, Ch. L. Kaunang** dan Yohanis L. R. Tulung** Fakultas Peternakan Universitas Sam Ratulangi , Manado, 95115
ABSTRAK Integrasi yang banyak dijumpai di Kabupaten Halmahera Selatan adalah integrasi dengan pola sapi-kelapa.Diharapkan dengan potensi luas lahan dan populasi ternak yang telah ada dan didukung oleh sumberdaya manusia maupun sumberdaya alam serta peluang pasar, pengembangan sapi potong dengan pola integrasi kelapa-sapi dapat berkembang dengan baik yang pada akhirnya akan memberikan dampak ekonomi bagi peternak yakni peningkatan kesejahteraan. Penelitian ini bertujuan menganalisis potensi dan menyusun strategi pengembangan sapi potong integrasi dengan perkebunan kelapa di Kabupaten Halmahera Selatan.Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Halmahera Selatan provinsi Maluku Utara sejak bulan November 2014-Februari 2015.Penentuan responden dilakukan dengan menggunakan metode acak sederhana (simple Random Sampling). Kriteria responden yang diambil adalah petani peternak yang menjalankan pola integrasi kelapa–sapi, minimal pemeliharaan lebih dari 1 (satu) tahun dan sudah pernah menjual ternak sapi. Hasil penelitian menunjukkan karakteristik peternak sebagai berikut bermatapencarian sebagai petani, luasan kepemilikan perkebunan kelapa sebesar3,2 ha, jumlah ternak sebanyak 8,7 ekor, tingkat pendidikan rata–rata lulusan SMP, pengalaman beternak 7,9 tahun dan tujuan pemeliharaan sebagai ternak potong dan kerja. Aspek manajemen beternak yaitu Sistim pemeliharaan masih bersifat tradisional, ternak jarang terjangkit penyakit, pengetahuan peternak tentang reproduksi sangat rendah.Aspek
sumberdaya pakan sangat mendukung dalam pengembangan sapi potong dengan pola integrasi terutama dari nilai gizi hijauan dan kapasitas tampung.Aspek produktivitas ternak cukup baik, sedangkan sarana dan prasarana pendukung tersedia. Kesimpulan Kabupaten Halmahera Selatan memiliki potensi dalam pengembangan peternakan sapi potong dengan pola integrasi kelapa-sapi berupa sumberdaya alam, sumberdaya manusia, dukungan kebijakan pemerintah, sarana prasarana dan peluang pasar dan berdasarkan analisa potensi Kabupaten Halmahera Selatan berada pada posisi strategis sebagai wilayah pengembangan sapi potong dengan pola integrasi kelapa-sapi atau berada pada strategi pertumbuhan (growth strategy). Kata Kunci : Sapi Potong, Kelapa, Integrasi ABSTRACT POTENTIAL ANALYSIS AND STRATEGY DEVELOPMENT PATTERN OF CATTLE WITH INTEGRATED COCONUT-COW IN SOUTH DISTRICT HALMAHERA NORTH MALUKU PROVINCE. Animal agricultural integration often found in South Halmahera district is the integration using coconut plantation and local beef pattern called cocobeef integration. Expected potential of land area, population of cattle supported by human and natural resources as well as market opportunities could develop coco-beef integration patterns providing the increasing economic impact for farmer welfare. This study aims to analyze the potential and development strategy of beef integration with coconut plantations in South Halmahera district. The research was conducted in South
*Mahasiswa PPs Unsrat **Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultass Peternakan Unsrat 187
Jurnal Zootek ( “Zootek Journal”) Vol 35 No 2 :187-200
(Juli 2015)
ISSN 0852 -2626
Halmahera district of North Maluku Province since November 2014 to February 2015. The determination of respondents was performed using simple random sampling method. Criteria of respondents involved in this study were household farmers running a coco-beef integration, at least animal maintenance of more than one year and they had sold cattle. The results showed the particular characteristics of household farmers including coconut plantation ownership of 3.2 ha with the average number of animals of 8.7 heads, the average education level of junior high school, the animal breeding experience of 7.9 years and animal maintenance purposes as beef production and animal labor . Management aspects of farm animals were still under the traditional maintenance systems, animals were resistant to disease, and house hold farmer knowledge on animal reproduction was still limited. Aspects of feed resources were positively supporting in the development of beef cattle under integration pattern, especially the nutritional value of forage and land carrying capacities. Livestock productivity aspects had quite well potential and supported facilities, including infrastructures. Therefore, it can be concluded that South Halmahera District has potential in the development of beef cattle farm applying cattle integration patterns in form of coco-beef natural resources supported by potentials of human resources, good government policy, infrastructure availability and market opportunities based on the analysis of the potential of South Halmahera district located in a strategic position as a development area of beef and coconut plantation integration patterns. Keywords: Cattle, Coconut plantation, Integration, South Halmahera regency.
permintaan akan protein hewani yang semakin
PENDAHULUAN
Kabupaten Halmahera Selatan. Perkebunan
meningkat. Pengembangan
ternak dan tanaman.Usaha ternak sapi dengan polai ntegrasi
Sistim integrasi ini sangat menguntungkan karena ternak dapat memanfaatkan rumput dan hijauan pakan yang tumbuh liar atau limbah pertanian sebagai pakan selain itu ternak menghasilkan kotoran ternak sebagai pupuk organik untuk meningkatkan kesuburan tanah. Sistim
Kabupaten
dapat
menambah
yang terdapat di
Halmahera
pengembangan
peternakan
Integrasi Kelapa-sapi.
Selatan
adalah
dengan
pola
Pemeliharaan ternak
sapi dibawah pohon kelapa atau yang dikenal dengan coco beef. Pola
integrasi(Integrated
farming system) antara Kelapa dan sapi telah dilakukan secara turun temurun, hanya saja pemanfataan kelapa-sapi
Sistim
integrasi dengan pola
belum
termanfaatkan
secara
optimal. Sektor petanian memberikan pengaruh yang cukup besar
dalam perekonomian
kelapa merupakan komoditi andalan hal ini dapat dilihat dari luas lahan yang dipakai sebagai
lahan
perkebunan
perkebunan kelapa dan potong
tinggi dari populasi sapi potong tahun ini dan
juga
Peternakan sapi rakyat
harus tersedia sebesar 17,6 juta ekor lebih
ekor
integrasi
pendapatan petani dari pembuatan kompos.
19,7 juta ekor, sementara untuk sapi potong
juta
dapat memberikan dampak
sosial budaya dan ekonomi yang positif.
tahun 2014 dibutuhkan populasi sapi mencapai
16,8
sapi
potong dapat dilakukan melalui integrasi
Penyediakan kebutuhan daging lokal
sebesar
peternakan
peternakan sapi
komoditi unggulan ini terlihat dari
jumlah populasi ternak sapi
subsektor
Halmahera
peternakan diharapkan mampu memenuhi
terutama
Selatan
yang ada.
memiliki
potensi
sumberdaya alam dan sumberdaya manusia, 188
Jurnal Zootek ( “Zootek Journal”) Vol 35 No 2 :187-200
(Juli 2015)
ISSN 0852 -2626
meskipun belum diketahui secara pasti daya
Peningkatan
dukungnya
dilakukan melalui pendidikan informal seperti
terhadap
perkembangan
sapi
potong dengan pola integrasi kelapa-sapi. Potensi
diketahui
dapat
pelatihan-pelatihan. Semua responden bermata pencarian
menentukan pengembangn sapi potong dengan
sebagai petani dan peternak, disamping petani
pola integrasi kelapa sapi di Kabupaten
kelapa responden juga sebagai petani tanaman
Halmahera Selatan dimasa datang, oleh sebab
pangan guna mencukupi kebutuhan sehari-
itu diperlukan analisis potensi yang dapat
hari. Pengalaman peternak dalam menjalankan
mendukung pengembangan
pola
pola
perlu
peternak
untuk
dengan
tersebut
pengetahuan
integrasi
sapi potong kelapa-sapi
di
tahun,
integrasi kelapa–sapi hal
ini
rata–rata
dikarenakan usaha
7.9 yang
Kabupaten Halmahera Selatan serta strategi
dijalankan secara turun temurun dari orang
apa yang dapat diterapkan agar perkembangan
tua, pengalaman beternak menjadi indikator
peternakan sapi potong dengan pola integrasi
keberhasilan peternak. Pengalaman beternak
dapat berjalan dengan baik.
bisa
dianggap
peternak
sudah
lebih
PEMBAHASAN
berpengalaman dan akan mempengaruhi cara
A. Karakteristik Peternak
berfikir dan pengambilan keputusan yang
Rata-rata umur peternak di Kabupaten
berhubungan dengan proses produksi.
Halmahera Selatan masih tergolong dalam usia
Petani
rata-rata
memiliki
lahan
produktif yaitu antara 15-55 tahun, tingkat
perkebunan kelapa varietas kelapa dalam yang
pendidikan formal sebagian besar adalah
berumur diatas 20 tahun seluas 3,2 Ha dengan
lulusan Sekolah Menengah Pertama (SMP)
jumlah kepemilikan ternak rata-rata sebanyak
42,86 %, jika dilihat dari tingkat pendidikan
8,7 ekor, jenis sapi potong yang dipelihara
peternak masih tergolong
rendah. Menurut
adalah jenis sapi bali. Tujuan pemeliharaan
Hoda (2002), pendidikan formal merupakan
sebagai ternak potong dan kerja, sedangkan
indikator awal yang dapat digunakan untuk
motivasi peternak dalam memelihara ternak
mengetahui
dalam
yaitu sebagai tabungan masa depan dan
mengadopsi informasi dan inovasi baru, sebab
menambah pendapatan keluarga, ini juga
tingkat
dikemukakan
kemampuan
pendidikan
peternak
sangat
terdadap perubahan pola
berpengaruh
Ketut
(2005)
yang
hal ini
menyatakan usaha ternak seperti ternak sapi
sependapat dengan Mirah dkk (2015) bahwa
telah banyak dikembangkan di Indonesia tetapi
sumberdaya
faktor
pada umumnya masih memelihara sebagai
penting dalam pembanggunan karena pada
usaha sambilan dimana tujuannya sebagai
akhirnya manusia yang menentukan berhasil
tabungan. Karakteristik peternak tersaji pada
atau gagalnya pembangunan suatu wilayah.
tabel1.
manusia
piker,
oleh
merupakan
189
Jurnal Zootek ( “Zootek Journal”) Vol 35 No 2 :187-200
(Juli 2015)
ISSN 0852 -2626
Tabel 1. Karakteristik Peternak Kabupaten Halmahera Selatan
Karakteristik
Satuan
Rataan Umur Peternak (thn)
44.57
Tingkat Pendidikan (%) a. Tidak Tamat SD
1.43
b. SD
32.86
c. SMP
42.86
d. SMU – PT
22.86
Rataan Jumlah Ternak Yang Dipelihara (ekor)
8.7
Rataan Pengalaman Beternak (thn)
7.9
Tujuan Pemeliharaan Sebagai Ternak Potong dan Kerja (%)
100
Rataan Luas Perkebunanan Kelapa (Ha)
3.2
Sumber : Data Olahan (2015) Manajemen Beternak
pasture
fattening
kandang
difungsikan
sebagai tempat berteduh dimalam hari atau
Manajemen beternak meliputi sistim pemeliharaan, kesehatan ternak, reproduksi
pada
dan pemanfataan limbah pertanian maupun
produktivitas ternak dapat tercapai dengan
peternakan. Pemeliharaan ternak sapi masih
baik dan menghidarkan ternak dari merumput
bersifat
terlalu pagi.
tradisioanal/ekstensif,
sistim
waktu
hari
sedang
Kesehatan ternak
pemeliharaan yang dijalankan oleh peternak
panas
yang
agar
dimaksud
dengan pola integrasi kelapa-sapi adalah
adalah jenis penyakit yang sering menyerang,
ternak dilepas sepanjang hari dibawah pohon
pengobatan dan pencegahan penyakit
kelapa, dimana ternak betina diikat dibawah
keberadaan poskeswan.
pohon sedangkan pejantan dan anak dilepas
ekstensif
Pemeliharaan
penyakit yang sering
menyerang yaitu kembung (bloat) hal ini
secara
dikarenakan ternak merumput terlalu pagi dan
berpeluang karena masih banyak
tersedianya rumput lapangan dan
dan
Ternak yang dipelihara dengan
penyakit menular,
ternak akan digiring berpidah tempat untuk beristirahat.
peternakan
pola integrasi kelapa-sapi jarang terjangkit
pada pagi sampai siang hari dan pada sore hari
ternak
paramedis
serta
banyak
hijauan
mengkonsumsi
pengobatan
lainnya yang berkualitas rendah (Elly dkk,
dilakukan
kacang-kacangan, secara
tradisional
dengan meminumkan minyak kelapa pada
2013) Keberadaan
kandang
ternak yang sakit. Peternak tidak pernah
sangat
membawa ternak yang sakit ke poskeswan
diperlukan dalam sistim pemeliharaan sapi
ataupun memangil paramedis peternakan, hal
potong, pada pengembalaan dengan sistim 190
Jurnal Zootek ( “Zootek Journal”) Vol 35 No 2 :187-200
(Juli 2015)
ISSN 0852 -2626
ini merupakan salah satu kelemahan dalam
botani terdiri dari leguminosa (36%) jenis
pengembangan peternakan sebab penanganan
Colopogonium
yang terlambat bisa menyebabkan kematian
rumput (64%) terdiri dari rumput teki (cyperus
ternak. Keberadaan
rutundus) dan rumput lapangan. Beberapa
paramedis peternakan
dan mimosa pudica. Jenis
seperti dokter hewan atau mantri hewan dan
peternak
tersedianya poskeswan disetiap kecamatan-
seperti kaliandra dan sesbania glandiflora.
kecamatan dengan potensi pengembangan sapi
Limbah
potong sangat diperlukan. Pengetahuan
sering
memberikan daun–daunan
pertanian berupa jerami
jagung dan daun ubi jalar juga diberikan tetapi
peternak
mengenai
pemanfataan limbah ini belum termanfaatkan
masalah reproduksi (tanda birahi, pengaturan
dengan
perkawinan,
menentukan
tekhnologi
reproduksi
dan
baik.
Salah
satu
keberhasilan
faktor
yang
pengembangan
pelarangan penjualan betina produktif) masih
ternak sapi yaitu ketersediaan hijauan yang
rendah. Perkawinan ternak dilakukan secara
cukup
alami adapun perkawinan secara inseminasi
berkesinambungan (Elly dkk, 2013). Menurut
buatan hanya dilaksanakan pada saat program
Siregar (2008) kelompok hijauan berkualitas
pemerintah.
tinggi yaitu campuran antara rumput dan
Apabila pengetahuan peternak
tentang pencatatan (recording), gejala birahi (estrus)
dan
waktu
kualitas
dan
leguminosa. Faktor kekuatan dalam pola integrasi
dikawinkan maka peningkatan populasi dapat
kelapa-sapi di Kabupaten Halmahera Selatan
tercapai melalui kelahiran ternak. Pengetahuan
yaitu keberadaan kebun hijauan makanan
peternak tentang pelarangan penjualan betina
ternak hampir berada disetiap kecamatan di
produktif masih rendah, ini dikarenakan tidak
Kabupaten
adanya sosialisasi dari dinas terkait. Penjualan
program pemerintah. Kebun hijauan makanan
betina produktif dapat menurunkan populasi
ternak tersebut
ternak sapi potong dan diperlukan peraturan
unggul,
daerah
berlokasi jauh dengan areal pengembalaan
pemotongan
untuk
maupun
ternak
yang
tepat
jumlah
mendukung betina
pelarangan
produktif
serta
Halmahera
Selatan
melalui
ditanami rumput–rumput
tetapi
kebun
hijauan
tersebut
ternak sehingga peternak banyak yang tidak
pemotongan ternak harus dilakukan di Rumah
memanfaatkan
hijauan
tersebut.
Menurut
Potong Hewan (RPH) untuk memudahkan
Mirah (2015),
pengontrolan pemotongan ternak sapi betina.
potensi sebagai bsumber pakan ternak maka
lahan pertanian memiliki
Sumberdaya Pakan
perlu dilakuakan evaluasi hijauan pakan ternak
1. Produksi Hijauan Makananan Ternak dan
untuk memprediksi potensi ternak disuatu
Kualitas Pakan
wilayah
Hijauan yang tersedia pada areal perkebunan
kelapa
terdiri
dari
untuk
mendukung
kapasitas
peningkatan populasi ternak sapi.
berbagai
Analisa kualitas pakan berdasarkan
leguminosa dan rumput –rumputan yang
komposisi
dapat dikonsumsi oleh ternak. Komposisi
protein cukup baik yakni 12,97 %, tingginya 191
zat–zat
makanan,
kandungan
Jurnal Zootek ( “Zootek Journal”) Vol 35 No 2 :187-200
(Juli 2015)
ISSN 0852 -2626
kadar protein dikarenakan hijauan yang ada
Hasil analisa proksimat kandungan zat-zat gizi
dipadangan terdapat jenis kacang–kacangan.
dalam hijauan terlihat pada tabel 2.
Tabel 2. Analisa komposisi Zat–Zat Hijauan Makanan Ternak Di Lokasi Penelitian
Uraian
Nilai Kadar Air (%) 32,35 Kadar Abu (%) 11,00 Protein (%) 12,97 Serat Kasar (%) 24,18 Lemak Kasar (%) 4,22 BETN (%) 47,64 TDN (%) 63,40 Energi Bruto kkal/kg 3774,25 Kalsium (%) 0,37 Phospor (%) 0,38 Sumber : Laboratorium Nutrisi Ternak Ruminansia dan Kimia Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran, 2015 Berdasarkan
hasil
analisa
diatas
ternak serta tahan naungan dipastura (dibawah
hijauan yang terdapat dibawah pohon kelapa
pohon kelapa).
tergolong kedalam kelompok hijauan dengan
Mata pencarian peternak yang juga
kualitas tinggi dikarenakan nilai protein diatas
petani tanaman pangan menjadikan salah satu
10% dari bahan kering, energi/TDN diatas
peluang yaitu melimpahnya limbah hasil
50% , sedangkan untuk kandungan kalsium
pertanian seperti jerami jagung, jerami padi
(Ca) masih tergolong sedang (0,3%) (Siregar,
ladang, limbah kedelai, dan kacang tanah yang
2008).
dapat
dijadikan
sebagai
pakan
ternak.
Kandungan gizi didalam pakan ternak
Pemanfataan limbah pertanian sebagai pakan
sangat penting agar ternak dapat tumbuh dan
ternak perlu sekali dilakukan untuk menjamin
berproduksi.
(1999)
ketersediaan hijauan sepanjang tahun terutama
kebutuhan hijauan oleh ternak ruminan besar
pada musim kemarau atau disaat produksi
adalah 10 % dari bobot badannya atau sekitar
hijauan menurun.
Menurut
Parakkasi
20-30 kg/hari. Produktivitas ternak dapat
Permasalahan yang dihadapi dalam
dicapai melalui peningkatan bobot badan,
menggunakan pakan limbah pertanian dan
ternak
perkebunan antara lain faktor pengetahuan
harus
diberikan
hijauan
berkualitas/unggul seperti rumput gajah dan
peternak,
leguminosa lain seperti kaliandra. Penanaman
perkebunan serta faktor pencemaran, untuk
rumput unggul dengan memanfatkan lahan
mengatasi masalah tersebut diperlukannya
diantara
yang
dukungan tekhnologi dan soaialisasi tentang
ditanam harus tahan injakan dan renggutan
pemanfaatan limbah sebagai pakan ternak
tanaman
kelapa.
Hijauan
192
kualitas
limbah pertanian
dan
Jurnal Zootek ( “Zootek Journal”) Vol 35 No 2 :187-200
(Juli 2015)
ISSN 0852 -2626
secara berkesinambungan (Indraningsih dkk,
produksi
2010).
Peternak perlu diberi sentuhan
Berdasarkan data tersebut maka tiap hektar
tekhnologi pakan untuk pengolahan limbah
perkebunan kelapa diperoleh daya tampung
pertanian
ternak sebesar 2,2 ekor.
menjadi
pakan
ternak
seperti
26,33
ton
hijauan
segar/ha.
Rata – rata kepemilikan perkebunan
pembuatan Hay dan Silase untuk meningkat nilai gizi dari limbah hijauan tersebut.
kelapa peternak adalah 3,2 ha maka daya
2. Kapasitas Tampung
tampung ternaknya sebanyak 7,04, sedangkan
Keberadaan padang penggembalaan
rata-rata kepemilikan ternak sebanyak 8,7.
sangat diperlukan, oleh karena itu, perlu
Berdasarkan analisa daya tampung terjadi
adanya upaya pemanfaatan terhadap padang
kelebihan
penggembalaan yang ada dengan menentukan
pengembalaan di bawah pohon kelapa oleh
kapasitas tampung, sehingga lahan yang
petani sebesar 1,66 ekor yang berakibat pada
memproduksi hijauan makanan ternak dapat
over grazing atau kebihan merumput, dari
dimanfaatkan
hasil
dengan
optimal.
Kapasitas
daya
wawancara
tampung
peternak
areal
mengantisipasi
tampung merupakan analisis kemampuan areal
dengan
padang penggembalaan atau kebun rumput
perkebunan
untuk dapat menampung sejumlah ternak,
menjalankan
sehingga kebutuhan hijauan rumput dalam satu
kebutuhan hijauan ternak dapat tercukupi.
tahun bagi makanan ternak tersedia dengan cukup.
Kapasitas
tampung
mengembalakan
pada
kelapa
Menurut
pola
ternaknya
kerabat
yang
integrasi
Rusdiana
pada
dkk
tidak
sehingga
(2013),
padang
Kapasitas tampung dalam 1 ha perkebunan
penggembalaan atau kebun rumput, erat
kelapa dengan produksi hijauan segar 55 ton
berhubungan dengan jenis ternak, produksi
dan produksi rumput pangonan 45,7 ton
hijauan rumput, musim, dan luas padang
hijauan segar mempunyai daya tampung
penggembalaan atau kebun rumput, oleh
ternak sekitar 4,1ekor ternak sapi potong dan
karena itu kapasitas tampung bisa bermacam-
hasil penelitian Salendu dan Elly (2012)
macam dan tergantung pada pengukuran
menyatakan bahwa rumput berkualitas yang
produksi hijauan rumput.
dapat diintroduksi dibawah pohon kelapa
Luas lahan efektif untuk tanaman
rumput Dwarft dapat menghasilkan rumput
kelapa dalam satu hektar dengan jarak tanam 7
sebanyak 288 ton/tahun setara dengan 22, 5
x 7 adalah 61,2 meter, dengan populasi kelapa
UT/tahun
sebanyak 204 pohon/ha.
Kapasitas tampung dapat ditingkatkan
Luasan yang tertanamn hijauan dari satu
apabila dilakukan penanaman rumput dengan
hektar perkebunan kelapa yaitu 9.938,8 meter,
kualitas baik seperti rumput gajah sebagai
luasan ini dapat dipakai untuk menanam
tanaman sela diantara pohon kelapa dan
hijauan diantara pohon kelapa. Hasil penelitian
pemberian rumput potong dari kebun Hijauan
menunjukkan rata–rata produksi hijauan 5,3
Makanan Ternak serta pemberian limbah
kg/cuplikan atau 2,65 kg/m² dengan kapasitas 193
Jurnal Zootek ( “Zootek Journal”) Vol 35 No 2 :187-200
(Juli 2015)
pertanian sebagai pakan ternak dimanfaatkan
ISSN 0852 -2626
Rata–rata bobot badan ternak pada
secara optimal.
lokasi penelitian berdasarkan jenis kelamin
3. Produktivitas Ternak
dan umur adalah sapi jantan dewasa diatas 2
Produktivitas ternak yang dimaksud adalah
rata–rata
berdasarkan
bobot
umur
badan
dan
jenis
tahun yaitu 320,35 kg dan betina 265,94 kg,
ternak
sedangkan untuk jantan anak dengan umur
kelamin.
kurang dari 1 tahun sampai dengan 2 tahun
Produktivitas ternak dipengaruhi oleh 70%
sebesar 154.76 kg dan betina anak 128,27 kg.
faktor lingkungan dan faktor genetik sekitar
Bobot
badan
sangat
berkorelasi
30%. Diantara faktor lingkungan tersebut,
dengan pakan yang diberikan pada ternak.
aspek pakan mempunyai pengaruh paling
Kualitas hijauan dibawah pohon kelapa cukup
besar yaitu sekitar 60%, hal ini menunjukan
baik dimana rumput lapangan dan leguminosa
bahwa walaupun potensi genetik ternak itu
memiliki kandungan protein 12% yang cukup
tinggi, tetapi apabila pakan kualitasnya rendah
bagi pertumbuhan ternak. Bobot badan yang
maka produktivitas yang optimal tidak akan
dimiliki dikategorikan cukup baik dan ini
tecapai. Elly dkk (2013) mengatakan bahwa
merupakan
untuk meningkatkan produktivitas ternak salah
pengembangan sapi potong dengan pola
satu faktor penting yang harus diperhatikan
integrasi kelapa-sapi.
dalah penyediaan pakan sepanjang tahun, upaya
ini
kebutuhan
dilakukan zat
agar
makanan
satu
kekuatan
dalam
Menurut Siregar (2008) sapi bali
pemenuhan
ternak
salah
jantan dewasa bobot badan berkisar
untuk
antara
350-400 kg, sedangkan betina berkisar 250-
mempertahankan kehidupan pokok dan tujuan
300 kg. Produktivitas sapi potong
produksi dapat berkesinambungan.
badan) akan mempengaruhi nilai jual dari
Kandungan zat–zat makanan yang
ternak
terdapat dalam hijauan dipakai untuk hidup
tersebut
dan
(bobot
efisiensi
dalam
penggemukan sapi potong.
pokok dan berproduksi. Protein merupakan bagian terpenting dari jaringan tubuh, apabila
Sarana dan Prasarana Produksi
pakan tidak mengandung protein yang cukup
Peternakan
tubuh ternak tidak akan membentuk dan
Sarana dan prasarana produksi berupa
memelihara jaringan didalam tubuh. Menurut
kandang dan peralatan tidak dimilki oleh para
Hoda (2002)
peternak
protein
yang harus tersedia
sebab
peternak
sepanjang
hari
dalam pakan yaitu sebesar 12 % dalam bahan
mengembalakan ternaknya dibawah pohon
kering yang dipakai untuk kebutuhan hidup
kelapa tanpa adanya kandang, tempat pakan
pokok dan pertumbuhan. Kandungan protein
dan minum, pada sore hari ternak akan
hijauan dilokasi penelitian adalah 12,97 %,
digiring ke sumber air (sungai) agar ternak
sehingga dapat dikatakan sapi potong pada
dapat
lokasi penelitian dari segi kualitas pakan telah
digunakan berupa tali yang dipakai untuk
terpenuhi kebutuhan gizinya.
menggikat 194
minum.
Peralatan
yang
banyak
induk betina, walaupun tidak
Jurnal Zootek ( “Zootek Journal”) Vol 35 No 2 :187-200
(Juli 2015)
ISSN 0852 -2626
terdapat kandang ternak pada lokasi penelitian
salah satu ketidak efisien sistim usaha tani
ketersediaan sarana berupa kandang jepit
tanaman ternak saat ini adalah kelembagaan
hampir
usaha tani yang lemah.
dimiliki
disetiap
desa,
sehingga
memanfaatkan
kandang
peternak
dapat
tersebut.
Keberadaan
kandang
jepit
Ketersediaan petugas penyuluh di
ini
setiap kecamatan telah memenuhi sehingga
merupakan salah satu program pemerintah
diharapkan pendampingan terhadap peternak
daerah Kabupaten Halmahera Selatan.
dapat berjalan baik, tetapi perlu diikuti dengan
Keberadaan sarana prasarana produksi
peningkatan kapasitas
penyuluh
terutama
seperti kandang sangat diperlukan dalam usaha
dibidang peternakan sebab penyuluh yang
peternakan, kandang akan menghindarkan
tersedia sebagian besar adalah penyuluh
ternak dari suhu yang ekstrim seperti saat
pertanian (sarjana pertanian).
musim penghujan atau saat musim kemarau,
Fasilitas
pendukung
berupa
sebab kelembaban udara akan berdampak pada
poskeswan yang berada di ibukota Kabupaten
kesehatan ternak dan menghindarkan ternak
tersedia tetapi pemanfataannya oleh petani
dari pencurian.
belum optimal.
Adanya beberapa bank
pemerintah
bank
Kabupaten
Halmahera
Selatan
dan
swasta
ternama
memiliki peluang untuk pengembangan sapi
mengindikasikan perekonomian di Kabupaten
potong karena memiliki akses yang mudah
Halmahera Selatan cukup kondusif.
terhadap berbagai fasilitas penunjang usaha
perbankan
peternakan. Akses transportasi
yang sangat
peminjaman modal melalui kredit usaha, tetapi
baik antara Kabupaten dengan Kabupaten lain
hampir secara keseluruhan peternak belum
atau
memanfaatkan fasilitas tersebut.
ibu kota provinsi merupakan satu
dan koperasi menyediakan dana
kekuatan dalam pengembangan peternakan.
Ekonomi 1. Biaya Produksi.
Kelembagaan/Fasilitas Pendukung Faktor kelembagaan
Pihak
peternak turut
Biaya produksi adalah seluruh biaya
berpengaruh dalam kegiatan usaha ternak,
riil
dimana
menjalankan usahanya. Berdasarkan hasil
kelembagaan
dapat
menunjang
yang
dikeluarkan
observasi
seperti terbentuknya kelompok tani, sebagian
mengalami kesulitan dalam menentukan biaya
besar peternak merupakan anggota kelompok
produksi
tani
dijalankan masih berskala rumah tangga atau
Melalui
kelompok
akan
wawancara
peternakan
sebab
mudah dalam
mentrasfer ilmu pengetahuan
dikeluarkan adalah biaya yang dikeluarkan
dari anggota ke anggota, hal ini sependapat
selama satu tahun (biaya pembelian peralatan
dengan Elly dkk (2013) yang menyatakan
seperti tali dan parang). Pakan dan tenaga
pengembangan ternak sapi potong tidak
kerja
terlepas dari peranan kelompok tani ternak dan
produksi sebab petani tidak membeli pakan
dimasukkan
biaya
rill
yang
skala
tidak
adapaun
usaha
sedikit
mempermudah dalam pengorganisasian dan
195
kecil,
agak
dalam
keberhasilan dari usaha tersebut. Kelembagaan
ternak.
dan
petani
kedalam
yang
biaya
Jurnal Zootek ( “Zootek Journal”) Vol 35 No 2 :187-200
(Juli 2015)
ISSN 0852 -2626
(hijauan) maupun pakan tambahan dan tenaga
adalah pendapatan tunai dari usaha tani. Untuk
kerja yang digunakan adalah tenaga kerja
pendapatan
keluarga. Penggunaan sumberdaya pada usaha
penjualan sapi potong, sedangkan pendapatan
peternakan rakyat sulit dirinci sebab usaha
usaha
ternak yang dilakukan sebagai usaha sambilan
penjualan kopra rata – rata produksi kopra
sehingga tidak ada pecurahan tenaga kerja
pertahun dengan pola integrasi di kabupaten
secara khusus dan rutin untuk pemeliharaan
Halmahera Selatan yakni 1-1,2 ton/ha dengan
ternak (Soekardono, 2009). Rata-rata biaya
harga jual Rp. 4.600/kg.
produksi
Rp.
(2006) bahwa produksi kopra dari tanaman
538.571, pada perhitungan biaya produksi
kelapa varietas kelapa dalam yaitu 1.10 ton/thn
secara nyata tidak terdapat pengeluran non
tetapi dengan pemeliharaan secara intensif
tunai dalam hal ini biaya penyusutan modal.
tanaman kelapa dapat menghasilkan kopra
2.
Pendapatan Bersih
sebanyak 2.50 ton. Pendapatan bersih dari
Pendapatan merupakan selisih antara
usahatani yaitu Penerimaan dari penjualan
penerimaan dengan total biaya produksi,
kopra setelah dikurangi dengan biaya tenaga
sehingga besarnya pendapatan tergantung dari
kerja (sistim bagi hasil/penerimaan dibagi dua
besarnya out put yang dihasilkan. Pendapatan
dengan pekerja). Pendapatan bersih dapat
bersih yang dimaksud dalam penelitian ini
dilihat pada tabel 3.
yang
dikeluarkan
sebesar
tani
peternakan
kelapa
diperoleh
diperoleh
dari
dari
hasil
Menurut Supandi
Tabel 3. Rata- Rata Pendapatan Bersih Responden Dari Usaha Tani Dan Peternakan
Uraian
Usaha Tani
Peternakan
Penerimaan (Rp)
40.144.857
13.692.857
Pendapatan (Rp)
20.072.429
13.154.286
Sumber : Data Olahan (2015)
Peternak menjual ternaknya
dengan harga
Pendapatan dari pola integrasi kelapa-
rata-rata Rp. 7.750.000/ ternak. Harga jual ini
sapi di Kabupaten Halmahera Cukup besar
tergolong relatif kecil jika dibandingkan harga
yakni
jual
ibukota
keuntungan Rp. 20.072.429 dan dari ternak
Kabupaten atau antar pulau. Pembeli datang
sebesar Rp. 13.154.286. Hasil penelitian
langsung kedesa-desa sehingga biaya angkut
Rusdiana dkk (2013) bahwa hasil analisis
dan biaya lain tak terduga dibebankan kepada
finansial secara ekonomi dari tanaman kelapa
petani. Alasan petani menjual ternaknya
yang
sangat beragam rata-rata dikarenakan adanya
mendapatkan keuntungan dari kelapa sebesar
kebutuhan mendesak yang harus dipenuhi.
Rp. 3.780.000/ha, sedangkan dari sapi potong
ketika
ternak
sampai
di
196
dari
tanaman
belum
kelapa
menghasilkan
diperoleh
(TBM)
Jurnal Zootek ( “Zootek Journal”) Vol 35 No 2 :187-200
sekitar
Rp.
5.143.000
ISSN 0852 -2626
sedangkan
dkk (2012) menunjukkan kontribusi ternak
tanaman menghasilkan (TM) mendapatkan
sapi terhadap pendapatan rumah tangga petani
keuntungan
kelapa sawit sebesar 4,36 %. Menurut
dari
tahun,
(Juli 2015)
kelapa
sekitar
Rp.
6.750.000/ha/thn dari ternak sapi potong
Soehadji
sekitar Rp. 1.972.000/tahun dan tanaman tidak
pendapatan peternak terhadap rumah tangga
menghasilkan atau tanaman rusak (TTM/TR)
tergantung pada besar dan tujuan usaha, pada
mendapatkan keuntungan dari kelapa sekitar
usaha peternakan yang besifat sambilan rumah
Rp. 1.200.000/tahun sedangkan dari ternak Rp.
tangga
4.950.000/tahun
bersifat cabang usaha 30-70% dan yang
3. Kontribusi Usaha Peternakan Terhadap
bersifat
Total Usaha Tani Analisis
(1993)
Besarnya
kontribusinya
usaha
kontribusi
adalah 30%,
pokok
atau
yang
industri
kontribusinya sebesar 70-100% .
perbandingan
pendapatan
Kontribusi sapi ini bisa ditingkatkan
bersih usaha sapi potong dengan pendapatan
lagi apabila petani memanfaatkan hasil ternak
total usahatani digunakan untuk mengetahui
lain seperti limbah kotoran ternak sebagai
persentasi kontribusi pendapatan bersih usaha
pupuk kandang untuk dijual. Ketut (2005)
sapi potong terhadap pendapatan bersih petani
menambahkan pengalihan pupuk anorganik ke
secara
organik
keseluruhan.
kontribusinya
Secara
sebesar
umum
39.6%,
hal
nilai ini
akan
berkembangnya
berdampak sektor
memacu
peternakan
di
menunjukkan kontribusi usaha peternakan
Indonesia, perbaikan konisi lahan pertanian
terhadap usaha tani perkebunan kelapa cukup
dan
besar atau sumbangsih peternakan cukup
pendapatan petani . Satu
besar, hal ini dikarenakan harga jual ternak
menghasilkan kotoran segar sekitar 7,5 ton
tidak terpengaruh oleh krisis ekonomi dan
per tahun dan dapat diolah menjadi pupuk
permintaan daging sapi setiap tahun terjadi
kandang sebanyak 5 ton.
meningkatkan
produktivitas
dan
ekor sapi dapat
peningkatan, sedangkan harga kopra sangat fluktuatif, apabila petani hanya menjalankan
Potensi Dan Strategi Pengembangan Sapi
usaha tani tanpa mengintegrasikan dengan sapi
Potong Dengan Pola Integrasi Kelapa-Sapi
potong maka pendapatan yang peroleh rata-
Di Kabupaten Halmmahera Selatan
rata hanya sebesar Rp.20.072.429, sedangkan apabila diintegrasi maka akan diperoleh
Berdasarkan
identifikasi
faktor
pendapatan/tahun sebesar Rp. 33.226.715.
internal dan eksternal (matriks IFAS dan
Hasil penelitian Hoda (2002) menunjukkan
EFAS) dan dilanjutkan dengan analisis faktor
nilai kontribusi usaha peternakan terhadap
ekternal internal sebagaimana terlihat pada
total usaha tani di Provinsi Maluku Utara
gambar 1.
untuk pulau besar yaitu 36,36 %, pulau sedang 39,93 % dan pulau kecil sebesar 37%. Fitrini
197
Jurnal Zootek ( “Zootek Journal”) Vol 35 No 2 :187-200
(Juli 2015)
ISSN 0852 -2626
Total Skor Faktor Internal 4, 0 Kuat
1,0
3,0 Rata-rata
2,0 Lemah
I
II
III
Kuat 3,0
IV
V
VI
Rata-rata 33 2,0
VII
VIII
IV
3,0 Lemah @,0 1,0
Eksternal
Gambar. 1. Hasil Analisis faktor Internal dan Eksternal Gambar 1 memperlihatkan total hasil skor faktor eksternal menempatkan Kabupaten
KESIMPULAN DAN SARAN
Halmahera Selatan dalam sel II matrik EI
Kesimpulan
(2,90 :2,75) yang berada pertumbuhan
pada
strategi
1. Kabupaten Halmahera Selatan
memiliki
ini berarti usaha ternak di
potensi dalam pengembangan peternakan
Kabupaten Halmahera Selatan perlu didisain
sapi potong dengan pola integrasi kelapa-
untuk mencapai pertumbuhan lebih baik
sapi berupa sumberdaya alam, sumberdaya
karena didukung oleh faktor kekuatan internal
manusia, dukungan kebijakan pemerintah,
diatas rata-rata, begitu juga faktor peluang
sarana prasarana dan peluang pasar.
yang kuat sehingga diKabupaten Halmahera
2. Berdasarkan analisa potensi Kabupaten
Selatan perlu dilakukan penambahan populasi
Halmahera Selatan berada pada posisi
ternak potong, selain itu sumberdaya manusia
strategis sebagai wilayah pengembangan
dalam hal ini peternak perlu diberikan
pengembangan sapi potong dengan pola
sentuhan
integrasi kelapa-sapi atau berada pada
inovasi
membudidaya
dan
tekhnologi
ternak
secara
sumberdaya
alam
yang
(optimalisasi
penggunaan
dalam terpadu,
strategi pertumbuhan (growth strategy)
mendukung lahan)
Saran
serta
1. Kemampuan petani dan penyuluh perlu
mengatur manajemen pemasaran sehingga
ditingkatkan
dapat meningkatkan kesejahhteraan peternak
penyuluhn yang intersif dan terpadu,
Ancaman eksternal perlu diantisipasi
melalui
pelatihan
dan
sehingga dapat memperbaiki pola pikir dan
dengan pelarangan penjualan betina produktif
budidaya peternakan yang baik.
dan penerapan sanksi yang jelas agar member
2. Penanaman
hijauan
unggul
diantara
efek jera, penggunaan ternak sebagai tenaga
tanaman kelapa perlu dilakukan, sarana
kerja hanya pada jantan dengan usia diatas 5
produksi
tahun
produktivitas ternak dapat dicapai.
serta
peningkatan
pengetaahuan
penyuluh melalui pelatihan. 198
ditingkatkan
sehingga
Jurnal Zootek ( “Zootek Journal”) Vol 35 No 2 :187-200
(Juli 2015)
ISSN 0852 -2626
3. Perlu dibangun Rumah Potong Hewan
Fitrini, Ismed Iskandar Dan Surya Permana.
(RPH) di Kabupaten Halmahera Selatan
2012. Kontribusi Usaha Sapi Terhadap
guna penyediaan daging aman, sehat, utuh
Pendapatan Anggota Kelompok Tani
dan halal (ASUH) dapat tercapai dan
Suka Mulia pada Perkebunan Kelapa
pengontorolan
Sawit Rakyat. Jurnal Embrio Vol 5 No 2,
pemotongan
betina
produktif dapat terlaksana.
Hal 85-97.
4. Perlu penambahan paramedis peternakan
Hendra Saputra, Arief Daryanto dan Dudi S.
yaitu mantri hewan atau dokter hewan 5. Pos
kesehatan
hewan
harus
Hendrawan.
tersedia
2009.
Pengembangan
Strategi
Ternak
Sapi
Potong
Di
Propinsi
disetiap kecamatan agar mudah dalam
Berwawasan
akses kesehatan hewan
Aceh. Jurnal Manajemen dan Agribisnis
6. Diperlukan
adanya
sentuhan
tekhnologi
pakan,
reproduksi
inivasi
Volume 6 No 2.Hal 154- 156.
dan
Hoda, A. 2002.Potensi Pengembangan Sapi
pengolahan limbah peternakan. 7. Perlu
Potong Pola Usaha Tani Terpadu di
dilakukaan pemetaan wilayah-
wilayah
pengembangan
Agribisnis
sapi
Wilayah
potong
Maluku
Utara.Tesis.Program
Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
diKabupaten Halmahera Selatan
Bogor. Indranigsih, R Widiastuti dan Y Sani. 2010. Limbah
DAFTAR PUSTAKA Elly, F. H, P. O. V. Waleleng, Ingriet D. R.
Pertanian
Dan
Perkebunan
Sebagai pakan Ternak : Kendala dan
Lumenta dan F. N. S. Oroh. 2013.
Prospeknya.
Introduksi Makanan Ternak Sapi Di
Ketersediaan IPTEK Dalam pengendalian
Minahasa Selatan.
Penyakit
Joural of Tropica
Forage science (Pastura) Vol 3 No 1 : 5-8.
Lokakarya
strategis
Nasional
Pada
ternak
Sistim
Integrasi
Ruminansia Besar.
ISSN 2088-818x
Ketut
Elly, F.H, Bonar M Sinaga, Sri Utami
Kariyasa.
2005.
Tanaman-Ternak
Dalam
Perspektif
Kuncoro dan Nunung Kusnadi. 2008.
Reorientasi Kebijakan Subsidi Pupuk dan
Pengembangan
Sapi
Peningkatan Pendapatan Petani. Jurnal
Rakyat Melalui Integrasi Sapi Tanaman
Analisis Kebijakan Pertanian. Vol 3 No1 :
Di
68-80.
Sulawesi
Usaha
Ternak
Utara.Jurnal,
Litbang
pertanian, 27 (2). 63-64
Mirah E Riko, E. K. M. Endoh, J. Pandey dan
Elly, F.H. M.A.V. Manese dan D Polakitan.
A.
H.
S
Salendu.
2015.
Potensi
2012 Pemberdayaan Kelompok Tani
Pengembangan Ternak Sapi Pada Usaha
Ternak
Pengembangan
Tani Di Kecamatan Tareran Minahasa .
Hijauan Di Sulawesi Utara. Joural of
Jurnal Zootek Vol 35 No 1 : 46-54. ISSN
Tropica Forage science (Pastura) Vol 2
0852-2526.
Sapi
Melalui
No 2 : 61-65. ISSN 2088-818x 199
Jurnal Zootek ( “Zootek Journal”) Vol 35 No 2 :187-200
Parakkasi Aminudin. 1999. Ilmu Nutrisi Dan
(Juli 2015)
ISSN 0852 -2626
Soekardono.
2009.
Ekonomi
Makanan Ternak Ruminan. UI Press.
Peternakan
Jakarta.
Akademi Pressindo. Jakarta
Rusdiana. S dan Cut. R Adawiyah. 2013.
Soehadji.1993.
Teori
Dan
Agribisnis Aplikasinya.
Kebijakan
Pembangunan
Untuk
Pengembangan
Analisis Ekonomi Dan Prospek Usaha
Peternakan
Tanaman Kelapa Dan Ternak Sapi Di
Pedesaan. Makalah Yang Disampaikan
lahan Perkebunan Kelapa. Jurnal SEPA
Pada Lustrum VI Faterna Unad Tanggal
Vol 10 No 1, Hal 118-131. ISSN 1829-
21 November.
9946. Salendu
Sudiarto, A.H.S
dan
F.H.
Elly.
Bambang.
Limbah
2008.
Peternakan
Terpadu
dan
2012.Pemanfaatan Lahan Dibawah pohon
Agribisnis
kelapa Untuk Hijauan Pakan Sapi Di
Lingkungan. Seminar Nasional Teknologi
Sulawesi Utara. Joural of Tropica Forage
Peternakan dan Veteriner. Bandung.
science Vol 2 No 2 : 21-25. ISSN 2088-
Supandi dan A. Rozany Nurmanaf. 2006.
818x.
yang
Pengelolaan
Pemberdayaan Petani
Siregar Sorry Basya.2008.Penggemukan Sapi
Berwawasan
Kelapa
Dalam
Upaya Peningkatan Pendapatan. Jurnal
edisi Revisi. Penebar Swadaya. Jakarta.
Litbang pertanian, 25 (1).
200