HUBUNGAN ANTARA SOSIAL EKONOMI DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA BALITA DI PULAU MANTEHAGE KECAMATAN WORI, KABUPATEN MINAHASA UTARA. Febelina Nauw*, Maureen I. Punuh*, Nancy S.H. Malonda * *Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado ABSTRAK Stunting adalah balita dengan tinggi atau panjang badan yang tidak sesuai umur yang melampaui < -2 standar deviasi sampai dengan < -3 Standar Deviasi. Faktor yang mempengaruhi stunting adalah sosial ekonomi yaitu pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, pendapatan keluarga, dan jumlah tanggungan keluarga. Mengetahui hubungan antara sosial ekonomi yaitu pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, pendapatan keluarga, dan jumlah tanggungan keluarga dengan kejadian stunting pada balita di Pulau Mantehage. Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif. Menggunakan cross sectional, pengambilan sampel dengan total populasi 85 balita. Penelitian dilakukan di Pulau Mantehage, pada bulan Agustus – Oktober tahun 2016 populasi 145 balita usia 6-59 bulan. Tingkat pendidikan ibu terendah 62,4%, tertinggi 37,6%, pekerjaan ibu 84,7% tidak bekerja, 15,3% bekerja, pendapatan keluarga lebih rendah 77,6%, tertinggi 22,4%, dan jumlah tanggungan keluarga > 4 orang 60,0% dan ≤ 4 orang 40,0%. Analisis uji statistik chi square dengan batas kemaknaan α ≤ atau > 0,05, menunjukkan bahwa pendidikan ibu (p=1.000), pekerjaan ibu (p=0,224), pendapatan keluarga (p=0,811), Jumlah tanggungan keluarga (p=0,066). Pendidikan Ibu, pekerjaan ibu, pendapatan keluarga, dan ju mlah tanggungan keluarga tidak berhubungan dengan kejadian stunting pada balita di Pulau Mantehage Kecemata n Wori Kabupaten Minahasa Utara. Bagi petugas kesehatan untuk melakukan promosi kesehatan, dan melakukan pemantauan penilaian status gizi. Kata Kunci : Stunting, Pendidikan, Pekerjaan, Pendapatan Keluarga, Jumlah Tanggungan Keluarga ABSTRACT Stunting is a under-5-year-old child with a body height or length that does not match with age that is over <-2 of the deviation standard of up to <-3 of the Deviation Standard. The factors affecting stunting is the social-economy which is the education parents, profession of parents, family income and number of family dependents. To know the relationship between the social-economy namely the education of parents, profession of parents, family income and the number of family dependents with the stunting incidence in under-5-year-old children in Mantehage Island. This study applies a quantitative research. This research uses a cross-sectional. The sample is taken from the total of 85 population of unde5-year-old children. The study is conducted in Mantehage Island, from August to October 2016, with the population of 145 under-5-year-old children with the ages of 6-59 months. The lowest level of the education of mothers is 62.4%, the highest one is 37.6%, the profession of mothers is 84.7% is jobless and 15.3% of them have jobs, lower income of the families is 77.6%, the highest is 22.4%, and the number of family dependents is > 4 people ≤ 60.0% and 4 people ≤ 40.0%. The statistical analysis of the chi square test with a significance limit is α ≤ or > 0.05, indicating that the education of mothers is (p = 1.000), the profession of mother is (p = 0.224), the family income is (p = 0.811), the number of family dependents is (p = 0.066). The education of mothers, the profession of mothers, the family income and the number of family dependents do not relate with the stunting incidence in under-5-year-old children in Mantehage Island, in Wori sub-district, in North Minahasa regency. For health officers to promote health and survey on nutritional status assessment Keywords: Stunting, Education, Profession, Income, The Number Of Family Dependents
1
PENDAHULUAN
prevalensi kejadian stunting di Indonesia
Gizi merupakan salah satu input penting
secara nasional tahun 2007 (36,8%) dan
untuk menentukan kualitas sumber daya
tahun 2010 (35,6%) yang berarti terjadi
manusia.
Salah satu indikator yang
peningkatan pada tahun 2013 (37,2%).
menentukan kualitas gizi anak adalah
Prevalensi stunting (TB/U) lebih tinggi
tinggi
bila
badan
prasekolah
mereka. Indonesia
usia
dibandingkan
dengan prevalensi
tergolong
kejadian underweight atau gizi buruk
berdampak
(BB/U) (19,6 %) dan prevalensi kejadian
negatif pada saat mereka memasuki usia
wasting atau kurus (BB/TB) (5,3 %)
sekolah. Prevalensi anak pendek ini
pada anak balita di Indonesia.
pendek,
di
Anak
sehingga
semakin
akan
meningkat
dengan
Rendahnya kualitas sumber daya
bertambahnya umur dan gambaran ini
manusia,
ditemukan baik pada jenis kelamin laki-
pendidikan, ketrampilan yang berdampak
laki
maupun
kualitas
termasuk
kesehatan,
perempuan.
Buruknya
pada rendahnya pendapatan keluarga.
anak-anak
Indonesia
Kemiskinan
fisik
adalah
kelaparan,
tidak
berimbas pada gangguan prestasi belajar,
memiliki tempat tinggal, bila sakit tidak
dan
mempunyai biaya untuk berobat dan
daya
saing
bangsa
melemah
(Khomsan, 2012).
tidak memiliki pekerjaan yang tetap dan
Gizi buruk terutama pertumbuhan yang
terhambat,
merupakan
besarnya
sebuah
keluarga
penghasilannya
utama
kebutuhan
Anak
jumlah
tanggungan keluarga yang miskin dan
masalah kesehatan masyarakat yang di Indonesia.
atau
pendek
tidak
rumah
cukup
tangga
untuk
ini akan
(stunting) merupakan prediktor buruknya
berpengaruh kepada anak-anak (Arsyad,
kualitas sumber daya manusia yang
2010).
diterima secara luas, yang selanjutnya
Penelitian
ini
bertujuan
hubungan
antara
untuk
menurunkan kemampuan produktif suatu
mengetahui
sosial
bangsa di masa yang akan datang.
ekonomi dengan kejadian stunting pada
Prevalensi anak pendek (stunting) sangat
balita di Pulau Mantehage Kecamatan
tinggi, mempengaruhi satu dari tiga anak
Wori Kabupaten Minahasa Utara
balita, yang merupakan proporsi yang menjadi masalah kesehatan masyarakat
METODE PENELITIAN
menurut kriteria Organisasi Kesehatan
Jenis
Dunia (WHO), (UNICEF, 2012).
dengan
Berdasarkan data riset kesehatan dasar
(Rikesdas),
(2013)
penelitian
ini
pendekatan
survey yang
analitik
digunakan
adalah cross sectional. Penelitian ini
bahwa
dilakukan
2
di
Pulau
Mantehage,
Kecamatan Wori Kabupaten Minahasa
mengikuti orang tuanya yang bekerja di
Utara pada bulan Agustus – Oktober
luar
tahun 2016. Populasi dalam penelitian ini
Tomohon, Tondano.
adalah semua Ibu yang memiliki balita
setiap masing-masing Desa yaitu Desa
usia 6 – 59 bulan yang berada di Pulau
Tinongko 15 balita, Desa Buhias 17
Mantehage, Kecamatan Wori Kabupaten
balita, Desa Bango 22 balita dan Desa
Minahasa Utara dengan jumlah populasi
Tangkasi 6 balita.
Pulau
yaitu
Kota
Manado,
60 balita ini dari
145 balita. Sampel dalam penelitian ini adalah balita yang berada di Pulau
HASIL DAN PEMBAHASAN
Mantehage.
Karakteristik Balita
Total
sampling
dimana
jumlah sampel sama dengan populasi
Karakteristik balita di Pulau Mantehage
yaitu 145 balita. Penelitian dilakukan
dilihat
terdapat 85 balita dan 60 balita yang lain
kelamin
tidak ada ditempat penelitian ini. Balita
berdasarkan usia (bulan) serta frekuensi
yang tidak ada ditempat penelitian ini
berdasarkan status gizi pada balita.
dari distibusi frekuensi jenis dan
distribusi
frekuensi
Tabel 1. Karakteristik Subjek penelitian di Pulau Mantehage Kecamatan Wori Kabupaten Minahasa Utara. Karakteristik Subjek n Jenis Kelamin Laki-laki 51 Perempuan 34 Usia (bulan) 6 – 12 12 12 – 24 23 24 – 36 15 36 – 48 19 48 – 59 16 Status Gizi Balita Stunting 49 Normal 36 Berdasarkan tabel 1, diatas diketahui
57,6 42,4 sebanyak 23 subjek 27,1%, kemudian
bahwa
ini
usia 36-48 bulan sebanyak 19 subjek
berjenis kelamin laki-laki dengan jumlah
22,4%, diikuti usia 48 – 59 bulan
51 subjek 60,0 %, sedangkan jenis
sebanyak 16 subjek 18,8%, lalu usia 24 –
kelamin perempuan dengan jumlah 34
36 bulan sebanyak 15 subjek 17,6% dan
subjek 40,0 %. Subjek dalam penelitian
jumlah balita paling sedikit berada pada
ini sebagaian besar berusia 12-24 bulan
usia 6 – 12 bulan sebanyak 12 subjek
subjek
dalam
penelitian
% 60,0 40,0 14,1 27,1 17,6 22,4 18,8
3
14,1%. Berdasarkan tabel 1, diatas
Karakteristik Responden
diketahui bahwa balita yang
stunting
Karateristik responden orang tua di Pulau
sebanyak 49 subjek 57,6% dan balita
Mantehage dilihat pada pendidikan orang
yang tidak stunting atau normal sebanyak
tua, pekerjaan orang tua, pendapatan
36 subjek 42,4%.
keluarga, dan jumlah anggota keluarga yang tertanggung serta balita stunting dan tidak stunting.
Tabel 2 Karakteristik Responden penelitian di Pulau Mantehage Kecamatan Wori Kabupaten Minahasa Utara Responden (Ibu) Pendidikan Ibu Tidak Tamat SD Tamat SD Tamat SMP Tamat SMA Diploma Sarjana Pekerjaan Ibu Tidak Bekerja/IRT Buruh PNS/TNI/PORLI Petani Honorer TKW Pendeta Pendapatan Keluarga < 2.400.000; ≥ 2.400.000; Jumlah Tanggungan Keluarga > 4 orang ≤ 4 orang Berdasarkan tabel
n
%
5 26 22 26 1 5
5,8 30,6 25,9 30,6 1,2 5,9
72 3 5 1 2 1 1 66 19
84,7 3,5 5,9 1,2 2,4 1,2 1,2 77,6 22,4
51 34
60,0 40,0
2, diatas diketahui
responden 1,2%. Pekerjaan Ibu yang
bahwa tingkat pendidikan ibu yang tamat
tidak bekerja/IRT sebanyak 72 atau
SD 26 responden 30,6%, tamat SMA
48,7%, kemudian yang bekerja sebagai
sebanyak 26 responden 30,6%, tamat
PNS/TNI/PORLI sebanyak 5 atau 5,9%,
SMP sebanyak 22 responden 25,9%,
lalu
tidak tamat SD sebanyak 5 responden
sebanyak 3 atau 3,5%, dikuti dengan
5,8%, Sarjana sebanyak 5 responden
yang bekerja sebagai honorer sebanyak 2
5,9%,
atau 2,4% dan yang bekerja sebagai
dan
Diploma
sebanyak 1 4
yang
bekerja
sebagai
buruh
petani, TKW, Pendeta sebanyak 1 atau
22,4%.
1,2%.
lebih
Pendapatan keluarga terendah <
2.400.000;
sebanyak
66
responden
sebanyak
19
dari
4
orang
sebanyak
51
responden 60,0% dan kurang dari 4
77,6% dan pendapatan keluarga tinggi ≥ 2.400.000;
Jumlah tanggungan keluarga
orang
sebanyak
34
responden
40,
responden
Tabel 3. Hubungan antara Pendidikan Ibu, Pekerjaan Ibu , Pendapatan Keluarga dan Jumlah Tanggungan Keluarga dengan Kejadian Stunting pada Balita.
Pendidikan Ibu Rendah Tinggi Pekerjaan Ibu Bekerja Tidak Bekerja Pendapatan Keluarga Rendah Tinggi Jumlah Tanggungan Keluarga > 4 orang ≤ 4 orang
P
Stunting n %
Normal n %
n
%
31 18
58,5 56,3
22 14
41,5 43,8
53 32
62,4 37,6
5 44
38,5 61,1
61,5 38,9
13 72
15,3 84,7
0,224
Variabel
8 28
Total
1.000
39 10
59,1 52,6
27 9
40,9 47,4
66 19
77,6 22,4
0,811
34 15
66,7 44,1
17 19
33,3 55,9
51 34
60,0 40,0
0,066
Hubungan antara Pendidikan Ibu
dibandingkan dengan pendidikan Ibu
dengan Kejadian Stunting
yang tinggi lebih sedikit yang stunting.
Berdasarkan
penelitian
ini
dapat
Hasil uji statistik terdapat bahwa tidak
digambarkan bahwa tingkat pendidikan
ada hubungan antara pendidikan ibu
Ibu yang terendah 53 responden 62,4%
yang rendah dengan kejadian stunting.
dan tingkat pendidikan ibu yang tertinggi
Penelitian ini sesuai dengan penelitian
32 responden 37,6% jika dibandingkan
Kusuma 2013, di Kecamatan Semarang
dengan penelitian Siahan, dkk, (2013)
Timur tahun 2013, menunjukan bahwa
terdapat tingkat pendidikan Ibu terendah
pendidikan Ibu tidak merupakan faktor
lebih banyak 65 responden 100% dan
risiko stunting pada balita dan penelitian
tingkat pendidikan tertinggi lebih rendah
Rahayu di Kabupaten Tangerang dan
4 responden 100%. Pendidikan Ibu yang
Kota Tangerang tahun 2011, bahwa
rendah lebih banyak yang stunting bila
tidak ada hubungan antara
5
pendidikan
Ibu dengan kejadian stunting pada balita
balita
dan
yaitu
bekerja hanya sedikit stunting dalam uji
Ardiyah, dkk, di Puskesmas Patrang dan
statistik bahwa tidak ada hubungan
Puskesmas Mangli tahun 2014 bahwa
antara pekerjaan Ibu dengan kejadian
hasil analisis hubungan status pekerjaan
stunting pada balita, penelitian ini sesuai
Ibu dengan kejadian stunting pada anak
dengan
balita diperoleh hasil bahwa antara status
Kabupaten Jember Puskesmas Patrang
pekerjaan Ibu dengan kejadian stunting
dan Puskesmas Mangli tahun 2014, hasil
pada
analisis hubungan status pekerjaan Ibu
penelitian
anak
yang
balita
lainnya
tidak
memiliki
hubungan yang signifikan.
bila
dibandingkan
penelitian
Ibu
yang
Aridiya, dkk, di
dengan kejadian stunting pada anak
Penelitian ini tidak sesuai dengan
balita diperoleh hasil bahwa antara status
penelitian Ngaisyah di Desa Kanigoro,
pekerjaan ibu dengan kejadian stunting
Saptosari, Gunung Kidul tahun 2015 dan
pada
puskesmas Tanjung Tiram Kecamatan
hubungan yang signifikan dan penelitian
Tanjung Tiram
Rahayu di Kabupaten Tangerang dan
Kabupaten Batu Bara
tahun 2013, bahwa
anak
balita
tidak
memiliki
pendidikan Ibu
Kota Tangerang yang terletak di Provinsi
didominasi berpendidikan dasar atau
Banten tahun 2011 juga mengatakan
rendah berhubungan signifikan dengan
bahwa
kejadian
pekerjaan Ibu dengan stunting pada
stunting
pada
balita.
Dan
tidak
dan
ada
hubungan antara
penelitian lainnya yaitu Fitri di Sumatra
balita
penelitian
lainnya
yaitu
tahun 2012 menunjukan bahwa terdapat
penelitian Rahayuh, dkk, di Puskesmas
hubungan antara pendidikan ibu dengan
Hulu Karias, Kabupaten Hulu Sungai
stunting.
Utara tahun 2014, mengatakan tidak ada hubungan antara pekerjaan Ibu dengan
Hubungan
antara
Pekerjaan
kejadian pendek atau stunting pada
Ibu
balita.
dengan Kejadian Stunting Pekerjaan Ibu yang bekerja 13 responden
Hasil ini tidak sesuai dengan
15,3% dan Ibu yang tidak bekerja 72
penelitian Siahaan, dkk, di Puskesmas
responden
Tanjung
84,7%
bila
bandingkan
Tiram Kecamatan Tanjung
dengan penelitian Siahan, ddk, (2013)
Tiram Kabupaten Batu Bara tahun 2013,
Ibu yang tidak bekerja lebih sedikit 62
bahwa secara statistik ada hubungan
responden 100% dan yang bekerja lebih
antara pekerjaan ibu dengan stunting
sedikit
Pada
pada balita. Risma, dkk, 2013, status
penelitian ini didapatkan bahwa Ibu yang
pekerjaan ibu tidak berhubungan dengan
tidak bekerja lebih banyak stunting pada
status gizi dan perkembangan anak
12
responden
100%.
6
balita. Maka dapat dikatakan bahwa pola
tahun 2015 dan penelitian Fitri di
asuh yang baik dan buruk seorang ibu
Sumatra Utara 2012 bahwa
akan berdampak terhadap anaknya.
hubungan antara status ekonomi atau
terdapat
pendapatan keluarga dengan kejadian Hubungan
antara
stunting pada anak balita dan penelitian
Pendapatan
Keluarga dengan Kejadian Stunting
Siahaan, dkk, di Puskesmas Tanjung
Pendapatan keluarga yang lebih rendah
Tiram
66 atau 77,6% dan pendapatan keluarga
Kabupaten Batu Bara tahun 2013, hasil
yang lebih tinggi 19 atau 22,4% dapat
uji statistik menunjukkan bahwa ada
dibandingkan dengan penelitian Ngaisah
hubungan yang signifikan antara status
lebih
ekonomi dengan stunting pada balita.
tinggi
pendapatan
keluarga
Kecamatan
Tanjung
Tiram
terendah 187 atau 100% dan tertinggi 205 atau 100% pendapatan keluarga.
Hubungan
antara
Jumlah
Pada penelitian ini menunjukan bahwa
Tanggungan
Keluarga
dengan
keluarga
Kejadian Stunting
yang
pendapatan
rendah
dibawah upah minimum provinsi (UMP)
Penelitian ini terdapat jumlah angota
lebih
sedangkan
keluarga yang tertanggung lebih > 4
dibandingkan dengan upah pendapatan
orang banyak 60,0% yang stunting dan
minimum provinsi (UMP) keluarga yang
kurang dari ≤ 4 orang lebih sedikit
berpendapatan
40,0% stunting. Balita yang berasal dari
banyak
stunting.
stunting,
tinggi
Balita
lebih
yang
berasal
sedikit dari
jumlah anggota keluarga
keluarga dengan status ekonomi rendah
orang
lebih banyak yang stunting dibandingkan
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan
balita
antara
dari keluarga
dengan
status
banyak
lebih dari 4
jumlah
stunting tanggungan
hal
ini
keluarga
ekonomi tinggi. Dari hasil uji statistik
dengan kejadian stunting pada balita.
maka
antara
Penelitian ini sesuai dengan penelitian
pendapatan orang tua atau keluarga
Siahaan, dkk, di Puskesmas Tanjung
dengan
Tiram
tidak
ada
kejadian
hubungan stunting
dalam
Kecamatan
Tanjung
Tiram
penelitian ini dan penelitian Aridiyah,
Kabupaten Batu Bara tahun 2013 secara
dkk di Puskesmas Patrang tahun 2014
statistik,
terdapat bahwa pendapatan keluarga
signifikan antara besar keluarga dengan
tidak berhubungan signifikan dengan
stunting
kejadian stunting pada balita.
Aridiyah, dkk di Puskesmas Patrang
Penelitian Kanigoro,
Ngaisya
Saptosari,
tidak
pada
ada
balita
hubungan yang
dan penelitian
di
Desa
tahun 2014 juga mengatakan bahwa hasil
Gunung
Kidul
analisis diperoleh hasil bahwa jumlah
7
anggota faktor
keluarga yang
bukan merupakan
dapat
Kecamatan
mempengaruhi
Wori
Kabupaten
Minahasa Utara.
terjadinya stunting pada anak balita.
5. Tidak ada hubungan antara jumlah
Penelitian Oktarina dan Sudiarti di
tanggungan
keluarga
dengan
Sumatra tahun 2012, balita dari keluarga
kejadian stunting pada balita usia 6-
dengan jumlah anggota rumah tangga
59
banyak cenderung mengalami stunting
Kecamatan
dibandingkan
Minahasa Utara.
balita
dari
keluarga
bulan
di Pulau
Mantehage
Wori
Kabupaten
dengan jumlah anggota rumah tangga SARAN
cukup. Terdapat hubungan antara jumlah
Dari hasil penelitian ini penulis sarankan
anggota rumah tangga dengan kejadian
kepada : Pemerintah Pulau Mantehage
stunting pada balita.
perlu
adanya
program
perencanan
KESIMPULAN
penanggulangan stunting pada keluarga
1. Berdasarkan keadaan sosial ekonomi
yang memiliki balita yang berstatus
Ibu,
62,4%
pendidikan
memiliki 84,7%
sosial
ekonominya
rendah.
Petugas
tidak
kesehatan untuk melakukan promosi
bekerja, 77,6% pendapatan rendah
kesehatan kepada Ibu-Ibu yang memiliki
dan
balita
60,0%
rendah,
tingkat
memiliki tanggungan
lebih dari empat orang. 2. Tidak
ada
dan
melakukan
pemantauan
penilaian status gizi terhadap tinggi atau
hubungan
antara
panjang badan balita. Perlu dilakukan
pendidikan orang tua atau responden
studi lanjutan mengenai sosial ekonomi
Ibu dengan kejadian stunting pada
dengan
balita usia 6-59 bulan di Pulau
variabel yang belum tercakup didalam
Mantehage
penelitian ini.
Kecamatan
Wori
kejadian
stunting
dengan
Kabupaten Minahasa Utara. DAFTAR PUSTAKA
3. Tidak ada hubungan pekerjaan orang
Aridiyah OF, Rohmawati N, Ririanty M.
tua atau responden Ibu dengan kejadian stunting pada balita usia 6-
2014.
59
Mantehage
Mempengaruhi Kejadian Stunting
Kecamatan Wori Wori Kabupaten
pada Anak Balita di Wilayah
Minahasa Utara.
Pedesaan danPerkotaan. (online)
bulan
4. Tidak
ada
pendapatan
di Pulau
hubungan keluarga
diambil
antara
bulan
di Pulau
yang
dari:
(//journal.download.portalgaruda.o
dengan
rg/article.php?article=431528val=
kejadian stunting pada balita usia 659
Faktor-faktor
Mantehage 8
539&title. diakses,25-09-2016,jam
Stunting Pada Balita Di Desa
12.00).
Kanigoro, Saptosari,
Gunung
Arsyad L. Ekonomi Pembangunan Edisi
Kidul., (online) Jurnal Medika
5. Yogyakarta: UPP STIM YKPN
Respati., Vol. X, No. 4, Oktober
Badan Penelitian Dan Pengembangan
2015.,
diambil
dari:
Kesehatan Kementerian Kesehatan
(//ejournal.respati.ac.id/index.php/
RI.
medika/article/viewFile/299/242
2013
h.
214-215.
Riset
Kesehatan Dasar RI. Jakarta; (online)
diambil
diakses, 23-04-2016, jam 12.00).
dari:
Oktarina Z, Sudiarti T. 2013. Faktor
(http://www.depkes.go.id/resource
Risiko Stunting Pada Balita (24—
s/download/general/Hasil%20Risk
59 Bulan) Di Sumatera., Jurnal
esdas%202013.pdf
Gizi dan Pangan, vol.
diakses, 23-
04-2016, jam 12.00).
November 2013 (online) diambil
Fitri. 2012. Berat Lahir Sebagai Faktor Dominan
No.
dari:
Terjadinya Stunting
(//journal.ipb.ac.id/index.php/jgizi
pada Balita (12-59 Bulan) di
pangan/article/view/7977 diakses,
Sumatra Utara (Analisa Data
23-09-2016, jam 12.00)
Rikesdas 2010). (online) diambil
Siahaan N, Lubis, Ardiani F. 2013.
dari:
Faktor-Faktor Yang Berhubungan
(//lib.ui.ac.id/file?file=digital/2029
Dengan Kejadian Stunting Pada
8098-T30071-Fitri.pdf
Balita
diakses,
25-09-2016, jam 12.00)
Di
Wilayah
Kerja
Tanjung
Tiram
Puskesmas
Khomsan A. 2012. Ekologi Masalah
Kecamatan
Tanjung
Tiram
Gizi, Pangan, & Kemiskinan.
Kabupaten Batu Bara Tahun
Bandung: Alfabeta
2013., (Online),Vol.1, No.1, 2014:
Kusuma
EK.
2013 Faktor
Risiko
(//jurnal.usu.ac.id/index.php/gkre/
Kejadian Stunting pada Anak Usia
article/view/5912. diakses, 23-09-
2-3 Tahun (Studi di Kecamatan
2016, jam 12.00)
Semarang Timur), (Online), Vol.2, No.
4,
2013,diambil
UNICEF Indonesia Laporan Tahunan.
dari:
2012. Perlindungan Anak, Jakarta;
(//ejournals1.undip.ac.id/index.ph
(online)
p/jnc/article/view/3735 diakses 23-
(http://www.unicef.org/indonesia/i
04-2016, jam 12.00).
d/UNICEF_Annual_Report_%28I
Ngaisyah DRr., 2015. Hubungan Sosial Ekonomi
Dengan
diambil
nd%29_130731.pdf
Kejadian
04-2016, jam 12.00)
9
dari:
diakses, 23-
10