FAKTOR PENYEBAB KURANGNYA PENYESUAIAN DIRI PADA SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 11 KOTA TIMUR KOTA GORONTALO
Wenny Hulukati, Mardia Bin Smith dan Harpian Pua
ABSTRAK Penyesuaian diri adalah suatu proses yang mencakup respon-respon mental dan behavioral yang diperjuangkan individu agar dapat berhasil menghadapi kebutuhan-kebutuhan internal, kegagalan, frustasi, konflik serta untuk menghasilkan kualitas keselarasan antara tuntutan dari dalam diri individu dengan tuntutan dunia luar atau lingkungan tempat individu berada. Tujuan utama penelitian ini adalah Untuk mengetahui penyesuaian diri siswa di SMP Negeri 11 Gorontalo Kecamatan Kota Timur Kota Gorontalo Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab kurangnya penyesuaian diri pada siswa kelas VIII di SMP Negeri 11 Kota Timur Kota Gorontalo. Penelitian ini berfokus pada penyesuaian diri siswa di dalam lingkungan sekolah SMP Negeri 11 Kota Gorontalo sebagai lokasi penelitian. Penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Untuk mengetahui faktor penyebab kurangnya penyesuaian diri siswa di SMP Negeri 11 kota gorontalo. Dengan memperoleh data yang diperlukan dalam membahas masalah penelitian ditempuh langkah-langkah Observasi dan Penyebaran angket. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa penyesuaian diri siswa di SMP Negeri 11 Kota Gorontalo kurang optimal yang ditunjukan dengan 1) Penyesuaian diri siswa adalah : tidak nyamannya siswa bergaul dengan teman sekelas, adanya sikap iri hati yang timbul pada diri siswa, tidak adanya rasa percaya diri, suka mencela orang lain, lebih suka mengganggu orang lain, senang mengeluarkan katakata kasar. 2) Faktor-faktor yang mempengaruhi kurangnya penyesuaian diri siswa adalah : faktor dari individu itu sendiri yaitu kurangnya motivasi dari siswa itu sendiri, faktor keluarga yaitu kurang perhatian dari orang tua, sikap orang tua yang acuh tak acuh, faktor lingkungan sekolah yaitu kurangnya bimbingan dan pengarahan dari guru-guru terutama guru BK dalam hal penyesuaian diri siswa, tidak mau terlibat langsung dalam kegiatan-kegiatan sosial, dan faktor lingkungan masyarakat yaitu pergaulan yang salah dan terlalu bebas sehingga mempengaruhi penyesuaian diri siswa. Kata Kunci : Faktor Penyebab Kurangnya Penyesuaian Diri Siswa Dr.Wenny Hulukati, M.Pd dosen pada Jurusan Bimbingan dan Konseling Universitas Negeri Gorontalo : Dra. Mardia Bin Smith, S.Pd, M.si dan Harpian Pua S.Pd guru Bimbingan dan Konseling SMP Negeri 11 Kota Gorontalo
Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidaklah lepas dari suatu interaksi antara individu yang satu dengan yang lain, dimana setiap individu harus menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Penyesuaian diri merupakan faktor yang penting dalam kehidupan manusia. Perkembangan manusia selalu dipengaruhi oleh alam sekitar dan sekaligus mempengaruhi sikap manusia. Tanpa semua ini proses interaksi dalam penyesuaian diri baik dengan kehidupan keluarga, sekolah, dan masyarakat pada umumnya tidak dapat berjalan dengan baik. Seorang siswa sebagai individu senantiasa berinteraksi dengan dirinya, orang lain dan lingkungannya guna memenuhi kebutuhan hidup. Schneidres (dalam Yusuf & Nurihsan, 2012 : 210) Bahwa : “Penyesuaian adalah proses yang melibatkan respon-respon mental dan perbuatan individu dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan, dan mengatasi ketegangan, frustasi, dan konflik secara sukses, serta menghasilkan hubungan yang harmonis antara kebutuhan dirinya dengan norma atau tuntutan lingkungan dimana dia hidup”. Menurut James (dalam Sobur, 2010 : 499) bahwa “diri adalah komposisi pikiran dan perasaan yang menjadi kesadaran seseorang mengenai eksistensi individualitasnya, pengamatannya tentang apa yang merupakan miliknya, pengertiannya mengenai siapakah dia itu, dan perasaannya sifat-sifatnya, kualitasnya, dan segala miliknya”. Jadi penyesuaian diri adalah suatau proses yang mencakup respon-respon mental dan behavioral yang diperjuangkan individu agar dapat berhasil menghadapi kebutuhan-kebutuhan internal, kegagalan, frustasi, konflik serta untuk menghasilkan kualitas keselarasan antara tuntutan dari dalam diri individu dengan tuntutan dunia luar atau lingkungan tempat individu berada Ali &Ashori, (2012:175). Pada penyesuaian diri tugas utama yang dituntut dari seorang siswa atau individu adalah kemampuan penguasaan dalam mengembangkan diri sehingga dorongan emosi dan kebiasaan menjadi terkendali dan terarah. Namun pada kenyataannya dilapangan di SMP Negeri 11 Kota Timur Kota Gorontalo tepatnya di kelas VIII, masih banyak di temui siswa yang memilih-milih teman bergaul, memiliki sikap egois, tidak mau bersosialisasi, dan memiliki sikap iri hati. Hal ini menyebabkan peserta didik tidak mampu menyesuaikan diri mereka dengan lingkungan. Berdasarkan uraian latar belakang masalah, maka dapat diidentifikasi beberapa permasalahan penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Adanya siswa yang kurang menyesuaikan diri sehingga pada kegiatan sekolah tidak aktif. b. Menunjukan sikap-sikap yang tidak wajar, seperti : terdapat siswa yang memiliki sikap egois, iri hati, dan sebagainya. c. Menunjukan gejala emosional yang kurang wajar, seperti : terdapat siswa yang tidak dapat mengontrol emosi, suka menyendiri karena merasa memiliki kekurangan. 2
d. Adanya siswa yang tidak bisa membentuk hubungan yang hangat dan peduli terhadap orang lain, seperti : adanya siswa yang selalu menjauhi / menghindar dari teman. e. Belum mampu untuk mencapai penyesuaian diri yang baik, seperti : tidak mau menghargai orang lain, tidak menunjukkan kepedulian terhadap orang Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : “a) Bagaimana penyesuaian diri siswa di SMP Negeri 11 Kota Gorontalo Kecamatan Kota Timur Kota Gorontalo? b) Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kurangnya penyesuaian diri siswa di SMP Negeri 11 Kota Gorontalo Kecamatan Kota Timur Kota Gorontalo?” Tujun Penelitian adalah : a) Untuk mengetahui penyesuaian diri siswa di SMP Negeri 11 Gorontalo Kecamatan Kota Timur Kota Gorontalo. b) Untuk mengetahui faktorfaktor penyebab kurangnya penyesuaian diri pada siswa kelas VIII di SMP Negeri 11 Kota Timur Kota Gorontalo. Musthafa Fahmi( dalam Sobur, 2010: 526) penyesuaian adalah “suatu proses dinamika terus menerus yang bertujuan untuk menguba kelakuan untuk mendapat hubungan yang lebih serasi antara diri dan lingkungan” selanjutnya Menurut James F. Calhoun dan Joan Ross Acocella (dalam Sobur 2010: 526) bahwa “penyesuaian dapat didefinisikan sebagai interaksi anda yang kontinyu dengan diri anda sendiri. Dengan orang lain dan dengan dunia anda” Schneiders (dalam Agustiani, 2006 : 146) mengemukakan bahwa “penyesuaian diri merupakan suatu proses yang mencakup respon-respon mental dan tingkah laku, yang merupakan usaha individu agar berhasil mengatasi kebutuhan, ketegangan, konflik dan frustasi yang dialami di dalam dirinya”. Selanjutnya pandangan Neo Freudian (dalam Agustiani, 2006 :150) ciri dari penyesuaian diri yang baik adalah “perkembangan menyeluruh dari potensi individu secara sosial dan kemampuan untuk membentuk hubungan yang hangat dan peduli terhadap orang lain.” Dengan demikian, semakin tampak bahwa penyesuaian diri dilihat dari pandangan piskologis pun memiliki makna yang beragam. Selain itu, kesulitan lain yang muncul adalah bahwa penyesuaian diri tidak dapat dinilai baik atau buruk, melainkan semata-mata hanya menunjukan kepada cara bereaksi terhadap tuntutan internal atau situasi eksternal, Sobur (2010:526). Proses penyesuaian diri menurut Schneiders (Ali & Asrori, 2012: 181) setidaknya melibatkan tiga unsur yaitu : a. Motivasi. Motifasi dapat dikatakan sebagai kunci untuk memahami proses penyesuaian diri. Motivasi sama halnya dengan kebutuhan, perasaan, dan emosi merupakan kekuatan internal yang menyebabkan ketegangan dan ketidak seimbangan dalam organisme. 3
b. Sikap terhadap realitas. Aspek penyesuaian diri di tentukan oleh sikap dan cara individu bereaksi terhadap manusia di sekitarnya, benda-benda dan hubungan-hubungan yang membentuk realitas. c. Pola dasar penyesuaian diri. Dalam penyesuaian diri sehari-hari terdapat suatu pola dasar tersendiri yaitu akan mengalami ketegangan dan frustasi karena terhambatnya keinginan memperoleh kasih sayang, meraih prestasi untuk itu individu akan berusaha mencari kegiatan yang dapat mengurangi ketegangan yang ditimbulkan sebagai akibat tidak terpenuhi kebutuhannya. Tiga unsur diatas akan mewarnai kualitas proses penyesuaian diri individu. Schneiders (dalam Ali & Asrori 2012: 181) setidaknya ada lima faktor yang dapat mempengaruhi proses penyesuaian diri remaja, yaitu: a) kondisi fisik, b) kepribadian, c) proses belajar, d) lingkungan, e) agama dan budaya. Proses penyesuaian diri sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor yang menentukan kepribadian itu sendiri, baik internal maupun eksternal. Faktor-faktor itu dapat dikelompokkan sebagai berikut. a. Faktor Pisiologis Kondisi fisik, seperti struktur fisik dan temperamen sebagai disposisi yang diwariskan, aspek perkembangannya secara instrinsik berkaitan erat dengan susunan tubuh. Shekdon mengemukakan bahwa terdapat korelasi yang positif antara tipe-tipe bentuk tubuh dan tipe-tipe temperamen (Moh. Surya, 1977). Misalnya orang yang tergolong ektomorf, yaitu ototnya lemah atau tubuhnya rapuh, ditandai oleh sifatsifat segan dalam melakukan aktivitas sosial, pemalu, pemurung, dan sebagainya. Karena struktur jasmaniah merupakan kondisi yang primer bagi tingkah laku, dapat diperkirakan bahwa sistem saraf, kelenjar, dan otot merupakan faktor yang penting bagi proses penyesuaian diri. b. Faktor Psikologis Banyak faktor psikologis yang mempengaruhi kemampuan penyesuaian diri seperti pengalaman, hasil belajar, kebutuhan-kebutuhan, aktualisasi diri, frustasi, depresi, dan sebagainya. Diunduh pada tangal 25 sebtember 2013 (http://www.kainsutera.com/info-remaja/perkembangan-identitas-pada-remaja.html#) 1. Faktor pengalaman Tidak semua pengalaman mempunyai makna dalam penyesuaian diri. Pengalaman yang mempunyai arti dalam penyesuian diri, terutama pengalaman yang menyenangkan atau pengalaman traumatik (menyusahkan). Pengalaman yang menyenangkan, seperti memperoleh hadiah dari suatu kegiatan cenderung akan menimbulkan proses penyesuaian diri yang baik. Sebaliknya, pengalaman yang traumatik akan menimbulkan penyesuaian diri yang keliru, Ali & Asrori (2012:184). 4
2. Faktor belajar Proses belajar merupakan suatu dasar yang fundamental dalam proses penyesuaian diri. Hal ini karena melalui belajar, pola-pola respon yang membentuk kepribadian akan berkembang. Sebagian besar respon dan ciri-ciri kepribadian lebih banyak diperoleh dari proses belajar dari pada diperoleh secara diwariskan. Dalam proses penyesuaian diri,belajar merupakan suatu proses modifikasi tingkah laku sejak fase awal dan berlangsung terus sepanjang hayat dan diperkuat dengan kematangan, Ali & Asrori (2012:184). 3. Determinasi diri Proses penyesuaian diri, disamping ditentukan oleh faktor-faktor tersebut diatas, terdapat faktor kekuatan yang mendorong untuk mencapai taraf penyesuaian yang tinggi dan atau merusak diri. Determinasi diri mempunyai fungsi penting dalam proses penyesuaian diri, karena berperan dalam pengendalian arah dan pola penyesuaian diri, Ali & Asrori (2012:185). c. Faktor perkembangan dan kematangan Dalam proses pengembangan, respon berkembang dari respon yang bersifat instingktif menjadi respon yang bersikap hasil belajar dan pengalaman. Dengan bertambahnya usia perubahan dan perkembangan respon, tidak hanya diperoleh proses belajar, tetapi juga perbuatan individu telah matang untuk melakukan respons dan ini menentukan pola penyesuaian dirinya. Diunduh pada tangal 22 sebtember 2013 (http://www. aldoranuary26.blog.fisip.uns.ac. /2012/02/29/ penyesuaiandiri/) Sesuai dengan hukum perkembangan, tingkat kematangan yang dicapai individu yang berbeda-beda, sehingga pola-pola penyesuaian juga akan bervariasi sesuai tingkat perkembangan dan kematangan yang dicapainya. Selain itu, hubungan antara penyesuaian dan perkembangan dapat berbeda-beda menurut jenis aspek perkembangan dan kematangan yang dicapai. Kondisi-kondisi perkembangan dan kematangan mempengaruhi tiap aspek kepribadian individu, seperti emosional, sosial, moral, keagamaan, dan intelektual d. Faktor lingkungan Berbagai lingkungan, seperti keluarga, sekolah dan masyarakat, kebudayaan, dan agama berpengaruh kuat terhadap diri seseorang, Ali & Asrori (2012: 185). 1. Pengaruh lingkungan keluarga Dari sekian banyak faktor yang mengkondisikan penyesuaian diri, faktor lingkungan keluarga merupakan faktor yang sangat penting. Karena keluarga merupakan media sosialisasi bagi anak-anak proses sosialisasi dan interaksi sosial yang pertama dan utama dijalani individu di lingkungan keluarganya. Hasil sosialisasi tersebut kemudian dikembangakan di lingkungan sekolah dan masyarakat umum seseorang, Ali & Asrori (2012: 185). 2. Pengaruh hubungan dengan orang tua Pola hubungan orang tua dan anak mempunyai pengaruh yang positif terhadap proses penyesuaian diri. Beberapa pola hubungan yang dapat mempengaruhi 5
penyesuaian diri adalah sebagai berikut: a) Menerima (acceptance), yaitu Orang tua menerima kehadiran anaknya dengan cara-cara yang baik, sikap penerimaan ini dapat menimbulkan suasana hangat, menyenangkan dan rasa aman bagi anak, b) Menghukum dan disiplin yang terlalu Keras (Punisment amd everdiscipline), yaitu Hubungan orang tua dengan anak bersifat keras. Disiplin yang terlalu berlebihan dapat menimbulkan suasana psikologis yang kurang menyenangkan bagi anak, c) Memanjakan dan perlindungan yang berlebihan (overindulgence and everprotecion), yaitu Perlindungan dan pemanjaan secara berlebiahan dapat menimbulkan perasaan tidak aman, cemburu, rendah diri, canggung, dan gejalagejala yang lainya, d) Penolakan (rejection), yaitu Orang tua menolak kehadiran. Beberapa penelitaian menunjukan bahwa penolakan orang tua pada anaknya akan menimbulkan hambatan dalam penyesuaian diri, Ali & Asrori (2012: 184-188) 3. Lingkungan masyarakat Keadaan lingkungan masyarakat tempat individu berada menentukan proses dan pola-pola penyesuaian diri. Hasil penelitian menunjukan bahwa gejala tingkah laku atau perilaku menyimpang bersumber pada pengaruh keadaan lingkungan masyarakatnya pergaulan yang salah dan terlalu bebas dikalangan remaja dapat mempengaruhi pola-pola penyesuaian dirinya, Ali & Asrori (2012:189). 4. Lingkungan sekolah Lingkungan sekolah berperan sebagai media sosialisasi, yaitu mempengaruhi kehidupan intelektual, sosial dan moral anak-anak. Suasana sekolah baik sosial maupun psikologis akan mempengaruhi proses dan pola penyesuaian diri para siswanya. Pendidikan yang diterima anak disekolah merupakan bekal bagi proses penyesuaian diri mereka dilingkungan masyarakatnya, Ali & Asrori (2012:189). e. Faktor budaya dan agama Proses penyesuaian diri anak, mulai lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat secara bertahap dipengaruhi oleh faktor-faktor kultur dan agama. Lingkungan kultural tempat individu berada dan berinteraksi akan menentukan polapola penyesuaian dirinya. Misalnya, tata cara kehidupan di masjid atau gereja akan mempengaruhi cara anak menempatkan diri dengan masyarakat sekitarnya. Diunduh pada tangal 25 sebtember 2013 (http://www. kainsutera.com/info-remaja/perkembangan-identitas-pada-remaja.html#) Agama mamberikan suasana psikologis tertentu dalam mengurangi konflik, frustasi dan ketegangan lainnya. Agama juga memberikan suasana damai dan tenang pada anak. Ajaran agama ini merupakan sumber nilai, norma, kepercayaan dan pola tingkah laku yang akan memberikan tuntunan bagi arti, tujuan dan kestabilan hidup anak. Sembahyang dan berdoa merupakan media menuju arah kehidupan yang lebih nyaman, tenang, dan berarti bagi manusia. oleh karena itu, agama memegang peranan penting dalam proses penyesuaian diri seseorang, Ali & Asrori (2012:189). Penyasuaian diri merupakan salah satu persyaratan penting bagi terciptanya kesehatan jiwa/mental individu. Banyak individu yang menderita dan tidak mampu 6
mencapai kebahagiaan dalam hidupnya, karena ketidak mampuannya dalam menyesuaikan diri, baik dengan kehidupan keluarga, sekolah pekerjaan dan dalam masyarakat pada umumnya. Fatimah .N (2006 : 68). Penyesuaian diri memiliki dua aspek yaitu : 1. Penyesuaian Kepribadian Kepribadian dapat diartikan sebagai kualitas individu yang tampak dalam melakukan penyesuaian dirinya terhadap lingkungan secara unik. Abin Syamsudin Makmum (dalam Yusuf Syamsu, 2012: 127). Keunikan penyesuaian tersebut sangat berkaitan dengan aspek-aspek kepribagian itu sendiri, yaitu : a) Karakter, yaitu konsekuen tidaknya dalam mematuhi etika perilaku, konsisten atau teguh tidaknya dalam memegang pendirian atau pendapat. b) Tempramen, yaitu disposisi reaktif seseorang, atau cepat/ lambatnya mereaksi terhadap rangsangan-rangsangan yang datang dari lingkungan. c) Sikap, yaitu yang bersifat positif, negative atau anbivalen (ragu-ragu). d) Stabilitas emosional, yaitu kadar kestabilan reaksi emosional terhadap rangsangan dari lingkungan. e) Responsibilitas (tanggung jawab), kesiapan untuk menerima resiko dari tindakan atau perbuatan yang dilakukan. f) Sosiabilitas, yaitu disposisi pribadi yang berkaitan dengan hubungan interpersonal. Jadi kepribadian merupakan sistim yang dinamis dari sifat, sikap, dan kebiasaan yang menghasilkan tingkat konsistensi respon individu yang beragam Pikunas (dalam Yusuf Syamsu, 2012 : 200) Keberhasilan penyesuaian diri pribadi ditandai oleh : a. Tidak adanya rasa benci b. Tidak adanya keinginan untuk lari dari kenyataan atau tidak percaya pada potensi dirinya. Sebaliknya kegagalan penyesuaian pribadi ditandai oleh : a. Kegoncangan emosi b. Kecemasan c. Ketidak puasan dan keluhan terhadap nasib yang dialaminya sebagai akibat adanya jarak pemisah antara kemampuan individu dan tuntutan yang di harapkan oleh lingkungannya. 2. Penyesuaian Sosial Penyesuaian sosial terjadi dalam lingkup hubungan sosial ditempat individu itu hidup dan berinteraksi dengan orang lain. Hubungan-hubungan sosial tersebut mencakup hubungan dengan anggota keluarga, masyarakat, sekolah, teman sebaya atau anggota masyarakat luas secara umum. Dalam proses penyesuaian sosial individu berkenalan dengan nilai dan norma sosial yang berbeda-beda lalu berusaha untuk mematuhinya, sehingga menjadi bagian dan membentuk kepribadiaannya. Penyesuaian sosial ini dapat diartikan 7
sebagai “kemampuan untuk mereaksi secara tepat terhadap realitas sosial, situasi, dan relasi. ”Remaja dituntut untuk memiliki kemampuan penyesuaian sosial ini, baik dalam lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Karakteristik penyesuaian sosial di tiga lingkungan tersebut yaitu : 1. Di lingkungan Keluarga yaitu : a) Menjalin hubungan yang baik dengan para anggota keluarga (orang tua dan saudara). b) Menerima otoritas orang tua (mau menaati peraturan yang ditetapkan orang tua). c) Berusaha untuk membantu anggota keluarga, sebagai individu maupun kelompok dalam mencapai tujuannya. 2. Di lingkungan Sekolah yaitu : a) Bersikap respek dan mau menerima peraturan sekolah. b) Berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan sekolah. c) Menjalin persahabatan dengan teman-teman di sekolah. d) Bersikap hormat kepada guru, pimpinan sekolah, dan staf lainnya. a) Di lingkungan Masyarakat yaitu : a) Mengakui dan respek terhadap hak-hak orang lain. b) Memelihara jalinan persahabatan dengan orang lain. c) Bersipat simpati dan altruis terhadap kesejahteraan orang lain. d) Bersikap respek terhadap nilai-nilai, hokum, tradisi, dan kebijakan-kebijakan masyarakat, Alexander A. Schneinders (dalam Yusuf Syamsu, 2012:198). Metode Penelitin Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 11 Kota Gorontalo Kelurahan Tamalate Kecamatan Kota Timur Kota Gorontalo, tepatnya pada kelas VIII. Pada penelitian ini berfokus pada penyesuaian diri siswa di dalam lingkungan sekolah SMP Negeri 11 Kota Gorontalo sebagai lokasi penelitian, apakah siswa dapat berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Adapun penelitian ini dilakukan mulai dari bulan Sebtember sampai dengan bulan November 2013. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Untuk mengetahui faktor penyebab kurangnya penyesuaian diri siswa di SMP Negeri 11 kota gorontalo. Dalam penelitian data dibagi atas dua kategori yaitu data primer dan data sekunder. Sumber data primer yaitu data yang menjadi data utama. Dalam hal ini yang menjadi data utama yaitu hasil wawancara dari siswa. Sendangkan sumber data sekunder yaitu observasi, angket, dokumentasi, buku-buku dan lain-lain. Analisis data adalah sebuah proses pengaturan yang dilakukan secara sestimatis dalam keseluruhan data, baik dari data observasi, dan penyebaran angket. Analisis data. a. Mengorganisasikan data hasil penyebaran angket dan observasi tentang penyesuaian diri pada siswa di SMP Negeri 11 Kota Gorontalo Kelurahan Tamalate, Kecamatan Kota Timur, Kota Gorontalo. b. Membuat penafsiran data dari hasil penyebaran angket dan pengamatan tentang penyesuaian diri di SMP Negeri 11 Kota Gorontalo Kelurahan Tamalate Kecamatan Kota Timur Kota Gorontalo. 8
c. Verifikasi dan tindakan penyelesaian terhadap masalah yang diakhiri dengan tindakan penarikan kesimpulan dan saran. Dalam hal ini peneliti memberikan pemaparan tentang data yang diperoleh dalam bentuk deskriptif seperti penyesuaian diri pada siswa kelas VIII serta faktor-faktor yang mempengaruhi. Hasil Penelitian Kegiatan wawancara dilakukan pada pihak yang terkait dengan objek penelitian yaitu langsung kepada siswa yang berjumlah 25 responden di SMP Negeri 11 Gorontalo Kecamatan Kota Timur Kota Gorontalo dengan menggunakan angket dan observasi. Pengisian angket serta observasi dilakukan untuk memperoleh gambaran penyesuaian diri siswa dan faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri siswa. Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap 25 siswa sebagai responden di SMP Negeri 11 Gorontalo Kecamatan Kota Timur Kota Gorontalo dilihat dari indikator dapat disimpulkan sebagai berikut : 1) Pribadi dan Sosial Disimpulkan bahwa pribadi dan sosial dengan jumlah rata-rata 72% kategori Cukup adalah salah satu yang menjadi faktor penyebab kurangnya penyesuaian diri siswa di SMP Negeri 11 Gorontalo Kecamatan Kota Timur Kota Gorontalo. 2) Belajar Disimpulakan bahwa belajar dengan jumlah rata-rata 68% kategori cukup menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi penyebab kurangnya penyesuaian diri siswa di SMP Negeri 11 Gorontalo Kecamatan Kota Timur Kota Gorontal. 3) Lingkungan Disimpulakan bahwa lingkungan dengan jumlah rata-rata 69 % kategori cukup juga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi penyebab kurangnya penyesuaian diri siswa di SMP Negeri 11 Gorontalo Kecamatan Kota Timur Kota Gorontalo. Pembahasan Dari hasil penelitian dengan 25 siswa sebagai responden dan observasi, maka dapat diperoleh gambaran kurangnya penyesuaian diri siswa dan faktor-faktor yang mempengaruhi kurangnya penyesuaian diri siswa di SMP Negeri 11 Gorontalo Kecamatan Kota Timur Kota Gorontalo adalah sebagai berikut : a) Penyesuaian diri siswa yaitu : tidak nyamannya siswa bergaul dengan teman sekelas, adanya sikap iri hati yang timbul pada diri siswa, tidak adanya rasa percaya diri, suka mencela orang lain, lebih suka mengganggu orang lain, senang mengeluarkan kata-kata kasar. b) Faktor-faktor yang mempengaruhi kurangnya penyesuaian diri siswa adalah : faktor dari individu itu sendiri yaitu kurangnya motivasi dari siswa itu sendiri, faktor keluarga yaitu kurang perhatian dari orang tua, sikap orang tua yang acuh tak acuh, faktor lingkungan sekolah yaitu kurangnya bimbingan dan pengarahan dari guru-guru terutama guru BK dalam hal penyesuaian diri siswa, tidak mau terlibat langsung dalam kegiatan-kegiatan sosial, dan faktor lingkungan masyarakat yaitu pergaulan 9
yang salah dan terlalu bebas sehingga mempengaruhi penyesuaian diri siswa. Menurut Schneiders (dalam Agustiani, 2006 : 146) mengemukakan bahwa “penyesuaian diri merupakan suatu proses yang mencakup rerpon-respon mental dan tingkahlaku, yang merupakan usaha individu agar berhasil mengatasi kebutuhan, ketegangan, konflik dan frustasi yang dialami di dalam dirinya”. Pendapat tersebut menunjukan bahwa penyesuaian diri mencakup lingkup yang sangat luas, ditandai dengan karakteritik penyesuaian diri seperti mampu menilai diri secara realistik, mampu menilai situasi secara realistik, menerima tanggung jawab, kemandirian (autonomi), dapat mengontrol emosi, dan berbahagia. Hal terebut saling berkaitan satu dengan lainya, sehingga penyesuaian diri yang dimiliki seseorang dapat dikembangkan secara maksimal dan penyesuaian diri dapat dicapai dengan baik. Bila kita telaah lebih jauh, hal tersebut dapat dibenarkan dengan melihat kenyataan yang dialami oleh siswa di SMP Negeri 11 Kecamatan Kota Timur Kota Gorontalo. Masih ada saja siswa yang mengalami kurangnya penyesuaian diri dan menjadi faktor penyebab dari penyesuaian diri siswa di lingkungan dimana siswa itu berada. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai penyebab kurangnya penyesuaian diri siswa di SMP Negeri 11 Gorontalo Kecamatan Kota Timur Kota Gorontalo siswa sebagai responden dapat disimpulkan bahwa : 1) Penyesuaian diri siswa adalah : tidak nyamannya siswa bergaul dengan teman sekelas, adanya sikap iri hati yang timbul pada diri siswa, tidak adanya rasa percaya diri, suka mencela orang lain, lebih suka mengganggu orang lain, senang mengeluarkan kata-kata kasar. 2) Faktor-faktor yang mempengaruhi kurangnya penyesuaian diri siswa adalah : faktor dari individu itu sendiri yaitu kurangnya motivasi dari siswa itu sendiri, faktor keluarga yaitu kurang perhatian dari orang tua, sikap orang tua yang acuh tak acuh, faktor lingkungan sekolah yaitu kurangnya bimbingan dan pengarahan dari guru-guru terutama guru BK dalam hal penyesuaian diri siswa, tidak mau terlibat langsung dalam kegiatan-kegiatan sosial, dan faktor lingkungan masyarakat yaitu pergaulan yang salah dan terlalu bebas sehingga mempengaruhi penyesuaian diri siswa. Saran Berdasarkan kesimpulan tersebut, maka disarankan kepada seluruh guru di SMP Negeri 11 Gorontalo Kecamatan Kota Timur Kota Gorontalo dapat : a. Diupayakan agar dapat menciptakan hubungan yang baik antara guru dan siswa, juga siswa dan siswa itu sendiri. Hal ini agar dapat mengatasi masalah yang di hadapi siswa dalam penyesuaian dirinya terutama dengan lingkungan. b. Menciptakan suasana yang membuat siswa itu sendiri dapat berinteraksi dan bekerjasama dengan orang lain, agar masalah penyesuaian diri yang dihadapi oleh siswa bisa teratasi 10
DAFTAR PUSTAKA Agustiani, Hendriati. (2006). Psikologi Perkembangan Pendekatan Ekologi Kaitannya Dengan Konsep Diri Dan Penyesuaian Diri Pada Remaja. Bandung: Refika Aditama. Ali, Mohammad &Asrori, Mohammad. (2012). Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Bumi Aksara. Arikunto, Suharsimi. (2013). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Fatimah, N. (2006). Psikologi Perkembangan. Bandung : Pustaka Setia Rumini, Sri & Sundari, Siti (2004). Perkembangan Anak & Remaja. Jakarta: Rineka Cipta Sobur, Alex. (2010). Psikologi Umum. Bandung : Pustaka Setia. Tohirin, (2010). Metode Penelitian Kualitatif Dalam Pendidikan Dan Bimbingan Konseling. Kota Depok: RajaGrafindo Persada. Yusuf, Syamsu, L.N & Nurihsan, A.J. (2012). Landasan Bimbingan konseling. Bandung: Remaja Rosdakarya. Yusuf, Syamsu, L.N. (2012). Psikologi Perkembangan Anak & Remaja. Bandung: Remaja Rosdakarya. Sariyanta,
Made. (2012). “Proses Penyesuaian Diri Remaja” (http://www.sariyanta.com/kuliah/proses-penyesuaian-diri/)
(http://www.kainsutera.com/info-remaja/perkembangan-identitas-pada remaja.html#) (http://www.aldoranuary26.blog.fisip.uns.ac./2012/02/29/penyesuaiandiri/)
11
(online).