Laporan Akhir Kegiatan
MODEL PENGEMBANGAN USAHA TERNAK SAPI MELALUI PENDEKATAN INTEGRASI DENGAN SISTEM USAHA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DI KABUPATEN ACEH TIMUR
Oleh : Fenty Ferayanti Elviwirda Nani Yunizar Syarifah Raihanah Bardi Ali M. Ismail Masykura Ernawati
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN (BPTP) NAD BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2011
LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2011
KATA PENGANTAR Laporan akhir ini disusun dari hasil pelaksanaan kegiatan Model Pengembangan Usaha Ternak Sapi Melalui Pendekatan Integrasi Dengan Sistem Usaha Perkebunan Kelapa Sawit di Kabupaten Aceh Timur selama setengah tahun berjalan. Laporan akhir ini menyajikan hasil kegiatan yang telah dilakukan di daerah kegiatan meliputi kegiatan koordinasi, identifikasi lokasi, penentu-an petani kooperator dan seleksi ternak, dan pengamatan di Desa Alue Nyamuk Kecamatan Birem Bayeum Kabupaten Aceh Timur. Disadari laporan akhir ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penyusun mengharap dan menerima masukan baik berupa kritik maupun saran guna perbaikan dan penyempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini dapat berguna dan bermanfaat adanya. Banda Aceh, Desember 2011 PenanggungJawab Kegiatan,
Fenty Ferayanti, SP NIP. 19770331 200212 2 001
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh Darussalam Jl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077 Email :
[email protected] ;
[email protected] Website:http://nad.litbang.deptan.go.id
1
LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2011
ABSTRAK Fenty Ferayanti, SP, dkk. Pengkajian Model Pengembangan Usaha Ternak Sapi melalui Pendekatan Integrasi Dengan Sistim Usaha Perkebunan Kelapa Sawit di Kabupaten Aceh Timur bertujuan untuk mendapatkan model pengembangan SISKA di lahan perkebunan kelapa sawit yang sesuai dengan kondisi wilayah. Pengkajian ini menggunakan 20 ekor sapi Bali jantan berumur 1,5 – 2 tahun, terdiri dari 10 ekor milik petani kooperator yang menerapkan model SISKA dan 10 ekor lagi milik petani non kooperator sebagai pembanding. Petani kooperator yang dipilih adalah petani yang memelihara sapi dikandangkan. Sedangkan pembanding diambil petani yang memelihara sapi dilepas di kebun sawit. Perlakuan yang diberikan pada ternak sapi petani kooperator yaitu pemberian pakan konsentrat yang berasal dari bungkil kelapa dan dedak dengan perbandingan 1: 2 atau 1 kg bungkil kelapa dikombinasikan dengan 2 kg dedak untuk per ekor per hari. Hijaun yang diberikan adalah pelepah sawit yang dikombinasikan dengan rumput alam sebanyak 10 % dari bobot badan. Feed suplement yang diberikan berupa mineral blok dan vitamin. Sebagai upaya pengendalian parasit internal dilakukan pemberian obat cacing. Pemeliharaan dilakukan selama 3 bulan.Data yang diamati yaitu 1) pertambahan bobot badan harian (PBBH) sapi yang dianalisis secara kuantitatif menggunakan uji t 2) tingkat pendapatan dan asset pemilikan petani sebelum kegiatan (data dianalisis secara deskriptif). Hasil pengamatan dari 10 ekor sapi milik petani kooperator yang menerapkan model SISKA selama 60 hari menunjukan rata-rata pertambahan bobot badan harian per ekor sebanyak 0,74 kg. Hal ini melebihi pertambahan bobot badan dari sapi milik non kooperator yang tidak menerapkan model SISKA yang hanya mencapai 0,3 kg per ekor per hari. Kata kunci : SISKA, penggemukan sapi, pelepah sawit ABSTRACT Fenty Ferayanti, SP, et al. Assessment Model Cattle Business Development through Enterprise Approach Systems Integration With Oil palm plantation in East Aceh district aims to get the model SISKA development in oil palm plantation land in accordance with the conditions of the region. This study used 20 male Bali cattle from 1.5 to 2 years old, consisting of 10 head farmer-owned cooperative that implements the model and 10 tails again SISKA farmer-owned non-cooperators as a comparator. Selected farmer cooperators who are farmers who kept cows are caged. While the comparison is taken to maintain the cattle farmers in the garden detachable palm. The treatments were administered in cattle farmer cooperators that feeding concentrates derived from coconut cake and bran in the ratio 1: 2 or 1 kg of coconut cake combined with 2 kg of rice bran for per cow per day. Midrib given are combined with natural grass as much as 10% of body weight. Feed supplement blocks provided in the form of minerals and vitamins. In an effort to control internal parasites of de-worming done. Maintenance carried out for 3 months. Data were observed: 1) daily body weight gain (PBBH) cows that were analyzed quantitatively using the t test 2) the level of farmers' income and asset ownership before the activity (data were analyzed descriptively). Observations of 10 head of cattle owned by farmer cooperators who implement SISKA model for 60 days showed an average daily body weight gain of 0.74 kg per head. This exceeds the body weight gain of cattle owned by non-cooperators who did not apply SISKA model which was only 0.3 kg per cow per day. Key words: SISKA, fattening cattle, palm midrib
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh Darussalam Jl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077 Email :
[email protected] ;
[email protected] Website:http://nad.litbang.deptan.go.id
2
LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2011
DAFTAR ISI
Halama n LEMBAR PENGESAHAN ................................................................ KATA PENGANTAR....................................................................... RINGKASAN ............................................................................... ABSTRACT .................................................................................. DAFTAR ISI ................................................................................ DAFTAR TABEL ........................................................................... I. PENDAHULUAN .................................................................................... 1.1. LATAR BELAKANG .......................................................................... 1.2. PERUMUSAN MASALAH................................................................... II. TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 2.1. SAPI BALI...................................................................................... 2.2. PAKAN PENGGEMUKAN SAPI POTONG ............................................. 2.3. PUPUK KANDANG........................................................................... III. TUJUAN DAN MANFAAT....................................................................... 3.1. TUJUAN......................................................................................... 3.2. MANFAAT ...................................................................................... IV.METODOLOGI ...................................................................................... 4.1. LOKASI DAN WAKTU ...................................................................... 4.2. BAHAN DAN ALAT .......................................................................... 4.3. RANCANGAN RISET........................................................................ 4.4. PENGAMATAN DAN ANALISA DATA ................................................. 4.5. HASIL YANG DIHARAPKAN.............................................................. V. HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................................... 5.1. GAMBARAN UMUM LOKASI ............................................................. 5.1.1. KARAKTERISTIK BIOFISIK ........................................................ 5.1.2. KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI ........................................... 5.1.3. KERAGAAN USAHA TANAMAN DAN USAHA TERNAK SAPI............ 5.1.4. PENENTUAN PETANI KOOPERATOR .......................................... 5.2. TEKNOLOGI INTRODUKSI............................................................... 5.2.1. PERKANDANGAN ..................................................................... 5.2.2. PAKAN .................................................................................... 5.2.3. PEMBUATAN KOMPOS .............................................................. 5.3. PENGAMATAN TERNAK................................................................... 5.3.1. SELEKSI TERNAK ..................................................................... 5.3.2. MASA ADAPTASI TERNAK ......................................................... 5.3.3. KESEHATAN TERNAK ............................................................... 5.3.4. PERTAMBAHAN BERAT BADAN.................................................. 5.3.5. ANALISA R/C RATIO ................................................................ VI.KESIMPULAN ....................................................................................... VII.DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh Darussalam Jl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077 Email :
[email protected] ;
[email protected] Website:http://nad.litbang.deptan.go.id
i ii iii iv v vi 1 1 3 4 4 4 6 7 7 7 8 9 10 10 11 12 13 13 13 14 16 17 18 18 19 20 21 21 22 23 23 26 29 30 3
LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2011
1.1. Latar Belakang
PENDAHULUAN
Kebutuhan konsumsi daging di Provinsi Aceh mencapai 30.210.000 kg sedangkan produksi yang ada hanya sebesar 26.359.000 kg, kekurangan sebesar 4.000.000 kg setiap tahun harus didatangkan dari provinsi lain untuk menutupi kecukupan produksi yang bersumber dari ternak. Kekurangan ini semakin terasa bukan hanya pada permintaan daging setiap hari, pada saat menjelang perayaan hari besar seperti bulan Ramadhan, Lebaran Idul Fitri dan Idul Adha (Badan Investasi dan Promosi NAD, 2009). Keadaan ini terjadi karena sebagian besar pemeliharaan ternak khususnya sapi dilakukan oleh peternak masih bersifat sampingan dengan skala usaha yang masih kecil. Selain itu sistem pemeliharaan yang dilakukan secara semi-intensif yang didasarkan pada penyediaan dan pemberian pakan dengan cara “potong angkut” (cut and carry) dengan komposisi vegetasi alam seadanya menyebabkan tingkat produksi sapi belum optimal. Pola dan pemberian pakan yang belum sesuai dengan kebutuhan merupakan penyebab utama rendahnya tingkat produktivitas ternak di daerah tropis (Chen, 1990). Sementara itu usaha peternakan sapi yang berwawasan agribisnis membutuhkan lahan yang cukup luas sebagai sumber hijauan untuk pakan utamanya. Keterbatasan lahan untuk dapat mengembangkan usaha peternakan sapi secara komersial ke arah agribisnis sulit dikembangkan dengan sistem apapun kecuali diintegrasikan dengan usaha perkebunan. Pengembangan usaha integrasi sapi dan sawit merupakan salah satu prioritas Kementerian Pertanian. Dalam blue print swasembada daging 2014 ditargetkan 2 juta hektar perkebunan sawit bakal berkontribusi pada penyediaan ternak sapi sebanyak 2,5 juta ekor. kabupaten Aceh Timur adalah salah satu kabupaten yang memiliki potensi untuk pengembangan ternak sapi melalui pendekatan integrasi dengan perkebunan kelapa sawit di Provinsi Aceh. Hal ini dikarenakan Aceh Timur memiliki areal perkebunan yang terluas dibandingkan dengan kabupaten lain dengan luas tanam sebesar
41.335 ha (BPS, 2009). Bila dilihat dari luas
tanamnya maka produk samping yang dihasilkan dari limbah kebun berupa pelepah sebesar 70.930.860 pelepah/tahun dengan asumsi luas perkebunan kelapa sawit yang telah berproduksi 60%.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh Darussalam Jl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077 Email :
[email protected] ;
[email protected] Website:http://nad.litbang.deptan.go.id
4
LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2011
Pendekatan usahatani secara terintegrasi antara perkebunan kelapa sawit dan ternak merupakan suatu alternatif yang memberikan harapan dan berperan penting
dalam
mendukung
pengembangan agribisnis
usaha
peternakan.
Produktivitas lahan perkebunan kelapa sawit dapat ditingkatkan dengan memanfaatkan limbah kelapa sawit
berupa pelepah yang digunakan sebagai
sumber pakan ternak yang produksinya cukup melimpah, berkesinambungan tidak bersaing dengan kebutuhan manusia. Di sisi lain industri tanaman kelapa sawit menghasilkan tiga jenis hasil sampingan utama berupa serat buah sawit, lumpur sawit dan bungkil inti sawit yang dapat digunakan sebagai bahan pakan ternak. Produk samping pengolahan kelapa sawit dilaporkan mengandung serat kasar yang cukup tinggi, namun untuk lumpur/solid dan bungkil kelapa sawit mengandung protein kasar yang berpotensi untuk dapat dijadikan bahan ransum berkwalitas (Mathius, et al, 2004). Sejalan dengan program pemerintah melalui jajarannya di Kementerian Pertanian
berupaya
mengurangi
impor
daging
sekaligus
meningkatkan
produktivitas sapi domestik dengan Program Swasembada Daging Sapi (PSDS) 2014. Oleh sebab itu BPTP NAD sebagai institusi penelitian di daerah yang berperan sebagai pendamping dan penyedia teknologi perlu melakukan kajian model pengembangan usaha ternak sapi melalui pendekatan dengan sistem usaha perkebunan kelapa sawit yang sesuai dengan kondisi wilayah. 1.2. PERUMUSAN MASALAH Populasi ternak sapi di Provinsi Aceh dari tahun ke tahun mengalami fluktuasi dan pada tahun 2008 hanya mencapai 639.828 ekor (Aceh Dalam Angka, 2008). Jumlah ternak tersebut belum mampu memenuhi kebutuhan komsumsi daging khususnya daging sapi, sehingga masih didatangkan dari daerah lain. Hal ini terjadi karena sebagian besar peternakan di Provinsi Aceh masih merupakan peternakan konvensional, dimana faktor mutu ternak bibit, penggunaan teknologi beternak dan keterampilan peternak masih sangat rendah (Djemaat, 2007). Upaya peningkatan populasi, produksi dan produktivitas ternak sapi memerlukan teknologi sistem usahatani terpadu yang mampu diterapkan oleh para peternak. Teknologi tersebut harus mampu membawa peningkatan nilai Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh Darussalam Jl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077 Email :
[email protected] ;
[email protected] Website:http://nad.litbang.deptan.go.id
5
LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2011
tambah ekonomi, serta menjamin keberlanjutan usaha ternak sapi dan kelestarian lingkungan. Pendekatan usahatani secara terintegrasi antara kelapa sawit dan ternak, merupakan suatu alternatif untuk meningkatkan produktivitas ternak dalam pemanfaatan limbah kebun kelapa sawit dan limbah hasil ikutan pengolahan buah kelapa sawit sebagai sumber pakan ternak sapi. Tingkat pendapatan petani kelapa sawit dapat bertambah bila limbah sawit dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak, sedangkan hasil ikutan ternak berupa kotoran dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik sehingga usaha tani tersebut sama-sama memberi nilai yang positif yang bebas dari limbah (zero waste) dan dapat menekan input pemeliharaan ternak, pembersihan lahan sekaligus menghemat pemupukan yang pada akhirnya dapat meningkatkan nilai jual ternak. 1.3 Tujuan Mendapatkan model pengembangan Sistem Integrasi Sapi Kelapa Sawit (SISKA) di lahan perkebunan kelapa sawit yang sesuai dengan kondisi wilayah. 1.4 Manfaat Menekan input pemeliharaan ternak sapi Mempertahankan kelestarian alam dan memberi nilai positif dalam mengatasi limbah Menghemat pemupukan dan memperbaiki kesuburan tanah Meningkatkan nilai jual ternak Meningkatkan pendapatan petani sawit dan peternak sapi 1.5 Hasil Yang Diharapkan Satu paket
data tentang model pengembangan SISKA diterapkan oleh
petani-peternak di lahan perkebunan kelapa sawit yang sesuai dengan kondisi wilayah II. Terpublikasinya 2 (dua) tulisan ilmiah yang diterbitkan di jurnal/prosiding nasional/daerah
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh Darussalam Jl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077 Email :
[email protected] ;
[email protected] Website:http://nad.litbang.deptan.go.id
6
LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2011
II. PROSEDUR PELAKSANAAN 2.1. Ruang Lingkup Kegiatan ini merupakan pengkajian lapangan
yang bersifat partisipatif
dan kemitraan antara peneliti/penyuluh BPTP NAD, PPL dan kelompok tani-ternak serta melibatkan instansi terkait yaitu Dinas Peternakan dan Perkebunan Aceh Timur, BPP Kecamatan, Lembaga Desa, dan lain-lain. Penelitian menggunakan 20 ekor sapi Bali jantan berumur 1,5–2 tahun, terdiri dari 10 ekor milik petani kooperator yang menerapkan model SISKA dan 10 ekor lagi milik petani non kooperator sebagai pembanding. Petani kooperator yang dipilih adalah petani yang memelihara sapi dikandangkan. Sedangkan pembanding diambil petani yang memelihara sapi dilepas di kebun sawit. Sapi pembanding digunakan dari dalam lokasi kegiatan pengkajian. Tabel 1. No. 1. 2. 3. 4. 5.
Komponen Teknologi dalam Model Pengembangan Usaha Ternak Sapi Melalui Pendekatan Integrasi dengan Sistem Usaha Perkebunan Kelapa Sawit Komponen Teknologi Keterangan Ekosistem Lahan kering Jenis Lahan kebun kelapa sawit Model Usaha Penggemukan Jenis ternak Sapi Bali jantan berumur 1,5–2 tahun Jenis Pakan Konsentrat: - bungkil kelapa 1 kg/ekor/hari dan dedak padi 2 kg/ekor/hari
-
6. 7. 8. 9.
Hijauan : Pelepah sawit dicacah dan rumput alam diberikan 2 jam setelah pakan konsentrat
Feed Suplemen
mineral blok dan vitamin
Obat-obatan Lama pemeliharaan Jenis kandang
Obat cacing diberikan 4 bulan sekali 3 bulan Kandang kelompok yang disekat 2 m x 1,5 m/unit ternak Diukur setiap 1 bulan sekali Kotoran ternak dan sisa pakan , EM4, gula merah, dan dedak
Pertambahan berat badan Pengolahan limbah kotoran ternak menjadi kompos
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh Darussalam Jl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077 Email :
[email protected] ;
[email protected] Website:http://nad.litbang.deptan.go.id
7
LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2011
Model pengembangan usaha ternak sapi berintegrasi dengan kelapa sawit yang dilakukan akan mengarah pada zero waste (tanpa limbah) dimana limbah kelapa sawit berupa pelepah digunakan sebagai pakan sapi, selanjutnya limbah ternak (kotoran ternak) digunakan sebagai pupuk. 2.2. Pendekatan Prosedur Pengkajian model pengembangan usaha ternak sapi melalui pendekatan integrasi dengan sistem usaha perkebunan kelapa sawit di kabupaten Aceh Timur adalah sebagai berikut : a)
Penentuan lokasi yang didasarkan atas beberapa kriteria yakni: 1) daerah yang memiliki kebun sawit, 2) sistem pemeliharaan ternak sapi yang diterapkan selama ini masih bersifat tradisional dengan tingkat manajemen yang rendah, (3) berpotensi untuk pengembangan ternak sapi-kelapa sawit.
b)
Pendekatan persiapan/awal pengkajian akan dilakukan melalui survey dengan metode pemahaman pedesaan dalam waktu singkat secara partisipatif (Participatory Rural Appraisal). Pengumpulan data dilakukan melalui metode data kepustakaan (desk study) dan survey di lapangan serta teknik wawancara dengan menggunakan daftar pertanyaan/kuisioner yang telah disiapkan. Data yang dikumpulkan terdiri dari biofisik wilayah pengkajian, sosial ekonomi, dan budaya setempat.
c)
Seleksi ternak Untuk kehomogenan ternak percobaan maka dilakukan seleksi yang ditentukan berdasarkan
umur dan
bobot badan masing-masing ternak.
Untuk menentukan umur ternak dilihat berdasarkan jumlah gigi susu/seri. d)
Menganalisis formula pakan Dilakukan dengan mengambil sampel pakan ternak, berupa hijauan dari pelepah sawit maupun konsentrat yang diberikan sebagai perlakuan. Analisis formula dilakukan di laboratorium Universitas Syiah Kuala.
e)
Adaptasi ternak Sebelum dilaksanakan pengkajian, ternak sapi tersebut diadaptasikan terlebih dahulu dengan pakan konsentrat selama 15 hari agar ternak tersebut terbiasa mengkonsumsi konsentrat. Hal ini dilakukan agar bakteri
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh Darussalam Jl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077 Email :
[email protected] ;
[email protected] Website:http://nad.litbang.deptan.go.id
8
LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2011
pencernaan dalam rumen mendapatkan asupan nutrisi untuk membantu proses pencernan dan penyerapan nutrisi pakan dengan sempurna. f)
Pembuatan kompos Untuk mempercepat proses pengomposan kotoran ternak dan sisa pakan sebanyak 1 ton dilakuan proses fermentasi dengan mencampurkan starter EM4 1 liter, gula merah 1 kg dan dedak.
2.3. Analisis Data Menganalisis model pengembangan SISKA yang diterapkan dilakukan melalui Pengamatan terhadap pertambahan bobot badan ternak. Perhitungan Pertambahan bobot badan harian = BAK - BAW jumlah hari periode pengamatan - Bobot awal (BAW) = penimbangan ternak di awal pengkajian (kg) - Bobot akhir (BAK) = penimbangan ternak di akhir pengkajian (kg) - Pertambahan bobot hidup = bobot hidup akhir - bobot hidup awal (kg) Pertambahan bobot badan harian (PBBH) sapi yang diukur setiap 1 (satu) bulan (data ditabulasi dan dianalisis secara kuantitatif menggunakan uji t). Tingkat pendapatan dan asset pemilikan petani sebelum kegiatan (data dianalisis secara deskriptif). 2.4. Waktu dan Tempat Pengkajian dilaksanakan di Desa Alue Nyamuk Kecamatan Birem Bayeun Kabupaten Aceh Timur yang dilaksanakan dari bulan Maret sampai November 2011. 2.5. Bahan Dan Alat Bahan dan alat yang diperlukan dalam kegiatan ini terdiri dari : Bahan : obat-obatan, Feed Suplement/vitamin, bungkil kelapa, dedak padi, EM4, gula merah, pelepah sawit, papan nama, bahan renovasi kandang, dan ATK. Alat
yang digunakan antara lain: timbangan gantung, parang, sekop, sapu lidi,
sepatu bot, ember air, dan lain lain.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh Darussalam Jl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077 Email :
[email protected] ;
[email protected] Website:http://nad.litbang.deptan.go.id
9
LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2011
III.
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 GAMBARAN UMUM LOKASI Desa Alue Nyamuk Kecamatan Birem Bayeum Kabupaten Aceh Timur yang memiliki luas 514 ha. Jarak desa ke ibukota kecamatan 4 km, dan jarak desa ke ibukota kabupaten 45 km. Adapun batasan desa adalah sebagai berikut :
Sebelah Utara berbatasan dengan PTPN-I Gampong Payah Tampah Sebelah Selatan berbatasan dengan PT. Para Sawita
Sebelah Barat berbatasan dengan Kebun Tualang sawit
Sebelah Timur berbatasan dengan Gampong Alue Teh
3.1.1 KARAKTERISTIK BIOFISIK Desa Alue Nyamuk Kecamatan Birem Bayeum Kabupaten Aceh Timur memiliki
topografi datar
seluas 75 ha, bergelombang seluas 250 ha serta
berbukit seluas 189 ha. Keragaan lahan dan tata guna lahan di Desa Alue Nyamuk Kecamatan Birem Bayeum Kabupaten Aceh Timur dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Keragaan Lahan dan Tata Guna Lahan Desa Alue Nyamuk Kecamatan Birem Bayeum Kabupaten Aceh Timur No Uraian Luas Lahan (Ha) 1. Sawah - Irigasi - Tadah hujan 15 2. Lahan Kering - Pekarangan 93 - Tegalan 284 - Ladang/huma - Lahan tidur 122 - Padang rumput 3. Tambak 4. Kebun 282 Jenis dan kondisi infrastruktur fisik Desa Alue Nyamuk Kecamatan Birem Bayeum Kabupaten Aceh Timur dapat dilihat pada table 3.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh Darussalam Jl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077 Email :
[email protected] ;
[email protected] Website:http://nad.litbang.deptan.go.id
10
LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2011
Tabel 3. Infrastruktur dan sumber Fisik Lainnya Desa Alue Nyamuk Kecamatan Birem Bayeum Kabupaten Aceh Timur No. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
7.
8.
Infrastruktur Prasarana jalan - Jalan propinsi - Jalan desa/jalan usahatani Alat transportasi Jaringan listrik Sarana pendidikan - Jenis sekolah - Tenaga pengajar Sarana kesehatan Pasar & kios sarana produksi - Pabrik padi - Warung pengumpul - Kios saprodi - Pasar Kelembagaan - Kelompok tani - BRI - BPP - KUD Industri rumah tangga
Kondisi baik kurang baik Mopen umum Baik SD : 1 buah PNS :8 org, Honor 4 org Tidak ada 4 buah 1 buah 4 buah 1 buah Usaha kerupuk tempe
3.1.2 KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI Penduduk di Desa Alue Nyamuk Kecamatan Birem Bayeum Kabupaten Aceh Timur berjumlah 929 jiwa sedangkan
mata pencaharian penduduk
umumnya sebagai petani/pekebun dengan tingkat pendidikan terbanyak adalah sekolah dasar, sedangkan jumlah penduduk terbanyak pada umur 15–56 tahun. Untuk lebih jelasnya karakteristik penduduk berdasarkan mata pencaharian, tingkat pendidikan dan tingkat umur dapat dilihat pada Tabel 4 ,5, dan 6. Tabel 4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Umur dan Jenis Kelamin Desa Alue Nyamuk Kecamatan Birem Bayeun No. Tingkat Umur (Tahun) Jumlah (Jiwa) 1. Laki –laki 675 0–1 7 2–4 18 5–7 22 8 – 14 107 15 – 56 481 >56 40 2. Perempuan 611 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh Darussalam Jl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077 Email :
[email protected] ;
[email protected] Website:http://nad.litbang.deptan.go.id
11
LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2011
0 – 12 2–4 5–6 7 – 15 15 – 56 >56
11 26 16 59 467 32
Tabel 5. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Desa Alue Nyamuk Kecamatan Birem Bayeum Kabupaten Aceh Timur No. Mata Pencaharian Jumlah (jiwa) 1. Petani 172 2. Peternak 11 2. Pekebun 67 3. Nelayan 4. Pedagang 14 5. Pegawai negeri 7 6. Pegawai swasta 7. Pertukangan 2 8. Perbengkelan 9. Industri 5 10 Lain-lain 72 Jumlah 350 Tabel 6. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Desa Alue Nyamuk Kecamatan Birem Bayeum Kabupaten Aceh Timur No. Tingkat Pendidikan Jumlah (jiwa) 1. Belum /tidak sekolah 562 2. SD/sederajat 214 3. SLTP/sederajat 94 4. SLTA/sederajat 42 5. Akademi/sederajat 7 6. Perguruan Tinggi/sederajat 10 Jumlah 929 3.1.3. KERAGAAN USAHA TANAMAN DAN USAHA TERNAK SAPI Usahatani yang dikelola oleh masyarakat di desa Alue Nyamuk yang dominan adalah tanaman perkebunan yaitu tanaman sawit dengan luas lahan 99,3 ha dengan rata-rata kepemilikan seluas 2,1 ha. Selain itu masyarakat juga mengusahakan tanaman karet. Sedangkan ternak sapi diusahakan hanya sambilan yang dilakukan secara tradisional dan individu dengan rata-rata kepemilikan sebanyak 2–3 ekor per KK. Sistem pemeliharaan yang dilakukan peternak yaitu ternak sapi pada malam hari dikandangkan, sedangkan pada pagi hingga sore hari sapi dilepas
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh Darussalam Jl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077 Email :
[email protected] ;
[email protected] Website:http://nad.litbang.deptan.go.id
12
LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2011
bebas di kebun sawit sehingga produksinya belum memberikan hasil yang optimal. Di desa ini telah terbentuk kelompok ternak Ingin Jaya dengan jumlah anggota sembilan orang. Kelompok ini pada awal tahun tahun 2011 mendapat bantuan ternak sapi Bali jantan sebanyak 65 ekor dari Badan Pemberdayaan Masyarakat (BPM) Provinsi Aceh. Hasil wawancara dengan anggota kelompok ada beberapa ekor sapi yang mati disebabkan oleh sapi sudah lemah saat tiba dilokasi. Selain itu permasalahan yang dihadapi saat ini adalah susahnya mencari pakan berupa hijauan sehingga ketersediaan pakan yang belum mencukupi kebutuhan ternak sapi yang ada. Peternak hanya mengandalkan rumput alam yang diambil di sekitar lahan dan desa tetangga. Padahal bila dilihat dari potensi yang ada di desa yaitu dari hasil sampingan kebun sawit berupa pelepah sawit sangat berlimpah, yang memungkinkan dimanfaatkan sebagai pakan alternatif pengganti hijauan rumput. Di sisi lain sumber pakan yang diberikan kualitasnya tidak memenuhi standar kebutuhan nutrient sehingga menyebabkan kondisi ternak sapi kurang kurang
baik.
Padahal
pemeliharaan
ternak
sapi
secara
intensif
yaitu
dikandangkan selama waktu tertentu untuk tujuan penggemukan, selain diberikan hijauan maka dalam ransum harus ditambah dengan konsentrat yang bahan bakunya dapat diperoleh dari hasil sampingan pertanian. 3.1.4. PENENTUAN PETANI KOOPERATOR Peternak yang dipilih menjadi petani kooperator merupakan buruh tani kelapa sawit di lingkungan perkebunan kelapa sawit. Dalam kesehariannya petani ini bertugas membersihkan lahan perkebunan kelapa sawit sekaligus memanen sawit untuk dibawa ke pabrik. Selain itu petani juga memiliki kebun karet sebagai tambahan pendapatan. Pendapatan petani kelompok ternak Ingin Jaya dari usahatani karet dan sawit berkisar antara Rp. 1.000.000,- hingga Rp. 2.000.000,per bulan dengan curahan waktu 3–4 jam seminggu. Penentuan petani kooperator untuk pengkajian ini didasarkan pada beberapa kriteria: 1) Petani yang kesehariannya berkecimpung di lahan perkebunan kelapa sawit, 2) Memiliki pengalaman dalam beternak sapi, 3) Sistem pemeliharaan ternak sapi yang selama ini diterapkan masih bersifat
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh Darussalam Jl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077 Email :
[email protected] ;
[email protected] Website:http://nad.litbang.deptan.go.id
13
LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2011
tradisional dengan penerapan manajemen yang rendah, dan 4) Belum memanfaatkan limbah sawit untuk pakan ternak sapi. Berdasarkan hasil pemilihan petani kooperator yang sesuai
dengan
kriteria maka ditetapkan 9 (sembilan) orang petani kooperator dengan data seperti Tabel 7. Tabel 7. Data Petani Kooperator di Desa Alue Nyamuk Kecamatan Bireum Bayeun Kabupaten Aceh Timur
25
SLTP
Pekerjaan Utama Buruh sawit dan karet Buruh sawit
Pairun
42
SD
Buruh sawit
5 ekor
4
Muiman
45
SD
Petani sawit
5 ekor
5
Suhendra
27
SLTP
11 ekor
6
Jafarudin
40
SD
7
Bustami
34
SD
8
Leo Prakarsa
26
SLTP
9
Ponidi
45
SD
Buruh sawit dan karet Buruh sawit dan karet Buruh sawit dan karet Buruh sawit dan karet Buruh sawit dan karet
No. 1
Nama Petani
2
Misro (ketua kelompok) Sujayanto
3
Umur (Tahun) 30
Pendidikan SLTP
Jumlah Ternak Sapi 10 ekor 7 ekor
7 ekor 4 ekor 9 ekor 5 ekor
3.2 TEKNOLOGI INTRODUKSI 3.2.1 PERKANDANGAN Fungsi kandang bagi ternak sangatlah penting untuk melindungi sapi dari gangguan cuaca, tempat sapi beristirahat dengan nyaman, mengontrol kondisi dan kesehatan ternak, tempat pengumpulan kotoran sapi, melindungi sapi dari hewan pengganggu dan memudahkan dalam pemeliharaan. Kandang yang berada di lokasi pengkajian merupakan kandang milik kelompok yang dapat menampung 65 ekor. Keberadaan kandang sapi di lahan perkebunan kelapa sawit dimaksudkan untuk bisa memanfaatkan limbah perkebunan kelapa sawit sebagai pakan ternak, dan mengembangkan usaha penggemukan sapi yang terintegrasi dengan perkebunan kelapa sawit. Letak kandang berada agak jauh dari tempat tinggal namun masih dapat dipantau. Kandang terbuat dari kayu-kayu perancah, atap dari seng dan lantai Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh Darussalam Jl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077 Email :
[email protected] ;
[email protected] Website:http://nad.litbang.deptan.go.id
14
LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2011
semen yang kondisinya rusak serta belum ada saluran pembuangan. Oleh sebab itu perlu perbaikan agar sesuai dengan kebutuhan usaha penggemukan sapi. Perbaikan dilakukan dengan membuat sekat-sekat, melapisi lantai dengan semen, dan pembuatan saluran di sekitar kandang untuk pembuangan air limbah. Untuk menampung feces dibuat bak dari beton yang bisa dimanfaatkan untuk pembuatan kompos. 3.2.2 PAKAN Hasil analisa kandungan nutrien yang terdapat dalam produk samping tanaman tanaman kelapa sawit (pelepah dan daun) yaitu bahan kering 42,08%, protein kasar 6,96%, serat kasar 29,93%, abu 6,30%, dan lemak 16,72%. Bila dilihat dari kandungan gizinya setara dengan rumput alam. Atas dasar pertimbangan tersebut maka pelepah/daun kelapa sawit dapat dipergunakan sebagai pengganti pakan hijauan yang mutlak dibutuhkan ternak sapi. Diindikasikan bahwa pemberian pelepah dan daun kelapa sawit hanya akan mencukupi kebutuhan hidup pokok ternak yang mengkonsumsinya. Oleh karena itu pakan tambahan ataupun konsentrat perlu diberikan agar ternak dapat menunjukkan penampilan yang sesuai dengan yang diharapkan. Pakan
Konsentrat
memiliki
kemampuan
yang
luar
biasa
dalam
mengkonversikan bahan pakan yang berkualitas rendah menjadi produk hasil ternak yang berkualitas tinggi. Kemampuan ini karena adanya mikroorganisme yang mampu memanfaatkan bahan pakan yang berserat kasar tinggi menjadi sumber energi, perombakan serat ini dilakukan oleh bakteri sellulolitik dengan bantuan enzym sellulase yang dihasilkannya. Mampu memanfaatkan protein berkualitas rendah menjadi sumber protein yang dapat dimanfaatkan oleh tubuh ternak. Pakan konsentrat
yang
diberikan kepada ternak
sapi percobaan
diformulasikan dari bahan dedak dan bungkil kelapa dengan perbandingan 2 : 1 atau untuk satu ekor sapi per harinya diberikan dua kg dedak dan satu kg bungkil kelapa. Dari hasil analisis formulasi pakan konsentrat mengandung bahan kering 90,53%, kadar abu 11,04%, kadar lemak 16,12%, kadar protein kasar 12,00%, kadar serat kasar 26,76%. Kandungan nutrisi tersebut sudah dapat mencukupi kebutuhan gizi bagi ternak sapi potong untuk penggemukan.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh Darussalam Jl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077 Email :
[email protected] ;
[email protected] Website:http://nad.litbang.deptan.go.id
15
LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2011
3.2.3. PEMBUATAN KOMPOS Seekor sapi mampu menghasilkan kotoran padat dan cair sebanyak 23,6 kg/hari dan 9,1 kg/hari (Prihandini, 2007). Kotoran yang baru dihasilkan sapi tidak dapat langsung diberikan sebagai pupuk tanaman, tetapi harus mengalami proses pengomposan terlebih dahulu. Beberapa alasan mengapa bahan organik seperti kotoran sapi perlu dikomposkan sebelum dimanfaatkan sebagai pupuk tanaman antara lain adalah: 1) bila tanah mengandung cukup udara dan air, penguraian bahan organik berlangsung cepat sehingga dapat mengganggu pertumbuhan tanaman, 2) penguraian bahan segar hanya sedikit sekali memasok humus dan unsur hara ke dalam tanah, 3) struktur bahan organik segar sangat kasar dan daya ikatnya terhadap air kecil, sehingga bila langsung dibenamkan akan mengakibatkan tanah menjadi sangat remah, 4) kotoran sapi tidak selalu tersedia pada saat diperlukan, sehingga pembuatan kompos merupakan cara penyimpanan bahan organik sebelum digunakan sebagai pupuk. Proses pengomposan dimaksudkan untuk menurunkan C/N bahan organik hingga sama dengan C/N tanah (<20 : 1). Selama proses pengomposan, terjadi perubahan-perubahan unsur kimia yaitu: 1) karbohidrat, selulosa, hemiselulosa, lemak dan lilin menjadi CO2 dan H2O, dan 2) penguraian senyawa organik menjadi senyawa yang dapat diserap tanaman,. Pembuatan
pupuk
organik
di lokasi pengkajian dilakukan dengan
memanfaatkan kotoran sapi yang dikumpulkan di kandang peternak milik petani kooperator dan pelepah sawit sisa pakan dengan menambahkan aktivator EM4, dedak, air dan gula merah. Bahan kompos yang sudah dicampur ditutup dengan plastik hitam agar kedap udara dan dibiarkan selama 1–2 minggu. Hasil dari proses pengomposan terlihat kompos berwarna coklat kehitaman seperti warna tanah yang lembab dan tidak berbau. 3.3 PENGAMATAN TERNAK 3.3.1 SELEKSI TERNAK Kegiatan seleksi ternak untuk pengkajian ini dilakukan dengan memilih sapi yang baik agar didapatkan keuntungan dalam usahanya. Seleksi yang dilakukan berdasarkan sifat-sifat individu biasanya meliputi: a) Bentuk tubuh yang serasi, untuk ternak potong dipilih ternak yang mempunyai bentuk tubuh Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh Darussalam Jl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077 Email :
[email protected] ;
[email protected] Website:http://nad.litbang.deptan.go.id
16
LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2011
yang padat dan kompak, kaki-kakinya berdiri tegak dengan perototannya yang baik, b) Pertumbuhannya baik, artinya pertumbuhannya sesuai dengan
umur
ternak itu sendiri. Misalnya ternak sapi umur 1,5 tahun akan memiliki berat badan minimal yang harus dicapai yaitu menggunakan makanan, artinya dengan
150–200 kg, c) Efesien dalam makanan yang relatif sedikit atau
kurang sesuai tetapi tetap akan menghasilkan pertumbuhan yang baik, dan d) Tidak cacat ataupun gejala abnormal. Selanjutnya dilakukan juga kegiatan seleksi ternak untuk menentukan umur ternak sapi dengan melihat susunan gigi. Hasil pengamatan dari seleksi ternak sapi untuk penggemukan pada kegiatan pengkajian ini, telah ditentukan bahwa 10 ekor yang dipilih adalah sapi yang berumur 1,5–2 tahun, terlihat dari sepasang gigi seri susu telah berganti dengan gigi tetap. Pengukuran ukuran tubuh ternak sapi dapat dipergunakan untuk menduga bobot badan ternak sapi. Cara pengukuran lingkar dada, diukur dengan pita meter melingkari dada sapi tepat dibelakang siku. Pengukuran panjang badan diukur secara lurus dengan tongkat ukur dari siku (humerus) sampai benjolan tulang tapis (tuber ischii) . Pengukuran pundak diukur lurus dengan tongkat ukur dari titik tertinggi pundak sampai tanah. Pengukuran tubuh sapi di tempat yang datar dengan keempat kaki berpijak tegak dan sejajar. Hasil pengukuran menunjukan bahwa bobot ternak dari 10 sapi berkisar 195 - 230 kg per ekor. Selain itu pemilihan ternak dilakukan juga dengan memilih sapi berdasarkan kriteria sebagai berikut: a) sorot matanya tajam,
b) perawakan
tegap, c) bentuk tubuh persegi empat dengan bulu mengkilap, d) kulit tubuh lemas dan mudah dilipat, jika dilepas lipatan kulit tersebut cepat merata kembali, e) selaput lendir mulut dan gusi berwarna merah muda, f) ujung hidung bersih, basah, dan dingin, dan g) tidak cacat fisik. Pemilihan ternak sapi di usia 1,5–2 tahun tersebut memungkinkan pertumbuhan untuk tulang sudah optimum dan pada usia tersebut makanan yang dicerna ternak sapi akan terserap untuk pertumbuhan berat badan. Dengan demikian umur 1,5–2 tahun merupakan umur yang cocok untuk dilakukan penggemukan bagi ternak sapi.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh Darussalam Jl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077 Email :
[email protected] ;
[email protected] Website:http://nad.litbang.deptan.go.id
17
LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2011
3.3.2 MASA ADAPTASI TERNAK Pengamatan ternak pada masa adaptasi dilakukan dengan melihat kondisi ternak terhadap palatabilitas pakan yang diberikan, terutama bahan pakan yang belum biasa dikonsumsi oleh ternak sapi, seperti konsentrat (dedak dan bungkil kelapa) serta hijauan pakan yang berasal dari pelepah dan daun sawit. Hasil pengamatan selama 15 hari (masa adaptasi) menunjukkan bahwa ternak sudah menyukai pakan konsentrat dan pelepah serta daun sawit, hal ini terlihat dari pakan yang diberikan setiap harinya tidak tersisa. 3.3.3. KESEHATAN TERNAK Pengamatan
kesehatan
ternak
terhadap
sapi
percobaan
untuk
mengantisipasi agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Upaya penanggulangan penyakit dengan memanggil mantri hewan yang bertugas di desa tersebut. Pemberian obat cacing kepada ternak sapi dilakukan pada awal kegiatan yaitu sebelum masa adaptasi. Tujuan pemberian obat cacing
pada
ternak untuk pencegahan dan penanggulangan penyakit parasit internal. Gangguan
yang
ditimbulkan
oleh
parasit
cacing
dapat
menyebabkan
terhambatnya pertumbuhan dan bila inveksi cukup besar menyebabkan kematian terutama pada ternak muda. Untuk mencegah timbulnya penyakit cacing yang disebabkan oleh parasit internal pakan hijauan yang diberikan kepada ternak harus dianginkan sekitar 2 jam sebelum dikonsumsi. Selain itu untuk mencegah timbulnya penyakit lain yang bisa membahayakan ternak, perlu dilakukan sanitasi kandang secara rutin dengan membersihkan lantai kandang dari feces dan sisa-sisa pakan yang kemudian dikumpulkan untuk djadikan kompos. 3.3.4. PERTAMBAHAN BOBOT BADAN Pertambahan bobot badan harian ternak sapi percobaan dilakukan dengan menghitung besarnya penambahan berat badan selama pemeliharaan. Penimbangan dilakukan setiap bulan dengan menggunakan timbangan digital. Dari hasil penimbangan terhadap 10 ekor sapi milik petani dan 10 ekor sapi milik petani non kooperator didapatkan data seperti yang tertera pada Tabel 8 dan Tabel 9.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh Darussalam Jl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077 Email :
[email protected] ;
[email protected] Website:http://nad.litbang.deptan.go.id
18
LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2011
Tabel 8. Data Pertambahan Bobot Selama Pemeliharaan Ternak No Percobaan Bobot Awal 1 Sapi P1 217,00 2 Sapi P2 196,50 3 Sapi P3 230,00 4 Sapi P4 193,50 5 Sapi P5 207,00 6 Sapi P6 235,00 7 Sapi P7 204,00 8 Sapi P8 223,00 9 Sapi P9 221,00 10 Sapi P10 242,00 Rata-rata 216,90
Badan
Sapi Milik Petani Kooperator
Pengamatan (kg) 3 bulan PBB 285.0 68,00 257.0 61,00 289.0 59,00 273.0 79,50 261.0 54,00 305.5 70,50 269.0 65,00 302.5 79,50 290.0 69,00 304.0 62,00 283.6 66,75
PBBh 0,76 0,68 0,66 0,88 0,60 0,78 0,72 0,88 0,77 0,69 0,74
Tabel 9. Data Pertambahan Bobot Badan Sapi Pembanding Milik Petani Non Kooperator Pengamatan (kg) Ternak No Percobaan Bobot Awal 90 hari PBB PBBh 1 Sapi N1 205,00 227,00 22,00 0,24 2 Sapi N2 182,00 215,00 33,00 0,37 3 Sapi N3 214,00 241,00 27,00 0,30 4 Sapi N4 197,00 224,00 27,00 0,30 5 Sapi N5 220,00 247,00 27,00 0,30 6 Sapi N6 207,00 235,00 28,00 0,31 7 Sapi N7 195,00 223,00 28,00 0,31 8 Sapi N8 185,00 214,00 29,00 0,32 9 Sapi N9 197,00 224,00 27,00 0,30 10 Sapi N10 193,00 222,00 29,00 0,32 Rata-rata 199,50 227,20 27,70 0,31 Berdasarkan tabel diatas (Tabel 8 dan Tabel 9) menunjukan bahwa ratarata pertambahan bobot badan sapi milik petani kooperator dari berat badan awal sampai 3 bulan pemeliharaan diperoleh sebesar 66,75 kg/ekor dengan pertambahan bobot badan harian mencapai 0,74 kg/ekor/har. Sedangkan ratarata pertambahan bobot badan sapi milik petani non kooperator diperoleh sebesar 27,70 kg/ekor dengan peratambahan bobot badan harian sapi sebesar 0,32 kg/ekor/hari. Rendahnya PBBh pada sapi milik petani non kooperator dikarenakan sistem pemeliharaan yang dilakukan masih bersifat tradisional dan tidak menerapkan usaha penggemukan dengan model SISKA. Sapi tidak diberikan konsentrat dan dibiarkan dilepas di lahan perkebunan sawit untuk mencari pakan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh Darussalam Jl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077 Email :
[email protected] ;
[email protected] Website:http://nad.litbang.deptan.go.id
19
LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2011
sendiri. Pakan yang dikonsumsi hanya mengandalkan rumput alam yang kurang memenuhi standar kebutuhan gizi bagi pertumbuhan sapi. Garnsworthy dan Cole (1990), melaporkan bahwa apabila ransum mempunyai kualitas rendah, maka daya tampung alat pencernaan fermentatif akan menjadi faktor pembatas utama konsumsi ransum. Secara fisik volume normal rumen akan membatasi konsumen ternak. Ternak berhenti makan bila rumennya telah penuh terisi pakan, meskipun kebutuhan nutrisinya belum terpenuhi. Sedangkan tingginya PBBh pada sapi milik petani kooperator dikarenakan sistim pemeliharaan yang dilakukan sudah menerapkan usaha penggemukan dengan model SISKA yaitu sapi dikandangkan secara terkontrol. Selain itu untuk memacu pertambahan bobot badan sapi diberikan pakan konsentrat dan hijauan pelepah sawit secara terukur. Pemberian konsentrat dapat meningkatkan daya cerna pakan secara keseluruhan. Makin banyak konsentrat yang dapat dicerna, berarti arus pakan dalam saluran pencernaan menjadi lebih cepat, sehingga menyebabkan pengosongan rumen meningkat dan menimbulkan sensasi lapar pada ternak akibatnya memungkinkan ternak untuk menambah konsumsi pakan (Soegeng, 2009). Ditinjau dari kandungan nutrient, terlihat bahwa pelepah kelapa sawit dapat dipergunakan sebagai sumber atau pengganti pakan hijauan yang umum diberikan sebagai bahan dasar pakan (Hassan dan Ishida, 1992). Berdasarkan uji statistik dengan menggunakan uji T pada taraf (>0,05) menunjukan bahwa usaha penggemukan sapi milik petani kooperator dengan menerapkan model SISKA berbeda nyata usaha penggemukan sapi milik petani non kooperator yang tidak menerapkan model SISKA. 3.3.5. ANALISIS R/C RATIO Untuk melihat keberhasilan suatu usaha perlu adanya suatu kajian usahatani. Usahatani sebagai suatu kegiatan untuk memperoleh produk di bidang pertanian, pada akhirnya akan dinilai dari biaya yang dikeluarkan dan penerimaan yang diperoleh. Selisih keduanya merupakan kegiatan bagi usahataninya. Karena dalam kegiatan usahataninya petani bertindak sebagai pengelola, pekerja dan sebagai penanam modal pada usahanya maka pendapatan ini digambarkan sebagai balas jasa dari kerjasama faktor-faktor produksi. Analisis pendapatan usahatani mempunyai kegunaan bagi petani, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh Darussalam Jl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077 Email :
[email protected] ;
[email protected] Website:http://nad.litbang.deptan.go.id
20
LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2011
pemilik faktor produksi yaitu: (1) menggambarkan suatu kegiatan usaha sekarang; (2) menggambarkan keadan yang akan datang dari perencanaan atau kegiatan. Secara khusus analisa pendapatan dapat memberikan bantuan untuk mengukur tingkat keberhasilan usahataninya. Pendapatan yang besar bukanlah sebagai petunjuk bahwa usahatani efisien. Ukuran efisiensi pendapatan usahatani dapat diukur atau dihitung melalui perbandingan penerimaan dengan biaya yang dikeluarkan (R/C ratio). R/C ratio menunjukkan berapa besarnya penerimaan usahatani yang akan diperoleh petani untuk setiap rupiah biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan usahatani. Hasil analisis imbangan penerimaan dan biaya (R/C ratio analysis) pada usaha penggemukan sapi di lahan perkebunan kelapa sawit menunjukan bahwa usaha ternak sapi yang dilakukan oleh petani kooperator memiliki penerimaan yang lebih besar yang dilakukan oleh petani non kooperator. Selama tiga bulan pemeliharaan usaha penggemukan sapi oleh petani kooperator memperoleh pendapatan bersih Rp 3,470,000,-per ekor, sedangkan usaha penggemukan sapi yang dilakukan oleh petani non kooperator memperoleh pendapatan bersih Rp 250.000,- per ekor. Untuk lebih jelasnya perbandingan analisis R/C ratio usaha penggemukan sapi milik petani kooperator dan usaha penggemukan sapi milik petani non kooperator selama tiga bulan pemeliharaan dapat dilihat pada Tabel 11 berikut ini. Tabel 11. Analisis R/C ratio Usaha penggemukan Sapi Milik Petani Kooperator dan Usaha penggemukan Sapi Milik Petani Non Kooperator (selama 3 bulan pemeliharaan) Uraian Unit (ekor) Berat Badan Awal Ternak, kg/ekor Berat Badan Jual (kg/ekor) Penjualan pupuk Kompos (Rp) Nilai Jual per ekor (Rp) Biaya input produksi (Rp) Biaya tenaga Kerja (Rp) Nilai Bibit Awal (Rp) Keuntungan riil (Rp) Total biaya/ ekor (Rp) Keuntungan pemeliharaan 1 ekor/3 bulan Keuntungan pemeliharaan 10 ekor/3 bulan R/C Ratio
Petani Kooperator 10,00 216,50 289,20 900,000 11,000,000 630,000 1,800,000 6,000,000 11,900,000 8,430,000 3,470,000 34,700,000 1.41
Petani Non Kooperator 10,00 199,50 228,10 7,000,000 750.000 6,000,000 7,000,000 6,750,000 250,000 2,500,000 0.96
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh Darussalam Jl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077 Email :
[email protected] ;
[email protected] Website:http://nad.litbang.deptan.go.id
21
LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2011
Selanjutnya pada Tabel 11 juga terlihat bahwa nilai ratio pada usaha penggemukan sapi milik petani kooperator sebesar 1,41 (>1) menunjukan bahwa usaha ternak tersebut sudah menguntungkan, sebaliknya pada sapi milik petani non kooperator usaha ternak belum menguntungkan karena nilai R/C ratio 0,96 (< 1). Nilai R/C ratio lebih besar dari satu artinya setiap satu satuan biaya yang dikeluarkan maka akan memberikan penerimaan sebesar lebih dari satu satuan biaya atau usahatani tersebut menghasilkan penerimaan yang lebih besar dari total biaya yang dikeluarkan. Apabila usahatani memiliki nilai R/C ratio lebih besar dari satu dapat dikatakan menguntungkan. Sebaliknya, apabila nilai R/C ratio lebih kecil dari satu, berarti penerimaan biaya satu satuan akan mengurangi penerimaan sebesar satu satuan, atau dapat dikatakan bahwa usahatani tersebut belum menguntungkan. Dengan demikian jika kegiatan usahatani memiliki nilai R/C ratio sama dengan satu, maka kegiatan usahatani tersebut berada pada keuntungan normal. Artinya setiap satu satuan biaya yang dikeluarkan, maka kegiatan usaha mampu menghasilkan manfaat bersih sebesar satu satuan atau dapat dikatakan impas.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh Darussalam Jl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077 Email :
[email protected] ;
[email protected] Website:http://nad.litbang.deptan.go.id
22
LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2011
IV. KESIMPULAN Pertambahan bobot badan harian sapi milik petani kooperator selama penggemukan mencapai 0,74 kg/ekor/hari, sedangkan sapi milik petani non kooperator hanya dapat mencapai 0,32 kg/ekor/hari. Rendahnya PBBh pada sapi milik petani non kooperator dikarenakan sistem pemeliharaan yang dilakukan masih bersifat tradisional dan tidak menerapkan usaha penggemukan dengan model SISKA. Sapi dibiarkan dilepas di lahan perkebunan sawit dan tidak dikandangkan. Selain itu pakan yang dikonsumsi hanya mengandalkan rumput alam yang kurang memenuhi standar kebutuhan gizi bagi pertumbuhan sapi, Sedangkan tingginya PBBh pada sapi milik petani kooperator dikarenakan sistim pemeliharaan yang dilakukan sudah menerapkan usaha penggemukan dengan model SISKA yaitu sapi dikandangkan secara terkontrol Selain itu untuk memacu pertambahan bobot badan sapi diberikan pakan konsentrat dan hijauan dari pelepah sawit secara terukur. Berdasarkan uji statistik dengan menggunakan uji T (>0,05) maka didapatkan hasil bahwa perlakuan sapi milik petani kooperator sangat berbeda nyata dengan perlakuan sapi milik petani non kooperator. Selama 3 bulan pemeliharaan usaha penggemukan sapi milik petani kooperator memperoleh pendapatan bersih Rp. 3,470,000,-per ekor, sedangkan usaha penggemukan sapi yang milik petani non kooperator memperoleh pendapatan bersih Rp. 250.000,-.per ekor. Nilai R/C ratio pada usaha penggemukan sapi milik petani kooperator sebesar 1,41 (lebih dari 1) menunjukan bahwa usaha ternak tersebut sudah menguntungkan, sebaliknya pada sapi milik petani non kooperator usaha ternak belum menguntungkan karena nilai R/C ratio 0,96 (kurang dari 1).
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh Darussalam Jl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077 Email :
[email protected] ;
[email protected] Website:http://nad.litbang.deptan.go.id
23
LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2011
DAFTAR PUSTAKA Abu-Hasan, O, Oshio, S Ismael, A.R. Mohd Jaafar, D. Nakanishi, N. Dahlan and S.H. Ong. 1991. Experience and challenges in processing, treatments, storage and feeding or oil palm trunks based diets for beef production. Sem. On Oil Palm Trunks and Others Palm Wood Utilization, Kuala Lumpur, Malaysia. 231-245. Disitasi oleh Sitompul D.M, et all, 2004. Integrasi sapisawit : Potensi produk samping dalam pengembangan ternak sapi. Badan Pusat Statistik Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, 2008, Aceh Dalam Angka 2009. Kerjasama Badan Pusat Statistik NAD Badan Investasi dan Promosi NAD, 2009. Aceh Dalam Menuju Ketahanan Pangan. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Palangkaraya Kalimantan Tengah, 2009. Laporan Akhir Kegiatan Pengkajian Komponen Teknologi Sistem Usahatani Ternak pada Area Perkebunan Kelapa Sawit Corley R.H.U, 2003, Oil Palm : A major Tropical Crop. Burotrop 19; 5 – 7. Chen, C.P. 1990. Management of forage for animal production under tree crops.p. 10-23. Proc. Integrated Tree Cropping and Small Ruminant Production System. SR-CRSP. Univ. California Davis, USA Djemaat, Manan. 2007. Peningkatan Populasi dan Mutu Genetik Sapi dan Kerbau dengan Teknologi Inseminasi Buatan Terjadwal. Makalah pada Temu Aplikasi Teknologi Pertanian Sub-sektor Peternakan, 14 Juli 2007. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Nanggroe Aceh Darussalam. Elisabeth, J. dan S.P.Ginting. 2003, Pemanfaatan Hasil Samping Industri Kelapa Sawit Sebagai Bahan Pakan Ternak Sapi Potong In; Pros. Lokakarya Nasional.Sistem Integrasi Kelapa Sawit-Sapi. Dept. Pertanian, Pemda Prov. Bengkulu dan P.T. Agricinal Bengkulu, 9-10 September 2003. Garnsworthy, P.C and D.J.A Cole. 1990 The Importance of Intake in Feed Evaluation. Di dalam : Feedstuff Evaluation. Wiseman J, Cole DJA (Ed.) Butterworths, London. http://soegeng.wordpress.com/2009/10/25/konsentrat.sapi Jalaludin, S., Z.A. Jelan, N. Abdullah and Y.W. Ho. 1991 b. Recent Developments in the Oil PalmBy-Product Based Ruminant Feeding System. MSAP, Penang, Malaysia p. 35-44. Mathius et al. 2004. Pemanfaatan Produk Samping Tanaman Kelapa Sawit (Pelepah) sebagai Bahan Dasar Pakan Sapi. Laporan Akhir Kegiatan Balitnak, Bogor. Musofie, A., N. K. Wardhani, S. B. Lestari, Supriyadi dan B. Prasetyo. 2000. Pengkajian Peningkatan Produktivitas Sapi Melalui Perbaikan Reproduksi dan Kualitas Pakan. Laporan Hasil Pengkajian. IPPTP Yogyakarta. Mustafa, A.B., H. Hawari dan M.L Rosli 1998. Palm bef a value added product by palm kernel cake. In: Proc. 8 th Ann.Conf. Malaysuia, Soc. Aim. Prod. R.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh Darussalam Jl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077 Email :
[email protected] ;
[email protected] Website:http://nad.litbang.deptan.go.id
24
LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2011
T. Hutagalung, V. F. Hew, C. Devendra and P. Viju Chulala (Ed.). Genting Highland, Malaysia. Parwati, LA., dan I Nyoman Suyasa, 2004. Analisa Usahatani Pada Penggemukan Sapi Dengan Introduksi Pakan dan Probiotik di Subak Guama dan Subak Dawan. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali. Prihandini, Peni Wahyu dan Teguh Purwanto, 2007. Petunjuk Teknis Pembuatan Kompos Berbahan Kotoran Sapi. Badan Penelitian dan Pengembangan Peternakan Bogor. Steel,
R.G.D, dan J.H Torrie. 1991. Prinsip dan Prosedur Statistika. Diterjemahkan Bambang Sumantri. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Thahar dan Mahyudin, 1993. Metabolisme in Konvenstory Grove. Ilmu dan Peternakan Vol.8 No.8 No.2. Bogor. Tillman, at all, 1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gajah Mada University,Press, Yogyakarta. Utomo, N.U. 2001. Potential of Oil Palm Solid Wastes as Local Feed Resource for Cattle in Central Kalimantan, Indonesia. MSc. Thesis, Wageningen University, The Netherlands. Utomo, B.N., E. Widjaja, dan A. Hewu. 2002. Zarate, A.V. 1996. Breeding Strategis For Marginal Regions in The Tropics and Sub Tropics. Anim. Res. Dev. 43/44-49-118. Dalam Mathius W. Pengembangan Sapi Potong di Areal Perkebunan Kelapa Sawit. Zainudin, A.T. and M. Zahari. 1992. Research on Nutrition and Feed Resources to Enhance Livestock Production in Malaysia, Proc. Utilization of Feed Resources in Relation Nutrition and Physiology of Ruminants in the tropics. Trop. Agric. Res Series.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh Darussalam Jl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077 Email :
[email protected] ;
[email protected] Website:http://nad.litbang.deptan.go.id
25
LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2011
Foto Kegiatan.
LAMPIRAN
2
1 Gambar 1 dan 2. Tim BPTP Aceh didamping tim Dinas Peternakan kabupaten Aceh Timur saat penentuan lokasi kegiatan
3 5
4 6
Gambar 3 dan 4. Areal kebun sawit yang dimanfaatkan untuk pemeliharaan ternak sapi
Gambar 5 dan 6. Tim BPTP Aceh tengah berdiskusi dengan Keuchik desa Alue Nyamuk bersama para calon petani kooperator. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh Darussalam Jl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077 Email :
[email protected] ;
[email protected] Website:http://nad.litbang.deptan.go.id
26
LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2011
7
8
Gambar 7. Ternak sapi Bali terpilih sesuai dengan kreiteria seleksi berdasarkan pertumbuhan gigi seri. Gambar 8. Saat pemberian obat cacing untuk meningkatkan kesehatan ternak
9
10 20
Gambar 9 dan 10. Saat melakukan pengukuran berat badan ternak, digunakan timbangan digital
11
12 0
14 mengukur panjang dan Gambar 11 dan 12. Saat seorang petani kooperator tengah lingkar badan sapi Bali miliknya.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh Darussalam Jl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077 Email :
[email protected] ;
[email protected] Website:http://nad.litbang.deptan.go.id
27
LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2011
14
13
14 Gambar 13. Saat tim memberikan arahan tentang prosedur pelaksanaan kegiatan yang akan dilaksanakan kepada anggota kelompok. Gambar 14. Tim memberikan arahan perbaikan yang akan dilakukan pada kandang kelompok yang digunakan.
15
16 20
Gambar 15 dan 16. Proses pencacahan pelepah sawit sebelum diberikan kepada ternak sapi; Pelepah dan daun sawit yang telah di cacah.
17
18
Gambar 17 dan 18. Proses pembuatan kompos olahan sisa pakan dan kotoran sapi; Bak penampungan kotoran ternak. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh Darussalam Jl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077 Email :
[email protected] ;
[email protected] Website:http://nad.litbang.deptan.go.id
28