0
LAYAN NAN KONS SELING PERORANG P GAN DALAM MEMINIMALIS SIR PESERTA A DIDIK YANG BER RPERILAK KU MEMBO OLOS DI SM MA SEMEN N PADANG G
JURNA AL
BENY YUL B LIARDI NPM: 100 060086
G PROG GRAM STU UDI BIMB BINGAN KO ONSELING SE EKOLAH TINGGI T K KEGURUAN N DAN ILM MU PENDIDIKAN (STKIP) PGRI P SUM MATRA BA ARAT PADAN NG 2014 4
LAYANAN KONSELING PERORANGAN DALAM MEMINIMALISIR PESERTA DIDIK YANG BERPERILAKU MEMBOLOS DI SMA SEMEN PADANG Oleh: Beny Yuliardi Mahasiswa Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat
ABSTRACT The background of this research is the student’s play truant fenomenon at school. This research focused in an effective a personal counseling service in minimize the student’s play truant in Semen Padang senior high school. The research in descriptive qualitative. The informant of the research are the counselor (3 person) and the students as a provement (3 students). Data of the research are collected by personal interview, documentative and descriptive analysis. The technique based on primer and secunder data, while the data of analysis from field note and the research comment. The result of the research tell about a personal counseling service in minimize the students play truant. The counselor activities to minimize the students play truant by a personal counseling service in some steps: (1) Steps planning, the recapitulations all the data before a personal counseling service. (2) Steps doing, doing the activities a personal counseling service by using the personal techniques. (3) Steps evaluation, how to evaluate a personal counseling service. (4) Steps revising, the activities to know the students play truant a personal counseling service development. Key words: a personal counseling service, students, play truant attitude
PENDAHULUAN Sekolah merupakan suatu sarana lembaga sosial dalam membentuk kepribadian yang matang. Salah satu upaya dalam peningkatan sumber daya manusia yang matang adalah dengan mengikuti kegiatan pendidikan formal. Dalam peningkatan sumber daya manusia salah satu syarat untuk mencapai pembangunan. Pendidikan adalah kegiatan kehidupan manusia untuk mengembangkan potensi untuk mencapai perwujudan manusia seutuhnya. Berdasarkan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 Bab I Pasal 1 Ayat 1 menyatakan bahwa: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
ketrampilan dalam dirinya, masyarakat bangsa dan negara. Dilihat dari berbagai aspek sekolah tidak hanya sebagai lembaga sosial belajar mengajar dalam pendidikan tetapi sekolah juga melatih peserta didik dengan berbagai pengalaman sosial, adat istiadat dan nilai moral yang ada. Pembangunan dalam bidang pendidikan adalah bagian dari pembangunan nasional, salah satu usaha untuk mencapai pembangunan dibidang pendidikan adalah dengan meningkatkan mutu melalui kualitas dan kuantitas setiap komponen yang memberikan pengaruh nyata dalam pendidikan seperti tenaga pendidik yang profesional, kurikulum, sarana dan prasarana serta dukungan masyarakat. Apabila dibalik itu tidak berjalan seimbang dan berkesinambungan maka otomatis tidak akan menghasilkan sumber daya manusia yang handal. Dalam itu semua dibutuhkan kerjasama yang baik terutama menghasilkan lulusan yang baik. Sekolah sebagai lembaga sosial tempat peserta didik hidup dan
berkembang dalam membentuk pribadi yang matang. Sekolah juga salah satu lembaga peralihan peserta didik dari kehidupan keluarga kepada kehidupan yang bersaing dan berdiri sendiri. Sekolah bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia baik dalam kemampuan sosial, spiritual, intelektual dan kemampuan profesional karena manusia merupakan tulang punggung dalam pembangunan. Untuk itu dibutuhkan semua kerjasama aspek-aspek yang terkait dalam pembentukan peserta didik yang baik dan handal melalui lembaga pendidikan. Mortensen & Schmuller (Prayitno, 2005:240) mengemukakan adanya bidangbidang tugas atau pelayanan yang saling terkait, yaitu: 1. Bidang kurikulum dan pengajaran yaitu bidang yang meliputi semua bentuk pengembangan kurikulum dan pelaksanaan pengajaran. 2. Bidang administrasi dan kepemimpinan yaitu bidang yang meliputi berbagai fungsi berkenaan dengan tanggung jawab dan pengambilan kebijaksanaan serta pengelolaan adaministrasi sekolah. 3. Bidang kesiswaan yaitu bidang yang meliputi berbagai fungsi dan kegiatan yang mengacu pada pelayanan kesiswaan secara individual agar masing-masing peserta didik dapat berkembang sesuai dengan bakat, potensi dan minat-minatnya serta tahaptahap pekembangan bidang ini dikenal sebagai bidang pelayanan bimbingan dan konseling. Sekolah tidak hanya lembaga sosial menolong peserta didik, tetapi juga para masyarakat yang demokratis karena peserta didik merupakan salah satu anggota masyarakat yang kemudian hari akan menjadi anggota yang aktif dalam masyarakat. Bagaimana peserta didik menjadi seorang pemimpin yang baik sedangkan mengontrol dirinya saja belum sanggup. Menurut Syamsul (2008:214), masa remaja merupakan suatu pusat perhatian yang cukup memprihatinkan, hal ini disebabkan karena masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Remaja tidak kanak-kanak lagi melainkan mempunyai tanggung jawab seperti orang dewasa.
Sedangkan menurut Willis (2010:91), bahwa jenis kenakalan remaja itu banyak sekali seperti: pencuri, penipu, perkelahian, perusak, penganiayaan, perampokan, membolos, narkotika, pelanggaran susila, pembunuhan, dan kejahatan lain”. Dari sekian banyak tindakan perilaku menyimpang dari diri remaja seperti; berkelahi, membolos, memakai narkoba, berkelahi, tawuran, memalak, menonton video porno dan lain sebagainya, maka peneliti menfokuskan kepada berperilaku membolos dimana berdasarkan pengamatan peneliti lihat banyak sekali peseta didik yang berperilaku membolos di sekolah. Maka peneliti tertarik untuk meneliti kasus membolos dan dapat disimpulkan bahwa perilaku membolos merupakan perilaku menyimpang yang banyak terjadi di setiap sekolah baik itu sekolah negeri atau swasta. Berperilaku membolos dapat diartikan suatu tindakan peserta didik yang bermalas-malasan untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran pada saat jam pembelajaran berlangsung. Untuk itu dalam pengentasan masalah ini agar tidak terulang kembali dibutuhkan kerjasama semua pihak yang terkait seperti wali kelas, guru mata pelajaran, wakil kesiswaan dan guru BK agar aturan yang diterapkan dapat berlaku dan dapat meminimalisir peserta didik yang sering berperilaku membolos pada saat pergantian jam pelajaran di SMA Semen Padang ini. Dalam penyelenggaraan layanan BK merupakan pengembangan seluruh aspek kepribadian peserta didik, pencegah terjadinya timbulnya masalah yang akan menghambat perkembangannya dan menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapinya, baik sekarang maupun yang akan datang. Pelayanan BK merupakan bagian yang integral dari proses pelaksanaan pendidikan di sekolah. Oleh karena itu, proses pelaksanaan layanan BK merupakan tanggung jawab bersama antara personil sekolah. Tetapi kenyataannya dalam penyelenggaraan pelayanan BK di sekolah masih diliputi berbagai permasalahan diantaranya masih terbatasnya waktu dalam pelaksanaaan layanan akan tetapi, itu tidak menjadi peghambat bagi peneliti, karena peneliti dalam melaksanakan layanan konseling perorangan ini dilakukan pada saat jam pelajaran kosong ataupun setelah pulang
sekolah. Buchori (Aip Badrujaman, 2011:4) mengemukakan bahwa: Tenaga guru BK belum mendapatkan tempat yang layak di kebanyakaan sekolah. Ketiadaan jam pembimbing di sekolah membuat guru BK tidak dapat melakukan kegiatan bimbingan yang rutin dan sistematis kondisi ini berhubungan dengan kebijakan kepala sekolah akan tetapi dalam pengambilan kebijakan kepala sekolah melihat kegiatan BK yang diselenggarakan yang dijadikan dasar pengambilan keputusan contoh program dilakukan tanpa perencanaan yang matang, strategi yang tidak tepat, dan tidak tahu apa yang akan dilakukan. Bahkan di sekolah, guru BK dijauhi peserta didiknya karena dipandang sebagai polisi sekolah. Layanan konseling perorangan ini sangat dibutuhkan dalam mencegah dan meminimalisir peserta didik yang sering atau kerap sekali berperilaku membolos pada saat jam pelajaran berlangsung layanan BK sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari program pendidikan dituntut untuk memiliki evaluasi terhadap berbagai layanan yang diselenggarakan. Berdasarkan hasil kegiatan yang peneliti lakukan sewaktu PPLBK kependidikan dan sekolah di SMA Semen Padang pada bulan Juli sampai Desember tahun 2013, saat jam pelajaran berlangsung banyak peserta didik yang tidak masuk dan berada di luar, ini menandakan masih lemahnya penerapan aturan disiplin yang diterapkan sekolah itu sehingga memberikan peluang bagi peserta didik untuk membolos. Kegiatan membolos ini sangat rawan terjadi pada saat pergantian jam pelajaran berlangsung dicontohkan pergantian jam pelajaran Bahasa Indonesia ke Matematika dimana guru Matematikanya belum masuk maka di sinilah kesempatan peseta didik untuk keluar kelas. Dari hasil wawancara pada saat kegiatan PPLBK kependidikan dan sekolah dengan salah seorang guru BK di SMA Semen Padang di ruangannya menyatakan bahwa masih adanya peserta didik yang sering membolos pada saat pergantian jam pelajaran ini disebabkan masih minim dan kurangnya penegakan disiplin terhadap peserta didik dari masalah ini terutama sekali kepada guru mata pelajaran yang bersangkutan dan wali kelas yang ada.
Membolos dapat diartikan sebagai perilaku siswa yang tidak masuk sekolah dengan alasan yang tidak tepat, atau bisa juga dikatakan ketidak hadiran tanpa alasan yang jelas. Membolos merupakan salah satu bentuk dari kenakalan siswa, yang jika tidak segera diselesaikan/dicari solusinya dapat menimbulkan dampak yang lebih parah. Akibat yang ditimbulkan bagi peserta didik yang datang ke sekolah tapi sering melakukan tindakan berperilaku membolos, akan mengalami kegagalan dalam proses pelajaran. Perilaku membolos ini dikategorikan sebagai perilaku menyimpang yang termasuk dalam kategori kasus ringan sehingga dibutuhkan peran dari Guru BK untuk meminimalisirnya melalui layanan konseling perorangan. Berdasarkan permasalahan yang terjadi peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang layanan BK yang berjudul: Layanan Konseling Perorangan dalam Meminimalisir Peserta Didik yang Berperilaku Membolos di SMA Semen Padang. Berdasarkan latar belakang masalah di atas sesuai dengan hasil wawancara yang dilaksanakan pada saat kegiatan PPLBK kependidikan dan sekolah selama bulan Juli sampai Desember 2013 dengan guru BK maka dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut : 1. Minimnya waktu Guru BK pada saat melaksanakan layanan BK di SMA Semen Padang. 2. Terbatasnya tenaga BK dalam pelaksanaan layanan konseling di SMA Semen Padang. 3. Belum tersedianya sarana dan prasarana serta ruangan konseling pada saat melaksanakan layanan konseling perorangan. 4. Minimnya tingkat kedisiplinan sehingga peserta didik leluasa untuk keluar masuk. 5. Kegiatan bimbingan dan konseling belum efektif karena belum mempunyai jam khusus untuk kegiatan BK klasikal maupun inidividual. 6. Belum adanya kerjasama pihak yang terkait dalam menerapkan dan mengawasi aturan yang ketat. 7. Belum adanya sosialisasi dan kerjasama dalam menerapkan aturan.
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan di atas, peneliti perlu untuk menfokuskan penelitian ini agar pembahasan lebih terarah dan tidak menyimpang dari yang diinginkan dan sesuai dengan Standar Operasional Prosedurnya (SOP) dari pelaksanaan layanan konseling perorangan yaitu, adapun fokus penelitian ini adalah: Pelaksanaa layanan konseling perorangan yang efektif dalam meminimalisir peserta didik yang berperilaku membolos di SMA Semen Padang meliputi : 1. Tahap perencanaan layanan konseling perorangan dalam meminimalisir peserta didik yang berperilaku membolos. 2. Tahap pelaksanaan layanan konseling perorangan dalam meminimalisir peserta didik peserta didik yang berperilaku membolos. 3. Tahap evaluasi layanan konseling perorangan dalam meminimalisir peserta didik peserta didik yang berperilaku membolos. 4. Tahap tindak lanjut layanan konseling perorangan dalam meminimalisir peserta didik yang berperilaku membolos. Mengingat luasnya cakupan yang berkaitan dengan penelitian ini, agar tidak menyimpang dari masalah yang diteliti, penulis merumuskan masalah penelitian ini sebagai berikut: Bagaimana layanan konseling perorangan dalam meminimalisir peserta didik yang berperilaku membolos di SMA Semen Padang ? Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan: 1. Tahap perencanaan layanan konseling perorangan dalam meminimalisir peserta didik yang berperilaku membolos di SMA Semen Padang. 2. Tahap pelaksanaan layanan konseling perorangan dalam meminimalisir peserta didik yang berperilaku membolos di SMA Semen Padang. 3. Tahap evaluasi layanan konseling perorangan dalam meminimalisir peserta didik yang berperilaku membolos di SMA Semen Padang. 4. Tahap tindak lanjut layanan konseling perorangan dalam meminimalisir peserta didik yang berperilaku membolos di SMA Semen Padang.
METODOLOGI PENELITIAN Penelitian yang dilakukan termasuk penelitian kualitatif yang menghasilkan data deskriptif. Menurut Yusuf (2007: 64) penelitian kualitatif merupakan penelitian historis dimana salah satu jenis penelitian yang bertujuan untuk merekonstruksi kembali secara sistematis, akurat dan objektif kejadian atau peristiwa yang pernah terjadi di masa lampau dengan menggunakan pendekatan normatif dan interpretatif. Adapun defenisi operasional dalam penelitian ini agar tidak terjadi kesalah pahaman dalam penelitian ini yang dikemukakan melalui penjelasan variabel yang terdapat yaitu, Seorang konselor dituntut untuk dapat menunjukkan perilakunya secara efektif baik verbal maupun non verbal, adapun perilaku verbal yang efektif adalah: menggunakan kata yang dipahami klien, penafsiran baik, memberi informasi sesuai keadaan, merespon pesan klien, dan memberi dorongan minimal. Sedangkan yang tidak efektif adalah menilai klien, membujuk klien, menceramahi dan mendesak klien. Selanjutnya perilaku non verbal yang efektif adalah nada suara disesuaian, wajah yang semangat, memelihara kontak mata, dan jarak dengan klien relatif dekat. Kemudian yang non verbal tidak efektif adalah berbicara cepat, duduk menjauh, cemberut, merapatkan mulut, menguap, dan menggerakkan dahi. Dalam penelitian ini yang menjadi tuntutan seorang guru BK dalam meminimalisir peserta didik yang berperilaku membolos melalui upaya layanan konseling perorangan melalui standar operasional prosedur yang telah ditetapkan sebelum pelaksanaan layanan kegiatan antara lain, tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap evaluasi, tahap analisis, dan tahap tindak lanjut. Lokasi penelitian adalah tempat di mana peneliti akan melakukan penelitian. Karena fenomena penelitian di SMA tersebut berdasarkan pengamatan secara langsung selama mengikuti kegiatan praktek lapangan (PL) kependidikan dan sekolah Bimbingan dan Konseling. Maka Berdasarkan masalah yang telah dikaji dan ditelaah maka peneliti disini akan menempatkan lokasi penelitian di SMA Semen Padang.
Menurut Bungin (2011:76) bahwa informan penelitian adalah subjek yang memahami objek penelitian. Informan penelitian ini ditentukan setelah peneliti menentukan informan kunci (key informants) dan selanjutnya dari informan kunci ditetapkan informan berikutnya. Khusus dalam penelitian ini peneliti menggunakan snowball sampling karena yang menjadi sumber utama dalam penelitian ini adalah 3 orang guru BK yang akan menjadi sumber utama data utama dan 3 orang peserta didik yang pernah berperilaku membolos menjadi informan pendukung. Di samping personil sekolah untuk memperkuat data tentang peran guru BK dalam mengatasi peserta didik yang berperilaku membolos maka dari itu sumber data akan menjadi kuat dan relevan serta efektif. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah ada 2 kategori yaitu: a. Data primer atau sumber data utama yaitu informasi yang diperoleh dari informan yang akan diteliti yaitu guru BK di SMA Semen Padang yang berjumlah 3 orang dari informan tambahan. b. Data sekunder atau data pelengkap yaitu informasi yang diperoleh dari pihakpihak lain yang mengetahui tentang permasalahan yang berhubungan dengan subjek yang akan diteliti yang akan menambah informasi agar lebih akurat seperti yang ada di lapangan yaitu kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru mata pelajaran dan lain sebagainya. Disini yang akan menjadi informan pendukung adalah 3 orang peserta didik. Agar memperoleh data yang dibutuhkan dalam penelitian ini, maka peneliti menggunakan beberapa alat pengumpulan data berupa wawancara, dan studi dokumentasi. Data yang telah dikumpulkan seterusnya dianalisis. Data tersebut diolah dengan menggunakan langkah-langkah dan metode berikut: 1. Menghimpun hasil wawancara yang dilakukan oleh guru BK dalam meminimalisir peserta didik yang bolos melalui layanan konseling perorangan. 2. Membaca, menelaah, dan memahami hasil wawancara dengan guru BK di SMA Semen Padang.
3.
Menginterprestasikan seacara faktual hasil wawancara yang sudah dilaksanakan di SMA Semen Padang. 4. Setelah melaksanakan kegiatan interprestasi maka diambil kesimpulan secara induktif sebagaimana tujuan penelitian ini dilakukan. 5. Guru BK dapat dan mampu melakukan dan melaksanakan layanan konseling perorangan dengan baik agar dapat meminimalisir peserta didik yang bolos. Penelitian ini peneliti menggunakan satu bentuk yaitu triangulasi, dimana triangulasi dapat dibagi empat macam yaitu: 1. Triangulasi data. 2. Triangulasi pengamat. 3. Triangulasi teori. 4. Triangulasi metode. HASIL PENELITIAN Melalui pelaksanaan wawancara yang dilakukan secara tatap muka mengenai layanan konseling perorangan dalam meminimalisir peserta didik yang berperilaku membolos di SMA Semen Padang ada beberapa tahapan yang dilaksanakan yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap evaluasi dan tahap tindak lanjut. Adapun hasil yang diperoleh sebagai berikut : A. Layanan Konseling Perorangan dalam Meminimalisir Peserta Didik yang Berperilaku Membolos Dilihat dari Tahap Perencanaan. Berdasarkan hasil penelitian layanan konseling perorangan dalam meminimalisir peserta didik yang berperilaku membolos peran guru BK untuk menentukan peserta didik yang berperilaku membolos itu didapatkan dari hasil kerjasama sesama guruguru yang ada di sekolah baik yang sedang mengajar atau tidak. Selanjutnya adalah dari pantauan selama ini biasanya peserta didik itu membolos dikarenakan suka lapar pada saat proses belajar sehingga kerap sekali peserta didik itu keluar terutama sekali pada saat pergantian jam pelajaran berlangsung sangat rawan sekali terjadi. Setelah itu berdasarkan data yang di dapat barulah kami merencanakan kepada peserta didik untuk di konselingi dengan data tersebut otomatis peserta didik yang membolos ini tidak dapat berbuat apapun dikarenakan sudah sering dan kerap sekali melanggar peraturan sekolah terutama berperilaku membolos.
Prayitno (2004:293) Tahap perencanaan/ pemahaman masalah, kegiatan diawali dengan pengenalan dan perencanaan masalah secara umum. Dalam konseling klien dan konselor harus benar-benar memahami masalah yang dihadapi klien, sedapatdapatnya secara lengkap dan rinci. Perencanaan dan pemahaman masalah klien harus benar-benar persis sama dengan pemahaman konselornya dan objektif sebagaimana adanya masalah itu. Hal itu perlu menjamin ketetapan, efektivitas, dan efesiensi proses konseling. Seyogyanya konselor meyakini kebenaran suatu pendapat konselor sendiri, apalagi pendapat atau keterangan dari pihak ketiga, tentang klien dan permasalahannya, sebelum dicek terlebih dahulu kepada klien yang bersangkutan. Penjelasan di atas menyatakan bahwa layanan konseling perorangan yang dilaksanankan oleh guru BK dari segi perencanaannya adalah mencakup dari datadata yang tersedia dan mengetahui kriteria masing-masing dari berbagai sikap peserta didik itu seperti apa. B. Layanan Konseling Perorangan dalam Meminimalisir Peserta Didik yang Berperilaku Membolos Dilihat dari Tahap Pelaksanaan. Berdasarkan hasil penelitian layanan konseling perorangan dalam meminimalisir peserta didik yang berperilaku membolos ini pada tahap pelaksanaaan ini biasanya guru BK memberikan stimulus dan memancing peserta didik untuk mau bercerita untuk mengungkapkan masalahnya kenapa dirinya membolos dan apa yang meyebabkan dan melatarbelakangi dirinya membolos yaitu dengan memberikan berbagi macam teknik dalam konseling yang hanya diawali dengan bercerita secara biasa saja dan secara tidak langsung peserta didik yang membolos ini langsung saja mau diajak konseling dan masuklah pada tahap konseling yang diawali dengan pertanyaan terbuka, penjajakan, penafsiran, dan pembinaan agar dapat mengurangi dan meminimalisir perilaku peserta di Prayitno (2004:293) menngemukakan tahap pelaksanaan, kegiatan pelaksanaan konseling harus ada hubungan pribadi yang terbuka dan dinamis antara klien dan konselor. Dalam melaksanakan hubungan konseling ini ditandai dengan adanya
kehangatan, kebebasan, dan suasana yang memperkenakan klien menampilkan diri sebagaimana adanya. Dalam pelaksanaan konseling yang efektif tidak ada kata-kata yang seperti “ Anda salah”, “ Harus begini atau begitu”, “ Tidak boleh begini atau begitu”, “Kok sampai begitu”, dan kata-kata yang bersifat mencemooh dalam pelaksanaan kegiatan konseling perorangan terutama dalam keefektifan konseling peserta didik yang mengalami perilaku membolos ini. Penjelasan di atas menyatakan bahwa dalam meminimalisir peserta didik yang berperilaku membolos yang dilakukan guru BK adalah dengan melaksanakan layanan konseling perorangan dengan menggunakan berbagai macam teknik-teknik dalam konseling seperti pertanyaan terbuka, dorongan minimal, penjajakkan, penafsiran, penilaian dan pengakhiran yang dilakukan kepada peserta didik dalam upaya meminimalisir perilakunya yang membolos ini. C. Layanan Konseling Perorangan dalam Meminimalisir Peserta Didik yang Berperilaku Membolos Dilihat pada Tahap Evaluasi. Berdasarkan hasil penelitian layanan konseling perorangan dalam meminimalisir peserta didik yang berperilaku membolos peran guru BK sebagai pembimbing untuk melihat perkembangan peserta didik yang membolos dari tahap evaluasi ini adalah mengevaluasi proses konseling peroraangan terhadap peserta didik yang membolos dan melihat pola tingkah laku yang dinampakkan oleh peserta didik apakah ada perubahan seperti senang, gembira, atau sedih selama proses konseling berlangsung, Prayitno (Amirah Diniarty, 2012:75) menjelaskan bahwa ada tiga tahap evaluasi yaitu : 1) Tahap immediate, yaitu evaluasi yang dilakuakan segera (laiseg), setelah klien selesai mengikuti konseling (layanan). Contohnya pada waktu akan diakhiri konseling, konselor bertanya pada klien tentang perolehannya selama mengikuti konseling. 2) Tahap short term, yaitu evaluasi yang dilakukan beberapa hari (seminggu) setelah klien mengikuti layanan (laijapen). 3) Tahap long term, yaitu evaluasi yang dilakukan setelah klien mengikuti
layanan dalam waktu yang cukup lama, dalam jangka satu semester/bulanan (laijapang). Kemudian antara guru BK dan peserta didik menjalin komitmen dan kesepakatan bersama agar masalah membolos dari peserta didik ini tidak terulang lagi. Serta di akhir konseling kapan perlu guru BK dan peserta didik menjalin kontrak konseling di akhir konseling agar dapat proses konseling ini berkelanjutan dan berkesinambungan dalam upaya meminimalisir peserta didik yang berperilaku membolos di sekolah SMA Semen Padang ini. Penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa tahap evaluasi yang dilakukan guru BK dalam meminimalisir peserta didik yang berperilaku membolos ini adalah melihat perkembangan diri dan tingkah laku yang dinampakkan peserta didik setelah konseling serta memberikan motivasi dan dorongan setelah proses konseling selesai kepada peserta didik dalam upaya meminimalisir perilaku peserta didik yang membolos ini. D. Layanan Konseling Perorangan dalam Meminimalisir Peserta Didik yang Berperilaku Membolos Dilihat pada Tahap Tindak Lanjut. Adapun bentuk tindak lanjut yang dilakukan oleh guru BK terhadap peserta didik yang membolos ini adalah diakhiri dengan perjanjian di akhir proses konseling semacam kesepakatan serta melihat kondisi dan perasaaan klien setiap hari setelah konseling kemudian melihat perkembangan diri peserta didik yang membolos ini dari hari ke hari seperti absen kelasnya, dan laporan dari teman-teman dan guru yang ada di sekolah tersebut. Prayitno (2004:293) menyatakan: Tahap tindak lanjut dari kegiatan proses konseling perorangan ini berkesinambungan juga dengan tahap evaluasi Dimana hasil evaluasi itu dipakai sebagai masukan dan bahan pertimbangan baik bagi rencana tindak lanjut yang akan dilaksanakan dalam pertemuan terjadwal dengan masing-masing klien, maupun bagi penyusutan programprogram pelayanan periode berikutnya. Lebih jauh lagi, atas hasil penilaian itu konselor diharapkan secara bijaksana dapat memberikan tindak lanjut agar proses konseling yang dijalankannya itu tetap berlangsung dengan sebaik-baiknya sampai
akhir dalam pengentasan masalah peserta didik yang berperilaku membolos ini. Upaya yang dilakukan guru BK dalam meminimalisir perilaku peserta didik yang membolos ini adapun tindak lanjutnya adalah dengan cara menjalin kesepakatan bersama berupa kontrak konseling antara guru BK dengan peserta didik yang membolos ini dan menjalin komitmen di akhir konseling agar tidak melakukan perbuatan membolos lagi dan seandainya masih terjadi maka guru BK akan berusaha dalam hal pemberian layanan informasi dan kapan perlu bimbingan kelompok. Penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa tahap tindak lanjut layanan konseling perorangan yang dilakukan guru BK dalam meminimalisir peserta didik yang berperilaku membolos ini adalah menjalin kesepakatan dan komitmen di akhir konseling dan kapan perlu guru BK akan mengadakan kegiatan kunjungan rumah untuk mengetahui lebih dalam lagi faktor penyebab dari peserta didik yang membolos ini dan apakah ada faktor dari luar yang berguna dalam meminimalisir peserta didik yang berperilaku membolos ini. PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian maka dapat dikemukakan kesimpulan sebagai berikut: 1. Layanan konseling perorangan dalam meminimalisir peserta didik yang berperilaku membolos dilihat pada tahap perencanaannya maka dapat disimpulkan bahwa layanan konseling perorangan yang dilaksanankan oleh guru BK dari segi perencanaannya adalah mencakup dari data-data yang tersedia dan mengetahui kriteria masing-masing dari berbagai sikap peserta didik itu seperti apa. Dalam konseling klien dan konselor harus benar-benar memahami masalah yang dihadapi klien, sedapat-dapatnya secara lengkap dan rinci. Perencanaan dan pemahaman masalah klien harus benar-benar persis sama dengan pemahaman konselornya dan objektif sebagaimana adanya masalah itu. 2. Layanan konseling perorangan dalam meminimalisir peserta didik yang berperilaku membolos dilihat pada tahap pelaksanaannya maka dapat disimpulkan, dalam meminimalisir peserta didik yang berperilaku membolos yang dilakukan guru BK adalah dengan melaksanakan layanan konseling perorangan dengan menggunakan berbagai macam teknik-teknik dalam konseling seperti pertanyaan terbuka, dorongan minimal,
penjajakkan, penafsiran dan pembinaan yang dilakukan kepada peserta didik dalam upaya meminimalisir perilakunya yang membolos ini. 3. Layanan konseling perorangan dalam meminimalisir peserta didik yang berperilaku membolos dilihat pada tahap evaluasinya adalah penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa tahap evaluasi yang dilakukan guru BK dalam meminimalisir peserta didik yang berperilaku membolos ini adalah melihat perkembangan diri dan tingkah laku yang dinampakkan peserta didik setelah konseling serta memberikan motivasi dan dorongan setelah proses konseling selesai kepada peserta didik dalam upaya meminimalisir perilaku peserta didik yang membolos ini. 4. Layanan konseling perorangan dalam meminimalisir peserta didik yang berperilaku membolos dilihat pada tahap tindak lanjutnya adalah penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa tahap tindak lanjut yang dilakukan guru BK dalam meminimalisir peserta didik yang berperilaku membolos ini adalah menjalin kesepakatan dan komitmen di akhir konseling dan kapan perlu guru BK akan mengadakan kegiatan kunjungan rumah untuk mengetahui lebih dalam lagi faktor penyebab dari peserta didik yang membolos ini dan apakah ada faktor dari luar yang berguna dalam meminimalisir peserta didik yang berperilaku membolos ini. Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penelitian ini menyarankan kepada berbagai pihak yang terkait sebagai berikut: 1. Kepala sekolah Kepada kepala sekolah peneliti berharap agar terus memberikan sarana dan prasarana konseling khususnya BK yang cukup untuk menujang kegiatan proses konseling pada peserta didik. Tidak itu saja terus memberikan pemahaman dan masukan kepada guru BK dalam perannya untuk membimbing peserta didik dalam masa perkembangannya terutama dalam upaya dalam meningkatkan kinerjanya dalam meminimalisir peserta didik yang berperilaku membolos di sekolah SMA Semen Padang. 2. Guru BK Kepada guru BK sebagai pembimbing di SMA Semen Padang diharapkan bisa memberikan layanan dan bimbingan yang lebih baik untuk perkembangan peserta didik di sekolah dalam upaya meminimalisir perilaku peserta didik yang membolos, serta
menjadi panutan yang baik terhadap peserta didik agar anak mampu mencapai tujuan guru BK yang disenangi semua orang. 3. Orang tua Kepada orang tua agar bisa memberikan bimbingan dan arahan serta pengawasan terhadap peserta didiknya agar menjadi pribadi yang sehat dan dapat merasa aman di lingkungan dimana ia berada dan tidak menampakkan perilakunya yang membolos lagi. 4. Peneliti Selanjutnya Untuk peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian mengenai layanan konseling perorangan dalam meminimalisir peserta didik yang berperilaku membolos dengan variabel yang berbeda, kerena penelitian ini sangat menarik untuk diteliti. KEPUSTAKAAN Afifuddin, (2012). Bimbingan dan Penyuluhan. Bandung: CV Pustaka Setia Bungin, Burhan. 2011. Penelitian Kualitatif. Jakart Kencana. Prayitno, (2004) Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta : PT Rineka Cipta. Sugiyono, (2005). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi (Mixed Methos). Bandung: CV Alfabeta. Moleong, J Lexi. 2010. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Roskakarya. Willis, S. Sofyan (2010). Remaja dan Masalahnya. Bandung: Alfabeta. Yusuf, A. Muri (2007). Metodologi Penelitian. Padang: UNP.