OPINI AUDIT GOING CONCERN: KAJIAN BERDASARKAN MODEL PREDIKSI KEBANGKRUTAN, PROFITABILITAS, KUALITAS AUDIT, DAN OPINI AUDIT SEBELUMNYA PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG LISTING DI BURSA EFEK INDONESIA DEWI HAJAR NOVANDA
[email protected] ; No Hp: 08566756200 RUHUL FITRIOS ROLAND HUTABARAT ABSTRACT This study aimed to measure the effect of bankruptcy prediction models, profitability, quality audits, and audit opinions prior to going concern audit opinion. The sample in this study using purposive sampling. Then the obtained sample of 18 companies that are banking on the Indonesia Stock Exchange. The study was conducted within a period of three consecutive years (2009 to 2011) the method of analysis used in this study was logistic regression with SPSS 17.00. The survey results revealed that, the factors that affect the going concern audit opinion is a bankruptcy prediction model using the Altman model, while the bankruptcy prediction model using the Springate model, the zmijewski model, and revised Altman model, as well as profitability, quality audit, and prior audit opinions do not affect the going concern audit opinion. The magnitude of the effect caused by (R2) by four variables together against the dependent variable of 92.5%, while the remaining 7.5% is influenced by other variables not examined in this study. Keywords: going concern audit opinion, bankruptcy prediction models, profitability, quality audit, audit opinion before, the Altman models (1968), the Springate models (1978), the zmijewski models (1978), revised models of Altman (1993) PENDAHULUAN Pada tahun 2008, Bank Indonesia (BI) berhasil menemukan berbagai surat berharga valuta asing milik PT. Bank Century Tbk. Surat berharga tersebut telah jatuh tempo dan Bank Century kesulitan likuidasi sehingga mengalami gagal bayar dengan jumlah hutang sebesar $ 56 juta. Kondisi seperti ini sudah dialami oleh Bank Century sejak tahun 2006. Dalam laporan auditor Bank Century, dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2008, laporan keuangan Bank Century dinyatakan wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion). Dalam laporan auditor tersebut, tidak dinyatakan pertimbangan auditor tentang keraguan atas kelangsungan hidup perusahaan (going concern).
1
Padahal, selain menilai kewajaran sebuah laporan keuangan, seorang auditor juga wajib mempertimbangkan kelangsungan hidup perusahaan (SPAP Seksi 341, 2011). Dengan kondisi kesulitan likuidasi yang dialami dari tahun 2006, maka selayaknya Bank Century mendapatkan opini dengan modifikasi going concern dari auditor. Tetapi kenyataannya tidak terdapat pertimbangan dari auditor terhadap keraguan atas kelangsungan hidup perusahaan. Salah satu dampak yang timbul akibat kelalaian auditor dalam menanggapi kelangsungan hidup perusahaan adalah banyaknya investor dan nasabah yang menyalurkan dananya kepada Bank Century mengalami kerugian, akibat menerima informasi yang salah tentang kondisi keuangan Bank Century. Informasi tentang kemampuan perusahaan dalam mempertahankan usahanya (going concern) sangat penting bagi para pengguna laporan keuangan, karena merupakan salah satu faktor pertimbangan investasi (Praptitorini dan Januarti, 2007). Going concern adalah suatu dalil yang menyatakan bahwa kesatuan usaha akan menjalankan terus operasinya dalam jangka waktu yang cukup lama untuk mewujudkan proyeknya, tanggung jawab serta aktivitas-aktivitasnya yang tidak berhenti (Suwardjono, 2008:234). Opini audit going concern merupakan suatu opini yang dikeluarkan auditor untuk memastikan apakah perusahaan dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya (SPAP, 2011). Kesangsian terhadap kelangsungan hidup perusahaan merupakan indikasi terjadinya kebangkrutan. Altman dan McGough (1974) dalam Fanny dan Saputra (2005) mencoba untuk menganalisis tingkat keakuratan prediksi kebangkrutan dengan menggunakan opini auditor dan model prediksi kebangkrutan. Tingkat akurasi dengan menggunakan model prediksi kebangkrutan jauh lebih tinggi bila dibandingkan dengan menggunakan opini audit, yaitu sebesar 82%. Penelitian yang dilakukan oleh Fanny dan Saputra (2005) menemukan bahwa penggunaan variabel model prediksi kebangkrutan yang di kembangkan oleh Altman mempengaruhi ketepatan pemberian opini audit going concern. Namun penelitian Shifa (2012) mendapatkan hasil yang berbeda, hasil penelitiannya menunjukkan bahwa variabel model prediksi kebangkrutan yang dikembangan oleh Altman tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern dari auditor. Profitabilitas suatu perusahaan menunjukkan perbandingan antara laba bersih dengan aktiva atau modal yang digunakan untuk menghasilkan laba. Profitabilitas merupakan ukuran keberhasilan manajemen perusahaan menggunakan aktiva perusahaan secara optimal dalam menghasilkan keuntungan. Ada beberapa pengukuran terhadap profitabilitas perusahaan di mana masing-masing pengukuran dihubungkan dengan volume penjualan, total aktiva, dan modal sendiri (Mohammad, 2009:120). Salah satu rasio yang digunakan untuk mengukur profitabilitas adalah Return On Asset (ROA). ROA adalah rasio yang menunjukkan hasil (return) atas jumlah aktiva yang digunakan perusahaan (Kasmir, 2010:202) dalam (Odiatma, 2011). Semakin besar nilai ROA, maka kondisi perusahaan semakin baik. Ini menunjukan bahwa perusahaan dapat mengelola aset yang dimiliki secara efektif sehingga menghasilkan laba yang lebih besar bagi perusahaan. Dengan perolehan laba yang besar, membuat kemampuan perusahaan dalam mempertahankan usahanya
2
(going concern) semakin besar (Suwardjono, 2008:247). Sehingga kemungkinan kecil bagi perusahaan untuk memperoleh opini going concern. Penelitian yang dilakukan oleh Hani, et. al (2003) dengan menggunakan variabel profitabilitas yang diukur dengan ROA pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta memberikan bukti secara empiris bahwa rasio ROA berpengaruh signifikan terhadap opini audit going concern. Tetapi hasil ini tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Juandini (2010) pada perusahaan manufaktur yang menyatakan bahwa rasio ROA tidak berpengaruh signifikan terhadap opini audit going concern. Audit yang berkualitas adalah audit yang dilaksanakan oleh orang yang kompeten dan orang yang independen. Auditor yang kompeten adalah auditor yang memiliki kemampuan teknologi, memahami dan melaksanakan prosedur audit yang benar, memahami dan menggunakan metode penyampelan yang benar, dll. Sebaliknya, auditor yang independen adalah auditor yang jika menemukan pelanggaran, akan secara independen melaporkan pelanggaran tersebut. Probabilitas auditor akan melaporkan adanya pelanggaran atau independensi auditor tergantung pada tingkat kompetensi mereka. Opini yang dikeluarkan oleh auditor harus berisikan informasi yang menggambarkan bagaimana keadaan yang sebenarnya. Informasi yang ada haruslah berkualitas, dan biasanya informasi yang berkualitas dikeluarkan oleh auditor yang berkualitas juga. Auditor bertanggung jawab untuk menyediakan informasi yang mempunyai kualitas tinggi yang akan berguna untuk pengambilan keputusan para pemakai laporan keuangan. Auditor yang mempunyai kualitas audit yang baik lebih cenderung akan mengeluarkan opini audit going concern apabila klien terdapat masalah mengenai going concern. Penelitian yang dilakukan oleh Prayitno (2011), menunjukkan bahwa kualitas audit berpengaruh signifikan terhadap opini audit going concern. Namun, hal ini berbeda dengan pendapat Fanny dan Saputra (2005) yang menyatakan bahwa kualitas audit tidak berpengaruh terhadap opini audit going concern. Opini audit tahun sebelumnya adalah opini audit yang diterima auditee pada tahun sebelumnya atau 1 tahun sebelum tahun penelitian. Opini audit going concern tahun sebelumnya ini akan menjadi faktor pertimbangan penting auditor untuk mengeluarkan kembali opini audit going concern pada tahun berikutnya. Apabila auditor menerbitkan opini audit going concern tahun sebelumnya, maka akan semakin besar kemungkinan perusahaan akan menerima kembali opini audit going concern pada tahun berjalan. Penelitian Setyarno, et al (2006) menunjukkan bahwa opini audit tahun sebelumnya berpengaruh terhadap opini audit going concern. Namun, hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Prayitno (2011) yang menyatakan bahwa opini audit tahun sebelumnya tidak berpengaruh terhadap opini audit going concern. Berdasarkan uraian di atas, masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah penggunaan model prediksi kebangkrutan, profitabilitas, kualitas audit, dan opini audit sebelumnya berpengaruh signifikan terhadap opini audit going concern?” Berdasarkan uraian pada permasalahan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan bukti empiris pengaruh signifikan penggunaan model
3
prediksi kebangkrutan, profitabilitas, kualitas audit, dan opini audit sebelumnya terhadap opini audit going concern. METODOLOGI PENELITIAN Populasi dan Sampel Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan go public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang bergerak dalam bidang perbankan pada tahun 2009 - 2011.. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 31 perusahaan. Pegambilan sampel dalam penelitian ini diperoleh dengan metode purposive sampling dengan kriteria sebagai berikut: 1. Auditee sudah terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) sebelum 1 Januari 2008. 2. Auditee tidak keluar (delisting) di Bursa Efek Indonesia selama periode penelitian (tahun 2009 – 2011). 3. Menerbitkan laporan keuangan yang telah diaudit oleh auditor independen selama tahun 2009 – 2011. 4. Mengalami rugi sekurangnya 1 periode laporan keuangan selama periode penelitian (tahun 2009 – 2011). Hal ini dikarenakan auditor hampir tidak pernah mengeluarkan opini going concern pada perusahaan yang mempunyai memperoleh laba. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder diperoleh dari laporan keuangan auditan dan laporan tahunan perusahaan perbankan yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2009-2011 yang telah dipublikasikan. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Opini Audit Going Concern Definisi operasional variabel dependen dalam penelitian ini yaitu opini audit going concern adalah opini audit modifikasi yang dalam pertimbangan auditor terdapat ketidakmampuan atau ketidakpastian signifikan atas kelangsungan hidup perusahaan dalam menjalankan operasinya. Termasuk dalam opini audit going concern ini adalah opini going concern unqualified / qualified dan going concern disclaimer opinion. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah variabel dummy, yang diproksikan menjadi Non Going Concern Audit Opinion (NGCAO) dan Going Concern Audit Opinion (GCAO), di mana kategori 1 untuk auditee yang menerima opini audit going concern (GCAO) dan kategori 0 untuk auditee yang menerima opini audit non going concern (NGCAO). Model Prediksi Kebangkrutan Dalam penelitian ini Fanny dan Saputra (2005) menggunakan empat model prediksi kebangkrutan yaitu The Altman Models, The Springate Model, The Zmijewski Model, dan Revised Altman Models. · The Altman Models (1968) Model Prediksi Kebangkrutan Altman : Z = 1.2Z1 + 1.4Z2 + 3.3Z3 + 0.6Z4 + 0.999Z5
4
Dimana: Z1 = working capital/total asset Z2 = retained earnings/total asset Z3 = earnings before interest and taxes/total asset Z4 = market capitalization/book value of debt Z5 = sales/total asset · The Springate Model (1978) Model yang berhasil dikembangkan oleh Springate adalah: S = 1.03A + 3.07B + 0.66C + 0.4D Dimana: A = working capital / total asset B = net profit before interest and taxes / total asset C = net profit before taxes / current liabilities D = sales / total asset · The Zmijewski Model (1984) Zmijewski (1984) menggunakan analisa rasio yang mengukur kinerja, leverage, serta likuiditas suatu perusahaan untuk model prediksinya. Formulanya adalah: X = -4.3-4.5X1 +5.7X2 -0.004X3 Dimana: X1 = return on asset X2 = debt ratio X3 = current ratio · Revised Altman Model (1993) Model yang lama mengalami perubahan-perubahan pada salah satu variabel yang digunakan menjadi: Z’ = 0.717Z1 +0.874Z2 + 3.107Z3 + 0.420Z4 + 0.998Z5 Dimana: Z1 = working capital / total asset Z2 = retained earnings / total asset Z3 = earnings before interest and taxes / total asset Z4 = book value of equity / book value of debt Z5 = sales / total asset Profitabilitas Menurut Syamsudin (2009:46) profitabilitas merupakan jumlah relatif laba yang dihasilkan dari sejumlah investasi atau modal yang ditanamkan dalam suatu usaha. Semakin tinggi ROA semakin efektif pada pengolaan aktiva perusahaan dan semakin baik pula prospek bisnisnya. Profitabilitas dapat dirumuskan sebagai berikut (Mohammad, 2009:125) : ୪ୟୠୟୱୣ୲ୣ୪ୟ୦୮ୟ୨ୟ୩ Return On Asset = x 100% ୲୭୲ୟ୪ୟ୩୲୧୴ୟ Kualitas Audit Kualitas audit diproksikan dengan ukuran kantor akuntan publik (KAP) (Solikah, 2007) yang menggunakan variabel dummy. Jika KAP termasuk dalam kategori The Big Four Auditors, akan diberi kode 1, sedangkan jika tidak termasuk kategori The Big Four Auditors, akan diberi kode 0.
5
Menurut Tuanakotta (2011:299), adapun kategori Kantor Akuntan Publik yang bekerja sama dengan The Big Four di Indonesia, yaitu: a. KAP PricewaterhouseCoopers (PwC), yang bermitra dengan KAP Haryanto Sahari & Rekan. b. KAP Klynveld Peat Marwick Goerdeler (KPMG) Internasional, yang bermitra dengan KAP Siddharta & Widjaja. c. KAP Ernest & Young (E&Y) Global, yang bermitra dengan KAP Prasetio, Drs. Sarwoko & Sanjaja. d. KAP Deloitte Touche Thomatsu (DTT), yang bermitra dengan KAP Osman Bing Satrio & Rekan. Opini Audit Tahun Sebelumnya Opini audit tahun sebelumnya adalah opini audit yang diterima auditee pada tahun sebelumnya atau 1 tahun sebelum tahun penelitian (Ramadhany, 2004). Opini audit tahun sebelumnya menggunakan variabel dummy. Jika opini audit tahun sebelumnya merupakan Going Concern Audit Opinion (GCAO), maka diberi kode 1, sedangkan jika opini audit tahun sebelumnya merupakan Non Going Concern Audit Opinion (NGCAO), maka diberi kode 0. Metode Pengumpulan Data Data dikumpulkan dengan menggunakan metode Content Analysis (Indriantoro dan Supomo, 2002:146). Content Analisys dilaksanakan dengan cara melakukan observasi atas laporan keuangan auditee sektor perbankan yang menjadi sampel penelitian. Observasi dilakukan dengan objek penelitian laporan keuangan yang telah diaudit oleh auditor independen tahun 2009 - 2011. Dengan metode Content Analisys, Laporan Keuangan yang telah diidentifikasi sesuai dengan kriteria yang dijadikan data dalam penelitian ini kemudian dianalisis guna mengelompokkan perusahaan menjadi perusahan dengan Going Concern Audit Opinion (GCAO) dan perusahaan dengan Non Going Concern Audit Opinion (NGCAO). Metode Analisis Data Data penelitian dianalisis dan diuji dengan beberapa uji statistik yang terdiri dari statistik deskriptif dan uji statistik inferensial untuk pengujian hipotesis (Ghozali, 2005:224). Pengujian terhadap hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan tahapan sebagai berikut: (1) Menilai Model Fit dan Keseluruhan Model (Overall Model Fit). (2) Menilai Kelayakan Model Regresi. (3) Koefisien Determinasi. (4) Matrik Klasifikasi. (5) Pengujian Hipotesis. Berikut ini adalah hipotesis yang dapat dirumuskan antara hubungan variabel dependen dengan variabel independen: H1: Penggunaan model prediksi kebangkrutan berpengaruh signifikan terhadap opini audit going concern. H2: Profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap opini audit going concern. H3: Kualitas audit berpengaruh signifikan terhadap opini audit going concern. H4: Opini audit sebelumnya berpengaruh signifikan terhadap opini audit going concern.
6
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Statistik Deskriptif Statistik deskriptif pada penelitian ini ditujukan untuk memberikan gambaran kondisi data yang digunakan untuk setiap variabel. Jumlah sampel yang diteliti sebanyak 54 buah (selama 3 tahun, periode 2009-2011). Nilai yang diamatai dalam analisis ini adalah nilai minimum, maksimum, rata-rata, dan deviasi standar. Standar deviasi adalah pengukuran untuk penyimpangan standar yang konsisten untuk semua distribusi normal (Subagyo dan Djarwanto, 2005). Tabel 4.1 Statistik Deskriptif N Going Concern Zmijewski Model Altman Zscore Revised Altman Zscore Springate Model Profitabilitas Kualitas Audit Opini Tahun Sebelumnya Valid N (listwise)
Minimum 54 54 54 54 54 54 54 54 54
.00 -.03 .23 .18 .08 -.13 .00 .00
Maximum 1.00 1.03 2.21 1.44 .35 .97 1.00 1.00
Mean .2778 .6712 .5061 .3443 .2160 .2897 .6852 .2222
Std. Deviation .45211 .27254 .28253 .17602 .06732 .24994 .46880 .41964
Sumber: Hasil pengolahan data Analisis Inferensial Analisis statistik inferensial digunakan untuk pengujian hipotesis yang diajukan. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dengan menggunakan model regresi logistik. Regresi logistik adalah regresi yang digunakan untuk menguji apakah probabilitas terjadinya variabel terikat dapat diprediksi dengan variabel bebasnya (Sulistyo, 2010:46). Teknik analisis ini tidak memerlukan lagi uji normalitas, heteroscedasity, dan uji asumsi klasik pada variabel bebasnya (Sulistyo, 2010: 49). Regresi logistik digunakan untuk menguji pengaruh model prediksi kebangkrutan (Xscore) (Zscore) (Z’score) (Xscore), profitabilitas (ROA), kualitas audit (KAP), dan opini tahun sebelumnya (opini) terhadap opini audit going concern. Pengujian dilakukan pada tingkat signifikansi (α) 5%. Pengujian Model Fit dan Keseluruhan Model (Overall Model Fit) Langkah pertama yang dilakukan adalah menilai overall fit model terhadap data. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah model fit dengan data baik sebelum maupun sesudah variabel bebas dimasukkan kedalam model. Menurut Ghozali (2005) dengan alpha 5%, cara menilai model fit ini adalah sebagai berikut : 1. Jika nilai -2LogL < 0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima, yang berarti bahwa model fit dengan data. 2. Jika nilai -2LogL > 0,05 maka H0 diterima dan Ha ditolak, yang berarti bahwa model tidak fit dengan data.
7
Tabel 4.2 Iteration History Coefficients Iteration Step 0
-2 Log likelihood
Constant
1
63.860
-.889
2
63.811
-.955
3
63.811
-.956
Sumber: Hasil pengolahan data Output SPSS pada tabel 4.2 menunjukan nilai -2 Log Lokelihood pertama sebesar 63.811, angka ini secara matematik signifikan terhadap alpha (α) 5% dan hipotesis nol ditolak. Hal ini berarti bahwa hanya konstanta saja yang tidak fit dengan data (sebelum variabel bebas dimasukan ke dalam model regresi). Langkah selanjutnya adalah menguji model (overall model fit). Pengujian dilakukan dengan membandingkan nilai antara -2 Log Likelihood (-2LL) pada awal (Block Number = 0) dengan nilai -2 Log Likelihood (-2LL) pada akhir (Block Number = 1). Adanya pengurangan nilai antara -2LL awal dengan nilai -2LL pada langkah berikutnya (-2LL akhir) menunjukan model yang dihipotesiskan fit dengan data (Sulistyo, 2010:54). Tabel 4.3 Iteration History Coefficients Iteration Step 1
-2 Log likelihood Constant
Xscore
Zscore
1
25.096
2.173
-1.928
6.047
2
15.976
5.601
-3.754
3
11.842
7.366
-4.010
4
9.667
6.976
5
8.805
6 7
Z’score
ROA
KAP
-.644
-.713
3.290
11.090
-16.973 -18.192
-1.789
-1.354
4.985
17.886
-27.697 -24.957
-3.186
-2.103
6.886
-2.337
26.958
-42.868 -26.985
-4.695
-3.004
9.423
9.454
-2.607
33.898
-55.880 -35.049
-5.947
-4.073 11.975
8.526
12.795
-3.711
38.022
-63.815 -46.122
-6.663
-5.085 14.077
8.463
15.214
-4.575
40.353
-68.524 -54.269
-7.030
-5.796 15.545
8
8.458
16.084
-4.881
41.204
-70.252 -57.184
-7.179
-6.079 16.106
9
8.458
16.174
-4.912
41.293
-70.434 -57.477
-7.198
-6.112 16.167
10
8.458
16.175
-4.912
41.294
-70.436 -57.480
-7.198
-6.112 16.167
11
8.458
16.175
-4.912
41.294
-70.436 -57.480
-7.198
-6.112 16.167
63.811 8.458
Sumber: Hasil pengolahan data Setelah keseluruhan variabel bebas dimasukan kedalam model -2 Log Likelihood menunjukan angka 8.458 atau terjadi penurunan nilai -2 Log Likelihood sebesar 55,353. Penurunan nilai -2LL ini dapat diartikan bahwa penambahan variabel
8
Opini
-7.806
-2LL awal (Block Number = 0) -2LL awal (Block Number = 1)
-9.294
Sscore
bebas kedalam model dapat memperbaiki model fit serta menunjukan model regresi yang lebih baik atau dengan kata lain model yang dihipotesiskan fit dengan data. Pengujian Kelayakan Model Regresi Langkah selanjutnya yang dilakukan adalah menilai kelayakan regresi logistik yang akan digunakan. Pengujian kelayakan model regresi logistik dilakukan dengan menggunakan Goodness of Fit Test yang diukur dengan Chi-Square pada bagian bawah uji Hosmer and Lemeshow. Probabilitas signifikansi yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan tingkat signifikansi (α) 5%. Menurut Ghozali (2005) jika nilai Hosmer and Lemeshow Goodness of Fit Test Statistics sama dengan atau kurang dari 0,05, maka H0 ditolak. Jika nilai Hosmer and Lemeshow Goodness of Fit Test Statistics lebih besar dari 0,05, maka H0 diterima. Hipotesis untuk menilai kelayakan model regresi adalah: H0 : Tidak ada perbedaan antara model dengan data Ha : Ada perbedaan antara model dengan data Tabel 4.4 Hosmer and Lemeshow Step
Chi-square
1
df
Sig.
1.297
8
.996
Sumber: Hasil pengolahan data Tabel 4.4 menunjukan hasil pengujian Hosmer and Lemeshow. Dengan probabilitas signifikansi menunjukan angka 0,996, nilai signifikansi lebih besar dari pada 0,05, maka H0 diterima. Hal ini berarti model regresi layak untuk digunakan dalam analisis selanjutnya, karena tidak ada perbedaan yang nyata antara klasifikasi yang diprediksi dengan klasifikasi yang diamati, atau dapat juga dikatakan bahwa model mampu memprediksi nilai observasinya. Koefisien Determinasi Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar variabilitas variabel-variabel independen mampu memperjelas viriabilitas variabel dependen. (Sulistyo, 2010:58). Koefisian determinasi pada regresi logistik dapat dilihat pada nilai Nagelkerke R Square. Nilai Nagelkerke R Square dapat diinterpretasikan seperti nilai R Square pada regresi berganda (Sulistyo, 2010:60). Nilai ini didapat dengan cara membagi nilai Cox & Snell R Square dengan nilai maksimumnya. Tabel 4.5 Model Summary Step 1
-2 Log likelihood 8.458a
Cox & Snell R Square .641
Nagelkerke R Square .925
Sumber: Hasil pengolahan data Tabel 4.5 menunjukan nilai Nagelkerke R Square. Dilihat dari hasil output pengolahan data, nilai Nagelkerke R Square adalah sebesar 0,925 yang berati variabilitas variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel independen adalah sebesar 92,5%, sisanya sebesar 7,5% dijelaskan oleh variabilitas variabel-variabel
9
lain di luar model penelitian. Atau secara bersama-sama, variasi variabel model prediksi kebangkrutan (Xscore) (Zscore) (Z’score) (Sscore), variabel profitabilitas (profit), kualitas audit (KAP), dan opni audit tahun sebelumnya (opini) dapat menjelaskan variasi variabel opini audit going concern sebesar 92,5%. Matrik Klasifikasi Matrik klasifikasi akan menunjukan kekuatan prediksi dari model regresi untuk memprediksi kemungkinan penerimaan opini audit going concern pada auditee. Tabel 4.6 Classification Table Predicted GC Observed Step 1
.00
OPINI GOING CONCERN NGCAO GCAO Overall Percentage
Percentage Correct
1.00 38
1
97.4
0
15
100.0 98.1
Sumber: Hasil pengolahan data Tabel 4.6 di atas menunjukan bahwa kekuatan model regresi dalam memprediksi penerimaan Going Concern Audit Opinion (GCAO) adalah sebesar 100 %, yaitu dari total 15 sampel yang menerima opini audit going concern, sejumlah 15 sampel mampu diprediksi oleh model regresi yang diajukan. Sedangkan kekuatan prediksi dari model untuk sampel yang menerima Non Going Concern Audit Opinion (NGCAO) adalah sebesar 97,4%, yaitu dari total 39 sampel yang menerima opini audit non going concern, diperoleh 38 sampel yang mampu diprediksi memperoleh opini audit non going concern. Sedangkan ketepatan prediksi secara keseluruhan model ini adalah sebesar 98,1%. Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis dalam penelitian ini untuk menguji pengaruh variabelvariabel bebas yaitu model prediksi kebangrutan (Xscore) (Zscore) (Z’score) (Sscore), profitabilitas (profit), kualitas audit (KAP), dan opini audit tahun sebelumnya (opini) terhadap opini audit going concern dengan menggunakan hasil uji regresi yang ditujukan dalam variables in the equation. Dalam uji hipotesis dengan regresi logistik cukup dengan melihat variabel in the equation, pada kolom Significant (Sig) dibandingkan dengan tingkat kealphaan 0,05 (5%). Apabila tingkat signifikansi <0,05, maka Ha diterima.
10
Tabel 4.7 Variables in the Equation
B Step 1
a
Xscore
S.E.
Wald
df
Sig.
Exp(B)
-4.912
9.155
.288
1
.592
.007
Zscore
41.294
20.793
3.944
1
.047
8.587E17
Z’score
-70.436
38.874
3.283
1
.070
.000
Sscore
-57.480
58.852
.954
1
.329
.000
ROA
-7.198
6.380
1.273
1
.259
.001
KAP
-6.112
5.067
1.455
1
.228
.002
Opini
16.167
9.459
2.921
1
.087
1.051E7
Constant
16.175
18.417
.771
1
.380
1.058E7
Sumber: Hasil pengolahan data Pengujian Hipotesis Pertama (H1) Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa hipotesis yang menyatakan hubungan antara model prediksi kebangkrutan memberikan hasil yang signifikan, terutama untuk proksi Z Score. Namun demikian, untuk proksi X Score, Z’ Score dan S Score memberikan hasil yang bertentangan dengan hasil Z Score. Hasil ini menunjukkan bahwa penggunaan model prediksi kebangkrutan yang dikembangkan oleh Altman (Z Score) mempengaruhi ketepatan pemberian opini audit. Penerimaan atas hipotesis pertama sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sharma dan Sidhu (2001) dalam Fanny dan Saputra (2005). Sharma dan Sidhu (2001) dalam Fanny dan Saputra (2005) melakukan penelitian terhadap 49 perusahaan, 18 perusahaan di antaranya menerima opini wajar tanpa pengecualian dengan paragraf penjelas. Nilai wald yang dihasilkan sebesar 6.745 . Hasil ini juga konsisten dengan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Mutchler (1985), Dopuch et al., (1987), Peel (1989), McKeown et al., (1991), dan Citron dan Taffler (1992) dalam Fanny dan Saputra (2005), dimana hasilnya menunjukkan bahwa opini audit going concern lebih banyak diberikan kepada klien yang memiliki nilai Z Score yang rendah. Hasil penelitian ini juga konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Hopwood et al. (1994), Koh (1991), Levitan dan Knoblett (1985), Altman (1982), dan Deakin (1977) dalam Setyarno, et al (2006) yang menyarankan para auditor untuk menggunakan model–model prediksi kebangkrutan dalam membuat keputusan mengenai kelangsungan hidup perusahaan klien. Pengujian Hipotesis Kedua (H2) Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa Profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern. Hal ini terjadi karena dalam pertimbangannya memberikan opini audit going concern, seorang auditor tidak hanya berfokus pada rasio keuangan perusahaan saja, tetapi juga memperhatikan kondisi perekonomian pada saat itu (Odiatma, 2011). Namun tanda koefisien (β) variabel profitabilitas yang diukur dengan ROA ini menyatakan
11
negatif yang menunjukan hubungan berlawanan arah, artinya semakin kecil Return On Assets maka semakin besar kemungkinan untuk menerima opini audit going concern. Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan temuan Hani dkk (2003) yang menemukan bukti bahwa Return On Assets berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini going concern. Tetapi, hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan Juandini (2010), dimana rasio profitabilitas tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini going concern. Pengujian Hipotesis Ketiga (H3) Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa Kualitas audit tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern. Hal ini menunjukkan bahwa Kantor Akuntan Publik, baik yang berskala besar maupun yang berskala kecil, akan selalu bersikap obyektif dalam memberikan pendapat going concern kepada perusahaan yang mengalami keraguan dalam kelangsungan hidup usahanya (Santosa dan Wedari, 2007). Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ramadhany (2004) menyatakan dalam penelitiannya bahwa auditor berskala besar memiliki insentif yang lebih untuk menghindari kritikan kerusakan reputasi dibandingkan auditor skala kecil. Hal ini membuat KAP berskala besar lebih berani untuk menerbitkan opini audit going concern terhadap entitas yang diragukan atas kelangsungan usahanya. Namun demikian, hasil ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Setyarno dkk. (2006) yang membuktikan bahwa ukuran KAP tidak berpengaruh terhadap opini audit going concern. Demikian pula dengan Fanny dkk. (2005) yang mengemukakan bahwa besar kecilnya sebuah KAP tidak berpengaruh terhadap kemungkinan KAP tersebut mengeluarkan opini audit going concern. Pengujian hipotesis keempat (H4) Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa Opini audit tahun sebelumnya tidak berpengaruh signifikan terhadap opini audit going concern. Hal ini berarti besar kecilnya opini audit tahun sebelumnya, belum cukup menentukan apakah perusahaan termasuk opini audit going concern atau opini audit non going concern (Prayitno, 2011). Opini audit tahun sebelumnya adalah tipe opini audit yang telah diterima perusahaan pada tahun sebelumnya. Tanda koefisien (β) (sebesar 16,167) variabel opini audit tahun sebelumnya ini positif yang menunjukkan hubungan searah, yang berarti bahwa apabila pada tahun sebelumnya perusahaan menerima opini audit going concern, maka besar kemungkinan untuk menerima opini audit going concern lagi pada tahun berikutnya. Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Santosa dan Wedari (2007) yang menemukan bukti bahwa opini audit going concern yang diterima pada tahun sebelumnya mempengaruhi keputusan auditor untuk menerbitkan kembali opini going concern. Tetapi, hal ini sejalan dengan hasil penelitian Lilis (2010) yang memberikan bukti bahwa opini audit yang diterima pada tahun sebelumnya tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern.
12
KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil pengujian dengan tingkat signifikansi 5%, diperoleh bukti bahwa model prediksi kebangkrutan dengan menggunakan Altman Model berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern. Sedangkan model prediksi kebangkrutan dengan menggunakan Springate Model, Zmijewski Model, dan Revised Altman Model, ROA, kualitas audit, dan opini audit sebelumnya tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern. Keterbatasan dalam penelitian ini adalah: (1) Variabel yang digunakan dalam penelitian ini dibatasi pada empat variabel independen yaitu model prediksi kebangkrutan, profitabilitas, kualitas audit, dan opini audit tahun sebelumnya. (2) Sumber data yang digunakan adalah data sekunder, sehingga beberapa sampel terpaksa dieliminasi karena data yang didapat dengan cara men-download dari situs www.idx.co.id maupun dari database Pusat Referensi Pasar Modal kurang lengkap. (3) Jumlah sampel perusahaan yang dijadikan obyek penelitian hanya berasal dari satu jenis saja (perbankan), sehingga tidak dapat mengeneralisir hasil temuan untuk seluruh perusahaan go public di BEI. Dengan berbagai telaah yang telah penulis lakukan, serta berdasarkan keterbatasan dari peneliti, dapat diberikan saran sebagai berikut: (1) Pada penelitian selanjutnya, bisa menambahkan variabel lain, seperti rasio likuiditas yang dapat membuktikan bahwa rasio ini mungkin menyebabkan ketidakmampuan perusahaan melunasi kewajibannya, laporan arus kas yang menggambarkan aktifitas keuangan perusahaan yang sebenarnya, rasio produktifitas, rasio aktifitas, serta struktur modal perusahaan yang akan mempengaruhi profitabilitas. (2) Bila memiliki banyak waktu, penelitian selanjutnya dapat meneliti sampel perusahaan dari dua jenis industri atau lebih, sehingga hasil temuan yang didapat bisa mengeneralisir seluruh perusahaan go public di BEI. (3) Kepada manajemen perusahaan, hendaknya dapat mengenali lebih dini tanda-tanda kebangkrutan usahanya, sehingga dapat mengambil kebijakan sesegera mungkin guna mengatasi masalah tersebut dan terhindar dari penerimaan opini audit going concern. (4) Kepada para investor dan calon investor yang hendak melakukan investasi sebaiknya berhati – hati dalam memilih perusahaan dan sebaiknya tidak berinvestasi pada perusahaan yang mendapat opini audit going concern. (5) Bagi praktisi akuntan publik, bisa lebih teliti dalam mengamati sumber pendapatan dan pengeluaran perusahaan yang menjadi klien, serta setiap peningkatan ataupun penurunan laba klien yang siginifikan ataupun terlihat stabil sepanjang tahun. DAFTAR PUSTAKA Arens, A.A.and Loebbecke, J.K. 2003. Auditing An Integrated Approach. USA: Prentice Hall. Boyton, Johnson, Kell. 2007. Modern Auditing Jilid Kedua. Edisi Ketujuh. Jakarta: Erlangga. DeAngelo,L. 1981.“Auditor Independence, Low Balling, and Disclosure Regulation”.Journal of Accounting and Economics 20 (December).pp. 297322. Fachrozy, Donny. 2007. Pengaruh Model Prediksi Kebangkrutan, Pertumbuhan Perusahaan, dan Reputasi Kantor Akuntan Publik terhadap Ketepatan
13
Pemberian Opini Audit Going Concern (Studi pada Perusahaan Perbankan dan Lembaga-Lembaga Keuangan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta Selama Kurun Waktu 1999-2001). Skripsi, Universitas Brawijaya, Malang. Fanny, Margaretta dan Saputra. 2005. Opini Audit Going Concern: Kajian Berdasarkan Model Prediksi Kebangkrutan, Pertumbuhan Perusahaan, dan Reputasi Kantor Akuntan Publik (Studi Pada Emiten di Bursa Efek Jakarta). Simposium Nasional Akuntansi VIII, Solo. Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Badan Penerbit UNDIP. Semarang. Hani, Cleary, Mukhlisin. 2003. Going Concern dan Opini Audit: Suatu Studi Pada Perusahaan Perbankan di BEJ. Simposium Nasional Akuntansi VI, Surabaya. IAI. 2011. Standar Akuntansi Keuangan. Salemba Empat. Jakarta. IAI. 2011 . Standar Profesional Akuntansi Publik. Salemba Empat, Jakarta. Indriantoro, Nur dan Supomo, Bambang. 2009. Metodologi Penelitian Bisnis: Untuk Akuntansi & Manajemen. Edisi Pertama. BPEE, Yogyakarta. Juandini, Wulandari. 2010. Factors That Influence The Acceptance Of A Going Concern Audit Opinion Manufacturing Companies Listed In Indonesia Stock Exchange (BEI). Skripsi Universitas Gunadarma. Lilis. 2010. Pengaruh Likuiditas, Solvabilitas, Opini Audit Tahun Sebelumnya, Ukuran KAP, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Penerimaan Opini Audit Goiang Concern. Skripsi, Universitas Riau, Pekanbaru. McKeown,J, Mutchler,J dan Hopwood,W.1991.“Towards an Explanation of Auditor Failure to Modify the Audit Opinions of Bankrupt Companies.” Auditing: A Journal Practice & Theory. Supplement.113. Mohammad, Alexandry. 2009. Manajemen Keuangan Bisnis, Teori, dan Sosial. Penerbit Alfabeta, Jakarta. Mulyadi. 2005. Auditing. Buku Satu. Edisi Keenam. Salemba Empat, Jakarta. Odiatma, Fajar. 2011. Analisis Pengaruh ROA, Current Ratio, Perputaran Persediaan, Kualitas Audit, dan Opini Audit Tahun Sebelumnya Terhadap Opini Audit Going Concern. Skripsi, Universitas Riau, Pekanbaru. Parker, Susan and Peters, F. 2005. Corporate Governance Factors and Auditor Going Concern Assesment. Review of Accounting and Finance,Vol.4, No.3. Praptitorini, Mirna dan Januarti, Indira. 2007. Analisis Pengaruh Faktor Perusahaan, Kualitas Auditor, Kepemilikan Perusahaan Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern (Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia). Simposium Nasional Akuntansi X, Makasar. Prayitno, Mokhamad Yogi. 2011. Analisis Faktor – Faktor yang Dapat Mempengaruhi Auditor dalam Pemberian Opini Audit Going Concern (Studi Empiris pada Perusahaan Lq-45 (Blue Chip) yang Terdaftar Di BEI). Skripsi. Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” . Yogyakarta Ramadhany, Alexander. 2004. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Opini Audit Going Concern Pada Perusahaan MAnufaktur
14
yang Mengalami Financial Distress yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta. Tesis, Universitas Diponegoro, Semarang. Santosa, Arga Fajar dan Wedari, Linda. 2007. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kecendrungan Penerimaan Opini Audit Going Concern. JAAI. Volume 11, No.2, 141-158. Setyarno, Budi dan Faisal. 2006. Pengaruh Kualitas Audit, Kondisi Keuangan Perusahaan, Opini Tahun Audit Tahun Sebelumnya, dan Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Opini Audit Going Concern. Simposium Nasional Akuntansi IX, Padang. Shifa, Hikmah Rizki Lainatus. 2012. Opini Audit Going Concern: Kajian Berdasarkan Model Prediksi Kebangkrutan, Profitabilitas, Kualitas Audit, dan Opini Audit Sebelumnya pada Perusahaan Property dan Real Estate yang Listing Di Bei. Skripsi, Universitas Riau, Pekanbaru. Solikah, Badingatus. 2007. Pengaruh Kondisi Keuangan Perusahaan, Pertumbuhan Perusahaan, dan Opini Audit Tahun Sebelumnya Terhadap Opini Audit Going Concern. Skripsi, Universitas Negeri Semarang, Semarang. Subagyo, Pangestu dan Djarwanto. 2005. Statistika Induktif. Edisi Kelima. BPEE, Yogyakarta. Sulistyo, Joko. 2010. 6 Hari Jago SPSS 17. Cakrawala. Jakarta. Supardi dan Mastuti,S. 2003. Validitas Penggunaan Z-Score Altman Untuk Menilai Kebangkrutan Pada Perusahaan Perbankan Go Public di Bursa Efek Jakarta.Kompak, No.7. Suwardjono. 2008. Teori Akuntasi: Perekayasaan Pelaporan Keuangan. Edisi Ketiga. BPEE, Yogyakarta. Syamsudin, Lukman. 2009. Konsep Aplikasi Dalam: Perencanaan, Pengawasan, dan Pengambilan Keputusan. Edisi Kesepuluh. Rajawali Press, Jakarta. Tuanakotta, M, Thoedorus. 2011. Berpikir Kritis Dalam Auditing. Salemba Empat, Jakarta. http://www.bapepam.go.id http://www.idx.co.id http://www.google.com
15