BAB1 PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah Tujuan didirikannya suatu entitas atau perusahaan selain untuk memperoleh laba ada juga tujuan serta tanggungjawab besar yang hams dibebankan
oleh
perusa.IJaan.
Tanggungjawab
besar
tersebut
adalah
mempertabankan eksistensi usaha dan mempertahankan kelangsungan usaha
(going concern). Going Concern adalah salah satu konsep yang paling penting mendasari pelaporan keuangan (Praptitorini dan Januarti, 2007). Adalah tanggung jawab utama director untuk menentukan kelayakan dari persiapan laporan kewmgan menggunakan dasai going concern dan tanggung jawab auditor untuk meyakinkan dirinya bahwa penggunaan dasar
going concern oleh perusahaan adalah layak dan diungkapkan secara memadai dalam laporan keuangan (Setiawan, 2006). Mempertahankan kelangsungan hidup usaha selalu dihubungkan dengan kemampuan manajemen dalam menge!ola perusahaan. Ketika perusahaan mengalami permasalahan kondisi keuangan maka kegiatan operasional perusahaan akan terganggu dan
akhirnya berdampak pada tingginya risiko yang akan dihadapi oleh perusahaan dalam mempe1tahankan kelangsungan usa!Ianya di masa yang akan datang. Pemsahaan harus mempunyai laporan keuangan yang nantinya dapat di audit untuk mengukur ke!angsungan hidup perusahaan. Laporan keuangan merupakan sarana penting dalam pengambilan keputusan dan dapat menginformasikan kepada pihak-pihak luar perusahaan.
1
2
Dalam Statement of Financial Accounting Concepts (SFAC) No.I menyatakan bahwa tujuan utama dari laporan keuangan adalah untuk menyediakan informasi yang berguna dalam pembuatan keputusan bisnis dan ekonomi Agar
dapat memberikan informasi yang berguna, maka laporan keuangan harus berkualitas. Menyediakan informasi yang berkualitas tinggi adalah penting karena hal tersebut akan secara positif mempengaruhi penyedia modal dan pemegang kepentingan lainnya dalam membuat keputusan investasi, kredit, dan keputusan alokasi sumber daya lainnya yang akan meningkatkan efisiensi pasar secara keseluruhan. Purwati dan Zulaikha (2006) menyatakan ba.'Jwa Teori kontinjensi berargumen bahwa desain dan sistem pengendalian adalah tt:rgantung pada komeks organisasi di mana pengendalian tersebut dilaksanakan. Sedangkan teori akuntansi manajemen merupakan usaha untuk rnengidentifikasi sistem pengendalian berbasis akuntansi yang paling sesuai untuk sernua kondisi. Dalam prinsip akuntansi manajemen akan selalu berusaha rnengadopsi sistemnya untuk lebih berguna dalam kondisi tertentu. Oleh karena itu usaha untuk mengidentifikasi variabel kontinjensi yar.g paling penting dan menduga efeknya terhadap desain sistem pengendalian sangat diperlukan. Hubungan yang lebih baik antara sistern pengendalian dengan variabel kontinjensi diduga al'an memngkatkan kinelja organisasi. Sistem Teori kontinjensi dalam pengendalian manajernen muncul dari adanya sebuah asumsi
dasar
peningkatan
universal.
Bahwasanya
sebuah
sistern
pengendalian manajernen dapat diterapkan pada seluruh perusahaan di berbagai kondisi. Pihu manajemen yang mempunyai kepentingan tertentu
3
akan cenderung menyusun laporan keuangan yang sesuai dengan tujuannya dan bukan demi kepentingan prinsipal. Perilaku manajemen ini tentu saja dapat memengaruhi kualitas dari laporan keuangan yang disajikan. Oleh karena itu, diperlukan peran auditor independen untuk memberikan opininya atas kewajaran laporan keuangan perusahaan yang terdiri dari neraca, laporan laba rugi, Iaporan perubahan modal, dan laporan arus kas. Dengan demikian, diharapkan penyedia modal dan pemegang kepentingan lainnya dapat membuat keputusan investasi, kredit, dar: keputusan alokasi sumber daya lainnya yang lebih tepat berdasarkan informasi yang telah diaudit oleh pihak independen. Standar Auditing (SA) seksi 341 menyatakan bahwa auditor juga bertanggung jawab untuk menilai apakah terdapat kesangsian besar terhadap kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya
(going concern) dalam pcrioda waktu tidak Iebih dari satu tahun sejak tanggal laporan audit (Ikatan Akuntan Indonesia (W), 2001 ). Selain itu,
Statement on Auditing Standardv (SAS) No. 59 juga menyatakan bahwa auditor harus mengungkapkan secara eksplisit apakah perusahaan klien akan dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya sampai setahun kemudian sete!ah pelaporan (Auditing Standard Boards (ASB), 1989). Oleh karena itu, selain memperoleh informasi mengenai kewajaran laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen, laporan auditor independen juga memberikan informasi kepada para pengguna laporan keuangan tentang kemampuan perusahaan untuk melanjutkan usahanya (going concern).
4
Laporan audit yang berhubungan dengan going concern dapat memberikan peringatan awal bagi pemegang saham dan pengguna laporan keuangan lainnya
guna
menghindari
kesalahan
dalam
pembuatan keputusan
Widyantari (2011). Ji dan Lee (2015) menwJjukkan bahwa melakukan studi yang mengidentifilr..asi reaksi investor terhadap opini audit yang memuat informasi kelangsungan hidup perusahaan berdasarkan pengungkapan basil analisis laporan keuangan. Studi tersebut menemukan bukti bahwa ketika investor akan melakukan investasi maka mereka perlu untuk mengetahui kondisi keuangan perusahaan, dengan melihat laporan auditor, terutarna yang menyangkut kelangsungan hidup perusahaan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa investor sangat mengandalkan opini audit yang diberikan auditor untuk melakukan keputusan investasi Fanny dan Saputra (2005). Masalah timbul ketika banyak terjadi kesalahan opini yang dibuat oleh auditor menyangkut opini going concern (Shinde et al, 2013). Beberapa penyebabnya antara lain (I) masalah self-folfilling prophecy yang menyatakan bahwa apabila auditor memberikan opini going concern, maka perusahaan akan menjadi lebih cepat bangkrut karena banyak investor yang membatalkan investasinya atau kreditor yang menarik dananya (Venuti, 2007), dan (2) tidak terdapatnya prosedur penetapan status going concern yang terstruktur karena hampir tidak ada suatu panduan yang jelas atau penelitian yang sudah ada yang dapat dijadikan acuan pemilihan tipe opini
5
going concern yang harus dipilih karena pemberian status going concern bukanlah suatu tugas yang mudah. Kasus bangkrutnya perusahaan energi Enron merupakan salah satu contoh terjadinya kegagalan auditor untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan usahanya. Kebangkrutan perusahaan Enron terjadi karena adanya skandal akuntansi yang melibatkan pihak manajemen dan auditor ekstemal perusahaan. Kantor Akuntan Publik (KAP) Arthur Andersen dipersalahkan sebagai penyebab terjadinya kebangkrutan Enron dan divonis pihak pengadilan karena melakukan mark
up pendapatan dan menyembunyikan hutang lewat business partnership. Levitin (2006) menemukan bahwa dari 228 perusahaan publik yang mengalami kebangkrutan, Enron dan 95 perusahaan opini
wajar
tanpa
pengecualian
pada
tahun
Jainnya menerirna sebelum
terjadinya
kebangkrutan. Opini going concern yang diterima oleh sebuah perusahaan menunjukkan adanya kondisi dan peristiwa yang menimbulkan keraguan auditor akan kelangsungan hidup perusahaan. Salah satu pertimbangan yang perlu diperhatikan oleh auditor dalam memberikan opini going concern ada:ah meramalkan apakah auditee akan mengalami kebangkrutan atau tidak. Jooste (2007) menyatakan indikasi kebanglcrutan dapat dilihat dari apakah perusahaan mengalamijinancial distress, yaitu suatu kondisi dimana arus kas operasi perusahaan tidak mencukupi untuk memenuhi kewajiban lancarnya. Financial Distress akan menyebabkan perusahaan mengalami
6
arus kas yang negatif, rasio keuangan yang buruk, dan kegagalan untuk membayar kewajiban. Pada akbirnya, financial distress ini akan mengarab
pada kebangkrutan perusabaan sehingga kelangsungan usaba perusabaan diragukan. Selain itu, beberapa peneliti diantaranya, Widyantari (2011 ), Siregar (2015), Ompusunggu (2014), Geiger dan Rama (2006), Januarti (2009) menunjukkan babwa faktor-faktor seperti kualitas audit, audit lag, opini audit tahun sebelurnnya, dan auditor client tenure juga memengaruhi penerimaan opini audit going concern. Oleh karena itu, kajian atas opini audit going concern dapat dilakukan dengan melihat faktor-faktor seperti likuiditas,
leverage,
profitabilitas,
arus
kas,
ukuran
perusahaan,
pertumbuhan perusabaan, kualitas audit, audit lag, opini audit tahun sebelumnya, dan auditor client tenure. Kerugian usaba yang besar secara berulang atau kekurangan modal kerja, serta ketidakmampuan perusabaan untuk memenuhi kewajibannya pada saat jatuh tempo, mencerminkan kondisi keuangan perusabaan yang bermasalab. Rasio leverage dapat digunakan untuk mengetahui kapasitas perusahaan dalam memenuhi kewajiban baik itu jangka pendek maupun jangka panjang. Rasio leverage umumnya diukur dengan menggunakan debt
ratio yaitu membandingkan total kewajiban dengan total aktiva. Jurnlab utang yang melebihi total aktiva menyebabkan perusahaan mengalami defisiensi modal atau saldo ekuitas bemilai negatif. Semakin tinggi rasio
leverage menunjukkan kinelja keuangan perusabaan yang semakin buruk dan dapat menimbulkan ketidakpastian mengenai kelangsungan hidup
7
perusahaan. Perusahaan yang memiliki aktiva yang lebih kecil daripada kewajibannya akan menghadapi bahaya kebangkrutan (Levitin, 2006). Namun penelitian Rudyawan dan Badera (2009) menyatakan bahwa rasio
leverage tidak berpengaruh signifikan pada kemungkinan penerimaan opini audit going concern. Jooste
(2007)
menyatakan
bahwa
untuk
memahami
secara
ยท kese!uruhan kemampua!l perusahaan dalam melal\iutkan usahanya, auditor harus memperhitungkan beberapa rasio sederhana dari data laporan arus kas klien. Salah Sl!tu msio arus kas yang dapat digunakan oleh auditor
lli'ltuk
menilai kemampuan perusahaan dalam melanjutkan usahanya adalah cash
flow to total debt ratio. Penelitian yang dilakukan Widyantari (20 II) menemukan bahwa cash flow to total debt ratio mampu memprediksi opini audit going concern yang diberikan auditor. Namun penelitian yang dilakukan oleh Masyitoh dan Adhariani (2010) menemukan bahwa cash
flow to total debt ratw tidak berpengaruh signifikan pada opini audit going concern. Untuk kondisi dengan risiko litigasi rendah seperti Hongkong dan negara di Asia Tenggara pada unmmnya, Kevin et a! (2006) menyatakan bahwa perusahaan besar
memiliki kemampuan yang lebih baik dalam
mempertahankan kelangsungan hidupnya
bahkan ketika perusahaan
mengalami financial distress. Oleh karena itu, auditor akan menunda untuk mengeluarkan opini audit going concern dengan harapan bahwa perusahaan akan dapat mengatasi kondisi buruk pada tahun mendatang. Hasil penelitian
8
Widyantari (2011) membuktikan bahwa uk:uran pemsahaan memberikan pengaruh negatif signifikan pada opini audit going concern. Namun penelitian Ramadhany (2005) serta Januarti dan Fitrianasari (2008) membuk:tikan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan pada penerimaan opini audit going concern. Salah satunya faktor-faktor yang mempengaruhi opini audit going concern yaitu Kondisi keuangan perusahaan. Pada perusahaan yang kondisi keuangannya tidak baik dapat menimbulkan masalah yang mengakibatkan kebangkrutan. Penelitian Dewi (20 II) memberikan bukti bahwa auditor hampir tidak pemah memberikan opini going concern pada perusahaan yang tidak men gal ami kesulitan keuangan. Menurut Widyantari (20 II) semakin buruk kondisi keuangan perusahaan maka semakin besar kemungkinan perusahaan menerima opini going concern. Menurut Fanny dan Saputra (2005) ada empat model prediksi kebangkrutan untuk: mengukur kondisi keuangan perusahaan yaitu: (a) The Zmijeksi Model, (b) The Altman Model,
(c) Revised Altman Model, dan (d) Springate Model. Siregar (20 15) melakuk:an wawancara dengan praktisi auditor yang menyatakan bahwa perusahaan yang menerima opini going concern pada tahun sebelumnya lebih cenderung untuk menerima opini yang sama pada tahun beijalan. Hal ini juga diduk:ung oleh penelitian Simangunsong (20 13), Panjaitan (2014), Rikling (2014), Setyamo dkk. (2006), Praptitorini dan Januarti (2007), Januarti (2009) yang menemuk:an hubungan positif antara opini audit going concern tahun sebehunnya dengan opini tahun beijalan.
9
Apabila pada tahun sebelumnya perusahaan menerima opini audit going
concern, maka pada tahun beljalan akan semakin besar kemungkinan perusahaan untuk menerima kembali opini audit going concern. Berdasarkan Jatar belakang tersebut peneliti termotivasi melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi opi:J.i audit going
concern yaitu kualitas audit, kondisi keuangan perusahaan, ukuran perusahaan, pertumbuhan perusahaan, dan opini audit tahun sebelumhya. Perbedaan penelitian terdahulu Widyantari (20ll) membahas likuiditas,
leverage, projitabilitas, arus kas, ukuran perusahaan, pertumbuhan perusahaan, kualitas audit, dan opini audit tahun sebelumnya sedangkan perbedaan
penelitian
1m
adalah
membahas
faktor-faktor
yang
mempengaruhi opini audit going concern tentang kualitas audit, financial
distress perusahaan, ukuran perusahaan, pertumbuhan perusahaan, opini audit tahun sebelumnya, likuiditas, leverage, projitabilitas, dan arus kas. Peneliti tertarik membahas faktor-faktor yang mempengaruhi opini audit
going concern dengan pembahasan tersebut untuk memberikan gambaran dan perbedaan dalam pendapat opini audit going concern yang diteliti dari beberapa variable. Selain itu, penelitian ini menggunakan perusahaan properti dan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2015 sebagai sampel penelitian, sedangkan penelitian Widyantari (20 II) menggunakan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2000-2009.
10
1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan Jatar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya, maka
pertanyaan penelitian yang diangkat penulis dalam penelitian ini yaitu: 1. Apakah kualitas audit berpengaruh terhadap opini audit going concern perusahaan properti dan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2009-20 15? 2. Apakah Financial Distress perusahaan berpengaruh terhadap opini audit
going concern perusahaan properti dan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama pericde 2009-2015? 3. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap opini audit gomg
concern perusahaan properti dan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periooe 2009-20 15? 4. Apakah pertumbuhan perusahaan berpengaruh terhadap opini audit
going concern perusahaan properti dan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sehuna periode 2009-20 15? 5. Apakah opini audit tahun sebelumnya berpengaruh terhadap opini audit
going concern perusahaan properti dan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2009-2015? 6. Apakah likuiditas berpengaruh terhadap opini audit going concern perusahaan properti dan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2009-2015
II
7. Apakah leverage sebelumnya berpengaruh terhadap opini audit going concern perusal"llllUl properti dan manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia selama periode 2009-20 15? 8. Apakah profitabilitas berpengaruh terhadap opini audit going concern perusahaan properti dan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2009-2015? 9. Apakah arus kas berpengaruh terhadap opini audit going concern perusahaan properti dan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama peri ode 2009-20 15?
1.3
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah menemukan bukti empms melaiui serangkaian pengujian untuk menguji: I. Pengaruh kualitas audit terhadap opini audit going concern. 2. Financial Distress perusahaan terhadap opini audit going concern. 3. Ukuran perusahaan terhadap opini audit going concern. 4. Pertumbuhan perusahaan terhadap opini audit going concern. 5. Opini audit tahun sebelumnya terhadap opini audit going concern.
6. Likuiditas terhadap opini audit going concern. 7. Leverage terhadap opini audit going concern. 8. Profitabilitas terhadap opini audit going concern. 9. Arus Kas sebelwnnya terhadap opini audit going concern.
12
1.4
Manfaat Penelitian Penulis tertarik meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi opini audit going concern pada perusahaan properti dan manufaktur di Bursa Efek
Indonesia dan adanya beberapa variabel secara signifi.kan berpengaruh negatif pada opini audit going concern, hal ini mendorong peneliti untuk menguji variabel mana yang secara signifikan berpengaruh negatif dan variable yang secara signifikan berpengaruh positif pada opini audit going concern dengan objek perusahaan Properti dan Manufaktur di Bursa Efek
Indonesia. Hasil penelitian 1m diharapkan mampu memberikan kontribusi sebagai berikut: I. Konstribusi Teoritis
Dapat memberikan sumbangan pemikiran terhadap ilmu pengetahuan di bidang Audit dan referensi bagi penelitian selanjutnya mengenai faktorfaktor yang mempengaruhi opini audit going concern. Selain itu penelitian ini dapat menjawab tentang beberapa variabel mana yang secara siginifikan berpengaruh negatif dan variabel secara signifikan berpengaruh positif pada opini audit going concern. 2. Kontribusi Praktis a. Bagi profesi akuntan publik Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam memberikan opini alidit untuk kelangsungan hidup perusahaan di masa yang akan datang.
13
b. Bagi calon investor Dapat memberikan tambahan ilmu pengetahuan terkait dengan inv~,
hal
w
dapat sebagai acuan untuk
memiJm -pemsahalm
yang akan dijadikan tempat berinvestasi.
1.5
Ruang l.ingk11p PenelitiaR Penelitian ini membabas tentang variabel terkait yang mempengaruhi opini audit going concern, dimana ruang Iingkup dibatasi pada variabel kualitas
audit, [1R411cial
distress
perusahaan,
ukuran
perusal:-.aan,
penmnbuhan perusabaan, opini audit tahun sebelumnya, Iikuiditas,
leverage, profitabilitas, dan arus kas. Penelitian ini dilakukan pada perusahaan Properti dan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan peri ode 2009 - 2015. Informasi yang diperoleh penelitian ini dengan mengakses website \Wiw.idx.co.id dan Indonesian Capital Market
Directory (ICMD) yang berupa data sekunder, yaitu data yang diperoleh peneliti secara tidak 1angsung melalui perantara seperti orang lain atau dokumen (Sugiyono, 2009). Data sekunder yang peneliti dapatkan adalah laporan keuangan perusahaan Properti dan Manufaktur Tahun 2009-2015 terdaftar di Bursa Efek ludonesia.