DESKRIPSI FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYESUAIAN DIRI PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 2 KOTA GORONTALO Arman H. Arif, Tuti Wantu, Mardia Bin Smith, ABSTRAK permasalahan yang dihadapi di SMP Negeri 2 Kota Gorontalo adalah adanya siswa yang mengalami masalah penyesuaian diri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri pada siswa. Penelitian ini menggunakan metode deskripstif kuantitatif yang membahas mengenai faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri pada siswa.kelas VII SMP Negeri 2 Kota Gorontalo. Variabel dalam penelitian ini adalah berdasarkan teori Schneiders (2006: 25). Anggota populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII dengan jumlah 350 orang. Adapun yang menjadi anggota sampel dalam penelitian ini adalah di ambil sebesar 10 % yaitu 35 orang dari 350 siswa. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dalah secara random sampling. Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah angket. Data yang terkumpul selanjutnya dianalisis dengan menggunakan analisis presentase. Hasil perhitungan diperoleh data bahwa diantara lima faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri siswa kelas VII SMP Negeri 2 Gorontalo, faktor mekanisme pertahanan diri yang memperoleh persentase tertinggi yakni sejumlah 74,57% hal ini menunjukkan bahwa kemampuan penyesuaian diri siswa dipengaruhi oleh mekanisme pertahanan diri. Berdasarkan hasil penelitian maka diharapkan kepada guru khusunya guru bimbingan dan konseling agar dapat memperhatikan tingkat faktor yang mempengruhi penyesuaian diri pada siswa sehingga siswa dapat belajar dengan baik dan berkembang secara optimal.
Kata Kunci : Faktor Yang Mempengaruhi Penyesuaian Diri
___________________________________ Arman H.Arif, 1Dra. Hj. Tuti Wantu, M.Pd Kons, 2 Dra. Mardia Bin Smith S.Pd, M.Si, Selaku dosen tetap di Jurusan Bimibngan dan Konseling Universitas Negeri Gorontalo
Seseorang tidak dilahirkan dalam keadaan telah mampu menyesuaikan diri atau tidak mampu menyesuaikan diri. Kondisi fisik, mental, dan emosional dipengaruhi dan diarahkan oleh faktor-faktor lingkungan di mana kemungkinan akan berkembang proses penyesuaian yang baik atau yang salah suai. Sejak lahir sampai meninggal seorang individu merupakan organisme yang aktif. Individu aktif dengan tujuan dan aktivitas yang berkesinambungan.Individu berusaha memuaskan kebutuhan jasmaninya. Penyesuaian diri adalah suatu proses. Salah satu ciri pokok dari kepribadian yang sehat mentalnya ialah memiliki kemampuan untuk mengadakan penyesuaian diri secara harmonis, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungannya. Untuk lebih jelasnya, berikut akan diuraikan pengertian penyesuaian diri menurut beberapa ahli. Menurut Willis (2010: 55) penyesuaian diri adalah kemampuan siswa untuk hidup dan bergaul secara wajar dalam lingkungan sekolah, sehingga iamerasa puas terhadap dirinya dan terhadap lingkungannya tersebut.Sedangkan menurut Sunarto & Agung (2008 : 220) penyesuaian diri adalah proses bagaimana individu mencapai keseimbangan diri dalam memenuhi kebutuhan sesuai dengan lingkungan. Gerungan (2004 : 59) mengartikan penyesuaian diri dalam arti yang luas dapat berarti: mengubah diri sesuai dengan keadaan lingkungan, tetapi juga mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan (keinginan) diri. Penyesuaian diri dalam artinya yang pertama disebut juga penyesuaian diri yang autoplastis (dibentuk sendiri), sedangkan penyesuaian diri yang kedua disebut penyesuaian diri yang aloplastis (dibentuk yang lain). Jadi, penyesuaian diri ada artinya yang pasif, dimana kegiatan kita ditentukan oleh lingkungan, dan ada yang aktif, dimana kita mempengaruhi lingkungan. Dari penjelasan tersebut, dapat diketahui bahwa penyesuaian diri menurut pandangan Gerungan adalah kita dituntut untuk mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan, tetapi kita juga dapat membentuk lingkungan sesuai dengan yang dikehendaki. Jadi, kita tidak harus memaksakan diri sesuai dengan keadaan yang ada atau pasrah begitu saja apabila tidak sesuai dengan harapan. Sebaliknya, kita harus mampu merubah keadaan agar diri kita memperoleh kepuasaan dengan lingkungan tersebut. Karakteristik Penyesuaian Diri Karakteristik penyesuaian diri menurut Sunarto (2008 : 224-228) ada dua macam, yaitu: 1. Penyesuaian diri secara positif. Mereka yang tergolong mampu menyesuaikan diri secara positif ditandai hal-hal sebagai berikut: a. Tidak menunjukkan adanya ketegangan emosional; b. Tidak menunjukkan adanya mekanisme-mekanisme psikologis; c. Tidak menunjukkan adanya frustasi pribadi; d. Memiliki pertimbangan rasional dan pengarahan diri; e. Mampu dalam belajar; f. Menghargai pengalaman; g. Bersikap realistis dan objektif. 2. Penyesuaian diri secara negative, antara lain: a. Reaksi bertahan (defence reaction); b. Reaksi melarikan diri (escape reaction); c. Reaksi menyerang (aggressive reaction).
Adapun bentuk penyesuain diri yang negatif antara lain: a. Reaksi bertahan (defence reaction), yaitu dalam reaksi ini individu berusaha untuk mempertahankan dirinya, seolah-olah tidak mengahadapi kegagalan. Individu selalu berusaha untuk menunjukkan bahwa dirinya tidak mengalami kegagalan. b. Reaksi melarikan diri (escape reaction), yaitu dalam reaksi ini individu mempunyai penyesuaian diri yang salah, yaitu menunjukkan tingkah laku yang bersifat menyerang untuk menutupi kegagalannya. Dalam hal ini, individu tidak mau menyadari kegagalannya. c. Reaksi menyerang (aggressive reaction), yaitu individu mempunyai penyesuaian diri yang salah. Dalam hal ini, individu akan menunjukkan hal-hal seperti melarikan diri dari situasi yang menimbulkan kegagalannya, reaksinya akan nampak dalam tingkah laku, yaitu berfantasi seolah-olah telah tercapai, seperti dalam hal banyak tidur, minumminuman keras, dan regresi yaitu kembali kepada tingkah laku pada tingkat perkembangan yang lebih awal. Menurut Supriyo (2008 : 91-92) ciri-ciri penyesuaian diri yang positif antara lain adalah sebagai berikut: a. Kemampuan menerima dan memahami diri sebagai mana adanya dan sanggup menerima kelemahan-kelemahan, kekurangan-kekurangan, di samping kelebihannya. b. Kemampuan menerima dan menilai kenyataan lingkungan di luar dirinya secara obyektif sesuai dengan perkembangan rasional dan perasaan dan memiliki ketajaman dalam memandang realitas. c. Kemampuan bertindak sesuai dengan potensi diri, kemampuan yang ada pada dirinya dan kenyataan obyektif yang ada pada luar dirinya. d. Memiliki perasaan aman yang memadai. e. Rasa hormat pada sesama manusia dan mampu bertindak toleran. f. Bersifat terbuka dan sanggup menerima umpan balik. g.Memiliki kestabilan psikologis terutama kestabilan emosi. h.Mampu bertindak sesuai dengan norma yang berlaku, serta selaras dengan hak dan kewajibannya. Menurut Schneders (2006:181),dalam buku psikologi remaja, perkembangan peserta didik. Setidaknya ada tiga faktor yang dapat memengaruhi proses penyesuaian diri remaja yaitu: (1) Kondisi fisik, (2) Kepribadian, dan (3) Lingkungan Faktor lain yang mempengaruhi penyesuaian diri adalah keikut sertaan ekstrakulikular. Penilitian yang ini menyebutkan adanya perbedaan penyesuaian diri remaja awal di tinjau dari keikutsertaan kegiyatan ekstrakulikuler musik. Penilitian yang melibatkan 10 siswa di sekolah menengah pertama di kota gorontalo ini membuktikan bahwua remaja awal yang akan mengikuti kegiyatan ekstrakulikuler musik memiliki penyesuaian diri yang lebih baik di bandingkan remaja yang tidak ikut serta. Perbedaan ini jadi karna ekstrakulikuler musik memungkinkan optimalisasi penggunaan otak kanan yang berhubungan dengan emosi. Remaja awal yang mengikuti ekstrakulikuler musik yang lebih peka dan lebih mengenal dirinya sendiri, menyadari kemampuan dan kekurangan sehingga meningkatkan harga diri remaja awal yang mengikuti ekstrakulikuler musik. Kegiatan musik juga bermanfaat
kegiyatan awal untuk mengekspresikan emosi secara tepat.Emosi yang matang dan harga diri sangat menpengaruhi penyesuaian diri individu (Prasetyorini, 2004). Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penyesuaian Diri Remaja Menurut Schneders (2006:181),dalam buku psikologi remaja, perkembangan peserta didik. Setidaknya ada tiga faktor yang dapat memengaruhi proses penyesuaian diri remaja yaitu: (1) Kondisi fisik, (2) Kepribadian, dan (3) Lingkungan Faktor lain yang mempengaruhi penyesuaian diri adalah keikut sertaan ekstrakulikular. Penilitian yang ini menyebutkan adanya perbedaan penyesuaian diri remaja awal di tinjau dari keikutsertaan kegiyatan ekstrakulikuler musik. Penilitian yang melibatkan 10 siswa di sekolah menengah pertama di kota gorontalo ini membuktikan bahwua remaja awal yang akan mengikuti kegiyatan ekstrakulikuler musik memiliki penyesuaian diri yang lebih baik di bandingkan remaja yang tidak ikut serta. Perbedaan ini jadi karna ekstrakulikuler musik memungkinkan optimalisasi penggunaan otak kanan yang berhubungan dengan emosi. Remaja awal yang mengikuti ekstrakulikuler musik yang lebih peka dan lebih mengenal dirinya sendiri, menyadari kemampuan dan kekurangan sehingga meningkatkan harga diri remaja awal yang mengikuti ekstrakulikuler musik. Kegiatan musik juga bermanfaat kegiyatan awal untuk mengekspresikan emosi secara tepat.Emosi yang matang dan harga diri sangat menpengaruhi penyesuaian diri individu (Prasetyorini, 2004). 2.3.1 Kondisi fisik Sering kondisi fisik berpengaruh kuat terhadap proses penyesuaian diri remaja. Aspek-aspek berkaitan dengan kondisi fisik yang dapat memengaruhi, penyesuaian diri remaja adalah (a) harditas dan konstitusi fisik, (b) sistem utama tubuh, dan (c) kesehatan fisik. Masing-masing di jelaskan sebagaai berikut. a. Hereditas dan konstitusi fisik Dalam mengidentifikasi pengaru hereditas terhadap penyesuaian diri, lebih di gunakan pendekatan fisik karena hereditas dipandang lebih dekat dan tak terpisahkan dari mekanisme fisik. Dari sini berkembang perinsip umum bahwua semakin dekat kapasitas peribadi. Sifat, atau kecendrungan berkaitan dengan konstitusi fisik maka akan semakin besar pengaruhnya terhadap penyesuaian diri.
a. Sistem utama tubuh Termasuk ke dalam sistem utamah tubuh yang memiliki pengaruh terhadap penyesuaian diri adalah sistem saraf, kelenjar, dan otot.Sistem saraf yang berkembang dengan normal dan sehat merupakan sarat mutlak bagi fungsi-fungsi psikologis agar dapat berfungsi secara maksimal yang akhirnya berpengaruh secara baik pula kepada penyesuaian diri individu. Dengan kata lain, fungsi yang memandai diri sistem saraf merupakan konsisi umum yang diperlukan bagi penyesuaian diri yang baik. b. Kesehatan fisik
Penyesuaian diri seseorang akan lebih mudah dilakukan dan dipelihara dalam kondisi fisik yang sehat dapat menimbulkan penerimaan diri, percaya diri, yang sejenisnya yang akan menjadi kondisi yang sengat menguntukan bagi proses penyesuaian diri. Sebaliknya, kondisi fisik yang tidak sehat dapat menyebapkan diri sehingga akan berpengaruh kurang baik bagi peroses penyesuaian diri. Contoh yang sederhana saja, misalnya, seseorang yang sengat lelah akan menjadi kurang percaya diri dan kurang mampu melaksanakan pekerjaan dengan baik dan penuh tanggung jawab yang di berikan kepadanya. c. Penyesuaian Diri Terhadap Perubahan Fisik Berdasarkan hasil penelitian yang telah di kemukakan terungkap bahwa remaja kurang baik dalam melakukan penyesuaian diri terhadap perubahan fisik. Pembahasan hasil penelitian mengenai penyesuaian diri terhadap perubahan fisik adalah sebagai berikut: 1.
Penyesuaian diri terhadap perubahan fisik tentang ukuran tubuh. Remaja mengalami masalah dalam menyesuaikan diri terhadap perubahan ukuran tubuh. Remaja akan mengalami perubahan tinggi badan dan berat badan yang pesat selama masa puber. Hasil ini sesuai dengan pendapat Mujiran (2007:20) bahwua peningkatan tinggi badan remaja yang terbesar terjadi setahun sesudah dimulainya msa puber. Perubahan ukuran tubuh yang pesat membuat remaja merasa canggung dalam bergerak karena baju dan celana yang sebelumnya longgar kemudian menjadi sempit.
2.
Penyesuaian diri terhadap perubahan fisik tentang perubahan proporsi tubuh. Remaja yang telah memasuki masa pubertas yang pesat pada bagian-bagian tubuh tertentu, Seperti bahu, leher, lengan, pinggang dan tungkai. Perubahan pesat pada bagian tubuh sehingga remaja terlihat gemuk merupakan kondisi yang alami dan wajar terjadi anak laki-laki dan perempuan adalah takut kalau orang-orang seksnya yang membesar akan terlihat melalui pakaian atau keluarnya haid dan basah malam akan meninggalkan bekas pada pakaian (Elizabeth B Hurlock. 1980: 195).
3.
Penyesuaian diri terhadap perubahan fisik tentang ciri-ciri seks primer. Remaja yang memasuki pubertas ditandai dengan pertumbuhan dan perkembangan ciri-ciri seks primer, yaitu organ seks. Pada periode remaja organ seks mulai menjalankan fungsinya. Sesuai dengan pendapat Sonarto dan Hartono Agung (1999: 82) bahwua memasuki masa remaja alat kelamin mulai berfungsi, yaitu saat pertama kali anak laki-laki mengalami mimpi basah dan pada anak perempuan yaitu saat pertama kali mengalami menstruasi atau haid. 4. Penyesuaian diri terhadap perubahan fisik tentang ciri-ciri seks sekunder. Salah satu sumber keprihatinan remaja pada masa pubertas adalah mengenai perkembangan ciri-ciri seks skunder, misalnya kulit dan suara. Remaja sulit menerima perubahan yang terjadi pada dirinya karena penampilan yang diinginkan tidak sesuai dengan keadaan yang terjadi pada dirinya. Pada masa remaja kulit menjadi kasar, warna kulit menjadi gelap, kulit pucat dan pori-pori bertamba besar, kelenjer lemak
atau yang memproduksi minyak dalam kulit semakin membesar dan menjadi lebih aktif sehinga menimbulkan jerawat. Lingkungan Faktor lingkungan dalam buku (Psikologi Remaja, perkembangan peserta didik 20042012:185-186) yang dimaksud adalah: a. Lingkungan keluarga Lingkungan keluarga merupakan lingkungan utama yang sangat penting atau bahkan tidak akan yang lebih penting dalam kaitanya dengan penyesuaian diri individu. Unsur-unsur di dalm keluarga, seperti konstelasi keluarga, interaksi orang tua dengan anak, interaksi antaranggota keluarga, peran sosial dalam keluaga, karakteristik anggota keluarga. b. Penerimaan Penerimaan orang tua terhadap anaknya yang diwujudkan dalam bentuk perhatian, kehangatan, kasi sayang, akan memberikan sumbangan yang berarti bagi berkembanganya penyesuaian diri yang baik pada anak. c. Identifikasi Anak memiliki kecendrungan untuk mengedintifikasikan dirinya terhadap pola sikap dan perilaku orang tuanya. Proses identifikasi ini sangat berpengaruh terhadap perkembangan penyesuaian diri anak. Jika orang tua dapat dijadikan model identifikasi yang baik, akan berpengaruh positif pula terhadap perkembangan penyesuaian diri anak. d. Idealisasi Idealisasi merupakan suatu bentuk proses identifikasi yang sifatnya lebih mendalam. Proses idealisasi yang sifatnya lebih mendalam. Peroses idealisasi diwujutkan dalam bentuk mengidealkan sosok salah satu dari kedua orang tuanya yang di pilih, baik dalam cara berpikir, bersikap, maupun berperilaku.
e. Identifikasi negative Proses ini muncul jika anak justru mengidentifikasi sifat-sifat negatif dari orang tuanya. Jika ada tanda-tanda bahwua proses identifikasi negatif yang justru berkembang pada anak, harus segera dilakukan pencegahan karena akan mengganggu perkembangan penyesuaian diri ke arah yang baik. f. Identifikasi menyilang Identifikasi menyilang adalah identifikasi yang di lakukan oleh anak kepala orang tuanya yang berlawanan jenisnya.Misalnya, anak laki-laki mengidentifikasikan dirinya kepada figur ayahnya.Identifikasi menyilang seperti ini berpengaruh kurang menguntungkan terhadap perkembangan penyesuaian di anak.Anak laki-laki yang mengidentifikasikan dirinya kepada figur ibunya dapat berkembang sifat-sifat
feminitas, seperti kurang tegar, kurang berani mengambil risiko.Atau kurang berani, mengambil keputusan. g. Tindakan hukuman dan disiplin yang terlalu keras Pemberian hukuman dan disiplin yang terlalu keras juga berakibat kurang baik terhadap perkembangan penyesuaian diri anak karna dapat menimbulkan perasaan terancam, tidak aman, atau bahkan merasa turun harkat dan martabat kemanusianya. h. Kecemburuan dan kebencian Kecemburuan dan kebencian biyasanya muncul karna pemberian hukuman dan peraturan kedisiplinan yang terlalu keras sehingga mengakibatkan anak mencari anak.Padahal, sesungguhnya anak membutuhkan perhatian rasa aman, perasaan ingin memiliki dan dimemiliki, serta penghargaan. i. Pemanjaan dan perlindungan. Pemanjaan dan perlindungan berlebihan secara sepintasseolaholahmemberikan perasaan aman terhadap anak, tetapi sesungguhnya secara pesikologis yang sifatnya mendasarkan justru menimbulkan perasaan tidak aman, kecemburuan, gugup, kurang percaya diri dan jenis-jenis kesulitan lainya dalam penyesuaian diri. j. Penolakan Penolakan orang tua terhadap anak merupakan pengalaman yang paling tidak mengenakkan, sangat tidak menguntukan, dan bahkan dapat merusak anak. Dengan penolakan orang tua, anak akan merasa dirinya tidak berharga, tidak berguna, tidak bermartabat. Aspek-Aspek Penyesuaian Diri Schneiders (2006: 25)dalam buku psikologi perkembanganmengungkapkan bahwa penyesuaian diri yang baik meliputi enam aspek sebagai berikut : a. Kontrol terhadap emosi yang berlebihan. Aspek ini menekankan kepada adanya kontrol dan ketenangan emosi individu yang memungkinkannya untuk menghadapi permasalahan secara cermat dan dapat menentukan berbagai kemungkinan pemecahan masalah ketika muncul hambatan. Bukan berarti tidak ada emosi sama sekali, tetapi lebih kepada kontrol emosi ketika menghadapi situasi tertentu. b. Mekanisme pertahanan diri yang minimal. Aspek ini menjelaskan pendekatan terhadap permasalahan lebih mengindikasikan respon yang normal dari pada penyelesaian masalah yang memutar melalui serangkaian mekanisme pertahanan diri yang disertai tindakan nyata untuk mengubah suatu kondisi. Individu dikategorikan normal jika bersedia mengakui kegagalan yang dialami dan berusaha kembali untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Individu dikatakan mengalami gangguan penyesuaian jika individu mengalami kegagalan dan menyatakan bahwa tujuan tersebut tidak berharga untuk dicapai.
c. Frustrasi personal yang minimal. Individu yang mengalami frustrasi ditandai dengan perasaan tidak berdaya dan tanpa harapan, maka akan sulit bagi individu untuk mengorganisir kemampuan berpikir, perasaan, motivasi dan tingkah laku dalam menghadapi situasi yang menuntut penyelesaian. d. Pertimbangan rasional dan kemampuan mengarahkan diri. Individu memiliki kemampuan berpikir dan melakukan pertimbangan terhadap masalah atau konflik serta kemampuan mengorganisasi pikiran, tingkah laku, dan perasaan untuk memecahkan masalah, dalam kondisi sulit sekalipun menunjukkan penyesuaian yang normal. Individu tidak mampu melakukan penyesuaian diri yang baik apabila individu dikuasai oleh emosi yang berlebihan ketika berhadapan dengan situasi yang menimbulkan konflik. e. Sikap realistik dan objektif. Sikap yang realistik dan objektif bersumber pada pemikiran yang rasional, kemampuan menilai situasi, masalah dan keterbatasan individu sesuai dengan kenyataan sebenarnya. Penyesuaian diri ialah kemampuan seseorang untuk hidup dan bergaul secara wajar terhadap lingkunganya, sehingga iya merasa puas terhadap dirinya dan terhadap lingkungan. Ada istilah meyesuaikan diri terhadap diri sendiri’’. Kedengaranya istilah ini mudah untuk dikerjakan. Padahal banyak orang yang tidak mampu menyesuaikan dirinya dengan diri sendiri, akibatnya tampak dirinya dalam keadaan gelisah dan konflik batin. Suatu contoh misalnya: keinginan besar kemampuan kurang, laksana seseorang individu yang bercita-cita tinggi misalnya ingin kaya, akan tetapi usaha kurang atau kemampuan untuk mencari kekayaan itu amat minim. Akhirnya di dalam diri timbul kegelisahan yang tampak dalam pertumbuhannya seperti tidak dapat memusatkana perhatian, kurang semangat dan sebagainya. Kegagalan dalam penyesuaian diri dapat disebabkan oleh adanya faktor-faktor pengalaman terdahulu yang pernah di alami sesorang jika individu dimasa kanak-kanak banyak mengalami rintangan hidup dan kegagalan, frustrasi (kekecewaan) dan konflik (pertentangan batin) yang pernah di alaminya dulu itu merupakan penyebab dari kegagalan penyesuaian diri waktu dewasa. Demikian pula sebaliknya, jika seorang banyak mendapat keberhasilan dan kebahagiyaan dimasa kanak-kanak dalam penyesuaian dirinya, maka iya akan memandang positif dan optimis terhadap segalah masalah baru yang ia hadapi. Problem Penyesuaian Diri Penyesuaian diri ialah kemampuan seseorang untuk hidup dan bergaul secara wajar terhadap lingkunganya, sehingga iya merasa puas terhadap dirinya dan terhadap lingkungan. Ada istilah meyesuaikan diri terhadap diri sendiri’’. Kedengaranya istilah ini mudah untuk dikerjakan. Padahal banyak orang yang tidak mampu menyesuaikan dirinya dengan diri sendiri, akibatnya tampak dirinya dalam keadaan gelisah dan konflik batin. Suatu contoh misalnya: keinginan besar kemampuan kurang, laksana seseorang individu yang bercita-cita
tinggi misalnya ingin kaya, akan tetapi usaha kurang atau kemampuan untuk mencari kekayaan itu amat minim. Akhirnya di dalam diri timbul kegelisahan yang tampak dalam pertumbuhannya seperti tidak dapat memusatkana perhatian, kurang semangat dan sebagainya. Kegagalan dalam penyesuaian diri dapat disebabkan oleh adanya faktor-faktor pengalaman terdahulu yang pernah di alami sesorang jika individu dimasa kanak-kanak banyak mengalami rintangan hidup dan kegagalan, frustrasi (kekecewaan) dan konflik (pertentangan batin) yang pernah di alaminya dulu itu merupakan penyebab dari kegagalan penyesuaian diri waktu dewasa. Demikian pula sebaliknya, jika seorang banyak mendapat keberhasilan dan kebahagiyaan dimasa kanak-kanak dalam penyesuaian dirinya, maka iya akan memandang positif dan optimis terhadap segalah masalah baru yang ia hadapi. Rasa optimis dan positif itu akan mendorong ia berbuat lebih banyak dan teliti sehingga kemungkinan berhasil akan diperolehanya selanjutnya seseorang dewasa akan berpandangan pesimis dan negatif jika menghadapi masalah yang rumit, disebabkan di waktu kecilnya sering memperoleh pengalaman yang buruk dan gagal dalam berbagai masalah, termasuk masalah yang serupa. Disamping penyesuaian terhadap diri sendiri ada lagi beberapa jenis penyesuaian diri yaitu: a. Penyesuaian Diri dalam Keluarga Penyesuaian diri di dalam keluarga yang terpenting iyalah penyesuaian diri terhadap orang tua, sehubung dengan sikap-sikap orang tua sebagai berikut: 1. Orang tua yang keras (otoriter) artinya orang tua yang berkuasa di rumah dalam tangga, sehingga segalah tindakanya terlihat keras, kata-katanya terhadap anakanak tajam dan menyakitkan hati, banyak yang memerintah, kurang mendengarkan keluhan atau usul anak-anaknya, terlalu di siplin. Sikap orang tua sedemikian itu akan menimbulkan rasa takut, apatis (masa bodoh) dan dendam. Hal yang terakhir ini merupakan sumber kenakalan anak seperti menentang, memburukkan nama orang tua di masyarakat luar, tidak ada rasa kasih sayang terhadap orang tua dan saudara, mencuri brang dan uang orang tua dan sebagainya. Jika ia anak orang kaya atau berpangkat, maka rasa dendam pada orang tua iyalah dengan bentuk suka berpakaiyan jelek atau mencuri di luar rumah, sehingga merugikan nama orang tuanya yang terpandang itu. 2. Orang tua yang bersikap terlalu lunak, tidak berdaya, memberi kebebesanterhadap anak tanpa norma-norma yang harus diikuti oleh mereka. Dalam hal ini mungkin orang tua terlalu sayang, terhadap anak-anak mereka atau mungkin atau mungkin juga kurangnya pendidikan. 3. Sikap orang tua yang demokratis, artinya orang tua memberikan kesempatankepada setiap anaknya menyatakan pendapat, keluhan, kegelisahanya dan oleh orang tua ditanggapi secara wajar dan bimbing seperlunya. Orang tua seperti ini memahami anak hakekat perkembangan anak yakni mencapai kedewasaan fisik, mental, emosiyonal, dan sosiyal anak. b. Penyesuayan Diri Di Sekolah
Yang penting ialah penyesuaian diri terhadap guru, mata pelajaran, teman sebaya dan lingkungan sekolah. 1. Penyesuaiyan diri murit terhadap guru banyak bergantung kepada sikap gurudalam menghadapi muruid-muridnya. Guru yang banyak memahami tentang perbedaan individual murid anak lebih mudah mengadakan pendekatan terhadap berbagai masalah yang dihadapi muritnya. Berarti seorang guru hendaklah memperdalam ilmunya tentang psikologi dan ilmu mendidik, terutama psikologi remaja dalam menghadapi anak remaja. 2. Penyesuaiyan diri terhadap mata pelajaran. Dalam hal ini kurikulum hendaknyadisesuaikan dengan umur, tingkat kecerdasan, kebutuhan. Dengan jalan demikian anak dengan mudah anak dapat menyesuaikan diri terhadap mata pelajaran yang diberikan kepadanya. 3. Penyesuaiyan diri terhadap teman sebaya. Hal ini amat penting bagiperkembangan murid terutama perkembangan social. Teman sebaya iyalah kelompok anak-anak yang hampir sama umur, kelas dan motivasi bergaulnya. 4. Penyesuaiyan diri terhadap lingkungan fisik dan sosial sekolah. Dalam hal iniiyalah gedung, alat-alat sekolah, fasilitas belajar dan lingkungan sosial lainya. Jika sekolah kurang fasilitas atau alat-alat yang membantu kelancaran pendidikan, maka murid akan mengalami kesulitan dalam belajar dan guru akan capek. Misalnya alat peraga. Hal ini penting untuk menanamkan berpikir objektif pada anak, karena memeragakan hal-hal yang diterangkan guru, murid betul-betul memahami realitas dari objek yang diterangkan. Dan guru akan lebih mudah pekerjaannya. c. Penyesuaian Diri Di Masyarakat Masyarakat juga amat menentukan bagi penyesuaiyan diri anak. Karna sebagian besar waktu anak-anak dihabiskanya di rumah. Dan rumah mereka berada di dalam lingkungan masyarakat.banyak hal-hal yang terdapat di lingkungan masyarakat yang dapat menimbulkan kesulitan dalam penyesuaiyan diri anak dan perkembanganya. Banyak hal-hal yang terdapat di lingkungan masyarakat yang dapat menimbulkan kesulitan dalm penyesuaiyan diri anak dan perkembanganya, pengaruh filim-filim. TV, bacaan porno, pergaulan bebas dan kekerasan serta tingkah laku yang bertentangan dengan pancasila, menimbulkan hal-hal yang negatif bagi anak-anak dan remaja. Dan Seorang individu tidak dilahirkan dalam keadan sudah mampu menyesuaikan diri atau tidak mampu menyesuaikan diri (Hartono dan Sunarto, 2002). Banyak individu yang menderita dan merasa tidak mampu mencapai kebahagiyaan dalam hidupnya, karena tidak mampunya dalam menyesuaikan diri baik dalam kehidupan keluwarga, sekolah, pekerjaan dan dalam masyarakat pada umumnya (Mu’tadin, 2005). Permasalahan penyesuaian diri di sekolah dapat timbul ketika anak mulai memasuki jenjang sekolah yang baru, seperti sekolah lanjutan pertama (Hartono dan Sunarto, 2002). Pada sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP) siswa berada pada tahapan perkembangan remaja, tepatnya remaja awal yaitu yang berusia 12 sampai 15 tahun
(Monks, 1999). Pada masa ini tugas perkembangan yang tersulit bagi siswa adalah yang berhubungan dengan penyesuaian sosial (Hurlock, 1980). Dalam penyesuaian sosial ini di tuntut pula kemampuan individu untuk mengikuti perubahan tersebut atau yang disebut juga dengan penyesuaian pribadi (Mappiare, 1982). Adanya kebutuhan bantuan dari orang tuanya. Secara obyektif, guru dan konselor di sekolah berada pada posisi yang strategis untuk memberikan bantuan kepada remaja. Besar kemungkinanya konselor dan guru merupakan orang dewasa yang dikenal remaja secara akrab. Peranan konselor dan guru berada pada posisi yang berpengruh, dimana guru atau konselor seringkali mengadakan pertemuan-pertemuan dengan orang tua sehubungan dengan persoalan-persolan remaja di sekolah. Remaja sering merasa curiga terhadap keakraban konselor dengan gurunya. Dalam keadaan seperti itu, remaja perlu mengetahui dalam hal-hal apa saja yang dibicarakan guru atau konselor dan orang tua mereka, sehingga ia dapat menyesuaikan diri tergadap hubungan-hubungan tersebut. Metode dalam penelitian ini adalah menggunakan metode deskripstif kuantitatif yang membahas mengenai faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri pada siswa.kelas VII SMP Negeri 2 Kota Gorontalo. Tempat Dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMPN 2 Kota Gorontalo pada bulan lan Mei sampai bulan Juni 2014. Variabel Penelitian Variabel penelitian dalam penelitian ini berdasarkan teori Schneiders (2006: 25)mengungkapkan bahwa ada enam faktor penyesuaian diri antara lain: (1) kontrol terhadap emosi yang berlebihan, (2) mekanisme pertahanan diri yang minimal, (3) frustrasi personal yang minimal, (4) pertimbangan rasional dan kemampuan mengarahkan diri, (5) sikap realistik dan objektif Populasi Menurut Riduwan (2012:10) mengatakan bahwa populasi adalah keseluruhan dari karakteristik atau unit hasil pengukuran yang menjadi objek penelitian.Dalam penelitian ini yang menjadi anggota populasi adalah siswa kelas VII, dengan jumlah 350 orang Sampel Aritkunto (Riduwan, 2012:56) mengatakan sampel adalah bagian dari populasi (sebagaian atau wakil populasi yang diteliti). Sampel penelitian adalah sebagian dari populasi yang diambil sebagai sumber data dan dapat mewakili seluruh populasi. (Sugiyono dan Riduwan, 2012:56) memberikan pengertian sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Namun dalam penelitian ini jumlah sampel yang di ambil sebesar 10 % yaitu 35 orang dari 350 siswa. Teknik Pengumpulan Data Untuk memudahkan memperoleh data yang mendukung penelitian ini. Maka data yang di peroleh melalui tehnik angket sebagai teknik utama dalam pengumpulan data tentang
deskripsi faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri pada siswa kelas VII di SMP Negeri 2 Kota Gorontalo, angket ini akan terlebih dahulu di uji tingkat validitas nya di SMP Negeri 1 Tapa, untuk mengetahui apakah angket yang di gunakan valid atau tidak. Sedangkan observasi dan wawancara sebagai teknik pendukung. Dengan data yang di peroleh dari hasil uji coba instrumen angket, yang di sebarkan pada 102 siswa sebagai subyek penelitian. Dengan menggunakan rumus produk momen tersebut, pada taraf nyata N= 102 maka di peroleh harga r tabel = r(α)(n)= 0,195. Dengan membandingkan harga rtabel dengan rhitung setiap item yang ada di peroleh bahwa rhitung>rtabel. Hal ini menunjukkan bahwa dari 40 item yang ada terdapat 32 item yang valid dan 8 item yang tidak valid. Item-item yang valid yaitu 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 11 , 12, 13, 14, 15, 16, 17, 21, 25, 26, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 39, dan 40 sedangkan item yang tidak valid yaitu 10, 18, 19, 20, 22, 23, 24 dan 27. Berikut akan dibahas faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri siswa kelas VII SMP Negeri 2 Kota Gorontalo berdasarkan faktor yang memiliki persentase tertinggi: a. Mekanisme pertahanan diri yang minimal. Faktor ini merupakan faktor tertinggi yang mempengaruhi penyesuaian diri siswa kelas VII SMP Negeri 2 Kota Gorontalo dengan persentase sejumlah 74,57%. Faktor ini menjelaskan bahwa jika individu memiliki permasalahan dan lebih mengindikasikan respon yang normal dari pada penyelesaian masalah yang memutar melalui serangkaian mekanisme pertahanan diri yang disertai tindakan nyata untuk mengubah suatu kondisi. Maka individu dikategorikan normal jika bersedia mengakui kegagalan yang dialami dan berusaha kembali untuk mencapai tujuan yang ditetapkan atau dengan kata lain memiliki penyesuaian diri yang baik. Individu dikatakan mengalami gangguan penyesuaian jika individu mengalami kegagalan dan menyatakan bahwa tujuan tersebut tidak berharga untuk dicapai. b. Frustrasi personal yang minimal. Faktor ini merupakan faktor tertinggi kedua yang mempengaruhi penyesuaian diri siswa kelas VII SMP Negeri 2 Kota Gorontalo dengan persentase sejumlah 74,29%. Faktor ini menunjukkan jika individu yang mengalami frustrasi ditandai dengan perasaan tidak berdaya dan tanpa harapan, maka akan sulit bagi individu untuk mengorganisir kemampuan berpikir, perasaan, motivasi dan tingkah laku dalam menghadapi situasi yang menuntut penyelesaian. Pada akhirnya jika individu tidak mampu mengorganisir frustasinya maka individu akan memiliki penyesuaian diri yang tidak baik. c. Kontrol terhadap emosi diri yang berlebihan. Faktor ini merupakan faktor tertinggi ketiga yang mempengaruhi penyesuaian diri siswa kelas VII SMP Negeri 2 Kota Gorontalo dengan persentase sejumlah 72,57%. Faktor ini menekankan kepada adanya kontrol dan ketenangan emosi individu yang memungkinkannya untuk menghadapi permasalahan secara cermat dan dapat menentukan berbagai kemungkinan pemecahan masalah ketika muncul hambatan. Semakin baik individu mengontrol diri maka individu akan mampu menyesuaikan diri dengan baik pula. d. Pertimbangan rasional dan kemampuan mengarahkan diri. Faktor ini merupakan faktor tertinggi keempat yang mempengaruhi penyesuaian diri siswa kelas VII SMP Negeri 2 Kota Gorontalo dengan persentase sejumlah 72,29%. Faktor ini menunjukkan jika
individu memiliki kemampuan berpikir dan melakukan pertimbangan terhadap masalah atau konflik serta kemampuan mengorganisasi pikiran, tingkah laku, dan perasaan untuk memecahkan masalah, dalam kondisi sulit sekalipun menunjukkan penyesuaian yang normal. Individu tidak mampu melakukan penyesuaian diri yang baik apabila individu dikuasai oleh emosi yang berlebihan ketika berhadapan dengan situasi yang menimbulkan konflik. e. Sikap realistik dan objektif. Faktor ini merupakan faktor tertinggi kelima yang mempengaruhi penyesuaian diri siswa kelas VII SMP Negeri 2 Kota Gorontalo dengan persentase sejumlah 71,43%. Faktor ini menunjukkan bahwa jika individu mampu bersikap yang realistik dan objektif bersumber pada pemikiran yang rasional, kemampuan menilai situasi, masalah dan keterbatasan individu sesuai dengan kenyataan sebenarnya maka individu tersebut mampu menyesuaikan diri. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data bahwa diantara lima faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri siswa kelas VII SMP Negeri 2 Gorontalo, faktor mekanisme pertahanan diri yang minimal memperoleh persentase tertinggi yakni sejumlah 74,57% hal ini menunjukkan bahwa kemampuan penyesuaian diri siswa dipengaruhi oleh mekanisme pertahanan diri. Faktor frustasi personal minimal memperoleh persentase sejumlah 74,29% hal ini menunjukkan bahwa kemampuan penyesuaian diri siswa dipengaruhi oleh frustasi minimal yang dimiliki. Faktor kontrol terhadap diri yang berlebihan memperoleh persentase sejumlah 72,57% hal ini menunjukkan bahwa kemampuan penyesuaian diri siswa dipengaruhi oleh kemampuan siswa dalam mengontrol diri. Faktor pertimbangan rasional dan kemampuan mengarahkan diri memperoleh persentase sejumlah 72,29% hal ini menunjukkan bahwa kemampuan penyesuaian diri siswa dipengaruhi oleh kemampuan mengarahkan diri dan berpikir rasional. Sedangkan faktor berpikir realistik dan objektif memperoleh persentase sejumlah 71,43% hal ini memiliki makna bahwa kemampuan penyesuaian diri siswa juga dipengaruhi oleh kemampuan berpikir realistik dan objektif. Saran Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan, dapat di rumuskan saran-saran sebagai berikut: a. Diharapkan kepada guru khusunya guru bimbingan dan konseling agar dapat memperhatikan tingkat faktor yang mempengruhi penyesuaian diripada siswa sehingga siswa dapat belajar dengan baik dan berkembang secara optimal. b. Diharapkan kepada siswa agar lebih dapat melakukan penyesuaian diri yang baik. c. Diharapkan kepada Guru bimbingan dan konseling di sekolah agar dapat mengontrol aktivitas siswa di sekolah dan mendidik ahlak mereka menjadi lebih baik lagi. Orang tua sebagai motivator utama yang lebih dekat dengan anaknya, agar anaknya dapat menyesuaikan diri dengan teman-temanya di lingkungan yang iya tinggal, maupun di lingkungan sekolah. Oleh karena itu diperlukan adanya sikap aktif dan terbuka dengan anaknya dalam memberikan hal-hal yang mendukung proses belajar anak di rumah
dengan menyediakan waktu luang yang banyak dalam mengetahui perkembangan anaknya, terutama tentang penyesuaian diri.
DAFTAR PUSTAKA
Ali Mohammad & Asrori Mohammad. (2012) Psikologi Remaja, Jakarta: Bumi Aksara
Agustiani Hendriati. (2006) Psikologi Perkembangan.Bandung:Rafika Aditama
Hartinah Siti. (2008) Perkembangan Peserta Didik, Bandung:Rafika Aditama
Lestari
Sri.(2012/2013).(Jurnal).Meningkatkan Penyesuaian Diri Terhada Keahlian Melalui Layanan Bimbingan Kelompok Pada Siswa.Psych. Dipl,
Gerungan.(2004) Psikologi Sosial. Bandung: Rifka Aditama
Program
Riduwan. (2004). Belajar Mudah Penelitian untuk Guru, Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung:Alfabeta
Sofyan S. Willis. (2012). Remaja dan masalahnya. Bandung Alfabeta
Safura Laili Supriyantini. (2006). (Jurnal) Hubungan Antara Penyesuaiyan Diri Anak Di Sekolah Dengan Prestasi Belajar
Suryani lilis, Sahniar dan Zikra. (2013). (Jurnal) Penyesuaian Diri Pada Masa Pubertas
Schneiders. (2006). Psikologi Perkembangan.Bandung Refika Aditama.
Timorora Sandha P, (2012,). (Jurnal).Psikologi Hubungan Antara Self Esteem Dengan Penyesuaian Diri.