1
PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TEKNIK CINEMA THERAPY TERHADAP KONSEP DIRI SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 8 KOTA GORONTALO
Suud Binti Hadi, Rena Madina, Irvan Usman
ABSTRAK Permasalahan yang dihadapi di SMP Negeri 8 Gorontalo adalah adanya siswa yang mengalami masalah dengan konsep diri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh layanan bimbingan kelompok teknik cinema therapy terhadap konsep diri siswa melalui suatu eksperimen. Penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu (quasi experiment) yang menggunakan desain “"One Group Pre-Test and Post Test Design". Penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu variabel (Bimbingan Kelompok Teknik Cinema Therapy), dan variabel Y (Konsep Diri). Anggota populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 8 Gorontalo yang berjumlah 284 orang yang terbagi dalam 10 kelas. Sedangkan yang menjadi anggota sampel 10 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Purposive Sampling. Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah angket. Angket yang disebarkan sebanyak dua kali yakni sebelum pemberian tindakan dan sesudah pemberian tindakan. Data yang terkumpul selanjutnya dianalisis dengan menggunakan uji t. Dari hasil perhitungan kelompok eksperimen diperoleh harga sebesar 5,75 Sedang dari daftar distribusi t pada taraf nyata 5% diperoleh (18) = 2,10. Artinya bahwa hipotesis yang berbunyi “terdapat pengaruh layanan bimbingan kelompok teknik cinema therapy terhadap konsep diri siswa kelas VIII di SMP Negeri 8 Gorontalo”, dapat diterima. Berdasarkan hasil penelitian maka bimbingan kelompok teknik cinema therapy sangat tepat dilakukan untuk meningkatkan konsep diri siswa.
Kata kunci : Bimbingan Kelompok Teknik Cinema Therapy, Konsep Diri.
Suud Binti Hadi, sebagai peneliti di SMP Negeri 8 Kota Gorontalo, 1 Dra. Rena Madina, M.Pd, 2 Irvan Usman, S.Psi, M.Si, sebagai dosen tetap Jurusan Bimbingan dan Konseling Universitas Negeri Gorontalo.
2
Salah satu penentu dalam keberhasilan perkembangan adalah konsep diri. Konsep diri merupakan suatu ketahanan diri yang penting dalam diri manusia. Konsep diri penting artinya karena individu dapat memandang diri dan dunia, ini dapat mempengaruhi tidak hanya individu berperilaku tetapi juga tingkat kepuasan yang diperoleh dalam hidupnya. Setiap individu pasti memiliki konsep diri, tetapi mereka tidak tahu apakah konsep diri yang dimiliki itu positif atau negatif. Siswa yang memiliki konsep diri yang positif mereka akan memiliki dorongan mandiri lebih baik, mereka dapat mengenal serta memahami diri sendiri sehingga dapat berperilaku efektif dalam berbagai situasi. Namun siswa yang memiliki konsep diri negatif, mereka tidak memiliki perasaan kestabilan dan keutuhan diri, juga tidak mengenal diri baik dari segi kelebihan maupun kekurangan atau sesuatu yang mereka hargai dalam kehidupan. Menurut Cawagas (dalam Desmita, 2009: 164) menjelaskan bahwa konsep diri mencakup seluruh pandangan individu akan dimensi fisiknya, karakteristik pribadinya, motivasinya, kelemahannya, kelebihannya atau kecakapannya, kegagalannya dan sebagainya. Selain itu Atwater (dalam Desmita, 2009: 163) menyebutkan bahwa konsep diri adalah keseluruhan gambaran diri, yang meliputi persepsi seseorang tentang diri, perasaan, keyakinan, dan nilai-nilai yang berhubungan dengan dirinya. Berdasarkan teori tersebut penulis mengambil kesimpulan bahwa siswa yang memiliki konsep diri positif dalam segala sesuatunya akan menanggapinya secara positif, mereka yakin terhadap kemampuan yang dimiliki, mereka juga dapat memahami atau menerima sejumlah fakta tentang diri mereka, serta mereka mampu menjadi lebih baik agar diterima di lingkungannya. Namun dari hasil observasi yang penulis lakukan, konsep diri siswa kelas VIII di SMP Negeri 8 Kota Gorontalo masih rendah, terdapat siswa yang belum mengetahui kelemahan dan kelebihan yang ada pada dirinya, Hal ini di tandai dengan, adanya siswa yang masih merasa malu, tidak percaya diri, tidak berani dalam berkomunikasi, adanya siswa yang memiliki perasaan rendah diri, menarik diri dari kegiatan kelompok, dan adanya siswa yang mempunyai perasaan tidak mampu melaksanakan tugas dan hasilnya mereka memperoleh prestasi belajar
3
yang relatif rendah. Alasannya mereka menganggap penampilan merupakan salah satu aspek yang sangat penting untuk memperoleh dukungan sosial. Permasalahan tersebut tentunya harus mendapatkan penanganan yang menyeluruh. Untuk itu perlu diupayakan suatu solusi yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah yaitu dengan melalui layanan bimbingan kelompok teknik cinema therapy. Bimbingan kelompok dengan teknik cinema therapy merupakan metode yang cocok untuk membentuk konsep diri siswa di SMP karena mengingat banyak anak-anak yang suka untuk menonton film, film juga memungkinkan untuk cepat menangkap perihatin siswa dan berhubungan langsung secara kognisi. Teknik cinema therapy ini merupakan pelatihan perubahan tingkah laku agar siswa
menunjukan keberanian dalam menghadapi masalah serta memiliki
keterampilan dalam menyelesaikan masalah seperti dalam tokoh dalam film. Begitu pentingnya bimbingan kelompok teknik cinema therapy yang akan dilaksanakan dalam membentuk konsep diri siswa yang positif, karena konsep diri merupakan aspek terpenting dalam kehidupan. Atas dasar pemikiran tersebut maka dilakukan penelitian yang kemudian diformulasikan kedalam sebuah judul: Pengaruh Layanan Bimbingan Kelompok Teknik Cinema Therapy Terhadap Konsep Diri Siswa Kelas VIII SMP Negeri 8 Kota Gorontalo. Rumusan masalah penelitian ini adalah apakah terdapat pengaruh layanan bimbingan kelompok teknik cinema therapy terhadap konsep diri siswa kelas VIII Di SMP N 8 Kota Gorontalo?. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh layanan bimbingan kelompok teknik Cinema Therapy dalam meningkatkan Konsep Diri siswa. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat: (a) Hasil yang didapatkan pada penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah keilmuan dan pengetahuan dalam bidang bimbingan dan konseling, khususnya terkait dengan teknik bimbingan untuk mengembangkan konsep diri pada siswa. (b) Hasil penelitian ini merupakan sumbangan pemikiran yang berguna dalam rangka membentuk konsep diri positif siswa, sehingga diperoleh perilaku yang diharapkan.
4
KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS Pengertian Konsep Diri Fitts (dalam Agustiani 2006:138) mengemukakan bahwa konsep diri merupakan aspek penting dalam diri seseorang, karena konsep diri seseorang merupakan
kerangka acuan (frame of reference) dalam berinteraksi dengan
lingkungan. Konsep diri merupakan gambaran yang dimiliki seseorang tentang dirinya, yang di bentuk melalui pengalaman-pengalaman yang diperoleh dari interaksi dengan lingkungan. Konsep diri bukan merupakan factor bawaan, melainkan berkembang dari pengalaman yang terus menerus. Konsep diri merupakan gambaran yang dimiliki seseorang tentang dirinya, yang di bentuk melalui pengalaman-pengalaman yang diperoleh dari interaksi dengan lingkungan. Konsep diri bukan merupakan factor bawaan, melainkan berkembang dari pengalaman yang terus menerus. Menurut Burns (dalam Desmita, 2009: 164) ) konsep diri adalah hubungan antara sikap dan keyakinan tentang diri kita sendiri. Sedangkan Pemily (dalam Desmita, 2009: 164) mendefenisikan konsep diri sebagai sistem yang dinamis dan kompleks dari keyakinan yang dimiliki seseorang tentang dirinya, termasuk sikap, perasaan, persepsi, nilai-nilai dan tingkah laku yang unik dari individu tersebut. Sementara itu, Selain itu William H. Fitts (dalam Agustiani, 2006: 139) mengemukakan bahwa konsep diri berpengaruh kuat tehadap tingkah laku seseorang. Berdasarkan beberapa definisi dapat disimpulkan bahwa konsep diri adalah gagasan tentang diri sendiri mencakup keyakinan, pandangan dan penilaian seseorang terhadap dirinya sendiri meliputi kemampuan, karakter, maupun sikap yang dimiliki individu. Konsep diri terdiri atas bagaimana cara kita melihat diri sendiri sebagai pribadi, bagaimana kita merasa tentang diri sendiri menjadi manusia sebagaimana yang kita harapkan, karena konsep diri merupakan penentu sikap yang dimiliki individu dalam bertingkah laku, artinya apabila individu cenderung berpikir akan berhasil, maka hal ini merupakan kekuatan atau dorongan yang akan membuat individu menuju kesuksesan. Sebaliknya jika individu berpikir akan gagal, ini sama saja ia mempersiapkan kegagalan
5
Aspek-Aspek Konsep Diri Fitts (dalam Agustiani 2006: 139) membagi aspek-aspek konsep diri individu menjadi dua dimensi pokok, yaitu: a. Dimensi Internal Dimensi internal atau yang disebut juga kerangka acuan internal (internal frame of reference) adalah penilaian dilakukan individu terhadap dirinya sendiri berdasarkan dunia di dalam dirinya. Dimensi ini terdiri dari: 1) Diri identitas, yaitu label atau simbol yang dikenakan oleh seseorang untuk menjelaskan dirinya dan membentuk identitasnya. 2) Diri pelaku, yaitu adanya keinginan pada diri seseorang untuk melakukan sesuatu sesuai dengan dorongan rangsangan internal maupun eksternal. 3) Diri penilai, berfungsi sebagai pengamat, penentu standar, penghayal, pembanding, dan terutama sebagai penilai, disamping fungsinya sebagai jembatan yang menghubungkan kedua diri sebelumya. b. Dimensi Eksternal (terkait dengan konsep diri positif dan negatif). Pada dimensi eksternal, individu menilai dirinya melalui hubungan dan aktivitas sosialnya, nilai-nilai yang dianutnya, serta hal-hal lain di luar darinya. Dimensi ini dibedakan atas lima bentuk, yaitu: 1) Diri fisik, yaitu cara seseorang dalam memandang dirinya dari sudut pandang fisik, kesehatan, penampilan keluar, dan gerak motoriknya. 2) Diri etik moral, berkaitan dengan persepsi, pikiran perasaan, serta penilaian seseorang terhadap moralitas dirinya terkait dengan relasi personalnya dengan tuhan, dan segala hal yang bersifat normatif, baik nilai maupun prinsip yang memberi arti dan arah bagi kehidupan seseorang. 3) Diri pribadi, yaitu cara seseorang dalam menilai kemampuan yang telah ada pada dirinya dan menggambarkan identitas dirinya. 4) Diri keluarga, berkaitan dengan persepsi, perasaan, pikiran, dan penilaian seseorang terhadap keluarganya sendiri, dan keberadaban dirinya sendiri sebagai bagian integral dari sebuah keluarga. 5) Diri sosial, yaitu persepsi, pikiran, perasaan, dan evaluasi seseorang terhadap kecendrungan sosial yang ada pada dirinya sendiri, berkaitan dengan
6
kapasitasnya dalam berhubungan dengan dunia di luar dirinya, perasaan mampu dan berharga dalam lingkup interaksi sosialnya.
Konsep Diri Positif dan Konsep Diri Negatif Menurut Brooks bahwa dalam menilai dirinya seseorang ada yang menilai positif dan ada yang menilai negatif (dalam Rakhmat, 2005: 105). Ciri-ciri individu yang memiliki konsep diri positif adalah: (1) Ia yakin akan kemampuan dalam mengatasi masalah, (2) Ia merasa setara dengan orang lain, (3) Ia menerima pujian tanpa rasa malu, (4) Ia menyadari bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan dan keinginan serta perilaku
yang tidak seharusnya disetujui oleh
masyarakat, (5) Ia mampu memperbaiki karena ia sanggup mengungkapkan aspek-aspek kepribadian tidak disenangi dan berusaha mengubahnya. Sedangkan Ciri-ciri individu yang memiliki konsep diri negatif adalah: (1) Ia peka pada kritikan, (2) Responsive terhadap pujian, (3) Memiliki sikap hiperkritis, (4) Cenderung merasa tidak disenangi orang lain, (5) Bersikap pesimis.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsep Diri Brooks (dalam Sobur 2010: 518) menyebutkan empat faktor yang mempengaruhi perkembangan konsep diri seseorang, yaitu: (1) Penilaian diri – melihat diri sebagai objek, (2) Reaksi dan respon orang lain, (3) Peran, (4) Kelompok rujukan.
Pengertian Bimbingan Kelompok dan Tahap-Tahap Bimbingan Kelompok Winkel (2004: 71) mengatakan bahwa bimbingan adalah proses membantu orang-perorangan dalam memahami dirinya sendiri dan lingkungannya. Bimbingan kelompok menenkankan bahwa kegiatan bimbingan kelompok lebih pada proses pemahaman diri dan lingkungannya yang dilakukan oleh satu orang atau lebih yang disebut kelompok Hartinah (2009: 132- 152) menjelaskan ada beberapa tahap yang dapat digunakan dalam bimbingan kelompok yaitu: 1.
Tahap pertama: Pembentukan
7
Kegiatan awal dari sebuah kelompok dimulai dengan pengumpulan para (calon) anggota kelompok dalam rangka kegiatan kelompok yang direncanakan, meliputi: (1) Pengenalan dan pengungkapkan tujuan, (2) Terbangunya kebersamaan, (3) Keaktifan pemimpin kelompok, (4) Pola keseluruhan 2.
Tahap II: Peralihan
Setelah suasana kelompok terbentuk dan dinamis, pemimpin kelompok menuju kepada kegiatan kelompok yang sebenarnya. Dalam tahap ini pemimpin kelompok menanyakan kesiapan anggota untuk memulai kegiatan selanjutnya Oleh karena itu, perlu diselenggarakan tahap peralihan ini. 3.
Tahap III: Pembahasan
Tahap ini merupakan kehidupan yang sebenarnya dari kelompok. Tahap ini meliputi kegiatan: (1) Pemimpin kelompok mengemukakan suatu topik, (2) Tanya jawab antara anggota dan pemimpin kelompok tentang hal-hal yang belum jelas menyangkut topik yang dikemukakan pemimpin kelompok, (3) Anggota membahas masalah atau topik secara mendalam dan tuntas, (4) Kegiatan selingan 4.
Tahap IV: Pengakhiran
(1) Frekuensi pertemuan, (2) Pembahasan keberhasilan kelompok Ketika kelompok memasuki tahap pengakhiran, kegiatan kelompok hendaknya dipusatkan pada pembahasan dan penjelajahan tentang apakah para anggota kelompok akan mampu menerapkan hal-hal yang telah mereka pelajari (dalam suasana kelompok), pada kehidupan nyata mereka sehari-hari. Peranan pemimpin kelompok adalah memberikan penguatan (reinforcement) terhadap hasil-hasil yang telah dicapai oleh kelompok tersebut.
Pengertian Teknik Cinema Therapy Olivia (2010:175) Sinema terapi adalah proses menggunakan film bioskop atau televisi untuk tujuan penyembuhan. Terapi ini bisa memberikan efek positif pada banyak orang. Terapi sinema juga merupakan metode yang mudah dilakukan karena dalam pemberian terapi hanya memutarkan film yang bisa membantu cara berfikir konseli dan merasakan ketika menghadapi suau permasalahan yang sama
8
seperti masalah yang dialami oleh konseli agar si konseli dapat memahami dirinya. Manfaat film atau cinema ini dapat memberikan stimulan kepada para siswa dalam hal menanggapi cerita atau adegan khusus dari film tersebut sehingga siswa akan tanpa di sadari oleh para siswa itu sendiri akan bermunculan berbagai tanggapan, atau pemikiran banding yang dapat mendorong para siswa untuk membentuk konsep diri yang positif.
Tahapan Teknik Cinema Therapy Tahapan yang digunakan dalam pelatihan keterampilan pemecahan masalah menggunakan tahapan cinema therapy menurut dermer dan hutchings (Utami, 2011: 5) yaitu; 1) Tahap assesmen yaitu tahap mencari film yang sesuai tujuan keterampilan pemecahan masalah. 2) Tahap
implementasi
yaitu
mempersiapkan
film
yang
sesuai
dan
mempersiapkan alasan yang rasional dari menonton film. 3) Tahap defriefing yaitu tahap mendiskusikan pemikiran dan perasaan yang ada dalam film yang bermanfaat bagi siswa, sehingga siswa dapat belajar memecahkan masalah seperti tokoh dalam film. Sedangkan menurut Olivia (2010: 171-172) “agar efek sinema terapi bisa berjalan lebih efektif, ada beberapa kiat yang bisa dijalani: (1) memilih tema film sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, (2) memilih film yang bermutu, film yang akan digunakan, (3) mencari posisi yang nyaman ketika menonton film agar pada saat menonton pikiran kita fokus pada film yang diputarkan, (4) dalam menonton film bisa dilakukan sendiri atau berkelompok, (5) membandingkan kondisi yang dialami oleh si tokoh dalam film dengan diri sendiri, disini siswa bisa membandingkan apa yang dialami oleh sitokoh dalam film dengan dirinya, bagaimna cara si tokoh dalam menghadapi atau menyelesaikan masalah yang di alaminya.
9
Pengaruh Layanan Bimbingan Kelompok Teknik Cinema Therapy Terhadap Konsep Diri Siswa Layanan bimbingan kelompok merupakan proses pemberian informasi dan bantuan pada sekelompok orang dengan memanfaatkan teknik yang ada guna mencapai suatu tujuan tertentu. Layanan bimbingan kelompok teknik cinema therapy merupakan suatu teknik yang tepat untuk meningkatkan konsep diri siswa karena cinema dapat memberikan stimulan kepada para siswa dalam hal menanggapi cerita atau adegan khusus dari film tersebut sehingga akan tanpa di sadari oleh para siswa itu sendiri akan bermunculan berbagai tanggapan, kritikan atau pemikiran banding yang dapat mendorong para siswa untuk mengubah perilakunya ke arah yang lebih positif dengan memahami dirinya dengan baik. Berdasarkan pemahaman diri itu mereka lebih rela menerima dirinya sendiri dan lebih terbuka terhadap aspek-aspek positif dalam kepribadiannya, selain itu dalam layanan bimbingan kelompok ketika hubungan ikatan batin antar anggota kelompok telah tercipta dengan baik maka masing-masing individu merasa diterima dan dimengerti oleh orang lain serat timbul penerimaan terhadap dirinya, sehingga dapat dikatakan bahwa layanan bimbingan kelompok teknik cinema therapy efektif untuk meningkatkan konsep diri siswa. Berdasarkan uraian tersebut di atas jelas bahwa layanan bimbingan kelompok teknik cinema therapy dapat membentuk konsep diri yang positif bagi anggota kelompok, sehingga akan membantu dalam mencapai perkembangan yang optimal.
Kerangka Berfikir Alur kerangka berpikir secara praktis mengenai pengaruh bimbingan kelompok teknik cinema therapy terhadap konsep diri siswa kelas VIII di SMP Negeri 8 Kota Gorontalo dapat dilihat pada gambar sebagai berikut.
10
Konsep Diri Siswa
INPUT
OUTPUT
Permasalahan: 1. 2.
3.
4.
Konsep diri siswa masih rendah Siswa belum mengetahui kelemahan dan kelebihan yang ada pada dirinya Siswa merasa malu, tidak percaya diri dan tidak berani dalam berkomunikasi Siswa yang memiliki perasaan rendah diri dan menarik diri dari kegiatan kelompok.
Hasil setelah treatmen: PROSES Pemberian treatmen bimbingan kelompok dengan menggunakan teknik cinema therapy sebanyak delapan kali treatmen.
1. 2.
3.
4.
Konsep diri siswa meningkat Siswa mampu mengambarkan identitas diri baik kelemahan maupun kelebihan yang ada pada dirinya Siswa mampu berkomunikasi dan tampil percaya diri Siswa mampu menalin hubungan sosil senga orang lain.
METODE PENELITIAN Lokasi penelitian ini adalah di SMP Negeri 8 Kota Gorontalo. Bulan Waktu penelitian 2 (dua) bulan yaitu dari bulan april sampai bulan juni 2014. Penelitian ini menggunakan penelitian eksperimen semu, (quasi axperiment). Variabel penelitian ini terdiri atas dua yaitu variable Y (konsep diri), dan variable X (bimbingan kelompok teknik cinema therapy). Indikator dalam penelitian ini adalah dilihat dari dimensi internal (diri identitas, diri pelaku, diri penilai) dan dimensi ekternal (diri fisik, diri pribadi, keluarga, etik moral dan sosial). Langkah-langkah pelaksanaan bimbingan kelompok teknik cinema therapy adalah: (1) Tahap pertama yaitu pembentukan kelompok, (2) Tahap kedua yaitu peralihan, (3) Tahap ketiga yaitu pembahasan, tahap ini merupkan kehidupan yang sebenarnya dari kelompok, kegiatan dalam tahap yaitu pemutaran cinema therapy, dan (4) Tahap Keempat yaitu pengakhiran
11
Anggota populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII di SMP Negeri 8 Kota Gorontalo yang berjumlah 284 orang. Anggota sampel berjumlah 10 orang (menggunakan ukuran sampel minimal untuk penelitian eksperimen), teknik pengumpulan data yang dipakai adalah tes angket yang terbagi atas PreTest dan Post-Test. Pre-test digunakan untuk mengumpulkan data tentang konsep diri siswa sebelum dilakukan Treatment, angket ini terlebih dahulu di uji tingkat validitasnya di SMP Negeri 2 Telaga, untuk mengetahui angket yang digunakan valid atau tidak.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Dari hasil analisis deskriptif yang telah dilakukan untuk variable
(Pre-
Test), diperoleh skor tertinggi 185 dan terendah 138. Sedangkan skor rata-rata diperoleh sebesar 162,7 dan standar deviasi sebesar 16,19. Sedangkan untuk variable
(Post-Test), diperoleh skor tertinggi 190 dan terendah 163. Sedangkan
skor rata-rata diperoleh sebesar 177,2 dan standar deviasi sebesar 56,62.
Pengujian Normalitas Data variable Pre-Test dan Post-Test Berdasarkan uji kriteria untuk Pre-test didapatkan bahwa dimana -2,8
7,81
2 hitung
2 , tabel
sehingga dapat disimpulkan bahwa data pre-test
berdistribusi normal. Sedangkan uji kriteria Post-test didapatkan bahwa -1 , 1
2 hitung
2 , tabel
dimana
7,81 sehingga dapat disimpulkan bahwa data post-test berdistribusi
normal.
Pengujian Homogenitas Data Dari hasil perhitungan diperoleh a=0,05 diperoleh
(1-0,05)(4-1)=
hitung sebesar 4,96. Pada taraf nyata (0,95)(3) = 7,812. Ternyata harga chi-
kuadrat hitung lebih kecil dari chi-kuadrat daftar. Jadi dapat disimpulkan bahwa
12
data variabel X1 (Pre-Test) dan variabel X2 (Post-Test) memiliki varians populasi yang HOMOGEN.
Pengujian Hipotesis Dari hasil perhitungan diperoleh harga thitung sebesar –5,75 sedangkan dari daftar distribusi t pada taraf nyata 5% diperoleh t(0.975) (18) = 2,10. Ternyata harga thitung memperoleh harga lain, atau harga thitung telah berada di luar daerah penerimaan H0, sehingga dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan menerima H1. Artinya bahwa hipotesis yang berbunyi “terdapat pengaruh layanan bimbingan kelompok teknik cinema therapy terhadap konsep diri siswa kelas VIII di SMP Negeri 8 Kota Gorontalo”, dapat diterima.
Pembahasan Berdasarkan Data konsep diri siswa melalui pre-test instrument angket konsep diri siswa kelas VIII SMP Negeri 8 Kota Gorontalo berjumlah 284 orang siswa. Sedangkan pada sampel penelitian diambil 10 orang siswa dengan cara purposive sampling, dan pada akhir pemberian treatment siswa melalukan posttest, kemudian data dianalisis.
Berdasarkan hasil analisis data yang telah
dilakukan, menunjukkan bahwa adanya peningkatan konsep diri siswa kelas VIII SMP Negeri 8 Kota Gorontalo setelah memperoleh layanan bimbingan kelompok melalui teknik cinema therapy. Dari hasil analisis data penelitian, diketahui bahwa rata-rata tingkat konsep diri siswa sebelum memperoleh layanan bimbingan kelompok yakni sebesar 162,7 rendah jika dibandingkan setelah memperoleh layanan bimbingan kelompok yakni meningkat menjadi 177,2 atau sebesar 14,5 dari sebelum di pre-test. Hasil ini juga menyimpulkan bahwa bimbingan kelompok teknik cinema therapy mempunyai efek yang dapat merangsang nalar siswa dengan melihat film yang bersifat membentuk pribadi yang dapat memacu siswa agar dapat berkembang melalui respon dari sebuah cinema therapy yang ditampilkan dan menerapkan apa yang dilihatnya kedalam akal dan pikirannya. Dengan demikian siswa mampu dan mempunyai keberanian dalam menghadapi masalah seperti
13
dalam tokoh yang ada pada film tersebut. Seperti Yang di kemukakan Utami ( 2011 : ) bahwa “Menonton film secara khusus dapat membantu menentukan pengalaman klien sebagai kondisi yang diamati dan keadaan yang dimiliki”. Dengan demikian siswa benar-benar merasa mengalami kondisi yang ditampilkan dalam film dan dapat memiliki gambaran bagaimana mereka menyelesaikan masalah, ketika berada pada situasi yang sama tersebut. kesadaraan, pemahaman dan inspirasi akan membantu mereka berjuang untuk meyelesaikan masalah konsep diri yang di hadapi. Berdasarkan hasil kegiatan bimbingan kelompok, ada beberapa kesan yang diungkapkan oleh anggota kelompok, yaitu kegiatan dalam bimbingan kelompok ini bermanfaat karena dapat menambah wawasan, pengetahuan, mengakrabkan teman, belajar untuk lebih menerima diri, belajar bergaul, belajar lebih terbuka dan jujur terhadap diri sendiri dan orang lain, belajar mengungkapkan pendapat, belajar berkomunikasi, belajar memecahkan masalah, dan belajar mempercayai diri sendiri dan orang lain. Selain itu kegiatan bimbingan kelompok menyenangkan karena dapat menyelesaikan suatu topik dan cinema therapy yang berbeda tiap pertemuan.
Penutup Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data dan pengujian hipotesis yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: Hipotesis yang berbunyi “Terdapat Pengaruh layanan bimbingan kelompok teknik cinema therapy terhadap konsep diri siswa”, dapat diterima atau dengan kata lain layanan bimbingan kelompok teknik cinema therapy dapat meningkatkan konsep diri siswa.
Saran Berdasarkan kesimpulan yang telah dipaparkan tersebut, maka yang menjadi saran dalam penelitian ini adalah: (1) Untuk meningkatkan konsep diri, teknik cinema therapy merupakan salah satu teknik yang sangat tepat untuk dilaksanakan
14
untuk meningkatkan konsep diri pada siswa, jika dilakukan secara intensif dan berkesinambungan, dan (2) Bagi yang berminat untuk melaksanakan penelitian yang berkelanjutan tentang bimbingan kelompok dengan mengggunakan teknik cinema therapy, haruslah mempersiapkan sarana prasarana yang dibutuhkan pada saat melakukan treatment dan mempersiapkan diri secara matang dalam menguasai teknik serta tahap pelaksanaannya
bimbingan kelompok cinema
therapy dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA Agustiani, Hendriati. 2006. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT Refika Aditama Desmita. 2009. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Hartinah, Siti. 2009. Konsep Dasar Bimbingan Kelompok. Bandung: PT Refika Aditama Olivia, Femi. 2010. Mengoptimalkan Otak Agar Awet Muda. Jakarta: Alex Media Komputindo Rakhmat, Jalaluddin. 2005. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Riduwan dan Sunarto. 2012. Pengantar Statistika. Bandung: Alfabeta Rob Allen and Nina Krebs. 2007. Dramatic Psichological Storytelling Using the Expressive Arts and Psychotheatrics. Palgrave Macmillan: Martin’s Press. Silvianingsih. 2011. Seminar Dan Lokakarya Teknik Dan Strategi Bimbingan Dan Konseling Untuk Pendidikan Karakter. Malang: Universitas Negeri Malang. Tidak diterbitkan. Sobur, Alex. 2010. Psikologi Umum. Bandung: CV Pustaka Setia Sudjana. 2002. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito Suharsimi Arikunto.2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta Rineka Cipta. Sukardi Dewa dan Nila Kusmawati. 2008. Proses Bimbingan dan Konseling Di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta
15
Utami, Nugraheni Warih. 2011. Seminar Dan Lokakarya Teknik Dan Strategi Bimbingan Dan Konseling Untuk Pendidikan Karakter. Malang: Universitas Negeri Malang. Winkel, WS. 2004. Bimbingan dan konseling di institusi pendidikan. Jakarta: PT Grasindo Wolz, Birgit. 2004. E-Motion Picture Magic A Movie Lover’s Guideto Healing and Transformation. Centennial, Colorado: Glenbridge Publishing Ltd
16