e-Journal PJKR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi (Vol.2, No.1 Tahun 2014) IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN NHT UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PASSING SEPAKBOLA I B Gede Angga Widyanatha, I Gusti Lanang Agung Parwata, I Made Satyawan. Jurusan Pendidikan Jasmani, Kesehatan dan Rekreasi Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia e-mail:
[email protected] ,
[email protected],
[email protected] } @undiksha.ac.id
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar teknik dasar passing sepakbola pada siswa kelas VII A SMP Negeri 1 Bangli tahun pelajaran 2013/2014”. Penelitian ini tergolong penelitian tindakan kelas dilaksanakan dalam dua siklus. Subjek penelitiannya adalah siswa kelas VII A SMP Negeri 1 Bangli yang berjumlah 32 orang terdiri dari 17 siswa putra dan 15 siswa putri. Data dianalisis menggunakan statistik deskriptif. Hasil analisis data penelitian untuk aktivitas belajar teknik dasar passing sepakbola pada observasi awal 6.25 (cukup aktif), pada siklus I meningkat menjadi 7.8 (aktif) pada siklus II meningkat menjadi 8.4 (aktif). Sedangkan persentase ketuntasan hasil belajar teknik dasar passing sepakbola pada observasi awal 6.25 % (sangat kurang baik), meningkat pada siklus I menjadi 50% (kurang baik), dan meningkat menjadi 96.9% (sangat baik) pada siklus II. Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa aktivitas dan hasil belajar teknik dasar passing sepakbola meningkat melalui implementasi model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada siswa kelas VII A SMP Negeri 1 Bangli tahun pelajaran 2013/2014. Disarankan kepada guru penjasorkes untuk mengimplementasikan model pembelajaran kooperatif tipe NHT karena dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar teknik dasar passing sepakbola. Kata-kata kunci: NHT, aktivitas, hasil belajar, sepakbola.
Abstrac This research was aimed to improve learning activities and outputs on the basic techniques of passing football toward class VII A students of SMP Negeri 1 Bangli in academic years 2013/2014. This research was classroom based action research done in two cycles. The subjects of this research were class VII A students of SMP Negeri 1 Bangli which the total number of students were 47, which consisted of 17 males and 15 females. Data analysis used statistical descriptive. The result of data analysis on learning activities basic techniques of passing football in the preliminary observation was 6.25 (active enough), in the first cycle it increased to become 7.8 (active), in the second cycle it increased to become 8.4 (active). Whereas, the percentage of mastery learning outputs on learning activities basic techniques of passing football in the preliminary observation was 6.25% (poor), it increased in the first cycle became 50% (good), and it increased to become 96.9% (very good) in the second cycle.Based on data analysis and discussion, it could be concluded that learning activities and outputs on the basic techniques of passing football increase through the implementation of Cooperative Learning model NHT toward class VII A students of SMP Negeri 1 Bangli in academic years 2013/2014. It is suggested for Penjasorkes teach ers to implement Cooperative Learning model NHT due to it can increase learning activities and outputs on the basic techniques of passing football Key words : NHT, activities, learning outcomes, football.
e-Journal PJKR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi (Vol.2, No.1 Tahun 2014) PENDAHULUAN Pembelajaran merupakan suatu proses yang melibatkan interaksi antara siswa dengan guru maupun siswa dengan siswa dimana dari interaksi tersebut siswa diharapkan mendapatkan pemahaman dan kemajuan hasil belajar tentang ajaran yang diperoleh dalam situasi belajar mengajar (Santyasa, 2007: 7). Pembelajaran adalah suatu proses yang diselenggarakan oleh guru untuk membelajarkan siswa dalam belajar, bagaimana belajar memperoleh dan memproses pengetahuan, keterampilan, dan sikap” (Dimyati dan Mudjiono, 2006: 157). Belajar merupakan peristiwa seharihari di sekolah. Belajar merupakan hal yang kompleks. Kompleksitas belajar tersebut dapat di pandang dari dua subyek, yaitu dari siswa dan dari guru. Dari segi siswa, belajar dialami sebagai suatu proses, siswa mengalami proses mental dalam menghadapi bahan belajar. Dari segi guru proses belajar tersebut dapat diamati secara tidak langsung. Artinya, proses belajar yang merupakan proses internal siswa tidak diamati, tetapi dapat di pahami oleh guru. (Dimyati dan Mudjiono, 2006: 17). Proses pembelajaran merupakan inti dari kegiatan pendidikan di sekolah khususnya dalam pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan (penjasorkes). Pembelajaran pada intinya merupakan kegiatan guru secara terprogram dalam desain intruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif yang menekankan pada penyediaan sumber belajar. Agar tujuan pembelajaran dapat tercapai, guru harus mampu mengorganisir semua komponen sedemikian rupa, sehingga antara komponen satu dengan yang lainnya dapat berinteraksi secara harmonis. Komponen-komponen tersebut antara lain siswa, guru, sumber belajar, media dan lingkungan belajar. Penjasorkes pada dasarnya merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan
berpikir kritis, keterampilan sosial, penalaran, setabilitas emosional, tindakan moral, aspek pola hidup sehat, dan pengenalan lingkungan bersih melalui aktivitas jasmani, olahraga dan kesehatan terpilih yang direncanakan secara sistematis dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional (Depdiknas, 2006:1). Tujuan penjasorkes adalah mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya pengembangan dan pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola hidup sehat melalui berbagai aktivitas jasmani dan olahraga yang terpilih, selain itu juga dapat meningkatkan pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang lebih baik (Depdiknas, 2006: 2). Berdasarkan observasi awal yang peneliti lakukan, pada hari Selasa, tangal 5 - 12 februari 2013 di kelas VII A siswa SMP Negeri 1 Bangli yang berjumlah 32 orang mengenai materi teknik dasar passing sepakbola (passing kaki bagian dalam dan passing kaki bagian luar), aktivitas dan hasil belajar pembelajaran penjasorkes perlu ditingkatkan. Secara umum, komponen aktivitas belajar siswa terdiri dari kegiatan visual, lisan, mendengarkan, metrik, mental dan emosional. Kategori sangat aktif tidak ada (0%), aktif sebanyak 15 orang (46,9%), cukup aktif sebanyak 16 orang (50%), kurang aktif sebanyak 1 orang (3,1%), dan sangat kurang aktif tidak ada. Sehingga perlu ditingkatkan dan perlu perbaikan di dalam penggunaan model pembelajaran sehingga aktivitas belajar siswa akan lebih meningkat. Sedangkan jika dilihat dari ketuntasan hasil belajar teknik dasar passing sepakbola (passing kaki bagian dalam dan passing kaki bagian luar) yang meliputi asfek kognitif, asfek afektif, dan asfek psikomotor berdasarkan observasi yang dilaksanakan, siswa yang tuntas terdiri dari 1 orang (3,1%), dan yang tidak tuntas sebanyak 21 orang (96,9%), kategori sangat baik tidak ada, baik sebanyak 1 orang (3,1%), cukup baik sebanyak 16 orang (50%), kurang baik sebanyak 14 orang (43,8%), dan sangat kurang baik sebanyak 1 orang (3,1%).
e-Journal PJKR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi (Vol.2, No.1 Tahun 2014) Dengan persentase seperti itu, maka dapat dikatakan hasil belajar siswa secara klasikal 71,1% pada teknik dasar passing sepakbola (passing kaki bagian dalam dan passing kaki bagian luar) adalah cukup baik atau tidak tuntas. Berdasarkan hasil rekleksi awal, Rendahnya minat belajar siswa dapat yang ditandai dengan rendahnya hasil belajar yang diperoleh siswa dilatar belakangi oleh model pembelajaran yang konvensional yang pembelajarannya masih berpusat pada guru yaitu menjelaskan materi, memberi contoh dan dilanjutkan dengan pembelajaran penjasorkes sehingga aktifitas yang dilakukan kurang maksimal. Disamping itu siswa tidak berani bertanya, siswa kurang dibiasakan belajar kelompok, siswa tidak memiliki rasa saling membantu dalam merumuskan dan meningkatkan kemampuan wawasan terhadap masalah yang dihadapi, serta tidak memiliki motivasi untuk memperoleh keberhasilan bersama. Mengacu pada Permasalahan yang diidentifikasi sebagai faktor penyebab rendahnya aktivitas dan hasil belajar penjasorkes di kelas VII A SMP Negeri 1 Bangli antara lain: (1) masih terpusatnya pembelajaran pada guru yang menyebabkan rendahnya aktivitas belajar siswa. (2) kurangnya penerapan model pembelajaran yang lebih banyak melibatkan siswa dalam proses pembelajaran, yang mengakibatkan siswa banyak diam dan kurang aktif sehingga berdampak pada rendahnya hasil belajar siswa. (3) kurangnya perhatian guru terhadap interaksi siswa dalam kelompok belajar, sehingga siswa terlalu banyak belajar mandiri hanya tergantung pada materi yang diajarkan oleh guru saja. (4) interaksi diantara siswa kurang, siswa yang memiliki kemampuan kurang, mereka tidak mau bertanya dan berlatih pada siswa yang lebih mampu sehingga kelas tampak pasif. Permasalahan di atas, guru menjadi kunci utama dalam proses pembelajaran, karenanya ia dituntut selalu melakukan inovasi pembelajaran mencangkup penemuan dan pemanfaatan
media, pengelolaan kelas, dan mengatur strategi serta model pembelajaran dengan baik, sehingga memacu siswa berperan aktif terhadap materi yang diberikan khususnya teknik dasar passing sepakbola (passing kaki bagian dalam dan passing kaki bagian luar) Dari permasalahan di atas maka penulis memberikan suatu alternatif untuk mengatasi masalah tersebut, yaitu dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif dengan model NHT yang bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam model pembelajaran kooperatif dengan metode NHT. NHT pertama kali dikembangkan oleh Spenser Kagen 1993, untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut. Implementasi Model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) atau penomoran berfikir bersama adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk memengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional. Model pembelajaran ini juga dapat digunakan untuk memecahkan masalah yang tingkat kesulitannya terbatas. Struktur NHT sering disebut berpikir secara kelompok. NHT digunakan untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut. NHT sebagai model pembelajaran pada dasarnya merupakan sebuah variasi diskusi kelompok. Adapun ciri khas dari NHT adalah guru hanya menunjuk seorang siswa yang mewakili kelompoknya. Dalam menujuk siswa tersebut, guru tanpa memberi tahu terlebih dahulu siapa yang akan mewakili kelompok tersebut. Selain itu model pembelajaran NHT memberi kesempatan kepada siswa untuk membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Adapun tahapan dalam pembelajan NHT antara lain yaitu penomoran, mengajukan pertanyaan, berfikir bersama, dan menjawab (Nurhadi, 2004: 67 dan Trianto, 2007: 62).
e-Journal PJKR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi (Vol.2, No.1 Tahun 2014)
Penelitian ini juga dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya, dengan hasil penelitian sebagai berikut : (1) Ari Sudana (2012 : 112) menemukan bahwa aktivitas dan hasil belajar lompat jauh meningkat melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada siswa kelas XI PIB SMA Negeri 1 Amlapura tahun pelajaran 2011/2012, (2) Edi Sugiartha (2012 : 130) menemukan bahwa implementasi model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar teknik dasar sepakbola (passing control menggunakan kaki bagian dalam dan kaki bagian luar) pada siswa kelas VII A SMP Negeri 1 Kubu tahun pelajaran 2011/2012, (3) I Komang Suardana (2012 : 92) aktivitas dan hasil belajar teknik dasar roll pada senam lantai meningkat melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada siswa kelas VII B SMP Negeri 3 Singaraja tahun pelajaran 2011/2012, (4) Pande Ardiyana (2012 : 102) aktivitas dan hasil belajar teknik dasar passing chest past dan over head pass bola basket meningkat melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada siswa kelas VIII B SMP Negeri 1 Rendang tahun pelajaran 2011/2012, (5) Md Puspa Arta Wijaya (2011 : 106) menemukan bahwa aktivitas dan hasil belajar teknik lanjutan servis bola voli meningkat melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada siswa kelas XI IPA SMA N 2 Banjar tahun pelajaran 2010/2011. Bertitik tolak dari uraian di atas, peneliti merasa terdorong untuk melaksanakan penelitian yang berjudul ”Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Teknik Dasar Passing Sepakbola pada Siswa Kelas VII A SMP Negeri 1 Bangli Tahun Pelajaran 2013/2014“. Trianto ( 2007: 42) menjelaskan “pembelajaran kooperatif berbeda dengan belajar kelompok biasa, karena setiap individu tidak hanya bertanggung jawab
atas dirinya sendiri tetapi juga bertanggung jawab terhadap keberhasilan kelompoknya”. Jadi, “pembelajaran kooperatif membantu siswa untuk lebih mudah dalam mengkonstruksi pengetahuan, memahami, dan menemukan konsep yang sulit ditemukan selama proses pembelajaran berlangsung. Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang siswanya dibentuk dalam suatu kelompok kecil yang terdiri dari 4 sampai 6 orang, untuk bekerja sama dalam menguasai materi yang diberikan guru” (Eggen dan Kauchak, dalam Trianto, 2007:41). Tidak ada belajar kalau tidak dibarengi dengan adanya aktivitas Aktivitas belajar adalah “aktivitas yang bersifat fisik maupun mental, dalam kegiatan belajar kedua aktivitas itu harus selalu berkait” (Sardiman, 2007: 100). Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri oleh proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar (Dimyati dan Mudjiono, 2006: 3). Hasil belajar tersebut terjadi terutama berkat evaluasi dari guru dan merupakan hasil dari suatu interaksi tindakan belajar dan mengajar. Hasil belajar digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan pendidikan. Permainan sepakbola merupakan salah satu olahraga beregu dan termasuk dalam cabang olahraga permainan yang mana untuk melakukan permainan diperlukan adanya suatu ketrampilan dasar permainan sepakbola. Permainan sepakbola dimainkan oleh dua regu yang masing-masing terdiri dari sebelas orang pemain termasuk penjaga gawang dan tujuh orang pemain cadangan. Sepakbola dimainkan di atas lapangan rumput yang rata, berbentuk segi empat panjang. Panjang lapangan 90 m sampai 120 m, dan lebar 45 m sampai 90 m (FIFA, 2007: 4). Dalam bermain sepakbola para pemain menggunakan kemahiran kaki, kepala, paha, dada, perut, sementara penjaga gawang bebas menggunakan seluruh anggota badan. Adapun tujuan
e-Journal PJKR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi (Vol.2, No.1 Tahun 2014) dari permainan sepakbola adalah setiap pemain dari setiap regu berusaha menguasai dan memasukkan bola sebanyak-banyaknya ke gawang lawan dan berusaha mencegah pihak lawan untuk memasukkan bola ke dalam gawangnya. Mengumpan bola (passing) merupakan teknik dasar yang paling sering digunakan dalam permainan sepakbola. Mengumpan merupakan keterampilan paling penting untuk menguasi sepakbola. Menendang bola mempunyai tujuan untuk memberikan atau mengoper bola kepada kawan (passing), menendang bola ke arah gawang (shooting at the goal) dan menyapu untuk mengagalkan serangan lawan (sweeping). Mengumpan dalam permainan Sepakbola dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti: (a) kaki bagian dalam (b) kaki bagian luar (c) ujung kaki dan (d) punggung kaki. Tujuan dari penelitian ini untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Teknik Dasar Passing Sepakbola pada Siswa Kelas VII A SMP Negeri 1 Bangli Tahun Pelajaran 2013/2014“.
METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas VII A SMP Negeri 1 Bangli tahun pelajaran 2013/2014 dalam pembelajaran passing (kaki bagian dalam dan kaki bagian luar) sepakbola, yang dilaksanakan setiap hari kamis mulai pukul 06.00-07.20, dari tanggal 11 November 2013 s/d 11 Desember 2013 di lapangan sepakbola Kapten Mudita bangli. Jenis penelitian adalah penelitian tindakan kelas (PTK). PTK adalah sebagai suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan atau meningkatkan praktek-praktek pembelajaran di kelas secara lebih professional (Kanca, 2010:108). Subjek dari penelitian ini adalah siswa-siswi kelas VII A SMP Negeri 1 Bangli Tahun Pelajaran 2013/2014 dengan jumlah siswa
sebanyak 32 orang yang terdiri dari 15 orang perempuan dan 17 orang laki-laki. Dimana penelitian ini dilakukan sebanyak 2 siklus, dalam tiap siklus terdiri dari 2 kali pertemuan. Prosedur penelitian ini terdiri dari tahapan penelitian, yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi/evaluasi, refleksi. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus.Siklus I dilaksanakan untuk mengetahui aktivitas dan hasil belajar teknik dasar passing (kaki bagian dalam dan kaki bagian luar) sepakbola Siklus I dilaksanakan selama dua kali pertemuan, yaitu pada tanggal 14 November 2013 untuk memberikan tindakan dan pengamatan aktivitas belajar passing (kaki bagian dalam dan kaki bagian luar)sepakboladan pada tanggal 21 November 2013 untuk pengamatan aktivitas dan evaluasi hasil belajar passing (kaki bagian dalam dan kaki bagian luar) sepakbola. Penelitian ini dilaksanakan pada pukul 06.00–07.20 Wita di lapangan Sepakbola Kapten Mudita SMP Negeri 1 Bangli. Siklus II dilaksanakan untuk mengetahui aktivitas dan hasil belajar passing (kaki bagian dalam dan kaki bagian luar) sepakbola. Siklus II dilaksanakan selama dua kali pertemuan, yaitu pada tanggal 28November 2013 untuk memberikan tindakan dan pengamatan aktivitas belajar passing (kaki bagian dalam dan kaki bagian luar) sepakbola dan pada tanggal 5 Desember 2013 untuk pengamatan aktivitas belajar dan evaluasi hasil belajar passing (kaki bagian dalam dan kaki bagian luar) sepakbola. Penelitian ini dilaksanakan pada pukul 06.00-07.20 Wita di lapangan sepakbola Kapten Mudita SMP Negeri 1 Bangli. Teknik penggumpulan data pada aktivitas belajar diambil dengan menggunakan lembar observasi yang berisi indikator pencapaian aktivitas belajar siswa. Pengambilan data aktivitas belajar siswa dilakukan setiap masingmasing siklus sesuai dengan lembar observasi. Penilaian aktivitas belajar siswa dilakukan oleh 2 orang observer dari guru penjasorkes SMP Negeri 1
e-Journal PJKR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi (Vol.2, No.1 Tahun 2014) Bangli. Evaluator memberikan penilaian berdasarkan pengamatan sesuai indikator aktivitas belajar. sedangkan untuk Data hasil belajar siswa diperoleh berdasarkan hasil penelitian yang berpedoman pada assesmen passing sepakbola. Penilaian dilakukan oleh 3 evaluator yang memiliki kualifikasi dibidang sepakbola, yaitu 2 orang evaluator berasal dari guru penjasorkes SMP Negeri 1 Bangli dan 1 evaluator dari tenaga pengajar FOK Undiksha Singaraja. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah statistik deskriptif.
Pada observasi awal yang dilakukan di kelas VII A SMP Negeri 1 Bangli tahun pelajaran 2013/2014 ditemukan data aktivitas dan hasil belajar teknik dasar passing sepakbola masih tergolong rendah. Hal ini terlihat secara klasikal siswa masih belum memenuhi KKM di sekolah yang sebesar 80. Dari analisis aktivitas belajar passing sepakbola (kaki bagian dalam dan kaki bagian luar) pada siklus I siswa yang berada pada katagori sangat aktif 9 orang (28,1%), aktif sebanyak 11 orang (34,4%), cukup aktif sebanyak 12 orang (37,5%), kurang aktif tidak ada (0%), dan sangat kurang aktif tidak ada (0%).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 1. Data Aktivitas Belajar Passing (kaki bagian dalam dan kaki bagian luar) Sepakbola pada Siswa Kelas VII A SMP Negeri 1 Bangli Pada Siklus I Jumlah Dalam Kriteria Kategori Keterangan Siswa (%) 9 28,1% Sangat Aktif X 9 20 orang siswa 11 34,4% (62,5%) Aktif 7 X < 9 Aktif 5
<7
Cukup Aktif
3 X<5
Kurang Aktif
X<3
Sangat Kurang Aktif
X
Jumlah
Dari analisis hasil belajar passing sepakbola (kaki bagian dalam dan kaki bagian luar) pada siklus I, diperoleh data hasil belajar dengan kategori individu sebagai berikut: tidak ada siswa yang memperoleh nilai dengan kategori sangat baik (A), 16 orang siswa (50%) memperoleh nilai dengan kategori baik (B), 16 orang siswa (50%) memperoleh nilai dengan kategori cukup (C), dan tidak ada siswa mendapat nilai dengan kategori kurang (D) dan sangat kurang (E).
12
37,5%
0
0%
0
0%
32
100%
12 orang siswa (37, 5%) Tidak Aktif
Berdasarkan konversi nilai mata pelajaran Penjasorkes di SMP Negeri 1 Bangli, maka nilai rata-rata skor siswa secara klasikal adalah 80. Bila dikonversikan ke dalam tingkat penguasaan kompetensi yang berlaku di SMP Negeri 1 Bangli untuk mata pelajaran penjasorkes berada pada rentang 80 - 89 yang berada dalam kategori baik.
e-Journal PJKR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi (Vol.2, No.1 Tahun 2014)
Tabel 2. Data Hasil Belajar Passing (kaki bagian dalam dan kaki bagian luar) Sepakbola pada Siswa Kelas VII A SMP Negeri 1 Bangli Pada Siklus I Rentang Banyak Nilai Persentase Kategori Ket Skor Siswa Huruf 90 – 100 0 0% A Sangat Baik 50% 80 – 89
16
50%
B
Baik
70 – 79
50% 0%
C
Cukup Baik
60 – 69
16 0
D
Kurang baik
0 – 59
0
0%
E
Sangat Kurang
32
100%
Jumlah
Berdasarkan dari aktivitas belajar pada siklus II dengan materi teknik passing Sepakbola (kaki bagian dalam dan kaki bagian luar) pada Siswa Kelas VII A SMP Negeri 1 Bangli, diperoleh data hasil belajar siswa yang berada pada katagori sangat aktif sebanyak 11 orang (34,4%), aktif sebanyak 21 orang (65,6%), cukup aktif tidak ada (0%), kurang aktif
Tuntas
50% Tidak Tuntas
tidak ada (0%), dan sangat kurang aktif tidak ada (0%). Dilihat dari analisis data diatas dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar passing sepakbola secara klasikal pada siklus II sebesar 8,4. Jika dilihat berdasarkan kriteria penggolongan aktivitas belajar berada pada rentang 7 X 9 atau berada dalam kategori aktif
Tabel 3. Data Aktivitas Belajar Passing (kaki bagian dalam dan kaki bagian luar) Sepakbola pada Siswa Kelas VII A SMP Negeri 1 Bangli Pada Siklus II Jumlah Dalam Kriteria Kategori Keterangan Siswa (%) 11 34,4% 32 orang siswa Sangat Aktif X 9 (100%) 21 65,6% Aktif Aktif 7 X < 9 5 X<7
Cukup Aktif
3 X<5
Kurang Aktif
X<3
Sangat Kurang Aktif Jumlah
0
0%
0
0%
0
0%
32 orang siswa
100%
Penelitian hasil belajar siswa pada siklus II dengan materi passing Sepakbola (kaki bagian dalam dan kaki bagian luar) pada Siswa Kelas VII A SMP Negeri 1 Bangli, diperoleh data hasil belajar
0 orang siswa (0%) Tidak Aktif
dengan kategori individu sebagai berikut: tidak ada siswa yang memperoleh nilai dengan kategori sangat baik (A), 21 orang siswa (65,6%) memperoleh nilai dengan kategori baik (B), 11 orang siswa (34,4%)
e-Journal PJKR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi (Vol.2, No.1 Tahun 2014) memperoleh nilai dengan kategori cukup (C), dan tidak ada siswa mendapat nilai dengan kategori kurang (D) dan sangat kurang (E). Berdasarkan konversi nilai mata pelajaran Penjasorkes di SMP Negeri 1 Bangli, maka nilai rata-rata skor siswa secara klasikal adalah 81,7. Bila dikonversikan ke dalam tingkat penguasaan kompetensi yang berlaku di SMP Negeri 1 Bangli untuk mata pelajaran penjasorkes berada pada rentang 80 - 89 yang berada dalam kategori baik.
Dilihat dari analisis data dapat disimpulkan bahwa penelitian tidakan kelas pada siklus II, tingkat penguasaan materi secara klasikal pada teknik dasar passing Sepakbola (kaki bagian dalam dan kaki bagian luar) mencapai 96,9%. Sehingga penelitian pada siklus II pada materi teknik dasar passing Sepakbola (kaki bagian dalam dan kaki bagian luar) adalah tuntas. Dengan tercapainya hasil tersebut, maka penelitian akan dihentikan. Hal ini dikarenakan penguasaan materi secara klasikal oleh siswa sudah melebihi 80% sesuai dengan kriteria ketuntasan minimum (KKM) di sekolah.
Tabel 4. Data Hasil Belajar Passing (kaki bagian dalam dan kaki bagian luar) Sepakbola pada Siswa Kelas VII A SMP Negeri 1 Bangli Pada Siklus II Rentang Skor
Banyak Siswa
Persentase
Nilai Huruf
Kategori
90 – 100
0
0%
A
Sangat Baik
80 – 89
31
96,9
B
Baik
70 – 79
1
33,1%
C
60 – 69
0
0%
D
0 – 59
0
0%
E
Jumlah
32
100%
PEMBAHASAN Dari hasil analisis data aktivitas belajar teknik dasar passing sepakbola pada siswa kelas VII A SMP Negeri 1 Bangli dapat disampaikan bahwa, Aktivitas belajar siswa pada observasi awal secara klasikal sebesar 6,3 poin. Kemudin diberikan tindakan pada siklus I menjadi 7,8 poin. Karena pada siklus I aktivitas perlu ditingkatkan maka diberikan tindakan pada siklus II menjadi 8,4 poin. Dari analisis data tersebut, dapat dilihat terjadi peningkatan aktivitas belajar dari observasi awal, siklus I dan siklus II.
Cukup Baik Kurang baik Sangat Kurang
Keterangan 96,9% Tuntas
33,1% Tidak Tuntas
Aktivitas belajar teknik dasar passing sepakbola pada siswa kelas VII A SMP Negeri 1 Bangli mengalami peningkatan sebesar 1,5 poin dari 6,2 poin (cukup aktif) pada observasi awal menjadi 7,8 poin (aktif) pada siklus I. Kemudian meningkat sebesar 0,6 poin dari 7,8 poin (aktif) pada siklus I menjadi 8,4 poin (aktif) pada siklus II. Dan meningkat sebesar 2,1 poin dari 6,3 poin (cukup aktif) pada observasi awal menjadi 8,4 poin (aktif) pada siklus II.
e-Journal PJKR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi (Vol.2, No.1 Tahun 2014)
Tabel 5. Peningkatan Data Aktivitas Belajar Siswa No
Tahapan
1
Observasi Awal
Persentase Aktivitas Belajar
Keaktifan Siswa
Peningkatan Aktivitas Belajar Observasi Siklus I Observasi Awal ke ke Siklus Awal ke Siklus I II Siklus II
Cukup
2
Siklus I
6,25 poin Aktif 7,8 poin
Aktif
8,4 poin
Aktif
2.1poin
1,5 poin 0,6 poin
3
Siklus II
Sedangkan hasil analisis data hasil belajar teknik dasar passing sepakbola pada siswa kelas VII A SMP Negeri 1 Bangli dapat disampaikan bahwa, persentase hasil belajar siswa pada observasi awal sebesar 71,1% (2 siswa). Kemudian diberikan tindakan pada siklus I menjadi 50% (16 siswa). Karena pada siklus I masih ada siswa yang belum tuntas maka diberikan tindakan pada siklus II menjadi 96,9% (31 siswa). Dari hasil analisis data tersebut, dapat dilihat terjadi peningkatan persentase hasil
belajar dari observasi awal, siklus I dan siklus II. Persentase hasil belajar teknik dasar passing sepakbola pada siswa kelas VII A SMP Negeri 1 Bangli mengalami peningkatan sebesar 42,9% (14 siswa) dari 71,1% (tuntas) pada observasi awal menjadi 50% (tuntas) pada siklus I. Dan meningkat sebesar 46,9% (15 siswa) dari 7`,1% (tuntas) pada observasi awal menjadi 96,9% (tuntas) pada siklus II.
Tabel 6. Peningkatan data Hasil Belajar Siswa No
Tahapan
1.
Observasi Awal
2.
3.
Siklus I
Siklus II
Persentase Hasil Belajar 2 siswa 6.25%
16 siswa 50%
31 siswa 96,9%
Ketuntasan Siswa
Peningkatan Hasil Belajar Observasi Siklus I Observasi Awal ke ke Siklus Awal ke Siklus I II Siklus II
Tuntas
Tuntas
Tuntas
14 Siswa 42,9%
29 siswa (89,8%) 15siswa (46,9%)
e-Journal PJKR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi (Vol.2, No.1 Tahun 2014)
Bagi sekolah agar dijadikan pedoman dalam pembelajaran penjasorkes SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut: (1) Aktivitas belajar teknik dasar passing (kaki bagian dalam dan kaki bagian luar) sepakbola meningkat melalui implementasi model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada siswa kelas VII A SMP Negeri 1 Bangli tahun pelajaran 2013/2014. Hal ini dapat dilihat dari ratarata aktivitas belajar passing sepakbola secara klasikal ( X ) pada siklus I ke siklus II mengalami peningkatan sebesar 0,6 dari dari 7,8 pada siklus I yang berada dalam kategori aktif menjadi menjadi 8,4 pada siklus II yang berada dalam kategori aktif. Berdasarkan hasil dari skor rata-rata siklus I dan II didapatkan rata-rata aktivitas belajar passing sepakbola sebesar 8,1 yang berada pada kategori aktif. (2) passing (kaki bagian dalam dan kaki bagian luar) sepakbola meningkat melalui implementasi model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada siswa kelas VII A SMP Negeri 1 Bangli tahun pelajaran 2013/2014. Hal ini dapat dilihat dari persentase rata-rata ketuntasan hasil belajar siswa secara klasikal untuk passing sepakbola mengalami peningkatan sebesar 46,9% dari 50% pada siklus I yang tergolong pada kategori sangat kurang baik menjadi 96,9% pada siklus II yang tergolong pada kategori sangt baik. Dari hasil data penelitian siklus I dan siklus II diperoleh rata-rata persentase hasil belajar siswa untuk passing sepakbola secara klasikal sebesar 73,5% yang berada pada kategori cukup baik. Berdasarkan simpulan di atas, dapat dikemukakan saran-saran sebagai berikut: (1) Kepada guru Penjasorkes dapat menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada pembelajaran sepakbola karena dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar permainan sepakbola, (2) Bagi peneliti lain yang akan mengadakan penelitian dapat menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT sesuai dengan materi yang akan diberikan, (3)
khususnya pada materi passing sepakbola.
pembelajaran
DAFTAR PUSTAKA Depdiknas. 2006. Standar Kompetensi Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Departemen Pendidikan Nasional. Santyasa dan Sukadi. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Singaraja: Undiksha Sardiman, A. M. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstrutivistik. Jakarta: Perpustakaan Nasional.
e-Journal PJKR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi (Vol.2, No.1 Tahun 2014)