Vol. 9 No. 2, Juni 2014
ISSN. 1907-9737
JURNAL RISET AKUNTANSI GOING CONCERN ANALISIS DAN PENGUKURAN IT ALIGNMENT KASUS PADA PT. WILLIAM MAKMUR PERKASA Anneke Wangkar PENGARUH FAKTOR PENGETAHUAN BISNIS, APLIKASI KEMAJUAN SISTEM, USER SUPPORT, PROGRAMMING, DAN PERENCANAAN SISTEM TERHADAP PENENTUAN PENGEMBANGAN KUALITAS PROFESIONAL DI BIDANG SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PADA PERUSAHAAN KONTRAKTOR DI KOTA MANADO Claudia W.M. Korompis KARAKTERISTIK-KARAKTERISTIK DASAR PEMBAYAR DIVIDEN Winston Pontoh PENGARUH KECERDASAN INTELEKTUAL, KECERDASAN EMOSIONAL, KECERDASAN SPIRITUAL, DAN PERILAKU BELAJAR TERHADAP PEMAHAMAN AKUNTANSI MAHASISWA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SAM RATULANGI MANADO Inriawati Parauba PENGARUH PENGAWASAN INTERNAL, PEMAHAMAN SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN, DAN KAPASITAS SUMBER DAYA MANUSIA TERHADAP KUALITAS INFORMASI LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH PADA SKPD PEMERINTAH KOTA MANADO Irene Fransisca Ponamon PENGARUH ARUS KAS DARI AKTIVITAS OPERASI, INVESTASI DAN PENDANAAN, TERHADAP EXPECTED RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA I Gede Suwetja PERAN KEPEMILIKAN TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN Novi S. Budiarso
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SAM RATULANGI MANADO
Vol.9,No.2,Juni 2014
ISSN.1907-9737
GOING CONCERN JURNAL RISET AKUNTANSI GOING CONCERN Pelindung
Rektor Universitas Sam Ratulangi
Penanggung Jawab
Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UNSRAT Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UNSRAT
Pemimpin Redaksi
Prof. DR. David. P.E. Saerang,SE,M.Com(Hons)
Redaksi Pelaksana
Harijanto Sabijono,SE,MSi,Ak Lidia Mawikere,SE,MSi,Ak Hendrik Manossoh,SE,MSi,Ak Imelda Najoan,SE,MSi,Ak
Dewan Redaksi
DR. Grace Nangoy,SE,MSAc,Ak,CPA Sifrid S. Pangemanan,SE,MSA DR. Jullie J. Sondakh,SE,MSi,Ak,CPA DR.Ventje Ilat,SE,MSi DR. Herman Karamoy,SE,MSi,Ak DR. Jenny Morasa,SE,MSi,Ak DR. Agus T. Poputra,SE,MM,MA,Ak Victorina Tirayoh,SE,MM,Ak Linda Lambey,SE,MBA,MA,Ak Margaretha Bolang,SE,MA,Ak Peter Kapojos,SE,MSi,Ak
Administrasi & Sirkulasi
DR. Jantje Tinangon,SE,MM,Ak DR. Lintje Kalangi,SE,ME,Ak Winston Pontoh,SE,MM,Ak Christian Datu,SE,MSA,Ak
Alamat Redaksi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sam Ratulangi Manado Jl. Kampus Bahu – Manado, Sulawesi Utara Telp. (0431) 847472, Fax. (0431) 853584
Jurnal Riset Akuntansi Going Concern diterbitkan oleh Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sam Ratulangi Manado, dimaksudkan sebagai media pertukaran informasi, penelitian dan karya ilmiah antara pengajar, alumni, mahasiswa dan masyarakat pada umumnya. Jurnal ini terbit empat kali setahun yaitu bulan Maret, Juni, September, Desember. Redaksi menerima naskah yang belum pernah diterbitkan oleh media dan tinjauan atas buku-buku akuntansi terbitan dalam dan luar negeri yang baru serta catatan/komentar atas artikel yang dimuat dalam jurnal ini. Surat menyurat mengenai naskah yang akan diterbitkan langganan, keagenan, dan lainnya dapat dialamatkan langsung ke alamat redaksi atau melalui email :
[email protected]
Jurnal Riset Akuntansi Going Concern FEB UNSRAT
i
Vol.9,No.2,Juni 2014
ISSN.1907-9737
GOING CONCERN JURNAL RISET AKUNTANSI GOING CONCERN DAFTAR ISI ANALISIS DAN PENGUKURAN IT ALIGNMENT KASUS PADA PT. WILLIAM MAKMUR PERKASA Anneke Wangkar ..................................................................................................................1-28 PENGARUH FAKTOR PENGETAHUAN BISNIS, APLIKASI KEMAJUAN SISTEM, USER SUPPORT, PROGRAMMING, DAN PERENCANAAN SISTEM TERHADAP PENENTUAN PENGEMBANGAN KUALITAS PROFESIONAL DI BIDANG SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PADA PERUSAHAAN KONTRAKTOR DI KOTA MANADO Claudia W.M. Korompis ....................................................................................................29-42 KARAKTERISTIK-KARAKTERISTIK DASAR PEMBAYAR DIVIDEN Winston Pontoh ..................................................................................................................43-52 PENGARUH KECERDASAN INTELEKTUAL, KECERDASAN EMOSIONAL, KECERDASAN SPIRITUAL, DAN PERILAKU BELAJAR TERHADAP PEMAHAMAN AKUNTANSI MAHASISWA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SAM RATULANGI MANADO Inriawati Parauba............................................................................................................ 53-67 PENGARUH PENGAWASAN INTERNAL, PEMAHAMAN SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN, DAN KAPASITAS SUMBER DAYA MANUSIA TERHADAP KUALITAS INFORMASI LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH PADA SKPD PEMERINTAH KOTA MANADO Irene Fransisca Ponamon ....................................................................................................68-80 PENGARUH ARUS KAS DARI AKTIVITAS OPERASI, INVESTASI DAN PENDANAAN, TERHADAP EXPECTED RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA I Gede Suwetja ...................................................................................................................81-89 PERAN KEPEMILIKAN TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN Novi S. Budiarso ................................................................................................................90-98
Jurnal Riset Akuntansi Going Concern FEB UNSRAT
ii
ANALISIS DAN PENGUKURAN IT ALIGNMENT KASUS PADA PT. WILLIAM MAKMUR PERKASA Anneke Wangkar (Email :
[email protected]) ABSTRACT Entering the era of information and free trade, the company requires a certain superiority in the face of competition nationally and internationally. For every company that strives to provide the best service facilities for customers via the accuracy, precision and effectiveness information. These things must be supported by the development of information technology at the moment. Therefore, the information technology department to evaluate the results of implementing the system using a Maturity Model of COBIT (Control Objectives for Information and related Technology). Maturity Model is a way to measure how well the progress of the company's IT management processes. These measurements by using scales or limits (0 to 5) as a practical example in determining the levels of IT management capabilities at every level of ability. From the company level can be compared with the target company and references COBIT Maturity Model and reality on the ground. Keywords : Kepatuhan, prosedur, Maturity Model, COBIT, Standar 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki era informasi dan perdagangan bebas ini, perusahaan memerlukan satu keunggulan tertentu guna menghadapi persaingan secara nasional dan internasional. Untuk itu setiap perusahaan berusaha untuk memberikan fasilitas pelayanan yang terbaik bagi pelanggan melalui keakuratan, ketepatan dan keefektifan informasi. Hal-hal tersebut haruslah ditunjang dengan perkembangan teknologi informasi pada saat ini. Oleh karenanya perusahaan dapat mengantisipasi sistem yang digunakan untuk perusahaannya dengan membuat kriteria dan daftar kebutuhan perusahaan. Melalui kriteria dan daftar kebutuhan tersebut, perusahaan dapat menginvestasikannya di bidang teknologi informasi. Namun demikian, investasi teknologi informasi ini membutuhkan biaya dan resiko yang tinggi namun dapat memberikan keuntungan dan keunggulan yang sesuai dengan kriteria dan kebutuhan perusahaan. Investasi ini diwujudkan dalam bentuk komputer dengan jaringan komputer (perangkat keras), software (perangkat lunak) dan sumber daya manusia dimana perkembangannya sangat cepat dan pesat. Disamping itu perlu adanya pelatihan bagi sumber daya manusia dalam pengguna teknologi informasi tersebut, guna mengantisipasi pelaksanaan sistem teknologi informasi. Oleh karenanya, departemen teknologi informasi dapat mengevaluasi hasil pelaksanaan sistem tersebut dengan menggunakan survey. Survey ini digunakan untuk menganalisa penggunaan sistem teknologi informasi, apakah telah sejalan dengan keinginan manajemen ataukah perlu adanya beberapa perubahan strategi.
1
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas maka dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut : 1. Apakah Sistem Teknologi Informasi telah memberikan satu keuntungan yang spesifik bagi perusahaan 2. Apakah Sistem Teknologi Informasi telah sejalan dengan strategi yang diinginkan oleh perusahaan? 3. Variabel apa saja yang mempengaruhi? Apakah variabel-variabel tersebut memberikan kontribusi yang positif atau sebaliknya? 2. LANDASAN TEORI 2.1 Perkembangan Bisnis Persaingan adalah satu kata penting di dalam menjalankan perusahaan pada saat ini. Hal ini ditunjang dengan perkembangan teknologi komunikasi yang semakin pesat dan ditambah dengan era dunia memasuki pasar bebas. Karenanya, setiap perusahaan berusaha untuk mengantisipasi perubahan melalui satu keunggulan. Adapun alasannya sebagai berikut: a. Ketepatan Waktu Ketepatan waktu diperlukan untuk memenuhi permintaan pelanggan dan merupakan salah satu indikator keunggulan dalam persaingan. Untuk itu diperlukan restrukturisasi proses kerja dan reorganisasi perusahaan supaya mendapatkan kecepatan dalam memenuhi ketepatan waktu. b. Harga murah. Harga murah merupakan indikator keunggulan persaingan selain ketepatan waktu. Untuk memenuhinya, perusahaan berusaha untuk memangkas unsur biaya pembelian infrastuktur sistem informasi pada perusahaan. c. Kualitas produk tinggi dan pelayanan. Perusahaan diharapkan memberikan kualitas produk tinggi dan memberikan pelayanan yang memuaskan pelanggan serta dilaksanakan secepat mungkin. d. Perubahan bisnis secara global. Dengan adanya jaringan dunia, internet dan intranet maka pelanggan tidak tergantung dengan tempat dan jarak pelanggan itu sendiri. e. Perubahan kebijakan. Perubahan kebijakan ini terjadi karena adanya kemajuan pada teknologi informasi dimana pegawai dapat melakukan pekerjaan selain di kantor. Contohnya di rumah dan kendaraan (mobil dan pesawat). Demikian juga dengan pelanggan, mereka dapat mengetahui produk yang dihasilkan melalui internet ataupun intranet. Hal ini menyebabkan kebijakan perusahaan berubah, sehingga pelanggan atau pegawai dapat saling berkomunikasi secara virtual tanpa harus saling bertemu atau bertatap muka. 2.2 IT Alignment 2.2.1 Apakah Kesesuaian IT itu? Alignment diartikan sebagai kesesuaian sehingga IT Alignment adalah kesesuaian perencanaan IT secara keseluruhan baik kepemimpinan, struktur organisasi, peralatan hardware dan software dengan tujuan perusahaan. Kesesuaian dibutuhkan pada saat (a) pengambilan keputusan yang penting seperti akuisisi, kerjasama, dan outsourcing, (b) penentuan pemasok atau suatu produk atau mengakuisisi suatu perusahaan, (c) pemeriksaan produktifitas suatu fungsi dan infrastruktur dari 2
pemasok atau pengakuisisian perusahaan, (d) kebutuhan atas informasi mengenai kemampuan, kultur dan pelaksanaan operasional, (e) mengetahui hal-hal penting seperti kapabilitas, resiko, pengetahuan mengenai proses dan informasi tentang pelanggan, (f) menuntut untuk memperoleh jasa yang memuaskan dan dengan agresif menuntut proses yang baik dan tanggung jawab. Semuanya digunakan untuk memperoleh kapabilitas dari perusahaan lain untuk memberikan pelayanan sesuai dengan keinginan perusahaan, saat ini maupun dimasa yang akan datang. Didalam Laporan dari Komite atas Aspek Finansial dari Kesesuaian Perusahaan (Cadbury Report, 2002) membicarakan tentang kesesuaian sebagai pemikiran umumnya. Walaupun tujuan dari laporan tersebut adalah merupakan tujuan laporan keuangan dan audit, hal tersebut menyinggung pada konsep kesesuaian yang lebih luas. Dan mendefinisikan pelaksanaan kesesuaian sebagai pedoman dalam menjaga hubungan antara pimpinan perusahaan dan seluruh karyawannya, pemilik dan para pimpinan perusahaan dengan memberikan suatu gambaran melalui struktur sbb: 1. Adanya tujuan perusahaan yang jelas 2. Adanya metoda guna menerapkan tujuan yang harus ditentukan 3. Adanya pedoman pelaksanaan kesesuaian Kesesuaian IT merupakan tanggung jawab dari dewan direktur dan para pimpinan eksekutif. Hal ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan kesesuaian perusahaan dan termasuk didalamnya kepemimpinan dan struktur organisasi dan suatu proses yang dapat memberikan kepastian bahwa IT dapat menopang dan memperluas strategi dan tujuan perusahaan. Tujuan kesesuaian IT adalah untuk membantu secara langsung, dan menjamin bahwa pelaksanaan IT telah memenuhi tujuan sebagai berikut: 1. Agar IT dapat sejalan dengan perusahaan dan menjamin perolehan keuntungan bagi perusahaan 2. Agar IT dapat memungkinkan perusahaan memperoleh kesempatan untuk mengeklorasi dan memaksimalkan keuntungan 3. Agar sumber-sumber IT dapat digunakan secara bertanggung jawab 4. Agar resiko-resiko IT yang ditimbulkan dapat diatasi dengan baik Contoh dari kesesuaian IT adalah pimpinan group akan melaporkan dan menerima perintah dari para menejer, dimana para menejer melaporkan kepada para pimpinan dan para pimpinan melaporkan kepada para direktur. Laporan tersebut membahas tentang tujuan, pencapaian tujuan, tidak pencapaian tujuan dan rekomendasi. Proses kesesuaian dimulai dengan menentukan tujuan IT pada perusahaan, dengan memberikan panduan awal. Selanjutnya masuk kepada hal berikutnya yaitu pelaksanaan yang dapat diukur dan dibandingkan dengan tujuan, hasil dalam penjelasan kembali mengenai aktifitas yang diperlukan dan perubahan tujuan apabila diperlukan. Apabila pada awalnya tujuan perusahaan adalah merupakan tanggung jawab para direktur dan pelaksanaannya diukur berdasarkan manajemen yang berlaku, dapat diyakini bahwa mereka harus membuat suatu konsep sehingga tujuan yang ada dapat dicapai dan mengukur pelaksanaan tujuan dengan tepat.
3
Tujuan IT
Panduan
Perbandingan
Aktivitas IT
Tujuan IT Gambar 2.1 Model Kesesuaian IT Sebagai tanggapan atas perintah yang diterima, fungsi IT haruslah terfokus pada perealisasian keuntungan dengan cara peningkatan secara otomatis dan membuat perusahaan semakin efektif, dengan melalui pengurangan biaya dan menciptakan keseluruhan perusahaan menjadi semakin efisien, dan dalam mengatasi resiko (keamanan, kepercayaan dan pemenuhan). 2.2.2
Mengapa Kesesuaian IT Penting? Penggunaan IT akan menjadi penggerak perekonomian yang penting diabad ke 21. IT telah menjadi salah satu persyaratan penting bagi kesuksesan perusahaan, dengan memberikan keuntungan yang kompetitif dan menawarkan cara peningkatan produktifitas hal ini akan menjadi sangat penting dimasa yang akan datang. Pengaruh keberhasilan IT mentransformasi perusahaan dan menciptakan keunggulan atas suatu produk dan jasa telah menjadi suatu kemampuan yang umum bagi perusahaan. IT merupakan hal yang mendasar bagi perusahaan guna menggali kemampuan hubungan konsumen dan manajemen, kenaikan transaksi secara global dan dematerialisasi, dan merupakan kunci guna mengingat dan menambah pengetahuan usaha. Mengingat IT merupakan hal yang penting dalam membantu dan memungkinkan pencapaian tujuan perusahaan, kesesuaian IT yang effektif akan benar-benar memberikan keuntungan perusahaan, seperti reputasi, kepercayaan, produk yang unggul, ketepatan waktu pemasaran dan mengurangi pengeluaran, kesemuanya ini dapat meningkatkan keuntungan bagi para pemilik modal. Ketika IT menjadi hal yang penting guna menyangga perusahaan dimana mungkin juga bukan merupakan sesuatu yang mewah dan digunakan untuk menjamin pelaksanaan usaha, adalah sama pentingnya guna pembangunan dan menginovasikan suatu usaha. Dengan fokus komersial yang ketat dapat merupakan tantangan masa depan namun demikian haruslah berhatihati karena IT juga membawa resiko. Jelaslah bahwa pada saat ini pelaksanaan usaha secara global, terikat dengan waktu, sistem dan jaringan yang ada merupakan beban pengeluaran yang besar yang harus ditanggung oleh perusahaan. Dalam beberapa industri, IT merupakan solusi yang kompetitif guna membedakan dan memberikan keuntungan kompetitif ketika perusahaan lainnya masih berputar pada masalah bagaimana dapat bertahan bukan hanya karena faktor 4
keberuntungan. Kebutuhan dan resiko tersebut menjadikan beban bagi manajemen guna memaksimalkan IT secara lebih efektif dan transparan. Oleh karenanya perlu ada tinjauan kembali tentang seberapa penting IT bagi perusahaan dan seberapa banyak kontribusi IT dalam pengambilan keputusan strategi perusahaan. Para pemimpin cenderung hanya sering melihat pada strategi usaha dan resiko yang ditimbulkan, dimana mungkin tidak menghasilkan keuntungan, namun demikian pada kenyataannya hal itu mencakup investasi yang besar dan resiko yang besar pula. 2.2.3 Siapakah Yang Harus Memperhatikan? Kesesuaian IT menjadi tanggung jawab para pimpinan dan pemegang saham. Tanggung jawab itu dirumuskan menjadi sebuah panduan para pimpinan sebagai sistem kesesuaian internal. Hal ini dibuat karena sering terjadi perbedaan pada tingkatan tertentu dalam perusahaan. Melalui laporan tersebut para pemimpin mengetahui bahwa terdapat atau telah terjadi proses yang efektif dan tepat atau tidak terjadinya proses secara efektif. Disamping digunakan untuk memantau resiko dan meyakinkan bahwa sistem kesesuaian internal yang ada dilakukan secara efektif atau tidak berjalan secara efektif dalam mengurangi resiko pada tingkatan tertentu. Dari penjelasan diatas, kesesuaian IT dilaksanakan secara intensif dilaksanakan para pimpinan dan manajemen eksekutif. Namun demikian, mengingat kompleksitas dan spesialisasi, tingkatan ini harus sejalan dengan tingkat kekuatan dari tingkat terendah dalam perusahaan guna memberikan informasi yang dibutuhkan dalam pembuatan keputusan dan mengevaluasi aktifitas yang dilakukan. Guna memperoleh kesesuaian IT yang efektif dalam perusahaan, tingkatan yang terendah harus mengaplikasikan beberapa prinsip dalam menentukan tujuan, memberikan dan menentukan tujuan, dan menyiapkan dan mengevaluasi pelaksanaannya. Sebagai hasilnya, pengalaman yang baik dalam kesesuaian IT dibutuhkan untuk diaplikasikan didalam perusahaan. 2.2.4 Apa Yang Dapat Mereka Lakukan? Tanggung jawab kesesuaian IT dari sisi pimpinan dalam hal panduan kesesuaian perusahaan. Panduan ini secara baik mencakup kesesuaian perusahaan yang memfokuskan pada hak-hak, peraturan, dan pelaporan yang tepat bagi para pemegang saham, lampiran dan transparansi serta tanggung jawab para pimpinan. Laporan tersebut kemudian disebut dengan panduan kesesuaian guna menjamin adanya panduan strategis bagi perusahaan yang mudah dipahami, untuk pemantauan manajemen yang efektif oleh para pemimpin, dan bagi para pemimpin agar dapat dipertanggung jawabkan kepada perusahaan dan para pemegang saham. Salah satu tangung jawab para pemimpin, adalah meninjau dan membantu pembuatan strategi perusahaan, menentukan dan memantau perkembangan dari pelaksanaan tujuan oleh manajemen, dan meyakinkan integritas sistem perusahaan. Terpisah dari kenyataan bahwa kesesuaian IT ditujukan sebagaimana agenda strategis para pemimpin, pengamanan haruslah efektif, transparan and bertanggung jawab. Untuk itu para pimpinan harus terbuka atas tanggung jawabnya maupun manajemennya, dan harus memiliki sistem yang ditempatkan guna pelaksanaan tanggung jawab tersebut yang secara menyeluruh berhubungan dengan kesesuaian IT dan digunakan dalam setiap aktivitas perusahaan, manajemen teknologi sehubungan dengan resiko usaha dan pembuktian atas keuntungan yang diberikan melalui penggunaan IT dalam perusahaan.
5
2.2.5
Kebutuhan Kesesuaian Dalam Teknologi Informasi Dalam beberapa tahun terakhir, pada kenyataannya terdapat peningkatan kebutuhan atas referensi yang dapat memberikan gambaran mengenai keamanan dan kesesuaian dalam sistem IT. Suatu perusahaan yang berhasil membutuhkan suatu penghargaan dan pengertian dasar mengenai resiko dan penekanan sistem IT pada segala tingkatan dalam penentuan guna mencapai arah yang lebih efisien dan terkontrol. Pimpinan harus dapat memutuskan alasan investasi untuk pengamanan dan kesesuaian dalam sistem IT dan bagaimana menyeimbangkan resiko dan kesesuaian investasi dalam situasi IT yang seringkali tidak dapat diduga. Sedangkan sistem informasi dalam rangka kesesuaian dan pengamanan membantu mengatasi resiko-resiko yang tidak dapat dihindarkan. Selain itu, pada tingkat tertentu, resiko tidak dapat diprediksi. Pada akhirnya, pimpinan harus menentukan tingkat resiko tertentu yang diterima apalagi berdasarkan biaya sehingga pimpinan harus mengambil keputusan yang sulit tersebut. Oleh karena itu pimpinan membutuhkan suatu gambaran yang jelas tentang pengamanan dan kesesuaian IT guna menjadi pembanding antara sistem yang ada saat ini dengan sistem IT yang direncanakan. Sebagai bukti, terdapat peningkatan jumlah pengguna jasa IT, melalui penilaian dan pemeriksaan baik secara internal maupun melalui pihak ketiga, yang dapat mempengaruhi kesesuaian dan pengamanan yang telah ada. Namun demikian, pada saat ini dalam implementasi kesesuaian sistem informasi yang baik masih terdapat kerancuan antara perusahaan swasta, non government dan pemerintah. Untuk pelaksanaan hal tersebut, manajemen harus dapat mengidentifikasikan hal-hal yang paling penting yang harus diprioritaskan dalam pelaksanaan, mengukur kemajuan dalam pencapaian tujuan dan menggolongkan seberapa baik proses IT yang dijalankan. Selain itu hal ini juga membutuhkan kemampuan untuk menilai tingkat kemandirian perusahaan melalui pembandingan dengan sesama industri yang berhasil dengan standar internasional. Untuk menunjang kebutuhan manajemen tersebut, Cobit telah mengidentifikasikan beberapa faktorfaktor keberhasilan yang kritikal, indikator dalam pencapaian tujuan, indikator dalam pelaksanaan dan penggabungan model yang telah sukses dalam penerapan sistem IT. 2.3 Cobit (Control Objectives for Information and related Technology) Dewasa ini terdapat dua macam pengkualifikasian yang berbeda atas metode kesesuaian, yaitu: pengkualifikasian menggunakan “metode kesesuaian bisnis” dan “metode kesesuaian yang lebih terfokus pada IT” (IT Governance Institute, 2001). Cobit bertujuan untuk menjembatani perbedaan yang masih terdapat pada kedua metode tersebut. Namun demikian, Cobit berusaha tetap berada pada posisi manajemen yang komprehensif dan dioperasikan untuk tingkat yang lebih tinggi daripada standar sistem informasi manajemen. Oleh karena itu, Cobit merupakan metode untuk kesesuaian IT. Dasar pemikiran konsep Cobit adalah kesesuaian melalui pendekatan dengan memperhatikan sistem informasi yang dibutuhkan guna menunjang tujuan usaha atau kebutuhan dan melalui sistem informasi yang merupakan hasil aplikasi penggabungan dari IT yang berhubungan dengan sumber informasi yang dibutuhkan untuk mengatur proses IT. 2.4 Model Maturity Manajemen pada suatu perusahaan dan organisasi publik sering dimintakan untuk memecahkan masalah bisnis sehubungan dengan hal-hal yang menjadi penyebab terjadi
6
pengeluaran dalan kesesuaian struktur informasi. Walaupun sebagian orang beranggapan bahwa hal tersebut tidaklah penting namun haruslah dipertimbangkan atau dipertanyakan, seperti “Seberapa jauh implementasi sistem IT, apakah pengeluaran sebanding dengan keuntungan yang didapatkan?” Untuk membantu manjawab pertanyaan diatas, dapat dibantu dengan pertanyaan lainnya, contohnya (IT Governance Institute, 2001) “Standar apakah yang digunakan internasional dan bagaimana mengimplementasiannya?” atau “Apakah yang dilakukan organisasi lain dan bagaimana cara kita melakukan penelitian sehubungan dengan hal yang dilakukan perusahaan lainnya?” Pertanyaan tersebut merupakan beberapa contoh pertanyaan yang sering ditanyakan kepada manajemen. Manajemen akan sulit memberikan jawaban yang tepat jikalau tidak mempunyai pengalaman ataupun data-data. Pengalaman atau data-data tersebut didapatkan dari evaluasi yang dilakukan perusahaan. Sehubungan dengan pernyataan diatas, manajemen IT diharapkan secara berkala mengevaluasi proses struktur informasi perusahaan yang ada. Untuk itu dapat mempergunakan Cobit dalam hal evaluasi dan kesesuaian serta dibutuhkan beberapa hal: 1. Suatu ukuran yang relatif mengenai dimana letak organisasi. 2. Cara efisien yang diambil untuk kesesuaian. 3. Alat untuk mengukur kemajuan pencapaian tujuan organisasi Cobit mempunyai 34 proses dari 4 proses utama yang dapat digunakan dalam kesesuaian IT. Pendekatan atas model guna kesesuaian IT dapat meliputi pembuatan metode penilaian sehingga organisasi dapat menentukan tingkatannya. Dari penentuan tingkatan tersebut, perusahaan dapat secara membuat target baru yang ingin dicapai serta sejalan dengan harapan dan tujuan perusahaan. Pendekatan Cobit ini adalah panduan umum yang menjadikan tujuan manajemen IT dengan penerapan praktis dan mudah dipahami. Maturity Model adalah cara untuk mengukur seberapa baiknya kemajuan dari proses manajemen IT pada perusahaan. Pengukuran ini dengan menggunakan skala atau batasan (0 s.d. 5) sebagai contoh praktis dalam menentukan tingkatan kemampuan manajemen IT pada setiap tingkat kemampuan. Dari tingkatan perusahaan tersebut dibandingkan dengan target perusahaan dan referensi Maturity Model Cobit serta kenyataan di lapangan. Maturity Model yang dibuat dengan kualitatif model akan menghasilkan masukan sebagai berikut: 1. Mengerti dan memperhatikan resiko dan masalah kesesuaian. 2. Pelatihan dan pengkomunikasian yang diterapkan atas masalah yang ada. 3. Teknik dan otomatisasi guna membuat proses lebih efektif dan efisien. 4. Tingkat pemenuhan atas kebijakan internal, perundang-undangan dan peraturan. 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pikir Kerangka pikir merupakan penjelasan tentang keseluruhan kegiatan penelitian dan masalah yang akan dipecahkan serta variable-variabel apa yang bisa memecahkan masalah tersebut. Kerangka pikir dalam penelitian analisis dan pengukuran IT Aligment adalah sebagai berikut :
7
Masalah Data
Variabel penelitian
Uji Kriteria Maturity
Kesimpulan Gambar 3.1 Kerangka Pikir Penelitian Pada gambar 3.1 di atas dapat dijelaskan bahwa masalah dalam hal ini analisis dan pengukuran teknologi informasi dapat dipecahkan atau diberikan solusi dengan memakai model penelitian kualitatiff sehingga menggunakan uji criteria maturity untuk mengolah data. Penelitian ini di mulai bulan Januari 2014 sampai Juni 2014 di PT. William Makmur Perkasa Manado.Penelitian di mulai dengan pembuatan kuesioner, testing kuesioner, pengumpulan data, analisa data dan pembuatan report dari hasil penelitian. 3.2
Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada PT William Makmur Perkasa yang bergerak pada bidang rental alat berat. Perusahaan rental alat berat ini memiliki jumlah karyawan seluruhnya sebanyak 68 orang (per Juni 2014). Untuk mendukung penelitian ini, survey dilakukan pada bulan Pebruari 2014 dengan cara menyebarkan kuesioner serta mengambil sampel pada tingkat level manajemen. Sebelum kuesioner ini dibagikan, para responden telah diberitahukan mengenai maksud diadakannya penelitian ini. Identitas dari semua responden dirahasiakan dan dijamin kerahasiaannya agar responden lebih obyektif dalam menjawab semua pertanyaan yang ada dalam kuesioner yang dibagikan. Sampel yang diambil dari responden manajemen level menengah dan atas, yaitu Supervisor, Manager dan General Manager. Responden ini diberikan kuesioner pemeriksaan awal (pre-audit). Selanjutnya dibandingkan dengan pemeriksaan di lapangan (pada status sistem pada saat ini). 3.3 Variabel Penelitian Varibel penelitian sebagai berikut: 1. Perencanaan dan Pengorganisasian adalah penentuan tentang strategi dan perencanaan, serta kontribusi IT guna pemenuhan sasaran obyektif. Selanjutnya, 8
realisasi dari strategi membutuhkan perencanaan, komunikasi, dan pengelolaan untuk keperluan perspektif yang berbeda. Pada akhirnya, suatu pengorganisasian dan teknologi informasi yang tepat haruslah ditentukan dengan cermat. 2. Pengalihan dan Implementasi adalah penentuan strategi, pemecahan masalah atau solusi, pengembangan, pengimplemetasian dan pengintegrasian IT didalam suatu proses bisnis. Selain itu, bagian perubahan dan pemeliharaan dari sistem yang berjalan merupakan bagian pengalihan dari implementasi ini sehingga perubahan dan pemeliharaan sesuai dengan kebutuhan sistem dan proses usaha. 3. Distribusi dan Penunjang menintikberatkan pada pelaksanaan pendistribusian jasa yang meliputi aspek keamanan operasi secara tradisional sampai dengan pelatihan dan secara berkesinambungan harus dapat menunjang proses baru yang dibentuk atau dibangun. Pada bagian ini termasuk pula bagian prosesing data beserta pemantauan atau kontrol dari aplikasi data tersebut. 4. Pemantauan adalah pengamatan atas keseluruhan proses IT secara berkala untuk mempertahankan kualitas dan proforma sesuai standar pemantauan. Pemantauan ini ditujukan bagi manajemen sebagai serana kesesuaian organisasi yang independen baik secara internal maupun eksternal atau melalui sumber-sumber informasi lainnya. Dari keempat variabel tersebut diatas hanya variabel pertama tentang Perencanaan dan Pengorganisasian yang dipilih untuk diteliti pada PT. William Makmur Perkasa tersebut. Hal ini dikarenakan variabel pertama berkenaan dengan dokumentasi dan tidak memakan waktu dalam penelitian dan penulisan jurnal ini serta sesuai dengan saran dari PT William Makmur Perkasa. Perencanaan dan Pengorganisasian 1. Penentuan Perencanaan Strategis IT bertujuan untuk memberikan keseimbangan yang optimal dalam memenuhi tuntutan dalam perolehan IT dan bisnis IT, demikian pula dalam kesinambungannya kedepan 2. Penentuan Arsitektur Informasi bertujuan untuk memenuhi arsitektur informasi dalam mengoptimalkan sistem informasi perusahaan. 3. Pemilihan Arah Perkembangan Teknologi bertujuan untuk mendapatkan kesempatan dalam memperoleh keuntungan dan memungkinkan penggabungan teknologi guna pelaksanaan strategi bisnis. 4. Penentuan Hubungan dan Struktur Organisasi IT bertujuan untuk menentukan sistem IT yang tepat. 5. Pengelolaan Investasi IT bertujuan untuk menjamin bahwa rencana pembiayaan dan operasional budget yang dibuat akan memperoleh persetujuan. 6. Pengkomunikasian Tujuan dan Sasaran Manajemen bertujuan untuk menjamin bahwa pemakai dapat mengerti dan mengetahui tujuan dan sasaran manajemen. 7. Pengelolaan Sumber Daya Manusia bertujuan untuk memperoleh kemampuan dalam mengelola tenaga kerja yang kompeten dan memiliki motivasi guna memaksimalkan kontribusi karyawan dalam proses IT. 8. Kepastian Kebutuhan sesuai dengan Permintaan Eksternal bertujuan untuk memenuhi kewajiban perundang-undangan, peraturan dan kewajiban kontrak lainnya. 9. Perkiraan Resiko bertujuan untuk membantu manajemen dalam mengambil keputusan melalui pencapaian tujuan IT dan memberikan respon bagaimana
9
10. 11.
mengurangi kompleksitas dan meningkatkan pencapaian tujuan serta mengidentifikasikan faktor keputusan yang penting. Pengelolaan Proyek-proyek bertujuan untuk penentuan skala prioritas dalam pengiriman data yang tepat waktu dan sesuai dengan anggaran. Pengelolaan Kualitas bertujuan untuk memenuhi permintaan IT.
3.4
Kriteria Kriteria penilaian didasarkan pada analisis “Maturity Model” COBIT guna manajemen IT dapat mengukur kematangan dalam pengelolaan dan efisiensi IT pada saat ini. Maturity Model ini memberikan 3 masukan, yaitu: 1. memberikan masukan pengukuran keberadaan IT pada saat ini. 2. memberikan masukan arah efisiensi yang diperlukan 3. sebagai alat pembanding antara keberadaan IT pada saat ini dengan tujuan dan harapan perusahaan. Uji Kriteria Maturity (“UkM”) Proses pengujian ini menggunakan UkM ini menggunakan skala Likert, 0 – 5, sebagai berikut: 0 – Tidak Ada/Non-Existent, berarti proses manajemen belum diaplikasikan sama sekali. 1 – Permulaan/Initial, berarti proses masih bersifat sementara dan belum diproses. 2 – Pengulangan/Repetable, berarti proses mengikuti pola yang standar. 3 – Penentuan/Defined, berarti proses terdokumentasi dan dapat didiskusikan. 4 – Pengelolaan/Managed, berarti proses dapat termonitor dan diukur. 5 – Optimaliasasi/Optimised, berarti pengalaman terbaik yang digunakan dan secara otomatis. Dari uji kriteria diatas, peneliti dapat memberikan masukan tingkatan manajemen IT pada saat ini lalu dibandingkan dengan referensi Cobit dan kenyataan di lapangan. 4.
HASIL DAN PEMBAHASAN Pengolahan Data 4.1.1. Profil Responden Responden terdiri 6 responden dengan klasifikasi responden manajemen level menengah dan atas, yaitu Supervisor, Manager dan General Manager (lihat Tabel 4.1). Ke-6 responden ini adalah pengambilan keputusan di departemen yang ada di PT Willem Makmur Perkasa tentang kinerja perusahaan sehingga dapat dikatakan bahwa ke-6 responden mewakili PT William Makmur secara keseluruhan.
10
Tabel 4.1 Tabel Profil Responden Jumlah % Usia < 25 25 – 34 35 – 44 > 45 Jenis Kelamin Pria Wanita Pendidikan SMA Diploma Sarjana S2 Lainnya Pekerjaan Director/ Manager Deputi Manager Supervisor Lama Bekerja < 3 thn 3 s.d. < 6 thn 6 s.d. < 9 thn 9 s.d. < 12 thn 12 s.d. < 15 thn 15 s.d. < 18 thn
2 2 2
33,33 33,33 33,33
3 3
50 50
2 3 1
33,33 50 16,67
4 1 1
66,66 16,67 16,67
1
16,66
3 1 1
50 16,67 16,67
. 4.1.2
Data Keseluruhan Data keseluruhan ini ada data tentang level marutity pada Perusahaan PT William Makmur Perkasa setelah diadakan analisa dan perhitungan dengan menggunakan cara perhitungan COBIT. Sebagai contoh, Penentuan Perencaan Strategi IT, level maturitynya adalah 3,585, berarti bahwa pengambilan keputusan untuk perencanaan strategis IT dilakukan oleh top manajemen, perencanaan diperbaharui oleh manajemen IT sesuai dengan perubahan teknologi yang disesuaikan dengan tujuan perusahaan serta memperhitungkan faktor resiko, diharapkan perusahaan menetapkan prosedur baku untuk perencanaan jangka pendek dan jangka panjang, pemonitoran pelaksanaan, operasional dan dokumentasi rencana strategis IT secara berkala. Prosedur baku adalah prosedur yang sesuai dengan standar internasional yang berlaku dan sebaiknya manajemen IT membuat atau mengikuti pelatihan tentang perencanaan strategis IT (lihat Tabel 4.4).
11
Tabel 4.2 Data Keseluruhan No PERENCANAAN DAN PENGORGANISASIAN 1 Penentuan Perencanaan Strategis IT 2 Penentuan Arsitektur Informasi 3 Pemilihan Arah Perkembangan Teknologi 4 Penentuan Hubungan dan Struktur Organisasi IT 5 Pengelolaan Investasi IT Pengkomunikasian Tujuan dan Sasaran 6 Manajemen 7 Pengelolaan Sumber Daya Manusia Kepastian Kebutuhan sesuai dengan Permintaan 8 Eksternal 9 Perkiraan Resiko 10 Pengelolaan Proyek-proyek 11 Pengelolaan Kualitas Rata-rata
MATURITY LEVEL 3,585 3,833 3,857 4,000 3,500 3,267 3,465 2,947 3,714 3,370 3,488 3,548
Dari hasil data diatas, rata-rata maturity model PT William Makmur Perkasa adalah 3,548. Angka ini menunjukkan bahwa standar PT William Makmur Perkasa lebih baik dari standar internasional, yaitu 2.500 dan kesesuaian dengan tujuan perusahaan sudah mendekati yang diharapkan. 4.2 Pembahasan 4.2.1 IT Maturity Model NonExistent
0
Initial
Repeatable
Defined
Managed
2
3
4
1
Legend for symbols used
Optimized
5
Legend for rankings used
Current status of the organization
0 - Management processes are not applied at all 1 - Processes are ad hoc and disorganized 2 - Processes follow a regular pattern 3- processes are documented and communicated 4 - Processes are monitored and measured 5 - Best practices are followed and automated
International Standard
Organization’s strategy for improvement
- where the organization wants to be
Gambar 4.1 Maturity Model PT William Makmur Perkasa Dari hasil data primer diatas, rata-rata maturity model PT William Makmur Perkasa adalah 3,548. Angka ini menunjukkan bahwa standar perusahaan lebih baik dari standar
12
internasional, yaitu 2.500 dan kesesuaian dengan tujuan perusahaan sudah mendekati yang diharapkan. 4.2.2
Analisis IT Maturity Model Tabel 4.3 dibawah ini menggambarkan bahwa Analisa Perbandingan antara keadaan saat ini dengan target PT William Makmur Perkasa dalam beberapa tahun mendatang. Analisa ini memperjelas tentang kesesuian antara perencanaan dan pengorganisasi IT dengan tujuan perusahaan, sebagai contoh Penentuan Perencanaan Strategis IT (tingkat maturity saat ini adalah 3,585) dan target yang ingin dicapai adalah 5,000, bahwa penentuan perencanaan strategis IT merupakan satu bagian yang tak terpisahkan dengan perencanaan strategis IT secara keseluruhan baik perencanaan jangka pendek dan jangka panjang, dan tidak seperti pernyataan tentang kriteria 0, COBIT, bahwa perencanaan strategis IT tidak dilaksanakan dimana manajemen tidak sadar akan kebutuhan perencanaan strategis IT guna mencapai tujuan perusahaan. Disamping itu pula, departemen IT telah menjalankan misinya sebagai pemberi pemecahan masalah tentang sistem informasi dan memberikan pelayanan kepada pelanggan, yaitu konsulan, pengacara, paralegal dan pengguna komputer lainnya.
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
No 1
Tabel 4.3. Tingkat maturity-saat ini dan target Tingkat Maturity Perencanaan dan Pengorganisasian Saat Ini Target Penentuan Perencanaan Strategis IT 3,585 5,000 Penentuan Arsitektur Informasi 3,833 5,000 Pemilihan Arah Perkembangan Teknologi 3,857 4,000 Penentuan Hubungan dan Struktur Organisasi 4,000 5,000 IT Pengelolaan Investasi IT 3,500 4,000 Pengkomunikasian Tujuan dan Sasaran 3,267 4,000 Manajemen Pengelolaan Sumber Daya Manusia 3,465 4,000 Kepastian Kebutuhan sesuai dengan Permintaan 2,947 4,000 Eksternal Perkiraan Resiko 3,714 5,000 Pengelolaan Proyek-proyek 3,370 4,000 Pengelolaan Kualitas 3,488 4,000 Rata-rata 3,548 4,364
Tabel 4.4. Strategi PT. William Makmur Perkasa Perencanaan & Saat ini Target-Rekomendasi Pengorganisasian Cobit Penentuan Data Primer : *Pengoptimalisasian Perecanaan perencanaan strategis strategi IT * PT WMP menyadari IT adalah suatu pentingnya pendokumentasian perencanaan strategi IT proses yang berjalan baik untuk jangka secara panjang maupun berkesimnambungan 13
Strategi *Pengambilan keputusan untuk perencanaan strategis IT dilakukan oleh top manajemen.
No
Perencanaan & Pengorganisasian
Saat ini jangka pendek tetapi proses pengambilan keputusan tidak terstruktur. * Perencanaan pembaharuan rencana strategi IT dibuat atas permintaan pihak manajemen. Hal ini disebabkan oleh tidak ada aksi pro-aktif guna mengalisis IT dan perkembangan bisnis *Perusahaan memiliki prosedur untuk memonitor pelaksanaan dan operasional rencana strategis IT secara berkala *Sosialisasi dilakukan keseluruhan karyawan *Perbandingan dilakukan di dalam group yang sejenis maupun antar operator lainnya. Data sekunder dari kuesioner dan wawancara : *Manajemen IT bertanggung jawab pada perencanaan strategis IT *Perencanaan strategi IT dinyatakan beresiko sangat tinggi dan sangat penting . 14
Target-Rekomendasi Cobit dengan mempertimbangkan tujuan usaha dan keuntungan PT WMP yang memuaskan melalui investasi di bidang IT . *Resiko dan keuntungan tambahan yang dapat dipertimbangkan secara berkesinambungan diperbaharui dalam proses perencanaan strategis IT. *Terdapat fungsi strategis perencanaan IT yang tergabung dalam fungsi perencanaan usaha. *Perencanaan IT jangka panjang yang realistis dibuat dan secara berkesinambungan diperberharui untuk merefleksikan perubahan teknologi dan usaha sehubungan dengan kemajuankemajuan yang ada. *Perencanaan IT jangka pendek termasuk target/jangka waktu dan kemudahan pengiriman yang secara berkala dimonitor dan diperbaharui sesuai
Strategi *Perencanaan diperbaharui oleh manajemen IT sesuai dengan perubahan teknologi yang disesuaikan dengan tujuan perusahaan serta memperhitungkan factor resiko . *PT WMP menetapkan prosedur baku untuk perencanaan jangka pendek dan jangka panjang, pemonitoran pelaksanaan, operasional dan dokumentasi rencana strategis IT secara berkala. Prosedur baku adalah prosedur yang sesuai dengan standar internasional yang berlaku. *Sebaiknya manajemen IT membuat atau mengikuti pelatihan tentang perencanaan strategi IT.
No
Perencanaan & Pengorganisasian
Saat ini *Kemampuan dari manajemen IT dalam merencanakan masih dianggap kurang.
2
Penentuan Arsitektur informasi
Target-Rekomendasi Cobit dengan perubahan yang timbul.
*Perbandingan antara mudah dimengerti dan *Hasil dari Evaluasi normal industry yang dan dokumnentasi terpercaya adalah yang dilaksanakan proses penentuan yang manajemen IT baik dan terintegrasi dianggap sedang. dengan strategi proses formulasi. Data Primer : *Pengoptimalisasian arsitektur informasi *PT WMP memilik secara arsitektur system IT. berkesinambungan *PT WMP mememiliki memperkuat semua prosedur pembuatan tingkatan dan arsitektur system IT keuntungannya untuk yang standard an usaha dapat terdokumentasi. ditekankan. *PT WMP sudah menerapkan system otomatisasi yang belum seluruhnya terintegrasi di perusahaan. *Karyawan IT memiliki keahlian/kemampuan tersebut dimiliki dengan cara belajar sendiri (pelatihan informal). *Model arsitektur IT PT WMP terus akan dikembangkan sesuai kondisi PT WMP. Data sekunder : *Manajemen IT 15
*Tenaga IT memiliki kemampuan dan pengalaman yang cukup untuk membangun dan menjaga kesehatan dan arsitektur informasi yang responsive yang dapat merefleksikan setiap permintaan usaha . *Informasi yang tersedia melalui arsitektur informasi diterapkan secara berkesinambungan dan signifikan. Penerapan yang signifikan menghasilkan pengalaman terbaik dalam pembuatan dan perawatan arsitektur
Strategi
*Perusahaan menetapkan prosedur baku untuk perencanaan jangka pendek dan jangka panjang, pemonitoran pelaksanaan, operasional dan dokumentasi rencana strategis IT secara berkala. Prosedur baku adalah prosedur yang sesuai dengan standar internasional yang berlaku. *Prosedur baku tersebut digunakan untuk mengevaluasian arsitektur system IT secara berkala. *Disamping itu, perusahaan memberikan pelatihan formal kepada karyawan IT guna peng optimalisasian
No
Perencanaan & Pengorganisasian
Saat ini
Target-Rekomendasi Cobit informasi termasuk proses perkembangan secara berkala.
bertanggung jawab pada perencanaan arsiktur informasi. *Perencanaan arsitektur informasi dinyatakan beresiko tinggi dan penting. *Kemampuan dari manajemen IT dalam merencanakan arsitektur informasi dianggap sedang mendekati baik.
3
Pemilihan arah perkembangan teknologi
*Evaluasi dari arsitektur kurang dan dokumentasi sudah dilaksanakan. Data Primer : *PT. WMP belum memiliki program pelatihan untuk melakukan riset IT. *PT. WMP memiliki rencana perkembangan teknologi yang terdokumentasi yang sejalan dengan strategi PT. WMP walaupun belum konsisten. *PT. WMP memantau perkembangan teknologi dan melakukan perbandingan terhadap industry sejenis. *Arah perkembangan teknologi PT. WMP belum didasari oleh perkembangan industry dan standar international, tapi lebih 16
*Strategi pembaharuan informasi melalui bank data dan sumber data telah ditentukan. Arsiktur informasi secara berkala mengalami kemajuan dengan mempertimbangkan informasi non tradisional dalam proses, organisasi dan system.
*Manajemen dan pengukuran tenaga IT yang memiliki pengalaman dan kemampuan yang dibutuhkan untuk pembangunan perencanaan teknologi infrastruktur. *Terdapat pelatihan formal dan special untuk riset teknologi. Dampak potensial dari perubahan dan penggabungan teknologi diperhitungkan dan terdokumentasi. *Pimpinan dapat mengidentifikasikan deviasi dari rencana dan pengantisipasian masalah. *Tanggung jawab atas
Strategi arsitektur informasi dan bukan melalui pelatihan informal seperti yang telah dilakukan.
*Sesuai dengan pembahasan point 1 PT. WMP menetapkan prosedur baku. *Prosedur baku tersebut digunakan untuk mengevaluasi dan menganalisa perkembangan teknologi secara berkala sehingga in konsistensi tidak ter jadi lagi . *PT. WMP melaksanakan program pelatihan formal untuk meningkatkan kualitas karyawan IT.
No
Perencanaan & Pengorganisasian
4
Penentuan hubungan dan struktur organisasi IT
Saat ini
Target-Rekomendasi Cobit dilandasi kebutuhan pembuatan dan PT.WMP perawatan dari *Karyawan IT perencanaan teknologi memiliki kemampuan infrastruktur telah untuk mengembangkan ditentukan. rencana infrastruktur *Proses yang sulit dan IT. responsive terhadap Data sekunder dari perubahan. kuessioner dan Pengalaman internal wawancara : terbaik telah *Manajemen IT digabungkan ke dalam bertanggung jawab proses. pada perencanaan arah *Strategi HRD sejalan perkembangan dengan arah teknologi teknologi. guna menyakinkan *Perencanaan arah bahwa tenaga-tenaga perkembangan IT yang ada dapat teknologi dinyatakan mengatasi perubahanberesiko tinggi dan perubahan IT. penting. *Perencanaan migrasi *Kemampuan dari untuk pengenalan manajemen IT dalam teknologi baru telah merencanakan arah dilaksanakan. perkembangan *Outsourcing dan teknologi dianggap kerjasama telah sedang mendekati baik. dilakukan untuk dapat *Evaluasi dari mengakses arsitektur kurang dan kemampuan dan dokumentasi sudah pengalaman yang dilaksanakan. cukup. Data Primer : *Pengoptimalisasian struktur organisasi IT *Diskripsi pekerjaan secara tepat lebih departemen IT sudah merefleksikan pada dibakukan. kebutuhan usaha dengan memberikan *Fungsi departemen IT pelayanan yang sejalan sudah berjalan sesuai dengan proses strategi dengan tugas dan usaha dari pada dengan tanggung jawab yang teknologi yang telah ditetapka PT. terisolasi. WMP *Struktur organisasi *Struktur departemen lebih fleksibel dan 17
Strategi
*PT. WMP melaksanakan kesesuaian dan pengevaluasian pelaksanaan organisasi dan tanggung jawab. *Sesuai dengan pembahasan point 1, PT. WMP menetapkan prosedur baku.
No
Perencanaan & Pengorganisasian
Saat ini IT bersifat fleksible dan mudah beradaptasi sesuai dengan kebutuhan PT. WMP. Data sekunder : *Manajemen IT bertanggung jawab pada hubungan dan struktur organisasi IT. *Hubungan dan struktur organisasi IT dinyatakan beresiko tinggi dan penting. *Kemampuan dari manajemen IT dalam hubungan dan struktur organisasi IT dianggap sedang mendekati baik. *Evaluasi dari hubungan dan struktur organisasi sedang dan dokumentasi sudah dilaksanakan.
5
Pengelolaan Investasi IT
Data primer : *Manajemen investasi IT sangat penting bagi PT. WMP *PT. WMP belum memeliki prosedur pembuatan anggaran.
18
Target-Rekomendasi Cobit mudah beradaptasi. Terdapat pengertian formal atas hubungan antara penggunaan dan pihak ke tiga.
Strategi
*Pengalaman PT WMP telah dilakukan. Proses pengembangan dan manajemen struktur organisasi adalah sulit diikuti dan terencana dengan baik. Pengetahuan teknis secara umum baik internal dan eksternal telah dilaksanakan. *Terdapat penggunaan teknologi yang luas untuk membantu kesesuaian pelaksanaan organisasi dan tanggung jawab. *Pengaruh teknologi IT untuk membantu organisasi yang kompleks, terdistribusi secara geografi dan organisasi virtual.Proses kemajuan berkala telah diterapkan. *Manajemen pemengang tanggung jawab dan perhitungan untuk pemilihan investasi dan pendanaan ditugaskan pada orang tertentu. *Jenis pendanaan telah diidentifikasikan dan
*Sesuai dengan pembahasan point 1 PT. WMP menetapkan prosedur baku. *Prosedur baku pembuatan;, pengelolaan dan pendanaan
No
Perencanaan & Pengorganisasian
Saat ini
Target-Rekomendasi Cobit *Penyusunan anggaran dipecahkan. Tenaga IT berada pada wewenang memiliki pengalaman manajer IT dan pengetahuan yang . cukup untuk *Dalam penentuan membangun investasi IT sudah perencanaan mempertimbangkan pendanaan IT dan tren teknologi ke depan merekomendasikan dan menganalisa investasi IT yang alternative sesuai. pembiayaan. *Analisa biaya secara Data sekunder : formal disajikan mencakup biaya secara *Manajemen IT langsung maupun tidak bertanggung jawab langsung atas operasi pada pengelolaan yang ada demikian investasi IT. pula dengan investasi yang direncanakan *Pengelolaaan dengan menggunakan investasi IT dinyatakan konsep kepemilikan beresiko tinggi dan dari total pembiayaan penting. . *Suatu proses *Kemampuan dari standardisasi dan manajemen IT dalam proaktif untuk mengelola investasi IT pendanaan telah dianggap sedang. dilaksanakan. *Evaluasi dari pengelolaan investasi IT sedang dan dokumentasi masih kurang.
6
Pengkomunikasian Data primer : Tujuaan dan sasaran *Pengembangan Manajemen komunikasi dan proses yang terkait dilaksanakan secara 19
*Perubahan pengembangan dan biaya operasi dari perangkat keras dan perangkat lunak ke system integrasi dan sumber daya IT dikenal dalam perencanaan investasi. *Pimpinan menerima tanggung jawab untuk kebijaksanaan kesesuaian komunikasi internal dan telah mendelegasikan
Strategi perencanaan investasi
*Pimpinsn bertanggung jawab atas kebijaksanaan kesesuaian komunikasi
No
Perencanaan & Pengorganisasian
Saat ini
Target-Rekomendasi Cobit informal dan in tanggug jawab dan konsisten. mengalokasikan tenaga secukupnya guna *Pengertian tentang menjaga suasana yang kebutuhan keefektifan sejalan dengan pengendalian informasi perubahan-perubahan dimengerti secara signifikan. implicit oleh manajemen dengan *Suasana kesesuaian dokumentasi informasi yang positif inkonsistensi dan dan proaktif termasuk dilakukan secara kualitas komitmen dan informa perhatian atas l keamanan IT, telah *PT. WMP memiliki dilaksanakan. arah dan tujuan yang menjadi standar *Suatu kebijaksanaan . prosedur dan standar *PT. WMP memiliki yang lengkap telah prosedur untuk dibuat, dipelihara dan memastikan keamanan dikomunikasikan dan IT dan memiliki merupakan program untuk pengalaman internal meningkatkan yang terbaik. Suatu kesadaran karyawan panduan untuk tingkat akan pentingnya tertentu dan diikuti keamanan IT. daftar kebutuhan telah dibuat. *PT. WMP melakukan pengecekan ulang dan pembaharuan arah dan tujuan PT. WMP. *Sosialisasi arah dan tujuan PT. WMP belum seluruhnya disosialisasikan keseluruh karyawan. Data sekunder : *Manajemen IT bertanggung jawab pada pengkomunikasi 20
Strategi internal . *PT.WMP melaksanakan kebijaksanaan, prosedur dan standar baku dibuat dikelola, dikomunikasikan dan didokumentasikan berikut panduan untuk tingkat tertentu dan diikuti daftar kebutuhan.
No
Perencanaan & Pengorganisasian
Saat ini
Target-Rekomendasi Cobit
Strategi
*Manajemen SDM merupakan sesuatu yang penting bagi PT WMP walaupun pengertian tentang kualifikasi sumber daya manusia untuk IT departemen terkadang masih kabur.
*Tanggung jawab untuk membangun dan memelihara rencana sumber daya IT telah dibuat ditugaskan kepada orang tertentu dengan pengalaman dan kemampuan yang cukup untuk membuat dan memelihara rencana tersebut.
*Adanya tanggung jawab untuk memilih, membangun dan memelihara rencana sumber daya IT dengan standard dan prosedur tertentu.
*PT WMP memiliki rencana SDM.
*Proses telah resposif terhadap perubahan.
*Ada petugas yang bertanggung jawab dalam menyusun rencana SDM tersebut. Rencana SDM sejalan dengan strategi PT. WMP
*Organisasi memiliki pengukuran standar yang memungkinkan menentukan deviasi rencana dengan penekanan pada pertumbuhan dan perputaran tenaga IT.
an tujuan dan sasaran manajemen. *Pengelolaan pengkomunikasian tujuan dan sasaran manajemen di nyatakan beresiko tinggi dan penting. *Kemampuan dari manajemen IT dalam mensosialisasikan tujuan dan sasaran manajemen dianggap sedang. *Evaluasi kurang dan dokumentasi sedang. 7
Pengelolaan sumber daya manusia
Data primer :
*PT. WMP melakukan 21
*PT. WMP mempunyai standar kualifikasi dan kinerja sumber daya manusia. *PT. WMP melaksanakan skala kompensasi secara periodic.
No
Perencanaan & Pengorganisasian
Saat ini
*PT WMP melakukan program rotasi bagi sebagian karyawan IT.
Target-Rekomendasi Cobit *Analisa skala kompensasi dilakukan secara periodic guna menyakinkan bahwa gaji yang diberikan kompetitif dengan organisasi IT yang lain.
*PT WMP memberikan insentif bagi karyawan IT yang berprestasi.
*Sumber daya IT proaktif dalam menentukan kemajuan karir.
analisa system kompensasi pada karyawan departemen IT.
Strategi
Data sekunder : *Manajemen IT pada pengelolaan sumber daya manusia dianggap sedang. *Pengelolaan SDM dinyatakan beresiko tinggi dan penting. *Kemampuan dari manajemen IT dalam mengelola SDM dianggap sedang.
8
Kepastian kebutuhan sesuai dengan permintaan eksternal
*Evaluasi dari pengelolaan SDM baik dan dokumentasi masih kurang. Data primer : *Bagi PT. WMP pemenuhan persyaratan eksternal adalah penting. *Ada fungsi sentral yang mengkoordinasikan
*Terdapat pengertian atas masalah dan pengalaman dari permintaan eksternal dan kebutuhan untuk menyakinkan hal-hal pada setiap tingkat. *Terdapat rencana pelatihan formal yang
22
*PT. WMP melakukan pelatihan formal dan pengevaluasian permintaan eksternal dan perubahan yang terjadi.
No
Perencanaan & Pengorganisasian
Saat ini
Target-Rekomendasi Strategi Cobit keseluruh an PT. WMP pasti bahwa semua *Standardisasi jika terdapat perubahan karyawan memberikan pelatihan dan peraturan. perhatian sesuai evaluasi. kewajiban-kewajiban *Seluruh karyawan mereka. akan sadar / tahu, jika ada perubahan *Tanggung jawab yang peraturan dari luar jelas dan proses yang meliputi PT. kepemilikan dapat WMP dimengerti. Proses tersebut meliputi *Aada prosedur untuk pengevaluasian merespon perubahan suasana guna peraturan dari luar, dan mengidentifikasikan melakukan evaluasi eksternal dan dan monitoring perubahan yang terjadi terhadap prosedur tersebut. *Terdapat mekanisasi untuk menempatkan *Jika ada perubahan kesesuaian non peraturan, PT. WMP compliance dengan melaksanakan permintaan eksternal, pelatihan tetapi tidak kekuatan pengalaman untuk semua internal dan karyawan. implementasi pelaksanaan yang Data sekunder : benar. *Manajemen IT pada kepastian kebutuhan sesuai dengan permintaan eksternal dianggap sedang. *Kebutuhan sesuai dengan permintaan eksternal dinyatakan beresiko tinggi dan tidak begitu penting. *Kemampuan dari manajemen IT dalam kebutuhan sesuai dengan permintaan 23
*Masalah non compliance dianalisis guna mengetahui akar penyebab dengan cara yang wajar dengan tujuan untuk mengidentifikasian solusi yang tepat. *Standar nisasi pengalaman internal terbaik adalah dilakukan untuk kebutuhan yang spesifik seperti peraturan yang berlaku
No
Perencanaan & Pengorganisasian
Saat ini
Target-Rekomendasi Cobit dan recurring service contracts.
eksternal dianggap sedang.
9
Perkiraan resiko
*Evaluasi dan dokumentasi masih kurang. Data primer : *Perkiraan resiko pentig bagi PT. WMP. *Perkiraan resiko dilakukan disemua proses bisniks PT. WMP walaupun perkiraan resiko tersebut terkadang dilakukan hanya pada proyek-proyek penting saja. *PT. WMP memiliki prosedur perkiraan resiko yang distandardisasi dan didokumentasikan.
*Pengujian resiko telah dibuat guna menentukan dimana struktur dan proses organisasi yang luas dibangun, diikuti secara berkala dan terencana dengan baik.
*Perkiraan dan pengujian resiko dilakukan pada setiap proses bisnis PT. WMP secara berkala dan terencana dengan baik.
*Rersiko brainstorming dan analisa akar penyebab menyertakan orangorang berpengalaman telah dilaksanakan melalui seluruh organisasi, Menangkap, menganalisa dan melaporkan data resiko manajemen dilakukan secara otomatis.
*PT. WMP melaksanakan prosedur baku perkiraan resiko dan terdokumentasi dimana panduan prosedur tersebut dibuat pimpinan PT. WMP.
*Pelaksana perkiraan resiko ada ditingkat top manajemen *Panduan dibuat dari pimpinan pada daerah *Memiliki database dan organisasi ikut manajemen resiko. serta dalam group guna pertukaran Data sekunder : pengalaman. *Manajemen IT bertanggung jawab pada perkiraan resiko sangat tinggi. *Perkiraan resiko dinyatakan sangat tinggi dan tidak begitu 24
Strategi
*Resiko manajemen terintegrasi dengan baik dalam semua bisnis dan operasi IT, diterima dan tergabung dalam pengguna jasa IT.
*Resiko disosialisasi kan kepada seluruh manajemen.
No
Perencanaan & Pengorganisasian
Saat ini
Target-Rekomendasi Cobit
Strategi
*Pimpinan membutuhkan pengukuran formal dan standard an pelatihan pembelajara untuk mengevaluasi pelaksanaan penyelesaian proyek.
*PT WMP memiliki pengukuran standar untuk manajemen (termasuk keuntungan dan kerugian proyek) beserta standar evaluasi atas pelaksanaan proyek, sebagai contoh jangka waktu proyek dan criteria untuk mengevaluasi kesuksesan proyek . *Proyek dikomunikasikan pada tingkat manajemen guna menyamakan persepsi dan dukungan atas proyek tersebut.
penting. *Kemampuan dari manajemen IT dalam mengelola sumber daya manusia dianggap sedang.
10
Pengelolaan proyek-proyek
*Evaluasi dan dokumentasi baik. Data primer : *PT WMP menyadari pentingngnya manajemen proyek IT *PT WMP sudah memiliki prosedur manajemen proyek IT yang standar. *Top manajemen dan seluruh karyawan tidak selalu mendukung dan memback up setiap proyek IT. *Setiap proyek IT memiliki jadwal anggaran dan alat penilaian kinerja.
*Manajemen proyek mengukur dan mengevaluasi organisasi dan tidak hanya dalam IT. Kemajuan proses manajemen proyek terformulasikan dan dikomunikasikan *Pelatihan anggota proyek di segala aspek.
*Struktur organisasi proyek sudah tetap. *Tujuan proyek IT sudah sejalan dengan tujuan PT. WMP *Tidak semua anggota tim proyek sudah mengikuti pelatihan yang berkaitan dengan proyek IT. 25
*Resiko manajemen dilakukan sebagai bagian dari proses manajemen proyek. Stakeholder secara aktif berpartisipasi dalam proyek atau memimpin mereka. *Jangka waktu proyek dan criteria untuk mengevaluasi
*PT WMP memberikan pelatihan formal bagi anggota tim proyek.
No
Perencanaan & Pengorganisasian
Saat ini
Target-Rekomendasi Cobit kesuksesan setiap jangka waktu telah dilakukan.
Data sekunder : *Manajemen IT bertanggung jawab pada pengelolaan proyek . *Pengelolaan proyek dinyatakan beresiko sangat tinggi dan penting. *Kemampuan dari manajemen IT dalam mengelola proyek di anggap sedang.
11
Pengelolaan kualitas
*Evaluasi kurang dan dokumentasi sedang. Data primer : *PT WMP melakukan perencanaan dan monitoring terhadap pelaksanaan manajemen kualitas. *PT WMP melakukan survey untuk mengukur tingkat kepuasan pengguna terhadap kualitas IT. *Pelatihan kualitas dilakukan keseluruh karyawan. *Perusahaan belum sepenuhnya memiliki standar kualitas. *PT WMP melakukan review / evaluasi 26
*Keuntungan dan resiko di ukur dan dikelola terlebih dahulu, selama dan setelah penyelesaian proyek, pimpinan telah membuat program fungsi manajemen dalam IT . *Proyek ditentukan, staff dan dikelola lebih ditunjukan kemajuan cita-cita PT WMP dari pada hal-hal spesifik mengenai IT. *Organisasi secara berkala dan konsisten mengukur kualitas, jasa produk dan proyek;. Kualitas tersebut ditunjukan dalam segala proses, termasuk proses sehubungan dengan pihak ketiga. *Dasar standarnisasi pengetahuan dibuat untuk metric kualitas. Survey atas kualitas kepuasan merupakan proses yang berjalan dan menuntun kepada analisa akar permasalahan. *Metoda analisa biaya dan keuntungan digunakan untuk
Strategi
*PT WMP memiliki standar perencanaan, monitoring dan mengevaluasi manajemen kualitas secara berkala. *PT WMP memerlukan studi banding dengan perusahaan sejenis.
No
Perencanaan & Pengorganisasian
Saat ini terhadap kualitas. *PT WMP tidak selalu melakukan perbandingan terhadap industry dan competitor. *Kualitas jasa, produk dan proses penting bagi perusahaa. Data sekunder : *Manajemen IT bertanggung jawab pada pengelolaan kualitas.
Target-Rekomendasi Cobit mengukur kualitas inisiatif. Terdapat kemajuan pada tanggung jawab dan perhitungan proses bisnis organisasi dan proses IT.
Strategi
*Perbandingan antara norma industry dan competitor / persaiangan terjadi peningkatan.
*Pengelolaan kualitas dinyatakan beresiko tinggi dan penting. *Kemampuan dari manajemen IT dalam mengelola investasi IT dianggap sedang. *Evaluasi dan dokumentasi sedang. 5. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1.Kesimpulan 1. PT. William Makmur Perkasa (PT. WMP) menyadari pentingnya kesesuaian perencanaan strategis IT, baik jangka pendek dan jangka panjang dengan tujuan PT. WMP. 2. Kesesuaian misi dan tujuan PT. WMP telah dilaksanakan biarpun perlu adanya beberapa koreksi, seperti cara pandang para perencanaan strategis it, penggunaan prosedur standar sesuai dengan standar internasional, pendokumentasian, prosedur pelaksanaan, pelaksanaan operasional prosedur pembuatan arsitektur sistem, prosedur pengembangan software, prosedur sumber daya manusia, diskripsi pekerjaan (job description), prosedur pembuatan anggaran, prosedur resiko manajemen, pelatihan, evaluasi dan prosedur kualitas, sehingga target level maturity yang diharapkan dapat tercapai.
27
5.2.Saran Kesesuaian yang telah dilaksanakan tersebut sebaiknya di evaluasi secara berkala melalui pengawasan internal atau pengawasan eksternal (independent audit) untuk mengawasi departemen it secara keseluruhan dan penerapan pengawasan internal ini dapat dilaksanakan dengan menggunakan cobit salah satu metoda kesesuaian it.
DAFTAR PUSTAKA Cadbury Report, 2002, Report of the Committee on the Financial Aspects of Corporate Governance. Cobit Steering Committee and IT Governance Institute, 2000, Control Objectives, Informaton System Audit and Control Foundation – IT Governance Institute, United States of America. Cobit Steering Committee and IT Governance Institute, 2000, Implementation Tools, Informaton System Audit and Control Foundation – IT Governance Institute, United States of America. Cobit Steering Committee and IT Governance Institute, 2000, Management Guidelines, Informaton System Audit and Control Foundation – IT Governance Institute, United States of America. Indrajit, Richardus Eko, 2001, Pengantar Konsep Dasar Manajemen Sistem Informasi dan Teknologi Informasi, PT Elex Media Komputindo, Jakarta. IT Governance Institute, 2001, Board Briefing on IT Governance, Informaton System Audit and Control Foundation – IT Governance Institute, United States of America. IT Governance Institute, Vol. 3, 2003, The Cobit Maturity Model In A Vendor Evaluation Case, Informaton System Audit and Control Foundation – IT Governance Institute, Available: www.isaca.or.id. Neuman, W. Lawrence, 2000, Social Research Methods, Allyn and Bacon, United States of America. Organisation for Economic Co-operation and Development, 1998, Principles of Corporate Governance. Riduwan, 2002, Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian, Alfabeta Bandung, Bandung. Setiawan, Hari Purnomo, Zulkieflimansyah., 1996, Manajemen Strategi: Sebuah Konsep Pengantar, Lembaga Penerbitan Fakultas Universitas Indonesia; Jakarta. Umar, Husien, 2001, Riset Sumber Daya Manusia Dalam Organisasi, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
28
PENGARUH FAKTOR PENGETAHUAN BISNIS, APLIKASI KEMAJUAN SISTEM, USER SUPPORT, PROGRAMMING, DAN PERENCANAAN SISTEM TERHADAP PENENTUAN PENGEMBANGAN KUALITAS PROFESIONAL DI BIDANG SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PADA PERUSAHAAN KONTRAKTOR DI KOTA MANADO Claudia W.M. Korompis (Email :
[email protected]) ABSTRACT After the development of technology, in which the information system is planned on the basis of the computer, the computer becomes a dominant role. Developers sistempun not an accountant, but rather a group of computer programmers who study accounting and then construct a system with the help of the workers in the company's accounting. College as a container in the form of competent personnel who are experts in the accounting information system, should undertake the development of the material accounting information system that can accommodate the need for accounting processes in a dynamic situation at this time. This study aims to determine whether the Business Knowledge, Application Advancement System, User Support, Programming, and Planning System affect the determination of the quality of professional development in the field of accounting information systems contracting company in the city of Manado. The analysis method used is multiple linear regression. The results showed that the variables of business knowledge, Application Advancement System, User Support, Programming, Planning System but less significant effect on the determination of the quality of professional development on the Accounting Information System contractor in the city of Manado. Keywords : Sistem, Informasi, Akuntansi, Kualitas, Kontraktor.
29
PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Saat ini hampir disetiap sektor ekonomi diperlukan pegawai/tenaga sistem informasi akuntansi. Keadaan ini secara tidak langsung memaksa sistem informasi akuntansi melakukan pembenahan dan evaluasi untuk menghadapi permintaan yang besar dalam membentuk para profesional SIA yang berkualitas. Perguruan tinggi sebagai wadah yang berkompeten dalam membentuk tenaga yang ahli dibidang sistem informasi akuntansi, harus melakukan pengembangan materi sistem informasi akuntansi yang dapat mengakomodasi kebutuhan akan proses akuntansi dalam situasi dinamis saat ini. Mahasiswa jurusan akuntansi diharapkan tidak hanya mengetahui proses akuntansi secara manual tetapi lebih kepada pengetahuan dan keahlian sistem informasi akuntansi yang berbasis teknologi dalam menghadapi permintaan dunia kerja pada profesional yang berkualitas. Posisi akuntan sangat vital dalam pengembangan sistem informasi akuntansi terutama sistem informasi akuntansi yang mulanya berbasis manual. Pada saat itu, peran akuntan dapat dikatakan sebagai penguasa proyek. Mulai proses perencanaan sistem, perekayasaan, uji coba sampai dengan pemeliharaan sistem, akuntan selalu terlibat secara dominan. Namun, setelah perkembangan teknologi, dimana sistem informasi direncanakan dengan basis komputer, peran komputer menjadi dominan. Pengembang sistempun bukanlah seorang akuntan, melainkan sekelompok programmer komputer yang mempelajari akuntansi dan kemudian menyusun sistem dengan bantuan para pekerja akuntansi di perusahaan. Perubahan lingkungan bisnis dan informasi, seperti yang telah digambarkan di atas, mendorong akuntan untuk mempunyai wawasan/pandangan baru terhadap profesi mereka. Satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan mengubah peran penyedia laporan keuangan tradisional menjadi desainer, manager dan auditor tentang sistem database. Penting bagi mahasiswa untuk mampu menyikapi perubahan lingkungan dan pemintaan-permintaan baru yang dihadapi oleh profesi akuntan. Mahasiswa dipacu untuk mampu berpikir dan bertindak kritis serta kreatif menghadapi perubahan. Menyikapi perubahan kebutuhan pasar tenaga kerja akan kompetensi sarjana akuntansi, maka diperlukan suatu kajian untuk mengetahui sejauh mana muatan materi sistem informasi akuntansi (SIA) yang dapat membantu lulusan untuk memiliki keahlian di bidang sistem informasi. Lee et al (2000) menyarankan bahwa dalam pengembangan materi kuliah Sistem Informasi Akuntansi (SIA) yang baru harus ditambahkan pembelajaran mengenai hubungan sistem informasi akuntansi dengan lingkungan organisasi bisnis untuk menyiapkan lulusan yang lebih baik dalam menghadapi pekerjaan sistem analis. Begitu banyaknya proyek pembangunan yang dilakukan oleh pihak pemerintah dan swasta, membuat perusahaan kontraktor menjadi perusahaan yang berkembang maju saat ini. Perusahaan kontraktor harus dibekali pedoman metode pelaksanaan dan petunjuk operasi. Pengendalian pembiayaan konstruksi merupakan salah satu tanggung jawab yang terpenting dalam tugas manajemen konstruksi. Untuk menjaga pembiayaan dan keuangan proyek tetap lancar. Dibutuhkan suatu sistem akuntansi yang berbasis teknologi, yang dapat menunjang kemajuan pekerjaan dan pelaporan. Jika peneliti dapat mengukur berapa besar pengaruh faktor pengetahuan bisnis, aplikasi kemajuan sistem, user support, programming, dan perencanaan sistem, maka tentunya akan menjadi bahan pertimbangan dalam pengembangan pembelajaran mata kuliah sistem informasi akuntansi.
30
Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai oleh peneliti adalah untuk mengetahui apakah Pengetahuan Bisnis, Aplikasi Kemajuan Sistem, User Support, Programming, dan Perencanaan Sistem berpengaruh terhadap penentuan pengembangan kualitas profesional di bidang sistem informasi akuntansi pada perusahaan kontraktor di Kota Manado.
TINJAUAN PUSTAKA Sistem Romney dan Steinbart (2004 : 2) menyatakan bahwa sistem adalah rangkaian dari dua atau lebih komponen-komponen yang saling berhubungan yang saling berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan. Bodnar dan Hopwood (2003 : 2) menyatakan bahwa sistem informasi mengarah pada penggunaan teknologi komputer didalam organisasi, untuk menyajikan informasi kepada pemakai. Mulyadi (2001 : 1) menyatakan bahwa sistem adalah sekelompok unsur yang erat berhubungan satu dengan lainnya yang berfungsi bersama-sama untuk mencapai tujuan tertentu. Informasi Burch yang dikutip oleh Kristanto (2003 : 6) mengungkapkan bahwa informasi adalah “Data yang telah diletakkan dalam konteks yang lebih berarti dan berguna yang dikomunikasikan kepada penerima untuk digunakan di dalam penggunaan keputusan”. Definisi informasi menurut Davis yang dikutip oleh Kristanto (2003 : 8) adalah “Data yang diolah kedalam suatu bentuk yang berguna bagi penerimanya dan nyata atau berupa nilai yang dapat dipahami didalam keputusan sekarang maupun masa depan”. Informasi yang baik adalah informasi yang memberikan nilai tambah (added value) bagi pemakainya. Pemakai menggunakan informasi untuk perencanaan, koordinasi, evaluasi dan pengambilan keputusan. Oleh karena itu informasi harus mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : 1. Dapat mengurangi ketidakpastian 2. Dapat memberikan gambaran tentang peluang-peluang 3. Dapat mengevaluasi hasil Informasi dapat berasal dari dua sumber, yaitu sumber intern dan ekstern perusahaan baik dalam bentuk lisan maupun dalam bentuk tulisan. Informasi dari dalam perusahaan pada umumnya berbentuk laporan-laporan tertulis yang berisi kegiatan intern perusahaan, sedangkan informasi dari luar perusahaan berupa kejadian-kejadian di luar perusahaan yang memberikan dampak pada perusahaan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Akuntansi Fess et al (2002 : 6), menyatakan bahwa “accounting can be defined us an information system that providers reports to stakeholders about the economic activities and condition of a business”. Definisi diatas dapat diartikan, akuntansi adalah sistem informansi yang menyediakan laporan kepada para pemilik-pemilik perusahaan tentang aktivitas ekonomi dan kondisi usaha. Horngren et al (2002 : 5), menyatakan bahwa “accounting is the information system that measures business activities, processes that information into reports, and communicates the result to decision makers”. Definisi diatas dapat diartikan, akuntansi adalah sistem informasi 31
yang mengukur aktivitas-aktivitas bisnis, memproses informasi tersebut dalam bentuk laporanlaporan dan mengkomunikasikannya kepada para pengambil keputusan. Baridwan (2004 : 1), mengungkapkan bahwa akuntansi adalah suatu kegiatan jasa. Fungsinya adalah menyediakan data kuantitatif, terutama yang mempunyai sifat keuangan, dari kesatuan usaha ekonomi yang dapat digunakan dalam pengambilan keputusan-keputusan ekonomi dalam memilih alternatif-alternatif dari suatu keadaan. Fess et al (2002 : 6), menyatakan bahwa “Accounting is an information system that provides report to stakeholders about the economic activities and condition of a business”, atau dengan kata lain, akuntansi adalah suatu sistem informasi yang menyediakan laporan kepada pihak-pihak yang berkepentingan mengenai kegiatan ekonomi dan kondisi perusahaan. Simamora (2000 : 4), mengungkapkan bahwa Akuntansi (Accounting) adalah proses pengidentifikasian, pencatatan, dan pengkomunikasian kejadian-kejadian ekonomi suatu organisasi (perusahaan ataupun bukan perusahaan) kepada para pemakai informasi yang berkepentingan. Sistem Informasi Akuntansi Accounting information system (AIS) is a set of two or more interrelated components that interact to achieve a goal (Romney dan Steinbart, 2003 : 2). Definisi diatas memberikan suatu keterkaitan antara teknologi informasi, akuntansi dan bahkan pengguna (user). Hal ini merujuk pada penciptaan suatu perencanaan sistem aplikasi bisnis dengan akses serta keamanan dalam menunjang sektor ekonomi dengan proses review yang lebih mendalam dan kompeten dalam menyikapi perubahan lingkungan basis manual ke komputerisasi. Bodnar dan Hopwood (2000 : 3) menyatakan yang dimaksud dengan sistem informasi akuntansi adalah sumber daya seperti manusia dan peralatan yang diatur untuk mengubah data menjadi informasi. Simamora (2000 : 176) menjelaskan bahwa sistem informasi akuntansi merupakan himpunan sumber daya, seperti orang-orang dan perlengkapan yang untuk mentransformasikan data keuangan dan data lainnya kedalam informasi dan informasi ini dikomunikasikan kepada beragam pengambil keputusan dalam menentukan berbagai kebijakan organisasi. Jadi sistem informasi akuntansi adalah pengelolaan data menjadi informasi yang dilakukan oleh sumber daya manusia dan sumber daya teknologi (komputer) dalam menghasilkan informasi keuangan sehingga memudahkan para manajemen menentukan berbagai kebijakan dalam pengambilan beragam keputusan. Faktor-Faktor yang Dibutuhkan Profesional Sistem Informasi Akuntansi Lee et al (2000), menyatakan bahwa faktor-faktor yang dibutuhkan untuk para profesional SIA, antara lain: 1. Pengembangan muatan materi mata kuliah yang terkait dengan sistem informasi akuntansi (SIA). Perubahan sistem informasi akuntansi yang cepat di lapangan dewasa ini menyebabkan program pendidikan harus terus dievaluasi dan direvisi. Hal ini dimaksudkan untuk membuat proses yang lebih teratur dan dapat menciptakan program yang lebih baik dan akurat yang merefleksikan permintaan pasar, karena itu diperlukan pengembangan muatan materi mata kuliah yang terkait dengan sistem informasi akuntansi (SIA). 2. Kemampuan sistem informasi akuntansi. 32
Pengetahuan sistem informasi akuntansi berhubungan dengan seluruh organisasi dan pengetahuan bisnis yang digunakan sebagai pondasi untuk meningkatkan kemampuan pertumbuhan sistem informasi akuntansi dalam dunia kerja yang menuntut kebutuhan akan profesional sistem informasi Akuntansi (SIA) yang berpendidikan tinggi. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Muatan Materi Mata Kuliah SIA Lee et al (2000) mengungkapkan bahwa ada beberapa faktor yang berpengaruh terhadap pengembangan muatan materi mata kuliah yang terkait dengan sistem informasi akuntansi (SIA) dalam usaha menciptakan profesional SIA yang berpendidikan tinggi dan berkualitas sebagai berikut: 1. Fungsi pengetahuan bisnis, meliputi: kemampuan untuk mengartikan masalah bisnis dan menghasilkan solusi teknologi yang tepat, kemampuan memahami lingkungan bisnis, pengetahuan industri spesifik, kemampuan untuk kolaborasi kerja dalam lingkungan tim proyek, kemampuan untuk menghasilkan dan menyampaikan keefektifan informasi dan presentasi yang meyakinkan, kemampuan untuk merencanakan, mengorganisasikan dan peranan penting proyek-proyek dan kemampuan untuk merencanakan, mengorganisasikan dan teknik menulis manual, dokumentasi dan hasil-hasilnya. 2. Aplikasi kemajuan sistem, meliputi: ECommerce, sistem pendukung keputusan (DSS/Decision Suport System), sistem pakar (ES/Expert Systems), pengetahuan sistem informasi manjemen (SIM), sistem informasi eksekutif (EIS). 3. User support (pemakai pendukung), meliputi: End-user computing support, informasi pusat, pelatihan dan pengetahuan, telekomunikasi/networks, kemampuan untuk bekerja lebih dekat dengan para pemakai dan pemelihara positif atau dengan pelanggan yang baik. 4. Programming, meliputi: pengembangan aplikasi perangkat lunak atau software dan penyeleksian, model database dan pengembangan, pemrograman/CASE tools. 5. Perencanaan Sistem, meliputi: akusisi hardware (evaluasi dan seleksi), analisis sistem, perencanaan sistem informasi manajemen dan evaluasi, informasi akses dan keamanan. Penelitian Terdahulu Penelitian dari Almilia dan Pratiwi (2006) yang berjudul : “Faktor Penentu untuk Pengembangan Kualitas Profesional di Bidang Sistem Informasi Akuntansi”, dalam penelitiannya menunjukan bahwa : Pertama, fungsi Pengetahuan Bisnis dibentuk oleh variabel memahami lingkungan bisnis, mengartikan masalah bisnis dan menghasilkan solusi teknologi yang tepat, dan pengetahuan bisnis. Kedua, aplikasi kemajuan sistem dibentuk oleh variabel programming, e-commerce, end-user computing support dan informasi perencanaan sistem manajemen. Ketiga, pemakai pendukung dibentuk oleh variabel sistem pakar, kemampuan untuk menghasilkan dan menyampaikan keefektifan informasi dan presentasi yang meyakinkan, pengetahuan industri spesifik dan pemakai pendukung. Keempat, programming dibentuk oleh variabel telekomunikasi/networks, CASE tools dan perencanaan sistem. Kelima, perencanaan sistem dibentuk oleh variabel pelatihan/pengetahuan, informasi akses dan keamanan dan kemampuan untuk bekerja lebih dekat kepada para pemakai dan pemeliharaan hubungan baik dengan pelanggan. Faktor-faktor tersebut mampu berpengaruh dan diperlukan dalam 33
pengembangan kualitas profesional di bidang sistem informasi akuntansi. Penelitian dari Almilia dan Pratiwi (2006) memiliki persamaan dengan penelitian ini yaitu berfokus pada pengaruh pengetahuan bisnis, aplikasi kemajuan sistem, user support, programming, perencanaan sistem yang berpengaruh terhadap pengembangan kualitas profesional di bidang sistem informasi akuntansi. Perbedaan dengan penelitian ini adalah pada Objek penelitian, yaitu pada penelitian ini objek yang digunakan adalah perusahaan-perusahaan kontraktor di Manado yang menggunakan sistem informasi basis akuntansi didalam organisasi kerja perusahaan, sedangkan dalam Penelitian dari Almilia dan Pratiwi (2006) menggunakan pekerja Sistem Informasi (SI) untuk perusahaan provider yang menyediakan jasa bagi klien (end-user) pada lima belas perusahaan provider yang ada di Surabaya. METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah statistik deskriptif. Statistik deskriptif atau statistik deduktif adalah statistik dimana tingkat pekerjaannya mencakup cara-cara pengumpulan, menyusun atau mengatur, mengolah, menyajikan dan menganalisis data angka agar dapat memberikan gambaran yang teratur, ringkas dan jelas mengenai keadaan, peristiwa, atau gejala tertentu sehingga dapat ditarik pengertian atau makna tertentu (Wirawan, 2001 : 3). Populasi dan Sampel Populasi dari penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan kontraktor yang ada di kota Manado. Dalam menentukan sampel penelitian digunakan teknik judgement sampling yaitu teknik sampling dengan menggunakan pertimbangan atau batasan tertentu. Sampel yang purposive adalah sampel yang dipilih dengan cermat sehingga relevan dengan tujuan penelitian. Adapun kriteria–kriteria tersebut adalah : 1. Perusahaan-perusahaan kontraktor yang termasuk dalam kategori gred 6 sesuai dengan Peraturan LPJK No. 11 tahun 2006 tentang Registrasi Usaha Jasa Pelaksana Konstruksi. 2. Perusahan-perusahaan kontraktor yang telah menjalankan kegiatan usahanya lebih dari satu tahun. 3. Perusahaan kontraktor yang mempekerjakan Tenaga Kerja Sistem Informasi berbasis Akuntansi didalam perusahaan tersebut. 4. Telah mendaftarkan perusahaannya di LPJKD Manado. Selanjutnya dari jumlah populasi 348 kemudian diambil sampel sebanyak 24 orang responden yang akan dibagikan di 24 perusahaan kontraktor di kota Manado yang menjadi objek dalam penelitian ini dan masing – masing perusahaan akan diberikan 1 kuisioner. Metode Analisis 1. Uji Validitas dan Reliabilitas 2. Uji Asumsi Klasik 3. Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinasi 4. Regresi Linear Berganda Y = a + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 + β6X6 + β7X7 + e 5. Uji F dan Uji t
34
Adapun secara keseluruhan analisis data ini menggunakan bantuan komputer dengan Software Program SPSS Version 12.0 For Windows tanpa menggunakan perhitungan manual (sistem komputerisasi). Hipotesis H1 : Faktor Pengetahuan Bisnis berpengaruh signifikan dalam menentukan pengembangan kualitas profesional di bidang sistem informasi akuntansi pada perusahaan kontraktor di Kota Manado H2 : Faktor Aplikasi Kemajuan Sistem berpengaruh signifikan dalam menentukan pengembangan kualitas profesional di bidang sistem informasi akuntansi pada perusahaan kontraktor di Kota Manado H3 : Faktor User Support berpengaruh signifikan dalam menentukan pengembangan kualitas profesional di bidang sistem informasi akuntansi pada perusahaan kontraktor di Kota Manado H4 : Faktor Programming berpengaruh signifikan dalam menentukan pengembangan kualitas profesional di bidang sistem informasi akuntansi pada perusahaan kontraktor di Kota Manado H5 : Faktor Perencanaan Sistem berpengaruh signifikan dalam menentukan pengembangan kualitas profesional di bidang sistem informasi akuntansi pada perusahaan kontraktor di Kota Manado. H6 : Faktor Pengetahuan Bisnis, Aplikasi Kemajuan Sistem, User Support, Programming, dan Perencanaan Sistem berpengaruh signifikan dalam menentukan pengembangan kualitas profesional di bidang sistem informasi akuntansi pada perusahaan kontraktor di Kota Manado. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Perusahaan kontraktor terdapat karakteristik khusus yang membedakannya dengan perusahaan industri lainnya, sehingga memerlukan perlakuan akuntansi lain yaitu : 1. Kemungkinan diperlukan waktu lebih dari satu periode akuntansi untuk menyelesaikan suatu proyek 2. Pembebanan biaya subkontraktor, biaya bunga dan biaya peralatan sebagai unsurunsur harga pokok produksi konstruksi. Total perusahaan kontraktor yang ada di Manado menurut laporan LPJKD yang masuk dalam daftar registrasi badan usaha jasa pelaksana konstruksi kota manado maret 2007 sebanyak 348 perusahaan. Peneliti kemudian mengambil sampel sebanyak 24 perusahaan yang terdapat pada gred 6 sesuai dengan Peraturan LPJK No. 11 tahun 2006 tentang Registrasi Usaha Jasa Pelaksana Konstruksi. Selain pertanyaan tertutup, peneliti memberikan pertanyaan umum yang dijadikan acuan untuk memperkuat hipotesis akhir adalah tentang kemampuan mendasar yang sangat dibutuhkan seorang tenaga SIA yang kompeten. Hasilnya 18 orang (75%) mempunyai persepsi bahwa kemampuan dalam akuntansi sangat nyata pentingnya dalam menciptakan profesional SIA yang hebat. Sistem pencatatan akuntansi (laporan keuangan) dinilai lebih mendasar dalam menciptakan lulusan SIA yang dapat bersaing dalam abad digital. Sedangkan 6 orang (25%) lebih meyakini bahwa aplikasi sistem komputer dan teknologi yang modern lebih menjamin/berbanding lurus dengan modernisasi yang terjadi dalam proyek-proyek lapangan sehingga sangat dibutuhkan profesional SIA yang menguasai program-program yang up to date dan berkompeten dalam sistem akuntansi yang terkomputerisasi. 35
Uji Asumsi Klasik Uji Heteroskedastisitas Partial Regression Plot
Sistem Informasi Akuntansi
Sistem Informasi Akuntansi
Partial Regression Plot Dependent Variable: Sistem Informasi Akuntansi 6 4 2 0 -2
Dependent Variable: Sistem Informasi Akuntansi 6 4 2 0 -2 -4
-4 -6
-4
-2
0
Pengetahuan Bisnis
2
-4
4
Gambar 1. Grafik Scatterplot Pengetahuan Bisnis (X1) Sistem (X2) terhadap Sistem Informasi Akuntansi (Y) (Y)
-3
-2
0
1
2
terhadap Sistem Informasi Akuntansi Partial Regression Plot
Sistem Informasi Akuntansi
Dependent Variable: Sistem Informasi Akuntansi 6 4 2 0 -2
Dependent Variable: Sistem Informasi Akuntansi 6 4 2 0 -2 -4
-4 -3
-2
-1
0
User Support
1
2
-6
3
Gambar 3. Grafik Scatterplot User Support (X3) terhadap Sistem Informasi Akuntansi (Y) (Y)
-4
-2
0
Programming
2
Sistem Informasi Akuntansi
Dependent Variable: Sistem Informasi Akuntansi 4
2
0
-2
-4 -6
-4
-2
0
Perencanaan Sistem
2
4
Gambar 5. Grafik Scatterplot Perencanaan Sistem (X5) terhadap Sistem Informasi Akuntansi (Y)
Uji Multikolinearitas Tabel 1. Uji Multikolinearitas Collinearity Statistics Tolerance Tolerance
Model (Constant) Pengetahuan Bisnis Aplikasi Kemajuan Sistem User Support Programming
,757 ,751 ,611 ,980
36
4
Gambar 4. Grafik Scatterplot Programming (X4) terhadap Sistem Informasi Akuntansi
Partial Regression Plot
1
3
Gambar 2. Grafik Scatterplot Aplikasi Kemajuan
Partial Regression Plot
Sistem Informasi Akuntansi
-1
Aplikasi Kemajuan Sistem
,757 ,751 ,611 ,980
Uji Normalitas Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Expected Cum Prob
Dependent Variable: Sistem Informasi Akuntansi 1.0
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0 0.0
0.2
0.4
0.6
Observed Cum Prob
0.8
1.0
Gambar 6. Uji Normalitas
Koefisien Korelasi (R) dan Koefisien Determinasi (R2) Tabel 2. Koefisien Korelasi (R) Sistem Informasi Akuntansi Pearson Correlation
Aplikasi Kemajuan Sistem
Pengetahuan Bisnis
User Support
Programming
Perencanaan Sistem
Sistem Informasi Akuntansi Pengetahuan Bisnis
1,000
,353
,283
,487
,340
,254
,353
1,000
,300
,476
-,066
,053
,283
,300
1,000
,477
,080
,015
Aplikasi Kemajuan Sistem
Sig. (1-tailed)
User Support
,487
,476
,477
1,000
,031
,223
Programming
,340
-,066
,080
,031
1,000
,067
Perencanaan Sistem
,254
,053
,015
,223
,067
1,000
.
,045
,090
,008
,052
,115
,045
.
,077
,009
,381
,404
,090
,077
.
,009
,355
,472
User Support
,008
,009
,009
.
,442
,148
Programming
,052
,381
,355
,442
.
,379
Perencanaan Sistem
,115
,404
,472
,148
,379
.
Sistem Informasi Akuntansi Pengetahuan Bisnis Aplikasi Kemajuan Sistem
37
Pada tabel diatas terlihat bahwa koefisien korelasi linear yang dihasilkan antara variabelvariabel X dan variabel Y bersifat positif walaupun hubungannya tidak begitu kuat sebab koefisien korelasinya < 0,5. Tabel 3. Koefisien Determinasi Model
1
R Square
R
,625(a)
,391
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
,222
DurbinChange Statistics Watson R Square F Sig. F Change Change df1 df2 Change 2,160 ,391 2,314 5 18 ,087 1,422
Tabel 3 menunjukkan nilai R square yang diperoleh adalah sebesar 0,222 atau 22,2 %. Angka 22,2% mengartikan bahwa pengembangan sistem Informasi Akuntansi pada perusahaan kontraktor di kota Manado dipengaruhi oleh pengetahuan bisnis, aplikasi kemajuan sistem, User Support, Programming, perencanaan sistem sebesar 22,2%, sedangkan sisanya sebesar 77,8 % dijelaskan oleh faktor lain diluar penelitian ini seperti faktor keterlibatan pemakai dalam proses pengembangan sistem, kemampuan teknik personal dalam sistem informasi, dukungan manajemen puncak, formalisasi pengembangan Sistem Informasi, program pelatihan dan pendidikan pemakai, lokasi Departemen Sistem Informasi, Keberadaan Dewan pengarah sistem informasi (Jen : 2002). Analisis Regresi Linear Berganda Tabel 4. Regresi Linear Berganda Model 1
Unstandardized Coefficients B 5,908 ,241 ,045 ,397 ,397 ,199
(Constant) Pengetahuan Bisnis Aplikasi Kemajuan Sistem User Support Programming Perencanaan Sistem
Std. Error 7,492 ,258 ,259 ,282 ,224 ,257
Standardized Coefficients Beta ,198 ,037 ,331 ,330 ,147
Hasil perhitungan untuk analisa kuantitatif berdasarkan metode Regresi Linear Berganda diperoleh persamaan sebagai berikut : Y = 5,908 + 0,241X1 + 0,045X2 + 0,397X3 + 0,397X4 + 0,199X5 Uji F Tabel 5. Anova Model 1
Regression Residual Total
Sum of Squares 53,992 84,008 138,000
df 5 18 23
Mean Square 10,798 4,667
F 2,314
Sig. ,087(a)
Dari tabel Anova didapat nilai FHitung = 2,314. Dengan menggunakan derajat keyakinan 95% atau taraf nyata 5% serta derajat kebebasan dari df1 = 5 dan df2 = 18 didapat nilai F tabel 2,77. Jadi, nilai Fhitung < Ftabel, sehingga H6 ditolak. 38
Uji t Tabel 6. Uji t Unstandardized Coefficients
Model
1
(Constant) Pengetahuan Bisnis Aplikasi Kemajuan Sistem User Support Programming Perencanaan Sistem
B 5,908 ,241
Std. Error 7,492 ,258
,045 ,397 ,397 ,199
Standardized Coefficients
t
Sig.
Beta
95% Confidence Interval for B Lower Upper Bound Bound -9,832 21,647 -,300 ,782
,198
,789 ,441 ,937 ,361
,259
,037
,174 ,864
-,499
,589
,282 ,224 ,257
,331 1,409 ,176 ,330 1,775 ,093 ,147 ,774 ,449
-,195 -,073 -,341
,990 ,866 ,738
Diketahui hasil uji t untuk variabel Pengetahuan bisnis (X1). Nilai t hitung variabel X1 adalah 0,937. Dengan tingkat kepercayaan 5 % pada derajat kebebasan (N-2) = 24 – 2 = 22, dapat diketahui nilai t tabel sebesar 2,074. Dengan demikian nilai thitung < ttabel , sehingga H1 ditolak. Hal ini berarti variabel Pengetahuan Bisnis (X1) kurang signifikan pengaruhnya terhadap pengembangan kualitas profesional pada perusahaan kontraktor di Kota Manado. Hasil uji t untuk variabel Aplikasi Kemajuan Sistem (X2). Nilai t hitung variabel X2 adalah 0,174. Dengan tingkat kepercayaan 5 % pada derajat kebebasan (N-2) = 24 – 2 = 22, dapat diketahui nilai t tabel sebesar 2,074. Dengan demikian nilai thitung < ttabel, sehingga H2 ditolak. Hal ini berarti variabel Aplikasi Kemajuan Sistem (X2) kurang signifikan pengaruhnya terhadap pengembangan kualitas profesional pada perusahaan kontraktor di Kota Manado. Hasil uji t untuk variabel User Support (X3). Nilai t hitung variabel X3 adalah 1,409. Dengan tingkat kepercayaan 5 % pada derajat kebebasan (N-2) = 24 – 2 = 22, dapat diketahui nilai t tabel sebesar 2,074. Dengan demikian nilai thitung < ttabel, sehingga H3 ditolak. Hal ini berarti variabel User Support (X3) kurang signifikan pengaruhnya terhadap pengembangan kualitas profesional pada perusahaan kontraktor di Kota Manado. Hasil uji t untuk variabel Programming (X4). Nilai t hitung variabel X4 adalah 1,775. Dengan tingkat kepercayaan 5 % pada derajat kebebasan (N-2) = 24 – 2 = 22, dapat diketahui nilai t tabel sebesar 2,074. Dengan demikian nilai thitung < ttabel, sehingga H4 ditolak, Hal ini berarti variabel Programming (X4) kurang signifikan pengaruhnya terhadap pengembangan kualitas profesional pada perusahaan kontraktor di Kota Manado. Hasil uji t untuk variabel Perencanaan Sistem (X5). Nilai t hitung variabel X5 adalah 0,774. Dengan tingkat kepercayaan 5 % pada derajat kebebasan (N-2) = 24 – 2 = 22, dapat diketahui nilai t tabel sebesar 2,074. Dengan demikian nilai thitung < ttabel, sehingga H5 ditolak. Hal ini berarti variabel Perencanaan Sistem (X5) kurang signifikan pengaruhnya terhadap pengembangan kualitas profesional pada perusahaan kontraktor di Kota Manado. 1. Pengaruh Pengetahuan Bisnis terhadap Penentuan Pengembangan Kualitas Profesional di Bidang Sistem Informasi Akuntansi pada Perusahaan Kontraktor di Kota Manado. Hasil analisis data dan pengujian hipotesis memperlihatkan bahwa Pengetahuan Bisnis berpengaruh tetapi tidak signifikan terhadap penentuan pengembangan kualitas Profesional di bidang Sistem Informasi Akuntansi pada perusahaan kontraktor di kota Manado. Pengetahuan Bisnis yang meliputi kemampuan untuk mengartikan masalah bisnis dan menghasilkan solusi teknologi yang tepat, kemampuan memahami lingkungan bisnis, pengetahuan industri spesifik, kemampuan untuk kolaborasi kerja dalam lingkungan tim proyek, kemampuan untuk menghasilkan dan menyampaikan keefektifan informasi dan presentasi yang meyakinkan, 39
2.
3.
4.
5.
6.
kemampuan untuk merencanakan, mengorganisasikan dan peranan penting proyek-proyek dan kemampuan untuk merencanakan, mengorganisasikan dan teknik menulis manual, dokumentasi dan hasil-hasilnya mempengaruhi pengembangan kualitas profesional SIA tetapi tidak signifikan. Pengaruh Aplikasi Kemajuan Sistem terhadap Penentuan Pengembangan Kualitas Profesional di Bidang Sistem Informasi Akuntansi pada Perusahaan Kontraktor di Kota Manado. Hasil analisis data dan pengujian hipotesis memperlihatkan bahwa Aplikasi Kemajuan Sistem berpengaruh tetapi tidak signifikan terhadap penentuan pengembangan kualitas Profesional di bidang Sistem Informasi Akuntansi pada perusahaan kontraktor di kota Manado. Aplikasi kemajuan sistem yang meliputi ECommerce, sistem pendukung keputusan (DSS/Decision Suport System), sistem pakar (ES/Expert Systems), pengetahuan sistem informasi manjemen (SIM), sistem informasi eksekutif (EIS) mempengaruhi pengembangan kualitas profesional SIA tetapi tidak signifikan. Pengaruh User Support terhadap Penentuan Pengembangan Kualitas Profesional di Bidang Sistem Informasi Akuntansi pada Perusahaan Kontraktor di Kota Manado. Hasil analisis data dan pengujian hipotesis memperlihatkan bahwa User Support berpengaruh tetapi tidak signifikan terhadap penentuan pengembangan kualitas Profesional di bidang Sistem Informasi Akuntansi pada perusahaan kontraktor di kota Manado. User support (pemakai pendukung) yang meliputi End-user computing support, informasi pusat, pelatihan dan pengetahuan, telekomunikasi/networks, kemampuan untuk bekerja lebih dekat dengan para pemakai dan pemelihara positif atau dengan pelanggan yang baik mempengaruhi pengembangan kualitas profesional SIA tetapi tidak signifikan. Pengaruh Programming terhadap Penentuan Pengembangan Kualitas Profesional di Bidang Sistem Informasi Akuntansi pada Perusahaan Kontraktor di Kota Manado. Hasil analisis data dan pengujian hipotesis memperlihatkan bahwa Programming berpengaruh tetapi tidak signifikan terhadap penentuan pengembangan kualitas Profesional di bidang Sistem Informasi Akuntansi pada perusahaan kontraktor di kota Manado. Programming yang meliputi pengembangan aplikasi perangkat lunak atau software dan penyeleksian, model database dan pengembangan, pemrograman/CASE tools mempengaruhi pengembangan kualitas profesional SIA tetapi tidak signifikan. Pengaruh Perencanaan Sistem terhadap Penentuan Pengembangan Kualitas Profesional di Bidang Sistem Informasi Akuntansi pada Perusahaan Kontraktor di Kota Manado. Hasil analisis data dan pengujian hipotesis memperlihatkan bahwa Perencanaan Sistem berpengaruh tetapi tidak signifikan terhadap penentuan pengembangan kualitas Profesional di bidang Sistem Informasi Akuntansi pada perusahaan kontraktor di kota Manado. Perencanaan Sistem yang meliputi akusisi hardware (evaluasi dan seleksi), analisis sistem, perencanaan sistem informasi manajemen dan evaluasi, informasi akses dan keamanan mempengaruhi pengembangan kualitas profesional SIA tetapi tidak signifikan. Pengaruh Pengetahuan Bisnis, Aplikasi Kemajuan Sistem, User Support, Programming, dan Perencanaan Sistem terhadap Penentuan Pengembangan Kualitas Profesional di Bidang Sistem Informasi Akuntansi pada Perusahaan Kontraktor di Kota Manado. Dari penelitian ini dapat dilihat bahwa Pengetahuan Bisnis, Aplikasi Kemajuan Sistem, User Support, Programming, dan Perencanaan Sistem secara bersama-sama (simultan) berpengaruh tetapi tidak signifikan terhadap Penentuan Pengembangan Kualitas Profesional di Bidang Sistem Informasi Akuntansi pada perusahaan kontraktor di Kota Manado. Oleh 40
karena itu faktor Pengetahuan Bisnis, Aplikasi Kemajuan Sistem, User Support, Programming, dan Perencanaan Sistem dapat berpengaruh dalam menciptakan lulusan yang berkualitas sesuai dengan permintaan dunia kerja akan profesional SIA yang berpendidikan tinggi dan berkualitas.
PENUTUP Kesimpulan Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel pengetahuan bisnis, Aplikasi Kemajuan Sistem, User Support, Programming, Perencanaan Sistem berpengaruh tetapi kurang signifikan terhadap penentuan pengembangan kualitas Profesional Sistem Informasi Akuntansi pada perusahaan kontraktor di kota Manado. Saran Saran dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Faktor pengetahuan bisnis, aplikasi kemajuan sistem, user support, programming dan perencanaan sistem berpengaruh kurang signifikan terhadap sistem informasi akuntansi pada perusahaan kontraktor di kota manado. Namun demikian faktor-faktor tersebut harus tetap diperhatikan dalam pengembangan kualitas profesional Sistem Informasi Akuntansi pada perusahaan-perusahaan yang ada di Kota Manado. 2. Bagi pihak perusahaan kontraktor pada umumnya diharapkan untuk dapat lebih membenahi sistem informasi akuntansi dalam perusahaan mengingat begitu ketatnya persaingan dalam abad digital. 3. Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik pada pengembangan Sistem Informasi Akuntansi agar dapat menganalisis faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap pengembangan sistem informasi akuntansi dengan mempertimbangkan keterbatasan yang ada dalam penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA Almilia, Luciana Spica., Pratiwi, Mutia Anugrah. 2006. Faktor Penentu untuk Pengembangan Kualitas Profesional di Bidang Sistem Informasi Akuntansi. Jurnal Ekonomi Akuntansi. STIE Perbanas. Surabaya. Baridwan, Zaki. 2004. Intermediate Accounting. Edisi ke 7. BPFE. Yogyakarta. Bodnar, George. H., Hopwood, William S. 2003. Accounting Information System. Buku Satu. PT. Indeks. Jakarta. Bodnar, George. H., Hopwood, William S. 2000. Accounting Information System. Edisi Indonesia. Buku Satu. Salemba Empat. Jakarta. Fess., Warren., Reeve. 2002. Accounting. 20th Edition. South Western a Division of Thomson. USA. Hongren., Harrison., Bamber. 2002. Accounting. 5th Edition. Prentice Hall Inc. New Jersey. Kristanto, Andri. 2003. Sistem Informasi Akuntansi Berbasis Komputer. Buku 1. Edisi I. BPFE. Yogyakarta. Lee, D. M. S., Trauth., Farwell. 2000. Critical Skills And Knowledge Requirements Of IS Professionals: A Joint Accademic/Industry Investigation. MISQuarterly. USA. 41
Mulyadi. 2001. Sistem Akuntansi. Edisi Ketiga. Cetakan Ketiga. Salemba Empat. Jakarta. Romney, Marshall B., Steinbart, Paul John. 2003. Accounting Information System. Ninth Edition. Pearson Education International. New Jersey. Romney, Marshall B., Steinbart, Paul John. 2004. Accounting Information System. Buku Satu. Salemba Empat. Jakarta. Simamora, Henry. 2000. Akuntansi Basis Pengambilan Keputusan Bisnis. Jilid Pertama. Salemba Empat. Jakarta. Wirawan, Nata. 2001. Statistik 1 : Statistik Deskriptif. Kerakas Emas. Denpasar.
42
KARAKTERISTIK-KARAKTERISTIK DASAR PEMBAYAR DIVIDEN Winston Pontoh (Email :
[email protected]) Abstract Financial factors is still the basic consideration for most companies to decide their dividend policy. Generally, dividend policy is a reflection of successful financial performance by companies in terms to perform profitability, investment opportunities, and size, related to basic financial factors which are assets, liabilities, and equities. The objective of this study is to give the empirical evidence about the relationship of basic financial factors with dividend policy. The study taking 373 listed companies in Indonesia Stock Exchange in period of 2010 till 2012, and using multinomial logistic regression for hypothesis testing. This study is find that, expect fixed assets, total assets, total liabilities, retained earnings, revenue and net earnings have significant effect to dividend policy, while fixed assets has not significant effect to dividend policy. Keywords : aset tetap, total aset, total liabilitas, laba ditahan, pendapatan, laba bersih 1. Pendahuluan Kebijakan dividen masih menjadi isu hangat dalam kajian-kajian ilmiah yang disebabkan karena adanya berbagai pertimbangan mendasar dari pemegang saham dan pihak internal korporat yang melandasi keputusan pembayaran dividen tersebut. Dividen dipandang sebagai sebuah simbol kesejahteraan bagi para pemegang saham (Asquith dan Mullins, 1986), sebaliknya bagi pihak internal korporat, dividen juga dipandang sebuah sumber pembiayaan yang baru (Bernheim, 1991), sehingga pembayaran dividen dipandang sebagai pengeluaran kas yang dapat mengurangi peluang terjadinya investasi yang akan menimbulkan keuntungan di kemudian hari (Barnea, Haugen, dan Senbet, 1981). Dasar dari sebuah keputusan atas pembayaran dividen seringkali melihat kualitas dari korporat itu sendiri (Bernheim, 1991). Sehingga secara umum, keputusan untuk membayar dividen adalah merupakan sebuah refleksi keberhasilan kinerja keuangan dari korporat tersebut, yaitu profitabilitas, peluang investasi dan ukuran perusahaan (Fama dan French, 2001) yang erat terkait dengan faktor-faktor keuangan dasar, yaitu aset, liabilitas dan ekuitas (Baker dan Wurgler, 2004). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor keuangan dasar yang merupakan karakteristik-karakteristik dasar sebuah korporat dalam mengambil keputusan untuk membayar dividen. Beberapa faktor-faktor keuangan dasar yang akan digunakan dalam penelitian ini terkait dengan kebijakan dividen sebuah korporat adalah aset tetap, total aset, total liabilitas, saldo laba (laba ditahan), tingkat pendapatan, dan laba bersih. 2. Tinjauan Pustaka Perubahan dividen dari sebuah perusahaan yang memiliki tingkat investasi yang baik dan batasan likuiditas yang baik pula akan memberikan sebuah informasi yang lebih baik kepada investor tentang kemungkinan perubahan tingkat investasi dimasa depan yang berarti akan akan memberikan prospek pertumbuhan laba yang lebih baik pula di masa yang akan datang. Perusahaan-perusahaan yang termasuk dalam perusahaan yang terus meningkatkan dividen pada umumnya memiliki tingkat investasi yang lebih tinggi apabila dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan yang tidak membayar dividen atau tidak mengalami perubahan nilai di dalam pembayaran dividennya. Sebaliknya, perusahaan yang mengalami penurunan nilai dividen, pada umumnya akan menurunkan nilai aset tetapnya pada tahun pertama setelah adanya pengumuman atas pembayaran dividen. Hal ini menunjukkan bahwa, perusahaan 43
yang mengalami penurunan nilai dividen, mengalami penurunan laba bersih sehingga tidak memiliki jumlah uang tunai yang cukup untuk melanjutkan peningkatan investasi mereka. Bahkan, perusahaan-perusahaan ini cenderung untuk menjual aset tetap mereka yang tidak efisien lagi untuk mendukung kecukupan atas uang tunai yang dibutuhkan. Akan tetapi, hal ini akan mengalami perubahan, pada saat target laba bersih tahun kedua dan ketiga mereka tercapai yang memiliki dampak normalnya kembali aktivitas investasi mereka (Kato, Loewenstein, dan Tsay, 2002). Hasil penelitian dari Holt (2003), menemukan bahwa hubungan antara investasi sebuah perusahaan dengan kebijakan dividennya adalah secara terbalik dan dikontrol oleh kendala keuangan perusahaan itu sendiri. Pendapat serupa diajukan oleh Strebulaev dan Yang (2013), yang menyatakan bahwa sebuah perusahaan yang membayarkan dividennya dengan nilai yang lebih tinggi adalah ciri khas sebuah perusahaan yang memiliki profitabilitas yang tinggi, memiliki beban pajak yang lebih tinggi, menerbitkan modal saham yang lebih sedikit, dan memiliki tingkat keseimbangan uang tunai yang lebih tinggi, serta didukung oleh ukuran perusahaan itu sendiri. Voutsinas dan Werner (2011) berpendapat bahwa, perusahaan yang memiliki aset tetap berwujud yang cukup dibandingkan dengan aset tetap tak berwujud akan memiliki informasi asimetris yang lebih sedikit, karena nilai aset tetap yang dimilikinya akan dapat menangkal masalah kebangkrutan. Hal ini didukung dengan bukti empiris yang ditemukan bahwa adanya peningkatan aset tetap akan memberikan pengaruh atas penentuan struktur modal baik berupa kebijakan utang maupun kebijakan penerbitan modal saham, walaupun hasil temuan menunjukkan bahwa kebijakan untuk menerbitkan modal saham adalah lebih kuat. Selain itu, apabila sebuah perusahaan memiliki aset tetap yang tinggi, maka ketergantungan perusahaan tersebut pada pembiayaan eksternal akan berkurang. Koch dan Shenoy (1999) berpendapat bahwa, dividen dan kebijakan struktur modal akan saling berinteraksi untuk menyediakan informasi prediktif yang signifikan tentang arus kas masa depan. Fama dan Babiak (1968), serta, Agrawal dan Jayaraman (1994), menyatakan bahwa kebijakan utang erat kaitannya dengan kebijakan dividen, terlebih jika dikaitkan dengan masalah keagenan. Delen, Kuzey, dan Uyar (2013) berpendapat bahwa, sebuah perusahaan akan memperoleh kesuksesan dengan menghasilkan pendapatan lewat pemanfaatan asetnya, pengumpulan piutangnya, dan penjualan persediaannya hingga mencapai profitabilitas yang ingin dicapai. Pendapat ini didukung oleh Amidu (2007), yang menemukan bahwa adanya hubungan positif antara tingkat pengembalian aset dengan kebijakan dividen yang disertai dengan pertumbuhan pendapatan penjualan. Selain itu, ditemukan bahwa, perusahaan yang memiliki ukuran yang lebih besar akan menghasilkan tingkat pengembalian aset yang lebih sedikit sehingga menciptakan hubungan negatif antara tingkat pengembalian aset dengan kebijakan dividen dan kebijakan utang. Hal yang serupa juga ditemukan sebelumnya oleh Nissim dan Ziv (2001), dimana dividen mempunyai hubungan yang erat dengan laba bersih. Hasil pendukung yang sama disampaikan oleh Lie (2005), dimana adanya perubahan pada laba bersih akan mengakibatkan peningkatan atau penurunan pembayaran dividen. 3. Hipotesis dan Model Adapun hipotesis dalam penelitian ini disusun sebagai berikut : Ha1 : Aset tetap berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen. Ha2 : Total aset berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen. Ha3 : Total liabilitas berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen. Ha4 : Laba ditahan berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen. Ha5 : Pendapatan berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen. Ha6 : Laba bersih berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen.
44
Sedangkan model persamaan dalam penelitian ini disusun sebagai berikut : DividenDummy = α + βlnAT + βlnTA + βlnTL + βlnLD + βlnPend + βlnLB 4. Metode Penelitian 4.1.Data Data dalam penelitian ini mengambil 373 perusahaan yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia pada periode tahun 2010 sampai dengan tahun 2012, sehingga data observasi dalam penelitian ini secara keseluruhan adalah berjumlah 1,119 data observasi. 4.2.Variabel dan Pengukuran Variabel Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas variabel dependen dan variabel independen. Variabel dependen adalah pembayar dividen yang diukur dengan dummy yang memiliki klasifikasi sebagai berikut : 1. Perusahaan yang tidak membayar dividend selama 3 (tiga) tahun atau K0. 2. Perusahaan yang membayar dividen hanya 1 (satu) tahun atau K1. 3. Perusahaan yang membayar dividen hanya 2 (dua) tahun atau K2. 4. Perusahaan yang membayar dividen secara penuh selama 3 (tiga) tahun atau K3. Sedangkan variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah aset tetap, total aset, total liabilitas, saldo laba (laba ditahan), tingkat pendapatan, dan laba bersih, dimana variabel-variabel ini diukur dengan nilai rupiah yang dinormalisasi dengan logaritma natural. 4.3.Metode Analisis Dalam penelitian ini, metode analisis yang akan digunakan untuk pengujian hipotesis adalah dengan menggunakan uji regresi logistik multinomial, dimana dalam alat uji ini, akan didukung oleh uji kelayakan model (model fitting criteria), uji kelayakan data atas model (goodness of fit), determinasi model (pseudo R-square), efek setiap variabel independen (likelihood ratio tests), dan estimasi koefisien atas persamaaan yang dihasilkan (parameter estimates). 5. Hasil Analisis dan Pembahasan 5.1.Hasil Analisis Berdasarkan hasil analisis, statistik deskriptif tentang jumlah data observasi berdasarkan klasifikasi perusahaan pembayar dividen untuk setiap sektor yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Data Observasi Kode Pembayar Dividen 0 1 2 3 18 0 3 21 30 12 12 27 72 24 21 51 57 6 18 30 24 9 9 45 45 12 18 42 48 6 6 18 72 30 15 63 123 21 30 81 489 120 132 378
Sector Agriculture Mining Basic Industry & Chemicals Miscellaneous Industry Consumer Goods Industry Property, Real Estate, and Building Construction Infrastructure, Utilities, and Transportation Finance Trade, Service, Investment Total
45
Total Observasi 42 81 168 111 87 117 78 180 255 1,119
Selanjutnya, berdasarkan hasil analisis, statistik deskriptif juga menyajikan nilai tengah (mean value) setiap faktor-faktor keuangan dasar untuk setiap perusahaan pembayar dividen dalam rentang periode tahun 2010 sampai dengan 2012, seperti yang disajikan dalam Tabel 2. Tabel 2. Nilai Tengah Faktor-Faktor Keuangan setiap Pembayar Dividen (dalam Rupiah) Faktor K0 K1 K2 K3 Aset Tetap 956,809.65 1,092,329.39 5,582,303.90 3,234,609.64 Total Aset 5,724,233.23 8,764,965.98 6,573,409.69 25,264,665.83 Total Liabilitas 4,376,985.80 6,914,273.84 4,092,768.32 18,645,257.61 Laba Ditahan -174,663.24 710,058.30 798,465.77 4,041,696.56 Pendapatan 1,402,547.10 2,724,330.78 4,774,695.29 9,284,514.13 Laba Bersih 20,585.02 250,758.92 296,671.30 1,486,028.37
5.2.Pembahasan Berdasarkan hasil analisis, nilai Chi Square dari model final adalah 476.104 dengan tingkat signifikansi berada di bawah 5%, sehingga dapat disimpulkan bahwa model final yang dihasilkan adalah fit (lihat Tabel 3). Tabel 3. Model Fitting Information Model Intercept Only Final
Model Fitting Criteria -2 Log Likelihood 2730.219 2254.114
Likelihood Ratio Tests Chi-Square df Sig. 476.104
18
0.000
Selain itu, nilai Chi Square dari deviance menunjukkan signifikansi yang berada diatas 5%, sehingga hal ini membuktikan bahwa data penelitian adalah fit dengan model akhir (lihat Tabel 4). Tabel 4. Goodness-of-Fit Pearson Deviance
Chi-Square 3192.185 2254.114
df
Sig. 3336 3336
0.962 1.000
Nilai pseudo R-Square (lihat Tabel 5) menunjukkan bahwa kontribusi variabel independen untuk menjelaskan model final dari variabel dependen adalah sebesar 34.7% (Cox and Snell), 38% (Nagelkerke), dan 17.4% (McFadden). Tabel 5. Pseudo R-Square Cox and Snell Nagelkerke McFadden
0.347 0.380 0.174
Kontribusi variabel independen ini didukung oleh hasil pengujian likelihood ratio (lihat Tabel 6), yang menunjukkan bahwa, kecuali nilai total aset (lnTA), variabel independen lainnya memiliki kontribusi untuk menjelaskan model final, dengan tingkat signifikansi berada di bawah 5%.
46
Tabel 6. Likelihood Ratio Tests Model Fitting Criteria Effect -2 Log Likelihood of Reduced Model Intercept 2465.452 LnAT 2262.792 LnTA 2255.253 LnTL 2275.471 LnLD 2286.282 LnPend 2394.403 LnLB 2307.074
Likelihood Ratio Tests Chi-Square df Sig. 211.338 3 0.000 8.678 3 0.034 1.138 3 0.768 21.357 3 0.000 32.168 3 0.000 140.289 3 0.000 52.960 3 0.000
Berdasarkan hasil regresi logistik multinomial, maka beberapa model persamaan yang diperoleh berdasarkan Tabel 7 adalah sebagai berikut : Div0/3 = 10.370 + 0.163AT – 0.060TA + 0.551TL – 0.047LD – 0.846Pend – 0.565LB ................................................................... (1) Div0/2 = 7.983 + 0.029AT + 0.163TA + 0.165TL + 0.419LD - 0.964Pend – 0.327LB ................................................................... (2) Div0/1 = 3.805 + 0.035AT - 0.101TA + 0.168TL + 0.297LD - 0.432Pend – 0.148LB ................................................................... (3) Div1/3 = 6.565 + 0.128AT + 0.040TA + 0.383TL – 0.343LD – 0.414Pend – 0.417LB ................................................................... (4) Div1/2 = 4.178 - 0.006AT + 0.263TA - 0.003TL + 0.122LD - 0.532Pend – 0.178LB ................................................................... (5) Div2/3 = 2.387 + 0.134AT - 0.223TA + 0.385TL – 0.466LD + 0.118Pend – 0.239LB ................................................................... (6) Tabel 7. Parameter Estimates K0***
K0**
K0*
Intercept AT TA TL LD Pend LB Intercept AT TA TL LD Pend LB Intercept AT TA TL LD Pend LB
B 10.370 0.163 -0.060 0.551 -0.047 -0.846 -0.565 7.983 0.029 0.163 0.165 0.419 -0.964 -0.327 3.805 0.035 -0.101 0.168 0.297 -0.432 -0.148
Std. Error 0.838 0.057 0.152 0.124 0.084 0.091 0.085 1.102 0.076 0.238 0.192 0.098 0.125 0.102 1.019 0.069 0.196 0.161 0.086 0.109 0.087
47
Wald 152.964 8.216 0.158 19.821 0.312 87.299 44.702 52.513 0.143 0.470 0.745 18.355 59.671 10.239 13.952 0.258 0.263 1.088 11.960 15.696 2.929
df 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Sig. 0.000 0.004 0.691 0.000 0.576 0.000 0.000 0.000 0.705 0.493 0.388 0.000 0.000 0.001 0.000 0.611 0.608 0.297 0.001 0.000 0.087
Exp(B) 1.177 0.941 1.735 0.954 0.429 0.568 1.029 1.177 1.180 1.520 0.381 0.721 1.036 0.904 1.183 1.345 0.649 0.862
Tabel 7. Parameter Estimates (lanjutan) B Std. Error K1*** Intercept 6.565 1.113 AT 0.128 0.076 TA 0.040 0.216 TL 0.383 0.173 LD -0.343 0.103 Pend -0.414 0.121 LB -0.417 0.107 K1** Intercept 4.178 1.315 AT -0.006 0.091 TA 0.263 0.280 TL -0.003 0.226 LD 0.122 0.112 Pend -0.532 0.146 LB -0.178 0.120 K2*** Intercept 2.387 1.108 AT 0.134 0.079 TA -0.223 0.244 TL 0.385 0.193 LD -0.466 0.106 Pend 0.118 0.127 LB -0.239 0.111 *Referensi Pembanding : K1. **Referensi Pembanding : K2. ***Referensi Pembanding : K3.
Wald 34.767 2.810 0.034 4.866 11.093 11.774 15.320 10.101 0.005 0.886 0.000 1.188 13.220 2.226 4.638 2.886 0.840 3.986 19.324 0.868 4.615
df 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Sig. 0.000 0.094 0.853 0.027 0.001 0.001 0.000 0.001 0.946 0.347 0.990 0.276 0.000 0.136 0.031 0.089 0.359 0.046 0.000 0.352 0.032
Exp(B) 1.136 1.041 1.466 0.709 0.661 0.659 0.994 1.301 0.997 1.130 0.587 0.837 1.143 0.800 1.470 0.628 1.125 0.788
Aset Tetap (AT). Model 1 menunjukkan bahwa aset tetap signifikan berpengaruh terhadap pembayaran dividen, dimana perusahaan yang membayar dividen dengan kode K0 memiliki probabilitas yang lebih tinggi (p=1.177) untuk membayar dividen dibandingkan dengan perusahaan yang membayar dividen dengan kode K3, ketika aset tetap mengalami peningkatan (β=0.163). Model 2 menunjukkan bahwa aset tetap tidak signifikan berpengaruh terhadap pembayaran dividen, dimana perusahaan yang membayar dividen dengan kode K1 memiliki probabilitas yang lebih tinggi (p=1.136) untuk membayar dividen dibandingkan dengan perusahaan yang membayar dividen dengan kode K3, ketika aset tetap mengalami peningkatan (β=0.128). Model 3 menunjukkan bahwa aset tetap tidak signifikan berpengaruh terhadap pembayaran dividen, dimana perusahaan yang membayar dividen dengan kode K2 memiliki probabilitas yang lebih tinggi (p=1.143) untuk membayar dividen dibandingkan dengan perusahaan yang membayar dividen dengan kode K3, ketika aset tetap mengalami peningkatan (β=0.134). Model 4 menunjukkan bahwa aset tetap tidak signifikan berpengaruh terhadap pembayaran dividen, dimana perusahaan yang membayar dividen dengan kode K0 memiliki probabilitas yang lebih tinggi (p=1.036) untuk membayar dividen dibandingkan dengan perusahaan yang membayar dividen dengan kode K1, ketika aset tetap mengalami peningkatan (β=0.035). Model 5 menunjukkan bahwa aset tetap tidak signifikan berpengaruh terhadap pembayaran dividen, dimana perusahaan yang membayar dividen dengan kode K0 memiliki probabilitas yang lebih tinggi (p=1.029) untuk membayar dividen dibandingkan dengan perusahaan yang membayar dividen dengan kode K2, ketika aset tetap mengalami peningkatan (β=0.029). Model 6 menunjukkan bahwa aset tetap tidak signifikan berpengaruh terhadap pembayaran dividen, dimana perusahaan yang membayar dividen dengan kode K1 memiliki probabilitas yang lebih rendah (p=0.994) untuk membayar dividen dibandingkan dengan perusahaan yang membayar dividen dengan kode K2, ketika aset tetap mengalami penurunan (β=-0.006). 48
Total Aset (TA). Model 1 menunjukkan bahwa bahwa total aset tidak signifikan berpengaruh terhadap pembayaran dividen, dimana perusahaan yang membayar dividen dengan kode K0 memiliki probabilitas yang lebih rendah (p=0.941) untuk membayar dividen dibandingkan dengan perusahaan yang membayar dividen dengan kode K3, ketika total aset mengalami penurunan (β=-0.060). Model 2 menunjukkan bahwa total aset tidak signifikan berpengaruh terhadap pembayaran dividen, dimana perusahaan yang membayar dividen dengan kode K1 memiliki probabilitas yang lebih tinggi (p=1.041) untuk membayar dividen dibandingkan dengan perusahaan yang membayar dividen dengan kode K3, ketika total aset mengalami peningkatan (β=0.040). Model 3 menunjukkan bahwa total aset tidak signifikan berpengaruh terhadap pembayaran dividen, dimana perusahaan yang membayar dividen dengan kode K2 memiliki probabilitas yang lebih rendah (p=0.800) untuk membayar dividen dibandingkan dengan perusahaan yang membayar dividen dengan kode K3, ketika total aset mengalami penurunan (β=-0.223). Model 4 menunjukkan bahwa total aset tidak signifikan berpengaruh terhadap pembayaran dividen, dimana perusahaan yang membayar dividen dengan kode K0 memiliki probabilitas yang lebih rendah (p=0.904) untuk membayar dividen dibandingkan dengan perusahaan yang membayar dividen dengan kode K1, ketika total aset mengalami penurunan (β=-0.101). Model 5 menunjukkan bahwa total aset tidak signifikan berpengaruh terhadap pembayaran dividen, dimana perusahaan yang membayar dividen dengan kode K0 memiliki probabilitas yang lebih tinggi (p=1.177) untuk membayar dividen dibandingkan dengan perusahaan yang membayar dividen dengan kode K2, ketika total aset mengalami peningkatan (β=0.163). Model 6 menunjukkan bahwa total aset tidak signifikan berpengaruh terhadap pembayaran dividen, dimana perusahaan yang membayar dividen dengan kode K1 memiliki probabilitas yang lebih tinggi (p=1.301) untuk membayar dividen dibandingkan dengan perusahaan yang membayar dividen dengan kode K2, ketika total aset mengalami peningkatan (β=0.263). Total Liabilitas (TL). Model 1 menunjukkan bahwa total liabilitas signifikan berpengaruh terhadap pembayaran dividen, dimana perusahaan yang membayar dividen dengan kode K0 memiliki probabilitas yang lebih tinggi (p=1.735) untuk membayar dividen dibandingkan dengan perusahaan yang membayar dividen dengan kode K3, ketika total liabilitas mengalami peningkatan (β=0.551). Model 2 menunjukkan bahwa total liabilitas signifikan berpengaruh terhadap pembayaran dividen, dimana perusahaan yang membayar dividen dengan kode K1 memiliki probabilitas yang lebih tinggi (p=1.466) untuk membayar dividen dibandingkan dengan perusahaan yang membayar dividen dengan kode K3, ketika total liabilitas mengalami peningkatan (β=0.383). Model 3 menunjukkan bahwa total liabilitas signifikan berpengaruh terhadap pembayaran dividen, dimana perusahaan yang membayar dividen dengan kode K2 memiliki probabilitas yang lebih tinggi (p=1.470) untuk membayar dividen dibandingkan dengan perusahaan yang membayar dividen dengan kode K3, ketika total liabilitas mengalami peningkatan (β=0.385). Model 4 menunjukkan bahwa total liabilitas tidak signifikan berpengaruh terhadap pembayaran dividen, dimana perusahaan yang membayar dividen dengan kode K0 memiliki probabilitas yang lebih tinggi (p=1.183) untuk membayar dividen dibandingkan dengan perusahaan yang membayar dividen dengan kode K1, ketika total liabilitas mengalami peningkatan (β=0.168). Model 5 menunjukkan bahwa total liabilitas tidak signifikan berpengaruh terhadap pembayaran dividen, dimana perusahaan yang membayar dividen dengan kode K0 memiliki probabilitas yang lebih tinggi (p=1.180) untuk membayar dividen dibandingkan dengan perusahaan yang membayar dividen dengan kode K2, ketika total liabilitas mengalami peningkatan (β=0.165). Model 6 menunjukkan bahwa total liabilitas tidak signifikan berpengaruh terhadap pembayaran dividen, dimana perusahaan yang membayar dividen dengan kode K1 memiliki probabilitas yang lebih rendah (p=0.997) untuk membayar dividen dibandingkan dengan perusahaan yang membayar dividen dengan kode K2, ketika total liabilitas mengalami penurunan (β=-0.003). 49
Laba Ditahan (LD). Model 1 menunjukkan bahwa laba ditahan tidak signifikan berpengaruh terhadap pembayaran dividen, dimana perusahaan yang membayar dividen dengan kode K0 memiliki probabilitas yang lebih rendah (p=0.954) untuk membayar dividen dibandingkan dengan perusahaan yang membayar dividen dengan kode K3, ketika laba ditahan mengalami penurunan (β=-0.047). Model 2 menunjukkan bahwa laba ditahan signifikan berpengaruh terhadap pembayaran dividen, dimana perusahaan yang membayar dividen dengan kode K1 memiliki probabilitas yang lebih rendah (p=0.709) untuk membayar dividen dibandingkan dengan perusahaan yang membayar dividen dengan kode K3, ketika laba ditahan mengalami penurunan (β=-0.343). Model 3 menunjukkan bahwa laba ditahan signifikan berpengaruh terhadap pembayaran dividen, dimana perusahaan yang membayar dividen dengan kode K2 memiliki probabilitas yang lebih rendah (p=0.628) untuk membayar dividen dibandingkan dengan perusahaan yang membayar dividen dengan kode K3, ketika laba ditahan mengalami penurunan (β=-0.466). Model 4 menunjukkan bahwa laba ditahan signifikan berpengaruh terhadap pembayaran dividen, dimana perusahaan yang membayar dividen dengan kode K0 memiliki probabilitas yang lebih tinggi (p=1.345) untuk membayar dividen dibandingkan dengan perusahaan yang membayar dividen dengan kode K1, ketika laba ditahan mengalami peningkatan (β=0.297). Model 5 menunjukkan bahwa laba ditahan signifikan berpengaruh terhadap pembayaran dividen, dimana perusahaan yang membayar dividen dengan kode K0 memiliki probabilitas yang lebih tinggi (p=1.520) untuk membayar dividen dibandingkan dengan perusahaan yang membayar dividen dengan kode K2, ketika laba ditahan mengalami peningkatan (β=0.419). Model 6 menunjukkan bahwa laba ditahan tidak signifikan berpengaruh terhadap pembayaran dividen, dimana perusahaan yang membayar dividen dengan kode K1 memiliki probabilitas yang lebih tinggi (p=1.130) untuk membayar dividen dibandingkan dengan perusahaan yang membayar dividen dengan kode K2, ketika laba ditahan mengalami peningkatan (β=0.122). Pendapatan (Pend). Model 1 menunjukkan bahwa pendapatan signifikan berpengaruh terhadap pembayaran dividen, dimana perusahaan yang membayar dividen dengan kode K0 memiliki probabilitas yang lebih rendah (p=0.429) untuk membayar dividen dibandingkan dengan perusahaan yang membayar dividen dengan kode K3, ketika pendapatan mengalami penurunan (β=-0.846). Model 2 menunjukkan bahwa pendapatan signifikan berpengaruh terhadap pembayaran dividen, dimana perusahaan yang membayar dividen dengan kode K1 memiliki probabilitas yang lebih rendah (p=0.661) untuk membayar dividen dibandingkan dengan perusahaan yang membayar dividen dengan kode K3, ketika pendapatan mengalami penurunan (β=-0.414). Model 3 menunjukkan bahwa pendapatan tidak signifikan berpengaruh terhadap pembayaran dividen, dimana perusahaan yang membayar dividen dengan kode K2 memiliki probabilitas yang lebih tinggi (p=1.125) untuk membayar dividen dibandingkan dengan perusahaan yang membayar dividen dengan kode K3, ketika pendapatan mengalami peningkatan (β=0.118). Model 4 menunjukkan bahwa pendapatan signifikan berpengaruh terhadap pembayaran dividen, dimana perusahaan yang membayar dividen dengan kode K0 memiliki probabilitas yang lebih rendah (p=0.649) untuk membayar dividen dibandingkan dengan perusahaan yang membayar dividen dengan kode K1, ketika pendapatan mengalami penurunan (β=-0.432). Model 5 menunjukkan bahwa pendapatan signifikan berpengaruh terhadap pembayaran dividen, dimana perusahaan yang membayar dividen dengan kode K0 memiliki probabilitas yang lebih rendah (p=0.381) untuk membayar dividen dibandingkan dengan perusahaan yang membayar dividen dengan kode K2, ketika pendapatan mengalami penurunan (β=-0.964). Model 6 menunjukkan bahwa pendapatan signifikan berpengaruh terhadap pembayaran dividen, dimana perusahaan yang membayar dividen dengan kode K1 memiliki probabilitas yang lebih rendah (p=0.587) untuk membayar dividen dibandingkan dengan perusahaan yang membayar dividen dengan kode K2, ketika pendapatan mengalami penurunan (β=-0.532). 50
Laba Bersih (LB). Model 1 menunjukkan bahwa laba bersih signifikan berpengaruh terhadap pembayaran dividen, dimana perusahaan yang membayar dividen dengan kode K0 memiliki probabilitas yang lebih rendah (p=0.568) untuk membayar dividen dibandingkan dengan perusahaan yang membayar dividen dengan kode K3, ketika laba bersih mengalami penurunan (β=-0.565). Model 2 menunjukkan bahwa laba bersih signifikan berpengaruh terhadap pembayaran dividen, dimana perusahaan yang membayar dividen dengan kode K1 memiliki probabilitas yang lebih rendah (p=0.659) untuk membayar dividen dibandingkan dengan perusahaan yang membayar dividen dengan kode K3, ketika laba bersih mengalami penurunan (β=-0.417). Model 3 menunjukkan bahwa laba bersih signifikan berpengaruh terhadap pembayaran dividen, dimana perusahaan yang membayar dividen dengan kode K2 memiliki probabilitas yang lebih rendah (p=0.788) untuk membayar dividen dibandingkan dengan perusahaan yang membayar dividen dengan kode K3, ketika laba bersih mengalami penurunan (β=-0.239). Model 4 menunjukkan bahwa laba bersih tidak signifikan berpengaruh terhadap pembayaran dividen, dimana perusahaan yang membayar dividen dengan kode K0 memiliki probabilitas yang lebih rendah (p=0.862) untuk membayar dividen dibandingkan dengan perusahaan yang membayar dividen dengan kode K1, ketika laba bersih mengalami penurunan (β=-0.148). Model 5 menunjukkan bahwa laba bersih signifikan berpengaruh terhadap pembayaran dividen, dimana perusahaan yang membayar dividen dengan kode K0 memiliki probabilitas yang lebih rendah (p=0.721) untuk membayar dividen dibandingkan dengan perusahaan yang membayar dividen dengan kode K2, ketika laba bersih mengalami penurunan (β=-0.327). Model 6 menunjukkan bahwa laba bersih tidak signifikan berpengaruh terhadap pembayaran dividen, dimana perusahaan yang membayar dividen dengan kode K1 memiliki probabilitas yang lebih rendah (p=0.837) untuk membayar dividen dibandingkan dengan perusahaan yang membayar dividen dengan kode K2, ketika laba bersih mengalami penurunan (β=-0.178). Berdasarkan hasil analisis, dapat diketahui bahwa aset tetap dan total aset sebuah perusahaan dapat berpengaruh signifikan dan juga dapat tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen sebuah perusahaan tergantung pada sebuah kondisi tertentu, dalam arti bahwa peningkatan sebuah aset baik dari segi aset tetap maupun secara keseluruhan dapat mengakibatkan peningkatan maupun penurunan pembayaran dividen yang diputuskan. Hasil penelitian ini dapat mendukung pendapat dari Kato, Loewenstein, dan Tsay (2002), Holt (2003), serta Delen, Kuzey, dan Uyar (2013). Hal yang sama juga berlaku untuk faktor utang (liabilitas), dimana utang dapat mempengaruhi atau tidak secara signifikan terhadap kebijakan dividen tergantung kondisi keuangan sebuah perusahaan seperti pendapat dari Voutsinas dan Werner (2011), Koch dan Shenoy (1999), Fama dan Babiak (1968), serta Agrawal dan Jayaraman (1994). Faktor lainnya seperti pendapatan, laba ditahan dan laba bersih, akan berperilaku yang sama dalam berkontribusi untuk menentukan kebijakan dividen sesuai dengan pendapat dari Strebulaev dan Yang (2013), Delen, Kuzey, dan Uyar (2013), Amidu (2007), Lie (2005), serta Nissim dan Ziv (2001). 6. Kesimpulan Apabila dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan K3, maka kebijakan dividen dari perusahaan-perusahaan K0 akan banyak dipengaruhi oleh aset tetap, total utang, pendapatan dan laba bersih. Sedangkan apabila dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan K2, maka kebijakan dividen dari perusahaan-perusahaan K0 akan banyak dipengaruhi oleh laba ditahan, pendapatan dan laba bersih. Dan apabila dibandingkan dengan perusahaanperusahaan K1, maka kebijakan dividen perusahaan-perusahaan K0 akan banyak dipengaruhi oleh laba ditahan dan pendapatan. Apabila dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan K3, maka kebijakan dividen dari perusahaan-perusahaan K1 akan banyak dipengaruhi oleh utang, laba ditahan, pendapatan 51
dan laba bersih. Sedangkan apabila dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan K2, maka kebijakan dividen dari perusahaan-perusahaan K1 akan banyak dipengaruhi oleh pendapatan. Sedangkan untuk K2, apabila dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan K3, maka kebijakan dividen akan banyak dipengaruhi oleh utang, laba ditahan, dan laba bersih. 7. Daftar Pustaka Agrawal, A. dan Jayaraman, N. (1994). The Dividend Policies of All Equity Firms : A Direct Test of the Free Cash Flow Theory. Managerial and Decision Economics, 15, 139-148. Amidu, M. (2007). How does dividend policy affect performance of the firm on Ghana Stock Exchange? Investment Management and Financial Innovations, 4(2), 103-112. Asquith, P. dan Mullins, D. W., Jr. (1986). Signalling with Dividends, Stock Repurchases, and Equity Issues. Financial Management, 15(3), 27-44. Baker, M. dan Wurgler, J. (2004). Appearing and disappearing dividends : The link to catering incentives. Journal of Financial Economics, 73, 271–288. Barnea, A., Haugen, R. A., dan Senbet, L. W. (1981). Market Imperfections, Agency Problems, and Capital Structure: A Review. Financial Management, 10(3), 7-22. Bernheim, B. D. (1991). Tax Policy and the Dividend Puzzle. The RAND Journal of Economics, 22(4), 455-476. Delen, D., Kuzey, C., dan Uyar, A. (2013). Measuring firm performance using financial ratios: A decision tree approach. Expert Systems with Applications, 40(10), 3970–3983. Fama, E. F. dan Babiak, H. (1968). Dividend Policy : An Empirical Analysis. Journal of the American Statistical Association, 63(324), 1132-1161. Fama, E. F. dan French, K. R. (2001). Disappearing dividends: changing firm characteristics or lower propensity to pay? Journal of Financial Economics, 60, 3-43. Holt, R. W. P. (2003). Investment and dividends under irreversibility and financial constraints. Journal of Economic Dynamics & Control, 27, 467–502. Koch, P. D. dan Shenoy, C. (1999). The Information Content of Dividend and Capital Structure Policies. Financial Management, 28(4), 16-35. Lie, E. (2005). Operating performance following dividend decreases and omissions. Journal of Corporate Finance, 12, 27– 53. Kato, H. K., Loewenstein, U., dan Tsay, W. (2002). Dividend policy, cash flow, and investment in Japan. Pacific-Basin Finance Journal, 10, 443– 473. Nissim, D. dan Ziv, A. (2001). Dividend Changes and Future Profitability. The Journal of Finance, 56(6), 2111-2133. Strebulaev, I. A., dan Yang, B. (2013). The mystery of zero-leverage firms. Journal of Financial Economics, 109, 1–23. Voutsinas, K., dan Werner, R.A. (2011). Credit supply and corporate capital structure: Evidence from Japan. International Review of Financial Analysis, 20(5), 320-334.
52
PENGARUH KECERDASAN INTELEKTUAL, KECERDASAN EMOSIONAL, KECERDASAN SPIRITUAL, DAN PERILAKU BELAJAR TERHADAP PEMAHAMAN AKUNTANSI MAHASISWA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SAM RATULANGI MANADO Inriawati Parauba (Email :
[email protected]) ABSTRACT Globalization is definitely demanding of the human resources that have the skills in every fields of works so that they can be compete in the business world. In order to deal with this globalization, it needs the skills that absolutely to be reached by continuous study process, which one of them is the accounting skill that’s very needed in the economy nowadays. In order to face this competition, education world especially accounting demanded to produce the high quality output or the graduates and ready to compete in the jobs world. This research aimed to prove the influence of intelligence quotient, emotional quotient, spiritual quotient, and study behavior towards understanding of accounting of the student of Economic and Business Faculty, Sam Ratulangi University. The analysis method is linier double regression. The result gives the conclusion that is the intelligence quotient, emotional quotient, spiritual quotient, and the study behavior simultaneously have influence towards understanding of accounting of the students of Economic and Bussines Faculty, Sam Ratulangi University, while partially, intelligence quotient, emotional quotient, spiritual quotient, and study behavior significantly have not the influence towards understanding of accounting of the student of Economic and Bussines Faculty, Sam Ratulangi University Manado. Key Words: The understanding of Accounting Students, Intelligence Quotient, Emotional Quotient, Spiritual Quotient, and the Study Behaviour. PENDAHULUAN Latar Belakang Sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu faktor yang menentukan dalam reformasi ekonomi, yaitu terkait dengan usaha bagaimana untuk menciptakan SDM yang berkualitas dan memiliki keterampilan serta berdaya saing tinggi dalam persaingan global. Dalam kaitannya tersebut, setidaknya ada dua hal penting mengenai kondisi SDM Indonesia, yaitu adanya ketimpangan antara jumlah kesempatan kerja dan angkatan kerja, serta tingkat pendidikan angkatan kerja yang masih relatif rendah. Masalah daya saing dalam pasar dunia yang semakin terbuka merupakan tantangan yang berat. Tanpa dibekali dengan kemampuan kompetitif yang tinggi mustahil suatu negara mampu bersaing dan menembus pasar internasional. Pada era reformasi saat ini alokasi SDM belum mampu mengoreksi kecenderungan konsentrasi ekonomi yang telah tercipta sejak pemerintahan masa lalu.Sementara dilain pihak Indonesia masih kekurangan berbagai keahlian untuk mengisi kebutuhan global. Oleh sebab itu perlu adanya peningkatan kualitas sumber daya manusia, yaitu dengan meningkatkan mutu pendidikan nasional pada umumnya dan meningkatkan prestasi akademik atau keahlian dalam berbagai bidang ilmu seperti keahlian di bidang ilmu akuntansi. Pendidikan akuntansi khususnya pendidikan tinggi akuntansi yang diselenggarakan di perguruan tinggi ditujukan untuk mendidik mahasiswa agar dapat bekerja sebagai seorang 53
akuntan profesional yang memiliki pengetahuan dibidang Akuntansi Keuangan, Akuntansi Manajemen, Sistem Informasi Akuntansi, Auditing, dan Akuntansi Sektor Publik, serta ilmuilmu pengetahuan yang relevan dengan bidang akuntansi. Kecerdasan intelektual (IQ) memegang peranan penting dalam dunia pendidikan apalagi paradigma pendidikan memfokuskan pada kerangka berpikir cognitive holistic, dimana proses dan pelaksanaan pendidikan lebih mengutamakan pada perkembangan intelektual dan pemikiran rasional. Di sisi lain juga, yang perlu dipertimbangkan adalah adanya kecerdasan spiritual atau yang dikenal dengan Spiritual Quotient (SQ). Kurangnya kecerdasan spiritual seseorang akan berakibat pada kurang termotivasinya seorang mahasiwa untuk belajar, dan sulit untuk berkonsentrasi, sehingga mahasiswa akan sulit untuk memahami suatu matakuliah. Kecerdasan intelektual memegang peranan penting bagi mahasiswa dalam memahami akuntansi, namun hal ini tidak akan berjalan dengan baik bila tidak diimbangi dengan kemampuan untuk mengelola emosi (EQ) sendiri ketika dihadapkan pada permasalahan, mahasiswa yang bersangkutan akan cepat frustasi. Penelitian ini dilakukan pada mahasiswa angkatan tahun 2009 jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Sam Ratulangi yang ada di Manado. Alasan pemilihan jurusan akuntansi angkatan tahun 2009 dalam penelitian ini adalah karena dianggap sudah menerima manfaat dari proses pembelajaran akuntansi, dan juga karena pada saat dilakukan penelitian yaitu pada tahun 2013 sebagian besar sementara dalam proses penyelesaian studi. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Untuk menganalisis pengaruh kecerdasan intelektual terhadap pemahaman akuntansi mahasiswa 2. Untuk menganalisis pengaruh kecerdasan emosional terhadap pemahaman akuntansi mahasiswa 3. Untuk menganalisis kecerdasan pengaruh kecerdasan spiritual terhadap pemahaman akuntansi mahasiswa. 4. Untuk menganalisis pengaruh perilkau belajar terhadap pemahaman akuntansi mahasiswa. TINJAUAN PUSTAKA Akuntansi Perilaku Ruang lingkup akuntansi keperilakuan meliputi: 1 Mempelajari pengaruh antara perilaku manusia terhadap konstruksi, bangunan, dan penggunaan sistem informasi yang diterapkan dalam perusahaan dan organisasi, yang berarti bagaimana sikap dan gaya kepemimpinan manajemen mempengaruhi sifat pengendalian akuntansi dan desain organisasi; apakah desain sistem pengendalian akuntansi bisa diterapkan secara universal atau tidak. 2 Mempelajari pengaruh sistem informasi akuntansi terhadap perilaku manusia, yang berarti bagaimana sistem akuntansi mempengaruhi kinerja, motivasi, produktivitas, pengambilan keputusan, kepuasan kerja dan kerja sama. Metode untuk menjelaskan dan memprediksi perilaku manusia dan strategi untuk mengubahnya, yang berarti bagaimana sistem akuntansi dapat dipergunakan untuk mempengaruhi perilaku, dan bagaimana mengatasi resistensi itu. Disini muncul istilah freezing (membekukan) dan unfreezing (mencairkan). Contohnya perubahan sistem. Perubahan sistem bukanlah sesuatu yang mudah, tetapi perlu upaya untuk sampai pada aplikasi sistem itu sendiri karena bisa jadi ada resistensi di situ. (Suartana, 2010:1-3). 54
Kecerdasan Intelektual Bhinet dan Theodore dalam Effendi dan Praja (2012) mendefinisikan intelegensi sebagai suatu kemampuan yang terdiri dari tiga aspek, yaitu: 1. Direction; kemampuan untuk memusatkan kepada suatu masalah yang harus dipecahkan, 2. Adaptation; kemampuan untuk mengadakan adaptasi terhadap masalah yang dihadapinya atau fleksibel di dalam menghadapi masalah, dan criticsm; kemampuan untuk mengadakan kritik, baik terhadap masalah yang dihadapi maupun terhadap dirinya sendiri. Adapun ahli yang lain yaitu Thorndike dalam Effendi dan Praja (2012) mengemukakan bahwa “intelegensi adalah kemampuan individu untuk memberikan respon yang tepat (baik) terhadap stimulus yang diterimanya”. Kecerdasan Emosional Komponen kecerdasan emosional menurut Goleman, terdapat tujuh elemen yang membentuk kecerdasan emosional seseorang, dalam David dan Richard (2007) yang dikutip oleh Napitulu (2009), yaitu sebagai berikut. 1. Kesadaran diri; yaitu kesadaran terhadap perasaan sendiri dan kemampuan untuk mengenali dan mengelola perasaan itu. 2. Elastisitas emotional; yaitu kemampuan untuk berkinerja secara baik dan konsisten di berbagai situasi dan tekanan. 3. Motivasi; yaitu dorongan dan energi yang ada untuk mencapai hasil, meyeimbangkan tujuan jangka pendek dan jangka panjang, dan mengupayakan cita-cita walaupun menghadapi aneka tantangan dan penolakan. 4. Sensitivitas antar pribadi; yaitu kemampuan untuk merasakan kebutuhan dan perasaan orang lain dan untuk menggunakan kemampuan itu secara efektif dalam berinteraksi, dan dalam mengambil keputusan yang mempengaruhi mereka. 5. Pengaruh; yaitukemampuan untuk membujuk orang lain agar dapat mengubah sudut pandang mereka terhadap suatu masalah, persoalan, atau keputusan. 6. Tanggap; yaitukemampuan untuk menggunakan wawasan dan interaksi untuk sampai pada, dan menerapkan keputusan saat dihadapkan dengan informasi yang ambigu atau tidak lengkap. 7. Tanggungjawab dan integritas; yaitu kemampuan untuk menunjukkan komitmen terhadap suatu tindakan saat menghadapi tantangan, dan untuk bertindak secara konsisten dan sesuai dengan persyaratan etika yang dipahami. Kecerdasan Spiritual Berikut ini adalah beberapa pendapat tentang kecerdasan spiritual menurut para ahli dalam Zohar dan Marshall (2001) dan Agustian (2001) yang dikutip oleh Rachmi (2010) yaitu sebagai berikut. 1. Sinetar (2000) Sinetar (2000) mendefinisikan kecerdasan spiritual sebagai pikiran yang mendapat inspirasi, dorongan, efektivitas yang terinspirasi, dan penghayatan ketuhanan yang semua manusia menjadi bagian di dalamnya. 2. Khalil A. Khavari (2000) Khavari (2000) mendefinisikan kecerdasan spiritual sebagai dimensi non-material atau jiwa manusia.Lebih lanjut dijelaskan oleh Khavari (2000), kecerdasan spiritual sebagai 55
3.
4.
intan yang belum terasah dan dimiliki oleh setiap insan.Manusia harus mengenali seperti adanya lalu menggosoknya sehingga mengkilap dengan tekad yang besar, menggunakannya menuju kearifan, dan untuk mencapai kebahagiaan yang abadi. Zohar dan Marshall (2001) Zohar dan Marshall (2001) mendefinisikan kecerdasan spiritual sebagai kemampuan internal bawaan otak dan jiwa manusia yang sumber terdalamnya adalah inti alam semesta sendiri, yang memungkinkan otak untuk menemukan dan menggunakan makna dalam memecahkan persoalan. Ary Ginanjar Agustian (2001) Agustian (2001) mendefinisikan kecerdasan spiritual sebagai kemampuan untuk memberi makna ibadah terhadap setiap perilaku dan kegiatan melalui langkah-langkah dan pemikiran yang bersifat fitrah, menuju manusia yang seutuhnya dan memiliki pola pemikiran yang integralistik, serta berprinsip hanya karena Allah.
Perilaku Belajar Mahmud dalam Subini et al. (2012) mendefinisikan belajar adalah suatu perubahan dalam diri seseorang yang terjadi karena pengalaman. “Belajar adalah melakukan sesuatu yang dilakukan sebelum ia belajar atau bila kelakuannya berubah sehingga lain caranya menghadapi sesuatu situasi daripada sebelum itu,” dikemukakan oleh Hilgard dalam Subini et al. (2012). Ahmadi (1993) yang dikutip oleh Hanifah dan Abdullah (2001) lebih jauh mengatakan bahwa belajar adalah suatu perubahan dalam diri manusia, sehingga apabila setelah belajar maka dapat dikatakan bahwa dalam dirinya telah berlangsung proses belajar. Subini et al. (2012) menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar, yaitu sebagai berikut. 1. Faktor internal; yaitu faktor yang ada dalam diri individu yang sedang melakukan belajar. Faktor intenal meliputi faktor fisiologis dan psikologis. Faktor fisiologis meliputi kesehatan dan cacat tubuh, sedangkan faktor psikologis meliputi inteligensi, bakat minat, kematangan, motif, kelelahan, dan perhatian. 2. Faktor eksternal; adalah faktor yang dipengaruhi oleh kondisi lingkungan disekitar anak, yang meliputi antara lain yaitu sebagai berikut. a. Faktor keluarga; dimana dalam lingkungan keluarga kecerdasan dipengaruhi oleh cara mendidik anak, hubungan antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan. b. Faktor sekolah; yang mempengaruhi kesulitan belajar antara lain adalah guru atau dosen, metode mengajar, fasilitas, kurikulum sekolah, hubungan guru atau dosen dengan anak, relasi antar anak, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu, standar pelajaran, kebijakan penilaian, keadaan gedung, dan tugas rumah. c. Faktor masyarakat; yang mempengaruhi hasil belajar antara lain adalah kegiatan anak dalam masyarakat, teman bergaul, dan bentuk kehidupan dalam masyarakat. Tingkat Pemahaman Akuntansi Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, “paham” memiliki arti pandai atau mengerti benar, sedangkan pemahaman adalah proses, cara, perbuatan memahami atau memahamkan. Ini berarti bahwa orang yang memiliki pemahaman akuntansi adalah orang yang pandai dan mengerti benar akuntansi. Dalam hal ini, pemahaman akuntansi akan diukur dengan menggunakan nilai matakuliah akuntansi yaitu Pengantar Akuntansi 1, Pengantar Akuntansi 2, Akuntansi Menengah 1, Akuntansi Menengah 2, Akuntansi Keuangan Lanjutan 1, Akuntansi 56
Keuangan Lanjutan 2, Auditing 1, Auditing 2, dan Teori Akuntansi. Matakuliah tersebut merupakan matakuliah yang di dalamnya terdapat unsur-unsur yang menggambarkan akuntansi secara umum. Penelitian Terdahulu Dwijayanti (2009) mencoba meneliti tentang pengaruh kecerdasan emosionl, kecerdasan intelektual, kecerdasan spiritual dan kecerdasan sosial terhadap pemahaman akuntansi.Metode yang digunakan dalam pegambilan data adalah metode convenience sampling, dengan kriteria mahasiswa program strata satu (S1) yang sedang menyusun skripsi karena dianggap telah menerima manfaat dari pengajaran akuntansi.Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecerdasan emosional dan kecerdasan sosial berpengaruh terhadap pemahaman akuntansi, sedangkan kecerdasan intelektual dan kecerdasan spiritual tidak berpengaruh terhadap pemahaman akuntansi. Napitupulu (2009) menguji pengaruh kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional terhadap tingkat pemahaman pelajaran akuntansi. Data diperoleh dengan metode survei dengan menyebarkan kuisioner kepada siswa-siswa kelas tiga Sekolah Menengah Kejuruan Bisnis dan Manajemen untuk jurusan Akuntansi. Hasil analisis menunjukkan bahwa data sudah terdistribusi dengan normal, tidak terjadi multikolinearitas, bebas dari heteroskedastisitas, dan tidak terjadi autokorelasi.Dari hasil analisis diketahui bahwa secara simultan kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional berpengaruh terhadap tingkat pemahaman akuntansi, sedangkan secara parsial hanya kecerdasan intelektual yang berpengaruh signifikan terhadap tingkat pemahaman akuntansi. METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian hubungan kausal (causal effect). Penelitian ini dirancang untuk menguji pengaruh fakta dan fenomena serta mencari keterangan secara aktual yaitu penelitian yang bersifat menjelaskan mengenai pengaruh kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual, dan perilaku belajar terhadap pemahaman akuntansi bagi mahasiswa jurusan akuntansi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sam Ratulangi Manado. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah mahasiswa jurusan akuntansi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sam Ratulangi semester 8 dengan jumlah 274 mahasiswa. Dalam penelitian ini, yang menjadi sampel yang akan diteliti adalah mahasiswa jurusan akuntansi yang berada di semester 8 ketika penulisan ini sedang dilakukan, yaitu mahasiswa angkatan 2009. Adapun yang menjadi pertimbangan dari peneliti sebagai dasar pengambilan sampel adalah para mahasiswa dianggap telah menerima manfaat dari pembelajaran akuntansi. Penentuan jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini diambil berdasarkan Dalil Batas Memusat (Central Limit Theorem), yang menyatakan bahwa distribusi rata-rata sampel dapat didekati dengan distribusi probabilitas normal untuk ukuran sampel yang besar (Supranto, 2001). Jumlah sampel yang besar maksudnya n ≥ 120. Dalam penelitian ini, jumlah sampel yang dapat digunakan sejumlah 70 sampel, dan jumlah ini mendekati distribusi normal.
57
Instrumen Penelitian Penelitian ini adalah penelitian yang menggunakan instrumen penelitian kuesioner. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian dari tesis ini adalah pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sam Ratulangi Manado yang berlokasi di Manado. Sedangkan untuk waktu penelitian, diperkirakan untuk penyelesaian penelitian ini akan memerlukan waktu sekitar 1 bulan dengan bantuan dan arahan dari dosen pembimbing. Prosedur Pengumpulan Data Untuk mengumpulkan data, peneliti menyebarkan kuisioner kepada mahasiswa jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sam Ratulangi Manado.Selain menggunakan kuisioner penulis juga mengumpulkan data-data yang relevan untuk penelitian ini.Perolehan informasi lain relevan dalam penelitian ini diperoleh dengan cara yaitu dengan membaca dan mempelajari sumber-sumber tertulis yang terkait dengan penelitian ini, baik berupa buku-buku, laporan hasil penelitian, tulisan ilmiah, jurnal, dokumen yang diperoleh dari tempat penelitian yang berkaitan dengan topik dan objek penelitian. Cara Pengolahan dan Analisis Data Metode Analisis Data Metode analisis yang dipakai dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda. Untuk pengolahan data pada penelitian ini menggunakan alat bantu program Statistical Product and Service Solutions (SPSS) versi 20. Berdasarkan hasil analisis tersebut nanti dapat diketahui variabel independen yang mana yang berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependennya. Teknik Analisis Teknik analisis yang digunakan adalah metode analisis kombinasi, yaitu analisis deskriptif dan analisis regresi berganda. Y = α+ β1x1+ β2x2+ β3x3+ β4x4+ ε Adapun pengujian asumsi klasik yang dilakukan untuk menguji kelayakan persamaan yang digunakan dalam menjawab rumusan masalah dalam penelitian ini adalahuji kualitas data, uji normalitas, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitasdan uji autokorelasi, seperti dikutip oleh Sarjono dan Julianita (2011:53). HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Objek Penelitian Penelitian ini difokuskan pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sam Ratulangi Manado.Berdirinya Fakultas Ekonomi dan Bisnis UNSRAT tidak terlepas dari sejarah Universitas Sam Ratulangi, yang bermula dari dua Perguruan Tinggi.Pertama adalah Universitas Pinaesaan, didirikan di Tondano pada tanggal 1 Oktober 1954. Kedua adalah Universitas Permesta yang menyusul didirikan di Manado pada tanggal 23 September 1957. Pada tanggal 1 Agustus 1958, sesuai Surat Keputusan Penguasa Perang Daerah Sulawesi Utara Tengah No. 3/PENG/PMK/VII/ 1958 tertanggal 23 Juli 1958, maka keduanya dijadikan satu perguruan tinggi dengan nama Perguruan Tinggi Manado disingkat PTM dengan 4 fakultas, yaitu Fakultas Ekonomi, Fakultas Hukum, Fakultas Sastra, dan Fakultas Tatapraja. 58
Pada bulan Oktober Tahun 1958 Perguruan Tinggi Manado (PTM) diganti nama menjadi Universitas Sulawesi Utara Tengah disingkat UNSUT. Pada tahun 1960 singkatan nama UNSUT diubah menjadi UNISUT, yang kemudian pada tahun 1961 disahkan sebagai Universitas Negeri melalui Keputusan Menteri PTIP No. 22 Thn. 1961 tanggal 4 Juli 1961, dengan nama Program Ekstensi. Pembukaan Program Ekstensi/Non Reguler didasarkan pada SK Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi DEPDIKBUD No.413/Dikti Kep/1996, tanggal 6 Agustus 1996. Era persaingan yang semakin ketat pada akhir abad 20 dan akan berlanjut di abad 21, dunia bisnis dan organisasi pemerintahan membutuhkan pemimpin dan manajer yang profesional agar bertahan dan unggul. Menyadari hal ini, Fakultas Ekonomi Unsrat membuka program pendidikan Strata Dua jalur profesi. Program pendidikan strata dua dimaksud adalah : 1). Program Magister Manajemen, dengan gelar MM, berdiri tahun 2000 berdasarkan SK. Dirjen Dikti Nomor 88/DIKTI/KEP/2000 tanggal 14 April 2000. 2). Program Magister Ekonomi Pembangunan, dengan gelar MEP, berdiri tahun 2003 berdasarkan SK. Dirjen Dikti Nomor : 918/D/T/2003 dari Magister Akuntansi Keuangan Daaerah yang akan dimulai pada tahun ajaran 2007/2008. Pada tahun 2008, Fakultas Ekonomi Unsrat tetap menjadi Fakultas yang eksis bagi masyarakat Sulawesi Utara pada khususnya dan Indonesia dengan kualitas kinerja yang patut dibanggakan. Keberhasilan ini dapat dibuktikan dengan diraihnya Akreditas Nasional Perguruan Tinggi dari Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT), dimana Program Studi Ilmu Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi secara bersamaan mendapatkan Nilai Akreditasi A. Seiring keberhasilan tersebut, terdapat beberapa dosen yang diangkat menjadi tenaga Asesor pada BANPT tersebut. Keberhasilan yang diraih ini belum menjadi titik balik bagi Fakultas Ekonomi Unsrat.Peningkatan kualitas pendidikan terus dipacu oleh seluruh civitas akademika melalui peningkatan kualitas pengajaran dengan menampilkan kurikulum-kurikulum berbasis kompetensi yang sesuai dengan kebutuhan pasar tenaga kerja serta peningkatan kualitas pendidikan bagi tenaga pengajar dan administrasi.Pada tahun ini terdapat beberapa dosen jenjang pendidikan S2 yang melanjutkan studi ke jenjang S3 baik diluar negeri dan didalam negeri.Juga terdapat beberapa dosen jenjang S1 yang melanjutkan studi ke jenjang S2 di dalam maupun diluar negeri. Hasil Penelitian Deskripsi Data Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan cara menyebarkan kuisioner langsung kepada objek penelitian. Peneliti mengantarkan langsung kuisioner kepada responden untuk mengantisipasi terjadinya respond rate yang rendah pada saat pengembalian kuisioner. Sebanyak 100 kuisioner yang disebarkan, terkumpul sebanyak 90 kuisioner, hal ini disebabkan karena pada saat dikumpul, beberapa kuisioner tidak dikembalikan oleh responden.Jumlah sebanyak 90 kuisioner yang terkumpul, 20 kuisioner tidak dapat digunakan karena tidak diisi dengan lengkap, sehingga kuisioner yang dapat diolah sebanyak 70 kuisioner.
59
Tabel 1. Rata-rata Tingkat Pemahaman Akuntansi Mahasiswa Item Variabel Y Pengantar Akuntansi Akuntansi Keuangan Menengah 1 Akuntansi Keuangan Menengah 2 Akuntansi Keuangan Lanjutan 1 Akuntansi Keuangan Lanjutan 2 Pemeriksaan Akuntansi 1 Pemeriksaan Akuntansi 2 Teori Akuntansi
Total 4835,1 4895,5 4827,0 5153,3 5085,3 5051,0 5083,0 5418,0
Rata-rata 69,07285714 69,93571429 68,95714286 73,61857143 72,64714286 72,15714286 72,61428571 77,4
Interpretasi Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Sangat Baik
Dari tabel di atas, secara rata-rata kemampuan mahasiswa terhadap pemahaman akuntansi sudah baik. Uji Validitas dan Reliabilitas Data Tabel 2. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Kecerdasan Intelektual Corrected Item-Total Correlation P1 Corrected Item-Total Correlation P2 Corrected Item-Total Correlation P3 Corrected Item-Total Correlation P4 Corrected Item-Total Correlation P5 Corrected Item-Total Correlation P6 Corrected Item-Total Correlation P7 Corrected Item-Total Correlation P8 Corrected Item-Total Correlation P9 Corrected Item-Total Correlation P10 Corrected Item-Total Correlation P11 Corrected Item-Total Correlation P12 Corrected Item-Total Correlation P13 Corrected Item-Total Correlation P14 Corrected Item-Total Correlation P15 Corrected Item-Total Correlation P16 Cronbach’s Alpha
(X1) 0,411 0,554 0,455 0,622 0,699 0,573 0,531 0,606 0,514
(X2) 0,645 0,537 0,623 0,523 0,559 0,398 0,406 0,545 0,610 0,597 0,593 0,538 0,555
(X3) 0.566 0.642 0.584 0.715 0.673 0.646 0.480 0.484 0.449
0,750
0,748
0.756
(X4) 0,500 0,623 0,572 0,372 0,508 0,669 0,679 0,637 0,583 0,311 0,527 0,651 0,692 0,575 0,533 0,400 0,749
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa hasil uji validitas menunjukkan angka di atas 0,30 dan uji reliabilitas menunjukkan angka diatas 0,60 sehingga kuisioner tersebut valid dan reliabel. Uji Asumsi Klasik Uji Normalitas
Gambar 1. Uji Normalitas 60
Uji Heteroskedastisitas
Gambar 2. Uji Heteroskedastisitas Uji Multikoleniaritas Tabel 3. Uji Multikolinearitas Model 1
Collinearity Statistics Tolerance VIF
(Constant) Kecerdasan Intelektual Kecerdasan Emosional Kecerdasan Spiritual Perilaku Belajar
0,457 0,574 0,427 0,675
2,187 1,743 2,340 1,481
Output coefficients model dikatakan tidak terjadi gejala multikolinearitas karena VIF < 10 dan tolerance > 0,1. Analisis Regresi Linear Berganda Tabel 4. Koefisien Regresi Unstandardized Coefficients B Std. Error 62,910 5,236 5,372 1,801 -1,602 1,197 -0,850 1,718 -0,358 1,387
Model 1
(Constant) Kecerdasan Intelektual Kecerdasan Emosional Kecerdasan Spiritual Perilaku Belajar
Sumber: Hasil Olah Data SPSS, 2014
Hasil tersebut bila dimasukkan ke dalam persamaan regresi menjadi : Y = 62,910+ 5,372x1-1,602 x2-0,850 x3 -0,358 x4 + e Hasil regresi ini menunjukkan pengaruh beberapa variabel bebas terhadap variabel terikat yaitu pemahaman akuntansi. Nilai konstan sebesar 62,910 menunjukkan bahwa jika variabel kecerdasan intelektual (x1), kecerdasan emosional (x2), kecerdasan spiritual(x3), dan perilaku belajar (x4) dianggap konstan atau sama dengan nol (0) maka pemahaman akuntansi mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sam Ratulangi Manado(Y) adalah sebesar 62,910 satuan score. 61
Koefisien regresi x1 sebesar 5,372 mengartikan bahwa jika faktor kecerdasan intelektual (x1) meningkat sebesar 1 satuan score dari kondisi sebelumnya maka pemahaman akuntansi mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sam Ratulangi Manado(Y) akan meningkat sebesar 5,372 satuan score dari kondisi sebelumnya dengan asumsi variabel lain (X2,X3,X4) yang diteliti tetap. Koefisien regresi x2 sebesar -1,602 mengartikan bahwa jika faktor kecerdasan emosional (x2) meningkat sebesar 1 satuan score dari kondisi sebelumnya maka pemahaman akuntansi mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sam Ratulangi Manado(Y) akan berkurang sebesar -1,602 satuan score dari kondisi sebelumnya dengan asumsi variabel lain (X1,X3,X4) yang diteliti tetap. Maksudnya adalah pemahaman akuntansi disini dilakukan dengan dengan penyelesaian kasus-kasus akuntansi. Penyelesaian dari kasus inilah yang dijadikan acuan kemampuan intelegensi mahasiswa. Kalau penyelesaian suatu kasus hanya mengandalkan emosi, atau hal-hal yang merupakan indikator kecerdasan emosional, maka tidak dapat terselesaikan, yang artinya bahwa mahasiswa mau tidak mau harus menyelesaikan kasus-kasus akuntansi tersebut dengan benar. Apabila mahasiswa tidak menyelesaikan kasus itu dengan benar maka mahasiswa itu tidak bisa lulus. Dalam pendidikan formal, kecerdasan emosional tidak bisa berdiri sendiri untuk mempengaruhi pemahaman mahasiswa, namun jika diterapkan untuk pendidikan informal besar kemungkinan mampu mengandalkan kecerdasan emosional secara terpisah. Contohnya adalah bermain musik, melukis, dan lain-lain, dimana pendidikan informal ini selalu mengutamakan perasaan, integritas, motivasi, dan lain-lain sesuai dengan indikator kecerdasan emosional tersebut. Koefisien regresi x3 sebesar -0,850 mengartikan bahwa jika faktor kecerdasan spiritual (x3) meningkat sebesar 1 satuan score dari kondisi sebelumnya maka pemahaman akuntansi mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sam Ratulangi (Y) akan berkurang sebesar -0,850 satuan score dari kondisi sebelumnya dengan asumsi variabel lain (X1,X2,X4) yang diteliti tetap. Kecerdasan spiritual yang diindikasikan dengan kemampuan menempatkan diri dalam lingkungan, kemampuan untuk segera mengerjakan pekerjaan atau tidak menunda pekerjaan yang menyebabkan kerugian, kemampuan untuk memotivasi diri dan lain-lain sebagainya kurang dimiliki oleh mahasiswa sehingga berpengaruh pada kemampuan mereka untuk menyesuaikan diri dalam proses pembelajaran efektif yang diharapkan bisa memahami akuntansi dengan baik. Kecerdasan spiritual akan lebih cocok diaplikasikan pada perilaku pengembangan karir dimana kecerdasan spiritual ini mempengaruhi tujuan seseorang dalam mencapai karirnya didunia kerja. Seseorang yang membawa makna spiritualitas dalam kerjanya akan merasakan hidup dan pekerjaannya lebih berarti. Hal ini mendorong dan memotivasi dirinya untuk lebih meningkatkan kinerja yang dimilikinya sehingga dalam karir ia dapat berkembang lebih maju. Koefisien regresi x4 sebesar -0,358 mengartikan bahwa jika faktor perilaku belajar (x4) meningkat sebesar 1 satuan score dari kondisi sebelumnya maka pemahaman akuntansi mahasiswa Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas Sam Ratulangi Manado (Y) akan berkurang sebesar -0,358 satuan score dari kondisi sebelumnya dengan asumsi variabel lai (X1,X2,X3) yang diteliti tetap. Mahasiswa walaupun memiliki perilaku belajar yang diindikasikan dengan beberapa indikator seperti memusatkan perhatian kepada dosen yang memberikan materi,selalu membuat catatan atau pertanyaan, atau yang selalu pergi ke perpustakaan, dan lain sebagainya belum tentu bisa menyerap atau memahami tugas yang diberikan oleh dosen. Masing-masing mahasiswa memiliki kemampuan yang berbeda dalam menerima dan mengolah informasi atau dalam hal ini ilmu yang di transfer oleh pengajar kepada mahasiswa, sehingga akan berpengaruh pada hasil akhir yang diharapkan yaitu pemahaman akuntansi yang lebih baik, yang diukur 62
dengan nilai. Tanpa sumbangsih yang besar dari intelegensi, maka perilaku belajar tidak akan efektif dalam membantu memahami akuntansi. Pengujian Hipotesis (Uji F) Tabel 5. Analysis of Variance (ANOVA) Model 1
Regression Residual Total
Sum of Squares 206,753 1214,665 1421,418
df 4 65 69
Mean Square 51,688 18,687
F 2,766
Sig. 0,035b
Diketahui nilai Fhitung =2,766. Angka ini lebih besar dari Ftabel = 2,61 pada tingkat α = 0,05. Dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan Ha diterima. Hal ini berarti, kecerdasan spiritual (X1), kecerdasan emosional (X2), kecerdasan spiritual (X3), dan perilaku belajar (X4) berpengaruh signifikan terhadap pemahaman akuntansi mahasiswa (Y). Tabel 6. Uji t Model
(Constant) Kecerdasan Intelektual Kecerdasan Emosional Kecerdasan Spiritual Perilaku Belajar
Unstandardized Coefficients B Std. Error 62,910 5,236
Standardized Coefficients Beta
t
Sig.
12,015
0,000
95% Confidence Interval for B Lower Upper Bound Bound 52,453 73,367
5,372
1,801
0,506
2,983
0,004
1,775
8,968
-1,602
1,197
-0,203
-1,338
0,186
-3,994
0,789
-0,850
1,718
-0,087
-0,495
0,623
-4,281
2,581
-0,358
1,387
-0,036
-0,258
0,797
-3,128
2,412
Diketahui bahwa nilai thitung untuk variabel kecerdasan intelektual (x1) adalah 2,983 dengan tingkat kepercayaan 5% pada derajat kebebasan (N-2) = 70 - 2 = 68, dapat diketahui nilai ttabel sebesar 2,000. Nilai thitung > ttabel, dengan nilai signifikan 0,004< 0,05. Berdasarkan hasil output regresi diatas, diperoleh nilai thitung> ttabel, dengan demikianH0ditolak dan Haditerima atau dengan kata lain variabel kecerdasan intelektual (x1) berpengaruh signifikan dan searah/positif terhadap pemahaman akuntansi (Y). Variabel kecerdasan emosional (x2), nilai thitung = -1,338, dengan tingkat kepercayaan 5% pada derajat kebebasan (N - 2) = 70 - 2 = 68, dapat diketahui nilai ttabel sebesar 2,000. Nilai thitung< ttabel dengan nilai signifikan 0,186> 0,05. Hal ini berarti H0diterima dan Ha ditolak atau dengan kata lainvariabel kecerdasan emosional tidak berpengaruh signifikan dan tidak searah/negatif terhadap pemahaman akuntansi mahasiswa. Variabel kecerdasan spiritual (x3), nilai thitung = -0,495, dengan tingkat kepercayaan 5% pada derajat kebebasan (N - 2) = 70 - 2 = 68, dapat diketahui nilai ttabel sebesar 2,000. Nilai thitung
0,05. Hal ini berarti H0 diterima dan Ha ditolak atau dengan kata lainvariabel kecerdasan spiritual tidak berpengaruh signifikan dan tidak searah/negatif terhadap pemahaman akuntansi mahasiswa. Variabel perilaku belajar (x3), nilai thitung = -0,258, dengan tingkat kepercayaan 5% pada derajat kebebasan (N - 2) = 70 – 2 =68, dapat diketahui nilai ttabel sebesar 2,000. Nilai thitung< ttabel dengan nilai signifikan 0,797> 0,05. Hal ini berarti H0 diterima dan Ha ditolak atau dengan kata lainvariabel perilaku belajar tidak berpengaruh signifikan dan tidak searah/negatif terhadap pemahaman akuntansi mahasiswa. 63
Tabel 7. Koefisien Korelasi Pearson Correlation
Pemahaman akuntansi Kecerdasan Intelektual Kecerdasan Emosional Kecerdasan Spiritual Perilaku Belajar Sig.(1-tailed) Pemahaman akuntansi Kecerdasan Intelektual Kecerdasan Emosional Kecerdasan Spiritual Perilaku Belajar N Pemahaman akuntansi Kecerdasan Intelektual Kecerdasan Emosional Kecerdasan Spiritual Perilaku Belajar
Pemahaman Kecerdasan Kecerdasan Kecerdasan Perilaku akuntansi Intelektual Emosional Spiritual Belajar 1,000 0,317 0,005 0,141 0,045 0,317 1,000 0,546 0,715 0,450 0,005 0,546 1,000 0,576 0,515 0,141 0,715 0,576 1,000 0,485 0,045 0,450 0,515 0,485 1,000 . 0,004 0,484 0,123 0,355 0,004 . 0,000 0,000 0,000 0,484 0,000 . 0,000 0,000 0,123 0,000 0,000 . 0,000 0,355 0,000 0,000 0,000 . 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70
Berdasarkan hasil olah data maka diketahui bahwa variabel kecerdasan intelektual (X1) mempunyai korelasi yang cukup dan positif terhadap variabel pemahaman akuntansi mahasiswa (Y).Hal ini ditunjukkan dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,317.Variabel kecerdasan emosional (X2) mempunyai nilai koefisien korelasi sebesar 0,005.Hal ini berarti variabel kecerdasan emosional memiliki korelasi yang sangat lemah tapi masih positif terhadap variabel pemahaman akuntansi (Y), sedangkan untuk variabel kecerdasan spiritual (X3) memiliki korelasi sangat lemah tapi masih positif terhadap variabel pemahaman akuntansi (Y).Hal ini ditunjukkan dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,141.Variabel perilaku belajar (X4) juga memiliki korelasi yang sangat lemah dan positif terhadap variabel pemahaman akuntansi (Y).Hal ini ditunjukkan dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,045. Koefisien Determinasi (R2) Tabel 8. Koefisien Determinasi Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate 1 0,381a 0,145 0,093 4,32286 Berdasarkan hasil olah data SPSS untuk model Summary, maka dapat diketahui bahwa nilai dari koefisien determinasi atau R Square adalah sebesar 0,145 atau 14,5%. Angka tersebut berarti pemahaman akuntansi mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sam Ratulangi dapat dijelaskan oleh variabel kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual, dan perilaku belajar. Sedangkan sisanya (100% - 14,5% = 85,5%) dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model penelitian ini. Pembahasan Kecerdasan intelektual berpengaruh terhadap pemahaman akuntansi mahasiswa Secara teori yang disampaikan oleh Gardner (Uno, 2010), yang menjelaskan kecerdasan atau intelegensi sebagai kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang terjadi dalam kehidupan manusia.Dengan demikian secara teori benar adanya bahwa kecerdasan intelektual ini berpengaruh terhadap pemahaman akuntansi. 64
Kecerdasan emosional berpengaruh terhadap pemahaman akuntansi mahasiswa Kesadaran yang besar dari mahasiswa itu sendiri untuk lebih memprioritaskan tujuan utama yaitu belajar agar bisa mendapat nilai yang bagus, dan juga peran serta dosen sangat diperlukan misalnya tidak memperbolehkan mahasiswa untuk menggunakan handphone selama perkuliahan berlangsung, atau mungkin bisa lebih kreatif dalam membawakan materi kuliah agar mahasiswa bisa menerima ilmu tersebut dengan baik. Kecerdasan spiritual berpengaruh terhadap pemahaman akuntansi mahasiswa Kecerdasan spiritual muncul karena adanya perdebatan antara kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional, dimana kecerdasan spiritual ini berperan sebagai landasan untuk memfungsikan kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional secara efektif (Agustian,2001) dalam Trihandini (2005).Hal ini berarti bahwa kecerdasan spiritual tidak bisa berdiri sendiri untuk mempengaruhi pemahaman akuntansi, melainkan harus difungsikan bersama dengan kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional. Perilaku belajar berpengaruh terhadap pemahaman akuntansi Walaupun dari hasil penelitian dikatakan bahwa perilaku belajar secara signifikan tidak berpengaruh terhadap pemahaman akuntansi, pengaruhnya tetap ada walaupun tidak begitu terasa tanpa didukung oleh kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual, motivasi, dan faktor lain yang tidak disebutkan dalam model penelitian ini. PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan beberapa kesimpulan sebagai berikut. 1. Kecerdasan intelektual berpengaruh signifikan dan searah/positif terhadap pemahaman akuntansi mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sam Ratulangi Manado. Untuk bisa memahami akuntansi diperlukan peran kecerdasan intelektual, yaitu kecerdasan yang berhubungan dengan penalaran terhadap kasus-kasus akuntansi sehingga bisa memperoleh nilai yang baik, yang dijadikan sebagai tolak ukur dari pemahaman akuntansi. 2. Kecerdasan emosional tidak berpengaruh secara signifikan dan tidak searah/negative terhadap pemahaman akuntansi mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sam Ratulangi Manado. Hal ini bisa dimaklumi karena mahasiswa masih belum bisa memanfaatkan emosi mereka dalam mengoptimalkan potensi intektual yang sebenarnya mereka miliki. Banyak dari mahasiswa yang tidak memprioritaskan tujuan utama mereka yaitu belajar, mereka lebih senang untuk bermain game atau mengobrol ketika perkuliahan berlangsung. Adanya dosen favorit juga turut berperan dalam mempengaruhi kemauan mereka dalam memperhatikan materi dengan cermat dalam kelas. 3. Kecerdasan spiritual tidak berpengaruh secara signifikan/tidak searah terhadap pemahaman akuntansi. Hal ini bisa dimaklumi karena ketika mahasiswa dihadapkan pada penderitaan atau masalah, mahasiswa dengan kecerdasan spiritual yang tinggi akan bisa memanfaatkan atau melihat penderitaan dengan positif, menjadikan hal tersebut sebagai penyemangat untuk terus terpacu dalam belajar, bukannya dijadikan sebagai kendala yang menjatuhkan semangat, sehingga mahasiswa tersebut bisa tetap focus dan memotivasi diri untuk belajar memahami akuntansi. 4. Perilaku belajar tidak berpengaruh secara signifikan/negative terhadap pemahaman akuntansi mahasiswa. Hal ini bisa dimaklumi karena mahasiswa tidak belajar secara teratur, baik dan disiplin. Hal lain yang bisa dipahami adalah karena setiap mahasiswa 65
memiliki kendala tersendiri dalam menyerap materi yang diberikan sehingga berpengaruh pada hasil ujian dalam bentuk nilai yang dijadikan sebagai ukuran pemahaman akuntansi. Saran Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut ini. 1.
2.
3.
4.
Penyelenggara program studi Akuntansi diharapkan untuk selalu melakukan penyesuaian dan pengembangan kurikulum yang sejalan dengan perkembangan ekonomi dan bisnis sehingga dapat meningkatkan kualitas pendidikan dan menghasilkan lulusan yang berkualitas serta berkompeten. Mahasiswa akuntansi diharapkan meningkatkan perilakubelajar yang baik dan tetap memotivasi diri untuk mau belajar dengan giat agar dapat meningkatkan pemahaman akuntansi agar ketika lulus dari perkuliahan bisa diandalkan dan siap pakai dilapangan pekerjaan dengan keahlian dibidang akuntansi. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat memperluas populasi dan jumlah sampel, sehingga diharapkan dapat diperoleh hasil penelitian yang lebih baik. Penelitian yang akan datang juga dapat melibatkan sampel mahasiswa angkatan yang lainnya. Penambahan variabel lainnya untuk penelitian selanjutnya yang mungkin dapat mempengaruhi pemahaman akuntansi seperti motivasi, stress kuliah, atau bisa juga beberapa dari faktor internal yang mempengaruhi proses belajar itu sendiri seperti bakat dan minat, dan lain sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA Agustian, Ary Ginanjar. 2005. ESQ Power. Jakarta: Penerbit Arga. Alma, Buchari. H. 2004. Metode &Teknik Menyusun Tesis. Penerbit Alfabeta. Bandung Durgut, et al. 2013. The Impact of Intelligence Quotient on the Achievement of Accounting Subject. International Journal dan Bussines and Social Science, Vol 4.No.13, Turkey. Dwijayanti, Arie. 2009. Pengaruh Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Spiritual, dan Kecerdasan Sosial terhadap Pemahaman Akuntansi, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”, Jakarta. Harahap, Sofyan Syafri, 2007. Teori Akuntansi. Raja Grafindo Persada, Jakarta. http://finance.detik.com/read/2012/07/05/122510/1958279/4/kasihan-ada-493000-sarjanamenganggur-di-indonesia http://pena.gunadarma.ac.id/global-competitiveness-report-2012-2013-daya-saing-indonesiamenurun/ Napitupulu, Ilham. 2009. Pengaruh Kecerdasan Intelektual dan Kecerdasan Emosional Terhadap Tingkat Pemahaman Pelajaran Akuntansi Dengan Minat Sebagai Variabel Moderating pada SMK Bisnis dan Manajemen Kota Sibolga Kelas XII Jurusan Akuntansi, Sekolah Pascasarjana, USU, Medan. Poerwati, Tjahjaning. 2010. Pengaruh Perilaku Belajar dan Motivasi terhadap Prestasi Akademik Mahasiswa Akuntansi di Universitas STIKUBANK, Semarang. Praja, Juhaya S, dan Effendi, Usman. 2012. Pengantar Psikologi. Penerbit Angkasa: Bandung. Priyatno, Dwi. 2008. Mandiri Belajar SPSS.Mediakom: Yogyakarta. 66
Rachmi, Filia. 2010. Pengaruh Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Spiritual, dan Perilaku Belajar terhadap Pemahaman Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Diponegoro, Semarang. Risyo, Melandy RM, dan Nurna, Aziza, 2006. Simposium Nasional Akuntansi-IX Padang Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi Kepercayaan Diri Sebagai Variabel Pemoderasi. Sari, Yora K, 2007.Pengaruh Pengendalian Diri dan Perilaku Belajar terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi, Padang. Sarjono Haryadi, dan Julianita Winda. 2011. SPSS vs LISREL.Penerbit Salemba Empat: Jakarta. Suartana, I Wayan.(2010). Akuntansi Keperilakuan.Penerbit ANDI, Yogyakarta. Subini, et al. 2012.Psikologi Pembelajaran. Mentari Pustaka, Jakarta. Sugiyono. 2013. Metode Penelitia nPendidikan. Penerbit Alfabeta: Bandung. Supranto, J. 2001. Statistik (Teoridan Aplikasi). Erlangga. Syukriy, A.dan Hanifah, 2000.Pengaruh Perilaku Belajar Terhadap Prestasi Akademik Mahasiswa Akuntansi. Media Riset Akuntansi, Auditing ,dan Informasi, Vol 1, Nomor 3, Desember 2001. Trihandini, Fabiola.,2005. Analisis Pengaruh Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosi, dan Kecerdasan Spiritual terhadap Kinerja Karyawan, Program Pascasarjana, Universitas Diponegoro, Semarang. Uno, Hamzah B, 2010. Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran, Bumi Aksara, Jakarta. Widagdo, Nunie Retna, 2010. Psiko diagnostik II. Pengembangan Bahan Ajar Universitas Mercu Buana, Jakarta.
67
PENGARUH PENGAWASAN INTERNAL, PEMAHAMAN SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN, DAN KAPASITAS SUMBER DAYA MANUSIA TERHADAP KUALITAS INFORMASI LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH PADA SKPD PEMERINTAH KOTA MANADO Irene Fransisca Ponamon (Email : [email protected]) ABSTRACT The research was conducted on the basis of the results of Local Government Finance Report that the financial statements of Manado City Government has not met the criteria as requirements quality financial statements. This is evidenced by the opinion received by the Manado City Government during 2008 to 2012 as, Qualified Opinion, Adverse Opinion, Disclaimer Opinion, Adverse Opinion , and Qualified Opinion. Adverse and Disclaimer Opinions received by the city of Manado may raise questions for society about possible irregularities have occurred many budgets. This study aims to determine the influence of internal controls, an understanding of financial accounting systems, and human resources capacity to quality of government financial reporting information at SKPD in Manado city government. The results of the study were statistically conclude that internal control, understanding financial accounting, and human resource capacity jointly affect the quality of government financial reporting information at SKPD in Manado city, however partially, the human resource capacity has no effect to quality of government financial reporting information at SKPD in Manado City. Suggestions from this study is Manado City Government is expected to improve qualifications in the field of education, namely the employees who receive educational background in accounting. Keywords: Quality of Government Financial Reporting Information, Internal Audit, Understanding of Financial Accounting System, Human Resources Capacity. 1.
PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Masih banyaknya fenomena laporan keuangan pemerintah yang belum menyajikan data-data yang sesuai dengan peraturan dan masih banyak penyimpangan-penyimpangan yang berhasil ditemukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dalam pelaksanaan audit laporan keuangan pemerintah membuat tuntutan masyarakat terhadap penyelenggaraan pemerintahan yang baik (good governance government) meningkat. Hal itu juga yang telah mendorong pemerintah pusat dan pemerintah daerah untuk menerapkan akuntabilitas publik. Harus disadari bahwa ada banyak pihak yang akan mengandalkan informasi dalam laporan keuangan yang dipublikasikan oleh pemerintah daerah sebagai dasar untuk pengambilan keputusan. Laporan keuangan yang dihasilkan oleh pemerintah daerah akan digunakan oleh beberapa pihak yang berkepentingan sebagai dasar untuk pengambilan keputusan. Oleh karena itu, informasi yang terdapat di dalam Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) harus bermanfaat dan sesuai dengan kebutuhan para pemakai. Oleh karena itu, pemerintah daerah wajib memperhatikan informasi yang disajikan dalam laporan keuangan untuk keperluan perencanaan, pengendalian, dan pengambilan keputusan. Pihak-pihak pengguna laporan keuangan pemerintah antara lain, masyarakat, para wakil rakyat, lembaga pengawas, lembaga pemeriksa, pihak yang memberi atau berperan dalam proses donasi, pers, investor, kreditor serta pihak-pihak lain yang berkepentingan (Mahmudi, 2010 : 2) 1.1.
68
Dalam kenyataannya, fenomena yang terjadi saat ini masih banyak laporan keuangan yang disusun tidak berkualitas. Hal ini dibuktikan dengan masih banyak Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) yang tidak memperoleh opini BPK wajar tanpa pengecualian (WTP). Opini yang diperoleh oleh Pemerintah Kota Manado dari tahun 2008 – 2012 yaitu wajar dengan pengecualian (WDP), tidak wajar (TW), tidak memberikan pendapat (TMP), tidak wajar (TW), dan wajar dengan pengecualian (WDP). Opini tidak wajar dan tidak memberikan pendapat yang diterima oleh kota Manado tersebut dapat menimbulkan pertanyaan dari kalangan masyarakat mengenai kemungkinan telah terjadi banyak penyimpangan anggaran. Secara umum, beberapa faktor yang menyebabkan laporan keuangan tersebut belum memperoleh opini WTP adalah karena lemahnya pengawasan internal, penyajian yang belum sepenuhnya sesuai Standar Akuntansi Pemerintah (SAP), ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, dan kurang memadainya kapasitas SDM pengelola keuangan. Dari latar belakang diatas maka judul penelitian yang diteliti adalah “Pengaruh pengawasan internal, pemahaman sistem akuntansi keuangan, dan kapasitas sumber daya manusia terhadap kualitas informasi laporan keuangan pemerintah daerah pada SKPD Pemerintah Kota Manado”. 1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang penelitian, maka masalah yang akan diidentifikasi adalah sebagai berikut. 1. Apakah pengawasan internal berpengaruh terhadap kualitas informasi laporan keuangan pemerintah daerah pada Pemerintah Kota Manado? 2. Apakah pemahaman sistem akuntansi keuangan berpengaruh terhadap kualitas informasi laporan keuangan pemerintah daerah pada Pemerintah Kota Manado? 3. Apakah kapasitas sumber daya manusia berpengaruh terhadap kualitas informasi laporan keuangan pemerintah daerah pada Pemerintah Kota Manado? 1.3
Tujuan Penelitian Sesuai dengan permasalahan dan pertanyaan penelitian, maka tujuan yang ingin dicapai penulis dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui, menganalisis dan memperoleh bukti empiris sebagai berikut. 1. Bahwa pengawasan internal berpengaruh terhadap kualitas informasi laporan keuangan pemerintah daerah pada Pemerintah Kota Manado. 2. Bahwa pemahaman sistem akuntansi berpengaruh terhadap kualitas informasi laporan keuangan pemerintah daerah pada Pemerintah Kota Manado. 3. Bahwa kapasitas sumber daya manusia berpengaruh terhadap kualitas informasi laporan keuangan pemerintah daerah pada Pemerintah Kota Manado. 1.4
Manfaat Penelitian Selain itu, melalui hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut. 1. Kontribusi empiris, untuk menguji pengaruh pengawasan internal, pemahaman sistem akuntansi keuangan, dan kapasitas sumber daya manusia terhadap kualitas informasi laporan keuangan pemerintah kota Manado. 2. Memberikan masukan bagi pemerintah kota Manado yang berkaitan dengan implementasi pengawasan internal, pemahaman sistem akuntansi keuangan dan kapasitas sumber daya manusia. 3. Penelitian ini diharapkan memperkaya hasil penelitian dan sebagai bahan referensi peneliti lain yang akan meneliti hal yang sama. 69
2. 2.1
TINJAUAN PUSTAKA Pengawasan Internal Pengawasan adalah suatu upaya yang sistematik untuk menetapkan kinerja standar pada perencanaan untuk merancang sistem umpan balik informasi, untuk membandingkan kinerja aktual dengan standar yang telah ditentukan, untuk menetapkan apakah telah terjadi suatu penyimpangan tersebut, serta untuk mengambil tindakan perbaikan yang diperlukan untuk menjamin bahwa semua sumber daya perusahaan atau pemerintahan telah digunakan seefektif dan seefisien mungkin guna mencapai tujuan perusahaan atau pemerintahan (Jurnal Kementerian Dalam Negeri, 2010). 2.2
Pemahaman Sistem Akuntansi Keuangan Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah adalah sistem terpadu yang menggabungkan prosedur manual dengan proses elektronis dalam pengambilan data, pembukuan dan pelaporan semua transaksi keuangan, aset, utang dan ekuitas seluruh entitas Pemerintah Daerah. Dalam implementasi pengelola keuangan daerah diharapkan para pengelola perlu memiliki pemahaman memadai tentang sistem akuntansi keuangan daerah agar dapat menyajikan laporan keuangan yang handal. Sistem informasi akuntansi dalam sistem perencanaan dan pengendalian sektor publik mempunyai arti dan peran penting terkait pada fungsinya dalam pengukuran dan pengendalian. 2.3
Kapasitas Sumber Daya Manusia Kapasitas sumber daya manusia adalah kemampuan seseorang atau individu, suatu organisasi/kelembagaan, atau suatu sistem untuk melaksanakan fungsi-fungsi atau kewenangannya untuk mencapai tujuannya secara efektif dan efisien. Kemampuan sumber daya manusia menurut Robbins (2006 : 52) diartikan sebagai kapasitas individu untuk mengerjakan berbagai tugas dalam pekerjaan tertentu. Kemampuan keseluruhan seseorang pada hakikatnya terdiri dari dua faktor, yaitu kemampuan intelektual dan kemampuan fisik. Dalam pekerjaan terkait kegiatan administrasi pada suatu organisasi, kemampuan intelektual tentu lebih dominan. Kemampuan intelektual seseorang dalam menyelesaikan pekerjaan tertentu bersumber dari latar belakang pendidikan dan pengalaman yang dimilikinya. 2.4
Laporan Keuangan Mahmudi (2010 : 2) mengemukakan bahwa terkait dengan tugasnya untuk menegakkan akuntabilitas keuangan, khususnya di daerah, pemerintah daerah bertanggungjawab untuk mempublikasikan laporan keuangan kepada pemangku kepentingannya. Terdapat dua alasan mengapa pemerintah daerah perlu mempublikasikan laporan keuangan tersebut, yaitu sebagai berikut. 1. Dari sisi internal, laporan keuangan merupakan alat pengendali dan evaluasi kinerja bagi pemerintah daerah secara keseluruhan maupun unit-unit kerja didalamnya (SKPD). 2. Dari sisi eksternal, laporan keuangan pemerintah daerah merupakan bentuk pertanggungjawaban eksternal, yaitu pertanggungjawaban kepala daerah kepada masyarakat, investor, kreditor, lembaga donor, pers, serta pihak-pihak lain yang berkepentingan. 2.5
Kualitas Informasi Laporan Keuangan Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2005 menjelaskan karakteristik kualitatif laporan keuangan adalah ukuran-ukuran normatif yang perlu diwujudkan dalam informasi akuntansi sehingga dapat memenuhi tujuannya. Karakteristik kualitatif merupakan prasyarat normatif 70
yang diperlukan agar laporan keuangan pemerintah dapat memenuhi kualitas yang dikehendaki. Karakteristik kualitatif tersebut antara lain sebagai berikut. 1. Relevan 2. Andal 3. Dapat dibandingkan 4. Dapat dipahami 2.6
Penelitian Terdahulu Susilo Prapto (2008), melakukan penelitian yang berjudul pengaruh pemanfaatan teknologi informasi, dan pengendalian intern akuntansi terhadap pelaporan keuangan pemerintah daerah. Metode pengumpulan data menggunakan kuesioner, sedangkan teknik analisis data yang digunakan adalah teknik uji instrumen meliputi uji validitas dan uji reliabilitas; uji asumsi klasik meliputi uji multikolinieritas, uji heteroskedastisitas, uji autokorelasi dan uji normalitas; pengujian hipotesis dengan regresi.Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemanfaatan teknologi informasi dan pengendalian intern akuntansi berpengaruh signifikan terhadap pelaporan keuangan pemerintah daerah. Winidyaningrum dan Rahmawati (2010) meneliti pengaruh sumber daya manusia dan informasi teknologi pemanfaatan kehandalan dan ketepatan waktu pelaporan keuangan pemerintah daerah dengan variabel intervening pengendalian internal akuntansi. Hasil penelitiannya menyatakan Sumber daya manusia berpengaruh positif signifikan terhadap keterandalan pelaporan keuangan pemerintah daerah, tetapi tidak signifikan terhadap ketepatwaktuan.Pemanfaatan TI berpengaruh positif signifikan terhadap keterandalan pelaporan dan ketepatwaktuan. Zuliarti (2012), meneliti pengaruh kapasitas sumber daya manusia,pemanfaatan teknologi informasi, dan pengendalian intern akuntansi terhadap nilai informasi pelaporan keuangan pemerintah daerah: studi pada pemerintah kabupaten kudus. Hasil penelitian menyatakan pertama, pemanfaatan teknologi informasi dan pengendalian intern akuntansi mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap keterandaalan pelaporan keuangan pemerintah sedangkan kapasitas SDM tidak berpengaruh. Kedua, baik kapasitas SDM dan pemanfaatan teknologi informasi mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap keterandaalan pelaporan keuangan pemerintah daerah. 3. 3.1
KERANGKA KONSEPTUAL Kerangka Konseptual Penelitian Pengawasan Internal (X1)
diarahkan agar tidak terjadi penyelewengan atas tujuan yang telah ditetapkan dalam hal pembuatan laporan
Pemahaman Sistem Akuntansi Keuangan (X2)
akuntansi harus dipahami secara memadai oleh pengelola dan penyaji informasi keuangan
Kapasitas Sumberdaya Manusia (X3)
tenaga kerja yang berkompeten akan mampu memahami logika akuntansi dengan baik
Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Penelitian 71
Kualitas Informasi Laporan Keuangan Pemda (Y)
3.2
Hipotesis H1: Pengawasan internal berpengaruh terhadap kualitas informasi laporan keuangan pemerintah daerah. H2: Pemahaman sistem akuntansi berpengaruh terhadap kualitas informasi laporan keuangan pemerintah daerah. H3: Kapasitas sumber daya manusia berpengaruh terhadap kualitas informasi laporan keuangan pemerintah daerah.
4. 4.1
METODE PENELITIAN Jenis dan Sumber Data Jenis penelitian ini adalah penelitian kausal, Umar (2008 : 10) menyebutkan disain kausal berguna untuk menganalisis bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lain, dan juga berguna pada penelitian yang bersifat eksperimen dimana variabel independennya diperlakukan secara terkendali oleh peneliti untuk melihat dampaknya pada variabel dependennya secara langsung. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yaitu dengan menggunakan kuesioner sebagai alat analisis. 4.2
Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah SKPD yang berada di Pemerintah Kota Manado antara lain Sekretariat Daerah, Sekretariat DPRD, Dinas, Badan, Kantor, dan Kecamatan dengan jumlah populasi sebanyak 46 SKPD. Penyampelan atas responden pada penelitian ini dilakukan dengan teknik purposive sampling. Purposive sampling digunakan karena informasi yang akan diambil berasal dari sumber yang sengaja dipilih berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan. (Sekaran, 2003). Kriteria yang ditetapkan peneliti antara lain sebagai berikut. 1. Pegawai Negeri Sipil di SKPD Pemerintah Kota Manado 2. Pegawai yang melaksanakan fungsi akuntansi/tata usaha keuangan pada SKPD di Pemerintah Kota Manado. 3. Pegawai yang bekerja sebagai Kepala Bagian dan staf bagian Akuntansi/Keuangan SKPD pada Pemerintah Kota Manado. Dari populasi sebanyak 46 tersebut akan diambil sejumlah sampel dengan menggunakan rumus sebagai berikut.
n=
N 1+Ne2
dimana: n = ukuran sampel N = ukuran populasi e = ukuran kelonggaran karena ketidakpastian yang masih ditolerir 5%-10% Menurut Slovin dikutip oleh Husein Umar (2008 : 108), besarnya sampel yang diambil adalah sebagai berikut. 46 n= 1 + 46 (0.1)2 n = 31,50 n = 32 SKPD
72
4.3
Cara Pengolahan dan Analisis Data Cara pengolahan dan analisis data dalam penelitian ini sebagai berikut. 1. Uji Validitas dan Reliabilitas 2. Uji Asumsi Klasik 3. Analisis Regresi Linier Berganda: Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + e 4. Uji F dan Uji t 5. Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinasi 5. ANALISIS DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 5.1 Uji Validitas dan Reliabilitas Tabel 5.1 Uji Validitas dan Reliabilitas Reliability Statistics Cronbach's Alpha .803
N of Items 8
Item-Total Statistics Scale Mean if Scale Variance Item Deleted if Item Deleted P1Y P2Y P3Y P4Y P5Y P6Y P7Y Kualitas Informasi Laporan Keuangan (Sumber: data hasil olahan SPSS)
44.72 44.90 44.82 44.85 44.99 44.96 44.93
33.218 32.652 32.939 32.469 32.690 33.055 33.305
24.17
9.521
Corrected Cronbach's Item-Total Alpha if Item Correlation Deleted .817 .777 .910 .770 .847 .774 .935 .768 .755 .774 .855 .775 .796 .778 1.000
.944
Hasil uji validitas dan reliabilitas untuk pertanyaan 1-7 untuk variabel X1 X2 X3 dan Y, mempunyai nilai korelasi di atas 0,30 dan cronbach alpha 0,803. Semua dinyatakan reliabel dan valid. 5.2
Uji Asumsi Klasik 1. Uji Normalitas
Sumber: Hasil Olah Data (2013) Gambar 5.1 Uji Normalitas 73
Berdasarkan Gambar 5.1 terlihat bahwa grafik Normal P-P Plot of regression standardized residual menggambarkan penyebaran data tersebar di sekitar garis diagonal dan penyebarannya mengikuti arah garis diagonal grafik tersebut, maka model regresi yang digunakan dalam penelitian ini telah memenuhi asumsi normalitas. 2. Uji Heteroskedastisitas
Sumber: Hasil Olah Data (2013) Gambar 5.2 Uji Heteroskedastisitas Pada gambar 5.2 terlihat bahwa titik-titik grafik plot yang diperoleh, tidak membentuk suatu pola yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 (nol) pada sumbu Y, maka hal ini membuktikan tidak terjadi Heteroskedastisitas. 3. Uji Multikolinearitas Tabel 5.2 Uji Multikolinearitas Model
Collinearity Statistics Tolerance VIF
(Constant) Pengawasan Internal 1 Pemahaman Sistem Akuntansi Keuangan Kapasitas Sumber Daya Manusia Sumber: Hasil Olah Data SPSS (2013)
.819 .826 .841
1.221 1.211 1.189
Berdasarkan hasil coefficients yang terdapat pada tabel 5.2 dapat dilihat pada output coefficients model, dikatakan tidak terjadi gejala multikolinearitas jika VIF < 10dan nilai tolerance > 0,10. 5.3
Analisis Regresi Linier Berganda Y = 8,745 + 0,324 X1 + 0,366 X2 - 0,015X3 +
Tabel 5.3 Koefisien Regresi Model (Constant) Pengawasan Internal 1 Pemahaman Sistem Akuntansi Keuangan Kapasitas Sumber Daya Manusia Sumber: Hasil Olah Data (2013)
Unstandardized Coefficients B Std. Error 8.745 .324 .366 -.015
2.992 .103 .113 .100
Nilai dari variabel Pengawasan Internal atau b1 adalah positif (0,324). Nilai koefisien regresi b1 ini menunjukkan bahwa variabel pengawasan internal mempunyai pengaruh 74
hubungan positif dan searah terhadap variabel kualitas informasi laporan keuangan secara statistik. Hal ini berarti bahwa apabila pengawasan internal meningkat sebesar 1 satuan score dari kondisi sebelumnya, maka kualitas informasi laporan keuangan pemerintah daerah pada SKPD pemerintah kota Manado juga ikut meningkat sebesar 0,324 satuan score. Nilai variabel Pemahaman Sistem Akuntansi Keuangan atau b2 adalah positif (0,366). Nilai koefisien regresi b2 ini menunjukkan bahwa variabel pemahaman sistem akuntansi keuangan mempunyai pengaruh hubungan positif dan searah terhadap variabel kualitas informasi laporan keuangan secara statistik. Hal ini berarti bahwa apabila pemahaman sistem akuntansi keuangan meningkat sebesar 1 satuan score, maka kualitas informasi laporan keuangan pemerintah daerah pada SKPD pemerintah kota Manado juga akan meningkat sebesar 0,366 satuan score. Nilai variabel Kapasitas Sumber Daya Manusia atau b3 adalah negatif (-0,015). Nilai koefisien regresi b3 ini menunjukkan bahwa variabel kapasitas sumber daya manusia mempunyai hubungan negatif terhadap kualitas informasi laporan keuangan pemerintah daerah pada SKPD Pemerintah Kota Manado. 5.4
Uji Hipotesis (Uji F)
Tabel 5.4 ANOVAa Model Sum of Squares Regression 220.599 1 Residual 455.401 Total 676.000 Sumber: Hasil Olah Data (2013)
df 3 68 71
Mean Square 73.533 6.697
F 10.980
Sig. .000b
Berdasarkan Tabel 5.4 nilai Fhitung = 10,980. Angka ini lebih besar dari Ftabel = 2,74 pada tingkat α = 0,05. Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini berarti, Pengawasan Internal (X1), Pemahaman Sistem Akuntansi Keuangan (X2), dan Kapasitas Sumber Daya Manusia (X3) secara bersama-sama berpengaruh terhadap Kualitas Informasi Laporan Keuangan (Y). 5.5
Uji Hipotesis (Uji t)
Tabel 5.5 Uji t Model
(Constant) Pengawasan Internal Pemahaman Sistem Akuntansi 1 Keuangan Kapasitas Sumber Daya Manusia Sumber: Hasil Olah Data (2013)
Standardized Coefficients Beta
t
Sig.
95,0% Confidence Interval for B Lower Upper Bound Bound 2.775 14.716 .119 .529
2.923 .347 3.159
.005 .002
.353 3.227
.002
.139
.592
-.016 -.149
.882
-.213
.184
Pada Tabel 5.5 diketahui hasil uji t untuk variabel Pengawasan Internal (X1). Nilai thitung variabel X1 adalah 3,159. Dengan tingkat kepercayaan 5% pada derajat kebebasan (N-2) = 72 – 2 = 70, dapat diketahui nilai ttabel sebesar 2,000. Berdasarkan hasil output regresi diatas, diperoleh nilai thitung > ttabel, dengan demikian H1 diterima atau dengan kata lain 75
variabel Pengawasan Internal (X1) berpengaruh terhadap Kualitas Informasi Laporan Keuangan pada SKPD Pemerintah Kota Manado. Untuk variabel Pemahaman Sistem Akuntansi Keuangan (X2). Nilai thitung variabel X2 adalah 3,227. Dengan tingkat kepercayaan 5% pada derajat kebebasan (N-2) = 72 – 2 = 70, dapat diketahui nilai ttabel sebesar 2,000. Berdasarkan hasil output regresi diatas, diperoleh nilai thitung > ttabel, dengan demikian H2 diterima, atau dengan kata lain variabel Pemahaman Akuntansi Keuangan (X2) berpengaruh terhadap Kualitas Informasi Laporan Keuangan pada SKPD Pemerintah Kota Manado. Untuk variabel Kapasitas Sumber Daya Manusia (X3). Nilai thitung variabel X3 adalah -0,149. Dengan tingkat kepercayaan 5% pada derajat kebebasan (N2) = 72 – 2 = 70, dapat diketahui nilai ttabel sebesar 2,000. Berdasarkan hasil output regresi diatas, diperoleh nilai thitung < ttabel, dengan demikian H3 ditolak, atau dengan kata lain variabel Kapasitas Sumber Daya Manusia (X3) tidak berpengaruh terhadap Kualitas Informasi Laporan Keuangan pada SKPD Pemerintah Kota Manado. 5.6 Koefisien Korelasi (r) Tabel 5.6 Koefisien Korelasi
Kualitas Informasi Laporan Keuangan Pengawasan Internal Pearson Correlation Pemahaman Sistem Akuntansi Keuangan Kapasitas Sumber Daya Manusia Kualitas Informasi Laporan Keuangan Pengawasan Internal Sig. (1-tailed) Pemahaman Sistem Akuntansi Keuangan Kapasitas Sumber Daya Manusia Kualitas Informasi Laporan Keuangan Pengawasan Internal N Pemahaman Sistem Akuntansi Keuangan Kapasitas Sumber Daya Manusia Sumber: Hasil Olah Data (2013)
Kualitas Informasi Laporan Keuangan 1.000 .468 .472 .214 . .000 .000 .036 72 72 72 72
Berdasarkan hasil olah data, diketahui bahwa variabel Pengawasan Internal (X1) mempunyai korelasi yang bersifat cukup dan positif dengan variabel Kualitas Informasi Laporan Keuangan (Y), hal ini ditunjukkan dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,468. Korelasi yang bersifat cukup dan positif juga terjadi pada variabel Pemahaman Sistem Akuntansi Keuangan (X2) dengan variabel Kualitas Informasi Laporan Keuangan (Y), dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,472. Sedangkan untuk variabel Kapasitas Sumber Daya Manusia (X3) mempunyai korelasi yang bersifat sangat lemah dan positif dengan variabel Kualitas Informasi Laporan Keuangan (Y), dengan nilai koefisien sebesar 0,214. Koefisien Determinasi (R2) Tabel 5.7 Koefisien Determinasi Model Summaryb Model R R Square Adjusted R Square
5.7
1 .571a Sumber: Hasil Olah Data (2013)
.326
.297
76
Std. Error of the Estimate 2.588
Berdasarkan tabel hasil output SPSS model summary dapat diketahui bahwa nilai koefisien determinasi atau R2 adalah sebesar 0,297 atau 29,7%. Angka tersebut berarti sebesar 29,7% kualitas informasi laporan keuangan pemerintah pada SKPD Pemerintah Kota Manado dapat dijelaskan oleh variabel Pengawasan Internal, Pemahaman Sistem Akuntansi Keuangan, dan Kapasitas Sumber Daya Manusia. Sedangkan sisanya (100% - 29,7% = 70,3%) disebabkan oleh faktor-faktor lain diluar pengujian ini. 5.8
Pembahasan Tujuan utama pengawasan bukan untuk mencari kesalahan, melainkan mengarahkan pelaksanaan aktivitas agar rencana yang telah ditetapkan dapat terlaksana secara optimal. Pengawasan atas penyelenggaraan Pemerintah Daerah diharapkan untuk menjamin agar pelaksanaan kegiatan pemerintahan berjalan sesuai dengan rencana dan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam penelitian ini, diketahui bahwa secara parsial variabel Pengawasan Internal (X1), memiliki pengaruh terhadap Kualitas Informasi Laporan Keuangan (Y). Hal ini berarti bahwa kegiatan pengawasan internal pada SKPD Pemerintah Kota Manado telah menjamin bahwa semua pencatatan akuntansi dan keuangan pemerintah telah memberikan keyakinan memadai dan sesuai dengan prosedur dan peraturan yang berlaku, sehingga tujuan untuk membuat laporan keuangan yang berkualitas dapat tercapai. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Novi Andiani (2012) yang menyimpulkan bahwa implementasi pengawasan berpengaruh terhadap pengelolaan keuangan daerah, dan penelitian yang dilakukan oleh Safrida (2010) yaitu audit internal berpengaruh terhadap kualitas informasi laporan keuangan pemerintah kota Banda Aceh. Orang yang memiliki pemahaman akuntansi adalah orang yang pandai dan mengerti benar tentang akuntansi. Seseorang dikatakan paham terhadap akuntansi apabila orang tersebut mengerti dan pandai bagaimana proses akuntansi itu dilakukan sampai menjadi suatu laporan keuangan dengan berpedoman pada prinsip dan standar penyusunan laporan keuangan yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan. Dalam penelitian ini, diketahui bahwa secara parsial Pemahaman Akuntansi Keuangan (X2) berpengaruh terhadap Kualitas Informasi Laporan Keuangan (Y). Hal ini berarti bahwa pegawai bagian akuntansi/keuangan pada SKPD Pemerintah Kota Manado telah memahami proses akuntansi sampai menjadi laporan keuangan sehingga tujuan untuk membuat laporan keuangan yang berkualitas dapat tercapai. Hasil penelitian ini, didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Safrida (2010) yaitu pemahaman akuntansi berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah kota Banda Aceh. Secara parsial, berbeda dengan variabel pengawasan internal dan pemahaman sistem akuntansi keuangan yang memiliki pengaruh terhadap kualitas informasi laporan keuangan, untuk variabel Kapasitas Sumber Daya Manusia (X3) memiliki pengaruh negatif terhadap Kualitas Informasi Laporan Keuangan (Y). Hal ini disebabkan karena kondisi kapasitas sumber daya manusia di bagian akuntansi/keuangan yang belum mendukung karena masih sedikit pegawai subbagian akuntansi/keuangan yang memiliki latar belakang pendidikan akuntansi dan hal ini terlihat dari data demografi responden. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Zuliarti (2012) yang menghasilkan kapasitas sumberdaya manusia tidak berpengaruh terhadap kualitas pelaporan keuangan. Hal ini disebabkan karena kondisi kapasitas sumberdaya manusia yang belum mendukung baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Dari sisi kualifikasi, sebagian besar pegawai bagian akuntansi/keuangan tidak memiliki latar belakang pendidikan akuntansi. Uraian tugas dan fungsi bagian akuntansi/keuangan yang ada, masih belum terspesifikasi dengan jelas. Dari sisi kuantitas, masih sedikit jumlah akuntan atau pegawai yang berpendidikan tinggi akuntansi, sementara peraturan perundang-undangan telah mewajibkan setiap satuan kerja 77
untuk menyelenggarakan akuntansi dan menyusun laporan keuangan. Oleh sebab itu, kelemahan yang ada harus diimibangi dengan mengikutsertakan pegawai dalam pelatihanpelatihan yang berhubungan dengan akuntansi dan pengelolaan keuangan daerah seperti pelatihan perpajakan, pelatihan bendahara, pelatihan SIMDA keuangan, pelatihan penatausahaan keuangan, dan sebagainya. Hasil pengujian statistik uji bersama (Uji F) menyangkut pengawasan internal, pemahaman sistem akuntansi keuangan, dan kapasitas sumber daya manusia terhadap kualitas informasi laporan keuangan pemerintah pada SKPD Pemerintah Kota Manado diperoleh angka Fhitung = 10,980 > Ftabel = 2,74. Hal ini berarti bahwa secara bersama-sama, pengawasan internal, pemahaman sistem akuntansi keuangan, dan kapasitas sumber daya manusia berpengaruh terhadap kualitas informasi laporan keuangan pemerintah pada SKPD Pemerintah Kota Manado. Hasil olah data untuk R Square sebesar 0,297 atau 29,7%. Angka tersebut berarti sebesar 29,7% kualitas informasi laporan keuangan pemerintah pada SKPD Pemerintah Kota Manado dapat dijelaskan oleh variabel Pengawasan Internal, Pemahaman Sistem Akuntansi Keuangan, dan Kapasitas Sumber Daya Manusia. Sedangkan sisanya (100% - 29,7% = 70,3%) disebabkan oleh faktor-faktor lain diluar pengujian ini. Faktor-faktor lain tersebut bisa disebabkan karena misalnya dari segi sarana dan prasarana teknologi, hal ini beralasan karena teknologi yang kurang memadai akan berpengaruh terhadap kualitas informasi laporan keuangan. 6. 6.1
PENUTUP Simpulan Dari hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan beberapa kesimpulan sebagai berikut. 1. Diketahui bahwa secara parsial variabel Pengawasan Internal (X1), memiliki pengaruh terhadap Kualitas Informasi Laporan Keuangan (Y). Hal ini berarti bahwa kegiatan pengawasan internal telah dilakukan pada SKPD Pemerintah Kota Manado, sehingga Pemerintah Kota Manado menjamin bahwa semua pencatatan akuntansi dan keuangan pemerintah telah sesuai dengan prosedur dan peraturan yang berlaku, sehingga tujuan untuk membuat laporan keuangan yang berkualitas dapat tercapai. 2. Secara parsial, Pemahaman Sistem Akuntansi Keuangan (X2) berpengaruh terhadap Kualitas Informasi Laporan Keuangan (Y). Hal ini berarti bahwa pegawai bagian akuntansi/keuangan pada SKPD Pemerintah Kota Manado telah memahami proses akuntansi sampai menjadi laporan keuangan sehingga tujuan untuk membuat laporan keuangan yang berkualitas dapat tercapai. 3. Secara parsial, berbeda dengan variabel pengawasan internal dan pemahaman sistem akuntansi keuangan yang memiliki pengaruh terhadap kualitas informasi laporan keuangan, untuk variabel Kapasitas Sumber Daya Manusia (X3) memiliki pengaruh negatif terhadap Kualitas Informasi Laporan Keuangan (Y). Hal ini disebabkan karena kondisi kapasitas sumber daya manusia di bagian akuntansi/keuangan yang belum mendukung karena masih sedikit pegawai subbagian akuntansi/keuangan yang memiliki latar belakang pendidikan akuntansi dan hal ini terlihat dari data demografi responden. Sehingga dalam hal ini, Pemerintah Kota Manado perlu meningkatkan kualifikasi di bidang pendidikan, yaitu dengan menerima pegawai yang memiliki latar belakang pendidikan akuntansi agar informasi yang disajikan dalam laporan keuangan Pemerintah Kota Manado dapat memberikan keyakinan memadai. 4. Secara bersama-sama pengawasan internal, pemahaman sistem akuntansi keuangan, dan kapasitas sumber daya manusia berpengaruh dan searah/positif terhadap kualitas 78
informasi laporan keuangan dengan kontribusi sebesar 29,7%. Sedangkan sisanya sebesar 70,3% disebabkan oleh faktor-faktor lain diluar pengujian penelitian ini. 6.2 1.
2.
3. 4.
5.
Saran Dari hasil penelitian ini penulis menyarankan sebagai berikut. Pemerintah Kota Manado diharapkan dapat meningkatkan kualifikasi di bidang pendidikan, yaitu dengan menerima pegawai yang memiliki latar belakang pendidikan akuntansi. Karena dilihat dari data responden, membuktikan bahwa masih banyaknya aparatur yang bekerja di bagian akuntansi/keuangan yang berlatar belakang pendidikan non akuntansi. Pemerintah Kota Manado diharapakan untuk lebih sering mengadakan pendidikan dan pelatihan terhadap software akuntansi ataupun software yang digunakan dalam bidang pekerjaannya. Hal ini merupakan salah satu bentuk dari langkah pemerintah daerah terhadap peningkatan kapasitas sumber daya manusia. Karena pemahaman yang baik terhadap software yang digunakan akan membuat aparatur lebih dapat menghasilkan laporan keuangan yang berkualitas. Mengingat peran pengawasan internal sangat penting dalam hal peningkatan kualitas laporan keuangan, karena itu hendaknya peran pengawasan dapat terus ditingkatkan. Diharapkan Pemerintah Kota Manado dapat meningkatkan kinerja dengan melakukan evaluasi kerja serta dapat memberikan fasilitas yang mendukung bagi kelancaran aktivitas pada SKPD Pemerintah Kota manado. Untuk penelitian selanjutnya, supaya dapat mempertimbangkan atau menambahkan variabel-variabel lain yang diduga berpengaruh terhadap kualitas informasi laporan keuangan. DAFTAR PUSTAKA
http://beritamanado.com/bpk-audit-keuangan-pemkot-manado/ Mahmudi, 2010. Analisis laporan keuangan pemerintah daerah, edisi kedua. Yogyakarta: UPP STIM YKPN. Novi Andiani, 2012. Pengaruh Sistem Pengelolaan Keuangan Daerah Dan Implementasi Sistem Akuntansi Keuangan Daerah Terhadap Fungsi Pengawasan Keuangan Daerah (Studi Pada Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan Dan Aset Daerah (Dppkad) Di Kabupaten Boyolali) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. Safrida, 2010. Pengaruh Pemahaman Akuntansi, Pemanfaatan Sistem Informasi Akuntansi Keuangan Daerah Dan Peran Internal Audit Terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (Studi Pada Pemerintah Kota Banda Aceh). Jurnal Akuntansi Vol. 3. No. 2. Sekaran, U. 2006. Metodologi Penelitian untuk Bisnis. Jakarta: Penerbit Salemba Empat. Susilo Prapto, 2008. Pengaruh Pemanfaatan Teknologi Informasi, Dan Pengendalian Intern Akuntansi Terhadap Pelaporan Keuangan Pemerintah Daerah. 79
Winidyaningrum dan Rahmawati, 2010. Pengaruh Sumber Daya Manusia Dan Informasi Teknologi Pemanfaatan Kehandalan Dan Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan Pemerintah Daerah Dengan Variabel Intervening Pengendalian Internal Akuntansi. www.infosulut.com/manado_pemerintahan_49.html Zuliarti, 2012. Pengaruh Kapasitas Sumber Daya Manusia, Pemanfaatan Teknologi Informasi, dan Pengendalian Intern Akuntansi Terhadap Nilai Informasi Pelaporan Keuangan Pemerintah Daerah : Studi Pada Pemerintah Kabupaten Kudus. Skripsi
80
PENGARUH ARUS KAS DARI AKTIVITAS OPERASI, INVESTASI DAN PENDANAAN, TERHADAP EXPECTED RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA I Gede Suwetja (Email : [email protected]) Abstract Under circumstances of uncertainty, the investors prefers to think rationally for considering about risk and expected return as theoretically have a straight line, because as the expected returns are higher, then the risk also become higher. The data of this study is using six automotive companies listed in Indonesia Stock Exchange in period of 2006 till 2010. Conducting path analysis, the findings of this study are partially the cash flow from investment activities has a significant effect to expected return for listed automotive companies in Indonesia Stock Exchange. Keywords : tingkat pengembalian, arus kas, signaling, APT 1. Pendahuluan Salah satu fungsi pasar modal adalah sebagai sarana untuk memobilisasi dana yang bersumber dari masyarakat ke berbagai sektor yang melaksanakan investasi. Syarat utama yang diinginkan oleh para investor untuk bersedia menyalurkan dananya melalui pasar modal adalah perasaan aman akan investasi dan tingkat return yang akan diperoleh dari investasi tersebut. Perasaan aman ini diantaranya diperoleh karena para investor memperoleh informasi yang jelas, wajar, dan tepat waktu sebagai dasar dalam pengambilan keputusan investasinya. Return memungkinkan investor untuk membandingkan keuntungan aktual ataupun keuntungan yang diharapkan yang disediakan oleh berbagai investasi pada tingkat pengembalian yang diinginkan. Disisi lain, return pun memiliki peran yang amat signifikan dalam menentukan nilai dari suatu investasi (Linda:2005). Pasar modal memiliki sejumlah sifat khas apabila dibandingkan dengan pasar yang lain. Salah satu sifat khas tersebut adalah ketidakpastian akan kualitas produk yang ditawarkan. Misalnya, suatu perusahaan yang mengeluarkan obligasi beberapa saat kemudian gagal membayar bunga dan utang pokoknya. Atau perusahaan yang semula tidak diperhitungkan ternyata memiliki tingkat laba yang tinggi sehingga mampu membayar bunga obligasi, pokok pinjaman, bahkan mampu memberikan dividen yang cukup tinggi bagi para pemegang saham (Hastuti:1998). Situasi ketidakpastian ini mendorong investor yang rasional untuk selalu mempertimbangkan risiko dan expected return setiap sekuritas yang secara teoritis berbanding lurus. Semakin besar expected return maka tingkat risiko yang melekat juga semakin besar. Gambaran risiko dan expected return dari suatu saham dapat dinilai berdasarkan informasi baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif (Kurniawan:2000). Selain itu berbagai pertimbangan dan analisa yang akurat perlu dilakukan investor sebelum membeli, menjual, atau menahan saham untuk mencapai tingkat return optimal yang diharapkan (Indriani:2005). Suatu informasi dianggap informatif jika informasi tersebut mampu mengubah kepercayaan (beliefs) para pengambil keputusan. Adanya suatu informasi yang baru akan membentuk suatu kepercayaan yang baru dikalangan para investor. Kepercayaan ini akan mengubah harga melalui perubahan demand dan supply surat-surat berharga (Hastuti:1998). Dengan kata lain suatu informasi dikatakan memiliki kandungan (content) jika pasar menyerap informasi dengan cepat dan terefleksikan pada perubahan harga pasar. Parameter kinerja perusahaan yang mendapat perhatian utama dari investor dan kreditor 81
dari laporan keuangan ini adalah laba dan arus kas. Pada saat dihadapkan pada dua ukuran kinerja akuntansi keuangan tersebut, investor dan kreditor harus yakin bahwa ukuran kinerja yang menjadi fokus perhatian mereka adalah ukuran kinerja yang mampu menggambarkan kondisi ekonomi perusahaan serta prospek pertumbuhan dimasa depan dengan lebih baik. Oleh karena itu, selain kedua ukuran kinerja tersebut investor dan kreditor juga perlu mempertimbangkan karakteristik keuangan setiap perusahaan. Karakteristik keuangan yang berbeda-beda antar perusahaan menyebabkan relevansi angka-angka akuntansi yang tidak sama pada semua perusahaan. Ukuran (size) perusahaan dapat digunakan untuk mewakili karakteristik keuangan perusahaan (Indriani:2005). Penelitian mengenai manfaat arus kas dan hubungannnya dengan return saham diantaranya dilakukan oleh Miller dan Rock (1985) menguji reaksi pasar yang diproxy dari return saham terhadap pengumuman komponen aliran kas. Hasilnya menunjukkan bahwa pasar akan bereaksi negatif terhadap arus kas pendanaan dan arus kas investasi berpengaruh positif terhadap return saham. Hasil penelitian Rayburn (1986) juga menemukan bahwa terdapat asosiasi antara arus kas operasi dan accrual aggregat dengan return saham. Livnat dan Zarowin (1990) yang menguji hubungan antara arus kas dan laba akrual dengan abnormal return. Pengujian dengan analisis regresi berganda berhasil membuktikan bahwa komponen aliran kas mempunyai hubungan positif lebih kuat dengan abnormal return saham dibandingkan dengan aliran kas total atau laba akrual dengan abnormal return. Ali (1994) menguji kandungan informasi dari laba, modal kerja dari operasi, dan arus kas dengan menggunakan regresi linear dan non linear. Hasil analisis berdasarkan model linear menunjukkan bahwa arus kas relatif tidak memiliki kandungan informasi dibandingkan dengan variabel laba dan modal kerja dari operasi. Hasil yang diperoleh dari model non linear mendukung adanya hubungan dengan return saham dengan tiga variabel tersebut. Di Indonesia penelitian tentang arus kas diantaranya dilakukan oleh Baridwan (1997), Suadi (1998), Hastuti (1998), Kurniawan (2000), Triyono (2000), Hermawan (2002), dan Ferry (2004). Suadi (1998) dalam penelitiannya menemukan bahwa laporan arus kas mempunyai hubungan dengan jumlah pembayaran dividen yang terjadi dalam satu tahun setelah terbitnya laporan arus kas. Hal ini menunjukkan bahwa laporan arus kas mempunyai kandungan informasi dan bermanfaat bagi investor. Triyono (2000) menguji hubungan kandungan informasi arus kas, komponen arus kas, dan laba akuntansi dengan harga dan return saham memperoleh kesimpulan bahwa pembedaan komponen aliran kas (operasi, investasi, dan pendanaan) seperti yang disyaratkan dalam PSAK No.2 mempunyai pengaruh yang berbeda-beda terhadap return saham. Kurniawan (2000) menguji hubungan arus kas operasi dan data akrual terhadap return saham menyimpulkan bahwa penelitiannya tidak berhasil menunjukkan adanya hubungan antara arus kas operasi dan komponen earning dengan return saham. Penelitian mengenai pengaruh kandungan informasi dari komponen aliran kas (pembedaan aliran kas operasi, investasi, dan pendanaan), laba, atau pun size perusahaan terhadap expected return saham masih sangat sedikit. Umumnya penelitian terdahulu menghubungkan arus kas, laba, atau pun size perusahaan dengan abnormal return, padahal saat berinvestasi investor akan selalu mensyaratkan dan mengharapkan tingkat return tertentu yang akan diperoleh dari investasinya tersebut. Tingkat return yang disyaratkan ini tentunya didasarkan dari informasi yang disajikan oleh perusahaan yang menggambarkan prospek perusahaan dimasa datang baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Laporan laba rugi memuat banyak angka laba, yaitu laba kotor, laba operasi, dan laba bersih, selain itu kita juga mengenal laba akuntansi yang kesemuanya mempunyai tujuan yang sama yaitu pengukuran efisiensi manajer dalam mengelola perusahaan. Riset akuntansi terutama yang mencari hubungan angka laba dengan harga saham maupun return saham selalu 82
menggunakan angka laba operasi atau EPS yang dihitung menggunakan angka laba bersih dan jarang yang menggunakan angka laba kotor. Pada penelitian ini peneliti menggunakan angka laba kotor untuk melihat pengaruhnya terhadap expected return dari investasi terhadap saham perusahaan. Ini didasarkan dari hasil penelitian Febrianto (2005) yang membuktikan bahwa angka laba kotor memiliki kualitas laba yang lebih baik dibandingkan kedua angka laba yang lain yang disajikan dalam laporan laba rugi, lebih operatif, dan lebih mampu memberikan gambaran yang lebih baik tentang hubungan antara laba dengan harga saham. Size perusahaan menurut hasil penelitian Cooke (1992) terbukti mempengaruhi luas pengungkapan dalam laporan tahunan perusahaan. Penelitian Miswanto (1999) tentang pengaruh ukuran perusahaan terhadap risiko bisnis menemukan bahwa ukuran perusahaan memiliki pengaruh yang positif terhadap risiko bisnis, dengan kata lain penelitian dari Miswanto ini membuktikan bahwa size perusahaan berpengaruh terhadap risiko investasi yang berarti pula berpengaruh terhadap return investasi. 2. Tinjauan Pustaka 2.1. Teori signaling Teori Signaling menjelaskan alasan perusahaan memiliki insentif untuk melaporkan secara sukarela informasi kepasar modal meskipun tidak ada mandat dari badan regulasi. Pelaporan informasi oleh manajemen bertujuan untuk mempertahankan investor yang tertarik pada perusahaan. Informasi keuangan yang disampaikan perusahaan bertujuan untuk mengurangi information asymmetry antara perusahaan dengan pihak eksternal perusahaan. Menjelaskan bahwa informasi informasi tentang deviden yang dibayarkan digunakan oleh investor sebagai sinyal perusahaan di masa mendatang. Sinyal perubahan deviden dapat dilihat dari reaksi harga saham. Reaksi harga saham dapat diukur dengan menggunakan return saham sebagai nilai perubahan harga atau dengan menggunakan abnormal return. Pengumuman perubahan deviden dikatakan mempunyai kandungan informasi jika memberikan informasi jika memberikan abnormal return signifikan terhadap pasar. Sebaliknya pengumuman perubahan deviden dikatakan tidak mempunyai kandungan informasi jika tidak memberikan abnormal return yang signifikan terhadap pasar. Peningkatan deviden akan membuat pasar bereaksi positif akan mendukung teori signaling bila pasar cenderung menginterpretasikan bahwa peningkatan deviden dianggap sebagai sinyal tentang prospek cerah perusahaan di masa mendatang, demikian juga sebaliknya pasar akan bereaksi negatif jika terjadi penurunan deviden, yang dianggap sebagai sinyal yang kurang bagus tentang prospek perusahaan di masa mendatang. Prinsip signaling ini mengajarkan bahwa setiap tindakan mengandung informasi. Hal ini disebabkan karena adanya informasi asimetrik yaitu kondisi dimana suatu pihak memiliki informasi yang lebih banyak daripada pihak lain. Misalnya pihak manajemen perusahaan memiliki informasi yang lebih banyak dibandingkan dengan pihak investor di pasar modal. Tingkat informasi asimetrik ini bervariasi dari sangat tinggi ke sangat rendah. 2.2. Teori APT Arbitrage pricing theory atau teori arbitrase harga merupakan model alternatif untuk penentuan harga asset yang dikembangkan oleh Stephen Ross. Asumsi utama APT adalah setiap investor memiliki peluang untuk meningkatkan return portofolionya tanpa meningkatkan risikonya. APT menggambarkan hubungan antara risiko dan pendapatan tetapi dengan menggunakan asumsi dan prosedur yang berbeda. APT pada dasarnya menggunakan pemikiran yang menyatakan bahwa dua kesempatan investasi yang mempunyai karakteristik yang identik sama tidaklah bisa dijual dengan harga berbeda. Konsep yang dipergunakan 83
adalah hukum satu harga (the low of one prices). Apabila aktiva yang berkarakteristik sama tersebut terjual dengan harga yang berbeda, maka akan terdapat kesempatan untuk melakukan arbitrage dengan membeli aktiva yang berharga murah dan pada saat yang sama menjualnya dengan harga yang lebih tinggi sehingga memperoleh laba tanpa resiko. APT merupakan alternatif untuk mengetahui keseimbangan pasar saham. Prinsipnya adalah terjadinya harga tunggal diantara saham. Jika saham A overloaded dibandingkan saham B, otomatis investor akan melakukan tindakan short (jual) saham A dan long (beli) saham B. Kondisi ini berakhir jika terjadi keseimbangan, dengan kata lain baik saham A maupun saham B dipengaruhi oleh suatu faktor yang sama (common factor). Ide dasar APT adalah cammon faktor yang berkenaan dengan seluruh saham. Dari keterangan tersebut dapat diketahui bahwa suatu resiko portofolio yang bersumber dari nonsystematic risk dapat dikurangi dengan menambah jumlah saham dalam portofolio. Hal ini karena bobot setiap saham akan semakin berkurang jika jumlah sahamnya diperbanyak, sehingga kini setiap portofolio akan memiliki risiko yang sama, yakni hanya sebesar sistematik risk saja. 2.3. Hubungan Arus Kas Dari Aktivitas Operasi dengan Return Saham Aktivitas operasi adalah aktivitas penghasil utama pendapatan perusahaan (principal revenue activities) dan aktivitas lain yang bukan merupakan aktivitas investasi dan pendanaan, umumnya berasal dari transaksi dan peristiwa lain yang mempengaruhi penetapan laba atau rugi bersih, dan merupakan indikator yang menentukan apakah dari operasi perusahaan dapat menghasilkan kas yang cukup untuk melunasi pinjaman, memelihara kemampuan operasi perusahaan, membayar dividen dan melakukan investasi baru tanpa mengandalkan pada sumber pendanaan dari luar. Livnat dan Zarowin (1990) yang menguji komponen arus kas menemukan bukti bahwa komponen arus kas mempunyai hubungan yang lebih kuat dengan return saham dibanding hubungan total arus kas dengan return. Ini terlihat dari model penelitian yang menunjukkan unexpected cash flows atau outflows dari operasi dalam periode tertentu akan mempengaruhi harga saham melalui pengaruhnya pada arus kas, sehingga diharapkan komponen arus kas dari operasi mempunyai hubungan yang signifikan dengan return saham. Hasil penelitian Ali (1994) dengan model non linear memberikan bukti adanya nilai tambah kandungan informasi arus kas operasi untuk kelompok perusahaan dengan nilai absolute unexpected cashflows from operations yang tinggi. 2.4. Hubungan Antara Arus Kas Dari Aktivitas Investasi Terhadap Return Saham Aktivitas investasi adalah aktivitas yang menyangkut perolehan atau pelepasan aktiva jangka panjang (aktiva tidak lancar) serta investasi lain yang tidak termasuk dalam setara kas, mencakup aktivitas meminjamkan uang dan mengumpulkan piutang tersebut serta memperoleh dan menjual investasi dan aktiva jangka panjang produktif. Aktivitas investasi mencerminkan pengeluaran kas sehubungan dengan sumber daya yang bertujuan untuk menghasilkan pendapatan dan arus kas masa depan. Miller dan Rock (1985) melakukan pengujian mengenai pengaruh investasi pada return saham. Hasil studi ini menemukan bahwa peningkatan investasi berhubungan dengan peningkatan arus kas masa yang akan datang dan mempunyai pengaruh positif dengan return saham pada saat pengumuman investasi baru. 2.5. Hubungan Antara Arus Kas Pendanaan Dengan Return Saham Aktivitas pendanaan adalah aktivitas yang mengakibatkan perubahan dalam jumlah serta komposisi ekuitas dan pinjaman perusahaan. Arus kas pendanaan berguna untuk memprediksi klaim terhadap arus kas masa depan oleh para pemasok modal perusahaan. Miller dan Rock (1985) dengan signaling theory menjelaskan bahwa pasar akan bereaksi negatif terhadap 84
pengumuman pendanaan dari kas karena akan berpengaruh terhadap arus kas dari operasi yang lebih rendah untuk masa yang akan datang, selain itu ia juga mengidentifikasi adanya sinyal lain yang berpengaruh terhadap arus kas dari pendanaan yaitu perubahan dividen yang sangat erat hubungannya dengan return saham. 3. Hipotesis dan Model Berdasarkan kajian empiris dan teoritis, hipotesis didefinisikan sebagai berikut : H1 : Arus kas dari aktivitas operasi berpengaruh terhadap expected return saham. H2 : Arus kas dari aktivitas investasi berpengaruh terhadap expected return saham. H3 : Arus kas dari aktivitas pendanaan berpengaruh terhadap expected return saham. Arus kas dari aktivitas operasi Arus kas dari aktivitas pendanaan
Expected Return Saham
Arus kas dari aktivitas investasi 4. Metode Penelitian 4.1. Data Data pada penelitian ini menggunakan data yang berasal dari 6 (enam) perusahaan yang bergerak di bidang otomotif dalam Bursa Efek Indonesia dalam tahun 2006 sampai 2010. 4.2. Variabel dan Pengukuran Variabel Untuk klasifikasi / identifikasi variabel diuraikan sebagai berikut : 1. Variabel Eksogen (Variabel luar) dalam hal ini : a. X1 : Arus kas dari aktivitas operasi b. X2 : Arus kas dari aktivitas pendanaan c. X3 : Arus kas dari aktivitas investasi 2. Variabel Endogen, dalam hal ini adalah : Y1 : Expected Return Untuk definisi operasional dirumuskan sebagai berikut : 1. Arus kas dari aktivitas operasi (X1) Diproxy dari total arus kas dari aktivitas operasi perusahaan. 2. Arus kas dari aktivitas pendanaan (X2) Diproxy dari total arus kas dari aktivitas pendanaan. 2. Arus kas dari aktivitas investasi (X3) Diproxy dari total arus kas dari aktivitas investasi. 4.3. Metode Analisis Penelitian ini menggunakan teknik analisis PATH Analysis (Analisis Jalur) dengan bantuan software Amos 4.0. 5. Hasil Analisis dan Pembahasan 5.1. Hasil Analisis Berdasarkan Tabel 5.1 dapat diketahui bahwa selama 5 tahun, arus kas operasi dari sebagian perusahaan – perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI berjumlah di bawah <100 M atau 68% dari total perusahaan keseluruhan yang diteliti. 85
Tabel 5.1. Arus Kas Operasi (X1) Range Frekuensi <100 M 100 M – 499 M 500 M – 999 M 1-4.9 triliun >5 triliun Total Tabel 5.2. Arus kas investasi (X2) Range <100 M 100 M - 499 M 500 M - 999 M 1 T - 4.9 T 5T>
Persentase(%) 102 23 6 18 1 150
Frekuensi
68 15 4 12 1 100
Prosentase (%) 32 3 5 19 91 150
21 2 3 13 61 100
Berdasarkan Tabel 5.2 dapat diketahui bahwa selama 5 tahun, arus kas investasi dari sebagian perusahaan – perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI berjumlah di bawah <100 M atau 21% dari total perusahaan keseluruhan yang diteliti. Tabel 5.3 Arus kas Pendanaan (X3) Range Frekuensi <100 M 38 100 M – 499 M 7 500 M – 999 M 7 1 T – 4.9 T 10 5T> 88 150
Prosentase 25 5 5 7 59 100
Berdasarkan Tabel 5.3 dapat diketahui bahwa selama 5 tahun, arus kas pendanaan dari sebagian perusahaan – perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI berjumlah di bawah <100 M atau 25% dari total perusahaan keseluruhan yang diteliti Tabel 5.4 Expected Return (Y1) Range Frekuensi < Rp. 1 138 Rp. 1 - Rp. 4.99 11 Rp. 5 - Rp. 9.99 1 Rp. 10 - Rp. 49 0 Rp. 5 > 0 150
Prosentase 92 7 1 0 0 100
Berdasarkan Tabel 5.4 dapat diketahui bahwa selama 5 tahun, expected return dari sebagian perusahaan – perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI berjumlah di bawah
1) Koefisien Korelasi Korelasi antar variabel dalam model dapat dilihat pada Tabel. 5.5 sebagai berikut: Tabel 5.5 Implied (for all variables) Correlations x5 x4 x3 x2 x1 y1 y2 x3 -0.060 -0.087 1.000 x2 0.272 0.249 -0.077 1.000 x1 0.445 0.349 0.050 0.008 1.000 y1 -0.005 -0.036 -0.211 0.061 -0.004 1.000 Dari tabel 5.5 menggambarkan korelasi antar variabel eksogen dengan variabel endogen intervening terdapat korelasi masing-masing sebagai berikut: antara arus kas operasi (X1) dengan expected return (Y1) ada korelasi negatif sebesar -0,004; antara arus kas pendanaan (X2) dengan expected return (Y1) berkorelasi positif sebesar 0,061; antara arus kas investasi (X3) dengan expected return (Y1) ada korelasi negatif sebesar -0,211; antara laba kotor (X4) dengan expected return (Y1) ada korelasi negatif sebesar -0,036; antara size perusahaan (X5) dengan expected return (Y1) berkorelasi negatif sebesar -0,005. Artinya dari semua variabel fundamental internal perusahaan hanya X2 atauarus kas pendanaan yang searah dengan pergerakan expected return (Y1). Sedangkan antara expected return (Y1) dengan firm value (Y2) terdapat korelasi positif sebesar 0,051, artinya antara expected return (Y1) dengan firm value (Y2) terdapat hubungan yang cukup kuat dibandingkan dengan variabel eksogen. Sehingga bisa dikatakan bahwa setiap peningkatan expected return (Y1) akan mengakibatkan pergerakkan yang searah oleh firm value (Y2). 2) Total Effects Tabel 4.6 berikut akan menggambarkan seberapa besar pengaruh masing-masing variabel baik eksogenus maupun endogenus (Beta menjadi variabel endogenus intervening). Tabel 5.6 Standardized Total Effects x3 x2 x1 y1 -------- -------- -------- -------- -------- -------y1 -0.2145 0.0621 0.0289 0.0000 Dari tabel 5.6 terlihat bahwa expected return (Y1) sebagai variabel intervening mempunyai pengaruh terbesar terhadap firm value (Y2) dengan pengaruh total 0,0506. Kemudian arus kas pendanaan (X2) sebesar 0.031, arus kas operasi (X1) sebesar 0.0015, size perusahaan (X5) sebesar 0.0015, laba kotor (X4) sebesar -0.0051, dan yang terkecil total effeknya adalah arus kas investasi (X3) hanya sebesar -0.0109. arus kas investasi (X3), dan laba kotor (X4), berpengaruh negatif terhadap firm value (Y2) sedangkan expected return (Y1), arus kas operasi (X1),arus kas pendanaan (X2), size perusahaan (X5) berpengaruh positif terhadap firm value Y2 Tabel 5.7 Regression Weights y1 y1 y1
<-<-<--
x1 x2 x3
Estimate 0.000 0.000 0.000
S.E. 0.000 0.000 0.000
87
C.R. 0.321 0.740 -2.666
P 0.749 0.459 0.008
Label par-2 par-3 par-4
Berdasarkan hasil analisis jalur yang terdapat pada Tabel 5.7, maka dapat disimpulkan bahwa hanya arus kas investasi (X3) yang berpengaruh signifikan terhadap expected return (Y1) dimana α > 0.008. Fit Measures Fit Measure GFI Adjusted GFI Tucker-Lewis index Comparative fit index RMSEA
Default model 0.969 0.826 0.694 0.927 0.131
Keterangan terpenuhi Marginal Tidak terpenuhi Terpenuhi Terpenuhi
5.2. Pembahasan 5.2.1. Arus kas operasi berpengaruh signifikan terhadap expected return Hasil penelitian menunjukkan bahwa arus kas operasi berpengaruh tidak signifikan terhadap expected return perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Hal ini berarti bahwa perubahan dalam arus kas operasi perusahaan tidak akan menyebabkan expected return saham perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia berubah secara signifikan. Hasil ini identik dengan temuan dari : 5.2.2. Arus kas pendanaan berpengaruh signifikan terhadap expected return Hasil penelitian menunjukkan bahwa arus kas pendanaan berpengaruh tidak signifikan terhadap expected return perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Hal ini berarti bahwa perubahan dalam Arus kas pendanaan perusahaan tidak akan menyebabkan expected return perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia berubah secara signifikan. Hasil ini identik dengan temuan dari: 5.2.3. Diduga arus kas investasi berpengaruh signifikan terhadap expected return Hasil penelitian menunjukkan bahwa arus kas investasi berpengaruh signifikan terhadap expected return perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Hal ini berarti bahwa perubahan dalam arus kas investasi akan menyebabkan expected return perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia berubah secara signifikan sebesar 0,000 dengan tingkat signifikansi p= 0,008 6. Kesimpulan dan Saran 6.1. Kesimpulan 1. Secara empiris membuktikan bahwa secara parsial arus kas investasi (X3) signifikan berpengaruh terhadap expected return (Y1) yang masuk dalam daftar perusahaan manufaktur di BEI. 3. Menerima Teori Sinyal (Signalling Theory), expected return (Y1) dipengaruhi oleh arus kas investasi (X3). 4. Menerima sepenuhnya Teori Arbitrase Harga (Arbitrage Pricing Theory) di periode ini karena expected return (Y1) ternyata dipengaruhi oleh arus kas investasi (X3). 6.2. Saran 1. Bagi investor, agar memperhatikan dan mempertimbangkan faktor fundamental (baik dari segi makro maupun segi mikro), faktor teknikal (psikologis dan informasi pergerakan saham masa lalu), isu kebijakan pemerintah dalam negeri, masalah ekonomi internasional, dan perkembangan pasar dunia. 88
2.
Bagi penelitian selanjutnya, disarankan agar penelitian ini diuji dengan menambah jumlah sampel yang diteliti dan menambah variabel bebas yang baru (baik sebagai moderating ataupun intervening), seperti resiko sistematik dan EPS. Sangat disarankan untuk menggunakan data dari periode yang berbeda, sehingga di dapat informasi yang dapat mendukung atau memperbaiki penelitian ini.
7. Daftar Pustaka Abdul, Halim, 2005, Analisis Investasi, Edisi 2, Penerbit Salemba Empat, Jakarta. Linda dan Fazli Syam. 2005. Hubungan Laba Akuntansi, Nilai Buku, dan Total Arus Kas dengan Market Value : Studi Akuntansi Relevansi Nilai. Hastuti, Ambar Woro dan Bambang Sudibyo. 1998. Pengaruh Publikasi Laporan Arus Kas Terhadap Volume Perdagangan Saham Perusahaan di Bursa Efek Jakarta. Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). 2002. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Indonesia No. 2. Buku Satu. Salemba Empat : Jakarta. Kieso, Donald E and Jerry J Weygandt. 1995. Intermediate Accounting. Fourth Edition. John Willey and Sons : New York. Daniati, Ninna, 2002, Analisis pengaruh size perusahaan, laba kotor, terhadap harga saham pada perusahaan yang terdaftar di BEI, Universitas Andalas. Suhairi, 2003, Pengaruh arus kas operasi terhadap harga saham pada perusahaan yang terdaftar dalam BEI, Survey pada industri textile dan automotive yang terdaftar di BEI).
89
PERAN KEPEMILIKAN TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN Novi S. Budiarso (Email : [email protected]) Abstract This study explores the role of ownership and the relationship to the separation and control issue. Investigate the nature of agency cost generated by the existence of the ownership. The principal purpose of this study was to investigate the association between the ownership and dividend policy. This empirical study using regression model for the hypothesis testing. The sample consists of 34 firms by 4 subsectors in period of 2010-2011, which is listed in Indonesia Stock Exchange. The findings show that, partially, institutional ownership significantly influences dividend policy but the other side, public and managerial ownership not significantly influences to dividend policy. Simultaneously, institutional, public and managerial ownership influences dividend policy. The level and role of agency cost depends not only on ownership. Keywords : kepemilikan institusi, kepemilikan publik, kepemilikan manajerial, kebijkan dividen 1.PENDAHULUAN Mengapa perusahaan membayar dividen? Keputusan untuk laba ditahan atau membayar dividen untuk melindungi perusahaan dari masalah keagenan. Teori keagenan mengasumsikan bahwa laba bisa membuat manajer untuk melakukan tindakan yang tidak memaksimumkan kesejahteraan shareholder. Dividen, merupakan alat keuangan yang bernilai bagi perusahaan karena dapat membantu menghindari manajer dalam menggunakan aset untuk mengurangi investasi. Manajer membutuhkan kontrol atas sumber daya perusahaan baik dari kontribusi utang, modal maupun laba ditahan. Mengapa kebijakan dividen penting? Beberapa penelitian menjelaskan hubungan antara manajemen laba dan kebijakan dividen perusahaan, penelitian yang lain mengangkat tentang kebijakan dividen dan harga saham serta stock returns. Hal penting lainnya adalah kebijakan dividen dengan konflik keagenan dimana kebijakan dividen bermanfaat untuk mengurangi konflik keagenan dan biaya keagenan. Penelitian ini bertujuan untuk mengaplikasikan teori keagenan terhadap kebijakan dividen, dimana teori keagenan menyatakan bahwa pembayaran dividen merupakan salah satu alat ukur bagi manajer untuk mengontrol perilaku keagenan. Secara spesifik dengan cara mengurangi kontrol dari pihak eksternal, dividen mengurangi biaya keagenan, meskipun pada saat yang sama meningkatkan biaya transaksi sehubungan dengan meningkatnya pendanaan eksternal. 2. TINJAUAN PUSTAKA Beberapa penelitian fokus terhadap hubungan keagenan dalam pembayaran dividen. Menurut teori keagenan, konflik agensi terjadi akibat adanya perbedaan kepentingan antara pemilik perusahaan dan para manajernya. Masalah konflik agensi dalam perusahaan biasanya terjadi karena pemilik perusahaan (principal) tidak dapat berperan aktif dalam manajemen perusahaan. Mereka mendelegasikan wewenang dan tanggung jawab pengelolaan perusahaan kepada para manajer profesional (agent) untuk bekerja atas nama dan untuk kepentingannya. Shleifer dan Vishny (1997) mengatakan bahwa esensi dari masalah keagenan adalah pemisahan atas manajemen dan keuangan atau kepemilikan dan kontrol. Manajer, mendapatkan dana dari 90
investor dan menggunakannya untuk kegunaan yang produktif sebaliknya pemilik dana membutuhkan manajer sebagai modal untuk menghasilkan keuntungan dari dana yang diberikan. Manajer membutuhkan dana karena manajer tidak memiliki kecukupan modal untuk melakukan investasi. Tapi apakah pemilik dana yakin bahwa dana yang diberikan digunakan dengan semestinya? Masalah keagenenan dalam konteks ini merujuk pada kesulitan pemilik dana dalam hal keyakinan bahwa dana tersebut tidak digunakan untuk proyek yang tidak semestinya. Ide bahwa monitoring perusahaan dan manajemen dapat membantu mengurangi konflik keagenan Easterbrook (1984) menyarankan bahwa salah satu cara untuk mengatasi masalah ini adalah dengan meningkatkan pembayaran dividen. Teori keagenan menurut Jensen dan Meckling (1976) menjelaskan tentang struktur modal perusahaan sebagai akibat dari minimisasi biaya-biaya sehubungan dengan pemisahan kontrol dan kepemilikan perusahaan. Biaya keagenan akan rendah pada perusahaan dengan kepemilikan manajerial yang tinggi karena mensejajarkan antara tujuan shareholder dan manager, disamping itu pada perusahaan dengan kepemilikan block shareholders yang besar lebih memungkinkan untuk memonitoring aktivitas manajer, Shleifer dan Vishny (1986). Rozeff (1982) pada penelitiannya menyatakan bahwa pembayaran dividen yang tinggi ditemukan pada perusahaanperusahaan dengan kepemilikan insider yang kecil dan kepemilikan outside shareholders yang besar. Hal ini merupakan implikasi bahwa kebijakan dividen akan mengurangi biaya agensi karena sebagian aktivitas monitoring dilakukan oleh pembayaran dividen. Dengan kata lain kebijakan dividen dan kepemilikan manajerial digunakan sebagai subtitusi untuk mengurangi biaya keagenan. Modigliani dan Miller (1961) menyatakan bahwa pembayaran dividen tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan pada masa yang akan datang. Sehingga kebijakan dividen tidak relevan sebagi determinan dari nilai pasar, yang diberikan oleh kebijakan investasi. Jensen and Meckling (1976) mengatakan bahwa biaya monitoring dan utang atas manajer merupakan biaya keagenan yang dibuat oleh investor. Miller dan Rock (1985) mengembangkan teori signaling, menunjukkan bahwa informasi asimetri, menginformasikan pihak intern menggunakan kebijakan dividen sebagai biaya signal dalam upaya meningkatkan prospek perusahaan. Shleifer dan Vishny (1986) menemukan kepemilikan institusional berpengaruh secara positif terhadap kepemilikan manajerial. Konsentrasi kepemilikan memberikan kondisi kepada pemegang saham mayoritas untuk memantau manajemen perusahaan Shleifer dan Vishny (1997) menyatakan bahwa pemegang saham mayoritas lebih memilih untuk mengambil keuntungan pribadi yang tidak dimiliki oleh pemegang saham publik. Keuntungan pribadi yang tidak dimiliki oleh pemegang saham publik adalah mengatur kebijakan perusahaan, menentukan keputusan strategis manajemen. Rozeff (1982) dan Mohd, Perry, dan Rimbey (1995), menyatakan bahwa pembayaran dividen signifikan dengan peningkatan dari pemisahan kepemilikan, Hu dan Kumar (2004) menyatakan bahwa pembayaran dividen secara signifikan menurun dengan adanya shareholder yang besar. Mancinelli dan Ozkan (2006) menemukan bahwa terdapat hubungan negative signifikan antara pembayaran dividen dengan kekuasaan pengambilan keputusan oleh shareholder. Harada dan Nguyen (2011) menyatakan dalam hasil penelitian bahwa terdapat hubungan negative signifikan antara dividen dengan blockholder, khususnya sehubungan dengan kepemilikan institusional.
91
3. METODE PENELITIAN 3.1.Jenis dan Sumber Data Jenis data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yang berupa data rasio keuangan yang berasal dari laporan keuangan audit dan terpublikasi untuk periode tahun 2010 sampai dengan tahun 2011. Sedangkan sumber data dalam penelitian ini adalah berasal dari Bursa Efek Indonesia (BEI). 3.2.Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia yang berjumlah 502 perusahaan. Sample penelitian dipilih menggunakan metode purposive sampling, diperoleh 34 perusahaan sebagai sample penelitian dengan 68 observasi (lihat Tabel 1). Tabel 1. Sampel Penelitian SEKTOR Agriculture Mining Miscellaneous Industry Trade, Services & Investment JUMLAH
JUMLAH 8 9 11 6 34
3.3.Metode Analisis Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda, dengan tingkat signifikansi 5% (α = 0.05). Persamaan yang digunakan adalah : DPR = α + ßInst + ßMan + ßPublic + ßDER + ε Untuk memperoleh model regresi berganda yang tidak bias, maka penelitian ini melakukan pengujian asumsi klasik sebagai berikut: 1. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Uji yang dapat digunakan adalah uji statistik non parametrik Kolmogorov Smirnov (Ghozali, 2009). 2. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (Ghozali, 2009). 3. Uji Multikolinearitas Variabel bebas yang saling berkorelasi akan menyebabkan variabel tersebut tidak orthogonal yaitu nilai korelasi antara sesama variabel bebas tidak sama dengan nol. Multikolinearitas dapat diketahui ada atau tidaknya dalam sebuah model. Dalam penelitian ini, uji multikolinearitas akan menggunakan nilai VIF dibawah 10 (Ghozali, 2009). 4. Uji Heteroskedastisitas Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan lain tetap disebut homoskedastisitas. Dalam penelitian ini, pengujian heteroskedastisitas akan menggunakan uji Glejser. Uji Glejser meregres nilai absolut residual terhadap variabel independen. Apabila nilai probabilitas koefisien regresi 92
tersebut hasilnya signifikan di bawah tingkat signifikansi 0,05, maka dapat dinyatakan terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2009). 3.4.Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Variabel independen dalam penelitian ini adalah kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial dan kepemilikan publik. Sedangkan variabel dependen adalah kebijakan dividen. Pengukuran variabel independen dan dependen menggunakan proksi sebagai berikut : 1. Kepemilikan Institusional adalah pemegang saham berbentuk instansi/pemerintah yang tidak aktif dalam kegiatan operasional perusahaan. Kepemilikan institusional diformulasi sebagai berikut: Kepemilikan institusional = Jumlah saham yang dimiliki institusional Jumlah saham beredar
X 100%
2. Kepemilikan manajerial adalah kepemilikan saham oleh pihak manajemen dari dewan komisaris dan direksi yang turut mengambil keputusan kepemilikan manajerial. Kepemilikan manajerial diformulasi sebagai berikut:
Kepemilikan manajerial =
Jumlah saham yang dimiliki insider X 100% Jumlah saham beredar
3. Kepemilikan public adalah kepemilikan saham oleh pihak public atau masyarakat. Kepemilikan public diformulasi sebagai berikut: Kepemilikan public
=
Jumlah saham yang dimiliki public X 100% Jumlah saham beredar
4. Kebijakan Dividen Kebijakan dividen merupakan salah satu kegiatan manajer keuangan untuk memutuskan mengenai pembagian dividen kepada para pemegang saham dari laba yang didapat oleh perusahaan ataukah akan ditahan dalam bentuk laba ditahan untuk membiayai investasi masa depan. Dividend payout ratio dapat dirumuskan dengan perbandingan dividen per share dengan earning per share dalam satuan persentase sebagai berikut: Dividend Pay Out Ratio =
Dividen Per Share X 100% Earnings Per Share
3.5.Hipotesis H01 : Kepemilikan institusional berpengaruh tidak signifikan pada kebijakan dividen di Bursa Efek Indonesia (BEI). Ha1 : Kepemilikan institusional berpengaruh signifikan pada kebijakan dividen di Bursa Efek Indonesia (BEI). H02 : Kepemilikan manajerial berpengaruh tidak signifikan pada kebijakan dividen di Bursa Efek Indonesia (BEI).
93
Ha2 : Kepemilikan manajerial berpengaruh signifikan pada kinerja perusahaan perdagangan, jasa dan investasi di BEI. H03 : Kepemilikan public berpengaruh tidak signifikan pada kebijakan dividen di Bursa Efek Indonesia (BEI). Ha3 : Kepemilikan public berpengaruh signifikan pada kebijakan dividen di Bursa Efek Indonesia (BEI). 4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1.Hasil Penelitian Hasil penelitian akan menguraikan hasil analisis atas uji asumsi klasik, persamaan regresi berganda, koefisien korelasi, koefisien determinasi dan uji simultan (uji F). Uraian atas hasil uji asumsi klasik dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Uji Normalitas Berdasarkan uji Kolmogorov Smirnov, ditemukan tingkat signifikansi 0.553 > 0.05, sehingga dapat disimpulkan bahwa residual error data terdistribusi normal (lihat Tabel 2). Tabel 2. Uji Normalitas – Kolmogorov Smirnov N Normal Parametersa,b Most Extreme Differences
Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
Unstandardized Residual 68 0.0000000 0.81308503 0.096 0.092 -0.096 0.795 0.553
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
2. Uji Autokorelasi Nilai Durbin Watson (lihat Tabel 3) yang diperoleh adalah 1.789, dapat disimpulkan tidak terjadi autokorelasi pada data penelitian ini. Tabel 3. Uji Autokorelasi – Durbin Watson Model Durbin - Watson
1 1.789a
a. Predictors: (Constant), Manajerial, Inst, Public b. Dependent Variable: DPR
3. Uji Multikolinearitas Hasil pengujian menunjukkan bahwa semua nilai Tolerance dan nilai VIF dari variabel independen memiliki nilai Tolerance > 0,10 dan nilai VIF < 10, maka dapat disimpulkan bahwa antar variabel independen tidak terjadi efek multikolinearitas (lihat Tabel 4).
94
Tabel 4. Uji Multikolinearitas
1
Collinearity Statistics Tolerance VIF
Model (Constant) Inst. Public Manajerial
0.881 0.795 0.897
1.136 1.258 1.115
a. Dependent Variable: DPR
4. Uji Heteroskedastisitas Hasil Uji Glesjer, ditemukan bahwa tingkat signifikansi setiap variabel independen terhadap logaritma natural residual error berada diatas 0.05, sehingga disimpulkan bahwa varians data penelitian adalah homoskedastisitas. 5. Uji Regresi Linear Berganda Berdasarkan hasil analisis regresi berganda, maka koefisien setiap variabel independen dalam penelitian ini adalah sebagai berikut (lihat Tabel 7) : Tabel 7. Uji Regresi Berganda
Model 1
a
(Constant) Inst Public Manajerial
Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients B Std. Error Beta 4.071 0.230 1.091 0.360 0.373 0.043 0.124 0.045 -0.259 0.271 -0.117
t 17.704 3.028 0.345 -0.956
Sig. 0.000 0.004 0.731 0.343
Dependent Variable: DPR
Berdasarkan hasil analisis tersebut, maka persamaan regresi berganda dalam penelitian ini dapat dituliskan sebagai berikut : DPR = 4.071 + 1.091Inst + 0.043Public – 0.259Manajerial + є 6. Koefisien Korelasi dan Determinasi Berdasarkan hasil analisis (lihat Tabel 5), nilai korelasi (R) adalah sebesar 0.382, yang berarti terdapat hubungan yang lemah antara variabel dependen dengan variabel independen. Sedangkan kontribusi variabel independen untuk menjelaskan model variabel dependen berdasarkan koefisien determinasi (R2) adalah sebesar 14,6%, sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini. Tabel 5. Koefisien Korelasi dan Determinasi Model R R Square Adjusted R Square 1 0.382a 0.146 0.106 a. Predictors: (Constant), Manajerial), Inst, Public b. Dependent Variable: DPR
95
Std. Error of the Estimate 0.83192
7. Uji Signifikansi Simultan (uji F) Berdasarkan hasil analisis untuk uji simultan (lihat Tabel 6), ditemukan bahwa nilai F adalah sebesar 3.638 yang signifikan pada taraf 5%, sehingga dapat disimpulkan bahwa secara bersamasama, variabel kepemilikan institusional, kepemilikan publik dan kepemilikan manajerial signifikan berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Tabel 6. Uji F - ANOVAb Model Sum of Squares 1 Regression 7.553 Residual 44.294 Total 51.847
df 3 64 67
Mean Square 2.518 0.692
F Sig. 3.638 0.017a
a. Predictors: (Constant), Manajerial, Inst, Public b. Dependent Variable: DPR
4.2.Pembahasan Pembahasan untuk setiap pengujian hipotesis dalam penelitian ini akan mengacu pada hasil uji regresi berganda (lihat Tabel 7). 1. Uji Hipotesis 1 Hasil uji statistik (uji t) menunjukkan bahwa Ho ditolak, dimana kepemilikan institusional berpengaruh terhadap kebijakan dividen perusahaan di BEI, dengan tingkat signifikansi 0.004 < 0.05. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi kepemilikan institusional semakin tinggi pula tingkat pembayaran dividen. Hasil uji hipotesis ini mendukung penelitian Rozeff (1982) dan Mohd, Perry, dan Rimbey (1995), Hu dan Kumar (2004), Mancinelli dan Ozkan (2006), Harada dan Nguyen (2011) dan Khan (2006), yang menyatakan bahwa dividen merupakan salah satu alat untuk mekanisme kontrol atas manajer dan mekanisme dari signaling. Kepemilikan institusional pada perusahaan-perusahaan yang terdaftar pada BEI relatif kecil, masih di bawah optimal level dari monitoring yang dianggap seharusnya sebagai standar. Hal ini menyebabkan shareholders menuntut pembayaran dividen yang tinggi guna meningkatkan monitoring. 2. Uji Hipotesis 2 Hasil uji statistik (uji t) menunjukkan bahwa H0 diterima, dimana kepemilikan publik tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen perusahaan di BEI, dengan tingkat signifikansi 0.731>0.05. Hasil uji hipotesis ini mendukung penelitian Miller dan Modigliani (1961) yang menyatakan bahwa kepemilikan tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen. Hal ini disebabkan karena kepemilikan publik di Indonesia pada umumnya < 5%, sehingga rata-rata kepemilikan individual sangat kecil. 3. Uji Hipotesis 3 Hasil uji statistik (uji t) menunjukkan bahwa H0 diterima, dimana kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen perusahaan di BEI, dengan tingkat signifikansi 0.343>0.05. Hasil uji hipotesis ini mendukung penelitian Miller dan Modigliani (1961) yang menyatakan bahwa kepemilikan tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Kenaikan kepemilikan manajerial tidak menyebabkan konflik keagenan yang potensial. 5. KESIMPULAN Kepemilikan dapat mewakili sumber kekuasaan yang dapat digunakan untuk mendukung atau sebaliknya terhadap keberadaan manajemen, maka penyebaran kepemilikan identik dengan 96
penyebaran kekuasaan merupakan sesuatu hal yang relevan. Kepemilikan institusional memegang peranan yang signifikan terhadap kebijakan dividen pada perusahaan yang terdaftar pada perusahaan-perusahaan yang terdaftar di BEI, namun tidak sampai pada level monitoring yang optimal. Sedangkan kepemilikan public dan manajerial, hanya memiliki rasio pembayaran dividen (DPR) yang kecil sehingga hanya merupakan bagian kecil saja dari keputusan investasi perusahaan. Kebijakan dividen hampir sepenuhnya ditentukan oleh kebijakan investasinya dan perlakuan laba menjadi dividen dan laba ditahan tidak mempengaruhi kebijakan dividen perusahaan. Kebijakan dividen pada perusahaan-perusahaan yang terdaftar di BEI lebih banyak dipengaruhi oleh faktor yang lain seperti struktur modal dan kebijakan utang sehingga menempatkan manajer di bawah pengawasan debtholder. 6. SARAN Penelitian selanjutnya sebaiknya menggunakan sampel yang lebih besar, karena dengan penambahan sektor yang lain pada perusahaan yang terdaftar di BEI, maka akan meningkatkan validitas hasil penelitian tersebut. Kepemilikan institusional dalam penelitian ini tidak diklasifikasikan berdasarkan kepemilikan oleh pemerintah, bank ataupun asuransi. Penelitian selanjutnya diharapkan melakukan klasifikasi kepemilikan sehingga dispersi atas kepemilikan dapat terlihat jelas dan hasilnya dapat diperbandingkan. Penelitian selanjutnya diharapkan menambahkan variabel yang lain yang kemungkinan dapat mempengaruhi kebijakan dividen, misalnya struktur modal, profitabilitas, pertumbuhan dan lainnya, sehingga model yang diperoleh akan lebih menjelaskan perilaku kebijakan dividen dalam setiap entitas di Indonesia. DAFTAR PUSTAKA Bhattacharya S. (1988). Corporate Finance and the Legacy of Miller and Modigliani. Journal of Economic Perspectives, 2(4), 135-147. Brigham, F. dan Gordon, J. (1968). Leverage, Dividend Policy, and the Cost of Capital. Journal of Finance, 23, 85-103. Chen, C. dan Steiner, J. (1999). Managerial Ownership and Agency Conflicts : a Nonlinear Simultaneous Equation Analysis of Managerial Ownership, Risk taking, Debt Policy, and Dividend Policy. Financial Review, 34, 119-136. Crutchley, C. dan Hansen, R. (1989). A Test of the Agency Theory of Managerial Ownership, Corporate Leverage and Corporate Dividends. Financial Management, 18, 36-46. Dempsey, S. dan Laber, G. (1992). Effects of Agency and Transaction Cost on Dividend Payout Ratios : Further Evidence of the Agency-Transaction Cost Hypothesis. Journal of Financial Research, 15, 317-321. Duha, A. K. (2009). Determinants of the Dividend Policy in Emerging Stock Exchange: The Case of GCC Countries. Global Economy and Finance Journal, 3(2), 38-63. Easterbrook, F. H. (1984). Two Agency Cost Explanation of Dividends. American Economic Review, 74(4), 650-659. Ghozali, Imam. (2009). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Harada, K. dan Nguyen, P. (2011). Ownership concentration and dividend policy in Japan. Managerial Finance, 37(4), 362 – 379. 97
Hu, A. dan Kumar, P. (2004). Managerial Entrenchment and Payout Policy. Journal of Financial and Quantitative Analysis, 39(4), 759-790. Jensen, M. dan Meckling, W. (1976). Theory of the Firm: Managerial Behavior Agency Cost, and Ownership Structure. Journal of Finance Economics, 3, 305-360. Mancinelli, L dan Ozkan, A. (2006). Ownership structure and dividend policy : Evidence from Italian Firms. The European Journal of Finance, 12, 265-282. Miller, M. H., dan Modigliani, F. (1961). Dividend Policy, Growth, and the Valuation of Shares. Journal of Business, 34(4), 411–433. Miller, M. H., dan Modigliani, F. (1966). Some Estimates of the Cost of Capital to the Utility Industry. American Economic Review, 56, 333–391. Miller, M. H., dan Rock, K. (1985). Dividend Policy under Asymmetric Information. Journal of Finance, 40, 1031–1051. Mohd, M., Perry, L., dan Rimbey, J., (1995). An Investigation of Dynamic Relationship Between Agency Theory and Dividend Policy. The Financial Review, 30, 367-385. Rozeff, M. S. (1982). Growth, Beta and Agency Costs as Determinants of Dividend Payout Ratios. The Journal of Financial Financial Research, 5, 249-259. Shleifer, A. dan Vishny, R.W. (1986). Large Shareholders and Corporate Control. The Journal of Political Economy, 94(3), 461-488. Shleifer, A. dan Vishny, R.W. (1997). A Survey of Corporate Governance. The Journal of Finance, 52(2), 737-783.
98