PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK TALK WRITE TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA PADA MATERI BANGUN DATAR SEGI EMPAT DI SMP NEGERI 7 KOTA GORONTALO (Penelitian Eksperimen Pada Siswa kelas VII SMP N 7 Gorontalo)
ARTIKEL Diajukan Sebagai Persyaratan Guna Menempuh Ujian Sarjana Pendidikan Pada Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan IPA
OLEH RATNI HERIANI INDAMA NIM : 411 411 052
JURUSAN MATEMATIKA PRODI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN IPA UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO 2015
LEMBAR PENGESAHAN ARTIKEL Artikel yang berjudul “Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Talk Write Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Pada Materi Bangun Datar Segi Empat Di SMP Negeri 7 Kota Gorontalo (Penelitian Eksperimen Pada Siswa kelas VII SMP N 7 Kota Gorontalo)”.
Oleh RATNI HERIANI INDAMA NIM. 411 411 052
Telah diperiksa dan disahkan
Pembimbing I
Pembimbing II
Drs. Perry Zakaria, M.Pd NIP. 19640817 198903 1 003
Drs. Abdul Wahab Abdullah, M.Pd NIP. 19640102 199003 1 005
Mengetahui Ketua Jurusan Matematika
Dra. Lailany Yahya, Msi NIP. 19681219 199403 2 001
PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK TALK WRITE TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA PADA MATERI BANGUN DATAR SEGI EMPAT DI SMP NEGERI 7 KOTA GORONTALO (Penelitian Eksperimen Pada Siswa kelas VII SMP N 7 Gorontalo) Ratni Heriani Indama1; Perry Zakaria2; Abdul Wahab Abdullah3 Jurusan Matematika, Program Studi S1. Pend. Matematika F.MIPA Universitas Negeri Gorontalo Email:
[email protected]
ABSTRACT Ratni Heriani Indama. 2015. The Influence of The Application of Think Talk Write Type of Cooperative Learning toward Students’ Creative Thinking on two-Dimentional Figure of Quadrilaterals Topic at Class VII of SMP N & Kota Gorontalo (An Experimental Research on Students of Class VII of SMP N 7 Gorontalo). Skripsi. Gorontalo. Department of mathematics, Study Program of Mathematics Education, Faculty of Mathematics and Natural Sciences, State University of Gorontalo. The principal supervisor was Drs. Perry Zakaria, M.Pd and the co-supervisor was Drs. Abdul Wahab Abdullah, M.Pd. The research aimed at investigating the difference of creative thinking ability of students who were taught by Think Talk Write type f cooperative learning model and those who were taught by direct learning model on two-dimentional figure of quadrilaterals topic at class VII of SMP Negeri 7 Kota Gorontalo. The method of research was experimental research with posttest Only Control Grup Design. The population of research were all students of class VII of SMP Negeri 7 Kota Gorontalo in 2014/2015 academic year. The samples of research were two classes gained through simple random sampling. The data were analyzed by independent t test. The research result showed that creative thinking ability of students who were taught by Think Talk Write type of cooperative learning model was higher than those who were taught by direct learning model. Keywords: Think Talk Write type of coopeative learning model, Creative Thinking, Mathematics
1
Ratni Heriani Indama, 411411052, Jurusan Matematika Fakultas MIPA Pembimbing I, DRS. Perry Zakaria, M.Pd 3 Pembimbing II, Drs. Abdul Wahab Abdullah, M.Pd 2
ABSTRAK Ratni Heriani Indama. 2015. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Talk Write Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Pada Materi Bangun Datar Segi Empat Di Smp Negeri 7 Kota Gorontalo (Penelitian Eksperimen Pada Siswa kelas VII SMP N 7 Kota Gorontalo). Skripsi. Gorontalo. Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing : (I) Drs. Perry Zakaria, M.Pd (II) Drs. Abdul Wahab Abdullah, M.Pd. Tujuan dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui perbedaan kemampuan berpikir kreatif siswa yang dibelajarkan dengan Model Pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write dan siswa yang dibelajarkan dengan model Direct Instruction khususnya pada materi bangun datar segiempat gabungan pada siswa kelas VII SMP Negeri 7 Kota Gorontalo. Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan desain penelitian Posttest Only Control Group Design. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 7 Kota Gorontalo Tahun Pelajaran 2014/2015 dan sampel penelitian diambil 2 kelas dengan cara tehnik cluster simple random sampling. Data yang terkait dianalisis dengan Uji t Independen. Dari hasil analisis data diperoleh kemampuan berpikir kreatif siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write lebih tinggi dari pada siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran Direct Instruction. Kata kunci: Model pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write, Berpikir Kreatif, matematika
I.
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan kebutuhan yang sifatnya krusial bagi setiap orang, dimana dengan adanya pendidikan suatu kaum atau bangsa mempunyai dasar ilmu pengetahuan, selain itu dengan adanya pendidikan dapat menumbuhkan kreatifitas, kecerdasan, dan pengetahuan yang berguna untuk dirinya, masyarakat bangsa dan negara. Hal ini selaras dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 (dalam Saondi, 2010:1) yang menyatakan bahwa “pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”. Oleh karena itu, setiap orang di tuntut untuk mengenal pendidikan, salah satunya adalah mempelajari ilmu matematika. Matematika sebagai ilmu dasar pengetahuan mempunyai peranan sangat penting untuk mencapai keberhasilan pembangunan dalam segala bidang. Pernyataan tersebut berlandaskan pada asumsi bahwa penguasaan matematika akan menjadi sarana yang ampuh untuk mempelajari mata pelajaran lain, baik pada jenjang pendidikan yang sama maupun pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Matematika merupakan suatu pelajaran yang tersusun secara beraturan, logis, berjenjang dari yang paling mudah hingga yang paling rumit. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran wajib untuk sekolah jenjang pendidikan dasar, menengah maupun perguruan tinggi, yang dapat meningkatkan kualitas kehidupan karena dapat membangun cara berpikir siswa yaitu berpikir kreatif. Proses berpikir kreatif merupakan kemampuan berpikir tingkat tinggi yang mengkombinasikan berpikir logis dan berpikir divergen. Berpikir logis digunakan untuk memverifikasi ide-ide menjadi sebuah penyelesaian yang kreatif sedangkan berpikir divergen digunakan untuk mencari ide-ide untuk menyelesaikan masalah . Hal tersebut didukung oleh Sadirman (dalam Shoimin, 2014: 212) bahwa berpikir adalah aktivitas mental untuk dapat merumuskan pengertian, menyintesis, dan menarik kesimpulan. Namun, bagi sebagian siswa matematika merupakan mata pelajaran yang kurang disenangi. Banyak orang berpikir bahwa matematika sangat sulit sehingga mengakibatkan hasil belajar siswa masih rendah. Hal ini disebabkan karena masih banyak siswa yang kurang terlibat dalam kegiatan proses belajar sehingga kemampuan berpikir siswa kurang optimal. Siswa lebih mengoptimalkan kemampuannya dalam menghafal konsep yang tersedia sebatas untuk persiapan dalam menjawab soal-soal, selain itu siswa juga belum terlatih dalam menganalisa soal-soal yang dikaitkan dengan materi dan permasalahan-permasalahan yang terjadi dalam kehidupan. Pada dasarnya matematika adalah mata pelajaran yang sangat mudah ketika kita dapat mengetahui strategi, cara dan model pembelajaran yang tepat dalam proses pembelajaran serta di dukung oleh keinginan dari dalam diri sendiri. Berdasarkan hasil observasi di sekolah SMP Negeri 7 Kota Gorontalo, melalui wawancara langsung yang dilakukan peneliti terhadap guru matematika kelas VII khususnya pada materi bangun datar segi empat diperoleh informasi
bahwa siswa belum mampu berpikir secara mandiri dan tidak percaya diri dalam menyelesaikan soal yang diberikan, siswa lebih senang menunggu jawaban dari guru itu sendiri. Kemampuan berpikir yang rendah tersebut disebabkan oleh model pembelajaran yang diterapkan oleh guru adalah model pembelajaran langsung. Dimana guru sangat mendominasi dalam menentukan semua kegiatan pembelajaran. Banyaknya materi yang diajarkan, urutan materi pelajaran, kecepatan guru mengajar dan lain-lain, sepenuhnya ada ditangan guru. Model pembelajaran langsung membuat guru menjadi pusat utama kegiatan pembelajaran dikelas yang akhirnya siswa sukar untuk diperhatikan mengenai individualnya. Siswa terkesan pasif dan menerima apa kata guru. Model pembelajaran tersebut belum membuat siswa berperan aktif sehingga dalam pikiran siswa tidak terjadi perkembangan struktur kognitif, sehingga siswa cenderung belajar dengan hanya menghafal dan siswa akan menjadi cepat bosan. Dengan melihat permasalahan di atas, penulis memberikan salah satu alternatif dengan cara menerapkan model pembelajaran Kooperatif Tipe Think Talk Write (TTW). TTW merupakan model pembelajaran yang memperkenankan siswa mempengaruhi, memanipulasi ide-ide sebelum menuangkannya dalam bentuk tulisan, membantu siswa dalam mengumpulkan dan mengembangkan ide-ide melalui percakapan terstruktur. Pembelajaran matematika di sekolah dengan menggunakan pembelajaran kooperatif Tipe Think Talk Write (TTW) diupayakan dapat membuat siswa lebih aktif terlibat dalam proses pembelajaran matematika di kelas. Keaktifan siswa tersebut dapat terwujud dengan mengikuti setiap proses pembelajaran matematika berupa interaksi dalam kegiatan proses pembelajaran dan mengajukan cara-cara penyelesaian dari suatu masalah matematika yang diberikan. Melalui keterlibatan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran matematika tersebut, maka diharapkan kemampuan berpikir kreatif siswa akan dapat terlatih dengan baik. Pembelajaran Kooperatif Tipe TTW diharapkan dapat memicu keaktifan siswa di dalam kelas yang sasarannya dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa. Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Talk Write Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Pada Materi bangun datar segi empat di SMP Negeri 7 Kota Gorontalo”. II.
TINJAUAN PUSTAKA
Kemampuan Berpikir Kreatif Munandar (dalam Asrori, 2009: 62) mendefinisikan : “kreativitas adalah kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan dan orisinalitas dalam berfikir serta kemampuan untuk mengelaborasi suatu gagasan”. Pendapat lain dari Rogers (dalam Asrori, 2009: 62) mendefinisikan kreativitas sebagai proses munculnya hasil-hasil baru kedalam suatu tindakan. Hasil-hasil baru itu muncul dari sifat-sifat individu yang unik yang berinteraksi dengan individu lain, pengalaman maupan keadaan hidupnya.
Pembahasan mengenai kreativitas dalam matematika lebih ditekankan pada prosesnya, yakni proses berpikir kreatif. Berpikir kreatif merupakan proses berpikir yang digunakan ketika kita ingin mendatangkan atau memunculkan suatu ide baru, dalam hal ini kemampuan untuk menghasilkan suatu produk. Pada umumnya, berpikir kreatif dipicu oleh masalah-masalah yang menantang. Berpikir kreatif merupakan salah satu cara yang sangat penting untuk menyelesaikan sebuah permasalahan. Kita harus mampu untuk mengembangkan cara berpikir yang berbeda dari yang kita miliki saat ini sehingga kita dapat menyelesaikan sebuah permasalahan lebih cepat dan tepat. Walls (dalam Waruru, 2003: 112) mengemukakan bahwa proses berpikir kreatif melalui empat tahap, yaitu persiapan, inkubasi, iluminasi dan verifikasi. Untuk lebih jelasnya keempat tahap proses kreatif tersebut dapat dijelaskan dibawah ini : 1. Tahap persiapan, adalah tahap peletakan dasar. Dalam tahap ini dilakukan pengumpulan informasi, data-data, dan bahan-bahan untuk memecahkan masalah. Dalam tahap ini, individu mempelajari latar belakang masalah, seluk-beluk, dan problematikanya. 2. Tahap inkubasi adalah tahap dieraminya proses pemecahan masalah dalam alam pra-sadar. Tahap ini berlangsung dalam waktu tak menentu, bisa lama dan bisa juga sebentar. Dalam tahap ini ada kemungkinan terjadi proses pelupaan terhadap konteksnya, dan akan teringat lagi pada saat berakhirnya tahap pengeraman dan munculnya masa berikutnya. 3. Tahap iluminasi yaitu tahap munculnya aspirasi atau gagasan-gagasan untuk memecahkan masalah. Dalam tahap ini muncul bentuk-bentuk cetusan spontan, ide/gagasan, pemecahan masalah, penyelesaian, cara kerja, dan jawaban baru. 4. Tahap verifikasi adalah tahap munculnya aktivitas evaluasi terhadap gagasan secara kritis yang sudah mulai dicocokan dengan keadaan nyata atau kondisi kenyataan. Berdasarkan analisis faktor, Guilford (dalam Talajan, 2012: 12) menemukan bahwa ada lima sifat yang menjadi ciri kemampuan berfikir kreatif, yaitu kelancaran (fluency), keluwesan (flexibility), keaslian (originality), penguraian (elaboration), dan perumusan kembali (redefinition). Pendapat Guildford di atas senada dengan pendapat Getzles dan Jackson (dalam Mahmudi, 2010:5) yang mengemukakan bahwa cara untuk mengukur kemampuan berpikir kreatif matematis yakni kelancaran, keluwesan, dan kebaruan, dan keterincian. Kelancaran berkaitan dengan banyaknya solusi. Keluwesan berkaitan dengan ragam ide. Kebaruan berkaitan dengan keunikan jawaban siswa. Sedangkan aspek keterincian berkaitan keterincian dan keruntutan jawaban. Aspekaspek kemampuan berpikir kreatif matematis yang diukur adalah kelancaran, keluwesan, kebaruan, dan keterincian. Aspek kelancaran meliputi kemampuan (1) menyelesaikan masalah dan memberikan banyak jawaban terhadap masalah tersebut; atau (2) memberikan banyak contoh atau pernyataan terkait konsep atau situasi matematis tertentu. Aspek keluwesan meliputi kemampuan (1) menggunakan beragam strategi penyelesaian masalah; atau (2) memberikan beragam contoh atau pernyataan terkait konsep atau situasi matematis tertentu.
Aspek kebaruan meliputi kemampuan (1) menggunakan strategi yang bersifat baru, unik, atau tidak biasa untuk menyelesaikan masalah; atau (2) memberikan contoh atau pernyataan yang bersifat baru, unik, atau tidak biasa. Aspek keterincian meliputi kemampuan menjelaskan secara terperinci, runtut, dan koheren terhadap prosedur matematis, jawaban, atau situasi matematis tertentu. Penjelasan ini menggunakan konsep, representasi, istilah, atau notasi matematis yang sesuai. Dari beberapa pendapat mengenai berpikir kreatif yang dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa berpikir kreatif adalah kemampuan untuk melakukan suatu tindakan untuk mempertimbangkan, memutuskan dan menciptakan sesuatu hal-hal yang baru. Hal baru yang dimaksud bukan hanya dari yang tidak ada menjadi ada, tetapi juga kombinasi baru dari sesuatu yang sudah ada. Adapun indikator yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu: (1) Berpikir lancar ialah kemampuan siswa menyelesaikan masalah dan memberikan banyak jawaban terhadap masalah yang diberikan. (2) Berpikir luwes ialah kemampuan siswa memberikan beragam contoh atau pernyataan terkait konsep atau situasi matematis tertentu. (3) Keaslian ialah kemampuan siswa dalam menemukan jawaban yang benar dari hasil pemikirannya sendiri bukan jawaban dari orang lain. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Talk Write Model Think Talk Write adalah salah satu dari model pembelajaran kooperatif yang membangun secara tepat untuk berfikir dan merefleksikan atau untuk mengkoordinasikan ide-ide serta mengetes ide tersebut sebelum siswa diminta untuk menulis. Siswa dituntut terlibat langsung untuk berpikir kritis dalam mengorganisasikan isi karangan secara sistematis urutan gagasannya. Menurut Shoimin (2014: 212) Think Talk Write merupakan suatu model pembelajaran untuk melatih keterampilan peserta didik dalam menulis. Think Talk Write menekankan perlunya peserta didik mengkomunikasikan hasil pemikirannya. Pendapat diatas di dukung oleh Huinker dan Laughlin (dalam Shoimin, 2014: 212) yang meyebutkan aktivitas dapat dilakukan untuk menumbuh kembangkan kemampuan pemahaman konsep dan komunikasi peserta didik adalah dengan penerapan pembelajaran Think Talk Write. Sedangkan menurut Suherman (dalam Ikashaum, 2012:3) Think Talk Write adalah model pembelajaran yang dimulai dengan berpikir melalui bahan bacaan (menyimak, mengkritisi, dan alternatif solusi), hasil bacaannya dikomunikasikan dengan presentasi, diskusi, dan kemudian membuat laporan hasil presentasi. Pemilihan model pembelajaran ini didasarkan pada tiga tahap yang dapat menumbuhkembangkan pemahaman konsep dan kemampuan komunikasi yang merupakan kemampuan dasar dari representasi matematis. Model pembelajaran ini digunakan untuk mengembangkan tulisan dengan lancar dan melatih bahasa sebelum dituliskan. TTW memperkenankan siswa untuk mempengaruhi dan memanipulasi ide-ide sebelum menuangkannya dalam bentuk tulisan. Selain itu, juga membantu siswa dalam mengumpulkan dan mengembangkan ide-ide melalui percakapan terstruktur.
Menurut Deporter (dalam Listiana, 2012: 4) Think Talk Write (TTW) adalah pembelajaran dimana siswa diberikan kesempatan untuk memulai belajar dengan memahami pemasalahan terlebih dahulu, kemudian terlibat secara aktif dalam diskusi kelompok, dan akhirnya menuliskan dengan bahasa sendiri hasil belajar yang diperolehnya. Dari sejumlah pendapat mengenai Think Talk Write yang dikemukakan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa Think Talk Write merupakan model pembelajaran untuk melatih keterampilan peserta didik serta mendorong siswa untuk berpikir terlebih dahulu tentang masalah yang diberikan kemudian mengkomunikasikan hasil pemikirannya melalui forum diskusi dan akhirnya melalui forum diskusi tersebut siswa dapat menuliskan kembali hasil pemikirannya. Model ini dapat mengembangkan keterampilan siswa dalam berpikir kreatif karena memperkenankan siswa untuk mempengaruhi dan memanipulasi ide-ide sebelum menuangkannya dalam bentuk tulisan. Tahapan Pembelajaran Think Talk Write Menurut Sugandi (2011: 52) tahap-tahap dalam pelaksanaan strategi pembelajaran Think Talk Write sebagai berikut: a. Tahap pertama adalah think, yaitu tahap berfikir dimana siswa membaca teks berupa soal (kalau memungkinkan dimulai dengan soal yang berhubungan dengan permasalahan sehari-hari siswa. b. Tahap kedua adalah talk, yaitu berbicara atau berdiskusi memberikan kesempatan kepada siswa untuk membicarakan tentang penyelidikannya pada tahap pertama. c. Tahap ketiga adalah write, yaitu siswa menuliskan ide-ide yang diperolehnya pada tahap pertama dan kedua. Langkah-langkah pembelajaran berdasarkan masalah yang telah diuraikan maka desain langkah model pembelajaran yang akan digunakan dalam proses pembelajaran di kelas pada penelitian adalah sebagai berikut: a. Guru membagi LKS yang memuat soal yang harus dikerjakan oleh siswa serta petunjuk pelaksanaannya dimana siswa membaca masalah yang ada dalam LKS dan membuat catatan kecil secara individu tentang apa yang ia ketahui dan tidak ketahui dalam masalah tersebut. b. Guru membagi siswa dalam kelompok kecil (3-5 siswa) dimana siswa membentuk kelompok kecil yang terdiri dari 3-5 orang. c. Guru memantau setiap kelompok dalam melakukan diskusi dimana siswa berinteraksi dan berkolaborasi dengan teman satu kelompok untuk membahas isi catatan dari hasil catatannya. Dari hasil diskusi, siswa secara individu merumuskan pengetahuan berupa jawaban atas soal dalam bentuk tulisan dan bahasa sendiri. d. Guru meminta salah satu perwakilan dari masing-masing kelompok untuk menyajikan hasil diskusinya. e. Guru meminta siwa yang lain untuk memberikan tanggapan dimana siswa yang mengerjakan memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut.
f. Guru mengarahkan siswa untuk membuat refleksi dan kesimpulan atas materi yang dipelajari dimana kelompok lain diminta memberikan tanggapan. III. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 7 Kota Gorontalo Kelas VII. Waktu penelitian ini dilaksanakan dalam kurun waktu empat bulan (Maret, April, Mei, Juni) pada pembelajaran semester genap Tahun pelajaran 2014/2015. Populasi dalam penelitian ini adalah seluru siswa kelas VII SMP Negeri 7 Kota Gorontalo yang tersebar di 6 kelas Total populasi berjumlah 165 siswa. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara Simple Random Sampling, dengan langkah-langkah yaitu pada Tahap I dipilih dua kelas dengan melakukan undian terhadap 6 kelas, pada tahap II, dipilih dengan cara mengundi yaitu kelas yang akan diajar dengan model pembelajaran Kooperatif Tipe Think Talk Write dan kelas yang diajar dengan model pembelajaran Langsung (Direct Instruction) siswa kelas VII SMP Negeri 7 Kota Gorontalo. Jenis penelitian pada penelitian ini adalah jenis penelitian eksperimen dengan desain Posttest-Only Control Group Design (Sugiyono, 2013: 112). Instrument yang digunakan dalam penelitian ini yakni instrument untuk mengukur kemampuan berpikir kreatif siswa pada mata pelajaran matematika, khususnya pada materi bangun datar segiempat gabungan. Instrumen yang dimaksud adalah tes essay atau tes uraian. IV. HASIL PENELITIAN Berdasarkan analisis yang dilakukan peneliti diperoleh data kemampuan berpikir kreatif dari 26 orang siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write (kelas eksperimen) secara keseluruhan disajikan pada Tabel 1. Tabel 1 Daftar Distribusi Frekuensi Data Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa yang Mengikuti Pembelajaran dengan Menggunakan Model Pembelajaran Think Talk Write Kelas Interval 40-45 46-52 53-58 59-65 66-71 Jumlah
No.
fi
Fkum
1 2 3 4 5
1 2 3 11 9 26
1 3 6 17 26
frelatif
(%)
3,84615 7,69231 11,5385 42,3077 34,6154 100
Berdasarkan Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa ada 6 orang siswa atau 23,08% memperoleh skor dibawah kelas interval. Kemudian 11 orang atau 42,31% berada pada kelas interval yang memuat skor rata-rata 61,75 dan 9 orang atau 34,61% memperoleh skor diatas skor rata-rata. Sedangkan analisis yang dilakukan peneliti diperoleh data kemampuan berpikir kreatif dari 27 orang siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran Direct Instruction (kelas kontrol) secara keseluruhan disajikan pada Tabel 2 berikut. Tabel 2 Daftar Distribusi Frekuensi Data Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa dengan Menggunakan Model pembelajaran Direct Instruction Kelas Interval 39-43 44-48 49-53 54-58 59-63 64-68 Jumlah
No.
fi
Fkum
1 2 3 4 5 6
3 2 13 4 2 3 27
3 5 18 22 24 27
frelatif (%)
11,1111 7,40741 48,1481 14,8148 7,40741 11,1111 100
Berdasarkan Tabel 2 diatas, dapat dilihat bahwa ada 18 orang siswa atau 66,67% memperoleh skor dibawah kelas interval. Kemudian 4 orang atau 14,81% berada pada kelas interval yang memuat skor rata-rata 52,67 dan 5 orang atau 18,52% memperoleh skor diatas skor rata-rata. Pengujian normalitas data dalam penelitian ini menggunakan uji Liliefors (Sudjana, 2005: 466) pada taraf signifikansi = 0,05. Berdasarkan data hasil posttest untuk kelas yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write (kelas eksperimen), diperoleh Lhitung = 0,1562 dan Ltabel = 0,1706. Oleh karena L0 = 0,1562 < Ltabel = 0,1706 maka data berdistribusi normal. Berdasarkan data hasil posttest untuk kelas yang diajar dengan model pembelajaran Direct Instruction (kelas kontrol), diperoleh L0 = 0,1443 dan Ltabel = 0,1683. Oleh karena Lhitung = 0,1443 < Ltabel = 0,1683 maka data berdistribusi normal.
Tabel 3 Hasil Uji Normalitas Data Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa dari kedua Kelompok Data. Kelompok
N
Lhitung
Ltabel (α =5%)
Kesimpulan
Kelas Eksperimen
26
0,1562
0,1706
Normal
Kelas Kontrol
27
0,1443
0,1683
Normal
Pengujian homogenitas menggunakan uji kesamaan dua varians (uji F). Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai varians terbesar S2 = 52,1553 dan varians terkecil S2 = 45,6182 dengan demikian nilai Fhitung = 1,1433 sedangkan nilai Ftabel = 1,9733. Karena Fhitung = 1,1433 < Ftabel = 1,9733 maka dapat disimpulkan kedua kelas memiliki varians yang sama atau homogen. Tabel 4 Hasil Perhitungan Uji Homogenitas Data Penelitian Melalui Uji-F Kelompok Data
N
Dk
Kelas Eksperimen
26
25
Kelas Kontrol
27
26
Fhitung
Ftabel (=0,05)
Kesimpulan
1,1433
1,9733
Homogen
Dari hasil perhitungan dengan menggunakan uji t Dua Sampel Idependen diperoleh t hitung = 5,4889 dan t tabel = 1,6755. Hal ini menunjukkan bahwa t hitung = 5,4889 > t tabel = 1,6755. Hal ini berarti nilai t hitung berada didaerah penolakan H0 atau dengan kata lain H1 diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write memberikan pengaruh terhadap terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa. V.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan Berdasarkan hasil analisis data menggunakan uji t bahwa kemampuan berpikir kreatif siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Think Talk Write lebih tinggi dari pada siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Direct Instruction pada materi Bangun Datar Segiempat Gabungan. Artinya terdapat pengaruh model pembelajaran terhahadap kemampuan berpikir kreatif siswa pada pelajaran matematika dimana model Think talk Write lebih baik daripada model pembelajaran Direct Instruction. Data hasil perhitungan perbedaan rata-rata postes kedua kelompok diperoleh t hitung lebih besar dari t tabel sebesar (5,4889 > 1,6755).
Saran Pembelajaran dengan model Think Talk Write merupakan model yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa. Oleh karena itu, model pembelajaran Think Talk Write perlu diterapkan. Dalam proses pembelajaran guru hendaknya memilih metode, model, pendekatan serta media yang tepat, sesuai karakteristik materi dan siswa sehingga diharapkan dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa. VI. DAFTAR PUSTAKA Arifin, Zainal. 2011. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Asrori, H. Mohammad, M.Pd. 2009. Psikologi Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima. Haji, Saleh. 2014. Strategi Think-Talk-Write (TTW) Untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi Matematik Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika Programpasca Sarjana Stkip Siliwangi Bandung Huda, Miftahul. 2013. Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran.Yogyakarta: Pustaka Pelajar Ikashaum, Fertilia. 2012. Perbandingan Kemampuan Representasi Matematis Siswa Antara Model Pembelajaran Ttw Dan Tps. Listiana, Lina. 2012. Pemberdayaan Keterampilan Berpikir Dalam Pembelajaran Biologi Melalui Model Kooperatif Tipe Gi (Group Investigation) Dan Ttw (Think, Talk, Write) Seminar Nasional X Pendidikan Biologi FKIP UNS Mahmudi, Ali. 2010. Mengukur kemampuan berpikir Kreatif matematis. Makalah disajikan pada konferensi Nasional matematika XV UNIMA Manado, 30 juni-3 juli 2010. Majid, Abdul. 2013. Strategi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Munandar, utami.1992. mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah. Jakarta: PT GRAMEDIA WIDIASARANA INDONESIA. Putri, Neka Amelia, Yarman, Yusmet Rizal. 2014. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Talk Write Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas Xi Ipa Di Sma Negeri 1 Pariaman. Saondi, Ondi, Drs. Aris Suherman, M.Pd, 2010. Etika Profesi Keguruan. Bandung: PT Refika Aditama Sari, Dhany Efita. Susilaningsih, Elvia Ivada. 2013. Penggunaan Model Direct Instruction Sebagai Upaya Peningkatan Pemahaman Siswa Melalui Kertas Kerja Satiadarma, Monty, Fidelis E. Waruru, 2003. Mendidik Kecerdasan. Jakarta: Pustaka Populer Obor. Shoimin, Aris. 2014. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA
Sudjana. 2005. Metode Statistik. Bandung: Tarsito Sugandi. 2011. Pengaruh Model Pembelajaran Koperatif Tipe Think Talk Write Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah dan Koneksi Matematis. Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika. Sugijono. 2008. Seribu Pena Matematika untuk SMP/MTS kelas VII (jilid 1). Jakarta: Erlangga Sugiyono. 2012. Statistika untuk penelitian. Bandung: CV Alvabeta ............ 2013. Metode penelitian pendidikan pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: CV Alvabeta Suharso dan Retnoningsih, Ana. 2005. Kamus Besar Bahasa indonesia. Semarang: CV Widya Karya Semarang Sunyoto dan Fitriatien. 2011. Penerapan Strategi TTW Untuk Meningktkan Komunikasi Matematika dan Penalaran Siswa Pada Materi Persamaan Dua Variabel. Seminar Nasional Pendidikan Matematika. Suriany, Erma. 2013. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Dan Komunikasi Matematis Siswa SMA Melalui Pembelajaran Math-Talk Leanning Comunity. Universitas Pendidikan Indonesia Syafi’i, Wan, Evi Suryawati, Ardiyas Robi Saputra, 2010. Kemampuan Berpikir Kreatif Dan Penguasaan Konsep Siswa Melalui Model Problem Based Learning (Pbl) Dalam Pembelajaran Biologi Kelas XI Ipa Sman 2 Pekanbaru Tahun Ajaran 2010/2011. Talajan, Guntur S.H., M.Pd, 2012. Menumbuhkan Kreativitas & Prestasi Guru. Yogyakarta: LaksBang PRESSindo.