E-Jurnal Sariputra, Oktober 2016 Vol. 3(3) PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN TENTANG MENOPAUSE TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN IBU USIA 40-55TAHUN DI JAGA I DAN VI DESA LAIKIT KECAMATAN DIMEMBE HEALTH AWARENESS ABOUT MENOPAUSE EFFECT ON THE LEVEL OF KNOWLEDGE OF WOMEN AGED 40-55 YEARS IN HALMET I AND VI LAIKIT RURAL DISTRICT DIMEMBE Natalia Savsavubun*, Nursalam**, Tinneke Tandipajung*** *Mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sariputra Indonesia Tomohon **Dosen Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga ***Dosen Fakultas Keperawatan Universitas Sariputra Indonesia Tomohon
ABSTRAK Menopause merupakan transisi fisik alamiah yang dialami oleh setiap wanita saat dia bertambah umur. Sering diterjemahkan secara bebas sebagai berhenti menstruasi terakhir dalam hidup seorang wanita. Menopause sering menjadi penderitaan dan konsekuensi kesehatan fisik dan mental yang kadang parah atau perlu ditangani dengan serius. Banyak faktor yang mempengaruhi seorang wanita dalam menghadapi menopause. Satu diantaranya ialah faktor pengetahuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penyuluhan kesehatan tentang menopause terhadap tingkat pengetahuan ibu usia 40-55 tahun di Jaga I dan VI Desa Laikit Kecamatan Dimembe. Penelitian ini menggunakan desain penelitian Pra-eksperimen dengan pendekatan one group pre-post test design. Dalam penelitian ini populasinya adalah seluruh ibu usia 40-55 tahun yang tinggal di Jaga I dan VI Desa Laikit Kecamatan Dimembe. Jumlah sampel 71 orang ibu dengan menggunakan teknik purposive sampling. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari 2016. Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji Wilcoxon. Hasil penelitian ini menunjukan adanya peningkatan tingkat pengetahuan yang bermakna pada ibu sesudah penyuluhan dengan tingkat pengetahuan pada kategori baik berjumlah 64 orang (90%). Hasil analisis bivariat pada tingkat pengetahuan sebelum penyuluhan dan tingkat pengetahuan sesudah penyuluhan menunjukan nilai p=0,000 yang artinya nilai p<0,05 Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang bermakna dari penyuluhan kesehatan tentang menopause terhadap tingkat pengetahuan ibu usia 40-55 tahun di Jaga I dan VI Desa Laikit Kecamatan Dimembe. Kata Kunci: Menopause, Penyuluhan Kesehatan, Pengetahuan, Ibu Usia 40-55 tahun
ABSTRACT Menopause is a natural physical transition experienced by every woman as she ages. Often loosely defined as the final cessation of menstruation in a woman's life. Menopause is often the suffering and physical and mental health consequences are often severe or needs to be addressed seriously. Many factors influence a woman to face menopause. One of them is the knowledge factor. This study aims to determine the effect of health education about menopause level of knowledge of mothers aged 40-55 years in Hamlet I and VI Laikit Rural District of Dimembe. This study uses a Pre-experimental research design approach to one group pre-post test design. In this study population was all mothers aged 40-55 years living in Hamlet I and VI Laikit Rural District of Dimembe. Total sample of 71 mothers using purposive sampling technique. This study was conducted in February 2016. Data analysis was performed using Wilcoxon test. These results indicate the existence of a significant increase in the level of knowledge in the mother after counseling with the level of knowledge in both categories amounted to 64 (90%). The results of the bivariate analysis on the level of knowledge before education and knowledge level after the extension shows the value of p = 0.000, which means the value of p <0.05. It can be concluded that there is a significant influence of health education about menopause level of knowledge of mothers aged 40-55 years in Hamlet I and VI Laikit Rural District of Dimembe. Key Word: Menopause, Health Education, Knowledge, Mothers aged 40-55 years
39
E-Jurnal Sariputra, Oktober 2016 Vol. 3(3) Pendahuluan Masa menopause merupakan salah satu fase yang harus dijalani seorang wanita dalam kehidupannya seperti halnya fase-fase kehidupan yang lain, yaitu masa anak-anak dan masa reproduksi. Namun munculnya rasa kekhawatiran yang berlebihan itu menyebabkan mereka sangat sulit menjalani masa ini (Kasdu, 2002 dalam Safitri, 2009). Menopause juga disebutkan sebagai berakhirnya masa reproduksi seorang perempuan dimana selama 12 bulan perempuan tersebut mengalami amenorea (Abernethy, 2010 dalam Suhaidah, 2013). Usia menopause antara seorang wanita dan wanita lainnya juga tidaklah sama dan bergantung pada faktor-faktor yang mempengaruhinya (Siswono, 2004). Umumnya perempuan memasuki masa premenopause pada usia 40 tahun (Lestary, 2010 dalam Qonitatun, 2015). Pada usia 45-58 tahun umumnya terjadi menopause pada perempuan (Abernethy, 2010 dalam Suhaidah, 2013). Beberapa wanita mengalami menopause dengan mulus dengan sedikit ketidaknyamanan fisik, dimana beberapa wanita yang lain mengalami banyak gejalagejala yang tidak nyaman seperti rasa panas, keringat tengah malam, perubahan mood, perdarahan berat tidak teratur, pengeroposan tulang, dan pengeringan vagina (yang dapat menyebabkan hubungan intim yang menyakitkan). Sebanyak 80% wanita mengalami menopause dengan reaksi fisik negatif (Bandiyah, 2009). Jumlah proporsi penduduk perempuan yang berusia diatas 50 tahun dan memasuki usia menopause dari tahun ke tahun juga mengalami peningkatan yang sangat signifikan. Berdasarkan sensus penduduk tahun 2000 jumlah perempuan berusia diatas 50 tahun baru mencapai 15,5 juta orang atau 7,6% dari total penduduk, sedangkan tahun 2020 jumlahnya diperkirakan meningkat menjadi 30 juta atau 11,5% dari total penduduk. Lebih lanjut, ditegaskan berdasarkan perhitungan statistik, diperkirakan di tahun 2020 jumlah penduduk Indonesia akan mencapai 262,6 juta jiwa dengan perempuan yang hidup dalam usia menopause adalah sekitar 30,3 juta jiwa dan jumlah laki-laki di usia andropause akan mencapai 24,7 juta jiwa (Depkes RI, 2005). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Christiani (2000) menyimpulkan bahwa ada hubungan antara persepsi tentang menopause dengan tingkat kecemasan pada wanita yang menghadapi menopause. Wanita yang memiliki persepsi negatif tentang menopause akan menganggap menopause merupakan persoalan yang mengganggu
dirinya, sebaliknya wanita dengan persepsi positif tentang menopause menganggap menopause merupakan hal yang wajar dialami setiap wanita. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan Rahayu (2009) dalam Qonitatun, (2015) disimpulkan bahwa ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan persepsi mengenai menopause pada wanita yang menghadapi menopause dimana mayoritas subyek penelitiannya di Kodya Depok memiliki tingkat pengetahuan yang rendah dan sebanyak 53,3% subyek belum mengetahui menopause itu apa. Berdasarkan survey pendahuluan yang dilakukan di Jaga I dan VI Desa Laikit Kecamatan Dimembe pada tanggal 5 Desember tahun 2015 terdapat 87 ibu dalam rentang usia menopause (40 sampai 55 tahun). Dan dari hasil wawancara dengan 10 ibu didapatkan 8 ibu mengatakan tidak mengetahui tanda dan gejala menopause dan 2 ibu mengatakan hanya mengetahui beberapa tanda dan gejala menopause. Adapun 6 dari 10 ibu tersebut mengaku cemas saat memikirkan menopause dan 4 lainnya mengaku menganggap menopause adalah takdir seorang wanita dan pasrah. Selain itu, berdasarkan keterangan Kepala Jaga I dan VI bahwa belum pernah dilakukan penyuluhan terkait menopause di Jaganya masing-masing selama ini. Pengetahuan dapat mempengaruhi seorang wanita dalam mengahdapi menopause. Pengetahuan kesehatan akan berpengaruh kepada perilaku sebagai hasil jangka menengah dari pendidikan kesehatan. Selanjutnya perilaku kesehatan akan berpengaruh pada meningkatnya indikator kesehatan masyarakat sebagai keluaran pendidikan kesehatan (Notoatmojo, 2011). Meningkatkan pengetahuan wanita dengan memberikan pendidikan kesehatan melalui upaya penyuluhan merupakan satu solusi yang dianggap tepat sesuai dengan teori Azwar (1983) dalam Susilo (2011) yang mengatakan bahwa penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan kesehatan yang dilakukan dengan menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan. Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian “Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Tentang Menopause Terhadap Tingkat Pengetahuan Ibu Usia 40-55 tahun di Jaga I dan VI Desa Laikit Kecamatan Dimembe”.
40
E-Jurnal Sariputra, Oktober 2016 Vol. 3(3) Metode Penelitian ini merupakan penelitian Pra-eksperimen dengan pendektan One-group pre-post test design. Ciri tipe penelitian ini adalah mengungkapkan hubungan sebabakibat dengan cara melibatkan satu kelompok subjek. Kelompok subjek diobservasi sebelum dilakukan intervensi kemudian diobservasi lagi setelah intervensi (Nursalam, 2008). Tempat dan waktu penelitian dilakukan di Jaga I dan VI Desa Laikit Kecamatan Dimembe pada ibu-ibu usia 40-55 tahun. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 6 februari-29 februari 2016. Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik non probability sampling: purposive sampling dan didapat 71 responden dari populasi yang berjumlah 87
responden. Variabel yang diteliti adalah variabel independen dan variabel dependen. Variabel independen diukur dengan menggunakan SAP (Satuan acara penyuluhan) dan variabel dependen diukur dengan menggunakan alat ukur kuesioner langsung pada responden sebelum dilakukan penyuluhan pertama dan setelah melakukan penyuluhan kedua. Pengolahan data dilakukan melalui tahap-tahap: editing, coding, tabulating. Selanjutnya data dianalisa dengan menggunakan analisis univariat dan bivariat menggunakan uji Wilcoxon dengan derajat kemaknaan =0,05.
Hasil Penelitian 1. Analisa Univariat
Gambar 1. Distribusi Responden Berdasarkan Umur di Jaga I dan VI Desa Laikit Kecamatan Dimembe Bulan Februari 2016 Gambar 1 diatas menunjukan dari total 71 responden paling banyak berumur 40-45 tahun dengan jumlah 40 responden (56%) dan paling
sedikit berumur 51-55 tahun dengan jumlah 4 responden (6%).
Gambar 2. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan di Jaga I dan VI Desa Laikit Kecamatan Dimembe Bulan Februari 2016
41
E-Jurnal Sariputra, Oktober 2016 Vol. 3(3) Gambar 2 menunjukan dari total 71 responden paling banyak berpendidikan SMA/SMK dengan jumlah 42 responden (59%) dan paling
sedikit berpendidikan SD dengan jumlah 6 orang (9%).
Gambar 3. Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan di Jaga I dan VI Desa Laikit Kecamatan Dimembe Bulan Februari 2016 Gambar 3 diatas menunjukan dari total 71 responden paling banyak bekerja sebagai Ibu Rumah Tangga (IRT) dengan jumlah 53
responden (75%) dan paling sedikit bekerja sebagai Wirausaha dengan jumlah 3 responden (4%).
Gambar 4. Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Anak di Jaga I dan VI Desa Laikit Kecamatan Dimembe Bulan Februari 2016 Gambar 4 diatas menunjukan dari total 71 responden paling banyak memiliki anak lebih dari satu dengan jumlah 60 responden (80%)
dan paling sedikit tidak memiliki anak dengan jumlah 2 responden (3%).
Tabel 1. Tingkat Pengetahuan Ibu Usia 40-55 Tahun Sebelum Penyuluhan di Jaga I dan VI Desa Laikit Kecamatan Dimembe Bulan Februari 2016 Tingkat Pengetahuan Jumlah (n)
Persentase (%)
Baik
6
8
Cukup
16
23
Kurang
49
69
Jumlah
71
100
Mean
Sebelum Penyuluhan
42
9,323
Standard
Standard
Deviation
Erorr
4,436
0,526
E-Jurnal Sariputra, Oktober 2016 Vol. 3(3)
Tabel 1 diatas menunjukan tingkat pengetahuan ibu pre penyuluhan paling banyak pada kategori kurang dengan jumlah 49
responden (69%) dan paling sedikit pada kategori baik dengan jumlah 6 responden (8%).
Tabel 2. Tingkat Pengetahuan Ibu Usia 40-55 Tahun Setelah Penyuluhan DI Jaga I dan VI Desa Laikit Kecamatan Dimembe Bulan Februari 2016 Tingkat Pengetahuan Jumlah (n)
Persentase (%)
Setelah Penyuluhan Baik
64
90,1
Cukup
7
9,9
Kurang
0
0
Jumlah
71
100
Tabel 2 diatas menunjukan tingkat pengetahuan ibu post penyuluhan palng banyak pada kategori baik dengan jumlah 64
Standard
Standard
Deviation
Erorr
1,804
0,214
Mean
18,211
responden (90%) dan paling sedikit pada kategori kurang dengan jumlah 0 responden (0%).
2. Analisa Bivariat Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Tentang Menopause Terhadap Tingkat Pengetahuan Ibu Usia 40-55 Tahun di Jaga I dan VI Desa Laikit Kecamatan Dimembe Tabel 3. Hasil Uji Statistik Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Tentang Menopause Terhadap Tingkat Pengetuan Ibu Usia 40-55 Tahun di Jaga I dan VI Desa Laikit Kecamatan Dimembe Februari 2016 Sebelum Penyuluhan n
No
Tingkat Pengetahuan Tentang Menopause
1
Baik
6
8.5
64
90.1
2
Cukup
16
22.5
7
9.9
3
Kurang
49
69
0
0
Total
71
100
71
100
Signifikan (p-value) Z
0.000 -7.294
Berdasarkan tabel 3 diatas diketahui tingkat pengetahuan ibu sebelum dilakukan penyuluhan paling banyak pada kategori kurang dengan jumlah 49 responden (69%) dan setelah dilakukan penyuluhan terjadi peningkatan pengetahuan baik menjadi 64 responden (90,1%) dan tidak lagi terdapat responden yang
%
Setelah Penyuluhan N
%
berpengetahuan kurang. Selain itu nilai Z hitung adalah -7294 dan nilai p-value adalah 0.000 yang berarti lebih kecil dari dari 0.05 (=0.05) dengan demikian H0 ditolak dan Ha diterima yang berarti ada pengaruh yang bermakna penyuluhan kesehatan tentang menopause terhadap tingkat pengetahuan responden.
Pembahasan Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Tentang Menopause Terhadap Tingkat Pengetahuan Ibu Usia 40-55 Tahun di Jaga I dan VI Desa Laikit Kecamatan Dimembe Berdasarkan hasil uji statistik Wilcoxon Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Tentang Menopause Terhadap Tingkat Pengetahuan
Ibu Usia 40-55 Tahun di Jaga I dan VI Desa Laikit Kecamatan Dimembe pada bulan Februari 2016 (Tabel 3) menunjukkan hasil uji
43
E-Jurnal Sariputra, Oktober 2016 Vol. 3(3) Wilcoxon diperoleh tingkat pengetahuan ibu sebelum dilakukan penyuluhan paling banyak pada kategori kurang dengan jumlah 49 responden (69%) dan setelah dilakukan penyuluhan terjadi peningkatan pengetahuan baik menjadi 64 responden (90,1%) dan tidak lagi terdapat responden yang berpengetahuan kurang. Selain itu nilai Z hitung adalah -7294 dan nilai p-value adalah 0.000 yang berarti lebih kecil dari dari 0.05 (=0.05) dengan demikian H0 ditolak dan Ha diterima yang berarti ada pengaruh yang bermakna penyuluhan kesehatan tentang menopause terhadap tingkat pengetahuan responden. Asumsi peneliti mengenai pengaruh penyuluhan kesehatan tentang kesehatan terhadap tingkat pengetahuan ibu usia 40-55 tahun di Jaga I dan VI Desa Laikit Kecamatan Dimembe memiliki pengaruh yang bermakna karena: 1) Jenis pekerjaan responden yang paling banyak sebagai ibu rumah tangga (IRT) 2) Usia responden paling banyak yang masih 40-45 tahun 3) Pendidikan responden yang paling banyak SMA/SMK 4) Intervensi penyuluhan kesehatan tentang menopause yang tepat sasaran yaitu pada responden yang berada dalam rentang usia memasuki masa menopause Peneliti mengasumsikan bahwa jenis pekerjaan ibu berpengaruh pada penelitian ini adalah karena jenis pekerjaan seorang ibu sangat bermanfaat dalam menyetor pengetahuan yang dimilikinya. Hal ini dapat berasal dari teman kerja maupun lingkungan tempat bekerja selain dilingkungan rumah dan masyarakat. Seorang ibu rumah tangga biasanya memiliki aktifitas luar rumah yang terbatas disebabkan karena mereka lebih sering menyibukkan diri dengan pekerjaan rumah, mengurus anak dan suami yang pada akhirnya menutup kesempatan ibu untuk menambah atau mengikuti informasi-informasi yang berkembang diluar lingkungannya terutama informasi tentang kesehatan. Menurut hasil analisis univariat pekerjaan, didapatkan hasil jenis pekerjaan ibu paling banyak adalah ibu rumah tangga (IRT) dengan jumah 53 responden (75%) dan paling sedikit adalah wirausaha dengan jumlah 3 responden (4%) diantara dua jenis pekerjaan lain yaitu Swasta dan PNS. Pekerjaan ibu menentukan status sosial ekonomi dalam masyarakat. Status sosial ekonomi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan ibu. Aktifitas perempuan seharihari mempengaruhi kualitas hidup yang dimiliki.
Seorang perempuan yang bekerja sebagai ibu rumah tangga (IRT) saja tingkat pengetahuannya cenderung tidak banyak perubahan (Aprilia, 2007 dalam Suhaidah, 2013). Ruang lingkup pekerjaan dapat menambah pengalaman seseorang. Pengalaman merupakan salah satu sumber pengetahuan (Notoatmojo, 2010). Pengalaman seseorang dapat juga diukur melalui usia orang tersebut. Peneliti mengasumsikan bahwa usia berpengaruh pada tingkat dalam penelitian ini adalah karena menurut pengalaman peneliti saat melakukan penelitian, responden yang berusia 40-45 tahun kebanyakan belum menganggap menopause sebagai hal yang perlu diketahui lebih dalam dan belum ada kesadaran untuk menambah pengetahuan tentang menopause selain mengikuti penyuluhan yang diberikan peneliti dibandingkan dengan responden yang telah berusia lebih 45 tahun yang mengikuti penyuluhan selain untuk menambah pengetahuan, tetapi juga mengkonfirmasi tentang mitos-mitos yang ketahuinya tentang menopause dan pengalaman menopause yang dialami oleh teman maupun keluarga mereka. Menurut Stuart & Laraia (2005) dalam Suhaidah, (2013), usia merupakan salah satu faktor yang penting dalam mempelajari masalah kesehatan dan sosial. Semakin tua umur seseorang maka semakin banyak pengalaman yang dimiliki sehingga tingkat pengetahuan semakin baik. Teori tersebut juga didukung dengan teori Nursalam & Pariani (2001) dalam Suhaidah (2013) yang mengatakan semakin tua seseorang maka semakin konstruktif dalam menerima informasi yang didapat dan semakin banyak pengetahuan yang dimiliki. Usia mempengaruhi seseorang dalam menghadapi menopause. Usia menopause bagi masing-masing perempuan juga berbedabeda tergantung pada berbagai faktor yang mempengaruhinya (Kasdu, 2002 dalam Safitri, 2009). Menurut Abernethy (2010) dalam Suhaidah (2013) mengatakan bahwa menopause umumnya terjadi pada perempuan dalam rentang usia 45-58 tahun. Berbeda pula dengan teori yang dikemukakan Purwantyastuti (2005) dalam Safitri (2009) yang mengatakan bahwa umumnya perempuan Indonesia mengalami menopause di usia 45-55 tahun. Menurut hasil analisis univariat usia responden, didapatkan hasil responden paling banyak adalah responden dengan rentang usia 40-45 tahun berjumlah 40 orang (56%), rentang usia 46-50 tahun berjumlah 27 orang (48%) dan paling sedikit berusia rentang 51-55 tahun dengan jumlah 4 responden (6%) yang semua responden ini belum mengalami menopause.
44
E-Jurnal Sariputra, Oktober 2016 Vol. 3(3) Peneliti mengasumsikan bahwa fakta usia responden yang telah masuk dalam rentang usia menopause tetapi belum mengalami menopause ini dipengaruhi oleh faktor jumlah anak disamping beberapa faktor lain seperti penggunaan KB, usia menarche, faktor keturunan, dan lain-lain. Jumlah anak responden dalam penelitian ini paling banyak adalah dua anak dengan jumlah 60 orang (84%), satu anak dengan jumlah 9 orang (13%) dan paling sedikit responden tidak memiliki anak dengan jumlah 2 orang (3%). Sesuai dengan teori Yatim (2001) yang mengatakan bahwa semakin sering wanita melahirkan maka semakin tua atau lama wanita tersebut memasuki masa menopause. Hal tersebut dikarenakan kehamilan dan persalinan akan memperlambat kerja organ reproduksi wanita dan juga dapat memperlambat penuaan tubuh. Teori ini didukung penelitian yang dilakukan Safitri (2009) tentang beberapa faktor yang mempengaruhi menopause pada wanita dikelurahan Titi Papan Kota Medan dimana hasil penelitiannya menggunakan uji ChiSquare diperoleh nilai p (0,000) < (0,05) menyimpulkan bahwa ada pengaruh jumlah anak terhadap usia menopause. Hal lain yang mempengaruhi tingkat pengetahuan responden dalam penelitian ini menurut asumsi peneliti yaitu, pendidikan responden. Menurut peneliti, pendidikan terakhir responden berpengaruh karena pendidikan memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan setiap orang seharihari. Bagaimana seseorang tersebut berucap, bertingkah laku dan pergaulannya dapat dilihat dari pendidikan terakhir yang dimilikinya. Seseorang yang memiliki pendidikan yang baik, biasanya memiliki sikap dan pemikiran yang lebih terbuka dan mampu menerima hal baru, serta lebih cepat mencerna informasi yang diterimanya. Hasil analisis univariat karakteristik responden berdasarkan pendidikan diperoleh hasil paling banyak responden berpendidikan SMA/SMK dengan jumlah 42 responden (59%), SMP berjumlah 13 responden (18%), Perguruan Tinggi (PT) berjumlah 10 responden (14%) dan paling sedikit berpendidikan SD dengan jumlah 6 responden (9%). Menurut Notoatmojo (2003), pendidikan adalah salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan dimana semakin tinggi pendidikan maka semakin tinggi daya serapnya terhadap informasi sehingga informasi yang ia dapatkan dapat dipahami dengan baik. Teori ini didukung dengan teori Bethem et al (2002) dalam Sungkar (2010) yang mengatakan bahwa tingkat pendidikan dapat mempengaruhi pola pikir dan daya cerna seseorang terhadap
informasi yang diterima. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin tinggi juga informasi yang dapat diserap dan tingginya informasi yang diserap mempengaruhi tingkat pengetahuannya, demikian juga sebaliknya. Orang yang berpendidikan tinggi lebih besar kepeduliannya terhadap masalah kesehatan dan peningkatan pendidikan akan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam menjaga kesehatan. Tindakan meningkatkan pengetahuan dengan memberikan intervensi penyuluhan kesehatan diasumsikan peneliti sebagai faktor terpenting dalam penelitian ini. Penyuluhan kesehatan yang tepat sasaran bukan saja dapat meningkatkan pengetahuan tetapi juga dapat merubah konsep dan perilaku masyarakat yang salah tentang kesehatan dalam hal ini tentang menopause. Hal ini sangat bermanfaat terutama bagi responden yang merupakan ibu-ibu pada usia yang akan menghadapi menopause. Karena dengan konsep yang benar tentang menopause responden akan dapat menghadapi fase menopause dengan pikiran yang tenang dan positif tanpa mengkhawatirkan mitos-mitos yang salah. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan Buzadurina, dkk (2013) di Kecamatan Pontianak Timur didapatkan bahwa metode pendidikan kesehatan dengan penyuluhan efektif dalam meningkatkan pengetahuan responden. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu (Notoatmojo, 2003). Pengetahuan biasanya diperoleh melalui pengalaman yang berasal dari diri sendiri, orang lain maupun petugas kesehatan. Penyuluhan dengan menggunakan media cetak, media elektronik dan media luar ruang dapat mempermudah penerimaan pesan dan merubah perilaku sesuai dengan pesan yang diterima (Notoatmojo, 2005 dalam Owu, 2014). Sejalan dengan hasil penelitian sejenis yang dilakukan oleh Suryati (2011) tentang pengaruh penyuluhan tentang menopause terhadap tingkat pengetahuan ibu premenopause menghadapi menopause di dusun Saman wilayah Puskesmas Sewon II Bantul Yogyakarta dengan menggunakan uji ttest derajat kemaknaan 5% didapatkan hasil nilai t sebesar 7,2 pada df 33 dengan taraf signifikansi (p) 0,000 sehingga menyimpulkan bahwa ada pengaruh penyuluhan terhadap tingkat pengetahuan ibu premenopause. Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian sejenis yang dilakukan Makahanap, dkk (2014) dimana menyimpulkan bahwa ada pengaruh yang bermakna penyuluhan kesehatan
45
E-Jurnal Sariputra, Oktober 2016 Vol. 3(3) mengenai menopause terhadap peningkatan pengetahuan ibu usia 45-55 tahun di Puskesmas Tonsea Lama dengan hasil uji Wilcoxon nilai p=0,000 atau p<0,05 (). Penyuluhan kesehatan sebagai bagian dalam promosi kesehatan diperlukan sebagai upaya meningkatkan pengetahuan, sikap dan tindakan terhadap kesehatan. Hasil penelitian yang membuktikan adanya peningkatan
pengetahuan responden setelah diberikan penyuluhan sesuai dengan teori Notoatmojo (2005) dalam Suhaidah (2013) yang mengatakan bahwa makna asli penyuluhan adalah pemberian penerangan dan informasi, maka setelah diberikan penyuluhan kesehatan seharusnya terjadi peningkatan pengetahuan masyarakat.
Simpulan 1. Pengetahuan ibu usia 40-55 tahun di Jaga I dan VI Desa Laikit Kecamatan Dimembe sebelum dilakukan penyuluhan paling banyak pada tingkat pengetahuan kurang. 2. Pengetahuan ibu usia 40-55 tahun di Jaga I dan VI Desa Laikit Kecamatan Dimembe
setelah dilakukan penyuluhan paling banyak pada tingkat pengetahuan baik. 3. Ada pengaruh yang bermakna penyuluhan kesehatan tentang menopause terhadap tingkat pengetahuan ibu usia 40-55 tahun di Jaga I dan VI Desa Laikit Kecamatan Dimembe.
Saran 1. Bagi Desa Laikit Kecamatan Dimembe Kabupaten Minahasa Utara, hasil penelitian ini menjadi informasi dan masukan bagi ibu usia 40-55 tahun tentang Menopause. 2. Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan, hasil penelitian ini menjadi bahan informasi dan sebagai acuan belajar tentang
pengaruh penyuluhan kesehatan tentang Menopause terhadap tingkat pengetahuan ibu usia 40-55 tahun. 3. Bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi dan dapat dikembangkan dalam penelitian lebih lanjut dalam bidang keperawatan.
Daftar Pustaka Studi Ilmu Keperawatan Universitas Sam Ratulangi, Manado.
Bandiyah, Siti, 2009. Lanjut Usia Dan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Nuha Medika.
Notoatmojo, S. 2003. Promosi Kesehatan Dan Ilmu Perilaku, Jakarta: Rineka Cipta,
Buzarudina, Frisa. 2013. Efektivitas Penyuluhan Kesehatan Reproduksi Remaja Terhadap Tingkat Pengetahuan Sisiwa SMAN 6 Kecamatan Pontianak Timur. Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura.
Notoatmojo, S. 2005. Promosi Kesehatan Teori Dan Aplikasi, Jakarta: Rineka Cipta. Notoatmojo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta:Rineka Cipta Notoatmojo, S. 2011. Kesehatan Masyarakat, Ilmu Dan Seni. Edisi Revisi, Jakarta: Rineka Cipta
Departemen Kesehatan RI. 2005. Terjadi Pergeseran Umur Menopause. Http://Www.Depkes.Go.Id/Index.Php?O ption=Articles&Task=Viewarticle&Artid= 280 Diakses 17 November 2015.
Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Makahanap, Kundre & Bataha, 2014. Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Mengenai Menopause Terhadap Tingkat Pengetahuan Ibu Usia 45-55 Tahun Di Wilayah Kerja Puskesmas Tonsea Lama Kecamatan Tondano Utara. Skripsi Fakultas Kedokteran Program
Qonitatun, A. 2015. Tingkat Kecemasan Ibu Premenopause Menghadapi Menopause Di Desa Bugel Kebonromo Ngrampal Sragen. Karya Tulis Ilmiah Program Studi Diploma III Sekolah
46
E-Jurnal Sariputra, Oktober 2016 Vol. 3(3) Tinggi Ilmu Kesehatan Kusuma Husada, Surakarta. http://digilib.stikeskusumahusada.ac.id/ download.php?id=961 Diakses pada 19 April 2016. Safitri,
Kerja Puskesmas Kelurahan Pulo Gebang Jakarta Timur. Skripsi Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah, Jakarta. http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitst ream/123456789/25846/1/dedeh%20su haidah-fkik.pdf, Diakses pada 16 November 2015.
A. 2009. Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Menopause Pada Wanita Di Kelurahan Titi Papan Kota Medan. Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, Medan. http://repository.usu.ac.id/bitstream , Diakses tanggal 16 November 2015.
Suryati, 2011. Pengaruh Penyuluhan Tentang Menopause Terhadap Tingkat Pengetahuan Ibu Premenopause Menghadapi Menopause Di Dusun Saman Wilayah Puskesmas Sewon II Bantul Yogyakarta. Naskah Publikasi Program Studi Bidan Pendidik Jenjang Diploma IV Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan ‘Aisyiyah Yogyakarta.
Sungkar, S. 2010. Pengaruh Penyuluhan Terhadap Tingkat Pengetahuan Masyarakat Dan Kepadatan Aedes Aegypti Di Kecamatan Bayah, Provinsi Banten. Skripsi Departemen Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.
Susilo, Rakhmat. 2011. Pendidikan Kesehatan Dalam Keperawatan. Yogyakarta: Nuha Medika
Suhaidah, Dedeh. 2013. Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Tingkat Kecemasan Perempuan Dalam Menghadapi Menopause Di Wilayah
Yatim,
47
F. 2001. Haid Tidak Wajar dan Menopause. Edisi pertama. Penerbit Pustaka Populer Obor, Jakarta.