Vol. 11 No. 2, Juni 2016
ISSN. 1907-9737
JURNAL RISET AKUNTANSI GOING CONCERN ANALISIS PERHITUNGAN DAN PELAPORAN PPH FINAL PASAL 4 AYAT 2 ATAS BUNGA DEPOSITO DAN TABUNGAN NASABAH PADA PT. BPR MAPALUS TUMETENDEN CABANG TOMOHON Veronica Junisa Lolong, David Paul Elia Saerang, Hence Wokas HUBUNGAN INFORMASI AKUNTANSI DAN FUNGSI MANAJEMEN (mini riset pada unit kerja BRI Kota Manado) Princilvanno Andreas Naukoko ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI AGRIKULTUR PADA PETANI KELAPA PADA DESA DI DAERAH LIKUPANG SELATAN : DAMPAK RENCANA PENERAPAN ED PSAK NO.69 TENTANG AGRIKULTUR Claudia W.M. Korompis SISTEM PENETAPAN DAN PEMUNGUTAN PAJAK SARANG BURUNG WALET DI KABUPATEN MINAHASA UTARA Meybi Marliane Pongoh, Ventje Ilat PENGARUH KEJELASAN SASARAN ANGGARAN DAN PARTISIPASI ANGGARAN TERHADAP KINERJA APARAT PEMERINTAH DAERAH KOTA MANADO Nikita Angelita Maria Nangoy, Jullie J. Sondakh, Harijanto Sabijono ANALISIS PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN ENTITAS TANPA AKUNTABILITAS PUBLIK (SAK ETAP) DALAM PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN PADA KOPERASI PEGAWAI REPUBLIK INDONESIA (KPRI) GELORA PENDIDIKAN KOTA TOMOHON Renaldy Fernando Rolos, Jullie J Sondakh, Robert Lambey ANALISIS PENCATATAN DAN PELAPORAN KEUANGAN PADA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH (SKPD) BERDASARKAN PERMENDAGRI NOMOR 64 TAHUN 2013 DI PEMERINTAH KOTA MANADO Desriani N. Tarigan, Lidia M. Mawikere ANALISIS PENCATATAN DAN PELAPORAN BELANJA LANGSUNG PADA BADAN PELAKASANA PENYULUHAN DAN KETAHANAN PANGAN KOTA MANADO Cheny Walangitan, Jenny Morasa, Meily Kalalo ANALISA PENCATATAN PEMOTONGAN IURAN DANA PENSIUN PT. POS INDONESIA CABANG MANADO Cynthia Imelda Mose, Inggriani Elim ANALISIS PERBANDINGAN POTENSI PENERIMAAN DAN EFEKTIFITAS PAJAK PENERANGAN JALAN KABUPATEN MINAHASA SELATAN DAN KABUPATEN MINAHASA TENGGARA Driyana Ibrahim, Jullie J Sondakh, Anneke Wangkar ANALISIS EFISIENSI PENGENDALIAN BIAYA KUALITAS PADA AKSAN BAKERY MANADO Fitriayani Adam, Hendrik Manossoh, Sherly Pinatik PERANAN JOB ORDER COSTING METHOD DALAM MENENTUKAN HARGA POKOK PRODUKSI (STUDI KASUS PADA CV. TRINITY MANADO) Jessica Graziella Whitney Runtu, Agus Poputra, Victorina Tirayoh ANALISIS PENYETORAN, PELAPORAN, DAN PENCATATAN PPH FINAL PASAL 4 AYAT (2) ATAS BUNGA DEPOSITO DAN TABUNGAN NASABAH PADA BPR PRISMA DANA CABANG AMURANG Marchella Tiara Muhea, Jantje J. Tinangon, Inggriani Elim HUBUNGAN SUMBER PENDAPATAN TERHADAP BELANJA MODAL PADA ANGGARAN PEMERINTAH KOTA TOMOHON Mestika F.L Ang, Grace B. Nangoi, Hendrik Manossoh ANALISIS KINERJA REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH SERTA POTENSI PENDAPATAN ASLI DAERAH PADA KABUPATEN MINAHASA UTARA Nathania Ch. E. Sasuwuk, Jullie J. Sondakh, Jessy D. L. Warongan ANALISIS KINERJA KEUANGAN DALAM PENGELOLAAN APBD PADA DINAS PENGELOLA KEUANGAN, PENDAPATAN DAN ASET (DPKPA) KABUPATEN MINAHASA SELATAN Novita Mandagi, Jante J. Tinangon, Jessy D.L Warongan EFEKTIFITAS PENERAPAN PENGENDALIAN INTERN (INTERNAL CONTROL) TERHADAP PENGUKURAN KINERJA DINAS PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN MINAHASA TENGGARA PROVINSI SULAWESI UTARA Pancisto Patik, Jantje Tinangon, Victorina Z. Tirayoh EVALUASI PENERAPAN PENGUNGKAPAN INFORMASI ASET KEUANGAN MENURUT PSAK 60 PADA PT. BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) TBK Zwingly Juliano Stefanus Pangkey, Lintje Kalangi, Robert Lambey EFEKTIVITAS SISTEM PENGENDALIAN INTERN PADA KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DI DINAS PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN MINAHASA UTARA Renli Ferrari Daud Sondakh, David Paul Elia Saerang, Lidia M. Mawikere
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SAM RATULANGI MANADO
Vol.11,No.2,Juni 2016
ISSN.1907-9737
GOING CONCERN JURNAL RISET AKUNTANSI GOING CONCERN Pelindung
Rektor Universitas Sam Ratulangi
Penanggung Jawab
Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UNSRAT Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UNSRAT
Pemimpin Redaksi
Prof. DR. David. P.E. Saerang,SE,M.Com(Hons)
Redaksi Pelaksana
Harijanto Sabijono,SE,MSi,Ak Lidia Mawikere,SE,MSi,Ak Hendrik Manossoh,SE,MSi,Ak Imelda Najoan,SE,MSi,Ak
Dewan Redaksi
DR. Grace Nangoy,SE,MSAc,Ak,CPA Sifrid S. Pangemanan,SE,MSA DR. Jullie J. Sondakh,SE,MSi,Ak,CPA DR.Ventje Ilat,SE,MSi DR. Herman Karamoy,SE,MSi,Ak DR. Jenny Morasa,SE,MSi,Ak DR. Agus T. Poputra,SE,MM,MA,Ak Victorina Tirayoh,SE,MM,Ak Linda Lambey,SE,MBA,MA,Ak Margaretha Bolang,SE,MA,Ak Peter Kapojos,SE,MSi,Ak
Administrasi & Sirkulasi
DR. Jantje Tinangon,SE,MM,Ak DR. Lintje Kalangi,SE,ME,Ak Winston Pontoh,SE,MM,Ak Christian Datu,SE,MSA,Ak
Alamat Redaksi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sam Ratulangi Manado Jl. Kampus Bahu – Manado, Sulawesi Utara Telp. (0431) 847472, Fax. (0431) 853584
Jurnal Riset Akuntansi Going Concern diterbitkan oleh Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sam Ratulangi Manado, dimaksudkan sebagai media pertukaran informasi, penelitian dan karya ilmiah antara pengajar, alumni, mahasiswa dan masyarakat pada umumnya. Jurnal ini terbit empat kali setahun yaitu bulan Maret, Juni, September, Desember. Redaksi menerima naskah yang belum pernah diterbitkan oleh media dan tinjauan atas buku-buku akuntansi terbitan dalam dan luar negeri yang baru serta catatan/komentar atas artikel yang dimuat dalam jurnal ini. Surat menyurat mengenai naskah yang akan diterbitkan langganan, keagenan, dan lainnya dapat dialamatkan langsung ke alamat redaksi atau melalui email :
[email protected]
Jurnal Riset Akuntansi Going Concern FEB UNSRAT
i
Vol.11,No.2,Juni 2016
ISSN.1907-9737
GOING CONCERN JURNAL RISET AKUNTANSI GOING CONCERN DAFTAR ISI ANALISIS PERHITUNGAN DAN PELAPORAN PPH FINAL PASAL 4 AYAT 2 ATAS BUNGA DEPOSITO DAN TABUNGAN NASABAH PADA PT. BPR MAPALUS TUMETENDEN CABANG TOMOHON Veronica Junisa Lolong, David Paul Elia Saerang, Hence Wokas ................................................... 1-11 HUBUNGAN INFORMASI AKUNTANSI DAN FUNGSI MANAJEMEN (mini riset pada unit kerja BRI Kota Manado) Princilvanno Andreas Naukoko ...................................................................................................... 12-22 ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI AGRIKULTUR PADA PETANI KELAPA PADA DESA DI DAERAH LIKUPANG SELATAN : DAMPAK RENCANA PENERAPAN ED PSAK NO.69 TENTANG AGRIKULTUR Claudia W.M. Korompis ................................................................................................................. 23-33 SISTEM PENETAPAN DAN PEMUNGUTAN PAJAK SARANG BURUNG WALET DI KABUPATEN MINAHASA UTARA Meybi Marliane Pongoh, Ventje Ilat ............................................................................................... 34-41 PENGARUH KEJELASAN SASARAN ANGGARAN DAN PARTISIPASI ANGGARAN TERHADAP KINERJA APARAT PEMERINTAH DAERAH KOTA MANADO Nikita Angelita Maria Nangoy, Jullie J. Sondakh, Harijanto Sabijono........................................... 42-52 ANALISIS PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN ENTITAS TANPA AKUNTABILITAS PUBLIK (SAK ETAP) DALAM PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN PADA KOPERASI PEGAWAI REPUBLIK INDONESIA (KPRI) GELORA PENDIDIKAN KOTA TOMOHON Renaldy Fernando Rolos, Jullie J Sondakh, Robert Lambey .......................................................... 53-63 ANALISIS PENCATATAN DAN PELAPORAN KEUANGAN PADA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH (SKPD) BERDASARKAN PERMENDAGRI NOMOR 64 TAHUN 2013 DI PEMERINTAH KOTA MANADO Desriani N. Tarigan, Lidia M. Mawikere ........................................................................................ 64-70 ANALISIS PENCATATAN DAN PELAPORAN BELANJA LANGSUNG PADA BADAN PELAKASANA PENYULUHAN DAN KETAHANAN PANGAN KOTA MANADO Cheny Walangitan, Jenny Morasa, Meily Kalalo............................................................................ 71-79 ANALISA PENCATATAN PEMOTONGAN IURAN DANA PENSIUN PT. POS INDONESIA CABANG MANADO Cynthia Imelda Mose, Inggriani Elim ............................................................................................. 80-89 ANALISIS PERBANDINGAN POTENSI PENERIMAAN DAN EFEKTIFITAS PAJAK PENERANGAN JALAN KABUPATEN MINAHASA SELATAN DAN KABUPATEN MINAHASA TENGGARA Driyana Ibrahim, Jullie J Sondakh, Anneke Wangkar................................................................... 90-100
Jurnal Riset Akuntansi Going Concern FEB UNSRAT
ii
ANALISIS EFISIENSI PENGENDALIAN BIAYA KUALITAS PADA AKSAN BAKERY MANADO Fitriayani Adam, Hendrik Manossoh, Sherly Pinatik ................................................................. 101-109 PERANAN JOB ORDER COSTING METHOD DALAM MENENTUKAN HARGA POKOK PRODUKSI (STUDI KASUS PADA CV. TRINITY MANADO) Jessica Graziella Whitney Runtu, Agus Poputra, Victorina Tirayoh .......................................... 110-119 ANALISIS PENYETORAN, PELAPORAN, DAN PENCATATAN PPH FINAL PASAL 4 AYAT (2) ATAS BUNGA DEPOSITO DAN TABUNGAN NASABAH PADA BPR PRISMA DANA CABANG AMURANG Marchella Tiara Muhea, Jantje J. Tinangon, Inggriani Elim....................................................... 120-129 HUBUNGAN SUMBER PENDAPATAN TERHADAP BELANJA MODAL PADA ANGGARAN PEMERINTAH KOTA TOMOHON Mestika F.L Ang, Grace B. Nangoi, Hendrik Manossoh ............................................................ 130-138 ANALISIS KINERJA REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH SERTA POTENSI PENDAPATAN ASLI DAERAH PADA KABUPATEN MINAHASA UTARA Nathania Ch. E. Sasuwuk, Jullie J. Sondakh, Jessy D. L. Warongan ......................................... 139-151 ANALISIS KINERJA KEUANGAN DALAM PENGELOLAAN APBD PADA DINAS PENGELOLA KEUANGAN, PENDAPATAN DAN ASET (DPKPA) KABUPATEN MINAHASA SELATAN Novita Mandagi, Jante J. Tinangon, Jessy D.L Warongan ......................................................... 152-162 EFEKTIFITAS PENERAPAN PENGENDALIAN INTERN (INTERNAL CONTROL) TERHADAP PENGUKURAN KINERJA DINAS PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN MINAHASA TENGGARA PROVINSI SULAWESI UTARA Pancisto Patik, Jantje Tinangon, Victorina Z. Tirayoh ............................................................... 163-173 EVALUASI PENERAPAN PENGUNGKAPAN INFORMASI ASET KEUANGAN MENURUT PSAK 60 PADA PT. BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) TBK Zwingly Juliano Stefanus Pangkey, Lintje Kalangi, Robert Lambey ......................................... 174-183 EFEKTIVITAS SISTEM PENGENDALIAN INTERN PADA KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DI DINAS PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN MINAHASA UTARA Renli Ferrari Daud Sondakh, David Paul Elia Saerang, Lidia M. Mawikere.............................. 184-195
Jurnal Riset Akuntansi Going Concern FEB UNSRAT
iii
ANALISIS PERHITUNGAN DAN PELAPORAN PPH FINAL PASAL 4 AYAT 2 ATAS BUNGA DEPOSITO DAN TABUNGAN NASABAH PADA PT. BPR MAPALUS TUMETENDEN CABANG TOMOHON Veronica Junisa Lolong David Paul Elia Saerang Hence Wokas Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Jurusan Akuntansi Universitas Sam Ratulangi Manado email:
[email protected] ABSTRACT Income tax is one of the largest government revenues. Income Tax Law Article 4 Paragraph 2 gives a mandate to the government to impose income tax on certain earnings final. This study aims to determine how the interest calculation and interest reports and final income tax deduction on interest of savings and customer deposits at PT. BPR Mapalus Tumetenden Branch Tomohon. Descriptive analysis was employed in this study. Data were obtained by field studies. The results shows that the calculation and reports of Final Income Tax Article 4 Paragraph 2 on deposit and savings PT. BPR Mapalus Tumetenden Branch Tomohon have compiled with the laws of regulations. Leaders of PT. BPR Mapalus Tumetenden Branch Tomohon should improve the service quality to each customer, so that the customers can increase the amount of savings in bank. Keywords: calculation, reporting, deposit interest, customer savings
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan di Indonesia sangatlah penting untuk mensejahterakan masyarakat. Pembangunan tidak akan tercapai apabila tidak ada kerja sama antara pemerintah dan masyarakat. Membayar pajak merupakan salah satu kewajiban warga Negara didalam turut serta memelihara kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara. Adriani (2011:3) menjelaskan bahwa pajak adalah iuran masyarakat kepada Negara yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturanperaturan umum (undang-undang) dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung tugas Negara untuk menyelenggarakan pemerintahan. Penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) merupakan salah satu penerimaan terbesar dari penerimaan Negara. Penerimaan PPh ini diharpkan dapat terus meningkat seiring dengan pertumbuhan dunia usaha nasional. Untuk itu pemerintah mulai melaksanakan suatu terobosan yaitu dengan menerapkan sistem PPh yang bersifat final. Undang-Undang Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat 2 memberikan mandat kepada pemerintah untuk mengenakan PPh final atas penghasilan-penghasilan tertentu. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah salah satu pendukung perkembangan informal. Peran BPR dalam pemberian kredit bagi usaha mikro kecil dan menengah ini dapat membantu menciptakan lapangan pekerjaan, pemerataan pendapatan, dan pemerataan kesempatan berusaha di Indonesia. PT. BPR Mapalus Tumetenden Cabang Tomohon adalah salah satu PT. BPR yang ada di Sulawesi Utara yang termasuk dalam kategori perusahaan sehat dari segi manajemen menurut penilaian Bank Indonesia dan merupakan lembaga keuangan bank yang merupakan perusahaan swasta yang bergerak di bidang pelayanan simpanan dalam bentuk tabungan dan deposito. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui bagaimanakah perhitungan, pemotongan, penyetoran, dan pelaporan bunga deposito dan tabungan nasabah serta apakah perhitungan dan pelaporan PPh final pasal 4 ayat 2 atas bunga deposito dan tabungan nasabah pada PT. BPR Mapalus Tumetenden Cabang Tomohon telah sesuai dengan undang-undang perpajakan yang ada.
TINJAUAN PUSTAKA Konsep Akuntansi Menurut Herduard (2015), akuntansi merupakan suatu proses, artinya dari data mentah menjadi informasi yang siap dipakai, didalamnya terdapat berbagai kegiatan yaitu pengumpulan, pengidentifikasian, pencatatan, serta pengikhtisaran dari data keuangan, data keuangan yang telah diikhtisarkan merupakan informasi keuangan yang disampaikan kepada para pemakai yang kemudian akan ditafsirkan untuk kepentingan pengambilan keputusan ekonomi. Hery (2013:4) menjelaskan bahwa akuntansi adalah pengukuran, penjabaran, atau pemberian kepastian mengenai informasi yang akan membantu manajer, investor, otoritas pajak dan pembuat keputusan lain untuk membuat alokasi sumber daya keputusan didalam perusahaan, organisasi dan lembaga pemerintah. Definisi Akuntansi menurut American Accounting Association adalah proses pengidentifikasian, pengukuran, dan pelaporan informasi ekonomi guna memungkinkan diadakannya penilaian dan pengambilan keputusan oleh pemakai informasi tersebut.
2
Akuntansi Perpajakan Akuntansi Pajak adalah akuntansi yang diterapkan dengan tujuan untuk menetapkan besarnya pajak terutang. Menurut Supriyanto (2011:20) akuntansi perpajakan adalah suatu proses pencatatan, penggolongan dan pengikhtisaran suatu transaksi keuangan kaitannya dengan kewajiban perpajakan dan diakhiri dengan pembuatan laporan keuangan fiskal sesuai dengan ketentuan dan peraturan perpajakan yang terkait sebagai dasar pembuatan Surat Pemberitahuan Tahunan. Sukrisno Agoes (2010:7) menyatakan bahwa akuntansi perpajakan merupakan bagian dari akuntansi komersial, akuntansi pajak tidak memiliki standar seperti akuntansi komersial yang diatur dalam Standar Akuntansi Keuangan (SAK). Fungsi Akuntansi Perpajakan adalah berfungsi mengolah data kuantitatif yang akan digunakan untuk menyajikan laporan keuangan yang memuat oerhitungan perpajakan, yang kemudian akan digunakan sebagai pertimbangan pengambilan keputusan. Oleh sebab itu maka akuntansi harus memenuhi tujuan kualitatif. Tujuan kualitatif dalam Akuntansi Perpajakan adalah relevan, dapat dimengertim daya uji, netral, tepat waktu, daya banding, lengkap. Konsep Perpajakan Menurut Mardiasmo (2011:1) pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan Undang-Undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontra prestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Harnanto (2013:1) menyatakan pajak adalah pembayaran atau pembebanan yang tidak secara langsung berhubungan dengan barang/jasa yang berada dalam wilayah atau dalam jangkauan pemerintah. Fungsi Pajak Fungsi utama pajak adalah mengisi kas Negara sebanyak mungkin. Menurut Mardiasmo (2011:1) Fungsi pajak terbagi dua, yaitu: 1. Fungsi Budgetair yaitu pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran. 2. Fungsi Mengatur (Regulerend) yaitu pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang social dan ekonomi. Syarat Pemungutan Pajak Menurut Mardiasmo (2011:2) syarat pemungutan pajak: 1. Pemungutan pajak harus adil (Syarat Keadilan) 2. Pemungutan pajak harus berdasarkan Undang-Undang (Syarat Yuridis) 3. Tidak mengganggu perekonomian (Syarat Ekonomis) 4. Pemungutan pajak harus efisien (Syarat Finansial) 5. Sistem pemungutan pajak harus sederhana Sistem Pemungutan Pajak Menurut Mardiasmo (2011:7) sistem pemungutan pajak: 1. Official assessment system Adalah suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak. 2. Self assessment system Adalah suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada wajib pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak terutang. 3. Withholding system
3
Adalah suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan wajib pajak yang bersangkutan) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak. Pajak Penghasilan Undang-Undang Pajak Penghasilan (PPh) mengatur pengenaan Pajak Penghasilan terhadap subjekpajak berkenaan dengan penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak. Subjek pajak tersebut dikenai pajak apabila menerima atau memperoleh penghasilan. Subjek pajak yang menerima atau memperoleh penghasilan dalam Undang-Undang PPh disebut Wajib Pajak. Wajib pajak dikenai pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya selama satu tahun pajak atau dapat pula dikenai pajak untuk penghasilan dalam bagian tahun pajak, apabila kewajiban pajak subjektifnya dimulai atau berakhir dalam tahun pajak. (Mardiasmo, 2011:135). Pajak Penghasilan Final Pasal 4 ayat 2 Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat 2 adalah pajak atas penghasilan sebagai berikut: 1. Penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan lainnya, bunga obligasi dan surat utang Negara, dan bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggota koperasi orang pribadi; 2. Penghasilan berupa hadiah undian; 3. Penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya, transaksi derivatif yang diperdagangkan di bursa, dan transaksi penjualan saham atau pengalihan penyertaan modal pada perusahaan pasangannya yang diterima oleh perusahaan modal ventura; 4. Penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah dan/atau bangunan, usaha jasa konstruksi, usaha real estate, dan persewaan tanah dan/atau bangunan; 5. Penghasilan tertentu lainnya, yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah. Pengenaan Pajak Penghasilan atas bunga deposito dan tabungan serta Diskonto Sertifikat Bank Indonesia (SBI) adalah sebagai berikut: 1. Dikenakan pajak final sebesar 20% (dua puluh persen) dari jumlah bruto, terhadap Wajib Pajak dalam negeri dan Bentuk Usaha Tetap. 2. Dikenakan pajak final sebesar 20% (dua puluh persen) dari jumlah bruto atau dengan tariff berdasarkan Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda yang berlaku, terhadap Wajib Pajak luar negeri. Pemotongan pajak penghasilan pasal 4 ayat 2 tidak dilakukan terhadap: 1. Bunga dari deposito dan tabungan serta diskonto sertifikat Bank Indonesia sepanjang jumlah deposito dan tabungan serta sertifikat Bank Indonesia tersebut tidak melebihi Rp. 7.500.000,- dan bukan merupakan jumlah yang dipecah-pecah. 2. Bunga dan diskonto yang diterima atau diperoleh bank yang didirikan di Indonesia atau cabang bank luar negeri di Indonesia. Dasar Hukum PPh Final Pasal 4 ayat 2: 1. PP 131 Tahun 2000 (berlaku sejak 1 Januari 2001) tentang PPh atas bunga deposito dan tabungan serta diskonto SBI. 2. KMK-51/KMK.04/2001 (berlaku sejak 1 Januari 2001) tentang pemotongan PPh atas bunga deposito dan tabungan serta diskonto SBI. 3. SE-29/PJ.43/2001 (berlaku sejak 1 Januari 2001) tentang pengawasan pemotongan, penyetoran, dan pelaporan Pajak Penghasilan Final atas Bunga Deposito dan Tabungan serta Diskonto Bank Indonesia (SBI).
4
Objek PPh Final Pasal 4 ayat 2 Penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan serta diskonto Sertifikat Bank Indonesia (SBI) termasuk bunga yang diterima atau diperoleh dari deposito dan tabungan yang ditempatkan dari luar negeri melalui bank yang didirikan atau berkedudukan di Indonesia atau cabang bank luar negeri di Indonesia. Jatuh Tempo PPh Final Pasal 4 ayat 2: PPh Pasal 4 ayat 2 yang dipotong oleh pemotong Pajak Penghasilan harus disetor paling lama tanggal 10 bulan berikutnya setelah masa pajak berakhir kecuali ditetapkan oleh Menteri Keuangan. PPh Pasal 4 ayat 2 yang harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak harus disetor paling lama 15 bulan berikutnya setelah masa pajak. Pemotong PPh Final Pasal 4 ayat 2: 1. Bank Pembayar Bunga; 2. Koperasi; 3. Penyelenggara kegiatan; 4. Otoritas bursa; 5. Bendaharawan. Penerima Penghasilan Yang Dipotong PPh Final Pasal 4 ayat 2 1. Penerima bunga deposito dan tabungan lainnya, bunga obligasi dan surat utang Negara, dan bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggota koperasi orang pribadi; 2. Penerima hadiah undian; 3. Penjual saham dan sekuritas lainny; 4. Pemilik properti berupa tanah dan/atau bangunan. Penelitian Terdahulu Mokoagow (2015) dalam penelitian yang berjudul analisis perhitungan PPh Final Pasal 4 ayat 2 atas bunga deposito dan tabungan nasabah pada PT. Bank Sulut Cabang Kotamobagu, Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimanakah perhitungan bunga serta pemotongan PPh Final Pasal 4 ayat 2 atas bunga deposito dan tabungan nasabah pada PT. Bank Sulut Cabang Kotamobagu. Penelitian ini dilakukan dengan metode deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan perhitungan PPh Final pasal 4 ayat 2 atas bunga deposito dan tabungan nasabah PT. Bank Sulut Cabang Kotamobagu telah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang ada. Persamaan dalam penelitian ini juga membahas tentang PPh Final Pasal 4 ayat 2 atas bunga deposito dan tabungan nasabah. Perbedaan dalam penelitian ini adalah objek penelitian yang berbeda. Hakim F (2015) dalam penelitian yang berjudul analisis penerapan PP No. 46 Tahun 2013 tentang Pajak Penghasilan UMKM terhadap tingkat pertumbuhan Wajib Pajak dan penerimaan PPh Pasal 4 ayat 2 pada KPP Pratama Manado, Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui besarnya pertumbuhan wajib pajak selama tujuh belas bulan sebelum dan setelah penerapan PP No. 46 Tahun 2013 dan juga untuk menjelaskan penerimaan terhadap PPh Pasak 4 ayat 2 di wilayah kerja KPP Pratama Manado. Penelitian ini dilakukan dengan metode deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah penerapan PP No. 46 Tahun 2013 mengalami penurunan pertumbuhan wajib pajak sebesar 0,23% sedangkan rata-rata penerimaan PPh Pasal 4 ayat 2 dari PPh UMKM selama 17 bulan sejak pelaksanaan PP No. 46 Tahun 2013 adalah sebesar 3,89% dengan kriteria sangat kurang. Persamaan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode yang sama yaitu metode deskriptif. Perbedaan dalam penelitian ini adalah pembahasannya dimana penelitian ini membahas tentang penerimaan PPh Pasal 4 ayat 2.
5
METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Jenis penelitian dalam penelitian ini adalah Penelitian Deskriptif dimana peneliti secara langsung mendatangi objek penelitian yaitu PT. BPR Mapalus Tumetenden Cabang Tomohon untuk memperoleh data-data dan informasi yang. Menurut Basirun (2009:5), penelitian deskriptif adalah salah satu jenis penelitian yang tujuannya untuk menyajikan gambaran cara sistematis dan akurat mengenai fakta, sifat dari hubungan antar fenomena yang diteliti pada suatu perusahaan. Tempat dan Waktu Penelitian Dalam penelitian tempat atau lokasi penelitian sangat penting untuk mengetahui letak yang sebenarnya. Lokasi yang diteliti untuk mendapatkan hasil yang dimanfaatkan, dalam hal ini adalah PT. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Mapalus Tumetenden Cabang Tomohon, Jl. Raya Tomohon Kel. Walian Lingkungan 3 No. 56, Tomohon, Sulawesi Utara. Penelitian dilakukan pada bulan Februari April 2016. Prosedur Penelitian 1. Permohonan mengadakan penelitian pada PT. Bank Perkreditan Rakyat Mapalus (BPR) Tumetenden Cabang Tomohon. 2. Melakukan wawancara dengan pihak perusahaan dan meminta data yang diperlukan. 3. Mengevaluasi dan menganalisis data yang telah dikumpulkan. Dan membandingkan sesuai atau tidak dengan perhitungan dan pelaporan Undang-Undang Perpajakan. Metode Pengumpulan Data Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data kualitatif. Menurut Soeratno (2008:64), data kualitatif ialah serangkaian observasi kemungkinannya tidak dapat dinyatakan dalam angka-angka. Teknik Pengumpulan Data 1. Wawancara (Interview) yaitu teknik pengumpulan data dengan cara melakukan Tanya jawab secara langsung dengan pihak yang berwewenang untuk mendapatkan data-data sebagai bahan penelitian. 2. Dokumentasi yaitu teknik pengumpulan data dengan melihat atau menganalisis dokumendokumen yang dibuat oleh subjek sendiri atau oleh orang lain tentang subjek. 3. Studi Kepustakaan yaitu teknik pengumpulan data dengan cara mempelajari dan mendalami serta mengintip teori-teori atau konsep dari sebuah literatur baik buku ataupun lainnya yang berkaitan dengan permasalahan yang akan penulis angkat dan teliti. Metode Analisis Metode analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif adalah metode analisis dengan terlebih dahulu mengumpulkan data yang ada kemudian diklarifikasi, dianalisis, selanjutnya diiterprestasikan sehingga dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai keadaan yang diteliti. Teknik analisis dalam penelitian ini yaitu: 1. Mengumpulkan data dan informasi tentang Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 4 ayat 2. 2. Mempelajari dan mengkaji data dan informasi tentang Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat 2. 3. Menguraikan perhitungan, pemotongan, penyetoran, dan pelaporan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 4 ayat 2.
6
4. Menganalisis perhitungan, pemotongan, penyetoran, dan pelaporan sesuai dengan ketentuan perpajakan. 5. Menarik kesimpulan atas uraian dan penjelasan yang telah dilakukan.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Peraturan Pemerintah Nomor 131 Tahun 2000, tentang Pajak Penghasilan atas bunga deposito dan tabungan serta diskonto Sertifikat Bank Indonesia yaitu tarif pajak penghasilannya adalah sebesar 20% yang pengenaan pajaknya bersifat final. Tabel.1 Suku Bunga Tabungan BPR Mapalus Tumetenden Cabang Tomohon Rp. 500.000 Rp. 10.000.000 6% Rp. 10.000.000 Rp. 100.000.000 6% Rp. 100.000.000 Rp. 500.000.000 6% > Rp. 500.000.000 6% Sumber: PT. BPR Mapalus Tumetenden Cabang Tomohon Tabel. 2 Suku Bunga Deposito PT. BPR Mapalus Tumetenden Cabang Tomohon 1 Bulan : 10% 3 Bulan : 10% 6 Bulan : 10% 12 Bulan : 10% Sumber: PT. BPR Mapalus Tumetenden Cabang Tomohon Perhitungan Bunga dan Pajak PPh Final Pasal 4 ayat 2 atas Deposito pada PT. BPR Mapalus Tumetenden Cabang Tomohon Sampel yang didapatkan dari perusahaan tersebut, perhitungannya dijabarkan sebagai berikut: 1. Ibu A menyimpan dana yang dimilikinya sebesar Rp. 6.500.000,- di BPR Mapalus Tumetenden Cabang Tomohon dalam bentuk Deposito dengan jangka waktu 3 bulan (dimana suku bunga yang ditawarkan 10%) per tanggal 15 Februari 2016. Bunga yang di dapatkan dapat dihitung : Bunga Deposito = Jumlah Deposito x Suku Bunga = Rp. 6.500.000 x 10% = Rp. 650.000,PP 131 Tahun 2000, dimana bunga deposito dan tabungan serta diskonto SBI yang nominalnya tidak melebihi Rp. 7.500.000,- dan bukan merupakan jumlah yang dipecah-pecah, TIDAK dikenakan PPh Final Pasal 4 ayat 2. Bunga yang akan diterima oleh ibu A tiap bulannya: Bunga Per bulan = Rp. 650.000 : 12 bulan = Rp. 54.166,67,2.
Pada tanggal 12 Januari 2016 Ibu B menyimpan dananya dalam bentuk Deposito pada BPR Mapalus Tumetenden Cabang Tomohon sebesar Rp. 50.000.000,- dengan jangka waktu pencairan 6 bulan. Bunga yang di dapatkan dapat dihitung: Bunga Deposito = Jumlah Deposito x Suku Bunga = Rp. 50.000.000 x 10% = Rp. 5.000.000,PP 131 Tahun 2000 yaitu atas penghasilan berupa bunga yang berasal dari deposito dan tabungan serta diskonto SBI yang diterima oleh Wajib Pajak dalam negeri dan BUT dikenakan pajak
7
penghasilan yang bersifat final. Besarnya PPh yang dipotong adalah 20% dari jumlah bruto. Dengan perhitungannya: PPh Pasal 4 (2) = Pendapatan Bunga Bruto x 20% = Rp. 5.000.000 x 20% = Rp. 1.000.000,Jadi, pemdapatan Bunga Netto Deposito Ibu B adalah: Pendapatan Bunga Netto = Pendapatan Bunga Bruto – PPh Pasal 4 ayat 2 = Rp. 5.000.000 – Rp. 1.000.000 = Rp. 4.000.000,Untuk pendapatan bunga netto tiap bulannya yang masuk ke rekening Ibu B adalah: Bunga netto perbulan = Bunga netto : Jangka Waktu Pencairan = Rp. 4.000.000 : 6 = Rp. 666.667,- per bulan Perhitungan Bunga dan Pemotongan Pajak PPh Final Pasal 4 ayat 2 atas tabungan nasabah pada PT. BPR Mapalus Tumetenden Cabang Tomohon Secara umum, ada 3 metode perhitungan bunga tabungan yaitu perhitungan bunga tabungan berdasarkan saldo terendah, saldo rata-rata, dan saldo harian. Beberapa bank menerapkan jumlah hari dalam 1 tahun 365 hari, namun ada pula yang menerapkan jumlah hari bunga 365 hari. Tabel. 3 Transaksi pada rekening Ibu Ane Bulan Maret 2016 Tanggal Debet Kredit 06-03-2016 12-03-2016 18-03-2016 27-03-2016
Rp. 400.000,Rp. 1.200.000,Rp. 550.000,Rp. 200.000,-
Saldo Rp.400.000,Rp. 1.600.000,Rp. 1.050.000,Rp. 1.250.000,-
a. Menggunakan Metode Saldo Terendah: Saldo terendah yakni Rp. 400.000,- dan suku bunga tabungan yang didapat 6%, maka: Bunga Tabungan = Rp. 400.000 x 6% x 20 : 365 = Rp. 1.315,b. Menggunakan Metode Saldo Rata-rata: Saldo rata-rata Ibu Ane dapat dihitung: SRH = {(Rp. 400.000 x 6hari) + (Rp. 1.600.000 x 6hari) + (Rp. 1.050.000 x 9hari) + (Rp.1.250.000 x 4hari)} : 20 = Rp. 1.322.500,Bunga Tabungan = Rp. 1.322.500 x 6% x 20 : 365 = Rp. 4.348,c. Menggunakan Metode Saldo Harian: Bunga Tabungan = {(Rp. 400.000 x 6% x 1:365) x 6hari} + {(Rp. 1.600.000 x 6% x 1:365) x 6hari} + {(Rp. 1.050.000 x 6% x 1:365) x 9hari} + {(Rp. 1.250.000 x 6% x 1:365) x 4hari} = Rp. 5.137,PP No. 131 Tahun 2000, dimana bunga deposito dan tabungan serta diskonto SBI yang nominalnya tidak melebihi Rp. 7.500.000,- dan bukan merupakan jumlah yang dipecahpecah, TIDAK dikenakan PPh Final Pasal 4 ayat 2.
8
Tabel. 4 Transaksi rekening Ibu Diane Bulan April 2016 Tanggal 01-04-2016 08-04-2016 10-04-2016 13-04-2016 18-04-2016
Debet
Kredit
Saldo
Rp. 53.000.000,-
Rp.50.000.000,Rp.15.000.000.Rp.68.000.000,Rp.58.000.000,Rp.80.000.000,-
Rp. 35.000.000,Rp. 10.000.000,Rp. 22.000.000,-
a. Menggunakan Metode Saldo Terendah: Saldo terendah yakni Rp. 15.000.000,- dan suku bunga tabungan yang didapat 6%, maka: Bunga Tabungan = Rp. 15.000.000 x 6% x 20 : 365 = Rp. 49.315,Saldo Ibu Diane diatas Rp. 7.500.000, maka Ibu Diane dikenakan pajak PPh Final Pasal 4 ayat 2 dengan tariff pajak 20%, sehingga: Pajak = Rp. 49.135 x 20% = Rp. 9.863,Total Bunga Tabungan bersih yang akan diterima oleh Ibu Diane adalah: Bunga Bersih = Rp. 49.315 – Rp. 9.863 = Rp. 39.452,b. Menggunakan Metode Saldo Rata-rata: SRH = {(Rp.50.000.000 x 7hari) + (Rp.15.000.000 x 2hari) + (Rp.68.000.000 x 3hari) + (Rp.58.000.000 x 5hari) + (Rp.80.000.000 x 3hari)} : 20hari = Rp. 55.700.000,Nilai rata-rata tabungan harian Rp. 50.000.000,- bunga tabungan yang dikenakan 6% sehingga perhitungan bunga tabungannya adalah: Bunga = Rp. 55.700.000 x 6% x 20% : 365 = Rp. 183.123,PP No. 131 Tahun 2000, dimana saldo yang dimiliki oleh Ibu Diane melebihi Rp. 7.500.000,maka Ibu Diane dikenakan PPh Pasal 4 ayat 2 dengan tarif 20%, sehingga perhitungannya: Bunga Kena Pajak
= Rp. 183.123 x 20% = Rp. 36.624,-
Bunga Bersih
= Rp. 183.123 – Rp. 36.624 = Rp. 146.498,-
c. Menggunakan Metode Saldo Harian: Bunga Tabungan = {(Rp.50.000.000 x 6% x 1:365) x 7hari} + {(Rp.15.000.000 x 6% x 1:365) x 3hari} + {(Rp.68.000.000 x 6% x 1:365) x 3hari} + {(Rp.58.000.000 x 6% x 1:365) x 5hari} + {(Rp.80.000.000 x 6% x 1:365) x 3hari} = Rp. 188.562,PP No. 131 Tahun 2000 , dimana saldo tabungan yang dimiliki oleh Ibu Diane adalah senilai Rp.80.000.000,- melebihi Rp. 7.500.000,- maka dikenakan PPh Final Pasal 4 ayat 2 dengan tarif pajak 20%. Perhitungan pajaknya adalah: PPh Pasal 4 ayat 2
= Rp. 188.562 x 20% = Rp. 37.712,2
9
Bunga Bersih
= Rp. 188.562 – Rp. 37.712,2 = Rp. 150.849,6
Pemotongan PPh Final tersebut dilakukan oleh pihak PT. BPR Mapalus Tumetenden Cabang Tomohon dengan melakukan pemotongan secara otomatis oleh sistem komputerisasi pada rekening tabungan nasabah tersebut setiap bulannya. Penyetoran dan Pelaporan PPh Final Pasal 4 ayat 2 atas Bunga Deposito dan Tabungan Nasabah pada PT. BPR Mapalus Tumetenden Cabang Tomohon Sejak awal tahun 2015 penyetoran PPh Final Pasal 4 ayat 2 atas bunga deposito dan tabungan nasabah pada PT. BPR Mapalus Tumetenden Cabang Tomohon telah menggunakan sistem pembayaran pajak secara elektronik (Billing system) sehingga penyetoran menjadi lebih mudah, lebih cepat dan lebih akurat. Penyetoran PPh Final Pasal 4 ayat 2 dilakukan paling lambat tanggal 10 bulan takwin setelah bulan saat terutangnya pajak. Dalam pelaporannya, SPT Masa ini dilampiri dengan daftar bukti pemotongan dan cetak bukti penerimaan Negara sebagai ganti SSP. Pelaporan tersebut dilakukan PT. BPR Mapalus Tumetenden Cabang Tomohon setiap sebelum tanggal 20 bulan takwin. Pembahasan Hasil penelitian yang dilakukan pada PT. BPR Mapalus Tumetenden Cabang Tomohon mengenai perhitungan dan pelaporan PPh Final Pasal 4 ayat 2 didapatkan hasil melalui perhitungan sampel transaksi rekening beberapa nasabah yaitu metode perhitungan bunga tabungan yang digunakan oleh BPR Mapalus Tumetenden adalah metode perhitungan bunga berdasarkan saldo harian. Bunga tabungan akan dihitung otomatis oleh sistem dan disalurkan langsung kepada rekening tiap nasabah setiap bulannya, sesuai dengan perhitungan yang ada. Tarif pajak yang dikenakan berdasarkan dengan UU No. 36 Tahun 2008 dan PP No. 131 Tahun 2000 ialah 20% dari jumlah bruto. Tarif ini dikenakan ketika jumlah tabungan atau deposito nasabah melebihi Rp. 7.500.000,- dan bukan merupakan nilai yang terpecah-pecah. Pelaporan PPh Final Pasal 4 ayat 2 atas bunga deposito dan tabungan nasabah pada PT. BPR Mapalus Tumetenden cabang Tomohon dilaporkan tiap bulannya melebihi rekening Giro paling lambat tanggal 10 pada bulan berikutnya.
PENUTUP Kesimpulan 1. Perhitungan bunga tabungan pada PT. BPR Mapalus Tumetenden Cabang Tomohon menggunakan metode perhitungan saldo harian yang dihitung oleh sistem secara otomatis pada rekening nasabah. 2. Perhitungan, penyetoran, dan pelaporan PPh Final Pasal 4 ayat 2 atas bunga deposito dan tabungan nasabah pada PT. BPR Mapalus Tumetenden Cabang Tomohon, dilakukan langsung oleh PT. BPR Mapalus Tumetenden secara online, dan terkait hal perhitungan dan pelaporannya telah sesuai dengan Peraturan Pemerintah yang ada yaitu PP No. 131 Tahun 2000 tentang Pajak Penghasilan dan UU No. 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat 2. Saran 1. Lebih baik lagi dari segi layanan guna memuaskan nasabah baik pinjaman ataupun simpanan. 2. Lebih teliti lagi dalam perhitungan, pemotongan, serta pelaporan PPh Final Pasal 4 ayat 2 atas bunga deposito dan tabungan nasabah. 3. Lebih di perhatikan dan diteliti lagi dalam memberikan nilai sku bunga baik deposito maupun tabungan dan sesuaikan dengan BI Rate yang ada. 4. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat lebih diperluas lagi, tidak hanya pada perhitungan dan pelaporan PPh Final Pasal 4 ayat 2 untuk bunga deposito dan tabungan.
10
DAFTAR PUSTAKA Adriani. 2011. Penagihan Pajak: Pajak Pusat dan Pajak Daerah. Bogor: Ghalia Indonesia. Basirun. 2009. Jenis-jenis Penelitian. Gombong, Jawa Tengah. Hakim, Fadli. 2015. Analisis Penerapan PP No. 4 Tahun 2013 tentang Pajak Penghasilan UMKM Terhadap Tingkat Pertumbuhan Wajib Pajak dan Penerimaan PPh Pasal 4 ayat 2 pada KPP Pratama Manado. FEB Unsrat, Manado. Jurnal Emba. Harnanto. 2013. Perencanaan Pajak. Cetakan Pertama. BPFE, Yogyakarta. Herduard R. Homenta. 2015. Perhitungan, Pemotongan, Pencatatan dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 pada CV. Multi Karya Utama. Universitas Sam Ratulangi, Manado. Jurnal Emba. Hery. 2013. Teori Akuntansi Suatu Pengantar. Lembaga Penerbit FE. Universitas Indonesia, Jakarta. Mardiasmo. 2011. Perpajakan. Edisi Revisi, Andi, Yogyakarta. Mokoagow, Wita Wardani. 2015. Analisis Perhitungan PPh Final Pasal 4 ayat 2 atas Bunga Deposito dan Tabungan Nasabah pada PT. Bank Sulut Cabang Kotamobagu. FEB Unsrat, Manado. Jurnal EMBA. Soeratno, Lincoln. 2008. Metodologi Penelitian Untuk Ekonomi dan Bisnis. Edisi Revisi. UPP STIM YKPN, Yogyakarta. Sukrisno, Agoes. 2010. Akuntansi Perpajakan. Edisi 2 Revisi, Salemba Empat, Jakarta. Supriyanto, Eddy. 2011. Akuntansi Perpajakan. Edisi Pertama. Graha Ilmu, Yogyakarta.
11
HUBUNGAN INFORMASI AKUNTANSI DAN FUNGSI MANAJEMEN (mini riset pada unit kerja BRI kota Manado) Princilvanno Andreas Naukoko Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Jurusan Akuntansi Universitas Sam Ratulangi Email:
[email protected] ABSTRACT This research aims to find out the relationship of accounting information with management functions in the work unit BRI at Manado city. Management functions which are analyzed in this research are planning, organizing, actuating, and controling. This research use correlation analysis to measure the relationship between accounting information with management functions. Research shows that there is a strong and significant relationship between accounting information and management function in the work unit BRI at Manado city. Between four management functions are analyzed, the functions of planning and control functions have the strongest links with the accounting information on the Manado city BRI working unit. Keywords : Accounting information, manajemen functions. I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bank Rakyat Indonesia (BRI) telah menjadi salah satu bank yang diminati di Indonesia dan di Manado khususnya. Besarnya asset yang dimiliki oleh BRI telah mencapai 10 besar di Indonesia, tepatnya di peringkat ke-2 dengan total asset sebesar Rp. 864,939 Triliun pada triwulan pertama 2016. BRI di daerah Manado sendiri terus mengalami peningkatan, baik fungsional maupun finansial. Kondisi ini dapat dilihat dari meningkatnya pelayanan kepada masyarakat yang mana terjadi peningkatan jumlah unit kerja yang beroperasi di Manado. Selain itu, produk layanan berupa Kredit Usaha Rakyat yang diminati juga menjadi daya tarik tersendiri bagi BRI dalam mendapatkan nasabah. Menanggapi hal tersebut, guna mempertahankan kualitas pelayanan kepada nasabah, kebutuhan akan informasi yang akurat baik finansial maupun non finansial menjadi suatu hal yang tidak bisa terhindari. Informasi finansial (Akuntansi) yang berkualitas tentunya akan mempengaruhi kemampuan manajemen. Kemampuan manajemen pada dasarnya merupakan proses pemanfaatan sumber daya-sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan tertentu dengan mengaplikasikan fungsi-fungsi manajemen, yaitu perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), penggerak (actuating), dan pengendalian (controlling), (Schermerhorn, 2015). Para manajer harus dapat melakukan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengendalian dengan baik atas semua sumber daya yang ada baik material maupun tenaga kerja sehingga sasaran atau tujuan perusahaan dapat dicapai secara efektif dan efisien. Informasi Akuntansi yang berupa laporan kegiatan/operasional menjadi sesuatu kebutuhan yang sangat diperlukan untuk dijadikan alat evaluasi atas kegiatannya dan juga sebagai bahan pertimbangan dari manajemen dalam menjalankan fungsi manajemennya. Kemampuan manajemen dalam mengaplikasikan perencanaan, pengorganisasian, penggerak, dan pengendalian sangat bergantung pada informasi akuntansi yang diterima oleh para manajer BRI. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah dipaparkan sebelumnya, disusun rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut, “Bagaimana hubungan Informasi Akuntansi terhadap fungsi Manajemen pada manajer BRI di Kota Manado?” 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji hubungan kualitas informasi akuntansi terhadap fungsi-fungsi manajemen yang meliputi planning, organizing, actuating, dan controlling pada
12
manajemen BRI di Kota Manado. Selain itu, penelitian ini bertujuan untuk mencari tahu hubungan paling kuat dari kualitas informasi Akuntansi dengan fungsi manajemen pada manajemen BRI di Kota Manado. II 2.1
LANDASAN TEORI Teori Akuntansi Perilaku Menurut Schiff dan Lewin dalam Suartana (2010) ada lima aspek penting dalam akuntansi keperilakuan, yaitu: Teori Organisasi dan Keperilakuan Manajerial, Penganggaran dan Perencanaan, Pengambilan Keputusan, Pengendalian, dan Pelaporan Keuangan. Kelima aspek penting tersebut menyatakan mengenai bagaimana suatu individu berperilaku dalam berorganisasi, sampai pada akhirnya bagaimana perilaku individu terhadap informasi yang ada dalam menyusun laporan keuangan. Informasi Akuntansi dihasilkan untuk kepentingan baik dalam maupun luar perusahaan. Informasi Akuntansi dimanfaatkan untuk membantu manajemen dalam proses perencanaan, pengorganisasian, penggerak, dan pengendalian. 2.2. Teori Administrasi dan Teori Rasionalitas Terbatas Herbert A. Simon dalam bukunya, Administrative Behavior: A Study of Decision-Making Processes in Administrative Organization, mengemukakan tentang teori administrasi. Menurut Simon, “The central concern of administrative theory is with the boundary between rational and nonrational aspects of human social behavior”. Teori administrasi merupakan teori yang menilai suatu organisasi dari bagaimana proses pengambilan keputusan organisasi tersebut. Poin utama yang diangkat dalam penelitiannya adalah pengambilan keputusan sebagai pusat dari kegiatan administrasi. (Simonsen, 1994) Salah satu teori yang dikembangkan dari teori administrasi adalah teori rasionalitas terbatas. Berikut kutipan dari teori rasionalitas terbatas. (Simonsen, 1994) If there were no limits to human rationality administrative theory would be barren. It would consist of the single precept: Always select that alternative, among those available, which will lead to the most complete achievement of your goals. The need for an administrative theory resides in the fact that there are practical limits to human rationality, and that these limits are not static, but depend upon the organizational environment in which the individuals decisions take place. The task of administration is so to design this environment that the individual will approach as close as practicable to rationality (judged in terms of the organization's goals) in his decisions (Simon, 1976, pp. 240f). Teori rasionalitas terbatas muncul ketika ada kecenderungan akan manusia secara rasional untuk memilih cara alternatif yang lain selain pilihan yang sudah ada dalam menanggapi permasalahan yang timbul dalam organisasi, sedangkan pada kenyataannya ada batasan tertentu dalam rasionalitas manusia. Keterbatasan ini tidaklah bersifat tetap atau statis tetapi bergantung pada lingkungan organisasi yang membentuk pola berpikir manusia dalam organisasi dalam mengambil keputusan. Regulasi atau peraturan-peraturan yang berlaku di organisasi, tujuan utama organisasi, visi dan misi, serta keadaan merupakan suatu batasan-batasan yang membentuk rasionalitas para manajemen dalam kegiatan berorganisasi, dan dalam mengambil keputusan. Informasi-informasi termasuk informasi Akuntansi dalam suatu perusahaan adalah bahan yang dipakai manajemen untuk membuat keputusan dalam menjalankan fungsi-fungsi manajemennya. 2.3. Sistem Informasi Akuntansi Sistem Informasi secara umum dapat diartikan sebagai kumpulan dari beberapa komponenkomponen organisasi yang berinteraksi sebagai satu kesatuan untuk mencapai tujuan dalam mengumpulkan, memproses kemudian menyajikan informasi kepada pihak-pihak yang membutuhkan, misalnya untuk pengambilan keputusan. (IAI, 2015). Menurut Horngren et all (2016), “Accounting is the information system that measures business activities, processes that information into reports, and communicates the results to decision makers”.
13
Mengacu pada pernyataan bahwa sistem informasi dan akuntansi, maka sistem informasi Akuntansi dapat disimpulkan sebagai suatu kumpulan komponen organisasi yang berinteraksi sebagai satu kesatuan dalam menghasilkan informasi Akuntansi yang akan digunakan oleh pihak yang membutuhkan. Dalam hal ini manajer harus tahu informasi-informasi apa yang penting bagi perusahaan yang di kelolanya dalam rangka pengembangan perusahaan dan sebagai pemakai internal informasi Akuntansi, para manajer harus dapat memahami pula, informasi akuntansi apa yang dibutuhkannya untuk mengambil keputusan penting tentang operasi perusahaan, manajemen perusahaan dan terlebih lagi keuangan perusahaan. 2.4. Fungsi Manajemen Secara umum, fungsi manajemen dapat dibagi menjadi 4 kelompok besar. Empat kelompok besar tersebut terbagi atas Planning (perencanaan), Organizing (pengorganisasian), Actuating (penggerak), Controlling (pengendalian). (Amirulah dan Budiyono, 2004) Planning (Perencanaan) adalah bagaimana perusahaan dalam menetapkan tujuan yang ingin dicapai dan kemudian menyusun rencana bagaimana cara untuk mencapai tujuan tersebut. Hubungan informasi Akuntansi dengan peran manajer dalam fungsi perencanaan adalah ketika manajer harus mengkaji dan mengevaluasi berbagai rencana alternatif dengan menggunakan informasi Akuntansi yang ada sebelum mengambil keputusan dalam menjalankan fungsi perencanaannya. Hal ini dikarenakan perencanaan adalah langkah awal yang bisa berpengaruh secara total dalam perusahaan kedepannya, dan apa yang direncanakannya saat ini dapat menentukan kinerja laporan keuangan nantinya. Dengan demikian dapat disimpulkan hipotesis 1 sebagai berikut. H1 : Informasi Akuntansi mempunyai hubungan yang kuat dan signifikan dengan fungsi perencanaan manajemen BRI di kota Manado. Organizing (pengorganisasian) adalah pengaturan sumber-sumber daya yang dimiliki perusahaan agar bisa menjalankan rencana-rencana yang sudah diputuskan pada tahap perencanaan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Fungsi pengorganisasian mengelompokkan semua orang, dan alat termasuk informasi Akuntansi yang ada menjadi satu kesatuan yang kemudian digerakkan untuk melaksanakan apa yang sudah direncanakan sebelumnya. Adanya perngorganisasian yang baik, akan membantu dalam mengumpulkan informasi-informasi mengenai aktivitas bisnis dan menjadi suatu laporan keuangan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan selanjutnya. Dengan demikian dapat disimpulkan hipotesis 2 sebagai berikut. H2 : Informasi Akuntansi mempunyai hubungan yang kuat dan signifikan dengan fungsi pengorganisasian manajemen BRI di kota Manado. Actuating (penggerak) adalah implementasi dari proses perencanaan dan proses pengorganisasian, dalam tahap ini manajemen menjalankan fungsi sebagai penggerak atas seluruh komponen organisasi tersebut untuk bekerja secara bersama-sama sesuai dengan bidang masingmasing agar dapat mewujudkan tujuan. Sebagai fungsi penggerak, manajemen menggunakan informasi Akuntansi sebagai dasar untuk menggerakkan seluruh komponen organisasi, misalnya dalam hal memotivasi para frontliner agar supaya dapat memenuhi target yang sudah ditetapkan dalam perencanaan sebelumnya. Pada akhirnya dengan menggerakkan komponen-komponen organisasi sesuai dengan pembagian posisi dan tanggung jawabnya masing-masing, pencapaian dari apa yang direncanakan sebelumnya akan lebih mungkin untuk tercapai. Dengan demikian dapat disimpulkan hipotesis 3 sebagai berikut. H3 : Informasi Akuntansi mempunyai hubungan yang kuat dan signifikan dengan fungsi penggerak manajemen BRI di kota Manado. Controlling (pengendalian) adalah proses pengendalian atas semua kegiatan dari proses perencanaan, pengorganisasian dan penggerak. Pengendalian diperlukan untuk mengetahui perkembangan dari organisasi apakah semua kegiatan tersebut memberikan hasil yang efektif dan efisien serta bernilai guna dan berhasil guna. Informasi Akuntansi seringkali digunakan oleh manajer untuk mengendalikan atau mengontrol perusahaan. Laporan bulanan yang dihasilkan oleh bagian Akuntansi dapat menjadi informasi Akuntansi yang bermanfaat bagi manajer dalam mengontrol
14
jalannya perusahaan, membantu manajemen menetapkan suatu keputusan atau kebijakan taktis dalam menanggapi keadaan perusahaan. Dengan demikian dapat disimpulkan hipotesis 4 sebagai berikut. H4 : Informasi Akuntansi mempunyai hubungan yang kuat dan signifikan dengan fungsi pengendalian manajemen BRI di kota Manado. III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yang dikumpulkan lewat kuesioner. Sumber data merupakan data primer yang diperoleh dari kuesioner yang dibagikan kepada sampel penelitian yang menjadi responden dalam penelitian ini. Selain itu juga, digunakan data-data sekunder berupa publikasi-publikasi berita perbankan sebagai data penunjang dalam penelitian ini. 3.2. Teknik Pengumpulan Data. Pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan kuesioner berisi pernyataan-pernyataan dan response atas pernyataan yang diberikan dengan menggunakan skala likert (5 = sangat setuju, 4 = setuju, 3 = kurang setuju, 2 = tidak setuju, 1 = sangat tidak setuju) kepada para manajer (pimpinan kantor) di unit kerja BRI yang ada di Manado. Selain menyebarkan kuesioner, pengumpulan data juga digunakan dengan mengkaji informasi-informasi perbankan yang sudah dipublikasikan untuk digunakan sebagai data penunjang dalam penelitian ini. 3.3. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah semua manajer di unit kerja BRI yang ada di Manado. Berdasarkan informasi pada website BRI (www.bri.co.id), terdapat 36 unit kerja BRI di Manado yang terdiri dari 1 Kantor Cabang, 3 Kantor Cabang Pembantu, 5 Kantor Kas, 5 Teras Kas, 3 Teras Keliling, dan 19 Unit yang tersebar di seluruh kota Manado. Sampel penelitian ini adalah seluruh responden yang memberikan hasil kuesioner, yang mana dari 36 kuesioner yang disebarkan, ada 32 kuesioner yang berhasil dikumpulkan untuk dijadikan sampel. 3.4. Metode Analisis Data 1. Uji Validitas dan Reabilitas Pengujian validitas dan reabilitas dilakukan untuk menguji kelayakan suatu instrument berupa kuesioner digunakan untuk mengumpulkan data, maka perlu dilakukan pengujian terhadap instrument tersebut. Pengujian instrument yang digunakan pada penelitian ini khususnya kuesioner yang akan digunakan dalam memperoleh data mengenai kualitas informasi Akuntansi (X), perencanaan (Y1), pengorganisasian (Y2), penggerak (Y3), dan pengendalian (Y4) digunakan uji validitas dan reliabilitas dengan menguji tiap koesioner yang ada dengan nilai korelasi minimal 0,30. Jika butir instrument nilainya dibawah 0,30 maka pertanyaan tersebut tidak valid dan jika nilainya diatas 0,30 maka pertanyaan tersebut valid. Pengujian reliable tidaknya kuesioner digunakan nilai cronbach alpha sebagai dasar pertimbangan. Berikut besarnya nilai alpha yang digunakan untuk menentukan tingkat reabilitas kuesioner. Tabel 3.1 Tingkat Reliabilitas Berdasarkan Nilai Alpha Alpha Tingkat Reliabilitas 0,00 s/d 0,20 Kurang Reliabel > 0,20 s/d 0,40 Agak Reliabel > 0,40 s/d 0,60 Cukup Reliabel > 0,60 s/d 0,80 Reliabel > 0,80 s/d 1,00 Sangat Reliabel 2. Uji Korelasi Koefesien korelasi ialah pengukuran statistik kovarian atau asosiasi antara dua variabel. Besarnya koefesien korelasi berkisar antara 1 s/d -1. Koefesien korelasi menunjukkan kekuatan (strength) hubungan linear dan arah hubungan dari kedua variabel. Jika koefesien korelasi positif, maka kedua variabel mempunyai hubungan searah. Sebaliknya, jika koefesien korelasi
15
negatif, maka kedua variabel mempunyai hubungan tidak searah. Interpretasi mengenai kekuatan hubungan antara dua variabel digunakan kriteria sebagai berikut (Sarwono:2006): 0 : Tidak ada korelasi antara dua variabel >0 – 0,25 : Korelasi sangat lemah >0,25 – 0,5 : Korelasi lemah >0,5 – 0,75 : Korelasi kuat >0,75 – 0,99 : Korelasi sangat kuat 1 : Korelasi sempurna 3. Uji Hipotesis Pengambilan keputusan dilakukan dengan menggunakan perbandingan tingkat signifikansi dengan kriteria sebagai berikut: Jika angka signifikansi hasil penelitian < 0,05 maka hipotesis diterima. Jika angka signifikansi hasil penelitian > 0,05 maka hipotesis ditolak. 3.5. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian ini menggunakan 2 kelompok variable yang terdiri dari : 1. Informasi akuntansi (X) adalah informasi akuntansi yang disajikan yang diasumsikan memiliki kualitas andal yang bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material, dan dapat diandalkan pemakaiannya sebagai penyajian yang tulus atau jujur (faithful representation) dari yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat disajikan. Informasi Akuntansi dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan satuan skor. 2. Fungsi Manajemen (Y) adalah empat kelompok fungsi manajemen yang terdiri atas perencanaan (Y1) diartikan sebagai kegiatan menetapkan tujuan organisasi dan memilih cara yang terbaik untuk mencapai tujuan dan diukur dengan satuan skor. Pengorganisasian (Y2) dapat diartikan sebagai kegiatan mengkoordinir sumberdaya, tugas, dan otoritas diantara anggota organisasi agar organisasi dapat dicapai dengan efektif dan efisien dan diukur dengan satuan skor. Penggerak (Y3) dapat diartikan sebagai tindakan untuk mempengaruhi dan memotivasi karyawan dan diukur dengan satuan skor. Pengendalian (Y4) bertujuan untuk melihat apakah organisasi sesuai rencana dan diukur dengan satuan skor. IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 1. Uji Validitas dan Reliabilitas Hasil pengujian validitas dan reliabilitas kuesioner dengan menggunakan SPSS sebagai alat bantu analisis maka hasil yang diperoleh dapat dilihat dalam tabel berikut : Tabel 4.1 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas untuk Variabel X (Informasi Akuntansi) Reliability Statistics Cronbach's N of Alpha Items .804 6
Q1X Q2X Q3X Q4X Q5X X
Item-Total Statistics Scale Corrected Cronbach's Scale Mean if Variance if Item-Total Alpha if Item Deleted Item Deleted Correlation Item Deleted 40.91 15.507 .688 .773 40.78 15.789 .750 .774 40.88 14.952 .831 .755 40.94 14.899 .839 .753 40.97 15.967 .576 .787 22.72 4.725 1.000 .849 Sumber : Hasil Olahan Data SPSS
16
Berdasarkan hasil uji validitas dan reliabilitas untuk pertanyaan variabel X maka dapat dijelaskan sebagai berikut : Pertanyaan 1 korelasi 0,688 Pertanyaan 2 korelasi 0,750 Pertanyaan 3 korelasi 0,831 Pertanyaan 4 korelasi 0,839 Pertanyaan 5 korelasi 0,576 Berdasarkan hasil pengujian variabel X yang mempunyai nilai korelasi di atas 0,30 dan cronbach alpha 0,804 dan tiap butir instrumen X semua dinyatakan valid dan tidak ada koesioner yang terbuang. Ini dapat dilihat dari hasil korelasi pertanyaan 1-5 mempunyai korelasi rata-rata di atas 0,30 maka pertanyaan-pertanyaan variabel X dapat dinyatakan sangat reliable dan valid. Tabel 4.2 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas untuk Variabel Y1 (Perencanaan) Reliability Statistics Cronbach's N of Alpha Items .796 6
Q1y1 Q2y1 Q3y1 Q4y1 Q5y1 Y1
Item-Total Statistics Scale Corrected Cronbach's Scale Mean if Variance if Item-Total Alpha if Item Deleted Item Deleted Correlation Item Deleted 39.81 21.190 .551 .782 39.75 20.710 .638 .771 39.91 19.572 .750 .750 39.88 18.952 .854 .734 39.78 20.564 .667 .767 22.13 6.177 1.000 .816 Sumber : Hasil Olahan Data SPSS
Berdasarkan hasil uji validitas dan reliabilitas untuk pertanyaan variabel Y maka dapat dijelaskan sebagai berikut : Pertanyaan 1 korelasi 0,551 Pertanyaan 2 korelasi 0,638 Pertanyaan 3 korelasi 0,750 Pertanyaan 4 korelasi 0,854 Pertanyaan 5 korelasi 0,667 Berdasarkan hasil pengujian variabel Y1 yang mempunyai nilai korelasi di atas 0,30 dan cronbach alpha 0,796 dan tiap butir instrumen Y1 semua dinyatakan valid dan tidak ada koesioner yang terbuang. Ini dapat dilihat dari hasil korelasi pertanyaan 1-5 mempunyai korelasi rata-rata di atas 0,30 maka pertanyaan-pertanyaan variabel Y1 dapat dinyatakan reliable dan valid. Tabel 4.3 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas untuk Variabel Y2 (Pengorganisasian) Reliability Statistics Cronbach's N of Alpha Items .716 6
17
Q1y2 Q2y2 Q3y2 Q4y2 Q5y2 Y2
Item-Total Statistics Scale Corrected Cronbach's Scale Mean if Variance if Item-Total Alpha if Item Deleted Item Deleted Correlation Item Deleted 39.09 13.184 .523 .678 39.19 13.512 .369 .702 39.25 12.194 .620 .648 39.34 12.555 .529 .667 39.16 14.717 .513 .742 21.78 3.983 1.000 .485 Sumber : Hasil Olahan Data SPSS
Berdasarkan hasil uji validitas dan reliabilitas untuk pertanyaan variabel Y2 maka dapat dijelaskan sebagai berikut : Pertanyaan 1 korelasi 0,523 Pertanyaan 2 korelasi 0,369 Pertanyaan 3 korelasi 0,620 Pertanyaan 4 korelasi 0,529 Pertanyaan 5 korelasi 0,513 Berdasarkan hasil pengujian variabel Y2 yang mempunyai nilai korelasi di atas 0,30 dan cronbach alpha 0,716 dan tiap butir instrumen Y2 semua dinyatakan valid dan tidak ada koesioner yang terbuang. Ini dapat dilihat dari hasil korelasi pertanyaan 1-5 mempunyai korelasi rata-rata di atas 0,30 maka pertanyaan-pertanyaan variabel Y2 dapat dinyatakan reliable dan valid. Tabel 4.4 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas untuk Variabel Y3 (Penggerak) Reliability Statistics Cronbach's N of Alpha Items .772 6
Q1y3 Q2y3 Q3y3 Q4y3 Q5y3 Y3
Item-Total Statistics Scale Corrected Cronbach's Scale Mean if Variance if Item-Total Alpha if Item Deleted Item Deleted Correlation Item Deleted 39.94 17.544 .547 .744 39.94 18.254 .572 .750 40.06 16.770 .705 .719 40.09 16.668 .678 .720 39.94 18.448 .471 .760 22.22 5.338 1.000 .716 Sumber : Hasil Olahan Data SPSS
Berdasarkan hasil uji validitas dan reliabilitas untuk pertanyaan variabel Y3 maka dapat dijelaskan sebagai berikut : Pertanyaan 1 korelasi 0,547 Pertanyaan 2 korelasi 0,572 Pertanyaan 3 korelasi 0,705 Pertanyaan 4 korelasi 0,678 Pertanyaan 5 korelasi 0,471 Berdasarkan hasil pengujian variabel Y3 yang mempunyai nilai korelasi di atas 0,30 dan cronbach alpha 0,772 dan tiap butir instrumen Y3 semua dinyatakan valid dan tidak ada koesioner yang terbuang. Ini dapat dilihat dari hasil korelasi pertanyaan 1-5 mempunyai
18
korelasi rata-rata di atas 0,30 maka pertanyaan-pertanyaan variabel Y3 dapat dinyatakan reliable dan valid. Tabel 4.5 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas untuk Variabel Y4 (pengendalian) Reliability Statistics Cronbach's N of Alpha Items .763 6
Q1y4 Q2y4 Q3y4 Q4y4 Q5y4 Y4
Item-Total Statistics Scale Corrected Cronbach's Scale Mean if Variance if Item-Total Alpha if Item Deleted Item Deleted Correlation Item Deleted 40.13 15.790 .449 .750 40.03 14.805 .605 .723 40.34 14.039 .585 .715 40.03 16.289 .449 .756 40.00 14.710 .775 .708 22.28 4.596 1.000 .678 Sumber : Hasil Olahan Data SPSS
Berdasarkan hasil uji validitas dan reliabilitas untuk pertanyaan variabel Y4 maka dapat dijelaskan sebagai berikut : Pertanyaan 1 korelasi 0,449 Pertanyaan 2 korelasi 0,605 Pertanyaan 3 korelasi 0,585 Pertanyaan 4 korelasi 0,449 Pertanyaan 5 korelasi 0,775 Berdasarkan hasil pengujian variabel Y4 yang mempunyai nilai korelasi di atas 0,30 dan cronbach alpha 0,763 dan tiap butir instrumen Y4 semua dinyatakan valid dan tidak ada koesioner yang terbuang. Ini dapat dilihat dari hasil korelasi pertanyaan 1-5 mempunyai korelasi rata-rata di atas 0,30 maka pertanyaan-pertanyaan variabel Y4 dapat dinyatakan reliable dan valid. 2. Koefisien Korelasi ( r ) Nilai dari koefisien korelasi bisa mengindikasikan adanya kemampuan dari variable X untuk mempengaruhi variable Y, ataupun kemampuan variable Y untuk mempengaruhi variable X. hal ini dikarenakan pengujian korelasi melihat kuat lemahnya hubungan bukan besar kecilnya pengaruh, walaupun variable yang memiliki hubungan bisa berarti memiliki pengaruh, tapi variable yang tidak memiliki hubungan sudah pasti tidak akan memiliki pengaruh. Riset ini menggunakan analisis korelasi untuk mengukur tingkat hubungan antara informasi akuntansi (X) dengan variabel fungsi manajemen (Y). Dalam hal ini mengukur kuat lemahnya hubungan antara informasi akuntansi dan fungsi manajemen. Hubungan antara variabel informasi akuntansi dan fungsi manajemen dapat dilihat pada tabel 4.6. berikut.
19
Tabel 4.6 Correlations X Y1 Y2 Pearson Correlation X 1.000 .709 .529 Y1 .709 1.000 .499 Y2 .529 .499 1.000 Y3 .562 .239 .461 Y4 .635 .585 .438 Sig. (1-tailed) X . .001 .000 Y1 .001 . .002 Y2 .000 .002 . Y3 .000 .094 .004 Y4 .000 .000 .006 N Y 32 32 32 Y1 32 32 32 Y2 32 32 32 Y3 32 32 32 Y4 32 32 32 Sumber : Hasil Olahan Data SPSS 4.2
Y3 .562 .239 .461 1.000 .468 .000 .094 .004 . .003 32 32 32 32 32
Y4 .635 .585 .438 .468 1.000 .000 .000 .006 .003 . 32 32 32 32 32
Pembahasan BRI sebagai salah satu bank terbesar milik pemerintah Indonesia, memiliki visi untuk, “Menjadi bank komersial terkemuka yang selalu mengutamakan kepuasan nasabah”. Sebagai bank komersial pemerintah yang memiliki visi untuk mengutamakan kepuasan nasabah, tentunya BRI memiliki rumusan misi yang menjadi pegangan BRI dalam merumuskan strateginya. Adapun misi dari BRI dirumuskan dalam 3 misi sebagai berikut. 1. Melakukan kegiatan perbankan yang terbaik dengan mengutamakan pelayanan kepada usaha mikro, kecil dan menengah untuk menunjang peningkatan ekonomi masyarakat. 2. Memberikan pelayanan prima kepada nasabah melalui jaringan kerja yang tersebar luas dan didukung oleh sumber daya manusia yang profesional dan teknologi informasi yang handal dengan melaksanakan manajemen risiko serta praktek Good Corporate Governance (GCG) yang sangat baik. 3. Memberikan keuntungan dan manfaat yang optimal kepada pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholders). Dengan visi dan misi yang dimiliki oleh BRI, tentunya diperlukan adanya strategi yang andal untuk bisa mencapai visi dan misi tersebut. Strategi yang dirumuskan baik dari pimpinan manajemen pusat BRI maupun di unit-unit kerja BRI yang tersebar di seluruh Indonesia, terkadang diperlukan adanya penyesuaian dari strategi yang sudah ada, namun tidak menyalahi atau melewati batas regulasi yang berlaku, dan selama strategi tersebut masih bersifat taktis dan sesuai dengan visi dan misi yang di emban oleh BRI. Perilaku manajemen BRI ini, khususnya yang menjadi responden dalam riset ini adalah para manajer unit kerja BRI menunjukkan perilaku yang sesuai dengan teori rasionalitas terbatas. Dimana, teori ini mengatakan bahwa akan muncul kecenderungan dari manusia untuk memilih cara alternatif yang lain secara rasional atas pilihan yang sudah ada dalam menanggapi permasalahan yang timbul dalam organisasi. Seperti yang dikemukakan oleh Simon dalam teori rasionalitas terbatasnya, rasionalitas manusia dalam menentukan pilihat terbatas atau bergantung pada lingkungan organisasi yang membentuk pola berpikir manusia di dalam organisasi tersebut dalam mengambil keputusan. Sekali lagi, visi dan misi, regulasi / peraturan-peraturan yang berlaku di organisasi, serta keadaan perusahaan terbukti merupakan suatu batasan-batasan yang membentuk rasionalitas para manajemen dalam kegiatan berorganisasi, dan dalam mengambil keputusan. Pengambilan keputusan manajemen tidak lepas dari peranan Informasi Akuntansi dalam suatu perusahaan. Mengingat Akuntansi sebagai bahasa bisnis, informasi Akuntansi diharapkan dapat memberikan informasi mengenai keadaan bisnis atau perusahaan tersebut. Manajemen dalam menjalankan fungsi-fungsinya menggunakan informasi Akuntansi sebagai salah satu bahan
20
pertimbangan dalam mengambil keputusan. Manajer menggunakan informasi Akuntansi berupa laporan keuangan periode sebelumnya untuk mengetahui posisi keuangan unit kerja BRI agar dalam menjalankan fungsi manajemen manajer bisa merumuskan strategi yang tepat dalam meningkatkan kinerja perusahaan yang akan tercermin dalam laporan keuangan periode selanjutnya. Dengan melihat keadaan tersebut, ada kecenderungan bahwa informasi akuntansi memiliki hubungan yang berkesinambungan dengan fungsi manajemen. Besarnya hubungan antara informasi Akuntansi dengan fungsi manajemen pada manajemen unit kerja BRI di kota Manado dapat diukur dengan nilai koefisien korelasi dari hasil riset ini. Hasil riset menunjukkan bahwa Informasi Akuntansi memiliki hubungan yang kuat dan searah dengan fungsi manajemen perencanaan (0.709, sig. pada α = 0.001), fungsi pengorganisasian (0.529, sig. pada α = 0.000), fungsi penggerak (0.562, sig. pada α = 0.000), dan fungsi pengendalian (0.635, sig. pada α = 0.000). Dengan demikian, keempat hipotesis yang diajukan dalam riset ini diterima. Koefisien korelasi digunakan untuk menunjukkan kuat lemahnya hubungan dari kedua variable yang diuji, hubungan yang kuat dan searah dari informasi Akuntansi dengan fungsi manajemen mengindikasikan bahwa jika kualitas informasi Akuntansi semakin ditingkatkan, akan membantu manajemen untuk bisa menjalankan fungsi-fungsi manajemen. Pada akhirnya fungsi manajemen yang berjalan dengan baik bisa menghasilkan informasi Akuntansi yang berkualitas. Hasil riset menunjukkan bahwa, dari ke empat fungsi manajemen, yang memiliki hubungan paling kuat dengan informasi Akuntansi adalah fungsi perencanaan dengan koefisien korelasi 0,709. Hubungan informasi Akuntansi dengan fungsi manajemen pengendalian memiliki koefisien korelasi yang kedua terkuat dari ke empat fungsi manajemen dengan koefisien korelasi 0,635. Hal ini mengindikasikan bahwa manajer unit kerja BRI di kota Manado dalam merumuskan perencanaan banyak menggunakan informasi Akuntansi, dan informasi Akuntansi juga banyak digunakan oleh manajer unit kerja BRI di kota Manado sebagai pengendaliannya. V 5.1
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Sesuai dengan teori rasionalitas terbatas, perilaku dari manajer unit kerja BRI di kota Manado menunjukkan bahwa dalam menjalankan fungsi manajemennya, mereka terkadang memerlukan adanya penyesuaian dari strategi yang sudah ada, namun tidak menyalahi atau melewati batas regulasi yang berlaku, dan selama strategi tersebut masih bersifat taktis dan sesuai dengan visi dan misi yang di emban oleh BRI.. Hasil pengujian korelasi dalam riset ini membuktikan bahwa ada hubungan yang kuat, searah dan signifikan dari informasi Akuntansi dengan fungsi manajemen. Hal ini berarti, informasi Akuntansi bisa meningkatkan kinerja manajer unit kerja BRI di kota Manado. Informasi Akuntansi yang berkualitas dapat membantu manajer dalam perencanaan, pengorganisasian, sebagai penggerak dan dalam pengendalian bagi para manajer unit kerja BRI di kota Manado. Penggunaan informasi Akuntansi juga perlu mempertimbangkan kualitas informasi yang digunakan, dalam hal ini, apakah informasi Akuntansi yang digunakan dapat diandalkan (sudah diaudit) atau tidak. Hal ini dilakukan agar supaya manajer dapat merumuskan strategi dan menjalankan fungsi manajemennya dengan tepat. 5.2
Saran Berdasarkan pada hasil riset yang sudah ada, saran yang bisa diajukan untuk BRI kota Manado adalah untuk dapat memastikan kualitas dari informasi Akuntansi yang dihasilkan agar supaya dapat menjadi salah satu pegangan yang baik bagi manajer dalam mengambil keputusan nanti. Selain itu, karena informasi Akuntansi memiliki hubungan yang kuat dengan fungsi manajemen di BRI kota Manado, perlu adanya upaya untuk memastikan ketersediaan informasi Akuntansi yang tepat waktu agar tidak menjadi penghambat bagi manajer dalam menjalankan fungsi manajemennya. Selain saran yang telah dipaparkan sebelumnya, saran yang lainnya adalah riset ini masih bersifat mini riset, dengan menggunakan sampel yang masih terbilang sedikit dan menggunakan variable yang terbatas. Oleh karena itu, agar mendapatkan hasil riset yang lebih bisa diandalkan mengenai hubungan informasi Akuntansi dengan fungsi manajemen dapat digunakan secara umum, maka perlu adanya pengembangan studi lebih lanjut dengan menggunakan lebih banyak referensi toeri dan jurnal, jumlah sampel yang lebih besar dan beragam (tidak terbatas dari unit kerja bank BRI
21
saja), model analisis yang tidak terbatas pada uji korelasi, dan variable yang lebih banyak lagi yang digunakan dalam model penelitian. DAFTAR PUSTAKA Amirullah, Budiyono Haris, 2004, Pengantar Manajemen, Graha Ilmu, Yogyakarta. Ghozali, Imam, 2006, Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Cetakan Keempat. Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang Schermerhorn J., 2015, Management, John Wiley & Sons, Inc., United States. Simonsen Jesper, 1994, Herbert A. Simon: Administrative Behaviour. How organizations can be understood in terms of decision processes, Roskilde University. Suartana I. Wajan, 2010, Akuntansi Keperilakuan Teori dan Implementasi, Penerbit Andi, Yogyakarta. Ikatan Akuntan Indonesia, 2015, Modul Chartered Accountant: Sistem Informasi dan Pengendalian Internal, Ikatan Akuntan Indonesia, Jakarta. Horngren, Miller, Mattison and Matsumura, 2016, Horngren’s Accounting, The Financial Chapters, 11th edition, Pearson, United States.
22
ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI AGRIKULTUR PADA PETANI KELAPA PADA DESA DI DAERAH LIKUPANG SELATAN : DAMPAK RENCANA PENERAPAN ED PSAK NO.69 TENTANG AGRIKULTUR Claudia W.M. Korompis email :
[email protected] ABSTRACT Biological assets is a unique asset, because of the transforming growth even after biological assets generate an output. Although it has many unique, but the financial management of biological assets still have to refer to the Financial Accounting Standards. Currently the Financial Accounting Standards Board (DSAK) issued SFAS No. ED 69 on agriculture which will come into force on 1 January 2017. According to this SFAS Biological assets are measured at initial recognition and at the end of each reporting period at fair value less costs to sell. Many of Regions, especially in the village do not know the accounting treatment for biological assets. This makes researchers want to analyze the impact of the application of IAS 69 ED is the continuation of agricultural farmers' efforts in this regard coconut trees in the village in the district South Likupang. With the proper financial management from the village, will support the country's economy as a whole, especially in the face of the MEA. This research uses descriptive analysis. The results of this study indicate that in general the village in the Regional South Likupang not apply to recognize the fair value of their assets. The traditional system by recognizing the asset at the acquisition price is still the basis in preparing the financial statements. But with this study are expected, farmers / entrepreneurs start applying SFAS palm plant began in 2017. Keywords: Accounting, Agriculture, ED IAS 69, Village. I. PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan Negara yang kaya dengan berbagai macam komoditas alam atau agrikultur. Sumber daya alam tersebut tumbuh dan berkembang dengan baik, ditunjang dengan keunggulan geografi Negara Indonesia. Peran produk agrikultur dalam peningkatan perekonomian Indonesia saat ini sangat baik. Hal tersebut membuat Indonesia dipandang sebagai Negara yang memiliki peluang pasar yang sangat potensial. Selain itu, Indonesia juga mulai diperhadapkan dengan era perekonomian baru yang disebut sebagai Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) dengan konsekuensi semakin mudahnya setiap Negara di kawasan Asean untuk memasarkan produknya di Negara lain. Berbagai kebijakan dan strategi penataan keuangan aset biologis harus dikelola dengan baik, mengingat persaingan yang semakin ketat dengan industri-industri yang sama dari luar Indonesia. Dengan adanya pengelolaan keuangan yang baik serta laporan keuangan yg berkualitas, dapat menjamin kelangsungan usaha perusahaan. Pengelolaan keuangan aset biologis harus mengacu pada Standar Akuntansi Keuangan. Standar Akuntansi Keuangan sudah beberapa kali mengalami revisi karena dituntut harus sesuai dengan IFRS (International Financial Reporting Standards), mengingat perkembangan Global yang mengarah kepada perdagangan bebas Internasional dan memerlukan pelaporan keuangan yang tidak menyebabkan asimetri informasi di kalangan pengguna laporan keuangan. Penyusunan laporan keuangan yang mengacu kepada IFRS menjadi tantangan bagi perusahaanperusahaan yang ada. Bagi perusahaan yang memiliki aset biologis, harus mengetahui perbedaan asetnya dengan aset non-biologis. Sebagai contoh dalam proses produksi, beberapa aset biologis yang dikembangbiakan dengan cara yang sama, tidak akan menghasilkan output/aset turunan yang sama. Sedangkan aset non-biologis dalam hal ini barang dalam proses, saat melalui proses yang sama, pasti akan menghasilkan output yang sama. Farida (2013 : 2), menyatakan bahwa aset biologis adalah aset yang unik, karena mengalami transformasi pertumbuhan bahkan setelah aset biologis menghasilkan sebuah output. Transformasi yang 23 1.1
terjadi pada aset biologis terdiri dari proses pertumbuhan, degenerasi, produksi dan prokreasi yang dapat menyebabkan berbagai perubahan secara kualitatif dan kuantitatif dalam kehidupan aset yang berupa tumbuhan atau hewan tersebut. Aset biologis dapat menghasilkan aset baru yang terwujud dalam agricultural produce atau berupa tambahan aset biologis dalam kelas yang sama. Adanya transformasi biologis pada aset biologis, maka diperlukan pengukuran yang dapat menunjukkan nilai dari aset tersebut secara wajar sesuai dengan kesepakatan dan kontribusinya dalam menghasilkan aliran keuntungan yang ekonomis bagi perusahaan. Saat ini Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) telah mengeluarkan ED PSAK No. 69 tentang agrikultur yang nantinya akan mulai berlaku pada 1 Januari 2017. Penerapan nilai wajar dalam akuntansi agrikultur membuat beberapa peneliti mengemukakan beberapa asumsi mereka. Herbohn dan Herbohn (2006) serta Dowling dan Godfrey (2001) menekankan pada meningkatnya volatilitas, manipulasi dan subyektifitas dari pendapatan yang dilaporkan dalam penerapan nilai wajar. Sedangkan Argiles dan Soft (2001) dapat menerima pengukuran menggunakan nilai wajar untuk aset biologis karena hal tersebut menghindari kompleksitas dalam menghitung biaya. Alokasi biaya tidak langsung juga merupakan salah satu sumber lain kompleksitas perhitungan biaya di pertanian. Kroll (1987) menyatakan bahwa kompleksitas dalam penilaian aset dengan menggunakan nilai historis merupakan suatu halangan utama dalam penilaian dengan basis nilai historis. Oleh karena itu, penilaian dengan menggunakan nilai wajar harus mempertimbangkan keseimbangan antara manfaat dan biayanya. Kemudahan (simplicity) dalam perhitungan merupakan keuntungan utama dalam menerapkan nilai wajar dibandingkan penggunaan nilai historis. Tetapi sampai saat ini belum ada kesepakatan dalam literatur-literatur sebelumnya dalam hal apakah terjadi volatilitas yang abnormal dalam pendapatan dan laba, relevansi nilai, perataan pendapatan (income smoothing) serta terjadi peningkatan atau penurunan profitabilitas akibat penerapan nilai wajar. (Maruli dan Mita, 2010 : 4-5) Sulawesi Utara merupakan salah satu daerah yang memiliki produk agrikultur Kelapa terbesar di Indonesia khususnya Daerah Minahasa Utara. Oleh karena itu pelaporan keuangan yang lebih relevan dan informatif berdasarkan SAK sangat dibutuhkan untuk membantu perkembangan industri ini dalam menghadapi MEA. Petani Kelapa di Minahasa Utara khususnya di Daerah Likupang Selatan, sangat banyak, bahkan pertanian kelapa menjadi mata pencaharian utama masyarakat di Daerah ini. Peneliti hendak menganalisis dampak penerapan (studi pendahuluan) ED PSAK No.69 tentang Agrikultur dalam Standar Akuntansi Keuangan. Berdasarkan latar belakang, maka peneliti tertarik untuk mengambil judul “Analisis Perlakuan Akuntansi Agrikultur pada Petani Kelapa pada Desa di Daerah Likupang Selatan : Dampak rencana penerapan ED PSAK No.69 tentang Agrikultur “. 1.2
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak rencana penerapan ED PSAK No.69 tentang Agrikultur pada Pertanian Kelapa pada Desa di Daerah Likupang Selatan. II. TINJAUAN PUSTAKA Aset Aset dalam Standar Akuntansi Entitas Tanpa Akuntan Publik paragraf 2:12 diartikan sebagai sumber daya yang dikuasai entitas sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi di masa depan diharapkan akan diperoleh entitas. Dalam paragraf 2.14-2.16 menyatakan bahwa : 1. Manfaat ekonomi masa depan yang terwujud dalam aset adalah potensi dari aset tersebut untuk memberikan sumbangan, baik langsung maupun tidak langsung, terhadap aliran kas dan setara kas kepada entitas. Arus kas tersebut dapat terjadi melalui penggunaan aset atau pelepasan aset. 2. Beberapa aset, misalnya aset tetap memiliki bentuk fisik. Namun demikian bentuk fisik tersebut tidak esensial untuk menentukan eksistensi aset. Beberapa aset adalah tidak berwujud. 3. Dalam menentukan eksistensi aset, hak milik tidak esensial, misalnya properti yang diperoleh melalui sewa adalah aset jika entitas mengendalikan manfaat yang diharapkan mengalir dari properti tersebut. 24 2.1
2.2
Aset Biologis Aset biologis merupakan jenis aset berupa hewan dan tumbuhan hidup, seperti yang didefinisikan dalam IAS 41: “Biological asset is a living animal or plant”. Dalam IAS 41, aset biologis didefinisikan sebagai tumbuh-tumbuhan dan hewan-hewan yang hidup yang dikendalikan atau dikuasai oleh perusahaan sebagai akibat dari kejadian masa lampau. Pengendalian atau penguasaan tersebut dapat melalui kepemilikan atau jenis perjanjian legal lainnya. Secara umum ED PSAK 69 mengatur bahwa aset biologis atau produk agrikultur diakui saat memenuhi beberapa kriteria yang sama dengan kriteria pengakuan aset. Aset tersebut diukur pada saat pengakuan awal dan pada setiap akhir periode pelaporan keuangan pada nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual. Keuntungan atau kerugian yang timbul dari perubahan nilai wajar aset diakui dalam laba rugi periode terjadinya. Pengecualian diberikan apabila nilai wajar secara jelas tidak dapat diukur secara andal. Aset biologis seringkali secara fisik melekat pada tanah (sebagai contoh, pepohonan dalam hutan). Mungkin tidak terdapat pasar terpisah untuk aset biologis yang melekat pada tanah tersebut, namun mungkin saja terdapat pasar aktif untuk aset gabungan, yaitu, aset biologis, tanah yang belum dikembangkan, dan pengembangan tanah, sebagai suatu kesatuan. Entitas dapat menggunakan informasi mengenai aset gabungan untuk mengukur nilai wajar aset biologis. Sebagai contoh, nilai wajar tanah yang belum dikembangkan dan pengembangan tanah dapat dikurangkan dari nilai wajar aset gabungan untuk mendapatkan nilai wajar aset biologis. 2.3
Pengakuan, Pengukuran, Pengungkapan dan Penyajian Aset Biologis Dalam IAS 41, entitas dapat mengakui aset biologis jika dan hanya jika : a.perusahaan mengontrol aset tersebut sebagai hasil dari transaksi masa lalu; b. memungkinkan diperolehnya manfaat ekonomi pada masa depan yang akan mengalir ke dalam perusahaan; dan c.mempunyai nilai wajar atau biaya dari aset dapat diukur secara andal. Aset biologis dalam laporan keuangan dapat diakui sebagai aset lancar maupun aset tidak lancar sesuai dengan jangka waktu transformasi biologis dari aset biologis yang bersangkutan. Pengukuran aset biologis diatur dalam IAS 41. Aset biologis diukur berdasarkan nilai wajar. Aset biologis harus diukur pada pengakuan awal dan pada tanggal pelaporan berikutnya pada nilai wajar dikurangi estimasi biaya penjualannya, kecuali jika nilai wajar tidak bisa diukur secara andal. Metode yang paling dianjurkan adalah dengan menggunakan harga transaksi pasar paling kini atas aset biologis (mark-to-market) yang terdapat pada pasar aktif. Pasar aktif (active market) adalah pasar dimana item yang diperdagangkan homogen, setiap saat pembeli dan penjual dapat bertemu dalam kondisi normal dan dengan harga yang dapat dijangkau. Biaya penjualan terdiri atas komisi untuk perantara atau penyalur yang ditunjuk oleh pihak yang berwenang, serta pajak atau kewajiban yang dapat dipindahkan. Biaya transportasi serta biaya yang diperlukan untuk memasukkan barang ke dalam pasar tidak termasuk ke dalam biaya penjualan ini. Yang kedua, dapat pula menggunakan harga pasar aset yang sejenis (similar asset / sector bencmark) dengan aset biologis yang ingin dinilai penilaian ini dikenal dengan istilah market-determined prices. Yang ketiga, jika harga pasar tidak tersedia, standar yang ada menganjurkan untuk menggunakan model diskonto arus kas (discounted-cash flows model) yang biasa disebut mark-tomodel. Terakhir, apabila semua hal di atas tidak tersedia dan tidak dapat diukur secara andal, maka aset biologis harus diukur pada harga perolehannya dikurangi dengan akumulasi depresiasi dan pernurunan nilainya. Keuntungan atau kerugian dari penilaian aset biologis dapat muncul pada pengakuan awal aset biologis yaitu sebesar selisih antara nilai perolehan awal aset biologis dengan nilai wajar aset biologis setelah dikurangi perkiraan biaya-biaya pada titik penjualan (estimated pointof- sale costs). Keuntungan atau kerugian terhadap penilaian aset biologis juga dapat muncul pada pengukuran setelah pengakuan 25
awal, yaitu sebesar selisih antara nilai wajar terakhir aset biologis setelah dikurangi perkiraan biaya-biaya pada titik penjualan dengan nilai wajar aset biologis sebelumnya setelah dikurangi perkiraan biaya-biaya pada titik penjualan pada saat itu. Perubahan nilai wajar suatu aset biologis dapat disebabkan oleh pertumbuhan, kematian, produksi dan penghasilan yang menyebabkan perubahan-perubahan yang bersifat kualitatif dan kuantitatif, generasi aset yang baru atau tambahan aset biologis. Selain itu, perubahan nilai wajar aset biologis juga dapat disebabkan oleh perubahan pasar atau perekonomian di suatu negara. Perubahan-perubahan tersebut meliputi antara lain perubahan inflasi, nilai tukar mata uang, pertumbuhan ekonomi, permintaan, atau kebijakan pemerintah. Suatu entitas harus mengungkapkan jumlah keseluruhan keuntungan atau kerugian yang muncul pada pengakuan awal aset biologis dan produk agrikultur dan dari perubahan nilai wajar dikurangi dengan perkiraan biaya-biaya pada titik penjualan. Metode dan asumsi yang digunakan dalam menentukan nilai wajar juga harus diungkapkan. Nilai wajar dikurangi dengan perkiraan biaya-biaya pada titik penjualan terhadap produk agrikultur yang dipanen selama periode tersebut harus diungkapkan pada titik panen. Ketika nilai wajar tidak dapat diukur dengan andal, maka pengungkapan tambahan diperlukan. Martani, et al (2012:290) menyatakan bahwa aset tetap disajikan di laporan posisi keuangan pada bagian aset tidak lancar. Aset biologis disajikan ke dalam aset lancar ketika masa manfaat/masa transformasi biologisnya kurang dari atau sampai dengan 1 (satu) tahun dan disajikan sebagai aset tidak lancar jika masa manfaat/masa transfomasi biologisnya lebih dari 1 (satu) tahun. Dalam ED PSAK No.69 entitas mengakui aset biologis atau produk agrikultur ketika, dan hanya ketika: 1. Entitas mengendalikan aset biologis sebagai akibat dari peristiwa masa lalu; 2. Besar kemungkinan manfaat ekonomik masa depan yang terkait dengan aset biologis tersebut akan mengalir ke entitas; dan 3. Nilai wajar atau biaya perolehan aset biologis dapat diukur secara andal. Aset biologis diukur pada saat pengakuan awal dan pada setiap akhir periode pelaporan pada nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual. Pengukuran nilai wajar aset biologis atau produk agrikultur dapat didukung dengan mengelompokkan aset biologis atau produk agrikultur sesuai dengan atribut yang signifi kan; sebagai contoh, berdasarkan usia atau kualitas. Entitas memilih atribut yang sesuai dengan atribut yang digunakan di pasar sebagai dasar penentuan harga. Entitas mengungkapkan: (a) keberadaan dan jumlah tercatat aset biologis yang kepemilikannya dibatasi, dan jumlah tercatat aset biologis yang dijaminkan untuk liabilitas; (b) jumlah komitmen untuk pengembangan atau akuisisi aset biologis; dan (c) strategi manajemen risiko keuangan yang terkait dengan aktivitas agrikultur. 2.4
Perbandingan Penggunaan Pendekatan Nilai Wajar dan Nilai Historis Charles Elad (2004) menyatakan bahwa IAS 41 dinilai kontroversial karena menampilkan perbedaan yang paling radikal dan menyeluruh dari akuntansi nilai historis, sehingga menimbulkan masalah-masalah teori dan praktek. Perbedaan ini antara lain dapat terlihat pada nilai aset, pendapatan dan laba perusahaan. Dia juga menyatakan bahwa penggunaan penilaian subjektif dalam memperkirakan nilai wajar, seperti harga pasar aset sejenis atau penggunaan model nilai sekarang, akan menghasilkan perlakuan yang berbeda yang akan menghambat komparabilitas dan harmonisasi. Watts (2003) menyatakan bahwa pengukuran dengan menggunakan nilai wajar merupakan subyek manipulasi, oleh karena itu merupakan alat ukur yang lemah terhadap penilaian dan kinerja dibandingkan dengan penggunaan nilai historis. Dia menyatakan bahwa setiap usaha untuk melarang konservatisme akuntansi pasti akan gagal dan akuntansi tidak dapat bersaing dengan pasar dalam menilai suatu perusahaan (Watt, 2006). Penttinen et al. (2004) menyatakan bahwa penerapan nilai wajar akan menyebabkan fluktuasi yang tidak realistis pada laba bersih perusahaan-perusahaan kehutanan. Sementara Herbohn dan Herbohn serta Dowling dan Godfrey (2001) menekankan adanya peningkatan volatilitas, manipulasi dan subyektifitas dari pendapatan yang dilaporkan berdasarkan nilai wajar. 26
2.5
Penelitian Terdahulu Farida (2013), dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Perlakuan Akuntansi Aset Biologis Berdasarkan International Accounting Standard 41 Pada PT. Perkebunan Nusantara VII (Persero). Dalam penelitian ini menyimpulkan bahwa Aset biologis pada PTPN diakui sebagai persediaan dan dinilai berdasarkan nilai yang lebih rendah antara harga perolehan dan nilai realisasi bersih (net realizable value). Berbeda dengan IAS 41 yang pengakuannya juga menggunakan nilai wajar sebagai dasarnya. Selain itu Pengukuran Aset biologis berupa tanaman perkebunan pada PTPN VII (Persero) berdasarkan harga perolehan karena didasarkan pada pertimbangan bahwa nilai ini lebih terukur sehingga mampu memberikan informasi yang lebih andal. Pengukuran aset biologis pada PTPN VII (Persero) yang hanya berdasarkan harga perolehan dipandang belum mampu memberikan informasi yang relevan bagi pengguna laporan keuangan, karena nilai tersebut dianggap belum mampu menunjukkan informasi tentang nilai sebenarnya yang dimiliki oleh aset biologis. Dalam penelitian ini juga didapat bahwa Pencatatan Aset Biologis ke dalam jurnal dilakukan berdasarkan harga perolehan, belum menggunakan nilai wajar seperti pada ketentuan IAS 41. Penyajian Aset Biologis yaitu tanaman telah menghasilkan disajikan dengan nilai setelah dikurangi dengan akumulasi penyusutannya. Sedangkan produk agrikultur yang diakui sebagai persediaan disajikan dalam kelompok aset lancar (current asset), produk agrikultur yang siap dijual ditampilkan sebagai persediaan barang jadi dan produk agrikultur yang akan digunakan dalam proses produksi berikutnya ditampilkan sebagai persediaan bahan baku/pelengkap. Penelitian ini juga berkesimpulan bahwa Kurangnya peninjauan dan berbagai kesulitan yang dialami oleh perusahaan untuk mendapat informasi mengenai biaya-biaya yang berhubungan dengan aset biologis berupa tanaman perkebunan menyebabkan adanya kemungkinan aset biologis berupa tanaman perkebunan dapat disajikan lebih (under value) atau lebih tinggi (over value) dari yang seharusnya. Sehingga memungkinkan informasi mengenai aset biologis pada PTPN VII (Persero) masih kurang andal dan kurang relevan. Maruli dan Mita (2010), dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Pendekatan Nilai Wajar dan Nilai Historis Dalam Penilaian Aset Biologis Pada Perusahaan agrikultur: Tinjauan Kritis Rencana Adopsi IAS 41. Dalam penelitian ini tidak menemukan adanya perbedaan signifikan atas unsur laporan keuangan juga Penelitian ini tidak menunjukkan bahwa ada Perbedaan dalam hal praktek perataan laba yang dilakukan oleh perusahaan yang menerapkan nilai wajar. Secara keseluruhan, hasil penelitian ini menjelaskan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada nilai dan volatilitas aset, pendapatan, laba, ROA dan Income Smoothing Index (ISI) antara perusahaan-perusahaan agrikultur yang menggunakan pendekatan nilai wajar dengan yang menggunakan pendekatan nilai historis, serta tidak ditemukannya pengaruh yang berbeda antara penggunaan pendekatan nilai wajar dengan pendekatan nilai historis terhadap volatilitas earnings perusahaan. Sari (2015) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Pengakuan, Pengukuran, Pengungkapan, Dan Penyajian Aset Biologis Berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan Pada PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) menyimpulkan bahwa Aset biologis pada PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) diakui menjadi 2 (dua) yaitu aset tanaman semusim dan aset tanaman tahunan. Aset biologis pada PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) diukur berdasarkan harga perolehan karena dengan nilai ini lebih terukur sehingga menjadikan kualitas informasi laporan keuangan semakin baik dan relevan. Aset biologis pada PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) diungkapkan telah sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan. Perusahaan membuat rincian mengenai jenis dan jumlah aset biologis, metode penyusutan, umur manfaat dan tarif penyusutan, serta rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode. Aset biologis pada PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) disajikan pada laporan posisi keuangan dalam kelompok aset tidak lancar (non current asset) berupa tanaman menghasilkan dan tanaman belum menghasilkan. III. METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Penelitian ini selain menggunakan metode penelitian kualitatif menggunakan pendekatan analisis komparatif. Selain menjelaskan keadaan pada objek penelitian, penelitian juga ingin melihat dampak dari 27 3.1
rencana penerapan ED PSAK No.69 tentang agrikultur jika diterapkan pada Daerah Likupang Selatan, bagaimana penerimaan petani daerah tersebut, dan bagaimana cara mereka beradaptasi dengan standar pelaporan yang baru. 3.2
Metode Analisis Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis deskriptif komparatif. Dalam Metode ini data yang diperoleh dianalisis secara kualitatif, yaitu dengan mengkaji, memaparkan, menelaah, dan menjelaskan data-data yang diperoleh untuk mendapatkan gambaran yang jelas dan menyeluruh tentang proses pengakuan dan pengukuran produk agrikultur berupa kelapa yang ada pada Desa di Daerah Likupang Selatan. IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Objek Penelitian Daerah Likupang Selatan merupakan salah satu kecamatan di Minahasa Utara, Provinsi Sulawesi Utara. Sumber daya pertanian dan perkebunan dengan primadona tanaman kelapa terbesar di seluruh wilayah Minut sehingga merupakan usaha tani utama penduduk. Letak Geografisnya, membuat Daerah ini lebih tinggi suhunya dibandingkan dengan Daerah lain di Minahasa. Keadaan ini membuat, tumbuhan kelapa tumbuh subur dan cepat perkembangannya. Penduduk Daerah Likupang Selatan terkenal dengan hasil alam yaitu Kopra. Pembudidayaan tanaman kelapa, merupakan keterampilan dari penduduk Minahasa Utara. Semua bagian dari tanaman kelapa dapat dimanfaatkan. Oleh karena itu, tanaman kelapa menjadi komoditi utama daerah ini. 4.1
4.2
Perlakuan Akuntansi Produk Agrikultur pada Desa di Kecamatan Likupang Selatan Petani Kopra pada Desa di Kecamatan Likupang Selatan menyusun laporan keuangannya dengan sistem tradisional. Sistem Tradisional, melakukan pengakuan produk agrikultur berdasarkan harga perolehan. Harga perolehan adalah semua biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh aset tersebut mulai dari biaya pembelian hingga semua biaya-biaya yang timbul hingga aset tersebut siap dipergunakan. Sistem ini melakukan pencatatan secara manual. Pemrosesan data dengan sistem konvensional memerlukan waktu yang cukup lama. Sistem yang digunakan lebih sederhana yang tercermin dari dokumen yang ada dan belum sesuai acuan standar umum PSAK, pelaksanaan fungsi-fungsi terkait belum optimal dan penerapan pengendalian intern masih kurang. Penyajian laporan keuangan umumnya hanya menyangkut laporan historis sehingga tidak dapat menggambarkan secara eksplisit prospek masa depan. Angka-angka akuntansi umumnya didasarkan pada hasil transaksi pertukaran sehingga hanya menggambarkan nilai pada saat itu. Laporan keuangan tidak menggambarkan likuiditas dan arus kas. Laporan yang digunakan bersifat umum, bukan melayani kepentingan khusus. Laporan yang dikeluarkan menerapkan prinsip bahwa laba itu hanya ada ketika adanya jual-beli. Laporan keuangan pada Desa di kecamatan Likupang Selatan secara umum masih sangat sederhana dan perlu di sosialisasikan cara pencatatan dan pelaporan laporan keuangan yang benar, sehingga usaha-usaha yang ada boleh terus berlangsung dan terlaksana dengan benar dan lebih baik lagi kedepan. Adapun laporan yang disajikan oleh petani Desa umumnya hanya sebatas laporan kas yang sederhana seperti jual beli, didalamnya termasuk biaya-biaya yang dikeluarkan untuk pemeliharaan, dan perhitungan untuk aset dan penyusutannya seringkali diabaikan. Pelaporan seperti ini harus diperbaiki. Aset biologis harus dicatat sebagai aset tidak lancar, dan harus diklasifikasikan menurut aset yang dikategorikan untuk kembangbiakan baik yang sudah menghasilkan maupun yang belum menghasilkan dan aset yang dikategorikan untuk dijual. 4.3
Perlakuan Akuntansi Menurut ED PSAK No.69 tentang Agrikultur Aset biologis diukur pada saat pengakuan awal dan pada setiap akhir periode pelaporan pada nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual. Pengukuran nilai wajar aset biologis atau produk agrikultur dapat 28
didukung dengan mengelompokkan aset biologis atau produk agrikultur sesuai dengan atribut yang signifi kan; sebagai contoh, berdasarkan usia atau kualitas. Entitas memilih atribut yang sesuai dengan atribut yang digunakan di pasar sebagai dasar penentuan harga. Dalam seluruh kasus, entitas mengukur produk agrikultur pada titik panen pada nilai wajar setelah dikurangi biaya untuk menjual. Pernyataan ini mencerminkan pandangan bahwa nilai wajar produk agrikultur pada titik panen selalu dapat diukur secara andal. Keuntungan atau kerugian yang timbul pada saat pengakuan awal aset biologis pada nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual dan dari perubahan nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual aset biologis dimasukkan dalam laba rugi pada periode dimana keuntungan atau kerugian tersebut terjadi. Kerugian mungkin timbul pada saat pengakuan awal aset biologis, karena biaya untuk menjual dikurangkan dalam menentukan nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual aset biologis. Keuntungan mungkin timbul pada saat pengakuan awal aset biologis, seperti ketika anak sapi lahir. Keuntungan atau kerugian yang timbul pada saat pengakuan awal produk agrikultur pada nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual dimasukkan dalam laba rugi pada periode dimana keuntungan atau kerugian tersebut terjadi. Keuntungan atau kerugian dapat timbul pada saat pengakuan awal produk agrikultur sebagai akibat dari hasil panen. Aset biologis dapat diklasifi kasikan baik sebagai aset biologis menghasilkan maupun belum menghasilkan. Aset biologis menghasilkan adalah aset yang telah mencapai spesifi kasi untuk dipanen (untuk aset biologis yang dapat dikonsumsi) atau mampu menghasilkan panen yang berkelanjutan (untuk aset biologis produktif). Entitas mengungkapkan: (a) keberadaan dan jumlah tercatat aset biologis yang kepemilikannya dibatasi, dan jumlah tercatat aset biologis yang dijaminkan untuk liabilitas; (b) jumlah komitmen untuk pengembangan atau akuisisi aset biologis; dan (c) strategi manajemen risiko keuangan yang terkait dengan aktivitas agrikultur. Entitas menyajikan rekonsiliasi perubahan jumlah tercatat aset biologis antara awal dan akhir periode berjalan. Rekonsiliasitersebut mencakup: (a) keuntungan atau kerugian yang timbul dari perubahan nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual; (b) kenaikan karena pembelian; (c) penurunan yang diatribusikan pada penjualan dan aset biologis yang diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk dijual (atau termasuk dalam kelompok pelepasan yang diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk dijual) sesuai dengan PSAK 58; (d) penurunan karena panen; (e) kenaikan yang dihasilkan dari kombinasi bisnis; (f) selisih kurs neto yang timbul dari penjabaran laporan keuangan ke mata uang penyajian yang berbeda, dan penjabaran dari kegiatan usaha luar negeri ke mata uang penyajian entitas pelapor; dan (g) perubahan lain. Contoh laporan Posisi Keuangan Produk Agrikultur : PT. XX Catatan 31 Desember 31 Desember Laporan Posisi Keuangan 20x1 20x0 ASET Aset Lancar Kas 10.000 10.000 Piutang Usaha dan Piutang Lain-lain 88.000 65.000 Persediaan 82.950 70.650 Total Aset Lancar 180.950 145.650 Aset tidak lancer Aset biologis-belum menghasilkan 52.060 47.730 Aset biologis -menghasilkan 372.990 411.840 Subtotal-aset biologis 425.050 459.570 Aset tetap 1.462.650 1.409.800 Total Aset tidak lancar 1.887.700 1.869.370 Total Aset 2.068.650 2.015.020
29
Ekuitas dan Liabilitas Liabilitas Jangka Pendek Utang Usaha dan Utang Lain-lain Total Liabilitas Jangka Pendek Ekuitas Modal Saham Saldo Laba Total Ekuitas Total Ekuitas dan Liabilitas
165.822 165.822
150.020 150.020
1.000.000 902.828 1.902.828 2.068.650
1.000.000 865.000 1.865.000 2.015.020
Laporan Penghasilan Komprehensif Lain PT. XX Catatan Laporan Penghasilan Komprehensif Nilai Wajar produk yang diproduksi Keuntungan yang timbul dari perubahan nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual aset biologis
Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 20x1 518.240 39.930 558.170 (137.523) (127.283) (15.250) (197.092) (477.148) 81.022 (43.194) 37.828
Persediaan yang digunakan Biaya Pegawai Biaya Penyusutan Beban Operasi lain Laba Operasi Pajak Penghasilan Penghasilan Komprehensif tahun berjalan Laporan Perubahan Ekuitas PT.XX
Untuk Tahun yg Berakhir 31 Desember 20x1
Laporan Perubahan Ekuitas Saldo per Januari 20x1 Penghasilan Komprehensif tahun berjalan Saldo per 31 Desember 20x1
Modal Saham 1.000.000 1.000.000
30
Saldo Laba 865.000 37.828 902.828
Total 1.865.000 37.828 1.902.828
Laporan Arus Kas PT.XX Laporan Arus Kas Arus kas dari Aktivitas Operasi Penerimaan kas dari penjualan produk agrikultur Penerimaan Kas dari penjualan aset biologis Pembayaran kas untuk perlengkapan dan karyawan Pembayaran kas untuk pembelian ternak sapi perah
Catatan
Pajak Penghasilan Kas Neto dari Aktivitas Operasi Arus kas dari aktivitas Investasi Pembelian Aset tetap Kas Neto yang digunakan untuk aktivitas investasi Kenaikan neto kas Kas pada awal periode Kas pada Akhir periode
Untuk Tahun yg Berakhir 31 Desember 20x1 498.027 97.913 (460.831) (23.815) 111.294 (43.194) 68.100 (68.100) (68.100) 0 10.000 10.000
Dampak yang akan ditimbulkan PSAK No.69 tentang agrikultur adalah kesalahan pada pengakuan nilai wajar, petani mungkin sulit dalam penentuan nilai wajar jika tidak ada dasar perhitungan yan diberikan. Dan kemungkinan yang terjadi berikut adalah terjadinya perataan laba atau manipulasi nilai pengakuan atas aset. Dan hal ini bisa berdampak pada pelaporan yang tidak benar. Namun hal ini seharusnya dapat dihindari karena nilai wajar menawarkan kemudahan dibandingkan dengan menerapkan biaya historis. Dengan menerapkan ED PSAK No.69 tentang agrikultur maka petani/pengusaha tanaman kelapa akan merasakan manfaat seperti kelangsungan usaha mereka kedepan sehingga boleh bersaing dengan pasar Global. Dengan adanya pelaporan menurut SAK yang baru yang nantinya akan diterapkan pada 2017, maka petani memiliki gambaran yang benar tentang aset yang mereka miliki. V. PENUTUP Kesimpulan Desa di Daerah Likupang Selatan masih melakukan pencatatan dan pelaporan keuangan dengan sistem konvensional. Pencatatan yang dilakukan sangat sederhana hanya menyangkut jual beli termasuk didalamnya biaya-biaya yang dikeluarkan untuk pemeliharaan terhadap aset biologis tersebut. Penyajian laporan keuangan umumnya hanya menyangkut laporan historis sehingga tidak dapat menggambarkan secara eksplisit prospek masa depan. Angka-angka akuntansi umumnya didasarkan pada hasil transaksi pertukaran sehingga hanya menggambarkan nilai pada saat itu. 5.1
5.2
Saran Pengusaha kelapa di Desa Daerah Likupang Selatan, dapat menerapkan pencatatan dan pelaporan menurut ED PSAK No.69, namum agar supaya berhasil, sebelum penerapan pada tahun 2017, sebaiknya harus dilakukan sosialisasi penerapan PSAK No.69 yang baru dan juga SAK-ETAP dan manfaat yang akan didapatkan dengan adanya penerapan tersebut. DAFTAR PUSTAKA Accounting Principles Board. 1970. APB Statement No.4 Basic Concepts and Accounting Principles Underlying Financial Statement of Business Enterprises. AICPA. Baridman, Zaki. 1986. Intermediate Accounting Theory. Edisi alih bahasa. Yogyakarta: AK Group. 31
Dewan Standar Akuntansi Keuangan. 2015. Exposure Draft PSAK No.69 tentang Agrikultur. Jakarta. Farida, Ike. 2013. Analisis perlakuan akuntansi Aset biologis berdasarkan IAS 41 pada PT.Perkebunan Nusantara VII (Persero). Universitas Negeri Surabaya. Surabaya. Financial Accountig Standards Boards 1984. Statement of Financial Accounting Concepts No.3. Stamford. Connecticut. Ikatan Akuntan Indonesia. 2015. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba Empat. International Accounting Standard Committee (IASC). 2000. International Accounting Standard No.41, Agriculture. Kieso, Donald E., Jerry J. Weygandt, and Terry D. Warfield. 1998. Intermediate Accounting. 9th Ed. New York: John Willey & Sons, Inc. Damba Satria, Dandy. 2008. Perlakuan Akuntansi Atas Aktiva Biologis dan Penyajiannya dalam Laporan Keuangan Perusahaan. Surabaya: Universitas Airlangga. Belkauoi dan Riahi, Ahmed. 2004. Accounting Theory. Jakarta: Salemba Empat. Ahmed, A.S and Takeda, C. (1995) “Stock market valuation of gains and losses on commercial banks’ investment securities. An empirical analysis”. Journal of Accounting and Economics, 20, p. 207225. Argiles, Joseph M, et al., ed. “Fair Value versus Historic Cost Valuation for Biological Assets: Implication for the Quality of Financial Information.” Documents De Treball, De La Facultat D’Economia I Empresa (2009): 1-16. Barth, M.E. (1994) “Fair value accounting and the management of the firm”. Critical Perspectives on Accounting, 14, p. 383-415. Bleck, A. and Liu, X. (2007) “Market transparency and the accounting regime”. Journal of Accounting Research, 45(2), p. 229-256. Choy, A.K. (2006) “Fair value as a relevant metric: a theoretical investigation” Available at SSRN: http://ssrn.com/abstract=878119 Danbolt, J. and Rees, W. (2008) “An experiment in fair value accounting: UK investment vehicles”. European Accounting Review, 17(2), p. 271-303. Donald E Kieso, Weygandt, and Warfield. Intermediate Accounting, Twelfth edition, USA: John Willey & Son, Inc, 2007. Elad, Ch. (2004) “Fair Value accounting in the agricultural sector: some implication from the international accounting harmonization”. European Accounting Review, 13(4), p. 621-641. Herborhn, K. and Herbohn, J. (2006) “International Accounting Standard (IAS) 41: what are the implications for reporting forest assets?”. Small-scale Forest Economics, Management and Policy, 5(2), p. 175-189 Hongren, Datar & Foster. Cost Accounting, A Managerial Emphasis, 11th Edition, New Jersey: Pearson Education, Inc., 2003. Iniguez, R. and Poveda, F. (2004) “Long-run abnormal returns and income smoothing in the Spanish stock market”, European Accounting Review, 13(1), p. 105-130 Maruli, Saur., Mita, Aria Farah. 2010. Analisis pendekatan Nilai wajar dan nilai Historis dalam Penilaian Aset Biologis pada Perusahaan Agrikultur : Tinjauan Kritis Rencana Adopsi IAS 41. Universitas Indonesia. SNA XIII Purwekerto. Mulyono, Sri. Statistika Untuk Ekonomi Edisi Kedua, Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia, 2003.
32
Nachrowi, D Nachrowi, Hardius Usman. Pendekatan Populer dan Praktis Ekonometrika Untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan, Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia, 2006. Nastiti, Desti Harum Dewi. 2014. Deplesi Aset Biologis pada Peternakan Sapi Perah KUD Kota Boyolali. Universitas Dian Nuswantoro. Sari, Ana Yuwanita. 2015. Analisis pengakuan, Pengukuran, pengungkapan dan Penyajian Aset Biologis berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan pada PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero). Universitas Muhammadiyah Surakarta. Schroeder, Richard G, Myrtle W, Jack M. Financial Accounting Theory and Analysis: Text and Cases, 9th Editon, USA: John Willey & Son, Inc, 2009. Plantin, G. and Sapra, H. (2008) “Marking-to-market: panacea or Pandora’s box?”. Journal of Accounting Research, 46, p. 435-436. Ronen, J. (2008) “To fair value or not to fair value: a broader perspective”, Abacus, 44(2), p. 181-208. Sekaran, Uma. Research Methods for Business, 4th Edition, USA: John Willey & Son, Inc, 2003. Svensson, Anders, et al., ed. “The Swedish Forest Industry’s Application of the IAS 41 – Agriculture.” Master’s Thesis, Stockholm School of Economics (2008): 4-16. Watts, R.L (2006) “What has the invisible hand achieved?”. Accounting and Business Research, 36(special issue), 51-61. Winarno, Wing Wahyu. Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan Eview, Edisi Kedua, Yogyakarta: Unit Penerbit dan Percetakan Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN, 2009.
33
SISTEM PENETAPAN DAN PEMUNGUTAN PAJAK SARANG BURUNG WALET DI KABUPATEN MINAHASA UTARA Meybi Marliane Pongoh¹ Ventje Ilat² Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Jurusan Akuntansi Universitas Sam Ratulangi Manado email: ¹
[email protected] ²
[email protected] ABSTRACT Local tax is an obligatory contribution which is made by the region government for taxable individual or institution without an equal directly rewards, which is used to sponsoring goverment performance and development. Taxation of swift’s nest is a tax on the extraction and exploitation of swift’s nest. This thesis discusses about system of establishment and collection of swift’s nest which aims to determine a fair taxation system accordance with fairness collection tax principle and it’s mechanism undertaken by govermentas know as department of revenue MINUT. The analytical method of this thesis is qualitative descriptive. The result of this research are show that the determination of swift’s nest taxation is already accordance with it’s fairness collection tax principle and it’s already well underway. So that the target of swift’s nest taxation revenue is already realized. Although, there are some constraints in term of collecting swift’s nest taxation at MINUT. Keywords : Swift’s Nest Taxation, Tax’s astablisment, Tax’s Collection.
34
PENDAHULUAN Latar Belakang Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, daerah mendapat peluang untuk menggali secara maksimal dana yang ada di daerahnya, dengan tetap memperhatikan kondisi ekonomi dan sosial daerah dalam undang-undang tersebut, pemerintah daerah diizinkan untuk memungut beberapa jenis pajak baru, di antaranya pajak sarang burung walet. Salah satu pajak yang memberikan kontribusi terhadap negara adalah Pajak Sarang burung walet. Pajak Sarang burung walet adalah pajak atas kegiatan pengambilan dan atau pengusahaan sarang burung walet. Burung Walet yaitu satwa yang termasuk marga collocalia, yaitu collocalia fuchliap haga, collocalia maxina, collocalia esculanta, dan collocalia linchi. Usaha Sarang Burung Walet merupakan usaha yang dapat mendatangkan penghasilan yang lumayan karenakan harga (nilai) Sarang tersebut yang cukup mahal, dari hasil pengusaha yang bisa menghasilkan pendapatan yang besar dari usaha sarang burung walet ini. Melihat potensi penghasilan dari sarang burung walet yang cukup besar, maka pemerintah tergerak untuk memungut pajak terhadap usaha tersebut. Tujuan utama pemungutannya adalah untuk mendukung Pendapatan Asli Daerah (PAD). Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan salah satu wujud nyata dari tingkat kemandirian daerah dengan tingkat kemampuan pemerintah daerah dalam memobilisasi sumber-sumber dana daerah untuk melaksanakan pembangunan daerah guna meningkatkan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat. Peningkatan kesejahteraan masyarakat ditandai dengan membayar pajak dan retribusi daerah. Pemungutan pajak yang adil dan efisien harus diterapkan terhadap semua sektor pemungutannya, termasuk pada pajak sarang burung walet. Ketika pemungutan pajak dan sarang burung walet dilaksanakan dengan adil dan efisien, maka nantinya akan berpengaruh terhadap hasil yang diterima. Pemungutan pajak yang adil, pengaruh yang dapat dirasakan yaitu dengan bertambahnya jumlah pengusaha sarang burung walet yang melaporkan usahanya untuk dikenakan pajak di dinas pendapatan daerah. Ketika makin banyak melapor maka hal ini akan berpengaruh pada realisasi pendapatan pajak dari sarang burung walet. Karena penerimaan pajak sarang burung walet tergolong kecil di antara pajak-pajak yang lain, namun dengan adanya syarat pemungutan yang efisien maka pajak sarang burung walet ini akan terasa berpengaruh terhadap penerimaan kas daerah. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana sistem penetapan pajak dan pemungutannya terhadap Pajak Sarang Burung Walet di Kabupatan Minahasa Utara. TINJAUAN PUSTAKA Konsep Akuntansi Akuntansi adalah suatu seni pencatatan, pengklasifikasian, dan pengikhtisaran dalam cara yang signifikan dan satuan mata uang, transaksi – transaksi dan kejadian – kejadian yang paling tidak sebagian diantaranya, memiliki sifat keuangan, dan selanjutnya menginterpretasikan hasilnya. American institute of certified public accountants dalam (Belkaoui, 2011:50). Secara umum, akuntansi (accounting) dapat diartikan sebagai sistem informasi yang menyediakan laporan untuk para pemangku kepentingan mengenai aktivitas ekonomi dan kondisi perusahaan (Reeve. et, al. 2013:9). Konsep Pajak Pajak merupakan sumber utama penerimaan negara dan daerah. Tanpa pajak, sebagian besar kegiatan pemerintahan sulit untuk dapat dilaksanakan. Pelayanan yang diberikan pemerintah merupakan suatu kepentingan umum (public utilities) untuk kepuasan bersama, sehingga pajak yang mengalir dari masyarakat akhirnya kembali lagi untuk masyarakat (Waluyo, 2010:4). Penggunaan uang pajak meliputi belanja pegawai sampai dengan pembiayaan berbagai proyek pembangunan sarana umum seperti jalanjalan, jembatan, listrik, air, sekolah, rumah sakit, dan sebagainya. Uang pajak juga digunakan untuk pembiayaan dalam rangka memberikan rasa aman bagi seluruh lapisan masyarakat. Setiap warga negara mulai saat dilahirkan sampai dengan meninggal dunia, menikmati fasilitas atau pelayanan dari pemerintah 35
yang semuanya dibiayai dengan uang yang berasal dari pajak. Dengan demikian jelas bahwa peranan pajak bagi suatu negara menjadi sangat dominan dalam menunjang jalannya roda pemerintahan dan pembiayaan pembangunan, dengan perkataan lain harus dapat mendorong pengembangan ekonomi jadi lebih baik (Ilyas, 2010:3) Pajak Daerah Secara umum, pajak daerah adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (TMBooks, 2013:7). Selain itu, pajak daerah juga memiliki arti yang hampir sama, yaitu pajak yang dipungut daerah berdasarkan peraturan pajak yang ditetapkan oleh daerah untuk kepentingan pembiayaan rumah tangga pemerintah daerah tersebut. (Mardiasmo, dikutip dalam Samudra, 2015:68). Menurut (Ismail, 2011), pajak daerah yang baik pada prinsipnya harus dapat memenuhi dua kriteria yaitu: a) Pajak daerah harus memberikan pendapatan yang cukup tinggi bagi daerah dengan derajat otonomi fiskal yang dimilikinya. b) Pajak daerah harus secara jelas berdampak pada tanggung jawab fiskal yang dimiliki oleh pemerintah daerah yang bersangkutan. Pajak Sarang Burung Walet Pajak Sarang Burung Walet adalah pajak atas kegiatan pengambilan dan/atau penguasaan sarang burung walet. Burung Walet adalah satwa yang termasuk marga collocalia, yaitu collocalia fuchliap haga, collocalia maxina, collocalia esculanta, dan collocalia linchi. Penelitian Terdahulu Nurhidayati (2010) dengan judul Evaluasi Penerimaan Pajak Sarang Burung Walet. Tujuan penelitian ini untuk Mengevaluasi pungutan pajak sarang burung walet di kota Bengkulu berdasarkan kriteria pemungutan pajak yang baik berdasarkan prinsip Smith Canons menggunakan metode Kualitatif. Hasil penelitian Evaluasi pajak sarang burung walet ini dilakukan melalui penilaian berdasarkan kriteria pemungutan pajak daerah, selain itu dilakukan pula perhitungan potensi penerimaan pajak sarang burung walet. Hasil perhitungan potensi yang didapatkan, penerimaan pajak sarang burung walet ini sudah mempunyai potensi yang sangat besar sehingga sangat memberikan kontribusi yang tinggi pada PAD. Hafshah Muhardiana (2011) dengan judul Kontribusi Pajak sarang burung walet dalam meningkatkan PAD Kab. Kepulauan meranti. Tujuan penelitian ini Untuk mengetahui pelaksanaan pemungutan pajak sarang burung. Menggunakan metode kualitatif. Hasil penelitian Pelaksanaan pemungutan pajak telah berjalan dengan baik dan sudah terealisasi sesuai dengan target yang di anggarkan.
METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Berdasarkan judul penelitian yang ada, penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Metode penelitian dinamakan sebagai metode baru (Sugiyono, 2012:7). Secara umum, penelitian deskriptif adalah sebuah metode dalam meneliti suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu peristiwa yang terjadi. Menurut (Sugiyono, 2012: 13) penelitian deskriptif dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan, atau menghubungkan dengan variabel lain. Tujuan dari penelitian deskriptif adalah untuk membuat suatu deskripsi, gambaran, ataupun penjelasan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat dari fenomena atau peristiwa yang diselidiki.
36
Tempat dan Waktu Penelitian Lokasi Penelitian di Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Minahasa Utara, dengan waktu penelitian dimulai pada bulan Februari sampai dengan bulan April 2016. Prosedur Penelitian Menentukan Rumusan Masalah, Menentukan dan Mencari Informasi Pendukung Penelitian, Menentukan Metode Pengumpulan Data, Menentukan Prosedur Pengelolan Data, Pengambilan dan Pengumpulan Data, Pengelohan Data Penarikan Kesimpulan, Pemberian Saran. Metode Pengumpulan Data Jenis Data Jenis data yang digunakan penulis merupakan data kualitatif. Data kualitatif merupakan data yang berbentuk non numerik. Data ini menggunakan penjelasan konkrit dalam bentuk kalimat dalam menjelasakan fakta dan fenomena yang diteliti. Sumber Data Sumber data terbagi atas dua tipe, yaitu data primer dan data sekunder. 1. Data primer adalah data asli yang dikumpulkan sendiri oleh peneliti untuk menjawab masalah penelitiannya secara khusus (Sunyoto, 2011:22). Data ini belum pernah dikumpulkan di periode waktu sebelumnya. Data ini merupakan data utama yang digunakan dalam penelitian, biasanya berbentuk observasi langsung dengan pihak terkait. 2. Data sekunder adalah data yang bersumber dari catatan yang ada pada perusahaan dan dari sumber lainnya (Sunyoto, 2011:23). Data sekunder dalam penelitian ini adalah dokumen yang didapat peneliti pada lokasi penelitian, juga didukung oleh literature, dan penelitian terdahulu. Teknik Pengumpulan Data Teknik dan cara pengumpulan data yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Penelitian lapangan Teknik ini dilakukan dengan melaksanakan wawancara dengan pegawai dan pimpinan untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini. Pengambilan data yaitu pengambilan Daftar nama wajib pajak sarang burung walet, Mekanisme Penetapan dan Pemungutan pajak sarang burung walet yang ada di dinas pendapatan daerah kebupaten minahasa utara, serta datdata lain yang berhubungan dengan penelitian ini. 2. Penelitian kepustakaan Teknik ini dilakukan dengan cara mendapatkan informasi dari teori-teori dengan cara mempelajari serta mengutip dari buku-buku literature, jurnal, serta bahan-bahan informasi lainnya yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Metode Analisis Analisis data adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang (Moleong, 2011:248). Penelitian ini menggunakan metode analisis data secara deskriptif. Peneliti mencoba mengolah data yang diperoleh sesuai dengan peraturan bupati dan diolah lewat pendeskripsian sebuah fenomena yang diteliti lewat penjelasan fakta berdasarkan data di lapangan.
37
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Deskriptif Objek Penelitian Kabupaten Minahasa Utara (sering disingkat Minut) dengan pusat pemerintahan dan ibukota di Airmadidi, terletak di Provinsi Sulawesi Utara. Kabupaten ini memiliki lokasi yang strategis karena berada di antara dua kota, yaitu Manado dan kota pelabuhan Bitung. Dengan jarak dari pusat kota Manado ke Airmadidi sekitar 12 km yang dapat ditempuh dalam waktu 30 menit. Sebagian dari kawasan Bandar Udara Sam Ratulangi terletak di wilayah Minahasa Utara. Kabupaten Minahasa Utara terletak di Provinsi Sulawesi Utara yang berjarak ±19 km dari Ibu Kota Provinsi. Merupakan daerah otonom baru yang dimekarkan dari Kabupaten Minahasa melalui Undang-undang Nomor 33 Tahun 2003 dan diresmikan pada tanggal 7 Januari 2004. Memiliki potensi alam yang luas serta kekayan sejarah dan budaya daerah yang menjadi daya tarik tersendiri Kabupaten Minahasa Utara sebagai daerah tujuan wisata Indonesia di provinsi Sulawesi Utara, sebagaimana Visi Kabupaten Minahasa Utara : “Kabupaten Tujuan Wisata Tahun 2015” VISI : Minahasa Utara Menjadi Kabupaten Agribisnis, Industri dan Pariwisata Secara Terpadu Serta Berkelanjutan di Tahun 2021. MISI 1. Mengembangkan Agribisnis secara efesien dan efektif. 2. Mewujudkan Kawasan Industri Yang Berwawasan Lingkungan Mendukung Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) di Kauditan, Kema dan Likupang Raya. 3. Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia. 4. Menyediakan Infrastruktur Yang Memadai. 5. Menciptakan Birokrasi Pemerintahan Yang Baik dan Melayani. Hasil Peneltian
No. 1.
Kecamatan Airmadidi
2.
Kema
3.
Kauditan
4.
Kalawat
5.
Dimembe
6.
Talawaan
Tabel 4.1 Desa/Kelurahan Kelurahan Sukur Desa Waleo Desa Kema Desa Tontalete Desa Kaima Desa Lembean Desa Tumaluntung Desa Tontalete Desa Suwaan Desa Kawangkoan Desa Kolongan Desa Wasian Desa Tatelu Desa Lumpias Desa Pinilih Desa Talelu Desa Klabat Desa Warukapas Desa Dimembe Desa Matungkas Desa Tetey Desa Talawaan Desa Mapanget 38
Jumlah 1 1 3 3 2 4 1 1 5 1 1 1 1 1 5 2 7 1 1 1 1 3 1
No.
Tabel 4.1 Desa/Kelurahan Desa Warisa Desa Palaes Desa Tarabitan Desa Likupang Desa kaweruan Desa Sarawet Desa Kokoleh Desa Kaweruan Desa Batu Desa Wangurer
Kecamatan
7.
Likupang Barat
8.
Likupang Timur
9.
Likupang Selatan
Jumlah 1 3 1 3 1 1 5 3 2 1 69
Total Sumber: Dinas Pendapatan Daerah, Minahasa Utara Mekanisme Penetapan dan Pemungutan Pajak Sarang Burung Walet Kasie pendaftaran dan pendataan
Wajib pajak mengisi formulir Kasie penetapan Menerbitkan SKPD
Kasie penagihan Skpd berdasarkan Self assessment
Berdasarkan SKPD Kwitansi pembayaran diterbitkan
Skpd berdasarkan Official assesment
PEMBAYARAN Pengesahan skpd Melalui bendahara
Kabid
Bank sulut
Sekretaris Kepala dinas (tanda tangan)
Dasar Pengenaan Pajak adalah nilai jual sarang burung walet. Nilai jual merupakan hasil perkalian antara volume produksi dengan harga standar yang ditetapkan Bupati. Cara Perhitungan : TARIF PAJAK x DASAR PENGENAAN Tarif Pajak : 10% Dasar Pengenaan : Nilai Jual Sarang Burung Walet Harga Standar Sarang Burung Walet ditetapkan sebagai berikut : 39
No. 1 2 3
JENIS SARANG Sarang Sriti Sarang Walet Putih Sarang Walet Merah
HARGA PER KG Rp. 400.000,Rp. 14.000.000,Rp. 10.000.000,-
Pembahasan Kegiatan pendataan usaha sarang burung walet sebagai objek pajak sekaligus pendataan pemilik/penanggung jawab usaha sarang burung walet sebagai wajib pajak juga melibatkan pihak ketiga seperti Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Minahasa Utara. Pendataan yang dilakukan sudah meliputi data utama seperti jenis bangunan, lokasi tempat usaha, luas bangunan, tahun mulai beroperasi, pemilik/penanggung jawab usaha dan alamat pemilik/penanggung jawab usaha. Data yang dihasilkan tidak memberikan informasi tentang luas bangunan rumah walet, serta sebagian usaha sarang burung walet belum diketahui nama dan alamat pemilik/penanggung jawab usahanya. Data dan informasi yang dihasilkan dari kegiatan pendataan usaha sarang burung walet ini nantinya akan digunakan sebagai dasar bagi Dinas Kabupaten Minahasa Utara untuk mendaftarkan usaha wajib pajak, apabila wajib pajak tidak mendaftarkan sendiri usahanya, sebagaimana yang telah diatur dalam Peraturan Bupati Nomor 24 Tahun 2012 tentang Pelaksanaan dalam tata cara pendaftaran dan pendataan pajak sarang burung walet kabupaten Minahasa Utara, yang berpedoman pada undang-undang perpajakan daerah serta sistem dan prosedur pajak daerah. Proses pemungutan pajak sarang burung walet yang diatur dalam Peraturan Bupati Kabupaten Minahsa Utara dilakukan melalui tahapan seperti yang telah dijelaskan pada halaman sebelumnya dalam hasil penelitian dapat dilihat pada Bagian Mekanisme pemungutan. Dari rangkaian proses pemungutan pajak sarang burung walet seperti yang terlihat pada bagian tsb menjelaskan bagaimana mekanisme pengelolaan pemungutan pajak daerah khusus pajak sarang burung walet. Upaya yang telah dilakukan Pemerintah Kabupaten Minahasa Utara dalam rangka pemungutan pajak sarang burung walet diantaranya dengan melakukan sosialisasi tentang pajak sarang burung walet dan tata cara pengurusan izin usaha sarang burung walet, Kemudian Kepala Dinas Pendapatan kabupaten Minahasa Utara mengeluarkan Surat Perintah Tugas. Surat Perintah Tugas tersebut ditujukan kepada Tim Intensifikasi Sumber-sumber Penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dalam rangka pemutakhiran data potensi pajak daerah Pemerintah Kabupaten Minahasa Utara. Target Nilai penerimaan pajak sarang burung walet di kabupaten Minahasa Utara sebesar Rp. 30.000.000,-/tahun, karena untuk pajak sarang burung walet masih tergolong kecil dibanding pajak-pajak yang lain. Nilai penerimaan untuk saat ini sudah memenuhi target penerimaan pajak sarang burung walet yang telah ditetapkan Pemerintah Kabupaten Minahasa Utara. Dengan kata lain, target penerimaan pajak sarang burung walet yang telah ditetapkan Pemerintah Kabupaten Minahasa Utara sudah tercapai untuk bisa membantu penerimaan daerah. PENUTUP Kesimpulan 1. Mengenai Penetapan Pajak, Menurut Peraturan Bupati Nomor 24 Tahun 2012 Pajak Sarang Burung Walet yang dilakukan oleh Dinas, berpedoman pada undang-undang perpajakan daerah serta sistem dan prosedur pajak daerah. 2. Peraturan Daerah dan Peraturan Bupati tentang pajak sarang burung walet yang sudah diterapkan dengan baik sampai sekarang hingga rangkaian proses pemungutan pajak sarang burung walet bisa mencapai target penerimaan sesuai dengan peraturan yang berlaku. Saran Untuk meningkatkan pendapatan pajak sarang burung pemerintah daerah dapat melakukan upaya optimalisasi intensifikasi pemungutan pajak daerah terutama pajak sarang burung. Hal ini dapat dilakukan dengan pemberian sanksi tegas terhadap para wajib pajak yang tidak mentaati peraturan pajak yang berlaku. 40
DAFTAR PUSTAKA Fitriandi, Yuda Aryanto, Agus Puji Priyono, 2010. Kompilasi Undang-Undang Perpajakan Terlengkap. Salemba Empat. Jakarta Ilyas, B, Wirawan dan Richard Burton, 2010. Hukum Pajak. Salemba Empat. Jakarta Mardiasmo, 2011. Perpajakan Edisi Revisi 2011. Penerbit Andi. Yogyakarta. Maulana, Ahmad, 2012. Analisis Potensi dan Upaya Pemungutan Pajak Sarang Burung Walet. Universitas Indonesia. Jakarta Nurhidayati, 2010. Evaluasi Penerimaan Pajak Sarang Burung Walet di Kota Bengkulu. Universitas Indonesia. Jakarta Siti, Resmi, 2009. Perpajakan: Teori dan Kasus. Salemba Empat. Jakarta Suandy, Erly, 2011. Hukum Pajak Edisi 5. Salemba Empat. Jakarta Sugiyono, 2012. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Alfabeta. Bandung Sunyoto, Danang, 2011. Metodologi Penelitian Ekonomi. CAPS Publishing. Yogyakarta Tanjung, Abdul Hafiz, 2009. Penatausahaan dan Akuntansi Keuangan Daerah untuk SKPD, Edisi 2. Salemba Empat. Jakarta Tmbooks, 2013. Perpajakan: Esensi dan Aplikasi. Penerbit Andi. Yogyakarta Waluyo, 2010. Perpajakan Indonesia Edisi 9. Salemba Empat. Jakarta ______, 2011. Perpajakan Indonesia Edisi 10. Salemba Empat. Jakarta
41
PENGARUH KEJELASAN SASARAN ANGGARAN DAN PARTISIPASI ANGGARAN TERHADAP KINERJA APARAT PEMERINTAH DAERAH KOTA MANADO Nikita Angelita Maria Nangoy Jullie J. Sondakh Harijanto Sabijono Fakultas Ekonomi Dan Bisnis, Jurusan Akuntansi Universitas Sam Ratulangi Manado. Email :
[email protected] [email protected] [email protected]
ABSTRACT Indonesian Law Number 46 of 2011 on Civil Servant Performance Appraisal will help develop effectivity and efficiency of employee performances to reach the objection and vision and mission of a regional administration.The purpose of this study was to determine whether the clarity of budge targeting and budget participation has effect by partial and by simultaneous on the performance of the government officials. The hypothesis was tested using t test and then f test. The population number in this study is 441 people. And, the samples were 30 people of lower managers and staffs in financial and reporting department. The research method used questionnaire with Likert scale measurement. The analytical method used in this research was multiple regression analysis in which the process of data analysis was performed with the aid of computer technology SPSS version 22. The results of the analysis by the t test states that the clarity of budget targeting variables X1 = is 0.317> 0.005, it means that H0 is accepted and Ha rejected, which in other words the clarity of budget targeting does not affect the performance of government officials. Participation budget X2 = is 0.001 <0.005, this means that Ha is accepted and H0 is rejected, which in other words budget participation does affect the performance of government officials. The results of the analysis through F test shows that the level of significance of the variables X1 and X2 is 0.002 <0.005,this means that H 0 is rejected and Ha accepted; in other words, X1 and X2 simultaneously have a significant effect on the performance of government officials (Y).
Keywords: clarity of budget targeting, budget participation, performance of local government officials PENDAHULUAN Latar Belakang Reformasi tahun 1998 telah membuka wacana perubahan manajemen keuangan pemerintah. Terkait pelaksanaan otonomi daerah, pemerintah mengeluarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 yang telah diamandemenkan dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah mengenai penyelenggaraan pemerintahan daerah diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan dan peran serta masyarakat dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan dan kekhasan suatu daerah. Ini pun melahirkan paradigma dalam pelaksanaan otonomi daerah yang meletakan otonomi penuh, luas, dan bertanggung jawab pada daerah. Perubahan reformasi yang paling dominan adalah pada aspek pemerintahan. Sebagai organisasi sektor publik, pemerintah daerah dituntut agar memiliki kinerja yang berorientasi pada kepentingan masyarakat dan mendorong pemerintah agar senantiasa tanggap akan tuntutan lingkungannya, dengan berupaya memberikan pelayanan terbaik secara transparan dan berkualitas serta adanya pembagian tugas yang baik pada pemerintahan tersebut. Tuntutan yang semakin tinggi diajukan terhadap pertanggungjawaban yang diberikan oleh penyelenggara negara atas kepercayaan yang diamanatkan kepada mereka. Dengan kata lain, kinerja instansi pemerintah kini lebih banyak mendapat sorotan karena masyarakat sering memonitor setiap perencanaan pemerintah dalam satu periode. Selain itu, tuntutan atas perubahan organisasi publik baik secara individu ataupun anggota kelompok sangat diharapkan 42
perubahan ini sering ditujukan kepada aparatur pemerintah menyangkut prestasi kerja yang diberikan kepada organisasi. Menurut Kuntomoro (2005 : 103, dalam Rafika 2010) kinerja organisasi publik adalah hasil akhir (output) organisasi yang sesuai dengan tujuan organisasi, transparan dalam pertanggungjawaban, efisien, sesuai dengan kehendak pengguna jasa informasi, visi dan misi organisasi, berkualitas, adil, serta dilaksanakan dengan sarana dan prasarana yang memadai. Menurut UU No. 23 Tahun 2014, daerah otonom meliputi daerah propinsi, daerah kabupaten, dan daerah kota. Di dalam daerah otonom terdapat satuan kerja perangkat daerah (SKPD) yang merupakan unit pemerintahan di lingkungan pemda selaku pengguna anggaran, yang dapat berbentuk dinas, badan dan kantor ataupun satuan. Sebagai pengguna anggaran, SKPD harus menyelenggarakan sistem akuntansi guna menghasilkan laporan keuangan sebagai bentuk pertanggungjawaban penggunaan anggaran yang dikelolanya. Dalam rangka meningkatkan keinformatifan laporan keuangan pemerintah, dan untuk menghasilkan pengukuran kinerja yang lebih baik, serta memfasilitasi manajemen keuangan/asset yang lebih transparan dan akuntabel, maka perlu diterapkan kejelasan sasaran anggaran dan partisipasi anggaran. Undang-undang No 33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara pusat dan daerah, membawa fundamental dalam hubungan tata pemerintah dan hubungan keuangan, sekaligus membawa perubahan penting dalam pengelolaan anggaran daerah. Anggaran sebagai suatu rencana kegiatan dalam suatu periode yang direpresentasikan dalam bentuk rencana pendapatan dan belanja dalam satuan moneter yang berbentuk suatu dokumen yang menggambarkan kondisi keuangan dari pemerintahan yang meliputi pendapatan, belanja dan aktivitas (Sujarweni, 2015 : 28). Anggaran dapat dijadikan sebagai manifestasi dari rencana yang akan dicapai dimasa yang akan datang dan pada masa yang sama budget dapat menjadi alat kontrol. Kejelasan sasaran anggaran akan membantu aparat untuk mencapai kinerja yang diharapkan, dimana dengan mengetahui sasaran anggaran maka tingkat kinerja dapat tercapai. Adanya sasaran anggaran yang jelas, maka akan mempermudah untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan tugas organisasi dalam rangka untuk mencapai tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Ketidakjelasan sasaran anggaran akan menyebabkan pelaksana anggaran menjadi bingung, tidak tenang dan menyebabkan pelaksana anggaran tidak termotivasi untuk mencapai kinerja yang diharapkan (Kenis, 1979 dalam Syafrial, 2009). Agar anggaran tepat sasaran dan sesuai tujuan maka diperlukan kerja sama yang baik antara bawahan dan atasan dalam penyusunan anggaran yang dinamakan dengan partisipasi anggaran. Partisipasi dalam penyusunan anggaran pemerintah adalah salah satu cara untuk menciptakan sistem pengendalian manajemen yang baik sehingga diharapkan dapat mencapai sasaran kinerja. Adanya partisipasi anggaran dengan melibatkan satuan kerja perangkat daerah (SKPD) dalam penyusunan anggaran (APBD) daerah akan meningkatkan tanggung jawab serta kinerja aparatur. Keikutsertaan para tingkat manager level menengah dan bawah dalam penentuan anggaran akan mendapatkan keputusan yang lebih realistis sehingga tercipta gambaran sasaran visi dan misi suatu daerah. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan yang ada, adapun rumusan masalah dalam penelitian sebagai berikut : 1. Apakah kejelasan sasaran anggaran memiliki pengaruh terhadap kinerja aparat pemerintah daerah? 2. Apakah partisipasi anggaran memiliki pengaruh terhadap kinerja aparat pemerintah daerah? 3. Apakah kejelasan sasaran anggaran dan partisipasi anggaran memiliki pengaruh terhadap kinerja aparat pemerintah daerah? Tujuan Penelitian Berdasarkan dari uraian yang dikemukakan pada latar belakang penelitian, maka tujuan dari penelitian ini adalah : 43
1. Untuk mengetahui pengaruh kejelasan sasaran anggaran terhadap kinerja aparat pemerintah daerah. 2. Untuk mengetahui pengaruh partisipasi anggaran terhadap kinerja aparat pemerintah daerah. 3. Untuk mengetahui pengaruh kejelasan sasaran anggaran dan partisipasi anggaran terhadap kinerja aparat pemerintah daerah. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah : 1. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan tambahan informasi maupun bahan masukan, sebagai bahan pertimbangan dan sumbangan pemikiran didalam pengambilan keputusan serta mewujudkan program kerja dan merencanakan perbaikan pada kegiatan di periode berikutnya serta meningkatkan kinerja aparat pemerintah untuk membentuk lembaga pemerintahan yang lebih baik. 2. Penelitian ini kiranya dapat memberikan informasi mengenai pengaruh kejelasan sasaran anggaran dan partisipasi anggaran terhadap kinerja aparat pemerintah daerah Kota Manado. TINJAUAN PUSTAKA Kejelasan Sasaran Anggaran Deddi Noerdiawan (2010 : 20) menyatakan bahwa penetapan tujuan spesifik akan lebih produktif daripada tidak menetapkan tujuan spesifik yang akan mendorong pegawai untuk melakukan yang terbaik bagi pencapaian tujuan yang dikehendaki. Adanya sasaran anggaran yang jelas, maka akan mempermudah untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan tugas organisasi dalam rangka untuk mencapai tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Sasaran yang tidak jelas dapat menyebabkan kebingungan, tekanan dan ketidakpuasan dari pegawai. Pimpinan organisasi dapat meningkatkan kepuasan kerja, menurunkan ketegangan kerja, dan memperbaiki anggaran yang dihubungkan dengan sikap, kinerja anggaran, dan efisiensi biaya. Oleh sebab itu, kejelasan sasaran anggaran daerah harus dinyatakan secara jelas, spesifik dan dapat dimengerti oleh mereka yang bertanggung-jawab untuk menyusun dan melaksanakannya. Partisipasi Anggaran Partisipasi anggaran menurut Kennis (1979, dalam Kewo C.K 2014) dapat didefinisikan sebagai berikut : Participation in budgeting as how much as how much further a manager involved in the budget preparation and the influence of managers on budget goals organizational unit which becomes their responsibility. Maksudnya adalah partisipasi anggaran sebagai tingkat keikutsertaan manajer dalam menyusun anggaran dan pengaruh anggaran tersebut terhadap pusat pertanggungjawaban manajer yang bersangkutan. Kinerja Aparat Pemerintah Daerah Menurut Mangkunegara (2007 : 67, dalam Mila Suhardini 2014) kinerja berasal dari kata job performance atau actual performance (prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia aparat pemerintah daerah adalah pegawai negeri yang berada di luar politik, bertugas melaksanakan administrasi pemerintahan dalam suatu daerah berdasarkan perundang-undangan yang telah ditetapkan. Maka kinerja aparat pemerintah daerah adalah prestasi seseorang atau seorang aparatur dalam melaksanakan administrasi pemerintahan sesuai peraturan perundang-undangan yang telah ditetapkan. Penelitian Terdahulu Penelititan pertama yaitu Manus (2009) dengan judul Pengaruh Kejelasan Sasaran Anggaran Terhadap Kinerja Aparat Pemerintah Pada Dinas Pendapatan Daerah dan Bagian Keuangan Kota 44
Manado. Dalam penelitiannya peneliti menggunakan metode kuantitaf dengan pengukuran skala likert. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner. Metode ini berisi daftar pertanyaan yang mencerminkan kondisi pegawai atau staf dalam suatu satuan kerja perangkat daerah , yaitu kejelasan sasaran anggaran berpengaruh positif dalam kinerja aparat pemerintah Kota Manado. Terdapat kesamaan yang terdapat dalam penelitian Manus (2009) dengan penelitian yang akan dilakukan yakni pada variabel sasaran anggaran sebagai variabel independen dan variabel kinerja aparat pemerintah sebagai variabel dependen. Namun penulis mengembangkan penelitian ini dengan menambah satu variabel partisipasi anggaran sebagai variabel independen. Penelitian lainnya yaitu dari Shelly Jelita Akhmad, Emrinaldi Nur DP, dan Julita (2014) dengan judul Pengaruh Pertisipasi Anggaran, Kejelasan Tujuan Anggaran Terhadap Kinerja Aparat Pemerintah Daerah : Komitmen organisasi, Budaya Organisasi dan Locus of Control sebagai Variabel Moderating. Metode yang dipakai peneliti adalah analisis regresi linear berganda. Jenis penelitian yang dipakai merupakan jenis eksplanatif dan teknik penelitian yang dilakukan adalah teknik kuesioner. Persamaannya terletak pada metode yang dipakai dalam penelitian ini menggunakan penelitian analisis regresi linear berganda. Perbedaannya terletak pada variabel moderating yang tidak dipakai oleh penulis. Kerangka Pemikiran Teoritis Hubungan Kejelasan Sasaran Anggaran Dengan Kinerja Aparat Pemerintah Daerah Penemuan empiris yang berkaitan dengan kejelasan sasaran anggaran dengan kinerja aparat pemerintah daerah memberikan hasil yang beragam. Peneliti menduga bahwa kejelasan sasaran anggaran dapat menghasilkan ketidakkonsisten akan kinerja dari aparat pemerintah. Ini dapat disebabkan adanya ketidakjelasan sasaran anggaran yang mengakibatkan pelaksanaan menjadi bingung serta tidak puas dalam bekerja. Maka dengan adanya sasaran anggaran yang jelas maka akan memudahkan individu menyusun target-target anggaran. Selanjutnya, target-target anggaran yang disusun akan sesuai dengan sasaran yang ingin dicapai organisasi, sehingga semakin tinggi tingkat kejelasan sasaran anggaran akan berpengaruh terhadap meningkatnya kinerja pemerintahan daerah. Dugaan ini akan diuji dalam hipotesis sebagai berikut : H01 : Kejelasan sasaran anggaran tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja aparat pemerintah daerah. Ha1 : Kejelasan sasaran anggaran berpengaruh signifikan terhadap kinerja aparat pemerintah daerah. Hubungan Partisipasi Anggaran Dengan Kinerja Aparat Pemerintah Daerah Adanya partisipasi anggaran oleh aparat pemerintah daerah maka aparat tersebut berusaha untuk bertanggung jawab terhadap tugas yang diembannya. Dengan adanya tanggung jawab ini maka akan menjadikan kinerja yang baik bagi organisasi pemerintah, sehingga semakin tingginya partisipasi aparat pemerintah daerah akan meningkatkan kinerja di satuan pemerintah daerah. Dugaan ini akan diuji dalam hipotesis sebagai berikut : H02 : Partisipasi anggaran tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja aparat pemeritah daerah. Ha2 : Partisipasi anggaran berpengaruh signifikan terhadap kinerja aparat pemeritah daerah. Hubungan Kejelasan Sasaran Anggaran dan Partisipasi Anggaran Dengan Kinerja Aparat Pemerintah Daerah Hubungan dari kejelasan sasaran anggaran dan partisipasi anggaran merupakan perwujudan dari karakteristik dalam penganggaran. Ini bisa dibuktikan dalam proses penyusunan anggaran dimana rencana program atau kegiatan yang disusun oleh suatu SKPD dibahas dalam suatu rapat kerja penyusunan anggaran dimana baik kepala SKPD, kepala bidang, kepala sub bidang, kepala bagian, kepala sub bagian sampai dengan staf yang merupakan utusan dalam mengikuti rapat penyusunan anggaran. Dugaan ini akan diuji dalam hipotesis sebagai berikut : H03 : Partisipasi anggaran tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja aparat pemeritah daerah. Ha3 : Partisipasi anggaran berpengaruh signifikan terhadap kinerja aparat pemeritah daerah. 45
Hipotesis Penelitian Hipotesis merupakan proposisi yang akan diuji keberlakuannya, atau merupakan suatu jawaban sementara atas pertanyaan penelitian (Prasetyo&Jannah,2010 : 76). Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini dengan mengacu pada latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta tinjauan pustaka, adalah : H01 : Kejelasan sasaran anggaran tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja aparat pemerintah daerah. Ha1 : Kejelasan sasaran anggaran berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja aparat pemerintah daerah. H02 : Partisipasi anggaran tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja aparat pemerintah daerah. Ha2 : Partisipasi anggaran berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja aparat pemerintah daerah. H03 : Kejelasan sasaran anggaran dan partisipasi anggaran tidak berpengaruh terhadap kinerja aparat pemerintah daerah. Ha3 : Kejelasan sasaran anggaran dan partisipasi anggaran berpengaruh terhadap kinerja aparat pemerintah daerah. METODE PENELITIAN Jenis Penelitian
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif atau data yang dapat diolah dan dianalisis dengan teknik perhitungan matematika atau statistika, dengan menggunakan skala likert. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di 3 SKPD, yaitu Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah dan Badan Kepegawaian dan Diklat Daerah. Beralamat di Jalan Balai Kota, Tikala Ares. Penelitian mulai dilaksanakan pada bulan April tahun 2016. Populasi dan Sampel Populasi Populasi merupakan kelompok elemen yang lengkap, yang biasanya berupa orang, objek, transaksi atau kejadian dimana kita tertarik untuk mempelajarinya atau menjadi objek penelitian (Kuncoro, 2009:103). Populasi dalam penelitian ini adalah aparat pemerintah yang ada di SKPD yang berupa badan di Kota Manado dengan jumlah 441 orang. Sampel Menurut Gay dan Diehl (1996, dalam Kuncoro 2009b : 111), secara umum jumlah sampel untuk studi korelasional, dibutuhkan minimal 30 sampel untuk menguji ada tidaknya hubungan. Teknik penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling yaitu metode sampling yang dilakukan dalam mengambil orang-orang yang terpilih menurut ciri-ciri khusus yang dimiliki oleh sampel. Kriteria-kriteria yang diambil untuk dijadikan sampel antara lain : 1. Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) berupa badan kota Manado. 2. Responden merupakan lower manajer dan staf dari SKPD kota Manado. Berdasarkan kriteria-kriteria diatas maka dipilih 30 sampel sebagai responden. Metode Pengumpulan Data 1. Metode Pengumpulan Kepustakaan (library Research) Pengumpulan data ini dilakukan untuk memperoleh data sekunder yang digunakan sebagai landasan teori yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. 2. Penelitian lapangan (Field Research) 46
Yaitu penelitian data secara langsung dengan mengadakan penelitian terhadap objek yang diteliti untuk memperoleh data primer, dengan melakukan : a. Wawancara, yaitu metode penelitian yang dilakukan dengan cara komunikasi langsung dengan pihak-pihak yang berhubungan objek penelitian dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang telah disiapkan terlebih dahulu mengenai masalah-masalah yang akan diteliti. b. Kuesioner, yaitu alat bantu bagi penulis dalam melakukan penelitian. Metode ini dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan tertutup, yaitu bentuk pertanyaan yang dilengkapi atau disertai dengan jumlah alternative atau kategori jawaban, sehingga responden tinggal memilih salah satu alternative kategori pilihan jawaban tersebut sesuai dengan pilihannya. Metode Analisis Uji Validitas dan Reliabilitas Sugiyono (2010b : 172), ketentuan validitas instrument sahih apabila r hitung lebih besar dari r kritis (0,30). Sujianto (2009 : 97), item pernyataan atau pertanyaan dinyatakan valid jika mempunyai nilai r hitung yang lebih besar dari r standar yaitu 0,3. Sugiyono (2010c : 173), bila korelasi tiap faktor positif dan besarnya 0,3 ke atas maka faktor tersebut merupakan construct yang kuat. Jadi, validitas menunjukan seberapa cermat suatu alat tes melakukan fungsi ukurnya atau suatu alat ukur yang dapat mengukur apa yang ingin diukur. Anwar (2011 : 139) mengatakan reliabilitas merupakan penerjemahan dari kata reliability yang artinya keterpercayaan, keterandalan, konsistensi, dan sebagainya. Hasil pengukuran dapat dipercaya bila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama diperoleh hasil yang relatif sama, selama aspek yang diukur tidak berubah. Sugiyono (2011 : 42), jika skala itu dikelompokan kedalam lima kelas denegan range yang sama, maka ukuran kemantapan alpha dapat diinterpretasikan sebagai berikut : 1. Nilai Alpha Cronbach’s 0,00 sampai dengan 0,20, berarti kurang reliabel. 2. Nilai Alpha Cronbach’s 0,21 sampai dengan 0,40, berarti agak reliabel. 3. Nilai Alpha Cronbach’s 0,41 sampai dengan 0,60, berarti cukup reliabel. 4. Nilai Alpha Cronbach’s 0,61 sampai dengan 0,80 berarti reliabel. 5. Nilai Alpha Cronbach’s 0,81 sampai dengan 1,00 berarti sangat reliabel. Riduwan (2012 : 7), reliabilitas suatu konstruk variabel dikatakan baik jika memiliki nilai Alpha Cronbach’s > 0,60. Statistik Deskriptif dan Statistik Induktif Menurut Wirawan (2009 : 70), “statistik deskriptif adalah statistik dimana tingkat pengerjaannya mencakup cara-cara pengumpulan, menyusun atau mengatur, mengolah, menyajikan dan menganalisis data angka agar dapat memberikan gambaran yang teratur, ringkas dan jelas mengenai keadaan, peristiwa, atau gejala tertentu sehingga dapat ditarik pengetian atau makna tertentu.” Menurut Usman & R.P.S. Akbar (2008 : 69) menyatakan bahwa “statistik induktif merupakan suatu alat untuk mengumpulkan data, mengolah data, menarik kesimpulan dan membuat keputusan berdasarkan analisis data yang dikumpulkan.” Adapun secara keseluruhan analisis data ini menggunakan bantuan komputer dengan Software program SPSS version 22.0 For Windows. Uji Asumsi Klasik Untuk memperoleh hasil regresi yang baik dan linier serta tidak bias digunakan uji asumsi klasik, yaitu : a. Asumsi Klasik Heteroskedastisitas b. Asumsi Klasik Autokorelasi c. Multikolinearitas d. Normalitas
47
Analisis Regresi Berganda Untuk menghitung besarnya pengaruh variabel bebas (X) terhadap variabel tak bebas (Y), maka dilakukan perhitungan dengan menggunakan metode analisis regresi linear berganda. Dalam penelitian ini, metode tersebut digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Kejelasan Sasaran Anggaran (X1) dan Partisipasi Anggaran (X2) terhadap Kinerja Aparat Pemerintah Daerah (Y). Untuk menyelesaikan analisis data ini secara keseluruhan digunakan Software program SPSS version 22.0 For Windows, dan semua hasil output data yang dihasilkan kemudian diinterpretasikan satu per satu termasuk didalamnya menentukan koefisien korelasi ( R ) dan koefisien determinasi (R2). Metode ini merupakan regresi yang berbentuk linear dimana bentuk ini secara teoritis variabel tidak bebas yang akan diteliti merupakan kecenderungan hubungan yang linear terhadap masing-masing variabel bebasnya (Sumarsono, 2009b : 82). Untuk menguji hipotesis yang diajukan, maka digunakan statistik uji t dan uji F. Pengujian hipotesis dengan uji t untuk koefisien regresi parsial sebagai berikut : H01 artinya kejelasan sasaran anggaran tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja aparat pemerintah daerah. Ha1 artinya kejelasan sasaran anggaran berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja aparat pemerintah daerah. H02 artinya partisipasi anggaran tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja aparat pemerintah daerah. Ha2 artinya partisipasi anggaran berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja aparat pemerintah daerah. Uji F adalah untuk menguji pengaruh variabel bebas secara bersama-sama. Pengujian hipotesis dengan uji F sebagai berikut :H03 artinya variabel kejelasan sasaran anggaran dan partisipasi anggaran tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja aparat pemeritah daerah. Ha3 artinya variabel kejelasan sasaran anggaran dan partisipasi anggaran berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja aparat pemerintah daerah. Definisi dan Pengukuran Variabel Variabel adalah sesuatu yang dapat membedakan atau mengubah nilai (Kuncoro, 2009d : 41). Dalam penelitian ini digunakan dua macam variabel yaitu variabel terikat atau variabel dependen (Y) dan variabel bebas atau variabel independen (X). Dalam menganalisis data, penulis menggunakan dua variabel bebas dan satu variabel terikat dalam penelitian, yaitu : 1. Variabel kejelasan sasaran anggaran (X1) Kejelasan sasaran anggaran merupakan tujuan anggaran yang ditetapkan secara jelas dan spesifik agar dapat dimengerti oleh orang-orang yang bertanggungjawab atas pencapaian sasaran anggaran tersebut. Variabel ini menggunakan kuesioner sebanyak 5 pertanyaan dan diukur dengan menggunakan satuan skor. 2. Variabel partisipasi anggaran (X2) Partisipasi anggaran diyakini dapat mampu membangun suatu interaksi yang lebih baik antara pemimpin dan bawahan sehingga tercipta komitmen yang kuat dalam merealisasi target anggaran kearah lebih baik. Variabel ini menggunakan kuesioner sebanyak 6 pertanyaan dan diukur dengan menggunakan satuan skor. 3. Kinerja aparat pemerintah (Y) Pengukuran kinerja pemerintah daerah diarahkan pada masing-masing satuan kerja telah diberi wewenang mengelola sumber daya sebagaimana bidangnya. Variabel ini menggunakan kuesioner sebanyak 9 pertanyaan dan diukur menggunakan skor. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Hasil uji heteroskedastisitas, grafik scatterplot (tabel 1) Kejelasan Sasaran Anggaran (X1), Partisipasi Anggaran (X2) dan Kinerja Aparat Pemerintah Daerah (Y) menunjukan penyebaran titik-titik data tidak berpola, titik-titik data menyebar diatas dan dibawah atau disekitar angka 0, dan titik-titik data tidak mengumpul hanya diatas dan dibawah atau disekitar angka 0, dan titik-titik data tidak mengumpul 48
hanya diatas atau dibawah saja dengan tingkat signifikansi berada diatas 0,05 pada tabel Coefficients, yang artinya penelitian ini tidak mengalami gejala heteroskedastisitas. Hasil uji autokorelasi (tabel 2) menunjukan angka Durbin Watson sebesar 1,999. Jadi, karena 1,65 < 1,999 < 2,35, maka penelitian ini tidak ada autokorelasi. Hasil uji multikolinearitas (tabel 3) menunjukan nilai VIF < 10 dan tolerance > 0,1. Maka disimpulkan kejelasan sasaran anggaran, partisipasi anggaran dan kinerja aparat pemerintah tidak mengalami multikolinearitas. Hasil uji normalitas (tabel 4), grafik Normal Q-Q Plot Of Regresion Unstandardized Residual (tabel 5) pada variabel Kejelasan Sasaran Anggaran (X1), Partisipasi Anggaran (X2) dan Kinerja Aparat Pemerintah Daerah (Y) dinyatakan terdistribusi normal karena gambar distribusi dengan titik-titik data yang menyebar disekitar garis diagonal dan penyebaran titik-titik data searah mengukuti garis diagonal. Koefisien Korelasi (R) (tabel 6) yang dihasilkan antara variabel Kejelasan Sasaran Anggaran (X1), Partisipasi Anggaran (X2) dan Kinerja Aparat Pemerintah Daerah (Y) adalah 0,599. 0,599 menunjukan nilai antara 0 sampai +1, artinya antara variabel X1, variabel X2, dan Variabel Y mempunyai hubungan yang cukup kuat. Hal ini berarti dengan Kejelasan Sasaran Anggaran dan Partisipasi Anggaran mempunyai hubungan yang cukup kuat yang mana dapat mempengaruhi kualitas dari kinerja aparat yang akan dihasilkan. R Square atau koefisien determinasi adalah 0,359 artinya 35,9% dari variasi Kinerja Aparat Pemerintah Daerah dapat dijelaskan melalui variabel Kejelasan Sasaran Anggaran dan Partisipasi Anggaran. Sedangkan sisanya yaitu sebesar 0,641 atau 64,1% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
Hasil dari uji t model persamaan regresi menunjukan : Konstanta α sebesar 5,368 memberikan pengertian bahwa variabel Kejelasan Sasaran Anggaran (X1) dan Partisipasi Anggaran (X2) sama dengan nol (0), maka variabel Kinerja Aparat Pemerintah Daerah (Y) sebesar 5,368 satuan skor. Nilai b1 yang merupakan koefisien regresi dari variabel Kejelasan Sasaran Anggaran (X1) sebesar 0,509 ini mempunyai arti bahwa jika Kejelasan Sasaran Anggaran meningkat sebesar 1 satuan skor, maka akan mengalami peningkatan nilai Kinerja Aparat Pemerintah Daerah sebesar 0,509 satuan skor dari kondisi sebelumnya, dengan asumsi variabel lainnya tetap. Ini berarti jika Kejelasan Sasaran Anggaran di tetapkan dengan matang maka akan berpengaruh positif terhadap tercapainya sasaran visi dan misi suatu daerah. Nilai b2 yang merupakan koefisien regresi dari variabel Partisipasi anggaran (X2) sebesar 0,647 ini mempunyai arti bahwa jika Partisipasi Anggaran meningkat sebesar 1 satuan skor, maka akan mengalami peningkatan nilai Kinerja Aparat Pemerintah Daerah sebesar 0,647 satuan skor dari kondisi sebelumnya, dengan asumsi variabel lainnya tetap. Ini berarti jika Partisipasi Anggaran sangat mempengaruhi kualitas dari penyusunan anggaran, apabila Partisipasi Anggaran dilakukan secara merata dan saling melibatkan atasan dan bawahan maka hasil penyusunan anggaran akan semakin baik. Pengujian hipotesis pada uji t (tabel 7) untuk mengetahui pengaruh setiap variabel dependen terhadap variabel independen secara parsial dengan menggunakan kriteria yaitu apabila signifikan < 0,05 maka H0 ditolak, Ha diterima dan apabila signifikan > 0,05 maka H0 diterima, Ha ditolak. Dari tabel 7 (lampiran) diketahui bahwa tingkat signifikansi dari variabel Kejelasan Sasaran Anggaran (X1) adalah 0,317 > 0,05 hal ini berarti H0 diterima dan Ha ditolak, dengan kata lain Kejelasan Sasaran Anggaran tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel Kinerja Aparat Pemerintah Daerah (Y). Dengan demikian hipotesis yang mengatakan Kejelasan Sasaran Anggaran (X1) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Kinerja Aparat Pemerintah Daerah (Y) diterima dan hipotesis yang mengatakan bahwa Kejelasan Sasaran Anggaran (X1) berpengaruh secara signifikan terhadap Kinerja Aparat Pemerintah Daerah (Y) ditolak. Dan variabel Partisipasi Anggaran (X2) diketahui tingkat signifikansinya adalah 0,001 < 0,05 hal ini berarti bahwa H0 ditolak dan Ha diterima dengan kata lain Partisipasi Anggaran berpengaruh secara signifikan terhadap variabel Kinerja Aparat Pemerintah Daerah (Y). Dengan demikian hipotesis yang mengatakan Partisipasi Anggaran (X2) berpengaruh secara signifikan terhadap variabel Kinerja Aparat Pemerintah Daerah (Y) diterima dan menolak hipotesis yang 49
mengatakan Partisipasi Anggaran (X2) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Kinerja Aparat Pemerintah Daerah (Y). Pengujian hipotesis pada uji F untuk mengetahui pengaruh seluruh variabel dependen terhadap variabel independen secara simultan dengan menggunakan kriteria, yaitu apabila signifikan < 0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima dan apabila signifikan > 0,05 maka H0 diterima Ha ditolak. Dari tabel 8 (lampiran) diketahui bahwa tingkat signifikansi dari variabel Kejelasan Sasaran Anggaran (X1) dan Partisipasi Anggaran (X2) adalah 0,002 < 0,05 hal ini berarti bahwa H0 ditolak dan Ha diterima, dengan kata lain secara simultan Kejelasan Sasaran Anggaran (X1) dan Partisipasi Anggaran (X2) berpengaruh secara signifikan terhadap Kinerja Aparat Pemerintah Daerah (Y). PENUTUP Kesimpulan Dari uraian yang telah penulis kemukakan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Hasil penelitian menggambarkan bahwa Kejelasan Sasaran Anggaran (X1) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel Kinerja Aparat Pemerintah Daerah (Y). 2. Hasil penelitian menggambarkan bahwa Partisipasi Anggaran (X2) berpengaruh secara signifikan terhadap variabel Kinerja Aparat Pemerintah Daerah (Y). 3. Hasil penelitian menggambarkan bahwa Kejelasan Sasaran Anggaran (X1) dan Partisipasi Anggaran (X2) berpengaruh secara signifikan terhadap Kinerja Aparat Pemerintah Daerah (Y). Saran Hasil penelitian ini sekiranya dapat memotivasi penelitian yang akan datang, untuk melakukan penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan kinerja aparat pemerintah daerah. Saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian adalah : 1. Dengan adanya pengaruh Kejelasan Sasaran Anggaran dan Partisipasi Anggaran terhadap Kinerja Aparat Pemerintah Kota Manado maka disarankan kepada pihak pemerintah kota agar dalam penyusunan sasaran dan penetapan anggaran dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya sehingga dapat dimengerti oleh orang yang bertanggung jawab untuk menyusun serta melaksanakannya. Selain itu perlu dilaksanakannya penyempurnaan serta kejelasan dalam sasaran anggaran sehingga dapat mengevaluasi kinerja aparat pemerintah demi tercapainya visi, misi dan tujuan suatu daerah. 2. Penelitian selanjutnya hendaknya mempertimbangkan variabel bebas lain yang dapat memperkuat kinerja aparat pemerintah daerah Kota Manado. Sesuai dengan penelitian sebelumnya, penulis menyarakan variabel bebas seperti, akuntabilitas publik, komitmen organisasi, budaya organisasi, locus of control, dan desentralisasi atau menjadikan variabel tersebut sebagai variabel pemoderasi maupun variabel intervening dalam penelitian yang akan dilakukan. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan untuk melakukan penelitian lainnya yang berhubungan dengan variabel atau objek penelitian ini, serta diharapkan penelitian ini dapat dipakai untuk pengembangan ilmu pengetahuan dibidang akuntansi sektor publik. DAFTAR PUSTAKA Kewo C.K.,2014. The Effect Of Participative Budgeting, Budget Goal Clarity And Internal Control Implementation On Managerial Performance. Thesis. Padjadjaran University Indonesia. Vol.5. No.12. Kuncoro, Mudrajat. 2009. Metode Riset Untuk Bisnis dan Ekonomi. Jakarta: Erlangga. Manus L.P.J, 2009. Pengaruh Kejelasan Sasaran Anggaran Terhadap Kinerja Aparat Pemerintah Pada Instansi Pemerintah Kota Manado. Skripsi. Universitas Sam Ratulangi Manado.
50
Mila Suhardini, Kamaliah, M.Rasuli, 2014. Pengaruh Partisipasi Dalam Penyusunan Anggaran, Kejelasan Sasaran Anggaran, Struktur Desentralisasi, Dan Sistem Teknologi Informasi Terhadap Kinerja Manajerial Pemerintah Daerah. Tesis. Universitas Riau Pekanbaru. Prasetyo, Bambang, dan Lina Miftahul Jannah, 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Teori dan Aplikasi. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Rafika, 2010. Pengaruh Partisipasi Anggaran Dan Komitmen Organisasi Terhadap Kinerja SKPD Pemerintahan Kabupaten Labuhan Batu. Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Republik Indonesia, 2004. Undang-Undang Nomor 1 Tentang Perbendaharaan Negara. Jakarta: Sekretariat Negara. Republik Indonesia, 2014. Undang-Undang Nomor 23 Tentang Pemerintahan Daerah. Jakarta: Sekretariat Negara. Shelly, Akhmad dan Julita. 2014.Pengaruh Partisipasi Anggaran Dan Komitmen Organisasi Terhadap Kinerja SKPD Pemerintahan. Sugiyono, 2010. Metode Penelititan Bisnis. Bandung: Alfabeta. Sugiyono, 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Sujarweni Wiratna V, 2015. Akuntansi Sektor Publik, Penerbit : Pustaka Baru Press. Sumarsono, Sonny. 2009. Ekonomi Sumber Daya Manusia dan Ketenagakerjaan. Yogyakarta: Graha Ilmu. Syafrial. 2009. Pengaruh Ketepatan Skedul Penyusunan Anggaran, Kejelasan Sasaran Anggaran, dan Partisipasi Penyusunan Anggaran terhadap Kinerja Manajerial SKPD pada Pemerintah Kabupaten Sarolangun. Tesis. Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Usman, Husaini & Purnomo Setiady Akbar, 2008, Metodologi Penelitian Sosial, Jakarta: PT. Bumi Aksara Wirawan, 2009. Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia: Teori, Aplikasi dan Penelitian. Jakarta: Salemba Empat.
LAMPIRAN Tabel 1 Tabel 2
Tabel 5
Tabel 3
51
Tabel 4
Tabel 6
Tabel 7
Tabel 8
52
ANALISIS PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN ENTITAS TANPA AKUNTABILITAS PUBLIK (SAK ETAP) DALAM PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN PADA KOPERASI PEGAWAI REPUBLIK INDONESIA (KPRI) GELORA PENDIDIKAN KOTA TOMOHON Renaldy Fernando Rolos1 Jullie J Sondakh2 Robert Lambey3 1,2, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Akuntansi Universitas Sam Ratulangi Manado Email:
[email protected] 2
[email protected] ABSTRACT Financial report are a formal report of the financial activities of an entity including a cooperative and prepared as a responsibility of management to internal and eksternal parties. The existing Generally Accepted Accounting Standards are yet a diffifult to be implemented by a cooperative because the existing standards more devoted to a large entities and have a public accountability . IAI has issued financial Accounting Standards of an entity without Public Accountability or know as SAK ETAP. SAK ETAP is intended to accommodate needs of an entity, wich significantly does not have any accountability, to operate as such Small and Medium Enteprises (SMEs) and a cooperative. This research is aimed to evaluate SAK ETAP implementing in Financial statement of KPRI “Gelora Pendidikan” Kota Tomohon. KPRI “Gelora Pendidikan” Kota Tomohon is a cooperative in savings and loans bussiness. Research method are descriptive comparative by comparing primary and secondary data. It is found that a cooperation’s financial report as of 2015 not yet complied with SAK ETAP priciples and a few report have not presented like Cash flow statement and Statement of changes in equity. It is cause by limitied of accounting skills gained by its human resources. Keywords :SAK ETAP, Finacial Statement. PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan yang dilaksanakan bangsa Indonesia merupakan wujud dari usaha untuk mencapai tujuan nasional. Tujuan nasional bangsa Indonesia sendiri tercermin dalam Undang-Undang Dasar (UUD) 1945. Dan khususnya tujuan bangsa dalam bidang ekonomi tertuang dalam pasal 33 ayat 1 yang menyatakan bahwa “perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan”. Dalam penjelasan UndangUndang Dasar 1945 disebutkan bahwa usaha yang sesuai dengan pasal tersebut adalah koperasi. (Mulyani,2013). Koperasi adalah milik semua anggota yang telah memberikan dananya untuk dipakai sebagai modal dalam kegiatan operasional koperasi tersebut. Dalam menjalankan kegiatan usahanya kekuasaan tertinggi ada pada rapat anggota, baik itu rapat bulanan maupun Rapat Anggota Tahunan (RAT) (Sitorus, 2011). Koperasi yang diharapkan dapat menjadi tonggak utama perekonomian Indonesia mengalami berbagai hambatan dalam pelaksanaan kegiatannya misalnya kekurangan dana untuk operasional koperasi. Kurangnya kemampuan pelaku koperasi dalam bidang pengelolaan usaha juga termasuk kendala yang dihadapi koperasi, selain itu rendahnya pendidikan serta kurangnya pengalaman dalam bidang akuntansi menjadi kendala yang harus dihadapi oleh koperasi. Sebagai sebuah lembaga ekonomi, yang nantinya akan menghasilkan sebuah laporan keuangan, koperasi sudah dipastikan akan berhubungan dengan berbagai pihak yang memiliki kepentingan terhadap hasil kinerja mereka (Khafid 2012). Oleh karena itu, agar koperasi bisa berkembang dan menjadi seperti yang diharapkan, koperasi harus berpedoman pada suatu standar yang dibuat untuk mengatur pengelolaan koperasi itu sendiri, sehingga dalam pengelolaannya, manajemen koperasi memiliki tuntunan agar dapat mejadikan koperasi tersebut menjadi lebih baik. Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) untuk mempermudah perusahaan dan menengah dalam menyusun laporan keuangannya. Seiring dengan dihapus-kannya PSAK No. 27 tentang Perkoperasian dan diberlakukannya SAK ETAP, maka koperasi-koperasi yang ada di Indonesia diarahkan untuk menerapkan SAK ETAP dalam penyajian laporan keuangannya. SAK ETAP adalah standar yang mengatur tentang perlakuan akuntansi 53
terhadap UMKM dan koperasi yang ada di Indonesia, tetapi semua kegiatan koperasi juga berpedoman pada undang-undang dan peraturan pemerintah terbaru yang dikeluarkan oleh menteri terkait dalam hal ini Peraturan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (K-UKM) Republik Indonesia No 12 Tahun 2015, tentang Pedoman Umum Akuntansi Koperasi. Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) adalah salah satu jenis koperasi yang ada di Indonesia. Koperasi ini beranggotakan para pegawai negeri yang berada disuatu instansi pemerintahan atau para pegawaipegawai negeri di suatu kota atau kabupaten. KPRI adalah salah satu jenis koperasi yang keberadaannya cukup banyak di Indonesia ini dan tersebar di setiap kabupaten dan kota, sehingga penulis tertarik untuk menjadikan KPRI sebagai objek penelitian skripsi penulis. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui kesesuian penyajian Laporan Keuangan Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) “Gelora Pendidikan dengan Standar Akuntansi Keuangan Entitas tanpa akuntabilitas publik (SAK ETAP) dan Peraturan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia No 12 Tahun 2015, tentang Pedoman Umum Akuntansi Koperasi. TINJAUAN PUSTAKA Akuntansi Akuntansi adalah proses mengenal, mengukur, dan menemukan hubungan berbagai informasi ekonomi agar pengguna informasi dapat menentukan pertimbangan dan keputusan yang tepat. Secara konkret proses tersebut berupa tindakan mencatat, mengklasifikasi, menganalisis, dan melaporkan berbagai transaksi sehingga dapat dipahami oleh para pengguna informasi. Fungsi utama akuntansi adalah sebagai informasi keuangan suatu perusahaan atau organisasi. Dari laporan akuntansi kita bisa melihat posisi keuangan suatu perusahaan beserta perubahan yang terjadi di dalamnya. Tujuan akuntansi adalah menyajikan informasi ekonomi dari suatu kesatuan ekonomi atau perusahaan kepada pihak-pihak yang berkepentingan, baik pihak di dalam perusahaan maupun pihak di luar perusahaan. (Kieso et al 2010 : 2) Akuntansi Keuangan Akuntansi keuangan (financial accounting) adalah sebuah proses yang berakhir pada pembuatan laporan keuangan menyangkut perusahaan secara keseluruhan untuk digunakan baik oleh pihak-pihak internal maupun pihak eksternal (Shok, 2013). Keluaran utama akuntansi keuangan adalah laporan keuangan. JM Jastra (2011) menyatakan bahwa akuntansi keuangan akan menghasilkan sebuah laporan keuangan yang menggambarkan keadaan finansial sebuah entitas. Akuntansi keuangan berorientasi pada pelaporan kepada pihak eksternal. Untuk itu diperlukan standar akuntansi yang dijadikan pedoman baik oleh penyusun maupun pembaca laporan keuangan. Koperasi Istilah koperasi sebenarnya berasal dari bahasa asing yaitu Co-Operation; dimana Co berarti bersama dan Operation berarti usaha. Secara harafiah koperasi dapat diartikan sebagai usaha bersama. Dalam UU Nomor 25 Tahun 1992 tentang perkoperasian, koperasi diartikan sebagai badan usaha yang beranggotakan orang-orang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asas kekeluargaan. Adapun prinsip-prinsip dalam koperasi antara lain: a. Bersifat sukarela dan terbuka. b. Pengawasan oleh anggota secara demokratis c. Partisipasi anggota dalam kegiatan ekonomi d. Otonomi dan kemandirian e. Pendidikan, pelatihan dan informasi f. Kerjasama antar koperasi g. Kepedulian terhadap masyarakat Dalam koperasi dimensi kekuasaan tertinggi dalam menentukan kebijaksanaan usaha berada pada para anggota, melalui alat kelengkapan koperasi yang sebut “Rapat Anggota Tahunan”. Sedangkan dalam badan usaha non koperasi kekuasan tertinggi berada pada para pemegang saham. Karakteristik utama koperasi yang membedakannya dengan badan usaha lain adalah bahwa anggota koperasi memiliki identitas ganda (the dual 54
identify of the member), yaitu anggota sebagai pemilik dan sekaligus sebagai pengguna jasa koperasi (user own oriented firm). Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik atau SAK ETAP merupakan standar akuntansi keuangan yang diperuntukkan bagi entitas tanpa akuntabilitas publik.SAK ETAP disahkan oleh 18 orang anggota Dewan Standar Akuntansi Keuangan pada tanggal 19 Mei 2009 di Jakarta. SAK ETAP terdiri atas 30 bab dan dilengkapi dengan daftar istilah di bagian akhir. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (PSAK ETAP) akan dinyatakan efektif berlaku untuk entitas yang tidak memiliki akuntabiltas publik, yaitu entitas yang memiliki 2 kriteria, yaitu: Tidak memiliki akuntabilitas publik secara signifikan dan tidak menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum bagi pengguna eksternal. Kriteria ETAP tersebut, bisa dibedakan dengan entitas yang memiliki akuntabilitas publik, yaitu jika: 1. Entitas telah mengajukan pernyataan pendaftaran atau entitas dalam proses pengajuan pernyataan pendaftaran pada otoritas pasar modal (BAPEPAM-LK) atau regulator lain untuk tujuan penerbitan efek di pasar modal; 2. Entitas menguasai aset dalam kapasitas sebagai fidusia untuk sekelompok besar masyarakat, seperti bank, entitas asuransi, pialang dan/atau pedagang efek, dana pensiun, reksa dana, dan bank investasi. Peraturan Menteri Koperasi Dan Usaha Kecil Dan Menengah Republik Indonesia Nomor 12/Per/M.KUKM/Ix/2015, Tentang “Pedoman Umum Akuntansi Koperasi” Berdasarkan pada Peraturan Menteri Koperasi Dan Usaha Kecil Dan Men-engah Republik Indonesia Nomor 12/Per/M.Kukm/Ix/2015,Tentang “Pedoman Umum Akuntansi Koperasi” pasal 3, maka setiap koperasi yang tidak memiliki akuntabilitas publik, maka dipersyaratkan laporan keuangannya mengacu kepada Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK-ETAP). Laporan keuangan koperasi menyajikan informasi yang menyangkut kondisi, kinerja dan perubahan posisi keuangan koperasi, yang bermanfaat bagi pengambilan keputusan strategis untuk pengembangan koperasi tersebut. Koperasi harus menyajikan laporan keuangan secara lengkap dan disertai dengan lembar pernyataan tanggung jawab pengurus yang ditanda tangani diatas materai cukup oleh pengurus. Mengingat pemakai laporan keuangan koperasi adalah anggota koperasi, pengurus, pengawas serta stakeholder lain (pemerintah, kreditur dan pihak lain yang berkepentingan) maka laporan keuangan harus memenuhi ketentuan dalam penyajian kualitatif laporan keuangan, antara lain : 1. Kelangsungan Usaha (Going Concern) Laporan keuangan harus disusun atas dasar kelangsungan usaha dan asumsi menurut seorang pembaca laporan keuangan, bahwa koperasi akan meneruskan operasionalnya dimasa depan kecuali apabila laporan keuangannya disusun untuk tujuan tertentu, seperti rencana pembubaran, penggabungan, peleburan dan pemisahan, maka harus diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan. 2. Komponen laporan keuangan koperasi Koperasi harus menyajikan laporan pertanggung jawaban keuangan koperasi dalam bentuk laporan keuangan yang sekurang-kurangnya diterbitkan sebanyak 1 (satu) bulan sebelum kegiatan rapat anggota tahunan (RAT) diselenggarakan, berupa : a. Neraca b. Perhitungan Sisa Hasil Usaha c. Laporan Perubahan Ekuitas. d. Laporan Arus Kas e. Catatan Atas Laporan Keuangan; Pengukuran Unsur-Unsur Laporan Keuangan Koperasi Pengukuran adalah proses penetapan jumlah uang yang digunakan entitas untuk mengukur aset, kewajiban, penghasilan dan beban dalam laporan keuangan. Proses ini termasuk pemilihan dasar pengukuran tertentu. Dasar pengukuran yang umum adalah biaya historis dan nilai wajar Dasar Akrual Entitas harus menyusun laporan keuangan, dengan menggunakan dasar akrual, kecuali laporan arus kas. Dalam dasar akrual, pos-pos diakui sebagai aset, kewajiban, ekuitas, penghasilan, dan beban (unsurunsur laporan keuangan) ketika memenuhi definisi dan kriteria pengakuan untuk pos-pos tersebut. Konsistensi Penyajian
55
Penyajian dan klasifikasi pos-pos dalam laporan keuangan harus tetap sama (konsisten) dari periode ke periode berikutnya. Perubahan di dalam penyajian hanya diperbolehkan bilamana : a. Standar mengharuskan perubahan dalam penyajian. b. Terjadi perubahan yang signifikan dalam sifat operasi dari entitas, atau suatu kajian terhadap laporan keuangannya yang mengharuskan penggunaan penyajian, atau klasifikasi lainnya yang dianggap lebih memadai. Penyajian Laporan Keuangan menurut SAK-ETAP dan Peraturan Menteri K-UKM No 12 Tahun 2015 Neraca Neraca minimal mencakup pos-pos berikut: (a) kas dan setara kas; (b) piutang usaha dan piutang lainnya; (c) persediaan; (d) properti investasi; (e) aset tetap; (f) aset tidak berwujud; (g) utang usaha dan utang lainnya; (h) aset dan kewajiban pajak; (i) kewajiban diestimasi; (j) ekuitas. Perhitungan Hasil Usaha Pendapatan adalah penghasilan yang timbul dalam pelaksanaan aktivitas entitas yang biasa dan dikenal dengan sebutan yang berbeda seperti penjualan, imbalan, bunga, royalty dan pendapatan sewa. 1. Pendapatan dari Pelayanan Anggota 2. Pendapatan dari Pelayanan Non-Anggota 3. Harga Pokok Penjualan 4. Sisa Hasil Usaha Kotor 5. Beban Operasional a. Beban Administrasi dan Umum, b. Beban Perkoperasian c. Beban Usaha, 6. Pendapatan dan atau Beban Lainnya. 7. Beban Pajak Badan 8. Sisa Hasil Usaha Setelah Pajak Laporan Arus Kas Laporan arus kas adalah laporan tentang arus masuk dan arus keluar uang tunai atau setara tunai. Laporan arus kas menyediakan informasi tentang perubahan uang tunai dan setara tunai dalam satu entitas untuk periode yang dilaporkan dalam komponen yang terpisah. Laporan arus kas terdiri dari : a. Aktivitas Operasi, arus kas yang berasal dari aktivitas utama koperasi. Arus kas tersebut pada umumnya berasal dari transaksi dan peristiwa serta kondisi lain yang mempengaruhi besaran SHU b. Aktivitas Investasi , arus kas penerimaan dan pengeluaran sehubungan dari sumber daya yang digunakan untuk tujuan menghasilkan pendapatan masa depan c. Aktivitas Pendanaan, arus kas penerimaan dan pengeluaran yang berhubungan dengan sumber pendanaan untuk tujuan menghasilkan pendapatan masa depan. Laporan Perubahan Ekuitas Laporan perubahan ekuitas bertujuan menyajikan laba/rugi koperasi untuk suatu periode, pos pendapatan dan beban yang diakui secara langsung dalam ekuitas untuk periode tersebut, pengaruh kebijakan akuntansi dan koreksi kesalahan yang diakui dalam periode tersebut. Informasi yang disajikan di laporan perubahan ekuitas meliputi: a. Sisa hasil usaha untuk periode; b. Pendapatan dan beban yang diakui langsung dalam ekuitas; 56
c. Pengaruh perubahan akuntansi dan koreksi kesalahan yang diakui, sesuai kebijakan akuntansi, estimasi, dan kesalahan untuk setiap komponen ekuitas; d. Rekonsiliasi antara jumlah yang tercatat pada awal dan akhir periode untuk setiap komponen ekuitas, yang menunjukkan perubahan secara terpisah dari: 1. Sisa hasil usaha; 2. Pendapatan dan beban yang diakui langsung dalam ekuitas; 3. Jumlah SHU yang dibagikan dan distribusi lain untuk anggota, yang menunjukkan secara terpisah komponen simpanan anggota. Adapun komponen-komponen Laporan Perubahan Ekuitas akan menunjukkan perubahan dari simpanan pokok, simpanan wajib, hibah, cadangan, sisa hasil usaha yang tidak dibagikan pada periode akuntansi. Catatan Atas Laporan Keuangan Catatan atas laporan keuangan koperasi harus memuat pengungkapan kebijakan koperasi yang mengakibatkan perubahan perlakuan akuntansi dan pengungkapan informasi lainnya. Perlakuan akuntansi yang harus diungkapkan atau diinformasikan antara lain : c. Gambaran Umum Koperasi d. Informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan e. Kebijakan akuntansi tentang pengakuan, pengukuran dan perlakuan : transaksi dalam mata uang asing, kas dan setara kas, piutang, penilaian persediaan, biaya dibayar dimuka, aset tetap, pajak penghasilan, dan sebagainya, diantaranya : 1. Pengakuan, perlakuan dan kebijakan akuntansi mengenai aset tetap 2. Kebijakan akuntansi tentang persediaan 3. Kebijakan akuntansi mengenai piutang f. Penjelasan yang mendukung pos-pos dan perhitungan sisa hasil usaha yang nilainya material (berdasarkan ketentuan pada masing-masing koperasi) sesuai dengan urutan penyajian setiap komponen laporan keuangan dan urutan penyajian pos-pos tersebut. g. Catatan atas laporan keuangan koperasi harus jelas dan nyata, memuat informasi lain seperti : 1. Kegiatan usaha utama koperasi 2. Kegiatan pelayanan koperasi kepada anggota 3. Kegiatan bisnis koperasi dengan non anggota yang ditargetkan dan yang sudah dilaksanakan. 4. Informasi mengenai kegiatan bisnis koperasi dengan non anggota yang ditargetkan dan yang sudah dilaksanakan. 5. Aktivitas koperasi untuk mempromosikan ekonomi dan pengembangan kemampuan sumberdaya anggota melalui pendidikan dan pelatihan. Penelitian Terdahulu Nurdita (2012), dengan judul Analisis penerapan SAK ETAP pada Koperasi yang ada di Kota Dumai, tujuannya untuk mengetahui bagaimana penerapan SAK ETAP pada Koperasi-koperasi yang ada di Kota Dumai.Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif komparatif.Hasil dari penelitian diketahui Sebagian besar koperasiyang ada di kota Dumai sudah melakukan pelaporan keuangan sederhana namun hanya sebagian kecil yang sudah benar-benar menerapkan SAK ETAP ke dalam laporan keuangannya.Terdapat persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang dilakukan.Persamaannya yaitu metode penelitian deskriptif.Perbedaanya pada objek penelitian. Putra (2012), dengan judul Evaluasi Penerapan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) Pada PT. TDMN Kudus, tujuannya untuk mengevaluasi penerapan SAK ETAP pada PT. TDMN Kudus.Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif komparatif. Hasil penelitian yang ditemukan PT. TDMN telah menyajikan Laporan Keuangan sesuai dengan kaidah SAK ETAP.Terdapat persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang dilakukan. Persamaannya adalah sama-sama menggunakan metode analisis deskriptif komparatif.Perbedaannya pada objek penelitian.
57
METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah bersifat deskriptif komparatif, untuk mengetahui penerapan SAK ETAP dalam penyajian laporan keuangan KPRI Gelora Pendidikan Kota Tomohon. Tempat Penelitian Tempat penelitian dilakukan pada KPRI Gelora Pendidikan Kota Tomohon pada bulan Maret 2016. Jenis Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini terbagi dua jenis yaitu : a. Data Kualitatif adalah data yang berbentuk kata-kata, bukan dalam bentuk angka (non-numerik). Data kualitatif diperoleh melalui berbagai teknik pengumpulan data misalnya wawancara, analisis dokumen, diskusi terfokus, atau observasi. b. Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka atau bilangan (numerik). Sumber Data Penelitian ini menggunakan sumber data sekunder yakni berupa laporan keuangan KPRI Gelora Pendidikan Kota Tomohon tahun 2015. Prosedur Penelitian Prosedur atau langkah–langkah penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut: a. Menetapkan rumusan masalah; b. Mengumpulkan teori–teori yang berhubungan dengan kajian yang berhubungan dengan SAK ETAP; c. Mengumpulkan informasi mengenai gambaran umum Koperasi dan mengenai laporan keuangan pada KPRI Gelora Pendidikan Kota Tomohon; d. Mencari data yang akan digunakan dalam penelitian; e. Memberikan kesimpulan dan saran sehingga dapat menjadi masukan bagi pihak Koperasi Metode Analisis 1. Deskriptif, Metode dimana data dikumpulkan, disusun, diinterpretasikan dan dianalisis sehingga memberikan keterangan yang lengkap bagi masalah yang dihadapi. 2. Komparatif, Metode analisis yang dilakukan dengan membandingkan teori-teori dan standar yang berlaku yaitu Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) dan Peraturan Menteri K-UKM No 15 Tahun 2016 dengan praktik yang terjadi di dalam KPRI Gelora Pendidikan Kota Tomohon, kemudian mengambil kesimpulan dari hasil perbandingan tersebut. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) “Gelora Pendidikan” Kota Tomohon, adalah sebuah koperasi yang sudah lama berdiri di Kota Tomohon. KPRI Gelora Pendidikan didirikan pada tahun 1988. KPRI “Gelora Pendidikan” Kota Tomohon sudah melaksanakan RAT ke-27 untuk tutup buku tahun 2015. Pelaksanaan RAT yang konsisten adalah menjadi ciri bahwa KPRI “Gelora Pendidikan” Kota Tomohon dalam keadaan sehat. Keanggotaan koperasi ini sampai pada akhir tahun 2015 adalah 539 anggota yang kebanyakan anggotanya berasal dar latar belakang Pegawai Negeri Sipil, yaitu para guru-guru SD. KPRI “Gelora Pendidikan” Kota Tomohon, mempunyai beberapa bidang usaha yang digeluti sebagai alat perputaran modal. Adapun bidang-bidang usaha yang digeluti oleh KPRI “Gelora Pendidikan” Kota Tomohon adalah sebagai berikut. 1. Jasa Simpan Pinjam (yang menjadi usaha dominan koperasi) 2. Waserda Non-Stok (penjulan beras dalam bentuk pinjaman) 3. Penjualan Gas Elpiji 4. Penyewaan penginapan (rumah kost) Kebijakan-kebijakan akuntansi yang dilakukan oleh koperasi antara lain adalah sebagi berikut. 58
1. Penyajian Laporan Keuangan Laporan Keuangan disajikan sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 27 “Akuntansi Koperasi” yang diterbitkan oleh ikatan Akuntan Indonesia. Laporan keuangan berdasarkan harga perolehan. 2. Penyisihan Piutang Manajemen Koperasi melakukan Penyisihan Piutang Secukupnya 3. Persediaan Pencatatan Persediaan menggunakan sistim fisik dan penilaian Persediaan menggunakan metote FIFO 4. Aktiva Tetap dan Penyusutan Aktiva tetap dicatat berdasarkan nilai perolehan dan disusutkan berdasarkan metode prosentase tetap 5. Pendapatan Dan biaya Pengakuan Pendapatan dan biaya menggunakan metode Acrual Basis. Laporan keuangan diterbitkan KPRI “Gelora Pendidikan” Kota Tomohon terdiri dari laporan keuangan bulanan dan laporan keuangan tahunan, yang terbagi atas Neraca, Perhitungan Hasil Usaha, Catatan Atas Laporan Keuangan. Neraca Neraca pada KPRI Gelora Pendidikan Kota Tomohon dari aktiva, kewajiban dan ekuitas . Perhitungan Sisa Hasil Usaha Laporan Perhitungan Hasil Usaha yang disusun oleh KPRI “Gelora Pendidikan” Kota Tomohon terdiri dari tiga bagian, yaitu bagian A berisi Perhitungan Pendapatan-pendapatan, bagian B berisi Perhitungan Harga Pokok Penjualan dan bagian C berisi Perhitungan Beban-beban koperasi. Kemudian disusun dengan format A – (B + C) Catatan Atas Laporan Keuangan CALK yang diterbitkan oleh KPRI “Gelora Pendidikan” Kota Tomohon berisi tentang penjelasan-penjelasan mengenai laporan keuangan yang dihasilkan. Adapun bagian-bagian dari CALK yang di terbitkan oleh koperasi ini terdiri dari a. Informasi umum tentang Koperasi b. Kebijakan Akuntansi 1) Dasar akuntansi dalam penyajian laporan keuangan 2) Metode Penyisihan Piutang 3) Metode Pencatatan Persediaan 4) Metode Pencatatan Aktiva Tetap beserta metode penyusutannya 5) Metode Pengakuan Pendapatan dan Beban c. Penjelasan tentang Pos-Pos yang ada dalam Neraca. Pembahasan SAK ETAP diterbitkan oleh IAI dikhususkan untuk entitas-entitas kecil dan menengah serta koperasi. Tetapi ternyata dalam prakteknya SAK ETAP masih belum digunakan oleh secara utuh oleh UMKM dan Koperasi. Pada KPRI “Gelora Pendidikan” Kota TomohonDalam penyusunan laporan keuangannyapun masih berpatokan pada PSAK 27 tentang Akuntansi Koperasi yang sebenarnya sudah dihapus oleh IAI pada tahun 2010.Selain itu juga pemerintah lewat Kementrian Koperasi dan UMKM Republik Indonesia telah mengeluarkan Peraturan Menteri No. 12 Tahun 2015 Tentang Pedoman Umum Akuntansi Koperasi yang bertujuan membuat suatu pedoman bagi koperasi-koperasi yang ada dalam menyusun laporan keuangannya yang aturan-aturan dan standar-standarnya didasarkan pada SAK ETAP yang disusun oleh IAI. Neraca Dalam penyusunan laporan Neraca KPRI “Gelora Pendidikan” Kota Tomohon ternyata belum sepenuhnya sesuai dengan SAK ETAP dan Peraturan Menteri K-UMKM No. 12 Tahun 2015 Tentang Pedoman Umum Akuntansi Koperasi. Hal ini dikarenakan ada beberapa pos-pos yang belum di jelaskan dalam laporan keuangan yang diterbitkan seperti, Simpanan Anggota dan Utang Pajak. Yang semestinya harus dicantumkan 59
dalam neraca. Ada juga pos-pos yang tidak dicantumkan karena memang tidak berhubungan langsung dengan kegiatan koperasi seperti Biaya Dibayar Dimuka, Properti Investasi dan Hibah. Koperasi menyajikan Akun Aset Tetap dalam Neraca dengan perhitungan Harga Perolehan, dimana koperasi juga membuat Daftar Invetaris Aset Tetap lengkap dengan perhitungan Penyusutannya yang dimuat dalam Catatan Atas Laporan Keuangan (CALK). Adapun beberapa pos-pos dalam neraca yang lebih diperjelas oleh koperasi contohnya akun Cadangan, koperasi membagi akun cadangan ini kedalam beberapa akun, yaitu Cadangan Pemupukan Modal, Cadangan Resiko, dan Cadangan Dari SHU Perhitungan Sisa Hasil Usaha Koperasi menyajikan laporan Perhitungan Hasil usahanya dengan format total pendapatan Koperasi kemudian ditambah Harga Pokok Penjualan dan dikurangi biaya-biaya yang dikeluarkan koperasi. Sedangkan sesuai dengan SAK ETAP laporan harus menyertakan Pendapatan Anggota, Pendapatan Non-Anggota, sehingga menghasilkan Sisa hasil Usaha Kotor, kemudian dikurangi Beban-beban Kemudian dikurangi Pajak penghasilan dan menghasilkan Sisa Hasil Usaha Setelah Pajak. Catatan Atas Laporan Keuangan Catatan Atas Laporan Keuangan yang diterbitkan oleh koperasi adalah laporan yang berisi tentang gambaran umum koperasi, struktur kepengurusan, pengawas, jenis-jenis usaha yang dijalankan, kebijakankebijakan akuntansi yang diterapkan penjelasan pos-pos neraca, penjelasan perhitungan sisa hasil usaha, pembagian shu dan informasi-informasi tentang koperasi lainnya. Catatan Atas Laporan Keuangan yang diterbitkan oleh KPRI “Gelora Pendidikan” Kota Tomohon jika dibandingkan dengan SAK ETAP dan Peraturan Menteri No. 12 Tahun 2015, masih belum lengkap karena ada beberapa item yang belum dijelaskan oleh koperasi dalam laporan CALK. Koperasi tidak mencantumkan sejarah koperasi, penjelasan tentang dasar penentuan penyisihan piutang tak tertagih, penjelasan tentang perhitungan sisa hasil usaha, dan penjelasan tentang pembagian sisa hasil usaha. Oleh karena itu peneliti beranggapan bahwa penerbitan catatan atas laporan keuangan oleh KPRI ”Gelora Pendidikan” Kota Tomohon belum sepenuhnya sesuai dengan SAK ETAP dan Peraturan Menteri No. 12 Tahun 2015 tentang Pedoman Umum Akuntansi Koperasi. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian sebelumnya Pratiwi (2014) yang menyimpulkan bahwa laporan keuangan PT. Nichindo tidak sesuai dengan SAK ETAP dikarenakan penyebab tidak diterapkannya SAK ETAP pada pelaporan keuangan UMKM adalah karena kurangnya pengetahuan akan SAK ETAP oleh pelaku usaha. Dan hasil penelitian oleh Singal (2016) yaitu dalam penyusunan laporan laba rugi dan neraca pada PT. Karunia Multi Guna Abadi,bahwa masih terdapat beberapa ketidaksesuaian dengan kaidah peyajian laporan keuangan menurut SAK ETAP (2009). Serta penelitian oleh Sari (2014) yaitu PR. Trubus Alami belum meyajikan laporan keuangan yang sesuai dengan SAK ETAP. Laporan laba rugi dan neraca yang disajikan masih belum sesuai dengan SAK ETAP. PENUTUP Kesimpulan Hasil analisis dan penelusuran terhadap KPRI Gelora Pendidikan Kota Tomohon mengenai penyajian laporan keuangan berdasarkan SAK ETAP (2009) diperoleh kesimpulan bahwa: Dalam penyajian laporan keuangannya pada KPRI Gelora Pendidikan Kota Tomohon masih terdapat beberapa ketidaksesuaian dengan kaidah penyajian laporan keuangan menurut SAK ETAP (2009). Adapun hal-hal yang membuat koperasi ini memiliki kekurangan dalam penyusunan laporan keuangannya, sesuai dengan pernyataan pihak manajer koperasi yaitu dikarenakan oleh beberapa faktor antara lain; kurangnya tenaga kerja yang terampil dan ahli dalam akuntansi, kurangnya sosialisasi dari pemerintah dan pihak-pihak terkait tentang penerapan SAK ETAP (2009), dan kurangnya pengetahuan dalam laporan keuangan yang termasuk dalam SAK ETAP 2009. Saran Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, berikut ini adalah saran atau rekomendasi yang diberikan oleh penulis : 1. Bagi Koperasi yakni KPRI “Gelora Pendidikan” Kota Tomohon a. Dalam menyusun laporan keuangannya koperasi sebaiknya berpedoman pada SAK ETAP dan Peraturan Menteri K-UMKM No. 12 Tahun 2015 dan tidak lagi berpedoman pada PSAK No. 27.
60
b. Koperasi sebaiknya menerbitkan laporan keuangan sesuai dengan dengan SAK ETAP dan Peraturan Menteri K-UMKM No. 12 Tahun 2015 secara lengkap (Neraca, Perhitungan Hasil Usaha, Laporan Arus Kas, Laporan Perubahan Ekuitas, dan Catatan Atas Laporan Keuangan). c. Sebaiknya koperasi mempekerjakan staf khusus yang paham dan memiliki keahlian dalam bidang akuntansi. 2. Bagi Koperasi Jasa Audit (KJA) “Pembina” Sulawesi Utara, selaku auditor yang mengaudit Koperasi ini, seharusnya melakukan audit kepada koperasi-koperasi sesuai dengan SAK ETAP dan Peraturan Menteri KUKM No 12 Tahun 2015 dan mengarahkan kepada koperasi-koperasi untuk menyusun laporan keuangannya sesuai dengan SAK ETAP dan Peraturan Menteri K-UKM No 12 Tahun 2015. 3. Bagi Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dan Kementerian Koperasi dan UMKM Republik Indonesia. Sebaiknya memberikan sosialisasi terbuka mengenai penyusunan laporan keuangan koperasi yang berdasarkan pada SAK ETAP dan Peraturan Menteri K-UMKM No. 12 Tahun 2015 bagi koperasi-koperasi yang ada diseluruh Indonesia. 4. Bagi Perguruan Tinggi Sebaiknya dapat ikut melakukan sosialisasi, penyuluhan dan pelatihan mengenai penerapan SAK ETAP dan Peraturan Menteri K-UMKM No. 12 Tahun 2015 bagi koperasi sebagai bentuk Tri Dharma Perguruan Tinggi. DAFTAR PUSTAKA Abrory Agnesti. 2010. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi Kebutuhan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) bagi Usaha Kecil dan Menengah (UKM) (Studi Kasus pada UKM Marmer / Onix di Kabupaten Tulungagung Jawa Timur. Bataineh, Ibrahem Mohamed Al. 2012. The implementation of Financial Accounting Standard for Small and Medium Enterprises in Jordan. Interdisciplinary Journal of Contempory Research in Bussiness. Herman Adhi Putra. 2012. Evaluasi Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik Pada PT. TDMN. Ikatan Akuntan Indonesia. 2009. Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik. Jakarta. Dewan Standar Akuntansi Keuangan. 182 hlm. JM. Jastra. 2011. Determinants Of Business Success Of Small and Medium Enterprices. Vol.2 No.20; November 2011. Iraq University Islamabad, Pakistan. Khafid. 2012. Akuntansi Koperasi Berbasis SAK ETAP Pada Koperasi Petani Karet Karya Harapan (KOPTAN-KKH) Rokan Hulu. Universitas Pasir Pengaraian. Kieso, Donald E., Weygandt, Jery J., Warfield. 2010. Akuntansi Intermediate. Terjemahan Emil Salim. Jilid I. Edisi Kesepuluh. Erlangga. Jakarta. Martani, Dwi., Veronica NPS, Sylvia., Wardhani, Ratna.,Farahmita, Aria., Tanujaya, Edward. 2012. Akuntansi Keuangan Menengah. Berbasis PSAK. Penerbit Salemba Empat. Jakarta. Mulyani. (2013). Penerapan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) pada Koperasi KUD Tri Karsa Jaya Kec. KUD Tri Karsa Jaya Kec. Bangsalsari Kab. Jember KUD Tri Karsa Jaya Kec. Bangsalsari Kab. Jember. Nurdita. 2012. Analisis Penerapan Standar Akuntansi Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) Pada Koperasi yang ada di Kota Dumai. Peraturan Menteri Koperasi Dan Usaha Kecil Dan Menengah Republik Indonesia Nomor 12/Per/M.Kukm/IX/2015 Tentang Pedoman Umum Akuntansi Koperasi dan Koperasi Sektor Riil. Indonesia. Pratiwi. 2014. Analisis Penerapan SAK ETAP pada penyajian laporan keuangan PT. Nichindo Manado Suisan. Universitas Sam Ratulangi Manado. Reeve, James M., Warren, Carl S., Duchac, Jonathan E., Wahyuni, Ersa Tri., Soepriyanto, Gatot., Jusuf, Amir Abadi., Djakman, Chaerul D. 2009. Priciples of Accounting – Indonesia Adaption. Buku Pertama. Penerbit Salemba Empat. Sangadji, Etta Mamang, Sopiah. 2011. Metodelogi Penelitian Pendekatan Praktis dalam Penelitian. Yogjakarta. Sitorus, 2011. Evaluasi Penerapan SAK ETAP dalam Penyusunan Laporan Keuangan pada KUD Jaya Pelita Medan. Universitas Sumatera Utara. Shok, Irina Akhmedovna. 2013. International Financial Reporting Standard and Russian Accounting Standard and Effects of Those Differences on Finance Result of Western European Company Operating in 61
Russia. Middle-East Journal of Scientific Research.Belgorod State National Research University, Belgorod, Russia. Suhayati, Ely., Anggadini, Sri Dewi. 2009. Akuntansi Keuangan. Edisi Pertama. Penerbit Graha Ilmu. Yogyakarta. Supardi, 2013.Aplikasi Statistika dalam Penelitian. Smart. Jakarta Turban, (2012). Penerapan SAK ETAP Pada Laporan Keuangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (Studi Pada Usaha Sari Apel Kotabatu). Undang-Undang No. 17 Tahun 2012 Tentang Perkoperasian. Indonesia Yahya, Uthman. 2014. Financial Accounting Standard for Small and Medium Enterprises. Mediterranean Journal of Social Sciences Northwest University. Vol.6.
LAMPIRAN Tabel 1. Checklist Kelengkapan Neraca No. 1 2 3 4 5
6
7
8
9 10
11
Pos-Pos Akun dalam Neraca Permen K-UMKM Kas Kas dan Setara Kas Bank Surat Berharga Piutang Usaha dan Piutang Lainnya Piutang Usaha Persediaan Persediaan Biaya dibayar dimuka Pendapatan Properti Investasi Akumulasi Penyusutan Properti Investasi Tanah Bangunan Aset Tetap Mesin dll Inventaris Kantor Akumulasi Penyusutan Aset Tetap Aset Tidak Berwujud Aset Tidak Berwujud Akumulasi Amortisasi AsetTidak Berwujud Utang Usaha Simpanan Anggota Dana SHU Utang Usaha dan Utang Lainnya Utang Bank Utang Jangka Pendek Lainnya Beban YMH dibayar Pendapatan dibayar dimuka Kewajiban Pajak Utang Pajak Kewajiban diestimasi Simpanan Pokok Simpanan Wajib Ekuitas Hibah Cadangan SHU SAK ETAP
Sumber : Hasil Olahan Data
62
Ada
Tidak Ada
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Format Laporan Perhitungan Sisa Hasil Usaha KPRI Gelora Pendidikan Kota Tomohon
Format Laporan Perhitungan Sisa Hasil Usaha Menurut SAK ETAP dan PERMEN No. 12 Tahun 2015
KPRI "GELORA PENDIDIKAN" KOTA TOMOHON PERHITUNGAN SISA HASIL USAHA PER 31 DESEMBER 2015 PENDAPATAN Partisipasi Jasa Pinjaman Partisipasi Jasa Profisi Penjualan Beras Penjualan Gas Elpiji Sewa Wisma Kost Lain-lain Jumlah (A) HARGA POKOK PENJUALAN HPP Beras HPP Gas Elpiji Jumlah (B) BEBAN BIAYA Bunga Bank dan Deposito Gaji dan Honor Beban Transportasi Beban Kantor Beban Operasional Penyisihan Piutang Penyusutan Aktiva Tetap Biaya RAT Biaya Audit THR Beban Umum dan Lain-lain Jumlah (C) SISA HASIL USAHA
KPRI "GELORA PENDIDIKAN" KOTA TOMOHON PERHITUNGAN SISA HASIL USAHA PER 31 DESEMBER 2015 PENDAPATAN Pendapatan Anggota HPP Anggota Pendapatan Neto Anggota PENDAPATAN NON-ANGGOTA Pendapatan dan Penjualan HPP Non-Anggota Laba (Rugi) Kotor Non Anggota SISA HASIL USAHA KOTOR BEBAN OPERASIONAL Beban Usaha Beban Perkoperasian Beban Administrasi dan Umum Total Beban Operasional SHU Operasional PENDAPATAN DAN BEBAN LAIN-LAIN -Pendapatan Lain-lain -Beban lain-lain SHU sebelum bunga dan pajak Beban Bunga SHU Sebelum Pajak Pajak Penghasilan SHU SETELAH PAJAK
xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx
63
xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx
ANALISIS PENCATATAN DAN PELAPORAN KEUANGAN PADA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH (SKPD) BERDASARKAN PERMENDAGRI NOMOR 64 TAHUN 2013 DI PEMERINTAH KOTA MANADO Desriani N. Tarigan Lidia M. Mawikere Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Jurusan Akuntansi Universitas Sam Ratulangi Manado Email:
[email protected] [email protected]
ABSTRACT Local Government financial statements are prepared to provide relevant information about the financial position and all transactions carried out by the Local Government during the reporting period. The purpose of this study was to determine whether SKPD Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan Manado City has been taking notes and preparing financial reporting by Regulation No. 64 of 2013. The analytical method used is descriptive method with qualitative and quantitative data collection in order to understand the data. The results showed SKPD Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan Manado City in Fiscal Year 2015 to apply accrual accounting system based on Regulation No. 64 Year 2013. Keywords: Analysis, Recording, Reporting, Finance
PENDAHULUAN Latar Belakang Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah tidak sesuai lagi dengan perkembangan keadaan, ketatanegaraan, dan tuntutan penyelenggaraan pemerintahan daerah sehingga perlu diganti dengan berlakunya Undang-undang terbaru yaitu Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014. Otonomi Daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri Urusan Pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Urusan Pemerintahan terdiri atas urusan pemerintahan absolut, urusan pemerintahan konkuren, dan urusan pemerintahan umum. Dalam hal ini, Urusan Pemerintahan umum adalah Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Presiden sebagai kepala pemerintahan. Dalam menyelenggarakan sebagian Urusan Pemerintahan yang diserahkan dan/atau ditugaskan, penyelenggara Pemerintahan Daerah mempunyai kewajiban dalam Pengelolaan Keuangan Daerah. Kewajiban penyelenggara Pemerintahan Daerah dalam pengelolaan keuangan daerah meliputi: mengelola dana secara efektif, efisien, transparan dan akuntabel; menyinkronkan pencapaian sasaran program daerah dalam APBD dengan program Pemerintah Pusat; dan melaporkan realisasi pendanaan Urusan Pemerintahan yang ditugaskan sebagai pelaksanaan dari Tugas Pembantuan. Laporan keuangan Pemerintah Daerah disusun untuk menyediakan informasi yang relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah selama satu periode pelaporan. Laporan keuangan Pemerintah Daerah terutama digunakan untuk membandingkan realisasi pendapatan dan belanja dengan anggaran yang telah ditetapkan, menilai kondisi keuangan, menilai efektivitas dan efisiensi Pemerintah Daerah, dan membantu menentukan ketaatannya terhadap peraturan perundang-undangan. Sebagai pengguna anggaran, SKPD harus menyelenggarakan sistem akuntansi guna menghasilkan laporan keuangan sebagai bentuk pertanggungjawaban penggunaan anggaran yang dikelolanya. Di dalam sistem pengelolaan APBD mengharuskan seluruh penerimaan uang oleh SKPD disetorkan ke rekening Kas Umum Daerah dan pengeluaran dilakukan dari rekening Kas Umum 64
Daerah (sering juga disebut Kas Daerah atau sering disingkat Kasda). Pengelola Kasda adalah PPKD yang secara otomatis adalah BUD. Badan dibentuk untuk melaksanakan fungsi penunjang Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah meliputi: perencanaan; keuangan; kepegawaian serta pendidikan dan pelatihan; penelitian dan pengembangan; dan fungsi lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan Kota Manado adalah sebuah institusi pemerintah dan unsur pelaksanaan otonomi daerah yang berkewajiban dalam menangani Penyuluhan dan Ketahanan Pangan di lingkup Pemerintah Daerah.
Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah SKPD Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan Kota Manado telah melakukan pencatatan dan menyusun pelaporan keuangan berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 2013. TINJAUAN PUSTAKA Akuntansi Menurut Weygandt, Kimmel & Kieso (2011:7), Akuntansi adalah sistem informasi yang mengidentifikasi, mencatat, dan mengkomunikasikan peristiwa ekonomi dari suatu organisasi kepada pihak yang memiliki kepentingan. Menurut Warren, Reeve, dan Duchac (2012:3), Akuntansi adalah sebuah sistem informasi yang memberikan laporan kepada pengguna mengenai kegiatan ekonomi dan kondisi dari sebuah bisnis.
Pengelolaan Keuangan Daerah dan APBD Pengelolaan Keuangan Daerah adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban, dan pengawasan keuangan daerah. Pengelolaan keuangan daerah harus dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efektif, efisien, ekonomis, transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan azas keadilan, kepatutan, dan manfaat untuk masyarakat. Proses pengelolaan keuangan daerah dimulai dengan perencanaan/penyusunan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD). APBD merupakan rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD, dan ditetapkan dengan peraturan daerah. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011, fungsi APBD yang wajib diterapkan dalam setiap penyusunan APBD yaitu: 1. Fungsi Otorisasi 2. Fungsi Perencanaan 3. Fungsi Pengawasan 4. Fungsi Alokasi 5. Fungsi Distribusi Sistem Akuntansi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) merupakan unit pemerintahan di lingkungan pemda selaku pengguna anggaran, yang dapat berbentuk dinas, badan, dan kantor ataupun satuan. Sebagai pengguna anggaran, SKPD harus menyelenggarakan sistem akuntansi guna menghasilkan laporan keuangan sebagai bentuk pertanggungjawaban pengguna anggaran yang dikelolanya. Di dalam sistem pengelolaan APBD mengharuskan seluruh penerimaan uang oleh SKPD disetorkan ke rekening Kas Umum Daerah dan pengeluaran dilakukan dari rekening Kas Umum Daerah (istilah Kas Umum Daerah sering juga disebut Kas Daerah atau sering disingkat Kasda). Pengelola Kasda adalah PPKD yang secara otomatis adalah BUD.
65
Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010. SAP harus digunakan sebagai acuan dalam menyusun laporan keuangan pemerintah, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Bentuk dan isi laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN/APBD disusun dan disajikan sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan. Standar Akuntansi Pemerintahan menggunakan basis kas untuk pengakuan transaksi pendapatan, belanja dan pembiayaan, dan basis akrual untuk pengakuan aset, kewajiban, dan ekuitas dana. Penerapan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 masih bersifat sementara, bahwa selama pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja berbasis akrual belum dilaksanakan, digunakan pengakuan dan pengukuran berbasis kas. Pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja berbasis akrual dilaksanakan paling lambat 5 tahun. Analisis Keuangan Laporan Keuangan Sektor Publik Laporan keuangan sektor publik merupakan representasi posisi keuangan dari transaksitransaksi yang dilakukan oleh suatu entitas sektor publik. Tujuan umum pelaporan keuangan adalah untuk memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja, dan arus kas dari suatu entitas yang berguna bagi sejumlah besar pemakai (wide range users) dalam membuat dan mengevaluasi keputusan mengenai alokasi sumber daya yang dibutuhkan oleh suatu entitas dalam aktivitasnya untuk mencapai tujuan. Komponen-komponen Laporan Keuangan Sektor Publik: 1. Laporan Realisasi Anggaran (LRA) 2. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (Laporan Perubahan SAL) 3. Neraca 4. Laporan Operasional (LO) 5. Laporan Arus Kas (LAK) 6. Laporan Perubahan Ekuitas (LPE) 7. Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK) Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual Penerapan standar akuntansi pemerintahan berbasis akrual ini memiliki ruang lingkup yaitu: 1. Kebijakan Akuntansi Pemerintah Daerah yang terdiri atas: a. Kebijakan akuntansi pelaporan keuangan b. Kebijakan akuntansi akun 2. Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah (SAPD) memuat pilihan prosedur dan teknik akuntansi dalam melakukan identifikasi transaksi, pencatatan pada jurnal, posting kedalam buku besar, penyusunan neraca saldo serta penyajian laporan keuangan. Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah (SAPD) terdiri atas: a. Sistem Akuntansi PPKD b. Sistem Akuntansi SKPD 3. Bagan Akun Standar (BAS) merupakan pedoman bagi pemerintah daerah dalam melakukan kodefikasi akun yang menggambarkan struktur laporan keuangan secara lengkap. Penelitian Terdahulu Pajouw (2015) dengan judul Analisis Pencatatan Dan Pelaporan Keuangan Pada Unit Pelaksana Teknis Dinas di Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pencatatan dan pelaporan keuangan apakah sesuai dengan undang-undang yang berlaku. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan UPTD Metrologi Dinas Perindustrian dan Perdagangan telah melakukan proses pencatatan akuntansi, serta pelaporannya telah sesuai dengan PP Nomor 71 Tahun 2010. Anggraini (2015) dengan judul Analisis Pencatatan dan Pelaporan Keuangan Pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di Kota Pariaman (Studi Kasus pada Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan). Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui bagaimana pencatatan dan penyusunan laporan keuangan pada Instansi Pemerintahan, apakah sesuai dengan undang-undang yang berlaku serta kendala apa yang dihadapi dalam pencatatan dan penyusunan laporan keuangan tersebut. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan Pencatatan 66
dan penyusunan Laporan Keuangan pada Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan telah sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Daerah. METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah berupa penelitian deskriptif. Peneliti secara langsung mendatangi objek penelitian yaitu di SKPD Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan Kota Manado untuk memperoleh data-data dan informasi yang dibutuhkan. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di SKPD Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan Kota Manado dengan alamat Jl. A.A Maramis, Paniki Bawah, Kecamatan Mapanget. Adapun waktu penelitian dimulai dari bulan November 2015 sampai dengan selesai. Prosedur Penelitian 1. Merumuskan masalah 2. Melakukan studi kepustakaan 3. Mengumpulkan data 4. Mengelolah dan Menyajikan data 5. Menarik kesimpulan dan Memberikan saran Jenis Data
Adapun jenis data yang digunakan dalam penulisan dan penyusunan penelitian ini adalah data kualitatif berupa struktur organisasi, tugas dan fungsi dan data kuantitatif berupa laporan keuangan. Sumber Data Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer berupa data yang diperoleh melalui wawancara dengan pegawai yang berkaitan dengan bagian keuangan dan data sekunder berupa catatan dan dokumen, sejarah, struktur organisasi dan lain-lain dari objek yang akan diteliti. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode: 1. Wawancara yaitu dengan datang langsung ke SKPD Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan Kota Manado kemudian melakukan wawancara mengenai hal-hal yang berkaitan dengan pencatatan dan pelaporan keuangan. 2. Dokumentasi yaitu dengan melakukan penelusuran dan pengambilan data-data serta dokumen administrasi yang sesuai dan berhubungan dengan penelitian. Metode Analisis Data Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif dengan pengambilan data kualitatif dan kuantitatif yang bertujuan untuk memahami data. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Objek Penelitian Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan Kota Manado adalah Unit kerja Eselon II yang merupakan salah satu dari 12 (dua belas) Lembaga Teknis yang dibentuk dengan Peraturan Daerah (Perda) Kota Manado Nomor 05 Tahun 2008 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat, Bappeda, Satuan Polisi Pamong Praja dan Lembaga Teknis Daerah Kota Manado, serta Peraturan Walikota Manado Nomor 39 Tahun 2008 Tentang Rincian Tugas dan Fungsi Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan Kota Manado. Berdasarkan Peraturan Walikota Manado Nomor 39 Tahun 2008 Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan (BPPKP) Kota Manado 67
mempunyai tugas membantu Walikota dalam Penyelenggaraan sebagian urusan Pemerintahan di Bidang Penyuluhan dan Ketahanan Pangan. Hasil Penelitian Sistem Akuntansi pada SKPD Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan Kota Manado Pendapatan Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan Kota Manado merupakan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang tidak mengelola penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD), maka tidak ada pencatatan terhadap pendapatan, sehingga tidak ada bendahara penerimaan pada SKPD Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan Kota Manado. Belanja Belanja adalah semua pengeluaran pada satu periode anggaran. Pengeluaran pada SKPD Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan Kota Manado di bagi dalam beberapa kelompok, yaitu sebagai berikut: 1. Belanja Operasi yang terdiri atas: a. Belanja pegawai b. Belanja barang dan jasa 2. Belanja Modal Aset Aset adalah aset tetap yang dikuasai atau digunakan oleh SKPD Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan Kota Manado, yaitu berupa tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan, jaringan dan instansi, aset tetap lainnya. Jurnal, Posting ke Buku Besar, Neraca Saldo Berikut ini dipaparkan pencatatan/penjurnalan yang disajikan oleh SKPD Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan Kota Manado (dapat dilihat pada Lampiran): 1. Jurnal Penerimaan Kas Kas di Bendahara Pengeluaran-Tunai 20.000.000,00 Kas di Bendahara Pengeluaran-Bank 20.000.000,00 (Pencairan Dana Uang Persediaan Pada BPPKP Kota Manado) 2. Jurnal Pengeluaran Kas Uang Muka Operasional 2.440.000,00 Kas di Bendahara Pengeluaran-Tunai 2.440.000,00 (Belanja Makan dan Minum Kegiatan Pelatihan Penerapan Teknologi Pertanian/Perkebunan Modern Bercocok Tanam) Setelah melakukan pencatatan/penjurnalan, maka langkah selanjutnya SKPD Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan Kota Manado melakukan posting ke buku besar (dapat dilihat pada Lampiran). Neraca saldo tidak dibuat secara terpisah oleh SKPD Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan Kota Manado tetapi hanya dalam kertas kerja (worksheet) dan dari kertas kerja tersebut disusun laporan keuangan. (dapat dilihat pada Lampiran). Laporan Keuangan Laporan Keuangan SKPD Badan Pelaksana Penyuluhan Dan Ketahanan Pangan Kota Manado yang terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Operasional dan Laporan Perubahan Ekuitas. Rincian dari masing-masing laporan tersebut adalah sebagai berikut: Laporan Realisasi Anggaran Berdasarkan hasil penelitian, Laporan Realisasi Anggaran SKPD Badan Pelaksana Penyuluhan Dan Ketahanan Pangan Kota Manado Tahun Anggaran 2015 hanya berupa Belanja. Belanja tahun anggaran 2015 dianggarkan sebesar Rp.6.539.051.650,00 dan direalisasikan sebesar 68
Rp.6.221.282.735,00 atau 95.14% dari anggaran. Berikut ini telah dianggarkan dan direalisasikan belanja-belanja pada tahun anggaran 2015: a. Belanja Operasi dianggarkan sebesar Rp.6.461.285.400,00 dan direalisasi sebesar Rp.6.155.260.735,00 atau 95.26% dari anggaran. b. Belanja Modal dianggarkan sebesar Rp.77.766.250,00 dan direalisasi sebesar Rp.66.022.00,00 atau 84.90% dari anggaran. Sehingga surplus/defisit anggaran tahun 2015 sebesar Rp.6.539.051.650,00 dan realisasi tahun 2015 sebesar Rp.6.221.282.735,00. Realisasi tahun 2015 mengalami surplus, yaitu pendapatan lebih besar dari belanja. Berikut pos-pos belanja: 1. Belanja Pegawai dianggarkan sebesar Rp.5.091.731.650,00 dan direalisasi sebesar Rp.4.900.148.061,00 atau 96.24% dari anggaran. 2. Belanja Barang dan Jasa dianggarkan sebesar Rp.1.369.553.750,00 dan direalisasi sebesar Rp.1.255.112.674,00 atau 91.64% dari anggaran. 3. Belanja Modal dianggarkan sebesar Rp. 77.766.250,00 dan direalisasi sebesar Rp. 66.022.00,00 atau 84.90% dari anggaran. Neraca Berdasarkan hasil penelitian, SKPD Badan Pelaksana Penyuluhan Dan Ketahanan Pangan Kota Manado Tahun Anggaran 2015 menunjukkan bahwa Aset yang dimiliki oleh SKPD Badan Pelaksana Penyuluhan Dan Ketahanan Pangan Kota Manado sebesar Rp.1.663.720.163,00 yang terdiri dari Aset Lancar sebesar Rp.494.596.413,00, Aset Tetap sebesar Rp.1.154.123.750,00 dan Aset Lainnya sebesar Rp.15.000.000,00. Kewajiban yang dimiliki SKPD Badan Pelaksana Penyuluhan Dan Ketahanan Pangan Kota Manado berupa Kewajiban Jangka Pendek sebesar Rp.118.982.720,00. Sedangkan Ekuitas yang dimiliki SKPD Badan Pelaksana Penyuluhan Dan Ketahanan Pangan Kota Manado sebesar Rp.1.544.737.443,00. Laporan Operasional Berdasarkan hasil penelitian, Laporan Operasional SKPD Badan Pelaksana Penyuluhan Dan Ketahanan Pangan Kota Manado Tahun Anggaran 2015 menunjukkan bahwa Beban sebesar Rp.5.772.128.062,00 yang terdiri atas Beban Pegawai-LO sebesar Rp.5.005.042.301,00 dan Beban Barang dan Jasa sebesar Rp.767.085.761,00. Penerapan Laporan Operasional pada SKPD Badan Pelaksana Penyuluhan Dan Ketahanan Pangan Kota Manado di mulai pada tahun anggaran 2015, tidak dapat dibandingkan dengan tahun sebelumnya oleh karena itu tidak dapat di ketahui apakah mengalami kenaikan atau penurunan. Laporan Perubahan Ekuitas Berdasarkan hasil penelitian, Laporan Perubahan Ekuitas pada SKPD Badan Pelaksana Penyuluhan Dan Ketahanan Pangan Kota Manado Tahun Anggaran 2015 menunjukkan bahwa Ekuitas Awal sebesar Rp.1.095.582.770,00 dan Surplus/Defisit-LO sebesar Rp.5.772.128.062,00 sehingga Ekuitas Akhir sebesar Rp.4.676.545.292,00. Pembahasan SKPD Badan Pelaksana Penyuluhan Dan Ketahanan Pangan Kota Manado pada Tahun Anggaran 2015 menerapkan sistem akuntansi berbasis akrual berdasarkan Permendagri Nomor 64 Tahun 2013 tentang Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual pada Pemerintah Daerah. Pada pencatatan, SKPD Badan Pelaksana Penyuluhan Dan Ketahanan Pangan Kota Manado melakukan siklus akuntansi mulai dari penjurnalan, posting ke buku besar, dan neraca saldo. Pada pelaporan keuangan, SKPD Badan Pelaksana Penyuluhan Dan Ketahanan Pangan Kota Manado menyusun format laporan keuangan yang terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Operasional dan Laporan Perubahan Ekuitas dengan terperinci walaupun komponen-komponen yang ada pada laporan keuangan SKPD Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan Kota Manado belum lengkap (tidak ada Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan). Dalam pencapaian target yang telah ditetapkan pada tahun 2015 dan proses pencatatan dan pelaporan keuangan, SKPD Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan Kota Manado tidak 69
memiliki hambatan dan kendala yang cukup berarti dalam pengelolaannya. SKPD Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan Kota Manado berkoordinasi dengan PEMKOT Manado dalam penerapan sistem akuntansi berbasis akrual pada pencatatan dan pelaporan keuangan SKPD Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan Kota Manado. PENUTUP Kesimpulan Kesimpulan penelitian sebagai berikut: 1. SKPD Badan Pelaksana Penyuluhan Dan Ketahanan Pangan Kota Manado pada Tahun Anggaran 2015 sudah menerapkan sistem akuntansi berbasis akrual berdasarkan Permendagri Nomor 64 Tahun 2013 tentang Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual pada Pemerintah Daerah. 2. SKPD Badan Pelaksana Penyuluhan Dan Ketahanan Pangan Kota Manado melakukan pencatatan siklus akuntansi mulai dari penjurnalan, posting ke buku besar, dan neraca saldo. 3. SKPD Badan Pelaksana Penyuluhan Dan Ketahanan Pangan Kota Manado menyusun format laporan keuangan dengan terperinci walaupun komponen-komponen yang ada pada laporan keuangan SKPD Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan Kota Manado belum lengkap (tidak ada laporan perubahan saldo anggaran lebih, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan). Saran Hal yang perlu diperhatikan oleh SKPD Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan Kota Manado yaitu: 1. Untuk tahun anggaran 2016 dan seterusnya, sebaiknya SKPD Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan Kota Manado telah berpedoman sepenuhnya pada peraturan yang berlaku. 2. Perlu adanya sumber daya manusia/pegawai yang spesialis dalam bidang laporan keuangan dalam pembuatan pelaporan keuangan. DAFTAR PUSTAKA Anggraini, 2015. Analisis Pencatatan dan Pelaporan Keuangan pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di Kotapariaman (Studi Kasus pada Dinas Perindustrian, dan Perdagangan). Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah dan Satuan Kerja Perangkat Daerah 2014. Pajouw, 2015. Analisis Pencatatan dan Pelaporan Keuangan pada Unit Pelaksana Teknis Dinas di Pemerintahan Provinsi Sulawesi Utara. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Anggaran Pendapatan Belanja Daerah. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 2013 tentang Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual Pada Pemerintahan Daerah. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP). Profil Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan Kota Manado Tahun 2013. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Derah. Warren, Carl S, Reeve, James. M, dan Duchac Jonathan E, 2012. Corporate Financial Accounting 11 Edition. Canada: South Western Cengange Learning. Weygandt, Jerry. J, Donald E. Kieso & Paul D. Kimmel, 2011. Pengantar Akuntansi, Edisi 7, Buku 2. Jakarta: Salemba Empat.
70
Koperasi,
ANALISIS PENCATATAN DAN PELAPORAN BELANJA LANGSUNG PADA BADAN PELAKASANA PENYULUHAN DAN KETAHANAN PANGAN KOTA MANADO Cheny Walangitan Jenny Morasa Meily Kalalo Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Jurusan Akuntansi Universitas Sam Ratulangi Manado email :
[email protected] [email protected] [email protected] ABSTRACT Work Units (SKPD) is part of the local governments that perform the task of government and public services, either directly or indirectly. To carry out their tasks and functions, the local work unit is allocated funds (budget). Therefore iu, also called the head SKPD budget (PA). Research Object is the Implementing Agency and the Food Security Extension Manado City is a regional work units (SKPD) is located in the district Mapanget. The purpose of this study was to analyze the recording and reporting of direct expenditure. The method used in this research is descriptive method that aims to understand and describe the data obtained in the form of records and expense reports. Research results in the recording of the Implementing Agency and the Food Security Extension Manado City in accordance with Government Regulation No. 71 of 2010. The monthly report treasurer in the format and description are in accordance with Government Regulation No. 71 of 2010 on government accounting standards. Keywords: Recording, Reporting, Direct Spending
PENDAHULUAN Latar Belakang Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah merupakan rangkaian sistematik dari prosedur penyelenggara, peralatan dan elemen lain untuk mewujudkan fungsi akuntansi sejak analisis transaksi sampai dengan pelaporan keuangan dilingkungan organisasi Pemerintah Daerah. Penyusunan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) merupakan gambaran tentang penerimaan dan pengeluaran daerah selama satu tahun anggaran sehingga pada akhir tahun anggaran pemerintah daerah diwajibkan menyusun laporan keuangan sebagai bentuk pertanggungjawaban pengelolaan keuangan daerah selama satu tahun periode. Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah merupakan rangkaian sistematik dari prosedur penyelenggara, peralatan dan elemen lain untuk mewujudkan fungsi akuntansi sejak analisis transaksi sampai dengan pelaporan keuangan dilingkungan organisasi Pemerintah Daerah. Penyusunan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) merupakan gambaran tentang penerimaan dan pengeluaran daerah selama satu tahun anggaran sehingga pada akhir tahun anggaran pemerintah daerah diwajibkan menyusun laporan keuangan sebagai bentuk pertanggungjawaban pengelolaan keuangan daerah selama satu tahun periode. Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) merupakan bagian dari pemerintah daerah yang melaksanakan tugas pemerintah dan pelayanan publik, baik secara langsung maupun tidak langsung. SKPD juga adalah pelaksana fungsi eksekutif yang harus berkoordinasi agar penyelenggaraan pemerintahan berjalan dengan baik. Dasar hukum yang berlaku UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan (BPPKP) sebagai pengguna anggaran harus membuat pertanggungjawaban atas kewenangan yang dilaksanakan sesuai Permendagri No.59 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah dan PP No. 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. Dalam penggunaan APBD tidak menutup kemungkinan terjadi penyalahgunaan dana daerah untuk kepentingan pribadi. Hal ini dilakukan lewat pencatatan dan pelaporan belanja (belanja langsung) yang tidak valid.
71
Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalahu ntuk mengetahui apakah Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan (BPPKP) Kota Manado telah melakukan pencatatan dan pelaporan belanja (belanja langsung) dengan baik sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. TINJAUAN PUSTAKA Konsep Akuntansi Pengertian akuntansi adalah suatu proses pengidentifikasian, pengukuran, pencatatan dan pelaporan atas transaksi keuangan suatu organisasi/entitas yang digunakan sebagai informasi pengambilan keputusan ekonomi baik untuk pihak internal maupun eksternal (Untari, 2015). Mahmudi (2011:92) dalam Accounting Principle Board Statement No. 4 akuntansi adalah suatu kegiatan jasa yang berfungsi untuk memberikan informasi kuantitatif, umumnya dalam ukuran uang, mengenai suatu badan ekonomi yang dimaksudkan untuk digunakan dalam pengambilan keputusan ekonomi, yang digunakan dalam memilih di antara beberapa alternatif. Pontoh (2013:2) menyatakan akuntansi pada dasarnya menghasilkan informasi dari sebuah sistem akuntansi yang ada di dalam sebuah entitas atau organisasi bisnis yang disebut dengan informasi akuntansi yang akan dimanfaatkan oleh pengguna seperti masyarakat umum, masyarakat intelektual (termasuk di dalamnya mahasiswa atau peneliti) dan para pengambil keputusan bisnis dalam organisasi. Menurut Peraturan Pemerintah No. 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan pasal 1 ayat 2 akuntansi adalah proses identifikasi, pencatatan, pengukuran, pengklasifikasian, pengikhtisaran transaksi dan kejadian keuangan, penyajian laporan serta penginterprestasian atas hasilnya. Akuntansi pada dasarnya menghasilkan informasi dari sebuah sistem akuntansi yang ada di dalam sebuah entitas atau organisasi bisnis yang disebut dengan informasi akuntansi yang akan dimanfaatkan oleh pengguna seperti masyarakat umum, masyarakat intelektual (termasuk di dalamnya mahasiswa atau peneliti) dan para pengambil keputusan bisnis dalam organisasi. Akuntansi Sektor Publik Akuntansi sektor publik merupakan alat informasi bagi pemerintah untuk alat informasi kepada publik. Bagi pemerintah informasi akuntansi digunakan dalam proses pengendalian manajemen mulai dari perencanaan strategi, pembuatan program, penganggaran, evaluasi kinerja dan pelaporan kinerja (Wati, 2015). Bastian (2010:3) akuntansi sektor publik dapat didefinisikan sebagai mekanisme teknis dan analisis akuntansi yang diterapkan pengelolaan dana masyarakat di lembaga-lembaga tinggi negara dan departemen-departemen di bawahnya, pemerintah daerah, BUMN, BUMD, LSM dan yayasan sosial, maupun pada proyek-proyek kerjasama sektor publik dan swasta. Istilah akuntansi sektor publik memiliki pengertian yang bermacam-macam. Hal ini merupakan konsekuensi dari luasnya wilayah publik, sehingga setiap ilmu (ekonomi, sosial, politik dan hukum) memiliki cara pandang yang berbeda dari sudut pandang yang berbeda. Dari sudut pandang ekonomi cara pandang dan disiplin akuntansi sektor publik dipandang sebagai suatu entitas yang aktivitasnya berhubungan dengan usaha untuk menghasilkan barang dan pelayanan publik dalam rangka memenuhi kebutuhan dan hak publik. Akuntansi sektor publik ini merupakan bidang akuntansi yang mempunyai ruang lingkup lembaga tinggi negara dan departemen-departemen di bawahnya, Pemerintah Daerah, yayasan, partai politik, perguruan tinggi, dan organisasi-organisasi non profit lainnya. Standar Akuntansi Pemerintah Daerah Menurut Hariadi et.al (2010:115),Standar akuntansi adalah acuan dalam penyajian laporan keuangan yang ditujukan kepada pihak-pihak di luar organisasi yang mempunyai otoritas tertinggi dalam kerangka akuntansi berlaku umum. Standar akuntansi berguna bagi penyusunan laporan keuangan dalam menentukan informasi yang harus disajikan kepada pihak-pihak yang di luar organisasi. Dalam akuntansi sektor publik sendiri dikenal akuntansi pemerintahan, dalam akuntansi pemerintahan ini data akuntansi digunakan untuk memberikan informasi mengenai transaksi ekonomi dan keuangan pemerintah kepada pihak eksekutif, legislatif, dan masyarakat. Sistem akuntansi pemerintahan direncanakan, diorganisasikan, serta dijalankan atas dasar dana. Akuntansi pemerintahan sendiri memiliki standar tersendiri yaitu Standar Akuntansi Pemerintahan. Menurut Permendagri No. 64 tahun 2013 pasal 1 ayat 3 menyatakan Standar Akuntansi Pemerintahan yang selanjutnya disingkat SAP adalah prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan pemerintah.
72
Pengelolaan Keuangan Daerah Pengelolaan Keuangan Daerah adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan pelaporan, pertanggungjawaban dan pengawasan keuangan daerah (Rantung, 2013).Unsur yang paling penting dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan di daerah adalah cara pengelolaan keuangan daerah secara berdaya guna dan berhasil guna (Julia, 2016). Sistem pengelolaaan akuntansi daerah merupakan instrument kebijakan yang utama dalam bidang keuangan bagi pemerintah, karena akuntansi keuangan daerah dapat digunakan sebagai alat untuk menentukan besarnya pendapatan dan pengeluaran, membantu mengambil keputusan dan perencanaan pembangunan, sehingga pemerintah terus melakukan perbaikan-perbaikan kebijakan (Dewi, 2009). Pengelolaan Keuangan Daerah adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban, dan pengawasan keuangan daerah. Pengelolaan keuangan daerah yang diatur dalam peraturan menteri ini meliputi kekuasaan pengelolaan keuangan daerah, azas umum dan struktur APBD, penyusunan rancangan APBD, penetapan APBD, penyusunan dan penetapan APBD bagi daerah yang belum memiliki DPRD, pelaksanaan APBD, perubahan APBD, pengelolaan kas, penatausahaan keuangan daerah, akuntansi keuangan daerah, pertanggungjawaban pelaksanaan APBD, pembinaan dan pengawasan pengelolaan keuangan daerah, kerugian daerah, dan pengelolaan keuangan BLUD. Proses Penyusunan APBD Menurut Darise (2009:2), Penyusunan APBD adalah perencanaan jangka pendek yang merupakan penjabaran perencanaan jangka menengah sebagai bagian dari perencanaan jangka panjang. Proses penyusunan APBD merupakan proses penganggaran daerah dimana secara konseptual terdiri atas formulasi kebijakan anggaran dan perencanaan opersional. Adapun landasan hukum penyusunan APBD adalah UU No. 23 Tahun 2014 tentang pemerintahan daerah, UU No.33 Tahun 2004 tentang Perimbangan keuangan pemerintah pusat dan pemerintah daerah dan Keputusan Menteri dalam negeri No.29 Tahun 2002 tentang pedoman pengurusan, pertanggungjawaban keuangan daerah serta tata cara pengawasan, penyusunan dan penghitungan APBD. Tujuan APBD disusun ialah untuk dijadikan pedoman oleh pemerintah daerah dalam mengatur penerimaan dan belanja untuk pelaksanaan pembangunan daerah sehingga kesalahan, pemborosan dan penyelewengan yang merugikan dapat dihindari. Akuntansi Keuangan Pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Dalam struktur Pemerintah Daerah, Satuan Kerja Perangkat Daerah merupakan entitas akuntansi yang mempunyai kewajiaban melakukan pencatatan atas transaksi-transaksi yang terjadi dilingkungan satuan kerja Akuntansi keuangan daerah merupakan proses identifikasi, pengukuran, pencatatan dan pelaporan setiap transaksi ekonomi (keuangan) dari suatu daerah (propinsi, kabupaten atau kota) yang dijadikan dasar pengambilan keputusan dan kebijakan ekonomi oleh pihak yang terkait dengan menggunakan sistem pencatatan dan standar akuntansi yang berlaku (Pratiwi, 2014). Menurut Permendagri No. 59 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah dalam kontribusi keuangan daerah, terdapat dua jenis Satuan Kerja, yaitu sebagai berikut. 1. Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) adalah perangkat daerah pada pemerintah daerah selaku pengguna anggaran/pengguna brang. 2. Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah (SKPKD) adalah perangkat daerah pada pemerintah daerah selaku pengguna anggaran/pengguna barang, yang juga melaksanakan pengelolah keuangan daerah. Penyusunan Rencana Kerja Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah Menurut Undang-Undang No. 17 Tahun 2010 tentang Keuangan Negara, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan wujud pengelolaan keuangan daerah yang ditetapkan setiap tahun dengan peraturan daerah. APBD terdiri dari anggaran pendapatan, anggaran belanja dan pembiayaan. APBD disusun melalui beberapa tahap kegiatan, antara lain: 1. Pendapatan daerah 2. Belanja daerah 3. Pembiayaan daerah Penyusunan kebijakan umum APBD termasuk kategori formulasi kebijakan anggaran yang menjadi acuan dalam perencanaan operasional anggaran. Penyusunan Rancangan Kerja Anggaran (RKA) SKPD merupakan bentuk pengalokasian sumber daya keuangan pemerintah daerah berdasarkan struktur APBD dan Kode Rekening.
73
Pelaksanaan Anggaran Belanja Setiap pengeluaran belanja atas beban APBD harus didukung dengan bukti yang lengkap dan sah dan harus mendapat pengesahan oleh pejabat yang berwenang yang bertanggung jawab atas kebenaran material yang timbul dari penggunaan bukti dimaksud. Menurut Darise (2008:131), dalam pelaksanaan belanja daerah, harus didasarkan pada prinsip hemat, tidak mewah, efektif, efisien, dan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Belanja pada setiap SKPD diklasifikasikam berdasarkan kelompok belanja yaitu, sebagai berikut. 1. Belanja Langsung 2. Belanja Tidak Langsung SKPD dilarang melakukan pengeluaran atas beban anggaran belanja daerah dengan tuujuan yang tidak tersedia anggarannya, dan/atau yang tidak cukup tersedia anggarannya dalam APBD. Setiap pengeluaran belanja atas beban APBD harus didukung dengan bukti yang lengkap dan sah dan harus mendapat pengesahan oleh pejabat yang berwenang yang bertanggung jawab atas kebenaran material yang timbul dari penggunaan bukti dimaksud. Analisis Belanja Langsung Belanja Langsung adalah jenis belanja yang dilakukan oleh satuan kerja yang dananya mengalir langsung dari rekening kas daerah/negara kepada pihak ketiga atau pihak lain yang telah ditetapkan (Singkoh, 2014). Mahmudi (2010:165), menjelaskan bahwa belanja langsung adalah belanja yang terkait secara langsung dengan kegiatan (Aktivitas). Kelompok belanja langsung dibagi menurut jenis belanja yang terdiri dari : 1. Belanja pegawai (honorarium dan upah), digunakan untuk pengeluaran honorarium/upah dalam melaksanakan program dan kegiatan pemerintah daerah. 2. Belanja barang dan jasa, digunakan untuk menganggarkan pengadaan barang dan jasa yang nilai manfaatnya kurang dari 12 (duabelas) bulan dalam melaksanakan program dan kegiatan Pemerintah Daerah. 3. Belanja modal, digunakan untuk pengeluaran dalam rangka pengadaan aset tetap berwujud yang mempunyai nilai manfaat lebih dari 12 (duabelas) bulan untuk digunakan dalam kegiatan-kegiatan pemerintahan. Menurut Darise (2009:43), Karakteristik belanja langsung, yaitu : a. Dianggarkan untuk setiap program atau kegiatan yang diusulkan oleh SKPD; b. Jumlah anggaran belanja langsung suatu program atau kegiatan dapat diukur atau dibandingkan secara langsung dengan output program atau kegiatan yang bersangkutan; Prosedur Pengeluaran Belanja Mekanisme belanja pada pemerintah daerah tak berbeda dengan pemerintah pusat. Dari kegiatan pengeluaran uang dari Kas Umum Daerah atas beban APBD dilakukan berdasarkan Surat Penyediaan Dana (SPD) atas dokumen lain yang dipersamakan dengan SPD. Untuk mendapatkan SPD, pengguna/kuasa pengguna anggaran mengajukan permohonan penyediaan dana kepada BUD. Karena fungsi dari SPD sebagai informasi ketersediaan dana pada BUD maka frekuensi dan nilai setiap SPD tergantung dari ketersediaan dana dan kebijakan dari masing-masing pemerintah daerah. Prosedur pembayaran dengan mekanisme Uang Persediaan dilakukan dengan mengacu pada Surat Penyediaan Dana. Surat Penyediaan Dana yang diterima oleh Pengguna Anggaran dari PPKD diserahkan kepada Bendahara Pengeluaran dan PPK- SKPD. Berdasarkan SPD, Bendahara pengeluaran membuat dokumen SPP UP/GU/TU. Selanjutnya Bendahara pengeluaran mengajukan dokumen SPP beserta kelengkapannya kepada PPK-SKPD untuk diverifikasi berdasarkan DPA dan SPD yang telah diterima dari Pengguna Anggaran. Berdasarkan hasil penelitian SPP, apabila terdapat kesalahan dan kekurangan dokumen maka PPK-SKPD menerbitkan surat penolakan penerbitan SPM untuk dilengkapi dan diajukan kembali kepada PPK-SKPD Penatausahaan dan Pertanggungjawaban Belanja Sebagaimana tercantum dalam PP No. 59 Tahun 2005 pasal 86 dan PermendagriNo. 59 tahun 2007 pasal 184 menyatakan penggunda anggaran/kuasa pengguna anggaran, bendahara penerimaan/bendahara pengeluaran dan orang atau badan yang menerima atau menguasai uang/barang/kekayaan daerah wajib menyelenggarakan penatausahaan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
74
Bendahara pengeluaran secara administratif wajib mempertanggung jawabkan penggunaan uang persediaan/ganti uang persediaan/tambah uang persediaan kepada kepala SKPD melalui PPK-SKPD paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya. Hal ini dilaksanakan dengan menutup Buku Kas Umum setiap bulan dengan sepengetahuan dan persetujuan pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran. Selanjutnya Bendahara Pengeluaran menyusun laporan pertanggungjawaban penggunaan uang persediaan. Disamping pertanggungjawaban secara administratif, Bendahara Pengeluaran pada SKPD juga wajib mempertanggungjawabkan secara fungsional atas pengelolaan uang yang menjadi tanggung jawabnya dengan menyampaikan laporan pertanggungjawaban pengeluaran kepada PPKD selaku BUD paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya. Penyampaian pertanggungjawaban tersebut dilaksanakan setelah diterbitkan surat pengesahan pertanggungjawaban pengeluaran oleh pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran. Perlakuan atas Belanja Menurut Standar Akuntansi Pemerintahan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) adalah prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan milik pemerintah, yang terdiri atas dua jenis laporan keuangan yaitu : Laporan Keuangan Pemerintah Pusat dan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah, dengan tujuan untuk transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan pemerintah daerah dan peningkatan kualitas bagi Laporan Keuangan Pemerintah Pusat dan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah. Pengakuan belanja menurut Peraturan Pemerintah (PP) No. 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan sebagaimana diatur pada pernyataan No. 2, belanja disajikan pada laporan realisasi anggaran lembar muka laporan keuangan adalah klasifikasi menurut jenis belanja, yang dikelompokan menurut belanja operasi, belanja modal, dan belanja lain-lain/tak terduga Penelitian Terdahulu Lomboan (2014) dengan judul Analisis Belanja Langung pada Dinas Kesehatan Provinsi Sulwesi Utara. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui tingkat varians (selisih), tingkat pertumbuhan dan efisiensi Belanja Langsung pada Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2010-2013. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif dan kuantitatif. Hasil penelitian menujukkan Dinas Provinsi Sulawesi Utara telah memaksimalkan kenaikan maupun penurunan realisasi anggaran belanja pada tahun 2010 -2013 hasil rata-rata di bawah 100% dengan kategori efisien. Rusita Untari (2011) dengan judul Analisis efisiensi dan efektifitas Pelaksana Realisasi Anggaran Belanja Langsung Dinas Pendidikan Kota Semarang. Tujuan dari penelitian ini untuk menganalisis tingkat Efektifitas dan Efisiensi pada pelaksanaan realisasi anggaran belanja langsung periode 2011- 2014 di SKPD Dinas Pendidikan Kota Semarang. Metode yang digunakan adalah metode kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan Dinas Pendidikan Kota semarang sudah melaksanakan belanja langsung dengan jumlah biaya yang dikeluarkan sedikit tetapi manfaat yang didapat sangat besar. Wellyani (2014), dengan judul Analisis Pencatatan dan Pelaporan Keuangan Pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui apakah pencatatan akuntansi dan pelaporan keuangan berjalan dengan baik dan sesuai undang-undang yang berlaku. Metode yang digunakan adalah metode Kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan pencatatan akuntansi dan pelaporan keuangan berjalan dengan baik dan sesuai undang-undang yang berlaku. METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian yang deskriptif kualitatif, deskriptif adalah penelitian yang tujuannya untuk mendeskripsikan fakta sesuai dengan keadaan yang ada adalah suatu metode dalam pencarian fakta status sekelompok manusia, suatu obyek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu peristiwa pada masa sekarang dengan interpretasi yang tepat, Tahir (2011;5). Tempat Penelitian Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan Kota Manado yang bertempat di Jl. A.A Maramis, Paniki Bawah Kecamatan Mapanget. Prosedur Penelitian Adapun prosedur penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Studi pendahuluan
75
2. 3. 4. 5.
Menentukan permasalahan Pengumpulan data: observasi, wawancara Mengelolah dan menyajikan data Hasil dan Kesimpulan
Metode Pengumupulan Data Sumber data yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah menggunakan data Sekunder. Data Sekunder , yaitu data yang telah diolah sehingga menjadi lebih informatif dan langsung dapat dipergunakan. Metode Analisis Data Terdapat beberapa jenis data antara lain sebagai berikut. 1. Data Kuantitatif adalah data informasi yang berupa simbol angka atau bilangan. Perhitungan kuantitatif dapat dilakukan untuk menghasilkan suatu kesimpulan yang berlaku umum didalam suatu parameter, nilai data bisa berubah-ubah atau bersifat variatif. 2. Data Kualitatif adalah data berbentuk kalimat verbal bukan berupa simbol angka atau bilangan. Jenis data dalam penelitian ini berbentuk kualitatif. Yakni disajikan dalam bentuk wawancara, observasi, diskusi atau pengamatan. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Objek Penelitian Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan Kota Manado adalah Unit kerja Eselon II yang merupakan salah satu dari 12 (dua belas) Lembaga Teknis yang dibentuk dengan Peraturan Daerah (Perda) Kota Manado Nomor 05 Tahun 2008 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat, Bappeda, Satuan Polisi Pamong Praja dan Lembaga Teknis Daerah Kota Manado, serta Peraturan Walikota Manado Nomor 39 Tahun 2008 Tentang Rincian Tugas dan Fungsi Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan Kota Manado. Hasil Penelitian Pencatatan belanja pada Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan Kota Manado sudah sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan yang menyatakan bahwa belanja diakui pada saat terjadi pengeluaran dari rekening kas umum daerah, melalui bendahara pengeluaran pengakuannya terjadi pada saat pertanggungjawaban atas pengeluaran tersebut disahkan oleh unit yang mempunyai fungsi perbendaharaan, baik untuk belanja Uang Persediaan/Ganti Uang/Tambah Uang (UP/GU/TU) maupun belanja LS Gaji dan Tun jangan dan LS Barang dan Jasa. Laporan belanja tahun anggaran 2013, 2014 dan 2015 dalam hal ini belanja langsung dapat dilihat pada Laporan Bendahara Pengeluaran tahun anggaran pada Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan Kota Manado, dapat dilihat selengkapnya pada lampiran. Jurnal Belanja Pegawai Akuntansi Belanja Pegawai Jurnal untuk belanja pegawai yang terjadi pada tanggal 5 januari 2015 Tabel 1 Belanja Pegawai Tanggal 5 Januari 2015
No. Bukti
No. Rekening 5.2.1.03
Uraian
Ref
Uang Lembur R/K PUSAT (Pembayaran Uang Lembur)
Sumber: Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan Kota Manado (2015)
76
Debit
Kredit
666.000 666.000
Jurnal Belanja Barang dan Jasa Akuntansi Belanja Barang dan Jasa Jurnal untuk belanja barang dan jasa adalah sebagai berikut.
Tabel 2 Belanja Barang dan Jasa Tanggal
No. Bukti
5 Januari 2015
No. Rekening 5.2.2.01.01
Uraian
Ref
Belanja Alat Tulis Kantor R/K PUSAT (Pembayaran Alat Tulis Kantor)
Debet
Kredit
677.100
677.100
Sumber: Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan Kota Manado (2015) Jurnal Belanja Modal Akuntansi Belanja Modal Jurnal untuk belanja modal adalah sebagai berikut. Tabel 3 Belanja Modal Tanggal 5 Januari 2015
No. Bukti
No. Rekening 5.2.3.29
Uraian
Ref
Debet
Belanja Pengadaan Komputer 29.405.000 R/K PUSAT (Pembayaran Pengadaan Komputer) Sumber: Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan Kota Manado (2015)
Kredit 29.405.000
Laporan Belanja Langsung Laporan belanja tahun anggaran 2013, 2014 dan 2015 dalam hal ini belanja langsung dapat dilihat pada Laporan Bendahara Pengeluaran tahun anggaran pada Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan Kota Manado, dapat dilihat selengkapnya pada lampiran. Pada tahun anggaran 2013, total realisasi belanja langsung adalah Rp.775.961.365,00 dari total anggaran Rp.733.695.900,00 jumlah yang dianggarkan terdiri dari: 1. Belanja Pegawai Rp. 137.330.500 2. Belanja Barang dan Jasa Rp. 344.113.835 3. Belanja Modal Rp. 294.517.030 Pada tahun anggaran 2014, total realisasi belanja langsung adalah Rp.945.399.750,00 dari total anggaran Rp.768.171.000,00 jumlah yang dianggarkan terdiri dari: 1. Belanja Pegawai Rp. 132.714.000,00 2. Belanja Barang dan Jasa Rp. 713.663.000,00 3. Belanja Modal Rp. 99.022.750,00 Pada tahun anggaran 2015, total realisasi belanja langsung adalah Rp.1.447.986.000,00 dari total anggaran Rp.1.347.986.000,00 atau 8,90% dari jumlah yang dianggarkan yang terdiri dari : 1. Belanja Pegawai Rp. 146.066.000,00 2. Belanja Barang dan Jasa Rp. 1.224.153.750,00 3. Belanja Modal Rp 77.766.250,00 Realisasi anggaran tahun 2014 dan 2015 yang dapat dilihat pada table 4.
77
Tahun
2013
2014
Tabel 4 Realisasi Anggaran Tahun 2013, 2014 dan 2015 Jumlah (Rp) Uraian Anggaran Realisasi 733.695.900 775.961.365 Belanja Langsung Belanja Pegawai 135.858.000 137.330.500 Belanja Barang dan Jasa 303.395.885 344.113.835 Belanja Modal 294.442.015 294.517.030 Belanja Langsung Belanja Pegawai Belanja Barang dan Jasa Belanja Modal Belanja Langsung
Selisih (Rp) 42.265.465 1.472.500 40.717.950 75.015
768.171.000
945.399.750
177.228.750
132.714.000 605.139.500 30.317.500
132.714.000 713.663.000 99.022.750
108.523.500 68.705.250
1.347.986.000
1.447.986.000
100.000.000
2015
Belanja Pegawai 146.066.000 146.066.000 Belanja Barang dan Jasa 1.124.153.750 1.224.153.750 100.000.000 Belanja Modal 77.766.250 77.766.250 Sumber: Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan Kota Manado (2013,2014,2015) PENUTUP Kesimpulan Dari hasil penelitian dan pembahasan di atas penulis mengambil kesimpulan bahwa Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan Kota Manado telah melakukan pencatatan akuntansi belanja sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. Kegiatan pencatatan dilaksanakan oleh PPK-SKPD (Pejabat penatausahaan keuangan) berdasarkan keuangan, dokumen-dokumen dan sumber yang diserahkan oleh Bendahara Penerimaan dan Bendahara Pengeluaran. Laporan belanja bulanan Bendahara Pengeluaran khususnya tahun anggaran 2015 dimana format dan uraian sudah sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan dan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 59 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. Laporan belanja langsung tahunan mengalami peningkatan setiap tahunnya dilihat dari hasil akhir laporan belanja 2013 sebesar Rp.775.961.365, 2014 sebesar Rp.945.399.750 dan 2015 sebesar Rp.1.447.986.000 maka mengalami surplus.
Saran Saran penulis Untuk tahun anggaran berikutnya hendaknya Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan Kota Manado dalam pengelolahan keuangan daerah khususnya belanja dapat berpedoman sepenuhnya kepada peraturan pemerintah nomo 71 tahun 2010, agar pengelolaan keuangan yang disajikan benar-benar efektif dapat terwujud dan berguna bagi para pengguna laporan keuangan tersebut. Perlu adanya tambahan sumber daya manusia yang handal dan memiliki spesialisasi dalam rangka pengelolaan pencatatan dan pelaporan pada SKPD. Sumber daya manusia ini dapat diperoleh melalui perekrutan pegawai dengan kualifikasi dibidang akuntansi yang memadai serta melakukan pelatihan-pelatihan dan bimbingan teknis terhadap SDM yang sudah ada. Pada tahun anggaran berikutnya hendaknya Badan Pelasana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan Kota Manado dapat lebih baik lagi dalam melakukan pencatatan dan pelaporan belanja langsung.
78
DAFTAR PUSTAKA Bastian, Indra (2010). Akuntansi Sektor publik : Suatu pengantar, Jakarta : Erlangga Chude, N. P., and Chude, D. I. 2013.Impact of Government Expenditure onEconomic Growth in Nigeria.International Journal of Business andManagement Review. Darise, Nurlan. 2009. Pengelolaan Keuangan pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dan BLU.Indeks. Jakarta. Dewi, 2009. Analisis Sistem Akuntansi Keuangan Daerah pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Pekanbaru. http://digilib.uir.ac.id/dmdocuments/s1%20akt,sari%20kumala%20dewi.pdf. Diakses: Desember 2015 Julia.2016. Analisis Pencatatan Dan Pelaporan Belanja Langsung pada SKPD di Kabupaten Bolaang Mongondow Provinsi Sulawesi Utara. Jurnal EMBA 817 Vol.4 No.1, Hal. 817-825, ISSN 23031174. Diakses: Desember 2015 Mardiasmo, (2009), Akuntansi Sektor Publik, Penerbit Andi, Yogyakarta. Mahmudi, 2010. Analisis Laporan Keuangan Pemerintah Daerah. Edisi Kedua. UPP STIM YKPN, Yogyakarta Mahmudi, 2011.Akuntansi Sektor Publik. Cetakan Kedua UII Press. Yogyakarta Pratiwi, 2014. Implementasi Standar Akuntansi Pemerintahan Pada Pelaporan Keuangan Daerah (Studi pada Dinas Bina Marga Kabupaten Malang). Jurnal Manajemen dan Akuntansi Volume 3, Nomor 2. Diakses: Maret 2016 Rusita Untari.2011. Analisis efisiensi dan efektifitas Pelaksana Realisasi Anggaran Belanja Langsung Dinas Pendidikan Kota Semarang. http://eprints.dinus.ac.id/17224/2/abstrak_16081.pdf. Diakses: Maret 2016 Syurtika Mira Lomboan .2014. Analisis Belanja Langung pada Dinas Kesehatan Provinsi Sulwesi Utara. urnal EMBA Vol.2 No.3, Hal. 952-961, ISSN 2303-1174. Diakses: Desember 2015 Peraturan Pemerintah No.59 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2010.Standar Akuntansi Pemerintahan. Salemba Empat. Jakarta. Profil Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan Kota Manado Tahun 2013. Wati, 2015. Analisis Sistem Pelaporan Belanja Langsung Tahun 2013 Pada Badan Pengelolah Keuangan Dan Barang Milik Daerah Provinsi Sulawesi Utara. Jurnal EMBA Vol.3 No.1, Hal. 408-417, ISSN 23031174. Diakses: Maret 2016
79
ANALISA PENCATATAN PEMOTONGAN IURAN DANA PENSIUN PT. POS INDONESIA CABANG MANADO Cynthia Imelda Mose1 Inggriani Elim2
1,2
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Akuntansi Universitas Sam Ratulangi email :
[email protected] 2
[email protected] 1
ABSTRACT Everyone wants a prosperous life in old age. In the 1970s, people race to sign civil servants because only civil servants who have the assurance of a pension fund. However, in the 1990s after the issuance of Law No. 11 of 1992 on retirement funds, pension funds had not confined to civil servants but also the private sector employees. The purpose of this study was to determine the recording of deducting pension contributions PT. Pos Indonesia Cabang Manado. The analytical method used was descriptive method starts with collecting relevant data with research, analyzes how the recording of deduction contributions to pension funds, and draw conclusions. The results showed that the recording of pension contributions deduction made in accordance with accounting theory and the company only help in collecting and depositing pension contributions to the pension fund account.The company should mantain the recording of pension contribution deduction so the company’s financial condition could be controlled, especially about pension contribution deduction. Keywords: recording, pension fund
80
PENDAHULUAN Latar Belakang Setiap manusia mendambakan kehidupan yang sejahtera di masa tuanya. Menurut Kasmir dalam bukunya yang berjudul Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya mengatakan bahwa di era tahun 1970-an, masyarakat Indonesia berlomba untuk masuk menjadi pegawai negeri dengan tujuan untuk memperoleh pensiun di masa tuanya. Karena pada saat itu hanya pegawai negeri yang memiliki kepastian akan dana pensiun. Namun pada tahun 1992, pemerintah mengeluarkan peraturan mengenai dana pensiun, yaitu UU Nomor 11 Tahun 1992. Sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun, dana pensiun tidak hanya milik pegawai negeri saja, melainkan telah terbuka untuk semua pekerja, baik pekerja swasta maupun perorangan. Menurut undang-undang tersebut, dana pensiun dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu dana pensiun pemberi kerja (DPPK), dana pensiun lembaga keuangan (DPLK). Dana pensiun diselenggarakan dalam upaya memberikan kesejahteraan pada karyawan. Oleh karenanya baik instansi pemerintah maupun swasta mengadakan program pensiun bagi para pegawainya, dan diharapkan dengan adanya program pensiun akan memberikan motivasi yang tinggi bagi karyawan sehingga akan memberikan keuntungan bagi perusahaan dan untuk meningkatkan produktivitas usahanya tercapai, sehingga akan menguntungkan baik bagi pihak perusahaan maupun karyawan itu sendiri. Ketika karyawan sudah pensiun, mereka akan menerima haknya sebagai peserta pensiun dalam bentuk pembayaran secara berkala selama masa hidupnya dan apabila peserta program pensiun tersebut meninggal, maka sang ahli waris berhak menerima kelanjutan pembayaran pensiun tersebut. Hal ini disebut dengan manfaat telah menjadi hak (vested benefits). PT. Pos Indonesia merupakan salah satu perusahaan milik negara yang menjalankan prgram pensiun bagi karyawannya sebagai imbalan atas jasa yang telah diberikan selama masa bakti karyawan. Iuran pensiun dihimpun dari karyawan selama masa kerja yang langsung dipotong dari gaji karyawan setiap bulannya.Ketika perusahaan menghimpun iuran pensiun dari pemotongan gaji karyawan, maka perusahaan akan melakukan pencatatan pemotongan iuran pensiun terhadap gaji karyawan.
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pencatatan pemotongan iuran dana pensiun yang dilakukan oleh PT. Pos Indonesia Cabang Manado.
TINJAUAN PUSTAKA Definisi Akuntansi Menurut Taswan (2015:5) secara umum akuntansi bisa didefinisikan sebagai seni, ilmu, sistem informasi yang di dalamnya menyangkut pencatatan, pengklasifikasian, dan pengikhtisaran dengan cara sepatutnya dan dalam satuan uang atas transaksi dan kejadian yang setidak-tidaknya sebagian mempunyai sifat keuangan serta adanya penginterpretasian hasil pencatatan dan disajikan dalam laporan keuangan. Sedangkan menurut Charles T. Horngren, dan Walter T.Harrison menyatakan bahwa: Akuntansi adalah sistem informasi yang mengukur aktivitas bisnis, memproses data menjadi laporan, dan mengkomunikasikan hasilnya kepada para pengambil keputusan. 81
Program Manfaat Purnakarya (Dana Pensiun) Menurut PSAK Nomor 18, Program Manfaat Purakarya adalah perjanjian untuk setiap entitas yang menyediakan manfaat purnakarya untuk karyawan pada saat atau setelah berhenti bekerja (baik dalam bentuk iuran bulanan atau lumpsum) ketika manfaat semacam itu, atau iuran selanjutnya untuk karyawan, dapat ditentukan atau diestimasi sebelum purnakarya berdasarkan ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam dokumen atau praktik-praktik entitas. Dalam UU Nomor 11 Tahun 1992 yang mengatur tentang Dana Pensiun dikatakan bahwa: “Dana Pensiun adalah badan hukum yang mengelola dan menjalankan program yang menjanjikan manfaat pesiun.” Menurut Fahmi (2014: 176) pengertian secara umum dana pensiun adalah sebuah keputusan yang dibuat untuk menyiapkan sejumlah dana atau membangun perencanaan keuangan agar dana tersebut dapat dipakai ketika pensiun dalam membiayai masa-masa pensiun.
Manfaat Telah Menjadi Hak (Vested Benefit) Berdasarkan Undang-undang Nomor 11 Tahun 1992, Manfaat Pensiun adalah pembayaran berkala yang dibayarkan kepada peserta pada saat dan dengan cara yang ditetapkan dalam peraturan Dana Pensiun. Menurut PSAK No.18, manfaat telah menjadi hak adalah manfaat purnakarya untuk hak manfaat purnakarya dalam kondisi sesuai dengan program manfaat purnakarya yang tidak bergantung pada kelangsungan ikatan kerja. Taswan (2015:5) manfaat pensiun terdiri dari: 1. Manfaat pensiun normal 2. Manfaat pensiun dipercepat 3. Manfaat pensiun cacat 4. Manfaat pensiun ditunda 5. Manfaat pensiun janda/duda/anak
Asas-Asas Dana Pensiun Menurut Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1992, penyelenggaraan dana pensiun didasarkan pada 5 (lima) asas pokok. Asas-asas tersebut adalah sebagai berikut: 1. Asas keterpisahan kekayaan dana pensiun dari kekayaan dana pendirinya. 2. Asas penyelenggaraan dalam system pendanaan. 3. Asas pembinaan dan pengawasan. 4. Asas penundanaan manfaat. 5. Asas kebebasan untuk membentuk atau tidak membentuk dana pensiun.
Sistem Pembayaran Pensiun Pada saat akan menerima pensiun, perusahaan biasanya menawarkan dua macam sistem pembayaran kepada karyawan. Ada dua jenis pembayaran pensiun yang biasa dilakukan, yaitu: 1. Program Pensiun Manfaat Pasti (PPMP) Berdasarkan PSAK No.18, program iuran pasti adalah program manfaat purnakarya dimana jumlah yang dibayarkan sebagai manfaat purnakarya ditetapkan berdasarkan iuran ke suatu dana bersama pendapatan investasi selanjutnya. 2. Program Pensiun Iuran Pasti (PPIP) Menurut Bapepam, manfaat pasti atau program pensiun manfaat pasti (PPMI) adalah manfaat (uang atau benefit saat pensiun) telah ditentukan berdasarkan rumus tertentu yang telah ditetapkan di awal. Umumnya perusahaan akan mempertimbangkan masa atau lama bekerja dan besarnya penghasilan.
82
Pendanaan Menurut PSAK No.18, pendanaan adalah transfer aset kepada entitas (dana purnakarya) yang terpisah dari entitas pemberi kerja guna memenuhi kewajiban masa depan untuk pembayaran manfaat purnakarya. Pendanaan oleh pemberi kerja dicatat sebagai Iuran Pemberi Kerja (IPK) yang diberikan perusahaan sebagai subsidi untuk program dana pensiun untuk memenuhi kewajiban pembayaran manfaat pensiun di masa depan juga sebagai bentuk penghargaan atas jasa karyawan selama masa kerjanya. Persentase dari Iuran Pemberi Kerja (IPK) biasanya tergantung pada kebijakan perusahaan pemberi kerja.
Peserta Berdasarkan PSAK No.18, peserta program manfaat purnakarya adalah anggota dari program manfaat purnakarya yang berhak menjadi penerima manfaat purnakarya. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1992, usia peserta pensiun dibedakan ke dalam 4 kategori, yaitu: 1. Pensiun normal (normal retirement) 2. Pensiun dipercepat (early retirement) 3. Pensiun ditunda (deferred retirement) 4. Pensiun cacat
Jenis Kelembagaan Dana Pensiun UU No 11 tahun 1992 pasal 2 jenis kelembagaan dana pensiun dibatasi dalam 2 jenis yaitu dana pensiun pemberi kerja (DPPK) dan dana pensiun lembaga keuangan (DPLK). DPPK, lembaga ini dibentuk oleh orang atau badan yang memperkerjakan karyawan, selaku pendiri dan penyelenggaraan program pensiun manfaat pasti atau program pensiun iuran pasti bagi kepentingan sebagian atau seluruh karyawan sebagai peserta. DPLK merupakan dana pensiun yang dibentuk oleh bank dengan status bank umum atau perusahaan asuransi jiwa yang menyelenggarakan program pensiun iuran pasti bagi perorangan.
Pencatatan Pemotongan Iuran Pensiun Pencatatan iuran pensiun menurut Hery (2014:308) jumlah gaji bruto (kotor) adalah besarnya gaji pokok ditambah dengan tunjangan-tunjangan, sebelum dikurangi dengan potongan-potongan. Jumlah gaji bruto setelah dikurangi dengan potongan-potongan, dinamakan gaji bersih. Potongan-potongan yang mengurangi jumlah gaji yang diterima oleh karyawan biasanya terdiri atas potongan untuk pajak penghasilan dan jaminan sosial tenaga kerja (jamsostek). Tanggal 28 Januari
Tabel 2.1 Ayat Jurnal Potongan Iuran Pensiun Nama Perkiraan Debet Beban Gaji Xxx Utang pajak penghasilan karyawan Utang pajak jaminan sosial Utang iuran pensiun Piutang karyawan Kas
Kredit xxx xxx xxx xxx xxx
Sumber: Hery (2014:313)
Akun beban gaji didebet dalam jurnal sebesar jumlah gaji bruto (gaji pokok ditambah dengan seluruh tunjangan yang ada dan sebelum dikurangi dengan potongan-potongan). Dalam jurnal diatas, asumsi bahwa jumlah gaji bersih yang dibayarkan (kas) adalah besarnya gaji bruto setelah dikurangi dengan potonganpotongan untuk pajak penghasilan, jamsostek, iuran pensiun, dan angsuran pinjaman. Pada saat iuran pensiun yang dipotong dan dipungut sebagian dari gaji karyawan disetorkan ke lembaga dana pensiun, ayat jurnal yang akan dibuat adalah:
83
Utang iuran pensiun Kas
xxx xxx
Pada saat utang atas sebagian iuran pensiun yang dikontribusikan oleh pemberi kerja disetorkan ke lembaga dana pensiun, ayat jurnal yang dibuat adalah: Utang iuran pemberi kerja xxx Kas xxx
Penelitian Terdahulu 1. Bukit (2012) dengan judul Analisis Penerapan Pernyataan Standar Akuntansi No 18 Mengenai Dana Pensiun pada PT PERTAMINA. Tujuannya untuk mengetahui prosedur dan perlakuan dana pensiun yang diterapakan pada dana pensiun PT. Pertamina. Metode yang digunakan yaitu deskriptif kualitatif. Hasil penelitiannya proses akuntansi yang diterapkan oleh Dana Pensiun Pertamina (DPP) secara keseluruhan telah sesuai dengan PSAK yang berlaku dan beberapa peraturan yang berhubungan dengan Akuntansi Dana Pensiun. 2. Nussy (2014) dengan judul Analisis Penerapan Standar Akuntansi Keuangan No 18 Mengenai Dana Pensiun pada PT. Taspen cabang Manado. Tujuannya untuk menganalisis kesesuaian penerapan dana pensiun pada PT. Taspen cabang Manado dengan PSAK Nomor 18. Metode yang digunakan yaitu metode deskriptif kualitatif. Hasil penelitiannya yaitu informasi yang diungkapkan dalam laporan keuangan dana pensiun taspen 2012-2013, penyajiannya telah sesuai dengan pernyataan standar akuntansi keuangan nomor 18.
METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Menurut Sugiyono (2012:13) penelitian deskriptif yaitu penelitian yang dilakukan untuk mengetahui variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan, atau menghubungkan dengan variabel lain. Dalam penelitian ini, penulis ingin menganalisa bagaimana pencatatan yang dilakukan dalam pemotongan iuran pada PT. Pos Indonesia Cabang Manado.
Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada PT. Pos Indonesia cabang Manado yang terletak di Jl. Sam Ratulangi No.21-23, Manado. Waktu penelitian dimulai Maret-April 2016.
Prosedur Penelitian Prosedur penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Mengajukan permohonan penelitian. 2. Tindak lanjut dari pihak perusahaan, dalam bentuk surat yang menyatakan pihak perusahaan telah memberi izin untuk melakukan penelitian di PT. Pos Indonesia Cabang Manado. 3. Mengumpulkan data. 4. Menganalisis data dan mengolah data yang diperoleh dari perusahaan. 5. Menarik kesimpulan dari hasil analisis data dan memberikan saran.
84
Jenis Data (Sugiyono, dikutip dalam Nussy 2010:13) menyatakan bahwa dalam penelitian ada dua jenis data yang digunakan yaitu data kuantitatif dan data kualitatif sebagai berikut: 1. Data kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan. 2. Data kualitatif dapat diartikan metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, pengambil sampel sumber data dilakukan secara purposive dan snowball, teknik pengumpulan dengan trianggulasi, analisis data bersifat induktif/kualitatif dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif berupa sampel sumber data sebagai alat menganalisis keterangan apa yang ingin diketahui. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini bersifat kuantitatif, dimana data tersebut adalah slip gaji dan jurnal pencatatan akuntansi dari PT. Pos Indonesia. Sumber Data Sumber data adalah tempat dimana data diperoleh yang dapat memberikan informasi bagi penulis. Sumber data dibagi menjadi dua, yaitu: 1. Data Primer adalah data yang diperoleh dan dikumpulkan langsung dari responden. 2. Data Sekunder adalah data yang sudah jadi. Data tersebut bersumber dari catatan yang ada pada perusahaan dan dari sumber lainnya yaitu dengan mengadakan studi kepustakaan dengan mempelajari buku-buku yang ada hubungannya dengan obyek penelitian. (Sunyoto 2013:21) Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara mengenai hal yang bersangkutan dengan penelitian ini, sedangkan data sekunder adalah data dari dokumen perusahaan, berupa sejarah perusahaan, serta dokumen yang berhubungan dengan tujuan penelitian. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Teknik Wawancara, dilakukan dengan wawancara secara langsung terhadap pihak yang terkait tentang program manfaat purnakarya. 2. Teknik Dokumentasi, dilakukan dengan mengumpulkan dokumen yang dapat memberikan informasi mengenai penelitian. 3. Teknik Perpustakaan, yaitu dengan mengumpulkan informasi dari buku dan jurnal ilmiah lainnya.
Metode Analisis Metode analisis yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif yang dimulai dari mengumpulkan data, disusun, dianalisa sehingga dapat memberikan gambaran bagaimana perlakuan pencatatan pemotongan iuran pensiun dari PT. Pos Indonesia. 85
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Sejalan dengan meningkatnya angkatan kerja, timbul suatu kesadaran bahwa hidup mereka sangat bergantung pada perusahaan dimana mereka bekerja. Persoalan berhenti bekerja atau persoalan hari tua dapat berpengaruh pada konsentrasi kerja karyawan yang akhirnya berpengaruh pada tingkat produktivitas kerja karyawan Menyikapi kondisi tersebut, salah satu solusi yang dilakukan Perusahaan yang berkaitan dengan jaminan hari tua karyawan adalah didirikannya Dana Pensiun Pos Indonesia (Dapenpos) dengan Keputusan Direksi PT Pos Indonesia (Persero) tentang Peraturan Dana Pensiun yang telah mengalami perubahan dan penyempurnaan dan terakhir ditetapkan berdasarkan Keputusan Direksi PT Pos Indonesia (Persero) Nomor : KD.61/Dirut/0712 tanggal 25 Juli 2012 tentang Peraturan Dana Pensiun dari Dana Pensiun Pos Indonesia yang disahkan dengan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor : KEP-770/KM.10/2012 tanggal 28 Desember 2012. Sebagai konsekuensi atas didirikannya Dapenpos, maka penjabaran atas maksud dan tujuan harus dilakukan secara terencana dan sistematis. Dengan demikian, penyusunan Rencana Jangka Panjang (RJP) Dapenpos merupakan suatu keharusan, yang akan dipergunakan sebagai Panduan (Road-Map) arah pengembangan Dapenpos 5 (lima) tahun mendatang. Penyusunan rencana secara formal ini akan memudahkan Dapenpos dalam menyusun Rencana Perubahan atau penyesuaian apabila terjadi perubahan lingkungan usaha maupun kondisi internal Pendiri maupun Dapenpos yang memberikan dampak terhadap pengelolaan Dapenpos. Rencana Jangka Panjang (RJP) Dapenpos disusun secara kualitatif maupun kuantitatif berbasis asumsi yang mendasarinya, yang berfungsi sebgai pedoman dalam menerapkan tahapan sasaran yang akan dicapai secara berkesinambungan, terkait dengan dukungan pendanaan jangka panjang menyangkut kesejahteraan Peserta, dengan tetap memperhatikan pengelolaan risiko dan prinsip kehati-hatian, serta going concern Dapenpos.
1.
Tata Kelola Dana Pensiun
a. Pemotongan Iuran Pensiun Iuran pensiun pegawai PT. Pos Indonesia akan langsung dipotong dari gaji bruto pegawai setiap bulannya sejak dia diangkat menjadi pegawai di PT. Pos Indonesia. b. Penyetoran Iuran Pensiun Iuran yang sudah dipotong dari gaji pegawai, kemudian akan disetorkan oleh bagian Gaji ke rekening Dapenpos melalui Giro Pos selambat-lambatnya tanggal 5 setiap bulan berjalan.Apabila setelah dilakukan evaluasi dan rekonsiliasi atas iuran pensiun terdapat kekurangan pembayaran, maka kekurangan tersebut dibebankan ke anggaran perusahaan. c. Pembayaran Manfaat Pensiun Pembayaran manfaat pensiun PT. Pos Indonesia dibayarkan secara tunai di setiap Kantor Pos pada tanggal 1 s/d 9 setiap bulannya. Dapenpos Pusat akan mengirimkan data para penerima manfaat pensiun dalam bentuk hard copy ke bagian SDM. Selanjutnya jumlah manfaat pensiun akan dibayarkan sesuai dengan yang tertera di data tersebut. Apabila ada anggota purnabakti yang belum mengambil manfaat pensiun pada tanggal yang sudah ditentukan, maka jumlah manfaat pesiun yang belum dibayarkan tersebut akan dikembalikan ke rekening Dapenpos. Manfaat pensiun yang belum diambil oleh anggota purnabakti akan dibuat laporan pertanggungjawaban terpisah dengan yang sudah terbayar.Setiap dua tahun sekali, besar manfaat pensiun dari Dapenpos yang diterima oleh pensiunan/janda/duda dan anak pada bulan Januari tahun genap meningkat sebesar 6% (enam per seratus) dari manfaat pensiun pokok bulan Desember tahun sebelumnya
86
2. Pencatatan Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan karyawan bagian keuangan khususnya yang menangani tentang dana pensiun, contoh pencatatan jurnal pada saat pemotongan iuran pensiun adalah sebagai berikut Beban Gaji Beban IPK Hutang Iuran Pensiun Hutang IPK Sumbangsih Iuran Dana Kematian Kas
xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx
Pada jurnal diatas, dapat dilihat bahwa perusahaan mendebet beban gaji sebesar gaji bruto (belum dikurangi potongan-potongan) kemudian mengkredit hutang iuran pensiun, sumbangsih, iuran dana kematian, kewajiban pegawai lainnya, dan kas. Hasil antara jumlah gaji bruto dikurangi dengan potongan-potongan tersebut adalah jumlah gaji yang akan diterima oleh pegawai perusahaan. Untuk besarnya sumbangsih ditentukan sebesar Rp.3.500/org dan untuk iuran dana kematian ditentukan sebesar Rp.2000/org. Sedangkan untuk iuran pensiun, jumlah potongan adalah sebesar 5% dari penghasilan dasar pensiun. Pada saat perusahaan membebankan iuran pensiun terhadap gaji karyawan, maka akan muncul kewajiban bagi perusahaan untuk menyetorkan iuran pensiun karyawan ke pengelolan dana pensiun dimana seperti yang telah diatur bahwa beban iuran pemberi kerja (IPK) adalah sebesar 13,50% dari penghasilan dasar pensiun atau sesuai dengan perhitungan aktuaria Dapenpos. Penyetoran dana pensiun pada PT. Pos Indonesia dilakukan melalui Giro Pos. Dan saat perusahaan melakukan penyetoran ke rekening dana pensiun, maka perusahaan akan mencatat dengan jurnal sebagai berikut Hutang Iuran Pensiun Hutang IPK Kas
xxx xxx xxx
Untuk menyelesaikan kewajiban perusahaan, maka pada saat melakukan penyetoran, akun hutang iuran pensiun dan hutang iuran pemberi kerja akan dicatat di sebelah debet dan mengkredit akun kas.
Pembahasan Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan penulis dengan pegawai PT. Pos Indonesia Cabang Manado bagian keuangan khususnya gaji, iuran pensiun terdiri dari iuran normal yang merupakan tanggungan karyawan perusahaan ditetapkan sebesar 5% x Penghasilan Dasar Pensiun dan iuran normal yang menjadi tanggungan pemberi kerja ditetapkan sebesar 13,50% x Penghasilan Dasar Pensiun. Sebagai contoh, misalkan seorang karyawan memiliki gaji dasar sebesar Rp. 2.400.000,- dengan iuran peserta (IP) sebesar 5% dan iuran pemberi kerja (IP) sebesar 13,50%. Jurnal yang dicatat untuk pencatatan gaji pegawai jika tidak ada potongan adalah Beban Gaji Kas
Rp 2.400.000,Rp 2.400.000,-
Tetapi karena adanya potongan terhadap gaji dasar karyawan, maka perusahaan akan mencatat jurnal sebagai berikut: Beban Gaji Beban IPK Hutang Iuran Pensiun
Rp 2.400.000,Rp. 324.000,Rp 120.000,87
Hutang IPK Sumbangsih Iuran Dana Kematian Kas
Rp 324.000,Rp 3.500,Rp 2.000,Rp 2.274.500,-
Karena iuran pensiun peserta langsung dipotong pada gaji karyawan, maka disebelah debet beban gaji akan dicatat Rp 2.400.000,- dan disebelah kredit kas akan dicatat sebesar Rp 2.274.500,- sedangkan sisanya Rp 125.500,- terdiri dari Rp 120.000,- (Rp 2.400.000 x iuran pensiun 5%), sumbangsih Rp 3.500,- dan iuran dana kematian Rp 2.000,- akan dicatat di sebelah kredit sebagai potongan langsung gaji karyawan Akun iuran pensiun dianggap tidak mempengaruhi kas karena merupakan kewajiban dari setiap karyawan untuk membayar iuran pensiun tersebut. Dalam hal ini perusahaan hanya membantu untuk menyetorkan iuran pensiun ke Dapenpos dari hasil potongan iuran pensiun karyawan. Perusahaan juga menjalankan kewajiban sebagai pemberi kerja dengan membayar iuran pensiun selaku beban perusahaan yang akan dibayarkan oleh perusahaan sendiri. Besarnya iuran yang dibayarkan adalah 13,50% sehingga perusahaan mencatat jurnal beban iuran pemberi kerja (IPK) disebelah debet sebesar Rp 324.000,-\ dan mencatat sebelah kredit hutang IPK. Rp 324.000,- diperoleh dari hasil hitungan besarnya IPK 13,50% x gaji karyawan sebesar Rp 2.400.000,-. Pada saat disetorkan ke rekening dana pensiun (Dapenpos), perusahaan akan menghapus kewajiban mereka terhadap iuran pensiun karena tanggung jawab dari perusahaan hanya menghimpun dan menyetorkan iuran dana pensiun ke rekening Dapenpos. Selanjutnya pihak Dapenposlah yang bertanggung jawab untuk mengelola iuran dana pensiun dan menyalurkan kepada para peserta dana pensiun pada saat peserta memasuki masa pensiunnya. Untuk itu, maka perusahaan akan mencatat jurnal sebagai berikut: Hutang Iuran Pensiun Hutang IPK Kas
Rp 120.000,Rp. 324.000,Rp 444.000,-
Penyetoran iuran pensiun dari peserta pensiun maupun pemberi kerja dilakukan paling lambat tanggal 5 setiap bulan berjalan yang akan disetorkan ke rekening Dapenpos melalui giro pos dengan bukti setoran akan diserahkan ke bagian Gaji yang akan disimpan sebagai bukti bahwa iuran pensiun telah disetorkan.Dalam melakukan pencatatan pemotongan iuran pensiun, PT. Pos Indonesia Cabang Manado melakukan pencatatan jurnal berdasarkan teori pencatatan beban gaji dan potongan dalam akuntansi penggajian pada umumnya seperti pada tabel berikut. Tabel 4.1 Perbandingan Pencatatan Pemotongan Iuran Pensiun menurut Teori dengan Perlakuan di Perusahaan Pencatatan Berdasakan Teori Perlakuan di Perusahaan (Hery,2014) Akun beban gaji didebet dalam jurnal Perusahaan mendebet beban gaji sebesar jumlah gaji bruto (gaji pokok sebesar gaji bruto yang belum dikurangi ditambah dengan seluruh tunjangan yang dengan potongan-potongan serta mendebet ada dan sebelum dikurangi dengan beban iuran pemberi kerja potongan-potongan) Jumlah gaji bersih yang dibayarkan Perusahaan mengkredit kas setelah gaji (kas) adalah besarnya gaji bruto setelah bruto dipotong dengan potongan iuran dikurangi dengan potongan-potongan untuk pensiun dan mengkredit iuran pensiun pajak penghasilan, jamsostek, iuran sebagai pengurang beban gaji serta pensiun, dan angsuran pinjaman. mengkredit iuran pemberi kerja. Sumber: Hasil olahan penulis
88
PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil dari penelitian yang telah dilakukan penulis, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa: 1. Perlakuan pencatatan pemotongan iuran pensiun pada PT. Pos Indonesia Cabang Manado sesuai dengan teori pencatatan potongan iuran pensiun pada umumnya. 2. Penyetoran iuran pensiun ke rekening dana pensiun dilakukan selambat-lambatnya tanggal 5 setiap bulan berjalan; 3. Besar manfaat pensiun dari Dapenpos yang diterima oleh peserta pensiunan/janda/duda dan anak pada bulan Januari tahun genap meningkat sebesar 6% (enam per seratus) dari manfaat pensiun pokok bulan Desember tahun sebelumnya setiap dua tahun sekali; 4. Besarnya iuran pensiun peserta adalah 5% x penghasilan dasar pensiun, sedangkan iuran pemberi kerja adalah 13,50% x penghasilan dasar pensiun;
Saran Dari hasil penelitian penulis di perusahaan, maka saran yang dapat diberikan oleh penulis adalah perusahaan sebaiknya tetap mempertahankan sistem pencatatan pemotongan iuran pensiun yang benar sesuai dengan teori pencatatan jurnal potongan iuran pensiun agar kondisi keuangan perusahaan bisa tetap terkontrol khususnya mengenai pemotongan iuran pensiun.
DAFTAR PUSTAKA Bukit, Elvina. Octavia.2012.Analisis Penerapan PSAK No.18 Mengenai Akuntansi Dana Pensiun pada Dana Pensiun PT. Pertamina, Skripsi.Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin Makassar. Harahap, Sofyan.2013. Teori Akuntansi, Edisi Revisi, Cetakan Ketigabelas. Rajawali Pers. Jakarta. Hendro, T., Rahardja, C.T.2014.Bank dan Institusi Keuangan Non Bank di Indonesia.Yogyakarta:UPP STIM YKPN Hery.2014.Akuntansi Dasar 1 & 2.Jakarta:Kompas Gramedia Horngren, C.T., Walter, T.Harrison Jr., M.Suzanne Oliver.2012. Accounting 9th Edition.Pearson Education Inc. Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), 2010, ED PSAK No.18 (revisi 2010) Kasmir.2014.Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya Edisi Revisi 2014.Jakarta:Rajawali Pers. Nussy, F. P. Andika.2014.Analisis Penerapan PSAK No.18 Mengenai Akuntansi Dana Pensiun pada PT. Taspen Cabang Manado, Skripsi.Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sam Ratulangi. Pontoh, W.2013.Akuntansi Konsep Dan Aplikasi.Halaman Moeka.Jakarta. Sugiyono, 2012. Metode Alfabeta.Bandung.
Penelitian
Pendidikan
Pendekatan
Kuantitatif,
Kualitatif,
Sunyoto, Danang.2013. Metodologi Penelitian Akuntansi. PT. Refika Aditama. Bandung Taswan.2015.Akuntansi Perbankan, Edisi III.YogyakartaUPP STIM YKPN.
89
dan
R&D.
ANALISIS PERBANDINGAN POTENSI PENERIMAAN DAN EFEKTIFITAS PAJAK PENERANGAN JALAN KABUPATEN MINAHASA SELATAN DAN KABUPATEN MINAHASA TENGGARA Driyana Ibrahim1 Jullie J Sondakh2 Anneke Wangkar3 123
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Jurusan Akuntansi Universitas Sam Ratulangi Manado
[email protected] [email protected] [email protected]
ABSTRACT In an effort to improve the implementation of development and service to the community as well as increased economic growth in the region, the one source of regional revenue from tax sector in particular, is the street lighting tax. In accordance with Law No. 28 of 2009 Article 1 number 28, street lighting tax (RPM) is a tax on the use of electricity, either generated themselves or obtained from other sources. The purpose of this study was to determine the level comparison of the revenue potential and effectiveness of street lighting tax in South Minahasa District and Southeast Minahasa Regency 20112015. This research was conducted in South Minahasa District DPPKAD and DISPENDA Southeast Minahasa Regency. The analytical method used was descriptive qualitative method. Based on the results of this study concluded that there are differences in the potential of street lighting tax receipts between the South Minahasa District and Southeast Minahasa Regency in the years 2011-2015, but there was no difference in the effectiveness of street lighting tax receipts between the South Minahasa District and Southeast Minahasa Regency 2011-2015. Street lighting tax revenue as one of the biggest areas in the South Minahasa District and Southeast Minahasa Regency is expected to be a mobilizer of local taxes in the regencies of them. Keywords: street lighting tax, potential, effectiveness. PENDAHULUAN Latar Belakang Untuk menjadi daerah otonom, suatu daerah harus mempunyai kemampuan ekonomi yang memadai agar jalannya pemerintah tidak tersendat-sendat dan pembangunan dapat terlaksana dengan baik, di sisi lain Negara Indonesia merupakan salah satu Negara yang menjunjung tinggi atas hak dan kewajiban untuk setiap orang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, maka dari itu dalam menempatkan pajak sebagai suatu perwujudan kewajiban kenegaraan untuk gotong-royong nasional, yang merupakan peran pemerintah serta masyarakat dalam pembiayaan pembangunan (Purwasih, 2014). Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dan UndangUndang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah antara lain bersumber dari Pendapatan Asli Daerah berupa Pajak Daerah yang merupakan salah satu sumber pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.Dalam upaya meningkatkan pelaksanaan pembangunan dan pelayanan pada masyarakat serta peningkatan pertumbuhan ekonomi di daerah, maka salah satu sumber Pendapatan Daerah khususnya dari sektor Pajak yaitu Pajak Penerangan 90
Jalan sebagai konsekuensi logis dari penetapan ketentuan Undang-Undang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang baru dalam kaitannya dengan peningkatan kinerja pemungutan. Meningkatkan efektivitas Pemungutan Pajak Penerangan Jalan merupakan salah satu jalan keluar untuk meningkatkan pendapatan asli daerah.(Manongga, 2014). Upaya yang dapat dilakukan oleh pemerintah daerah untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) yaitu dengan intensifikasi yang salah satunya adalah dengan menggali sumber-sumber pendapatan baru yang potensinya dimungkinkan untuk dipungut pajak. Disamping itu perlu adanya peningkatan sarana dan prasarana wilayah serta kualitas pembangunan yang berorientasi pada pemerataan, agar sumber dana dan sumber daya yang tersedia dapat dimanfaatkan seefisien dan seefektif mungkin. Daerah dituntut untuk meningkatkan PAD dengan memaksimalkan potensi daerah yang tersedia dan memungkinkan untuk dipungut pajak (Pratama, 2014). Data penerimaan PAD Kabupaten Minahasa Selatan dan Kabupaten Minahasa Tenggara dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 1.Penerimaan PAD Kabupaten Minahasa Selatan dan Kabupaten Minahasa TenggaraTahun 2011-2014 Tahun Kabupaten Minahasa Selatan Kabupaten Minahasa Tenggara 2011 Rp. 9.407.280.004 Rp. 4.959.574.921 2012 Rp. 10.620.087.945 Rp. 5.000.000.000 2013 Rp. 14.406.092.809 Rp. 7.683.748.533 2014 Rp. 26.137.234.620 Rp. 13.401.994.880 Sumber: Buku Putih Sanitasi Kabupaten Minahasa Selatan dan Minahasa Tenggara Tabel 1 menunjukkan bahwa penerimaan PAD setiap tahunnya mengalami peningkatan dari tahun 2011-2014.Sumber Pendapatan Asli Daerah khususnya dari sektor pajak yaitu Pajak Penerangan Jalan. Berdasarkan tabel diatas maka menarik untuk dikaji masalah-masalah berikut: bagaimana potensi penerimaan dan efektivitas pajak penerangan jalan di Kabupaten Minahasa Selatan dan Kabupaten Minahasa Tenggara? Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui potensi penerimaan dan efektivitas Pajak Penerangan Jalan di Kabupaten Minahasa Selatan dan Kabupaten Minahasa Tenggara, serta mengetahui perbandingan potensi penerimaan dan efektivitas pajak penerangan jalan Kabupaten Minahasa Selatan dengan Kabupaten Minahasa Tenggara tahun 2011-2015. Dalam mengestimasi potensi PAD, diperlukan informasi dan tolak ukur yang riil terjadi di lapangan dan secara konkrit dikehendaki oleh masyarakat di daerah. Salah satu tolak ukur finansial yang dapat digunakan untuk melihat kesiapan daerah dalam pelaksanaannya adalah dengan mengukur seberapa jauh kemampuan keuangan suatu daerah. Salah satunya adalah dengan mengoptimalkan hasil pajak daerah yang sudah ada (Wurangian, 2013). Tujuan Penelitian
Dengan latar belakang tersebut, adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. 2. 3.
Mengetahui potensi penerimaan pajak penerangan jalan di Kabupaten Minahasa Selatan dan Kabupaten Minahasa Tenggara Mengetahui efektivitas pajak penerangan jalan di Kabupaten Minahasa Selatan dan Kabupaten Minahasa Tenggara Mengetahui perbandingan potensi penerimaan pajak penerangan jalan Kabupaten Minahasa Selatan dengan Kabupaten Minahasa Tenggara tahun 2011-2015 91
4.
Mengetahui perbandingan efektivitas penerimaan pajak penerangan jalan Kabupaten Minahasa Selatan dengan Kabupaten Minahasa Tenggara tahun 2011-2015
Tinjauan Pustaka Definisi Akuntansi Menurut Suwardjono (2014:5), akuntansi adalah seni pencatatan, penggolongan, dan peringkasan transaksi dan kejadian yang bersifat keuangan dengan cara yang berdaya guna dan dalam bentuk satuan uang, dan penginterpretasian hasil proses tersebut. Seni dalam definisi tersebut untuk menunjukkan bahwa akuntansi bukan merupakan ilmu pengetahuan eksakta atau sains karena dalam proses penalaran dan perancangan, akuntansi banyak terlibat unsur pertimbangan (judgment). Akuntansi Perpajakan Dalam menetapkan besarnya pajak terutang tetap mendasarkan laporan keuangan yang disusun oleh perusahaan, mengingat dalam ketentuan perundang-undangan perpajakan terdapat aturan-aturan khusus yang berkaitan dengan akuntansi, yaitu masalah konsep transaksi dan peristiwa keuangan, metode pengukurannya, serta pelaporannya yang ditetapkan dengan undang-undang (Waluyo 2012:34). Pengertian Pajak Menurut Sumarsan (2011:3), pajak adalah bantuan, baik secara langsung maupun tidak langsung yang dipaksakan oleh kekuasaan publik dari penduduk atau dari barang , untuk menutupi belanja pemerintah. Artinya pajak merupakan suatu pemungutan dari masyarakat yang berguna untuk kepentingan Negara. Pengertian Pajak Daerah Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 28 Tahun 2009 Pajak Daerah, yang selanjutnya disebut Pajak, adalah kontribusi wajib kepada Daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Pajak Penerangan Jalan Undang – Undang No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, pajak penerangan jalan adalah pajak atas penggunaan tenaga listrik, baik yang dihasilkan sendiri, maupun diperoleh dari sumber lain. Pengertian Pajak Penerangan Jalan menurut Peraturan Daerah Kabupaten Minahasa Selatan No. 10 Tahun 2005 Tentang Pajak Daerah, pajak penerangan jalan adalah pajak yang dipungut atas setiap penggunaan tenaga listrik. Objek Pajak Penerangan Jalan Menurut Peraturan Daerah (Perda) Kabupaten Minahasa Selatan Nomor 10 Tahun 2005 Tentang Pajak Penerangan Jalan sebagai objek Pajak Penerangan Jalan adalah penggunaan tenaga listrik, baik yang dihasilkan sendiri maupun yang diperoleh dari sumber lain. Perhitungan Potensi Penerimaan Pajak Penerangan Jalan Dengan rumus sebagai berikut: Setelah diketahui basis pajaknya, kemudian dapat dihitung potensi pajak penerangan jalan dengan rumus: Basis Pajak PPJ = Biaya Beban + Biaya Pemakaian Listrik Sumber: Hamrolie, 2003
92
Setelah diperoleh basis pajaknya, kemudian potensi penerimaan Pajak Penerangan Jalan dapat digunakan rumus sebagai berikut: Potensi PPJ = Basis Pajak Penerangan Jalan × Tarif Pajak Sumber: Hamrolie, 2003
Sehingga, semakin besar hasil perhitungan potensi yang dinyatakan dalam bentuk persentase berarti menunjukan potensi pajak penerangan jalan yang dimiliki juga besar (Indrakusuma, 2011). Perhitungan Efektivitas Pajak Penerangan Jalan Efektivitas berkaitan dengan pencapaian tujuan dengan biaya layak (reasonable) dalam kaitannya dengan nilai dari sebuah hasil (outcome).Bahkan efektivitas juga diukur dengan mempertimbangkan akibat atau hasil yang diharapkan atau tidak diharapkan (Aryanto, 2005). Dalam penelitian ini rumus penghitungan efektivitas yang digunakan adalah sebagai berikut:
Sumber: Simanjuntak, 2001
Metode Penelitian Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif yaitu berupa studi kasus dan studi pustaka.Studi kasus dilakukan pada Dinas Pengelola Kuangan, Pendapatan dan Aset Daerah.Sedangkan studi pustaka dilakukan dengan mengumpulkan data-data dari literatur-literatur yang relevan dengan analisis potensi dan efektivitas Pajak Penerangan Jalan (PPJ). Tempat Penelitian dan Waktu Penelitian Pemilihan lokasi yang dilakukan dalam penilitian ini adalah pada Kantor Dinas Pengelola Keuangan, Pendapatan, Dan Aset Daerah (DPPKAD) yang berkedudukan di Jalan Trans Sulawesi, Kelurahan Pondang, Kecamatan Amurang Timur, Kabupaten Minahasa Selatan, dan Kantor Dinas Pendapatan Daerah (DISPENDA) Kabupaten Minahasa Tenggara yang berlokasi di Jalan Raya Ratahan – Belang Blok A Kelurahan Pasan – Wawali Kecamatan Ratahan Kabupaten Minahasa Tenggara. Waktu Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari-April 2016. Prosedur Penelitian 1. Menentukan judul dan merumuskan masalah. 2. Mengumpulkan data sesuai permasalahan yang diangkat. 3. Pengumpulan data melalui wawancara terhadap pihak-pihak yang terkait. 4. Mengelola data dan menginterpretasikan hasil pengolahan data. 5. Menarik kesimpulan dan memberikan saran. Metode Pengumpulan Data 1. Jenis Data
a. Data kualitatif b. Data kuantitatif 2. Sumber Data
a. Data primer b. Data Sekunder Teknik Pengumpulan Data 93
1. Metode Wawancara 2. Metode Dokumentasi 3. Media Elektronik dan Media Buku
Metode Analisis Metode yang digunakan untuk menganalisis data adalah metode deskriptif yaitu metode yang digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk menggunakan kesimpulan yang lebih luas (Sugiyono 2011:21). HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian 1. Perkembangan Pajak Penerangan Jalan di Kabupaten Minahasa Selatan Untuk mengetahui perkembangan pajak penerangan jalan di Kabupaten Minahasa Selatan dapat dilihat dari data Target dan Realisasi Pajak Penerangan Jalan Kabupaten Minahasa Selatan dalam tahun anggaran 5 (lima) tahun terakhir yaitu tahun 2011-2015 yang telah diperoleh peneliti dalam penelitian lapangan di Kantor Dinas Pengelola Keuangan, Pendapatan dan Aset Daerah Kabupaten Minahasa Selatan, yang disajikan dalam tabel berikut ini: Tabel 2. Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Penerangan Jalan Kabupaten Minahasa Selatan Tahun 2011-2015 No Tahun Anggaran Target (Rp) Realisasi (Rp) Ket 1 2011 2.800.000.000 3.340.811.055 Naik 2 2012 2.700.000.000 3.653.605.865 Naik 3 2013 4.837.200.000 4.284.764.894 Naik 4 2014 4.837.200.000 4.394.767.360 Naik 5 2015 4.837.200.000 4.831.945.337 Naik Sumber: Dinas Pengelola Keuangan, Pendapatan, dan Aset Daerah Kabupaten Minahasa Selatan
Dari tabel 2 dapat dilihat target dan realisasi penerimaan pajak penerangan jalan selama 5 (lima) tahun anggaran 2011-2015 mengalami peningkatan setiap tahun, yaitu pada tahun 2011 target Rp. 2.800.000.000 realisasi 3.340.811.055, tahun 2012 target Rp. 2.700.000.000 realisasi Rp. 3.653.605.865, tahun 2013 target Rp. 4.837.200.000 realisasi Rp. 4.284.764.894, tahun 2014 target Rp. 4.837.200.000 realisasi Rp. 4.394.767.360, tahun 2015 target Rp. 4.837.200.000 realisasi Rp. 4.831.945.337.
2. Perkembangan Pajak Penerangan Jalan di Kabupaten Minahasa Tenggara Untuk mengetahui perkembangan pajak penerangan jalan di Kabupaten Minahasa Tenggara dapat dilihat dari data Target dan Realisasi Pajak Penerangan Jalan Kabupaten Minahasa Tenggara dalam tahun anggaran 5 (lima) tahun terakhir yaitu tahun 2011-2015 yang telah diperoleh peneliti dalam penelitian lapangan di Kantor Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Minahasa Tenggara, yang disajikan dalam tabel berikut ini: Tabel 3. Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Penerangan JalanKabupaten Minahasa Tenggara Tahun 2011-2015 No Tahun Anggaran Target (Rp) Realisasi (Rp) Ket 94
1 2 3 4 5
2011 2012 2013 2014 2015
660.000.000 750.000.000 900.000.000 900.000.000 1.904.803.992
834.227.435 1.052.193.695 1.032.959.466 1.192.772.391 2.138.933.316
Naik Naik Naik Naik Naik
Sumber: Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Minahasa Tenggara
Dari tabel 3 dapat dilihat target dan realisasi penerimaan pajak penerangan jalan selama 5 (lima) tahun anggaran 2011-2015 mengalami peningkatan setiap tahun, yaitu pada tahun 2011 target Rp. 660,000,000 realisasi Rp. 834,227,435, tahun 2012 target Rp. 750,000,000 realisasi Rp. 1,052,193,695, tahun 2013 target Rp. 900.000.000 realisasi Rp. 1.032.959.466, tahun 2014 target Rp. 900.000.000 realisasi Rp. 1.192.772.391, tahun 2015 target Rp. 1,904,803,992 realisasi Rp. 2,138,933,316. Biaya Beban dan Biaya Pemakaian Listrik Pajak Penerangan Jalan Kabupaten Minahasa Selatan per Golongan Tarif Rumah Tangga, Bisnis, dan Industri Untuk mengetahui basis pajak penerangan jalan di Kabupaten Minahasa Selatan dapat dilihat dari data Biaya Beban dan Biaya Pemakaian Listrik Pajak Penerangan Jalan Kabupaten Minahasa Selatan per Golongan Tarif dalam 5 (lima) tahun terakhir yaitu tahun 2011-2015 yang telah diperoleh peneliti dalam penelitian lapangan di Kantor PLN Cabang Amurang, yang disajikan dalam tabel berikut ini: 3.
Tabel 4. Biaya Beban dan Biaya Pemakaian Listrik Pajak Penerangan Jalanper Golongan Tarif Rumah Tangga dan Bisnis Tahun 2011-2015 No 1 2 3 4 5
Tahun Anggaran 2011 2012 2013 2014 2015
Biaya Beban (Rp) 188.896.628 177.664.860 167.498.025 169.856.201 152.120.205
Biaya Pemakaian Listrik (Rp) 27.810.817.224 22.688.012.496 26.769.037.104 36.329.306.172 37.303.214.916
Sumber: PLN Cabang Amurang
Dari tabel 4 dapat dilihat biaya beban dan biaya pemakaian listrik pajak penerangan jalan per Golongan tarif Rumah Tangga dan Bisnis selama 5 (lima) tahun 2011-2015, yaitu pada tahun 2011 biaya beban Rp.188.896.628biaya pemakaian listrik Rp. 27.810.817.224, tahun 2012 biaya beban Rp. 177.664.860biaya pemakaian listrik Rp. 22.688.012.496, tahun 2013 biaya beban Rp. 167.498.025biaya pemakaian listrik Rp. 26.769.037.104, tahun 2014 biaya beban Rp. 169.856.201 biaya pemakaian listrik Rp. 36.329.306.172, tahun 2015 biaya beban Rp. 152.120.205 biaya pemakaian listrik Rp. 37.303.214.916. Tabel 5.Biaya Beban dan Biaya Pemakaian Listrik Pajak Penerangan Jalan per Golongan Tarif IndustriTahun 2011-2015 No 1 2 3 4 5
Tahun Anggaran 2011 2012 2013 2014 2015
Biaya Beban (Rp) 567.000 283.500 283.500 283.500 283.500
Biaya Pemakaian Listrik (Rp) 7.278.254.460 5.940.222.948 9.833.735.436 13.437.084.936 13.535.075.721
Sumber: PLN Cabang Amurang
95
Dari tabel 5 dapat dilihat biaya beban dan biaya pemakaian listrik pajak penerangan jalan per Golongan tarif Industri selama 5 (lima) tahun 2011-2015, yaitu pada tahun 2011 biaya beban Rp.567.000biaya pemakaian listrik Rp. 7.278.254.460, tahun 2012 biaya beban Rp. 283.500 biaya pemakaian listrik Rp. 5.940.222.948, tahun 2013 biaya beban Rp. 283.500 biaya pemakaian listrik Rp. 9.833.735.436, tahun 2014 biaya beban Rp. 283.500 biaya pemakaian listrik Rp. 13.437.084.936, tahun 2015 biaya beban Rp. 283.500 biaya pemakaian listrik Rp. 13.535.075.721.
4.
Biaya Beban dan Biaya Pemakaian Listrik Pajak Penerangan Jalan Kabupaten Minahasa Tenggara per Golongan Tarif Rumah Tangga, Bisnis, dan Industri Untuk mengetahui basis pajak penerangan jalan di Kabupaten Minahasa Selatan dapat dilihat dari data Biaya Beban dan Biaya Pemakaian Listrik Pajak Penerangan Jalan Kabupaten Minahasa Tenggara per Golongan Tarif dalam 5 (lima) tahun terakhir yaitu tahun 2011-2015 yang telah diperoleh peneliti dalam penelitian lapangan di Kantor PLN Cabang Ratahan, yang disajikan dalam tabel berikut ini: Tabel 6. Biaya Beban dan Biaya Pemakaian Listrik Pajak Penerangan Jalan per Golongan Tarif Rumah Tangga dan Bisnis Tahun 2011-2015 No 1 2 3 4 5
Tahun Anggaran 2011 2012 2013 2014 2015
Biaya Beban (Rp) 122.675.730 124.435.575 108.060.125 101.248.035 90.692.819
Biaya Pemakaian Listrik (Rp) 10.847.733.132 7.129.205.664 10.362.218.684 14.324.747.172 12.072.189.852
Sumber: PLN Cabang Ratahan
Dari tabel 6 dapat dilihat biaya beban dan biaya pemakaian listrik pajak penerangan jalan per Golongan tarif Rumah Tangga dan Bisnis selama 5 (lima) tahun 2011-2015, yaitu pada tahun 2011 biaya beban Rp.122.675.730 biaya pemakaian listrik Rp. 10.847.733.132, tahun 2012 biaya beban Rp. 124.435.575 biaya pemakaian listrik Rp. 7.129.205.664, tahun 2013 biaya beban Rp. 108.060.125 biaya pemakaian listrik Rp. 10.362.218.684, tahun 2014 biaya beban Rp. 101.248.035 biaya pemakaian listrik Rp. 14.324.747.172, tahun 2015 biaya beban Rp. 90.692.819 biaya pemakaian listrik Rp. 12.072.189.852. Tabel 7. Biaya Beban dan Biaya Pemakaian Listrik Pajak Penerangan Jalan per Golongan Tarif Industri Tahun 2011-2015 No 1 2 3 4 5
Tahun Anggaran 2011 2012 2013 2014 2015
Biaya Beban (Rp) 850.500 850.500 850.500 850.500 850.500
Biaya Pemakaian Listrik (Rp) 428.635.860 796.181.760 752.264.144 839.806.644 913.510.560
Sumber: PLN Cabang Ratahan
Dari tabel 7 dapat dilihat biaya beban dan biaya pemakaian listrik pajak penerangan jalan per Golongan tarif Industri selama 5 (lima) tahun 2011-2015, yaitu pada tahun 2011 biaya beban Rp.850.500biaya pemakaian listrik Rp. 428.635.860, tahun 2012 biaya beban Rp. 850.500 biaya pemakaian listrik Rp. 796.181.760, tahun 2013 biaya beban Rp. 850.500 biaya pemakaian listrik Rp. 96
753.264.144, tahun 2014 biaya beban Rp. 850.500 biaya pemakaian listrik Rp. 839.806.644, tahun 2015 biaya beban Rp. 850.500 biaya pemakaian listrik Rp. 913.510.560. Pembahasan 1.
Perbandingan Realisasi Penerimaan Pajak Penerangan Jalan Minahasa Selatan dan Minahasa Tenggara Tahun 2011-2015.
Rata-rata realisasi penerimaan pajak penerangan jalandi Kabupaten Minahasa Selatan cenderung lebih besar dibandingkan dengan Kabupaten Minahasa Tenggara.
Tabel 8. Perbandingan Realisasi Penerimaan Pajak Penerangan JalanMinahasa Selatan dan Minahasa Tenggara Tahun 2011-2015 Kabupaten Tahun Realisasi Penerimaan Pajak Rata – rata Penerangan Jalan
Minahasa Selatan
2011 2012 2013 2014 2015
2011 2012 Minahasa Tenggara 2013 2014 2015
Rp. 3.340.811.055 Rp. 3.653.605.865 Rp. 4.284.764.894 Rp. 4.394.767.360 Rp. 4.831.945.337 Rp. 834.227.435 Rp. 1.052.193.695 Rp. 1.032.959.466 Rp.1.192.772.391 Rp. 2.138.933.316
Rp. 4 101.178.902
Rp. 1.250.217.261
2. Perbndingan Potensi Penerimaan Pajak Penerangan Jalan di Kabupaten Minahasa elatan dan Minahasa Tenggara Tahun 2011-2015. Tabel 9. Perbandingan Potensi Penerimaan Pajak Penerangan Jalan di Kabupaten Mianahasa Selatan dan Kabupaten Minahasa Tenggara Tahun 20112015 Kabupaten Potensi Penerimaan Pajak Rata - rata Tahun Penerangan Jalan 2011 Rp. 3 527 853 531 2012 Rp. 2.880.618.380 Minahasa Selatan 2013 Rp. 3.677.055.406 Rp. 4.155.649.966 2014 Rp. 4.988.653.081 2015 Rp. 5.099.069.434 2011 Rp. 1.139.989.522 2012 Rp. 805.067.349 Minahasa Tenggara 2013 Rp. 1.122.439.345 Rp. 1.180.377.165 2014 Rp. 1.526.665.235 2015 Rp. 1.307.724.373 97
Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2016 Potensi penerimaan pajak penerangan jalan yang digambarkan dalam Tabel 1.5 menunjukkan bahwa rata–rata potensi penerimaan pajak penerangan jalan di kabupaten Minahasa Selatan lebih tinggi dibandingkan dengan kabupaten Minahasa Tenggara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara Potensi Pajak Penerangan Jalan antara Kabupaten Minahasa Selatan dengan Kabupaten Minahasa Tenggara. Ini berarti potensi penerimaan Pajak penerangan jalan di dua daerah tersebut memiliki nilai potensi yang berbeda. Rata-rata potensi Pajak Penerangan Jalan dari Kabupaten Minahasa Selatan selama lima tahun adalah sebesar Rp. 4.155.649.966, Sedangkan Kabupaten Minahasa Tenggara sebesar Rp. 1.180.377.165. Hal ini dikarenakan jumlah penduduk dan rumah tangga yang ada di Kabupaten Minahasa Selatan lebih banyak jika dibandingkan dengan Kabupaten Minahasa Tenggara.
2. Perbandingan Efektivitas Penerimaan Pajak Penerangan Jalan di Kabupaten Minahasa Selatan dan Minahasa Tenggara Tahun 2011-2015. Tabel 10. Perbandingan Efektivitas Penerimaan Pajak Penerangan Jalan Minahasa Selatan dan Minahasa Tenggara Tahun 2011-2015 Kabupaten Tahun % Efektivitas Penerimaan Pajak Rata - rata Penerangan Jalan 2011 94,69% 2012 126,83% Minahasa Selatan 2013 116,52% 104,17% 2014 88,09% 2015 94,76% 2011 73,17% 2012 130,69% Minahasa Tenggara 2013 92,02% 107,51% 2014 78,12% 2015 163,56% Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2016 Hasil penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara efektivitas Pajak Penerangan Jalan antara Kabupaten Minahasa Selatan dengan Kabupaten Minahasa Tenggara. Artinya, Penerimaan pajak penerangan jalan di dua daerah tersebut memiliki nilai efektivitas yang hampir sama. Nilai rata-rata efektivitas Pajak Penerangan Jalan di Kabupaten Minahasa Selatan selama lima tahun adalah sebesar 104,17%, sedangkan Kabupaten Minahasa Tenggara adalah sebesar 107,51%. Pencapaian nilai efektivitas yang tinggi tersebut dikarenakan pertimbangan yang baik dalam menentukan target penerimaan Pajak Penerangan Jalan untuk setiap tahunnya. PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa: 1. Dari hasil perhitungan potensi penerimaan pajak penerangan jalan dapat disimpulkan bahwa di Daerah Minahasa Selatan yang paling besar potensi penerimaannya yaitu di Golongan Tarif Rumah Tangga dan Tarif Bisnis dengan total penerimaan Rp. 15.175.642.382 ini didapat dari penambahan keseluruhan dari tahun 2011 sampai 2015 sedangkan di Minahasa Tenggara Golongan Tarif Rumah Tangga dan Tarif Bisnis dengan total penerimaan Rp. 5.528.320.679 ini didapat dari penambahan keseluruhan dari tahun 2011 sampai 2015. 98
2. Efektivitas Pemungutan Pajak Penerangan Jalan di Kabupaten Minahasa Selatan dari tahun 20112015 menunjukkan bahwa pemungutan dan pengelolaan Pajak Penerangan Jalan di Kabupaten Minahasa Selatan setiap tahunnya berubah, dimana tahun 2012 dan tahun 2013 tingkat efektifnya di atas 100%. Tetapi, pada tahun 2011 tingkat efektivitas Pajak Penerangan Jalan tidak efektif karena hanya 94,69%, pada tahun 2012 tingkat efektivitasnya sebesar 126,83%, pada tahun 2013 tingkat efektivitasnya sebesar 116,52% , pada tahun 2014 tingkat efektivitasnya sebesar 88,09%, pada tahun 2015 tingkat efektivitasnya hanya sebesar 94,76%. 3. Efektivitas Pemungutan Pajak Penerangan Jalan di Kabupaten Minahasa Tenggara dari tahun 20112015 menunjukkan bahwa pemungutan dan pengelolaan Pajak Penerangan Jalan di Kabupaten Minahasa Tengggara juga berubah setiap tahunnya, dimana pada tahun 2012 dan tahun 2015 tingkat efektifnya di atas 100%. Tetapi, pada tahun 2011 tingkat efektivitas Pajak Penerangan Jalan tidak efektif karena hanya 73,17%, pada tahun 2012 tingkat efektivitasnya sebesar 130,69%, pada tahun 2013 tingkat efektivitasnya sebesar 92,02%, pada tahun 2014 tingkat efektivitasnya sebesar 78,12%, pada tahun 2015 tingkat efektivitasnya paling tinggi sebesar 163,56%. 4. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara Potensi Pajak Penerangan Jalan antara Kabupaten Minahasa Selatan dengan Kabupaten Minahasa Tenggara. Ini berarti potensi penerimaan Pajak penerangan jalan di dua daerah tersebut memiliki nilai potensi yang berbeda. Rata-rata potensi Pajak Penerangan Jalan dari Kabupaten Minahasa Selatan selama lima tahun adalah sebesar Rp. 4.155.649.966,Sedangkan Kabupaten Minahasa Tenggara sebesar Rp. 1.180.377.165. 5. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara efektivitas Pajak Penerangan Jalan antara Kabupaten Minahasa Selatan dengan Kabupaten Minahasa Tenggara. Artinya, Penerimaan pajak penerangan jalan di dua daerah tersebut memiliki nilai efektivitas yang hamper sama. Nilai rata-rata efektivitas Pajak Penerangan Jalan di Kabupaten Minahasa Selatan selama lima tahun adalah sebesar 104,17 persen, sedangkan Kabupaten Minahasa Tenggara adalah sebesar 107,51 persen. Pencapaian nilai efektivitas yang tinggi tersebut dikarenakan pertimbangan yang baik dalam menentukan target penerimaan Pajak Penerangan Jalan untuk setiap tahunnya. Saran Berdasarkan kesimpulan dari penelitian ini, maka saran yang dapat diberikan penulis atas potensi penerimaan dan efektivitas atas Pajak Penerangan Jalan di Minahasa Selatan dan Minahasa Tenggara adalah sebagai berikut. 1. Efektivitas penerimaan Pajak Penerangan Jalan di Kabupaten Minahasa Selatan dan Minahasa Tenggara perlu mendapatkan perhatian yang lebih lagi karena belum mampu mengoptimalkan penerimaan pajak dari sektor tersebut, padahal potensi yang dimiliki sangatlah besar. 2. Pemerintah Kabupaten Minahasa Selatan dan Minahasa Tenggara, Dinas Pendapatan Daerah, dan PLN sebaiknya membuat suatu kelompok khusus yang menangani pencurian listrik liar yang mampu mengurangi penerimaan pajak penerangan jalan. 3. Pajak penerangan jalan sebagai salah satu pemasukan daerah terbesar di Kabupaten Minahasa Selatan dan Minahasa Tenggara diharapkan dapat menjadi mobilisator pajak daerah di Kabupaten tersebut, namun kenyataannya pajak penerangan jalan belum optimal 4. Dinas Pengelola Keuangan, Pendapatan dan Aset Daerah (DPPKAD) Kabupaten Minahasa Selatan dan Dinas Pendapatan Daerah (DISPENDA) Kabupaten Minahasa Tenggara harus melakukan koordinasi dengan PT. PLN Persero dalam mengelola Pajak Penerangan Jalan, hal ini bertujuan agar DPPKAD Kabupaten Minahasa Selatan dan DISPENDA Kabupaten Minahasa Tenggara dapat mengetahui berapa besar potensi riil dari Pajak Penerangan Jalan yang dimiliki, agar tidak terjadi kesalahan dalam penetapan target. DAFTAR PUSTAKA 99
Ariyanto, 2005, Ekonomi Pariwisata, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta. Indrakusuma, Arieyani W, 2011. Potensi Penerimaan dan Efektivitas Pajak Penerangan Jalan di Kota Semarang: Universitas Diponegoro Semarang. Ejurnal Undiphttp://eprints.undip.ac.id/29049/1/JURNAL.pdf Diakses pada 10 Februari 2016 Manongga, Christine, 2014. Efektivitas Pajak Penerangan Jalan Dan Kontribusinya Terhadap Pendapatan Asli Daerah Di Kabupaten Minahasa Utara. ISSN 2303-1174. Universitas Sam Ratulangi. Ejurnal Unsrat http://download.portalgaruda.org/article.php?article=163651&val=1025&title=EFEKTIVITA S%20PAJAK%20PENERANGAN%20JALAN%20DAN%20KONTRIBUSINYA%20TERH ADAP%20PENDAPATAN%20ASLI%20DAERAH%20DI%20KABUPATEN%20MINAHA SA%20UTARA. Diakses pada 25 Februari 2016 Pemerintah Kab. Minahasa Selatan, (2005). Peraturan Daerah Kabupaten Minahasa Selatan No. 10 Tentang Pajak Penerangan Jalan. Amurang. Pratama, I Putu, (2014).Perbandingan Tingkat Efisiensi Dan Efektivitas Penerimaan Pajak Hiburan Dinas Pendapatan Kota Denpasar Dan Kabupaten Badung. ISSN: 2302-8556. Universitas Udayana. Ejurnal Unud. http://ojs.unud.ac.id/index.php/Akuntansi/article/view/8831/6615. Diakses pada 20 Maret 2016 Purwasih, Tyas, 2014. Analisis Potensi Penerimaan Dan Efektivitas Pajak Penerangan Jalan di Kabupaten GresikVol. 3 No.1.Universitas Negeri Surabaya.Ejurnal Unesa. http://ejournal.unesa.ac.id/article/13753/57/article.pdf. Diakses pada 20 Maret 2016 Sugiyono, (2011). Metode Penelitian Kualitatif dan R&D. Penerbit Alfabeta, Bandung Suwardjono, (2014). Akuntansi Pengantar Bagian 1, Edisi Ketiga, Penerbit BPFE, Yogyakarta. Sumarsan. 2013. Perpajakan Indonesia, Edisi Ketiga, Penerbit PT. Indeks, Jakarta Barat. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Wurangian, Mario, 2013. Analisis Potensi Pajak Daerah Kabupaten Minahasa. ISSN 2303-1174. Universitas Sam Ratulangi.Ejurnal Unsrat. http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/emba/article/view/2722 . Diakses pada 1 April 2016 Waluyo, (2011).Perpajakan Indonesia Edisi 10 Buku 1. Penerbit Salemba Empat. Jakarta
100
ANALISIS EFISIENSI PENGENDALIAN BIAYA KUALITAS PADA AKSAN BAKERY MANADO Fitriayani Adam Hendrik Manossoh Sherly Pinatik Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Jurusan Akuntansi Universitas Sam Ratulangi Manado Email :
[email protected] ABSTRACT Quality being the competitiveness of the most important for the company's products and also because the quality has been the hope and desire of everyone, especially the consumer. Customers are not going to focus on a product / service only in terms of price but in good quality inherent in the product or service. Viewed from the importance of the quality of products, each company needs to spend quality, cost of quality is the cost refers to the cost incurred to prevent or expenses incurred as a result of producing a quality product. Efforts to improve the quality of the product will not run without the cost of quality control to overcome the problems faced by the company, where quality control can help the company determine the feasibility of the quality of products based on control limits have been set. This study aims to see how the cost of quality control and to analyze the efficiency of the implementation cost of quality control conducted by Aksan Bakery in Manado. Analysis of the data used is descriptive analysis with qualitative approach and using methods of presentation quality cost ratio analysis to assess the efficiency cost of quality. Based on analysis of the cost of quality control conducted by the company it appears that the cost of quality control conducted by the company do not meet the quality standards that have been set at 2.5% of sales, for the cost of quality issued by the company is greater than a predetermined quality standards, namely amounting to 13.89% of sales. This may imply that the cost of quality control has not been carried out efficiently. Keywords : Efficiency , Cost of Quality PENDAHULUAN Latar Belakang Seiring dengan membaiknya kondisi perekonomian Indonesia dan dimulainya era pasar bebas, perusahaan semakin dituntut untuk dapat mempertahankan bahkan meningkatkan keunggulan produk yang dimilikinya agar dapat bersaing dalam “pasar” dan menjalankan kegiatan operasi secara kontinyu di tengah persaingan yang semakin ketat. Salah satu cara yang dapat ditempuh adalah dengan meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan. Kualitas bagi perusahaan adalah faktor kunci yang membawa keberhasilan bisnis, pertumbuhan dan peningkatan posisi bersaing. Suatu industri tidak akan eksis apabila produk yang dibuat tidak sesuai dengan keinginan konsumen (Buchori, M. Khuwarismi, 2012). Produk berkualitas adalah produk yang dapat memenuhi harapan konsumen. Beberapa definisi kualitas menekankan pada aspek yang berbeda-beda, misalnya kecocokan penggunaan, kesesuaian produk dengan kebutuhan konsumen, kesesuaian produk dengan spesifikasi desain dan persyaratan teknisnya. Garrison (2013:79) menjelaskan bahwa produk yang memenuhi atau melebihi spesifikasi desain serta bebas dari cacat yang mungkin mempengaruhi penampilan atau mengurangi kinerjanya disebut sebagai produk yang memiliki kualitas kesesuaian (quality of conformance) yang tinggi. Kualitas menjadi daya saing yang paling penting bagi produk perusahaan dan juga karena kualitas telah menjadi harapan dan keinginan setiap orang khususnya konsumen. Manajer perlu memperhatikan masalah kualitas yang merupakan salah satu bagian penting dalam menjalankan strategi operasinya ditengah kompetisi dan persaingan dalam berbisnis. Melihat dari pentingnya kualitas produk maka setiap perusahaan perlu mengeluarkan biaya kualitas. 101
Prawironegoro dan Purwanti (2013:19) mengemukakan bahwa biaya kualitas adalah biaya yang timbul karena produk yang dihasilkan mutunya jelek sehingga tidak disukai oleh konsumen. Ada empat kategori biaya kualitas menurut Garrison (2012:80-81) yaitu biaya pencegahan, biaya penilaian, biaya kegagalan internal, dan biaya kegagalan eksternal. Untuk menghasilkan kualitas terbaik diperlukan upaya perbaikan berkesinambungan terhadap kemampuan manusia, proses, dan lingkungan. Untuk itu dalam mengatasi masalah yang dihadapi oleh perusahaan, maka perusahaan perlu melakukan pengendalian terhadap biaya kualitas. Pengendalian kualitas adalah aktifitas pengendalian proses untuk mengukur ciri-ciri kualitas produk, membandingkan dengan spesifikasi atau persyaratan, dan mengambil tindakan penyehatan yang sesuai apabila ada perbedaan antara penampilan yang sebenarnya dan yang standar. Yang mendasari terjadinya pengendalian terhadap biaya kualitas adalah kurangnya perhatian manajemen terhadap hal-hal yang bisa menyebabkan kerusakan produk. Suatu cara yang dapat dilakukan oleh perusahaan untuk pengendalian kualitas yaitu dengan mngidentifikasi biaya-biaya yang termasuk kedalam biaya kualitas dan disusun dalam laporan biaya kualitas yang disusun setiap periode. Aksan Bakery adalah salah satu perusahaan manufaktur yang mengolah bahan mentah menjadi bahan jadi dengan hasil produksi yaitu roti. Dalam menjanlankan kegiatan produksinya perusahaan perlu memperhatikan mengenai tingkat kerusakan produk dan kualitas roti yang akan diproduksi. Untuk itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan mengambil judul analisis efisiensi pengendalian biaya kualitas. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis efisiensi pelaksanaan pengendalian biaya kualitas yang dilakukan pada Aksan Bakery. TINJAUAN PUSTAKA Akuntansi Biaya Mulyadi (2012:7) akuntansi biaya adalah proses pencatatan, penggolongan, peringkasan dan penyajian biaya pembuatan dan penjualan produk atau jasa, dengan cara-cara tertentu serta penafsiran terhadapnya. Menurut Ahmad Dunia dan Wasilah Abdullah (2012:4) tujuan atau manfaat akuntansi biaya adalah menyajikan informasi yang berguna kepada pihak-pihak yang berkepentingan untuk pengambilan keputusan ekonomi. Pengertian Biaya Menurut Mulyadi (2012:3), Dalam arti luas biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau mungkin terjadi untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam arti sempit biaya merupakan bagian dari harga pokok yang dikorbankan dalam usaha untuk memperoleh penghasilan. Penggolongan Biaya Penggolongan biaya adalah proses mengelompokan secara sistematis atas keseluruhan elemen yang ada ke dalam golongan-golongan tertentu yang lebih ringkas untuk dapat memberikan informasi yang lebih penting. Kebutuhan informasi ini mendorong timbulnya berbagai cara penggolongan biaya sehingga dikenal dengan konsep penggolongan biaya yang berbeda sesuai dengan tujuan yang berbeda ”different costs for different purpos”(Mulyadi, 2009:13). Pengertian Biaya Kualitas Krismiaji dan Aryani (2011:390) menyatakan bahwa biaya kualitas adalah biaya yang terjadi karena kualitas produk yang dihasilkan rendah. Jika penerapan biaya kualitas dalam suatu perusahaan sudah berjalan dengan baik maka semakin kecil kemungkinan dari kurangnya kualitas atau meminimalkan terjadinya kerusakan produk atau produk cacat. Kusumawati (2014) juga mengemukakan biaya kualitas adalah biaya-biaya yang timbul karena telah terdapat produk yang buruk kualitasnya atau pencegahan atas kualitas yang jelek dimasa yang akan dating. Penggolongan Biaya Kualitas Garrison (2012:?) mengungkapkan bahwa komponen biaya kualitas dapat diklasifikasikan ke dalam 4 kategori, yaitu: 102
1. Biaya pencegahan (Prevention cost) Biaya ini dikeluarkan untuk mendesain produk dan sistem produksi bermutu tinggi, termasuk biaya untuk menerapkan dan memelihara sistem-sistem tersebut. 2. Biaya penilaian (Appraisal cost) Biaya penilaian adalah biaya yang terjadi untuk mendeteksi kegagalan produk. Biaya ini dikeluarkan dalam rangka pengukuran dan analisis data untuk menentukan apakah produk atau jasa sesuai dengan spesifikasinya. 3. Biaya kegagalan internal (Internal failure cost) Biaya kegagalan internal adalah biaya yang dikeluarkan karena rendahnya kualitas yang ditemukan sejak penilaian awal sebelum mnyerahkan produk sampai kepada pelanggan. 4. Biaya kegagalan eksternal (Eksternal failure cost) Biaya kegagalan eksternal yaitu biaya-biaya yang berhubungan dengan kesalahan dan nonkonformasi (errors and nonconformance) yang ditemukan setelah produk itu diserahkan ke pelanggan. Perilaku Biaya Kualitas Menurut para pakar kualitas, sebagaimana yang dikemukakan oleh Nasution (2001:132) bahwa, suatu perusahaan dengan program pengelolaan kualitas yang berjalan dengan baik, biaya kualitasnya tidak lebih besar dari 2,5% dari penjualan.Perusahaan harus dapat mengidentifikasikan perilaku setiap elemen biaya kualitas secara individual untuk mencapai standar biaya kulitas yang telah ditetapkan. Sebagian biaya kualitas bervariasi dengan penjualan, namun sebagian lainnya tidak. Agar laporan kinerja kualitas dapat bermanfaat yang harus diperhatikan yaitu: 1. Biaya kualitas harus digolongkan ke dalam biaya variabel dan biaya tetap dihubungkan dengan penjualan. 2. Untuk biaya variabel, penyempurnaan kualitas dicerminkan oleh pengurangan rasio biaya variabel. 3. Untuk biaya tetap, penyempurnaan biaya kualitas dicerminkan oleh perubahan absolut jumlah biaya tetap. Pengertian Pengendalian Biaya Kualias Pengendalian pada prinsipnya dapat memperhatikan suatu kegiatan dan selalu mengawasi aktivitas sehari-hari, maka pengendalian biaya adalah proses atau usaha yang sistimatis dalam penetapan standar pelaksanaan dengan tujuan perencanaan, sistem informasi umpan balik, membandingkan pelaksanaan nyata dengan perencanaan menentukan dan mengatur penyimpanganpenyimpangan serta melakukan koreksi perbaikan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan, sehingga tujuan tercapai secara efektif dan efisien dalam penggunaan biaya. Fungsi pengendalian kualitas, bukan saja untuk memperoleh kualitas produk yang sesuai dengan standar, tetapi juga untuk mengetahui tingkat efisiensi. Pengendalian kualitas merupakan teknik yang sangat bermanfaat agar suatu perusahaan dapat mengetahui kualitas produknya sebelum dipasarkan kepada konsumen. Teknik pengendalian kualitas dapat membantu perusahaan dalam mengetahui kelayakan kualitas produk berdasarkan batas-batas kontrol yang telah ditentukan. Pengertian Efisiensi Fahmi (2012:83) menyebutkan efisiensi adalah pengukuran kinerja yang melihat dari segi pengerjaan sesuai dengan waktu (time) yang direncanakan, bahkan akan lebih baik jika bisa dilakukan penghematan secara lebih intensif. Konsep efisiensi berkaitan dengan seberapa jauh suatu proses mengkonsumsi masukan untuk menghasilkan keluaran tertentu. Penelitian Terdahulu Dermawan (2015) dengan judul penelitian: Analisis Biaya Kualitas Pada PT. Industri Sandang Nusantara Patal Tohpati. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui biaya kualitas pada PT. Industri Sandang Nusantara. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Hasil penelitian ini adalah Analisis biaya kualitas antara biaya kendali dengan biaya kegagalan tidak seimbang. Adapun persamaan penelitian ini dengan yang dilakukan penulis adalah mengidentifikasi dan menganalisis 103
laporan biaya kualitas. Perbedaannya, penulis mencoba menganalisis efisiensi pengendalian terhadap biaya kualitas sedangkan peneliti sebelumnya hanya menganalisis biaya kualitas. Sandag (2014) dengan judul penelitian: Analisis Biaya Kualitas Dalam Meningkatkan Profitabilitas Perusahaan Pada CV. Ake Abadi Manado. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana perhitungan biaya kualitas perusahaan dalam meningkatkan profitabilitas. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Hasil penelitian ini adalah biaya kualitas yang terdiri dari biaya pencegahan, biaya penilaian, biaya kegagalan internal dan kegagalan eksternal, memiliki pengaruh secara simultan terhadap profitabilitas perusahaan CV. Ake Abadi Manado. Adapun persamaan penelitian ini dengan yang dilakukan penulis adalah melaporkan besarnya biaya kualitas yang dialokasikan untuk kualitas produk. Perbedaannya penulis mencoba menghitung pengaruh biayabiaya kualitas terhadap efisiensi produksi, sedangkan peneliti sebelumnya hanya mengukur biaya kualitas terhadap profitabilitas perusahaan. METODE PENELITIAN Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif kualitatif ini bertujuan untuk mendeskripsikan apa-apa yang saat ini berlaku. Tempat dan Waktu Penelitian Untuk memperoleh data yang dibutuhkan dalam penelitian ini, penulis mengadakan penelitian pada Aksan Bakery yang bertempat di Kelurahan Islam Lingkungan 1 Kecamatan Tuminting Kota Manado. Sedangkan jadwal penelitian ini dilaksanakan selama bulan April 2016 Prosedur Penelitian 1. Menentukan judul dan merumuskan masalah. 2. Mengumpulkan data sesuai permasalahan yang diangkat. 3. Pengumpulan data melalui wawancara terhadap pihak-pihak yang terkait. 4. Mengelola data dan menginterpretasikan hasil pengolahan data. 5. Menarik kesimpulan dan memberikan saran. Metode Pengumpulan Data 1. Jenis Data Jenis data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah data kualitatif yaitu data berbentuk informasi, baik dalam bentuk lisan maupun tulisan yang membantu dan mendukung data yang dibutuhkan misalnya berupa wawancara dengan pimpinan dan karyawan, dan data kuantitatif yaitu data berbentuk angka-angka yang masih perlu dianalisis kembali, misalnya: jumlah biaya kualitas dalam produksi roti pada Aksan Bakery. 2. Sumber Data a. Data primer b. Data Sekunder Teknik Pengumpulan Data Untuk memperoleh data yang baik dan tepat dengan asumsi agar sasaran penulisan dapat dicapai, maka penulis menggunakan metode pengumpulan data dengan cara Wawancara atau Interview. Wawancara tersebut didasarkan pada pedoman pertanyaan yang telah disiapkan terlebih dahulu. Dengan harapan wawancara tersebut bisa terarah dan data yang diperlukan dapat terkumpul. Metode Analisis Data Metode yang digunakan untuk menganalisis data adalah metode deskriptif yaitu metode yang digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk menggunakan kesimpulan yang lebih luas (Sugiyono 2011:21). Dan metode analisis rasio presentase biaya kualitas, yakni suatu rasio yang membandingkan antara biaya kualitas dengan penjualan. 104
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Analisis Biaya Kualitas Untuk menghasilkan kualitas yang baik, maka perusahaan perlu mengeluarkan sejumlah biaya-biaya untuk mendapatkan kualitas yang baik, serta untuk mengurangi tingkat kerusakan produksi. Melalui pengendalian, suatu perusahaan berusaha memberikan jaminan agar pelaksanaan rencana produksi sesuai dengan yang telah ditetapkan, kemudian melakukan tindakan koreksi atas setiap penyimpangan yang terjadi supaya dapat melakukan perbaikan dimasa datang. Biaya kualitas
adalah sejumlah biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan, yang meliputi, biaya pencegahan, biaya penilaian, biaya kegagalan internal dan biaya kegagalan eksternal. Penggolongan biayabiaya yang merupakan biaya kualitas pada Aksan Bakery tahun 2015 yaitu sebagai berikut: 1. Biaya Pencegahan (Prevention Cost) Biaya-biaya yang termasuk biaya pencegahan adalah sebagai berikut: a. Biaya tenaga kerja pemeliharaan dan perbaikan mesin nerupakan biaya yang dikeluarkan untuk membayar upah tenaga kerja yang berhubungan dengan pemeliharaan dan perbaikan mesin yang menunjang proses produksi. Biaya tenaga kerja untuk pemeliharaan dan perbaikan mesin yaitu sebesar Rp 26.400.000. b. Yang termasuk dalam biaya pencegahan yang selanjutnya yaitu biaya reparasi atau biaya pemeliharaan mesin yang menunjang proses produksi yang merupakan biaya yang dibebankan untuk pemeliharaan dan perbaikan mesin apabila mengalami kerusakan. Biaya kualitas untuk pemeliharaan dan perbaikan mesin yaitu sebesar Rp 24.000.000 2. Biaya Penilaian (Appraisal Cost) Biaya-biaya yang termasuk dalam biaya penilaian ini adalah sebagai berikut: a. Biaya tenaga kerja pengawas produksi yaitu biaya upah untuk pengawas selama proses produksi berlangsung. Biaya kualitas untuk biaya tenaga kerja pengawas produksi adalah sebesar Rp 34.200.000 b. Biaya pemeriksaan bahan baku dan bahan pembantu yaitu biaya yang dikeluarkan untuk tenaga kerja yang memeriksa bahan baku dan bahan pembantu selama proses produksi. Biaya kualitas untuk biaya pemeriksaan bahan baku dan bahan pembantu yaitu sebesar Rp 30.452.000 3. Biaya kegagalan internal (Internal Failure Costs) Biaya kualitas yang termasuk dalam biaya kegagalan internal yaitu: Biaya pengerjaan kembali (rework) yaitu biaya yang terjadi karena adanya barang rusak atau belum memenuhi standar yang ditetapkan. Biaya kualitas untuk biaya pengerjaan kembali (rework) yaitu sebesar Rp 75.650.000. 4. Biaya kegagalan eksternal ((External Failure Costs) Biaya kualitas yang termasuk dalam biaya ini adalah biaya keluhan pelanggan yaitu biaya yang terjadi apabila adanya keluhan pelanggan akibat produk yang tidak sesuai dengan pesanan. Biaya kualitas untuk keluhan pelanggan yaitu sebesar Rp 32.400.00 Laporan Biaya Kualitas Untuk Tahun 2015 adalah sebagai berikut:
105
Tabel 1. Laporan Biaya Kualitas Aksan Bakery Jenis Biaya Jumlah (Rp) Presentase (%) A. Biaya Pencegahan Biaya tenaga kerja pemeliharaan dan perbaikan 26.400.000 11,83 Biaya pemeliharaan dan perbaikan 24.000.000 10,76 Jumlah Biaya Pencegahan 50.400.000 22,59 B. Biaya Penilaian Biaya tenaga kerja pengawas produksi 34.200.000 15,33 Biaya pemeriksaan bahan baku dan pembantu 30.452.000 13,65 Jumlah biaya penilaian 64.652.000 28,98 C. Biaya kegagalan internal Biaya pengerjaan ulang 75.650.000 33,91 Jumlah biaya kegagalan internal 75.650.000 33,91 D. Biaya kegagalan eksternal Biaya keluhan pelanggan 32.400.000 14,52 Jumlah biaya kegagalan eksternal 32.400.000 14,52 Jumlah biaya kualitas 223.102.000 100 Sumber: Data olahan Setelah proporsi masing-masing golongan biaya kualitas telah diketahui, maka presentasi tersebut dapat dibandingkan berdasarkan peringkatnya, dari golongan biaya kualitas yang terbesar sampai terkecil. Tabel 4.2 Presentasi Biaya Kualitas berdasarkan peringkat Jenis Biaya Jumlah (Rp) Biaya Kegagalan Internal 75.650.000 Biaya Penilaian 64.652.000 Biaya Pencegahan 50.400.000 Biaya Kegagalan Eksternal 32.400.000 Total Biaya Kualitas 223.102.000 Sumber: Data Olahan
Presentase (%) 33,91 28,98 22,59 14,52 100
Pada tabel 4.2 terlihat bahwa perbandingan besar biaya kualitas yang terjadi pada Aksan Bakery antara biaya kendali dengan biaya kegagalan tidak seimbang. Proporsi biaya kendali yang terdiri dari biaya pencegahan dan biaya penilaian secara keseluruhan adalah 51,57% sedangkan proporsi biaya kegagalan yang terdiri dari biaya kegagalan internal dan biaya kegagalan eksternal secara keseluruhan adalah 48,43%. Pengeluaran biaya kualitas terbesar (lebih dari setengah bagian) berasal dari biaya kendali yaitu biaya pencegahan dan biaya penilaian sebesar 51,57%.
Menurut hasil wawancara dengan pimpinan perusahaan biaya ini terjadi karena adanya kerusakan terhadap mesin yang digunakan untuk menunjang proses produksi sehingga harus dilakukan perbaikan dan juga pemeliharaan terhadap mesin yang rusak dan juga sering didapati produk yang cacat akibat kelalayan dari pekerja, untuk itu dibutuhkan biaya tenaga kerja pengawas produksi untuk mengawasi jalannya produksi sehingga tidak menyebabkan produk cacat sampai ketangan konsumen. Dapat dilihat bahwa perusahaan sangat memperhatikan hal-hal yang dapat mencegah terjadinya kegagalan produk. Analisis Efisiensi biaya Kualitas Analisis efisiensi biaya kualitas dilakukan dengan membandingkan biaya kualitas terhadap penjualan. Tujuan perbandingan biaya kualitas terhadap penjualan adalah untuk mengetahui apabila biaya kualitas mempunyai presentase yang besar terhadap penjualan maka laba yang seharusnya dapat tercapai oleh perusahaan berkurang. Untuk menganalisis efisiensi biaya kualitas menggunakan rasio presentasi biaya kualitas terhadap penjualan dibutuhkan jumlah anggaran penjualan roti selama tahun 2015 yaitu sebesar Rp 1.606.400.000. Setelah itu dapat dilakukan perhitungan rasio anggaran
biaya kualitas terhadap penjualan seperti yang digambarkan pada perhitungan dibawah ini: 106
Tabel 4.3 Rasio biaya kualitas terhadap penjualan pada Aksan Bakery Tahun 2015 Biaya Kualitas Tahun 2015 (Rp)
Penjualan Tahun 2015(Rp)
Rasio Biaya Kualitas terhadap Penjualan (%)
(1)
(2)
(3) = (1 : 2) x 100 %
223.102.000
1.606.400.000
13,89
Sumber: Data Olahan Menurut perhitungan rasio presentasi biaya kualitas di peroleh hasil rasio biaya kualitas terhadap penjualan yaitu sebesar 13,89 %, yang didapat dari hasil perhitungan biaya kualitas tahun 2015 yaitu sebesar Rp 223.102.000 dibahagi dengan penjualan sebesar Rp 1.606.400.000. Sedangkan, perusahaan dengan pengelolaan kualitas yang baik, biaya kualitasnya tidak lebih dari 2,5% dari penjualan. Standar 2,5 % diatas mencakup biaya kualitas total. Berikut ini adalah tabel laporan hasil biaya kualitas terhadap penjualan yang dapat dilihat secara lebih rinci: Tabel 4.4 Laporan Biaya Kualitas Terhadap Penjualan Jenis Biaya A. Biaya Pencegahan Biaya tenaga kerja pemeliharaan dan perbaikan Biaya pemeliharaan dan perbaikan Jumlah Biaya Pencegahan B. Biaya Penilaian Biaya tenaga kerja pengawas produksi Biaya pemeriksaan bahan baku dan pembantu Jumlah biaya penilaian C. Biaya kegagalan internal Biaya pengerjaan ulang Jumlah biaya kegagalan internal D. Biaya kegagalan eksternal Biaya keluhan pelanggan Jumlah biaya kegagalan eksternal Jumlah biaya kualitas Penjualan: Sumber: Data Olahan
Biaya Kualitas (Rp)
(%) Terhadap Penjualan
26.400.000 24.000.000 50.400.000
3,14
64.652.000
4,02
75.650.000
4,71
32.400.000 223.102.000
2,02 13,89
34.200.000 30.452.000
75.650.000
32.400.000
1.606.400.000
Pada tabel 4.4 dapat diketahui bahwa pada tahun 2015 presentasi biaya kualitas adalah 13,89% dari total penjualan sebesar Rp 1.606.400.000. Dengan total presentasi terbesar ada pada biaya kendali yaitu 7,16 % dari penjualan sedangkan biaya kegagalan sebasar 6,73% dari penjualan. Dari hasil analisis sudah dapat dilihat bahwa pengendalian biaya kualitas belum efisien dikarenakan besarnya biaya kualitas yang dikeluarkan tidak sesuai dengan standar biaya kualitas yang telah ditetapkan. Meskipun biaya kendali lebih besar dibandingkan dengan biaya kegagalan namun hal ini belum bisa menekan terjadinya produk cacat sebelum sampai ketangan konsumen. Hal ini dapat dilihat dari besarnya biaya kegagalan internal yaitu biaya pengerjaan kembali. Untuk itu, perlu adanya tambahan biaya pada kategori biaya pencegahan agar dapat menekan biaya kegagalan internal. Terlebih lagi jika penanganan baik dan sungguh-sungguh, tambahan biaya pencegahan akan lebih kecil 107
dari pengurangan biaya kegagalan internal, sehingga secara keseluruhan total biaya kualitas akan berkurang. Untuk itu Aksan Bakery masih membutuhkan upaya-upaya perbaikan untuk mencapai sasaran biaya kualitas sebesar 2,5% dari total penjualan. Perusahaan harus menentukan tingkat kualitas optimal dan menetapkan jumlah relatif yang digunakan disetiap kategori. Pada saat perusahaan semakin banyak membelanjakan pada aktivitas pencegahan dan penilaian, maka presentasi unit cacat menjadi rendah. Hal ini menyebabkan biaya kegagalan internal dan biaya kegagalan eksternal menjadi lebih rendah. PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian maka dapat diambil kesimpulan bahwa pengendalian biaya kualitas pada Aksan Bakery belum dilakukan secara efisien karena biaya kualitas yang efisien adalah 2,5% terhadap penjualan sedangkan biaya kualitas yang dikeluarkan oleh Aksan Bakery adalah 13,89% dari total penjualan sebesar Rp 1.606.400.000 yang terdiri dari 3,14% biaya pencegahan, 4,02% biaya penilaian, 4,71% biaya kegagalan internal dan 2,02% biaya kegagalan eksternal. Meskipun biaya kendali lebih besar dibandingkan dengan biaya kegagalan namun ini belum bisa menekan terjadinya produk cacat sebelum sampai ketangan konsumen yang dilihat dari besarnya biaya kegagalan eksternal. Hal ini didasarkan pada biaya-biaya yang berkaitan dengan kualitas sudah dikeluarkan oleh perusahaan tetapi perusahaan belum mengidentifikasi, mengelompokkan dan melaporkan biaya kualitas secara terpisah. Biaya tersebut masih tergabung dengan laporan biaya produksi. Sehingga biaya kualitas tidak dapat terkontrol oleh perusaahaan. Adapun biaya-biaya yang dikeluarkan oleh Aksan Bakery dikelompokkan menjadi 4 golongan. Biaya Pencegahan yang meliputi: Biaya tenaga kerja pemeliharaan dan perbaikan mesin serta Biaya pemeliharaan dan perbaikan mesin. Biaya Penilaian yang meliputi: Biaya tenaga kerja pengawas produksi dan biaya pemeriksaan bahan baku. Biaya Kegagalan yang meliputi Biaya pengerjaan ulang dan Biaya Kegagalan Eksternal yang meliputi biaya keluhan pelanggan. Saran 1. Aksan Bakery hendaknya mengidentifikasi dan melaporkan biaya kualitas secara terpisah karena biaya kualitas masih tergabung dengan laporan biaya produksi. Hal ini dimaksudkan agar dapat mengetahui biaya kualitas yang telah dikeluarkan oleh perusahaan sehingga dapat dilakukan pengendalian biaya kualitas secara lebih baik agar tercipta efisiensi biaya kualitas. 2. Diharapkan perusahaan lebih meningkatkan aktivitas pencegahan sebagai upaya peningkatan dan pengendalian terhadap kualitas produk agar dapat mencapai tingkat kerusakan nol sehingga tidak ada biaya kegagalan yang harus ditanggung oleh perusahaan. 3. Perusahaan sebaiknya meningkatkan training secara berkelanjutan agar karyawan dapat melakukan proses produksi secara benar serta menekan tingkat kecacatan suatu produk akibat faktor manusia, serta mengadakan pemeliharaan mesin secara berkala dan terjadwal. DAFTAR PUSTAKA Buchori, M. Khuwarismi. 2012. Analisis Hubungan Biaya Kualitas Dengan Kecacatan Produk PT. Sport Glove Indonesia, diakses dari http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/8096 pada tanggal 8 April 2016. Darsono Prawinegoro, Ari Purwanti. 2013. Akuntansi Manajemen, edisi 3 revisi. Jakarta: Mitra Wacana Media. Darmawan. 2015. Analisis Biaya Kualitas Pada PT. Industri Sandang Nusantara Patal Tohpati. Universitas Pendidikan Genesha. Ejournal, diakses dari http://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPE/article/viewFile/5254/3984 pada tanggal 10 April 2016 Fahmi, I. 2012. Manajemen Produksi dan Operasi. Edisi 1. ALFABETA. BANDUNG. Firdaus Ahmad., Wasilah Abdullah. 2012. Akuntansi Biaya Edisi Ketiga. Salemba Empat. Jakarta. Garrison, Noreen, dan Brewer. 2013, Akuntansi Manajerial, Salemba Empat, Jakarta.
108
Garrison, Ray H., Noreen Eric W., Brewer, Peter C. 2012. Managerial Acconting. New York: The McGraw-Hill Companies. Krismiaji., Aryani Anni. 2011. Akuntansi Manajemen. Edisi Kedua. UPP STIE YKPN. Yogyakarta Kusumawati, Rika, 2014, Manfaat Biaya Kualitas Dalam Upaya Peningkatan Produktifitas Perusahaan. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia. Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi. Di akses pada tanggal 7 April 2016 dari http://ejournal.stiesia.ac.id/index.php/jira/issue/view/19/showToc Mulyadi. 2012. Akuntansi Biaya. Edisi Kelima, Penerbit UPP STIE, Yogyakarta. Nasution, M, N, 2001, Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality Management), Cetakan Pertama, Penerbit : Ghalia Indonesia, Jakarta. Sandag E. Nefriani. 2014. Analisis Biaya Kualitas Dalam Meningkatkan Profitabilitas Perusahaan Pada CV. Ake Abadi Manado. Jurnal EMBA. ISSN: 2303-1174. Vol 2. No 2 (2014). diakses dari http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/emba/article/view/4721 diakses pada tanggal 11 April 2016. Sugiyono, 2011. Metode Penelitian Kualitatif dan R&D. Penerbit Alfabeta, Bandung.
109
PERANAN JOB ORDER COSTING METHOD DALAM MENENTUKAN HARGA POKOK PRODUKSI (STUDI KASUS PADA CV. TRINITY MANADO) Jessica Graziella Whitney Runtu Agus Poputra Victorina Tirayoh Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Jurusan Akuntansi Universitas Sam Ratulangi Manado email :
[email protected] ABSTRACT Job order costing is a system that collects product costing and charge to a specific job. Job order costing system is used for companies that produce a veriety of products during certain periods and costs are calculated individually for each job. This study aimed to analyze use job order costing method in determining the production cost on a CV. Trinity Manado. Methods of data analysis used this research is descriptive qualitative research method, where the study was conducted by collecting data and analyze the collected data and provide information. Authors collected data using techniques of documentation and interviews. Based on the research, imposition the factory overhead costs that do CV. Trinity is not quite right. CV. Trinity only imposes an element of overhead costs such as the costs of helper only while electricity costs are not included in the factory overhead cost. Key Word: job order costing, the production cost, factory overhead cost PENDAHULUAN Latar Belakang Dunia usaha dewasa ini ditandai dengan semakin ketatnya persaingan diantara perusahaanperusahaan yang ada. Pencapaian laba dapat dilakukan oleh perusahaan dengan berbagai cara antara lain penentuan harga jual, efisiensi biaya produksi dan berbagai cara lain yang berhubungan dengan pencapaian laba. Harga jual suatu produk merupakan salah satu faktor penting disamping faktorfaktor lain yang harus diperhatikan. Seorang pelanggan atau konsumen seringkali memperhatikan harga dalam membuat keputusan apakah ia akan membeli suatu produk atau tidak. Walaupun tidak jarang kualitas lebih diunggulkan daripada harga, namun tidak dapat dipungkiri bahwa harga sangat berperan dalam proses pembuatan keputusan pembelian barang konsumen. Penetapan harga pokok harus memegang peranan penting pada suatu perusahaan, sebab dari harga pokok dapat dibuat analisa rencana dan kekuatan pemasaran dan penentuan harga jual. Dalam menghitung harus diperhitungkan unsur-unsur apa saja yang dibebankan kedalam biaya produksi. Perhitungan harga pokok produksi membutuhkan informasi biaya. Biaya tersebut dihasilkan lewat akuntansi biaya. Menurut Salman (2013 : 9), akuntansi biaya memegang peranan yang penting kepada pihak manajemen dalam merencanakan dan mengawasi kegiatan, meningkatkan mutu produk dan efisiensi, serta dalam pengambilan keputusan baik strategis maupun keputusan rutin. Dalam menentukan perhitungan harga pokok produksi ada 2 metode yang dapat digunakan, yaitu process costing dan job order costing. Process costing adalah penentuan harga pokok yang digunakan dalam situasi dimana produksi hanya melibatkan satu produk tunggal saja dan dibuat dalam satu jangka yang lama sekaligus. Contoh industri yang menggunakan metode process costing ini adalah perusahaan manufaktur semen, tepung, bensin, dan perusahaan yang menghasilkan bahan baku lainnya. Sedangkan job order costing suatu metode pengumpulan biaya produksi untuk menentukan harga pokok produksi pada perusahaan atas dasar pesanan. Tujuan metode job order costing untuk menentukan harga pokok pesanan secara keseluruhan dari tiap-tiap pesanan maupun untuk persatuan Untuk perusahaan yang menggunakan job order costing, perhitungan harga pokok produksi yang tepat menjadi sangat penting karena ketika perusahaan menerima pesanan dari konsumen, maka harus menentukan harga jualnya sebelum pesanan dikerjakan. Harga pokok produksi harus ditentukan secara akurat agar perusahaan tidak mengalami kerugian. Perusahaan harus dapat melakukan akumulasi biaya produksi baik biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, maupun biaya
110
overhead pabrik (BOP). Biaya produksi yang diakumulasikan tersebut kemudian harus dapat dibebankan untuk tiap pesanan produksi. CV. trinity merupakan perusahaan yang menggunakan metode job order costing didalam produksinya. Oleh karena itu, CV. Trinity harus melakukan pengakumulasian dan perhitungan elemen biaya produksi baik bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, maupun pembebanan biaya overhead parbrik dalam setiap pesanan yang dikerjakan secara akurat. Hal ini bertujuan agar harga jual yang ditetapkan mampu menutup biaya produksi dan menghasilkan laba yang diinginkan. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis penerapan metode job order costing dalam menentukan harga pokok produksi pada CV. Trinity Manado. TINJAUAN PUSTAKA Konsep Akuntansi Akuntansi adalah aktivitas jasa. Fungsinya adalah untuk menyediakan informasi kuantitatif, terutama yang bersifat keuangan, tentang entitas (kesatuan) usaha yang dipandang akan bermanfaat dalam pengambilan keputusan ekonomi (New York: American Institute of Certified Public Accountants, 1970) dikutip oleh Smith dan Skousen (1987 : 3). Menurut Ahmad dan Abdullah (2012 : 17), akuntansi merupakan suatu kegiatan jasa yang berfungsi menyediakan informasi kuantitatif terutama yang bersifat keuangan mengenai kesatuankesatuan ekonomi tertentu kepada pihak-pihak yang berkepentingan, untuk digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan-keputusan ekonomi. Keuangan manajemen dan akuntansi pemerintah sering disebut sebagai “bahasa bisnis”, atau lebih tepat disebut bahasa pengambilan keputusan. Semakin dalam menguasai bahasa ini akan semakin baik pula untuk menangani berbagai aspek keuangan dalam kehidupan. Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa akuntansi adalah sebagai alat ukur yang memberikan informasi umumnya dalam ukuran uang mengenai suatu badan ekonomi yang berguna bagi pihak-pihak intern maupun ekstern perusahaan dalam pengambilan keputusan. Akuntansi adalah bahasa bisnis dimana penting bagi seseorang yang melakukan bisnis untuk memahaminya. Akuntansi dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu akuntansi keuangan dan manajemen. Pada umumnya tujuan akuntansi adalah menyajikan informasi ekonomi dari satu kesatuan ekonomi kepada pihak– pihak yang berkepentingan. Akuntansi Biaya Menurut Witjaksono (2013 : 3), akuntansi biaya merupakan salah satu dari sekian banyak disiplin ilmu dalam akuntansi. Akuntansi biaya secara sederhana dapat diartikan dari istilahnya
sebagai akuntansi yang khususnya digunakan untuk pengukuran dan pelaporan biaya. Akuntansi yang kegiatannya bertujuan menyediakan informasi biaya bagi manajemen disebut akuntansi biaya. Konsep Biaya Menurut Prawironegoro dan Purwanti (2009 : 19), biaya merupakan pengorbanan untuk memperoleh harta, sedangkan beban merupakan pengorbanan untuk memperoleh pendapatan. Ada 5 unsur dalam definisi biaya, yaitu sebagai berikut. 1. Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi 2. Diukur dalam satuan moneter (rupiah atau dollar) 3. Yang telah terjadi atau secara potensial akan terjadi 4. Pengorbanan tersebut untuk tujuan 5. Suatu aktiva, biaya digunakan ketika menunjuk pada penilaian barang dan jasa yang diinginkan Biaya Produksi
111
Menurut Salman (2013 : 27), perusahaan manfaktur adalah perusahaan yang bergerak dibidang pengolahan bahan baku menjadi barang jadi, atau dengan kata lain untuk memberikan nilai tambah terhadap barang yang diolah sebagai bahan baku. Proses pengolahan bahan baku pada perusahaan manufaktur hingga menjadi barang jadi tidaklah terjadi dengan sendirinya. Harga Pokok Produksi Tujuan dilakukan perhitungan harga pokok produksi menurut Horngren dan Foster (2009 : 90) adalah sebagai berikut. 1. Untuk memenuhi keprluan pelaporan eksternal dalam hal penilaian persediaan dan penentuan laba. 2. Untuk pedoman pengambilan keputusan mengenai harga dan strategi produk. 3. Untuk menilai prestasi bawahannya dan bagian organisasi tersebut sebagai investasi ekonomi. Job Order Costing
Menurut Simamora (2012 : 61), sistem penentuan pokok pesanan (job order costing) adalah sebuah sistem penentuan biaya pokok produk yang menghimpun dan mengenakan biaya kepada pekerjaan tertentu. Sistem jenis ini diaplikasikan dalam kondisi dimana banyak produk, pekerjaan, atau gugus produksi berbeda yang diproduksi disetiap periodenya. Pekerjaan (job) adalah masing-masing produk atau gugus produk yang informasi biayanya dibutuhkan oleh perusahaan. Dalam sistem penentuan biaya pokok pesanan, biaya produksi dikumpulkan untuk setiap pekerjaan yang terpisah. Penelitian Terdahulu Elfirah (2010) dengan judul Analisis Penentuan Harga Pokok Rumah Perumahan Duta Kenanga Indah Pada PT. Siak Nibung Perkasa di Pekanbaru. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui apakah penentuan harga pokok rumah yang telah dilakukan PT. Siak Nibung Perkasa telah sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Metode yang digunakan adalah metode kuantitatif. Hasil penelitian menujukkan peneliti menghitung harga pokok produksi dengan mengalikan seluruh biaya yaitu biaya tenaga kerja langsung, biaya proyek langsung dan biaya overhead pabrik. Aripin (2014) dengan judul Analisis Harga Pokok Produksi Tahu-Tempe Pada Home Industry Lela Jaya Manna Bengkulu Selatan. Tujuan dari penelitian ini untuk menganalisis harga pokok produksi tahu-tempe yang dihasilkan home industry Lela Jaya Manna, Bengkulu Selatan. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan Perusahaan menghitung Harga Pokok Produksi berdasarkan biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik dan dihitung untuk mendapatkan harga pokok produksi pada home industry Lela Jaya Manna, Bengkulu Selatan. METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian yang deskriptif kualitatif, yaitu suatu pendekatan investigasi karena peneliti mengumpulkan data dengan cara bertatap muka langsung dan berinteraksi dengan orang-orang di tempat penelitian. Menurut Sedarmayanti dan Hidayat (2011:33) adalah suatu metode dalam pencarian fakta status sekelompok manusia, suatu obyek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu peristiwa pada masa sekarang dengan interpretasi yang tepat. Tempat Penelitian CV. Trinity merupakan perusahaan yang bertempat di Tikala Ares, Wenang, Manado. Perusahaan ini bergerak dibidang Digital Printing. Alamat lengkap dari CV. Trinity adalah Jl Tikala Ares I/53,Tikala Ares, Wenang, Manado, Indonesia. Prosedur Penelitian
112
Prosedur penelitian yang dilakukan dalam skripsi ini adalah sebagai berikut. 1. Melakukan kunjungan langsung pada objek penelitian. 2. Melakukan wawancara dengan pemilik perusahaan dan bagian staf akuntansi pada CV. Trinity. 3. Mengumpulkan data-data yang diperlukan yang berhubungan dengan penelitian untuk menjadi dasar acuan dalam penelitian. 4. Mengolah data-data yang sesuai dengan dasar teori yang akan digunakan dalam penelitian. Metode Pengumupulan Data 1.
2.
3.
Survei pendahuluan Hal ini dilakukan untuk mengetahui kedaaan dari perusahaan secara keseluruhan sehingga dapat menentukan masalah apa yang dihadapi CV. Trinity Survei lapangan Suvei dilakukan dengan cara berikut ini. a. Interview, yaitu mengadakan wawancara dalam hal ini tanya jawab dengan pimpinan dan staf yang ditujukan untuk mengadakan penelitian terhadap tata cara pelaporan yang menyangkut masalah tersebut. b. Documenter, cara pengumpulan data dengan menggunakan arsip dan dokumen-dokumen dari perusahaan yang bersangkutan. Studi kepustakaan Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh landasan teori yang berhubungan dengan permasalahan melalui interview yang ada, yang akan digunakan sebagai pembahasan masalah.
Metode Analisis Data Menurut Sugiyono (2003) terdapat beberapa jenis data antara lain sebagai berikut. 1. Data kuantitatif, adalah penelitian dengan memperoleh data yang berbentuk angka atau data kualitatif yang diangkakan 2. Data kualitatif, adalah data yang berbentuk kata, skema, dan gambar. Jenis data dalam penelitian ini berbentuk kualitatif dan kuantitatif. Yakni disajikan dalam bentuk cerita detail sesuai bahasan dan pandangan responden serta perhitungan menggunakan angka. Teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui studi kepustakaan, studi lapangan, dan media elektronik dengan internet. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Objek Penelitian CV. Trinity adalah perusahaan yang didirikan oleh Bapak Andry Yanwar Setio dengan modal sendiri yang bergerak di bidang digital printing. CV Trinity didirikan pada tahun 2008 berlokasi di Tikala Ares I/53, Wenang, Manado. CV Trinity mengembangkan usahanya pada awal tahun 2008 dengan membeli ruko dengan ukuran yang besar serta mesin-mesin digital printing yang memadai. CV. Trinity mempunyai 20 orang karyawan handal yang bekerja secara profesional dalam menangani setiap pesanan dari konsumen sehingga membuat image CV. Trinity sebagai perusahaan dengan produksi berkualitas tinggi. Sampai saat ini CV. Trinity sudah mengalami dua kali pergantian mesin disebabkan oleh banjir yang terjadi pada tahun 2014 di kota Manado. CV. Trinity melayani berbagai jenis pesanan dari seluruh penjuru kabupaten Sulawesi Utara dan semakin berkembang dibawah pimpinan Bapak Andry Yanwar Setio. Hasil Penelitian Biaya produksinya meliputi perhitungan biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik yang dibebankan pada setiap pesanan. Berdasarkan total biaya produksi maka dapat diketahui harga pokok produk untuk tiap unit produk yang dipesan. Untuk menunjukkan biaya produksi untuk tiap pesanan pada CV. Trinity penulis mengambil contoh perhitungan harga pokok produksi untuk pesanan undangan dan flyer.
113
Perhitungan Biaya Bahan Baku Perhitungan biaya bahan baku pada CV. Trinity ditentukan dengan cara mengalikan jumlah bahan yang dipakai dengan harga pokok bahan. Adapun perhitungan biaya bahan baku untuk setiap pesanan yang dikerjakan adalah sebagai berikut. Tabel 1 Biaya Bahan Baku Pesanan Undangan (1.000 eksemplar) Jenis
Biaya yang dikeluarkan (Rp)
Kuantitas
Kertas Art Paper 150 gram
1000
Tinta Ink Edible
Biaya per eksemplar (Rp)
1.000.000
1.000
2 set tinta edible
800.000
800
Plate double folio
2 lembar
300.000
300
Film 34 x 23 cm
1
200.000
200
2.800.000
2.800
Total Sumber: Data CV. Trinity
Tabel 1 menunjukkan bahwa jumlah biaya bahan baku yang diperlukan untuk memproduksi pesanan undangan sebanyak 1.000 ekslempar adalah Rp 2.800.000 yang artinya setiap undangan memerlukan bahan baku sebesar Rp 2.800.000. Sementara itu, jumlah bahan baku yang di pergunakan untuk mengerjakan pesanan flyer adalah sebagai berikut.
Tabel 2 Biaya Bahan Baku Pesanan Flyer (2.000 lembar) Jenis Kertas Art Paper 85 Gram Tinta ink Edible
Biaya yang dikeluarkan (Rp)
Kuantitas 1 set tinta edible 2.000
Total
Biaya per lembar (Rp)
400.000 1.200.000
200 600
1.600.000
800
Sumber: Data CV. Trinity
Tabel 2 menunjukkan bahwa jumlah biaya bahan baku yang diperlukan untuk memproduksi pesanan flyer sejumlah 2000 lembar adalah Rp. 1.600.000. Yang artinya setiap lembar flyer memerlukan biaya bahan baku sebesar Rp. 800. Perhitungan Biaya Tenaga Kerja Langsung CV. Trinity menentukan biaya tenaga kerja langsung berdasarkan biaya sesungguhnya yang dikeluarkan dikalikan dengan kuantitas jam kerja maupun jumlah tenaga yang digunakan dalam melakukan kegiatan produksinya yang dilakukan oleh karyawan bagian produksi sehingga terdapat biaya sesungguhnya yang terjadi. Besarnya biaya tenaga kerja langsung untuk masing-masing jenis pesanan adalah sebagai berikut.
114
Tabel 3 Biaya Tenaga Kerja Langsung Pesanan Undangan (1.000 eksemplar) Bagian
Karyawan (Orang) 1 1 1
Desain Cetak Finishing Total Sumber: Data CV. Trinity
Upah per hari (Rp) 35.000 45.000 15.000
Total BTK (Rp) 70.000 180.000 45.000 295.000
Hari Kerja 2 4 3
Biaya per eksemplar (Rp) 70 180 45 295
Tabel 3 di atas menunjukkan bahwa jumlah biaya tenaga kerja langsung yang diperlukan untuk memproduksi pesanan undangan sejumlah 1.000 eksemplar adalah Rp. 295.000 yang artinya setiap eksemplar pesanan undangan biaya tenaga kerja langsung sebesar Rp 295. Sementara itu, jumlah biaya tenaga kerja langsung yang dipergunakan untuk mengerjakan pesanan flyer adalah sebagai berikut Tabel 4 Biaya Tenaga Kerja Langsung Pesanan Flyer (2.000 lembar) Bagian
Karyawan (Orang) 1 1 1
Desain Cetak Finishing Total Sumber: Data CV. Trinity
Upah per hari (Rp) 30.000 40.000 15.000
Hari kerja 1 1 2
Total BTK (Rp) 30.000 40.000 30.000 100.000
Biaya per lembar (Rp) 15 20 15 50
Tabel 4 menunjukkan bahwa jumlah biaya tenaga kerja langsung yang di perlukan untuk memproduksi pesanan flyer sejumlah 2.000 lembar adalah Rp. 100.000 yang artinya setiap lembar memerlukan biaya sebesar Rp. 50. Perhitungan Biaya Overhead Pabrik Biaya overhead pabrik merupakan semua biaya produksi selain biaya bahan baku dan tenaga kerja langsung yang dikeluarkan selama proses produksi. Besarnya BOP yang sesungguhnya untuk undangan dapat dilhat dari tabel 5 berikut ini. Tabel 5 Biaya Overhead Pabrik Pesanan Undangan (1.000 eksemplar) Jenis-jenis biaya Kuantitas Plastik cover 1.000 lembar Label 25 lembar Kardus 2 buah Pita 4 rol Total Sumber: Data CV. Trinity
Jumlah biaya (Rp) 90.000 50.000 10.000 40.000 190.000
Biaya per eksemplar (Rp) 90 50 10 40 190
Tabel 5 menunjukkan bahwa total BOP yang sesungguhnya untuk pesanan undangan adalah sebesar Rp 190.000 dengan jumlah pesanan 1.000 eksemplar, maka diketahui bahwa BOP per unitnya Rp 190. Sementara itu, besarnya BOP yang sesungguhnya untuk pesanan flyer dapat dilihat pada Tabel 6.
115
Tabel 6 Biaya Overhead Pabrik Pesanan Flyer (2.000 lembar) Jenis-jenis biaya Kuantitas Kardus 2 buah Tali 1 rol Total Sumber: Data CV. Trinity
Jumlah Biaya (Rp) 10.000 6.000 16.000
Biaya per lembar (Rp) 5 3 8
Tabel 6 menunjukkan bahwa total BOP yang sesungguhnya untuk pesanan flyer adalah Rp. 16.000 dengan jumlah pesanan 2.000 lembar, maka diketahui bahwa BOP per unitnya Rp. 8. Perhitungan Harga Pokok Produksi oleh CV. Trinity Setelah semua unsur biaya produksi baik bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan BOP dapat dikumpulkan, dihitung, dan dibebankan, maka harga pokok produksi untuk masing-masing pesanan dapat ditentukan. Berikut ini perihitungan harga pokok produksi pada masing-masing pesanan. Tabel 4.7 menunjukkan bahwa total biaya produksi dibebankan untuk pesanan undangan adalah Rp. 3.285.000 sehingga harga pokok produksi dikeluarkan per eksemplar adalah Rp. 3.285 dan untuk pesanan flyer besarnya biaya produksi sebesar Rp. 1.716.000 sehingga harga pokok produksi perbuku adalah sebesar Rp 858.
Tabel 7 Perhitungan Harga Pokok Produksi untuk Undangan dan Flyer Biaya Produksi Biaya bahan baku Biaya tenaga kerja langsung BOP Harga pokok roduksi Sumber: Data CV. Trinity
Pesanan Undangan 1.000 eks (Rp) 2.800.000 295.000 190.000 3.285.000
Pesanan Flyer 2.000 lembar (Rp)
Total (Rp.)
1.600.000 100.000 16.000 1.716.000
4.400.000 395.000 206.000
Tabel diatas menunjukkan bahwa harga pokok produksi unuk pesanan undangan sebesar Rp. 3.285.000 dengan biaya per eksemplar sebesar Rp. 3.285 dan harga pokok produksi untuk pesanan flyer sebesar Rp. 1.716.000 dengan biaya per lembar sebesar Rp. 858. Pembahasan Setelah biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan jumlah BOP dihitung dapat dilihat bahwa biaya overhead pabrik yang ditetapkan CV. Trinity kurang tepat. Pada Tabel 4.8 penulis menambahkan biaya listrik yang seharusnya ada pada biaya overhead pabrik pada pesanan undangan dan flyer. Tabel 8 Biaya Overhead Pabrik Pesanan Undangan (1.000 eksemplar) Jenis-jenis biaya Plastik cover Label Kardus
Kuantitas 1.000 lembar 25 lembar 2 buah
Jumlah biaya (Rp) 90.000 50.000 10.000
116
Biaya per eksemplar (Rp) 90 50 10
Pita 4 rol Listrik 3 mcb meter Total Sumber: Hasil Olahan
40.000 300.0000 490.000
40 300 490
Tabel 8 menunjukkan bahwa total BOP yang sesungguhnya ditambah biaya listrik untuk pesanan undangan adalah sebesar Rp 490.000 dengan jumlah pesanan 1.000 eksemplar, maka diketahui bahwa BOP per unitnya Rp 490. Perhitungan biaya listrik dari BOP untuk pembuatan undangan diambil dari jumlah biaya listrik keseluruhan per bulan CV. Trinity sebesar Rp. 3.000.000 untuk semua produk. Biaya pesanan undangan diambil 10% dari Rp. 3.000.000 yaitu Rp. 300.000 dibagi 1000 eksemplar menjadi Rp. 300. Sementara itu, besarnya BOP yang sesungguhnya untuk pesanan Flyer dapat dilihat pada tabel 9 berikut ini. Tabel 9 Biaya Overhead Pabrik Pesanan Flyer (2.000 lembar) Jenis-jenis biaya Kuantitas Kardus 2 buah Tali 1 rol Listrik 3 mcb meter Total Sumber: Hasil Olahan
Jumlah biaya (Rp) 10.000 6.000 300.000 316.000
Biaya per lembar (Rp) 5 3 150 158
Tabel 9 menunjukkan bahwa total BOP yang sesungguhnya untuk pesanan flyer adalah Rp. 16.000 dengan jumlah pesanan 2.000 lembar, maka diketahui bahwa BOP per unitnya Rp. 8. Perhitungan biaya listrik dari BOP untuk pembuatan flyer diambil dari jumlah biaya listrik keseluruhan per bulan CV. Trinity sebesar Rp. 3.000.000 untuk semua produk. Biaya pesanan undangan diambil 10% dari Rp. 3.000.000 yaitu Rp. 300.000 dibagi 1000 ekslempar menjadi Rp. 300. Perbandingan Perhitungan Biaya Bahan Baku, Biaya Tenaga Kerja Langsung dan Biaya Overhead Pabrik Perhitungan biaya bahan baku, biaya tenaga kerla langsung dan biaya overhead pabrik pada CV. Trinity dan oleh penulis ditentukan dengan cara menjumlahkan seluruh total jenis biaya dalam satu tabel untuk menghasilkan keseluruhan biaya tersebut. Berikut ini adalah tabel perbandingan perhitungan undangan dan flyer antara CV. Trinity dan teori akuntansi menejemen. Tabel 10 Perbandingan Perhitungan Biaya Bahan Baku, Biaya Tenaga Kerja Langsung, Biaya Overhead Pabrik Undangan Menurut CV. Trinity dan Pembahasan (1.000 eksemplar) Jenis-jenis Biaya
Job Order Costing CV. Trinity
Bahan baku Tenaga kerja langsung Overhead pabrik Total Sumber : Hasil Olahan
Pembahasan 2.800.000 295.000 190.000 3.285.000
2.800.000 295.000 490.000 3.585.000
Pada Tabel 10 dapat dilihat kesamaan perhitungan biaya bahan baku dengan biaya tenaga kerja langsung dari CV. Trinity dan menurut pembahasan. Sedangkan biaya overhead pabrik undangan memiliki perbedaan perhitungan yang terdapat pada pembahasan senilai Rp. 300.000.
117
Penulis memasukkan biaya listrik dalam perhitungan biaya overhead pabrik agar dapat dilihat ketepatan dalam perhitungan biaya overhead pabrik. Biaya listrik penulis masukkan ke dalam biaya overhead pabrik dikarenakan biaya listrik termasuk dalam biaya yang berhubungan langsung dengan produk yang dibuat. Tabel 11 Perbandingan Perhitungan Biaya Bahan Baku, Biaya Tenaga Kerja Langsung, Biaya Overhead Pabrik Flyer Menurut CV. Trinity dan Pembahasan (2.000 lembar) Jenis-jenis Biaya Bahan baku Tenaga kerja langsung Overhead pabrik Total Sumber : Hasil Olahan
Job Order Costing CV. Trinity 1.600.000 100.000 16.000 1.716.000
Pembahasan 1.600.000 100.000 316.000 2.016.000
Pada Tabel 11 dapat dilihat kesamaan perhitungan biaya bahan baku dengan biaya tenaga kerja langsung flyer dari CV. Trinity dan menurut pembahasan. Sedangkan biaya overhead pabrik flyer memiliki perbedaan perhitungan yang terdapat pada pembahasan senilai Rp. 300.000. Penulis memasukkan biaya listrik dalam perhitungan biaya overhead pabrik agar dapat dilihat ketepatan dalam perhitungan biaya overhead pabrik. Biaya listrik penulis masukkan ke dalam biaya overhead pabrik dikarenakan biaya listrik termasuk dalam biaya yang berhubungan langsung dengan produk yang dibuat. PENUTUP Kesimpulan Dari hasil penelitian dan pembahasan di atas penulis mengambil kesimpulan bahwa CV. Trinity telah menggunakan metode job order costing tetapi cara pembebanan BOP yang dilakukan CV. Trinity kurang tepat karena percetakan CV. Trinity hanya membebankan unsur BOP berupa bahan penolong saja. Jumlah BOP yang dibebankan untuk pesanan undangan sebesar Rp. 190.000 jumlah yang dibebankan ini terlalu kecil karena unsur BOP yang lain seperti biaya listrik tidak ikut dibebankan. Akibat dari hal ini adalah harga pokok produksi terlalu kecil, sehingga harga jual yang ditetapkan juga terlalu kecil dan CV. Trinity tidak mampu mencapai tingkat keuntungan yang diharapkan atas produksi pesanan undangan dan flyer. Seharusnya CV. Trinity menggunakan tarif BOP ditentukan di muka dalam pembebanan BOP untuk masing-masing pesanan. Untuk dapat menentukan tarif dan jumlah BOP yang dibebankan CV. Trinity dapat menggunakan dasar biaya bahan baku, mengingat bahwa unsur BOP yang paling dominan adalah proses produksi CV. Trinity adalah bahan penolong dan perubahan bahan penolong dipengaruhi oleh pemakaian bahan baku. CV. Trinity belum menyelenggarakan Kartu Harga Pokok Produksi pesanan untuk tiap-tiap pesanan yang diterima dan diproduksi. Kartu Harga Pokok Pesanan ini penting bagi CV. Trinity untuk mendokumentasikan infomasi biaya produksi dan Harga Pokok Produksi masing-masing pesanan sehingga membantu CV. Trinity dalam pengambilan keputusan harga jual dan membantu dalam mempermudah pencarian kembali informasi biaya produksi dikemudian hari ketika diterima pesanan yang sama. Saran Saran penulis kepada perusahaan tentang penerapan metode job order costing dalam menentukan harga pokok produksi dari penelitian diatas seharusnya perusahaan tidak membebankan BOP yang berupa bahan penolong saja, karena masih terdapat unsur-unsur BOP lain seperti biaya listrik yang berhubungan langsung dengan produk harus dibebankan pada produk yang di produksi. Hal ini perlu dilakukan agar jumlah BOP yang dibebankan tidak terlalu kecil dan harga jual yang ditetapkan tidak terlalu kecil. CV. Trinity juga seharusnya menggunakan kartu harga pokok pesanan
118
untuk setiap pesanan yang diterima dan diproduksi guna mendokumentasikan dan merinci informasi biaya produksi sehingga dapat membantu managemen CV. Trinity dalam pengambilan keputusan harga jual dan mempermudah CV. Trinity dalam menemukan kembali informasi biaya produksi ketika terdapat pesanan yang mempunyai karakteristik sama dikemudian hari.
DAFTAR PUSTAKA Ahmad, Firdaus, Abdullah, Wasila, 2012. Akuntansi Biaya. Edisi Ketiga. Salemba Empat. Jakarta. Fauziah Elfira, 2010, Analisis Penentuan harga pokok Perumahan Duta kenangan indah pada PT. Siak Nibung Perkasa Pekan Baru. http://digilib.uir.ac.id/dmdocuments/s1%20akt,fauziah%20elfira.pdf. Diakses Januari 15,2016. Horngren, Datar, Foster, George, 2009. Akuntansi Biaya dengan Penekanan Manajerial. Jilid 1. Edisi keduabelas. Erlangga. Jakarta. Prawinegoro, Purwanti. 2009. Akuntansi manajemen. Edisi II . PT.Indeks. Salman, Kautsar. 2013. Akuntansi Biaya: Pendekatan Product Costing. Cetakan Pertama. Indeks. Kembangan Utara-Jakarta Barat 11610. Sedarmayanti dan Syarifudin Hidayat. 2011. Metodologi Penelitian. Penerbit : CV. Mandar Maju. Simamora, Henry. 2012. Akuntansi Manajemen. Edisi III. Star Gate Publisher. Duri. Riau. Smith, Skousen. 1987. Akuntansi Intermediate. Edisi Kesembilan. Penerbit: Salemba Empat. Witjaksono, Armanto. 2013. Akuntansi Biaya. Graha Ilmu : Yogyakarta. Zainal Aripin, 2014, Analisis harga pokok produksi tahu-tempe pada home industry Lela Jaya Manna, Bengkulu Selatan. https://digilib.uns.ac.id/dokumen/download/6799/MTc4ODU=/analisisharga-pokok-produksi-tahu-tempe-pada-home-industri-lela-jaya-manna.pdf. Diakses Januari 8, 2016.
119
ANALISIS PENYETORAN, PELAPORAN, DAN PENCATATAN PPH FINAL PASAL 4 AYAT (2) ATAS BUNGA DEPOSITO DAN TABUNGAN NASABAH PADA BPR PRISMA DANA CABANG AMURANG Marchella Tiara Muhea1 Jantje J. Tinangon2 Inggriani Elim3 Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Jurusan Akuntansi Universitas Sam Ratulangi, Manado Email :
[email protected] 2
[email protected] 3
[email protected] ABSTRACT The income tax is the largest source of income in taxes. The income tax is a tax impossed on the income received by the taxpayer in the tax year. One type of income tax is the Final Income Tax Article 4 Paragraph 2 on interest deposit and customer’s savings. The purpose of this research was to determine the suitability of depositing, reporting, and recordkeeping Final Income Tax Article 4 (2) on interest deposits and savings at BPR Prisma Dana, branch Amurang with tax regulations. The method used in this research is descriptive analysis. The results of this study indicates that BPR Prisma Dana, branch Amurang already done the tax obligation in cutting, depositing, and report final income tax article 4 paragraph 2 on deposit and saving account, but there is a delay in depositing and reporting taxation. Instead, the payment and reporting can be done on time, so as not to incur administrative fines. Keywords: payment, reporting, interest on deposits, savings PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia sebagai salah satu Negara berkembang membutuhkan ketersediaan dana yang memadai untuk melakukan pembangunan di segala bidang. Sumber pemasukan terbesar untuk kas Negara adalah dari sektor pajak, disamping pendapatan-pendapatan lainnya seperti hasil pertambangan dan usaha-usaha milik negara. Manfaatnya tidak akan diterima secara langsung, melainkan dapat dilihat dan dinikmati dalam kehidupan sehari-hari. Untuk itu pemerintah memiliki prioritas yang tinggi dalam memaksimalkan atau menggenjot penerimaan dari sektor pajak. Pemerintah menetapkan aturan baru denganmengganti aturan lama mengenai sistem pemungutan pajak dari official assessment system menjadi self assessment system. Dalam self assessment system, wajib pajak diberikan kepercayaan dan wewenang untuk menghitung besarnya pajak yang terutang dan melaporkan secara teratur jumlah pajak terutang dan yang telah dibayar sebagaimana peraturan undangundang perpajakan yang berlaku. Wajib pajak badan berkewajiban untuk memotong, menyetor, dan melaporkan setiap pajak terutang termasuk PPh Final Pasal 4 ayat (2). Pajak Penghasilan pasal 4 ayat (2) adalah pemotongan atau pemungutan pajak yang bersifat final, yang dikenakan atas beberapa jenis penghasilan tertentu sebagaimana sudah diatur dalam UU No. 36 tahun 2008 pasal 4 ayat (2). Setiap nasabah yang mendapatkan penghasilan dari bunga deposito dan tabungan akan dikenai potongan PPh Final pasal 4 ayat (2) sebesar 20%. Tingginya tarif pajak dan jumlah nasabah yang setiap tahun mengalami peningkatan membuat pajak atas bunga deposito dan tabungan menjadi salah satu pajak yang dapat diperhitungakan untuk dipungut oleh pemerintah agar memaksimalkan pendapatan Negara dari sektor perpajakan. Yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah BPR Prisma Dana cabang Amurang. Merupakan salah satu lembaga keuangan yang memberikan layanan simpanan dan produk pembiayaan untuk 120
memenuhi kebutuhan dana bagi pengusaha golongan mikro, kecil, dan menengah. BPR Prisma Dana cabang Amurang merupakan subjek pajak badan yang memiliki kewajiban di bidang perpajakan yakni memotong, menyetor, dan melaporkan utang pajak sendiri sesuai ketentuan perpajakan yang berlaku. Dalam kaitannya dengan akuntansi pihak bank akan mencatat setiap transaksi yang berkaitan dengan utang PPh Final Pasal 4 ayat 2. Dengan diterapkannya self assessment system tidak menutup kemungkinan terjadi kesalahan baik dalam pemotongan pajak sampai pencatatan yang harus disesuaikan dengan aturan akuntansi. Berdasarkan beberapa hal di atas, maka penulis tertarik mengambil judul skripsi tentang “Analisis Penyetoran, Pelaporan, dan Pencatatan PPh Final Pasal 4 Ayat (2) atas Bunga Deposito dan Tabungan Nasabah Pada BPR Prisma Dana Cabang Amurang.” Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kesesuaian antara penyetoran, pelaporan, dan pencatatan PPh Final pasal 4 ayat (2) atas bunga deposito dan tabungan nasabah pada PT. BPR Prisma Dana cabang Amurang dengan Ketentuan Perpajakan yang berlaku.
TINJAUAN PUSTAKA Konsep Akuntansi Pajak Menurut Supriyanto (2011:2-3)akuntansi pajak adalah suatu proses pencatatan, penggolongan, dan pengikhtisaran suatu transaksi keuangan kaitannya dengan kewajiban perpajakan dan diakhiri dengan pembuatan laporan keuangan fiskal sesuai dengan ketentuan dan peraturan perpajakan yang terkait sebagai dasar pembuatan surat pemberitahuan tahunan. Konsep Perpajakan Membayar pajak berarti menyerahkan sebagian kekayaan milik pribadi kepada Negara untuk dikelolah demi keperluan bersama. Sebagaimana yang tercantum dalam Undang-Undang No. 28 tahun 2007 pasal 1 tentang Ketentuan Umum dan Tatacara Perpajakan mengenai pengertian pajak ialah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Sistem Pemungutan Pajak Sistem pemungutan pajak menurut Mardiasmo (2011:7) yang dikenal di Indonesia ada tiga, yaitu: 1. Official Assessment System Adalah sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak. 2. Self Assessment System Adalah sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada wajib pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak terutang. 3. With Holding System Adalah sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan wajib pajak yang bersangkutan) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak. Pajak Penghasilan Sebagaimana yang tercantum dalam pasal 1 Undang-undang Pajak Penghasilan, menyatakan bahwa Pajak Penghasilan dikenakan terhadap subjek pajak atas penghasilan yang diterima dalam tahun pajak. Oleh sebab itu, pajak penghasilan melekat pada subjeknya. Menurut Resmi (2011: 74), pajak Penghasilan adalah pajak yang dikenakan terhadap subjek pajak penghasilan yang diterima atau diperoleh dalam satu tahun pajak. 121
PPh Pasal 4 ayat (2) Atas dasar penyederhanaan, keadilan dan untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak maka berdasarkan pertimbangan beberapa hal tersebut diberlakukan Pajak Penghasilan Final atau yang dikenal dengan PPh Final Pasal 4 ayat (2). Pajak Penghasilan bersifat final merupakan pajak penghasilan yang pengenaannya sudah final (berakhir) sehingga tidak dapat dikreditkan (dikurangkan) dari total Pajak Penghasilan terutang pada akhir tahun pajak (Resmi, 2011: 139). Dasar Hukum PPh Final Pasal 4 Ayat 2 Atas Bunga Deposito dan Tabungan 1. PP No. 131 Tahun 2000 Aturan ini berlaku sejak 1 Januari 2001 menggantikan PP No. 51 tahun 1994 tentang pajak penghasilan atas bunga deposito dan tabungan serta diskonto SBI.Dalam aturan ini memuat tentang objek pajak, wajib pajak, pihak pemotong, tarif pajak, pengecualian dari pemotongan pajak, dan sebagainya. 2. KMK-51/KMK.04/2001 Aturan ini berlaku sejak Januari 2001 menggatikan KMK No. 652/KMK.04/1994 tentang pemotongan pajak penghasilan atas bunga deposito dan tabungan serta diskonto SBI. Aturan ini memuat tentang objek pajak, wajib pajak, pihak pemotong, tarif pajak, dan pengecualian dari pemotongan pajak sebagaimana yang telah diatur juga dalam PP No. 131 Tahun 2000 3. SE-01/PJ.43/2001 Surat edaran ini diterbitkan oleh Direktur Jenderal Pajak tentang pengawasan pemotongan, penyetoran dan pelaporan PPh Final atas bunga deposito dan tabungan serta diskonto BI. Surat edaran ini diterbitkan untuk kemudian diteruskan dan dikonfirmasikan kepada bank-bank yang terdapat di masingmasing wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak. Objek PPh Final Pasal 4 ayat (2) Atas Bunga Deposito dan Tabungan Penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan serta diskonto Sertifikat Bank Indonesia termasuk bunga yang diterima atau diperoleh dari deposito dan tabungan yang ditempatkan di luar negeri melalui bank yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia atau cabang bank luar negeri di Indonesia. Natalia & Anastasia (2014), untuk bank deposito adalah salah satu sumber jangka panjang utama, untuk nasabah deposito adalah alat untuk pengamanan dan peningkatan tabungan. Sedangkan, tabungan adalah simpanan pada bank dengan nama apapun, yang penarikannya dilakukan menurut syarat-syarat tertentu yang ditetapkan oleh masing-masing bank. Tarif PPh Final Pasal 4 ayat (2) Atas Bunga Deposito dan Tabungan Penghasilan yang diperoleh dari bunga deposito dan tabungan yang ditempatkan di luar negeri melalui bank yang didirikan di Indonesia atau cabang bank luar negeri di Indonesia wajib dipotong pajak sebesar 20%. Untuk wajib pajak luar negeri selain Bentuk Usaha Tetap, dipotong pajak sebesar 20% atau sesuai ketentuan dalam Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda (P3B). Bank Perkreditan Rakyat Muljono (2009: 397) mendefinisikan bank merupakan lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan antara pihak yang memiliki dana dan pihak yang memerlukan dana. Dalam UU tentang Perbankan, Bank Perkreditan Rakyat dapat menjalankan usaha meliputi: 1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa deposito berjangka, tabungan, dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu 2. Memberikan kredit 122
3. Menyediakan pembiayaan dan penempatan dana berdasarkan prinsip syariah sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Syariah 4. Menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia (SBI), deposito berjangka, sertiikat deposito, dan/atau tabungan pada bank lain Sedangkan usaha yang tidak dapat dijalankan oleh Bank Perkreditan rakyat adalah sebagai berikut. 1. 2. 3. 4. 5.
Menerima simpanan dalam bentuk giro dan ikut serta dalam lalulintas pembayaran Melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing Melakukan penyertaan modal Melakukan usaha perasuransian Melakukan usaa lain diluar kegiatan usaha yang telah ditetapkan dalam Undang-undang
Penelitian Terdahulu Tangka (2014) mengambil judul skripsi Analisis perhitungan PPh Final pasal 4 ayat (2) atas bunga deposito dan tabungan nasabah pada PT. Bank Rakyat Indonesia (persero),Tbk cabang Manado. Bertujuan untuk mengetahui bagaimana perhitungan bunga serta pemotongan pajak penghasilan final atas bunga tabungan dan deposito nasabah pada PT. Bank Rakyat Indonesia (persero),Tbk cabang Manado. Metode yang digunakan adalah analisis deskriptif. Hasil penelitian yaitu perhitungan pajak penghasilan final pasal 4 ayat (2) atas bunga deposito dan tabungan nasabah oleh PT. Bank Rakyat Indonesia (persero),Tbk cabang Manado telah sesuai dengan peraturan perundang undangan yang berlaku. Yunita (2013) mengambil judul skripsi Analisis Penerapan Pajak Dengan Withholding Tax System Terhadap Pajak Penghasilan Pasal 4 Ayat (2) Pada PT. Bank OCBC NISP Kota Palembang. Tujuan penlitian yaitu Menganalisis penerapan pemotongan, penyetoran dan pelaporan, kendala – kendala serta upaya yang dilakukan terhadap Withholding Tax System pada PPh Pasal 4 Ayat 2 pada Bank OCBC NISP Palembang. Metode yang digunakan adalah Analisis deskriptif. Hasil penelitian yaitu Bank OCBC NISP telah melaksanakan kewajiban perpajakannya dengan baik dan sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku, hanya saja masih perlu melakukan integrasi pada saat penginputan suku bunga deposito yang jatuh tempo agar tidak terdapat kesalahan. METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Definisi penelitian deskriptif menurut Restu (2010: 47) adalah penelitian untuk memberikan gambaran secara sistematis tentang situasi, permasalahan, fenomena, layanan atau program, ataupun menyediakan informasi tentang misalnya, kondisi kehidupan suatu masyarakat pada suatu daerah, tatacara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi, sikap, pandangan, proses yang sedang berlangsung, pengaruh dari suatu fenomena, pengukuran yang cermat tentang fenomena dalam masyarakat. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT. BPR Prisma Dana cabang Amurang yang berlokasi di Jl. Trans Sulawesi, kel. Buyungon Minahasa Selatan. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Maret sampai April 2016. Prosedur Penelitian Prosedur penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Merumuskan masalah dan menetapkan judul penelitian Peneliti melakukan identifikasi masalah yang hendak diteliti dan mencari informasi pendukung dengan melakukan studi kepustakaan lewat Undang-undang, buku-buku, dan jurnal penelitian terdahulu yang dapat menguatkan judul yang dipilih. 123
2. Pengajuan permohonan penelitian Peneliti mengajukan Surat Permohonan Penelitian dari Fakultas kepada Pimpinan Cabang BPR Prisma Dana Amurang untuk diterima dan ditanda tangani oleh Pimpinan Cabang. 3. Pengumpulan data Tahap pengumpulan data dilakukan dengan observasi langsung ke BPR Prisma Dana cabang Amurang. Mewawancarai Kasie Umum, SDM, dan Akuntansi BPR Prisma Dana cabang Amurang dan meminta data yang dibutuhkan untuk menunjang penelitian. 4. Menganalisis data Berdasarkan data yang diperoleh dari pihak BPR Prisma Dana cabang Amurang selanjutnya dilakukan analisis terhadap data-data tersebut dan melakukan diskusi bersama dosen pembimbing I dan dosen pembimbing II. 5. Menarik kesimpulan. Berdasarkan data yang telah diolah dan didiskusikan bersama, penulis dapat merangkumkan hasil penelitian dalam bentuk kesimpulan. Jenis Data Data dalam penelitian menurut Sujarweni yang dikutip oleh Sutrimo (2015), merupakan sekumpulan informasi yang diperoleh dari lapangan dan digunakan untuk bahan penelitian. Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis data kualitatif dari sumber primer dan sumber sekunder. Sumber Data Dalam hal ini peneliti memperoleh data primer dengan wawancara langsung dengan Kasie Umum, SDM, dan Akuntansi BPR Prisma Dana cabang Amurang. Sedangkan untuk data sekunder berasal dari catatan dan dokumen resmi yang diberikan oleh pihak BPR Prisma Dana cabang Amurang. Metode Analisis Data Metode analisis data yang digunakan adalah metode deskriptif. Dimana teknik yang akan dilakukan yaitu; 1. Mengumpulkan data dan informasi yang dibutuhkan. 2. Mengetahui peraturan Perpajakan yang berlaku terkait pajak atas bunga deposito dan tabungan nasabah. 3. Menguraikan perhitungan dan pemotongan atas bunga deposito dan tabungan nasabah. 4. Menganalisis tahapan penyetoran, pelaporan, dan pencatatan PPh Final pasal 4 ayat 2 apakah sudah sesuai dengan ketentuan perpajakan yang berlaku. 5. Menarik kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan. HASIL PENELITIAN GambaranUmum BPR Prisma Dana Cabang Amurang Bank Prisma Dana menjadiBank Perkreditan Rakyat andalan masyarakat Sulawesi Utara. Hal ini dibuktikan dengan tercatat sebagai BPR terbesar di Provinsi Sulawesi Utara dengan jumlah kantor cabang serta kantor kas dan pos pelayanan yang tersebar hampir di sejumlah wilayah di Sulawesi Utara. Total ada 12 kantor BPR Prisma dana yang siap melayani masyarakat umum dan sektor UMKM. Salah satunya adalah kantor cabang yang ada di Kota Amurang, lebih tepatnya beralamatkan di Jl. Trans Sulawesi Kelurahan Buyungon, Kabupaten Minahasa Selatan. 124
Prisma Dana cabang Amurang adalah kantor cabang ke lima milik PT. BPR Prisma Dana yang diresmikan sejak tanggal 09 Mei 2011. Bank Prisma Dana cabang Amurang melayani transaksi dana, menyalurkan kredit kepada sektor UMKM, dan jasa lainnya seperti membantu masyarakat dalam membayar tagihan rekening listrik dan telepon, serta membantu dalam pengiriman uang melalui western union. BPR Prisma Dana cabang Amurang secara efektif dan efisien terus berupaya meningkatkan kinerja dan kualitas pelayanan kepada nasabah guna mencapai satu tujuan yaitu menjadi Bank yang profesional, besar, kuat dan sehat. Peningkatan jumlah nasabah setiap tahunnya membuktikan bahwa BPR Prisma Dana cabang Amurang berkualifikasi untuk bersaing dengan Bank umum dan BPR lainnya untuk menjadi bank yang dapat diandalkan dan dipercayai nasabah sebagai tempat menabung dan berinvestasi serta mengembangkan usahanya. Simpanan nasabah di BPR Prisma Dana cabang Amurang lebih aman karena dijamin oleh Lembaga Penjamin Simpanan. Pimpinan cabang saat ini adalah Bapak Christian Piri, SE. Total karyawan yang bekerja di BPR Prisma Dana cabang Amurang mencapai 20 orang dengan manajemen yang solid dan bekerja profesional, yang berkomitmen memberikan pelayanan terbaik untuk kepuasan nasabahnya serta meningkatkan kualitas SDM karyawannya. Pemotongan PPh Final Pasal 4 Ayat 2 Atas Bunga Deposito dan Tabungan Tabel 4.1 suku bunga BPR Prisma Dana Jenis Produk
Suku Bunga
Tabungan
4%
Deposito 1 bulan
8%
Deposito 3 bulan
8,5 %
Deposito 6 bulan
9%
Deposito 12 bulan
9,5 %
Sumber: BPR Prisma Dana Cabang Amurang a. Perhitungan PPh Final pasal 4 ayat 2 bunga deposito nasabah M diambil dari sampel pada bulan Desember 2015, dengan nominal deposito sebesar Rp90.000.000,00 (sembilan puluh juta rupiah). Atas pendapatan bunga yang diterima nasabah akan dipotong pajak sebesar 20%. Rumus perhitungan pajak : PPh Final Pasal 4 Ayat 2 = 20% x bunga deposito Berdasarkan rumus di atas, perhitungan bunga deposito 1 bulan dan pemotongan PPh Final pasal 4 ayat 2 adalah sebagai berikut. Pendapatan bunga deposito
= Rp90.000.000 x 8%
= Rp7.200.000
PPh Final pasal 4 ayat 2
= Rp7.200.000 x 20%
= Rp1.440.000
Pendapatan bunga bersih
= Rp7.200.000- Rp1.440.000
= Rp5.760.000
Dalam pembukuan pihak Bank akan mencatat deposito di sebelah kredit sebagai utang yang harus dilunasi. Pada saat pengakuan beban bunga, pihak Prisma Dana akan mencatatnyasebagai berikut. Beban bunga
Rp7.200.000,00
Utang bunga
Rp5.760.000,00
PPh Pasal 4 ayat 2
Rp1.440.000,00
b. Perhitungan PPh Final pasal 4 ayat 2 bunga tabungan menggunakan metode perhitungan Saldo harian. Bunga tabungan dihitung berdasarkan saldo harian dalam bulan berjalan kemudian akan 125
dijumlahkan pada akhir bulan. Berikut perhitungan berdasarkan transaksi rekening nasabah R yang diambil pada bulan Oktober 2015. Table 4.2Transaksirekening nasabah R bulanOktober 2015 Tanggal
Setoran
Penarikan
Saldo
01-10-2015
Rp18.000.000
05-10-2015
Rp5.000.000
Rp23.000.000
10-10-2015
Rp1.500.000
Rp21.500.000
17-10-2015
Rp2.000.000
Rp19.500.000
26-10-2015
Rp750.000
Rp18.750.000
Sumber: BPR Prisma Dana Cabang Amurang Bunga Tabungan
=
(Rp. 18.000.000 x 4% / 365) x 4 hari
=
Rp7.890
=
(Rp. 23.000.000 x 4% / 365) x 5 hari
=
Rp12.602
=
(Rp. 21.500.000 x 4% / 365) x 7 hari
=
Rp16.493
=
(Rp. 19.500.000 x 4% / 365) x 9 hari
=
Rp19.232
=
(Rp. 18.750.000 x 4% / 365) x 5 hari
=
Rp10.273 Rp66.490
PPh Final pasal 4 ayat (2)
PendapatanbungaNetto
=
20% x bunga tabungan
=
20% x Rp66.490
=
Rp13.298
=
Rp66.490– Rp13.298
=
Rp53.192
Pembayaran bunga dilakukan setiap akhir bulan berdasarkan jumlah bunga setiap hari, yang dihitung dengan metode saldo hariandan akan ditransfer ke rekeningmasing-masing nasabahnya. Bank Prisma Dana akan membuat jurnal sebagai berikut. Beban bunga
Rp66.490
Utang bunga
Rp53.192
PPh Pasal 4 ayat 2
Rp13.298
PenyetorandanPelaporanPPh Final Pasal 4 Ayat 2 atasBungaDepositodan Tabungan Nasabah Setiap bulannya rekening nasabah akan dipotong pajak atas penghasilan bunga deposito dan tabungan yang dilakukan secara otomatis oleh sistem komputer, kemudian pihak BPR Prisma Dana cabang Amurang menyetorkan pajak yang dipotong dengan menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP) PPh Pasal 4 Ayat (2) kekas Negara melalui Bank Negara Indonesia (BNI)sebagai Bank persepsi. Selanjutnya, kewajiban BPR Prisma Dana cabang Amurang adalah melaporkan pajak yang telah disetor melalui BNI dengan menggunakan SPT Masa PPh Pasal 4 Ayat (2) ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Kotamobagu tempat wajib pajak terdaftar. Dalam hal ini BPR Prisma Dana cabang Amurang melakukan pelaporan pajak ke Kantor Pelayanan Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP) Amurang. KP2KP Amurang diberikan wewenang sebatas menerima pelaporan pajak oleh wajib pajak, sedangkan untuk penyetoran pajak dilakukan melalui Bank persepsi. Pelaporan PPh Final pasal 4 ayat 2 dengan menggunakan SPT Masa manual (hardcopy) dan dilampirkan juga bukti pemotongan, cetak bukti 126
penerimaan Negara, dan SSP. BPR Prisma Dana cabangAmurang akan menerima bukti penerimaan suratdari KP2KP Amurang sebagai tanda bahwa telah melaporkan PPh Final Pasal 4 ayat 2. Tabel 4.3Pelaksanaan kewajiban Perpajakan BPR Prisma Dana cabang Amurang bulan September sampai Desember 2015 Masa Pajak
Nilai Objek pajak (Rp)
Tarif
PPh yang dipotong (Rp)
Penyetoran
Pelaporan
09/09/2015
45.678.085
20%
9.135.617
10/11/2015
18/11/2015
10/10/2015
46.642.155
20%
9.328.431
12/11/2015
22/11/2015
11/11/2015
56.335.545
20%
11.267.109
11/12/2015
18/12/2015
12/12/2015
55.182.855
20%
11.036.571
08/01/2016
15/01/2016
Sumber : BPR Prisma Dana Cabang Amurang Pihak Bank akan mencatat setiap transaksi penyetoran PPh Final pasal 4 ayat 2 yang telah dilakukan, misalkan transaksi bulan Oktober sampai Desember akan dibuat jurnal sebagai berikut : 10/11/2015
Utang PPh Pasal 4 ayat 2
Rp9.135.617
Kas/Bank 12/11/2015
Rp9.135.617
Utang PPh Pasal 4 ayat 2
Rp9.328.431
Kas/Bank 11/12/2015 08/01/2015
Rp9.328.431
Utang PPh Pasal 4 ayat 2 Kas/Bank
Rp11.267.109
Utang PPh Pasal 4 ayat 2
Rp11.036.571
Rp11.267.109
Kas/Bank
Rp11.036.571
Pembahasan Dari hasil penelitian yang diperoleh, sesuai dengan PP No. 131 Tahun 2000 BPR Prisma Dana cabang Amurang melakukan pemotonganPPh Final pasal 4 ayat 2 atas bunga deposito dan tabungan nasabah dimana jumlah deposito dan tabungan yang nominalnya melebihi Rp7.500.000,00 (tujuh juta lima ratus ribu rupiah) akan dikenai pajak sesuai tarif sebesar 20% dari jumlah bruto. Penyetoran dan pelaporan yang dilakukan BPR Prisma Dana cabang Amurang mengalami sedikit keterlambatan dari batas waktu yang telah ditentukan, yaitu penyetoran pajak melalui Bank selambatlambatnya tanggal 10 bulan berikutnya setelah masa pajak berakhir dan batas waktu pelaporan paling lama tanggal 20 bulan berikutnya setelah masa pajak berakhir. Berdasarkan data yang diperoleh pada tabel 4.3, dalam Surat Setoran Pajak (SSP) masa pajak bulan September, Oktober, dan November belum sesuai dengan batas waktu penyetoran dan pelaporan pajak. Sedangkan untuk penyetoran dan pelaporan pajak bulan Desember sudah sesuai dengan batas waktu yang ditentukan. Hasil penelitian ini menunjukan hasil yang sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Mokoagow (2015) pada PT. Bank Sulut Cabang Kotamobagu yaitu perhitungan bunga tabungan menggunakan metode saldo harian dan tarif sesuai aturan yaitu 20% dari pendapatan bunga yang diperoleh nasabah. Sedangkan Penelitian yang dilakukan Tangka (2014) pada PT. Bank Rakyat Indonesia (PERSERO) Tbk menggunakan metode perhitungan yang berbeda yaitu dengan metode perhitungan saldo terendah. Penelitian yang dilakukan Yunita (2013) PT. Bank OCBC NISP Kota Palembang menunjukan perbedaan 127
dalam sstem pemungutan pajak PPh Final Pasal 4 Ayat 2, yaitu menggunakan sistem pemungutan pajak dengan Witholding System. Kesimpulan Kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. BPR Prisma Dana cabang Amurang memotong, menyetor, dan melaporkan PPh Final pasal 4 ayat (2) atas penghasilan bunga deposito dan tabungan nasabah sesuai dengan aturan dalam PP No. 131 Tahun 2000 dan KMK No.51/KMK.04/2001. 2. Jumlah bunga deposito dan tabungan nasabah pada BPR Prisma Dana cabang Amurang yang nominalnya lebih dari Rp7.500.000 (tujuh juta lima ratus ribu rupiah) dikenakai Pajak PPh Final Pasal 4 Ayat (2) sebesar 20%. 3. Perhitungan bunga tabungan pada BPR Prisma Dana cabang Amurang menggunakan metode perhitungan saldo harian, dimana bunga dihitung berdasarkan saldo setiap hari yang dijumlahkan setiap akhir bulan dan secara otomatis akan ditambahkan ke rekening nasabah melalui sistem komputerisasi. 4. Prisma Dana cabang Amurang akan menyetorkan pajak yang dipotong melalui Bank Negara Indonesia (BNI) dan melaporkan pajak yang telah disetorkan ke KP2KP Amurang dengan melampirkan SSP, SPT Masa PPh Final pasal 4 ayat 2, cetak bukti penerimaan Negara, dan bukti pemotongan. 5. Berdasarkan data yang diperoleh penyetoran dan pelaporan pada bulan September, Oktober, dan November belum sesuai dengan aturan perpajakan mengenai batas waktu, dimana mengalami sedikit keterlambatan dari batas waktu yang ditentukan. Sedangkan untuk penyetoran dan pelaporan pajak bulan Desember sudah sesuai dengan aturan perpajakan. Saran Saran dari penulis sebaiknya pihak BPR Prisma Dana cabang Amurang selalu memperhatikan waktu penyetoran dan pelaporan pajak untuk tidak melewati batas waktu yang ditentukan agar terhindar dari denda administrasi. Dan diharapkan juga pihak BPR Prisma Dana cabang Amurang terus mempertahankan kualitas pelayanan yang baik dan lebih meningkatkan kinerja karyawan agar selalu dipercaya oeh masyarakat dan tetap menjadi Bank Perkreditan Rakyat andalan dan nomor satu di Sulawei Utara.
DAFTAR PUSTAKA Mardiasmo. 2011. Perpajakan (Rev). Yogyakarta: Andi Mongkoagow, Wita. 2015. Analisis Perhitungan PPh Final Pasal 4 ayat (2) atas Bunga Deposito dan Tabungan Nasabah pada PT. Bank Sulut cabang Kotamobagu. Jurnal Emba, Vol. 3 No. 3 ISSN 2303-11.http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/emba/article/viewFile/9617/9205.Diakses Desember2015. Muljono, Djoko. 2009. Akuntansi Pajak Lanjutan. Yogyakarta: Andi Natalia & Anastasia. 2014. Bank Deposits: Tax Regulation Of Conditions. Saint Petersburg State University .http://rep.polessu.by/bitstream/112/8328/1/34.pdf.Dikases April 2016 Republik Indonesia. 1998. UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 Tentang Perbankan Republik Indonesia. 2000. Peraturan Pemerintah No. 131 Tahun 2000 tentang Pajak Penghasilan atas Bunga Deposito dan tabungan serta Diskonto Sertifikat Bank Indonesia, Jakarta. Republik Indonesia. 2001. KMK- 51/KMK.04/2001tentang Pemotongan Pajak Penghasilan Atas Bunga Deposito dan Tabungan Serta Diskonto Sertifikat Bank Indonesia 128
Republik Indonesia. 2001. SE-01/PJ.43/2001 tentang Pengawasan Pemotongan, Penyetoran dan Pelaporan PPh Final Atas Bunga Deposito dan Tabungan Serta Diskonto BI. Republik Indonesia. 2007. UU No. 28 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tatacara Perpajakan, Jakarta. Republik Indonesia. 2008. Undang-Undang Republik Indonesia nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan, Jakarta. Resmi, Siti. 2011. Perpajakan Teori dan Kasus. Jakarta: Salemba Empat Supriyanto, Edy. 2011. Akuntansi Perpajakan. Yogyakarta: Graha Ilmu Sutrimo R, Dewi. Evaluasi Pemotongan, Penyetoran, dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 23 Pada PT. Hutama Karya (Persero). Universitas Sam Ratulangi. Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi Volume 15 No. 13.http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jbie/article/view/9350/8929. Diakses Maret 2016 Tangka, Irene S. 2014. Analisis Perhitungan PPh Final Pasal 4 ayat (2) atas Bunga Deposito dan Tabungan Nasabah pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk. Universitas Sam Ratulangi. Manado. Jurnal Emba, Vol.2 No.4 ISSN 23031174.http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/emba/article/view/6239/5764. Diakses Desember 2015. Hal. 203-213 Widi, Restu. 2010. Asas Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Graha Ilmu Yunita, Senli. 2013. Analisis Penerapan Pajak dengan Withoulding Tax System Terhadap Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat 2 pada PT. Bank OCBC NISP Kota Palembang. Skripsi STIE MDP. Palembang .http://eprints.mdp.ac.id/1167/1/Jurnal%20Skripsi%20Senli%20%282010210058%29.pdf. Diakses Desember 2015
129
HUBUNGAN SUMBER PENDAPATAN TERHADAP BELANJA MODAL PADA ANGGARAN PEMERINTAH KOTA TOMOHON Mestika F.L Ang1 Grace B. Nangoi2 Hendrik Manossoh3 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Akuntansi Universitas Sam Ratulangi Manado Email :
[email protected] [email protected] ABSTRACT In order to accomplish public service quality enhancement, the regional government is under compulsion to allocate capital expenditure in APBD to increase it’s fixed asset. Capital expenditure allocation will lead to reconcilable regional government’s fixed assets and regional civilization’s necessity. Region’s income sources is the main key of it’s financial independency without relying on central government. The main goal was to identify any firm and significant correlation between income sources and capital expenditure in Kota Tomohon’s regional budgeting while the objects were income sources and capital expenditure realization in year 2011-2015. To acknowledged these two variables’ correlation, researcher used Correlation Product Moment (Pearson) Test correlation analysis with the assistance of Software Program SPSS Version 19.0 for Windows.Correlation result 0,750 determined firm correlation between income sources and capital expenditure in Kota Tomohon since it was positive and approaching +1. It confirmed that increasing in Kota Tomohon’s income was followed by increasing in Kota Tomohon’s capital expenditure. Significancy result 0,086 validated significant correlation between these two variables as a result of it was lower or equal to 0,1 and it verified that hypothesis zero was accepted. Keywords : Correlation, Income source, Capital expenditure PENDAHULUAN Latar Belakang Sejak diberlakukannya desentralisasi, pemerintah pusat Indonesia dalam penyelenggaraan pemerintahannya menyerahkan kewenangan kepada pemerintah daerah untuk mengatur urusan rumah tangganya sendiri agar dapat mencapai pemerintahan yang efisien. . Desentralisasi akan berdampak positif bagi pembangunan suatu daerah karena menghasilkan otonomi yang merupakan suatu kebebasan untuk bertanggung jawab dalam mengatur dan mengurus daerahnya sendiri tanpa ada campur tangan maupun bantuan pemerintah pusat. Dengan otonomi daerah, maka sebuah daerah akan dapat berdiri mandiri dan secara otomatis memajukan pembangunan nasional. (Mudrajad:2014) Agar penyelenggaraan otonomi daerah dapat berjalan secara optimal, perlu diatur perimbangan keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Menurut UU No. 33 Tahun 2004, Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah merupakan suatu sistem pembiayaan pemerintahan dalam kerangka negara kesatuan, yang mencakup pembagian keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah serta pemerataan antar Daerah secara proporsional, demokratis, adil dan transparan dengan memperhatikan potensi, kondisi dan kebutuhan Daerah, sejalan dengan kewajiban dan pembagian kewenangan serta tata cara penyelenggaraan kewenangan tersebut, termasuk pengelolaan dan pengawasan keuangannya. Keuangan daerah dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien, efektif, transparan dan dilaksanakan dalam suatu sistem yang terintegrasi yang diwujudkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang setiap tahun ditetapkan dengan peraturan daerah. Semua 130
penerimaan maupun pengeluaran daerah dalam bentuk uang, barang dan/ atau jasa dianggarkan dalam APBD yang memiliki masa tahun anggaran 1 (satu) tahun mulai tanggal 1 Januari sampai dengan 31 Desember. Belanja daerah meliputi semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum Daerah yang mengurangi ekuitas dana lancar yang merupakan kewajiban daerah dalam satu tahun anggaran yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh Daerah. Belanja modal adalah salah satu klasifikasi belanja daerah berdasarkan jenis belanja yang merupakan pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pembentukan modal yang sifatnya menambah aset tetap / inventaris yang memberikan manfaat lebih dari satu periode akuntansi, termasuk di dalamnya adalah pengeluaran untuk biaya pemeliharaan yang sifatnya mempertahankan atau menambah masa manfaat, serta meningkatkan kapasitas dan kualitas aset. Dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanan publik, pemerintah daerah wajib mengalokasikan dana dalam bentuk anggaran belanja modal dalam APBD untuk menambah aset tetap. Alokasi belanja modal dibuat untuk menghasilkan aset tetap milik pemerintah daerah yang sesuai dengan kebutuhan daerah dan masyarakat di daerah bersangkutan. Sumber pendapatan dapat menjadi tolak ukur kemandirian suatu daerah karena semakin besar sumber pendapatan maka sangat memungkinkan suatu daerah untuk memenuhi kebutuhan belanjanya sendiri tanpa harus bergantung pada bantuan pemerintah pusat. Tujuan Penelitian Yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara sumber pendapatan dengan belanja modal pada anggaran pemerintah Kota Tomohon (tahun 2011-2015). TINJAUAN PUSTAKA Pengelolaan Keuangan Daerah Pengelolaan keungan daerah merupakan seluruh kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban dan pengawasan keuangan daerah. Pengelolaan keuangan daerah harus dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efektif, efisien, ekonomis, transparan dan bertanggungjawab dengan memperhatikan asas keadilan, kepatuhan dan manfaat untuk masyarakat. Seperti yang diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 pasal 3, pengelolaan keuangan daerah meliputi kekuasaan pengelolaan keuangan daerah, asas umum dan struktur APBD, penyusunan rancangan APBD, penetapan APBD, penyusunan dan penetapan APBD bagi daerah yang belum memiliki DPRD, pelaksanaan APBD, perubahan APBD, pengelolaan kas, penatausahaan keuangan daerah, akuntansi keuangan daerah, pertanggungjawaban pelaksanaan APBD, pembinaan dan pengawasan pengelolaan keuangan daerah, kerugian daerah, dan pengelolaan keuangan BLUD.
Anggaran Daerah Pada dasarnya, anggaran merupakan sebuah rencana yang disusun dalam bentuk kuantitatif dalam satuan moneter untuk satu periode. Sebagai alat perencanaan kegiatan publik yang dinyatakan dalam satuan moneter, anggaran pemerintah harus disusun secara cermat, akurat dan sistematis dengan menggunakan sistem anggaran yang baik. Fungsi anggaran lebih difokuskan bagaimana anggaran daerah tersebut dapat mengakomodir setiap kebutuhan untuk keperluan penilaian kinerja pemerintah yang ada demi evaluasi perkembangan pelayanan publik.
131
Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) APBD adalah daftar yang memuat rincian penerimaan daerah dan pengeluaran/belanja daerah selama satu tahun yang disetujui bersama oleh Pemerintah Daerah dan DPRD dan ditetapkan dengan Peraturan Daerah (Permendagri No.13 Tahun 2006). Pada Pasal 20 PP No. 58 Tahun 2005 disebutkan bahwa struktur APBD merupakan satu kesatuan yang terdiri dari : Pendapatan Daerah Pendapatan daerah meliputi semua penerimaan yang merupakan hak Daerah dalam satu Tahun Anggaran yang akan menjadi penerimaan Kas Daerah. Pendapatan Daerah dalam APBD dibagi menjadi: a. Pendapatan Asli Daerah (PAD) b. Dana Perimbangan c. Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah Belanja Daerah Belanja daerah merupakan semua pengeluaran kas dalam periode tahun anggaran tertentu yang menjadi beban daerah. Berdasarkan Kepmendagri Nomor 29 Tahun 2002, belanja terdiri dari : o o o o
Belanja Aparatur Daerah Belanja Pelayanan Publik Belanja Bagi Hasil dan Bantuan Keuangan Belanja Tidak Tersangka
Pembiayaan Menurut UU No. 32 Tahun 2004, pembiayaan disediakan untuk menganggarkan setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya.
Belanja Modal Untuk menambah aktiva tetap, pemerintah daerah mengalokasikan dana dalam bentuk anggaran belanja modal dalam APBD. Belanja modal dimaksudkan untuk mendapatkan aktiva tetap pemerintah daerah seperti peralatan, bangunan, infrastruktur dan aktiva tetap lainnya. Belanja modal merupakan pengeluaran yang manfaatnya cenderung melebihi satu tahun anggaran dan akan menambah jumlah aset atau kekayaan organisasi sector publik yang selanjutnya akan menambah anggaran operasional untuk biaya pemeliharaannya (Nordiawan:2006). Penelitian Terdahulu Sri Hayati Br. Sembiring (2009) dengan judul Analisis Pengaruh Belanja Modal dan Pendapatan Asli Daerah Terhadap Belanja Pemeliharaan Dalam Realisasi Anggaran Pemerintahan Kabupaten dan Kota di Provinsi Sumatera Utara menunjukkan dalam hasil penelitiannya bahwa secara simultan, Belanja Modan dan Pendapatan Asli Daerah mempunyai pengaruh terhadap belanja pemeliharaan dan secara parsial, Belanja Modal dan Pendapatan Asli Daerah juga mempunyai pengaruh terhadap belanja pemeliharaan, namun Belanja Modal memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap belanja pemeliharaan.
132
Arbie Gugus Wandira (2013) dengan judul Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK) dan Dana Bagi Hasil (DBH) Terhadap Pengalokasian Belanja Modal Pada Pemerintah Provinsi Se-Indonesia tahun 2012 menunjukkan dalam hasil penelitiannya bahwa terdapat pengaruh signifikan antara variabel DAU, variabel DAK dan variabel DBH terhadap Belanja Modal dan secara simultan, variabel PAD, DAU, DAK dan DBH berpengaruh signifikan terhadap Belanja Modal. Lingga Swastika (2013) dengan judul Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah dan Dana Alokasi Umum Terhadap Pengalokasian Belanja Modal di Kabupaten Boyolali Periode Tahun 2005-2012 menunjukkan dalam hasil penelitiannya bahwa Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa pertumbuhan ekonomi berpengaruh negatif terhadap pengalokasian belanja modal dan bahwa Pendapatan Asli Daerah tidak berpengaruh negatif terhadap pengalokasian belanja modal. Berdasarkan hasil analisis juga diketahui bahwa Dana Alokasi Umum berpengaruh positif terhadap pengalokasian belanja modal. METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan peneliti adalah penelitian korelasional yang merupakan penelitian atau kajian deskriptif dimana peneliti tidak hanya mendeskripsikan variabel-variabelnya tapi juga menguji sifat hubungan diantara variabel kuantitatif. (Setyosari : 2010) Metode Pengumpulan Data Data penelitian bersumber dari dokumen laporan realisasi APBD yang diperoleh langsung dari Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Barang Milik Daerah Kota Tomohon. Dari laporan ini diperoleh data mengenai jumlah realisasi Anggaran Belanja Modal dan realisasi Sumber Pendapatan Kota Tomohon tahun 2011 sampai 2015. Metode Analisis Data Untuk mengetahui hubungan kedua variabel peneliti menggunakan Analisis Korelasi dengan menggunakan Software Program SPSS Version 19.0 for Windows dan output data yang dihasilkan kemudian diinterpretasikan satu per satu. Analisis korelasi bertujuan untuk mengetahui hubungan dua variabel atau lebih. Dalam perhitungan korelasi akan didapat koefisien korelasi yang digunakan untuk mengetahui keeratan hubungan, arah hubungan dan berarti atau tidaknya hubungan tersebut. (Priyatno:2013) Analisis Korelasi Bivariate Analisis korelasi bivariate adalah analisis hubungan antara dua variabel yaitu erat atau tidaknya hubungan, arah hubungan dan berarti atau tidaknya hubungan. Beberapa macam korelasi bivariate yaitu Korelasi Product Moment (Pearson), Korelasi Kendall’s tau dan Korelasi Spearman. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan Korelasi Product Moment yang mengukur hubungan secara linier antara dua variable dan data yang digunakan adalah kuantitatif berupa data interval atau rasio yang bukan dari hasil kategorisasi. Contoh data ini misalnya data pendapatan, biaya produksi, penjualan dan sebagainya.
133
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Sumber Pendapatan Kota Tomohon Data sumber pendapatan Kota Tomohon yang diperoleh dari Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Barang Milik Daerah dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2015 dapat dilihat dalam tabel berikut : Tahun Uraian Pendapatan Asli Daerah 1.Pajak Daerah 2.Retribusi Daerah 3.Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yg Dipisahkan 4.Lain-lain PAD yg Sah Dana Perimbangan 1.Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak 2.Dana Alokasi Umum 3.Dana Alokasi Khusus Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah 1.Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya 2.Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus Jumlah Pendapatan
2011
2012
2013
2014
2015
8.137.372.100,00
5.422.640.000,00
12.500.975.000,00
16.486.431.368,00
24.989.931.368,00
3.872.372.100,00 2.665.000.000,00 300.000.000,00
1.530.000.000,00 0,00 1.511.100.000,00
4.685.975.000,00 2.840.000.000,00 1.100.000.000,00
8.274.465.000,00 2.955.000.000,00 1.500.000.000,00
10.512.465.000,00 4.498.000.000,00 1.500.000.000,00
1.300.000.000,00
2.381.540.000,00
3.875.000.000,00
3.756.966.368,00
8.479.466.368,00
314.989.072.500,00 33.035.706.500,00
339.395.799.761,00 24.789.259.761,00
396.674.986.000,00 24.000.000.000,00
436.867.415.000,00 23.050.000.000,00
426.687.859.000,00 24.945.918.000,00
247.393.666.000,00
287.651.390.000,00
330.892.646.000,00
376.334.135.000,00
360.894.361.000,00
34.559.700.000,00
26.955.150.000,00
41.782.340.000,00
37.483.280.000,00
40.847.580.000,00
33.360.350.011,00
7.737.174.214,00
9.225.550.150,00
11.500.250.000,00
93.793.962.954,00
6.473.550.011,00
7.737.174.214,00
9.225.550.150,00
11.500.250.000,00
20.881.286.954,00
26.886.800.000,00 356.486.794.611,00
72.912.676.000,00 352.555.613.975,00
418.401.511.150,00
464.854.096.368,00
545.471.753.322,00
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa sumber pendapatan Kota Tomohon tahun 2011 terdiri dari : -
Pendapatan Asli Daerah sebesar Rp. 8.137.372.100,00 Dana Perimbangan sebesar Rp. 314.989.072.500,00 dan Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah sebesar Rp. 33.360.350.011,00
Tahun 2012 terdiri dari: -
Pendapatan Asli Daerah sebesar Rp. 5.422.640.000,00 Dana Perimbangan sebesar Rp. 339.395.799.761,00 dan Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah sebesar Rp. 7.737.174.214,00
Tahun 2013 terdiri dari: -
Pendapatan Asli Daerah sebesar Rp. 12.500.975.000,00 Dana Perimbangan sebesar Rp. 396.674.986.000,00 dan Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah sebesar Rp. 9.225.550.150,00 134
Tahun 2014 terdiri dari: -
Pendapatan Asli Daerah sebesar Rp. 16.486.431.368,00 Dana Perimbangan sebesar Rp. 436.867.415.000,00 dan Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah sebesar Rp. 11.500.250.000,00
Tahun 2015 terdiri dari: -
Pendapatan Asli Daerah sebesar Rp. 24.989.931.368,00 Dana Perimbangan sebesar Rp. 426.687.859.000,00 dan Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah sebesar Rp. 93.793.962.954,00
Realisasi pendapatan Kota Tomohon tahun 2011 sampai dengan 2015 dapat dilihat dalam tabel berikut : No
Tahun
Pendapatan (Rp)
Pertumbuhan (%)
1.
2011
356.486.794.611
-
2.
2012
352.555.613.975
-1,10
3.
2013
418.401.511.150
18,67
4.
2014
464.854.056.368
11,10
5.
2015
545.471.753.322
17,34
Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa realisasi pendapatan Kota Tomohon tahun 2011 sebesar Rp. 356.486.794.611 dan pada tahun 2012 mengalami penurunan sebesar 1,10% menjadi Rp. 352.555.613.975. Tahun 2013 mengalami peningkatan sebesar 18,67% menjadi Rp. 418.401.511.150 dan tahun 2014 kembali meningkat sebesar 11,10% menjadi Rp. 464.854.056.368. Tahun 2015 pendapatan Kota Tomohon meningkat lagi sebesar 17,34% menjadi Rp. 545.471.753.322.
Belanja Modal Kota Tomohon Realisasi belanja modal Kota Tomohon tahun 2011 sampai dengan 2015 dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut : No Tahun Belanja Modal (Rp) Pertumbuhan (%) 1.
2011
72.030.475.238
-
2.
2012
88.333.804.435
22,63
3.
2013
131.854.115.508
49,26
4.
2014
148.209.485.516
12,40
5.
2015
119.918.057.199
-19,08
Dari Tabel diatas dapat diketahui bahwa realisasi belanja modal Kota Tomohon tahun 2011 sebesar Rp. 72.030.475.238 dan pada tahun 2012 meningkat sebesar 22,63% menjadi Rp. 88.333.804.435. Tahun 2013 meningkat sebesar 49,26% menjadi Rp. 131.854.115.508 dan pada tahun 135
2014 kembali mengalami peningkatan sebesar 12,40% menjadi Rp. 148.209.485.516. Tahun 2015 belanja modal Kota Tomohon mengalami penurunan sebesar 19,08% menjadi 119.918.057.199. Analisis Korelasi Product Moment Analisis korelasi digunakan untuk mengetahui keeratan hubungan dan arah hubungan. Untuk mengetahui keeratan hubungan tersebut maka dapat dilihat dari besarnya koefisien korelasi dengan pedoman yaitu jika koefisien semakin mendekati 1 atau -1 maka hubungan erat atau kuat, sedangkan jika koefieisien semakin mendekati 0 maka hubungan lemah. Untuk mengetahui arah hubungan maka dapat dilihat pada tanda nilai koefisien yaitu positif atau negatif. Apabila nilai koefisien positif berarti terdapat hubungan yang positif, artinya jika sumber pendapatan tinggi maka belanja modal akan meningkat. Sebaliknya apabila nilai koefisien negatif, artinya jika sumber pendapatan rendah maka belanja modal akan meningkat atau jika sumber pendapatan tinggi maka belanja modal akan menurun. Hasil Uji Correlations antara variabel Sumber Pendapatan dengan Belanja Modal Tahun 20112015 Correlations Sumber Pendapatan Sumber Pendapatan
Pearson Correlation
Belanja Modal 1
Sig. (2-tailed)
.086
N Belanja Modal
.750
6
6
Pearson Correlation
.750
1
Sig. (2-tailed)
.086
N
6
6
Dari hasil output pada tabel di atas dapat diketahui hubungan antara sumber pendapatan dengan belanja modal Kota Tomohon adalah erat atau kuat, hal ini ditunjukkan oleh hasil koefisien korelasi sebesar 0,750. Karena nilai lebih mendekati angka 1 maka hasil ini menunjukkan bahwa hubungan kedua variabel tersebut erat atau kuat. Nilai koefisien bertanda positif berarti sumber pendapatan Kota Tomohon meningkat dan berdampak pada meningkatnya Belanja Modal Kota Tomohon. Hasil signifikansi antara kedua variabel ini adalah sebesar 0,086, yang menunjukkan bahwa hubungan kedua variabel ini adalah signifikan atau berarti. PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan : 1. Terdapat hubungan yang erat dan kuat antara Sumber Pendapatan dengan Belanja Modal pada Kota Tomohon yaitu sebesar 0,750 karena mendekati +1 dan bersifat positif yang berarti pendapatan yang diperoleh Kota Tomohon mengalami peningkatan yang berdampak pada meningkatnya belanja modal Kota Tomohon. 2. Terdapat hubungan yang berarti atau signifikan antara Sumber Pendapatan dan Belanja Modal Kota Tomohon dilihat dari hasil signifikansi sebesar 0,086. Saran Berdasarkan hasil penelitian, peneliti mencoba memberikan beberapa saran sebagai berikut : 136
1. Aktivitas ekonomi pada Kota Tomohon menunjukkan pertumbuhan yang positif walaupun pada tahun 2012 sumber pendapatan Kota Tomohon mengalami sedikit penurunan. Untuk itu, pemerintah daerah perlu untuk meningkatkan sumber-sumber pendapatan melalui penggalian dan pengembangan potensi-potensi daerah yang akan berdampak positif bagi daerah. 2. Peningkatan pemerintah daerah dalam investasi belanja modal diharapkan dapat mampu meningkatkan kualitas layanan publik untuk kesejahteraan masyarakat. 3. Dalam penelitian ini, peneliti hanya menggunakan periode anggaran selama 5 tahun, sehingga diharapkan untuk peneliti selanjutnya bisa menambahkan periode anggaran yang lebih banyak agar hasilnya lebih obyektif. 4. Penelitian selanjutnya diharapkan menggunakan variabel yang lebih bervariasi dengan menggunakan variabel lain yang dapat berpengaruh atau memiliki hubungan dengan sumber pendapatan (misalnya belanja pemeliharaan dan lain-lain).
DAFTAR PUSTAKA Halim, Abdul. 2004. Pengaruh Dana Alokasi Umum dan Pendapatan Asli Daerah terhadap Belanja Pemerintah Daerah. Studi Kasus Kabupaten/Kota di Jawa dan Bali. Jurnal Ekonomi 13 (2). Indarti & Sugiartiana. 2012. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum Terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal di Kota Semarang. Jurnal Fokus Ekonomi. Volume 7. Nomor 2. Jaya & Dwirandra. 2014. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah Pada Belanja Modal dengan Pertumbuhan Ekonomi sebagai Variabel Pemoderasi. E-Jurnal Akuntansi Univ Udayana. Volume 7. Nomor 1 :79-92. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2002 tentang Pedoman Pengurusan,Pertanggungjawaban dan Pengawasan Keuangan Daerah Serta Tata Cara Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, Pelaksanaan Tata Usaha Keuangan Daerah dan Penyusunan Perhitungan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Jakarta Kuncoro, Mudrajad. 2014. Otonomi Daerah. Erlangga. Yogyakarta. Martini, dkk. 2014. Pengaruh Pendapatbban Asli Daerah, Dana Alokasi Umum Dan Dana Alokasi Khusus Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Buleleng Tahun 2006 – 2012. eJournal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha. Volume 2. Mawarni,dkk.2013. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah Dan Dana Alokasi Umum Terhadap Belanja Modal Serta Dampaknya Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Daerah (Studi Pada Kabupaten Dan Kota Di Aceh). Jurnal Akuntansi.Volume 2 Nomor 2. Mentayani, Ida & Rusmanto. 2013. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum dan Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran Terhadap Belanja Modal Pada Kota/Kabupaten di Pulau Kalimantan. Jurnal Investasi Volume 9. Nomor 2. Nordiawan, Deddi. 2006. Akuntansi Sektor Publik. Salemba Empat. Jakarta. Oktora & Pontoh. 2013. Analisis Hubungan Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umumdan Dana Alokasi Khusus atas Belanja Modal pada Pemerintah Daerah KabupatenToliToli Sulawesi Tengah. Jurnal Accountability. Volume 2. Nomor 1. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah. Jakarta. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. Jakarta. 137
Priyatno, Duwi. 2013. Analisis Korelasi, Regresi dan Multivariate dengan SPSS. Gava Media. Yogyakarta. Sembiring, Sri Hayati. 2009. Analisis Pengaruh Belanja Modal dan Pendapatan Asli Daerah Terhadap Belanja Pemeliharaan Dalam Realisasi Anggaran Pemerintah Kabupaten dan Kota di Provinsi Sulawesi Utara. Setyosarim, Punaji. 2010. Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan. Kencana Prenada Media Group. Jakarta. Swastika, Lingga. 2013. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah dan Dana Alokasi Umum Terhadap Pengalokasian Belanja Modal di Kabupaten Boyolali Periode Tahun 2005-2012. Syukriy, Abdullah & Abdul Halim. 2006. Studi Atas Belanja Modal Pada Anggaran Pemerintah Daerah dalam Hubungannya dengan Belanja Pemeliharaan dan Sumber Pendapatan. Jurnal Akuntansi Pemerintah. Volume 2. Nomor 2. Tuasikal, Askam. 2008. Pengaruh Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, Pendapatan Asli Daerah terhadap Belanja Modal Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota di Indonesia. Jurnal Telaah & Riset Akuntansi Volume 1. Nomor 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Jakarta. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Jakarta. Wandira, Arbie Gugus. 2012. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah(PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus(DAK), dan Dana Bagi Hasil (DBH) terhadap PengalokasianBelanja Modal. Universitas Negeri Semarang, Indonesia.Accounting Analysis Journal 1 (3) (2013).
138
ANALISIS KINERJA REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH SERTA POTENSI PENDAPATAN ASLI DAERAH PADA KABUPATEN MINAHASA UTARA Nathania Ch. E. Sasuwuk1 Jullie J. Sondakh2 Jessy D. L. Warongan3 1,2,3
Faculty of Economics and Business, Accounting Departement Sam Ratulangi University of Manado email :
[email protected] 2
[email protected] 3
[email protected]
ABSTRACT Realization of Regional Government budget (APBD) is one of measure instrument to see the implementation from policies and operationalization implementation of financial regional management for optimal actualization public services. Management potential of Local Revenue (PAD) have to do with correct and appropriate in order to support the progress. The purpose of this research are to know and analyze the realization performance of regional government budget and district own source revenue potential at North Minahasa Region. The result of this research show the regional government budget of North Minahasa in terms of revenue considered good by looking from variance analyzes and tax effectiveness, expect from decentralization degree analyzes is not good enough or low. While for expense, from variance analyzes over all is good by looking at the budget are well controlled and the impact in the North Minahasa Region for having an surplus from the allocated budget, and for compatibility analyzes expenditure are effective because realization of the expense budget not over amount that has been planned. And for the Own Source Revenue Potential for 2016-2020 seen from tax regional income are 42,78% while from regional retribution are 37,36%. Keywords: performance, government, budget, Potential, Local Revenue PENDAHULUAN Latar Belakang Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan salahsatu alat ukur untuk melihat implementasi dari kebijakan dan operasionalisasi pelaksanaan pengelolaan keuangan suatu daerah dalam upaya mewujudkan pelayanan publik yang optimal serta upaya dalam mendorong pembangunan ekonomi di daerah. Besarnya realisasi anggaran dan jenis belanjanya mengindikasikan besarnya komitmen dan keseriusan suatu pemerintah daerah pada aspek-aspek yang menjadi prioritas daerah. Pengelolaan keuangan negara mengharuskan pertanggung jawaban dalam pengelolaan keuangan negara dilakukan dalam bentuk perhitungan anggaran negara/daerah sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. Wujud laporan ini hanya menginformasikan aliran kas APBN/APBD sesuai dengan format anggaran yang disahkan oleh legislatif, tanpa menyertakan informasi tentang posisi kekayaan dan kewajiban pemerintah. Laporan tersebut selain memuat informasi yang terbatas, juga waktu penyampaiannya dalam perhitungan anggaran juga sangat rendah karena sistem akuntansi yang diselenggarakan belum didasarkan pada standar akuntansi dan tidak didukung oleh perangkat data dan proses yang memadai. Menurut Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003, pada rancangan undang-undang atau peraturan daerah tentang laporan keuangan pemerintah pusat/daerah disertakan atau dilampirakan informasi tambahan mengenai kinerja instansi pemerintah, yakni prestasi yang berhasil dicapai oleh pengguna anggaran sehubungan dengan anggaran yang telah digunakan. Pengungkapan informasi tentang kinerja ini adalah relevan dengan perubahan paradigma penganggaran pemerintah yang 139
ditetapkan dengan mengidentifikasi secara jelas pengeluaran dari setiap kegiatan dan hasil dari setiap program. Untuk keperluan tersebut, perlu disusun sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah yang terintegrasi dengan sistem perencanaan strategis, sistem pengganggaran, dan sistem akuntansi pemerintah. Pengelolaan keuangan dalam suatu daerah sangatlah penting dilakukan oleh Pemerintah. Kinerja dalam merealisasikan anggaran pendapatan dan belanja daerah jika dilakukan dengan baik dan benar maka akan menghasilkan perkembangan pembangunan bagi daerah, serta dapat mensejahterakan masyarakat. Selain itu juga harus meningkatkan pengelolaan potensi PAD dengan benar dan sesuai agar dapat menunjang pendapatan untuk perkembangan kabupaten/kota yang ada. Pemerintah Kabupaten Minahasa Utara adalah Kabupaten yang terletak di antara dua kota yaitu Manado dan Bitung. Kabupaten Minahasa Utara memiliki banyak kekayaan alam baik dari segi pariwisata, pertanian, perikanan dan kelautan serta pertambangan, potensi daerah ini dapat membantu pemerintah dalam meningkatkan PAD jika di kelola dengan baik dan benar. Ini juga dapat menjadi tantangan bagi pemerintah daerah dalam penyusunan APBD yang baik dan benar sebagaimana yang tercantum dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 21 Tahun 2011 tentang perubahan kedua atas Permendagri No. 13 tahun 2006 tentang pengelolaan keuangan daerah, dan juga dapat merealisasikan anggaran sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Tujuan Penelitian Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis kinerja realisasi pendapatan dan belanja PemerintahKabupaten Minahasa Utara tahun anggaran 2011-2015 serta mengetahui potensi pendapatan asli daerah Pemerintah Kabupaten Minahasa Utara pada tahun 2016-2020.
TINJAUAN PUSTAKA Akuntansi Sektor Publik Mahsun (2013:5) menyatakan, sektor publik seringkali dipahami sebagai segala sesuatu yang berhubungan dengan kepentingan umum dan penyediaan barang atau jasa kepada publik yang dibayar melalui pajak atau pendapatan negara lain yang diatur dengan hukum. Standar Akuntansi Pemerintah Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) sesuai Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010 terdiri atas: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
PSAP No. 1 tentang Penyajian Laporan Keuangan PSAP No. 2 tentang Laporan Realisasi Anggaran PSAP No. 3 tentang Laporan Arus Kas PSAP No. 4 tentang Catatan Atas Laporan Keuangan PSAP No. 5 tentang Akuntansi Persediaan PSAP No. 6 tentang Akuntansi Investasi PSAP No. 7 tentang Aset Tetap PSAP No. 8 tentang Konstruksi dalam pengerjaan PSAP No. 9 tentang Akuntansi Kewajiban PSAP No. 10 tentang Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan Akuntansi dan Peristiwa Luar Biasa 11. PSAP No. 11 tentang Laporan Keuangan Konsolidasian. 12. PSAP No. 12 tentang Laporan Operasional Sistem Akuntansi Pemerintahan Dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 262/PMK.05/2014, Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pusat (SiAP) adalah serangkaian prosedur manual maupun yang terkomputerisasi mulai dari pengumpulan data, pencatatan, pengiktisaran sampai dengan pelaporan posisi keuangan, dan operasi keuangan pada kementrian keuangan selaku BUN. 140
Mahmudi (2011:223) menyatakan Sistem akuntansi Pemerintah Daerah (SAPD) adalah serangkaian prosedur manual maupun yang terkomputerisasi mulai dari pengumpulan data, pencatatan, pengiktisaran sampai dengan pelaporan posisi keuangan dan operasi Pemerintah Daerah Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Permendagri No. 21 Tahun 2011 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan DaerahAnggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) adalah rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD, dan ditetapkan dengan peraturan daerah. Dikutip dalam Kemenkeu RI-DJPK Modul Perencanaan dan Penganggaran Daerah (2014:36) APBD merupakan wujud tahunan dari rencana jangka panjang daerah serta rencana jangka menengah yang dibuat dari visi dan misi kepala daerah. APBD dipersiapkan oleh pemerintah daerah, dibahas dan disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sehingga pada akhirnya merupakan produk hukum berupa peraturan daerah yang harus diikuti oleh segenap lembaga di daerah. Konsep Anggaran
Mardiasmo (2009), menyatakan Penyusunan APBD merupakan proses penganggaran daerah yang secara konseptual terdiri atas formulasi kebijakan (budget policyformulation) dan perencanaan operasional anggaran (budget operation planning). Penyusunan Kebijakan Umum APBD (KUA) termasuk kategori formulasi kebijakan anggaran. Formulasi kebijakan anggaran berkaitan dengan analisis fiskal, sedang perencanaan operasional anggaran lebih ditentukan pada alokasi sumber daya keuangan. Pendapatan Daerah Dalam Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, Pendapatan adalah semua penerimaan rekening atas kas umum negara/ daerah yang menambah ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan yang menjadi hak pemerintah, dan tidak perlu dibayar kembali. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 21 Tahun 2011, mendefinisikan pendapatan sebagai hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih. Dari kedua definisi tersebut jelas terlihat bahwa pendapatan merupakan hak pemerintah yang menambah nilai ekuitas dana pemerintah. Kelompok pendapatan yang diterima oleh PPKD adalah sebagai berikut ; (1) Pendapatan asli daerah, (2) dana perimbangan, (3) lain-lain pendapatan daerah yang sah. Belanja Daerah Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 21 Tahun 2011 menjelaskan belanja daerah adalah kewajiban pemerintah daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih. Belanja daerah meliputi semua pengeluaran dari rekening kas umum daerah yang mengurangi ekuitas dana lancar, yang merupakan kewajiban daerah dalam satu tahun anggaran yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh daerah. Menurut Permendagri No. 21 Tahun 2011, Kelompok Belanja terdiri dari: a. Belanja tidak langsung b. Belanja Langsung Kinerja Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kinerja (performance) adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi, dan visi organisasi yang tertuang dalam strategic planning suatu organisasi. Instilah kinerja sering digunakanuntuk menyebut prestasi atau tingkat keberhasilan individu maupun kelompok individu. Kinerja bisa diketahui hanya jika individu atau kelompok individu tersebut mempunyai kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan. Kriteria keberhasilan ini berupa tujuan-tujuan atau target-target tertentu yang hendak dicapai. Tanpa ada tujuan atau target, kinerja seseorang atau organisasi tidak mungkin dapat diketahui karena tidak ada tolok ukutnya (Mahsun, et al. 2015:141).
141
Evaluasi Kinerja Evaluasi kinerja memberikan gambaran kepada penerima informasi mengenai nilai kinerja yang berhasil dicapai organisasi. Capaian kinerja organisasi dapat dinilai dengan skala pengukuran tertentu. Informasi capaian kinerja dapat dijadikan feedback dan reward-punishment, penilaian kemajuan organisasi dan dasar peningkatan kualitas pengambilan keputusan akuntabilitas. (Mahsun, et al. 2015:144). Menghitung Potensi Pendapatan Asli Daerah Menghitung Tingkat Efektivitas dan Efisiensi serta Daya Pajak (Murdiati, 2012) 1. Efektivitas Efektivitas adalah mengukur hubungan antara hasil pungut suatu pajak dengan potensi pajak itu sendiri 2. Efisiensi Efisiensi Mengukur bagian dari hasil pajak yang digunakan untuk menutup pemungutan pajak yang bersangkutan Kriteria tingkat efektivitas maupun efisiensi menurut Kepmendagri Nomor 690.900.327 Tahun 1996 tentang Pedoman Penilaian Kinerja Keuangan ditetapkan sebagai berikut; Tabel 2.2 Penilaian kinerja Keuangan Penilaian Kinerja Keuangan Tingkat Efisiensi Presentase Tingkat Eviktifitas Tidak Efisien >100% Sangat Efektif Kurang Efisien 90%-100% Efektif Cukup Efisien 80%-90% Cukup Efektif Efisien 60%-80% Kurang Efektif Sangat Efisien <60% Tidak Efektif Sumber: N. Komalig (2014) dalam Lengkong (2011) 3. Daya pajak Daya Pajak (Tax effort) adalah ratio antara penerima pajak dengan kapastian atau kemampuan bayar pajak di suatu daerah. Salah satu indikator yang dapat digunakan untuk mengetahui kemampuan membayar masyarakat adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Kuncoro (2013;145) menjelaskan bahwa jenis data terdiri dari data kuantitatif dan data kualitatif. 1. Data Kualitatif adalah data-data yang disajikan dalam bentuk uraian yang tidak dapat diukur dalam skala numerik. 2. Data Kuantitatif adalah data-data yang disajikan dalam bentuk angka-angka yang dapat diukur dengan skala numerik. Dalam penelitian ini penulis menggunakan kedua jenis data tersebut dalam penulisan skripsi ini, yaitu data kualitatif dalam hal ini berupa gambaran umum Kabupaten Minahasa Utara dan data kuantitatif adalah laporan realisasi anggaran pemerintah Kabupaten Minahasa Utara tahun anggaran 2011-2015 serta potensi pendapatan asli daerah tahun 2016-2020. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian ini dilakukan pada Badan Pengelola Keuangan dan Barang Milik Daerah Kabupaten Minahasa Utara dan Dinas Pendapatan Minahasa Utara. Adapun penelitian ini akan dilakukan selama dua bulan.
142
Prosedur Penelitian Prosedur penelitian yang dilakukan adalah: a. Peninjauan langsung (observasi), penulis langsung kelokasi dengan membawa surat pengantar penelitian penulisan skripsi dari fakultas untuk meminta persetujuan dari pihak tempat penelitian dalam hal ini Kepala Sub Bagian Umum BPK-BMD Kabupaten Minahasa Utara dan Sekretaris Dinas Pendaptan Kabupaten Minahasa Utara. b. Wawancara, yaitu melakukan tatap muka dan Tanya jawab secara langsung dengan pihak-pihak yang bertanggungjawab pada masalah yang diteliti dalam hal ini Sekretaris dan Kepala Bidang Anggaran BPK-BMD Kabupaten Minahasa Utara serta Kepala Bidang Pajak Daerah Dinas Pendapatan Kabupaten Minahasa Utara. c. Pengamatan prosedur-prosedur atau kebijakan-kebijakan yang dilakukan instansi pemerintah dalam melakukan realisasi anggaran pendapatan dan belanja daerah yang di amati dalam Laporan Realisasi Anggaran tahun 2011-2015 Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang dilakukan adalah: 1. Penelitian Lapangan Studi lapangan adalah merupakan langkah-langkah pengumpulan data yang ditempuh penulis secara langsung dari lembaga pemerintahan yang menjadi objek penelitian dengan cara: a. Wawancara dengan pimpinan/pejabat pemerintahan, wawancara ini merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan bagian-bagian yang berkepentingan dan terlibat langsung dengan yang dibahas serta berhubungan dengan data yang diperlukan penulis. b. Peninjauan langsung atau observasi langsung tentang system kerja, terutama yang berhubungan dengan proses penyusunan anggaran belanja daerah. Pengamatan prosedur-prosedur atau kebijakan yang dilaksanakan oleh pemerintah Kabupaten Minahasa Utara Metode Analisis Data Metode analisis data yang digunakan adalah deskriptif dimana sifatnya menguraikan dan menggambarkan suatu data atau keadaan serta melukiskan atau menjelaskan sedemikian rupa sehingga dapat ditarik kesimpulan untuk menjawab permasalahan yang ada. Analisis Kinerja Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dalam Mahsun (2014:152), terdiri atas: 1. Analisis Kinerja Realisasi Anggaran Pendapatan a. Analisis Varians Anggaran Pendapatan : Selisih antara pendapatan dengan yang dianggarkan b. Analisis Rasio Derajat Desentralisasi
c. Analisis Efisiensi Pajak Daerah
2. Analisis Kinerja Realisasi Anggaran Belanja a. Analisis Varians Anggaran Belanja : Selisih antara realisasi belanja dengan anggaran b. Analisis Keserasian Belanja : 1. Rasio Belanja Langsung
143
2. Tidak Langsung terhadap Total Belanja = c. Analisis Rasio Efisiensi Belanja = 3. Potensi Pendapatan Asli Daerah Lumikis (2015:6), Menyatakan dalam menghitung potensi pendapatan asli daerah dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut; 1. Analisis Perbandingan Laporan Keuangan (comparative financial statement). Analisis Perbandingan Laporan Keuangan (comparative financial statement) adalah metode dan teknik analisis dengan cara membandingkan laporan keuangan untuk dua periode atau lebih dengan menunjukkan: a. Data absolut atau jumlah-jumlah dalam rupiah. b. Kenaikan atau penurunan dalam jumlah rupiah c. Kenaikan atau penurunan dalam persentase d. Perbandingan yang dinyatakan dengan rasio e. Persentase total 2. Analisis Historis Yang Bersifat Efektif dan Efisien a. Menghitung Kenaikan Realisasi Tiap Tahun
Keterangan: TK = Penerimaan pajak daerah/ retribusi daerah tahun yang bersangkutan = Data realisasi/ penerimaan pajak daerah/ retribusi daerah tahun yang bersangkutan = Data realisasi/ penerimaan pajak daerah/ retribusi daerah tahun sebelumnya b. Menghitung rata-rata tingkat kenaikan realisasi penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah Kabupaten Minahasa Utara
Keterangan: ×TK = Rata-rata tingkat kenaikan realisasi ΣTK = Jumlah kenaikan relative N = Jumlah Tahun c. Menghitung Proyeksi Potensi Penerimaan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dengan menggunakan cara: TKR + Kenaikan Tarif) + 100%} x Keterangan: = Proyeksi penerimaan pajak daerah/ retribusi daerah pada tahun bersangkutan = Penerimaan atau realisasi pajak daerah/ retribusi daerah satu tahun sebelumnya. .
144
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Analisis Kinerja Realisasi Anggaran Pendapatan 1. Analisis Varians Pendapatan Tabel 4.2 Analisis Varians Anggaran Pendapatan Tahun 2011-2015 Tahun Anggaran (Rp) Realisasi(Rp) 2011 482.959.390.476 490.709.686.721 2012 529.403.435.771 542.682.298.121 2013 584.385.630.821,20 589.388.340.723 2014 646.889.321.701 664.013.622.605 2015 817.816.583.027 814.425.493.546 Rata-rata Sumber: Data diolah tahun 2016
Selisih 7.750.296.245 13.278.862.350 5.002.709.901,8 17.124.300.904 -3.391.089.418 7.953.015.996,56
2. Analisis Rasio Derajat Desentralisasi
Tahun 2011 2012 2013 2014 2015
Tabel 4.3 Analisis Rasio Derajat Desentralisasi Tahun 2011-2015 PAD (Rp) Pendapatan Daerah (Rp) 15.720.419.227 490.709.686.721 18.975.761.465 542.682.298.121 36.090.808.546 589.388.340.723 49.283.471.770 664.013.622.605 56.487.375.508 817.816.583.027 Rata-rata Sumber: Data diolah tahun 2016
(%) 3,20 3,49 6,12 7,42 6,90 5,42
3. Analisis Rasio Efektivitas Pajak Daerah
Tahun 2011 2012 2013 2014 2015
Tabel 4.4 Analisis Rasio Efektivitas Pajak Daerah Tahun 2011-2015 Pajak Daerah Rencana (Rp) Realisasi(Rp) 4.799.097.016 5.274.087.578 8.182.435.000 10.710.695.408 10.691.313.997,20 11.256.896.212 18.025.000.000 20.652.981.106 22.925.000.000 25.260.149.479 Rata-rata Sumber: Data diolah tahun 2016
145
(%) 109,90 130,90 105,29 114,61 110,19 114,17
Analisis Kinerja Realisasi Anggaran Belanja 1. Analisis Varians Anggaran Belanja
Tahun 2011 2012 2013 2014 2015
Tabel 4.5 Analisis Varians Anggaran Belanja Tahun 2011-2015 Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) Selisih 517.473.819.422 466.512.840.002 50.960.979.420 586.148.542.736 528.811.677.569 57.336.865.167 654.871.048.498.2 591.135.454.245 63.735.594.253.2 714.823.062.126 654.834.370.376 59.988.691.750 817.900.482.719 737.749.807.224 80.150.675.495 Rata-rata 62.434.561.217,04 Sumber: Data diolah tahun 2016
2. Analisis Keserasian Belanja : Rasio Belanja Langsung dan Belanja Tidak Langsung.
Tahun 2011 2012 2013 2014 2015
Tahun 2011 2012 2013 2014 2015
Tabel 4.6 Belanja Tidak Langsung Tahun 2011-2015 Belanja Langsung (Rp) Total Belanja (Rp) 96.971.225.501 466.512.840.002 114.654.479.751 528.811.677.569 139.039.608.186 591.135.454.245 148.072.839.603 654.834.370.376 169.800.811.692 737.749.807.224 Rata-rata Sumber: Data diolah tahun 2016 Tabel 4.7 Belanja Langsung Tahun 2011-2015 Belanja Tidak Langsung (Rp) Total Belanja (Rp) 369.448.364.501 466.512.840.002 411.239.564.654 528.811.677.569 451.986.878.059 591.135.454.245 506.488.030.773 654.834.370.376 567.552.144.532 737.749.807.224 Rata-rata Sumber: Data diolah tahun 2016
(%) 20,78 21,68 23,52 22,61 23,01 22,32
(%) 79,19 77,76 76,46 77,34 76,93 77,53
3. Rasio Efesiensi Belanja
Tahun 2011 2012 2013 2014 2015
Tabel 4.8 Efisiensi Belanja Tahun 2011-2015 Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) 517.473.819.422 466.512.840.002 586.148.542.736 528.811.677.569 654.871.048.498.2 591.135.454.245 714.823.062.126 654.834.370.376 817.900.482.719 737.749.807.224 Rata-rata Sumber: Data diolah tahun 2016
146
(%) 90,15 90,22 90,26 91,60 90,20 90,48
Menghitung Potensi Pendapatan Asli Daerah 1. Potensi Penerimaan Pajak Daerah Kabupaten Minahasa Utara Berdasarkan hasil penelitian dan data yang telah didapat, penulis akan menyajikan hasil Penerimaan Pajak Daerah dengan mengevaluasi data historis realisasi Pajak Daerah Kabupaten Minahasa Utara untuk melihat pertumbuhan tahun anggaran tahun 2011-2015. Tabel 4.9 Data Pertumbuhan Pajak Daerah Kabupaten Minahasa Utara Tahun 2011-2015 Tahun Realisasi (Rp) Growth/ (%) Pertumbuhan 2011 5.274.087.578 2012 10.710.695.408 5.436.607.830 103,08 2013 11.256.896.212 546.200.806 5,1 2014 20.657.981.106 9.401.084.895 83,51 2015 25.260.149.479 4.602.168.370 22,27 Sumber: Data diolah tahun 2016 Dari perhitungan diatas, diketahui bahwa realisasi pertumbuhan penerimaan pajak daerah mengalami kenaikan 103,08% pada tahun 2012. Kemudian mengalami penurunan 5,1% pada tahun 2013. Selanjutnya pada tahun 2014 mengalami kenaikan sebesar 83,51%. Sedangkan pada tahun 2015 mengalami penurunan 22,27%. Dari hasil diatas kita dapat menghitung rata-rata tingkat pertumbuhan real (TKR) Pajak Daerah yaitu:
Jadi rata-rata tingkat kenaikan potensi pajak daerah adalah sebesar 42,78% Tabel 4.10 Potensi Penerimaan Pajak Daerah 2016-2020 Tahun Pajak Daerah (Rp) Growth/ Pertumbuhan 2016 36.066.441.426,11 10.806.291.945,11 2017 51.495.665.068,19 15.429.223.642,08 2018 73.525.510.584,36 22.029.845.516,17 2019 104.979.724.012,33 31.454.213.427,98 2020 149.869.054.000 44.889.329.987,67 Sumber: Data diolah tahun 2016
(%) 42,78 42,78 42,78 42,78 42,78
2. Potensi Penerimaan Retribusi Daerah Kabupaten Minahasa Utara Berdasarkan hasil penelitian dan data yang telah didapat, penulis akan menyajikan hasil Penerimaan Pajak Daerah dengan mengevaluasi data historis realisasi Retribusi Daerah Kabupaten Minahasa Utara untuk melihat pertumbuhan tahun anggaran tahun 2011-2015.
147
Tabel 4.11 Data Pertumbuhan Retribusi Daerah Kabupaten Minahasa Utara Tahun 2011-2015 Tahun Realisasi (Rp) Growth/ (%) Pertumbuhan 2011 2.887.140.079 2012 4.657.328.991 1.770.188.912 61,31 2013 11.750.512.282 7.093.183.291 152,30 2014 8.514.091.490 (3.236.420.792) -27,54 2015 8.578.223.571 64.132.081 0.75 Sumber: Data diolah tahun 2016 Dari perhitungan diatas, diketahui bahwa realisasi pertumbuhan penerimaan pajak daerah mengalami kenaikan 61,31% pada tahun 2012. Kemudian pada tahun 2013 juga mengalami kenaikan 152,30%. Selanjutnya pada tahun 2014 mengalami penurunan sebesar -27,54%. Pada tahun 2015 mengalami kenaikan0,75%. Dari hasil diatas kita dapat menghitung rata-rata tingkat pertumbuhan real (TKR) Pajak Daerah yaitu:
Jadi rata-rata tingkat kenaikan potensi retribusi daerah adalah sebesar 37,36% Tabel 4.12 Potensi Penerimaan Retribusi Daerah Tahun 2016-2020 Tahun Retribusi Daerah (Rp) Growth/ (%) Pertumbuhan 2016 11.783.047.897,12 3.204.824.326,12 37,36 2017 16.185.194.591,48 4.402.146.694,36 37,36 2018 22.231.983.290,85 6.046.788.699,37 37,36 2019 30.537.852.248,31 8.305.868.957,46 37,36 2020 41.946.793.848.270 11.408.941.599,96 37,36 Sumber: Data diolah tahun 2016 Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan maka dapat diketahui bahwa pembangunan daerah dapat berjalan dengan baik sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan oleh pemerintah daerah. Kepala daerah (Bupati) memegang kekuasaan umum dalam mengelola daerah. Hal ini dikarenakan kepala daerah mempunyai wewenang menyelenggarakan keseluruhan pengelolaan keuangan daerah dan mempunyai kewajiban menyampaikan pertanggung jawaban atas pelaksanaan kewenangan tersebut kepada DPRD. Kinerja Realisasi Anggaran Pendapatan Daerah 1. Analisis Varians Anggaran Pendapatan Analisis varians anggaran pendapaan dilakukan dengan cara menghitung selisih antara pendapatan dengan yang di anggarkan. Biasanya selisih anggaran sudah di informasikan dalam laporan realisasi anggaran yang disajikan oleh pemerintah daerah.Informasi selisih anggaran tersebut sangat membantu pengguna laporan dalam memahami dan menganalisis kinerja pendapatan. Rata-rata pendapatan pada tahun 2011-2015 sebesar Rp. 7.953.015.996,56. 2. Analisis Rasio Derajat Desentralisasi Rasio ini menunjukan kewenangan dan tanggung jawab yang diberikan pemerintah pusat kepada pemerintah daerah untuk menggali dan mengelolah pendapatan. Semakin tinggi PAD, maka semakin tinggi kemampuan pemerintah daerah dalam penyelenggaraan desentralisasi. Dari perhitungan kinerja pendapatan pada table 4.3 terlihat bahwa derajat desentralisasi Kabupaten Minahasa Utara tahun 2011-2015 dapat dikatakan sangat rendah yaitu dengan rata-rata 5,42%. 148
3. Analisis Rasio Efektivitas Pajak Daerah Rasio ini mengukur kemampuan pemerintah daerah dalam menghasilkan pendapatan dari pajak daerah.Efektivitas (hasil guna) adalah ukuran keberhasilan suatu organisasi dalam usaha mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.Efektivitas merupakan perbandingan outcome dan output. Hasil perhitungan pada table 4.4 rata-rata efektivitas dalam merealisasikan pajak daerah pemerintah kabupaten Minahasa Utara pada tahun2011-2015 memiliki rata-rata sebesar 114,17%. Realisasi Anggaran Belanja Daerah 1. Analisis Varians Anggaran Belanja Analisisis varians memberikan informasi tentang perbedaan atau selisis antara realisasi belanja dan anggaran. Pemerintah daerah dapat dinilai baik kinerja belanjanya tidak melebihi target yang telah ditetapkan. Sebaliknya jika realisasi belanja lebih besar dari jumlah yang dianggarkan maka hal itu mengidentifikasikan adanya kinerja belanja yang kurang baik. Dari hasil penelitian yang dapat dilihat pada table 4.5 bahwa belanja yang dilakukan tidak melebihi target yang ditetapkan. Dengan kata lain pemerintah Kabupaten Minahasa Utara dapat mengendalikan anggaran belanja sehingga mendapatkan SILPA surplus (sisa lebih perhitungan anggaran) dengan rata-rata pada tahun 2011-2015 sebesar Rp. 62.434.561.217,04 2. Analisis Keserasian Belanja Analisis varians merupakan analisis terhadap perbedaan atau selisih antara realisasi belanja dengan anggaran. Berdasarkan laporan realisasi anggaran yang disajikan, pembaca laporan dapat mengetahui secara langsung besarnya varians anggaran belanja dengan realisasinya yang bisa dinyatakan dalam bentuk nilai nominalnya atau presentasenya. Dari table 4.6 dan 4.7 dapat dilihat bahwa tahun 2011-2015 sebagian besar dana yang dimiliki pemerintah dialokasikan untuk belanja tidak langsung sehingga rasio belanja langsung relatif kecil dibandingkan rasio belanja tidak langsung. Rata-rata rasio untuk belanja langsung yaitu sebesar 77,53% sedangkan untuk belanja tidak langsung yaitu 23,32%. 3. Rasio Efisiensi Belanja Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat penghematan anggaran yang dilakukan pemerintah. Efisiensi berhubungan dengan metode operasi. Proses kegiatan operasional dapat dikatakan efisien apabila suatu produk atau hasil karya tertentu mempergunakan sumber daya dan dana yang serendah rendahnya. Dari table 4.8 terlihat bahwa pemerintah Kabupaten Minahasa Utara telah melakukan efisiensi belanja yang dibuktikan dengan rasio efisensi pada rata-rata tahun 2011-2015 berada dibawah 100% yaitu 90,48%. Dapat dikatakan bahwa pemerintah kabupaten Minahasa Utara dapat mengendalikan belanja daerah dari target yang telah ditetapkan sebelumnya dengan tidak mengurangi tujuan dan sasaran dari program yang telah direncanakan dari awal. Potensi Pendapatan Asli Daerah Analisis Perbandingan Laporan Keuangan (comparative financial statement) adalah metode dan teknik analisis dengan cara membandingkan laporan keuangan untuk dua periode atau lebih dengan menunjukkan, data absolut atau jumlah-jumlah dalam rupiah, kenaikan atau penurunan dalam jumlah rupiah, kenaikan atau penurunan dalam persentase, perbandingan yang dinyatakan dengan rasio, persentase total. Selanjutnya dari hasil analisis yang didapatkan dikembangkan untuk menghitung potensi pendapatan asli daerah lima tahun yang akan datang dari rata-rata pertumbuhan lima tahun sebelumnya dengan menggunakan analisis rasio keuangan pertumbuhan. 1. PotensiPendapatan Pajak Daerah Berdasarkan perhitungan pada table 4.12 diketahui bahwa realisasi pertumbuhan penerimaan pajak daerah mengalami kenaikan 103,08% pada tahun 2012. Kemudian mengalami penurunan 5,1% pada tahun 2013. Selanjutnya pada tahun 2014 mengalami kenaikan sebesar 83,51%. Sedangkan pada tahun 2015 mengalami penurunan 22,27%. Dengan rata-rata pertumbuhan penerimaan pajak sebesar 42,78%. Dari rata-rata pertumbuhan penerimaan pajak yang ada Potensi penerimaan pajak daerah Kabupaten Minahasa Utara pada lima tahun mendatang yaitu pada tahun 2016-2020 yang mana tahun 2016 sebesar Rp.11.783.047.897,12, tahun 2017 sebesar Rp. 16.185.194.591,48, tahun 2018 sebesar Rp.22.231.983.290,85, tahun 2019 Rp. 30.537.852.248,31 dan tahun 2020 sebesar Rp. 41.946.793.848.270. 2. Potensi Retribusi Daerah 149
Dari pada table 4.14 diketahui bahwa realisasi pertumbuhan penerimaan pajak daerah mengalami kenaikan 61,31% pada tahun 2012. Kemudian pada ahun 2013 juga mengalami kenaikan 152,30%. Selanjutnya pada tahun 2014 mengalami penurunan sebesar -27,54%. Pada tahun 2015 mengalami kenaikan 0,75%. Dengan rata-rata pertumbuhan penerimaan retribusi daerah sebesar 37,36%. Dari rata-rata pertumbuhan penerimaan retribusi daerah yang ada,potensi penerimaan retribusi daerah Kabupaten Minahasa Utara pada lima tahun mendatang tahun 20162020 yang mana pada tahun2016 sebesar Rp.11.783.047.897,12, tahun 2017 sebesar Rp. 16.185.194.591,48, tahun 2018 sebesar Rp.22.231.983.290,85, tahun 2019 Rp. 30.537.852.248,31 dan tahun 2020 Rp. 41.946.793.848.270. PENUTUP Kesimpulan Kesimpulan dalam penelitian ini: 1. Anggaran pendapatan belanja daerah pemerintah kabupaten Minahasa Utara dilihat dari sisi pendapatan dengan menggunakan analisis varians tahun 2011-2015 dapat dikatakan baik karena rata-rata pendapatan mencapai target sebesar Rp. 7.953.015.996,56 2. Anggaran pendapatan belanja daerah pemerintah kabupaten Minahasa Utara dilihat dari sisi pendapatan dengan menggunakan analisis rasio derajat desentralisasi dapat dikatakan masih rendah, dengan tingkat derajat desentralisasi pada tahun 2011-2015 rata-rata sebesar 5,42%. 3. Anggaran pendapatan belanja daerah pemerintah kabupaten Minahasa Utara dilihat dari sisi pendapatan dengan menggunakan analisis efektivitas pajak daerah dalam hal ini dinas pendapatan daerah sangat efektif dalam merealisasikan pajak daerah yang direncanakan dengan rata-rata pada tahun 2011-2015 sebesar 114,17%. 4. Kinerja belanja pemerintah kabupaten Minahasa Utara dilihat dari analisis varians secara umum dapat mengendalikan anggaran belanja sehingga mendapatkan SILPA surplus (sisa lebih perhitungan anggaran) dengan rata-rata sebesar Rp. 62.434.561.217,04selama tahun 2011-2015. 5. Pemerintah Kabupaten Minahasa Utara pada tahun 2011-2015, menggunakan sebagian besar dana yang dimiliki untuk belanja tidak langsung rata-rata sebesar 77,53% sedangkan untuk belanja langsung rata-rata sebesar 22,32%. 6. Tingkat efesiensi pemerintah kabupaten Minahasa Utara tahun anggaran 2011-2015 dilihat dari analisis efesiensi belanja dapat dikatakan efisien yaitu rata-rata sebesar 90,48%. 7. Potensi pendapatan asli daerah kabupaten Minahasa Utara dilihat dari segi penerimaan Pajak daerah dengan tingkat petumbuhan untuk lima tahun mendatang tahun 2016-2020 akan terjadi kenaikan sebesar 42,78% sedangkan dari segi retribusi daerah akan terjadi kenaikan sebesar 37,36%. Sehingga dapat dilihat bahwa pajak daerah lebih berpotensi dalam meningkatkan pendapatan asli daerah kabupaten Minahasa Utara. Saran Saran yang diberikan: 1. Pemerintah kabupaten Minahasa Utara harus lebih berusaha lagi untuk dapat meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) melalui pengembangan potensi-potensi yang sudah ada dan juga menggali potensi-potensi yang baru 2. Pemerintah kabupaten Minahasa Utara lebih khususnya Dinas Pendapatan agar dapat menigkatkan fungsi kontrol sehingga dapat memudahkan untuk perhitungan potensi daerah untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah yang lebih optimal. 3. Bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk manambah rasio-rasio keuangan yang dapat digunakan dalam menganalisis kinerja pemerintah daerah. Dan juga disanrankan untuk menambah metode analisis data untuk menghitung potensi Pendapatan Asli Daerah pemerintah.
150
DAFTAR PUSTAKA Lumikis Riri, 2015. Analisis Potensi Penerimaan Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap Peeningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Di Seluruh Kabupaten/ Kota Provinsi Maluku Utara.Program magister Akuntansi (MAKSI) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sam Ratulangi Manado. Mahmudi, 2011. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta:UII Press. Mardiasmo, 2009.Akuntansi Sektor Publik.Andi. Yogyakarta Murdiati Sri, 2010. Analisis Potensi Pendapatan Asli Daerah (PAD). Fakultas Ekonomi Universitas Pancasakti Tegal. Mahsun Mohamad, 2013. Pengukuran Kinerja Sektor Publik. BPFE. Yogyakarta Mahsun. Moh, Sulistyowati Firma dan Purwanugraha Heribertus. 2015. Akuntansi Sektor Publik. BPFE-Yogyakarta. Norma Komalig, 2014. Potensi Peningkatatan Pendapatan Asli Daerah Di Kabupaten Minahasa Tenggar. Pasca Sarjana Universitas Sam Ratulangi Manado. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia No 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah Undang-undang Republik Indonesia No. 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara. Undang-undang Republik Indonesia No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah.
151
ANALISIS KINERJA KEUANGAN DALAM PENGELOLAAN APBD PADA DINAS PENGELOLA KEUANGAN, PENDAPATAN DAN ASET (DPKPA) KABUPATEN MINAHASA SELATAN Novita Mandagi1 Jante J. Tinangon2 Jessy D.L Warongan3 1,2 FakultasEkonomi dan Bisnis, Jurusan Akuntansi Universitas Sam Ratulangi, Manado email :
[email protected] 2
[email protected] 3
[email protected] ABSTRACT The ability of a region to carry out regional autonomy as measured by financial performance area. The size of the financial performance of one of them is financial management is reflected in the Regional Budget (APBD). This study aimed to analyze the financial performance in the management of budget revenues and expenditures at the Department of Financial Management, Revenue and Assets (DPKPA). In this study the methods of analysis used is descriptive analysis. Data analysis was performed by using financial ratio analysis area and the results are described / portrayed on how the analysis of the financial performance in the management of budget revenues and expenditures at the Department of Financial Management, Revenue and Assets of 2011-2014. The results showed that the ratio of independence included in the category of low, the ratio of the degree of decentralization included in the category of low, level of local financial activities included in the category of low, effective ratio shows the financial performance increased, and the level of efficiency is categorized still less efficient. South Minahasa District Government should optimize regional revenue collection and also perform priorities in budgetary spending in the area. Keywords : financial performance, budget revenue and expenditure, financial management
PENDAHULUAN Latar Belakang Pemerintahan merupakan suatu organisasi yang diberi kekuasaan untuk mengatur kepentingan Bangsa dan Negara. Lembaga Pemerintah dibentuk umumnya untuk menjalankan aktivitas layanan terhadap masyarakat luas dan sebagai organisasi nirlaba yang mempunyai tujuan bukan mencari keuntungan tetapi untuk menyediakan layanan dan kemampuan meningkatkan pelayanan tersebut dimasa yang akan datang. Dalam rangka desentralisasi dibentuk dan disusun pemerintah provinsi dan pemerintah kota yang diberikan kewenangan untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sebagai perwujudan otonomi daerah. Disamping itu, adanya tuntutan terhadap penciptaan kondisi perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah yang rasional dan proporsional juga menjadi dasar pentingnya penyelenggaraan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal.Tujuan dari pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiscal adalah untuk meningkatkan kemandirian dan mengurangi ketergantungan fiskal pemerintah daerah terhadap pemerintah pusat. Rahardjo (2011:3), otonomi yang diberikan kepada daerah kabupaten dan kota dilaksanakan dengan memberikan kewenangan yang luas, nyata dan bertanggung jawab kepada pemerintah daerah 152
secara proporsional dan pemanfaatan sumberdaya nasional yang berkeadilan, serta perimbangan keuangan pusat dan daerah. Otonomi Daerah merupakan pemberdayaan dalam pengambilan keputusan secara lebih leluasa untuk mengelola sumber daya yang dimiliki sesuai dengan kepentingan, prioritas, dan potensi daerah sendiri. Dengan adanya otonomi daerah kabupaten, kota dan provinsi, maka pengelolaan keuangan sepenuhnya berada di tangan pemerintah daerah itu sendiri. Untuk mengetahui kesiapan suatu daerah dalam menghadapi otonomi daerah, maka perlu dilakukan suatu analisis terhadap kinerja pemerintah daerah dalam mengelola keuangan daerahnya demi mewujudkan tingkat kemandirian dalam era otonomi daerah.Menilai kinerja keuangan pemerintah daerah dapat dilakukan dengan cara melihat kinerjanya melalui Laporan Realisasi Anggaran. Laporan Realisasi Anggaran menggambarkan perbandingan antara anggaran dengan realisasinya dalam suatu periode pelaporan. Laporan Realisasi Anggaran juga menyediakan informasi yang beguna dalam memprediksi sumber daya ekonomi yang akan diterima untuk mendanai kegiatan pemerintah daerah dalam periode mendatang dengan cara menyajikan laporan secara komparatif. Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah merupakan rangkaian sistematik dari prosedur penyelenggara, peralatan dan elemen lain untuk mewujudkan fungsi akuntansi sejak analisis transaksi sampai dengan pelaporan keuangan dilingkungan organisasi Pemerintah Daerah. Penyusunan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) merupakan gambaran tentang penerimaan dan pengeluaran daerah selama satu tahun anggaran sehingga pada akhir tahun anggaran pemerintah daerah diwajibkan menyusun laporan keuangan sebagai bentuk pertanggungjawaban pengelolaan keuangan daerah selama satu tahun periode.Analisis rasio keuangan merupakan salah satu alat untuk menganalisis laporan keuangan dan dari analisis rasio keuangan yang dilakukan pada laporan keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Minahasa Selatan tersebut dapat dijadikan sebagai penilaian kinerja keuangan pada Pemerintah Daerah. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kinerja keuangan dalam Pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah pada Dinas Pengelola Keuangan, Pendapatan dan Aset (DPKPA) Kabupaten Minahasa Selatan. TINJAUAN PUSTAKA Akuntansi adalah sistem informasi yang mengidentifikasi, mencatat dan mengkomunikasikan peristiwa ekonomi dari suatu organisasi kepada pihak yang memiliki kepentingan. Weygandt, Kimmel & Kieso (2011:7). Akuntansi Pemerintah adalah bidang akuntansi yang berkaitan dengan lembaga pemerintahan dan lembaga yang tidak betujuan mencari laba. Fungsi akuntansi pemerintahan lebih ditekankan pada pencatatan pelaksanaan anggaran negara serta pelaporan realisasinya. Standar Akuntansi Pemerintahan Akuntansi pemerintahan sendiri memiliki standar tersendiri yaitu Standar Akuntansi Pemerintahan. Menurut Permendagri No. 64 tahun 2013 pasal 1 ayat 3 menyatakan standar akuntansi pemerintahan yang selanjutnya disingkat SAP adalah prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan pemerintah.
153
Kedudukan Standar Akuntansi Pemerintahan Standar akuntansi pemerintahan ditetapkan dengan peraturan pemerintah yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. Adapun kedudukan SAP yang dinyatakan oleh Bastian (2010:139) sebagai berikut: 1. Sesuai dengan UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Standar Akuntansi Pemerintahan ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. 2. Setiap entitas pelaporan pemerintah pusat dan pemerintah daerah wajib menerapkan Standar Akuntansi Pemerintahan. Pada penerapannya, muncul kebutuhan akan upaya pengharmonisasian berbagai peraturan baik di Pemerintah pusat maupun di Pemerintah daerah dengan SAP. Indikator Standar Akuntansi Pemerintahan Menurut Bastian (2010:140) dan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntasi Pemerintahan, penyajian laporan keuangan terdiri sebagai berikut: 1. Basis akrual 2. Komponen laporan keuangan 3. Periode pelaporan Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah Sistem akuntansi pemerintah daerah adalah serangkaian prosedur mulai dari proses pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran, sampai dengan pelaporan keuangan, dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBD yang dapat dilakukan secara manual atau menggunakan aplikasi komputer (Nordiawan 2010:201) Sistem Pengendalian Internal Pemerintah Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah menyatakan bahwa: Sistem Pengendalian Internal adalah proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan asset Negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundangundangan. Unsur-unsur sistem pengendalian internal menurut Peraturan Pemerintah No.60 tahun 2008 adalah : 1. Lingkungan pengendalian 2. Penilaian risiko 3. Kegiatan pengendalian 4. Informasi dan komunikasi 5. Pemantauan pengendalian intern Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Laporan keuangan terutama digunakan untuk membandingkan realisasi pendapatan, belanja, transfer dan pembiayaan dengan anggaran yang telah ditetapkan, menilai kondisi keuangan, mengevaluasi efektivitas dan efisiensi suatu entitas pelaporan dan membantu menentukan ketaatannya terhadap
154
perundang-undangan (Fidelius 2013). PP No. 71 Tahun 2010 menjelaskan laporan keuangan pemerintah terdiri dari : 1. Laporan Realisasi Anggaran 2. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih 3. Laporan Operasional 4. Neraca 5. Laporan Arus Kas 6. Laporan Perubahan Ekuitas 7. Catatan Atas Laporan Keuangan. Kinerja Keuangan Kinerja Keuangan merupakan gambaran dari pencapaian keberhasilan perusahaan dapat diartikan sebagai hasil yang telah dicapai atas berbagai aktivitas yang telah dilakukan. Dapat dijelaskan bahwa kinerja keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan dengan menggunakan aturan-aturan pelaksanaan keuangan secara baik dan benar (Fahmi,2012:2). Selanjutnya dalam kaitannya dengan pemerintah daerah, Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah adalah keluaran atau hasil dari kegiatan atau program yang akan atau telah dicapai sehubungan dengan penggunaan anggaran daerah dengan kualitas dan kuantitas yang terukur, kemampuan daerah dapat diukur dengan menilai efisiensi atas pelayanan yang diberikan kepada masyarakat (Sumarjo,2010). Pengelolaan Keuangan Daerah Dalam ketentuan umum pada PP Nomor 58 Tahun 2005, Pengelolaan Keuangan Daerah adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan dan pertanggungjawaban, pengawasan daerah. Pengelolaan keuangan daerah dalam hal ini mengandung beberapa kepengurusan dimana kepengurusan umum atau yang sering disebut pengurusan administrasi dan kepengurusan khusus atau juga sering disebut pengurusan bendaharwan. Dalam pengelolaan anggaran/keuangan daerah harus mengikuti prinsip-prinsip pokok anggaran sektor publik. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah adalah suatu rencana keuangan tahunan daerah yang ditetapkan berdasarkan peraturan daerah tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (UU No. 23 Tahun 2014). Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah atau juga dikenal dengan Anggaran Daerah adalah suatu bentuk kongkrit rencana kerja keuangan daerah yang komprenhensif yang mengakibatkan penerimaan dan pengeluaran pemerintah daerah yang dinyatakan dalam bentuk uang untuk mencapai tujuan atau target yang direncanakan dalam jangka waktu tertentu dalam satu tahun anggaran. Rahardjo (2011 : 50). Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) menurut Rahayu (2010: 293) merupakan wujud pengelolaan keuangan daerah yang setiap tahunnya ditetapkan dengan Peraturan Daerah. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah terdiri atas: 1. Anggaran Pendapatan Daerah 2. Anggaran belanja daerah 3. Pembiayaan Daerah Konsep Analisis Rasio Keuangan Menurut Mahmudi (2010,88) analisis rasio keuangan merupakan perbandingan antara dua angka yang datanya dari elemen laporan keuangan.Analisis rasio keuangan dapat digunakan untuk 155
mengintepretasikan perkembangan kinerja dari tahun ke tahun dan membandingkannya dengan kinerja organisasi lain yang sejenis. Analisis rasio keuangan pada APBD dilakukan dengan cara membandingkan hasil yang dicapai oleh suatu daerah dari satu periode terhadap periode sebelumnya, sehingga dapat diketahui bagaimana kecenderungan yang terjadi. Sedangkan menurut Harahap (2010:297) Analisis Rasio Keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan. Dalam penelitian ini, pengukuran kinerja keuangan daerah dilakukan dengan menggunakan rasio-rasio sebagai berikut: Konsep Kemandirian Keuangan Daerah Rasio Kemandirian menggambarkan ketergantungan daerah terhadap sumber dana ekstern. Rasio kemandirian juga menggambarkan tingkat partisipasi masyarakat dalam pembangunan daerah. Semakin tinggi rasio kemandirian, semakin tinggi partisipasi masyarakat dalam membayar pajak dan retribusi daerah yang merupakan komponen utama pendapatan asli daerah. Semakin tinggi masyarakat membayar pajak dan retribusi daerah akan menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat yang semakin tinggi (Mahmudi, 2010: 140). Dengan rumus sebagai berikut: Rasio Kemandirian =
Pendapatan Asli Daerah x100% Bantuan Pemerintah Pusat/Propinsi dan Pinjaman
Konsep Derajat Desentralisasi Derajat desentralisasi dihitung berdasarkan perbandingan antara jumlah Pendapatan Asli Daerah (PAD) dengan total penerimaan daerah. Rasio ini menunjukkan derajat kontribusi PAD terhadap total penerimaan daerah. Semakin tinggi kontribusi PAD, maka semakin tinggi kemampuan pemerintah daerah dalam penyelenggaraan desentralisasi (Mahmudi, 2010:169). Rasio Derajat Desentralisasi menunjukkan kewenangan dan tanggung jawab yang diberikan pemerintah pusat kepada pemerintah daerah untuk menggali dan mengelola pendapatan. Rasio Derajat Desentralisasi dapat dirumuskan sebagai berikut: Derajat Desentralisasi =
Pendapatan Asli Daerah x 100% Total Pendapatan Daerah
Konsep Aktivitas Keuangan Daerah Rasio ini menggambarkan bagaimana pemerintah daerah memprioritaskan alokasi dananya pada belanja rutin/belanja operasi dan belanja pembangunan/ belanja modal secara optimal. Semakin tinggi presentase dana yang dialokasikan untuk belanja rutin berarti persentase belanja investasi (belanja pembangunan) yang digunakan untuk menyediakan sarana prasarana ekonomi masyarakat cenderung semakin kecil. rasio belanja pembangunan yang relatif masih kecil perlu ditingkatkan sesuai dengan kebutuhan pembangunan di daerah (Halim dalam Lutfia 2011). Dengan rumus sebagai berikut: Belanja Pembangunan terhadap APBD= Total Belanja Pembangunan x100% Total APBD Konsep EfektivitasKeuangan Daerah Rasio efektivitas menggambarkan kemampuan pemerintah daerah dalam merealisasikan pendapatan asli daerah yang direncanakan dibandingkan dengan target yang ditetapkan berdasarkan potensi riil daerah. Kemampuan daerah dikategorikan efektif apabila rasio yang dicapai mencapai minimal sebesar 1 (satu) atau 100 persen. Namun demikian semakin tinggi rasio efektifitas, menggambarkan kemampuan daerah yang semakin baik. Guna memperoleh ukuran yang lebih baik, rasio
156
efektifitas tersebut perlu dipersandingkan dengan rasio efisiensi yang dicapai pemerintah daerah. (Mahmudi, 2010: 143). Dengan rumus sebagai berikut: Rasio Efektifitas =
Realisasi Penerimaan x100% Target Penerimaan
Konsep Efisiensi Keuangan Daerah Efisiensi berhubungan erat dengan konsep produktivitas. Pengukuran efisiensi dilakukan dengan menggunakan perbandingan antara output yang dihasilkan terhadap input yang digunakan(cost of output). Proses kegiatan operasional dapat dikatakan efisien apabila suatu produk atau hasil kerja tertentu dapat dicapai dengan penggunaan sumber daya dan dana yang serendah-serendahnya (spending well). (Mardiasmo,2009:132). Sedangkan menurut (Raharjo 2011:169)dalam buku Pengelolaan dan Pendapatan Anggaran Daerah mengemukakan bahwa efisiensi merupakan suatu kondisi atau keadaan, dimana penyelesaian suatu pekerjaan dilaksanakan dengan benar dan dengan penuh kemampuan yang dimiliki.Dengan rumus sebagai berikut: Rasio Efisiensi = Pengeluaran x100% Realisasi Penerimaan Penelitian Terdahulu Saputra (2016) dalam penelitian ini berjudul Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah Di Kabupaten Jembrana. Tujuan dalam penelitian ini untuk mengetahui sejauh mana tingkat kinerja keuangan dalam pengelolaan APBD Di Kabupaten Jembrana. Metode yang digunakan adalah deskriptif. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa tingkat dilihat dari rasio derajat desentralisasi termasuk dalam kategori sangat kurang, dilihat dari rasio kemandirian keuangan daerah termasuk dalam kategori rendah sekali.Yuliana(2013) dalam penelitian yang berjudul Analisis Kinerja Anggaran Pendapatan Dan Belanja (APBD)Ditinjau Dari Rasio Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Sragen. Bertujuan untukmengetahui kinerja pada APBD dengan menggunakan Rasio Keuangan. Metode yang digunakan adalah Deskriptif.Hasil penelitian menunjukkan rasio keuangan pada APBD PemerintahDaerah Kabupaten Sragen tahun 2010-2012 dapat disimpulkan bahwa kinerjasudah baik. METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Adapun jenis Penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif yaitu, penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih (independen) atau menghubungkan dengan variabel yang lain. Sugiyono (2012: 13). Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian dilakukan pada Dinas Pengelola Keuangan, Pendapatan dan Aset (DPKPA) Kabupaten Minahasa Selatan dengan alamat Jln. Trans Sulawesi, Kelurahan Pondang, Lingkungan XII. Waktu pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan Februari sampai Mei 2016. Prosedur penelitian Prosedur/langkah-langkah penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Mengumpulkan gambaran umum dan permasalahan yang ada mengenai Kinerja Keuangan Dalam Pengelolaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja (APBD) Pada Dinas Pengelola Keuangan, Pendapatan Dan Aset (DPKPA) Kabupaten Minahasa Selatan 157
2. Mengumpulkan data AnggaranPendapatan dan Belanja Dinas Pengelolaan Keuangan, Pendapatan dan Aset Kabupaten Minahasa Selatan. 3. Menilai kemandirian keuangan daerah dalam membiayai penyelenggaraanotonomi daerah. 4. Mengukur sejauh mana aktivitas Pemerintah Daerah dalammembelanjakan pendapatan daerahnya. 5. Mengukur efektifitas dan efisiensi dalam merealisasikan pendapatandaerah. 6. Memberikan kesimpulan dan saran sehingga dapat menjadi masukan bagi Dinas Pengelolaan Keuangan, Pendapatan dan Aset (DPKPA) Kabupaten Minahasa Selatan Jenis Data Kuantitatif, yaitu data yang berbentuk angka (bilangan). Sesuai kriterianya, data kuantitatif bisa diolah atau dianalisis memakai teknik perhitungan statistika (matematika). Sumber Data Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data primer yaitu melakukan penelitian langsung pada Dinas Pengelola Keuangan, Pendapatan dan Aset (DPKPA) dan sumber data sekunder untuk memperoleh dokumentasi. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara dilakukan dengan tanya jawab serta diskusi langsung dengan pihak Dinas Pengelola Keuangan, Pendapatan dan Aset (DPKPA) Kabupaten Minahasa Selatan. Selanjutnya observsi yaitu dengan melakukan pengamatan dan pengumpulan data secara langsung pada (DPKPA) Kabupaten Minahasa Selatan. Dan dokumentasi yaitu dengan cara mempelajari dokumen, bukti-bukti atau catatan yang berhubungan dengan data yang diperlukan. Metode Analisis Metode analisis yang digunakan untuk menganalisa hasil penelitian ini adalah dengan analsis deskriptif kuantitatif, dengan rasio keuangan pada Dinas Pengelola Keuangan, Pendapatan dan Aset (DPKPA) Kabupaten Minahasa Selatan tahun 2011 sampai dengan tahun 2014 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Penelitian ini akan membahas bagaimana kinerja keuangan dalam pengelolaan APBD pada Dinas Pengelola Keuangan, Pendapatan dan Aset (DPKPA) Kabupaten Minahasa Selatan tahun anggaran 2011sampai 2014. Rasio Kemandirian Dari perhitungan Kemandirian Keuangan Daerah dengan menggunakan rasio perbandingan antara Bantuan Pemerintah Pusat/Propinsi dan Pinjaman dengan pendapatan asli daerah Dinas Pengelola Keuangan, Pendapatan dan Aset (DPKPA) Kabupaten Minahasa Selatan.
158
Tabel 1. Kemandirian Tahun PAD Bantuan Pemerintah Pusat/PropinsiPersentase (Rp) dan Pinjaman (Rp) 2011 2012 2013 2014
9.407.280.004,00 10.620.087.945,00 14.406.092.809,00 26.137.234.620,00
506.484.072.253,00 526.709.559.627,00 518.402.298.599,00 654.665.686.881,00
1,85% 2,30% 2,70% 3,90%
Sumber : Data Olahan 2016 Berdasarkan perhitungan diatas, dapat dilihat bahwa tingkat Kemandirian keuangan daerah (DPKPA) Kabupaten Minahasa Selatan pada tahun 2011 berada pada tingkat 1,85%, tahun 2012 berada pada tingkat 2,30%, tahun 2013 berada pada tingkat 2,70% , dan pada tahun 2014 berada pada tingkat 3,90%,Dengan demikian dapat diberikan penilaian dengan menggunakan kriteria kinerja keuangan maka tingkat kemandirian keuangan daerah DPKPA Kabupaten Minahasa Selatan berada pada tingkat 0-25% berada pada kategori Rendah Sekali. Rasio Derajat Desentralisasi Dari perhitungan Derajat Desentralisasi Pengelolaan Keuangan Daerah dengan menggunakan rasio perbandingan antara Pendapatan Asli Daerah dengan Total Pendapatan Daerah DPKPA Kabupaten Minahasa Selatan. Tabel 2. Derajat Desentralisasi Tahun PAD (Rp)Total Pendapatan Daerah (Rp) Persentase 2011 2012 2013 2014
9.407.280.004,00 10.620.087.945,00 14.406.092.809,00 26.137.234.620,00
515.891.352.257,00 537.329.647.572,00 604.614.969.408,00 684.371.721.501,00
1,82% 1,90% 2,38% 3,81%
Sumber : Data Olahan 2016 Berdasarkan perhitungan diatas, maka tingkat Derajat Desentralisasi keuangan daerah (DPKPA) Kabupaten Minahasa Selatan pada tahun 2011 berada pada tingkat 1,82%, tahun 2012 berada pada tingkat 1,90%, tahun 2013 berada pada tingkat 2,38% , dan pada tahun 2014 berada pada tingkat 3,81%,Dengan demikian dapat diberikan penilaian dengan menggunakan kriteria kinerja keuangan maka tingkat Desentralisasi keuangan daerah DPKPA Kabupaten Minahasa Selatan berada pada tingkat 0-25% berada pada kategori Rendah Sekali. Rasio Aktivitas Dari perhitungan Aktivitas Keuangan Daerah dengan menggunakan rasio perbandingan antara Total Belanja Pembangunan dengan Total Pendapatan Daerah (DPKPA) Kabupaten Minahasa Selatan. Tabel 3. Aktivitas TahunTotal Belanja PembangunanTotal Pendapatan DaerahPersentase 2011 2012 2013 2014
84.390.024.651,00 107.544.472.940,00 102.467.563.469,00 132.953.173.803,00
515.891.352.257,00 537.329.647.572,00 604.614.969.408,00 684.371.721.501,00
16,35% 20,01% 16,94% 19,42%
Sumber : Data Olahan 2016 Dari hasil perhitungan diatas, maka Aktivitas keuangan daerah DPKPA Kabupaten Minahasa Selatan pada tahun 2011 berada pada tingkat 16,35%, tahun 2012 berada pada tingkat 20,01%, tahun 2013 berada pada tingkat 16,94% , dan pada tahun 2014 berada pada tingkat 19,42%. Berada pada kategori tingkat 0-25% keatas. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat Aktivitas keuangan daerah DPKPA Kabupaten Minahasa Selatan Rendah Sekali. 159
Efektivitas Perhitungan Efektivitas menggambarkan kemampuan pemerintah daerah dalam merealisasikan Pendapatan Asli Daerah yang direncanakan dibandingkan dengan target yang dietapkan berdasarkan potensi riil daerah. Semakin tinggi Rasio Efektivitas , menggambarkan kemapmpuan daerah yang semakin baik. Tabel 4. Tingkat Efektivitas Keuangan Tahun Realisasi PenerimaanTarget PenerimaanRasio Efisiensi 2011 Rp.515.891.352.257,00 Rp.519.322.927.489,00 99,33% 2012 Rp.537.329.647.572,00 Rp.535.044.213.864,00 100,42% 2013 Rp.604.614.969.408,00 Rp.601.087.914.509,00 100,58% 2014 Rp.684.371.721.501,00 Rp.690.625.976.980,00 99,94% Sumber : Data Olahan 2016 Untuk mengetahui Rasio Efektivitas. Pada kolom pertama mencantumkan tahun anggaran yaitu tahun 2011 sampai 2014 dan pada kolom kedua dan ketiga adalah Target dan Realisasi yang merupakan Target Penerimaan PAD dan Realisasi Penerimaan PAD. Secara keseluruhan, rata-rata tingkat efektivitaskeuangan daerah pada DPKPA Kabupaten Minahasa Selatan tahun anggaran 2011 sampai 2014 pada persentase 100,42% dan dinyatakan sangat efektif. Hal ini menunjukan kinerja pemerintah dalam merealisasikan pendapatan asli daerah berdasarkan potensi riil daerah dalam tahun anggran 2011-2014 sudah sangat baik. Efisiensi Efisiensi merupakan suatu pengukuran perbandingan antara realisasi pengeluaran rutin dan realisasi pendapatan dalam melaksanakan suatu pekerjaan. Semakin kecil rasio efisien, maka semakin baik, begitu pulasebaliknya. Tabel 5. Tingkat Efisiensi Keuangan Daerah Tahun Pengeluaran Rutin (Belanja) Penerimaan Rasio Efisiensi 2011 Rp.483.807.278.567,00 Rp.515.891.352.257,00 93,79% 2012 Rp.525.891.166.484,00 Rp.537.329.647.572,00 97,88% 2013 Rp.561.242.693.084,00 Rp.604.614.969.408,00 92,83% 2014 Rp.689.167.009.246,00 Rp.684.371.721.501,00 100,01% Sumber : Data Olahan 2016 Tingkat efisiensi pengelolaan keuangan daerah DPKPA Kabupaten Minahasa Selatan pada tahun 2011 berada pada tingkat 93,79%, tahun 2012 berada pada tingkat 97,88%, tahun 2013 berada pada tingkat 92,83% , dan pada tahun 2014 berada pada tingkat 100,01%. Dengan demikian dapat diberikan penilaian dengan menggunakan kriteria kinerja keuangan maka tingkat efisiensi pengelolaan keuangan daerah DPKPA Kabupaten Minahasa Selatan berada pada tingkat 90% keatas. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat efisiensi pengelolaan keuangan daerah DPKPA Kabupaten Minahasa Selatan Kurang Efisien. PENUTUP Kesimpulan Kesimpulan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Berdasarkan analisis rasio keuangan yakni rasio kemandirian menyatakan bahwa selama 4 tahun tersebut kinerja keuangan daerah DPKPA Kabupaten Minahasa Selatan belum mencapai kemandirian karena bagian dana dari pihak eksternal masih mendominasi perolehan pendapatan daerah dan dilihat dari trend presentase kemandirian keuangan DPKPA Kabupaten Minahasa Selatan kinerja keuangan daerah dikategorikan rendah sekali. Hal ini menggambarkan ketergantungan daerah terhadap pusat sangat tinggi. 160
2. 3.
4.
5.
Kinerja pendapatan dilihat dari analisis rasio keuangan yaitu dari derajat desentralisasi DPKPA Kabupaten Minahasa Selatan masih rendah dan masih cenderung menurun. Untuk rasio aktivitas kinerja keuangan dari Pemerintah Kabupaten Minahasa Selatan selama 4 tahun tersebut dalam hal pengeluaran untuk belanja modal/ belanja pembangunan dikategorikan rendah sekali Tingkat efektivitas pengelolaan keuangan DPKPA Kabupaten Minahasa Selatan dari tahun 20112014 rata-rata diatas 100%. Hal ini berarti bahwa pengelolaan keuangan daerah Dinas Pengelola Keuangan, Pendapatan dan Aset Kabupaten Minahasa Selatan sangat efektif. Tingkat efisiensi pengelolaan keuangan daerah DPKPA Kabupaten Minahasa Selatan dengan menggunakan rumus, yaitu rasio perbandingan dan diberikan penilaian dengan menggunakan kriteria penilaian, maka tingkat efisiensi pengelolaan keuangan daerah Dinas Pengelola Keuangan, Pendapatan dan Aset Kabupaten Minahasa Selatan dari tahun 2011-2014 kurang efisien. Hal ini dikarenakan pengeluaran daerah masih tinggi dibandingkan total penerimaan daerah.
Saran Saran yang dapat diberikan adalah: 1. Agar Pemerintah Kabupaten Minahasa Selatan dapat meningkatkan dan mengoptimalkan perolehan sumber-sumber PAD serta peningkatan SDM aparat yang terkait dengan perolehan PAD dan juga Pemerintah Kabupaten Minahasa Selatan harus dapat bertindak sekaligus bersikap efesien dan efektif. 2. Dalam rangka menghadapi otonomi daerah khususnya mempersiapkan sumber daya manusia, baiknya Kabupaten Minahasa Selatan dapat lebih mengatur penerimaan daerah agar bisa menyesuaikan dengan pengeluaran rutin sehingga pengelolaan keuangan daerah Dinas Pengelola Keuangan, Pendapatan dan Aset Kabupaten Minahasa Selatan bisa diatur dan efisien. 3. Disarankan kepada pembaca lain atau peneliti lain untuk dapat mengembangkan penelitian yang berhubungan dengan pengelolaan keuangan daerah. DAFTAR PUSTAKA Bastian, Indra. 2010. Akuntansi Sektor Publik Suatu Pengantar. Edisi Ketiga. Penerbit Erlangga. Jakarta Fahmi, Irham. 2012. Analisis Laporan Keuangan. Cetakan kedua. Bandung. Alfabeta Hendro, Sumarjo. 2010. Pengaruh Karakteristik Pemerintah Daerah Terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah. Skripsi. Universitas Sebelas Maret Surakarta. Harahap, Sofian Safri. 2010. Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan. Jakarta. Rajawali Persada Halim, Abdul (2012). Akuntansi Sektor Publik Akuntansi Keuangan Daerah. Edisi ke 4. Penerbit Salemba Empat. Jakarta Mahmudi,2010.Manajemen Keuangan Daerah,Jakarta, Penerbit Erlangga. Mardiasmo. 2009. Akuntansi Sektor Publik. Andi. Yogyakarta. Nordiawan,dkk. 2010. Akuntansi Sektor Publik . Edisi 2.Jakarta. Selemba Empat Pemerintah Republik Indonesia. Permendagri No. 64 tahun 2013 pasal 1 ayat 3 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. Jakarta. Peraturan Pemerintah (PP) Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 2008 tentang SistemPengendalian Intern Pemerintah. Peraturan Pemerintah (PP). Republik Indonesia. Nomor 58 Tahun 2005, Pengelolaan Keuangan Daerah. Jakarta Pemerintah Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Jakarta. RahardjoAdisasmita, 2011. Pengelolaan Pendapatan Dan Anggaran Daerah. Cetakan Pertama, Yogyakarta, Penerbit Graha Ilmu Rahayu, Ani Sri 2010. Pengantar Kebijakan Fiskal. Jakarta. Bumi Aksara 161
Saputra .2016. Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah Di Kabupaten Jembranatahun 2010 – 2014. Skripsi. e-Journal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Manajemen (Volume 4 Tahun 2016) Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D,Bandung.Alfabeta Weygandt, Kimmel & Kieso 2011. Financial accounting FIRS Edition. Hoboken: John Wiley & Son Yuliana. 2013. Analisis Kinerja Anggaran Pendapatan Dan Belanja (APBD) Ditinjau Dari Rasio Keuangan Di Kabupaten Sragen. Jurnal Akuntansi.Universitas Muhammadiyah Surakarta.
162
EFEKTIFITAS PENERAPAN PENGENDALIAN INTERN (INTERNAL CONTROL) TERHADAP PENGUKURAN KINERJA DINAS PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN MINAHASA TENGGARA PROVINSI SULAWESI UTARA Pancisto Patik Jantje Tinangon Victorina Z. Tirayoh Fakultas Ekonomi Dan Bisnis, Jurusan Akuntansi Universitas Sam Ratulangi, Manado Email :
[email protected] [email protected] [email protected]
ABSTRACT The system of internal control is a process that is integral to the actions and activities carried out on an ongoing basis by management and all employees to provide reasonable assurance on the achievement of organizational goals through effective and efficient, the reliability of financial statements, safeguarding state assets, and compliance with laws -invitation. The purpose of this study was to determine the effectiveness of the implementation of internal control of the performance of the Department of Revenue Southeast Minahasa Regency. This research method is descriptive research. Based on the results of research and discussion can be seen that the Internal Control System (Internal Control) on the performance of the Department of Revenue Southeast Minahasa Regency North Sulawesi province has been run "effective" because it was done separation of duties and responsibilities are clear, the forms that were used in the reception area already contains information that is reliable, and the achievement of revenue targets revenue in 2015 has been effective, while the main tasks in the organization are based on Government Regulation No. 60 of 2008 concerning the Government Internal Control System (SPIP) is adequate. Keyword: PAD Admission Control Procedures and Control Organization Department of Revenue Southeast Minahasa Regency. PENDAHULUAN Latar belakang Perkembangan perusahaan baik milik negara maupun swasta selaku pelaku ekonomi telah terorganisir dan tidak terlepas dari hukum ekonomi dan prinsip dasar perusahaan pada umumnya. Dengan perkembangan perusahaan di era globalisasi ini semakin mempertajam adanya persaingan sehingga memerlukan adanya pemikiran yang kritis dalam pengelolaan sumber dana dan daya yang ada. Perusahaan dituntut untuk selalu profesional dalam menjalankan kegiatan operasionalnya agar dapat bersaing dengan para pesaingnya dengan menjalankan pengendalian (control) yang baik dalam organisasinya agar tercipta kegiatan operasional perusahaan yang efisien dan efektif.Karyawan dan manajer juga dituntut untuk melakukan pekerjaanya secara profesional sehingga perusahaan dapat berjalan dan bertahan ditengah ketatnya persaingan.Dalam berbagai hal karyawan dan manager mempunyai keterbatasan untuk melakukan kesalahan sehingga dibutuhkan sebuah sistem yang dapat berfungsi sebagai alat pengendalian, pengawasan dan pengevaluasian terhadap aktivitas usaha agar tidak terjadi penyelewengan yang mengakibatkan kerugian bagi perusahaan.Salah satu permasalahan yang sering terjadi pada perusahaan baik milik negara maupun swasta dalam melaksanakan internal control atau pengawasan internal adalah pengawasan tersebut tidak sesuai dengan pedoman tujuan dan unsur yang terdapat dalam internal control.Dinas Pendapatan Daerah (DISPENDA) Kabupaten Minahasa Tenggara adalah objek yang diambil dalam penelitian ini.
163
Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Minahasa Tenggara adalah instansi yang berada dibawah Pemerintahan Kabupaten Minahasa Tenggara, yang memiliki tugas dantanggung jawab dalam pemungutan pendapatan daerah melalui pengkoordinasian dan pemungutan pajak, retribusi, bagi hasil pajak, dana perimbangan dan lain sebagainya. Untuk menjalankan tugas pokok dan fungsi Dispenda Kabupaten Minahasa Tenggara tersebut diperlukan adanya Sistem Pengendalian Internal (Internal Control Systems) yang baik. Salah satu unsur Sistem Pengendalian Internal pada Dispenda Kabupaten Minahasa Tenggara yaitu unsur struktur organisasi yang sebaiknya memisahkan fungsi operasional, penerimaan, penyimpanan, dan pencatatan, agar dengan pemisahan fungsi tersebut dapat menghindari kecurangan operasional guna peningkatan pendapatan daerah. Memperhatikan tugas pokok dari Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Minahasa Tenggara antara lain: meningkatkan kualitas sumber daya aparatur dan organisasi, meningkatkatkan kesadaran wajib pajak, meningkatkan kualitas dan pengelolaan pendapatan daerah. Dengan demikian Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Minahasa Tenggara harus bisa mengoptimalkan pengawasan internal guna mencapai tujuan dalam pelaksanaan tugas pokok tersebut secara efektif dan efisien, sehingga dapat terwujud otonomi daerah yang nyata dan bertanggung jawab. Tujuan Penelitan Untuk mengetahui bagaimana sistem pengendalian intern pada Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Minahasa Tenggara telah berjalan efektif.
TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Akuntansi Pengertian akuntansi menurut Ismail (2010:2), akuntansi dapat diartikan sebagai seni dalam melakukan pencatatan, penggolongan, dan pengikhtisaran, yang mana hasil akhirnya tercipta sebuah seluruh aktivitas keuangan perusahaan.Tujuan akuntansi yang digambarkan dalam laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi yang bermanfaat untuk pengambilan keputusan para pemakai. Pengertian Akuntansi Pemerintahan Menurut Indra Bastian (2010:138) akuntansi pemerintahan adalah prinsip-prinsip akuntansi yang ditetapkan dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan pemerintah.Menurut Abdul Halim & Syam Kusufi (2008) akuntansi sektor publik adalah suatu proses pengidentifikasian, pengukuran, pencatatan, dan pelaporan transaksi ekonomi (keuangan) dari suatu organisasi atau entitas publik seperti pemerintah, lembaga swadaya masyarakat (LSM), dan lain-lain yang dijadikan sebagai informasi dalam rangka mengambil keputusan ekonomi oleh pihak-pihak yang membutuhkan. Teori Efektivitas Kata efektif berasal dari bahasa inggris yaitu effective yang berarti berhasil, atau sesuatu yang dilakukan berhasil dengan baik.Menurut Nordiawan & Hertianti (2010:161), efektivitas menunjukkan kesuksesan atau kegagalan dalam pencapaian tujuan sebuah kegiatan/kebijakan dimana ukuran efektivitas merupakan refleksi output. Jadi, efektivitas adalah ukuran untuk mengetahui tingkat keberhasilan kegiatan/aktivitas organisasi dalam pencapaian tujuan Pengertian Internal Control COSO (2013:3) mendefinisikan pengendalian internal sebagai berikut:“Internal control is a process, effected by an entity’s board of directors, manage-ment, and other personnel, designed to provide reasonable assurance regarding the achievement of objectives relating to operations, reporting, and compliance”. Menurut Yadyana (2009) pengendalian intern adalah suatu proses dari aktivitas operasional organisasi dan merupakan bagian integral dari proses manajemen, seperti perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian.
164
Tujuan Internal Control Menurut Mulyadi (2010:163) “Tujuan Sistem Pengendalian Internal” adalah : 1. Menjaga kekayaan organisasi. 2. Mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi. 3. Mendorong efesiensi. 4. Mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen. Unsur-unsur Pengendalian Internal Control Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) adalah Sistem Pengendalian Intern yang harus diselenggarakan secara menyeluruh di lingkungan pemerintah pusat dan pemerintah daerah.Penyelenggaraan SPIP harus dilakukan secara menyeluruh dan terintegrasi dengan kegiatan operasional unit organisasi.Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008, Struktur Pengendalian Intern terdiri atas lima (5) unsur atau elemen yaitu: 1. Lingkungan Pengendalian 2. Penilaian Resiko 3. Kegiatan Pengendalian 4. Informasi dan Komunikasi 5. Pemantauan Pengendalian Intern Pengertian Kinerja Secara etimologis, kinerja adalah sebuah kata yang dalam bahasa Indonesia berasal dari kata dasar “kerja” yang menerjemahkan kata dari bahasa asing prestasi, bisa pula berarti hasil kerja. Sehingga pengertian kinerja dalam organisasi merupakan jawaban dari berhasil atau tidaknya tujuan organisasi yang telah ditetapkan.Menurut Moeheriono (2009:60) kinerja merupakan gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu program kegiatan atau kebijakan dalam mewujudkan sasaran, visi, misi organisasi yang dituangkan melalui perencanaan strategis suatu organisasi. Pengertian Pendapatan Asli Daerah Pengertianpendapatan asli daerah berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan Daerah Pasal 1ayat 18 bahwa “Pendapatan asli daerah, selanjutnya disebut PAD adalah pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan”. Menurut Azmi Hanif, dkk (2014)Pendapatan asli daerah adalah bagian dari pendapatan daerah yang bersumber dari potensi daerah itu sendiri yang dipungut berdasarkan peraturan daerah tersebut sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sumber-sumber pendapatan asli daerah Dalam upaya memperbesar peran pemerintah daerah dalam pembangunan, pemerintah daerah dituntut untuk lebih mandiri dalam membiayai kegiatan operasionah rumah tangganya.Berdasarkan hal tersebut dapat dilihat bahwa pendapatan daerah tidak dapat dipisahkan dengan belanja daerah, karena adanya saling terkait dan merupakan satu alokasi anggaran yang disusun dan dibuat untuk melancarkan roda pemerintahan daerah.Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah mengisyaratkan bahwa Pemerintah Daerah dalam mengurus rumah tangganya sendiri diberikan sumber-sumber pendapatan atau penerimaan keuangan Daerah untuk membiayai seluruh aktivitas dalam rangka pelaksanaan tugas-tugas pemerintah dan pembangunan untuk kesejahteraan masyarakat secara adil dan makmur. Penelitian Terdahulu SabinaDineshkumar, Priya Kogulacumar (2011) dengan judul Internal Control System and its impact on the Performance of the Sri Lanka Telecom limited in Jaffna District. Tujuan dari penelitian ini untukmempelajari sejauh mana sistem kontrol internal berpengaruh padakinerja perusahaan Telekomunikasi terbatas Sri Lanka di wilayah Jaffna.Metode penelitian yang digunakan metode deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan adahubungan yang kuat antara sistem pengendalian internal dankinerja perusahaan telekomunikasi terbatas Sri Lanka di wilayah Jaffna,serta internal kontrol jugaakan mengakibatkan kinerja organisasi yang tinggi dimasa depan.
165
Vetty Panjaitan (2015) dengan judul Pengaruh Pengendalian Intern, Kompetensi Sumberdaya Manusia, Komitmen Organisasi dan Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Bagian Keuangan Pada SKPD Kota Dumai.Tujuan dari penelitian ini untuk menguji pengaruh pengendalian intern, pengaruh kompetensi sumber daya manusia, pengaruh komitmen organisasi, dan pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja bagian keuangan di pemerintah Kota Dumai.Metode penelitian yang digunakan metode analisis data, yaitu uji kualitas data dan uji asumsi klasik.Hasil penelitian membuktikan bahwa variabel pengendalian intern, kompetensi sumber daya manusia, komitmen organisasi berpengaruh terhadap kinerja SKPD bagian keuangan, serta budaya organisasi tidak berpengaruh terhadap kinerja SKPD bagian keuangan. Rina Tresmawati (2012) dengan judul Pengaruh Efektifitas Pengendalian Intern Terhadap Kinerja Instansi Pemerintah Di Dinas Pendapatan Daerah Kota Bandung.Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui seberapa besar pengaruh efektifitas pengendalian intern terhadap kinerja Instansi pemerintah Kota Bandung.Metode penelitian yang digunakan metode deskriptif analitis.Hasil penelitian menyatakan bahwa pengendalian internal mempunyai pengaruh positif terhadap kinerja pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Bandung. Lissa Talib (2011) dengan judul Efektifitas Penerapan Pengendalian Intern (Internal Kontrol) Terhadap Kinerja Dinas Pendapatan Daerah Di Kota Manado.Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui efektifitas internal kontrol dan untuk peranan internal kontrol dalam menunjang efektifitas pada kinerja Dinas Pendapatan Daerah di Kota Manado.Metode yang digunakan metode deskriptif.Hasil penelitian diperoleh gambaran mengenai efektifitas penerapan pengendalian internal dan efektifitas penerimaan pajak daerah. Cindy Bawiling (2015) dengan judul Evaluasi Penerapan Sistem Pengendalian Internal Pengeluaran Kas Pada Kantor Pengadilan Agama Tondano.Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui dan mengevaluasi kesesuaian sistem pengendalian internal pengeluaran kas yang diterapkan pada Kantor Pengadilan Agama Tondano dengan mekanisme pelaksanaan pembayaran atas beban anggaran belanja negara dalam konsep pengendalian internal menurut sistem akuntansi.Metode yang digunakan metode analisis deskriptif komporatif.Hasil penelitian diperoleh bahwa secara umum, sistem pengendalian internal terhadap pengeluaran kas yang dilakukan oleh Kantor Pengadilan Agama Tondano telah berlangsung dengan baik sesuai dengan peraturan yang berlaku.
METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif.Menurut Arikunto (2010: 3) Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk menyelidiki keadaan, kondisi atau hal lain-lain yang sudah disebutkan, yang hasilnya dipaparkan dalam bentuk laporan penelitian. Jenis Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif.Data kualitatif yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah sejarah Pendapatan Asli Daerah khususnya Kabupaten Minahasa Tenggara dan efektifitas dari internal control terhadap pelaksanaan administrasi pendapatan asli daerah. Sumber Data Sumber data terdiri atas: 1. Data Primer adalah data yang diperoleh dengan melakukan survey lapangan yang menggunakan semua metode pengumpulan data original. 2. Data Sekunder adalah data yang dikumpulkan oleh lembaga pengumpulan data dan dipublikasikan kepada masyarakat pengguna data.
166
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.Data primer yang dibutuhkan merupaka data olahan dan diperoleh langsung dari DISPENDA, dan data sekunder merupakan data yang diambil dari bahan pustaka. Teknik Pengumpulan Data Dalam melengkapi hasil penelitian ini, maka penulis melakukan pengumpulan data dengan cara melakukan wawancara terhadap pegawai DISPENDA (Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Minahasa Tenggara), pengamatan lewat jasa internet, serta di perpustakaan, buku dan sumber-sumber lain yang relevan dengan data yang dibutuhkan. Metode Analisis 1. Melakukan perbandingan antara Sistem Pengendalian Intern Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 dengan Sistem Pengendalian Intern yang ada dalam Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Minahasa Tenggara. 2. Menguji ketaatan aturan Sistem Pengendalian Intern dalam melaksanakan sistem dan prosedur penerimaan pajak daerah, formulir yang digunakan, dan pemisaha tugas. 3. Menguji efektivitas sistem pengendalian internal pada penerimaan pendapatan asli daerah.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Prosedur Penerimaan Pendapatan Asli Daerah Tabel 4.3 Prosedur Penerimaan Pajak Hotel dan Restoran No Pelaksana Langkah Keterangan 1.
2. 3.
Wajib Pajak
Pendataan Administrasi
1
Mengambil formulir pendaftaran disediakan oleh DISPENDA
2
Mengisi dan melengkapi formulir pendaftaran dengan jelas, lengkap dan benar Pemeriksaan oleh petugas pendataan Dikeluarkan NPWPD berdasarkan pengisian nomor urut pendaftaran Keluar surat ketetapan pajak hotel dan restoran untuk wajib pajak Mengisi SPTD dengan jelas dan lengkap ditandatangani oleh wajib pajak atau kuasanya Mengisi surat ketetapan pajak hotel dan restoran Setelah selesai melakukan pengisian dokumendokumen yang ada, dikeluarkan nota perhitungan pajak Mengisi nota perhitungan pajak Pembayaran dilakukan secara tunai Setelah pembayaran didapat tanda bukti pembayaran, terdapat 3 (tiga) rangkap bukti pembayaran : a. Lembar 1 : Untuk Wajib Pajak b. Lembar 2 : Untuk Bidang PAD c. Lembar 3 : Untuk Bidang Pembukuan Pembayaran biasa dilakukan melalui bank dengan mempersiapkan deposit slip Pembayaran secara tunai dan lunas dengan mendapat bukti penyetoran dari bank
3 4 5 6 7 8
4.
Bendahara Penerima
9 10 11
12 13
167
yang
telah
No
Pelaksana
Langkah
Keterangan
14
Setelah dilunasi pembayaran dikeluarkan surat keterangan fiscal 15 Bukti pemenuhan kewajiban membayar pajak 16 Ditandatangani oleh Kepala Dinas Pendapatan 17 Dicatat dalam buku penerimaan 5. Kas Daerah 18 Setelah itu, pembayaran pajak disetor ke Kas Daerah Sumber: Data olahan dari Peraturan Daerah No. 5 Tahun 2013 tentang Penerimaan PAD. Dari formulir yang digunakan dalam penyetoran Pajak Hotel dan Restoran telah berisikan informasi: nomor dan tahun Surat Setoran Pajak Daerah (SSPD), nama badan usaha, nama dan alamat serta NPWPD pemilik usaha, uraian pajak yang disetor, dan verifikasi petugas dinas (Bendahara Penerima dan Kabid/Kasie PAD). Hal ini menunjukkan formulir telah berisikan informasi yang handal, pendelegasian wewenang dan tanggungjawab yang tepat. Tabel 4.4Prosedur Penerimaan Pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) No Pelaksana Langkah Keterangan 1.
Wajib Pajak
1 2
2. 3.
Pendataan Administrasi
3 4 5
6 7 8
4.
Bendahara Penerima
9 10 11
12 13 14
Mengambil formulir pendaftaran yang telah disediakan oleh DISPENDA Mengisi dan melengkapi formulir pendaftaran dengan jelas, lengkap dan benar Pemeriksaan oleh petugas pendataan Dikeluarkan NPWPD berdasarkan pengisian nomor urut pendaftaran Keluar surat ketetapan pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) untuk wajib pajak Mengisi SPTD dengan jelas dan lengkap ditandatangani oleh wajib pajak atau kuasanya Mengisi surat ketetapan pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) Setelah selesai melakukan pengisian dokumendokumen yang ada, dikeluarkan nota perhitungan pajak Mengisi nota perhitungan pajak Pembayaran dilakukan secara tunai Setelah pembayaran didapat tanda bukti pembayaran, terdapat 3 (tiga) rangkap bukti pembayaran : a. Lembar 1 : Untuk Wajib Pajak b. Lembar 2 : Untuk Bidang PAD c. Lembar 3 : Untuk Bidang Pembukuan Pembayaran biasa dilakukan melalui bank dengan mempersiapkan deposit slip Pembayaran secara tunai dan lunas dengan mendapat bukti penyetoran dari bank Setelah dilunasi pembayaran dikeluarkan surat keterangan fiscal
168
No
Pelaksana
Langkah
Keterangan
15 16 17 18
Bukti pemenuhan kewajiban membayar pajak Ditandatangani oleh Kepala Dinas Pendapatan Dicatat dalam buku penerimaan 5. Kas Daerah Setelah itu, pembayaran pajak disetor ke Kas Daerah Sumber: Data olahan dari Peraturan Daerah No. 5 Tahun 2013 tentang Penerimaan PAD Dari formulir yang digunakan dalam penyetoran Pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) telah berisikan informasi: nomor bukti SSPD-BPHTB, nama dan alamat serta NPWPD wajib pajak, uraian pajak yang disetor, uraian penghitungan BHPTB dan jumlah setoran pajak, keterangan rekening kas daerah, verifikasi petugas dinas. Hal ini menunjukkan formulir telah berisikan informasi yang handal, pendelegasian wewenang dan tanggungjawab yang tepat. Tabel 4.5 Prosedur Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan No Pelaksana Langkah Keterangan 1.
Wajib Pajak
1 2
2. 3.
Pendataan Administrasi
3 4 5 6 7 8
4.
Bendahara Penerima
9 10 11
12 13 14 15 16
Mengambil formulir pendaftaran yang telah disediakan oleh DISPENDA Mengisi dan melengkapi formulir pendaftaran dengan jelas, lengkap dan benar Pemeriksaan oleh petugas pendataan Dikeluarkan NPWPD berdasarkan pengisian nomor urut pendaftaran Keluar surat ketetapan pajak Bumi dan Bangunan untuk wajib pajak Mengisi SPTD dengan jelas dan lengkap ditandatangani oleh wajib pajak atau kuasanya Mengisi surat ketetapan pajak Bumi dan Bangunan Setelah selesai melakukan pengisian dokumendokumen yang ada, dikeluarkan nota perhitungan pajak Mengisi nota perhitungan pajak Pembayaran dilakukan secara tunai Setelah pembayaran didapat tanda bukti pembayaran, terdapat 3 (tiga) rangkap bukti pembayaran : a. Lembar 1 : Untuk Wajib Pajak b. Lembar 2 : Untuk Bidang PAD c. Lembar 3: Untuk Bidang Pembukuan Pembayaran biasa dilakukan melalui bank dengan mempersiapkan deposit slip Pembayaran secara tunai dan lunas dengan mendapat bukti penyetoran dari bank Setelah dilunasi pembayaran dikeluarkan surat keterangan fiscal Bukti pemenuhan kewajiban membayar pajak Ditandatangani oleh Kepala Dinas Pendapatan
169
No
Pelaksana
Langkah
Keterangan
17 18
Dicatat dalam buku penerimaan 5. Kas Daerah Setelah itu, pembayaran pajak disetor ke Kas Daerah Sumber: Data olahan dari Peraturan Daerah No. 5 Tahun 2013 tentang Penerimaan PAD. Dari formulir yang digunakan dalam penyetoran Pajak Pajak Bumi dan Bangunan yaitu Surat Pemberitahuan Pajak Daerah Terutang telah berisikan informasi: nama dan luas objek pajak, uraian penghitungan PBB terutang tanggal jatuh tempo dan tempat pembayaran. Sedangkan Surat Setoran Pajak Daerah (SSPD) berikan informasi: lokasi pembayaran, jumlah setoran pajak, nama dan lokasi obyek pajak, nomor objek pajak, verifikasi petugas bank/Bendaha Penerima. Hal ini menunjukkan formulir telah berisikan informasi yang handal, pendelegasian wewenang dan tanggungjawab yang tepat.
Sistem Pengendalian Intern Penerimaan PAD Dalam penelitian ini penulis melakukan wawncara sebagai instrumen untuk memperoleh gambaran sejauh mana efektifitas penerapan Pengendalian Intern. Dalam wawancara atas Pengendalian Intern mendasarkan pada Peraturan Pemerintah RI Nomor 60 tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP). Hasil pengujian SPIP meliputi lima unsur sebagai berikut: 1. Lingkungan Pengendalian 2. Penilaian Risiko 3. Kegiatan Pengendalian 4. Informasi dan Komunikasi 5. Pemantauan Pengendalian Intern Pembahasan Evaluasi Sistem Pengendalian Intern atas Prosedur Penerimaan PAD Evaluasi Sistem Pengendalian Internatas prosedur penerimaan PAD oleh penulis berfokus pada evaluasi penerapan sistem pengendalian intern atas penerimaan Pajak Hotel dan Restoran, Pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah, dan Pajak Bumi dan Bangunan, adalah sebagai berikut: 1. Pemisahan Tugas yang Cukup Prosedur penerimaan Pajak Daerah (Pajak Hotel dan Restoran, Pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah/BPHTB, dan Pajak Bumi dan Bangunan) dimulai dengan pengisian kelengkapan formulir pendaftaran oleh Wajib Pajak dan dilakukan pemeriksaan oleh Petugas Pendataan, pembayaran pajak secara tunai diadministrasikan dan dicatat oleh Bendahara Penerima dan setiap hari menyetorkan ke Kas Daerah atau penyetoran langsung oleh Wajib Pajak melalui Bank. Prosedur penerimaan Pajak Daerah tersebut telah mencermin dengan adanya pemisahan tugas yang cukup yaitu pemisahan tugas penerima pajak oleh bagian Bendahara Penerima dan/atau Bank, pencatatan pada bagian Administrasi, dan penyimpanan pada bagian Kas Daerah.Namun masih ditemukan adanya kelemahan yaitu penerimaan pajak dilakukan selain Bank juga oleh Bendahara Penerima.Sebaiknya setiap penerimaan pajak hanya dilakukan pada pihak Bank, karena setiap penerimaan pajak oleh Bendahara Penerima diharuskan setiap hari langsung menyetorkan ke bank. 2. Formulir Formulir yang digunakan dalam penyetoran pajak, dapat diketahui adanya pengendalian intern, adalah sebagai berikut: a) Formulir pendaftaran wajib pajak, berisikan: nama pemilik, nomor, tanggal, keterangan, jabatan, alamat, tanda tangan pengolah dan petugas. b) Formulir SPT (Surat Pemberitahuan) untuk wajib pajak, berisikan: nomor SPT, tahun, NPWPD, keterangan, nama, tanggal, tanda tangan wajib pajak dan petugas. c) Formulir setoran pajak daerah, berisikan: jenis pajak dan retribusi, merek usaha, alamat, nama pemilik, klasifikasi pajak, tanda tangan dan tanggal.
170
d) Formulir Tanda Bukti Pembayaran, berisikan: nomor bukti, jumlah, nama pembayar, alamat, NPWPD, tujuan pembayaran, kode rekening, tanggal diterima, tanda tangan Bendahara Penerima dan tanda tangan Penyetor. e) Formulir Surat Ketetapan pajak Daerah (SKPD), berisikan: nomor urut, masa, tahun, nama, alamat, uraian pajak daerah, jumlah, catatan, tanda tangan kepala dinas dan wajib pajak. Dari isi formulir yang digunakan sebagai penyetoran pajak pada Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Minahasa Tenggara tersebut di atas telah memadai.Hal ini tercermin dari sistem informasi telah memuat informasi yang handal.Namun masih ditemukan adanya kelemahan yaitu formulir pendaftaran wajib pajak hanya satu rangkap untuk Petugas Pendataan. Sebaiknya dibuatkan rangkap dua yaitu lembar ke satu asli untuk petugas pendataan dan lembar ke dua untuk wajib pajak, hal ini dilakukan agar wajib pajak memiliki bukti pendaftaran sebagai wajib pajak. 3. Pendelegasian Wewenang dan Tanggung Jawab yang Tepat Pendelegasian wewenang dan tanggung jawab pada Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Minahasa Tenggara telah memadai.Hal ini tercermin dari tanggung jawab yang diberikan dan dokumen yang terkait penerimaan pajak daerah yang jelas dan terkoordinir.Sistem yang baik harus ada pembagian wewenang dan tanggung jawab yang jelas, dokumen yang memadai, dan prosedur yang yang mencapai tujuannya. Sedangkan pelaksanaan tugas pokok dalam organisasi, dapat diuraikan dengan mendasarkan pada Peraturan Pemerintah RI Nomor 60 tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP), meliputi lima unsur sebagai berikut: 1. Lingkungan Pengendalian Lingkungan pengendalian pada Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Minahasa Tenggara telah memadai guna mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen dalam menjalankan organisasi secara efektif dan efisien. 2. Penilaian Risiko Pelaksanaan penilaian risiko oleh Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Minahasa Tenggara telah memadai guna mencapai tujuan organisasi.Hal ini tercermin telah optimalnya daya guna baik dari sumber daya manusia, sistem informasi, dan pertumbuhan yang cepat dalam hal pemungutan pajak daerah. 3. Kegiatan Pengendalian Kegiatan pengendalian pada Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Minahasa Tenggara telah memadai guna mencapai tujuan yang dapat memberikan keyakinan bahwa petunjuk yang dibuat telah dilaksanakan. 4. Informasi dan Komunikasi Sistem informasi dan komunikasi pada Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Minahasa Tenggara telah memadai guna mencapai tujuan dalam hal menyediakan, memanfaatkan, mengelola, dan memperbarui sistem informasi secara terus menerus.Hal ini tercermin dari informasi pada Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Minahasa Tenggara mulai dari entry data-data yang berhubungan dengan wajib pajak, dan jumlah pajak telah dilakukan. Komunikasi yang dilakukan terhadap wajib pajak biasanya dilakukan secara langsung oleh petugas dinas atau alat komunikasi tidak langsung seperti telepon. 5. Pemantauan Pengendalian Intern Pemantauan dilakukan oleh Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Minahasa Tenggara telah memadai guna mencapai tujuan mendeteksi kemungkinan adanya penyimpangan dalam penerimaan pendapatan daerah oleh wajib pajak. Penyimpangan tersebut merupakan faktor resiko yang dapat merugikan Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Minahasa Tenggara maupun wajib pajak.Hal ini tercermin dari Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Minahasa Tenggara secara berkesinambungan melakukan evaluasi terhadap semua kegiatan penerimaan pendapatan daerah, dengan tujuan untuk mengetahui kelemahan yang ada dalam penerimaan pendapatan daerah Kabupaten Minahasa Tenggara, sehingga dapat diupayakan pengendalian intern yang lebih baik.
171
PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa Penerapan Sistem Pengendalian Intern (Intern Control) terhadap kinerja Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Minahasa Tenggara Provinsi Sulawesi Utara telah “efektif”, Hal ini tercermin antara lain: 1. Penerapan sistem pengendalian intern atas penerimaan PAD telah memadai karena telah dilakukan pemisahan tugas yang cukup, formulir yang digunakan dalam penyetoran pajak telah memuat informasi yang handal, tanggung jawab yang diberikan dan dokumen yang terkait penerimaan pajak daerah yang jelas dan terkoordinir. 2. Penerapan sistem pengendalian intern atas realisasi penerimaan PAD telah memadai karena pencapaian target penerimaan PAD tahun 2015 sudah berjalan efektif, sedangkan pelaksanaan tugas pokok dalam organisasi yang mendasarkan pada Peraturan Pemerintah RI Nomor 60 tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) telah memadai. Saran Sejalan dengan hasil uraian pembahasan dan kesimpulan sebagaimana diuraikan di atas, maka Penulis dapat menyampaikan saran sebagai berikut: 1. Setiap pegawai agar diwajibkan menandatangani Pakta Integritas dan Aturan Perilaku Pegawai. 2. Setiap penerimaan pajak agar dilakukan hanya pihak Bank Penerima, hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya penyimpangan. 3. Formulir pendaftaran wajib pajak agar dibuatkan rangkap dua yaitu lembar ke satu asli untuk petugas pendataan dan lembar ke dua untuk wajib pajak, hal ini dilakukan agar wajib pajak memiliki bukti pendaftaran sebagai wajib pajak. 4. Setiap pegawai agar diwajibkan menandatangani Pakta Integritas dan Aturan Perilaku Pegawai. 5. Menyelenggarakan penilaian resiko secara rutin dengan menyusunFraud Control Plan sebagai bentuk rencana pengendalian terhadap penyimpangan penerimaan PAD. 6. Mengaktifkan dan memaksimalkan Satgas SPIP (Sistem Pengendalian Internal Pemerintah). 7. Melaksanakan penyusunan pemetaan atas potensi PAD di Kabupaten Minahasa Tenggara.
DAFTAR PUSTAKA Azmi Hanif, Dkk., 2014, Pendapatan Asli Daerah Dan Pendapatan Daerah Lainnya.Universitas Sultan Ageng Tirtayasa : Banten. Tanggal Akses: 26 Februari 2016. http://www.academia.edu/7169986/ Pendapatan Asli Daerah Dan_Pendapatan_Daearah_Lainnya. Abdul Halim & Syam Kusufi. 2008. Akuntansi Sektor Publik. Jakarta: Penerbit Salemba Empat Andi.Moeheriono. 2009. Pengkuran Kinerja Berbasis Kompetensi. Bogor: Ghalia Indonesia. Arikunto, S. 2010. Prosedur penelitian : Suatu Pendekatan Praktik. (Edisi Revisi). Jakarta : Rineka Cipta BPKP, 2008.Online : Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 2008 Tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah. Diakses Tanggal : 16 Februari 2016 . http://www. itjen. depkes. go. id/ public/ upload/ unit/ pusat/ files/ PeraturanPemerintah/ PP60Tahun2008 ttg SPIP.pdf Bawiling, Cindy, 2015, Online: Evaluasi Penerapan Sistem Pengendalian Internal Pengeluaran Kas Pada Kantor Pengadilan Agama Tondano, ISSN2303-11. http: // ejournal .unsrat. ac. id/ index. php/ emba/ article/view/9533/9113 Bastian, Indra. 2010. Akuntansi Sektor Publik Suatu Pengantar Edisi Ketiga. Penerbit Erlangga: Jakarta. COSO, 2013, Internal Control – Integrated Framework : Executive Summary, Durham, North Carolina, May 2013 Dineshkumar ,Sabina and Kogulacumar,Priya, 2011, ”Internal Control System and its impact on the Performance of the Sri Lanka Telecom limited in Jaffna District”. Faculty of management studies & commerce, University of Jaffna, Sri Lanka, ISSN:2319-7900. http: // ijact .org/ volume2issue6/IJ0260029.pdf
172
Depkeu.2004, Online : Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah. Diakses Tanggal : 20 ebruari 2016. http://www.sjdih.depkeu.go.id/fulltext/2004/32TAHUN2004UU.htm Ismail. 2010. Akuntansi Bank. Jakarta: Penerbit Kencana Mulyadi. 2010. Sistem Akuntansi. Jakarta: Salemba Empa Nordiawan, Deddi dan Hertianti, Ayuningtyas. 2010. Akuntansi Sektor Publik. Edisi Kedua. Jakarta: Salemba Empat. Panjaitan, Vetty, 2015, Pengaruh Pengendalian Intern, Kompetensi Sumberdaya Manusia, Komitmen Organisasi dan Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Bagian Keuangan Pada SKPD Kota Dumai. Universitas Riau Pekanbaru. Jom FEKON Vol. 2 No. 2 Oktober 2015, Diakses Tanggal: 25 Februari 2016. https: //www.google.com/url?sa t&rct = j&q= &esrc= s&source= web&cd=1&cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwjfqLvwnaLLAhWIGY4KHd3. Rina Tresnawati, 2012, Pengaruh Efektifitas Pengendalian Intern Terhadap Kinerja Instansi Pemerintah Di Dinas Pendapatan Daerah Kota Bandung. Universitas Widyatama : Bandung. ISBN : 978-602-17225-0-3. Diakses Tanggal : 24 Februari 2016. http:// repository. widyatama. ac. id/xmlui/bitstream/handle/123456789/2424/CONTENT%20RINA.pdf?sequence5 Slideshare.net, 2013, Online: Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat Dan Pemerintah Daerah. Diakses Tanggal : 23 Februari 2016. http://www.slideshare.net/perencanakota/uu-33tahun2004-perimbangankeuangan-pusat-daerah Talib Lissa. (2011). Efektifitas Penerapan Pengendalian Intern (Internal Control) Terhadap Kinerja Dinas Pendapatan Daerah Di Kota Manado.Universitas Sam Ratulangi Manado. Yadyana, I Ketut. 2009, Pengaruh Kualitas Jasa Auditor Internal Terhadap Efektivitas Pengendalian Intern Pada Hotel Berbintang Empat Dan Lima Di Bali, Jurnal Ilmiah Akuntansi Dan Bisnis Vol. 4, No. 1 Publisher: Jurnal Ilmiah Akuntansi Dan Bisnis. http://id.portalgaruda.org /index.php?page=2&ipp=10&ref=search&mod=document&select=title&q=pengendalian+inte rn&button=Search+Document
173
EVALUASI PENERAPAN PENGUNGKAPAN INFORMASI ASET KEUANGAN MENURUT PSAK 60 PADA PT. BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) TBK Zwingly Juliano Stefanus Pangkey1 Lintje Kalangi2 Robert Lambey3 Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Jurusan Akuntansi Universitas Sam Ratulangi Manado Email:
[email protected] [email protected] [email protected] ABSTRACT Financial Assets is one of the factors that really support banking company's business. Statement of Financial Accounting Standards (SFAS) No. 60 about Financial Assets: disclosure head for organize entities to giving disclosure in their financial statements which enable the users to evaluate the significance of financial instruments to the position and financial performance of the entity, characteristic, and risk scope which apeear from financial instruments which the entity’s exposed during period and in the end of reporting period, and how the entity managing the risk. The object of this research is PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. with financial statements and notes to the financial statements of December 31, 2014 and 2015 as sample. The data analysis method used in this study is a qualitative method. From the research, the results that can be concluded about the application of financial assets information disclosure at PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. is appropriate with Statement of Financial Accounting Standards (SFAS) No. 48 about financial assets: disclosure but not yet revealing about values related to offsets and about default. Expected in the future PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. could add disclosure about offsetting values and default. . Keyword : Bank, Financial Assets, Disclosure, Financial Instrument
174
PENDAHULUAN Latar Belakang Negara Indonesia yang merupakan Negara berkembang memerlukan banyak sokongan dari industri keuangan untuk pembangunan ekonomi Negara. Sektor perbankan adalah sektor utama dalam dunia industri keuangan. Bank memiliki peran vital dalam membangun perekonomian suatu negara, bank harus mampu menjalankan tugasnya dengan baik seperti yang tertulis dalam definisi bank dalam Undang-undang Republik Indonesia No. 10 tahun 1998, bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Oleh karena perbankan merupakan industri yang sangat penting bagi suatu negara, maka pemerintah memberlakukan aturan atau standar yang ketat bagi perusahaan-perusahaan perbankan yang ada. Dalam membuat laporan keuangannya, perusahaan perbankan harus mengikuti Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku supaya memudahkan pengguna untuk membaca dan mendapatkan informasi yang disajikan perusahaan dalam laporan keuangannya tersebut. Standar akuntansi keuangan yang paling berkaitan dengan bank yang merupakan perusahaan di bidang keuangan adalah PSAK 50, yaitu “Instrumen Keuangan: Penyajian”, PSAK 55, yaitu “Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran” serta PSAK 60, yaitu ”Instrumen Keuangan: Pengungkapan”. PT. Bank Negara Indonesia (persero), Tbk merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara yang sudah go public, bahkan BNI merupakan bank BUMN pertama yang go public setelah BNI mendaftarkan saham mereka pada Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya pada tahun 1996. BNI merupakan salah satu dari tiga bank BUMN yang kapitalisasi pasar sahamnya paling besar di Bursa Efek Indonesia saat ini. Sebagai perusahaan yang sudah terdaftar di bursa efek tentunya BNI harus meningkatkan transparansi keuangannya guna membantu investor mengambil keputusan, tentunya laporan keuangan yang diberikan juga harus sesuai dengan standar yang berlaku supaya memudahkan pengguna laporan memahami informasi yang tersedia di dalamnya. Pada bank-bank yang sudah go public menerapkan PSAK 60 penyesuaian 2014 dalam laporan keuangan adalah sebuah keharusan demi memberikan informasi bagi pembaca laporan keuangan. Pengungkapan mengenai aset keuangan perusahaan sangat penting bagi pengguna laporan keuangan perusahaan. Seperti yang diteliti oleh Bonetti, et al (2012) menunjukan bahwa sebelum berlakunya IFRS 7 [di Indonesia PSAK 60] investor tidak mempunyai cukup informasi untuk membuat pertimbangan mengenai risk and reward dari data yang didapatkan, tetapi IFRS 7 telah menurunkan keraguan investor terhadap keterbukaan informasi perusahaan. Muthupandian (2012) menyatakan bahwa persyaratan pengungkapan dalam IFRS 7 [di Indonesia PSAK 60] mengatur baik penjelasan naratif ‘kualitatif’ maupun data ‘kuantitatif’ yang spesifik tentang pengungkapan risiko perusahaan yang muncul akibat instrumen keuangan. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah penerapan pengungkapan informasi aset keuangan pada PT. Bank Rakyat Indonesia (persero) Tbk telah sesuai dengan PSAK 60 penyesuaian 2014.
TINJAUAN PUSTAKA Akuntansi Akuntansi adalah sistem pencatatan dan ringkasan bisnis dan transaksi keuangan serta menganalisis, memverifikasi, dan melaporkan hasilnya (Lam & Lau, 2012:4). Pontoh (2013:1) menyatakan bahwa pada saat ini akuntansi bukanlah sebuah cabang ilmu ekonomi yang baru, akuntansi telah dikenal secara umum dan merupakan sebuah keahlian yang sangat diperlukan. Akuntansi pada dasarnya akan menghasilkan informasi dari sebuah sistem akuntansi yang ada di 175
dalam sebuah entitas atau organisasi bisnis yang disebut dengan informasi akuntansi yang akan dimanfaatkan oleh pengguna seperti masyarakat umum, masyarakat intelektual (termasuk di dalamnya mahasiswa atau peneliti) dan para pengambil keputusan bisnis dalam organisasi. Akuntansi Keuangan Akuntansi keuangan adalah bagian dari akuntansi yang berkaitan dengan penyiapan laporan keuangan untuk pihak luar, seperti pemegang saham, kreditor, pemasok, serta pemerintah. Hal penting dari akuntansi keuangan adalah adanya Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang merupakan aturanaturan yang harus digunakan di dalam pengukuran dan penyajian laporan keuangan untuk kepentingan eksternal. Tinjauan Tentang Bank Bank adalah suatu lembaga keuangan berbentuk badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan yang kemudian simpanan tersebut disalurkan kembali kepada masyarakat yang membutuhkan dalam bentuk kredit (Kasmir 2012:12). Bank termasuk perusahaan industri jasa karena produknya hanya memberikan pelayanan jasa kepada masyarakat. Bank adalah salah satu lembaga keuangan yang beroperasi tidak ubahnya sama seperti perusahaan lainnya, yaitu tujuannya mencari keuntungan (Supriyono 2011:1). Bank adalah institusi finansial yang menengahi pembayaran, memberikan pinjaman, dan menerima deposit dari nasabah (Cernohorska : 2015). PSAK 60 Ikatan Akuntan Indonesia (2012) Pada 17 desember 2010 DSAK-IAI mengeluarkan IFRS 7 sebagai PSAK 60 Instrumen Keuangan: pengungkapan menggantikan persyaratan pengungkapan dalam PSAK 50, meskipun persyaratan penyajian dalam PSAK 50 tidak berubah. Tujuan PSAK 60 adalah mengatur entitas untuk memberikan pengungkapan dalam laporan keuangannya yang memungkinkan pengguna untuk mengevaluasi sgnifikansi instrumen keuangan bagi posisi dan kinerja keuangan entitas tersebut; disamping sifat dan tingkat risiko yang muncul akibat instrumen keuangan tersebut selama periode berjalan dan pada tanggal pelaporan serta bagaimana entitas tersebut mengelola risiko itu. PSAK 60 mensyaratkan untuk mengungkapkan: 1. Laporan Posisi Keuangan Kategori Aset Keuangan dan Liabilitas Keuangan Nilai tercatat dari masing-masing kategori, sebagaimana didefinisikan dalam PSAK 55, harus diungkapkan dalam laporan posisi keuangan atau dalam catatan atas laporan keuangan. Aset Keuangan atau Liabilitas Keuangan Pada Nilai Wajar Melalui Laba Atau Rugi Entitas mengungkapkan metode yang digunakan untuk memenuhi persyaratan, jika entitas meyakini bahwa pengungkapan yang memenuhi persyaratan tidak menyajikan secara jujur perubahan nilai wajar aset keuangan atau liabilitas keuangan yang dapat di atribusikan pada perubahan risiko kredit, alasan-alasan yang menghasilkan kesimpulan tersebut dan faktor-faktor relevan yang dipercayai entitas. Reklasifikasi Jika entitas sudah mereklasifikasi suatu aset keuangan sebagai aset yang diukur (i) pada harga perolehan atau biaya amortisasi, bukan pada nilai wajarnya; atau (ii) pada nilai wajar, bukan pada harga perolehan atau biaya amortisasi, PSAK 60 mensyaratkan bahwa entitas itu mengungkapkan jumlah yang direklasifikasikan ke dalam atau dihapus dari masing-masing kategori serta alasan reklasifikasi tersebut. Saling Hapus Aset Keuangan Dan Liabilitas Keuangan Jika suatu entitas telah mengalihkan aset keuangan dengan suatu cara yang mengakibatkan sebagian atau seluruh aset keuangan itu tidak memenuhi syarat penghapusan dan pengakuan, PSAK 176
60 mensyaratkan bahwa entitas itu mengungkapkan sifat aset itu, sifat risiko dan manfaat kepemilikan yang tetap dimiliki entitas itu, nilai tercatat dari aset itu serta liabilitas terkaitnya, nilai tercatat dari aset awal, saldo aset yang tetap diakui oleh entitas itu, serta nilai tercatat dari liabilitas terkaitnya. Agunan Jika ada agunan (collateral) tertentu, PSAK 60 mensyaratkan bahwa entitas itu mengungkapkan nilai tercatat dari aset keuangan yang dijamin dalam liabilitas atau liabilitas kontijensi, termasuk saldo yang telah direklasifikasi serta syarat dan ketentuan penjamin tersebut. Akun Penyisihan Kerugian Kredit Jika aset keuangan mengalami penurunan nilai karena kerugian kredit dan entitas mencatat penurunan nilai dalam pos terpisah (misalnya pos penyisihan digunakan untuk mencatat penurunan nilai individual atau pos serupa yang digunakan untuk mencatat penurunan nilai kolektif atas aset keuangan) daripada secara langsung mengurangi nilai tercatat aset keuangan, maka entitas mengungkapkan suatu rekonsiliasi perubahan pada akun tersebut selama periode untuk setiap kelompok aset keuangan. Instrumen Keuangan Majemuk dengan Derivatif Melekat Jika entitas menerbitkan instrumen yang mengandung komponen liabilitas dan ekuitas (lihat PSAK 50:Instrumen Keuangan: Penyajian paragraf 31) dan instrumen tersebut memiliki beberapa derivatif melekat yang nilainya saling tergantung satu sama lain (seperti callable convertibledebt instrument), maka entitas mengungkapkan keberadaan fitur tersebut. Gagal Bayar dan Pelanggaran Untuk utang pinjaman (loans payable) yang diakui pada tanggal pelaporan, PSAK 60 mensyaratkan mengungkapkan (a) Rincian tentang segala gagal bayar selama periode syarat jumlah pokok pinjaman, bunga, dana tebusan, atau penebusan dari utang pinjaman tersebut. (b) Nilai tercatat dari utang pinjaman dalam gagal bayar pada tanggal pelaporan. (c) Apakah gagal bayar telah dipulihkan, atau syarat utang pinjaman dinegosiasikan ulang, sebelum laporan keuangan disahkan pihak berwenang untuk dikeluarkan. 2. Laporan Laba Rugi dan Penghasilan Komprehensif Lain Pos-Pos Penghasilan, Beban, Keuntungan dan Kerugian PSAK 60 mensyaratkan pengungkapkan pos-pos penghasilan (income), beban (expense),keuntungan (gain) atau kerugian (loss) berikut ini pada laporan laba-rugi komprehensif atau dalam laporan perubahan ekuitas, atau dalam catatan atas laporan keuangan. 3. Pengungkapan Lain Kebijakan akuntansi Sesuai dengan PSAK 1: Penyajian Laporan Keuangan paragraf 117, entitas mengungkapkan dalam ikhtisar kebijakan akuntansi yang signifikan, dasar pengukuran yang digunakan dalam menyusun laporan keuangan dan kebijakan akuntansi lain yang relevan untuk pemahaman suatu laporan keuangan. Akuntansi Lindung Nilai Entitas mengungkapkan hal-hal berikut secara terpisah untuk setiap jenis lindung nilai yang diuraikan dalam PSAK 55: Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran (yaitu lindung nilai atas nilai wajar, lindung nilai atas arus kas, dan lindung nilai atas investasi neto pada operasi luar negeri). Nilai Wajar Kecuali yang diuraikan, untuk setiap kelompok aset keuangan dan liabilitas keuangan, entitas mengungkapkan nilai wajar dari kelompok aset dan liabilitas keuangan tersebut dengan cara yang memungkinkan untuk dibandingkan dengan jumlah tercatatnya. 177
4. Pengungkapan Risiko PSAK 60 mensyaratkan bahwa suatu entitas mengungkapkan informasi yang memungkinkan pengguna laporan keuangannya untuk mengevaluasi sifat dan tingkat risiko yang muncul akibat instrumen keuangan yang dihadapi entitas tersebut pada tanggal pelaporan. Risiko itu biasanya meliputi, namun tidak berbatas pada, risiko kredit, risiko likuiditas, dan risiko pasar.PSAK 60 secara khusus mensyaratkan pengungkapan baik informasi kulitatif maupun informasi kuantitatif. Pengungkapan kualitatif Untuk setiap jenis risiko yang timbul dari instrumen keuangan, entitas mengungkapkan (a) eksposur risiko dan bagaimana risiko itu timbul. (b) Tujuan, kebijakan, dan proses pengelolaan risiko dan metode yang digunakan untuk mengukur risiko tersebut. (c) Segala perubahan butir (a) dan (b) dari periode sebelumnya. Pengungkapan Kuantitatif Jika data kuantitatif yang diungkapkan pada tanggal pelaporan memperlihatkan risiko yang dihadapi suatu entitas selama periode berjalan, maka entitas tersebut harus mengungkapkan informasi yang representatif. Guna memenuhi persyaratan ini, suatu entitas dapat mengungkapkan jumlah tertinggi, terendah, dan rata-rata resiko yang akan dihadapinya selama periode berjalan. Jenis risiko yang termasuk dalam pengungkapan kuantitatif adalah Risiko kredit, Risiko Likuiditas dan Risiko Pasar. Penelitian Terdahulu Longgorung (2015) dengan judul Pengungkapan Informasi Aset Keuangan Menurut PSAK 60 Pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Tujuannya untuk melihat apakah bank BRI dalam mengungkapkan aset keuangan telah sesuai dengan PSAK 60 penyesuaian 2012. Metode yang digunakan adalah deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bank BRI dalam pengungkapan aset keuangannya sudah sesuai dengan PSAK 60 penyesuaian 2012 tetapi manajemen belum menerapkan pengungkapan gagal bayar dan pelanggaran. Larasati dan Supatmi (2013) dengan judul Pengungkapan Informasi Aset Keuangan dan Impairment-nya di Perbankan menurut PSAK 50 dan 60. Tujuannya Untuk mendeskripsikan tingkat kepatuhan bank-bank Indonesia atas penerapan Standar Akuntansi berdasarkan PSAK 50 dan 60 (revisi 2010). Metode yang digunakan yaitu Penelitian deskriptif dengan menggunakan purposive sampling. Hasil penelitiannya (1) aset keuangan jenis pinjaman yang diberikan, dan piutang, memiliki total aset keuangan paling besar, sedangkan tersedia untuk dijual memiliki penurunan nilai paling besar. (2) Dari tahun 2010-2012, semakin tinggi tingkat kepatuhan perbankan untuk penerapan PSAK 50 dan 60. (3) Semakin banyak jumlah perbankan yang mengungkapkan kebijakan instrumen keuangan yang sangat spesifik. Emanuela (2012) dengan judul Analisis Penerapan PSAK 50 dan 55 (revisi 2006) Atas Impairment piutang pada Perusahaan Multifinance. Tujuannya untuk melihat penerapan PSAK 50 dan 55 (revisi 2006) dilihat dari pengukuran, pengakuan, penyajian dan pengungkapan penurunan piutang; memberikan gambaran mengenai dampak yang timbul akibat munculnya penurunan piutang hasil dari penerapan PSAK 50 dan 55 (revisi 2006) bagi kinerja keungan perusahaan. Metode yang digunakan adalah analisis komparatif terhadap sampel laporan keuangan perusahaan pembiayaan yang terdaftar di BEI. Hasil penelitian menunjukan penurunan beban cadangan penurunan nilai piutang dari tahun 2009 ke 2010 memberikan dampak pada kenaikan presentase laba bersih suatu perusahaan. Peneliti sebelumnya menyarankan Dewan Standar Akuntansi Keuangan untuk menentukan metode yang harus dipakai untuk menghitung penurunan nilai piutang.
178
METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif, yaitu analisis yang dilakukan dengan membandingkan antara teori dan penerapannya untuk melihat kesesuaian dan perbedaan antara teori dan praktek. Dalam hal ini, penulis akan membandingkan pengungkapan informasi aset keuangan dalam PSAK 60 (revisi 2014) dengan penerapannya pada laporan keuangan PT. Bank Negara Indonesia (persero), Tbk. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini mengambil data penelitian di website resmi PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk dan pada website Bursa Efek Indonesia. Penelitian dimulai dari bulan Februari sampai dengan Maret 2016. Prosedur Penelitian Prosedur yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Survey Pendahuluan Langkah awal adalah mengidentifikasi masalah yang akan diangkat dalam penelitian ini. Kemudian menentukan judul penelitian yang sesuai. 2. Identifikasi Objek Objek yang akan diteliti dalam penelitian adalah PT. Bank Negara Indonesia (persero), Tbk. yang merupakan salah satu bank BUMN terbesar dan sudah go public. Setelah menentukan objek yang akan digunakan dalam penelitian ini, maka selanjutnya penulis mengidentifikasi gambaran umum perusahaan. 3. Pengumpulan Data Pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis, dengan cara mengakses data berupa laporan keuangan tahunan, yang dapat diakses melalui website Bank BNI (www.bni.co.id), atau juga melalui website Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id) 4. Analisa Data Setelah memperoleh data yang diperlukan, penulis menganalisa data-data yang ada dan mengolah data-data tersebut sesuai dengan rumusan masalah yang telah ditentukan sebelumnya. 5. Penarikan Kesimpulan Setelah menganalisa dan mengolah data yang telah diperoleh sebelumnya, penulis kemudian akan menarik kesimpulan sesuai dengan analisa dan olahn data yang telah dilakukan. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah studi dokumentasi dan studi kepustakaan. Dokumentasi dilakukan terhadap data yang digunakan yaitu laporan keuangan tahunan PT. Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk. Studi kepustakaan dilakukan dengan cara mendapatkan informasi dari teori-teori yang ada dengan cara mempelajari dari buku-buku literature, jurnal, serta bahan-bahan informasi lainnya yang berhubungan dengan masalah yang diteliti oleh penulis.. Metode Analisis Data Menurut Sugiyono (2012:3), metode dalam penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan tertentu. Data dan informasi yang dikumpulkan akan dianalisis dengan menggunakan analisis kualitatif deskriptif yaitu untuk mengumpulkan, menyusun, menganalisis data, memperoleh gambaran yang sebenarnya bagaimana PSAK 60 penyesuaian 2014 tentang pengungkapan informasi aset keuangan pada perusahaan untuk kemudian dibandingkan dengan teori yang ada sehingga mampu memberikan informasi yang lengkap bagi pemecahan masalah yang dihadapi.
179
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Deskripsi Objek Penelitian Didirikan pada tanggal 5 Juli 1946, PT Bank Negara Indonesia (persero) Tbk atau BNI menjadi bank pertama milik negara yang lahir setelah kemerdekaan Indonesia. Sesuai dengan UU No.17 Tahun 1968 sebagai bank umum dengan nama Bank Negara Indonesia 1946, BNI bertugas memperbaiki ekonomi rakyat dan berpartisipasi dalam pembangunan ekonomi nasional. BNI
kembali mencatat sejarah dengan menjual saham perdananya kepada masyarakat melalui Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek Surabaya (BES) pada tahun 1996. Dalam sejarah perbankan nasional, BNI menjadi bank negara pertama yang go-public. Bersamaan dengan program divestasi saham pemerintah, BNI menerbitkan saham baru pada tahun 2007 dan 2010 melalui Penawaran Umum Terbatas (right issue) dengan memperluas komposisi kepemilikan saham publik menjadi 40%. Visi dan Misi PT. Bank Negara Indonesia (persero) Tbk. Setiap perusahaan memiliki Visi dan Misi untuk kemajuan perusahaan kearah yang lebih baik. Demikian juga dengan PT. Bank Negara Indonesia (persero) Tbk. Visi dan Misi PT. Bank Negara Indonesia (persero) Tbk : a. Visi PT. Bank Negara Indonesia (persero) Tbk Visi PT. Bank Negara Indonesia adalah: “Menjadi bank yang unggul, terkemuka, dan terdepan dalam layanan dan kinerja”. BNI berupaya menjadi Bank yang ‘unggul’ dalam bidang human capital yang berkualitas, proses bisnis internal yang memberi nilai bagi nasabah melalui improvement dan inovasi melalui produk/jasa yang beragam dan terpadu, serta pengelolaan perbankan berkualitas dengan risiko terukur. ‘Terkemuka’ adalah menjadi bank pilihan utama dengan kualitas layanan terbaik yang pada akhirnya akan menjadikan BNI ‘terdepan’ dalam hal kinerja keuangan yang berkualitas dibandingkan peers sehingga memberikan kualitas investasi yang memuaskan bagi pemangku kepentingan. b. Misi PT. Bank Negara Indonesia (persero), Tbk Untuk mewujudkan visinya, BNI mempunyai misi sebagai berikut: i. Memberikan layanan prima dan solusi yang bernilai tambah kepada seluruh nasabah, dan selaku mitra pilihan utama ii. Meningkatkan nilai investasi yang unggul bagi investor iii. Menciptakan kondisi terbaik bagi karyawan sebagai tempat kebanggaan untuk berkarya dan berprestasi iv. Meningkatkan kepedulian dan tanggung jawab terhadap lingkungan dan komunitas v. Menjadi acuan pelaksanaan kepatuhan dan tata kelola perusahaan yang baik Kebijakan Akuntansi PT. Bank Negara Indonesia (persero) Tbk Laporan Keuangan PT. Bank Negara Indonesia (persero) Tbk tahun 2015 telah diotorisasi oleh direksi pada tanggal 25 Januari 2016. Dasar penyusunan laporan keuangan konsolidasian adalah Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia, dan Peraturan Bapepam dan LK No. VIII.G.7 Lampiran Keputusan Ketua Bapepam dan LK No. KEP-347/BL/2012 tanggal 25 Juni 2012 tentang “Pedoman Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten atau Perusahaan Publik”. Pada laporan keuangan tahunan perusahaan tahun 2015, PT. Bank Negara Indonesia, (Persero), Tbk telah menerapkan standar akuntansi revisi yang dianggap perusahaan relevan dengan laporan keuangan konsolidasian BNI dan Entitas Anak. Salah satu standar revisi baru yang diterapkan perusahaan adalah PSAK 60 (revisi 2014) yang penerapannya diyakini perusahaan tidak menimbulkan perubahan substansial terhadap kebijakan akuntansi perusahaan dan tidak berdampak signifikan terhadap jumlah yang dilaporkan pada periode berjalan atau periode sebelumnya. 180
Evaluasi Penerapan Pengungkapan Informasi Aset Keuangan Menurut PSAK 60 pada PT. Bank Negara Indonesia (persero) Tbk Tabel 1. Perbandingan Pengungkapan Aset Keuangan berdasarkan PSAK 60 dengan PT BNI Tbk pada Laporan Posisi Keuangan PT. BNI, Tbk Berdasarkan PSAK 60
Berdasarkan Bank BNI
Kategori aset keuangan BNI mengkategorikan aset keuangan dalam 4, yaitu (1) aset dan liabilitas keuangan keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan labarugi, (2) pinjaman yang diberikan dan piutang, (3) Aset keuangan yang dimiliki hingga jatuh tempo, (4) aset keuangan tersedia untuk dijual. BNI mengungkapkan nilai tercatat dalam Catatan Atas Laporan keuangan Aset keuangan atau Dalam kategori aset keuangan yang diukur pada nilai wajar liabilitas keuangan yang BNI, tidak terdapat aset keuangan yang juga merupakan diukur pada nilai wajar kategori pinjaman yang diberikan dan piutang melalui laba rugi Reklasifikasi BNI mengungkapkan reklasifikasi yang dilakukan dari kategori tersedia untuk dijual ke kategori dimiliki hingga jatuh tempo dan juga alasan melakukan reklasifikasi dan jumlah reklasifikasi Saling hapus aset BNI hanya mengungkapkan ketentuan yang digunakan untuk keuangan dan liabilitas melakukan saling hapus, tanpa mengungkapkan lebih lanjut keuangan mengenai aset dan liabilitas apa yang disalinghapuskan dan jumlah- jumlah yang terkait dengan saling hapus Agunan BNI mengungkapkan dalam Liabilitas lain-lainnya setoran jaminan yang diberikan untuk penjaminan atas kredit dan fasilitas perbankan lainnya Akun penyisihan BNI mempunyai akun cadangan kerugian penurunan nilai kerugian kredit sehingga penurunan nilai tidak langsung mengurangi nilai tercatat aset keuangan yang rekonsiliasinya diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan Instrument keuangan BNI mengungkapkan dalam efek yang diterbitkan mereka majemuk dengan bahwa BNI hanya menerbitkan obligasi yang diterbitkan derivatif melekat melalui BNI cabang London. Gagal Bayar BNI tidak mengungkapkan gagal bayar dalam pinjaman yang diterimanya Sumber: Data olahan, 2016
Keterangan Sesuai
Sesuai
Sesuai
Tidak Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Tidak Sesuai
Tabel 2. Perbandingan Pengungkapan Aset Keuangan berdasarkan PSAK 60 dengan PT BNI Tbk pada Laporan Laba-Rugi dan Pendapatan Komprehensif Lain PT. BNI, Tbk Berdasarkan PSAK 60
Berdasarkan Bank BNI
Keterangan
Pos-pos penghasilan, Dalam laporan laba rugi dan pendapatan komprehensif lain BNI, Sesuai beban, keuntungan atau BNI mengungkapkan keuntungan atau kerugian neto atas aset kerugian keuangan dan liabilitas keuangan, beban dan penghasilan bunga, penghasilan dan beban imbalan dan jumlah kerugian penurunan nilai Sumber: data olahan, 2016
181
Tabel 3. Perbandingan Pengungkapan Aset Keuangan berdasarkan PSAK 60 dengan PT BNI Tbk pada Pengungkapan Lainnya PT. BNI, Tbk Berdasarkan PSAK 60
Bedasarkan Bank BNI
Keterangan
Kebijakan Akuntansi
BNI mengungkapkan dasar pengukuran untuk pengukuran awal, Sesuai pengukuran setelah pengukuran awal dan penghentian pengakuan untuk aset keuangan juga kebijakan lain yang terkait. Lindung nilai BNI mengungkapkan deskripsi mengenai lindung nilai, instrument Sesuai yang digunakan untuk lindung nilai adalah interest rate swap yang digunakan untuk lindung nilai terhadap risiko suku bunga Nilai Wajar BNI mengungkapkan nilai wajar yang dibandingkan dengan nilai Sesuai tercatatnya pada setiap kelas aset keuangan Sumber: data olahan, 2016 Tabel 4. Perbandingan Pengungkapan Aset Keuangan berdasarkan PSAK 60 dengan PT BNI Tbk pada Pengungkapan Risiko PT. BNI, Tbk Berdasarkan PSAK 60
Bedasarkan Bank BNI
Keterangan
Pengungkapan kualitatif
BNI telah mengungkapkan dalam Catatan atas laporan Sesuai keungannya mengenai eksposur tiap risiko, bagaimana risiko itu timbul, tujuan, kebijakan dan proses pengelolaan risiko dan metode pengukuran risiko. Pengungkapan BNI mengungkapkan data-data kuantitatif yang terkait dengan Sesuai kuantitatif risiko, baik itu risiko kredit, risiko likuiditas maupun risiko pasar. Sumber: Data Olahan, 2016 Pembahasan Pengungkapan Informasi Aset Keuangan PT. Bank Negara Indonesia (persero) Tbk sebagian besar telah sesuai dengan persyaratan dalam PSAK 60 revisi 2014. Pada Pengungkapan Aset Keuangan terkait Laporan Posisi Keuangan PT. Bank Negara Indonesia (persero) Tbk poin-poin seperti kategori Aset keuangan, aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laba rugi, reklasifikasi, agunan, akun penyisihan kerugian kredit, instrument keuangan majemuk dan derivatif melekat telah diungkapkan sesuai dengan PSAK 60, sementara poin mengenai gagal bayar dan saling hapus aset keuangan dan liabilitas keuangan masih belum sesuai dengan PSAK 60. Pada pengungkapan aset keuangan terkait dengan Laporan Laba Rugi pos-pos penghasilan, beban, keuntungan atau kerugian telah diungkapkan sesuai dengan PSAK 60. Pada pengungkapan aset keuangan terlait pengungkapan lainnya, kebijakan akuntansi perusahaan, nilai wajar dan akuntansi lindung nilai perusahaan telah sesuai dengan PSAK 60. Pada pengungkapan aset keuangan perusahaan terkait dengan pengungkapan risiko, pengungkapan kualitatif maupun pengungkapan kuantitatif BNI telah sesuai dengan PSAK 60. PENUTUP Kesimpulan Kesimpulan dari penelitian ini adalah pengungkapan atas aset keuangan PT. Bank Negara Indonesia (persero) Tbk sebagian besar telah sesuai dengan PSAK 60 Instrumen Keuangan: Pengungkapan. Meskipun begitu masih ada beberapa poin yang belum sesuai pengungkapannya dengan PSAK 60 seperti dalam pengungkapan gagal bayar dan pelanggaran serta pengungkapan tentang saling hapus aset keuangan dan liabilitas keuangan. Saran Saran dari penelitian ini adalah Sebagai BUMN dan juga perusahaan yang sudah go public, BNI sepatutnya mengikuti persyaratan PSAK 60 untuk pengungkapan keuangannya. Penulis menyarankan agar perusahaan tetap mempertahankan kesesuaian pengungkapan aset keuangannya 182
dengan PSAK 60 dan menambahkan pengungkapan tentang gagal bayar dan pelanggaran dan pengungkapan tentang jumlah-jumlah yang terkait dengan saling hapus aset keuangan dan liabilitas keuangan serta terus mengikuti perkembangan perubahan standar akuntansi keuangan dan menerapkannya pada laporan keuangan perusahaan. DAFTAR PUSTAKA Bonetti, Pietro, Marco Maria Mattei, Fabrizio Palmucci, 2012. “Market Reaction To the Disclosures On Currency Risk Under IFRS 7”. Academy of Accounting and Financial Studies Journal ISSN: 1528-2635 Volume 16, number 3. http://www.alliedacademies.org/articles/aafsjvol1632012.pdf. diakses 4 Februari 2016. diakses 4 Februari 2016. Cernohorska, Libena, 2015. “Impact of Financial Crisis on the Stability Banking Sectors in the Czech Republic and Great Britain”. Procedia Economics and Finance 26 ( 2015 ) 234 – 241. Http://www.elsevier.com/locate/procedia. diakses tanggal 11 Maret 2016. Emanuela, 2012. Analisis Penerapan PSAK 50 dan 55 (Revisi 2006) atas Impairment Piutang pada Perusahaan Multifinance. Universitas Indonesia. http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20311187S42786-Analisis%20penerapan.pdf. Diakses pada 3 Februari 2016 Ikatan Akuntan Indonesia, 2015. Standar Akuntansi Keuangan. Cetakan pertama. Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntansi Indonesia, Jakarta. Kasmir, 2012. Dasar-dasar Perbankan. Edisi revisi. RajaGrafindo Persada. Jakarta. Lam, Nelson, Peter Lau, 2012. Intermediate Financial Reporting. Second Edition. Salemba Empat. Jakarta. Larasati, Agustina dan Supatmi, 2014. “Pengungkapan Informasi aset keuangan dan Impairment-nya Di Perbankan menurut PSAK 50 dan 60”. Publikasi Ilmiah UMS.Fakultas Ekonomika dan Bisnis, UKSW salatiga. ISBN: 978-602-70429-1-9 http://publikasiilmiah.ums.ac.id/handle/123456789/4650. Diakses pada 20 September 2014. Hal 296-309. Longgorung, Lisa Christy, 2015. Pengungkapan Informasi Aset Keuangan Menurut PSAK 60. Universitas Sam Ratulangi Manado. Jurnal EMBA ISSN: 2303-1174 Vol.3 No.1 Maret 2015. http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/emba/article/view/7244. Diakses 22 September 2015. Hal 524-533. Muthupandian, K S, 2012. “IFRS 7 Financial Instruments: Disclosures – A Closer Look”. Munich Personal RePEc Archive Paper. https://mpra.ub.uni-muenchen.de/36723. diakses 4 Februari 2016 Pontoh, Winston, 2013. Akuntansi Konsep dan Aplikasi. Halaman Moeka. Jakarta. Supriyono, Maryanto, 2011. Buku pintar Perbankan. Edisi Pertama. ANDI. Yogyakarta. Sugiyono, 2012. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif (R&D). Cetakan ke 19. Alfabeta. Bandung
183
EFEKTIVITAS SISTEM PENGENDALIAN INTERN PADA KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DI DINAS PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN MINAHASA UTARA Renli Ferrari Daud Sondakh David Paul Elia Saerang Lidia M. Mawikere Fakultas Ekonomi Dan Bisnis, Jurusan Akuntansi Universitas Sam Ratulangi, Manado Email :
[email protected]
ABSTRACT In a government organization requires their internal control systems due to their system of internal control activities undertaken by government agencies more effective and avoid fraud and keep the business property of parties who are not responsible. The object of this research is the Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Minahasa Utara. The purpose of this study to analyze the effectiveness of the internal control system on the performance of government agencies in the Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Minahasa Utara. The method used is descriptive qualitative. The results showed that the internal control system used Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Minahasa Utara effective and sufficient for compliance with the Internal Control System of the Government that has been set by the government based on Government Regulation No. 60 of 2008, so that the achievement of revenue receipts and the realization of the region in 2015 is said to be very effective. Keywords: Government Accounting, Internal Control System of the Government, Performance, effectiveness, Dinas Pendapatan Daerah
PENDAHULUAN Latar belakang Negara Indonesia merupakan negara kepulauan yang mempunyai wilayah yang terdiri dari beribu-ribu pulau serta susunan masyarakatnya terdiri dari berbagai suku bangsa yang berbeda-beda. Dalam hal ini pemerintah berupaya untuk meningkatkan dan melakukan pemerataan pembangunan. Hal ini untuk mencapai tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia yaitu masayarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah setiap daerah dituntut untuk dapat mengatur dan membiayai pengeluarannya sendiri untuk itu diperlukan dana yang memadai. Oleh karena itu, melalui UU No.23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah yang telah di revisi menjadi UU No.9 Tahun 2015 dan UU No.33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah untuk memperoleh dana dapat ditingkatkan. Sebagai daerah otonomi, daerah yang digali dari dalam wilayah daerah bersangkutan yang terdiri dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, pengelolaan kekayaan yang dipisahkan dan lain-lain pendapatan daerah yang sah yang menjadi sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) maka pemerintah mempunyai kewajiban untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat serta menjaga dan memelihara ketentraman dan ketertiban masyarakat. Undang-undang di bidang keuangan negara membawa implikasi perlunya sistem pengelolaan keuangan negara yang lebih akuntabel dan transparan. Dengan demikian maka penyelenggaraan kegiatan pada suatu instansi pemerintah, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, sampai dengan pertanggungjawaban, harus dilaksanakan secara tertib, terkendali, serta efisien dan efektif. Untuk itu dibutuhkan suatu sistem yang dapat memberi keyakinan memadai bahwa penyelenggaraan kegiatan pada suatu instansi pemerintah dapat mencapai tujuannya secara efisien dan efektif, melaporkan pengelolaan keuangan negara secara andal, mengamankan aset negara, dan mendorong ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan. Sistem ini dikenal sebagai Sistem Pengendalian Intern yang dalam penerapannya harus memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan serta
184
mempertimbangkan ukuran, kompleksitas, dan sifat dari tugas dan fungsi instansi pemerintah tersebut. Didalam Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Minahasa Utara, pengendalian internal sangat penting diperlukan, karena dengan adanya pengendalian internal maka kegiatan yang dilakukan oleh instansi pemerintah lebih terarah dan terhindar dari kecurangan dan menjaga harta perusahaan dari pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab adalah orang yang melanggar tugas dan wewenang yang telah di tetapkan oleh perusahaan, untuk itu pengendalian internal perlu diperhatikan dan diterapkan secara benar oleh instansi pemerintah. Sistem Pengendalian Intern dalam Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Minahasa Utara sangat penting, karena didalam internal control terdapat beberapa unsur yaitu struktur organisasi dapat memisahkan fungsi-fungsi operasional, penerimaan, penyimpanan dan pencatatan, karena dengan adanya pemisahan fungsi operasional kecurangan dapat dihindari. Pemisahan fungsi-fungsi ini dapat diharapkan mencegah timbulnya kecurangan-kecurangan dalam penerimaan pajak daerah. Dalam unsur internal control juga terdapat sistem wewenang dan prosedur pembukuan untuk mengadakan pengawasan selektif terhadap operasi dan transaksi-transaksi yang terjadi dan juga untuk mengklasifikasikan data akuntansi dengan tepat dan praktek-praktek yang sehat. Didalam akuntansi, pengendalian intern yang berlaku dalam organisasi/instansi merupakan faktor yang menentukan keandalan laporan keuangan yang dihasilkan oleh organisasi tersebut. Studi ini dapat memberikan manfaat sebagai sumbangan pemikiran kepada instansi pemerintah agar bisa mengoptimalkan pengawasan internal seperti lingkungan pengendalian, dalam menilai resiko, aktivitas pengendalian, informasi dan komunikasi serta pemantauan untuk mencapai tujuan perusahaan, guna mencapai tujuan maka pemerintah daerah harus mengelola dana administrasi Pendapatan Asli Daerah secara efektif dan efisien, sehingga akan terwujud otonomi daerah yang nyata dan bertanggung jawab yang telah diterapkan oleh Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Minahasa Utara dalam capaian kinerja instansi pemerintahan, maka judul penelitian ini “Efektivitas Sistem Pengendalian Intern Pada Kinerja Instansi Pemerintah di Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Minahasa Utara”. Rumusan Masalah Sesuai dengan latar belakang masalah, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah “Bagaimana keefektivan penerapan sistem pengendalian intern pada Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Minahasa Utara?” Tujuan Penelitan Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menganalisis efektifitas sistem pengendalian intern pada kinerja instansi pemerintahan di Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Minahasa Utara. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat member manfaat antara lain sebagai berikut. 1. Menjadi masukan bagi instansi pemerintahan di Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Minahasa Utara dalam meningkatkan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah. 2. Menjadi bahan referensi bagi penelitian selanjutnya yang akan mengadakan penelitian tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Akuntansi Akuntansi adalah sistem informasi yang mengukur aktivitas bisnis, pemrosesan data menjadi laporan, dan mengkomunikasikan hasilnya pada para pengambil keputusan (Pontoh, 2013 : 1). American Accounting Association mendefinisikan akuntansi sebagai proses mengidentifikasi, mengukur, dan melaporkan informasi ekonomi, untuk memungkinkan adanya penilaian dan keputusan yang jelas dan tegas bagi mereka yang menggunakan informasi tersebut dalam buku (Sadeli, 2012:2).
185
Pengertian Akuntansi Sektor Publik Sujarweni (2015:1) menyatakan Akuntansi adalah suatu aktivitas jasa yang terdiri dari mencatat, mengklasifikasikan, dan melaporkan kejadian atau transaksi ekonomi yang akhirnya akan menghasilkan suatu informasi keuangan yang akan dibutuhkan oleh pihak-pihak tertentu untuk pengambilan keputusan. Sedangkan sektor publik adalah semua yang berhubungan dengan kepentingan publik dan tentang penyediaan barang dan jasa yang ditunjukan untuk publik, dibayarkan melalui pajak dan pendapatan Negara lainnya yang sudah diatur dalam hukum. Jadi akuntansi sektor publik dapat didefinisikan sebagai aktivitas jasa yang terdiri dari mencatat, menghasilkan, dan melaporkan kejadian atau transaksi ekonomi yang akhirnya akan menghasilkan suatu informasi keuangan yang akan dibutuhkan oleh pihak-pihak tertentu untuk pengambilan keputusan, yang diterapkan pada pengelolaan dana publik di lembaga-lembaga tinggi Negara dan departemendepartemen dibawahnya. Pengertian Akuntansi Pemerintahan Deddi (2012:1) menyatakan akuntansi pemerintahan adalah aplikasi akuntansi di bidang keuangan negara, khususnya pada tahapan pelaksanaan anggaran, termasuk segala pengaruh yang ditimbulkannya, baik yang bersifat seketika maupun yang lebih permanen pada semua tingkatan dan unit pemerintahan, tuntutan transparansi dan akuntabilitas publik atas dana-dana masyarakat yang dikelola pemerintah memunculkan kebutuhan atas penggunaan akuntansi dalam mencatat dan melaporkan kinerja pemerintahan. Selanjutnya menurut (Halim, et al, 2014:14) akuntansi pemerintahan memiliki kaitan yang erat dengan penerapan dan perlakuan akuntansi pada domain publik. Secara kelembagaan, domain publik antara lain meliputi badan-badan pemerintahan, perusahaan milik Negara dan daerah, yayasan, organisasi masyarakat dan organisasi massa, lembaga swadaya masyarakat, dan organisasi nirlabanya. Akuntansi pemerintahan mengkhususkan dalam pencatatan dan pelaporan transaksi-transaksi yang terjadi pada badan pemerintahan. Dari beberapa pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa akuntansi pemerintahan adalah pengaplikasian akuntansi di bidang keuangan pemerintahan yang khususnya pada tahapan pencatatan, pelaporan, dan pelaksanaan anggaran termasuk segala pengaruh yang ditimbulkannya pada suatu tingkat atau unit pemerintahan, baik itu bersifat semntara atau pun permanen (Nordiawan, 2012:4). Sistem Pengendalian Intern Menurut Matamande, et al. (2012) Pengertian sistem pengendalian intern adalah menempatkan satu set kebijakan organisasi dan disetujui proses pengendalian intern dibuat oleh manajemen suatu organisasi untuk pura-pura mencapai tujuan utama manajemen untuk memastikan bahwa bisnis beroperasi sempurna. Sari (2015) menyatakan bahwa salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meminimalisir tindakan kecurangan adalah melalui peningkatan sistem pengendalian intern. Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 2008 Tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah dijelaskan bahwa pengendalian intern merupakan proses yang intergral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efesien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundangundangan. Kinerja Mahsun (25:2014) menyatakan kinerja (performance) adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang dalam strategi planning suatu organisasi. Istilah kinerja sering digunakan untuk menyebut prestasi atau tingkat keberhasilan individu maupun kelompok individu. Kinerja bias diketahui hanya jika individu atau kelompok individu terssebut mempunyai kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan. Kriteria keberhasilan ini berupa tujuan-tujuan atau target, kinerja seseorang hendak dicapai. Tanpa ada tujuan atau target, kinerja seseorang atau organisasi tidak mungkin dapat diketahui karena tidak ada tolak ukurnya. Sedangkan pengukuran kinerja adalah suatu
186
proses penilaian kemajuan pekerjaan terhadap tujuan dan sasaran yang telah ditentukan sebelumnya, termasuk informasi atas efisiensi penggunaan sumber daya dalam menghasilkan barang dan jasa, kualitas barang dan jasa (seberapa baik barang dan jasa diseraahkan kepada pelanggan dan sampai seberapa jauh pelanggan terpuaskan), hasil kegiatan dibandingkan dengan maksud yang diinginkan, dan efektivitas tindakan dalamencapai tujuan. Putri (2014) menyatakan kinerja merupakan suatu pencapaian atas apa yang telah direncanakan, baik oleh pribadi maupun organisasi. Kinerja diartikan sebagai aktivitas terukur dari suatu entitas selama periode tertentu sebagai bagian dari ukuran keberhasilan pekerjaan. Selanjutnya “pengukuran kinerja adalah suatu proses sistematis untuk menilai apakah program kegiatan yang telah direncanakan telah dilaksanakan sesuai dengan rencana tersebut, dan yang lebih penting adalah apakah telah mencapai keberhasilan yang telah ditargetkan pada saat perencanaan”. Konsep Pendapatan Asli Daerah Menurut (Halim, 2013:101) pendapatan asli daerah merupakan semua penerimaan daerah yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah. Kelompok Pendapatan Asli Daerah dipisahkan menjadi empat jenis pendapatan yaitu, pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayan milik daerah yang dipisahkan, dan lain-lain PAD yang sah. Menurut penelitian Damayanti (2015) sektor perpajakan memberikan kontribusi signifikan terhadap pendapatan pemerintah Negara. penerimaan pajak adalah pendapatan yang dapat diandalkan sebagai pembiayaan pembangunan, terutama pembangunan pemerintah daerah. Sedangkan menurut penelitian Puspitasari (2014) PAD merupakan salah satu sumber penerimaan daerah yang bertujuan memberikan kewenangan kepada Pemerintah Daerah untuk mendanai pelaksanaan pembangunan dan otonomi daerah sesuai dengan potensi daerah sebagai wujud desentralisasi. PAD terdiri dari pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan PAD lain-lain yang sah. Efektivitas Mahmudi (2010:92) mengatakan bahwa suatu organisasi, program, atau kegiatan dinilai efektif apabila output yang dihasilkan bisa memenuhi tujuan yang diharapkan, karena output yang dihasilkan organisasi sektor publik lebih banyak bersifat output tidak berwujud yang tidak mudah dikuantifikasi, pengukuran efektivitas sering menghadapi kesulitan. Kesulitan dalam pengukuran efektivitas tersebut karena pencapaian hasil seiring tidak diketahui dalam jangka pendek, tetapi dalam jangka panjang setelah program berakhir. Jadi ukuran efektivitas biasanya dinyatakan secara kualitatif untuk pernyataan saja. Outcome juga sering kali dipengaruhi oleh hal-hal diluar kendali pemerintah, misalnya target jumlah panen padi pada musim tertentu. Meskipun berbagai output yang mendukung hal tersebut telah dihasilkan, faktor cuaca terkadang lebih menentukan.
Dengan mengetahui perbandingan antara realisasi penerimaan dengan target yang ditetapkan maka penilaian kriteria efektivitas dapat diukur berdasarkan Kepmendagri No. 690.900-327 tahun 1996 tentang pedoman penilaian dan kinerja keuangan yaitu sebagai berikut Tabel 2.1 Kriteria kinerja keuangan (efektivitas) Tingkat Ketaatan Sampel Kriteria Efektif 100% keatas Sangat Efektif 90%-100% Efektif 80%-90% cukup Efektif 60%-80% Kurang efektif Kurang dari 60% Tidak efektif Sumber: Depdagri, Kepmendagri No. 690.900-327 Tahun 1996
187
Sistem Pengendalian Intern Pemerintah menurut PP No.60 Tahun 2008 System Pengendalian Internal Pemerintah (SPIP) menerut UU No.60 Tahun 2008 Pasal 1 menjelaskan bahwa sebagai berikut. 1. Sistem Pengendalian Intern adalah proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan. 2. Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, yang selanjutnya disingkat SPIP, adalah Sistem Pengendalian Intern yang diselenggarakan secara menyeluruh di lingkungan pemerintah pusat dan pemerintah daerah. 3. Pengawasan Intern adalah seluruh proses kegiatan audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lain terhadap penyelenggaraan tugas dan fungsi organisasi dalam rangka memberikan keyakinan yang memadai bahwa kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan tolok ukur yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien untuk kepentingan pimpinan dalam mewujudkan tata kepemerintahan yang baik. 4. Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan, yang selanjutnya disingkat BPKP, adalah aparat pengawasan intern pemerintah yang bertanggung jawab langsung kepada Presiden. 5. Inspektorat Jenderal atau nama lain yang secara fungsional melaksanakan pengawasan intern adalah aparat pengawasan intern pemerintah yang bertanggung jawab langsung kepada menteri/pimpinan lembaga. 6. Inspektorat Provinsi adalah aparat pengawasan intern pemerintah yang bertanggung jawab langsung kepada gubernur. 7. Inspektorat Kabupaten/Kota adalah aparat pengawasan intern pemerintah yang bertanggung jawab langsung kepada bupati/walikota. 8. Kementerian negara adalah organisasi dalam Pemerintahan Republik Indonesia yang dipimpin oleh menteri untuk melaksanakan tugas dalam bidang tertentu. 9. Lembaga adalah organisasi non-kementerian Negara dan instansi lain pengguna anggaran yang dibentuk untuk melaksanakan tugas tertentu berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 atau peraturan perundang-undangan lainnya. 10. Pemerintah daerah adalah gubernur, bupati, atau walikota, dan perangkat daerah sebagai unsure penyelenggara pemerintah daerah. 11. Instansi Pemerintah adalah unsur penyelenggara pemerintahan pusat atau unsur penyelenggara pemerintahan daerah. Pasal 2 1. Untuk mencapai pengelolaan keuangan negara yang efektif, efisien, transparan, dan akuntabel, menteri/pimpinan lembaga, gubernur, dan bupati/walikota wajib melakukan pengendalian atas penyelenggaraan kegiatan pemerintahan. 2. Pengendalian atas penyelenggaraan kegiatan pemerintahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilaksanakan dengan berpedoman pada SPIP sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah ini. 3. SPIP sebagaimana dimaksud pada ayat (2) bertujuan untuk memberikan keyakinan yang memadai bagi tercapainya efektivitas dan efisiensi pencapaian tujuan penyelenggaraan pemerintahan negara, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan asset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan. Pasal 3, SPIP terdiri atas unsur-unsur sebagai berikut. 1. Lingkungan pengendalian. Pimpinan Instansi Pemerintah wajib menciptakan dan memelihara lingkungan pengendalian yang menimbulkan perilaku positif dan kondusif untuk penerapan Sistem Pengendalian Intern dalam lingkungan kerjanya, melalui hal-hal berikut ini: a. penegakan integritas dan nilai etika; b. komitmen terhadap kompetensi; c. kepemimpinan yang kondusif; d. pembentukan struktur organisasi yang sesuai dengan kebutuhan;
188
e. f.
pendelegasian wewenang dan tanggung jawab yang tepat; penyusunan dan penerapan kebijakan yang sehat tentang pembinaan sumber daya manusia; g. perwujudan peran aparat pengawasan intern pemerintah yang efektif; dan h. hubungan kerja yang baik dengan Instansi Pemerintah terkait. 2. Penilaian risiko. Penilaian risiko diawali dengan penetapan maksud dan tujuan Insatnsi Pemerintah yang jelas dan konsisten baik pada tingkat kegiatan. Selanjutnya Instansi Pemerintah mengidentifikasi secara efisien dan efektif risiko yang dapat menghambat pencapaian tujuan tersebut, baik yang bersumber dari dalam maupun dari luar instansi. Terhadap risiko yang telah diidentifikasi dianalisis untuk mengetahui pengaruhnya terhadap pencapaian tujuan. Pimpinan Instansi Pemerintah merumuskan pendekatan manajemen risiko dan kegiatan pengendalian risiko yang diperlukan untuk memperkecil risiko. Pimpinan Instansi Pemerintah menggunakan metodologi identifikasi risiko yang sesuai untuk tujuan Instansi Pemerintah dan tujuan pada tingkatan kegiatan secara komprhensif. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan adalah sebagai berikut. a. Metode kualitatif dan kuantitatif digunakan untuk mengidentifikasi risiko dan menentukan peringkat risiko relative secara terjadwal dan berkala. b. Cara suatu resiko diidentifikasi, diperingkat, dianalisis, dan diatasi telah dikomunikasikan kepada pegawai yang berkepentingan. c. Pembahasan identifikasi risiko dilakukan pada rappat tingkat Pimpinan Instansi Pemerintah. d. Identifikasi risiko merupakan bagian dari prakiraan rencana jangka pendek dan jangka panjang, serta rencana strategis. e. Identifikasi risiko merupakan hasil dari pertimbangan atas temuan autdit, hasil evaluasi, dan penilaian lainnya. f. Risiko yang diidentifikasi pada tingkat pegawai dan pimpinan tngkat menengah menjadi perhatian pimpinan Instansi Pemerintah yang lebih tinggi. 3. Kegiatan pengendalian. Kegiatan Pengendalian pada instansi pemerintah sebagai berikut: a. reviu atas kinerja Instansi Pemerintah yang bersangkutan; b. pembinaan sumber daya manusia; c. pengendalian atas pengelolaan sistem informasi; d. pengendalian fisik atas aset; e. penetapan dan reviu atas indikator dan ukuran kinerja; f. pemisahan fungsi; g. otorisasi atas transaksi dan kejadian yang penting; h. pencatatan yang akurat dan tepat waktu atas transaksi dan kejadian; i. pembatasan akses atas sumber daya dan pencatatannya; j. akuntabilitas terhadap sumber daya dan pencatatannya; dan k. dokumentasi yang baik atas Sistem Pengendalian Intern serta transaksi dan kejadian penting. 4. Informasi dan komunikasi. Pimpinan Instansi Pemerintah wajib mengidentifikasi, mencatat, dan mengkomunikasikan informasi dalam bentuk dan waktu yang tepat. Dalam Pasal 42 Komunikasi atas informasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 wajib diselenggarakan secara efektif. Untuk menyelenggarakan komunikasi yang efektif sebagaimana pimpinan Instansi Pemerintah harus sekurang-kurangnya melakukan hal-hal berikut ini: a. menyediakan dan memanfaatkan berbagai bentuk dan sarana komunikasi dan b. mengelola, mengembangkan, dan memperbarui sistem informasi secara terus menerus. 5. Pemantauan pengendalian intern. Pimpinan Instansi Pemerintah wajib melakukan pemantauan Sistem Pengendalian Intern.Pemantauan Sistem Pengendalian Intern sebagaimana dimaksud dilaksanakan melalui
189
pemantauan berkelanjutan, evaluasi terpisah, dan tindak lanjut rekomendasi hasil audit dan reviu lainnya.
METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Menurut Sugiyono (2012:29) deskriptif adalah yang digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih luas. Oleh Karena itu melalui penelitian deskriptif ini penulis akan memberikan gambaran mengenai sistem pengendalian intern pemerintah yang meliputi, lingungan pengendalian, penilaian resiko, kegiatan pengendalian, informasi dan komunikasi dan pemantauan pengendalian intern, pada kinerja instansi pemerintah di Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Minahasa Utara. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada Instansi Pemerintahan di Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Minahasa Utara di Komplek Perkantoran Kabupaten Minahsa Utara. Waktu penelitian ini dilakukan pada bulan April 2016 sampai selesai. Prosedur Penelitian Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Mengumpulkan teori-teori 2. Memilih prosedur dan teknik yang dilakukan 3. Mencari data yang digunakan 4. Memberikan kesimpulan dan saran Objek Penelitian Objek penelitian dalam penelitian ini adalah Penerimaan PAD pada Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Minahasa Utara, lebih Khususnya di Bidang Perencanaan dan Pengembangan, dan Di Sekretariat Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Minahasa Utara untuk mendapatkan data Sistem Pengendalian Intern Pemerintah. Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan penelitan, maka metode pengumpulan data yang digunakan adalah pengumpulan data sekunder dan teknik yang digunakan survei pendahuluan, studi lapangan dan studi kepustakaan. Metode Analisis Metode analisis yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode Deskriptif adalah suatu metode penelitian yang menggambarkan semua data atau keadaan subyek/obyek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat dan lain-lain) kemudian dianalisis dan dibandingkan berdasarkan kenyataan yang sedang berlangsung pada saat ini dan selanjutnya mencoba untuk memberikan pemecahan masalahnya. Menurut Widi (201: 84) Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang berusaha mendeskripsikan dan menginterpretasikan sesuatu, misalnya kondisi atau hubungan yang ada, pendapat yang berkembang, proses yang sedang berlangsung, akibat atau efek yang terjadi, atau tentang kecerendungan yang tengah berlangsung. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dirancang untuk memperoleh informasi tentang status suatu gejala saat penelitian dilakukan. Lebih lanjut dijelaskan, dalam penelitian deskriptif tidak ada perlakuan yang diberikan atau dikendalikan serta tidak di uji hipotesis sebagaimana yang terdapat pada penelitian eksperiman. Langkah-langka yang dilakukan dalam menganalis data adalah sebagai berikut.
190
1.
Melakukan perbandingan antara Sistem Pengendalian Intern Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 dengan Sistem Pengendalian Intern yang ada dalam Dinas Pendapatan Daerah di Kabupaten Minahasa Utara Menguji efektivitas sistem pengendalian internal pada kinerja Instansi Pemerintah di Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Minahasa Utara.
2.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Capaian Kinerja Organisasi Dalam pencapaian kinerja Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Minahasa Utara secara berkelanjutan tetap melaksanakan program dan kegiatan yang mendorong peningkatan pengelolaan penerimaan daerah. Untuk mengimplementasikan kinerja yang telah tercapai oleh Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Minahasa Utara dapat dilihat dalam rincian sebagai berikut. Table 4.1 Target dan Realisasi Penerimaan Pendaapatan Daerah Kabupaten Minahasa Utara Tahun 2015 No
Jenis Penerimaan
Target (Rp)
Realisasi (Rp)
%
1 Pajak 22.925.000.000.00 25.266.469.042.00 110.21 2 Retribusi 9.078.250.000.00 8.686.125.519.00 95.68 3 HPKD yang dipisahkan 687.312.587.00 687.312.587.00 100.00 4 Lain-lain PAD yang Sah 20.837.121.251.00 20.386.821.418.00 97.84 Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Kab. Minahasa Utara Dari data diatas bisa kita lihat bahwa seluruh jenis penerimaan pemerintah daerah kabupaten minahasa utara baik dari pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain PAD yang sah telah mencapai target yang ditetapkan pemerintah. Penerimaan daerah melalui pajak dari target Rp. 22.925.000.000.00 bisa tercapai Rp.25.266.469.042.00, Retribusi dengan target Rp.9.078.250.000.00 tidak tercapai Rp.8.686.125.519.00, pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan dengan target Rp.687.312.587.00 bisa tercapai dengan realisasi Rp.687.312.587.00, dan Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah dengan target Rp.20.837.121.251.00 tidak tercapai Rp.20386.821.418.00 kalau ditotalkan keseluruhan, penerimaan pendapatan daerah adalah Target Rp.53.527.683.838.00 dan Realisasi 55.026.728.566.00 dengan Persentase 102.80. Sistem Pengendalian Intern Pemerintah pada Kinerja Instansi pemerintah di Dinas Pendaptan Daerah Kabupaten Minahasa Utara Dalam hasil yang didapat penulis dengan melakukan wawancara secara lisan dan tulisan untuk memperoleh gambaran sejauh mana efektivitas pengendalian intern pada kinerja maka dalam pengawasan yang dilakukan Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Minahasa Utara harus berdasarkan pada Peraturan Pemerintah RI Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP). Hasil indikator wawancara meliputi lima unsur SPIP sebagai berikut. 1. Lingkungan Pengendalian Dalam lingkungan pengendalian, Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Minahasa Utara sudah melaksanakan penerapan sistem pengendalian intern dalam lingkungan kerjanya melalui pimpinan dan pegawai telah memiliki sikap perilaku yang positif dan mendukung pengendalian intern dan manajemen yang bersih, pimpinan juga telah menyampaikan pesan bahwa nilai-nilai integritas dan etis tidak boleh dikompromikan, pimpinan juga menunjukan suatu komitmen terhadap kompetensi/kemampuan pegawainya dan menggunakan kebijakan dan praktik pembinaan sumber daya manusia yang baik, pimpinan memiliki kepemimpinan yang kondusif yang mendukung pengendalian intern yang efektif, struktur organisasi dan metode pendelegasian wewenang dan tanggung jawab memberikan kontribusi terhadap efektivitas
191
pengendalian intern dan Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Minahasa Utara telah memiliki hubungan kerja yang baik dengan badan legislatif serta auditor internal dan eksternal. 2. Penilaian Resiko Penilaian risiko adalah kegiatan penilaian atas kemungkinan kejadian yang mengancam pencapaian tujuan dan sasaran Instansi Pemerintah. Penilaian resiko yang perlu dipertimbangkan dan dilakukan Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Minahasa Utara sudah menetapkan tujuan keseluruhan yang jelas dan konsisten serta tujuan tingkatan kegiatan yang mendukung, pimpinan juga telah melakukan identifikasi resiko secara menyeluruh mulai dari sumber internal dan eksternal yang dapat mempengaruhi kemampuan untuk mencapai tujuan Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Minahasa Utara lalu melakukan analisis resiko untuk mengelola resiko, selain itu Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Minahasa Utara mengidentifikasi perubahan yang dapat mempengaruhi kemampuan untuk mencapai visi, misi dan tujuannnya. 3. Kegiatan Pengendalian Kegiatan pengendalian adalah tindakan yang diperlukan untuk mengatasi risiko serta penetapan dan pelaksanaan kebijakan dan prosedur untuk memastikan bahwa tindakan mengatasi risiko telah dilaksanakan secara efektif. Kegiatan pengendalian yang dilakukan di Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Minahasa Utara meliputi kebijakan, prosedur, teknik dan mekanisme pengendalian yang memadai sudah dikembangkan dan sudah diterapkan untuk memastikan adanya kepatuhan terhadap arahan yang sudah ditetapkan. 4. Informasi dan Komunikasi Informasi adalah data yang telah diolah yang dapat digunakan untuk pengambilan keputusan dalam rangka penyelenggaraan tugas dan fungsi Instansi Pemerintah. Komunikasi adalah proses penyampaian pesan atau informasi dengan menggunakan simbol atau lambang tertentu baik secara langsung maupun tidak langsung untuk mendapatkan umpan balik. Informasi dan komunikasi yang dilakukan pada Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Minahasa Utara mulai dari sistem informasi untuk mengidentifikasi dan mencatat informasi operasional dan keuangan yang penting yang berhubungan dengan peristiwa internal dan eksternal tealah ada dan diimplementasikan kemudian informasi tersebut dikomunikasikan kepada pimpinan Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Minahasa Utara dan pegawai Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Minahasa Utara untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawab secara efektif dan efisien. Pimpinan Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Minahasa Utara telah memastikan bahwa komunikasi internal telah terjalin dengan efektif dan pimpinan juga harus memastikan bahwa komunikasi eksternal yang efektif akan mempengaruhi pencapaian visi, misi dan tujuan organisasi. Pimpinan Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Minahasa Utara telah menggunankan berbagai bentuk komunikasi yang sesuai dengan kebutuhan dan memperbaharui sistem informasi dalam upaya meningkatkan konikasi. 5. Pemantauan Pengendalian Intern Pemantauan pengendalian intern adalah proses penilaian atas mutu kinerja Sistem Pengendalian Intern dan proses yang memberikan keyakinan bahwa temuan audit dan evaluasi lainnya segera ditindaklanjuti. Evaluasi adalah rangkaian kegiatan membandingkan hasil/prestasi suatu program/kegiatan dengan norma, standar, dan prosedur yang telah ditetapkan dan menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan suatu program/kegiatan dalam mencapai tujuan. Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Minahasa Utara secara berkesinambungan melakukan pemantauan pengendalian intern untuk menilai kualitas kinerja dan evaluasi terhadap capaian kinerja organisasi Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Minahasa Utara ssecara berkala dengan tujuan mengetahui kekuatan dan kelemahan yang ada dalam capaian kinerja organisasi, sehingga dapat diupayakan pengendalian internal yang lebih baik. Pembahasan Capaian Kinerja Organisasi Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa jumlah penerimaan tahun 2015 sudah efektif karena target dari Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Minahasa Utara melebihi dari yang direncanakan. Jadi sistem pengendalian intern pemerintah dalam pencapaian kinerja organisasi sudah
192
efektif. Dengan adanya sistem pengendalian intern yang baik maka kecurangan dalam penerimaan dapat dihindari. Pengendalian intern yang diterapkan pada Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Minahasa Utara sangat berperan penting terhadap pencapaian kinerja organisasi, hal ini dapat dilihat dari tercapainya tujuan pengendalian intern yang sangat berpengaruh terhadap efektivitas capaian kinerja organisasi pada instansi pemerintah di Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Minahasa Utara. Hasil yang didapat dalam pengendalian intern adalaha sebagai berikut. 1. Mendorong Efisiensi dan Efektivitas. Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Minahasa Utara telah melakukan sistem pengendalian intern sehingga capaian kinerja organisasi dikatakan efektif atau tercapai. 2. Mendorong Pengamanan Aset Daerah. Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Minahasa Utara telah bekerja keras untuk meningkatkan sumber penerimaan pendapatan agar semua belanja daerah bisa dibiayai. 3. Mendorong Keandalan Laporan Keuangan. Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Minahasa Utara melakukan Pengendalian Intern yang dilakukan beserta tindak lanjutnya secara langsung mengawasi transaksi yang terjadi sehingga data keuangan yang sah menjadi pendukung laporan keuangan yang bebas dari salah saji. Laporan keuangan juga berpedoman pada prinsip akuntansi yang berlaku umum. 4. Mendorong Ketaatan Terhadap Peraturan Perundang-Undangan. Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Minahasa Utara selalu berupaya menaati segala peraturan dan hukum yang berlaku terutama mengenai aturan-aturan sistem penerimaan yang di tetapkan oleh Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Minahasa Utara guna mencegah timbulnya sanksi, selain itu kepala dinas dengan integritas dan nilai etika yang dimiliki telah memberikan contoh yang baik bagi pegawainya dengan menjalankan tugas sesuai tanggung jawab dan wewenang yang dimiliki. Hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis menunjukan bahwah dengan adanya Penerapan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah maka pengelolaan keuangan daerah pada isntansi pemerintah terkait dapat berjalan dengan baik, hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Kaligis (2015), Turwidani (2015), Iskandar (2015) pada Dinas Pendapatan Daerah kota Bitung dan Kota Pariaman, serta tercapainya penyelenggaraan kegiatan pemerintah yang efektif dan efisien sehingga kinerja Dinas Pendapatan Daerah bisa berjalan dengan baik hal ini juga sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Tresnawati (2012), Situmorang (2012) pada pemerintah di Dinas Pendapatan Kota Bandung dan Kota Sorong.
PENUTUP Kesimpulan Kesimpulan penelitian ini adalah : 1. Sistem pengendalian intern yang diterapkan oleh Instansi Pemerintahan di Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Minahasa Utara telah efektif dan memadai. Karena telah sesuai dengan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah yang telah ditetapkan oleh pemerintah berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008. 2. Pencapaian Penerimaan Pendapatan dan Realisasi daerah tahun 2015 sudah efektif. 3. Pemisahan tugas yang dilakukan Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Minahasa Utara sudah dilaksanakan sehingga terhindar dari kecurangan dan dikatakan efektif. Saran Saran yang dapat diberikan adalah : 1. Sistem pengendalian pemerintah yang telah ada di Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Minahasa Utara diharapkan untuk dipertahankan agar efektivitas kinerja Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Minahasa Utara bias mencapai maksimal 2. Untuk peneliti selanjutnya, yang ingin melakukan penelitian tentang sistem pengendalian intern pemerintah agar memperbaharui literature dan undang-undang yang ada, berhubung sistem pengendalian intern pemerintah yang sewaktu-waktu dapat di ubah/revisi.
193
3.
Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Minahasa Utara diharapkan dapat terus memotivasi pegawainya agar lebih meningkatkan kinerja dan kemampuannya serta lebih memperahtikan keluhan-keluhan yang disampaikan agar pegawai lebih berusaha serta memberikan hasil yang baik agar kinerja Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Minahasa Utara dapat meningkat dan target dapat tercapai.
DAFTAR PUSTAKA Damayanti, Indah Ayu 2015. Analisis efektivitas dan kontribusi penerimaan pajak bumi dan bangunan terhadap pendapatan asli daerah di kota Denpasar. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana.Vol. 9, No.1, Oktober 2014. Deddi, 2012. Wiratna Akuntansi sektor publik, pengertian akuntansi pemerintahan. Pustaka baru press Halim et, al, 2014. Wiratna Akuntansi sektor publik, pengertian akuntansi pemerintahan. Pustaka baru press Halim Abdul. 2013. Akuntansi Keuangan Daerah. Edisi keempat. Salemba empat. Jakarta Iskandar, Joni. 2015. Pengaruh Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, Kompetensi Sumber Daya Manusia Dan Pengawasan Fungsional Terhadap Efektivitas Pengelolaan Keuangan Daerah. Fakultas Ekonomi. Universitas Riau. Pekanbaru. Jom FEKON Vol. 2 No. 2. http://id.portalgaruda.org/?ref=browse&mod=viewarticle&article=384810. Diakses Februari 25 2016. Kaligis, Gabriella Margaretha (2015). Analisis penerapan system pengendalian intern kas pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Bitung. Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi Volume 15 No. 04. Unsrat manado. Fakultas Ekonomi dan Bisnis. http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jbie/article/view/9765. diakses februari 25,2016 Mahsun, Muhamad. 2014. Pengukuran Kinerja Sektor Publik. BPFE-Yogyakarta Mahmudi. 2010. Manajemen kinerja sektor publik edisi kedua. UPP STIM. YKPN. Yogyakarta Matamande, Wilson, Nyikahadzoi Loveness, Taderera Ever, Mandimika Elinah. 2012. The effectiveness of internal controls in revenue management: A case study of Zimbabwe Revenue Authority (ZIMRA) (2011-2012). University of Zimbabwe.Zimbabwe. http://www.aabri.com/manuscripts/131525.pdf. Diakses maret 1,2016. Nordiawan, 2012. Wiratna Akuntansi sektor publik, pengertian akuntansi pemerintahan. Pustaka baru press Pontoh, Winston, 2013. Akuntansi Konsep dan Aplikasi.HalamanMoeka. Jakarta Barat. Puspitasari, Elfayang Rizky Ayu (2014). Analisis Efektivitas, Efisiensi, Dan Kontribusi Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap Peningkatan Pad Kabupaten Blora Tahun 2009-2013. Diponegoro Journal Of Accounting Volume 3 Nomor 4. http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/accounting. Diakses 26,februari,2016 Putri, E.T. (2014). PENGARUH KARAKTERISTIK PEMERINTAH DAERAH TERHADAP KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH (Studi pada Pemerintah Provinsi di Indonesia Tahun 2008 – 2012). Universitas Lampung. Bandar Lampung. http://digilib.unila.ac.id/2553/16/BAB%20II.pdf. Diakses Februari,25,2016 Republik Indonesia. 2008. Peraturan Pemerintah No 60 Tahun 2008 Tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah Republik Indonesia. 2014. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah. Republik Indonesia. 2015. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 Tentang Pemerintah Daerah Republik Indonesia. 2004. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah Republik Indonesia. 2004. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara Republik Indonesia. 1996. Kepmendagri No 690.900-327 Tahun 1996 Tentang Pedoman Penilaian dan Kinerja Keuangan. Sadeli, Lili M, 2014. Dasar-Dasar Akuntansi. Edisi Pertama. BumiAksara.Jakarta Sari, Ni Luh Putu Purnama 2015. Pengaruh Efektifitas Sistem Pengendalian Internal, Ketaatan Aturan Akuntansi, Persepsi Kesesuaian Kompensasi Dan Implementasi Good Governance Terhadap Kecenderungan Fraud. e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 3, No.1 Tahun 2015)
194
Situmorang, Enny (2012). Efektivitas Pengendalian Intern (Internal Control) Terhadap Kinerja Dinas Pendapatan Daerah Kota Sorong. Fakultas Ekonomi. Univrsitas Sam Ratlangi. Manado. Sugiyono. 2012. Memahami penelitian kualitatif. Bandung. ALFABETA Sujarweni, V Wiratna (2015). Akuntansi Sektor Publik. Penerbit Pustaka Baru Press. Yogyakarta. Tresnawati, Rina (2012). Pengaruh Efektifitas Pengendalian Intern Terhadap Kinerja Instansi Pemerintah Di Dinas Pendapatan Daerah Kota Bandung. Universitas Widyatama, Lembaga Penerbitan Laboraturium Akuntansi, Fakultas Pendidikan Ekonomi & Bisnis Turwidani, Lopita. 2015. Pengaruh Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, Kompetensi Sumber Daya Manusia, Sistem Akuntansi Keuangan Derah Dan Pengawasan Fungsional Terhadap Efektivitas Pengelolaan Keuangan Daerah. Fakultas Ekonomi. Universitas Riau. Jom FEKON Vol. 2 No. 2. Widi, Restu Kartiko (2010). Asas Metodologi Penelitian. Edisi Pertama. Graha ilmu. Yogyakarta
195