PENGARUH PEMBINAAN PESERTA .... (WAHYU NUGROHO) 1
PENGARUH PEMBINAAN PESERTA DIDIK TERHADAP PRESTASI AKADEMIK PESERTA DIDIK DALAM PENYELENGGARAAN KELAS KHUSUS OLAHRAGA DI SMA NEGERI 2 NGAGLIK
Artikel Jurnal
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh Wahyu Nugroho NIM 11101241026
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN JURUSAN ADMINISTRASI PENDIDIKAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA FEBRUARI 2016
2 Jurnal Manajemen Pendidikan Edisi ... Tahun ..ke.. 2016
PENGARUH PEMBINAAN PESERTA .... (WAHYU NUGROHO) 3
PENGARUH PEMBINAAN PESERTA DIDIK TERHADAP PRESTASI AKADEMIK PESERTA DIDIK DALAM PENYELENGGARAAN KELAS KHUSUS OLAHRAGA DI SMA NEGERI 2 NGAGLIK THE INFLUENCE OF STUDENT DEVELOPMENT TO STUDENT ACADEMIC ACHIEVEMENT IN IMPLEMENTATION SPORT SPECIAL CLASS OF NGAGLIK 2 SENIOR HIGH SCHOOL Oleh: Wahyu Nugroho, Manajemen Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta
[email protected]
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan perbedaan pengaruh pembinaan peserta didik terhadap prestasi akademik peserta didik antara kelas reguler dengan kelas khusus olahraga di SMAN 2 Ngaglik. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian komparatif. Lokasi penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 2 Ngaglik Sleman. Populasi penelitian terdiri dari 651 peserta didik terbagi dalam 18 kelas dengan sampel 2 kelas yaitu 1 kelas reguler dan 1 kelas khusus. Teknik sampling menggunakan purposive sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan studi dokumentasi. Sebelum dilakukan analisis data terlebih dahulu diadakan pengujian persyaratan analisis yang meliputi uji normalitas dan uji homogenitas. Teknik analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah Uji t (independent sample t-test). Hasil penelitian menunjukkan sebagai berikut: Terdapat perbedaan pengaruh pembinaan peserta didik terhadap prestasi akademik peserta didik antara kelas reguler dengan kelas khusus olahraga. Hasil pengolahan dengan menggunakan SPSS versi 17 menunjukkan bahwa nilai signifikansi pada output “Independent Samples Test” sebesar 0,000<α(0,05). Dengan rata-rata nilai raport adalah 3,248 untuk kelas reguler dan 3,167 untuk kelas khusus olahraga. Kata kunci: pembinaan peserta didik, prestasi akademik peserta didik Abstract This study aims to describe the different of influence students development to students academic achievement between reguler class and sport special class in Nganglik 2 Senior High School. This study uses quantitative approach especially comparative study. The study located in Ngaglik 2 Senior High School, Sleman. The population consists of 651 students divided into 18 classes with two samples, that are one reguler class and one sport special class. The sampling technique is purposive sampling. The collective data used documentation. Before analysis data, the reseracher did normalitas test and homogenitas test. The technique of analysis data was independent sample t-test. The results of study are there is difference of students development to students academic achievement between reguler class and sport special class. The result of data processing with SPSS versi 17 shows the significance value of output “Independent Samples Test” 0,000<α(0,05). The mean of score is 3,248 in reguler class and 3,167 in sport special class. Keywords: students development, students academic achievement
PENDAHULUAN
tersebut harus dibina dengan pendidikan yang
Pendidikan merupakan salah satu faktor
khusus sehingga potensi kecerdasan dan bakat
yang sangat penting dalam pembinaan peserta
istimewa dapat menghasilkan prestasi yang
didik karena melalui pendidikan peserta didik
tinggi. Hal ini sejalan dengan Undang-undang RI
dapat mengembangkan potensi diri. Potensi diri
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
tersebut dapat berupa kecerdasan dan bakat
Nasional Pasal 5 Ayat 4 yang menyatakan bahwa:
istimewa. Potensi cerdas dan bakat istimewa
“Setiap warga negara yang memiliki potensi
4 Jurnal Manajemen Pendidikan Edisi ... Tahun ..ke.. 2016
kecerdasan
dan
bakat
istimewa
berhak
memperoleh pendidikan khusus”. Assosiasi Cerdas Istimewa dan Bakat Istimewa
(CI+BI)
Nasional
(2015)
mengungkapkan bahwa ”masih terdapat 2% dari populasi anak usia sekolah, adalah anak yang memiliki
potensi
cerdas/berbakat
istimewa.
Jumlah siswa CI+BI yang sudah terlayani di
memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa beresiko tinggal kelas (nilai ratarata raport < 6,00). Sementara itu terhadap peserta didik SMP di Provinsi tersebut menunjukkan 20% dari peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa beresiko tinggal kelas. 3. Di Amerika Serikat yang merupakan negara maju menunjukkan bahwa 15-50% dari peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa tergolong underachiever.
sekolah akselerasi masih sangat kecil, yaitu 9.551 Penelitian di atas menunjukkan bahwa
orang yang berarti baru 0,73% siswa CI+BI yang terlayani”. Bila mengacu pada data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2005, terdapat 65.291.624 anak usia sekolah (usia 4-19 tahun). Artinya terdapat 1.305.832 anak Indonesia memiliki
Pembinaan potensi peserta didik harus dengan
berkelanjutan
bakat istimewa di Indonesia sebagian masih tergolong underachiever, sedangkan di Amerika Serikat 15-20 % peserta didik potensi cerdas dan bakat istimewa masih tergolong underachiever.
potensi cerdas/berbakat istimewa.
dilakukan
peserta didik yang memiliki potensi cerdas dan
dan
berkesinambungan. Lembaga pendidikan yang menerapkan manajemen peserta didik berbasis sekolah, sekolah diberi keleluasaan penuh untuk pengembangan dan pembinaan peserta didik.
Underachiever
prestasi bagi peserta didik dan sekolah. Namun, pada kenyataannya terdapat peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan istimewa tinggi tetapi pencapaian prestasinya di sekolah rendah. Deden Saepul Hidayat & Wawan Gunawan (2013: 20) mengemukakan hasil penelitian Yaumil Achir (1990), Henry (1996 & 1997) dan Marland (1999) dengan simpulan sebagai berikut: 1. Peserta didik SMA di Jakarta yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa menunjukkan bahwa sekitar 38,7% dari sampel tergolong underachiever. 2. Peserta didik SD di Provinsi Jawa Barat, Lampung dan Kalimantan Barat masih terdapat 22% dari peserta didik yang
ketidaksesuaian
prestasi akademik peserta didik dengan tingkat Intelligence Quotient (IQ) tertentu. Hal ini menunjukkan ada potensi cerdas dan bakat istimewa yang sia-sia karena prestasi yang diperoleh di bawah yang diharapkan. Salah satu pengembangan dan pembinaan
Termasuk dalam hal potensi kecerdasan dan bakat istimewa yang merupakan peningkatan
merupakan
peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa adalah pengadaan program kelas khusus olahraga. Menurut Sumaryanto (2010: 4) penyelengaraan pendidikan khusus bagi peserta didik bakat istimewa olahraga bertujuan untuk: Memberikan kesempatan kepada PDBI olahraga untuk mengikuti program pendidikan sesuai dengan potensi keterampilan yang dimilikinya, memenuhi hak asasi PDBI olahraga sesuai kebutuhan pendidikan bagi dirinya, meningkatkan efisiensi dan efektivitas proses pembelajaran bagi PDBI olahraga, membentuk manusia berkualitas yang memiliki kecerdasan spiritual, emosional, sosial dan intelektual serta memiliki ketahanan dan kebugaran fisik dan membentuk manusia berkualitas yang kompeten dalam pengetahuan dan seni,
PENGARUH PEMBINAAN PESERTA .... (WAHYU NUGROHO) 5
berkeahlian dan berketerampilan, serta mempersiapkan peserta didik mengikuti pendidikan lebih lanjut dalam rangka mewujudka tujuan pendidikan nasional. Pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa peserta didik bakat istimewa olahraga diberikan kesempatan untuk mengembangkan potensi keterampilan sesuai dengan keahliannya agar membentuk manusia
yang berkualitas
sehingga mampu mengikuti pendidikan lebih lanjut. Penyelenggaraan kelas khusus olahraga bertujuan membina bakat istimewa olahraga untuk mencapai prestasi tertinggi peserta didik melalui sekolah atau lembaga pendidikan di Kabupaten Sleman agar tidak lari keluar daerah. Hal ini ditegaskan pula dalam PERMENDIKNAS No. 34 Tahun 2006 tentang Pembinaan Prestasi Peserta Didik Yang Memiliki Potensi Kecerdasan Dan/Atau Bakat Istimewa Pasal 1 menyatakan
sekolah dasar, sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas. Pemerintah Daerah Kabupaten Sleman melalui Dinas Pendidikan Kabupaten
menunjuk
sekolah
penyelenggaraan kelas khusus olahraga pada jenjang SMA. SMAN 2 Ngaglik merupakan salah satu sekolah menengah atas yang ditunjuk oleh Dinas
Kabupaten
Sleman
untuk
menyelenggarakan kelas khusus olahraga (KKO). Sekolah
menengah
atas
tersebut
menyelenggarakan KKO mulai tahun pelajaran 2013/2014,
sehingga
penyelenggaraan
kelas
sudah khusus
2
tahun olahraga
dilaksanakan. Setiap sekolah menyelenggarakan 1 rombel kelas khusus olahraga yang memiliki daya tampung 32 siswa. Berdasarkan
pada
observasi
dan
wawancara pendahuluan dengan guru olahraga yang menjadi koordinator KKO di SMAN 2
bahwa: Mendapatkan peserta didik yang berhasil mencapai prestasi puncak di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, estetika, dan/atau olahraga, pada tingkat satuan pendidikan, kabupaten/kota, provinsi, nasional, dan internasional, memotivasi sebanyak mungkin peserta didik pada umumnya untuk juga ikut bersaing mencapai prestasi optimal sesuai dengan potensi dan kekuatan masing-masing, sehingga pembinaan tersebut tidak hanya sekedar mampu menghasilkan peserta didik dengan prestasi puncak, tetapi juga meningkatkan prestasi rata-rata peserta didik, dan mengembangkan budaya masyarakat yang apresiatif terhadap prestasi di bidang pendidikan.
Ngaglik menyatakan bahwa nilai rata-rata peserta didik yang masuk kelas khusus olahraga memiliki nilai kelulusan yang rendah dibandingkan dengan peserta didik kelas reguler. Penyelenggaraan KKO di SMAN 2 Ngaglik tidak mengutamakan nilai kelulusan dalam menyeleksi peserta didik tetapi mengutamakan keterampilan atau bakat di bidang olahraga sesuai dengan cabang yang diminati. Potensi kecerdasan atau bakat istimewa tersebut lebih dipentingkan daripada nilai dari kelulusan, hal ini menyebabkan dalam Kegiatan Belajar
Sekolah meningkatkan
melalui prestasi
olahraga peserta
didik
dapat dan
berkompetisi dalam ajang olahraga baik dalam tingkat
Sleman
kabupaten,
provinsi,
nasional
dan
internasional. Penyelenggaraan program kelas khusus olahraga dilakukan secara berjenjang dari
Mengajar
(KBM)
peserta
didik
mempunyai konsestrasi kurang fokus dalam menerima materi pelajaran. Pendidik mengeluhkan sikap dan perilaku dari peserta didik kelas khusus ketika mengikuti pelajaran di kelas, sehingga perlu kesabaran untuk memberikan pelajaran pada peserta didik
6 Jurnal Manajemen Pendidikan Edisi ... Tahun ..ke.. 2016
kelas khusus olahraga. Melihat latar belakang
Dinas Pendidikan Sleman hanya menganggarkan
para peserta didik merupakan atlet-atlet yang
dana yang sedikit. Padahal penyelenggaran kelas
sering berbicara keras ketika di kelas olahraga.
khusus olahraga ini membutuhkan dana yang
Penyelenggaraan kelas khusus olahraga di
besar untuk melaksanakannya. Sehingga sekolah
SMAN 2 Ngaglik belum menentukan cabang
membebankan pembiayaan kelas khusus olahraga
khas
ini
kepada orang tua siswa. Orang tua siswa
menyebabkan kecabangan peserta didik kelas
diwajibkan membayar uang try-out pada setiap
khusus olahraga sangat bervariasi. SMAN 2
tahun pelajaran baru untuk terselenggaranya
Ngaglik memiliki 10 cabang olahraga. Cabang
kepelatihan kelas khusus olahraga.
untuk
keunggulan
sekolah.
Hal
olahraga yang diselenggarakan dengan kurang
Berdasarkan latar belakang yang telah
optimal dikarenakan jumlah siswa per cabang
diuraikan di atas, maka penulis tertarik untuk
olahraga tidak sesuai kapasitas minimal, maka
melakukan penelitian lebih lanjut mengenai
dari itu peserta didik kelas reguler diikutsertakan
“Pengaruh pembinaan peserta didik terhadap
dalam program kepelatihan kelas khusus olahraga
prestasi
sesuai dengan minat dan bakat yang dimiliki dan
penyelenggaraan kelas khusus olahraga di SMAN
peserta kelas reguler dilibatkan sesuai kebutuhan
2 Ngaglik”.
akademik
peserta
didik
dalam
cabang olahraga yang tidak sesuai kapasitas minimal. Program pelatihan di SMAN 2 Ngaglik mengadakan latihan kelas khusus 3 kali dalam seminggu yaitu jum’at pagi 1 kali dan sore minimal 2 kali menyesuaikan pelatih cabang olahraga. Sekolah memiliki fasilitas yang belum memadai sehingga dalam program kepelatihan kelas khusus olahraga belum maksimal. Hal ini menyebabkan jenis cabang tertentu dalam latihan diserahkan pada klub masing-masing. Sekolah Menengah Atas ini hanya memiliki lapangan outdoor, yaitu lapangan sepakbola, lapangan bola voli, dan lapangan basket. Fasilitas tersebut dirasa kurang memadai untuk melaksanakan latihan ketika cuaca kurang mendukung sepeti latihan bulu tangkis, bola voli, sepak bola dan sepak
METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menggunakan jenis penelitian komparasi yaitu untuk mengetahui perbandingan antar variabel dan seberapa besar kontribusi variabel
bebas
terhadap
variabel
terikat.
Suharsimi Arikunto (2002: 236) menyatakan “penelitian komparasi merupakan penelitian yang membandingkan
kesamaan
pandangan
dan
perubahan-perubahan pandangan orang, grup atau negara, terhadap kasus, terhadap orang, peristiwa atau terhadap ide-ide”. Dalam penelitian ini yaitu mengetahui pengaruh pembinaan peserta didik terhadap
prestasi
akademik
dalam
penyelenggaraan kelas khusus olahraga melalui perbandingan nilai raport peserta didik kelas
takro. Kemudian sekolah masih terkendala akan pembiayaan dalam penyelenggaraan kelas khusus olahraga. Pemerintah Kabupaten Sleman melalui
khusus olahraga dengan kelas reguler di SMA Negeri 2 Ngaglik.
PENGARUH PEMBINAAN PESERTA .... (WAHYU NUGROHO) 7
1.
Waktu dan Tempat Penelitian
Uji Prasyarat
Penelitian dilakukan di SMAN 2 Ngaglik
Untuk mengetahui bahwa teknik analisis
Kabupaten Sleman Provinsi Sleman Daerah
uji t dapat digunakan atau tidak, maka terlebih
Istimewa
dahulu dilakukan uji prasyarat analisis, yaitu uji
Yogyakarta.
Waktu
penelitian
dilaksanakan pada bulan November 2015 s/d
normalitas dan uji homogenitas.
Februari 2016.
a.
Uji Normalitas Uji normalitas adalah untuk menentukan
Subjek Penelitian Penelitian ini melibatkan populasi peserta
apakah data penelitian berdistribusi normal atau
didik sebanyak 651 peserta didik yang terbagi
tidak, uji ini menggunakan Kolmogorov Smirnov
dalam 18 kelas di SMA Negeri 2 Ngaglik
(One
Kecamatan
Ngaglik
Sugiyono
Pengambilan
sampel
menggunakan
teknik
Kabupaten dalam
Sleman.
Kolmogorov
(2011:
75)
Smirnov
menyatakan
Test). bahwa
ini
“penggunaan statistik parametris untuk pengujian
sampling.
hipotesis memerlukan prasyarat data variabel
penelitian
purposive
Sampel
Purposive sampling adalah teknik penentuan
berdistribusi normal”.
sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono,
b.
Uji Homogenitas
2011: 85). Petimbangan menentukan sampel
Rumus yang digunakan untuk menguji
dalam penelitian ini berdasarkan jumlah siswa
homogenitas dengan menggunakan Uji One Way
yang sama pada salah satu kelas yaitu berdaya
Anova. Cara mengetahui homogenitas data
tampung 32 siswa, sehingga peneliti hanya
dilakukan dengan Uji Levene (One Way Anova)
mengambil 2 kelas dari beberapa kelas yang ada
dengan bantuan program SPSS 17.
yaitu 1 kelas khusus olahraga dan 1 kelas reguler
2.
Uji Hipotesis
angkatan 2014 tahun pelajaran 2014-2015.
a.
Uji T Teknik analisis data yang digunakan dalam
Metode Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan
suatu penelitian tergantung kepada jenis data
dalam penelitian ini dilakukan dengan dua cara
yang akan diperoleh dalam penelitian. Penelitian
yaitu observasi dan studi dokumen.
ini menggukan uji statistik untuk menganalisis
1.
data dengan uji t (t-test) dalam membangdingkan
Studi Dokumentasi Irawan
“studi
(Sukandarrumidi,
dokumentasi
2006:
merupakan
100), teknik
nilai raport peserta didik kelas khusus olahraga dan kelas reguler.
pengumpulan data yang ditujukan kepada subyek penelitian”. Dalam penelitian ini dokumen yang digunakan adalah dokumen sekunder. Dokumen sekunder yang digunakan yaitu nilai raport. Teknik Analisis Data Sebelum dilakukan teknik analisis data maka terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Data dari hasil penelitian ini terdiri dari dua komponen yaitu prestasi akademik peserta didik kelas reguler dan kelas khusus olahraga. Pada deskripsi data penelitian akan disajikan informasi data meliputi rata-rata nilai raport
8 Jurnal Manajemen Pendidikan Edisi ... Tahun ..ke.. 2016
peserta didik baik kelas reguler maupun kelas
a.
khusus olahraga.
Kelompok
A
(Wajib)
dari
Pendidikan Agama dan Budi Pekerti,
Data prestasi akademik peserta didik kelas
Pendidikan
Pancasila
reguler dan kelas khusus olahraga diperoleh
Kewarganegaraan,
melalui studi dokumentasi. Berdasarkan data
Matematika,
dokumentasi dan observasi yang dilakukan,
Bahasa Inggris.
jumlah siswa kelas reguler (X-IIS1) terdiri dari 14
terdiri
b.
Bahasa
Sejarah
dan Indonesia,
Indonesia,
dan
Kelompok B (Wajib) terdiri dari Seni
laki-laki dan 17 perempuan, sedangkan kelas
Budaya, Pendidikan Jasmani, Olahraga,
khusus (X-IIS3) olahraga 19 laki-laki dan 11
dan Kesehatan (PENJASORKES), dan
perempuan. Melalui data jumlah siswa tersebut
Prakarya dan Kewirausahaan.
akan diamati rata-rata nilai raport sehingga dapat
c.
Kelompok C (Peminatan) terdiri dari
menjadi acuan untuk membedakan prestasi
Geografi, Sejarah, Sosiologi, Ekonomi,
akademik peserta didik.
Bahasa dan Sastra Jepang, Bahasa dan
Tabel 1. Rangkuman Data Hasil Belajar Peserta Didik Jumla h Nilai Nilai RataKelompok pesert terend terting rata a ah gi didik Peserta Didik 31 3, 160 3, 395 3, 248 Kelas Reguler Peserta Didik Kelas 30 3, 085 3, 255 3, 167 Khusus Olahraga Sumber: Hasil olah data SPSS versi 17
Sastra Inggris, dan Bahasa, Sastra dan
Berdasarkan data di atas jumlah peserta
Budaya Jawa. Hasil Analisis Data Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan nilai rata-rata kelas reguler dan nilai kelas khusus olahraga di SMAN 2 Ngaglik Sleman. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji t independent dengan menggunakan bantuan program SPSS 17. Namun sebelum uji t, peneliti melakukan uji prasyarat analisis yang mencakup uji normalitas dan uji homogenitas. a.
Uji Normalitas
didik kelas reguler dan kelas khusus olahraga
Uji normalitas dilakukan untuk menguji
sejumlah 31 siswa dan 30 siswa. Sebenarnya
data berdistribusi normal atau tidak. Uji asumsi
kedua kelas mempunyai daya tampung sejumlah
normalitas
32 siswa tetapi karena 3 siswa yaitu 1 siswa kelas
Kolmogorov Smirnov. Menurut Haryadi & Winda
reguler dan 2 kelas khusus olahraga memutuskan
(2011: 64), kriteria pengujian normalitas sebagai
untuk pindah sekolah, daya tampung kedua kelas
berikut:
menjadi berkurang. Kemudian kegiatan kurikuler yang diikuti peserta didik kelas reguler dan kelas khusus olahraga berjumlah 3 kelompok yaitu:
dilakukan
dengan
menggunakan
1) Angka signifikansi uji KolmogorovSmirnov Sig. > 0,05 menunjukkan data berdistribusi normal. 2) Angka signifikansi uji KolmogorovSmirnov Sig. < 0,05 menunjukkan data tidak berdistribusi normal.
PENGARUH PEMBINAAN PESERTA .... (WAHYU NUGROHO) 9
Tabel 2. Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data Sig. Kesimpulan Nilai Raport Siswa Kelas Reguler
0,131
Nilai Raport Siswa Kelas Khusus Olahraga
0,200
Variances”
adalah
0,125.
Apabila
nilai
signifikansi lebih besar dari 0,05 maka dapat
Berdistribusi Normal
disimpulkan bahwa kelompok data prestasi
Berdistribusi Normal
olahraga memiliki varian yang sama atau
akademik siswa kelas reguler dan kelas khusus
homogen.
Selanjutnya
(independent samples
Sumber: Hasil olah data SPSS versi 17. Berdasarkan hasil di atas dapat dilihat bahwa signifikansi nilai raport siswa kelas reguler
nilai
t
pada
uji
t
t-test) mengambil yang
kolom Equal varians Assumsed. c.
Uji Hipotesis
sebesar 0,131 dan nilai raport siswa kelas khusus
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini
olahraga sebesar 0,200. Kemudian jika nilai
menggunakan teknik uji t independent sample
signifikansi lebih besar dari 0,05 maka dapat
untuk
disimpulkan
ini
pengaruh pembinaan peserta didik terhadap
berdistribusi normal, sehingga memenuhi syarat
prestasi akademik antara kelas reguler dan kelas
agar dianalisis lebih lanjut.
khusus olahraga. Perhitungan uji t tersebut
b.
diselesaikan dengan program SPSS 17.0. Kriteria
bahwa
data
penelitian
Uji Homogenitas
mengetahui
ada
tidaknya
perbedaan
untuk
pengujian hipotesis diterima apabila nilai Sig. > α
mengetahui data berasal dari populasi yang
(0,05) maka H0 diterima yang berarti tidak
homogen atau tidak. Uji homogenitas dilakukan
terdapat perbedaan pengaruh pembinaan peserta
antara kelompok data yang diuji yaitu nilai raport
didik terhadap prestasi akademik antara kelas
siswa kelas reguler dan nilai raport siswa kelas
reguler dan kelas khusus olahraga dan apabila
khusus olahraga. Uji homogenitas menggunakan
nilai Sig. < α (0,05) maka H0 ditolak yang berarti
Levene, dengan kriteria penerimaan homogenitas
terdapat perbedaan pengaruh pembinaan peserta
adalah jika nilai signifikansi hasil perhitungan
didik terhadap prestasi akademik antara kelas
lebih besar dari α = 0,05 maka bisa dikatakan
reguler dan kelas khusus olahraga. Hasil uji t
homogen dan sebaliknya. Hasil uji homogenitas
sebagai berikut:
sebagai berikut:
Tabel 4. Rangkuman Hasil Uji t Independent Sample RataKeputus Kesimp Data Sig. rata an ulan
Uji
homogenitas
bertujuan
Tabel 3. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Data Sig. Kesimpulan Nilai Raport Siswa Kelas Reguler
0, 125
Kedua kelompok homogen
Nilai Raport Siswa Kelas Khusus Olahraga
0,125
Kedua kelompok homogen
Sumber: Hasil olah data SPSS versi 17.
Siswa 3,248 0, H0 Kelas 000 Ditolak Reguler Siswa 3,167 0,0 H0 Kelas 00 Ditolak Khusus Olahraga Sumber: Hasil olah data SPSS versi 17.
Terdapat perbeda an Terdapat perbeda an
Data di atas dapat diketahui bahwa nilai
Berdasarkan hasil uji t di atas diketahui
signifikansi pada output “Test of Homogeneity of
nilai signifikansi pada output “Independent
10 Jurnal Manajemen Pendidikan Edisi ... Tahun ..ke.. 2016
Samples Test” adalah 0,000. Nilai signifikansi
Hasil rata-rata nilai raport kelas khusus
lebih kecil dari 0,05 maka dapat disimpulkan
olahraga di SMAN 2 Ngaglik Sleman yang
bahwa H0 ditolak yang berarti terdapat perbedaan
menunjukkan lebih rendah dibandingkan dengan
pengaruh pembinaan peserta didik terhadap
kelas reguler, hal ini menjadi salah satu
prestasi akademik antara kelas reguler dan kelas
pertimbangan dalam perencanaan peserta didik
khusus olahraga. Kemudian berdasarkan nilai
untuk selanjutnya. Tim Dosen AP UPI (2010:
rata-rata raport menunjukkan bahwa nilai siswa
207) menyatakan perencanaan peserta didik perlu
kelas reguler sebesar 3,248, sedangkan nilai siswa
mempertimbangkan beberapa proses yaitu:
kelas khusus olahraga sebesar 3,167 maka hal ini menunjukkan nilai rata-rata raport siswa kelas reguler lebih tinggi. Berdasarkan hasil olah data di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan pengaruh pembinaan
peserta
didik
terhadap
prestasi
akademik peserta didik antara kelas reguler dan kelas khusus olahraga di SMAN 2 Ngaglik Sleman. Pembahasan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan pengaruh pembinaan peserta didik terhadap prestasi akademik peserta didik antara kelas reguler dan kelas khusus olahraga angkatan 2014 di SMAN 2 Ngaglik. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima yang berarti terdapat perbedaan pengaruh pembinaan peserta didik terhadap prestasi akademik antara kelas reguler dan kelas khusus olahraga. Hal ini dilihat dari nilai
1. Analisis kebutuhan peserta didik yaitu merencanakan jumlah peserta didik yang diterima. 2. Rekruitment peserta didik yang nantinya akan menjadi peserta didik. 3. Seleksi peserta didik yang merupakan kegiatan pemilihan calon peserta didik untuk menentukan diterima atau tidaknya. 4. Orientasi peserta didik yaitu kegiatan penerimaan peserta didik baru dengan mengenalkan situasi dan kondisi lembaga pendidikan. 5. Penempatan peserta didik sebagai kegiatan pengelompokan peserta didik berdasarkan sistem kelas. 6. Pembinaan peserta didik dilakukan untuk mendapatkan bermacam-macam pengalaman belajar untuk bekal hidup. 7. Pencatatan dan pelaporan peserta didik dilakukan agar lembaga mampu melakukan bimbingan yang optimal pada peserta didik. Pendapat di atas pada poin 2, rekruitment peserta didik kelas khusus olahraga harus mempertimbangkan nilai kelulusan yang sesuai dengan standar sekolah penyelenggara progran kelas khusus olahraga yang harus memenuhi beberapa persyaratan yaitu kemampuan fisik,
signifikansi pada output “Independent Samples
keterampilan, dan psikologis. Nilai kelulusan
Test” sebesar 0,000 < α (0,05). Kelas reguler
yang baik berguna untuk mengetahui bahwa
mempunyai rata-rata nilai raport sebesar 3,248 dengan jumlah peserta didik kelas reguler sebanyak 31 orang dan kelas khusus olahraga mempunyai rata-rata nilai raport sebesar 3,167 dengan jumlah peserta didik sebanyak 30 orang.
peserta didik yang akan masuk kelas khusus olahraga
memiliki
potensi
dalam
prestasi
akademik. Hal ini sesuai diatur dalam Peraturan Bupati Sleman Nomor 5.1 Tahun 2014 tentang
PENGARUH PEMBINAAN PESERTA .... (WAHYU NUGROHO) 11
Perubahan Atas Peraturan Bupati Sleman Nomor
kegiatan
6 Tahun 2013 tentang Pedoman Penerimaan
meningkatkan kecerdasan/pengetahuannya.
Peserta Didik Baru Pada Taman Kanak-Kanak Dan Sekolah Pasal 5 Ayat 6 yang menyatakan: a) lulus SMP/MTs/Program Kesetaraan Paket B, memiliki ijazah/STTB dan SKHUN/SKYBS; b) berusia paling tinggi 21 (dua puluh satu) tahun pada hari pertama tahun pelajaran baru dan belum menikah; c) memenuhi persyaratan yang ditentukan oleh cabang olahraga terkait, meliputi aspek antropometrik, kemampuan fisik, keterampilan dan psikologis; d) lulus seleksi untuk peserta program kelas olahraga yang diselenggarakan oleh sekolah; e) bersedia mengikuti seluruh program kelas olahraga dan mendapat persetujuan orang tua/wali. Kemudian pada poin 6, pembinaan peserta didik harus menjadi salah satu pertimbangan yang utama
dalam
kegiatan
kurikuler
dan
ekstrakurikuler. Pembinaan dilaksanakan harus secara
berkelanjutan
untuk
mengembangkan
pengetahuan dan keterampilan peserta didik untuk bekal hidup yang akan mendatang. Meilina Bustari & Tina Rahmawati (2005: 28) menyatakan bahwa “sasaran pembinaan peserta didik adalah pembinaan sikap, pembinaan kecerdasan/pengetahuan, keterampilan”.
Pembinaan
dan
pembinaan
secara
akademik
dalam rangka pembinaan kecerdasan peserta didik kelas olahraga diberlakukan sama dengan kelas reguler, walaupun secara kualitas masukan antara kelas olahraga dan kelas reguler berbeda. Pembinaan hanya berupa kegiatan remidial bagi peserta didik yang belum mencapai batas ketuntasan minimal, sehingga peserta didik kelas olahraga
secara
pembinaan
pengetahuan/
kecerdasan tidak ada perlakuan khusus maupun
pembinaan
tambahan
guna
Pembinaan keterampilan peserta didik kelas olahraga dilaksanakan melalui pembinaan bakat kecabangan olahraga, pembinaan bakat kecabangan olahraga menjadi hal utama bagi peserta didik kelas olahraga. Bentuk kegiatan pembinaan bakat kecabangan olahraga adalah kegiatan latihan sesuai cabang olahraga yang telah menjadi pilihan peserta didik. Proporsi pelajaran olahraga kelas khusus olahraga juga lebih besar dibandingkan dengan kelas reguler, sehingga dengan jumlah pelajaran olahraga lebih besar diharapkan peserta didik olahraga menjadi atelit-atelit olahraga sesuai dengan cabang atau keterampilannya. Sekolah
selain
melakukan
pembinaan
bakat dan akademik juga menekankan pembinaan sikap dan mental. Di SMAN 2 Ngaglik pembinaan sikap dan mental terintegrasi dengan proses pembelajaran dan kegiatan latihan. SMAN 2 Ngaglik dalam membina sikap dan mental peserta didik melalui peran guru wali kelas dan guru BK, selain itu juga ditunjuk seorang guru pendamping bagi setiap cabang olahraga. Guru pendamping tersebut yang lebih berperan utama dalam pembinaan peserta didik kelas olahraga karena
selalu
memantau
kegiatan
latihan
kecabangan olahraga dan pembinaan sikap mental peserta didik kelas olahraga. Selanjutnya
di
SMAN
2
Ngalik
mempunyai layanan-layanan yang dibutuhkan bagi peserta didik. Peserta didik kelas khusus olahraga pada dasarnya tidak berbeda dengan peserta didik kelas reguler. Layanan di SMAN 2 Ngaglik tersebut meliputi: layanan bimbingan dan konseling, layanan perpustakaan, layanan kantin,
12 Jurnal Manajemen Pendidikan Edisi ... Tahun ..ke.. 2016
layanan
kesehatan.
Sekolah
selalu
Sleman melakukan evaluasi untuk perkembangan
layanan-layanan
tersebut
peserta didik dalam ujian akhir semester dan
sebagai bagian dari pembinaan peserta didik. Tim
perkembangan kecabangan keolahragaan peserta
dosen AP UNY (2010: 53-55) mengemukakan
didik selama satu semester. Selanjutnya untuk
”layanan-layanan
kelas reguler dilakukan evaluasi oleh sekolah
mengoptimalkan
khusus
manajemen
peserta
bimbingan
konseling,
didik
yang
menunjang
adalah
layanan
layanan
perpustakaan,
yaitu pada tengah semester dan akhir semester. Perbedaannya
pada terkait
kelas dengan
khusus
olahraga
layanan kantin, layanan kesehatan, layanan
dievaluasi
perkembangan
transportasi, dan layanan asrama”. Sekolah untuk
kecabangan keolahragaan, sedangkan pada kelas
menunjang peserta didik kelas khusus olahraga,
reguler tidak dilakukan.
maka mempunyai layanan khusus yang tidak
Sukardi (2012: 57) menyatakan dua model
diberikan kepada peserta didik kelas reguler yaitu
yang sangat populer dalam kaitannya dengan
layanan pemberian nutrisi. Pemberian nutrisi
evaluasi pembinaan yang berhubungan dengan
merupakan kebijakan sekolah sebagai bagian
pembelajaran yaitu:
untuk menunjang kebugaran fisik peserta didik kelas khusus olahraga. Hal ini sesuai dengan Peraturan
Menteri
Pendidikan
Nasional
(Permendiknas) No 39 Tahun 2008 tentang Pembinaan Kesiswaan Bab 1 Pasal 3 Ayat 2 adalah Pembinaan kualitas jasmani, kesehatan dan
gizi
berbasis
sumber
gizi
yang
terdiversifikasi antara lain melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat. Hidup bersih dan sehat bagi peserta didik harus ditanamkan sejak dini, perilaku tersebut mencerminkan diri seorang peserta didik sebagai generasi muda penerus bangsa. Evaluasi peserta didik dilakukan oleh sekolah dan Dinas Pendidikan dan Olahraga Kabupaten Sleman selaku pembuat kebijakan kelas khusus olahraga di Kabupaten Sleman. Evaluasi dilakukan dua kali dalam satu semester
a. Evaluasi Formatif Evaluasi formatif bertujuan untuk memperoleh informasi yang diperlukan oleh seorang evaluator tentang siswa guna menentukan tingkat perkembangan siswa dalam satuan unit proses belajar mengajar. Fungsi evaluasi formatif merupakan evaluasi yang dilakukan guru untuk memperbaiki proses pembelajaran maupun strategi pengajaran yang telah diterapkan. Pelaksanaan evaluasi ini dilakukan secara kontinu atau periodik tertentu dalam satu proses belajar mengajar. b. Evaluasi Sumatif Evaluasi sumatif dilakukan oleh para evaluator untuk memperoleh informasi guna menetukan keputusan para siswa selama mengikuti proses belajar mengajar. Evaluasi sumatif bertujuan untuk menentukan posisi siswa dalam kaitannya dengan penguasaan materi pembelajaran yang telah diikuti selama satu proses pembelajaran. Evaluasi ini dilakukan pada akhir proses belajar mengajar, termasuk juga akhir kuartal atau akhir semester.
dengan meminta perkembangan peserta didik
Evaluasi pembinaan peserta didik sangat
dalam ujian tengah semester dan perkembangan
perlu dilakukan untuk melihat seberapa besar
kegiatan latihan keolahragaan peserta didi pada
kemajuan perkembangan peserta didik baik dalam
tiga bulan pertama, sedangkan pada tiga bulan
pelajaran maupun pada kecabangan keolahragaan.
kedua Dinas Pendidikan dan Olahraga Kabupaten
Agar potensi-potensi pada peserta didik dapat
PENGARUH PEMBINAAN PESERTA .... (WAHYU NUGROHO) 13
berkembangan dan menjadi aset pada daerah
1.
tersebut dalam bidang olahraga.
Sekolah kelulusan
harus
mempertimbangkan
peserta
didik
kelas
nilai khusus
olahraga sebagai standar penerimaan peserta SIMPULAN DAN SARAN
didik baru, sehingga peserta didik kelas
Simpulan
khusus olahraga bisa bersaing dengan peserta
Berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian dan hasil analisis yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: Terdapat perbedaan pengaruh pembinaan peserta didik terhadap prestasi akademik peserta didik antara kelas reguler dengan kelas khusus olahraga angkatan 2014 Tahun Pelajaran 2014/2015 di SMAN 2 Ngaglik. Hal ini terbukti dari hasil pengolahan data menggunakan SPSS versi 17 yang menunjukkan bahwa nilai signifikan pada output “Independent Samples Test” sebesar 0,000 <
α(0,05).
Berarti
kriteria
penolakan
dan
didik kelas reguler dalam prestasi akademik. 2.
Dinas Pendidikan dan Olahraga Kabupaten Sleman dan sekolah penyelenggara kelas khusus
olahraga
perlu
melakukan
penelusuran bakat olahraga yang ada pada tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) melalui pendataan atelit lokal daerah dalam ajang
kompetisi
maupun
olahraga
diselenggarakan
yang
diikuti
di
tingkat
Kabupaten dan provinsi sehingga peserta didik yang mempunyai bakat olahraga yang bagus bisa dibina di Kabupaten Sleman.
penerimaan hipotesis adalah H0 ditolak dan H1 diterima.
DAFTAR PUSTAKA
Selanjutnya hasil dari rata-rata nilai raport peserta didik menunjukkan bahwa nilai raport kelas reguler lebih besar dari nilai kelas khusus olahraga yaitu sebesar 3,248 > 3,167, sehingga
Assosiasi CI+BI Nasional. (2015). Profil Assosiasi Cerdas Istimewa dan Bakat Istimewa (CI+BI) Diunduh dari: https://asosiasicibinasional.wordpress.com/ salam- cibi/ about. pada tanggal 12 Agustus 2015 pukul 13.34 WIB.
prestasi akademik peserta didik kelas reguler lebih baik daripada peserta didik kelas khusus olahraga. Maka dari itu pembinaan peserta didik kelas khusus olahraga lebih perlu diperhatikan. Sasaran
pembinaan
mempertimbangkan pembinaan
peserta
didik
harus
beberapa
aspek
yaitu
sikap,
kecerdasan/pengetahuan,
pembinaan dan
pembinaan
keterampilan. Saran Berdasarkan
hasil
penelitian
dan
kesimpulan, maka saran yang dapat diberikan oleh penulis sebagai berikut:
Deden Saepul Hidayat & Wawan Gunawan. (2013). Mengembangkan Pendidikan Bagi Peserta Didik Cerdas Istimewa & Bakat Istimewa (CIBI). Jakarta: PT. Luxima Metro Media. Haryadi Sarjono & Winda Julianti. (2011). SPSS vs LISREL: Sebuah Pengantar Aplikasi untuk Riset. Jakarta: Salemba Empat. Kemendiknas. (2006). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 34 tahun 2006 tentang Pembinaan Peserta Didik Yang Memiliki Potensi Kecerdasan Dan/Atau Bakat Istimewa. Diunduh dari: http://www.kopertis12.or.id/wpcontent/upl oads/2013/07/permendiknas-no-34-th2006ttg- pembinaan anak -berprestasi.pdf. pada tanggal 24 Februari 2015 pukul 10.10 WIB.
14 Jurnal Manajemen Pendidikan Edisi ... Tahun ..ke.. 2016
Kemendiknas (2008). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 39 tahun 2008 tentang Pembinaan Kesiswaan. Diunduh dari:http://www.kopertis12.or.id/wpcontent /uploads/2012/07/permendiknas_39_2008_ ttg_kesiswaan.pdf pada tanggal 24 Februari 2015 pukul 10.24 WIB. Meilina Bustari & Tina Rahmawati. (2005). Buku Pegangan Kuliah Manajemen Peserta Didik. Yogyakarta: Fakultas Ilmu Pendidikan. Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Suharsimi Arikunto. (2002). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT Rineka Cipta. Sukardarrumidi. (2006). Metodeologi Penelitian: Petunjuk Praktis untuk Peneliti Pemula. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Sukardi. (2012). Evaluasi Pendidikan: Prinsip dan Operasionalnya. Jakarta: PT Bumi Aksara. Sumaryanto. (2010). Pengelolaan Pendidikan Kelas Khusus Istimewa Olahraga Menuju Tercapainya Prestasi Olahraga. Diunduh darihttp://staff.uny.ac.id/sites/default/files/ pengabdian/dr - sumaryanto - mkes/5 pengelolaan- pendidikan- kelas- khususistimewa- olahraga- menuju tercapainya prestasi-olahraga.pdf pada tanggal 24 Februari 2015 pukul 10.25 WIB. Tim Dosen AP UNY. (2010). Manajemen Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press. Tim
Dosen AP UPI. (2011). Manajemen Pendidikan. Bandung: Alfabeta.