HUBUNGAN ANTARA SIKAP KERJA DENGAN KELELAHAN KERJA PADA PEKERJA TAMBANG BATU KELURAHAN KINILOW SATU KOTA TOMOHON. Firsty J.O Polakitan*, Johan Josephus*, Woodford B.S. Joseph* *Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi ABSTRAK Sikap kerja berdiri merupakan sikap siaga baik fisik maupun mental, sehingga aktivitas kerja yang dilakukan lebih cepat, kuat, dan teliti. Namun demikian mengubah posisi duduk ke berdiri dengan masih menggunakan alat kerja yang sama akan melelahkan. Pada dasarnya berdiri itu sendiri lebih melelahkan dari pada duduk dan energy yang dikeluarkan untuk berdiri lebih banyak 10-15% dibandingkan dengan duduk.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara sikap kerja dengan kelelahan kerja pada pekerja tambang batu Kelurahan Kinilow Satu Kota Tomohon. Penelitian ini merupakan metode penelitian surveyi analitik dengan menggunakan rancangan penelitian potong lintang(cross sectional study). Populasi dalam penelitian ini meliputi seluruh pekerja tambang batu di Kelurahan Kinilow Satu Kota Tomohon yang berjumlah 35 orang pekerja.Pengambilan data menggunakan penilaian REBA untuk mengukur Sikap Kerja dan alat Reaction Timer untuk mengukur Kelelahan Kerja.Analisis bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau berkolerasi. Uji statistik yang digunakan dalam analisis bivariat adalah uji Spearmen rank. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 15 responden dengan sikap kerja sangat tinggi dan mengalami kelelahan kerja tinggi 4 responden (40%), dan kelelahan kerja sedang 11 responden (47.83%), dan tidak ada yang mengalami sikap kerja yang ringan, sedangkan dari 20 responden yang mengalami sikap kerja tinggi dan mengalami sikap kerja tinggi 6 responden (60%), kelelahan kerja sedang 12 responden (52.17%) dan kelelahan kerja ringan 2 responden (100%). Hasil diperoleh adanya hubungan antara sikap kerja dengan kelelahan kerja pada pekerja tambang batu Kelurahan Kinilow Satu Kota Tomohon. Kata Kunci : Sikap Kerja, Kelelahan Kerja ABSTRACT Work posture by standing is a stand by posture for physical or mental, so that the work activities can be done quickly, strongly, and carefully. How ever, changing sitting position to standing with still using the same working tools is going to be more tiring rather than sitting and the energy that is used for standing is 10-15% more that the energy that is used for sitting. This research is aimed to discover the relationship between work posture and exhaustion of work in stone miner at First Kinilow suburb, Tomohon city. This research was a type of analytic survey by using cross sectional study. The samples of this research which were included all of the stone miners at First Kinilow suburb, Tomohon city were around 35 workers. The data retrieval was done by using REBA ratings for measuring the work posture and reaction timer for measuring level of exhaustion of work. The bivariate analysis was done to two type of variable which was suspected for having connection or correlated. The statistical test which was used in bivariate analysis was Spearman rank test. The result of this study showed that within 15 respondents with high working posture, 4 (40%) of them experienced high exhaustion of work, 11 (47.83%) of them experienced medium exhaustion of work where as there was no respondent experienced light exhaustion of work. Within 20 respondents with high working posture, 6 of them (60%) experienced high exhaustion of work, 12 of them (52.17%) experienced medium exhaustion of work, whereas 2 of them (100%) experienced light exhaustion of work. The result of this research showed that there was between work posture and exhaustion of work in stone miner at first Kinilow Suburb, Tomohon city. Keywords : Work attitude, exhaustion of work
1
2
Peraturan Pemerintah RI nomor 23 Tahun 2010 Tentang Pelaksanaan Kegiatan usaha Pertambangan Rakyat dan Keputusan Menteri Energi Dan Sumber Daya Mineral PENDAHULUAN
No.1453 K/29/MEM/2000, tentang Pedoman
Pertambangan adalah sebagian atau seluruh
Teknis Penyelenggaraan Tugas Pemerintahan
tahapan kegiatan dalam rangka penelitian,
di Bidang Pertambangan Umum, bahwa dalam
pengelolaan dan pengusahaan mineral dan
setiap penambangan hal yang utama dalam
batubara yang meliputi penyelidikan umum,
pengelolaan yang perlu dilakukan adalah
eksplorasi,
inventarisasi sumber daya mineral meliputi:
studi
kelayakan,
konstruksi,
penambangan, pengolahan dan pemurnian,
pengumpulan
data
dan informasi
pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan
dansekunder.
pascatambang.Ketentuan umum dalam undang-
pertambangan yang dilakukan oleh masyarakat
undang RI Nomor 4 Tahun 2009, bahan galian
di tanah milik perorangan dan pengelolaannya
adalah adalah unsur-unsur kimia, mineral-
dilakukan ada yang secara sederhana dengan
mineral, bijih-bijih dan segala macam batuan
tidak
termasuk batu-batu mulia yang merupakan
menggunakan sekop atau cangkul secara
endapan-endapan alam.Penambangan adalah
sederhana.
Penambangan
menggunakan
alat
primer adalah
berat
tetapi
bagian kegiatan usaha pertambangan untuk
Bekerja pada kondisi performa tidak
memproduksi mineral dan/atau batubara dan
ergonomis pasti tidak nyaman dan cepat lelah,
mineral ikutannya. Usaha Pertambangan adalah
yang pada akhirnya produktivitas menurun.
kegiatan dalam rangka pengusahaan mineral
Saat ini masih banyak orang sedang bekerja
atau batubara yang meliputi tahapan kegiatan
yang tidak memperhatikan performa kerja atau
penyelidikan
umum,
study
sikap kerja atau posisi kerja, sehingga cepat
kelayakan,
kontruksi,
penambangan,
melelahkan. Performa kerja tidak ergonomis
pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan
dapat menimbulkan kelelahan, nyeri dan
penjualan, serta pasca tambang. Pengelolaan
gangguan kesehatan lainnya. Suatu perlawanan
Pertambangan
(reaksi)
pertambangan
eksplorasi,
adalah yang
Pengelolaan
berasaskan
manfaat,
kepentingan
bangsa;
suatu
beban
(aksi)
mengakibatkan otot mengalami kontraksi yang
keadilan dan keseimbangan Keberpihakan kepada
terhadap
berlebihan (Santoso, 2013).
partisipatif,
Posisi
kerja maupun
berdiri kerugian.
mempunyai
transparansi, dan akuntabilitas; berkelanjutan
keuntungan
Menurut
dan berwawasan lingkungan.
Sutalaksana (2000), bahwa sikap kerja berdiri merupakan sikap siaga baik fisik maupun 3
mental, sehingga aktivitas kerja yang dilakukan
kelelahan kerja pada pekerja tambang batu
lebih cepat, kuat, dan teliti. Namun demikian
Kelurahan Kinilow Satu Kota Tomohon.
mengubah posisi duduk ke berdiri dengan masih menggunakan alat kerja yang sama akan
METODE PENELITIAN
melelahkan. Pada dasarnya berdiri itu sendiri
Penelitian
ini
metode
analitik
dengan
lebih melelahkan dari pada duduk dan energy
penelitian
yang dikeluarkan untuk berdiri lebih banyak
menggunakan rancangan penelitian potong
10-15% dibandingkan dengan duduk (Tarwaka,
lintang(cross sectional study). Penelitian ini di
2014).
laksanakan di Kelurahan Kinilow Satu Kota Metode kerja perlu di pelajari agar
kelelahan
dapat
November 2014.Populasi dalam penelitian ini
menghindari masalah yang timbul pada sistem
meliputi seluruh pekerja tambang batu di
kerangka otot dan mendapat hasil pekerjaan
Kelurahan Kinilow Satu Kota Tomohon yang
yang lebih baik. Pada pekerja tambang batu
berjumlah 35 orang pekerja.
Kinilow
di
Satu
kurangi,
Tomohon.Penelitian ini di lakukan pada bulan
dan
Kelurahan
kerja
surveyi
merupakan
Kota Tomohon
mereka bekerja masih dengan cara tradisional walaupun
pada
zaman
sekarang
sudah
menggunakan alat-alat yang canggih. Mereka bekerja masih menggunakan pacul atau linggis untuk mencungkel batu dan menjatuhkannya kebawah kemudian menggunakan palu untuk menghancurkan batu tersebut. Ada yang bekerja mulai dari jam 5 pagi – jam 5 sore dilakukan terus menerus dengan usia mulai dari 21 tahun sampai 60 tahun.Berdasarkan hasil wawancara dari pekerja tambang batu dapat disimpulkan bahwa sikap kerja yang tidak ergonomis dan pekrjaan yang monoton yang berlangsung secara terus-menerus dapat menyebabkan
kelelahan
pekerja.Berdasarkan
uraian
diatas
bagi maka
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan antara sikap kerja dengan
4
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Kerja
5
Sikap Kerja
n
%
Tinggi
20
57.14
Sangat Tinggi
15
42.86
Total
35
100
6
7
(tubuh), bukan kaki direpotkan untuk menahan Menurut
penelitian
dengan
sepatu. Sepatu untuk kerja berdiri, ukuran
menggunakan metode REBA terhadap 35
sepatu harus lebih longgar dari ukuran telapak
responden, diketahui bahwa responden dengan
kaki, apabila bagian sepatu di kaki terjadi
sikap kerja berisiko tinggi yaitu 20 orang
penahanan
(57.14%) sedangkan responden yang memiliki
Hasil penelitian Rafsanjani, (2013)
meliputi sikap kerja pada saat pekerja tambang
terhadap 34 responden kuli panggul secara
batu sedang bekerja dan diukur dengan
cross sectional.Dari hasil uji regresi logistic
menggunakan formulir metode REBA meliputi
didapatkan nilai p = 0,034 (p< 0,05) berarti
2 group yang pertama group a yaitu pergerakan
terdapat hubungan yang signifikan antara sikap
pada badan (Truk), leher, kaki, yang ke dua
kerja
group b yaitu pergerakan pada lengan atas,
sikap kerja dilakukan pada saat pekerja tambang batu sedang beraktivitas seperti saat
batu
dengan
atau
menggunakan
linggis atau pacul dan saat memindahkan batu dari lokasi pekerjaan kedalam mobil angkutan. Bekerja dengan posisi berdiri terusmenerus
sangat
mugkin
akan
angkat-angkut
musculoskeletal.
lengan bawah, pergelangan tangan.Pengukuran
menjatuhkan
sendi
kelelahan (Santoso, 2013).
(42.86%).Sikap kerja dalam penelitian ini
palu
tali
rangka (mucles) akan mudah mengalami
kerja dengan risiko sangat tinggi yaitu 15 orang
dengan
pada
terjadi pada jangka waktu yan lama, maka otot
tidak ada, dan responden yang memiliki sikap
batu
kuat
(ligaments) pergelangan kaki, dan hal itu
sikap kerja dengan risiko rendah dan sedang
menghancurkan
yang
terjadi
penumpukan darah dan berbagai cairan tubuh pada kaki, hal ini akan bertambah bila berbagai bentuk dan ukuran sepatu yang tidak sesuai. Bekerja dengan posisi berdiri terus-menerus sangat mugkin akan terjadi penumpukan darah dan berbagai cairan tubuh pada kaki, hal ini akan bertambah bila berbagai bentuk dan ukuran sepatu yang tidak sesuai. Sepatu yang baik adalah sepatu yang dapat menahan kaki
8
dengan
keluhan
Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan Kelelahan Kerja Kelelahan Kerja
n
%
Ringan
2
5.71
Sedang
23
65.71
Berat
10
28.57
Total
35
100
9
Dapat dilihat dari hasil penelitian
dan kepuasan kerja denganproduktivitas kerja
dengan menggunakan Alat Reaction Timer
menunjukkan hasil yang signifikan (p < 0,05),
terhadap 35 responden, diketahui bahwa
didapat bahwa perawat yang lelah ada 28 orang
responden dengan kelelahan dengan berisiko
(56,6 %),produktivitas kerja perawat yang
sedang yaitu 23 orang (65.71%) sedangkan
tidak sesuai ada 24 orang (51,1 %) dan yang
responden yang memiliki Kelelahan dengan
sesuaiada 4 orang (7,7 %).
risiko berat 10 orang (28.57%), responden yang memiliki kelelahan dengan risiko ringan 2 orang (5.71%), dan responden dengan kelelahan kerja normal tidak ada. Dalam rangka untuk meminimumkan kelelahan dan resiko terhadap rusaknya tulang dan otot dalam kondisi kerja yang repetitive (berulang – ulang) maka dalam penempatan dan pengoprasian posisi pengendali (control) harus
seergonomis
mungkin
sehingga
pengoperasiannya dalam keadaan yang efisien (Eko Nurmianto, 1996). Kelelahan
biasanya
menunjukan
kondisi yang berbeda – beda dari setiap individu, tetapi semuanya bermuara kepada kehilangan efisiensi dan penurunan kapasitas kerja serta ketahanan tubuh. Kelelahan kerja di Indonesia sejak beberapa tahun yang lalu diperoleh
pemahaman
bahwa
kejadian
kelelahan kerja ada hubungannya dengan lingkungan kerja yang tidak bersahabat dengan pekerja baik cuaca kerja, kebisingan, getaran maupun bahan kimia tertentu dan gizi kerja di samping kelelahan kerja juga berhubungan dengan stress kerja, shift kerja, kualitas tidur, dan pengetahuan K3 bekerja (Tarwaka, 2014). Hasil
penelitian
dari
Yusdarli
Hasibuan (2010), Hubungan kelelahan kerja 10
Tabel 3. Hubungan Antara Sikap Kerja Dengan Kelelahan Kerja Kelelahan kerja
Kategori sikap kerja
Berat
%
Sedang
%
Ringan
%
SangatTinggi
4
40
11
47.83
0
0
15
Tinggi
6
60
12
52.17
2
100
20
Total
10
100
23
100
2
100
35
11
Jumlah
p value
0,041
Berdasarkan hasil analisis Hubungan Antara
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat
Sikap Kerja Dengan Kelelahan Kerja Pada
disimpulkan bahwa:
Pekerja Tambang Batu Kelurahan Kinilow I
1.
Sikap
Kerja
yang
diteliti
dengan
Kota Tomohon diperoleh bahwa dari 15
menggunakan metode REBA terhadap 35
responden dengan sikap kerja sangat tinggi dan
responden, diketahui bahwa responden
mengalami kelelahan kerja tinggi 4 responden
dengan sikap kerja berisiko tinggi yaitu 20
(40%),
11
orang (57.14%) sedangkan responden
responden (47.83%), dan tidak ada yang
yang memiliki sikap kerja dengan risiko
mengalami sikap kerja yang ringan, sedangkan
rendah
dari 20 responden yang mengalami sikap kerja
responden yang memiliki sikap kerja
tinggi dan mengalami sikap kerja tinggi 6
dengan risiko sangat tinggi yaitu 15 orang
responden (60%), kelelahan kerja sedang 12
(42.86%).
dan
kelelahan
kerja
sedang
responden (52.17%) dan kelelahan kerja ringan
2.
dan
sedang
tidak
ada,
dan
Kelelahan Kerja yang diteliti dengan
2 responden (100%). Hal ini disebabkan karena
menggunakan
pada saat pekerja tambang batu di kelurahan
terhadap 35 responden, diketahui bahwa
Kinilow I melakukan pekerjaan mereka masih
responden
kurang memperhatikan sikap kerja yang kurang
berisiko sedang yaitu 23 orang (65.71%)
baik pada saat pekerja tambang batu sedang
sedangkan
beraktivitas seperti saat menghancurkan batu
Kelelahan dengan risiko tinggi 10 orang
dengan palu atau menjatuhkan batu dengan
(28.57%),
menggunakan linggis atau pacul dan saat
kelelahan dengan risiko ringan 2 orang
memindahkan batu dari lokasi pekerjaan
(5.71%), dan responden dengan kelelahan
kedalam
kerja normal tidak ada.
mobil
angkutan
dan
pekerjaan
tersebut terlalu monoton dan terjadi berulang –
3.
Alat
Reaction
dengan
kelelahan
responden
responden
yang
yang
Timer
dengan
memiliki
memiliki
Terdapat hubungan antara sikap kerja
ulang kali sehingga menimbulkan kelelahan
dengan kelelahan kerja pada pekerja
bagi pekerja tersebut. Hasil uji statistik
tambang batu Kelurahan Kinilow I Kota
Spearman Rank diperoleh nilai p = 0,041 (<
Manado.
0,05) adalah Ho diterima dan Ha ditolak dalam hal ini menunjukkan adanya hubungan antara
SARAN
sikap kerja dengan kelelahan kerja pada
1. Pada
saat
bekerja
sebaiknya
pekerja
pekerja tambang batu Kelurahan Kinilow Satu
tambang batu di kelurahan Kinilow Satu
Kota Tomohon.
lebih memperhatikan cara bekerja/posisi kerja harus sesuai dengan prinsip ergonomi sehingga tidak cepat lelah dan terhindar
KESIMPULAN 12
dari nyeri dan dan gangguan penyakit
Undang-Undang RI Nomor 4 Tahun 2009,
lainnya .
tentang Pertambangan Mineral dan
2. Memberikan sosialisasi kepada pekerja tambang batu Kelurahan Kinilow Kota
Tomohon
tentang
Batu Bara.
Satu
mencenga
Peraturan Pemerintah RI nomor 23 Tahun
kelelahan kerja sehingga tidak berlanjut
2010,
dan cara kerja yang sesuai dengan prinsip
Kegiatan
ergonomi sehingga pekerjaan harus sesuai
Rakyat
Tentang
Pelaksanaan
usaha
Pertambangan
dan tidak selalu monoton. Karena hasil yang saya dapatkan bawah semua pekerja beresiko
tinggi
sehingga
KEPUTUSAN
dapat
MENTERI
ESDM
1453.K/29/MEM/2000,
nomor tentang
mengakibatkan kecelakaan kerja yang
Pedoman Teknis Penyelenggaraan
fatal.
Tugas Pemerintahan di Bidang Pertambangan Umum.
DAFTAR PUSTAKA Nurmianto,
E.
1996.ERGONOMI.Konsep
Dasar dan Aplikasinya. Penerbit Guna Widya. Surabaya.
Santoso G. 2013. Ergonomi Terapan; Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher. Tarwaka.2010. Ergonomi Industri “DasarDasar Pengetahuan Ergonomi Dan Aplikasi Di Tempat Kerja”; Jakarta: Harapan Press. Tarwaka.2014. Ergonomi Industri “DasarDasar Pengetahuan Ergonomi Dan Aplikasi Di Tempat Kerja”; Jakarta: Harapan Press.
13
14
15
16
17
18
19
20