1 ANALISIS PENGARUH KOMITE AUDIT, OPINI AUDIT GOING CONCERN DAN INDIKATOR KEUANGAN DALAM MEMPREDIKSI KONDISI KESULITAN KEUANGAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2012-2015
ABSTRACT: This study aimed to investigate the effect to predict probability of financial distress in the company. Variable in this study using the proportion of audit committee Independent, going concern opinion and financial indocator’s like liquidity ratio and profitability ratio. The population in this study are all of the manufacturing companies listed on the Indonesian Stock Exchange and continuously published statements in the year 20122015. Based on purposive sampling method, samples obtained are 84 companies in the period 2012-2015, so obtain 249 observations. As for the criteria of financial distress in this study was measured by using interest coverage ratio, whilst statistic analysis that used in this study was logistic regression. The result of this research showed that going concern opinion have positive significant value to predict financial distress in the company, profitability ratio have negative significant value to predict financial distress in the company, proportion of audit committee independent and liquidity ratio not significant to predict financial distress in the company. Kata Kunci: Komite Audit, Opini audit Going Concern, Indikator Keunagan, Kesulitan Keuangan.
I. PENDAHULUAN 1.
Latar Belakang Penelitian Seiring dengan persaingan dunia usaha yang semakin kompetitif di tengah kondisi
perekonomian yang selalu mengalami perubahan, perusahaan diharapkan mampu bersaing dalam mempertahankan kelangsungan hidup usahanya dalam jangka panjang.Namun dalam kenyataannya tidak semua perusahaan mampu bersaing dalam mempertahankan kelangsungan hidup usahanya.Begitu banyak perusahaan yang mengalami kesulitan dalam perjalanannya yang berujung pada kebangkrutan perusahaan (Vitarianjani, 2015). Bursa Efek Indonesia (BEI) dalam 5 (lima) tahun terakhir tercatat telah mendelisting 20 (dua puluh) saham yang tercatat di BEI. Menurut Direktur Utama BEI (2013), Proses delisting dilakukan apabila perusahaan tersebut mengalami kepailitan dan sudah lama melakukan penghentian perdagangan sementara dan perusahaan tercatat tidak dapat menunjukan indikasi pemulihan yang memadai. Hal ini sesuai dengan Peraturan Bursa Nomor I-I tentang Penghapusan Pencatatan (Delisting). Penyebab perusahaan – perusahaan di-
2 delisting ada banyak faktor, salah satu contohnya seperti yang dialami perusahaan Davomas Abadi Tbk yang merupakan emiten produsen coklat yang terpaksa harus di-delisting karena terlambat
menyampaikan
laporan
keuangannya
selama
dua
tahun
berturut-turut.
Keterlambatan pelaporan ini dikarenakan kinerja perusahaan yang semakin terpuruk dalam dua tahun terakhir akibat mengalami kerugian. Disamping itu, perusahaan juga dilanda permasalahan gagal bayar obligasi senilai US$198 juta, yang telah jatuh tempo pada 2014 lalu dengan kupon sebesar 11%. Hal tersebut merupakan salah satu indikasi bahwa perusahaan telah mengalami kesulitan keuangan (Merdeka.com). Kesulitan keuangan merupakan suatu kondisi yang menunjukkan tahap penurunan dalam kondisi keuangan perusahaan yang terjadi sebelum terjadinya kebangkrutan ataupun likuidasi (Plat dan Plat, 2006). Menurut Kristanti dan Syafruddin (2012), perusahaan yang mengalami kondisi kesulitan keuanganyaitu perusahaan yang mempunyai interest coverage ratio kurang dari satu, dimana rasio ini berfungsi sebagai ukuran kemampuan perusahaan membayar bunga dan menghindari kebangkrutan. Dengan mengetahui kondisi kesulitan keuangan perusahaan sejak dini, diharapkan dapat dilakukan tindakan-tindakan untuk mengantisipasi kondisi yang mengarah pada kebangkrutan ataupun likuidasi.Banyak faktor yang dapat memengaruhi kondisi kesulitan keuangan, diantaranya faktor komite audit, opini audit dan indikator keuangan (Setiyani 2014, Bhimani et al, 2009, Cinantya dan Merkusiwati, 2015). Komite audit dapat digunkan perusahaan untuk memprediksi kesulitan keuangan. Komite audit menurut Arens et al (2010) adalah sekelompok anggota dewan komisaris perusahaan klien yang bertanggungjawab untuk membantu auditor dalam mempertahankan independensinya dari manajemen. Menurut peraturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Nomor 55/POJK.04/2015 komite audit terdiri dari sekurang-kurangnya satu orang komisaris independen dan sekurang-kurangnya dua orang anggota lainnya berasal dari luar emiten atau perusahaan publik. Penelitian yang dilakukan oleh Elyanto (2013) menyatakan bahwa, rekomendasi dari komite audit yang independen dalam laporan komite audit berkontribusi meningkatkan perfoma perusahaan dalam bidang keuangan perusahaan sehingga dapat meminimalisir kondisi kesulitan keuangan, hal ini didukung oleh penelitian Setiyani (2014) yang menunjukkan hasil yang sama bahwa komite audit independen berpengaruh negatif dalam memprediksi kondisi kesulitan keuangan. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Kristanti dan Syafrudin (2012) serta Pembayun dan Januarti (2012) yang menyimpulkan bahwa komite audit independen tidak berpengaruh negatif dengan kesulitan keuangan.
3 Kondisi perusahaan dapat dilihat dari opini audit. Menurut Sukrisno Agoes (2009), Opini audit merupakan tanggungjawab akutan publik, dimana akuntan publik memberikan pendapatnya terhadap kewajaran laporan keuangan yang disusun oleh menajemen. Semakin baik opini yang diterima perusahaan, menggambarkan kondisi perusahaan dalam kondisi baik. Namun jika perusahaan sudah menerima opini going concern, berarti perusahaan dalam kondisi yang tidak sehat. Menurut Astuti dan Pamudji (2015) adanya opini going concern dapat dijadikan suatu early warning (peringatan dini) kepada para pemakai laporan keuangan bahwa kondisi keuangan perusahaan sedang bermasalah atau mengalami kondisi kesulitan keuangan. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan Ekasari (2010) serta Juliana (2011) yang menunjukkan bahwa opini audit berpengaruh negatif terhadap kemungkinan penerimaan opini audit going concern pada perusahaan yang mengalami kondisi kesulitan keuangan. Menurut Hanafi dan Halim (2007), rasio Likuiditas atau Current ratio merupakan mengukur likuiditas jangka pendek perusahaan dengan melihat aktiva lancar perusahaan relative terhadap hutang lancarnya. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya, maka semakin kecil kemungkinan terjadinya kesulitan keuangan. Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Cinantya dan Merkusiwati (2015), bahwa rasio likuiditas memiliki pengaruh negatif pada kesulitan keuangan. Hasil penelitian ini juga didukung oleh Rahmadani, Sujana dan Darmawan (2014) bahwa Rasio Likuiditas berpengaruh kuat dengan kondisikesulitan keuangan. Sedangkan hasil yang berbeda diperoleh Putri dan Merkusiwati (2014) dan Mas’ud dan Srengga (2011) menunjukkan bahwa likuiditas tidak berpengaruh signifikan pada kesulitan keuangan perusahaan. Menurut Hendra (2009), profitabilitas adalah rasio yang mengukur seberapa besar efektivitas manajemen atau eksekutif perusahaan yang dibuktikan dengan kemampuan menciptakan keuntungan. Menurut teori, semakin tinggi rasio ini maka semakin efisien pula perusahaan dalam menekan biaya-biaya yang ada, sehingga laba perusahaan dapat meningkat.Semakin meningkatnya profitabilitas peruahaan, maka semakin kecil perusahaan mengalami kesulitan keuangan. Penelitian yang dilakukan oleh Mas’ud dan Srengga (2011) menunjukkan bahwa profitabilitas mempunyai pengaruh yang signifikan dalam memprediksi financial. Penelitian yang dilakukan Rahmadani, Sujana dan Darmawan (2014) juga mendukung penelitian tersebut bahwa rasio profitabilitas berpengaruh negatif terhdap prediksi kesulitan keuangan.Sedangkan hasil yang berbeda dari penelitian Hidayat dan Meiranto (2014) dan Kumalaningrum (2015), bahwa profitabilitas tidak berpengaruh pada kondisi kesulitan keuangan perusahaan.
4 Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Hidayat dan Meiranto (2014) yang meneliti tentang prediksi kesulitan keuangan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008 sampai 2012. Prediksi kesulitan keuangan yang digunakan dalam penelitian Hidayat dan Meiranto (2014) adalah menggunakan rasio-rasio keuangan. Perbedaan dalam penelitian ini adalah adanya penambahan variabel independen, yaitu variabel komite audit independen dan opini audit going concern dan juga hanya menggunakan rasio likuiditas dan profitabilitas. Penelitian ini menggunakan seluruh perusahaan manufaktur. Alasan memilih perusahaan manufaktur sebagai objek penelitian karena memiliki jumlah perusahaan paling banyak dibandingkan jenis usaha lain, serta terdiri dari beberapa sektor (Putri dan Merkusiwati, 2014). Berdasarkan latar belakang dan penelitian sebelumnya yang telah diuraikan, maka diambil judul Pengaruh Komite Audit, Opini Audit Going Concern dan Indikator Keuangan dalam Memprediksi Kondisi Kesulitan Keuangan pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012-2015. 2.
Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, rumusan permasalahan dalam penelitian
dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Apakah komite audit independen berpengaruh terhadap kondisi kesulitan keuangan? 2. Apakah opini audit going concern berpengaruh terhadap kondisi terhadap kesulitan keuangan? 3. pakah likuiditas berpengaruh terhadap kondisi kesulitan keuangan? 4. Apakah profitabilitas berpengaruh terhadap kondii kesulitan keuangan? 3.
Tujuan Penelitian Sesuai dengan perumusan masalah, penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut: 1. Untuk menguji secara empiris pengaruh komite audit independen dalam memprediksi kesulitan keuangan. 2. Untuk menguji secara empiris pengaruh opini audit going concern dalam memprediksi kesulitan keuangan. 3. Untuk menguji secara empiris pengaruh likuiditas dalam memprediksi kesulitan keuangan. 4. Untuk menguji secara empiris pengaruh Profitabilitas dalam memprediksi kesulitan keuangan.
5 II. LANDASAN TEORI 1.
Landasan Teori
1.1
Teori Kegunaan-Keputusan (Decision-Usefulness Theory) Decision usefulness aproach memudahkan untuk mengidentifikasi masalah pengguna
laporan keuangan dan informasi yang mereka butuhkan untuk membuat keputusan yang tepat. Pendekatan informasi dalam kegunaan keputusan adalah pendekatan untuk pelaporan keuangan yang mengakui tanggung jawab individu untuk memprediksi kinerja perusahaan di masa depan dan berkonsentrasi pada penyediaan informasi yang bermanfaat untuk mencapai tujuan tersebut (Scott, 2009). Informasi dalam laporan keuangan dapat digunakan untuk memprediksi kinerja perusahaan di masa depan terutama dalam memprediksi kondisi kesulitan keuangan di masa mendatang. Platt dan Platt (2006) menyatakan kegunaan informasi jika suatu perusahaan mengalami kesulitan keuangan adalah: a. Dapat mempercepat tindakan manajemen untuk mencegah masalah sebelum terjadinya kebangkrutan. b. Pihak manajemen dapat mengambil tindakan merger agar peruahaan lebih mampu untuk membayar hutang dan mengelola perusahaan dengan baik. c. Memberikan tanda peringatan awal adanya kebangkrutan pada masa yang akan datang. 1.2
Kesulitan Keuangan Kesulitan keuangan merupakan keadaan yang dimulai saat perusahaan tidak dapat
memenuhi kewajiban atau terindikasi tidak dapat memenuhi kewajibannya. Menurut Platt dan platt (2006) Kesulitan keuangan merupakan kondisi dimana keuangan perusahaan dalam keadaan tidak sehat atau krisis dan terjadi sebelum kebangkrutan atau likuidasi. Penyebab terjadinya kesulitan keuangan juga bermacam-macam. Dwijayanti (2010), mengelompokkan penyebab kesulitan, yang disebut dengan Model Dasar Kebangkrutan atau Trinitas Pelyebab Kesulitan Keuangan. Terdapat 3 alasan utama mengapa perusahaan bisa mengalami kesulitan keuangan dan kemudian bangkrut, yaitu jika alokasi sumber daya di dalam perusahaan tidak tepat, Pencampuran aset benar tetapi struktur keuangan salah dan kebangkrutan mernpunyai campuran aset dan struktur keuangan yang benar tapi dikelola dengan buruk. Akibat yang ditimbulkan oleh kondisi kesulitan keuangan pada perusahaan adalah sebagai memungkinkan hubungan agen dan prinsipal akan memburuk, perusahaan akan kehilangan kredibilitas dihadapan investor baru dan perusahaan mendapatkan sanksi dari Bursa berupa suspensi ataupun delisting.
6 1.3
Komite Audit Independen Menurut peraturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Nomor 55/POJK.04/2015, Komite
Audit adalah komite yang dibentuk oleh dan bertanggung jawab kepada Dewan Komisaris dalam membantu melaksanakan tugas dan fungsi Dewan Komisaris.komite yang dibentuk oleh dan bertanggung jawab kepada Dewan Komisaris dalam membantu melaksanakan tugas dan fungsi Dewan Komisaris. Komite audit terdiri dari sekurang-kurangnya satu orang komisaris independen dan sekurang-kurangnya 2 orang anggota lainnya berasal dari luar emiten atau perusahaan publik. Berdasarkan keputusan tersebut komite audit dituntut untuk dapat bertindak secara independen, independen komnite audit tidak dapat dipisahkan dari moralitas yang melandasi integritasnya. Hal ini perlu disadari kerena komite audit merupakan pihak yang menjembatani antara fungsi pengawasan dewan komisaris dengan internal auditor. Tujuan dan manfaat dibentuknya komite audit adalah untuk melaksanakan pengawasan independen atas proses penyusunan pelaporan keuangan dan pelaksanaan audit eksternal, memberikan pengawasan independen atas proses pengelolaan risiko dan control, serta melaksanakan pengawasan indepnden atas proses pelaksanaan corporate governance. Manfaat komite audit yang independen penting dalam meningkatkan kinerja keuangan perusahaan sehingga peruahaan dapat menghindari permasalahan keuangan (Pembayun dan Januarti, 2012). 1.4
Opini Audit Menurut Agoes (2009) Pada akhir pemeriksaan, dalam suatu pemeriksaan umum
(general audit), KAP memberikan suatu laporan akuntan yang terdiri dari lembaran opini dan laporan keuangan.Laporan opini merupakan tanggungjawab akutan publik, dimana akuntan publik memberikan pendapatnya terhadap kewajaran laporan keuangan yang disusun oleh menajemen dan merupakan tanggungjawab manajemen. Opini audit didasarkan pada proses audit yang telah dilakukan oleh auditor atas laporan keuangan perusahaan dan dapat menjadi gambaran kondisi keuangan perusahaan secara umum. Hasil akhir dari proses auditing adalah pendapat auditor atas laporan keuangan perusahaan. Menurut Standar Profesional Akuntan Publik (PSA 29 SA Seksi 508), ada lima jenis pendapat akuntan yaitu Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian, Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelasan yang ditambahkan dalam laporan audit bentuk baku, Pendapat wajar dengan pengecualian, Pendapat Tidak Wajar dan Penyataan Tidak Memberikan Pendapat. 1.5
Opini Audir Going Concern SA Seksi 508 (IAPI, 2011) menyatakan bahwaopini audit going concern dapat
dikeluarkan oleh audit apabila terdapat keragu-raguan yang besar pada kemampuan entitas
7 usaha untuk dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya.Jadi jika terdapat keragu-raguan yang besar terhadap kemampuan perusahaan untuk dapat mempertahankan keberlangsungan hidupnya, maka auditor dapat memberikan opini audit going concern. Going concern merupakan kelangsungan hidup usaha suatu entitas bisnis. Dengan adanya going concern maka suatu entitas bisnis dianggap akan mampu mempertahankan kegiatan usahanya dalam jangka panjang, tidak akan dilikuidasi dalam jangka pendek (Setyarno dkk, 2006). 1.6
Likuiditas Menurut Hanafi dan Halim (2007) likuiditas adalah, mengukur likuiditas jangka pendek
perusahaan dengan melihat aktiva lancar perusahaan relative terhadap hutang lancarnya. Likuiditas sering digunakan oleh perusahaan maupun investor untuk mengetahui tingkat kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya. Terkadang ada beberapa perusahaan yang tidak sanggup membayar hutang tersebut pada waktu yang telah ditentukan, dengan alasan perusahaan tidak memiliki dana yang cukup untuk menutupi hutang yang telah jatuh tempo tersebut (Cinantya dan Merkusiwati, 2015). Menurut Hanafi dan Halim (2007), Rasio likuiditas yang umum digunakan yaitu rasio lancar yang dihitung dengan membagi Aktiva lancar dengan Utang Lancar kemudian yang kedua rasio cepat yang dihitung dengan mengurangkan Persediaan dari Aktiva Lancar dan kemudian membagi hasilnya dengan Utang Lancar. 1.7
Profitabilitas Menurut Hendra (2009) rasio keuntungan atau rasio profitabilitas adalah rasio yang
mengukur seberapa besar efektivitas manajemen atau eksekutif perusahaan yang dibuktikan dengan kemampuan menciptakan keuntungan.Rasio profitabilitas menunjukkan efektivitas rasio dalam hubungannya antara penjualan dengan laba, laba dengan investasi, serta laba dengan aktivitasnya. Menurut Mas’ud dan Srengga (2011), rasio profitabilitas digunakan untuk mengukur seberapa efektif pengelolaan perusahaan sehingga menghasilkan keuntungan. Rasio profitabilitas yang umum digunakan adalah Profit margin on sales yang dihitung dengan cara membagi laba setelah pajak dengan penjualan. Kedua ada Return on total assets yaitu perbandingan antara laba setelah pajak dengan total aktiva guna mengukur tingkat pengembalian investasi total dan selanjutnya Return on net worth yang membandingan antara laba setelah pajakdengan modal sendiri guna mengukur tingkat keuntungan investasi pemilik modal sendiri.
8 III. PENGEMBANGAN HIPOTESIS 1.
Hubungan Komite Audit terhadap Kesulitan keuangan. Komite audit harus berasal dari pihak eksternal perusahaan yang independen serta
memiliki pengalaman untuk melaksanakan fungsi pengawasan secara efektif (FCGI, 2002). Peran komite audit independen dapat mempengaruhi kualitas laporan keuangan yang merupakan alat atau informasi penting untuk publik yang dapat digunakan investor dalam memgambil keputusan, semakin baik kualitas laporan keuangan maka semakin kecil perusahaan mengalami kondisi kesulitan keuangan. Penelitian yang dilakukan Elyanto (2013) menyatakan bahwa, rekomendasi dari komite audit yang independen dalam laporan komite audit berkontribusi meningkatkan perfoma perusahaan dalam bidang keuangan perusahaan sehingga dapat meminimalisir kondisi kesulitan keuangan. Penelitian ini didukung oleh Penelitian yang dilakukan oleh Setiyani (2014) menunjukkan hasil bahwa komite audit independen yang dimiliki perusahaan berpengaruh negatif terhadap efektivitas kinerja komite audit dalam menghindari kemungkinan kondisi kesulitan keuangan pada perusahaan. Maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah: H1 : Komite audit independen berpengaruh negatif terhadap kondisi kesulitan keuangan. 2.
Pengaruh opini audit going concern terhadap kesulitan keuangan Opini audit dapat memberikan informasi mengenai keadaan perusahaan dan kualitas
manajerial, semakin baik opini yang diterima perusahaan, maka akan semakin meningkatkan rasa kepercayaan investor terhadap perusahaan sehingga dapat menguntungkan perusahaan. Namun jika perusahaan sudah menerima opini audit going concern berarti perusahaan dalam kondisi tidak sehat, dan dengan adanya opini ini dapat dijadikan sebagai sinyal atau peringatan dini kepada para pemakai laporan keuangan bahwa kondisi perusahaan sedang bermasalah atau mengalami kondisi kesulitan keuangan (Astuti dan Pamudji, 2015). Penelitian yang dilakukan Bhimani et al (2009) menunjukkan hubungan positif antara opini going concern dengan kesulitan keuangan.Perusahaan yang menerima opini audit going concernakan semakin besar kemungkinan mengalami financial distress.Penelitian yang dilakukan Astuti (2014) juga berpendapat yang sama bahwa opini audit going concern berpengaruh positif terhadap kondisi kesulitan keuangan. Berdasarkan uraian diatas dapat dirumuskan hipotesis : H2 : Opini audit going concern berpengaruh positif terhadap kesulitan keuangan.
9 3.
Pengaruh likuiditas terhadap kesulitan keuangan Menurut Hendra (2009:195) Likuiditas merupakan kemampuan suatu perusahaan untuk
membayar kewajiban-kewajiban finansial yang segera harus dilunasi (yang bersifat jangka pendek). Perusahaan yang tidak mempunyai permasalahan dalam keuangan akan dengan mudah menjual saham ataupun meminjam dana dari pihak ketiga karena perusahaan tersebut akan mendapat kepercayaan yang lebih dari pihak ketiga, tetapi perusahaan yang mengalami masalah keuangan (kesulitan keuangan) akan sulit untuk mendapatkan dana dari pihak ketiga, sehingga dapat disimpulkan bahwa perusahaan semakin likuid, maka semakin kecil potensi mengalami kesulitan keuangan (Putri dan Merkusiwati. 2014). Penelitian Rahmadani, Sujana dan darmawan (2014) berhasil menunjukkan bahwa semakin likuid suatu perusahan maka perusahaan tersebut semakin terhindar dari ancaman mengalami kesulitan keuangan. Penelitian ini juga didukung oleh Cinantya dan Merkusiwati (2015) yang menunjukkan hasil bahwa rasio likuiditas memiliki pengaruh negatif pada kesulitan keuangan.Berdasarkan penjelasan di atas, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah: H3 : Likuiditas berpengaruh negatif terhadap kondisi kesulitan keuangan. 4.
Pengaruh profitabilitas terhadap kesulitan keuangan Profitabilitas merupakan hasil akhir bersih dari berbagai kebijakan dan keputusan,
dimana rasio ini digunakan sebagai alat pengukur atas kemampuan perusahaan untuk memperoleh keuntungan dari setiap rupiah penjualan yang dihasilkan.Perusahaan yang memiliki profitabilitas tinggi berarti memiliki laba yang besar, ini berarti perusahaan tersebut semakin kecil kemungkinan untuk mengalami kesulitan keuangan (Hidayat dan Meiranto). Penelitian yang dilakukan Mas’ud dan Srengga (2011), menjelaskan bahwa penurunan profitabilitas menyebabkan kondisi perusahaan mengalami kesulitan keuangan. Sebaliknya, semakin tinggi profitabilitas maka semakin kecil kemungkinan perusahaan akan mengalami kesulitan keuangan. Penelitian ini didukung oleh Rahmadani, Sujana dan Darmawan (2014) menjunjukkan bahwa profitabilitas berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kesulitan keuangan.Dari penjelasan di atas, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah: H4 : Profitabilitas berpengaruh negatif terhadap kondisi kesulitan keuangan. III. METODE PENELITIAN 1.
Populasi dan Prosedur Penelitian Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan data keuangan
perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2012-2105. Populasi yang digunakan dalam penelitan ini adalah seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
10 periode 2012 sampai dengan 2015. Data pada tahun 2012, 2013, dan 2014 digunakan untuk memprediksi kondisi kesulitan keuanganpada 1 tahun setelahnya yaitu tahun 2013, 2014, 2015. Data yang akan diolah adalah data tahun 2012-2014, sedangkan data tahun 2013-2015 digunakan sebagai pedoman penentuan apakah perusahaan mengalami kondisi kesulitan keuangan atau tidak. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode pusposive sampling dengan kriteria sebagai berikut: a. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012-2015. b. Perusahaan mempunyai informasi yang lengkap tentang rasio keuangan dan rasio non keuangan sesuai dengan variabeldalam penelitian selama tahun pengamatan (20122015). c. Perusahaan melaporkan keadaan keuangan dalam mata uang rupiah. Peneliti menggunakan teknik dokumentasi dari data-data yang dipublikasikan oleh pihak Bursa Efek Indonesia melalui situs resmi Bursa Efek Indonesia: http://www.idx.co.id. Adapun dokumentasi dalam penelitian ini berupa laporan tahunan dan laporan keuangan perusahaan emiten yang dijadikan sampel, yaitu perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012-2015. 2.
Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
2.1
Variabel Dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini merupakan variabel dummy dengan skor pada variabel ini adalah nilai 1 (satu) pada perusahaan yang mengalami kondisi kesulitan keuangan dan 0 (nol) pada perusahaan yang tidak mengalami kondisi kesulitan keuangan. Pengukuran variabel dependen dalam penelitian ini mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Hidayat dan Meiranto (2014), dimana mendefinisikan perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan menggunakan interest coverage ratio. Suatu perusahaan akan dianggap sedang mengalami kesulitan keuangan jika mempunyai interest coverage ratio yang kurang dari 1. Untuk menghitung interest coverage ratio adalah sebagai berikut : 𝐼𝐶𝑅 = 2.2
𝑙𝑎𝑏𝑎 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑏𝑢𝑛𝑔𝑎 𝑑𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑗𝑎𝑘 𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑏𝑢𝑛𝑔𝑎
Variabel Independen
2.2.1 Komite Audit Independen Komite audit menurut Arens et al (2010) adalah sekelompok anggota dewan komisaris perusahaan klien yang bertanggungjawab untuk membantu auditor dalam mempertahankan independensinya dari manajemen. Komite audit terdiri dari tiga sampai lima bahkan tujuh orang yang bukan bagian dari manajemen perusahaan. Komite audit independen dapat
11 mempengaruhi kualitas laporan keuangan yang merupakan alat informasi penting untuk pengambilan keputusan. Proporsi komite audit independen pada penelitian ini diukur dengan menggunakan indikator jumlah anggota komite audit yang independen terhadap jumlah seluruh anggota komite audit. Rumus untuk mengukur variabel ini adalah: 𝐾𝑜𝑚𝑖𝑠𝑎𝑟𝑖𝑠 𝑑𝑒𝑝𝑒𝑛𝑑𝑒𝑛 𝑥100% 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑛𝑔𝑔𝑜𝑡𝑎 𝑘𝑜𝑚𝑖𝑡𝑒 𝑎𝑢𝑑𝑖𝑡 2.2.2 Opini Audit Going Concern SA Seksi 508 (IAPI, 2011) menyatakan bahwa opini audit going concern dapat dikeluarkan oleh audit apabila terdapat keragu-raguan yang besar pada kemampuan entitas usaha untuk dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya. Jadi jika terdapat keragu-raguan yang besar terhadap kemampuan perusahaan untuk dapat mempertahankan keberlangsungan hidupnya, maka auditor dapat memberikan opini audit going concern. Opini audit Going Concern diukur dengan menggunakan variabel dummy. Kode 1 diberikan jika terdapat opini audit going concern, sedangkan kode 0 diberikan jika terdapat opini audit non going concern. 2.2.3 Rasio Likuiditas Menurut Hanafi dan Halim (2007), rasio likuiditas adalah mengukur likuiditas jangka pendek perusahaan dengan melihat aktiva lancar perusahaan relative terhadap hutang lancarnya. Sedangkan menurut Lukman (2004:44), tidak ada ketentuan mutlak tentang berapa tingkat current ratio yang dianggap baik atau yang harus dipertahankan oleh suatu perusahaan karena biasanya tergantung dari jenis usaha yang dijalankan perusahaan, akan tetapi tingkat current ratio sebesar 2 sudah dianggap baik. Menurut Hanafi dan Halim (2007), rasio ini dihitung dengan rumus sebagai berikut: 𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝑙𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟 =
𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝑙𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟 𝐻𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 𝑙𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟
2.2.4 Rasio Profitabilitas Menurut Hendra (2009:199), profitabilitas adalah rasio yang mengukur seberapa besar efektivitas manajemen atau eksekutif perusahaan yang dibuktikan dengan kemampuan menciptakan keuntungan. Rasio profitabilitas menunjukkan efektivitas rasio dalam hubungannya antara penjualan dengan laba, laba dengan investasi, serta laba dengan aktivitasnya. Menurut Hanafi dan Halim (2007), indikator yang dapat digunakan sebagai pengukuran profitabilitas perusahaan adalah ROA (Return On Asset) yang merupakan pengembalian atas aset yang digunakan untuk menghasilkan pendapatan bersih perusahaan. ROA dapat dihitung dengan rumus berikut:
12
𝑅𝑂𝐴 = 3.
𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ 𝑥 100% 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎
Metode Analisis Data Analisis deskriptif dalam penelitian ini digunakan untuk menggambarkan variabel penelitian.
Statistik deskriptif yang digunakan yaitu nilai rata-rata, simpangan baku, minimum dan maksimum. Kemudian analisis tabulasi silang yang dilakukan untuk mengetahui seberapa besar persentase
financial distress yang terjadi di suatu perusahaan dibandingkan dengan keseluruhan sampel yang digunakan. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi logistik (logistic regression) sebelum dilakukan uji regresi logistik terlebih dahulu dilakukan tahapan
pengujian secara statistik yang meliputi uji multikolinieritas, uji kelayakan model, uji keseluruhan model, uji koefisien determinasi dan uji klasifikasi 2x2 (Ghozali. Model persamaan regresi logitik sebagai berikut: 𝐿𝑛
𝐹𝐷 = 𝑏0 + 𝑏1 𝑋1(𝑡−1) + 𝑏2 𝑋2(𝑡−1) + 𝑏3 𝑋3(𝑡−1) + 𝑏4 𝑋4(𝑡−1) + 𝑒. .. 1 − 𝐹𝐷(𝑡)
Dimana: 𝐹𝐷
𝐿𝑛 1−𝐹𝐷
= Financial Distress (t)
𝑏0
= Konstanta
𝑋1
= Persentase komite audit independen dengan total anggota komite audit (t-1)
𝑋2
= opiniauditGoing Concern (t-1)
𝑋3
= Likuiditas (Rasio Lancar) (t-1)
𝑋4
= Profitabilitas(Return on Asset) (t-1)
𝑒
= Rasidual
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.
Deskripsi Sampel penelitian Pada tahun 2012-2015 jumlah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI sebanyak
130, kemudian perusahaan yang tidak menyampaikan data secara lengkap berjumla 29 dan yang melaporkan keadaan keuangan selain mata uang rupiah sebanyak 18 maka jumlah perusahaan yang
bisa digunakan untuk menjadi sampel berjumlah 83 perusahaan per tahun. Oleh karena penelitian ini dilakukan dalam periode waktu 3 tahun, maka jumlah perusahaan manufaktur yang digunakan sebagai sampel dalam penelitian ini dikalikan 3, sehingga hasilnya berjumlah 249 perusahaan, dimana perusahaan tersebut berturut-turut terdaftar di BEI pada periode tahun 2012-2015. Dalam penelitian ini data pada tahun 2012, 2013, dan 2014 digunakan untuk memprediksi kondisi kesulitan keuangan pada tahun 2013, 2014, 2015. Data yang akan
13 diolah adalah data tahun 2012-2014, sedangkan data tahun 2013-2015 digunakan sebagai pedoman penentuan apakah perusahaan mengalami kondisi kesulitan keuangan atau tidak. Dalam penelitian ini, dari 249 sampel yang terpilih terdapat 183 perusahaan atau 73,5% dalam kondisi sehat atau tidak mengalami kesulitan keuangan, edangkan 66 perusahaan lainnya atau 26,5% mengalami kondisi kesulitan keuangan. 2.
Analisis Data
2.1
Statistik Deskriptik Nilai rata-rata, nilai maksimum, nilai minimum dan standar deviasi dari variabel komite
audit independen, opini audit going concern, likuiditas dan profitabilitas serta standar deviasi masing-masing variabel disajikan pada tabel 1 (lampiran 1). 2.2
Analisis Tabulasi Silang Analisis ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar persentase kesulitan keuangan
yang terjadi di suatu perusahaan dibandingkan dengan keseluruhan sampel yang digunakan.Selain itu juga menyajikan seberapa besar presentase perusahaan tidak mengalami kesulitan keuangan dibandingkan dengan keseluruhan sampel yang digunakan. Hasil analisis dari tabulasi silang tersebut akan disajikan pada tabel 2 (lampiran 1). 2.3 Tahapan Uji Hipotesis secara Statistik Pengujian hipotesis secara statistik yang digunakan untuk pada penelitian ini dilakukan dan diperoleh kesimpulan bahwa semua uji telah terpenuhi berdasarkan hasil yang dapat dilihat pada lampiran 2. Hasil tersebut dijelaskan sebagai berikut: 2.3.1 Uji Mulitikolinieritas Model regresi dalam penelitian ini menunjukkan model yang baik karena antar variabel independen tidak ada korelasi yang cukup tinggi (diatas 0,90). maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat indikasi multikolonieritas antar variabel independen yang serius. 2.3.2 Uji Kelayakan Model Nilai statistik Hosmer and Lemeshow Test adalah 21,878 dengan probabilitas signifikan 0,054. Nilai tersebut adalah lebih tinggi dari tingkat signifikansi 0,05. Oleh karena itu hipotesis nol (𝐻0 ) tidak dapat ditolak dan berarti bahwa model mampu memprediksi nilai observasinya atau dapat dikatakan bahwa model dapat diterima karena cocok dengan data observasinya. 2.3.3 Uji Keseluruan Model Penurunan nilai -2 Log Likelihood, dari 287,985 pada awal (block number = 0) yang hanya memasukan konstanta menjadi, 122,170 pada blok akhir (block number =
14 1) setelah mengikut sertakan lima variabel. Penurunan sebesar 165,815 menunjukkan model regresi yang lebih baik, sehingga dapat disimpulkan model yang dihipotesiskan telah memiliki kesesuaian dengan data. 2.3.4 Uji Koefisien Determinasi Nilai cox dan Snell’s 𝑅 2 adalah sebesar 0,486 dan nilai Nagelkerke 𝑅 2 adalah sebesar 0,709. Hal tersebut berarti bahwa variabilitas variabel dependen atau terikat yang dapat dijelaskan oleh variabel independen atau bebas adalah sebesar 70,9%. Sedangkan sisanya, yaitu sebesar 29,1% dijelaskan oleh fakor lain selain variabel independen. 2.3.5 Uji Klasifikasi 2x2 Dengan tingginya presentase ketepatan tabel klasifikasi 2x2 ini, maka dapat dikatakan bahwa tidak adanya perbedaan yang signifikan terhadap data hasil prediksi dengan data observasinya, dimana dapat dikatakan bahwa model mempunyai ketepatan prediksi yang baik. 2.3.6 Hasil Analisis Regresi Logistik Pengujian hipotesis pada penelitian ini menggunakan model uji regresi logistik. Uji tersebut digunakan untuk menguji pengaruh komite audit independen, opini going concern, rasio likuiditas dan rasio profitabilitas dalam memprediksi peluang terjadinya kesulitan keuangan di suatu perusahaan. Dari hasil perhitungan sebagaimana yang ditunjukkan pada lampiran menunjukkan hasil pengujian regresi logistik pada tingkat signifikansi sebesar 5%. Selanjutnya model regresi logistik dapat dinyatakan sebagai berikut: 𝐿𝑛
𝐹𝐷 = 0,606 − 1.011KAI(𝑡−1) + 2,455OAGC(t−1) −0,285LIKUID(𝑡−1) − 66.587PROFIT(𝑡−1) 1 − 𝐹𝐷(𝑡)
3.
Pengujian Hipotesis dan Pembaasan
3.1
Komite Audit Independen Berpengaruh Negatif terhadap Kesulitan Keungan (𝐻1) Komite Audit Independen (KAI), terdapat nilai wald adalah sebesar 0,63 dengan tingkat
signifikan 0,801. Dengan tingkat signifikansi yang lebih besar dari 5%, dapat dikatakan bahwa komite audit independen tidak terbukti signifikan dalam memprediksi kesulitan keuangan di suatu perusahaan pada 1 tahun kedapan. Fungsi komite audit independen dalam penelitian ini belum memberikan efek pemicu kesulitan keuangan yang signifikan. Selain itu, dalam tabel juga ditunjukkan bahwa komite audit independen mempunyai nilai koefisien b yang bernilai negatif, dimana itu berarti bahwa semakin banyak komite audit independen yang dimiliki perusahaan, maka akan semakin kecil peluang perusahaan tersebut terindikasi
15 kesulitan keuangan. Meskipun begitu, dalam hal ini model regresi logistik tidak dapat diterima, dikarenakan komite audit independen memiliki nilai signifikan di atas 0,05. Oleh karena itu, hipotesis 1 ditolak. 3.2
Opini Audit Going Concern Berpengaruh Positif terhadap Kesulitan Keuangan (𝐻2 ) Hasil uji regresi logistik pada opini audit going concern (OAGC) menunjukkan nilai
wald sebesar 3,977 dengan tingkat signifikan 0,046, dimana tingkat signifikansi lebih kecil dari 0,05, hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan yang menerima opini going concern, maka akan semakin besar kemungkinan perusahaan mengalami kesulitan keuangan, sehingga hipotesis 2 diterima. Alasan yang cukup mendasar atas diperolehnnya hasil yang signifikan adalah bahwa nampaknya opini going concern yang diterima perusahaan dapat dijadikan sinyal atau peringatan dini bagi perusahaan bahwa mereka dapat mengalani kondisi kesulitan keuangan pada 1 tahun ke depan. Selain itu dalam tabel terlihat juga bahwa opini going concern
mempunyai nilai koefisien b yang memiliki arah positif, yang artinya apablia
perusahaan mendapatkan opini going concern maka kondisi kesulitan keuangan pada perusahaan juga akan semankin meningkat, dan begitupun sebaliknya. Hal tersebut dapat dikatakan bahwa model regresi logistik untuk hipotesis 2 diterima. 3.3
Likuiditas Berpengaruh Negatif teradap Kesulitan Keuangan (𝐻3 ) Rasio Likuiditas (LIKUID), mempunyai nilai wald adalah sebesar 0,963 dengan tingkat
signifikansi 0,326. Tingkat signifikansi yang berada di atas 0,05 atau 5% menunjukkan bahwa rasio likuiditas dalam memprediksi kesulitan keuangan pada 1 tahun ke depan disuatu perusahaan tidak terbukti signifikan. Fungsi rasio likuiditas dalam penelitian ini belum memberikan efek pemicu kesulitan keuangan yang signifikan. Selain itu, terdapat juga nilai koefisien b yang bernilai negatif, yang artinya semakin tingi rasio likuiditas yang dimiliki perusahaan, maka akan memperkecil peluang perusahaan untuk terindikasi kesulitan keuangan. Meskipun begitu, dalam hal ini model regresi logistik tidak dapat diterima, dikarenakan komite audit independen memiliki nilai di atas 0,05. Oleh karena itu, hipotesis 3 ditolak. 3.4
Profitabilitas Berpengaruh Negatif terhadap Kesulitan Keuangan (𝐻4 ) Hasil penelitian mendapatkan bahwa nilai dari rasio profitabilitas (PROFIT) yang
diperoleh pada satu periode akuntansi dapat berpengaruh terhadap kondisi kesulitan keuangan pada 1 tahun ke depan. Hasil penelitian ini menunjukkan nilai wald sebesar 34,669 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000. Dengan tingkat signifikansi yang lebih kecil dari 0,05, dapat dikatakan bahwa rasio profitabilitas tidak terbukti signifikan dalam mempengaruhi kesulitan keuangan disuatu perusahaan. Alasan yang cukup mendasar atas diperolehnya hasil
16 yang signifikan adalah bahwa nampaknya kondisi keuangan yang agak memprihatinkan dari suatu perusahaan, akan menjadikan sinyal atau early warning (peringatan dini) bagi perusahaan bahwa mereka dapat mengalami kesulitan keuangan pada 1 tahun ke depan. Selain itu, dalam tabel juga ditunjukkan bahwa rasio profitabilitas mempunyai nilai koefisien b yang bernilai negatif, dimana itu berarti bahwa semakin tinggi rasio profitabilitas yang dimiliki perusahaan, maka akan semakin kecil peluang perusahaan tersebut terindikasi mengalami kesulitan keuangan, dan begitupun sebaliknya. Hal tersebut dapat dikatakan bahwa model regresi logistik untuk hipotesis 4 diterima.
V. KESIMPULAN, IMPLIKASI, KETERBATASAN PENELITIAN 1.
Kesimpulan Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan, untuk hasil pengujian masing-masing
hipotesis maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Komite audit independen tidak berpengaruh signifikan dalam memprediksi kondisi kesulitan keuangan. Hal ini menunjukkan bahwa tinggi atau rendahnya jumlah komite audit independen tidak berpengaruh dalam memprediksi kondisi kesulitan keuangan suatu perusahaan. 2. Opini audit going concern berpengaruh positif signifikan dalam memprediksi kondisi kesulitan keuangan. Hal ini menunjukkan bahwa penerimaan opini audit going concern memiliki kemampuan dalam memprediksi kondisi kesulitan keuangan suatu perusahaan. 3. Rasio likuiditas tidak berpengaruh signifikan dalam memprediksi kondisi kesulitan keuanagan. Hal ini menunjukkan bahwa tinggi atau rendahnya nilai rasio likuiditas tidak memiliki pengaruh dalam memprediksi kondisi kesulitan keuangan suatu perusahaan. 4. Rasio profitabilitas berpengaruh negatif signifikan dalam memprediksi kondisi kesulitan keuangan. Hal ini menunjukkan bahwa nilai rasio profitabilitas memiliki kemampuan dalam memprediksi kondisi kesulitan keuangan suatu perusahaan. 2.
Implikasi Perusahaan manufaktur yang mendapatkan opini audit going concern besar
kemungkinan untuk mengalami kondisi kesulitan keuangan pada 1 tahun ke depan. Dalam menghindari penerimaan opini audit going concern, maka perusahaan harus lebih selektif dalam mengelola keuangan perusahaan. Menjaga stabilitas kinerja perusahaan dengan baik, sehingga kondisi keuangan juga akan membaik dan tidak ada keraguan bagi auditor pada perusahaan atas kelangsungan hidup perusahaan dalam jangka panjang. Perusahaan manufaktur yang mendapatkan pengembalian atas aset rendah maka besar kemungkinan mengalami kondisi kesulitan keuangan pada 1 tahun ke depan. Dalam
17 menghindari penurunan atas profitabilitas, maka perusahaan harus dapat selektif dalam mengelola aset perusahaan sehingga perolehan pendapatan atas aset tersebut menjadi lebih efektif. 3.
Keterbatsan Penelitian Penelitian ini hanya menggunakan populasi pada perusahaan manufaktur, sehingga
sampel perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan menjadi kecil. Diharapkan dalam penelitian selanjutnya juga menggunakan perusahaan lain. Tujuannya adalah untuk mengungkap faktor-faktor kesulitan keuangan menjadi lebih baik. Bagi peneliti selanjutnya dapat memperpanjang jumlah prediksi, karena dalam penelitian ini hanya menggunakan 1 tahun ke depan saja. Hasil tersebut kurang memberikan gambaran kondisi keuangan peruahaan dalam jangka waktu tertentu sehingga hasil yang diperoleh kurang valid.
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, S. 2009. Auditing (Pemeriksaan Akuntan) Oleh Kantor Publik.Jilid II.Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Arens, A. A, Randal J. E, dan Mark. S. B. 2010. Auditing and Assurance Service: An Integrated Approach. 13 Edition, Pearson, Pretice Hall Inc. Astuti, P, dan Pamudji, S. 2014. “Analisis Pengaruh Opini Going Concern, Likuiditas, Solvabilitas, Arus Kas, Umur Perusahaan dan Ukuran Perusahaan terhadap Kemungkinan Kesulitan keuangan(Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Skripsi.Universitas diponegoro. Semarang. Cinanyta, I.G.A, dan Merkusiwati, N.K.A. 2015. “Pengaruh Corporate Governance, Financial Indicator dan ukuran Perusahaan terhadap Kesulitan keuangan”.E-Jurnal Akuntansi. Universitas Undayana. Vol: 10.3, hal: 897-915. Ekasari, D. 2010. “Opini Audit Going Concern: Kajian Berdasarkan Model Prediksi Kebangkrutan, Debt Default, dan Opini Audit tahun Sebelumnya (Studi Kasus pada Sektor Jasa yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”.Jurnal. Universitas Gunadarma. Depok. Elyanto, A. A. 2013. “Analisis Pengaruh Karakteristik Komite Audit terhadap Kesulitan keuangan.Fakultas Ekonomika dan Bisnis. Universitas Diponegoro Semarang. FCGI. 2002. Corporate Governance: Tata kelola Perusahaan. Jilid 1.Edisi 3. Jakarta. Hanafi, M dan Abdul, H. 2007. Analisis Laporan Keuangan. Edisi Ketiga. Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen. Yogyakarta: Unit Penerbit dan Percetakan. Hendra, S. R. P. (2009). Manajemen Keuangan dan Akutansi Untuk Eksekutif Perusahaan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Hidayat, M.A, dan Meiranto, W. 2014. “Prediksi Kesulitan keuanganPerusahaan Manufktur di Indonesia.Diponegoro Journal of Accounting.Vol. 3.3, hal:1-11.
18 Ikatan Akuntan Indonesia. (2011). SA Seksi 341: Pertimbangan Auditor atas Entitas dalam Mempertahankan Kelangsungan Hidupnya. Jakarta: IAI. Ikatan Akuntan Indonesia. (2011). SA Seksi 508: Laporan Auditor atas Laporan Keuangan Auditan. Ikatan Akuntan Indonesia. Jakarta: IAI. Imam, G. 2009.Analisis Multivariate Lanjutan dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Kristanti, M.E, dan Syafruddin, S. “Pengaruh Karakteristik Komite Audit pada Kondisi Kesulitan keuanganPerusahaan (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.Diponegoro Journal of Accounting. Vol. 1.1, hal: 1-12. Kumalaningrum, B. 2015.“Analisis Pengaruh Rasio Keuangan dalam Prediksi Kesulitan keuanganpada Perusahaan Manufaktur” Skripsi. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Mas’ud, I, dan Srengga, R.M. 2011.“Analisis Rasio Keuangan untuk Memprediksi Kondisi Kesulitan keuanganPerusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”.Jurnal. Universitas Jember. No. 1.1, hal:1-16. Otoritas Jasa Keuangan. 2015. Salinan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 55/POJK.04/ 2015 tentang Pembentukn dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit. Jakartka: 29 Desember 2015. Pembayun, A. G, dan Januarti, I. 2012. “Pengaruh Karakteristik Komite Audit terhadap Kesulitan keuangan.Diponegoro Journal of Accounting. Vol.1.2, hal: 1-15. Platt, H dan M. B. Platt. 2006. “Predicting Kesulitan keuangan.” Journal of Financial Service Professionals.No. 56. Hal:12-15. Putri, N.W.K, dan Merkusiwati, N. L. 2014. “Pengaruh Mekanisme Corporate Governance, Likuiditas, Leverage dan Ukuran Perusahaan pada Kesulitan keuangan”. E-Jurnal Akuntansi. Universitas Undayana. Vol.7.1, hal: 93-106. Rahmadani, N., Sujana, E, dan Darmawan, N.A. 2014. “Analisis Pengaruh Rasio Likuiditas, Rasio Profitabilitas, Rasio Rentabilitas Ekonomi dan Rasio Leverage terhadap Prediksi Kesulitan keuangan(Studi Kasus pada Sektor perbankan di Bursa Efek Indonesia”. E-Journal Akuntansi. Universitas Ganesha. Bali. Vol. 2.1, hal:1-12. Sari, N. 2013.“Dalam lima tahun, BEI tendang 20 perusahaan di lantai brursa”.Merdek.com. Diakses pada 06 Januari 2017. Scott. W. R. 2009. Financial Accounting Theory”.Edisi 5. Pretice Hall Canada Inc.Dwijayanti, S. P. 2010. “Penyebab, Dampak dan Prediksi dari Financial Distress serta Solusi untuk mengatasi Kesulitan keuangan”.Jurnal Akuntansi kontemporer. Universitas Katolik Widya Mandala. Vol. 2.1, hal: 191-205. Setiyani, D. 2014. “Determinasi Karakteristik Komite Audit dalam Memprediksi kondisi Kesulitan keuanganStudi Empiris Perusahaan Sektor Jasa yang Terdaftar di BEI” Jurnal Akuntansi Indonesia.Universitas Sultan Agung Semarang.Vol. 3.1.hal:29-46. Vitarianjani, N. 2015.“Prediksi Kesulitan keuangandan Faktor yang mempengaruhi (Studi Empiris pada Perusahaan Batubara yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia)”. Artikel Ilmiah Mahasiswa. Fakultas Ekonomi. Universitas Jember.
19 Lampiran 1 Tabel 1 Hasil Statistik Deskriptif Maksimu Mean Jumlah Sampel m
Variabel Tdk Keskeu Komite Audit Keskeu Total Tdk Opini Going Keskeu Concern Keskeu Total Tdk Keskeu Likuiditas Keskeu Total Tdk Profitabilita Keskeu s Keskeu Total
KESKEU Total
Std.Dev
183 66 249
0,3512 0,3189 0,3426
1,00 0,5 1,00
0,00 0,00 0,00
0,0862 0,0767 0,4422
183 66 249
0,0218 0,1818 0,0642
1,00 1,00 1,00
0,00 0,00 0,00
0,1466 0,3886 0,0848
183 66 249
1,9751 1,3107 1,7928
7,44 4,98 7,44
0,00 0,04 0,04
1,117 0,7997 0,2457
183 66 249
0,0869 -0,0353 0,0545
0,66 0,19 0,66
0,00 -0,21 -0,21
0,0989 0,0607 0,0603
Tabel 2 Hasil Analisis Tabulasi Silang Tahun 2012 2013 Jumlah 70 56 Persentase 84,33 67,47 Jumlah 13 27 Persentase 15,67 32,53 Jumlah 83 83 Persentase 100,0% 100,0%
Tidak KESKEU
Minimu m
2014 57 68,68 26 31,32 83 100,0%
Total 183 73,50 66 26,50 249 100,0%
Lampiran 2
Variabel KAI OAGC LIKUID PROFIT
KAI 1.000 .232 -.117 -.073
Tabel 3 Hasil Uji Multikolinearitas OAGC LIKUID PROFIT .232 -.117 -.073 1.000 .009 -.204 .009 1.000 .005 -.204 .005 1.000
Kesimpulan Bebas Multikolinieritas Bebas Multikolinieritas Bebas Multikolinieritas Bebas Multikolinieritas
20 Tabel 4 Uji Kelayakan Model Chi-square 21.878
Df 8
Sig. .054
Tabel 5 Hasil Uji Kelayakan Keseluruhan Model -2 LogLikelihood (-2LL) pada awal (block number= 0)
287.985
-2 Log Likelihood (-2LL) pada akhir (block number= 1)
122.170
Penuruan nilai -2 Log Likehood awal ke akhir
165.815
Tabel 6 Uji Koefisien Determinasi Cox & Snell R Square .486
-2 Log likelihood 122.170a
Nagelkerke R Square .709
Tabel 7 Hasil Tabel Klasifikasi 2x2 Prediksi Tidak Keskeu Keskeu 178 5 14 52
Keterangan Tidak Keskeu Keskeu Jumlah Persentase
Persentase 97.3% 78.8% 92.4%
Tabel 8 Hasil Uji Signifikansi dari Koefisien Regresi Keterangan KAI OAGC LIKUID PROFIT
B
S.E.
Wald
Df
Sig.
Exp(B)
-1.011 2.455 -.285 -66.587
4.017 1.231 .290 11.309
.063 3.977 .963 34.669
1 1 1 1
.801 .046 .326 .000
.364 11.650 .752 .000