HUBUNGAN ANTARA RIWAYAT PENYAKIT INFEKSI, KETERSEDIAAN AIR BERSIH DAN KEPEMILIKAN JAMBAN DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK USIA 6-24 BULAN DI PULAU NAIN KECAMATAN WORI KABUPATEN MINAHASA UTARA Stefanus Rondonuwu*, Maureen I. Punuh*, Budi T. Ratag* *Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi ABSTRAK Masalah status gizi kurang Di Pulau Nain meningkat setiap tahunnya, ini di karenakan tingginya angka terserang penyakit infeksi yang di akibatkan kurangnya ketersediaan air bersih yang merupakan kebutuhan utama tiap rumah tangga dan banyaknya keluarga yang tidak memiliki jamban untuk pembuangan tinja. Data riskesdas 2013 untuk Sulawesi Utara, TB/U dan BB/TB. Terlihat prevalensi gizi buruk dan gizi kurang meningkat dari tahun 2007 ke tahun 2013. TB/U naik dari 29% mencapai 37% sedangkan pada BB/TB mengalami penurunan dari 11% pada tahun 2007 dan turun jadi 8% pada tahun 2010 dan naik kembali pada 2013 mencapai 10% walaupun tak setinggi yang terjadi pada laporan riskesdas 2007. Angka ini menunjukan prevalensi status gizi buruk di provinsi sulawesi utara masih cukup tinggi (Riskesdas, 2013). Data Riskesedas pada tahun 2013 menunjukkan bahwa jenis sumber air untuk seluruh kebutuhan rumah tangga di Indonesia pada umumnya adalah sumur gali terlindung (29,2%), sumur pompa (24,1%), dan air ledeng atau PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) (19,7%). Di perkotaan, lebih banyak rumah tangga yang menggunakan air dari sumur bor atau pompa (32,9%) dan air ledeng atau PDAM (28,6%), sedangkan di perdesaan lebih banyak yang menggunakan sumur gali terlindung (32,7%), (Riskesdas 2013). fasilitas BAB (Buang Air Besar ) milik sendiri di perkotaan lebih tinggi (84,9%) dibandingkan di perdesaan (67,3%), sedangkan proporsi rumah tangga BAB di fasilitas milik bersama dan umum maupun BAB sembarangan di perdesaan masing-masing. milik bersama 6,9%, umum 5,0%, dan sembarangan 20,8% lebih tinggi dibandingkan dengan di perkotaan milik bersama 6,6%, umum 3,5% dan sembarangan 5,1%. Data tidak memiliki jamban di sulawesi utara dan pembuangan tinja tidak pada septik tank mencapai 34% (riskesdas, 2013). Desain penelitian adalah survey analitik dengan desain studi potong lintang (coss sectional study). Penelitian ini dilaksanakan di Pulau Nain Kecamatan Wori Kabupaten Minahasa Utara pada bulan Juli sampai Oktober. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh anak usia 41 Pulau Nain Kecamatan Wori Kabupaten Minahasa Utara dengan Ibu sebagai responden yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Analisis bivariat menggunakan uji chi -square dengan nilai α 0,05. Kesimpulan dalam penelitian ini yaitu tidak ada hubungan antara riwayat penyakit infeksi, ketersediaan air bersih, dan kepemilikan jamban dengan status gizi PB/U dan BB/PB pada anak usia 6 – 24 bulan di Pulau Nain. Kata Kunci : Penyakit Infeksi, Air Bersih, Jamban, Status Gizi
ABSTRACT Problems malnutrition status in Nain Island is increasing every year, is in because of the high rate of infectious disease that causes lack of availability of clean water is an essential requirement for each household and the number of families who do not have latrines for excreta disposal. Data Riskesdas 2013 in North Sulawesi, H / A and W / H. Looks prevalence of malnutrition and malnutrition increased from 2007 to 2013. TB / U rose from 29% to 37% while in the BB / TB decreased from 11% in 2007 and dropped to 8% in 2010 and climbed back on 2013 reached 10%, although not as high as had happened in riskesdas 2007. this figure shows the prevalence of malnutrition in north Sulawesi are still quite high (Riskesdas, 2013). Data Riskesedas in 2013 showed that the type of water source for the entire household in Indonesia in general are protected dug wells (29.2%), well pump (24.1%), and tap water or PDAM (Regional Water Company) (19.7%). In urban areas, more households use water from boreholes or pumps (32.9%) and the water tap or taps (28.6%), while in rural areas that use a lot more protected dug wells (32.7%), (Riskesdas 2013). CHAPTER facilities (defecation) own property is higher in urban areas (84.9%) than in rural areas (67.3%), while the proportion of households defecate in the commons and public facilities as well as defecation in rural areas respectively. collectively owned 6.9%, 5.0% general and indiscriminate 20.8% higher than in the urban commons 6.6%, 3.5% and
1
indiscriminate general 5.1%. Data does not have latrines in North Sulawesi and disposal of excreta is not the septic tank reaches 34% (Riskesdas, 2013). The study design was analytic survey with cross sectional study design (coss sectional study). This research was conducted in Nain Island Wori District of North Minahasa Regency in July to October. The population in this study are all children aged 41 Nain Island Wori District of North Minahasa Regency with Mother as respondents who meet the inclusion and exclusion criteria. Bivariate analysis usi ng chi-square test with α value of 0.05. The conclusion of this research that there is no relationship between a history of infectious diseases, the availability of clean water and latrine ownership with nutritional status PB / U and BB / PB in children aged 6-24 months in Nain Island. Keywords: Infectious Diseases, Water, latrines, Nutritional Status
PENDAHULUAN Masalahan gizi kurang yang selalu
berkontribusi terhadap masalah gizi, sehingga menghalangi anak-anak untuk
terjadi di seluruh bagian negara di dunia adalah
masalah
kekurangan
energi
protein
seperti
merasmus
dan
dapat mereka.
dapat
perkembangan
berdampak otak
anak.
Nation’s children’s fund), 2012). Hasil data Riskesedas pada tahun
keadaan normal,
2013 menunjukkan bahwa jenis sumber air untuk seluruh kebutuhan rumah
penyakit (Poskitt, 2003 dalam Efendhi,
tangga di Indonesia pada umumnya
2015). Sampai saat ini penyakit Diare
adalah sumur gali terlindung (29,2%),
merupakan salah satu penyebab utama
sumur pompa (24,1%), dan air ledeng
kesakitan dan kematian. Hampir seluruh
atau PDAM (Perusahaan Daerah Air
di daerah geografis dunia dan semua
Minum) (19,7%). Di perkotaan, lebih
kelompok usia diserang diare, tetapi
banyak
penyakit berat dengan kematian yang
yang
PDAM (28,6%), sedangkan di perdesaan
penyakit (Umiati, 2010).
lebih banyak yang menggunakan sumur
Sanitasi dan perilaku kebersihan
gali
yang buruk serta air minum yang tidak terhadap
(32,7%),
(Riskesdas
tangga di Indonesia menggunakan air kemasan, air isi ulang/depot air minum,
dunia. Bagi anak-anak yang bertahan menderita
terlindung
2013). Untuk sumber air minum, rumah
88%
kematian anak akibat diare di seluruh seringnya
tangga
pompa (32,9%) dan air ledeng atau
dengan usia paling rentan terserang
hidup,
rumah
menggunakan air dari sumur bor atau
tinggi terutama didapatkan pada balita
berkontribusi
selanjutnya
masa yang akan datang (Unicef (United
lingkungan, serta terdapat atau tidaknya
aman
ini
kemampuan produktif suatu bangsa di
Hal ini
usia, durasi keadaan kekurangan gizi, menuju
Kondisi
maksimal
kualitas sumber daya manusia dan
pada
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti pemulihan
potensi
menimbulkan implikasi serius terhadap
kwarsiorkor. Kekurangan energi protein ini
mencapai
air ledeng baik dari PDAM maupun
diare
membeli eceran,
2
sumur
bor/pompa,
sumur
terlindung,
(baik
angsa atau plengsengan, dan tempat
terlindung maupun tidak terlindung),
pembuangan akhir tinja jenis tangki
penampungan
septik.
air
mata
air
hujan
dan
air
sungai/irigasi (Riskesdas 2013).
proporsi
Berdasarkan rumah
karakteristik, tangga
yang
Hasil data Riskesedas pada tahun
menggunakan fasilitas BAB (Buang Air
2013 menunjukkan bahwa jenis sumber
Besar ) milik sendiri di perkotaan lebih
air untuk seluruh kebutuhan rumah
tinggi
tangga di Indonesia pada umumnya
perdesaan (67,3%), sedangkan proporsi
adalah sumur gali terlindung (29,2%),
rumah tangga BAB di fasilitas milik
sumur pompa (24,1%), dan air ledeng
bersama dan umum maupun BAB
atau PDAM (Perusahaan Daerah Air
sembarangan
Minum) (19,7%). Di perkotaan, lebih
masing. milik bersama 6,9%, umum
banyak
yang
5,0%, dan sembarangan 20,8% lebih
menggunakan air dari sumur bor atau
tinggi dibandingkan dengan di perkotaan
pompa (32,9%) dan air ledeng atau
milik bersama 6,6%, umum 3,5% dan
PDAM (28,6%), sedangkan di perdesaan
sembarangan 5,1% (Riskesdas 2013).
lebih banyak yang menggunakan sumur
Data tidak memiliki jamban di sulawesi
gali
(Riskesdas
utara dan pembuangan tinja tidak pada
2013). Untuk sumber air minum, rumah
septik tank mencapai 34% (Riskesdas,
tangga di Indonesia menggunakan air
2013).
rumah
terlindung
tangga
(32,7%),
kemasan, air isi ulang/depot air minum,
(84,9%)
dibandingkan
di
di perdesaan masing-
Data Riskesdas 2013 penyakit
air ledeng baik dari PDAM maupun
infeksi
membeli eceran,
bor/pompa,
mengalami peningkatan dibandingkan
air
(baik
dengan data Riskesdas 2007 yang hanya
terlindung maupun tidak terlindung),
19% naik meenjadi 20%, sedangkan
penampungan
data
sumur
terlindung,
air
sumur mata
hujan
dan
air
sungai/irigasi (Riskesdas 2013).
ISPA
penyakit
di
Sulawesi
Diare
Utara
mengalami
penurunan pada riskesdas 2010 menjadi
Akses terhadap fasilitas tempat
4% dari 7%. Tingginya persen angka
buang air besar (sanitasi) digunakan
penyakit infeksi dan penggunaan air
kriteria JMP WHO – Unicef tahun 2006.
bersih serta ketidakpemilikan jamban
Menurut kriteria tersebut, rumah tangga
berpengaruh pada angka status gizi pada
yang memiliki akses terhadap fasilitas
anak balita dengan rentan usia paling
sanitasi improved adalah rumah tangga
rawan terkena gizi buruk. Angka gizi
yang menggunakan fasilitas BAB milik
buruk di indonesia berdasarkan TB/U
sendiri, jenis tempat BAB jenis leher
dengan kategori sangat pendek 18,0%
3
dan pendek mencapai 19,2%. BB/TB
Bersih dan Kepemilikan Jamban Dengan
dengan kategori sangat kurus 5,3% dan
Status Gizi".
sangat kurus yang mencapai 6,8%
METODE PENELITIAN
sedangkan
Jenis penelitian ini yaitu survei analitik
dengan
kategori gemuk
mencapai 11,9%. (Riskesdas, 2013). Data
riskesdas
2013
dengan desain studi potong lintang
untuk
(Cross
Sectional
Study).
Lokasi
Sulawesi Utara, TB/U dan BB/TB.
penelitian di Pulau Nain Kecamatan
Terlihat prevalensi gizi buruk dan gizi
Wori
kurang meningkat dari tahun 2007 ke
Populasi dalam penelitian ini adalah
tahun 2013. TB/U naik dari 29%
semua Anak Usia 6 – 24 Bulan di Pulau
mencapai 37% sedangkan pada BB/TB
Nain
mengalami penurunan dari 11% pada
Minahasa Utara sejumlah 58 orang.
tahun 2007 dan turun jadi 8% pada
Sampel penelitian ini adalah seluruh
tahun 2010 dan naik kembali pada 2013
anak usia 6 – 24 bulan dengan ibu
mencapai 10% walaupun tak setinggi
sebagai
yang terjadi pada laporan riskesdas
Kecamatan Wori Kabupaten Minahasa
2007. Angka ini menunjukan prevalensi
Utara. jumlah sampel yang di dapatkan
status gizi buruk di provinsi sulawesi
41 anak usia 6 – 24 bulan yang
utara masih cukup tinggi (Riskesdas,
memenuhi kriteria eksklusi dan inklusi.
2013). Berdasarkan data status gizi
Instrumen
TB/U dari Dinas Kesehatan Provinsi
penelitian ini adalah kuesioner, baby
Sulawesi Utara (2015) Prevalensi TB/U
scale dan pita meter, analisis data yang
balita sangat pendek di Sulawesi Utara
digunakan dalam penelitian ini adalah
yaitu
analisis univariat dan analisis bivariat
7,44%
dan
prevalensi balita
pendek di Sulawesi Utara sebesar
pendek di Kabupaten Minahasa Utara 12,1% dan prevalensi Balita Pendek 12,7% (Dinkes Prov Sulut, 2015). Berdasarkan latar belakang di maka
melakukan
peneliti tertarik penelitian
untuk dengan
mengambil judul "Hubungan Riwayat Penyakit
Infeksi,
Ketersediaan
Kecamatan
responden
yang
Minahasa
Wori
Utara.
Kabupaten
di Pulau
digunakan
Nain
dalam
dengan menggunakan uji Chi-Square.
17,61% dan prevalensi balita sangat
atas,
Kabupaten
Air
4
HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 1 Hubungan Antara Riwayat Penyakit Infeksi Dengan Status Gizi PB/U dan PB/BB Anak Usia 6-24 Bulan Riwayat
Status Gizi
Penyakit Pendek
Normal
Total
Infeksi
n
n
n
Pernah
12 12,3
12 11,7
24 24,0
9
8
17 17,0
Tidak Pernah Total
%
8,7
24 24,0
%
8,3
17 17,0
Status Gizi
PValue
%
0,853
41 41,0
P-
Kurus
Normal
Total
n %
n
n
5 4,7
19 19,3
24 24,0
3 3,3
14 13,7
17 17,0
9 9,0
32 32,0
41 41,0
%
Value
%
0,1000
Hasil penelitian yang di tunjukan pada
dengan status gizi kurus berjumlah 5
tabel 1 di atas yang memiliki riwayat
(4,7%) dan anak yang memiliki status
penyakit
mengalami
gizi normal berjumlah 19 (19,3%). Anak
stunting sebanyak 12 (12,3%) dan anak
usia 6 – 24 bulan yang tidak memiliki
usia 6 – 24 bulan yang pernah menderita
riwayat penyakit infeksi dengan status
penyakit infeksi yang tidak stunting
gizi kurus berjumlah 3 (3,3%) dan anak
berjumlah 12 (11,7%). Anak usia 6 – 24
dengan status gizi normal berjumlah 14
bulan yang tidak pernah menderita
(13,7%). Jumlah keseluruhan anak 6 –
penyakit infeksi yang memiliki status
24
gizi pendek (stunting) sebanyak 9
penyakit infeksi dan yang tidak dengan
(8,7%) anak, sedangkan yang tidak
status gizi kurus berjumlah 9 (9,0%) dan
pendek berjumlah 8 (8,3%). Jumlah
anak yang memiliki status gizi normal
keseluruhan anak usia 6 – 24 bulan yang
berjumlah 30 (30,0%) sedangkan anak
memiliki riwayat penyakit infeksi dan
yang memiliki status gizi gemuk sangat
tidak yang memiliki status gizi tidak
sedikit sebanyak 2 (2,0%). Berdasarkan
baik (stunting) berjumlah 24 (24%) dan
dari hasil uji fisher exact test nilai p=
anak yang memiliki status gizi baik
0,1000 > 0,05, artinya tidak terdapat
berjumlah 17 (17%). Berdasarkan hasil
hubungan
uji chi-square nilai p= 0,853 > 0,05,
infeksi dengan status gizi PB/BB pada
artinya
anak usia 6 – 24 bulan di pulau nain.
infeksi
yang
tidak ada hubungan antara
riwayat penyakit infeksi dengan status gizi menurut indeks PB/U pada anak usia 6 – 24 bulan. Hasil penelitian yang memiliki
riwayat
penyakit
infeksi
5
bulan
yang
antara
memiliki
riwayat
riwayat
penyakit
Tabel 2 Hubungan Ketersedian Air Bersih Dengan Status Gizi PB/U dan PB/BB Pada Anak Usia 6-24 Bulan Ketersedi an
Status Gizi
Air Pendek
P-
Total
Valu
Kurus
Normal
Total
Valu
n
%
e
n %
n
%
n
e
1
14,
2,
1
11,
1
4
0
0,91
7
2
3
4
0
5,
2
21,
2
27,
3
1
7
7
0
8,
3
33,
4
41,
0
3
0
1
0
n
%
n
%
Tidak
7
8,8
7
5,8
1
15,
1
11,
2
27,
7
8
0
2
7
0
2
24,
1
17,
4
41,
4
0
7
0
1
0
Total
Status Gizi
Normal
Bersih
Tersedia
P-
2
6
8
% 14
0,69 2
Hasil penelitian Hubungan Ketersediaan
di pulau nain. Hasil penelitian hubungan
Air Bersih dengan Status Gizi PB/U
keterseediaan air bersih dengan status
pada Anak Usia 6 – 24 Bulan di Pulau
gizi BB/PB pada anak usia 6 – 24 bulan
Nain menunjukan jumlah anak dengan
di Pulau Nain menunjukan jumlah anak
ketersediaan air bersih dengan status
dengan ketersediaan air bersih dengan
gizi stunting sebanyak 17 (15,8%)
status gizi kurus berjumlah 6 (5,3%) dan
sedangkan anak yang tidak stunting
anak dengan status gizi normal sebanyak
dengan
bersih
21 (21,7%). Anak 6 – 24 bulan dengan
berjumlah 10 (11,2%). Anak usia 6 – 24
tidak tersedia air bersih dengan status
bulan dengan tidak tersedia air bersih
gizi kurus berjumlah 2 (2,7%) dan anak
dengan status gizi stunting sebanyak 7
dengan status gizi normal sebanyak 12
(8,8%) sedangkan yang tidak stunting
(11,3%). Jumlah keseluruhan anak usia
sebanyak 7 (5,8%) anak usia 6 – 24
6 – 24 bulan dengan tersedia air bersih
bulan. Jumlah keseluruhan anak 6 – 24
dan tidak tersedia dengan status gizi
bulan dengan tersedia air bersih dan
kurus berjumlah 8 (8,0%) dan dengan
tidak tersedia air dengan status gizi
status
stunting sebanyak 24 (24,0%) dan anak
Berdasarkan dari hasil uji fisher exact
dengan
stunting
tes nilai p=0,692 > 0,05 artinya tidak
berjumlah 17 (17,0%). Berdasarkan dari
ada hubungan antara ketersediaan air
hasil uji chi-square nilai p= 0,910 >
bersih dengan status gizi PB/BB pada
0,05, artinya tidak terdapat hubungan
anak usia 6 – 24 bulan di pulau nain.
ketersediaan
status
gizi
air
tidak
antara ketersediaan air bersih dengan status gizi pada anak usia 6 – 24 bulan
6
gizi
normal
33
(33,0%).
Tabel 3 Hubungan Antara Kepemilikan Jamban Dengan Status Gizi PB/U dan BB/PB Pada Anak Usia 6-24 Bulan Status Gizi
Kepemilik an Jamban
Tidak
Memiliki
Total
P-
Status Gizi
P-
Pendek
Normal
Total
Valu
Kurus
Normal
Total
Valu
n
%
n
%
n
%
e
n %
n
%
n
%
e
1
11,
1
10,
2
22,
4,
2
17,
2
22,
2
3
0
7
2
0
0,64
7
0
7
2
0
0,11
9
9,7
1
19,
7
3,
1
15,
1
19,
5
9
0
7
3
3
9
0
2
21,
2
20,
4
41,
8,
3
33,
4
41,
1
0
0
0
1
0
0
3
0
1
0
Hasil penelitian
1 0
9,3
2
6
8
menunjukan jumlah
kepemilikan jamban dengan status gizi
yang
menurut PB/U pada anak usia 6 – 24
mempunyai anak usia 6 – 24 bulan yang
bulan. Hasil penelitian yang memiliki
memiliki jamban pribadi dengan status
jamban dengan anak usia 6 – 24 bulan
gizi anak stunting sebanyak 9 (9,7%)
dengan status gizi kurus berjumlah 6
dan yang tidak stunting berjumlah 10
(3,7%) dan dengan status gizi normal
(9,3%) anak usia 6 – 24 bulan. Rumah
sebanyak 13 (15,3%). Rumah tangga
tangga yang tidak memiliki jamban
yaang tidak memiliki jamban dengan
dengan
stunting
status gizi anak usia 6 – 24 bulan kurus
sebanyak 12 (11,3%) dan anak yang
berjumlah 2 (4,3%) dan anak dengan
tidak stunting sebanyak 10 (10,7%) anak
status gizi normal sebanyak 20 (17,7%).
usia 6 – 24 bulan. Jumlah keseluruhan
Jumlah keseluruhan rumah tangga yang
rumah tangga yang memiliki jamban
memiliki jamban dan tidak dengan
dan yang tidak memiliki dengan status
status gizi anak menurut PB/BB dengan
gizi anak menurut PB/U atau status gizi
kategori kurus berjumlah 8 (9,0%) dan
stunting berjumlah 21 (21,0%) dan yang
anak dengan status gizi normal sebanyak
tidak stunting berjumlah 20 (20,0%)
33 (32,0%). Berdasarkan hasil uji fisher
anak. Berdasarkan dari hasil uji chi-
exact test nilai p=0,115 > 0,05 yang
square nilai p=0,647 yang berarti tidak
berarti tidak terdapat hubungan antara
terdapat hubungan antara kepemilikan
kepemilikan jamban dengan status gizi
jamban dengan status gizi menurut
BB/PB pada anak usia 6 – 24 bulan di
PB/U pada anak usia 6 – 24 bulan. hasil
pulau nain.
responden
rumah
status
tangga
gizi
anak
uji chi-square nilai p=0,647 yang berarti tidak
terdapat
hubungan
antara
7
Hubungan Riwayat Penyakit Infeksi
status gizi dengan kejadian diare pada
Dengan Status Gizi Pada Anak Usia
balita usia 6 – 24 bulan di wilayah kerja
6-24 Bulan
puskesmas jati warna kota bekasi tahun
Berdasarkan
hasil
penelitian
yang
2013
bertentangan dimana
terdapat
dilakukan di pulau nain kecamatan wori
hubungan yang signifikan antara riwayat
kabupaten
utara
antara
penyakit infeksi dengan status gizi pada
penyakit
infeksi
anak usia 6 – 24 bulan. Penelitian ini
dengan status gizi pada anak usia 6 – 24
juga sejalan dengan penelitian yang
bulan
hubungan
minahasa riwayat
menunjukan
hubungan
antara
tidak
terdapat
dilakukan oleh putri (2015) tentang
riwayat
penyakit
hubungan
antara
riwayat
penyakit
dengan status gizi dengan menggunakan
infeksi dengan status gizi pada anak
uji chi-square di dapatkan hasil nilai p
batita
lebih tinggi dari nilai α, sehingga dapat
Lolayan
dilihat
Mongondow
tidak
signifikan
ada
hubungan
antara
riwayat
yang
penyakit
di desa
Mopusi kecamatan
kabupaten dimana
Bolaang hasil
dari
penelitian ini menunjukan tidak ada
infeksi dengan status gizi pada anak usia
hubungan
6 – 24 bulan.
riwayaat penyakit infeksi dengan status
Penelitian (2011)
hidayat
tentang
dan
hubungan
fuada
yang
signifikan
antara
gizi.
sanitasi
lingkungan, mobiditas dan status gizi
Hubungan Antara Ketersedian Air
balita Di indonesia menunjukan hasil
Bersih Dengan Status Gizi Pada Anak
yang berbeda yang memiliki hubungan
Usai 6-24 Bulan
antara penyakit infeksi dengan status
Berdasarkan hasil penelitian hubungan
gizi pada balita. Penelitian ini sejalan
antara ketersediaan air bersih dengan
dengan
status gizi pada anak usia 6 – 24 bulan
penelitian
sebelum
yang
dilakukan oleh anisa (2012) tentang faktor
–
faktor
yang
dilaksanakan
di
pulau
nain
yang berhubungan
kecamatan wori kabupaten minahasa
dengan kejadian stunting pada balita
utara dengan menggunakan uji chi-
usia 25 – 60 bulan di kelurahan kalibaru
square dari hasil dapat dilihat tidak
depok
2012
hubungan
yang
antara
tidak
terdapat
terdapat hubungan yang signifikan yang
riwayat
penyakit
di tunjukan dimana nilai p lebih tinggi dari nilai α yang berarti tidak terdapat
infeksi dengan status gizi. Sementara penelitia sebelum yang
hubungan antara ketersediaan air bersih
dilakukan oleh minarti (2013) tentang
dengan status gizi pada anak usia 6 – 24
Hubungan usia pemberian mp-asi dan
bulan di pulau nain.
8
Penelitian
ini
sejalan
dengan
hubungan sanitasi lingkungan, mobiditas
penelitian lestari (2014) tentang faktor
dan status gizi pada balita di indonesia
resiko stunting pada anak umur 6 – 24
dimana salah satu indikator sanitasi
bulan di kecamatan penanggalan kota
lingkungan yang di bahas ketersediaan
subulussalam
dimana
air bersih dan air minum bertentangan
salah satu indikator yang di bahas dalam
dengan mendapatkan hubungan yang
penelitian ini ketersediaan air bersih.
signifikan antara ketersediaan air bersih
Penelitian
dengan status gizi pada anak balita.
provinsi aceh
ini
bertentangan
dengan
penelitian yang dilakukan oleh sartika
Pada
dasarnya
air
adalah
(2010) tentang analisis pemanfaatan
kebutuhan dasar yang digunakan sehari-
program pelayanan kesehatan status gizi
hari untuk minum, memasak, mandi,
balita
berkumur,
dimana di dalamnya dibahas
membersihkan
indikator ketersediaan air bersih yang
mencuci
menyatakan hubungan ketersediaan air
pakaian dan sebagainya, agar kita tidak
bersih sangat berpengaruh terhadap
terkena penyakit atau terhidar dari sakit
status gizi pada anak balita. Penelitian
(proverawati, 2012). Teori mengenai
lain menunjukan tak sejalan dengan
ketersediaan air bersih ada hubungannya
penelitian yang dilakukan oleh Tarigan
dengan
(2003)
yang
menyerang manusia dapat di tularkan
berhubungan dengan status gizi anak
dan menyebar secara langsung maupun
umur 6-36 bulan sebelum dan saat krisis
tidak
ekonomi di Jawa Tengah. Dimana
sebagai waterbone disease ( sumantri,
ketersediaan air bersih berhubungan
2015). Dari hasil yang didapatkan maka
dengan status gizi pada anak balita.
bisa dilihat keperluan akan air bersih
Penelitian lain juga menunjukan sejalan
sangat
dengan penelitian yang di lakukan oleh
perhatikan untuk menjaga agar kita tidak
puspitawati
tentang
faktor-faktor
alat-alat
status
langsung
dapur,
lantai,
gizi,
penyakit
melalui air
di perlukan
mencuci
dan
yang
disebut
harus
di
(2013)
tentang
sanitasi
terserang penyakit terlebih pada anak
yang
tidak
baik
dengan usia paling rentan terserang
mempengaruhi status gizi pada balita
berbagai macam penyakit yang bisa
dimana
bersakibat pada status gizi kurang,
lingkungan
dalam
sanitasi
lingkungan
indikator ketersediaan air bersih di
seperti
bahas yang tidak memiliki hubungan
sebelumnya yang mendapatkan hasil
yang signifikan dengan status gizi pada
ketersediaan
balita. Penelitian lain yang di lakukan
berpengaruh terhadap status gizi pada
oleh hidayat dan fuada (2011) tentang
anak. Namun hasil pada peneilitian yang
9
pada
penelitian-penelitian
air
bersih
sangat
dilakukan
ini
tidak
hubungan
yang
di
dapatkan
signifikan
angka
antara
kejadian
kelompok
diare
masyarakat
pada
yang
memilki
gizi pada anak usia 6 – 24 bulan di pulau
kelompok
nain
memiliki jamban keluraga, dimana pada
wori
kabupaten
minahasa utara.
penelitian
keluarga
sudah
ketersediaan air bersih dengan status kecamatan
jamban
balita
masyarakat
ini yang
dengan
yang
belum
dilakukan
oleh
anggitasari, dapat dilihat dari penyakit Hubungan
Kepemilikan
diare
Jamban
merupakan salah satu faktor
Dengan Status Gizi Pada Anak Usia
penyakit
6-24 Bulan
terhadap status gizi pada anak sehingga
Berdasarkan
infeksi
yang
berpengaruh
hasil penelitian antara
hasil dari penelitian ini menunjukan
hubungan kepemilikan jamban dengan
hubungan yang signifikan antara kedua
status gizi pada anak usia 6 – 24 bulan
variabel.
di pulau nain kecamatan wori kabupaten
Penelitian lain juga menunjukan
minahasa utara di dapatkan hasil nilai p
hasil yang bertentangan yang dilakukan
lebih tinggi dari nilai α yang berarti
oleh sartika (2010) tentang analisis
tidak adanya hubungan yang signifikan
pemanfaatan
antara
kesehatan
kepemilikan
jamban
dengan
program status
gizi
pelayanan balita
yang
status gizi pada anak usia 6 – 24 bulan.
menunjukan hasil, indikator responden
Penelitian ini sejalan dengan penelitian
yang tidak memiliki jamban sangat
yang dilakukan oleh munawaroh (2015)
berpengaruh dengan status gizi pada
tentang hubungan antara perilaku hidup
anak balita sehingga hasil dari penelitian
bersih dan sehat (PHBS) rumah tangga
sartika
dan status kesehatan dengan kejadian
signifikan antara kepemilikan jamban
gizi kurang pada balita di kelurahan
dengan status gizi pada anak balita.
menunjukan
hubungan yang
bulakan kabupaten sukoharjo, di mana dalam indikator PHBS rumah tangga
KESIMPULAN
yang di nilai kepemilikan jamban dan
Berdasarkan
hubungan
dan
hunbungan riwayat penyakit infeksi,
mendapatkan hasil tidak ada hubungan
ketersrdiaan air bersih, dan kepemilikan
yang
kepemilikan
jamban dengan status gizi pana anak
jamban dengan status gizi. Penelitian
usia 6 – 24 bulan di Pulau Nain
lain
hasil bertentangan
kecamatan wori kabupateen minahasa
dengan penelitian yang dilakukan oleh
utara, dapat disimpulkan dari hasil yang
Anggitasari (2015) tentang perbedaan
di dapatkan :
dengan
signifikan
menunjukan
status antara
gizi
10
hasil penelitian antara
1.
Tidak
ada
hubungan
yang
menjaga prilaku hidup bersih dan
signifikan antara riwayat penyakit
sehat agar tidak mudah terserang
infeksi ISPA dan Diare dengan
penyakit berbasis lingkungan.
status gizi pada anak usia 6 – 24
2.
bulan di Pulau Nain Kecamatan
2.
Nain
Wori Kabupaten Minahasa Utara.
Diharapkan
Tidak
memperhatikan
ada
hubungan
yang
untuk
selalu keadaan
signifikan antara ketersediaan air
lingkungan yang bisa menjadi
besih dengan status gizi pada anak
sarang berbagai macam penyakit
usia 6 – 24 bulan di Pulau Nain
yang
Kecamatan
lingkungan yang tidak baik, dan
Wori
Kabupaten
Minahasa Utara. 3.
Bagi pemerintah yag ada di Pulau
Tidak
ada
signifikan
selalu
hubungan
anatara
di
akibatkan
sanitasi
mengarahkan
para
yang
masyarakat terutama pada ibu
kepemilikan
untuk selalu mengikuti posyandu
jamban dengan status gizi pada
setiap
anak usia 6 – 24 bulan di Pulau
mengarahakan untuk selalu hidup
Nain Kecamatan Wori Minahasa
bersih dan sehat.
Utara.
3.
Bagi
kali
diadakan
Fakultas
dan
Kesehatan
Masyarakat
Universitas
SARAN
Samratulangi Manado
Adapun saran yang dapat di berikan
diharapakan penelitian ini bisa
untuk variabel yang di teliti dengan hasil
dilanjutkan
penelitian yang di dapatkan sebagai
variabel
berikut:
terhadap variabel – variabel lain
1.
terhadap yang
di
variabelteliti
atau
Bagi Masyarakat di Pulau Nain
yang mempengaruhi status gizi
Diharapakan untuk tetap menjaga
pada tempat yang sama ataupun di
kesehatan anak terutama pada
tempat yang berbeda. Dari hasil
anak usia 6 – 24 bulan karena usia
penelitian
ini
ini adalah usia paling rentan anak
menjadi
sumbangan
terserang
macam
pengetahuan untuk perkembangan
bisa
dari ilmu kesehatan masyarakat
penyakit berdampak
berbagai infeksi pada
yang
pertumbuhan
kedepannya.
anak nanti, dan bagi orang tua asuh maupun orang tuan asuh
DAFTAR PUSTAKA
kakek ataupun nenek agar tetap
11
kiranya
bisa ilmu
Arif
sumantri,
2015.
Kesehatan
BPPK, 2013. Riset kesehatan dasar
Lingkungan. Kencana prenada
2013.jakarta. badan penelitian dan
media group
pengembangan
kementrian kesehatan RI 2013
Aris sulfiana, 2014. Pengaruh perilaku hidup bersih dan sehat terhadap
Dinas
Kesehatan Provinsi Sulawesi
kejadian gizi kurang dan stunting
Utara
pada
Presentase
balita
pamijahan.
di
kecamatan
Skripsi.
kesehatan
Institut
Tahun
2015,
Balita
2015. Stunting
Provinsi Sulawesi Utara. Dinas
Pertanian Bogor
Kesehatan
Provinsi
Sulawesi
Utara
Arifatul munawaroh, 2015. Hubungan antara perilaku hidup bersih dan
Esta
tsania
soblia,
2009.
Tingkat
sehat (PHBS) rumah tangga dan
ketahanan pangan rumah tangga,
status keshatan dengan kejadian
kondisi
gizi kurang pada balita di
dan hubungannya dengan status
kelurahan bulakan kabupaten
gizi anak balita
sukoharjo. Program studi ilmu
tangga di daerah rawan pangan
gizi fakultas kesehatan universitas
banjarnegara,
muhammadiyah surakarta
Skripsi.
dengan
morbiditas, pada
rumah
jawa
tengah.
Departemen
masyarakat
Ari Efendhi, 2015. Hubungan kejadian stunting
lingkungan,
gizi
fakultas
ekologi
manusia institut pertanian bogor.
frekuensi
penyakit ISPA dan DIARE pada
Indah Puji Minarti, 2014. Hubungan
balita usia 12 – 48 bulan di
usia pemberian mp-asi dan status
wilayah kerja puskesmas gilingan
gizi dengan kejadian diare pada
surakarta. Skripsi. Program studi
balita usia 6 – 24 bulan di wilayah
gizi
kesehatan
kerja puskesmas jati warna kota
Muhamadiyah
bekasi tahun 2013. Program studi
fakultas
ilmu
Universitas Surakarta
gizi
fakultas
ilmu
kesehatan
Universitas Esa Unggul
Atikah proverawati, Eni rahmawati, 2012. Perilaku hidup bersih dan
Ingan Ukur Tarigan, 2003. Faktor-faktor
sehat. Nuha medika
yang berhubungan dengan status
BPPK, 2010. Riset kesehatan dasar
gizi anak umur 6 – 36 bulan
2010.jakarta. badan penelitian dan
sebelum dan saat krisis ekonomi
pengembangan
di
kesehatan
jawa
pelayanan
kementrian kesehatan RI 2010
tengah.
Puslitbang
dan
teknologi
kesehatan badan libangkes 12
Judy more. 2014. Gizi Bayi, Anak, dan
mempengaruhi status gizi pada
Remaja. Pustaka Pelajar
balita. Stikes RS Baptis kediri
Januariska anggitasari, 2015. Perbedaan
Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013,
angka kejadian diare balita pada
2014. Health statistics. Penerbit
kelompok masyarakat yang sudah
Kementrian Kesehatan Republik
memiliki jamban keluarga dengan
Indonesia 2014
kelompok masyarakat yang belum memiliki
jamban
Paramitha anisa, 2012. faktor-faktor
keluarga.
yang
berhubungan
dengan
Fakultas kedokteran universitas
kejadian stunting pada balita usia
muhammadiyah surakarta
25-60 bulan di kelurahan kalibaru
Kementrian
Kesehatan
Indonesia,
2013.
Republik
depok. Skripsi. Program studi gizi
Laporan
departemen
akuntabilitas kinerja kementrian
gizi
kesehatan
masyarakat universitas indonesia.
kesehatan tahun 2013. Penerbit
Ratu ayu dewi sartika, 2010. Analisis
Kementrian Kesehatan Republik
pemanfaatan program pelayanan
Indonesia
kesehatan status gizi balita. Gizi kesehatan masyarakat universitas
Kukuh Eka Kusuma, 2013. Faktor
indonesia
Risiko Kejadian Stunting pada
Tjetjep syarif hidayat dan noviati fuad,
Anak Usia 2-3 Tahun (Studi di Kecamatan
Semarang
2011.
Timur).
hubungan
sanitasi
Program studi ilmu gizi Fakultas
llingkungan,
Kedokteran
status gizi balita di indonesia.
Universitas
Umiati, 2010. hubungan antara sanitasi
Laporan tahunan Unicef Indonesia 2012,
dengan kejadian diare pada balita
2012. Unicef Indonesia 2012
di wilayah kerja puskesmas
Maya Putri, 2015. Hubungan antara
nogosari kabupaten
riwayat penyakit infeksi dengan
studi
desa mopusi kecamatan lalayan
Universitas
kedokteran
ilmu
masyarakat kesehatan Muhamadiyah
Surakarta
universitas sam ratulangi Puspitawati, 2013.
kesehataan
fakultas
kabupaten bolaang mongondow.
Natalia
boyolali
tahun 2009, Skripsi. Program
status gizi pada anak batitia di
gizi fakultas
dan
Jurnal
Diponegoro.
Ilmu
morbiditas
United nation’s children’s fund, 1990. Sanitasi
Kerangka teori status gizi
lingkungan yang tidak baik
13
Wanda lestari, 2014. Faktor resiko
kota subulussalam provinsi aceh.
stunting pada anak umur 6 – 24
Fakultas kesehatan masyarakat
bulan di kecamatan penanggalan
UNDIP
14