HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN TINDAKAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) PADA PETUGAS INSTALASI GAWAT DARURAT (IGD) DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA KOTAMOBAGU Claudya M. Rarung*, Paul A.T Kawatu*, Woodford B. S Joseph* *Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi, Manado ABSTRAK Alat Pelindung Diri (APD) sangat penting digunakan oleh petugas kesehatan di rumah sakit untuk melindungi dan mencegah terjadinya Infeksi nosokomial.World Health Organization (WHO) mencatat, bahwa pada tahun 2009 terdapat 25.740 tenaga kesehatan yang terinfeksi penyakit Hepatitis B. Besarnya resiko tersebut mendorong WHO untuk menetapkan standart precaution yaitu penggunaan Alat Pelindung Diri (APD). Berdasarkan observasi awal diperoleh informasi bahwa dokter dan perawat di Intalasi Gawat Darurat RSUD Kota Kotamobagu, sudah pernah jatuh terpeleset dan tertusuk jarum pada saat melakukan tindakan pelayanan kesehatan pada pasien akibat tidak menggunakan APD. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis hubungan pengetahuan dan sikap dengan tindakan penggunaan APD pada Petugas Instalasi Gawat Darurat (IGD) di RSUD Kota Kotamobagu. Metode Penelitian yaitu penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain penelitian cross sectional study yang dilaksanakan pada bulan April-Juli 2017 dan melibatkan 36 petugas kesehatan yang terdiri dari Dokter dan Perawat dengan teknik total sampling. Metode pengumpulan data menggunakan kuesioner. Analisis data yang digunakan untuk melihat hubungan antar variabel adalah uji chi-square dengan tingkat signifikan = 0,05. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 52,8% tenaga kesehatan tidak menggunakan APD secara lengkap, tenaga kesehatan yang memiliki pengetahuan yang baik 52,8% dan 44,4% tenaga kesehatan memiliki sikap kurang baik untuk menggunakan APD. Hasil uji statistik diketahui bahwa tidak terdapat hubungan antara Pengetahuan(p=0,516), Sikap (p=0,709) dengan Tindakan penggunaan APD pada Petugas IGD di RSUD Kota Kotamobagu. Kata Kunci: Pengetahuan, Sikap, Tindakan, Alat Pelindung Diri (APD)
ABSTRACK Personal Protective Equipments (PPE) is very important for use by health workers in hospitals to protect and prevent nosocomial infections. The World Health Organization (WHO) notes that in 2009 there were 25,740 health workers infected with Hepatitis B. The magnitude of this risk encourage the WHO to set the standard precaution that is the use of Personal Protective Equipment (PPE). The initial observation and interviews obtained information that doctors and nurses in emergency instalation has often been slipped over and somehow punctured by a needle while performing health care services to patients due to absence of using PPE. The purpose of this research is to analyze the relationship between knowledge and attitude with action of the use of PPE in Emergency Installation Officer at the Regional Hospital in Kotamobagu. The research method is quantitative research using cross sectional study design, which conducted in April-July 2017 and involving 36 health workers consist of doctors and nurses with total sampling technique. The methode of data collection is using questionnaire. The data analysis that show the relation between variables is chi-square test with a significant level of α= 0.05. The result of this research, there are 52.8% of the health workers do not use PPE in full, 52,8% health workers has good knowledge and 44.4% of health workers has a less good attitude in case of the using of PPE. Chi-square test shows that there is no correlation between Knowledge (p > 0,516) and Attitude (p > 0,709) with action of the use of the Personal Protective Equipments (PPE) on Emergency Instalation Officer at the Regional Hospital in Kotamobagu. Keywords : Knowledge, Attitude, Act, Personal Protective Equipments (PPE)
1
PENDAHULUAN
menurut Kepmenkes no. 129
Penyakit infeksi masih merupakan penyebab
tidak boleh lebih dari 1,5 %. Izin operasional
utama
dan
sebuah rumah sakit bisa dicabut karena
kematian di dunia. Berdasarkan data yang
tingginya angka kejadian infeksi nosokomial.
diperoleh dari World Health Organization
(Darmadi, 2008).
tingginya
angka
kesakitan
tahun 2008,
(WHO) pada tahun 2005, salah satu jenis
WHO telah menetapkan pentingnya
infeksi adalah infeksi nosokomial dengan
penerapan standart precaution pada tenaga
jumlah kematian mencapai 1,4 juta setiap
kesehatan dalam setiap tindakan untuk
hari di seluruh dunia. Infeksi nosokomial atau
mencegah peningkatan infeksi nosokomial.
Healthcare Associated Infections (HAIs)
Standart precaution merupakan tindakan
adalah infeksi yang diperoleh di rumah sakit,
pengendalian
panti jompo, fasilitas rehabilitasi, klinik
digunakan oleh seluruh petugas kesehatan
rawat jalan atau tempat layanan kesehatan
setiap saat pada semua tempat dan tindakan
lainnya (Akbari, 2015).
pelayanan dalam rangka mengurangi resiko
Rumah sakit sebagai tempat pengobatan,
infeksi
sederhana
yang
penyebaran infeksi (Depkes RI, 2010).
juga merupakan sarana pelayanan kesehatan
Dasar standart precaution salah satunya
yang dapat menjadi sumber infeksi dimana
adalah
orang sakit dirawat dan ditempatkan dalam
(APD) atau Personal Protective Equipment
jarak yang sangat dekat. Menurut data dari
(PPE).
World Health Organization (WHO) tahun
mempunyai kemampuan untuk melindungi
2004,
seseorang
tercatat
nosokomial
di
bahwa dunia
kasus berupa
infeksi
penggunaan
APD
Alat Pelindung Diri
adalah
dan
suatu
berfungsi
alat
yang
mengisolasi
penularan
sebagian atau seluruh tubuh dari potensi
penyakit Hepatitis B sebanyak 66.000 kasus,
bahaya di tempat kerja. APD meliputi sarung
Hepatitis C sebanyak 16.000 kasus dan
tangan, pelindung wajah/masker/kaca mata,
Human
(HIV)
penutup kepala, gaun pelindung/celemek,
sebanyak 10.000 kasus. Selain itu, menurut
sepatu pelindung/sturdy foot wear (Depkes
Maja (2009) diperkirakan terjadi penularan
RI, 2011).
Immunodeficiency
Virus
Hepatitis B (39%), Hepatitis C (40%) dan
Data dinas kesehatan kota kotamobagu
Human Immunodeficiency Virus atau HIV
tahun
(5%) pada tenaga kesehatan di seluruh dunia.
penyakit
Di Indonesia prevalensi infeksi nosokomial
Kotamobagu cukup tinggi, lima diantaranya
pada tahun
adalah penyakit TB 295 kasus, HIV/AIDS 68
2012 mencapai angka 7,1 %
(Depkes RI, 2012). Saat
ini
angka
2016 menunjukkan bahwa kasus infeksi
menular
di
Kota
kasus, ISPA 24.493 kasus, Rabies 35 gigitan, kejadian
infeksi
Hepatitis 10 kasus dimana sebagian besar
nosokomial telah dijadikan salah satu tolak
pengobatan dilakukan di fasilitas pelayanan
ukur mutu pelayanan rumah sakit. Standar
kesehatan yang ada di kotamobagu yaitu
kejadian infeksi nosokomial di rumah sakit
rumah sakit dan puskesmas. 2
Berdasarkan
observasi
awal
dan
responden
terbanyak
adalah
27
tahun
wawancara dengan dokter dan perawat di
(25,0%)
RSUD
diperoleh
sedikit adalah 33 tahu (2,8%), 36 tahun
informasi bahwa dokter dan perawat sering
(2,8%) dan 27 tahun (2,8%) dengan usia
tidak menggunakan Alat Pelindung Diri
rata-rata yaitu 27,39 tahun. Profesi responden
(APD) secara lengkap ketika melakukan
terbagi menjadi dua yaitu dokter (16,7%) dan
tindakan pelayanan kesehatan pada pasien.
Perawat (83,3%).
Kecelakaan kerja seperti jatuh terpeleset dan
Pengetahuan
tertusuk jarum sudah pernah terjadi walaupun
Hasil
tidak dilaporkan. Oleh karena itu, informasi
petugas IGD yang memiliki pengetahuan
terkait hubungan tingkat pengetahuan dan
tentang APD tergolong baik 19 (52,8%)
sikap dengan tindakan petugas kesehatan
responden,
dalam menggunakan APD di Rumah Sakit,
petugas IGD yang memiliki pengetahuan
perlu
tentang APD yang tergolong kurang baik 17
Kota
dan
Kotamobagu
menarik
untuk
diteliti
dan
diketahui.
dan usia responden yang paling
penelitian
diperoleh
lebih
banyak
data
bahwa
dibandingkan
(47,2%). Profesi responden sebagai dokter dan
METODE PENELITIAN
perawat
Metode Penelitian yaitu penelitian kuantitatif
sebagian besar memiliki pengetahuan yang
dengan menggunakan desain penelitian cross
baik karena responden telah melewati jenjang
sectional study yang dilaksanakan pada bulan
pendidikan dan praktek yang telah dilakukan
April-Juli 2017 dan melibatkan 36 petugas
pada saat menempuh pendidikan dan pada
kesehatan yang terdiri dari Dokter dan
saat
Perawat
memiliki banyak informasi dan pengalaman
dengan
teknik total sampling.
Metode pengumpulan data menggunakan kuesioner.
Analisis
data
bivariat
mendasari
bekerja
mengapa
sehingga
responden
responden
telah
mengenai penggunaan APD.
yang
Tingkat pengetahuan yang dinilai
digunakan adalah uji chi-square dengan
peneliti
tingkat signifikan = 0,05. Jika p < 0,05
pengetahuan petugas IGD mengenai APD
menunjukkan
berada
adanya
hubungan
antara
dalam
di
penelitian
tingkat
tahu
ini
(know)
adalah
yang
variabel bebas dengan variabel terikat (Ho
merupakan tingkat pertama dalam tingkatan
ditolak) dan jika p ≥ 0,05 menunjukkan tidak
pengetahuan.
ada hubungan antara variabel bebas dengan
mengingat atau recall memori yang telah
variabel terikat (Ho diterima).
ada sebelumnya setelah mengamati/ melihat/
Tahu
diartikan
mampu
mendengar sesuatu (Fitriani, 2011). HASIL DAN PEMBAHASAN
Sikap
Hasil penelitian diperoleh subjek penelitian
Responden yang memiliki sikap yang baik
sebanyak 36 responden yang sebagian besar
sebanyak 20 responden (55,6%) dan 16
berjenis kelamin perempuan (63,9%). Usia
responden (44,4%) yang memiliki sikap yang 3
kurang baik. Hasil penelitian didapatkan
nosokomial akibat tindakan penggunaan
bahwa
APD yang kurang baik.
sebagian
besar
responden
yang
memiliki sikap dalam kategori baik juga
Tindakan
responden
dalam
memiliki pengetahuan yang baik. Adanya
penggunaan APD dapat dipengaruhi oleh
aturan dan perintah serta pengalaman rekan
banyak stimulus. Stimulus tersebut dapat
sekerja yang mengalami kecelakaan kerja
berupa pemberian pelatihan tentang prinsip-
akibat tidak menggunakan APD, mendorong
prinsip penggunaan APD saat praktik kepada
responden untuk menerima dalam bentuk
responden. Program pelatihan APD dapat
sikap yang positif, dalam hal ini responden
membantu responden untuk meningkatkan
menerima
untuk
kemampuan kognitif dan ketrampilan ketika
menggunakan APD saat melakukan tindakan
melakukan praktik. Dalam penelitian Habni
pelayanan kesehatan.
(2009) menjelaskan bahwa 76% perawat
dan
merasa
perlu
yang tidak mendapatkan pelatihan tentang Tindakan Penggunaan Alat Pelindung Diri
pencegahan infeksi nosokomial cenderung
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 17
memiliki tindakan yang tidak sesuai dalam
responden (47,2%) memiliki tindakan yang
penggunaan APD untuk mencegah infeksi
masuk dalam kategori baik dan 19 responden
nosokomial.
(52,8%) memiliki tindakan yang tergolong
tindakan seseorang dapat dibentuk dengan
kurang baik. Hal ini juga menunjukkan
memanipulasi stimulus yang ada. Program
bahwa tindakan penggunaan APD yang
pelatihan merupakan bagian dari usaha untuk
kurang baik masih cukup banyak. Kondisi ini
memanipulasi
dapat membahayakan dan meningkatkan
tindakan yang baik ketika menggunakan
resiko
APD.
peningkatan
kejadian
infeksi
Menurut
stimulus
Allender
agar
(2010)
memiliki
Hubungan Antara Pengetahuan dengan Tindakan Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) Tabel 1. Hubungan Antara Pengetahuan dengan Tindakan Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) Pengetahuan Baik Kurang Baik Total Hasil hubungan
penelitian
Tindakan Baik Kurang Baik n % n % 8 22,2 11 30,6 9 25 8 22,2 17 47,2 19 52,8
Total n 19 17 36
% 52.8 47,2 100
P
0,516
dan
analisis
penggunaan APD yang baik hanya berjumlah
pengetahuan dengan
tindakan
8 responden (22,2%) sedangkan, responden
diperoleh nilai ρ value = 0,516 dimana
yang
responden yang memiliki pengetahuan yang
tentang
baik tentang APD dan melakukan tindakan 4
memiliki APD
pengetahuan dan
yang
melakukan
baik
tindakan
penggunaan
APD
yang
kurang
baik
responden tidak banyak mengetahui jenis,
berjumlah 11 responden (57,9%). Meskipun
responden
fungsi
dan
tujuan
penggunaan
APD,
memiliki
responden tetap menggunakan karena untuk
tingkat pengetahuan yang baik tentang APD
mematuhi aturan yang telah ditetapkan dan
tapi tidak memiliki kemauan dan malas,
merasa diawasi oleh kepala ruangan/senior.
maka responden tidak akan menggunakan
Belum adanya pengalaman fatal
APD. Orang yang memiliki pengetahuan
ketika tidak menggunakan APD secara
yang baik, cenderung menyepelekan dan
lengkap, populasi lingkungan yang sebagian
mengabaikan
besar
suatu
peraturan
atau
tidak
menggunakan
APD
secara
pengetahuan yang telah diperoleh karena
lengkap, menjadi penyebab mengapa petugas
merasa dengan adanya aturan tersebut, dapat
tidak menggunakan APD.
menghambat dan mengusik kenyamanannya
Hasil penelitian ini sejalan dengan
serta karena merasa telah menguasai semua
penelitian
Weykola
mengenai APD sehingga tidak perlu untuk
hubungan
pengetahuan
menggunakannya. Sedangkan, 9 responden
penggunaan APD pada bidan di RSU
(25%)
Kendari dimana variabel pengetahuan tidak
yang
pengetahuan memiliki
hanya yang
tindakan
memiliki
kurang yang
baik baik
tingkat justru
berhubungan
dengan
(2012)
dengan
mengenai
dan
variabel
perilaku
perilaku
penggunaan APD dengan p = 0,069.
persentase yang lebih tinggi. Meskipun Hubungan Antara Sikap dengan Tindakan Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) Tabel 2. Hubungan Antara Sikap dengan Tindakan Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) Sikap
Baik
Baik Kurang Baik Total Hasil
n 10 7 17
penelitian
Tindakan Kurang Baik % n % 27,8 10 27,8 19,4 9 25 47,2 19 52,8
dan
Total n 20 16 36
ρ % 55,6 44,4 100
0, 709
analisis
baik terhadap APD dan memiliki tindakan
hubungan sikap dengan tindakan diperoleh
yang kurang baik dalam penggunaan APD.
nilai ρ value = 0,709. Hal ini menunjukkan
Hal
bahwa sikap tidak mempengaruhi tindakan
kecenderungan responden yang memiliki
petugas IGD untuk menggunakan APD.
sikap yang baik melakukan tindakan yang
Responden yang memiliki sikap yang baik
baik, dan responden yang memiliki sikap
terhadap APD dan memiliki Tindakan yang
yang kurang baik melakukan tindakan yang
baik dalam penggunaan APD sebanyak 10
kurang baik. Namun, meskipun sebagian
responden (27,8%) sama dengan jumlah
besar responden memiliki sikap positif dan
proporsi responden yang memiliki sikap yang
mendukung
5
ini
menunjukkan
menggunaan
bahwa
APD,
adanya
faktor
pendukung yaitu ketersediaan Alat Pelindung
SARAN
sangat mempengaruhi tindakan responden
1. Perlu adanya pengawasan khusus atau
dalam menggunakan Alat Pelindung Diri
peraturan khusus pada pelaksanaan
karena walaupun responden telah memiliki
tindakan praktik pelayanan kesehatan
kemauan untuk menggunakan APD tapi jika
sehingga, petugas IGD dapat lebih
APD tidak tersedia maka, responden tidak
terbiasa menggunakan APD secara
akan menggunaan APD. Sehingga, mengapa
lengkap.
petugas
IGD
masih
enggan
untuk
2. Bagi Rumah Sakit Umum Daerah Kota
menggunakan APD secara lengkap selain
Kotamobagu
karena faktor pendukung yaitu ketersediaan
bimbingan atau pelatihan secara berkala
APD
tingkat
atau rutin serta melakukan studi kasus
kesadaran yang masih kurang dan juga
pada beberapa rumah sakit lainnya
faktor-faktor
kurangnya
untuk meningkatkan kesadaran petugas
pengawasan dan belum diterapkannya sanksi
IGD terhadap pentingya penggunaan
yang tegas.
APD secara lengkap pada pelaksanaan
tapi
juga
didasari
lainnya
oleh
seperti
Hasil penelitian ini tidak sejalan
untuk
mengadakan
tindakan praktik pelayanan kesehatan.
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
3. Bagi peneliti selanjutnya untuk meneliti
Putra (2012) mengenai hubungan sikap
faktor-faktor
dengan tindakan penggunaan APD pada
mempengaruhi tindakan penggunaan
mahasiswa profesi nurse di Fakultas Ilmu
APD pada petugas IGD di RSUD Kota
Keperawatan, Universitas Indonesia dengan
Kotamobagu, yaitu faktor Enabling dan
nilai p value = 0,004.
faktor Reinforcing.
KESIMPULAN
Penggunaan
dengan Alat
dapat
Alo L. M. 2013. Dasar-Dasar Komunikasi
Tindakan
Pelindung
yang
DAFTAR PUSTAKA
1. Tidak ada hubungan antara tingkat Pengetahuan
lain
Kesehatan. Cetakan V.
diri
Pustaka
Pelajar. Yogyakarta.
(APD) pada Petugas Instalasi Gawat
Dedi dan Ratna. 2013. Pilar Dasar Ilmu
Darurat (IGD) di Rumah Sakit Umum
Kesehatan
Daerah Kota Kotamobagu.
Masyarakat.
Cetakan
Pertama. Nuha Medika. Yogyakarta.
2. Tidak ada hubungan antara Sikap
Dep.Kes. RI. 2011. Pedoman Pencegahan
dengan Tindakan Penggunaan Alat
dan
Pelindung diri (APD) pada Petugas
Penanggulangan
Infeksi
di
Rumah Sakit dan Fasilitas Pelayanan
Instalasi Gawat Darurat (IGD) di
Kesehatan
Rumah Sakit Umum Daerah Kota
Lainnya.
Jakarta
:
Departemen Kesehatan
Kotamobagu.
Febriyanto M. 2016. Hubungan Antara Pengetahuan 6
dan
Sikap
dengan
Perilaku Konsumsi Jajanan Sehat di
Penggunaan APD pada Tindakan
MI
Mojoagung
Pertolongan Persalinan di RS Umum
Airlangga,
Kota Kendari. Universitas Indonesia,
Sulaimaniyah
Jombang.
Universitas
Surabaya. (Online)
Jakarta. (Online).
KepMenkes-RI. 2010. Standart Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Notoatmodjo S.
2010.
Penelitian.
Metodologi
PT. Rineka Cipta.
Jakarta. Notoatmodjo S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. PT. Rineka Cipta. Jakarta Putra
M.
2012.
Pengetahuan
Hubungan
Tingkat
dan
dengan
Sikap
Perilaku penggunaan APD pada Mahasiswa Profesi Fakultas Ilmu Keperawatan. Universitas Indonesia, Jakarta. (Online). Repi
A.
2015.
Pengetahuan
Hubungan
Antara
dan
dengan
Sikap
Tindakan Penggunaan APD pada Tenaga
Kerja
di
PT
Tropica
Cocoprima Desa Lelema Kecamatan Tumpaan
Kabupaten
Minahasa
Selatan. Universitas Sam Ratulangi, Manado. (Online). Suma’mur P.K. 2014. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (HIPERKES). Sagung Seto, Jakarta. Tarwaka. 2015. Ergonomi Industri DasarDasar Pengetahuan Ergonomi dan Aplikasi di Tempat Kerja. Surakarta. Wekoyla 2012. Hubungan Pengetahuan, Sikap, Pendidikan dan Masa Kerja Bidan
Terhadap
Perilaku 7