E-Jurnal Sariputra, Juni 2015 Vol. 2(2) TINJAUAN PENINGKATAN LANDAS PACU (RUNWAY) PADA BANDARA BULI UNTUK JENIS PESAWAT BOEING 737-200 IMPROVEMENT REVIEW RUNWAY IN THE AIRPORT BULI FOR BOEING 737-200 AIRCRAFT TYPE Charles Sulangi, Don R. G. Kabo, Yursen Batawi Dosen Fakultas Teknik Sipil Universitas Sariputra Indonesia Tomohon Dosen POLITEKNIK Negeri Manado Mahasiswa Fakultas Teknik Sipil Universitas Sariputra Indonesia Tomohon
ABSTRAK Melihat akan perkembangan wilayah kabupaten Halmahera Timur yang semakin berkembang, maka kebutuhan akan transportasi pun kian meningkat. Dengan adanya sistim transportasi yang baik, maka sistim ekonomi suatu wilayah pun akan meningkat. Hal-Tim dalam upayanya telah memilik sebuah bandara yang terletak di Buli, desa Pekaulang, Kecamatan Maba, kabupaten Halmahera Timur, Propinsi Malaku Utara. Dengan panjang landas pacu (runway): 1.500 meter, namun 300 meter diantaranya belum di izinkan oleh Ditjend Perhubungan Udara untuk pendaratan (take off/landing) dan lebar landas pacunya 30 meter, namun 7 meter di antaranya dijadikan sebagai bahu landasan karena perkerasannya tidak memenuhi syarat. kini pemerintah Halmahera Timur ingin meningkatkan panjang landas pacu menjadi 1.800 meter. Untuk itu, dalam penelitian ini di lakukan sebagai tinjauan terhadap landas pacu pada bandara Buli untuk lebih melihat pada panjang dan lebar landasan pacu sesuai pesawat rencana dan struktur perkerasan landasan untuk mengikuti standar yang di tetapkan ICAO. Penelitian juga di lakukan menggunakan metode FAA (Federal Aviation Administration) untuk perkerasan fleksibel. Data penelitian yang di ambil, meliputi: data pengguna pesawat (penumpang), data CBR, data ketinggian elevasi, data kemiringan landasan, data suhu. Dari hasil analisis yang diporoleh panjang landas pacu adalah 2.000 meter dan lebar 45 meter dengan bahu landasan 7,5 meter, tebal perkerasan fleksibel 33 inch = 83,82 cm = 84 cm (pembulatan), tebal subbasecoarse = 18,5 inch = 47 cm, tebal base coarse= 10,5 inch = 27 cm dan tebal Surface= 10 cm Kata Kunci: Bandara Buli, Tinjauan Peningkatan, Landas Pacu.
ABSTRACT By seeing the development of East Halmahera district is growing, the need for transportation is also increasing. With the good transport system, the economic system of the region will increase. It's the team in its efforts to have pick an airport located in Buli, Pekaulang village, District Maba, East Halmahera district, North Malaku province. With a long runway (runway): 1,500 meters, but 300 meters of which have not been authorized by the Directorate General of Civil Aviation for landing (takeoff / landing) and a width of 30 meters off redone, but 7 meters of which serve as the foundation for perkerasannya shoulder does not meet requirements. East Halmahera government now wants to increase the length of the runway to 1,800 meters. Therefore, in this study is done as a review of the runway at the airport Buli to be viewed on the length and width of the runway in accordance aircraft runway pavement structure plan and to follow the standards set in ICAO. Research was also done using the FAA (Federal Aviation Administration) for flexible pavements. The research data were taken, including: user data plane (passenger), the data CBR, elevation data elevation, slope foundation of data, temperature data. From the analysis diporoleh runway length is 2,000 meters and a width of 45 meters with 7.5 meter runway shoulders, pavement thickness flexible 33 inch = 83.82 cm = 84 cm (rounding), thick subbase coarse = 18.5 inch = 47 cm, thick base coarse = 10.5 inches = 27 cm and 10 cm thick Surface. Kata Kunci: Airport Buli , Overview Improvement , Runway .
45
E-Jurnal Sariputra, Juni 2015 Vol. 2(2) PENDAHULUAN Latar Belakang lebar runway sesuai dengan pesawat yang di layani. Menjadikan landas pacu bandara Buli mampu di darati oleh pesawat yang lebih besar dari ATR 72-500 yaitu: Boeing 737-200. Pembatasan Masalah Desain landas pacu (runway) yang di tinjau hanya pada perhitungan perkerasan landasan, perhitungan panjang dan lebar landasan sesuai dengan pesawat rencana. Ada pun data yang di butuhkan adalah: 1. Data karakteristik pesawat rencana 2. Data CBR 3. Data kemiringan landasan 4. Data ketinggian elevasi 5. Data temperatur (suhu) 6. Data pengguna pesawat
Bandara Buli adalah salah satu bandara yang terletak di Buli, desa Pekaulang, kecamatan Maba, kabupaten Halmahera Timur, propinsi maluku utara. Saat ini klas bandara yang ada di Buli adalah klas III dengan pelayanan jenis pesawat ATR 72-500, 1 buah terminal dengan luas 297 m2 dan memiliki panjang runway 1.500 meter, namun 300 meter diantaranya belum di pakai untuk pendarata/lepas landasan. Melihat perkembangan bandara Buli yang semakin meningkat lewat perencanaan yang akan di canangkan oleh pemerintah untuk meningkatkan panjang landasan menjadi 1.800 meter pada tahun 2015/2016 ini. Dalam waktuwaktu yang akan datang tentunya aktivitas pelayanan transportasi angkutan udara akan semakin meningkat dengan berbagai jenis pesawat dan kapasitas yang lebih besar dari ATR 72-500. Namun yang perlu kita perhatikan adalah bagaimana merencanakan landas pacu sesuai pesawat rencana, di lihat dari kapasitas panjang dan lebar runway serta tebal perkerasan. Oleh karen itu, akan di lakukan peninjauan terhadap landas pacu bandara Buli agar dalam kondisi apapun bisa kita menjaga keslamatan pesawat terutama para pengguna pesawat (penumpang).
Rumusan Masalah Peninjauan terhadap landas pacu pada bandara Buli di lakukan demi untuk menjaga kelancaran aktifitas ekonomiHalmahera Timur yang semakin maju dan semakin berkembang di tahun-tahun yang akan datang, oleh karena adanya perusahan, dan ada potensi-potensi lain yang membuat kabupaten Halmahera Timur semakin maju, dianyatarnya: potensi perikanan, pertanian, perkebunan dan masih banyak lagi termasuk potensi keparawisataan, belum lagi rencana pasar bebas Asia Afrika yang tentunya para infestor dari negara luar dapat berinfestasi di Halmahera.
Maksud Dan Tujuan Penelitian Adapun maksud di lakukannya penelitian ini adalah untuk lebih mengembang kan prasarana tranportasi udara pada bandara Buli dengan melihat pada perkembangan daerah dan tingkat pertumbuhan penduduk halmahera Timur yang semakin menigkat, agar bandara Buli bisa melayani pesawat yang lebih besar dengan kapasitas penumpang yang lebih banyak dan tidak menutup kemungkinan bandara Buli tidak di kategorikan bandara kelas III lagi tetapi bisah menjadi kelas II dan bahkan kelas I.Melihat dari maksud yang ada, maka penulis bertujuan untuk Menghitung tebal perkerasan runway sesuai pesawat rencana, memastikan panjang dan
Manfaat Penelitian Harapan penulis kiranya penelitian yang di lakukan ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan baik formal maupun informal, Sebagai bahan pengetahuan atau sumber informasi bagi banyak orang baik lokal maupun nonlokal. serta sebagai usulan dan masukan kepada pemerintah agar bisah menjawab kebutuhan masyarakat Halmahera Timur pada sistim perhubungan dalam hal sarana dan prasarana transportasi udara.
LANDASAN TEORI Pengertian Sistem Tranportasi suatau tatanan baik secara alami maupun buatan/rekayasa.
Sistem tranportasi merupakan suatu bentuk keterikatan dan keterkaitan antara penumpang, barang, prasarana dan sarana yang berinteraksi dalam rangka perpindahan orang atau barang yang tercakup dalam
Pengertian Bandar Udara Bandar udara adalah area tertentu di daratan atau perairan n (termasuk bangunan,
46
E-Jurnal Sariputra, Juni 2015 Vol. 2(2) instalasi dan peralatan) yang di pergunakan baik secara keseluruhan atau sebagian untuk kedatangan keberangkatan pesawat.
subbase course dan surface course, yang terdiri dari material berkualitas tinggi. c. Lapisan pondasi bawah (subbase course) Subbase merupakan kosntruksi perkerasan yang terletak antara subgrade dan base, yang mana pada prinsipnya subbase dan base mempunyai fungsi yang sama, hanya dari segi material yang digunakan berbeda.
Perencanaan Sistem Bandar Udara Salah satu fasilitas pelayanan dalam bidang penerbangan adalah bandar udara (Airport) yang melayani arus lalu lintas penumpang udara dan pesawat udara dari (melalui) bandar udara tersebut. Bandar udara meliputi tata ruang yang sangat luas, sebagian dibangun untuk landasan pacu, taxiway, apron, hangar, dan sebagian lainnya disediakan untuk gedung terminal penumpang, terminal kargo, area parkir dan fasiIitas penunjang lainnya
d. Tanah dasar (subgrade) Tanah dasar merupakan bagian yang terpenting dari struktur konstruksi perkerasan lentur, dimana tanah dasar yang akan mendukung konstruksi runway serta muatan lalulintas lain diatasnya, maka daya dukung tanah (CBR tanah) yang ada harus memenuhi kriteria (baik).
Fungsi Bandar Udara Fungsi bandar udara adalah melayani arus lalu lintas pesawat terbang dan arus lalu lintas penumpang yang berangkat dan datang. Semakin besar ukuran pesawat terbang yang melakukan pendaratan dan lepas landas, berarti dibutuhkan tersedianya landasan pacu yang semakin panjang. Semakin banyak jumlah penumpang udara yang berangkat dan datang melalui suatu bandar udara, berarti dibutuhkan tersedianya gedung terminal penumpang yang semakin besar dan lapangan parkir yang lebih luas
Perhitungan Landas Pacu (Runway) Dalam merencanakan panjang landasan pacu kita harus melakukan penyesuaian (koreksi) dengan standar yang di kelurkan oleh FAA yaitu: Koreksi elevasi Menurut International Civil Aviation Organization (ICAO) panjang dasar runway akan bertambah 7% setiap kenaikan 300 m (1.000 ft) dihitung dari ketinggian muka laut, maka : Fe = 1 + 0,07h / 300 Koreksi temperatur Pada temperatur tinggi dibutuhkan landasan yang lebih panjang, sebab temperatur tinggi density udara rendah. Dengan dasar ini maka ICAO menetapkan hitungan koreksi temperatur dengan rumus : Ft = 1 + 0,01 (T – (15 - 0,0065 h)) Koreksi Kemiringan Berdasarkan peratiran yang telah dtetapkan oleh ICAO, untuk koreksi kemiringan adalah panjang runway yang sudah dikoreksi berdasarkan ketinggian dan tenperatur akan bertambah 10% setiap kemiringan effective gradient 1 %. Fs = 1 + 0.10 S Perhitungan Panjang Aeroplane Reference Field Length (A.R.F.L) Dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: A.R.F.L =P (tabel karakteristik pesawat)(Fe× Ft× Fs )
Pengertian Landasan Pacu (Runway) Landasan pacu adalah suatu tempat dimana tersedianya area yang cukup optimal yang memenuhi persyaratan untuk landasan suatu pesawat terbang yang berfungsi sebagai tempat pendaratan (landing) dan lepas landas (take off) pesawat-pesawat terbang. Struktur Landasan Pacu FAA (Federal Aviation Administration) telah mengembangkan metode perencanaan perkerasan dengan dasar metodenya didasarkan pada pengklasifikasian tanah menurut karakteristik dari tanah tersebut. Pada umumnya susunan lapisan konstruksi perkerasan lentur (flexible pavement) terdiri dari beberapa lapisan, yaitu: a. Lapisan permukaan (Surface course) Lapis permukaan adalah bagian dari konstruksi perkerasan yang paling atas, berguna untuk menyediakan lintas permukaan yang rata/ mulus dan aman. b.
Lapisan pondasi atas (base course) Base course merupakan bagian dari konstruksi perkerasan yang terletak diantara
Perhitungan Runway Yang Dibutuhkan Untuk menentukan panjang runway pada pesawat terbang bermesin turbin harus
47
E-Jurnal Sariputra, Juni 2015 Vol. 2(2) mempertimbangkan tiga keadaan umum agar pengoperasian pesawat aman. Ketiga keadaan tersebut adalah: Keadaan Normal (semua mesin bekerja), di hitung denganmenggunakan rumus sebagaiberikut: FL = FS + CW =....?
TOD = 1,15(D35) FS = TOR TOR = D35 LOD = 0,55TOD Keadaan Pendaratan, di hitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: FS = LD → Dimana: LD = SD/0,60 Untuk menghitung keadaan pendaratan, maka terlebih dahulu kita menghitung Keadaan Lepas Landas yang ditunda, dengan rumus: FL = FS + SW → Dimana: FL = ASD SW = 0,05LD LD = TOD SD = 0,6LD FS =TOR
→ Dimana: CW = 0,50 (TOD–1,15(LOD)) TOD = 1,15(D35) FS (ARFL) = TOR TOR = D35 LOD = 0,55TOD Keadaan dengan kegagalan mesin, di hitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: FL = FS + CW =...? → Dimana: CW = 0,50(TOD–LOD)
Perhitungan Lebar Runway Lebar runway dihitung berdasarkan tabel yang di keluarkan ICAO (Organisasi
Penerbangan berikut:
Sipil
Internasional)
sebagai
Kode Angka & Kode Huruf Kode Angka 1a 2a 3
Kode Hurup A
B
C
18 m
18 m
23 m
(60 ft) 23 m
(60 ft) 23 m
(60 ft) 30 m
(75 ft) 30 m
(75 ft) 30 m
(100 ft) 30 m
45 m
(100 ft)
(100 ft)
(100 ft) 45 m
(150 ft) 45 m
45 m
(150 ft)
(150 ft)
4
(150 ft) a. Lebar landasan presisi harus tidak kurang dari 30 m (100 ft) untuk kode angka 1 atau 2
D
E
Catatan: Apabilah landasan di lengkapi dengan bahu landasan, maka lebar landasan dan bahu landasannya paling kurang 60 m (2000 ft)
48
E-Jurnal Sariputra, Juni 2015 Vol. 2(2)
Unsur Kode 1
Kode-kode Acuan Aerodrome ( ICAO ) Unsur Kode 2
Kode Nomor
Panjang Runway (L)
1 2 3 4
L < 800 M 800 M
1800 M
Kode Huruf
Lebar Sayap (Wing Span)
Jarak Terluar Roda Pendaratan
A B C D E
15 M 15 M - 24 M 24 M - 36 M 36 M - 52 M 52 M - 60 M
< 4.5 M 4.5 M - 6 M 6M-9M 9 m - 14 M 9 m - 14 M
Bagian-Bagian Pada Runway Uraian dari sistem adalah sebagai berikut: a. Perkerasan Struktur Perkerasan struktur mendukung pesawat sehubungan dengan beban struktur, kemampuan manuver, kendali, stabilitas dan kriteria dimensi dan operasi lainnya. b. Bahu Landasan (Shoulder) Bahu landasan (shoulder) yang terletak berdekatan dengan pinggir perkerasan struktur menahan erosi hembusan jet dan menampung peralatan untuk pemeliharaan dan keadaan darurat. c. Bantal Hembusan (Blast Pad) Bantal hembusan (blast pad) adalah suatu daerah yang dirancang untuk mencegah erosi permukaan yang berdekatan dengan ujungujung runway yang menerima hembusan jet yang terus-menerus atau yang berulang. ICAO menetapkan panjang bantal
hembusan 100 feet (30 m), namun dari pengalaman untuk pesawat-pesawat transport sebaiknya 200 feet (60 m), kecuali untuk pesawat berbadan lebar panjang bantal hembusan yang dibutuhkan 400 feet (120 m). Lebar bantal hembusan harus mencakup baik lebar runway maupun bahu landasan. d. Daerah Aman Runway Daerah aman runway (runway end safety area) adalah daerah yang bersih tanpa benda-benda yang mengganggu, diberi drainase, rata dan mencakup perkerasan struktur, bahu landasan, bantal hembusan dan daerah perhentian, apabila disediakan. Daerah ini selain harus mampu untuk mendukung peralatan pemeliharaan dan dalam keadaan darurat juga harus mampu mendukung pesawat seandainya pesawat karena sesuatu hal keluar dari landasan.
METODOLOGI PENELITIAN
49
E-Jurnal Sariputra, Juni 2015 Vol. 2(2) HASIL DAN PEMBAHASAN Rencana Peningkatan Landas Pacu Untuk Pesawat Boeing 737-200 Melihat perkembangan kabupaten Halmahera Timur lewat analisa pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan kota yang ada, maka di tahun-tahun yang akan datang di pastikanperkembangan Halmahera Timur akan lebih maju, dengan demikian kebutuhan trnsportasi pun akan kian miningkat. Oleh karena itu, lewat penelitian ini penulis melakukan peninjauan landas pacu pada bandara Buli untuk dapat melayani pesawat jenis Boeing 737-200 dengan kapasitas 130 penumpang. Hal ini tentunya akan menjawab kebutuhan masyarakat Halmahera Timur sebagai sarana transportasi yang dapat mempermudah dan memperlancar akses transportasi di tahun-tahun yang akan datang.
Panjang landas pacu yang dibutuhkan diambil nilai yang terbesar dariketiga analisa di atas, yaitu: 2.000 meter. Perhitungan Lebar Runway Perhitungan lebar runway dihitung berdasarkan tabel yang di keluarkan ICAO, dari kode angka dan kode huruf di dapatlah lebar runway yaitu: 150 ft = 45 meter Perhitungan Tebal Perkerasan Landasa Pacu Data yang di butuhkan untuk perhitungan tebal perkerasan landas pacu adalah data CBR, di samping itu kita harus menghitung berat kotor pesawat rencana (lbs) dan equivalent annual departure(keberangkatan pesawat tahunan).
Perhitungan Panjang Runway ARFL Untuk menghitung panjang runway ARFL di perluhkan data sebagai berikut:
Berat kotor pesawat rencana (Boeing 737-200) adalah 52.390 kg, di konversikan ke lbs maka menjadi: 1 kg = 2,2 lbs 22.500 kg = 2,2 lbs × 52.390 kg = 115.396,48 lbs, di ambil 150.000 lbs dalam kurva Diketahui: CBR Subgrade = 6 % CBR Subbase = 25 % Berat Kotor Pesawat = 150.000 Lbs Aquivalent Annual Departure = 102,159 di pakai 6.000 (dalam kurva).Maka di dapatlah tebal perkerasan total = 33 inch = 83,82 cm = 84 cm (pembulatan)
a. Runway rencana yang di butuhkan jenis pesawat Boeing 737-200 = 2.295 meter (P) b. Ketinggian elevasi = -3,75 meter (h) c. Temperatur/Suhu (0C) = 400C d. Kemiringan runway = 1,5 % (s) A. R. F. L =
P 2.295 m = F × F × F 1 × 1,25 × 1,15 2.295 m = = 1.597 m 1,4375 = 1.600 m
1. Tebal subbase dengan CBR 25 % (dengan cara kerja yang sama) di dapatlah nilai subbase = 12 inch = 13,208 cm. Maka ketebalan subbase yaitu: 33 inch – 12 inch = 21 inch = 53,34 cm
Panjang Runway Yang DiButuhkan a.
Keadaan Lepas Landas Normal FL
b.
Keadaan Lepas Kegagalan Mesin FL
c.
= FS + CW =.........? = 1.600 m + 338 m =1.938 m Landas
2. Tebal permukaan yaitu 4 inch = 10 cm
Dengan
3. Tebal base coarse di hitung dengan mengurangkan 12 inch – 4 inch = 8 inch. Hasil perhitungan base coarse diuji terhadap gambar 4.6 di bandingkan tebal base coarse minimum yang di butuhkan untuk daerah kritis. Selisi base coarse yaitu: 10,5 inch – 8 inch = 2,5 inch tidak di tambahkan pada tebal total perkerasan tetapi di ambil dari tebal subbase, maka tebal subbase = 21 inch – 2,5 inch = 18,5 inch = 46,99 cm dan tebal base coarse adalah 8 inch + 2,5 inch = 10,5 inch = 26,67 cm
= FS + CW =.........? = 1.600 m + 414 m =2.014 m = 2.000 m
Keadaan Lepas Landas Yang Di Tunda FL = FS + SW =.........? = 1.600 m + 92 m = 1.692m
50
E-Jurnal Sariputra, Juni 2015 Vol. 2(2) Alur Perhitungan Landas Pacu
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ICAO yaitu: panjang landasan 2.000 meter, lebar landasan 45 meter, tebal struktur perkerasan total 84 cm, tebal Subbase Coarse 47 cm, tebal base Coarse 27 cm, tebal Surface 10 cm. (Hasil perhitungan berdasarkan metode FAA).
Berdasarkan hasil tinjauan peningkatan terhadap landas pacu pada bandara Buli untuk pesawat Boeing 737-200 lewat analisa pada metode FAA (Federal Aviation Administration) dapat di simpulkan bahwa: a) Melihat pertumbuhan ekonomi kabupaten Halmahera Timur semakin berkembang lewat aktivitas-aktivitas yang ada, maka hal ini akan memungkinkan kebutuhan transportasi udara di Halmahera Timur akan selalu meningkat di tahun-tahun yang akan datang.
Saran Berdasarkan hasil penelitian tentang "Tinjauan Peningkatan Landas Pacu (Runway) Pada Bandara Buli Untuk Jenis Pesawat Boeing 737-200” maka penulis sarankan bagi penelitan lanjutan tentang Bandara Buli, untuk bisah meneliti tentang sistim drainase landas pacu, landasan penghubung (Taxiway), Landasan parkir (Apron), Terminal dan masih banyak lagi yang berkaitan dengan Bandara di Buli. Metode yang peneliti gunakan untuk penelitian dan hasil perhitungan yang ada yaitu metode
b) Menjawab kebutuhan masyarakat Halmahera Timur dalam hal transportasi udara untuk memperlancar aktivitas ekonomi di masa yang akan datang, dengan sarana transportasi (pesawat) yang lebih besar dari ATR 72-500. c) Pelayanan jenis pesawat Boeing 737200 dapat membutuhkan landasan pacu yang sesuai, berdasarkan standar yang di tetapkan
51
E-Jurnal Sariputra, Juni 2015 Vol. 2(2) FAA (Federal Aviation Administration). Oleh sarankan untuk dapat menggunakan metodemetode yang lain, seperti: metode CBR,
kerena itu penulis sarankan untuk dapat metode LCN, metode Aspalt Institute dll demi kemajuan bandara Buli yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA Halmahera Timur. 2014. Hal-Tim Dalam Angka, Badan Pusat Statristik
Ari Dan Taufik. 2005. Teknik Lapangan Terbang 1, Universitas Riau, Pekanbaru.
http://bandara.web.id/pengertian landasanpacu.html. Mei, 8, 2014
Basuki. 2008. Merancang Dan Merencana Lapangan Terbang, Alumni, Bandung.
http://bandara.web.id/pengertian-bandarudara.html. Mei, 8, 2014
Edi Wahyudi. Bandar Udara Hadihardaja, dkk. Gunadarma, Jakarta.
Sistem
Irvan. Analisis Peningkatan Landasan Pacu (Runway) Bandar Udara Pinang KampaiDumai, Sekolah Tinggi Teknologi Dumai, Dumai.
Transportasi,
Halmahera Timur. 2008. Hal-Tim Dalam Angka, Badan Pusat Statristik
Peraturan Ditjend Perud. 2014. Manual standar Teknis Dan Operasional Peraturan Keslamatan Penerbangan Sipil – Bagian 139, Ditjend Perud, Jakarta
Halmahera Timur. 2009. Hal-Tim Dalam Angka, Badan Pusat Statristik Halmahera Timur. 2010. Hal-Tim Dalam Angka, Badan Pusat Statristik
Halmahera Timur. 2012. Hal-Tim Dalam Angka, Badan Pusat Statristik
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia. Nomor 1 Tahun 2014. Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral Dan Batubara (MINERBA), Jakarta.
Halmahera Timur. 2013. Hal-Tim Dalam Angka, Badan Pusat Statristik
Sakti adji. 2011. Perencanaan Pembangunan Transportasi, Graha Ilmu, Makassar.
Halmahera Timur. 2011. Hal-Tim Dalam Angka, Badan Pusat Statristik
52