Lokakarya Sistem Integrasi Kelapa Sawit-Sapi
STRATEGI PENYUSUNAN PAKAN MURAH SAPI POTONG MENDUKUNG AGRIBISNIS GUNAWAN, DIDIK EKO WAHYONO dan PENI WAHYU PRIHANDINI Loka Penelitian Sapi Potong, Grati-Pasuruan ABSTRAK GUNAWAN, DIDIK EKO WAHYONO dan PENI WAHYU PRIHANDINI. 2003. Strategi Penyusunan Pakan Murah Sapi Potong Mendukung Agribisnis. Permasalahan agribisnis sapi potong saat ini adalah harga sapi lokal yang rendah. Peternak tidak mampu memberikan pakan konsentrat atau pakan tambahan. Pakan murah yang menggunakan domestic resources based merupakan salah satu alternatif pemecahan. Strategi penyusunannya dilakukan dengan memilih bahan pakan berdasarkan ketersediaan bahan, kandungan nutrisi dan harga. Pakan murah ini di Jawa Timur menggunakan bahan utama limbah agroindustri dan limbah pertanian/perkebunan. Pakan murah tersebut berupa pakan basal untuk sapi pembibitan dengan harga Rp. 400/kg dan pakan konsentrat untuk sapi penggemukan dengan harga Rp. 675/kg. Pakan murah untuk daerah di luar Jawa Timur dapat diperoleh dengan menggunakan bahan pakan potensi daerah setempat atau dengan cara mencampur antara bahan pakan setempat dengan pakan murah yang didatangkan dari Jawa Timur. Biaya pengiriman pakan murah dari Jawa Timur ke Jawa Tengah/Bali adalah Rp. 150/kg, ke Jawa Barat/NTB adalah Rp. 200/kg, sedangkan ke Lampung/NTT adalah Rp.250/kg. Dengan pakan murah tersebut, maka harga jual sapi lokal mampu bersaing dengan harga sapi impor. Kata kunci: Pakan, sapi ABSTRACT GUNAWAN, DIDIK EKO WAHYONO and PENI WAHYU PRIHANDINI. 2003. The Strategy of Cheap Feed Formulating on Beef Cattle for Supporting Agribusiness Development. The problem of cattle business to day is the low price of local cattle, hence farmers loose. Farmers were unable to feed concentrate or other additional feed that are relatively expensive. The cheap feed based on local resources is one alternative solution. The strategy in formulating beef ration is selection of feedstuff based on the availability, nutrient content and price. A cheap feed in East Java use the main agroindustrial and agricultural waste. Feed as basal died for breeding cattle cost Rp.400/kg and concentrate feed for fattening cattle cost Rp. 675/kg. For outside Java the use of local feedstuff is recommended or mixing local feed with the feed imported from East Java. The transport cost from East Java to Central Java or Bali is Rp. 150/kg, to West Java or West Nusa Tenggara Rp. 200/kg, while to Lampung or East Nusa Tenggara Rp. 250/kg. The selling price of local cattle will be more competitive than imported cattle. Key words: Feed, cattle
PENDAHULUAN Dengan semakin meningkatnya penduduk Indonesia, maka permintaan kebutuhan daging di Indonesia juga semakin meningkat. Pada tahun 1999 hingga 2001 konsumsi daging di Indonesia adalah 1,19 hingga 1,45 juta ton dan sebanyak 24−26% (309 hingga 340 ribu ton) berasal dari daging sapi. Sebanyak 78-85% pasokan daging sapi dipenuhi oleh pasokan daging sapi lokal, sedangkan sisanya adalah impor (DITJEN BP PETERNAKAN, 2002). Kuota impor cenderung meningkat, pada tahun 2002 Indonesia telah mengimpor sapi sekitar 500 ribu sapi. Kesenjangan antara produksi dan kebutuhan daging sapi merupakan peluang bagi pengembangan agribisnis sapi 137
Lokakarya Sistem Integrasi Kelapa Sawit-Sapi
potong. Dengan terbukanya pasar bebas AFTA 2003, maka peluang tersebut sekaligus juga merupakan tantangan dan ancaman bagi kelangsungan agribisnis sapi potong di Indonesia. Pemerintah telah mencanangkan target bahwa Indonesia harus berusaha mengurangi ketergantungan terhadap sapi impor dengan mengembangkan daerah-daerah “gudang ternak” di Kawasan Timur Indonesia. Menurut WIJAYA (2002) dalam era desentralisasi ekonomi dan otonomi, strategi pembangunan ekonomi harus mengandalkan sumber daya domestik (domestic resources based) yang dikuasai oleh rakyat, sehingga dalam pelaksanaannya tidak menuntut penambahan bahan baku impor yang terlalu besar serta memiliki orientasi pada peningkatan kesejahteraan rakyat melalui pemberdayaan ekonomi usaha-usaha kecil, menengah dan koperasi. Pembangunan ekonomi yang mempertimbangkan potensi sumberdaya alam merupakan strategi pembangunan yang tepat. Kondisi dan permasalahan sapi potong di Indonesia saat ini adalah harga jual sapi potong lokal yang lebih rendah dari harga pada saat beli sehingga peternak mengalami kerugian. Peternak tidak mampu lagi memberikan pakan konsentrat maupun pakan tambahan lain yang relatif mahal bagi sapi potong yang dipelihara. Akibatnya, produktivitas sapi potong semakin rendah dan gairah usaha sapi potong menjadi lesu. Hal ini, dapat ditolong antara lain dengan pakan murah yang mengandalkan domestic resources. Dengan adanya pakan murah, produk sapi potong mampu memiliki daya saing. Saat ini, Gabungan Pengusaha Makanan Ternak (GPMT) juga telah mengupayakan peningkatan produksi dalam negeri, melalui kemitraan dengan petani. Pakan murah penting bagi usaha sapi potong dalam menentukan harga jual sapi. Keberhasilan maupun kegagalan usaha ternak banyak ditentukan oleh pakan. Kebutuhan pakan di Indonesia pada tahun 2000-2001 untuk unggas berkisar antara 5 juta ton dan rata-rata mengalami pertumbuhan sebesar 12% per tahun (SUBIJANTO, 2001). Kebutuhan pakan ternak ruminansia lebih besar daripada kebutuhan pakan unggas. Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa dalam memproduksi pakan tidak hanya dituntut kualitas, tetapi lebih penting adalah pakan yang ekonomis, murah dan terjangkau kemampuan peternak (SIREGAR, 1994). Mulai tahun 2000, industri pakan yang mengolah bahan baku lokal berupa limbah pertanian dan limbah agroindustri berkembang cukup pesat di Jawa Timur, tidak hanya pada skala pengkajian laboratorium, tetapi telah pada skala komersial. Perkembangan industri pakan ini, perlu mendapat dukungan dan dikembangkan di daerah lainnya, terutama di daerah “gudang ternak”. Hal ini sangat penting mengingat semakin mahalnya biaya transportasi dari lokasi pabrik ke peternak, apabila pabrik hanya dilakukan secara sentralisasi di satu wilayah yang umumnya berada di Jawa. Dengan menyebarnya unit-unit pabrik pakan di beberapa daerah yang dekat dengan sumber bahan baku dan sekaligus dekat dengan lokasi peternak akan meningkatkan efisiensi ekonomis. Disamping itu, nilai tambah dari kegiatan prosesing bahan baku menjadi produk pakan tersebut berada di masing-masing daerah (HARDIANTO et al., 2001). Tulisan ini memberikan gambaran “strategi penyusunan pakan murah untuk sapi potong” yang perlu dilakukan oleh pengusaha maupun peternak sapi potong di Indonesia, disamping informasi harga pakan murah di Jawa Timur dan di beberapa daerah lainnya untuk memungkinkan berkembangnya industri pakan di Luar Jawa. STRATEGI PENYUSUNAN PAKAN Pemilihan bahan pakan Dalam penyusunan pakan murah digunakan bahan pakan yang tersedia di daerah tersebut, hindari atau minimalkan penggunaan bahan pakan impor atau bahan pakan yang berasal dari daerah 138
Lokakarya Sistem Integrasi Kelapa Sawit-Sapi
lain, karena bahan-bahan yang berasal dari luar daerah umumnya mahal karena tambahan biaya transport. Penggunaan bahan pakan asal luar daerah dibenarkan bila harganya murah. Berdasarkan pengalaman, untuk sapi potong jangan sekali-kali menggunakan biji jagung, bungkil kedelai, tepung ikan dan tepung tulang dalam pakan, karena keempat bahan ini masih impor dan harganya mahal. Sebanyak 40-60% kebutuhan jagung untuk pakan ternak di Indonesia masih impor, 60-70% tepung ikan dan 100% bungkil kedelai untuk pakan masih impor (SUBIJANTO, 2001). Dalam pakan sapi potong diutamakan menggunakan bahan berasal dari limbah pertanian/perkebunan dan limbah agroindusti, karena bahan-bahan tersebut memiliki kandungan nutrisi yang cukup dan harganya relatif murah (HARDIANTO, 2000). Berikut ini disampaikan kandungan nutrisi dari beberapa bahan pakan limbah pertanian, limbah perkebunan dan limbah agroindustri yang dapat digunakan sebagai pakan ternak, juga kandungan nutrisi beberapa daun-daunan (leguminosa) yang mungkin ditambahkan dalam pakan. Dalam memilih bahan pakan murah diperlukan informasi harga dari beberapa pakan yang tersedia di daerah Jawa Timur pada Tahun 2003 (Tabel 4). Dengan adanya kandungan nutrisi dan harga beberapa bahan pakan tersebut, maka dapat dipilih bahan pakan per unit nutrisi, berdasarkan perhitungan protein maupun TDN, sehingga diketahui berapa harga (Rp/kg protein atau Rp/kg TDN) dari masing-masing bahan pakan. Dengan cara demikian, maka akan dapat dipilih bahan pakan yang ekonomis untuk digunakan. Tabel 1. Kandungan nutrisi beberapa bahan pakan asal limbah pertanian dan perkebunan Jenis bahan
BK (%)
PK (%)
LK (%)
SK (%)
TDN (%)
Jerami padi
31.867
5.211
1.166
26.779
51.496
Jerami kacang kedelai
30.389
14.097
3.542
20.966
61.592
Jerami kacang tanah
29.084
11.314
3.319
16.616
64.504
Jerami kacang hijau
21.934
15.319
3.593
26.899
55.522
Jerami kacang panjang
28.395
6.941
3.334
33.491
55.280
Jerami kacang komak
16.200
24.709
3.846
21.026
68.290
Jerami kacang tunggak
15.516
16.058
3.925
38.080
48.313
Jerami kulit kedelai
61.933
7.998
5.071
38.672
56.129
Jerami jagung segar
21.685
9.660
2.209
26.300
60.237
Kulit kedelai
90.369
18.962
1.249
22.833
62.717
Kulit kopi
91.771
11.177
2.496
21.736
57.201
Kulit coklat
89.369
14.993
6.257
23.244
55.521
Kulit kacang tanah
87.367
5.769
2.511
73.369
31.700
Kulit biji kapok
89.536
13.130
2.036
34.120
52,315
Klobot jagung
42.561
3.400
2.548
23.318
66.406
Pucuk tebu
21.424
5.568
2.417
29.039
55.294
Tongkol jagung
76.608
5.616
1.576
25.547
53.075
BK: Bahan kering; PK: Protein kasar; LK: Lemak kasar; SK: Serat kasar; TDN: Total Digestible Nutrient Sumber: Analisa proksimat Laboratorium Pakan Lolit Sapi Potong, Grati, Pasuruan
139
Lokakarya Sistem Integrasi Kelapa Sawit-Sapi
Tabel 2. Kandungan nutrisi beberapa bahan pakan asal limbah agroindustri Jenis bahan
BK (%)
PK (%)
LK (%)
SK (%)
TDN (%)
Ampas tahu Ampas kecap Ampas bir Ampas brem Ampas gula cair Bungkil kopra Bungkil klenteng Bungkil kelapa sawit Bungkil kacang tanah Bungkil kedelai Bungkil kelapa Bungkil tengkuang Dedak padi Dedak gandum/pollar Dedak jagung/empok Kedelai (afkir) Molases/tetes Onggok kering Kulit biji kedelai Kulit biji jagung Tepung gaplek (afkir)
10.788 85.430 31.174 81.634 34.314 90.557 89.693 92.524 91.447 89.413 84.767 88.980 91.267 89.567 84.980 85.430 50.232 90.170 91.417 87.385 87.024
25.651 36.381 26.448 3.150 5.106 27.597 30.827 14.112 36.397 52.075 26.632 12.730 9.960 16.412 9.379 38.380 8.500 2.839 21.134 8.657 2.412
5.317 17.257 10.254 2.120 6.237 11.216 3.813 11.903 17.242 1.011 10.399 8.630 2.320 4.007 5.591 4.840 0.676 3.029 0.532 0.792
14.527 17.816 7.059 2.100 8.014 6.853 8.697 10.722 0.895 25.528 14.711 4.607 18.513 5.862 0.577 17.810 8.264 23.179 21.297 8.950
76.000 89.553 78.708 55.826 54.956 75.333 78.005 67.435 71.721 40.265 73.403 76.770 55.521 74.828 81.835 69.950 63.000 77.249 69.425 48.475 73.489
BK: Bahan kering; PK: Protein kasar; LK: Lemak kasar; SK: Serat kasar; TDN: Total Digestible Nutrient Sumber: Analisa proksimat Laboratorium Pakan Lolit Sapi Potong, Grati, Pasuruan. Tabel 3. Kandungan nutrisi beberapa bahan pakan daun-daunan Jenis bahan
BK (%)
PK (%)
LK (%)
SK (%)
TDN (%)
Daun buli/sorghum Daun bambu Daun gamal/gliricidae Daun kaliandra Daun lamtoro Daun dadap Daun jaranan Daun nangka Daun sengon Daun singkong Daun ubi jalar Daun wortel Daun pisang Daun mimbo
19.594 53.384 16.963 39.576 29.834 25.917 24.492 33.017 25.678 22.427 15.163 16.098 18.258 39.900
8.038 7.040 18.150 18.701 27.548 20.052 18.459 14.945 24.458 26.98 15.004 21.015 14.627 12.078
1.320 1.610 4.370 2.441 5.288 2.016 1.338 2.201 4.371 8.584 2.726 0.911 2.721 3.129
27.932 26.236 21.571 22.236 10.575 33.595 23.59 31.369 37.129 11.098 22.257 22.983 15.890 32.229
59.704 58.972 61.464 60.258 76.783 63.082 62.125 59.336 52.106 74.391 51.936 59.990 56.169 63.923
Sumber: Analisa proksimat Laboratorium Pakan Lolit Sapi Potong, Grati, Pasuruan
140
Lokakarya Sistem Integrasi Kelapa Sawit-Sapi
Tabel 4. Fluktuasi harga beberapa jenis bahan pakan di Jawa Timur pada bulan Januari hingga Agustus 2003 Nama bahan
Januari 390 600 750 350 500 200 500 125 175 275
Onggok kering Bungkil klenteng Bungkil kopra Ampas tebu Dedak padi kasar Dedak padi halus Kulit kopi Tetes tebu Tumpi jagung Kulit kacang Jerami kedelai Ampas kecap
Februari 390 600 730 325 500 200 500 125 175 275
Harga (Rp/Kg) April Mei 375 370 575 550 700 700 140 300 280 425 425 210 200 525 500 100 85 160 160 125 275 300
Maret 380 575 725 325 475 210 525 100 160 275
Juni 370 550 725 140 280 375 190 500 85 150 125 300
Juli 360 525 700 140 275 375 180 500 85 150 125 300
Agustus 360 525 700 140 275 375 170 500 85 150 125 300
Kebutuhan pakan sapi potong Penggunaan bahan pakan dalam ransum sapi potong disesuaikan dengan kebutuhan nutrisi sapi yang menggunakan. Sapi yang dipelihara untuk pembibitan kebutuhannya berbeda dibandingkan dengan sapi penggemukan (Tabel 5 dan Tabel 6). Penyusunan formula ransum Metode yang digunakan dalam penyusunan formula ransum antara lain adalah pearson square method, least cost formulation dan trial and error. Metode pearson square adalah metode penyusunan pakan berasal dari perhitungan campuran atas empat bahan. Metode least cost merupakan metode penyusunan ransum ekonomis menggunakan dasar linier programming. Metode yang sering dilakukan oleh peternak saat ini adalah trial and error yaitu dengan cara mengubahubah komposisi (%) jumlah bahan pakan dalam ransum. Dalam penyusunan ransum digunakan kriteria rational, ekonomis dan applicable. Saat ini, telah tersedia beberapa soft-ware atau program yang dapat digunakan untuk penyusunan formula ransum. Program yang sering digunakan adalah MIXIT-2 atau aplikasi EXCEL. Dalam penyusunan formula ransum diperlukan kandungan nutrisi bahan pakan, harga bahan pakan, batas penggunaan bahan pakan, kebutuhan nutrisi sapi dan perhitungan ekonomis. Tabel 5. Kebutuhan pakan untuk pembibitan sapi potong Berat sapi (kg) 200 300 350 400
PBBH 0,25 0,50 0,25 0,50 0,20 0,20
Pakan (kg/ekor/hari) 4,6 5,0 6,2 8,2 7,8 8,6
Pakan (% berat badan) 2,3 2,5 2,1 2,7 2,2 2,2
Protein
TDN
(% dalam ransum) 10,0 57 11,1 63 8,9 57 10,0 57 11,2 65 10,7 63
141
Lokakarya Sistem Integrasi Kelapa Sawit-Sapi
Tabel 6. Kebutuhan pakan untuk penggemukan sapi potong Berat Sapi (kg)
PBBH
Pakan (kg/ekor/hari)
Pakan (% berat badan)
Protein
TDN (% dalam ransum)
180
0,45 0,70 0,90
4,7 4,9 5,0
2,6 2,7 2,8
10,4 11,8 13,1
58 62 66
230
0,45 0,70 0,90 0,45 0,70 0,90 0,45 0,70 0,90 0,45 0,70 0,90 0,45 0,70 0,90
5,5 5,8 5,9 6,3 6,6 6,8 6,4 6,7 6,9 7,2 7,5 7,7 7,9 8,3 8,5
2,4 2,5 2,6 2,3 2,4 2,5 2,0 2,1 2,2 2,0 2,1 2,2 1,9 2,0 2,1
9,7 10,7 11,7 9,2 10,0 10,8 9,2 10,1 10,9 8,8 9,6 10,2 8,5 9,1 9,7
58 62 66 58 62 66 56 60 63 56 60 63 56 60 63
270
320
360
410
Teknik pencampuran Pencampuran pakan dapat dilakukan secara manual yaitu menggunakan alat sederhana berupa skop yang dilakukan di atas lantai atau menggunakan mesin (feedmill). Pencampuran secara manual dilakukan oleh tenaga kerja manusia, dengan cara bahan pakan disusun sesuai formula mulai dari yang jumlahnya paling banyak hingga yang paling sedikit dan kemudian dilakukan pencampuran (KARTADISASTRA, 1994). Penyampuran pakan menggunakan mesin dilakukan oleh serangkaian mesin-mesin yang biasanya dioperasikan oleh pabrik-pabrik pakan ternak yang memproduksi pakan dalam jumlah puluhan ton setiap hari. Mesin pembuat pakan terdiri atas mesin-mesin penggiling (hammer mill), mesin penimbang (weigher), mesin pemutar (cyclone), mesin pemindah bahan (elevator), mesin penghembus (blower) dan mesin pencampur (mixer). Diagram dari penyampuran menggunakan mesin (feedmill) dengan kapasitas 1 ton/jam (Gambar 1). Proses pakan menggunakan mesin lebih efisien dalam penggunaan tenaga kerja dan menghasilkan campuran pakan lebih homogen. Pengalaman selama ini menunjukkan bahwa biaya processing pakan hingga packaging berkisar antara Rp. 85 hingga Rp. 100 untuk per kg campuran pakan.
142
Lokakarya Sistem Integrasi Kelapa Sawit-Sapi
Gambar 1. Diagram penyampuran pakan menggunakan mesin
SUMBER PAKAN Jawa Timur Jawa Timur memiliki potensi sumber pakan yang cukup besar, terutama dari limbah agroindustri, limbah pertanian maupun limbah perkebunan. Pakan asal limbah agroindustri antara lain adalah bungkil kopra, bungkil biji kapok, tumpi biji kapok, tumpi jagung, ampas tebu, pith dan tetes. Pakan asal limbah pertanian/perkebunan antara lain jerami padi, jerami kedelai, jerami jagung, jerami kacang tanah, kulit kacang tanah, kulit kopi, kulit coklat dan pucuk tebu. Selama tahun 2003 harga bungkil kopra relatif stabil, sedangkan harga bungkil biji kapok dari bulan Januari mengalami penurunan sampai bulan September, karena produksi yang semakin meningkat pada saat musim kemarau. Harga dedak padi berfluktuasi, hampir sama dengan bungkil yaitu selama musim hujan harganya naik dan memasuki musim kemarau harganya turun. Harga onggok kering relatif stabil, hanya cenderung naik selama musim hujan, karena faktor pengeringan yang lebih sulit dilakukan. Harga tetes dan ampas tebu per bulan tidak fluktuatif, karena tataniaga pemasaran kedua bahan telah mapan. Di Jawa Timur juga telah terdapat beberapa pakan komersial untuk sapi potong, antara lain pakan basal dan konsentrat. Pabrik pakan mini yang ada di Jawa Timur dengan jumlah produk terbatas telah mengeluarkan konsentrat sapi potong, antara lain Inkud feed, yellow feed, Nutri feed, Cattle feed, promix feed, jugala feed. Tabel 7. Harga dan susunan bahan pada pakan basal dan konsentrat sapi potong di Jawa Timur Jenis pakan
Bahan pakan penyusun
Harga
Penggunaan
Pakan basal
Tumpi jagung, bungkil kapok, bungkil kopra, tetes, ampas tebu, pith, kulit kopi, kulit kacang tanah, jerami kacang tanah, jerami kedelai, pucuk tebu
Rp. 400/kg
Sapi pembibitan
Konsentrat
Bungkil kopra, bungkil klenteng, tumpi klenteng, kedelai, dedak padi, onggok, tepung gaplek, kulit kopi, tetes, vitamin, mineral
Rp. 675/kg
Sapi penggemukan
143
Lokakarya Sistem Integrasi Kelapa Sawit-Sapi
Kabupaten Sumba Timur Beberapa bahan pakan yang tersedia di wilayah Kabupaten Sumba Timur berasal dari limbah pertanian dan agroindustri yang potensial (Tabel 8). Bahan pakan asal limbah pertanian, ketersediaannya dipengaruhi oleh musim panen, tempat produksinya tersebar dan “voluminous” sehingga biaya angkut menjadi cukup mahal (CHUZAEMI, 2002). Untuk itu diperlukan manajemen yang terorganisir meliputi pengumpulan (collecting), pengangkutan, pengeringan, penyimpanan dan prosessing awal. Limbah agroindustri yang tersedia di Sumba Timur hanya dedak padi yang relatif mahal, karena menjadi satu-satunya pakan tambahan bagi sapi potong yang dimiliki oleh peternak. Pada musim kemarau, harga dedak padi pada tingkat eceran mencapai Rp. 1.000 hingga Rp. 1.200 per kg. Oleh karena itu, perlu dipikirkan perbedaan penanganan antara kedua bahan tersebut yang berbeda karakteristiknya. Berikut ini disampaikan diagram pakan untuk daerah Sumba Timur yang dipersiapkan di Jawa Timur (Gambar 2). Pakan di Sumba (Rp. 425/kg) diperoleh dengan cara mencampur 40% pakan dari Jawa Timur (Rp. 500/kg) dengan 60% pakan lokal asal Sumba (Rp. 150/kg), ditambah ongkos transport, prosesing dan packaging. Tabel 8. Beberapa bahan pakan yang tersedia di Sumba Timur dan estimasi potensinya Estimasi Potensi (ton/tahun)
Nama Bahan
Basah 17.800 80 4.000 2.800 260 2.178 25 27.143
Jerami padi Jerami kacang tanah Jerami jagung Janggel jagung Kulit kacang tanah Dedak padi Kapur Jumlah
Kering 4.460 35 2.700 320 65 2.178 25 9.783
JATIM • • • • • •
SUMBA
Tumpi jagung Rp 80/kg Bungkil Kapok Rp 650/kg Bungkil Kopra Rp 750/kg Tetes Rp 500/kg Pro-rich Rp 400/kg Vit-rich Rp 525/kg
Kapal/transport
• •
Rp 150/kg
•
Gaplek Rp 300/Kg Tongkol Jagung Rp 100/Kg Mineral Rp 80/kg
Komposit Rp 150/kg (60%) Komposit Rp 500/KG (40%)
+ Prosesing Rp 60/Kg + Packaging Rp 25/kg
Pakan basal Rp 425/kg Gambar 2. Program pakan murah untuk daerah Sumba Timur
144
Lokakarya Sistem Integrasi Kelapa Sawit-Sapi
Daerah lain Selain mendirikan industri pakan dan penggunaan sumberdaya pakan lokal, pakan murah untuk beberapa daerah juga dapat dilakukan dengan mendatangkan pakan murah dari Jawa Timur. Harga pakan asal dari Jawa Timur yang dikirim ke beberapa daerah, menentukan harga saing yang cukup besar (Gambar 3).
JATIM
JATENG
JABAR
LAMPUNG
PAKAN BASAL (Pembibitan)
Rp 400/kg
Rp 550/kg
Rp 600/kg
Rp 650/kg
KONSENTRAT
Rp 675/kg
Rp 825/kg
Rp 875/kg
Rp 925/kg
(Penggemukan)
JATIM
BALI
NTB
NTT
Gambar 3. Harga pakan murah asal Jawa Timur di beberapa daerah
Biaya tansportasi dari Jatim ke Jateng atau Bali adalah Rp. 150,-/kg, dari Jatim ke Jabar atau NTB adalah Rp. 200,-/kg, sedangkan dari Jatim ke Lampung atau NTT adalah Rp.250,-/kg. Biaya transport tersebut diperhitungkan menggunakan truk atau kapal laut dengan batas minimal pengiriman 10 ton. KESIMPULAN Pakan murah dapat disusun dengan menggunakan domestic resources based. Perlu dihindari penggunaan bahan pakan impor atau bahan pakan asal luar daerah yang harganya mahal. Strategi penyusunan pakan murah dimulai dengan pemilihan bahan pakan murah dan disusun sesuai dengan kebutuhan pakan sapi potong. Pemilihan bahan pakan murah berdasarkan pertimbangan ketersediaan bahan, kandungan nutrisi dan harga. Pakan murah terutama disusun dari bahan-bahan pakan asal limbah agroindustri, limbah pertanian/perkebunan. Pakan murah dapat berupa pakan basal untuk sapi pembibitan dan konsentrat untuk sapi penggemukan. Pakan murah untuk daerah di luar Jawa Timur dapat diperoleh dengan cara mencampur bahan-bahan pakan murah yang tersedia di wilayah atau mencampur antara pakan 145
Lokakarya Sistem Integrasi Kelapa Sawit-Sapi
murah asal dari Jawa Timur dengan bahan-bahan pakan yang ada di daerah atau cukup dengan mendatangkan pakan murah dari Jawa Timur dengan penambahan biaya transportasi. DAFTAR PUSTAKA CHUZAEMI, S. 2002. Arah dan Sasaran Penelitian Nutrisi Sapi Potong Di Indonesia. Makalah Dalam Workshop Sapi Potong. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan Bogor dan Loka Penelitian Sapi Potong, Malang 11-12 April 2002. DITJEN BP PETERNAKAN. 2002. Pemantapan Program Mendesak Kecukupan Daging 2005. Makalah Rakonteknas 2002 di Denpasar Bali, Tanggal 13-15 Nopember 2002. Ditjen Bina Produksi Peternakan. HARDIANTO, R., SURYANTO, G. KARTONO, E. WIDAWATI, K.B. ANDRI, E. RATNANINGTYAS, BAMBANG, I. dan Z. ARIFIN. 2001. Pembentukan Kawasan Agribisnis Terpadu di Kabupaten Tulungagung. Laporan Akhir Kerjasama Bappeda Kabupaten Tulungagung dengan BPTP Jawa Timur, Malang. HARDIANTO, R. 2000. Teknologi Complete Feed Sebagai Alternatif Pakan Ternak Ruminansia. Makalah BPTP Jawa Timur, Malang. KARTADISASTRA, H.R. 1994. Pengelolaan Pakan Ayam. Kiat Meningkatkan Keuntungan dalam Agribisnis Unggas. Penerbit Kanisius, Yogyakarta. SIREGAR, S.B. 1994. Ransum Ternak Ruminansia. PT. Penebar Swadaya, Indonesia. SUBIJANTO. 2001. Prospek Bisnis Pakan Unggas di Indonesia 2001-2002. Seminar Nasional Prospek Bisnis Perunggasan 2001-2002. Jakarta, 26 Juli 2001. WIJAYA, D. 2002. Prioritas dan Strategi Baru Pembangunan Ekonomi Jawa Timur. Buletin Litbang Dwibulanan “Teropong” Nomor 2 Edisi Desember 2001–Januari 2002. Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah (Balitbangda) Propinsi Jawa Timur, Surabaya.
146