HUBUNGAN ANTARA STATUS MEROKOK, KEBIASAAN MENGKONSUMSI MINUMAN BERALKOHOL, DAN RIWAYAT KONTAK KELUARGA DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS TUMINTING KOTA MANADO Franki M. Kowombon*, Dina V. Rombot*, Woodford B. Joseph*. *Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi ABSTRAK Tuberculosis (TBC) Paru adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis). Data Kementerian Kesehatan tahun 2012 menunjukan angka insidens semua tipe TB adalah 189 per 100.000 penduduk. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Manado angka prevalensi TB meningkat dari Tahun ke Tahun. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara status merokok, kebiasaan mengkonsumsi minuman beralkohol, dan riwayat kontak keluarga dengan kejadian Tuberkulosis Paru di Puskesmas Tuminting Kota Manado. Penelitian ini menggunakan metode penelitian observasional analitik dengan pendekatan case control. Jumlah responden dalam penelitian ini sebanyak 70 Responden yaitu 35 kasus dan 35 kontrol. Data diambil melalui kuesioner dan wawancara langsung. Analisis bivariat dilakukan dengan uji Chi-Square. Hasil uji statistik Hubungan status merokok dengan kejadian Tuberkulosis Paru menghasilkan nilai p=0,203, kebiasaan mengkonsumsi minuman beralkohol dengan kejadian Tuberkulosis Paru menghasilkan nilai p=0,012 (OR=4,58;95% CI=1,31-15,92), dan hubungan riwayat kontak keluarga dengan kejadian Tuberkulosis Paru menghasilkan nilai p=0,002 (OR=15,58; 95% CI = 1,88- 128,88). Tidak terdapat hubungan antara status merokok dengan kejadian Tuberkulosis Paru dan terdapat hubungan antara kebiasaan mengkonsumsi minuman beralkohol dan riwayat kontak keluarga dengan kejadian Tuberkulosis Paru di Puskesmas Tuminting Kota Manado. Kata kunci: Status Merokok, Kebiasaan Konsumsi Minuman Beralkohol, Riwayat Kontak keluarga, Tuberkulosis Paru.
ABSTRACT Lung Tuberculosis (TB) is an infectious disease directly caused by TB germs (Mycobacterium Tuberculosis). The data of the Ministry of health figures showed the incidence of 2012 all types of TB was 189 per 100,000 population. Based on Manado City Health Office data prevalence of TB increased from year to year. This research aims to know the relationship between the smoking status, habits of consuming alcoholic beverages, and a history of contact with Lung Tuberculosis incidence families in Clinics Tuminting Manado city. The study was observational research using the method of analytic approach with case control. The number of respondents in this study as many as 70 of the respondents i.e. 35 cases and 35 controls. The data is taken through the questionnaire and the interview directly. Bivariat analysis was done with Chi-Square test. The results of statistical tests the relationship status of smoking with Lung Tuberculosis incidence produces a value of p=0,203, the habit of consuming alcoholic beverages with Pulmonary Tuberculosis incidence produces a value of p = 0.012 (OR= 4,580; 95% CI = 1.96-15,92), and relationship history contact families with Pulmonary Tuberculosis incidence produces a value of p=0.002 (OR= 15,58;95% CI = 1,88-128,88). There is no relationship between status of smoking with Lung Tuberculosis incidence and there is a relationship between the habit of consuming alcoholic beverages and family contact history with events in Pulmonary Tuberculosis Clinics Tuminting Manado city. Keywords: Smoking Status, Alcohol Consumption Habits, family Contacts, History of pulmonary Tuberculosis
PENDAHULUAN
tahun-tahun sebelumnya angka prevalensi ini
Tuberculosis (TBC) adalah penyakit menular
terlihat terjadi peningkatan. Pada tahun 2012
langsung yang disebabkan oleh kuman TB
kecamatan Tuminting merupakan kecamatan
(Mycobacterium
dengan jumlah kasus TB paling banyak
Tuberculosis).
Sebagian
besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat
dengan jumlah 257 kasus.
juga mengenai organ tubuh lainnya bahkan
Meningkatnya kasus TB Paru dari
otak melalui peredaran darah dan saluran
tahun ke tahun, dipengaruhi oleh faktor
limfa (Kangzen Kenko Indonesia, 2012).
ketahanan tubuh pada manusia yang pada
Heatlh
tingkat ketahanannya lemah. Hal ini bisa
Organization) dalam Global Tuberculosis
berbentuk status gizi, kebersihan diri individu,
Control 2013 sebagian besar jumlah kasus TB
dan kepadatan hunian lingkungan tempat
pada tahun 2012 terdapat di Asia (58%).
tinggal. Jika seseorang telah terjangkit bakteri
Selebihnya terdapat di wilayah Afrika (27%),
penyebab tuberkulosis, akan berakibat buruk,
wilayah Mediterania Timur (8%), wilayah
menularkan kepada orang lain terutama pada
Eropa (4%), dan wilayah Amerika (3%).
keluarga yang bertempat tinggal serumah, dan
Disebutkan juga bahwa ada 22 negara yang
dapat menyebabkan kematian (Naga, 2013).
dikategorikan sebagai High Burden Countries
Variabel
(Negara dengan penularan TB paru yang
independen
tinggi)
mempunyai variasi yang cukup luas dalam
Menurut
WHO
(World
terhadap penyakit TB Paru dan
merokok dalam
dengan
sebagai suatu
variable penelitian
Indonesia termasuk didalamnya. (WHO,
kaitannya
dampak
yang
2013)
diakibatkannya. Dalam melakukan aksinya, Lima Negara dengan jumlah terbesar
rokok bias menjadi lebih agresif jika ditemani
kasus insiden TB Paru pada tahun 2012 adalah
factor-faktor lain (Bustan, 2007). Sehingga
India (2,0-2,4 juta), China (0,9-1,1 juta),
wajar jika perokok dan peminum minuman
Afrika Selatan (0,4-0,6 juta), Indonesia (0,4-
beralkohol sering disebut sebagai agen dari
0,5 juta), dan Pakistan (0,3-0,5 juta). Terdapat
penyakit Tuberkulosis Paru (Naga, 2013).
sekitar 2,9 juta kasus baru TB dan 410.000
Berdasarkan latar belakang di atas,
kematian akibat TB di kalangan wanita pada
penelitian ini dilakukan untuk menganalisis
tahun 2012. Pada anak-anak diperkirakan
Hubungan
terdapat 530.000 kasus baru dan 74.000
mengkonsumsi minuman beralkohol dan
kematian pada tahun 2012. (WHO, 2013)
riwayat kontak keluarga dengan kejadian TB
Berdasarkan
data
dari
Dinas
Kesehatan Kota Manado, TB Paru termasuk dalam 10 penyakit terbanyak pada tahun 2012 yaitu sebesar 2.723 penderita. Jumlah ini meningkat dibandingkan tahun 2011 dengan jumlah 1.374 kasus, dibandingkan dengan
status
merokok,
kebiasaan
Paru di Puskesmas Tuminting Kota Manado. METODE Penelitian ini adalah observasional analitik dengan menggunakan rancangan penelitian Case
Control
(Kasus-Kontrol)
yang
dilaksanakan di Puskesmas Tuminting Kota
sampel kontrol paling banyak berumur ≥55
Manado.
Tahun sebanyak 26 Orang (37,1%), 35-44
Pengambilan sampel dalam penelitian
Tahun berjumlah 16 Orang (22,9%), 25-34
ini menggunakan rumus lameshow yang
Tahun berjumlah 14 Orang (20%), 45-54
menghasilkan jumlah sampel untuk kasus
Tahun berjumlah 8 Orang (11,4%), dan 15-24
berjumlah 35 Responden dan untuk kontrol
Tahun berjumlah 6 Orang (8,6%).
berjumlah 35 Responden dengan jumlah total
Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan
sampel 70 Responden. Pengambilan sampel
Karakteristik Responden.
menggunakan
teknik
simple
Random
Sampling dengan mengundi anggota populasi (lottery technique). Data diperoleh dengan cara
wawancara
dengan
menggunakan
kuesioner, pengolahan data meliputi Editing, Coding, Entry, dan Tabulating. . Uji statistik yang digunakan adalah uji chi-square dengan tingkat kemaknaan (α = 0,05).
HASIL PENELITIAN
Kasus N %
Kontrol n %
Laki-Laki
22
62,8
22
62,8
Perempuan
13
37,2
13
37,2
3 7 8 4 13
8,6 20 22,9 11,4 37,1
3 7 8 4 13
8,6 20 22,9 11,4 37,1
Karakteristik Jenis Kelamin
Umur 15-24 25-34 35-44 45-54 ≥55
Karakteristik Responden Responden dalam penelitian ini merupakan pasien yang berobat di Puskesmas Tuminting yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi
yang
Berdasarkan
berumur
>15
Tahun.
karakteristik
jenis
kelamin
menunjukan bahwa baik untuk sampel kasus maupun
sampel
kontrol paling banyak
berjenis kelain laki-laki yaitu 22 Orang (62,8%),sedangkan perempuan berjumlah 13
karakteristik
didapatkan baik untuk sampel kasus dan
umur
Hubungan
Status
Merokok
Dengan Kejadian Tuberkulosis Paru Analisis Hubungan Status Merokok Dengan Kejadian Tuberkulosis Paru menunjukan tidak ada hubungan antara status merokok dengan
kejadian
Tuberkulosis
Paru
di
Puskesmas Tuminting Kota Manado. Hasil analisis statistik menggunakan chi-Square diperoleh nilai P Value sebesar 0,203 (p>0,05).
Orang (37,2%). Berdasarkan
Analisis
Tabel 2. Uji Hubungan Antara Status Merokok Dengan Kejadian Tuberkulosis Paru Di Puskesmas Tuminting Kota Manado Kelompok Kasus Kontrol n n % % 14 9 40 25,7 21 26 60 74,3 35 35 100 100
Status Merokok Ya Tidak Total
Analisis Hubungan Antara Kebiasaan Mengkonsumsi
Minuman
Total n 23 47 70
P Value
% 32,9 67,1 100
0,203
Mengkonsumsi Minuman Beralkohol dengan Kejadian Tuberkulosis Paru di Puskesmas Tuminting Kota Manado. Hasil Analisis statistik menggunakan chi-square menghasilkan nilai P Value sebesar 0,012 (p<0,05) dengan nilai OR sebesar 4,58 (95% CI = 1,316-15,923).
Beralkohol
Dengan Kejadian Tuberkulosis Paru. Analisis Hubungan Antara Kebiasaan Mengkonsumsi Minuman Beralkohol Dengan Kejadian Tuberkulosis Paru menunjukan adanya hubungan antara Kebiasaan
Tabel 3. Uji Hubungan Antara Kebiasaan Mengkonsumsi Minuman Beralkohol Dengan Kejadian Tuberkulosis Paru di Puskesmas Tuminting Kota Manado. Kebiasaan Mengkonsumsi Minuman Beralkohol Ya Tidak Total
Kelompok Kasus N 13 22 35
Analisis
Hubungan
Kontak
Keluarga
Dengan
P Value
OR
95% CI
0,012
4,580
1,31615,923
Kontrol n
% 37,1 62,9 100
Antara
Total
4 31 35 Riwayat Kejadian
% 11,4 88,6 100
n 17 53 70 kontak
% 24,3 75,7 100
keluarga
dengan
kejadian
Tuberkulosis Paru di Puskesmas Tuminting
Tuberkulosis Paru.
Kota Manado. Hasil analisi statistik dengan
Analisis Hubungan Riwayat Kontak Keluarga
menggunakan chi-square menghasilkan nilai
Dengan
P Value sebesar 0,002 (p<0,05) serta nilai OR
Kejadian
Tuberkulosis
menunjukan adanya hubungan riwayat
Paru antara
sebesar 15,58 (95% CI = 1,884- 128,889).
Tabel 4. Uji Hubungan Antara Riwayat Kontak Keluarga Dengan Kejadian Tuberkulosis Paru di Puskesmas Tuminting Kota Manado. Kelompok P Total OR 95% CI Value Kasus Kontrol n % n % n % 11 31,4 1 2,9 12 17,1 1,8840,002 15,583 24 68,6 34 97,1 58 82,9 128,889 35 100 35 100 70 100
Ada Anggota Keluarga yang Menderita TB Paru Ada Tidak Total PEMBAHASAN
Status Merokok dalam penelitian ini tidak
factor resiko untuk penyakit Tuberkulosis.
mempengaruhi kejadian Tuberkulosis Paru di
Merokok
Wilayah Kerja Puskesmas Tuminting, yang
Tuberkulosis yang berulang dan kematian
berdasarkan hasil perhitungan uji Chi-Square
yang
menghasilkan nilai P sebesar 0,203 (p>0,05).
2014).
Berdasarkan
semua
Hal ini sejalan dilakukan oleh Widyasari, dkk
Responden yang merokok berjenis kelamin
(2011) yang menyimpulkan bahwa status
laki-laki, namun ada juga yang mengaku tidak
merokok tidak meiliki hubungan dengan
pernah merokok dari kecil, dan semua
kejadian
Responden berjenis kelamin perempuan tidak
p=0,606(p>α).
pernah merokok.
berlawanan dengan hasil penelitian yang
hasil
Merokok
penelitian
merupakan
kebiasaan
yang
kehidupan
sehari-hari.
satu
diakibatkan
TB
dengan
penyakit
Tuberkulosis
Paru
Dewasa
(Health,
dengan
Namun demikian, hal ini
dilakukan oleh Setiarni, dkk (2011) yang
ditemui
dalam
dilakukan
Dimana,
mudah
Kecamatan Ketapang Kalimantan Barat yang
menemui orang merokok, lelaki-wanita, anak
meyatakan adanya hubungan antara merokok
kecil-tua renta, kaya-miskin; tidak ada
dengan kejadian Tuberkulosis Paru dengan
terkecuali.
hasil perhitungan Chi-Square menghasilkan
Betapa
lazim
salah
berhubungan
merokok
merupakan
bagian hidup masyarakat. Dari segi kesehatan,
di
Puskesmas
Tuan-Tuan
nilai P=0,011 (<0,05).
tidak ada satu titik yang menyetujui atau
Kebiasaan Mengkonsumsi Minuman
melihat manfaat yang dikandungnya. Namun
Beralkohol
tidak mudah untuk menurunkan terlebih
Tuberkulosis
menghilangkannya. Karena itu gaya hidup ini
Tuminting Kota Manado dengan P Value
menarik sebagai suatu masalah kesehatan,
sebesar 0,012 dan nilai OR sebesar 4,58 (95%
minimal dianggap sebagai factor risiko dari
CI = 1,316-15,923) yang berarti bahwa
berbagai macam penyakit (Bustan, 2007).
mereka
Perokok pasif maupuk aktif
beralkohol beresiko 4,58 kali lebih besar
memiliki
yang
hubungan yang signifikan dengan paparan
dibandingkan
penyakit Tuberkulosis, merokok merupakan
mengkonsumsi
mempengaruhi Paru
di
kerja
kejadian Puskesmas
mengkonsumsi
mereka minuman
minuman
yang
tidak
beralkohol.
Berdasarkan
hasil
penelitian
yang
mempunyai anggota keluarga yang menderita
dilaksanakan
semua
Responden
yang
Tuberkulosis paru ada yang tidak dibawa ke
mengkonsumsi minuman beralkohol berjenis
Puskesmas dan langsung dibawa ke Rumah
kelamin laki-laki, sama juga dengan merokok
Sakit, bahkan ada juga yang mengunjungi
terdapat
dokter praktek seingga mereka tidak terdaftar
Responden
yang tidak pernah
mengkonsumsi minuman beralkohol dari
atau terdeteksi dari Puskesmas Tuminting.
kecil. dan Responden yang mengkonsumsi minuman
beralkohol
diketahui
telah
mengkonsumsi lebih dari 10 Tahun.
Kuman
M.
Tuberkulosis
pada
penderita Tuberkulosis paru dapat terlihat langsung dengan mikroskop pada sediaan
Menurut S. Naga (2013) pada laki-
dahaknya (BTA Positif) dan sangat infeksius.
laki penyakit Tuberkulosis Paru lebih tinggi,
Penderita Tuberkulosis Paru BTA positif
karena rokok dan minuman beralkohol dapat
mengeluarkan kuman-kuman di udara dalam
menurunkan
tubuh.
bentuk droplet yang sangat kecil pada waktu
Sehingga, wajar jika perokok dan peminum
bersin atau batuk. Droplet yang sangat kecil
minuman beralkohol sering disebut sebagai
ini mongering dengan cepat dan menjadi
agen dari penyakit Tuberkulosis Paru.
droplet
sistem
pertahanan
Hal ini sejalan dengan penelitian yang
yang
mengandung
kuman
Tuberkulosis dan dapat bertahan di udara
dilakukan oleh Ketrina Konoralma (2012)
selama
yang menyatakan bahwa terdapat hubungan
mengandung kuman ini dapat terhisap orang
yang sangat signifikan antara kebiasaan
lain (Notoatmodjo, 2007). Jika seseorang
mengkonsumsi minuman beralkohol dengan
telah
kejadian Tuberkulosis Paru dengan P Value
Tuberkulosis, akan berakibat buruk, seperti
sebesar 0,000 (<0,05)
menurunkan daya kerja atau produktivitas
Riwayat
kontak
beberapa
terjangkit
jam.
Droplet
bakteri
yang
penyebab
keluarga
kerja, menularkan kepada orang lain terutama
mempengaruhi kejadian Tuberkulosis paru
kepada keluarga yang bertempat tinggal
berdasarkan hasil peritungan Chi-Square
serumah, dan dapat menyebabkan kematian
didapatkan P Value sebesar 0,002 (<0,05) dan
(S. Naga, 2013). Orang yang serumah dengan
nilai OR sebesar 15,58 (95% CI = 1,884-
penderita Tuberkulosis BTA Positif adalah
128,889) yang artinya Responden yang
orang yang besar kemungkinannya terpapar
memiliki anggota keluarga yang menderita
kuman Tuberkulosis (Notoatmodjo, 2007).
Tuberkulosis paru dan pernah memiliki kontak dengan anggota keluarga tersebut beresiko 15,58 kali lebih besar dibandingkan dengan Responden yang tidak memiliki anggota
keluarga
yang
menderita
Tuberkulosis Paru. Gambaran dari lokasi penelitian juga menunjukan mereka yang
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rukmini dan Chatarina (2011) yang menyatakan bahwa faktor resiko yang paling dominan terhadap kejadian Tuberkulosis paru dewasa adalah kontak serumah dengan penderita dengan
hasil perhitungan Chi-Square menghasilkan P Value sebesar 0,0000 (<0,05)
2. Bagi Peneliti Selanjutnya Dapat meneliti factor-faktor lain yang dapat
KESIMPULAN 1. Tidak terdapat hubungan antara status
mempengaruhi
kejadian
Tuberkulosis Paru.
merokok dengan kejadian Tuberkulosis
DAFTAR PUSTAKA
paru
Puskesmas
Bustan. 2007. Epidemiologi Penyakit Menular. Jakarta: Rineka Cipta
kebiasaan
Health, 2014. National Tuberculosis Management Guidelines. Department Health Republic of South Afrika
di
Wilayah
kerja
Tuminting Kota Manado. 2. Terdapat
hubungan
mengkonsumsi
antara
minuman
beralkohol
dengan kejadian Tuberkulosis Paru di Wilayah kerja Puskesmas Tuminting Kota Manado. Dimana mereka yang memiliki kebiasaan
mengkonsumsi
minuman
beralkohol beresiko 4,580 kali lebih besar dibandingkan dengan mereka yang tidak mengkonsumsi minuman beralkohol. 3. Terdapat hubungan antara riwayat kontak keluarga dengan kejadian Tuberkulosis Paru
di
Wilayah
Kerja
Puskesmas
Tuminting Kota Manado. Dimana mereka yang
memiliki
Tuberkulosis
Paru
riwayat
kontak
dengan
anggota
keluarga yang menderita Tuberkulosis Paru beresiko 15,583 kali lebih besar dibandingkan dengan mereka yang tidak memiliki riwayat kontak Tuberkulosis Paru dengan anggota keluarga. SARAN 1. Bagi Puskesmas Perlunya meningkatkan Promosi kesehatan kepada masyarakat mengenai Tuberkulosis Paru dan juga meningkatkan perhatian kepada pasien Tuberkulosis Paru sehingga banyak
yang
akan
tahu
bagaimana
berbahanya penyakit ini sehingga mereka dapat mencegah penyakit ini.
Kangzen Kenko Indonesia. 2012. Encyclopedia of Diseases and The Solution. Indonesia Konoralma, Ketrina. 2012. Analisis FaktorFaktor Risiko Kejadian Tuberkulosis Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Tuminting dan Puskesmas Ranotana Kota Manado (Tesis). Manado: Universitas Sam Ratulangi. Naga, S. 2013. Buku Panduan Lengkap Ilmu Penyakit Dalam. Jogjakarta: DIVA Press. Notoatmodjo, S. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta Rukmini dan Chatarina. 2011. Factor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Kejadian Tuberkulosis Paru Dewasa di Indonesia (Analisis Data Riset Kesehatan dasar Tahun 2010). Bulletin Penelitian Sistem Kesehatan, Volume 14, No 4, Oktober 2011, halaman 320-321 Online: (http://ejurnal.litbang.depkes.go.id/index. php/hsr/article/view/1369.) diakses pada tanggal 5 Agustus 2014. Setiarni, S. M., Sutomo, A. H., dan hariyono, W. 2011. Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan, Status Ekonomi dan Kebiasaan Merokok dengan Kejadian Tuberkulosis Paru pada Orang Dewasa di Wilayah Kerja Puskesmas Tuan-Tuan Kabupaten Ketapang Kalimantan Barat. Jurnal Kes Mas. Volume 5, No, 3, September 2011, Halaman 162-232. Online :( http://www.journal.uad.ac.id/index.php
/KesMas/article/download/1072/792.) Diakses pada tanggal 24 Maret 2015. WHO. 2013.Global Tuberculosis Report 2013. Widyasari, R. N., Wuryanto, M. A., Setyawan, H. S. 2011. Hubungan Antara Jenis Kepribadian, Riwayat Diabetes
Mellitus dan Riwayat Paparan Merokok Dengan Kejadian TB Paru Dewasa Di Wilaya Kecamatan Semarang Utara Tahun 2011. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Vol.1, No. 2, Tahun 2012, Hal. 446-453. Online: http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jk m