Vol. 8 No. 4, Desember 2013
ISSN. 1907-9737
JURNAL RISET AKUNTANSI GOING CONCERN SEGMENT PERFORMANCE REPORT SEBAGAI ALAT PENILAIAN PRESTASI MANAJER PADA PT. JANUR KAWANUA INDONESIA Eric Ricardo Go, Grace Mogi, Rudy Pusung ANALISIS PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN PADA PT.MULTISARANA BAHTERA MANDIRI BERDASARKAN PSAK NO.1 & 2 Mizaco Ofayda Darmawan, Agus Toni Poputra, Winston Pontoh ANALISIS FAKTOR-FAKTOR KEUANGAN YANG MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI Rima D. Mangundap, Herman Karamoy, Stanly Alexander
MEMPENGARUHI
KINERJA
KEUANGAN
PADA
PERUSAHAAN
ANALISIS TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK DALAM MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN BANGUNAN DI KANTOR PAJAK PRATAMA MANADO Javier Sondakh, Jenny Morasa, Heince Wokas EVALUASI SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL PIUTANG PADA DISTRIBUTOR UNILEVER INDONESIA AREA MANADO Jones H. Yr Pondaag, David Paul Elia Saerang, Dhullo Affandi PENERAPAN INFORMASI AKUNTANSI DIFERENSIAL DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN MEMBELI ATAU MEMBUAT SENDIRI PRODUK SETENGAH JADI PADA UD. BERKAT ANUGERAH Phamela D Tampubolon, David Paul Elia Saerang, Agus Toni Poputra PERBANDINGAN SISTEM PERPAJAKAN TERHADAP USAHA MIKRO KECIL MENENGAH PADA PT. BERKAT TEKNIK JAYA Sintya Clara Assa, Jantje J. Tinangon, Rudy Pusung ANALISIS PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH DALAM STRUKTUR PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA MANADO Ali Kurniawan A. Suratinoyo, Harijanto Sabijono, Stanly Alexander ANALISIS PENGGUNAAN INFORMASI AKUNTANSI DIFERENSIAL DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN MEMBELI ATAU MEMBUAT SENDIRI FLA KUE SUSEN PADA DOLPHIN DONUTS BAKERY. Intan Zuriati Agustina Muhamad, Ventje Ilat, Harijanto Sabijono ANALISIS PERHITUNGAN DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 PADA PT. GATRA KALTIM JAYA KOTA BALIKPAPAN Pandu Dewanata, Jantje J. Tinangon, Heince R. N. Wokas ANALISIS PENERAPAN KEBIJAKAN EARMARKING TAX PADA PEMUNGUTAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DI PROVINSI SULAWESI UTARA Andre Stevan Masihor, David Paul Elia Saerang, Herman Karamoy ANALISIS PERBANDINGAN SEBELUM DAN SESUDAH PENGENAAN TARIF PAJAK PROGRESIF PADA KENDARAAN BERMOTOR BERDASARKAN “THE FOUR MAXIMS” DI KOTA MANADO Eugenia Rosalie, Jantje Tinangon, Rudy Pusung ANALISIS STUDI KOMPARATIF TENTANG PENERAPAN TRADISIONAL COSTING CONCEPT DENGAN ACTIVITY BASED COSTING (STUDI KASUS PADA RUMAH SAKIT SILOAM DI MANADO) Olivia H.S. Sumendap, David Paul Elia Saerang, Sifrid Sonny Pangemanan ANALISIS PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI MENGGUNAKAN METODE VARIABLE COSTING PADA PT. CELEBES MINAPRATAMA BITUNG Dewi Sartika Kiay, Jenny Morasa, Winston Pontoh PENERAPAN AKUNTANSI PERPAJAKAN ATAS KEPEMILIKAN PEMBIAYAAN PADA CV. KARYA WENANG Stephany Florence Claudia, Grace Mogi Nangoi, Heince Wokas
AKTIVA
KENDARAAN
DENGAN
METODE
SEWA
ANALISIS PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI PRODUK SPRING BED PADA PT. MASSINDO SINAR PRATAMA Eric Joseph Taroreh, Jantje J. Tinangon, Inggriani Elim ANALISIS PENERAPAN PSAK NO.102 ATAS PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA PT. BANK SYARIAH MANDIRI CAB. MANADO Sri Wahyuni Muklis, Sifrid Sonny Pangemanan, Lidia Mawikere IDENTIFIKASI NON VALUE ADDED ACTIVITY MELALUI ACTIVITY-BASED MANAGEMENT UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI HOTEL TRAVELLO MANADO Irna Prisye Daleno, David Paul Elia Saerang, Inggriani Elim ANALISIS PENGENDALIAN INTERNAL ATAS PERSEDIAAN PADA PERUM BULOG DIVRE SULUT Julian Biga, Ventje Ilat, Inggriani Elim EFEKTIVITAS PENYELESAIAN DAN PENERIMAAN ATAS HASIL PEMERIKSAAN PAJAK PENGHASILAN ORANG PRIBADI (STUDI KASUS KPP PRATAMA MANADO) Fino Indra Sumampouw, Inggriani Elim, Heince Wokas
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SAM RATULANGI MANADO
Vol.8,No.4,Desember 2013
ISSN.1907-9737
GOING CONCERN JURNAL RISET AKUNTANSI GOING CONCERN Pelindung
Rektor Universitas Sam Ratulangi
Penanggung Jawab
Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UNSRAT Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UNSRAT
Pemimpin Redaksi
Prof. DR. David. P.E. Saerang,SE,M.Com(Hons)
Redaksi Pelaksana
Harijanto Sabijono,SE,MSi,Ak Lidia Mawikere,SE,MSi,Ak Hendrik Manossoh,SE,MSi,Ak Imelda Najoan,SE,MSi,Ak
Dewan Redaksi
DR. Grace Nangoy,SE,MSAc,Ak,CPA Sifrid S. Pangemanan,SE,MSA DR. Jullie J. Sondakh,SE,MSi,Ak,CPA DR.Ventje Ilat,SE,MSi DR. Herman Karamoy,SE,MSi,Ak DR. Jenny Morasa,SE,MSi,Ak DR. Agus T. Poputra,SE,MM,MA,Ak Victorina Tirayoh,SE,MM,Ak Linda Lambey,SE,MBA,MA,Ak Margaretha Bolang,SE,MA,Ak Peter Kapojos,SE,MSi,Ak
Administrasi & Sirkulasi
DR. Jantje Tinangon,SE,MM,Ak DR. Lintje Kalangi,SE,ME,Ak Winston Pontoh,SE,MM,Ak Christian Datu,SE,MSA,Ak
Alamat Redaksi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sam Ratulangi Manado Jl. Kampus Bahu – Manado, Sulawesi Utara Telp. (0431) 847472, Fax. (0431) 853584
Jurnal Riset Akuntansi Going Concern diterbitkan oleh Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sam Ratulangi Manado, dimaksudkan sebagai media pertukaran informasi, penelitian dan karya ilmiah antara pengajar, alumni, mahasiswa dan masyarakat pada umumnya. Jurnal ini terbit empat kali setahun yaitu bulan Maret, Juni, September, Desember. Redaksi menerima naskah yang belum pernah diterbitkan oleh media dan tinjauan atas buku-buku akuntansi terbitan dalam dan luar negeri yang baru serta catatan/komentar atas artikel yang dimuat dalam jurnal ini. Surat menyurat mengenai naskah yang akan diterbitkan langganan, keagenan, dan lainnya dapat dialamatkan langsung ke alamat redaksi atau melalui email :
[email protected]
Jurnal Riset Akuntansi Going Concern FEB UNSRAT
i
Vol.8,No.4,Desember 2013
ISSN.1907-9737
GOING CONCERN JURNAL RISET AKUNTANSI GOING CONCERN DAFTAR ISI SEGMENT PERFORMANCE REPORT SEBAGAI ALAT PENILAIAN PRESTASI MANAJER PADA PT. JANUR KAWANUA INDONESIA Eric Ricardo Go, Grace Mogi Nangoi, Rudy Pusung ......................................................................................................................................................... 1-11 ANALISIS PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN PADA PT. MULTISARANA BAHTERA MANDIRI BERDASARKAN PSAK NO.1 & 2 Mizaco Ofayda Darmawan, Agus Toni Poputra, Winston Pontoh .................................................................................................................................... 12-23 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR KEUANGAN YANG MEMPENGARUHI KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI Rima D. Mangundap, Herman Karamoy, Stanly Alexander ............................................................................................................................................. 24-32 ANALISIS TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK DALAM MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN BANGUNAN DI KANTOR PAJAK PRATAMA MANADO Javier Sondakh, Jenny Morasa, Heince Wokas ...................................................................................................................................................... 33-43 EVALUASI SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL PIUTANG PADA DISTRIBUTOR UNILEVER INDONESIA AREA MANADO Jones H. Yr Pondaag, David Paul Elia Saerang, Dhullo Affandi ...................................................................................................................................... 45-55 PENERAPAN INFORMASI AKUNTANSI DIFERENSIAL DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN MEMBELI ATAU MEMBUAT SENDIRI PRODUK SETENGAH JADI PADA UD. BERKAT ANUGERAH Phamela D Tampubolon, David Paul Elia Saerang, Agus Toni Poputra .......................................................................................................................... 56-64 PERBANDINGAN SISTEM PERPAJAKAN TERHADAP USAHA MIKRO KECIL MENENGAH PADA PT. BERKAT TEKNIK JAYA Sintya Clara Assa, Jantje J. Tinangon, Rudy Pusung ........................................................................................................................................................ 65-73 ANALISIS PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH DALAM STRUKTUR PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA MANADO Ali Kurniawan A. Suratinoyo, Harijanto Sabijono, Stanly Alexander ............................................................................................................................. 74-84 ANALISIS PENGGUNAAN INFORMASI AKUNTANSI DIFERENSIAL DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN MEMBELI ATAU MEMBUAT SENDIRI FLA KUE SUSEN PADA DOLPHIN DONUTS BAKERY Intan Zuriati Agustina Muhamad, Ventje Ilat, Harijanto Sabijono ................................................................................................................................. 85-95 ANALISIS PERHITUNGAN DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 PADA PT. GATRA KALTIM JAYA KOTA BALIKPAPAN Pandu Dewanata, Jantje J. Tinangon, Heince R. N. Wokas ......................................................................................................................................... 96-107 ANALISIS PENERAPAN KEBIJAKAN EARMARKING TAX PADA PEMUNGUTAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DI PROVINSI SULAWESI UTARA Andre Stevan Masihor, David Paul Elia Saerang, Herman Karamoy ......................................................................................................................... 108-117 ANALISIS PERBANDINGAN SEBELUM DAN SESUDAH PENGENAAN TARIF PAJAK PROGRESIF PADA KENDARAAN BERMOTOR BERDASARKAN “THE FOUR MAXIMS” DI KOTA MANADO Eugenia Rosalie, Jantje Tinangon, Rudy Pusung .......................................................................................................................................................... 118-129 ANALISIS STUDI KOMPARATIF TENTANG PENERAPAN TRADISIONAL COSTING CONCEPT DENGAN ACTIVITY BASED COSTING (STUDI KASUS PADA RUMAH SAKIT SILOAM DI MANADO) Olivia H.S. Sumendap, David Paul Elia Saerang, Sifrid Sonny Pangemanan ............................................................................................................. 130-138 ANALISIS PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI MENGGUNAKAN METODE VARIABLE COSTING PADA PT. CELEBES MINAPRATAMA BITUNG Dewi Sartika Kiay, Jenny Morasa, Winston Pontoh ..................................................................................................................................................... 139-149 PENERAPAN AKUNTANSI PERPAJAKAN ATAS KEPEMILIKAN AKTIVA KENDARAAN DENGAN METODE SEWA PEMBIAYAAN PADA CV. KARYA WENANG Stephany Florence Claudia, Grace Mogi Nangoi, Heince Wokas ................................................................................................................................. 150-159 ANALISIS PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI PRODUK SPRING BED PADA PT. MASSINDO SINAR PRATAMA Eric Joseph Taroreh, Jantje J. Tinangon, Inggriani Elim ............................................................................................................................................ 160-169 ANALISIS PENERAPAN PSAK NO.102 ATAS PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA PT. BANK SYARIAH MANDIRI CAB.MANADO Sri Wahyuni Muklis, Sifrid Sonny Pangemanan, Lidia Mawikere .............................................................................................................................. 170-181 IDENTIFIKASI NON VALUE ADDED ACTIVITY MELALUI ACTIVITY-BASED MANAGEMENT UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI HOTEL TRAVELLO MANADO Irna Prisye Daleno, David Paul Elia Saerang, Inggriani Elim ...................................................................................................................................... 182-191 ANALISIS PENGENDALIAN INTERNAL ATAS PERSEDIAAN PADA PERUM BULOG DIVRE SULUT Julian Biga, Ventje Ilat, Inggriani Elim ......................................................................................................................................................................... 192-202 EFEKTIVITAS PENYELESAIAN DAN PENERIMAAN ATAS HASIL PEMERIKSAAN PAJAK PENGHASILAN ORANG PRIBADI (STUDI KASUS KPP PRATAMA MANADO) Fino Indra Sumampouw, Inggriani Elim, Heince Wokas ............................................................................................................................................. 203-213
Jurnal Riset Akuntansi Going Concern FEB UNSRAT
ii
SEGMENT PERFORMANCE REPORT SEBAGAI ALAT PENILAIAN PRESTASI MANAJER PADA PT. JANUR KAWANUA INDONESIA Eric Ricardo Go Grace Mogi Rudy Pusung Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Akuntansi Universitas Sam Ratulangi email :
[email protected] ABSTRAK Setiap perusahaan memiliki pembagian tanggung jawab dan wewenang menurut bagiannya masingmasing. Untuk mengetahui sejauh mana kinerja setiap manajer setiap divisi menurut tugas dan tanggung jawab, maka perlu dilakukan penilaian prestasi manajer setiap divisi. Salah satu metode penilaian prestasi yaitu segment performance report. Peran seorang manajer sangat penting dalam mengendalikan berjalannya sebuah perusahaan. Dengan menggunakan segment performance report, laporan memuat pengelompokkan biaya-biaya tetap terkendali dan biaya tetap tidak terkendali. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penggunaan segment performance report dalam menilai prestasi manajer. Penelitian ini dilakukan di PT. Janur Kawanua Indonesia beralamat di Manembo-nembo Bitung. Dalam penelitian ini, metode deskriptif (kualitatif) digunakan untuk membandingkan laporan rugi laba aktual serta laporan produksi yang telah dibuat oleh PT. Janur Kawanua Indonesia, sesuai dengan konsep segment performance report. Hasil penelitian ini menunjukkan perusahaan masih menggunakan laporan yang bersifat konvensional, laporan biaya produksi dan biaya operasional yang dihasilkan ini belum memisahkan antara biaya-biaya yang dapat dikendalikan dan biaya-biaya yang tak dapat dikendalikan. Dengan ini, dapat dilihat perbedaan setelah dipisahkan biaya tetap terkendali dan biaya tak terkendali pada divisi Tepung Kelapa sebesar Rp. 417.499.394,15. Dan pada divisi Kopra juga dapat dilihat perbedaan setelah dipisahkan antara biaya tetap terkendali dan biaya tidak terkendali sebesar Rp.127.081.716,91. Kata kunci
: segment performance report, penilaian prestasi manajer.
ABSTRACT Each company has responsibility and authority sharing according to every part. For knowing how far the performance of a manager from every division according to the job and responsibility, achievement evaluation of every division is needed to be made. One method of achievement evaluation is segment performance report. The role of a manager is very important in controlling a company’s operation. By using Segment Performance Report, report lists the classification the controllable fixed costs and uncontrollable fixed costs. This research’s objective is to figure out the usage of segment performance report in evaluating manager achievement. This research is conducted in PT. Janur Kawanua Indonesia, addressed at Manembo-nembo Bitung. In this research,descriptive method (qualitative) is used for comparing the actual profit loss report and also production report that have been made by PT. Janur Kawanua Indonesia, based on the concept segment performance report. This research’s result shows the company still uses this resulted conventional-based report, production cost report and operational costs have not separated among uncontrollable costs and uncontrollable costs. With this, it can be seen the difference after controllable fixed cost and controllable costs are separated at Tepung Kelapa, as much as 417,499,394.15 IDR. And at the Kopra Division, it can be also seen the difference after controllable fixed costs and uncontrollable costs are separated, as much as 127,081,716.91 IDR.
Keywords
: segment performance report, manager achivement evalution.
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Pada saat ini Indonesia mulai terbuka atas perdagangan dunia, sehingga banyak terjalin kerjasama antar Indonesia dengan negara lain, misalnya dengan China dan Jepang. Hal ini memicu kekreatifan dan jiwa entrepreneur anak bangsa untuk membuat usaha sendiri, sehingga banyak munculnya home industry, perusahaan kecil, menengah, maupun sampai sebuah perusahaan beromset besar. Yang tentunya tiap perusahaan tidak hanya berfokus mencari keuntungan , tapi juga menciptakan produk atau jasa dengan mutu dan kualitas yang baik. Dalam mencapai sebuah visi dan misi atau tujuan yang diinginkan perusahaan, perusahaan harus memiliki manajemen perusahaan yang baik. Berhasil atau tidaknya sebuah perusahaan tergantung manajamen dalam menjalankan fungsinya. Koordinasi antara manajemen puncak dengan manajemen tiap lini yang baik dalam pembagian tugas maupun untuk memperoleh informasi. Perusahaan akan menetapkan sasaran yang ingin dicapai baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Dalam hal ini dibuat oleh manajemen puncak dan untuk melaksanakannya didelegasikan ke manajer-manajer lini. Sehingga manajer memiliki tugas dan tanggung jawab yang harus dilakukan dengan target waktu yang telah ditentukan oleh manajemen puncak. Kinerja merupakan suatu tolak ukur dalam sebuah perusahaan maupun individu dalam mencapai target yang telah ditentukan. Sehingga sering perusahaan menjadikan kinerja sebagai sebuah nilai dalam menentukan berhasil atau tidaknya perusahaan menjalankan perencanaan yang telah disusun. Dalam mengukur kinerja suatu perusahaan tidak terlepas dari kinerja seorang manajer. Peran seorang manajer sangat penting dalam mengendalikan berjalannya sebuah perusahaan. Seorang manajer membutuhkan informasi yang berguna untuk membantu dalam pengambilan keputusan. Manajer harus cermat dan tangkas dalam pengambilan keputusankeputusan taktis dalam menjalankan tugasnya, agar setiap tugas dapat dilakukan secara efektif dan efisien. Untuk mengukur sejauh mana tugas dan tanggung jawab berjalan sesuai rencana, maka manajemen puncak melakukan penilaian atas kinerja manajer. Setiap tugas telah dilakukan dengan tepat atau apakah peran sudah berjalan dengan baik atau belum. Manajer memerlukan laporan atau informasi yang ditujukan kepada manajemen puncak berupa laporan pertanggung jawaban, serta laporan yang berkaitan dengan perusahaan untuk membantu dalam melaksanakan perencanaan dan pengambilan keputusan bagi perusahaan. Informasi yang dapat diperoleh yaitu segment performance report, ini merupakan laporan yang berisikan tentang pemisahan biaya-biaya yang dapat dikendalikan dan biaya-biaya yang tidak dapat dikendalikan oleh seseorang di dalam posisi organisasinya, sehingga menggambarkan prestasi sebenarnya. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah yang terjadi, maka tujuan penelitian adalah untuk mengetahu dan menganalisa penggunaan segment performance report dalam menilai prestasi manajer pada PT. Janur Kawanua Indonesia. TINJAUAN PUSTAKA Akuntansi Manajemen Simamora (2012:13), mendefinisikan akuntansi manajemen adalah proses pengidentifikasian, pengukuran, penghimpunan, penganalisisan, penyusunan, penafsiran, dan pengkomunikasian informasi keuangan yang digunakan manajemen untuk merencanakan, mengevaluasi, dan mengendalikan kegiatan usaha di dalam sebuah organisasi, serta untuk memastikan penggunaan dan akuntabilitas sumber daya yang tepat. Identifikasi melibatkan pengakuan dan evaluasi peristiwa-peristiwa ekonomik dan transaksi bisnis untuk tindakan akuntansi yang tepat. Samryn (2012:4) mendefinisikan akuntansi manajemen merupakan bidang akuntansi yang berfokus pada penyediaan, termasuk pengembangan dan penafsiran informasi akuntansi bagi para manajer untuk digunakan sebagai bahan perencanaan, pengendalian operasi dan dalam pengambilan keputusan. Sesuai dengan fungsi tersebut, maka akuntansi manajemen dapat digunakan sebagai pendukung pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen dalam bidang riset dan pengembangan, produksi, pemasaran, distribusi dan logistik, serta pelayanan pelanggan. Fungsi Informasi Akuntansi 2
Anthony dan Dearden (2003:152), informasi sebagai fungsi evaluasi, yaitu mengungkapkan sampai sejauh mana tindakan yang telah direncanakan dan pencapaian hasil yang diharapkan. Sistem Pengendalian Manajemen Halim, dkk (2009:13), mendefinisikan sistem pengendalian manajemen adalah sebagai suatu alat dari alat-alat lainnya untuk mengimplementasikan strategi, yang berfungsi untuk memotivasi anggota-anggota organisasi guna mencapai tujuan organisasi. Akuntansi Pertanggungjawaban Samryn (2012:261), mendefinisikan akuntansi pertanggunjawaban merupakan suatu sistem akuntansi yang digunakan untuk mengukur kinerja setiap pusat pertanggungjawaban sesuai informasi yang dibutuhkan manajer untuk mengoperasikan pusat pertanggungjawaban mereka sebagai bagian dari sistem pengendalian manajemen. Warindrani (2006:122), mendefinisikan akuntansi pertanggung jawaban merupakan suatu sistem yang mengukur hasil-hasil dari suatu pusat pertanggungjawaban memainkan peranan penting dalam mengukur kegiatan dan hasil suatu pusat pertanggungjawaban. Biaya Tetap Terkendali Simamora (2012:54), mendefinisikan biaya tetap terkendali (controllable cost) adalah biaya dalam sebuah pusat pertanggungjawaban yang dapat dipengaruhi secara signifikan oleh seorang manajer pusat pertanggungjawaban selama rentang waktu tertentu. Biaya Tidak Terkendali Simamora (2012:54), mendefinisikan biaya tidak terkendali (uncontrollable cost) adalah setiap biaya yang tidak dapat dipengaruhi oleh seorang manajer sebuah pusat pertanggungjawaban dalam rentang waktu tertentu. Penilaian Prestasi Mulyadi (2006:116-117), mendefinisikan pengukuran kinerja merupakan alat manajemen untuk menilai keberhasilan maupun kegagalan pelaksanaan strategik untuk mencapai tujuan dan sasaran orang yang bersangkutan. Kinerja atau nilai aktivitas kerja dapat diartikan sebagai prestasi. Prestasi yang dimaksud adalah efektivitas operasional perusahaan, baik secara keseluruhan maupun personal seorang manajer dalam mewujudkan sasaran, tujuan, visi perusahaan. Segment Performance Report Nizar dan Syahrul (2000:758), Segment performance report adalah laporan yang berisikan pemisahan antara biaya-biaya yang dapat dikendalikan dan biaya-biaya yang tidak dapat dikendalikan oleh seseorang dalam posisi organisasinya, sehingga menggambarkan prestasi yang sebenarnya. Konsep Segment Performance Report Tabel 1 Konsep Segment Performance Report Segment
Sales Less : Variable Cost Variable Manufacturing Variable Selling and Administrative of segments
Division A $ 300,000
Division B $ 200,000
Total For all Segments $ 500,000
120,000 30,000
60,000 20,000
180,000 50,000
$ 150,000
$
70,000
$ 230,000
Total Contribution Margin Less : Direct Fixed Cost Controllable by Segment Manager
$ 150,000
$ 120,000
$ 270,000
90,000
80,000
170,000
Contribution Controllable by Segment Manager Less : Fixed costs of Segments Not Controllable by Segments Manager Contribution of segments to Common Costs Common Cost for all Segments
$
40,000
$ 100,000
10,000
25,000
60,000
$
15,000 $
45,000
$
30,000
$ 75,000 $ 35,000
3
Net Income
$ 40,000
Sumber: Barbee, Fred: Princeples Of Accounting (2013) 1. Total contribution margin adalah jumlah yang dikontribusikan untuk menutup biaya tetapnya. Total contribution margin ini di dapat dari penjualan dikurangi dengan biaya variabel. Dan biaya terkendali ini merupakan biaya bagi manajer pusat laba tersebut. 2. Contribution controllable by segment manager Adalah biaya-biaya tetap yang dapat dikendalikan oleh manajer dengan pusat laba, termasuk didalamnya commited fixed cost dan discretionary fixed cost. 3. Contribution of segment to common cost Merupakan sisa yang akan dialokasikan untuk common cost. Common cost ini tidak dapat dikendalikan oleh manajer pusat laba. Jadi, untuk menilai prestasi manajer pusat laba yaitu dengan memakai segment income statement dengan bagian yang dinilai adalah contribution controllable by segment manager. Penelitian Terdahulu. Tabel 2 Penelitian Terdahulu Nama Judul Peneliti / Tahun Sanger Penerapan (2005) Segment Performance Report Sebagai Alat Penilaian Prestasi Manajer Divisi Pada PT. Astra International Isuzu Manado
Uli (2009)
Analisis Penerapan Akuntansi Pertanggung Jawaban Sebagai Alat Penilaian Kinerja Manajer Pusat Pendapatan Pada PT. Astra International cabang Sisingamangaraja
Tujuan
Metode Hasil Penelitian Penelitian
Persamaan
Perbedaan
Untuk Metode mengetahui Deskriptif Penerapan Segment Performance Report Sebagai Alat Penilaian Prestasi Manajer Divisi Pada PT. Astra International Isuzu Manado
Perusahaan masih menggunakan laporan yang bersifat konvensional, tanpa melihat kontribusi dari divisi
Penelitian ini memiliki kesamaan menggunakan Segment Performance Report untuk menilai prestasi manajer
Tetapi perbedaan penelitian ini pada objek penelitian yang berbeda
Tujuannya Metode apakah manajer Deskriptif pusat pendapatan sesuai dengan tanggung jawab sebagai manajer
Penerapan akuntansi pertanggung jawaban sangat efektif untuk menilai kinerja manajer pusat pendapatan dan hasil dari kinerja manajer sangat sesuai dengan tujuan pimpinan
Penilaian ini hampir sama dengan penulis dalam menilai kinerja manajer
Yang membedakan penelitian ini adalah penulis membahas dengan Segment Performance Report untuk mengukur kinerja manajer
METODE PENELITIAN Jenis Penelitian penelitian ini dengan metode deskriptif (kualitatif), membandingkan laporan rugi laba aktual serta laporan produksi yang telah dibuat oleh perusahaan sesuai dengan konsep Segment Performance Report. Jenis dan Sumber Data Data adalah sekumpulan informasi yang diperlukan untuk pengambilan keputusan. Data merupakan keterangan-keterangan yang diperoleh dari suatu penelitian yang dapat digunakan untuk menganalisa 4
permasalahan yang dihadapi dan selanjutnya untuk mencari alternatif yang sesuai. Data dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis yaitu data kuantitatif dan data kualitatif. Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan data kuantitatif yaitu struktur organisasi, job description, laporan biaya produksi dan laporan laba rugi PT. Janur Kawanua Indonesia. Metode Analisis Data Analisis Deskriptif adalah untuk memuat penggambaran secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat objek penelitian serta memeriksa sebab-sebab dari suatu gejala tertentu. Atau penelitian yang bermaksud untuk memuat deskripsi mengenai situasi-situasi atau kejadian-kejadian. Analisis deskriptif (kualitatif) berusaha mengubah kumpulan data mentah menjadi bentuk atau gambaran yang mudah dipahami dalam informasi yang lebih ringkas. Dalam penelitian ini dengan metode deskriptif (kualitatif), membandingkan laporan rugi laba aktual serta laporan produksi yang telah dibuat oleh perusahaan sesuai dengan konsep Segment Performance Report. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Dari hasil penelitian yang di dapat dari perusahaan, berikut disertakan laporan-laporan biaya produksi maupun laporan rugi laba perusahaan. Tabel 3 PT. Janur Kawanua Indonesia Laporan Biaya Produksi Periode 1 Januari 2012 – 31 Desember 2012 Jenis Biaya Bahan Baku Kelapa Biaya Upah Langsung Biaya Kemasan / Pembungkus Biaya Overhead Pabrik Biaya Upah Tidak Langsung Biaya BBM Solar Biaya Listrik Biaya Air Biaya Penyusutan Mesin Biaya Penyusutan Kendaraan Biaya Penyusutan Peralatan Pabrik Biaya Penyusutan Bangunan Biaya Perlengkapan Produksi Biaya Bahan Penolong Biaya Pemeliharaan Aktiva Tetap Biaya Konsumsi Karyawan Biaya Angkut Bahan Baku Biaya Jamsostek Biaya Angkutan Karyawan Biaya Overhead Lain Total Biaya Produksi
Divisi Tepung Kelapa Rp. 6.380.200.501,94 Rp. 1.532.220.394,49 Rp. 342.504.604,00
Rp. Rp. Rp.
Divisi Kopra 928.650.255,42 150.592.544,00 71.275.087,00
Rp. 214.699.209,00 Rp. 72.970.000,00 Rp. 213.954.540,00 Rp. 1.870.100,00 Rp. 164.864.000,00 Rp. 126.069.962,61 Rp. 73.763.466,74 Rp. 52.801.919,80 Rp. 2.227.808,63 Rp. 7.780.050,00 Rp. 104.050.799,73 Rp. 80.972.214,00 Rp. 5.171.500,00 Rp. 59.670.000,00 Rp. 49.922.800,00 Rp. 18.652.633,00 Rp. 9.504.366.503,94
Rp. 58.742.955,00 Rp. 23.860.000,00 Rp. 85.122.500,00 Rp. 1.150.000,00 Rp. 56.728.000,00 Rp. 30.652.090,66 Rp. 23.775.000,00 Rp. 15.926.626,25 Rp. 1.170.455,37 Rp. 3.677.784,00 Rp. 39.021.000,00 Rp. 23.050.500,00 Rp. 2.312.335,00 Rp. 15.674.500,00 Rp. 14.250.550,00 Rp. 9.142.970,00 Rp. 1.554.775.152,70
Sumber : PT. Janur Kawanua Indonesia
5
Tabel 4 PT. Janur Kawanua Indonesia Laporan Rugi Laba periode 1 Januari 2012 – 31 Desember 2012 Jumlah Penjualan: Penjualan Export – Tepung Kelapa Penjualan Lokal – Kopra Total Penjualan Harga Pokok Penjualan: Divisi Tepung Kelapa Total Biaya Produksi Persediaan Barang Jadi Awal Jumlah Barang Jadi Tersedia Dijual Persediaan Barang Jadi Akhir HPP Tepung Kelapa Divisi Kopra Total Biaya Produksi Persediaan Barang Jadi Awal Jumlah Barang Jadi Tersedia Dijual Persediaan Barang Jadi Akhir HPP Kelapa Kopra Harga Pokok Penjualan Laba Kotor Biaya Operasional Laba Bersih Operasional Pendapatan Luar Usaha: Pendapatan Jasa Giro Pendapatan Lain-Lain Total Pendapatan Luar Usaha Laba Sebelum Pajak
Rp. 11.100.128.656,25 1.810.803.309,00 Rp. 12.910.931.964,25
Rp. 9.504.366.503,94 4.672.142.008,09 Rp. 14.176.508.512,03 ( 4.733.529.940,31) Rp. 9.442.978.571,72 Rp. 1.554.775.152,70 288.160.260,00 Rp. 1.842.935.412,70 ( 552.082.618,87) Rp. 1.288.852.793,83 Rp. 10.731.831.365,55 Rp. 2.179.100.598,69 1.990.204.496,50 Rp. 188.896.102,19 Rp. Rp. Rp.
6.667.959,55 24.534.221,00 31.202.180,55 220.098.282,74
Sumber: PT. Janur Kawanua Indonesia Penelitian ini dilakukan pada PT. Janur Kawanua, dilihat dari pembahasan di atas bahwa laporan yang dihasilkan oleh bagian produksi sebagai saran pertanggung jawaban dan pengukuran prestasi belum memadai. Belum adanya pemisahan biaya membuat laporan sebagai penilaian prestasi belum terlalu akurat, juga karena manajer produksi maupun pimpinan pusat belum menyadari sepenuhnya arti penting dari laporan untuk tujuan pengendalian, yang dalam hal ini Segment Performance Report. Sebagai contoh pimpinan pusat dalam menilai prestasi manajer produksi berdasarkan laba rugi yang diperoleh dalam suatu periode tertentu. Selain itu, staf dari manajer produksi belum sepenuhnya memahami esensi dari laporan yang digunakan sebagai sarana penilaian atau pengukuran prestasi. Contohnya, belum diklasifikasikannya biaya variabel, biaya tetap terkendali dan biaya tak terkendali. Tidak memadainya laporan prestasi ini tanpa disadari oleh manajer produksi hal ini membawa dampak bagi manajer produksi, khususnya menyangkut motivasi kerja. Keadaan ini digambarkan dengan kenyataan yang ada, bahwa manajer produksi setiap divisi, Tepung Kelapa dan Kopra, merasa prestasinya diukur dengan membebankan semua biaya baik dari pusat atau pun dari bagiannya. Laporan setiap divisi yang dibuat belum memisahkan antara biaya variabel, biaya tetap terkendali dan biaya tak terkendali. Supaya hal tersebut bisa diatasi maka laporan tersebut perlu diadakan penyesuaian dengan Segment Performance Report. Penyesuaian yang dilakukan harus menentukan atau memisahkan setiap biaya berdasarkan sifatnya, biaya tetap terkendali dan biaya tak terkendali. Penyesuaian yang dilakukan dapat dilihat dalam tabel berikut.
6
Tabel 5 PT. Janur Kawanua Indonesia Laporan Biaya Produksi Divisi Tepung Kelapa Periode 1 Januari 2012 – 31 Desember 2012 Jenis Biaya
Rill
S.P.R Selisih (Biaya Terkendali) (Biaya Tak Terkendali) Rp. 6.380.200.501,94 Rp. 1.532.220.394,49 Rp. 342.504.604,00
Bahan Baku Kelapa Rp. 6.380.200.501,94 Biaya Upah Langsung Rp. 1.532.220.394,49 Biaya Kemasan / Pembungkus Rp. 342.504.604,00 Biaya Overhead Pabrik Biaya Upah Tidak Langsung Rp. 214.699.209,00 Rp. 214.699.209,00 Biaya BBM Solar Rp. 72.970.000,00 Rp. 72.970.000,00 Biaya Listrik Rp. 213.954.540,00 Rp. 213.954.540,00 Biaya Air Rp. 1.870.100,00 Rp. 1.870.100,00 Biaya Penyusutan Mesin Rp. 164.864.000,00 Biaya Penyusutan Kendaraan Rp. 126.069.962,61 Biaya Penyusutan Peralatan Rp. 73.763.466,74 Pabrik Rp. 52.801.919,80 Biaya Penyusutan Bangunan Rp. 2.227.808,63 Rp. 2.227.808,63 Biaya Perlengkapan Produksi Rp. 7.780.050,00 Rp. 7.780.050,00 Biaya Bahan Penolong Rp. 104.050.799,73 Rp. 104.050.799,73 Biaya Pemeliharaan Aktiva Tetap Rp. 80.972.214,00 Rp. 80.972.214,00 Biaya Konsumsi Karyawan Rp. 5.171.500,00 Rp. 5.171.500,00 Biaya Angkut Bahan Baku Rp. 59.670.000,00 Rp. 59.670.000,00 Biaya Jamsostek Rp. 49.922.800,00 Rp. 49.922.800,00 Biaya Angkutan Karyawan Rp. 18.652.633,00 Rp. 18.652.633,00 Biaya Overhead Lain Total Biaya Produksi Rp. 9.504.366.503,94 Rp. 9.086.867.109,79
Rp. 164.864.000,00 Rp. 126.069.962,61 Rp. 73.763.466,74 Rp. 52.801.919,80
Rp. 417.499.394,15
Sumber : Hasil Olahan Penulis Tabel 6 PT. Janur Kawanua Indonesia Laporan Biaya Produksi Divisi Kopra Periode 1 Januari 2012 – 31 Desember 2012 Jenis Biaya
Bahan Baku Kelapa Biaya Upah Langsung Biaya Kemasan / Pembungkus Biaya Overhead Pabrik Biaya Upah Tidak Langsung Biaya BBM Solar Biaya Listrik Biaya Air Biaya Penyusutan Mesin Biaya Penyusutan Kendaraan Biaya Penyusutan Peralatan Pabrik Biaya Penyusutan Bangunan Biaya Perlengkapan Produksi Biaya Bahan Penolong Biaya Pemeliharaan Aktiva Tetap Biaya Konsumsi Karyawan Biaya Angkut Bahan Baku Biaya Jamsostek Biaya Angkutan Karyawan Biaya Overhead Lain Total Biaya Produksi
Rill
S.P.R (Biaya Terkendali)
Rp. Rp. Rp.
928.650.255,42 150.592.544,00 71.275.087,00
Rp. Rp. Rp.
928.650.255,42 150.592.544,00 71.275.087,00
Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp.
58.742.955,00 23.860.000,00 85.122.500,00 1.150.000,00 56.728.000,00 30.652.090,66 23.775.000,00 15.926.626,25 1.170.455,37 3.677.784,00 39.021.000,00 23.050.500,00 2.312.335,00 15.674.500,00 14.250.550,00 9.142.970,00
Rp. Rp. Rp. Rp.
58.742.955,00 23.860.000,00 85.122.500,00 1.150.000,00 1.170.455,37 3.677.784,00 39.021.000,00 23.050.500,00 2.312.335,00 15.674.500,00 14.250.550,00 9.142.970,00
Rp. 1.554.775.152,70
Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp.
Rp. 1.427.693.435,79
Selisih (Biaya Tak Terkendali)
Rp Rp Rp. Rp.
56.728.000,00 30.652.090,66 23.775.000,00 15.926.626,25
Rp. 127.081.716,91
Sumber : Hasil Olahan Penulis 7
Setelah dipisahkan atau dikelompokkan biaya tetap yang dapat dikendalikan dan biaya yang tidak dapat dikendalikan dari seorang manajer produksi, dapat dilihat sampai mana biaya yang menjadi tanggung jawab dan wewenang dari seorang manajer produksi masing-masing divisi tersebut. Pada divisi Tepung Kelapa (Tabel 5) dapat kita lihat perbedaan setelah dipisahkan biaya tetap terkendali dan biaya tak terkendali sebesar Rp. 417.499.394,15. Dan pada divisi Kopra (Tabel 6) kita juga dapat melihat perbedaan setelah dipisahkan antara biaya tetap terkendali dan biaya tidak terkendali sebesar Rp.127.081.716,91. Selisih yang terjadi antara laporan rill yang dibuat perusahaan dengan Segment Performance Report merupakan biaya yang tidak dapat dikendalikan oleh manajer produksi menurut tanggung jawab dan wewenangnya, yaitu biaya penyusutan mesin, biaya penyusutan kendaraan, biaya penyusutan peralatan pabrik, biaya penyusutan bangunan. Biaya ini merupakan keputusan dari manajer puncak atau yang lebih tinggi posisinya yang tidak dapat diganggu gugat oleh manajer produksi. Sehingga jika biaya tak terkendali ini turut dimasukkan dalam laporan prestasi, laporan tersebut tidak memadai pengukuran prestasi manajer produksi yang sebenarnya. Namun setelah dipisahkan seperti Tabel 5 dan Tabel 6 direktur utama atau manajer puncak dapat melihat biaya-biaya yang benar-benar dapat dikendalikan manajer produksi menurut tanggung jawab dan wewenangnya. Dalam laporan rugi laba (Tabel 4) yang dihasilkan perusahaan belum dikurangi oleh biaya-biaya yang tidak terkendali, sehingga belum memadai dalam laporan pertanggung jawaban atau laporan prestasi. Namun setelah dipisahkan setiap biaya variabel, biaya tetap terkendali dan biaya tak terkendali, dapat dilakukan penyesuaian atas laporan prestasi atau laporan pertanggung jawaban. Penyesuaian-penyesuaian terhadap laporan prestasi yang digunakan oleh divisi, dibutuhkan dalam suatu perusahaan dalam menjalankannnya. Karena penilaian atau pengukuran prestasi manajer didasarkan atas kontribusi dari divisi dengan hanya memperhitungkan biaya-biaya tetap yang dapat dikendalikan oleh manajer divisi yang bersangkutan. Secara tidak langsung hal ini memunculkan rasa percaya diri atau motivasi kerja seorang manajer. Penyesuaian yang dimaksud diatas dapat dilihat pada tabel. Tabel 7 PT. Janur Kawanua Indonesia Laporan Harga Pokok Penjualan (Variabel) Periode 1 Januari 2012 – 31 Desember 2012 Divisi Tepung Kelapa Divisi Kopra Biaya Variabel: Bahan Baku Kelapa Biaya Upah Langsung Biaya Kemasan / Pembungkus Biaya BBM Solar Biaya Perlengkapan Produksi Biaya Bahan Penolong Harga Pokok Porduksi Variabel Persediaan Awal Variabel Persediaan Akhir Variabel Harga Pokok Penjualan Variabel
Rp. 6.380.200.501,94 1.532.220.394,49 342.504.604,00 72.970.000,00 2.227.808,63 7.780.050,00 Rp. 8.337.903.358,56 2.813.822.203,39 Rp. 11.151.725.561,95 3.044.935.717,31 Rp. 8.106.789.844,64
Rp.
928.650.255,42 150.592.544,00 71.275.087,00 23.860.000,00 1.170.455,37 3.677.784,00 Rp. 1.179.226.125,79 197.753.359,00 Rp. 1.376.979.484,79 426.413.643,87 Rp. 950.565.840,92
Sumber: Hasil Olahan Penulis
8
Tabel 8 PT. Janur Kawanua Indonesia Segment Performance Report periode 1 Januari 2012 – 31 Desember 2012 Penjualan Harga Pokok Penjualan Variabel Biaya Operasi Variabel Total Biaya Variabel Kontribusi Margin Biaya Tetap Terkendali: Biaya Listrik Biaya Air Biaya Pemeliharaan Aktiva Tetap Biaya Konsumsi Karyawan Biaya Angkut Bahan Baku Biaya Jamsostek Biaya Angkutan Karyawan Biaya Overhead Lain Biaya Upah Tidak Langsung Biaya Operasi Tetap
Divisi Tepung Kelapa Rp. 11.100.128.656,25
Divisi Kopra Rp. 1.810.803.309,00
Total Divisi Rp.12.910.931.965,25
Rp. 8.106.789.844,64 321.818.854,50 Rp. 8.428.608.699,14 Rp. 2.617.519.957,11
Rp . 950.565.840,92 104.958.711,00 Rp. 1.055.524.551,92 Rp. 755.278.757.08
Rp. 9.484.133.251,06 Rp. 3.372.798.714,19
Rp.
Rp.
213.954.540,00 1.870.100,00 104.050.799,73 80.972.214,00 5.171.500,00 59.670.000,00 49.922.800,00 18.652.633,00 214.699.209,00 568.590.522.00 Rp. 1.317.554.317,73
Rp Kontribusi Yang Dapat Dikontrol oleh Divisi Rp. 1.299.965.639,38 Rp. Biaya Tetap Tidak Terkendali: Biaya Penyusutan Mesin Rp. 164.864.000,00 Rp. Biaya Penyusutan Kendaraan 126.069.962,61 Biaya Penyusutan Peralatan Pabrik 73.763.466,74 Biaya Penyusutan Bangunan 52.801.919,80 Rp. 417.499.349,15 Rp. Kontribusi Segment Kepada Common Costs Rp. 882.466.290,23 Rp. Common Costs: Gaji Direktur Utama Biaya Bunga Bank Laba Bersih Operasional
85.122.500,00 1.150.000,00 39.021.000,00 23.050.500,00 2.312.335,00 15.674.500,00 14.250.550,00 9.142.970,00 58.742.955,00 210.339.847,00 458.807.157,00
Rp. 1.736.219.622,23
296.471.600,08
Rp. 1.596.437.239,46
56.728.000,00 30.652.090,66 23.775.000,00 15.926.626,25 127.081.716,91
Rp.
163.389.883,17
Rp. 1.045.856.173,40 Rp. Rp. Rp. Rp.
544.581.066,06
180.000.000,00 676.960.071,21 856.960.071,21 188.896.102,19
Sumber: Hasil Olahan Penulis Penjelasan Tabel 8 sebagai berikut: 1. Penjualan Penjualan dalam pos ini merupakan seluruh hasil penjualan produksi yang diperoleh dari kegiatan penjualan dari perusahaan. 2. Biaya Variabel Yang dimaksud dengan biaya variabel disini adalah biaya yang dikeluarkan oleh bagian sehubungan dengan kegiatan yang dilakukan oleh masing-masing divisi/bagian. 3. Kontribusi margin Kontribusi margin yang dimaksud yaitu selisih antara pendapatan dengan biaya-biaya variabel yang dikeluarkan oleh masing-masing divisi/bagian. 4. Biaya tetap terkendali Yang dimaksud dengan biaya tetap terkendali yaitu biaya-biaya yang dikeluarkan oleh manajer produksi yang sifatnya dapat dikendalikan oleh manajer divisi. 5. Kontribusi divisi Kontribusi divisi merupakan sumbangan dari bagian yang bersangkutan pada bagian yang diperoleh melalui selisih antara penjualan dengan biaya-biaya tetap yang dapat dikendalikan oleh manajer divisi. 6. Biaya tak terkendali 9
Yang dimaksud dengan biaya tak terkendali bagi bagian ini yaitu semua biaya-biaya yang dikeluarkan oleh bagian dimana besarnya biaya ini tidak dapat dipengaruhi oleh manajer divisi. 7. Common Cost Common Cost merupakan biaya umum dari perusahaan yang tidak dapat dipisah-pisahkan untuk setiap divisi. Dengan adanya Segment Performance Report sangat membantu bagi perusahaan khususnya manajer puncak atau direktur utama melihat setiap divisi yang ada. Dengan ini kita dapat melihat keuntungan lebih besar yang dihasilkan oleh divisi tepung kelapa, dibandingkan yang dihasilkan oleh divisi kopra. Sehingga dengan demikian manajer puncak atau direktur utama dapat memberi motivasi lagi kepada divisi kopra untuk meningkatkan keuntungan yang diperoleh. Manajer puncak atau direktur utama juga dapat memberi motivasi lagi kepada kedua divisi untuk terus meningkatkan prestasi yang diperoleh, tanpa membebankan biaya yang tidak dapat dikendalikan (uncontrollable cost) oleh manajer produksi, melainkan mengukur lewat biaya tetap terkendali (controllable cost) oleh manajer produksi yang merupakan tanggung jawab dan wewenangnya. PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh penulis terhadap PT. Janur Kawanua Indonesia dengan menggunakan Segment Performance Report, maka dapat dikemukakan beberapa hal yang dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Perusahaan masih menggunakan laporan yang bersifat konvensional, laporan biaya produksi dan biaya operasional yang dihasilkan ini belum memisahkan antara biaya-biaya yang dapat dikendalikan dan biayabiaya yang tak dapat dikendalikan. 2. Karena belum dipisahkan antara biaya tetap terkendali dan biaya tidak terkendali, maka perusahaan tidak dapat menilai prestasi dengan baik berdasarkan biaya yang dapat dikendalikan oleh masing-masing divisi. Saran Berdasarkan penelitian yang dihasilkan oleh penulis, maka dapat ditarik saran sebagai berikut: 1. Laporan biaya produksi dan biaya operasional yang dihasilkan PT. Janur Kawanua Indonesia sebaiknya dipisahkan antara biaya variabel, biaya yang dapat dikendalikan, serta biaya-biaya yang tidak dapat dikendalikan. Hal ini memudahkan manajer pusat untuk melakukan penilaian prestasi/kinerja manajer masing-masing divisi. 2. Sebaiknya PT. Janur Kawanua Indonesia menetapkan penyusunan laporan pertanggung jawaban untuk setiap divisi atau bagian sesuai dengan konsep Segment Performance Report. Dimana divisi tepung kelapa dan divisi kopra sebagai pusat pertanggung jawab laba. Dengan ini Direktur Utama dapat menilai prestasi masing-masing divisi. 3. Dalam penilaian prestasi/kinerja manajer sebaiknya perusahaan melihat berdasarkan kontribusi divisi atau bagian, dimana masing-masing divisi biaya dibebankan biaya produksi dan biaya operasional yang dapat dikendalikan masing-masing divisi. DAFTAR PUSTAKA Anthony, Robert., Dearden, John. 2003. Sistem Pengendalian Manajemen. Terjemahan Edisi Kesepuluh. Erlangga. Jakarta. Barbee, Fred. 2013. Princeples Of Accounting. University of Alaska System. Fairbanks Alaska. http:// www.google.com. faculty.cbpp.uaa.alaska.edu. 3 Oktober 2013. Halim, Abdul., Tjahjono, Achmad., Husein, Fukri. 2009. Sistem Pengendalian Manajemen. Edisi revisi. UPP STIM YKPN. Yogyakarta. Mulyadi, Arief. 2006. Manajemen Strategik : Perencanaan & Manajemen Kinerja. Prestasi Pustaka, Jakarta. Nizar, Nur, M., Syahrul, M. 2000. Kamus Akuntansi. Cetakan Pertama. Citra Harta Prima. Jakarta. Samryn, L.M. 2012. Akuntansi Manajemen – Informasi Biaya Untuk Mengendalikan Aktivitas Operasi & Investasi. Kencana. Jakarta.
10
Sanger, Yussy. 2005. Penerapan Segment Performance Report Sebagai Alat Penilaian Prestasi Manajer Divisi Pada PT. Astra International Isuzu Manado. Skripsi (tidak dipublikasikan). Universitas Sam Ratulangi. Manado. Simamora, Henry. 2012. Akuntansi Manajemen. Edisi III. Star Gate Publisher. Riau. Uli, Megah. 2009. Analisis Penerapan Akuntansi Pertanggung Jawaban Sebagai Alat Penilaian Kinerja Manajer Pusat Pendapatan Pada PT. Astra International cabang Sisingamangaraja. Skripsi (tidak dipublikasikan). Universitas Sam Ratulangi. Manado. Warindrani, Armila. 2006. Akuntansi Manajemen. Graha Ilmu. Yogyakarta.
11
ANALISIS PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN PADA PT.MULTISARANA BAHTERAMANDIRI BERDASARKAN PSAK NO.1 DAN NO.2 Mizaco Ofayda Darmawan Agus Toni Poputra Winston Pontoh Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Akuntansi Universitas Sam Ratulangi Manado email :
[email protected] ABSTRAK
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.1 menyatakan bahwa laporan keuangan harus menyajikan secara wajar posisi keuangan, kinerja keuangan, perubahan ekuitas, dan arus kas. Perusahaan dengan menerapkan PSAK secara benar juga disertai pengungkapan yang diharuskan PSAK dalam Catatan Atas Laporan Keuangan. Objek dalam penelitian ini adalah PT. Multisarana Bahteramandiri. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis penyajian laporan keuangan PT.Multisarana Bahteramandiri berdasarkan PSAK No.1 dan No.2. Metode penelitian yang digunakan adalah metode analisis deskriptif yaitu alat analisis yang membandingkan dua segi yang berbeda antara teori dan praktek yang perlu dipertemukan agar dapat diketahui perbedaannya, sejauh apa perbedaan tersebut. Hasil dari analisis data ini menunjukkan bahwa PT.Multisarana Bahteramandiri belum sepenuhnya menerapkan PSAK No.1 dan No.2 dalam penyajian laporan keuangan perusahaan. Karena perusahaan hanya menyajikan laporan posisi keuangan, laporan laba rugi, laporan arus kas, serta catatan khusus perusahaan. Perusahaan juga tidak mengungkapkan pernyataan mengenai kepatuhan terhadap Standar Akuntansi Keuangan pada catatan atas laporan keuangan. Kata kunci: laporan keuangan, pernyataan standar akuntansi keuangan (PSAK).
ABSTRACT Statement of Financial Accounting Standards (SFAS) number 1 and 2 states that financial statements should present fairly the financial position, financial performance, changes in equity and cash flow. Companies to implement SFAS correctly with the required disclosures in the Notes to the Financial Statements. Objects in this research is PT.Multisarana Bahteramandiri. The purpose of this study is to analyze the financial statement presentation PT.Multisarana Bahteramandiri under SFAS Number 1 and 2. The method used is descriptive analysis method is an analytical tool that compares two different aspects of theory and practice that need to be met in order to know the difference, as far as what the difference is. Results of the analysis of these data showed that PT.Multisarana Bahteraamandiri not fully implemented SFAS number 1 and 2 in the company's financial statement presentation. Because the company only present a statements of financial position, income statement, cash flow statement, as well as company-specific notes. The company also not disclose a statement of compliance with the Statement of Financial Accounting Standards (SFAS) number 1 and 2 in the notes to financial statements. Keywords : financial report, statement of financial accounting standards (SFAS).
12
PENDAHULUAN Latar Belakang Di dalam akuntansi keuangan dikenal adanya standar yang harus dipatuhi dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan. Standar tersebut diperlukan karena banyaknya pengguna laporan keuangan. Dengan perubahan standar akuntansi di Indonesia dari tahun 1994 sampai sekarang membuat banyak perubahan yang terjadi pada Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia dari tahun 1994-2012. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) adalah standar yang digunakan untuk pelaporan keuangan di Indonesia. PSAK digunakan sebagai pedoman akuntan untuk membuat laporan keuangan, maupun sebagai dasar untuk menyatakan kewajaran suatu laporan keuangan oleh auditor. Laporan keuangan merupakan salah satu media utama yang dapat digunakan oleh perusahaan untuk mengkomunikasikan informasi keuangannya kepada pihak luar. Laporan ini juga merekam peristiwa kejadian bisnis. Ikatan Akuntan Indonesia (2012:07) menyatakan laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas. Laporan keuangan juga menunjukkan hasil pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada mereka. PSAK No.1 menyatakan bahwa Laporan Keuangan harus menyajikan secara wajar posisi keuangan, kinerja keuangan, perubahan ekuitas, dan arus kas entitas secara wajar. Perusahaan dengan menerapkan PSAK secara benar, disertai pengungkapan yang diharuskan PSAK dalam Catatan Atas Laporan Keuangan. Pernyataan ini menetapkan dasar-dasar bagi penyajian laporan keuangan bertujuan yang selanjutnya disebut ‘laporan keuangan’ agar dapat dibandingkan laporan keuangan periode sebelumnya. Pernyataan ini mengatur persyaratan bagi penyajian laporan keuangan, struktur laporan keuangan, dan persyaratan minimum isi laporan keuangan. Informasi lain tetap diungkapkan untuk menghasilkan penyajian yang wajar walaupun pengungkapan tersebut tidak diharuskan oleh PSAK. Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses pencatatan, penggabungan, pengikhtisaran semua transaksi yang di lakukan oleh perusahaan dengan seluruh pihak yang terkait dengan kegiatan usahanya dan peristiwa penting yang terjadi di dalam perusahaan. Laporan keuangan menyediakan informasi tentang posisi keuangan perusahaan. Laporan keuangan harus disajikan secara wajar, transparan, mudah dipahami dan dapat di perbandingkan dengan tahun sebelumnya ataupun antar perusahaan sejenis (Tanjung, 2013) PT. Multisarana Bahteramandiri merupakan perusahaan yang memberikan pelayanan logistik untuk penanganan ekspor dan impor barang dalam negeri maupun luar negeri. Perusahaan ini dimiliki oleh seorang pengusaha Jepang yang memiliki hubungan bilateral dengan Indonesia. Dengan adanya hubungan tersebut, maka pembangunan industrial di Indonesia bisa semakin berkembang. Melihat situasi demikian, maka penulis mencoba untuk melakukan studi kasus pada PT.Multisarana Bahteramandiri, guna mengetahui penyajian laporan keuangan perusahaan yang ditujukan kepada para pengguna atau pihak-pihak yang berkepentingan dalam laporan keuangan berdasarkan PSAK No.1 dan No.2.
Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang ingin di capai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan PSAK No.1 dan No.2 dalam penyajian laporan keuangan pada pelaporan keuangan di PT.Multisarana Bahteramandiri dan membandingkan tata cara penyusunan bentuk dan isi laporan keuangan PT.Multisarana Bahteramandiri dengan PSAK No. 1 dan No.2. TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian laporan keuangan Ikatan Akuntan Indonesia (2012:07) menyatakan bahwa Laporan Keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas. Laporan Keuangan juga menunjukan hasil pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sember daya yang dipercayakan kepada mereka. Kasmir (2011:7) menyatakan bahwa laporan keuangan adalah laporan yang menunjukan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam suatu periode tertentu. Harahap (2010:201) menyatakan laporan keuangan merupakan output dan hasil proses akuntansi yang menjadi bahan informasi bagi para pemakainya sebagai salah satu bahan dalam proses pengambilan keputusan. Harrison (2011:2) menyatakan bahwa laporan keuangan adalah dokumen bisnis yang digunakan perusahaan untuk melaporkan hasil aktivitasnya kepada berbagai kelompok pemakai, yang dapat meliputi manajer, investor, kreditor dan agen regulator.
13
Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan (KDPPLK). Juan (2012:9) menyatakan bahwa Standar Akuntansi Keuangan (SAK) memuat Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan (KDPPLK) yang diadopsi dari conceptual framework IASC. KDPPLK tersebut secara spesifik membahas: 1. Tujuan Laporan Keuangan Menurut KDPPLK, tujuan utama laporan keuangan adalah untuk menyediakan informasi yang bermanfaat dalam pengambilan keputusan yang dilakukan oleh banyak pengguna. 2. Karakteristik kualitatif yang menentukan informasi dalam laporan keuangan.
3.
4.
Agar laporan keuangan dapat menyediakan informasi yang berguna bagi pembuatan keputusan oleh banyak pengguna, KDPPLK mengharuskan informasi yang dimuat didalamnya agar memiliki empat karakteristik kulitatif, yaitu dapat dipahami, relevan, keandalan, dan dapat diperbandingkan. Definisi, pengakuan, dan pengukuran unsur-unsur yang membentuk laporan keuangan. Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan (KDPPLK) mengidentifikasi unsurunsur, yakni sebagai berikut. a. Aset Aset didefinisikan sebagai “sumber daya yang dikuasai oleh sebuah perusahaan sebagai hasil dari peristiwa lampau dan diharapkan mengalirkan keuntungan di masa mendatang bagi perusahaan tersebut.” b. Liabilitas Liabilitas didefinisikan sebagai “kewajiban yang dimiliki sebuah perusahaan dimasa kini sebagai hasil dari peristiwa lampau, yang penyelesaiannya diharapkan dihasilkan dari aliran keluar sumber daya yang merupakan keuntungan ekonomi dari perusahaan tersebut”. c. Ekuitas Ekuitas didefinisikan sebagai “laba sisa pada asset-aset sebuah perusahaan setelah dikurangi semua liabilitasnya”. Dapat dilihat bahwa ekuitas tidak didefinisikan jenisnya. Ekuitas hanya diungkapkan berdasarkan rumus matematis: Aset-Liabilitas = Ekuitas. d. Kinerja Penghasilan netto (laba) seringkali digunakan sebagai ukuran kinerja. Definisi penghasilan (income) meliputi pendapatan (revenue) maupun keuntungan (gains). Pendapatan timbul dalam pelaksanaan aktivitas perusahaan yang biasa dan dikenal dengan sebutan yang berbeda, seperti penjualan, penghasilan jasa, bunga, dividen, royalti dan sewa. Keuntungan mencerminkan pos lainnya, misalnya keuntungan atas penjualan aset tetap. e. Beban Definisi beban mencakup kerugian maupun beban yang timbul dalam pelaksanaan aktivitas perusahaan yang biasa. Konsep modal dan pemeliharaan modal. Konsep pemeliharaan modal amat penting bagi pengukuran laba. Menurut Hicks, seorang ekonom, laba adalah jumlah maksimum yang dapat dikonsumsi oleh sebuah perusahaan dalam suatu periode, namun kekayaan di akhir periode sama dengan di awal periode.
Penyajian Laporan Keuangan Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indoneia (DSAK-IAI) mengeluarkan PSAK 1 Penyajian Laporan Keuangan (Revisi 2009) yang menggantikan PSAK 1 sebelumnya. PSAK 1 (Revisi 2009) berlaku efektif 1 Januari 2011 dan membawa banyak perubahan pada laporan keuangan perusahaan di Indonesia. Entitas menerapkan Pernyataan ini dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan bertujuan umum sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan (paragraf 2). Ikatan Akuntan Indonesia (2012:01) menyatakan tujuan penerapan PSAK No.1 adalah untuk menetapkan dasar-dasar bagi penyajian laporan keuangan bertujuan umum yang selanjutnya disebut laporan keuangan agar dapat dibandingkan, baik dengan laporan keuangan periode sebelumnya maupun dengan laporan keuangan entitas lain. Secara khusus, Pernyataan ini mengatur : 1. Pertimbangan menyeluruh tentang penyajian laporan keuangan. 2. Panduan tentang struktur laporan keuangan. 3. Persyaratan minimum untuk isi laporan keuangan.
14
Laporan keuangan disusun dan disajikan sekurang-kurangnya setahun sekali untuk memenuhi kebutuhan sejumlah besar pengguna. Beberapa diantara pengguna berhak untuk memperoleh informasi tambahan disamping yang tercakup dalam laporan keuangan. Namun demikian, banyak pengguna sangat bergantung pada laporan keuangan sebagai sumber utama informasi keuangan dan karena itu laporan keuangan tersebut seharusnya disusun dan disajikan dengan mempertimbangkan kebutuhan mereka. Standar akuntansi berisikan pedoman penyusunan laporan keuangan. Standar akuntansi terdiri atas kerangka konseptual penyusunan laporan keuangan dan penyertaan standar akuntansi. Kerangka konseptual berisikan tujuan, komponen laporan, karakteristik kualitatif dan asumsi dalam penyusunan laporan keuangan. Sedangkan, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) berisikan pedoman untuk penyusunan laporan, pengaturan transaksi atau kejadian, dan komponen tertentu dalam laporan keuangan.
Jenis Laporan Keuangan Tujuan laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja, dan arus kas suatu entitas yang bermanfaat bagi beragam pengguna laporan dalam membuat keputusan ekonomi. Ikatan Akuntan Indonesia (2012:6), PSAK 1 mengatur bahwa Laporan Keuangan yang lengkap terdiri dari komponen-komponen yang meliputi sebagai berikut (paragraf 10) : 1. Laporan posisi keuangan pada akhir periode. Prihadi (2011:24) menyatakan bahw a laporan posisi keuangan minimal mencakup penyajian jumlah pos-pos sebagai berikut. a. Aset tetap b. Properti investasi c. Aset tidak berwujud d. Aset keuangan e. Investasi dengan menggunakan metode ekuitas f. Persediaan g. Piutang dagang dan piutang lainnya h. Kas dan setara kas i. Total aset yang diklasifikasikan sebagai aset yang dimiliki untuk dijual dan aset yang termasuk dalam kelompok lepasan yang diklasifikasikan sebagai yang dimiliki untuk dijual sesuai dengan PSAK 58. j. Utang dagang dan terutang lainnya k. Kewajiban diestimasi l. Liabilitas keuangan m. Liabilitas dan aset untuk pajak kini sebagaimana didefenisikan PSAK 46. n. Liabilitas dan aset pajak tangguhan, sebagaimana didefenisikan PSAK 46. o. Liabilitas yang termasuk dalam kelompok yang dilepaskan yang diklasifikasikan sebagai yang dimiliki untuk dijual sesuai dengan PSAK 58. p. Kepentingan non-pengendali, disajikan sebagai bagian dari ekuitas. q. Modal saham dan cadangan yang dapat distribusikan kepada pemilik entitas induk. 2. Laba rugi komprehensif selama periode tertentu. Entitas menyajikan seluruh seluruh pos pendapatan dan beban yang diakui dalam suatu periode, dimana laporan laba rugi bentuk tunggal (terpisah) atau laporan laba rugi komprehensif sekurang-kurangnya mencakup penyajian jumlah pos-pos sebagai berikut. a. Pendapatan b. Biaya keuangan c. Bagian laba rugi dari entitas asosiasi dan joint ventures yang dicatat dengan menggunakan metode ekuitas d. Beban pajak e. Suatu jumlah tunggal yang mencakup total dari laba rugi setelah pajak dari operasi yang dihentikan dan keuntungan atau kerugian setelah pajak yang diakui dengan pengukuran nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual atau dari pelepasan aset atau kelompok yang dilepaskan dalam rangka operasi yang dihentikan. f. Laba rugi g. Bagian pendapatan komprehensif lain dari entitas asosiasi dan joint ventures yang dicatat dengan menggunakan metode ekuitas. h. Total laba rugi komprehensif i. Setiap komponen dari pendapatan komprehensif lain yang diklasifikasikan sesuai dengan sifat. 15
3. Laporan perubahan ekuitas selama periode Entitas menyajikan laporan perubahan ekuitas yang menunjukan sebagai berikut. a. Total laba rugi komperhensif selama suatu periode, yang menunjukan secara terpisah total jumlah yang dapat daitribusikan secara terpisah total jumlah yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk dan kepada kepentingan non-pengendali. b. Untuk tiap komponen akuitas, pengaruh penerapan retrospektif atau penyajian kembali secara retrospektif atau penyajian kembali sesuai dengan PSAK No 25. c. Untuk setiap komponen ekuitas,rekonsiliasi antara jumlah tercatat pada awal dan akhir periode, secara terpisah mengungkapkan masing-masing perubahan yang timbul dari laba rugi, masing-masing pos pendapatan komprehensif lain dan Transaksi dengan pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik, yang menunjukan secara terpisah kontribusi dari pemilik dan distribusi kepada pemilik dan perubahan hak kepemilikan pada entitas anak yang tidak menyebabkan hilang pengendalian. Entitas menyajikan, baik dalam laporan perubahan ekuitas atau dalam catatan atas laporan keuangan, jumlah dividen yang diakui sebagai distribusi kepada pemilik selama periode, dan nilai dividen per saham. Perubahan ekuitas entitas diantara awal dan akhir periode pelaporan mencerminkan naik turunnya aset neto entitas selama periode. Kecuali untuk perubahan yang timbul dari transaksi dengan pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik (seperti kontribusi modal, akuisisi kembali instrumen ekuitas entitas dan dividen) dan biaya transaksi secara langsung berkaitan dengan transaksi tersebut, perubahan keseluruhan ekuitas selama periode yang menggambarkan jumlah total pendapatan dan beban (termasuk keuntungan dan kerugian) yang diakibatkan oleh aktivitas entitas selama periode tersebut. 4. Laporan arus kas selama periode informasi arus kas memberikan dasar bagi pengguna laporan keuangan untuk menilai kemampuan entitas dalam menghasilkan kas dan setara kas serta kebutuhan entitas dalam menggunakan arus kas tersebut. 5. Catatan Atas Laporan Keuangan Catatan atas laporan keuangan menyajikan : a. Informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan akuntansi. b. Mengungkapakan informasi yang disyaratkan SAK yang tidak disajikan di bagian manapun dalam laporan keuangan. c. Memberikan informasi yang tidak disajikan dibagian manapun dalam laporan keuangan, tetapi informasi tersebut relevan untuk memahami laporan keuangan.
Sifat laporan keuangan Ikatan Akuntan Indonesia (2012:14) menyatakan sifat dan keterbatasan laporan keuangan adalah sebagai berikut. 1. Laporan keuangan bersifat historis. 2. Laporan keuangan bersifat umum dan bukan di maksudkan untuk memenuhi kebutuhan pihak tertentu. 3. Proses penyusunan laporan keuangan tidak luput dari penggunaan taksiran dan berbagai pertimbangan. 4. Laporan keuangan bersifat konservatif dalam menghadapi ketidakpastian. 5. Laporan keuangan lebih menekankan pada makna ekonomis suatu peristiwa atau transaksi dari pada bentuk umumnya atau formalitas. 6. Laporan keuangan disusun dengan menggunakan istilah-istilah teknis dan diasumsikan memenuhi bahasa teknis akuntansi dan sifat dari informasi yang dilaporkan. Karakteristik Umum Imam (2013:22) menyatakan bahwa PSAK No.1 menetapkan karakteristik umum untuk penyajian laporan keuangan. Secara khusus, PSAK No.1 membahas aspek-aspek : 1. Penyajian secara wajar dan kepatuhan terhadap persyaratan Standar Akuntansi Keuangan 2. Kelangsungan usaha (going concern) 3. Dasar akrual akuntansi 4. Materialitas, agregasi, dan saling hapus (offsetting). 5. Frekuensi Pelaporan 6. Informasi Komparatif 7. Konsistensi Penyajian
16
Identifikasi laporan Keuangan dan Pengungkapan Kebijakan Akuntansi PSAK 1 mensyaratkan bahwa laporan keuangan diidentifikasi dengan jelas dan dibedakan dari informasi lainnya dalam dokumen yang sama (paragraf 46). Disamping itu, PSAK 1 mensyaratkan informasi berikut disajikan dengan jelas dan diulangi bila diperlukan agar diperoleh pemahaman yang tepat tentang informasi yang disajikan (paragraf 48) : 1. Nama Entitas 2. Cakupan laporan keuangan, apakah mencakup satu entitas saja atau beberapa (kelompok) entitas. 3. Tanggal atau periode pelaporan yang dicakup oleh laporan keuangan 4. Mata uang pelaporan 5. Pembuatan angka yang digunakan dalam penyajian laporan keuangan. Kebijakan akuntansi adalah serangkaian prinsip, dasar, konvensi, peraturan, dan praktik spesifik yang diterapkan oleh suatu entitas dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan.
Penelitian Terdahulu Tabel 1. Penelitian Terdahulu Nama Peneliti/ Tahun Tanjung (2013)
Nurdita (2012)
Judul
Tujuan
Metode Penelitian
Analisis Penerapan PSAK No.1 Tentang penyajian laporan keuangan pada PT.PLN (Persero) area Padang.
Bertujuan untuk menganalisis penerapan PSAK No.1 dalam penyusunan laporan keuangan sebagai bentuk pelaporan keuangan di PT.PLN (Persero) Area Padang
Metode analisis kualitatif
Analisis penerapan standar akuntansi keuangan entitas tanpa akuntanbil itas publik (SAK ETAP) pada Koperasi yang ada di Kota Dumai.
Untuk mengetahui apakah koperasi yang ada di Kota Dumai telah menerapkan SAK ETAP secara menyeluruh dalam penyajian Laporan Keuangannya
Metode Analisis kualitatif
Hasil Penelitian
Persamaan
Perbedaan
Laporan keuangan PT. PLN (Persero) area Padang telah disajikan sesuai dengan ukuranukuran yang normatif untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas kepada pihak-pihak yang terkait, meskipun ada perkiraanperkiraan akuntansi tertentu yang tidak sesuai dengan PSAK No. 1. Secara garis besar, pengurus koperasi yang ada di Kota Dumai telah menerapkan akuntansi sederhana dalam pelaporan pertanggungjawaban nya. Namun laporan keuangan yang mereka buat baik format dan bentuknya belum sesuai dengan SAK ETAP.
Penelitian ini dengan penelitian yang sedang dijalani oleh penulis memiliki persamaan pada variabel penelitian yaitu Pernyataan Standard Akuntansi Keuangan (PSAK) No.1. Penelitian ini dengan penelitian yang sedang dijalani oleh penulis memiliki persamaan pada variabel penelitian yaitu penerapan standar akuntansi keuangan.
Perbedaanya terletak pada objek penelitian, objek penelitiannya pada PT. PLN (Persero) area Padang, sedangkan objek penelitian yang dijalani penulis adalah pada PT. Multisarana Bahteramandiri. Perbedaanya terletak pada objek penelitian, objek penelitian sebelumnya pada Koperasi yang ada di Kota Dumai sedangkan objek penelitian yang dijalani penulis adalah PT. Multisarana Bahteramandiri.
Sumber : Jurnal dan Hasil Penelitian. 17
METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis metode penelitian deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Penelitian dilakukan pada kondisi yang alamiah langsung ke sumber data, pengumpulan data menggunakan instrument penelitian, dan data yang terkumpul berupa profil perusahaan hingga laporan keuanganpada PTMultisarana Bahteramandiri.
Tempat dan Waktu Penelitian Penulis tertarik menulis objek penelitian pada PT.Multisarana Bahteramandiri Jakarta yang beralamat di Jl. Segara Makmur Kawasan Marunda Centre Jakarta Utara. Karena perusahaan ini berperan penting dalam membangun industrial yang ada di Indonesia khususnya daerah Jakarta dengan melayani pengantaran barang logistik dari luar negeri maupun dalam negeri, maka terlihat adanya hubungan bilateral Indonesia dengan perusahaan luar, sehingga mempunyai daya tarik penulis untuk membuat penelitian.
Prosedur Penelitian 1.
2.
3.
4.
5. 6.
Prosedur penelitian adalah sebagai berikut. Mengajukan Permohonan Penelitian Memasukan surat permohonan penelitian dengan persetujuan dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis untuk melakukan penelitian pada objek yang akan dipakai dalam penyusunan skripsi, yaitu PT. Multisarana Bahteramandiri. Disposisi Pimpinan Tindakan atau lanjutan dari pihak perusahaan dalam hal ini pimpinan PT. Multisarana Bahteramandiri memberi perintah kepada bawahannya untuk membuat dan memberikan surat perintah yang menyatakan tentang izin persetujuan penelitian diperusahaan tersebut, bagian tempat saat pengambilan data dan siapa instruktur yang akan di jadikan sumber ketika peneliti akan mengambil data. Pengumpulan Data Pada tahap ini peneliti mulai mengumpulkan data pendukung penelitian yang akan digunakan dalam penyusunan skripsi, yaitu data mengenai profil perusahaan hingga laporan keuangan perusahaan. Analisa Data Penelitian Pada tahap ini, penulis melakukan analisa data yang akan dipakai sesuai dengan judul penelitian untuk melengkapi dan menentukan hasil penelitian. Analisa Penerapan Pada tahap ini, penulis mulai menganalisa dan mengolah data laporan keuangan perusahaan. Kesimpulan dan Saran Pada tahap ini semua data pendukung penelitian yang telah diperoleh dan kemudian diolah,dilakukan analisis penerapan PSAK No.1 dan No.2 pada penyajian laporan keuangan perusahaan.
Metode Pengumpulan Data Jenis Data Data adalah sekumpulan informasi yang diperlukan untuk pengambilan keputusan. Data diperoleh dengan mengukur nilai satu atau lebih variabel dalam sampel (atau populasi). Semua data, yang pada gilirannya merupakan variabel yang diukur dimana pada umumnya data dapat diklasifikan menjadi 2, yaitu sebagai berikut. 1. Data kuantitatif; data yang diukur dalam suatu skala numerik atau dalam angka. 2. Data kualitatif; data yang tidak dapat diukur dalam skala numerik atau dalam angka. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif dengan metode analisis deskriptif yaitu alat analisis yang membandingkan dua segi yang berbeda antara teori dan praktek perlu dipertemukan agar dapat diketahui perbedaannya, sejauh apa perbedaan tersebut. Untuk itu dilakukan analisis perbandingan Penyajian Laporan Keuangan PT.Multisaranaa Bahtermandiri dengan PSAK No.1 dan No.2.. Sumber Data
Sugiyono (2011:193) menjelaskan bahwa sumber data dapat terbagi menjadi dua bagian, diantaranya adalah sebagai berikut :
18
1.
Data primer; sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber asli (tidak melalui media perantara), dan dikumpulkan secara khusus untuk menjawab pertanyaan penelitian ini. 2. Data sekunder; data yang diperoleh peneliti secara tidak langsung, melainkan melalui media perantara yaitu melalui hasil-hasil penelitian, buku-buku, jurnal, artikel, majalah dan berbagai publikasi serta organisasi terkait yang relevan dengan masalah yang diangkat. Selain itu, penulis juga mendapatkan data-data dari internetyang menyediakan informasi lainnya yang berkaitan dengan konsep penelitian. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini terutama adalah data primer. Data ini berupa wawancara dan pengamatan secara langsung kepada instansi yang terkait yakni pada PT.Multisarana Bahteramandiri. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Studi kepustakaan (library study); Penelitian yang dilakukan dengan mempelajari berbagai literatur yang berhubungan dengan objek penelitian yang akan dibahas untuk mendapatkan landasan teori dan sebagai dasar melakukan penelitian. 2. Field Research (penelitian lapangan) Data yang diperoleh dari penelitian yang dilakukan dengan cara peninjauan langsung ke lapangan. Penelitian dilakukan melalui interview atau wawancara dimana penulis melakukan tanya jawab langsung dengan pegawai/staf accounting yang terkait, serta melakukan observasi yaitu penulis mengadakan pengamatan secara langsung kepada sumber-sumber data yang dijadikan objek.. Metode Analisis Data Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif dengan metode analisis deskriptif yaitu alat analisis yang membandingkan dua segi yang berbeda antara teori dan praktek perlu dipertemukan agar dapat diketahui perbedaannya.Untuk itu dilakukan analisis perbandingan Penyajian Laporan Keuangan PT.Multiarana Bahteramandiri dengan PSAK No.1. Beberapa langkah yang dilakukan dalam analisis data adalah sebagai berikut. 1. Mengidentifikasi format pelaporan dan standar yang digunakan dalam kaitannya dengan PSAK No.1 dan No.2 sesuai indikator penelitian. 2. Menganalisis penerapan PSAK No.1 dan No.2 khususnya tentang pengakuan, pengukuran, dan pengungkapan pada laporan keuangan perusahaan. 3. Membandingkan penerapan PSAK No.1 dan No.2 pada laporan keuangan perusahaan dengan standar akuntansi keuangan yakni PSAK No.1 dan No.2. 4. Memberikan point khusus apabila perusahaan telah menerapkan sesuai dengan indikator penelitian 5. Dari beberapa indikator yang ada, kita dapat mengetahui seberapa besar perusahaan menerapkan PSAK No.1 dan No.2 pada penyajian laporan keuangan mereka.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Dalam penelitian ini, ada beberapa indikator yang telah disurvei pada penyajian laporan keuangan PT.Multisarana Bahteramandiri. Indikator ini terdiri dari beberapa item mengenai PSAK No.1 dan item lainnya mengenai PSAK No.2. Dari beberapa indikator ini, penulis dapat mengetahui kesesuaian antara laporan keuangan yang disajikan perusahaan dengan PSAK No.1 dan No.2. Berdasarkan hasil survei penelitian yang penulis lakukan pada PT.Multisarana Bahteramandiri, dengan membandingkan antara indikator penelitian dan penyajian laporan keuangan keuangan PT.Multisarana Mahteramandiri dengan melihat bagaimana perusahaan tersebut menyajikan laporan keuangan mereka, maka diperoleh hasil bahwa penyajian laporan keuangan pada PT.Multisarana Bahteramandiri belum sepenuhnya menerapkan PSAK No.1 dan No.2. 1. Laporan keuangan perusahaan telah disajikan secara wajar posisi keuangan, kinerja keuangan dan arus kas suatu entitas. 2. Dalam catatan atas laporan keuangan, perusahaan tidak menyatakan bahwa perusahaan tersebut telah patuh terhadap Standar Akuntansi Keuangan.
19
3.
4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
11. 12. 13. 14.
15.
16. 17.
18. 19.
20. 21. 22. 23.
24.
Ketika perusahaan menyimpang dari suatu ketentuan dalam suatu PSAK pada periode sebelumnya, dan penyimpangan tersebut berpengaruh terhadap jumlah yang diakui dalam periode berjalan, perusahaan tidak membuat pengungkapan nama PSAK yang telah diterapkan, sifat penyimpangan dan pengaruh keuangan dari penyimpangan untuk masing-masing pos dalam laporan keuangan yang seharusnya dilaporkan dalam ketentuan tersebut. Dalam menyusun laporan keuangan, manajer membuat penilaian tentang kemampuan entitas untuk mempertahankan kelangsungan usaha. Perusahaan menyusun laporan keuangan atas dasar akrual, kecuali laporan arus kas. Perusahaan menyajikan secara terpisah kelompok pos sejenis yang material, pos yang mempunyai sifat atau fungsi berbeda kecuali pos tersebut tidak material. Perusahaan tidak melakukan saling hapus atas aset dan liabilitas, atau pendapatan dan beban, kecuali disyaratkan atau diizinkan oleh suatu PSAK. Perusahaan tidak menyajikan laporan keuangan secara lengkap, karena perusahaan tidak menyajikan laporan perubahan ekuitas. Informasi kuantitatif diungkapkan perusahaan secara komparatif dengan periode sebelumnya untuk seluruh jumlah yang dilaporkan dalam laporan keuangan periode berjalan. Jika perusahaan mengubah penyajian atau pengklasifikasian dalam pos-pos laporan keuangan, maka perusahaan mereklasifikasi jumlah komparatif dengan mengungkapkan sifat reklasifikasi, jumlah masing-masing pos atau gabungan beberapa pos yang direklasifikasi dan alasan reklasifikasi. Jika reklasifikasi jumlah komparatif tidak praktis untuk dilakukan, maka perusahaan mengungkapkan alasan untuk tidak mereklasifikasi yang akan dilakukan jika jumlah tersebut direklasifikasi. Penyajian dan klasifikasi pos-pos dalam laporan keuangan antar periode konsisten. Perusahaan mengidentifikasikan laporan keuangan secara jelas dan membedakannya dari informasi lain dalam publikasi yang sama. Perusahaan mengidentifikasi secara jelas setiap laporan keuangan dan catatan atas laporan keuangan dan menyajikan informasi secara jelas, yakni nama entitas pembuat laporan keuangan, tanggal akhir periode pelaporan dan mata uang pelaporan yang digunakan dalam penyajian laporan keuangan selalu menggunakan mata uang rupiah. Laporan posisi keuangan tidak mencakup aset tetap, properti investasi, aset tidak berwujud, aset keuangan, investasi dengan menggunakan metode ekuitas, persediaan, piutang, kas dan setara kas, aset yang dimiliki untuk dijual, utang dagang, kewajiban diestimasi, liabilitas keuangan, liabilitas dan aset untuk pajak kini, kepentingan non pengendali, serta modal saham. Entitas menyajikan seluruh pos pendapatan dan beban yang diakui dalam suatu periode dalam bentuk suatu laporan laba rugi. Perusahaan tidak menyajikan laporan perubahan ekuitas. Laporan perubahan ekuitas dapat menunjukkan secara terpisah total jumlah yang dapat didistribusikan kepada pemilik entitas induk dan kepada kepentingan non-pengendali, pengaruh penerapan retrospektif atau penyajian kembali. Perusahaan tidak menyajikan jumlah dividen yang diakui sebagai distribusi kepada pemilik selama periode tertentu dan nilai dividen per saham dalam catatan atas laporan keuangan. Catatan atas laporan keuangan tidak menyajikan informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan akuntansi tertentu yang digunakan. Namun, catatan tersebut menyajikan sejumlah informasi tambahan yang tidak disajikan di bagian manapun dalam laporan keuangan. Perusahaan telah melaporkan laporan arus kas selama periode tertentu dan diklasifikasikan menurut aktivitas operasi, investasi dan pendanaan. Perusahaan tidak mengungkapkan metode apa yang digunkan dalam melaporkan arus kas dari aktivitas operasi. Perusahaan melaporkan secara terpisah kelompok utama penerimaan kas bruto dan pengeluaran kas bruto yang berasal dari aktivitas investasi dan pendanaan. Arus kas yang berasal dari transaksi mata uang asing telah dibukukan dalam mata uang fungsional perusahaan dengan mengalikan jumlah mata uang asing dengan nilai tukar mata uang fungsional dengan mata uang asing pada tanggal transaksi arus kas, yakni mata uang rupiah. Arus kas dari bunga dan dividen yang diterima dan dibayarkan, diungkapkan secara terpisah. Masingmasing diklasifikasi secara konsisten antar periode sebagai salah satu dari aktivitas operasi, investasi atau pendanaan.
20
25.
Arus kas yang berkaitan dengan pajak penghasilan diungkapkan secara terpisah dan diklasifikasi sebagai arus kas dari aktivitas operasi kecuali jika secara spesifik dapat diidentifikasikan sebagai aktivitas pendanaan dan investasi. 26. Perusahaan mengungkapkan komponen kas dan setara kas serta menyajikan rekonsiliasi jumlah tersebut dalam laporan arus kas dengan pos yang sama yang disajikan dalam laporan posisi keuangan. 27. Perusahaan mengungkapkaan jumlah saldo perubahan kas dan setara kas pada laporan arus kas. Dari beberapa indikator tersebut, ada beberapa hal yang belum sesuai dengan standar akuntansi keuangan yang berlaku. PT.Multisarana Bahteramandiri ini belum sepenuhnya menerapkan PSAK No.1 dan No.2 pada penyajian laporan keuangan mereka. Pembahasan Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan berdasarkan PSAK No.1 (Revisi 2009) meliputi Aset, liabilitas, ekuitas, pendapatan dan beban, kontribusi dari pemilik dan distribusi kepada pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik, sedangkan pada PSAK No.1 (Revisi 1998) informasi yang disajikan dalam laporan keuangan meliputi aset, kewajiban, ekuitas, pendapatan dan beban, serta arus kas. Komponen laporan keuangan PSAK No.1 (Revisi 2009) terdiri dari laporan posisi keuangan, laporan laba rugi komprehensif, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas, catatan atas laporan keuangan, serta menyajikan laporan posisi keuangan awal periode komparatif, penyajian kembali atau reklasifikasi pos-pos laporan keuangan, sedangkan PSAK No.1 (Revisi 1998) tidak diatur penyajian laporan posisi keuangan awal periode komparatif. Perusahaan tidak membuat pernyataan tentang kepatuhan terhadap SAK dalam catatan atas laporan keuangannya. Pernyataan yang berbunyi “Laporan keuangan konsolidasian telah disusun sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) di Indonesia yang mencakup pernyataan dan interpretasi yang dikeluarkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia (DSAK) dan peraturan-peraturan serta pedoman penyajian dan pengungkapan laporan keuangan yang diterbitkan oleh Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (BAPEPAM-LK). Sedangkan pada PSAK No.1 (Revisi 1998) berbunyi “Laporan keuangan konsolidasian telah disusun sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia (PSAK). Ketika perusahaan menyimpang dari suatu ketentuan dalam suatu PSAK pada periode sebelumnya dan penyimpangan tersebut berpengaruh terhadap jumlah yang diakui dalam periode berjalan, maka perusahaan diharuskan membuat pengungkapan nama PSAK yang tidak diterapkan, sifat penyimpangan, dan pengaruh keuangan dari penyimpangan untuk masing-masing pos dalam laporan keuangan yang seharusnya diterapkan sesuai dengan ketentuan tersebut. Namun, Perusahaan ini tidak mebuat pengungkapan PSAK yang diterapkan dan tidak diterapkan. Tidak ada pernyataan dalam catatan atas laporan keuangan. “PSAK No.1 (Revisi 2009) mengatur penyajian laporan keuangan, baik tujuan pelaporan, komponen laporan keuangan, penyajian secara wajar, materialitas dan agregasi, dan penyimpangan dari standar akuntansi keuangan”. Sedangkan pada PSAK No.1 (Revisi 1998) penyimpangan dari suatu PSAK tidak diatur. Dalam menyusun laporan keuangan, manajemen membuat penilaian tentang kemampuan entitas untuk mempertahankan kelaangsungan usaha. Manajemen memiliki penilaian khusus tentang kemampuan entitas untuk continuitas usaha. Namun, tidak dibuktikan dengan pernyataan “Kelompok usaha mengestimasi masa manfaat dari aset tetap berdasarkan utilisasi dari aset yang diharapkan dapat didukung dengan rencana dan strategi usaha yang juga mempertimbangkan perkembangan teknologi dimasa depan dan perilaku pasar”. Pernyataan mengenai kelangsungan usaha ini juga tidak dinyatakan dalam laporan auditor independen. Perusahaan menyusun laporan keuangan atas dasar akrual, kecuali laporan arus kas. Namun, tidak dibuktikan dalam pernyataan “Laporan keuangan konsolidasian disusun berdasarkan asas akrual dengan menggunakan konsep biaya historis, kecuali untuk persediaan yang dinilai berdasarkan nilai terendah antara biaya perolehan atau nilai realisasi netto, penyertaan saham tertentu yang dicatat dengan metode ekuitas, dan instrument keuangan tertentu yang dicatat berdasarkan biaya perolehan yang diamortisasi”. Perusahaan menyajikan secara terpisah kelompok pos sejenis yang material, pos yang mempunyai sifat atau fungsi berbeda, kecuali pos tersebut tidak material. Perusahaan tidak menyajikan laporan keuangan secara lengkap, karena tidak menyajikan laporan perubahan ekuitas. Informasi kuantitatif diungkapkan secara komparatif dengan periode sebelumnya untuk seluruh jumlah yang dilaporkan dalam laporan keuangan periode berjalan. Ketika perusahaan mengubah penyajian atau pengklasifikasian pos-pos dalam laporan keuangan, maka perusahaan mereklsifikasi jumlah komparatif dengan mengungkapkan sifat reklasifikasi, jumlah masing-masing pos atau gabungan beberapa pos yang direklasifikasi dan alasan reklasifikasi. Hal ini bisa dilihat dalam catatan. 21
Dalam hal identifikasi laporan keuangan, perusahaan mengidentifikasi laporan keuangan secara jelas dan membedakannya dari informasi lain. Perusahaan secara jelas menyajikan informasi nama perusahaan pembuat laporan keuangan, tanggal akhir periode pelaporan, serta jenis laporan keuangan. Laporan posisi keuangan belum mencakup aset tetap, properti investasi, aset tidak berwujud, aset keuangan, investasi dengan menggunakan metode ekuitas, persediaan, piutang dagang dan pouting lainnya, kas dan setara kas, aset yang dimiliki untuk dijual, utang dagang, kewajiban diestimasi, liabililitas keuangan, liabilitas dan aset untuk pajak kini, kepentingan non pengendali, serta modal saham. Perusahaan hanya menyajikan laporan laba rugi, yang berisi pendapatan dan beban yang dikeluarkan selama periode tertentu. Pada PSAK No.1 (Revisi 2009), pos-pos yang minimal harus disajikan dalam laporan laba rugi komprehensif, yakni beban keuangan, keuntungan atau kerugian dari operasi yang dihentikan, bagian pendapatan komprehensif lain dari entitas asosiasi dan joint ventures yang menggunakan metode ekuitas. Perusahaan menyajikan seluruh pos pendapatan dan beban yang diakui dalam satu periode dalam bentuk satu laporan laba rugi komprehensif. Sedangkan pada PSAK No.1 (Revisi 1998) tidak termasuk pos-pos minimal yang harus disajikan dalam laporan laba rugi komprehensif. Perusahaan tidak menyajikan laporan perubahan ekuitas. Seharusnya, laporan perubahan ekuitas sudah menunjukkan total laba rugi komprehensif selama suatu periode yang menunjukkan secara terpisah total jumlah yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk dan kepentingan non pengendali, pengaruh penerapan retrospektif atau penyajian kembali. Dalam PSAK No.1 (Revisi 2009) istilah yang digunakan untuk hak minoritas diganti menjadi hak non pengendali disajikan dalam ekuitas, dan dalam laporan laba rugi serta laporan laba rugi komprehensif, laba netto dialokasikan ke pemilik ekuitas induk dan hak non pengendali. Sedangkan pada PSAK No.1 (Revisi 1998) istilah yang digunakan adalah hak minoritas. Dalam laporan posisi keuangan, hak minoritas disajikan secara terpisah antara liabilitas dan ekuitas, hak minoritas atas laba atau rugi disajikan sebagai pengurang laba netto. Perusahaan tidak menyajikan jumlah dividen yang diakui sebagai distribusi kepada pemilik selama periode tertentu, dan nilai dividen per saham dalam catatan atas laporan keuangan. Perusahaan juga tidak menyajikan informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan akuntansi tertentu yang digunakan dan pengungkapan secara eksplisit mengenai pertimbangan yang telah dibuat manajemen dalam penerapan kebijakan akuntansi, sumber estimasi ketidakpastian, dan permodalan sesuai PSAK No.1 (Revisi 2009). Pada PSAK No.1 (Revisi 1998) pengungkapan secara eksplisit tidak diatur didalamnya, namun pernyataan yang mengatur mengenai dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan akuntansi tertentu yang digunakan diatur didalamnya. PSAK No.2 tidak mempunyai dampak yang signifikan dalam mempengaruhi penyusunan laporan arus kas perusahaan. Dalam hal penyajian laporan arus kas, perusahaan sudah melaporkan arus kas selama periode satu tahun dan perusahaan sudah mengklasifikasikan kegiatan pendanaannya ke dalam tiga aktivitas, yakni aktivitas operasi, aktivitas investasi, dan aktivitas pendanaan. Perusahaan tidak memberikan informasi mengenai metode yang digunakan dalam melaporkan arus kas dari aktivitas operasi. Apakah metode langsung ataupun tidak langsung. Tidak ada pernyataan dalam catatan perusahaan, yang berbunyi “Laporan arus kas disusun dengan menggunakan metode langsung atau metode tidak langsung, menyajikan penerimaan dan pengeluaran kas dan setara kas yang diklasifikasikan ke dalam aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan”. Perusahaan juga melaporkan secara terpisah kelompok utama penerimaan kas bruto dan pengeluaran kas bruto, yang berasal dari aktivitas investasi dan pendanaan. Setiap perusahaan di dalam kelompok usaha menetapkan mata uang fungsional sendiri dan transaksi-transaksi dalam laporan keuangan dari setiap entitas diukur berdasarkan mata uang fungsional tersebut. Mata uang asing telah dibukukan dalam mata uang fungsional perusahaan, yakni rupiah. Arus kas dari bunga dan dividen yang diterima dan dibayarkan, entitas sudah mengungkapkannya secara terpisah. Masing-masing diklasifikasi ke dalam aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan secara konsisten. Arus kas yang berkaitan dengan pajak penghasilan diungkapkan secara terpisah dan diklasifikasikan sebagai arus kas dari aktivitas operasi. Perusahaan juga telah mengungkapkan komponen kas dan setara kas serta menyajikan rekonsiliasi jumlah tersebut dalam laporan arus kas dengan pos yang sama yang disajikan dalam laporan posisi keuangan.
22
PENUTUP Kesimpulan Penelitian ini dilakukan nuntuk mengetahui apakah laporan Keuangan PT.Multisarana Bahteramandiri telah patuh dan sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.1 dan No.2 atau tidak. Berdasarkan pendahuluan, kajian teori dan analisis data serta pembahasan yang telah dilakukan pada bab terdahulu, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut. 1. PT.Multisarana Bahteramandiri hanya menyajikan beberapa laporan keuangan, yakni Balance Sheet, Income Statement, Cash Flow, dan beberapa catatan yang ditambahkan oleh pihak perusahaan. 2. Penyajian laporan keuangan PT.Multisarana Bahteramandiri belum sepenuhnya menerapkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.1 dan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No 2. 3. Terdapat beberapa perbedaan antara pernyataan standar akuntansi keuangan No.1 (Revisi 2009) dengan pernyataan standar akuntansi keuangan No.1 (Revisi 1998) yaitu dalam hal pendefinisian istilah, dan komponen laporan keuangan. Dan dalam PSAK No.1 (Revisi 2009) diatu rmengenai pertimbangan yang dibuat oleh manajemen dalam penerapan kebijakan akuntansi, sumber estimasi ketidakpastian dan permodalan sedangkan pada PSAK No.1 (Revisi 1998) pengungkapan seperti ini tidak diatur di dalamnya. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan, maka dapat diberikan beberapa saran sebagai berikut. 1. Untuk penelitian selanjutnya, sebaiknya mengambil sampel beberapa perusahaan terbuka di Indonesia dan menambah periode waktu penelitian. Hal ini dikarenakan hasil penelitian dapat digunakan secara umum dan akurat. 2. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan penelitian ini dengan mengganti atau menambahkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan revisi terbaru. 3. Untuk penyajian laporan keuangan tahun selanjutnya, diharapkan PT.MultisaranaBahteramandiri dapat menyajiikan semua jenis laporan keuangan dan dapat menerapkan standar akuntansi keuangan sepenuhnya agar laporan keuangan yang dihasilkan efektif dan bermanfaat bagi semua pihak. 5. Beberapa praktik akuntansi yang sudah sesuai dengan PSAK No.1dan No.2 diharapkan terus konsisten untuk diterapkan supaya informasi yang dihasilkan memiliki daya banding yang tinggi. DAFTAR PUSTAKA Harrison, Walter T. 2011. Akuntansi Jilid Satu. Edisi Tujuh.Erlangga. Jakarta Harahap, Sofyan Syafri. 2010. Analisis Laporan Keuangan. Edisi Kelima. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta Ikatan Akuntan Indonesia. 2012. Standar Akuntansi Keuangan. Salemba Empat. Jakarta. Imam, Anisarah. 2013. Analisis Survei Penerapan SAK IFRS untuk PSAK No.1 dan 2. Skripsi. Universitas Negeri Padang. Padang. http://ejournal.unp.ac.id/students/index.php/akt/article/viewFile/701/458. Diakses 2 September 2013. Juan, Ng Eng. 2012. Panduan praktis Standar Akuntansi Keuangan. Edisi Kedua. Salemba Empat. . Jakarta Kasmir. 2011. Analisis Laporan Keuangan. Edisi Keempat. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta Nurdita, Raflesia. 2012. Analisis Penerapan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) pada koperasi yang ada di kota Dumai. Skripsi. UPI “YPTK” Padang. Padang. http://repository.unri.ac.id/bitstream/123456789/3210/1/jurnal%20pdf.pdf. Diakses 2 September 2013 Prihadi, Toto. 2011. Praktis memahami Laporan Keuangan. PP Manajemen. Jakarta Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Bisnis. Alfabeta. Jakarta Tanjung, Titin. 2013. Analisis Penerapan PSAK No.1 tentang penyajian laporan keuangan pada PT.PLN (Persero) Area Padang. Skripsi. UPI “YPTK” Padang. Padang. http://www.upiyptk.ac.id/ejournal/File_Jurnal/Jurnal%20baru.pdf Diakses 2 September 2013
23
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR KEUANGAN YANG MEMPENGARUHI KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI Rima D. Mangundap Herman Karamoy Stanly Alexander Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Jurusan Akuntansi Universitas Sam Ratulangi Manado email :
[email protected]
ABSTRAK Perusahaan sebagai salah satu bentuk organisasi pada umumnya memiliki tujuan tertentu yang ingin dicapai dalam usaha untuk memenuhi kepentingan para anggotanya. Keberhasilan dalam mencapai tujuan perusahaan merupakan prestasi manajemen. Penilaian prestasi atau kinerja suatu perusahaan diukur karena dapat dipakai sebagai dasar pengambilan keputusan baik pihak internal maupun eksternal.Tujuan diadakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui Apakah struktur aktiva, rasio hutang, dan struktur modal berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan baik secara simultan maupun parsial. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah persamaan regresi linier berganda.Dalam pengujian secara simultan diperoleh hasil bahwa faktor-faktor keuangan memiliki pengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan. Hal ini ditunjukan oleh nilai F hitung lebih besar dari nilai F tabel serta nilai signifikan lebih kecil dari ukuran signifikan. Selanjutnya pada pengujian secara parsial dari ketiga variable yang diuji hanya struktur modal yang memiliki pengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan. Kata kunci : kinerja keuangan,aktiva, kewajiban dan modal ABSTRACT Companies as a form of organization in general has a specific goal to be achieved in an effort to meet the interests of its members. Success in achieving the company's goal is performance management. Performance appraisal or performance of a company is measured because it can be used as the basis for decision making both internally and eksternal.Tujuan of this study was to determine Is asset structure, debt ratios, and capital structure affect the financial performance of companies either simultaneously or partially. The method used in this study is the linear regression equation berganda.Dalam simultaneous testing result that financial factors have a significant influence on the financial performance of the company. This is evidenced by calculated F value is greater than the value of F table and significant values significantly smaller than the size. Subsequently the partial test of the three variables tested only a capital structure that has a significant influence on the financial performance of the company. Keywords :financial performance, assets, obligation and capital
24
PENDAHULUAN Latar Belakang Kondisi dunia yang tidak menentu seperti terjadinya global warming, kemiskinan yang semakin meningkat, memburuknya kesehatan masyarakat serta tuntutan sosial kepada perusahaan, memicu perusahaan dalam mengungkapkan tanggungjawab sosial (sosial responsibility) perusahaan pada seluruh stakeholder yang terdiri dari karyawan, investor, pemerintah, masyarakat, konsumen dan pemasok, serta kelangsungan generasi penerus,karena itu muncul pula kesadaran untuk mengurangi dampak negatif ini dengan menggunakan pendekatan tanggungjawab sosial dan lingkungan atau dikenal dengan sebutan Corporate Social Responsibility (CSR), perusahaan tidak hanya mendapatkan keuntungan ekonomi, keuntungan sosial, tetapi keberlangsungan usaha tersebut dapat berlangsung dengan baik dan secara tidak langsung akan mencegah konflik yang merugikan dan meningkatkan kualitas masyarakat sekitar (termasuk karyawan, pemasok dan pelanggan) serta lingkungan yang menjadi pemangku kepentingan atau stakeholder. Contoh bentuk tanggungjawab itu bermacam-macam, mulai dari melakukan kegiatan yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan perbaikan lingkungan, pemberian beasiswa untuk anak tidak mampu, pemberian dana untuk pemeliharaan fasilitas umum, sumbangan untuk desa/fasilitas masyarakat yang bersifat sosial dan berguna untuk masyarakat banyak, khususnya masyarakat yang berada di sekitar perusahaan tersebut beroperasi. Perusahaan sebagai salah satu bentuk organisasi pada umumnya memiliki tujuan tertentu yang ingin dicapai dalam usaha untuk memenuhi kepentingan para anggotanya. Suatu perusahaan yang berkembang dan cenderung menguasai pasar tentunya dituntut untuk senantiasa meningkatkan laba perusahaan dan pelayanan produksinya dengan sistem manajemen dan marketingnya, sehingga tetap mampu dan bertahan dalam persaingan global ekonomi dan bisnis baik lokal maupun internasional. Kinerja perusahaan merupakan suatu gambaran tentang kondisi keuangan suatu perusahaan yang dianalisis dengan alat-alat analisis keuangan, sehingga dapat diketahui mengenai baik buruknya keadaan keuangan suatu perusahaan yang mencerminkan prestasi kerja dalam periode tertentu. Hal ini sangat penting agar sumber daya digunakan secara optimal dalam menghadapi perubahan lingkungan. Penilaian kinerja keuangan merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan oleh pihak manajemen agar dapat memenuhi kewajibannya terhadap para penyandang dana dan juga untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Apalagi tidak dapat dipungkiri bahwa kemungkinan setiap perusahaan akan dilanda krisis moneter akibat dampak krisis moneter negara atau dunia menyebabkan perekonomian masyarakat mengalami keterpurukan. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian adalah : 1. Untuk mengetahui pengaruh struktur aktiva, rasio hutang dan struktur modal terhadap kinerja keuangan perusahaan. 2. Untuk mengetahui pengaruh struktur aktiva, rasio hutang dan struktur modal secara parsial berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan.
TINJAUAN PUSTAKA Konsep Akuntansi Maulani (2010) menyatakan bahwa akuntansi adalah suatu proses mencatat, mengklasifikasi, meringkas, mengolah dan menyajikan data, transaksi serta kejadian yang berhubungan dengan keuangan sehingga dapat digunakan oleh orang yang menggunakannya dengan mudah dimengerti untuk pengambilan suatu keputusan serta tujuan lainnya. Proses untuk mencatat, mengklasifikasi, meringkas, mengolah, dan menyajikan setiap transaksi diatur di dalam standar akuntansi yang berbeda di setiap negara. Akuntansi digunakan di hampir seluruh kegiatan bisnis di seluruh dunia untuk mengambil keputusan sehingga disebut sebagai bahasa bisnis. Fungsi utama akuntansi adalah sebagai informasi keuangan suatu organisasi karena dari laporan akuntansi kita bisa melihat posisi keuangan suatu organisasi beserta perubahan yang terjadi di dalamnya. Akuntansi dibuat secara kualitatif dengan satuan 25
ukuran uang. Informasi mengenai keuangan sangat dibutuhkan khususnya oleh pihak manajer/manajemen untuk membantu membuat keputusan suatu organisasi. Informasi keuangan yang akan membantu membuat keputusan berupa laporan keuangan. Horngren dan Harrison (2007), mendefinisikan akuntansi adalah sistem informasi yang mengukur aktivitas bisnis, memproses data menjadi laporan dan mengkomunikasikan hasilnya kepada para pengambil keputusan. Peranan Akuntansi dalam Penyediaan Informasi Informasi akuntansi adalah data transaksi keuangan untuk suatu periode tertentu yang diikhtisarkan dalam bentuk laporan keuangan (financial statement). Pihak-pihak yang berkepentingan terhadap informasi akuntansi serta kegunaannya bagi pihak bersangkutan tersebut antara lain : 1. Pimpinan perusahaan 2. Pemilik perusahaan 3. Kreditor dan calon kreditor 4. Investor dan calon investor 5. Instansi pemerintah 6. Karyawan Konsep Laporan Keuangan Secara umum laporan keuangan adalah catatan informasi keuangan suatu perusahaan pada suatu periode akuntansi yang dapat digunakan untuk menggambarkan kinerja perusahaan tersebut. Laporan keuangan dibuat dengan maksud memberikan gambaran kemajuan (progress report) perusahaan secara periodik. Jadi laporan keuangan bersifat historis serta menyeluruh dan sebagai suatu progress report. Laporan keuangan terdiri dari data-data yang merupakan hasil dari kombinasi antara fakta yang telah dicatat, prinsip-prinsip dan kebiasaan-kebiasaan dalam akutansi serta pendapat pribadi. Fakta-fakta yang telah dicatat, laporan keuangan dibuat berdasarkan fakta dari catatan akutansi, pencatatan dari pospos ini merupakan catatan historis dari peristiwa yang telah terjadi dimasa lampau dan jumlah uang yang tercatat dinyatakan dalam harga pada waktu terjadinya peristiwa tersebut. Dengan sifat yang demikian maka laporan keuangan tidak dapat mencerminkan posisi keuangan dari suatu perusahaan dalam kondisi perekonomian paling akhir. Prinsip dan kebiasaan di dalam akutansi, data yang dicatat didasarkan pada prosedur maupun anggapan-anggapan tertentu yang merupakan prinsip-prinsip akutansi yang lazim, di dalam akutansi juga digunakan prinsip atau anggapan-anggapan yang melengkapi konvensi-konvensi atau kebiasaan yang digunakan antara lain : bahwa perusahaan akan tetap berjalan sebagai suatu yang going concern, konsep ini menganggap bahwa perusahaan akan berjalan terus, konsekwensinya bahwa jumlahjumlah yang tercantum dalam laporan merupakan nilai-nilai untuk perusahaan yang masih berjalan yang didasarkan pada nilai atau harga pada terjadinya peristiwa itu. Jadi jumlah uang yang tercantum dalam laporan bukanlah nilai realisasi jika aktiva tersebut dijual. Konsep Kinerja Dan Kinerja Keuangan Kamus Besar Bahasa Indonesia menyebutkan Kinerja adalah sesuatu yang dicapai, prestasi yang diperlihatkan, kemampuan kerja (tentang peralatan). Keuangan adalah seluk-beluk uang, urusan uang, keadaan uang. Perusahaan adalah kegiatan (pekerjaan dan sebagainya) yang diselenggarakan dengan peralatan atau dengan cara teratur dengan tujuan mencari keuntungan (dengan menghasilkan sesuatu, mengolah atau membuat barang-barang, berdagang, memberikan jasa, dan sebagainya), organisasi berbadan hukum yg mengadakan transaksi atau usaha. Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa Kinerja keuangan perusahaan adalah sesuatu yang dicapai/prestasi yang diperlihatkan mengenai keadaan keuangan oleh organisasi berbadan hukum yang mengadakan transaksi atau usaha. Kinerja perusahaan adalah suatu tampilan tentang kondisi financial perusahaan selama periode waktu tertentu. Untuk mengukur keberhasilan suatu perusahaan pada umumnya berfokus pada laporan keuangan disamping data-data non keuangan lain yang bersifat sabagai penunjang yang diukur dari laporan keuangan yang dikeluarkan secara periodik. 26
Penilaian kinerja menurut Setyasih (2009) adalah penentuan efektivitas operasional, organisasi, dan karyawan berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya secara periodik. Ada dua macam kinerja, yakni kinerja opeasional dan kinerja keuangan. Kinerja operasional lebih ditekankan pada kepentingan internal perusahaan seperti kinerja cabang/divisi yang diukur dengan kecepatan dan kedisiplinan. Sedangkan kinerja keuangan lebih kepada evaluasi laporan keuangan perusahaan pada waktu dan jangka tertentu. Kinerja keuangan perusahaan dapat diukur dengan menggunakan analisis rasio keuangan untuk mengetahui keunggulan dari kekuatan perusahaan secara simultan dan mengoreksi kelemahan perusahaan. Dengan hal ini diharapakan menunjukkan hubungan suatu laporan keuangan finansial baik berupa neraca dan atau laporan laba rugi. Lebih lanjut, adapun rasio keuangan yang umum digunakan dalam pengukuran kinerja perusahaan adalah rasio leverage, rasio likuiditas, rasio aktivitas, dan rasio profitabilitas. Pengukuran kinerja dapat digunakan untuk menekan perilaku yang tidak semestinya dan untuk merangsang serta menegakkan perilaku yang semestinya diinginkan, melalui umpan balik hasil kinerja pada waktunya serta pemberian penghargaan, baik yang bersifat intrinsik maupun ekstrinsik. Melalui pengukuran kinerja, manajemen puncak dapat memperoleh dasar yang obyektif untuk memberikan kompensasi sesuai dengan prestasi yang disumbangkan masing-masing pusat pertanggungjawaban kepada perusahaan secara keseluruhan. Semua ini diharapkan dapat memberikan motivasi dan rangsangan pada masing-masing bagian untuk bekerja lebih efektif dan efisien.secara umum t ujuan pokok kinerja adalah untuk memotivasi karyawan dalam pencapaian sasaran organisasi dan dalam mematuhi standar perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya, agar membuahkan hasil dan tindakan yang sesuai dengan tujuan organisasi. Laporan Keuangan Sebagai Alat Penilaian Kinerja Perusahaan Munawir (2010:5), pada umumnya laporan keuangan itu terdiri dari neraca dan perhitungan labarugi serta laporan perubahan ekuitas. Neraca menunjukkan/menggambarkan jumlah aset, kewajiban dan ekuitas dari suatu perusahaan pada tanggal tertentu. Kasmir (2008:7) berpendapat bahwa: Laporan keuangan adalah laporan yang menunjukkan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam suatu periode tertentu. Sedangkan perhitungan (laporan) laba-rugi memperlihatkan hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan serta beban yang terjadi selama periode tertentu, dan laporan perubahan ekuitas menunjukkan sumber dan penggunaan atau alasan-alasan yang menyebabkan perubahan ekuitas perusahaan. Adapun definisi dari Sutrisno (2007 : 9) laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi yang meliputi dua laporan utama, yakni (1) Neraca dan (2) Laporan Laba-Rugi. Sedangkan Harahap (2009:105), laporan keuangan menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu. Adapun jenis laporan keuangan yang lazim dikenal adalah neraca, laporan laba-rugi atau hasil usaha, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas, laporan posisi keuangan. Kieso dan Weygandt, (2007 : 5) yang dialih bahasakan oleh Herman Wibowo menyebutkan tentang jenis-jenis laporan keuangan adalah sebagai berikut : “Laporan keuangan yang sering disajikan adalah neraca, laporan laba/rugi, laporan arus kas, laporan ekuitas pemilik atau pemegang saham”. Laporan keuangan merupakan gambaran dari suatu perusahaan pada waktu tertentu (biasanya ditunjukkan dalam periode atau siklus akuntansi), yang menunjukkan kondisi keuangan yang telah dicapai suatu perusahaan dalam periode tertentu. Dengan kata lain, laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan, yaitu merupakan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara seperti, misalnya sebagai laporan arus kas atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan.
27
Penelitian Terdahulu Tabel 1. Penelitian Terdahulu Nama Peneliti/ Tahun Noor/ 2011
Judul
Tujuan
Metode Penelitian
Hasil Penelitian
Persamaan
Perbedaan
Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan telekomunikasi go public di Bursa Efek Indonesia
kuantitatif
Sistem kinerja keuangan perusahaan telekomunikasi yang go public dikatakan efektif
Penelitian sebelumnya menggunakan penelitian terhadap faktor yang sama yaitu kinerja keuangan perusahaan
Peneliti sebelumnya Dilakukan pada perusahaan telekomunikasi yang go public di Bursa Efek Indonesia
Efandiana/ 2011
Analisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kinerja intellectual capital pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI
Untuk mengukur sejauh mana efektifitas operasi perusahaan dalam pencapaian tujuannya dan menilai kinerja perusahaan dalam menggunakan laporan keuangan perusahaan yang diperbandingkan, termasuk data tentang penambahanpenambahan yang terjadi dalam jumlah rupiah, presentasi dan tren_nya Untuk menguji pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Bopo (Biaya Operasional/ Pendapatan Operasional bopo), Loan to Deposit Ratio (LDR), dan Net Interest Margin (NIM) terhadap Return On Assets (ROA)
Kuantitatif
Variabel NIM, LDR, NPL dan BOPO memberikan pengaruh terbesar terhadap Return On Assets (ROA).
Penelitian sebelumnya menggunakan tempat yang sama yaitu Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Penelitian sebelumnya menggunakan faktor kinerja intellectual capital.
METODOLOGI PENELITIAN Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Penelitian ini menggambarkan data yang diperoleh dan menganalisis data yang ada. Data kuantitatif, merupakan data yang disajikan dalam bentuk skala numeric (angka). Dalam melaksankan analisis dan pembahasan terhadap masalah dalam penelitian
28
ini menggunakan data kuantitatif berupa laporan keuangan perusahaan manufaktur yang diambil dari Bursa Efek Indonesia(BEI). Sumber Data Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, dimana laporan keuangan perusahaan publik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2007-2009 dapat diakses lewat www.idx.co.id ataupun diperoleh di Bursa Efek Indonesia cabang Manado. Selain itu penulis juga memperoleh tambahan data dari jurnal dan literatur lain. Teknik Pengumpulan Data Untuk memperoleh data yang berhubungan dengan penelitian ini maka penulis menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut. 1. Pengumpulan informasi dengan mencari buku-buku diperpustakaan yang berhubungan erat dengan masalah yang akan dibahas atau diteliti untuk digunakan sebagai dasar teori yang melengkapi proses penyusunan skripsi ini; 2. Media elektronik, yaitu dengan mengakses data lewat internet untuk melengkapi data yang dibutuhkan. 3. Pengambilan data secara langsung di Bursa Efek Indonesia cabang Manado.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian 1. Deskripsi Populasi dan Sampel Penelitian Jumlah populasi perusahaan publik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode pengamatan 2007-2009 adalah 295 perusahaan yang terbagi dalam 12 kelompok usaha, yang dapat dilihat pada tabel 2. Table 2. Jumlah Perusahaan Publik di BEI Tahun 2007-2009 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Jenis Usaha Agryculture forestry and fishing Animal food and hubandary Mining and mining service Consruction Manufacturing Transportation service Telecomunications Wholesale and retail trade Banking, credit agencies othe than bank, securities insurances and real estate Hotel and travel services Holding and other investment companies Others Total Perusahaan
Jumlah Perusahaan 4 5 8 2 129 10 5 16 89 6 3 18 295
Sumber: Indonesian Capital Market Directory 2006-2009 Selanjutnya, dari berbagai jenis bidang usaha yang terdaftar di BEI maka ditentukan bidang usaha yang akan dijadikan objek penelitian adalah bidang usaha manufaktur yang terdiri dari 129 perusahaan yang dapat kita lihat pada table 3.
29
Table 3. Jumlah Perusahaan Manufaktur di BEI tahun 2006-2009 No.
Jenis Usaha
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19.
Food and Beverages Tobacco Manufacturers Textile Mill Products Apparel and Other Textile Products Lumber and Wood Products Paper and Allied Products Chemical and Allied Products Adhesive Plastic and Glass Products Cement Metal and Allied Products Fabricated Metal Stone, Clay, Glass and Concrete Products Cables Electronic and Office Equipment Automotive and Allied Products Photographic Equipment Pharmaceuticals Consumer Goods Total Perusahaan
Jumlah Perusahaan 17 3 8 11 3 5 8 4 14 3 11 2 5 6 3 18 3 9 3 136
Sumber: Indonesian Capital Market Directory 2006-2009 Dari populasi yang tunjukkan tabel 3 dalam penelitian ini, sampel dipilih dengan metode purposive sampling yang mana perusahaan terpilih adalah perusahaan yang memenuhi criteria yang tetapkan dari segi periode pelaporan. Berdasarkan proses seleksi ditetapkan sebanyak 20 perusahaan manufaktur yang akan dijadikan sampel dengan periode pengamatan 3 tahun. 20 perusahaan yang terpilih menjadi sampel penelitian tersebut dipaparkan pada tabel 4. Tabel 4. Daftar Perusahaan Manufaktur Terpilih NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
KODE ADES ULTJ SKLT MYOR KAEF FAST DAVO CEKA CLPI INTP EKAD HDTX KLBF MRAT HEXA TIRA TLBA PSDN SMGR STTP
NAMA PERUSAHAAN PT. ADES WATER INDONESIA, Tbk PT. ULTRA JAYA MILK, Tbk PT. SEKAR LAUT, Tbk PT. MAYORA INDAH, Tbk PT. KIMIA FARMA, Tbk PT. FAST FOOD, Tbk PT. DAVO MAS ABADI, Tbk CAHAYA KALBAR, Tbk PT. COLOR PACK INDONESIA, Tbk INDOCEMENT TUNGGAL PERKASA, Tbk EKADHARMA INTERNASIONAL, Tbk PANASIA INDOSYTEC, Tbk KALBE FARMA, Tbk MUSTIKA RATU, Tbk HEXINDO ADIPERKASA, Tbk TIRA AUSTENITE, Tbk TUNAS BARU LAMPUNG, Tbk PRASIDHA ANEKA NIAGA, Tbk SEMEN GRESIK (PERSERO), Tbk SIANTAR TOP, Tbk
30
Pembahasan 1. Pengaruh Struktur Aktiva terhadap kinerja keuangan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Berdasarkan hasil pengujian, secara keseluruhan diperoleh koefisien regresi struktur aktiva yang menunjukkan tanda negatif. Ini berarti peningkatan nilai struktur aktiva tidak akan mendorong peningkatan kinerja keuangan. Begitu pula sebaliknya, penurunan nilai struktur aktiva tidak akan mendorong penurunan kinerja keuangan. Berdasarkan hasil uji t menunjukkan bahwa bahwa nilai signifikansi t-hitung lebih besar dibandingkan 0,05. Dengan demikian, pengaruh struktur aktiva terhadap kinerja keuangan adalah tidak signifikan secara statistik. Pengujian koefisien dan berdasarkan hasil uji t ini secara keseluruhan menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh signifikan antara laba akuntansi terhadap kinerja keuangan. Dengan demikian hipotesis pertama yang menyatakan bahwa strukur aktiva mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja keuangan tidak terbukti. 2. Pengaruh Rasio Hutang terhadap kinerja keuangan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Berdasarkan hasil pengujian, secara keseluruhan diperoleh koefisien regresi rasio hutang yang menunjukkan tanda negatif, ini berarti peningkatan nilai rasio hutang tidak akan mendorong peningkatan kinerja keuangan. Begitu pula sebaliknya, penurunan nilai rasio hutang tidak akan mendorong penurunan kinerja keuangan. Berdasarkan hasil uji t menunjukkan bahwa bahwa nilai signifikansi t-hitung lebih besar dibandingkan 0,05. Dengan demikian, pengaruh rasio hutang terhadap kinerja keuangan adalah tidak signifikan secara statistik. Pengujian koefisien dan berdasarkan hasil uji t ini secara keseluruhan menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh dengan arah positif dan signifikan antara rasio hutang terhadap kinerja keuangan. Dengan demikian hipotesis kedua yang menyatakan bahwa rasio hutang mempunyai pengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan tidak terbukti. 3. Pengaruh Struktur Modal terhadap kinerja keuangan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Berdasarkan hasil pengujian, secara keseluruhan diperoleh koefisien regresi struktur modal yang menunjukkan tanda positif, ini berarti peningkatan nilai struktur modal akan mendorong peningkatan kinerja keuangan. Begitu pula sebaliknya, penurunan nilai struktur modal akan mendorong penurunan kinerja keuangan. Berdasarkan hasil uji t menunjukkan bahwa bahwa nilai signifikansi t-hitung lebih kecil dibandingkan 0,05. Dengan demikian, secara statistik struktur modal mempunyai pengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan. Pengujian koefisien dan berdasarkan hasil uji t ini secara keseluruhan menunjukkan bahwa terdapat pengaruh dengan arah positif dan signifikan antara struktur modal terhadap kinerja keuangan. Dengan demikian hipotesis ketiga yang menyatakan bahwa rasio struktur modal mempunyai pengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan terbukti. 4. Pengaruh Struktur Aktiva, Rasio Hutang dan Struktur Modal terhadap kinerja keuangan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Berdasarkan hasil analisis data program SPSS yang dilihat dari Uji F, menunjukkan bahwa struktur aktiva, rasio hutang dan struktur modal secara bersama-sama mempunyai pengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan. PENUTUP Kesimpulan Penelitian ini bertujuan mengetahui faktor-faktor keuangan yang mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek indonesia. Berdasarkan hasil pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai Berikut : 1. Dalam pengujian secara parsial koefisien regresi struktur aktiva menunjukkan tanda negatif. Ini berarti peningkatan maupun Penurunan nilai struktur aktiva tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan. 31
2.
3.
4.
Dalam pengujian secara parsial koefisien regresi struktur hutang menunjukkan tanda negatif. Ini berarti peningkatan maupun Penurunan nilai struktur hutang tidak memiliki pengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan. Dalam Pengujian Secara parsial koefisien regresi struktur modal yang menunjukkan tanda positif. Ini berarti peningkatan maupun penurunan nilai struktur modal berpengaruh terhadap kinerja keuangan. Hal ini disebabkan oleh nilai rata-rata struktur modal pada keseluruhan perusahaan yang dijadikan sampel penelitian lebih dominan dari pada nilai rata-rata struktur aktiva dan rasio hutang. Secara simultan faktor-faktor keuangan memiliki pengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan
Saran Berdasarkan kesimpulan yang telah ditarik dari hasil analisis dan pembahasan, maka dapat disarankan beberapa hal sebagai berikut: 1. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat meng-generalisasi hasil penelitian berkaitan dengan topik yang sama. Selain itu, penelitian ini juga dapat dikembangkan dengan memperpanjang periode penelitian dan memperbanyak variabel yang diteliti. 2. Bagi pihak manajemen perusahaan, dianggap perlu untuk melakukan pengendalian atas setiap aspek yang menjadi pendukung keberlangsungan hidup suatu perusahaan dan memanfaatkan setiap peluang-peluang yang ada untuk memperoleh dan meningkatkan laba atas usaha yang bertujuan agar perusahaan mampu bertahan dalam persaingan bisnis sejenis atau bisnis yang setaranya.
DAFTAR PUSTAKA Efandiana, Ludita. 2011. analisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kinerja intellectual capital pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Skripsi. Universitas Dipenogoro Semarang. Semarang. Harahap. 2009. analisis laporan keuangan. Blogspot. Jakarta http://fadhilanalisis.blogspot.com/2011/10/analisis-laporan-keuangan.html. di akses 30 Oktober 2013 Horngren, Charles., Harrison, Walter. 2007. pengertian akuntansi dari beberapa para ahli. Blogspot. Jakarta http://pengertianakuntansimenurut10paraahli.blogspot.com/2013/04/v/behaviorurldefaultvmlo.html. diakses 29 Oktober 2013
Kasmir. 2008. Analisis Laporan Keuangan, Edisi pertama. Rajawali Pers. Jakarta. Kieso, Donald., Weygandt, Jerry. 2007. Pengantar akuntansi. Salemba empat. Jakarta Maulani, Wahyu. 2010. pengertian dan penjelasan dasar akuntansi-definisi, arti, fungsi dan kegunaanbelajar ilmu akuntansi/accounting.organisasi.org.blogdetik. Jakarta http://wahyumaulani.blogdetik.com/ diakses 29 oktober 2013. Munawir. 2010. analisis laporan keuangan.blogspot. yogyakarta http://fadhilanalisis.blogspot.com/2011/10/analisis-laporan-keuangan.html. diakses 30 Oktober 2013 Noor, Syafrudin, Akhmad. 2011. analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan telekomunikasi yang go public di Bursa Efek Indonesia. Jurnal volume 12 no 1. Universitas Artakusuma Pangkalan Bun. Pangkalan Bun. Setyasih. 2009. analisis perbandingan kinerja keuangan perusahaan sebelum dan setelah merger dan akuisi pada perusahaan manufaktur di BEI tahun 2003-2007. Skripsi. Universitas Diponegoro. Semarang. Sutrisno. 2007. Manajemen Keuangan, Teori, Konsep dan Aplikasi. EKPNISIA, Fakultas Ekonomi UII. Yogyakarta.
32
ANALISIS TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK DALAM MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN BANGUNAN DI KANTOR PAJAK PRATAMA MANADO
Javier Sondakh Jenny Morasa Heince Wokas Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Akuntansi Universitas Sam Ratulangi Manado email :
[email protected] ABSTRAK Sesuai dengan keputusan menteri keuangan falsafah pemajakan PBB No 34/PMK.03/2005 tentang pembagian hasil penerimaan pajak bumi dan bangunan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah bahwa hasil penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan diarahkan untuk tujuan kepentingan masyarakat, maka hasil penerimaan PBB merupakan penerimaan Negara yang harus dibagi antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kepatuhan wajib pajak dalam Target dan Realisasi pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data yang berasal dari Kantor Pelayuanan Pajak Pratama Manado. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan dalam kurun waktu empat tahun dari tahun 2008-2011 terus mengalami peningkatan kecuali pada tahun 2009. Pada umumnya sebagian besar masyarakat sadar akan kewajibannya sebagai warga Indonesia yang baik dan mereka sadar bahwa pajak adalah bentuk partisipasi masyarakat dalam pembangunan daerah untuk lebih baik maju dan berkembang. Juga ada sebagian kecil masyarakat tidak menyadari akan kewajibannya sebagai wajib pajak PBB. Kata kunci: kepatuhan wajib pajak, membayar PBB ABSTRACT In accordance with the decision of the finance minister 34/PMK.03/2005 UN taxation philosophy about sharing property tax revenues between the central government and local governments that receive the proceeds of land and building tax is directed for the purpose of public interest, then the proceeds from the PBB constitutes acceptance of the State which must be shared between the central government and local governments. The purpose of this study was to determine the level of tax compliance in Target and Realization of Land and Building Tax payments. Sources of data used in this study is secondary data is data that comes from the Tax Office Primary service Manado. The results showed that the Land and Building Tax Revenue in theperiod of four years from 2008-2011 continued to increase except in the year 2009. In general, most people are aware of their obligations as citizens of Indonesia are good and they are aware that taxes are a form of public participation in local development to better developed and developing countries. Also there is a small community is not aware of its obligations as a taxpayer PBB. Keyword: mandatory compliance tax, pay PBB
33
PENDAHULUAN Latar Belakang Pajak merupakan gejala sosial dan hanya terdapat dalam suatu masyarakat. Tanpa adanya masyarakat, tidak mungkin ada suatu pajak.Masyarakat yang dimaksud adalah masyarakat hukum. harus dibuat menjadi sadar pajak, masyarakat juga ditanamkan Tax Discipline yang kuat, didasari dengan kejujuran yang mantap. Namun demikian dalam pelaksanaan pemungutannya memerlukan landasan pertimbangan keadilan dan suatu kepastian hukum yang mengikat seluruh rakyat Indonesia. Hal ini ditegaskan dalam undang-undang dasar 1945 pasal 23A yang berbunyi “Pajak dan pungutan yang bersifat memaksa untuk keperluan Negara diatur dengan undang-undang”. Untuk setiap jenis pajak selalu diatur dengan undang-undang tersendiri. Wajib pajak adalah Wajib pajak dikatakan patuh apabila wajib pajak tersebut dapat memenuhi dan melaksanakan kewajiban perpajakan. Kewajiban tersebutdapat memenuhi dan melaksanakan kewajiban perpajakan. Kewajiban perpajakan harus dilaksanakan karena kewajiban merupakan suatu tanggung jawab yang harus dipenuhi oleh semua wajib pajak. Kepatuhan wajib pajak tersebut berupa : Tepat waktu membayar pajak dan membayar sesuai dengan waktu yang telah ditentukan . Pada prinsipnya kepatuhan perpajakan adalah tindakan wajib pajak dalam pemenuhan kewajiban perpajakannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Predikat Wajib pajak patuh dalam arti disiplin dan taat, tidak sama dengan wajib pajak yang berpredikat pembayaran pajak dalam jumlah besar , tidak ada hubungan antara kepatuhan dengan jumlah nominal setoran pajak yang dibayar kepada kas Negara. Karena, pembayaran pajak terbesar sekalipun belum tentu memenuhi criteria sebagai wajib pajak patuh, meskipun memberikan kontribusi besar pada Negara. Jika masih memiliki tunggakan maupun keterlambatan penyetoran pajak maka tidak dapat diberi predikat wajib pajak patuh. Indonesia menganut system pemungutan pajak Self Assessment yang artinya Suatu system pemungutan pajak yang memberikan kepercayaan kepada wajib pajak untuk menghitung, memperhitungkan sendiri pajak terutang dan kemudian melunasinya serta melaporkannya ke kantor pelayanan pajak tempat Wajib Pajak terdaftar (Hutagaol 2007:2). Undang-undang yang mengatur pajak bumi dan bangunan adalah Undang-undang No.12 tahun 1985 sebagaimana telah diubah dengan undang-undang No.12 tahun 1994. Bumi dan bangunan memberikan keuntungan dan kedudukan sosial ekonomi yang lebih baik bagi orang atau badan yang mempunyai hak atasnya dan memperoleh manfaat dari padanya. Dasar pengenaan pajak dalam PBB adalah Nilai Jual Objek Pajak (NJOP). NJOP ditentukan berdasarkan harga pasar per wilayah dan ditetapkan setiap tahun oleh menteri keuangan. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kepatuhan wajib pajak dalam Target dan Realisasi pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan di Kantor Pajak Pratama Manado TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Akuntansi Hongren et al (2007:5) Akuntansi adalah sistem informasi yang mengukur akuntansi bisnis, mengolah , memproses informasi kedalam laporan-laporan dan menyampaikan hasilnya kepada pembuat keputusan.
American Institute of Certified Public Accounting (AICPA) dalam Balkaoui (2008:37) mendefinisikan akuntansi adalah seni pencatatan, penggolongan dan peringkasan transaksi dan kejadian yang bersifat keuangan dengan cara yang berdaya guna dan dalam bentuk satuan uang dan penginterprestasikan hasil tersebut. 34
Konsep Akuntansi Perpajakan Soemitro (2008:10) menyatakan Pada Prinsipnya Akuntansi Perpajakan menganut konsep-konsep akuntansi karena akumulasi transaksi selama masa suatu periode tertentu diselenggarakan dengan pencatatan teratur dalam proses pembukuan. Tujuan pembukuan yaitu mempermudah Wajib pajak dalam mengisi surat pemberitahuan Tahunan (SPT), mempermudah perhitungan besarnya penghasilan kena Pajak, Penyajian Informasi tentang posisi Finansia dan hasil usaha sebagai bahan analisis maupun pengambilan keputusan. Hal-hal yang perlu diperhatikan mengenai konsep-konsep dasar akuntansi Perpajakan, yaitu : a. Kesatuan Usaha (business entity) b. Dasar–dasar pencatatan c. Konsep periode waktu d.Unit moneter e. Transaksi f. Kelangsungan Usaha (going concern) g. Konsep Penandingan (Matching Concept) Pengertian Pajak Pajak merupakan pemindahan sumber daya dari sektor privat (perusahaan) ke sektor public, dari segi ekonomi. Pemindahan sumber daya tersebut akan mempengaruhi daya beli (purchasing power) atau kemampuan belanja (spending power) dari sektor privat. Agar tidak terjadi gangguan yang serius terhadap jalannya perusahaan, maka pemenuhan kewajiban perpajakan harus dikelola dengan baik (Suandy 2011:1). Bagi Negara, pajak adalah satu sumber penerimaan penting yang akan digunakan untuk membiayai pengeluaran Negara, baik pengeluaran rutin maupun pengeluaran pembangunan. Definisi atau pengertian pajak menurut UU no 28 tahun 2009 tentang KUP pajak adalah kontribusi wajib pajak kepada negara yang terhutang oleh pribadi/badan yang bersifat memaksa berdasarkan UU, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar –besarnya kemakmuran rakyat. Pajak menurut Kamus Ekonomi (Sumadji, 2010:613) Tax adalah Suatu pembayaran yang dilakukan kepada pemerintah untuk membiayai pengeluaran yang dilakukan dalam hal menyelenggarakan jasa-jasa untuk kepentingan umum. Unsur Pajak Unsur Pajak Pajak memiliki unsur-unsur yakni hal-hal yang membentuknya. Mardiasmo (2009:1) mengungkapkan unsur-unsur pajak terdiri dari: 1. Ada masyarakat 2. Ada Undang-undang 3. Ada pemungut pajak 4. Ada subjek pajak atau wajib pajak Fungsi Pajak Dasarnya fungsi pajak menurut Waluyo (2011:6) adalah sebagai sumber keuangan negara. Namun ada fungsi lainnya yang tidak kalah pentingnya yaitu pajak sebagai fungsi mengatur. Berikut adalah penjelasan untuk masingmasing fungsi tersebut : 1. Fungsi sumber keuangan negara (budgetair) Fungsi sumber keuangan negara fungsi pajak untuk memasukkan uang ke kas negara atau sebagai sumber penerimaan negara dan digunakan untuk pengeluaran negara baik pengeluaran rutin maupun pengeluaran pembangunan. 2. Fungsi mengatur (regularend) 35
Fungsi mengatur dimaksudkan sebagai usaha pemerintah untuk turut campur tangan dalam hal mengatur, mengubah susunan pendapatan dan kekayaan sektor swasta. Penggolongan Pajak Seperti yang diungkapkan dalam Waluyo (2011:12), terdapat pengelompokan pajak, yaitu : a. Menurut Golongannya Menurut golongannya pajak dibagi menjadi dua yaitu : 1. Pajak langsung 2. Pajak tidak langsung
b. Pajak Menurut Sifatnya Menurut sifatnya pajak dibagi menjadi dua yaitu : 1. Pajak subjektif (bersifat perorangan) 2. Pajak objektif (bersifat kebendaan) c.Menurut lembaga pemungutannya Menurut lembaga pemungutannya pajak dibagi menjadi dua yaitu: 1. Pajak Negara (pajak pusat) Pajak yang dipungut pemerintah pusat yang penyelenggaraannya dilaksanakan oleh departemen keuangan dan hasilnya akan digunakan untuk pembiayaan rumah tangga negara pada umumnya. a. Pajak yang dipungut oleh Dirjen Pajak : 2. Pajak Daerah Pajak-pajak yang dipungut oleh daerah seperti Propinsi, Kabupaten maupun Kota berdasarkan peraturan daerah masing-masing. a. Pajak-pajak tingkat Propinsi:. b. Pajak-pajak tingkat Kabupaten/Kota Wajib Pajak Pengertian Wajib Pajak Undang-undang Republik Indonesia No.28 tahun 2009 menyatakan Wajib Pajak adalah orang Pribadi atau badan,meliputi membayar pajak,pemotong pajak,dan pemungut pajak,yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan daerah. Markus (2009:25) mengungkapkan Wajib Pajak adalah Orang Pribadi yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan ditententukan untuk melakukan kewajiban perpajakan , termasuk pemungut pajak atau pemotong pajak Tertentu. Wajib Pajak adalah Orang pribadi atau Badan , meliputi pembayaran pajak,pemotong pajak, dan pemungut pajak,yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentan peraturan perundang-undangan perpajakan. (Mardiasmo 2008:21) Pentingnya Kepatuhan Wajib Pajak Masalah kepatuhan Wajib Pajak adalah masalah yang penting diseluruh dunia,baik bagi Negara maju maupun Negara berkembang. Karena jika Wajib Pajak tidak patuh maka akan menimbulkan keinginan untuk melakukan penghindaran, pengluhan dan penyelundupan pajak . Yang pada akhirnya tindakan tersebut akan menyebabkan penerimaan pajak Negara berkurang. Wajib Pajak patuh adalah Wajib Pajak yang sadar Pajak, Paham hak dan kewajiban perpajakannya dan diharapkan peduli pajak yaitu melaksanakan kewajiban perpajakan dengan benar dan paham akan hal perpajakannya. Penyebab Wajib Pajak tidak patuh bervariasi salah satunya adalah fitrannya penghasilan yang diperoleh Wajib Pajak utama ditujukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
36
Pajak Bumi dan Bangunan Dasar Hukum Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) adalah undang-undang No.12 tahun 1985 sebagaimana telah diubah dengan undang-undang No.12 tahun 1994. Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan Mardiasmo, (2009:311) menyatakan Pajak Bumi dan Bangunan memiliki arti: Bumi adalah Permukaan bumi da tubuh bumi yang ada dibawahnya. Permukaan bumi meliputi tanah dan perairan pedalaman (termasuk rawa-rawa,tambak,perairan) serta laut Wilayah Republik Indonesia. Bangunan adalah Konstruksi teknik yang ditanam atau diletakan secara tetap pada tanah atau perairan.Undang-undang Republik Indonesia No.28 Tahun 2009 menyatakan Pajak Bumi dan Bangunan adalah Pajak atas bumi dan bangunan yang dimiliki,dikuasai, atau dimanfaatkan oleh orang pribadi atau badan,kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan,perhutanan,dan pertambangan. Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) adalah surat yang digunakan oleh wajib pajak untuk melaporkan data objek menurut ketentuan undang-undang Pajak Bumi dan Bangunan. Surat Pemberitahuan Pajak terutang (SPPT) adalah surat yang digunakan oleh Direktorat Jenderal pajak untuk memberitahukan besarnya pajak terutang kepada wajib pajak. Direktorat jenderal Pajak menerbitkan SPPT (Surat pemberitahuan Pajak terutang) berdasarkan SPOP (Surat Pemberitahuan Objek Pajak) Wajib Pajak . Nilai Jual Objek Pajak Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) adalah harga rata-rata yang diperoleh dari transaksi jual-beli secara wajar, dan bila mana tidak terdapat transaksi jual beli, Nilai Jual Objek Pajak ditentukan melalui perbandingan harga dengan objek lain yang sejenis, atau nilai perolehan baru, atau Nilai Jual Objek Pajak pengganti. Cara Menghitung Pajak Besarnya pajak terutang dihitung dengan cara mengkalikan tarif pajak dengan NJKP. Pajak Bumi dan Bangunan = Tarif Pajak x NJKP = 0,5% x Presentase NJKP x (NJOP-NJOPTKP) (Undang-undang no.12 tahun 1985 sebagaimana telah diubah dengan undang-undang no.12 tahun 1994.) Penelitian Terdahulu Tabel 1 Penelitian Terdahulu Nama Peneliti/ Tahun
Judul
Tujuan
Metode Penelitian
Hasil Penelitian
Persamaan
Astuti (2012)
Analisis tingkat kepatuhan wajib pajak dalam pajak bumi dan bangunan (studi kasus diwilayah kecamatan cinancang kota serang tahun 2011
Untuk mengetahui tingkat kepatuhanwajib pajakdalam Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP),tingkat Kepatuhan wajib pajak dalam pelunasan Surat pemberitahuan pajak Terhutang (SPPT)
Analisis Deskriptif
Target dan Realisasi Pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan mengalami peningkatan dari tahun 2010 ke tahun 20012. Peningkatan ini menunjukkan tingkat kepatuhan wajib pajak semakin meningkat dari tahun ke tahun.
Penelitin ini memiliki kesamaan dengan penulis yaitu samasama meneliti tentang tingkat kepatuhan wajib pajak dalam Pajak Bumi dan Bangunan
Perbedaan
Peneliti sebelumnya tidak membahas tentang analisis prospek
37
Koentarto (2006)
Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Masyarakat Dalam Melakuka Pembayaran (Studi Kasus pada Kecamatan Arust Selatan Kabupaten Kotawaringin Barat)
Untuk mengetahui pengaruh faktorfaktor SPPT, sanksi, pelayanan pajak, dan pendapatan Wajib Pajak terhadap kepatuhan masyarakat dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan
Analisi Faktor
Dari hasil analisis faktor terbukti ada 4 faktor yang mempengaruhi kepatuhan masyarakat dalam melakukan pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan dan 15 item variabel pendukung yang signifikan, yaitu Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT), pelayanan pajak, pendapatan Wajib Pajak dan sanksi
Sama-sama melakukan penelitian tentang tingkat kepatuhan wajib pajak dalam Pajak Bumi dan Bangunan
Peneliti sebelumnya tidak membahas tentang analisis prospek dan menggunakan analisis faktor
METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Jenis penelian ini adalah penelitian deskriptif untuk memberikan gambaran cara sistematis dan akurat mengenai fakta, sifat dari hubungan antar fenomena yang diteliti pada objek penelitian. Gambaran yang sistematis dan akurat diperoleh dengan mengumpulkan, mengklasifikasikan data sehingga akan memberikan hasil yang konkrit pada permasalahan dan kemudian dilaksanakan analisis sehingga dapat ditarik kesimpulan. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Manado yang berada di Jalan 17 Agustus Manado, Sulawesi Utara. Periode waktu penelitian dimulai dari akhir bulan Agustus sampai dengan September 2013. Prosedur Penelitian Penulis melakukan kajian awal dengan melakukan studi literatur baik studi kepustakaan maupun membaca melalui internet. Kemudian melakukan pengidentifikasian tentang masalah, merumuskannya, menetapkan tujuan/ manfaat penelitian, kemudian membatasi masalah ke lingkup yang disesuaikan dengan penelitian saat ini. Perancangan dan persiapan survai pada objek penelitian yang telah ditentukan, kemudian pengumpulan data baik primer maupun sekunder. Melakukan pengolahan data, membahasnya kemudian menarik kesimpulan dan memberikan saran-saran guna melengkapi penelitian. Metode Pengumpulan Data Jenis dan Sumber Data Data dapat dibedakan menjadi dua jenis (Kuncoro 2006: 24) yaitu : 1. Data kualitatif merupakan data yang tidak dapat diukur dalam skala numerik atau data yang disajikan secara deskriptif atau yang berbentuk uraian 2. Data kuantitatif merupakan data yang disajikan dalam bentuk skala numerik (angka-angka), namun dalam statistik semua data harus dalam bentuk angka, maka data kualitatif umumnya dikuantitatifkan agar dapat diproses 38
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data kualitatif yang berbentuk uraian Sumber Data dalam penelitian ini adalah Data Primer Data primer dalam penelitian ini diperoleh dari hasil wawancara dan pengamatan dengan pihak-pihak yang terkait. Dalam hal ini Wajib Pajak. Data Sekunder Merupakan data dari sumber tertulis, baik dari buku-buku literatur maupun dokumen - dokumen serta laporan-laporan yang diperoleh dari Kantor Pajak Pratama Manado. Teknik Pengumpulan Data Beberapa teknik pengumpulan data sebagai berikut : a. Wawancara atau Interview b. Observasi c. Dokumentasi Metode Analisa Data Metode analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa deskriptif kuantitatif. Analisa deskriptif kuantitatif digunakan untuk menjelaskan maupun menyajikan data yang diperoleh dari instansi dengan memberikan gambaran umum menurut apa adanya sesuai dengan kenyataan yang ada pada saat melakukan penelitian. Dan untuk peramalan pada tahun 20012-2018 digunakan analisis trend. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama Manado Kantor Pelayanan Pajak berdiri pada tahun 1959, yang merupakan pecahan dari Kantor Pelayanan Pajak Makassar, dimana pada waktu itu menggunakan istilah Kantor Inspeksi Keuangan. Untuk daerah Sulawesi Utara meliputi Sulut dan Sultengyang dalam perkembangan selanjutnya pada tahun 1969 diubah menjadi Kantor Inspeksi Pajak dengan wilayah kerja meliputi Sulut dan Sulteng. Kemudian pada tanggal 1 Desember 2008, Kantor Pelayanan Pajak Manado berubah namanya menjadi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Manado yang wilayah kerjanya meliputi Kota Manado dan Kota Tomohon. Dalam menjalankan tugas dan fungsi tersebut KPP Pratama Manado berorientasi pada visi dan misi berikut, yaitu: Visi : Menjadi institusi pemerintah yang menyelenggarakan sistem administrasi perpajakan modern yang efektif, efisien dan dipercaya masyarakat dengan integritas dan profesionalitas yang tinggi.” Misi : Menghimpun penerimaan pajak negara berdasarkan Undang-undang Perpajakan yang mampu mewujudkan kemandirian pembiayaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara melalui sistem administrasi perpajakan yang efektif dan efisien. Hasil Penelitian Berikut ini data laporan Target dan Realisasi Penerimaan PBB di KPP Pratama Manado dalam 4 (empat) tahun terakhir, yaitu tahun 2008-2011 dapat dilihat pada tabel 2 sebagai berikut: Tabel 2Target dan Realisasi Penerimaan PBB di KPP Pratama Manado Tahun 2008-2011 Tahun/Uraian Target (Rp) Realisasi (Rp) SKB 13,324,000,000 12,723,814,000 2008 APBN 42,541,360,000 42,989,661,000 SKB 15,443,476,000 14,209,528,000 2009 APBN 41,010,216,000 41,939,281,000 SKB 16,712,282,750 20,648,085,920 2010 APBN 42,774,419,630 52,760,216,020 SKB 22,833,780,000 20,249,027,870 2011 APBN 57,049,584,510 54,668,108,610 Sumber : KPP Pratama Manado, 2013 39
Keterangan Des 2008 s.d Sekarang Kantor Pelayanan PBB Manado menjadi KPP pratama Manado wilayah kerja kota Manado dan kota Tomohon SKB (Surat Ketetapan Bersama) = Sektor Pedesaaan dan Perkotaan APBN (Anggaran Penerimaan Belanja Negara) = Jumlah PBB termasuk sektor SKB dan sektor P3 (Perkebunan, Perhutanan, Pertambangan).
Data diatas dapat kita lihat dalam tabel 2 dimana Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan di KPP Pratama Manado mengalami peningkatan setiap tahunnya kecuali pada tahun 2009, target yang diberikan lebih minimal, sehingga realisasi juga tidak tercapai maksimal seperti tahun lainnya. Tabel 3 Penerimaan PBB Berdasarkan Target dan Realisasi di KPP Pratama Manado Tahun 2008-2011 Tahun Anggaran Target (Rp) 2008 42,541,360,000 2009 41,010,216,000 2010 42,774,419,630 2011 57,049,584,510 Sumber : KPP Pratama Manado, 2013
Realisasi (Rp) 42,989,661,000 41,939,281,000 52,760,216,020 54,668,108,610
Persentase (%) 101.05% 102.27% 123.35% 95.83%
Berdasarkan tabel 3 dapat dilihat bahwa pada tahun 2009 Target dan Realisasi mengalami penurunan, dimana tahun 2008 target Rp 42,541,360,000. sedangkan 2009 Rp 41,010,216,000. pada tahun 2010 Rp 42,774,419,630. pada tahun 2011 Rp 57,049,584,510. Diantara empat tahun diatas, pada tahun 2009 adalah tahun target yang paling rendah dibandingkan dengan tahun 2008, 2010, 2011. Dalam tabel 4.2. dapat dilihat bahwa realisasi penerimaan Pajak Bumi dan bangunan setiap tahunnya di KPP Pratama Manado mengalami peningkatan sehingga dapat penulis simpulkan bahwa tingkat kepatuhan masyarakat sebagai wajib pajak PBB semakin meningkat. Faktor yang mempengaruhi WP PBB dalam membayar PBB dan usaha usaha yang dilakukan fiskus dalam meningkatkan kepatuhan WP PBB dalam membayar PBB di Lingkungan KPP Pratama Manado adalah tata cara pembayaran di KPP Pratama Manado atau pelaksanaan pembayaran PBB yang mempermudah WP PBB melaksanakan kewajiban perpajakannya sehingga kepatuhan dan kesadaran WP PBB yang selama ini belum sepenuhnya ber jalan dengan sempurna akan dapat diminimalisir dengan segala kemudahan yang diberikan. Prospek Penerimaan Pajak Bumi dan bangunan di di KPP Pratama Manado Peramalan jumlah Pajak Bumi dan bangunan di KPP Pratama Manado pada tahun-tahun yang akan datang, penulis menggunakan ramalan (trend). Untuk meramalkan berapa besar Pajak Bumi dan bangunan di KPP Pratama Manado dengan menggunakan metode statistik estimating line regresi linier sederhana yaitu Y = a + bx. Umtuk meramalkan Y, maka a dan b harus di ketahui terlebih dahulu, dimana a adalah intercept yaitu jarak dari titik asal ke titik perpotongan antara garis regresi dengan sumbu tegak, sedangkan b adalah koefisien arah (slope) atau koefisien regresi Tabel 4 Analisis Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan di KPP Pratama Manado Tahun 20082011 Tahun (Xi) Jumlah PBB (Rp) (Yi) (Xi)2 (XiYi) (Rp) 2008 0 42,989,661,000 0 0 2009 1 41,939,281,000 1 41.939.281.000 2010 2 52,760,216,020 4 105.520.432.040 2011 3 54,668,108,610 9 164.004.325.830 Jumlah 6 192,357,266,630 14 396.392.980.870 Sumber : Data Olahan Hasil Penelitian, 20013 Sesuai dengan persamaan normal Supranto (2009 :112) adalah sebagai berikut : 40
Y = na + b Xi Xi Yi = xa + b Xi2 Rp 192.357.266.630 = 4a + 6b Rp 396.392.980.870 = 6a + 14b Rp 577.071.799.890 = 12a + 18b Rp 792.785.961.740 = 12a + 28b Rp –215.714.161.850 = -10b 10b = Rp 215.714.161.850 b = Rp 21.571.416.185
1x3 11x2
Koefisien b dalam hal ini dinamakan koefisien regresi kita subtitusikan b ke dalam 1 maka akan menghasilkan 4a +6b = 192.357.266.630 4a + 6 (21.571.416.185) = 192.357.266.630 4a + 129.428.497.110 = 192.357.266.630 4a = 192.357.266.630– 129.428.497.110 4a = 62.928.769.520 a = Rp 15.732.192.380 model regresi liniernya menjadi Y = Rp 15.732.192.380 + Rp 21.571.416.185 (X) Diketahuinya model regresi, maka dapatlah kita menaksir jumlah penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan di KPP Pratama Manado yang akan datang. Misalnya untuk menaksir jumlah pajak pada tahun 2015 ( X = 7) dengan mengambil tahun 2008 sebagai tahun dasar ( X=0) di perkirakan sebagai berikut : Tahun 2015 (X = 7) Y = Rp 15.732.192.380 + 21.571.416.185 Y = Rp 15.732.192.380 + 21.571.416. 185(7) Y = Rp 166.732.105.675 Jadi pada tahun 2015 jumlah Pajak Bumi dan Bangunan di KPP Pratama Manado di perkirakan Rp 166.732.105.675 apabila faktor-faktor lainnya tetap Model persamaan garis linier dapat diramalkan (forcesting trend) penerimaan pajak Bumi dan Bangunan di KPP Pratama Manado Tahun 2008 sampai 2018, dapat di lihat dalam tabel berikut : Tabel 5
Prospek Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan di KPP Pratama Manado Tahun 2008-2018 Tahun Xi Y I (Rp) 2008 0 42,989,661,000 2009 1 41,939,281,000 2010 2 52,760,216,020 2011 3 54,668,108,610 2012 4 78.660.961.900 2013 5 94,393,154,280 2014 6 145,160,689,490 2015 7 166.732.105.675 2016 8 172,571,329,480. 2017 9 194,142,745,665 2018 10 215,714,161,850 Sumber Data Olahan Hasil Penelitian, 20013 Trend penerimaan PBB di KPP Pratama Manado tahun 2008-2018 dapat dilihat pada gambar berikut. 41
250.000.000.000 2.5E+11
250.000.000.000 200.000.000.000
2E+11
150.000.000.000
1.5E+11 100.000.000.000
1E+11 50.000.000.000
5E+10
0 2008
1
2009
2
2010
3
2011
4
2012
5
2013
6
2014 2014
7
2015
8
2016
9
2017
10
2018
11
12
Gambar Trend Penerimaan PBB di KPP Pratama Manado tahun 2008-2018 Berdasarkan gambar dapat dilihat bahwa trend penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan di KPP Pratama Manado tahun 2009 sebesar Rp 42.989.661.000, tahun 2009 sebesar Rp 41.939.281.000, tahun 2010 sebesar Rp 52.760.216.120, tahun 2011 sebes Rp 54.668.961.900, tahun 2012 sebesar Rp 78.660.961.900, sedangkan pada tahun 2015 diprediksi sebesar Rp 166.732.105.675 dan tahun 2018 sebesar Rp 215. 714. 161.850.
PENUTUP Kesimpulan 1. Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan dalam kurun waktu empat tahun dari tahun 2008-2011 terus mengalami peningkatan kecuali pada tahun 2009. Namun, dari target yang di berikan kepada KPP Pratama Manado sudah terealisasikan secara efektif. 2. Pada umumnya sebagian besar masyarakat sadar akan kewajibannya sebagai warga Indonesia yang baik dan mereka sadar bahwa pajak adalah bentuk partisipasi masyarakat dalam pembangunan daerah untuk lebih baik maju dan berkembang. 3. Ada sebagian kecil masyarakat tidak menyadari akan kewajibannya sebagai wajib pajak PBB. Masyarakat menganggap pembangunan daerah bukan merupakan tanggung jawab mereka dan mereka tidak menyadari bahwa fasilitas sarana danprasarana yang mereka manfaatkan adalah hasil dari penerimaan PBB. Sehingga masyarakat merasa tidak perlu membayar PBB. 4. Prospek penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan di KPP Pratama Manado tahun 2009 sebesar Rp 42.989.661.000, tahun 2009 sebesar Rp 41.939.281.000, tahun 2010 sebesar Rp 52.760.216.120, tahun 2011 sebes Rp 54.668.961.900, tahun 2012 sebesar Rp 78.660.961.900, sedangkan pada tahun 2015 diprediksi sebesar Rp 166.732.105.675 dan tahun 2018 sebesar Rp 215. 714. 161.850. Saran 1. Tata cara pembayaran sudah bagus, jadi harus tetap dipertahankan dan lebih ditingkatkan seperti kolektor atau petugas pemungut pajak harus lebih aktif dalam memungut PBB.
42
2.
3.
4.
Bagi wajib pajak yang masih tidak sadar akan kewajibannya dalam membayar PBB sebaiknya harus melaksanakan pembayaran PBB guna untuk memajukan dan mengembangkan pembangunan daerah yang bersangkutan. Hendaknya fiskus dan instansi terkait harus meningkatkan pelayanannya dan lebih mendekatkan diri kepada masyarakat sehingga masyarakat merasa bahwa pajak bukan merupakan suatu beban tetapi kewajiban yang memang harus dipenuhi. Wajib Pajak tetap harus berperan aktif sesuai dengan sistem perpajakannya yang berlaku yakni sistem self assessmentyaitu wajib pajak harus mengisi sendiri SPOP untuk mendaftarkan tanah atau bangunannya sebagai objek pajak.
DAFTAR PUSTAKA Astuti, Puji. 2012. Analisisi Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak dalam Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Studi kasus di Wilayah Kecamatan Cinancang Kota Serang Tahun 2011. Skripsi. Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim .Serang. Www.gopdfs.com/jurnal-kepatuhan wajib pajak. Diakses 2 Mei 2013. Balkaoui, Ahmed Riahi. 2008. Teori Akuntansi Edisi Pertama. Salemba Empat. Jakarta. Hutagaol, John.2007. Perpajakan. Graha Ilmu. Jakarta Hongren.,Horizon.,Bamber 2007. Accounting, Fifth Edition, Prentice Hall International. Jakarta Koentarto, Ilham 2006 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Masyarakat Dalam Melakuka Pembayaran (Studi Kasus pada Kecamatan Arust Selatan Kabupaten Kotawaringin Barat). Skripsi Universitas Brawijaya. Malang www.jobscholarship.com/.../jurnal- kepatuhan-wajib pajak bumi dan bangunan. Diakses 2 Mei 2013 Kuncoro, Mudrajad. 2006. Metode Riset Untuk Bisnis dan Ekonomi. Erlangga. Jakarta. Mardiasmo.2008. Perpajakan, Edisi Revisi 2008. Andi. Jakarta. Mardiasmo. 2009. Perpajakan, Edisi Revisi 2009. Andi. Jakarta. Markus, Muda. 2009.Perpajakan Indonesia.Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Republik Indonesia. Direktorat Jenderal Pajak.Undang-Undang No.28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum dan Tatacara Perpajakan. Jakarta -----------------------. Undang-Undang No. 28 tahun 2009 tentang Pajak daerah dan Retribusi Daerah. Jakarta Suandy.2009. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.Grafindo Persada. Jakarta. Supranto. 2009. The Power of Statistics. Salemba Empat. Jakarta Sumadji. 2010. Akuntansi Perpajakan. LPMB/STEI. Ciledug Soemitro.2008.Akuntansi Pajak, Edisi Revisi. Gramedia Widia Sarana Indonesia. Jakarta. Waluyo.2011. Perpajakan Indonesia. Edisi 10 buku 2.Salemba Empat. Jakarta.
43
EVALUASI SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL PIUTANG PADA DISTRIBUTOR UNILEVER INDONESIA AREA MANADO Jones H. Yr Pondaag David Paul Elia Saerang Dhullo Affandi Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Jurusan Akuntansi Universitas Sam Ratulangi Manado email :
[email protected]
ABSTRAK Sistem pengendalian piutang yang baik akan mempengaruhi keberhasilan perusahaan dalam menjalankan kebijakan penjualan secara kredit. Demikan pula sebaliknya, kelalaian dalam pengendalian piutang bisa berakibat fatal bagi perusahaan, misalnya banyak piutang yang tak tertagih karena lemahnya kebijakan pengumpulan dan penagihan piutang. Tujuan yang diharapkan dapat dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menganalisis efektivitas sistem pengendalian internal piutang pada Distributor Unilever Indonesia Area Manado. Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis deskriptif, dengan mengumpulkan, mengolah, dan menginterpretasikan data yang diperoleh sehingga memberi keterangan yang benar dan lengkap yang menggambarkan tentang bagaimana pengendalian internal piutang di Distributor Unilever Indonesia Area Manado. Hasil penelitian menunjukan bahwa Sistem Pengendalian Internal Piutang Di Distributor Unilever Indonesia Area Manado telah berjalan cukup baik. Distributor ini memiliki beberapa kebijakan dalam pemberian piutang. Akan tetapi mereka tidak memberikan jaminan apapun kepada pelanggan yang ingin memperoleh kredit. Dan di distributor ini pemberian piutang kepada pelanggan hanya berdasarkan kepercayaan dan berdasar atas masukan dari para sales. Kelemahan ini coba diantisipasi dengan giatnya para sales dalam menagih piutang kepada pelanggan mereka sebelum jatuh tempo. Kata kunci : piutang, sistem pengendalian internal, piutang tak tertagih
ABSTRACT Good receivable control system willAffectthecompany's successincarryingout thesaleoncredit policy. Likewise, failure of receivable controlcan be fatalfor the company, for example,manydoubtfulreceivablesbecause weakpolicies of collection and accounts receivablecollection. Purpose which beachieved in this studywas toanalyzethe effectiveness ofthe internal controlsystemof receivable at Indonesian Distributor of Unilever in Manado Area. The analytical method usedis descriptive analysis method, tocollect, process, andinterpretthe data obtainedso as to givea true andcompletestatementdescribinghowinternal controlof receivable at Indonesian Distributor of Unilever in Manado Area. The results showedthat theInternalControlSystemof ReceivableatIndonesian Distributor of Unilever in Manado Areahas beengoing good enough. Thisdistributorhasseveralpoliciesin the provision ofreceivables. Buttheydo notgiveanyguaranteeto customerswhowant to havecredit. Andintheprovision ofdistributoraccountsto customersbased on trustandonlybasedon inputsfromthesales. This shortcomingtryanticipatedbyloyalsales forceincollecting accounts receivableto their customersbefore maturity. Keywords :receivable, internal control system, doubtful receivable
44
PENDAHULUAN Latar Belakang Ketika melaksanakan kegiatannya, setiap perusahaan yang berorientasi pada laba berusaha agar semua sumber daya yang ada dalam perusahaan digunakan seefisien mungkin agar perusahaan tersebut dapat terus bertahan dan berkembang. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka pimpinan perusahaan harus selalu mengusahakan agar perusahaan berjalan sesuai dengan pola kebijaksanaan yang telah ditetapkan. Agar dapat menjalankan tugasnya dengan baik, pimpinan perusahaan memerlukan informasi yang terus-menerus sehingga keputusan-keputusan yang dihasilkan harus didasarkan atas data-data yang tepat, akurat, dan berkualitas. Guna mengatasi masalah-masalah yang semakin rumit dan kompleks, maka diperlukan suatu pengendalian intern guna pengawasan terhadap semua aktivitas yang ada dalam perusahaan. Suatu sistem informasi dapat dikatakan baik apabila di dalamnya telah menggambarkan sistem pengendalian intern yang diterapkan untuk menjaga kekayaan dan catatan perusahaan, mengecek ketelitan dan keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi, serta mematuhi kebijakan manajemen. Secara umum piutang timbul karena adanya transaksi penjualan barang atau jasa secara kredit. Ditengah persaingan bisnis yang ketat perusahaan dituntut untuk mampu meraih posisi pasar, sehingga perusahaan perlu melakukan strategi penjualan secara kredit, agar jumlah penjualan meningkat. Namun, konsekuensi dari kebijakan tersebut dapat menimbulkan peningkatan jumlah piutang, piutang tak tertagih dan biaya-biaya lainnya yang muncul seiring dengan peningkatan jumlah piutang. Piutang merupakan salah satu jenis aktiva lancar yang tercantum dalam neraca. Untuk itu pengelolaan piutang memerlukan perencanaan yang matang, mulai dari penjualan kredit yang menimbulkan piutang sampai menjadi kas. Investasi yang terlalu besar dalam piutang bisa menimbulkan kecil atau lambatnya perputaran modal kerja, sehingga semakin kecil pula kemampuan perusahaan dalam meningkatkan volume penjualan. Akibatnya semakin kecilnya kesempatan yang dimiliki perusahaan untuk menghasilkan keuntungan atau laba. Peningkatan piutang yang diiringi oleh meningkatnya piutang tak tertagih perlu mendapat perhatian. Untuk itu sebelum suatu perusahaan memutuskan melakukan penjualan kredit, maka terlebih dahulu diperhitungkan mengenai jumlah dana yang diinvestasikan dalam piutang, syarat penjualan dan pembayaran yang diinginkan, kemungkinan kerugian piutang (piutang tak tertagih) dan biayabiaya yang akan timbul dalam menangani piutang. Oleh karena itu, pengendalian terhadap piutang merupakan sesuatu yang mutlak dilakukan oleh perusahaan. Sistem pengendalian piutang yang baik akan mempengaruhi keberhasilan perusahaan dalam menjalankan kebijakan penjualan secara kredit. Demikan pula sebaliknya, kelalaian dalam pengendalian piutang bisa berakibat fatal bagi perusahaan, misalnya banyak piutang yang tak tertagih karena lemahnya kebijakan pengumpulan dan penagihan piutang. Unilever merupakan sebuah perusahaan multinasional yang memproduksi barang konsumen yang bermarkas di Rotterdam, Belanda. Unilever memiliki beberapa cabang di berbagai negara. Di Indonesia sendiri, unilever didirikan pada 5 desember 1933 dengan nama Zeepfabrieken N.V. Lever. Pada 22 juli 1980, nama perusahaan diubah menjadi PT. Lever Brothers Indonesia, dan pada 30 juni 1997, nama perusahaan diubah menjadi PT. Unilever Indonesia Tbk. Di Indonesia, Unilever bergerak dalam bidang produksi sabun, deterjen, margarin, minyak sayur, dan makanan yang terbuat dari susu, es krim, makanan dan minuman dari teh, produk-produk kosmetik, dan produk rumah tangga. Untuk Distributor Unilever, piutang memegang peranan penting dalam penjualan produk-produk yang mereka jual. Nilai piutang yang terjadi di Distributor ini cukup besar. Meskipun hanya sekitar 10% dari total pelanggan yang membeli secara kredit di Distributor ini, nilai penjualan yang berasal dari piutang lebih besar daripada penjualan secara tunai. Oleh karena itu piutang ini memiliki peranan yang sangat penting atas penjualan di Distributor ini. Untuk menjaga agar piutang ini aman, maka perusahaan haruslah memiliki pengendalian internal piutang yang baik. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui efektivitas sistem pengendalian internal piutang pada Distributor Unilever Indonesia Area Manado.
45
TINJAUAN PUSTAKA Akuntansi Keuangan Akuntansi keuangan berorientasi pada pelaporan pihak eksternal. Beragamnya pihak eksternal dengan tujuan spesifik bagi masing-masing pihak membuat pihak penyusun pelaporan keuangan menggunakan prinsip dan asumsi-asumsi dalam proses penyusunan laporan keuangan. Laporan keuangan yang dihasilkan dari akuntansi keuangan berupa laporan keuangan untuk tujuan umum (general purpose financial statement). Laporan keuangan bertujuan umum adalah laporan keuangan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar laporan pengguna laporan. Laporan keuangan untuk tujuan umum disusun berdasarkan data dan informasi yang telah terjadi sehingga lebih berorientasi pada data historis (Martani, dkk. 2012: 8). Laporan keuangan yang disajikan kepada pemakai eksternal biasanya memang jauh lebih ringkas daripada informasi yang dilaporkan untuk kepentingan internal. Dapat dipahami, perusahaan tidak ingin menungkap secara terperinci masalah keuangan internal perusahaan kepada pihak luar. Laporan internal cenderung memiliki lebih banyak kategori pendapatan dan beban, yang biasanya dikelompokkan sepanjang lini pertanggungjawaban. Rincian ini memungkinkan manajemen puncak untuk menilai kinerja para stafnya (Hery, 2009: 2). Sistem Informasi Akuntansi Sebuah sistem akuntansi dirancang untuk menunjukkan kenaikan ataupun penurunan saldo masing-masing komponen laporan keuangan. Kenaikan ataupun penurunan saldo ini haruslah dicatat secara terperinci dan terpisah untuk setiap komponen laporan keuangan. Catatan akuntansi yang terperinci dan terpisah inilah yang dinamakan sebagai akun (perkiraan). Jadi, akun adalah catatan akuntansi mengenai kenaikan atau penurunan saldo dari masingmasing aktiva, kewajiban, dan ekuitas. Daftar yang memuat mengenai keseluruhan kode (nomor) dan nama akun disebut bagan perkiraan (chart of accounts). Kode dan nama akun yang terdapat di dalam daftar merupakan kode dan nama akun yang akan digunakan oleh perusahaan untuk mencatat dan mengklasifikasikan setiap transaksi bisnis (peristiwa ekonomi) yang terjadi (Hery, 2009:58-59). Piutang Piutang dagang (Accounts Receivable atau Trade Receivable) merupakan tagihan yang timbul atau diperoleh karena adanya kegiatan penjualan barang atau jasa secara kredit (tidak tunai).Piutang dagang timbul dari penjualan kredit barang atau Jasa yang merupakan usaha pokok perusahaan. Bila piutang timbul dari penjualan asset perusahaan, pemberian pinjaman kepada pihak tertentu maka piutang tersebut tidak termasuk golongan piutang dagang.Adalah suatu kebiasaan bagi perusahaan untuk memberikan kelonggaran kepada para pelanggan pada waktu melakukan penjualan. Kelonggaran-kelonggaran yang diberikan biasanya dalam bentuk memperbolehkan para pelanggan tersebut membayar kemudian atas penjualan barang atau jasa yang dilakukan. Penjualan dengan syarat demikian disebut penjualan kredit.Sisi lain dari penjualan kredit adalah timbulnya piutang. Piutang merupakan klaim (hak untuk mendapatkan) uang dari entitas lain. Ini berarti perusahaan mempunyai hak klaim terhadap seseorang atau perusahaan lain. Dengan adanya hak klaim ini perusahaan dapat menuntut pembayaran dalam bentuk uang atau penyerahan aktiva atau jasa lain kepada pihak dengan siapa ia berpiutang. Oleh karena adanya manfaat (dalam bentuk diterimanya uang tunai, aktiva lain, atau jasa) yang diharapkan dapat diperoleh di masa datang, maka piutang dianggap sebagai aktiva.Piutang pada umumnya dapat dikelompokkan menjadi piutang dagang dan piutang lain-lain. Piutang yang berasal dari penjualan barang dan jasa yang merupakan kegiatan usaha normal perusahaan disebut piutang dagang atau piutang usaha (trade receivable). Disamping piutang dagang, terdapat piutang-piutang jenis lain misalnya piutang pegawai, piutang bunga, piutang dari perusahaan afiliasi, piutang pemegang saham, dan lain-lain (Sumarsan,2011: 338). Piutang pada umumnya dapat dikelompokkan menjadi piutang dagang dan piutang lain-lain. Piutang yang berasal dari penjualan barang dan jasa yang merupakan kegiatan usaha normal perusahaan disebut piutang dagang atau piutang usaha (trade receivable). Disamping piutang dagang, terdapat piutang-piutang jenis lain misalnya
46
piutang pegawai, piutang bunga, piutang dari perusahaan afiliasi, piutang pemegang saham, dan lain-lain (Soemarso,2009: 338). Ada tiga cara pengelompokkan piutang. Pertama, piutang dapat dikelompokkan menjadi piutang dagang dan piutang wesel. Piutang dagang tercipta sebagai akibat dari penjualan kredit tanpa dukungan dokumen formal. Piutang wesel merupakan janji tertulis (dalam sebuah dokumen formal) untuk membayar sejumlah uang, disebut pokok, pada satu tanggal tertentu di masa yang akan datang, dikenal dengan istilah tanggal jatuh tempo, dan sejumlah bunga pada tanggal tertentu di masa yang akan datang. Bunga merupakan jumlah yang dibebankan atas penggunaan pokok pinjaman.Kedua, piutang dapat dikelompokkan sebagai piutang dagang dan piutang non dagang. Piutang dagang merupakan piutang yang timbul dalam operasi normal suatu kegiatan bisnis pada saat terjadi penjualan barang dagangan secara kredit. Piutang non dagang muncul dari transaksi selain penjualan barang atau jasa. Sebagai contoh, jika seorang manajer keuangan memberi pinjaman uang kepada orang lain dalam perusahaan tersebut, maka pinjaman tersebut akan dikelompokkan sebagai piutang non dagang.Ketiga, dalam neraca, piutang juga dapat diklasifikasikan sebagai piutang lancar dan piutang tidak lancar (piutang jangka pendek dan piutang jangka panjang), tergantung pada kapan kas diharapkan dapat tertagih (Libby, et al.2008: 288). Beberapa masalah dasar dalam akuntansi untuk piutang usaha yaitu: 1. Pengakuan piutang usaha Dalam sebagian besar transaksi piutang, jumlah yang harus diakui adalah harga pertukaran diantara kedua belah pihak. Harga pertukaran adalah jumlah yang terhutang dari debitur (seorang pelanggan atau peminjam) dan umumnya dibuktikan dengan beberapa jenis dokumen bisnis, biasanya berupa faktur. 2. Penilaian piutang usaha Pelaporan piutang melibatkan klasifikasi dan penilaian dalam neraca. Klasifikasi, melibatkan penentuan lamanya waktu setiap piutang akan beredar. Piutang yang diperkirakan akan tertagih dalam satu tahun atau satu siklus operasi—tergantung mana yang lebih panjang—diklasifikasikan sebagai lancar; sementara semua piutang lainnya diklasifikasikan sebagai jangka panjang. Penilaian piutang sedikit lebih kompleks. Piutang jangka pendek dinilai dan dilaporkan pada nilai realisasi bersih (jumlah bersih yang diperkirakan akan diterima dalam bentuk kas), yang tidak selalu berupa jumlah yang secara resmi merupakan piutang. Penentuan nilai realisasi bersih memerlukan estimasi baik atas piutang yang tak tertagih maupun retur penjualan dan pengurangan harga yang diberikan. 3. Disposisi piutang usaha Dalam peristiwa yang normal, piutang usaha dan wesel tagih dapat ditagih pada saat jatuh tempo dan dikeluarkan dari pembukuan. Namun, seiring dengan meningkatnya ukuran dan signifikansi dari penjualan kredit dan piutang “peristiwa yang normal ini” telah berubah. Dalam rangka mempercepat penerimaan kas dari piutang, pemilik dapat mentransfer piutang usaha kepada perusahaan lainnya secara tunai (Kieso, et al. 2008 : 348). Pengendalian Internal Setiap perusahaan pasti menghendaki adanya keamanan pada harta kekayaannya, menginginkan laba yang memadai dan akhirnya kelangsungan dan perkembangan usaha. Untuk mencapai hal tersebut, perusahaan harus meyakinkan bahwa kondisi internal perusahaan mampu memberikan jaminan bahwa kekayaan pemilik perusahaan terjaga dari kemungkinan kecurangan yang merugikan pemilik perusahaan. Selain itu, pemilik juga menginginkan adanya informasi keuangan dari manajemen yang dapat dipercaya.Agar tujuan-tujuan tersebut dapat dicapai, maka perlu adanya suatu sistem pengendalian internal yang memadai. Pengendalian internal mempunyai pengertian penyusunan organisasi, serta penerapan metode-metode untuk menjaga harta milik perusahaan, meyakinkan bahwa catatan-catatan akuntansi dapat dipercaya, efisiensi operasi bisa dijaga, dan kebijakan manajemen ditaati oleh karyawan.
47
Pada dasarnya pengendalian intern dibagi menjadi dua, yaitu pengendalian internal akuntansi dan pengendalian internal administrasi. Pengendalian internal administrasi mempunyai tujuan meningkatkan efisiensi operasi dan meyakinkan bahwa kebijakan manajemen ditaati karyawan. Sedangkan pengendalian internal akuntansi mempunyai tujuan agar harta milik perusahaan bisa terjaga dari kecurangan dan agar catatan-catatan akuntasi dapat dipercaya (Tjahjono, 2009: 2). Biasanya manajemen memiliki tiga tujuan umum dalam merancang sistem pengendalian internal yang efektif: 1. Reliabilitas pelaporan keuangan Manajemen bertanggung jawab untuk menyiapkan laporan bagi para investor, kreditor, dan pemakai lainnya. Manajemen memikul baik tanggung jawab hukum maupun profesional untuk memastikan bahwa informasi telah disajikan secara wajar sesuai dengan persyaratan pelaporan seperti prinsip prinsip akuntansi yang berlaku umum. Tujuan pengendalian internal yang efektif atas pelaporan keuangan adalah memenuhi tanggung jawab pelaporan keuangan tersebut. 2. Efisiensi dan efektifitas operasi Pengendalian dalam perusahaan akan mendorong pemakaian sumber daya secara efisien dan efektif untuk mengoptimalkan sasaran sasaran perusahaan. Tujuan yang penting dari pengendalian ini adalah memperoleh informasi keuangan dan nonkeuangan yang akurat tentang operasi perusahaan untuk keperluan pengambilan keputusan. 3. Ketaatan pada hukum dan peraturan Section 404 (SOX) mengharuskan semua perusahaan publik mengeluarkan laporan tentang keefektifan pelaksanaan pengendalian internal atas pelaporan keuangan. Selain mematuhi ketentuan hukum dalam Section 404 (SOX), organisasi organisasi publik, nonpublik, dan nirlaba diwajibkan menaati berbagai hukum dan peraturan (Arens, et al. 2008: 370). Sistem pengendalian internal perusahaan pada umumnya dirancang untuk memberikan jaminan yang memadai bahwa aktiva perusahaan telah diamankan secara tepat dan bahwa catatan akuntansi dapat diandalkan.Faktor manusia adalah faktor yang sangat penting dalam setiap pelaksanaan sistem pengendalian internal. Sebuah sistem pengendalian yang baik dapat menjadi tidak efektif karena adanya karyawan yang kelelahan, ceroboh, atau bersikap acuh tak acuh. Demikian juga halnya dengan kolusi, dimana kolusi ini secara signifikan dapat mengurangi keefektifan sebuah sistem dan mengeliminasi proteksi yang ditawarkan dari pemisahan tugas (Hery, 2008:165). Pengendalian Internal Piutang Dalam fungsi akuntansi, fungsi yang berhubungan harus dipisahkan. Dengan demikian maka pekerjaan seorang karyawan dapat berfungsi sebagai alat kontrol bagi pekerjaan karyawan lainnya. Contoh, tanggung jawab untuk melakukan pembukuan buku pembantu piutang harus dipisahkan dari pembukuan buku besar piutang. Pekerjaan petugas pembukuan buku pembantu piutang dapat dicek dengan menjumlahkan total saldo rekening masing-masing individu (pelanggan) dalam buku pembantu piutang dan membandingkan dengan rekening buku besar piutang yang dikerjakan oleh petugas pembukuan buku besar piutang. Pengendalian pada piutang dagang dimulai dari pengesahan penjualan kredit oleh manajer perusahaan yang diberi otorisasi. Prosedur pemberian persetujuan penjualan kredit dilakukan oleh departemen kredit perusahaan. Selain itu prosedur untuk mengotorisasi penyesuaian piutang seperti retur penjualan dan potongan penjualan harus diatur. Prosedur penagihan piutang juga harus dibuat untuk memastikan piutang ditagih tepat waktu dan untuk meminimalkan kemungkinan kerugian dari piutang yang tidak dapat ditagih.Kalau kita berbicara
48
mengenai pengendalian internal atas piutang usaha, maka sesungguhnya yang menjadi pusat perhatian adalah bagaimana pengemanan yang efisien dan efektif dilakukan atas piutang usaha, baik dari segi pengamanan atas perolehan fisik kas, pemisahan tugas (termasuk masalah otorisasi persetujuan kredit), sampai pada tersedianya data catatan akuntansi yang akurat. Setiap pengajuan kredit yang dilakukan oleh calon pembeli haruslah diuji atau dievaluasi terlebih dahulu kelayakan kreditnya. Bagian penjualan tidak boleh merangkap bagian kredit. Persetujuan pemberian kredit hanya boleh dilakukan oleh manajer kredit. Manajer penjualan tidaklah memiliki otorisasi atau wewenang untuk menyetujui proposal kredit pelanggan. Apabila bagian penjualan merangkap bagian kredit, maka dikhawatirkan seluruh proposal kredit yang diajukan calon pembeli akan langsung disetujui tanpa adanya evaluasi terlebih dahulu. Dalam hal ini, kemungkinan besar risiko akan muncul terutama terhadap calon pembeli dengan peringkat kredit yang buruk. Dalam praktik, ketiadaan pemisah tugas antara fungsi penjualan dengan fungsi kredit, ditambah lagi dengan kurang tepatnya dasar penghitungan komisi, seringkali menimbulkan peluang terjadinya tindakan kecurangan. Tidak mustahil, karyawan bagian penjualan akan berusaha memperbesar komisi penjualan dengan cara yang tidak benar; dimana oknum bagian penjualan akan membuat seolah-olah penjualan barang dagangan ke pelanggan sungguhan terjadi, padahal penjualan tersebut dilakukan secara fiktif (barang tidak dijual ke pelanggan sungguhan namun disembunyika). Nanti, begitu komisi diperoleh, oknum karyawan tadi akan mengembalikan barang yang telah disembunyikan, seolah-olah telah terjadi retur dari pembeli. Seperti kita ketahui, penerapan pengendalian internal memang tidak terlepas dari biaya-biaya tambahan yang harus dikorbankan perusahaan. Dalam hal ini, ingat kembali bahwa perusahaan pada dasarnya harus mempertimbangkan atau membandingkan antara besarnya biaya tambahan yang akan dikeluarkan (dalam rangka efektifnya pemisahan tugas) dengan manfaat yang akan diperoleh. Atas dasar pertimbangan cost dan benefit tadi, apabila perusahaan pada akhirnya lebih memilih untuk merangkap kedua fungsi (antara fungsi penjualan kredit dengan fungsi penjualan), maka dasar penghitungan komisi haruslah berdasarkan pada tingkat kolektibilitas piutang, bukan omset penjualan. Artinya, komisi penjualan akan dihitung berdasarkan pada besarnya piutang usaha (yang ditimbulkan dari penjualan kredit) yang telah berhasil ditagih atau dikonversi menjadi uang kas. Akan tetapi, secara normatif, jika kita berbicara mengenai pemisahan tugas (dalam kaitannya dengan pengendalian internal atas piutang usaha) maka harus adanya pemisahan fungsi antara bagian persetujuan kredit, bagian penjualan, bagian pencatatan (akuntansi), dan bagian penagihan. Fungsi persetujuan kredit dan fungsi pembukuan memegang peranan sebagai pengecek keabsahan penjualan. Karyawan yang menangani pencatatan piutang usaha tidak boleh ikut terlibat dalam aktivitas penagihan (Hery, 2009: 269-270).
49
Penelitian Terdahulu Tabel 1 Penelitian Terdahulu Nama/tahun
Judul
Tujuan
Analisis
Hasil
Persamaan
Perbedaan
Setiawan/ 2008
Analisis Pengaruh Manajemen Piutang Dan Persediaan Terhadap Profitabilitas Perusahaan Manufaktur Yang Listing Di Jakarta Islamic Index Tahun 2001-2006
Untuk mengetahui pengaruh manajemen piutang dan persediaan terhadap peningkatan profitabilitas perusahaan
Regresi Linier Berganda
Setiawan mengambil data dari perusahaan manufaktur yang listing di Jakarta Islamic Index. Sedangkan penelitian ini mengambil data di Distributor Unilever Manado
Kedua penelitian ini menggunakan piutang sebagai subjek penelitian
Wicaksana/ 2010
Analisis Pengaruh Pengendalian Piutang Terhadap Efektivitas Arus Kas (Studi Kasus pada PT. Z)
Untuk mengetahui pengaruh pengendalian piutang terhadap efektivitas arus kas perusahaan
Analisis Per Komponen, Analisis Trend, Analisis Cash Conversion Cycle, Dan Analisis Rasio Keuangan
Variabel yagn digunakan sebagai pengukur manajemen piutang adalah perputaran piutang sedangkan variabel yang digunakan sebagai pengukur manajemen persediaan adalah perputaran persediaan.Sedangkan profitabilitas diwakili oleh rasio profitabilitas yaitu return on investment.Populasi dalam penelitian ini adalah 12 perusahaan manufaktur yang listing di Jakarta Islamic Index selama 2001-2006 Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa berdasarkan analisis terhadap sistem manajemen piutang yang dilakukan, PT. Z telah melakukan proses manajemen, pengelolaan, dan pengendalian piutang berdasarkan SOP (Standard Operation Procedure) yang telah ditetapkan oleh perusahaan, namun dalam pelaksanaannya masih terdapat beberapa hal yang tidak sesuai dengan SOP.
Wicaksana menggunakan analisis per komponen, analisis trend, analisis cash conversion cycle, dan analisis rasio keuangan. Sedangkan penelitian ini menggunakan analisis deskriptif
Kedua penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder.
METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan penulis dalam penyusunan skripsi Evaluasi Sistem Pengendalian Internal Piutang pada Distributor Unilever Indonesia Area Manado ini adalah jenis penelitian deskriptif, yaitu suatu penelitian dengan mengumpulkan data-data yang menggambarkan seluruh kegiatan berdasarkan fakta yang ada lalu
50
mengolah dan menganalisa data kemudian menarik kesimpulan serta menginter-pretasikannya.Dalam pembahasan ini diperlukan data yang dapat mendukung pemecahan masalah yang ada. Jenis data yang digunakan adalah data kualitatif yaitu berupa sejarah perusahaan, struktur organisasi perusahaan dan kebijakan akuntansi yang diberlakukan dalam perusahaan serta informasi yang dibutuhkan untuk mendukung penelitian ini (Sugiyono, 2011 : 8) Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Distributor Unilever Indonesia Area Manado, yang berlokasi di Kairagi. Waktu penelitian yaitu pada Bulan Februari-Maret tahun 2013. Prosedur Penelitian Penelitian diawali dengan mewawancarai Manajemen Operasional yang bertanggung jawab atas jalannya operasional perusahaan. Manajemen Operasional kemudian memberikan data-data yang diperlukan. Teknik Pengumpulan Data Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Penelitian lapangan, merupakan penelitian langsung yang dilakukan pada perusahaan bersangkutan, dimana data-data yang diambil sebagian besar diperoleh dari hasil wawancara dengan manajemen perusahaan dan melalui daftar pertanyaan (kusioner). 2. Penelitian dokumentasi, penelitian ini menggunakan data-data yang diperoleh dari dokumentasi perusahaan yang berhubungan dengan penelitian ini. Metode Analisis Metode analisis yang digunakan yaitu metode analisis deskriptif yang mengevaluasi karakteristik transaksi piutang dagang dan pencatatnnya pada Distributor Unilever Indonesia Area Manado.Adapun teknik analisis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Mempelajari prosedur-prosedur yang ada dalam penjualan produk-produk perusahaan. 2. Mempelajari sistem dan prosedur pencatatan piutang di perusahaan. 3. Melakukan evaluasi terhadap piutang di perusahaan. 4.
Menarik kesimpulan serta saran mengenai hasil evaluasi terhadap transaksi piutang dagang.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Sistem dan Prosedur Penjualan Kredit Pemberian kredit untuk konsumen ditangani oleh para sales. Akan tetapi, para sales harus meminta persetujuan dari supervisor sales bilamana konsumen tersebut layak diberikan kredit atau tidak. Supervisor sales kemudian menganalisis konsumen mana yang layak diberikan kredit dan mana yang tidak layak.
51
Gambar 1 Flowchart sistem dan prosedur penjualan kredit Taking Order
Order konsumen
sales
Orderan sales
Alat Aplikasi
akuntansi Membuat Faktur
Mengeluarkan 1 2
2
faktur
faktur
Menyerahkan sales
1
3
3
faktur
mengeluarkan
gudang Faktur no.3
barang
sales
menyerahkan barang 1
faktur
konsumen
Sumber: Distributor Unilever Manado (olahan 2013) Prosedur penjualan kredit di distributor ini dimulai ketika sales melakukan Taking Order (TO) kepada para konsumen. Sales bertanya kepada pihak toko atau outlet produk-produk apa yang akan dipesan untuk dibeli. Setiap sales selalu membawa sebuah alat aplikasi yang terhubung dengan bagian gudang. Apabila konsumen ingin memesan suatu barang, sales akan mengecek barang tersebut lewat alat yang mereka bawa. Mereka dapat mengetahui lewat alat tersebut bilamana persediaan barang yang dipesan masih tersedia di gudang atau sudah habis.Setelah konsumen selesai memesan barang, sales akan kembali ke distributor untuk membuat faktur berdasarkan jumlah barang yang telah dipesan oleh konsumen yang telah dimasukkan ke dalam alat tersebut. Bagian akuntansi mengeluarkan faktur 3 rangkap yang nantinya akan dibawa ke toko-toko yang telah memesan barang tersebut. Faktur penjualan rangkap ketiga kemudian diberikan kepada bagian gudang untuk mengangkut barang yang telah dipesan dan dimasukkan ke dalam mobil pengangkut untuk dibawa kepada konsumen yang telah memesan barang tersebut sebelumnya. Setelah barang tiba pada konsumen, konsumen mengecek apakah barang-barang yang dibawa sesuai dengan faktur atau tidak. Jika telah sesuai, faktur rangkap pertama ditahan oleh konsumen, dan faktur rangkap kedua dipegang oleh sales untuk diberikan ke bagian kasir untuk mencatat terjadinya transaksi penjualan kedit. Bagian akuntansi mencatat transaksi piutang dengan akun sebagai berikut: 4 April 2013
Piutang Penjualan
Rp xxx Rp xxx
52
Kemudian bagian akuntansi membuat rekap tagihan selama seminggu untuk ditagih pada saat jatuh tempo.Jika ada konsumen yang akan mengajukan kredit langsung ke pihak distributor, konsumen harus bertemu dengan sales terebih dahulu. Sales yang nantinya akan pergi ke bagian akuntansi dan bagian akuntansi akan mengeluarkan faktur berdasarkan jumlah barang yang telah dipesan oleh konsumen. Faktur rangkap ketiga diberikan ke bagian gudang untuk mengeluarkan barang-barang yang telah dipesan. Sales kemudian menyerahkan barang-barang tersebut kepada konsumen beserta faktur rangkap pertama sebagai bukti kredit dan faktur rangkap kedua dipegang oleh sales sebagai bukti pada waktu penagihan kredit. Sistem dan Prosedur Penagihan dan Penerimaan Kas Sistem dan prosedur penagihan piutang di distributor unilever adalah sebagai berikut:
Gambar 2 Flowchart Sistem dan Prosedur Penagihan 2 faktur
1 faktur
Melakukan Penagihan
sales
pembayaran
konsumen
melalui
Tunai/Cek/ BG
Faktur dengan Cap Lunas
2 faktur
Untuk
Akuntansi sales
Pencatatan
Sumber: Distributor Unilever Manado (olahan 2013) Pada saat jatuh tempo pembayaran, para sales akan pergi ke konsumen untuk melakukan penagihan. Sales membawa faktur rangkap kedua yang dipegang sebagai bukti penagihan. Pembayaran yang dilakukan oleh konsumen seringkali lewat beberapa cara. Konsumen dapat membayar secara tunai atau dengan uang cash, mereka juga dapat membayar melalui Cek atau BG (Bilyet Giro). Pembayaran melalui BG harus mengikuti tanggal jatuh tempo atau umur piutang. Sehingga sales dapat mengambil atau memindahbukukan BG tersebut ke rekening Distributor pada saat jatuh tempo. Setelah konsumen melunasi piutang mereka, sales membawa bukti pembayaran, berupa faktur yang telah di tandai atau di cap “Lunas” oleh sales itu sendiri. Setelah pelunasan, bagian akuntansi mencatat pelunasan piutang dengan akun sebagai berikut: 11 April 2013
Kas
Rp xxx Piutang
Rp xxx
Sistem dan Prosedur Penghapusan Piutang Pihak distributor sangat jarang dalam melakukan penghapusan piutang, karena sangat jarang terjadi kerugian akibat piutang tak tertagih di Distributor Unilever Area Manado ini. Akan tetapi distributor ini menggunakan metode penghapusan langsung apabila terjadi kerugian piutang. Mereka memiliki batas waktu yang cukup lama, yaitu 1 tahun untuk menentukan apakah piutang tersebut sudah tidak akan terbayar atau terjadi 53
kerugian piutang. Setelah batas waktu yang ditentukan telah lewat, bagian akuntansi akan melakukan penghapusan terhadap piutang yang tak tertagih. Contoh pencatatan penghapusan piutang adalah sebagai berikut: Beban Piutang Tak Tertagih Piutang Usaha
Rp xxx Rp xxx
PENUTUP Kesimpulan 1. Piutang di Distributor Unilever Area Manado sudah cukup memadai meskipun tidak memiliki jaminan atas piutang mereka. Karena berdasarkan penjelasan dari para ahli, piutang usaha tidak memiliki dukungan dari dokumen formal atau jaminan sehingga distributor hanya mengandalkan kepercayaan mereka terhadap pelanggan. 2. Sistem dan prosedur penjualan kredit di distributor unilever ini cukup memadai karena sistem penjualan kredit yang mereka terapkan berdasarkan sistem penjualan kredit seperti pada umumnya. Hanya saja mereka harus memiliki departemen kredit untuk tujuan memverifikasi kelayakan pemberian kredit kepada pelanggan. 3. Sistem penagihan disini belum cukup memadai, karena mereka tidak memiliki penagih yang berfungsi untuk menagih piutang mereka yang telah jatuh tempo. Mereka hanya mengandalkan sales mereka dalam hal penagihan piutang. 4. Sistem penerimaan kas distributor ini sudah cukup memadai meskipun tidak memiliki kuitansi sebagai bukti pelunasan atau telah diterimanya pembayaran dari pelanggan. Akan tetapi, distributor mengakalinya dengan meminta tanda tangan atau cap dari pelanggan sebagai bukti pembayaran atau pelunasan piutang. 5. Metode penghapusan langsung yang diterapkan oleh distributor tidak memadai untuk perusahaan dengan skala penjualan relatif besar seperti mereka. Karena menurut Standar Akuntansi Keuangan yang ada, perusahaan dengan skala penjualan yang besar seharusnya menggunakan metode pencadangan untuk mengestimasi piutang mereka yang berpotensi terjadi kerugian piutang. Saran
1. Distributor sebaiknya menggunakan jaminan untuk melindungi piutang mereka dari kemungkinan terjadinya kerugian piutang. 2. Distributor sebaiknya membuat departemen kredit yang berfungsi sebagai pihak yang melakukan verifikasi atas kelayakan pemberian kredit bagi pelanggan. 3. Distributor harus memiliki fungsi penagihan sebagai pihak yang melakukan penagihan pada saat piutang telah jatuh tempo, sehingga dapat meringankan tugas dari para sales. 4. Distributor bisa mempertimbangkan untuk menggunakan kuitansi sebagai bukti yang kuat atas pelunasan pembayaran piutang dari pelanggan dan bukti untuk pencatatan penerimaan kas. 5. Pihak distributor harusnya menggunakan metode pencadangan piutang untuk mengestimasi piutang usahanya yang memiliki resiko terjadinya kerugian piutang. DAFTAR PUSTAKA Arens, Alvin A., Elder, Randal J., Beasley, MarkS. (Alih bahasa oleh Gina Gania). 2008.Auditing dan Jasa Assurance.Jilid 1. Edisi Keduabelas. Erlangga. Jakarta. Hery. 2008.Pengantar Akuntansi 1. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta.
54
____. 2009.Akuntansi Keuangan Menengah I. Edisi 1. Cetakan Pertama. PT. Bumi Aksara. Jakarta. Kieso, Donald E., Weygandt, Jerry J., Warfield, Terry D. (Alih bahasa oleh Emil Salim SE). 2008.Akuntansi Intermediate. Jilid 1. Edisi Keduabelas. Erlangga. Jakarta. Libby, Robert., Libby, Patricia A.,Short, Daniel G. (alih bahasa oleh J. Agus Seputro). 2008.Akuntansi Keuangan. Andi. Yogyakarta. Martani, Dwi., Veronica, Silvya NPS., Wardhani, R.,Farahmita, A., Tanujaya, E. 2012.Akuntansi Keuangan Menengah Berbasis PSAK.Buku 1. Salemba Empat. Jakarta. Setiawan. 2008. Analisis Pengaruh Manajemen Piutang dan Persediaan Terhadap Profitabilitas Perusahaan Manufaktur Yang Listing Di Jakarta Islamic Index tahun 2001-2006. Skripsi. UIN Sunan Kalijaga. Yogyakarta. http://digilib.uin-suka.ac.id//1115/ diakses pada 21 mei 2012. Soemarso,S.R.2009.Akuntansi Suatu Pengantar. Jilid 1. Salemba Empat. Jakarta. Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeta. Bandung. Sumarsan, T. 2011. Akuntansi Dasar & Aplikasi dalam Bisnis. Jilid 3. PT. Indeks. Jakarta. Tjahjono, A., Sulastiningsih. 2009.Akuntansi Pengantar 2 Pendekatan Komprehensip. Cetakan Pertama. Ganbika. Yogyakarta. Wicaksana. 2010. Analisis Pengaruh Pengendalian Piutang Terhadap Efektivitas Arus Kas (Studi kasus pada PT. Z). Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor. http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/47764 diakses pada 8 Juli 2011.
55
PENERAPAN INFORMASI AKUNTANSI DIFERENSIAL DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN MEMBELI ATAU MEMBUAT SENDIRI PRODUK SETENGAH JADI PADA UD. BERKAT ANUGERAH Phamela D Tampubolon David Paul Elia Saerang Agus Toni Poputra Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Akuntansi Universitas Sam Ratulangi Manado email :
[email protected] ABSTRAK Ditengah persaingan usaha yang begitu pesat dan keadaan perekonomian yang tidak menentu, setiap perusahaan dituntut untuk lebih efisien agar dapat bertahan dan semua itu tidak lepas dari peran manajemen. Ukuran yang dipakai manajemen untuk mengukur berhasil tidaknya perusahaan adalah laba. Untuk menghasilkan laba yang efisien manajemen memerlukan informasi akuntansi diferensial untuk memilih tindakan yang terbaik diantara alternatif yang tersedia. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis penerapan informasi akuntansi diferensial dalam pengambilan keputusan membeli atau membuat sendiri produk setengah jadi pada UD. Berkat Anugerah. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif . Hasil analisis penelitian yang dilakukan pada UD. Berkat Anugerah dilihat dari biaya yang dikeluarkan menunjukan tentang peran akuntansi diferensial dalam pengambilan keputusan jangka pendek, dimana pihak perusahaan sebaiknya membeli produk setengah jadi dari pihak ketiga karena biaya yang dikeluarkan lebih rendah daripada memproduksi sendiri. Kata kunci : akuntansi diferensial, pengambilan keputusan.
ABSTRACT Amid competition is so rapid and uncertain economic conditions, every company is required to be more efficient in order tobe more efficient in orderto survive and all of it can not be separated from the role of management. Management measure which is occupied to measure the success or failure of the company is profit. To produce an efficient profit differential accounting information requires management to select the best course of action among alternatives available. The purpose of this study is to analyze the application of differential accounting information in the decision to buy or make your own semi-finished products on UD. Berkat Anugerah. This study uses a descriptive research method. The result of the analysis of research conducted on UD. Berkat Anugerah seen from the cost accounting showed diferential role in the short-term decision making, where the company should buy semi-finished products from third party cost incurred due to lower than producing its own. Keywords : differential accounting, decision-making
56
PENDAHULUAN Latar Belakang Di tengah situasi perekonomian yang tidak menentu sekarang ini, setiap perusahaan dituntut untuk lebih efisien agar dapat bertahan. Sehubungan dengan keadaan ini peran manajemen sangat dibutuhkan dalam membantu perusahaan untuk mencapai tujuannya, yaitu untuk mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan dengan mengoptimalkan sumber-sumber daya yang dimiliki perusahaan. Dalam perencanaan, manajemen dihadapkan pada pengambilan keputusan yang menyangkut memilih satu pilihan yang terbaik dari berbagai macam alternatif pilihan. Dalam hal ini manajemen memerlukan informasi yang dapat mengurangi ketidakpastian, sehingga dapat menentukan pilihan yang terbaik bagi perusahaan. Salah satu jenis informasi yang dibutuhkan oleh manajemen sebagai dasar perencanaan dan pengambilan keputusan adalah informasi akuntansi diferensial (differential accounting information). Manajemen membutuhkan informasi akuntansi diferensial ini untuk memilih altenatif tindakan yang terbaik diantara alternatif yang tersedia, pemilihan alternatif akuntansi diferensial mempunyai dua karakteristik, yaitu informasi masa yang akan datang dan informasi berbeda diantara alternatif yang akan diambil oleh pengambil keputusan. Pada informasi akuntansi diferensial, umumnya manajemen menghadapi empat macam pengambilan keputusan dalam jangka pendek, yaitu membeli atau membuat sendiri, menjual atau memproses lebih lanjut suatu produk, menghentikan atau melanjutkan produksi produk tertentu atau kegiatan usaha suatu bagian perusahaan, menerima atau menolak pesanan khusus. Setiap keputusan yang diambil manajemen harus dapat dipertanggungjawabkan dan memiliki dasar yang relevan. UD. Berkat Anugerah yang menjadi objek dari penelitian ini memiliki tujuan usaha mengoptimalkan laba, sebagaimana usaha-usaha yang lain. Adakalanya perusahaan mengalami kesulitan dalam pengambilan keputusan membeli atau membuat sendiri produk setengah jadi, berupa rangka kayu untuk set kursi tamu. Dalam kondisi seperti ini manajemen memerlukan informasi akuntansi diferensial yang dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan membeli atau membuat sendiri, dengan taksiran penghematan biaya yang dapat dilakukan oleh perusahaan. Informasi akuntansi diferensial dapat mengukur seberapa besar biaya diferensial yang terjadi jika manajemen memilih suatu alternatif, sehingga manajemen dapat memperoleh perbandingan biaya yang terjadi dari alternatif-alternatif tersebut. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis penerapan informasi akuntansi diferensial dalam proses pengambilan keputusan membeli atau membuat sendiri produk setengah jadi pada UD. Berkat Anugerah. TINJAUAN PUSTAKA Akuntansi Manajemen Akuntansi manajemen adalah proses pengidentifikasian, pengukuran, penghimpunan, penganalisisan, penyusunan, penafsiran dan pengkomunikasian informasi keuangan yang digunakan oleh manajemen untuk merencanakan, mengevaluasi, dan mengendalikan kegiatan usaha di dalam sebuah organisasi, serta untuk memastikan penggunaan dan akuntabilitas sumber daya yang tepat. (Simamora 2012:13). Akuntansi Manajemen sebagai Suatu Tipe Informasi Informasi merupakan salah satu fakta, data, pengamatan, persepsi, atau suatu yang lain yang menambah pengetahuan. informasi akuntansi manajemen diperlukan pada seluruh tahap proses manajemen mulai dari perencanaan, koordinasi, pengendalian sampai dengan tahap pengambilan keputusan. (Halim dkk.2013:9), Pengambilan keputusan selalu menyangkut masa yang akan datang, yang mengandung ketidakpastian dan selalu menyangkut pemilihan suatu alternatif tindakan diantara sekian banyak alternatif yang tersedia. Oleh karena itu, pengambilan keputusan selalu berusaha mengumpulkan informasi untuk mengurangi ketidakpastian yang dihadapi dalam memilih alternatif tindakan tersebut. Mulyadi yang dikutip oleh Partomuan (2010) mengemukakan informasi akuntansi sebagai bahasa bisinis dikelompokkan menjadi tiga golongan,yaitu sebagai berikut. a. Informasi Operasi Untuk melaksanakan aktivitas perusahaan sehari-hari, manajemen memerlukan berbagai informasi seperti jumlah kilogram bahan baku yang dipakai dalam produksi, jumlah sediaan produk jadi yang ada digudang, jumlah produksi hari ini, jumlah jam kerja karyawan dalam satu minggu, dan jumlah produk
57
b.
c.
yang dijual hari ini. Informasi operasi ini merupakan bahan baku untuk mengolah tipe informasi akuntansi yang lain : informasi akuntansi keuangan dan informasi akuntansi manajemen. Informasi Akuntansi Keuangan Informasi akuntansi keuangan diperlukan baik oleh manajemen maupun pihak luar perusahaan untuk pengambilan keputusan guna menentukan hubungan antara pihak tersebut dengan perusahaan. Informasi akuntansi keuangan ini dihasilkan oleh sistem pengolahan informasi keuangan yang disebut akuntansi keuangan. Informasi Akuntansi Manajemen Informasi akuntansi manajemen diperlukan oleh manajemen untuk melaksanakan dua fungsi pokok manajemen, yaitu: perencanaan dan pengendalian aktivitas perusahaan.
Jenis Informasi Akuntansi Manajemen Halim dkk. (2013:10) menjelaskan bahwa, informasi akuntansi manajemen dibagi menjadi 3 jenis yaitu: (1) informasi akuntansi penuh/menyeluruh (full accounting information); (2) informasi akuntansi pertanggungjawaban (responsibility accounting); dan (3) informasi akuntansi diferensial (differential accounting). Penjelasannya sebagai berikut. a. Informasi Akuntansi Penuh (Full Accounting Information) Akuntansi penuh menyajikan informatika mengenai pendapatan total, biaya total dan atau aktiva total baik pada masa lalu maupun masa yang akan datang, terutama yang berkaitan dengan biaya atau disebut dengan informasi akuntansi biaya penuh. Informasi mengenai biaya penuh masa lalu (historical full cost) digunakan untuk penyusunan laporan keuangan (umumnya berupa neraca dan laporan laba rugi). b. Informasi Akuntansi Pertanggungjawaban (Responsibility Accounting Information). Akuntansi pertanggungjawaban menyajikan informasi mengenai pendapatan, biaya atau aktiva yang dikaitkan dengan suatu bagian atau unit di dalam perusahaan. Informasi akuntansi pertanggungjawaban masa lalu bermanfaat untuk menganalisis prestasi dari masing-masing manajer pusat pertanggungjawaban. Informasi akuntansi pertanggungjawaban yang menyangkut masa yang akan datang digunakan dalam kegiatan perencanaan tahunan (anggaran/budget). c. Informasi Akuntansi Diferensial (Differential Accounting Information) Akuntansi diferensial menyajikan informasi mengenai taksiran pendapatan, biaya dan atau aktiva yang berbeda jika suatu tindakan tertentu dipilih, dibandingkan dengan alternatif tindakan lain. Informasi akuntansi diferensial berkaitan dengan masa yang akan datang. Informasi Akuntansi Diferensial Informasi akuntansi diferensial merupakan informasi akuntansi yang dihubungkan dengan pemilihan alternatif. Informasi Akuntansi diferensial merupakan taksiran perbedaan aktiva, pendapatan, dan/atau biaya dalam alternatif tindakan yang lain. (Sunarto 2008:57). Pengambilan Keputusan Syamsi (2009:10) menyatakan bahwa pengambilan keputusan merupakan tindakan pimpinan untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam organisasi yang dipimpinnya dengan melalui pemilihan satu diantara alternatif-alternatif yang dimungkinkan. Tahap-tahap Pengambilan Keputusan Mulyadi (2007:108), mengungkapkan bahwa, pengambilan keputusan dilaksanakan melalui empat tahap, yaitu sebagai berikut. a. Pengakuan dan perumusan masalah atau kesempatan. b. Pencarian Tindakan Alternatif dan Kuantifikasi Konsekuensinya Masing-masing. c. Pemilihan Alternatif Optimum atau Alternatif yang Memuaskan d. Implementasi dan Penindaklanjutan Manfaat Akuntansi Diferensial Dalam Pengambilan Keputusan Jangka Pendek Bastian dan Nurlela (2007:175), menyatakan ada beberapa manfaat akuntansi diferensial dalam pengambilan keputusan jangka pendek yang pada umumnya dihadapi oleh manajemen dalam pengambilan keputusan yang umumnya terdiri dari empat macam keputusan, yaitu sebagai berikut. a. Menjual atau memproses lebih lanjut (sell or process futher) 58
b.
c.
d.
Ada kalanya manajemen puncak dihadapkan pada pemilihan menjual produk tertentu pada kondisinya sekarang atau memprosesnya lebih lanjut menjadi produk yang lebih tinggi harga jualnya. Dalam pengambilan keputusan macam ini, informasi akuntansi diferensial yang diperlukan oleh manajemen adalah pendapatan diferensial dengan biaya diferensial jika alternatif memproses lebih lanjut dipilih. Menghentikan atau melanjutkan produksi produk tertentu atau kegiatan usaha departemen tertentu (stop or continue product line). Dalam menghadapi kondisi ini, manajemen perlu mempertimbangkan keputusan menghentikan atau tetap melanjutkan produksinya. Dan informasi yang relevan untuk dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan ini adalah biaya diferensial dan pendapatan diferensial. Menerima atau menolak pesanan khusus (special order decision). Penerapan analisis biaya diferensial juga dapat digunakan untuk membuat keputusan menerima atau menolak pesanan khusus apabila kapasitas mesin perusahaan masih terdapat kapasitas yang menganggur dan pada saat itu harga jualnya dibawah harga pokok produksi dalam hitungan biaya penuh. Membeli atau membuat sendiri (make or buy decision) Pertimbangan untuk membeli atau membuat sendiri dapat juga timbul sebagai akibat adanya taksiran penghematan biaya jika suatu komponen yang sebelumnya dibeli dari pemasok luar direncanakan akan dibuat sendiri oleh perusahaan.
Keputusan Membeli atau Membuat Sendiri Produk Carter (2009:330) menyatakan, tujuan dari keputusan buat atau beli sebaiknya adalah penggunaan optimal atas sumberdaya produksi dan keuangan perusahaan. Masalah yang seringkali muncul dalam kaitannya dalam pengambilan keputusan membeli atau membuat sendiri adalah ruangan yang tak terpakai, buruh yang menganggur dan perhitungan biaya. Dalam kondisi ini manajer cenderung untuk mempertimbangkan pembuatan unit-unit tertentu dibanding membelinya dengan maksud untuk memanfaatkan fasilitas-fasilitas yang ada. Penelitian Terdahulu Tabel 1 Penelitian Terdahulu Nama Peneliti/ Tahun Maulida (2012)
Judul
Tujuan
Analisis Informasi Akuntansi Diferensial dalam pengambilan keputusan membeli atau membuat sendiri bahan baku mie pada Usaha Mie ayam Wonogiri
Menganalisis peranan informasi akuntansi diferensial dalam pengambilan keputusan membeli atau membuat sendiri bahan baku mie
Metode Penelitian Deskriptif
Hasil
Persamaan
Perbedaan
Peran dari akuntansi diferensial dalam pengambilan suatu keputusan jangka pendek, dimana pihak perusahaan membuat sendiri bahan baku Mie, karena biaya produksi yang dikeluarkan apabila membuat sendiri lebih rendah dari pada membeli dari luar
Menggunakan analisis deskriptif serta menganalisis tentang akuntansi diferensial
objek penelitian,latar belakang masalah dan tujuan penelitian yang berbeda.
59
Jatmiko (2012)
Analisis Informasi Akuntansi Diferensial dalam Pengambilan Keputusan Menerima atau Menolak Pesanan Khusus Sepatu pada Perusahaan Sepatu Asia
Mengetahui dan memperoleh gambaran dengan jelas tentang penggunaan analisis informasi diferensial dalam pengambilan keputusan menerima atau menolak pesanan khusus sepatu apakah akan menimbulkan laba/rugi perusahaan
Deskriptif
Perusahaan memperoleh laba untuk pesanan khusus sepatu pada bulan november 2011, walaupun harga yang diminta perusahaan lebih rendah dari harga jual normal
Menggunakan analisis deskriptif serta menganalisis tentang akuntansi diferensial
Objek penelitian, latar belakang masalah dan tujuan penelitian yang berbeda.
METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan tingkat ekspalasi deskriptif yaitu pengumpulan data untuk mendeskripsikan suatu fenomena yang sama seperti pada waktu penelitian dilakukan. Analisis deskriptif digunakan untuk menjelaskan hasil penelitian berupa angka secara naratif. Sesuai dengan penelitian pengumpulan data didapatkan dalam bentuk angka-angka yang kemudian dijelaskan secara naratif sesuai hasil penelitian yang didapat dari objek penelitian yaitu UD. Berkat Anugerah. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat yang menjadi penelitian ini adalah UD.Berkat Anugerah yang bertempat di Jl.Santiago kompleks puskesmas Tuminting.,Kecamatan Tuminting . Waktu penelitian secara keseluruhan dilakukan selama 2 bulan, sejak bulan september 2013 sampai oktober 2013.
Prosedur Penelitian Prosedur penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut: a. Survei objek penelitian. b. Mengambil data-data perusahaan dan wawancara. c. Membandingkan dan mengolah data-data dan informasi perusahaan dengan dasar teori yang digunakan. d. Membuat kesimpulan dan memberikan saran. Metode Pengumpulan Data Jenis Data Kuncoro (2004:25) menyatakan jenis data dibedakan atas dua jenis yaitu data kuanitatif dan data kualitatif. Jenis data yang digunakan dalam penelitan ini adalah data kuantitaif dan data kualitatif. Data kualitatif dalam penelitan ini yaitu data yang diperoleh melalui berbagai macam teknik pengumpulan data misalnya wawancara, analisis dokumen, atau observasi., seperti wawancara mengenai proses pengambilan keputusan membeli atau memproduksi sendiri produk setengah jadi. Sedangkan data kuantitatif dalam penelitian ini berupa data-data biaya produksi dalam perusahaan.
60
Sumber Data Kuncoro (2004:25) menyatakan, berdasarkan sumbernya data penelitian dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti secara langsung dari sumber datanya. seperti wawancara dengan pemilik UD.Berkat Anugerah. Data Sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan peneliti dari berbagai sumber yang telah ada. pada penelitian ini diperoleh dari bahan-bahan yang tersedia di buku-buku dan sumber-sumber lain yang berhubungan dengan penelitian ini Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode pengumpulan data adalah sebagai berikut. a. Wawancara, yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dan diperoleh dengan mengadakan tanya jawab sambil tatap muka antara pewawancara dengan informan. Seperti melakukan wawancara langsung dengan pemilik dan karyawan-karyawan pada UD. Berkat Anugerah mengenai proses produksi.. b. Observasi, yaitu mengadakan pengamatan langsung pada tempat penelitian untuk mendapatkan data-data yang diperlukan sehubungan dengan kepentingan penelitian. c. Studi kepustakaan, yaitu menggunakan buku-buku dari berbagai sumber untuk mendapatkan data yang bersifat teoritis Metode Analisis Data Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah, metode analisis deskriptif yaitu suatu metode pembahasan permasalahan yang sifatnya menguraikan, menggambarkan, membandingkan dan menerangkan suatu data atau keadaan yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas dan terperinci mengenai suatu keadaan berdasarkan data atau informasi yang telah didapatkan, kemudian dikumpulkan sehingga didapatkan informasi yang diperlukan untuk menganalisa masalah yang ada. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Sejarah Singkat UD. Berkat Anugerah Perusahaan Meubel UD. Berkat Anugerah berdiri pada Tahun 2007, usaha ini merupakan usaha keluarga yang didirikan oleh Bapak Bony Husain dan Ibu Ribka Bulahari berlokasi di Kecamatan Tuminting Kota Manado. Pendirian usaha ini berdasarkan pemikiran untuk pengembangan usaha keluarga serta penyerapan tenaga kerja yang tersedia diwilayah tersebut. Produk yang dihasilkan Perusahaan Meubel UD. Berkat Anugerah diantaranya adalah sebagai berikut. a. Meja dan Kursi Tamu b. Lemari Pajangan c. 1 set meja makan d. Lemari Pakaian Deskripsi Kerja Perusahaan Meubel Berkat Anugerah mempunyai beberapa karyawan yang terdiri dari berikut ini. Tabel 2 Tenaga Kerja UD.Berkat Anugerah Uraian Jumlah Karyawan Bagian Administrasi dan Keuangan 2 orang Bagian Kontrol 1 orang Bagian Perakitan 2 orang Bagian Pemasangan 1 orang Bagian Penjahitan 2 orang Bagian Pengecatan 2 orang Bagian Finishing 1 orang TOTAL 11 orang Sumber : UD. Berkat Anugerah
61
Hasil Penelitian Peranan Informasi Akuntansi Diferensial dalam Pengambilan Keputusan Perusahaan Meubel UD. Berkat Anugerah dituntut untuk melakukan perencanaan dengan baik bagi kelancaran kegiatan perusahaan. Dalam perencanaan, perusahaan dihadapkan pada pengambilan keputusan yang menyangkut pemilihan berbagai alternatif. Untuk memutuskan alternatif mana yang harus dipilih, perusahaan dihadapkan pada ketidakpastian. Oleh karena itu manajemen perusahaan Meubel UD. Berkat Anugerah memerlukan informasi yang dapat mengurangi ketidakpastian sehingga memungkinkan perusahaan menentukan pilihan yang baik pada alternatif yang ada. Salah satu informasi yang diperlukan adalah informasi akuntansi diferensial. Perusahaan Meubel UD. Berkat Anugerah membutuhkan informasi akuntansi diferensial dalam setiap tahap pengambilan keputusan terutama menyangkut pengadaan produk setengah jadi pada perusahaan berkaitan dengan alternatif membeli atau membuat sendiri produk setengah jadi tersebut. Perusahaan Meubel UD. Berkat Anugrah memproduksi beberapa produk meubel berbahan kayu, namun yang akan penulis bahas dalam penulisan ini ada produk kursi dan meja tamu yang merupakan produk yang paling banyak diproduksi oleh perusahaan.
Membeli Produk Setengah Jadi dari Ketiga Perusahaan membeli rangka kayu sebagai bahan baku utama dibeli dari Kota Jepara, dengan menggunakan konteiner dimana dalam satu konteiner berisi sebanyak 100 set kursi dan meja tamu. Adapun dalam sekali pengiriman biaya yang dikeluarkan Rp111.000.000,00. Tabel 3 Membeli Produk Setengah Jadi dari Ketiga
Uraian A Rangka Kayu
Unit B Set
Harga Pembelian/ Konteiner (Rp) C 111.000.000
Kuantitas
Harga per set (Rp)
D 100
E=C/D 1.110.000
Per set (Rp)
100 set (Rp)
Sumber : UD. Berkat Anugerah (data diolah,2013) Tabel 4 Membuat Sendiri Produk Setengah Jadi
Biaya bahan baku Kayu ½ M3 x Rp 1.800.000 Biaya tenaga kerja langsung : 4 hari x Rp 50.000 Biaya Overhead pabrik variabel : Listrik Biaya overhead pabrik tetap: Paku Biaya overhead pabrik tetap bersama : Pengawas
900.000
90.000.000
200.000
20.000.000
18.000
1.800.000
4.500
450.000
30.000
3.000.000
Jumlah biaya produksi 1.152.500 Sumber : UD. Berkat Anugerah (data diolah,2013)
115.250.000
62
Pembahasan Setiap perusahaan menjalankan usahanya tidak luput dari berbagai macam masalah. Masalah yang dihadapi tidak dapat diabaikan begitu saja, karena secara langsung ataupun tidak langsung dapat menghambat pencapaian tujuan perusahaan. Oleh karena itu sangat diperlukan pemecahan yang tepat atas masalah yang dihadapi. Perusahaan Meubel UD. Berkat Anugerah ini pun tidak terlepas dari masalah-masalah dalam menjalankan operasinya. Salah satu diantaranya membuat atau membeli produk setengah jadi. Dalam penyelesaian masalah ini diperlukan pertimbangan dan perhitungan yang cermat dari manajemen agar keputusan yang diambil tidak merugikan perusahaan. Sehubungan dengan kegiatan produksi produk setengah jadi yang dilakukan oleh perusahaan maka yang menjadi titik pokok dalam pembahasan ini adalah penerapan informasi akuntansi diferensial dalam pengambilan keputusan membuat atau membeli sendiri produk setengah jadi pada perusahaan Meubel UD.Berkat Anugerah. Dalam upaya untuk memperoleh laba yang optimal dari hasil produksinya, maka pihak manajemen perusahaan perlu mengelolah kegiatan produksinya secara efektif dan efisien, khususnya pada proses produksi produk setengah jadi sehingga dapat dijadikan sebagai alat pengambilan keputusan. Informasi akuntansi diferensial yang ada di perusahaan bukanlah semata-mata sebagai bahan pengambilan keputusan, akan tetapi lebih banyak berperan untuk mengumpulkan data informasi relevan dan menganalisa informasi tersebut, sehingga dapat disajikan informasi yang benar-benar siap untuk digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan. Dengan semakin meningkatnya persaingan dan untuk mendapatkan keuntungan yang optimal, perusahaan mencoba menganalisis masalah ini. Dalam memecahkan masalah yang dihadapi ini, terdapat dua alternatif yang dapat dipilih oleh perusahaan yaitu sebagai berikut. 1. Perusahaan membuat sendiri produk setengah jadi, 2. Perusahaan membeli produk setengah jadi dari pemasok luar Untuk menganalisis kemungkinan perusahaan membeli dari pemasok luar atau membuat sendiri produk setengah jadi untuk memenuhi pesanan, perusahaan mengambil produk set meja tamu karena produk ini merupakan produk yang paling banyak diproduksi oleh perusahaan. Dalam hal ini penulis akan mencoba membantu pihak manajemen perusahaan Meubel UD.Berkat Anugerah dalam menganalisis apakah lebih baik membeli atau memproduksi sendiri produk setengah jadi untuk memenuhi pesanan. Keputusan membuat atau membeli sendiri dihadapi manajemen terutama dalam perusahaan yang produknya terdiri dari berbagai komponen dan yang memproduksi berbagai jenis produk. Tidak selamanya komponen yang membentuk produk harus diproduksi sendiri oleh perusahaan, jika memang pemasok dari luar dapat memasok komponen dengan harga yang lebih murah daripada biaya yang ditimbulkan dari membuat sendiri. Alternatif tersebut timbul karena penerapan informasi akuntansi diferensial seta adanya pemasok dari luar yang menyediakan produk setengah jadi dengan harga yang relatif. Ini pula yang memungkinkan manajemen perusahaan Meubel UD.Berkat Anugerah yang sebelumnya memproduksi sendiri produk setengah jadinya, kemudian mempertimbangkan membeli produk setengah jadi dari pemasok. Berdasarkan tabel 3 dan 4 terlihat perbedaan biaya apabila perusahaan membeli atau membuat sendiri produk setengah jadi seperti yang diperlihatkan seperti berikut. Tabel 5 Perbedaan biaya membeli atau membuat sendiri produk setengah jadi Biaya diferensial per set Membuat Membeli (Rp) (Rp) 1.152.500 1.110.000 42.500
Biaya Diferensial Total (100 set) Membuat Membeli (Rp) (Rp) 115.250.000 111.000.000 4.250.000
Sumber : UD. Berkat Anugerah (data diolah,2013) Dari hasil analisis diatas,ternyata membeli produk setengah jadi dari pihak ketiga lebih menguntungkan dibandingkan dengan membuat sendiri produk setengah jadi.
63
PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan keseluruhan penelitian yang dilakukan ditarik kesimpulan yaitu, UD. Berkat Anugerah telah memperhatikan aspek-aspek yang berperanpenting dalam pengambilan keputusan. sehingga keputusan yang diambil telah melalui berbagai pertimbangan. Penerapan Informasi akuntansi diferensial berperan dalam membantu manajemen untuk memilih alternatif terbaik sehingga diperoleh perbedaan biaya apabila UD. Berkat Anugerah memilih alternatif untuk memproduksi sendiri produk setengah jadinya maka perusahaan perlu menambah biaya sebesar Rp 42.500 per set produk setengah jadi dan Rp 4.250.000 untuk produksi 100 set. Saran Berdasarkan hasil pembahasan mengenai penerapan informasi akuntansi diferensial dalam pengambilan keputusan membeli atau membuati sendiri produk setengah jadi, maka dikemukakan saran yang dapat dijadikan bahan pertimbangan perusahaan untuk meningkatkan aktivitas perusahaan dalam mencapai tujuan perusahaan yaitu setelah penelitian ini dilakukan sebaiknya UD.Berkat Anugerah tetap pada keputusan untuk membeli sendiri produk setengah jadinya untuk produk tertentu, karena pertimbangan biaya yang dikeluarkan. Hal tersebut tentunya akan berpengaruh pada laba yang akan diperoleh oleh perusahaan. DAFTAR PUSTAKA Bastian, Bustami., Nurlela.2007. Akuntansi Biaya, Melalui Pendekatan Manajerial. Mitra Wacana. Yogyakarta. Carter, William K. 2009. Akuntansi Biaya. Salemba empat. Jakarta Halim, Abdul., Soepomo Bambang., Syam Kusufi Muhammad. 2013. Akuntansi Manajemen Edisi 2. BPFE. Yogyakarta Syamsi,Ibnu. 2009. Pengambilan Keputusan dan Sistem Informasi. Bumi Aksara. Jakarta. Jatmiko, Agustinus. 2012. Analisis Informasi Akuntansi Diferensial dalam Pengambilan Keputusan Menerima atau Menolak Pesanan Khusus Sepatu pada Perusahaan Sepatu Asia Skripsi. Universitas Gunadarma.Cirebon. Kuncoro, Mudrajad. 2004. Metode Riset Untuk Bisnis dan Ekonomi. Erlangga. Jakarta. Maulida, Yulita.2012. Analisis Informasi Akuntansi Diferensial dalam Keputusan Membeli atau Membuat Sendiri Bahan Baku Mie pada Usaha Ayam Mie Wonogiri. Skripsi .Universitas Gunadarma.Cirebon. Mulyadi. 2007.Sistem Perencanaan dan Pengendalian Manajemen . Edisi Ketiga. Salemba Empat. Jakarta.. Partomuan, Johanis. 2010. Analisis Penerapan Informasi Akuntansi Manajemen dalam Proses Pengambilan Keputusan pada PDAM Tirtamadi Medan. Skripsi.Universitas Sumatera Utara.Medan Simamora,H. 2012. Akuntansi Manajemen. Edisi Ketiga. Star Gate Publisher. Riau Sunarto. 2008. Akuntansi Manajemen. Amus. Yogyakarta. .
64
PERBANDINGAN SISTEM PERPAJAKAN TERHADAP USAHA MIKRO KECIL MENENGAH PADA PT. BERKAT TEKNIK JAYA Sintya Clara Assa Jantje J. Tinangon Rudy Pusung Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Akuntasi Universitas Sam Ratulangi Manado email :
[email protected]
ABSTRAK Perkembangan ekonomi suatu negara, juga disebabkan oleh jumlah usaha mikro kecil dan menengah, begitu pula sistem perpajakan yang berlaku di Indonesia telah mengalami beberapa perubahan, untuk meningkatkan pendapatan negara lewat penerimaan sektor pajak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan system perpajakan sesuai ketentuan umum dan PP nomor 46 yang baru diterapkan pada Juli 2013 dan mulai dibayar pada bulan Agustus 2013. Objek penelitian adalah PT. Berkat Teknik Jaya yang merupakan perusahaan UMKM yang bergerak dibidang pertanian dan dagang. Dengan mengambil data berupa SPT dan jumlah pendapatan dari perusahaan. Berdasarkan hasil perhitungan, dengan membandingkan jumlah pajak yang harus dibayar di tahun 2013 dengan menggunakan masing-masing system perpajakan maka diketahui jumlah pajak yang harus dibayar dengan system perpajakan sesuai ketentuan umum yaitu Rp.21.000.000 sedangkan dengan menggunakan PP Nomor 46 maka pajak yang harus di bayar sebesar Rp. 25.787.000. Berdasarkan perhitungan dan analisa, masing-masing system perpajakan untuk UMKM mempunyai kelebihan dan kekurangan, namun dari segi jumlah pajak yang harus dibayar maka lebih menguntungkan untuk penerapan system perpajakan sesuai ketentuan umum.
Kata kunci : sistem perpajakan, UMKM
ABSTRACT Economic development of a country , is also caused by a number of micro, small and medium enterprises , as well as existing tax system in Indonesia has undergone some changes , to increase state revenue through tax receipts . This study aims to compare the general taxation system in accordance with the Government Regulation number 46 where applied in July 2013 and began to be paid in August 2013. Object of research is PT Berkat Teknik Jaya is a micro, small and medium enterprises company engaged in agriculture and trade. By taking the information in the form and amount of the income tax returns of the company. Based on calculations, by comparing the amount of tax due in the year 2013 by using each system of taxation, it is known that the amount of tax to be paid in accordance with the general taxation system that is Rp.21.000.000 while using Government Regulation No. 46 then the tax should in the pay of Rp .25.787.000. Based on the calculation and analysis , each system of taxation for micro, small and medium enterprises have advantages and disadvantages , but by terms of the amount of tax to be paid then it is more advantageous for the application in accordance with the general taxation system.
Keywords: taxaction system, micro, small and medium enterprises
65
PENDAHULUAN
Latar Belakang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara tahun 2013, penerimaan negara dari sektor pajak ditargetkan sebesar Rp. 1.193,000,000,000 atau sebesar 77,99% dari seluruh total penerimaan negara (Kementrian Keuangan,2013). Untuk mencapai target tersebut, Direktorat Jenderal Pajak sebagai suatu institusi yang memiliki wewenang dan tanggungjawab dalam melakukan administrasi perpajakan di Indonesia. Dengan meningkatkan jumlah wajib pajak dari segala lapisan masyarakat yang tentunya sudah termasuk dalam kategori sebagai wajib pajak. Salah satu sasaran yang mendapat perhatian dari Dirjen pajak adalah sektor usaha mikro,kecil dan menengah (UMKM). Lepas dari hal tersebut, dalam rangka untuk memudahkan wajib pajak khususnya mereka yang bergerak dibidang usaha mikro, kecil dan menengah.Pemerintah mengeluarkan suatu kebijakan yang termuat dalam Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2013. Peraturan ini menimbulkan pro dan kontra dikalangan pengusaha mikro, kecil dan menengah.Karena baik untuk maupun rugi wajib pajak harus tetap membayar pajak 1% dari omzet.Oleh karena itu saya tertarik untuk meneliti lebih lanjut, sejauh mana peran, manfaat, kerugian dan dampak dari peraturan ini.Penelitian ini, saya laksanakan di salah satu perusahaan menengah dengan omzet dibawah 4,8 milyar per-tahun yaitu PT. Berkat Teknik Jaya. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui perbandingan sistem perpajakan sesuai ketentuan umum dan PP nomor 46 Tahun 2013 pada PT. Berkat Teknik Jaya. TINJAUAN PUSTAKA Konsep Pajak Pengertian Pajak Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.(Mardiasmo, 2009:1) Fungsi Pajak Pajak memiliki beberapa fungsi yang penting bagi suatu negara, yaitufungsi budgetair dan fungsi regulerend (Mardiasmo, 2009:1). Fungsi pajak selain budgetair dan fungsi regulerend , terdapat juga fungsi redistribusi pendapatan dan menanggulangi inflasi (Suandy, 2011:12).
Teori Pemungutan Pajak Terdapat beberapa teori yang menjelaskan atau memberika justifikasi pemberian hak kepada negara untuk memungut pajak. Teori-teori tersebut antara lain adalah teori asuransi, teori kepentingan, teori daya pikul, teori bakti, teori asas daya beli (Mardiasmo,2009:3). Penggolongan Pajak Siti Resmi (2011:6), menyatakan pembagian pajak terbagi menjadi tiga golongan yaitu berdasarkan golongan, berdasarkan wewenang pemungut dan berdasarkan sifat. Wajib Pajak Wajib pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan (Anastasia dan Lilis, 2010: 4). Konsep Usaha Mikro Kecil dan Menengah Pengertian Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Industri usaha kecil dan menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil atau 66
usaha besar, dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam UndangUndang (Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil dan menengah, 2008). Kriteria Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Industri usaha kecil dan menengah terbagi menjadi tiga golongan, yaitu usaha mikro, usaha kecil dan usaha menengah. Kriteria industri usaha kecil dan menengah akan dijelaskan dalam tabel 1. sebagai berikut: Tabel 1. Kriteria Industri Usaha Kecil dan Menengah Uraian Aset Omset Usaha Mikro 50 juta 300 juta Usaha Kecil >50 Juta-500 Juta >300 Juta- 2,5 Miliar Usaha Menengah >500 juta-10 Miliar >2,5 Miliar-50 Miliar Sumber: (Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, 2008) Konsep Sistem Perpajakan Sesuai Ketentuan Umum Tarif PPh Badan berdasarkan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 menganut tarif tunggal yaitu sebesar 28% pada tahun 2009 atau 25% pada tahun 2010 dan seterusnya. Namun demikian, ternyata tarif PPh Badan juga harus memperhitungkan fasilitas pengurangan tarif sebagaimana diatur dalam Pasal 31E Undangundang tersebut.Batasan peredaran usaha bagi Wajib Pajak badan yang berhak mendapatkan pengurangan tarif ini membuat tarif PPh Badan menjadi tidak sederhana.Sebagaimana kita ketahui, bahwa perubahan tarif PPh Badan berdasarkan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 mulai diberlakukan untuk tahun pajak 2009. Bila berdasarkan Undang-undang Nomor 17 Tahun 2000, tarif PPh Badan merupakan tarif progresif dengan menggunakan tiga lapisan tarif, maka Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008, dalam Pasal 17 ayat (1) huruf b dan Pasal 17 ayat (2a) menyederhanakannya dengan memperkenalkan tarif tunggal yaitu 28% tahun pajak 2009 atau 25% untuk tahun pajak 2010 dan seterusnya.
Peraturan Pemerintah No.46 Tahun 2013 Berdasarkan Peraturan Pemerintah no 46 Tahun 2013, Direktorat Jenderal Pajak memberikan penjelasan dan informasi mengenai peraturan perpajakan yang baru dikeluarkan di tahun 2013 ini, sebagai berikut: Ketentuan Pajak Penghasilan yang diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 46 Tahun 2013, merupakan kebijakan Pemerintah yang mengatur mengenai Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari Usaha yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu. Kebijakan pemerintah dengan pemberlakuan PP ini didasari dengan: Maksud: 1. Untuk memberikan kemudahan dan penyederhanaan aturan perpajakan 2. Mengedukasi masyarakat untuk tertib administrasi 3. Mengedukasi masyarakat untuk transparansi 4. Memberikan kesempatan masyarakat untuk berkontribusi dalam penyelenggaraan negara. Tujuan: 1. Kemudahan bagi masyarakat dalam melaksanakan kewajiban perpajakan; 2. Meningkatnya pengetahuan tentang manfaat perpajakan bagi masyarakat; 3. Terciptanya kondisi control social dalam memenuhi kewajiban perpajakan Penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dengan peredaran bruto (omzet) yang tidak melebihi Rp. 4,8 miliar dalam 1 tahun pajak dikenakan pajak penghasilan (PPh). Peredaran bruto (omzet) merupakan jumlah peredaran bruto (omzet) semua gerai/ counter/outlet atau sejenisnya baik pusat maupun cabangnya. Pajak yang terutang dan harus dibayar adalah: 1% dari jumlah peredaran bruto (omzet) Objek pajak yang tidak dikenai Pajak Penghasilan sesuai ketentuan PP Nomor 46 Tahun 2013 harus memenuhi kriteria sebagai berikut: a) Penghasilan dari jasa sehubungan dengan pekerjaan bebas, seperti misalnya: dokter, advokat/pengacara, akuntan, notaries, PPAT, arsitek, pemain musik, pembawa acara, dan sebagaimana diuraikan dalam penjelasan PP tersebut; b) Penghasilan dari usaha yang dikenai PPh Final (Pasal 4 ayat (2)), seperti misalnya sewa kamar kos, sewa rumah, jasa kontruksi (perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan), PPh usaha migas, dan lain sebagainya yang diatur berdasarkan Peraturan Pemerintah tersendiri. 67
c) Penghasilan yang diterima atau diperoleh dari luar negeri. Yang dikenai Pajak Penghasilan berdasarkan ketentuan PP nomor 46 Tahun 2013 adalah: a. Orang Pribadi b. Badan, tidak termasuk Bentuk Usaha Tetap (BUT) Penerima penghasilan dari usaha dengan peredaran bruto (omzet) adalah yang tidak melebihi Rp 4,8 miliar dalam 1 Tahun Pajak. PP Nomor 46 Tahun 2013 tidak mengenakan Pajak Penghasilan kepada: a. Orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha perdagangan dan/atau jasa yang menggunakan sarana yang dapat dibongkar pasang dan menggunakan sebagian atau seluruh tempat untuk kepentingan umum. Misalnya: pedagang keliling, pedagan asongan, warung tenda di area kaki-lima, dan sejenisnya. b. Badan yang belum beroperasi secara komersial atau yang dalam jangka waktu 1 (satu) tahun setelah beroperasi secara komersial memperoleh peredaran bruto (omzet) melebihi Rp 4,8 miliar. Pajak Penghasilan yang diatur oleh PP Nomor 46 Tahun 2013 termasuk dalam: PPh Pasal 4 ayat (2), bersifat Final Setoran bulanan dimaksud merupakan PPh Pasal 4 ayat (2), bukan PPh Pasal 25.Jika penghasilan semata-mata dikenai PPh final, tidak wajib PPh Pasal 25. Penelitian Terdahulu Peneliti
Judul
Metode
Hasil Penelitian
Penelitian
(Kesimpulan)
Deskriptif
1. Pengetahuan wajib
Sama-sama
Perbedaanya
pajak berpengaruh
mengadakan
terletak pada
terhadap kesadaran
penelitian
variable X
kewajiban perpajakan
mengenai Usaha
yaitu,
pada sektor usaha
Kecil dan
Perilaku
kecil dan menengah.
Menengah
wajib pajak,
Tujuan (Tahun)
Penelitian
Muffi
Analisis
Rahmatika(2
Faktor-Faktor
1 . Pengaruh pengetahuan
Persamaan
Perbedaan
wajib pajak 010)
Yang Berpengaruh Terhadap
terhadap kesadaran kewajiban perpajakan
Kesadaran Kewajiban Perpajakan
pada sektor usaha kecil dan
2. Pemahaman self
sedangkan
assessment system
penelitian ini
tidak berpengaruh
mengambil
secara signifikan
variable tarif
terhadap tingkat
pajak 1 %
menengah Pada Sektor Usaha Kecil dan Menengah
2 . pengaruh pemahaman system self assessment terhadap kesadaran kewajiban
kesadaran kewajiban perpajakan pada sektor usaha kecil
perpajakan pada sektor
dan menengah.
usaha kecil dan menengah
68
Choiriyatuz Zahidah (2010)
Pengaruh
a.
Deskriptif
a.Tingkat
Sama-sama
Terletak pada
meneliti tentang
variabelnya,
usaha kecil dan
kalau
menengah
penelitian
Tingkat
Menganalisi
pemahaman pajak
Pemahaman,
s pengaruh
berpengaruh negatif
Kepatuhan
tingkat
signifikan terhadap
Dan
pemahaman,
kewajiban perpajakan
Ketegasan
kepatuhan
pengusaha usaha
Sanksi
dan
kecil dan menengah
Perpajakan
ketegasan
b. Tingkat kepatuhan
Terhadap
sanksi
pajak berpengaruh
mengenai
Kewajiban
perpajakan
negatif signifikan
tingkat
Perpajakan
terhadap
terhadap kewajiban
Pengusaha
kewajiban
perpajakan
Usaha
perpajakan
pengusaha usaha
dan
Kecil Dan
pengusaha
kecil dan menengah.
ketegasan,
Menengah
UKM.
c.Ketegasan sanksi
(Ukm) Di Wilayah JakartaSelatan
sebelumnya berbicara
kepatuhan
maka
perpajakan
b. Menganalisi s variabel
berpengaruh positif
penelitian ini
signifikan terhadap
lebih
kewajiban perpajakan
yang paling
berbicara
pengusaha usaha
dominan mempengaru
kecil dan menengah.
dengan
hi kewajiban
sistem
perpajakan
perpajakan
pengusaha
yang baru.
UKM.
METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Sugiyono (2010:5) mengungkapkan jenis-jenis penelitian dapat dikelompokan menurut bidang, tujuan, metode, tingkat eksplanasi dan waktu. Metode Penelitian terbagi atas 2 metode yaitu: Metode Penelitian Kuantitatif, Metode Penelitian Kualitatif. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan pada suatu perusahaan menengah yaitu PT. Berkat Teknik Jaya yang berlokasi di area Manado. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Oktober 2013. Prosedur Penelitian 1. Tahap Awal penelitian inidengan mengumpulkan data, lewat data yang berasal dari situs internet, buku dan artikel serta jurnal yang memuat mengenaisistem perpajakan sesuai ketentuan umum dan PP nomor 46 yang baru diterapkan pada usaha mikro, kecil dan menengah. 2. Menentukan usaha yang akan digunakan sebagai objek penelitian 3. Mengambil data yang berkaitan dengan laporan keuangan perusahaan untuk melihat omzet dari perusahaan per bulannya
69
4. Membandingkan sistem perpajakan sesuai ketentuan umum dan PP nomor 46 terhadap usaha mikro kecil dan menengah. Sampel Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2010:116). Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah NonProbability sampling, yaitu purposive sampling adalah metode pemilihan sampel berdasarkan pengambilan yang disengaja, dimana metode ini memilih sampel yang telah ditentukan lebih dahulu. Metode Pengumpulan Data Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan beberapa metode atau teknik pengumpulan data, yaitu: 1. Observasi, yaitu dengan melakukan pengamatan langsung pada PT. Berkat Teknik Jaya mengenai sistem perpajakan pada perusahaan tersebut. 2. Wawancara, yaitu dengan melakukan tanya jawab dengan pihak perusahaan, khususnya pada bagian keuangan atau akuntansi/perpajakan dan bagian lainnya yang berhubungan dengan objek penelitian. 3. Dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan data dengan pengamatan langsung terhadap dokumen-dokumen yang ada pada PT. Berkat Teknik Jaya Metode Analisis Metode analisis penelitian ini menggunakan analisis deskriptif yang merupakan suatu metode mengenai pengumpulan, penyusunan , penyajian dan analisis data sehingga memberikan informasi yang berguna bagi pihak yang membutuhkan informasi. Data berupa informasi akuntansi yang digunakan oleh pihak pengusaha dalam bentuk laporan SPT, sehingga dapat memberikan hasil yang memberikan gambaran deskriptif berkaitan dengan pajak Usaha Mikro Kecil dan Menengah. HASIL PENELITIAN & PEMBAHASAN
Informasi Umum Objek Penelitian PT. Berkat Teknik Jaya adalah sebuah perusahaan yang beroperasi di area Manado dan sekitarnya.PT. Berkat Teknik Jaya didirikan dengan akte notaries pada tanggal 30 Januari 2012, dengan memakai nama Perseroan Terbatatas “PT. Berkat Teknik Jaya” dan bertempat kedudukan dan berkantor pusat di Manado, sebagimana ditetapkan oleh Direksi. Dengan persetujuan dari komisaris.Sesuai dengan Akte Notaris, perseroan ini didirikan untuk jangka waktu tidak terbatas.Perusahaan ini didirikan oleh Bapak Eko J. Tuppang, sebagai pemegang saham terbesar dalam perusahaan ini, sekaligus sebagai Direktur Utama. Bidang Usaha PT. Berkat Teknik Jaya didirikan dengan maksud dan tujuan yaitu untuk melaksanakan beberapa kegiatan usaha antara lain; 1. Menjalankan usaha lahan pertanian, pengukuran, pemetaan kulit bumi (surveyor), agroindustri, pengelolaan lahan pertanian, peternakan, perikanan darat/laut dan pertambakan, perkebunan tanaman. 2. PT. Berkat Teknik Jaya juga menjalankan usaha bidang perbengkelan, pemeliharaan dan perbaikan, menjalankan usaha-usaha showroom, pemasangan dan penjualan asesoris kendaraan, perawatan pemeliharaan dan perbaikan alat-alat berat, pengecetan kendaraan bermotor, penyediaan suku cadang alatalat berat. 3. Menjalankan usaha-usaha dalam bidang jasa, seperti konsultasi bidang bisnis, konsultasi bidang konstruksi sipil. 4. Menjalankan usaha tours and travel, yang melayani penjualan tiket dan dan perjalanan di luar dan di dalam negeri Permodalan dan Struktur Organisasi Perusahaan Dalam pembentukkan usaha ini, tentunya memerlukan modal. PT. Berkat Teknik Jaya mempunyai beberapa pemegang saham. Didalam menjalankan usaha ini, tentunya diperlukan juga pengurus atau struktur organisasi perusahaan, yang melaksanakan berbagai kewajiban dalam rangka untuk pengembangan perusahaan ini.
70
Deskripsi Tugas dari Struktur Organisasi Perusahaan 1. Direktur 2. Teknik 3. Keuangan 4. Administrasi 5. Staff Hasil Penelitian Sistem Perpajakan Pada PT. Berkat Teknik Jaya Berdasarkan hasil wawancara dengan pimpinan perusahaan, perusahaan ini membayar beberapa pajak antara lain PPn. Kemudian Perusahaan juga membayar PPh pasal 21 berkaitan dengan penghasilan kena pajak.Perusahaan juga membayar PPh Pasal 25 dalam memenuhi kewajiban membayar perpajakannya dan yang selanjutnya yaitu dengan membayar pajak PPh Pasal 29.Juga didalamnya dengan pajak dibayar dengan menggunakan tarif PPh Pasal 17.Berdasarkan laporan keuangan yang ada PT. Berkat Teknik Jaya mempunyai omset yang berbeda-beda setiap bulannya.Sebagai warga negara yang baik, PT. Berkat Teknik Jaya menjalankan kewajibannya untuk membayar pajak badan atas usaha yang perusahaan ini jalankan, sejak dikeluarkannya peraturan pemerintah nomor 43 Tahun 2013, maka perusahaan ini mulai menerapkan tarif pajak 1% atas omset yang mereka dapat setiap bulannya. Sistem PerpajakanBerdasarkan Ketentuan Umum . Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan pihak perusahaan, omset atau peredaran bulan September tahun 2013 yang didapat perusahaan yaitu sejumlah Rp. 80.313.000,00 dan pada Oktober 2013 mendapatkan omset Rp. 354.000.000,00 Penelitian ini tidak didapat laporan keuangan secara lengkap.Berdasarkan data penjualan didapatkan yaitu pada bulan September dan Oktober 2013.Maka pendapatan dibuat rata-rata agar menunjukkan data penjualan selama tahun 2013. Misalkan. Penjualan Perusahaan tahun berjalan = Rp2.605.878.000,00
bruto bulan yang dapat
Berikut ini diasumsikan perhitungan untuk pelaporan SPT Tahun fiskal 2013, Peredaran Bruto Rp.2.605.878.000,00 Harga Pokok Penjualan Rp. 1.800.000.000,00 Laba Usaha Rp. 805.878.000,00 Biaya Rp. 500.000.000,00 Jumlah Penghasilan Neto Komersial Rp.305.878.000.,00 Penghasilan yang tidak termasuk objek pajak Rp.5.878.000,00 Penyesuaian Fiskal Positif Rp.150.000.000,00 Penghasilan Neto Fiskal Rp.150.000.000,00 Penghasilan Kena Pajak Penghasilan Neto Fiska l Rp. 150.000.000,00 Penghasilan Kena Pajak Rp. 150.000.000,00 PPh Terutang PPH Terhutang(Tarif PPh Ps. 17 X PKP) (28% x Rp.150.000.000,00) Rp. 42.000.000,00 Kredit Pajak PPh Yang Harus dibayar Rp. 42.000.000,00 PPh Pasal 25(1/12xPPh yang harus dibayar)perbulan Rp. 3.500.000,00 PPh Yang Kurang dibayar (PPh Ps 29) Rp. 38.500.000,00 Angsuran PPh Pasal 25 sesuai dengan tahun berjalan Penghasilan yang menjadi dasar penghitungan Rp. 150.000.000,00 PKP Rp. 150.000.000,00 PPh yang Terutang Rp. 42.000.000,00 PPh yang harus dibayar sendiri Rp. 42.000.000,00 PPh Pasal 25(1/12 x PPh yang harus dibayar) perbulan Rp. 3.500.00,00 71
Sistem Perpajakan berdasarkan PP Nomor 46 Tahun 2013 Berdasarkan peraturan pemerintah nomor 46 tahun 2013, maka perusahaan harus membayar pajak 1% dari omset atau peredaran bruto dari PT. Berkat Teknik Jaya.Seperti perhitungan menggunakan tarif pajak pasal 17, perhitungannya didasarkan pada pendapatan PT. Berkat Teknik Jaya pada bulan terakhir yaitu, bulan September dan Oktober. Seperti yang diketahui sebelumnya, jumlah omset pada bulan September dan Oktober 2013 yaitu Rp. 80.313.000,00& Rp. 354.000.000,00 sementara ada pendapatan atas jasa pekerjaan bebas sebesar Rp. 4.000.000,00pada bulan September dan Rp.1.500.000,00 pada bulan Oktober di dalamnya Maka perhitungannya untuk bulan September sebagai berikut: Pendapatan atau peredaran bruto PT. Berkat Teknik Jaya, PPh Final = DPP x Tarif PPh Final = (Rp. 80.313.000,00 – Rp. 4.000.000,00) x 1% PPh Final = Rp. 76.313.000,00 x 1% PPh Final = Rp. 763.130,00 Maka PT. Berkat Teknik Jaya harus membayar PPh Final pajak UMKM sebesar Rp. 763.000,00 untuk omset bulan September. Maka perhitungannya untuk bulan Oktober sebagai berikut: Pendapatan atau peredaran bruto PT. Berkat Teknik Jaya, PPh Final = DPP x Tarif PPh Final = (Rp. 354.000.000,00 – Rp. 1.500.000,00) x 1% PPh Final = Rp. 352.500.000,00 x 1% PPh Final = Rp. 3.525.000,00 Maka PT. Berkat Teknik Jaya harus membayar PPh Final pajak UMKM sebesar Rp. 3.525.000,00 untuk omset bulan Oktober.Apabila dirata-ratakan untuk pajak terutang dari perusahaan ini, maka akan didapat, (Rp.763.130,00+ Rp.3.525.000,00)/2 = Rp.2.144.065,00 per bulan, Rp.2.144.065,00 x 12 = Rp. 25.728.780,00 per tahun Ini merupakan asumsi perhitungan untuk 1 tahun fiskal dari PT. Berkat Teknik Jaya, Pembahasan Tabel 3. Perbandingan Sistem Perpajakan Sesuai Ketentuan Umum dan PP Nomor 46 Tahun 2013 Ketentuan Umum PP Nomor 46 Waktu pembayaran untuk 1 tahun fiscal Waktu pembayaran dilaksanakan setiap bulan Memperhitungkan penghasilan kena pajak Untuk usaha/ badan pendapatan/ penghasilan
dengan
Memperhitungkan omset atau pendapatan 1 bulan berbagai Untuk pengusaha dengan omset dibawah 4,8 milyar
Menyertakan laporan keuangan dalam 1 tahun fiskal
Langsung melaporkan pajak untuk 1 bulan
PENUTUP Kesimpulan 1. Jadi secara sistematis atau teknis pembayaran, penggunaan tarif 1 % dinilai lebih menguntungkan karena tidak perlu melaksanakan perhitungan, pembukuan yang dinilai terlalu rumit bagi wajib pajak usaha mikro kecil dan menengah. 2. Dilihat dari jumlah yang dibayarkan, pajak1 % cenderung lebih besar untuk dibayar dibandingkan dengan berdasarkan ketentuan umum. 3. Pembayaran tarif pajak 1 % ini dapat membuat wajib pajak secara aktif melaporkan dan membayar pajak, karena dilakukan setiap bulannya. Berbeda dengan sistem pajak sebelumnya yang menunggu sampai 1 tahun fiskal untuk melaksanakan pembayaran, yang membuat wajib pajak tidak aktif bahkan melalaikan kewajibannya untuk membayar pajak. 4. Dari segi pemungut pajak, pengenaan tarif ini cukup menguntungkan bagi pemungut pajak atau pemerintah. Karena dengan sistem yang lebih mudah, hanya dengan membayar 1% dari omset mendorong wajib pajak
72
khususnya usaha mikro kecil dan menengah, untuk melaksanakan kewajibannya dibandingkan dengan sistem yang diberlakukan sebelumnya yang dinilai lebih rumit. 5. Bagi pengusaha mikro kecil dan menengah, peraturan yang baru diterapkan ini, tidak selalu dipandang baik. Karena baik untung maupun rugi , pengusaha harus membayar pajak. Karena usaha mikro, kecil dan menengah tidak selalu mendapatkan kentungan dari usaha mereka tersebut. Saran Sebaiknya pihak-pihak yang terkait tersebut mempertimbangkan perbandingan-perbandingan, pengaruh, bahkan dampak dari perubahan sistem perpajakan untuk Usaha Mikro Kecil dan Menengah ini..Selain itu, bagi pemerintah kiranya semakin meningkatkan kinerjanya agar sistem yang dijalankan semakin baik lagi.Tentunya untuk semakin menumbuhkan keaktifan wajib pajak didalam melaksanakan kewajiban membayar pajak. Dan bagi wajib pajak sendiri, sistem yang dilaksanakan tentunya untuk mempermudah bagi wajib pajak untuk membayar pajak. Sebaiknya Perusahaan melaporakan pajaknya secara rutin agar tidak terkena sanksi-sanksi pajak. Dan menggunakan perhitungan PP Nomor 46 Tahun 2013, karena pelaporan dan pembayarannya lebih mudah dengan sistem perpajakan sebelumnya. DAFTAR PUSTAKA Diana, Anastasia dan Setiawati,Lilis. 2010. Perpajakan Indonesia Konsep, Aplikasi & Penuntun Praktis.Edisi 3. CV. Andi Offset. Yogyakarta. Kementrian Keuangan. 2013. Media Keuangan Februari 2013. http://www.kemenkeu.go.id/sites/default/files/mediakeuangan/ 2013/HTML/files/assets/basic-html/page13.html artikel diakses 30 Oktober 2013 Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah. 2008. Kriteria Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.Jakarta. http://www.depkop.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=129. Artikel diakses 30 Oktober 2013 Sugiyono.2010. Metode Penelitian Bisnis. Cetakan ke lima belas. Alfabeta. Bandung. Mardiasmo,2009.Perpajakan. Edisi Revisi. CV. Andi Offset.Yogyakarta. Rahmatika, Muffi. 2010. Analisis Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Kesadaran Kewajiban Perpajakan Pada Sektor Usaha Kecil Dan Menengah (UKM), Skripsi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Republik Indonesia. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Ketentuan Umum dan Tatacara Perpajakan. Jakarta Republik Indonesia. Peraturan Pemerintah no. 46 Tahun 2013 tentang Tarif 1% Terhadap Usaha dengan Omset dibawah 4,8 Milyar.Jakarta Resmi, Siti.2011.Perpajakan. buku 6 edisi 1. Salemba Empat. Jakarta. Suandy, Erly. 2011. Hukum Pajak. Salemba Empat. Jakarta. Zahidah, Choiriyatuz. 2010. Pengaruh Tingkat Pemahaman Kepatuhan dan Ketegasan Sanksi Perpajakan Terhadap Kewajiban Perpajakan Pengusaha Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di Wilayah Jakarta Selatan ), Skripsi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. .
73
ANALISIS PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH DALAM STRUKTUR PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA MANADO Ali Kurniawan A. Suratinoyo Harijanto Sabijono Stanly Alexander Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Jurusan Akuntansi Universitas Sam Ratulangi Manado email :
[email protected]
ABSTRAK Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan penerimaan dari pungutan pajak daerah, retribusi daerah, pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan pendapatan lain-lain. Semakin tinggi PAD dalam pendapatan daerah merupakan cermin keberhasilan tingkat kemampuan daerah dalam pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan. Pajak daerah dan Retribusi Daerah merupakan sumber Penerimaan utama bagi Pendapatan Asli Daerah yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan. Tujuan dilaksanakannya penelitian ini untuk mengetahui pertumbuhan pajak daerah dan retribusi daerah dalam struktur pendapatan asli daerah (PAD) Kota Manado. Data yang diolah adalah data dari DISPENDA Kota Manado dari tahun 2007-2011. Metode analisis data yang digunakan adalah metode deskriptif yaitu menganalisis data realisasi pajak daerah dan retribusi daerah tahun 2007-2011 yang didapat dari Dinas Pendapatan Daerah Kota Manado. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kontribusi yang diberikan pajak daerah dan retribusi daerah terhadap PAD dari tahun 2007-2011 yaitu sebesar 65,18% untuk pajak daerah dan 23,16% untuk retribusi daerah. Kurangnya jumlah penerimaan retribusi daerah jika dibandingkan dengan pajak daerah, maka sebaiknya pemerintah daerah Kota Manado lebih mengoptimalkan jasa layanan yang diberikan, baik yang sifatnya komersial maupun yang berbentuk layanan publik. Kata kunci : pendapatan asli daerah, pajak daerah dan retribusi daerah ABSTRACT Local Revenue constitutes acceptance of levy local taxes, retribution, separated management of regional assets and other income. The higher income of regional income was an image of success level ability in financing administering government and regional development. Local taxes and retribution is a major source of Acceptance for local revenue used to finance governance and development. Purpose of the implementation of this study to determine the growth of local taxes and retribution in the revenue structure of Manado. The processed data is the data from the Office of Manado City revenues from 2007 to 2011. Data analysis method used is descriptive method to analyze the data of actual local taxes and retribution years 2007-2011 were obtained from the Regional Revenue Office of Manado City. Results of this study indicate that the contribution of a given local taxes and retribution to revenue from 2007 to 2011 in the amount of 65.18% to 23.16% and local taxes for retribution. The lack of total revenues compared to retribution local taxes, the local government should further optimize Manado services rendered, whether commercial in nature or in the form of public service. Keywords : local revenue, local taxes and retribution
74
PENDAHULUAN Latar Belakang Sejak tanggal 1 januari 2001 era otonomi daerah secara resmi diberlakukan di Indonesia menghendaki daerah untuk berkreasi dalam mencari sumber penerimaan yang dapat membiayai pengeluaran pemerintah daerah dalam rangka menyelenggarakan pemerintahan dan pembangunan. Otonomi daerah yang diterapkan di Indonesia hingga saat ini merupakan wujud dari diberlakukannya desentralisasi. Otonomi merupakan hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Hal ini selaras dengan diberlakukannya UU No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah. Kinerja dan kemampuan keuangan daerah merupakan salah satu ukuran yang dapat digunakan untuk melihat kemampuan daerah dalam menjalankan otonomi daerah. Potensi daerah baik berupa sumber daya alam (SDA) maupun sumber daya manusia (SDM) tidak tersebar secara merata pada tiap-tiap daerah otonom. Pemberlakuan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang mulai diberlakukan sejak tanggal 1 Januari 2010 menandai reformasi perpajakan daerah dan retribusi daerah di Indonesia. Pajak daerah dan retribusi daerah yang adalah bagian dari pendapatan asli daerah diharapkan mampu menjadi salah satu sumber pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pemberlakuan pajak dan retribusi daerah sebagai sumber penerimaan daerah pada dasarnya tidak hanya menjadi urusan pemerintah daerah sebagai pihak yang menetapkan dan yang memungut pajak dan retribusi daerah, tetapi juga berkaitan dengan masyarakat pada umumnya. Upaya ke arah kemandirian daerah, memerlukan kemandirian sumber pendapatan asli daerah yang perlu ditingkatkan, terutama dalam mengantisipasi semakin terbatasnya kemampuan pemerintah pusat dalam penyedian dana bagi daerah. Untuk itu maka pemerintah daerah diharapkan untuk mampu menggali segenap potensi yang dimiliki oleh daerah tersebut baik potensi dari sumber daya alam dan sumber daya manusia berdasarkan asas keadilan dan asas manfaat. Dapat dilihat bahwa keunggulan kota Manado berasal dari beberapa bidang yang berupa pariwisata, pertanian, perkebunan, pertanian, perdagangan, perhotelan, dan restoran serat didukung oleh sumber daya manusia yang cukup memadai untuk mencapai kemandirian keuangan daerah. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pertumbuhan pajak daerah dan retribusi daerah dalam struktur pendapatan asli daerah (PAD) Kota Manado. TINJAUAN PUSTAKA Konsep Akuntansi Pengertian Akuntansi Horngren, et al (2009 : 4) yang menyatakan akuntansi adalah sistem informasi yang mengukur aktivitas bisnis, memproses informasi menjadi laporan keuangan, dan mengkomunikasikan hasilnya kepada para pembuat keputusan. Weygandt, et al (2007 : 4) mendefinisikan akuntansi (accounting) adalah suatu sistem informasi yang mengidentifikasikan, mencatat, dan mengkomunikasikan peristiwa-peristiwa ekonomi dari suatu organisasi kepada para pengguna yang berkepentingan. Akuntansi adalah sistem informasi yang menghasilkan laporan kepada pihak-pihak yang berkepentingan mengenai aktivitas ekonomi dan kondisi perusahaan (Agoes dan Trisnawati, 2010:2). Akuntansi Pemerintahan Bastian dalam Mursyidi (2009 : 1) mendefinisikan akuntansi sektor publik sebagai mekanisme teknik dan analisis akuntansi yang diterapkan pada pengelolaan dana masyarakat di lembaga-lembaga tinggi negara dan departemen-departemen dibawahnya, pemerintah daerah, BUMN, BUMD, LSM dan yayasan sosial, maupun pada proyek-proyek kerja sama sektor publik dan swasta. Akuntansi keuangan daerah adalah proses pengidentifikasian, pengukuran, pencatatan, dan pelaporan transaksi ekonomi (keuangan) dari entitas pemerintah daerah (kabupaten, kota, atau provinsi) yang dijadikan sebagai informasi dalam rangka pengambilan keputusan ekonomi yang diperlukan oleh pihak-pihak eksternal entitas pemerintah daerah (Halim, 2007 : 75).
75
Konsep Pajak Pengertian Pajak Banyak definisi pajak yang dikemukakan oleh para ahli. Ilyas dan Burton (2011:6) mengemukakan beberapa pendapat pakar tentang definisi pajak diantaranya adalah sebagai berikut. 1. Soemitro, “Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-Undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa-timbal (kontraprestasi), yang langsung dapat ditunjukan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.” 2. Soemahamidjaja, “Pajak adalah iuran wajib berupa uang atau barang, yang dipungut oleh penguasa berdasarkan norma-norma hukum, guna menutup biaya produksi barang-barang dan jasa-jasa kolektif dalam mencapai kesejahteraan umum.” 3. Smeet, “Pajak adalah prestasi kepada pemerintah yang terutang melalui norma-norma umum, dan yang dapat dipaksakannya, tanpa adanya kontra-prestasi yang dapat ditunjukan dalam hal yang individual; maksudnya adalah untuk membiayai pengeluaran pemerintah.” Fungsi Pajak Mardiasmo (2011:1) menyatakan bahwa fungsi pajak terbagi atas dua fungsi yaitu sebagai berikut. 1. Fungsi Anggaran (Budgetair) 2. Fungsi Mengatur (Regulered) Sistem Pemungutan Pajak Mardiasmo (2011:7-8) menyatakan bahwa tiga macam sistem pemungutan pajak yaitu sebagai berikut. 1. Official Assessment System 2. Self Assessment System 3. Witholding System Hambatan Pemungutan Pajak Mardiasmo (2011:8-9) menyatakan bahwa hambatan terhadap pemungutan pajak dapat dikelompokkan menjadi berikut ini. 1. Perlawanan pasif dimana masyarakat enggan (pasif) membayar pajak. 2. Perlawanan aktif meliputi semua usaha dan perbuatan yang secara langsung ditujukan kepada fiskus dengan tujuan untuk menghindari pajak. Asas Pemungutan Pajak Mardiasmo (2011:7) menyatakan bahwa asas pemungutan pajak antara lain sebagai berikut ini. 1. Asas Domisili (asas tempat tinggal) 2. Asas Sumber 3. Asas Kebangsaan Syarat Pemunggutan Pajak Mardiasmo (2011:2) menyatakan bahwa syarat pemungutan pajak adalah sebagai berikut. 1. Pemungutan pajak harus adil (Syarat Keadilan) 2. Pemungutan pajak harus berdasarkan undang-undang (Syarat Yurids) 3. Tidak mengganggu perekonomian (Syarat Ekonomis) 4. Pemungutan pajak harus efisien (Syarat Finansiil) 5. Sistem pemungutan pajak harus sederhana Teori-Teori yang Mendukung Pemungutan Pajak Terdapat beberapa teori yang menjelaskan atau memberikan justifikasi pemberian hak kepada negara untuk memungut pajak. Mardiasmo (2011:3) menyatakan bahwa teori-teori tersebut antara lain sebagai berikut. 1. Teori Asuransi 2. Teori Kepentingan 3. Pajak Daya Pikul 4. Teori Bakti 5. Teori Asas Daya Beli
76
Pengelompokan Pajak Mardiasmo (2011:5) menyatakan bahwa pengelompokan pajak terdiri atas tiga yaitu sebagai berikut. 1. Menurut golongannya a. Pajak langsung, yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib pajak dan tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain. b. Pajak tidak langsung, yaitu pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain. 2. Menurut sifatnya a. Pajak Subjektif, yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subjeknya, dalam arti memperhatikan keadaan dari wajb pajak. b. Pajak Objektif, yaitu pajak yang berpangkal pada objeknya, tanpa memperhatikan keadaan diri wajb pajak. 3. Menurut lembaga pemungutan a. Pajak pusat, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga negara. b. Pajak daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah. Tarif Pajak Mardiasmo (2011:9) menyatakan bahwa ada empat tarif pajak yaitu sebagai berikut. 1. Tarif sebanding/proporsional 2. Tarif tetap 3. Tarif progresif 4. Tarif degresif Pajak Daerah Siahaan (2010:9) menyatakan bahwa pajak daerah merupakan pajak yang ditetapkan oleh pemerintah daerah dengan Peraturan Daerah (Perda), yang wewenang pemungutannya dilaksanakan oleh pemerintah daerah dan hasilnya digunakan untuk membiayai pengeluaran pemerintah daerah dalam melaksanakan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan di daerah. Pajak Daerah diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 28 tahun 2009. Adapun pembagian pajak daerah Kabupaten/Kota terdiri dari berikut ini. 1. Pajak Hotel adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh hotel. Hotel adalah fasilitas penyedia jasa penginapan/peristirahatan termasuk jasa terkait lainnya dengan dipungut bayaran, yang mencakup juga motel, losmen, gubuk pariwisata, wisma pariwisata, pesanggrahan, rumah penginapan dan sejenisnya, serta rumah kos dengan jumlah kamar lebih dari 10 (sepuluh). 2. Pajak Restoran adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh restoran. Restoran adalah fasilitas penyedia makanan dan/atau minuman dengan dipungut bayaran, yang mencakup juga rumah makan, kafetaria, kantin, warung, bar, dansejenisnya termasuk jasa boga/katering. 3. Pajak Hiburan adalah pajak atas penyelenggaraan hiburan. Hiburan adalah semua jenis tontonan, pertunjukan, permainan, dan/atau keramaian yang dinikmati dengan dipungut bayaran. 4. Pajak Reklame adalah pajak atas penyelenggaraan reklame. Reklame adalah benda, alat, perbuatan, atau media yang bentuk dan corak ragamnya dirancang untuk tujuan komersial memperkenalkan, menganjurkan, mempromosikan, atau untuk menarik perhatian umum terhadap barang, jasa, orang, atau badan, yang dapat dilihat, dibaca, didengar, dirasakan, dan/atau dinikmati oleh umum. 5. Pajak Penerangan Jalan adalah pajak atas penggunaan tenaga listrik, baik yang dihasilkan sendiri maupun diperoleh dari sumber lain. 6. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah pajak atas kegiatan pengambilan mineral bukan logam dan batuan, baik dari sumber alam di dalam dan/atau permukaan bumi untuk dimanfaatkan. Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah mineral bukan logam dan batuan sebagaimana dimaksud di dalam peraturan perundang-undangan di bidang mineral dan batubara.
77
7.
Pajak Parkir adalah pajak atas penyelenggaraan tempat parkir di luar badan jalan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor. 8. Pajak Air Tanah adalah pajak atas pengambilan dan/atau pemanfaatan air tanah. Air Tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanahatau batuan di bawah permukaan tanah. 9. Pajak Sarang Burung Walet adalah pajak atas kegiatan pengambilan dan/atau pengusahaan sarang burung walet. Burung Walet adalah satwa yang termasuk marga collocalia, yaitu collocalia fuchliap haga, collocalia maxina,collocalia esculanta, dan collocalia linchi. 10. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan adalah pajak atas bumi dan/atau bangunan yang dimiliki, dikuasai, dan/atau dimanfaatkan oleh orang pribadi atau Badan, kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan, dan pertambangan. Bumi adalah permukaan bumi yang meliputi tanah dan perairan pedalaman serta laut wilayah kabupaten/kota. Bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap pada tanah dan/atau perairan pedalaman dan/atau laut. 11. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan adalah pajak atas perolehan hak atas tanah dan/atau bangunan. Perolehan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan adalah perbuatan atau peristiwa hukum yang mengakibatkandiperolehnya hak atas tanah dan/atau bangunan oleh orang pribadi atau Badan. Hak atas Tanah dan/atau Bangunan adalah hak atas tanah, termasuk hak pengelolaan, beserta bangunan diatasnya, sebagaimana dimaksud dalam undang-undang di bidang pertanahan dan bangunan. Pengertian Retribusi Retribusi menurut Siahaan (2010:5) adalah pembayaran wajib dari penduduk kepada Negara karena adnya jasa tertentu yang diberikan oleh Negara bagi penduduknya secara perorangan. Menurut Pasal 1 ayat UU No. 28 Tahun 2009 pengertian retribusi daerah yaitu retribusi adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan. Ciri-Ciri Retribusi Daerah Beberapa ciri yang melekat pada retribusi daerah yang saat ini dipungut di Indonesia menurut siahaan (2010:6-7) adalah sebagai berikut. 1. Retribusi merupakan pungutan yang dipungut berdasarkan undang-undang dan peraturan daerah yang berkenaan. 2. Hasil penerimaan retribusi masuk ke kas pemerintah daerah. 3. Pihak yang membayar retribusi mendapatkan kontra prestasi (balas Jasa) secara langsung dari pemerintah daerah atas pembayaran yang dilakukannya. 4. Retribusi terutang apabila ada jasa yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah yang dinikmati oleh orang atau badan. 5. Sanksi yang dikenakan pada retribusi adalah sanksi secara ekonomis, yaitu jika tidak membayar retribusi, tidak akan memperoleh jasa yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah. Penggolongan Retribusi Daerah 1. Retribusi Jasa Umum, Obyeknya adalah pelayanan yang disediakan oleh Pemerintah daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan. Sedangkan subjeknya adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan /menikmati pelayanan jasa umum yang bersangkutan. Jenis-jenis retribusi jasa umum adalah retribusi. a. Pelayanan kesehatan b. Pelayanan persampahan/ kebersihan c. Penggatian biaya cetak Kartu Tanda Penduduk dan Akte Catatan Sipil d. Pelayanan pemakaman dan pengabuan mayat e. Pelayanan parkir di tepi jalan umum f. Pelayanan pasar 78
2.
3.
g. Pengujian kendaraan bermotor h. Pemeriksaan alat pemadam kebakaran i. Penggantian biaya cetak peta j. Penyediaan dan atau penyedotan kakus k. Pengolahan limbah cair l. Pelayanan tera/tera ulang m. Pelayanan pendidikan n. Pengendalian menara telekomunikasi. Retribusi Jasa Usaha, obyeknya adalah pelayanan yang diberikan oleh Pemerintah Daerah dengan menganut prinsip komersial, sedangkan subjeknya adalah orang pribadi atau badan yang menikmati/menggunakan jasa usaha yang bersangkutan. Jenis – jenis retribusi jasa usaha adalah retribusi. a. Pemakaian kekayaan daerah b. Pasar grosir dan pertokoan c. Tempat pelelangan d. Terminal e. Tempat khusus parker f. Tempar penginapan / pesanggrahan / villa g. Rumah potong hewan h. Pelayanan pelabuhan kapal i. Tempat rekreasi dan olah raga j. Penyeberangan di atas air k. Penjualan produksi usaha daerah Retribusi Perizinan Tertentu, obyeknya adalah kegiatan tertentu Pemerintah daerah dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian dan pengawsan atas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang prasarana, atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan. Sedangkan subjeknya adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh izin tertentu dari pemerintah daerah. Jenis – jenis retribusi perizinan tertentu adalah retribusi. a. Izin mendirikan bangunan b. Izin Tempat penjualan minuman beralkohol c. Izin gangguan d. Izin trayek, dan e. Izin usaha perikanan.
Pendapatan Asli daerah Pendapatan asli daerah adalah penerimaan daerah dari berbagai usaha pemerintah daerah untuk mengumpulkan dana guna keperluan daerah yang bersangkutan dalam membiayai kegiatan rutin maupun pembangunannya, yang terdiri atas pajak daerah, retribusi daerah, bagian laba usaha milik daerah, dan lain-lain penerimaan asli daerah yang sah. Pasal 6 Undang-undang No. 32 tahun 2004 menyatakan pendapatan asli daerah berasal dari berikut ini yaitu sebagai berikut. 1. Hasil pajak daerah 2. Hasil retribusi daerah 3. Hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan 4. Penerimaan dari dinas dan lain-lain pendapatan daerah yang sah.
79
Tabel 1 Penelitian Terdahulu N
Nama
O
Peneliti /
Motode Judul
Hasil Penelitian
Persamaan
Perbedaan
Analisis Tahun 1
Amri Siregar (2009)
Analisis Tingkat
Deskriptif
Hasil penelitian menunjukkan
Peneliti
Peneliti
Efektivitas Pajak
bahwa tingkat efektivitas
melakukan
menganalisis
dan Retribusi Daerah
penerimaan pajak dari tahun
penelitian pada
beberapa variabel –
Sebagai Pendapatan
2003-2007 adalah tinggi yaitu
jenis pajak dan
variabel seperti
Asli Daerah (PAD)
berada di atas 100% sedangkan
retribusi
Pendapatan
Sumatera Utara
kontribusi penerimaan pajak dan
daerah
Domestik Regional
retribusi daerah dari tahun 2003-
Bruto (PDRB) dan
2007 terus menunjukkan angka
Penanaman Modal
penurunan yang berarti.
Dalam Negeri (PMDN).
2
Septian Dwi
Pengaruh
Kurniawan (2010)
Kuantitatif
Hasil penelitian menunjukan
Peneliti
Peneliti
Penerimaan Pajak
bahwa pajak daerah berpengaruh
melakukan
menganalisis
Dan Retribusi
positif terhadap pertumbuhan
penelitian pada
prosedur
Daerah Terhadap
ekonomi sebesar 1,90 dan
jenis pajak dan
pemungutan pada
Peningkatan
retribusi daerah berpengaruh
retribusi
objek yang berbeda
Pendapatan Asli
positif terhadap pertumbuhan
daerah
Daerah Di
ekonomi sebesar 0,873.
Kabupaten Ponorogo
METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dimana peneliti secara langsung mendatangi objek penelitian yaitu, Dinas Pendapatan Asli Dearah Kota Manado untuk memperoleh data-data dan informasi yang dibutuhkan. Prosedur Penelitian Prosedur penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Observasi langsung ke objek penelitian guna untuk mengetahui perkembangan pertumbuhan pajak daerah dan retribusi daerah dalam struktur Pendapatan Asli Daerah Kota Manado. 2. Mengidentifikasi pajak daerah dan retribusi daerah. 3. Mengumpulkan literatur-literatur yang berhubungan dengan penelitian untuk dijadikan sebagai dasar acuan dalam menganalisa permasalahan yang ada. 4. Mempelajari data yang diterima dari Dinas Pendapatan Daerah Kota Manado 5. Mengolah data yang diterima dari Dinas Pendapatan daerah Kota Manado 6. Membandingkan hasil yang diperolah dengan teori yang ada. 7. Penarikan kesimpulan dari hasil penelitian dan memberikan saran-saran yang dianggap perlu. Metode Pengumpulan Data Salah satu kegiatan dalam penelitian ini adalah merumuskan teknik pengumpulan data sesuai dengan masalah yang diteliti. Agar diperoleh data dan keterangan yang lengkap maka harus menggunakan teknik pengumpulan data yang tepat. Untuk itu teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi lapangan, dimana dilakukan melalui studi lapangan terhadap Dinas Pendapatan Daerah yang merupakan objek penelitian, untuk mendapatkan data yang diperlukan serta peninjauan langsung ke lokasi penelitian.
80
Jenis Data Data yang digunakan dalam penelitian ini sebagian besar menggunakan data kuantitatif berupa Daftar Rincian Penerimaan Pendapatan Daerah Kota Manado (2007-2011). Di sisi lain, data kualitatif berupa struktur organisasi, tugas, visi, misi, tujuan, saran dan kepegaiwaian dari Dinas Pendapatan Daerah Kota Manado. Sumber Data Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data sekunder, berupa target dan realisasi penerimaan Pendapatan Asli Daerah mulai tahun 2007-2011 yang dapat diperoleh pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Manado. Metode Analisis Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif. Metode
deskriptif adalah suatu analisis yang mengumpulkan, menyusun, mengolah, dan menganalisis data angka, agar dapat memberikan gambaran mengenai suatu keadaan tertentu sehingga dapat ditarik kesimpulan. Perhitungan angka-angka menggunakan rumus Analisis kontribusi. Definisi Operasional
1.
2.
3.
4.
Dalam penelitian ini menggunakan beberapa variabel yang terkait, antara lain sebagai berikut. Pajak daerah adalah iuran wajib yang dibayarkan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku yang dikenakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah. Retribusi adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian ijin tertentu yang khusus disediakan oleh pemerintah daerah dengan menganut prinsip komersial karena pada dasarnya dapat pula disediakan oleh sektor swasta. Pendapatan Asli Daerah adalah penerimaan daerah dari berbagai usaha pemerintah daerah untuk mengumpulkan dana guna keperluan daerah yang bersangkutan dalam membiayai kegiatan rutin maupun pembangunannya, yang terdiri atas pajak daerah, retribusi daerah, bagian laba usaha milik daerah, dan lainlain penerimaan asli daerah yang sah. Kontribusi digunakan untuk mengetahui sejauh mana pajak daerah dan retribusi daerah memberikan sumbangan dalam penerimaan Pendapatan Asli Daerah. Dalam mengetahui kontribusi dilakukan dengan membandingkan penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah periode tertentu dengan penerimaan Pendapatan Asli Daerah periode tertentu pula. Semakin besar hasilnya berarti semakin besar pula peranan pajak daerah dan retribusi daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah, begitu pula sebaliknya. HASIL PENELITAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian Tabel 2 Kontribusi Pajak daerah dan retribusi Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Manado Tahun Anggaran 2007-2011
54,715,561,525 73,468,557,485 68,199,913,422
Pajak Daerah Kontribusi Jumlah (Rp) (%) 33,769,067,697 61,71 39,673,622,883 54,00 44,486,883,614 65,23
Retribusi Daerah Kontribusi Jumlah (Rp) (%) 14,809,965,888 27,06 19,446,859,763 26,46 16,652,529,750 24,41
2010
92,123,349,135
58,553,045,704
63,55
23,789,704,710
25,82
2011 Total
135,204,783,496 99,733,466,374 423,712,165,063 276,216,086,272
73,76 65,18
23,457,737,987 98,156,798,098
17,34 23,16
Tahun
PAD
2007 2008 2009
Sumber Data : DISPENDA (diolah) 81
Dilihat dari kontribusi pajak daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah di tahun 2007 sebesar 61,71% dari total penerimaan PAD Kota Manado sebesar Rp. 54,715,561,525, pada tahun 2008 memberikan kontribusi sebesar 54% dari total PAD Rp. 73,468,557,485, tahun 2009 sebesar 65,23% dari total PAD sebesar Rp. 68,199,913,422, di tahun 2010 kontibusi sebesar 63,55% dari total PAD sebesar Rp. 92,123,349,135, dan pada tahun 2011 pajak daerah memberikan kontribusi sebesar 73,76% dari total PAD Rp. 135,204,783,496. Gambar 1 Penerimaan Terbesar Pajak Daerah Kota Manado Rp30,000,000,000 Rp25,000,000,000 Rp20,000,000,000 Pajak Hotel
Rp15,000,000,000
Pajak Restoran Rp10,000,000,000
.Pajak Penerangan Jalan
Rp5,000,000,000 RpTHN 2007
THN 2008
THN 2009
THN 2010
THN 2011
Sumber data : DISPENDA (diolah) Gambar di atas dapat dilihat bahwa Kota Manado terdapat tiga jenis pajak yang selalu menonjol setiap tahunnya. Pajak tersebut adalah pajak penerangan jalan, pajak restoran dan pajak hotel. Pajak penerangan jalan yang dikelola oleh PT. Perusahaan Listrik Negara (PLN) Kota Manado merupakan pajak yang memberikan kontibusi paling besar dalam stuktur pajak daerah selama jangka waktu 5 tahun. Secara umum, grafik yang ditunjukkan oleh ketiga pajak ini cenderung naik setiap tahunnya. Untuk pajak penerangan jalan, tahun 2007 merupakan titik terendah karena hanya berjumlah Rp. 14.504.397.139. Dalam tahun 2008 terjadi peningkatan sebesar Rp. 1.925.453.390 sehingga menjadi Rp. 16.429.850.529. Pajak penerangan jalan terus meningkat pada tahun 2009, 2010 dan tahun 2011 yaitu sebesar Rp. 17.611.584.335, Rp. 22.463.485.520 dan Rp. 24.855.630.304. Meningkatnya fasilitas jalan yang ada di Kota Manado untuk mencapai visi dan misi Manado Kota Ekowisata menjadi faktor peningkatan kontribusi pajak penerangan jalan sehingga ditahun 2011 merupakan capaian tertinggi dari pajak penerangan jalan. Untuk pajak restoran dan pajak hotel berlaku juga hal yang sama dimana tidak pernah terjadi penurunan jumlah kontribusi yang diberikan oleh kedua jenis pajak tersebut. Pajak restoran titik terendah terjadi pada tahun 2007 dengan jumlah Rp. 11.542.143.218 dan untuk tahun anggaran berikutnya yaitu tahun 2008, 2009 dan 2010 terus terjadi kenaikan yaitu sebesar Rp. 14.923.639.490, Rp. 16.690.662.230 dan Rp.21.464.517.254. Semakin bertambah banyak dan berkembangnya restoran-restoran di Kota Manado diyakini menjadi faktor peningkatan kontibusi dari pajak restoran sehingga ditahun 2011 merupakan titik tertinggi yang dicapai pajak ini, mampu memberikan masukan dalam struktur pajak daerah sebesar Rp.26.715.829.539. Pajak hotel memberikan kontibusi sebesar Rp.3.062.855.021 pada tahun 2007, dan terus meningkat pada tahun 2008, 2009 dan 2010 yaitu sebesar Rp.3.950.924.990, Rp.5.205.091.655 dan Rp.7.569.391.053. Adanya event-event dan acara besar mengakibatkan banyaknya pengunjung yang datang di Kota Manado sehingga pada tahun 2011 merupakan titik tertinggi dari pajak hotel sebesar Rp.10.424.824.091.
82
Gambar 2 Penerimaan Terbesar Retribusi Daerah Kota Manado Rp18,000,000,000 Rp16,000,000,000 1 Kebersihan
Rp14,000,000,000 Rp12,000,000,000
2 Pengujian Kendaraan bermotor
Rp10,000,000,000 3 Jasa usaha terminal
Rp8,000,000,000 Rp6,000,000,000
4 Izin mendirikan bangunan
Rp4,000,000,000 5 Pengg. Biaya ctk KTP dan akte capil
Rp2,000,000,000 RpTHN 2007
THN 2008
THN 2009
THN 2010
THN 2011
Sumber data : DISPENDA (diolah) Belum dimilikinya kesadaran masyarakat akan kebersihan Kota Manado mengakibatkan retribusi kebersihan berfluktuatif seperti terlihat pada grafik di atas, pada tahun 2007 sebesar Rp. 2.469.697.250 meningkat tahun 2008 sebesar Rp. 2.977.224.000, kemudian terjadi penurunan tahun 2009 sebesar Rp. 2.690.444.000 dan 2010 sebesar Rp. 2.507.025.000 serta tahun 2011 sebesar Rp 2.496.591.512. Retribusi pengujian kendaraan bermotor mengalami peningkatan dari tahun 2007 sebesar Rp.602.242.500 sampai 2010 sebesar Rp.772.717.765 dan 2011 Rp.956.763.400 walaupun ada penurunan pada tahun 2008 sebesar Rp.360.770.433 dan 2009 sebesar Rp.365.743.425. Hal ini diakibatkan semakin banyaknya pengguna kendaraan bermotor di Kota Manado. Gambar di atas menunjukan bahwa retribusi jasa usaha terminal terlihat stabil dikarenakan pengguna jasa usaha ini tidak meningkat atau menurun secara signifikan. Pemasukan retribusi jasa usaha terminal tertinggi terjadi pada tahun 2008 sebesar Rp.1.169.288.000 dan terendah pada tahun 2007 Rp.977.645.100. sedangkan tahun 2011 merupakan penurunan sebesar Rp.1.040.620.000 dari tahun 2009 sebesar Rp. 1.127.071.100 dan 2010 sebesar 1.154.640.000. Peningkatan yang terjadi pada retribusi izin mendirikan bangunan pada tahun 2007 sebesar Rp. 4.262.845.822 menjadi Rp.11.109.643.270 tahun 2010 dan 2011 sebesar Rp.15.341.502.800, meskipun ada penurunan 2009 sebesar Rp.5.431.020.100 dari Rp.7.774.941.250 tahun 2008. Hal ini disebabkan karena banyaknya pembangunan di Kota Manado. Penggantian biaya cetak KTP dan akte capil tahun 2007 sebesar Rp.461.918.500 meningkat Rp.897.959.000 dan Rp.1.074.515.000 tahun 2008 dan 2009, kemudian menurun tahun 2007 sebesar Rp.741.149.000 dan Rp.711.540.000 tahun 2011. Peningkatan yang terjadi karena diantaranya peningkatan angka kelahiran dan penduduk yang menikah di Kota Manado. PENUTUP Kesimpulan 1. Dalam struktur pendapatan asli daerah di Kota Manado, pajak daerah dan retribusi daerah merupakan dua pos penerimaan yang paling dominan, maka jumlah total kontribusi pajak daerah dari tahun 2007 sampai tahun 2011 yaitu sebesar 65,18% dan jumlah total kontribusi retribusi daerah dari tahun 2007 sampai tahun 2011 adalah sebesar 23,16%. Terjadinya peningkatan setiap tahun berarti pembiayaan untuk pembangunan daerah akan terpenuhi, hal ini menunjukkan ada kesadaran dari masyarakat untuk membayar pajak. 2. Kondisi yang ditimbulkan akibat dominannya pajak daerah dan retribusi daerah sebenarnya kurang baik, karena dapat menyebabkan ketergantungan keuangan daerah pada kedua pos penerimaan tersebut. Hal ini dapat membuat pos-pos penerimaan yang lain kurang dioptimalkan. 83
3.
Jumlah penerimaan Pajak daerah dan Retribusi daerah Kota Manado memberikan kontribusi yang baik terhadap PAD sehingga dapat mempengaruhi jumlah PAD yang diterima. Kontribusi terbesar pajak daerah yaitu pada tahun 2011 yaitu 73,76% dan yang terendah pada tahun 2008 yaitu 54% sedangkan kontribusi terbesar retribusi daerah terjadi pada tahun 2007 yaitu 27,06% dan terendah pada tahun 2011 hanya sebesar 17,34%.
Saran 1. Ketergantungan pembiayaan dalam struktur keuangan daerah pada satu atau dua pos penerimaan dapat menyebabkan terganggunya pendapatan asli daerah jika terjadi gejolak ekonomi. Untuk itu sebaiknya pemerintah daerah lebih menggali, mengupayakan dan mengefektifkan dua pos penerimaan lainnya yaitu pos hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan pos penerimaan lain-lain PAD yang sah. 2. Kontribusi Pajak daerah dan retribusi daerah sudah cukup baik sehingga harus dipertahankan dan akan lebih baik jika lebih ditingkatkan agar kontribusi pajak daerah dan retribusi daerah terhadap PAD semakin besar. 3. Kurangnya jumlah penerimaan retribusi daerah dari tahun anggaran 2007-2011 jika dibandingkan dengan pajak daerah, maka sebaiknya pemerintah daerah Kota Manado lebih mengoptimalkan jasa layanan yang diberikan, baik yang sifatnya komersial maupun yang berbentuk layanan publik. DAFTAR PUSTAKA Agoes, Sukrisno., Trisnawati. 2010. Akuntansi Perpajakan. Edisi 2 Revisi. Salemba Empat. Jakarta. Dinas Pendapatan Daerah Kota Manado. Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah (2011-2016) Halim. H. 2007. Akuntansi dan Pengendalian Pengelolaan Keuangan Daerah. UPP STIM YKPN. Yogyakarta. Horngren, Charles., Harrison, Walter., Bamber, Linda., 2009 Akuntansi (Accounting). PT Indeks. Jakarta. Ilyas,W., Burton, R. 2011. Hukum Pajak. Salemba Empat.Jakarta. Kurniawan. Septian Dwi. 2010. Pengaruh Penerimaan Pajak Dan Retribusi Daerah Terhadap Peningkatan Pendapatan Asli Daerah Di Kabupaten Ponorogo. Skripsi. Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. http//journal.unsil.ac.id. 28 April 2010 Mardiasmo. 2011 ,Perpajakan. Edisi Revisi 2011. Andi. Yogyakarta Mursyidi. 2009. Akuntasi Pemerintahan di Indonesia. PT Refika Aditama. Bandung. Siahaan. Marihot. 2010. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta Siregar. Amri. 2009. Analisis Tingkat Efektivitas Pajak dan Retribusi Daerah Sebagai Pendapatan Asli Daerah (PAD) Sumatera Utara. Skripsi. Universitas Sumatera Utara, Medan. http//repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/10971/1/10e00047.pdf. 6 Maret 2012 Weygandt, Jerry., Kieso, Donald., Kimmel, Paul., 2007. Accounting Principles Pengantar Akuntansi. Salemba Empat Jakarta Republik Indonesia 2009, Undang-undang No. 28 tahun 2009, Pajak dan Retribusi Daerah Manado _____ 2004, Undang-undang No. 32. Tahun 2004, Pemerintah Daerah, Manado
84
ANALISIS PENGGUNAAN INFORMASI AKUNTANSI DIFERENSIAL DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN MEMBELI ATAU MEMBUAT SENDIRI FLA KUE SUSEN PADA DOLPHIN DONUTS BAKERY. Intan Zuriati Agustina Muhamad Ventje Ilat Harijanto Sabijono Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Akuntansi Universitas Sam Ratulangi Manado email:
[email protected] ABSTRAK Dalam menjalankan usahanya setiap perusahaan selalu dihadapkan dengan berbagai macam permasalahan. Permasalahan yang timbul sangat beragam, termasuk didalamya permasalahan pengambilan keputusan. Berbagai informasi diperlukan oleh manajemen dalam memilih keputusan yang tepat. Salah satu jenis informasi yang dibutuhkan oleh manajemen sebagai dasar perencanaan dan pengambilan keputusan adalah informasi akuntansi diferensial. Analisis biaya diferensial sangat diperlukan sesuai dengan masalah yang dihadapi oleh perusahaan dalam usaha meningkatkan laba dan mengurangi kerugian, yaitu dengan mengambil keputusan apakah membuat sendiri atau membeli bahan baku. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keputusan yang paling tepat yang bisa diambil oleh manajemen dalam pengambilan keputusan membeli atau membuat sendiri fla menggunakan informasi akuntansi diferensial yaitu dengan membandingkan antara biaya diferensial yang akan dikeluarkan saat membuat sendiri dan membeli dari pemasok. Hasil dari pengamatan analisis yang dilakukan pada Dolphin Donuts bakery dilihat dari biaya yang dikeluarkan menunjukkan bahwa gambaran tentang peran dari akuntansi diferensial dalam pengambilan suatu keputusan jangka pendek, dimana pihak perusahaan lebih baik membuat sendiri fla sebagai bahan baku pembuatan kue susen, karena biaya produksi yang dikeluarkan apabila membuat sendiri lebih rendah dari pada membeli dari luar. Kata kunci : informasi akuntansi diferensial, pengambilan keputusan, membuat sendiri atau membeli
ABSTRACT In running a business every company always faced with many issues. There are many kinds of issues, decison making was one of them. Many informations are needed for the management in order to chose the right decision. Differential accounting information was one of the information that the management need as basis of palnning and decisions making. Differential cost analysis was appropiate for the issue in ways for the company to increase the profit and reduce the loss, which to make the decision to make or buy the material. The purpose of this research is to find out what was the right decision that the manager could took, either to make or to buy the fla using differential accounting information with comparing the differential cost within to buy or to make the fla.The result of the analysist at Dolphin Donuts bakery from differential cost showing that differential accounting information in short-term decision indicating the company better make their own fla as the material of susen, cause the production cost was more cheaper comparing if the company buy from supplier. Keywords : differential accounting information, decision making, to make or to buy.
85
PENDAHULUAN Latar Belakang Informasi diperlukan oleh pihak manajemen untuk mengurangi ketidakpastian dalam pengambilan keputusan. Manajemen membutuhkan informasi akuntansi diferensial ini untuk memilih altenatif tindakan yang terbaik diantara alternatif yang tersedia. Akuntansi diferensial membandingkan informasi masa yang akan datang yang berbeda untuk setiap altematif, sehingga memungkinkan manajemen perusahaan memiliki dasar yang dapat dipertanggung jawabkan dalam hal pengambilan keputusan. Pada informasi akuntansi diferensial, umumnya manajemen menghadapi empat macam pengambilan keputusan dalam jangka pendek, yaitu membeli atau membuat sendiri, menerima atau menolak pesanan khusus, menjual atau memproses lebih lanjut suatu produk, menghentikan atau melanjutkan produksi produk tertentu atau kegiatan usaha suatu bagian perusahaan. Salah satu keputusan yang perlu diambil dalam perencanaan pada setiap alternatif adalah membeli atau membuat sendiri (make-or-buy decision) suatu komponen bahan baku. Keputusan membuat atau membeli adalah keputusan manajemen menyangkut apakah sebuah komponen harus dibuat sendiri ataukah dibeli dari pemasok luar. Dalam membuat keputusan mengenai masalah ini, manajer harus dapat menganalisis dan mempertimbangkan dengan matang antara harga beli per unit dengan biaya produksi per unit, sehingga diperlukan data-data yang menyajikan biaya diferensial dari produk tersebut guna terhindar dari kesalahan - kesalahan dalam mengambil keputusan yang dapat mengakibatkan perusahaan akan kehilangan laba atau rugi. Saat mengambil keputusan manfaat yang didapat oleh perusahaan saat memilih sebuah alternatif harus lebih besar dari pengorbanan yang dilakukan.Untuk itu pihak manajemen harus berhati - hati dalam menentukan suatu keputusan. Kesalahan dapat terhindarkan dengan mengadakan analisa untuk memilih alternatif yang lebih baik. Hampir semua unit usaha bisa mengalami permasalahan dalam pengambilan keputusan dalam menjalani usahanya, tidak terkecuali pada Dolphin Donuts bakery, suatu usaha yang bergerak dibidang produksi berbagai jenis roti dan kue. Dalam menjalani usahanya pihak manajemen dihadapkan pada pengambilan keputusan untuk membeli atau membuat sendiri fla sebagai salah satu bahan baku pembuatan kue susen. Tujuan Penelitian Tujuan dilakukan penelitian ini yaitu untuk mengetahui untuk mengetahui keputusan yang paling tepat yang bisa diambil oleh manajemen Dolphin Donuts bakery dalam menggunakan informasi akuntansi diferensial membeli atau membuat sendiri fla kue susen. TINJAUAN PUSTAKA Akuntansi Manajemen Ahmad (2013:5) menyatakan akuntansi manajemen merupakan penerapan teknik-teknik dan konsep yang tepat dalam pengolahan data ekonomi historikal dan dapat diproyeksikan dari suatu satuan usaha untuk membantu manajemen dalam penyusunan rencana untuk tujuan-tujuan ekonomi yang rasional dan dalam membuat keputusankeputusan rasional dengan suatu pandangan ke arah pencapaian tujuan tersebut.Informasi akuntansi manajemen disusun untuk keperluan spesifik para pembuat keputusan dan jarang disebarkan ke pihak luar organisasi. (Atkinson, et al. 2009:3) Akuntansi Manajemen sebagai Suatu Tipe Informasi Simamora (2012:9), Informasi akuntansi biasanya merupakan satu-satunya sumber informasi kuantitatif yang menggabungkan hasil aktivitas semua unit perusahaan. Informasi akuntansi berfungsi sebagai mekanisme integratif yang dipakai untuk mengkoordinasikan bermacam-macam aktivitas, dan sebagai suatu ukuran seluruh kinerja dan kelangsungan hidup perusahaan. Warindrani (2006:1) Informasi akuntansi adalah proses pengukuran, analisis, pencatatan dan pelaporan terhadap seluruh kejadian ekonomi yang mempengaruhi aktiva suatu perusahaan. Halim, dkk (2013:8) Mengemukakan informasi akuntansi sebagai bahasa bisinis dikelompokkan menjadi tiga golongan, yaitu: 1. Informasi Operasi. Data yang bersal dari informasi operasi diseleksi sesuai dengan kepada pihak mana informasi tersebut akan disajikan, serta sesuai dengan tingkat pengambilan keputusan dalam manajemen. Dalam informasi operasi ini
86
sebenarnya juga mengandung informasi nonkeuangan yang banyak digunakan oleh sistem informasi akuntansi keuangan. 2. Informasi Akuntansi Keuangan Merupakan hasil dari proses akuntansi keuangan, dan disajikan untuk pihak eksterbal perusahaan. Laporan tersebut pada dasarnya berisi mengenai posisi keuangan dan hasil yang diperoleh perusahaan secara keseluruhan. Laporan keuangan untuk pihak eksternal perusahaan dihasilkan oleh sistem informasi akuntansi keuangan. 3. Informasi Akuntansi Manajemen Informasi akuntansi manajemen memberikan informasi (keuangan dan nonkeuangan) yang berguna untuk pengambilan keputusan manajemen. Dalam hal kebutuhan informasi keuangan, akuntansi manajemen memerlukan informasi yang lebih terinci dibandingkan dengan informasi akuntansi keuangan. Informasi akuntansi manajemen dihasilkan oleh sistem informasi akuntansi manajemen. Informasi Akuntansi Manajemen Informasi akuntansi manajemen sangat bermanfaat bagi manajemen terutama pada tahap penganalisaan konsekuensi setiap alternatif tindakan yang mungkin ada dalam proses pengambilan keputusan tersebut. Halim, dkk (2013:10) menyatakan informasi akuntansi manajemen dibagi menjadi tiga tipe yaitu: 1. Informasi Akuntansi Penuh. Akuntansi penuh menyajikan informatika mengenai pendapatan total, biaya total dan atau aktiva total baik pada masa lalu maupun masa yang akan datang, terutama yang berkaitan dengan biaya atau disebut dengan informasi akuntansi biaya penuh. Informasi mengenai biaya penuh masa lalu (historical full cost) digunakan untuk penyusunan laporan keuangan (umumnya berupa neraca dan laporan laba rugi). 2. Informasi Akuntansi Pertanggungjawaban. Akuntansi pertanggungjawaban menyajikan informasi mengenai pendapatan, biaya atau aktiva yang dikaitkan dengan suatu bagian atau unit di dalam perusahaan. Informasi akuntansi pertanggungjawaban masa lalu bermanfaat untuk menganalisis prestasi dari masing-masing manajer pusat pertanggungjawaban. Informasi akuntansi pertanggungjawaban yang menyangkut masa yang akan datang digunakan dalam kegiatan perencanaan tahunan (anggaran/budget). 3. Informasi Akuntansi Diferensial. Akuntansi diferensial menyajikan informasi mengenai taksiran pendapatan, biaya dan atau aktiva yang berbeda jika suatu tindakan tertentu dipilih, dibandingkan dengan alternatif tindakan lain. Informasi akuntansi diferensial berkaitan dengan masa yang akan datang. Informasi Akuntansi Diferensial Halim, dkk (2013:11) mendefinisikan informasi akuntansi diferensial menyajikan informasi mengenai taksiran aktiva, pendapatan, dan biaya yang berbeda jika suatu tindakan tertentu dipilih, dibandingkan dengan alternatif tindakan yang lain. Informasi akuntansi diferensial diperlukan oleh pihak manajemen untuk pengambilan keputusan mengenai pemilihan alternatif tindakan yang terbaik diantara beberapa alternatif keputusan yang tersedia Menurut Halim, dkk (2013: 103) Informasi akuntansi diferensial terdiri dari : 1. Pendapatan diferensial Pendpatan diferensial merupakan pendpatan yang berbeda dalam suatu kondisi, dibandingkan dengan kondiskondisi yang lain. Pendapatan masa lalu atau masa yang akan datang yang tidak berbeda diantara berbagai alternatif keputusan yang mungkin dipilih bukan merupakan pendapatan diferensial. 2. Biaya diferensial Biaya diferensial adalah biaya yang berbeda dalam suatu kondisi, dibandingkan dengan kondisi-kondisi yang lain. Besarnya biaya diferensial dihitung dari perbedaan biaya pada alternatif tertentu dibandingkan dengan biaya pada alternatif lainnya. Darsono dan Purwanti (2009:259) menyatakan biaya diferensial yaitu biaya yang berbeda – beda akibat adanya tingkat produksi yang berbeda yang mengakibatkan perbedaan biaya tetap 3. Laba Diferensial Erat hubungannya dengan pengertian pendapatan diferensial dan biaya diferensial. Laba diferensial adalah laba yang akan datang yang berbeda diantara berbagai alternatif yang mungkin dipilih. Besarnya laba diferensial dihitung dari perbedaan antara laba pada alternatif tertentu dibandingkan dengan laba pada alternatif lainnya.
87
Manfaat Akuntansi Diferensial dalam Pengambilan Keputusan Jangka Pendek Bustami dan Nurlela (2006:175) ada beberapa manfaat informasi akuntansi diferensial dalam pengambilan keputusan jangka pendek yang pada umumnya dihadapi oleh manajemen dalam pengambilan keputusan yang umumnya terdiri dari empat macam keputusan, yaitu : 1. Menjual atau memproses lebih lanjut ( sell or process futher ) Ada kalanya manajemen puncak dihadapkan pada pemilihan menjual produk tertentu pada kondisinya sekarang atau memprosesnya lebih lanjut menjadi produk yang lebih tinggi harga jualnya. Dalam pengambilan keputusan macam ini, informasi akuntansi diferensial yang diperlukan oleh manajemen adalah pendapatan diferensial dengan biaya diferensial jika alternatif memproses lebih lanjut dipilih. 2. Menghentikan atau melanjutkan produksi produk tertentu atau kegiatan usaha departemen tertentu ( stop or continue product line ) Dalam menghadapi kondisi ini, manajemen perlu mempertimbangkan keputusan menghentikan atau tetap melanjutkan produksinya. Dan informasi yang relevan untuk dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan ini adalah biaya diferensial dan pendapatan diferensial. 3. Menerima atau menolak pesanan khusus ( special order decision ) Penerapan analisis biaya diferensial juga dapat digunakan untuk membuat keputusan menerima atau menolak pesanan khusus apabila kapasitas mesin perusahaan masih terdapat kapasitas yang menganggur dan pada saat itu harga jualnya dibawah harga pokok produksi dalam hitungan biaya penuh. 4. Membeli atau membuat sendiri ( make or buy decision ) Pertimbangan untuk membeli atau membuat sendiri dapat juga timbul sebagai akibat adanya taksiran penghematan biaya jika suatu komponen yang sebelumnya dibeli dari pemasok luar direncanakan akan dibuat sendiri oleh perusahaan. Keputusan Membeli atau Membuat Sendiri Saat para manajer berusaha mengurangi biaya dan meningkatkan daya saing produknya, mereka dihadapkan pada keputusan apakah membuat produknya sendiri atau meminta perusahaan lainnya untuk menyediakan suku cadang dan komponen tersebut. Keputusan membuat atau membeli semacam ini mengilustrasikan sekali lagi cara mengidentifikasikan biaya dan pendapatan relevan. (Atkinson, et al. 2009:255) Simamora (2012:235) menyatakan manajemen mempertimbangkan keputusan membuat atau membeli karena berbagai macam alasan, yaitu untuk: a. Mengurangi biaya b. Memanfaatkan atau membebaskan kapasitas c. Memperbaiki mutu atau kinerja pengiriman d. Mendorong produktivitas kegiatan internal yang lebih tinggi dengan memaksa persaingan dengan pihak luar e. Mengadopsi teknologi baru f. Membebaskan dana investasi langka bagi keperluan lainnya
88
Tabel 1 Penelitian Terdahulu No. Nama Peneliti/ Tahun 1.
2.
Togito Anita (2005)
Moha mmad Iqbal (2013)
Judul
Peranan Analisis Biaya Diferensial dalam Pengambilan Keputusan Membuat Sendiri atau Membeli Bahan Baku untuk Meningkatkan Laba Perusahaan
Pengaruh Biaya Diferensial terhadap Proses Pengambilan Keputusan Manajemen Memproduksi Sendiri atau Membeli Produk pada PT. Fintex
Tujuan
Mengetahui Peranan Analisis Biaya Diferensial dalam pengambilan Keputusan Membuat Sendiri atau Membeli Bahan Baku untuk Meningkatka n Laba.
Mengetahui penerapan biaya dierensial dan Pengaruh biaya diferensial terhadap pengambilan keputusan membeli atau memproduksi sendiri produk pada PT. Fintex.
Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode d eskriptif analitik dengan pendekatan survei.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode kuantitatif
Hasil Penelitian Persamaan
Adanya hubungan antara analisis biaya diferensial dalam pengambilan keputusan membuat sendiri atau membeli bahan baku yang memadai dengan laba perusahaan yang meningkat
Sama dengan point yang ditulis diatas, persamaan dalam penelitian terdahulu ini terdapat pada topik yang di bahas dan landaan teoritis.
Dari hasil penelitian dengan menggunakan pengujian hipotesis menunjukkan terdapat pengaruh yang signifikan antara Biaya Diferensial terhadap Keputusan Memproduksi Sendiri atau Membeli Produk.
Perbedaan
Perbedaan dalam penelitian terdahulu ini yaitu penulis mencoba memaparkan peranan biaya diferensial untuk meningkatkan laba perusahaan.
Persamaan dari penelitian ini terdapat pada topik yang dibahas yaitu pengambilan keputusan Membeli atau Membuat sendiri produk.
Perbedaan yang terdapat pada metode penelitian yaitu penelitian ini menggunak an medote kuantitatif.
METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Penulis menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif, yaitu metode yang menganalisis masalah dengan cara mendeskripsikannya pada data-data yang sudah ada, berupa tabel perhitungan biaya produksi untuk mengetahui perbandingan biaya produksi fla yang dapat memberikan gambaran maupun uraian jelas mengenai analisis penggunaan informasi akuntansi diferensial dalam pengambilan keputusan membeli atau membuat sendiri fla kue susen pada Dolphin Donuts bakery.
89
Tempat dan Waktu Penelitian Objek penelitian pada Dolphin Donuts bakery yang bertempat di Jl. Dr Sam Ratulangi No. 45 Manado. Perusahaan ini bergerak dibidang Restaurant dan bakery. Waktu penelitian, dimulai pada bulan september 2013. Prosedur Penelitian Prosedur yang digunakan penulis untuk membahas serta memecahkan permasalahan yang ada pada penelitian ini adalah teknik analisis perbandingan yang melliputi beberapa tahapan, yaitu dapat di ilustrasikan melalui gambar berikut: 1. Permohonan mengadakan penelitian pada Dolphin Donuts Bakery 2. Pengumpulan data melalui wawancara dan Observasi dengan mendatangi objek yang diteliti. 3. Mengolah data dan menginterpretasikan hasil pengolahan data. 4. Pengambilan kesimpulan berdasarkan hasil pembahasan. 5. Pemberian saran Metode Pengumpulan Data Jenis Data Jenis data yang digunakan dalam penelitan ini adalah data kuantitaif dan data kualitatif. Data kualitatif dalam penelitan ini yaitu berupa gambaran umum perusahaan dan struktur organisasi. Sedangkan data kuantitatif dalam penelitian ini berupa data-data biaya produksi dalam perusahaan. Sumber Data Data primer adalah data yang diperoleh dengan survei lapangan yang menggunakan semua metode pengumpulan data original. Sedangkan data sekunder adalah data yang dikumpulkan oleh lembaga pengumpul data dan dipublikasikan kepada masyarakat pengguna data. (Indriantoro dan Supomo, 2012:146). Sumber data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah dalam bentuk data primer yang merupakan data asli yang diperoleh langsung dari objek penelitian pada Dolphin Donuts bakery. Teknik Pengumpulan Data Untuk memudahkan pengumpulan data sehingga dapat mendekati kesempurnaan dalam penyajian, maka perlu metode yang baik, mudah dan cepat diperoleh dalam rangka penyelesaian penulisan skripsi sesuai dengan objek yang diteliti. Dengan demikian dalam penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan beberapa metode penelitian sebagai berikut : a) Observasi Yaitu metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara terjun langsung ke objek yang diteliti dengan mengamati apa yang menjadi sasaran dalam pengambilan data sesuai dengan apa yang diperlukan. b) Wawancara Yaitu metode penelitian yang dilakukan dengan cara komunikasi langsung dengan pihak-pihak yang berhubungan objek penelitian dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang telah disiapkan terlebih dahulu mengenai masalah-masalah yang akan diteliti kepada pihak yang menangani pembuatan fla susen untuk mendapatkan data biaya yang diperlukan. c) Penelitian Kepustakaan (Library Research) Metode kepustakaan yaitu penyusunan laporan skripsi dengan cara kepustakaan. Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh landasan teori guna mendukung data primer yang diperoleh selama penelitian, data ini diperoleh dari buku-buku serta referensi lainnya yang berhubungan dengan topik yang dibahas. Metode Analisis Data Metode analisis data yang digunakan penulis adalah metode deskriptif. Metode ini betujuan untuk memberikan gambaran keadaan perusahaan yang sebenarnya, dimana data yang dikumpulkan, disusun, kemudian dianalisis dan dijelaskan dengan teori-teori yang ada dan akhirnya membuat kesimpulan dan saran. Pada penelitian ini penulis juga menggunakan analisis kuantitatif, analisis kuantitatif yang digunakan oleh penulis adalah informasi akuntansi diferensial karena menghitung biaya produksi perusahaan, dengan cara membandingkan biaya produksi pada saat membuat sendiri fla kue susen dengan harga fla yang ditawarkan oleh pemasok.
90
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Perusahaan Dolphin Donuts merupakan suatu unit usaha yang bergerak dibidang bakery dan pastry didirikan pada tahun 1 Maret 1997 oleh Bapak Hamiko Irwan. Pada awal tahun 2000 pemilik perusahaan mulai melakukan pengembangan bangunan usaha. Pembangunan berjalan lancar sehingga pada akhir tahun 2000 perusahaan sudah mulai berproduksi dengan kapasitas lebih banyak dan menambah cabang gerai counter di beberapa swalayan dan tempat lainnya, seperti Jumbo, Golden dan Gramedia. Selain memproduksi roti untuk harian perusahaan ini juga menerima pesanan khusus dengan berbagai macam cake dan roti, baik untuk acara ulang tahun, perkawinan maupun acara lainnya. Hasil Penelitian Dibawah ini adalah hasil perhitungan total penjualan beserta harga jual bulan Oktober 2013 yang telah diperoleh oleh penulis dari pihak Dolphin Donuts bakery sebagai berikut: Tabel 2 Hasil Perhitungan Total Penjualan per Bulan Total Jenis Produk
Total Unit Penjualan
Total Harga Per Unit
Total Penjualan
23
60.000
Rp. 587.500
Rp. 702.150.000
Sumber: hasil olah data 2013 Berdasarkan data diatas kemudian dihitung berapa presentasi yang akan diakumulasikan untuk perhitungan harga pokok produksi pada fla khususnya pada biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik. Presentase tersebut dapat dihitung dengan rumus berikut: Harga Jual Produk Presentase Produk = X100% Total Keseluruhan Harga Jual Produk Setiap bulannya Dolphin Donuts bakery memproduksi 6000 unit susen dengan harga per unit yaitu Rp.4.500. Jadi total penjualan susen perbulannya yaitu Rp. 27.000.000. Maka presentasi penjualan untuk menghitung harga pokok produksi fla kue susen dapat dihitung sebagai berikut: Rp. 27.000.000 Presentase fla kue susen = X 100 % = 3,8% Rp. 702.150.000 Biaya produksi Berikut akan dijelaskan perincian biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk pembuatan fla yang diperlukan untuk memberi isi di dalam kue susen untuk persediaan selama 1 bulan yang datanya diambil pada bulan oktober 2013. Fla yang diperlukan untuk mengisi 6.000 buah susen adalah sebanyak 480 kg. Rincian biaya tersebut adalah sebagai berikut: Tabel 3 Biaya bahan baku fla Nama Bahan Susu Segar Susu Kental Manis Telur Tepung Gula Pasir Margarin
Harga Satuan Rp. 11.000/Liter Rp. 6.500/Kaleng Rp. 15.000/Lusin Rp. 7.000/kg Rp. 12.000/kg Rp. 20.000/kg Total Biaya Bahan Baku Sumber: Dolphin Donuts bakery, Oktober 2013
Banyaknya 30 Liter 30 kaleng 50 Lusin 75 Kg 60 Kg 24 Kg
Jumlah Biaya Rp. 330.000 Rp. 195.000 Rp. 750.000 Rp. 525.000 Rp. 720.000 Rp. 480.000 Rp. 3.000.000
91
Biaya Tenaga Kerja Langsung Dolphin Donuts bakery memiliki delapan orang pekerja dibagian produksinya yang bekerja berdasarkan tugas masing-masing total gaji yang dibayarkan khusus untuk tenaga kerja langsung yaitu Rp.12.000.000. Berdasarkan presentase harga jual yang telah dihitung sebelumya yaitu 3,8% maka jumlah biaya tenaga kerja yang dikeluarkan untuk membuat persediaan fla kue susen selama 1 bulan adalah : Rp 12.000.000 × 3.8 % = Rp 456.000 Tabel 4 Rincian biaya tenaga kerja langsung khusus pembuatan fla kue susen Jumlah Keterangan Biaya per bulan tenaga kerja Koki Pembantu 2 Rp. 152.000 Baker
4
Rp. 228.000
Pembantu
2
Rp. 76.000
8
Rp 456.000
Total Sumber: hasil olah data 2013
Biaya Overhead Pabrik Berikut adalah rincian Biaya Overhead Pabrik, dimana untuk biaya penyusutan menggunakan metode garis lurus. a) Biaya bahan bakar gas yang digunakan selama satu bulan yaitu Rp 4.550.000 b) Biaya listrik yang dibayarkan setiap bulannya sebesar Rp 13.000.000 c) Biaya pulsa telepon setiap bulannya sebesar Rp 500.000 d) Biaya sewa bangunan setiap bulannya sebesar Rp 8.333.333 e) Biaya penyusutan perlengkapan pabrik setiap bulan mengunakan metode rata-rata: - Penyusutan mixer = 4.000.000 ÷ 12 bulan = 333.333/bulan - Penyusutan oven = 16.800.000 ÷ 12 bulan = 1.400.000/bulan. - Penyusutan cooler = 18.0000.000 ÷ 12 bulan = 1.500.000/bulan Total Biaya penyusutan perlengkapan pabrik yaitu sebesar Rp. 3.233.333 f) Biaya karyawan tetap Total gaji yang dibayarkan untuk karyawan tetap setiap bulannya yaitu sejumlah Rp. 26.000.000 Berdasarkan uraian diatas maka dapat diketahui total jumlah biaya overhead pabrik yang dikeluarkan oleh pihak perusahaan untuk proses prodsi perbulannya adalah: - Biaya bahan bakar gas : Rp. 4.550.000 - Biaya listrik : Rp.13.000.000 - Biaya telepon : Rp. 500.000 - Biaya sewa bangunan : Rp. 8.333.333 - Biaya penyusutan perlengkapan pabrik : Rp. 3.233.333 - Biaya karyawan tetap : Rp.26.000.000 Total biaya overhead pabrik Rp.55.616.666 Presentase biaya overhead yang dikeluarkan oleh perusahaan khusus untuk produksi fla kue susen perbulannya yaitu sejumlah Rp. 55.616.666 x 3.8% = Rp. 2.113.433,3 Berikut adalah rincian akumulasi biaya overhead pabrik khusus untuk memproduksi fla kue susen setiap bulannya berdasarkan presentase 3.8%
92
Tabel 5 Biaya overhead pabrik khusus pembuatan fla kue susen Keterangan
Jumlah Rp. 172.900 Rp. 494.000 Rp. 19.000 Rp. 316.666,7 Rp. 122.866,6 Rp. 988.000 Rp. 2.113.433,3
Biaya bahan bakar gas Biaya listrik Biaya telepon Biaya sewa bangunan Biaya penyusutan perlengkapan pabrik Biaya karyawan tetap Total biaya overhead pabrik Sumber: hasil olah data 2013 Perhitungan HPP fla membuat sendiri Harga Pokok Produksi fla susen Oktober 2013 1. Biaya bahan baku - Susu Segar Rp. 330.000 - Susu kental manis Rp. 195.000 - Telur Rp. 750.000 - Tepung Rp. 525.000 - Gula pasir Rp. 720.000 - Margarin Rp. 480.000 Total bahan baku langsung
Rp. 3.000.000
2. Biaya Tenaga Kerja Langsung - Koki Pembantu Rp. 152.000 - Baker Rp. 228.000 - Pembantu Rp. 76.000 Total BTK Langsung Rp. 456.000 3. Biaya Overhead Pabrik - Biaya bahan bakar gas Rp. 172.900 - Biaya listrik Rp. 494.000 - Biaya telepon Rp. 19.000 - Biaya sewa bangunan Rp. 316.666,7 - Biaya peny. perlengkapan pabrik Rp. 122.866,6 - Biaya karyawan tetap Rp. 988.000 Total biaya overhead pabrik Rp. 2.113.433,3 Total Harga Pokok Produksi Rp. 5.569.433,3 Sumber: hasil olah data 2013 Jadi berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan di atas, untuk memproduksi fla sebanyak 480 kg peruahaan perlu mengeluarkan biaya sebesar Rp. 5.569.433,3 atau kurang lebih Rp. 11.600 per kilogram fla. HPP fla jika Membeli dari Pemasok Alternatif selain membuat sendiri fla peruahaan bisa membeli dari pemasok luar. Ada beberapa pemasok yang menawarkan fla sebagai bahan baku pembuatan kue susen kepada perusahaan dengan harga yang beragam, pemasok juga menawarkan untuk mengantarkan fla langsung ke pabrik persahaan jadi pihak perusahaan bisa menghemat biaya angkut. Harga beli per kg fla yang ditawarkan oleh pemasok rata-ratanya adalah sebesar Rp. 20.000,-. Jadi jika peusahaan memutuskan untuk membeli fla dari pemasok maka untuk memenuhi kebutuhan fla perbulannya yaitu sebanyak 480kg fla perusahaan perlu mengeluarkan total biaya sejumlah Rp. 9.600.000.
93
Pembahasan Perbandingan biaya jika membuat sendiri dan membeli sendiri menggunakan analisis biaya diferensial. Dalam pengambilan keputusan membuat sendiri atau membeli dari luar fla tersebut informasi akuntansi yang relevan adalah dengan menggunakan biaya diferensialnya, dapat dilihat dari tabel di bawah ini : Tabel 6 Perbandingan Biaya Differensial Membeli atau Membuat Sendiri Keterangan Membuat Sendiri Biaya bahan baku
Rp. 3.000.000
Biaya tenaga kerja langsung
Rp.
Biaya overhead pabrik
Rp.2.113.433,3
Membeli
456.000
Harga Beli
Rp. 9.600.000.
Total Biaya Diferensial
Rp. 5.569.433,3
Penghematan Biaya Sumber: hasil olah data 2013
Rp. 4.030.566,7
Rp. 9.600.000.
Berdasarkan perhandingan biaya diferensial yang telah disajikan pada tabel diatas, diketahui bahwa ada beberapa biaya diferensial yang muncul saat perusahaan memilih alternatif untuk membuat sendiri yaitu, biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik. Total biaya yang akan dikeluarkan oleh pihak perusahaan jika memutuskan untuk membuat sendiri fla kue susen setiap bulannya yaitu senilai Rp. 5.569.433,3 atau sebesar Rp. 11.600 per kilogramnya. Sedangkan biaya yang akan dikeluarkan oleh pihak perusahaan jika memilih alternatif untuk membeli dari pemasok yaitu sejumlah Rp. 9.600.000 atau sebesar Rp. 20.000 perkilogramnya. Dari perbandingan analisis akuntansi diferensial menggunakan biaya diferensial dapat diputuskan bahwa perusahaan lebih baik memilih untuk membuat sendiri fla, karena dengan membuat sendiri fla susen perusahaan dapat menghemat biaya sebesar Rp. 4.030.566,7 atau sebesar Rp 8.600 untuk tiap 1 kg fla. PENUTUP Kesimpulan Dari penelitian yang sudah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa keputusan yang lebih baik diambil oleh pihak manajemen Dolphin Donuts bakery adalah membuat sendiri fla kue susen karena biaya yang dikeluarkan lebih kecil atau lebih hemat jika dibandingkan dengan membeli dari pemasok. Setiap bulannya untuk memproduksi 480 kg fla, biaya yang dikeluarkan adalah sebesar Rp. 5.569.433,3 atau sejumlah Rp. Rp. 11.600 per kilogramnya, sedangkan apabila perusahaan membeli dari luar maka biaya yang dikeluarkan sebesar Rp. 9.600.000 atau sejumlah Rp. 20.000 per kilogramnya sehingga akan timbul selisih penghematan biaya perusahaan sebesar Rp. 4.030.566,7 atau sejumlah Rp 8.600 untuk setiap 1 kg fla jika persahaan memilih untuk membuat sendiri fla kue susen. Dengan demikian diketahui bahwa biaya diferensial yang diperoleh oleh Dolphin Donuts bakery jika membeli fla dari pemasok luar lebih besar dibandingkan dengan jika perusahaan membuat sendiri. Saran Pihak manajemen Dolphin Donuts bakery sebaiknya mengambil keputusan untuk membuat sendiri fla mengingat biaya yang dikeluarkan lebih rendah daripada membeli dari luar karena lebih menguntungkan dan juga dapat melakukan penghematan biaya. Selain itu keuntungan lain membuat sendiri perusahaan bisa lebih menjaga mutu, rasa serta kualitas dari fla yang dibuat.
94
DAFTAR PUSTAKA Ahmad, Kamaruddin. 2013. Akuntansi Manajemen: Dasar-dasar, konsep, biaya dan pengambilan keputusan. Edisi Revisi ke Delapan. RajaGrafindo Persada. Jakarta. Atkinson, Anthony., Kaplan, Robert R., Matsumura, Ella Mae., Young, S Mark. 2009. Akuntansi Manajemen. Jilid Satu. Edisi ke Lima. Indeks. Jakarta. Bustami, Bastian., Nurlela. 2006. Akuntansi Biaya, Melalui Pendekatan Manajerial. Mitra Wancana. Yogyakarta. Darsono, Prawironegoro., Purwanti, Ari. 2009. Akuntansi Manajemen. Edisi ketiga. Mitra Wacana Media. Jakarta. Halim, Abdul., Bambang, Supomo., Kusufi, Syam Muhammad. 2013. Akuntansi Manajemen. Edisi ke Dua. BPFE. Yogyakarta. Indriantoro, Nur., Supomo, Bambang. 2012. Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi Manajemen. BPFE . Yogyakarta. Mohamad, Iqbal. 2013. Pengaruh Biaya Diferensial terhadap Proses Pengambilan Keputusan Manajemen Memproduksi Sendiri Atau Membeli Produk. Skripsi. Universitas Pasundan. Cirebon. http://diglib.unpas.ac.id/download-mohammadiq-2650-1-skripsi.pdf Simamora, Henry. 2012. Akuntansi Manajemen. Edisi ke Tiga. Star Gate Publisher. Riau. Togito, Anita. 2005. Peranan Analisis Biaya Diferensial dalam Pengambilan Keputusan Membuat Sendiri atau Membeli Bahan Baku Untuk Meningkatkan Laba Perusahaan. Jurnal. Universitas Widyatama. Bandung.. http://repository.widyatama.ac.id/xmlui/bitsream/handle/10364/1065/cover.pdf Warindrani, Armila Krisna. 2006. Akuntansi Manajemen. Graha Ilmu. Yogyakarta.
95
ANALISIS PERHITUNGAN DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 PADA PT. GATRA KALTIM JAYA KOTA BALIKPAPAN Pandu Dewanata Jantje J. Tinangon Heince R. N. Wokas Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Akuntansi Universitas Sam Ratulangi Manado email :
[email protected] ABSTRAK Perusahaan sebagai pemotong pajak memiliki peranan yang sangat besar bagi pemerintah. Saat ini tidak sedikit perusahaan yang melaksanakan pemotongan pajak yang tidak sesuai ketentuan yang berlaku. Hal ini disebabkan perusahaan menganggap pajak sebagai biaya sehingga perusahaan akan meminimalkan biaya tersebut untuk mengoptimalkan laba. Oleh karena itu demi kelancaran pemotongan pajak diperlukan kerjasama yang baik antara pemerintah dengan perusahaan. PT. GATRA KALTIM JAYA bergerak dalam bidang perdagangan Umum di Kota Balikpapan telah memberikan kepuasan tertinggi untuk para pelanggan dengan memberikan kualitas produk yang terbaik dan pelayanan inovatif yang tepat waktu. Dalam memberikan kepuasan ini PT. GATRA KALTIM JAYA membutuhkan pegawai-pegawai yang berkualitas agar tujuan perusahaan dapat tercapai. Oleh karena itu sebagai bentuk penghargaan atas jasa yang telah diberikan oleh para pegawainya, perusahaan memberikan kontraprestasi berupa gaji, tunjangan serta beberapa bonus tambahan. Dengan begitu PT. GATRA KALTIM JAYA wajib memotong Pajak Penghasilan Pasal 21 atas gaji pegawainya. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Hasil penelitian yaitu PT. GATRA KALTIM JAYA Balikpapan dalam melakukan perhitungan, pemotongan dan pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 atas karyawan tetap telah sesuai dengan ketentuan Undang-undang Perpajakan No. 36 Tahun 2008. Kata kunci : pajak, pajak penghasilan, wajib pajak, objek pajak.
ABSTRACT Company as a tax cutter has a very big role for the government. Currently there's a few companies that implement the tax deductions are not consistent with applicable regulations. This is caused by the company which considers the tax as a cost that the company will minimize the costs to optimize their profit. It is necessary good cooperation between the government and the company for the sake of continuity of the tax deduction . PT. GATRA KALTIM JAYA engaged in General trading in Balikpapan City has provided the highest satisfaction to the customers by providing the best quality products and innovative services on time. In this satisfying PT. GATRA KALTIM JAYA need qualified employees in order to achieve company goals. Therefore as an appreciation for services provided by its employees, the company gave contra such as wages and salaries also benefits as well as some additional bonuses. So, PT. GATRA KALTIM JAYA is obliged to withhold income tax of salary employees' salary Article 21. The analytical method used in this research is descriptive research. The results are PT. News in Brief KALTIM JAYA Balikpapan in doing calculations, deductions and tax reporting of Income Tax Article 21 of the employee already complianced with the provisions of Law Taxation. No. 36 of 2008. Keywords: tax, income tax, assessable, tax object.
96
PENDAHULUAN Latar Belakang Perusahaan sebagai pemotong pajak memiliki peranan yang sangat besar bagi pemerintah. Mengingat saat ini tidak sedikit perusahaan yang melaksanakan pemotongan pajak tidak sesuai ketentuan yang berlaku. Hal ini disebabkan perusahaan menganggap pajak sebagai biaya sehingga perusahaan akan meminimalkan biaya tersebut untuk mengoptimalkan laba. Oleh karena itu demi kelancaran pemotongan pajak diperlukan kerjasama yang baik antara pemerintah dengan perusahaan. PT. GATRA KALTIM JAYA bergerak dalam bidang perdagangan Umum / Leveransir Distributor dan Dealer Kendaraan Bermotor, termasuk penjualan sparepart kendaraan bermotor serta variasinya, Agen / Perwakilan perusahaan lokal dan luar negeri, penyewaan kendaraan bermotor, pengangkutan, perbengkelan dan kontraktor di Kota Balikpapan telah memberikan kepuasan tertinggi untuk para pelanggan dengan memberikan kualitas produk yang terbaik dan pelayanan inovatif yang tepat waktu. Dalam memberikan kepuasan ini PT. GATRA KALTIM JAYA membutuhkan pegawaipegawai yang berkualitas agar tujuan perusahaan dapat tercapai. Oleh karena itu sebagai bentuk penghargaan atas jasa yang telah diberikan oleh para pegawainya, perusahaan memberikan kontra prestasi berupa gaji, tunjangan serta beberapa bonus tambahan yang disesuaikan dengan kinerjanya. Dengan begitu PT. GATRA KALTIM JAYA wajib memotong Pajak Penghasilan Pasal 21 atas gaji pegawainya, dengan berpedoman pada peraturan perpajakan yang berlaku. Penulis memilih PT. GATRA KALTIM JAYA karena perusahaan ini merupakan salah satu yang cukup besar di Kalimantan Timur dan memiliki jumlah karyawan yang besar pula. Sehingga menarik untuk dilakukan penelitian mengenai tata cara perusahaan dalam melaksanakan pemotongan, penyetoran, dan pelaporan pajak penghasilan pada karyawan. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah bagaimana mekanisme perhitungan, pemotongan serta pelaporan pajak penghasilan pasal 21 pada karyawan PT. GATRA KALTIM JAYA menurut Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan? TINJAUAN PUSTAKA Akuntansi Akuntansi adalah pengukuran, penjabaran, atau pemberian kepastian mengenai informasi yang akan membantu manajer, investor, otoritas pajak dan pembuat keputusan lain untuk membuat alokasi sumber daya keputusan di dalam perusahaan, organisasi, dan lembaga pemerintah. Akuntansi adalah seni dalam mengukur, berkomunikasi dan menginterpretasikan aktivitas keuangan. Secara luas, akuntansi juga dikenal sebagai "bahasa bisnis". Akuntansi bertujuan untuk menyiapkan suatu laporan keuangan yang akurat agar dapat dimanfaatkan oleh para manajer, pengambil kebijakan, dan pihak berkepentingan lainnya, seperti pemegang saham, kreditur, atau pemilik (Harahap, 2005:2) American Accounting Association, mendefinisikan akuntansi sebagai proses mengidentifikasikan, mengukur, dan melaporkan informasi ekonomi, untuk memungkinkan adanya penilaian dan keputusan yang tegas bagi mereka yang menggunakan informasi tersebut. (Waluyo, 2009:20) Akuntansi adalah sistem informasi yang mengidentifikasi, mencatat, dan mengkomunikasikan peristiwa ekonomi dari suatu organisasi untuk pengguna yang tertarik. Akuntansi terdiri dari tiga kegiatan dasar itu mengidentifikasi, mencatat, dan mengkomunikasikan peristiwa ekonomi dari suatu organisasi untuk pengguna yang tertarik. Untuk mengidentifikasi peristiwa ekonomi, perusahaan memilih peristiwa ekonomi yang relevan dengan bisnis. (Weygandt, et al 2011) 97
Definisi-definisi diatas menjelaskan akuntansi sebagai suatu seni atau aktivitas jasa dan mengartikan bahwa akuntansi meliputi beragam teknik yang dianggap berguna untuk bidang-bidang tertentu. (Belkaoui, 2011:5) Konsep Dasar Akuntansi Perpajakan Pajak Soemitro menyatakan bahwa, pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan, dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. (Mardiasmo, 2009:1) Pajak menurut Andriani yang dikutip oleh Rahayu (2010:22) adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh wajib pajak membayarnya menurut peraturan-peraturan dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk yang kegunaannya untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran mum berhubungan langsung dengan tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan Fungsi Pajak Ada dua fungsi pajak (Mardiasmo, 2011:1), yaitu: 1. Fungsi Budgetair Pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai pengeluaranpengeluarannya. 2. Fungsi mengatur (regulerend) Pajak sebagai alat untuk mengatur dan melaksanakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi. Pajak Penghasilan Resmi (2011:74) Pajak Penghasilan (PPh) adalah pajak yang dikenakan terhadap Subjek Pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam satu tahun pajak. Dasar Hukum Resmi (2011:74) Peraturan perundangan yang mengatur Pajak Penghasilan di Indonesia adalah UU No.7 Tahun 1983 yang telah disempurnakan dengan UU No. 7 Tahun 1991, UU No. 10 Tahun 1994, UU No. 17 Tahun 2000, UU No.36 Tahun 2008, Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden, Keputusan Menteri Keuangan, Keputusan Direktur Jendral Pajak maupun Surat Edaran Direktur Jendral Pajak. Pajak Penghasilan Pasal 21 Resmi (2011:163) Pajak Penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa , dan kegiatan yang dilakukan oleh Wajib Pajak Orang Pribadi Subjek Pajak Dalam Negeri, yang selanjutnya disebut PPh Pasal 21, merupakan pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri. Dasar Hukum Pemotongan PPh Pasal 21 Suhartono dan Ilyas (2010:205) 1. Pasal 21 UU Nomor 7 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah terakhir dengan UU Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan. 2. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 252/PMK.03/2008 tentang Petunjuk Pelakasanaan Pemotongan Pajak atas Penghasilan Sehubungan Dengan Pekerjaan, Jasa dan Kegiatan Orang Pribadi. 3. Peraturan Direktur Jendral Pajak Nomor 31/PJ/2009 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Nomor 57/PJ/2009 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemotongan, Penyetoran, dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 dan Pasal 26 sehubungan dengan Pekerjaan, Jasa, dan Kegiatan Orang Pribadi. 98
Tarif Pajak Penghasilan Orang Pribadi Lubis, dkk (2010;45) Dalam pemungutan pajak, tarif merupakan tolok ukur untuk menetepkan beban pajak, selain pembagian peghasilan kena pajak (income bracket). Undang-Undang Pajak Penghasilan menganut pendekatan tarif berbeda antara Tarif Pajak Penghasilan Terhadap Orang Pribadi maupun Badan. 1. PPh terutang dari suatu Wajib Pajak dalam satu tahun pajak untuk Wajib Pajak dalam negeri yang menjalakan usaha melalui bentuk usaha tetap (BUT) di Indonesia dihitung dengan menerapkan tarif pajak dikalikan terhadap penghasilan kena pajak. 2. Sebelum diterapkan tarif pajak, PKP tersebut terlebih dahulu dibulatkan ke bawah dalam ribuan penuh. 3. Tarif Pajak Orang Pribadi menurut Pasal 17 UU No. 36 Tahun 2008 tersebut adalah sebagai berikut: Tabel 1 Tarif PPh Pasal 21 Lapisan Penghasilan Kena Pajak Sampai dengan Rp 50.000.000 Di atas Rp 50.000.000 – Rp 250.000.000 Di atas Rp 250.000.000 – Rp 500.000.000 Di atas Rp 500.000.000
Tarif Pajak 5% 15 % 25 % 30 %
Pasal 17 UU No. 36 Tahun 2008 Sumber : Irwansyah Lubis, et al I (2010:45) SPT Suhartono dan Ilyas (2010:56) Pasal 1 angka 11 UU KUP menegakan bahwa SPT adalah surat yang oleh WP digunakan untuk melaporkan penghitungan dan/atau pembayaran pajak, objek pajak dan/atau bukan objek pajak, dan/atau harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif yaitu berupa studi kasus dan studi pustaka. Studi kasus dilakukan pada PT. GATRA KALTIM JAYA Kota Balikpapan, sedangkan studi pustaka dilakukan dengan mengumpulkan data-data dari literatur-literatur yang relevan dengan permasalahan Pajak Penghasilan. Tempat dan Waktu Penelitian Pemilihan Lokasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pada PT. GATRA KALTIM JAYA yang berkedudukan di Jl. Mayjend Sutoyo No. 5-6 Balikpapan. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 17 - 18 Oktober 2013. Dipilihnya tempat ini sebagai lokasi penelitian dikarenakan perusahaan ini memiliki jumlah karyawan yang memadai sehingga menarik untuk dilakukan penelitian mengenai tata cara perusahaan dalam melaksanakan pemotongan, penyetoran, dan pelaporan pajak penghasilan pasal 21 pada karyawan. Prosedur Penelitian Prosedur yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Menentukan judul dan merumuskan masalah. 2. Mengumpulkan data sesuai permasalahan yang diangkat. 3. Pengumpulan data melalui wawancara terhadap pihak-pihak yang terkait serta pengambilan datadata pada PT.GATRA KALTIM JAYA untuk mengetahui bagaimana mekanisme perhitungan dan pelaporan PPh 21 dan apakah perhitungan dan pemotongan serta pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 pada PT. GATRA KALTIM JAYA telah sesuai dengan ketentuan Undangundang Perpajakan No. 36 Tahun 2008 4. Mengolah data dan menginterpretasikan hasil pengolahan data.
99
5.
Menarik kesimpulan dan memberikan saran yang dianggap perlu sebagai perbaikan dalam masalah yang ada.
Jenis Data dan Sumber Data Jenis Data Data Primer yaitu data yang diperoleh langsung dari perusahaan atau data yang terjadi di lapangan penelitian, yang diperoleh dari wawancara, observasi, dan kemudian akan diolah oleh penulis. Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara. Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan. Sumber Data a. Data primer Merupakan data yang diproses secara langsung dari sumbernya/langsung dari perusahaan atau data yang terjadi di lapangan penelitian, yang diperoleh dari wawancara, observasi, dan kemudian akan diolah oleh penulis. b. Data Sekunder Merupakan data pendukung dan pelengkap yang tidak diusahakan sendiri pengumpulannya oleh penulis/ penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara. Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan Metode Pengumpulan Data Adapun teknik atau cara pengumpulan data yang dilakukan penulis adalah sebagai berikut : 1. Penelitian Lapangan (Field Research) Penelitian ini melakukan pengumpulan data dengan : 1. Teknik wawancara. Metode wawancara adalah suatu metode pengumpulan data yang diperoleh dengan cara tanya jawab langsung dengan orang yang mempunyai hubungan langsung dengan masalah yang diteliti. Tanya jawab dilakukan terhadap staf perpajakan perusahaan. 2. Metode observasi Metode observasi adalah suatu metode pengumpulan data dan penyimpulan data dengan cara mengadakan penelitian langsung terhadap objek penelitian. 3. Dokumentasi. Yaitu metode pengumpulan data dengan cara mempelajari dokumen, bukti-bukti atau catatan yang berhubungan dengan objek yang diteliti. Penelitian ditujukan pada dokumen-dokumen yang berhubungan dengan data yang diperlukan. Pengumpulan data dokumentasi menggunakan alat tulis manual maupun elektronik. Metode Analisis Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif yaitu suatu metode pembahasan yang sifatnya menguraikan, menggambarkan suatu keadaan atau data serta melukiskan dan menerapkan suatu keadaan sedemikian rupa sehingga dapat ditarik kesimpulan untuk menjawab permasalahan yang ada. Definisi Operasional Sugiyono (2010:38) mengatakan definisi operasional adalah penentuan konstruk sehingga menjadi variabel yang dapat diukur. Variabel dapat diukur dengan berbagai macam konstruk yang diwakilinya, yang dapat berupa angka atau berupa atribut yang menggunakan ukuran atau skala dalam penelitian. 1. Penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 menurut Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 adalah suatu penghitungan untuk menentukan jumlah pajak yang terutang oleh wajib pajak sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku. 100
2.
3.
Penyetoran Pajak Penghasilan Pasal 21 menurut Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 adalah pembayaran pajak yang di lakukan pemotong pajak dengan menyetor pajak ke kantor pos atau bank. Penyetoran dilakukan paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir. Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 menurut Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 adalah melaporkan pembayaran pajak melalui penyampaian SPT Masa PPh Pasal 21 ke Kantor Pelayanan Pajak. Pelaporan dilakukan paling lambat tanggal 20 bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Profil Perusahaan Berawal pada tanggal 24 Desember 1990, manakala Bapak Hendarman Muljono bersama dengan Bapak Ignatius Yudas Tadius Suyanto mendirikan suatu perseroan Komanditer, maka berdasarkan akte No.163 yang dibuat dihadapan Adi Gunawan Sarjana Hukum, Notaris di Balikpapan, didirikan Perseroan Komanditer CV. GRAND KALTIM JAYA, maksud dan tujuan perusahaan adalah bergerak dalam bidang perdagangan Umum / Leveransir Distributor dan Dealer Kendaraan Bermotor, termasuk penjualan sparepart kendaraan bermotor serta variasinya, Agen / Perwakilan peruahasan lokal dan luar negeri, penyewaan kendaraan bermotor, pengangkutan, perbengkelan dan kontraktor. Sebagai dealer penjualan kendaraan bermotor khususnya kendaraan roda dua, kegiatan usaha dalam bidang tersebut ternyata berkembang dengan pesat dan seiring dengan perkembangannya, perusahaan selalu berupaya untuk memberikan pelayanan yang terbaik kepada para pelanggan, maka untuk mencerminkan keinginan tersebut, pengurus perusahaan pada tanggal 15 Desember 1995 mengubah nama CV. GRAND KALTIM JAYA menjadi CV. GATRA KALTIM JAYA. Perubahan nama tersebut dilakukan berdasarkan Akta Perubahan Nomor 70, tertanggal 15 Desember 1995 dibuat dihadapan Adi Gunawan Sarjana Hukum, Notaris di Balikpapan, dan sejak itu nama CV. GATRA KALTIM JAYA dengan bidang usaha yang sama secara resmi mulai berkibar. Sejalan dengan kemajuan perusahaan dan permintaan masyarakat terhadap kendaraan roda dua semakin meningkat ternyata pula animo masyarakat dan Perusahaan di wilayah Kota Balikpapan terhadap kebutuhan kendaraan roda empat mulai tumbuh, maka mulai tahun 1996 usaha CV. GATRA KALTIM JAYA elain menjual kendaraan roda dua, juga mulai menjual kendaraan roda empat dan juga menyewakan kendaraan roda empat serta jasa penyediaan tenaga kerja pengemudi (Labor Supply). Bertitik tolak dari perkembangan usaha yang semakin maju dan pesat tersebut, maka CV. GATRA KALTIM JAYA yang semula berbentuk Perusahaan Komanditer (CV) ditingkatkan bentuknya menjadi Perseroan Terbatas (PT), maka berdasarkan Akta Notaris Nomor 15, tertanggal 8 Januari 2004 yang dibuat dihadapan Notaris Hengky Ribowo Sarjana Hukum, Notaris di Balikpapan, CV. GATRA KALTIM JAYA berubah menjadi PT. GATRA KALTIM JAYA, dan selanjutnya Akta terebut telah mendapat pengesahan dari Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan Nomor 117, tertanggal 31 Juli 2008 yang dibuat dihadapan Notaris Rudi Muljono Sarjana Hukum, dan selanjutnya Akta tersebut telah mendapat pengesahan dari Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan Nomor AHU-57647 AH.01.02. Tahun 2008 tertanggal 1 September 2008. Sehubungan dengan perubahan tersebut maka untuk selanjutnya perusahaan memakai nama PT. GATRA KALTIM JAYA, yang berkedudukan di Balikpapan dan bilamana dipandang perlu maka perusahaan akan membuka cabang-cabang atau perwakilan di daerah lainnya, dan perseroan ini didirikan untuk jangka waktu yang tidak ditentukan lamanya. Maksud didirikannya PT. GATRA KALTIM JAYA adalah untuk melanjutkan dan meneruskan usaha dari Perseroan Komanditer CV. GATRA KALTIM JAYA yang berkedudukan di Balikpapan. PT. GATRA KALTM JAYA juga mengembangkan sub-divisinya terutama di bidang IT and Computer Retail. Divisi ini dibentuk pada tanggal 1 Agustus 2006 dengan dibukanya toko retail computer, GATRA KOMPUTER di Jl. Ahmad Yani Balikpapan yang menjadi kantor divisi baru PT. 101
GATRA KALTIM JAYA. Sub-divisi komputer ini menangani penjualan retail, penyewaan alat-alat IT, IT konsultan sampai ke IT service maintenance. Pada saat ini kantor pusat PT. GATRA KALTIM JAYA berdomisili dan berkantor di Jalan MayJend Sutoyo No 05/06 RT 42 Balikpapan, Telepon (0542) 422715, Faximile (0542) 733636. Hasil Penelitian Pajak penghasilan merupakan pajak yang dibebankan pada penghasilan perorangan, perusahaan atau badan hukum lainnya. Pegawai/karyawan adalah orang yang bekerja pada pemberi kerja, baik sebagai karyawan tetap atau karyawan tidak tetap/tenaga kerja lepas berdasarkan perjanjian atau kesepakatan kerja baik secara tertulis maupun tidak tertulis, untuk melaksanakan suatu pekerjaan dalam jabatan atau kegiatan tertentu dengan memperoleh imbalan/penghasilan yang dibayarkan berdasarkan periode tertentu, penyelesaian pekerjaan atau ketentuan lain yang ditetapkan pemberi kerja. Penelitian ini dilakukan pada PT. GATRA KALTIM JAYA Kota Balikpapan yang adalah perusahaan yang menjadi objek penelitian penulis. Dalam penelitian ini dapat dilihat bagaimana mekanisme perhitungan dan pelaporan PPh Pasal 21 yang dilakukan oleh perusahaan terhadap gaji karyawan pada perusahaan ini. Di bawah ini disajikan tabel flowchart tentang mekanisme perhitungan dan pelaporan PPh Pasal 21 Pada PT. GATRA KALTIM JAYA Kota Balikpapan.
Gambar 1 Mekanisme Perhitungan Dan Pelaporan PPh Pasal 21 Pada PT. GATRA KALTIM JAYA
Pendaftaran
Perhitungan
Penyetoran dan Pelaporan
102
WP
Memenuhi
syarat subjektif dan objektif
Manager Accounting/Tax
Melakukan Perhitungan PPh Pasal 21 pada
WP
Melakukan Pengisian
SPT
gaji karyawan Mendaftarkan diri ke KPP/www.pajak.g o.id
Benar, lengkap, dan, jelas Bendahara Pengisian
SSP
Pembayaran ke kantor Pos/Bank
Kas Negara Sumber : PT. GATRA KALTIM JAYA Deskripsi penjelasan Mekanisme Perhitungan Dan Pelaporan PPh Pasal 21 Pada PT. GATRA KALTIM JAYA: a. Pendaftaran 1. Wajib pajak yang memenuhi syarat subjektif dan objektif mendaftarkan diri ke KPP/www.pajak.go.id 2. Menerima NPWP b. Perhitungan 1. Manager Accounting/Tax pada peruahaan melakukan perhitungan PPh Pasal 21 terhadap gaji karyawan. 2. Setelah dihitung manager menyetor PPh 21 ke Bendahara perusahaan c. Penyetoran dan Pelaporan 1. Wajib pajak melakukan pengisian SPT dengan benar, lengkap, dan jelas. 2. Melakukan pengisian SSP (Surat Setoran Pajak) 3. Menyetorkan PPh Pasal 21 ke Bank/Kantor Pos 4. Wajib Pajak memperoleh tanda terima Penyampaian SPT Perhitungan PPh 21 Berdasarkan tabel perhitungan di atas maka di bawah ini disajikan contoh rincian penjelasan mengenai perhitungan dan pelaporan PPh Pasal 21 pada karywan PT. GATRA KALTIM JAYA
103
Tabel 3 Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 Nama / Status RB K/2
Teori PPh Pasal 21 Penghasilan bruto sebulan – biaya jabatan = penghasilan neto sebulan x 12 bulan = penghasilan neto setahun – PTKP = PKP x tarif pajak pasal 21 = PPh Pasal 21 setahun : 12 bulan = PPh Pasal 21 sebulan
Perhitungan PPh Pasal 21 Rp 5.746.615 Rp 287.331 Rp 5.459.284 12 bln Rp 65.511.408 Rp 30.375.000 Rp 35.708.950 5% Rp 1.756.820 12 bln Rp 146.402
Realisasi Perusahaan Rp 5.746.615 Rp 287.331 Rp 5.459.284 12 bln Rp 65.511.408 Rp 30.375.000 Rp 35.708.950 5% Rp 1.756.820 12 bln Rp 146.402
Ket.
SAMA
Sumber : PT. GATRA KALTIM JAYA Perlakuan Akuntansi Terhadap PPh Pasal 21 atas Gaji Pegawai Lewat informasi yang didapatkan melalui wawancara dan data yang diperoleh dengan salah satu pegawai bidang yang menangani tentang Pajak Penghasilan Pasal 21 di PT. GATRA KALTIM JAYA wilayah Balikpapan diketahui bahwa PPh Pasal 21 atas gaji pegawai ditanggung oleh perusahaan. PT. GATRA KALTIM JAYA melakukan perhitungan dan penyetoran PPh Pasal 21 setiap bulan paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya setelah masa pajak berakhir dan melakukan pembayaran ke Kantor Pos atau Bank dengan menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP). Pada akhir tahun diadakan perhitungan kembali atas seluruh PPH Pasal 21 untuk 12 bulan dalam tahun tersebut, agar dapat diketahui apakah jumlah pajak yang telah disetorkan terjadi kurang bayar atau lebih bayar, sehingga dapat segera dilakukan penyesuaian dan kemudian akan dilaporkan kembali dalam SPT tahunan PPh Pasal 21. Adapun kebijakan atau perlakuan akuntansi yang ditetapkan oleh PT. GATRA KALTIM JAYA wilayah Balikpapan atas biaya gaji pegawai dan PPh Pasal 21 adalah sebagai berikut: Pada saat pembayaran gaji dan perhitungan PPh Pasal 21, a/n RB adalah : Beban Gaji Rp 5.746.615 Beban PPh 21 (ditanggung) Rp 148.787 Hutang PPh 21 Pegawai Rp 148.787 Kas/Bank Rp 5.746.615 Pada saat penyetoran pajak, a/n Ranto Bastian ke Kas Negara Hutang PPh 21 Rp 148.787 Kas/Bank Rp 148.787 Penyajiannya dalam laporan keuangan khususnya Neraca, Pajak Peghasilan Pasal 21 atas gaji pegawai yang belum disetor ke Kas Negara masuk dalam kelompok Hutang Pajak, dimana Hutang PPh Pasal 21 digabung dengan hutang pajak lainnya seperti hutang PPh pasal 22, hutang PPh pasal 23, hutang PPn dan lain-lain. Namun dari informasi yang didapatkan, pihak perusahaan selalu langsung menyetorkan PPh Pasal 21 ke Kas Negara setiap bulannya, sehingga kecil kemungkinan adanya hutang PPh Pasal 21.
104
Tabel 4 Penyetoran PPh Pasal 21 Ke Kas Negara SSP Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober
Jumlah Setoran (Rp) Rp 5.003.950 Rp 6.519.000 Rp 6.656.500 Rp 6.785.350 Rp 6.828.700 Rp 6.900.850 Rp 17.298.150 Rp 6.495.250 Rp 6.918.600 Rp 7.210.280
Tanggal Penyetoran 07 Februari 2013 08 Maret 2013 09 April 2013 08 Mei 2013 10 Juni 2013 09 Juli 2013 06 Agustus 2013 09 September 2013 09 Oktober 2013 08 November 2013
Sumber : PT. GATRA KALTIM JAYA BALIKPAPAN Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 Pada PT. GATRA KALTIM JAYA Balikpapan Secara keseluruhan pelaporan pajak pada PT. GATRA KALTIM JAYA Balikpapan telah tertib. Pelaporan pajak mempunyai batas tanggal jatuh tempo, yang diatur dalam Pasal 9 UU No. 28 Tahun 2007 Ketentuan Perpajakan. PT. GATRA KALTIM JAYA telah menyetor pajak yang terutang sebelum tanggal 10 bulan takwim berikutnya dan kemudian melakukan kewajiban pelaporan sebelum tanggal 20 bulan takwim berikutnya setelah masa pajak berakhir. Pembahasan Evaluasi Pelaksanaan Perhitungan, Pemotongan serta Penyetoran dan Pelaporan PPh Pasal 21 Pada PT. GATRA KALTIM JAYA Dari data yang diteliti dan diolah oleh penulis, didapati bahwa PT. GATRA KALTIM JAYA Kota Balikpapan sudah melaksanakan perhitungan dan pelaporan PPh Pasal 21 dengan baik dan sesuai dengan UU No. 36 Tahun 2008 tentang pembayaran pajak dalam tahun pajak melalui perhitungan, pemotongan dan pelaporan pajak atas penghasilan yang diterimaatau diperoleh oleh Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri sehubungan dengan pekerjaan, jasa dan kegiatan lainnya. Di bawah ini dapat kita lihat tabel evaluasi pelaksanaan perhitungan, pemotongan serta penyetoran dan pelaporan PPh Pasal 21 Pada PT. GATRA KALTIM JAYA Tabel 5 Evaluasi Pelaksanaan Perhitungan, Pemotongan serta Penyetoran dan Pelaporan PPh Pasal 21 Pada PT. GATRA KALTIM JAYA Deskripsi
Perhitungan
Pemotongan
Penyetoran dan pelaporan
Pelaksanaan Penghasilan bruto sebulan – biaya jabatan, jaminan hari tua (2%) = penghasilan neto sebulan x 12 bulan = penghasilan neto setahun – PTKP = PKP x tarif pajak pasal 21 = PPh Pasal 21 setahun : 12 bulan = PPh Pasal 21 sebulan Pemotongan PPh Pasal 21 dilakukan atas penghasilan berupa pesangon, uang tebus pensiun, dan tunjangan hari tua atau jaminan hari tua yang pengenaannya bersifat final diatur dalam Keputusan Menteri Keuangan No. 112/KMK.03/2001/Tanggal 6 Maret 2001. Penyetoran: - Ke Kas Negara melalui Kantor
Keterangan Sesuai dengan UndangUndang Perpajakan yang berlaku yaitu UU Nomor 36 Tahun 2008
Sesuai dengan UndangUndang Perpajakan yang berlaku yaitu UU Nomor 36 Tahun 2008 Sesuai dengan UndangUndang Perpajakan yang 105
-
Pos/Bank Persepsi (penerima pembayaran). Menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP). Menyetorkan sesuai dengan batas waktu yang ditentukan UU yaitu tanggal 10 bulan berikutnya.
berlaku yaitu UU Nomor 36 Tahun 2008
Pelaporan: - Penghitungan dan pelaporan pajak - Dengan Surat Pemberitahuan (SPT) - Melaporkan sesuai dengan batas waktu yang ditentukan UU yaitu tanggal 20 bulan berikutnya. Setelah melihat tabel di atas dan dari data mengenai perhitungan, pemotongan dan pelaporan PPh 21 pada PT. GATRA KALTIM JAYA, maka mekanisme perhitungan dan pelaporan PPh Pasal 21 pada PT. GATRA KALTIM JAYA telah sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku dalam hal ini UU Nomor 36 Tahun 2008 dan PSAK No. 46 tentang akuntansi Pajak Penghasilan.
PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan dari hasil penelitian dan data yang diperoleh, maka penulis dapat mengambil keimpulan bahwa : 1. PT. GATRA KALTIM JAYA Balikpapan dalam melakukan perhitungan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 atas karyawan tetap telah sesuai dengan ketentuan Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan. 2. Pelaporan PPh Pasal 21 yang dicatatkan oleh Staff Accounting pada PT. GATRA KALTIM JAYA Balikpapan telah dilaksanakan dengan tepat waktu sesuai dengan Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan. 3. Pelaksanaan PPh Pasal 21 pada PT. GATRA KALTIM JAYA Balikpapan telah sesuai dengan Keputusan Direktur Jendral Pajak No. KEP-545/PJ/2000 seagaimana telah diubah dengan Peraturan Jendral Pajak No. 15/PJ/2006 tentang pelaksanaan pemotongan, penyetoran dan pelaporan PPh Pasal 21 sehubungan dengan pekerjaan jasa dan kegiatan orang pribadi. Saran Adapun saran-saran yang perlu penulis sampaikan adalah sebagai berikut: 1. Pihak perusahaan harus peka terhadap setiap perubahan-perubahan peraturan perpajakan. 2. Pihak perusahaan tidak perlu takut dalam memberikan data-data atau informasi-informasi yang dibutuhkan oleh para peneliti, karena peneliti hanya membandingkan antara teori dan prakteknya dilapangan. Apabila ditemukan kekeliruan, peneliti hanya dapat memberikan informasi dimana letak kekeliruan tersebut. 3. Pihak perusahaan hendaknya dengan senang hati menerima para peneliti untuk melakukan riset di perusahaannya, karena perusahaan akan memperoleh informasi-informasi yang baru seputar objek yang diteliti.
106
DAFTAR PUSTAKA Harahap,Sofyan Syafri. 2005. Teori Akuntansi. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Belkaoui, Ahmed Riahi. 2011. Teori Akuntansi. Salemba Empat. Jakarta. Waluyo. 2009, Akuntansi Pajak. Salemba Empat. Jakarta. Resmi Siti. 2011. Perpajakan Teori Dan Kasus. Salemba Empat, Jakarta. Waluyo. 2011. Perpajakan Indonesia . Salemba Empat. Jakarta. Irwansyah Lubis. Gustian Djuanda, Ardiansyah Lubis. 2010. Review Pajak Orang Pribadi Dan Orang Asing. Salemba Empat. Jakarta. Mardiasmo. 2011 , Perpajakan. Andi. Yogyakarta. Mardiasmo. 2009. Perpajakan. Andi. Yogyakarta. Rahayu Siti. 2010. Perpajakan Indonesia. Graha Ilmu. Yogyakarta. Suhartono Rudy, Ilyas B. Wirawan. 2010. Ensiklopedia Perpajakan Indonesia. Salemba Empat. Jakarta. Suhartono Rudy, Ilyas B. Wirawan . 2010. Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. Salemba Empat. Jakarta. Weygandt, Kimmel, Kieso. 2011. Financial Accounting. IFRS Edition. Courier Kendallville. United States of America. Sugyono. 2010. Metode Penelitian dan Bisnis. Alfabeta. Bandung. Ilyas B. Wirawan, Richard Burton. 2010. Hukum Pajak. Salemba Empat. Jakarta
107
ANALISIS PENERAPAN KEBIJAKAN EARMARKING TAX PADA PEMUNGUTAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DI PROVINSI SULAWESI UTARA Andre Stevan Masihor David Paul Elia Saerang Herman Karamoy Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Akuntansi Universitas Sam Ratulangi Manado email:
[email protected] ABSTRAK Pengaturan otonomi daerah dan desentralisasi memberikan kewenangan bagi setiap daerah dalam kemandiriannya untuk meningkatkan potensi dan mewujudkan kesejahteraan rakyat. Salah satu potensi daerah yang sangat berkembang adalah pajak daerah, dimana saat ini pengaturannya berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 tahun 2009. Dalam hal kesejahteraan rakyat undang-undang tersebut mengamanatkan untuk mengalokasikan sejumlah dana untuk pembangunan kegiatan sektor pajak yang dipungut, kebijakan ini dikenal dengan earmarking tax. Pajak kendaraan bermotor adalah salah satu pajak yang termasuk dalam kebijakan ini dimana besaran alokasinya yaitu minimal 10% dari hasil dan digunakan untuk pembangunan sarana prasarana transportasi. Di SULUT ketentuan ini dijabarkan dalam Perda Nomor 7 tahun 2009 dimana isi amanatnya sesuai dengan ketentuan tersebut. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis penerapan kebijakan earmarking tax pajak kendaraan bermotor di provinsi Sulawesi Utara sesuai dengan amanat dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku. Metode analisis yang dipakai adalah analisis deskriptif. Hasil temuan penelitian ini adalah kebijakan earmarking tax di SULUT berjalan beriringan dengan sistem APBD SULUT dimana pendapatan dan pengeluaran dilakukan melalui satu kas umum daerah. Pada tahun 2012 belanja untuk peningkatan sarana prasarana jalan telah lebih dari 10% yaitu mencapai 90% dari jumlah pajak kendaraan bermotor yang masuk, sehingga alokasi dananya sudah sesuai dengan peraturan yang berlaku. Kata kunci : earmarking tax, pajak kendaraan bermotor
ABSTRACT Regional autonomy and decentralization setting authority for every area in their independence and realize the potential to improve people's welfare. One potential area that is growing is a local tax , which is currently setting based on Undang-Undang No. 28 tahun 2009. In terms of social welfare legislation is mandated to allocate some funds for the construction sector activities withholding tax , this policy is known as earmarking tax. Motor vehicle tax is one tax that is included in this policy where the amount of the allocation that is at least 10 % of the proceeds and used for the construction of transportation infrastructure. In SULUT terms are defined in Perda No. 7 tahun 2009 in which the contents of its mandate in accordance with such provisions. The purpose of this study is to analyze the implementation of earmarking tax policy of motor vehicle tax in the province of North Sulawesi in accordance with the mandate of the legislation in force. The analytical method that used is descriptive analysis. The findings of this study are earmarking tax policy in SULUT go hand in hand with SULUT budget system where revenues and expenditures through the general treasury area. In 2012 spending on road infrastructure has increased more than 10 %, reaching 90 % of total motor vehicle tax that go, so that the allocation of funds is in compliance with applicable regulations. Keywords : earmarking tax, motor vehicle tax
108
PENDAHULUAN Latar Belakang Otonomi daerah dan desentralisasi merupakan kebijakan pemerintah yang memberikan yang memberi kewenangan bagi masing-masing daerah dalam hal kemandiriannya untuk mengatur pemerintahannya untuk terwujudnya kesejahteraan rakyat serta mengoptimalkan potensi masing-masing khususnya Pendapatan Asli Daerah (PAD). selain PAD daerah juga harus mengatur pemerintahannya untuk terwujudnya kesejahteraan rakyat. Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan sebuah komponen pembiayaan yang penting dalam pelaksanaan kegiatan pemerintahan daerah sebagai bagian dari implementasi desentralisasi fiskal. Salah satu sumber pendapatan yang besar untuk PAD adalah pajak daerah dimana saat ini pengaturaannya berdasarkan Undang-undang Nomor 28 tahun 2009. Peraturan ini merupakan perubahan dari undang-undang sebelumnya yang memiliki beberapa perbedaan dari undang-undang sebelumnya salah satunya adalah ditetapkannya kebijakan earmarking tax. Earmarking tax merupakan kebijakan pengalokasian dana pajak yang digunakan untuk membiayai kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan pajak yang dipungut. jenis pajak yang termasuk dalam konsep ini adalah pajak kendaraan bermotor, pajak penerangan jalan dan pajak rokok. Dengan adanya pengalokasian dana tersebut maka akan tersedia jaminan untuk anggaran peningkatan kualitas pelayanan publik. Pemenuhan pelayanan publik berlaku juga bagi pelaksanaan pemerintahan provinsi Sulawesi Utara (SULUT) mengingat semakin berkembangnya daerah ini dalam hal globalisasi dan moderenisasi termasuk pemasukan dana pajak kendaraan bermotor SULUT yang untuk tiap tahunnya bertambah, sehingga menggambarkan keadaan kendaraan bermotor di SULUT makin bertambah pula. Selain memberikan kontribusi baik bagi PAD SULUT, keadaan kendaraan bermotor ini juga menimbulkan hal buruk seperti kemacetan dan kerusakan jalan. Pengaturan pajak daerah SULUT, Undang-undang Nomor 28 tahun 2009 dijabarkan kedalam Peraturan daerah SULUT Nomor 7 tahun 2011. Peraturan daerah ini memiliki kesamaan dengan undang-undang tersebut termasuk kebijakan earmarking tax-nya. Peraturan daerah ini masih tergolong baru bagi SULUT, Karena baru diberlakukan pada januari 2012. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini untuk menganalisis penerapan kebijakan earmarking tax pajak kendaraan bermotor di provinsi Sulawesi Utara sesuai dengan amanat dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku. TINJAUAN PUSTAKA Otonomi Daerah dan Desentralisasi Waluyo (2011: 235) memaparkan bahwa secara resmi era otonomi daerah berlaku di Indonesia sejak 1 januari 2001. Sehingga daerah dituntut mencari berbagai alternatif sumber penerimaan yang dapat digunakan membiayai pengeluaran atau belanja daerah. Kebijakan ini merupakan penyelenggaraan pemerintahan dari yang sebelumnya bersifat terpusat menjadi terdesentralisasi. Kerangka otonomi daerah dan desentralisasi fiskal telah memberikan dimensi yang lebih jelas bagi Daerah dalam menyelenggarakan pemerintahan dan pelayanan serta pengelolaan keuangan berdasarkan prinsip transparansi, partisipasi dan akuntabilitas. (Direktorat Jendral Perimbangan Keuangan Kementrian Keuangan RI, 2012: 13) Pajak Daerah Undang-undang Nomor 28 tahun 2009 angka 10 menjelaskan bahwa pajak daerah, yang selanjutnya disebut pajak, adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Pajak daerah dibagi atas Pajak provinsi dan pajak kabupaten kota.
109
Bagi Hasil Pajak Provinsi Undang-undang Nomor 28 tahun 2009 meyatakan bahwa hasil pungutan pajak daerah tepatnya jenis pajak provinsi harus dibagi hasil dengan kabupaten/kota. Hal ini dilaksanakan dalam rangka pemerataan pembangunan dan peningkatan kemampuan keuangan kabupaten/kota dalam membiayai fungsi pelayanan kepada masyarakat, pajak provinsi dibagihasilkan kepada kabupaten/kota, dengan proporsi sebagai berikut: Tabel 1. Proporsi Pembagian Dana Pajak antara Provinsi dengan Kabupaten/Kota Jenis Pajak
Provinsi
Kab/Kota
70% 70% 30% 50% 30%
30% 30% 70% 50% 70%
Pajak Kendaraan Bermotor Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor Pajak Air Permukaan Pajak Rokok Sumber: Undang-Undang Nomor 28 tahun 2009
Earmarking Tax Michael (2012: 2), menyatakan Earmarking is the budgeting practice of dedicating tax or other revenues to a specific program or purpose. This practice typically involves depositing tax or other revenues into a special account from which the legislature appropriates money for the designated purpose. Kutipan ini memaparkan bahwa earmarking merupakan praktek penganggaran mendedikasikan pendapatan pajak atau pendapatan lainnya untuk program tertentu, dan praktek ini melibatkan penyetoran pajak atau pendapatan lainnya ke rekening khusus. Earmarking dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas pelayanan secara bertahap dan terus menerus dan sekaligus menciptakan good governance dan clean government (Siahaan, 2010: 179). Penerapan kebijakan earmarking tax untuk setiap jenis pajak yang termasuk dalam konsep ini, memiliki besaran yang berbeda-beda untuk setiap jenis pajaknya yang akan di-earmark, bahkan berbeda juga tujuan alokasinya, seperti yang terlihat dalam tabel berikut ini: Tabel 2. Pengalokasian (earmarked) beberapa jenis pajak yang diamanatkan dalam UU No. 28 tahun 2009 Jenis Pajak Daerah yang di-earmark
Amanat earmarking tax dalam UU No. 28/2009 Pasal, ayat
Besarnya Alokasi
Pajak Kendaraan Bermotor
Pasal 8, ayat 5
Minimal 10%
Pajak Rokok
Pasal 31
Pajak Penerangan Jalan
Pasal 56, ayat 3
Tujuan Alokasi -
Pembangunan dan/atau pemeliharaan jalan Peningkatan moda dan sarana transportasi
Minimal 50%
-
mendanai pelayanan kesehatan masyarakat Penegakan hukum oleh aparat yang berwenang
Sebagian
-
Penyediaan penerangan jalan
Sumber: UU No. 28 tahun 2009 (diolah peneliti) Tabel 2. menunjukan bahwa untuk pajak kendaraam digunakan untuk peningkatansarana prasarana transportasi.
bermotor besaran alokasi dananya yaitu 10%
Pajak Kendaraan Bermotor Undang-Undang Nomor 28 tahun 2009 tentang PDRD menyatakan bahwa Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) adalah pajak atas kepemilikan dan/atau penguasaan kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor adalah semua kendaraan beroda beserta gandengannya yang digunakan di semua jenis jalan darat, dan digerakkan oleh peralatan teknik berupa motor atau peralatan lainnya yang berfungsi untuk mengubah suatu sumber daya energi tertentu menjadi tenaga gerak kendaraan bermotor yang bersangkutan, termasuk alat-alat berat dan alat-alat besar yang dalam operasinya menggunakan roda dan motor dan tidak melekat secara permanen serta kendaraan bermotor yang dioperasikan di air. (UU No 28 thn 2009, Pasal 1, angka 12 dan 13). 110
Penelitian Terdahulu Tabel 3. Matriks Perbandingan Penelitian ini dengan penelitian terdahulu Nama Peneliti / tahun Poetri Mutiara Bela/ 2010
Judul
Tujuan
Analisis Earmarking Tax atas Pajak Kendaraan Bermotor (Studi Earmarking Tax di DKI Jakarta)
1. menganalisis alasan-alasan diterapkannya konsep earmarking tax atas pajak kendaraan bermotor dalam Undang-undang pajak Daerah dan Retribusi Daerah No. 28 tahun 2009. 2.mengidentifikasi upaya-upaya pemerintah terkait dengan persiapan penerapan konsep earmarking tax atas Pajak Kendaraan Bermotor. 3. Mengudentifikasi faktor-faktor pendukung dan penghambat yang mungkin akan dihadapi Pemerintah Daerah Jakarta terkait dengan penerapan kosep earmarking tax atas Pajak Kendaraan Bermotor. 4. Menganalisis alasan-alasan ditetapkannya besaran minimal 10% atas earmarking tax atas Pajak Kendaraan Bermotor.
Murdiyana Analisis Setyani/ Penerimaan 2012 Pajak Kendaraan Bermotor dan Kontribusi Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Provinsi Sulawesi Utara
untuk mengetahui seberapa besar kontribusi dan realisasi penerimaan pajak kendaraan bermotor terhadap PAD Provisi Sulawesi Utara.
Metode Penelitian Pendekatan Kualitatif dengan studi lapangan dan studi kepustakaan
Hasil penelitian
1.justifikasi penerapan earmarkin g tax meliputi: a)penerapan prinsip manfaat, b)permasalahan kemacetan DKI Jakarta, c)adanya kepastian sumber pendanaan, d) kestabilan dan kontinuitas dalam pendanaan 2.Upaya pemerintah DKI Jakarta dalam pelaksanaan earmarking tax: a)penyiapan peraturan daerah, b)pemilihan program disektor jalan dan transportasi, c) koordinasi pihak-pihak yang terkait. 3.faktor penghambat maupun pendukung dalam earmarking tax. Faktor penghambat: a)sistem penganggaran di DKI Jakarta, b) kesiapan pihak yang terkait dengan earmarking tax PKB, c)earmarking tax pada PKB tidak akan bekerja. Faktor pendukungnya: a)masyarakat yang menerima manfaat earmarking tax, b)peraturan mengenai earmarking tax atas PKB 4.Besaran earmarking tax 10% dibuat minimal agar masih dapat memberikan ruang bagi Pemda untuk menentukan prioritas pendanaan dan anggaran belanjanya. Selain itu angka 10% diambil dari simulasi matematis yang diajukan pemerintah sewaktu pengajuan RUU PDRD. Metode Dapat diketahui bahwa kualitatif, kontribusi pajak kendaraan dengan bermotor terhadap menggunakan pendapatan asli daerah metode provinsi Sulawesi Utara analisis mengalami fluktuasi yang kontribusi relatif menyebar mulai dan analisis tahun 2007-2011. trend. Kontribusi tertinggi terjadi pada tahun 2009 yaitu sebesar 0,48%
persamaan
perbedaan
Persamaannya terdapat pada subjek jenis pajak yaitu PKB, dan analisis earmarking tax. Selain itu persamaan metode penelitian juga, yaitu kualitatif
Perbedaannya terdapat pada objek penelitian dimana peneliti sebelumnya mengangkat sebagai objeknya yaitu DKI Jakarta, sedangkan dalam penelitian ini adalah provinsi SULUT. Selain itu perbedaan dari beberapa tujuan penelitian yang secara langsung juga membedakan perumusan masalahnya.
Persamaan terdapat pada subjek jenis pajaknya yaitu Pajak Kendaraan Bermotor dan Objeknya yaitu Sulawesi Utara.
Perbedaannya terdapat pada metode analisis, dimana peneliti sebelumnya menggunakan analisis kontribusi dan trend, sedangkan penelitian ini menggunakan metode analisis kualitatif deskriptif. Selain itu perbedaan dalam hal tujuan penelitiannya.
111
METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian terhadap masalahmasalah berupa fakta-fakta saat ini dari suatu populasi ( Indriantoro dan Supomo, 2012: 26) Tempat dan Waktu Penelitian Tempat Penelitian adalah Dinas Pendapatan Provinsi Sulawesi Utara dan Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Sulawesi Utara. Waktu penelitian dilakukan pada bulan oktober sampai november. Prosedur Penelitian 1. Mengajukan Permohonan Penelitian: Memasukan surat permohonan penelitian dengan persetujuan dari Fakultas Ekonomi untuk melakukan penelitian pada objek atau instansi yang dipakai dalam penyusunan skripsi. 2. Disposisi Pimpinan Instansi: Setelah pemasukan surat permohonan penelitian, Bidang Umum dan Kerjasama, menindak lanjuti pembuatan surat perintah yang menjelaskan tentang izin penelitian pada instansi tersebut dengan persetujuan pimpinan instansi. 3. Pengumpulan Data: Dalam tahap ini peneliti melaksanakan proses pengumpulan data yang akan dipakai dalam penelitian dan penyusunan skripsi, yaitu melaksanakan wawancara dengan beberapa pimpinan Dispenda SULUT, pengumpulan data mengenai laporan realisasi penerimaan pajak kendaraan bermotor tahun 2012- Agustus 2013. Dan laporan bagi hasil pajak kendaraan bermotor. Kemuadian laporan keuangan dari Dinas Pekerjaan Umum untuk melihat pengeluaran untuk pembangunan jalan daerah. 4. Analisis Data Penelitian dan Pembahasan: Dalam tahap ini dilakukan analisis data yang telah dikumpulkan dan melakukan pembahasan tentang rumusan masalah dalam penelitian dan menentukan hasil penelitian. 5. Menarik Kesimpulan: Pada tahap ini peneliti menarik kesimpulan dari penelitian yang dilakukan sebagai akhir dari penelitian ini. Metode Pengumpulan Data Jenis Data Data adalah sekumpulan fakta yang diperoleh melalui pengamatan (observasi) langsung atau survei (Indriantoro dan Supomo, 2012: 10). Dalam penelitian ini menggunakan dua jenis data yaitu: a. Data Kuantitatif adalah data penelitian berupa angka-angka atau numerik dan analisis menggunakan statistik. b. Data Kualitatif adalah data yang disajikan secara deskriptif dan tidak dapat diukur dengan skala numerik. Sumber Data 1. Data Primer, merupakan sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber asli atau tidak melalui media perantara (Indriantoro dan Supomo, 2012: 146). 2. Data Sekunder, merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara atau diperoleh dan dicatat oleh pihak lain (Indriantoro dan Supomo, 2012: 147). Teknik Pengumpulan Data 1. Penelitian Lapangan (field research), merupakan kegiatan kunjungan serta kegiatan pengumpulan data ditempat atau objek yang memiliki sumber data yang sesuai dengan penelitian, dan data diperoleh melalui cara: a. Wawancara, adalah teknik pengumpulan data dengan cara mengadakan kegiatan komunikasi langsung dengan pihak-pihak instansi yang terkait, dan membahas masalah-masalah yang dikemukakan dalam penelitian ini. b. Dokumenter, merupakan cara pengumpulan data dengan menggunakan arsip atau dokumen-dokumen yang bersifat tulisan dari instansi yang bersangkutan. 2. Penelitian Kepustakaan (library Research), merupakan cara pengumpulan yang dilakukan dengan mengumpulkan data dari teori-teori yang diperoleh dan dipelajari dari buku-buku, literatur, jurnal, serta bahan-bahan informasi lainnya yang berhungan dengan masalah yang diteliti untuk digunakan sebagai landasan pemikiran teoritis bagi penulis didalam membahas penelitian ini. 112
Metode Analisis Penelitian ini menggunakan metode analisis yaitu analisis kualitatif, adalah bersifat induktif, yaitu suatu analisis berdasarkan data yang diperoleh, selanjutnya dikembangkan pola hubungan tertentu atau menjadi hipotesis (Sugiyono, 2010: 428) HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Objek Penelitian Provinsi Sulawesi Utara terletak di ujung utara pulau Sulawesi Indonesia, dengan ibukotanya adalah kota Manado. Provinsi Sulawesi Utara dibentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 13 Tahun 1964 tentang Pembentukan Provinsi Sulawesi Utara pada tanggal 23 September 1964. Dengan visinya yaitu, “ Menuju Sulawesi Utara yang Berbudaya, Berdaya Saing dan Sejahtera”. Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sulawesi Utara dalam kerangka otonomi daerah memiliki strategis dalam mendukung pembiayaan kegiatan pemerintahan di daerah yang sangat kompleks, yang dapat dioperasionalkan jika memiliki ketersediaan anggaran yang memadai.Visi Dinas Pendapatan Daerah yaitu: “Terdepan dalam pengelolaan pendapatan daerah dan pelayanan prima”. Visi ini mencerminkan bahwa Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sulawesi Utara mengedepankan kualitas pengelolaan pendapatan daerah dan kualitas pelayanan kepada wajib pajak serta bertindak sebagai leader dalam pengkoordinasian pemungutan pendapatan daerah bersama Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) pengelola pendapatan daerah. Dinas Pekerjaan Umum sebagai institusi teknis yang melaksanakan kebijakan pemerintah Provinsi Sulawesi Utara, mengedepankan visi yaitu: ”Tersedianya Prasarana Jalan dan Jembatan serta Permukiman berdasarkan Tata Ruang yang handal, bermanfaat agar terwujud Sulawesi Utara yang berbudaya, berdaya saing dan sejahtera”. Hasil Penelitian Pengaturan Alokasi Dana Pajak Kendaraan Bermotor Provinsi Sulawesi Utara Pengalokasian dan pembagian dana pajak dari pungutan jenis pajak provinsi di SULUT, diatur dalam Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Utara (Perda) Nomor 7 tahun 2011 tentang Pajak Daerah. pengaturan pengalokasian dan pembagian dana pajak kendaraan bermotor termuat pada: 1. BAB III, Bagian Kelima tentang Alokasi Dalam APBD, Pasal 14 yang mengatakan bahwa: “Hasil Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor paling sedikit dialokasikan 10% (sepuluh persen) untuk meningkatkan sarana dan prasarana jalan serta peningkatan moda transportasi”. 2. BAB XII, Bagian Kesatu tentang Bagi Hasil dan Biaya Operasional, Pasal 67 ayat 1 mengatakan bahwa: “Hasil penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor diserahkan kepada pemerintah kabupaten dan kota sebesar 30% (tiga puluh persen)”. Kemudian dalam Pasal 67 ayat 2 mengatakan bahwa: “pembagian sebagaimana dimaksud pada ayat 1 untuk pajak kendaraan bermotor dibagi sebesar 30% (tiga puluh persen) berdasarkan pemerataan dan sebesar 70% (tujuh puluh persen) berdasarkan potensi”. Pemungutan pajak kendaraan bermotor dilakukan oleh masing-masing Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) yang terbagi di tiap Kabupaten/Kota, dimana penyetorannya dilakukan ke Bank Pembangunan Daerah dalam hal ini Bank SULUT, serta masing-masing UPTD wajib mengirimkan laporan pemasukan dan penyetoran pajak ke Dinas Pendapatan Daerah SULUT. Dalam hal kegiatan pemasukan dan pengeluaran SULUT dijalankan berdasarkan APBD yang berlaku, dimana masing-masing SKPD akan memasukkan berbagai rancangan anggaran dan belanja berdasarkan tugas dan kewajibannya. Dalam konsep earmarking tax, dana pajak yang akan dialokasikan dari pajak kendaraan bermotor digunakan untuk peningkatan sarana prasarana transportasi. Untuk pemeliharaan dan peningkatan jalan, belanja ini diatur oleh Dinas Pekerjaan Umum SULUT. Dalam membiayai belanja tersebut digunakanlah dana pendapatan yang sudah dirancangkan dalam APBD juga, dalam hal ini Badan Pengelola Keuangan dan Barang Milik Daerah SULUT akan menyetorkan dana ke masing-masing instansi untuk belanjannya. Selain itu dana pajak kendaraan bermotor masuk secara keseluruhan bersama-sama dengan Pendapatan Asli Daerah (PAD) lainnya dan penyetoran dana pun didasarkan kepada jumlah anggaran untuk masing-masing SKPD. Penerimaan dan Bagi hasil Pajak Kendaraan Bermotor SULUT tahun 2012 Pemasukan pendapatan asli daerah tahun 2012 dalam hal ini pajak kendaraan bermotor dapat dilihat dalam tabel berikut ini: 113
Tabel 4. Penerimaan PKB SULUT tahun 2012 Unit Kerja
Target TA. 2012
Realisasi tahun 2012
% dari target
UPTD Manado
Rp 89.153.513.000
Rp 91.542.765.741
102.68
51,97397128
UPTD Tondano
Rp 10.671.000.000
Rp 10.990.685.600
103.00
6,240029707
UPTD Bitung
Rp 17.911.000.000
Rp 17.607.728.100
98.31
9,996896501
UPTD Tahuna
Rp 2.565.000.000
Rp
2.640.948.050
102.96
1,499414585
UPTD Kotamobagu
Rp 7.985.000.000
Rp
8.622.270.200
107.98
4,895347219
UPTD Amurang
Rp
Rp
8.322.380.700
101.16
4,725083101
UPTD Airmadidi
Rp 14.085.000.000
Rp 14.641.310.440
103.95
8,312694533
UPTD Tomohon
Rp 7.750.000.000
Rp
94.37
4,152529549
UPTD Mitra
Rp 3.058.548.750
Rp 3.402.464.800
111.24
2
UPTD Bolmong
Rp 6.744.000.000
Rp 5.830.897.700
86.46
3,310528223
UPTD Bolmut
Rp 3.092.000.000
Rp
1.347.176.500
43.57
0,764867788
UPTD Boltim
Rp 1.847.500.000
Rp 1.630.543.700
88.26
0,925751268
UPTD Bolsel
Rp 1.368.000.000
Rp
865.389.600
63.26
0,491330296
UPTD Talaud
Rp 1.055.000.000
Rp
747.992.850
70.90
0,424677566
UPTD Sitaro
Rp 1.255.000.000
Rp
625.458.550
49.84
0,355107959
Jumlah
Rp176.767.351.750
Rp176.131.943.531
8.226.790.000
7.313.931.000
99.64
% potensi
100
Sumber: Dinas Pendapatan Daerah Sulawesi Utara (diolah kembali oleh penulis) Tabel 4 menunjukan bahwa penerimaan pajak kendaraan bermotor SULUT pada tahun 2012 adalah sebesar Rp 176.131.943.531 atau 99.64% dari target untuk tahun anggaran 2012. Dana pajak kendaraan bermotor dibagi hasilkan untuk provinsi maupun Kabupaten/kota pada tiap bulan berjalan di tahun 2012, pembagianya didasarkan pada formulasi bagi hasil pajak pada tabel 4. Nominal bagi hasil pajak kendaraan bermotor SULUT untuk tahun 2012 ditunjukan dalam rumusan berikut: PKB tahun 2012 : Rp 176.131.943.531 Untuk pemungut : 3% x Rp 176.131.943.531 = Rp 5.283.958.306 Sisa yang akan dibagihasilkan ke Provinsi dan Kabupaten/Kota : Rp 176.131.943.531 - Rp 5.283.958.306 = Rp 170.847.985.225 Provinsi : 70% x Rp 170.847.985.225 = Rp 119.593.589.657 Kabupaten/Kota : 30% x Rp 170.847.985.225 = Rp 51.254.395.568 Terlihat bahwa dana bagi hasil pajak kendaraan bermotor yang masuk di kas daerah provinsi Sulawesi Utara untuk tahun 2012 adalah senilai Rp119.593.589.657. dalam kaitannya dengan konsep earmarking tax maka untuk melihat nilai minimum yang akan dialokasikan akan dikalikan dengan 10%: Earmarking tax : 10% x Rp 119.593.589.657 = Rp 11.959.358.965 Perhitungan tersebut menunjukan bahwa anggaran untuk belanja dalam hal pembangunan sarana transportasi harus bernilai minimal Rp 11.959.358.965 atau lebih. Belanja untuk Peningkatan Sarana Prasarana Jalan Provinsi SULUT tahun 2012. Provinsi Sulawesi Utara, dalam pengaturan urusan belanja langsung untuk peningkatan jalan, diatur oleh Dinas Pekerjaan Umum. Pembiayaan peningkatan sarana prasarana jalan di Sulawesi Utara didasarkan atas kebutuhan dari daerah, sehingga besaran dana yang dikeluarkan merupakan jumlah nominal yang dibutuhkan daerah dalam hal peningkatan jalan tersebut. Namun besaran nominal 10% dari pemasukan pajak kendaraan bermotor di kas provinsi telah menjadi jaminan ketersediaan dana bagi provinsi dalam pembiayaan sektor tersebut. Besaran belanja langsung untuk peningkatan sarana prasarana jalan dalam hal rehabilitas/ pemeliharaan dan peningkatan jalan serta jembatan di SULUT pada tahun 2012 terlihat dalam tabel berikut ini:
114
Tabel 5. Pengeluaran untuk Program Rehabilitas/ pemeliharaan dan peningkatan jalan dan jembatan SULUT tahun 2012 Uraian
Anggaran 2012
Realisasi 2012
%
1. Program Rehabilitas/ pemeliharaan Jalan dan Jembatan
Rp115.234.970.450
Rp105.198.578.268
91,29
Honorarium Pegawai Honorer/ tidak tetap
Rp 1.478.059.000
Rp 1.326.712.500
89,76
Belanja barang habis pakai/ belanja alat tulis kantor
Rp
Rp 87.011.935
91,59
Belanja bahan / material/ Belanja bahan baku bangunan
Rp 20.893.500.000
Rp20.869.447.978
99,88
Belanja cetak dan penggandaan
Rp 295.000.000
Rp 242.078.873
82,06
Belanja Perjalanan Dinas
Rp
Rp
0
Belanja jasa konsultansi perencanaan
Rp 1.954.519.000
Rp 1.943.269.000
99,42
Belanja modal pengadaan konstruksi jalan
Rp 89.773.892.450
Rp80.163.821.130
89,3
Belanja modal pengadaan konstruksi jembatan
Rp 600.000.000
Rp 566.236.852
94,37
2. Program peningkatan jalan & jembatan
Rp 3.437.180.150
Rp 2.393.387.538
70
Belanja Modal Pengadaan Konstruksi jalan
Rp 359.365.500
Rp 210.000.000
58,44
Belanja modal pengadaan konstruksi jembatan
Rp 3.077.814.650
Rp 2.183.387.538
70,94
Rp118.672.150.600
Rp107.591.965.806
90,66
Jumlah
95.000.000
145.000.000
-
Sumber: Dinas Pekerjaan Umum SULUT Tabel 5 menunjukan bahwa jumlah pengeluaran atau realisasi untuk belanja langsung dalam peningkatan sarana prasarana jalan di SULUT pada tahun 2012 adalah sebesar Rp 107.591.965.806. Rancangan APBD Untuk Tahun 2013 dalam kaitannya dengan alokasi dana pajak kendaraan bermotor Untuk Tahun Anggaran (TA) 2013 Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara dalam hal ini Dinas Pendapatan Daerah, telah menetapkan target dari penerimaan pajak daerah termasuk didalamnya pajak kendaraan bermotor. Jumlah nominal yang ditargetkan adalah sebagai berikut: Tabel 6. Target Penerimaan Pajak Daerah SULUT Tahun Anggaran 2013 Jenis Penerimaan Target TA. 2013 PKB
Rp. 188.714.175.750
BBN – KB
Rp. 245.808.359.000
PBB – KB
Rp. 143.240.000.000
P3AP
Rp 1.800.930.000
Jumlah
Rp 579.563.464.750
Sumber: Website Resmi Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sulawesi Utara.
115
Tabel 6 menunjukan bahwa target dari penerimaan pajak kendaraan bermotor adalah sebesar Rp. 188.714.175.750 atau 32% dari jumlah keseluruhan target. Dari penerimaan pajak kendaraan bermotor tersebut akan dibagi sebesar 70% untuk provinsi dan 30% untuk kabupaten/kota, sehingga nominal pembagiannya yaitu: Target tahun 2013 : Rp 188.714.175.750 Untuk Pemungut : 3 % x Rp 188.714.175.750 = Rp 5.661.425.273 Sisa yang akan dibagihasilkan ke Provinsi dan Kabupaten/Kota : Rp 188.714.175.750 – Rp 5.661.425.273 = Rp 183.052.750.478 Provinsi : 70% x Rp Rp 183.052.750.478 = Rp 128.136.925.334 Kota : 30% x Rp Rp 183.052.750.478 = Rp 54.915.825.143 Terlihat bahwa dana yang ditargetkan masuk ke kas provinsi dari bagi hasil pajak kendaraan bermotor adalah Rp.128.136.925.334. Dari besaran tersebut yang menjadi dasar yang akan dialokasikan (earmark) akan dikalikan 10% sebagai nilai minimum yang akan di alokasikan. Earmarking Tax = 10% x Rp 128.136.925.334 = Rp 12.813.692.533 Perhitungan tersebut menunjukan bahwa anggaran untuk belanja dalam hal pembangunan sarana transportasi harus bernilai Rp 12.813.692.533 atau lebih. Rancangan APBD dalam kaitannya dengan kebijakan earmarking tax pajak kendaraan bermotor adalah mengenai biaya untuk pembangunan sarana prasarana transportasi dalam hal ini jalan raya. Rancangan APBD nya masuk dalam SKPD Dinas Pekerjaan Umum. Berdasarkan APBD TA. 2013 anggaran untuk rehabilitas, pemeliharaan dan peningkatan jalan SULUT adalah sebesar Rp84.070.401.700 Pembahasan Pelaksanaan kebijakan earmarking tax provinsi Sulawesi Utara didasarkan pada Undang-Undang Nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, kemudian dijabarkan dalam Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Utara Nomor 7 tahun 2011 tentang Pajak Daerah. Sistem APBD SULUT dalam rangka pelaksanaan kegiatan pemerintahan untuk pelayanan publik menggambarkan suatu sistem yang bersifat terarah dalam penganggaran dan penyetoran dananya. Tidak ada spesifikasi pengaturan dana dari pendapatan tertentu akan di khususkan untuk pengeluaran tertentu. Hal ini menunjukan bahwa nilai minimal 10% yang harus dialokasikan dananya untuk sarana dan prasarana transportasi tidak akan terlihat, karena dana pajak kendaraan bermotor ini di setorkan ke kas daerah secara keseluruhan. Keberadaan besaran minimal 10% ini yang diatur juga dalam Perda No 7 tahun 2011 dijadikan sebagai jaminan bagi ketersediaan dana untuk peningkatan sarana dan prasarana transportasi di SULUT. Namun pembiayaan untuk pengeluaran tersebut juga didasarkan atas keperluan dari daerah, jadi dengan kata lain jumlah pengeluarannya bisa lebih dari besaran 10% tersebut. Tabel 7. Penerimaan PKB dan belanja untuk sarana prasarana jalan SULUT 2012 Penerimaan PKB keseluruhan
Bagi Hasil ke Provinsi 70%
Earmarking tax minimal 10%
Pengeluaran untuk sarana prasarana jalan
Rp176.131.943.531
Rp119.593.589.657
Rp11.959.358.965
Rp107.591.965.806.
Dikelola Penulis Tabel 7 menunjukan bahwa besaran earmarking tax sebesar 10% yaitu Rp11.959.358.965 merupakan nilai minimal yang harus digunakan untuk belanja peningkatan sarana dan prasarana transportasi dalam hal ini jalan. Namun besaran pengeluaran untuk belanja tersebut adalah senilai Rp107.591.965.806. hal ini menunjukan bahwa dana yang digunakan untuk belanja peningkatan sarana dan prasarana jalan sudah lebih dari minimal besaran alokasi dana pajak kendaraan bermotor. Sehingga dapat dikatakan bahwa SULUT telah mengeluarkan dana untuk belanja peningkatan sarana dan prasarana jalan mencapai 90% dari penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor yang di bagi hasilkan ke kas daerah SULUT atau sekitar 61% dari penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor SULUT secara keseluruhan untuk tahun 2012.
116
PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan untuk penelitian ini yaitu sebagai berikut: Pelaksanaan kebijakan earmarking tax pajak kendaraan bermotor di Provinsi Sulawesi Utara, berjalan bersamaan dengan sistem penganggaran dalam APBD, dimana alur pendapatan sampai pada pengeluaran dilaksanakan dalam satu pot besar yaitu APBD melalui kas umum daerah. Dalam hasil dan pembahasan penelitian terlihat bahwa pada tahun 2012 belanja untuk peningkatan dan pemeliharaan jalan di SULUT telah melebihi minimal 10% dari penerimaan pajak kendaraan bermotor yaitu mencapai 90%. Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Utara No. 7 tahun 2011 tentang Pajak Daerah, menunjukan bahwa kebijakan earmarking tax di SULUT telah sesuai dengan ketentuan tersebut dalam hal nilai atau jumlah alokasi dana yang diamanatkan, dimana jumlah dana yang digunakan dalam belanja peningkatan dan pemeliharaan jalan tersebut telah melebihi minimal 10% penerimaan pajak kendaraan bermotor. Saran Berdasarkan kesimpulan yang ada maka yang menjadi saran dari penulis yaitu pemerintah daerah Sulawesi Utara harus mempertahankan bahkan meningkatkan kebijakan pemenuhan pelayanan publik dalam hal peningkatan sarana prasarana transportasi sebagai wujud alokasi dana pajak kendaraan bermotor, dimana wajib pajak memilik hak untuk menikmati pelayanan publik tersebut. Mengingat perkembangan pertumbuhan dana pungutan pajak yang terus meningkat pada tiap tahun berjalan, maka harus disesuaikan juga kebutuhan dari penggunaan objek pajak tersebut. Selain itu, diupayakan agar memprioritaskan rehabilitas ataupun pemeliharaan jalan yang berada dilingkungan sektor perekonomian ataupun pemerintahan, hal ini dikarenakan banyaknya kendaraan yang melintasi jalan-jalan di lingkungan tersebut, sehingga tinggi pula tingkat akibat yang ditimbulkan seperti kerusakan jalan, ataupun kemacetan. DAFTAR PUSTAKA Bela, Poetri Mutiara, 2010. Analisis Earmarking Tax Atas Pajak Kendaraan Bermotor (Studi Earmarking Tax di DKI Jakarta) : Universitas Indonesia. Depok. http://lib.ui.ac.id/harvest/index.php/record/view/425159. Diakses 25 Agustus 2013. Indriantoro, Supomo, 2012. Metode Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan Manajemen. Edisi Pertama. BPFEYogyakarta : Yogyakarta. Direktorat Jendral Perimbangan Keuangan, Kementrian Keuangan Republik Indonesia, 2012. Pelengkap Buku Pegangan Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah : Jakarta. Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009. tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (PDRD). Jakarta. . Peraturan Daerah (PERDA) Provinsi Sulawesi Utara Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Pajak Daerah. Manado. Setyani, Murdiyana, 2012. Analisis Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor dan Kontribusi Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Provinsi Sulawesi Utara : Universitas Sam Ratulangi, Manado. Siahaan Marihot Pahala. 2010. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Edisi revisi. Rajawali pers : Jakarta. Sugiyono, 2010. Metode Penelitian Bisnis. Alfabeta : Bandung. Waluyo, 2011. Perpajakan Indonesia. edisi 10. Salemba Empat : Jakarta. Dinas Pendapatan Daerah Sulawesi Utara, 2013. Target Pendapatan Asli Daerah (PAD) SULUT TA. 2013. Manado. http://dispenda.sulutprov.go.id/index.php/web/data/15.1. Diakses 4 September 2013.
117
ANALISIS PERBANDINGAN SEBELUM DAN SESUDAH PENGENAAN TARIF PAJAK PROGRESIF PADA KENDARAAN BERMOTOR BERDASARKAN “THE FOUR MAXIMS” DI KOTA MANADO Eugenia Rosalie Jantje Tinangon Rudy Pusung Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Akuntansi Universitas Sam Ratulangi email :
[email protected] ABSTRAK Pajak kendaraan bermotor merupakan salah satu sumber pendapatan yang memberikan kontirbusi penting. Dengan mulai diberlakukannya pajak progresif pada kendaraan bermotor awal tahun 2012 yang berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah serta Perda Provinsi Sulut Nomor 7 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah Provinsi Sulut bahwa kepemilikan kendaraan bermotor pribadi kedua dan seterusnya tarif pajaknya ditetapkan secara progresif. Pada awal diberlakukanya pajak progresif tersebut, banyak masyarakat yang merasa tidak nyaman dan terbebani, mungkin hal ini disebabkan karena kurangnya informasi mengenai pemberlakuan tarif progresif tersebut. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah bagaimana pengenaan tarif progresif pada kendaraan bermotor berdasarkan asas pemungutan pajak di Kota Manado serta mengetahui dampak dari membandingkan sebelum dan sesudah pengenaan. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif analitis , yaitu suatu metode penelitian dengan mengungkapkan masalah yang ada di Kantor pemerintahan, mengolah data, menganalisis, meneliti dan menginterprestasikan serta membuat kesimpulan dan memberi saran yang kemudian disusun pembahasannya secara sistematis sehingga masalah yang ada di perusahaan dapat dipahami. Hasil penelitian dapat dilihat pengenaan pajak progresif masih sangat sesuai dengan “The Four Maxims”yaitu asas pemungutan pajak yang dikemukakan oleh Adam Smith yang terdiri dari kesamaan dan keseimbangan (Equality), kepastian hukum (certainty); (c) asas tepat waktu (convenient of payment); dan (d) asas economic of collection.pajak progresif memiliki dampak positif lainnya yaitu meningkatkan penerimaan PKB dan BBNKB yang dengan otomatis meningkatkan penerimaan PAD yang sebagian besar memang merupakan sumber dari Pajak Daerah. Pengenaan Tarif Pajak Progresif sudah berjalan sebagaimana tujuan awal pemerintah memberlakukannya dan sangat sesuai dengan fungsi pajak yaitu Fungsi Budgetair. Kata kunci : pajak kendaraan bermotor, tarif pajak progresif, the four maxims. ABSTRACT Motor vehicle tax is one source of revenue that provides kontirbusi important. With the entry into force of a progressive tax on motor vehicles beginning in 2012 based on Law No. 28 of 2009 on Regional Taxes and Levies as well as the North Sulawesi Provincial Regulation No. 7 of 2011 on Local Taxes North Sulawesi province that both private vehicle ownership and tax rates set forth progressively. At the beginning of the adoption of the progressive tax, many people who feel uncomfortable and overwhelmed, perhaps this was due to lack of information regarding the application of progressive rates. The purpose of this study is how the progressive tariffs on motor vehicles based principle of taxation in the city of Manado, and determine the impact of comparing before and after imposition. The method used is descriptive analytical method, which is a research method to reveal the existing problems in office administration, data processing, analyzing, researching and interpret and make conclusions and give suggestions which are then arranged in a systematic discussion so that problems that exist in the company can be understood. From the results of the research can be seen still highly progressive taxation in accordance with "The Four Maxims" that principle of taxation proposed by Adam Smith which consists of similarity and balance (Equality), legal certainty (certainty), (c) a timely basis (convenient of payment), and (d) the principle of economies of collection. progressive taxation has other positive effects which increase the acceptance of PKB and BBNKB which automatically increases the acceptance of the PAD that most of it is the source of Local Taxes. Imposition of Tax Rate has been running as a Progressive government enforce the original purpose and is in accordance with the tax function is budgetair function. Keywords : motor vehicles tax, progresive tax rate, the four maxims
118
PENDAHULUAN Latar Belakang Pajak merupakan alat bagi pemerintahan dalam mencapai tujuan untuk mendapatkan peneriamaan baik yang bersifat langsung maupun tidak langsung untuk membiayai pengeluaran rutin negara serta untuk membiayai pembangunan nasional dan ekonomi masyarakat. Pajak adalah iuran wajib rakyat kepada negara yang manfaatnya tidak dapat secara langsung dirasakan. Secara teoritis alasan pengenaan pajak kendaraan bermotor (PKB) adalah penggunaan jalan raya yang merupakan barang publik (public goods –tidak murni) oleh masyarakat. Dalam UU No. 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, tarif pajak Kendaraan Bermotor dikenakan secara progresif, yakni 1,5% terhadap nilai jual untuk pembelian Kendaraan Bermotor pertama dan 2-10% terhadap kendaraan kedua dan seterusnya. Seiring dengan berlakunya tarif pajak progresif pada kendaraan bermotor yang adalah aturan baru, masyarakat merasa semakin terbebani karena biaya yang dikeluarkan untuk membayar pajak kendaraan semakin bertambah. Sistem otonomi daerah yang diberlakukan di Indonesia sejak 1 Januari 2007, menuntut daerah- daerah mencari baerbagai alternatif sumber penerimaan yang dapat digunkan membiayai pengeluaran dan belanja daerah. Pemberian kewenangan kepada daerah untuk memungut pajak dan retribusi daerah diperlukan adanya landasan hukum yang merupakan dasar hukum pemungutan pajak Daerah dan Retribusi Daerah yaitu UndangUndang No. 18 Tahun 1977 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah sebagaimana telah diubah menjadi Undang- Undang No. 28 Tahun 2009 yang berlauk sejak Januari 2010 (Waluyo,2011:23). Peranan pemerintah daerah dalam penyelenggaran pemerintah dan pembangunan serta pelayanan masyarakat dalam pelaksanaan otonomi daerah akan semakin meningkat, peningkatan peranan ini dilandasi dengan kemampuan daerah untuk mengelola secara optimal potensi daerahnya sendiri termasuk dalam pengelolaan sumber- sumber Pendapatan Asli. Sesuai dengan tujuan ditambahkannya tarif pajak progresif adalah untuk mengurangi antusiasme masyarakat terhadap pembelian kendaraan bermotor dan untuk meningkatkan sumber penerimaan negara. Tujuan pemerintah ini sesuai dengan fungsi pajak itu sendiri yaitu Fungsi Regulerend atau mengatur dan Fungsi Budgetair. Seiring dengan berlakunya tarif pajak progresif pada kendaraan bermotor, penulis ingin mengetahui efektifitas dari tujuan pemerintah tersebut. Apakah sudah seuai dengan kedua fungsi tersebut. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dala penelitian ini adalah : 1. 2. 3.
Untuk mengetahui penerapan tarif pajak progresif pada kendaraan bermotor di Kota Manado. Untuk mengetahui penerapan tarif pajak progresif pada kendaraan bermotor berdasarkan asas-asas pemungutan pajak. Untuk mengetahui efektifitas tujuan pengenaan pajak progresif terhadap fungsi dari pajak yaitu sebagai Budgetair atau Regulerend. TINJAUAN PUSTAKA
Pajak Pajak Menurut Pasal 1 angka 1 UU No.28 th 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan: “Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemamakmuran rakyat” Muljono ( 2009 : 1) menyatakan bahwa pajak adalah iuran kepada kas negara yang dapat dipaksakan yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum yang berhubungan dengan tugas negara yang menyelenggarakan pemerintahan. 119
Soemitro dalam Mardiasmo (2011:1) menyatakan bahwa pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal (kontraprestasi), yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum, dengan penjelasan sebagai berikut: “dapat dipaksakan” artinya: bila utang pajak tidak dibayar, utang itu dapat ditagih dengan menggunakan kekerasan, seperti surat paksa dan sita, dan juga penyanderaan terhadap pembayaran pajak, tidak dapat ditunjukkan jasa timbal balik tertentu seperti halnya dengan retribusi. Andriani dalam bukunya Waluyo,(2011 : 2) menyatakan pajak adalah iuran masyarakat kepada Negara (yang dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan umum (undangundang) dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaranpengeluaran umum berhubung tugas Negara untuk menyelenggarakan pemerintahan. Unsur Pajak 1. 2. 3. 4.
Pajak merupakan iuran wajib dari rakyat kepada kas negara yang berupa uang. Pajak bersifat memaksa karena pemungutannya berdasarkan dengan undang-undang. Dalam pembayaran pajak tidak dapat langsung dirasakan manfaatnya. Digunakan untuk membiayai rumah tangga negara, yakni pengeluaran- pengeluaran yang bermanfaat bagi masyarakat luas.Unsur Pajak
Fungsi Pajak 1.
2.
Fungsi Budgetair/Finansial Dalam fungsi budgetair ini pajak digunakan untuk membiayai keperluan keperluan rutin negara, seperti pembangunan, pembelanjaan rumah tangga negara, pembayaran gaji pegawai negeri sipil, dll. Fungsi Regulerend/Mengatur Dalam fungsi regulerend atau fungsi mengatur ini pajak digunakan sebagai alat untuk mengatur baik masyarakat baik di bidang ekonomi, sosial, maupun politik dengan tujuan tertentu dengan mengunakan kebijakan pajak.
Jenis Pajak Jenis pajak dapat digolongkan menjadi 3 macam yaitu: 1.
2.
3.
Menurut Golongannya : a. Pajak Langsung adalah pajak yang bebannya harus ditanggung sendiri oleh Wajib Pajak yang bersangkutan dan tidak dapat dibebankan kepada pihak lain. b. Pajak Tidak Langsung adalah pajak yang bebannya dapat dilimpahkan kan atau dibebankan kepada pihak lain. Berdasarkan Lembaga pemungut : a. Pajak Pusat/Pajak Negara adalah pajak yang lembaga pemungut yang berwenang ada pada pemerintah pusat yang pelaksanaannya dilakukan oleh Departemen Keuangan melalui Direktorat Jendral Pajak. Contohnya : Pajak penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah, Pajak Bumi dan Bangunan, dan Bea Materai. b. Pajak Daerah adalah pajak yang lembaga pemungut yang berwenang ada pada pemerintah daerah yang pelaksanaannya dilakukan oleh Dinas Pendapatan Daerah. Dalam Undang-undang No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, terdiri dari 5 jenis Pajak Daerah Propinsi dan 11 jenis Pajak Daerah Kabupaten/Kota. Berdasarkan Sifat a. Pajak Subjektif adalah pajak yang memperhatikan kondisi/keadaan Wajib Pajak. Dalam menentukan pajaknya harus ada alasan-alasan objektif yang berhubungan erat dengan keadaan materialnya yaitu gaya pikul. b. Pajak Objektif adalah pajak yang pada awalnya memerhatikan objek yang menyebabkan timbulnya kewajiban membayar, kemudian baru dicari subjeknya baik Orang Pribadi maupun badan. Jadi dengan kata lain, pajak objektif adalah pengenaan pajak yang hanya memerhatikan kondisi objeknya saja.
120
Tarif Pajak Tarif pajak didefinisikan sebagai angka tertentu yang digunakan sebagai dasar pengenaan pajak, yaitu (Mardiasmo,2009:9) : 1.
2. 3.
4.
Tarif Sebanding/Proporsional yaitu tarif berupa persentase yang tetap, terhadap berapapun jumlah yang dikenai pajak sehingga besarnya pajak yang terutang proporsional terhadap besarnya nilai yang dikenai pajak. Tarif Tetap yaitu tarif berupa jumlah yang tetap (sama) terhadap berapapun jumlah yang dikenai pajak sehingga besarnya pajak yang terutang tetap. Tarif Progresif yaitu persentase tarif yang digunakan semakin besar bila jumlah yang dikenai pajak semakin besar. Menurut kenaikan persentase tarifnya, tarif progresif dibagi: a. Tarif progresif progresif : kenaikan persentase semakin besar b. Tarif progresif tetap : kenaikan persentase tetap c. Tarif progresif degresif : kenaikan persentase semakin kecil Tarif Degresif yaitu tarif yang digunakan semakin kecil bila jumlah yang dikenai pajak semakin besar.
Asas- asas Pemungutan Pajak Sekitar abad 18 seorang ahli Ekonomi yang kini disebut sebagai Bapak Ekonomi yaitu Adam Smith (1723-1790) dalam bukunya An Inquiry into the Nature and Causes of the Wealth of Nations (terkenal dengan nama Wealth of Nations) mengemukakan empat asas pemungutan pajak yang lazim disebut “The Four Cannons Maxims Taxation“. Suatu aturan hukum tentang pajak yang adil harus memenuhi syarat yaitu a. b. c. d.
Asas kesamaan (equality) dan keadilan (equity) Asas kepastian hukum (certainty) Asas tepat waktu (convenient of payment) Asas economic of collection yang mengharuskan biaya pemungutan pajak harus relatif kecil dibandingkan dengan pajak yang masuk.
Pajak Daerah Berdasarkan peraturan daerah Propinsi Sulawesi Utara tentang Pajak Daerah Bab 1 Ketentuan Umum, Pajak Daerah yang selanjutnya disebut pajak adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terhutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Pajak Kendaraan Bermotor Beberapa jenis pajak yang diatur dalam pajak daerah salah satunya adalah pajak kendaraan bermotor. Definisi Kendaraan Bermotor berdasarkan UU No 28 tahun 2009 adalah semua kendaraan beroda beserta gandengannya yang digunakan di semua jenis jalan darat, dan digerakkan oleh peralatan teknik berupa motor atau peralatan lainnya yang berfungsi untuk mengubah suatu sumber daya energi tertentu menjadi tenaga gerak kendaraan bermotor yang bersangkutan, termasuk alat-alat berat dan alat-alat besar yang dalam operasinya menggunakan roda dan motor dan tidak melekat secara permanen serta kendaraan bermotor yang dioperasikan di air. Subjek dan Wajib Pajak 1. 2. 3.
Subjek Pajak Kendaraan Bermotor adalah orang pribadi atau badan yang memiliki dan/atau menguasai kendaraan bermotor. Wajib Pajak Kendaraan Bermotor adalah orang pribadi atau badan yang memiliki kendaraan bermotor. Yang bertanggungjawab atas pembayaran pajak adalah : a. untuk orang pribadi adalah orang yang bersangkutan, kuasanya atau ahli warisnya. b. untuk badan adalah pengurus atau kuasanya.
121
Dasar Pengenaan dan Cara Menghitung Dasar pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor adalah hasil perkalian dari 2 (dua) unsur pokok: 1. 2.
Nilai Jual Kendaraan Bermotor; dan Bobot yang mencerminkan secara relatif kadar kerusakan jalan dan/atau pencemaran lingkungan akibat penggunaan kendaraan bermotor.
Presentase Tarif Pajak Progresif Berikut adalah presentase pengenaan tarif progresif bagi kendaraan bermotor berdasarkan PERDA Sulawesi Utara. 1.
2.
3. 4.
Tarif Pajak Kendaraan Bermotor pribadi ditetapkan dengan cara sebagai berikut: a. Untuk kepemilikan kendaraan bermotor pertama sebesar 1,5% (satu koma lima persen); b. Untuk kepemilikan kendaraan bermotor kedua dan seterusnya ditetapkan secara progresif yaitu, 1) kendaraan kepemilikan kedua sebesar 2% (dua persen); 2) kendaraan kepemilikan ketiga sebesar 2,5% (dua koma lima persen); 3) kendaraan kepemilikan keempat sebesar 3% (tiga persen); 4) kendaraan kepemilikan kelima dan seterusnya 3,5% (tiga koma lima persen). Tarif Pajak Kendaraan Bermotor angkutan umum, ambulans, pemadam kebakaran, sosial keagamaan, lembaga sosial dan keagamaan, Pemerintah/TNI/POLRI, Pemerintah Daerah ditetapkan sebagai berikut. a. Kendaraan bermotor angkutan umum sebesar 1 % (satu persen). b. Kendaraan bermotor ambulans, pemadam kebakaran, sosial keagamaan, lembaga sosial dan keagamaan Pemerintah/TNI/POLRI, Pemerintah Daerah sebesar 0,5 % (nol koma lima persen). Tarif Pajak Kendaraan Bermotor alat-alat berat dan alat-alat besar ditetapkan sebesar 0,2% (nol koma dua persen). Tarif Pajak Kendaraan Bermotor di air ditetapkan sebesar 1,5 % (satu koma lima persen).
122
Peneliti Terdahulu Tabel 1 Penelitian Terdahulu
Nama Peneliti/
Judul
Tujuan
Metode penelitian
Hasil penelitian
Persamaan
Perbedaan
Penerapan Pajak Progresif Terhadap Wajib Pajak Kendaraan Bermotor Berdasarkan Peraturan Daerah Jawa Timur Nomor Tahun 2010 tentang Pajak Daerah
Bertujuan untuk mengetahui penerapan pajak Progresif terhadap wajib pajak kendaraan bermotor berdasarkan peraturan daerah Jawa Timur Nomor 9 tahun 2010 tentang pajak daerah.
Pengembangan deskripsi kasus
Penerapan Pajak Progresif untuk Kendaraan Bermotor menimbulkan dampak positif dan negatif. Dampak positif yaitu berkurangnya jumlah kendaraan, dan dampak negatif masyarakat melakukan penyelundupan hukum.
Peneliti sebelumnya melakukan penelitian terhadap faktor yang sama yaitu tarif pajak progresif
Peneliti mencoba mengkaji penerepan pajak progresif berdasar peraturan daerah Jawa Timur Nomor 9 tahun 2010
Analisis Pengenaan Tarif Pajak Progresif Pada PajakKendaraan Bermotor Berdasarkan “The Four Maxims”
Untuk mengetahui penerapan tarif pajak progresif pada kendaraanber motor di Provinsi jawa Timur, apakah pengenaan tarif progresif tersebut sudahsesuai dengan asasasas pemungutan pajak
Deskripsi
Asas dalam “The Four Maxims” yang dikemukakan oleh Adam Smithkelihatann ya masih relevan untuk diterapkan
Peneliti melakukan penelitian terhadap faktor yang sama yaitu tarif pajak progresif pada kendaraan bermotor.
Tempat dilakukannya penelitian dan perubahan perundangundangan.
Tahun Nugraha/ 2010
Fajariani/ 2013
123
METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif (kualitatif), membandingkan sebelum dan sesudah pengenaan tarif pajak progresif pada kendaraan bermotor berdasarkan The Four Maxims, hasil dari pencaraian data- data kemudian akan di analisis dan dideskripsikan kemudian disimpulkan sesuai dengan tujuan penelitian ini. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kantor UPTD Manado (SAMSAT) jalan 17 Agustus No.123 Kota Manado. Penelitian ini dilangsungkan selama 2 minggu yaitu dari tanggal 23 – 7 Oktober 2013. Prosedur Penelitian Susunan prosedur penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.
2. 3. 4.
Melakukan observasi langsung ke objek penelitian untuk mengetaui gambaran umum mekanisme kegiatan pemungutan pajak yang ditetapkan Kantor. Kemudian ke bagian Humas untuk mendapatkan penjelasan mengenai profil kantor dan jumlah pegawai yang ada. Mengumpulkan data- data yang diperlukan sehubungan dengan penelitian ini untuk menjadikan dasar acauan dalam penelitian. Menganalisi apakah pengenaan tarif pajak progresif pada kendaraan bermotor sudah sesuai dengan asas – asas pemungutan pajak atau tidak. Menarik kesimpulan dari hasil penelitian yang dilakukan.
Metode Pengumpulan Data a. Data Primer Pengumpulan data primer dalam penelitian diperoleh dengan cara wawancara langsung dengan pihak Kantor UPTD Samsat Kota Manado yang bebas terpimpin, yaitu dilakukan dengan mempersiapkan terlebih dahulu pertanyaan- pertanyaan sebagai pedoman, tetapi masih memungkinkan melakukan variasi-variasi pertanyaan yang disesuaikan dengan jawaban dari responden dan situasi ketika wawancara. Dalam hal ini mewawancarai langsung Kepala SIE Pajak UPTD Manado. b. Data sekunder Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan cara studi kepustakaan yaitu suatu cara untuk mendapatkan data yang terdapat di dalam buku di Perpusatakaan Daerah Kota Manado dan Perpustakaan Fakultas Ekonomi Universitas Sam Ratulangi Kota Manado. Hal ini dilakukan dengan mengumpulkan data melalui penelusuran bahan pustaka, mempelajari dan mengutip dari beberapa sumber data yang ada, studi dokumentasi berkas- berkas dari pejabat Kantor Bersama SAMSAT Kota Manado. Selain itu juga dari penelusuran peraturan perundang- undangan dan penelusuran situs-situs internet yang berkaitan dengan penelitian ini. Seperti buku- buku perpajakan dan Undang Undang atau Perda. Serta berupa laporan realisasi PKB dan BBNKB, laporan perincian jenis Kendaraan Bermotor, dan Laporan Perbandingan Realisasi Penerimaan PAD UPTD Manado. Metode Analisis Data Berdasarkan rumusan tujuan sebelumnya, metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis , yaitu suatu metode penelitian dengan mengungkapkan masalah yang ada di Kantor pemerintahan, mengolah data, menganalisis, meneliti dan menginterprestasikan serta membuat kesimpulan dan memberi saran yang kemudian disusun pembahasannya secara sistematis sehingga masalah yang ada di perusahaan dapat dipahami .
124
Pengertian dari metode deskriptif analitis menurut Sugiyono (2009: 29) adalah “Metode Deskriptif adalah suatu metode yang berfungsi untuk mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap objek yang diteliti melalui data atau sampel yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum .” HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Kantor UPTD Manado (SAMSAT) UPTD Manado (Samsat) merupakan salah satu dari bagian atau perpanjangan tangan dari Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sulawesi Utara. UPTD Manado merupakan satu dari 15 UPTD yang ada di Provinsi Sulut. Yang membantu Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sulawesi Utara dalam memungut pajak dari masyarakat khususnya untuk Pajak Kendaraan Bermotor dan yang berhubungan dengan PKB tersebut. Berawal dengan adanya Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Undang-undang Nomor 33 tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah, Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 Tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, serta Peraturan daerah Provinsi Sulawesi Utara Nomor 3 Tahun 2008 yang dijabarkan melalui Peraturan Gubernur Nomor 62 tahun 2008, Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sulawesi Utara dititik beratkan pada kegiatan teknis operasional yang dilaksanakan oleh Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD). Dalam menjalankan tugas dan fungsi tersebut UPTD Manado (Samsat) berorientasi pada visi dan misi sebagai berikut : Visi : ”Terwujudnya Pendapatan Asli Daerah (PAD) Sebagai Sumber Utama Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD)” Misi : 1. 2. 3. 4. 5.
Meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. Mengoptimalkan pemungutan Pendapatan Asli Daerah dan Pengelolaan Dana Perimbangan. Meningkatkan tertib administrasi pengelolaan pendapatan daerah. Mengingkatkan koordinasi dengan mitra kerja. Mengembangkan pemanfaatan informatikan dan telematika pendapatan daerah.
Hasil Penelitian 1.
2.
3.
4.
Pajak progresif untuk kendaraan bermotor mulai berlaku di Sulawesi Utara sejak 1 Januari 2012. Berlakunya Pajak progresif ini merupakan penerapan pasal 8 Undang- Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang pelaksanaannya ditetapkan dalam Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Utara Nomor 7 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah. Pajak progresif ini berlaku pada kepemilikan kendaraan bermotor kedua dan seterusnya, kendaraan roda 2 (dua) dan kendaraan roda 4 (empat) kecuali pada kendaraan jenis pick up dan Dumb Truck. Dalam Undang-undang No. 28 Tahun 2009 Pasal 6, disebutkan bahwa tarif Pajak kendaraan bermotor pribadi ditetapkan sebagai berikut: a. Untuk kepemilikan kendaraan bermotor pertama paling rendah sebesar 1% (satu persen) dan atau paling tinggi sebesar 2% (dua persen). b. Untuk kepemilikan kendaraan bermotor kedua dan seterusnya dapat ditetapkan secara progresif paling rendah 2% (dua persen) dan paling tinggi 10% (sepuluh persen). Dalam Pasal 7 Peraturan Daerah Sulawesi Utara Nomor 7 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah. Adapun untuk kepemilikan kendaraan bermotor kedua dan seterusnya ditetapkan secara progresif yaitu : a. Kendaraan kepemilikan pertama sebesar 1,5% (satu koma lima persen) b. kendaraan kepemilikan kedua sebesar 2% (dua persen); c. kendaraan kepemilikan ketiga sebesar 2,5% (dua koma lima persen); d. kendaraan kepemilikan keempat sebesar 3% (tiga persen); e. kendaraan kepemilikan kelima dan seterusnya 3,5% (tiga koma lima persen). Asas –asas pemungutan Pajak yang dikemukakan oleh Adam Smith yaitu The Four Maxims.
125
Pembahasan Pengenaan Tarif Pajak Progresif Pada Kendaraan Bermotor di Kota Manado Penerapannya tarif pajak progresif di Sulawesi Utara sejak 1 Januari 2012. Pemberlakuannya di dasari oleh UU no 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang pelaksanaanya ditetapkan dalam Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Utara Nomor 7 Tahun 2011 Tentang pajak Daerah. Pajak Progresif Berlaku pada kepemilikan kedua dan seterusnya. Pengenaan tarif pajak progresif sendiri pada 2012 belum begitu maksimal, karena masih pihak pemerintah dan masyarakat masih dalam tahap penyesuaian dengan aturan baru ini. Oleh karena itu pada awalnya, pemerintah memberikan keringanan dengan jalan, masyarakat diperbolehkan mengatur susunan kendaraan yang akan dikenakan pajak progresif. Selanjutnya pengenaan tarif pajak progresif akan disesuaikan dengan urutan tanggal pembelian.Kepemilikan kendaraan bermotor untuk penetapan pajak progresif kendaraan bermotor didasarkan atas nama dan/atau alamat yang sama. Penerapan pajak progresif terhadap kendaraan bermotor ini diharapkan juga mampu meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) kota Manado. Karena dengan meningkatnya jumlah pajak yang harus dibayarkan oleh wajib pajak, tentu saja berpengaruh terhadap PAD kota Manado dan mengurangi minat masyarakat dalam membeli Kendaraan bermotor sehingga kemacetan dalam kota dapat berkurang. Berikut adalah tarif pajak progresif yang berlaku di Sulawesi Utara : a. b. c. d. e.
Kendaraan kepemilikan pertama sebesar 1,5% (satu koma lima persen) kendaraan kepemilikan kedua sebesar 2% (dua persen); kendaraan kepemilikan ketiga sebesar 2,5% (dua koma lima persen); kendaraan kepemilikan keempat sebesar 3% (tiga persen); kendaraan kepemilikan kelima dan seterusnya 3,5% (tiga koma lima persen).
Tabel 2 Contoh Perbandingan Perhitungan Sebelum dan Sesudah Pengenaan Tarif Pajak Progresif pada Kendaraan Bermotor di Kota Manado Jenis Kendaraan/ Tahun Jazz (2003)
City (2005)
Fortuner (2007)
Sebelum Pengenaan Tarif Pajak Progresif NJKB X 1.5 % = Rp 140.000.000,- X 1.5% = Rp 2.100.000,NJKB X 1.5 % = Rp 126.000.000,- X 1.5% = Rp 1.890.000,NJKB X 1.5% = Rp 271.000.000,- X 1.5% = Rp 4.065.000,-
Sesudah Pengenaan Tarif Pajak Progresif NJKB X 1.5% = Rp 140.000.000,- X 1.5% = Rp 2.100.000,NJKB X 2 % = Rp 126.000.000,- X 2 % = Rp 2.520.000,NJKB X 2.5% = Rp 271.000.000,- X 2.5% = Rp 6.775.000,-
(Sumber : hasil Olahan Penulis) Tabel perhitungan diatas dapat dilihat perbedaan jumlah Pajak yang harus dibayarkan pada sebelum dan sesudah dikenakan tarif pajak progresif. Pengenaan Tarif Pajak Progresif pada Kendaraan Bermotor Berdasarkan The Four Maxims Berdasarkan asas Pemungutan Pajak yang dikemukan oleh Adam Smith, pengenaan tarif progresif masih dianggap relevan berikut adalah penjelasannya :
pajak
1. Equality, yaitu pembebanan pajak harus sesuai dengan kemampuan wajib pajak. Berdasarkan asas ini penerapan pemberlakuan tarif pajak progresif bagi kendaraan kedua ini dilakukan karena diasumikan bahwa wajib pajak yang memiliki kendaraan bermotor lebih dari satu maka dapat dikategorikan sebagai kelompok masyarakat yang mempunyai penghasilan lebih dari cukup bahkan bisa dikategorikan berpenghasilan tinggi, sehingga pemungutan pajaknya harus lebih besar.
126
2. Certainty, yaitu pembebanan pajak yang ada kepastian hukumnya mengenai pengaturan subjek pajak,objek pajaka dan ketentuan pajak lainnya. Berdasarkan asas ini tarif pajak progresif pada kendaraan bermotor dipungut berdasarkan Peraturan Daerah No. 7 tahun 2011 tentang Pajak Daerah. 3. Menurut asas convenience of payment, pajak hendaknya dipungut pada saat yang paling baik, yaitu pada saat yang paling dekat dengan diterimanya pendapatan/penghasilan yang dikenakan pajak. Sedangkan untuk pembayaran Pajak Kendaraan bermotor pemungutan pajaknya yaitu sesuai dengan tanggal pada saat pembelian kendaraan bermotor tersebut. 4. Sedangkan asas yang terakhir adalah Economic of Collections, dalam asas ini dijelaskan mengenai effisiensi penggunaan pajak itu sendiri, di mana asas ini lebih kepada yang menggunakan pajak yang telah diperoleh dalam hal ini pemerintah. Agar lebih berhati- hati dengan mengadakan pengeluaran pembiayaan yang dihasilkan dari peneriamaan pajak Dampak Pengenaan Tarif Pajak Progresif Tabel 3 Perbandingan Realisasi Penerimaan PAD Tahun Anggaran 2011, 2012 dan Tahun Anggaran 2013 UPTD Manado Bulan Januari
2011 (Rp) 7,207,932,200
2012 (Rp) 11,087,908,025
2013 (Rp) 21,273,414,400
Februari
5,605,505,000
15,745,354,700
20,358,530,080
Maret
6,869,095,000
18,707,279,400
19,319,722,300
April
6,751,783,150
16,747,267,800
21,374,236,900
Mei
6,970,219,650
18,932,228,200
25,763,017,900
Juni
6,487,125,965
17,860,262,300
18,903,533,400
Juli
7,220,682,700
19,327,774,139
23,456,859,200
Agustus
6,991,777,407
16,421,717,500
19,561,461,300
September
8,751,133,500
17,073,330,700
20,538,502,758
1Oktober
7,272,148,900
20,042,811,500
-
November
7,767,711,375
19,263,223,050
-
Desember
7,085,161,400
16,353,566,016
-
Sumber : Hasil olahan penulis Perbandingan di atas dapat di lihat pada tahun 2011 di mana jumlah realisasi penerimaan PAD sepanjang tahun 2011 hanya berada dikisaran di bawah 10 milyar, pada tahun 2012 yang merupakan tahun awal pemberlakuan tarif pajak progresif telah mengalami peningkatan penerimaan pada kisaran 20 milyar. Namun jika dibandingkan dengan penerimaan pada hampir sepanjang tahun 2013 penerimaan meningkat drastis. Hal ini disebabkan pada tahun 2012 telah diberlakukannya pajak progresif, tetapi belum efektif dan maksimal seperti pada tahun 2013 yang kisaran penerimaan mencapai 25 milyar. Dapat dilihat juga chart diagram yang bersifat fluktuatif karena tidak semua kendaraan bermotor dikenakan pajak progresif, seusai UU dan Perda hanya kendaraan kedua dan seterusnya yang dikenakan pajak progresif. Kendaraan pertama masih dikenakan tarif normal yaitu 1,5 %. Perbandingan beberapa perbandingan yang telah di sajikan dan dibahas di atas, dapat dilihat dampak yang dapat dirasakan yaitu meningkatnya penerimaan PAD yang nantinya akan diolah untuk pembangunan Daerah.
127
Tabel 4 Perbandingan Jumlah Kendaraan dan Penerimaan PKB dan BBN-KB pada Bulan Januari, Februari dan Maret di Tahun Anggaran 2012 dan 2013 2012 Bulan Januari
10.119
11.075.889.325
11.756
20.438.693.400
505
3.514.214.600
10.790
21.358.530.080
11.441
18.697.279.400
11.441
18.697.279.400
Februari Maret
Penerimaan PKB
Jumlah Kendaraan Bermotor
2013 Penerimaan PKB dan BBNKB
Jumlah Kendaraan Bermotor
(Sumber : Hasil Olahan Penulis Tabel 5 Presentase Perubahan Jumlah Kendaraan Bermotor dan Penerimaan PKB dan BBNKB Tahun 2012 ke Tahun 2013 Jumlah Kendaraan
Penerimaan PKB dan BBNKB
Januari
16,80%
84%
Februari
2036,63%
507,77%
0%
0%
Maret
(Sumber : Hasil Olahan Penulis) Tabel 4 dan tabel 5 merupakan sampel dari perbandingan Jumlah Kendaraan Bermotor dan Jumlah Penerimaan PKB dan BBNKB serta persentase perubahannya yang terjadii pada tahun 2012 sampai 2013. Dari kedua tabel di atas dapat diketahui kecenderungan jumlah kendaraan bermotor dari tahun ke tahun meningkat dengan presentase pada bulan januari Tahun 2012 ke 2013 sebesar 16,17% yang membuat penerimaan PKB dan BBNKB meningkat sebesar 84%, pada bulan februari dapat di lihat terjadi lonjakan jumlah kendaraan pada 2013 sebesar 2036,63% tetapi disertai dengan menurunnya jumlah kendaraan yang membayar PKB dan BBNKB pada bulan Februari tahun 2012 yaitu sebesar 507,77%. Kemungkinan besar hal ini terjadi disebabkan perpindahan kendaraan ke daerah lain atau terjadi penunggakan pembayaran PKB. Namun pada bulan Maret 2012 dan bulan Maret 2013 tidak terjadi perubahan apapun atau presentase perubahan 0%. Dari hasil perbandingan tersebut dapat disimpulkan bahwa tujuan awal pemerintah menerapkan atau memberlakukan tarif pajak progresif ini sangat sesuai dengan fungsi pajak yaitu Fungsi Budgetair yang adalah pajak digunakan untuk membiayai keperluan rumah tangga negara, dalam hal ini dengan menerapkan tarif pajak progresif pemerintah dapat meningkatkan penerimaan PAD yang nantinya akan digunakan untuk membiayai keperluan rutin negara. PENUTUP Kesimpulan Penulis dapat menyimpulkan beberapa hal, yaitu sebagai berikut : 1. Pengenaan pajak progresif sesuai dengan UU No. 28 tahun 2009 dan Perda Sulawesi Utara No 7 tahun 2011. 2. Sebelum pengenaan pajak progresif wajib pajak yang mempunyai kendaraan bermotor lebih dari satu, masing kendaraan yang dimiliki dikenakan tarif yang sama yaitu 1.5 %. Sedangkan sesudah pengenaan, masing- masing kendaraan kedua dan seterusnya dikenakan tarif 2% dan seterusnya.
128
3.
4.
5.
6.
Pemberlakuan Tarif Pajak Progresif di Kota Manado mulai diberlakukan pada tahun 2012 meskipun masih belum efektif dan masih terus melakukan penyesuaian terhadap aturan baru tersebut. Efektivitas pemberlakuan pajak progresif terjadi pada tahun 2013. Pengenaan pajak progresif masih sangat sesuai dengan “The Four Maxims”yaitu asas pemungutan pajak yang dikemukakan oleh Adam Smith yang terdiri dari kesamaan dan keseimbangan (Equality), kepastian hukum (certainty); (c) asas tepat waktu (convenient of payment); dan (d) asas economic of collection. Pengenaan pajak progresif pada awalnya diharapkan dapat berdampak baik yaitu untuk menekan laju peningkatan volume kendaraan yang dapat mengakibatkan kemacetan dan ketidaknyamanan di jalan raya. Namun seiring dengan berjalan pengenaannya, pajak progresif memiliki dampak positif lainnya yaitu meningkatkan penerimaan PKB dan BBNKB yang dengan otomatis meningkatkan penerimaan PAD yang sebagian besar memang merupakan sumber dari Pajak Daerah. Pengenaan Tarif Pajak Progresif sudah berjalan sebagaimana tujuan awal pemerintah memberlakukannya dan sangat sesuai dengan fungsi pajak yaitu Fungsi Budgetair.
Saran Penulis ingin memberikan saran pada pihak yang terkait dengan pemberlakuan pajak progresif ini. 1. 2.
3.
Perlu diadakan penyuluhan dan seminar atau pemberitahuan melalui media cetak maupun elektronik. Agar para wajib pajak dapat mengerti dan menerima dengan baik pemberlakuan aturan baru ini. Tidak hanya masyarakat yang perlu memahami tentang pajak progresif ini, para pegawai pemerintah yang terkait pun perlu memahami dengan baik agar dapat memberikan penjelasan yang memuaskan pada wajib pajak yang bertanya. Dengan meningkatnya pembayaran pajak kendaraan bermotor perlu juga diimbangi dengan upaya peningkatan pelayanan pemerintah di Kantor Samsat maupun di dinas- dinas terkait. Seperti kenyamanan dalam mengantri, menambah loket kasir dan loket konsultasi. DAFTAR PUSTAKA
Fajriani. 2013. Pengenaan Tarif Pajak Progresif pada Kendaraan Bermotor berdasarkan “ The Four Maxims”. Jurnal Vol 1 No 2. Universitas Surabaya. Surabaya.Http://ejournal.unesa.ac.id/index.php/jurnalakuntansi/article/view/739/baca-artikel. Diakses 28 Agustus 2013. Mardiasmo. 2009. Perpajakan. ANDI. Yogyakarta. Mardiasmo. 2011. Perpajakan. ANDI. Yogyakarta. Muljono. Djoko. 2009.Ketentuan Umum Perpajakan. ANDI. Yogyakarta. Nugraha. Haris. 2010. Penerapan Pajak Progresif terhadap Wajib Pajak Kendaraan Bermotor berdasarkan peraturan daerah Jawa Timur Nomor 9 Tahun 2010 tentang Pajak Daerah. Jurnal Ilmiah. Universitas Brawijaya. Malang.http://hukum.ub.ac.id/wp-content/uploads/2013/01/Jurnal-Harist-Agung-Nugraha0810113287.pdf. Diakses 28 Agustus 2013. Republik Indonesia. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2000 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana diubah dengan Undang- Undang Nomor 28 Tahun 2007. Jakarta Republik Indobesia Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Jakarta Republik Indonesia. Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Utara Nomor 7 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah Provinsi Sulut. Manado Sugiyono. 2009.Metode Penelitian Kuantitatif. Kualitatif Dan RD. Alfabeta. Bandung. Waluyo. 2011.Perpajakan Indonesia. Edisi 10. Salemba Empat. Jakarta.
129
ANALISIS STUDI KOMPARATIF TENTANG PENERAPAN TRADISIONAL COSTING CONCEPT DENGAN ACTIVITY BASED COSTING (STUDI KASUS PADA RUMAH SAKIT SILOAM DI MANADO) Olivia H.S. Sumendap David Paul Elia Saerang Sifrid Sonny Pangemanan Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Jurusan Akuntansi Universita Sam Ratulangi Manado Email:
[email protected] ABSTRAK Penelitian ini membandingkan perhitungan biaya metode tradisional dengan perhitungan biaya berdasarkan aktivity (ABC) dalam menentukan tarif kamar rawat inap pada Rumah Sakit Siloam di Manado. Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif. Data diperoleh dengan menganalisa dokumen, observasi partisipan, serta wawancara dengan kepala akuntansi perusahaan kemudian dibandingakan dengan literature yang ada. Penerapan metode biaya berdasarkan aktivitas (ABC) memberikan dampak yang sangat baik dalam meningkatkan efiensi dan aktivitas sumber daya. Perhitungan biaya dangan ABC mampu menghasilkan biaya yang lebih murah dan lebi akurat bila dibandingkan dengan pendekatan tradisional. Pada akhirnya Rumah Sakit Siloam di Manado mampu menyediakan tarif yang terjangkau pada pasien. Kata kunci: akuntansi biaya, perhitungan biaya metode tradisional, perhitungan biaya berdasarkan aktivitas.
ABSTRACT This research compared the traditional method of cost calculation with activity based costing (ABC) in determining the inpatient room rate at Siloam Hospital. This research uses descriptive analytical method. Data obtained by analyzing documents, participant observation, interviews with chief accounting company then comparated with the existing literature. Implementation of activity based costing (ABC) provides an excellent effect in improving efficiency and resource activities. Calculation of costs with ABC is able to produce cheaper and more accurate when compared with traditional approaches. In the end Siloam Hospital is able to provide affordable rates for patients. Keywords: accounting cost, traditional costing method, activity based costing.
130
PENDAHULUAN Latar Belakang Regionalisasi ekonomi di Asia Tenggara dan kemunculan Asia Free Trade Area (AFTA) sejak tahun 1980-an, telah terjadi serangkaian perubahan fundamental di dunia, antara lain: 1. Munculnya lingkungan ekonomi dunia yang kompetitif dan terjadinya perubahan cepat menuju ekonomi berorientasi pasar khususnya di Eropa eks-sosialis dan juga di Asia yang ditandai dengan adanya reformasi ekonomi melalui privatisasi, deregulasi dan liberalisasi. 2. Terjadinya revolusi teknologi informasi yang memungkinkan peningkatan secara luar biasa transaksi perdagangan dan saling ketergantungan antar negara di dunia. 3. Meningkatnya regionalisasi yang ditandai dengan munculnya pengaturan perdagangan dan investasi dalam lingkup regional di berbagai belahan dunia. Berbagai kecendurungan tersebut kemudian mendorong para pemimpin negara Asia, khususnya negaranegara anggota ASEAN, untuk mendirikan suatu organisasi ekonomi regional di Asia Tenggara. Setelah melalui serangkaian negonisasi dan perdebatan yng panjang. Pada Millenium Summit ke-4 ASEAN di Singapura tahun 1992, ASEAN yang saat itu masih beranggotakan 6 negara (Brunei, Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand) sepakat membentuk kawasan perdagangan bebas ASEAN (AFTA) dalam rentang waktu 15 tahun dimulai sejak 1 Januari 1993 dan dengan adanya kawasan perdagangan bebas tersebut maka seluruh negara anggota ASEAN akan mengurangi hambatan arus perdagangan dan investasi antara mereka secara bertahap pada tahun 2008 yang di letakan dalam skema Common Effective Preferential Tarif (CEPT). Inti dari CEPT dalam persetujuan AFTA adalah pengurangan berbagai tarif impor dan penghapusan hambatan non-tarif atas perdagangan dalam lingkup ASEAN. Hal ini membawa implikasi bagi indonesia berupa perubahan harga relatif produk-produk indonesia yang di ekspor ke negara-negara ASEAN disamping akan menjadi intensif bagi masuknya investasi asing yang selama ini menjadi salah satu pilar untuk memutar roda perekonomian nasional. Oleh karena itu, dalam hal ini profil perdagangan dan investasi indonesia, dengan perbandingan profil negaranegara anggota lainnya, sangat penting diketahui guna melihat sejauh mana AFTA akan membawa dampak positif bagi indonesia. Pertama dan yang paling penting dalam sistem ekonomi pasar adalah perdagangan (Ariyanto, 2010:3). Tujuan Penelitian Tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah metode activity based costing akan menghasilkan perhitungan biaya yang lebih akurat dibandingkan dengan traditional costing method. TINJAUAN PUSTAKA Akuntansi Biaya Akuntansi biaya menurut Mulyadi (2005:7) adalah “akuntansi biaya sebagai proses pencatatan, penggolongan, peringkasan, dan penyajian biaya pembuatan dan penjualan produk atau jasa dengan cara-cara tertentu serta penafsiran-penafsiran terhadapnya”. Carter dan Usry (2006:11) menyebutkan bahwa “akuntansi biaya melengkapi manajemen dengan alat yang diperlukan untuk aktivitas-aktivitas perencanaan dan pengendalian, memperbaiki kualitas dan efisiensi, serta membuat kepuusan-keputusan yang bersifat rutin maupun strategis” Klasifikasi Umum Biaya Klasifikasi biaya sangat penting guna membuat ikhtisar atas data biaya untuk tujuan penyusunan laporan keuangan, untuk memprediksi perilaku biaya, untuk pembebanan biaya ke objek biaya, serta untuk pembuatan keputusan. Garrison dan Norren (2006:50), mengklasifikasikan biaya sebagai berikut: a. Biaya produksi (Manufacturing Cost) Yaitu semua biaya untuk merubah bahan mentah menjadi produk jadi. Biaya ini dikalsifikasikan menjadi: 1) Bahan Langsung 2) Tenaga Kerja Langsung 3) Overhead Pabrik
131
a.
c. d. e.
f.
g.
h.
i..
Biaya Non Produksi (Non-manufacturing) Umumnya, dibagi menjadi dua yaitu biaya pemasaran dan biaya administrasi. Biaya pemasaran meliputi semua biaya yang diperlukan untuk menangani pesanan konsumen dan memperoleh produk atau jasa untuk disampaikan kepada konsumen. Biaya Variabel Biaya variabel adalah biaya yang berubah secara proporsional dengan perubahan aktivitas. Biaya Tetap Biaya tetap adalah biaya yang selalu tetap secara keseluruhan tanpa terpengaruh oleh tingkat aktivitas.. Biaya Langsung Biaya langsung (direct cost) adalah biaya yang dapat ditelusuri dengan mudah ke objek biaya yang bersangkutan. Biaya Tidak Langsung Biaya langsung (direct cost) adalah biaya yang tidak dapat ditelusuri dengan mudah ke objek biaya yang bersangkutan. Biaya Diferensiasi Biaya diferensiasi (differential cost) adalah keputusan melibatkan proses pemilihan dari berbagai alternatif yang ada.. Opportunity Cost Biaya kesempatan atau biaya peluang (opportunity cost) adalah manfaat petensial yang akan hilang bial salah satu alternatif telah dipilih sejumlah alternatif yang tersedia. Sunk Cost Biaya tertanam (sunk cost) adalah biaya yang telah terjadi dan tidak dapat diubah oleh keputusan apapun yang dibuatsaat ini atau pu masa yang datang. Karena biaya tertanam tidak dapat diubah oleh keputusan apapun, biaya tertanam bukanlah biaya diferensial.
Tradisional Costing Method sistem biaya tradisional menurut Bastian dan Nurlela (2009:23) adalah di mana biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik baik yang bersifat variabel maupun tetap, menjadi biaya produk. Sistem Activity Based Costing Bastian dan Nurlela (2009:24) menyatakan activity based costing adalah metode membebankan biaya aktivitas-aktivitas berdasarkan besarnya pemakaian sumber daya, dan membebankan biaya pada objek biaya, seperti produk atau pelanggan, berdasarkan besarnya pemakaian aktivitas, serta untuk mengukur biaya dan kinerja dari aktivitas yang terkait dengan proses dan objek biaya. Prosedur pembebanan biaya dua tahap Pembebanan biaya dua tahap (two stage cost assigment) membebankan biaya sumber daya seperti biaya overhead pabrik ke pusat biaya aktivitas atau tempat penampungan biaya dan kemudian ke objek biaya untuk menentukan jumlah biaya sumber daya bagi setiap objek biaya. Sistem perhitungan biaya berdasarkan tradisional membebankan biaya overhead pabrik pertama, ke tempat penampungan biaya departemen atau pabrik, dan kedua ke produk atau jasa. Meskipum demikian, prosedur pembebanan biaya tradisional kemungkinan mendistorsi biaya produk atau jasa. Distorsi akan semakin serius khususnya ketika bagian yang penting dari biaya overhead pabrik tidak terkait dengan volume outputdan perusahaan memproduksi produk dengan kombinasi yang beragam dengan perbedaan pada volume, ukuran, atau kompleksitas Sistem activity based costing (ABC) berbeda dari sistem perhitungan biaya tradisional dalam hal menelusuri penggunaan sumber daya pada aktivitas dan mengaitkan biaya aktivitas pada produk, jasa, atau pelanggan (Blocher, 2006:224). Tahap pertama membebankan biaya overhead pabrik ke aktivitas atau pusat biaya aktivitas. Tahap kedua membebankan biaya atau aktivitas dari tempat penampungan biaya aktivitas ke objek biaya dengan menggunakan penggerak biaya konsumsi aktivitas yang tepat yang mengukur permintaan objek biaya yang ditempatkan pada aktivitas atau tempat penampungan aktivitas. Prosedur alokasi dua tahap pada ABC mengidentifikasi dengan jelas biaya-biaya dari aktivitas suatu perusahaan. Pembebanan biaya aktivitas ke objek biaya menggunakan suatu ukuran atau ukuran-ukuran yang mencerminkan permintaan objek
132
biaya atas aktivitas perusahaan. Dengan demikian, ABC melaporkan biaya produk atau jasa dengan lebih akurat dibandingkan dengan sistem biaya tradisional. Penelitian Terdahulu Industry yang akan diteliti pada penelitian ini adalah industry jasa. Industry jasa adalah suatu jenis usaha yang outputnya berupa pelayanan kepada pelanggan. Tabel 1. Penelitian terdahulu Peneliti/ Tahun MehmetC. Kocakulah, Ph.D.(2007)
Judul Using ActivityBased costing (ABC) Measure Profibility on a Commercial Loan Portofolio
Persamaan Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Mehmet C. Kocakulah dengan penelitian sekarang adalah samasama menggunakan activity based costing dalam sistem perhitungan biaya.
Perbedaan Penelitian yang dilakukan oleh Mehmet C. kocakulah dilakukan pada industry perbankan sedangkan penelitian sekarang dilakukan pada industry jasa
Hasil penelitian ABC mampu memberikan informasi yang akurat mengenai biaya dan profitabilitas, sehingga manajemen dapat mengambil keputusan untuk meningkatkan keuntungannya
Nunik L.D.(2007)
ABC Sistem: Sistem Biaya Dalam Mengatasi Kelemahan/ Kekurangan Sistem Biaya Tradisional
Menggunakan variable activity based costing dan traditional costing consept.
Penelitian Nunik adalah penelitian kepustakaan sedangkan penelitian sekarang adalah penelitian lapangan pada dua jenis industri yang berbeda
ABC sistem membantu sistem biaya tradisional dalam menentukan biaya overhead agar lebih tepat dan akurat yaitu dengan cara penentuan biaya atas dasar aktivitas yang dilakukan untuk menghasilkan produk dan jasa
Cheisvyany (2007)
Penerapan Activity Based Costing Untuk Analisis Profitabilitas Pelanggan
Menggunakan activity based costing untuk membebankan biaya aktivitas pada produk. Persamaan lainnya ialah menggunakan metode field research.
Penelitian Charoline membahas tentang penerapan ABC pengaplikasian konsep customer relationship management (CRM) dalam menganalisa profitabilitas.
Secara jangka panjang analisis ini dapat memberikan future growth bagi perusahaan dengan pencapaian visi dan misi
133
Widyaningsih (2009)
Peranan dan Kendala Penerapan Activity Based costing (ABC) dalam Industry Jasa
Meneliti peranan ABC pada industry jasa
Penelitian Aristanti menggunakan activity based management, total quality of management, serta strategi kualitas untuk mendukung penelitian ABC nya
intinya dapat disimpulkan bahwa ABC tidak hanya dapat diterapkan pada perusahaan manufaktur tetapi juga dapat diterapkan pada industry jasa.
METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Jenis penelitian pada penelitian ini adalah studi komparatif tentang penerapan traditional costing concept dengan activity based costing (ABC) pada jenis industri jasa. Industri jasa yang akan diteliti adalah RS. Siloam di Manado yang beralamat di Jl. Samrat No. 22 Manado dengan objek penelitian penentuan tarif kamar rawat inap. Data yang dibutuhkan untuk penelitian ABC ini adalah laporan laba rugi untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2012, direct cost, direct labor, dan biaya overhead yang terkait dengan kamar rawat. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat dan waktu yang menjadi penelitian ini adalah Rumah Sakit Siloam Manado yang bertempat di Jl. Samrat No. 22 Manado. Waktu dalam melakukan penelitian ini adalah 2 bulan yaitu dari bulan oktober sampai dengan November 2013. Prosedur Penelitian Prosedur penelitian yang di lakukan adalah sebagai berikut : a. Survey objek penelitian. b. Mengambil data-data perusahaan dan wawancara. c. Membandingkan dan mengolah data-data dan informasi perusahaan dengan dasar teori yang di gunakan. d. Membuat kesimpulan dan memberikan saran. Metode Pengumpulan Data Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian analisis Deskiptif. Peneliti menganalisa seluruh data yang relevan dengan objek penelitian, baik itu catatan berupa hasil interview, dokumen serta laporan- laporan yang diberikan oleh perusahaan. Saat melakukan interview, observasi, dan analisis dokumen, peneliti melakukan pertanyaan-pertanyaan yang mearahkannya untuk mengambil data yang diperlukan serta data didapatkan kembali dibandingkan dengan teori (theoritical comparison)yang digunakan dan ditariklah suatu kesimpulan sebagai hasil penelitian. Teknik Pengumpulan Data Proses penelitian dan penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode pengumpulan data adalah sebagai berikut: 1. Interview/wawancara 2. Observas. 3. Analisis Dokumen Metode Analisa Data
134
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian analisis Deskiptif. Peneliti menganalisa seluruh data yang relevan dengan objek penelitian, baik itu catatan berupa hasil interview, dokumen serta laporan- laporan yang diberikan oleh perusahaan. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Sejarah Singkat Rumah Sakit Siloam Manado Dibuka pada tahun 2012 , SHMN adalah rumah sakit swasta terkemuka di Manado , Sulawesi Utara. Terletak di Central Business District di Manado, SHMN dapat dengan mudah diakses oleh transportasi umum. Karena lokasi utama, SHMN adalah tujuan pelayanan kesehatan untuk seluruh tenaga kerja perusahaan serta wisatawan dan warga sipil di Manado Visi dan Misi Rumah Sakit Siloam Our Vision: International Quality, Scale, Reach, Godly Compassion. Our Mission: The trusted destination of choice for holistic world class healthcare, health education and research. Hasil Penelitian Rumah sakit siloam adalah salah satu rumah sakit swasta yang memberikan palayanan kesehatan yang berkualitas, lengkap, dan terjangkau karena rumah sakit siloam tedak hanya memiliki fungsi komersial tetapi juga mengutamakan fungsi sosialnya. Ini merupakan tantangan bagi rumah sakit untuk dapat memberikan pelayanan yang maksimal dengan biaya yang seminimal mungkin khususnya mengenai pelayanan rawat inap. Tabel 2. Perhitungan Tarif Kamar Rawat Inap Menggunakan Activity Based Costing Keterangan DIRECT COST Bahan medis makan dan minum pasien
VIP
Kelas I
Rp. 1,828.57
Rp. 1,799.43
Rp. 1,463.21
Rp. 880.53
Rp. 31.593.00
Rp. 31,593.00
Rp. 24,745.00
Rp. 20,305.00
Total direct cost
Rp. 33,421.57
Rp. 33,392.43
Rp. 26,208.21
Rp. 66,513.53
DIRECT LABOR Gaji dan tunjangan perawat Total direct labor
Rp. 182,224.08 Rp. 182,224.08
Rp. 137,817.72 Rp. 137,817.72
Rp. 215,260.80 Rp. 215,260.80
Rp. 135,427.20 Rp. 135,427.20
Rp. 2,878.42 VIP
Rp. 2,370.56 Kelas I
Rp. 862.58 Kelas II
Rp. 1,021.57 Kelas III
Rp. 1,930.85
Rp. 1,815.18
Rp. 1,528.17
Rp. 3,610.63
Rp. 7,199.17 Rp. 12,008.44
Rp. 6,761.96 Rp. 10,947.69 Rp. 182,157.8415 Rp. 18,215.78 Rp. 54,647.352 Rp. 255,020.9735
Rp. 5,167.74 Rp. 7,558.49
Rp. 4,664.82 Rp. 9,297.02
Rp. 249,027.5026 Rp. 24,902.75 Rp. 62,256.875
Rp. 165,909.5461 Rp. 16,590.95 Rp. 33,181.908
Rp. 336,187.1276
Rp. 215,682.1041
OVERHEAD Registrasi pasien Keterangan OVERHEAD Desain layanan Pelayanan pasien Total overhead COGS inflasi 10% Margin kontribusi
Rp. 227,654.0859 Rp. 22,765.40 Rp. 68,296.224
Tarif Sumber data di olah
Rp. 318,715.7099
Kelas II
Kelas III
135
Tabel 3. Direct Cost, Direct Labor, Overhead Per Hari Per Ruang Perawatan Dengan Menggunakan Traditional Costing Method Keterangan VIP Kelas I Kelas II Kelas III DIRECT COST Bahan medis Rp. 1,828.57 Rp. 1,799.43 Rp. 1,463.21 Rp. 880.53 Makan dan Rp. 31,593.00 Rp. 31,593.00 Rp. 24,745.00 Rp. 20,305.00 minum pasien Rp. 33,392.43 Rp. 26,208.21 Rp. 21,185.53 Total direct cost Rp. 33.421.57 DIRECT LABOR Gaji dan Rp. 182,224.08 Rp. 137,817.72 Rp. 215,260.80 Rp. 135,427.20 tunjangan perawat Rp. 182,224.08 Rp. 137,817.72 Rp. 215,260.80 Rp. 135,427.20 Total direct labor OVERHEAD Beban Rp. 46,964.38 Rp. 44,293.15 Rp. 35,663.01 Rp. 30,320.54 penyusutan perawatan Linen Rp. 1,988.77 Rp. 108,854.00 Rp. 1,331.61 Rp. 626.73 Biaya pemakaian Rp. 7,702.38 Rp. 7,599.43 Rp. 6,922.07 Rp. 6,359.91 perlengkapan Gas loundry dan Rp. 4,778.91 Rp. 549.55 Rp. 579.29 Rp. 506.42 bahan Kebersihan Rp. 4,268.97 Rp. 6,990.44 Rp. 1,999.73 Rp. 5,873.32 Biaya Rp. 1,142.85 Rp. 1,934.52 Rp. 1,345.13 Rp. 600.00 pemeliharan Biaya material Rp. 45.31 Rp. 753.96 Rp. 581.87 Rp. 106.61 unit Biaya listrik Rp. 1,886.74 Rp. 1,453.22 Rp. 1,630.62 Rp. 934.47 Rp. 68,778.31 Rp. 64,662.81 Rp. 50,033.33 Rp. 45,328.00 Total overhead Rp. 284.423.96 Rp. 235,872.96 Rp. 291,502.34 Rp. 201,940.73 COGS Sumber: Data di olah Perbandingan Tarif Kamar Rawat Inap Antara Pendekatan Saat Ini (Tradisional Costing Method), dan Activity Based Costing. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa Rumah Sakit Siloam memiliki perhitungan baku dalam menetapkan sebuah tarif kamar rawat. Dibawah ini adalah perhitungan tarif berdasarkan tradisional costing method. Perusahaan hanya melakukan estimasi apakah pendapatan dari sewa kamar mampu menanggung seluruh beban yang dikeluarkan. Berdasarkan perhitungann dan analisa yang telah dilakukan dengan metode tradisional dan ABC maka hasil akhir dari penelitian ini adalah ABC terbukti mampu memberikan perhitungan tarif yang lebih murah dibandingkan dengan metode tradisional. Dibawah ini adalah tabel yang menunjukan perbandingan antara kedua pendekatan, yaitu pendekatan saat ini dan pendekatan ABC. Tabel 4. Perbandingan Tarif Kamar Rawat Inap Antara Pendekatan (Traditional Costing Method), dan Activity Based Costing Kamar Rawat Inap Existing ABC Kenaikan/penurunan VIP Rp. 550,000.00 Rp. 318,715.71 Naik KELAS I Rp. 425,000.00 Rp. 225,020.91 Naik KELAS II Rp. 300,000.00 Rp. 336,187.13 Turun KELAS III Rp. 100,000.00 Rp. 215,682.40 Turun Sumber: data di olah
Saat
Ini
136
Tabel di atas menggambarkan secara jelas bahwa sistem activity based costing mampu menyajikan perhitungan lebih akurat dan lebih murah dari metode tradisional. Pembahasan Hasil akhir dari penelitian ini adalah sistem activity based costing (ABC) terbukti mampu memberikan perhitungan tarif yang lebih murah dibandingkan dengan metode tradisional. Berdasarkan hal tersebut, penerapan system ABC di rumah sakit siloam ini masih dapat memberikan manfaat yang dirasakan oleh manajemen, walaupun itu akan mempengaruhi aspek budaya dan keuangan perusahaan. Ditinjau dari aspek budaya, system ABC dengan konsep value added-nya akan merombak budaya. Selama ini kebijakan perusahaan dalam menetapkan tarif kamar rawat inap hanya berdasarkan analisa semata, tanpa menghitung biaya yang memang seharusnya dibebankan ke pasien. Oleh karena itu, hasil tarif yang ditetapkan manajemen selama ini menjadi tidak akurat, yang pada akhirnya menetapkan perusahaan pada posisi yang kurang memuaskan dalam daya saing masyarakat. Dari aspek keuangan, menyangkut cost of implementation dari ABC sendiri yang meliputi perancangan sistem baru, pendidikan dan training tentang sistem baru. Tentunya selain cost, benefit yang akan diterima dari penerapan ABC juga harus dihitung. Cost mungkin dapat dihitung dengan segera, tetapi benefit baru dirasakan 5 tahun yang akan datang. PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan data yang diperoleh dan penelitian lebih lanjut, dapat diambil kesimpulan bahwa Perhitungan tarif kamar dengan menggunakan ABC terbukti mampu menghasilkan biaya yang lebih murah bila dibandingkan dengan pendekatan tradisional. Perlu diingat, bahwa rumah sakit adalah organisasi sosial yang tidak berorientasi pada keuntungan sehingga pada akhirnya penyediakan tarif yang mampu dijangkau oleh masyarakat golongan ekonomi lemah. Saran Berdasarkan kesimpulan dan implikasi di atas, saran-saran yang di ajukan dalam penelitian ini adalah: 1. Diharapkan perusahaan melakukan pengklasifikasian unsur-unsur biaya produksi sesuai dengan kaidah yang berlaku. 2. Diharapkan mengaplikasikan ABC segera mungkin untuk meningkatkan daya saing perusahaan. 3. Peningkatan peluang kinerja perusahaan, dengan meningkatkan efektivitas dan efisiensi penggunaan sumber daya yang terkait dengan tarif kamar rawat. 4. Diharapkan penelitian ini dikembangkan dengan variabel yang berbeda. DAFTAR PUSTAKA Aristanti, Widyaningsih,”Peranan dan Kendala Penerapan Activity Based Costing (ABC) Dalam Industri Jasa”, Percikan, Vol 103, Edisi Agustus, 2009.. http://isjd.pdii.lipi.go.id/index.php/Search.html?act=tampil&id=70736&idc=28. Tanggal akses: 25 oktober 2013. Bastian, Bustami.,Nurlela. 2009. Akuntasi Biaya. Mitra Wacana Media. Jakarta. Blocher, Chen., Cokins., Lin. 2006. Cost Management. Management Biaya Penekanan Strategis. Buku 1. Edisi 3. Salemba Empat.Jakarta. Blocher, Stout, Cokins, Chen,”Cost Management. A Strategic Emphasis”. Internasional Edition, Mc. Graw Hill Companies, Ins, New York, 2008. Carter , Usry.2006. Akuntansi Biaya. Edisi 13.Salemba Empat. Jakarta. Carter, William K, Akuntansi Biaya. Buku 1, Edisi 14, Salemba Empat, Jakarta, 2009. Charoline, Cheisviyanny, Penerapan Activity Based Costing Untuk Analisis Pelanggan. Jurnal Economic, Vol 7, April, Hal. 39-44, 2007. 137
http://isjd.pdii.lipi.go.id/index.php/Search.html?act=tampil&id=75454&idc=28. Tanggal akses: 19 oktober 2013 Garrison, Noreen., brewer.2006. Managerial Accounting. Edisi 11. Salemba Empat. Jakarta. Mehmet C. Kocakulah., Ph.D. Using Activity-Based Costing (ABC) to Measure Profitability on a commercial Loan Portofolio. Journal of Performance Management. ABI/INFORM Global pg. 29. 2007. Mulyadi. 2009. Akuntansi Biaya. Edisi 5. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta. Nunik, L. ABC System: Sistem Biaya Dalam Mengatasi Kelemahan/Kekurangan Sistem Biaya Tradisional. Jurnal Ilmiah Akuntansi. Vol 6. no. 2 November. Hal. 88-100, 2007. http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47731/h11waw. Tanggal akses: 25 oktober 2013
138
ANALISIS PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI MENGGUNAKAN METODE VARIABLE COSTING PADA PT. CELEBES MINAPRATAMA BITUNG Dewi Sartika Kiay Jenny Morasa Winston Pontoh Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Akuntansi Universitas Sam Ratulangi Manado email:
[email protected] ABSTRAK Harga Pokok Produksi merupakan kumpulan dari biaya-biaya yang dikeluarkan untuk mengolah bahan baku menjadi bahan jadi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui analisis perhitungan harga pokok produksi pengolahan ikan kayu pada PT. Celebes Minapratam Bitung. Perusahaan ini merupakan perusahaan manufaktur yang juga tidak luput dari masalah perhitungan biaya produksi dan dalam menentukan harga pokok produksi perusahaan menggunakan metode biaya penuh dimana pemisahan unsur biaya produksi yang bersifat variable dan tetap belum dilakukan. Hal ini mengakibatkan ketidaktepatan dalam perhitungan harga pokok produk yang akan berpengaruh terhadap penetapan harga jual dan laba perusahaan. Analisis data penlelitian ini yaitu, proses produksi, laporan biaya bahan, laporan biaya tenaga kerja, laporan biaya overhead. Hasil penelitian penentuan harga pokok produksi menggunakan metode dimana biaya dihitung berdasarkan metode biaya penuh ada baiknya perhitungan yang digunakan menurut metode variable costing. Perhitungan ini menghasilkan selisih yang berpengaruh terhadap penetapan harga jual. Untuk itu perusahaan hendaknya memisahkan biaya produksi sehingga menghasilkan biaya produksi yang tepat. Kata kunci : harga pokok produksi, variable costing ABSTRACT Cost of Production is a collection of the costs incurred to process raw materials into finished materials . This study aims to determine the analytical calculation of the cost of production of fish processing wood at PT . Celebes Minapratam Bitung . This company is a manufacturing company was not immune from the problem and the calculation of production costs in determining the cost of production companies using the full cost method of separating elements where production costs are variable and fixed yet done . This has led to inaccuracies in the calculation of the cost of the product will affect the determination of the selling price and profit . The data analysis penlelitian ie, production processes , material cost report , report labor costs , overhead cost report . The results of determining the cost of production using the method in which the cost is calculated based on the full cost method is better according to the method of calculation used variable costing . This results in differences that affect the determination of the selling price . For that the company should separate the production costs resulting in proper production costs . Keywords : cost of production , variable costing
139
PENDAHULUAN Latar Belakang Perusahaan sebagai badan usaha mempunyai beberapa bentuk tujuan. Tujuan-tujuan tersebut berdasarkan perencanaan yang telah disusun sebelumnya dalam perusahaan. Diantara tujuan tersebut yang terpenting adalah mendapatkan laba optimum. Hal ini dimaksudkan untuk menunjang kelangsungan hidup dan perluasan usaha. Bagi perusahaan industri, informasi mengenai biaya produksi merupakan salah satu jenis infromasi yang penting. Informasi ini dapat digunakan untuk berbagai tujuan, seperti pengendalian biaya demi tercapainya efisiensi, penentuan harga jual produk, pengambilan keputusankeputusan khusus seperti apakah suatu produk akan tetap diproduksi atau apakah suatu produk akan dibeli dari luar ataupun diproduksi sendiri oleh perusahaan, serta berbagai tujuan lainnya. Dalam menghitung harga pokok produksi, perlu dijelaskan terlebih dahulu pengertian dan perbedaan metode full costing dan variabel costing. Metode full costing adalah salah satu metode penentuan biaya produk yang membebankan seluruh biaya produksi sebagai biaya produk, baik biaya produksi yang berperilaku tetap maupun yang berperilaku variabel. Perusahaan yang menggunakan metode ini, menghitung harga pokok produksinya dengan menjumlahkan biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik variabel dan biaya overhead pabrik tetap. Perusahaan hendaknya mampu menetapkan harga pokok produksi yang tepat sehingga nantinya dapat bersaing dengan perusahaan lain yang sejenis. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perhitungan harga pokok produksi menggunakan metode variable costing pada PT. Celebes Minapratama Bitung.
TINJAUAN PUSTAKA Konsep Akuntasi Secara umum, akuntansi (accounting) dapat diartikan sebagai sistem informasi yang menyediakan laporan untuk para pemangku kepentingan mengenai aktivitas ekonomi dan kondisi perusahaan. (Reeve 2009:9). Sistem Akuntansi Sistem akuntansi mencatat kejadian serta transaksi ekonomi, seperti penjualan dan pembelian bahan, dan memroses data dalam transaksi tersebut menjadi informasi yang berguna bagi maanjer, tenaga penjual, penyelia produksi, dan pihak lainnya. Pemrosesan setiap transaksi ekonomi meliputi pengumpulan (collecting), pengategorian (categorizing), peringkasan (summarizing), dan penganalisisan (analyzing). Sistem akuntansi menyajikan informasi yang ditemukan dalam laporan rugi-laba, neraca, serta laporan arus kas dan dalam laporan kinerja, seperti biaya operasi suatu pabrik atau biaya pemberian jasa. (Hongren 2008:2). Pengertian Harga Pokok Produksi Harga pokok produksi Mulyadi ( 2007:10) merupakan pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau kemungkinan terjadi untuk memperoleh penghasilan. Harga pokok produksi (cost of goods manufactured) adalah jumlah biaya produksi yang diserap oleh seluruh produk jadi yang telah selesai diproduksi selama satu periode tertentu. Marbun (2003: 91). Harga pokok produksi adalah kumpulan biaya produksi yang terdiri dari bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, 140
dan biaya overhead pabrik ditambah persediaan produk dalam proses awal dan dikurang persediaan produk dalam proses akhir Bustami dkk (2006: 60). Sedangkan menurut Supriyono (2011: 144) harga pokok produksi adalah aktiva atau jasa yang dikorbankan atau diserahkan dalam proses produksi yang meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, biaya overhead pabrik dan termasuk biaya produksi. Metode Penentuan Harga Pokok Produksi Metode penentuan harga pokok produksi adalah cara memperhitungkan unsur-unsur biaya ke dalam harga pokok produksi. Dalam memperhitungkan unsur biaya ini, terdapat dua pendekatan yaitu: 1.Full costing Mulyadi (2009:17) full costing merupakan metode penentuan kos produksi yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik, baik yang berperilaku variabel maupun tetap. Dapat dikatakan bahwa metode full costing merupakan metode penentuan harga pokok yang memasukan biaya overhead pabrik baik yang berperilaku tetap maupun variabel, dibebankan kepada produk yang diproduksi atas dasar tarif yang ditentukan di muka pada biaya overhead sesungguhnya. 2.Variabel costing Variabel costing merupakan metode penentuan kos produksi yanghanya memperhitungkan biaya produksi yang berperilaku variabel ke dalam kos produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik variable. Mulyadi (2009:18). Penelitian Terdahulu Sebagai bahan referensi dan rujukan terhadap analisis hasil penelitian ini, maka diperlukan beberapa peneliti terdahulu diantaranya terlampir dalam tabel 1 dibawah ini:
141
Tabel 1. Penelitian Terdahulu Nama Peneliti/ Tahun Sihombing (2003)
Sihite (2012)
Judul
Tujuan
Metode Penelitian
Hasil Penelitian
Persamaan
Perbedaan
Penerapan metode variable costing dalam perhitungan harga pokok produksi pada PT. Mututama Agung Lestari Medan
Untuk melihat dan menilai apakah terdapat kesesuain antara teori dan praktek
Deskripftif Kuantitatif
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai penentuan harga pokok produksi yang benar
Penelitian dengan menggunaka n metode variable costing untuk menghitung harga pokok produksi
Penelitian ini melihat sejauh mana penerapan metode variable costing yang telah digunakan oleh perusahaan dalam menghitung harga pokok produksi sedangkan penelitian selanjutnya menganalisa metode perusahaan kemudian dianalisa kembali sesuai metode variable costing
Analisis penentuan harga pokok produksi pada perusahaan garam beryodium studi kasus pada UD. Empat Mutiara
Untuk melihat bagaimana penentuan harga pokok produksi dalam perusahaan
Kuantitatif
Dapat diketahui penentuan harga pokok produksi dalam perusahaan
Untuk menghitung harga pokok produksi tentunya dibutuhkan informasi mengenai biaya bahan baku, tenaga kerja dan overhead pabrik
Penelitian ini menghitung harga pokok produksi tanpa memanfaatkan metode full costing atau variable costing sedangkan penelitian selanjutnya secara lebih spesifik menghitung harga pokok produksi sesuai dengan metode variable costing
Sumber: Sihombing (2003) dan Sihite (2012).
METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Jenis peneltian ini bersifat deskriptif kuantitatif, yaitu penggambaran tentang objek penelitian yang dilihat dari sumber atau informasi keuangan berupa, laporan biaya produksi PT. Celebes Minapratama dan informasi mengenai gambaran umum perusahaan. Penelitian ini merupakan penelitian Komparatif. Dimana dalam penelitian ini ingin membandingkan nilai harga pokok produksi yang paling efisien menggunakan metode perhitungan full costing atau menggunakan metode perhitungan variable costing.
142
Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan diperusahaan manufaktur pengolahan ikan kemasan yaitu PT. Celebes Minapratama yang terletak di kota bitung provinsi sulawesi utara. Waktu penelitian dilaksanakan pada hari/tanggal, kamis 11 april tahun 2013. Dengan menggunakan analisa berdasarkan metode analisis data deskriptif dengan mengumpulkan data-data sesuai dengan sebenarnya kemudian data tersebut disusun, diolah dan dianalisis untuk dapat memberikan gambaran mengenai masalah yang ada. Penelitian dengan metode analisis deskriptif ini mengukur antara toeri pendukung dengan hasil senyatanya yang ada dalam perusahaan. Dalam hal ini yang berkaitan dengan harga pokok produksi pengolahan ikan di PT. Celebes Minapratama Bitung. Populasi dan Sampel Populasi adalah semua nilai baik hasil perhitugan maupun pengukuran, baik kuantitatif maupun kualitatif, dari pada karakteristik tertentu mengenai sekelompok obyek yang lengkap dan jelas. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah laporan biaya produksi PT. Celebes Minapratama Bitung. Sampel adalah suatu himpunan bagian (subset) dari unit populasi. Adapun sampel dalam yang digunakan adalah laporan biaya produksi PT Celebes Minapratama Bitung di tahun 2011. Metode Pengumpulan Data Metode penelitian dengan cara mengumpulkan data-data sesuai dengan yang sebenarnya kemudian data-data tersebut disusun, diolah dan dianalisis untuk dapat memberikan gambaran mengenai masalah yang ada. Metode Analisis Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif karena penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan perbandingan nilai harga pokok produksi apabila menggunakan metode full costing dan variable costing serta melihat manakah di antara kedua metode tersebut yang paling efektif digunakan. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Perusahaan PT. Celebes Minapratama merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dibidang perikanan (pengolahan ikan kayu/arahon bushi atau dalam bahasa inggrisnya dried smoke fish) yang terdapat di bitung, Sulawesi utara. Sejarah berdirinya adalah sebagai berikut: pada akhir tahun 1999, bapak Albert O. Worang yang pada saat itu menjabat direktur utama PT. Manado Mina Citrataruna melihat bahwa pengolahan ikan kayu sangat laris dipasarkan bahkan niat pembeli khususnya dari jepang sangat banyak. Dengan melihat peluang yang sangat besar ini, muncul ide untuk melakukan pengembangan usaha pada bidang pengolahan ikan kayu sekalipun keadaan perekonomian pada waktu itu tidak begitu menguntungkan bagi eksportir, bahkan persaingan semakin ketat. Tetapi karena keinginan yang sangat besar untuk melakukan perluasan usaha, maka pada akhir tahun 1999, bapak Albert O. Worang menyerahkan jabatannya sebagai direktur utama PT. Manado mina Citrataruna dan langsung mendirikan perusahaan yang beru bersama-sama dengan bapak Kornelius Kilapong, bapak Jefry Pangkerego (keduanya eks staf PT, Manado mina Citrataruna) dan ibu Rine Kaunang. Pendirian perusahaan ini berdasarkan akte notaris nomor 76 tanggal 24 oktober 2000.
143
Hasil Penelitian Hasil Produksi PT. Celebes Minapratama merupakan industri pengolah ikan (arabushi), hasil produksinya diekspor ke jepang. Kapasitas produksi sekitar 30 ton per hari. Perusahaan ini selama sebulan bekerja selama 22 hari. Informasi Biaya Biaya produksi merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku yaitu ikan segar menjadi produk jadi berupa ikan olahan yang telah dikemas dan siap untuk dijual. Pada umumnya biaya produksi dibedakan menjadi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik. Biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung disebut biaya utama, sedangkan biaya tenaga kerja tidak langsung dan biaya overhead pabrik disebut biaya konversi. Pada PT. Celebes Minapratama Bitung, biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik digolongkan sebagai biaya produksi.Perhitungan harga pokok produksi ikan olahan yang telah dilakukan perusahaan selama ini menggunakan metode full costing. Dimana biaya-biaya yang diperhitungkan dlam penetapan harga pokok produksi meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung da biaya overhead pabrik. Perhitungan biaya-biaya produksi terlampir pada tabel 2 dibawah ini: 1. Biaya bahan Tabel 2. Biaya Bahan Keterangan
Total
Persediaan awal
Rp
1,514,477,371 Sumbe
Masuk/pembelian
Rp
29,787,858,720
Persediaan yang tersedia untuk dipakai
Rp
31,302,336,091
Persediaan Akhir Harga pokok bahan yang dipakai
Rp Rp
1,152,980,663 30,149,355,428
Sumber: PT. Celebes Minapratama Bitung (2011)
Berdasarkan perhitungan biaya bahan maka jumlah biaya bahan yang digunakan untuk untuk produksi untuk di ahun 2011 adalah Rp. 30,149,355,428 2. Biaya Tenaga Kerja Langsung biaya tenaga kerja langsung merupakan biaya yang dikeluarkan untuk membayar upah, thr, pesangon, tunjangan kesehatan dan pajak penghasilan. Berikut ini akan dilampirkan pada tebel 3 di bawah ini: Tabel 3. Biaya Tenaga Kerja Langsung Keterangan Total Upah Rp 2,210,089,330 THR Rp 106,325,001 Pesangon Rp 330,892,500 Jamsostek perusahaan Rp 123,834,109 Jamsostek pribadi Rp 23,830,700 pph 21 Rp 18,856,431 JUMLAH Rp 2,813,828,071 Sumber: PT. Celebes Sumber Minapratama Bitung (2011)
144
Berdasarkan perhitungan maka jumlah biaya tenaga kerja langsung sesuai yang dikategorikan oleh perusahaan sebanyak Rp. 2,813,828,071 1. Biaya Overhead Pabrik PT. Celebes Minapratama Bitung membebankan biaya overhead pada produk berdasarkan biaya yang sesungguhnya terjadi, baik biaya yang terjadi di pabrik maupun kantor. Berikut akan dilampirkan pada tabel 4 dibawah ini: Tabel 4. Biaya Overhead Pabrik Keterangan Solar Kayu Bakar Dos Packing Plastik produk 26% Kawat loket Oxygen absorber Tenaga kerja tak langsung Listrik Bengkel/Reparasi Penyusutan bangunan pabrik Penyusutan rehab bangunan pabrik Penyusutan mesin produksi penyusutan gudang kayu PBB Pabrik (bangunan) pph BBM Sanksi Adm pph pasal 23 Penyusutan bangunan slice & fish meal Penyusutan Rehab bangunan slice meal Asuransi Penyusutan rehab gudang kayu Ekspedisi Kontainer export Perlengkapan/Peralatan produksi Bahan bakar/bhn Pembantu Biaya lain-lain JUMLAH Sumber: PT. Celebes Minapratama Bitung (2011)
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
Total 1,594,548,724 629,133,703 244,343,033 11,092,200 9,000,000 75,944,550 521,115,186 275,898,380 37,125,500 23,303,100 24,563,270 480,197,230 4,405,804 7,232,200 4,620,750 51,659,815 258,000 98,100,125 5,063,035 8,597,717 1,863,350 281,061,365 1,699,444,710 259,885,259 329,529,555 10,048,000 6,688,034,561
Berdasarkan laporan biaya produksi PT. Celebes Minapratama Bitung yang sudah dihitung dengan jumlah ikan olahan yang dihasilkan, maka dapat dihitung harga pokok produksi ikan olahan di tahun 2011 dengan metode perusahaan yaitu metode full costing adalah sebagai berikut. Biaya bahan Biaya tenaga kerja langsung Biaya overhead pabrik Total harga pokok produksi
Rp Rp Rp Rp
30,149,355,428 2,813,828,071 6,688,034,561 39,651,218,060
Total produksi Harga pokok produksi per unit
Rp
900,000 44,057
145
Berdasarkan perhitungan diatas diperoleh harga pokok produksi untuk setiap kilogram ikan olahan adalah Rp. 44,057. Pembahasan Mulyadi (2012: 121) mengungkapkan full costing dan variable costing sesungguhnya merupakan metode penentuan harga pokok produksi. Perbedaan pokok yang ada di antara kedua metode tersebut adalah terletak pada perlakuan terhadap biaya produksi yang berperilaku tetap. Adanya perbedaan perlakuan terhadap biaya produksi tetap ini akan mempunyai akibat pada perhitungan harga pokok produksi dan penyajian laporan laba rugi. Perhitungan harga pokok produksi dengan menggunakan metode perusahaan yaitu full costing belum dapat dikatakan akurat dalam menghitung harga pokok produksi dikarenkan dalam metode yang dipakai perusahaan dihitung undur biaya yang bersifat tetap dan variabel. Dan dalam pembahasan nantinya penulis akan menghitung unsur-unsur biaya produksi berdasarkan metode variable costing, dimana tidak semua unsur-unsur biaya produksi yang dimasukkan akan menjadi hasil dari perhitungan harga pokok produksi tetapi hanya unsur biaya produksi yang bersifat variabel saja yang akan digunakan sebagai dasar pembentukan harga pokok produksi. 1. Biaya Bahan Untuk menghitung biaya bahan atau harga pokok bahan adalah sebagai berikut. Persediaan awal
Rp
1,514,477,371
Masuk/pembelian
Rp
29,787,858,720
Persediaan yang tersedia untuk dipakai
Rp
31,302,336,091
Persediaan Akhir
Rp
1,152,980,663
Harga pokok bahan yang dipakai
Rp
30,149,355,428
2. Biaya Tenaga Kerja Dari pengelompokkan biaya khususnya untuk tenaga kerja langsung maka yang akan dihitung nantinya biaya upah langsung di tahun 2011 yaitu sebesar Rp. 2,813.828,071 3. Biaya overhead pabrik PT. Celebes Minapratama bitung membebankan biaya overhead pada produk berdasarkan biaya yang sesungguhnya terjadi, baik biaya yang terjadi dipabrik maupun kantor. Namun penelitian ini akan mengalokasikan biaya overhead pabrik ke produk yang memiliki biaya overhead variabel, dikarenakan biaya overhead variabel dialokasikan berdasarkan satuan unit produksi melihat karena perushaan memproduksi satu jenis produk saja.
146
Tabel 5. Biaya Overhead Pabrik Keterangan Solar Kayu Bakar Dos Packing Plastik produk 26% Kawat loket Oxygen absorber Tenaga kerja tak langsung Listrik Bengkel/Reparasi Penyusutan bangunan pabrik Penyusutan rehab bangunan pabrik Penyusutan mesin produksi penyusutan gudang kayu PBB Pabrik (bangunan) pph BBM Sanksi Adm pph pasal 23 Penyusutan bangunan slice & fish meal Penyusutan Rehab bangunan slice meal Asuransi Penyusutan rehab gudang kayu Ekspedisi Kontainer export Perlengkapan/Peralatan produksi Bahan bakar/bhn Pembantu Biaya lain-lain Jumlah
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
Tetap 128,840.00 16,297.00 6,967.00 7,800.00 5,450.00 15,186 1,620.00 24,500.00 23,303,100.00 24,563,270.00 480,197,230.00 4,405,804.00 7,232,200.00 4,620,750.00 51,659,815.00 258,000.00 98,100,125.00 5,063,035.00 8,597,717.00 1,863,350.00 281,061,365.00 1,699,444,710.00 14,983.00 32,529,555.00 10,048,000.00 2,733,169,669.00
Variabel Rp 1,594,677,564.00 Rp 629,150,000.00 Rp 244,350,000.00 Rp 11,100,000.00 Rp 9,000,000.00 Rp 75,950,000.00 Rp 521,100,000.00 Rp 275,900,000.00 Rp 37,150,000.00 Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp 259,900,000.00 Rp Rp Rp 3,658,277,564.00
Total Rp 1,594,806,404.00 Rp 629,166,297.00 Rp 244,356,967.00 Rp 11,107,800.00 Rp 9,000,000.00 Rp 75,955,450.00 Rp 521,115,186.00 Rp 275,901,620.00 Rp 37,174,500.00 Rp 23,303,100.00 Rp 24,563,270.00 Rp 480,197,230.00 Rp 4,405,804.00 Rp 7,232,200.00 Rp 4,620,750.00 Rp 51,659,815.00 Rp 258,000.00 Rp 98,100,125.00 Rp 5,063,035.00 Rp 8,597,717.00 Rp 1,863,350.00 Rp 281,061,365.00 Rp 1,699,444,710.00 Rp 259,914,983.00 Rp 32,529,555.00 Rp 10,048,000.00 Rp 6,391,447,233.00
Sumber: Data diolah tahun 2013
Berdasarkan hasil perhitungan di atas, maka dapat dihitung harga pokok produksi PT. Celebes Minapratama berdasarkan metode variable costing seperti yang terdapat di bawah ini. Biaya bahan
Rp
30,149,355,428.00
Biaya tenaga kerja langsung
Rp
2,813,828,071.00
Biaya overhead pabrik variabel
Rp
3,658,277,564.00
Total harga pokok produksi
Rp
36,621,461,063.00
Total produksi (unit) Harga pokok produksi (Unit)
900,000.00 Rp
40,690.51
Berdasarkan perhitungan harga pokok produksi di atas maka di dapat hasil perbandingan harga pokok produksi per unit antara yang diperoleh dari PT. Celebes Minapratama dengan hasil pembahasan. Perbandingan dapat dilihat sebagai berikut.
147
Tabel 6. Perbandingan Harga Pokok Produksi Keterangan Hasil yang diperoleh
Metode Perushaan (Full Costing)
Metode Variable Costing
Rp
Rp
40,690.51
Rp
3,366.49
Selisih Sumber: Data diolah tahun 2013
44,057.00
Berdasarkan table 6 dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan antara metode yang digunakan perusahaan dengan metode yang dipakai peneliti yaitu metode variable costing. Perhitungan dengan menggunakan metode perusahaan (full costing) menghasilkan harga pokok yang lebih besar, sedangkan metode variable costing menghasilkan harga pokok produksi yang lebih kecil dikarenakan variable costing menelusuri biaya-biaya yang berkaitan langsung dengan proses produksi yang sifatnya variabel atau berubah seiring dengan perubahan volume kegiatan produksi. Perhitungan dengan metode variable costing akan berguna bagi perusahaan untuk melakukan efisiensi sumber daya yang digunakan dalam kegiatan produksi di PT. Celebes Minapratama dan untuk penetapan harga jual sesuai dengan keuntungan yang diharapkan perusahaan. PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada PT. Celebes Minaprtama Bitung mengenai analisis perhitungan biaya produksi dengan menggunakan metode perusahaan yang dapat disimpulkan sebagai berikut. 1. Perbedaan antara full costing dan variable costing. Full costing merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang memperhitung akan semua unsu biaya produksi kedalam harga pokok produksi yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik baik yang berperilaku tetap maupun yang berperilaku variabel. Sedangkan variable costing meruapakan metode penentuan harga pokok produksi yang hanya memperhitungkan biaya produksi yang berperilaku variable kedalam harga pokok produksi yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik variabel. 2. Perhitungan biaya pada perusahaan masih belum memadai karena belum dibuatnya laporan perhitungan biaya produksi untuk metode variable costing. 3. Perusahaan dalam menghitung biaya produksinya menggunakan system biaya sesungguhnya dan bukan system biaya standar, sehingga perusahaan tidak dapat mengadakan analisa biaya variable dalam hal pengawasan biaya untuk dapat menilai efisiensi serta penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dalam proses produksi. 4. Perusahaan mengalami kesulitan dalam memisahkan unsur-unsur biaya tetap dan biaya variable dari biaya yang tergolong semi-variabel. Hal ini tentunya menyulitkan perusahaan dalam mencari hubungan antara biaya-biaya tersebut. Saran Agar PT. Celebes Minapratama Bitung dalam menentukan harga pokok produksinya dapat lebih tepat dan lebih teliti maka penulis memberikan saran sebagai berikut. 1. Perusahaan sebaiknya memakai metode variable costing dalam menghitung harga pokok produksi, karena metode variable costing memperhitungkan biaya-biaya yang langsung berkaitan dengan produk yang di produksi, sedangkan metode full costing menghitung biaya overhead variable dan biaya overhead tetap 148
2. Perusahaan hendaknya dapat menentukan harga pokok produksi yang lebih ekonomis dengan melakukan kegiatan produksi secara lebih optimal, sehingga harga jual yang dicapai perusahaan bisa bersaing dengan perusahaan lain yang memproduksi produk sejenis di pasaran.
DAFTAR PUSTAKA Bustami., Bastian., Nurlela., 2006. Akuntansi Biaya, Teori dan Aplikasi, Edisi Pertama. Graha Ilmiah. Yogyakarta. Hongren. 2008. Akuntansi Biaya: Penekanan Manajerial. Jilid 1. PT. INDEKS. Jakarta. Sihite, Lundur Bontor 2012. Analisis Penentuan Harga Pokok Produksi pada Perusahaan Garam Beryodium Studi pada UD. Empat Mutiara. Jurnal (Volume 1, Nomor 1). Universitas Sumatera Utara. Medan. http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/accounting/issue/view/3. (10 desember 2012). Marbun,B.N. 2003. Kamus Manajemen, Cetakan I. Pusaka Sinar Harapan. Jakarta. Mulyadi. 2007. Sistem Akuntansi. Salemba Empat. Jakarta. Mulyadi. 2009. Akuntansi Biaya. Aditya Media. Yogyakarta. Mulyadi. 2012. Akuntansi Biaya. Unit penerbit dan percetakan Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN. Yogyakarta. Reeve. 2009. Pengantar Akuntansi: Adaptasi Indonesia. Buku 1. Salemba Empat: Jakarta Sihombing, Posma. 2003. Penerapan Metode Variable Costing dalam Perhitungan Harga Pokok Produksi pada PT. Mututama Agung Lestari Medan. Skripsi (karya ilmiah) Universitas Negeri Medan. Medan. www.tuugo.net/Companies/mututama-agung-lestari-pt/0160001044786 (10 desember 2012). Supriyono, R. A. 2011. Akuntansi Biaya. BPFE. Yogyakarta.
149
PENERAPAN AKUNTANSI PERPAJAKAN ATAS KEPEMILIKAN AKTIVA KENDARAAN DENGAN METODE SEWA PEMBIAYAAN PADA CV. KARYA WENANG Stephany Florence Claudia Grace Mogi Nangoi Heince Wokas Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Akuntansi Universitas Sam Ratulangi Manado Email :
[email protected] ABSTRAK Untuk mendanai aktivitas bisnisnya terutama untuk pengadaan barang modal, perusahaan memiliki alternatif pembiayaan yang bersumber dari dalam perusahaan dan pembiayaan yang bersumber dari luar perusahaan. Pembiayaan yang bersumber dari dalam perusahaan, diantaranya adalah modal saham, penerbitan obligasi, dan laba ditahan. Sementara itu pembiayaan yang bersumber dari luar perusahaan, diantaranya adalah pinjaman bank dan sewa guna usaha (leasing). Bagi perusahaan yang tidak mempunyai cukup modal, alternatif yang sering digunakan adalah pembiayaan dari luar perusahaan yaitu sewa pembiayaan (capital lease). Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan akuntansi perpajakan atas kepemilikan aktiva kendaraan dengan metode sewa pembiayaan (capital lease) pada CV. Karya Wenang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif. Hasil penelitian pada CV. Karya Wenang yaitu CV Karya Wenang belum sepenuhnya menerapkan akuntansi perpajakan atas transaksi sewa pembiayaan yang dilakukan. Seperti dalam hal penyusutan, perusahaan masih menerapkan akuntansi komersial. Kata Kunci : sewa pembiayaan, aktiva tetap, akuntansi komersial, akuntansi pajak ABSTRACT To fund the business activities especially for the procurement of capital goods, the company has alternative sources of financing in the corporate and finance s ourced from outside the company. Funding is sourced from within the company including the capital stock, issuance of bonds, and retained earnings. While the funding is sourced from outside the company such as bank loans and leasing. For companies that not have enough capital, the alternative is often used outside financing companies that finance leases/capital lease. The purpose of this study is to investigate the application of accounting taxation on the ownership of assets by the method of vehicle financing lease ( capital lease ) on the CV. Karya Wenang. The method used in this research is descriptive method. The results of the study on the CV. Karya Wenang is the CV Karya Wenang not fully implement the accounting taxation of finance lease transactions that do. As in the case of depreciation, the company still apply to commercial accounting Keywords: capital lease, fixed asset, commercial accounting, tax accounting
150
PENDAHULUAN Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman, dunia bisnis pun menjadi semakin marak. Namun bagaimanapun keadaan perekonomian yang ada, setiap usaha tentunya berkeinginan untuk tetap mempertahankan kelangsungan hidupnya. Oleh karena itu, untuk mendanai aktivitas bisnisnya terutama untuk pengadaan barang modal seperti mesin dan kendaraan operasional, maka perusahaan memiliki alternatif pembiayaan yang bersumber dari dalam (internal) perusahaan seperti laba ditahan dan penerbitan obligasi dan pembiayaan yang bersumber dari luar (eksternal) perusahaan seperti pinjaman bank dan sewa guna usaha. Bagi perusahaan yang tidak mempunyai cukup modal, alternatif yang dipilih adalah pembiayaan dari luar perusahaan. Sekarang ini salah satu jenis pembiayaan barang modal yang mulai banyak digunakan perusahaan di Indonesia selain pinjaman dari bank adalah pembiayaan sewa guna usaha (Azhari, 2007:1). Sewa guna usaha adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal oleh lessor (pemiliki barang modal) yang kemudian disewagunausahakan kepada lessee (penyewa) untuk digunakan selama jangka waktu tertentu dan sebagai imbalan lessee harus membayar secara berkala sejumlah yang telah ditetapkan pada awal transaksi, kemudian pada akhir masa sewa lessee bisa memiliki hak opsi untuk membeli barang modal tersebut. Sewa guna usaha (leasing) dibedakan menjadi 2 (dua) jenis yaitu sewa guna usaha dengan hak opsi atau disebut dengan sewa pembiayaan (capital lease) dan sewa guna usaha tanpa hak opsi (operating lease). Sewa pembiayaan (capital lease) yaitu apabila dalam transaksi perusahaan lessor bertindak sebagai pihak yang membiayai barang modal dimana lessee akan membayar secara berkala sejumlah yang telah disepakati bersama kepada lessor sebagai imbalan dan di akhir masa sewa terdapat hak opsi bagi lessee. Hak opsi adalah hak lessee untuk membeli barang modal yang disewagunausahakan atau memperpanjang jangka waktu perjanjian sewa guna usaha pada akhir masa sewa. Sedangkan sewa guna usaha tanpa hak opsi (operating lease) yaitu apabila dalam transaksi lessor membeli barang modal langsung dari pemasok (supplier) dan kemudian menyewa guna usahakannya kepada lessee namun lessee tidak mempunyai hak opsi untuk membeli atau memperpanjang transaksi sewa guna usaha tersebut pada akhir masa sewa. Pada setiap akhir periode, perusahaan akan membuat laporan keuangan di mana dalam membuat laporan keuangan tersebut transaksi sewa guna usaha diperlakukan dan dicatat sebagai aktiva tetap dan kewajiban pada awal masa sewa guna usaha sebesar nilai tunai dari seluruh pembayaran sewa guna usaha ditambah nilai sisa (harga opsi) yang harus dibayar oleh penyewa guna usaha pada akhir masa sewa guna usaha. Perlakuan tersebut adalah perlakuan yang terjadi pada akuntansi komersial, sementara itu akuntansi pajak memiliki perlakuan yang berbeda dari perlakuan akuntansi komersial. Perbedaan tersebut dikarenakan adanya aturan-aturan dan ketentuan-ketentuan perpajakan yang mengaturnya. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan akuntansi perpajakan atas kepemilikan aktiva kendaraan dengan metode sewa pembiayaan pada CV. Karya Wenang. TINJAUAN PUSTAKA Konsep Akuntansi Akuntansi merupakan sebuah system yang mengumpulkan dan memproses (menganalisis, menghitung, dan mencatat) informasi keuangan mengenai sebuah organisasi dan melaporkan informasi tersebut kepada pengambil keputusan (Libby, dkk. Terjemahan oleh Seputro. 2007:4). Rudianto (2009:4) mengemukakan bahwa akuntansi adalah sebuah system informasi yang menghasilkan informasi keuangan kepada pihak-pihak yang berkepentingan mengenai aktivitas ekonomi dan kondisi suatu perusahaan. Akuntansi Keuangan
Financial accounting provides information for decision makers outside the entity, such as investors, creditors, government agencies, and the public (Harrison, et al. 2010:4). Akuntansi Manajemen
Managerial accounting focuses on information for internal decision makers, such as the company’s managers (Horngren, et al. 2012:2). 151
Konsep Pajak Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Perubahan Ketiga Atas UndangUndang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan mengemukakan bahwa pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Laporan Keuangan Laporan keuangan komersial adalah bagian dari proses pelaporan keuangan lengkap yang biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan yang dapat disajikan dalam berbagai cara seperti, sebagai laporan arus kas, atau laporan arus dana, catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Sementara itu, laporan keuangan fiskal adalah laporan
keuangan yang disusun sesuai peraturan perpajakan dan digunakan untuk keperluan penghitugan pajak (Suandy, 2008:81). Konsep Akuntansi Pajak Akuntansi perpajakan adalah suatu proses pencatatan, penggolongan dan pengikhtisaran suatu transaksi keuangan kaitannya dengan kewajiban perpajakan dan diakhiri dengan pembuatan laporan keuangan fiskal sesuai dengan ketentuan dan peraturan perpajakan yang terkait sebagai dasar pembuatan Surat Pemberitahuan Tahunan (Supriyanto, 2011:2-3). Konsep Aktiva Tetap IAI yang dikutip oleh Suandy (2008:34) aset tetap adalah aset berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dibangun lebih dulu, yang digunakan dalam operasi perusahaan, tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun. Penyusutan Aktiva Tetap Penyusutan menurut akuntansi komersial dapat dilakukan dengan berbagai metode yang dapat dikelompokkan menurut kriteria berikut : 1. Berdasarkan waktu : a. Metode garis lurus (straight line method) b. Metode pembebanan yang menurun : i. Metode jumlah angka tahun (sum of the year digit method) ii. Metode saldo menurun/saldo menurun ganda (declining/double declining balance method) 2. Berdasarkan penggunaan a. Metode jam jasa (service hours method) b. Metode jumlah unit produksi (productive output method) 3. Berdasarkan kriteria lainnya a. Metode berdasarkan jenis dan kelompok (group and composite method); b. Metode anuitas (annuity method) c. Sistem persediaan (inventory system) Sementara itu metode penyusutan menurut peraturan perpajakan yang diatur Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Perubahan Keempat Atas Undang -Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan adalah: 1. Metode garis lurus atau straight line method 2. Metode saldo menurun atau declining balance method Penyusutan untuk harta berwujud berupa bangunan hanya dapat dilakukan dengan metode garis lurus. Sementara untuk harta berwujud selain bangunan (seperti mesin dan kendaraan) dapat disusutkan dengan metode garis lurus atau metode saldo menurun. Sewa Guna Usaha (Leasing) Sewa guna usaha adalah perjanjian antara perusahaan sewa guna usaha/yang menyewakan (lessor) dan penyewa guna usaha/yang menyewa (lessee), untuk menyewagunausahakan suatu jenis barang modal tertentu 152
yang dipilih atau ditentukan oleh penyewa guna usaha (Sugiono, 2009:179). Sewa guna usaha dibedakan menjadi sewa guna usaha dengan hak opsi (sewa pembiayaan) dan sewa guna usaha tanpa hak opsi. Sewa guna usaha dengan hak opsi/sewa pembiayaan (capital lease) adalah sewa guna usaha di mana penyewa (lessee) pada akhir masa kontrak mempunyai hak opsi untuk membeli objek sewa guna usaha berdasarkan nilai sisa yang disepakati sedangkan sewa guna usaha tanpa hak opsi (operating lease) adalah sewa guna usaha di mana penyewa (lessee) pada akhir masa kontrak tidak mempunyai hak opsi untuk membeli objek sewa guna usaha tersebut (Suandy, 2008:49). Penelitian Terdahulu Tabel Penelitian Terdahulu No
Nama Penelitia n/ Tahun
Judul
Tujuan
Metode Penelitian
1.
Hadiyan to Azhari (2007)
Penerapan Akuntansi Pajak Atas Kepemilik an Aktiva Kendaraan Dengan Metode Capital Lease Pada PT.Iglas Sebagai Lessee
Untuk Deskriptif mengetahui dan menerapkan perlakuan akuntansi perpajakan yang tepat atas transaksi sewa guna usaha dengan hak opsi (capital lease) pada PT. Iglas
2.
Aryanti Setiawa n (2012)
Penerapan Akuntansi Pajak Atas Aktiva Kendaraan Dengan Metode Capital Lease Pada PT. Kedaung Indah Can
untuk Deskriptif mengetahui dan menerapan perlakuan akuntansi perpajakan yang tepat atas transaksi sewa guna usaha dengan hak opsi (capital lease) pada PT. Kedaung Indah Can
Hasil Penelitian
Perlakuan Akuntansi Sewa Guna Usaha atas kendaraan dinas selama tahun 20002004 di PT.IGLAS (Persero) hanya dari sisi akuntansi komersial saja, sedangkan dari sisi fiskal belum diterapkan. Jumlah angsuran selama masa sewa guna usaha telah memenuhi semua kriteria yang dipersyaratk an oleh ketentuan pajak sehingga dapat dikategorika n sebagai transaksi capital lease
Persamaan
Perbedaan
Peneliti sebelumnya melakukan penelitian terhadap faktor yang sama yaitu perlakuan akuntansi atas kepemilikan aktiva kendaraan dengan metode capital lease dan menggunakan metode penelitian yang sama
Objek penelitian sebelumnya adalah perusahaan yang bergerak di bidang pengolahan gelas kemasan sedangkan objek penelitian penulis adalah CV. Karya Wenang yang bergerak dalam bidang advertising dan printing Perbedaan dengan penelitian sebelumnya terletak pada objek penelitian yang berbeda. Peneliti sebelumnya melakukan penelitian pada PT. Kedaung Indah Can sedangkan penulis meneliti pada CV. Karya Wenang
Peneliti sebelumnya melakukan penelitian terhadap faktor yang sama yaitu perlakuan akuntansi atas kepemilikan aktiva kendaraan dengan metode capital lease dan menggunakan metode penelitian yang sama.
153
METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, dimana penelitian ini berdasarkan pada data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari objek yang diamati. Dengan tujuan untuk memahami suatu fenomena dalam konteks sosial secara alamiah dengan mengedepankan proses interaksi komunikasi antara peneliti dengan fenomena yang diteliti. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di CV. Karya Wenang yang berlokasi di Jln. Arnold Mononutu No. 5, Kelurahan Wanea, Kecamatan Wanea, Kota Manado. Penelitian dilakukan dari bulan Oktober sampai November 2013. Prosedur Penelitian Prosedur penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Identifikasi masalah 2. Menentukan tujuan penelitian 3. Tinjauan pustaka 4. Penelitian lapangan 5. Analisis data 6. Kesimpulan Metode Pengumpulan Data
Jenis Data Data kuantitatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan CV. Karya Wenang tahun 2007-2012. Sedangkan data kualitatif yang digunakan adalah informasi yang diperoleh dari hasil wawancara kepada pimpinan dan pegawai yang bekerja di objek penelitian, yakni CV. Karya Wenang. Sumber Data
Data primer yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dengan cara tanya jawab (wawancara) secara langsung dengan pihak CV. Karya Wenang. Sedangkan data sekunder yang digunakan berupa laporan keuangan perusahaan yang didapat dari internal perusahaan. Teknik Pengumpulan Data Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: 1. Interview (wawancara), yakni melakukan tanya-jawab dengan pihak-pihak yang terkait, dalam
hal ini adalah bagian akuntansi dan pajak. Wawancara dilakukan untuk mengetahui kebijakan akuntansi perusahaan. 2. Dokumentasi (mengumpulkan data), yaitu dengan cara mengumpulkan dan memeriksa secara langsung data-data yang diperoleh di perusahaan. Metode Analisis Adapun langkah-langkah yang digunakan dalam analisis data adalah sebagai berikut : 1. Menguraikan transaksi sewa guna usaha yang terjadi di CV. Karya Wenang. 2. Menghitung penyusutan berdasarkan kebijakan akuntansi perusahaan. 3. Menganalisis transaksi sesuai dengan ketentuan perpajakan. 4. Menghitung biaya angsuran yang mengurangi laba perusahaan 5. Menghitung penyusutan sesuai ketentuan perpajakan
154
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Perusahaan CV. Karya Wenang merupakan usaha yang bergerak dalam bidang advertising dan digital printing. Bertempat di Jl. Arnold Mononutu No. 5 Manado. Perusahaan ini dirintis seorang pengusaha bernama Nova Kaunang sejak tahun 1997 hingga sekarang ini. Perusahaan ini bergerak dalam bidang penyedia jasa advertising dan printing. Untuk menjaga kelangsungan hidup perusahaan, maka perusahaan selalu menggunakan
perlengkapan dan peralatan yang lebih modern dan lebih canggih dari hari ke hari untuk digunakan dalam proses produksi agar perusahaan dapat menghasilkan produk yang berkualitas. Tak hanya dari sisi peralatan dan bahan baku produksi, sumber daya manusia pun selalu ditingkatkan demi meningkatkan kualitas serta kepuasan para klien. CV. Karya Wenang memiliki komitmen "Menjamin Kepuasan Klien”. Adapun bidang pekerjaan CV. Karya Wenang meliputi bidang advertising yang melayani pembuatan dan pemasangan neon box, pembuatan dan pemasangan billboard, Wallpainting, floorpainting dan airbrush, pembuatan dan pemasangan letter timbul, pembuatan dan pemasangan neonsign, pembuatan dan pemasangan panel press, pembuatan dan pemasangan alcupan, pembuatan dan pemasangan bando jalan, pembuatan dan pemasangan baliho, spanduk, dan umbul-umbul dan memberikan jasa percetakan gambar dengan hight resolution dengan keakuratan warna yang kuat di dukung oleh Sumber Daya Manusia yang berkompeten dan terampil. Hasil Penelitian Transaksi Sewa Pembiayaan CV. Karya Wenang 1. Satu unit Izuzu Panther. Transaksi dilakukan pada bulan Januari 2007 dengan jangka waktu perjanjian selama 4 tahun. Kendaraan tersebut digunakan untuk menunjang kegiatan operasional perusahaan. Harga Barang : Rp. 182.000.000,Jaminan 20% : Rp. 36.400.000,Bunga 4 tahun @7.5% : Rp. 23.381.510,Angsuran per bulan : Rp. 3.520.448,12,Keterangan: jaminan akan dikompensasikan sebagai nilai opsi pada akhir masa sewa jika lessee ingin menggunakan hak opsi untuk membeli kendaraan tersebut 2. Satu unit Nissan Navara. Transaksi dilakukan pada bulan Agustus 2008 dengan jangka waktu perjanjian selama 4 tahun. Kendaraan tersebut digunakan oleh pemilik perusahaan untuk kepentingan perusahaan. Harga Barang : Rp. 270.000.000,Jaminan 30% : Rp 81.000.000,Bunga 4 tahun @10% : Rp. 41.089.357,Angsuran per bulan : Rp. 4.793.528,27,Keterangan: jaminan akan dikompensasikan sebagai nilai opsi pada akhir masa sewa jika lessee ingin menggunakan hak opsi untuk membeli kendaraan tersebut. Penyusutan Aktiva Sewa Pembiayaan Menurut Kebijakan CV. Karya Wenang
Menurut akuntansi komersial, lessee boleh melakukan penyusutan sejak perjanjian sewa guna usaha ditandatangani dengan dasar penyusutan adalah nilai perolehan aktiva. Berdasarkan ketentuan tersebut, CV. Karya Wenang melakukan penyusutan atas aktiva tetap berdasarkan nilai perolehan barang dan dimulai sejak diperolehnya barang tersebut. Penyusutan dilakukan dengan metode garis lurus dan umur ekonomis (8) delapan tahun. Berikut adalah penyusutan yang dilakukan oleh perusahaan:
155
Tabel Penyusutan Menururt Kebijakan Perusahaan Tahun 2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
Penyusutan Atas Satu Unit Isuzu Panther 182.000.000 11 X 8 12 = Rp. 20.854.166,67 182.000.000 8 = Rp. 22.750.000 182.000.000 8 = Rp. 22.750.000 182.000.000 8 = Rp. 22.750.000 182.000.000 8 = Rp. 22.750.000 182.000.000 8 = Rp. 22.750.000 182.000.000 8 = Rp. 22.750.000 182.000.000 8 = Rp. 22.750.000 182.000.000 1 X 8 12 = Rp. 1.895.833,33
Penyusutan Atas Satu Unit Nissan Navara
270.000.000 4 X 8 12 = Rp 11.250.000 270.000.000 8 = Rp 33.750.000 270.000.000 8 = Rp. 33.750.000 270.000.000 8 = Rp. 33.750.000 270.000.000 8 = Rp. 33 750 000 270.000.000 8 = Rp. 33.750.000 270.000.000 8 = Rp. 33.750.000 270.000.000 8 = Rp. 33.750.000 270000000 8 X 8 12 = Rp. 22.500.000
Pelaksanaan Opsi Dalam transaksi sewa guna usaha yang dilakukan CV. Karya Wenang, pihak perusahaan (bertindak sebagai lessee) melakukan opsi pembelian atas aktiva sewa guna usahanya yaitu 1 (satu) unit Isuzu Panther pada bulan Februari 2011 sebesar nilai jaminan yang dikompensasikan sebagai nilai opsi yaitu Rp. 36.400.000,- dan 1 (satu) unit Nissan Navara pada bulan September 2012 sebesar nilai jaminan yang dikompensasikan sebagai nilai opsi yaitu Rp.81.000.000,-.
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan No. 1169/KMK.01/1991, CV. Karya Wenang diperkenankan untuk melakukan penyusutan atas aktiva kendaraan setelah dilakukan hak opsi untuk membeli aktiva kendaraan tersebut. Penyusutan dilakukan berdasarkan nilai opsi aktiva (dalam hal ini adalah kendaraan) yang bersangkutan dengan umur ekonomis 8 (delapan) tahun untuk golongan II dan menggunakan metode garis lurus. Penyusutan tersebut penulis gambarkan dalam tabel di bawah ini:
156
Tabel Penyusutan Menurut Ketentuan Perpajakan Tahun 2011
Penyusutan Atas Satu Unit Isuzu Panther 36400000
Penyusutan Atas Satu Unit Nissan Navara 11
8
X
12
4170833.333 2012
36400000
81000000
8
8
X
12
4550000 2103
3375000
36400000
81000000
8
8 4550000
2014
10125000
36400000
81000000
8
8 4550000
2015
10125000
36400000
81000000
8
8 4550000
2016
10125000
36400000
81000000
8
8 4550000
2017
10125000
36400000
81000000
8
8 4550000
2018
2019
81000000
8
8
182000000 8
10125000
36400000 4550000 1 X 12
10125000 81000000 8
= Rp. 1.895.833,33
2020
4
10125000 81000000 8
X
8 12
6750000
Pembahasan Perbedaan perlakuan antara kebijakan akuntansi komersial dan ketentuan perpajakan yang tergambar di atas akan berdampak pada Pajak Penghasilan terhutang CV. Karya Wenang. Dampak tersebut adalah Pajak Penghasilan terhutang CV. Karya Wenang akan mengalami koreksi fiskal berupa koreksi positif dan koreksi negatif selama tahun pajak 2007 sampai 2020. Koreksi positif yaitu apabila biaya penyusutan menurut akuntansi komersial lebih besar dari pada biaya penyusutan menurut ketentuan perpajakan. Dalam kasus ini, koreksi positif akan menyebabkan penambahan pajak penghasilan atau dengan kata lain Pajak Penghasilan CV. Karya Wenang yang terhutang menjadi lebih besar. Sedangkan koreksi negatif yaitu apabila biaya penyusutan menurut akuntansi komersial lebih kecil daripada biaya penyusutan menurut ketentuan perpajakan. Dalam kasus ini, koreksi negatif ini akan menyebabkan Pajak Penghasilan CV. Karya Wenang yang terhutang menjadi berkurang. Ilustrasi kedua koreksi tersebut penulis gambarkan dalam tabel di bawah ini : 157
Tabel Koreksi Fiskal Atas Transaksi Sewa Pembiayaan Pada CV. Karya Wenang Tahun
Aktiva SGU
Komersial
2007
1 unit Isuzu Panther
Rp. 20,854,166.67
2008
1 unit Isuzu Panther 1 unit Nissan Navara
2009
1 unit Isuzu Panther 1 unit Nissan Navara
Rp. 22,750,000 Rp.11,250,000 Rp. 34,000,000 Rp. 22,750,000 Rp. 33,750,000 Rp. 56,500,000
2010
1 unit Isuzu Panther 1 unit Nissan Navara
Rp. 22,750,000 Rp. 33,750,000 Rp. 56,500,000
2011
1 unit Isuzu Panther 1 unit Nissan Navara
2012
1 unit Isuzu Panther 1 unit Nissan Navara
Rp. 22,750,000 Rp. 33,750,000 Rp. 56,500,000 Rp. 22,750,000 Rp. 33,750,000 Rp. 56,500,000
2013
1 unit Isuzu Panther 1 unit Nissan Navara
Rp. 22,750,000 Rp. 33,750,000 Rp. 56,500,000
1 unit Isuzu Panther
Rp. 22,750,000
2014
1 unit Nissan Navara
Rp. 33,750,000 Rp. 56,500,000
2015
1 unit Isuzu Panther 1 unit Nissan Navara
Rp. 1,895,833.33 Rp. 33,750,000
2016
1 unit Isuzu Panther 1 unit Nissan Navara
2017
1 unit Isuzu Panther 1 unit Nissan Navara
2018
1 unit Isuzu Panther 1 unit Nissan Navara
2019
1 unit Isuzu Panther 1 unit Nissan Navara
2020
1 unit Nissan Navara
Koreksi Fiskal Positif
Negatif
Rp .20,854,166.67
Tidak ada penyusutan
Rp. 34,000,000
Tidak ada penyusutan
Rp. 56,500,000
Tidak ada penyusutan
Rp. 56,500,000
Tidak ada penyusutan Rp. 4,170,833.33
Rp. 52,329,166.67
Rp. 48,575,000
Rp. 4,550,000 Rp. 3,375,000. Rp. 7,925,000
Rp. 41,825,000
Rp. 4,550,000 Rp 10,125,000 Rp. 14,675,000 Rp. 4,550,000
Rp. 41,825,000
Rp. 10,125,000 Rp. 14,675,000 Rp. 4,550,000 Rp. 10,125,000
Rp. 20,970,833.33
Rp. 35,645,833.33 Rp. 22,500,000
Fiskal
Rp. 7,825,000
Tidak ada peyusutan
Rp. -14,675,000
Tidak ada penyusutan
Rp. -14,675,000
Tidak ada penyusutan
Rp. 10,504,166.67
Tidak ada penyusutan
Rp. -6,750,000
Rp. 14,675,000 Rp 4,550,000 Rp. 10,125,000 Rp. 14,675,000 Rp. 4,550,000 Rp. 10,125,000 Rp. 14,675,000 Rp. 4,550,000 Rp. 10,125,000 Rp. 14,675,000 Rp. 379,166.67 Rp. 10,125,000 Rp. 10,504,166.67 Rp. 6,750,000
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan perhitungan dan analisis yang telah diuraikan pada Bab 4 maka penulis menarik kesimpulan bahwa transaksi sewa pembiayaan kendaraan pada CV. Karya Wenang belum sepenuhnya menerapkan akuntansi pajak. Dalam beberapa aspek CV. Karya Wenang masih menerapkan akuntansi komersial, seperti dalam masalah penyusutan. Menurut ketentuan perpajakan, penyusutan dilakukan setelah lessee menggunakan hak opsi untuk membeli aktiva tersebut dan penyusutannya dihitung berdasarkan nilai opsi. Namun berdasarkan akuntansi komersial, CV. Karya Wenang mengakui adanya penyusutan atas aktiva sewa guna usaha selama masa sewa guna usaha dengan nilai perolehan sebagai 158
dasar penyusutan. Perbedaan ini menyebabkan adanya koreksi fiskal atas Pajak Penghasilan CV. Karya Wenang selama tahun 2007 sampai tahun 2020. Saran Saran yang dapat penulis berikan pada CV. Karya Wenang sehubungan dengan Sewa Guna Usaha atas aktiva kendaraan sesuai ketentuan perpajakan adalah alangkah baiknya CV. Karya Wenang selalu mengikuti peraturan-peraturan perpajakan terbaru yang berlaku sehubungan dengan transaksi sewa pembiayaan agar dapat menerapkan transaksi sewa pembiayaan menurut akuntansi paja k sehingga dapat mempermudah CV. Karya Wenang dalam menghitung Penghasilan Kena Pajak. DAFTAR PUSTAKA
Azhari, Hadiyanto. 2007. Penerapan Akuntansi Pajak Atas Kepemilikan Aktiva Kendaraan Dengan Metode Capital Lease Pada PT Iglas Sebagai Lessee. Universitas Airlangga Surabaya. Surabaya. http://wordskripsi.blogspot.com/2010/02/penerapan-akuntansi-pajak-atas.html Harrison, Walter T., Charles T Horngren & C William Thomas. 2010. Financial Accounting. 8thed. Pearson Education. Horngren, Charles T, Walter T Harrison & M Suzanne Oliver. 2012. Accounting. 9th ed. Pearson Education. Libby, Robbert., Libby, Paricia A & Daniel G. Short, 2007. Akuntansi Keuangan. Edisi Kelima. Diterjemahkan oleh: J. Agung Seputro. Andi. Yogyakarta.
Rudianto, 2010. Pengantar Akuntansi. Erlangga. Jakarta Setiawan, Aryanti. 2012 Penerapan Akuntansi Pajak Atas Kepemilikan Aktiva Kendaraan Dengan Metode Capital Lease Pada PT Kedaung Indah Can Sebagai Lessee. Universitas Gunadarma. http://library.gunadarma.ac.id/repository/view/28010/penerapan-akuntansi-pajak-atas-aktivakendaraan-dengan-metode-capital-lease-pada-pt-kedaung-indah-can.html/ Suandy, Erly, 2008. Perencanaan Pajak. Edisi Empat. Salemba Empat. Jakarta. Sugiono, Arief, 2009. Manajemen Keuangan untuk Praktisi Keuangan. Grasindo. Jakarta. Supriyanto, Eddy, 2011. Akuntansi Perpajakan. Edisi Pertama. Graha Ilmu. Yogyakarta. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Perubahan Keempat Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan.
159
ANALISIS PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI PRODUK SPRING BED PADA PT. MASSINDO SINAR PRATAMA Eric Joseph Taroreh Jantje J. Tinangon Inggriani Elim Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sam Ratulangi Manado email:
[email protected]
ABSTRAK Penentuan harga pokok produksi merupakan masalah penting dalam perusahaan manufaktur dimana kegiatannya adalah mengolah bahan mentah menjadi bahan jadi selanjutnya dijual ke konsumen untuk memperoleh laba.Harga pokok produksi adalah biaya produksi yang diterapkan oleh seluruh produk jadi yang telah selesai diproduksi selama suatu periode tertentu.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perhitungan harga pokok produksi pada PT. Massindo Sinar Pratama.Analisis dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif yang di kualitatifkan menjadi suatu metode dengan mengumpulkan data, disusun, diinterpretasikan, dan dianalisis sehingga memberikan gambaran mengenai keadaan subjek dan objek yang diteliti berdasarkan fakta yang ada. Dari hasil penelitian ini dapat diketahui dalam proses produksi springbed, pembebanan biaya produksi berdasarkan tipe dan ukurannya yang dihasilkan pada periode satu bulan. Dengan membebankan biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. Bahan baku langsung yang digunakan meliputi; Busa, Kain springbed, Spriral besi, Kayu,dan Kaki plastik. Pembebanan biaya tenaga kerja langsung berdasarkan tarif unit produksi yang dihasilkan.Pembebanan biaya overhead pabrik pada produk berdasarkan biaya overhead ditentukan dimuka. Kata kunci : Harga pokok produksi ABSTRACT Determination of the cost of production is an important problem in a manufacturing company where the activity is to process the raw materials into finished materials subsequently sold to consumers for a profit. Cost of production is the cost of production which has applied to all finished products are being manufactured during a certain period. This study aims to determine the calculation of the cost of production at PT. Massindo Sinar Pratama. Analyses were performed using the descriptive method in qualitative to be a method to collect data, compiled, interpreted, and analyzed so as to provide an overview of the state of the subject and the object under study is based on facts. From these results it can be seen in the production process of spring, charging based on the type and size of production resulting in a period of one month. With the charge of direct materials, direct labor costs and factory overhead costs. Direct materials used include; Foam, Cloth spring, Spriral iron, wood, and plastic legs. The imposition of direct labor costs based on rates of production units produced. Imposition of factory overhead costs to products based on the overhead costs are determined upfront. Keyword : Cost of production
160
PENDAHULUAN LatarBelakang Di tengah-tengah persaingan dunia bisnis sekarang ini maka manajemen perusaahaan perlu mempunyai perencanaan dan pengendalian yang matang agar dapat mencapai tujuan perusahaan itu sendiri dan dapat menentukan arah perusahaan jangka panjang. Hansen & Mowen (2009:422), mengatakan perencanaan adalah pandangan ke depan untuk melihat tindakan apa yang seharusnya dilakukan agar dapat mewujudkan tujuantujuan tertentu. Pengendalian adalah melihat kebelakang, menentukan apakah yang sebenarnya telah terjadi, dan membandingkannya dengan hasil yang direncanakan sebelumnya. Kemudian perbandingan ini dapat digunakan untuk menyesuaikan anggaran yaitu melihat ke masa depan sekali lagi. Perencanaan dan pengendalian merupakan aktifitas yang berbeda, namun terkait sangat erat.Untuk memaksimalkan manfaat perencanaan (misalnya anggaran biaya), manajer harus menggunakan rencana tersebut untuk melakukan pengendalian.Sulit sekali melakukan pengendalian biaya tanpa sebuah rencana (Horngren, et al. 2008:9). Dalam perencanaan tersebut manajemen selalu diperhadapkan pada pengambilan keputusan dari berbagai alternatif tindakan yang tersedia. Dalam proses pengambilan keputusan yang diambil haruslah merupakan keputusan yang paling menguntungkan bagi perusahaan. Salah satunya kebutuhan manajemen terhadap informasi keuangan yang berhubungan dengan penentuan harga pokok produksi. Penentuan harga pokok produksi merupakan masalah penting dalam perusahaan manufaktur dimana kegiatannya adalah mengolah bahan mentah menjadi bahan jadi selanjutnya dijual ke konsumen untuk memperoleh laba.Harga pokok merupakan gambaran kwalitatif dari pengorbanan yang harus dilakukan pada penukaran barang atau jasa yang dilakukan di pasar. Produk yang mempunyai harga pokok produksi lebih tinggi dari produk lainnya yang sejenis di pasar akan menyebabkan kesulitan bagi manajemen perusahaan dalam mengantisipasi permainan harga yang dilakukan oleh pesaingnya. Tingginya harga pokok produksi dalam suatu produk biasanya disebabkan oleh beberapa hal, antara lain : yang pertama, kesalahan dalam menghitung harga pokok produksinya dan membengkaknya biaya produksi akibat terjadinya pemborosan pemakaian sumber daya perusahaan karena kurangnya pengawasan dalam proses produksi. Kedua, hal ini pada dasarnya sangat dipengaruhi oleh kurang tepatnya metode harga pokok produksi yang diterapkan oleh perusahaan. Krismiaji & Aryani (2011:325), penentuan harga jual adalah menambahkan angka perkiraan laba (Markup) pada angka harga pokok.Markup adalah selisih antara harga jual dengan harga pokok produk.Markup biasanya berupa presentase tertentu dari harga pokok produk. Kesalahan penentuan harga akan berakibat fatal. Jika harga ditentukan terlalu mahal, pelanggan akan enggan membeli produk perusahaan dan akan berpindah ke perusahaan lain. Jika harga jual ditentukan terlalu murah, maka biaya produksi yang dikeluarkan oleh perusahaan tidak akan tertutup sehingga perusahaan akan mengalami kerugian. Dalam banyak hal, keberhasilan suatu usaha tergantung pada informasi harga pokok. Harga pokok produksi merupakan elemen penting dalam penentuan harga jual yang layak dan kompetitif untuk suatu produk. Walaupun harga pokok produksi bukan satu-satunya informasi yang digunakan untuk penetapan harga, akan tetapi jika harga suatu produk tidak dapat menutupi biaya produk, maka perusahaan tidak akan mendapatkan, menghasilkan atau memperoleh laba tetapi menderita rugi. Perusahaan-perusahaan hanya mampu menghasilkan produk-produk yang mempunyai mutu yang lebih baik dengan harga yang rendah dengan berpedoman bahwa konsumen hanya dibebani dengan biaya-biaya untuk menambah nilai (value-added-activities), dengan demikian manajemen perusahaan memerlukan informasi biaya yang teliti, yang memperhitungkan secara cermat sumber data yang dikorbankan untuk aktivitas menambah nilai bagi konsumen. Informasi harga pokok sering dijadikan dasar untuk peramalan biaya dimasa yang akan datang. Dengan dilengkapi beberapa metode penentuan harga pokok produksi seperti full costing, variabel costing, activity based costing memudahkan manajemen perusahaan menentukan tarif produksi. Selanjutnya dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode full costing untuk membuat perhitungan harga pokok produksi. PT. Massindo Sinar Pratama adalah perusahaan meubel yang berpartisipasi secara massa dimana proses produksinya dilakukan secara terus menerus (continue) untuk mengisi persediaan. Proses produksi yang dilakukan oleh PT. Massindo Sinar Pratama menghasilkan salah satu produknya adalah spring bed, dimana hasil dari produksi spring bed tersebut yang kemudian akan dijual kepada konsumen atau perusahaan lain. Keberhasilan suatu usaha akan timbul apabila perusahaan membuat laporan biaya produksi yang lebih tepat, dengan memasukkan semua unsur biaya kedalam harga pokok produksi baik yang bersifat variabel maupun yang bersifat tetap. 161
TINJAUAN PUSTAKA Akuntansi Akuntansi adalah suatu sistem untuk mengukur aktivitas bisnis, sebagai proses pencatatan yang menghasilkan laporan mengenai aktivitas ekonomi dan kondisi perusahaan serta mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak berkepentingan sebagai cara untuk pengambilan keputusan bisnis. Tipe Akuntansi Akuntansi dalam suatu organisasi atau perusahaan dibagi menjadi dua tipe, yaitu akuntansi keuangan dan akuntasi manajemen.Akuntansi keuangan lebih difokuskan pada laporan secara menyeluruh tentang keuangan suatu organisasi yang dapat dipergunakan oleh pihak-pihak eksternal, sedangkan akuntansi manajemen menitikberatkan pada penyusunan laporan keuangan perbagian dalam suatu organisasi, yang dipergunakan oleh pihak intern seperti direktur, sehingga akuntansi manajemen disebut pula akuntansi intern. Tipe dan Manfaat Akuntansi Manajemen 1. Tipe Informasi Akuntansi Manajemen Mulyadi (2011:17), Berdasarkan hubungan dengan obkjek informasi, alternatif yang akan dipilih, dan wewenang manajer, informasi akuntansi manajemen dapat dibagi atas tiga tipe informasi akuntansi yaitu : a. Jika akuntansi manajemen dihubungkan dengan objek informasi, seperti produk, departemen, atau aktivitas, maka akan dihasilkan konsep informasi akuntansi penuh. b. Jika informasi akuntansi manajemen dihubungkan dengan alternatif yang akan dipilih, maka akan dihasilakan konsep informasi akuntansi diferensial, yang sangat diperlukan oleh manajemen dalam pengambilan keputusan pemilihan alternatif. c. Jika informasi akuntansi manajemen dihubungkan dengan wewenang manajer, dihasilkan konsep informasi akuntansi pertanggungjawaban, yang terutama bermanfaat untuk mempengaruhi perilaku manusia dalam organisasi. 2. Manfaat Informasi Akuntansi Manajemen Ketiga tipe informasi akuntansi manajemen tersebut dapat meliputi aktiva, pendapatan, dan biaya. Informasi akuntansi manajemen menyangkut informasi masa lalu dan informasi masa yang akan datang, tergantung untuk apa informasi tersebut disajikan. Informasi akuntansi penuh yang berisi informasi masa yang lalu bermanfaat untuk pelaporan informasi keuangan kepada manajemen puncak dan pihak luar perusahaan, analisis kemampuan untuk menghasilkan laba, pemberian jawaban atas pertanyaan “berapa biaya yang dikeluarkan untuk sesuatu?” dan penentuan harga jual dalam cost type contract, informasi akuntansi penuh yang berisi informasi mana yang akan datang bermanfaat untuk penyusunan program, penentuan harga jual normal, penentuan harga transfer, dan penentuan harga jual yang diatur dengan peraturan pemerintah. Informasi akuntansi diferensial mempunyai dua unsur pokok yaitu meurupakan informasi masa yang akan datang dan informasi yang berbeda diantara alternatif yang akan dipilih. Informasi ini diperlukan oleh manajemen untuk pengambilan keputusan mengenai pemilihan alternatif tindakan yang terbaik diantara alternatif yang tersedia. Karena pengambilan keputusan selalu menyangkut masa depan, maka informasi akuntansi yang relevan adalah informasi masa yang akan datang. Informasi akuntansi pertanggung jawaban merupakan informasi aktiva, pendapatan dan/atau biaya yang dihubungkan dengan manajer yang bertanggung jawab atas pusat pertanggungjawaban tertentu. Informasi akuntansi pertanggungjawaban yang berisi informasi masa lalu bermanfaat untuk penilaian kinerja manajer dan pemotivasian manajer. Sedangkan informasi masa yang akan datang bermanfaat untuk penyusunan anggaran Akuntansi Manajemen Akuntansi manajemen adalah sebagai alat untuk penyediaan informasi yang diperlukan secara spesifik baik keuangan maupun non keuangan kepada pihak intern perusahaan yaitu pihak manajemen dalam pembuatan keputusan dan karyawan yang jarang disebarkan kepada pihak-pihak lain.
162
Akuntansi Biaya Mulyadi (2012:7), Akuntansi Biaya adalah proses pencatatan, penggolongan, peringkasan dan penyajian biaya, pembuatan dan penjualan produk atau jasa, dengan cara-cara tertentu, serta penafsiran terhadapnya. Akuntansi biaya yakni suatu proses untuk menganalisis biaya organisasi atau perusahaan dalam pembuatan dan penjualan produk atau jasa serta dapat membantu manajemen dalam pengawasan biaya. Akuntansi biaya ditekankan pada biaya produksi. TujuanAkuntansi Biaya Tujuan akuntansi biaya adalah menyediakan salah satu informasi yang diperlukan oleh manajemen dalam mengelola perusahaan, yaitu untuk : 1. Penentuan harga pokok produksi. Untuk memenuhi tujuan penentuan harga pokok produk dilakukan pencatatan, penggolongan, dan peringkasan biaya-biaya yang pembuatan produk atau penyerahan jasa dengan cara-cara tertentu. 2. Pengendalian biaya. Untuk memenuhi tujuan pengendalian biaya, maka biaya pembuatan produkyang seharusnya terjadi ditetapkan lebih dahulu. 3. Pengambilan Keputusan oleh Manajemen. Untuk pengambilan keputusan, akuntansi biaya menyediakan informasi masa yana akan datang karena pengambilan keputusan berhubungan dengan masa depan. Biaya Mulyadi (2012:8), dalam arti luas biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu. Jadi biaya bisa dikatakan sebagai nilai pengorbanan untuk mencapai tujuan tertentu yang diukur dalam satuan uang dan bisa memberi manfaat dimasa yang akan datang bagi organisasi atau perusahaan. Pengambilan Biaya Produksi Hansen & Mowen (2009:56), mengatakan biaya produksi adalah biaya yang berkaitan dengan pembuatan barang dan penyediaan jasa. Biaya produksi terbagi atas tiga bagian yaitu: 1. Bahan baku langsung adalah bahan baku yang dapat ditetelusuri pada barang atau jasa yang dihasilkan. Misalnya baja pada mobil, kayu pada perabotan. 2. Tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja yang dapat ditelusuri pada barang atau pelayanan yang dihasilkan. 3. Overhead pabrik meliputi semua biaya produksi langsung selau bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung. Contohnya penyusutan bangunan, peralatan dan pemeliharaan. Berkaitan dengan pengertian diatas penulis mengambil kesimpulan untuk pengambilan biaya produksi melalui biaya yang relative mudah untuk dikendalikan untuk menghasilkan sebuah produk jadi yang siap untuk dipasarkan. Harga Pokok Produksi Harga pokok produksi adalah biaya produksi yang diterapkan oleh seluruh produk jadi yang telah selesai diproduksi selama suatu periode tertentusedangkan biaya produksi yang melekat pada barang yang belum selesai tidak dapat dimasukkan sebagai harga produksi, dimana biaya produksi tersebut terdiri dari bahan baku, tenaga keja, dan overhead pabrik. Elemen Harga Pokok Produksi Elemen-elemen dalam harga pokok produksi adalah sebagai berikut: a. Biaya Bahan Baku Langsung Biaya bahan baku langsung adalah bahan baku yang dapat ditelusuri pada barang atau jasa yang dihasilkan. Biaya dari bahan-bahan dapat dikenakan pada produk karena pengamatan fisik dapat digunakan untuk mengukur jumlah yang dikonsumsi oleh tiap produk. b. Biaya Tenaga Kerja Langsung Muyadi (2012:319), biaya tenaga kerja adalah harga yang dibebankan untuk penggunaan tenaga kerja manusia tersebut. Tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja yang dapat ditelusuri pada barang atau pelayanan
163
yang dihasilkan. Karyawan yang mengubah bahan mentah menjadi produk atau yang menyediakan jasa pelayanan pada pelanggan diklasifikasikan sebagai tenaga kerja langsung. c. Biaya Overhead Pabrik Biaya overhead pabrik adalah semua biaya produksi selain dari bahan baku langsung atau tenaga kerja langsung dikumpulkan menjadi satu kategori. Dalam biaya overhead pabrik tidak termasuk biaya penjualan dan biaya administrasi dan umum, karena biaya penjualan dan biaya administrasi dan umum tidak timbul dalam proses produksi secara tidak langsung. Namun biaya jenis ini dapat pula dicatat dalam laporan biaya overhead pabrik. Tujuan Penentuan Harga Pokok Produksi Penentuan harga pokok produksi bertujuan untuk mengetahui seberapa besar biaya yang telah dikorbankan dalam hubungannya dengan pengolahan bahan baku menjadi barang jadi yang siap untuk dijual. Penentuan harga pokok sangat penting dalam suatu perusahaan, karena merupakan salah satu elemen dasar yang dapat digunakan sebagai sumber informasi bagi manajemen dalam mengambil keputusan yang tepat untuk kelangsungan proses produksi perusahaan. Penentuan Harga Pokok Produksi
Harga pokok produksi merupakan dasar penentuan harga jual produk. Harga pokok adalah elemen penting dalam mempengaruhi laba. Untuk menentukan harga pokok produk, perlu adanya penggolongan biaya pada perusahaan manufaktur kedalam biaya produksi dan biaya non produksi. Ini disebabkan oleh karena biaya-biaya produksi saja yang melekat pada produk. Metode Penentuan Harga Pokok Produksi Ketidaktepatan dalam perhitungan Harga Pokok Produksi membawa dampak yang merugikan bagi perusahaan, karena Harga Pokok Produksi berfungsi sebagai dasar untuk menetapkan harga jual dan laba, sebagai alat untuk mengukur efisiensi pelaksanaan proses produksi serta sebagai dasar untuk pengambilan keputusan bagi manajemen perusahaan. Oleh karena itu, ada tiga konsep metode penentuan harga pokok produksi yaitu: 1. Metode Activity Based Costing (ABC) Metode ABC adalah sistern akurnolasi dan alokasi biaya yang rnenelusuri biaya-biaya ke produk rnenurut aktivitas-aktivitas yang dilakukan terhadap produk, dirnaksudkan untuk rnenghasilkan informasi biaya bagi keputusan strategis, perancangan, dan pengendalian operasional. Sehingga harga pokok yang dihitung dengan pendekatan rnetode ABC klasifikasi biaya terdiri dari: biaya tingkat unit, biaya tingkat batch, biaya tingkat produk dan biaya tingkat fasilitas. 2. MetodeFull Costing Merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang memperhitungkan semua unsur biaya produksi kedalam harga pokok produksi. Harga pokok produksi yang dihitung dengan pendekatan full costing terdiri dari unsur harga pokok produksi (Biaya bahan baku, Biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik variabel dan biaya overhead pabrik tetap) ditambah dengan biaya non produksi (biaya pemasaran, biaya administrasi dan umum). 3. Metode Variable Costing Variabel Costing merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang hanya memperhitungkan biaya produksi yang berperilaku variabel ke dalam harga pokok produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik yang berperilaku variabel. Penelitian Terdahulu Nama Judul Peneliti/ Tahun 1. Irma Analisis sari harga pokok (2012) pesanan meubel dengan No
Tujuan
Metode Penelitian
Untuk mengetahui dengan menggunak an metode
Deskriptif, dengan menggunaka n data pesanan
Hasil Penelitian diketahui bahwa dari perhitungan harga pokok pesanan berdasarkan teori
Persamaan Penelitian sebelumnya menggunaka n metode full
Perbedaan Penelitian sebelumnya ini lebih menekankan full costing 164
metode full costing pada CV. Sarana interior di Samarinda
full costing dalam perhitungan harga pokok produk tiap pesanan meubel pada CV Sarana Interior di Samarinda masih menghasilk an laba atau tidak.
yang diterima perusaahaan selama bulan maret 2012
dengan menggunakan metode full costing pada tiap produk pesanan selama bulan Maret 2012 masih dapat menghasilkan laba atau keuntungan.
costingterha dap perhitungan harga pokok produksi
dalam harga pokok pesanan
METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Bentuk penelitian ini yang digunakan oleh penulis adalah metode deskriptif yaitu menjelaskan dengan sistematis, aktual, dan pemecahan masalah dengan menggambarkan keadaan subjek dan objek penelitian berdasarkan fakta yang ada. Metode Pengumpulan Data 1. Observasi Yaitu metode pengumpulan data yang diambil dengan melakukan pengamatan terhadap objek yang diteliti 2. Wawancara Mengadakan wawancara secara langsung atau lisan dengan karyawan yang berwenang, terutama pada saat pengambilan data yang dibutuhkan. 3. Dokumentasi Metode pengumpulan data dengan mencatat informasi yang didapatkan melalui proses wawancara pada pimpinan PT. Massindo Sinar Pratama. 4. Kepustakaan Mengumpulkan beberapa konsep teori secara kepustakaan yang diperlukan untuk penelitian ini. Metode Analisis Analisis dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif yang di kualitatifkan yaitu suatu metode dengan mengumpulkan data, disusun, diinterpretasikan, dan dianalisis sehingga memberikan keterangan bagi pemecahan masalah yang dihadapi. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Sejarah Perusahaan PT. Massindo Sinar Pratama adalah salah satu perusahaan swasta yang ada di Manado, Sulawesi Utara yang bergerak di bidang manufaktur.Ada empat jenis produk yang dihasilkan yaitu Kasur Busa, Plastik Rabbit, Sofa dan Spring Bed.Perusahaan ini didirikan pada bulan Januari tahun 1984 oleh seorang pengusaha bernama William Massie dan pada awalnya perusahaan ini bernama CV. Abadi Jaya Bersama. Produk awalnya pada waktu itu adalah Busa dan Sofa kemudian berkembang dengan didirikannya pabrik Plastik Intection pada tahun 1989 yang memproduksi barang-barang plastik dengan Rabbit Star yang digunakan untuk keperluan rumah tangga dan diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia Bapak Soeharto yang diwakili oleh Menteri Perindustrian Republik Indonesia Bapak Hartanto pada tahun 1993. Dengan adanya upaya-upaya yang dilakukan oleh perusahaan dalam rangka mengembangkan serta meningkatkan produktifvtas ini maka pada tahun 1995 perusahaan ini dinilai layak oleh pemerintah untuk 165
menerima penghargaan di bidang produktivitas berupa trophy “Sidakarya”. Di dalam menghadapi persaingan di pasar internasional maka pada tanggal 10 Desember 1998 di kantor Notaris Thressje Sembung, SH perusahaan berganti nama menjadi PT. Massindo Sinar Pratama dan perusahaan ini dipegang oleh Massindo Group yang memiliki kantor pusat di Jakarta, hal ini disebabkan ibukota Negara Republik Indonesia. Perusahaan ini bekerja sama dengan top USA seprai perusahaan dalam membawa kasur terbaik merek dan inovasi produk untuk keluarga Indonesia dan berbagai jaringan hotel internasional. Perusahaan memenangkan "Rekor Bisnis Indonesia" (Indonesia Rekor Bisnis) sebagai "pertama tidur perusahaan dengan jumlah terbesar dealer aktif " pada tahun 2011 dari Yayasan Tera dan surat kabar nasional Seputar Indonesia. Massindo Group juga menerima Penghargaan Pemasaran untuk Inovasi Produk dan Pemasaran Experiental tahun 2012 oleh Majalah Marketing. Salah satu merek, nyaman, menerima "The Most Preferred Brand" dalam Bedding berdasarkan survei konsumen independen pada tahun 2011 dan kemudian sekali lagi pada tahun 2012. Massindo Group memiliki kasur kelas dunia pabrik di berbagai kota di Indonesia .Pabrik terbesar di Bekasi disertifikasi oleh ISO 9001 oleh SGS United Kingdom Ltd Sistem dan Jasa Sertifikasi. Letak dan Lokasi Perusahaan PT. Massindo Sinar Pratama terletak di penghujung kota manado, yaitu di jalan cereme kelurahan Tuminting kota Manado, Provinsi Sulawesi Utara. Website: www.massindo.com Lokasi dari PT. Massindo Sinar Pratama itu sendiri, sangat baik untuk sebuah perusahaan manufaktur karena memiliki area yang besar dan memiliki jarak yang cukup jauh dari pusat kota sehingga tidak mengganggu aktifitas warga masyarakat perkotaan dan perusahaan lebih leluasa untuk melakukan aktivitasnya untuk memproduksi barang dan memasarkannya. Proses Produksi Proses produksi pembuatan produk spring bed dibagi ke dalam tiga bagian yaitu: a. Proses Produksi Rangka Bahan dasar untuk memproduksi rangka produk spring bed ini adalah Kayu Merah. Kayu Merah itu sendiri berasal dari daerah Kotamobagu yang diambil oleh cabang perusahaan Massindo grup Kotamobagu kemudian di kirimkan ke Manado yang digunakan untuk proses pembuatan rangka. Proses pembuatan rangka dimulai dengan pemotongan kayu merah sesuai dengan model yang ingin dihasilkan. Dengan membuat difan atau sandaran tempat tidur dengan kayu merah yang telah dihaluskan dan dipotong membentuk sandaran tempat tidur. Pegangan-pegangan yang telah di potong rapi lalu disambungkan dengan difan hingga membentuk potongan suatu rangka tempat tidur dengan bantuan lem, kawat dan paku di setiap sambungan yang ada. b. Proses penjahitan Bagian ini bertugas untuk menghasilkan kasur-kasur yang akan dipasangkan pada rangka spring bed. Pada bagian penjahitan ini, terlebih dahulu busa yang ada akan dipotong-potong sesuai dengan ukurannya menggunakan alat pemotong busa. Kemudian didalam busa akan dipasangkan Pocketed Spring atau pegas yang terbungkus secara independen satu persatu yang berfungsi untuk memberikan support yang lebih kuat, lebih tahan lama dan lebih anti goncangan dari pasangan tidur dan juga mereka menambahkan side support rangkaian kawat baja untuk memperkuat setiap sisi kasur agar lebih tahan lama dan kuat menahan berat badan manusia. Setelah itu, akan dijahit dengan kain sesuai kebutuhan dan model atau motif yang diinginkan menggunakan mesin jahit sehingga menjadi sebuah kasur yang siap untuk dipakai. c. Proses akhir Yang dimaksud dengan proses akhir ini adalah merupakan tahap penyelesaian produksi dari rangka hingga menjadi spring bed yang siap untuk di pasarkan. Kasur yang telah jadi akan dipasangkan pada rangka spring bed, dan rangka tersebut akan dilapisi kain sesuai dengan model atau motifnya dengan menggunakan paku dan lem. Dan di bagian bawah rangka spring bed akan dipasangkan kaki spring yang terbuat dari plastik. Produk spring bed yang telah jadi dicatat oleh bagian administrasi produksi dan disimpan dalam gudang barang jadi dan disiap untuk dipasarkan. Hasil Penelitian dan Pembahasan Pada penelitian ini hanya difokuskan pada penentuan harga pokok produksi dari produk Spring Bed. Perusahaan ini memproduksi berbagai tipe spring bed dan berbagai ukuran yang meliputi: special anak, ukuran 100X200, ukuran 120X200, ukuran 160X200, ukuran 180X200, dan ukuran 200X200. Untuk memproduksi 166
produk tersebut, perusahaan mengeluarkan biaya-biaya produksi meliputi: biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik. Untuk memproduksi produk ini memerlukan bahan baku utama yang meliputi bahan-bahan sebagai berikut: 1. Busa 2. Kain springbed 3. Spiral besi (pocketed spring) 4. Kayu merah dalam berbagai ukuran dan 5. Kaki plastik Kebutuhan bahan baku bergantung pada berbagai ukuran yang ada. Hal ini karena tipe dari masingmasing springbed berbeda-beda. Ukuran 120X200 misalnya, akan lebih sedikit jika dibandingkan dengan ukuran 200X200. Dalam pembuatan produk tersebut di atas, perusahaan menggunakan tenaga kerja yang akan merakit springbed, difan, dan sandarannya. Pengeluaran biaya ini berdasarkan tarif yang telah ditentukan oleh perusahaan. Sehingga besarnya biaya tenaga kerja bersesuaian dengan besarnya ukuran springbed tersebut. Dalam proses produksi produk-produk tersebut, perusahaan juga mengeluarkan biaya-biaya yang tidak dapat digolongkan sebagai biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. Biaya-biaya yang dimaksudkan ini disebut biaya overhead pabrik. Adapun biaya-biaya tersebut meliputi : biaya penyusutan mesin dan peralatan, biaya penyusutan gedung pabrik, biaya gaji supervisor, biaya gaji petugas pabrik, biaya bbm solar, dan biaya bahan baku tidak langsung. Adapun biaya bahan baku tidak langsung meliputi: paku, lem, benang, kertas, dan plastik. Dalam menganalisa harga pokok produksi, ada beberapa metode yang dapat digunakan yaitu biaya penuh, biaya variabel, dan biaya berdasarkan aktivitas. Pada pembahasan ini menggunakan biaya penuh. Pada metode biaya penuh, biaya produksi dari suatu produk meliputi biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik (biaya tidak langsung pabrik). Pembebanan Biaya Bahan Baku Pembebanan biaya bahan baku langsung pada ukuran 100X200 untuk masing-masing bahan baku langsung adalah sebagai berikut : pemakain busa dibebankan dengan cara jumlah lembar busa yang di pakai dikalikan dengan harga perlembar (perusahaan menggunakan metode FIFO untuk arus biaya bahan); pemakaian kain springbed dibebankan dengan cara jumlah meter kain yang digunakan dikalikan dengan harga permeter kain; spiral besi dibebankan dengan cara jumlah spiral dikalikan dengan harga spiral besi perbuah; pemakaian kayu dibebankan dengan cara jumlah potong kayu (biasanya perujung) dikalikan dengan harga perpotong; sedangkan kaki plastik dibebankan dengan cara jumlah kaki plastik dikalikan dengan harga perbuah kaki plastik. Hal yang sama dilakukan pada tipe dan ukuran seperti yang disebutkan di atas. Jadi biaya bahan baku langsung yang dibebankan pada masing-masing produk besarnya akan bergantung pada ukuran dan jenis bahan yang di pakai. Bila memperhatikan pembebanan biaya bahan baku langsung tersebut di atas maka perhitungan harga pokok produksi dari produk yang dihasilkan sudah menggolongkan biaya-biaya produk yang sesuai. Hal ini karena biaya bahan baku langsung dapat diidentifikasi jumlah volume yang digunakan. Atau dengan kata lain biaya bahan baku langsung dapat ditelusuri jumlah volume yang digunakan. Pemakaian Busa, Kain springbed, Spiral besi, Kayu, dan Kaki plastik pada produk berdasarkan ukuran-ukuran yang ada. Biaya bahan baku langsung yang dibebankan pada masing-masing produk berdasarkan tipe ukuran dari springbed tersebut. Pembebanan Biaya Tenaga Kerja Untuk biaya tenaga kerja, perusahaan membebanan biaya tenaga kerja langsung pada masing-masing produk adalah berdasarkan tarif unit produksi yang dihasilkan. Hal ini dilakukan karna perusahaan dapat mengidentifikasi pekerja-pekerja yang melakukan kegiatan produksi pada jenis atau tipe produk yang dihasilkan. Untuk satu jenis ukuran misalkan, perusahaan menempatkan satu kelompok kerja yang melakukan pekerjaan dari awal sampai selesai dengan masing-masing tugas yang ada. Ini dilakukan untuk memudahkan proses perhitungan biaya dan pembayarannya. Sehingga pembebanannya sesuai dengan tipe dan ukuran yang di produksi. Bila dikaitkan dengan teori yang ada maka pembebanan biaya tenaga kerja langsung tersebut dapat dikatakan memadai. Artinya bahwa pembebanan biaya tenaga kerja berdasarkan tarif perunit untuk tipe dan ukuran yang di produksi dapat diandalkan. 167
Pembebanan Biaya Overhead Pabrik Unsur biaya produksi yang dibebankan perusahaan berikutnya adalah biaya overhead pabrik. Sebagaimana diuraikan di atas bahwa biaya-biaya overhead pabrik (biaya-biaya tidak langsung) adalah meliputi biaya penyusutan mesin dan peralatan, biaya penyusutan gedung pabrik, biaya gaji supervisor, biaya gaji petugas pabrik, biaya bbm solar, dan biaya bahan baku tidak langsung. Adapun biaya bahan baku tidak langsung meliputi: paku, lem, benang, kertas, dan plastik. Perusahaan membebankan biaya overhead berdasarkan biaya yang ditentukan dimuka. Dengan cara menghitung semua biaya overhead dalam satu bulan (perusahaan menggunakan satu bulan sama dengan 25 hari). Untuk mendapatkan biaya overhead perhari di hitung dengan cara membagi total biaya overhead perbulan dengan jumlah hari dalam sebulan. Dalam pembuatan produk, perusahaan telah menetapkan jumlah produksi tiap hari. Pembebanan Selisih Biaya Overhead Pabrik Dalam situasi tertentu perusahaan memproduksi di bawah target tetapi kemudian akan di isi kembali dengan melakukan kerja lembur. Keadaaan ini akan mempengaruhi besarnya biaya produksi. Terutama biaya overhead yang semi variabel misalnya biaya bahan bakar dan biaya listrik.Kelebihan atau kekurangan pembebanan biaya overhead diperlakukan sebagai pengurangan dan penambahan pada harga pokok produk yang diselesaikan pada periode tersebut.Situasi ini bila dikaitkan dengan teori maka dapat dikatakan memadai karena pembebanan dilakukan pada produk yang dihasilkan untuk periode tersebut. Ini juga memungkinkan manajer produksi menganalisa apa penyebabnya. PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas maka dapat dikemukakan simpulan sebagai berikut: 1. Dalam tiga metode penentuan harga pokok produksi yaitu full costing, variabel costing, activity based costing. Metode full costing adalah metode penentuan harga pokok produksi yang tepat bagi PT. Massindo Sinar Pratama. 2. Dalam proses produksi springbed, pembebanan biaya produksi berdasarkan tipe dan ukuran yang dihasilkan pada periode satu bulan. Dengan membebankan biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. 3. Pembebanan biaya bahan baku langsung yaitu menjumlahkan semua komponen bahan dengan harga persatuan dari bahan tersebut. Bahan baku langsung yang digunakan meliputi; Busa, Kain springbed, Spriral besi, Kayu,dan Kaki plastik. 4. Pembebanan biaya tenaga kerja langsung berdasarkan tarif unit produksi yang dihasilkan. 5. Pembebanan biaya overhead pabrik pada produk berdasarkan biaya overhead ditentukan dimuka. 6. Pembebanan selisih biaya overhead dilakukan pada periode dimana terjadi selisih tersebut. Saran Dengan memperhatikan proses produksi dan pembebanan biaya produk pada produk yang dihasilkan maka hal yang perlu mendapat perhatian utama adalah pembebanan biaya overhead pabrik. Perusahaan dapat menganalisa berapa pemakaian listrik dan bahan bakar minyak perjam. Karena kapasitas terpasang sudah di ketahui. DAFTAR PUSTAKA Arfan Ikhsan, 2009. Pengantar Praktis Akuntansi.Edisi pertama.Cetakan pertama. Graha Ilmu. Yogyakarta. Carles T. Horngren, Srikant M. Datar, George Foster, 2008. Akuntansi Biaya, Penekanan Manajerial. Jilid 1.Erlangga. Jakarta. Don R. Hansen, Maryanne M. Mowen, 2009. Akuntansi Manajerial. Edisi 8. Salemba Empat. Jakarta.
168
Eka Nur Khasanah, 2011. Penerapan Metode Full Costing Dalam Menentukan Harga Jual Batu Bara Pada PT. Energy Alam Sejahtera Di Samarinda. Jurnal Fakultas Ekonomi, Universitas Mulawarman. Firdaus A. Dunia, Wasilah Abdulah, 2009. Akuntansi Biaya. Salemba Empat. Jakarta. Horngren, Harrison, 2007. Akuntansi. Edisi Ketujuh. Jilid 1.Erlangga. Jakarta. Irma Sari, 2012. Analisis Harga Pokok Pesanan Meubel Dengan Metode Full Costing pada CV. Sarana Interior di Samarinda. Jurnal Fakultas Ekonomi, Universitas Mulawarman. Krismiaji, Y Anny Aryani, 2011. Akuntansi Manajemen. Edisi kedua. UPP STIM YKPN. Yogyakarta. Kadir, Abdul, 2011. Panduan Menyusun Laporan Tugas Akhir, Skripsi, dan Tesis Menggunakan Microsoft Word. Mediakom.Yogyakarta. Mulyadi, 2012.Akuntansi Biaya. Edisi kelima.Cetakan sebelas. UPP STIM YKPN. Yogyakarta. P. Siagian masih(dalam Nanang Fatah (2007)). Manajemen Keuangan. Jilid 1.Gramediana. Bandung. Sugiono, 2009.Memahami Penelitian Kualitatif. Alfabeta. Bandung. Warren, Reevefess, 2008. Pengantar Akuntansi. Salemba empat. Jakarta. Website: www.massindo.com
169
ANALISIS PENERAPAN PSAK NO.102 ATAS PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA PT. BANK SYARIAH MANDIRI CABANG MANADO Sri Wahyuni Muklis Sifrid Sonny Pangemanan Lidia Mawikere Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Akuntansi Universitas Sam Ratulangi Manado email :
[email protected]
ABSTRAK Produk pembiayaan murabahah adalah salah satu produk unggulan pembiayaan perbankan syariah. Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) telah menerbitkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 102 yang bertujuan untuk mengatur pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan transaksi murabahah. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kesesuaian penerapan pembiayaan murabahah pada PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Manado dengan PSAK No. 102. Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian yang bersifat deskriptif, yaitu data yang telah dikumpulkan, kemudian disusun, diinterprestasikan, dan dianalisa sehingga memberikan keterangan yang lengkap atau gambaran yang sebenarnya tentang pembiayaan murabahah pada PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Manado. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan perlakuan akuntansi pembiayaan murabahah pada PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Manado dalam hal pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapannya telah sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 102.
Kata kunci: PSAK No. 102, Pembiayaan Murabahah.
ABSTRACT Funding product “Murabahah” is one of upscale for syariah banking. IAI (Indonesia Accountant Association) has published Accountant funding standard statement (PSAK) No. 102, which admission, transparency, measuring and explanation from “Murabahah” transaction. the other purpose from this research is to know adjustment of “Murabahah” in PT. Bank Syariah Mandiri, Manado Branch with PSAK No. 102. Descriptive theory is been used for this research, which is the data has been gathered, arranged, interpret, and analysed, so it can give full information or picture about “Murabahah” funding in PT. Bank Syariah Mandiri, Manado Branch, where this presentation has been standardized based from standard accountant funding statement No. 102.
Keywords: PSAK No. 102, Murabahah Funding.
170
PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Kegiatan usaha yang paling dominan dan sangat dibutuhkan keberadaannya di dunia ekonomi saat ini adalah kegiatan usaha lembaga keuangan perbankan, oleh karena fungsinya sebagai pengumpul dana yang sangat berperan demi menunjang pertumbuhan ekonomi suatu bangsa. Lembaga keuangan perbankan merupakan lembaga keuangan yang bertugas menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali ke masyarakat guna memenuhi kebutuhan dana bagi pihak yang membutuhkan, baik untuk kegiatan produktif maupun konsumtif. (Ghaffar, 2009) Lembaga perbankan di Indonesia telah terbagi menjadi dua jenis yaitu, bank yang bersifat konvensional dan bank yang bersifat syariah. Menurut Undang-Undang Nomor 20 tahun 2008, Bank Konvensional adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya secara konvensional dan berdasarkan jenisnya terdiri atas Bank Umum Konvensional dan Bank Perkreditan Rakyat. Sedangkan Bank Syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan Prinsip Syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah. Perkembangan Bank Syariah di Indonesia mulai sangat terlihat. Tidak hanya Bank Muamalat Indonesia (BMI), saat ini mulai banyak berdirinya Bank Syariah sebagai cabang dari bank konvensional. Salah satunya yakni PT. Bank Syariah Mandiri yang secara resmi mulai beroperasi sejak Senin tanggal 25 Rajab 1420 H atau tanggal 1 November 1999. PT Bank Syariah Mandiri hadir, tampil dan tumbuh sebagai bank yang mampu memadukan idealisme usaha dengan nilai-nilai rohani, yang melandasi kegiatan operasionalnya. Harmoni antara idealisme usaha dan nilai-nilai rohani inilah yang menjadi salah satu keunggulan Bank Syariah Mandiri dalam kiprahnya di perbankan Indonesia. BSM hadir untuk bersama membangun Indonesia menuju Indonesia yang lebih baik. Bank syariah mulai berkembang dalam skala besar dengan menawarkan berbagai produk pembiayaan dengan istilah-istilah yang masih belum dipahami oleh masyarakat pada umumnya. Pembiayaan merupakan salah satu kegiatan utama dan menjadi sumber utama pendapatan bagi bank syariah. Ada beberapa bentuk pembiayaan perbankan berdasarkan prinsip syariah, namun yang menjadi salah satu produk unggulan pembiayaan perbankan syariah adalah produk pembiayaan murabahah. Kata al-Murabahah diambil dari bahasa Arab dari kata ar-ribhu ( ) yang berarti kelebihan dan tambahan (keuntungan). Sedangkan dalam definisi para ulama terdahulu adalah jual beli dengan modal ditambah keuntungan yang diketahui. Dalam buku Islamic Financial Management (2008: 145) definisi Murabahah adalah akad jual beli atas suatu barang, dengan harga yang disepakati antara penjual dan pembeli, setelah sebelumnya penjual menyebutkan dengan sebenarnya harga perolehan atas barang tersebut dan besarnya keuntungan yang diperolehnya. Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) menerbitkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 102 yang bertujuan untuk mengatur pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan transaksi murabahah yang diberlakukan secara efektif sejak tanggal 1 Januari 2008. Penerapan standar-standar akuntansi tersebut dapat menjaga konsistensi, baik yang bersifat internal maupun eksternal perusahaan, bahkan untuk menjamin kesesuaiannya dengan syariat islam. Dengan adanya standar yang ditetapkan mengenai pembiayaan murabahah, maka penulis merasa penting untuk membahas masalah akuntansi pembiayaan murabahah secara teori dengan meninjau penerapannya pada bank syariah. Untuk mengetahui kesesuaian penerapan pembiayaan murabahah yang telah diterapkan pada bank syariah dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 102, mulai dari proses pengakuan, pengukuran sampai pada proses penyajian. Untuk itu penulis melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Penerapan PSAK No. 102 atas Pembiayaan Murabahah Pada PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Manado”. 1.1
1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian, maka penulis merumuskan masalah dalam bentuk pertanyaan yaitu : Apakah penerapan perlakuan akuntansi pembiayaan murabahah pada PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Manado telah sesuai dengan PSAK No. 102 ? 1.3
Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesesuaian penerapan pembiayaan murabahah pada PT. Bank Syariah Mandiri Syariah Cabang Manado dengan PSAK No. 102.
171
1.4
Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat antara lain : 1. Bagi penulis yaitu sebagai bahan masukan untuk memperluas wawasan mengenai penerapan pembiayaan pada bank syariah, khususnya pembiayaan murabahah. 2. Bagi perusahaan yaitu sebagai bahan evaluasi dan penilaian bagi perusahaan mengenai akuntansi pembiayaan murabahah yang sudah diterapkan. 3. Bagi peneliti lain yaitu sebagai bahan masukan untuk menyempurnakan penulisan yang berhubungan dengan pembiayaan murabahah yang merupakan salah satu produk pembiayaan yang berlandaskan syariat islam.
TINJAUAN PUSTAKA Akuntansi Definisi akuntansi dari berbagai pendapat yaitu menurut American Insitute of Certified Public Accounting (AICPA) dalam Harahap (2012: 5) mendefinisikan akuntansi sebagai seni pencatatan, penggolongan, dan pengikhtisaran dengan cara tertentu dalam ukuran moneter, transaksi, dan kejadian-kejadian yang umumnya bersifat keuangan termasuk menafsirkan hasil-hasilnya. Definisi akuntansi yang dimuat dalam Accounting Terminology Bulletin No. 1 yang diterbitkan oleh Accounting Principles Board (APB) menyatakan bahwa akuntansi adalah seni pencatatan, penggolongan, dan peringkasan transaksi dan kejadian yang bersifat keuangan dengan cara yang berdaya guna dan dalam bentuk satuan uang, dan penginterpretasian hasil proses tersebut. (Suwardjono, 2013: 5) 2.1
2.2
Akuntansi Konvensional Menurut Syahatah (2001: 94-95) akuntansi konvensional menganut sistem penilaian aktiva dan modal dengan prinsip historical cost dan membagi modal (aktiva) dalam dua golongan yakni, aktiva lancar (modal yang beredar) dan aktiva tetap (modal tetap). Konsep akuntansi konvensional mempraktikkan teori pencadangan dan ketelitian dari menanggung semua kerugian (conservatisme), dan mengabaikan laba-laba yang belum direalisasi. Akuntansi konvensional menerapkan laba secara menyeluruh, yang terdiri dari laba usaha, laba dari modal pokok, dan lain sebagainya. 2.3
Akuntansi Syariah Akuntansi syariah adalah suatu kegiatan identifikasi, klasifikasi, dan pelaporan dalam mengambil keputusan ekonomi berdasarkan prinsip akad-akad syariah, yaitu tidak mengandung zhulum (Kezaliman), riba, maysir (judi), gharar (penipuan), barang yang haram dan membahayakan. 2.4 Bank Syariah 2.4.1 Pengertian Bank Syariah Bank syariah dapat diartikan sebagai lembaga keuangan yang menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kepada masyarakat berdasarkan prinsip-prinsip syariah islam yaitu berlandaskan Al-Qur’an dan Hadist. Bank syariah bertujuan untuk mempromosikan dan mengembangkan prinsip-prinsip islam, syariah dan tradisinya kedalam transaksi keuangan, perbankan, dan bisnis-bisnis lainnya yang berkaitan dengan keuangan. 2.4.2 Prinsip-prinsip Umum Bank Syariah Dalam menjalankan usahanya, bank syariah harus tetap berpedoman pada nilai-nilai syariah. Prinsip itu berpedoman pada Al-quran dan Hadits. Prinsip yang diterapkan bank syariah meliputi : 1. Prinsip pengharaman riba 2. Prinsip keadilan 3. Prinsip kesamaan 2.4.3 Ciri Bank Syariah Bank syariah mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : 1. Dalam bank syariah, hubungan bank dengan nasabah adalah hubungan kontrak (akad) antara investor pemilik dana (shohibul maal) dengan investor pengelola dana (mudharib) bekerja sama untuk melakukan kerjasama untuk yang produktif dan sebagai keuntungan dibagi secara adil (mutual invesment relationship). 2. Adanya larangan-larangan kegiatan usaha tertentu oleh bank syariah yang bertujuan untuk menciptakan kegiatan perekonomian yang produktif (larangan menumpuk harta benda (sumber daya alam) yang 172
dikuasai sebagian kecil masyarakat dan tidak produktif, menciptakan perekonomian yang adil (konsep usaha bagi hasil dan bagi resiko) serta menjaga lingkungan dan menjunjung tinggi moral (larangan untuk proyek yang merusak lingkungan dan tidak sesuai dengan nilai moral seperti minuman keras, sarana judi dan lain-lain. 3. Kegiatan usaha bank syariah lebih variatif dibanding bank konvensional, yaitu bagi hasil sistem jual beli, sistem sewa beli serta menyediakan jasa lain sepanjang tidak bertentangan dengan nilai dan prinsipprinsip syariah. (Kazuraoby, 2011) 2.5 Pembiayaan 2.5.1 Pengertian Pembiayaan Menurut UU No. 10 tahun 1998 tentang Perbankan menyatakan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil. 2.5.2 Unsur Pembiayaan Unsur-unsur dalam pembiayaan menurut Veithzal Riva & Andria P Veithzal (2008: 4) yaitu : 1. Adanya dua pihak, yaitu pemberi pembiayaan (shahibul mal) dan penerima pembiayaan (mudharib). 2. Adanya kepercayaan shahibul mal kepada mudharib yang didasarkan atas prestasi dan potensi mudharib. 3. Adanya persetujuan, berupa kesepakatan pihak shahibul mal dengan pihak lainnya yang berjanji membayar dari mudharib kepada shahibul mal. 4. Adanya penyerahan barang, jasa atau uang dari shahibul mal kepada mudharib. 5. Adanya unsur waktu (time element). Unsur waktu merupakan unsur esensial pembiayaan. 6. Adanya unsur resiko (degree of risk) baik dipihak shahibul mal maupun dipihak mudharib. 2.5.3 Produk Pembiayaan Syariah Secara garis besar produk pembiayaan syariah terbagi dalam empat kategori yang dibedakan berdasarkan tujuan penggunaanya yaitu: (Muhammad, dikutip dalam Budianas, 2013) 1. Pembiayaan dengan prinsip jual beli (ba’i), meliputi yaitu: pembiayaan murabahah, pembiayaan salam, dan pembiayaan istisna. 2. Pembiayaan dengan prinsip sewa, meliputi yaitu: pembiayaan ijarah dan pembiayaan Ijarah Muntahiya Biltamlik/Wa Iqtina. 3. Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil, yang meliputi: pembiayaan mudharabah dan pembiayaan musyarakah. 4. Pembiayaan dengan akad pelengkap, yang meliputi: Hiwalah (Alih Hutang-Piutang), Rahn (Gadai), Qardh, Wakalah (Perwakilan), dan Kafalah (Garansi Bank). 2.6
Murabahah Warsono Sony & Jufri (2011: 48) menyatakan bahwa akad murabahah adalah akad jual beli barang dengan menyatakan harga asal dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli dimana pembayaran dapat dilakukan secara tunai atau tangguh (kredit). 2.7 Akuntansi Murabahah Berdasarkan PSAK No.102 2.7.1 Pengertian Murabahah Pengertian murabahah menurut IAI (PSAK No.102, 2007: Akuntansi Murabahah, paragraph 05) adalah akad jual beli barang dengan harga jual sebesar biaya perolehan ditambah keuntungan yang disepakati dan penjual harus mengungkapkan biaya perolehan barang tersebut kepada pembeli. 2.7.2 Karakteristik Murabahah Murabahah dapat dilakukan berdasarkan pesanan atau tanpa pesanan. Dalam murabahah berdasarkan pesanan, penjual melakukan pembelian barang setelah ada pemesanan dari pembeli. Pembayaran murabahah dapat dilakukan secara tunai atau tangguh. Pembayaran tangguh adalah pembayaran yang dilakukan tidak pada saat barang diserahkan kepada pembeli, tetapi pembayaran dilakukan secara angsuran atau sekaligus pada waktu tertentu. 2.8
Penelitian Terdahulu Asmahani Mukhtar Ghaffar (2009) dengan judul Penerapan PSAK no. 102 tentang pembiayaan murabahah pada PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Medan. Masita, Jamaluddin & Musviyanti (2013) dengan 173
judul Analisis penerapan pernyataan standar akuntansi keuangan (PSAK) nomor 102 (studi kasus pada Pegadaian Syariah Cabang Gunung Sari Balikpapan. METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian yang bersifat deskriptif. Menurut Mudrajad Kuncoro (2009: 12) tipe yang paling umum dari penelitian deskriptif meliputi penilaian sikap atau pendapat terhadap individu, organisasi, keadaan, ataupun prosedur. Data deskriptif pada umumnya dikumpulkan melalui daftar pertanyaan dalam survey, wawancara ataupun observasi. Data yang telah dikumpulkan, kemudian disusun, diinterprestasikan, dan dianalisa sehingga memberikan keterangan yang lengkap atau gambaran yang sebenarnya tentang pembiayaan murabahah pada PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Manado. 3.1
3.2
Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada Bank Syariah Mandiri Cabang Manado, Jl. Piere Tendean, Kompleks Ruko Mega Mas, Blok D1 No. 28, Boulevard Manado, 95115. Nomor Telepon (0431) 879553, 879444 dan nomor fax (0431) 879492. Waktu penelitian dimulai pada kegiatan pembuatan proposal pada bulan Agustus sampai September 2013 sedangkan untuk kegiatan penelitian dimulai bulan Oktober 2013 pada PT. Bank Syarah Mandiri Cabang Manado. 3.3 a)
b) c) d) e) f) g)
Prosedur Penelitian Prosedur penelitin terdiri atas beberapa tahapan sebagai berikut : Mengajukan permohonan penelitian dengan memasukkan surat penelitian yang telah disetujui dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sam Ratulangi untuk melakukan penelitian pada objek PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Manado. Tindak lanjut dari pihak bank, dalam hal ini surat penelitian disahkan oleh Kepala Cabang yang berarti pihak bank telah memberi izin persetujuan penelitian pada PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Manado. Mulai mengumpulkan data dengan melakukan wawancara pada Bagian PMS (Pelaksana Marketing Support) dan Bagian Administrasi Warung Mikro. Menganalisis data yang akan dipakai sesuai dengan rumusan masalah pada penelitian untuk melengkapi dan menentukan hasil penelitian. Menganalisis dan mengolah data yang diperoleh dari perusahaan. Melakukan perbandingan untuk mengetahui kesesuaian data pada bank dengan PSAK No. 102. Menarik kesimpulan dari hasil data yang telah dibandingkan dengan PSAK No.102 dan memberikan saran.
3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Jenis Data Jenis data yang digunakan penulis adalah data kualitatif. Menurut Supriyanto (2009: 133) data kualitatif merupakan data berupa kata-kata atau kalimat dan biasanya bersifat menggolongkan atau klasifikasi. Data kualitatif ini berasal dari hasil wawancara sekilas tentang pembiayaan murabahah pada PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Manado. 3.4.2 Sumber Data Sumber data yang digunakan penulis, menurut supriyanto (2009: 133) yaitu : 1) Data primer adalah data yang dikumpulkan dan diolah sendiri oleh peneliti langsung dari responden. Data primer penelitian ini diperoleh melalui hasil wawancara terhadap staff yang bersangkutan yaitu dibagian PMS (Pelaksana Marketing Support) dan Administrasi Warung Mikro. 2) Data sekunder adalah data yang diperoleh dalam bentuk sudah jadi, yaitu: diolah dan disajikan oleh pihak lain. Teknik pengumpulannya dilakukan dengan dokumentasi. Jadi data yang diperoleh peneliti melalui penelusuran catatan dan dokumen resmi perusahaan, misalnya: sejarah singkat perusahaan, struktur organisasi, laporan keuangan bank syariah serta literature yang berhubungan dengan tujuan penelitian. 3.4.3 Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yakni : a. Wawancara, yaitu melakukan wawancara yang berupa pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan permasalahan secara langsung dengan pihak yang berwenang didalam perusahaan untuk memperoleh informasi dan mengumpulkan data yang berhubungan dengan pembiayaan murabahah yang diterapkan 174
oleh perusahaan. Menurut Restu Kartiko Widi (2010: 236), wawancara dapat sangat fleksibel atau bebas ketika pewawancara mempunyai kebebasan menyusun pertanyaan yang ada dalam benaknya disekitar permasalahan yang hendak diteliti. Dalam hal ini, peneliti melakukan wawancara pada bagian PMS (Pelaksana Marketing Support) dan Administrasi Warung Mikro di PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Manado. b. Dokumentasi, merupakan cara untuk memperoleh data langsung di tempat penelitian yang diperoleh melalui buku-buku, peraturan-peraturan, laporan relevan yang ada pada objek penelitian. Data yang diperoleh biasanya berupa data sekunder. Dalam hal ini, peneliti tinggal mengambil data yang telah diolah oleh pihak lain. Atau dilakukan dengan menyalin data atau dokumen yang dihasilkan oleh pihak lain. (Supriyanto, 2009: 137) 3.5 1)
2)
3) 4) 5)
Metode Analisis Data Dengan metode deskriptif maka teknik analisa data dilakukan melalui tahap-tahap sebagai berikut: Reduksi data, yaitu proses pemilihan dan penyederhanaan data-data yang muncul dari catatan-catatan tertulis. Data yang direduksi mulai dari gambaran perusahaan dan mengenai pembiayaan murabahah pada perusahaan. Penyajian data, yaitu penyusunan informasi yang kompleks kedalam suatu bentuk yang sistematis, sehingga menjadi lebih selektif dan sederhana serta memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan data. Data yang disajikan berupa gambaran perusahaan, struktur organisasi, prosedur pembiayaan murabahah, dan laporan keuangan. Data-data yang telah ada kemudian dibandingkan dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 102 yang berkaitan dengan pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan transaksi murabahah. Menganalisa hasil dari perbandingan PSAK No. 102 dengan data yang diperoleh dari perusahaan. Menarik kesimpulan, yaitu merupakan tahap akhir dalam proses analisa data. Pada bagian ini peneliti mengutarakan kesimpulan dari data-data yang telah diperoleh dari wawancara dan dokumentasi. Kemudian mengambil kesimpulan dari hasil data yang telah dibandingkan dengan PSAK No.102.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Perusahaan Pada tanggal 25 Oktober 1999, Bank Indonesia melalui Surat Keputusan Gubernur Bank Indonesia No. 1/24/KEP. BI/1999 telah memberikan ijin perubahan kegiatan usaha konvensional menjadi kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah kepada PT. Bank Susila Bakti. Selanjutnya dengan Surat Keputusan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia No. 1/1/KEP.DGS/1999 tanggal 25 Oktober 1999, Bank Indonesia telah menyetujui perubahaan nama PT. Bank Susila Bakti menjadi PT. Bank Syariah Mandiri. Senin tanggal 25 Rajab 1420 H atau tanggal 1 November 1999 merupakan hari pertama beroperasinya PT. Bank Syariah Mandiri. PT. Bank Syariah Mandiri sebagai bank syariah terbesar dengan jaringan terluas di Tanah Air memiliki 169 outlet yang tersebar di 23 provinsi di Indonesia. Untuk di wilayah Provinsi Sulawesi Utara, PT. Bank Syariah Mandiri mulai beroperasi sejak tanggal 25 Februari 2005 dengan pembukaan kantor cabangnya di Kota Manado. 4.1
4.2 Hasil Penelitian 4.2.1 Penerapan Pembiayaan Murabahah pada BSM Cabang Manado Pada transaksi murabahah, nasabah akan mengajukan permohonan fasilitas pembiayaan kepada bank untuk membeli barang. Sebelum melakukan jual beli barang, pihak bank akan melakukan negosiasi terlebih dahulu dengan nasabah untuk jenis barang, kualifikasi barang, harga barang serta cara pembayarannya. Setelah ada kesepakatan, bank menghubungi pemasok barang yang akan dibeli dan melakukan pembelian barang sesuai dengan permintaan nasabah. Barang yang diperoleh dari pemasok diakui sebagai persediaan sebesar harga perolehannya. Nasabah membayar harga pokok, biaya-biaya lain atas jual beli, dan ditambah margin keuntungan kepada bank dalam jangka waktu tertentu yang disepakati oleh kedua belah pihak, sehingga karenanya sebelum nasabah membayar lunas kepada bank, nasabah berutang kepada bank. Jadi, Piutang murabahah diakui sebesar biaya perolehan ditambah dengan keuntungan yang disepakati. Biasanya uang muka yang akan dibayar nasabah yaitu sekitar 10% - 30% yang menjadi bagian pembayaran piutang atas murabahah yang dilakukan. Pembayaran uang muka oleh nasabah bertujuan untuk membantu pihak bank agar dapat memperoleh barang murabahah secara lancar.
175
Jangka waktu pembiayaan yang diberikan oleh BSM yaitu maksimal 15 tahun untuk pembiayaan pemilikan rumah, 5 tahun untuk pembiayaan pemilikan mobil, dan maksimal 4 tahun untuk jumlah pembiayaan yang relatif kecil. Besarnya margin yang ditetapkan untuk pembiayaan murabahah adalah 7% sampai dengan 8%/ tahun. Dan 28% sampai dengan 32%/ tahun untuk jumlah pembiayaan yang relatif kecil. Apabila terjadi keterlambatan pembayaran oleh nasabah kepada bank, maka nasabah akan dikenakan denda berupa biaya administrasi pada bank sebesar 0,00069 x nominal angsuran (perhari) untuk tiap-tiap hari keterlambatan yang terhitung sejak saat kewajiban pembayaran tersebut jatuh tempo sampai dengan tanggal dilaksanakannya pembayaran kembali. Untuk menjamin tertibnya pembayaran kembali/pelunasan pembiayaan dan margin keuntungan tepat pada waktu yang telah disepakati kedua belah pihak, maka nasabah berkewajiban untuk menyerahkan jaminan berupa sertifikat hak milik ataupun BPKB. Adapun biaya-biaya yang dikenakan kepada nasabah berkaitan dengan pembiayaan murabahah yaitu biaya administrasi 1% dari plafond, biaya notaris, biaya asuransi, biaya jaminan dan sebagainya. Nasabah yang menunda pembayaran sampai batas waktu yang ditentukan akan mendapat denda atas keterlambatan pembayaran. Jika nasabah pailit dan tidak mampu membayar, pihak bank akan memberi masa tenggang waktu sesuai kesepakatan dan melakukan langkah-langkah seperti restrukturisasi. Dan jika nasabah masih tidak mampu membayar sesuai kesepakatan maka bank akan menarik kembali barang yang telah dibiayai dan menjual barang tersebut untuk menutupi sisa utang nasabah. Kelebihan ataupun kekurangan dari penjualan barang tersebut akan diberikan kepada nasabah. Bila nasabah tidak mengalami kesulitan dana dan mempercepat proses pembayaran angsuran tiap bulan, maka nasabah akan diberi discount/potongan oleh bank. Potongan tersebut sering disebut dengan discount margin dan diakui sebagai pengurang pendapatan margin murabahah. Dalam hal pengakuan pendapatan margin yang diperoleh, bank menggunakan dasar kas (cash basis) yang besarnya jumlah pendapatan margin diakui proporsional dengan besaran kas yang berhasil ditagih dari piutang murabahah. Dengan kata lain pendapatan margin diakui sebesar kas yang berhasil ditagih atau dibayar oleh nasabah yaitu persentase keuntungan dikalikan dengan jumlah piutang nasabah. 4.2.2 Prosedur Pembiayaan Murabahah Prosedur awal yang ditempuh oleh calon nasabah untuk memperoleh persetujuan pembiayaan adalah : 1) Calon nasabah mengajukan permohonan pembiayaan murabahah yang dibuat langsung oleh calon nasabah dengan melampirkan fotocopy KTP. 2) Dengan KTP calon nasabah, Account Officer (AO) melakukan penilaian pembiayaan untuk mengetahui layak tidaknya suatu pembiayaan disalurkan. 3) AO melakukan interview awal dengan calon nasabah untuk memperoleh informasi mengenai calon nasabah, penyelidikan tentang tujuan penggunaan pembiayaan, kunjungan ke lokasi jaminan calon nasabah untuk mengetahui kebenarannya dan menilai jaminan, penilaian atas legalitas usaha dan untuk mengetahui gambaran umum mengenai kemampuan keuangan calon nasabah. 4) Setelah memperoleh keyakinan atas keabsahan dokumen dari hasil penyelidikan dan wawancara maka langkah selanjutnya adalah memberikan keputusan, menerima atau menolak pembiayaan tersebut. Bila telah dianggap layak menerima pembiayaan, maka persetujuan pembiayaan diberikan oleh AO, yang dituangkan dalam Nota Analisa Pembiayaan (NAP). 5) Selanjutnya NAP akan diajukan oleh AO kepada Pimpinan Cabang untuk meminta persetujuan pembiayaan. Jika pimpinan Cabang menyetujui pembiayaan tersebut maka akan dinyatakan dalam Surat Keputusan Pembiayaan (SKP) yang telah dibuat oleh Administrasi Pembiayaan. 6) Tahap selanjutnya adalah proses pencairan dana atas permohonan pembiayaan yang telah disetujui oleh Pimpinan Cabang. NAP, SKP dan dokumen lainnya akan diserahkan kepada Administrasi Pembiayaan untuk selanjutnya dibuat SP3/akad pembiayaan. 7) Tahap selanjutnya adalah pencairan pembiayaan. Dana yang diberikan sesuai dengan jumlah yang disetujui dalam akad perjanjian pembiayaan murabahah yang akan langsung ditransfer ke dalam rekening nasabah yang ada di BSM cabang manado. 8) AO melakukan monitoring yang meliputi pemantauan langsung ke tempat usaha, pemeriksaan laporan keuangan maupun perkembangan nilai jaminannya. 9) AO mengontrol perkembangan usaha nasabah dan melakukan evaluasi atas perkembangan usaha yang dibiayai berdasarkan data-data yang diperoleh dari riwayat pembayaran nasabah dan data-data yang ada dalam file pembiayaan. 176
10) Tahap terakhir yaitu melakukan penutupan pembiayaan murabahah nasabah dengan melunasi seluruh pembiayaan yang telah disepakati. Kemudian AO melakukan pemeriksaan melalui data yang ada pada komputer untuk melihat kebenaranya. Jika nasabah telah melunasi seluruh pembiayaan, maka Administrasi Pembiayaan akan membuat surat pelunasan yang harus disetujui oleh Pimpinan Cabang. Bila Pimpinan Cabang telah menyetujui surat pelunasan tersebut, maka ia akan memberikan surat perintah kepada Unit Kontrol intern untuk mengeluarkan jaminan nasabah. 11) AO menyerahkan dokumen jaminan dan Surat Pelunasan Pembiayaan kepada nasabah dan nasabah menadatangani tanda terima dokumen. Kemudian tanda terima pelepasan jaminan diarsipkan oleh Asisten Administrasi Pembiayan. Tanda terima jaminan ini berfungsi sebagai bukti bahwa dokumen jaminan
telah diambil oleh nasabah. 4.3 Pembahasan Untuk mengetahui kesesuaian penerapan pembiayaan murabahah pada PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Manado dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 102, maka dapat dilihat pada tabel-tabel analisis perbandingan antara PSAK No. 102 dan PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Manado tentang pengakuan dan pengukuran serta penyajian dan pengungkapan sebagai berikut : a) Perbadingan pengakuan dan pengukuran pada aktiva (asset) murabahah. Tabel 4.1 perbandingan antara PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Manado dan PSAK No. 102 tentang Pengakuan dan Pengukuran pada aktiva (asset) murabahah.
Aktiva (aset) Murabahah
PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Manado Setelah ada kesepakatan, bank menghubungi pemasok barang yang akan dibeli dan melakukan pembelian barang sesuai dengan permintaan nasabah. Barang yang diperoleh dari pemasok diakui sebagai persediaan sebesar harga perolehannya.
PSAK No.102
Keterangan
Pada saat perolehan, aset murabahah diakui sebagai persediaan sebesar biaya perolehan (paragraf 18)
(Sesuai)
Sumber : Data diolah, 2013 Pada tabel 4.1 dapat dilihat bahwa penerapan pembiayaan murabahah dalam hal pengakuan dan pengukuran pada aktiva (asset) murabahah telah sesuai dengan PSAK No. 102 pada paragraf 18 yang menyatakan bahwa asset murabahah diakui sebagai persediaan sebesar biaya perolehan. b) Perbandingan pengakuan dan pengukuran pada piutang murabahah. Tabel 4.2 perbandingan antara PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Manado dan PSAK No. 102 tentang Pengakuan dan Pengukuran pada piutang murabahah. PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Manado Piutang Nasabah membayar harga pokok dan Murabahah biaya-biaya lain atas jual beli ditambah margin keuntungan kepada bank. Jadi, Piutang murabahah diakui sebesar biaya perolehan ditambah dengan keuntungan yang disepakati. Sumber : Data diolah, 2013
PSAK No.102
Keterangan
Pada saat akad murabahah, piutang murabahah diakui sebesar biaya perolehan aset murabahah ditambah keuntungan yang disepakati (paragraf 22)
(Sesuai)
Pada tabel 4.2 dapat dilihat bahwa penerapan pembiayaan murabahah dalam hal pengakuan dan pengukuran pada piutang murabahah telah sesuai dengan PSAK No. 102 pada paragraf 22 yang menyatakan bahwa piutang murabahah diakui sebesar biaya perolehan aset murabahah ditambah keuntungan yang disepakati. c) Perbandingan pengakuan dan pengukuran pada pendapatan margin murabahah.
177
Tabel 4.3 perbandingan antara PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Manado dan PSAK No. 102 tentang Pengakuan dan Pengukuran pada pendapatan margin murabahah. PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Manado Pendapatan Besarnya margin yang ditetapkan untuk Margin pembiayaan murabahah adalah 7% Murabahah sampai dengan 8%/ tahun. Dan 28%sampai dengan 32%/ tahun untuk jumlah pembiayaan yang relative kecil. Pendapatan margin diakui sebesar kas yang berhasil ditagih atau dibayar oleh nasabah yaitu persentase keuntungan dikalikan dengan jumlah piutang nasabah. Sumber : Data diolah, 2013
PSAK No.102
Keterangan
Dalam mengakui pendapatan margin atau keuntungan terdapat beberapa metode salah satunya yaitu: keuntungan diakui proporsional dengan besaran kas yang berhasil ditagih dari piutang murabahah (paragraf 23)
(Sesuai)
Pada tabel 4.3 dapat dilihat bahwa penerapan pembiayaan murabahah dalam hal pengakuan dan pengukuran pada pendapatan margin murabahah telah sesuai dengan PSAK No. 102 pada paragraf 23 yang menyatakan bahwa pendapatan margin murabahah diakui proporsional dengan besaran kas yang berhasil ditagih dari piutang murabahah. d) Perbandingan pengakuan dan pengukuran pada potongan murabahah. Tabel 4.4 perbandingan antara PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Manado dan PSAK No. 102 tentang Pengakuan dan Pengukuran pada potongan murabahah. PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Manado Potongan Bila nasabah tidak mengalami kesulitan Murabahah dana dan mempercepat proses pembayaran angsuran tiap bulan, maka nasabah akan diberi discount/potongan oleh bank. Potongan tersebut sering disebut dengan discount margin dan diakui sebagai pengurang pendapatan margin murabahah. Sumber : Data diolah, 2013
PSAK No.102
Keterangan
Potongan pelunasan piutang murabahah yang diberikan kepada pembeli yang melunasi secara tepat waktu atau lebih cepat dari waktu yang disepakati diakui sebagai pengurang keuntungan murabahah (paragraf 26)
(Sesuai)
Pada tabel 4.4 dapat dilihat bahwa penerapan pembiayaan murabahah dalam hal pengakuan dan pengukuran pada potongan murabahah telah sesuai dengan PSAK No. 102 pada paragraf 26 yang menyatakan bahwa potongan pelunasan piutang murabahah yang diberikan kepada pembeli yang melunasi secara tepat waktu atau lebih cepat dari waktu yang disepakati diakui sebagai pengurang keuntungan murabahah. e) Perbandingan pengakuan dan pengukuran pada denda atas pembiayaan murabahah. Tabel 4.5 perbandingan antara PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Manado dan PSAK No. 102 tentang Pengakuan dan Pengukuran pada denda atas pembiayaan murabahah. PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Manado Denda Apabila terjadi keterlambatan pembayaran oleh nasabah kepada bank, maka nasabah akan dikenakan denda berupa biaya administrasi pada bank sebesar 0,00069 x nominal angsuran (perhari) untuk tiap-tiap hari keterlambatan yang terhitung sejak saat kewajiban pembayaran tersebut jatuh tempo sampai dengan tanggal dilaksanakannya pembayaran kembali. Sumber : Data diolah, 2013
PSAK No.102
Keterangan
Denda dikenakan jika pembeli lalai dalam melakukan kewajibannya sesuai dengan akad, dan denda yang diterima diakui sebagai bagian danak kebajikan (paragraf 29)
(Sesuai)
178
Pada tabel 4.5 dapat dilihat bahwa penerapan pembiayaan murabahah dalam hal pengakuan dan pengukuran pada denda murabahah telah sesuai dengan PSAK No. 102 pada paragraf 29 yang menyatakan bahwa denda dikenakan jika pembeli lalai dalam melakukan kewajibannya sesuai dengan akad, dan denda yang diterima diakui sebagai bagian danak kebajikan. f) Perbandingan pengakuan dan pengukuran pada uang muka atas pembiayaan murabahah. Tabel 4.6 perbandingan antara PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Manado dan PSAK No. 102 tentang Pengakuan dan Pengukuran pada Uang Muka atas pembiayaan murabahah. Uang Muka
PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Manado Biasanya uang muka yang akan dibayar nasabah yaitu sekitar 10% - 30% yang menjadi bagian pembayaran piutang atas murabahah yang dilakukan.
PSAK No.102
Keterangan
Uang muka diakui sebagai uang muka pembelian sebesar jumlah yang diterima, Jika barang jadi dibeli oleh pembeli, maka uang muka diakui sebagai pembayaran piutang (merupakan bagian pokok). (paragraf 30)
(Sesuai)
Sumber : Data diolah, 2013
Pada tabel 4.6 dapat dilihat bahwa penerapan pembiayaan murabahah dalam hal pengakuan dan pengukuran pada uang muka murabahah telah sesuai dengan PSAK No. 102 pada paragraf 30 yang menyatakan bahwa uang muka diakui sebagai uang muka pembelian sebesar jumlah yang diterima, Jika barang jadi dibeli oleh pembeli, maka uang muka diakui sebagai pembayaran piutang. g) Perbandingan penyajian dan pengungkapan pada piutang murabahah. Tabel 4.7 perbandingan antara PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Manado dan PSAK No. 102 tentang Penyajian dan Pengungkapan pada piutang murabahah. Sumber : Data diolah, 2013 PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Manado Piutang Piutang murabahah pada PT. BSM Murabahah Cabang Syariah disajikan dilaporan neraca sebesar saldo piutang murabahah dikurangi dengan penyisihan piutang murabahah.
PSAK No. 102
Keterangan
Piutang murabahah disajikan sebesar nilai bersih yang dapat direalisasikan, yaitu saldo piutang murabahah dikurangi penyisihan kerugian piutang (paragraf 37)
( Sesuai )
Pada tabel 4.7 dapat dilihat bahwa penerapan pembiayaan murabahah dalam hal penyajian dan pengungkapan pada piutang murabahah telah sesuai dengan PSAK No. 102 pada paragraf 37 yang menyatakan bahwa piutang murabahah disajikan sebesar nilai bersih yang dapat direalisasikan, yaitu saldo piutang murabahah dikurangi penyisihan kerugian piutang. h) Perbandingan penyajian dan pengungkapan pada margin murabahah yang ditangguhkan. Tabel 4.8 perbandingan antara PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Manado dan PSAK No. 102 tentang Penyajian dan Pengungkapan pada margin murabahah yang ditangguhkan. PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Manado Margin Margin murabahah yang ditangguhkan Murabahah pada PT. BSM Cabang Manado yang disajikan dilaporan neraca sebagai ditangguhkan pengurang piutang murabahah. Cara penyajiannya sama dengan penyajian akumulasi depresiasi aset tetap. Margin murabahah yang ditangguhkan akan berkurang apabila telah jatuh tempo atau dibayar. Sumber : Data diolah, 2013
PSAK No. 102
Keterangan
Margin murabahah tangguhan disajikan sebagai pengurang (contra account) piutang Murabahah (paragraf 38)
( Sesuai )
179
Pada tabel 4.8 dapat dilihat bahwa penerapan pembiayaan murabahah dalam hal penyajian dan pengungkapan pada margin murabahah yang ditangguhkan telah sesuai dengan PSAK No. 102 pada paragraf 38 yang menyatakan bahwa margin murabahah ditangguhan disajikan sebagai pengurang piutang murabahah. i)
Perbandingan penyajian dan pengungkapan pada pendapatan margin murabahah. Tabel 4.9 perbandingan antara PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Manado dan PSAK No. 102 tentang Penyajian dan Pengungkapan pada pendapatan margin murabahah.
Pendapatan Margin Murabahah
PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Manado Pendapatan margin murabahah disajikan di laporan laba rugi pada bagian pendapatan.
PSAK No. 102
Keterangan
Pengungkapan yang dilakukan sesuai dengan PSAK 101 paragraf 11 tentang penyajian laporan keuangan syariah yang meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, laporan perubahan ekuitas, laporan penggunaan dana zakat, laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan, catatan atas laporan keuangan.
( Sesuai )
Sumber : Data diolah, 2013
Pada tabel 4.9 dapat dilihat bahwa penerapan pembiayaan murabahah dalam hal penyajian dan pengungkapan pada pendapatan margin murabahah telah sesuai dengan PSAK No. 102 yaitu pendapatan margin murabahah disajikan dilaporan laba rugi pada bagian pendapatan yang diakui dengan besaran kas yang berhasil ditagih dari piutang murabahah. PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : a. Dalam hal pengakuan dan pengukuran pembiayaan murabahah yang diterapkan pada PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Manado telah sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 102. b. Dalam hal panyajian dan pengungkapan pembiayaan murabahah yang diterapkan pada PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Manado telah sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 102.
5.1
5.2
Saran Berdasarkan kesimpulan diatas menyatakan bahwa penerapan perlakuan akuntansi pembiayaan murabahah pada PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Manado telah sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 102 . Penulis berharap sistem dalam pembiayaan murabahah tersebut dapat dipertahankan. Saran dari penulis agar untuk penelitian selanjutnya pihak bank bisa lebih terbuka mengenai data laporan keuangan yang ada pada bank tersebut. DAFTAR PUSTAKA Budianas, Nanang, 2013. Pengertian Pembiayaan dan Jenis-Jenis Pembiayaan Bank Syariah. http://nanangbudianas.blogspot.com/2013/02/pengertian-pembiayaan-dan-jenis-jenis.html. Diakses February, 08, 2013. Ghaffar, Asmahani Mukhtar, 2009. Penerapan PSAK No. 102 tentang Pembiayaan Murabahah pada PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Medan. Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Medan. Harahap, Sofyan S., 2012. Teori Akuntansi Edisi Revisi 2011. Cetakan keduabelas. Rajawali Pers. Jakarta. Kazuraoby, 2011. Bank Syariah. http://kazuraoby.wordpress.com/2011/04/13/70/. Diakses April, 4, 2011. Kuncoro, Mudrajad, 2009. Metode Riset untuk Bisnis & Ekonomi. Edisi 3. Erlangga. Jakarta. Masita ., Jamaluddin., &Musviyanti, 2013. Analisis Penerapan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Nomor 102 (STudi Kasus pada Pegadaian Syariah Cabang Gunung Sari Balikpapan. Skripsi. Universitas Mulawarman. Balikpapan. 180
Riva, H. Veithzal & Veithzal, Andria P. 2008. Islamic Financial Management. Cetakan 1. Raja Grafindo Persada. Supriyanto, 2009. Metodologi Riset Bisnis. Suwardjono, 2013. Edisi ketiga. Cetakan keenam.Akuntansi Pengantar 1 proses penciptaan data pendekatan system. BPFE-Yogyakarta. Syariah Mandiri. Murabahah. http://www.syariahmandiri.co.id/category/business-banking/corporatebanking/pembiayaan-corporate-banking/kredit-investasi/murabahah-corporate/. Syahatah, Husein, 2001. Pokok-Pokok Pikiran Akuntansi Islam. Warsono, Sony &Jufri, 2011. Akuntansi Transaksi Syari’ah-Akad Jual Beli di Lembaga Bukan Bank. Penerbit Buku Akuntansi Asgard Chapter. Widi, Restu Kartiko, 2010. Asas Metodologi Penelitian. Edisi pertama. Cetakan pertama.
181
Identifikasi Non Value Added Activity Melalui Activity-Based Management Untuk Meningkatkan Efisiensi Hotel Travello Manado Irna Prisye Daleno David Paul Elia Saerang Inggriani Elim Fakultas Ekonomi, Jurusan Akuntansi Universitas Sam Ratulangi Email :
[email protected] ABSTRAK Menghadapai era globalisasi yang penuh dengan persaingan ketat, perusahaan harus dapat meningkatkan kinerja dan kemampuan beradaptasi terhadap lingkungan yang ada untuk dapat terus bersaing. Persaingan ini tidak hanya terjadi di lingkungan industri manufaktur saja tetapi juga industri jasa. Seiring dengan meningkatnya persaingan di bidang industri jasa khususnya perhotelan, maka Hotel Travello Manado harus menciptakan suatu keunggulan kompetitif dibanding pesaingnya. Oleh karena itu untuk menciptakan keunggulan tersebut, Hotel Travello Manado harus dapat menciptakan efisiensi dengan cara mengelola aktivitas yang dilakukan tanpa mengurangi kualitas pelayanan yang diberikan kepada pelanggan. Metode yang digunakan untuk mengelola aktivitas sehingga tercipta efisiensi ini disebut Activity-Based Management.Penelitian dilakukan pada divisi room Hotel Travello Manado. Penelitian yang dilakukan bersifat deskriptif yaitu dengan cara menganalisa semua aktivitas yang ada di divisi room Hotel Travello Manado lalu mengklasifikasikan aktivitas tersebut menjadi aktivitas bernilai tambah dan tidak bernilai tambah. Aktivitas tidak bernilai tambah ini akan dieliminasi ataupun digabungkan dengan aktivitas lain yang sejenis sehingga biaya tidak bernilai tambah yang muncul dari aktivitas ini dapat direduksi jumlahnya. Data yang digunakan pada penelitian ini yaitu data kuantitatif berupa laporan biaya divisi room Hotel Travello Manado tahun 2012 dan data kualitatif seperti sarana dari hotel tersebut.Kesimpulan dari penelitian ini yaitu dengan menerapkan metode Activity-Based Management, Hotel Travello Manado melakukan pengurangan biaya tidak bernilai tambah sehingga hal ini dapat menciptakan efisiensi tanpa harus mengurangi kualitas pelayanan yang diberikan pihak Hotel Travello Manado kepada para pelanggan, dan dengan menggunakan Activity-Based Management maka total biaya di divisi room dapat berkurang sebanyak Rp. 176.226.624,08 dari Rp. 3.576.508.933,00 menjadi Rp. 3.400.282.308,92 Kata kunci :
Manajemen Berdasarkan Aktivitas, Aktivitas Tidak Bernilai Tambah ABSTRACT
Faced with the globalization era filled with fierce competition, companies must be able to improve the performance and adaptability to the existing environment to be able to continue to compete. The rivalry does not happen in manufacture industry environmentbut also in service industry, with increasing the competition in service industry especially in hotel, so Travello Hotel should create a competitive excellence. Therefore to create that excellence, Travello Hotel should has efficiency with the way to manage the activity without cutdown the quality of service that give to customer. This method use to manage the activity, so that create this efficiency is calledActivity-Based Management.The research has done in room division of Manado Travello Hotel. The research is descriptive which analyze to all activity in room division of Travello Hotel and classify that activity to be value added activity and non value added activity. The value added activity will be eliminated or combined with the other activity that is similar, so that the value added non cost appear from this activity could reduced the amount. The data that used in this research is quantitative as cost report in room division in 182
Travello Hotel tahun 2012 and the qualitative data is like tool from the Hotel.The conclusion this research is to apply the method of activity-basedManagement, Travello Hotel reduces the non value added cost so it can create afficiency without cutdown the quality of service the given from Travello Hotel to customer, with using the activity-based management,the totally of expense in room division are decreases as much as Rp. 176.226.624,08 from Rp. 3.576.508.933,00 to be Rp. 3.400.282.308,92. Keywords : Activity-Based Management, Non Value Added Activity PENDAHULUAN Latar Belakang Menghadapai era globalisasi yang penuh dengan persaingan ketat, perusahaan harus dapat meningkatkan kinerja dan kemampuan beradaptasi terhadap lingkungan yang ada untuk dapat terus bersaing. Dengan adanya kemajuan yang sangat pesat pada dunia usaha tersebut akan mendorong perekonomian, baik di tingkat nasional maupun internasional untuk menuju era perdagangan bebas, yang tentu saja hal tersebut akan berdampak pada peningkatan persaingan bisnis yang semakin ketat. Peningkatan persaingan ini tidak hanya terjadi di bidang industri barang/produk saja melainkan juga telah merambah pada industri jasa, khusunya pada usaha perhotelan. Hotel merupakan suatu bentuk badan usaha yang bergerak di bidang jasa penginapan yang dikelola secara komersial dan memerlukan pengelolaan secara profesional terhadap sumber dana dan sumber daya manusia dalam menghasilkan jasa dengan biaya yang efisien. Keberhasilan dari industri jasa ini dapat dinilai dari kepuasan pelanggan yang menggunakan jasa tersebut efisiensi biaya. Biaya merupakan akibat dari adanya aktivitas yang dilakukan untuk menghasilkan barang atau jasa. Efisiensi biaya tercapai jika biaya yang dikeluarkan dalam aktivitas menghasilkan produk atau jasa merupakan biaya yang benar-benar dibutuhkan untuk menghasilkan produk atau jasa tersebut sehingga yang perlu ditangani dan dikelola oleh manajemen bukanlah biaya yang terjadi, melainkan aktivitas-aktivitas yang terjadi dalam kegiatan operasional hotel agar tidak terjadi pemborosan biaya. Perusahaan jasa perhotelan memerlukan informasi akuntansi manajemen yang akurat, relevan, dan tepat waktu. Penerapan activity-based management mampu membantu perusahaan perhotelan memperoleh informasi yang relevan dan sistem manajemen biaya yang baru ini juga mampu berperan dalam meningkatkan keakuratan pengendalian biaya. Peneliti ingin mengetahui bagaimana salah satu hotel berbintang seperti Hotel Travello Manado dapat mengidentifikasikan aktivas-aktivitas melalui Activity-based management untuk melakukan pengurangan biaya aktivitas serta meningkatkan kualitas pelayanan yang diberikan kepada pelanggan. Tujuan Penelitian Membantu pihak manajemen hotel untuk dapat melakukan pengefisiensian biaya yang muncul melalui pengidentifikasian aktivitas tidak bernilai tambah tersebut. TINJAUAN PUSTAKA Akuntansi Menurut Horngren dan Harrison (2007:4) , “Akuntansi adalah sistem informasi yang mengukur aktivitas bisnis, memproses data menjadi laporan, dan mengkomunikasikan hasilnya kepada pengambil keputusan. Rudianto (2009:14) mengatakan bahwa akuntansi adalah aktivitas mengumpulkan, menganalisis, menyajikan dalam bentuk angka, mengklasifikasikan, mencatat, meringkas dan melaporkan aktivitas atau transaksi perusahaan dalam bentuk informasi keuangan. Manajemen Berdasarkan Aktivitas (Activity-Based Management) 183
Hansen dan Mowen (2009:224) mendefinisikan Activity-Based Management adalah sebagai pendekatan untuk keseluruhan sistem yang terintegrasi dan berfokus pada perhatian manajemen atas berbagai aktivitas dengan tujuan meningkatkan nilai bagi pelanggan dan laba yang dicapai dengan mewujudkan nilai ini tersebut. Hilton et al (2006:180) mendefinisikan manajemen berdasarkan aktivitas digunakan oleh manajemen untuk mengevaluasi biaya dan nilai-nilai dari kegiatan proses untuk mengidentifikasi peluang untuk peningkatan efisiensi. Keunggulan dan Manfaat Activity-Based Management (ABM) Blocher et al (2011:132) menjelaskan 2 keunggulan ABM yaitu, (1) Activity-Based Management mengukur efektivitas proses dan aktivitas bisnis kunci dan mengidentifikasi bagaimana proses dan aktivitas tersebut bisa diperbaiki untuk menurunkan biaya dan meningkatkan nilai bagi pelanggan. (2) Activity-Based Management memperbaiki fokus manajemen dengan cara mengalokasikan sumber daya untuk menambah nilai aktivitas kunci, pelanggan, dan metode untuk mempertahankan keunggulan bersaing perusahaan. Supriyono (2008:343) menjelaskan ABM dapat menyediakan alat bagi manajemen untuk meningkatkan profitabilitas dan kinerja pada berbagai level organisasi. Tunggal (2010:73), menjelaskan beberapa manfaat dari Activity-Based Management adalah: (1) Menyediakan suatu cara untuk proses berkesinambungan. (2) Memfokuskan pada biaya-biaya penting. (3) Menciptakan suatu hubungan antara biaya-biaya bisnis dan menciptakan nilai. (4) Menyediakan ukuran-ukuran non keuangan. (5) Menyertakan semua fungsi bisnis dalam suatu organisasi. (6) Mengakui peran perubahan perilaku dalam sistem pelaporan. Aktivitas Bernilai Tambah (Value Added Activity) Hansen dan Mowen (2009:383) mengemukakan aktivitas bernilai tambah adalah yang diperlukan untuk tetap dalam bisnis. Miller (2008:7) menjelaskan aktivitas bernilai tambah adalah kegiatan yang dinilai berkontribusi terhadap nilai pelanggan atau memuaskan kebutuhan organisasi. Aktivitas Tak Bernilai Tambah (Non Value Added Activity) Hansen & Mowen (2009:384) mengemukakan aktivitas tak bernilai tambah adalah semua kegiatan lain diluar kegiatan-kegiatan bisnis yang tidak penting dan karena itu tidak diperlukan. Miller (2008:7) menjelaskan aktivitas tak bernilai tambah merupakan kegiatan yang dianggap tidak memberikan kontribusi terhadap nilai pelanggan atau kebutuhan organisasi itu. Efisiensi Mulyadi (2005 : 378) mengemukakan bahwa efisiensi merupakan rasio antara keluaran dan masukan suatu proses, dengan fokus perhatian pada konsumsi masukan. Penelitian Terdahulu Penelitian ini juga mengacu pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Fariyani (2012) dengan judul penelitian “Efisiensi Biaya Produksi dengan Metode Activity-Based Management (Studi Kasus Perusahaan Khalis Shoes)”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan Activity Based Management (ABM) pada industri perdagangan, yaitu industri sepatu, untuk mengetahui Activity Based Management (ABM) yang diterapkan mampu mendorong efisiensi biaya produksi atau tidak. Data yang digunakan berasal dari hasil studi pustaka, observasi dan wawancara pada objek penelitian.
METODE PENELITIAN 184
Jenis Penelitian Penelitian ini dilakukan pada Travello Hotel Manado khususnya divisi room. Penelitian ini bersifat deskriptif yaitu dengan cara mengidentifikasi semua aktivitas yang ada di divisi room hotel Travello lalu mengklasifikasikan aktivitas tersebut menjadi aktivitas bernilai tambah dan tidak bernilai tambah. Aktivitas tidak bernilai tambah ini akan dieliminasi ataupun digabungkan dengan aktivitas yang lain yang sejenis sehingga biaya tidak bernilai tambah yang muncul dari aktivitas ini dapat direduksi jumlahnya. Prosedur Penelitian Menentukan rumusan masalah, merumuskan masalah penelitian, mencari informasi yang mendukung penelitian, menentukan metode penelitian, memberikan saran, membuat kesimpulan. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah (1)Data kualitatif yaitu data yang disajikan secara deskriptif atau berbentuk uraian seperti sarana dan prasarana Hotel Travello Manado. (2)Data kuantitatif yaitu data yang disajikan dalam bentuk skala numeric atau angka. Data kuantitaf dalam penelitian ini yaitu data berupa laporan biaya divisi Room Hotel Travello Manado.dan bersumber dari laporan biaya tahun 2010 Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang akan dilakukan pada penelitian ini adalah: (1) Survey pendahuluan. Pada langkah ini akan dilakukan kunjungan awal ke perusahaan yaitu Hotel Travello Manado. Hal ini dilakukan untuk mengidentifikasi permasalahan yang ada di Hotel Travello Manado dan untuk memperoleh gambaran umum organisasi. Pemahaman dasar ini sangat penting guna mengembangkan analisa lebih lanjut, baik dalam studi kepustakaan maupun survey lapangan. (2) Wawancara yaitu teknik penelitian yang dilakukan dengan mengadakan wawancara atau tanya-jawab dengan pihak perusahaan yang ditunjuk atau pejabat berwenang yang ada hubungannya dengan data-data proses produksi dan biaya produksi yang dibahas dalam penelitian ini. Metode Analisis Data Metode analisis data yang dipakai pada penelitian ini yaitu menggunakan analisis deskriptif dimana data perusahaan yang telah terkumpul ini nantinya akan disusun, diolah, kemudian dianalisis dan dibandingkan dengan teori-teori yang telah ada selama ini. Dari hasil perbandingan itu, kemudian akan ditarik suatu kesimpulan. Langkah-langkah yang akan dilakukan dalam menganalisis data-data yang diperoleh adalah sebagai berikut: (1) Mengidentifikasi seluruh aktivitas yang dilakukan pada divisi room Hotel Travello Manado. (2) Menentukan cost driver dan besarnya biaya yang dikonsumsi oleh setiap aktivitas tersebut. (3) Melakukan analisis aktivitas untuk menentukan apakah aktivitas yang terjadi tergolong aktivitas bernilai tambah (value added activity) atau aktivitas tak bernilai tambah (non value added activity) dengan menggunakan indikator tiga kondisi yang harus dipenuhi secara simultan oleh aktivitas bernilai tambah. (4) Menentukan biaya dari aktivitas tak bernilai tambah yang telah diidentifikasi. (5) Menentukan alternatifalternatif apa saja yang dapat dilakukan untuk mereduksi atau bahkan memungkinkan untuk mengeliminasi aktivitas tak bernilai tambah tersebut dan untuk meningkatkan efisiensi dari aktivitas bernilai tambah yang terjadi sehingga efisiensi biaya yang diharapkan dapat tercapai. (6) Menarik kesimpulan dari analisis yang telah dilakukan dan memberikan saran yang nantinya mampu memberikan manfaat kepada perusahaan. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian 185
Data biaya divisi room selama tahun 2012 ini diperoleh dari bagian accounting hotel dimana biaya ini disusun untuk tujuan pembuatan laporan keuangan yang ditujukan bagi pihak manajemen hotel. Tabel 4.1 Biaya-biaya Divisi Room Hotel Trvello Manado Tahun 2012 Jumlah Biaya Jenis Biaya (Rp) Salaries 1.460.870.777,00 Cleaning Supplies 163.325.720,00 Guest Supplies 147.895.785,00 Laundry & Dry Cleaning 112.198.000,00 House Telephone & Faximile 65.951.923,00 Printing & Stationary 80.750.000,00 Papper Supplies 6.950.860,00 Guest & Local Transportation 29.623.560,00 F&B Guest Supplies 1.170.775.908,00 Maintenance 338.166.400,00 3.576.508.933,00 Total Biaya Analisis Cost Driver Untuk menelusuri biaya ke masing-masing unit aktivitas, diperlukan suatu penentuan cost driver. Dengan adanya suatu cost driver yang tepat maka biaya tersebut dapat dialokasikan secara tepat ke masingmasing unit aktivitas. Karena itu sebelum membebankan biaya-biaya divisi room ke unit aktivitas yang ada, perlu ditentukan terlebih dahulu cost driver tersebut. Setelah mengetahui ratio konsumsi pemicu biaya pada masing-masing unit aktivitas 2012 maka dilakukan pengalokasian biaya pada masing-masing unit aktivitas. Perincian alokasi biaya ke masing-masing unit aktivitas ditunjukkan pada table berikut. Tabel 4.2 Rincian Alokasi Biaya Divisi Room Tahun 2012 Jenis Biaya Administrasi Concierge Housekeeping & Total Laundry Salaries 536.646.408,00 357.764.272,00 566.460.097,00 1.460.870.777,00 Cleaning Supplies 163.325.720,00 163.325.720,00 Guest Supplies 147.895.785,00 147.895.785,00 Laundry & Dry Cleaning 112.198.000,00 112.198.000,00 House Telephone & Faximile 32.975.962,00 19.785.577,00 13.190.384,00 65.951.923,00 Printing & Stationary 50.468.750,00 12.112.500,00 18.168.750,00 80.750.000,00 Paper Supplies 4.678.463,00 1.002.528,00 1.269.869,00 6.950.860,00 Guest & LocalTransportation 29.623.560,00 29.623.560,00 F & B Guest Supplies 1.170.775.908,00 1.170.775.908,00 Maintenance 37.574.044,00 75.148.089,00 225.444.267,00 338.166.400,00 Total Biaya
662.343.627,00
495.436.526,00
2.418.728.780,00
3.576.508.933,00
Pengalokasian Biaya ke Aktivitas Setelah menentukan cost driver untuk masing-masing biaya dan alokasi biaya untuk tiap unit aktivitas yang ada maka pengalokasian besarnya biaya untuk masing-masing aktivitas dapat dilakukan. Pembebanan biaya ke tiap-tiap aktivitas ini ditentukan berdasarkan persentase dimana persentase tersebut diperoleh dengan cara membagi jumlah cost driver masing-masing aktivitas dengan jumlah cost driver tiap unit aktivitasnya 186
Tabel 4.3 Biaya Aktivitas Divisi Room Hotel Travello Manado Tahun 2012 Jenis Aktivitas Biaya Aktivitas Unit Aktivitas Administrasi Supervise Front Office 27.643.321,33 Administrasi check-in,check-out,dan payment 342.608.464,33 Deposit Reservation 32.546.985,82 Room Numbering Block 33.726.507,09 Reservation Call Book & Blockin 27.643.321,33 Reservation Confirmation 27.643.321,33 Arrangement Room Ocupied 33.726.507,09 Unit Aktivitas Concierge Membukakan pintu mobil tamu 55.291.985,82 Membawakan tas tamu dan mengantar tamu ke kamar 110.583.971,65 Melayani tamu dari dan ke bandara atau stasiun 50.236.355,53 Menangani masalah tamu yang pernah menginap 32.726.507,09 Unit Aktivitas Housekeeping & Laundry Supervisi housekeeping 27.628.169,64 Mempersiapkan kamar dan membersihkan kamar 159.612.244,53 Membersihkan area yang terletak di sekitar kamar 110.761.580,99 Melayani pencucian pakaian tamu 82.934.284,41 Menangani pencucian linen 82.934.289,41 Inspeksi kamar 33.934.289,41 TOTAL 1.272.182.106,80
Aktivitas Bernilai Tambah dan Aktivitas Tidak Bernilai Tambah Informasi yang diperoleh dari indikator analisis aktivitas tersebut dapat digunakan untuk menentukan aktivitas bernilai tambah dan tidak bernilai tambah. Value added activity (VA) nantinya akan dipertahankan oleh perusahaan sedangkan non value added activity (NVA) nantinya dapat digabung dengan aktivitas lain, direduksi volume aktivitasnya, ataupun dapat dieliminasi. Aktivitas yang tergolong value added activity (VA) yaitu antara lain sebagai berikut: 1. Supervisi Front Office 2. Administrasi check-in, check-out, dan payment 3. Deposit Reservation 4. Reservation Call Book & Blocking 5. Membukakan pintu mobil 6. Membawakan tas tamu dan mengantar tamu ke kamar 7. Melayani tamu dari dan ke bandara atau stasiun 8. Supervisi Housekeeping 9. Mempersiapkan kamar dan membersihkan kamar 10. Membersihkan area yang terletak di sekitar kamar 11. Melayani pencucian pakaian tamu 12. Melayani pencucian pakaian linen 13. Menangani pencucian linen Sementara itu aktivitas lainnya yang tergolong non value added activity (NVA) adalah: 1. Room Number Block 187
2. Reservation Confirmation 3. Arrangement Room Ocupied Pada tabel berikut ini akan ditampilkan jumlah biaya yang telah diklasifikasikan menjadi dua menurut analisis aktivitas yaitu value added activity (VA) dan non value added activity (NVA). Untuk selanjutnya, dari pengelompokan biaya ini nantinya akan dilakukan penggabungan, pengeliminasian, atau pereduksian beberapa aktivitas sehingga biaya tidak bernilai tambah yang muncul di divisi room Hotel Travello Manado ini dapat dikurangi. Tabel 4.4 Biaya Value Added Activities dan Non Value Added Activities Jenis Aktivitas Unit Aktivitas Administrasi Supervise Front Office Administrasi check-in,check-out,dan payment Deposit Reservation Room Numbering Block Reservation Call Book & Blocking Reservation Confirmation Arrangement Room Ocupied Unit Aktivitas Concierge Membukakan pintu mobil tamu Membawakan tas dan mengantar tamu ke kamar Melayani tamu dari dan ke bandara atau stasiun Menangani masalah tamu yang pernah menginap Unit Aktivitas Housekeeping & Laundry Supervisi housekeeping Mempersiapkan kamar dan membersihkan kamar Membersihkan area yang terletak di sekitar kamar Melayani pencucian pakaian tamu Menangani pencucian linen TOTAL
VA
NVA
104.200.514,84 302.596.795,24 40.598.656,85 33.411.061,82 38.721.035,98 53.286.291,42 89.529.270,84 89.441.068,00 89.441.068,00 218.985.473,37 97.568.916,63 139.385.710,00 1.611.764.529,00 216.925.832,7 235.120.777,1 215.531.930,8 3.400.282308,92 176.226.624,08
Total 104.200.514,84 302.596.795,24 40.598.656,85 33.411.061,82 38.721.035,98 53.286.291,42 89.529.270,84 89.441.068,00 89.441.068,00 218.985.473,37 97.568.916,63 139.385.710,00 1.611.764.529,00 216.925.832,7 235.120.777,1 215.531.930,8 3.576.508.933,00
Dari hasil analisa sebelumnya nampak bahwa ada beberapa aktivitas yang dapat digabungkan dengan aktivitas lain yang sejenis, direduksi volume aktivitasnya, atau bahkan ada yang perlu untuk dieliminasi. Aktivitas tersebut antara lain: 1. Melalui eliminasi aktivitas Room Numbering Block sebesar 100%, maka biaya aktivitas ini dapat berkurang sebesar Rp. 33.411.061,82 2. Aktivitas reservation confirmation juga dieliminasi sebesar 100 % dan hal ini berarti biaya yang diserap oleh aktivitas ini juga dapat dikurangi sebesar Rp. 53.286.291,42 3. Aktivitas arrangement room occupied akan dieliminasi sebesar 100 % akibatnya akan terjadi pengurangan biaya untuk aktivitas ini sebesar Rp. 89.529.270,84 Pembahasan Pengurangan biaya ini perlu dilakukan Hotel Travello Manado seiring dengan munculnya beberapa aktivitas tidak bernilai tambah di hotel tersebut karena aktivitas tersebut nantinya hanya berdampak pada 188
munculnya biaya yang tidak bernilai tambah yang tentu saja merugikan bagi pihak Hotel Travello Manado. Dari hasil analisa sebelumnya nampak bahwa ada beberapa aktivitas yang dapat digabungkan dengan aktivitas lain yang sejenis, direduksi volume aktivitasnya, atau bahkan ada yang perlu untuk dieliminasi . Aktivitas tersebut antara lain: 1. Room Numbering Block Aktivitas ini adalah aktivitas member tanda untuk nomor kamar yang ditempati oleh tamu dan aktivitas ini hampir sama dengan aktivitas reservation call book & blocking sehingga aktivitas ini tidak bernilai tambah, oleh karena itu aktivitas ini dapat dieliminasi karena merupakan bentuk pengulangan dari aktivitas reservation call book & blocking sehingga biayanya dapat dieliminasi 100 %. Aktivitas ini termasuk dalam aktivitas membuat skedul. 2. Reservation Confirmation Aktivitas ini adalah aktivitas untuk melakukan konfirmasi ulang kepada tamu yang akan menginap di hotel. Aktivitas ini juga dapat dieliminasi karena sama dengan aktivitas reservation call book & blocking sehingga aktivitas reservation confirmation ini hanya menghasilkan biaya tidak bernilai tambah. Dengan adanya pengeliminasian aktivitas ini maka biaya yang muncul juga dieliminasi sebanyak 100%. Aktivitas ini termasuk dalam aktivitas membuat skedul. 3. Arrangement Room Ocupied Merupakan aktivitas untuk mengatur kamar setelah tamu tiba di hotel. Aktivitas ini dieliminasi karena jika pihak hotel telah memastikan dengan jelas kepada pihak pemesan kamar mengenai jumlah kamar yang akan dihuni oleh tamu pada saat tamu tersebut melakukan reservasi maka pihak hotel dapat memperoleh informasi mengenai jumlah kamar yang akan disediakan untuk tamu yang memesan kamar sehingga aktivitas ini tidak dapat diperlukan lagi dan aktivitas ini dapat dieliminasi sebesar 100%. Aktivitas ini termasuk dalam aktivitas membuat skedul. Pengurangan biaya untuk beberapa aktivitas tidak bernilai tambah tersebut dapat ditunjukkan pada tabel 4.5 berikut. Tabel 4.5 Biaya Aktivitas Tidak Bernilai Tambah Divisi Room Hotel Travello Manado Tahun 2012 Setelah Cost Reduction Aktivitas Tidak Bernilai Biaya Aktivitas % Cost Besar Cost Reduction Tambah Reduction (NVA) Room Number Block 33.411.061,82 100 % 33.411.061,82 Reservation Confirmation 53.286.291,42 100 % 53.286.291,42 Arrangement Room Ocupied 89.529.270,84 100 % 89.529.270,84 Total
176.226.624,08
176.226.624,08
Dari pengeliminasian aktivitas tidak bernilai tambah tersebut, maka biaya aktivitas yang timbul di divisi room Hotel Travello Manado ini tentu saja akan berkurang. Total pengurangan biaya ini dapat dilihat pada tabel 4.21 berikut Tabel 4.6 Biaya Aktivitas Divisi Room Hotel Travello Manado Tahun 2012 Setelah Cost Reduction Jenis Aktivitas Biaya Aktivitas Unit Aktivitas Administrasi 189
Supervisi Front Office Administrasi check-in,check-out,dan payment Deposit Reservation Reservation Call Book & Blocking Unit Aktivitas Concierge Membukakan pintu mobil tamu Membawakan tas tamu dan mengantar tamu ke kamar Melayani tamu dari dan ke bandara atau stasiun Menangani masalah tamu yang pernah menginap Unit Aktivitas Housekeeping & Laundry Supervisi housekeeping Mempersiapkan kamar dan membersihkan kamar Membersihkan area yang terletak di sekitar kamar Melayani pencucian pakaian tamu Menangani pencucian linen Total
104.200.514,84 302.596.795,24 40.598.656,85 38.721.035,98 89.441.068,00 89.441.068,00 218.985.473,37 97.568.916,63 139.385.710,00 1.611.764.529,00 216.925.832,7 235.120.777,1 215.531.930,8 3.400.282308,92
Dengan menggunakan Activity-Based Management maka total biaya di divisi room Hotel Travello Manado dapat berkurang sebanyak Rp. 176.226.624,08 yaitu dari Rp. 3.576.508.933 menjadi Rp 3.400.282308,92 dan memberikan informasi kepada pihak hotel agar dapat meningkatkan efisiensi biaya ditahun-tahun berikutnya. PENUTUP Kesimpulan Dalam aktivitasnya Hotel Travello Manado belum menerapkan Activity Based Management sebagai dasar aktivitasnya sehingga masih ada aktivitas yang tidak bernilai tambah yang tidak dihilangkan oleh perusahaan sehingga masih ada penggunaan sumber daya yang tidak memberi value added bagi perusahaan. Pada divisi room terdapat beberapa aktivitas tidak bernilai tambah yang menyebabkan timbulnya biaya tidak bernilai tambah yaitu sebesar Rp. 176.226.624,08 setelah dilakukan manajemen aktivitas maka biaya tidak bernilai tambah tersebut akhirnya dapat direduksi dan menjadi perencanaan untuk pencapaian efisiensi biaya ditahun berikutnya. maka dapat disimpulkan bahwa penerapan activity-based management (ABM) sangat layak untuk diterapkan karena dengan penerapan metode tersebut terjadi efisiensi biaya pada Hotel Travello Manado sehingga hal ini akan memberi keuntungan bagi pihak hotel tanpa mengurangi jasa yang diterima oleh pelanggan. Saran Berdasarkan kesimpulan tersebut, maka saran-saran yang dapat diberikan kepada pihak Hotel Travello Manado, yaitu: 1. Hotel Travello Manado perlu meninjau kembali aktivitas-aktivitas yang ada. Hal ini dapat dilakukan salah satunya dengan cara menerapkan Activity Based Management dalam perusahaan sehingga tidak ada aktivitas yang tidak bernilai tambah dalam operasi produksi perusahaan karena aktivitas tidak bernilai tambah ini akan menimbulkan biaya tidak bernilai tambah. 2. Beberapa tindakan alternatif yang dapat dilakukan oleh manajemen Hotel Travello Manado sebagai upaya untuk menggabungkan aktivitas sejenis, mereduksi atau bahkan mengeliminasi aktivitas tidak bernilai tambah di divisi room agar tercipta efisiensi biaya, yaitu: a. Mengeliminasi aktivitas room number block dan reservation confirmation karena merupakan pengulangan aktivitas reservation call book & blocking. 190
b. Mengeliminasi aktivitas arrangement room ocupied karena jika pihak hotel telah memastikan dengan jelas kepada pihak pemesan kamar mengenai jumlah kamar yang akan dihuni oleh tamu pada saat tamu tersebut melakukan reservasi maka pihak hotel dapat memperoleh informasi mengenai jumlah kamar yang akan disediakan untuk tamu yang memesan kamar sehingga aktivitas ini tidak diperlukan.
DAFTAR PUSTAKA Blocher., Stout., Cokins. 2011. Manajemen Biaya. Edisi 5.Terjemahan. Salemba Empat. Jakarta. Brimson, James A., Antos, John 2008. An Activity-Based Costing Approach. John Wiley &Sons, Inc. New York.. Hansen, Don R.,Mowen, Maryane M. 2009. Management Accounting.Edisi 8.Terjemahan. Salemba Empat. Jakarta. Hilton, Ronald W., Maher., Selto, F.H. 2006 Cost Managerial: A Strategic for Busines Decision. Third Edition. McGraw-Hill, Inc. New York. Horngren, Charles T., Datar, Srikant,M., Foster, George. 2008. Cost Accounting, A Managerial Emphasis. Twelfth Edition.International Edition.Prentice Hall Inc.New Jersey Miller, Michael. 2008. Implementing Activity-Based Management in Daily Operations. John Wiley dan Sons Inc. New York. Mulyadi. 2005. Akuntansi Manajemen. Salemba Empat. Jakarta. Rudianto. 2009. Pengantar Akuntansi. Erlangga. Jakarta. Supriyono. 2008. Manajemen Biaya: Suatu Reformasi Pengelolaan Bisnis. Cetakan Keempat. Rajagravindo Persada.Yogyakarta. Tunggal, Amin Widjaja. 2010. Memahami Konsep Activity Based Management dan Activity-Based Costing. Harvarindo. Jakarta.
191
ANALISIS PENGENDALIAN INTERNAL ATAS PERSEDIAAN PADA PERUM BULOG DIVRE SULUT Julian Biga Ventje Ilat Inggriani Elim Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Akuntansi Universitas Sam Ratulangi Manado email :
[email protected] ABSTRAK Persediaan merupakan aktiva lancar perusahaan yang jumlahnya cukup material dan merupakan salah satu faktor penting dalam penunjang aktivitas perusahaan. Karena itu harus dilakukan pengendalian internal yang baik untuk mengamankan persediaan dari tindakan pencurian, penyelewengan, dan kerusakan. Adapun dari tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengendalian internal yang dilakukan oleh Perum Bulog Divre Sulut guna mendapatkan gambaran yang jelas mengenai pengendalian internal persediaan beras yang diterapkan apakah sudah efektif. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif yang digunakan untuk menggambarkan pengendalian internal persediaan pada Perum Bulog Divre Sulut. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa pengendalian internal persediaan beras pada Perum Bulog Divre Sulut sudah cukup efektif, dimana adanya pemisahan diantara fungsi-fungsi terkait dengan penerimaan dan pengeluaran beras. Pemantauan terhadap persediaan beras juga dilakukan tiap hari. Namun Perum Bulog Divre Sulut perlu memperbaiki kelemahan dalamperlindungan fisiknya yaitu dengan memasang kamera CCTV di dalam gudang untuk lebih menciptakan pengawasan internal persediaan yang efektif. Kata kunci : Pengendalian internal, Persediaan. ABSTRACT Supply constitutes a firm Current Assets, that its amount is material and constituting one of essential factor in corporate activity supporter. That is why it has to be done by a good internal control tosecure supplies of acts of fraud,deviation and demage. At one point, the purpose of this research is to know what is the internal control that did by Perum Bulog Divre Sulut in order to get a clear picture about the internal control of rice supply that is applied was effective or not. The method that is utilized in this research is qualitative descriptive method, this method will figure the internal control of supply in Perum Bulog Divre Divre Sulut. From the results of this research is concluded that the rice supply internal control by Perum Bulog Divre Sulut was effective, where there is a separation between functions that is concerning the rice input and output. The monitoring of rice supply is also been done everyday. But, the Perum Bulog Divre Sulut still need to fix their weaknesses in its physical protection with assembling CCTV camera at the storehouse to create an effective internal supply observation. Keywords : Internal control, supply
192
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan dalam menjalankan kegiatannya berusaha untuk mengelolah semua sumber daya yang dimilikinya untuk mencapai tingkat efisien dan efektifitas yang optimal agar memperoleh laba. Hal ini bertujuan agar perusahaan dapat mampu bertahan dan bersaing dengan perusahan lain. Salah satu aset penting perusahaan dalam hubunganya untuk memperoleh pendapatan adalah persediaan. Persediaan tersebut merupakan aktiva lancar dimana informasinya sangat diperlukan oleh manajemen. Pengambilan keputusan yang baik terhadap persediaan akan mempertahankan kelangsungan usaha perusahaan. Persediaan sangat rentan terhadap kerusakan maupun pencurian. Oleh karena itu diperlukan suatu pengendalian internal yang bertujuan untuk melindungi persediaan dan agar informasi mengenai persediaan lebih dapat dipercaya.Pengendalian internal persediaan dapat dilakukan dengan melakukan tindakan pengamanan untuk mencegah terjadinya kerusakan, pencurian, maupun tindakan penyimpangan lainnya. Perusahaan Umum (Perum) Badan Urusan Logistik (BULOG) merupakan perusahaan milik negara yang bergerak dalam bidang logistic pangan. Bulog dalam melaksanakan fungsi dan tugas utamanya sebagai pengadaan, pengelolaan persediaan, dan distribusi beras, serta pengendalian harga beras maka Bulog harus dapat menyediakan kebutuhan akan beras kepada masyarakat. Tingginya frekuensi keluar masuk persediaan beras di bulog dikhawatirkan akan terjadi kehilangan atau pencurian stock beras, sehinggadiperlukan pengendalian internal persediaan yang baik agar tidak terjadi penyelewengan dalam menjalankan tugas. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan penjelasan latar belakang masalah diatas, maka penulis merumuskan masalah yaitu apakah penerapan pengendalian internal atas persediaan pada Perum Bulog Divre Sulut sudah berjalan dengan efektif? 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai aplikasi dari pengendalian internal atas persediaan beras yang diterapkan oleh Perum Bulog Divre Sulut apakah sudah cukup efektif. 1.4 Manfaat Penelitian 1. Bagi penulis, dengan adanya penelitan ini diharapkan dapat memperluas pengetahuan dan wawasan penulis mengenai pengendalian internal atas persediaan, 2. Bagi pihak perusahaan, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan atau masukan yang berkaitan dengan pengendalian internal atas persediaan. 3. Bagi pihak-pihak lain, khususnya bagi almamater UNSRAT Fakultas Ekonomi & Bisnis, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi bagi penelitiannya. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 SistemAkuntansi Sistem akuntansi (accounting system) adalah metode dan prosedur, untuk mengumpulkan, mengklasifikasikan, mengikhtisarkan, dan melaporkan informasi operasi dan keuangan sebuah perusahaan. (Carl S. Warren, James M. Reeve, dan Philip E. Fees, 2006:234). 2.2 Persediaan 2.2.1 Pengertian Persediaan Ikatan Akuntansi Indonesia (2007:14.3) menjelaskan bahwa pengertian persediaan yaitu : a. Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal; b. Dalam proses produksi dan atau dalam pengadaan; atau c. Dalam bentuk bahan atau perlengkapan (supplies) untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa.
193
Persediaan (inventory) adalah pos-pos aktiva yang dimiliki oleh perusahaan untuk dijualdalam operasi bisnis normal, atau barang yang akan dijual (Kieso et al, 2008 : 402) 2.2.2 Jenis- JenisPersediaan Menurut Santoso (2010: 240) Pengelompokkan persediaan juga didasarkan pada jenis persediaannya, yaitu : a. Bagi perusahaan dagang (merchandise enterprise) di mana persediaan merupakan barang yang langsung diperdagangkan tanpa mengalami proses lanjutan. b. Sedangkan pada perusahaan industri di mana persediaan bahan baku memerlukan proses lebih lanjut agar siap dijual dalam bentuk barang jadi (finished goods), maka persediaan dikelompokkan sebagai berikut : 1) Bahan baku (raw material) yaitu bahan baku yang akan diproses lebih lanjut dalam proses produksi. 2) Barang dalam proses (work in process/goods in process) yaitu bahan baku yang sedang diproses di mana nilainnya merupakan akumulasi biaya overhead (factory overhead cost). 3) Barang jadi (finish goods) yaitu barang jadi yang berasal dari barang yang telah selesai diproses dan telah siap untuk dijual sesuai dengan tujuannya. 4) Bahan pembantu (factory/manufacturing supplies) yaitu bahan pembantu yang dibutuhkan dalam proses produksi namun tidak secara langsung dapat dilihat secara fisik pada produk yang dihasilkan. 2.2.3 Sistem Pencatatan Persediaan Menurut(Santoso, 2010 : 241) Sistem pencatatan pengelolaan persediaan yang dimaksud dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu : 1. Sistem persediaan periodik/fisik (periodical physical inventory system). Suatu sistem pengelolaan persediaan di mana dalam penentuan persediaan dilakukan melalui perhitungan secara fisik (physical counting) yang lazim dilakukan pada setiap akhir periode akuntansi dalam rangka penyiapan laporan keuangan. 2. Sistem persediaan terus-menerus (perpetual inventory system). Merupakan suatu sistem pengelolaan persediaan di mana pencatatan mutasi persediaan dilakukan secara terus-menerus dan berkesinambungan sehingga mutasi persediaan selama satu periode termonitor dan setiap saat jumlah maupun nilai persediaan dapat diketahui tanpa melakukan perhitungan fisik. Menurut(Santoso, 2010 : 248) Ada beberapamacammetodepenilaianpersediaan yang umumdigunakanyaitu : 1. Last-in, First-out (LIFO) 2. First-in, First-Out (FIFO) 3. Average cost 4. Identifikasi Khusus (Specific identifications) 2.3 Pengendalian Internal 2.3.1 Pengertian Pengendalian Internal Pengendalian internal merupakan satu proses yang dipengaruhi oleh dewan direksi perusahaan, manajemen, dan personel lain yang dirancang untuk memberikan jaminan yang masuk akal terkait dengan tercapainya tujuan berikut : (1) reliabilitas pelaporan keuangan, (2) efektivitas dan efisiensi operasi, dan (3) kesesuaian dengan peraturan dan regulasi yang berlaku. (Bodnar & Hopwood, 2006 : 129). Menurut Mulyadi (2008:163) Pengendalian Intern adalah bahwa pengendalian internal meliputi struktur organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi dan mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen. 2.3.2 Unsur – UnsurPengendalian Internal MenurutBodnar& Hopwood (2006 : 129) menyatakan bahwa komponen pengendalian internal meliputi : 194
1. 2. 3. 4. 5.
LingkunganPengendalian Penilaian risiko Aktivitas pengendalian InformasidanKomunikasiAkuntansi Pengawasan
2.3.2.1 LingkunganPengendalian Lingkungan pengendalian merupakan dampak kumulatif atas faktor – faktor untuk membangun, mendukung, dan meingkatkan efektivitas kebijakan dan prosedur tertentu (Bodnar & Hopwood, 2006 : 133). a. Integritas Dan Nilai –Nilai Etis b. Komitmen pada Kompetensi c. Partisipasi Dewan Komisaris dan Komite Audit d. Filosofi dan Gaya Operasi Manajemen e. Struktur Organisasi 2.3.2.2 PenilaianRisiko Penilian risiko merupakan proses identifikasi dan analisis risiko- risiko yang berdampak terhadap pencapaian tujuan organisasi serta menentukan tindakan yang tepat untuk menghadapi risiko- risiko tersebut (Kurniawan, 2012 : 112). 2.3.2.3 AktivitasPengendalian Aktifitas pengendalian merupakan kebijakan dan prosedur untuk membantu memastikan bahwa tindakan yang diperlukan untuk mengatasi risiko telah diambil guna mencapai tujuan entitas (Heri, 2011 : 93) a. PemisahanTugas b. Otorisasi yang tepatatastransaksi c. Dokumendancatatan yang memadai d. PengendalianFisikatasaktivadancatatan e. PemeriksaanIndependen 2.3.2.4 InformasidanKomunikasiAkuntansi Informasi yang dibutuhkan harus diidentifikasi, diterima dan dikomunikasikan dalam bentuk –bentuk dan periode yang memungkinkan para pegawai agar dapat memenuhi tanggung jawabnya. 2.3.2.5 Pengawasan Pengawasan atau monitoring merupakan komponen pengendalian internal yang kelima, melibatkan proses yang berkelanjutan untuk menaksir kualitas pengendalian internal dari waktu ke waktu serta untuk mengambil tindakan koreksi yang diperlukan (Bodnar dan Hopwood 2006:145). 2.4 PenelitianTerdahulu Nurmailiza (2009) skripsidenganjudulAnalisisPengendalian Intern ataspersediaanbarangdaganganpada PT. SabdaCipta Jaya. Salangka (2013) skripsidenganjudul : “PenerapanAkuntansiPersediaanUntukPerencanaan Dan Pengendalian LPG Pada PT. Emigas Sejahtera Minahasa. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Dalam penelitian ini, penulis menggunakan jenis metode penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian dilakukan pada kondisi yang alamiah langsung ke sumber data, pengumpulan data menggunakan instrument penelitian dan data yang terkumpul berupa profil perusahaan, visi dan misi perusahaan, struktur organisasi, job description, serta prosedur pengadaan dan pengeluaran beras pada Perum Bulog Divre Sulut. 195
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Perusahaan Umum (Perum) Badan Urusan Logistik (BULOG) Divisi Regional (Divre) Sulawesi Utara yang beralamat di Jalan Diponegoro N0 7-8 Manado. Waktu penelitian secara keseluruhan dilakukan selama 3 bulan, sejak bulan agustus sampai oktober 2013. 3.3 ProsedurPenelitian Prosedur penelitian adalah sebagai berikut. 1. MengajukanPermohonanPenelitian Penulis memasukan surat permohonan penelitian yang sudah disetujui dari Fakultas Ekonomi untuk melakukan penelitian pada objek yang akan digunakan 2. DisposisiPimpinan Pimpinanperusahaanmemberiperintahkepadabawahannya untuk membuat dan memberikan surat perintah yang menjelaskan tentang izin persetujuan penelitian diPerumBulogDivreSulut 3. Pengumpulan Data Pada tahap ini, penulis mulai mengumpulkan data pendukung penelitian yang akan digunakan dalam penyusunan skripsi 4. Analisis Data Penelitian Pada tahap ini, penulis melakukan analisis data dan memahami mengenai pengendalian internal persediaan yang diterapkan oleh perusahaan kemudian mengolah data yang tersedia dan mengevaluasinya sesuai dengan teori- terori yang ada. 5. Kesimpulan Pada tahap ini, penulis menarik kesimpulan mengenai hasil penelitian yang telah dilakukan. 3.4 3.4.1
MetodePengumpulan Data Jenis Data 1. Data Kualitatif Data yang tidak dapat diukur dalam skala numerik atau dalam angka. Data Kualitatif diperoleh melalui berbagai macam teknikpengumpulan data misalnya wawancara, analisis dokumen atau observasi. 2. Data Kuantitatif Data yang diukur dalam suatu skala numerik atau dalam angka. Data kuantitatif tidak digunakan dalam penelitian ini. 3.4.2 Sumber Data 1. Data Primer, Merupakan data yang diperoleh langsung dari perusahaan atau data yang terjadi di lapangan yang diperoleh dari teknik wawancara. 2. Data Sekunder Merupakan data yang diperoleh dari perusahaan dalam bentuk yang sudah jadi, seperti data mengenai sejarah singkat perusahaan, struktur organisasi, tentang pembagian tugas, dan data lengkap lainnya yang berhubungan dengan pengendalian internal persediaan perusahaan. 3.4.3 TeknikPengumpulan Data 1. Wawancara, yaitu penulis melakukan serangkaian tanya jawab secara langsung dengan pihak perusahaan yang berwenangyaitu bagian gudang dan akuntansi untuk mengetahui lebih jelas mengenai pengendalian internal persediaan perusahaan. 2. Observasi, yaitu mengadakan pengamatan secara langsung terhadap objek yang akan diteliti untuk mendapatkan data – data yang diperlukan sehubungan dengan kepentingan penelitian. 3. Dokumentasi yaitu informasi yang berasal dari catatan atau dokumen penting yang dimiliki perusahaan. 3.5 MetodeAnalisis Dalampenelitianini , penulis menggunakan metode analisis deskriptif yaitu suatu metode pembahasan permasalahan yang sifatnya menguraikan, menggambarkan, membandingkan dan menerangkan suatu keadaan yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran yang jelas dan terperinci mengenai suatu 196
keadaan berdasarkan data atau informasi yang telah didapatkan, kemudian dikumpulkan sehingga didapatkan informasi yang diperlukan untuk menganalisis masalah yang ada. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN HasilPenelitian Prosedur Pengadaan/ PermintaanPersediaan Beras 1) Seksi pengadaan melakukan kontrak dengan mitra kerja. Dan menerima surat perintah terima barang dan barang. 2) Gudang menerima beras dan melakukan survey kualitas beras. Kemudian membuat bukti timbang penerimaan barang.Dari bukti timbang ini selanjutnya akan dibuat catatan pemasukan barang yang akan diserahkan ke seksi pengadaan untuk melakukan pengecekan atas kelengkapan dokumen. 3) Seksi pengadaan membuat bukti verifikasi pembayaran yang akan diserahkan ke seksi akuntansi. 4) Seksi akuntansi mencatat dan mengecek dokumen apakah dokumen tersebut sudah lengkap kemudian diserahkan ke seksi keuangan. 5) Seksi keuangan membuat surat perintah pembayaran yang akan diserahkan kepimpinan untuk disetujui. Kemudian akan diserahkan ke Bank. Prosedur PengeluaranPersediaan Beras 1) Prosedur pengeluaran beras berasal dari Surat perintah alokasi yang berasal dari Pemda ke Divre. 2) Kepala Divre melakukan disposisi sesuai dengan surat perintah pengeluaran beras kepada bidang pelayanan publik 3) Bidang pelayanan publik menerima Surat Perintah Alokasi (SPA) dari kepala Divre dan memverifikasi dokumen tersebut kemudian akan diserahkan ke seksi penyaluran. 4) Seksi Penyaluran membuat DO pengeluaran beras berdasarkan Surat Perintah Alokasi. Kemudian DO tersebut diserahkan ke bidang pelayanan publik untuk disetujui. Setelah disetujui diserahkan kembali ke gudang. 5) Gudang menerima DO yang telah di setujui. Berdasarkan DO tersebut gudang mengeluarkan beras dan membuat bukti timbang penyerahan barang. Kemudian gudang akan membuat laporan pengeluaran beras (GD1k) yang akan diserahkan ke bagian akuntansi untuk dicatat sebagai pengeluaran beras. Perhitungan Fisik Persediaan Beras 1) Perhitungan Fisik pertama kali dilakukan oleh bagian gudang dan kemudian bagian akuntansi yang melakukan pencatatan terhadap persediaan. Bagian gudang dan bagian akuntansi ini bekerja sesuai dengan bukti – bukti yang ada dan melakukan pencatatan dan membuat laporan yang akan diserahkan ke kepala divre dan kepala bidang keuangan. 2) Kepala divre menyuruh tim pengawasan untuk mengecek laporan - laporan yang diserahkan oleh kepala bidang keuangan untuk diverifikasi hasil laporannya untuk melihat kebenaran terhadap persediaan yang ada. Setelah melakukan pengecekan kembali, tim pengawasan membuat laporan dari hasil pemeriksaannya yang kemudian diserahkan kembali kepada kepala divre. Dan laporan itu dapat menilai apakah terjadi penyelewengan terhadap persediaan beras. Pembahasan UnsurUnsurPengendalian Internal Persediaan 1. LingkunganPengendalian Internal Persediaan Manajemen Pada Perum Bulog Divre Sulut menganggap bahwa lingkungan pengendalian terhadap persediaan yang ada digudang sangat penting. Lingkungan pengendalian atas persediaan pada Perum 197
Bulog Divre Sulut akan di analisa dan di evaluasi berdasarkan faktor-faktor yang menyusun lingkungan pengendalian dari perusahaan. a. Integritas Dan Nilai –Nilai Etis Integritas dan nilai –nilai etis yang diterapkan Perum Bulog Divre Sulut telah berjalan cukup baik. Hal ini didukung dengan adanya pernyataan kebijakan dan aturan pelaksanaan yang telah dibuat oleh manajemen sudah jelas terdapat pada perusahaan sehingga perusahaan dapat memberikan contohcontoh yang baik pada karyawan dengan mengajarkan mengenai integritas dan kode etik yang harus dipatuhi.Peraturan dan kebijakan kode etik perusahaan melatih karyawan untuk bersikap jujur dan menjunjung tinggi peraturan yang ada pada perusahaan. b. Komitmen pada kompetensi Perum Bulog Divre Sulut mempunyai pegawai yang cukup berkompeten. Dengan mempertimbangkan keahlian, pendidikan serta pengalaman yang dimiliki calon pekerja dalam merekrut karyawan. Misalnya dalam penempatan karyawan di bidang keuangan untuk penerimaan maupun pengeluaran kas, perusahaan memilih calon karyawan yang memiliki latar belakang pendidikan lulusan sarjana ekonomi.Perusahaan juga mempertimbangkan dalam perekrutan pegawai baru yang telah memiliki pengalaman kerja. c. Penetapan Wewenang dan Tanggung Jawab Penetapan wewenang dan tanggung jawab dalam pengendalian internal persediaan sudah cukup baik dilakukan oleh manajemen Perum Bulog Divre Sulut. Hal ini dapat dilihat dengan adanya pemisahan fungsi dan pendelegasian wewenang kepada setiap anggota sesuai dengan kemampuan dan keterampilan yang dimilikinya. d. Partisipasi Dewan Komisaris dan Komite Audit Dewan komisaris dan komite audit Perum Bulog Divre Sulut berkedudukan di kantor pusat Jakarta. Namun kantor pusat akan mengirim tim audit untuk mengadakan pemeriksaaan terhadap pelaksanaan pengendalian internal persediaan beras dengan cara meminta laporan rutin dari manajemen serta mengevalasinya. Hal ini sudah cukup efeketif bagi Perum Bulog Divre Sulut. e. Falsafah dan Gaya Manajemen Operasi Falsafah manajemen yang diterapkan Perum Bulog Divre Sulut dalam hal ini bertanggung jawab atas arus keluar-masukya persediaan beras telah mendukung terciptanya lingkungan pengendalian yang memadai. Hal ini dapat dilihat dengan adanya keseriusan petugas bagian gudang dalam pengelolaan akan beras yang bermutu bagi kebutuhan masyarakat. Gaya operasi manajemen menekankan pentingnya laporan-laporan yang menunjukkan informasi yang benar/wajar tentang transaksi yang berhubungan dengan persediaan beras bagi masyarakat, baik laporan penerimaan pengeluaran beras ,laporan stock opname, dan laporan lainnya. Dalam hal ini laporan-laporan tersebut dihasilkan melalui prosedur-prosedur yang telah ditetapkan serta dilengkapai oleh bukti-bukti kompeten yang cukup, sehingga tercipta lingkungan pengendalian yang efektif. f. Struktur Organisasi Perusahaan Struktur organisasi di Perum Bulog Divre Sulut telah dirancang dan disusun dengan baik, yaitu secara fungsional yang terdiri dari bagian pengadaan, bagian penyaluran, bagian administarsi dan keuangan, serta bagian gudang.Penyusunan struktur organisasi berdasarkan fungsi ini sesuai untuk Perum Bulog Divre Sulut karena akan terlihat dengan jelas pembagian tugas dan wewenang dari setiap fungsional yang ada di perusahaan, sehingga pengendalian dapat dilakukan dengan lebih baik lagi di Perum Bulog Divre Sulut. g. Praktek dan Kebijakan Karyawan Kebijakan dan prosedur staff dan kepegawaian Perum Bulog Divre Sulut ini telah diterapkan cukup baik, hal ini memegang peranan yang penting bagi jalannya pengawasan karena pegawai merupakan komponen yang penting dalam pelaksanaan pengendalian internal perusahaan.Perum Bulog Divre Sulut telah menerapkan kebijakan perekrutan, pelatihan dan memberi penghargaan sesuai dengan tanggung jawab setiap pegawai yang berprestasi. Kondisi seperti ini sudah baik untuk membina kualitas pegawai yang jujur, terampil dan memiliki loyalitas terhadap perusahaan.
198
2. Penilaian Resiko Penilaian risiko yang dilakukan oleh manajemen agar penyajian informasi persediaan beras adalah wajar dan tepat waktu sudah cukup baik. Manajemen telah mengenali dan mempelajari resiko – resiko yang ada, serta membentuk aktivitas – aktivitas pengendalian yang diperlukan untuk menghadapi hal tersebut. Perum Bulog Divre Sulut yang tugasnya sebagai pengadaan beras melakukan penilaian terhadap persediaan beras yang masuk maupun yang keluar. Penilaian persediaanya dengan menjaga mutu beras yang ada di gudang sehingga pengawasan terhadap persediaannya dapat terjamin. Selain itu, Penilaian terhadap resiko persediaan yang dilakukan oleh Bulog adalah membuat laporan dan analisa terhadap catatan – catatan persediaan beras yang ada pada bulog dan pelaporan serta penganalisaan fisik prsediaan. Agar ketersediaan beras di Perum Bulog Divre Sulut tercukupi, perusahaan mengadakan stok opname yang memeriksa kebenaran/ kewajaran jumlah maupun kualitas beras yang ada digudang. Pemeriksaan fisik ini dapa memperkecil resiko atas penumpukan, kekurangan, atau kualitas beras yang rusak. 3. Informasi dan Komunikasi Sistem informasi dan komunikasi yang dilakukan oleh Perum Bulog Divre Sulut sudah cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari penyusunan prosedur yang jelas di dalam perusahaan, termasuk dalam prosedur pengawasan persediaan beras yang melibatkan beberapa fungsi terkait, dokumen dan catatan yang diperlukan serta laporan yang dihasilkan dan pencatatan ke dalam catatan akuntansi harus di dasarkan atas laporan sumber yang dilampiri dengan dokumen pendukung yang lengkap yang diotorisasi oleh pihak yang berwenang. Namun adanya sistem manual yang dilakukan oleh Perum Bulog Divre Sulut memberikan keterlambatan informasi dan komunikasi dibandingkan dengan menggunakan sistem yang terkomputerisasi. Menurut penulis dengan masih menggunakan sistem manual akan mengakibatkan kurangnya ketelitian dalam penilaian dan pengelolaan persediaan sehingga pengendalian internal terhadap persediaan menjadi terhambat akibat informasi dan komunikasi yang kurang baik. 4. Aktivitas Pengendalian a. Pemisahan Tugas Perum Bulog Divre Sulut telah mengadakan pemisahan tugas yang cukup pada setiap transaksi atau kegiatan yang berkaitan dengan persediaan beras, sehingga hal ini sudah mencerminkan terciptanya pengendalian internal dalam perusahaan. Dimana setiap fungsi yang ada di Bulog telah melakukan tugas utamanya masing masing. Satu diantaranya adalah pada aktifitas perhitungan fisik persediaan beras, dapat dilihat bahwa ada pembagian tugas yang jelas, yakni melaporkan jumlah persediaan beras dalam perhitungan fisik persediaan terdiri dari kepala bidang keuangan, bidang penyaluran, pimpinan , serta beberapa petugas dari bagian gudang. Adanya pembagian tugas di tiap – tiap bagian dengan fungsi kerja masing – masing memberikan peluang yang kecil di Perum Bulog Divre Sulut dalam melakukan kecurangan atau memanipulasi data ataupun penghilangan terhadap persediaan secara fisik maupun data. b. Otorisasi yang tepat atas transaksi Otorisasi atas transaksi dan aktivitas dilakukan dengan pembubuhan tanda tangan oleh orang yang berwenang pada dokumen untuk menyetujui terjadinya transaksi tersebut. Dengan demikian, sistem otorisasi akan menjamin dihasilkannya dokumen pembukuan yang dapat dipercaya. Misalnya dalam transaksi untuk pengeluaran beras dari gudang, bukti Delivery Order harus di otorisasi oleh bagian bidang pelayanan publik sehingga dengan adanya otorisasi tersebut maka gudang dapat mengeluarkan beras. Dengan adanya otorisasi tersebut akan mencegah adanya kecurangan dan penyelewengan yang dilakukan pegawai. Apabila terjadi kehilangan atau kesalahan data atau dokumen maka pegawai tersebut bertanggung jawab atas otorisasi tersebut. Menurut penulis Perum Bulog Divre Sulut dalam melakukan pemberian otorisasi atas transaksi dan aktivitas ini sudah cukup memadai dan harus terus mempertahankan adanya sistem otorisasi sehingga memperkecil adanya kemungkinan terjadinya kecurangan yang menimbulkan kerugaian yang besar pada perusahaan. Hal tersebut dilakukan untuk memperkuat pengendalian internal yang terdapat didalam perusahaan. c. Dokumen dan catatan yang memadai 199
Dokumen yang terdapat dalam prosedur penerimaan dan pengeluaran beras di Perum bulog Divre Sulut sudah cukup lengkap, seperti Surat Perintah Alokasi, Surat Perintah Terima Barang, Delivery Order, Bukti Timbang Penerimaan dan Penyerahan Barang, GD1k, GD1m, dan Surat Perintah Pembayaran. Dokumen-dokumen pendukung pada kegiatan penerimaan dan pengeluaran beras telah memiliki nomor urut tercetak. Hal ini mempermudah dalam pengawasan atas persediaan sehingga apabila terjadinya kesalahan atau kecurangan yang dilakukan oleh pegawai dapat segera diketahui. d. Pengendalian Fisik atas aktiva dan catatan Perlindungan fisik atas persediaan beras Perum Bulog Divre Sulut sudah cukup efektif, yakni dengan tersedianya gudang sebagai tempat penyimpanan. Namun agar perlindungan fisik digudang dapat terjaga dengan baik, sebaiknya Perum Bulog Divre Sulut menggunakan kamera CCTV, penggunaan kamera CCTV ini dapat membantu perusahaan untuk memperkecil adanya pencurian beras digudang yang akan dilakukan oleh pihak – pihak yang tidak bertanggungjawab. Perlindungan fisik terhadap dokumen-dokumen dan catatan-catatan juga dilakukan dengan baik, yaitu dokumen-dokumen dan catatan-catatan tersebut disimpan dan diarsip dalam blinder map sebagi tempat penyimpanan dan tetap menyimpan catatan-catatan yang rusak dalam catatan manual. e. Pemeriksaan Independen Pemeriksaan Independen yang dilakukan oleh Perum Bulog Divre Sulut sudah cukup memadai. Dimana Kebijakan perusahaan ini secara tidak langsung menciptakan suatu pengecekan yang independen di antara bagian- bagian yang melakukan permintaan atas barang maupun yang mengeluarkan barang. Pemeriksaan dilakukan secara periodik yaitu 3 bulan sekali oleh Kepala Bulog, kepala bagian keuangan, dan tim pengawasan. Pengecekan independen ini bertujuan agar meminimalkan terjadinya penyelewengan dalam perusahaan. 5. Pengawasan Pengawasan/Pemantauan yang dilakukan oleh Perum Bulog Divre SULUT dimulai dari bagian gudang sebagai sumber keluar dan masuknya persediaan beras dan juga bagian pencatatan persediaan di bagian akuntansi. kemudian bagian ini dipantau oleh Kapala Gudang dan kabid. Keuangan dan di teruskan ke Kabulog. Perum Bulog Divre SULUT melakukan pemantauan persediaan beras dengan melakukan stok opname setiap harinya dan juga sering adanya inspeksi mendadak yang dilakukan. Aktivitas pemantauan yang dilakukan sudah cukup baik dalam mendukung terciptanya pengendalian internal yang memadai dalam perusahaan. PENUTUP Kesimpulan 1. Lingkungan pengendalian persediaan pada Perum Bulog Divre Sulut terdapat struktur organisasi yang berbentuk fungsional, dimana pembagian tugas tugas sudah dilakukan kesetiap bagian sehingga tidak ada penggandaan tugas. Serta mempunyai pegawai yang berkompeten dalam bidangnnya untuk menyelesaikan tugas yang diberikan. Hal ini sudah mencerminkan prinsip pemisahaan fungsi yang baik dalam pengendalian internal perusahaan. 2. Penilaian resiko yang dilakukan oleh Perum Bulog Divre Sulut atas persediaan beras sudah cukup memadai. Hal ini bisa dilihat dengan adanya penjagaan kualitas beras di gudang sehingga bisa disalurkan kepada masyarakat. Perusahaan juga telah membuat kebijakan stock opname secara rutin setiap hari untuk mengatasi resiko persediaan beras yang rusak atau adanya penyelewengan. 3. Pelaksanaan informasi dan komunikasi atas persediaan beras secara umum masih memadai untuk mendukung pengendalian internal. Fungsi-fungsi yang terkait, prosedurprosedur, dokumen, dan catatan yang diperlukan dibentuk dan dikoordinasikan sedemikian rupa agar informasi persediaan beras yang wajar dapat dihasilkan dan dikomunikasikan setiap hari. Namun kelemahan perusahaan dalam kemampuan informasi dan komunikasi masih menggunakan sistem manual sehingga untuk mempertahankan akuntabilitas keakuratan data dan kecepatan informasi kurang dimaksimalkan walaupun telah memenuhi unsur – unsur pengendalian internal. 4. Aktivitas pengendalian yang dilakukan terhadap pelaksanaan transaksi penerimaan dan pengeluaran beras juga masih memadai. Setiap transaksi yang terjadi juga telah diotorisasi oleh pegawai yang berwenang dan dokumen-dokumen yang digunakan dalam setiap transaksi tersebut telah memiliki nomor urut tercetak. Pengawasan fisik atas persediaan dan catatan, serta pemeriksaan 200
independen atas pelaksanaan kinerja perusahaan juga telah memadai karena adanya kejelasan pelaksanaan tugas dan tanggung jawab. 5. Perlindungan fisik digudang Perum Bulog Divre Sulut belum menggunakan kamera CCTV. Hal ini dapat melemahkan pengendalian internal persediaan. 6. Pemantauan terhadap persediaan pada perum Bulog Divre Sulut telah sesuai dengan pengendalian internal persediaan dimana kegiatan pemantauan persediaan dilakukan oleh kepala bulog serta dibantu oleh bagian keuangan melalui kegitan stock opnme setiap hari, 3 bulan, serta inspeksi mendadak . Dan juga telah dipantau oleh pihak ekstern yaitu BPKP. Saran 1. Lingkungan pengendalian persediaan di Perum Bulog Divre Sulut sudah cukup memadai, hal ini dapat dilihat dari struktur organisasi yang ada di Perum Bulog Divre Sulut sudah tersusun dengan baik, dimana terdapat pemisahan tugas di masing – masing bagian dan pemisahan fungsi ini perlu di tingkatkan lagi agar pegawai dapat melaksanakan pekerjaan secara efektif dan efesien sesuai dengan kompetensi yang dimiliki, sehingga aktivitas yang terjadi didalam perusahaan menjadi lebih lancar karena setiap pegawai mengerti tugas yang harus dilaksanakan dan memang memilki keahlian yang dibutuhkan. Lebih hemat waktu dalam memberikan pelatihan dan pembelajaran, sehingga kinerja perusahaan dapat meningkat. 2. Kebijakan Perusahaan dalam menentukan resiko persediaan beras telah memadai dan harus semakin ditingkatkan lagi dengan menjaga mutu beras agar kebutuhan pangan masyarakat terpenuhi. 3. Pelaksanaan informasi dan komunikasi atas persediaan beras telah memadai dan semakin ditingkatkan dengan lebih mengefektifkan pengkoordinasian fungsi – fungsi yang terkait, prosedur – prosedur, dokumen – dokumen, dan catatan yang diperlukan dalam semua transaksi persediaan. Disamping itu, perusahaan juga perlu memperbaiki sistem manualnya agar kecepatan dan ketepatan informasi dapat digunakan dengan cepat dan mengefisiensi pekerjaan bagi perusahaan dan perlu berganti kepada sistem yang telah terkomputerisasi. 4. Aktivitas pengendalian terhadap persediaan yang meliputi pemisahan tugas yang jelas pada setiap fungsi terkait dan otorisasi yang pantas atas setiap transaksi dan aktivitas agar tetap dipertahankan karena sangat berpengaruh terhadap pengecekan secara independen atas pelaksanaan kinerja perusahaan, sehingga mendukung terciptanya pengendalian internal yang baik. 5. Dalam perlindungan fisik digudang sebaiknya perusahaan memasang Kamera CCTV, agar persediaan beras digudang dapat terawasi dengan baik sehingga dapat meminimalkan tindakan pencurian terhadap persediaan yang ada digudang. 6. Aktivitas pemantauan terhadap pengendalian persediaan beras yang dilakukan oleh kepala bulog dan bagian keuangan melalui stock opname secara periodic adalah sudah cukup memadai dan ditingkatkan lagi agar terciptanya pengendalian internal persediaan berjalan dengan baik. DAFTAR PUSTAKA Bodnar, George H., dan William S. Hopwood, 2006. Sistem Informasi Akuntansi, Edisi Kesembilan Penerbit ANDI, Yogyakarta. Heri. 2011. Auditig 1 : Dasar – Dasar Pemeriksaan Akuntansi, edisi pertama cetakan pertama. Penerbit Kencana, Jakarta. ____ .2011. Akuntansi Perusahaan Jasa dan Dagang. Cetakan kesatu. ALFABETA. Bandung Ismunandar.2005. Pengawasan Intern PersediaanPada Perusahaan UmumBulogDivisi Regional Sumatera Utara. Kieso, Donald E., Jerry J. Weygandt and Terry D. Warfield, 2008. Akuntansi Intermediate, Diterjemahkan oleh Emil Salim, Edisi 12. Jilid 1. Penerbit Erlangga, Jakarta Kurniawan, Ardeno, 2012 audit internal : nilai tambah bagi organisasi, Edisi pertama. BPFE,Yogyakarta Mulyadi, 2008. Sistem Akuntansi. Edisi ketiga Cetakan ke empat. Salemba Empat,Jakarta Niswonger, Rollin C, Carl S. Warren, James M. Reeve, Philip E. Fees, 2006.Accounting Principle, Edisi 21. Terjemahan Llyginus Raswinarto, Jakarta.
201
Nurmailiza, Tengku, 2009. Analisis Pengendalian Intern Atas Persediaan Barang Dagang Pada PT. Sabda Cipta Jaya. Universitas Sumatera Utara Fakultas Ekonomi Medan. Salangka, Ester, 2013.Penerapan Akuntansi Persediaan Untuk Perencanaan Dan Pengendalian LPG Pada PT. Emigas Sejahtera Minahasa. Jurnal EMBA. Vol.1 No.3. Hal. 1120-1128. Santoso, iman., 2010. Akuntansi Keuangan Menengah, Cetakan Kedua Penerbit PT Refika Aditama, Bandung. Sugiyono, 2010. Metode Penelitian Bisnis, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Penerbit Alfabeta. Bandung. Ikatan Akuntan Indonesia, 2007. Standar Akuntansi Keuangan, Salemba Empat. Jakarta www. Bulog.com.
202
EFEKTIVITAS PENYELESAIAN DAN PENERIMAAN ATAS HASIL PEMERIKSAAN PAJAK PENGHASILAN ORANG PRIBADI (Studi Kasus KPP Pratama Manado) Fino Indra Sumampouw Inggriani Elim Heince Wokas Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Akuntansi Universitas Sam Ratulangi Manado email :
[email protected] ABSTRAK Pemeriksaan pajak merupakan serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan, mengolah data dan atau keterangan lainnya untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Hal ini juga dilatar belakangi dengan Undang-undang perpajakan di Indonesia saat ini dalam melaksanakan pemungutan pajak menganut sistem self assessment. Hasil penghitungan Efektivitas pelaksanaan pemeriksaan pajak penghasilan khususnya PPh orang pribadi dan realisasi Surat Perintah Pemeriksaan (SP2) Pajak di KPP Pratama Manado, dari segi penyelesaian yang dihitung berdasarkan pada penerbitan dan realisasi (SP2) Pajak yang selesai, dimana tahun 2010-2012 mempunyai tingkat efektivitas yang sama yaitu termasuk dalam kriteria efektif dengan presentase 100 % dan Hasil penghitungan efektivitas dari segi penyelesaian penerimaan atas hasil pemeriksaan yang dihitung berdasarkan target dan realisasi SP2 Pajak, dimana mempunyai tingkat Efektivitas pada tahun 2010 (101,8 %), tahun 2011 (103,4%), dan tahun 2012 (113,1%) yang semuanya termasuk dalam kriteria sangat efektif. Itu berarti bahwa kinerja dari KPP Pratama Manado sudah sangat baik karena dapat memenuhi target yang telah ditentukan, dan sebaiknya KPP Pratama Manado dapat terus mempertahankannya. Kata Kunci : Pajak, Efektivitas, Pemeriksaan, Penyelesaian, Penerimaan.
ABSTRACT Tax audit is a series of activities to search for, collect, and process data or other information to verify compliance fulfillment of tax obligations and for other purposes in order to implement the provisions of the tax legislation. It is also against the background of the tax laws in Indonesia in implementing tax collection embrace self assessment system. The effectiveness of the implementation of the inspection results of the calculation of income tax and the individual income tax in particular the realization of Inspection Warrant (SP2) Tax on KPP Pratama Manado, in terms of the settlement are calculated based on the issuance and realization (SP2) Tax is completed, which have a higher effectiveness 2010-2012 the same is included in the criteria effectively with a percentage of 100% and the results of the calculation in terms of the effectiveness of the completion of the acceptance of the results of the examination are calculated based on the target and the realization SP2 Tax, which had a degree of effectiveness in 2010 (101.8%), in 2011 (103, 4%), and 2012 (113.1%) of which were included in the criteria is very effective. That means that the performance of the KPP Pratama Manado is very good because it can meet the set targets, and the KPP Pratama Manado should be able to continue to defend it. Keywords: Tax, Effectiveness, Inspection, Settlement, Revenue
203
PENDAHULUAN Latar Belakang Saat ini Indonesia mengalami berbagai permasalahan di berbagai sektor khususnya sektor ekonomi dan untuk tetap dapat bertahan dan memperbaiki kondisi yang ada maka pajak merupakan salah satu potensi penerimaan dalam negeri yang menjadi prioritas utama karena mampu mendominasi penerimaan negara. Berdasarkan perundang-undangan perpajak di Indonesia saat ini dalam melaksanakan pemungutan pajak menganut sistem self assesment. Sistem pemungutan ini mempunyai arti bahwa besarnya pajak yang terutang dipercayakan kepada Wajib Pajak (WP) itu sendiri, dimana WP harus melaporkan secara teratur seluruh jumlah pajak yang terutang dan jumlah pajak yang telah ditentukan dalam peraturan perundang-undangan perpajakan. Oleh sebab itu untuk mendukung keberhasilan diterapkannya sistem self assesment salah satu hal mendasar yang harus dilakukan adalah melaksanakan penegakan hukum (law enforcement) perpajakan. Penegakan pelaksanaan penegakan hukum pajak secara tegas dan konsisten akan mampu menciptakan kepatuhan yang lebih baik dari wajib pajak dan akan bermuara pada peningkatan penerimaan dari sektor pajak. Oleh karena itu terhadap Wajib Pajak yang melakukan kecurangan dan lalai akan pemenuhan kewajibannya perlu dilakukan pemeriksaan untuk menguji kepatuhan dan menegakkan peraturan perpajakan (law enforcement) yang mempunyai kekuatan hukum memaksa sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan dalam UU perpajakan. Dalam skala mikro, kondisi kota Manado sangat strategis dengan penduduk yang cukup padat dan memiliki mobilitas kegiatan ekonomi yang tinggi sehingga memberi peluang untuk menggali potensial, karena itu sangat mungkin ada wajib pajak yang tidak membayar tepat waktu atau bahkan tidak membayar sama sekali. Dari uraian diatas penulis merasa untuk melakukan penelitian mengenai efektivitas penyelesaiaan dan penerimaan atas hasil pemeriksaan pajak penghasilan orang pribadi. Oleh karena itu, penulis akan melakukan penelitian dengan judul “Efektivitas Penyelesaian Dan Penerimaan Atas Hasil Pemeriksaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi (Studi kasus pada KPP Pratama Manado)” Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui Efektivitas berdasarkan target dan realisasi surat perintah pelaksanaan pemeriksaan (SP2) Pajak di KPP Pratama Manado. 2. Untuk mengetahui Efektivitas penyelesaian dan penerimaan pemeriksaan pajak penghasilan khususnya PPh Orang Pribadi (PPh Orpri) di KPP Pratama Manado.
TINJAUAN PUSTAKA Konsep Akuntansi Menurut (Horngren dan Harrison, 2007:4) “Accounting is the information system that measures business activity, processes the data into reports and communicates the results decisioan makars.” Akuntansi adalah sistim informasi yang mengukur aktifitas bisnis, memproses data menjadi laporan dan mengkomunikasikan hasilnya kepada para pembuat keputusan. American Accounting Association, mendefinisikan akuntansi sebagai “Proses mengidentifikasikan, mengukur, dan melaporkan informasi ekonomi, untuk memungkinkan adanya penilaian dan keputusan yang tegas bagi mereka yang menggunakan informasi tersebut.” Dari batasan tersebut dampak arah tujuan akuntansi itu sendiri, yaitu menyajikan informasi ekonomi (economic information) dari suatu economic entity (entitas atau kesatuan ekonomi) kepada pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholder) atas informasi ekonomi. Agar akuntansi dapat menghasilkan informasi ekonomi, diperlukan adanya suatu metode pencatatan, penggolongan, analisis, pengendalian transaksi kegiatan keuangan, dan pelaporan keuangan perusahaan. Pengertian Pajak Menuru (Mardiasmo 2009: 1) Pajak adalah iuran rakyat pada kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontaraprestasi) yang langsung dapat di tunjukan dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Pajak dipungut berdasarkan norma-norma hukum guna menutup biaya produksi barang-barang dan jasa kolektif untuk mencapai kesejahteraan umum. Jadi, Pajak 204
merupakan hak prerogatif pemerintah, iuran wajib yang dipungut oleh pemerintah dari masyarakat (wajib pajak) untuk menutupi pengeluaran rutin negara dan biaya pembangunan tanpa balas jasa yang dapat ditunjuk secara langsung berdasarkan undang-undang. Fungsi dan Peran Pajak Sebagaimana telah diketahui ciri-ciri yang melekat pada pengertian pajak dari berbagai definisi, maka fungsi dan peran pajak sangat penting bagi negara yang mana pajak tersebut dipungut berdasarkan Undangundang serta aturan pelaksanaannya bersifat dapat dipaksakan. (Waluyo, 2011:6) mengemukakan ”minimal ada dua definisi atau fungsi pajak yaitu: 1. Fungsi penerimaan (budgeter) Pajak berfungsi sebagai sumber dana yang diperuntukan bagi biayaan pengeluaran-pengeluaran pemerintah. Sebagi contoh: dimasukannya pajak dalam APBN sebagai penerimaan dalam negeri. 2. Fungsi mengatur (regular) Pajak berfungsi sebai alat untuk mengatur atau melaksanakan di bidang social dan ekonomi. Sebagai contoh:dikenakannya pajak yang lebih tinggi terhadap minuman keras.dapat ditekan dan demikian pula terhadap barang mewah. Pengertian Pemeriksaan Pajak Menurut (Wirawan, 2010:137), terhadap wajib pajak yang akan diperiksa sebaiknya juga mengetahi adanya hak dan kewajiban dalam proses pemeriksaan untuk menghindari adanya kemungkinan terjadinya kasalah pahaman antara pemeriksa pajak dan wajib pajak. Pengertian pemeriksaan pajak telah diatur dalam pasal 1 angka 24 UU nomor 6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir dengan UU nomor 16 Tahun 2009 yang menyatakan bahwa: “Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan, dan mengolah data dan atau keterangan lainnya untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan perundang-undangan perpajakan. Ruang Lingkup Pemeriksaan Meneurut (waluyo, 2009:321) Mengacu pada peraturan menteri keuangan No. 199/PMK03/2007 tentang tatacara pemeriksaan pajak, membedakan jenis pemeriksaan, ruang lingkup, dan keriteria pemeriksaan Petugas Pelaksana Pemeriksaan Pajak Menurut KMK Nomor 545/KMK.04/2000, pemeriksa pajak adalah pegawai negeri sipil di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak atau tenaga ahli yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal Pajak yang diberi tugas, wewenang, dan tanggung jawab untuk melaksanakan pemeriksaan pajak. Tinjauan Umum Mengenai Efektivitas Menurut (Ervina, 2007:35), untuk mengukur tingkat efektivitas dari suatu sistem kerja dapat juga dengan memberikan peringkat dengan menggunakan skala peringkat. Skala peringkat yang digunakan adalah: (dalam presentase) 1. > 100 sangat efektif 2. 90 – 100 efetif 3. 80 – 89 cukup efektif 4. 70 – 79 kurang efektif 5. < 69 tidak efektif Apabila konsep efektivitas dikaitkan dengan pemeriksaan maka yang dimaksud efektivitas adalah seberapa besar realisasi yang dapat dicapai atas target yang telah ditetapkan oleh pihak KPP Pratama Manado setiap tahunnya untuk memenuhi tujuan yang telah ditetapkan, dengan menggunakan indikator-indikator sebagai berikut: a. Dari segi penyelesaian dengan berdasarkan pada jumlah Surat Perintah Pemeriksaan (SP2) Pajak selesai mulai tahun 2010 sampai tahun 2012 b. Dari segi penerimaan atas hasil pemeriksaan dengan didasarkan pada jumlah target dan realisasi ketetapan pemeriksaan mulai dari tahun 2010 sampai tahun 2012.
205
Penelitian Terdahulu Tabel .1 Penelitian Terdahulu No. 1.
2.
Nama penelitih/ Tahun Ervina Krisbianto (2007)
Menurut Indah Rachmawati (2006)
Metode penelitian
Judul
Tujuan
Efektivitas Pelaksanaan pemeriksaan dalam rangka menigkatkan penerimaan Negara dari sektor pajak (studi kasus kantor pelayanan pajak Tulungagung)
Untuk mengetahui efaktivitas pelaksanaan pemeriksaan dalam meningkatkan penerimaan Negara dari sektor pajak dan faktor-faktor yang mendukung dan penghambat yang dihadapi dalam pelaksanaan pemeriksaan dan upaya-upaya apa yang dilakukan KPP Tulungagung dalam mengatasi hambatanhambatan yang terjadi.
Deskriptif dan Kuantitatif
Faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas pelaksanaan pemeriksaan untuk meningkatkan penerimaan Negara dari sektor pajak ( studi kasus KPP Batu )
Untuk mengetahui efektivitas pelaksanaa pemeriksaan untuk meningkatkan penerimaan Negara dari sektor pajak dan faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan pemeriksaan .
Deskriptif dan kuantitatif
Persamaan
Perbedaan
hasil penghitungan efektivitas dari segi penyelesaian yang dihitung berdasarkan pada penerbitan dan realisasi Surat Perintah Pemeriksaan Pajak (SP3) yang selesai, dimana 2004 – 2006 termasuk dalam kriteria sangat efektif.
Penelitian Efektivitas
Tempat penelitian
hasil penghitungan efektivitas dari segi penyelesaian yang dihitung berdasarkan pada penerbitan dan realisasi Surat Perintah Pemeriksaan Pajak (SP3) yang selesai, dimana tahun 2003 termasuk dalam kriteria kurang efektif sedangkan tahun 2004 dan 2005 termasuk dalam kriteria sangat efektif.
Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi efaktivitas pelaksanaan pmeriksaan
Tempat penelitian
Hasil Penelitian
206
METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Dalam melakukan penelitian diperlukan penyesuaian dengan pokok permasalahan yang diteliti. Hal ini berguna untuk mendapatkan data dan informasi dalam mendukung suatu penulisan untuk menentukan arah kegiatan sehingga tujuan penelitian dapat tercapai. Penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Menurut (Sugiyono, 2011:21) Penelitian deskriptif adalah metode yang digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk kesimpulan yang lebih luas.
Penggunaan jenis penelitian deskriptif dalam skripsi ini diharapkan mampu memberikan gambaran dari data-data yang diperoleh mengenai efektivitas penyelesaian dan penerimaan atas hasil pemeriksaan pajak penghasilan orang pribadi di KPP Pratama Manado. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kota Manado yaitu pada KPP Pratama Manado, khususnya pada seksi pemeriksaan yang mengurusi pemeriksaan terhadap Wajib Pajak yang lalai dalam pemenuhan kewajiban perpajakannya. Prosedur Penelitian Prosedur yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Menentukan judul dan merumuskan masalah. 2. Mengumpulkan data sesuai permasalahan yang diangkat. 3. Pengumpulkan data melalui wawancara terhadap pihak-pihak yang terkait serta pengambilan data-data pada KPP Pratama Manado untuk mengetahui bagaimana tingkat Efaktivitas pelaksanaan pemeriksaan pajak penghasilan khususnya orang pribadi dan realisasi surat perintah pemeriksaan (SP2) pajak. 4. Mengolah data dan menginterpretasikan hasil pengolahan data. 5. Menarik kesimpulan dan memberikan saran yang dianggap perlu sebagai perbaikan dalam masalah yang ada. Jenis Data dan Sumber Data Jenis Data Data merupakan sekumpulan informasi yang diperlukan untuk pengambilan keputusan. Menurut (kuncoro, 2009:145) jenis data dapat dibedakan menjadi: a. Data kuantitatif, adalah data yang diukur dalam suatu skala numerik (angka). b. Data kualitatif, adalah data yang tidak dapat diukur dalam skala numerik. Sumber data sumber data menurut (Kuncoro, 2009:148) yang digunakan pada penelitian pada umumnya ada dua, yaitu: 1. Data primer Data yang diperoleh dengan survey lapangan dengan menggunakan semua metode pengumpulan data original. 2. Data Sekunder Data yang telah dikumpulkan oleh lembaga pengumpul data dan dipublikasikan kepada masyarakat pengguna data. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data yang berupa arsip atau dokumen yang dimiliki oleh KPP Pratama Manado selama tahun pajak 2010-2012, kemudian data-data tersebut dianalisa secara deskriptif. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Studi pustaka, yaitu dengan mempelajari dan memahami sumber informasi baik literatur, artikel, maupun situs di internet yang relevan dan berhubungan dengan pembahasan. 2. Metode dokumentasi yaitu suatu proses untuk memperoleh data-data atau dokumen yang telah dipublikasikan oleh pihak lain yang terkait dengan permasalahan yang sedang diteliti.
207
Metode Analisis Data Menurut (Ervina, 2007:35) analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Deskriptif. Dalam penelitian ini bertujuan untuk menghitung tingkat efektivitas berdasarkan data dan hasil penelitian yang didasarkan antara lain: 1. Dari segi penyelesaian pemeriksaan yang didasarkan pada pencapaian target dan realisasi atas jumlah Surat Perintah Pemeriksaan Pajak yang selesai setiap tahunnya dengan menggunakan perhitungan sebagai berikut: Realisasi penyelesaian Efektivitas = x 100 % Target pemeriksaan + n Dimana n = jumlah tunggakan pembayaran pajak yang terjadi dari pemeriksaan di tahun sebelumnya jika ada. Realisasi atas Surat Perintah Pemeriksaan Pajak dimana, penyelesaian pemeriksaan dengan berdasarkan jumlah penerbitan SP2 Pajak. 2. Dari segi penerimaan atas hasil pemeriksaan yang didasarkan pada pencapaian target dan realisasi atas ketetapan pemeriksaan setiap tahunnya dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Realisasi pemeriksaan Efektivitas = x 100 % Target pemeriksaan + n Dimana n = jumlah tunggakan pembayaran pajak yang terjadi dari pemeriksaan di tahun sebelumnya jika ada. Realisasi atas ketetapan pemeriksaan dimana, besarnya jumlah penerimaan atas hasil pemeriksaan, berdasarkan penerbitan SP2 Pajak.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Deskripsi Objek Penelitian Sebelum modernisasi birokrasi di bidang perpajakan, Kantor Pelayanan Pajak Manado merupakan instansi vertikal Direktorat Jenderal Pajak Kanwil Sulbagut dan Sulbaguteng, yang bernaung di bawah Departemen Keuangan Republik Indonesia. Tugas dari Kantor Pelayanan Pajak Manado adalah melaksanakan sebagian dari tugas-tugas pokok Direktorat Jenderal Pajak, dalam mengelola penerimaan negara. Pengelola yang berasal dari pajak-pajak negara ini, meliputi administrasi penerimaan, pajak negara, ekstensifikasi pajak dan penetapan, penagihan pajak negara serta masalah-masalah lain yang berkenan dengan permohonan keberatan dan restitusi pajak negara. Kantor Pelayanan Pajak Manado berdiri pada pertengahan tahun 1959, yang merupakan pemecahan dari Kantor Pelayanan Pajak Makassar, dimana pada waktu itu menggunakan istilah Kantor Inspeksi Keuangan. Untuk daerah Sulawesi Utara, meliputi Sulawesi Utara dan Sulawesi Tengah yang dalam perkembangan selanjutnya, pada tahun 1969 diubah menjadi Kantor Inspeksi Pajak, dengan wilayah kerja meliputi Sulawesi Utara dan Sulawesi Tengah. Dengan semakin berkembangnya potensi perekonomian Sulawesi pada umumnya dan Sulawesi Utara dan Sulawesi Tengah pada khususnya, pada tahun 1979, Kantor Inspeksi Pajak Manado oleh Kantor Pusat DJP dibagi menjadi dua, yaitu Kantor Inspeksi Pajak Manado dan Kantor Inspeksi Pajak Palu. Dengan terbaginya Kantor Inspeksi Pajak Manado menjadi dua wilayah kerja, maka dengan demikian terlihat jelas pembagian wilayah administrasinya. sedangkan Kantor Inspeksi Pajak Manado wilayah kerjanya berkurang. Pada tahun 1989, pemerintah menetapkan penggantian nama Kantor Inspeksi Pajak menjadi Kantor Pelayanan Pajak. Dengan demikian berubah pula nama Kantor Inspeksi Pajak Manado, menjadi Kantor Pelayanan Pajak Manado. Kemudian dengan adanya pertumbuhan ekonomi dan meningkatnya jumlah Wajib Pajak yang potensial, di wilayah Sulawesi Utara dan Sulawesi Tengah, maka pada tahun 1989, Kantor Pelayanan Pajak Manado oleh Kantor Pusat dibagi menjadi tiga wilayah kerja yaitu, Kantor Pelayanan Pajak Manado, Kantor Pelayanan Pajak Gorontalo, dan Kantor Pelayanan Pajak Luwuk. Dengan demikian berkurang 208
pula wilayah administrasi dan wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak Manado. Sejak adanya modernisasi birokrasi di bidang perpajakan, Kantor Pelayanan Pajak Manado diubah namanya menjadi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Manado, yang berada di bawah Kantor Wilayah DJP Sulawesi Utara, Tengah, Gorontalo, dan Maluku Utara. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Manado, diresmikan oleh Menteri Keuangan Republik Indonesia yakni, Sri Mulyani Indrawati, pada bulan November 2008 di Bukit Tinggi bersamaan dengan KPP Pratama di Lingkungan Kanwil DJP Suluttenggo & Malut, Kanwil DJP Nusa Tenggara, dan Kanwil DJP Papua & Maluku. Saat mulai beroperasinya KPP Pratama Manado adalah pada tanggal 1 Desember 2008. Hasil Penelitian
Target dan Realisasi Surat Perintah Pemeriksaan Pajak Pada Tabel 4.1 ditampilkan target dan realisasi surat perintah pemeriksaan pajak KPP Pratama Manado. Tabel 4.1 Data Penyelesaian SP2 Pajak PPh Orang Pribadi KPP Pratama Manado Tahun 2010-2012 Tahun Target (SP2) Realisasi (SP2) 2010 2011 2012 Sumber: KPP Pratama Manado (diolah)
21 39 4
21 39 4
Dari Tabel 4.1 berdasarkan jumlah penerbitan SP2 Pajak kepada wajib pajak yang selesai diperiksa, dapat dilihat terdapat kenaikan Surat Perintah Pemeriksaan (SP2) pajak yang diterbitkan KPP Pratama Manado dari tahun 2010 ke tahun 2011, namun terdapat penurunan penerbitan Surat Perintah Pemeriksaan (SP2) pajak pada tahun 2012, karna pada tahun sebelumnya penerbitan SP2 Pajak dilaksanakan oleh bagian fungsional namun pada tahun 2012 penerbitan SP2 Pajak dilaksanakan oleh bagian satgas KPP Pratama Manado . Data Realisasi Jumlah Penerimaan Yang Didasarkan Pada Pencapaian Target dalam penerbitan SP2 Pajak Pada tabel 4.2 ditampilkan data berdasarkan realisasi jumlah penerimaan atas hasil pemeriksaan yang didasarkan pada pencapaian target atas surat perintah pemeriksaan pajak KPP Pratama Manado. Tabel 4.2 Data Realisasi Jumlah Penerimaan Yang Didasarkan Pada Pencapaian Target PPh Orang Pribadi KPP Pratama Manado Tahun 2010-2012 Tahun 2010 2011 2012 Sumber: KPP Pratama Manado (diolah)
Target (Rp)
Realisasi (Rp)
401.500.000 441.900.000 190.250.000
408.851.215 457.228.400 215.100.869
Dari Table 4.2 berdasarkan realisasi jumlah penerimaan atas hasil pemeriksaan yang didasarkan pada pencapaian target atas Surat Perintah Pemeriksaan (SP2) Pajak, yang diselesaikan pada tahun 2010 sampai 2012 dapat dilihat bahwa, tahun 2010 sampai 2012 dari hasil penerimaan mampu mencapai target yang telah ditetapkan. Pada tahun 2011 berdasarkan jumlah penerimaan pemeriksaan yang dilakukan ditahun sebelumnya, KPP Pratama Manado sudah dapat menaikan penerimaan dari hasil pemeriksaan pajak dan Pada tahun 2012 terjadi penurunan penerimaan dari hasil pemeriksaan, karna berkurangnya penerbitan Surat Perintah Pemeriksaan (SP2) pajak, namun pada tahun 2012 jumlah penerimaan mampu mencapai target yang telah ditetapka.
209
Perhitungan Efektivitas Pelaksanaan Pemeriksaan Pajak Efektivitas pelaksanaan pemeriksaan dari segi waktu penyelesaian dengan berdasarkan penerbitan ditambah saldo tunggakan jika ada, dan realisasi atas Surat Perintah Pemeriksaan (SP2) Pajak. Penghitungan Efektivitas Pelaksanaan Pemeriksaan Pajak Berdasarkan Target dan Realisasi SP2 Pajak Penghitungan Tingkat Efektivitas dari tahun 2010-2012 adalah sebagai berikut : a) Tahun 2010 21 Efektivitas
=
x 100 %
= 100%
21 b) Tahun 2011 39 Efektivitas
=
x 100 %
= 100%
x 100 %
= 100%
39 c)
Tahun 2012 4 Efektivitas
= 4
Dari hasil penghitungan diatas dapat diketahui bahwa tingkat efektivitas yang dicapai berdasarkan penerbitan dan realisasi atas SP2 Pajak sebagai berikut: a. Pada tahun 2010 yang dicapai adalah sebesar 100% maka tingkat efektivitas yang di capai termasuk dalam kriteria efektif. b. Pada tahun 2011 yang dicapai adalah sebesar 100% maka tingkat efektivitas yang di capai termasuk dalam kriteria efektif. c. Pada tahun 2012 yang dicapai adalah sebesar 100% maka tingkat efektivitas yang di capai termasuk dalam kriteria efektif. Penghitungan Efektivitas Berdasarkan Realisasi Jumlah Penerimaan Yang Didasarkan Pada Pencapaian Target Penghitungan efektivitas Pelaksanaan dari segi penerimaan atas hasil pemeriksaan adalah sebagai berikut : a) Tahun 2010 408.851.215 Efektivitas
=
x 100 %
= 101,8%
x 100 %
= 103,4%
x 100 %
= 113,1%
401.500.000 b) Tahun 2011 457.228.400 Efektivitas
= 441.900.000
c) Tahun 2012 215.100.869 Efektivitas
= 190.250.000
Dari hasil penghitungan dapat diketahui bahwa tingkat efektivitas yang dicapai berdasarkan targetdan realisasi dari penerimaan atas hasil pemeriksaan sebagai berikut : a) Pada tahun 2010 yang dicapai adalah sebesar 101,8% maka tingkat efektivitas yang dicapai termasuk dalam kriteria sangat efektif. b) Pada tahun 2011 yang dicapai adalah sebesar 103,4% maka tingkat efektivitas yang dicapai termasuk dalam kriteria sangat efektif. c) Pada tahun 2012 yang dicapai adalah sebesar 113,1% maka tingkat efaktivitas yang dicapai termasuk dalam criteria sangat efektif. 210
Pembahasan Efektivitas Penyelesaian SP2 Pajak PPh Orang Pribadi KPP Pratama Manado Tahun 2010-2012 Pada Tabel 4.3 ditampilkan efektivitas penyelesaian SP2 Pajak PPh Orang Pribadi KPP Pratama Manado. Tabel 4.3 Efektivitas Penyelesaian SP2 PPh Orang Pribadi KPP Pratama Manado Tahun 2010-2012 Tahun Presentase (%) Kriteria 2010 2011 2012 Sumber: (diolah)
100% 100% 100%
Efektif Efektif Efektif
Dari hasil penghitungan diatas dari tahun 2010-2012 mempunyai tingkat efektivitas yang sama yaitu sebesar 100%, karena KPP Pratama Manado selalu bisa menyelesaikan Surat Perintah Pemeriksaan (SP2) Pajak, dalam jangka waktu yang telah ditentukan yaitu satu tahun, makanya tidak ada penumpukan SP2 Pajak tahun sebelumnya yang harus diakumulasikan pada tahun berikutnya. Selain itu Wajib Pajak kooperatif dalam melaksanakan pemeriksaan pajak sehingga tidak ada kesulitan yang terlalu mengkhawatirkan pemeriksa. Itu berarti kinerja dari KPP Pratama Manado sudah baik karena bisa memenuhi target yang telah ditentukan, dan sebaiknya KPP Pratama Manado bisa mempertahankan hal tersebut. Wajib Pajak kooperatif yaitu WP memiliki pengetahuan yang cukup mengenai pajak dan tingkat kepatuhan yang relatif tinggi dengan selalu membayar pajak secara tepat waktu serta dalam pelaksanaan pemeriksaan pajak tidak mempersulit fiskus seperti tidak menolak untuk menunjukkan dokumen/buku/catatan yang diperlukan oleh pemerikasa, memberikan kesempatan pemeriksa untuk masuk kedalam ruangan yang dianggap penting oleh pemeriksa guna memperlancar pemeriksaan, dan memberikan keterangan secara jelas baik secara lisan maaupun tertulis kepada pemeriksa. Efektivitas Realisasi Jumlah Penerimaan Yang Didasarkan Pada Pencapaian Target Berdasarkan SP2 Pajak Pada tabel 4.4 ditampilkan efektivitas realisasi jumlah penerimaan yang didasarkan pada pencapaian target berdasarkan SP2 Pajak PPh orang pribadi KPP Pratama Manado. Tabel 4.4 Efektivitas Realisasi Jumlah Penerimaan Yang Didasarkan Pada Pencapaian Target Berdasarkan SP2 Pajak PPh Orang Pribadi KPP Pratama Manado Tahun 2010-2012 Tahun Presentase (%) kriteria 2010 2011 2012 Sumber: (diolah)
101,8% 103,4% 113,1%
Sangat Efektif Sangat Efektif Sangat Efektif
Dimana terjadi kenaikan pada tahun 2010 (101,8%), 2011 (103,4%) dan 2012 (113,1%) maka tingkat efektivitas yang dimiliki termasuk dalam kriteria sangat efektif. Karena adanya kerjasama yang baik antara petugas pemeriksa dengan Wajib Pajak, baik yang mempunyai penghasilan besar, menengah, dan kecil. Mereka memiliki tingkat kesadaran dan kepatuhan yang relatif tinggi mengenai kewajiban perpajakannya. Padahal fokus utama dari pemeriksaan adalah Wajib Pajak yang tidak patuh dan yang melakukan penghindaran/ penggelapan pajak yang cukup tinggi, yang sebagian besar adalah WP besar dan menengah. Berarti pihak KPP Pratama Manado sudah cukup berhasil melakukan pendekatan dengan metode personal persuasive terhadap WP menengah dan kecil untuk kooperatif terhadap pelaksanaan pemeriksaan pajak. Yang dimaksud dengan metode personal persuasif adalah dengan melakukan pemantauan ke lapangan dengan melakukan kunjungan langsung ke tempat usaha atau ketempat tinggal WP untuk melihat kondisi yang sebenarnya terjadi. Maka bisa dikatakan bahwa kedua indikator yang digunakan dalam pengukuran tersebut mempunyai keterkaitan yang melengkapi antara indikator satu dengan indikator yang lainnya. Indikator yang pertama 211
merupakan penentu atas standar prestasi setiap pemeriksa pajak di KPP Pratama Manado yang telah ditetapkan oleh pusat Direktorat Jenderal Pajak. Sehingga, penghitungan efektivitas pelaksanaan pemeriksaan tidak dapat ditentukan hanya dengan menggunakan satu indikator saja tanpa melihat indikator lainnya.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dengan berdasarkan uraian dari hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan sebagai berikut : Hasil penghitungan Efektivitas pelaksanaan pemeriksaan pajak penghasilan khususnya PPh orang pribadi dan realisasi surat Perintah Pemeriksaan (SP2) Pajak di KPP Pratama Manado, dari segi penyelesaian yang dihitung berdasarkan pada penerbitan dan realisasi (SP2) Pajak yang selesai, dimana tahun 2010-2012 mempunyai tingkat efektivitas yang sama yaitu termasuk dalam kriteria efektif dengan presentase 100 % dan Hasil penghitungan efektivitas dari segi penyelesaian penerimaan atas hasil pemeriksaan yang dihitung berdasarkan target dan realisasi SP2 Pajak, dimana mempunyai tingkat Efektivitas pada tahun 2010 (101,8 %), tahun 2011 (103,4%), dan tahun 2012 (113,1%) yang semuanya termasuk dalam kriteria sangat efektif. Atas koordinasi yang baik antara pemeriksa dan wajib pajak pada saat dilakukannya pemeriksaan pajak sehingga tidak ada kesulitan yang terlalu mengkhawatirkan petugas pemeriksa. Itu berarti bahwa kinerja dari KPP Pratama Manado sudah sangat baik karena dapat memenuhi target yang telah ditentukan, dan sebaiknya KPP Pratama Manado dapat terus mempertahankannya.
Saran Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, ada beberapa saran yang dapat diberikan oleh penulis untuk KPP Pratama Manado agar supaya bisa digunakan untuk meningkatkan penerimaan pajak atas hasil pelaksanaan pemeriksaan, yaitu : 1) Melaksanakan penyuluhan kepada masyarakat dengan pihak-pihak yang terkait mengenai informasi tentang perpajakan terbaru, sehingga dapat diharapkan pengertian dan kesadaran masyarakat tentang pajak semakin meningkat. 2) Meningkatkan kualitas dan kuantitas dari sumber daya manusia seperti pemeriksa pajak dengan memberikan kompensasi dan intensif yang mencukupi agar supaya kinerja pemeriksa dalam melaksanakan pemeriksaan bisa lebih optimal. 3) Transparansi dalam proses pelaksanaan tugas dan penggunaan hasil penerimaan pajak sehingga dapat diharapkan antusias yang baik dari masyarakat dalam membayarkan pajak.
212
DAFTAR PUSTAKA Ervina, 2007. Efektivitas pelaksanaan pemeriksaan dalam rangka meningkatkan penerimaan Negara dari sector pajak. Horngren, C.T, Harrison, Jr. (2007), Accounting, Pearson Prentice Hall, New Jarsey Kuncoro, mudrajat. 2009. Metode Riset Untuk Bisnis dan Ekonomi. Bagaimana Menelitih dan Menulis Tesis? Edisi 3. Penerbit Erlangga. Jakarta Mardiasmo, Perpajakan. Edisi/Revisi 2009, Andi Yogyakarta
Keputusan Menteri Keuangan Nomor KMK 545/KMK.04/2000. Tentang Tata Cara Pemeriksaan Pajak Undang-undang Nomor 16 Tahun 2009. Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.
Waluyo, Akuntansi Pajak. Edisi 2. 2009. Salemba Empat. Waluyo, Perpajakan Indonesia. Edisi 10/2011 Salemba Empat. Wirawan & Richard, Hukum Pajak, Edisi 5/ Revisi 2010. Salemba Empat. Sugiyono, 2011. “Metode Penelitian Dan Bisnis”, Alfabeta. Bandung
213