e-Jurnal Agrista – ISSN 2302-1713 - http://agribisnis.fp.uns.ac.id Copyright © 2012 Program Studi Agribisnis – Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta
NASKAH PUBLIKASI
STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS SAPI POTONG DI KABUPATEN BLORA Program Studi Agribisnis
Oleh Riana Aninditya Prastiti H0808040
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012
1
e-Jurnal Agrista – ISSN 2302-1713 - http://agribisnis.fp.uns.ac.id Copyright © 2012 Program Studi Agribisnis – Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta
2
PERNYATAAN
Dengan ini kami selaku Tim Pembimbing Skripsi Mahasiswa Program Sarjana :
Nama
: Riana Aninditya Prastiti
NIM
: H0808040
Program Studi
: Agribisnis
Menyetujui Naskah Publikasi Ilmiah yang disusun oleh yang bersangkutan dan dipublikasikan dengan/ tanpa*) mencantumkan nama tim pembimbing sebagai
Pembimbing Utama
Co-Author.
Pembimbing Pendamping
Wiwit Rahayu, S.P., M.P.
Arip Wijianto, S.P.,M.Si.
NIP. 197111091997032004
NIP. 197712262005011002
*) Coret yang tidak perlu
e-Jurnal Agrista – ISSN 2302-1713 - http://agribisnis.fp.uns.ac.id Copyright © 2012 Program Studi Agribisnis – Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta
3
STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS SAPI POTONG DI KABUPATEN BLORA Riana Aninditya Prastiti (1) Wiwit Rahayu, S.P., M.P.(2) Arip Wijianto, S.P., M.Si.(3) ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor internal dan eksternal, alternatif strategi dan prioritas strategi yang diterapkan dalam mengembangkan agribisnis sapi potong di Kabupaten Blora. Metode dasar penelitian menggunakan metode deskriptif. Daerah penelitian dilaksanakan di Kabupaten Blora. Jenis data yang digunakan yaitu data primer dan data sekunder. Metode analisis data yang digunakan yaitu (1) Analisis SWOT, (2) Matriks SWOT, (3) QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix). Hasil penelitian menunjukkan bahwa alternatif strategi pengembangan agribisnis sapi potong di Kabupaten Blora antara lain meningkatkan penggunaan teknologi untuk memperoleh hasil produksi tinggi, meningkatkan permodalan dan adopsi teknologi usahatani dan pengolahan hasil untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produk, meningkatkan produksi dan meningkatkan hubungan kerjasama antar pelaku usaha dalam budidaya, pengolahan hasil dan pemasaran, serta meningkatkan kemampuan sumber daya yang dimiliki untuk mengantisipasi adanya pesaing produk. Prioritas strategi pengembangan agribisnis sapi potong di Kabupaten Blora pada subsistem pengadaan sarana produksi adalah dengan memperluas jangkauan pemasaran. Subsistem produksi/ usahatani adalah meningkatkan kualitas dan kuantitas produk. Subsistem pengolahan hasil pertanian adalah meningkatkan upaya inovasi produk. Subsistem pemasaran hasil pertanian adalah meningkatkan pengalaman pedagang. Subsistem kelembagaan pendukung adalah meningkatkan sarana dan prasarana. Prioritas strategi pengembangan agribisnis sapi potong di Kabupaten Blora adalah meningkatkan produksi dan meningkatkan hubungan kerjasama antar pelaku usaha dalam budidaya, pengolahan hasil dan pemasaran. Kata Kunci: Sapi Potong, Matriks SWOT, QSPM, Kabupaten Blora Keterangan : 1. Mahasiswa S1 program studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta dengan NIM H0808040 2. Dosen Pembimbing Utama 3. Dosen Pembimbing Pendamping
e-Jurnal Agrista – ISSN 2302-1713 - http://agribisnis.fp.uns.ac.id Copyright © 2012 Program Studi Agribisnis – Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta
4
AGRIBUSSINESS DEVELOPMENT STRATEGIES OF BEEF CATTLE IN BLORA DISTRICT Riana Aninditya Prastiti (1) Wiwit Rahayu, S.P., M.P.(2) Arip Wijianto, S.P., M.Si.(3) ABSTRACT This study aimed to determine the internal and external factors, alternative strategies and priorities of the strategy applied in developing agribusiness beef cattle in Blora district. The basic method of research used descriptive method. The area of research was conducted in Blora district. The type of data used was primary data and secondary data. The methods of data analysis are : (1) SWOT Analysis, (2) SWOT matrix, (3) QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix). Alternative strategies for agribusiness developing beef cattle in Blora district includes improves the use of technology to obtain high production, increases capital and technology adoption farming and processing to improves the quality and quantity of products, increases production and enhances partnerships among business actors in cultivation, processing and marketing, increases the ability of its resources in anticipation of the competitor products. Priority strategy for developing agribusiness beef cattle in Blora district of agricultural inputs subsystem is to expands marketing reach. Subsystem production / farming is to improve the quality and quantity of products. Agricultural processing subsystem is to increases product innovation efforts. Beef cattle marketing subsystem is to improves the merchant experience. Subsistem institutional support is to improves infrastructure and priority strategies for agribusiness developing beef cattle in Blora district is to increases production and enhances partnerships among business actors in cultivation, processing and marketing. Keywords: beef cattle, Matrix SWOT, QSPM, Blora District Description : 1. Student S1 of Sosial Study Program Agribussiness Faculty of Agriculture Sebelas Maret University Surakarta with NIM H0808040 2. Main Lecturer 3. Assistant Lecturer
e-Jurnal Agrista – ISSN 2302-1713 - http://agribisnis.fp.uns.ac.id Copyright © 2012 Program Studi Agribisnis – Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta
5
PENDAHULUAN Latar Belakang Pertanian merupakan kegiatan pemanfaatan sumberdaya hayati yang dilakukan oleh manusia untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku industri, atau sumber energi, serta mengelola lingkungan hidup. Sistem agribisnis merupakan konsep yang menelaah dan menjawab berbagai masalah, tantangan, dan kendala yang dihadapi dalam pembangunan pertanian, dan untuk menilai keberhasilan pembangunan pertanian serta pengaruhnya terhadap pembangunan nasional secara lebih tepat (Soetriono, et al., 2006). Sub sektor peternakan memiliki kedudukan yang unik dan strategis dalam pembangunan nasional yaitu terkait dengan penyediaan pangan sumber protein sebagai faktor essensial dalam pencerdasan bangsa Indonesia. Salah satu komoditas peternakan yang bernilai ekonomi tinggi adalah sapi. Sapi merupakan salah satu objek makanan yang bergizi tinggi, dengan berbagai macam produk olahan dagingnya. Keadaan ini menunjukkan bahwa kebutuhan produk olahan makanan dari daging sapi akan berkembang dengan meningkatnya jumlah penduduk Indonesia. Oleh karena itu produksi sapi juga dituntut untuk semakin meningkat sesuai dengan permintaan pasar yang semakin meningkat. Berdasarkan hasil Pendataan Sapi Potong, Sapi Perah, dan Kerbau (PSPK) 2011 populasi sapi potong di Indonesia pada tahun 2011 tercatat 14,8 juta ekor. Secara regional, populasi sapi potong sebagian besar terdapat di pulau Jawa sebanyak 7,5 juta ekor atau 50,74 persen dari total populasi sapi potong di Indonesia. Provinsi Jawa Tengah merupakan provinsi dengan populasi sapi potong terbesar kedua di Indonesia setelah Jawa Timur yaitu sebesar 1,9 juta ekor (Kementerian Pertanian dan Badan Pusat Statisitik, 2011). Berdasarkan data BPS Provinsi Jawa Tengah tahun 2010 populasi sapi potong terbesar dihasilkan oleh Kabupaten Blora. Kabupaten Blora memiliki populasi sapi potong paling banyak diantara kabupaten yang lain yaitu sebesar 217.995 ekor. Berdasarkan data BPS Kabupaten Blora tahun 2011 dapat diketahui ternak sapi potong mengalami kenaikan tiap tahunnya yaitu pada tahun 2007 sejumlah 215.687 ekor, tahun 2008 sejumlah 216.988 ekor, tahun 2009 sejumlah 217.995 ekor dan tahun 2010 sejumlah 219.741 ekor. Berdasarkan tujuan pemeliharaam sapi potong yang
5
e-Jurnal Agrista – ISSN 2302-1713 - http://agribisnis.fp.uns.ac.id Copyright © 2012 Program Studi Agribisnis – Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta
6
dikembangkan di daerah Blora meliputi usaha perkembangbiakan, penggemukan, pembibitan, dan perdagangan. Usaha agribisnis sapi potong memiliki peluang yang prospektif untuk dikembangkan di Kabupaten Blora. Kendala pada sistem agribisnis sapi potong yaitu pakan yang masih kurang, kualitas sumberdaya manusia yang kurang memadai baik pelaku usaha agribisnis sapi potong, keterbatasan modal, terbatasnya promosi yang dilakukan, peran kelembagaan pendukung belum dirasakan manfaatnya oleh pelakau agribisnis sapi potong. Selain itu sebagian besar usaha penggemukan sapi potong yang dilakukan oleh masyarakat Kabupaten Blora masih bersifat tradisional dan masih merupakan usaha sampingan. Dalam mengembangkan agribisnis sapi potong harus mempertimbangkan kondisi sumberdaya alam, sumber daya manusia serta aspek kelembagaan. Oleh karena itu diperlukan suatu upaya untuk mengidentifikasi faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman sebagai bahan pertimbangan dalam rangka menetapkan alternatif strategi dan prioritas strategi pengembangan agribisnis sapi potong di Kabupaten Blora. Berdasarkan uraian di atas maka permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : 1. Faktor internal dan eksternal apa yang mempengaruhi pengembangan agribisnis sapi potong di Kabupaten Blora? 2. Alternatif strategi apa saja yang bisa diterapkan dalam mengembangkan agribisnis sapi potong di Kabupaten Blora? 3. Prioritas strategi apa yang dapat diterapkan dalam mengembangkan agribisnis sapi potong di Kabupaten Blora? Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi pengembangan agribisnis sapi potong di Kabupaten Blora. 2. Mengetahui alternatif strategi yang dapat diterapkan dalam mengembangkan agribisnis sapi potong di Kabupaten Blora. 3. Mengetahui prioritas strategi apa yang dapat diterapkan dalam mengembangkan agribisnis sapi potong di Kabupaten Blora.
e-Jurnal Agrista – ISSN 2302-1713 - http://agribisnis.fp.uns.ac.id Copyright © 2012 Program Studi Agribisnis – Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta
7
METODE PENELITIAN Metode Dasar Penelitian Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis, yaitu metode yang memusatkan diri pada pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang yang aktual kemudian data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan kemudian dianalisis (Surakhmad, 2004). Metode Pengambilan Daerah Penelitian 1. Metode Penentuan Sampel Lokasi Penelitian Daerah
penelitian
yang
diambil
adalah
Kabupaten
Blora,
dengan
pertimbangan Kabupaten Blora juga mempunyai populasi sapi potong yang paling besar jumlahnya di Propinsi Jawa Tengah.
2. Metode Penentuan Responden untuk Perumusan Strategi Perumusan strategi dipilih informan kunci secara purposive. Informan kunci dalam penelitian ini antara lain peternak sapi potong, penyedia sarana produksi, agroindustri pengolahan hasil peternakan, pedagang sapi potong di Pasar Blora, pemerintah Kabupaten Blora (BAPPEDA, DINTANBUNNAKIKAN Kabupaten Blora, Dinas Perindustrian Perdangan dan Dinas Pertanian Kecamatan Kota Blora), lembaga pendukung yaitu pasar hewan dan konsumen akhir. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh langsung dari informan kunci yang terdapat pada masing-masing subsistem agribisnis sapi potong. Data sekunder Data sekunder diperoleh dari Dinas Pertanian Peternakan Perkebunan Perikanan (Dintanbunnaikan) Kabupaten Blora, Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Blora, Dinas Perindustrian Perdagangan dan UMKM Kabupaten Blora, Dinas Pertanian Kecamatan Kota Blora, dan lembaga pendukung yang terkait agribisnis sapi potong di Kabupaten Blora.
Metode Analisis Data 1.
Analisis Faktor Internal dan Faktor Eksternal Analisis faktor internal bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor internal kunci yang menjadi kekuatan dan kelemahan di dalam pengembangan agribisnis sapi potong. Faktor internal yang dianalisis meliputi kondisi keuangan, SDM, pemasaran, operasional/ produksi, dan organisasi. Sedangkan analisis faktor eksternal bertujuan untuk mengidentifikasi faktor- faktor eksternal kunci yang menjadi peluang dan ancaman bagi
5
e-Jurnal Agrista – ISSN 2302-1713 - http://agribisnis.fp.uns.ac.id Copyright © 2012 Program Studi Agribisnis – Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta
8
pengembangan agribisnis sapi potong. Faktor eksternal yang dianalisis yaitu kondisi perekonomian, sosial dan budaya, pemasok, pemerintah, konsumen dan teknologi.
2.
Alternatif Strategi Matriks SWOT dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman dari faktor eksternal yang dihadapi oleh peternak sapi potong dengan kekuatan dan kelemahan yang termasuk faktor internal. Analisis SWOT digambarkan ke dalam Matriks SWOT dengan 4 kemungkinan alternatif strategi, yaitu strategi kekuatan- peluang (S-O strategies), strategi kelemahan- peluang (W-O strategies), strategi kekuatan-ancaman (S-T strategies), dan strategi kelemahan-ancaman (W-T strategies).
Tabel 1. Matriks SWOT IFAS
EFAS Opportunities (O)
Strenght (S) Menentukan 5-10 faktor- faktor kekuatan internal
Weakness (W) Menentukan 5-10 faktor- faktor kelemahan internal
Strategi S-O
Strategi W-O
Menentukan 5-10 faktorfaktor peluang eksternal
Menciptakan strategi menggunakan kekuatan memanfaatkan peluang
Threats (T)
Strategi S-T
Menentukan 5-10 faktorfaktor ancaman eksternal
Menciptakan strategi menggunakan kekuatan mengatasi ancaman
yang untuk
Menciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang Strategi W-T
yang untuk
Menciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman
Sumber : Rangkuti, 2009 3.
Prioritas Strategi Dalam mengembangkan agribisnis sapi potong di Kabupaten Blora diperlukan prioritas strategi dengan menggunakan analisis Matriks QSPM. Matriks QSPM digunakan untuk mengevaluasi dan memilih strategi terbaik yang paling cocok dengan lingkungan eksternal dan internal. Alternatif strategi yang memiliki nilai total terbesar pada matriks QSPM merupakan strategi yang paling baik.
Tabel 2. Matriks QSPM Faktor-Faktor Utama
Bobot
Alternatif Strategi Strategi 1 AS
Faktor-Faktor Internal
Utama
Total Bobot Faktor-Faktor Eksternal
Utama
Total Bobot Jumlah Keseluruhan Daya Tarik Total
Sumber : David, 2009
TAS
Strategi 2 AS
TAS
Strategi 3 AS
TAS
e-Jurnal Agrista – ISSN 2302-1713 - http://agribisnis.fp.uns.ac.id Copyright © 2012 Program Studi Agribisnis – Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta
9
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Faktor Internal dan Faktor Eksternal Pengembangan Agribisnis Sapi Potong di Kabupaten Blora a. Subsistem Pengadaan Sarana Produksi Pertanian Hasil identifikasi faktor internal pada subsistem penyediaan sarana produksi di Kabupaten Blora dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Faktor Internal Pengembangan Agribisnis Sapi Potong di Kabupaten Blora Pada Subsistem Pengadaan Sarana Produksi Internal Kondisi Keuangan Sumber Daya Manusia Operasional/ Produksi Pemasaran Organisasi
Kekuatan Modal cukup kuat 1. Ketrampilan usaha 2. TK tersedia 1. Kualitas produk baik 2. Jumlah produksi cukup tinggi Saluran distribusi pendek Hubungan baik antar pengusaha
Kelemahan
Kurangnya inovasi Promosi penjualan kurang Kelembagaan kurang penyedia saprodi
menyentuh
Sumber : Analisis Data Primer (2012) Pada subsistem pengadaan sarana produksi yang termasuk dalam faktor kekuatan antara lain modal yang cukup kuat dalam menjalankan usahanya dan telah berpengalaman dalam menjalankan usaha karena lebih dari 15 tahun. Produk sarana produksi terdiri dari bibit, pakan, obat-obatan dan alat-alat pertanian. Output produksi rata-rata memiliki kuantitas dan kualitas yang baik. Saluran distribusi yang digunakan oleh penyedia bibit dalam menjual produknya adalah melalui pedagang lokal serta langsung kepada konsumen. Faktor kelemahan yang terdapat dalam subsistem pengadaan sarana produksi pertanian antara lain pada para pengusaha kurang inovatif. Promosi penjualan produk hanya mengandalkan media promosi dari mulut ke mulut. Selain itu kurangnya fungsi kelembagaan pendukung dari pemerintah untuk penyedia sarana produksi. Fungsi dari kelembagaan pendukung adalah sebagai media penyerapan informasi dan sarana bertemunya para pelaku usaha secara aktif untuk bersama-sama mengembangkan agribisnis sapi potong. Hasil identifikasi faktor eksternal pada pengembangan agribisnis sapi potong di Kabupaten Blora pada subsistem penyedia sarana produksi dapat dilihat pada Tabel 4.
e-Jurnal Agrista – ISSN 2302-1713 - http://agribisnis.fp.uns.ac.id Copyright © 2012 Program Studi Agribisnis – Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta
10
Tabel 4. Faktor Eksternal Pengembangan Agribisnis Sapi Potong di Kabupaten Blora Pada Subsistem Penyediaan Sarana Produksi Eksternal Perkembangan ekonomi Perkembangan sosial budaya
Pemasok Pemerintah Teknologi Pesaing Pelanggan/ konsumen
Peluang
Ancaman Fluktuasi harga sarana produksi pertanian
1. 2.
Peningkatan pendapatan peternak Kesadaran peternak mengenai pakan meningkat Ketersediaan bahan baku Kurangnya pembinaan/ pelatihan bagi usaha kecil dan menengah dari pihak pemerintah Perkembangan teknologi 1. 2.
Pasar yang masih terbuka Adanya langganan peternak
Masuknya sarana produksi dari daerah lain Belum ada industri yang mau menjadi mitra
Sumber : Analisis Data Primer (2012) Faktor peluang yang terdapat pada subsistem pengadaan sarana produksi dapat terlihat pada pemberian pakan tambahan dan pakan penguat. Semakin tinggi pendapatan peternak maka semakin besar kemampuan peternak untuk membeli sarana produksi pertanian dalam menjalankan usahanya. Adanya ketersediaan bahan baku untuk penyedia sarana produksi pertanian yang cukup baik dalam hal jumlah, kualitas, dan ketepatan waktu. Adanya teknologi produksi seperti input berupa pakan untuk bibit, alat-alat untuk penggilingan pakan dan pembuatan konsentrat. Ancaman yang dihadapi penyedia sarana produksi pertanian yaitu penyedia bibit dari daerah lain seperti Purwodadi, Rembang dan Pati. Kendala yang dihadapi oleh penyedia sarana produksi adalah belum adanya mitra yang mau diajak bekerja sama seperti industri ataupun perusahaan penggemukan sapi dalam skala besar. b. Subsistem Produksi/ Usahatani Penggemukan Sapi Potong Hasil identifikasi faktor internal dalam pengembangan agribisnis sapi potong di Kabupaten Blora dapat dilihat pada Tabel 5 dibawah ini. Tabel 5. Faktor Internal Pengembangan Agribisnis Sapi Potong di Kabupaten Blora Pada Subsistem Usahatani Penggemukan Sapi Potong Internal
Kekuatan
Kondisi Keuangan
Sumber Daya Manusia
Operasional/ Produksi
Pemasaran Organisasi
Kelemahan 1.
1. 2.
TK tersedia Pengalaman peternak lebih dari 10 tahun 1. Ketersediaan sarana produksi yang mudah diakses peternak 2. Kualitas ternak yang baik 3. Waktu budidaya relatif singkat 1. Jaringan pemasaran luas 2. Saluran distribusi pendek Hubungan baik antar peternak
Sumber : Analisis Data Primer (2012)
Pengelolaan keuangan peternak kurang 2. Modal peternak kurang SDM peternak yang rendah
Teknik budidaya masih tradisional
1. 2.
Fluktuasi harga sapi potong Promosi penjualan kurang
e-Jurnal Agrista – ISSN 2302-1713 - http://agribisnis.fp.uns.ac.id Copyright © 2012 Program Studi Agribisnis – Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta
11
Faktor kekuatan yang terdapat dalam usahatani penggemukan sapi potong yaitu kualitas dari sapi potong yang diusahakan rata-rata dalam keadaan baik karena tampak gemuk dan tidak terserang penyakit. Peternak sapi potong memiliki jangkauan pemasaran yang luas karena sudah mampu menjual sapi potong keluar daerah Blora seperti Purwodadi dan Rembang. Hubungan antara peternak satu dengan peternak yang lain terpelihara dengan baik. Faktor kelemahan yang terdapat pada subsistem usahatani antara lain modal yang kurang dalam hal keuangan, belum ada upaya promosi yang dilakukan peternak dalam mengenalkan usahanya ke masyarakat luas. Adapun hasil identifikasi faktor eksternal dapat dilihat pada Tabel 6 berikut ini. Tabel 6. Faktor Eksternal Pengembangan Agribisnis Sapi Potong di Kabupaten Blora Pada Subsistem Usahatani Penggemukan Sapi Potong Eksternal Perkembangan ekonomi Perkembangan sosial budaya Pemasok Pemerintah
Teknologi Pesaing Pelanggan/ konsumen
Peluang Permintaan sapi potong meningkat 1. Kesadaran akan nilai gizi meningkat 2. Tradisi masih kuat 3. Ketertarikan dari investor Ketersediaan bahan baku 1. Adanya bantuan fasilitas umum dari pemerintah 2. Adanya pembinaan/ pelatihan/ penyuluhan bagi peternak dari pemerintah Perkembangan teknologi
Pasar yang masih terbuka
Ancaman Harga pakan mahal
Fluktuasi harga saprodi Kebijakan impor sapi
Masuknya sapi potong dari daerah lain Belum ada industri yang mau menjadi mitra
Sumber : Analisis Data Primer (2012) Peluang dari faktor eksternal pada subsistem usahatani penggemukan sapi potong antara lain ketersediaan sarana produksi pertanian baik dalam jumlah dan kualitas. Adanya teknologi budidaya meliputi pemilihan bibit yang berkualitas baik seperti bebas penyakit, berkelamin jantan, cukup umur, tidak kurus; pemeliharaan kandang; pemberian input berupa pakan penguat; perawatan ternak; dan penggunaan alat-alat pertanian. Teknologi panen dan pasca panen yang digunakan meliputi teknologi mengetahui umur panen yang tepat dan cara pengangkutan sapi potong yang benar. Ancaman pada subsistem usahatani penggemukan sapi potong adalah berfluktuasi harga saprodi, kebijakan pemerintah import sapi serta pesaing usaha penggemukan sapi potong dari daerah Purwodadi dan Pati.
e-Jurnal Agrista – ISSN 2302-1713 - http://agribisnis.fp.uns.ac.id Copyright © 2012 Program Studi Agribisnis – Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta
12
c. Subsistem Pengolahan Hasil Sapi Potong Hasil identifikasi faktor internal dalam pengembangan agribisnis sapi potong untuk subsistem pengolahan hasil sapi potong dapat dilihat pada Tabel 7 berikut ini. Tabel 7. Faktor Internal Pengembangan Agribisnis Sapi Potong di Kabupaten Blora Pada Subsistem Pengolahan Hasil Sapi Potong Internal Kondisi Keuangan Sumber Daya Manusia
Kekuatan 1. Modal cukup kuat 2. Manajemen keuangan baik TK tersedia
Operasional/ Produksi
1.
Pemasaran Organisasi
Ketersediaan bahan baku yang mudah diakses pengusaha 2. Kualitas produk yang baik 1. Promosi sudah baik 2. Saluran distribusi pendek Hubungan baik antar pengusaha
Kelemahan
Kemampuan mengakses pasar masih rendah 1. Teknik pengolahan masih tradisional 2. Kurangnya inovasi
Sumber : Analisis Data Primer (2012) Faktor kekuatan yang terdapat pada subsistem pengolahan hasil pertanian antara lain memiliki modal yang cukup dan tenaga kerja yang tersedia sehingga dapat memperlancar kegiatan usahanya. Kerjasama yang terbentuk antar pengusaha tersebut merupakan kunci perkembangan agroindustri sapi potong. Kendala yang dihadapi pada aspek sumber daya manusia adalah kemampuan mengakses pasar masih rendah, teknik pengolahan pupuk organik yang masih tradisional serta kurangnya inovasi terhadap produk yang dihasilkan disebabkan terbatasnya pengetahuan dan kurangnya dukungan mekanisasi produk pertanian. Hasil identifikasi faktor eksternal pada pengembangan agribisnis sapi potong untuk subsistem pengolahan hasil sapi potong dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Faktor Eksternal Pengembangan Agribisnis Sapi Potong di Kabupaten Blora Pada Subsistem Pengolahan Hasil Sapi Potong Eksternal Perkembangan ekonomi Perkembangan sosial budaya Pemasok Pemerintah
Teknologi Pesaing Pelanggan/ konsumen
Peluang Permintaan meningkat Terdapat produk olahan yang menguntungkan Ketersediaan bahan baku Adanya pembinaan/ pelatihan bagi usaha kecil dan menengah dari pihak pemerintah Perkembangan teknologi
Ancaman Harga bahan baku mahal
Fluktuasi harga bahan baku
Inovasi produk lebih baik Pasar yang masih terbuka
Sumber : Analisis Data Primer (2012)
pesaing
e-Jurnal Agrista – ISSN 2302-1713 - http://agribisnis.fp.uns.ac.id Copyright © 2012 Program Studi Agribisnis – Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta
13
Faktor peluang yang ada pada subsistem pengolahan hasil sapi potong antara lain hasil dari sapi potong yang dapat diolah sebagai dendeng, daging asap, sosis, bakso, abon, corned, kulit bisa diolah sebagi bahan untuk pembuatan tas, sepatu, ikat pinggang dan kotoran ternak dapat diolah menjadi pupuk organik. Adanya ketersediaan sarana produksi pertanian.
Peran pemerintah dengan melakukan
pelatihan, bimbingan terhadap proses produksi agar produk terlihat lebih menarik, memberikan sarana produksi, cara mengadakan promosi yang tepat agar produk olahan sapi potong dapat berkembang dan lebih bervariasi. Ancaman yang dihadapi oleh pengusaha pengolahan sapi potong yaitu berfluktuasinya harga bahan baku yang akan mempengaruhi usaha yang dijalankan. Adanya kenaikan harga bahan baku serta pesaing usaha agroindustri sapi potong d. Subsistem Pemasaran Sapi Potong Hasil identifikasi faktor internal dalam pengembangan agribisnis sapi potong untuk subsistem pemasaran dapat dilihat pada Tabel 9 berikut ini. Tabel 9. Faktor Internal Pengembangan Agribisnis Sapi Potong di Kabupaten Blora Pada Subsistem Pemasaran Sapi Potong Internal Kondisi Keuangan
Kekuatan Modal cukup kuat
Sumber Daya Manusia
1. 2.
Operasional/ Produksi Pemasaran
Organisasi
TK tersedia Pengalaman pedagang lebih dari 10 tahun Kualitas sapi potong baik Jaringan pemasaran sapi potong luas Hubungan pedagang
baik
antar
Kelemahan Pengelolaan keuangan pedagang kurang SDM pedagang yang rendah
Promosi penjualan kurang
Kelembagaan kurang menyentuh pedagang
Sumber : Analisis Data Primer (2012) Faktor kekuatan pada subsistem pemasaran hasil pertanian antara lain pedagang
memiliki
modal
yang
cukup
kuat
sehingga
mudah
untuk
mengembangkan usahanya, ketersediaan jumlah tenaga kerja, pengalaman pedagang dalam kegiatan jual beli sapi potong juga lama, yaitu lebih dari 10 tahun. Jangkauan pemasaran yang terdapat pada usaha penggemukan sapi potong cukup luas. Faktor kelemahan dalam subsistem pemasaran sapi potong yaitu kualitas sumber daya manusia yang dimiliki oleh pedagang sebagian besar mempunyai tingkat pendidikan yang rendah, promosi yang dilakukan masih terbatas serta
e-Jurnal Agrista – ISSN 2302-1713 - http://agribisnis.fp.uns.ac.id Copyright © 2012 Program Studi Agribisnis – Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta
14
jumlah perkumpulan pedagang yang aktif dalam melakukan kegiatan penyuluhan sedikit. Hasil identifikasi faktor eksternal pada pengembangan agribisnis sapi potong untuk subsistem pemasaran hasil pertanian dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Faktor Eksternal Pengembangan Agribisnis Sapi Potong di Kabupaten Blora Pada Subsistem Pemasaran Sapi Potong Eksternal Perkembangan ekonomi Perkembangan sosial budaya Pemasok Pemerintah
Teknologi Pesaing Pelanggan/ konsumen
Peluang Permintaan sapi potong meningkat Kesadaran akan nilai gizi meningkat Ketersediaan sapi potong Adanya bantuan fasilitas umum dari pemerintah
Ancaman
Fluktuasi harga sapi potong Kurangnya perhatian pemerintah tentang pemberian modal
Perkembangan teknologi Persaingan antar pedagang Pasar yang masih terbuka
Sumber : Analisis Data Primer (2012) Peluang dari faktor eksternal yang dapat dimanfaatkan para pemasar hasil pertanian pertanian daging sapi semakin hari semakin meningkat, ketersediaan sapi potong saat ini masih tinggi, karena hampir seluruh wilayah Blora mengusahakan penggemukan sapi potong sehingga pedagang tidak sulit mencari sapi potong yang siap umur untuk dijual. Selain itu tersedianya Pasar hewan dan Rumah Potong Hewan (RPH) yang dapat digunakan oleh pedagang pemotong untuk memotong ternaknya dan dijual di pasar tradisional. Ancaman yang dihadapi dalam mengembangkan agribisnis sapi potong antara lain berfluktuasinya harga sapi potong terutama pada saat hari besar agama, peran pemerintah kurang optimal dalam menyediakan bantuan permodalan khususnya sarana prasarana serta pesaing utama pedagang sapi potong di Kabupaten Blora adalah sesama pedagang sapi potong dari daerah lain seperti Wirosari Purwodadi, Rembang dan Pati. e. Subsistem Kelembagaan Pendukung Faktor-faktor internal yang strategis untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan pengembangan agribisnis sapi potong pada subsistem kelembagaan pendukung dapat dilihat pada Tabel 11 berikut ini.
e-Jurnal Agrista – ISSN 2302-1713 - http://agribisnis.fp.uns.ac.id Copyright © 2012 Program Studi Agribisnis – Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta
15
Tabel 11. Faktor Internal Pengembangan Agribisnis Sapi Potong di Kabupaten Blora Pada Subsistem Kelembagaan Pendukung Internal Kondisi Keuangan Sumber Daya Manusia
Kekuatan Adanya sumber permodalan dari APBD 1. TK tersedia 2. Kualitas SDM cukup baik
Operasional/ Produksi Organisasi
1. 2. 3. 4.
Mekanisme kerja yang jelas Adanya landasan hukum Adanya kelembagaan pendukung dinas Adanya dukungan stakeholder
Kelemahan
1. Kurangnya motivasi kerja 2. Kurangnya daya kreativitas Keterbatasan sarana dan prasarana Fungsi kelembagaan pendukung dalam pelayanan publik belum optimal
Sumber : Analisis Data Primer (2012) Peran pemerintah dalam mengembangkan agribisnis sapi potong di Kabupaten Blora yaitu adanya bantuan modal dari APBD dan dekonsentrasi. Kualitas sumber daya manusia yang dimiliki pemerintah Kabupaten Blora cukup baik dengan latar pendidikan SLTA, Diploma 3, S1, S2 dibidang peternakan dan kursus ketrampilan peternakan. Adanya berbagai kelembagaan pendukung dinas seperti Pusat Kesehatan Hewan (POSKESWAN), Rumah Pemotongan Hewan (RPH), Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD), dan PASAR HEWAN sangat membantu proses produksi sampai pemasaran hasil ternak sapi potong. Kendala yang dihadapi pada subsistem kelembagaan pendukung yaitu kurangnya motivasi dan daya kreativitas aparat pemerintah dalam bekerja, keterbatan sarana dan prasarana seperti sepeda motor, unit mobil Pelayanan Kesehatan Keliling dan belum memiliki laboratorium kesmavet. Hasil identifikasi faktor eksternal pengembangan agribisnis sapi potong di Kabupaten Blora pada subsistem kelembagaan pendukung dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Faktor Eksternal Pengembangan Agribisnis Sapi Potong di Kabupaten Blora Pada Subsistem Kelembagaan Pendukung Eksternal Perkembangan ekonomi Perkembangan sosial budaya
Peluang Peningkatan PAD dari subsektor peternakan 1. Ketertarikan dari investor 2. Kesadaran akan nilai gizi meningkat
Pemerintah Pusat
Adanya Program Swasembada Daging tahun 2014
Teknologi
Perkembangan teknologi dan sistem informasi
Sumber : Analisis Data Primer (2012)
Ancaman
Jiwa wiraswasta kaum muda tentang agribisnis sapi potong masih rendah. Import sapi untuk mencukupi kebutuhan daging dalam negeri. Kurangnya penguasaan teknologi
e-Jurnal Agrista – ISSN 2302-1713 - http://agribisnis.fp.uns.ac.id Copyright © 2012 Program Studi Agribisnis – Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta
16
Faktor peluang yang dapat dimanfaatkan oleh lembaga pendukung yaitu program pemerintah pusat yaitu Program Swasembada Daging tahun 2014 serta adanya perkembangan teknologi seperti teknologi produksi, serta promosi melalui pameran ataupun media cetak dan elektronik. Ancaman yang dihadapi oleh kelembagaan pendukung adalah kaum muda masih kurang memanfaatkan potensi sapi potong yang ada. Seharusnya mereke dapat mengoptimalkan pengolahan produk olahan lain seperti pembuatan tas dari kulit sapi ataupun pembuatan pakan ternak. Selain itu kebijakan impor sapi yang dilakukan pemerintah pusat, hal ini menyebabkan adu kekuatan antara peternak dan pengimpor sapi. Alternatif Strategi Pengembangan Agribisnis Sapi Potong di Kabupaten Blora Matriks SWOT pengembangan agribisnis sapi potong dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Matriks SWOT Pengembangan Agribisnis Sapi Potong di Kabupaten Blora Internal
Kekuatan (S) 1. 2. 3. 4. 5.
Eksternal 6. Peluang (O) 1. 2. 3. 4. 5. 6.
7. 8. 9. 1. 2. 3.
Permintaan sapi potong meningkat Kesadaran akan nilai gizi meningkat Ketertarikan dari investor Terdapat produk olahan yang menguntungkan Ketersediaan bahan baku Adanya pembinaan/ pelatihan/ penyuluhan bagi pelaku usaha dari pemerintah Adanya bantuan dari pemerintah Perkembangan teknologi Pasar yang masih terbuka Ancaman (T)
1.
Harga pakan mahal Fluktuasi harga saprodi dan sapi potong Masuknya pesaing dari daerah lain
1.
2.
TK tersedia Pengalaman peternak dan pedagang lebih dari 10 tahun Ketersediaan sarana produksi yang mudah diakses pelaku usaha Kualitas saprodi, sapi potong dan produk agroindustri baik Saluran distribusi penyedia saprodi, peternak dan pengusaha agroindustri pendek Hubungan baik antar pelaku usaha Strategi S-O Meningkatkan penggunaan teknologi untuk memperoleh hasil produksi tinggi (S1, S3, O7, O8) Menarik minat investasi dari berbagai pihak untuk mengembangkan usaha (S1, S2, S3, S4,S6, O1, O2, O3, O9)
Kelemahan (W) 1. 2. 3. 4. 5.
Strategi W-O 1)
Meningkatkan permodalan dan adopsi teknologi usahatani dan pengolahan hasil untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produk (W1,W2,W3, O6, O7, O8)
1.
Meningkatkan upaya promosi yang lebih efektif untuk memperluas jaringan pemasaran dan mengatasi pesaing (W5, T3) Meningkatkan kemampuan sumber daya yang dimiliki untuk mengantisipasi adanya pesaing produk (W1, W2, W3, W4,T3)
Strategi S-T
2.
Meningkatkan produksi dan meningkatkan hubungan kerjasama antar pelaku usaha dalam budidaya, pengolahan hasil dan pemasaran (S1, S2, S3, S4, S6, T1, T2) Mengoptimalkan kinerja jaringan pemasaran yang ada (S6, S7, T3)
Modal peternak kurang SDM peternak dan pedagang yang rendah Teknik budidaya masih tradisional Fluktuasi harga Promosi penjualan kurang
Strategi W-T
2.
Sumber : Analisis Data Primer (2012) Beberapa alternatif strategi untuk mengembangkan agribisnis sapi potong di Kabupaten Blora, antara lain:
e-Jurnal Agrista – ISSN 2302-1713 - http://agribisnis.fp.uns.ac.id Copyright © 2012 Program Studi Agribisnis – Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta
17
a. Strategi S-O (Strenght- Opportunities) yang dapat dirumuskan adalah: 1) Meningkatkan penggunaan teknologi untuk memperoleh hasil produksi tinggi (S1, S3, O7, O8) Strategi meningkatkan penggunaan teknologi untuk memperoleh hasil produksi tinggi diperlukan oleh semua pelaku agribisnis sapi potong dengan cara melakukan diversifikasi produk olahan, meningkatkan mutu pakan melalui fermentasi jerami, memperbaiki teknik budidaya ternak, panen dan pasca panen sapi potong. 2) Menarik minat investasi dari berbagai pihak untuk mengembangkan usaha (S1, S2, S3, S4,S6, O1, O2, O3, O9) Semua pelaku usaha agribisnis sapi potong dapat menggunakan kekuatan yang ada seperti kualitas produk yang baik dengan memanfaatkan peluang adanya ketertarikan dari investor, dengan adanya investor dapat mendukung keberlanjutan agribisnis sapi potong. b. Strategi W-O (Weakness-Opportunities) yang dapat dirumuskan adalah: 1) Meningkatkan permodalan dan adopsi teknologi usahatani dan pengolahan hasil untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produk (W1,W2,W3, O6, O7, O8) Pelaku usaha agribisnis sapi potong khususnya peternak masih mengalami kendala dalam memperoleh modal usaha, peternak dapat memanfaatkan lembaga keuangan yang disediakan pemerintah untuk mendukung kelangsungan usahanya. Inovasi produk olahan perlu dilakukan untuk menambah jumlah produk agar bervariasi dan menarik minat konsumen. c. Strategi S-T (Strenght-Threat) yang dapat dirumuskan adalah: 1) Meningkatkan produksi dan meningkatkan hubungan kerjasama antar pelaku usaha dalam budidaya, pengolahan hasil dan pemasaran (S1, S2, S3, S4, S6, T1, T2) Strategi ini diperlukan untuk menjalin kerjasama dengan sesama pelaku usaha dari mulai hulu sampai hilir, sehingga terjalin hubungan untuk saling bertukar informasi mengenai pasokan produk ataupun pemasaran produk. 2) Mengoptimalkan kinerja jaringan pemasaran yang ada (S6, S7, T3) Strategi mengoptimalkan kinerja jaringan pemasaran yang ada dapat dimanfaatkan oleh penyedia sarana produksi, peternak, pengusaha agroindustri
e-Jurnal Agrista – ISSN 2302-1713 - http://agribisnis.fp.uns.ac.id Copyright © 2012 Program Studi Agribisnis – Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta
18
dan pedagang untuk menjual produk mereka. Saat ini masing-masing pelaku usaha sudah melakukan kegiatan perdagangan di wilayah Blora dan berusaha menawarkan produknya untuk mengatasi pesaing dari luar wilayah Blora. d. Strategi W-T (Weakness-Threat) yang dapat dirumuskan adalah: 1) Meningkatkan upaya promosi yang lebih efektif untuk memperluas jaringan pemasaran dan mengatasi pesaing (W5, T3) Promosi dapat dilakukan oleh semua pelaku usaha untuk memperluas jaringan pemasaran dan mengatasi pesaing. Rata-rata semua pelaku agribisnis sapi potong belum memanfaatkan media yang ada untuk melakukan promosi, dengan adanya bantuan pemerintah pelaku usaha dapat meningkatkan promosi melalui pameran produk dan penggunaan media cetak dan elektronik. 2) Meningkatkan kemampuan sumber daya yang dimiliki untuk mengantisipasi adanya pesaing produk (W1, W2, W3, W4,T3) Kemampuan sumber daya manusia perlu ditingkatkan dari masingmasing pelaku agribisnis sapi potong, karena rata-rata belum melakukan manajemen keuangan, seperti pencatatan keuntungan yang diperoleh. Kemampuan SDM dapat ditingkatkan melalui pelatihan-pelatihan yang diadakan oleh Dinas terkait sehingga pelaku usaha dapat mengelola usahanya secara lebih rinci. Prioritas Strategi Pengembangan Agribisnis Sapi Potong di Kabupaten Blora Matriks QSPM memberikan gambaran kelebihan-kelebihan relatif dari masing-masing strategi yang selanjutnya memberikan dasar obyektif untuk dapat memilih salah satu atau beberapa strategi spesifik yang menjadi pilihan. Langkah selanjutnya adalah mencari alternatif strategi yang dapat diimplementasikan sehingga diperoleh hasil perhitungan QSPM pada pengembangan agribisnis sapi potong di Kabupaten Blora yang dapat dilihat pada Tabel 14.
e-Jurnal Agrista – ISSN 2302-1713 - http://agribisnis.fp.uns.ac.id Copyright © 2012 Program Studi Agribisnis – Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta
19
Tabel 14. QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix) Pengembangan Agribisnis Sapi Potong di Kabupaten Blora Alternatif Strategi I Faktor-Faktor Kunci
Bobot
AS
II TAS
AS
III TAS
AS
TAS
Faktor Internal Kekuatan 1. 2. 3. 4. 5. 6.
TK tersedia Pengalaman peternak dan pedagang lebih dari 10 tahun Ketersediaan sarana produksi yang mudah diakses pelaku usaha Kualitas saprodi, sapi potong dan produk agroindustri baik Saluran distribusi penyedia saprodi, peternak dan pengusaha agroindustri pendek Hubungan baik antar pelaku usaha
0,0909
4
0,3636
3
0,2727
2
0,1818
0,0727
3
0,2182
4
0,2909
2
0,1455
0,1091
4
0,4364
3
0,3273
1
0,1091
0,0909
3
0,2727
1
0,0909
4
0,3182
0,1091
2
0,2182
3
0,3273
2
0,2182
0,1273
3
0,3818
2
0,2545
4
0,5091
Kelemahan 1.
Modal peternak kurang
0,0909
3
0,2727
4
0,3636
1
0,0909
2.
SDM peternak dan pedagang yang rendah
0,0727
2
0,1455
1
0,0727
3
0,1818
3.
Teknik budidaya masih tradisional
0,0545
4
0,2182
3
0,1636
2
0,1091
4.
Fluktuasi harga
0,0727
1
0,0727
3
0,2182
4
0,2909
5.
Promosi penjualan kurang
0,1091
2
0,2182
3
0,3273
4
0,4364
Total Bobot
1,0000
Faktor Eksternal Peluang 1.
Permintaan sapi potong meningkat
0,0870
3
0,2609
4
0,3478
2
0,1739
2.
Kesadaran akan nilai gizi meningkat
0,0435
3
0,1304
2
0,0870
1
0,0435
3.
Ketertarikan dari investor
0,0580
4
0,2319
3
0,1739
1
0,0580
4.
Terdapat produk olahan yang menguntungkan
0,1159
3
0,3478
1
0,1159
2
0,2319
5. 6.
Ketersediaan bahan baku Adanya pembinaan/ pelatihan/ penyuluhan bagi pelaku usaha dari pemerintah
0,1014
3
0,3043
2
0,2029
4
0,4058
0,1159
2
0,2319
4
0,4638
3
0,3478
7.
Adanya bantuan dari pemerintah
0,0870
4
0,3478
3
0,2609
2
0,1739
8.
Perkembangan teknologi
0,1014
3
0,3043
2
0,2029
3
0,3043
9.
Pasar yang masih terbuka
0,0725
3
0,2174
4
0,2899
2
0,1449
Ancaman 1.
Harga pakan mahal
0,1014
1
0,1014
2
0,2029
4
0,4058
2.
Fluktuasi harga saprodi dan sapi potong
0,0725
2
0,1449
2
0,1449
3
0,2174
3.
Masuknya pesaing dari daerah lain
0,0435
2
0,0870
3
0,1304
4
0,1739
Total Bobot
1,0000
Total Nilai Daya Tarik Tipe Strategi
5,5283
5,3323
5,2721
S-T
W-O
W-T
Sumber : Analisis Data Primer (2012) Beberapa prioritas strategi yang dapat diterapkan dalam pengembangan agribisnis sapi potong di Kabupaten Blora antara lain:
e-Jurnal Agrista – ISSN 2302-1713 - http://agribisnis.fp.uns.ac.id Copyright © 2012 Program Studi Agribisnis – Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta
1) Meningkatkan produksi dan hubungan kerjasama antar pelaku usaha
20
dalam
budidaya, pengolahan hasil dan pemasaran (5,5283). Adanya ketersediaan saprodi dapat dimanfaatkan oleh peternak dalam menyediakan bibit, pakan, dan obat-obatan ternak sehingga peternak dapat meningkatkan produksi, selain itu adanya ketersediaan pasokan sapi potong dari peternak dapat membantu pengusaha agroindustri untuk melakukan diversifikasi produk. Adanya fluktuasi harga sarana produksi dan sapi potong, serta adanya pesaing dari daerah lain dapat diatasi dengan menjalin kerjasama antar pelaku usaha agar terjalin komunikasi dan melengkapi informasi yang diperoleh. 2) Meningkatkan permodalan dan adopsi teknologi usahatani dan pengolahan hasil untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produk (5,3323). Semua pelaku agribisnis sapi potong perlu meningkatkan permodalan dengan memanfaatkan bantuan dari pemerintah. Adopsi teknologi perlu ditingkatkan oleh masing-masing pelaku usaha dengan cara melakukan pengolahan pakan secara modern, menerapkan teknik budidaya modern, serta memperbaiki cara promosi produk. Adanya perkembangan teknologi yang semakin maju, pembinaan dan pelatihan dari pemerintah merupakan peluang yang dapat dimanfaatkan oleh pelaku usaha dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas produk. 3) Meningkatkan kemampuan sumber daya yang dimiliki untuk mengantisipasi adanya pesaing produk (5,2721). Permasalahan yang sering terjadi dalam menjalankan usaha agribisnis sapi potong adalah berfluktuasinya harga sapi potong, bibit sapi potong, dan pakan ternak. Selain itu adanya ancaman dari pesaing dari luar daerah yang mengusahakan ternak serta pakan menyebabkan pelaku usaha agribisnis sapi potong di Blora perlu menerapkan suatu strategi yaitu meningkatkan kemampuan sumber daya manusia yang dimiliki melalui pelatihan dan pembinaan dari pemerintah. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian tentang Strategi Pengembangan Agribisnis Sapi Potong di Kabupaten Blora maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 18
e-Jurnal Agrista – ISSN 2302-1713 - http://agribisnis.fp.uns.ac.id Copyright © 2012 Program Studi Agribisnis – Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta
21
1. Alternatif strategi pengembangan agribisnis sapi potong di Kabupaten Blora antara lain: meningkatkan penggunaan teknologi untuk memperoleh hasil produksi tinggi, menarik minat
investasi dari berbagai pihak untuk mengembangkan usaha,
meningkatkan permodalan dan adopsi teknologi usahatani dan pengolahan hasil untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produk, meningkatkan produksi dan meningkatkan hubungan kerjasama antar pelaku usaha dalam budidaya, pengolahan hasil dan pemasaran, mengoptimalkan kinerja jaringan pemasaran yang ada, meningkatkan upaya promosi yang lebih efektif untuk memperluas jaringan pemasaran dan mengatasi pesaing serta meningkatkan kemampuan sumber daya yang dimiliki untuk mengantisipasi adanya pesaing produk. 2. Prioritas strategi pengembangan agribisnis sapi potong di Kabupaten Blora adalah meningkatkan produksi dan meningkatkan hubungan kerjasama antar pelaku usaha dalam budidaya, pengolahan hasil dan pemasaran. Saran Berdasarkan hasil penelitian, maka saran yang dapat diberikan untuk mendukung pengembangan agribisnis sapi potong di Kabupaten Blora yaitu masingmasing pelaku agribisnis sapi potong saling meningkatkan kerjasama agar ketersediaan atau pasokan produk dapat selalu kontinue serta melakukan adopsi inovasi produk agar menarik konsumen. DAFTAR PUSTAKA
BPS Kabupaten Blora. 2011. Blora Dalam Angka 2011. Badan Pusat Statistik Kabupaten Blora. BPS Provinsi Jawa Tengah. 2010. Jawa Tengah dalam Angka 2010. Badan Pusat Statistik Jawa Tengah. Kementrian Pertanian dan Badan Pusat Statistik. 2011. Rilis Hasil Awal PSPK 2011.http://www.ditjennak.deptan.go.id/download.php?file%3Dbahan%2520ril is%2520PSPK2011.pdf. Diakses pada tanggal 25 Februari pukul 10.22 WIB. Soetriono, Anik Suwandari dan Rijanto. 2006. Pengantar Ilmu Pertanian Agraris, Agrobisnis dan Industri. Bayumedia Publising. Malang. Surakhmad, Winarno. 2004. Pengantar Penelitian Ilmiah: Dasar, Metode dan Teknik Edisi Kesembilan Disempurnakan. Tarsito. Bandung.