Lokakarya Pengembangan Sistem Integrasi Kelapa Sawit-Sapi
RENCANA PENGEMBANGAN PETERNAKAN PADA SISTEM INTEGRASI SAWIT-SAPI DI KALIMANTAN SELATAN MASKAMIAN Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Selatan Jl. Jenderal Sudirman No 7 Banjarbaru
ABSTRAK Permintaan pasar yang tinggi terhadap ternak dan produksinya mendorong perluasan areal untuk memenuhi kebutuhan konsumen akan bahan pangan asal ternak. Perkembangan areal perkebunan kelapa sawit di Kalimantan Selatan cukup pesat dari 14.900 ha pada tahun 1994 menjadi 181.948 ha pada tahun 2003. Potensi perkebunan kelapa sawit yang dapat dimanfaatkan oleh ruminansia antara lain, hijauan kebun antar tanaman dan rumput, pelepah dan daun kelapa sawit serta limbah pabrik minyak kelapa sawit. Ketersediaan sumberdaya pakan ini sangat memungkinkan untuk pengembangan sapi di wilayah Kalimantan Selatan. Masalah utamanya adalah belum ada perusahaan perkebunan yang tertarik untuk melakukan integrasi ternak-kebun kelapa sawit. Kata Kunci: Populasi Sapi, Sawit, Integrasi
PENDAHULUAN Latar belakang Permintaan pasar yang tinggi terhadap ternak dan produksinya mendorong perluasan areal untuk memenuhi kebutuhan konsumen akan bahan pangan asal ternak. Untuk percepatan pertumbuhan subsektor peternakan dalam melaksanakan fungsinya harus diiringi dengan strategi yang menekankan dan mengarah pada pengembangan kawasan peternakan, mengingat bahwa pendekatan peningkatan populasi bukan hanya dilihat dari dimensi wilayah, komoditas, petani, kelembagaan, usahatani, pemasaran dan sarana pendukung. Dalam membangun peternakan khususnya pengembangan ruminansia, perlu adanya terobosan baru yang dibantu dengan kebijakankebijakan daerah setempat. Pembangunan sektor pertanian selama ini terasa sangat terkotak-kotak, masing-masing subsektor boleh dikatakan jalan sendiri-sendiri. Seyogyanya diperlukan kebijakan baru secara nasional saat ini, dalam menjembatani usaha pengembangan industri pakan berbasis perkebunan. Hal ini mengingat cukup banyak limbah dari perkebunan yang dapat dipergunakan sebagai pakan ruminansia. Laju pengembangan areal tanaman kelapa sawit di Kalimantan Selatan cukup pesat tercatat 111,5% per tahun. Hal ini didasarkan
dari laporan Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Selatan, pada tahun 1994 luas areal tanaman baru 14.900 Ha dan pada akhir tahun 2003 mencapai luas 181.948 Ha. Pengembangan usaha kelapa sawit dilakukan tidak hanya oleh perusahaan swasta saja, masyarakat tani di sekitar areal perusahaan juga melakukannya. Beberapa hasil areal kebun, limbah kebun dan limbah industri pabriknya yang dapat dimanfaatkan oleh ruminansia adalah: a. Hasil dan limbah kebun kelapa sawit • Hijauan kebun antar tanaman (cover crop/ground) dan rumput • Pelepah dan daun kelapa sawit b. Limbah pabrik minyak kelapa sawit • Serat buah (serabut/fibre) • Lumpur sawit • Bungkil inti sawit (BIS) • Limbah padat (solid) • Tandan buah kosong kelapa sawit Permasalahan Hingga saat ini kebutuhan daging masyarakat Kalimantan Selatan masih belum dapat dicukupi oleh hasil ternak dalam wilayah. Untuk itu dalam rangka mendukung program swasembada sapi potong kenaikan populasi sapi potong ditargetkan 4,35% dan kerbau 1,12% per tahun. Hal tersebut ditempuh dengan berbagai kegiatan mulai dari
83
Lokakarya Pengembangan Sistem Integrasi Kelapa Sawit-Sapi
penekanan angka kematian sapi 1,57% dan kerbau 2,4%, pengadaan bibit/bakalan ternak dari luar daerah berupa sapi potong 3.000 ekor/tahun dan kerbau 100 ekor/tahun. Disamping kegiatan di atas, tentunya kegiatan peningkatan angka kelahiran serta pertumbuhan ternak melalui perbaikan mutu pakan sangat mendukung program di atas. Apabila hal ini dihubungkan dengan ketersediaan sumberdaya yang dihasilkan oleh perusahaan kelapa sawit, masih sangat memungkinkan pengembangan sapi di wilayah Kalimantan Selatan. Masalah utamanya adalah sampai saat ini belum ada perusahaan perkebunan yang tertarik memanfaatkan sumberdayanya untuk melakukan integrasi ternak - kebun kelapa sawit.
rakyat. Dari luas areal kebun tersebut, areal yang telah berproduksi mencapai ± 50.605 Ha (termasuk perkebunan rakyat seluas 4.710 Ha) dengan produksi 798.500 ton tandan buah segar (TBS)). Potensi yang dimanfaatkan untuk ternak dari hasil samping kebun dan limbah kebun kelapa sawit meliputi: 1. Hijauan antar tanaman (HAT) yang kaya rumput dan leguminosa (kacang-kacangan) 2. Pelepah daun yang dapat dipergunakan sebagai pakan serat setelah dikupas dan dipotong-potong. 3. Daun dapat digunakan sebagai pakan hijauan setelah dihilangkan lidinya.
Tujuan dan Sasaran
Hijauan antar tanaman pada areal perkebunan kelapa sawit yang berumur 5 tahun ke bawah, umumnya sangat subur terutama leguminosanya yang dipergunakan sebagai cover crop/grund. Apabila diperkirakan areal kebun yang baru dan belum berproduksi seluas 130.000 Ha, luas areal HAT ± 78.000 Ha dan rataan produksi HAT 30 ton/Ha/tahun (dilaporkan Dinas Peternakan Kotabaru tahun 2003), maka produksi HAT yang dihasilkan seluruh areal mencapai 234.000 ton/tahun. Produksi hijauan di atas akan dapat dimanfaatkan sekitar 21.370 ekor sapi yang berat badannya 300 kg/ekor.
Tujuan 1) Memberdayakan potensi yang dimiliki oleh perkebunan kelapa sawit dan limbah industri perusahaan (pabrik) minyak kelapa sawit 2) Memanfaatkan sumberdaya alam untuk pembangunan secara optimal 3) Mendukung kegiatan sanitasi lingkungan perusahaan perkebunan. Sasaran Sasaran yang diharapkan dari kegiatan ini adalah meluasnya lahan penggembalaan ternak dan ketersediaan pakan ternak sepanjang tahun. Dengan demikian peternak sapi potong utamanya tidak perlu khawatir akan kebutuhan pakan pada musim kemarau, karena dengan melakukan rekayasa pakan, peternak di sekitar lahan atau pabrik kelapa sawit dapat memanfaatkan limbahnya untuk pakan. POTENSI Luas lahan Sebagaimana disampaikan dalam bab terdahulu, luas pengembangan areal perkebunan kelapa sawit pada tahun 2003 mencapai 181.948 Ha, terdiri dari 145.365 Ha perkebunan besar dan 36.097 Ha perkebunan
84
Produksi HAT
Limbah kebun Pelepah Berdasarkan analisa kimiawi dari pelepah yang telah dikupas kulitnya (masih basah), memiliki kandungan bahan kimia BK 15,44; abu 0,50; SK 7,71; LK 0,28; Beta-N 6,20; Ca 0,25; P 0,05; energi 494 Kal/g; NDF 12,37; ADF 9,21; sellulosa 6,66; lignin 2,51 dan silika 0,31. Dalam 1 HA kebun ditanami rata-rata 136 pohon kelapa sawit, dari 1 pohon yang berproduksi tiap tahunnya akan dipanen 37-44 (rata-rata 40) batang pelepah/tahun. Berat pelepah yang telah dikupas rata-rata 5 kg/batang, sehingga pakan serat yang dihasilkan oleh pelepah sebanyak 27.200 kg/Ha/tahun (136 x 40 x 5). Apabila pohon kelapa sawit yang berproduksi seluas 5.000 Ha,
Lokakarya Pengembangan Sistem Integrasi Kelapa Sawit-Sapi
maka dihasilkan 1.360.000 ton pakan serat yang dapat dipergunakan untuk 124.200 ekor sapi potong dengan bobot hidup 300 kg/ekor. Daun Penggunaan daun kelapa sawit untuk pakan ternak belum disosialisasikan kepada peternak, karena untuk dipergunakan sebagai pakan harus dihilangkan lidinya. Namun demikian sapi-sapi yang digembalakan di areal perkebunan sering makan daun kelapa sawit. Limbah industri Serat buah/serabut (fiber) Menurut hasil analisa kimia, serat buah (kering) mengandung BK 61,76; abu 3,70; PK 4,65; SK 30,19; LK 2,37; Beta-N 20,85; Ca 0,48; P 0,19; energi 1993 Kal/g; NDF 12,37; ADF 9,21; sellulosa 22,74; lignin 12,83 dan silika 1,07. Serat ini dapat digunakan untuk pakan setelah melalui proses fermentasi dan diperkaya dengan bahan pakan lainnya. Jumlah serat/serabut yang dibuang dari pabrik berkisar 12-13% dari tandan buah segar (TBS) yang diperas manjadi CPO.
Bungkil inti sawit (BIS) BIS merupakan hasil ikutan dari proses pengolahan inti sawit menjadi Palm Kernel Oil (PKO). Berdasarkan analisa kimiawi, BIS dalam bentuk kering mengandung kadar air 9,51; PK 14,98; SK 16,99; abu 3,95; lemak 14,53 dan TDN 75,51. BIS dihasilkan oleh pabrik sekitar 2-3% dari TBS yang masuk dalam pengolahan. Limbah ini oleh perusahaan banyak dijual ke luar pulau Kalimantan dan informasi terakhir harga BIS ditempat mencapai Rp 500,-/kg. BIS dapat dipergunakan sebagai pakan tambahan ternak ruminansia, monogastrik dan bahan pakan ayam potong serta itik. Sebenarnya tandan buah kosong (TBK) dan lumpur sawit juga merupakan limbah industri/pabrik yang masih dapat dipergunakan untuk pakan ruminansia, hanya saja kedua bahan tersebut umumnya sulit dikumpulkan karena langsung dipakai untuk pupuk tanaman kebun. Data perusahaan perkebunan kelapa sawit di Kalimantan Selatan tahun 2003 dari laporan Dinas Perkebunan sebanyak 8 buah dengan kapasitas produksi sebagaimana disajikan pada Tabel 1. Secara umum gambaran integrasi ternak-sawit dapat digambarkan sebagaimana pada diagram 1.
Solid (limbah padat) Pada perusahaan yang melakukan pemrosesan 3 tahap (mesin pabrik) akan menghasilkan limbah padat. Jumlah limbah padat yang dihasilkan sebanyak 15-18% dari TBS yang diolah oleh pabrik tersebut. Berdasarkan analisa kimiawi ternyata solid dalam bentuk basah mengandung BK 23,64; abu 4,64; PK 3,34; SK 8,82; LK 3,67; Beta-N 3,24; Ca 0,30; P 0,65; energi 774 Kal/g; NDF 16,71; ADF 2,83; hemi sellulosa 13,88; sellulosa 1,13; lignin 1,32 dan silika 0,37. Limbah padat ini dapat dipergunakan sebagai pakan tambahan dalam penggemukan ruminansia dan pengganti dedak untuk ayam buras. Sayangnya peternak belum banyak memanfaatkan, karena lokasi peternakannya jauh dari pabrik.
RENCANA MODEL KEGIATAN Sejak tahun 2000 telah dilakukan kegiatankegiatan yang mendukung berlangsungnya proses integrasi ternak-sawit baik di lingkungan perusahaan maupun di luar perusahaan. Hal ini dimaksudkan memperkenalkan limbah kebun dan industri kelapa sawit untuk pakan ternak. Beberapa kegiatan yang telah disosialisasikan adalah: 1. Penggunaan BIS sebagai pakan tambahan dalam usaha penggemukan sapi (Bali, PO, Brahman Cross) di Kabupaten Kotabaru, Tanah Bumbu, Tanah Laut dan Hulu Sungai Tengah. 2. Sosialisasi rekayasa pakan ruminansia dari pelepah, serat, solid baik yang difermentasi maupun tidak, dilaksanakan di Kabupaten Tabalong dan Kotabaru 3. BIS sebagai bahan pengganti dedak dalam ransum itik Alabio jantan
85
Lokakarya Pengembangan Sistem Integrasi Kelapa Sawit-Sapi
Tabel 1. Data perusahaan perkebunan kelapa sawit di Kalimantan Selatan tahun 2003 Perusahaan/lokasi pabrik
Kapasitas ton TBS/jam
Luas areal (Ha)
Produksi CPO (ton)
Produksi kernel (ton)
TBK (ton)
Sludge (ton)
PT. SKIP 1, Sei Kupang Kotabaru
60
10.995
40.700
8.722
37.380
8.626
PT. SKIP 2, Snakin Kotabaru
15
5.438
13.235
3.097
12.176
2.646
PT. Bersama Sejahtera Sakti, G. Aru Kotabaru
45
10.230
38.804
7.695
35.699
4.930
PT. Laguna Mandiri, Pamukan Utr Kotabaru
60
5.721
12.725
2.251
11.706
2.544
PT. SMART Co Batu Ampar Kotabaru
60
11.465
42.589
8.930
39.182
8.517
PT. Langgeng Muara M Pamukan Utr Kotabaru
60
7.161
38.244
7.529
35.184
7.648
PT. Alam Raya KM Pamukan Utr Kotabaru
40
3.100
-
-
-
-
PT. Gawi Makmur Kal. Satui Tanah Bambu
60
1.524
3.068
1.876
2.822
613
189.374
40.100
174.224
35.524
400
Perkebunan/industri kelapa sawit TBS
Minyak Goreng
CPO
Kernel HA
Pelepah daun
Kernel cluster
BIS
TBK
PKO
Unggas
Limbah cair dan solid Serat/serabut
Ruminansia
Diagram 1. Integrasi ternak dengan kebun dan limbah kelapa sawit
Model kegiatan yang akan dikembangkan selanjutnya dalam rangka memotivasi pihak perusahaan agar mau mengembangkan ternak
86
ruminansia (sapi potong) bagi pemanen maupun pegawai lainnya perusahaan perkebunan kelapa sawit adalah:
Lokakarya Pengembangan Sistem Integrasi Kelapa Sawit-Sapi
1. Pemanfaatan limbah padat (solid) untuk penggemukan sapi potong di sekitar lokasi perusahaan PT. Gawi Makmur Kalimantan. 2. Sosialisasi rekayasa pakan dari limbah kebun dan industri kelapa sawit di sekitar lokasi perkebunan kelapa sawit 3. Pengembangan pembibitan ruminansia (sapi dan kambing) di areal sekitar perkebunan kelapa sawit. PENUTUP Dari pelaksanaan kegiatan integrasi peternakan di lahan perkebunan kelapa sawit, ada beberapa manfaat yang dapat diambil antara lain: 1. Usaha ternak sapi di lahan perkebunan merupakan alternatif usaha cow-calf operation yang sangat unik dan dapat dijadikan model yang secara teknis, ekonomis, sosial dan lingkungan layak untuk dikembangkan. 2. Pengembangan usaha cow-calf operation dan kegiatan usaha peternakan lainnya memerlukan dukungan inovasi teknologi yang tepat dan masih diperlukan:
•
Pengkajian untuk melihat kemungkinan timbulnya permasalahan bila sapi dikembangkan secara meluas • Pelatihan untuk menerapkan rekomendasi teknologi dan rekayasa pakan 3. Limbah yang melimpah dapat diolah menjadi pakan ternak dengan memperkaya nutrisinya melalui inovasi teknologi mekanis, kimia maupun mikrobiologi. Disamping itu, guna mendukung program swasembada sapi potong di Kalimantan Selatan, diharapkan kepada perusahaan perkebunan yang ada dapat mendukung proses kelanjutan integrasi sapi-sawit di sekitar lokasi perusahaan. Limbah yang belum dapat dimanfaatkan untuk ternak akan lebih baik diproses menjadi kompos organik dan paling cepat prosesnya bila ditambahkan dengan kotoran sapi. Dengan demikian perusahaan akan memperoleh manfaat ganda dengan adanya sapi-sapi yang dimiliki oleh pemanen atau buruh kebun lainnya.
87