Lokakarya Sistem Integrasi Kelapa Sawit-Sapi
PENGALAMAN PENGEMBANGAN USAHA SISTEM INTEGRASI SAPI-KELAPA SAWIT DI RIAU SUHARTO Riset dan Pengembangan Peternakan PT. Tri Bakti Sarimas, Riau ABSTRAK SUHARTO. 2003. Pengalaman Pengembangan Usaha Sistem Integrasi Sapi-Kelapa Sawit di Riau. Usaha Peternakan saat ini menghadapi berbagai masalah. Pengembangan usaha ternak Ruminansia menghadapi penyusutan lahan, kesenjangan permintaan dengan produksi sehingga impor sapi dari tahun ketahun meningkat, kelangkaan pakan serat, dan harga konsentrat terus meningkat karena sebagian bahan pakan masih impor. Sementara itu, usaha ternak unggas terbelenggu pada ketergantungan bibit dan pakan impor. Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka perlu dicari pakan alternatif yang dapat menjadi andalan masa depan dan berjangka panjang. Harapan tertumpu pada hasil samping perkebunan. Hasil aplikasi yang telah dilakukan menunjukkan bahwa: 1). Serat perasan buah sawit (palm press fibre) dan daun kelapa sawit (palm leaf) dapat dipakai sebagai substitusi rumput; 2). Lumpur sawit (palm oil sludge), dan bungkil sawit dapat dijadikan sebagai bahan konsentrat untuk unggas dan ruminansia; 3). Beberapa tanaman liar (weeds), rambanan (browse) pohon naungan tanaman perkebunan dapat dipakai sebagai suplement protein; 4). Sumber daya setempat berupa ampas sagu (sago factory refuse) dapat dijadikan sumber energi pada konsentrat; 5). Manfaat pakan serat bermutu rendah yang berasal dari hasil samping perkebunan kelapa sawit dapat ditingkatkan mutunya melalui proses fermentasi dengan probiotik; 6). Melalui proses transformasi dengan ruminansia, hasil samping industri perkebunan kelapa sawit dapat diubah menjadi Emas merah (daging), Emas putih (susu) dan Emas hitam (kompos). Hasil aplikasi tersebut memberi arah bahwa, hasil samping industri perkebunan kelapa sawit akan dapat menciptakan Agroindustri yang fenomental, dapat bersaing secara global dan akan menciptakan kebutuhan baru, pengembang peluang, menciptakan teknologi baru dan menciptakan modal. Kata kunci: Kelapa sawit, integrasi sapi-sawit
PENDAHULUAN Usaha ternak ruminansia menghadapi tantangan penyusutan lahan, dimana lahan adalah unsur utama bionomik ternak. Sejalan dengan susutnya lahan, berkurang pula peluang produksi hijauan dan persediaan hasil samping pertanian yang dapat dijadikan pakan. Sementara itu usaha ternak ruminansia dituntut untuk memacu produksi untuk memenuhi permintaan pasar dalam negeri yang terus berkembang. Namun, memacu produksi ternak ruminansia melalui pemberian konsentrat tidaklah ekonomis; karena harganya terlalu mahal dan cenderung terus membumbung. Hal ini disebabkan beberapa bahan baku konsentrat masih diimpor dan bahan baku asal dalam negeri bersaing dengan kebutuhan lain. Permintaan pasar dalam negeri yang terus berkembang yang tidak diikuti dengan peningkatan produksi, tergambar dari melambungnya jumlah sapi yang diimpor dari Australia (Lihat Cattle Export by Country of Destination). Jumlah sapi yang diimpor dari Australia sampai tahun 1997 mencapai hampir 500.000 ekor dan daging mencapai 50.000 ton, dan selama krisis, impor tersebut menurun drastis tetapi tahun 2003 mendekati angka yang sama. Untuk menghadapi tantangan tersebut, pengembangan usaha ternak ruminansia di masa depan tampaknya bertumpu pada pemanfaatan hasil samping perkebunan. Hasil samping tersebut bukanlah limbah, tetapi sumber daya. Perkebunan PT. Tribakti Sarimas banyak menghasilkan hasil samping 57
Lokakarya Sistem Integrasi Kelapa Sawit-Sapi
yang dapat diubah menjadi bahan pakan ternak yang berdaya saing global dan merupakan andalan jangka panjang. Berbeda dengan hasil samping tanaman pangan yang tersebar pada suatu wilayah, hasil samping perkebunaan terkonsentrasi pada satu tempat, sehingga sangat ekonomis dan efisien untuk dijadikan bahan baku industri pakan. LANGKAH DAN UPAYA YANG TELAH DILAKUKAN OLEH PT. TRIBAKTI SARIMAS a.
Mengidentifikasi potensi, kendala dan sumber daya yang ada untuk mengembangkan usaha perkebunan ke arah Integrated Farming System.
b.
Perakitan teknologi aplikatif yang sesuai dengan agroekosistem.
c.
On - Farm Research untuk mencoba rakitan teknologi tersebut.
d.
Supervisi dan evaluasi seluruh kegiatan untuk mendapatkan "pattern" atau system.
e.
Test - farm untuk meyakinkan bahwa pattern atau system telah teruji.
Kegiatan On Farm Research dan Test Farm di PT. Tribakti Sarimas a.
Upaya pemberdayaan hasil samping perkebunan untuk dijadikan bahan baku pakan ternak dan kompos.
b.
Upaya pemberdayaan hasil samping peternakan untuk dijadikan kompos.
Arah Integrated Farming System di PT. Tribakti Sarimas Arah Integrated Farming System di PT. Tribakti Sarimas adalah menuju ke konsep LEISA (Low Eksternal Input Sustainable Agriculture) yaitu konsep perkebunan yang terpadu, berkesinambungan, menekan penggunaan input eksternal dan memaksimalkan penggunaan input internal sehingga akan diperoleh suatu sistem usaha perkebunan yang efisien dan berdaya saing global. Tujuan menuju ke konsep LEISA adalah menjadikan PT Tribakti Sarimas menjadi suatu usaha perkebunan yang terpadu; ramah lingkungan; tanpa limbah; berbasis lokal sehingga tahan menghadapi krisis; menghasilkan produk organik yang berkualitas baik dan mempunyai harga lebih baik; mempunyai diversifikasi berbagai produk; sehingga mengurangi resiko kegagalan usaha dan usaha perkebunan berdaya saing global karena sangat efisien HASIL SAMPING KELAPA SAWIT Diagram 1 memperlihatkan bahwa, yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber bahan pakan adalah bungkil kelapa sawit (Palm Kennel Cake), lumpur minyak sawit (palm oil sludge) dan serat perasan buah sawit (palm press fibre). Diantara ketiga bahan ini, bungkil kelapa sawit telah digunakan dan telah mulai dipasarkan sebagai bahan pakan ternak. Komposisinya adalah: Bahan kering 89%, Protein kasar 19%, Protein tercema 74%, Serat 13%, ME 12,2 M)/kg, Kalsium 0,30% dan Phosphore 0,7%. Sedangkan dua bahan lainnya (Bunch Ttrash dan Palm Nut Shells) belum banyak digunakan di Indonesia. 58
Lokakarya Sistem Integrasi Kelapa Sawit-Sapi
Lumpur sawit (palm oil sludge) belum banyak dimanfaatkan sehingga menimbulkan masalah lingkungan. Pemanfaatnya memberi manfaat ganda yaitu menambah persediaan bahan pakan dan mengurangi polusi.
Diagram 1. Potensi limbah kelapa sawit
Bahan kering lumpur sawit (Palm Oil Sludge) mengandung protein kasar 13,3% setara dengan dedak halus (13,0%) dan kandungan energinya (TON = 74%), lebih tinggi dibandingkan dengan dedak halus (70%) sehingga lumpur sawit layak digunakan sebagai pengganti dedak halus. Dedak padi merupakan bahan pakan yang paling banyak digunakan. Tidak hanya pada ternak unggas dan babi, ternak sapi perah dan sapi penggemukan juga menggunakan. Persediaannya berfluktuasi mengikuti pola panen padi dan harganya juga berfluktuasi karena banyak permintaan, harganya cenderung meningkat terus dan mutunya sering dipalsu. Karena potensinya, lumpur sawit diharapkan dapat mengganti sebagian dedak padi dengan mutu yang lebih stabil. Serat buah sawit (Palm Press Fibre) mempunyai kandungan energi (TDN =56%) sedikit lebih unggul dibanding rumput tetapi protein kasarnya sedikit lebih rendah. Disamping itu serat buah sawit kurang disukai ternak. Dengan teknologi menggunakan Probiotik dan penambahan urea, protein kasarnya dapat ditingkatkan dan karena strukturnya jadi lunak maka akan lebih disukai ternak. HASIL UJI COBA LIMBAH SAWIT Uji coba pakan
59
Lokakarya Sistem Integrasi Kelapa Sawit-Sapi
Serangkaian uji coba pakan dengan menggunakan serat buah sawit sebagai pengganti rumput dan lumpur sawit sebagai pengganti dedak pada sapi perah jantan dengan bobot awal 190 j: 11,2 kg sebanyak 24 ekor. Ransum kontrol terdiri dari 30% rumput lapangan + 30% dedak + 40% konsentrat (dry matter basis). Faktor A: adalah serat buah sawit terdiri dari 0, 15 dan 30%. Serat buah sawit sebelumnya difermentasi dengan Probiotik 0,06% dan urea 0,06% selama 2 minggu. Faktor B: adalah lumpur sawit juga terdiri dari 0, 15 dan 30%. Hasil uji coba dapat dilihat pada Tabel 1. Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa konsumsi bahan kering dan kenaikan berat badan tidak berbeda nyata, sehingga dapat disimpulkan bahwa serat buah sawit setelah difermentasi cukup disukai ternak dan kalau kita lihat bahwa deposisi lemak pada penggunaan serat buah sawit lebih rendah tetapi deposisi protein tubuh lebih tinggi. Dapat disimpulkan bahwa serat buah sawit setelah difermentasi dengan Probiotik, tetap lebih fermentable di rumen sehingga banyak dihasilkan NH3 untuk pembentukan protein tubuh. Juga tampak pada retensi nitrogen yang menggunakan serat buah sawit cenderung lebih tinggi. Dari Tabel 1 tersebut juga tampak bahwa subtitusi total dedak padi dengan lumpur sawit (lumpur sawit 30%) dalam tiap level serat buah sawit selalu tampil dengan performance yang terbaik. Hal ini menandakan bahwa lumpur sawit lebih unggul kualitasnya dibandingkan dengan dedak. Tabel 1. Pengaruh subtitusi rumput lapangan dengan serat buah sawit dan dedak dengan lumpur sawit pada sapi perah jantan Serat buah Lumpur sawit Konsumsi ME m) / sawit (%) (%) BK kg/hari kg BK
Retensi Ng/hari
Kenaikan berat Lemak tubuh Protein tubuh badan (kg) (kg)
0
0
6,36
10,9
50,0
1,38
0,283
0,246
0
15
6,01
9,85
46,9
1,33
0,296
0,232
0
30
6,43
10,9
53,7
1,52
0,258
0,288
15
0
6,59
10,2
55,2
1,33
0,256
0,241
15
15
6,74
9,51
53,0
1,29
0,262
0,230
15
30
6,65
10,1
61,0
1,62
0,338
0,280
30
0
6,26
10,1
52,9
1,52
0,186
0,281
30
15
6,69
10,6
57,5
1,67
0,133
0,251
30
30
6,88
10,6
64,4
1,74
0,169
0,296
Uji coba keunggulan lumpur sawit pada produksi susu
60
Lokakarya Sistem Integrasi Kelapa Sawit-Sapi
Pada uji ini telah dicoba mengganti dedak dengan lumpur sawit pada sapi perah laktasi. Ransum kontrol terdiri dari rumput gajah 36,5% ubi jalar 17%, rumput lapangan 6,5%, dedak 12% dan konsentrat 28% (dry matter basis). Dedak diganti 1/3, 2/3 dan 3/3 bagian dengan lumpur sawit, sehingga prosentase lumpur sawit dalam ransum menjadi 0, 4, 8 dan 12%. Hasil uji coba dapat dilihat pada Table 2. Tabel 2. Pengaruh substitusi dedak padi dengan lumpur sawit pada sapi perah Variable
Lumpur sawit 0%
Lumpur sawit 4% Lumpur sawit 8% Lumpur sawit 12%
Konsumsi bahan kering (kg/hari)
16,9
17,3
16,7
17,2
Produksi susu (kg 4% FCM/hari)
11,7
12,2
11,8
13,3
Produksi lemak susu (kg/hari)
0,488
0,496
0,466
0,544
Produksi protein susu (kg/hari)
0,300
0,350
0,354
0,346
Kecernaan
47,1
42,8
50,3
50,1
Degradasi dalam rumen
44,1
53,0
51,9
57,3
Dari Tabel 2 terlihat bahwa penggantian dedak dengan lumpur sawit, konsumsi bahan kering naik 1,77% sehingga dapat disimpulkan bahwa lumpur sawit lebih disukai dibandingkan dedak. Produksi susu naik 13,6%, lemak susu naik 11,47%, protein susu naik 11,61%, kecernaan in vitro naik 6,3% dan degradasi rumen naik 30%. Potensi sumberdaya setempat yang belum dimanfaatkan Potensi sumberdaya setempat yang belum dimanfaatkan adalah ampas sagu (sago factory refuse), dan daun kelapa sawit (palm leaf). Komposisi ampas sagu adalah: bahan kering 85%, protein kasar 0,5%, BETN 65,7%, serta 5%, ME 10,0 m/kg Ca 0,04% dan P 0,02%. Kandungan serat dan daun kelapa sawit hasil analisa sementara adalah bahan kering 60%, BETN 62,2%, serat 15,2%, Protein kasar 16%, ME 9,25 m/kg Ca 0,8% dan P 0,4%. Hasil samping lainnya di PT. Tribakti Sarimas yaitu bungkil kelapa dengan komposisi bahan kering 90%, Protein kasar 20%, BETN 42%, serat 7%, ME 12,5 m/kg, Ca 0,2% dan P 0,7%. Melihat komposisinya, ampas sagu dan bungkil kelapa dan bungkil sawit potensinya adalah sebagai bahan konsentrat; sedangkan perasan buah sawit dan daun kelapa sawit berpotensi sebagai pengganti rumput.
61
Lokakarya Sistem Integrasi Kelapa Sawit-Sapi
KEMUNGKINAN PEMBUATAN AGROINDUSTRI PAKAN Ibarat pepatah "sehelai pohon murbei, ditangan orang bijak, akan menjadi sutera; sehelai bulu domba, di tangan orang bijak akan menjadi pakaian raja". Melihat potensi hasil samping perkebunan FT. Tribakti Sarimas, sudah saatnya dimanfaatkan kebijakan kita, sehingga sumberdaya yang melimpah tersebut dapat diubah menjadi Emas merah (daging), Emas putih (susu) dan Emas hitam (kompos), sehingga dari kegiatan tersebut dapat diciptakan kebutuhan baru, kesempatan dan peluang baru, pengembangan teknologi baru dan menciptakan modal dari industri perkebunan yang fenomental dan berdaya saing global. Akan lebih cocok kalau dari hasil samping tersebut diolah menjadi pakan ternak lengkap (complete feed) yaitu pakan ternak lengkap mengandung pakan berserat dan pakan konsentrat dalam bentuk pellet (butiran). Dengan complete feed dalam bentuk pellet akan memudahkan pemberian, pengangkutan, penyimpanan, disamping juga berfungsi sebagai pengawetan. Complete feed juga akan membantu memecahkan masalah nasional yaitu; penyediaan pakan bermutu dengan harga terjangkau, mudah pemberiannya dan sudah dalam awetan sehingga tahan lama disimpan. Dengan demikian diharapkan dengan pemakaian complete feed, populasi ternak ruminansia dapat ditingkatkan. Kenyataan di lapangan, petani dengan 2 ekor sapi, sudah mengalami kesulitan mendapatkan rumput terutama di musim kemarau. Dengan complete feed, mereka dapat meningkatkan jumlah sapi yang dipelihara tanpa harus bersusah payah mengarit (merumput) dan sisa waktu bisa digunakan untuk yang lain yang lebih produktif. Demikian juga pada peternakan sapi perah dan penggemukan, mereka dapat meningkatkan populasi sapinya sehingga usaha mereka lebih efisien. PROSES PELLETING Yang dimaksud sebagai pellet adalah bentuk massa bahan pakan yang dibentuk dengan menekan dan memadatkannya melalui suatu lubang cetakan secara mekanis. Secara lengkap proses pelleting ini melalui tahap grinding (penggilingan), mixing (pencampuran) serta steaming dan pelleting yang dilakukan bersama-sama dengan penekanan yang dilakukan antara Rollers yang berfungsi sebagai alat penekan dengan Die sebagai pencetak. Untuk mendapatkan partikel yang homogen dan memudahkan penggilingan, sebelumnya dilakukan pengeringan dengan suatu alat dehidrator yang karena bentuk dan fungsinya, umumnya disebut sebagai drum drier dan alat lain yang juga harus ada adalah alat pendingin karena pellet yang keluar dari alat pencetak mempunyai suhu 190°F sehingga perlu didinginkan. MANFAAT PROSES PELLETING PADA PAKAN TERNAK Oleh karena proses pelleting melalui tahap penggilingan dan akibat dari penggilingan tersebut maka akan terjadi penambahan luas permukaan pakan, sehingga proses pelleting akan menaikan kecemaan pakan. Disamping itu proses pelleting akan meningkatkan kepadatan pakan. Karena kenaikan kecernaan dan kepadatan pakan, maka proses pelleting juga akan meningkatkan konsumsi pakan. Dengan meningkatkan konsumsi pakan, maka gerak laju pakan dalam saluran pencemaan juga akan lebih cepat, dan meningkatkan jumlah produk fermentasi sehingga proses pelleting akan meningkatkan produktifitas ternak. 62
Lokakarya Sistem Integrasi Kelapa Sawit-Sapi
Disamping itu manfaat dari proses pelleting adalah terjadinya denaturasi protein dan gelatinasi pati sehingga terjadi peningkatan efisiensi penggunaan zat - zat pakan tersebut. Manfaat lain yang diperoleh dari pelleting adalah kemudahan dalam pemberian pakan, transportasi, penyimpanan dan menambah keawetan pakan. KENDALA APABILA RUMINANSIA DIBERI PAKAN PELLET DAN CARA PENANGGULANGANNYA Berbeda dengan unggas, ruminansia apabila diberi pakan pellet kadang-kadang timbul gangguan fisiologis pada system pencemaannya. Hal ini karena pakan pellet sangat cepat dikonsumsi sehingga proses ruminansi (mengunyah) menjadi lebih pendek sehingga proses salivasi (pengeluaran ludah) menjadi berkurang. Ludah pada ternak ruminansia mempunyai fungsi yang penting, diantaranya adalah efek buffering, yaitu menjaga kondisi PH rumen tetap stabil sehingga proses fermentasi di rumen berjalan dengan normal. Gangguan yang disebabkan oleh hal-hal tersebut di atas disebut secara umum sebagai "Nutritional disorders".
Keterangan: 1. Infeed belt conveyor; 2. Belt elevator; 3. Belt conveyor; 4. Feeder dreg; 5. Inconed elevator; 6. Furnace; 7. Drum driver; 8. Main fan; 9. Cyclon; 10. Hammer mill; 11. Supply mill; 12. Pellet press; 13. Hot elevator; 14. a. Cooler fan; b. Grading sieve; 15. Cool elevator; 16. Pick out bin; 17. Bagging conveyor Gambar 1. Diagram alat pelleting
Untuk mengatasinya, sudah ditemukan cara dan sudah diuji dengan baik, yaitu dengan menambah "Buffers" yaitu campuran antara Natrium Bicarbonat, Magnesium Oksida dan Asam Glamber yang berfungsi untuk menstabilkan PH rumen apabila ruminansi memakai pakan pellet, sehingga mencegah nutritional disorder.
63
Lokakarya Sistem Integrasi Kelapa Sawit-Sapi
DISKUSI Daftar pertanyaan: •
Kami sangat tertarik dengan pengalaman Bapak. Pertanyaan kami adalah bila pakan asal limbah sawit itu digunakan dalam jangka waktu lama (untuk pembibitan), apakah ada dampak negatif pada kesehatan ternak maupun terhadap penampilan reproduksinya
•
Mohon penjelasan lebih lanjut tentang pernyataan dalam makalah pada uji coba pakan: …..dengan bobot awal 190j: 11,2 kg sebanyak 24 ekor; apa maksudnya?
•
Apakah penggunaan “buffer” untuk mencegah terjadinya nutritional disorder pada penggunaan pellet untuk sapi akan menjadi tambahan biaya yang signifikan, serta kemudahan aplikasinya di lokasi kami.
•
Mohon untuk dapat melengkapi dengan daftar pustaka a.
Devendra, 1997
b.
………….., Cattle export by country destination
Jawaban:
64