FAKTOR PENYEBAB PESERTA DIDIK MELAKUKAN BULLYING DI SMP NEGERI 15 PADANG
JURNAL
PUTRI PURNAMA NAZLY NPM: 10060164
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN ( STKIP ) PGRI SUMATERA BARAT PADANG 2014
FAKTOR PENYEBAB PESERTA DIDIK MELAKUKAN BULLYING DI SMP NEGERI 15 PADANG
Oleh: Putri Purnama Nazly Mahasiswa Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat ABSTRAK Violence conducted by students is much more in news than before , one of the violence is about bullying. Bullying is a behavior of aggressive which is very dangerous behavior , it’s like violence, brawl and bullying, where Is the counseling teacher be charged to give more attention to handle the situation to the students who involved bullying. The purpose that we want in this research is the factor cause why the students do bullying in SMPN 15 in padang, focus of the research is about school environment is not good. Seniority never be solved, the teacher give the example to the student how bad the bullying, disharmony in home, and character of children. The research do with qualitative approach which is descriptive is to describe the cause, fact and reality in the area is about factors causing the students to do a bullying. While the informant in the research is : the students, the victim of the students, counseling teachers, and classroom teacher. The instrument that the researchers use in the research is interview and study documentation technique use in data processing by data reduction, the presentation of data and conclusion. Result of the research reveal that the factors can make the students do the bullying is violence in school environment, and the teachers give an appropriate example and don’t respect the students ,the seniority unresolved and seniors who behave what they want. Aggressive ,spiteful student and less of the communication students with their parents. Based on the research recommended to the students, counseling teachers and related people to overcome the bullying, it’s like brawl, fight, violence, bullying and humiliation at school.
Pendahuluan Maraknya aksi kekerasan yang dilakukan oleh peserta didik yang semakin banyak menghiasi deretan berita di halaman media cetak maupun elektronik menjadi bukti bahwa budaya kekerasan sepertinya semakin hari semakin menguat dalam berbagai aspek kehidupan. Tingkat kekerasan sering terjadi pada peserta didik salah satunya bullying yang sebenarnya sudah sangat sering didengar dalam kehidupan sehari-hari baik di lingkungan sekolah, di rumah maupun di masyarakat. Menurut Olweus (Cowie dan Jennifer 2009:14) mendefinisikan bullying sebagai perilaku agresif di mana pelaku atau pelaku kejahatan menggunakan tubuhnya sendiri atau sebuah benda (termasuk senjata), untuk menimbulkan cedera atau ketidak nyamanan terhadap orang lain. Sementara itu Priyatna, (2010:2) mendefinisikan bullying sebagai tindakan yang disengaja oleh si pelaku pada korbannya bukan sebuah kelalaian, memang betul-betul disengaja atau direncanakan, tindakan itu terjadi berulang-ulang. Bullying tidak pernah dilakukan secara acak atau sekali saja dan didasari oleh perbedaan power yang mencolok. Secara umum Bullying diartikan sebagai perilaku agresif yang dilakukan secara sengaja terjadi
berulang-ulang untuk menyerang seorang target atau korban yang lemah, mudah dihina dan tidak bisa membela diri sendiri (SEJIWA, 2008:2). Kasus bullying sering di lingkungan institusi pendidikan yang semakin menjadi permasalahan dan menimbulkan perasaan cemas bagi peserta didik. Mulai dari munculnya perilaku bullying yang paling sederhana (berkata atau bertindak kasar, mencaci maki teman, mengolok – olok dan memberi julukan hingga perkelahian antar teman, dan lain-lain) sampai dengan tindakan kekerasan yang kompleks (penganiayaan, perusakan fasilitas umum, melukai teman, bahkan sampai membunuh). Berdasarkan observasi penulis saat melakukan Praktek Pelaksanaan Lapangan Bimbingan Konseling – Sekolah (PPLBK-S) di SMPN 15 Padang pada tanggal 13 Juli – 15 Desember 2013-2014 penulis menemukan tindakan bullying seperti adanya peserta didik yang melakukan pemalakan terhadap adik kelasnya. Pemalakan yang dilakukan oleh peserta didik yang merasa dirinya lebih kuat, berkuasa dan berhak meminta uang kepada adik kelasnya ini terjadi di lingkungan sekolah yang dilihat langsung, oleh karena itu si pelaku di panggil ke ruangan bimbingan dan konseling untuk mengetahui apakah peristiwa ini
sudah sering terjadi. Kemudian tindakan bullying yang lain menghina teman yang kelihatannya lemah dalam menyerap pelajar dengan mengucapkan “dasar lemot lo” sehingga peserta didik merasa malu dengan ucapan tersebut.
dalam kualitatif ada 3 tahapan analisis, yaitu: 1. Reduksi data (data reduction). 2. Penyajian data ( display data). 3. Penarikan kesimpulan (verifikasi).
Adapun masalah yang ditemukan adalah adanya peserta didik yang melakukan pemalakan terhadap adik kelasnya karena mereka tidak suka gaya adik kelasya, adanya peserta didik menghina teman dengan kata-kata tidak pantas, adesnya peserta didik menghasut temannya agar menjauhi teman yang tidak di senangi, adanya peserta didik yang menyebar fitnah di internet ataupun telepon genggam mengenai peserta didik yang tidak di senangi, adanya peserta didik yang memberi julukan dengan tujuan merendahkan teman, adanya peserta didik yang merasa takut masuk sekolah karena dipermalukan oleh sekelompok temannya.
Hasil dan Pembahasan
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor penyebab peserta didik melakukan bullying di lingkungan sekolah yang kurang baik, senioritas tidak pernah diselesaikan, guru memberikan contoh kurang baik kepada peserta didik, ketidakharmonisan di rumah, dan permasalah karakter anak. Metedologi penelitian. Penelitian yang dilakukan termasuk kualitatif yang menghasilkan data deskriptif, yang ditunjukkan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individual maupun kelompok. Informan kunci dalam penelitian ini ada dua orang peserta didik. Sementara itu yang menjadi informan tambahannya adalah tiga orang guru dan satu orang korban bullying. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa wawancara. Melakukan wawancara melalui informan penelitian yang berguna untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan dan informasi langsung dalam penelitian. Menjamin keabsahan data dan kepercayaan data penelitian yang peneliti peroleh dapat dilakukan dengan cara sebagaimana dikemukakan Sugiyono (2011:302) ada 3 cara dalam teknik keabsahan data yaitu: 1. Kepercayaan (credibility. 2. Keteralihan (tranferbility. 3. Dapat dipercaya (depenability). Data yang telah dikumpulkan seterusnya dianalisis, Miles dan Hubeman (Sugiyono, 2011:337) menjelaskan bahwa
penelitian
Mellor dan Djuwita (Astuti, 2008:50) mengemukakan bahwa Bullying terjadi akibat faktor lingkungan, keluarga, sekolah, media, budaya, dan peer group. Selain itu, Astuti (2008:51) mengungkapkan bahwa penyebab terjadinya bullying antara lain: lingkungan sekolah yang kurang baik, senioritas tidak pernah diselesaikan, guru memberikan contoh kurang baik pada peserta didik, ketidakharmonisan di rumah, dan karakter anak.
a. Lingkungan Sekolah yang Kurang Baik 1. Kebiasaan Orang-orang Disekitar Sekolah yang Sering Berkelahi. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tentang lingkungan sekolah yang kurang baik seperti kebiasaan orangorang disekitar sekolah yang suka berkelahi, tawuran, mengejek dan kekerasan dapat mempengaruhi perilaku peserta didik sehingga membuat peserta didik berperilaku sesuai dengan kebiasaan orang-orang disekitar lingkungannya dan tindakan tersebut dapat mendukung peserta didik dalam melakukan bullying di sekolah. 2. Kebiasaan Orang-Orang di Sekitar Sekolah yang Berlaku Tidak Sesuai dengan Norma. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tentang faktor yang menyebabkan peserta didik melakukan bullying adalah lingkungan sekolah yang kurang baik dan kebiasaan orang-orang disekitar yang berperilaku tidak sesuai dengan norma, hal tersebut dapat menyebabkan peserta didik dan meniru perilaku tersebut serta membuat peserta didik untuk menarik diri dari lingkungan sekolah. Mellor dan Djuwita (Astuti, 2008:50) mengemukakan bahwa Bullying terjadi akibat faktor lingkungan, keluarga, sekolah, media, budaya, dan peer group. Selain itu, Astuti (2008:51) mengungkapkan bahwa penyebab terjadinya bullying antara lain: lingkungan sekolah yang kurang baik, senioritas tidak pernah diselesaikan, guru memberikan contoh kurang baik pada
peserta didik, ketidak harmonisan di rumah, dan karakter anak. b. Senioritas tidak pernah diselesaikan. 1. Bentuk kesewenang-wenangan kakak kelas terhadap junior Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai senioritas tidak pernah diselesaikan terdadap bentuk kesewenang-wenangan kakak kelas terhadap junior karena kakak kelas harus di segani dan harus dihargai, bentuk tindakan yang dilakukan kakak kelas seperti mengejek, menghina, memalak. Hal ini terjadi seolah sudah menjadi tradisi di sekolah yang membuat junior atapun teman menjadi takut terhadap seniornya. Astuti (2008:51) menyatakan bahwa penyebab terjadinya bullying bullying antara lain: lingkungan sekolah yang kurang baik, senioritas tidak pernah diselesaikan, guru memberikan contoh kurang baik pada peserta didik, ketidak harmonisan di rumah, dan karakter anak. 2. Member label atau julukan kepada senior. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan senior sering memberi label junior karena merasa senang dan bisa membuat peserta didik lainnya tertawa sehingga peserta didik melakukan hal tersebut secara sengaja dan terus menerus yang menurutnya itu tidak akan menjadi masalah dank karena dia pernah mendapat perlakuan itu dari kakak kelasnya sehingga itu menjadi salah satu faktor penyebab peserta didik melakukan hal yang sama. c. Guru memberikan contoh kurang baik pada peserta didik. 1. Guru berbuat kasar pada peserta didik Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan guru memberikan contoh kurang baik kepada peserta didik dengan mengejek dan berkata kasar kepada peserta didik sehingga membuat peserta didik menjadi melawan dan malas untuk mengikuti pelajaran yang di ajarkan oleh guru tersebut dan membuat peserta didik mencontoh untuk melakukan hal teserbut juga. 2. Guru yang kurang memperhatikan peserta didik. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tentang kurangnya perhatian dari guru juga menyebabkan faktor terjadi peserta didik merasa tidak dihargai dan menyebabkan peserta didik berperilaku
seperti itu juga, kurangnya perhatian tersebut membuat peserta didik melakukan tindak bullying dengan cara memaki, meledek dan meribut karena dengan itu dia akan menarik perhatiaan dari gurunya. Astuti (2008:6) mengemukakan bahwa perilaku bullying diperparah dengan tidak jelasnya tindakan dari para guru dan pengurus sekolah. Sebagian guru cenderung membiarkan, sementara sebagian guru lain melarangnya. Guru seharusnya lebih peduli dengan bullying yang terjadi di sekolah, akan tetapi tidak semua peduli. Hal tersebut membuat peserta didik tidak jera dan terus melakukan bullying. d. Ketidakharmonisan di rumah tangga. 1. Masalah dalam keluarga. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tentang faktor penyebab peserta didik melakukan bullying terkait dengan bentuk masalah dalam keluarga karena peserta didik merasa di bentak, dijewer, di pukul dan orang tua yang sering berkata kotor kepada peserta didik sehingga peserta didik merasa sedih dan malas berada di rumah. 2. Kurangnya komunikasi antara orang tua. Berdasarkan hasil penelitian yang telah diketahui tentang ketidakadanya perhatian dari orang tua membuat peserta didik melakukan bullying serta ingin mendapatkan perhatian dari orang lain dengan membuat onar di luar agar bisa menarik perhatian orang tua lagi, dan respon yang bisa di berikan kepada orang tua hanya marah dan tidak begitu memperdulikan keluarga lagi. Astuti (2008:53) menyatakan bahwa kurangnya komunikasi antara orang tua dan anak merupakan faktor penyebab tindakan bullying. Keluarga sebagai tempat tumbuh kembang anak sangat mempengaruhi perilaku individu dalam kesehariannya. e. Karakter anak. 1. Perilaku agresif secara fisikal maupun verbal. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan faktor penyebab terjadinya bullying dapat dilihat dari perilaku agresif peserta didik yang berperilaku semaunya dan tidak mementingkan perasaan teman ataupun junior dalam melakukan tindakan kekerasan serta kuatnya pertahahan diri peserta didik dalam melakukan hal tersebut. 2. Pendendam dan iri hati. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat dilihat faktor peserta didik melakukan bullying karena sifat iri dan dendam dimana peserta didik tidak
mempunyai kelebihan dari temannya dan membuat peserta didik melakukan tindakan seperti kekerasan, pemalakan kepada peserta didik yang memiliki kelebihan dari dirinya, dan karena dia tidak mempunyai apa yang dimiliki temannya yang membuat dia menjadi iri hal itu tidak bisa dipungkiri. Astuti (2008:53) menyatakan bahwa faktor penyebab bullying yakni karakter anak sebagai pelaku umumnya agresif, baik secara fisikal maupun verbal dan pendendam. Anak yang ingin populer, anak yang tiba-tiba sering berbuat onar atau selalu mencari kesalahan orang lain dengan memusuhi umumnya termasuk dalam kategori ini. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian tentang faktor penyebab peserta didik melakukan bullying di SMP Negeri 15 Padang, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1.
2.
3.
4.
5.
Lingkungan sekolah bisa menjadi salah satu faktor yang menyebabkan bullying, lingkungan sekolah yang dapat mendukung terjadinya bullying mencakup lingkungan luar sekolah maupun lingkungan sekolah itu sendiri. Senioritas yang tidak terselesaikan hanya akan menyuburkan perilaku bullying di sekolah. Hal ini terkait dengan bagaimana sekolah dan para guru menanggapi dan menindak lanjuti masalah. Perbuatan guru yang kurang baik, seperti suka berkata kasar, mengabaikan prestwasi peserta didik, dan tidak mempedulikan perilaku peserta didik sehari-hari tersebut dapat mendukung peserta didik melakukan bullying dan cenderung mengarahkan pada perilaku bullying sehingga peserta didik memiliki kesempatan dan terdorong untuk melakukan bullying. Ketidak harmonisan di rumah tangga berpengaruh terhadap prilaku bullying yang di lakukan oleh peserta didik sehingga peserta didik dapat berbuat semaunya termasuk berlaku kasar pada temannya. Karakter peserta didik yang biasa menjadi pelaku bullying pada umumnya adalah peserta didik yang berprilaku agresif, baik secara fisikal maupun verbal, peserta didik yang menjadi pelaku bullying pasti berlaku agresif sacara fisikal maupun verbal.
Saran Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti menyarankan kepada berbagai pihak yang terkait, sebagai berikut: 1. Guru BK, diharapkan bisa bermanfaat sebagai masukan dan pertimbangan dalam memberikan perhatian yang lebih khusus lagi serta memberikan layanan konseling perorangan kepada peserta didik yang melakukan bullying. 2. Peserta didik, diharapkan dapat memahami perilaku bullying dan pelatihan kepada pihakpihak terkait untuk mengatasi bullying, sehingga hubungan sosial pserta didik akan berkembang dengan baik. 3. Pihak sekolah sebaiknya memberikan sosialisasi mengenai bullying dan pelatihan kepada pihakpihak terkait untuk mengatasi . 4. Orang tua sebaiknya memahami bullying dan bersedia menjalin kerjasama dengan pihak sekolah untuk mengatasi bullying yang terjadi si sekolah.. 5. Peneliti, diharapkan bisa menambah wawasan dan pengetahuan mengenai faktor penyebab peserta didik melakukan bullying. 6. Peneliti selanjutnya, diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dan contoh untuk melakukan penelitian ke depannya agar memperoleh hasil yang lebih baik dari sebelumnya.
Daftar Pustaka Astuti, Ponny Retno. 2008. Meredam Bullying. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia. Cowie & Jennifer. 2009. Penanganan Kekerasan di Sekolah Pendekatan Lingkup Sekolah untuk Mencapai Praktik Terbaik. DKI: Macanan Jaya Cemerlang. Moleong, J., Lexi. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya. Priyatna, Andri. 2010. Let’s End Bullying Memahami, Mencegah & Mengatasi Bullying. Jakarta : Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia. SEJIWA. 2008. Bullying Mengatasi Kekerasan di Sekolah dan Lingkungan. Jakarta: Grasindo. Sudijono, Anas. 2011. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: ALFABETA Sukmadinata, Nana Pendidikan. Rosdakarya
Syaodih. Bandung:
2010. PT
Metode Remaja