E-Jurnal Sariputra, Februari 2016 Vol. 3(1) HUBUNGAN KEPATUHAN BEROBAT DENGAN TINGKAT KESEMBUHAN PADA PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS TAMALATE KOTA GORONTALO PROVINSI GORONTALO TREATMENT COMPLIANCE RELATIONSHIP WITH CURE RATE IN PATIENTS WITH PULMONARY TUBERCULOSIS IN HEALTH CENTERS IN GORONTALO GORONTALO CITY TAMALATE Ni Wayan Satya Winarti*, Tinneke Tandipajung**, Rooije R.H.Rumende**. Mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sariputra Indonesia Tomohon Dosen Fakultas Keperawatan Universitas Sariputra Indonesia Tomohon ABSTRAK Tuberkulosis (TB) paru adalah penyakit yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium Tuberkulosis yang ditularkan melalui udara, seperti percikan ludah, bersin dan batuk. TB biasanya menyerang paru-paru tapi dapat pula menyerang organ tubuh yang lain. Sejak 6 bulan terakhir yaitu bulan Mei s/d Oktober 2014, penderita TB paru yang berobat di puskesmas Tamalate adalah sebanyak 30 orang dari 28.156 penduduk. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kepatuhan berobat dengan tingkat kesembuhan pada penderita TB paru di Puskesmas Tamalate. Metode penelitian yang digunakan adalah metode cross sectional dengan tehnik total sampling 30 responden, kriteria inklusi 27 responden dan kriteria eksklusi 3 responden. Uji analisis statistik yang digunakan adalah uji statistik korelasi Sperman's Rho yang mengkaji hubungan antar variabel. Sesuai dengan hasil penelitian terhadap 27 responden menunjukkan bahwa penderita yang patuh berobat yaitu sebanyak 25 orang (93%), penderita yang tidak patuh ada 2 orang (7%), penderita yang sembuh ada 24 orang (89%), penderita yang tidak sembuh ada 3 orang (11%) dan penderita yang patuh tapi tidak sembuh ada 1 orang (4%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara kepatuhan berobat dengan tingkat kesembuhan pada penderita TB paru yang melalui pengujian data pada program SPSS 18 menghasilkan nilai signifikansi (p) sebesar 0,000 < 0,05 dan nilai koefisiensi korelasi (r) sebesar 0,800**. Kata Kunci : Kepatuhan berobat, Tingkat kesembuhan penderita TB paru di Puskesmas Tamalate.
ABSTRACT Tuberculosis is a disease caused by the bacteria mycobacterium tuberculosis transmitted through the air, like a droplet, sneezing and coughing. Tuberculosis usually attacks the lungs but can also attack other organs. Since the last 6 months which is the month of May to Oktober 2014, patient with pulmonary tuberculosis who went to the clinic Tamalate are as many as 30 patients 0f 28.156 populaion. This study aimed to determine the relationship between adherence to treatment with cure rates in patients with pulmonary tuberculosis in health centers tamalate. The research method used is the cross sectional method with a total sampling technique 30 respondents, inclution criteria is 27 respondents and exclution criteria is 3 respondents. Statistical analysis used was Spearmans Rho correlation test which examines the relationship between variables. According to the results of the study of 27 respondents showed that adherent patients treated as many as 25 people (93%), nonadherent patients there were 2 people (7%), patients who recovered 24 people (89%), patients who are not cured there are 3 people (11%) and adherent patients who are not cured there are 1 people (4%). The results showed that there is a relationship between adherence to treatment with cure rates in patients with pulmonary tuberculosis that through testing SPSS 18 produces a significance value (p) 0,000 < 0,05 and correlation coefficient (r) of 0,800**. Keywords : Adherence to treatment, Cure rate of pulmonary tuberculosis patients in health centers Tamalate.
10
E-Jurnal Sariputra, Februari 2016 Vol. 3(1) PENDAHULUAN tentang “Hubungan Kepatuhan Berobat Dengan Tingkat Kesembuhan Pada Penderita Tuberkulosis Paru Di Puskesmas Tamalate Kota Gorontalo Provinsi Gorontalo”, dengan tujuan untuk mengidentifikasi kepatuhan berobat, mengidentifikasi tingkat kesembuhan dan menganalisis hubungan kepatuhan berobat dengan tingkat kesembuhan pada penderita TB paru di Puskesmas Tamalate Kota Gorontalo.
Tuberkulosis (TB) paru adalah penyakit yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium Tuberkulosis yang ditularkan melalui udara, seperti percikan ludah, bersin dan batuk. TB biasanya menyerang paru-paru tapi dapat juga menyerang organ tubuh yang lain (Zubaidah, 2013). Terdapat 2 jenis gejala TB paru yaitu: gejala umum dan gejala khusus. Gejala umum secara klinis mempunyai gejala seperti batuk selama lebih dari 3 minggu, demam, berat badan menurun tanpa sebab yang jelas, berkeringat pada malam hari, mudah lelah, dan napsu makan menurun. Sedangkan gejala khusus biasanya tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan di sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah bening yang membesar, akan menimbulkan suara “mengi”, bila ada cairan di rongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai dengan keluhan sakit dada, bila mengenai tulang maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang pada suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit di atasnya, pada muara ini akan keluar cairan berupa nanah. Pada anakanak dapat mengenai lapisan pembungkus otak yang disebut dengan meningitis, gejalanya seperti demam tinggi, penurunan kesadaran dan kejang-kejang (Manalu, 2010). Berdasarkan laporan tahunan WHO (2010) disimpulkan bahwa ada 22 negara dengan kategori beban tinggi terhadap TBC (high burden of TBC number). Sebanyak 8,9 juta penderita TBC dengan proporsi 80% pada 22 negara berkembang dengan kematian 3 juta orang per tahun dan 1 orang dapat terinfeksi TBC setiap detik. Indonesia sekarang berada di ranking ke 5 negara dengan beban TBC tertinggi di dunia. Estimasi prevalensi TB semua kasus adalah sebesar 660.000 dan estimasi insidensi berjumlah 430.000 kasus baru per tahun. Jumlah kematian akibat TB diperkirakan 61.000 kematian per tahunnya (Muniroh, 2013). Sejak bulan Mei hingga Oktober 2014, penderita TB paru yang berobat di Puskesmas Tamalate adalah sebanyak 30 orang dari 28.156 jumlah penduduk (Panu, 2014). Hal ini menandakan bahwa penularan penyakit TB paru di wilayah binaannya masih ada dan perlu ditangani dengan lebih serius mengingat bahwa penyakit TB paru merupakan penyakit yang menular serta mengacu pada kondisi tersebut diperlukan adanya penanggulanan penyakit TBC yang serius. Dari uraian tersebut di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
METODE Penelitian dilaksanakan sejak tanggal 6 Januari s/d 16 Maret 2015 di Puskesmas Tamalate Kota Gorontalo Provinsi Gorontalo. Desain penelitian yang digunakan adalah desain penelitian Cross Sectional yang merupakan rancangan penelitian dengan melakukan pengukuran atau pengamatan pada saat bersamaan antara faktor resiko/paparan dengan penyakit (Hidayat, 2011). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita TB paru yang berobat ke Puskesmas Tamalate Kota Gorontalo pada bulan Mei – Oktober 2014 yang berjumlah 30 orang, dengan cara pengambilan sampel yaitu menggunakan tehnik total sampling. Dalam penelitian terdapat kriteria inklusi yang merupakan kriteria dimana subyek penelitian mewakili sampel penelitian yang memenuhi syarat sebagai sampel. (Hidayat, 2011). Kriteria inklusi dalam penelitian ini yaitu sebanyak 27 orang, yang telah didiagnosa menderita TB paru, telah menjalani pengobatan secara lengkap dan penderita yang sedang menjalani pengobatan telah dilakukan pemeriksaan sputum pada akhir bulan ke-6. Kriteria eksklusi yaitu responden yang tidak memenuhi syarat untuk menjadi sampel penelitian yang dikarenakan oleh suatu keadaan (Hidayat, 2011). Kriteria ekslusi dalam penelitian ini ada 3 orang, Hal ini dikarenakan oleh kurangnya waktu untuk melakukan penelitain. Alat ukur yang digunakan yaitu berupa kuesioner untuk variabel independen (kepatuhan berobat) dan lembar observasi untuk variabel dependen (tingkat kesembuhan). Cara pengumpulan data dilakukan dengan cara menseleksi subyek, mengumpulkan data secara konsisten, mempertahankan pengendalian dalam penelitian, menjaga integritas dan validitas serta menyelesaikan masalah yang ada, bukan menimbulkan masalah yang baru. Tehnik analisis data dalam penelitian ini yaitu :
11
E-Jurnal Sariputra, Februari 2016 Vol. 3(1) 1. Analisis Univariat Dilakukan dengan mendeskripsikan atau menggambarkan setiap variabel yang digunakan dalam penelitian dan untuk memperoleh informasi secara umum tentang variabel penelitian.
2. Analisis Bivariat Dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antar variabel. Uji statistik yang digunakan adalah uji statistik korelasi Spearman's Rho dan menggunakan program aplikasi komputer SPSS (Statistical Package for the Social Sciences) 18.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Hasil a. Data Deskriptif 1). Karakteristik responden Berdasarkan umur. Persentase Berdasarkan Umur Dari Total 27 Responden
Gambar 1. Karakteristik responden berdasarkan umur pada penderita TB paru di Puskesmas Tamalate bulan Mei-Oktober 2014.
Pada gambar 1 dapat dilihat bahwa dari 27 responden, golongan umur penderita TB paru terbanyak adalah pada golongan umur 16-26 tahun dan golongan umur 47-56 tahun, yaitu sebanyak 7 orang (26%). Golongan umur 27-36 tahun sebanyak 5 orang (19%), golongan umur 57-66 tahun
sebanyak 4 orang (15%), golongan umur 37-46 tahun dan golongan umur 67-77 tahun sebanyak 2 orang (7%). 2). Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin.
Persentase Berdasarkan Jenis Kelamin Dari Total 27 Responden
Gambar 2. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin pada penderita TB paru di Puskesmas Tamalate bulan Mei-Oktober 2014.
12
E-Jurnal Sariputra, Februari 2016 Vol. 3(1) Pada gambar 2 dapat dilihat bahwa dari 27 responden, golongan jenis kelamin laki-laki lebih banyak menderita TB paru yaitu sebanyak 15 orang (56%)
sementara golongan jenis kelamin perempuan sebanyak 12 orang (44%). 3). Karakteristik responden berdasarkan Pendidikan.
Persentase Berdasarkan Pendidikan Dari Total 27 Responden
Gambar 3. Karakteristik responden berdasarkan pendidikan pada penderita TB paru di Puskesmas Tamalate bulan Mei-Oktober 2014.
Pada gambar 3 dapat dilihat bahwa dari 27 responden, golongan pendidikan yang menderita TB terbanyak adalah dari golongan pendidikan SMA yaitu sebanyak 13 orang
(48%) sedangkan pada golongan pendidikan SMP sebanyak 10 orang (37%) dan golongan pendidikan SD sebanyak 4 orang (15%).
4). Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan.
Persentase Berdasarkan Pekerjaan Dari Total 27 Responden
Gambar 4. Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan pada penderita TB paru di Puskesmas Tamalate bulan Mei-Oktober 2014.
Pada gambar 4 dapat dilihat bahwa dari total 27 responden, penderita TB paru terbanyak dari golongan pekerjaan adalah pada
golongan pekerjaan ibu rumah tangga dan golongan tidak/belum bekerja yaitu sebanyak 7 orang (26%),
13
E-Jurnal Sariputra, Februari 2016 Vol. 3(1) sedangkan untuk golongan pekerjaan wiraswasta sebanyak 6 orang (22%), golongan pekerjaan buruh dan abang bentor sebanyak 3
orang (11%) dan golongan pekerjaan nelayan sebanyak 1 orang (4%).
b. Analisis Univariat 1) Karakteristik berdasarkan kepatuhan berobat. Karakteristik Berdasarkan Kepatuhan Berobat Dari Total 27 Responden
Gambar 5. Karakteristik responden berdasarkan kepatuhan berobat pada penderita TB paru di Puskesmas Tamalate bulan Mei-Oktober 2014.
Dari gambar 5 dapat dilihat bahwa dari total 27 responden, sebangian besar penderita patuh berobat yaitu sebanyak 25 orang (93%) dan hanya sebangian
kecil penderita yang tidak patuh berobat yaitu sebanyak 2 orang (7%). 2) Karakteristik berdasarkan tingkat kesembuhan.
Karakteristik Berdasarkan Tingkat Kesembuhan Dari Total 27 Responden
Gambar 6. Karakteristik responden berdasarkan tingkat kesembuhan pada penderita TB paru di Puskesmas Tamalate bulan Mei-Oktober 2014.
Dari gambar 6 dapat dilihat bahwa dari total 27 responden, sebagian besar penderita TB paru sembuh, yaitu sebanyak 24 orang dan hanya
sebagian kecil penderita TB paru yang tidak sembuh yaitu sebanyak 3 orang (11%).
14
E-Jurnal Sariputra, Februari 2016 Vol. 3(1)
c.
Analisis Bivariat Tabel 1. Tabulasi silang antara kepatuhan berobat dengan tingkat kesembuhan Tingkat Kesembuhan Sembuh
Total
Tidak Sembuh
Jumlah
%
Jumlah
%
Jumlah
%
Kepatuhan
Patuh
24
89
1
4
25
93
Berobat
Tidak Patuh
0
0
2
7
2
7
24
89
3
11
27
100
Total
Signifikansi (p) = 0.000 Koefisien Korelasi (r) = 0.800** Dari tabel 1, tabulasi silang antara kepatuhan berobat dengan tingkat kesembuhan penderita TB paru di Puskesmas Tamalate Kota Gorontalo, dapat dilihat bahwa penderita yang patuh dan sembuh ada 24 orang (89%), penderita yang patuh tapi tidak sembuh ada 1 orang (4%), penderita yang tidak patuh dan sembuh tidak ada (0%), penderita yang tidak patuh dan tidak sembuh ada 2 orang (7%).
Dari uji korelasi Sperman's Rho didapat nilai signifikansi (p) sebesar 0.000 < 0.05. Sama juga artinya dengan ada hubungan yang signifikan antara kepatuhan berobat dengan tingkat kesembuhan. Sedangkan untuk nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0.800** yang artinya bahwa korelasi tersebut signifikan dengan taraf signifikansi sebesar 0.01 (p < 0.01) (Sufren, 2013).
2. Pembahasan Berikut ini adalah pembahasan mengenai hubungan kepatuhan berobat dengan tingkat kesembuhan pada penderita TB paru di puskesmas tamalate kota gorontalo provinsi gorontalo. Dari uji korelasi statistik Sperman's Rho, nilai signifikansi (p) sebesar 0.000 < 0.05, dengan demikian secara statistik hipotesis yang menyatakan ada hubungan antara kepatuhan berobat dengan tingkat kesembuhan, diterima. Adanya hubungan antara kepatuhan berobat dengan tingkat kesembuhan pada penderita TB paru dikarenakan oleh : a. Dengan kepatuhan berobat, obat TB yang diminum akan membunuh kuman mycobacterium Tuberculosis dan penderita akan dinyatakan sembuh dari penyakit TB setelah melakukan pemeriksaan sputum bila hasil pemeriksaannya negatif pada akhir pengobatan dan menyelesaikan pengobatan secara lengkap. b. Dengan kepatuhan berobat, secara tidak langsung akan terjadi pertukaran informasi antara petugas kesehatan dengan penderita tentang penyakit. Dengan demikian akan terjadi peningkatan pengetahuan penderita tentang penyakit yang dapat menimbulkan motivasi pada penderita untuk sembuh dari penyakit TB paru. Dengan sikap patuh berobat pada penderita TB paru, obat yang diminum sesuai
dengan dosis, cara, waktu dan rute yang benar, maka kuman TB akan mati dan penderita dinyatakan sembuh setelah menyelesaikan pengobatan secara lengkap serta hasil pemeriksaan sputum pada akhir pengobatan negatif. Dari karakteristik golongan umur, penderita terbanyak adalah pada golongan umur 16-26 tahun dan golongan umur 47-56 tahun, yaitu sebanyak 7 orang (26%). Golongan umur 27-36 tahun sebanyak 5 orang (19%), golongan umur 57-66 tahun sebanyak 4 orang (15%), golongan umur 37-46 tahun dan golongan umur 67-77 tahun sebanyak 2 orang (7%). Golongan umur penderita terbanyak yaitu pada umur produktif, hal ini dapat dipengaruhi juga oleh faktor lain seperti pada umur produktif, penderita melakukan banyak aktivitas di luar rumah yang memberikan peluang terpapar dengan kuman TB. Dari golongan jenis kelamin, laki-laki lebih banyak menderita TB paru yaitu sebanyak 15 orang (56%) sementara golongan jenis kelamin perempuan sebanyak 12 orang (44%). Hal ini dapat juga dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti fakta bahwa laki-laki sebagian besar mempunyai kebiasaan merokok yang dapat merusak organ paru-paru dan menurunkan kinerja antibodi karena masuknya asap rokok ke dalam tubuh sehingga ketika terpapar dengan kuman TB, maka tubuh kurang dapat melawan kuman tersebut. Dari golongan
15
E-Jurnal Sariputra, Februari 2016 Vol. 3(1)
pendidikan yang menderita TB terbanyak adalah dari golongan pendidikan SMA yaitu sebanyak 13 orang (48%), hal ini dikarenakan bahwa responden terbanyak adalah yang berpendidikan SMA, sedangkan pada golongan pendidikan SMP sebanyak 10 orang (37%) dan golongan pendidikan SD sebanyak 4 orang (15%). Dari golongan pekerjaan, penderita TB paru terbanyak adalah pada golongan pekerjaan ibu rumah tangga dan golongan tidak/belum bekerja yaitu sebanyak 7 orang (26%), sedangkan untuk golongan pekerjaan wiraswasta sebanyak 6 orang (22%), golongan pekerjaan buruh dan abang bentor sebanyak 3 orang (11%) dan golongan pekerjaan nelayan sebanyak 1 orang (4%). Penderita yang patuh ada 25 orang (93%) dan penderita yang tidak patuh ada 2 orang (7%). Berdasarkan teori yang mengatakan bahwa kepatuhan berobat adalah perilaku atau perbuatan yang dilakukan oleh penderita dalam menaati jadwal pengobatan yang telah ditetapkan, meliputi pengambilan OAT pada fase awal (pengobatan dari bulan ke - 1 sampai bulan ke -2) dan fase lanjutan (pengobatan dari bulan ke – 3 sampai bulan ke – 6). Untuk mencapai kesembuhan, diperlukan keteraturan dan kepatuhan dalam berobat bagi setiap penderita. Panduan obat jangka pendek dan peran pengawas minum obat merupakan strategi untuk menjamin kesembuhan penderita (Muniroh, 2013). Dengan kepatuhan berobat, maka secara tidak langsung akan terjadi pertukaran informasi antara petugas kesehatan dengan penderita TB tentang penyakit, dengan demikian akan terjadi peningkatan pengetahuan penderita tentang penyakit yang dapat menimbulkan motivasi pada penderita untuk sembuh dari TB paru. Dari karakteristik golongan umur, penderita terbanyak adalah pada golongan umur 16-26 tahun dan golongan umur 47-56 tahun, yaitu sebanyak 7 orang (26%). Golongan umur 27-36 tahun sebanyak 5 orang (19%), golongan umur 57-66 tahun sebanyak 4 orang (15%), golongan umur 37-46 tahun dan golongan umur 67-77 tahun sebanyak 2 orang
(7%). Dari golongan umur penderita dapat dilihat bahwa semua golongan umur responden bisa dikatakan dapat menerima informasi dengan baik terutama informasi tentang proses penyakit TB paru sehingga sebagian besar penderita dapat sembuh. Dari golongan jenis kelamin laki-laki lebih banyak menderita TB paru yaitu sebanyak 15 orang (56%) sementara golongan jenis kelamin perempuan sebanyak 12 orang (44%). Untuk tingkat kepatuhan dan kesembuhan pada karakteristik jenis kelamin, ke duanya dapat menerima informasi kesehatan dengan baik. Dari golongan pendidikan yang menderita TB terbanyak adalah dari golongan pendidikan SMA yaitu sebanyak 13 orang (48%), golongan pendidikan SMP sebanyak 10 orang (37%) dan golongan pendidikan SD sebanyak 4 orang (15%). Semua penderita pernah sekolah dengan pendidikan terendah yaitu SD, jadi untuk menerima informasi tentang kesehatan, pemahaman responden baik. Dari penderita TB paru terbanyak pada golongan pekerjaan adalah pada golongan pekerjaan ibu rumah tangga dan golongan tidak/belum bekerja yaitu sebanyak 7 orang (26%), sedangkan untuk golongan pekerjaan wiraswasta sebanyak 6 orang (22%), golongan pekerjaan buruh dan abang bentor sebanyak 3 orang (11%) dan golongan pekerjaan nelayan sebanyak 1 orang (4%). Dari golongan pekerjaan, bila ada penderita yang harus ke luar kota, petugas TB akan memberikan obat yang akan dikonsumsi sesuai dosis sepanjang waktu penderita belum dapat kembali ke puskesmas untuk mengambil obat dalam jangka watu yang rasional sesuai dengan kebijakan program TB. Penderita yang sembuh dari 27 responden adalah sebanyak 24 orang (89%) dan penderita yang tidak sembuh ada 3 orang (11%). Adapun teori yang mengatakan bahwa pengetahuan tentang penyakit juga dapat menjadi faktor yang mempengaruhi kepatuhan dan kesembuhan penderita, dalam hal ini peningkatan pengetahuan tentang penyakit, maka akan terjadi tingkat kesembuhan yang memuaskan (Muniroh, 2013).
SIMPULAN DAN SARAN 1. Simpulan a. Kepatuhan berobat pada penderita TB paru di Puskesmas Tamalate dari 27 responden adalah 25 orang (93%) patuh dan 2 orang (7%) tidak patuh. b. Tingkat kesembuhan pada penderita TB paru di Puskesmas Tamalate dari 27
responden adalah 24 orang (89%) sembuh dan 3 orang (11%) tidak sembuh. c. Ada hubungan antara kepatuhan berobat dengan tingkat kesembuhan pada penderita TB paru di Puskesmas Tamalate Kota Gorontalo Provinsi Gorontalo.
16
E-Jurnal Sariputra, Februari 2016 Vol. 3(1)
2. Saran a. Hendaknya dengan penelitian yang telah dilakukan ini dapat menambah pengetahuan dan menjadi referensi untuk penelitian selanjutnya mengenai hubungan kepatuhan berobat dengan tingkat kesembuhan pada penderita TB paru atau faktor lain yang dapat mempengaruhi kesembuhan penderita TB paru. b. Hendaknya penelitian ini dapat menjadi sumber teori dan dapat dimanfaatkan di Institusi pendidikan. c. Hendaknya penelitian ini dapat menjadi bahan masukan bagi peneliti tentang hubungan kepatuhan berobat dengan
tingkat kesembuhan penderita TB paru di Puskesmas Tamalate Kota Gorontalo Provinsi Gorontalo. Penelitian ini diharapkan menjadi bahan informasi untuk institusi kesehatan dalam meningkatkan mutu pelayanan, terlebih khusus pelayanan di klinik pengendalian penyakit menular (P2M) di Puskesmas. d. Hendaknya dengan penelitian ini, petugas petugas P2M dapat meningkatkan lagi kinerjanya agar tingkat kepatuhan dan kesembuhan dapat tercapai sepenuhnya mengingat bahwa penyakit TB paru adalah penyakit yang menular.
DAFTAR PUSTAKA Ekologi Kesehatan,Vol.9 No.4 : 1340 – 1346.
Hidayat A.A.A., 2011. Buku Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data, Edisi 1, Salemba Medika. Jakarta.
Panu A., 2014. Data Penderita Penyakit TB Paru di Puskesmas Tamalate Kota Gorontalo Provinsi Gorontalo.
Muniroh N., Aisah S. dan Mifbakkhudin, 2013. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kesembuhan Penyakit TBC Paru Di Wilayah kerja Puskesmas Mangkang Semarang Barat, Jurnal Keperawatan Komunitas. Vol.1 No.1 : 33-42. Manalu
Sufren, Natanael Y.,2013. Mahir Menggunakan SPSS Secara Otodidak, Alex Media Komputindo. Jakarta. Zubaidah T., Setyaningrum R. dan Ani N.F., 2013. Faktor yang mempengaruhi Penurunan Angka Kesembuhan TB Di Kabupaten Banjar, Jurnal Buski. Vol.4 No.4 : 192-199.
H.S.P., 2010. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Kejadian TB Paru dan Upaya Penanggulangnnya, Jurnal
17
E-Jurnal Sariputra, Februari 2016 Vol. 3(1)
16