FAKTOR PENYEBAB PERILAKU MEMBOLOS PESERTA DIDIK DAN UPAYA GURU BK DALAM MENGATASINYA (Studi terhadap Peserta Didik di SMA Negeri 1 Kota Solok)
E-JURNAL
RIA PERMATA SARI NIM: 10060246
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PGRI SUMATERA BARAT 2014
FAKTOR PENYEBAB PERILAKU MEMBOLOS PESERTA DIDIK DAN UPAYA GURU BK DALAM MENGATASINYA Oleh: Ria Permata Sari Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat ABSTRACT The phenomena at school, there are still some students do the truancy and played outside the school area during learning process. The research is to describe: 1) The internal factor that cause the students truancy, 2) The external factor that cause the students truancy and 3) The effort of counselor to overcome such problems. The research is qualitative descriptive with informant 5 students, 4 counselors and 5 parents. The data was collected through the interview and the validity of the data was tested by using triangulation of data, the collected data were analyzed with the interactive model consists of data collection, data reduction, display data and summary. The results of this study revealed the factors that cause truancy such as: 1) The internal factors no motivation and interest from the students itself and the physiology interference that disturb the students in studying, 2) The external factors no control from their parents, while the factor from the school was the teachers method in teaching that was not interesting to them, the way the teacher taught was hardly to be understood, so the students got bored to study, from the society what made the students truancy was certain behavior of society that bother their studying, 3) The effort counselor to overcome the students truancy observing the students behavior, do the cooperation with the school, giving the counseling and the summon letter to the parents. Key words: truancy, internal and external factor of truancy, effort of counselor
PENDAHULUAN Pendidikan merupakan salah satu bentuk interaksi manusia, sekaligus tindakan sosial yang dimungkinkan berlaku melalui suatu jaringan hubungan kemanusiaan melalui peranan-peranan individu didalamnya yang diterapkan melalui proses pembelajaran. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 pasal 1 menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Meskipun pendidikan bukan satusatunya penentu keberhasilan masa depan, tetapi dengan pendidikan yang baik keberhasilan akan lebih mudah tercapai. Pendidikan seseorang akan sulit berhasil
tanpa dukungan dari lingkungan yaitu keluarga, masyarakat, sekolah dan kelompok sebaya. Belajar dan pembelajaran merupakan kegiatan yang tidak bisa terpisahkan dari kehidupan manusia. Dengan belajar, manusia dapat mengembangkan potensi yang dibawanya sejak lahir. Tanpa belajar manusia tidak mungkin dapat memenuhi kebutuhannya. Belajar yang efektif dapat membantu peserta didik untuk meningkatkan kemampuan yang diharapkan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Pentingnya pendidikan di sekolah membuat personil sekolah menyadari arti pentingnya tata tertib yang harus dipatuhi oleh setiap anggota sekolah. Tata tertib sangat bermanfaat untuk mengajarkan kedisiplinan kepada peserta didik. Meskipun di sekolah telah ada tata tertib yang mengajarkan untuk berdisiplin, tetapi masih saja ada peserta didik yang melanggarnya. Salah satu pelanggaran yang dilakukan oleh peserta didik adalah membolos.
Membolos merupakan perilaku yang mencerminkan telah melanggar aturan sekolah. Perilaku membolos sebenarnya bukan merupakan hal yang baru lagi bagi banyak pelajar. Perilaku membolos termasuk dalam kenakalan remaja. Kenakalan remaja menurut Willis (2010:90) yaitu “Tindak perbuatan sebahagian para remaja yang bertentangan dengan hukum, agama dan norma-norma masyarakat sehingga akibatnya dapat merugikan orang lain, mengganggu ketentraman umum dan juga merusak dirinya sendiri”. Kemudian Kartono (2014:101) menyatakan bahwa “Kenakalan remaja tidak dapat dilepaskan dari konteks kondisi sosialbudaya zamannya”. Selanjutnya kenakalan remaja khusunya perilaku membolos tersebut tidak timbul dengan sendirinya, tetapi ada faktor yang menyebabkan munculnya kenakalan remaja. Menurut Willis (2010:92) faktor yang menyebabkan munculnya kenakalan remaja membolos ada dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Sejalan dengan itu Kartono (2014:109) menyatakan bahwa faktor penyebab kenakalan remaja itu ada dua, yaitu faktor internal atau faktor endogen yang merupakan reaksi yang salah dari proses belajar dalam bentuk ketidak mampuan mereka melakukan adaptasi dengan lingkungannya dan faktor eksternal atau faktor eksogen yang dikenal pula sebagai pengaruh alam sekitar, faktor sosial atau faktor sosiologis yang merangsang untuk menimbulkan tingkah laku tertentu pada remaja khususnya membolos. Menurut Sarwono (2012:157) faktor yang paling mempengaruhi perilaku membolos adalah teman sebaya, karena teman sebaya besar pengaruhnya untuk mempengaruhi peserta didik untuk membolos karena masa SMA merupakan masa yang labil dan mudah terpengaruh. Perilaku membolos ini dilakukan oleh peserta didik dengan cara pergi dari rumah dengan menggunakan seragam sekolah tetapi mereka tidak berada di lingkungan sekolah. Peserta didik yang suka bolos harus dibantu oleh seorang guru BK untuk berusaha menghilangkan atau mengurangi kebiasaan membolos. Hampir setiap sekolah dapat dijumpai adanya guru BK. Guru BK
memiliki program yang lebih menyangkut atau mementingkan pada upaya dalam hal memberikan samacam fasilitas kepada peserta didik agar mampu mengembangkan potensi dirinya. Dengan adanya Guru BK di sekolah peserta didik dapat diarahkan untuk belajar lebih baik dan membantu memecahkan masalah peserta didik yang menjadi penghambat dalam mencapai tujuan pendidikan. Guru BK telah berusaha mengarahkan peserta didik untuk bisa mengatur dirinya dan patuh pada peraturan yang telah ada namun pada kenyataannya masih ditemukan peserta didik SMA Negeri 1 Kota Solok yang melanggar tata tertib sekolah. Perilaku membolos ini perlu mendapat perhatian penuh dari berbagai pihak. Bukan hanya perhatian yang berasal dari pihak sekolah, melainkan juga perhatian yang berasal dari orang tua, teman maupun pemerintah. Perilaku membolos sangat merugikan dan bahkan bisa menjadi sumber masalah baru. Apabila hal ini terus menerus dibiarkan berlalu, maka yang bertanggung jawab atas semua ini bukan peserta didik itu sendiri melainkan dari pihak sekolah ataupun guru yang menjadi orang tua di sekolah juga akan ikut menangungnya. Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan dengan peserta didik di SMA Negeri 1 Kota Solok pada hari Senin 20 Januari 2014 diperoleh informasi bahwa peserta didik bolos sekolah karena kurang memiliki motivasi dalam diri untuk datang ke sekolah, jam masuk sekolah yang terlalu cepat, pengaruh teman lainnya yang bolos sekolah dan tidak tertarik dengan mata pelajaran yang diajarkan. Kemudian berdasarkan hasil observasi dari tanggal 20 sampai 22 Januari 2014 terlihat adanya peserta didik yang membolos dari pagi hari dan ada yang bolos pada jam pelajaran tertentu dan berkeliaran di lingkungan sekolah saja. Peserta didik yang membolos tidak hanya satu orang melainkan mereka berkelompok dengan teman sebaya. Berdasarkan hasil wawancara dengan 4 orang guru BK di SMA Negeri 1 Kota Solok pada hari Senin 20 Januari 2014 dapat diketahui bahwa guru BK berupaya untuk mengatasi peserta didik yang membolos dengan memberikan peringatan dan tindakan tegas kepada peserta didik, akan tetapi peringatan yang diberikan sama
sekali tidak dihiraukan dan peserta didik masih ditemukan membolos pada jam sekolah. Berdasarkan permasalahan di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan: 1) Faktor penyebab perilaku membolos peserta didik secara internal, 2) Faktor penyebab perilaku membolos peserta didik secara eksternal dan 3) Upaya guru BK dalam mengatasi perilaku membolos peserta didik METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif bertujuan mendeskripsikan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat informan tertentu dan mencoba menggambarkan fenomena secara detail. Dalam penelitian ini yang menjadi informan adalah 5 orang peserta didik, 4 orang guru BK dan 5 orang tua. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan wawancara. Untuk menjamin keabsahan data dan kepercayaan data dalam penelitian yang diperoleh dilakukan dengan cara kepercayaan, keteralihan, dapat dipercaya dan penegasan. Data yang dikumpulkan selanjutnya dianalisis dengan cara mereduksi data, menyajian data, dan penarikan kesimpulan. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Faktor penyebab perilaku membolos peserta didik yang bersifat internal berupa faktor psikologis peserta didik yang berkaitan dengan motivasi peserta didik. Menurut Prayitno (2006:141) penyebab utama peserta didik melakukan hal yang melanggar adalah karena gangguan psikologis. Kemudian Syah (2011:131) “Banyak faktor yang termasuk kedalam aspek psikologis yang dapat mempengaruhi perolehan pembelajaran peserta didik”. Selanjutnya motivasi Menurut Syah (2011:134) “Motivasi adalah keadaan internal organisasi baik manusia atau hewan yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu”. Jika tidak ada motivasi dalam diri peserta didik untuk belajar maka tujuan yang ingin dicapai dalam proses belajar tidak akan tercapaiTidak ada motivasi untuk
2.
belajar maka akan ada dorongan bagi peserta didik untuk membolos. Peserta didik tidak memiliki motivasi dalam dirinya untuk belajar akhirnya minat terhadap perlajaran di sekolah tidak ada. Syah (2011:133) mengartikan minat sebagai kecendrungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Selanjutnya Kartono (2014:125) minat belajar yang menurun akan membuat peserta didik untuk menjadi lebih tertaik pada halhal yang bersifat non persekolahan, misalnya masalah seks, hidup santai, merokok dan suka membolos. Minat sangat besar pengaruhnya terhadap belajar peserta didik, karena jika pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat peserta didik, maka peserta didik tidak akan belajar dengan baik dan kemungkinan peserta didik akan malas mengikuti pelajaran dan akhirnya membolos. Faktor eksternal yang memperngaruhi perilaku membolos peserta didik, berupa faktor keluarga yang kurang perhatian yang membuat peserta didik berperilaku yang salah seperti bolos. Menurut Purwanto (2007: 161) keluarga adalah penentu kepribadian, keluargalah yang paling penting karena keluarga adalah kelompok sosial pertama yang menentukan perkembangan anak. Menurut Slameto (2010:60) faktor keluarga yang mempengaruhi perilaku membolos peserta didik adalah: 1) cara orang tua mendidik, 2) relasi antar keluarga, 3) suasana rumah, 4) keadaan ekonomi keluarga, dan 5) keluarga brokenhome. faktor sekolah yang memperngaruhi peserta didik seperti guru yang mengajar tidak menarik, sarana dan prasarana sekolah tidak lengkap Slameto (2010:66) menyatakan bahwa dalam relasi (pendidik dan peserta didik) yang baik, peserta didik akan menyukai pendidiknya, juga akan menyukai mata pelajaran yang diberikan sehingga peserta didik berusaha mempelajari sebaik-baiknya. Willis (2010:146) menyatakan bahwa belajar tidak dapat berjalan
3.
dengan baik tanpa adanya alat-alat belajar yang cukup. Proses belajar akan terganggu jika alat yang diperlukan tidak ada. Bila alat tidak lengkap maka proses belajar akan terganggu sehingga hasilnya pun akan kurang baik. Tidak tersedianya alat dapat menimbulkan perilaku membolos peserta didik karena sarana dan prasarana di sekolah tidak lengkap. Menurut Willis (2010:146) belajar tidak dapat berjalan dengan baik tanpa adanya alat-alat belajar yang cukup. Faktor lingkungan yang membuat peserta didik untuk bolos, seperti duduk di warung dan bermain kartu. Peserta didik tidak pernah mendapatkan teguran atau nasehat dari masyarakat ketika bolos, tetapi difasilitasi oleh masyarakat jika bolos sekolah. Menurut Mudjiran, dkk (2007:181) faktor penyebab perilaku membolos peserta didik yang berasal dari lingkungan masyarakat adalah kurangnya partisipasi aktif dari masyarakat dalam membelajarkan peserta didik dan dalam mencegah pelanggaran tata tertib sekolah dan adanya contoh atau model di lingkungan masyarakat yang kurang menguntungkan bagi perkembangan peserta didik. Upaya yang dilakukan oleh guru BK dalam mengatasi peserta didik yang membolos adalah guru BK terlebih dahulu mengamati perilaku peserta didik yang membolos dengan melengkapi bukti-bukti yang ada yang kemudian dipertanyakan kepada peserta didik yang bersangkutan. Dalam mengatasi peserta didik yang membolos guru BK tidak hanya bekerja sendiri melainkan bekerjasama dengan pihak sekolah lainnya seperti guru mata pelajaran, wali kelas, guru piket, ketua kelas dan satpam sekolah. Guru BK melaksanakan berbagai jenis layanan dalam mengatasi peserta didik yang membolos diantaranya konseling perorangan, konseling kelompok, bimbingan kelompok dan kunjungan rumah, yang kemudian melaksanakan penilaian terhadap layanan yang telah dilakukan. Guru BK memberikan surat pemanggilan orang tua agar orang tua
mengetahui bagaimana tingkah laku anaknya di sekolah, dengan menunjukkan bukti yang ada seperti absen peserta didik yang bersangkutan dan bukti lainnya. Menurut Walgito (2010:38) upaya yang dapat dilakukan oleh guru BK dalam mengatasi peserta didik yang bolos adalah: 1) Melakukan observasi atau mengamati peserta didik yang bolos di sekolah, 2) berdasarkan observasi tersebut maka guru BK berkewajiban memberikan saran-saran atau pendapat kepada pihak sekolah dan menjalin kerjasama, 3) menyelenggarakan layanan BK terhadap peserta didik, baik yang bersifat preventif, preservatif, maupun yang bersifat korektif atau kuratif dan 4) mengambil langkah-langkah yang lain yang dipandang perlu demi kesejahteraan sekolah. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian tentang faktor penyebab perilaku membolos peserta dan upaya guru BK mengatasinya di SMA Negeri 1 Kota Solok, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Faktor penyebab internal yang menyebabkan peserta didik membolos adalah karena tidak adanya motivasi dan minat dari dalam diri peserta didik yang bersangkutan dan sering ada gangguan fisiologis yang mengganggu keadaan peserta didik dalam belajar. 2. Faktor eksternal yang menyebabkan peserta didik membolos, kurangnya perhatian orang tua dalam pergaulan peserta didik, faktor sekolah yang mempengaruhi perilaku membolos peserta didik karena guru yang mengajar, metode mengajar yang digunakan tidak menarik. Faktor lingkungan masyarakat mempengaruhi peserta didik membolos karena perilaku di masyarakat banyak yang mengganggu proses pembelajaran, seperti warnet, warung-warung yang buka pada jam sekolah dan dibiarkan saja oleh masyarakat karena tidak ada kepedulian masyarakat terhadap pendidikan. 3. Upaya yang dilakukan oleh guru BK dalam mengatasi perilaku membolos peserta didik adalah:
a.
Mengamati perilaku peserta didik yang membolos dengan melengkapi bukti-bukti yang ada kemudian dipertanyakan kepada peserta didik. b. Guru BK bekerjasama dengan pihak sekolah seperti, guru mata pelajaran, wali kelas, guru piket, ketua kelas dan satpam sekolah. c. Guru BK melaksanakan berbagai jenis layanan BK diantaranya layanan konseling perorangan, layanan konseling kelompok, layanan bimbingan kelompok dan kegiatan kunjungan rumah, yang kemudian melaksanakan penilaian terhadap layanan yang telah dilakukan. d. Guru BK mengambil langkah dengan memberikan surat pemanggilan orang tua agar mereka dapat mengetahui bagaimana perilaku anaknya di sekolah. Berdasarkan hasil penelitian yang dikemukakan peneliti menyarankan kepada pihak yang terkait sebagai berikut: 1. Kepala sekolah, diharapkan untuk menjalin kerja sama dengan masyarakat di sekitar sekolah untuk tidak membiarkan peserta didik bolos, agar masyarakat peduli terhadap pendidikan. 2. Guru mata pelajaran, diharapkan dalam menyampaikan metode di kelas diperbaiki sehingga apa yang disampaikan dapat dipahami dan peserta didik tidak bosan saat belajar. 3. Orang tua, diharapkan lebih memperhatikan dan mengontrol aktivitas dan perilaku anak. 4. Masyarakat, diharapkan tidak membiarkan peserta didik berada di luar sekolah pada jam sekolah dan berupaya untuk menegurnya 5. Peserta didik, diharapkan kepada peserta didik agar menyadari
6.
perilaku yang telah dilakukannya yaitu bolos. Peneliti selanjutnya, diharapkan agar hasil penelitian ini bisa dijadikan dasar untuk melakukan penelitian selanjutnya dengan melihat variabel yang berbeda.
DAFTAR KEPUSTAKAAN Kartono, Kartini. 2014. Patologi Sosial 2 Kenakalan Jakarta: CV Rajawali.
Remaja.
Mudjiran, ddk. 2007. Perkembangan Peserta Didik Bahan Pembelajaran untuk Tenaga Kependidikan Sekolah Menengah. Padang: UNP. Prayitno, Elida. 2006. Psikologi Perkembangan Remaja. Padang: Angkasa Raya. Purwanto, Ngalim. 2007. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosda Karya. Sarwono, S.W. 2012. Psikologi Perkembangan Remaja. Jakarta: Raja Wali Pers. Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. Sugono, Dendy. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. PT Gramedia Pustaka Umum. Syah, Muhibin.2011. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003. Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas. Walgito, Bimo. 2010. Bimbingan Konseling (Studi dan Karier). Yogyakarta: Andi.