e-Journal PJKR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi (Vol 5, No 2, Tahun 2016) PENERAPAN KOOPERATIF TGT UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR TEKNIK DASAR PUKULAN LOB BULUTANGKIS Gede Prema Ranga Puspayana1, 1I Ketut Budaya Astra, 2I Made Satyawan PENJASKEREK FOK Universitas Pendidikan Ganesha Kampus Tengah Undiksha Singaraja, Jalan Udayana Singaraja – Bali Tlp. (0362) 32559 e-mail:
[email protected],
[email protected],
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar teknik dasar pukulan lob bulutangkis melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT pada siswa kelas X1 SMA Negeri 2 Banjar tahun pelajaran 2015/2016. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus, yang terdiri dari rencana tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi atau evaluasi dan refleksi. Jenis penelitian ini adalah tergolong penelitian tindakan kelas. Penelitian dilaksanakan sebanyak 2 siklus. Subjek penelitian adalah siswa kelas X1 SMA Negeri 2 Banjar, berjumlah 32 orang dengan rincian 18 siswa putri dan 14 siswa putra. Data dianalisis menggunakan analisis statistik deskriptif. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan aktivitas belajar teknik dasar pukulan lob bulutangkis pada observasi awal 7,35 mengalami peningkatan sebesar 15,62% dari siklus I menjadi 7,49 dan mengalami peningkatan sebesar 34,37% pada siklus II menjadi 7,95 meningkat 50% dari observasi awal. Sedangkan ketuntasan hasil belajar pada observasi awal 25% meningkat sebesar 15,62% pada siklus I menjadi 40,62% dan terjadi peningkatan sebesar 50 % menjadi 90,63% pada siklus II. Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa aktivitas dan hasil belajar teknik dasar pukulan lob bulutangkis meningkat melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT pada siswa kelas X1 SMA Negeri 2 Banajar tahun pelajaran 2015/2016. Disarankan kepada guru penjasorkes agar menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT karena terbukti dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.
Kata kunci: Model Pembelajaran kooperatif tipe TGT, aktivitas, hasil belajar, pukulan lob bulutangkis.
Abstract This study is aimed at improving students’ activity and their learning result of lob technique (overhead lob and underhand lob) through the implementation of Cooperative Learning Model Teams Games Tournament type upon the tenth grade students of SMA Negeri 2 Banajar, specifically in class X1 in the academic year 2015/2016. This research was a classroom action research. This research was conducted in two cycles. The subject of this research was the students of X1 SMA Negeri 2 Banajar which consisted of 18 female students and 14 male students. The data were analyzed descriptively. According to the result of the research, it was found that the learning activity of basic skill in lob badminton at the first preliminary observation was 7,35, in which it was increasing 15,62% in the cycle I and it was 7,49 and increasing 34,37% in the cycles II 7,95in which increasing 50%. Mean\while, the lob badminton grade in the preliminary observation was 25% which increasing 15,62% in the cycle I, 50 % and the increasement was 90,63% in which 90,48% in cycle II. Based on the result of data analysis and discussion, it could be concluded that learning activity and learning result of basic skill passing was increasing through the implementation of cooperative learning model TGT type on the students of X1 SMA Negeri 2 Banjar in the academic year 2015/2016. It is suggested to the physical exercise teacher to implement cooperative learning model TGT type due to the proof that it could improve the students’ activity and learning result.
e-Journal PJKR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi (Vol 5, No 2, Tahun 2016) Keywords: TGT learning model, activity, result, lob badminton
PENDAHULUAN Penjasorkes merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berfikir kritis, keterampilan social, penalaran, stabilitas emosional, tindakan moral, aspek pola hidup sehat dan pengenalan lingkungn bersih melalui aktivitas jasmani, olahraga dan kesehatan terpilih yang direncakan secara sistematis dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional (Departemen Pendidikan Nasional, 2003:305). Penjasorkes sebagai salah satu mata pelajaran wajib di sekolah dasar hingga sekolah menengah, membelajarkan siswa melalui aktivitas gerak. Guru pendidikan jasmani memiliki kewajiban memilih dan menyediakan aktivitas gerak yang sesuai dengan karakteristik siswa. Berdasarkan peranan guru dalam memilih dan menyediakan aktivitas gerak serta kompetensi dasar tersebut, siswa diharapkan mampu mengikuti serta melakukan aktivitas gerak dengan baik dan benar. Hasil belajar siswa juga perlu ditingkatkan. Dari observasi awal yang dilakukan, hasil belajar teknik dasar pukulan lob bulutangkis (overhead lob dan underhand lob) pada siswa kelas X1 SMA Negeri 2 Banjar dengan jumlah 32 orang, dimana peneliti tidak hanya melakukan observasi pada aspek psikomotor saja, tetapi dalam proses pembelajaran peneliti mengamati tiga ranah, yaitu aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Dalam pengamatan aspek kognitif proses penilaian dilakukan dengan memberikan beberapa pertanyaan dalam bentuk teks, dimana pertanyaan
disesuaikan dengan materi teknik dasar pukulan lob bulutangkis (overhead lob dan underhand lob). Untuk penilaian aspek afektif dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung, dimana yang diamati adalah perilaku yang ditunjukkan oleh siswa selama proses pembelajaran, dan penilaian dilakukan dengan menggunakan lembar penilaian afektif. Adapun aspek yang diamati adalah kerjasama, kejujuran, menghargai, semangat, dan percaya diri, sedangkan untuk penilaian aspek psikomotor, dilakukan dengan cara memberikan test teknik dasar pukulan lob bulutangkis (overhead lob dan underhand lob). Dimana dalam test ini yang diamati adalah teknik dasar pukulan lob bulutangkis (overhead dan underhand) yang benar dan sesuai dengan pedoman. Adapun aspek yang diamati adalah kerjasama, kejujuran, menghargai, semangat, dan percaya diri, sedangkan untuk penilaian aspek psikomotor, dilakukan dengan cara memberikan test teknik dasar pukulan lob bulutangkis (overhead lob dan underhand lob). Dimana dalam test ini yang diamati adalah teknik dasar pukulan lob bulutangkis (overhead dan underhand) yang benar dan sesuai dengan pedoman. Namun, kenyataan pada observasi awal yang peneliti lakukan di kelas X1 SMA Negeri 2 Banjar tahun pelajaran 2015/2016 pada tanggal 14 November 2015 menunjukan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran teknik dasar pukulan lob bulutangkis (overhead lob dan underhand lob) masih perlu ditingkatkan karena secara klasikal masih belum memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM) di sekolah yang sebesar 75. Pada data aktivitas belajar teknik dasar pukulan lob bulutangkis, dari 32 orang yang mendapat kategori sangat
e-Journal PJKR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi (Vol 5, No 2, Tahun 2016) aktif sebanyak 2 orang (6,25%) , aktif sebanyak 11 orang (34,37%), cukup aktif sebanyak 7 orang (21,87%), kurang aktif sebanyak 12 orang (37,5%) dan tidak ada siswa yang mendapat kategori sangat kurang aktif. Rata-rata aktivitas belajar siswa secara klasikal baru mencapai 7,35. Hal tersebut bermakna, siswa rata-rata mampu memenuhi 5 dari 11 deskriptor aktivitas belajar yang diamati. Sedangkan, pada data hasil belajar teknik dasar pukulan lob bulutangkis, dari 32 orang, 8 orang (25%) tuntas dalam pembelajaran teknik dasar pukulan lob bulutangkis, sedangkan 24 orang (75%) belum tuntas. Dari hasil refleksi awal yang dilakukan peneliti mendapatkan permasalahan pada siswa yaitu dalam pelaksanaan proses pembelajaran siswa kurang memperhatikan dan kurang semangat untuk mengikuti aktivitas pembelajaran, siswa terlihat cepat jenuh dalam mengikuti proses pembelajaran, karena model pembelajaran masih bersifat tradisional serta kurangnya model pembelajaran yang melibatkan siswa dalam kelompok-kelompok belajar. Permainan bulutangkis pada hakikatnya adalah suatu permainan yang saling berhadapan satu orang lawan satu orang atau dua orang lawan dua orang, dengan menggunakan raket dan shuttlecock sebagai alat permainan, bersifat perseorangan yang dimainkan pada lapangan tertutup maupun terbuka dengan lapangan permainan berupa lapangan datar terbuat dari beton, kayu atau karpet ditandai dengan garis sebagai batas lapangan dan dibatasi oleh net pada tengah lapangan permainan (Subarjah, 2008:1). Dalam penelitian ini materi yang digunakan adalah teknik dasar pukulan lob bulutangkis Oleh karena itu, dibutuhkan sebuah solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut. Solusi yang diharapkan bisa meningkatkan aktivitas dan hasil belajar teknik dasar pukulan lob
bulutangkis, yaitu dengan memilih model pembelajaran yang dapat membuat interaksi yang baik dalam pembelajaran sehingga pembelajaran tidak berpusat pada guru melainkan guru dan siswa berinteraksi dalam pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang memberikan kesempatan seluasluasnya kepada siswa untuk belajar adalah model kooperatif tipe Teams Games Tournaments. Model pembelajaran merupakan suatu perencanaan atau pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas dan untuk menentukan perangkatperangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, komputer, kurikulum dan lain-lain (Trianto, 2007: 7). Menurut (Nurhadi dkk, 2004: 6061) Pengajaran kooperatif (Cooperative Learning) adalah pendekatan mengajaran melalui penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar dalam mencapai tujuan belajar. Pembelajaran kooperatif secara sadar menciptakan interaksi yang silih asah sehingga sumber belajar bagi siswa buka hanya guru dan buku tetapi juga sesama siswa. Berdasarkan data di atas, maka peneliti tertarik untuk memecahkan permasalahan tersebut dengan melakukan penelitian yang menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe teams games tournaments (TGT). Slavin (1985 dalam Isjoni, 2009:15) “pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 4-6 dengan struktur kelompok heterogen”. Terdapat banyak variasi dalam pembelajaran kooperatif, namun dalam prinsip dasar yang sama, beberapa diantaranya ialah: “student teams achievement division (STAD), Jigsaw,
e-Journal PJKR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi (Vol 5, No 2, Tahun 2016) pendekatan struktural yang meliputi: think pair share (TPS), numbered head together (NHT), dan teams games tournaments (TGT)”. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan penerapan pembelajaran kooperatif dengan model pembelajaran TGT (Trianto,2007:49). Teams Games Tournaments (TGT) adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompokkelompok belajar yang beranggotakan 46 orang siswa yang memiliki kemampuan, jenis kelamin dan suku kata atau ras yang berbeda (Isjoni, 2009:83).
METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). PTK adalah suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki atau meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di kelas secara professional (Kanca, 2010:108). Penelitian ini dilaksanakan di kelas X1 SMA Negeri 2 Banjar tahun pelajaran 2015/2016. Dilaksanakan sebanyak 2 siklus dengan pertemuan setiap siklus 2 kali pertemuan.
Model pembelajaran kooperatif TGT bertujuan untuk mengajak siswa lebih berperan aktif dalam proses pembelajaran. Model pembelajaran TGT diyakini dapat membantu siswa dalam pembelajaran karena dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT ini siswa dapat menelaah mata pelajaran dan dapat mengaktualisasi diri serta kerjasama interaksi baik siswa dan guru akan membuat suasana pembelajaran tidak membosankan. Adanya permainan akademik dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat menimbulkan rasa tanggung jawab siswa untuk memberikan kontribusi yang positif pada kelompoknya dan meningkatkan motivasi siswa untuk mengikuti proses pembelajaran sehingga nantinya dapat berpengaruh terhadap hasil belajar.
Masing-masing siklus terdiri dari 4 tahapan yaitu: rencana tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi /evaluasi dan refleksi tindakan (Kanca, 2010: 139). Adapun prosedur penelitian dalam penelitian ini yaitu: (a) Observasi awal, (b) Refleksi awal, (c) Identifikasi masalah, (d) Analisis masalah, (e) Pelaksanaan penelitian.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan aktivitas belajar pukulan lob bulutangkis melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT pada siswa kelas X1 SMA Negeri 2 Banjar tahun pembelajaran 2015/2016 dan untuk meningkatkan hasil belajar teknik dasar pukulan lob bulutangkis melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT pada siswa kelas X1 SMA Negeri 2 Banjar tahun pembelajaran 2015/2016.
Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah: Untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar teknik dasar pukulan lob (overhead lob dan underhand lob) bulutangkis melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT pada siswa kelas X1 SMA Negeri 2 Banjar tahun pelajaran 2015/2016.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari pengumpulan data aktivitas dan hasil belajar. Data aktivitas belajar dikumpulkan pada setiap pertemuan pada setiap siklus yang dilakukan oleh 2 orang observer. Sedangkan data hasil belajar dikumpulkan pada pertemuan kedua setiap siklus yang dilakukan oleh 2 orang evaluator.
Selain itu peneitian ini bertujuan untuk memberikan inovasi-inovasi baru dalam pembelajaran.
e-Journal PJKR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi (Vol 5, No 2, Tahun 2016) HASIL PENELITIAN Pada observasi awal yang yang peneliti lakukan di X1 SMA Negeri 2 Banjar tahun pelajaran 2015/2016 pada tanggal 14 November 2015 menunjukan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran teknik dasar pukulan lob bulutangkis (overhead lob dan underhand lob) masih perlu ditingkatkan karena secara klasikal masih belum memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM) di sekolah yang sebesar 75. Pada data aktivitas belajar teknik dasar pukulan lob bulutangkis, dari 42 orang yang mendapat kategori sangat aktif sebanyak 2 orang (6,25%), aktif sebanyak 11 orang (34,37%), cukup aktif sebanyak 7 orang (21,87%), kurang aktif sebanyak 14 orang (37,5%) dan tidak ada siswa yang mendapat kategori sangat kurang aktif. Rata-rata aktivitas belajar siswa secara klasikal baru mencapai 7,35. Hal tersebut bermakna, siswa rata-rata mampu memenuhi 5 dari 11 deskriptor aktivitas belajar yang diamati. Sedangkan, pada data hasil belajar teknik dasar pukulan lob bulutangkis, dari 32 siswa, 13 orang (40,62%) tuntas dalam pembelajaran teknik dasar pukulan lob bulutangkis, sedangkan 20 orang (49,37%) belum tuntas. Secara detail dapat dipaparkan siswa yang berada pada kategori sangat baik sebanyak 2 orang (6,25%), baik sebanyak 11 orang (34,37%), cukup baik sebanyak 7 orang (21,87%), kurang baik sebanyak 14 orang (37,5%), dan sangat kurang baik 0 orang (0%). Berdasarkan konversi nilai mata pelajaran Penjasorkes di SMA Negeri 2 Banjar, maka nilai rata-rata skor siswa secara klasikal adalah 33.8 Bila dikonversikan ke dalam tingkat penguasaan kompetensi yang berlaku di SMA Negeri 2 Banjar untuk mata pelajaran Penjasorkes berada pada rentang 0 - 54 yang berada dalam kategori sangat kurang, dan berada pada tingkat ketuntasan tidak tuntas.
Dari analisis data hasil belajar terdapat 8 orang (25%) tuntas, 24 orang (75%) yang tidak tuntas, adapun permasalahan yang dihadapi siswa adalah pada aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotor. Pada aspek psikomotor teknik dasar pukulan overhead lob bulutangkis, permasalahan yang dialami yaitu pada sikap pelaksanaan pada bagian (b) siswa memukul shuttlecock di samping kepala, (d) saat memukul shuttlecock tangan masih ditekuk (e) tidak ada lecutan pergelangan tangan sehingga hasilnya tidak maksimal. Pada teknik dasar pukulan underhand lob bulutangkis permasalahan yang dialami yaitu pada sikap awal yaitu pada bagian (c) berat badan dicondongkan ke depan, pada sikap pelaksanaan yaitu pada bagian (c) kepala raket tidak dimiringkan sehingga raket tidak mengenai shuttlecock, (e) posisi lengan masih ditekuk. Berdasarkan data di atas, maka dapat diketahui bahwa ketuntasan hasil belajar teknik dasar pukulan lob bulutangkis adalah 25%, apabila dikonversikan dengan kriteria tingkat penguasaan kompetensi yang berlaku di SMA Negeri 2 Banjar untuk mata pelajaran penjasorkes berada pada rentang 0-54 dalam kategori sangat kurang baik. Pada penelitian siklus I, tindakan yang diberikan sesuai dengan tahapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan mengelompokan siswa menjadi 6 kelompok belajar dari jumlah 32 orang, 4 kelompok terdiri dari 5 orang, 2 kelompok terdiri dari 6 orang siswa dan memberikan tugas gerak bervariasi, permainan dan perlombaan. Namun masih terdapat siswa yang masih kesulitan dalam pembelajaran. Hasil penelitian siklus I pada aktivitas belajar yaitu: tidak ada siswa yang yang berada pada katagori sangat aktif, pada katagori aktif sebanyak 22 orang (52,39%), cukup aktif sebanyak 20 orang (47,61%), kurang aktif tidak ada
e-Journal PJKR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi (Vol 5, No 2, Tahun 2016) (0%), dan sangat kurang aktif tidak ada (0%).
Rata-rata aktivitas belajar pada siklus 1 yaitu 7,49 yang berada pada kategori cukup aktif.
Tabel 01. Katagori penggolongan aktivitas belajar teknik dasar pukulan lob bulutangkis pada siklus I No
Kriteria
1
4
X 9 7 X < 9 5 X < 7 3 X < 5
5
X <3
2 3
Jumlah
Jumlah siswa (orang)
Persentase (%)
Kategori
Keterangan
0 orang
0
Sangat Aktif
18 orang
56,25
Aktif
Sudah aktif 18 orang (56,25%)
14 orang
43,75
Cukup Aktif
0 orang 0 orang 32 orang
0 0 100
Kurang Aktif
Belum aktif 14 orang (43,75%)
Sangat Kurang Aktif
Dilihat dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa, tidak ada siswa yang yang berada pada kategori sangat aktif, aktif 18 orang (56,25%), cukup aktif 14 orang (43,75%), kurang aktif tidak ada (0%), dan sangat kurang aktif tidak ada (0%). Berdasarkan analisis data pada penelitian tindakan kelas siklus I aktivitas belajar teknik dasar pukulan lob bulutangkis pada siswa kelas X1 SMA Negeri 2 Banjar tahun pelajaran 2015/2016 dapat dilihat pada gambar diagram batang 4.3 sebagai berikut.
Hasil belajar teknik dasar pukulan lob bulutangkis pada siklus I, diperoleh data hasil belajar dengan katagori individu sebagai berikut, 2 orang (6,25%) memperoleh nilai dengan kategori sangat baik (A), 11 orang (34,37%) memperoleh nilai dengan kategori baik (B), 9 orang (28,12%) memperoleh nilai dengan kategori cukup (C), 10 orang (31,25%) yang mendapat nilai dengan kategori kurang (D) dan tidak ada siswa yang mendapat nilai dengan kategori sangat kurang (E). Ketuntasan belajar siswa secara klasikal mencapai 40,62%.
Tabel 02. Persentase ketuntasan hasil belajar teknik dasar pukulan lob bulutangkis pada siklus i No 1 2 3 4 5
Rentang Skor 85-100 75-84 65-74 55-64 0-54 Jumlah :
Banyak Siswa (orang) 2 11 9 10 0 32
Persentase (%) 6,25 34,37 28,12 31,25 0 100
Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar teknik dasar pukulan lob bulutangkis pada siklus I, diperoleh data hasil belajar
Kategori
Ketuntasan
Sangat Baik Baik Cukup Kurang Sangat Kurang
Tuntas 13 orang (40,62%) Tidak Tuntas 19 orang (59,27%) 100%
dengan kategori individu sebagai berikut, 2 orang (6,25%) memperoleh nilai dengan kategori sangat baik (A), 11
e-Journal PJKR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi (Vol 5, No 2, Tahun 2016) orang (34,37%) memperoleh nilai dengan kategori baik (B), 9 orang (28,12%) memperoleh nilai dengan kategori cukup (C), 10 orang (31,25%) yang mendapat nilai dengan kategori kurang (D) dan tidak ada siswa yang mendapat nilai dengan kategori sangat kurang (E). ̅̅̅ kelas hasil Adapun rincian rata-rata (𝑋) belajar teknik dasar pukulan lob bulutangkis dapat dihitung sebagai berikut. Pada siklus II dilakukan tindakan yang sesuai hasil refleksi dari tindakan
siklus I. Dari tindakan tersebut terjadi peningkatan pada aktivitas dan hasil belajar siswa. Hal ini terbukti sesuai data aktivitas dan hasil belajar pada siklus II. Pada data aktivitas belajar siswa tidak ada siswa yang berada pada kategori sangat aktif, siswa yang berada pada kategori aktif sebanyak 29 orang (90,62%), cukup aktif sebanyak 3 orang (9,37%), kurang aktif tidak ada (0%), dan sangat kurang aktif tidak ada (0%). Adapun nilai rata-rata aktivitas belajar siswa secara klasikal yaitu 7,95 (aktif).
Tabel 03. Katagori penggolongan aktivitas belajar teknik dasar pukulan lob bulutangkis pada siklus II No
Kriteria
1
4
X 9 7 X < 9 5 X < 7 3 X < 5
5
X <3
2 3
Jumlah
Jumlah siswa (orang) 0
Persentase (%)
Kategori
Keterangan
0
Sangat Aktif
29
90,62
Aktif
Sudah aktif 29 orang (90,62%)
3
9,37
Cukup Aktif
0 0 32
0 0 100
Kurang Aktif
Dilihat dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa, tidak ada siswa yang berada pada kategori sangat aktif, siswa yang berada pada kategori aktif 29 orang (90,62%), cukup aktif 3 orang (9,37%), kurang aktif tidak ada (0%), dan sangat kurang aktif tidak ada (0%). Berdasarkan analisis data pada penelitian tindakan kelas siklus II aktivitas belajar teknik dasar pukulan lob bulutangkis pada siswa kelas X1 SMA Negeri 2 Banjar tahun pelajaran 2015/2016 dapat juga dilihat pada gambar diagram batang sebagai berikut. Dilihat dari analisis data diatas dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar
Belum aktif 3 orang (9,37%)
Sangat Kurang Aktif
teknik dasar pukulan lob bulutangkis secara klasikal pada siklus II sebesar 7,98. Jika dilihat berdasarkan kriteria penggolongan aktivitas belajar berada pada rentang 7 X < 9 atau berada dalam kategori aktif.
Berdasarkan analisis data hasil belajar siswa pada siklus II, maka dapat dikelompokkan ke dalam data hasil penelitian belajar siswa dengan materi teknik dasar pukulan lob (overhead lob dan underhand lob) bulutangkis pada siswa kelas X1 SMA Negeri 2 Banjar Tahun Pelajaran 2015/2016 dapat dilihat pada tabel 4 di bawah ini.
e-Journal PJKR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi (Vol 5, No 2, Tahun 2016) Tabel 04. Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Teknik Dasar Pukulan Lob Bulutangkis pada siklus II No 1 2 3 4 5
Rentang Skor 85-100 75-84 65-74 55-64 0-54 Jumlah :
Banyak Siswa (orang) 1 28 0 3 0 32
Persentase (%) 3,13 87,5 0 9,37 0 100
Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian hasil belajar pada siklus II dengan materi teknik dasar pukulan lob bulutangkis, diperoleh data hasil belajar dengan kategori individu sebagai berikut: 1 orang (3,13%) memperoleh nilai dengan kategori sangat baik (A), 28 orang (87,5%) memperoleh nilai dengan kategori baik (B), tidak ada siswa yang memperoleh nilai dengan kategori cukup (C), 3 orang (9,37%) mendapat nilai dengan kategori kurang (D), tidak ada siswa yang mendapat nilai dengan kategori sangat kurang (E). Berdasarkan konversi nilai mata pelajaran Penjasorkes di SMK Negeri 1 Singaraja, maka nilai rata-rata skor siswa secara klasikal adalah 77,2 Bila dikonversikan ke dalam tingkat penguasaan kompetensi yang berlaku di SMA Negeri 2 Banjar untuk mata pelajaran Penjasorkes berada pada rentang 75-84 yang berada dalam kategori baik. Berdasarkan analisis data pada penelitian tindakan kelas siklus II hasil belajar teknik dasar pukulan lob bulutangkis pada siswa kelas X1 SMA Negeri 2 Banjar tahun pelajaran 2015/2016 dapat dilihat pada gambar diagram batang 4.6 sebagai berikut. Berdasarkan analisis data hasil belajar teknik dasar pukulan lob bulutangkis dapat diketahui bahwa 29
Kategori
Ketuntasan
Sangat Baik Baik Cukup Kurang Sangat Kurang
Tuntas 29 orang (90,62%) Tidak Tuntas 3 orang (9,37%) 100%
orang (90,63%) tuntas dan 3 orang (9,37%) tidak tuntas hal ini disebabkan karena pada aspek psikomotor, permasalahan yang dialami yaitu pada pukulan overhead lob: (a) pada saat melakukan pukulan overhead lob, shuttlecock dipukul di samping kepala sehingga shuttlecock tidak sesuai dengan arah yang akan dituju, (b) perkenaan raket pada shuttlecock tidak tepat. Sedangkan untuk pukulan underhand lob permasalahan yang dialami yaitu: (a) pada saat memukul shuttlecock raket diarahkan terlalu bawah sehingga shuttlecock tidak mengenai raket, (b) pada saat memukul shuttlecock lengan tidak diluruskan. PEMBAHASAN Dari hasil penelitian pada siklus I dan siklus II dilakukan refleksi melalui diskusi dengan siswa dan guru. Pada penelitian ini ditemukan adanya peningkatan aktivitas dan hasil belajar teknik dasar pukulan lob bulutangkis siswa kelas X1 SMA Negeri 2 Banjar tahun pelajaran 2015/2016 pada setiap siklus. Peningkatan tersebut terjadi secara bertahap dan akhirnya sesuai dengan tujuan pembelajaran dan mampu memenuhi KKM di sekolah. Peningkatan tersebut dapat terlihat pada tabel 05. dan tabel 06.
e-Journal PJKR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi (Vol 5, No 2, Tahun 2016) Tabel 05. Ringkasan Data Aktivitas Belajar Siswa Selisih Peningkatan Aktivitas Belajar No
Tahapa Aktivitas n Belajar Klasikal
1
Observa si Awal
7,35
2
Siklus I
7,49
3
Siklus II
7,95
Keaktifan Siswa
Observasi Dari Siklus Dari Observasi Awal ke I ke Siklus Awal ke Siklus Siklus I II II
13 orang (40,62%) SudahAktif 18 oang (56,25%) Sudah Aktif 29 orang 90,37% Sudah Aktif
5 orang (15,62%) 11 orang (34,37%)
Dari data tabel diatas dapat disampaikan bahwa terjadi peningkatan
16 orang (50%)
sebesar 15,62% dari observasi awal ke siklus I. dan terjadi peningkatan sebesar 43,37% dari siklus I ke siklus II.
Tabel 06. Ringkasan Data Hasil Belajar Siswa Ketuntasan
Peningkatan Hasil Belajar
Siswa
Observasi Dari Siklus I ke Dari Observasi Awal ke Siklus II Awal ke Siklus II Siklus I
No
Tahapan
1
Observasi Awal
8 orang (25%) Tuntas
Siklus I
13 orang (40,62%) Tuntas
2 3
Siklus II
21 orang
5 orang (15,62%)
29 orang (90,63%) Tuntas
(65,62%) 16 orang (50%)
SIMPULAN DAN SARAN Dari data diatas dapat disampaikan peningkatan dari observasi awal ke siklus I adalah 15,62%.sedangkan peningkatan dari siklus I ke siklus II adalah 65,62% Berdasarkan data penelitian di atas maka penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar teknik dasar pukulan lob bulutangkis pada siswa kelas X1 SMA Negeri 2 Banjar tahun pelajaran 2015/2016.
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, disimpulkan bahwa: Aktivitas belajar teknik dasar pukulan lob (overhead lob dan underhand lob) bulutangkis meningkat melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT pada siswa kelas X1 SMA Negeri 2 Banjar tahun pelajaran 2015/2016. Hal ini dapat dilihat dari data peningkatan yang terjadi pada aktivitas belajar teknik dasar pukulan lob
e-Journal PJKR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi (Vol 5, No 2, Tahun 2016) bulutangkis yang mengalami peningkatan siswa yang sudah aktif pada observasi awal sebanyak 13 orang (40,62%). Kemudian diberikan tindakan pada siklus I siswa yang sudah aktif menjadi 18 orang (56,25%). Karena pada siklus I aktivitas siswa masih perlu ditingkatkan maka diberikan tindakan pada siklus II siswa yang sudah aktif menjadi 29 orang (90,37%) yang aktif pada siklus II. Peningkatan aktivitas belajar orang sebesar 50 % dari observasi awal ke siklus II, yaitu dari 13 orang (40,62%) yang aktif pada observasi awal menjadi 29 orang (90,37%) yang aktif pada siklus II. Hasil belajar meningkat teknik dasar pukulan lob (overhead lob dan underhand lob) bulutangkis meningkat melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT pada siswa kelas X1 SMA Negeri 2 Banjar tahun pelajaran 2015/2016. Hal tersebut dapat dilihat dari data peningkatan yang terjadi yaitu hasil belajar teknik dasar pukulan lob bulutangkis mengalami peningkatan dari observasi awal ke siklus I, yaitu dari 8 orang (25%) yang tuntas pada observasi awal menjadi 13 orang (40,62%) yang tuntas pada siklus I. Kemudian meningkat dari siklus I ke siklus II, yaitu dari 13 orang (40,62%) siswa yang tuntas pada siklus I menjadi 29 orang (90,63%) yang tuntas pada siklus II. Selanjutnya meningkat sebesar 65,62% dari
observasi awal ke siklus II, yaitu dari dari 8 orang (25%) yang tuntas pada observasi awal menjadi 29 orang (90,63%) yang tuntas pada siklus II DAFTAR PUSTAKA Depdiknas. 2003. Standar Kompetensi: Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Isjoni. 2009. Cooperative Learning (Mengembangkan Kemampuan Belajar Berkelompok). Bandung: Alfabeta. Kanca, I Nyoman. 2010. Metodologi Penelitian Keolahragaan. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha. Nurhadi, dkk. 2004. Pembelajaran Kontekstual (Contekstual Teaching and Learning/CTL) dan Penerapannya Dalam KBK. Malang: Universitas Negeri Malang. Subarjah, Herman. 2008. Kepelatihan Permainan Bulutangkis. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. Trianto. 2007. Pembelajaran Perpustakaan
Model- Model Inovatif. Jakarta: Nasional