PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP PERILAKU MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN SAMPAH (STUDI KASUS DI DESA RARANON, KECAMATAN LANGOWAN BARAT, KABUPATEN MINAHASA) Florensia B. Tewal*, Budi Ratag* *Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado
ABSTRACT Trash is a problem that never ends. Trash has been a problem from the beginning of life to date. The bins that are not properly managed will impact on aesthetics, soil pollution and public health. This study aimed to determine the effect of counseling on behavior of Raranon villagers, District of West Langowan, Minahasa regency in waste management. This study is an experimental study with pre post test approach. The number of samples in this study were 88 respondents. Measurements using a questionnaire and performed a total of two times, before and after counseling. The results showed that after counseling, there is a behavioral change in waste management, so counseling is one of the effective tools in an effort to change people's behavior. Key Words : Counseling, health promotion, waste management ABSTRAK Sampah merupakan masalah yang tidak pernah berakhir. Sampah telah menjadi masalah mulai dari awal mula kehidupan sampai saat ini. Sampah yang tidak dikelola dengan benar akan berdampak pada estetika, pencemaran tanah dan kesehatan masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penyuluhan terhadap perilaku masyarakat Desa Raranon, Kecamatan Langowan Barat, Kabupaten Minahasa dalam cara pengelolaan sampah. Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen dengan rancangan pre post test. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 88 responden. Pengukuran menggunakan kuesioner dan dilakukan sebanyak dua kali, sebelum dan sesudah penyuluhan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah dilakukan penyuluhan, terdapat perubahan perilaku masyarakat dalam cara pengelolaan sampah, sehingga penyuluhan merupakan salah satu alat yang efektif dalam usaha merubah perilaku masyarakat. Kata Kunci : Penyuluhan, promosi kesehatan, pengelolaan sampah
36
PENDAHULUAN Pendidikan kesehatan merupakan suatu proses yang bermanfaat untuk menciptakan iklim atau kondisi yang dapat mempengaruhi tingkah laku kesehatan individu. Melalui pendidikan diharapkan adanya perubahan sikap dan tingkah laku dari anak didik yang disesuaikan dengan tujuan pendidikan. Perubahan sikap dan tingkah laku yang diharapkan itu diperlukan suatu proses pendidikan, untuk mencapai tujuan dari suatu proses pendidikan, diperlukan sarana penunjang berupa strategi pendekatan. Strategi pendekatan yang sesuai dengan kondisi perorangan maupun kelompok masyarakat, akan mempercepat proses terjadinya perubahan tingkah laku itu. Perilaku merupakan faktor terbesar kedua setelah faktor lingkungan yang mempengaruhi kesehatan individu, kelompok atau masyarakat (Anonim, 2008). Pendidikan atau promosi kesehatan adalah suatu upaya untuk menciptakan perilaku masyarakat yang kondusif untuk kesehatan. Artinya, pendidikan kesehatan berupaya agar masyarakat menyadari atau mengetahui bagaimana cara memelihara kesehatan mereka dan kesehatan orang lain, kemana seharusnya mencari pengobatan bilamana sakit, dan sebagainya. Kesehatan bukan hanya diketahui atau disadari dan disikapi melainkan harus dikerjakan/ dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari. Upaya agar masyarakat berperilaku atau mengadopsi perilaku kesehatan dapat dilakukan dengan cara bujukan, himbauan, ajakan, memberikan informasi, dan memberikan kesadaran melalui kegiatan yang disebut pendidikan atau penyuluhan kesehatan (Notoatmodjo, 2003). Sampah merupakan konsekuensi dari adanya aktifitas manusia. Setiap aktifitas manusia pasti menghasilkan sampah. Jumlah atau volume sampah sebanding dengan tingkat konsumsi kita terhadap barang/material yang kita gunakan seharihari. Demikian juga dengan jenis sampah, sangat tergantung dari jenis material yang kita konsumsi, karena itu pengelolaan sampah tidak bisa lepas juga dari ‘pengelolaan’ gaya hidup masyarakat. Masalah sampah sudah menjadi topik utama yang ada pada bangsa kita. Mulai dari lingkungan terkecil sampai kepada lingkup yang besar. Banyak hal yang menyebabkan
terjadinya penumpukan sampah ini. Namun yang pasti faktor individu sangatlah berpengaruh dalam hal ini. Salah satu dampak sampah yang tidak dikelola dengan baik maka akan menyebabkan pencemaran tanah (Sumampouw, 2009). Desa Raranon merupakan salah satu desa yang berada di Kabupaten Minahasa Kecamatan Langowan Barat. Berdasarkan hasil observasi awal, ditemukan adanya cara pengelolaan sampah yang tidak benar seperti yaitu diletakkan di tempat terbuka dan dibakar. Sampah yang diletakkan di tempat terbuka dapat menjadi tempat bersarangnya hewan pengerat liar yaitu tikus yang merupakan salah satu vektor penyakit berbasis lingkungan. Sampah yang dibakar dapat menyumbang sejumlah zat sisa pembakaran seperti karbondioksida (CO2) yang mencemari lingkungan. Perilaku masyarakat ini harus segera diubah. Salah satu tindakan yang bisa merubah perilaku masyarakat, yaitu melalui pendidikan atau promosi kesehatan. Promosi kesehatan dapat dilakukan melalui penyuluhan dengan metode ceramah dan pembagian leaflet. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk melihat pengaruh penyuluhan dengan metode ceramah terhadap perilaku pengelolaan sampah masyarakat di Desa Raranon, Kecamatan Langowan Barat, Kabupaten Minahasa. METODE Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan pre and post test dimana para responden dilakukan pengukuran awal setelah itu diberikan treatment (perlakuan), yaitu penyuluhan kemudian dilakukan pengukuran akhir terhadap perilaku responden dalam cara pengelolaan sampah. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Pengukuran awal dilakukan pada Januari 2012 kemudian diberikan penyuluhan setelah itu dilakukan pengukuran akhir setelah 6 bulan berikutnya, yaitu bulan Juni 2012. Pemilihan waktu selama 6 bulan dengan asumsi perilaku yang diukur dalam hal ini cara pengelolaan sampah masyarakat Desa Raranon, Kecamatan Langowan Barat, Kabupaten Minahasa telah menjadi kebiasaan dan bukan hanya sesaat. Jumlah responden yang diamati pada pengukuran awal sebanyak 88 responden dan pada pengukuran akhir sebanyak 80 responden, dimana 8
37
responden sudah tidak berada lagi di lokasi penelitian. Data yang diperoleh kemudian ditabulasi dan ditampilkan dalam bentuk tabel.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Cara Pengelolaan Sampah
Diletakkan di tempat khusus tertutup Diletakkan di tempat khusus terbuka Dibakar Jumlah Tabel 1 merupakan perbandingan hasil pengukuran sebelum dan sesudah pemberian penyuluhan kepada masyarakat dengan jangka waktu 6 bulan sejak penyuluhan yang bertujuan untuk menilai peningkatan perilaku masyarakat dalam cara pengelolaan sampah. Berdasarkan tabel tersebut maka diperoleh bahwa terdapat perubahan perilaku masyarakat Desa Raranon dalam cara pengelolaan sampah, di mana persentasi masyarakat yang mengelolah sampah dengan cara dibakar mengalami penurunan sejak adanya pemberian intervensi yaitu pada dari 45,5% menjadi 17,50%. Hal ini menunjukkan adanya perubahan perilaku masyarakat dalam cara pengelolaan sampah. Penyuluhan kesehatan masyarakat merupakan gabungan berbagai kegiatan yang dilakukan berlandaskan prinsip-prinsip pembelajaran untuk mencapai suatu keadaan dimana individu, kelompok, maupun masyarakat mengetahui cara-cara melaksanakan apa yang harus dilakukan dalam mencapai hidup sehat, baik secara perorangan, kelompok, maupun masyarakat. Penyuluhan kesehatan merupakan upayaupaya yang dilakukan untuk merubah perilaku seseorang, sekelompok orang, maupun masyarakat sedemikian rupa sehingga memiliki kemampuan dan kebiasaan berpola hidup sehat. Sampah adalah sesuatu bahan atau benda padat yang sudah tidak dipakai lagi oleh manusia, atau benda padat yang sudah digunakan lagi dalam suatu kegiatan manusia dan dibuang. Para ahli Kesehatan Masyarakat Amerika membuat batasan, sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi, atau sesuatu yang dibuang, yang berasal dari kegiatan manusia, dan tidak
Sebelum Intervensi n % 9 10,2 39 44,3 40 45,5 88 100
Sesudah Intervensi n % 41 51,25 25 31,25 14 17,50 80 100
terjadi dengan sendirinya (Notoadmojo, 2003). Sampah atau waste bisa digolongkan kedalam 4 kelompok, antara lain meliputi (Mulia, 2005): 1. Human Excreta, merupakan bahan buangan yang dikeluarkan dari tubuh manusia, meliputi tinja dan air kencing (urine). 2. Sewage, merupakan air limbah yang dibuang oleh pabrik maupun oleh rumah tangga. Contohnya ialah air bekas cucian pakaian yang masih mengandung larutan deterjen. 3. Refuse, merupakan bahan pada sisa proses industri atau hasil simpangan kegiatan rumah tangga. Refuse inilah yang dalam pengertian sehari-hari sering kita sebut sampah. Contohnya seperti panci bekas, botol bekas, kertas bekas, sisa sayuran, nasi basi dan daun-daun tanaman. 4. Industrial Waste, merupakan bahanbahan buangan dari proses-proses industri. Sumber-sumber sampah dapat dibagi menjadi beberapa jenis di antaranya (Notoadmojo, 2003): 1. Sampah yang berasal dari pemukiman (domestic waste ) Sampah ini terdiri dari bahan-bahan padat sebagai hasil kegiatan rumah tangga yang sudah dipakai dan dibuang. Seperti: sisa-sisa makanan baik yang sudah dimasak atau belum, bekas pembungkus baik kertas, plastik, daun dan sebagainya, pakaian-pakaian bekas, bahan-bahan bacaan, perabot rumah
38
tangga, daun-daunan dari kebun atau taman. 2. Sampah yang berasal dari tempat-tempat umum Sampah ini berasal dari tempat-tempat umum, seperti pasar, tempat-tempat hiburan, terminal bus, stasion kereta api, dan sebagainya. Sampah ini berupa: kertas, plastik, botol, daun dan sebagainya. 3. Sampah yang berasal dari perkantoran Sampah ini dari perkantoran baik perkantoran pendidikan, perdagangan, departemen, perusahaan dan sebagainya. Umumnya sampah ini bersifat kering dan mudah terbakar (rabbish). 4. Sampah yang berasal dari jalan raya. Sampah ini berasal dari pembersihan jalan, yang umumnya terdiri dari: kertaskertas, kardus-kardus, debu, batubatuan, pasir, sobekan ban, onderdi;onderdil kendaraan yang jatuh, daundaunan, plastik dan sebagainya. 5. Sampah yang berasal dari industri (industrial wast ) Sampah ini berasal dari kawasan industri, termasuk sampah yang berasal dari pembangunan industri, dan segala sampah yang berasal proses produksi, misalnya: sampah-sampah pengepakan barang, logam, plastik, kayu, potongan tekstil, kaleng dan sebagainya. 6. Sampah yang berasal dari pertanian/perkebunan Sampah ini sebagai hasil dari perkebunan atau pertanian misalnya: jerami, sisa sayur-mayur, batang padi, batang jagung, ranting kayu yang patah dan sebagainya. 7. Sampah yang berasal dari pertambangan Sampah ini berasal dari daerah pertambangan, dan jenisnya tergantung dari jenis usaha pertambangan itu sendiri, misalnya: batu-batuan, tanah/cadas, pasir, sisa-sisa pembakaran (arang) dan sebagainya. 8. Sampah yang berasal dari peternakan dan perikanan Sampah ini berupa: kotoran-kotoran ternak, sisa-sisa bangkai binatang dan sebagainya. Jenis-jenis sampah terbagi dalam beberapa bagian yaitu (Walhi, 2012):
1.
Berdasarkan zat kimia yang terkandung di dalamnya, sampah dibagi menjadi berbagai jenis yaitu: a. Sampah an-organik, adalah sampah yang umumnya tidak dapat membusuk, misalnya: logam/besi, pecahan gelas, plastik dan sebagainya. b. Sampah organik, adalah sampah yang pada umumnya dapat membusuk, misalnya: sisa-sisa makanan, daun-daunan, buahbuahan dan sebagainya. 2. Berdasarkan dapat tidaknya dibakar. a. Sampah yang mudah dibakar, misalnya: kertas, karet, kayu, plastik, kain bekas dan sebagainya. b. Sampah yang tidak dapat dibakar, misalnya: kaleng-kaleng, bekas, besi/logam bekas, pecahan gelas, kaca dan sebagainya. 3. Berdasarkan karakteristik sampah a. Garbage, yaitu jenis sampah yang merupakan sisa dari hasil pembuatan dan pengolahan makanan, yang umumnya dapat membusuk dan berasal dari rumah tangga, restoran, hotel dan sebagainya. b. Rabbish, yaitu sampah yang berasal dari perkantoran, perdagangan baik yang mudah terbakar, seperti: kertas, karton, plastik dan sebagainya. Maupun yang tidak mudah terbakar, seperti: kaleng bekas, klip, pecahan kaca, gelas dan sebagainya. c. Ashes (abu), yaitu sisa pembakaran dari bahan-bahan yang mudah terbakar, termasuk abu rokok. d. Street sweeping (sampah jalanan), yaitu sampah yang berasal dari pembersihan jalan, yang terdiri dari campuran bermacam-macam sampah, daun-daunan, kertas, plastik, pecahan kaca, besi, debu dan sebagainya. e. Industrial waste (sampah industri), yaitu sampah yaitu sampah berasal dari industri atau pabrik-pabrik. f. Dead animal (bangkai binatang), yaitu bangkai bintang yang mati karena alam, ditabrak kendaraan, atau dibuang oleh orang.
39
g. Abandoned vehicle (bangkai kendaraan), adalah bangkai mobil, sepeda, sepeda motor dan sebagainya. h. Construction waste (sampah pembangunan), yaitu sampah dari proses pembuangan gedung, rumah dan sebagainya, yang berupa puingpuing, potongan-potongan kayu, besi beton, bambu dan sebagainya. Menurut Notoatmodjo (2003), pengelolaan sampah yang kurang baik, dapat memberi dampak bagi kesehatan dan lingkungan seperti berikut : 1. Dampak terhadap kesehatan a. Akan menjadikan sampah sebagai tempat perkembangbiakkan vektor penyakit seperti lalat, nyamuk, dan tikus. b. Insidensi penyakit DBD akan meningkat karena vektor penyakit hidup dan berkembangbiak dalam sampah kaleng ataupun ban bekas yang berisi air hujan. c. Terjadinya kecelakaan akibat pembuangan sampah secara sembarangan, misalnya luka akibat benda tajam seperti besi, kaca, dsb. d. Gangguan psikosomatis misalnya sesak nafas, insomnia, stress, dan lain lain. 2. Dampak terhadap lingkungan a. Estetika lingkungan berkurang b. Proses pembentukan sampah oleh mikroorganisme akan menghasilkan gas-gas tertentu yang menimbulkan bau busuk. Penanganan yang tepat dilakukan untuk menghindari dampak pada kesehatan dan lingkungan meliputi (Sumampouw 2009): a. Pengumpulan sampah : sampah basah dan sampah kering dikumpulkan dalam tempat terpisah. b. Pemusnahan sampah : 1. Sanitary landfill, dilakukan dengan cara menimbun sampah dengan tanah yang dilakukan selapis demi selapis. Dengan demikian, sampah tdak berada di ruang terbuka dan tentunya tidak menimbulkan bau atau menjadi sarang binatang pengerat. 2. Composting, pemusnaan sampah dengan cara memanfaatkan proses dekomposisi zat organik oleh kumankuman pembusuk pada kondisi
tertentu . Proses ini menghasilkan bahan berupa kompos atau pupuk. 3. Hot feeding, pemberian sejenis garbage kepada hewan ternak. Sampah basah tersebut harus diolah lebih dulu (dimasak atau direbus) untuk mencegah penularan penyakit cacing dan trichinosis ke hewan ternak. 4. Recycling, pengolahan kembali bagian-bagian dari sampah yang masih dapat di pakai atau daur ulang. Contoh sampah yang bisa didaur ulang antara lain : plastik, gelas, kaleng, besi, dan sebagainya. Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah dalam meningkatkan kesadaran masyarakat tentang kesehatan yaitu memberikan pengetahuan yang dilakukan melalui pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan merupakan salah satu program yang populer dijalankan dan ditujukan untuk meningkatkan pengetahuan yang diharapkan mampu merubah perilaku. Hal ini didasarkan pada asumsi bahwa tingginya prevalensi penyakit dikarenakan kurangnya pengetahuan akan kesehatan (Amalia, 2006). Perubahan perilaku dimulai dengan perubahan pengetahuan, seperti penelitian dari Kukon (2008) yang menunjukkan ada perbedaan nilai rata-rata pengetahuan sebesar 7,00 point sebelum dan sesudah penyuluhan kesehatan dimanan berdasarkan hasil analisa statistik menggunakan Anova One Way Test diperoleh nilai p = 0,000 dengan tingkat kepercayaan 95%. Nilai ini menunjukkan bahwa ada pengaruh penyuluhan terhadap tingkat pengetahuan kesehatan gigi dan mulut Penelitian dari Supardi dan Notosiwoyo (2006) yang menemukan bahwa penyuluhan dengan metode leaflet terhadap perilaku pengobatan sendiri dari masyarakat di Bogor memberikan pengaruh yang terlihat dengan adanya perubahan kesadaran dari masyarakat. Hal ini terjadi karena adanya interaksi yang baik saat sebelum penyuluhan dan sesudah penyuluhan, dimana kesadaran responden meningkat untuk menerima postest akibat diberikan pretest. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan Zakariya (2007) yang menemukan bahwa berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan di SDN Kawangkoan kecamatan Kalawat Minahasa Utara
40
diperoleh adanya perbedaan nilai tingkat pengetahuan sebelum dan sesudah penyuluhan. Berdasarkan hasil analisa statistik menggunakan Paired T-test menunjukkan bahwa ada pengaruh penyuluhan dengan media poster terhadap tingkat pengetahuan kesehatan gigi anakanak sekolah dasar. Selanjutnya penelitian Tolosi (2008), menunjukkan bahwa ada perbedaan tingkat pengetahuan responden sebelum dan sesudah penyuluhan. Hal ini dapat dilihat dengan terjadinya peningkatan pengetahuan responden sebesar 4,73. Berdasarkan hasil uji t pada tingkat kemaknaan 95% (α=0,05), diperoleh nilai p=0,000 (p<0,05) yang berarti ada perbedaan tingkat pengetahuan responden sebelum dan sesudah penyuluhan. KESIMPULAN Penelitian ini menunjukkan bahwa penyuluhan memberikan pengaruh terhadap perilaku masyarakat khususnya dalam cara pengelolaan sampah.
Volume 9, nomor 4, Oktober 2006. Puslitbag Sistem dan Kebijakan Kesehatan. Surabaya Tolosi, E.I. 2008. Pengaruh Media Flash Card Dalam Penyuluhan Kesehatan Gigi Terhadap Pengetahuan Cara Memelihara Kesehatan Gigi Dan Mulut Murid Kelas V Sekolah Dasar Negeri 21 Manado. KTI. Unpublished. Politeknik Kesehatan Manado Kemenkes RI. Manado Walhi. 2012. Pengelolaan Sampah. http://www.walhi.or.id/kampanye/cemar/ sampah/peng_sampah_info. Diakses pada 7 Desember 2012 Zakariya, E. 2007. Pengaruh Media Poster Terhadap Pengetahuan Kesehatan Gigi Dan Mulut Anak-Anak Sekolah Dasar Negeri Kawangkoan Kecamatan Kalawat Kabupaten Minahasa Utara. Karya Tulis Ilmiah. Unpublished. Politeknik Kesehatan Manado Kemenkes RI. Manado
DAFTAR PUSTAKA Amalia, R. 2006. Strategi Peningkatan Kesehatan. Majalah Ceril XVIII; 9-2006: 44-50. Anonim. 2008. Program Usaha Kesehatan. http://bz.blogfam.com/2008/05/. Diakses 7 Desember 2012. Kukon, S. 2008. Perbedaan Metode Cerita Dengan Metode Ceramah Dalam Penyuluhan Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Pengetahuan Cara Pemeliharaan Kesehatan Gigi Dan Mulut Anak Sekolah Dasar Kelas II DI SD INPRES Malalayang Kota Manado. KTI. Unpublished. Politeknik Kesehatan Manado Kemenkes RI. Manado Mulia, R.. 2005. Kesehatan Lingkungan . Yogyakarta: Graha Ilmu. Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta, Jakarta. Sumampouw, O.J. 2009. Pencemaran Lingkungan. Bahan Ajar. Unpublished. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado Supardi S dan Notosiswoyo M. 2006. Pengaruh Penyuluhan Obat Menggunakan Leaflet terhadap Perilaku Pengobatan Sendiri di Kota Bogor. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan
41