Tidak Untuk Diperjualbelikan
No.5521,Tahun Tahun Juli - 14Juni Agustus No. V, II, Tgl.Tgl. 1515 Mei - 14 2012 2009
Diplomasi TABLOID
Media Komunikasi dan www.tabloiddiplomasi.org Interaksi
Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia
FEALAC Mempromosikan Aliansi Menlu RI :
Mengenang Seratus Tahun Mohammad Roem
Kontribusi Islam Dan Demokrasi Dalam Membangun AsiaIndonesia Timur dan
Strategis Amerika Da’i Latin Bachtiar :
Menyelesaikan Persoalan TKI di Malaysia Dengan Kepala Dingin Kebudayaan, Fondasi Untuk Memperkuat Hubungan RI - Suriname
Nia Zulkarnaen :
“KING”
Film Bertema Bulutangkis Pertama di Dunia 771978 917386
ISSN 1978-9173
Menlu Kembali Angkat Isu 771978 917386 Palestina di Mesir
Email:
[email protected]
9
9
www.tabloiddiplomasi.org
ISSN 1978-9173
Email:
[email protected] Email:
[email protected]
Departemen Luar Negeri Republik Indonesia
Diplomasi TABLOID
Media Komunikasi dan Interaksi
Daftar Isi >4
Fokus utama
Hubungan Internasional Membutuhkan Pendekatan “Thinking Outside the Box”
>6
Fokus
>
Fokus
7
>8 >9 > 10 > 11
FEALAC, Instrumen untuk Meningkatkan Hubungan Bilateral dengan Negara-Negara Amerika Latin
> 12
BINGKAI
> 14
sorot
> 15
sorot
> 16
SOROT
> 17
SOROT
> 21
SOSOK
> 22
lensa
FEALAC Mempromosikan Aliansi Strategis Asia Timur dan Amerika Latin
Fokus FEALAC dapat Memainkan Peran Penting dalam Peningkatan Pertumbuhan Nilai Perdagangan Indonesia ke Kawasan Amerika Latin
Fokus Negara-Negara Anggota FEALAC Sebagai Pasar Alternatif Bagi Indonesia
SOROT Ulang Tahun Museum KAA ke- 32 Melestarikan Semangat Perdamaian Dan NilaiNilai Perjuangan KAA 1955
SOROT Aktualisasi Semangat Dasasila Bandung Untuk Menciptakan Keseimbangan Dinamis
Nusantara Model of United Nations 2012 (NuMUN 2012)
Peran Global Indonesia Menjadi Sangat Penting
Kolombia, Negara Mitra Strategis di Amerika Latin
Komunitas Muda ASEAN 2015 Meningkatkan Peran Pemuda bagi Kemajuan ASEAN
Indonesia dan Italia Sepakat Tingkatkan Kerjasama Dialog Lintas Agama
Duta Besar Saiful Hadi Merasa Sebagai Orang Biasa yang Berjalan Sesuai Irama
“CULTURE BALI 2012” Mendekatkan Indonesia ke Publik Belgia
13
B I N G K A I
Menlu Kembali Angkat Isu Palestina di Mesir
Diplomasi Memasuki usianya yang ke57 tahun, Konperensi Asia-Afrika (KAA) semakin memantapkan perannya di berbagai kancah internasional. Besarnya peranan yang dimainkan oleh negaranegara KAA saat ini dapat dilihat dari kiprahnya di berbagai forum multilateral dan regional, baik dalam percaturan politik maupun ekonomi global. Terutama dalam upaya menciptakan tatanan dunia yang lebih berimbang dan lebih adil sesuai dengan semangat dan cita-cita Dasa Sila Bandung. Semangat Dasa Sila Bandung tidak semata hanya membebaskan negara-negara Asia-Afrika dari belengggu kolonialisme, namun juga mengeluarkan negara-negara KAA dari cengkeraman kemiskinan dan keterbelakangan. Relevansi KAA dewasa ini terletak pada semangat solidaritas antar sesama negara berkembang untuk tetap tumbuh saling mendukung dan membantu guna memajukan pembangunan dan kesejahteraan rakyat. Dan sebagai salah satu penggagas KAA, Indonesia terus berupaya memperkuat relevansi KAA di tengahtengah perubahan dunia. Indonesia mengembangkan kemitraan strategis di antara negara-negara KAA dalam bentuk program-program nyata. Dan pada abad ke-21 ini, negara-negara AsiaAfrika dituntut untuk tetap memegang teguh semangat yang terdapat di dalam Dasasila Bandung, yaitu untuk merdeka secara politik, ekonomi dan sosial budaya. Sebuah semangat yang pada akhirnya nanti akan mampu berkontribusi dalam membangun tatanan dunia yang lebih adil dan sejahtera. Sekarang ini, negara-negara anggota KAA sudah memperoleh pengakuan dari dunia internasional, salah satunya disebabkan karena dominasi ekonominya. Indonesia adalah salah satunya, selain China, India dan Afrika Selatan. Saat ini masyarakat internasional lebih melihat pada kenyataan bahwa negara-negara berkembang mempunyai peran dan pengaruh yang besar secara ekonomi, apalagi setelah terjadinya krisis ekonomi di Eropa. Indonesia bahkan diperhitungkan baik secara ekonomi, politik, maupun sosial. Indonesia selalu berperan, setidaknya dalam menciptakan stabilitas kawasan yang menjadi dasar dari kegiatan-kegiatan ekonomi. Indonesia mencoba menciptakan apa yang kita sebut sebagai ‘dynamic equilibrium’ atau keseimbangan yang dinamis. Indonesia juga bertekad akan terus memajukan dialog lintas agama dan tetap komitmen terhadap penguatan upaya saling memahami di tengah keragaman. Secara konsisten Indonesia membuktikan upaya dan perannya dalam membangun jembatan, karena Indonesia meyakini bahwa membangun jembatan untuk saling memahami adalah cara terbaik memperkuat budaya damai global. Terkait dengan hal tersebut Indonesia selalu mendorong berbagai dialog dengan berbagai mitra, baik di tingkat bilateral, regional maupun global. Sejak tahun
Teras Diplomasi 2004, Indonesia, melalui Kementerian Luar Negeri RI telah mengembangkan budaya dialog lintas agama sebagai bentuk upaya pro aktif Indonesia dalam mengedepankan sikap toleransi dan saling memahami antar sesama umat beragama dan antar peradaban melalui kegiatan interfaith dialogue. Kegiatan ini dinilai penting untuk mempromosikan harmoni dan kerja sama, serta menghilangkan kecurigaan dan kesalahpahaman antar agama dan budaya. Dalam pengembangan peranan yang lebih luas, Indonesia melakukan peningkatan kerjasama strategis dengan negara-negara di kawasan Amerika Latin melalui FEALAC yang tidak hanya difokuskan pada sektor ekonomi dan perdagangan semata, tetapi juga pada potensi kerjasama di sektor lainnya, yaitu meliputi bidang sosial budaya, pendidikan, dan kerjasama antar masyarakat (people to people) FEALAC sebagai forum kerja sama Asia Timur Amerika Latin telah mengalami kemajuan yang signifikan dalam perkembangannya. Sejak didirikan pada tahun 1999, FEALAC telah menjadi kerja sama antarkawasan yang penting di dunia. Perkembangan ini menunjukkan pentingnya FEALAC bagi anggotanya dan kesungguhan mereka untuk mencapai apa yang menjadi tujuan FEALAC. Indonesia juga merasakan FEALAC sebagai kerjasama antar-kawasan yang penting, dimana partisipasi aktif Indonesia dalam FEALAC adalah salah satu contoh yang menunjukkan pentingnya FEALAC. FEALAC sangat penting bagi Indonesia, baik sebagai individu negara maupun sebagai bagian dari kawasan Asia Timur. Sebagai individu negara, Indonesia memandang FEALAC sebagai instrumen untuk meningkatkan hubungan bilateral dengan negara-negara Amerika Latin, dimana kemajuan negara-negara Amerika Latin selama dekade terakhir telah dianggap penting bagi banyak negara. Sejumlah negara Amerika Latin telah menjadi pemain penting dalam urusan global, seperti Brazil, Argentina, Meksiko, Venezuela, Kolombia, Chile, dan Ekuador. Inilah mengapa Indonesia mulai melihat Amerika Latin sebagai mitra yang menjanjikan di masa depan. Menjadi dikenal di Amerika Latin sangat penting bagi Indonesia dalam rangka memperluas hubungan dengan negara-negara di kawasan ini, dan sebagai bagian dari kawasan Asia Timur, Indonesia memandang pentingnya FEALAC untuk meningkatkan hubungan Asia Timur dan Amerika Latin. Forum FEALAC menawarkan hasil yang positif di bidang ekonomi, politik, dan hubungan sosial budaya kepada Asia Timur dan juga Amerika Latin sendiri. Hal ini dikarenakan FEALAC memiliki potensi yang sangat besar untuk dapat dikembangkan lebih lanjut.[]
Diplomasi TABLOID
Media Komunikasi dan Interaksi
Pelindung Direktur Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik Pengarah Direktur Diplomasi Publik penanggung jawab/Pemimpin Umum Firdaus, SE. MH Pemimpin Redaksi Firdaus, SE. MH Wakil Pemimpin Redaksi Khariri Makmun Redaktur Pelaksana Cahyono dewan redaksi Fransiska Monika Dilla Trianti M. Rizki S. Malia Staf Redaksi Saiful Amin Arif Hidayat M. Fauzi Nirwansyah Dian harja Irana Tata Letak dan Artistik Tsabit Latief Distribusi Mardhiana S.D. Suradi Sutarno Harapan Silitonga Kontributor M. Dihar Staf Diplomasi Publik SUMBER FOTO COVER Dok. Google Alamat Redaksi Direktorat Diplomasi Publik, Lt. 12 Kementerian Luar Negeri RI Jl. Taman Pejambon No.6 Jakarta Pusat Telp. 021- 68663162, 3863708, Fax : 021- 29095331, 385 8035 Tabloid Diplomasi dapat didownload di http://www.tabloiddiplomasi.org Email :
[email protected] Diterbitkan oleh Direktorat Diplomasi Publik Kementerian Luar Negeri R.I
Bagi anda yang ingin mengirim tulisan atau menyampaikan tanggapan, informasi, kritik dan saran, silahkan kirim email:
[email protected] Wartawan Tabloid Diplomasi tidak diperkenankan menerima dana atau meminta imbalan dalam bentuk apapun dari narasumber, wartawan Tabloid Diplomasi dilengkapi kartu pengenal atau surat keterangan tugas. Apabila ada pihak mencurigakan sehubungan dengan aktivitas kewartawanan Tabloid Diplomasi, segera hubungi redaksi.
Diplomasi
4
FOKUS utama
Menteri Luar Negeri RI, DR. R.M. Marty M. Natalegawa
Hubungan Internasional Membutuhkan Pendekatan “Thinking Outside the Box”
Dok. Infomed
ASEAN telah berperan secara aktif dalam mengatasi isu-isu keamanan NonTradisional seperti upaya pemberantasan terorisme, penanganan bencana alam, kerjasama maritim, masalah penyelundupan manusia termasuk trafickking in person, masalah keamanan energi dan keamanan pangan, hampir kesemuanya itu sebagai bentuk atau wujud dari yang dinamakan non- traditional security issues. Semua isu-isu ini telah ditangani dan dikelola oleh ASEAN, melalui lembaga-lembaga ASEAN yang menangani masalah tersebut, termasuk yang dinamakan ASEAN Ministerial Meeting on Trans-national Crime. Dari segi kelembagaan ASEAN, nontraditional security issues sudah sangat dipahami sebagai masalah utama yang
No. 55 Tahun V
harus dikelola oleh ASEAN. Bahkan melalui ASEAN, kita juga telah mendorong kepedulian kawasan secara lebih luas untuk terlibat dalam ASEAN telah berperan secara aktif dalam mengatasi isu-isu keamanan NonTradisional seperti upaya pemberantasan terorisme, penanganan bencana alam, kerjasama maritim, masalah penyelundupan manusia termasuk trafickking in person, masalah keamanan energi dan keamanan pangan, hampir kesemuanya itu sebagai bentuk atau wujud dari yang dinamakan non- traditional security issues. Semua Isu-isu ini telah ditangani dan dikelola oleh ASEAN, melalui lembaga-lembaga ASEAN yang menangani masalah tersebut, termasuk yang dina-
makan ASEAN Ministerial Meeting on Trans-national Crime. Dari segi kelembagaan ASEAN, nontraditional security issues sudah sangat dipahami sebagai masalah utama yang harus dikelola oleh ASEAN. Bahkan melalui ASEAN, kita juga telah mendorong kepedulian kawasan secara lebih luas untuk terlibat dalam me-ngatasi masalah-masalah non-tradisional tersebut melalui forum ASEAN plus, kerja-sama ASEAN dengan negara-negara mitranya, ASEAN-China, ASEAN-Jepang, ASEAN-Australia, ASEAN-Amerika, dan ASEAN plus three, juga melalui yang dinamakan ASEAN Regional Forum, dan East Asia Summit. Sepanjang menyangkut masalah non-traditional security issues, sudah ada kepekaan yang cukup mendalam di antara negara-negara ASEAN untuk mengelola masalah ini ke depan, bukan saja antara sesama negara ASEAN, melainkan juga ASEAN dengan negara mitranya, ASEAN dalam kerangka ASEAN Regional Forum, dan tidak kalah penting ASEAN dalam kerangka yang dinamakan East Asia Summit. Setidaknya terdapat tiga paradigma yang menjadi basis dari penanganan masalah-masalah Non-Tradisional oleh ASEAN. Pertama, paradigma yang melandasi penanganan ASEAN terhadap masalahmasalah non-tradisional adalah adanya suatu kenyataan bahwa antara masalah dalam negeri dan masalah luar negeri ada keterkaitan yang sangat erat. Dan bahkan, di abad ke-21 ini kadang kala mustahil dan sulit membedakan antara apa yang dinamakan masalah dalam negeri dan apa yang dinamakan masalah luar negeri. Satu contoh untuk menggambarkan adanya keterkaitan antara masalah dalam negeri dan masalah luar negeri, yaitu yang dinamakan democratic deficit, kekurangan-kekurangan atau keterbatasan masalah demokrasi dan good governance dari suatu negara bisa dengan sangat cepat berkembang menjadi masalah keamanan/security. Kalau kita ikuti perkembangan di Timur Tengah dan Afrika Utara dalam beberapa tahun terakhir ini, kita bisa memahami dan melihat masalah dalam negeri, yaitu menyangkut masalah sistem pemerintahan dan sistem politik dari negara-negara tersebut. Karena tidak di-
kelola dengan baik, maka dengan sangat cepat menjadi masalah antar bangsa dan menjadi masalah security. Kasus Libya dan Suriah, meskipun inti masalahnya adalah masalah dalam negeri, namun menemukan bentuk-bentuk permasalahan ini di tingkat global. Bedakan dengan ASEAN, yang pada kurang lebih sepuluh tahun lalu, ketika Indonesia menjadi Ketua ASEAN sebelum tahun 2011 kemarin, yaitu pada tahun 2003, kita secara sadar dan sengaja menampilkan yang dinamakan ASEAN Political and Security Community. Sebelum prakarsa Indonesia itu, kalau kita berbicara tentang masyarakat ASEAN, yang dimaksud adalah masyarakat ekonomi ASEAN. Selanjutnya Indonesia mengusung agenda demokratisasi dan political development menjadi bagian dari kerjasama ASEAN melalui yang dinamakan ASEAN Political and Security Community. Prakarsa untuk memasukkan agenda demokratisasi ini didasarkan pada pengalaman reformasi Indonesia yang dimulai sejak tahun 1998. Oleh karena itu, selama sepuluh tahun terakhir ini, ASEAN secara step-bystep telah menciptakan kemampuan di bidang political development. Perkembangan di Myanmar dalam satu-dua tahun terakhir ini sangat luar biasa, perubahan dinamika dari yang sangat negatif, menjadi cukup positif, dimana ASEAN menawarkan satu cara penjajagan yang akhirnya membuahkan hasil yang positif. Isu demokrasi dan political development awalnya merupakan masalah domestik tapi jika tidak diselesaikan secara baik akan berkembang menjadi masalah global. Kenyataan ini menunjukkan adanya keterkaitan antara masalah politik dalam negeri dan masalah luar negeri, dan berdasarkan pemahaman tersebut, ASEAN telah mengembangkan kapasitas dan kemampuan di bidang political development, sehingga tidak ada kevakuman kemampuan ASEAN di bidang political development. Seandainya tidak ada penanganan regional, maka suatu permasalahan yang timbul di tingkat nasional dengan sangat cepat menjadi masalah global, karena tidak adanya layer dari tingkat nasional ke global. Dengan adanya kemampuan di tingkat ASEAN, maka suatu masalah yang timbul di antara sesama keluarga
15 MEI - 14 JUNI 2012
Diplomasi FOKUS utama besar ASEAN bisa ditangani secara internal oleh keluarga besar ASEAN terlebih dahulu sebelum masalah ini semakin memburuk dan menjadi perhatian dunia.Dalam istilah Kemlu keterkaitan antara masalah dalam negeri dan luar negeri disebut intermestik, untuk menggambarkan antara persoalan internasional dan domestik yang saat ini menjadi satu kesatuan. Selain masalah demokratisasi isu domestik yang dapat berkembang menjadi isu internasional seperti masalah perlindungan Warga Negara Indonesia di luar negeri, terrorism, trans-national crime dan lainnya yang merupakan wujud nyata keterkaitan masalah dalam negeri dan masalah luar negeri. Paradigma kedua, adalah adanya keterkaitan yang sangat erat antara berbagai permasalahan internasional. Di masa lalu kita terbiasa membedakan suatu permasalahan sebagai masalah politik, ekonomi, sosial-budaya, penerangan, dan lain-lain, sehingga seolaholah penanganan suatu masalah bisa dilakukan dalam suatu kevakuman secara berdiri sendiri. Kenyataannya, apapun permasalahannya, antara satu masalah politik, ekonomi, sosial-budaya, semua saling terkait dan sangat tidak mungkin bisa dipisahkan. Dalam hubungan internasional semua masalah global memiliki dimensi keamanan. ketika kita membahas masalah pangan, kita bisa berbicara tentang masalah keamanan pangan atau food security dan begitu juga untuk masalah lain seperti climate security, environment security, dan financial security. Penanganan masalah keamanan memiliki dimensi yang sangat luas, sehingga banyak masalah-masalah yang pada masa lalu dianggap sebagai terpisah dan berdiri sendiri dalam kenyataannya sekarang saling terkait. Bagi kita yang menangani masalahmasalah ini, harus cerdas dan cakap melihat adanya connectivity antara masalah luar negeri dan dalam negeri, serta connectivity antara masalah politik, ekonomi, dan sosial-budaya. Kalau kita tidak pandai-pandai mempersatukan atau melihat adanya kesatuan antara isu-isu ini, maka penanganan yang kita upayakan sifatnya akan partial, tidak menyeluruh, dan kita sendiri dalam diplomasi dan politik luar negerinya tidak akan mampu untuk bisa menjadi bagian dari solusi. Paradigma ketiga, meskipun sekarang sangat sering kita membahas masalah-masalah non-traditional security seperti masalah food security, environment security, finance security, counterterrorism, disaster management, dan lain-lain, dengan ciri-cirinya seperti ke-
15 MEI - 14 JUNI 2012
5
Isu demokrasi dan political development awalnya merupakan masalah domestic tapi jika tidak selesaikan secara baik akan berkembang menjadi masalah global. terkaitan masalah global, internasional dan domestik, serta keterkaitan antara berbagai masalah hukum, dalam kenyataannya, masalah-masalah yang dinamakan traditional security masih sangat menjadi perhatian kita semua. Kalau melihat perkembangan di Semenanjung Korea, di Laut China Selatan, dan kawasan-kawasan lainnya, kita diingatkan bahwa masalah hubungan antar bangsa dan keamanan, masih sangat dominan dan menyita perhatian global. Mungkin masalah traditional security masih di hadapan kita, namun yang kami ingin tekankan adalah how do we respond to this traditional security issues, penanganannya atau response-nya mungkin bisa bersifat non-traditional. Kita harus melepaskan diri kita dari cara-cara pendekatan yang sudah tidak tepat lagi, sudah tidak mencermikan berbagai tantangan dan permasalahan di abad ke-21 ini, dengan pendekatan-
pendekatan yang lebih thinking outside the box. Dalam kaitan ini, saya hanya ingin memberikan satu atau dua contoh bagaimana masalah traditional security ditangani dengan cara yang non-traditional bisa mengubah suatu permasalahan dari yang negatif menjadi yang positif. Pertama, adanya anggapan seolaholah di kawasan Asia Pasifik berada di ambang suatu kompetisi, perebutan pengaruh di kawasan, seolah-olah kita terbawa pada situasi perang dingin. Kini Indonesia menawarkan perspektif yang berbeda, tidak lagi berbicara mencoba membendung pengaruh suatu negara, melainkan kita berbicara tentang terwujudnya suatu kondisi yang kita namakan dynamic equilibrium, dimana tidak ada negara yang dominan di kawasan kita, namun posisi ini dicapai bukan melalui alliances atau persekutuan, melainkan melalui cara pandang yang lebih
menekankan common security, common prosperity, common stability sebagai ciri-ciri yang perlu dikedepankan, karena kadang kala cara berpikir atau cara pandang itu bisa sifatnya self-fulfilling. Contoh terakhir dari kami adalah perkembangan di Laut China Selatan. Kita melihat selama 8-10 tahun terakhir ini banyak perhatian di Laut China Selatan, dan umumnya perhatian itu sangat negatif, penuh tantangan dan kekhawatiran. Berkat upaya diplomasi Indonesia, kita telah mengubah tatanan tersebut dengan berhasil mengesahkan yang dinamakan guidelines mengenai Laut China Selatan, dan dalam waktu dekat akan ada code of conduct. (Disunting dari paparan Menlu RI pada pembukaan Pertemuan Sela Mahasiswa Hubungan Internasional se-Indonesia ke24 di Universitas Paramadina, Jakarta, 23 April 2012)
Dok. Infomed
No. 55Tahun V
Diplomasi
6
F O K U S
FEALAC, Instrumen untuk Meningkatkan Hubungan Bilateral dengan Negara-Negara Amerika Latin Duta Besar Pitono Purnomo Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan FEALAC sebagai forum kerja sama Asia Timur - Amerika Latin telah mengalami kemajuan yang signifikan dalam perkembangannya. Sejak didirikan pada tahun 1999, mulai dari pelaksanaan Senior Officials Meeting (SOM) yang pertama di Singapura, FEALAC telah menjadi kerja sama antar-kawasan yang penting di dunia. Hal ini berlaku tidak hanya dari jumlah anggotanya yang sekarang telah mencapai 36 negara, 16 di antaranya dari Asia Timur dan 20 di antaranya dari Amerika Latin, tetapi juga dari jumlah aktivitasnya. Dalam pertemuan FEALAC terbaru di Buenos Aires pada bulan Agustus 2011 lalu, FEALAC telah menyimpulkan sejumlah perkembangan, seperti pembentukan FEALAC Vision Group yang akan memberikan rekomendasi pada pengembangan FEALAC, dan aksesi dari Honduras dan Suriname sebagai anggota baru. Perkembangan ini menunjukkan pentingnya FEALAC bagi anggotanya dan kesungguhan mereka untuk mencapai tujuan FEALAC, yaitu: (i) meningkatkan saling pengertian, dialog, dan kerja sama di antara para anggotanya, (ii) mengeksplorasi potensi anggotanya dalam bidang ekonomi, perdagangan, investasi, keuangan, ilmu pengetahuan, teknologi, lingkungan, budaya, olahraga, dan people to people contact, dan (iii) memperluas landasan bersama tentang masalah politik dan ekonomi internasional untuk meningkatkan kerjasama di forum internasional lainnya sebagai cara untuk mencapai kepentingan bersama negara-negara anggota . Indonesia juga merasakan FEALAC sebagai kerjasama antar-kawasan yang penting. Partisipasi aktif Indonesia dalam FEALAC adalah salah satu contoh yang menunjukkan pentingnya FEALAC. Indonesia menjabat sebagai Koordinator Kawasan untuk periode 2009-2011 dan ditunjuk kembali untuk periode 20112013. Indonesia adalah tuan rumah untuk pelaksanaan SOM ke-11 tahun 2010, dan akan menjadi tuan rumah untuk FMM ke-6 pada tahun 2013. FEALAC sangat penting bagi Indonesia, baik sebagai individu negara maupun sebagai bagian dari kawasan
No. 55 Tahun V
Dok. PPPK Amerop
Asia Timur. Sebagai individu negara, Indonesia memandang FEALAC sebagai instrumen untuk meningkatkan hubungan bilateral dengan negara-negara Amerika Latin. Hal ini karena hubungan Indonesia dengan negara-negara di kawasan ini masih rendah dalam hal intensitas kerja sama, kontak resmi, people to people, dan hubungan ekonomi (perdagangan, pariwisata, dan investasi). Dalam hubungan perdagangan, misalnya, hanya ada 4 (empat) negara Amerika Latin yang telah menjadi mitra dagang utama Indonesia, yaitu Argentina, Brasil, Chili, dan Meksiko. Adapun total perdagangan antara Indonesia dan FEALAC-Amerika Latin pada tahun 2011 adalah sebesar US $ 8,38 milyar atau hanya sekitar 2,2% dari total perdagangan Indonesia. Kemajuan negara-negara Amerika Latin selama dekade terakhir telah dianggap penting bagi banyak negara. Sejumlah negara Amerika Latin telah menjadi pemain penting dalam urusan global, seperti Brazil, Argentina, Meksiko, Venezuela, Kolombia, Chile, dan Ekuador. Inilah mengapa Indonesia mulai melihat Amerika Latin sebagai mitra yang menjanjikan di masa depan. Dengan demikian Indonesia mengharapkan
bahwa hubungan dengan negara-negara Amerika Latin akan meningkat melalui kerjasama dalam FEALAC. Di sisi lain, sebagian besar negaranegara Amerika Latin tidak benar-benar menyadari potensi Indonesia sebagai negara berkembang. Indonesia memiliki populasi sekitar 248 juta dengan PDB per kapita sebesar US $ 4.700 dan total PDB Indonesia sebesar US $ 1120 milyar pada tahun 2011. Tahun lalu, ekspor Indonesia menyumbang sebesar US $ 208,9 milyar dan impor sebesar US $ 172,1 milyar. Indonesia adalah anggota G-20, seperti halnya Argentina, Brasil, dan Meksiko. Disamping itu Indonesia juga sebagai anggota APEC, seperti Chili, Meksiko, dan Peru. Oleh karena itu, menjadi dikenal di Amerika Latin sangat penting bagi Indonesia dalam rangka memperluas hubungan dengan negara-negara di kawasan ini. Dan semoga hal ini dapat dicapai melalui kerjasama dalam FEALAC. Sebagai bagian dari kawasan Asia Timur, Indonesia memandang pentingnya FEALAC untuk meningkatkan hubungan Asia Timur dan Amerika Latin. Forum yang sama seperti FEALAC telah ada sebelumnya, seperti ASEM dan APEC. Kedua forum tersebut telah terbukti bermanfaat bagi kawasan yang terlibat.
Oleh karena itu, FEALAC harus mampu menawarkan hasil yang positif di bidang ekonomi, politik, dan hubungan sosial budaya kepada Asia Timur dan Amerika Latin. Hal ini dikarenakan FEALAC memiliki potensi yang sangat besar untuk dapat dikembangkan lebih lanjut. FEALAC terdiri dari sekitar 2,5 milyar penduduk atau 40% dari populasi dunia. Dalam hal PDB, Amerika Latin memiliki PDB sekitar US $ 5,6 triliun sedangkan Asia Timur sekitar US $ 20,1 triliun. Dalam hal ekspor dan impor, ekspor FEALAC mencapai sekitar 29% dari total ekspor dunia sedangkan impornya sekitar 26% dari total impor dunia. Dalam hal FDI, pangsa investasi langsung luar negeri FEALAC adalah sekitar 16% dari saham FDI dunia dengan saham outward FDI sekitar 10%. Di masa depan, Indonesia mengharapkan hubungan intra-perdagangan antara Asia Timur dan Amerika Latin, serta juga hubungan intra-investasi dan kerja sama politik di forum-forum internasional dapat semakin ditingkatkan.[] (Disunting dari pidato Kepala BPPK pada Forum Kebijakan Luar Negeri di Universitas Parahyangan, Bandung, 19 April 2012)
15 MEI - 14 JUNI 2012
Diplomasi F
O
K
U
S
7
FEALAC Mempromosikan Aliansi Strategis Asia Timur dan Amerika Latin Alfonso Garzón-Méndez Duta Besar Kolombia untuk Indonesia
Dok. PPPK Amerop
15 MEI - 14 JUNI 2012
FEALAC adalah forum kerjasama antara Asia Timur dan Amerika Latin. Ini merupakan mekanisme untuk mempromosikan pemahaman, dialog dan kerjasama untuk penguatan hubungan antara negara-negara Asia Timur dan Amerika Latin. FEALAC adalah sebuah kawasan dengan prospek pertumbuhan dan perkembangan yang menjanjikan, dimana negara-negara berkembang di Asia, Amerika Latin dan Karibia menjadi kutub pertumbuhan baru di dunia. Amerika Latin dan Karibia mengatasi krisis internasional dengan ketahanan yang luar biasa dan kemudian muncul lebih cepat dan lebih kuat dari negaranegara maju. Karenanya FEALAC harus dan dapat memainkan peran utama dalam memperdalam hubungan SelatanSelatan, hubungan antara negara-negara berkembang di Asia, Amerika Latin dan Karibia. FEALAC adalah sebuah pendekatan menjadikan tantangan sebagai kesempatan untuk kemitraan baru, dengan 39% populasi dunia (AT 31%, AL 8%), 32% PDB dunia (AT 25%, AL 7%), 11% investasi asing (AT 9%, AL 2%), 30% ekspor global (AT 25%, AL 5%), dan 27% impor global (AT 22%, AL 5%). Indonesia dan Kolombia, masingmasing diangkat sebagai Koordinator Kawasan Asia Timur dan Koordinator Kawasan Amerika Latin. FEALAC memiliki 6 (enam) Co-Chairs Kelompok Kerja, dan host Sekretariat Cyber. Tugas utama Koordinator Kawasan adalah memfasilitasi pengambilan keputusan dan proses pembuatan konsensus untuk mengarahkan FEALAC menuju jalan bersama. Memberikan pelayanan sebagai contact point untuk semua permasalahan FEALAC dan mengumpulkan pandangan dari negara-negara anggota. Selanjutnya dengan berdasarkan pada konsensus negara-negara anggota, Koordinator Kawasan mengatur pelaksanaan FMM dan SOM. Menengahi pendapat-pendapat yang tidak resmi untuk eksekusi yang efektif dan kelangsungan kegiatan FEALAC. Melakukan supervisi
terhadap sejumlah dokumen resmi dan keseluruhan manajemen FEALAC. Yang dibutuhkan oleh FEALAC adalah sebuah tindakan ketimbang berbicara keras. Dan lebih dari 11 tahun perjalanannya, FEALAC telah memperoleh berbagai prestasi. Namun demikian, FEALAC masih memiliki beberapa keterbatasan, seperti: kurangnya kesadaran masyarakat tentang FEALAC, kurangnya kerjasama dalam lingkup multilateral, dan kebutuhan yang berorientasi pada aksi dan inisiatif yang efektif. Tantangannya adalah mengidentifikasi solusi agar menjadi lebih kreatif, kokoh dan pragmatis. Sebagai tindak lanjut dari Ministerial Mandates, aksi-aksi kongkrit FEALAC pada 2012 adalah berupa: Pembentukan Vision Group Meetings (12 Maret 2012 di Seoul dan 11-12 Oktober di Lima); Working Groups Meetings (16 Oktober 2012 di Bogota); SOM XIII (17 Oktober 2012 di Bogota). Untuk mempromosikan kontak antar kawasan dan sektor kemitraan publik-bisnis, FEALAC akan menyelenggarakan Konferensi ke-3 mengenai Alam dan Pariwisata serta Putaran Pertama Pembangunan Kapasitas mengenai Ekowisata pada tanggal 22-23 Agustus 2012 di Kolombia. Selanjutnya juga ada Dialog Bisnis FEALAC pertama pada tanggal 1820 Oktober 2012 di Bogotá. Dialog Bisnis FEALAC diselenggarakan dalam rangka membangun hubungan yang lebih erat untuk mempromosikan aliansi strategis. Ini dikarenakan beberapa hal, diantaranya adalah: tingginya potensi investasi dan perdagangan, pertumbuhan ekonomi yang stabil di kedua kawasan, identifikasi peluang untuk integrasi ke rangkaian nilai-nilai global, berbagi pengalaman dan program mengenai inovasi dan daya saing, serta membangun pemahaman yang lebih baik terhadap jaringan Perjanjian Perdagangan Kawasan. Untuk itu diperlukan sebuah dialog bisnis antara masyarakat bisnis dan pemerintah untuk mencapai pemahaman yang lebih baik dan kerjasama an-
tar kedua kawasan. Terkait hal ini kami mengusulkan agar Dialog Bisnis FEALAC dijadikan sebagai sidang tahunan bagi perwakilan bisnis dan pemerintah di Asia Timur dan Amerika Latin untuk mempromosikan jaringan dan mengidentifikasi sektor-sektor yang memerlukan perbaikan untuk menciptakan bisnis dan iklim investasi yang lebih baik. Tantangan FEALAC kedepan adalah melakukan aksi nyata untuk memenuhi Ministerial Mandate, termasuk rekomendasi Vision Groups. Meningkatkan promosi kontak antar kawasan melalui 2nd FEALAC Business Dialogue (Indonesia, 2013). Mengidentifikasi aksi untuk kepentingan bersama. Isu-isu kepentingan bersama FEALAC, diantaranya: desain strategi untuk adaptasi yang lebih baik terkait manajemen risiko dan penciptaan mekanisme yang lebih baik untuk mencegah bencana dengan lebih efektif; Memberantas kemiskinan, kelaparan, malnutrisi dan rawan pangan melalui kerjasama regional dan internasional, serta investasi dalam keamanan makanan dan gizi, pertanian berkelanjutan dan pembangunan pedesaan; Meningkatkan kerja sama dan mempromosikan penggunaan teknologi di bidang penanggulangan bencana baik di tingkat regional dan internasional dalam rangka mencapai ketahanan bencana Komunitas ASEAN; Kerjasama antar negara Anggota ASEAN dan mitra eksternal untuk menjamin keamanan energi dan mengurangi volatilitas harga energi yang berlebihan; Memperkuat dan meningkatkan kerjasama antar negara anggota ASEAN dengan pihak eksternal untuk memastikan keamanan pangan dan mengurangi dampak volatilitas harga pangan; serta meningkatkan hubungan antara anggota FEALAC.[] (Disunting dari paparan Dubes Kolombia untuk RI, pada Forum Kebijakan Luar Negeri di Universitas Parahyangan, Bandung, 19 April 2012)
No. 55Tahun V
Diplomasi
8
fokus
FEALAC dapat Memainkan Peran Penting dalam Peningkatan Pertumbuhan Nilai Perdagangan Indonesia ke Kawasan Amerika Latin Dok. PPPK Amerop
Trie Edi Mulyani Kepala Pusat Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Kawasan Amerop
“
Sebagai pasar non-tradisional, Amerika Latin masih dianggap sebagai pasar potensial bagi Indonesia. Dengan selisih total nilai ekspor Indonesia ke kawasan Amerika Latin yang hanya kurang dari 4%, FEALAC dapat memainkan peran penting dalam peningkatan pertumbuhan nilai perdagangan Indonesia ke kawasan Amerika Latin.
FEALAC merupakan forum dengan potensi yang sangat besar untuk meningkatkan kerjasama, mengingat bahwa FEALAC mewakili sebanyak 40% dari total penduduk dunia, 32% dari ekonomi dunia, dan 40% perdagangan dunia. Asia dan Amerika Latin adalah kawasan yang tumbuh dengan sangat dinamis dan profilnya terus meningkat di mata masyarakat internasional serta dapat memberikan kontribusi positif terhadap perekonomian dunia. Tapi, sejak berdirinya FEALAC, Indonesia belum memanfaatkan potensi di kawasan Amerika Latin secara penuh, baik secara politik maupun ekonomi. FEALAC dapat bertindak sebagai pintu masuk bagi kerja sama politik dan ekonomi dengan negara-negara Amerika Latin, dan juga untuk memperkuat kedekatan
No. 55 Tahun V
politik dengan negara-negara Asia, yang merupakan mitra tradisional Indonesia. Sebagai pasar non-tradisional, Amerika Latin masih dianggap sebagai pasar potensial bagi Indonesia. Dengan selisih total nilai ekspor Indonesia ke kawasan Amerika Latin yang hanya kurang dari 4%, FEALAC dapat memainkan peran penting dalam peningkatan pertumbuhan nilai perdagangan Indonesia ke kawasan Amerika Latin. Dalam lingkup bilateral, volume perdagangan Indonesia dengan negara-negara anggota FEALAC di kawasan Amerika Latin pada tahun 2011 mencapai US $ 8,04 milyar dengan nilai ekspor sebesar US $ 3,83 milyar dan nilai impor sebesar US $ 4,21 milyar. Sementara itu, total ekspor Indonesia untuk kawasan Amerika Latin mencapai US $ 3,98 milyar. Ini
menunjukkan bahwa lebih dari 96% dari total ekspor Indonesia ke Amerika Latin berfokus pada negara-negara anggota FEALAC. Sebagai salah satu co-founders FEALAC, Indonesia menekankan pentingnya kerjasama dengan semua negara anggota FEALAC. Dalam hubungan ini, sebagai Koordinator Regional untuk Asia Timur periode 2011-2013 dan juga segera menjadi tuan rumah 6th FEALAC Foreign Ministers Meeting (FMM VI) pada tahun 2013, Indonesia diharapkan berperan aktif dalam memperluas kerjasama dengan negara-negara Amerika Latin. Indonesia siap untuk melayani dan berperan sebagai jembatan yang menghubungkan kawasan Asia dan Amerika Latin. Di antara kita saat ini, hadir para Duta Besar dari negara-negara anggota
”
FEALAC, para pembicara dari berbagai latar belakang yang berbeda dan peserta diskusi dari berbagai institusi di Indonesia. Mereka tentunya akan memberikan informasi, masukan, dan presentasi yang berharga mengenai FEALAC. Saya sampaikan ucapan terima kasih kepada seluruh peserta, khususnya para pengusaha kecil dan menengah yang telah berkenan menunjukkan sampel produk mereka yang telah diekspor ke luar negeri. Saya percaya bahwa forum ini akan membuat blok bangunan hubungan negara-negara berkembang di Asia-Amerika Latin lebih meningkat ke tingkat yang baru.[] (Disunting dari sambutan Kepala PPPK, Kawasan Amerop, pada Forum Kebijakan Luar Negeri di Universitas Parahyangan, Bandung, 19 April 2012)
15 MEI - 14 JUNI 2012
Diplomasi F
O
K
U
S
9
Negara-Negara Anggota FEALAC Sebagai Pasar Alternatif Bagi Indonesia Dewi M. Kusumaastuti
Dok. Diplomasi
Direktur Kerjasama Intra Kawasan Amerika dan Eropa
Forum Kerjasama Asia Timur - Amerika Latin (FEALAC/ Forum for East Asia – Latin America Cooperation) atau Foro de Cooperación América Latina – Asia del Este (FOCALAE) adalah forum yang diprakarsai oleh PM Singapura, Goh Chok Tong, pada tahun 1998, dan diresmikan pada tahun 2001. FEALAC dibentuk untuk membuka berbagai potensi dan mendukung pemahaman antara Asia Timur dan Amerika Latin atas dasar sukarela dan prinsip kerjasama informal yang fleksibel. Saat ini, FEALAC terdiri dari 36 negara, yaitu 16 negara Asia Tenggara (Indonesia, Australia, Brunei Darussalam, Kamboja, RRC, Jepang, Korea Selatan, Laos, Malaysia, Myanmar, Selandia Baru, Filipina, Singapura, Thailand, Vietnam dan Mongolia), dan 20 negara Amerika Latin (Argentina, Bolivia, Brazil, Chili, Kolombia, Kosta Rika, Kuba, Ekuador, El Salvador, Guatemala, Honduras, Meksiko, Nikaragua, Panama, Paraguay, Peru, Uruguay, Venezuela, Dominika dan Suriname). Dalam dekade pertama, yaitu dari 2001-2011, FEALAC telah memiliki dasar yang kuat secara politik, dan secara umum negara-negara anggotanya mengalami pertumbuhan secara kuantitatif, begitu pula dalam hal ruang lingkup ker-
15 MEI - 14 JUNI 2012
jasama yang dilakukan. Prinsip dasar FEALAC adalah menghormati kedaulatan dan integritas teritorial, tidak melakukan intervensi, memiliki kedudukan yang setara, saling menguntungkan, tujuan pembangunan bersama, penghormatan dan pemahaman budaya, cara hidup, dan pengambilan keputusan dengan konsensus. FEALAC bertujuan untuk; meningkatkan saling pengertian, kepercayaan, dialog dan kerjasama politik di antara negara-negara anggota; mengeksplorasi potensi kerjasama di berbagai bidang, seperti ekonomi, investasi, perdagangan, keuangan, ilmu pengetahuan, teknologi, perlindungan lingkungan, budaya, olahraga dan people-to-people exchange, serta; memperluas cakupan “common ground” isu-isu internasional di bidang politik dan ekonomi agar dapat bekerja sama di berbagai forum internasional untuk memperjuangkan berbagai kepentingan bersama. Pembentukan FEALAC dilatar belakangi oleh dinamika pertumbuhan perdagangan di Amerika Latin, keperluan untuk membuat fondasi hubungan yang kuat antara Asia dan Amerika Latin, adanya kebutuhan untuk melengkapi kerjasama ASEAN dan MERCOSUR yang sudah ada namun bukan merupakan sebuah forum yang menjembatani hubungan antara kedua kawasan, serta kebutuhan untuk menjalin kerjasama regional dalam rangka menghadapi tantangan global saat ini dan peluang di kawasan Asia dan Amerika Latin. Sasaran yang ingin dicapai oleh FEALAC adalah menjadikan FEALAC sebagai alat untuk meningkatkan saling pengertian, memperkuat dialog politik, mengembangkan kerja sama, serta membentuk kemitraan baru dan strategis antara Asia dan Amerika Latin. Disamping itu FEALAC juga bertujuan untuk berbagi mengenai best practices dan memfasilitasi kerjasama dalam berbagai aspek antara negara-negara di kedua kawasan. Memanfaatkan potensi kerjasama multi-disipliner di bidang ekonomi, perdagangan, investasi, keuangan, ilmu pengetahuan dan teknologi, perlindungan lingkungan, budaya, olahraga, pariwisata, dan people to people contact. Berbagi pandangan mengenai masalah ekonomi dan politik internasional sehingga dapat bekerja sama dalam menghadapi tantangan global saat ini.
Dalam struktur organisasi FEALAC, Foreign Minister Meeting (FMM) merupakan forum tertinggi. Kemudian ada Senior Official Meeting (SOM) yang dibawahnya ada Core Group Meeting (CGM) dan Regional Coordinator Meeting (RCM). FEALAC juga memiliki 3 (tiga) Working Group Meeting (WGM) yang terdiri dari WGM bidang Politik, Budaya dan Pendidikan; Ekonomi dan Kemasyarakatan; Ilmu Pengetahuan dan Teknologi; serta 1 (satu) Sub-Working Group bidang Pariwisata. Saat ini, FEALAC merupakan forum kerja sama dan dialog antara Asia Timur dan Amerika Latin. Oleh karena itu, ini dapat dilihat sebagai suatu kekuatan, karena melalui FEALAC inilah kedua kawasan dapat bertemu dan bertukar pandangan melalui dialog langsung. Melalui Proyek-Proyek Nasional dalam kerangka FEALAC, kerjasama antara kedua kawasan juga dapat ditingkatkan, terutama dalam hal peningkatan hubungan people to people dan business to business. Namun demikian, sebagian besar anggota FEALAC adalah negara-negara berkembang dengan produk ekspor yang hampir sama. Disamping itu, FEALAC juga tidak memiliki Sekretariat dan kontribusi keuangan dari para anggotanya. Hal ini merupakan kelemahan yang dimiliki oleh FEALAC. Peluang yang dimiliki oleh FEALAC adalah merupakan kawasan dengan 40% total penduduk dunia, 32% ekonomi dunia, dan lebih dari 40% total perdagangan dunia. Dengan total luas wilayah, jumlah populasi, ekonomi, dan perdagangan yang besar, kerjasama FEALAC dapat dijadikan sebagai forum untuk mempromosikan kerjasama ekonomi, perdagangan dan budaya yang masih memiliki banyak ruang untuk tumbuh. Namun demikian, jarak yang cukup jauh antara Asia Timur dan Amerika Latin merupakan masalah yang tidak dapat dihindari. Meskipun kemajuan teknologi telah dapat menghubungkan sebagian besar wilayah dunia, tetapi untuk melakukan kerja sama pada tingkat para ahli dan people-to-people contact, masalah jarak ini ternyata masih menjadi kendala, karena hal ini terkait dengan masalah pembiayaan. Kendala lainnya adalah berupa identitas politik negara-negara anggota FEALAC yang sangat beragam. Bagi Indonesia, FEALAC memiliki nilai strategis karena memperkuat kerja
sama antara Asia-Amerika Latin dan untuk melengkapi kerjasama APEC. Sebagaimana diketahui FEALAC melibatkan hampir semua negara Amerika Latin dan beberapa negara Karibia, karenanya bagi Indonesia, FEALAC dapat menghapus hambatan psiko-grafis dan memberikan pelayanan kepada emerging market baru, serta dapat digunakan untuk meningkatkan hubungan Indonesia dengan masing-masing negara Amerika Latin dan Karibia. Kerja sama yang dilakukan Indonesia dalam FEALAC meliputi kerja sama di bidang politik, pendidikan dan kebudayaan, ekonomi dan kemasyarakatan, sains dan teknologi, serta pariwisata. Kerja sama di bidang politik meliputi; promosi dialog dan kerjasama bilateral antara Indonesia dan negara-negara anggota FEALAC; memfasilitasi hubungan diplomatik antara negara anggota; bekerja bersama dalam forum multilateral dan dalam melawan terorisme. Kerjasama di bidang pendidikan meliputi pertukaran mahasiswa dan JFT (Journalist Familiarization Trip). Dalam hal ini Pemerintah Indonesia mensponsori para jurnalis dari negara-negara anggota FEALAC untuk berkunjung ke Indonesia. Dalam hal kerjasama di bidang ekonomi, Amerika Latin telah terbukti sebagai pasar alternatif bagi Indonesia, sehingga semakin memperbesar pasar ekspor Indonesia. Ini tentunya sangat bermanfaat bagi Usaha Kecil Menengah (UKM) di tanah air, dimana terjadi peningkatan ekspor Indonesia ke negaranegara anggota FEALAC di Amerika Latin dan Karibia. Nilai ekspor Indonesia ke Amerika Latin dan Karibia mencapai US $ 2.046.287 pada 2009, dan meningkat menjadi US $ 3.436.962 pada 2010, sedangkan pada 2011 mencapai US $ 3.920.615. Neraca perdagangan Indonesia dengan Amerika Latin dan Karibia pada 2009 sebesar US $ -371.454, pada 2010 sebesar US $ 46.092, dan pada 2011 sebesar US $ -707.272. Dalam hal ini Brasil merupakan pasar terbesar Indonesia di Amerika Latin.[] (Disunting dari paparan Direktur Kerjasama Intra Kawasan, pada Forum Kebijakan Luar Negeri di Universitas Parahyangan, Bandung, 19 April 2012)
No. 55Tahun V
Diplomasi
10
so r o t
Ulang Tahun Museum KAA ke- 32
Melestarikan Semangat Perdamaian Dan Nilai-Nilai Perjuangan KAA 1955 Sejalan dengan dinamika dan tantangan konstelasi hubungan internasional saat ini, terdapat suatu keperluan menerjemahkan diplomasi Indonesia dalam konsepsi “diplomasi total”. Pada pelaksanaannya, diplomasi total dilakukan dengan cara melibatkan seluruh komponen bangsa baik formal maupun informal sesuai dengan tujuan dan sasaran politik luar negeri RI. Menyikapi hal ini, mekanisme yang dinilai sangat efektif adalah melalui people to people contact. Salah satu cara untuk mengoptimalkan people to people contact adalah melalui pendekatan seni dan budaya serta pendekatan terhadap pelaku dan juga lingkungan Indonesia yang memiliki kekayaan beraneka ragam jenis budaya sesungguhnya memiliki potensi soft power yang sangat besar. Kebudayaan merupakan alat diplomasi yang cenderung dianggap bebas dari kepentingan politik dan ekonomi, tetapi dampaknya kepada pemajuan saling pengertian dan pengembangan people to people contact sangat signifikan, yang pada gilirannya akan berdampak positif dalam mengisi dan membangun kehidupan berbangsa di berbagai bidang lainnya. Dalam rangka Peringatan 57 Tahun Konperensi Asia Afrika dan 32 Tahun Museum Konperensi Asia Afrika, serangkaian kegiatan diselenggarakan pada tanggal 18-24 April 2012 di kawasan MKAA, Gedung Merdeka dan sekitarnya dengan tema “Celebrating Together in Peace”. Sasaran utama kegiatan ini adalah para generasi muda Kota Bandung. Disamping itu, pada perayaan 57 tahun Konperensi Asia Afrika tersebut, Sahabat Museum Konperensi Asia Afrika (SMKAA) menyelenggarakan Asian-African Friendship Day dengan mengusung program “Menuju Millennium Development Goals (MDGs) 2015”. Kegiatan ini mengetengahkan sebuah forum budaya bagi seniman dan budayawan negaranegara Asia dan Afrika. Hal ini merupakan bentuk upaya dalam mengapresiasi dan mengaplikasikan nilai-nilai Konperensi Bandung dan delapan butir MDGs, yaitu: memberantas kemiskinan dan kelaparan; mencapai
No. 55 Tahun V
pendidikan untuk semua; mendorong kesetaraan jender dan pemberdayaan perempuan; menurunkan angka kematian anak; meningkatkan kesehatan ibu; memerangi HIV/AIDS, malaria dan penyakit menular lainnya; Memastikan kelestarian lingkungan hidup; dan
film tentang Asia Afrika, bincang muda, tur kebangsaan, bakti sosial, pertunjukan wayang, senam anak, parade budaya, dan berbagai kegiatan lainnya. Kegiatan peringatan ini diharapkan mampu menjadi inspirasi bagi generasi muda untuk melestarikan semangat perdamaian dan nilai-nilai perjuangan KAA
Universitas Parahyangan, Universitas Pasundan, Universitas Islam Bandung, Universitas Pendidikan Indonesia, Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung, AIESEC, Komite Penanggulangan HIV/AIDS Jawa Barat, Unpad International Students Association (UISA), UIN Sunan Gunung Djati, Palang Merah Indonesia, Yayasan
Dok. Diplomasi
mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan. Rangkaian Peringatan 57 Tahun KAA dan 32 Tahun MKAA ini diawali dengan pengibaran 106 Bendera negara Asia Afrika dan general lecture yang disampaikan oleh Dirjen Informasi dan Diplomasi Publik Kemlu RI, Dubes A.M. Fachir. Berbagai kegiatan publik yang dilaksanakan dalam rangka peringatan ini, diantaranya adalah: pameran Kain dan Batik Asia Afrika, kegiatan simulasi sidang PBB Nusantara Model of the United Nations (Nu MUN) 2012, pemutaran dan diskusi
1955. Bandung sebagai Ibukota Asia Afrika diharapkan mampu membangkitkan semangat kerja sama antar Asia Afrika seperti yang tertuang dalam Dasasila Bandung atau yang juga dikenal sebagai Bandung Spirit. Kegiatan ini terselenggara dengan semangat kerja sama di kalangan institusi pemerintah dan komunitas masyarakat, diantaranya Kementerian Luar Negeri RI, Pemerintah Provinsi Jawa Barat, Pemerintah Kota Bandung, Pramuka Kwarcab Kota Bandung, Yayasan Nurani Budaya, Universitas Padjadjaran,
Kontak Indonesia, Rotary Club Bandung, Kota Kembang, Rotaract, Sinemasakini, Asian-African Youth Forum, Forum Hijau Bandung, Kedutaan Besar Negara Sahabat, Pusat Kebudayaan Negara Sahabat, Sekolah Internasional, Ikatan Masyarakat Tionghoa-Indonesia, Paguyuban Sapedah Baheula Bandung, Bobotoh 96,4 FM, Olot Sunda, Museum Braga, Kabuyutan Braga, PKK Braga, Forum Lingkar Hijau, Museum Care Community, Yayasan Mata Hati Indonesia, Asian-African Reading Club, dan LayarKita.[]
15 MEI - 14 JUNI 2012
Diplomasi so
r
o
t
11
Aktualisasi Semangat Dasa Sila Bandung Untuk Menciptakan Keseimbangan Dinamis Dubes A.M. Fachir
Dok. Diplomasi
Dirjen Informasi dan Diplomasi Publik
Tatanan dunia sekarang ini masih belum berimbang dan adil. Masih ada kekuatan-kekuatan ekonomi yang kemudian mempengaruhi mekanisme hubungan antar negara, dan tentu saja itu menjadi perhatian kita karena sangat relevan dengan semangat Dasa Sila Bandung yang menyangkut masalah keadilan, keseimbangan dan kesetaraan. Hal itu akan terus kita perjuangkan, walaupun memang masing-masing negara memiliki kesibukan tersendiri terhadap apa yang terjadi di negaranya masing-masing, tetapi hal itu tidak bisa terlepas dari arena pergaulan internasional dan global. Jadi kita masih terus mengupayakan agar tatanan global itu bisa adil dan setara. Sementara GNB merupakan sebuah gerakan politik dari negara-negara yang menghendaki adanya keseimbangan didalam tatanan global dalam berbagai aspek, baik politik, ekonomi, maupun sosial. Gerakan politik itu kemudian dicoba diterjemahkan dan dituangkan kedalam berbagai program. Sedangkan G-77 lebih menekankan pada aspek ekonomi, karena sangat terlihat bahwa terjadi ketimpangan ekonomi. Dan selanjutnya agar hal ini menjadi lebih kongkrit, kemudian ada G-15, yaitu kelompok yang
15 MEI - 14 JUNI 2012
”Setidaknya ada tiga negara utama peserta KAA yang justru survive ketika terjadinya krisis, yaitu China, Indonesia dan India. Inilah yang menjadikan negaranegara tersebut diperhitungkan secara ekonomi. Indonesia, yang diperhitungkan baik secara ekonomi maupun politik, akan selalu berperan, setidaknya dalam menciptakan stabilitas kawasan yang menjadi dasar dari kegiatan-kegiatan ekonomi.”
terdiri dari negara-negara di Asia, Afrika dan Amerika Latin yang mencoba membuat hubungan agar kerja sama di antara negara berkembang bisa diformulasikan sedemikian rupa sehingga bisa saling membantu dan meningkatkan solidaritas antar negara berkembang. Hal itu masih tetap terus berjalan hingga sekarang ini, termasuk diantaranya apa yang dilakukan oleh Indonesia dalam bentuk Kerjasama Selatan-Selatan. Inilah yang sedang kita coba naikkan, karena sekarang Indonesia adalah anggota G-20, dan itu berarti bahwa Indonesia sudah diakui oleh dunia internasional. Sekarang ini, negara-negara anggota Konperensi Asia-Afrika (KAA) sudah diakui, salah satunya disebabkan karena dominasi ekonominya. Indonesia adalah salah satunya, selain juga China dan Afrika Selatan. Sudah ada pengakuan terhadap negara-negara yang dulunya tidak perhitungkan, dan bahkan menjadi anggota G-20. Kita dapat melihat bahwa sekarang ini peran G-8 sudah semakin berkurang, karena orang lebih melihat pada kenyataan bahwa negara-negara berkembang mempunyai peran dan pengaruh secara ekonomis, apalagi setelah terjadinya krisis ekonomi di Eropa.
Setidaknya ada tiga negara utama peserta KAA yang justru survive ketika terjadinya krisis, yaitu China, Indonesia dan India. Inilah yang menjadikan negara-negara tersebut diperhitungkan secara ekonomi. Indonesia, yang diperhitungkan baik secara ekonomi maupun politik, akan selalu berperan, setidaknya dalam menciptakan stabilitas kawasan yang menjadi dasar dari kegiatan-kegiatan ekonomi. Jika kawasan kita tidak stabil maka kita tidak bisa melakukan pembangunan, dan karena itulah Indonesia berusaha untuk menghindari atau mencegah potensi gangguan stabilitas yang ada, misalnya di Laut China Selatan, konflik yang sempat muncul antara Kamboja-Thailand, dan kecurigaan terhadap semakin besarnya China yang kemudian mendapat respon dari Negara-negara lainnya. Disini kita mencoba menciptakan apa yang kita sebut sebagai ‘dynamic equilibrium’ atau keseimbangan yang dinamis. Bahwa potensi-potensi gesekan itu memang ada tetapi setidaknya predictable dan bisa kita perkirakan, sehingga tidak tiba-tiba kita dikagetkan dengan sebuah kejadian. Kita akan usahakan seperti itu, dan itulah peran Indonesia, terutama di kawasan, dimana stabilitas
ASEAN tentunya juga adalah stabilitas kawasan Asia Pasifik pada umumnya. Kemerdekaan Palestina Terkait dengan dukungan negaranegara Asia-Afrika terhadap Palestina, ada dua bentuk dukungan yang diberikan, utamanya adalah dukungan politis yang diwujudkan dalam berbagai bentuk, diantaranya adalah dengan membuka hubungan diplomatik, yang dengan sendirinya merupakan bentuk pengakuan terhadap negara Palestina. Kedua adalah dukungan untuk Palestina menjadi anggota PBB, dimana sekarang ini menjadi proses yang cukup ramai di PBB. Dalam hal ini kita harus mencari setidaknya 2/3 anggota PBB untuk memberikan dukungan terhadap keanggotaan Palestina di PBB. Ketiga, dukungan dari aspek kesiapan Palestina sebagai negara. Sejak tahun 2005 kita mencanangkan sebuah program khusus dari program Kemitraan Strategis Asia-Afrika, dimana kita mempersiapkan Palestina untuk merdeka, antara lain adalah dengan memberikan pelatihan-pelatihan kepada SDM Palestina di berbagai bidang. Kita telah menyepakati bahwa dalam kurun waktu lima tahun (2009-1014) Indonesia akan memberikan pelatihan kepada 1000 SDM Palestina. Sekarang ini sudah sekitar 400 orang lebih yang kita traine di berbagai bidang, mulai dari pertanian, manajemen mikro, finansial, perpajakan, diplomat dan lain sebagainya. Itulah upaya-upaya yang kita lakukan, baik dalam konteks Indonesia sendiri maupun secara bersama-sama dengan negara-negara Asia-Afrika lainnya. Tentunya proses dan dukungan ini akan terus berjalan, dimana salah satu yang krusial adalah dalam hal keanggotaan Palestina di PBB. Ini harus melalui DK PBB, namun jika sudah tercapai 2/3 dukungan dari anggota PBB, maka DK PBB juga harus mempertimbangkan hal ini. []
No. 55Tahun V
Diplomasi
12
bingkai
Dok. Diplomasi
Nusantara Model of United Nations 2012 (NuMUN 2012)
Suasana simulasi sidang PBB di Gedung Merdeka (18/4)
giatan ini dilakukan di dua lokasi, yaitu di Hotel Yehezkiel, Lembang dan di Gedung Merdeka, Museum KAA, Bandung. Sekitar 200 mahasiswa berbagai jurusan dari perguruan-perguruan tinggi di seluruh Indonesia hadir dalam acara yang membahas mengenai “Empowering Social Movement for a Better World” ini. Rangkaian kegiatan NuMUN 2012 ini diawali dengan workshop yang diselenggarakan pada tanggal 17 April 2012 di Hotel Yehezkiel Bandung dan membahas mengenai berbagai paparan materi substansi isu-isu yang terkait dengan tema besar dimaksud. Sesi workshop ini ditujukan untuk memberikan informasi lebih lanjut mengenai perkembangan transisi politik dan demokrasi di kawasan
Dok. Diplomasi
Dok. Diplomasi
Suasana simulasi sidang PBB di Gedung Merdeka (18/4)
Kegiatan Nusantara Model of United Nations 2012 (NuMUN 2012) yang dilaksanakan pada tanggal 17-20 April 2012 terselenggara atas kerja sama Kementerian Luar Negeri RI c.q. Direktorat Diplomasi Publik dengan 7th Floor Consulting, Jurusan Ilmu Hubungan I nte r n a s i o n a l FISIP Universitas Katolik Parahyangan, dan Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Islam Bandung. Ke-
Timur Tengah, kebebasan berkumpul dan berekspresi, tinjauan pergerakan politik dalam transisi demokratis Timur Tengah, proses pembangunan ASEAN Economic Community 2015 dan capaian-capaian ASEAN Summit 2011, teknik negosiasi persidangan PBB dan ASEAN, serta praktek simulasi sidang. Konperensi simulasi sidang diselenggarakan di Gedung Merdeka Museum KAA Bandung pada tanggal 18-20 April 2012. Pada hari pertama (18/4) dilaksanakan upacara pembukaan Hari Peringatan Konperensi Asia Afrika ke-57 dan sekaligus juga sebagai upacara pembukaan simulasi sidang yang berlangsung secara serentak di 4 (empat) komite, yaitu; United Nations General Assembly, United Nations Security Council, ASEAN Summit, dan ECOSOC yang masing-masing membahas sub-tema Democratic Transitions in the Middle East; Information Technology and Reactionary Movements; Fostering the Construction of ASEAN Economic Community; dan Ensuring Freedom of Information. Kegiatan simulasi sidang Model of United Nations ini adalah upaya untuk memberikan kesempatan kepada para mahasiswa untuk dapat memperluas wawasan seputar isu-isu terbaru di dunia internasional serta mempraktekkan diplomasi yang dilaksanakan di forum multilateral. Sementara itu acara cultural night yang diselenggarakan pada tanggal 19 April 2012 di Hotel Yehezkiel Bandung menjadi salah satu sesi yang menjadi ajang pertukaran wawasan budaya dan adat-istiadat asal negara-negar Asia Afrika. Sesi ini memang bertujuan untuk menumbuhkan mutual understanding antara peserta terutama dalam konteks budaya.[]
Suasana workshop NuMUN di Hotel Yehezkiel, Lembang (18/4)
No. 55 Tahun V
15 MEI - 14 JUNI 2012
Diplomasi
Dok. BAM
bingkai
Menteri Luar Negeri RI berkesempatan menjadi pembicara pertama dalam pertemuan tingkat Menteri Luar Negeri Gerakan Non Blok di Sharm el Sheikh, Mesir tanggal 9 Mei 2012. Menlu RI kembali menekankan visi GNB dalam menghadapi tantangan global dewasa ini. “GNB harus menjadi gerakan politik Negara berkembang yang memberikan kontribusi bagi penciptaan perdamaian dan keamanan dunia; memberikan kontribusi bagi pembangunan politik dan demokrasi; serta memberikan kontribusi bagi kemakmuran global” ujar Menlu RI. Visi ini telah diusulkan pertama kali oleh Presiden RI dalam pidato pembukaan pada pertemuan tingkat Menteri Gerakan Non Blok bulan Mei 2011 di Bali, Indonesia. “untuk menciptakan perdamaian dan keamanan global, GNB harus terus senantiasa mengedepankan diplomasi; penyelesaian konflik melalui cara damai dan berjuang demi perdamaian” sambung Marty. Indonesia pada kesempatan tersebut menyampaikan kawasan Asia dan Pasifik yang relative damai dan stabil dalam beberapa decade ini, telah mem-
15 MEI - 14 JUNI 2012
13
Menteri Luar Negeri RI menghadiri pertemuan tingkat Menteri Luar Negeri Gerakan Non Blok di Sharm el Sheikh, Mesir (19/5).
berikan ruang yang besar bagi negaranegara di kawasan untuk memfokuskan pada pembangunan ekonomi demi kesejahteraan rakyat. “Pengesahan Bali Principles pada East Asia Summit tahun 2011 yang lalu di Bali menegaskan upaya yang dilakukan Indonesia dan Negara ASEAN lainnya dalam mendorong prinsip-prinsip hubungan yang didasari atas kerja sama dan kemitraan serta penyelesaian konflik dengan cara damai” contoh Menlu RI dalam pernyataannya. “Prinsip-prinsip tersebut sejalan dengan Dasa Sila Bandung yang disahkan pada tahun 1955, dimana Gerakan Non Blok lahir” sambung Menlu RI. Indonesia menekankan pentingnya GNB memberikan kontribusi bagi pembangunan politik yang demokratis. Demokrasi telah menjadi suara dan keinginan rakyat termasuk rakyat Negara GNB. Menlu RI merujuk pada tranformasi politik yang terjadi di Timur Tengah dan Afrika Utara dan Myanmar. Isu Palestina juga menjadi salah satu agenda penting pertemuan GNB tersebut. Dalam pertemuan tersebut, Indo-
Menlu Kembali Angkat Isu Palestina di Mesir nesia kembali menyuarakan pentingnya pengakuan universal atas kemerdekaan Palestina. “Kemerdekaan Palestina bukan lagi sebuah pilihan, melainkan sebuah keniscayaan” tegas Menlu RI. Masyarakat internasional harus menunjukkan aksi konkrit untuk memastikan kemerdekaan Palestina sesuai dengan batas wilayah tahun 1967 dimana Yerusalem Timur merupakan ibu kotanya. Menandai penutupan KTM GNB, telah disahkan Dokumen Sharm El Sheikh, Deklarasi Palestina dan Deklarasi tentang Tawanan Politik Palestina yang memuat pandangan, komitmen dan tindak lanjut GNB atas berbagai isu politik dan ekono-
mi global termasuk dalam upaya mendukung perjuangan rakyat Palestina. Pada kesempatan yang sama juga disepakati Deklarasi Seabad Gerakan Pembebasan Kongres Nasional Afrika sebagai salah satu inspirator dari prinsip-prinsip GNB dan menerima tawaran Venezuela untuk menjadi tuan rumah penyelenggaraan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) GNB ke-17 pada tahun 2015. Hasil akhir dari Pertemuan di Sharm El Sheikh, yang terinspirasi dari dokumen Pertemuan GNB di Bali tahun lalu, akan menjadi masukan utama bagi persiapan penyelenggaraan KTT GNB ke-16 di Teheran, Iran, pada bulan Agustus mendatang. [] (Sumber: BAM)
No. 55Tahun V
Diplomasi
14
so r o t
Peran Global Indonesia Menjadi Sangat Penting Dr. János Martonyi
Dok. Infomed
Menteri Luar Negeri Hungaria
Indonesia adalah sebuah negara yang unik dan mengagumkan, karenanya Anda harus bangga dengan Indonesia yang tidak hanya sukses dalam menjalankan demokrasi, tetapi juga dalam membangun ekonomi dan sumber daya manusia yang mumpuni. Indonesia bukan hanya negara dengan ‘regional power’ tetapi juga ‘global power’. Indonesia adalah bagian dari G20, dan menjadi faktor kunci stabilitas di kawasan. Kita dapat melihat dalam permasalahan Myanmar atau konflik perbatasan Kamboja-Thailand, dimana Indonesia telah memainkan peran utama dalam mencari resolusi. Disamping itu Indonesia juga aktif memainkan perannya di lingkup global. Karena itu saya sangat terkesan dengan kemajuan yang dicapai oleh Indonesia. Indonesia akan menjadi salah satu ekonomi terbesar di dunia dalam 15 tahun ke depan. Itulah sebabnya mengapa kami harus datang ke Indonesia dan belajar. Kami harus belajar dari Asia, dan sebaliknya Asia bisa belajar banyak dari Eropa. Ini merupakan proses dua arah. Kawasan Asia merupakan pasar baru yang sangat potensial, karena itu hubungan antara Hungaria dan Indonesia diharapkan dapat semakin meningkat di
No. 55 Tahun V
berbagai bidang. Ada gagasan untuk memiliki kerangka perdagangan bebas yang komprehensif antara Uni Eropa dan ASEAN. Namun, kami menyadari bahwa itu mungkin terlalu dini untuk saat ini. Karena itu, kami akan mencoba untuk membuat persetujuan secara bilateral antara negaranegara anggota ASEAN dan Uni Eropa. Setelah perjanjian-perjanjian tersebut dibuat, maka kita dapat kembali ke gagasan awal dan membuat kesepakatan antara ASEAN dan Uni Eropa. Setiap negara tentunya memiliki tantangannya masing-masing, demikian pula halnya dengan Hungaria yang saat ini terkena dampak dari krisis ekonomi yang melanda Eropa. Namun yang pasti adalah bagaimana cara kami mengatasi persoalan tersebut dan mencapai kemajuan negara. Perekonomian harus tumbuh, kemudian kepercayaan diri dan kepercayaan satu sama lain juga harus ditingkatkan pada masa yang akan datang. Bagaimanapun kita harus optimis dalam membangun demokrasi dan kemakmuran. Dalam hal ini Hungaria berupaya untuk mengatasi persoalan ekonomi yang menimpa negeri kami, dimana salah satunya diharapkan dari bantuan yang diberikan oleh IMF. Selain itu, Hungaria juga giat menjalin kerja sama dengan negara-negara berkembang di kawasan Asia. ‘Global Opening’ - baik secara geografis dan politis - adalah unsur sentral kebijakan luar negeri Hungaria saat ini. Dan dalam rangka ‘open global’ ini, Hungaria juga memberikan perhatian terhadap kawasan yang secara geografis relatif cukup jauh dari kami, termasuk ASEAN, dimana Indonesia juga berada di dalamnya. Hal ini juga karena komitmen Indonesia terhadap demokrasi dan nilainilai yang ada di masyarakat diantara kedua negara. Peran global Indonesia menjadi sangat penting bagi kami, dimana Indonesia adalah anggota G20, menjadi faktor stabilisasi yang cukup besar di kawasan Timur Jauh, disamping juga kepemimpinan Indonesia di ASEAN. Hungaria yang saat ini menjabat sebagai Presiden Uni Eropa, memainkan peran penting dalam memperkuat hu-
bungan antara kedua benua. ASEAN dan Eropa sendiri memang memiliki hubungan yang erat, dimana ASEAN adalah integrasi kedua yang paling sukses setelah Uni Eropa. Hubungan kedunya tentunya harus menjadi lebih dekat dengan dibentuknya KTT UE-ASEAN yang akan datang di Brunei. Eropa Tengah adalah satu kawasan dengan potensi pasar 100 juta konsumen. Jadi meskipun secara umum terjadi krisis di Eropa, ini dapat dianggap sebagai suatu kesuksesan secara ekonomi, dimana semua negara di kawasan ini akan bergabung dengan Zona Euro di masa depan, ini hanyalah masalah waktu. Indonesia memulai transisi demokrasi pada tahun 1998, yaitu pada 14 tahun yang lalu. Saat ini Indonesia telah menjelma menjadi negara demokrasi terbesar dan paling berkembang di kawasan ini. Karena memiliki pengaruh pertumbuhan regional dan peluang bisnis yang semakin meningkat, Indonesia merupakan mitra penting Hungaria di Asia. Meskipun terdapat kesulitan keuangan di Eropa, tapi perdagangan bilateral kami berkembang secara dinamis. Ekspor Hongaria ke Indonesia meningkat 12% pada 2011. Dan kunjungan ini juga bertujuan untuk memperkuat kerjasama ekonomi kedua negara, termasuk keterlibatan UKM dalam perdagangan. Saat ini Hongaria melihat Indonesia sebagai emerging regional giant dengan mandat pemerintahan yang demokratis. Hongaria dan Indonesia memiliki hubungan yang saling melengkapi dan berbagi secara sehat. Kami memiliki hubungan yang sangat baik sejak awal dijalinnya hubungan kedua negara, dimana pada 2015 nanti akan menjadi tahun ke-60 dijalinnya hubungan diplomatik kedua negara. Secara tradisional, kami memang memiliki hubungan yang dekat di bidang ekonomi, budaya, politik dan perdagangan. Tapi sekarang, kami ingin mempercepat akselerasinya sesuai dengan strategi kebijakan luar negeri kami, yang kami sebut sebagai ‘global opening’ dan juga sejalan dengan peran penting Indonesia yang berkembang pesat sebagai faktor utama stabilitas di kawasan. Kami ingin mengintensifkan dialog politik karena ada banyak masalah yang
ingin kami bicarakan, misalnya tentang keragaman agama dan dialog antara agama-agama berdasarkan sistem nilai yang menjadi bagian kita semua. Kami juga tertarik dengan proyek kerja sama ekonomi yang kongkrit, misalnya di industri minyak. Kami memiliki perusahaan minyak besar yang sangat tertarik bekerjasama dengan Indonesia. Selain itu, kami juga memiliki banyak hal lain untuk ditawarkan, misalnya teknologi informasi, pertanian, pengelolaan air dan pendidikan. Kami menilai bahwa kerja sama antar-universitas sangat penting dalam hubungan kedua negara. Dalam hampir 20 tahun terakhir, 170 siswa Hungaria telah belajar di Indonesia, dan sejumlah besar mahasiswa Indonesia belajar di universitas-universitas di Hungaria. Ada banyak hal yang bisa kita lakukan bersama, karena kita memiliki berbagai aspek regional. Hongaria adalah negara Eropa Tengah, dimana kami memiliki kerjasama yang kuat di antara kami sendiri. Dan meskipun mengalami krisis ekonomi, namun tingkat pertumbuhan di beberapa bagian Eropa masih agak lebih tinggi dari rata-rata. Jadi, masih merupakan kawasan yang berkembang secara dinamis. Eropa adalah kawasan yang memiliki hubungan tradisional dengan Asia, termasuk dengan Indonesia. Itu sebabnya saya percaya bahwa Eropa Tengah, khususnya Budapest, bisa dan harus menjadi pintu gerbang bagi Indonesia, dimana kami juga melihat Indonesia sebagai jangkar di kawasan ini. Di antara semua organisasi kawasan, skema integrasi ASEAN adalah yang paling sukses di dunia, setelah Uni Eropa. ASEAN adalah contoh integrasi regional yang sangat menjanjikan. Dalam hal ini, Uni Eropa dan semua negara anggotanya serta juga ASEAN sangat tertarik untuk membantu proses integrasi, karena kami percaya bahwa integrasi kawasan merupakan faktor kunci bagi masa depan global.[] (Disunting dari Kuliah Umum Menlu Janos Martonyi di Universitas Paramadina, Jakarta, 29 April 2012)
15 MEI - 14 JUNI 2012
Diplomasi l e nsa
15
Kolombia, Negara Mitra Strategis di Amerika Latin Alfonso Garzón-Méndez
Amerika Latin merupakan kontinen terbesar ke-tiga di dunia setelah Asia dan Afrika, dengan jumlah penduduk sebesar 582 juta jiwa dan sekitar 79% diantaranya tinggal di daerah perkotaan. Sebagian besar penduduk adalah angkatan kerja muda produktif dengan usia rata-rata 27 tahun, dan terdiri dari kelas menengah yang tumbuh secara dinamis. Amerika Latin adalah kawasan tertinggi ke-dua di dunia yang mengalami pertumbuhan dalam Jangka Pendek dan tertinggi ketiga dalam jangka panjang. Amerika Latin juga memperoleh peningkatan share pasar pangan global menurut data World Bank 2011. Posisi Kolombia di kawasan Amerika Latin adalah sebagai negara terbesar kelima, dan ekonomi terbesar ke-empat dengan jumlah penduduk berbahasa Spanyol terbesar ke-dua di dunia. Sedangkan dalam jumlah penduduknya, Kolombia menempati urutan ke-tiga terbesar di Amerika Latin. Kolombia juga menempati urutan ke-tiga dalam hal globalisasi, penerimaan FDI (Investasi Langsung Luar Negeri), dan negara paling ‘friendly’ untuk melakukan usaha di Amerika Latin. Predikat lainnya adalah sebagai negara dengan inflasi terendah di Amerika Latin. Kolombia adalah negara mitra yang strategis di Amerika Latin karena memiliki sumber daya energi dan pertambangan yang reliable, berpotensi menjadi aktor utama di pasar pertanian dunia, sebagai pintu gerbang yang strategis untuk akses ke Amerika, dan bekerja untuk memperkuat berbagai sektor kelas dunia. Kolombia terbukti memiliki cadangan sumber daya energi terbesar ke-lima di Amerika Selatan, sebagai negara produsen batubara terbesar ke-sepuluh dan eksportir terbesar ke-empat di dunia, produsen etanol terbesar ke-dua di Amerika Latin, produsen nikel terbesar ke-enam, dan berpotensi untuk pengembangan energi terbarukan. Kolombia berpotensi untuk menjadi aktor utama di pasar dunia pertanian karena memiliki keanekaragaman hayati terbesar ke-dua di dunia, memiliki topografi dan iklim yang beragam, tanah yang berlimpah dan sangat cocok untuk tanaman dan
Dok. anada-tourist.com
Duta Besar Kolombia untuk Indonesia
sumber daya air yang baik, memiliki 21,5 juta ha lahan untuk penanaman berbagai jenis tanaman, tetapi hanya 5 juta ha saja yang sedang digunakan. Kolombia adalah pintu gerbang yang strategis untuk akses ke Amerika dengan lebih dari US $ 55 miliar yang akan diinvestasikan kedalam infrastruktur pada dekade berikutnya. Hal ini yang mendorong dibentuknya PPP untuk eksekusi proyek, dimana sekitar 45% modal berasal dari sektor swasta. Proyek terutama dirancang untuk membangun 5.200 km jalan raya; meningkatkan kapasitas pelabuhan sebesar 69%, dan memperbaiki 23 bandara. Peringkat kredit Kolombia ditingkatkan menjadi ‘investment grade’ oleh tiga lembaga rating utama (Fitch, Standard & Poor dan Moody`s). Di sektor pendidikan, Kolombia memiliki jumlah universitas dan lembaga pendidikan tinggi terbanyak ke-tiga di Amerika Latin. Sementara itu untuk sektor industri TI, Amerika Latin telah muncul sebagai pemain kunci, dan Kolombia menempati urutan ke-tiga terbesar di kawasan ini. Kolombia juga menyediakan layanan voice dan non-voice di Spanyol, Inggris dan Portugis dalam platform ekspor untuk Amerika Latin, Amerika Serikat dan Eropa. Sebagai sebuah platform ekspor, Kolombia memiliki 11 perjanjian perdagangan bebas (FTA) dengan 48 negara yang memungkinkan akses khusus ke lebih dari 1.500 juta konsumen. Yang sudah berjalan adalah dengan Peru, Ekuador, Bolivia, negara-negara MERCOSUR (Argentina, Paraguay, Uruguay dan Brasil), Chili, Meksiko, dan negara North Triangle (Honduras, Guatemala, El Salvador). Perjanjian FTA yang sudah di tandatangani adalah dengan Amerika Serikat, negara-negara EFTA (Islandia, Liechtenstein, Norwegia dan Swiss), Kanada dan Uni Eropa. Sedangkan masih dalam proses negosiasi dengan Korea Selatan, Panama, dan Turki. Kedepan, Kolombia akan melakukan perjanjian FTA dengan Jepang, Australia, Selandia Baru, Kosta Rika, Republik Dominika, dan Komunitas negara-negara Teluk.[] (Disunting dari paparan Dubes Kolombia untk Indonesia pada FKLN di Universitas parahyangan, Jakarta)
Roman Theather di Cartagena, Kolombia
15 MEI - 14 JUNI 2012
No. 55Tahun V
Diplomasi
16
l e nsa
Komunitas Muda ASEAN 2015
Meningkatkan Peran Pemuda bagi Kemajuan ASEAN Mexind S. Utomo (Duta Muda ASEAN), Dhita R. Wirapradja dan Astrid Kumentas (KNPI) (Peserta ASEAN Youth Forum 2012) Dok. google
Dok. sicambodia.org
Pada tanggal 1-2 April 2012, perwakilan pemuda ASEAN berkumpul di Phnom Penh untuk mengikuti ASEAN Youth Forum 2012 dengan tema “Peran Pemuda dalam Membangun Komunitas ASEAN”. Mereka dengan giat bersama-sama merundingkan Joint Statement yang kemudian disampaikan pada Pertemuan Para Pemimpin ASEAN dengan Perwakilan Pemuda pada pelaksanaan KTT ASEAN ke-20, tanggal 3 April 2012. Joint Statement tersebut meliputi bidang prioritas strategis dalam pemberdayaan pemuda, diantaranya; ASEAN Awareness, Kewirausahaan, Kepemimpinan dan Kesukarelaan. Sebagian besar masalah yang diangkat dengan mudah dapat disepakati, sementara beberapa hal, seperti Visa Tungga ASEAN, memicu perdebatan yang cukup hangat. Sebagian berpendapat untuk tidak membahas masalah ini dan menyerahkan pembahasannya pada Pilar Politik Keamanan ASEAN, sementara yang lain beralasan bahwa pemuda perlu menyuarakan dukungan khusus mereka karena mereka akan menjadi orang-orang yang bertang-
No. 55 Tahun V
gung jawab terhadap konektivitas kawasan setelah 2015. Pada akhirnya, diskusi panjang itu menunjukkan betapa banyaknya pemuda yang peduli terhadap ASEAN dan masa depannya. Di antara berbagai aksi yang diusulkan dalam Joint Statement, para pemuda menyatakan kepada para Pemimpin untuk “Mendorong pengangkatan Duta Muda ASEAN tingkat nasional di masingmasing negara anggota yang akan membantu dalam meningkatkan awareness ASEAN di tingkat nasional, mengintensifkan dialog antar pemuda di kawasan, serta meningkatkan people-to-people contact antara ASEAN dan Mitra Dialog” dan untuk “Mengembangkan dan menerapkan strategi yang ditetapkan utuk para pemuda di kawasan, apapun latar belakang mereka, peluang yang sama dan nyata melalui pendidikan, pelatihan, belajar seumur hidup dan dukungan yang memadai untuk mendirikan perusahaan mereka sendiri”. Akhirnya, tiba saatnya untuk pertemuan yang ditunggu-tunggu antara Perwakilan Pemuda dengan para Pemimpin
mereka masing-masing. Ketika Joint Statement sedang dibacakan, beberapa Pemimpin secara naluriah membuka pena mereka dan membuat catatan pribadi (meskipun Menteri Luar Negeri mereka sudah melakukannya di belakang mereka). Ketika Ketua ASEAN membuka floor untuk respon, Perwakilan Pemuda bergiliran satu per satu menyampaikan katakata bijak mereka dengan antusias. PM Dung dari Vietnam mengucapkan selamat kepada para pemuda untuk proposal yang sangat komprehensif, dan menekankan bahwa pemuda merupakan 60% dari populasi kawasan, sebuah kekuatan, semangat dan dinamika yang merupakan kekayaan ASEAN. Beliau kemudian meminta pemuda untuk terlibat dalam komitmen dan komunikasi yang lebih besar dalam mempromosikan ASEAN di luar kawasan. PM Shinawatra dari Thailand, Pemimpin termuda di ASEAN, meminta pemuda untuk secara aktif berpartisipasi dalam menciptakan lingkungan kawasan yang bebas alkohol, bebas kejahatan dan bebas kelaparan. Beliau mendorong keterlibatan kaum muda yang lebih besar dalam Mitra Dialog ASEAN dan mengingatkan semua orang bahwa pemuda adalah investasi terbaik yang dapat kita buat untuk masa depan ASEAN. Presiden Aquino dari Filipina mengatakan bahwa penting untuk good care terhadap pemuda karena merekalah yang akan care kepada para Pemimpin saat ini dan akan menjadi “super seniors” di masa depan. Para pemuda mendapat manfaat dari pengalaman pembelajaran para Pemimpin sementara para Pemimpin bisa mendapatkan manfaat dari energi para pemuda. Bersamasama, kita mengambil tindakan kolektif, dan membawa ASEAN ke tempat yang selayaknya. PM Razak dari Malaysia bersikeras bahwa pemuda harus diberdayakan dengan pendidikan yang baik, keterampilan, dan hak untuk mengekspresikan apa yang mereka inginkan. Para Pemimpin tidak ingin memutuskan untuk pemuda, melainkan ingin mendengarkan. Pemuda harus memberitahu Pemimpin apa yang baik bagi mereka. Hal ini penting untuk menjalin komunikasi dua arah.
Wakil Presiden Boediono dari Indonesia menekankan bahwa sumber energi dari setiap komunitas terletak pada pemuda dan masyarakat yang berlangsung ketika satu generasi yang memiliki kualitas lebih baik menggantikan satu generasi sebelumnya. Dia menambahkan bahwa para pemuda dapat memilih teman, dan bukan tetangga, sehingga persahabatan di kalangan pemuda merupakan aset bagi ASEAN. PM Hun Sen dari Kamboja menegaskan kembali bahwa para Pemimpin sangat mendorong rekomendasi yang jelas dan penataan tugas para Menteri yang relevan, yaitu melalui ASEAN Ministers Meeting on Youth (AMMY) untuk pelaksanaan implementasi. Beliau terinspirasi untuk berbagi pengalamannya berjuang sebagai pemuda menghadapi ranjau, roket, dan tembakan serta dengan tulus meminta para pemuda untuk turut memperjuangkan nilai-nilai perdamaian ASEAN tanpa kenal lelah melebihi para pemuda pada generasinya. Beliau juga menceritakan pengalamannya diangkat sebagai Menteri Luar Negeri termuda di dunia pada usia 27 tahun dan menjadi Perdana Menteri pada usia 32 tahun. Untuk itu beliau meminta kepada para pemuda untuk tidak pernah membatasi mimpi mereka. Di bagian akhir, dengan hangat beliau meminta Perwakilan Pemuda untuk memanggilnya dengan ‘paman’ bukan ‘Yang Mulia’. Sekretaris Jenderal ASEAN, Surin Pitsuwan mengakui bahwa sebelumnya para Pemimpin tengah mendiskusikan tentang cara terbaik untuk menginspirasi Perwakilan Pemuda tapi ternyata bahwa para Pemimpin yang justru terinspirasi oleh Perwakilan Pemuda. Beliau kemudian secara spontan meminta para Pemimpin untuk melakukan kesempatan foto bersama dengan Perwakilan Pemuda. Rasa kekeluargaan seperti ini mungkin tidak didapatkan dalam pertemuan ASEAN di tingkat Presiden. Dalam analisis akhir, ASEAN telah membuat kemajuan yang berarti dalam pemberdayaan pemuda. Sebagai Ketua ASEAN, Kamboja telah menunjukkan komitmen yang kuat untuk mempertahankan mekanisme check and balance antara Pemimpin dan Pemuda, seperti yang dilakukan oleh Indonesia dalam KTT ASEAN ke-18 tahun lalu. Memang, sekaranglah saatnya untuk bersuara. Sebuah Joint Statement tidak akan berarti apa-apa tanpa adanya kehendak untuk mengambil tindakan bersama secara terpadu. Marilah semuanya memfokuskan hati dan mensinergikan energi kita untuk memimpin jalan dalam membangun Komunitas Muda ASEAN 2015.[]
15 MEI - 14 JUNI 2012
Diplomasi l e nsa
17
Indonesia dan Italia Sepakat Tingkatkan Kerjasama Dialog Lintas Agama Dok. Diplomasi
Para pemuka agama dari Italia dan Indonesia berdiskusi mengenai pengalaman keberagaman budaya dan agama untuk menciptakan masyarakat yang harmonis, Jakarta (23/4). Indonesia dan Italia bertekad akan terus memajukan dialog lintas agama dan tetap komitmen terhadap penguatan upaya saling memahami di tengah keragaman. Demikian hal tersebut disampaikan oleh Menlu Marty M. Natalegawa dan Menlu Italia Giulio Terzi di Sant’Agata pada saat membuka Dialog Lintas Agama ke-2 Indonesia-Italia, bertemakan “Unity in Diversity: the Power of Dialogue for Peaceful Cohabitation in a Pluralistic Society” di Gedung Pancasila, Jakarta pada tanggal 23 April 2012. Dialog yang diselenggarakan oleh Kementerian Luar Negeri RI dan Kementerian Agama RI bekerjasama dengan Kementerian Luar Negeri Italia dan Komunitas Sant’Egidio (Italia) tersebut merupakan lanjutan dari kegiatan dialog lintas agama Indonesia-Italia yang pertama dan diselenggarakan di Roma pada bulan Maret 2009. Menurut Menlu Marty, forum dialog ini membuktikan upaya terus menerus Indonesia dalam membangun jembatan. “Kami percaya, membangun jembatan saling memahami adalah cara terbaik
15 MEI - 14 JUNI 2012
memperkuat budaya damai global.” Lebih lanjut Menlu Marty menegaskan, bahwa Indonesia selalu mendorong berbagai dialog dengan berbagai mitra, baik di tingkat bilateral, regional maupun global. Sejak tahun 2004, Kemlu RI melalui Direktorat Diplomasi Publik telah mengembangkan budaya dialog lintas agama sebagai bentuk upaya pro aktif Indonesia dalam mengedepankan sikap toleransi dan saling memahami antar sesama umat beragama dan antar peradaban. Inisiatif kegiatan ini dinilai penting untuk mempromosikan harmoni dan kerja sama, serta menghilangkan kecurigaan dan kesalahpahaman antar agama dan budaya. Hingga saat ini, Indonesia telah bekerja sama menyelenggarakan sejumlah kegiatan dialog lintas agama dalam kerangka bilateral dengan sejumlah negara lainnya, antara lain dengan Austria, Rusia, Inggris, Belanda, Republik Korea, Australia, Ethiopia, dan AS. Dalam kerangka regional, dialog lintas agama dilaksanakan melalui forum Asia Pacific Interfaith Dialogue, APEC
Inter-Cultural and Faith Symposium, International Conference of Islamic Conference (ICIS), dan World Peace Forum (WPF). Sedangkan dalam kerangka kerjasama antar kawasan, dialog tersebut dilakukan melalui forum ASEM Interfaith Dialogue. Dari pengalaman penyelenggaraan dialog tersebut, Menlu Marty menyimpulkan bahwa ada dua hal yang dapat mendorong keberhasilan dialog. Pertama, dialog sejati, yaitu dengan melibatkan keberlanjutan dialog dan proses mendengarkan, membuka diri terhadap pemikiran konstruktif yang disampaikan pihak lain dalam mencari kesamaan. Kedua, harus keluar dari zona kenyamanan, karena pesan-pesan perdamaian yang mengemuka dalam dialog lintas agama perlu dan harus digemakan di luar ruang pertemuan. Untuk itu Menlu menegaskan perlunya memaksimalkan dialog yang dibangun kedua negara agar dapat menjangkau secara luas hingga ke masyarakat internasional. Dalam dialog kali ini, Indonesia menghadirkan Prof. Dr. Din Syamsuddin (Ke-
tua PP Muhammadiah) dan Mgr. Ignatius Suharyo (Uskup Agung Jakarta) sebagai pembicara. Sementara itu, selain Presiden Komunitas Sant’Egidio, Prof. Marco Impagliazzo, Italia juga menghadirkan dua anggota Komunitas Sant’Egidio lainnya sebagai pembicara, yaitu Prof. Romano Orlandi dan Mr. Fransesco Marini. Acara dialog ini dipandu oleh Ketua Dialog Lintas Agama Indonesia-Italia, Prof. Azyumardi Azra. Kemajuan hubungan bilateral kedua negara telah mencapai pada tingkatan dimana kedua pihak secara nyaman dan tanpa kendala dapat saling belajar dan berbagi pengalaman dalam mengatur keberagaman budaya dan agama di masing-masing negara dalam menciptakan kehidupan masyarakat yang harmonis, serta dapat mengidentifikasi berbagai cara dimana kedua negara dapat meningkatkan kontribusinya bagi semakin berkembangnya budaya perdamaian (culture of peace) pada tingkatan global.[] (Sumber : Diplik)
No. 55Tahun V
Diplomasi
18
ki
l
as
Investasi adalah motor penggerak bagi pertumbuhan ekonomi, sementara itu pembangunan di dalam era otonomi daerah sekarang ini, pada intinya adalah berupa pemberdayaan daerah. Dimana dalam hal ini daerah harus mampu mengatur, mengurus, dan mengelola kepentingan serta aspirasi masyarakat di wilayahnya. Selama ini seringkali terlihat, bahwa posisi tawar yang dimiliki daerah terasa kurang, baik itu terhadap pusat maupun terhadap pihak ketiga (dunia usaha). Karena itulah pemberdayaan daerah perlu dilakukan terhadap semua komponen, yaitu pemerintah, masyarakat, dan swasta. Melalui penerapan otonomi daerah diharapkan muncul pusat-pusat kekuatan baru di daerah dalam bidang ekonomi, sosial, dan politik. Namun mengingat keterbatasan dari pihak pemerintah, maka dalam hal ini diperlukan peran serta swasta, dimana salah satu aspeknya adalah di bidang investasi. Diperlukan suatu iklim invetasi yang ramah bagi investor (business friendly), karena dengan demikian akan mampu menarik investor-investor dalam dan luar negeri untuk masuk ke suatu daerah yang secara tidak langsung akan mampu meningkatkan daya beli masyarakat dan aktivitas perekonomian, yang pada akhirnya juga akan meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Komponen utama yang membentuk iklim investasi di daerah terdiri dari; Kelembagaan pelayanan penanaman modal (16,9%), Promosi investasi daerah (15,6%), Komitmen Pemerintah Daerah (20%), Infrastruktur (9,8%), Akses lahan usaha (2,4%), Tenaga kerja (6%), Keamanan usaha (10,7%), Kinerja ekonomi daerah (3,1%), dan Peranan dunia usaha dalam perekonomian daerah (3,6%). Sedangkan komponen-komponen yang menjadi hambatan bagi para pelaku usaha di dalam menjalankan usahanya adalah; infrastruktur, perijinan oleh pemerintah pusat, peraturan daerah, kenaikan tariff BBM/ listrik dan lain-lain, pajak/retribusi, kelangkaan bahan baku, invisible cost, kelangkaan modal, stabilitas dan hankam, upah minimum regional, pemasaran, kapasitas bisnis, memproses perijinan, bom/ terorisme, biaya pengapalan, dan ketepatan waktu. Faktor-faktor yang menjadi daya tarik bagi dunia usaha dalam melakukan investasi, diantaranya adalah; ketersediaan infrastruktur, kepastian hukum, potensi yang dimiliki oleh suatu daerah/ wilayah, kebijakan investasi, SDM, serta jaminan kepastian keamanan. Informasi yang dibutuhkan oleh investor, pada umumnya berupa kebutuhan investasi di suatu daerah, kebijakan
No. 55 Tahun V
Srategi Pengembangan Potensi Ekonomi Daerah YUSUV SUHYAR, Dipl.-Ing. Ketua Komite Tetap Bidang Hubungan Perdagangan Dalam dan Luar Negeri KADIN Jawa Barat
investasi, potensi yang dimiliki, peluang usaha, sumber dan proyek investasi, serta contoh proyek investasi yang ada di suatu daerah. Untuk mendorong dan menarik investasi ke daerah, diperlukan Profil Potensi Daerah yang berisi tentang informasi peluang usaha yang layak bagi investor. Profil Potensi Daerah ini dimaksudkan agar investor dapat lebih cepat menangkap peluang investasi dan mengambil keputusan untuk berinvestasi. Dengan adanya Profil Potensi Daerah, UKM juga dapat mengidentifikasi peluang usaha yang ada. Dengan Profil Potensi Daerah yang telah memenuhi kriteria, maka diharapkan daerah dapat mempunyai prospek usaha dengan pasar yang jelas serta sesuai dengan prioritas Pembangunan Daerah (Renstrada). Disamping itu profil proyek investasi di daerah juga dapat digunakan sebagai materi utama dalam berbagai kegiatan untuk mempromosikan potensi daerah. Pemilihan potensi daerah ini dibagi
dalam tiga sektor, yaitu sektor primer (perkebunan, pertanian, dan perikanan), sektor sekunder (pengolahan dan industri), serta sektor tersier (perdagangan, jasa, hotel dan sebagainya). Penyusunan Profil Potensi Daerah dilakukan dengan menggunakan metode 3W1H (What, Why, Where dan How). Profil Potensi Daerah adalah bagian dari upaya pengembangan potensi investasi daerah yang meliputi; identifikasi seluruh potensi yang ada (what), alasan-alasan yang menjadikan potensi-potensi dimaksud dijadikan sebagai unggulan (why), lokasi investasi yang ditetapkan (where), dan bagaimana kebijakan-kebijakan pusat dan daerah (who). Rencana Pembangunan Jangka Pendek, Menengah, dan Panjang; Kebijakan Propinsi/Kabupaten/Kota; Visi dan Misi Propinsi/Kabupaten/Kota; Daftar Panjang/Pendek potensi daerah, seluruhnya merupakan bagian dari potensi unggulan daerah. Perencanaan potensi daerah dan hasil riset pengumpulan data existing
kemudian di analisa untuk mengetahui bagaimana analisis pasarnya, potensi bahan baku, keuntungan komparatif dan kompetitif, serta kebutuhan calon industrinya. Hasil analisa terhadap lokasi, luas lahan dan harga, infrastruktur dan kelengkapannya, jenis industri dan asal investor, daya dukung industri, serta ketersediaan tenaga kerja digunakan untuk menetapkan lokasi. Untuk pengembangannya, hasil analisis kebijakan existing dan kebijakan yang masih diperlukan baik di Pusat maupun di Daerah, dapat diajukan sebagai usulan kebijakan untuk pengembangan investasi, baik itu berupa insentif, maupun berbagai fasilitas serta kemudahan yang ditawarkan. Melalui strategi pengembangan potensi ekonomi daerah kemudian dapat ditetapkan pasar bagi produk-produk yang dihasilkan dan juga masuknya investasi ke daerah. Dari analisis pasar kemudian dapat ditetapkan strategi apakah untuk pasa lokal atau pasar ekspor. Dari analisis pasar ekspor, kemudian ditetapkan strategi untuk pasar tradisional, pasar non tradisional atau pasar alternatif. Untuk pasar tradisional, sasarannya adalah negara tujuan/ mitra dagang utama, dan pada umumnya adalah negaranegara yang sudah maju dan memiliki ekonomi serta teknologi yang kuat. Selain itu biasanya juga merupakan anggota dari WTO. Untuk pasar non tradisional dan pasar alternatif, sasarannya adalah negaranegara yang ekonominya kuat atau menengah dan berpotensi menjadi mitra dagang. Srategi pengembangan potensi ekonomi daerah ini harus dibuat berdasarkan peluang serta potensi yang dimiliki oleh suatu daerah dengan menonjolkan kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh suatu daerah dan kebijakan-kebijakan pemerintah setempat yang ramah terhadap dunia usaha. Dengan pengelolaan yang baik dan profesional, tentunya akan berdampak positif bagi perekonomian di daerah, yaitu dengan semakin banyaknya usahausaha baru yang berdiri, tenaga kerja yang semakin mudah terserap, pendapatan asli daerah semakin bertambah, dan meningkatnya indeks perekonomian daerah. []
15 MEI - 14 JUNI 2012
Diplomasi ki
l
as
19
KBRI Singapura Intensif Bekali Penata Laksana Rumah Tangga (PLRT) dengan Berbagai Ketrampilan
Dok. KBRI Singapura Suasana wisuda Para Pekerja Penata Laksana Rumah Tangga (PLRT) di Singapura yang telah mengikuti program pelatihan di Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kerja (P3K) (22/4).
15 MEI - 14 JUNI 2012
Duta Besar RI untuk Singapura, Andri Hadi, bersama dengan Menteri Negara Pembangunan Masyarakat, Pemuda dan Olah Raga Singapura, Halimah Yacob, pada tanggal 22 April 2012 mewisuda sebanyak 697 Penata Laksana Rumah Tangga (PLRT) asal Indonesia. Acara yang diselenggarakan di Sekolah Indonesia Singapura ini dihadiri oleh sekitar 500 undangan, termasuk para majikan. Dari 697 wisudawan tersebut, 52 orang diantaranya merupakan peserta Program Paket B dan Paket C, dan sisanya adalah peserta kursus Bahasa Inggris, Bahasa Mandarin, komputer, menjahit dan tatarias wajah. Dan enam lulusan terbaik dari masing-masing bidang memperoleh penghargaan dari KBRI Singapura. Dalam sambutannya, Duta Besar Andri Hadi menyampaikan apresiasi terhadap para guru dan secara khusus kepada para majikan yang telah memberikan ijin kepada PLRT untuk dapat mengikuti kursus-kursus yang diselenggarakan oleh KBRI Singapura.
Duta Besar berharap agar keterampilan yang diperoleh dari Program P3K (Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kerja) tersebut dapat dimanfaatkan untuk menigkatkan keterampilan dalam melaksanakan pekerjaan di Singapura dan terutama pada saat kembali ke tanah air. Di tanah air para PLRT dapat memanfaatkan pengetahuan dan keterampilan yang telah didapat untuk memulai usaha baru. Selain itu, Duta Besar juga berharap agar kursus-kursus tersebut dapat meningkatkan awareness bagi segenap PLRT mengenai pentingnya keselamatan kerja. Dengan demikian, kecelakan kerja yang kerap terjadi dapat dihindari. Sementara itu, Menteri Halimah dalam sambutannya menyampaikan ucapan selamat kepada para wisudawan yang telah belajar dengan keras dan mendorong para PLRT untuk tetap terus belajar untuk meningkatkan kemampuan. Menteri Halimah juga menyinggung rencana pemberian satu hari libur dalam
satu minggu kepada PLRT yang akan mulai diberlakukan pada awal tahun 2013. Dengan adanya hari libur tersebut, diharapkan para PLRT dapat berisitrahat dan memanfaatkannya untuk hal-hal yang positif seperti mengikuti kursus-kursus keterampilan seperti itu, karena belajar merupakan proses seumur hidup. Menteri Halimah dikenal sangat aktif dalam memperjuangkan hak dan kesejahteraan bagi para domestic workers di Singapura. Atas usaha dan kerja keras beliau, mulai tahun 2013, Pemerintah Singapura akan memberlakukan one day off setiap minggu bagi seluruh domestic workers di Singapura, termasuk para PLRT asal Indonesia. KBRI Singapura telah mengelola Program P3K sejak tahun 2009. Program ini dirintis oleh Duta Besar Wardana dan diselenggarakan di Sekolah Indonesia Singapura (SIS) pada setiap hari Minggu. Program P3K meliputi kursus bahasa Inggris, bahasa Mandarin, komputer, menjahit dan tatarias wajah, serta Paket B dan Paket C. Dalam dua tahun terakhir, kegiatan P3K telah diikuti oleh 3003 PLRT, masing-masing sebanyak 958 orang pada tahun 2010, dan 1.325 orang pada tahun 2011. Pada awal tahun ini (2012) kegiatan P3K ini telah diikuti oleh sebanyak 720 orang. Sedangkan jumlah peserta didik yang telah lulus sejak tahun 2009 mencapai sebanyak 2.283 orang. Koordinator Fungsi Penerangan, Sosial dan Budaya KBRI Singapura, Simon D.I. Soekarno, menyampaikan bahwa melalui Program P3K ini, diharapkan para PLRT asal Indonesia di Singapura dapat menjadi pekerja yang lebih kompetitif dan berpandangan ke depan. KBRI Singapura memperkirakan bahwa jumlah peserta P3K akan meningkat pada tahun 2013 sehubungan dengan adanya ketentuan libur wajib satu hari dalam seminggu. Acara wisuda dilanjutkan dengan peluncuran transfer uang “D.U.I.T” (Dana Untuk Indonesia Tercinta) oleh Bank Syariah Mandiri dan ditutup dengan acara hiburan dari artis-artis ibukota, diantaranya Teuku Wisnu, Cici Tegal, Ari Limau dan grup musik Snada. [] (Sumber: KBRI Singapura)
No. 55Tahun V
Diplomasi
20
S osok
Duta Besar Saiful Hadi Duta Besar RI untuk Qatar
Merasa Sebagai Orang Biasa yang Berjalan Sesuai Irama
Diplomat yang sekarang ini menjabat sebagai Duta Besar RI untuk Qatar ini memilih profesi sebagai diplomat karena melihat pekerjaan sebagai diplomat adalah suatu pekerjaan yang membanggakan. Selain itu, seorang diplomat juga bisa melanglang buana, bergaul dengan berbagai macam bangsa, dan menjadi wakil dari pemerintah dan bangsa Indonesia di luar negeri. Hal inilah yang menurutnya sangat menarik dan mendorongnya untuk menjadi seorang diplomat. Menurutnya banyak pengalaman menarik yang didapat saat bertugas di Kemlu RI. Utamanya adalah beratnya memperjuangkan kepentingan Indonesia di dunia internasional dan mencoba mengimplementasikan berbagai kebijakan dalam negeri untuk kepentingan dan keuntungan bagi Indonesia sendiri. “Sebagai orang yang mewakili Indonesia, terkadang perasaan nasionalisme ketika berada di dalam negeri tidak begitu terasa, namun akan berbeda rasanya apabila kita berada di luar negeri dengan duduk dan berhadapan dengan orang asing, dimana kita harus memperjuangkan kepentingan Indonesia. Disitulah terasa semangat dan rasa nasionalisme
Dok. KBRI Qatar
kita semakin tebal”, jelasnya. Pada saat pertama kali bertugas di Vancouver, Canada, diplomat yang senang mendengarkan musik ini punya pengalaman menarik dalam memperjuangkan teman-teman dari Karyasiswa Kemdikbud RI (saat itu) untuk memperoleh beasiswa di British Columbia University dari Pemerintah Canada. Pengalaman menarik lainnya adalah pada saat menghadapi demo para simpatisan Timor Timur (saat itu) di British Columbia University, Vancouver.”Saya dan rekan-rekan diplomat lainnya berhadapan langsung dengan para pendemo sambil adu argumentasi. Saya ingat sekali saat itu Bapak Dino Patti Djalal masih menjadi mahasiswa, dengan sangat berani mendampingi saya hanya berbekal keterampilan bahasa Inggris yang sangat lancar berjuang bersama-sama demi nama bangsa Indonesia”, kenangnya. Duta Besar yang menyukai olah raga strecthing ini mengaku merasakan adanya kepuasan tersendiri jika draft proposal perjanjian yang diajukannya dalam suatu perundingan pada akhirnya dapat diterima dengan baik oleh pihak lain.
“...masyarakat Qatar adalah orang yang “very smart person”. Qatar menduduki peringkat negara dengan income perkapita tertinggi di dunia pada tahun 2011 yaitu mencapai USD 103.000, sedangkan Indonesia hanya USD 3000-an saja. Oleh karena itu Dubes terus berupaya meletakkan dasar profesionalisme yang tinggi di seluruh staff agar tidak semakin tertinggal. Qatar sangat pintar memanage negaranya, sebagai sebuah negara kecil tapi dengan otot yang besar. “Karenanya mau tidak mau kita juga harus melakukan hal yang sama. Karena itu target saya adalah agar KBRI Doha dapat beroperasi sebagai KBRI yang bagus” jelasnya.”
Courtesy Call Duta Besar LBBP RI, Deddy Saiful Hadi dengan Vice President Qatar Chamber of Commerce and Industry
No. 55 Tahun V
15 MEI - 14 JUNI 2012
Diplomasi sosok Karena terkadang sampai tidak tidur semalamam dalam menyelesaikan draft perjanjian yang terus berubah. Menurut Duta Besar yang suka membaca buku-buku yang bersifat informatif ini, hubungan Indonesia-Qatar ataupun antara Indonesia dengan negara-negara Arab lainnya, umumnya masih belum signifikan dengan potensi yang ada. Hubungan ekonomi yang ada masih terbatas seiring dengan banyaknya tenaga kerja yang bekerja di negara-negara Teluk seperti TKI dan PLRT. Hal tersebut menjadikan pertanyaan dan tantangan bagi Duta Besar yang juga senang melihat pemandangan ini. Menurutnya Qatar memiliki dana yang melimpah, namun investasi Qatar di Indonesia sama sekali tidak signifikan. Ini dikarenakan Qatar tidak mengenal dengan baik potensi yang dimiliki oleh Indonesia, dan saling berprasangka negatif sehingga hubungan yang lebih baik diantara kedua negara belum dapat terealisasi karena belum adanya kecocokan. Perekonomian Qatar tumbuh dan berkembang sangat pesat dalam kurun waktu 5 tahun terakhir, sehingga potensi di bidang ketenagakerjaan sangat dibutuhkan. Dengan jumlah penduduk asli yang hanya sekitar 350.000 orang, Qatar jelas memerlukan tenaga kerja dalam jumlah besar. Saat ini jumlah tenaga kerja professional didominasi oleh tenaga kerja asal India mencapai 700.000 orang. Sementara itu WNI di Qatar yang terdata oleh KBRI Doha berjumlah 36.000 orang, dengan komposisi 20.000 orang adalah TKW/PLRT dan 5.000 orang adalah tenaga kerja professional yang telah bekerja di Qatar sejak 16 tahun lalu (sejak 1996). Ini adalah asset yang dimiliki bangsa Indonesia. “Saya tidak merekomendasikan sama sekali pengiriman TKW ke Qatar. Apalagi sesuai dengan program pemerintah yang akan menyetop pengiriman TKW hingga 2017 dan menguranginya sedikit demi sedikit. Saya tidak begitu “bersemangat” untuk meningkatkan pengiriman tenaga kerja wanita walaupun saat ini peluangnya masih terbuka” jelas Duta Besar RI untuk Qatar ini. Ia berpandangan bahwa pengiriman TKW/PLRT yang notabene less educated dan dibayar rendah terlalu besar resikonya. Harkat dan martabat bangsa juga terusik akibat pengiriman TKW ini, karena itu Dubes yang senang dengan open air cafe ini tidak merekomendasikan pengiriman TKI informal (unskilled) ke Qatar. Target utamanya adalah meningkatkan jumlah tenaga kerja formal (skilled) sehingga bangsa Indonesia lebih dihargai oleh negara setempat. Duta Besar yang baru memulai tu-
15 MEI - 14 JUNI 2012
21
Dok. KBRI Qatar
Duta Besar LBBP RI, Deddy Saiful Hadi saat menghadiri Opening Ceremony 6th Global Village2012 yang diselenggarakan oleh College of the North Atlantic - Qatar (CNA-Q) dan berfoto bersama Rektor CNA-Q
gasnya di Qatar pada tanggal 24 Januari 2012 ini berkeinginan untuk meletakkan dasar yang kuat pada Perwakilan RI di Qatar mengingat selama dua tahun lebih KBRI Doha tidak memiliki seorang Duta Besar. Segala macam perkembangan berjalan dengan sangat cepat di Qatar, namun Dubes belum akan melihat keluar melainkan kedalam KBRI sendiri, karena ia ingin betul-betul melihat KBRI yang professional. Menurut Dubes, masyarakat Qatar adalah orang yang “very smart person”. Qatar menduduki peringkat negara dengan income perkapita tertinggi di dunia pada tahun 2011 yaitu mencapai USD 103.000, sedangkan Indonesia hanya USD 3000-an saja. Oleh karena itu Dubes terus berupaya meletakkan dasar profesionalisme yang tinggi di seluruh staff agar tidak semakin tertinggal. Qatar sangat pintar memanage negaranya, sebagai sebuah negara kecil tapi dengan otot yang besar. “Karenanya mau tidak mau kita juga harus melakukan hal yang sama. Karena itu target saya adalah agar KBRI Doha dapat beroperasi sebagai KBRI yang bagus” jelasnya. Dalam kurun waktu dua bulan terakhir, KBRI Doha aktif dan sukses mengikuti event-event internasional yang
diselenggarakan oleh Qatar dengan sinergi DWP KBRI Doha dan komunitas masyarakat Indonesia di Qatar. Diantaranya adalah 8th Diplomatic Bazaar yang diadakan oleh Social Development Centre (SDC), dan 6th Global Village 2012 yang diselenggarakan oleh College of the North Atlantic University (CNA-Q). KBRI Doha juga berhasil mendirikan organisasi Indonesian Businessmen Association in Qatar (IBAQ), walaupun itu telah dirancang jauh sebelumnya oleh para pengusaha Indonesia yang ada di Qatar. Paling tidak keberadaan Dubes telah memberikan motivasi, dorongan, stimulan bagi WNI di Qatar. Prestasi lainnya adalah terkait credential, dimana Bapak Dubes RI untuk Qatar diterima oleh Emir Qatar, H.H. Sheikh Hamad Bin Khalifa Al-Thani hanya dalam waktu satu minggu yang kemudian dilanjutkan dengan courtesy call dengan berbagai menteri dan pejabat tinggi pemerintah lainnya di Qatar. Prestasi ini tidak terlepas dari jalinan networking yang diciptakan oleh Dubes dengan Direktur Protokol di Kemlu Qatar yakni Ambassador Ibrahim Fakhroo. Ayah dari dua orang anak ini akan mencoba untuk menata kembali KBRI baik keluar maupun kedalam untuk
perkembangan yang lebih baik kedepannya. Selain itu, kesejahteraan seluruh staff juga tidak luput dari perhatiannya. Dubes berharap orang-orang disekelilingnya dapat bekerja dengan tenang bila ditunjang dengan kesejahteraan yang cukup walaupun tidak berlebihan. Disamping itu Dubes juga menanamkan “rasa memiliki” terhadap seluruh staff. Dubes yang menggemari olahraga tenis ini merasa bahwa dirinya hanya orang biasa-biasa saja (bukan orang hebat), dan berjalan sesuai irama, tidak ada yang meledak-ledak, dan lancar (smooth). Kedua anaknya telah lulus dari San Fransisco State Universiity dan telah bekerja. Anak sulungnya bekerja di Mandiri Investasi sedangkan yang bungsu menjadi Juniornya di Kemlu RI Angkatan 35. Dubes yang sangat aktif mengikuti berbagai perkembangan yang terjadi di wilayah Teluk ini, saat ini lebih banyak mengisi waktu luangnya untuk membaca buku bersama dengan istri sambil mengikuti berita perkembangan tentang tanah air melalui televisi.[]
No. 55Tahun V
Diplomasi
22
ki
l
as
“CULTURE BALI 2012”
Mendekatkan Indonesia ke Publik Belgia Cuaca mendung yang melingkupi Taman Indonesia (Kingdom of Ganesha) di Parc Pairi Daiza, Brugelette, pada Minggu tanggal 6 Mei 2012, tidak membuat ribuan pengunjung taman wisata tersebut beranjak dari posisinya untuk tetap menyaksikan pagelaran seni Bali dalam acara “Culture Bali” yang diselenggarakan atas kerjasama KBRI Brussel, Kementerian Agama RI, dan Konsul Kehormatan RI untuk Wilayah Wallonia hari itu. Setelah kagum atas permainan gamelan oleh kelompok “Saling Asah” dan kelompok gamelan anak “Vika-
sati” yang memukau, berturut-turut para pengunjung diajak semakin larut dalam kekaguman atas pementasan Tari Gabor, Tari Baris Tunggal, Tari Legong Kuntul dan Cak Sunda Upasunda (tari kecak) yang dibawakan oleh tim kesenian Universitas Hindu Indonesia (UNHI). “Vikasati” merupakan kelompok gamelan anak-anak /KBRI Brussel yang beranggotakan anak-anak masyarakat Indonesia di Belgia. Tari Gabor merupakan tarian penyambutan dan ucapan selamat datang kepada para tamu undangan yang berbaur dengan para pengunjung taman. Ge-
Sayembara Logo APEC Indonesia 2013 Dalam rangka menyambut tahun keketuaan dan ketuanrumahan Indonesia di Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC) pada tahun 2013, Kementerian Luar Negeri RI, didukung oleh APEC Business Advisory Council (ABAC) Indonesia, akan menyelenggarakan Sayembara Logo APEC Indonesia 2013. Sayembara terbuka untuk umum, kecuali pegawai Kementerian Luar negeri RI, mulai tanggal 18 April hingga 18 Mei 2012. Sayembara diharapkan menghasilkan sebuah logo yang merefleksikan keketuaan dan ketuanrumahan Indonesia pada forum APEC di tahun 2013, dinamika perdagangan, investasi dan pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia-Pasifik, serta pencapaian Bogor Goals. Pemenang utama sayembara akan mendapatkan sertifikat dari Kementerian Luar Negeri dan hadiah uang sebesar Rp. 30 juta dari ABAC Indonesia, dan dua pemenang harapan masing-masing
No. 55 Tahun V
akan mendapatkan sertifikat dari Kementerian Luar Negeri dan hadiah uang sebesar Rp. 10 juta dari ABAC Indonesia. Proses penjurian dan penilaian logo akan dilakukan oleh para pemangku kepentingan yang selama ini terlibat aktif mewakili Indonesia pada forum-forum utama APEC. Keketuaan dan ketuanrumahan Indonesia di APEC pada tahun 2013 merupakan kali kedua sejak berdirinya forum kerja sama yang beranggotakan 21 Ekonomi tersebut. Pada keketuaan dan ketuanrumahan Indonesia yang pertama tahun 1994, para Pemimpin Ekonomi APEC menyepakati Bogor Goals yang merupakan tujuan dan garis haluan utama kerja sama APEC. Di bawah keketuaan Indonesia di tahun 2013, Indonesia akan berkontribusi dalam menentukan arah kerja sama ekonomi dan perdagangan di kawasan AsiaPasifik, sejalan dengan prioritas dan kepentingan nasional Indonesia.[]
Dok. KBRI Brussel
rakan Tari Gabor yang kuat, tegas dan enerjik menggambarkan prajurit yang gagah perkasa, kuat dan berwibawa. Tari Legong Kuntul menggambarkan sekelompok burung Kuntul yang tengah bercengkerama. Tari Cak Sunda Upasanda berkisah tentang dua bersaudara bernama Sunda dan Upasunda yang bertarung memperebutkan bidadari utusan Dewa Siwa yang bernama Nilotama. Pagelaran kesenian “Culture Bali” yang bertujuan untuk mempromosikan kekayaan seni dan budaya Indonesia serta kerukunan antar umat beragama di Indonesia pada hari itu ditutup dengan parade Ogoh-ogoh yang menampilkan arak-arakan 4 (empat) buah patung Ogoh-ogoh khas Bali, yakni Detya Niwatakawaca, Harjuna, Dewi Saraswati, dan Hanuman yang dipanggul oleh tim kesenian UNHI dan masyarakat Indonesia yang datang dari berbagai penjuru Eropa. Kegiatan ini mempunyai daya tarik tersendiri dan jarang ditemukan oleh para pengunjung Taman. Sebelumnya, pada 11 Juni 2011, di tempat yang sama, telah diselenggarakan Festival Ogoh-ogoh
yang berhasil mendapatkan apresiasi positif publik setempat dan tanah air. Rangkaian pementasan “Culture Bali” diselenggarakan di Kingdom of Ganesha, yakni bagian dari Parc Pairi Daiza yang bertema Indonesia. Selain miniatur berbagai ikon Indonesia, di dalam Kingdom of Ganesha ini terdapat Pura Agung Shanti Bhuana yang menjadi lokasi persembahyangan umat Hindu Bali yang berdomisili di Belgia dan sekitarnya. Ratusan masyarakat Indonesia, termasuk masyarakat Hindu Bali, yang berdomisili di Belgia, Belanda, Luksemburg, Jerman dan Perancis khusus datang ke Parc Pairi Daiza hari itu untuk mendukung pelaksanaan pagelaran kesenian ini dan berkesempatan melakukan persembahyangan bersama. Mereka berbaur dengan ribuan pengunjung lainnya yang berkesempatan untuk mengenal Indonesia lebih jauh melalui seni dan budaya Bali yang ditampilkan.[] [Kedutaan Besar Republik Indonesia, Brussel]
15 MEI - 14 JUNI 2012
?
Diplomasi
23
apa
kata
mereka
Museum KAA Merangkul Pengunjung Melalui Sahabat Museum Gilang A. Jabbar Koordinator Sekretariat SMKAA Yang biasanya kita rasakan saat berkunjung ke museum pada umumnya adalah kotor, tidak terawat, kosong, pada awalnya saja menarik waktu pertama kali datang, tapi lama-lama bosan juga karena tidak pernah ada yang baru. Kesan-kesan tersebut seringkali menempel pada kebanyakan museum yang dikelola pemerintah di Indonesia. Para pengunjungpun mempertanyakan; lalu siapa yang mempunyai museum? Bukankah sebetulnya museum dibiayai oleh para pembayar pajak? Mengapa pelayanan yang diberikan olehnya justru jauh dari kebutuhan kita? Museum Konperensi Asia Afrika merupakan salah satu museum yang serius dalam upayanya menjawab deretan pertanyaan tersebut. Disebut serius karena Museum Konperensi Asia Afrika tidak menjawabnya dengan omongan, tetapi dengan tindakan. Dengan berbagai program dan kebijakan yang mengundang segenap lapisan masyarakat aktif berpartisipasi dalam keseharian di museum. Salah satu kebijakan Museum Konperensi Asia Afrika adalah dengan merangkul pengunjung melalui Saha-
15 MEI - 14 JUNI 2012
bat Museum Konperensi Asia Afrika (SMKAA). SMKAA selalu berupaya menjadi penyemangat denyut nadi keseharian di Museum Konperensi Asia Afrika. SMKAA muncul sebagai event management dari setiap kegiatan masyarakat yang bersifat dinamis. Sinergi antara SMKAA dan Museum Konperensi Asia Afrika diharapkan dapat mempermudah publikasi kegiatan masyarakat di museum secara luas kepada khalayak. Pesan dan makna yang terkandung dalam setiap kegiatan tidak disampaikan dari museum kepada pengunjung, tetapi dari pengunjung museum kepada pengunjung lainnya, sehingga tersampaikan dengan baik. Pola komunikasi ini disebut people to people contact, dan pola ini hanya bisa terjalin jika para pengunjung museum menganggap museum sebagai rumahnya. Apabila kita menganggap museum sebagai rumah kita, tentu kita tidak akan membiarkannya kotor, membosankan atau malah kelihatan kosong. Sebisa mungkin kita akan membuatnya bersih, nyaman dan ramai dengan berbagai kegiatan yang menarik minat kita. Itulah yang coba dilakukan oleh Sahabat Museum Konperensi Asia Afrika. []
Nur Ayu Ramalinda
Mahasiswa Universitas Mulawarman, Samarinda.
Dok. Diplomasi
Saya kira penyelenggaraan kegiatan NuMUN 2012 ini sangat bagus, dimana kita sebagai mahasiswa dan generasi penerus bangsa dapat melihat dan mengetahui bagaimana sebenarnya proses dan suasana sebuah sidang di PBB, serta bagaimana kita melakukan teknik negosiasi dan berdiplomasi di forum multilateral. Ini tentunya sangat penting, apalagi bagi kami para mahasiswa jurusan Hubungan Internasional yang nantinya mungkin saja akan bekerja di bidang ini atau bidang lain yang terkait dengan hal ini. Jadi disini kami bisa belajar bagaimana menjadi seorang diplomat atau negosiator. Dalam hal ini saya sangat tertarik untuk mendalami tentang hubungan internasional, karena dengan begitu saya dapat mempelajari berbagai hal yang terkait dengan hubungan internasional secara lebih luas. Menurut saya, pandangan masyarakat terhadap politik luar negeri Indonesia, yang dalam hal ini dilaksanakan oleh Kementerian Luar Negeri, tampaknya
pandangan publik terhadap pelaksanaan polugri positif
sudah lebih baik, terutama dalam hal berdiplomasi dan peningkatan peran Indonesia di berbagai forum internasional termasuk PBB. Sekarang ini Indonesia tampak lebih menonjol di kancah pergaulan internasional, terutama dalam peranannya memberikan kontribusi solusi terhadap berbagai persoalan global. Terkait dengan hal tersebut, karena itu kami sebagai generasi muda yang akan meneruskan estafet kepemimpinan di negeri ini harus lebih giat dan gigih dalam mempersiapkan diri sebagai pemimpin Indonesia kedepan. Jangan sampai apa yang sudah dicapai oleh para pemimpin Indonesia pada saat ini, kemudian tidak dapat kita kembangkan dan tingkatkan atau bahkan justru malah menurun. Kami harus berupaya menjadikan Indonesia kedepan lebih baik dari saat sekarang ini, yaitu menjadikan Indonesia sebagai negara maju dengan peran yang signifikan di kancah internasional. Oleh karena itu saya kira kegiatan seperti NuMUN ini perlu dilakukan lebih banyak dan tidak hanya di kota-kota besar tetapi juga di daerah-daerah. Hal ini perlu dilakukan mengingat kegiatan seperti ini sangat jarang dilakukan di daerah, ini perlu menjadi perhatian kita bersama agar kemampuan mahasiswa di daerah bisa lebih ditingkatkan sehingga memiliki kemampuan yang sejajar dengan mahasiswa di kota-kota besar.[]
No. 55Tahun V
No. 21, Tahun
Diplomasi No. 55 Tahun V, Tgl. 15 Mei - 14 Juni 2012
http://www.tabloiddiplomasi.org
TABLOID
Media Komunikasi danInteraksi Interaksi Media Komunikasi dan www.tabloiddiplomasi.com
Presiden SBY Jadi Ketua Bersama Menlu RI : Panel Tinggi Sekjen PBB Mengenang Seratus Tahun Moham Kontribusi Isla Dan Demokras Dalam Memban Indonesia negara anggota PBB,” ditekankan Duta Besar Yusra Khan, Kuasa Usaha a.i./Deputi Wakil Tetap Indonesia pada PBB, dalam pertemuan tersebut. “Sehingga hasil kerja Panel dapat bermanfaat bagi semuanya, khususnya agar berperan konstruktif dalam mendorong upaya negara anggota PBB untuk menyusun agenda pembangunan pasca 2015”, imbuhnya. Pesan serupa juga disampaikan oleh Duta Besar Inggris dan Duta Besar Liberia untuk, PBB, yang menggarisbawahi perlunya dukungan negara anggota PBB terhadap upaya dan inisiatif Sekjen tersebut. Yusra menambahkan, “Penyusunan agenda pembangunan pasca 2015 perlu mempertimbangkan tantangantantangan terbaru dalam pembangunan. Pengalaman yang diperoleh dari pelaksanaan MDGs perlu pula menjadi pertimbangan, baik kekurangan maupun kelebihannya, khususnya isu-isu negara berkembang seperti kesehatan, pendidikan bagi orang miskin dan berimbangnya kebijakan terkait dengan keberlanjutan pembangunan lingkungan dan pertumbuhan ekonomi.” Untuk mendorong inisiatif ini, Sekjen PBB telah meminta agar Ketua UN Development Group dan Executive Committee on Economic and Social Affairs (ECESA) memobilisasi dukungan atas upaya ini. Sekjen PBB juga akan mengangkat Asisten Sekjen baru, dengan portofolio khusus membantu Sekjen memajukan agenda pembangunan pasca 2015.[] (Sumber: PTRI New York)
Da’i Bachtiar :
Menyelesaikan Pers TKI di Malaysia Den Kepala Dingin
Kebudayaan, Fondasi Memperkuat Hubunga RI - Suriname Dok. presidensby.info
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono telah terpilih sebagai salah satu Ketua Bersama (co-chairs) dalam Panel Tingkat Tinggi (High-Level Panel of Eminent Persons) untuk agenda pembangunan pasca 2015, yang dibentuk Sekjen PBB, Ban Ki-Moon, sebagai upaya melakukan akselerasi langkah dan pembahasan post 2015 development agenda setelah KTT Pembangunan Berkelanjutan (Rio+20). Hal ini disampaikan Sekjen PBB dalam briefing yang dilakukan pada pertemuan informal Majelis Umum PBB, yang berlangsung pada hari Rabu 9 Mei 2012, di Markas Besar PBB, New York. Di samping Presiden RI, Perdana Menteri Inggris, David Cameroon, dan Presiden Liberia, Ellen Johnson-Sirleaf, juga telah bersedia menjadi ketua bersama dalam panel tingkat tinggi tersebut. Anggota panel akan ditentukan kemudian oleh Sekjen PBB, dengan mempertimbangkan perimbangan geografis, gender, generasi dan konstituen, dan akan diumumkan setelah penyelenggaraan KTT Pembangunan tanggal 20-22 Juni 2012 di Rio de Janeiro, Brazil. Menyusul pengumuman Sekjen PBB ini, Presiden SBY, Perdana Menteri Cameroon dan Presiden Johson-Sirleaf telah mengeluarkan pernyataan tertulis bersama, yang pada intinya menyampaikan kesiapan bekerjasama dalam mewujudkan tujuan pembangunan millennium (Millennium Development Goals/MDGs) dan menyusun agenda pembangunan baru pasca 2015. “Penyelenggaraan panel ini perlu didukung oleh semua pihak, khususnya
Nia Zulkarna
“KIN
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono saat menerima kunjungan Sekretaris Jenderal Persatuan BangsaBangsa (PBB) Ban Ki-moon di Istana Bogor, Jawa Barat, Selasa (20/3/2012).
Film Bertema Bulutang Pertama di Du
Tabloid Diplomasi dapat diakses melalui:
http://www.tabloiddiplomasi.org
Bagi Anda yang berminat menyampaikan tulisan, opini, saran dan kritik silahkan kirim ke:
[email protected]
Direktorat Diplomasi Publik
Jalan Taman Pejambon No. 6 Jakarta 10110 Telepon : 021-3813480 Faksimili : 021-3858035