ANALISIS RISIKO ERGONOMI DAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PETANI SALAK DI DESA PANGU SATU KECAMATAN RATAHAN TIMUR KABUPATEN MINAHASA TENGGARA Nofita F. Rolangon*. Diana V. Doda*. Finny Warouw* *Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado ABSTRAK Keluhan muskuloskeletal merupakan keluhan pada bagian otot-otot rangka yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan sangat ringan sampai sangat sakit. Gangguan muskuloskeletal ditempat kerja saat ini masih tinggi diberbagai Negara, demikian juga di Indonesia yang bisa berdampak mengurangi produktifitas dalam bekerja. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa tingkat risiko ergonomi dan keluhan muskuloskeletal pada Petani Salak Di Desa Pangu Satu Kecamatan Ratahan Timur Kabupaten Minahasa Tenggara. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan pendekatan cross sectional. Instrument yang digunakan adalah kuesioner REBA dan OWAS untuk menilai tingkat risiko ergonomi dan Nordic Body Map untuk mengidentifikasi tingkat keluhan MSD pada petani. Adapun sampel dalam penelitian ini sebanyak 54 sampel yang di ambil menggunakan metode pengambilan sampel dengan teknik purposive sampling dan menggunakan kriteria sampel, dan menggunakan rumus Slovin. Hasil analisis menunjukan tingkat keluhan musculoskeletal pada petani salak dari 54 responden sebesar 48,1% merasakan tingkat keluhan muskuloskeletal rendah, sebesar 42,6% merasakan tingkat keluhan musculoskeletal sedang dan sebesar 9,3% merasakan tingkat keluhan musculoskeletal Tinggi. Tingkat risiko ergonomi pada saat panen pada petani salak mayoritasnya adalah risiko Medium Risk (sedang) berdasarkan metode REBA sebesar 51,9% dan berdasarkan metode OWAS sebesar 46,3%. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu pekerjaan pada saat panen salak di Desa Pangu Satu yang melibatkan posisi kerja membungkuk dan mengangkan beban bisa berisiko keluhan muskuloskeletal. Kata Kunci: Tingkat Resiko Ergonomi, Keluhan Muskuloskeletal, Petani
ABSTRACT Musculoskeletal complaints are a complaint on the part of the skeletal muscles felt by a person ranging from very mild to very painful complaints. Musculoskeletal disorders in the workplace today are still high in various countries, as well as in Indonesia which could have an impact on reducing productivity in work. This study aims to analyze the level of risk of ergonomics and musculoskeletal complaints in Salak Farmers in Pangu One Village, East Ratahan Subdistrict, Southeast Minahasa Regency. This study was an observational study with cross sectional approach. The instrument used was a questionnaire REBA and OWAS to assess the risk level of ergonomics and Nordic Body Map to identify the level of complaints MSD at the farmer. The sample in this study of 54 samples taken using the sampling method with purposive sampling techniques and using sample criteria, and using the formula Slovin. Results of the analysis showed the level of musculoskeletal complaints on farmer barked out of 54 respondents at 48.1% feel the low level of musculoskeletal disorders, 42.6% felt a moderate level of musculoskeletal complaints and 9.3% felt the level of High musculoskeletal complaints. The level of ergonomic risk at harvest time farmers are the majority barking risk Medium Risk (medium) by REBA method amounted to 51.9% and by 46.3% OWAS method. The conclusion of this research is the work at the time of harvest salak in Pangu One Village involving work position bending and mengeng load can risk musculoskeletal complaints. Keywords: Risk Level Ergonomics, Musculoskeletal Complaints, Farmer
PENDAHULUAN
perusahaan atau instansi yang ada(Mariana,
Keluhan musculoskeletal merupakan keluhan
2010).
pada bagian otot-otot rangka yang dirasakan
Pekerjaan petani adalah pekerjaan
oleh seseorang mulai dari keluhan sangat
yang dihadapi oleh berbagai potensi bahaya
ringan sampai sangat sakit. Apabila otot
seperti
menerima beban statis secara berualang dan
membawa beban, aktifitas yang dilakukan
dalam
menyababkan
secara berulang-ulang, dan lingkungan kerja
beberapa kerusakan pada sendi, logamen dan
yang berganti-ganti temperature. Dari kegiatan
tendon, sehingga menyebabkan rasa sakit yang
inilah yang bisa beresiko munculnya berbagai
membuat seseorang sulit dalam pergerakan,
gangguan musculoskeletal(Gupta, 2013).
waktu
akan
lama
mengurangi
akan
produktifitas
dalam
bekerja(Tarwaka, 2015).
menunjukan
Berdasarkan
jongkok,
observasi
berlutut,
yang
telah
dilakukan, proses produksi pertanian salak
Menurut data dari Labour Force Survey
membungkuk,
bahwa
di
masih dilakukan dengan cara kovensional mulai
Inggris,
dari penanaman sampai pada saat panen. Pada
meskipun ada penurunan jumlah MSDs yang
observasi awal proses panen petani masih
berhubungan dengan pekerjaan selama 10 tahun
melakukannya dengan cara manual dengan
terakhir, jumlah total MSDs di tahun 2010
postur kerja tidak ergonomis seperti posisi
hingga 2011 adalah 508.000 kasus dari total
beban bergantian antara jongkok, membungkuk
1.152.000 kasus penyakit yang berhubungan
dan berdiri, kemudian mengangkat buah hasil
dengan pekerjaan yang terjadi di Inggris
panen.
(Health and Safety Executive, 2011).
menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan
Kondisi
kerja
tersebut
dapat
Prevalensi penyakit musculoskeletal di
seperti keluhan muskuloskeletal. Untuk itu
Indonesia berdasarkan pernah didiagnosis oleh
peneliti tertarik unruk meneliti tingkat risiko
tenaga kesehatan yaitu 11,9% dan berdasarkan
ergonomi pada petani salak di Desa Pangu Satu
diagnosis atau gejala yaitu 24,7%. Prevalensi
Kecamatan
penyakit
menggunakan metode REBA dan OWAS.
musculoskeletal
terbanyak
pada
Ratahan
Timur
dengan
pekerja adalah pekerjaan seperti pada petani, nelayan, dan buruh yaitu 31,2% (Riskesdas,
METODE PENELITIAN
2013).
Jenis Keluhan
musculoskeletal
penelitian
yang
digunakan
adalah
menjadi
penelitian observasional dengan pendekatan
sangat penting karena merupakan penyebab
cross sectional (potong lintang). Penelitian
utama hilangnya hari kerja pekerja diakibatkan
dilakukan di Desa Pangu Satu Kecamatan
cidera sebagian besar industri, namum masalah
Ratahan Timur Kabupaten Minahasa Tenggara
ini masih belum di pahami oleh berbagai
pada bulan Mei sampai Juli tahun 2017.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
Berdasarkan karakteristik umur petani
petani salak di Desa Pangu Satu yang
di Desa Pangu Satu menunjukan bahwa petani
berjumlah 168 orang. Sampel ditentukan
pada umur 20 – 29 tahun yaitu berjumlah 24
dengan menggunakan metode pengambilan
responden (44,4%), responden pada umur ≥40
sampel nonrandom dengan teknik purposive
tahun
sampling dan menggunakan kriteria sampel,
responden pada umur 30 – 39 tahun yaitu
dan menggunakan rumus Slovin didapat yaitu
berjumlah
54 sampel. Penilaian resiko ergonomi pada
karakteristik berdasarkan jenis kelamin petani
proses panen buah salak memiliki 3 aktivitas
menunjukan bahwa paling banyak berjenis
utama yaitu memetik buah salak dari pohon,
kelamin laki-laki yaitu 43 responden (79,6%)
mengumpulkan
dan
buah
hasil
panen,
dan
yaitu
jenis
19
11
responden
responden
kelamin
(35,2%) dan
(20,4%).
perempuan
Hasil
yaitu
11
mengangkat buah hasil panen. Instrumen
responden (20,4%).
dalam penelitian ini adalah kuesioner Nordic
Keluhan Musculoskeletal
Body Map, lembar penilaian REBA dan
Keluhan
OWAS, busur derajat dan kamera. Metode
sebagai keluhan atau nyeri pada otot yang
pengumpulan data dilakukan dengan cara
dirasakan oleh pekerja dari sangat ringan
observasi,
wawancara,
sampai sakit karena otot petani menerima
penilaian
menggunakan
dokumentasi, lembar
dan
penilaian
resiko ergonomi.
beban
musculoskeletal
yang
berlebihan
dapat
atau
diartikan
melakukan
pekerjaan yang tidak ergonomis atau alamiah secara berulang dan dalam waktu yang lama
HASIL DAN PEMBAHASAN
dan akan menyebabkan kerusakan pada sendi,
Karakteristik Responden
ligament dan tendon yang biasa disebut dengan musculoskeletal disorders.
Tabel 1. Distribusi Tingkat Keluhan Muskuloskeletal berdasarkan kuesioner Nordic Body Map (NBM) Pada Petani Salak di Desa Pangu Satu No
Keluhan Muskuloskeletal
n
%
1
Rendah
23
42,6
2
Sedang
26
48,1
3
Tinggi
5
9,3
Total
54
100%
Berdasarkan tabel diketahui bahwa hasil
penelitian
musculoskeletal
pengukuran
Petani Salak di Desa Pangu Satu
menggunakan
Pada proses panen buah salak di Desa Pangu
kuesioner Nordic Body Map kepada Petani
Satu Kabupaten Minahasa Tenggara memiliki
Salak di Desa Pangu Satu Kabupaten Minahasa
3 aktivitas utama yang dilakukan seperti
Tenggara dari 54 responden menunjukan
memetik
bahwa
mengumpulkan
sebanyak
dengan
keluhan
Analisis Tingkat Risiko Ergonomi Pada
26
responden
(48,1%)
buah
salak buah
buah
dari
hasil
hasil
pohon,
panen, panen
dan
merasakan tingkat keluhan muskuloskeletal
mengangkat
dengan
Sedang,
sebanyak 23 responden (42,6%)
menggunakan dua metode penilaian tingkat
merasakan tingkat keluhan musculoskeletal
resiko yaitu Rapid Entri Body Assessment
Rendah, dan sebanyak 5 responden (9,3%)
(REBA) dan Ovako Working Analisis Systtem
merasakan tingkat keluhan musculoskeletal
(OWAS).
Tinggi.
Tabel 2. Distribusi Tingkat Resiko Ergonomi berdasarkan Metode REBA dan OWAS Pada Saat Panen Pada Petani Salak di Desa Pangu Satu REBA
OWAS
Tingkat Resiko n
%
n
%
Very Low Risk (Sangat Rendah)
1
1,9
0
0
Low Risk (Rendah)
9
16,6
2
3,7
Medium Risk (Sedang)
28
51,9
25
46,3
High Risk (Tinggi)
16
29,6
24
44,4
Very High Risk (Sangat Tinggi)
0
0
3
5,6
Total
54
100
54
100
Berdasarkan perhitungan
tingkat
observasi resiko
dan dari
hasil
Desa Pangu Satu, diketahui bahwa semua
seluruh
aktivitas pada saat panen dari 54 responden
aktivitas pada saat panen pada petani salak di
mempunyai
tingkat
resiko
Medium
Risk
(Sedang) adalah yang paling banyak yaitu
resiko Low Risk (Rendah) yaitu sebesar 16,6%
sebesar 51,9% berdasarkan metode REBA dan
berdasarkan metode REBA dan sebesar 3,7%
sebesar 46,3% berdasarkan metode OWAS,
berdasarkan metode OWAS, tingkat resiko
tingkat resiko High Risk (Tinggi) yaitu sebesar
Very Low Risk (Sangat Tinggi) yaitu sebesar
29,6% berdasarkan metode REBA dan sebesar
5,6% berdasarkan metode OWAS dan tingkat
44,4% berdasarkan metode OWAS, tingkat resiko Very Low Risk (Sangat Rendah)
pohon dilakukan dengan menggunakan alat
yaitu sebesar 1,9% berdasarkan metode REBA.
bantu sabit, dan ada juga yang melakukannya
Dalam
(2008)
tanpa menggunakan alat bantu atau hanya
dengan menggunakan metode REBA diketahui
dengan tangan kosong. Postur kerja saat
bahwa
mengambil
semua
penelitan
aktivitas
Hendra
fisik
pemanen
buah
salak
tergantung
dari
(memanen dan memuat) mempunyai resiko
bagaimana tinggi rendahnya pohon dan posisi
yang tinggi dengan nilai skor REBA 8-10.
tanah yang di tumbuhi pohon salak.
Pada aktivitas petani salak di Desa Pangu Satu saat memetik buah salak dari
Tabel 3. Distribusi Tingkat Resiko Ergonomi berdasarkan Metode REBA dan OWAS Pada Aktifitas Memetik Buah Salak REBA
OWAS
Tingkat Resiko n
%
n
%
Very Low Risk (Sangat Rendah)
1
1,9
0
0
Low Risk (Rendah)
5
9,3
4
7,4
Medium Risk (Sedang)
30
55,6
29
53,7
High Risk (Tinggi)
18
33,3
19
35,2
Very High Risk (Sangat Tinggi)
0
0
2
3,7
Total
54
100
54
100
Berdasarkan hasil pengukuran dan
memetik buah salak dari pohon berdasarkan
penilaian tingkat risko ergonomi pada aktivitas
metode REBA dan OWAS pada 54 responden,
didapatkan tingkat risiko yang sama yaitu
punggung, dan kaki ditekuk karena buah salak
“Medium Risk (Sedang)” berdasarkan metode
tumbuh pada posisi bawah pohon salak.
REBA sebanyak 55,6% dan berdasarkan metode
OWAS
sebanyajk
53,7%.
Pada tahap mengumpulkan buah hasil
Hasil
panen ini dilakukan setelah buah diambil dari
penelitian tersebut terjadi karena postur kerja
pohon dan dikumpulkan untuk di angkut
petani pada saat memetik buah salak lebih
dengan postur kerja membungkuk pada bagian
sering membungkuk pada bagian leher dan
leher dan punggung, dan kaki menjongkok.
Tabel 4. Distribusi Tingkat Resiko Ergonomi berdasarkan Metode REBA dan OWAS Pada Aktifitas Mengumpulkan Buah Hasil Panen REBA
OWAS
Tingkat Resiko n
%
n
%
Low Risk (Rendah)
21
38,9
0
0
Medium Risk (Sedang)
31
57,4
26
48,1
High Risk (Tinggi)
2
3,7
27
50,0
Very High Risk (Sangat Tinggi)
0
0
1
1,9
Total
54
100
54
100
Berdasarkan hasil penelitian dengan cara pengukuran dan penilaian tingkat risiko
sebanyak 57,4% dan tingkat risiko “tinggi” berdasarkan metode OWAS sebanyak 50,0%.
ergonomi pada aktivitas petani mengumpulkan
Pada tahap mengangkat buah hasil
buah hasil panen berdasarkan metode REBA
panen, petani salak di Desa Pangu Satu
dan OWAS pada 54 responden, didapatkan
melakukannya dengan menggunakan keranjang
tingkat risiko berbeda yaitu “Medium Risk
atau bakul tradisional yang telah diberi tali.
(Sedang)”
berdasarkan
metode
REBA
Tabel 5. Distribusi Tingkat Resiko Ergonomi berdasarkan Metode REBA dan OWAS Pada Aktifitas Mengangkan Buah Hasil Panen REBA
OWAS
Tingkat Resiko n
%
n
%
Low Risk (Rendah)
2
3,7
3
5,6
Medium Risk (Sedang)
23
42,6
21
38,9
High Risk (Tinggi)
29
53,7
25
46,3
Very High Risk (Sangat Tinggi)
0
0
5
9,3
Total
54
100
54
100
penelitian
yang
24 responden, responden pada umur ≥40
pengukuran
dan
tahun 19 responden, dan responden pada
penilaian tingkat risiko ergonomi pada aktivitas
umur 30 – 39 tahun berjumlah 11 dan jenis
petani
panen
kelamin petani paling banyak berjenis
berdasarkan metode REBA dan OWAS pada
kelamin laki-laki 43 responden dan jenis
54 responden, didapatkan tingkat risiko “High
kelamin perempuan 11 responden.
Berdasarkan dilakukan
dengan
hasil cara
mengangkat
buah
hasil
Risk (Tinggi)” berdasarkan metode REBA
2. Dari
54
responden
sebesar
48,1%
sebanyak 53,7% dan berdasarkan metode
merasakan keluhan muskuloskeletal Redah,
OWAS sebanyak 46,3%. Dari hasil yang
sebesar
diperoleh
musculoskeletal Sedang dan sebesar 9,3%
disebabkan
postur
kerja
saat
mengangkat beban tidak ergonimis dan beban
merasakan
yang diangkat adalah 5 sampai 32 kg yang bisa
Tinggi.
beresiko
menimbulkan
keluhan
muskuloskeletal.
42,6%
merasakan
keluhan
keluhan
muskuloskeletal
3. Tingkat resiko ergonomi pada saat panen pada petani salak di Desa Pangu Satu lebih banyak mempunyai skor REBA 4 – 7 atau
KESIMPULAN
resiko Medium Risk sebesar 51,9% yang
1. Karakteristik umur petani di Desa Pangu
memerlukan
Satu yaitu umur 20 – 29 tahun berjumlah
tindakan
pemeriksaan
lanjutan dan control atau perubahan.
4. Tingkat resiko ergonomi pada saat panen pada petani salak di Desa Pangu Satu lebih banyak mempunyai kategori 2 OWAS atau
Sedang
sebesar
46,3%
yang
memerlukan tindakan koreksi dalam waktu dekat.
Medicine & Health Education, Vol. 3, Is. 7, pp. 3-4 Health and Safety Executive (HSE), 2011, HSE’s
Land
Use
Planning
Methodology Riskesdas.2013. Kesehatan
Laporan Dasar
Hasil
Riset
Nasional.Jakarta:
SARAN
Badan Penelitian dan Pengembangan
1. Penelitian ini menyarankan kepada pihak
Kesehatan
penyuluh
tani
memberikan
Tarwaka, 2015. Ergonomi Industri: Dasar
penyuluhan mengenai ergonomi kepada
Dasar Pengetahuan Ergonomi dan
setiap anggotanya yakni sikap bekerja yang
Aplikasi di Tempat Kerja Edisi II.
aman
Surakarta: Harapan Press
dan
agar
nyaman
sehingga
dapat
mengurangi resiko sakit pada sistem otot. 2. Saran bagi pemerintah atau instansi terkait untuk membantu petani dalam hal ini untuk penerapan teknologi, seperti alat untuk bisa membantu dalam tahap panen buah salak.
DAFTAR PUSTAKA Bukhori, E. 2010. Hubungan Faktor Risiko Pekerjaan Dengan Terjadinya Keluhan Musculoskeletal
Disorders
Pada
Tukang Angkut Beban Penambang Emas
di
Kecamatan
Cilograng
Kabupaten Lebak. Jakarta: Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran
dan
Universitas
Islam
Ilmu
Kesehatan
Negeri
Syarif
Hidayatulah Gupta, G. and Tarique. 2013. Prevalence of Musculoskeletal Disorders in Farmers of Kanpur-Rural, India. Community