PROFIL HUBUNGAN SOSIAL PESERTA DIDIK YANG HOBI MEMBACA NOVEL DI SMA NEGERI 9 PADANG
JURNAL
RENO SARI NPM: 10060154
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN ( STKIP ) PGRI SUMATERA BARAT PADANG 2014
PROFIL HUBUNGAN SOSIAL PESERTA DIDIK YANG HOBI MEMBACA NOVEL DI SMA NEGERI 9 PADANG Oleh: Reno Sari Mahasiswa Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat ABSTRACT Background of this research was because fanatic hobby of students that is reading the novel which making their social relationship doesn’t grow as well because less communication and interaction with their friends at school. The purpose of this research is to observe as far as reading the novel influence students social relationship at SMAN 9 Padang. Focus on this research is students social relationship who are hobby reading the novel with their same gender friends and with their opposite gender friends.This research uses descriptive qualitative approach which describing indications, facts, and reality about students social relationship. Informan for this research are: students, close friends of students, counselor, and subject teacher. Instrument for this research was interview guide, technique for processing data through data reduction, data presentation, and then pulling conclusion.Result of this research found that student social relationship doesn’t grow like usual, although it is with their same gender friends and also with their opposite gender friends. This caused by fanatic hobby reading the novel by students. Interest in reading the novel make student less communication and interaction with their friends. Base on this research, recommendad for students, counselor, and relevant parties to cope fanatic hobby reading the novel by students. Keywords : Students, Social Relations, Reading Novels. A. Pendahuluan Proses belajar peserta didik lebih banyak dilakukan di sekolah karena sebagian besar waktu belajar peserta didik dihabiskan di sekolah. Di sekolah peserta didik bisa mendapatkan ilmu dari berbagai materi pelajaran yang dipelajarinya. Jika peserta didik tersebut rajin dalam belajar maka dia akan berhasil, tetapi sebaliknya jika tidak rajin belajar maka peserta didik tidak akan berhasil. Menurut Anna Alisyahbana (Asrori 2006:85), hubungan sosial diartikan sebagai cara-cara individu bereaksi terhadap orangorang disekitarnya dan bagaimana pengaruh hubungan itu terhadap dirinya. Karakteristik perkembangan sosial remaja (Asrori 2006:91) : 1. Berkembangnya kesadaran akan kesunyian dan dorongan akan pergaulan 2. Adanya upaya memilih nilai-nilai sosial 3. Meningkatnya ketertarikan pada lawan jenis 4. Mulai cenderung memilih karir tertentu Berdasarkan penjelasan tersebut jelas sekali bahwa seharusnya remaja
(peserta didik) menjalin hubungan sosial dengan teman sebayanya di sekolah baik itu dengan teman sebaya sejenis maupun lawan jenis barulah dapat dikatakan bahwa remaja tersebut mampu mencapai tugas perkembangan dengan optimal. Namun, kenyataan yang ditemukan di lapangan sungguh berbanding terbalik dengan teori yang ada. Hobi yang dimiliki oleh peserta didik tersebut memang sangat bagus yakni “membaca”, dengan membaca banyak sekali hal-hal positif yang bisa mereka dapatkan serta juga bisa mengasah kecakapan intelektual yang berguna untuk lebih efektifnya dalam proses belajar. Namun, harus dikaji lebih dalam lagi jenis bacaan seperti apa yang mereka baca, apakah bacaan tersebut menguntungkan atau malah sebaliknya merugikan. Belakangan ini sangat banyak peserta didik yang sangat hobi membaca novel, mulai dari novel serius sampai novel populer. Bacaan fiksi tidak hanya membuat peserta didik lupa membaca buku pelajaran, tapi juga lupa waktu untuk belajar dan
berbagai kegiatan positif lainnya. Hasil angket menunjukkan bisa pemahaman mengenai pengertian jenis-jenis karya sastra. Novel merupakan urutan pilihan tertinggi bagi peminat karya sastra, hal ini sesuai dengan fakta di lapangan bahwa begitu mudahnya menemukan karya ini di tokotoko buku. hal ini tentu menggembirakan karena membaca tetap menjadi bagian dari kegiatan seorang siswa. Namun jika siswa terlalu terobsesi untuk membaca novel hal ini akan mempengaruhi hasil belajarnya serta juga tidak mungkin mereka akan lumpuh sosial (Ani Rachmat. 2008. Pengaruh Bacaan Fiksi dan Minat Baca Terhadap Prestasi Akademik Siswa SMA 2 Tasikmalaya) Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa, apabila mereka terlalu terobsesi dalam membaca novel hal ini akan berpengaruh dalam hubungan sosial peserta didik di sekolah serta juga mungkin dapat menyebabkan lumpuh sosial. Berdasarkan tugas perkembangan remaja yang seharusnya mereka mampu menjalin hubungan sosial di sekolah dengan baik serta mampu mencapai tugas-tugas perkembangan remaja secara optimal. Namun di lapangan ditemukan, ada beberapa orang peserta didik yang membaca novel jenis novel populer yang temanya telah kurang tepat dengan usia mereka yang sudah tergolong kepada remaja karena dalam novel tersebut masih terkandung unsur fantasi dan imajinasi yang tinggi. Ini adalah salah satu bukti bahwa peserta didik belum mampu mencapai tugas perkembangan masa remaja yang optimal. Adapun tugas-tugas perkembangan masa remaja, menurut Hurlock (Asrori 2006:165) adalah berusaha : 1. Mencapai hubungan baru yang lebih matang dengan teman sebaya baik pria maupun wanita. 2. Mencapai peran sosial pria dan wanita. 3. Menerima keadaan fisiknya dan menggunakannya secara efektif. 4. Mencari kemandirian emosional dari orang tua dan orang-orang dewasa lainnya. 5. Mencapai jaminan bebas ekonomi. Observasi dan wawancara yang penulis lakukan ketika melaksanakan praktek lapangan di SMA Negeri 9 Padang dengan beberapa orang peserta didik
terungkap bahwa peserta didik tersebut lebih memilih membaca novel dibandingkan dengan buku-buku pelajaran. Ditemukan beberapa orang peserta didik yang kedapatan membaca novel pada saat proses belajar mengajar berlangsung, merelakan waktu istirahat untuk membaca novel yang seharusnya dipergunakan untuk istirahat, meninggalkan shalat untuk tinggal di kelas ketika diberikan waktu untuk shalat oleh pihak sekolah, ada peserta didik yang memandang membaca novel lebih modern dibandingkan dengan buku pelajaran dan buku yang berbasis pengetahuan lainnya, ada peserta didik yang mengatakan bahwa membaca novel lebih menarik dan dapat mengembangkan daya imajinasi. Bahkan setelah diwawancara, ada beberapa orang peserta didik yang mengaku lebih memilih kehilangan teman dibandingkan kehilangan novel atau tidak bisa membaca novel. Adapun fokus penelitian dalam penelitian ini adalah: “Hubungan Sosial Peserta Didik yang Hobi Membaca novel yakni hubungan sosial dengan teman sebaya sejenis dan hubungan sosial dengan teman sebaya lawan jenis. Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan hubungan sosial peserta didik yang hobi membaca novel di SMA N 9 Padang yakni hubungan sosial dengan teman sebaya sejenis dan hubungan sosial dengan teman sebaya lawan jenis. B. Metodologi Penelitian Penelitian yang dilakukan termasuk penelitian kualitatif yang menghasilkan data deskriptif. Menurut Musfiqon (2012:70) bahwa “Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang jenis datanya bersifat nonangka. Bisa berupa kalimat, pernyataan, dokumen serta data lain yang bersifat kualitatif untuk dianalisis secara kualitatif. Makanya, dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan statistik dalam analisis data penelitian”. Penelitian ini dilakukan mulai bulan Agustus sampai September 2014 di SMA N 9 Padang. Menurut Bungin (2011:76) bahwa “Informan penelitian adalah subjek yang memahami objek penelitian”. Informan penelitian ini ditentukan setelah peneliti menentukan informan kunci (key informants) dan selanjutnya dari informan kunci ditetapkan informan berikutnya.
Informan kunci yang ditetapkan berdasarkan pertimbangan bahwa informan kunci harus mengetahui dengan jelas tujuan penelitian serta terkait dengan permasalahan yang diteliti. Informan kunci dalam penelitian ini ada tiga orang peserta didik. Sementara itu yang menjadi informan tambahannya adalah tiga orang peserta didik yang merupakan teman dari masing-masing informan kunci, satu orang guru BK dan satu orang guru mata pelajaran. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa wawancara. Melakukan wawancara melalui informan penelitian yang berguna untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan dan informasi langsung dalam penelitian. Menurut Riduwan (2012:74) wawancara adalah “Suatu cara pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya”. Menjamin keabsahan data dan kepercayaan data penelitian yang peneliti peroleh dapat dilakukan dengan cara sebagaimana dikemukakan Sugiyono (2011:302) ada 3 cara dalam teknik keabsahan data yaitu: 1. Kepercayaan (credibility. 2. Keteralihan (tranferbility. 3. Dapat dipercaya (depenability). Data yang telah dikumpulkan seterusnya dianalisis, Miles dan Hubeman (Sugiyono,2011:337) menjelaskan bahwa dalam penelitian kualitatif ada 3 tahapan analisis, yaitu: 1. Reduksi data (data reduction). 2. Penyajian data ( display data). 3. Penarikan kesimpulan (verifikasi). C. Hasil Penelitian dan Pembahasan 1. Hasil Penelitian a. Hubungan Sosial Peserta Didik yang Hobi Membaca Novel dengan Teman Sebaya Sejenis 1) Sikap peserta didik yang hobi membaca novel dengan teman sebaya sejenis dalam menjalin hubungan sosial Peserta didik 1, ketika ia diajak berdiskusi oleh temannya saat tengah sibuk membaca novel adalah memberikan respon sekedarnya saja, tidak memberikan banyak komentar atas topik yang dijadikan bahan untuk berdiskusi
oleh temannya dengan peserta didik, karena ia merasa membaca novel yang menurutnya sangat menarik lebih penting dibandingkan dengan berdiskusi dengan teman. Ketika diajak keluar kelas dan melibatkannya dalam mengurus keperluan kelas berkaitan dengan hubungan sosial dengan teman sebaya sejenis juga tidak berbeda jauh dengan ajakan berdiskusi, yakni menolak ketika diajak keluar kelas dan lebih menyendiri di kelas untuk melanjutkan membaca novel, saat dirinya dilibatkan dalam mengurus keperluan kelas, sering kali ia hanya memberikan respon yang sangat sedikit dan lebih cenderung diam serta meminta teman-temannya untuk memusyawarahkan sendiri tanpa melibatkan perannya yang nantinya hasil dari keputusan tersebut akan disetujui saja oleh peserta didik 1. Peserta didik 1 sering kali memarahi temannya ketika mereka menunjukkan ketidaksukaan atas hobi yang peserta didik miliki. Menurutnya, mereka meremehkan hobi yang ia miliki, memandang sebelah mata, menganggap remeh bahkan bependapat bahwa mereka tidak punya hak untuk tidak menyukai hobi yang peserta didik miliki, bahkan tak jarang hal ini menjadi penyebab peserta didik bertengkar dengan temantemannya. Beragam topik menarik yang bisa diperbincangkan oleh peserta didik di sekolah, mulai dari berita terbaru mengenai hukum, politik, pendidikan, film, musik dan bahkan gosip para artis tanah air maupun luar negeri. Namun, respon yang ditunjukkan oleh peserta didik 1 mengenai hal tersebut adalah tidak memberikan komentar, peserta didik 1 hanya diam saja. Peserta didik 2 ketika diajak berdiskusi oleh temannya saat tengah sibuk membaca novel adalah menanggapi sebentar topik yang tengah didiskusikan dengan memberikan komentar yang
banyak, namun jika teman peserta didik mengajaknya berdiskusi terlalu lama maka pada akhirnya komentar yang ia berikan semakin sedikit, sampai pada akhirnya teman peserta didik 2 bosan dan pergi sendiri karena merasa tidak direspon lagi. Ketika ia diajak keluar kelas dan melibatkannya dalam mengurus keperluan kelas berkaitan dengan hubungan sosial dengan teman sebaya sejenis, maka ajakan keluar kelas tersebut tidak langsung ia tolak melainkan ia selalu mengatakan kepada temannya untuk pergi lebih dulu dan nanti ia menyusul, namun sering kali ia tetap diam saja di dalam kelas untuk membaca novel. Untuk mengurus keperluan kelas, peserta didik 2 melibatkan diri hanya pada hal-hal yang tidak menghabiskan banyak waktu misalnya diberikan tugas oleh teman-teman membeli penghapus papan, maka ia akan langsung melaksanakan setelah itu ia kembali sibuk dengan novelnya. Respon yang ditunjukkan oleh peserta didik 2 ketika temannya menunjukkan ketidaksukaan atas hobi yang peserta didik miliki adalah terlebih dahulu memberikan penjelasan mengenai novel yang ia baca, mengenai penulisnya, tema yang diangkat, alur cerita, dan berbagai hal menarik lainnya yang menurut peserta didik 2 bisa mengubah persepsi teman peserta didik tersebut yakni membaca novel hanya buang-buang waktu. Tapi jika teman peserta didik 2 masih memberikan komentar yang negatif maka peserta didik 2 akan membaca novel jauh dari temannya tersebut. Menurut peserta didik 2 ketika teman-temannya sibuk membahas sebuah topik yang sedang hangat diperbincangkan, maka respon yang ia berikan adalah tergantung kepada topik seperti apa yang dibahas teman-temannya tersebut, jika menurutnya topik itu lebih menarik dari novel yang
sedang ia baca maka ia akan memberikan komentar. Namun sebaliknya, jika topik tersebut tidak bisa mengalahkan daya tarik tersendiri dari novelnya maka ia hanya akan menjadi pendengar yang baik. Peserta didik 3 ketika diajak berdiskusi oleh temannya saat tengah sibuk membaca novel adalah tidak jauh berbeda dengan peserta didik 1 yakni memberikan komentar seperlunya saja, bahkan tak jarang ketika diajak berdiskusi oleh teman-temannya peserta didik 3 lebih sering menunjukkan sikap bahwa temannya hanya radio yang bicara sendiri, hal inilah yang menyebabkan teman peserta didik 3 sering kesal kepadanya. Menurut peserta didik 3 ketika ia diajak keluar kelas dan melibatkannya dalam mengurus keperluan kelas berkaitan dengan hubungan sosial dengan teman sebaya sejenis, maka ajakan keluar kelas tersebut diterima oleh peserta didik 3, tapi pada akhirnya jika teman peserta didik mengajak ke kantin atau kopsis maka peserta didik memilih untuk ke perpustakaan sendirian, jadi peserta didik 3 hanya bersama ketika keluar dari ruang kelas, tapi tujuannya tetap berbeda dengan temantemannya. Untuk mengurus keperluan kelas, peserta didik 3 tidak terlibat terlalu banyak, jika teman-temannya sedang bermusyawarah dan saat peserta didik diminta mengeluarkan pendapat maka peserta didik akan memberikan respon yang sedikit. Jika di dalam kelas sedang mengadakan rapat untuk membahas keperluan kelas tersebut maka peserta didik 3 sering kali menawarkan diri sebagai notulen yang tugasnya hanya mencatat kesimpulan dari hasil rapat, bukan sebagai anggota kelas yang aktif memberikan komentar ataupun masukan. Respon yang ditunjukkan oleh peserta didik 3 ketika
temannya menunjukkan ketidaksukaan atas hobi yang peserta didik miliki adalah membandingkan hobi membaca novel yang peserta didik 3 miliki dengan hobi yang dimiliki oleh teman peserta didik yang menunjukkan ketidaksukannya tersebut, salah satu contoh hobi yang dimiliki oleh teman peserta didik adalah mendengarkan musik. Peserta didik 3 dengan nada yang kesal akan mengatakan kepada temannya bahwa hobi yang ia miliki jauh lebih bermanfaat dibanding dengan hobi yang dimiliki oleh teman peserta didik 3. Menurut peserta didik 3 ketika teman-temannya sibuk membahas sebuah topik yang sedang hangat diperbincangkan, maka respon yang ia berikan adalah menjauh dari tempat temantemannya tengah berbincang. Hal ini dilakukan, karena menurut peserta didik 3 topik yang dibahas oleh teman-temannya tidak menarik. Ia akan lebih memilih membaca novel di tempat yang jauh dari keributan dalam membahas topik tersebut. 2) Pengaruh yang diberikan oleh teman sebaya sejenis kepada peserta didik yang hobi membaca novel Wawancara yang peneliti lakukan dengan peserta didik 1, 2 dan 3 berhubungan dengan cara temannya mengingatkan peserta didik mengenai sebuah tugas individu memperoleh hasil wawancara yang sama yakni dengan cara mengatakan kepada peserta didik secara langsung agar tidak lupa mengerjakan tugas tersebut dan melalui sms yang isinya sama yakni mengingatkan peserta didik akan deadline kapan tugas tersebut dikumpulkan. Begitupun dengan cara temannya mengajak peserta didik untuk mengerjakan suatu tugas kelompok, maka peserta didik 1, 2 dan tiga memberikan jawaban yang sama caranya adalah dengan memanggilnya serta sering kali meminta pendapatnya mengenai tugas kelompok tersebut.
3) Manfaat positif menjalin hubungan sosial dengan teman sebaya sejenis terhadap peserta didik yang hobi membaca novel Menurut peserta didik 1, 2 dan 3 mengenai ada tidaknya teman peserta didik memberikan bantuan ketika peserta didik mengalami suatu masalah baik itu berhubungan dengan sekolah, pelajaran maupun hal lainnya berkenaan dengan hubungan sosial peserta didik dengan teman sebaya sejenis serta manfaat positif yang mereka berikan, yakni teman peserta didik ada memberikan bantuan kepadanya saat ia mengalami masalah, bantuan itu bisa berupa pemberian semangat dan nasehat, serta berupaya untuk membantu mencarikan jalan keluar dari masalah tersebut. b. Hubungan Sosial Peserta Didik yang Hobi Membaca Novel dengan Teman Sebaya Lawan jenis 1) Ketertarikan peserta didik yang hobi membaca novel dengan teman sebaya lawan jenis Menurut peserta didik 1, dan 3 semua novel yang mereka baca sangat menarik. Novel tersebut dikategorikan kepada novel populer, sehingga tidak ada hal lain yang membuat mereka lebih tertarik kecuali membaca novel tersebut, termasuk menjalin hubungan sosial dengan teman sebaya lawan jenis. Jadi, tidak ada seorangpun dari teman sebaya lawan jenis tersebut yang disukai oleh peserta didik 1, dan 3. Berbeda dengan peserta didik 1 dan 3 yang tidak satupun dari teman sebaya lawan jenis yang membuat mereka tertarik, menurut peserta didik 2 ada salah satu dari teman sebaya lawan jenis yang membuat peserta didik 2 tertarik. Tapi kesukaan peserta didik 2 kepada teman sebaya lawan jenis tersebut tidak melebihi kesukaannnya terhadap novel, oleh karena itu keseukaann peserta didik 2 hanya sebatas sesekali memperhatikan secara diam-diam gerak-gerik teman sebaya lawan jenis tersebut, peserta
didik tidak mencoba berkomunikasi lebih banyak atapun menjalin hubungan sosial yang lebih dekat. Hal ini dikarenakan hobi membaca novel yang dimiliki oleh peserta didik 2. 2) Pengaruh yang diberikan oleh teman sebaya lawan jenis kepada peserta didik yang hobi membaca novel Pengaruh yang diberikan oleh teman sebaya lawan jenis terhadap kehidupan sosial peserta didik 1, 2 dan 3 di sekolah adalah sesekali masih mengajak peserta didik berkomunikasi meskipun peserta didik menanggapi hanya sekedarnya saja, dan kadang-kadang juga mencoba bergurau dengan peserta didik. Tapi hal ini menurut peserta didik 1, 2 dan 3 tidak memberikan pengaruh yang berarti, bahkan peserta didik malah justru merasa terganggu ketika teman sebaya lawan jenis mangajaknya berkomunikasi ataupun bercanda ketika ia sedang membaca novel. 2. Pembahasan a. Hubungan Sosial Peserta Didik yang Hobi Membaca Novel dengan Teman Sebaya Sejenis 1) Sikap peserta didik yang hobi membaca novel dengan teman sebaya sejenis dalam menjalin hubungan sosial Hasil temuan peneliti melalui wawancara di lapangan dapat diketahui bahwa respon yang ditunjukkan peserta didik ketika teman mengajak berdiskusi, mengajak keluar kelas, melibatkan peserta didik dalam mengurus keperluan kelas adalah menolak semua ajakan tersebut, untuk ajakan berdiskusi peserta didik hanya sedikit memberikan komentar. Bahkan ketika temantemannya sedang membahas suatu topik yang sangat menarik peserta didik hanya diam saja dan lebih memilih membaca novel.
Sejalan dengan hal itu maka terlihat jelas bahwa respon yang diberikan oleh peserta didik tidak memuaskan untuk terlibat ke dalam hubungan sosial. Respon berkaitan dengan sikap. Salah satu faktor yang mempengaruhi hubungan sosial adalah sikap. Sikap adalah tendensi untuk bereaksi dalam cara suka atau tidak suka terhadap suatu objek. Sikap merupakan emosi atau afek yang diarahkan oleh seseorang kepada orang lain, benda atau peristiwa sebagai objek sasaran sikap (Hanurawan 2010:64). 2) Pengaruh yang diberikan oleh teman sebaya sejenis kepada peserta didik yang hobi membaca novel Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti lakukan melalui wawancara di lapangan bahwa pengaruh yang diberikan teman sebaya sejenis kepada peserta didik adalah berusaha agar peserta didik tidak selalu pasif yakni dengan cara mengingatkan peserta didik agar tidak lupa mengerjakan tugas kelompok dan meminta pendapat peserta didik ketika mengerjakan sebuah tugas kelompok. Menurut Asrori (2004:85) hubungan sosial adalah cara-cara individu bereaksi terhadap orang-orang di sekitarnya dan bagaimana pengaruh hubungan itu terhadap dirinya. Jadi dalam hubungan sosial seseorang saling mempengaruhi satu sama lain. Seberapa besar pengaruh yang diterima oleh individu hal itu tergantung kepada seberapa dekat hubungan sosila yang mereka jalin. 3) Manfaat positif menjalin hubungan sosial dengan teman sebaya sejenis terhadap peserta didik yang hobi membaca novel Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti lakukan melalui wawancara di lapangan bahwa manfaat positif yang diperoleh oleh peserta didik adalah mendapatkan bantuan dari temantemannya ketika ia sedang mempunyai masalah. Bantuan tersebut bisa berupa pemberian semangat, pemberian nasehat serta teman-temannya membantu peserta didik untuk menacri jalan keluar dari permasalahan yang dihadapi.
Kelly dan Hansen (Desmita 2012:220-221) menyebutkan 6 fungsi positif dari teman sebaya, yaitu : a) Mengontrol impuls-impuls agresif b) Memperoleh dorongan emosional dan sosial serta menjadi lebih independen c) Meningkatkan keterampilanketerampilan social d) Memperkuat penyesuaian moral dan nilai-nilai e) Meningkatkan harga diri Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa banyak sekali manfaat positif yang akan diperoleh remaja apabila mampu menjalin hubungan sosial yang baik dengan teman sebaya, yang semua manfaat tersebut dapat membantu tercapainya tugas-tugas perkembangan remaja yang optimal. Namun hal ini kurang dirasakan manfaatnya oleh peserta didik yang hobi membaca novel hal ini dikarenakan hobi fanatik yang dimiliki oleh peserta didik yakni membaca novel. Sehingga membuat teman-temannya sering kali merasa kesal. Jika hal ini dibiarkan berkembang terlalu lama, maka seiring berjalannya waktu maka rasa kesal yang ditunjukkan oleh teman-teman peserta didik tersebut akan berubah jadi perasaan tidak suka bahkan marah. Pada akhirnya, hal ini akan membuat peserta didik ditinggalkan oleh teman-temannya dan semakin pasif dalam hubungan sosial di sekolah. b. Hubungan Sosial Peserta Didik yang Hobi Membaca Novel dengan Teman Sebaya Lawan Jenis 1) Ketertarikan peserta didik yang hobi membaca novel dengan teman sebaya lawan jenis Hasil temuan yang peneliti lakukan melalui wawancara di lapangan bahwa peserta didik jarang berkomunikasi dengan teman sebaya lawan jenis, ketika diajak berkomunikasi oleh teman sebaya lawan jenis tersebut peserta didik hanya sedikit memberikan respon. Menurut peserta didik tidak ada satu orangpun dari sekian banyak teman sebaya lawan jenis yang membuat ia tertarik melebihi ketertarikannya
terhadap novel. Mereka lebih memilih membaca novel dibandingkan dengan berkomunikasi lebih banyak dengan teman sebaya lawan jenis. Menurut Hurlock (Prayitno 2006:85) suatu perubahan hubungan sosial yang menonjol pada periode remaja adalah ketertarikan terhadap lawan jenis. Ketertarikan terhadap lawan jenis dapat dilihat dari kesukaan dan kegembiraan remaja dalam kelompok yang heterogen, remaja bangga apabila populer diantara lawan jenis. Setelah dilakukan penelitian dengan cara wawancara pendapat ini bertolak belakang dengan fakta yang peneliti temukan di lapangan, yakni peserta didik yang hobi membaca novel menunjukkan ketertarikan yang sangat minim dengan teman sebaya lawan jenis hal ini dikarenakan hobi fanatik yang mereka miliki tersebut. 2) Pengaruh yang diberikan oleh teman sebaya lawan jenis kepada peserta didik yang hobi membaca novel Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti lakukan melalui wawancara di lapangan bahwa teman sebaya lawan jenis tidak memberikan pengaruh yang berarti dalam kehidupan sosial peserta didik. Mereka sesekali hanya memberikan pengaruh berupa ajakan berbicara dan bergurau. Kedua hal ini sering kali tidak direspon dengan baik oleh peserta didik, karena peserta didik merasa terganggu berkenaan dengan hobi yang ia miliki yakni membaca novel. Pada usia remaja, sama halnya ketika peserta didik menjalin hubungan sosial dengan teman sebaya sejenis yang mana akan saling mempengaruhi antara peserta didik dengan teman sebaya sejenis tersebut begitu juga dengan manjalin hubungan sosial dengan teman sabaya lawan jenis. Remaja memiliki ketertarikan pada lawan jenis karena mereka memasuki masa pubertas, yang secara langsung teman sebaya lawan jenis akan memberikan pengaruh dalam hubungan sosial remaja. Dalam kehidupan sosial remaja terutama di sekolah, seharusnya teman sebaya lawan jenis memberikan pengaruh yang berarti dalam kehidupan sosial mereka, karena berbeda dengan teman sebaya sejenis,
teman sebaya lawan jenis mempunyai cara yang berbeda dalam menjalin hubungan sosial. Teman sebaya lawan jenis memiliki daya tarik dan pesona tersendiri dalam hubungan sosial , karena dalam menjalin hubungan sosial mereka mampu membuat suasana lebih hidup dan lebih ceria dengan berbagai gurauan yang mereka miliki. Jika hal ini tidak dimiliki dan dirasakan oleh peserta didik yang hobi membaca novel maka hubungan sosial peserta didik akan monoton dan terasa hambar. Sehingga endingnya hal ini akan menjadi pemicu peserta didik semakin tidak bergairah dalam menjalin hubungan sosial dengan teman sebaya lawan jenis. D. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian tentang profil hubungan sosial peserta didik yang hobi membaca novel di SMA Negeri 9 Padang, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Hubungan sosial peserta didik yang hobi membaca novel dengan teman sebaya sejenis yaitu peserta didik pasif dalam menjalin hubungan sosial dengan teman sebaya sejenis hal ini dikarenakan kurangnya komunikasi dan interaksi dengan teman sebaya sejenis tersebut. Peserta didik sering kali menolak tawaran dari teman sebaya sejenis seperti ajakan untuk berdiskusi, ajakan untuk keluar kelas serta ajakan untuk melibatkan peserta didik dalam mengurus keperluan kelas. Peserta didik hanya memberikan respon yang sedikit ketika teman-temannya meminta pendapat peserta didik mengenai tugas kelompok. Hal ini dikarenakan peserta didik lebih memilih membaca novel. 2. Hubungan sosial peserta didik yang hobi membaca novel dengan teman sebaya lawan jenis yaitu jika dibandingkan dengan hubungan sosial dengan teman sebaya sejenis yang meskipun pasif tapi setidaknya peserta didik masih sering berkomunikasi dengan teman sebaya sejenis tersebut. Sedangkan dengan teman sebaya lawan jenis peserta didik sangat jarang berkomunikasi hal ini membuat hubungan sosial
peserta didik dengan teman sebaya lawan jenis tidak berkembang dengan baik. Hal ini dikarenakan peserta didik lebih memilih membaca novel E. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti menyarankan kepada berbagai pihak yang terkait, sebagai berikut: 1. Guru BK, diharapkan bisa bermanfaat sebagai masukan dan pertimbangan dalam memberikan perhatian yang lebih khusus lagi serta memberikan layanan konseling perorangan kepada peserta didik yang memiliki hobi yang fanatik terhadap novel yang mempengaruhi hubungan sosialnya dengan teman sebaya di sekolah. Dengan adanya penelitian ini maka diharapkan guru BK dapat mengarahkan kebiasaan membaca yang dimiliki oleh peserta didik untuk membaca buku ilmiah dan buku pelajaran. 2. Peserta didik, diharapkan dapat berguna untuk lebih bisa mengatur waktu, tempat dan saat membaca novel, sehingga hubungan sosialnya akan berkembang dengan baik. 3. Kepala Sekolah, diharapkan bisa dijadikan sebagai masukan untuk meningkatkan penyelenggaraan pendidikan dalam meningkatkan disiplin peserta didik khususnya melakukan razia dan mengeluarkan peraturan untuk tidak membawa novel ke sekolah. 4. Pengelola program studi BK, agar bisa berguna sebagai bahan masukan dalam rangka meningkatkan kinerja guru BK untuk mengatasi hobi fanatik yang dimiliki oleh peserta didik di sekolah, serta menemukan cara untuk mengurangi hobi fanatik tersebut. 5. Peneliti selanjutnya, diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dan contoh untuk melakukan penelitian ke depannya agar memperoleh hasil yang lebih baik dari sebelumnya.
F. Kepustakaan Ani Rachmat. 2008. Pengaruh Bacaan Fiksi dan Minat Baca Terhadap Prestasi Akademik Siswa SMA 2 Tasikmalaya. Jurnal Universitas Padjajaran. Desmita. 2012. Psikologi Perkembangan. Bandung : Remaja Rosdakarya. Elizabeth B Hurlock. 2009. Psikologi Perkembangan. Jakarta : Erlangga. Fattah Hanurawan. 2010. Psikologi Sosial. Bandung : Remaja Rosdakarya. Mohammad Ali dan Mohammad Asrori. 2006. Psikologi Remaja. Jakarta : Bumi Aksara. Riduwan. 2012. Belajar Mudah Penelitian. Bandung : Alfabeta. Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung : Alfabeta.