Vol. 16, No. 1a, Is. 3
November 2014 DAFTAR ISI
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Rudi Setiadi Tjahjono.............................................................
1
Pengaruh Kualitas Audit Dan Faktor Lainnya Terhadap Manajemen Laba Harrie Supriatna ..................................................................
23
The Effect Of Excitement, Esteem, And New Product Knowledge To Impulse Buying Behavior Smartphone Iphone 5 On Ibox Consumer In Kelapa Gading 3 Mall North Jakarta Hendra Kurniawan ................................................................
43
Pengaruh Pelatihan Dan Pengembangan, Partisipasi Dan Penilaian Kinerja Terhadap Kinerja Organisasi Irma Satya Indriyanti .............................................................
61
Variabel–Variabel Yang Mempengaruhi Struktur Modal Pada Perusahaan Publik Non Keuangan Glenn Martinus Marjono .........................................................
71
Pengaruh Satisfaction With Existing Menu, Brand Attitude, Dan Trust Terhadap Innovativeness Klemens Wedanaji Prasastyo ...................................................
85
Pengaruh Karakteristik Perusahaan Manufaktur Terhadap Pembayaran Dividen Kristina .............................................................................
93
Pengaruh Rasio Keuangan, Pertumbuhan Penjualan Dan Dividen Terhadap Return Saham Handy Noeryanto .................................................................
107
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Gerry Tjandra .....................................................................
121
Pengaruh Dividend Per Share, Book Value Per Share, Dividend Payout Ratio, Price Earnings Ratio Dan Firm Size Terhadap Market Stock Price Stella ................................................................................
141
Analisis Pelaksanaan Pemungutan Bphtb Sebagai Pajak Daerah Pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Tangerang Ida Bagus Nyoman Sukadana ...................................................
153
Vol. 16, No. 1a, Is. 3
November 2014
KEBIJAKAN EDITORIAL DAN PEDOMAN PENULISAN ARTIKELS Kebijakan Editorial JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI, JBA diterbitkan oleh Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (P3M) Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) TRISAKTI secara berkala setiap tahun dua kali (Juni dan Desember). Tujuan penerbitan JBA adalah untuk menyebarluaskan informasi hasil karya tulis ilmiah kepada akademisi dan praktisi yang menaruh minat pada bidang bisnis dan akuntansi. JBA menerima kiriman artikel yang ditulis dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris. Artikel yang dikirim ke JBA tidak dikirimkan atau telah dipublikasikan dalam jurnal lain. Penentuan artikel yang dimuat dalam JBA dilakukan melalui proses blind review oleh mitra bestari dengan mempertimbangkan aspek-aspek antara lain terpenuhinya persyaratan baku untuk publikasi jurnal ilmiah dan kontribusi artikel terhadap pengembangan profesi dan pendidikan bisnis dan akuntansi. Editor bertanggungjawab untuk memberikan telaah konstruktif terhadap artikel yang akan dimuat dan (jika dipandang perlu) menyampaikan hasil evaluasi artikel kepada penulis. Artikel yang diusulkan untuk dimuat pada JBA disarankan untuk mengikuti pedoman penulisan artikel yang dibuat oleh Editor. Artikel dapat dikirim dalam bentuk : Compact Disk (CD) dan cetakan (hardcopy) dua eksemplar ke alamat Editor JBA : Gedung Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Trisakti Jl. Kyai Tapa No. 20 Grogol, Jakarta 11440 Telp. (021)5666717 Fax : (021)5635480 E-mail :
[email protected] Pedoman Penulisan Artikel Berikut ini ketentuan-ketentuan mengenai bentuk tulisan, sistimatika penulisan, abstrak, format, tabel, gambar, kutipan dan referensi yang digunakan sebagai pedoman minimal untuk penulisan artikel yang akan dimuat pada JBA.
A. BENTUK TULISAN Semua tulisan dalam bentuk esai atau uraian disertai judul sub bab (heading) masing-masing bagian, kecuali bagian pendahuluan yang disajikan tanpa judul sub bab. Peringkat judul sub bab dicetak tebal (bold) dan penulisan tidak disertai urutan angka. Penulisan judul sub bab sebagai berikut: PERINGKAT 1 (huruf besar semua dan rata tengah) Peringkat 2 (huruf besar-kecil dan rata tepi kiri) Peringkat 3 (huruf besar-kecil dicetak miring dan rata tepi kiri) B. SISTIMATIKA PENULISAN Sistimatika penulisan artikel yang merupakan hasil penelitian terdiri empiris dari 1) Judul, nama penulis, institusi penulis, alamat institusi dan email penulis, 2) Abstrak, 3) Pendahuluan yang menguraikan isu penelitian, motivasi penelitian, rumusan masalah dan tujuan, rerangka Teoritis dan pengembangan hipotesis (jika ada) yang memaparkan rerangka teoritis sebagai landasan logis untuk mengembangkan hipotesis atau model penelitian, 4) Metoda Penelitian yang memuat metoda pemilihan sampel dan pengumpulan data, definisi operasional dan pengukuran variabel, 5) Hasil penelitian yang menguraikan analisis data dan pembahasan temuan penelitian, 6) Penutup yang berisi simpulan, implikasi, keterbatasan penelitian dan saran untuk peneltian selanjutnya, serta 7) Referensi. C. ABSTRAK Setiap artikel harus menyajikan satu paragraf Abstrak pada awal tulisan yang terdiri ±200 kata (disajikan dalam bahasa Inggris dan Indonesia). Abstraksi memuat ringkasan pendahuluan (apa permasalahannya?), metoda atau bahan (bagaimana melakukannya?), hasil (apa temuannya?) dan diskusi (apa maknanya?) yang tujuannya memberi penjelasan ringkas kepada pembaca sebelum membaca materi artikel secara lengkap. Abstrak sebaiknya diikuti dengan minimal empat keywords untuk memudahkan penyusunan indeks artikel. D. FORMAT 1. Judul artikel terdiri dari ±15 kata. 2. Artikel sebaiknya diketik dengan spasi dobel pada kertas A4 (8,27” x 11,69”), kecuali untuk kutipan langsung yang panjang (lebih dari tiga setengah ketikan) diketik spasi tunggal dengan bentuk berinden (indented style). 3. Artikel sebaiknya terdiri tidak lebih dari 7.000 kata (dengan jenis huruf time new roman ukuran 12) atau maksimal 20 halaman A4 termasuk tabel dan gambar. 4. Marjin atas 4cm, bawah 3cm, kiri 4cm dan kanan 3cm dari badan teks. 5. Halaman muka (cover) setidaknya menyebutkan judul artikel dan identitas penulis. 6. Semua halaman termasuk tabel, gambar dan referensi diberikan nomor urut halaman. 7. Apabila artikel yang dikirimkan merupakan hasil penelitian dengan menggunakan data primer, harap disertakan angket atau instrumen atau kuisioner.
8. Angka, lafalkan angka dari satu sampai dengan sepuluh, kecuali jika digunakan dalam tabel dan ketika digunakan dalam unit atau kuantitas matematis, statistik, keilmuan atau teknis seperti jarak, bobot dan ukuran. Misalnya: 4 hari, 5 kilometer, 25 tahun. Semua angka lainnya disajikan secara numerik. Umumnya kalau dalam perkiraan, angka dilafalkan; misalnya: kira-kira sepuluh tahun. 9. Persentase dan pecahan desimal, untuk penggunaan yang bukan teknis gunakan kata persen dalam teks; untuk penggunaan teknis gunakan simbol %. 10. Persamaan, persamaan harus diberi nomer dalam kurung dengan penulisan rata marjin kanan. E. TABEL DAN GAMBAR 1. Tabel ditulis kembali (rewrite) bukan merupakan hasil copy paste dari hasil statistik dan diisi data yang sesuai dengan pembahasan artikel. 2. Sumber tabel dicantumkan di bagian akhir tabel dengan inden sesuai batas kiri tabel. 3. Judul tabel diletakkan di atas tabel sedangkan judul gambar diletakkan di bawah gambar. 4. Tabel dan gambar diletakkan pada halaman tersendiri umumnya diletakkan di akhir setelah referensi. Penulis cukup menyebutkan pada bagian di badan teks untuk mencantumkan tabel dan gambar. 5. Pembuatan tabel menghilangkan garis vertikal, sedangkan garis horizontal hanya pada judul kolom dan akhir tabel. 6. Setiap tabel dan gambar diberikan nomor urut, judul yang sesuai dengan isi tabel, gambar dan sumber kutipan. F. KUTIPAN DAN REFERENSI 1. Kutipan dalam teks sebaiknya ditulis di antara kurung buka dan kurung tutup yang menye-butkan nama akhir penulis, tahun tanpa koma dan nomor halaman jika dipandang perlu. Contoh: a. Satu sumber kutipan dengan satu penulis (Jones 1987), jika disertakan nomor halaman (Jones 1987: 115) b. Satu sumber kutipan dengan dua penulis (Jones dan Freeman 1973) c. Satu sumber kutipan dengan lebih dari dua penulis (Jones dkk. 1985) d. Dua sumber kutipan dengan penulis yang berbeda (Jones 1987, Freman 1986) e. Dua sumber kutipan dengan penulis yang sama (Jones 1985, 1987), jika tahun publikasi sama (Jones 1985a, 1985b) f. Sumber kutipan yang berasal dari pekerjaan suatu institusi sebaiknya menyebutkan akronim institusi yang bersangkutan (IAI 1994). 2. Setiap artikel harus memuat referensi (hanya yang menjadi sumber kutipan), dengan ketentuan penulisan sebagai berikut: a. Referensi disusun alfabetik dengan nama penulis atau nama institusi b. Susunan setiap referensi: 1) Artikel dalam jurnal: nama penulis. tahun terbit. judul artikel. nama jurnal atau penerbit, volume, nomor (bulan publikasi), halaman,
(alamat web dan tanggal diaksesnya web jika referensi dari internet). 2) Buku: nama penulis. tahun terbit. judul buku teks. tempat terbit: nama penerbit. 3) Artikel dalam prosiding: nama penulis. tahun terbit. judul artikel. nama pertemuan ilmiah, tempat pertemuan, tanggal pertemuan, halaman, (alamat web dan tanggal diaksesnya web jika referensi dari internet). 4) Skripsi, tesis dan disertasi: nama penulis, tahun terbit, judul, skripsi/tesis/disertasi, tempat institusi: nama institusi, (alamat web dan tanggal diaksesnya web jika referensi dari internet). 5) Surat kabar: nama penulis, tanggal bulan tahun terbit, judul, nama surat kabar atau penerbit, halaman (kolom), (alamat web dan tanggal diaksesnya web jika referensi dari internet). Contoh: Abdolmohammadi, M.J. dan J. Shanteau. 1992. Personal Attributes of Experts Auditors. Organizational Behavior and Human Decision Process, Vol.53 (November). Griffith, A.I. 1995. Coordinating Family and School: Mothering for Schooling. Education Policy Analysis Archives, Vol.3, No.1, (http://olam.ed.asu.edu/epaa/, 12 Februari 1997). Hadiyati, Rofiqoh. 19 Juni 2008. Membaca "Menu Kebutuhan" di antara Daftar Belanja. Detikcom, (http://suarapembaca.detik.com/index.php/detik.read/, 24 Juni 2008). Hilton, Ronald W. 1997. Managerial Accounting, 4th Edition. New York: Irwin, Mc Graw Hill Companies. Indriantoro, N. 1993. The Effect of Participative Budgeting on Job Performance and Job Satisfaction with Locus of Control and Curtural Dimensions as Moderating Variables. Ph.D. Dissertation. Lexington: University of Kentucky. Porcano, T.M. 1984a. Distrutive justice and tax policy. The Accounting Review, Vol.59 (Oktober), hlm.619-636. . 1984b. The perceived effects of tax policy on corporate investment intentions, The Journal of the American Taxation Association, vol.6 (Fall), hlm.7-19. Susanto, Y.K. 2007. Pengaruh Partisipasi Anggaran dan Ketidakpastian Tugas terhadap Hubungan antara Penggunaan Informasi Akuntansi untuk Evaluasi Kinerja dan Perilaku Managerial. Proceedings the 1st Accounting Conference, Faculty of Economics Universitas Indonesia, Depok, 7–9 November, hlm.1-17.
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI Vol. 16, No. 1a, Is. 3, November 2014, Hlm. 1-22
ISSN: 1410 - 9875 http: //www.tsm.ac.id/JBA
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA RUDI SETIADI TJAHJONO STIE Trisakti
[email protected] Abstrak: The study aimed at investing the factors that affect financial performance of manufacturing companies listed at Indonesia Stock Exchange. Financial performance measure by return on assets in this study. There are seven variables that used to be independent variable such as leverage, liquidity, age, size, inventory period, accounts payables period and accounts receivables period. The study sample consisted of all listed manufacturing companies consistently during research period 2010-2012 which count 97 manufacturing companies. Purposive sampling method is used in this research, therefore there are a few criteria used in the selection of the sample. First, listing during research period consistently 2010-2012, use Rupiah currency and has period end at fiscal year December. The data collected was analysis by statistical techniques such as T-test and Multiple regression was used to determine factor affecting financial performance. This study use SPSS 19 as test equipment. The research finding can be summarized as follows. First, three variables have statistically effect on financial performance. Those variables are age, size and accounts payables period. Second, four variables haven’t statistically effect on financial performance. Those variables are leverage, liquidity, inventory period, and accounts receivables period. Keywords: Financial Performance, Return on Assets, Leverage, Liquidity, Age, Size, Inventory Period, Accounts Payables Period, Accounts Receivables Period Abstrak: Penelitian bertujuan untuk menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Kinerja keuangan diukur dengan return on asset dalam penelitian ini. Ada tujuh variabel yang digunakan untuk menjadi variabel independen seperti leverage, likuiditas, umur perusahaan, ukuran perusahaan, periode persediaan, periode hutang dan periode piutang. Sampel penelitian terdiri dari semua perusahaan manufaktur yang terdaftar secara konsisten selama periode penelitian 2010-2012 dan terhitung 97 perusahaan manufaktur. Metode purposive sampling yang digunakan dalam penelitian ini, oleh karena itu ada beberapa kriteria yang digunakan dalam pemilihan sampel. Pertama, listing selama periode penelitian secara konsisten 2010-
1
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 3
November 2014
2012, menggunakan mata uang Rupiah dan memiliki jangka waktu berakhir pada tahun fiskal Desember. Data yang dikumpulkan adalah analisis dengan teknik statistik seperti T-test dan regresi berganda digunakan untuk menentukan faktor yang mempengaruhi kinerja keuangan. Penelitian ini menggunakan SPSS 19 sebagai alat uji. Temuan penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut. Pertama, tiga variabel berpengaruh secara statistik terhadap kinerja keuangan. Variabel tersebut yaitu umur perusahaan, ukuran perusahaan dan periode hutang. Kedua, empat variabel tidak berpengaruh secara statistik pada kinerja keuangan. Variabel tersebut yaitu leverage, likuiditas, periode persediaan, dan periode piutang. Kata Kunci: Kinerja Keuangan, Return on Assets, Leverage, Likuiditas, Umur Perusahaan, Ukuran Perusahaan, Periode Persediaan, Periode Hutang, Periode Piutang. PENDAHULUAN Perusahaan didirikan dengan tujuan utama meningkatkan kesejahteraan para pemegang saham. Salah satu cara adalah melalui kinerja perusahaan yang baik. Hal ini juga akan menguntungkan bagi konsumen, komunitas, karyawan, dan pemasok, dimana pemasok yang dimaksud adalah kreditur yaitu sebagai pemasok dana. Kesejahteraan pihak yang disebutkan terakhir merupakan tujuan sekunder bagi perusahaan. Tujuan sekunder sendiri merupakan penggerak terjadinya tujuan primer (Fachrudin 2011). Kinerja perusahaan sangat dibutuhkan manajemen sebagai hasil yang telah dicapai oleh individu maupun kelompok dari setiap individu dalam organisasi yang dihubungkan dengan otoritas dan tanggung jawab dalam pencapaian tujuan secara legal, tidak melanggar hukum, dan menyesuaikan dengan etika dan moral. Kinerja terdiri atas dua jenis yaitu kinerja keuangan dan kinerja non-keuangan. Kinerja keuangan merupakan penentuan ukuran-
2
ukuran tertentu yang dapat mengukur keberhasilan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba. Kinerja keuangan dapat dijadikan sebagai suatu acuan untuk mengetahui kondisi keuangan perusahaan (Almajali et al. 2012). Persaingan antar perusahaan semakin ketat terutama dalam era globalisasi saat ini. Hal ini dipertajam dengan adanya penurunan hambatan perdagangan, penyebaran teknologi serta biaya komunikasi dan transportasi yang lebih murah (Liargovas dan Skandalis 2010). Perusahaan akan semakin sulit untuk mempertahankan kestabilan kinerja perusahaannya. Ditambah lagi sejak tahun 2008 krisis global mulai melanda banyak negara termasuk Indonesia (Natan dan Setiana 2010). Manajer perlu menganalisis dan mendeskripsikan laporan keuangan untuk menjaga agar perusahan lebih efektif dan efisien. Analisis terhadap laporan keuangan merupakan salah satu cara untuk menilai kinerja keuangan perusahaan yaitu untuk mengetahui sejauh mana efektifitas operasi perusahaan dalam mencapai tujuaannya (Noor 2011).
ISSN: 1410 -9875
Informasi yang terdapat dalam laporan keuangan dapat digunakan untuk menganalisis rasio keuangan. Analisis rasio menggambarkan hubungan atau perimbangan antara jumlah tertentu dengan jumlah yang lain, dengan menggunakan alat analisis ini dapat menjelaskan atau memberikan gambaran kepada penganalisis tentang baik atau buruknya posisi keuangan suatu perusahaan terutama apabila angka rasio tersebut dibandingkan dengan rasio pembanding yang digunakan sebagai standar (Natan dan Setiana 2010). Kinerja keuangan memiliki beberapa pengukuran. Sebagai contoh return on sales yang menggambarkan seberapa banyak yang dapat dihasilkan oleh perusahaan terkait dengan penjualan yang dilakukan, return on assets menentukan kemampuan sebuah perusahaan untuk menggunakan aset yang dimilikinya dan return on equity yang menunjukkan apa yang dapat diambil oleh investor dari investasi mereka (Liargovas dan Skandalis 2010). Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian Almajali et al. (2012). Penelitian sebelumnya menguji faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan asuransi yang terdaftar di Amman Stock Exchange. Dalam penelitian tersebut return on assets digunakan sebagai pengukuran kinerja keuangan. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian tersebut terdiri dari leverage, liquidity, age, size, dan management competence index. Data yang digunakan dalam
Rudi Setiadi Tjahjono
penelitian tersebut diambil dari Amman Stock Exchange selama periode 2002 sampai 2007. Dari penelitian tersebut diketahui bahwa leverage, liquidity, size, dan management competence index memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja keuangan. Sedangkan umur perusahaan ditemukan tidak memiliki pengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan. Variabel management competence index akan dihilangkan dalam penelitian ini. Hal ini dilakukan peneliti mengingat jenis perusahaan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan perusahaan manufaktur berbeda dengan penelitian sebelumnya yang menggunakan perusahaan asuransi. Selain itu management competence index juga sulit untuk diterapkan di Indonesia tidak seperti penelitian sebelumnya yang dilakukan di Yordania. Variabel inventory period, accounts payables period, dan accounts receivables period akan ditambahkan dalam penelitian ini. Variabel tersebut digunakan pada penelitian Sabri (2012) tentang perbedaan modal kerja dan profitabilitas dari sebuah perusahaan yang diterapkan pada perusahaan industri yang terdaftar pada Amman Stock Exchange. Peneliti menggunakan variabel tersebut untuk menguji apakah terdapat pengaruh yang diberikan jika diterapkan pada perusahaan manufaktur di Indonesia. Dengan demikian variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak tujuh variabel yaitu leverage, likuiditas, umur perusahaan, ukuran perusahaan, inventory period, accounts
3
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 3
payables period, dan accounts receivables period. Data yang digunakan merupakan laporan keuangan perusahaan manufaktur dari tahun 2010 sampai 2012. Pengambilan data dilakukan melalui Bursa Efek Indonesia karena salah satu syarat menjadi perusahaan go public adalah sahamnya harus dimiliki umum dan dapat dijual kepada masyarakat umum. Oleh karena itu biasanya saham perusahaan go public dimiliki banyak investor (Griffin dan Ebert 2008). Dengan jumlah tersebut maka kebutuhan akan informasi kinerja keuangan perusahaan yang ada di Bursa Efek Indonesia juga tinggi. Alasan tersebut pula yang mendorong peneliti untuk mengambil data dari perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sehingga penelitian ini dapat memberikan manfaat kepada lebih banyak pihak. Penambahan variabel inventory period, accounts payables period, dan accounts receivables period untuk mengetahui kebijakan perusahaan dalam mengatur modal kerjanya. Perusahaan yang agresif dan konservatif dalam kebijakan modal kerjanya akan menghasilkan kinerja dan risiko yang berbeda (Ermawati 2011). Penelitian tentang pengaruh modal kerja yang melibatkan inventory period, accounts payables period, dan accounts receivables period telah banyak dilakukan, diantaranya adalah penelitian Sen dan Oruc (2009), Afeef (2010), Ermawati (2011), dan Sabri (2012). Hasil penelitian yang diperoleh berbeda satu sama lain. Berdasarkan hasil penelitian Sabri (2012), Afeef (2010) serta Sen dan Oruc (2009) menyatakan bahwa
4
November 2014
ketiga variabel tersebut dapat mempengaruhi return on assets. Namun hal berbeda diperoleh Ermawati (2011) yang menyatakan bahwa hanya accounts payables period yang mempengaruhi kinerja perusahaan. Di mana penelitian yang dilakukan Ermawati (2011) dilakukan di Indonesia. Dengan adanya perbedaan hasil penelitian terdahulu mengenai pengaruh inventory period, accounts payables period, dan accounts receivables period terhadap kinerja keuangan, penulis tertarik untuk menguji pengaruh ketiga variabel tersebut terhadap kinerja keuangan perusahaan manufaktur di Indonesia. RERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Agency Theory Jensen dan Meckling (1976) menggambarkan sebuah hubungan agency sebagai sebuah kontrak antara (prinsipal) dengan pihak lain (agen) untuk melaksanakan beberapa pelayanan atau kegiatan yang menyangkut dalam kepentingan prinsipal. Di mana di dalam kontrak prinsipal mendelegasikan beberapa otoritas pengambilan keputusan kepada agen. Pada kondisi tertentu, keduanya baik prinsipal maupun agen dengan kebutuhan memaksimalkan kepentingan masing-masing sehingga menyebabkan tidak ada alasan untuk tetap mempercayai agen akan bertindak sesuai dengan kepentingan prinsipal. Oleh karena itu terbentuklah masalah yang disebut dengan masalah agensi. Agency conflict dapat terjadi antara pemegang saham dan manajer (Fachrudin 2011). Agency
ISSN: 1410 -9875
conflict akan memicu terjadinya agency cost. Dalam literatur finance, Jensen dan Meckling (1976) menghubungkan antara agency cost dengan utang dalam struktur modal. Penggunaan utang dalam struktur modal dapat mencegah pengeluaran perusahaan yang tidak penting dan mendorong manajer untuk mengoperasikan perusahaan dengan lebih efisien. Hal ini disebabkan pembiayaan dari utang menuntut adanya pembayaran beban bunga. Secara tidak langsung akan mendorong manajer untuk bekerja dengan maksimal sehingga dapat memperkecil agency cost. Hal tersebut menyebabkan agency cost berkurang dan selanjutnya kinerja perusahaan diharapkan akan meningkat. Kinerja Keuangan (Almajali et al. 2012) menyatakan bahwa kinerja perusahaan terdiri dari dua jenis yaitu kinerja keuangan dan kinerja non-keuangan, kinerja keuangan biasanya dapat ditunjukkan melalui growth of sales, turnover, employment, atau stock price (Hansen dan Mowen 2005). Analisa terhadap kinerja keuangan perusahaan adalah untuk mengetahui sejauh mana efektivitas operasi perusahaan dalam mencapai tujuannya. Penilaian terhadap kinerja keuangan perusahaan dapat dilakukan melalui analisis rasio. Salah satu analisis rasio untuk menilai kinerja keuangan perusahaan merupakan rasio profitabilitas (Noor 2011). Rasio profitabilitas memberikan gambaran kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua
Rudi Setiadi Tjahjono
kemampuan, dan sumber daya yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang, dan sebagainya (Harahap 2011). Penelitian ini akan menggunakan return on assets sebagai alat ukur terhadap kinerja keuangan perusahaan. Return on assets dapat memberikan gambaran seberapa besar laba bersih diperoleh perusahaan bila diukur dari nilai aset (Harahap 2011). Leverage Leverage merupakan pembesaran dari jumlah risiko dan pengembalian melalui penggunakan biaya pendanaan tetap, seperti utang dan saham preferen. Posisi utang dari perusahaan mengindikasikan jumlah dana yang bersumber dari orang luar atau pihak luar yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan. Secara umum semakin besar jumlah utang yang digunakan perusahaan dengan hubungannya terhadap total aset miliknya maka semakin besar pula tingkat leverage yang dimiliki (Gitman 2012). Implikasi penting dari leverage keuangan perusahaan dinyatakan dalam tiga hal yaitu pertama dengan meningkatkan pendanaan melalui utang, pemilik dapat mengatur pengendalian dari perusahaan dengan investasi yang terbatas. Kedua kreditur melihat pada modal yang dimiliki perusahaan, atau dana yang diberikan pemilik, untuk menyediakan keselamatan yang memadai jika pemilik hanya menyediakan proporsi yang kecil dari total pendanaan, maka akan berisiko bagi kreditur. Ketiga jika perusahaan menghasilkan lebih
5
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 3
pada pendanaan investasi dengan dana pinjaman selanjutnya membayar bunga dengan dana tersebut, pengembalian pada modal pemilik akan lebih besar (Weston dan Brigham 1990). Rasio leverage yang digunakan dalam penelitian ini adalah debt to equity ratio. Harahap (2001) mengemukakan bahwa rasio ini dapat digunakan untuk mengukur sampai seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh utang atau pihak luar dengan kemampuan perusahaan. Perusahaan yang baik mestinya memiliki komposisi modal yang lebih besar dari utang. Likuiditas Likuiditas merupakan kemampuan sebuah perusahaan untuk melunasi utang jangka pendeknya ketika jatuh tempo. Likuiditas sama dengan solvabilitas dari keseluruhan posisi keuangan perusahaan yaitu kemudahan perusahaan untuk membayar utangnya. Hal ini menunjukkan secara jelas tujuan dari perusahaan adalah memiliki kemampuan untuk membayar utangnya sehingga memiliki likuiditas yang mencukupi untuk hari demi hari kegiatan operasinya (Gitman 2012). Pada penelitian ini likuiditas dari sebuah perusahaan akan dinilai melalui analisa rasio. Terdapat dua dasar pengukuran dari likuiditas yaitu current ratio dan quick (acidtest) ratio (Gitman 2012). Natan dan Setiana (2010) menyebutkan bahwa rasio likuiditas digunakan untuk mengevaluasi kemampuan memenuhi kewajiban jangka pendek. Rasio yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah current
6
November 2014
ratio. Current ratio menunjukkan sejauh mana kewajiban-kewajiban lancar ditutupi oleh aset lancar. Apabila rasio lancar ini satu banding satu atau seratus persen ini berarti aset lancar dapat menutupi semua utang lancar. Namun akan lebih baik jika rasio lancar lebih dari satu yang berarti aset lancar berada jauh diatas jumlah utang lancar (Harahap 2001). Umur Perusahaan Perusahaan yang lebih tua menghasilkan margin of sales yang lebih besar karena efek reputasi yang dimilikinya. Namun perusahaan yang lebih tua juga mudah terkena kelembaman dan juga memiliki birokrasi yang keras yang sejalan dengan usianya, dimana perusahaan mungkin harus mengembangkan rutinitasnya seiring dengan perubahan kondisi pasar, hal ini bisa diamati dalam kasus dalam hubungan timbal balik antara umur perusahaan dan profitabilitas atau pertumbuhan (Liargovas dan Skandalis 2008). Beberapa penelitian sebelumnya (Lumpkin dan Dess 1999) dalam Almajali et al. (2012) menyatakan bahwa umur perusahaan memiliki pengaruh pada kinerja perusahaan. Liargovas dan Skandalis (2008) mengungkapkan bahwa perusahaan yang lebih tua memiliki pengalaman yang lebih dari perusahaan yang umurnya lebih muda. Hal ini menyebabkan kinerja keuangan perusahaan unggul dibandingkan perusahaan yang lainnya. Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan dapat mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan dalam banyak cara.
ISSN: 1410 -9875
Rudi Setiadi Tjahjono
Perusahaan besar dapat memanfaatkan skala ekonomi dan cakupannya. Oleh karena itu, perusahaan yang memiliki ukuran besar akan lebih efisien dibandingkan dengan perusahaan kecil. Selain itu perusahaan kecil juga memiliki kekuatan yang lebih rendah daripada perusahaan besar, selanjutnya perusahaan kecil akan menemukan kesulitan untuk bersaing dengan perusahaan besar dalam perusahaan kompetitif yang tinggi (Liargovas dan Skandalis 2010). Majumdar (1997) mengemukakan dalam Almajali et al. (2012) menyebutkan perusahaan kecil dan perusahaan besar memiliki kinerja keuangan yang berbeda. Hal ini disebabkan ukuran perusahaan mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan melaui banyak cara. Dalam hal kekuatan perusahaan kecil tidak akan dapat berkompetisi dengan perusahaan besar terutama jika dihadapkan dalam pasar kompetitif. Selain itu disaat perusahaan kecil mulai bertambah besar mereka akan menderita akibat adanya ketidakefisienan yang menyebabkan rendahnya mutu kinerja keuangan. Oleh karena itu, secara teori hubungan yang tepat antara ukuran perusahaan dengan kinerja keuangan masih samarsamar.
sangat dekat dengan tingkat dan pendistribusian dari aset perusahaan dan aplikasi efisiensi dari sebuah aset. Subyek yang mendasar dari modal kerja adalah untuk menyediakan keseimbangan yang optimal antara bentuk modal kerja (Sen dan Oruc 2009). Modal kerja merupakan sebuah topik yang penting karena beberapa alasan. Alasan tersebut antara lain pertama survei mengindikasikan bahwa porsi terbesar dari pendanaan waktu manajer hari ke hari diabdikan untuk operasi internal dari perusahaan. Kedua current assets menyajikan kembali besarnya proporsi dari total aset, secara umum berkisar 40%. Ketiga modal kerja secara terpisah penting untuk perusahaan kecil. Walaupun perusahaan kecil dapat meminimalkan investasi mereka dalam aset tetap melalui menyewakan plant dan equiptment, mereka tidak dapat menghindari investasi dalam kas, piutang, dan persediaan. Keempat hubungan antara pertumbuhan penjualan dan kebutuhan untuk investasi dalam aset lancar dan langsung (Weston dan Brigham 1990). Komponen dari modal kerja menurut Ermawati (2011) meliputi average collection period, inventory convertion period dan average payment period.
Modal Kerja Modal kerja berarti keseluruhan aset lancar yang dimiliki perusahaan. Modal kerja bersih adalah hasil penjumlahan ketika utang lancar dipisahkan dari aset lancarnya. Return on assets dari sebuah perusahaan sebagai hasil dari aktivitas berhubungan
Inventory Period Brigham dan Ehrhardt (2005) menjelaskan bahwa inventory period merupakan rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk mengubah bahan baku menjadi barang jadi dan selanjutnya menjual barang tersebut. Periode persediaan menggambarkan kecepatan
7
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 3
perputaran persediaan perusahaan yang diukur dengan jumlah hari dalam memproduksi dan menjual persediaan (Beraley et al. 2006). Inventory period biasanya digunakan untuk mengukur aktivitas atau likuiditas dari inventory sebuah perusahaan. Rasio ini menunjukkan jumlah hari dalam menjual inventory (Gitman 2012). Inventory period hanya dapat diterapkan pada perusahaan manufaktur dan tidak dapat diterapkan pada sektor jasa dan bank (Mansoori dan Muhammand 2012). Accounts Payables Period Accounts payables period merupakan panjangnya waktu yang dibutuhkan antara membeli bahan baku dan tenaga kerja dan membayarkan kas untuk penggunaan bahan baku serta tenaga kerja tersebut. Dengan kata lain accounts payables period merupakan waktu yang dibutuhkan oleh perusahaan untuk membayar kewajiban kepada kreditor atau pemasoknya (Ermawati 2011). Kesulitan yang membendung dalam menghitung rasio ini yaitu kebutuhan untuk menemukan pembelian tahunan, nilainya tidak dapat ditemukan dalam laporan keuangan yang dipublikasi perusahaan. Accounts payables period sangat berguna hanya dalam kaitannya dengan jangka waktu kredit yang diperpanjang untuk perusahaan (Gitman 2012). Accounts Receivables Period Accounts receivables period merupakan rata-rata lamanya waktu yang digunakan mengubah piutang perusahaan menjadi kas. Kas yang dikumpulkan merupakan
8
November 2014
hasil dari aktivitas penjualan yang dilakukan oleh perusahaan tersebut (Brigham dan Ehrhardt 2005). Hasil perhitungan accounts receivables period akan menggambarkan panjangnya ratarata waktu yang dibutuhkan perusahaan untuk menunggu setelah membuat sebuah penjualan sebelum menerima pembayaran (Weston dan Brigham 1990). Semakin pendek nilai accounts receivables period yang dimiliki oleh sebuah perusahaan maka akan semakin baik (Harahap 2001). Hasil perhitungan accounts receivables period sangat berguna hanya dalam hubungannya dengan jangka waktu kredit perusahaan (Gitman 2012). Leverage dan kinerja keuangan Almajali et al. (2012) melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja keuangan dari perusahaan asuransi Yordania yang listed pada Amman Stock Exchange. Penelitian ini menemukan bahwa leverage memiliki pengaruh terhadap kinerja keuangan dari perusahaan asuransi. Almajali et al. (2012) juga mengungkapkan pada kebanyakan penelitian terdahulu leverage yang tinggi dapat menguntungkan karena dapat menambah insentif manajerial dan mendorong untuk melakukan investasi yang optimal. Javed dan Khan (2011) menyimpulkan bahwa leverage memiliki pengaruh secara negatif terhadap kinerja ekonomi pada perusahaan multinasional. Penelitian tentang pengaruh leverage terhadap kinerja keuangan juga dilakukan oleh Lee (2008). Dari penelitian ini diketahui bahwa leverage yang diukur dengan menggunakan liabilities to equity
ISSN: 1410 -9875
ratio terhadap kinerja keuangan berpengaruh secara negatif. Sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh Liargovas dan Skandalis (2010) diketahui bahwa leverage mempengaruhi kinerja perusahaan. Berbeda dengan penelitian Lee (2008), pada penelitian ini diungkapkan bahwa leverage memberikan pengaruh positif terhadap kinerja keuangan. Pada penelitian yang dilakukan oleh Natan dan Setiana (2010) diungkapkan secara eksplisit pada simpulan yang mengatakan bahwa analisa laporan keuangan dapat digunakan untuk menilai kinerja perusahaan. Pratheepkanth (2011) melakukan penelitian yang menunjukkan bahwa struktur modal yang diukur dengan menggunakan debt to equity tidak memiliki pengaruh terhadap kinerja keuangan. Hal ini disebabkan sebagian besar perusahaan bisnis bergantung pada modal utang. Sukarno dan Syaichu (2006) bahwa debt to equity ratio tidak berpengaruh terhadap return on assets. Sukarno dan Syaichu (2006) menyimpulkan bahwa semakin tinggi jumlah utang yang dimiliki oleh bank akan menyebabkan masalah riil dalam jangka panjang yang dapat menyebabkan timbulnya kemungkinan kebangkrutan. Oleh karena itu bank harus memiliki cadangan modal yang tinggi agar dapat menutupi utang tersebut. Pada penelitian Noor (2011) diketahui bahwa leverage tidak memiliki pengaruh secara terhadap kinerja keuangan. Ha1 Leverage berpengaruh terhadap kinerja keuangan
Rudi Setiadi Tjahjono
Likuiditas dan kinerja keuangan Almajali et al. (2012) melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja keuangan pada perusahaan asuransi di Yordania yang terdaftar di Amman Stock Exchange. Hasil penelitian tersebut mengungkapkan bahwa likuiditas memiliki pengaruh terhadap kinerja keuangan. Penelitian Almajali et al. (2012) didukung oleh beberapa penelitian lainnya. Salah satunya didukung oleh Liargovas dan Skandalis (2010) pada penelitiannya mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja perusahaan studi pada kasus di Yunani menyatakan bahwa likuiditas mempunyai pengaruh negatif terhadap kinerja yang diukur dengan return on assets. Sen dan Oruc (2009) menyebutkan bahwa current ratio memiliki hubungan negatif terhadap return on assets. Dalam penelitian Lee (2008) diketahui bahwa likuiditas merupakan sebuah faktor penentu pada kinerja perusahaan. Penelitian tentang penilaian kinerja keuangan dengan menggunakan analisis rasio dilakukan oleh Afryeni (2008). Berdasarkan hasil penelitian tersebut Afryeni (2008) menyimpulkan bahwa current ratio dapat digunakan untuk melihat kinerja perusahaan dalam jangka pendek. Pada penelitian yang dilakukan oleh Natan dan Setiana (2010) disebutkan bahwa current ratio mempengaruhi kinerja keuangan. Hal tersebut diungkapkan secara eksplisit pada bagian simpulan. Noor (2011) menyimpulkan bahwa likuiditas tidak memiliki pengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan. Hal tersebut juga didukung oleh
9
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 3
penelitian Afeef (2011) Hasil penelitian tersebut menyebutkan bahwa current ratio tidak memiliki pengaruh terhadap return on assets. Likuiditas berpengaruh Ha2 terhadap kinerja keuangan Umur perusahaan dan kinerja keuangan Penelitian tentang faktorfaktor yang mempengaruhi kinerja keuangan dilakukan oleh Almajali et al. (2012) pada perusahaan asuransi di Yordania di Amman Stock Exchange menggunakan umur perusahaan menjadi salah satu variabelnya. Di mana pada penelitian tersebut disebutkan bahwa umur perusahaan tidak memiliki pengaruh terhadap kinerja keuangan. Hal ini didukung penelitian yang dilakukan Chinaemerem dan Anthony (2012) yang menunjukkan bahwa umur perusahaan tidak mempunyai pengaruh terhadap return on assets. Selain itu hasil penelitian Ebaid (2009) juga menyatakan bahwa ukuran tidak mempengaruhi kinerja perusahaan. Namun Liargovas dan Skandalis (2010) menyatakan bahwa umur dapat mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan. Ha3 Umur perusahaan berpengaruh terhadap kinerja keuangan Ukuran perusahaan dan kinerja keuangan Almajali et al. (2012) pada penelitiannya tentang faktor yang mempengaruhi kinerja keuangan dari perusahaan asuransi yang terdaftar di Amman Stock Exchange mengungkapkan bahwa ukuran perusahaan mempunyai pengaruh terhadap kinerja keuangan.
10
November 2014
Penelitian ini didukung oleh Agustinus dan Rachmadi (2008). Hasil dari penelitian ini menunjukkan ukuran perusahaan memiliki hubungan positif terhadap return on assets perusahaan. Selain itu penelitian Lee (2008) menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan. Javed dan Khan (2011) juga mendukung bahwa ukuran berpengaruh secara positif terhadap kinerja ekonomi perusahaan. Hal tersebut bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ebaid (2009). Penelitian tersebut mengungkapkan bahwa ukuran perusahaan tidak mempengaruhi kinerja perusahaan. Penelitian ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Chinaemerem dan Anthony (2012) Selain itu Liargovas dan Skandalis (2010) pada penelitiaannya juga menyatakan bahwa ukuran perusahaan tidak memiliki pengaruh terhadap kinerja perusahaan. Setiawan (2009) mengambil kesimpulan bahwa ukuran tidak mempengaruhi return on assets. Ukuran perusahaan Ha4 berpengaruh terhadap kinerja keuangan Inventory period dan kinerja keuangan Sabri (2012) melakukan penelitian tentang perbedaan kebijakan modal kerja dan profitabilitas. Hasil penelitian ini menunjukkan return on assets dengan inventory period yang rendah lebih besar dengan return on assets dengan inventory period yang tinggi. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa
ISSN: 1410 -9875
inventory period memiliki pengaruh terhadap kinerja keuangan. Penelitian ini juga didukung oleh penelitian lainnya. Sen dan Oruc (2009) menyimpulkan bahwa inventory period berpengaruh terhadap return on assets. Natan dan Setiana (2011) secara implisit menyimpulkan bahwa inventory period memilki pengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan. Namun hal tersebut berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Ermawati (2011). Hasil penelitian tersebut menyimpulkan bahwa inventory period tidak mempengaruhi kinerja perusahaan. Penelitian ini juga didukung oleh Afeef (2011) yang menyatakan bahwa inventory convertion period tidak berpengaruh terhadap return on assets. Ha5 Inventory period memiliki penaruh terhadap kinerja keuangan Accounts payables period dan kinerja keuangan Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sabri (2012) diketahui bahwa hubungan antara profitabilitas dan accounts payables period adalah negatif. Pada hasil dikatakan bahwa profitabilitas dengan accounts payables lebih rendah akan lebih tinggi dibandingkan dengan yang memiliki accounts payables yang lebih rendah. Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa accounts payables period memberikan pengaruh negatif terhadap return on assets. Penelitian tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Ermawati (2011).Hasil penelitian tersebut menyebutkan bahwa accounts payables period mempunyai pengaruh secara
Rudi Setiadi Tjahjono
negatif terhadap return on assets. Hal yang sama juga ditemukan pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Sen dan Oruc (2009) yang menyatakan bahwa accounts payables period memiliki hubungan negatif. Hasil penelitian Afeef (2011) bertentangan dengan hasil penelitian tersebut. Afeef (2011) menyimpulkan bahwa payable deferral period tidak berpengaruh terhadap return on assets. Ha6 Accounts payables period berpengaruh terhadap kinerja keuangan Accounts receivables period dan kinerja keuangan Sabri (2012) pada penelitiannya mengungkapkan bahwa profitabilitas dari perusahaan dengan accounts receivables period yang rendah, lebih tinggi dari perusahaan dengan accounts receivables period yang lebih tinggi. Berdasarkan pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa accounts receivables period mempengaruhi return on assets. Berdasarkan pengarpenelitian yang dilakukan oleh Sen dan Oruc (2009) juga menyebutkan hasil yang sama dengan penelitian Sabri (2012). Pada penelitian ini disimpulkan bahwa accounts receivables period memiliki hubungan negatif secara jelas terhadap return on assets. Pernyataan tersebut bertolak belakang dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ermawati (2011). Hasil penelitian Ermawati (2011) menyebutkan bahwa accounts receivables period tidak mempengaruhi kinerja perusahaan. Hasil tersebut juga didukung oleh
11
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 3
penelitian yang dilakukan Afeef (2011) yang menyatakan bahwa receivables collection period tidak berpengaruh terhadap return on assets. Ha7 Accounts receivables period berpengaruh terhadap kinerja keuangan
November 2014
METODA PENELITIAN Pengambilan sampel dilakukan dengan cara purposive sampling dengan menggunakan kriteria sebagai berikut: 1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI dan tetap listing selama periode penelitian yaitu 2010 sampai 2012. 2. Perusahaan manufaktur yang menggunakan satuan mata uang Rupiah. 3. Perusahaan manufaktur yang melakukan tutup buku setiap akhir tahun fiskal Desember.
Hasil pemilihan sampel dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini: Tabel 1 Hasil Pemilihan Sampel Jumlah Jumlah Perusahaan Data
Kriteria Sampel Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI selama tahun 2010-2012 Perusahaan manufaktur yang tidak menggunakan satuan mata uang Rupiah Perusahaan manufaktur yang tidak melakukan tutup buku setiap akhir tahun fiskal Desember Total sampel perusahaan manufaktur yang digunakan
122
366
(21)
(63)
(4)
(12)
97
291
Sumber: Hasil Pengumpulan Data
Kinerja keuangan diukur dengan return on assets. Pengukuran return on assets dapat dirumuskan sebagai berikut (Chinaemerem dan Anthony 2012): Profit after tax Return on Assets = Total assets Pengukuran leverage dapat dirumuskan sebagai berikut (Almajali et.al 2012): Total debt Debt to equity ratio = Total equity Pengukuran likuiditas menggunakan current ratio dapat dirumuskan sebagai berikut (Almajali et al. 2012): Current ratio =
12
Current assets Current liabilities
ISSN: 1410 -9875
Rudi Setiadi Tjahjono
Pengukuran umur perusahaan dilakukan melalui perhitungan berapa tahun sejak berdirinya perusahaan Almajali et al. (2012). Pengukuran ukuran sebuah perusahaan dilakukan melalui perhitungan logaritma natural total aset (Chinaemerem dan Anthony 2012). Pada penelitian ini ukuran perusahaan diukur dengan cara: Ukuran perusahaan = Ln Total Aset Pengukuran periode persediaan dapat dirimuskan sebagai berikut (Gill et al. 2010): Inventory period =
Inventories Cost of goods sold
x 365 hari
Pengukuran accounts payables period dapat dirumuskan sebagai berikut (Gill et al. 2010): Accounts payables period =
Accounts Payables
x 365 hari
Cost of goods sold Perhitungan accounts receivables period dapat dirumuskan sebagai berikut (Sabri 2012): Accounts receivables x 365 hari Accounts receivables period = Sales Uji regresi berganda dapat dilakukan jika terdapat satu variabel tidak bebas yaitu Y dan lebih dari dua variabel bebas yaitu Xn. Apabila persamaan regresi telah diperoleh, barulah nilai Y dapat
diramalkan dengan syarat nilai Xn sebagai variabel bebas telah diketahui (Supranto 2008). Persamaan regresi linear berganda pada penelitian ini adalah:
Y = β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5+β6X6 + β7X7 + e Di mana Y merupakan kinerja keuangan (ROA), X1 Leverage, X2 Likuiditas, X3 Umur Perusahaan, X4 Ukuran Perusahaan, X5 Inventory
period, X6 Accounts payables period, X7 Accounts receivables period.
13
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 3
November 2014
HASIL PENELITIAN Berikut adalah hasil uji statistik deskriptif: Tabel 2 Hasil Uji Statistik Deskriptif
Kinerja Keuangan Leverage Likuiditas Umur Ukuran INVP APP ACRP Valid N
N Minimum 291 -0,75577 291 291 291 291 291 291 291 291
31,78133 0,15446 1 23,08250 3,92871 1,99554 5,39107
Maksimum Rata-rata 0,51483 0,07217 40,37162
Deviasi Standar 0,12336
1,22452
4,61003
85,40926 2,69737 81 33,62 32,83653 27,71222 355,08203 101,75812 315,95844 47,99294 335,70690 61,01649
5,31701 12,917 1,60732 65,35572 38,35888 40,62083
Sumber: Output SPSS 19
Tabel 3 dan Tabel 4 merupakan hasil Uji Normalitas Data Tabel 3 Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov Sebelum Outlier
N Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
Model 1 291 1,779 0,004
Sumber: Output SPSS 19
Tabel 4 Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov Setelah Uji Outlier Model 1 N 259 Kolmogorov-Smirnov Z 1,485 Asymp. Sig. (2-tailed) 0,024 Sumber: Output SPSS 19
14
ISSN: 1410 -9875
Rudi Setiadi Tjahjono
Tabel 5 Uji Multikolinearitas Tabel 5 Hasil Uji Multikolinearitas Toleranc e 0,990 0,809 0,901 0,789 0,912 0,907 0,755
Leverage Likuiditas Umur Ukuran INVP APP ACRP
VIF 1,010 1,235 1,110 1,268 1,097 1,102 1,325
Sumber: Output SPSS 19
Tabel 6 Uji Autokorelasi Tabel 6 Hasil Uji Autokorelasi Variabel T Leverage -0,013 Likuiditas -0,034 Umur -0,076 Ukuran 0,060 INVP -0,080 APP 0,029 ACRP 0,036 Res_2 0,677 Dependent Variable: Unstandardized
Sig. 0,989 0,973 0,939 0,952 0,936 0,977 0,972 0,499 Residual
Sumber: Output SPSS 19
Tabel 7 Uji Heteroskedastisitas Tabel 7 Hasil Uji Heteroskedastisitas Variabel Leverage Likuiditas Umur Ukuran INVP APP ACRP Dependen Variabel:
T -0,513 2,083 0,904 -3,317 -2,534 1,379 -3,423 Ares_1
Sig. 0,609 0,038 0,365 0,001 0,012 0,169 0,001
Sumber Output SPSS 19
15
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 3
November 2014
Tabel 8 Hasil Uji R dan Adjusted R-Square Tabel 8 Hasil Uji R dan Adjusted R-Square
Model 1
R 0,509
R Square Adjusted R Square 0,259
0,240
Sumber: Output SPSS 19
Tabel 9 Hasil Uji F Tabel 9 Hasil Uji F
Model 1
F
Sig.
14.114
.000
Variabel dependen: ROA Sumber: Output SPSS 19
Tabel 10 Hasil Uji t Tabel 10 Hasil Uji t Model B T (Constant) -0,467 -3,695 Leverage -0,001 -0,435 Likuiditas 0,001 0,395 Umur 0,003 5,324 Ukuran 0,018 4,180 INVP -1,656x10-4 -1,639 APP -0,001 -3,558 ACRP -3,158x10-4 -1,813 Variabel dependen: ROA
Sig. 0,000 0,664 0,693 0,000 0,000 0,102 0,000 0,071
Sumber: Output SPSS 19
Nilai signifikansi leverage perusahaan pada tabel 10 sebesar 0,664 yang lebih besar dari 0,05. Berdasarkan hal tersebut maka dapat diketahui leverage perusahaan tidak memiliki pengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan. Dengan demikian dapat disimpulkan Ha1 tidak dapat diterima. Keadaan ini dapat disebabkan kebanyakan
16
perusahaan menggunakan utang sebagai sumber pendanaan dibandingkan penggunaan modal. Kebijakan ini dilakukan mengingat bahwa penggunaan utang dalam struktur modal dapat mencegah pengeluaran perusahaan yang tidak penting dan mendorong manajer untuk mengoperasikan perusahaan dengan lebih efisien (Jensen dan Meckling 1976). Risiko yang
ISSN: 1410 -9875
terdapat dalam utang tidak mempengaruhi profit perusahaan karena telah dijamin oleh ekuitas yang dimilikinya (Noor 2011). Dengan demikian perubahan tingkat leverage tidak dapat menggambarkan kinerja keuangan dalam keadaan baik atau tidak. Likuiditas perusahaan memiliki nilai signifikansi sebesar 0,693 yang lebih besar dari 0,05. Berdasarkan hal tersebut maka dapat diketahui likuiditas perusahaan tidak memiliki pengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan. Dengan demikian dapat disimpulkan Ha2 tidak dapat diterima. Pengukuran kemampuan sejauh mana kewajiban-kewajiban lancar dapat ditutupi oleh aset lancar dapat dilihat melalui current ratio. Semakin tinggi nilai current ratio menunjukkan jumlah asset lancar lebih besar dari jumlah utang lancarnya. Namun hal tersebut tidak mempengaruhi kemampuan perusahaan dalam menghasilkan profit, sehingga tidak mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan. Umur perusahaan memiliki nilai signifikansi sebesar 0,000 yang lebih kecil dari 0,05. Berdasarkan hal tersebut maka dapat diketahui ukuran perusahaan memiliki pengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan. Dengan demikian dapat disimpulkan Ha3 dapat diterima. Perusahaan yang memiliki umur lebih tua akan memiliki lebih banyak pengalaman dibandingkan dengan perusahaan yang lebih muda. Hal ini menyebabkan kinerja keuangan perusahaan unggul dibandingkan perusahaan yang lainnya (Liargovas dan Skandalis 2010). Hal ini
Rudi Setiadi Tjahjono
menunjukkan bahwa umur perusahaan dapat mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan. Ukuran perusahaan memiliki nilai signifikansi sebesar 0,000 yang lebih kecil dari 0,05. Berdasarkan hal tersebut maka dapat diketahui ukuran perusahaan memiliki pengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan. Dengan demikian dapat disimpulkan Ha4 dapat diterima. Perusahaan dengan ukuran yang besar akan memiliki sumber daya dan staf akuntansi yang lebih besar, selain itu sistem informasi juga lebih canggih sehingga dapat menghasilkan kinerja keuangan yang tinggi (Almajali et al. 2012). Inventory period memiliki nilai signifikansi sebesar 0,102 lebih besar dari 0,05. Dari data tersebut dapat disimpulkan inventory period tidak memiliki pengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan. Dengan demikian dapat disimpulkan Ha5 tidak dapat diterima. Periode persediaan menggambarkan kecepatan perputaran persediaan perusahaan yang diukur dengan jumlah hari dalam memproduksi dan menjual persediaan (Gitman 2012). Perusahaan yang dapat memproduksi dan menjual persediaannya lebih cepat belum menjamin bahwa perusahaan tersebut dapat menghasilkan profit yang lebih tinggi dari perusahaan yang memiliki inventory period lebih lama. Inventory period perusahaan mungkin lebih lama karena jumlah yang diproduksi lebih banyak dan setiap melakukan penjulan persediaan juga dalam jumlah lebih tinggi. Dengan demikian inventory period tidak dapat mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan.
17
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 3
Nilai signifikansi variabel accounts payables period sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05. Hal tersebut berarti accounts payables period memiliki pengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan. Dengan demikian dapat disimpulkan Ha6 dapat diterima. Accounts payables period dapat menggambarkan seberapa cepat kemampuan perusahaan melunasi utang usahanya. Jika dapat melakukan pembayaran utang dengan cepat maka dapat dikatakan perusahaan tersebut memiliki kinerja keuangan yang baik. Nilai signifikansi variabel accounts receivables period sebesar 0,071 lebih besar dari 0,05. Hal tersebut berarti accounts receivables period tidak memiliki pengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan. Dengan demikian dapat disimpulkan Ha7 tidak dapat diterima. Accounts receivables period akan menggambarkan panjangnya ratarata waktu yang dibutuhkan perusahaan untuk menunggu setelah membuat sebuah penjualan sebelum menerima pembayaran (Weston dan Brigham 1990). Pengakuan revenue menurut akuntansi didasarkan pada accrual basis. Jadi meskipun perusahaan belum menerima pembayaran berupa uang tunai dari pelanggan pendapatan tetap diakui. Oleh karena itu jangka waktu pelunasan piutang usaha perusahaan tidak akan mempengaruhi return on asset perusahaan atau dengan kata lain tidak mempengaruhi kinerja keuangannya.
18
November 2014
PENUTUP Leverage tidak memiliki pengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan. Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian Pratheepkanth (2011) penelitian Sukarno dan Syaichu (2006), dan penelitian Noor (2011). Likuiditas tidak memiliki pengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan. Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan Afeef (2011) dan Noor (2011). Umur memiliki pengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan. Hasil ini konsisten dengan hasil penelitian Liargovas dan Skandalis (2010). Ukuran memiliki pengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan. Hasil ini konsisten oleh Almajali et al. (2012, Agustinus dan Rachmadi (2008), dan Lee (2008). Inventory period tidak memiliki pengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan. Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ermawati (2011) dan Afeef (2011). Accounts payables period memiliki pengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan. Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sabri (2012), Ermawati (2011) serta penelitian Sen dan Oruc (2009) yang menyatakan bahwa accounts payables period memiliki hubungan negatif. Accounts receivables period tidak memiliki pengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Ermawati (2011) dan Afeef (2011). Beberapa keterbatasan dalam penelitian ini penelitian ini hanya menggunakan data
ISSN: 1410 -9875
perusahaan manufaktur sehingga hasilnya tidak dapat digeneralisasikan, didalam penelitian ditemukan adanya data yang mengalami heteroskedastisitas, data yang digunakan dalam penelitian ini tidak terdistribusi normal, serta kurang panjangnya periode penelitian, dalam penelitian ini hanya menggunakan data tiga tahun. Rekomendasi yang dapat digunakan untuk penelitian yang akan datang antara lain diharapkan untuk menggunakan data keuangan jenis perusahaan lainnya, selain perusahaan manufaktur sehingga dapat memberikan gambaran yang
Rudi Setiadi Tjahjono
lebih luas terhadap nilai perusahaan, dapat memberikan hasil penelitian yang tidak mengalami masalah heterokedastisitas serta terdistibusi normal dengan melakukan penambahan data penelitian, untuk dapat menggunakan data laporan keuangan perusahaan dalam periode yang lebih panjang sehingga periode observasi bertambah, dapat menggunakan data laporan keuangan perusahaan tahun 2013 atau data yang lebih update untuk dapat memberikan gambaran yang lebih relevan mengenai kinerja keuangan perusahaan.
REFERENSI Afeef, Mustafa. 2011. Analyzing the Impact of Working Capital Management on the Profitability of SME’s in Pakistan. International Journal of Business and Social Science, Vol. 2. No. 22. hlm. 173-183. Afriyeni, Endang. 2008. Penilaian Kinerja Keuangan dengan Menggunakan Analisis Rasio. Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Vol. 3. No. 2. hlm. 109-118. Agustinus, Prasetyantoko and Parmono Rachmadi. 2008. Determinants of Corporate Performance of Listed Companies in Indonesia, Munich Personal RePEc Archive. No. 6777. Almajali, Amal Yassin, Sameer Ahmed Alamro, Yahya Zakarea Al-Soub. 2012. Factors Affecting the Financial Performance of Jordanian Insurance Companies Listed at Amman Stock Exchange. Journal of Management Research, Vol. 4 No. 2, hlm. 266-288. Brealey, Richard A., Stewart C. Myers and Franklin Allen. 2006. Corporate Finance. Eighth edition. New York : The McGraw-Hill Companies, Inc. Brigham, Eugene F., and Michael C. Ehrhardt. 2005. Financial Management: Theory and Practice. 11th Edition. USA : Thomson south Western. Chinaemerem, Osuji Casmir and Odita Anthony. 2012. Impact of Capital Structure on the Financial Performance of Nigerian Firms. Arabian Journal of Business and Management Review, Vol. 1 No. 12. hlm. 43-47. Ebaid, Ibrahim El-Sayed. 2009. The Impact of Capital-Structure Choice on Firm Performance: Empirical Evidence from Egypt. The Journal of Risk Finance, Vol. 10 No. 5, hlm. 477-487.
19
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 3
November 2014
Ermawati, Wita Juwita. 2011. Pengaruh Working Capital Management terhadap Kinerja dan Risiko Perusahaan. Jurnal Manajemen dan Organisasi, Vol. II No. 1, hlm. 1-12. Fachrudin, Khaira Amalia. 2011. Analisis Pengaruh Struktur Modal, Ukuran Perusahaan, dan Agency Cost Terhadap Kinerja Perusahaan. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 13 No. 1. hlm. 37-46. Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19. Edisi 5. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Gill, Amarjit, Nahum Biger, Neil Mathur. 2010. The Relationship Between Working Capital Management And Profitability: Evidence From The United States. Business and Economics Journal, Vol. 2010: BEJ-10. hlm. 1-9. Gitman, Lawrance J. and Chad J.Zutter. 2012. Principles of Managerial Finance. 13th Edition. United States of America : Pearson. Griffin, Ricky W. dan Ronald J. Ebert. 2008. BISNIS. Edisi 8. Jakarta : Erlangga. Hair, Jr. Joseph F., William C. Black., Barry J. Babin, dan Rolph E. Anderson. 2010. Multivariate Data Analysis. 7th Edition. Harlow: Pearson. Harahap, Sofyan Syafri. 2011. Analisis Kritis atas Laporan Keuangan. Edisi 10. Jakarta : Rajagrafindo Persada. Javed, Tariq dan Muhammad Yar Khan. 2011. Impact of Size and Risk Management on Economic Performance of Multinational Corporations. International Journal of Business and Social Science, Vol. 2. No. 2. hlm. 92-98. Jensen, Michael C. and William H. Mecling. 1976. Theory of the Firm: Managerial Behavior, Agency Cost and Ownership Structure. Journal of Financial Economics, Vol. 3. No. 4. hlm. 305-360. Lee, Sanghoon. 2008. Ownership Structure and Financial Performance: Evidence from Panel Data of South Korea. http://proquest.com//ssrn.com/abstract=1279919, hlm. 1-25. Liargovas Panagiotis G. and Konstantinos S. Skandalis. 2010. Factors Affecting Firms’ Performance: The Case of Greece. Global Business and Management Research: An International Journal, Vol. 2 No. 2 & 3. hlm. 184-197. Mansoori,Ebrahim and Datin Dr. Joriah Muhammad. 2012. The Effect of Working Capital Management on Firm’s Profitability: Evidence from Singapore. Interdisciplinary Journal of Contemporary Research in Business, Vol. 4 No.5 hlm. 472-486. Natan, Fredrik dan Sinta Setiana. 2010. Analisa Laporan Keuangan untuk Menilai Kinerja Keuangan pada PT Astra International Tbk Periode 20072009. Akurat Jurnal Ilmiah Akuntansi, No. 3. hlm. 1-18. Noor, Akhmad Syafrudin. 2011. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Keuangan Perusahaan Telekomunikasi yang Go Public di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Manajemen dan Akuntansi, Vol. 12 No. 1, hlm. 1324. Pratheepkanth, Puwanenthiren. 2011. Capital Structure and Financial Performance: Evidence from Selected Business Companies in Colombo
20
ISSN: 1410 -9875
Rudi Setiadi Tjahjono
Stock Exchange Sri Lanka. Internasional Refereed Research Journal, Vol. 2. hlm. 171-183. Sabri, Tamer Bahjat. 2012. Different Working Capital Polices and the Profitability of a Firm. International Journal of Business and Management, Vol. 7 No.15. hlm. 50-60. Santoso, Singgih. 2011. Aplikasi SPSS pada Statistik Parametrik. Jakarta : Elex Media Komputindo. Sekaran, Uma and Roger Bougie. 2013. Research Methods for Business – A Skill-Building Approach. Sixth Edition. West Sussex : John Willey and Sons Ltd. Sen, Mehmet and Eda Oruc. 2009. Relationship between Efficiency Level of Working Capital and Return on Assets in Ise. International Journal of Business and Management, Vol. 4 No. 10. hlm. 109-114. Setiawan, Rahmat. 2009. Pengaruh Growth Opportunity dan Ukuran Perusahaan Terhadap Profitabilitas Perusahaan Industri Manufaktur di Indonesia. Majalah Ekonomi, thn. XIX. No. 2. hlm. 163-173. Supranto, J. 2008. Statistik Teori dan Aplikasi. Edisi 7. Jakarta : Erlangga. Sukarno, Kartika Wahyu dan Muhamad Syaichu. 2006. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Bank Umum di Indonesia. Jurnal Studi Manajemen & Organisasi, Vol. 2. No. 2. hlm. 46-58. Weston, J. Fred and Eugene F. Brigham. 1990. Essentials of Managerial Finance. Ninth edition. United States of America : The Dryden Press. Yogantara, Made dan Liliana Inggrit Wijaya. 2010. Hubungan Struktur Modal dan Kinerja Keuangan. Jurnal Manajemen & Bisnis, Vol. 9 No. 1. hlm. 111-121.
21
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 3
Halaman ini sengaja dikosongkan
22
November 2014
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI Vol. 16, No. 1a, Is. 3, November 2014, Hlm. 23-42
ISSN: 1410 - 9875 http: //www.tsm.ac.id/JBA
PENGARUH KUALITAS AUDIT DAN FAKTOR LAINNYA TERHADAP MANAJEMEN LABA HARRIE SUPRIATNA STIE Trisakti
[email protected] Abstract: The purpose of this research is to obtain empirical evidence about the factors which influence earnings management. Independent variables used in this research are audit specialization industry, auditor size, firm size, leverage, return on asset, losses, cash flow operation, managerial ownership, government linked corporate, and market to book. The population used in this study are manufacture companies listed on the Indonesia Stock Exchange (IDX) that chooses for the period of 2010 to 2012 as the sample. Sample selection procedure carried out by implementing purposive sampling method. Data are analyzed using multiple regression analysis. The result of data analysis shows that audit specialization industry, auditor size and leverage have influence toward earnings management. Whereas the other variable such as firm size, return on asset, losses, cash flow operation, managerial ownership, government linked corporate, and market to book, have no influence toward earnings management. Keywords: Earnings Management, Audit Specialization Industry, Auditor Size, Firm Size, Leverage, Return on Asset, Losses, Cash Flow Operation, Managerial Ownership, Government Linked Corporate, And Market to Book. Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan bukti empiris tentang faktor-faktor yang mempengaruhi manajemen laba. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah audit specialization industry, ukuran auditor, ukuran perusahaan, leverage, return on asset, kerugian, arus kas operasi, kepemilikan manajerial, pemerintah terkait perusahaan, dan market to book. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang memilih untuk periode 2010-2012 sebagai sampel. Prosedur pemilihan sampel dilakukan dengan menerapkan metode purposive sampling. Data dianalisis menggunakan analisis regresi berganda. Hasil analisis data menunjukkan bahwa audit specialization industry, ukuran auditor dan leverage berpengaruh terhadap manajemen laba. Sedangkan variabel lain seperti ukuran perusahaan, return on asset, kerugian, arus kas operasi, kepemilikan manajerial, pemerintah terkait perusahaan, dan market to book tidak memiliki pengaruh terhadap manajemen laba.
23
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 3
November 2014
Kata kunci: Manajemen Laba, Audit Specialization Industry, Ukuran Auditor, Ukuran Perusahaan, Leverage, Return on Asset, Kerugian, Arus Kas Operasi, Kepemilikan Manajerial, Pemerintah terkait Perusahaan, dan Market To Book. PENDAHULUAN Dewasa ini, praktik manajemen laba mengikis kepercayaan investor dalam kualitas pelaporan keuangan dan menghambat kelancaran arus modal di pasar keuangan. Luhgiatno (2010) mengatakan bahwa kredibilitas pelaporan keuangan menjadi suatu permasalahan bagi para pemakai informasi keuangan. Menurut Avianti (2006) dalam Angelia (2009), salah satu contoh kasus terhadap manajemen laba yang pernah terjadi di Indonesia adalah perusahaan Kimia Farma Tbk pada tahun 2001 dimana Bapepam menilai adanya kesalahan pada pencatatan laporan keuangan PT Kimia Farma Tbk. Kesalahan pencatatan tersebut terkait dengan adanya rekayasa keuangan yang dilakukan dan menimbulkan pernyataan yang menyesatkan kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Hal tersebut diduga karena adanya keinginan manajemen lama untuk dipilih kembali sebagai pengelola perusahaan oleh pemerintah. Laporan Keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas. Dalam Standar Akuntansi Keuangan (2012), laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan, catatan
24
dan laporan lain serta materi penjelasan. Tujuan laporan keuangan perusahaan adalah untuk memberikan informasi berupa posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan perusahaan yang berguna bagi para pemakai laporan keuangan dalam rangka pengambilan keputusan. Laporan keuangan juga menunjukkan hasil pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada mereka. Pemakai laporan keuangan meliputi manajemen, investor sekarang maupun investor potensial, karyawan, kreditor, pemasok, pelanggan, pemerintah, dan masyarakat. Salah satu parameter penting dalam laporan keuangan yang digunakan untuk mengukur kinerja manajemen adalah laba. Informasi laba juga dijadikan panduan dalam menilai kemampuan menghasilkan laba perusahaan di masa yang akan datang. Adanya kecenderungan memperhatikan laba ini disadari oleh manajemen, khususnya manajer yang kinerjanya diukur berdasarkan informasi laba tersebut, sehingga mendorong muculnya manajemen laba. Audit merupakan bagian penting dari akuntansi yang berkaitan dengan mendapatkan informasi tentang sistem keuangan dan catatan keuangan sebuah perusahaan atau bisnis. De Angelo (1981) dalam Rusmin (2010) mengatakan bahwa kualitas auditor tergantung pada relevansi laporan
ISSN: 1410 -9875
auditor dalam memeriksa dan melaporkan pelanggaran. Bartov et al. (2003) dalam Rusmin (2010) mengatakan bahwa auditor berkualitas tinggi lebih memilih untuk melaporkan kesalahan dan penyimpangan dan tidak mau menerima praktik akuntansi yang dipertanyakan. Oleh karena itu, ia berpendapat bahwa auditor berkualitas tinggi diharapkan akan lebih mungkin mendeteksi praktik manajemen laba. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh antara manajemen laba dengan kualitas audit yang pada saat ini menjadi kekhawatiran tersendiri oleh berbagai pihak. Pemilihan judul penelitian ini pun tidak lepas dari penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya yaitu peneliti menggunakan audit spesialisasi perusahaan industri untuk menilai kualitas auditor. Penelitian ini disusun dengan urutan penulisan yaitu pertama pendahuluan yang menguraikan mengenai isu penelitian, motivasi penelitian, rumusan masalah dan tujuan serta organisasi penulisan. Kedua yaitu rerangka teoritis yang memaparkan mengenai landasan teori yang digunakan untuk mengembangkan hipotesis. Ketiga yaitu metoda penelitian yang memuat metoda pemilihan sampel dan pengumpulan data, definisi operasional, dan pengukuran variabel. Keempat yaitu hasil penelitian yang menguraikan analisis dan pembahasan temuan penelitian. Kelima yaitu bagian penutup yang menguraikan mengenai simpulan, implikasi, keterbatasan penelitian, dan saran bagi penelitian selanjutnya.
Harrie Supriatna
RERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Teori Keagenan Menurut Godfrey et.al (2010) mengatakan bahwa perusahaan mempunyai banyak kontrak, misalnya kontrak kerja antara perusahaan dengan para manajernya dan kontrak pinjaman antara perusahaan dengan krediturnya. Kontrak kerja yang dimaksud disini adalah kontrak kerja pemilik modal dengan manajer perusahaan. Dimana antara agent dan pricipal ingin memaksimumkan utility masingmasing dengan informasi yang dimiliki. Tetapi di satu sisi, agen memiliki informasi yang lebih banyak dibanding dengan principal sehingga menimbulkan adanya asimetri informasi. Godfrey et.al (2010) mengatakan beberapa studi menyatakan adanya asimetri informasi antara manajer dan pemegang saham adalah kondisi yang dapat menimbulkan praktik manajemen laba. Informasi yang lebih banyak dimiliki oleh manajer dapat memicu tindakan-tindakan sesuai keinginan dan kepentingan untuk memaksimumkan utilitynya. Sedangkan bagi pemilik modal dalam hal ini investor, akan sulit untuk mengontrol secara efektif tindakan yang dilakukan oleh manajemen karena hanya memiliki sedikit informasi yang ada. Oleh karena itu, terkadang kebijakankebijakan tertentu yang dilakukan oleh manajemen perusahaan tanpa sepengetahuan pihak pemilik modal atau investor. Jensen dan Meckling (1976) dalam Rusmin (2010) mengidentifikasi adanya dua hubungan agensi. Pertama,
25
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 3
hubungan antara manajer dengan pemegang saham (misalnya rencana bonus), dimana manajer bertindak sebagai agen untuk para pemegang saham yang dianggap sebagai pemilik. Kedua, hubungan antara manajer dengan pemegang saham dengan kreditur (misalnya kontrak utang) di mana manajer diasumsikan bertindak atas nama pemegang saham sehingga manajer adalah agen, sedangkan kreditur sebagai prinsipal. Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan Watts dan Zimmerman (1986) dalam Widyaningdyah (2001) mengatakan bahwa secara empiris membuktikan bahwa hubungan principal dan agent sering ditentukan oleh angka akuntansi. Hal ini memacu agent untuk memikirkan bagaimana angka akuntansi tersebut dapat digunakan sebagai sarana unutk memaksimalkan keuntungannya. Salah satu bentuk tindakan agent tersebut adalah manajemen laba. Manajemen Laba Manajemen laba dapat memberikan gambaran akan perilaku manajer dalam melaporkan kegiatan usahanya pada suatu periode tertentu, yaitu adanya kemungkinan munculnya motivasi tertentu yang mendorong mereka untuk mengatur data keuangan yang dilaporkan. Dikatakan oleh Sugiri (1998) dalam Widyaningdyah (2001), definisi manajemen laba dibagi menjadi dua yaitu : a) Definisi Sempit Manajemen laba dalam hal ini hanya berkaitan dengan pemilihan metode akuntansi. Manajemen laba dalam artian
26
November 2014
sempit ini didefinisikan sebagai perilaku manajer untuk “bermain” dengan komponen discretionary accruals dalam menentukan besarnya earnings. b) Definisi Luas Manajemen laba merupakan tindakan manajer untuk meningkatkan (mengurangi) laba yang dilaporkan saat ini atas suatu unit dimana manajer bertanggung jawab, tanpa mengakibatkan peningkatan (penurunan) profitabilitas ekonomis jangka panjang unit tersebut. Levitt Jr (1998) dalam Rusmin (2010) menyatakan bahwa praktik manajemen laba memiliki dampak negatif terhadap keandalan dan kredibilitas laporan keuangan. Menurut Rahmawati (2012) jika manajemen laba yang digunakan terlalu ekstrim, maka investor akan kehilangan kepercayaan pada laporan keuangan. Banyak alasan kuat yang menyebabkan manajermanajer tertarik untuk merubah pilihan kebijakan. Manajer dapat memilih kebijakan akuntansi dari sekumpulan kebijakan yang secara alamiah diharapkan mereka memilih kebijakan untuk memaksimalkan kegunaan (manfaat) mereka dan atau nilai pasar perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan yang labanya selalu mengalami kenaikan dari periode ke periode secara konsisten akan mengakibatkan risiko perusahaan ini mengalami penurunan lebih besar dibandingkan presentase kenaikan laba. Hal inilah yang mengakibatkan banyak perusahaan yang melakukan pengelolaan dan pengaturan laba sebagai salah satu upaya untuk mengurangi resiko.
ISSN: 1410 -9875
Audit specialization industry dan Manajemen laba Spesialisasi industri KAP menggambarkan keahlian dan pengalaman audit seorang auditor pada bidang industri tertentu. KAP spesialis industri dapat dimanfaatkan untuk membatasi manajemen laba pada saat berlangsungnya proses IPO di AS. Karena keahlian dan pengalaman yang dimiliki oleh KAP spesialis industri, diharapkan bahwa KAP spesialis industri lebih cenderung membatasi manajemen laba saat proses IPO berlangsung (Zhou dan Elder 2001 dalam Chen et al. 2005). Zhou dan Elder (2001) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa kualitas audit yang lebih tinggi dibuktikan dengan ukuran auditor dan spesialisasi industri. Selain itu menurut Rusmin (2010), beliau meneliti hubungan kualitas audit dan manajemen laba pada perusahaan di Singapura, dan menemukan bahwa KAP kelompok big four dan KAP spesialis industri mempunyai hubungan negatif signifikan yang berarti memiliki kemampuan dalam mendeteksi adanya praktek manajemen laba dibandingkan KAP kelompok non-big four dan KAP non spesialis industri. Dengan demikian, auditor spesialis industri diharapkan memiliki kinerja yang lebih baik dibandingkan auditor lainnya dalam meminimalisir adanya praktek manajemen laba. Sedangkan penelitian yang dilakukan Luhgiatno (2010) mengatakan bahwa audit spesialis industri tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Dikatakan oleh Cahyonawati (2006) dalam Luhgiatno (2010) bahwa keberadaan KAP spesialis industri bukan untuk mengurangi
Harrie Supriatna
terjadinya manajemen laba, tetapi lebih kepada peningkatan kredibilitas laporan keuangan. Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis alternatif yang diuji adalah sebagai berikut: Audit Specialization Ha1 : Industry berpengaruh terhadap manajemen laba. Ukuran Auditor dan Manajemen Laba Hasil dari penelitian yang dilakukan Pradhana dan Rudiawarni (2013) mengatakan bahwa ukuran auditor berhubungan negatif tidak signifikan dengan manajemen laba . Hasil ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Luhgiatno (2010) dan Angelia (2009). Angelia (2009) mengatakan bahwa hal ini dimungkinkan karena sebagian besar masyarakat menganggap KAP yang berskala besar dapat memberikan hasil audit yang berkualitas tinggi. Namun, persepsi tersebut kurang tepat karena KAP Big Four belum tentu terbukti mengatasi manajemen laba, karena perusahaan tersebut ingin menunjukkan kinerja keuangan yang terlihat bagus dimata investor sehingga mengabaikan keberadaan auditor big four dan non-big four. Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis alternatif yang diuji adalah sebagai berikut: Ukuran auditor Ha2 : berpengaruh terhadap manajemen laba. Ukuran Perusahaan dan Manajemen Laba Firm size adalah ukuran besar kecilnya suatu perusahaan. Berdasarkan firm size-nya, perusahaan dibedakan menjadi perusahaan besar dan kecil. Guna
27
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 3
dan Herawaty (2010) mengatakan ukuran perusahaan memiliki koefisien positif tidak signifikan terhadap manajemen laba. Hal ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Angelia (2009). Perusahaan besar mungkin memiliki sistem internal kontrol yang lebih kompeten dibandingkan dengan perusahaan yang lebih kecil. Menurut Chen et al. (2005) adanya hubungan positif signifikan antara ukuran perusahaan dengan manajemen laba. Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis alternatif yang diuji adalah sebagai berikut: Ukuran perusahaan Ha3 : berpengaruh terhadap manajemen laba. Leverage dan Manajemen Laba Rusmin (2010) menggunakan leverage untuk melihat kemungkinan bahwa perusahaan akan lebih tinggi dalam melanggar perjanjian hutang, atau lebih mungkin memiiki insentif untuk terlibat dalam manajemen laba agar meningkatkan penghasilan. Sedangkan menurut Thiruvadi dan Huang (2011) menggunakan leverage untuk proksi pengaruh resiko perusahaan dan kinerja terhadap manajemen laba. Penelitian yang dilakukan oleh Guna dan Herawaty (2010) menyimpulkan bahwa leverage memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap manajemen laba. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Angelia (2009) serta Pradhana dan Rudiawarni (2013). Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis alternatif yang diuji adalah sebagai berikut:
28
November 2014
Leverage berpengaruh Ha4 : terhadap manajemen laba. Return On Asset dan Manajemen Laba Rusmin (2010) mengatakan bahwa return on asset digunakan untuk memberikan kontrol bagi kemungkinan perusahaan melakukan pengelolaan kinerja keuangan. Burgstahler dan Dichev (1997) dalam Chen et al. (2005) menemukan bahwa perusahaan mengelola laba yang dilaporkan untuk menghindari pelaporan penurunan laba dan kerugian. Penelitian yang dilakukan Rusmin (2010) mengatakan adanya hubungan positif antara return on asset terhadap manajemen laba. Guna dan Herawaty (2010) mengatakan hubungan positif signifikan terhadap manajemen laba. Namun hal ini dibantah oleh penelitian Juniarti dan Carolina (2005) yang menyatakan hubungan negatif signifikan terhadap manajemen laba. Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis alternatif yang diuji adalah sebagai berikut: Return On Asset Ha5 : berpengaruh terhadap manajemen laba. Rugi Keuangan dan Manajemen Laba Rusmin (2010) mengatakan bahwa rugi keuangan juga digunakan untuk memberikan kontrol bagi kemungkinan perusahaan melakukan pengelolaan kinerja keuangan. Peni dan Vahamaa (2010) dalam penelitian mereka menggunakan kerugian untuk menggambarkan kondisi keuangan dari suatu perusahaan dan menemukan bahwa rugi
ISSN: 1410 -9875
keuangan memiliki hubungan negatif tidak signifikan terhadap manajemen laba. Hasil ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Thiruvadi dan Huang (2011) serta Rusmin (2010). Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis alternatif yang diuji adalah sebagai berikut: Rugi Keuangan Ha6 : berpengaruh terhadap manajemen laba. Cash Flow Operation dan Manajemen Laba Pradhana dan Rudiawarni (2013) mengatakan bahwa arus kas dari aktivitas operasi memiliki hubungan negatif signifikan terhadap manajemen laba. Hal ini diungkapkan juga oleh Becker et al. (1998) dalam Rusmin (2010) melaporkan arus kas dari aktivitas operasi berpengaruh terhadap tindakan manajemen perusahaan dalam mengelola laba. Becker et al. (1998) dan Dechow et al. (1995) dalam Rahman dan Ali (2006), melaporkan hubungan negatif yang signifikan antara DAC dan arus kas. Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis alternatif yang diuji adalah sebagai berikut: Cash Flow Operation Ha7 : berpengaruh terhadap manajemen laba. Kepemilikan Manajerial dan Manajemen Laba Jensen dan Meckling (1976) dalam Ching-Tsai et al. (2003) menyatakan bahwa praktik manajemen laba dapat diminimumkan dengan menyelaraskan perbedaan kepentingan antara pemilik dan manajemen dengan cara memperbesar kepemilikan saham
Harrie Supriatna
perusahaan oleh manajemen (managerial ownership). Penelitian yang dilakukan oleh Guna dan Herawaty (2010) yang menyatakan hubungan positif namun tidak signifikan antara kepemilikan manajemen terhadap manajemen laba. Sedangkan penelitian yang dilakukan Jao dan Pagalung (2011) menyatakan adanya hubungan negatif signifikan antara kepemilikan manajerial terhadap manajemen laba. Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis alternatif yang diuji adalah sebagai berikut: Cash Flow Operation Ha8 : berpengaruh terhadap manajemen laba. Government Linked Corporate dan Manajemen Laba Lau dan Tong (2008) dalam Ting dan Lean (2011) menyimpulkan bahwa intervensi pemerintah dapat meningkatkan nilai perusahaan. Ting dan Lean (2011) mengatakan banyak kritikus berpendapat bahwa GLC dapat melakukan usaha yang lebih baik daripada perusahaan swasta karena memiliki hubungan dekat dengan pemerintah yang memberikan keuntungan khusus dalam mengakses dana. Penelitian yang dilakukan Mohammad et al.(2010) menemukan adanya hubungan negatif yang terjadi antara government linked corporate terhadap manajemen laba pada perusahaan di Malaysia. Hal ini konsisten dengan penelitan yang dilakukan Rusmin (2010). Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis alternatif yang diuji adalah sebagai berikut: Government Linked Ha9 : Corporate berpengaruh terhadap manajemen laba.
29
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 3
Market To Book dan Manajemen Laba Market to Book (MTB) yang digunakan Rusmin (2010) sebagai kontrol untuk mempengaruhi pola pertumbuhan suatu perusahaan pada perilaku manajemen untuk mengelola laba. Menurut Pontiff dan Schall (2998) dalam Margaretha dan Damayanti (2008), market to book juga memberikan suatu penilaian bagaimana investor melihat kinerja perusahaan dan menunjukkan seberapa jauh suatu perusahaan mampu menciptakan nilai perusahaan yang wajar terhadap jumlah modal yang diinvestasikan. Semakin besar rasio ini, semakin besar juga nilai pasar (market value) jika dibandingkan dengan nilai buku (book value). Peni dan Vahama (2010) serta Rahman dan Ali (2006) mengatakan bahwa market to book menjadi proksi atas ukuran karena semakin kecil perusahaan semakin kecil pula ketelitian mengenai wewenang. Hal ini dapat terjadinya kecenderungan manajemen laba. Thiruvadi dan Huang (2011)
November 2014
menyatakan adanya hubungan positif signifikan antara market to book terhadap manajemen laba. Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis alternatif yang diuji adalah sebagai berikut: Market To Book Ha10 : berpengaruh terhadap manajemen laba. METODA PENELITIAN Populasi penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Sampel dipilih dengan metode purposive sampling. Kriteria keputusan sampel adalah perusahaan dikelompokkan ke dalam jenis industri manufaktur dan konsisten terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2009 sampai 2012. Perusahaan manufaktur yang secara konsisten menggunakan mata uang Rupiah pada tahun pada tahun 2009 sampai 2012. Perusahaan manufaktur yang secara konsisten menerbitkan laporan keuangan pada tanggal 31 Desember. Berikut ini merupakan hasil dari proses pemilihan sampel:
Tabel 1. Pemilihan sampel Deskripsi Kriteria Perusahaan Manufaktur yang tercatat konsisten terdaftar di Bursa Efek Indonesia antara tahun 2009 sampai 2012 Perusahaan yang tidak menerbitkan laporan keuangan per tanggal 31 desember Perusahaan yang tidak menggunakan mata uang rupiah dalam selama tahun 2009 sampai 2012 Total data yang digunakan dalam penelitian Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah manajemen laba yang diukur
30
Jumlah Perusahaan
Jumlah Data
122
366
(3)
(9)
(23)
(69)
96
288
dengan discretionary accruals (DAC). Penggunaan discretionary accruals sebagai proksi manajemen
ISSN: 1410 -9875
Harrie Supriatna
laba dihitung dengan Modified Jones Model (Rusmin, 2010). Model tersebut dapat dituliskan sebagai berikut :
∆Cash perubahan cash balance perusahaan i dari tahun t ke tahun t-1 ∆CL perubahan liabilities perusahaan i dari tahun t ke tahun t-1 ∆LTD perubahan long-term debt perusahaan i dari tahun t ke tahun t-1 ∆ITP perubahan income tax payable perusahaan i dari tahun t ke tahun t-1 DPA depreciation and amortization expense perusahaan i
1. Menghitung nilai total accruals dengan persamaan : (TAC) = (∆CA ‐ ∆Cash) ‐ ( ∆CL ‐ ∆LTD‐ ∆ITP) – DPA Dimana TAC total accruals perusahaan i pada periode t ∆CA perubahan current assets perusahaan i dari tahun t ke tahun t-1 2.
Menghitung nilai accruals yang diestimasi dengan persamaan regresi sebagai berikut:
(TAC ) = α1 (
)
1 + α2 TAt-1
t
TAt-1
(
Dimana TAC total accruals perusahaan i pada periode t total asset perusahaan i TAt-1 pada periode t-1 perubahan pendapatan ∆REVt perusahaan i dari tahun t ke tahun t-1
)
(
)
∆REVt-∆RECt + α3 PPEt + e TAt-1 TAt-1 perubahan receivable ∆RECt perusahaan i dari tahun t ke tahun t-1 aktiva tetap (gross PPEt property plant and equipment) perusahaan i pada periode t
3. Dengan menggunakan koefisien di atas, kemudian dilakukan perhitungan nilai non discretionary accruals (NDA) dengan persamaan : NDAt = α1
(
1 TAt-1
) + α2 (
Dimana NDAt non discretionary accruals perusahaan i pada periode t α fitted coefficient yang diperoleh dari hasil regresi
)
∆REVt ‐ ∆RECt + α3 TAt-1
∆RECt
( PPE ) t
TAt-
pada perhitungan total accruals perubahan receivable perusahaan i dari tahun t ke tahun t-1
4. Menghitung discretionary accruals (DAC) DACt =
(TAC ) t
- NDAt
TAt-1
31
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 3
November 2014
Dimana DACt discretionary accruals perusahaan i pada periode t Audit specialization industry Rusmin (2010) mengatakan auditor spesialis industri menggambarkan keahlian dan pengalaman auditor pada bidang industri tertentu yang diproksi dengan jasa audit pada bidang industri tertentu. Berdasarkan Zhou dan Elder (2001), pengukuran dari audit specialization industry menggunakan basis penjualan. Pengukuran ini mengasumsikan bahwa audit firm mendapatkan keahlian dan spesialisasi melalui pengalaman dalam suatu industri. Selanjutnya variabel ini dilambangkan SPEC. Audit industry specialization diukur dengan :
ukuran auditor bernilai 0, maka perusahaan diaudit oleh perusahaan non-big4. Pengukuran ini berdasarkan penelitian Pradhana dan Rudiawarni (2013). Variabel ini akan dilambangkan dengan AudSIZE didalam persamaan.
m-firm sales ratio =
Leverage adalah perbandingan antara utang dan aktiva yang menunjukkan beberapa bagian aktiva yang digunakan untuk menjamin utang. Menurut Jiambalvo et.al (1994) dalam Rusmin (2010) mengatakan perusahaan yang memiliki kemungkinan lebih tinggi dalam melanggar perjanjian utang cenderung terlibat dalam praktik manajemen laba untuk meningkatkan laba perusahaan. Selanjutnya variabel ini akan disimbolkan dengan LEV. Menurut Peni dan Vahama (2010), variabel ini diukur dalam persamaan sebagai berikut: LEV = Total Liability,t Total Assets,t Return on asset digunakan untuk mengukur profitabilitas perusahaan. Semakin tinggi return on asset perusahaan, maka semakin tinggi pula profitabilitas
Dimana: Si = Sales Perusahaan i, ketika diaudit oleh auditor j S = Total Sales seluruh perusahaan didalam industri Apabila market share dari auditor j lebih besar dari 15%, maka auditor j termasuk auditor spesialisasi industri. Pengukuran variabel ini menggunakan variabel dummy, nilai 1 jika perusahaan diaudit oleh auditor spesialis industri, dan 0 jika lainnya. Variabel ini akan dilambangkan dengan SPEC di dalam persamaan. Ukuran Auditor diukur dengan menggunakan variabel dummy yaitu ukuran auditor bernilai 1 apabila perusahaan diaudit oleh perusahaan audit big 4 selama tahun berjalan. Apabila
32
Menurut Rusmin (2010), ukuran perusahaan diukur dengan menggunakan natural logaritma dari total aktiva. Skala pengukuran variabel ini adalah rasio. Selanjutnya variabel ini akan dilambangkan FSIZE dan diukur dalam persamaan sebagai berikut: Firm Size = natural logarithm (Total Assets,t)
ISSN: 1410 -9875
Harrie Supriatna
yang dimiliki perusahaan. Selanjutnya variabel ini akan disimbolkan ROA. Sesuai penelitian yang dilakukan Rusmin (2010),
pengukuran variabel ini digambarkan pada persamaan sebagai berikut:
ROA = income before extraordinary items Total Asset (t) – Total Asset (t-1)
Burgstahler dan Dichev (1997) dalam Chen et al (2005) menemukan bahwa perusahaan mengelola laba yang dilaporkan untuk menghindari pelaporan penurunan laba dan kerugian. Pada pengukuran ini menggunakan variabel dummy dimana perusahaan yang mengalami kerugian akan diberi nilai 1, sedangkan yang tidak mengalami kerugian diberi nilai 0. Selanjutnya variabel ini akan disimbolkan dengan LOSS. Hal ini CFO =
sesuai dengan penelitian yang dilakukan Rusmin (2010). Becker et al (1998) dalam Rusmin (2010) melaporkan arus kas dari aktivitas operasi berpengaruh terhadap tindakan manajemen perusahaan dalam mengelola laba. Rusmin (2010) mendefinisikan cash flow operation sebagai arus kas dari aktivitas operasi dibagi dengan total asset. Pengukuran variabel ini selanjutnya akan disimbolkan dengan CFO dan digambarkan dalam persamaan berikut: cash flow from operation,t Total Asset (t) – Total Asset (t-1)
Kepemilikan manajerial dapat diartikan sebagai persentase saham yang dimiliki oleh manajer dan direktur perusahaan pada akhir tahun untuk masing-masing periode pengamatan. Pengukuran ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Rusmin (2010) dan variabel ini menggunakan variabel dummy, dimana nilai 1 jika perusahaan memiliki kepemilikan manajerial dan 0 jika perusahaan tidak memiliki kepemilikan manajerial. Selanjutnya variabel ini akan disimbolkan dengan OWN. Rusmin (2010) mengatakan Government Linked Corporate digunakan untuk mengendalikan MTB
=
efek dari struktur kepemilikan pemerintah. Pengukuran variabel ini menggunakan variabel dummy, nilai 1 jika perusahaan memiliki jumlah saham yang dimiliki pemerintah dan 0 jika perusahaan tidak memiliki jumlah saham yang dimiliki pemerintah. Selanjutnya variabel ini akan disimbolkan dengan GLC. Market to Book diukur dengan market value of equity dibagi dengan book value of equity. Variabel ini akan disimbolkan dengan MTB. Pengukuran variabel ini berdasarkan jurnal Peni dan Vahama (2010) dan dijelaskan oleh persamaan berikut:
Market Value of Equity Book Value of Equity
33
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 3
HASIL PENELITIAN Hasil pengujian statistik deskriptif untuk variabel yang
November 2014
digunakan dalam penelitian ini baik variabel dependen dan variabel independen dapat dilihat pada tabel 2 sebagai berikut:
Tabel 2. Hasil Uji Deskriptif Statistik
AbsDAC SPEC AudSIZE SIZE LEV ROA LOSS CFO OWN GLC MTB
N
Minimum
288 288 288 288 288 288 288 288 288 288 288
0,00045 0 0 23,08250 0,03955 -1,04442 0 -0,62448 0 0 -9,02720
Maximum
Mean
2,91361 1 1 32,83653 3,21000 0,61091 1 0,62732 1 1 40,97981
0,1288173 0,24 0,33 27,7202485 0,5261079 0,0794049 0,15 0,0765353 0,50 0,04 2,5067064
Std. Deviation 0,21356875 0,428 0,472 1,58060275 0,41891838 0,15183654 0,357 0,14036858 0,501 0,200 5,05159494
Sumber: Output Data SPSS 20
Hasil Pengujian hipotesis dapat dilihat pada tabel 3 berikut ini: Tabel 3. Hasil Pengujian Hipotesis
1
Model (Constant) Audit Specialization Industry Ukuran Auditor Ukuran Perusahaan Leverage Return on Asset Rugi Keuangan Cash Flow Operation Kepemilikan Manajerial Government Linked Corporate Market to Book
Dependent Variabel: AbsDAC Sumber: Output Data SPSS 20
34
B
t
0,105 0,129 0,096 0,007 0,112 0,016 0,053 0,011 0,036 0,061 0,001
0,419 2,625 2,076 0,735 3,465 0,130 1,211 0,101 1,392 0,982 0,248
Sig. 0,676 0,009 0,039 0,463 0,001 0,897 0,227 0,920 0,165 0,327 0,804
ISSN: 1410 -9875
Hasil uji dari tabel 3 menunjukan bahwa variabel audit specialization industry memiliki koefisien negatif sebesar 0,129, dengan nilai signifikansi sebesar 0,009 yang lebih kecil dari 0,05, sehingga hipotesis pertama (Ha1) dapat diterima yang berarti variabel audit specialization industry memiliki pengaruh terhadap variabel manajemen laba. Ini berarti bahwa audit KAP yang memiliki pangsa besar ternyata dapat memberikan kualitas audit yang lebih tinggi. Menurut Khencen et al. (2007) dalam Rusmin (2010), audit specialization industry lebih memiliki sumber daya modal, sumber daya manusia, teknologi dan pengalaman yang memungkinkan memberikan kualitas audit yang lebih tinggi. Sedangkan menurut Li dang et al. (2004) dalam Luhgiatno (2010) mengatakan bahwa KAP yang memiliki banyak klien dalam industri yang sama akan memiliki pemahaman yang lebih mengenai resiko audit, khusus yang mewakili industri tersebut, tetapi akan membutuhkan pengembangan keahlian lebih dari pada KAP pada umumnya. Variabel ukuran auditor memiliki koefisien positif sebesar 0,096, dengan nilai signifikansi sebesar 0,039 yang lebih kecil dari 0,05, sehingga hipotesis kedua (Ha2) dapat diterima yang berarti variabel tingkat ukuran auditor memiliki pengaruh terhadap variabel manajemen laba. Menurut Isnanta (2008) dalam Guna dan Herawaty (2010) menganggap bahwa auditor yang bekerja di KAP big four dianggap lebih berkualitas karena auditor tersebut dibekali oleh serangkaian pelatihan dan
Harrie Supriatna
prosedur serta memiliki program audit yang dianggap lebih akurat dan efektif dibandingkan dengan auditor dari KAP non-big four. Variabel ukuran perusahaan memiliki koefisien positif sebesar 0,007, dengan nilai signifikansi sebesar 0,463 yang lebih besar dari 0,05, sehingga hipotesis ketiga (Ha3) tidak dapat diterima yang berarti variabel ukuran perusahaan tidak memiliki pengaruh terhadap variabel manajemen laba. Variabel leverage memiliki koefisien positif sebesar 0,112, dengan nilai signifikansi sebesar 0,001 yang lebih kecil dari 0,05 sehingga hipotesis keempat (Ha4) dapat diterima yang berarti variabel leverage memiliki pengaruh terhadap variabel manajemen laba. Hal ini menunjukan bahwa semakin tinggi rasio leverage, semakin tinggi pula kemungkinan perusahaan melakukan manajemen laba, karena mengukur tingkat leverage pada suatu perusahaan berarti mengukur juga tingkat efisiensi maka tingkat leverage semakin menguntungkan bagi perusahaan. Sebaliknya, apabila perusahaan tidak dapat menggunakan dana secara efisien maka hal tersebur menunjukan besarnya hutang atau kewajiban perusahaan. Sehingga, semakin besar rasio leverage pada perusahaan akan berdampak terhadap perusahaan karena kesulitan untuk membayar kewajibannya (Guna dan Herawaty, 2010). Variabel return on asset memiliki koefisien positif sebesar 0,016, dengan nilai signifikansi sebesar 0,897 yang lebih besar dari 0,05, sehingga hipotesis kelima (Ha5) tidak dapat diterima yang berarti
35
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 3
variabel return on asset tidak memiliki pengaruh terhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Variabel rugi keuangan memiliki nilai koefisien positif sebesar 0,053, dengan nilai signifikansi sebesar 0,227 yang lebih besar dari 0,05, sehingga hipotesis keenam (Ha6) tidak dapat diterima yang berarti variabel rugi keuangan tidak memiliki pengaruh terhadap variabel manajemen laba. Variabel cash flow operation memiliki nilai koefisien negatif sebesar 0,011, dengan nilai signifikansi sebesar 0,920 yang lebih besar dari 0,05, sehingga hipotesis ketujuh (Ha7) tidak dapat diterima yang berarti variabel cash flow operation tidak berpengaruh terhadap variabel manajemen laba. Variabel kepemilikan manajerial memiliki nilai koefisien negatif sebesar 0,036, dengan nilai signifikansi sebesar 0,165 yang lebih besar dari 0,05, sehingga hipotesis kedelepan (Ha8) tidak dapat diterima yang berarti variabel kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Variabel government linked corporate memiliki nilai koefisien negatif sebesar 0,061, dengan nilai signifikansi sebesar 0,327 yang lebih besar dari 0,05, sehingga hipotesis kesembilan (Ha9) tidak dapat diterima yang berarti variabel government linked corporate tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Variabel market to book memiliki nilai koefisien negatif sebesar 0,001, dengan nilai signifikansi sebesar 0,804 yang lebih besar dari 0,05, sehingga hipotesis kesepuluh (Ha10) tidak
36
November 2014
dapat diterima yang berarti variabel market to book tidak berpengaruh terhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia. PENUTUP Audit specialization industry memiliki pengaruh terhadap manajemen laba. Hal ini konsisten dengan penelitian Rusmin (2010), Zhou dan Elder (2001), Balsam (2003). Namun tidak konsisten dengan penelitian Luhgiatno (2010), Chen et al.(2005) dan Nuryaman et al. (2010). Ukuran auditor memiliki pengaruh terhadap manajemen laba. Hal ini konsisten dengan penelitian Guna dan Herawaty (2010). Namun tidak konsisten dengan penelitian Luhgiatno (2010), Angelia (2009), serta Handayani dan Rachadi (2009). Ukuran perusahaan tidak memiliki pengaruh terhadap manajemen laba. Hal ini konsisten dengan penelitian Guna dan Herawaty (2010), Pradhana dan Rudiawarni (2013), Angelia (2009). Namun tidak konsisten dengan penelitian Jao dan Pagalung (2011) serta Wardhani dan Joseph (2010). Leverage memiliki pengaruh terhadap manajemen laba. Hal ini konsisten dengan penelitian Pradhana dan Rudiawarni (2013), Angelia (2009), Widyaningdiyah (2001), Guna dan Herawaty (2010). Namun tidak konsisten dengan penelitian Jao dan Pagalung (2011) serta Purwanti dan Rahardjo (2012). Return on asset tidak memiliki pengaruh terhadap manajemen laba. Hal ini konsisten dengan penelitian Juniarti dan
ISSN: 1410 -9875
Carolina (2005), Jin dan Machfoez (1998). Namun tidak konsisten dengan penelitian Guna dan Herawaty (2010), serta Widyastuti (2009). Rugi Keuangan tidak memiliki pengaruh terhadap manajemen laba. Hal ini konsisten dengan penelitian Handayani dan Rachadi (2010), dan Kim et al. (2003). Namun tidak konsisten dengan penelitian Thiruvadi dan Huang (2011) serta Qi dan Tian (2012). Cash flow operation tidak memiliki pengaruh terhadap manajemen laba. Hal ini konsisten dengan penelitian Rahman dan Ali (2006), dan Gerayli et al. (2011). Namun tidak konsisten dengan penelitian Pradhana dan Rudiawarni (2013), Peni dan Vahama (2010) dan Chen et al. (2005). Kepemilikan manajerial tidak memiliki pengaruh terhadap manajemen laba. Hal ini konsisten dengan penelitian Pradipta (2011), Guna dan Herawaty (2010), dan Praditia dan Marsono (2010). Namun tidak konsisten dengan penelitian Farida dan Prasetyo (2010) serta Jao dan Pagalung (2011). Government linked corporate tidak memiliki pengaruh terhadap manajemen laba. Hal ini konsisten dengan penelitian Rusmin (2010) dan Mohammad et al. (2010). Market to book tidak memiliki pengaruh terhadap manajemen laba. Hal ini konsisten dengan penelitian Chen et al. (2005). Namun tidak konsisten dengan penelitian Chih et al. (2008). Penulis menyadari adanya keterbatasan dan kekurangan
Harrie Supriatna
dalam penelitian ini, antara lain : Periode penelitian relatif pendek karena data penelitian yang digunakan dimulai dari tahun 2010 sampai 2012 sehingga memungkinkan praktik manajemen laba dalam perusahaan yang diamati kurang menggambarkan kondisi yang sebenarnya. Sampel perusahaan yang digunakan dalam penelitian ini hanya terbatas pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI sehingga hasil penelitian kurang dapat di generalisasi. Data pada variabel penelitian ini tidak berdistribusi normal. Terdapat 5 variabel yang memiliki masalah heteroskedastisitas Proksi kualitas audit yang digunakan hanya 2, yaitu auditor industry specialization dan ukuran KAP. Beberapa rekomendasi yang dapat diberikan penulis untuk penelitian selanjutnya antara lain: Memperpanjang tahun penelitian observasi menjadi lebih lama, misalnya 5 tahun sehingga dapat memperoleh hasil penelitian yang lebih akurat. Melakukan perluasan objek penelitian sebagai contoh perusahaan non keuangan. Penelitian selanjutnya diharapkan bisa mengatasi masalah normalitas dengan cara menambah data. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat mengatasi masalah heteroskedastisitas yang terjadi. Dapat diatasi dengan menambah data ataupun transformasi data. Menggunakan proksi lainnya untuk kualitas audit, seperti misalnya audit tenure dan independensi auditor.
37
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 3
November 2014
REFERENSI Anderson, David R., Dennis J. Sweeney, Thomas A. Williams, Jeffrey D. Camm, dan James J. Cochran. 2012. Statistics for Business and Economics. 12th Edition. South Western: Cengage Learning. Angelia, Dwi Suci. 2009. Pengaruh Ukuran Perusahaan, Leverage, Kualitas Audit, dan Independensi Auditor Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur Yang terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Antonius, Adolf Tandi. 2007. Pengaruh Struktur Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, Dan Hutang Terhadap Jasa Audit Yang Berkualitas Pada Perusahaan Go Publik Di BEJ. Becker, Connie L., Mark L. Defond, James Jiambalvo, K.R Subramanyam. 1998. The Effect of Audit Quality on Earnings Management. Contemporary Accounting Research, Vol.15, No.1. Burghstahler, D. dan I. Dichev. 1997. Earnings Management to Avoid Earnings Decreases and Losses. Journal of Accounting and Economics, Vol.24, No.1 Chih, Hsiang Lin., Chung Hua Shen., Feng Ching Kang. 2008. Corporate Social Responsibility, Investor Protection, and Earnings Management: Some International Evidence. Journal of Business Ethics pg. 179-198. Chen, Ken. Y., Kuen-Lin lin,Jian Zhou. 2005. Audit Quality and Earnings Management for Taiwan IPO firms. Managerial Auditing Journal vol.20, no.1, hlm. 86-104. Darmawati, Deni. 2003. Corporate Governance dan Manajemen Laba: Suatu Studi Empiris. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol.5 No.1, April, 2003, hal 47-68. Fama, Eugene F, and Kenneth R. French. 1995. Size and Book-to-Market Factors in Earning and Returns. Journal of Finance, Vol. 50, No.1, Page. 131155. Farida, Yusritai Nur., Yuli Prasetyo., Eliada Herwiyanti. 2010. Pengaruh Penerapan Corporate Governance Terhadap Timbulnya Earnings Management Dalam Menilai Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Perbankan Di Indonesia. Jurnal Bisnis dan Akuntansi Vol.12, No.2, Agustus 2010, hal: 69-80. Francis, J.R., Maydew, E.L. dan Sparks, C.H. 1999. The role of Big 6 Auditors in The Credible Reporting of Accruals. Auditing: A Journal of Practice & Theory, Vol. 18 No.2, Page: 17-34.
38
ISSN: 1410 -9875
Harrie Supriatna
Gitman, Lawrence J. 2009. Principles of managerial Finance 20th edition. Page 70. Pearson Education, Inc. Gitman, Lawrence J. and Chad J. Zutter. 2012. Principles of Managerial Finance 13th ed: Pearson Education, Inc. Gerayli, Mahdi Safari, Abolfazl Momeni Yanesari, and Ali Reza Ma’atoofi. 2011. Impact of Audit Quality on Earnings Management : Evidence from Iran. International Research Journal of Finance and Economics, ISSN 1450-2887 . Godfrey, Jayne., Allan Hodgson., Ann Tarca, Jane Hamilton, Scott Holmes. 2010. Accounting Theory 7th Edition. Wiley. Guna,I Welvin dan Arleen Herawaty. 2010. Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance, Independensi Auditor Kualitas Audit dan Faktor Lainnya Terhadap Manajemen Laba. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, Vol.12 No.1, April 2010, hal: 53-68. Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS. Edisi 5. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Harahap, Sofyan Syafri. 2011. Teori Akuntansi. Raja Grafindo : Jakarta. Handayani, RR. Sri dan Agustono Dwi Rachadi. 2009. Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Manajemen Laba. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol.11 No.1, April 2009, hal: 33-56. Ikatan Akuntan Indonesia. 2012. Standar Akuntansi Keuangan. Jao, Robert., Gagaring Pagalung. 2011. Coporate Governance, Ukuran Perusahaan, dan Leverage Terhadap Manajemen Laba Perusahaan Manufaktur Indonesia. Jurnal Akuntansi dan Auditing Vol.8, No.1, November 2011, hal: 1-94. Jin, Liauw She., Mas’ud Machfoedz. 1998. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Praktik Perataan Laba Pada Perusahaan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Juniarti., Carolina. 2005. Analisa Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Perataan Laba (Income Smooting) Pada Perusahaan-Perusahaan Go Public. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Vol.7, No.2, November 2005, hal:148-162. Kim, Youngtae., Myung Seok Park, Bension Wier. 2008. Is Earnings Quality Associated with Corporate Social Responsibility?. Lin, Jerry W., June F.Li, Joon S.Yang. 2006. The Effect of Audit Comitte Performance on Earnings Quality, Vol.21, No. 9, hlm. 921-933. Lin,Yi-Men, Shwu-Jen You, Yann-Ching Tsai. 2003. Managerial Ownership, Audit Quality, and Earnings Management. Asis Pacific Management Review. Page: 409-438.
39
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 3
November 2014
Luhgiatno. 2010. Analisis Pengaruh Kualitas Audit Terhadap Manajemen Laba Studi Pada Perusahaan Yang melakukan IPO Di Indonesia. Fokus Ekonomi, Vol.5 No. 2, Desember, 2010, hal 15-31. Margaretha, Farah., Irma Damayanti.2008. Pengaruh Price Earnings Ratio, Dividend Yield, dan Market to book Ratio Terhadap Stock Return Di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol.10, No.3, Desember 2008, hal.149-160. Mohamad, Muslim Har Sani., Hafiz Majdi Abdul Rashid, fekri Ali Mohammed Shawtari. 2008. Corporate Governance Mechanism and Earnings Management in Malaysian Government Linked Companies: The Impact of GLCS Transformation Policy. Nuringsih, Kartika. 2010 Pengaruh Profitabilitas, kebijakan Hutang dan Kepemilikan Institusional terhadap Kepemilikan Manajerial dan Pengaruhnya terhadap Resiko. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol.12 No.1, April, 2010, hal 17-28. Nuryaman., Rusmin., Joy Nanta Ginting. 2010. Pengaruh Struktur kepemilikan dan Kualitas Audit Terhadap Manajemen Laba. Jurnal Akuntansi, No.2 Mei 2010 hal 152-164. Peni, Emilia., Sami Vahama. 2010. Female Executives and Earnings Management. Managerial Finance Journal Vol.36, No.7, Page: 629-645. Purwanti, Rahayu Budhi dan Shiddiq Nur Rahardjo. 2012. Pengaruh Kecakapan Manajerial, Kualitas Auditor, Komite Audit, Firm Size dan Leverage Terhadap Earnings Management (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Tahun 2008-2010). Pradhana, Stephanus Wisnu., Felizia Arni Rudiawarni. 2013. Pengaruh Kualitas Audit Terhadap Earnings Management Pada Perusahaan Sektor Manufaktur Yang Go Public Di BEI periode 2008-2010. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.12, No.1. Pradipta, Arya. 2011. Analisi Pengaruh Dari Mekanisme Coporate Governance Terhadap Manajemen Laba. Jurnal Bisnis dan Akuntansi Vol.13, No.2, Agustus 2011, hal: 93-106. Praditia, Okta Rezika., Marsono. 2010. Analisis Pengaruh Mekanisme Corporate Governance dan Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Akuntansi & Auditing Vol.7, No.1, November 2010, hal: 47-63. Qi, Baolei dan Gaoliang Tian. 2012. The Impact of Audit Committees’Personal Characteristics on Earnings Management: Evidence from China. Journal of Applied Business Research, Vol. 28, Page: 1331-1343. Rahman, Rashidah Abdul., Fairuzan Haneem Mohamed Ali. 2006. Board, audit committee, culture and earnings management: Malaysian evidance. Managerial Auditing Journal Vol.21, No.7, Hal: 783-804.
40
ISSN: 1410 -9875
Harrie Supriatna
Rahmawati. 2012. Teori Akuntansi Keuangan. Edisi 1. Jogjakarta: Graha Ilmu Rusmin, Rusmin. 2010. Auditor Quality and Earnings Management : Singaporean Evidence. Managerial Auditing Journal, Vol.25, No.7, hal: 618-638. Sulistiawan, Dedhy., Yeni Januarsi, Lizs Alvia. Creative Accounting : Mengungkap Manajemen Laba dan Skandal Akunttansi. Edisi 1. Jakarta : Salemba Empat Ting, Irene Wei., Hooi Hooi Lean. 2011. Capital Structure og GovernmentLinked Companies In Malaysia. Asian Academy of Management Journal of Accounting and Finance, Vol.7, No.2, hal: 137-156 Thiruvadi, Sheela., Hua-Wei Huang. 2011. Audit Committee Gender Differences and Earnings Management. International Journal, Vol.26, No.7, Page: 483-498. Vijh, Anand M., Daniel W.Collins, Raunaq S. Pungaliya. 2011. The effect of Firm Growth and Model Specification Choices on Test of Earnings Management. Wardhani, Ratna., Herunata Joseph. 2010. Karakteristik Pribadi Komite Audit dan Praktik Manajemen Laba. Simposium Nasional Akuntansi XIII. Widyaningdyah, Agnes Utari. 2001. Analisi Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Earnings Management Pada Perusahaan Go Public Di Indonesia. Jurnal Akuntansi & Keuangan, Vol.3, No.2, November 2001, hal: 89-101. Zhou, Jian., Randal Elder. 2001. Audit Firm Size, Industry specialization and Earnings Management by Initial Public Offering Firms.
41
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 3
Halaman ini sengaja dikosongkan
42
November 2014
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI Vol. 16, No. 1a, Is. 3, November 2014, Hlm. 43-60
ISSN: 1410 - 9875 http: //www.tsm.ac.id/JBA
THE EFFECT OF EXCITEMENT, ESTEEM, AND NEW PRODUCT KNOWLEDGE TO IMPULSE BUYING BEHAVIOR SMARTPHONE IPHONE 5 ON IBOX CONSUMER IN KELAPA GADING 3 MALL NORTH JAKARTA HENDRA KURNIAWAN STIE TRISAKTI
[email protected] Abstract: The purpose of this study was to examine the factors that influence impulse buying behavior. Those factors are excitement, esteem, and new product knowledge. The research sample was 100 consumers smartphone iPhone 5 at iBox Mal Kelapa Gading 3 North Jakarta. Sample selected based on purposive sampling method. Data analysis methods used is a simple regression analysis and multiple regression analysis with SPSS 11.5 programs. The result of simple regression from each independent variables (excitement, esteem, and new product knowledge) having affect to dependent variable (impulse buying behavior) while multiple regression having together affect to dependent variable. Keywords: Excitement, Esteem, New Product Knowledge, Impulse Buying Behavior, Buying Behaviour. Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menguji faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian impuls. Faktor yang dipertimbangkan memiliki pengaruh dalam keputusan pembelian impuls dalam penelitian ini adalah kesenangan, penghargaan dan pengetahuan akan produk. Penelitian ini terdiri dari 100 responden dimana responden dipilih berdasarkan purposive sampling. Responden merupakan mereka yang berkunjung di iBox Mal Kelapa Gading 3 Jakarta Utara. Analisis data menggunakan regresi menggunakan SPSS seri 11.5. Hasil penelitian menunjukan keseluruhan variable independen (kesenangan, penghargaan dan pengetahuan akan produk) memiliki pengaruh terhadap variable dependen (keputusan pembelian impuls) Kata Kunci: keputusan pembelian, impuls, kesenangan, pengetahuan akan produk
43
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 3
PENDAHULUAN Manusia, dalam kehidupan sehari-hari tidak akan pernah lepas dari kebutuhan, baik berupa kebutuhan primer, sekunder maupun tersier. Salah satu cara yang dilakukan manusia untuk memenuhi kebutuhan tersebut yaitu dengan melakukan pembelian. Akan tetapi, seiring dengan adanya perkembangan zaman telah membawa implikasi pada perilaku membeli seseorang. Membanjirnya barang-barang di pasaran mempengaruhi sikap seseorang terhadap pembelian dan pemakaian barang. Dalam pembelian, tiap individu melakukan suatu proses pengambilan keputusan untuk membeli suatu produk yang didasarkan pada kebutuhan dan keinginan. Setiap orang memiliki kebutuhan dan keinginan yang harus dipenuhi. Kadang, produk itu sendiri tidak sepenting kebutuhan dan keinginan individu yang akan dipenuhinya. Timbulnya kebutuhan dan keinginan tersebut disebabkan oleh beberapa faktor seperti faktor sosial, ekonomi, psikologi, perkembangan fisik, religius, dan sebagainya. Pola perilaku pembelian kebanyakan dibangkitkan oleh ketidakmampuan individu untuk mengendalikan dorongan-dorongan untuk membeli (Solomon, 2002). Dorongan utama yang mendorong seseorang untuk melakukan pembelian yaitu dorongan rasional dan emosional. Dorongan rasional adalah dorongan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan yang mengarahkan pada pemilihan atau tindakan yang dapat memberikan
44
November 2014
keuntungan atau kegunaan yang paling baik, sedangkan dorongan emosional adalah dorongan yang mempertimbangkan kriteria yang bersifat pribadi atau subjektif seperti status, harga diri, perasaan cinta, dan lain sebagainya. Para produsen mengemas produk sedemikian rupa serta memanipulasi cara pandang yang dapat mempengaruhi emosi dan sikap konsumen sehingga keputusan dalam pembelian menjauhkannya dari aspek rasional dan fungsional (Gani,2005). Bergesernya pola konsumsi seseorang menyebabkan perubahan perilaku membeli yang dilakukan. Fokus seseorang dalam membeli adalah untuk memuaskan kebutuhan akan produk-produk yang bersifat kebendaan. Pada periode normal, konsumen cenderung akan peka terhadap harga, lebih rasional dan lebih terencana dalam proses membeli. Konsumen juga bisa memprioritaskan antara barang yang harus dibeli terlebih dahulu dengan barang yang ditunda atau dibatalkan, individu juga dapat mempertimbangkan sifat produk secara fungsional. Hanya saja, konsumen terkadang melakukan pembelian yang lebih didasari faktor emosional atau yang dikenal dengan nilai hedonis. Nilai hedonis merupakan konsumsi yang berhubungan dengan perasaan, fantasi, kesenangan, dan panca indera. Keinginan konsumen untuk mencari nilai hedonis dapat menghasilkan adanya impulse buying (Hirschman dan Hoolbrook dalam Rochman, 2009). Hasil studi yang dilakukan Hausman (2000) menemukan bahwa konsumen yang
ISSN: 1410 -9875
berbelanja untuk memuaskan keinginan hedonisnya seperti mencari pengalaman baru, mencari variasi dan kesenangan ternyata berpengaruh signifikan terhadap impulse buying. Pembelian secara emosional dan bersifat hedonis merupakan indikator dan sering dikaitkan dengan impulse buying. Peneliti konsumen dan pemasaran selama periode empat puluh tahun telah mencoba untuk menyerap konsep pembelian impulsif dan mendefinisikan istilah ini dalam perspektif mereka sendiri. Dalam satu penelitian, impulse buying didefinisikan sebagai suatu pembelian yang tidak direncanakan. Dalam penelitian lain oleh Rook (1987) dijelaskan bahwa pembelian impulsif terjadi ketika seorang konsumen merasakan suatu motivasi kuat yang berubah menjadi keinginan untuk membeli satu komoditas dengan segera. Selanjutnya menurut Silvera et al. Seperti yang dikutip dalam Mulyono (2012) impulse buying adalah pembelian yang bersifat hedonis (karena lebih mementingkan masalah kesenangan atau kepuasan), bukan pertimbangan utilitarian yang lebih mementingkan fungsi dari produk yang akan dibeli. Biasanya perilaku membeli impulsif timbul secara tidak sadar pada saat individu melakukan kegiatan yang berkaitan dengan uang dan gaya hidup. Namun ada sejumlah stimulasi-stimulasi yang ditimbulkan oleh berbagai macam faktor. Berdasarkan penelitianpenelitian terdahulu ada beberapa
Hendra Kurniawan
faktor yang menjadi alasan mengapa seseorang terdorong untuk melakukan impulse buying, yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal meliputi dekorasi gerai, pencahayaan, teknik penjualan, dan kegiatan pemasaran seperti yang dikatakan Levy dan Weitz dalam Yarahmadi dan Karbasivar (2011). Impulse buying juga dipengaruhi oleh faktor internal yang terfokus secara langsung pada individu dan karakteristik konsumen, seperti kepribadian dan faktor emosional yang membuat mereka terlibat dalam pembelian impulsif (Kacen and Lee, 2002). Secara umum, dalam ilmu perilaku konsumen, kita dapat membagi produk menjadi dua bagian yaitu produk yang tergolong high involvement dan low involvement. Kategori high involvement adalah produk yang membutuhkan perhatian khusus sebelum pembeli memutuskan transaksi, misalnya komputer, televisi, mobil. Adapun yang termasuk kategori produk low involvement antara lain permen, cokelat dan sejumlah makanan ringan. Produk low involvement biasanya ditandai dengan risiko yang rendah. Walaupun kita salah memilih merek permen, risikonya tidak besar, risiko keuangan ataupun non keuangan. Namun, pada saat ini tidak sepenuhnya impulse buying adalah untuk produk kategori low involvement dengan harga murah. Pembelian impulsif juga bisa terjadi pada kategori produk high involvement, seperti pada produk gadget komputer tablet dan
45
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 3
smartphone yang bukan merupakan barang murah. Perkembangan smartphone di Indonesia pun mengalami peningkatan di tiap tahunnya. Dalam kurun waktu empat tahun, jumlah pengguna piranti pintar ini terus menanjak. Di tahun 2008 jumlah pengguna smartphone di Indonesia hanya 2%. Lalu 2009 naik jadi 5%, mencapai belasan persen pada tahun 2010, tepatnya 13%. Sementara di tahun 2011 jumlahnya pengguna smartphone 17%, dan tahun 2012 kemarin jumlahnya hingga 28%. Di tahun 2013 akan ada kenaikan menjadi 38%. Dengan semakin meningkatnya permintaan dan kebutuhan terhadap smartphone, maka setiap perusahaan berusaha mengeluarkan produk terbaiknya agar mampu bersaing di pasaran. Smartphone-smartphone ini bersaing menjadi produk unggulan yang disukai oleh pengguna smartphone. Berbagai macam smartphone memberikan kualitas yang lebih bagus dari smartphone lain. Smartphone-smartphone tersebut menonjolkan kualitas mereka masing-masing agar menarik daya beli masyarakat. Dengan semakin terkenalnya smartphone di kalangan para pencinta teknologi canggih, dua perusahaan gadget ternama Apple Inc dan Samsung merupakan dua perusahaan yang ikut meluncurkan smartphone ini dan berhasil menjadi pemimpin pasar. Samsung mengeluarkan smartphone berupa Samsung Galaxy Series sedangkan Apple terkenal dengan iPhone.
46
November 2014
Konsumen memiliki beberapa karakteristik yang dapat mempengaruhi keputusannya dalam membeli suatu produk. Karakteristik yang dimaksud adalah excitement dan esteem. Harmanciouglu, Zachary, dan Joseph (2009) menyatakan bahwa untuk produk baru, consumer’s excitement, esteem, dan new product knowledge mempengaruhi seseorang melakukan pembelian impulsif. Excitement adalah emosi positif dan perasaan senang yang dialami oleh konsumen yang dapat mendorong terjadinya pembelian terhadap suatu produk. Esteem merupakan seberapa besar nilai yang ada pada diri individu. Selain itu, salah satu yang mempengaruhi konsumen dalam melakukan pembelian impulsif adalah new product knowledge. Seorang pemasar harus selalu memberikan produk-produk yang paling baru untuk menarik minat konsumen melakukan pembelian. Untuk produk inovatif yang tinggi, pada umumnya individu mempunyai pengetahuan yang masih sedikit mengenai produk tersebut sehingga besar kemungkinan mereka membeli secara impulsif. Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Harmaciouglu et al. (2009) dengan variabel yang sama, yaitu impulse buying behavior sebagai variabel dependen, sedangkan excitement, esteem, dan new product knowledge sebagai variabel independen. Hasil penelitian tersebut mengungkapkan bahwa excitement, esteem, dan new
ISSN: 1410 -9875
product knowledge berpengaruh terhadap impulse buying behavior. Pengaruh yang kuat dari impulse buying behavior terhadap pembelian yang dilakukan oleh konsumen merupakan peluang yang cukup baik bagi seorang pemasar. Pembelian impulsif dapat meningkatkan pembelian dan keuntungan yang diperoleh pemasar, dalam hal ini yaitu suksesnya produk baru di pasaran. Oleh karena itu, peneliti menganggap impulse buying behavior merupakan judul yang menarik untuk diteliti.
KERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Consumer Characteristics Menurut Wells dan Prensky dalam Shwu-Ing (2008) terdapat dua aspek utama dalam melakukan analisis konsumen, yaitu : 1. Consumer background characteristics Karakteristik ini merupakan kepribadian dan pembawaan dari konsumen. Aspek Ini merupakan cara individu menggambarkan diri mereka dan bagaimana orang lain menilai mereka. Karakteristik ini adalah aspek yang stabil dalam kehidupan individu yang tidak dapat diubah. 2. Consumer behavioral processes Aspek ini merupakan motivasi, persepsi, pembelajaran, pembentukan sikap, dan pengambilan keputusan konsumen yang digunakan untuk melakukan kegiatan untuk memenuhi kebutuhan mereka. Berbeda dengan consumer
Hendra Kurniawan
background characteristics, behavioral process dapat dipengaruhi oleh lingkungan seseorang. Sikap seseorang akan lebih mudah untuk dipengaruhi daripada nilai-nilai dan keyakinan. Perilaku Pembelian Konsumen Menurut Blackwell et al. dalam Fouladivanda (2013) perilaku pembelian konsumen adalah “The activities in which people possess and as well, consume and finally dispose products and services.” Menurut Parmar dan Deliya (2012) perilaku pembelian konsumen adalah “Processby which individuals search for, select, purchase, use, and dispose of goods and services, in satisfaction of their needs and wants.” Selanjutnya menurut Brown (2007) perilaku pembelian konsumen adalah “The decision processes and acts of people involved in buying and using products.” Dari definisi diatas maka dapat disimpulkan perilaku pembelian konsumen adalah cara individu, kelompok, atau organisasi dalam mengambil keputusan untuk membeli dan menggunakan produk atau jasa guna memenuhi kebutuhan dan keinginan mereka. Excitement Menurut Russels dalam Wright dan Jayawardhena (2009) definisi excitement adalah “A positive emotional state that consist of high levels of pleasure and arousal. The distinction between feelings and emotions is
47
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 3
important since feelings are also responses to causal-specific stimuli, yet less intense and more fleeting as compared to emotions.” Menurut Wang dan Ying (2006) excitement juga didefinisikan sebagai “The combination of arousal and pleasantness”. Selanjutnya menurut Zerbe et al. (2000, 149) excitement adalah “high on both arousal and pleasantness.” Excitement memberikan pengaruh terhadap pembelian konsumen. Kebanyakan pembelian terjadi ketika konsumen merasakan adanya emosi yang positif (Dunhill, dapat 1999). Excitement menyebabkan hilangnya kontrol diri, sehingga meningkatkan kemungkinan terjadinya impulse buying. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa gairah yang tinggi mengurangi kemampuan individu untuk berpikir terhadap tindakan mereka (Baumeister, 2002). Esteem Menurut Malbi dan Reasoner dalam Naderi et al. (2009) esteem adalah “The overall evaluation of oneself in either or negative way”. Menurut Morry dan Sciangula (2009) esteem adalah “People's evaluations of their own selfworth-that is, the extent to which they view themselves as good, competent, and decent". Selanjutnya menurut Baumeister et al. (2003) esteem adalah “How much value people place on themselves”.
48
November 2014
Rook dan Fisher dalam Harmanciouglu et al. (2009) menemukan bahwa konsumen berusaha untuk menekan kecenderungan impulsif mereka karena mereka menginginkan penghormatan dari orang lain dan tidak ingin dianggap dewasa atau tidak rasional. Belanja dan tidak terkendali pada pembelian impulsif cenderung mendapat penilaian negatif. oleh karena itu, konsumen dengan self-esteem yang tinggi sebisa mungkin mencoba untuk mengontrol atau menghindari perilaku impulsif tersebut. Konsumen berusaha untuk menghindari keputusannya dalam membeli produk secara secara impulse yang timbul karena emosi sesaat tanpa memikirkan tujuan dan manfaat dari pembelin produk tersebut. New Product Knowledge Menurut Booz dan Allen dalam Adiele dan Amue (2012) new product didefinisikan sebagai berikut: 1. New to the world products, yaitu “Products that are innovations “New to the world products” revolutionize existing product categories, or define wholly new ones”. Produk ini merupakan produk baru yang menciptakan pasar baru. Produk baru dapat berupa produk teknologi yang inovatif (Cooper, 2001). Contoh new to the world products adalah Polaroid camera. 2. New category entries (New product lines), yaitu “Products, not new to the world, that take a firm into a new category. The new category is an imitation of an existing product and
ISSN: 1410 -9875
provides entrance markets for a (Cooper, 2001).
Hendra Kurniawan
into new company.”
Produk ini merupakan produk baru yang memungkinkan perusahaan untuk masuk ke pasar yang sudah ada sebelumnya untuk pertama kalinya. Contoh new category entries adalah Hallmark gift items.
3. Addition to product lines: Products that are line extensions, yaitu “new items to the firm, but they fit within an existing product line that the firm already produces.” Produk ini merupakan produk baru yang memberikan tambahan atas produk lama (ukuran, kemasan, rasa, dan sebagainya). Contoh Addition to product lines adalah liquid detergent Bud Light.
4. Product improvements : Current product made better, yaitu “replacements of existing products in a company’s product line.” Produk ini merupakan poduk baru yang menunjuk kan peningkatan kinerja atau nilai dan menggantikan produk lama. Contoh product improvements adalah Honda civic hybrid. 5. Repositioning: Products that are targeted for a new use or a new application, yaitu “a new application for an existing products, is selecting a new market place, solving a new problem and/or serving another market need.”
Produk ini merupakan produk lama yang diarahkan pada pasar atau segmen pasar baru. American Fiber & Yams Company yang menggunakan polypropylene fiber, yang merupakan material dasar tekstil jok, ke segmen pasar baru, yaitu pakaian rajutan. 6. Cost Reductions: Products that are designed to replace existing products at lower cost, yaitu “new products that provide a cost reduction, can replace existing products in the line, but can offer similar benefits and performance at a lower cost.” Produk ini merupakan produk baru yang memberikan kinerja yang sama pada biaya yang sama. Contoh cost reductions adalah acrylic. Serat akrilik yang mendekati wol dapat menggantikan kain wol. Menurut Cooper dalam Cassill et al.(2005) new product adalah “New product as new if it has been on the market for five years or less, and includes extensions and major improvements.” Selanjutnya menurut Belliveau, Griffin dan Somermeyer (2002, 450) new product adalah “A product (either a good or service) new to the firm marketing it. It excludes products that are only changed in promotion”. Product Knowledge Menurut Bettman and Park dalam Bian dan Moutinho (2011) product knowledge didefinisikan sebagai “Characteristic in consumer research that influences all phases in the decision process.”
49
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 3
Menurut Beatty and Smith seperti yang dikutip dalam Hong Lin dan Shya Lin (2007) product knowledge adalah “A perception consumers have towards certain products, including previous experience of using the product.” Selanjutnya menurut Sumarwan (2002, 120) product knowledge adalah semua informasi yang dimiliki konsumen mengenai berbagai macam produk dan jasa, serta pengetahuan lainnya yang terkait dengan produk dan jasa tersebut dan informasi yang berhubungan dengan fungsinya sebagai konsumen. Olshavsky dan Spreng dalam Harmanciouglu et al.(2009) mengatakan bahwa produk akan dikatakan sukses apabila produk lama memenuhi harapan konsumen. Ini dikarenakan konsumen akan mengingat informasi yang terdapat dalam produk. Pada produk baru yang inovatif dimana konsumen kurang memiliki pengetahuan obyektif, pengetahuan subyektif konsumen akan berpengaruh dalam proses keputusan pembelian mereka. Dengan demikian, konsumen percaya bahwa fitur inovatif menambah nilai produk. Konsumen yang mempunyai pengalaman positif sebelumnya dengan produk lama mungkin membutakan mereka terhadap keunggulan produk baru tersebut, dan dengan demikian mengarah pada pembelian impulsif. Terlepas dari keinovatifan suatu produk, pengetahuan subjektif atau pengalaman konsumen dengan produk serupa dapat mendorong
50
November 2014
perilaku pembelian impulsif (Harmanciouglu et al., 2009). Impulse Buying Menurut Silvera et al., yang dikutip dalam Mulyono (2012) impulse buying adalah pembelian yang bersifat hedonis (karena lebih mementingkan masalah kesenangan atau kepuasan), bukan pertimbangan utilitarian yang lebih mementingkan fungsi dari produk yang akan dibeli. Menurut Verplanken dan Herabadi dalam Faber and Kathleen (2007) mendefinisikan impulse buying sebagai “Involving spontaneous and unreflective desires to buy, without thoughtful consideration of why and for what reason a person should have the product.” Selanjutnya menurut Kacen dan Lee (2002) impulse buying adalah “A sudden, compelling, hedonically complex purchasing behavior in which the rapidity of the impulse purchase decision process precludes thoughtfull, deliberate consideration of all information and choice alternatives.” Proses pembelian umumnya dimulai dengan kesadaran akan suatu kebutuhan dan kemudian diikuti dengan melakukan pengumpulan informasi. Setelah kedua tahap ini, tahap ketiga adalah situasi di mana konsumen akan mempunyai beberapa pilihan merek yang dipertimbangkan dan kemudian mengevaluasinya. Setelah itu, baru kemudian memasuki tahap keempat yaitu
ISSN: 1410 -9875
memutuskan dibeli.
Hendra Kurniawan
merek
yang
akan
Pembelian impulsif adalah proses pembelian di mana konsumen melewati tahap pertama, kedua dan ketiga. Konsumen langsung membuat keputusan tanpa melakukan pencarian informasi dan mempertimbangkan berbagai merek. Ini adalah proses pembelian yang benar-benar impulsif. Pada proses membeli impulsif, calon pembeli langsung mengarah kepada suatu produk tertentu. Kebutuhan akan kategori produk tersebut mungkin timbul di bawah sadar, tidak ada informasi yang dicari dan tidak ada merek atau produk lain yang dipertimbangkan (Irawan 2005, 171). Biasanya perilaku membeli impulsif timbul secara tidak sadar pada saat individu melakukan kegiatan yang berkaitan dengan uang dan gaya hidup (Loudon & Bitta, 1984). Ho1: Tidak terdapat pengaruh excitement terhadap impulse buying behavior smartphone iPhone 5 pada konsumen iBox di Mal Kelapa Gading 3 - Jakarta Utara. Ha1:
Terdapat pengaruh excitement terhadap impulse buying behavior smartphone iPhone 5 pada konsumen iBox di Mal Kelapa Gading 3 Jakarta Utara.
Ho2:
Tidak terdapat pengaruh esteem terhadap impulse buying behavior smartphone iPhone 5 pada konsumen iBox di Mal Kelapa Gading 3 Jakarta Utara.
Ha2:
Terdapat pengaruh esteem terhadap impulse buying
behavior smartphone iPhone 5 pada konsumen iBox di Mal Kelapa Gading 3 - Jakarta Utara. Ho3:
Tidak terdapat pengaruh new product knowledge terhadap impulse buying behavior smartphone iPhone 5 pada konsumen iBox di Mal Kelapa Gading 3 - Jakarta Utara.
Ha3:
Terdapat pengaruh new product knowledge terhadap impulse buying behavior smartphone iPhone 5 pada konsumen iBox di Mal Kelapa Gading 3 -Jakarta Utara.
terdapat pengaruh Ho4: Tidak excitement, esteem, dan new product knowledge secara bersama-sama terhadap impulse buying behavior smartphone iPhone 5 pada konsumen iBox di Mal Kelapa Gading 3 - Jakarta Utara. pengaruh Ha4: Terdapat excitement, esteem, dan new product knowledge secara bersama-sama terhadap impulse buying behavior smartphone iPhone 5 pada konsumen iBox di Mal Kelapa Gading 3 - Jakarta Utara.
METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan penelitian kausalitas untuk mengidentifikasi pengaruh excitement, esteem, dan new product knowledge terhadap impulse buying behavior smartphone iPhone 5 pada konsumen iBox di Mal Kelapa Gading 3 Jakarta Utara, sedangkan
51
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 3
untuk menggambarkan karakteristik responden digunakan penelitian deskriptif.
Dalam menentukan jumlah sampel penulis menggunakan rumus slovin, yaitu :
Metode Pengambilan Sampel dan Pengumpulan Data Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah non probability sampling dengan teknik purposive sampling. Objek dalam penelitian ini adalah konsumen berusia 23 tahun ke atas yang merupakan pembeli (buyer) dan pemakai (user) smartphone iPhone 5 di iBox Mal Kelapa Gading 3 Jakarta Utara.
n=
4524
November 2014
n =
N 1 + N (e)²
Dimana : n N
= jumlah sampel = jumlah populasi
e = persentase kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir atau diinginkan dalam penelitian ini. Penghitungan ukuran sampel dalam penelitian ini adalah : = 97, 84
1 + 4524 (0,1)²
Dari hasil penghitungan diatas, maka ukuran sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah 97, 84 responden dibulatkan menjadi 100 reponden.
Definisi Operasional Variabel dan Pengukurannya
Variabel Skala Excitement Likert (X1) (1-5) Esteem (X2) (1-5)
Tabel 1 Tabel Variabel dan Pengukuran Indikator 1. Excitement in the consumer’s life 2. Consumer’s degree of indulgence 3. Consumer’s degree of calmness 1. Degree to which self-respect 2. Respect from others are important 3. Relationship with others are important
New Product knowledge
52
1. Consumer’s knowledge about new product
Likert
ISSN: 1410 -9875
(X3) Likert
Hendra Kurniawan
2. Degree to which consumer hear about new product
(1-5) 3. Degree to which consumer hear about new product compared to others 1. Lack of planning
Impulse Buying Likert Behavior 2. Urgue to buy (Y) 3. Liking of the product Sumber : Harmancioglu et al. (2009), Oneri (2009)
(1-5)
HASIL PENELITIAN Tabel 2 Total Penyebaran Kuesioner Keterangan Data Jumlah kuesioner yang disebar Jumlah kuesioner yang tidak memenuhi kriteria Total sampel yang dapat digunakan Total data yang dijadikan sampel
127 18 109 100
Tabel 3 Statistik Deskriptif Karakteristik Responden N Persentase Jenis Kelamin Pria 58 58% Wanita 42 42% Usia 23-29 tahun 56 56% 30-36 tahun 34 34% 37-43 tahun 7 7% >43 tahun 3 3% Pendidikan terakhir SMU/SMK/Sederajat 2 2% D3 5 5% S1 78 78% S2 15 15% Penghasilan perbulan 5-10 juta 72 72% 11-15 juta 15 15% 16-20 juta 9 9% >20 juta 4 4%
53
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 3
November 2014
Tabel 4 Hasil Hipotesis 1 Model (constant) Excitement
R 0,296
R² 0,088
Berdasarkan tabel 4. hubungan variabel excitement dengan impulse buying behavior memiliki hubungan yang cukup kuat dan positif sebesar 0,296. Variasi variabel impulse buying yang dapat dijelaskan oleh variabel excitement sebesar 8,8%, sedangkan sisanya sebesar 91,2% dijelaskan oleh
B 2,592 0,353
t 5,786 3,072
Sig. 0,000 0,003
variasi variabel lain yang tidak terdapat dalam penelitian. Nilai sig < 0,05 yang berarti terdapat pengaruh excitement terhadap impulse buying behavior. Persamaan regresi variabel excitement adalah: Ŷ = 2,592 + 0,353V1
Tabel 5 Hasil Hipotesis 2 Model (constant) Esteem
R 0,419
R² 0,175
Berdasarkan tabel 5. hubungan variabel esteem dengan impulse buying behavior memiliki hubungan yang cukup kuat dan positif sebesar 0,419. Variasi variabel impulse buying yang dapat dijelaskan oleh variabel esteem sebesar 17,5%, sedangkan sisanya sebesar 82,5% dijelaskan oleh
B 2,030 0,481
t 4,760 4,563
Sig. 0,000 0,000
variasi variabel lain yang tidak terdapat dalam penelitian. Nilai sig < 0,05 yang berarti terdapat pengaruh esteem terhadap impulse buying behavior. Persamaan regresi variabel esteem adalah: Ŷ = 2,030 + 0,481V2
Tabel 6 Hasil Hipotesis 3 Model (constant) New Product Knowledge
R 0,276
R² 0,076
Berdasarkan tabel 6. hubungan variabel new product knowledge dengan impulse buying behavior memiliki hubungan yang cukup kuat dan positif sebesar 0,276. Variasi variabel impulse buying yang dapat dijelaskan oleh variabel new product knowledge sebesar 7,6%, sedangkan sisanya
54
B 2,711
t 6,126
Sig. 0,000
0,341
2,839
0,006
sebesar 92,4% dijelaskan oleh variasi variabel lain yang tidak terdapat dalam penelitian. Nilai sig < 0,05 yang berarti terdapat pengaruh new product knowledge terhadap impulse buying behavior. Persamaan regresi variabel new product knowledge adalah: Ŷ = 2,711 + 0,341V3
ISSN: 1410 -9875
Hendra Kurniawan
Tabel 7 Hasil Pengujian Regresi Berganda Model (constant) Excitement Esteem New Product Knowledge
R 0,279
Adj. R² 0,049
Berdasarkan tabel 7. hubungan variabel excitement, esteem, dan new product knowledge dengan impulse buying behavior memiliki hubungan yang cukup kuat dan positif sebesar 0,279. Variasi variabel impulse buying yang dapat dijelaskan oleh variabel new product knowledge sebesar 4,9%, sedangkan sisanya sebesar 95,1% dijelaskan oleh variasi variabel lain yang tidak terdapat dalam penelitian. Nilai sig < 0,05 yang berarti terdapat pengaruh new product knowledge terhadap impulse buying behavior. Persamaan regresi variabel excitement, esteem, dan new product knowledge adalah: Y = 1,440 – 0,097V1 – 0,113V2 – 0,028 V3 + e PENUTUP Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, maka peneliti dapat mengemukakan kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: Ho1 ditolak, artinya terdapat pengaruh excitement terhadap impulse buying behavior smartphone iPhone 5 pada konsumen iBox di Mal Kelapa Gading 3 Jakarta – Utara, Ho2 ditolak, artinya terdapat pengaruh esteem terhadap impulse buying behavior smartphone iPhone 5 pada
B 1,440 -0,097 -0,113
F 2,709
Sig. 0,049
-0,028
konsumen iBox di Mal Kelapa Gading 3 Jakarta – Utara, Ho3 ditolak, artinya terdapat pengaruh new product knowledge terhadap impulse buying behavior smartphone iPhone 5 pada konsumen iBox di Mal Kelapa Gading 3 Jakarta – Utara, Ho4 ditolak, artinya terdapat pengaruh excitement, esteem, new product, knowledge secara bersama-sama terhadap impulse buying behavior smartphone iPhone 5 pada konsumen iBox di Mal Kelapa Gading 3 - Jakarta Utara. Keterbatasan-keterbatasan dalam penelitian ini antara lain Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini hanya excitement, esteem, dan new product knowledge untuk mempengaruhi variabel dependen, yaitu impulse buying behavior; Penyebaran kuesioner hanya dilakukan pada 100 responden konsumen iPhone 5; Peneliti hanya melakukan penelitian terhadap konsumen iPhone 5 di iBox Mal Kelapa Gading 3 Jakarta Utara. Adapun beberapa saran yang dapat peneliti berikan sehingga dapat berguna bagi penelitian selanjutnya, yaitu: Untuk penelitian yang akan datang disarankan untuk menambahkan variabel independen lainnya selain excitement, esteem, dan new product knowledge yang mungkin
55
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 3
dapat mempengaruhi variabel dependen; Responden penelitian hendaknya menjangkau konsumen iPhone 5 dengan lebih meluas. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui
November 2014
karakteristik yang lebih beragam dari konsumen iPhone 5; Penelitian selanjutnya disarankan dilakukan pada jenis produk yang berbeda selain smartphone.
DAFTAR REFERENSI Adiele, C Kenneth, and Amue, G J. 2012. New product development and consumer innovative behaviour: An empirical validation study. European Journal of Business and Social Sciences, vol. 1, no. 6, pp. 97109. Anderson, David R., Dennis J. Sweeney, and Thomas A. Williams. 2011. Statistics for Business and Economics 11th Edition. South Western: Cengage Learning. Baumeister, Roy F., Campbell, Jennifer D., Krueger, Joachim I., Vohs, D Kathleen. 2003. Does high self-esteem cause better performance, interpersonal, or healthier lifestyles? Journal of Psychological Science, vol. 4, no.1, pp.1-44. Bayley, Geoff, and Nancarrow, Bayley. 1998. Impulse purchasing: a qualitative exploration of the phenomenon", Qualitative Market Research: An International Journal, Vol. 1 Iss: 2, pp.99 – 114. Belliveau, P, Griffin, A & Somermeyer, S. (2002). The PDMA Toolbook for New Product Development. New York: Product Development & Management Association.http://books.google.co.id/books/about/The_PDMA_ToolBoo k_1_for_New_Product_Deve.html?id=kqX5EvT2U8AC&redir_esc=y Bian, Xuemei, and Luiz Moutinho. 2011. Consumer purchase behaviour of counterfeits: direct and indirect effects. European Journal of Marketing, vol. 45, no. 2, pp.191-216. Brown, A. 2007. Consumer Buying Behavior. http:/ /www. udel. edu/ alex/ chapt6.html. Brown, Jonathon D. 2006. The three faces of self-esteem, pp. 4-9. New York: Psychology Press. Fouladivanda, Firoozeh., Pashandi, Maryam Amini, Hooman, Alireza, Khanmohammadi, and Zahra. 2013. The effect of Brand Equity on Consumer Buying Behavior in term of FMCG in Iran. Interdisciplinary Journal of Contemporary Research In Business , vol. 4, no. 9. Cassill, Nancy L., Powell, Nancy B., Choi Wonseok. 2005. New product development and its applications in Textiles. Journal of Textile And Apparel, Technology, And Management, vol. 4, no.4, pp-1-28. Caner, Dincer. 2010. The Influence Of Affect And Cognition On Impulse Buying Behavior. Faber, J Ronald, and Vohs, Kathleen D. 2007. Spent Resources: SelfRegulatory Resource Availability Affects Impulse Buying. Journal of Consumer Research, vol. 33, pp. 537-547.
56
ISSN: 1410 -9875
Hendra Kurniawan
Gujarati, Damodar N. 2009. “Basic Econometric.” 5th Edition. International Edition. Mc Graw-Hill International Edition. Hair, Joseph F., Roph E. Anderson, Ronald, L, Talhan, William, C, Black. 2010. Multivariate Data Analysis. Pearson Pretience Hall. Harmancioglu, Nukhet R., Finney Zachari, Joseph Mathew. 2009. Impulse purchases of new products: an empirical analysis. Journal of Product and Brand Management, vol. 18, no. 1, pp.27-37. Hausman, A. 2000. A multi-method investigation of consumer motivation in impulse buying behavior. Journal of Consumer Marketing, vol. 17 no. 5, pp.403-419. Hong Lin, Nan, and Shya Lin, Bih. 2007. The Effect of Brand Image and Product Knowledge On Purchase Intention Moderated By Price Discount. Journal of International Management Studies, pp.121-132. Irawan, Handi. 2005. Smarter Marketing Moves. PT. Gramedia. Jakarta Japarianto, dan Sugiharto. 2011. Pengaruh shopping life style dan fashion involvement terhadap impulse buying behavior masyarakat high income Surabaya. Jurnal Manajemen Pemasaran, vol. 6, no. 1, April 2011: 32-41. Jiang, Ying, and Wang Lu, Cheng. 2006. The impact of affect on service quality and satisfaction: the moderation of service contexts. Journal of Services Marketing, vol. 20, no. 4, pp. 211-218. Karbasivar, Alireza, and Yarahmadi, Hesti. 2011. Evaluating Effective Factors on Consumer Impulse Buying Behavior. Asian Journal of Business Management, vol. 2, no. 4, pp. 174-181. Kacen, Jacqueline J, and Lee Anne Julie. 2002. The influence of culture on consumer impulsive buying behavior. Journal of Consumer Psychology, vol.12, no.2, pp. 163-176. Kim, Jai Ok, and Jin Byoungho. 2001. Korean consumers' patronage of discount stores: Domestic vs multinational discount store shoppers' profiles. The Journal of Consumer Marketing , vol. 50, pp. 37-47. Kotler, Philip, and Kevin Lane Keller. 2012. Marketing Management. Pearson Pretience Hall. Maciejewski, Jeffrey John. 2000. The role of ethical position and product knowledge in consumer ethical evaluations of advertising content. PhD diss., Marquette University. Maymand, Mohammad M, and Ahmadinejad Mostafa. 2011. Impulse buying: the role of store environmental stimulation and situational factors (An empirical investigation). African journal of Business Management, vol. 5, no.34, pp. 13057-13065. Mulyono, Fransisca. 2012. Faktor demografis dalam pembelian impulsif. Jurnal Administrasi Bisnis, vol. 8, No. 1: hal. 88-105. Naderi, Habibollah., Rohani Abdullah, H. Tengku Aizan, Jamaluddin Sharir, and V. Kumar. 2009. Self-esteem, gender and academic achievement of undergraduate students. American Journal of Scientific Research Issue 3(2009), pp.26-37. Osman, Syuhaily., Fah, Benjamin Chan Yin, and Foon, Yeoh Sok. 2007. Simulation of Sales Promotions towards Buying Behavior among University Students. International Journal of Marketing Studies, vol. 3 no. 3 (Aug 2011): 78-88.
57
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 3
November 2014
Parmar, Bhavesh J, and Deliya Mitul M. 2012. Role of Packaging on Consumer Buying Behavior–Patan District. Global Journal of Management and Business Research, Vol. 12 Issue 10. Peter, Paula C, and Krishnakumar Sukumarakurup. 2010. Emotional intelligence, impulse buying, and self esteem: the predictive validity of two ability measures of emotional intelligence. Academic Journal, vol. 37, pp. 877. Piron, francis. 1991. Defining impulse purchasing. Journal of Consumer Research, vol.18, pp. 509-514. Podoshen, Jeffrey S., and Andrzejewski, Susan A. 2012. An examination of therelationships between materialism, conspicuous, consumption, impulse buying, and brand loyalty. Journal of Marketing Theory and Practice, vol. 20, no. 3. Prabaningrum, Novita., dan Benedicta, Dwiriyanti P. 2006. Gambaran locus of control dan self-esteem (self-liking dan self competence) pada wirausaha wanita., Universitas Atmajaya. Rochman, Fatchur. 2009. Peran nilai hedonik konsumsi dan reaksi impulsif sebagai mediasi pengaruh faktor situasional terhadap keputusan pembelian impulsif di butik kota Malang. Jurnal Aplikasi Manajemen, Vol. 7, no. 2, hal.251-261. Sarwono, Jonathan. 2011. Buku Pintar IBM Statistik 19. Penerbit: PT. Elex Media Komputindo. Sahrah, Alimatus, dan Astari, Rani Atika. 2009. Hubungan antara konformitas dengan perilaku membeli impulsif pada remaja putri. Jurnal Ilmiah Psikologi. Schiffman, Leon G., and Leslie Lazar Kanuk. 2010. Consumer Behavior and Marketing Strategy. Prentice Hall. Sciangula, Antonella, and Morry, Marian M. 2009. Self-esteem and perceived regard: how I see myself affects my relationship satisfaction. The Journal of Social Psychology , vol. 14, no. 2 Seimiene, Eleonora. 2012. Emotional connection of personality traits with brand personality traits: theoretical considerations. Journal Economics and Management: 2012, vol. 17, no. 4. Sekaran, Uma, and Roger Bougie. 2010. Research Methode for Business. John Willey & Sons Ltd. Tambunan, Damelina B, 2009. Atribut yang menjadi pertimbangan konsumen dalam membeli produk perumahan. Jurnal Manajemen Bisnis, vol. 2 no. 2, hal.141-153. Widawati, Lisa. 2011. Analisis perilaku “impulse buying” dan “locus of control” pada konsumen di Carrefour Bandung. Jurnal Sosial dan Pembangunan, vol. xxvii, no. 2, hal. 125-132. Widiastuti, Niken, dan Theresia Widjaja. 2004. Hubungan antara kualitas relasi ayah dengan harga diri remaja putra. Jurnal Psikologi, vol. 2 no. 1. Wright, Tiu Len, and Jayawardhena Chanaka. 2009. An empirical investigation into e-shopping excitement:antecedents and effects. European Journal of Marketing. vol. 43, no. 9/10, pp. 1171-1187.
58
ISSN: 1410 -9875
Hendra Kurniawan
Wu, Shwu-Ing. 2008. The relationship between consumer characteristics and attitude toward online shopping. Marketing Intelligence and Planning, pp-37-44. Zerbe, Wilfred J., Hartel, Charmine J., and Ashkanasy, Neal M., 2000. Emotions in The Workplace, http://www.quorumbooks.com. http://www.detik.com http://www.jogja.tribunnews.com http://www. kompasiana.com http://www.teknojurnal.com http://www.statista.com http://www.waracle.com
59
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 3
Halaman ini sengaja dikosongkan
60
November 2014
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI Vol. 16, No. 1a, Is. 3, November 2014, Hlm. 61-70
ISSN: 1410 - 9875 http: //www.tsm.ac.id/JBA
PENGARUH PELATIHAN DAN PENGEMBANGAN, PARTISIPASI DAN PENILAIAN KINERJA TERHADAP KINERJA ORGANISASI IRMA SATYA INDRIYANTI
[email protected]
Abstract: The company’s development is inseparable from the quality of employees, those who actively make efforts to achieve organizational goal and sustainanbility of organizational life. The aim of this research was to determine the effect of training and development, participation, and performance appraisal towards the organizational performance of SMART, Tbk. This research form used descriptive and associatif causal. A survey questionnaire was utilized to collect data. Respondent were employees at SMART Tbk, Jakarta. This research used purposive sampling method and distributed 105 questionnaire. The data was analyzed with the simple regression and multiple regression. The result showed that training and development, participation, and performance appraisal have a significant influence correlation towards organizational performance of SMART, Tbk. Keyword: Training and development, participation, performance appraisal, organizational. Abstrak: Kualitas karyawan yang baik dan kreatif sangat menentukan tercapainya tujuan perusahaan dan pertumbuhan perusahaan yang berkelanjutan. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan dampak dari pelatihan dan pengembangan karyawan serta penilaian kinerja karyawan terhadap kinerja organisasi di PT. SMART. Penelitian ini menggunakan bentuk deskriptif dan kausal asosiatif. Metode surve melalui penyebaran kuisioner dilakukan untuk mengumpulkan data dari responden. Responden dalam penelitian ini merupakan karyawan dari PT. SMART. Sebanyak 105 kuisioner disebar dan dianalisis dalam penelitian ini, sementara metode purposive sampling digunakan dalam penelitian ini untuk menyebar kuisioner kepada responden. Hasil penelitian menunjukan pengaruh yang signifikan dari pelatihan dan pengembangan karyawan serta penilaian kinerja karyawan terhadap kinerja organisasi di PT. SMART. Kata Kunci: pelatihan karyawan, kinerja karyawan, kinerja organisasi
61
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 3
PENDAHULUAN Industri minyak kelapa sawit merupakan salah satu industri strategis karena berhubungan dengan sektor pertanian (agro based industry) yang banyak berkembang di negara-negara tropis, oleh karena itu Indonesia memiliki kemampuan potensial untuk menjadi pemimpin industri ini. Indonesia menjadi produsen Crude Palm Oil (CPO) terbesar dunia, dengan pesaing-pesaing diantaranya Malaysia, Thailand, Nigeria, dan Columbia. Namun untuk pengembangan produk di Industri Hilir yang mampu menghasilkan devisa lebih besar, Indonesia masih tertinggal dari pesaing utamanya, Malaysia. Selain itu berdasarkan data pustaka litbang Departemen Pertanian, meskipun Indonesia sebagai penghasil CPO terbesar dunia namun saat ini belum mampu menjadi negara acuan (referensi) harga CPO internasional. Pasar perdagangan internasional menjadi tantangan tersendiri bagi pelaku dunia usaha pada sektor industri kelapa sawit. Contohnya seperti isu-isu yang dibuat oleh negara penghasil produk subtitusi (saingan CPO), yaitu negara-negara penghasil minyak dari kacang kedelai dan jagung yang umumnya merupakan negara di Eropa dan Amerika (negara maju). Maka dengan persaingan bisnis yang semakin ketat dan tanpa batas, perusahaan/organisasi yang bergerak di sektor ini tentunya dituntut untuk semakin efektif dalam melakukan pengelolaan agar usaha yang dilakukan mencapai sesuai tujuan bersama (perusahaan)
62
November 2014
dan memberikan hasil yang memuaskan bagi seluruh anggota. Tentunya perusahaan menginginkan untuk dapat bertahan (survive) dalam jangka panjang, berkembang, dan menghasilkan output yang lebih baik disetiap periodenya, oleh karena itu menghadapi gelombang tantangan saat ini seluruh anggota, pimpinan serta jajarannya dituntut untuk memiliki kinerja optimum dan selaras dengan tujuan yang pada akhirnya akan berdampak baik pula bagi kinerja organisasi. Menurut Kuo (2011: 581) dalam jurnal “How to Improve Organizational Performance” manajemen organisasi tradisional dianggap tidak lagi tepat untuk menghadapi tantangan dan peluang dalam lingkungan persaingan modern, oleh karena itu bisnis memerlukan strategi yang kompetitif untuk bertahan dan bereaksi terhadap tantangan tersebut dengan mempertahankan dan meningkatkan kompetensi kompetitif. Globalisasi tidak hanya membuka pasar perdagangan internasional yang banyak membawa kesempatan bisnis, tetapi juga membuka banyak pintu pesaing, dengan demikian karyawan tidak dapat lagi dianggap sebagai “buruh” yang hanya memberikan kontribusi tenaga kerja mereka melainkan sebagai pekerja dengan pengetahuan, oleh karena itu sumber daya manusia merupakan salah satu aset yang paling penting bagi perusahaan yang harus dihargai (Kuo, 2011:582). Hal ini terlihat dengan banyaknya sumber daya manusia yang semakin mobile melintasi batas negara, dan perusahaan berusaha menjangkau
ISSN: 1410 -9875
untuk mendapatkan keterampilan yang sesuai. (Andari, 2005:43) Organisasi seyogianya melihat ke depan dan mempersiapkan diri terhadap situasi lingkungan agar lebih cepat tanggap terhadap perubahan dan perkembangan. Tidak dapat dipungkiri bahwa perkembangan perusahaan sangat dipengaruhi oleh mutu karyawan, selain sebagai aset perusahaan karyawan juga merupakan investasi efektif perusahaan, oleh karena itu mutu sumber daya manusia perlu dikembangkan dan dipelihara melalui pemberdayaan individu dan kelompok (karyawan) secara berkelanjutan. Pemberdayaan merupakan proses pembelajaran bagi karyawan, salah satu bentuk pemberdayaan adalah pelatihan dan pengembangan, Supaya prinsip belajar menjadi pedoman cara belajar, program hendaknya bersifat partisipatif dan relevan sehingga memungkinkan terjadinya alih keahlian serta memberi feedback tentang kemajuan peserta pelatihan (Setiawan, 2012:101) Pemberdayaan aset sumber daya manusia melalui pelatihan dan pengembangan serta mengikutsertakan karyawan untuk berpartisipasi dalam proses organisasi merupakan hal yang seharusnya bersifat kontinuitas, oleh karena itu fungsi kontrol manajemen secara berkesinambungan memantau, mengukur, menilai, dan menganalisa gap serta mencari solusi atau upaya-upaya perbaikan dapat dilakukan secara berkala dalam bentuk penilaian kinerja untuk semakin mendekatkan pada pencapaian tujuan.
Irma Satya Indriyanti
Maka, pelatihan dan pengembangan, partisipasi karyawan serta penilaian kinerja harus dikemas dalam suatu perencanaan utuh sebagai suatu proses pembelajaran bagi anggota organisasi sekaligus sebagai proses untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, sikap dalam pekerjaan, dan tanggung jawab yang pada akhirnya merujuk pada kinerja optimum organisasi. PT Sinar Mas Agro Resources and Technology, Tbk. (SMART) merupakan anak perusahaan induk yaitu Group Sinar Mas Golden Agri Resources. Kegiatan utama SMART adalah penanaman dan pemanenan kelapa sawit, pengolahan tandan buah segar menjadi minyak sawit mentah (CPO) dan palm kernel, dan pemurnian CPO menjadi produk bernilai tambah seperti minyak goreng, margarin, butter, dll. Maka dapat dikatakan PT SMART Tbk merupakan perusahaan yang lengkap dalam pengelolaan bisnis kelapa sawit karena tidak hanya berkonsentrasi pada proses industri hulu tetapi juga hilir yaitu meningkatkan nilai dengan pengembangan produk utama. Sejak didirikan pada tahun 1962, PT SMART Tbk sebagai entitas bisnis yang mampu membuktikan untuk tumbuh dan terus berkembang. RERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Pelatihan dan Pengembangan Pelatihan dan pengembangan merupakan program-program yang dirancang sebagai upaya untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan kerja yang diperlukan untuk pekerjaan saat ini dan mengarahkan perilaku atau sikap
63
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 3
kerja yang dikehendaki untuk mempersiapkan perubahanperubahan dengan fokus jangka panjang. Partisipasi Bentuk keterlibatan karyawan dengan memberikan ruang bagi mereka bekerja sama untuk berkontribusi terhadap tujuan bisnis sehingga menciptakan pemahaman dan komitmen pada organisasi serta tanggung jawab atas pekerjaannya.
November 2014
Penilaian Kinerja Suatu sistem yang dirancang untuk menilai kinerja karyawan dengan standard kinerja pekerjaan mereka dimana hasil penilaian tersebut menjadi bahan yang dievaluasi penyelia untuk memberikan umpan balik atau pengembangan yang tepat. Kinerja Organisasi Tingkat pencapaian sasaran atas fungsi-fungsi atau indikatorindikator suatu pekerjaan dari keseluruhan unit-unit yang ada dalam organisasi tersebut dalam rangka mencapai tujuan bersama selama kurun waktu tertentu.
Pelatihan dan Pengembangan Partisipasi
Kinerja Organisasi
Penilaian Kinerja
Gambar 1 Model Penelitian Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, oleh karena itu rumusan masalah penelitian biasanya disusun dalam bentuk kalimat pertanyaan. (Sugiyono, 2009:93) Rumusan hipotesis sebagai berikut : Ho1 Tidak terdapat pengaruh pelatihan dan pengembangan terhadap kinerja organisasi PT SMART Tbk.
64
Ha1
Ho2
Ha2
Ho3
Terdapat pengaruh pelatihan dan pengembangan terhadap kinerja organisasi PT SMART Tbk Tidak terdapat pengaruh partisipasi terhadap kinerja organisasi PT SMART Tbk Terdapat pengaruh partisipasi terhadap kinerja organisasi PT SMART Tbk Tidak terdapat pengaruh penilaian kinerja terhadap
ISSN: 1410 -9875
Ha3
Ho4
Ha4
Irma Satya Indriyanti
kinerja organisasi PT SMART Tbk terdapat pengaruh penilaian kinerja terhadap kinerja organisasi PT SMART Tbk Tidak terdapat pengaruh pelatihan dan pengembangan, partisipasi dan penilaian kinerja secara bersama-sama terhadap kinerja organisasi PT SMART Tbk Terdapat pengaruh pelatihan dan pengembangan, partisipasi dan penilaian kinerja secara bersama-sama terhadap kinerja organisasi PT SMART Tbk
METODA PENELITIAN Berdasarkan karakteristik masalah penelitian, maka penelitian ini bersifat deskriptif dan asosiatif kausal. Penelitian ini dilakukan di PT Sinar Mas Agro Resources and Technology (PT SMART, Tbk) dengan obyek penelitian yaitu karyawan head office tingkat staff yang berlokasi di Plaza BII Tower II Lt.10. Jl. MH. Thamrin No.51, Jakarta. Responden diberikan lembar pertanyaan (kuesioner) untuk dijawab. Dalam kuesioner tersebut diajukan 24 pertanyaan berdasarkan penelitian ini.
Tabel 1 Indikator Variabel No. 1
Variabel Independen (X) Pelatihan dan Pengembangan
2
Partisipasi
3
Penilaian Kinerja
No 1
Variabel Dependen (Y) Kinerja Organisasi
Indikator 1. 2. 3. 1. 2. 3. 4. 1. 2. 3.
Pengetahuan Keterampilan kerja Sikap kerja Keterlibatan Kerja sama Loyalitas Tanggung jawab Standard kinerja Sistem Penilaian Umpan balik Indikator
1. 2. 3. 4. 5.
Kualitas produk Daya Tarik Perusahaan Retensi Karyawan Kepuasan pelanggan Hubungan Manajemen dengan Karyawan 6. Hubungan antar Karyawan
Skala Pengukuran Likert
Likert
Likert
Skala Pengukuran Likert
65
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 3
HASIL PENELITIAN Karakteristik Responden Jenis Kelamin - diketahui bahwa jumlah responden berjenis kelamin laki-laki berjumlah 56 orang dengan tingkat persentase 53,3%, sedangkan jumlah responden perempuan berjumlah 49 orang dengan persentase 46,7%. Usia - jumlah responden berdasarkan usia yaitu responden berusia 21-26 tahun berjumlah 43 orang dengan persentase 41%, responden berusia 27-32 tahun berjumlah 30 orang dengan persentase 28,6%, responden berusia 33-38 tahun berjumlah 17 orang dengan persentase 16,2%, responden berusia 39-44 tahun berjumlah 6 orang dengan persentase 5,7%, responden berusia 45-50 tahun berjumlah 6 orang dengan persentase 5,7%, dan responden berusia 51-56 tahun berjumlah 3 orang dengan persentase 2,9% Pendidikan - bahwa jumlah responden berdasarkan pendidikan D3 berjumlah 13 orang dengan persentase 12,4%, S1 berjumlah 80 orang dengan persentase 76,2%, S2 berjumlah 7 orang dengan persentase 6,7%, sedangkan 4,8% persen lainnya sejumlah 5 orang mengenyam pendidikan dibawah D3 diantaranya D2 dan SMA. Reliabilitas dan Validitas diketahui bahwa variabel independen pelatihan dan pengembangan mempunyai cronbach alpha sebesar 0,806 variabel partisipasi mempunyai cronbach alpha sebesar 0,809 variabel penilaian kinerja mempunyai cronbach alpha sebesar 0,744 dan variabel dependen
66
November 2014
kinerja organisasi mempunyai cronbach alpha sebesar 0,825. Syarat dikatakan reliabel adalah bila nilai cronbach alpha > 0,60 sehingga dapat disimpulkan bahwa semua variabel dalam penelitian ini reliabel karena memiliki nilai cronbach alpha > 0,60. Merujuk pada tabel penghitungan spss diketahui bahwa semua variabel independen (pelatihan & pengembangan, partisipasi, dan penilaian kinerja) dan variabel dependen (kinerja organisasi) mempunyai r hitung positif serta r hitung > r tabel, sehingga dapat disimpulkan bahwa semua variabel dalam penelitian ini adalah valid. Maka, instrumen dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Skewness Kurtosis – Normalitas Dilihat dari tabel hasil perhitungan Zskewness dan Zkurtosis memiliki nilai kurang dari Ztabel dengan nilai kritis -1,96 dan +1,96 yaitu Zskewness -0,79 dan Zkurtosis 1,16 sehingga dapat disimpulkan bahwa data terdistribusi dengan normal. Multikolinearitas Diketahui bahwa semua variabel independen yaitu pelatihan dan pengembangan, partisipasi, dan penilaian kinerja angka tolerancenya > 0,1 dan angka variance influence factor-nya (VIF) < 10 sehingga dapat dikatakan bahwa tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas atau tidak terjadi multikolinearitas. Heteroskedatisitas Berdasarkan gambar 4.6. (grafik scatterplot) dapat dilihat bahwa titik - titik menyebar diatas dan
ISSN: 1410 -9875
dibawah angka 0 pada sumbu Y dan tidak membentuk suatu pola, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedatisitas atau disebut juga homoskedatisitas. Berdasarkan hasil output uji Gletsjer pada variabel pelatihan pengembangan memiliki nilai sig sebesar 0,307 lebih besar dari 0,05. Variabel kedua yaitu partisipasi memiliki nilai sig sebesar 0,827 lebih besar dari 0,05 dan variabel ketiga yaitu penilaian kinerja memiliki nilai sig sebesar 0,533 lebih besar dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa tiap variabel yang ada tidak terjadi heteroskedatisitas (nilai sig > 0,05)
Irma Satya Indriyanti
sebesar 8.559 dan t tabel yaitu 1.980 yang didapat dari tabel t (lampiran). Nilai t hitung terletak di daerah penolakan Ho, yang artinya Ho1 ditolak dan Ha1 diterima oleh karena itu terdapat pengaruh pelatihan dan pengembangan terhadap kinerja organisasi PT SMART Tbk.
Autokorelasi diketahui bahwa nilai DW sebesar 1,769 jika dibandingkan dengan nilai tabel statistik d Durbin – Watson (lampiran) dengan menggunakan tingkat keyakinan 5% jumlah sampel 105 dan jumlah variabel bebas 3, maka didapat dl =1,61 dan du = 1,74 karena nilai DW 1,769 lebih besar dari batas atas (du) 1,74 dan kurang dari 2,26 (4-du) maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat autokorelasi.
Uji Hipotesis 2 Coefficient Correlation (R) sebesar 0,682 yang berarti partisipasi (X2) memiliki hubungan yang kuat terhadap kinerja organisasi PT SMART Tbk (Y) dan angka R square sebesar 0,466 yang artinya dijelaskan besarnya variasi variabel kinerja organisasi PT SMART Tbk dapat dijelaskan oleh variabel partisipasi (X2) sebesar 46,6%. Dan diketahui bahwa nilai t hitung > t tabel, dimana nilai t hitung yang didapat dari tabel 4.16. yaitu sebesar 9.475 dan t tabel yaitu 1.980 yang didapat dari tabel t (lampiran). Nilai t hitung terletak di daerah penolakan Ho, yang artinya Ho2 ditolak dan Ha2 diterima oleh karena itu terdapat pengaruh partisipasi terhadap kinerja organisasi PT SMART Tbk.
Uji Hipotesis 1 Coefficient Correlation (R) sebesar 0,644 yang berarti pelatihan dan memiliki pengembangan (X1) hubungan yang kuat terhadap kinerja organisasi PT SMART Tbk (Y) dan angka R square sebesar 0,414 yang artinya dijelaskan besarnya variasi variabel kinerja organisasi PT SMART Tbk. dapat dijelaskan oleh variabel pelatihan dan pengembangan (X1) sebesar 41.4%. Dan diketahui bahwa nilai t hitung > t tabel, dimana nilai t hitung yang didapat dari tabel 4.16. yaitu
Uji Hipotesis 3 Coefficient Correlation (R) sebesar 0,619 yang berarti penilaian kinerja (X3) memiliki hubungan yang kuat terhadap kinerja organisasi PT SMART Tbk (Y) dan angka R square sebesar 0,383 yang artinya besarnya variasi variabel kinerja organisasi PT SMART Tbk dapat dijelaskan oleh variabel penilaian kinerja (X3) sebesar 38,3%. Dan diketahui bahwa nilai t hitung > t tabel, dimana nilai t hitung yang didapat dari tabel 4.16. yaitu sebesar 7.988 dan t tabel yaitu
67
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 3
1.980 yang didapat dari tabel t (lampiran). Nilai t hitung terletak di daerah penolakan Ho, yang artinya Ho3 ditolak dan Ha3 diterima oleh karena itu terdapat pengaruh penilaian kinerja terhadap kinerja organisasi PT SMART Tbk. Uji Hipotesis 4 Coefficient Correlation (R) sebesar 0,764 yang berarti pelatihan dan pengembangan (X1), partisipasi (X2) dan penilaian kinerja (X3) memiliki hubungan yang kuat terhadap kinerja organisasi PT SMART Tbk (Y) dan angka adjusted R square sebesar 0,572 yang artinya dijelaskan besarnya variasi variabel kinerja organisasi PT SMART Tbk. dapat dijelaskan oleh variabel pelatihan pengembangan (X1), partisipasi (X2) dan penilaian kinerja (X3) sebesar 57,2%. diketahui F hitung terletak pada daerah penolakan Ho, karena F hitung > F tabel (47.310 > 2.70) maka dapat dikatakan bahwa Ho4 ditolak dan Ha4 diterima yang artinya terdapat pengaruh pelatihan dan pengembangan, partisipasi, dan penilaian kinerja secara bersama-sama terhadap kinerja organisasi PT SMART Tbk. Analisis Regresi : 1. Nilai Konstanta sebesar 1.228 artinya jika nilai pelatihan dan pengembangan (X1), partisipasi (X2) dan penilaian kinerja (X3) adalah 0 maka nilai kinerja organisasi (Y) sebesar 1.228. 2. Setiap kenaikan 1 satuan nilai pelatihan dan pengembangan (X1) akan meningkatkan kinerja organisasi (Y) sebesar 0,277 satuan, jika nilai variabel
68
November 2014
partisipasi (X2) dan penilaian kinerja (X3) dianggap konstan. 3. Setiap kenaikan 1 satuan nilai akan partisipasi (X2) meningkatkan kinerja organisasi (Y) sebesar 0,335 satuan, jika nilai variabel pelatihan dan dan pengembangan (X1) penilaian kinerja (X3) dianggap konstan. 4. Setiap kenaikan 1 satuan nilai penilaian kinerja (X3) akan meningkatkan kinerja organisasi (Y) sebesar 0,333 satuan, jika nilai variabel pelatihan dan dan pengembangan (X1) partisipasi (X2) dianggap konstan. KESIMPULAN Berdasarkan pengolahan data dari pengumpulan data yang telah dilakukan dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Ho1 ditolak, Ha2 diterima yang artinya terdapat pengaruh pelatihan dan pengembangan terhadap kinerja organisasi PT SMART Tbk 2. Ho2 ditolak, Ha2 diterima yang artinya terdapat pengaruh partisipasi karyawan terhadap kinerja organisasi PT SMART Tbk 3. Ho3 ditolak, Ha3 diterima yang artinya terdapat pengaruh penilaian kinerja terhadap kinerja organisasi PT SMART Tbk 4. Ho4 ditolak, Ha4 diterima yang artinya terdapat pengaruh pelatihan dan pengembangan, partisipasi karyawan, dan penilaian kinerja secara bersama-sama terhadap kinerja organisasi PT SMART Tbk
ISSN: 1410 -9875
Irma Satya Indriyanti
REFERENSI Daft,Richard L.2008.The Leadership Experiance .Ohio : Thomson-South Western. Daft,Richard L. 2011. Leadership 5th Edition, International Edition. SouthWestern : Cengage Learning. Dessler Gary.2013. Human Resource Management.Job appraisal.Thirteenth Edition.The MC Graw Hill companies,Inc. Gomes,Faustino Cardoso.2003.Manajemen Sumber daya Manusia.Yogyakarta : Penerbit Andi. Gujarati, Damodar N. 2009. Basic Econometrics. McGraw Hill Higher Education. Hair, Joseph. F, William. C. Black, Barry J. Babin, Rolph E. Anderson, and Ronald L.Tatham. 2010. Multivariate Data Analysis: A Global Prespentive, seven edition. New Jersey: Pearson Education. Kreitner, Robert, and Angelo Kinicki. 2008. Organizational Behaviour edition eight. Edition: Boston :Mc graw Hill . Mangkunegara,Anwar Prabu2009.Manajemen Sumber Daya Manusia.Bandung : Rosda. Mathis,Robert L.and Jackson,John H.2006.Human Resource management edition 11th.Edition:Mason south western. Mangkunegara ,A.A.Anwar Prabu.2011.Manajemen Sumber Daya Manusia.Perusahaan Bandung : Remaja Rosda Karya. Milkovich ,George T,and Jerry M Newman.2008.Compensation.Mc graw Hill. Panggabean,2002.Manajemen Sumber Daya Manusia.Penerbit : Erlangga Panggabean,2004.Manajemen Sumber Daya Manusia.Penerbit : Erlangga Pelham,Alfred.M.2000.Organizational strategy :Structure and process.New York,MC Graw Hill. Robbins, Stephen P.2005.Perilaku Organisasi.Jakarta:Erlangga. Robbins, Stephen P. and Judge, Timothy A. 2012. Organizational Behavior 15 th Edition. New Jersey: Pearson Prentice Hall. Robert L.Mathis.2006. Human Resource management.Edition 10.Jakarta :Salemba Empat. Sanders,Donald H,and Robert K.Smith.2000.Statistic : A first choice.New York : MC Graw. Sedarmayanti 2011.Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja.Bandung : PT.mandar Maju. Sekaran, Uma and Bougie Roger. 2010. Research Methods for Business. New Jersey: Jhon Wiley and Sons. Sweeney, Paul D. And Dean B. McFarlin. 2002. Organizational Behaviour Solutions for Management. McGraw Hill. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta. Sutrisno, Edy. 2014. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Kencana.sssssss. Sugiyono. 2012. “Metode Penelitian Bisnis”. Bandung : Alfabeta.
69
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 3
Halaman ini sengaja dikosongkan
70
November 2014
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI Vol. 16, No. 1a, Is. 3, November 2014, Hlm. 71-84
ISSN: 1410 - 9875 http: //www.tsm.ac.id/JBA
VARIABEL–VARIABEL YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN PUBLIK NON KEUANGAN GLENN MARTINUS MARJONO STIE Trisakti
[email protected] Abstract: The purpose of this study is to obtain empirical evidence about the variables which influence capital structure. Independent variables used in this research are return on equity, return on assets, liquidity, firm size, business risk, assets structure, assets growth, and dividend. The population used in this study are non-financial companies listed in Indonesia Stock Exchange (IDX) from the period of 2009 to 2012. Sample selection procedure carried out by implementing purposive sampling method. Data are analyzed using multiple regression analysis. The empirical result indicates that return on equity, return on assets, liquidity, business risk, assets structure, and assets growth have influence toward capital structure. Other independent variables such as firm size and dividend do not have influence toward capital structure. Keywords: Capital Structure, Return on Equity, Return on Assets, Liquidity, Firm Size, Business Risk, Assets Structure, Assets Growth, and Dividend. Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh bukti empiris tentang variabel yang mempengaruhi struktur modal. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah return on equity, return on asset, likuiditas, ukuran perusahaan, risiko bisnis, struktur aset, pertumbuhan aset, dan dividen. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan non - keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari periode 2009 ke 2012. Contoh prosedur seleksi dilakukan dengan menerapkan metode purposive sampling. Data dianalisis menggunakan analisis regresi berganda. Hasil empiris menunjukkan bahwa return on equity, return on asset, likuiditas, risiko bisnis struktur aset, dan pertumbuhan aset berpengaruh terhadap struktur modal. Variabel independen lainnya seperti ukuran perusahaan dan dividen tidak berpengaruh terhadap struktur modal. Kata kunci: Struktur Modal, Return on Equity, Return on Assets, Likuiditas , Ukuran Perusahaan, Risiko Bisnis, Struktur Aktiva, Pertumbuhan Aset, dan Dividen.
71
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 3
PENDAHULUAN Bagi Indonesia, pemantapan sektor perekonomian sangat perlu dilakukan, pasca krisis ekonomi tahun 1998. Dimana dari total utang luar negeri per Maret 1998 yang mencapai 138 milyar dollar AS, sekitar 72,5 milyar dollar AS adalah utang swasta yang dua pertiganya jangka pendek, dimana sekitar 20 milyar dollar AS akan jatuh tempo dalam tahun 1998. Sementara pada saat itu cadangan devisa hanya tersisa sekitar 14,44 milyar dollar AS. Krisis yang membuka kerapuhan fundamental ekonomi ini dengan cepat merambah ke semua sektor. Anjloknya rupiah secara dramatis, menyebabkan pasar uang dan pasar modal juga merosot, bank-bank nasional dalam kesulitan besar bahkan juga surat utang pemerintah terus merosot ke level bawah. Dilihat dari sisi perusahaan, dampak dari krisis tersebut adalah peningkatan tingkat utang terhadap equity perusahaan (Debt to Equity Ratio). Hal ini menjadi kurang baik mengingat sumber pendanaan ternyata diperoleh dari sisi eksternal, memberikan risiko yang jauh lebih besar daripada modal dari sisi internal perusahaan. Perusahaan yang tidak cermat dalam mengambil keputusan akan mengalami risiko keuangan yang meliputi kemungkinan ketidakmampuan perusahaan untuk membayar kewajibannya dan kemungkinan ketidakmampuan tidak tercapainya tingkat laba yang ditargetkan perusahaan (Daulay 2009). Struktur permodalan banyak dipengaruhi oleh berbagai macam
72
November 2014
faktor, bahkan setiap negara mempunyai faktor-faktor khusus tersendiri yang dapat mempengaruhi struktur modal itu sendiri secara langsung. Keputusan struktur modal yang diambil oleh manager tersebut tidak saja berpengaruh terhadap profitabilitas, tetapi juga berpengaruh terhadap risiko keuangan yang dihadapi perusahaan. Berdasarkan penjelasan diatas, tampak bahwa keputusan struktur modal merupakan keputusan yang sangat penting bagi kelangsungan hidup perusahaan, maka penulis tertarik untuk melakukan kajian empiris, terhadap variabel-variabel yang mempengaruhi struktur modal perusahaan, khususnya pada perusahaan publik non keuangan. Tujuan penelitian adalah untuk mendapatkan bukti empiris mengenai pengaruh profitabilitas dengan pengukuran return on equity, profitabilitas dengan pengukuran return on assets, tingkat likuiditas, ukuran perusahaan, risiko bisnis, struktur aktiva, pertumbuhan aktiva, dan dividen berpengaruh terhadap struktur modal. RERANGKA TEORITIS Teori Struktur Modal Gitman dan Zutter (2012, 523) tentang struktur modal “Capital structure is one of the most complex areas of financial decision making because of its interrelationship with other financial decision variables”. Struktur modal juga dapat diartikan sebagai pembelanjaan permanen di mana mencerminkan perimbangan antara utang jangka panjang
ISSN: 1410 -9875
dengan modal 2010, 22).
Glenn Martinus Marjono
sendiri
(Riyanto
Teori Keagenan Teori keagenan menyangkut hubungan kontraktual antara anggota-anggota di perusahaan. Jensen dan Meckling (1976) menjelaskan bahwa hubungan agensi terjadi ketika satu orang atau lebih (principal) mempekerjakan orang lain (agent) untuk memberikan suatu jasa dan kemudian mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan. Yang disebut principal adalah pemegang saham atau investor dan yang dimaksud agent adalah manajemen yang mengelola perusahaan. Inti dari hubungan keagenan adalah adanya pemisahan fungsi antara kepemilikan di investor dan pengendalian di pihak manajemen. Pecking Order Theory Pecking order theory merupakan teori yang menjelaskan bahwa lebih memilih pendanaan internal daripada eksternal perusahaan, karena laba ditahan lebih murah dan tidak perlu melakukan pengungkapan informasi perusahaan pada saat menerbitkan obligasi maupun saham baru. Sedangkan dana dari eksternal memiliki risiko yang cukup besar dan perlu melakukan pengungkapan (Daulay 2009). Pecking order theory menyatakan bahwa perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang cepat harus lebih banyak mengandalkan pada modal eksternal. Dengan demikian perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi cenderung lebih banyak menggunakan utang (Firnanti 2011).
Return on Equity Brigham dan Houston (2012, 476) mengatakan bahwa perusahaan dengan tingkat pengembalian yang tinggi atas investasi menggunakan utang yang relatif kecil. Rasio yang dapat digunakan dalam rasio profitabilitas yaitu, return on equity menggambarkan tingkat return yang dihasilkan perusahaan bagi pemegang saham (Joni dan Lina, 2010). Return on Assets Rasio profitabilitas merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba (profitabilitas) pada tingkat penjualan, aktiva, dan modal. Return on Assets menunjukkan seberapa besar kemampuan perusahaan menghasilkan laba dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya (Joni dan Lina, 2010). Tingkat Likuiditas Menurut Riyanto (2010, 25) masalah likuiditas adalah berhubungan dengan masalah kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansialnya yang segera harus dipenuhi. Dengan kata lain dapatlah dikatakan bahwa pengertian likuiditas dimaksudkan sebagai perbandingan antara jumlah uang tunai dan aktiva lain yang dapat disamakan dengan uang tunai disatu pihak dengan jumlah utang lancar di lain pihak (Riyanto 2010, 26). Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan merupakan gambaran kemampuan finansial perusahaan dalam suatu
73
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 3
periode tertentu. Ukuran perusahaan yang besar, dianggap sebagai suatu indikator yang menggambarkan tingkat risiko bagi investor untuk melakukan investasi pada perusahaan tersebut, karena jika perusahaan memiliki kemampuan finansial yang baik, maka diyakini bahwa perusahaan tersebut juga mampu memenuhi segala kewajibannya serta memberikan tingkat pengembalian yang memadai bagi investor (Joni dan Lina, 2010). Risiko Bisnis Gitman dan Zutter (2012, 527) tentang risiko bisnis “We define business risk as the risk to the firm of being unable to cover its operating costs”. Risiko bisnis dapat terjadi bila perusahaan memiliki utang yang terlalu tinggi porsinya. Hal ini dikarenakan perusahaan perlu untuk menyediakan dana dalam jumlah yang memadai guna persiapan pelunasan utangnya serta adanya beban bunga yang ditanggung perusahaan (Joni dan Lina, 2010). Struktur Aktiva Struktur aktiva mencerminkan dua komponen aktiva secara garis besar dalam komposisinya yaitu aktiva lancar dan aktiva tetap. Aktiva lancar adalah uang kas dan aktiva-aktiva lain yang dapat direalisasikan menjadi uang kas atau dijual atau dikonsumsi dalam suatu periode akuntansi yang normal. Sedangkan aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dibangun lebih dahulu yang digunakan dalam operasi perusahaan, tidak dimasukan untuk dijual dalam
74
November 2014
rangka kegiatan normal perusahaan dan mempunyai masa (Seftianne dan Handayani, 2011). Pertumbuhan Aktiva Pertumbuhan aktiva pada dasarnya menggambarkan bagaimana perusahaan menginvestasikan dana yang ia miliki untuk kegiatan operasi dan investasi. Firnanti (2011) mengemukakan bahwa pertumbuhan perusahaan menjadi salah satu tanda dalam menilai kemampuan perusahaan untuk membayar utang-utangnya dan kemudahan perusahaan untuk memperoleh pendanaan eksternal. Dividen Menurut Joni dan Lina (2010) pembayaran dividen dapat menggambarkan kondisi keuangan perusahaan, karena perusahaan diasumsikan akan membayar dividen hanya jika perusahaan mendapatkan laba yang dan memiliki dana internal yang memadai. Penelitian Terdahulu Hasil penelitian yang dilakukan oleh Nawaz et al. (2011), Sari dan Haryanto (2013) menunjukkan bahwa return on equity berpengaruh terhadap struktur modal. Namun bertentangan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Alamsyah (2011) yang menyatakan bahwa return on equity tidak berpengaruh terhadap struktur modal. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Nawaz et al. (2011), Hasan (2006), Damayanti (2013), Joni dan Lina (2010), Kartika (2009) menunjukkan bahwa
ISSN: 1410 -9875
return on assets berpengaruh terhadap struktur modal. Namun hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Seftianne dan Handayani (2011) dan Kennedy et al. (2011) yang menunjukkan bahwa return on assets tidak berpengaruh terhadap struktur modal. Hasil penelitian Sudarno (2006), dan Sari dan Haryanto (2013) menujukkan bahwa likuiditas berpengaruh negatif atau berlawanan arah terhadap struktur modal. Namun, bertentangan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Furi dan Saifudin (2012), Seftianne dan Handayani (2011), dan Alamsyah (2011) yang menyatakan bahwa variabel likuiditas tidak berpengaruh terhadap struktur modal. Berdasarkan penelitian Furi dan Saifudin (2012), Wijayanti dan Janie (2012), Indrajaya et al. (2011), Seftianne dan Handayani (2011), Damayanti (2013), Hasan (2006), Sari dan Haryanto (2013), dan Kennedy et al. (2011) menyatakan bahwa variabel ukuran perusahaan berpengaruh terhadap struktur modal. Namun hasil penelitian ini bertentangan dengan hasil penelitian Utami (2009), Joni dan Lina (2010), Sudarno (2006), dan Firnanti (2011), dan Daulay (2009) yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap struktur modal. Hasil penelitian Prabansari dan Kusuma (2005), Furi dan Saifudin (2012) menyatakan bahwa variabel risiko bisnis berpengaruh terhadap struktur modal. Namun hasil penelitian ini bertentangan dengan Indrajaya et al. (2011), Joni dan Lina (2010), Firnanti (2011),
Glenn Martinus Marjono
Seftianne dan Handayani (2011), Utami (2009) yang menyatakan bahwa variabel risiko bisnis tidak berpengaruh terhadap struktur modal. Berdasarkan hasil penelitian Utami (2009), dan Kennedy at al. (2011), Joni dan Lina (2010), Indrajaya et al. (2011), Wijayanti dan Janie (2012), Hasan (2006) menyatakan bahwa variabel struktur aktiva berpengaruh terhadap struktur modal. Namun penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Seftianne dan Handayani (2011), Furi dan Saifudin (2012), Damayanti (2013), dan Sari dan Haryanto (2013) yang menunjukkan bahwa variabel struktur aktiva tidak berpengaruh terhadap struktur modal. Berdasarkan hasil penelitian Joni dan Lina (2010), dan Firnanti (2011) menyatakan bahwa pertumbuhan aktiva berpengaruh positif terhadap struktur modal. Penelitian ini bertentangan dengan penelitian Wijayanti dan Janie (2012), Indrajaya et al. (2011), Sari dan Haryanto (2013), Daulay (2009), dan Utami (2009) yang menunjukkan bahwa pertumbuhan aktiva tidak berpengaruh terhadap struktur modal. Hasil penelitian Erkaningrum (2008) menunjukkan bahwa variabel dividen berpengaruh negatif terhadap struktur modal. Namun hasil ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sudarno (2006), Hasan (2006), dan Joni dan Lina (2010) menyatakan variabel dividen tidak berpengaruh terhadap struktur modal.
75
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 3
METODE PENELITIAN Populasi dari penelitian ini adalah perusahaan non keuangan yang terdapat pada Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2012. Pengambilan sampel penelitian menggunakan metode purposive sampling. Adapun kriteria pemilihan sampel tersebut adalah sebagai berikut: 1. Perusahaan non keuangan yang konsisten terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2012, 2. Perusahaan non keuangan yang menyajikan laporan keuangannya dalam mata uang Rupiah, 3. Perusahaan non keuangan yang laporan keuangannya berakhir tanggal 31 Desember, 4. Perusahaan non keuangan yang melaporkan laba bersih selama periode pengamatan, dan 5. Perusahaan non keuangan yang membagikan dividen secara konsisten selama periode pengamatan. DER diukur dengan menggunakan formulasi sebagai berikut (Nawaz et al. 2011): ����� ����������� ��� � ����� ������� ������ Untuk variabel return on equity diberikan simbol ROE. Return on Equity diukur dengan menggunakan formulasi sebagai berikut (Nawaz et al. 2011): ��� ������ ��� � ����� ������� ������ Untuk variabel return on assets diberikan simbol ROA. Cara pengukuran ROA yang digunakan mengacu pada formula yang
76
November 2014
digunakan oleh (Nawaz et al. 2011) sebagai berikut : ��� ������ ��� � ����� ������ Current Ratio yang disimbolkan dengan CR dan diukur dengan menggunakan formulasi sebagai berikut (Seftianne dan Handayani 2010): Aktiva Lancar �� � Utang Lancar Ukuran perusahaan merupakan gambaran kemampuan finansial perusahaan dalam periode tertentu (Joni dan Lina 2010). Dengan menggunakan pengukuran sebagai berikut (Seftianne dan Handayani 2011): SIZE = ln (Total Aktiva) Dimana : Ln = log natural Risiko bisnis dihitung sebagai standar deviasi return saham secara bulanan selama satu tahun dan diukur dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Seftianne dan Handayani 2011).: RISK = STD Return Saham Return saham dapat dihitung dengan cara: Return =
��,� � ��,��� ��,���
Keterangan: Pi,t = Closing Price bulanan pada bulan t Closing Price bulanan Pi,t-1 = pada bulan t-1 STD = Standar Deviasi Struktur aktiva merupakan proporsi aktiva tetap yang dimiliki oleh perusahaan. Variabel ini diproksikan dengan FAR (fixed assets ratio). Diukur dengan menggunakan formulasi sebagai berikut (Joni dan Lina 2010): Total Aktiva Tetap ��� � Total Aktiva
ISSN: 1410 -9875
Glenn Martinus Marjono
Dalam penelitian ini pertumbuhan aktiva diukur dengan menghitung proporsi peningkatan total aktiva dari tahun sebelumnya dibandingkan dengan tahun berjalan, yang dirumuskan sebagai berikut (Joni dan Lina 2010): �� � ����� GROWTH = � �����
Dimana:
TAt Total = berjalan Total TAt-1 = sebelumnya
aktiva
tahun
aktiva
tahun
DPR Diukur dengan menggunakan formulasi sebagai berikut (Joni dan Lina 2010): ���� �������� ��� � ��� ������
HASIL PENELITIAN Tabel 1 Statistik Deskriptif Variabel
N
Minimum
Maximum
Mean
DER ROE ROA CR SIZE RISK FAR GROWTH DPR
300 300 300 300 300 300 300 300 300
0,1041224 0,0062261 0,0021955 0,5155211 25,0114060 0,0234222 0,0064787 -0,5058526 0,0003050
7,3888190 1,2194637 0,4162506 11,742817 0 32,836533 0 0,5945937 0,8249244 1,5463018 4,2437450
1,097089885 0,209587255 0,115811566 2,612936498 28,68690041 0 0,132376687 0,271813676 0,151753729 0,433430067
Standard Deviation 1,1057997559 0,1505575525 0,0847716324 2,0446860183 1,5499553595 0,0807234089 0,1816318853 0,1740783201 0,3410035838
Sumber: Pengolahan data SPSS 19
Tabel 2 Hasil Uji Normalitas Sebelum Outlier Unstandardized Keterangan Residual N 300 Asymp. Sig. (2-tailed) 0,000 Data tidak berdistribusi normal Tabel 3 Hasil Uji Normalitas Setelah Outlier Unstandardized Keterangan Residual N 263 Asymp. Sig. (2-tailed) 0,000 Data tidak berdistribusi normal.
77
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 3
Variabel ROE ROA CR SIZE RISK FAR GROWTH DPR
November 2014
Tabel 4 Hasil Uji Multikolinearitas Keterangan Tolerance VIF 0,222 4,509 Tidak terjadi multikolinearitas 0,199 5,035 Tidak terjadi multikolinearitas 1,749 Tidak terjadi 0,572 multikolinearitas 0,792 1,262 Tidak terjadi multikolinearitas 1,123 Tidak terjadi 0,890 multikolinearitas 0,880 1,137 Tidak terjadi multikolinearitas 1,115 Tidak terjadi 0,897 multikolinearitas 1,132 Tidak terjadi 0,883 multikolinearitas
Sumber: Pengolahan data SPSS 19
Variabel ROE ROA CR SIZE RISK FAR GROWTH DPR
Tabel 5 Hasil Uji Heteroskedastisitas Keterangan Sig. 0,001 Terjadi Heteroskedastisitas 0,000 Terjadi Heteroskedastisitas 0,976 Tidak Terjadi Heteroskedastisitas 0,241 Tidak Terjadi Heteroskedastisitas 0,004 Terjadi Heteroskedastisitas 0,004 Terjadi Heteroskedastisitas 0,010 Terjadi Heteroskedastisitas 0,375 Tidak Terjadi Heteroskedastisitas
Dependent Variable: ares_1 Sumber: Pengolahan Data SPSS IBM 19
Uji Autokorelasi
Model 1
Tabel 6 Hasil Uji Autokorelasi Variabel Sig Res_2 0,515
Dependent Variable: Unstandardized Residual Sumber: Pengolahan data SPSS 19
78
Keterangan Tidak terjadi autokorelasi
ISSN: 1410 -9875
Glenn Martinus Marjono
Tabel 7 Hasil Uji Analisis Korelasi (R) Model R 1
0,747
Sumber: Pengolahan Data SPSS IBM 19
Pada tabel 7 menunjukkan nilai koefisien korelasi (R) sebesar 0,747 dimana nilai dari analisa korelasi (R) lebih besar atau sama dengan 0,5 artinya secara statistik hubungan antara variabel dependen yaitu struktur modal (DER) dengan
variabel independen yaitu return on equity (ROE), return on assets (ROA), tingkat likuiditas (CR), ukuran perusahaan (SIZE), risiko bisnis (RISK), struktur aktiva (FAR), pertumbuhan aktiva (GROWTH), dan dividen (DPR) adalah kuat.
Tabel 8 Hasil Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R-square) Model Adjusted R-square 1 0,547
Sumber:
Pengolahan data SPSS 19
Berdasarkan tabel 8, hasil Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R-square) nilai Adjusted R-Square sebesar 0,547 yang artinya secara statistik besarnya variabel dependen yaitu struktur modal (debt to equity ratio) yang dapat dijelaskan oleh variabel independen return on equity (ROE), return on assets (ROA), tingkat likuiditas
(CR), ukuran perusahaan (SIZE), risiko bisnis (RISK), struktur aktiva (FAR), pertumbuhan aktiva (GROWTH), dan dividen (DPR) sebesar 54,7 % sedangkan sisanya sebesar 45,3% dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang dianggap tetap dan tidak terdapat dalam model penelitian.
Tabel 9 Hasil Uji F Model 1
F 46,045
Sig 0,000
Sumber: Pengolahan data SPSS 19
Variabel ROE ROA CR SIZE
Tabel 10 Hasil Uji t Sig B 7,022 0,000 -15,233 0,000 -0,076 0,006 -0,030 0,333
Hasil Ha1 diterima Ha2 diterima Ha3 diterima Ha4 tidak diterima
79
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 3
RISK FAR GROWTH DPR
-1,378 -0,772 0,561 0,055
0,015 0,002 0,032 0,683
November 2014
Ha5 diterima Ha6 diterima Ha7 diterima Ha8 tidak diterima
Dependent Variabel: DER Sumber: Pengolahan data SPSS 19
Berdasarkan hasil uji t pada Tabel 10, maka persamaan regresi dalam model penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: DER= 2,741 + 7,022 ROE – 15,233 ROA – 0,076 CR – 0,030 SIZE – 1,378 RISK – 0,772 FAR + 0,561 GROWTH + 0,055 DPR + e Berdasarkan uji t pada Tabel 10 dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Hasil signifikansi variabel return on equity (ROE) sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa return on equity (ROE) berpengaruh terhadap struktur modal. 2. Hasil signifikansi variabel return on assets (ROA) sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa return on assets (ROA) berpengaruh terhadap struktur modal. 3. Hasil signifikansi variabel tingkat likuiditas (CR) sebesar 0,006 lebih kecil dari 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa tingkat likuiditas (CR) berpengaruh terhadap struktur modal. 4. Hasil signifikansi variabel ukuran perusahaan (SIZE) sebesar 0,333 lebih besar dari 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa ukuran perusahaan (SIZE) tidak berpengaruh terhadap struktur modal.
80
5. Hasil signifikansi variabel risiko bisnis (RISK) sebesar 0,015 lebih kecil dari 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa risiko bisnis (RISK) berpengaruh terhadap struktur modal. 6. Hasil signifikansi variabel struktur aktiva (FAR) sebesar 0,002 lebih kecil dari 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa struktur aktiva (FAR) berpengaruh terhadap struktur modal. 7. Hasil signifikansi variabel pertumbuhan aktiva (GROWTH) sebesar 0,032 lebih kecil dari 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan aktiva (GROWTH) berpengaruh terhadap struktur modal. 8. Hasil signifikansi variabel dividen (DPR) 0,683 lebih besar dari 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa dividen (DPR) tidak berpengaruh terhadap struktur modal.
PENUTUP Hasil pengujian menyatakan bahwa variabel independen return on equity (ROE), return on assets (ROA), tingkat likuiditas (CR), risiko bisnis (RISK), struktur aktiva (FAR), dan pertumbuhan aktiva (GROWTH) berpengaruh terhadap struktur modal, sedangkan ukuran perusahaan (SIZE) dan dividen
ISSN: 1410 -9875
(DPR) tidak berpengaruh terhadap struktur modal. Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yang perlu diperhatikan untuk penelitian berikutnya yaitu: 1. Variabel independen yang digunakan hanya terbatas pada 8 variabel. 2. Periode pengamatan dalam penelitian ini hanya 4 tahun. 3. Data tidak berdistribusi normal. 4. Terjadi heteroskedastisitas pada variabel return on equity (ROE), return on assets (ROA), risiko bisnis (RISK), struktur aktiva (FAR), dan pertumbuhan aktiva (GROWTH). Berdasarkan keterbatasan yang ada dalam penelitian ini, rekomendasi bagi para peneliti selanjutnya adalah sebagai berikut:
Glenn Martinus Marjono
1. Menambah variabel independen lainnya yang diharapkan berpengaruh terhadap struktur modal seperti time interest earned, struktur kepemilikan, dan pertumbuhan penjualan. 2. Untuk penelitian selanjutnya dianjurkan untuk menambah jumlah tahun penelitian agar sampel lebih dapat mewakili data yang dibutuhkan. 3. Untuk mengatasi data yang tidak berdistribusi normal dapat menambahkan data pada penelitian. 4. Untuk mengatasi heteroskedastisitas dapat melakukan transformasi data dan dengan cara menambah jumlah data sampel yang digunakan di dalam penelitian selanjutnya.
REFERENSI Alamsyah, Agus Rahman. 2011. Analisis Pengaruh Likuidtas dan Profitabilitas Terhadap Struktur Modal pada Perusahaan Food dan Beverage di Bursa Efek Indonesia. El-Muhasaba, Vol. 2 No. 1, hlm. 1-23. Anderson, David R., Dennis J. Sweeney, Thomas A. Williams, Jeffrey D. Camm, dan James J. Cochran. 2012. Statistics for Business and Economics. 12th Edition. South Western: Cengage Learning. Brigham, Eugene F. dan Joel F. Houston. 2010. Essentials of Financial Management. Second Edition. Singapore: Cengage Learning Asia. Christina dan Johan Halim. 2008. Analysis of Relationship Between Determinantsof Capital Structure Across Industries at Jakarta Stock Exchange. Journal of Applied Finance and Accounting, Vol.1 No.1. Damayanti. 2013. Pengaruh Struktur Aktiva, Ukuran Perusahaan, Peluang Pertumbuhan dan Profotabilitas Terhadap Struktur Modal (Studi pada Perusahaan Farmasi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia). Jurnal Perspektif Bisnis, Vol. 1 No. 1, hlm. 17-32. Danibrata, A., Irwanto Handoyo, Tita Deitiana, dan Yulius Kurnia Susanto. 2010. Pedoman Proposal dan Skripsi. Jakarta: Trisakti School of Management. Daulay M. Toyib. 2009. Pengaruh Size, Profitablity, dan Growth Of Assets Terhadap Struktur Modal pada Industri Makanan dan Minuman Yang GoPublic Di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Ilmiah Abadi Ilmu, Vol. 2 No. 2, hlm. 189-208.
81
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 3
November 2014
Erkaningrum, Indri. 2008. Faktor-Faktor Penentu Financial Leverage dalam Struktur Modal. Jurnal Bisinis dan Akuntansi, Vol. 01 No. 02, hlm164. Firnanti, Friska. 2011. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 13 No. 2, hlm. 119-128. Furi, Vina Ratna dan Saifudin. 2012. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal (Studi Empiris pada Parusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Tahun 2009-2010). Juraksi, Vol. 1 No. 2. Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS, Edisi 5. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponogoro. Gitman, L. J. dan Chad J. Zutter. 2012. Principles of Managerial Finance, Edisi 13. United States of America : Prantice Hall. Harjanti, Theresia T dan Eduardus Tandelilin. 2007. Pengaruh Firm Size, Tangible Assets, Growth Opportunity, Profitability, dan Business Risk pada Struktur Modal Perusahaan Manufaktur di Indonesia: Studi Kasus di BEJ. Jurnal Ekonomi & Bisnis, Vol. 1 No. 1, hlm.1-10. Hasan, Mudrika A. 2006. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal (Studi pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta). Jurnal Tepak Manajerial Magister Manajemen UNRI, Vol. 6 No. 6, hlm. 1-21. Indrajaya, G., Herlina dan Rini Setiadi. 2011. Pengaruh Struktur Aktiva, Ukuran Perusahaan, Tingkat Pertumbuhan, Profitabilitas dan Risiko Bisnis terhadap Struktur Modal: Studi Empiris pada Perusahaan Sektor Pertambangan yang Listing di Bursa Efek Indonesia Periode 2004-2007. Akurat Jurnal Ilmih Akuntansi, No. 06. Jensen, Michael C dan William H. Meckling. 1976. Theory of the Firm: Managerial Behavior, Agency Costs and Ownership Structure. Journal of Financial Economics. Vol. 3, No. 4, hlm. 305-360. Joni dan Lina. 2010. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 12 No. 12, hlm. 81-96. Kartika, Andi. 2009. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal pada Perusahaan Manufaktur yang Go Public di BEI. Dinamika Keuangan dan Perbankan, Vol. 1 No. 2, hlm. 105-122. Kennedy, Nur Azlina dan Anisa Ratna S. 2011. Faktor-Faktor yang Mempengaruhhi Struktur Modal pada Perusahaan Real Estate dan Property yang Go Public di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Ekonomi, Vol. 19 No. 2. Lambert, Richard A. 2001. Contracting Theory and Accounting. Journal of Accounting and Economics, No. 32, hlm. 3-87. Nanok, Yanuar. 2008. Capital Structure Determinan di Indonesia. Akuntabitas, Vol. 7 No. 2, hlm. 122-127. Nawaz, A., Rizwan Ali dan Muhammad Akram Naseem. 2011. Relationship between Capital Structure and Firms Performance: A Case of Textile Sector in Pakistan. Global Business and Management Research: An International Journal, Vol. 3 No. 3&4, hlm. 270-275. Prabansari, Yuke & Hadri Kusuma. 2005. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Perusahaan Manufaktur Go Public yang Terdaftar di
82
ISSN: 1410 -9875
Glenn Martinus Marjono
Bursa Efek Jakarta. Majalah Sinergi, Edisi Kuhusus On Finance, hlm. 115. Riyanto, Bambang. 2010. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi 4. Yogyakarta : Yayasan Badan Penerbit Gajah Mada. Santoso, Singgih. 2010. Statistik Parametrik Konsep dan Aplikasi dengan SPSS. Jakarta : PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia. Sari, Devi Verena dan A. Mulyo Haryanto. 2013. Pengaruh Profitabilitas, Pertumbuhan Aset, Ukuran Perusahaan, Struktur Aktiva dan Likuiditas Terhadap Struktur Modal pada Perusahaan Manfaktur di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2010. Journal of Management, Vol. 2 No. 3, hlm. 1-11. Seftianne dan Ratih Handayani. 2011. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal pada Perusahaan Public Sektor Manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 13 No. 1, hlm. 39-56. Sekaran, Uma dan Roger Bougie. 2010. Research Methods for Business. 5th Edition. United Kingdom: John Wiley & Sons Ltd. Sudarno. 2006. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Perusahaan Sektor Infrastruktur, Utilitas, dan Transpoortasi pada Bursa Efek Jakarta. Jurnal Tepak Manajerial Magister Manajemen UNRI, Vol. 6 No. 6, hlm. 40-60. Utami, Endang Sri. 2009. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Perusahaan Manufaktur. Fenomena, Vol. 7 No. 1, hlm. 39-47. Weston, J. Fred dan Thomas E. Copeland. 1992. Manajemen Keuangan. Edisi Kedelapan. Jilid 2. Jakarta: Erlangga. Wijayanti, Patri dan Dyah Nirmala Arum Janie. 2012. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal pada Perusahaan Manufaktur yang Go Public di Bursa Efek Indonesia Periode 2005-2010. Juraksi, Vol. 1 No. 1, hlm. 29-42.
83
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 3
Halaman ini sengaja dikosongkan
84
November 2014
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI Vol. 16, No. 1a, Is. 3, November 2014, Hlm. 85-92
ISSN: 1410 - 9875 http: //www.tsm.ac.id/JBA
PENGARUH SATISFACTION WITH EXISTING MENU, BRAND ATTITUDE, DAN TRUST TERHADAP INNOVATIVENESS Klemens Wedanaji Prasastyo STIE Trisakti
[email protected] Abstract : The purpose of this research is to know the influence of satisfaction with existing menu, brand attitude, and trust with innovativeness Pizza Hut. This research is also to improve the results of prior researches. Population of this research is consumers Pizza Hut Bekasi free standing in three locations : Grand Wisata, Harapan Indah and Komsen Jatiasih. Researcher choose 150 respondent as the sample of this research using convenience sampling. This research use multiple regression analysis with SPSS 20. The result have shows that there are influence among satisfaction with existing menu, brand attitude, and trust with innovativeness Pizza Hut. Keywords : Satisfaction With Existing Menu, Brand Attitude, Trust, and Innovativeness. Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh satisfaction with existing menu, brand attitude, dan trust terhadap innovativeness di Pizza Hut. Populasi dalam penelitian ini adalah konsumen Pizza Hut di Bekasi yang terbagi atas 3 lokasi: Grand Wisata, Harapan Indah dan Jatiasih. Sebanyak 150 responden dipilih dalam penelitian ini dengan menggunakan purposive sampling. Data yang diperoleh diuji dengan menggunakan regresi berganda dengan bantuan program SPSS 20. Hasil penelitian menunjukan keseluruhan variable independen terbukti berpengaruh terhadap variable dependen. Kata kunci:
Satisfaction With Existing Menu, Brand Attitude, Trust, and Innovativeness.
PENDAHULUAN
penting dari pendapatan tahunan perusahaan (Cowart et al., 2008 dalam Hyun 2012). Pizza Hut sendiri menyisihkan 5 sampai 6 persen dari total penjualan untuk biaya pemasaran termasuk
Sebuah Inovasi merupakan hal penting bagi keberlangsungan perusahaan. Pendapatan dari produk baru merupakan bagian
85
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 3
pengembangan produk baru. Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa produk baru memainkan peranan yang penting. Namun peluncuran produk baru tidak selalu membawa keberhasilan. Dari sisi perusahaan kegagalan produk baru membawa kerugian yang sangat besar, seperti kasus yang terjadi pada McDonald dalam peluncuran produk barunya yaitu McLean Deluxe yang ditujukan untuk konsumen yang sadar akan gaya hidup sehat dan McDonald’s Arch Deluxe yang ditunjukan untuk pelanggan dewasa (Hardi, http://www .themarketeers.com/archives/97mcdonaldspernahkeliru meluncurkan -produk.html#. VFhdrOTeI38, akses 3 November 2014). Untuk produk McLean Deluxe tidak begitu disambut baik dan McDonald’s rugi senilai 100 juta dollar AS yang disebabkan oleh kampanye iklannya. Kerugian ini merupakan yang terbesar bagi sejarah perjalanan McDonals. Dari pandangan konsumen, produk baru yang dikeluarkan perusahaan dianggap beresiko bagi mereka, karena produk baru tersebut membawa berbagai tingkat ketidakpastian (Klerck dan Sweeney, 2007 dalam Hyun 2012). Hasil dari pandangan konsumen tersebut menyebabkan konsumen lebih memilih produk yang sudah biasa mereka beli. Hal ini merupakan tantangan tersendiri bagaimana perusahaan membuat konsumen mencoba produk baru. Studi sebelumnya menyatakan bahwa innovativeness pelanggan terhadap restoran adalah keinginan pelanggan untuk
86
November 2014
mencoba item menu baru dari merek restoran tertentu (Hyun, 2012:177). Semakin tinggi tingkat innovativeness pelanggan, maka semakin mereka mau untuk mencoba produk baru (Hirschman, 1980 dalan Hyun 2012). Jadi merupakan hal yang penting untuk menemukan faktor innovativeness pelanggan. Maka dari itu tujuan dari penulisan ini untuk mengetahui apa saja faktor pembentuk innovativeness pelanggan terhadap restoran, yang nantinya dapat digunakan oleh manajer restoran sebagai pedoman praktis agar mencapai kesuksesan item menu barunya. Faktor – faktor seperti satisfaction with existing menu, brand attitude, dan trust dimasukan dalam penulisan ini. Penelitian ini merupakan replika dari penelitian sebelumnya yang ditulis oleh Sunghyup Sean Hyun dan Heesup Han berjudul A model of a patron’s innovativeness formation toward a chain restaurant brand. Satisfaction with existing menu Menurut Kotler dan Keller (2012:150) satisfaction is “a person’s feelings of pleasure or disappointment that result from comparing a product’s perceived performance (or outcome) to expectations.” Menurut Schiffman dan Kanuk (2012:29) satisfaction is “individual’s perception of the performance of the product or service in relation to his/her expectations.” Menurut Lovelock dan Wirtz (2011:74) satisfaction is “an attitude like judgement following a
ISSN: 1410 -9875
consumption experience.” Menurut Lam et al., (2004:295) dan Anderson (1994:54) satisfaction is “affective state that is formed based on an overall evaluation of a consumption experience over time.” Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa satisfaction with existing menu adalah keadaan afektif (senang) yang dibentuk berdasarkan evaluasi pengalaman mengkonsumsi menu perusahaan yang ada. Brand Attitude Menurut Temporal (2010:35) brand attitude is “a product of brand communications – how the brand talks to the consumer.” Menurut Kotler dan Keller (2012:505) brand attitude is “evaluating the brand with respect to its perceived ability to meet a currently relevant need.” Menurut Hutt dan Speh (2008:169) brand attitude “is defined as the percentage of organizational buyers who have a positive image of a company minus those with a negative opinion.”Menurut De Chernatony dan Riley (1998) dalam Hyun (2012:180) brand attitude is “attitude that a consumer exhibits toward a particular brand.” Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa brand attitude adalah kepribadian merek yang dikomunikasikan sehingga menimbulkan pandangan konsumen terhadap merek tertentu. Trust Menurut Kotler dan Keller (2012:225) trust is “the willingness of a firm to rely on a business
Klemens Wedanaji Prasastyo
partner. It depend on a number of interpersonal and interorganizational factors such as the firm’s perceived competence, integrity, honesty and benevolence.” Menurut Clow and Baack (2014:51) “trust represent the customers’s belief in the efficacy and reliability of the brand.” Menurut Lovelock dan Wirtz (2011:244) trust is “the degree of goodwill they bear toward the organization.” Menurut Poon (2012:590) trust is “a willingness to rely on another party and to take action in circumstances where such action makes one vulnerable to the other party”. Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa trust adalah persepsi keyakinan seseorang pada kehandalan dan kualitas produk dan/atau jasa yang ditawarkan oleh perusahaan. Innovativeness Restaurant Brand Menurut Sciffman dan Kanuk (2012:565) consumer innovativeness adalah “the degree to which consumers are receptive to new products, new services, or new practices.” Menurut Salavou (2004:34) “innovativeness may occur along a continuum from a simple willingness to either try something (for example a new product) or experiment with it, to a passionate commitment to master the latest in new product or technological advances.” Menurut Hirschman (1980) dalam Hyun (2012:177) innovativeness adalah “the desire to seek out the new different.”
87
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 3
Menurut Hyun (2012:177) innovativeness toward a chain restaurant brand adalah “patron’s desire to try a new menu or food from a particular chain restaurant brand.” Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa innovativeness adalah keinginan pelanggan untuk mencoba menu atau makanan baru dari merek restoran tertentu. METODE PENELITIAN Objek dalam penelitan ini adalah restoran Pizza Hut. Metode sampling menggunakan non probability sampling dengan teknik convenience sampling. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner yang disebarkan di Pizza Hut free standing di tiga lokasi di Kota Bekasi. Responden dalam penelitian adalah konsumen Pizza Hut free standing di tiga lokasi di Kota Bekasi yang terlihat makan di dalam restoran tersebut. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 150 orang, 20 orang merupakan data ekstrim, sehingga yang dapat terpakai dalam penelitian ini adalah 130 orang. Satisfaction with existing menu indikatornya antara lain happy with existing menu/food have tired before, happy with existing menu/food items, dan delighted with menu/food items now. Brand attitude indikatornya antara lain favorable brand, brand has a positive impression, like the brand, brand is good, dan brand have a high quality.
88
November 2014
Trust indikatornya antara lain always meets expectations, can be counted to be good, menu/food is reliable, always trust menu/food quality, dan menu/food not worth the money. Innovativeness restaurant brand indikatornya antara lain try the new menu, tell my friends about new menu, dan try the new menu before other people. HASIL PENELITIAN Berdasarkan hasil pengolahan kuesioner, maka karakteristik responden pelanggan Pizza Hut sebagai berikut : Tabel 1 Uraian Deskriptif T Keterangan Jenis Pria 63 Kelamin Wanita 67 Usia 17-20 Tahun 26 21-30 Tahun 61 31-40 Tahun 38 41-50 Tahun 5 Pendidika SMP 21 n Terakhir SMA/SMK 36 Diploma 15 S1 56 Pasca sarjana 2 Pekerjaan Pelajar 39 PNS 2 PegawaiSwas 62 ta 10 Wirausaha 17 Lain-lain < 3 KALI 65 Frekuensi 26 Berkunjun 3 KALI > 3 KALI 39 g Pengujian hipotesis pertama diperoleh nilai t hitung sebesar 5.180 dengan nilai sig. 0.000 < 0.05. Artinya, satisfaction with existing menu mempunyai pengaruh terhadap innovativeness restaurant
ISSN: 1410 -9875
brand. Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan hasil penelitian Hyun (2012) menyatakan bahwa satisfaction with existing menu tidak memiliki pengaruh terhadap innovativeness restaurant brand. Pengujian hipotesis kedua diperoleh nilai t hitung sebesar 6.973 dengan nilai sig. 0.000 < 0.05. Artinya, brand attitude mempunyai pengaruh terhadap innovativeness restaurant brand. Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan hasil penelitian Hyun (2012) menyatakan bahwa brand attitude tidak memiliki pengaruh terhadap innovativeness restaurant brand. Pengujian hipotesis ketiga diperoleh nilai t hitung sebesar 6.820 dengan nilai sig. 0.000 < 0.05. Artinya, trust mempunyai pengaruh terhadap innovativeness restaurant brand. Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan hasil penelitian Hyun (2012) menyatakan bahwa trust tidak memiliki pengaruh terhadap innovativeness restaurant brand. Pengujian hipotesis keempat diperoleh nilai F hitung sebesar 21.322 dengan nilai sig. 0.000 < 0.05. Artinya, satisfaction with existing menu, brand attitude, dan trust mempunyai pengaruh terhadap innovativeness restaurant brand. Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan hasil penelitian Hyun (2012) menyatakan bahwa satisfaction with existing menu, brand attitude, dan trust tidak memiliki pengaruh terhadap innovativeness restaurant brand.
Klemens Wedanaji Prasastyo
PENUTUP Hasil penelitian ini membuktikan bahwa terdapat pengaruh satisfaction with existing menu, brand attitude, dan trust terhadap innovativeness restaurant brand pada pelanggan restoran Pizza Hut. Hal ini membuktikan kunci utama tercapainya kesuksesan peluncuran produk baru bagi restoran adalah satisfaction with existing menu, brand attitude, dan trust. Satisfaction with existing menu harus dicapai karena ini dianggap sebagai pintu masuk agar konsumen mau mencoba menu baru yang diluncurkan oleh restoran tertentu. Ketika konsumen sudah puas dengan menu yang sebelumnya, menyebabkan konsumen senang dan akhirnya mau mencoba menu baru karena ada kesan positif yang ditinggalkan dari kepuasannya terhadap menu yang sebelumnya. Kemudian brand attitude, sebuah restoran yang memiliki brand attitude yang dianggap positif oleh konsumen, menyebabkan konsumen mau untuk mencoba menu baru yang diluncurkan sebuah restoran. Ketika konsumen menganggap sebuah merek restoran positif, mereka akan merespon apapun yang dilakukan restoran seperti peluncuran produk secara positif. Terakhir trust, trust juga dianggap penting dalam pembentukan innovativeness restaurant brand. Ketika konsumen sudah memiliki trust terhadap sebuah restaurant, mereka akan mau mencoba menu baru yang
89
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 3
diluncurkan oleh restoran tertentu karena mereka yakin bahwa restoran tersebut tidak akan merugikan mereka, atau menu yang diluncurkan dianggap memiliki resiko yang lebih kecil atau tidak memiliki resiko sama sekali. Ada beberapa keterbatasan yang terdapat dalam penelitian ini (1) keterbatasan waktu, tenaga, dan biaya sehingga hanya menitik beratkan pada pengaruh satisfaction with existing menu, brand attitude dan trust terhadap innovativeness restaurant brand saja (2) Sampel yang dikumpulkan terbatas pada responden yang berada di restoran Pizza Hut free standing, maka dari itu penelitian selanjutnya pada kasus yang sama dapat mengumpulkan responden yang berada di restoran Pizza Hut yang bergabung dengan mall dan Pizza Hut yang bergabung dengan ruko untuk melihat secara keseluruhan objek yang diteliti (3) sampel yang digunakan dalam penelitian ini terbatas pada responden yang merupakan pelanggan Pizza Hut sehingga kurang bisa menggeneralisasikan restoran pada umumnya. Kemudian rekomendasi yang dapat diberikan oleh penulis yang mungkin akan berguna untuk penelitian selanjutnya (1) menambahkan jumlah variabel independen lainnya yang diperkirakan mempunyai pengaruh terhadap innovativeness restaurant brand yaitu perceived risk in menu trial, advertising effectiveness, dan sales promotion seperti model yang diusulkan sebelumnya (2) memperpanjang model dengan menambahkan variabel purchase,
90
November 2014
untuk melihat kesedian konsumen membeli produk baru setelah mereka memiliki keinginan untuk mencobanya (3) melakukan penelitian di wilayah geografi yang berbeda dan memperluas karakteristik responden, sehingga dapat mencakup konsumen yang lebih luas (4) menambahkan jumlah sampel pada penelitian, sehingga data yang dikumpulkan lebih banyak dan memberikan hasil yang lebih akurat.
ISSN: 1410 -9875
Klemens Wedanaji Prasastyo
DAFTAR REFERENSI : Anderson, David R. dan Dennis J. Sweeney. 2011. Statistics for Business and Economics. South-Westren Cengage Learning. Clow, Kenneth E. And Donald Baack. 2013. Integrated Marketing Communication. PearsonPrentice Hall. Garbarino, E. and Johnson, M.S. (1999), “The different roles of satisfaction, trust, and commitment in customer relationships”, Journal of Marketing, Vol. 63 No. 2, pp. 70-87. Ghozali, Imam. 2013. Aplikasi Analisa Multivariate Dengan Program SPSS. Edisi ketujuh. ISBN. Semarang. Gujarati, D.N. dan Porter, D.C,.2010. Dasar-dasar Ekonometrika. Jilid 1.Edisi Kelima. Mardanugraha, dkk [Penerjemah]. Jakarta: Salemba Empat. Hair, Joseph F., William Black, Barry Babin, and Rolph Anderson. 2010. Multivariate data analysis: Pearson Prentice Hall. Hardi, Edwin. 2012. “97. Mcdonald's pernah keliru meluncurkan produk”. Dalam http://www.the-marketeers.com/archives/97-mcdonaldspernah-keliru-meluncurkan-produk.html#.VFhdrOTeI38. (akses 3 November 2014). Hutt, Michael D., dan Thomas W.Speh. 2008. Business Marketing Management. Pearson Prentice Hall. Hyun,S. (2012), “A model of a patron’s innovativeness formation toward a chain restaurant brand”, International Journal of Contemporary Hospitality Management, Vol 24 No. 2, pp. 175-199. Keller, Kevin Lane. 2013. Strategic Brand Management. Pearson Prentice Hall. Kotler, Philip and Kevin Lane Keller. 2012. Marketing Management. Pearson Prentice Hall. Lam, S.Y., Shankar, V., Erramilli, M.K. and Murthy, B. (2004), “Customer value, satisfaction, loyalty, and switching costs: an illustration from a business-to-business service context”, Academy of Marketing Science Journal, Vol. 32, pp. 293-311. Lovelock, C., John Wirtz dan Jacky Mussry. 2011. Service Marketing. Pearson Prentice Hall. Lia, http://swa.co.id/business-strategy/strategy-pizza-hut-menangkankompetisi-restoran-pizza (akses 3 November 2014) Mariel Gazella, http://www.thejakartapost.com/news/2014/02/10/pizzachains- fight-slices-ri-market.html (akses 3 November 2014) Mowen, Jhon C. dan Michael Minor. 2002. Perilaku Konsumen. Jilid 2. Jakarta : Erlangga. Poon, Patrick, (2012) “Managing trust in direct selling relationships. Journal of Marketing Intelligence & Planning, Vol. 30 No. 5, 2012 pp. 590 Publikasi Badan Pusat Statistik Nasional. Pendapatan Nasional Indonesia 20102013. (akses 4 November 2014) Publikasi Badan Pusat Statistik Nasional. Statistik Restoran/Rumah Makan 2008-2011 (akses 4 November 2014). Publikasi Kementrian Keuangan Republik Indonesia. Profil Sektor Riil 2012. (akses 2 November 2014)
91
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 3
November 2014
Publikasi Badan Pusat Statistik Jawa Barat. Jawa Barat Dalam Angka 2014. (akses 5 November 2014) Publikasi Badan Pusat Statistik Kota Bekasi. Kota Bekasi Dalam Angka 2014. (akses 5 November 2014) Salavou, Helen, (2004) “The concept of innovativeness: should we need to focus ?” European Journal of Innovation Management, ABI/INFORM Complete pg.33 Schiffman, Leon G. and Leslie Lazar Kanuk (2012). Consumer Behaviour. New Jersey : Prentice Hall. Sekaran, Uma and Roger Bougie. 2010. Research Methods for Business. Sugiyono. 2012. “Metode Penelitian Bisnis”. Bandung : Alfabeta. Temporal, Paul. 2010. Advanced Brand Management. John Wiley & Sons (Asia) Pte. Ltd. Zeithml, Valarie A. and Mary Jo Bitner. 2003. Service Marketing. McGraw Hill www. yum.com/investors/restcounts.aps (akses 3 November 2014) www.bestglobalbrands.com/2014/ranking (akses 3 november 2014)
92
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI Vol. 16, No. 1a, Is. 3, November 2014, Hlm. 93-106
ISSN: 1410 - 9875 http: //www.tsm.ac.id/JBA
PENGARUH KARAKTERISTIK PERUSAHAAN MANUFAKTUR TERHADAP PEMBAYARAN DIVIDEN
KRISTINA STIE Trisakti
[email protected] Abstract: The aim of this research is to identify variables that influencing dividend payout ratio and prove empirically the influence of return on equity, earning per share, cash flow per share, firm size, cash ratio, firm growth, return on investment, and current ratio to dividend payout ratio. The object of this research is manufacturing firms listed on Indonesian Stock Exchange during 2010-2012. The sample selection is done by purposive sampling. Based on criterias, samples which are used in this research are 38 firms. Data are processed using statistical test of multiple regression through SPSS. The result of this research prove that firm growth has significant negative influence to dividend payout ratio, while return on equity, earning per share, cash flow per share, firm size, cash ratio, return on investment, and current ratio haven’t significant influence to dividend payout ratio. Keywords: Dividend Payout Ratio, Return on Equity, Earnings Per Share, Cash Flow Per Share, Firm Size, Firm Growth. Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi variabel yang berpengaruh terhadap rasio pembagian dividen dan membuktikan secara empiris pengaruh return on equity, laba per saham, arus kas per saham, return on investment, cash ratio, dan current ratio terhadap rasio pembayaran dividen. Obyek penelitian dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2010-2012. Pemilihan sampel menggunakan metode purposive sampling. Berdasarkan kriteria, sampel yang digunakan sebanyak 38 perusahaan. Data dianalisis menggunakan regresi berganda melalui SPSS. Hasil penelitian menunjukan bahwa pertumbuhan perusahaan berpengaruh terhadap rasio pembayaran dividen, sementara return on equity, laba per saham, arus kas per saham, ukuran perusahaan, cash ratio, return on investment dan current ratio tidak mempunyai pengaruh terhadap rasio pembayaran dividen. Kata Kunci: Rasio Pembayaran Dividen, Return on Equity, Laba per saham, Arus kas per saham, Ukuran Perusahaan, Pertumbuhan Perusahaan.
93
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 3
PENDAHULUAN Perkembangan pasar modal merupakan salah satu tolak ukur bagi perkembangan ekonomi suatu negara. Peran penting pasar modal tersebut disebabkan pasar modal menjadi wadah bagi masyarakat yang ingin berinvestasi pada instrumen keuangan dan bagi perusahaan dapat menjadi sumber pendanaan. Di pasar modal telah diperdagangkan berbagai instrumen keuangan seperti saham, obligasi, dan sebagainya. Setiap investor yang aktif berpartisipasi dalam pasar modal, tentunya memiliki ekspektasi atas investasi yang telah dilakukannya, yaitu berupa dividen dan capital gain. Besarnya dividen yang dibagikan bergantung pada kebijakan dividen yang ada dalam perusahaan (Marlina dan Danica, 2009). Menurut Imran (2011) kebijakan dividen adalah keputusan finansial yang sangat penting dalam perusahaan dan sampai detik ini fenomena tersebut merupakan salah satu topik yang menjadi perdebatan. Black (1976) menyatakan bahwa “The harder we look at the dividend picture, the more it seems like a puzzle, with pieces that just don’t fit together.” Hal ini disebabkan pada umumnya, setiap perusahaan menghadapi masalah dalam pengalokasian laba mereka. Perusahaan harus memilih apakah akan mendistribusikan laba sebagai dividen atau menjadikan dana tersebut sebagai laba ditahan untuk membiayai pertumbuhan perusahaan. Untuk menjaga kepentingan pihak perusahaan dan pihak investor, maka diperlukan adanya
94
November 2014
kebijakan dividen yang optimal. Kebijakan dividen yang optimal adalah kebijakan yang menyeimbangkan dividen yang dibagikan pada masa sekarang dengan tingkat pertumbuhan yang ingin diraih perusahaan di masa mendatang sehingga dapat memaksimumkan harga saham (Margaretha, 2014). Harga saham yang tinggi melahirkan citra bahwa kinerja keuangan perusahaan berada dalam kondisi baik. Sebaliknya jika harga saham menurun, maka kinerja perusahaan akan dianggap menurun pula. Oleh karena itu, rasio pembayaran dividen dari tahun ke tahun bisa berubah-ubah sesuai dengan kebijakan dividen yang dianggap optimal oleh perusahaan. Masalah mengenai pembayaran dividen ini menarik untuk diteliti karena dapat memenuhi tujuan utama dari investor yaitu memperoleh pengembalian berupa dividen. Dividen memiliki kemampuan menarik investor daripada capital gain karena risiko untuk mendapatkan capital gain lebih tinggi dan membutuhkan lebih banyak waktu dan tenaga untuk berspekulasi (Sumiadji, 2011). Mengingat hal ini, pertimbangan manajemen tentu sangat diperlukan. Dengan begitu, pihak manajemen harus memperhatikan faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi pembayaran dividen kepada investor (Hatta, 2002). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapat bukti empiris mengenai pengaruh return on equity, earnings per share, cash flow per share, ukuran perusahaan, cash ratio, pertumbuhan perusahaan, return on investment
ISSN: 1410 -9875
dan current ratio terhadap rasio pembayaran dividen. Penelitian ini disusun dengan sistematika penulisan adalah pertama, pendahuluan berisi mengenai latar belakang penelitian, masalah penelitian, tujuan penelitian, dan sistematika penelitian. Kedua, kerangka teoritis, penelitian terdahulu, model penelitian dan pengembangan hipotesis. Ketiga, bentuk penelitian, obyek penelitian, definisi operasional variabel, teknik pengumpulan data dan metode analisis data yang digunakan dalam pengujian hipotesis. Keempat, hasil penelitian yang berisi hasil pengujian hipotesis dan interpretasi pengujian hipotesis. Terakhir, penutup yang berisi kesimpulan, keterbatasan dan rekomendasi untuk penelitian selanjutnya. KERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Signaling Theory Teori ini menyatakan bahwa kebijakan dividen adalah sebagai tolak ukur dari investor untuk menilai perkiraan manajemen perusahaan di masa mendatang (Margaretha, 2014). Jika dividen yang dibayarkan tinggi, maka investor menganggap perusahaan memiliki prospek yang bagus di masa mendatang. Namun jika dividen yang dibayarkan rendah, maka investor menganggap terjadi penurunan laba di dalam perusahan yang mengakibatkan berkurangnya tingkat pengembalian mereka. Di samping itu, manajer dapat memperkirakan keuntungan perusahaan di masa mendatang dengan pengetahuan yang baik.
Kristina
Lain halnya dengan pihak eksternal yang tidak memiliki cukup pengetahuan untuk mengetahui prospek perusahaan. Untuk mengatasi asimetri informasi antara pihak internal dan eksternal, maka manajer memberikan sinyal dengan mengumumkan dividen seperti yang dikemukakan Miller dan Modigliani (1961) dalam Zameer et al. (2013). Pecking Order Theory Teori yang dikemukakan oleh Donaldson dan Preston (1961) dalam Zameer et al. (2013) menyatakan bahwa perusahaan lebih memilih dana internal untuk kegiatan investasi dan pembayaran dividen. Jika pendanaan internal perusahaan kurang mencukupi maka perusahaan lebih memilih pendanaan eksternal yang berasal dari utang daripada ekuitas. Perusahaan lebih memilih dana internal karena ingin menghindari biaya-biaya yang terjadi terkait dengan adanya utang tersebut. Namun jika dibandingkan dengan pendanaan yang berasal dari ekuitas, perusahaan lebih memilih utang karena perusahaan menganggap biaya yang dikeluarkan terkait ekuitas tersebut akan lebih besar daripada utang. Return on Equity dan Rasio Pembayaran Dividen Maskiyah dan Wahyudi (2013) mengemukakan pendapatnya bahwa “return on equity juga merupakan rasio profitabilitas yang merupakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan tingkat keuntungan tertentu pada tingkat modal saham tertentu.” Semakin tinggi return on equity perusahaan maka akan semakin besar pula rasio pembayaran dividen karena adanya
95
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 3
pertumbuhan return on equity menunjukkan adanya potensi peningkatan laba yang diperoleh perusahaan. Hal ini bisa menjadi sinyal positif bagi perusahaan untuk mendapatkan kepercayaan investor sehingga akan lebih mudah dalam mendapatkan modal berupa saham. Oleh karena itu, return on equity berdampak pada jumlah dividen yang akan dibagikan. Ha1 Return on equity memiliki pengaruh terhadap rasio pembayaran dividen. Earnings Per Share dan Rasio Pembayaran Dividen Darminto (2007) menyatakan bahwa “Earnings per share menggambarkan jumlah keuntungan yang seharusnya diterima oleh para pemegang saham sesuai dengan jumlah saham yang dimiliki.” Earnings per share tidak selalu dibagikan kepada pemegang saham dengan alasan perusahaan membutuhkan dana tersebut. Kebijakan dividenlah yang akan menentukan seberapa besar laba yang tersedia bagi pemegang saham. Martati (2010) beranggapan bahwa earnings per share sangat berpengaruh dalam besar kecilnya dividen karena dividen yang akan dibayarkan berasal dari laba bersih yang tersedia bagi pemegang saham dan telah dipotong pajak serta bunga. Perusahaan pada umumnya enggan menurunkan dividen karena dapat memberikan gambaran buruk akan kondisi keuangan perusahaan kepada pihak eksternal, kecuali laba yang diterima perusahaan sangat rendah. Oleh sebab itu, tingkat laba yang tersedia bagi pemegang saham merupakan
96
November 2014
indikator penting dalam pembagian dividen. Ha2 Earnings per share memiliki pengaruh terhadap rasio pembayaran dividen. Cash Flow Per Share dan Rasio Pembayaran Dividen Cash flow per share adalah arus kas dari aktivitas operasi perusahaan yang merupakan salah satu pengukur dari likuiditas (Adil et al, 2011). Perusahaan dengan arus kas yang tidak efisien secara tidak langsung akan mengurangi pembagian dividen tunai karena dividen adalah arus kas keluar suatu perusahaan. Menurut Rehman dan Takumi (2012) kenaikan dari cash flow adalah faktor yang menentukan besarnya dividen yang dibagikan. Perusahaan dengan cash flow yang tinggi akan memiliki kecenderungan yang lebih tinggi untuk mengumumkan dividen. Hal ini dikarenakan perusahaan yang mengumumkan dividen berarti mempunyai kas yang dihasilkan dari aktivitas operasi dalam jumlah yang mencukupi. Ha3 Cash flow per share memiliki pengaruh terhadap rasio pembayaran dividen. Ukuran Perusahaan dan Rasio Pembayaran Dividen Nafiah (2013) menyatakan bahwa “Ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan yang ditunjukkan oleh total aset, jumlah penjualan, rata-rata tingkat penjualan, dan rata-rata total aset.” Perusahaan yang besar memiliki kebutuhan dana yang lebih besar, dimana dana tersebut bisa berasal dari sumber eksternal. Perusahaan yang
ISSN: 1410 -9875
semakin besar akan lebih transparan dalam pengungkapan kinerja perusahaan ke pihak luar, sehingga akan lebih mudah mendapatkan pinjaman karena lebih dipercaya investor (Sudiyatno dan Sari, 2013). Perusahaan besar dengan kemudahan akses ke pasar modal menandakan adanya fleksibilitas perusahaan untuk menciptakan hutang dan menarik perhatian para investor untuk menginvestasikan dananya pada perusahaan. Dana tersebut dapat digunakan perusahaan untuk membayar dividen kepada pemegang saham tanpa harus menghambat pertumbuhan perusahaan (Marietta dan Sampurno, 2013). Ha4 Ukuran perusahaan memiliki pengaruh terhadap rasio pembayaran dividen. Cash Ratio dan Rasio Pembayaran Dividen Berikut pendapat yang dikemukakan Darminto (2007) mengenai cash ratio: Cash ratio merupakan salah satu ukuran dari rasio likuiditas yang mempunyai pengaruh terhadap kebijakan dividen, karena rasio likuiditas menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya seperti melunasi utang maupun dalam hal pembayaran dividen. Menurut Ilat dan Budiarso (2011) ada persamaan antara utang dengan dividen yaitu sama-sama membutuhkan kas untuk membayarnya. Namun dalam hal ini, utang merupakan hal yang wajib bagi perusahaan sedangkan dividen tidak wajib sehingga jika perusahaan dihadapkan pada
Kristina
pilihan membayar utang atau dividen dengan ketersediaan kas yang sedikit maka sudah pasti utang menjadi prioritas perusahaan. Dengan begitu semakin tinggi cash ratio maka akan semakin besar kemungkinan perusahaan membayar dividennya karena semua utang telah dilunasi. Ha5 Cash ratio memiliki pengaruh terhadap rasio pembayaran dividen. Pertumbuhan Perusahaan dan Rasio Pembayaran Dividen Marietta dan Sampurno (2013) mengemukakan bahwa “Growth menunjukkan pertumbuhan aset dimana aset merupakan aktiva yang digunakan dalam aktivitas operasional perusahaan.” Peningkatan pertumbuhan perusahaan menimbulkan kebutuhan dana yang besar dan menyebabkan terjadinya penahanan laba dibandingkan membagikan laba tersebut sebagai dividen kepada pemegang saham. Santoso dan Prastiwi (2012) menyatakan bahwa “semakin besar laba yang ditahan berarti akan semakin kecil porsi laba yang dibagikan sebagai dividen.” Laba ditahan adalah sumber pendanaan internal perusahaan. Semakin meningginya biaya guna pertumbuhan maka semakin besar kemungkinan perusahaan menahan laba dan bukan membayar dividen. Ini menandakan pertumbuhan perusahaan berhubungan terbalik dengan rasio pembayaran dividen. Pertumbuhan perusahaan Ha6 memiliki pengaruh terhadap rasio pembayaran dividen.
97
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 3
Return on Investment dan Rasio Pembayaran Dividen Amyas et al. (2014) menyatakan bahwa “Return on investment merupakan ukuran efektivitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva tetap yang digunakan untuk operasi.” Semakin tinggi return on investment menunjukkan adanya keefektifan pengoperasian perusahaan sehingga dapat memaksimumkan keuntungan yang dihasilkan. Setiap investor yang ingin melakukan investasi pasti memperhatikan tingkat pengembalian yang akan mereka terima dan seberapa efektif perusahaan tersebut memanfaatkan asetnya (Haryeti dan Ilyas, 2011). Wirjolukito et al. (2003) dalam Suharli (2007) menyatakan bahwa “kemampuan perusahaan untuk membayar dividen adalah fungsi dari keuntungan.” Hal ini dikarenakan dividen mutlak dibayarkan hanya apabila perusahaan mengalami keuntungan. Semakin tinggi tingkat efektivitas perusahaan dalam berinvestasi maka akan semakin banyak keuntungan yang dihasilkan. Keuntungan itulah yang nantinya
November 2014
yang akan mempengaruhi besarnya dividen. Ha7 Return on investment memiliki pengaruh terhadap rasio pembayaran dividen. Current Ratio dan Rasio Pembayaran Dividen Deitiana (2013) menyatakan bahwa “Current ratio merupakan salah satu ukuran likuiditas bertujuan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk melunasi kewajiban jangka pendeknya dengan aktiva lancar yang dimilikinya.” Dengan current ratio yang tinggi maka kewajiban jangka pendek dapat terpenuhi tepat waktu tanpa harus merugikan pihak investor dengan mengurangi dividen yang akan dibagikan pada periode tersebut untuk membayar liabilitas jangka pendek. Pembayaran dividen juga merupakan arus kas keluar sehingga membutuhkan posisi likuiditas yang kuat dari perusahaan karena jika perusahaan mampu membayar utang-utangnya maka ia dianggap mampu untuk membayar dividen. Current ratio memiliki Ha8 pengaruh terhadap rasio pembayaran dividen.
Berikut adalah model dalam penelitian ini: Return on Equity Earnings per Share Cash Flow per Share Ukuran Perusahaan
Rasio Pembayaran Dividen
Cash Ratio Pertumbuhan Perusahaan Return on Investment Current Ratio
98
Gambar 1. Model penelitian
ISSN: 1410 -9875
METODE PENELITIAN
Kristina
sampling method. Berikut adalah hasil pemilihan sampel:
Metode pengambilan sampel yang digunakan yaitu purposive Tabel 1. Prosedur Pemilihan Sampel Keterangan Jumlah Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI dari tahun 2010 sampai 144 tahun 2012 Perusahaan manufaktur yang tidak terdaftar di Bursa Efek Indonesia secara konsisten pada periode 1 Januari 2009 sampai 31 (26) Desember 2013 Perusahaan yang tidak mempublikasikan laporan keuangan dengan (5) tahun buku yang berakhir pada 31 Desember Perusahaan yang tidak membagikan dividen secara konsisten dari (70) tahun 2010 sampai tahun 2012 Perusahaan yang tidak memiliki laporan keuangan dengan denominasi (5) mata uang rupiah 38 Jumlah perusahaan yang dijadikan sampel Jumlah data selama periode penelitian 114 Rasio pembayaran dividen adalah seperti yang dikemukakan nilai yang menunjukkan besarnya Mohamed (2007) dalam Adil et al. dividen per lembar saham dibagi (2011). Skala yang digunakan dengan laba per lembar saham adalah skala rasio. Dividen per lembar saham Rasio pembayaran dividen = Laba per lembar saham Return on equity adalah tingkat Wahjudi, 2013). Skala yang pengembalian atas jumlah ekuitas digunakan adalah skala rasio. perusahaan yang didapat dengan Dalam penelitian ini, variabel membandingkan laba setelah pajak return on equity dirumuskan dengan total ekuitas (Maskiyah dan sebagai berikut: Laba bersih setelah pajak Return on equity = Total ekuitas Earnings per share adalah besarnya dengan yang ditulis oleh Ikatan laba rugi dalam suatu periode yang Akuntan Indonesia dalam PSAK dapat diatribusikan kepada tahun 2012. Skala yang digunakan pemegang saham biasa entitas adalah skala rasio. Dalam induk untuk setiap jumlah rata-rata penelitian ini, variabel earnings per tertimbang saham biasa yang share dirumuskan sebagai berikut: beredar. Pengertian ini sesuai Laba yang diatribusikan kepada entitas induk Earnings per share = Jumlah rata-rata tertimbang saham biasa yang beredar
99
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 3
November 2014
Cash flow per share adalah sebuah (Rehman dan Takumi, 2012). Skala nilai yang dihitung dengan membagi yang digunakan adalah skala rasio. arus kas yang dihasilkan dari Dalam penelitian ini, variabel cash aktivitas operasi suatu perusahaan flow per share dirumuskan sebagai dengan jumlah saham yang beredar berikut: Arus kas dari aktivitas operasi Cash flow per share = jumlah saham beredar Ukuran perusahaan adalah skala besar kecilnya suatu perusahaan yang ditentukan oleh beberapa hal antara lain total penjualan, total aset, dan rata-rata tingkat penjualan perusahaan (Hardinugroho dan Chabachib,
2012). Penelitian ini menggunakan logaritma natural dari net sales. Skala yang digunakan adalah skala rasio. Dalam penelitian ini, variabel ukuran perusahaan dirumuskan sebagai berikut:
Ukuran perusahaan = Ln dari net sales Cash ratio adalah salah satu ukuran dari rasio likuiditas yang merupakan kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya melalui sejumlah kas dan setara kas seperti giro atau Kas dan setara kas Cash ratio = Kewajiban lancar
simpanan di bank (Sumiadji, 2011). Skala yang digunakan adalah skala rasio. Variabel cash ratio dirumuskan oleh Brigham (1983) dalam Marietta dan Sampurno (2013) sebagai berikut:
Pertumbuhan perusahaan adalah (2003) dalam Marietta dan nilai yang didapat dengan rumus Sampurno (2013). Skala yang total aset tahun ini dikurangi total digunakan adalah skala rasio. aset tahun lalu, kemudian dibagi Dalam penelitian ini, variabel dengan total aset tahun lalu seperti pertumbuhan perusahaan yang dikemukakan Prihantoro dirumuskan sebagai berikut: Total asett � Total asett-1 Pertumbuhan perusahaan = Total asett-1 Return on investment adalah dan Chabachib, 2012). Skala yang atribut profitabilitas yang digunakan adalah skala rasio. membandingkan laba bersih setelah Dalam penelitian ini, variabel pajak terhadap total aset yang return on investment dirumuskan dimiliki perusahaan (Hardinugroho sebagai berikut: Laba bersih setelah pajak Return on investment = Total aset
100
ISSN: 1410 -9875
Kristina
Current ratio adalah rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi jangka pendeknya dengan membandingkan jumlah aset lancar dengan kewajiban lancarnya Current ratio = Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji regresi berganda (Multiple regression). Pengujian ini bertujuan untuk menguji apakah variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen. Model penelitian dengan persamaan regresi dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: DPR = β0 + β1(ROE) + β2(EPS) + β3(CFPS) + β4(SZ) + β5(CAR) + β6(GR) + β7(ROI) + β8(CUR) + e Keterangan:
Variabel DPR ROE EPS CFPS SZ CAR GR ROI CUR
(Hardinugroho dan Chabachib, 2012). Skala yang digunakan adalah skala rasio. Dalam penelitian ini, variabel current ratio dirumuskan sebagai berikut: Aset lancar Kewajiban lancar DPR ROE EPS CFPS SZ CAR GR ROI CUR
: : : : : : : : :
rasio pembayaran dividen return on equity earning per share cash flow per share ukuran perusahaan cash ratio pertumbuhan perusahaan return on investment Current ratio
HASIL PENELITIAN Statistik deskriptif untuk mengetahui gambaran data dapat dilihat pada tabel 2 berikut:
Tabel 2. Hasil Pengolahan Statistik Deskriptif Maksimum Mean N Minimum 97 0,0349 1,5150 0,394924 97 0,0171 0,7905 0,227473 97 3,00 8716,00 939,3364 97 -793,0501 8179,5527 764,210186 97 25,8047 32,8677 28,871784 97 0,0166 4,3304 0,719967 97 -0,0682 0,5002 0,159181 97 0,0074 0,4162 0,133075 97 0,8648 7,7265 2,613537
Std. Deviasi 0,2590119 0,1392839 1577,82066 1431,849683 1,6856881 0,8907135 0,1113180 0,0768367 1,6444443
Hasil pengujian hipotesis dapat dilihat pada tabel 3 berikut ini: Tabel 3. Hasil Pengujian Hipotesis Model (Constant) ROE
B
Sig. -0,326 0,009
0,439 0,980
Kesimpulan Tidak berpengaruh
101
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 3
EPS CFPS SZ CAR GR ROI CUR
0,00001763 0,00002872 0,023 0,009 -0,936 1,300 -0,005
Hasil pengujian menunjukkan bahwa variabel return on equity memiliki nilai signifikansi sebesar 0,980 dan nilai tersebut lebih besar dibandingkan dengan 0,05. Hal ini berarti return on equity tidak memiliki pengaruh terhadap rasio pembayaran dividen. Hasil pengujian menunjukkan bahwa variabel earnings per share memiliki nilai signifikansi sebesar 0,413 dan nilai tersebut lebih besar dibandingkan dengan 0,05. Hal ini berarti earnings per share tidak memiliki pengaruh terhadap rasio pembayaran dividen. Hasil pengujian menunjukkan bahwa variabel cash flow per share memiliki nilai signifikansi sebesar 0,223 dan nilai tersebut lebih besar dibandingkan dengan 0,05. Hal ini berarti cash flow per share tidak memiliki pengaruh terhadap rasio pembayaran dividen. Hasil pengujian menunjukkan bahwa variabel ukuran perusahaan memiliki nilai signifikansi sebesar 0,120 dan nilai tersebut lebih besar dibandingkan dengan 0,05. Hal ini berarti ukuran perusahaan tidak memiliki pengaruh terhadap rasio pembayaran dividen. Hasil pengujian menunjukkan bahwa variabel cash ratio memiliki nilai signifikansi sebesar 0,841 dan nilai tersebut lebih besar dibandingkan dengan 0,05. Hal ini berarti cash ratio tidak memiliki
102
0,413 0,223 0,120 0,841 0,000 0,055 0,854
November 2014
Tidak berpengaruh Tidak berpengaruh Tidak berpengaruh Tidak berpengaruh Berpengaruh Tidak berpengaruh Tidak berpengaruh
pengaruh terhadap rasio pembayaran dividen. Hasil pengujian menunjukkan bahwa variabel pertumbuhan perusahaan (GR) memiliki nilai signifikansi sebesar 0,000 dan nilai tersebut lebih kecil dibandingkan dengan 0,05. Hal ini berarti pertumbuhan perusahaan memiliki pengaruh terhadap rasio pembayaran dividen. Pertumbuhan perusahaan memiliki nilai koefisien sebesar -0,936. Hal tersebut menunjukkan bahwa pertumbuhan perusahaan berpengaruh negatif terhadap rasio pembayaran dividen. Pengaruh negatif itu disebabkan peningkatan pertumbuhan perusahaan diikuti dengan kebutuhan dana yang besar dan membuat perusahaan cenderung menahan labanya dibandingkan membayar dividen. Hasil pengujian menunjukkan bahwa variabel return on investment memiliki nilai signifikansi sebesar 0,055 dan nilai tersebut lebih besar dibandingkan dengan 0,05. Hal ini berarti return on investment tidak memiliki pengaruh terhadap rasio pembayaran dividen. Hasil pengujian menunjukkan bahwa variabel current ratio memiliki nilai signifikansi sebesar 0,854 dan nilai tersebut lebih besar dibandingkan dengan 0,05. Hal ini berarti current ratio tidak memiliki
ISSN: 1410 -9875
pengaruh terhadap pembayaran dividen.
Kristina
rasio
PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa pertumbuhan perusahaan memilik pengaruh terhadap rasio pembayaran dividen. Sementara itu return on equity, earnings per share, cash flow per share, cash ratio, pertumbuhan perusahaan, rerturn on investment, dan current ratio tidak memiliki pengaruh terhadap rasio pembayaran dividen. Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, yaitu penelitian ini hanya menggunakan periode pengamatan selama tiga tahun, yaitu dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2012, penelitian ini hanya menggunakan perusahaan dalam bidang manufaktur sebagai objek penelitian, penelitian ini hanya menggunakan 8 variabel independen, namun variabel rasio
pembayaran dividen dapat dipengaruhi oleh variabel-variabel lain yang tidak terdapat dalam model penelitian ini. Untuk mengatasi keterbatasan tersebut maka rekomendasi untuk penelitian selanjutnya adalah memperpanjang periode penelitian menjadi 5 tahun agar hasil penelitian dapat lebih mencerminkan pengaruh dalam jangka panjang, memperluas objek penelitian, tidak terbatas pada perusahaan manufaktur saja akan tetapi seluruh perusahaan yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia, menambahkan variabelvariabel lain diluar model penelitian yang berkemungkinan memiliki pengaruh terhadap rasio pembayaran dividen, sehingga dapat lebih menjelaskan variasi variabel rasio pembayaran dividen seperti debt to equity ratio, cash position, managerial ownership, dan market to book value.
REFERENSI: Adil, Ch. Muhammad dkk. 2011. Empirical Analysis of Determinants of Dividend Payout: Profitability and Liquidity. Interdisciplinary Journal of Contemporary Research in Business, Vol. 3, No. 1: 289300. Aguenaou, Samir dkk. 2013. Dividend policy and Ownership Structure : Evidence From the Casablanca Stock Exchange. International Journal of Business Review, Vol. 2, No. 4: 116-121. Al-Kuwari, Duha. 2009. Determinants of the Dividend Policy in Emerging Stock Exchanges: The Case of GCC Countries. Global Economy and Finance Journal, Vol. 2, No. 2: 38-63.
103
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 3
November 2014
Amah, Nik. 2012. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Dividend Policy Perusahaan Go Public Di Indonesia. Jurnal Akuntansi dan Pendidikan, Vol. 1 No. 1: 45-55. Amyas, dkk. 2014. Pengaruh Quick Ratio, Earning Per Share, dan Return On Investment Terhadap Dividen Kas pada Perusahaan Manufaktur Sektor Food And Beverages yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Akuntansi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala, Vol. 3, No. 1: 1-9. Black, Fischer. 1996. The Dividend Puzzle. The Journal of Portfolio Management. Hlm. 8-12. Darminto. 2007. Factor Influencing Dividend Policy. Jurnal Administrasi Bisnis, Vol. 1, No. 2: 110-122. ________. 2009. Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas, Struktur Modal dan Struktur Kepemilikan Saham Terhadap Kebijakan Dividen. Jurnal Ilmu-ilmu Sosial, Vol. 20, No. 2: 87-97. Deitiana, Tita. 2009. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Pembayaran Dividen Kas. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 11, No. 1: 57-64. ___________. 2011. Pengaruh Rasio Keuangan, Pertumbuhan Penjualan, dan Dividen Terhadap Harga Saham. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 13, No. 1: 57-66. ___________. 2013. Pengaruh Current Ratio, Return on Equity, dan Total Asset Turn Over Terhadap Dividend Payout Ratio dan Implikasi pada Harga Saham Perusahaan LQ 45. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1: 82-88. Fumey, Abel dan Isaac Doku. 2013. Dividend Payout Ratio in Ghana: Does the Pecking Order Theory Hold Good?. Journal of Emerging Issues in Economics, Finance and Banking, Vol. 2, No. 2: 616-637. Ghozali, Imam. 2013. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS 21 Update PLS Regresi. Semarang: Universitas Diponegoro. Hadiwidjaja, Rini Dwiyani Dan Lely Fera Triani. 2009. Pengaruh Profitabilitas Terhadap Dividend Payout Ratio pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. Jurnal Organisasi dan Manajemen, Vol. 5, No. 2: 49-54. Hardinugroho, Agung dan Chabachib. 2012. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Tahun 2009-2010. Diponegoro Journal of Management, Vol. 1, No. 1: 1-11. Haryeti dan Elida Ilyas. 2011. Pengaruh Financial Leverage, Investasi, Likuiditas, Serta Risiko Perusahaan Terhadap Dividen Payout Ratio. Jurnal Ekonomi, Vol. 19, No. 3: 37-53. Hatta, Atika Jauhari. 2002. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen: Investigasi Pengaruh Teori Stakeholder. JAAI, Vol. 6, No. 2: 1-22. Hermuningsih, Sri. 2007. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio pada Perusahaan yang Go Public di Indonesia. Jurnal Ekonomi dan Pendidikan, Vol. 4, No. 2: 47-62. Hikmah, Khoirul dan Ririn Astuti. 2013. Growth Of Sales, Investment, Liquidity, Profitability, dan Size Of Firm Terhadap Kebijakan Dividend Payout Ratio pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar
104
ISSN: 1410 -9875
Kristina
di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Manajemen dan Akuntansi, Vol. 2, No. 1: 1-15. Ikatan Akuntan Indonesia. 2012. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta. Ilat, Ventje dan Novi Budiarso. 2011. Pengaruh Cash Ratio dan Earning Per Share Terhadap Cash Dividen pada Perusahaan-Perusahaan yang Terdaftar di BEI. Jurnal Riset Akuntansi dan Auditing, Vol. 2, No. 1: 6180. Imran, Kashif. 2011. Determinant of Dividend Payout Policy: A Case of Pakistan Engineering Sector. The Romanian Economic Journal, Year XIV, No. 41: 47-60. John, S. Franklin dan K. Muthusamy. 2010. Leverage, Growth and Profitability as Determinants of Dividend Payout Ratio-Evidence from Indian Paper Industry. Asian Journal of Business Management Studies, Vol. 1, No. 1: 26-30. Komrattanapanya, Pornumpai dan Phassawan Suntrauk. 2013. Factors Influencing Dividend Payout in Thailand: A Tobit Regression Analysis. International Journal of Accounting and Financial Reporting, Vol. 3, No. 2: 255-268. Maladjian, Christopher dan Rim El Khoury. 2014. Determinants of the Dividend Policy: An Empirical Study on the Lebanese Listed Banks. International Journal of Economics and Finance, Vol. 6, No. 4: 240-256. Margaretha, Farah. 2014. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Jakarta: Dian Rakyat. Marietta, Unzu dan Djoko Sampurno. 2013. Analisis Pengaruh Cash Ratio, Return On Assets, Growth, Firm Size, Debt to Equity Ratio Terhadap Dividend Payout Ratio. Diponegoro Journal of Management, Vol. 2, No. 3: 1-11. Marlina, Lisa dan Clara Danica. 2009. Analisis Pengaruh Cash Position, Debt To Equity Ratio, dan Return On Assets Terhadap Dividend Payout Ratio. Jurnal Manajemen Bisnis, Vol. 2, No. 1: 1-6. Martati, Indah. 2010. Faktor Penentu Dividend Per Share Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar pada Bursa Efek Indonesia. Jurnal Eksis, Vol. 6, No. 2: 1400-1605. Maskiyah, Intan dan Eko Wahjudi. 2013. Determinan Dividend Payout Ratio pada Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di BEI Periode 20082012. Jurnal Ilmu Manajemen I, Vol. 1, No. 4: 996-1009. Murhadi, Werner R. 2008. Studi Kebijakan Deviden: Anteseden dan Dampaknya Terhadap Harga Saham. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Vol. 10, No. 1: 1-17. Musiega, Maniagi G. dkk. 2013. Determinants of Dividend Payout Policy Among Non-Financial Firms On Nairobi Securities Exchange, Kenya. International Journal Of Scientific & Technology Research, Vol. 2, No. 10: 253-266. Nafiah, Zumrotun. 2013. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen dan Dampaknya Terhadap Nilai Perusahaan pada Perusahaan Manufaktur yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2010. Jurnal STIE Semarang, Vol. 5, No. 3: 123-144.
105
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 3
November 2014
Pribadi, Anggit Satria dan R. Djoko dan Sampurno. 2012. Analisis Pengaruh Cash Position, Firm Size, Growth Opportunity, Ownership, dan Return on Asset Terhadap Dividend Payout Ratio. Diponegoro Journal of Management, Vol. 1, No. 1: 212-211. Rahayuningtyas, Septi dkk. 2014. Pengaruh Rasio-rasio Keuangan Terhadap Dividend Payout Ratio. Jurnal Administrasi Bisnis, Vol. 7, No. 2: 1-9. Rehman, Abdul dan Haruto Takumi. 2012. Determinant of Dividend Payout Ratio: Evidence From Karachi Stock Exchange. Journal of Contemporary Issues in Business Research, Vol. 1, No. 1: 20-27. Santoso, Habib Dwi dan Andri Prastiwi. 2012. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen. Diponegoro Journal of Accounting, Vol. 1, No. 1: 1-12. Santoso, Singgih. 2014. Statistik Parametrik. Jakarta: Elex Media Komputindo. Sjahrial, Dermawan. 2009. Manajemen Keuangan. Jakarta: Mitra Wacana Media. Sudiyatno, Bambang dan Septavia Mustika Sari. 2013. Determinants of Debt Policy: An Empirical Studying Indonesia Stock Exchange. International Research Journal, Vol. 4, No. 1: 98-108. Suharli, Michell. 2007. Pengaruh Profitability dan Investment Opportunity Set Terhadap Kebijakan Dividen Tunai dengan Likuiditas Sebagai Variabel Penguat. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 9, No. 1: 9-17. Sumiadji. 2011. Analisis Variabel Keuangan yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen. Jurnal Dinamika Akuntansi, Vol. 3, No. 2: 129-138. Susanti, Eva dkk. 2012. Pengaruh Profitabilitas, Financial Leverage dan Acid Test Ratio Terhadap Dividen Tunai pada Perusahaan Industri Dasar dan Kimia yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2010. Jurnal Akuntansi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala, Vol. 2, No. 1: 53-63. Tampubolon, Manahan P. 2013. Manajemen Keuangan (Finance Management). Jakarta: Mitra Wacana Media. Wijaya, Henryanto dan Sauliam Budianto. 2012. Analisis Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kebijakan Utang, dan Profitabilitas Terhadap Dividend Payout Ratio pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI pada Periode 2007 Sampai Dengan 2009. Jurnal Akuntansi, Vol. 12, No. 1: 617-634. Zameer, Hashim dkk. 2013. Determinant of Dividend Policy: A Case of Banking Sector in Pakistan. Middle-East Journal of Scientific Research, Vol. 18, No. 3: 410-424.
106
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI Vol. 16, No. 1a, Is. 3, November 2014, Hlm. 107-120
ISSN: 1410 - 9875 http: //www.tsm.ac.id/JBA
PENGARUH RASIO KEUANGAN, PERTUMBUHAN PENJUALAN DAN DIVIDEN TERHADAP RETURN SAHAM
HANDY NOERYANTO STIE Trisakti
[email protected] Abstrak: The objective of this research is to analyze the influence of price book value ratio, price earnings ratio, liquidity, profitability, sales growth, dividend and debt to equity ratio to stock return. Population in this research is all manufacturing companies listed in Indonesian Capital Market Directory (ICMD) during 2007 to 2011. Sample are obtained through purposive sampling method, in which only 55 of listed manufacturing companies meet the sampling criteria and are taken as the samples. Analysis method in this research was used multiple regressions analysis. The result from this research shows that price earnings ratio and dividend have an influence to stock return. While, price book value ratio, liquidity, profitability, sales growth and debt to equity ratio have no effect the stock return of listed manufacturing companies in Indonesia. Keywords: Stock Return, Price Book Value, Price Earnings Ratio, Likuidity, Profitability, Sales Growth, Dividend and Debt to Equity Ratio. Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk menyelidiki pengaruh price book value ratio, price earnings ratio, likuiditas, profitabilitas, pertumbuhan penjualan, dividen dan debt to equity ratio terhadap return saham. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Indonesian Capital Market Directory (ICMD) selama tahun 2007 hingga tahun 2011. Sampel didapat dengan menggunakan metode sampling purposive, dimana hanya 55 perusahaan yang memenuhi kriteria sampel. Metode analisa data menggunakan analisa regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa price earnings ratio dan dividen berpengaruh terhadap return saham. Hasil lainnya adalah bahwa price book value ratio, likuiditas, profitabilitas, pertumbuhan penjualan, dan debt equity ratio tidak mempengaruhi return saham perusahaan manufaktur yang terdaftar. Kata kunci: Return Saham, Price Book Value, Price Earnings Ratio, Likuiditas, Profitabilitas, Pertumbuhan Penjualan, Dividen dan Debt to Equity Ratio.
107
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 3
PENDAHULUAN Dalam suatu industri faktor utama sebagai pendukung kelangsungan perusahaan adalah adanya dana. Sumber dana yang dapat diperoleh perusahaan antara lain dengan menjual saham perusahaannya di pasar modal. Dana yang diperoleh dari penjualan saham tersebut termasuk sebagai ekuitas atau equity, umumnya disebut stockholder equity. Saham secara umum dapat diartikan sebagai tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Timbal balik yang diperoleh penanam saham yaitu keuntungan atau return saham. Return saham secara singkat diartikan sebagai tingkat pengembalian saham yang diperoleh investor. Prayitno (2007) dalam Poernamawatie (2008) menyatakan setiap investasi baik jangka pendek maupun jangka panjang mempunyai tujuan utama untuk memperoleh keuntungan yang disebut return, baik secara langsung maupun tidak langsung. Investor perlu melakukan analisis kondisi keuangan perusahaan karena selain berguna untuk pengambilan keputusan investasi saham, juga berguna untuk mengetahui hasil pengembalian saham (return saham). Analisis keuangan melalui nilai buku saham di pasar modal, perhitungan dividen dan rasio-rasio yang berhubungan dengan harga saham dapat dijadikan estimasi nilai return saham yang diperoleh investor. Akan tetapi faktor-faktor analisis keuangan tersebut tidak
108
November 2014
pasti atau tidak selalu mempengaruhi return saham. Diperlukan penelitian mengenai pengaruh variabel-variabel yang dimaksud apakah berpengaruh atau tidak terhadap return saham. Berdasarkan pengembangan penelitian ini, maka rumusan masalah penelitian tersebut adalah: (1) apakah price book value ratio (PBV) berpengaruh terhadap return saham? (2) apakah price earnings ratio (PER) berpengaruh terhadap return saham? (3) apakah likuiditas berpengaruh terhadap return saham? (4) apakah profitabilitas berpengaruh terhadap return saham? (5) apakah pertumbuhan penjualan berpengaruh terhadap return saham? (6) apakah dividen berpengaruh terhadap return saham? (7) apakah debt to equity ratio (DER) berpengaruh terhadap return saham? Penelitian ini disusun dengan urutan penulisan sebagai berikut. Pertama, pendahuluan menjelaskan mengenai latar belakang, masalah penelitian, dan organisasi penulisan. Kedua, menguraikan mengenai teori dan pengembangan hipotesis. Ketiga, metoda penelitian yang digunakan. Keempat, analisa dan pembahasan mengenai hasil penelitian. Terakhir, penutup yang berisi simpulan, keterbatasan serta rekomendasi untuk penelitian selanjutnya. RERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Teori Signaling Teori sinyal menjelaskan bahwa perusahaan melaporkan dengan sukarela kepada pasar
ISSN: 1410 -9875
modal agar investor mau menginvestasikan dananya. Manajer memberikan sinyal dengan menyajikan kondisi laporan keuangan yang baik agar nilai saham perusahaan meningkat (Irfan 2002 dalam Astohar 2010). Menurut Jogiyanto (1998) dalam Astohar (2010) informasi yang dipublikasikan (pengumuman) akan memberikan sinyal kepada investor dalam pengambilan keputusan investasi, pasar akan bereaksi membeli pada waktu pengumuman tersebut diterima. Reaksi pasar ditunjukkan dengan adanya perubahan volume perdagangan saham. Pada waktu informasi diumumkan dan sudah diterima oleh semua pelaku pasar tersebut, pelaku pasar terlebih dahulu menginterpretasikan dan menganalisis informasi tersebut sebagai sinyal baik (good news) atau sinyal buruk (bad news). Jika pengumuman informasi tersebut sebagai sinyal baik bagi investor, maka terjadi peningkatan dalam volume perdagangan saham, dan sebaliknya jika informasi tersebut sebagai sinyal buruk, maka terjadi penurunan volume perdagangan saham. Pengumuman informasi mengenai laporan keuangan perusahaan memberikan sinyal bahwa perusahaan mempunyai prospek yang baik di masa mendatang (good news) sehingga investor akan tertarik untuk melakukan perdagangan saham, dengan demikian pasar akan bereaksi yang tercermin melalui perubahan volume perdagangan saham. Hubungan antara publikasi informasi laporan keuangan perusahaan yang baik, kondisi keuangan perusahaan ataupun
Handy Noeryanto
sosial politik terhadap fluktuasi volume perdagangan saham terlihat dari efisiensi pasar saham (Astohar 2010). Price Book Value Ratio Price Book Value Ratio (PBV) atau nilai buku per lembar saham merupakan perbandingan antara harga saham dengan nilai buku ekuitas perusahaan. PBV menggambarkan seberapa besar pasar menghargai nilai buku saham suatu perusahaan. Nilai buku per lembar saham adalah total ekuitas dibagi dengan jumlah saham yang beredar (Poernamawatie 2008, 110). Perusahaan yang dapat beroperasi dengan baik, umumnya memiliki rasio PBV di atas satu, yang menunjukkan nilai pasar saham lebih tinggi dari nilai bukunya. Makin tinggi rasio PBV, maka makin tinggi pula perusahaan dinilai investor, maka harga pasar akan makin meningkat di pasar, yang pada akhirnya return saham tersebut akan meningkat pula. Tingginya PBV menunjukkan bahwa nilai shareholder’s juga tinggi atau keuntungan yang meningkat karena peningkatan harga saham (Ang 1997 dalam Astohar 2010). Price Earnings Ratio Menurut Sundjaja dan Barlian (2003, 146) rasio ini berhubungan dengan nilai pasar dari saham perusahaan karena diukur oleh harga pasar per lembar saham pada saat penutupan terhadap pendapatan per lembar saham (Earnings Per Share). Rasio tersebut memberi petunjuk kepada investor seberapa baik perusahaan mengelola hasil dan risiko yang ada. Rasio harga pasar juga mencerminkan penilaian terhadap
109
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 3
kinerja masa lalu dan harapan kinerja di masa yang akan datang. PER menunjukan besarnya dana yang dikeluarkan investor untuk memperoleh setiap rupiah laba perusahaan. Perusahaan yang pertumbuhan kinerjanya lebih tinggi umumnya mempunyai PER yang besar, demikian pula sebaliknya (Stella 2009). Martusa (2007) menyatakan bahwa PER berhubungan positif dengan pertumbuhan laba, makin tinggi pertumbuhan laba maka PER akan makin besar. Pertumbuhan laba dan PER yang tinggi bisa mencerminkan bagian laba yang tidak dibagikan kepada pemegang saham dalam bentuk laba ditahan akan makin tinggi, hal ini mengakibatkan perusahaan mampu membiayai kegiatan operasional dengan sumber pendanaan yang lebih kepada sumber internal. Likuiditas Likuiditas perusahaan menunjukkan kemampuan perusahaan mendanai operasional perusahaan dan melunasi kewajiban jangka pendek tepat pada waktunya. Oleh karena itu perusahaan yang memiliki likuiditas baik maka kemungkinan pembayaran dividen lebih baik pula. Likuiditas perusahaan dapat diukur dengan rasio keuangan seperti current ratio dan quick ratio (Arilaha 2009). Dalam Subramanyam dan Wild (2010) dijelaskan pentingnya likuiditas dilihat dengan mempertimbangkan dampak yang berasal dari ketidakmampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Ketidakmampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban lancarnya
110
November 2014
merupakan masalah likuiditas yang paling ekstrem, likuiditas sangat penting dalam analisis suatu perusahaan termasuk untuk penilaian return saham. Profitabilitas Profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan memperoleh laba selama satu tahun. Investor tentunya akan memperhatikan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan dan meningkatkan profit. Menurut Gitman (2009) rasio profitabilitas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur efektifitas manajemen berdasarkan hasil pengembalian dari penjualan investasi serta kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang akan menjadi dasar pembagian dividen perusahaan. Rasio yang umum digunakan untuk mengukur profitabilitas adalah return on assets, return on equity, return on investment. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan return on equity (ROE) untuk mengukur rasio profitabilitas yang merupakan rasio antara laba setelah pajak terhadap total ekuitas. ROE mencerminkan kemampuan perusahaan memperoleh laba bersih setelah pajak dari total ekuitas yang digunakan dalam operasional perusahaan. Makin tinggi rasio ini berarti makin efektif dalam memanfaatkan ekuitas untuk memperoleh laba bersih setelah pajak. Pertumbuhan Penjualan Rasio pertumbuhan penjualan adalah rasio yang diperoleh dari selisih penjualan
ISSN: 1410 -9875
periode sekarang dan periode lalu dibagi dengan penjualan periode lalu. Barton et al. (1989) menyatakan, pertumbuhan penjualan mencerminkan manifestasi keberhasilan investasi periode masa lalu dan dapat dijadikan sebagai prediksi pertumbuhan masa yang akan datang. Pertumbuhan penjualan juga merupakan indikator permintaan dan daya saing perusahaan dalam suatu industri. Jika pertumbuhan penjualan tinggi maka akan mencerminkan pendapatan meningkat sehingga pembayaran dividen cenderung meningkat. Menurut Ratnawati (2007) dalam Deitiana (2011), pertumbuhan perusahaan yang berkelanjutan adalah tingkat dimana penjualan perusahaan dapat tumbuh tergantung pada bagaimana dukungan asset terhadap peningkatan penjualan. Murni dan Andriana (2007) dalam Deitiana (2011) menyatakan, pendekatan pertumbuhan perusahaan merupakan suatu komponen untuk menilai prospek perusahaan pada masa yang akan datang. Dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan perusahaan merupakan komponen untuk menilai prospek perusahan pada masa yang akan datang dan dalam manajemen keuangan diukur berdasarkan perubahan total penjualan perusahaan. Dividen Dividen merupakan pembagian keuntungan yang diberikan kepada investor atas keuntungan yang dihasilkan perusahaan berdasarkan besarnya persentase kepemilikan saham
Handy Noeryanto
masing-masing investor. Dividen adalah pembagian laba perusahaan kepada pemegang saham secara proporsional sesuai dengan jumlah saham yang dimiliki masing-masing pemegang saham tersebut. Dividend Payout Ratio (DPR) diperoleh dari Dividend Per Share (DPS) dibagi dengan EPS. Menurut Riyanto (2001) dalam Deitiana (2011), Dividend Payout Ratio adalah persentase pendapatan yang akan dibayarkan kepada para pemegang saham sebagai dividen kas. Hal ini berarti bahwa makin tinggi tingkat DPR yang ditetapkan perusahaan, maka makin kecil dana yang tersedia untuk ditanamkan dalam perusahaan. Debt To Equity Ratio Sundjaja dan Barlian (2003, 139) menyatakan bahwa para analisis keuangan pada umumnya berkepentingan dengan hutang jangka panjang sebab perusahaan harus membayar bunga dalam jangka panjang beserta pokok pinjamannya. Perusahaan akan mendahulukan tuntutan kepada kreditur dibandingkan dengan pembagian hasil kepada pemegang saham. Kreditur juga akan mempertimbangkan kemampuan perusahaan membayar hutang sebab makin banyak hutang perusahaan, makin tinggi kemungkinan perusahaan tidak dapat memenuhi kewajibannya kepada kreditur. Rasio hutang terhadap ekuitas ini dipergunakan untuk mengukur tingkat penggunaan hutang terhadap total shareholder’ equity yang dimiliki perusahaan. Stella (2009) menyatakan makin
111
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 3
tinggi DER menunjukkan tingginya ketergantungan permodalan perusahaan terhadap pihak luar, makin tinggi pula laba yang diperoleh perusahaan dari uang kreditur. Ompusunggu dan Trisnawati (2010) menyatakan DER tinggi berarti bertambahnya dana melalui hutang, diperoleh pertahanan dari investasi yang terbatas. Ha1
Ha2
Ha3
Ha4
Ha5
Ha6
Ha7
Terdapat pengaruh signifikan Price Book Value Ratio terhadap return saham. Terdapat pengaruh signifikan Price Earnings Ratio terhadap return saham. Terdapat pengaruh signifikan likuiditas terhadap return saham. Terdapat pengaruh signifikan profitabilitas terhadap return saham. Terdapat pengaruh signifikan pertumbuhan penjualan terhadap return saham. Terdapat pengaruh signifikan dividen terhadap return saham. Terdapat pengaruh signifikan Debt To Equity Ratio terhadap return saham.
manufakur yang terdaftar di Indonesian Capital Market Directory dari 1 Januari 2007 sampai dengan 31 Desember 2011, (2) Perusahaan yang membagikan dividen dari tahun 2007 sampai dengan 2011, (3) Perusahaan yang mengalami perubahan harga saham 1 hari kerja setelah hari publikasi laporan keuangan dari tahun 2007 sampai dengan 2011. Data penelitian yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD). Pengumpulan data dari ICMD dapat diperoleh melalui online di web www.ecfin.co.id. Data yang diperlukan adalah data perusahaan manufaktur yang terdaftar di ICMD yang membagikan dividen dan mengalami perubahan harga saham 1 hari kerja setelah hari publikasi laporan keuangan dari tahun 2007 sampai dengan 2011. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah return saham. Return saham adalah suatu tingkat pengembalian saham yang diharapkan atas investasi (Ganto et al. 2008). Return dapat dirumuskan sebagai berikut:
METODA PENELITIAN Populasi yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Indonesian Capital Market Directory dari tahun 2007 sampai dengan 2011. Teknik pemilihan sampel yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metoda Purposive Sampling. Kriteria yang digunakan dalam pemilihan sampel adalah: (1) Seluruh perusahaan
112
November 2014
Rt = Rt
=
Pt
=
Pt-1 =
(Pt - Pt-1) Pt-1
return saham pada hari ke-t harga saham 1 hari kerja setelah publikasi laporan saat closing price harga saham pada hari publikasi laporan saat closing price
Tanggal publikasi keuangan digunakan
laporan untuk
ISSN: 1410 -9875
menentukan harga saham dan memperoleh reaksi pasar atas publikasi laporan keuangan. Perioda waktu yang digunakan adalah hari publikasi laporan keuangan dan 1 hari setelah publikasi laporan keuangan. Perioda yang singkat ini dipilih untuk mengurangi efek pengganggu yang dapat mempengaruhi harga saham. Rasio PBV menggambarkan seberapa besar pasar menghargai nilai buku saham suatu perusahaan. Variabel ini diukur dengan menggunakan skala rasio: harga saham dibagi dengan nilai buku ekuitas perusahaan Rasio PER mengukur kemampuan menghasilkan laba dimasa depan dari suatu perusahaan (Margaretha dan Damayanti 2008). Variabel ini diukur dengan menggunakan skala rasio: harga saham saat penutupan terhadap pendapatan per lembar saham. Rasio likuiditas untuk mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban keuangan jangka pendek dengan tepat waktu. Likuiditas perusahaan dapat diukur dengan rasio lancar atau current ratio. Variabel ini diukur dengan menggunakan skala rasio: total aset lancar dibagi dengan total kewajiban lancar. Profitabilitas menggunakan rasio ROE menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari ekuitas yang digunakan (Ganto et al. 2008). Variabel ini diukur dengan
Handy Noeryanto
menggunakan skala rasio: bersih dibagi dengan modal.
laba
Rasio pertumbuhan penjualan adalah rasio yang membandingkan antara penjualan pada akhir periode dengan penjualan yang dijadikan periode dasar. Variabel ini diukur dengan menggunakan skala rasio: selisih penjualan periode tertentu dengan periode sebelumnya dibagi dengan penjualan sebelumnya. Dividen adalah ukuran tingkat pembayaran dengan menunjukkan beberapa bagian laba perlembar saham yang dibagikan kepada para pemegang saham sebagai dividen. Variabel ini diukur dengan menggunakan skala rasio: dividen per share terhadap earnings per share. DER dipergunakan untuk mengukur tingkat penggunaan hutang terhadap total shareholder’ equity yang dimiliki perusahaan. Variabel ini diukur dengan menggunakan skala rasio: total hutang terhadap total ekuitas. Persamaan regresi dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: Y= B0 + B1X1 + B2X2 + B3X3 + B4X4 + B5X5 + B6X6 + B7X7 + e Keterangan: Y Return Saham B0 Konstanta B1-B7 Koefisien X1 Price to Book Value X2 Price Earnings Ratio X3 Current Ratio X4 Return On Equity X5 Pertumbuhan Penjualan X6 Dividen Payout Ratio X7 Debt to Equity Ratio
113
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 3
November 2014
HASIL PENELITIAN Tabel 1 Prosedur Pemilihan Sampel Jumlah Perusahaan N o Kriteria Sampel 200 200 200 201 . 7 8 9 0 Perusahaan manufaktur yang terdaftar di ICMD 1 118 118 118 118 sejak 2007 sampai dengan 2011 Perusahaan yang tidak 2 (89) (97) (84) (88) membagikan dividen Perusahaan yang tidak mengalami perubahan 3 harga saham 1 hari kerja (1) (1) setelah hari publikasi laporan keuangan Jumlah sampel 29 20 33 30 Tabel 1 menunjukkan jumlah perusahaan manufaktur yang terdaftar secara konsisten di ICMD sejak 1 Januari 2007 sampai dengan 31 Desember 2011, yang tidak membagikan dividen, kemudian perusahaan yang tidak mengalami perubahan harga saham 1 hari kerja
201 1
Jumla h Data
118
590
(89)
(447)
(2)
29
141
setelah hari publikasi laporan keuangan. Dengan demikian jumlah data yang digunakan sebanyak 141 data dengan rincian jumlah data pertahun secara berturut-turut dari 2007 sampai 2011 adalah 29, 20, 33, 30 dan 29 data.
Tabel 2 Hasil Statistik Deskriptif (in %) Std. Variabel N Mean Deviasi Varian Maksimum Minimum PBV 141 360,34 597,952 357546,4 3585 22 PER 141 1708,82 3240,554 1,10E+07 34416 -409 CR 141 288,59 274,933 75588,172 2340 48 ROE 141 23,716 30,92898 956,6015 323,19 -5,82 SG 141 20,1007 48,2734 2330,321 537,71 -48,75 DPR 141 42,5769 86,1676 7424,856 936,97 -20,86 DER 141 115,18 194,175 37703,766 1766 6 Rt 141 1,1228 6,31884 39,927742 47,273 -24,551 Sumber: Output Data SPSS 11,5 Tabel 2 menunjukkan hasil statistik deskriptif, memberikan gambaran atau deskripsi data yang
114
dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum dan minimum.
ISSN: 1410 -9875
Handy Noeryanto
Tabel 3 Hasil Pengujian Hipotesis Variabel Konstanta PBV PER CR ROE SG DPR DER
B 0,705 0 0,001 0,001 -0,011 -0,006 -0,045 0,004
R Adjusted R Square Sig. F Sumber: Output Data SPSS 11,5 Berdasarkan hasil analisis koefisien korelasi (R) menunjukkan nilai 0,377 dimana nilai ini lebih kecil dari 0,5 yang berarti bahwa hubungan antara variabel dependen (return saham) dengan variabel independen (PBV, PER, likuiditas, profitabilitas, pertumbuhan penjualan, dividen dan DER) adalah tidak kuat. Berdasarkan hasil analisis koefisien determinasi (Adjusted RSquare) menunjukkan nilai 0,097 yang berarti variabel dependen (return saham) dapat dijelaskan oleh variabel independen (PBV, PER, likuiditas, profitabilitas, pertumbuhan penjualan, dividen dan DER) sebesar 9,7% dan sisanya 91,3% dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak terdapat dalam model regresi dalam penelitian ini. Hasil uji F menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,004 lebih kecil dari nilai alpha 0,05 yang berarti bahwa model regresi fit untuk dilakukan penelitian antara PBV, PER, likuiditas, profitabilitas, pertumbuhan penjualan, dividen dan DER terhadap return saham.
t 0,667 -0,151 3,691 0,548 -0,452 -0,517 -3,941 1,207
Sig. 0,506 0,88 0 0,585 0,652 0,606 0 0,229 0,377 0,097 0,004
Berdasarkan hasil uji t pada tabel 3 dapat disimpulkan bahwa variabel PBV memiliki nilai signifikansi 0,880 dimana nilai tersebut berada di atas nilai alpha sebesar 0,05. Hal ini berarti Ha1 tidak dapat diterima yaitu variabel PBV berpengaruh tidak signifikan terhadap return saham. Return saham tidak dipengaruhi secara signifikan oleh harga saham dan nilai buku ekuitas. Walaupun PBV perusahaan tinggi, hal itu tidak meningkatkan kepercayaan investor untuk berinvestasi. Variabel PER memiliki nilai signifikansi sebesar 0,000 dimana nilai tersebut berada di bawah nilai alpha sebesar 0,05. Hal ini berarti variabel PER berpengaruh signifikan terhadap return saham, Ha2 diterima. PER berpengaruh signifikan terhadap return saham berarti makin tinggi nilai PER suatu perusahaan maka perusahaan tersebut makin dipercaya akan kinerja dan prospeknya, dengan demikian investor makin tertarik untuk menginvestasikan dananya,
115
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 3
nilai saham perusahaan pun akan meningkat. Variabel CR memiliki nilai signifikansi sebesar 0,585 dimana nilai tersebut berada di atas nilai alpha sebesar 0,05. Hal ini berarti Ha3 tidak dapat diterima, yaitu variabel tingkat likuiditas berpengaruh tidak signifikan terhadap return saham. Likuiditas hanya memperhitungkan perkiraanperkiraan yang sifatnya jangka pendek, sehingga belum dapat mencerminkan kinerja perusahaan. Variabel ROE memiliki nilai signifikansi 0,652 dimana berada di atas nilai alpha 0,05. Hal ini berarti variabel profitabilitas berpengaruh tidak signifikan terhadap return saham, Ha4 tidak dapat diterima. Ada kemungkinan variabel ROE yang tinggi akibat terjadi penurunan ekuitas dengan nilai laba yang cenderung stabil akan memberikan sinyal tidak baik kepada investor dalam pengambilan keputusan investasi. Variabel SG memiliki nilai signifikansi sebesar 0,606 dimana nilai tersebut berada di atas nilai alpha sebesar 0,05. Hal ini berarti Ha5 tidak dapat diterima yaitu variabel tingkat pertumbuhan penjualan berpengaruh tidak signifikan terhadap return saham. Pertumbuhan penjualan berpengaruh tidak signifikan terhadap return saham, sehingga investor tidak menjadikan pertumbuhan penjualan sebagai pertimbangan investasi. Variabel DPR memiliki nilai signifikansi 0,000 dimana berada di bawah nilai alpha 0,05. Hal ini berarti variabel dividen berpengaruh signifikan terhadap
116
November 2014
return saham, Ha6 diterima. Tingkat DPR perusahaan yang makin tinggi, akan membuat investor ragu untuk berinvestasi karena dividen yang dibagikan ke pihak investor besar maka makin kecil dana yang tersedia untuk operasional perusahaan, sehingga prospek perusahaan akan dinilai kurang baik. Variabel DER memiliki nilai signifikansi 0,229 dimana berada di atas nilai alpha sebesar 0,05. Hal ini berarti variabel DER berpengaruh tidak signifikan terhadap return saham, Ha7 tidak dapat diterima. Nilai DER yang tinggi menanggung resiko kerugian yang besar saat kondisi perekonomian merosot, namun dalam kondisi perekonomian yang baik, perusahaan memiliki kesempatan memperoleh laba yang besar. Nilai perbandingan antara hutang dengan modal berpengaruh tidak signifikan, sehingga variabel ini tidak menjadi dasar pertimbangan investor untuk melakukan investasi. PENUTUP Kesimpulan yang diperoleh dari hasil pengujian hipotesis adalah: (1) Price Book Value Ratio berpengaruh tidak signifikan terhadap return saham, (2) Price Earnings Ratio berpengaruh signifikan terhadap return saham, (3) likuiditas berpengaruh tidak signifikan terhadap return saham, (4) profitabilitas berpengaruh tidak signifikan terhadap return saham, (5) pertumbuhan penjualan berpengaruh tidak signifikan terhadap return saham, (6) dividen berpengaruh signifikan terhadap return saham, (7) Debt to Equity
ISSN: 1410 -9875
Ratio berpengaruh tidak signifikan terhadap return saham. Keterbatasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) penelitian ini menggunakan sampel perusahaan yang diobservasi sedikit belum mewakili seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Indonesian Capital Market Directory; (2) penelitian ini hanya menggunakan tujuh variabel independen yaitu PBV, PER, likuiditas, pertumbuhan penjualan, dividen dan DER yang dianggap mempengaruhi return saham, masih ada variabel independen lain yang belum diteliti sehingga variabel tersebut masih belum menggambarkan nilai return saham secara keseluruhan.
Handy Noeryanto
Rekomendasi yang dapat digunakan untuk penelitian yang akan datang sehubungan dengan return saham antara lain: (1) penelitian yang akan datang diharapkan menggunakan data observasi yang lebih luas yang terdaftar di Indonesian Capital Market Directory sebagai objek penelitian, (2) penelitian yang akan datang diharapkan menggunakan data keuangan dalam periode yang panjang dan terbaru sehingga lebih menggambarkan kondisi perusahaan yang sebenarnya untuk diteliti, (3) penelitian yang akan datang diharapkan dapat menggunakan variabel independen lainnya yang memiliki pengaruh terhadap return saham, misalnya earning per share, net profit margin dan inflasi.
REFERENSI: Antiarini, Anwar Asihinggalih. 2008. Pengaruh Asosiasi Rasio Keuangan terhadap Return Saham (Studi pada Perusahaan yang Masuk Kategori LQ45), Tahun 9, No. 1, Maret, hlm. 13-26. Arilaha, Muhammad Asril. 2009. Pengaruh Free Cash Flow, Profitabilitas, Likuiditas, dan Leverage Terhadap Kebijakan Dividen, Jurnal Keuangan dan Perbankan, Vol. 13, No. 1, Januari, hlm. 78-87. Astohar. 2010. Pengaruh Return on Asset, Debt to Equity Ratio, Price to Book Value dan Earning Per Share terhadap Return Saham pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia, Eksplanasi, Vol. 5, No. 2, Oktober, hlm. 189-198. Ayu, Dumy, dan Sarwo Edy Handoyo. 2009. Pengaruh Net Profit Margin, Debt To Equity Ratio, dan Pertumbuhan Penjualan terhadap Harga Saham, Jurnal Akuntansi/ Tahun XIII, no.01, Januari, 26-34. Barton, Sidney L., Ned C. Hill dan Srinivasan Sundaram. 1989. An Empirical Test of Stakeholder Theory Predictions of Capital Structure, Journal of the Financial Management Association, Spring, Vol. 18, No. 1, hlm. 3644. Deitiana, Tita. 2011. Pengaruh Rasio Keuangan, Pertumbuhan Penjualan dan Dividen terhadap Harga Saham, Jurnal Bisnis & Akuntansi, Vol. 13, no. 1, April, hlm. 57-66. Ganto, Jullimursyida, Muammar Khadafi, Wahyuddin Albra, dan Gazali Syamni. 2008. Pengaruh Kinerja Keuangan Perusahaan Manufaktur terhadap Return Saham di Bursa Efek Indonesia, Media Riset Akuntansi, Auditing dan Informasi, Vol. 8, No. 1, April, hlm. 85-96.
117
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 3
November 2014
Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Edisi kelima. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang. Gitman, Lawrence J. 2009. Principles of Managerial Finance, twelfth edition. United States: Pearson Education Addison Wesley, inc. Gitman, Lawrence J. 2011. Principles of Managerial Finance, thirteenth edition. United States: Pearson Education Addison Wesley, inc. Halim, Johan. 2007. Evaluasi terhadap Faktor yang Mempengaruhi Return dan Likuiditas Saham, Jurnal Akuntansi, Vol. 1, No. 1, September, hlm. 3448. Margaretha, Farah, dan Irma Damayanti. 2008. Pengaruh Price Earnings Ratio, Dividend Yield dan Market to Book Ratio terhadap Stock Return di Bursa Efek Indonesia, Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 10, No. 3, Desember, hlm. 149-160. Martusa, Riki. 2007. Pengaruh Dividend Yield dan Price Earnings Ratio terhadap Return Sahan dengan Investment Opportunity Set sebagai Variabel Moderating, Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 9, No. 3, Desember, hlm. 253-273. Mulyana, Deden. 2011. Analisis Likuiditas Saham serta Pengaruhnya terhadap Harga Saham pada Perusahaan yang Berada pada Indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia, Jurnal Magister Manajemen, Vol. 4, No. 1, Maret, hlm. 77-96. Musthafa, H. 2006. Analisa Pengaruh Faktor Ekonomi Makro terhadap Harga Saham pada Perusahaan Manufaktur yang Go Public di Bursa Efek Indonesia, Jurnal Ekuitas, Vol. 13, No. 1, Maret, hlm. 1-16. Ompusunggu, Arles Parulian, dan Estralita Trisnawati. 2010. Pengaruh Tingkat Bunga, Inflasi, Nilai Tukar, Leverage, Aktivitas dan Profitabilitas terhadap Kinerja Saham Sector Perusahaan Makanan dan Minuman di Bursa Efek Indonesia, Jurnal Manajemen/ Tahun XIV, No.1, Februari, hlm. 67-81. Poernamawatie, Fahmi. 2008. Pengaruh Price Book Value Ratio (PBV) dan Price Earning Ratio (PER) terhadap Return Saham pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia, Jurnal Manajemen Gajayana, Vol. 5, No. 2, November, hlm. 105-118. Saham: Definisi, Jenis dan Faktor yang Mempengaruhi Harga Saham. http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/08/saham-definisi-jenis-danfaktor-yang.html. Santoso, Singgih. 2002. Menggunakan SPSS Untuk Statistik Multivariat. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo. Stella. 2009. Pengaruh Price Earnings Ratio, Debt To Equity Ratio, Return On Asset dan Price To Book Value terhadap Harga Pasar Saham, Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 11, No. 2, Agustus, hlm. 97-106. Subramanyam, K.R. & Wild, J.J. 2010. Analisis Laporan Keuangan, buku 1, edisi 10, Jakarta: Salemba Empat. Sundjaja, Ridwan S., dan Inge Barlian. 2003. Manajemen Keuangan, buku I, edisi 5, Jakarta: Literata Lintas Media. Sundjaja, Ridwan S., dan Inge Barlian. 2003. Manajemen Keuangan, buku II, edisi 4, Jakarta: Literata Lintas Media.
118
ISSN: 1410 -9875
Handy Noeryanto
Sumarni, Astuti Sri dan Rahmawati. 2007. Relevansi Nilai Informasi Arus Kas Dengan Rasio Laba Harga dan Perubahan Laba Harga Sebagai Variabel Moderasi: Hubungan Nonlinier, JAAI, Vol. 11, No. 1, Juni, hlm. 21-33. Tampubolon, Manahan P. 2005. Manajemen Keuangan, Bogor: Ghalia Indonesia. Wiagustini, Ni Luh Putu. 2007. Investment Opportunity, Institutional Ownership, Cash Flow, Company Life Cycle Terhadap Kebijakan Dividend dan Return Saham, Jurnal Keuangan dan Perbankan, Vol. 13, No. 3, September, hlm. 373-385.
119
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 3
Halaman ini sengaja dikosongkan
120
November 2014
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI Vol. 16, No. 1a, Is. 3, November 2014, Hlm. 121-140
ISSN: 1410 - 9875 http: //www.tsm.ac.id/JBA
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
GERRY TJANDRA STIE Trisakti
[email protected] Abstract: The purpose of this research is to obtain empirical evidence about the factors affecting earnings management in manufacturing company listed in Indonesia Stock Exchange. The factors are audit committee gender, firm size, loss, financial leverage, sales growth, audit committee size, auditor reputation, free cash flow, market to book ratio, and return on assets. Population in this research is manufacturing companies which consistently listed in Indonesia Stock Exchange during 2009 until 2012. There are 94 companies selected as final sample. Hypothesis tested by using multiple regression analysis. The result of the analysis indicate that financial leverage, auditor reputation, market to book ratio, and return on assets has influence on earnings management. While, audit committee gender, firm size, loss, sales growth, audit committee size, and free cash flow do not have influence on earnings management. Keywords: Earnings Management, Audit Committee Gender, Firm Size, Loss, Financial Leverage, Sales Growth, Audit Committee Size, Auditor Reputation, Free Cash Flow, Market to Book Ratio, and Return on Assets. Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan bukti empiris tentang faktor-faktor yang mempengaruhi manajemen laba di perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia. Faktor-faktor tersebut adalah gender komite audit, ukuran perusahaan, kerugian, leverage, pertumbuhan penjualan, ukuran komite audit, reputasi auditor, arus kas bebas, market to book ratio, dan return on asset. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang konsisten terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2009 hingga 2012. Ada 94 perusahaan yang dipilih sebagai sampel akhir. Hipotesis diuji dengan menggunakan analisis regresi berganda. Hasil analisis menunjukkan bahwa leverage, reputasi auditor, market to book ratio, dan return on asset berpengaruh terhadap manajemen laba. Sementara, gender komite audit, ukuran perusahaan, kerugian, pertumbuhan penjualan, ukuran komite audit, dan arus kas bebas tidak memiliki pengaruh pada manajemen laba.
121
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 3
Kata kunci:
Manajemen Laba, Gender Komite Audit, Ukuran Perusahaan, Rugi, Leverage, Pertumbuhan Penjualan, Ukuran Komite Audit, Reputasi Auditor, Arus Kas Bebas, Market To Book Ratio, dan Return On Asset.
PENDAHULUAN Pada laporan keuangan perusahaan, laba merupakan salah satu informasi potensial yang sangat penting baik untuk pihak internal perusahaan maupun pihak eksternal. Informasi laba yang terdapat dalam laporan keuangan perusahaan memiliki beberapa fungsi penting, antara lain untuk menilai kinerja manajemen, membantu mengestimasi kemampuan laba yang representatif dalam jangka panjang, dan untuk menaksir risiko investasi atau menjamin dana (Kirschenheiter dan Melumad 2004 dalam Wardhani dan Joseph 2010). Begitu berpengaruhnya informasi laba tersebut, maka seringkali pihak manajemen melakukan tindakan seperti memodifikasi informasi laba untuk menghasilkan informasi sesuai yang diinginkan demi mencapai tujuan tersendiri. Tindakan tersebut dikenal dengan manajemen laba (earnings management) (Wardhani dan Joseph 2010). Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang dilakukan oleh Qi dan Tian (2012) yang meneliti tentang pengaruh faktor-faktor personal karakteristik komite audit yang dapat mempengaruhi manajemen laba. Perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah (1) pada penelitian sebelumnya, peneliti menggunakan sampel perusahaan dagang publik
122
November 2014
yang ada di Cina. Sedangkan pada penelitian ini, penulis menggunakan sampel perusahaan publik sektor manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI); (2) pada penelitian sebelumnya menggunakan tahun pengamatan selama 7 tahun, yakni dari tahun 2004 sampai tahun 2010. Pada penelitian ini menggunakan tahun pengamatan selama 3 tahun, yakni dari tahun 2010 sampai tahun 2012; (3) penelitian ini mengganti variabel tingkat pendidikan komite audit, pengalaman bekerja di bidang keuangan, book to market ratio, dan frekuensi rapat komite audit yang diganti dengan reputasi auditor (Nabila dan Daljono 2013), arus kas bebas (Zuhri dan Prabowo 2011), market to book ratio (Sukeecheep et al. 2013), dan return on assets (Pramono 2013). Sementara variabel rata-rata umur komite audit dan independensi komite audit dihilangkan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjawab masalahmasalah penelitian dan mendapatkan bukti empiris mengenai: (1) Pengaruh gender komite audit terhadap manajemen laba; (2) Pengaruh ukuran perusahaan terhadap manajemen laba; (3) Pengaruh kerugian terhadap manajemen laba; (4) Pengaruh financial leverage terhadap manajemen laba; (5) Pengaruh pertumbuhan penjualan terhadap manajemen laba; (6) Pengaruh ukuran komite audit
ISSN: 1410 -9875
terhadap manajemen laba; (7) Pengaruh reputasi auditor terhadap manajemen laba; (8) Pengaruh arus kas bebas terhadap manajemen laba; (9) Pengaruh market to book ratio terhadap manajemen laba; (10) Pengaruh return on assets terhadap manajemen laba. RERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Teori Keagenan Teori ini menjelaskan hubungan kontrak antara pemilik sumber daya ekonomis (prinsipal) dan manajer (agen) yang mengurus penggunaan dan pengendalian sumber daya tersebut (Husaini 2009). Di dalam teori keagenan diasumsikan bahwa tiap individu memiliki motivasinya masingmasing sehingga hal ini memungkinkan timbulnya konflik kepentingan antara agen dan prinsipal. Pihak prinsipal termotivasi untuk meningkatkan profitabilitas demi kesejahteraan dirinya dan agen termotivasi untuk memaksimalkan pemenuhan kebutuhan ekonomi dan psikologisnya. Husaini (2009) mengungkapkan bahwa upaya mengatasi atau mengurangi masalah keagenan ini akan menimbulkan biaya keagenan (agency cost) yang akan ditanggung baik oleh prinsipal maupun agen, yaitu: a. Monitoring cost adalah biaya yang timbul untuk memonitor perilaku agen, yaitu untuk mengukur, mengamati, dan mengontrol perilaku agen. Contoh biaya ini antara lain biaya auditor eksternal dan internal, Bapepam, pasar modal
Gerry Tjandra
seperti underwriters dan dewan komisaris. b. Bonding cost merupakan biaya untuk menetapkan dan mematuhi mekanisme yang menjamin bahwa agen akan bertindak untuk kepentingan prinsipal, misalnya kompensasi manajer dan bonus. c. Residual loss merupakan pengorbanan yang berupa berkurangnya kemakmuran prinsipal sebagai akibat dari perbedaan keputusan agen dan keputusan prinsipal. Manajemen Laba Scott (2011) mendefinisikan manajemen laba sebagai pilihan yang dilakukan oleh manajer dalam menentukan kebijakan akuntansi atau tindakan nyata untuk mencapai beberapa tujuan pelaporan laba tertentu. Sedangkan menurut Setiawan et al. (2000) dalam Azlina (2010) mendefinisikan manajemen laba sebagai campur tangan manajemen dalam proses pelaporan keuangan eksternal dengan tujuan menguntungkan dirinya sendiri. Studi yang dilakukan Watts dan Zimmerman (1986) dalam Sulistiawan et al. (2011) menyatakan bahwa secara umum terdapat beberapa hal yang memotivasi individu atau badan usaha melakukan tindakan manajemen laba, di antaranya: (1) Motivasi Bonus; (2) Motivasi Utang; (3) Motivasi Pajak; (4) Motivasi Penjualan Saham; (5) Motivasi Pergantian Direksi; (6) Motivasi Politis. Scott (2011) merangkum pola umum yang banyak dilakukan dalam praktik manajemen laba, antara
123
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 3
lain: (a) Pola taking a bath; (b) Pola income minimization; (c) Pola income maximization; (d) Pola income smoothing. Komite Audit Menurut Tjager et al. dalam Husaini (2009) mendefinisikan komite audit sebagai suatu komite yang dibentuk oleh dewan komisaris dan bertanggung jawab kepada dewan komisaris, dengan tugas dan tanggung jawab utamanya yaitu untuk memastikan bahwa prinsip good corporate governance terutama transparansi dan disclosure diterapkan secara konsisten dan memadai oleh eksekutif. Effendi (2009) menjelaskan bahwa berdasarkan Surat Edaran dari Direksi PT Bursa Efek Jakarta No. SE-008/BEJ/12-2001 Tanggal 7 Desember 2001 perihal keanggotaan komite audit disebutkan bahwa: (a) Komite audit sekurang-kurangnya terdiri atas tiga orang, termasuk ketua komite audit; (b) Anggota komite audit yang berasal dari komisaris maksimum hanya satu orang dan merupakan komisaris independen perusahaan tercatat yang sekaligus menjabat sebagi ketua komite audit; (c) Anggota komite audit lainnya berasal dari pihak eksternal yang independen. Gender Komite Audit Beberapa studi menunjukkan bahwa pria dan wanita menimbulkan perilaku yang berbeda di tempat kerja. Herminway (2007) dalam Qi dan Tian (2012) berpendapat bahwa wanita lebih dipercaya daripada
124
November 2014
pria, dan mereka lebih sedikit melakukan manipulasi laporan keuangan perusahaan dan pengungkapan lainnya. Peni dan Vahamaa (2010) membuktikan bahwa CFO wanita lebih sedikit melakukan manajemen laba dibandingkan dengan CFO pria. Komite audit wanita mungkin lebih konservatif dibandingkan dengan komite audit pria, dan mereka juga memiliki etika yang tinggi dibandingkan dengan komite audit pria. Gender komite audit Ha1 : memiliki pengaruh terhadap manajemen laba. Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan dapat dinilai dari total asset yang dimiliki perusahaan. Apabila semakin besar aset perusahaan maka akan semakin banyak modal yang ditanam dan semakin banyak penjualan maka semakin besar perputaran uang yang terjadi (Sudarmajdi dan Sularto 2007 dalam Angelia et al. 2012). Ukuran perusahaan dianggap sangat sensitif terhadap perilaku pelaporan laba. Perusahaan berukuran sedang dan besar lebih memiliki tekanan yang kuat dari para stakeholdernya, agar kinerja perusahaan sesuai dengan harapan para investornya dibandingkan dengan perusahaan kecil. Hal ini mendorong manajemen untuk memenuhi harapan tersebut yang akan berdampak pada adanya praktik manipulasi dan perataan laba. (Barton dan Simko 2002 dalam Handayani dan Rachadi 2009). Ha2 : Ukuran perusahaan memiliki pengaruh terhadap manajemen laba.
ISSN: 1410 -9875
Kerugian Terdapat kecenderungan bahwa jika suatu perusahaan mengindikasikan akan mengalami kerugian maka praktik manajemen laba akan semakin tinggi pada perusahaan, hal ini disebabkan karena manajemen ingin menutupi hal tersebut dari para investor. Begitu juga sebaliknya, jika perusahaan tidak memiliki indikasi mengalami kerugian, maka praktik manajemen laba di perusahaan akan semakin rendah (Qi dan Tian 2012). Kim et al. (2003) membuktikan bahwa manajer memiliki dorongan untuk menghindari pelaporan penurunan laba (earnings decreases) atau pelaporan kerugian (earnings losses) melalui pelaporan laba positif. Ha3 Financial Leverage Perbandingan antara utang dan aktiva yang menunjukan berapa bagian aktiva yang digunakan untuk menjamin utang disebut rasio leverage. Perusahaan yang mempunyai rasio leverage yang tinggi akibat besarnya jumlah utang dibandingkan dengan aktiva yang dimiliki perusahaan diduga malakukan manajemen laba karena perusahaan terancam default yaitu tidak dapat memenuhi kewajiban pembayaran utang pada waktunya. Perusahaan akan berusahan menghindarinya dengan membuat kebijakan yang dapat meningkatkan pendapatan maupun laba (Azlina 2010). Ha4 : Financial leverage memiliki pengaruh terhadap manajemen laba.
Gerry Tjandra
Pertumbuhan Penjualan Pertumbuhan penjualan yang dimiliki perusahaan, dapat memotivasi manajer dalam memperoleh laba. Menurut Kim et al. (2003) bahwa perusahaan yang memiliki pertumbuhan penjualan yang tinggi, kemungkinan tidak termotivasi dalam melakukan tindakan manipulasi laba untuk melaporkan laba. Sebaliknya jika perusahaan memiliki pertumbuhan penjualan rendah, maka akan memiliki kecenderungan untuk menyesatkan laporan laba atau perubahan laba melalui tindakan manipulasi laba. Namun demikian, perusahaan dengan tingkat pertumbuhan penjualan yang tinggi juga memiliki motivasi dalam melakukan manajemen laba dalam memperoleh laba, manakala : Kerugian memiliki mereka dihadapkan pada pengaruh terha permasalahan untuk tetap mempertahankan trend laba dan trend penjualan (Handayani dan Rachadi 2009). Ha5 : Pertumbuhan penjualan memiliki pengaruh terhadap manajemen laba. Ukuran Komite Audit Komite audit dibentuk oleh dewan komisaris, dan anggotanya diangkat oleh dewan komisaris atau setidaknya oleh komite nominasi. Anggota komite audit terdiri dari orang yang independen, seperti komisaris yang tidak terlibat dalam pengurusan perusahaan dan pihak yang terafiliasi. Anggota komite audit, termasuk ketua diangkat untuk jangka waktu paling sedikit 1 tahun. Semakin banyak anggota komite audit diharapkan dapat mencegah terjadinya praktik manajemen laba (Husaini 2009).
125
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 3
Ha6 : Ukuran komite audit memiliki pengaruh terhadap manajemen laba. Reputasi Auditor De Angelo (1981) dalam Diantimala (2010) mengemukakan bahwa perusahaan audit yang lebih besar menghasilkan kualitas audit yang lebih tinggi untuk melindungi reputasinya sebagai akuntan independen. Perusahaan go public lebih mempercayai kualitas jasa The Big Four, meskipun fee yang harus dibayar jauh lebih tinggi. Perusahaan audit yang lebih besar dinilai memiliki akuntan yang berperilaku lebih etikal dibandingkan akuntan di perusahaan audit kecil sehingga memiliki reputasi baik dalam opini publik. Selain itu reputasi auditor sangat menentukan kredibilitas laporan keuangan. Independensi dan kualitas auditor akan berdampak pada pendeteksian manajemen laba. Terdapat dugaan bahwa auditor yang bereputasi baik dapat mendeteksi kemungkinan adanya manajemen laba secara lebih dini (Widyaningdyah 2001). Ha7 : Reputasi auditor memiliki pengaruh terhadap manajemen laba. Arus Kas Bebas Ross et al. (2000) mendefiniskan arus kas bebas sebagai arus kas perusahaan yang dapat didistribusikan kepada kreditur atau pemegang saham yang tidak digunakan untuk modal kerja (working capital) atau investasi pada aset tetap. Di sisi lain, keberadaan arus kas bebas biasanya menimbulkan konflik
126
November 2014
kepentingan antara manajer dengan pemegang saham ketika arus kas bebas dalam perusahaan tidak digunakan atau diinvestasikan untuk memaksimalkan atau meyeimbangkan bunga pemegang saham. Manajer lebih memilih menggunakan arus kas bebas tersebut untuk berinvestasi pada proyek yang tidak menguntungkan daripada dibagikan kepada pemegang saham. Dampaknya perusahaan akan berada pada posisi pertumbuhan yang rendah (Jensen 1986 dalam Tampubolon dan Mukodim 2012). Ha8 : Arus kas bebas memiliki pengaruh terhadap manajemen laba. Market to Book Ratio Market to book ratio (rasio nilai pasar dan nilai buku) adalah rasio nilai pasar ekuitas saham perusahaan dengan nilai buku ekuitas saham perusahaan yang merupakan nilai akuntansi yang mencerminkan biaya historis perusahaan. Rasio ini digunakan untuk mempresentasikan tingkat ekspektasi pasar atas pertumbuhan laba perusahaan. Demi mencapai tujuan ekspektasi pertumbuhan tersebut, manajemen dapat termotivasi melakukan manajemen laba (Susanto dan Siregar 2010). Perusahaan yang memiliki tingkat market to book ratio yang tinggi dapat mengindikasikan bahwa perusahaan tersebut memiliki kesempatan yang lebih besar untuk melakukan manajemen laba karena hal ini menggambarkan bahwa tingkat asimetris informasi pada perusahaan tersebut tinggi (Mitani 2010). Ha9
ISSN: 1410 -9875
Gerry Tjandra
Return on Assets Perubahan return on assets menunjukkan perubahan kemampuan manajemen dalam menghasilkan laba dengan memanfaatkan aktiva yang digunakan dalam kegiatan operasi. Semakin besar perubahan return on assets menunjukkan semakin besar fluktuasi kemampuan manajemen dalam menghasilkan laba (Kumaladewi 2009). Hal tersebut mempengaruhi investor dalam memprediksi laba dan memprediksi risiko dalam investasi sehingga memberikan dampak pada kepercayaan investor kepada Variabel Independen Dependen
perusahaan. Sehubungan dengan itu, manajemen termotivasi untuk melakukan praktik perataan laba agar laba yang dilaporkan tidak berfluktuatif sehingga dapat meningkatkan kepercayaan investor (Budiasih 2009 dalam Dewi dan Prasetiono 2012). Ha10 : Return on assets memiliki pengaruh terhadap manajemen laba. Model Penelitian Model penelitian yang akan diteliti oleh peneliti. Variabel
Gender Komite Audit Ukuran Perusahaan Kerugian Financial Leverage Pertumbuhan Penjualan Ukuran Komite Audit Manajemen Laba Raputasi Auditor Arus Kas Bebas Market to Book Ratio Return on Assets Gambar 1 Model Penelitian
127
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 3
METODA PENELITIAN Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan sektor manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 20092012. Sampel penelitian diambil dengan metoda purposive sampling. Berikut ini adalah kriteria sampel yang akan dijadikan obyek penelitian: (1) Perusahaan manufaktur yang konsisten terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2012; (2) Perusahaan manufaktur yang menerbitkan laporan keuangan per tanggal 31 Desember; (3) Perusahaan manufaktur yang menyajikan laporan keuangannya dalam mata uang Rupiah. Manajemen laba dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan discretionary accruals. Dimana untuk mengukur akrual berdasarkan nilai manajemen laba kita menggunakan cross-sectional versi Modified Jones Model (1991) dalam Qi dan Tian (2012). 1) Menggunakan Modified Jones Model TAC = net income before extraordinary item – CFO ………………………..(1) 2) Menghitung nilai accruals yang diestimasi dengan persamaan regresi sebagai berikut : α1 (1/Ait-1)+α2 TACit/Ait-1= [(∆REVit‐∆RECit)/Ait-1] +α3 (PPEit/Ait-1)+eit (2) 3) Menggunakan koefisien regresi di atas nilai non discretionary accruals (NDA) dapat dihitung dengan rumus :
128
November 2014
NDAit/Ait-1 = α1 (1/Ait-1) + α2 (∆REVit ‐ ∆RECit) + α3 PPEit + eit ……...(3) 4) Discretionary accrual (DA), dapat dihitung sebagai berikut : (TACit/Ait-1) – DAit/Ait-1 = (NDAit/Ait1)…………………………………..(4) TACit (Total akrual pada tahun t); Ait-1 (Total aset perusahaan pada tahun t‐1); ∆REVit (Perubahan pendapatan perusahaan antara tahun t dan tahun t‐1); ∆RECit (Perubahan piutang perusahaan antara tahun t dan tahun t-1); PPEit (Aset tetap perusahaan pada tahun t); NDAit (Non discretionary accruals perusahaan pada tahun t); DAit (discretionary accruals pada periode t); α1, α2, α3 (Koefisien regresi). Pada penelitian ini gender komite audit dihitung dengan menggunakan variabel dummy (Qi dan Tian 2012). Dimana “1” jika perusahaan memiliki anggota komite audit perempuan dan “0” jika perusahaan tidak memiliki anggota komite audit perempuan. Dalam penelitian ini ukuran perusahaan diukur dengan menggunakan natural logaritma dari total aset perusahaan (Qi dan Tian 2012). FSIZE = Ln (Total Aset) Pada penelitian ini kerugian dihitung dengan menggunakan variabel dummy (Qi dan Tian 2012). Dimana “1” jika perusahaan melaporkan kerugian bersih dan “0” jika perusahaan tidak melaporkan kerugian bersih. Variabel leverage ini diukur dengan menggunakan rasio total utang terhadap total aktiva. Berikut ini merupakan rumus
ISSN: 1410 -9875
Gerry Tjandra
pengukuran financial leverage (Qi dan Tian 2012). Total Hutang LEV = Total Aset Pertumbuhan penjualan dalam merupakan rumus pertumbuhan penelitian ini diukur dengan pertumbuhan penjualan (Qi dan perubahan penjualan. Berikut ini Tian 2012). (SALt–SALt-1) SG = SALt-1 SALt : Sales pada tahun menggunakan variabel dummy pengamatan, (Nabila dan Daljono 2013). Dimana SALt-1 : Sales pada tahun lalu. “1” jika perusahaan diaudit oleh KAP big four dan “0” jika perusahaan tidak diaudit oleh KAP Ukuran komite audit dihitung big four. berdasarkan jumlah anggota komite Untuk mengukur arus kas audit pada tahun pengamatan (Qi bebas yang dimiliki oleh dan Tian 2012). perusahaan pada tahun ASIZE = Jumlah anggota komite pengamatan maka bisa dihitung audit pada tahun pengamatan dengan mengurangi arus kas operasi dengan net capital expenditures Pada penelitian ini reputasi dan perubahan pada net working auditor dihitung dengan capital (Ross et al. 2008). FCF = CFO – Net Capital Expenditures – Change in NWC FCF : Free cash flow CFO : Cash flow from operation Net Capital Expenditures : PPEt – PPEt-1 Change in Net Working Capital : (ALt – HLt) – (ALt-1 – HLt-1) PPE : Aktiva Tetap AL : Aktiva Lancar HL : Hutang Lancar Rumus yang digunakan pada penelitian ini untuk mengukur market to book ratio adalah
sebagai berikut (Sukeecheep et al. 2013):
Nilai pasar per lembar saham MTB = Nilai buku per lembar saham Return on assets yang dihasilkan didapat dari hasil bagi laba bersih perusahaan terhadap
total aset perusahaan (Pramono 2013).
129
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 3
November 2014
Laba bersih ROA = Total aset HASIL PENELITIAN Teknik yang digunakan dalam mengumpulkan data pada penelitian ini diperoleh melalui laporan keuangan dan laporan tahunan pada perusahaan manufaktur yang dipublikasikan di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2010-2012. Data yang digunakan dalam penelitian ini dapat diakses melalui www.idx.co.id. Sampel penelitian diambil dengan metoda purposive sampling yang dijelaskan pada tabel 1. Hasil pengujian statistik deskriptif untuk variabel yang digunakan dalam penelitian ini baik variabel dependen maupun variabel independen serta frekuensi untuk variabel gender, kerugian, dan reputasi auditor dapat dilihat pada tabel 2, 3, 4, dan 5. Normalitas residual digunakan untuk menguji kualitas data. Hasil dari pengujian normalitas dapat dilihat pada tabel 6 dimana asymp. sig. (2-tailed) menunjukan angka dibawah 0,05 yang berarti data tidak berdistribusi normal. Oleh karena itu harus dilakukan kembali pengujian dengan menggunakan uji outlier. Hasil dari normalitas setelah outlier ditunjukan pada tabel 7 dimana nila asymp. sig. (2tailed) masih dibawah 0,05 yang berarti bahwa data tidak berdistribusi normal sehingga digunakan data sebelum outlier untuk pengujian selanjutnya. Hasil uji multikolinearitas dapat dilihat pada tabel 8 yang menunjukan bahwa semua variabel pada model penelitian memiliki angka tolerance di atas 0,1 dan VIF
130
dibawah 10, ini berarti tidak terjadi multikolinearitas sehingga data tersebut baik digunakan dalam model regresi karena tidak terdapat korelasi antar variabel independen. Hasil uji heteroskedastisitas dapat dilihat pada tabel 9 yang menunjukan bahwa semua variabel pada model penelitian memiliki angka signifikan diatas 0,05, ini berarti bahwa semua variabel yang digunakan tidak mengalami masalah heteroskedastisitas. Hasil uji autokorelasi dapat dilihat pada tabel 10 yang menunjukan menunjukan bahwa nilai sig. res_2 lebih besar sama dengan 0,05 yang berarti bahwa data yang di uji tidak terjadi autokorelasi sehingga data baik digunakan dalam model regresi. Tabel 11 menunjukan nilai dari analisa korelasi (R) lebih kecil dari 0,5 yakni sebesar 0,266. Hal ini berarti variabel independen memiliki hubungan yang lemah dengan variabel dependen. Hasil analisa koefisien determinasi pada tabel 12 menunjukan nilai adjusted R square sebesar 0,037. Ini berarti besarnya presentase variasi dari variabel independen terhadap variabel dependen adalah sebesar 3,7%, sedangkan sisanya sebesar 96,3% dijelaskan oleh variasi variabel yang tidak termasuk dalam model dan dianggap tetap. Hasil uji F dapat dilihat pada tabel 13 yang menunjukan bahwa uji F menghasilkan nilai signifikansi sebesar 0,027. Nilai sig. lebih kecil sama dengan 0,05 yang berarti
ISSN: 1410 -9875
model regresi yang digunakan dalam penelitian ini fit dan layak digunakan untuk penelitian. Tabel 14 menunjukan hasil uji t dimana gender komite audit memiliki nilai signifikan 0,837, ukuran perusahaan memiliki memiliki nilai signifikan 0,138, kerugian memiliki nilai signifikan 0,304, financial leverage memiliki nilai signifikan 0,046, pertumbuhan penjualan memiliki nilai signifikan 0,827, ukuran komite audit memiliki nilai signifikan 0,390, reputasi auditor memiliki nilai signifikan 0,045, arus kas bebas memiliki nilai signifikan 0,197, market to book ratio memiliki nilai signifikan 0,007, dan return on assets memiliki nilai signifikan 0,033. Hal ini berarti bahwa Ha4, Ha7, Ha9, dan Ha10 diterima sedangkan Ha1, Ha2, Ha3, Ha5, Ha6, dan Ha8 tidak diterima. PENUTUP Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan bukti empiris mengenai pengaruh gender komite audit, ukuran perusahaan, kerugian, financial leverage, pertumbuhan penjualan, ukuran komite audit, reputasi auditor, arus kas bebas, market to book ratio, dan return on assets terhadap manajemen laba pada periode penelitian dari tahun 2010 sampai tahun 2012. Gender komite audit tidak memiliki pengaruh terhadap manajemen laba. Hal ini konsisten dengan penelitian Sun et al. (2011). Namun tidak konsisten dengan penelitian Peni dan Vahamaa (2010), Qi dan Tian (2012), serta Thiruvadi dan Huang (2011).
Gerry Tjandra
Ukuran perusahaan tidak memiliki pengaruh terhadap manajemen laba. Hal ini konsisten dengan penelitian Handayani dan Rachadi (2009), Kumaladewi (2009), Guna dan Herawaty (2010), Santoso (2010), serta Angelia et al. (2012). Namun tidak konsisten dengan penelitian Wardhani dan Joseph (2010), Azlina (2010), Mitani (2010), Aryani (2011), Widowati (2013), Dewi dan Prasetiono (2012), serta Qi dan Tian (2012). Kerugian tidak memiliki pengaruh terhadap manajemen laba. Hal ini konsisten dengan penelitian Kim et al. (2003) serta Handayani dan Rachadi (2009). Namun tidak konsisten dengan penelitian Scholer (2005), serta Qi dan Tian (2012). Financial leverage memiliki pengaruh terhadap manajemen laba. Hal ini konsisten dengan penelitian Arfan (2008), Angelia et al. (2012), Guna dan Herawaty (2010), Aryani (2011), Qi dan Tian (2012), Alamanda dan Soenarno (2012), serta Tampubolon dan Mukodim (2012). Namun tidak konsisten dengan penelitian Azlina (2010), serta Jao dan Pagalung (2011). Pertumbuhan penjualan tidak memiliki pengaruh terhadap manajemen laba. Hal ini konsisten dengan penelitian Handayani dan Rachadi (2009). Namun tidak konsisten dengan penelitian Qi dan Tian (2012). Ukuran komite audit tidak memiliki pengaruh terhadap manajemen laba. Hal ini konsisten dengan penelitian Zuhri dan Prabowo (2011), serta Nabila dan Daljono (2013). Namun tidak konsisten dengan penelitian Qi dan Tian (2012), serta Widowati (2013).
131
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 3
Reputasi auditor memiliki pengaruh terhadap manajemen laba. Hal ini konsisten dengan penelitian Zhou dan Elder (2001), Chen et al. (2005), Pamudji dan Trihartati (2010), Gerayli et al. (2011), serta Wiryadi dan Sebrina (2013). Namun tidak konsisten dengan penelitian Handayani dan Rachadi (2009), Diantimala (2010), serta Nabila dan Daljono (2013). Arus kas bebas tidak memiliki pengaruh terhadap manajemen laba. Hal ini konsisten dengan penelitian Arfan (2008), serta Tampubolon dan Mukodim (2012). Namun tidak konsisten dengan penelitian Zuhri dan Prabowo (2011). Market to book ratio memiliki pengaruh terhadap manajemen laba. Hal ini konsisten dengan penelitian Mitani (2010), Wardhani dan Joseph (2010), serta Sukeecheep et al. (2013). Namun tidak konsisten dengan penelitian Chen et al. (2005) dan Chih et al. (2008). Return on assets memiliki pengaruh terhadap manajemen laba. Hal ini konsisten dengan penelitian Kumaladewi (2009), Mitani (2010), dan Amertha (2013). Namun tidak konsisten dengan penelitian Santoso (2010), Aryani (2011), Dewi dan Prasetiono (2012), serta Pramono (2013).
November 2014
Penelitian ini memiliki beberapa kekurangan dan keterbatasan sebagai berikut: (1) Periode penelitian yang digunakan relatif pendek yaitu dari tahun 2010 hingga tahun 2012 sehingga praktik manajemen laba yang dilakukan pada perusahaan yang diamati kurang mencerminkan kondisi yang sebenarnya; (2) Sampel perusahaan yang digunakan pada penelitian ini hanya terbatas pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), sehingga hasil penelitian kurang dapat di generalisasi; (3) Data variabel penelitian ini tidak berdistribusi normal. Rekomendasi yang dapat diberikan penulis untuk penelitian selanjutnya adalah sebagai berikut: (1) Memperpanjang periode penelitian, misalnya 5 tahun sehingga data yang diperoleh dapat lebih akurat dan lebih menggambarkan kondisi yang sebenarnya pada perusahaan yang diamati; (2) Sampel perusahaan yang diamati tidak saja terbatas pada perusahaan manufaktur, tetapi juga bisa memperluas sampel seperti perusahaan non keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI); (3) Pada penelitian yang selanjutnya di harapkan dapat mengatasi masalah ketidaknormalan data dengan cara menambah data.
REFERENSI Alamanda, Benedicta Christa, dan Yanuar Nanok Soenarno. 2012. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Manajemen Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Ekonomi dan Bisnis, 1 Desember, hal 83-98. Amertha, Indra Satya Prasavita. 2013. Pengaruh Return on Assets pada Praktik Manajemen Laba dengan Moderasi Corporate Governance. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, ISSN: 2302-8556, hal 373-387.
132
ISSN: 1410 -9875
Gerry Tjandra
Angelia, Dwi Suci., Amries Rusli Tanjung, dan Elfi Ilham. 2012. Pengaruh Ukuran Perusahaan, Leverage, Kualitas Audit dan Independensi Auditor Terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Arfan, Muhammad. 2008. Pengaruh Arus Kas Bebas, Set Kesempatan Investasi, dan Financial Leverage terhadap Manajemen Laba pada Emiten Manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Vol. 7 No. 1, April, hal 45-61. Aryani, Dwi Septa. 2011. Manajemen Laba pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Ekonomi dan Informasi Akuntansi, Vol. 1 No. 2, Mei. Azlina, Nur. 2010. Analisa Faktor yang Mempengaruhi Manajemen Laba (Studi pada Perusahaan yang Terdaftar di BEI). Pekbis Jurnal, Vol. 2 No. 3, November, hal 355-363. Chen, Ken Y., Kue Lin Lin, dan Jian Zhou. 2005. Audit Quality and Earnings Management for Taiwan IPO Firms. Managerial Auditing Journal, page 86-104. Chih, Hsiang Lin., Chung Hua Shen, dan Feng Ching Kang. 2008. Corporate Social Responsibility, Investor Protection, and Earnings Management: Some International Evidence. Journal of Business Ethics, page: 179-198. Dewi, Kartika Shintia, dan Prasetiono. 2012. Analisis Pengaruh ROA, NPM, dan Size Terhadap Praktik Perataan Laba (Studi Kasus pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2007-2010). Diponegoro Journal of Management, Vol. 1 No. 2, hal 172-180. Diantimala, Yossi. 2010. Manajemen Laba dan Reputasi Auditor. Jurnal Telaah dan Riset Akuntansi, Vol. 3 No. 2, Juli, hal 123-129. Effendi, Muhammad Arief. 2009. The Power Of Good Corporate Governance: Teori dan Implementasi. Jakarta: Salemba Empat, hal: 1 dan 33. Gerayli, Mahdi Safari., Abolfazl Momeni Yanesari, dan Ali Reza Ma’atoofi. 2011. Impact of Audit Quality on Earnings Management : Evidence from Iran. International Research Journal of Finance and Economics, ISSN 1450-2887. Guna, Welvin I., dan Arleen Herawaty. 2010. Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance, Independensi Auditor, Kuaitas Audit, dan Faktor Lainnya Terhadap Manajemen Laba. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 12 No. 1, April, hal 53-68. Handayani, RR. Sri., dan Agustono Dwi Rachadi. 2009. Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Manajemen Laba. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 11 No. 1, April, hal 33-56. Husaini. 2009. Komite Audit dan Audit Internal: Integritas Pengawasan Korporasi. Bandung: Unpad Press, hal 13-45. Jao, Robert, dan Gagaring Pagalung. 2011. Corporate Governance, Ukuran Perusahaan, dan Leverage Terhadap Manajemen Laba Perusahaan Manufaktur Indonesia. Jurnal Akuntansi dan Auditing, Vol. 8 No. 1, November, hal 1-94. Kim, Yongtae., Myung Seok Park, dan Banson Wier. 2003. Is Earnings Associated with Corporate Social Responsibility?.
133
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 3
November 2014
Kumaladewi, Patricia Ratna. 2009. Pengaruh Perubahan Return on Assets, Perubahan Perating Profit Margin, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kemungkinan Praktik Perataan Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Mitani, Hidetaka. 2010. Additional Evidence on Earnings Management and Corporate Governance. Financial Research and Training Center, February. Nabila, Afifa, dan Daljono. 2013. Pengaruh Proporsi Dewan Komisaris Independen, Komite Audit, dan Reputasi Auditor Terhadap Manajemen Laba. Diponegoro Journal of Accounting, Vol. 2 No. 1, hal 1-10. Nugrahaningsih, Putri. 2005. Analisis Perbedaan Perilaku Etis Auditor Di KAP Dalam Etika Profesi (Studi Terhadap Peran Faktor-Faktor Individual: Locus of Control, Lama Pengalaman Kerja, Gender, dan Equity Sensitivity). Simposium Nasional Akuntansi VIII, Solo, 15-16 September, hal 617-630. Pamudji, Sugeng, dan Aprillya Trihartati. 2010. Pengaruh Independensi dan Efektifitas Komite Audit Terhadap Manajemen Laba (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI). Peni, Emilia, dan Sami Vahama. 2010. Female Executives and Earnings Management. Managerial Finance Journal, Vol.36 No.7, page: 629-645. Pramono, Olivya. 2013. Analisis Pengaruh ROA, NPM, DER, dan Size, Terhadap Praktik Perataan Laba (Studi Kasus Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2007-2011). Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya, Vol. 2 No. 2. Qi, Baolei, dan Gaoliang Tian. 2012. The Impact of Audit Committes’ Personal Characteristics on Earnings Management: Evidence from China. Journal of Applied Business Research, Vol. 28 No. 6, November/December, page 1331-1343. Ross, Stephen A., Randolph W. Westerfield, dan Bradford D. Jordan. Corporate Finance Fundamentals. 8th Edition. McGraw-Hill, page 33-35. Santoso, Yosika Tri Santoso. 2010. Analisis Pengaruh NPM, ROA, Company Size, Financial Leverage, dan DER Terhadap Praktek Perataan Laba Pada Perusahaan Property dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Scholer, Finn. 2005. Earnings Management to Avoid Earnings Decreases and Loses. Scott, Wiliam R. 2011. Financial Accounting Theory. 6th Edition. Toronto: Pearson Canada Inc, page 422-425. Sukeecheep, Supawadee., Subba Reddy Yarram, dan Omar Al Farooque. 2013. Earnings Management and Board Characteristics in Thai Listed Companies. International Coference on Business, Economic, and Accounting, Bangkok: 20-23 March. Sulistiawan, Dedhy., Yeni Januarsi, dan Liza Alvia. 2011. Creative Accounting: Mengungkap Manajemen Laba dan Skandal Akuntansi. Edisi 1. Jakarta: Salemba Empat, hal 17-37.
134
ISSN: 1410 -9875
Gerry Tjandra
Sun, Jerry., Guoping Liu, dan George Lan. 2011. Does Female Directorship on Independent Audit Committees Constrain Earnings Management?. Journal of Business Ethics, page 369-382. Susanto, Siswardika, dan Sylvia Veronica Siregar. 2010. Corporate Governance, Kualitas Laba, dan Biaya Ekuitas: Studi Empiris Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009. Tampubolon, Mayasari, dan Didin Mukodim. 2012. Pengaruh Leverage, Free Cash Flow, dan Good Corporate Governance Terhadap Praktik Perataan Laba pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Dasar dan Kimia di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma. Thiruvadi, Sheela, dan Hua-Wei Huang. 2011. Audit Committee Gender Differences and Earnings Management. International Journal, Vol. 26, No.7, page: 483-498. Wardhani, Ratna, dan Herunata Joseph. 2010. Karakteristik Pribadi Komite Audit dan Praktek Manajemen Laba. Simposium Nasional Akuntansi XIII. Widowati, Maduretno. 2013. Pengaruh Corporate Governance, Bonus Plan, dan Firm Size Terhadap Manajemen Laba. Fokus Ekonomi, Vol. 8 No. 1, Juni, hal 39-51. Wiryadi, Arri, dan Nurzi Sebrina. 2013. Pengaruh Asimetris Informasi, Kualitas Audit, dan Struktur Kepemilikan Terhadap Manajemen Laba. WRA, Vol. 1 No.2, Oktober, hal 155-180. Zhou, Jian, dan Randal Elder. 2001. Audit Firm Size, Industry specialization and Earnings Management by Initial Public Offering Firms. Zuhri, Akhmad Bakkrudin, dan Tri Jatmiko Wahyu Prabowo. 2011. Pengaruh Arus Kas Bebas dan Komite Audit Terhadap Manajemen Laba.
135
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 3
November 2014
Tabel 1 Prosedur Pemilihan Sampel Jumlah Deskripsi Kriteria Perusahaan Perusahaan manufaktur yang konsisten terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI) dari 121 tahun 2009 sampai dengan tahun 2012. Perusahaan manufaktur yang tidak menerbitkan laporan keuangan per tanggal 31 (4) Desember. Perusahaan manufaktur yang tidak menyajikan (23) laporan keuangannya dalam mata uang Rupiah. Total data yang digunakan dalam penelitian 94 ini
Jumlah Data 363
(12) (69) 282
Sumber: Data yang dikumpulkan
Tabel 2 Hasil Uji Deskriptif Statistik N AB_DA GENDER F_SIZE LOSS LEV SG ASIZE R_AUD FCF MTB ROA
282 282 282 282 282 282 282 282 282 282 282
Minimum
Maximum
Mean
0,000073 0,742698 0,07307044 0 1 0,38 23,082500 32,836532 27,70735377 0 1 0,14 0,039549 3,209999 0,51982264 -0,667793 1,485469 0,14223950 3 4 3,10 0 1 0,33 -7,E12 1,E13 -3,40E10 -9,027201 40,088424 2,35140370 -0,755766 0,417203 0,06730851
Std. Deviation 0,089185356 0,487 1,594323751 0,346 0,415792995 0,231574509 0,304 0,472 1,238E12 4,456627002 0,129562346
Sumber: Output Data SPSS 19
Tabel 3 Hasil Uji Frekuensi Gender
Tidak Memiliki Anggota Komite Audit Perempuan Memiliki Anggota Komite Audit Perempuan Total
136
61,7
Valid Percent 61,7
Cumulativ e Percent 61,7
108
38,3
38,3
100,0
282
100,0
100,0
Frequency
Percent
174
ISSN: 1410 -9875
Tidak Melaporkan Kerugian Melaporkan Kerugian Total
Gerry Tjandra
Tabel 4 Hasil Uji Frekuensi Kerugian Valid Frequency Percent Percent 243 86,2 86,2 39 282
13,8 100,0
Cumulativ e Percent 86,2
13,8 100,0
Tabel 5 Hasil Uji Frekuensi Reputasi Auditor Valid Frequency Percent Percent Tidak Diaudit KAP Big 188 66,7 66,7 4 Diaudit KAP Big 4 94 33,3 33,3 Total 282 100,0 100,0
100,0
Cumulativ e Percent 66,7 100,0
Tabel 6 Hasil Uji Normalitas Sebelum Outlier Unstandardized Residual Asymp. Sig. (2-tailed) 0,000 Sumber: Output Data SPSS 19
Tabel 7 Hasil Uji Normalitas Setelah Uji Outlier Unstandardized Residual Asymp. Sig. (2-tailed) 0,000 Sumber: Output Data SPSS 19
Variabel Gender Komite Audit Ukuran Perusahaan Kerugian Financial Leverage Pertumbuhan Penjualan Ukuran Komite Audit Reputasi Auditor
Tabel 8 Hasil Uji Multikolinearitas VIF Tolerance 0,905
1,104
0,587
1,704
0,555
1,803
0,880
1,136
0,907
1,102
0,885
1,130
0,632
1,583
Keterangan Tidak terjadi multikolinearitas Tidak terjadi multikolinearitas Tidak terjadi multikolinearitas Tidak terjadi multikolinearitas Tidak terjadi multikolinearitas Tidak terjadi multikolinearitas Tidak terjadi multikolinearitas
137
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 3
Arus Kas Bebas Market to Book Ratio Return on Assets
0,734
1,362
0,613
1,632
0,456
2,194
November 2014
Tidak terjadi multikolinearitas Tidak terjadi multikolinearitas Tidak terjadi multikolinearitas
Dependen Variabel: AB_DA Sumber: Output Data SPSS 19
Tabel 9 Hasil Uji Heteroskedastisitas Variabel Sig Keterangan Gender Komite Audit 0,650 Tidak terjadi heteroskedastisitas Ukuran Perusahaan 0,381 Tidak terjadi heteroskedastisitas Tidak terjadi Kerugian 0,409 heteroskedastisitas Tidak terjadi Financial Leverage 0,279 heteroskedastisitas Tidak terjadi Pertumbuhan Penjualan 0,982 heteroskedastisitas Tidak terjadi Ukuran Komite Audit 0,111 heteroskedastisitas Tidak terjadi Reputasi Auditor 0,232 heteroskedastisitas Tidak terjadi Arus Kas Bebas 0,519 heteroskedastisitas Tidak terjadi Market to Book Ratio 0,093 heteroskedastisitas Tidak terjadi Return on Assets 0,283 heteroskedastisitas Dependen Variabel: ares_1 Sumber: Output Data SPSS 19
Variabel res_2
Tabel 10 Hasil Uji Autokorelasi Sig. 0,404
Dependen Variabel: unstandardized residual Sumber: Output Data SPSS 19
Tabel 11 Hasil Analisa Korelasi (R) Model R 1 0,266 Sumber: Output Data SPSS 19
138
ISSN: 1410 -9875
Gerry Tjandra
Tabel 12 Hasil Analisa Koefisien Determinasi Adjusted R Square Model 1 0,037 Sumber: Output Data SPSS 19
Tabel 13 Hasil Uji F F 2,069
Sig. 0,027
Sumber: Output Data SPSS 19
Tabel 14 Hasil Uji t t B 0,277 2,324 -0,002 -0,205
Sig. 0,021 0,837
Ukuran Perusahaan
-0,006
-1,487
0,138
Kerugian
-0,021
-1,029
0,304
Financial Leverage Pertumbuhan Penjualan Ukuran Komite Audit
0,027 0,005
2,001 0,218
0,046 0,827
-0,016
-0,862
0,390
0,028 -6,370E15 0,004 -0,128
2,011 -1,294
0,045 0,197
2,695 -2,148
0,007 0,033
Model 1 (Constant) Gender Komite Audit
Reputasi Auditor Arus Kas Bebas Market to Book Ratio Return on Assets
Keterangan Ha1 tidak diterima Ha2 tidak diterima Ha3 tidak diterima Ha4 diterima Ha5 tidak diterima Ha6 tidak diterima Ha7 diterima Ha8 tidak diterima Ha9 diterima Ha10 diterima
Dependen Variabel: AB_DA Sumber: Output Data SPSS 19
139
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 3
Halaman ini sengaja dikosongkan
140
November 2014
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI Vol. 16, No. 1a, Is. 3, November 2014, Hlm. 141-152
ISSN: 1410 - 9875 http: //www.tsm.ac.id/JBA
PENGARUH DIVIDEND PER SHARE, BOOK VALUE PER SHARE, DIVIDEND PAYOUT RATIO, PRICE EARNINGS RATIO DAN FIRM SIZE TERHADAP MARKET STOCK PRICE STELLA STIE TRISAKTI
[email protected] Abstract : The purpose of this research are to test and analyze empirically the influence of dividend per share, book value per share, dividend payout ratio, price earnings ratio and firm size, toward market stock price. This study was also to compare the result of previous research with this research. Sample used in this research is manufacture companies, sector basic industry and chemical listed in Indonesia Stock Exchange for period 2009-2013. The purposive sampling is used as sampling technique to obtain 14 companies met the criteria and were analyzed using descriptive statistics and panel data regression with fixed effect model to test the hypotheses. The result of this research shows that dividend per share, book value per share and firm size influence market stock price, while dividend payout ratio and price earnings ratio do not influence to return on equity. In addition, overall the independent variables influence market stock price simultaneously. Keyword: Dividend Per share, Book Value Per Share, Dividend Payout Ratio, Price/Earnings Ratio, Firm Size and Market Stock Price. Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menguji faktor yang mempengaruhi harga pasar saham. Faktor yang dipertimbangkan memiliki pengaruh dalam harga pasar saham dalam penelitian ini adalah dividend per share, book value per share, dividend payout ratio, price earnings ratio dan firm. Responden merupakan mereka yang berkunjung di iBox Mal Kelapa Gading 3 Jakarta Utara. Analisis data menggunakan regresi menggunakan SPSS seri 11.5. Hasil penelitian menunjukan dividend per share, book value per share and firm memiliki pengaruh terhadap variable dependen size market stock price Keyword: Dividend Per share, Book Value Per Share, Dividend Payout Ratio, Price/Earnings Ratio, Firm Size dan harga pasar saham.
141
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 3
Pendahuluan Investasi adalah suatu komitmen penetapan dana pada satu atau lebih obyek investasi dengan harapan akan mendapatkan keuntungan dimasa mendatang. Dua unsur yang melekat pada setiap modal yang diinvestasikan adalah hasil dan risiko. Dua unsur ini selalu mempunyai hubungan timbal balik yang sebanding seperti dalam hukum ekonomi, yaitu high risk high return. Maka jika semakin tinggi risiko, semakin besar return yang diperoleh dan jika semakin kecil risiko semakin kecil pula hasil yang akan diperoleh. Investasi dalam pasar modal saat ini merupakan hal yang mulai digemari masyarakat. Terdapat dua jenis pasar keuangan yang memberikan wadah kepada para investor, yaitu pasar uang dan pasar modal. Menurut Manulife Investor Sentiment Index (sindonews.com)
November 2014
pada 2 april 2014, minat investasi masyarakat tertinggi yaitu pada saham sebesar 70%, reksadana 21.4%, properti 13.4% dan rumah 10.6%. Kerugian sering timbul dikarenakan kurangnya pengalaman maupun pendidikan investor dalam berinvestasi. Sehingga investor tidak mengetahui kapan waktu yang tepat untuk jual atau beli saham, menentukan saham yang tepat untuk dijual atau dibeli serta berapa banyak yang harus dibeli. Untuk meminimalisir kerugian investor harus memiliki informasi yang cukup dan kemampuan untuk memprediksi harga saham dimasa mendatang, salah satunya dengan mengetahui faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi harga saham. Kunci Statistik Sektor Industri Dasar dan Kimia Menurut BPS
Tabel 1 Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Konstan (Miliar Rupiah) 2009-2013 Lapangan Usaha Pertanian Pertambangan Industri Pengolahan Listrik, gas & Air Bersih Bangunan Perdagangan, hotel Pengangkutan Keuangan Jasa-jasa
2009 295884 180201 570103 17137 140268 368463 192199 209163 205434
2010 304777 187153 597135 18050 150022 400475 217980 221024 217842
Tahun 2011 315037 190143 633782 18900 159123 437473 241303 236147 232659
PMDN Menurut Badan Koordinasi Pasar Modal (BKPM)
142
2012 328280 193116 670191 20081 170885 473111 265384 253023 244870
2013 339890 195709 707458 21201 182118 501158 292422 272152 258238
ISSN: 1410 -9875
Stella
Tabel 2 Perkembangan Realisasi Investasi PMDN 2009-2013 NO 1 2 3 4 5 6 7 8
2009
SEKTOR
P
Sektor Sekunder Industri Makanan / Food Industry Industri Tekstil / Textile Industry Ind. Barang Dari Kulit & Alas Kaki / Leather Goods & Footwear Industry Industri Kayu / Wood Industry
2010 I
P
158.0 19,434.4 419.0 34.0 5,768.5 166.0 23.0 2,645.7 26.0
Ind. Kertas dan Percetakan/Paper and Printing Industry Ind. Kimia dan Farmasi / Chemical and Pharmaceutical Industry Ind. Karet dan Plastik / Rubber and Plastic Industry Ind. Mineral Non Logam / Non Metallic Mineral Industry
1.0
4.0
4.0
2011 I
P
25,612.6 16,405.4 431.7
2012 I
P
706.0 38,533.8 258.0 7,940.9 52.0 999.2
12.5
3.0
714.0 222.0 51.0
13.5
2013 I
9.0
P
49,888.9 1,225.0 11,166.7 4,450.9 101.0 76.7
10.0
I
51,171.1 15,080.9 2,445.9 80.1
2.0
33.5
6.0
451.3
14.0
514.9
15.0
57.0
18.0
390.7
8.0
1,000.8
25.0
1,102.8
53.0
9,296.3
64.0
7,561.0
112.0
6,849.4
15.0
5,850.1
64.0
3,266.0
106.0
2,711.9
94.0
5,069.5
153.0
8,886.5
31.0
1,532.8
48.0
522.8
81.0
2,295.7
110.0
2,855.0
145.0
2,905.2
4.0
786.1
13.0
2,264.6
39.0
7,440.5
37.0
10,730.7
66.0
4,624.5
50.0
789.6
76.0
6,787.0
81.0
7,225.7
131.0
7,567.5
-
1.0
-
-
-
12.0
210.1
15.0
362.2
16.0
529.1
21.0
664.4
31.0
2,068.5
2.0
3.7
7.0
4.8
10.0
31.5
12.0
61.8
Ind. Logam, Mesin & Elektronik / Metal, 9 31.0 1,466.8 Machinery & Electronic Industry Ind. Instru. Kedokteran, Presisi & Optik & 10 Jam/Medical Preci. & Optical Instru, Watches & Clock Industry Ind. Kendaraan Bermotor & Alat Transportasi 11 Lain/Motor Vehicles & Other Transport 3.0 66.5 Equip. Industry 12 Industri Lainnya / Other Industry 6.0 279.5 P : Jumlah Proyek / Total of Project I : Nilai Investasi dalam Rp. Miliar /Value of Investment in Billion Rupiah.
-
Jika dilihat dari perolehan PDB maupun PMDN, sektor industri dasar dan kimia memiliki posisi yang lebih tinggi dibanding sektor
lainnya. Namun hal tersebut tidak tercermin dari harga saham sektor tersebut.
IHSS Menurut OJK Tabel 3 Indeks Harga Saham Sektoral Industri Agriculture Mining Basic Industry Miscellaneous Consumer Goods Property Infrastructure Finance Trade
2008 918.77 877.68 134.99 214.94 326.84 103.49 490.35 176.33 148.33
2009 1,753.09 2,203.48 273.93 601.47 671.31 146.8 728.53 301.42 275.76
Harga saham sektor industri dasar dan kimia memiliki pergerakan tren meningkat selama tahun 2008 sampai 2012, namun cenderung mengalami penurunan
2010 2,181.91 3,147.29 381.4 937.55 1,058.21 199.96 801.64 459.80 463.12
2011 2,146.04 2,532.38 408.27 1,311.15 1,315.96 229.25 699.45 491.78 582.19
2012 2,062.94 1,863.67 526.55 1,336.52 1,565.88 326.55 907.52 550.1 740.95
2013 2,139.96 1,429.31 480.74 1,205.01 1,782.09 337 930.4 540.33 776.79
pada 2013. Harga saham sektor ini juga belum menunjukan efisiensi harga saham karena masih berada pada posisi dua terendah, jika disbanding sektor lain.
143
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 3
Kerangka Teoritis dan Hipotesis Beberapa peneliti sebelumnya telah meneliti mengenai berbagai faktor yang dapat mempengaruhi harga saham, diantaranya: Penelitian yang dilakukan oleh Sunita Sukhija (2014) yang meneliti BV, DPS, EPS, DP, dan P/E pada perusahaan yang terdaftar di BSE pada 2000 – 2007 menunjukan bahwa terdapat pengaruh positif BV, EPS, dan P/E terhadap harga saham. Sedangkan DPS dan DP berpengaruh negatif. Said et al (2014) meneliti harga saham perusahaan industri yang terdaftar di Amman Stock Exchange pada tahun 2001 sampai 2010 menemukan bahwa DP berpengaruh terhadap hharga saham Ali dan Sabir (2014) mengatakan bahwa terdapat pengaruh positif DP, EPS dan DPS terhadap harga saham. Penelitian tersebut dilakukan pada Bank yang terdaftar di Pakistan Capital Market pada tahun 2007 sampai 2012. Menike dan Parbath (2014) meneliti perusahaan non keuangan pada 2008 – 2012 yang terdaftar di Colombo Stock Exchange, Sri Lanka. Penelitian tersebut menunjukan bahwa EPS, DPS dan BV berpengaruh positif terhadap harga saham. Almumani (2014) meneliti DPS, EPS, BV, DP, P/E dan S terhadap harga saham. Penelitian dilakukan pada Bank yang terdaftar di Amman Stock Exchange periode 2005 – 2011. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat pengaruh positif EPS, BV, P/E dan S terhadap harga saham. Sedangkan
144
November 2014
DPS dan DP berpengaruh negatif terhadap harga saham. Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan diatas peneliti ingin mengetahui faktor-faktor apa saja yang dapa mempengaruhi harga saham atau Market Stock Price. Variabel mikro yang akan diteliti adalah Dividend Per Share, Book Value Per Share, Dividend Payout Ratio, Price/Earnings Ratio dan Firm Size. Dividend Per Share Gitman dan Zutter (2012, 81) “The dollar amount of cash actually distributed to each shareholder is the dividen per share.” Menurut Sharma (2011, 54), Dividen adalah bagian dari laba setelah pajak yang dibagikan kepada para pemegang saham atas investasi mereka dan atas risiko yang mereka tanggung di perusahaan. Jumlah dividen yang dibayarkan kepada pemegang saham tergantung pada kebijakan dividen yang diambil oleh perusahaan. Dividend per share berkaitan dengan jumlah dividen yang diumumkan per lembar saham. Laba bersih setelah pajak merupakan milik pemegang saham tetapi pendapatan yang benarbenar diterima adalah jumlah pendapatan didistribusikan dan dibayar sebagai dividen tunai(Srinivasan 2012, 46). Book Value Per Share Menurut Gitman dan Zutter (2012, 287) Book value per share merupakan jumlah per lembar saham biasa yang diterima ketika seluruh asset perusahaan dijual untuk nilai akuntasi dan sisa hasilnya digunakan setelah melunasi semua kewajiban
ISSN: 1410 -9875
(termasuk preferred stock) dibagi antara pemegang saham biasa. Book value per share atau nilai buku per lembar saham menunjukan aktiva bersih (net assets) yang dimiliki oleh pemegang saham dengan memiliki satu lembar saham. Karena aktiva bersih sama dengan total ekuitas pemegang saham, maka nilai buku per lembar saham adalah total ekuitas dibagi dengan jumah saham yang beredar(Hartono 2013, 124). Dividend Payout Ratio “Dividend payout ratio indicates the percentages of each dollar earned that the firm distributes to the owner in the form of cash. It is calculated by dividing the firm’s cash dividend per share by its earnings per share.” (Gitman dan Zutter 2012, 577) Menurut Koh, Annie et al (2014, 339) “The payout ratio is the percent of net income that the firm pays out in dividends.” DPR adalah presentase laba bersih perusahaan yang dibayarkan sebagai dividen kepada pemegang saham(Berk et al 2013, 223). Sedangkan menurut Almumani (2014, 98) Dividend payout ratio memberikan gambaran tentang seberapa baik laba mendukung pembayaran dividen. Price/Earnings Ratio Menurut Gitman dan Zutter (2012, 82), P/E ratio menunjukkan sejauh mana pendapatan dari setiap saham yang tercakup dalam harga. Hal ini menunjukan penilaian harga saham perusahaan, apakah undervalued ataukah overvalued. Secara umum, P/E yang tinggi dapat mempengaruhi tingkat
Stella
kepercayaa diri investor dimana menunjukkan bahwa investor mengharapkan pertumbuhan pendapatan yang lebih tinggi di masa mendatang dibandingkan dengan perusahaan dengan P/E yang rendah. P/E ratio merupakan pengukuran sederhana yang digunakan untuk menilai apakah sebuah saham over atau under-valued berdasarkan asumsi, bahwa nilai saham seharusnya sebanding dengan level pendapatan yang dihasilkan oleh pemegang saham (Berk et al, 2013, 69). Firm Size Menurut Almumani dalam jurnal Determinants of Equity Share Prices of the Listed Banks in Amman Stock Exchange: Quantitative Approach (2014, 98) mengatakan, “The size of the firm can be measured in many ways, e.g. through turnover, paid-upcapital, capital employed, total assets, net sales, etc.” Menurut Harjito (2009, 45) dalam buku dasar-dasar teori keuangan, ukuran perusahaan menunjukan besarnya asset yang dimiliki perusahaan. Ukuran perusahaan juga dapat dilihat melalui total penjualan dan juga tenaga kerja yang dipekerjakan.
METODA PENELITIAN Peneltian ini berfokus pada obyek, periode, sampel, database dan metodologi penelitian. 1. Objective dan Database
145
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 3
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara harga saham dengan beberapa variabelvariabel faktor internal (dividend per share, book value per share, dividend payout ratio, price earnings ratio dan firm size) pada periode 2009 – 2013. Jumlah sampel 70 diperoleh dari income
November 2014
statement dan balance sheet perushaan sektor industri dasar dan kimia yang terdaftar di BEI. Selain itu data juga diperolah dari buku, artikel, web serta jurnal internasional. 2. Sampel dan Periode Penelitian.
Tabel 4 Daftar Sampel Nama Perusahaan No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14.
Kode INTP SMCB SMGR AMFG ARNA TOTO ALMI LION LMSH DPNS EKAD UNIC CPIN MAIN
Nama Perusahaan PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. PT. Holcim Indonesia Tbk. PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk. PT. Asahimas Flat Glass Tbk. PT. Arwana Citramulia Tbk. PT. Surya Toto Indonesia Tbk. PT. Alumindo Light Metal Industry Tbk. PT. Lion Metal Works Tbk. PT. Lionmesh Prima Tbk. PT. Duta Pertiwi Nusantara Tbk. PT. Ekadharma International Tbk. PT. Unggul Indah Cahaya Tbk. PT. Charoen Pokphand Indonesia Tbk. PT. Malindo Feedmill Tbk.
Kriteria pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah: 1.
2.
3.
146
Perusahaan sektor industri dasar dan kimia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sampai tahun 2013. Perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan periode 2009 sampai dengan 2013. Perusahaan sektor industri dasar dan kimia yang menerbitkan laporan keuangan dengan mata uang rupiah pada tahun 2009 sampai dengan 2013.
4.
5.
Perusahaan tidak melewatkan dividen untuk setiap tiga tahun berturutturut dalam rentang waktu 2009-2013. Laporan keuangan perusahaan harus dilengkapi dengan datadata sebagai berikut: Market Stock Price, Dividend Per Share, Book Value Per Share, Dividend Payout Ratio, Price/Earnings Ratio dan Firm Size.
3. Ratio, Korelasi Regresi
dan
Analisis
ISSN: 1410 -9875
Stella
Penelitian ini menggunakan ratio, korelasi, untuk mengetahui hubungan antara variabel dependen dan independen.Metode analisis regresi digunakan baik secara parsial maupun stimultan. Selain itu � � digunakan untuk mengetahui berapa persen variabel y yang dapat dijelaskan oleh satu variabel
x. Sedangkan untuk beberapa variabel x menggunakan Adjusted � � . Uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel x secara individual terhadap variabel y. Uji F dilakukan untuk mengetahui pengaruh secara stimultan beberapa variabel x terhadap variabel y.
Tabel 5 Variabel Penelitian Abbreviation
Variables
MP
Market Price
DPS
Dividend Per Share
BV
Book Value Per Share
DP
Dividend Payout Ratio
P/E S
Type
Equations MP= closing price of stock at the end of Dependent Rupiah the financial year of the corporate has been taken DPS= Total amount of dividend paid to equity Independent Rupiah shareholders/Number of equity shares outstanding BV= Common stock Independent Rupiah
Independent
Price/Earnings Independent Ratio Firm Size
Unit
%
Time
Independent
-
equity /Number of share of c/s outstanding
DP={ Dividend per Share/ Earning Per Share }X 100 P/E =Market Price of Share/ Earnings per Share S=natural logarithm of total assets
4. Model Penelitian ���� = �� � �� ��� � �� �� � �� �� � �� ��� � �� � � ��� Dimana: �� �� ��, ��, ��, ��, �� ��� ��
� Variabel independen yaitu Market Stock price � Intercept atau konstanta � Slope atau koefisien variabel independen � Dividend Per Share � Book Value Per Share
147
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 3
�� ��� � ���
� Dividend Payout Ratio � Price/earnings Ratio � Firm Size � random error
5. Hipotesis
terhadap Market Stock Price (MP).
��� : Terdapat pengaruh Dividend Per Share (DPS) terhadap Market Stock Price (MP).
��� : Terdapat pengaruh Firm Size (S) terhadap Market Stock Price (MP).
��� : Terdapat pengaruh Book Value Per Share (BV) terhadap Market Stock Price (MP).
��� :
��� : Terdapat pengaruh Dividend Payout Ratio (DP) terhadap Market Stock Price (MP). ��� :
November 2014
Terdapat Price/Earnings
pengaruh Ratio (PER)
Terdapat pengaruh antara Dividend Per Share (DPS), Book Value Per Share (BV), Dividend Payout Ratio (DP), Price/Earnings Ratio (PER), dan Firm Size (S) terhadap Market Stock Price(MP).
HASIL PENELITIAN Tabel 6 Hasil Statistik Deskriptif Mean Median Maximum Minimum Std. Dev. Observation s
MP 4627.343 2325.000 22450.00 125.0000 5220.185
DPS 125.7567 55.00000 1200.000 0.000000 191.7892
BV 2951.997 1854.500 15353.30 104.6800 3274.877
DP 0.337988 0.236569 1.818182 0.000000 0.369466
PER 11.90318 10.11000 33.33000 1.900000 6.776507
S 28.09401 28.20129 31.05830 24.91292 1.737600
70
70
70
70
70
70
Statisk Deskriptif diatas menunjukan total data dari perusahaan sektor industri dasar dan kimia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2009-2013 adalah 70. Berikut penjelasan hasil statistik deskriptif: Variabel Market Stock Price memiliki nilai rata-rata 4627.343, nilai median 2325.000, nilai maksimum 22450.00, dengan nilai
148
minimum 125.0000, dan standar deviasi 5220.185. 1. Variabel Dividend Per Share memiliki nilai ratarata 125.7567, nilai median 55.00000, nilai maksimum 1200.000, dengan nilai minimum 0.000000, dan standar deviasi 191.7892. 2. Variabel Book Value Per Share memiliki nilai ratarata 2951.997, nilai median
ISSN: 1410 -9875
Stella
1854.500, nilai maksimum 15353.30, dengan nilai minimum 104.6800, dan standar deviasi 3274.877. 3. Variabel Dividend Payout Ratio memiliki nilai rata-rata 0.337988, nilai median 0.236569, nilai maksimum 1.818182, dengan nilai minimum 0.000000 dan standar deviasi 0.369466. 4. Variabel Price/Earning Ratio memiliki nilai rata-rata
DPS BV DP PER S
DPS 1.000000 0.698060 0.282032 0.089144 0.211994
11.90318, nilai median 10.11000, nilai maksimum 33.33000, dengan nilai minimum 1.900000 dan standar deviasi 6.776507. 5. Variabel Firm Size memiliki nilai rata-rata 28.09401, nilai median 28.20129, nilai maksimum 31.05830, dengan nilai minimum 24.91292 dan standar deviasi 1.737600.
Tabel 7 Correlation Matrix BV DP PER 1.000000 0.087130 -0.200158 -0.095475
1.000000 0.285962 0.118957
S
1.000000 0.637116
1.000000
Tabel diatas menunjukan hubungan antara variabel independen dengan tingkat signifikansi 5%. Tabel 8 Correlated Random Effects-Hausman Test Chi-Sq. Test summary Chi-Sq.df Prob. Statistik Cross-section 11.627856 5 0.0403 random daripada nilai alpha (0.05). Nilai Chi-Sq. Statistik Sehingga �� ditolak dan dapat 11.627856 lebih besar dari nilai disimpulkan, model yang digunakan tabel Chi-square dengan alpha 0.05 adalah Fixed Effect Model. (df = 5) yaitu 11.0705. Nilai probabilitas 0.0403 lebih kecil
Tabel 9 Panel Least Square Variable Coefficient DPS 2.575287 BV 0.403305 DP -729.7655 PER 25.29291 S 4008.083
Std. Error 2.039668 0.129098 781.7749 52.93216 808.4169
t-Statistic 1.262601 3.124011 -0.933473 0.477836 4.957940
Prob. 0.2121 0.0028 0.3547 0.6347 0.0000
149
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 3
Berdasarkan hasil uji t melaui panel least square, DPS, DP dan PER tidak berpengaruh terhadap harga saham karena memiliki nilai prob lebih besar daripada nilai � (0.05). Tabel 10 Fixed Effect Variable C DPS BV DP PER S
Coefficient Std. Error -102356.9 20572.26 -3.649209 2.263974 0.610957 0.159576 -2144.989 639.3155 60.30732 44.48684 3760.471 739.9228
Berdasarkan tabel diatas nilai F-statistic sebesar 42.03402 lebih besar daripada nilai F-tabel sebesar 2.35. Nilai probabilitas 0.000000 lebih kecil daripada nilai � 0.05. Kedua hal tersebut menunjukkan kurva distribusi F berada pada posisi �� ditolak atau �� diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh secara stimultan variabel Dividend Per Share (DPS), Book Value Per Share (BV), Dividend Payout Ratio (DP), Price/Earnings Ratio (PER), dan Firm Size (S).
November 2014
Sedangkan BV dan S berpengaruh terhadap harga saham karena memiliki nilai prob lebih kecil daripada nilai � (0.05). Regression Model t-Statistic -4.975481 -1.611860 3.828640 -3.355133 1.355622 5.082249
Prob. 0.0000 0.1132 0.0004 0.0015 0.1812 0.0000
Penutup Penelitian ini menunjukan hasil bahwa terdapat pengaruh Book Value Per Share dan Firm Size terhadap harga saham. Sedangkan tidak terdapat pengaruh Dividend Per Share, Dividend Payout Ratio dan Price Earnings Ratio terhadap harga saham. Adapun keterbatasan dalam penelitian ini adalah variabel independen yang hanya berjumlah 5 variabel, jumlah sampel yang hanya 70 serta period yang terbatas sampai 5 tahun. Saran peneliti bagi penelitian selanjutnya yaitu dengan memperbanyak jumlah variabel penelitian, jumlah sampel dan jumlah periode penelitian.
REFERENSI Ali, Arfan and Hazoor Sabir. 2014. Impact of Dividend Policy on Stock Price Volatility:A Case Study of Pakistani Capital Market. European Journal of Business and Management. Vol.6, No.11, 2014. ISSN 2222-1905. Almumani, Mohammad Abdelkarim. 2014. Determinants of Equity Share Prices of the Listed Banks in Amman Stock Exchange:Quantitative Approach. International Journal of Business and Social Science. Vol. 5 No. 1; January 2014. Berk, Jonathan., Peter DeMarzo dan Jarrad Harford. 2013. Fundamentals of Corporate Finance2nd Edition. British: Pearson Education.
150
ISSN: 1410 -9875
Stella
Gitman, Lawrence. J, dan Chad J. Zutter. 2012. Principles of Managerial Finance. 13th Edition. England: Pearson Education Limited. Harjito, Agus. 2009. Dasar-Dasar Teori Keuangan. Yogyakarta: Ekonisia. Hartono, Jogiyanto. 2013. Teori Portfolio dan Analisis Investasi. Yogyakarta: BPFE-YOGYAKARTA Koh, Annie, Ser-Keng Ang, Michael C. Ehrhardt dan Eugene F. Brigham. 2014. Financial Management: Theory and Practice, An Asia Edition. Singapore: Cengage Learning Asia Pte Ltd. Menike M. G. P. D. dan U. S. Prabath. 2014. The Impact of Accounting Variables on Stock Price: Evidence from the Colombo Stock Exchange, Sri Lanka. International Journal of Business and Management. Vol. 9, No. 5; 2014. ISSN 1833-3850. Said, Mohammad, Mohammad Odeh Almeri dan Mohammed Musa Shanikat. 2014. The Accounting Variables’ Ability in Explaining the Volatility of Stock's Price: The Case of Amman Stock Exchange. European Journal of Business and Management. Vol.6, No.5, 2014. ISSN 2222-1905. Sharma, Sanjeet. 2011. Determinants of Equity Share Prices in India. Journal of Arts, Science & Commerce. Vol.– II, Issue –4,Oct. 2011. ISSN 2231-4172. Sukhija, Sunita. 2014. A Study regarding Analyzing Recessionary Impact on Fundamental Determinants of Stock Prices in India share market. European Journal of Business and Management. Vol.6, No.4, 2014. ISSN 2222-1905. Srinivasan, P. 2012. Determinants of Equity Share Prices in India: A Panel Data Approach. Year XV no. 46 December 2012.
151
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 3
Halaman ini sengaja dikosongkan
152
November 2014
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI Vol. 16, No. 1a, Is. 3, November 2014, Hlm. 153-164
ISSN: 1410 - 9875 http: //www.tsm.ac.id/JBA
ANALISIS PELAKSANAAN PEMUNGUTAN BPHTB SEBAGAI PAJAK DAERAH PADA DINAS PENDAPATAN DAERAH KOTA TANGERANG IDA BAGUS NYOMAN SUKADANA STIE Trisakti
[email protected] Abstract: The aim of this study is to know how the devolution process of duty in acquiring land rights and building (BPHTB) from Central Government to Tangerang Municipal Government, to know the process collection for duty in acquiring land rights and building are already in compliance with applicable local regulations. The research’s object of this study is “Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah (DPKD) in Tangerang. The method used is qualitative method. Data used for this research are budget and realization in 2011-2012, local revenue in 2011-2012. The findings of this research, process for collection BPHTB as a local tax has been accordance with regulation of Tangerang Municipal Government. And, there is an increasing number of realization and contribution BPHTB for each year. Keywords: Duty in Acquiring Land Rights and Building, Devolution Process, Budget and Realization, Local Revenue. Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk menjawab pertanyaan penelitian mengenai bagaimana proses pengalihan BPHTB dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah Kota Tangerang, bagaimana cara perhitungan BPHTB pada Pemerintah Daerah Kota Tangerang, berapa besar realisasi dan kontribusi penerimaan BPHTB terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Tangerang, serta apa saja faktor penghambat dan faktor pendukung yang dihadapi Pemerintah Daerah Kota Tangerang dalam proses pemungutan BPHTB. Obyek penelitian dalam penelitian ini adalah ”Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah (DPKD) di Tangerang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Data yang digunakan adalah anggaran dan realisasi tahun 2011-2012, pendapatan daerah tahun 2011-2012. Temuan dari penelitian ini adalah proses untuk mengumpulkan BPHTB sebagai pajak daerah telah dilakukan sesuai dengan aturan yang ditetapkan oleh pemerintah daerah Tangerang dan didapatkan pula fakta adanya peningkatan realisasi dan kontribusi BPHTB pada setiap tahunnya. Kata Kunci: Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB), perolehan hak atas tanah dan atau bangunan, Proses Pengalihan, Anggaran dan Pendapatan, Pendapatan Daerah.
153
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 3
PENDAHULUAN Pajak sebagai sumber penerimaan Negara yang sangat penting bagi penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan nasional. Berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 telah menempatkan kewajiban perpajakan sebagai salah satu perwujudan kenegaraan. Dalam pasal 33 ayat (3) Amandemen UUD 1945 ditegaskan bahwa bumi dan air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesarbesarnya kemakmuran rakyat. Berdasarkan uraian diatas, sudah sewajarnya jika yang memperoleh hak atas tanah dan bangunan menyerahkan sebagian nilai ekonomis yang diperoleh kepada pemerintah melalui pembayaran pajak yang disebut BPHTB. BPHTB sebenarnya adalah pajak Pemerintah Daerah jika ditinjau dari penerima akhir pungutan pajak tersebut, tetapi karena mekanisme administrasi dan pengelolaannya berada pada DJP, maka BPHTB dikategorikan sebagai pajak Pemerintah Pusat. Namun, setelah diberlakukannya Undangundang Nomor 28 Tahun 2009 tanggal 15 September 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, maka per 1 Januari 2010 pemungutan, penagihan, administrasi BPHTB berada di Pemerintah Daerah. Pengalihan BPHTB menjadi pajak daerah harus dilakukan paling lambat setahun sejak 1 Januari 2010. Berdasarkan uraian masalah penelitian diatas maka tujuan penelitian yang
154
November 2014
hendak dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui proses pengalihan BPHTB dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah Kota Tangerang. 2. Untuk mengetahui cara perhitungan BPHTB di pemerintah daerah Kota Tangerang. 3. Untuk mengetahui realisasi dan kontribusi penerimaan BPHTB terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Tangerang. 4. Untuk mengetahui faktor penghambat dan faktor pendukung yang dihadapi Pemerintah Daerah Kota Tangerang dalam proses pemungutan BPHTB.
KERANGKA TEORITIS Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) Menurut Undang-undang Nomor 21 Tahun 1997 tentang BPHTB sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2000, BPHTB adalah pajak atas perolehan hak atas tanah dan atau bangunan. Yang dimaksud dengan perolehan hak atas tanah dan atau bangunan adalah perbuatan atau peristiwa hukum yang mengakibatkan diperolehnya hak atas tanah dan atau bangunan oleh orang pribadi atau badan. Objek BPHTB Menurut Pasal 3 Peraturan Walikota Tangerang Nomor 11 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pengelolaan BPHTB sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Walikota Tangerang Nomor 41 Tahun 2011, yang termasuk objek
ISSN: 1410 -9875
BPHTB adalah Perolehan Hak Atas Tanah dan/atau Bangunan yang meliputi : 1 Pemindahan hak atas tanah atau tanah dan bangunan karena : a) Jual Beli; b) Tukar – menukar; c) Hibah; d) Hibah Wasiat; e) Waris; f) Pemasukan dalam perseroan atau badan hukum lainnya; g) Pemisahan hak yang mengakibatkan peralihan; h) Penunjukan pembeli dalam lelang; i) Pelaksanaan putusan hakim yang mempunyai kekuatan hukum tetap; j) Penggabungan usaha; k) Peleburan usaha; l) Pemekaran usaha; m) Hadiah; 2. Pemberian hak baru karena : a) Kelanjutan pelepasan hak; b) Diluar pelepasan hak; Jenis hak atas tanah sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria dan Undangundang Nomor 16 tahun 1985 tentang Rumah Susun meliputi : 1) Hak Milik 2) Hak Guna Usaha 3) Hak Guna Bangunan 4) Hak Pakai 5) Hak milik atas satuan rumah susun 6) Hak Pengelolaan Tidak Termasuk Objek Pajak Berdasarkan Pasal 77 ayat 4 dalam Peraturan Daerah Kota Tangerang Nomor 7 Tahun 2010,
Ida Bagus Nyoman Sukadana
menyatakan bahwa suatu objek pajak dapat tidak dikenakan BPHTB. Keadaan tersebut terjadi bila yang memperoleh hak atas tanah dan bangunan adalah : 1 Perwakilan diplomatik, konsulat berdasarkan asas perlakuan timbal balik; 2 Negara untuk penyelenggaraan pemerintahan dan/atau untuk pelaksanaan pembangunan guna kepentingan umum; 3 Badan atau perwakilan organisasi internasional yang ditetapkan dengan Peraturan Menteri Keuangan dengan syarat tidak menjalankan usaha atau melakukan kegiatan lain diluar fungsi dan tugas badan atau perwakilan organisasi tersebut; 4 Orang pribadi atau badan karena konversi hak atau karena perbuatan hukum lain dengan tidak adanya perubahan nama; 5 Orang pribadi atau badan karena wakaf;dan 6 Orang pribadi atau badan yang digunakan untuk kepentingan ibadah. Objek BPHTB atas Waris dan Hibah Wasiat Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 111 Tahun 2000 Tentang Pengenaan BPHTB Karena Waris Dan Hibah Wasiat : 1. BPHTB yang terutang atas perolehan hak karena waris dan hibah wasiat adalah sebesar 50% (lima puluh persen) dari BPHTB yang seharusnya terutang. 2. Saat terutang pajak atas perolehan hak atas tanah dan bangunan karena waris dan hibah wasiat adalah sejak
155
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 3
tanggal yang bersangkutan mendaftarkan peralihan hak yang diperolehnya dari waris atau hibah wasiat ke Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota. 3. Nilai Perolehan Objek Pajak karena waris dan hibah wasiat adalah nilai pasar pada saat didaftarkannya perolehan hak tersebut ke Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 112 Tahun 2000, pengenaan BPHTB karena pemberian hak pengelolaan : 1. Besarnya BPHTB karena pemberian Hak Pengelolaan adalah sebagai berikut: a. 0% (nol persen) dari BPHTB yang seharusnya terutang, dalam hal penerima Hak Pengelolaan adalah Kementrian, Lembaga Pemerintah Non Kementrian, Pemerintah Daerah Provinsi, Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, lembaga pemerintah lainnya, dan Perusahaan Umum Pembangunan Perumahan Nasional (Perum Perumnas); b. 50% (lima puluh persen) dari BPHTB yang seharusnya terutang dalam hal penerima Hak Pengelolaan selain dimaksud pada huruf a. 2. Saat terutang pajak atas perolehan hak atas tanah dan bangunan untuk pemberian Hak Pengelolaan adalah sejak tanggal ditandatangani dan diterbitkannya keputusan pemberian Hak Pengelolaan sesuai dengan peraturan
156
November 2014
perundang-undangan yang berlaku. 3. NPOP dalam hal pemberian Hak Pengelolaan adalah nilai pada saat diterbitkannya keputusan pemberian Hak Pengelolaan. Dalam hal nilai dimaksud lebih rendah daripada NJOP PBB, NJOP yang digunakan sebagai dasar pengenaan BPHTB adalah NJOP PBB pada tahun terjadinya perolehan. Tarif dan Dasar Pengenaan BPHTB Menurut Pasal 80 dalam Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2010, menyatakan bahwa besarnya tarif pajak ditetapkan sebesar 5% (lima persen). Sebagaimana diatur dalam Pasal 79 Perda Kota Tangerang, DPP BPHTB adalah NPOP (Nilai Perolehan Objek Pajak) dalam hal : 1. Jual Beli adalah harga transaksi; 2. Tukar-menukar adalah nilai pasar; 3. Hibah adalah nilai pasar; 4. Hibah Wasiat adalah nilai pasar; 5. Waris adalah nilai pasar; 6. Pemasukan dalam perseroan atau badan hukum lainnya adalah nilai pasar; 7. Pemisahan hak dalam perseroan atau badan hukum lainnya adalah nilai pasar ; 8. Peralihan hak karena pelaksanaan putusan hakim yang mempunyai kekuatan hukum tetap adalah nilai pasar; 9. Pemberian hak baru atas tanah sebagai kelanjutan dari pelepasan hak adalah nilai pasar; 10. Pemberian hak baru atas tanah di luar pelepasan hak adalah nilai pasar;
ISSN: 1410 -9875
11. Penggabungan usaha adalah nilai pasar; 12. Peleburan usaha adalah nilai pasar; 13. Pemekaran usaha adalah nilai pasar; 14. Hadiah adalah nilai pasar; 15. Penunjukan pembeli dalam lelang adalah harga transaksi yang tercantum dalam Risalah Lelang; Hal lain yang perlu diperhatikan dalam NPOP adalah : Apabila NPOP sebagaimana dimaksud pada butir 1 sampai dengan butir 14 tidak diketahui atau lebih rendah daripada NJOP yang digunakan dalam pengenaan PBB pada tahun terjadinya perolehan hak, maka dasar pengenaan yang dipakai adalah NJOP PBB. Hal ini mengandung arti bahwa apabila NPOP (harga transaksi atau nilai pasar) lebih tinggi dari NJOP PBB pada tahun terjadinya perolehan, maka yang menjadi dasar pengenaan BPHTB adalah NPOP. Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak (NPOPTKP) NPOPTKP diberikan untuk setiap perolehan hak sebagai pengurang penghitungan BPHTB terutang. Berdasarkan Pasal 5 pada Peraturan Walikota Tangerang Nomor 41 Tahun 2011 besarnya NPOPTKP ditetapkan sebagai berikut : a. Rp 60.000.000,- untuk setiap wajib pajak BPHTB. b. Rp 300.000.000,- dalam hal perolehan hak karena waris atau akta pembagian hak bersama atau hibah wasiat yang diterima orang pribadi yang masih dalam hubungan keluarga sedarah dalam garis keturunan
Ida Bagus Nyoman Sukadana
lurus satu derajat ke atas atau satu derajat ke bawah dengan pemberi hibah wasiat, termasuk suami/istri. Saat Terutang BPHTB Menurut pasal 82 Perda Kota Tangerang Nomor 7 Tahun 2011 menyatakan bahwa saat yang menentukan BPHTB terutang ditetapkan sebagai berikut : 1. Jual Beli adalah sejak tanggal dibuat dan ditandatanganinya akta; 2. Tukar – menukar adalah sejak tanggal dibuat dan ditandatanganinya akta; 3. Hibah adalah sejak tanggal dibuat dan ditandatanganinya akta; 4. Hibah Wasiat adalah sejak tanggal dibuat dan ditandatanganinya akta; 5. Waris adalah sejak tanggal yang bersangkutan mendaftarkan peralihan haknya ke Kantor Bidang Pertanahan; 6. Pemasukan dalam perseroan atau badan hukum lainnya adalah sejak tanggal dibuat dan ditandatanganinya akta; 7. Pemisahan hak dalam perseroan atau badan hukum lainnya adalah sejak tanggal dibuat dan ditandatanganinya akta; 8. Putusan hakim adalah sejak tanggal putusan pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum yang tetap; 9. Pemberian hak baru atas tanah sebagai kelanjutan dari pelepasan hak adalah sejak tanggal diterbitkannya surat keputusan pemberian hak; 10. Pemberian hak baru atas tanah di luar pelepasan hak adalah sejak tanggal diterbitkannya
157
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 3
11.
12.
13.
14.
15.
surat keputusan pemberian hak; Penggabungan usaha adalah sejak tanggal dibuat dan ditandatanganinya akta; Peleburan usaha adalah sejak tanggal dibuat dan ditandatanganinya akta; Pemekaran usaha adalah sejak tanggal dibuat dan ditandatanganinya akta; Hadiah adalah sejak tanggal dibuat dan ditandatanganinya akta; Lelang adalah sejak tanggal penunjukkan pemenang lelang;
Tata Cara Pembayaran dan Pelaporan Menurut Pasal 83 dalam Peraturan Daerah Kota Tangerang Nomor 7 Tahun 2010, BPHTB yang terutang dibayar di bank dan/atau tempat lain yang ditetapkan oleh Walikota. Wilayah Kabupaten/Kota yang meliputi letak tanah dan atau bangunan dengan menggunakan Surat Setoran BPHTB. Surat Setoran BPHTB adalah surat yang oleh wajib pajak digunakan untuk melakukan pembayaran atau penyetoran pajak yang terutang ke Kas Daerah melalui Kantor Pos atau Bank BUMN/BUMD atau tempat pembayaran lain yang ditunjuk oleh Walikota. Surat Setoran BPHTB sekaligus berfungsi untuk melaporkan data perolehan hak atas tanah dan atau bangunan. Oleh karena itu, Surat Setoran BPHTB tersebut harus ditunjukkan dan dilaporkan wajib pajak ke Kas Daerah di Wilayah Kabupaten/Kota yang meliputi letak tanah dan atau bangunan.
158
November 2014
Ketentuan Bagi Pejabat Proses pelaksanaan BPHTB melibatkan beberapa pejabat publik dengan ketentuan sebagai berikut : 1. Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) atau Notaris hanya dapat menandatangani akta pemindahan hak atas tanah dan/atau bangunan setelah wajib pajak menyerahkan bukti pembayaran pajak berupa Surat Setoran BPHTB (SSB). Apabila pejabat yang bersangkutan melanggar ketentuan ini, maka atas pejabat tersebut dikenakan sanksi administratif berupa denda sebesar Rp 7.500.000,untuk setiap pelanggaran. Disamping itu, PPAT/Notaris melaporkan pembuatan akta perolehan hak atas tanah dan/atau bangunan kepada Kepala Daerah paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya setelah terjadinya peralihan hak. Pelanggaran terhadap ketentuan pembuatan laporan ini dikenakan sanksi administratif berupa denda sebesar Rp 250.000,- untuk setiap laporan. 2. Kepala kantor yang membidangi pelayanan lelang Negara hanya dapat menandatangani risalah lelang perolehan hak atas tanah dan/atau bangunan setelah wajib pajak menyerahkan bukti pembayaran pajak berupa SSB. Apabila Pejabat yang bersangkutan melanggar ketentuan dikenakan sanksi administratif berupa denda sebesar Rp7.500.000,- untuk setiap pelanggaran. Kepala kantor yang membidangi pelayanan lelang Negara juga mempunyai kewajiban
ISSN: 1410 -9875
melaporkan pembuatan risalah lelang perolehan hak atas tanah dan/atau bangunan kepada Kepala Daerah paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya setelah terjadinya peralihan hak. Pelanggaran terhadap ketentuan pembuatan laporan ini dikenakan sanksi administratif berupa denda sebesar Rp 250.000,- untuk setiap laporan. 3. Kepala kantor bidang pertanahan hanya dapat melakukan pendaftaran hak atas tanah atau pendaftaran peralihan hak atas tanah setelah wajib pajak menyerahkan bukti pembayaran pajak. Apabila pejabat tersebut melanggar ketentuan ini dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. METODE PENELITIAN Objek penelitian ini adalah Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah (DPKD) Kota Tangerang yang beralamat di Pusat Pemerintahan Kota Tangerang No.1 Kota Tangerang. Data yang digunakan peneliti adalah data sekunder. Data sekunder merupakan data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dari pihak lain). Data-data tersebut diperoleh dari penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1) Mencari dan mengumpulkan data yang berkaitan dengan proses pengalihan BPHTB
Ida Bagus Nyoman Sukadana
sebagai pajak daerah di Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah (DPKD) Kota Tangerang 2) Menganalisis cara perhitungan BPHTB yang ditetapkan oleh Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah (DPKD) Kota Tangerang. 3) Melakukan analisis terhadap realisasi penerimaan BPHTB serta menghitung besarnya kontribusi penerimaan BPHTB terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Tangerang Tahun 2011 dan 2012. 4) Melakukan analisis faktor penghambat dan upaya yang dilakukan oleh pemerintah daerah Kota Tangerang untuk mengetahui solusi atas faktor penghambat pemungutan BPHTB di Kota Tangerang. ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pengalihan Pengelolaan BPHTB Dari Pemerintah Pusat Ke Pemerintah Daerah Kota Tangerang. Berdasarkan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 menyebutkan bahwa BPHTB merupakan salah satu jenis pajak daerah yang dikelola oleh Kabupaten/Kota. Untuk pelaksanaan persiapan tersebut pemerintah pusat telah menerbitkan Peraturan Bersama antara Menteri Keuangan Nomor 186/PMK.07/2010 dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 53/2010 tentang tahapan persiapan pengalihan BPHTB sebagai pajak daerah. Selain itu, telah diatur juga proses peralihan BPHTB dari pemerintah pusat dalam hal ini Direktorat Jenderal Pajak melalui Peraturan Dirjen Pajak Nomor 47/PJ/2010 dan untuk
159
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 3
mengakomodasi penataan struktur organisasi pemerintah daerah sehubungan dengan pengalihan pajak ini maka diterbitkan pula Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 56 Tahun 2010. Oleh karena itu, pemerintah daerah Kota Tangerang memandang perlu dilakukan peninjauan kembali terhadap pengaturan pajak daerah di Kota Tangerang. Sehingga pemerintah daerah kota Tangerang menerbitkan Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2010 tentang Pajak Daerah serta Peraturan Walikota
November 2014
Nomor 11 Tahun 2011 yang telah diubah dengan Peraturan Walikota Nomor 41 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pengelolaan BPHTB. Cara Perhitungan BPHTB di DPKD Kota Tangerang Untuk mengetahui tata cara perhitungan BPHTB, penulis mengambil sampel data wajib pajak yang mengajukan verifikasi BPHTB di DPKD Kota Tangerang pada Bulan Juni 2013, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 1 Sampel Wajib Pajak Yang Melakukan Peralihan Hak Atas Tanah dan Bangunan di DPKD Kota Tangerang Bulan Juni 2013 Nama Wajib Pajak
1. Erwan 2. Izawati Syam 3. Richard P ; Budi Hendrawan Setiadi 4. Agustian F. 5. Mary Kurniawan 6. Farid Chandra Theja 7. Eng Giok
NPOP (Rp)
NPOPTKP (Rp)
NPOPKP (Rp)
BPHTB Terutang (Rp)
584.782.000 189.514.000
0 60.000.000
584.782.000 129.514.000
29.239.100 6.475.700
950.000.000
60.000.000
890.000.000
44.500.000
223.782.000 259.422.000
60.000.000 60.000.000
163.782.000 199.422.800
8.189.100 9.971.200
843.012.000
60.000.000
783.012.000
39.150.600
325.000.000 60.000.000 265.000.000 13.250.000 1.250.000.000 60.000.000 1.190.000.000 59.500.000 8. Ng Pit Nen 162.000.000 0 162.000.000 8.100.000 527.000.000 0 527.000.000 26.350.000 Sumber : DPKD Kota Tangerang, data diolah Keterangan : Bapak Erwan dan Bapak Ng Pit Nen NPOPTKPnya Rp 0 hal ini disebabkan Bapak Erwan memperoleh lebih dari satu hak atas tanah dan bangunan yang berasal dari satu kepemilikan atau satu objek pajak. Sehingga Pemda Kota Tangerang memberikan
160
ISSN: 1410 -9875
Ida Bagus Nyoman Sukadana
pengurangan NPOPTKP hanya pada objek yang memiliki NPOP tertinggi. Realisasi dan Kontribusi BPHTB Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Tangerang. Tabel 2 Perbandingan Target dan Realisasi BPHTB Kota Tangerang Periode 2011 dan 2012 Target Realisasi Pencapaian Tahun Selisih (Rp) (Rp) Target (Rp) (%) 2011 117.650.012.133 176.815.152.363 59.159.140.230 67 2012 150.000.000.000 226.693.464.940 76.693.464.940 66 Sumber : Dinas Pengelola Keuangan & Aset Daerah Kota Tangerang Pada tahun 2011 dapat kita penurunan persentase pencapaian lihat persentase realisasi dari tahun target menjadi 66%, namun jika 2011 naik sebesar 67%, atau dilihat dari sisi penerimaan meningkat sebanyak Rp pajaknya mengalami kenaikan 59.159.140.230,- dari target yang sebesar Rp.76.693.464.940,- dari ditetapkan sebesar Rp target yang ditetapkan sebesar Rp 117.650.012.133,-. Sementara pada 150.000.000.000,tahun 2012 adanya sedikit Tabel 3 Kontribusi Penerimaan BPHTB Terhadap PAD Kota Tangerang Periode 2011 dan 2012 Realisasi Realisasi Kontribusi Tahun Penerimaan Penerimaan PAD (%) BPHTB (Rp) (Rp) 2011 176.565.686.152 517.092.047.485 34,15 2012 226.324.800.872 654.464.793.275 34,59 Sumber : Dinas Pengelola Keuangan & Aset Daerah Kota Tangerang Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa pada tahun 2011 kontribusi penerimaan BPHTB terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Tangerang adalah sebesar 34,15% yaitu dari total penerimaan BPHTB sebesar Rp 176.565.686.152 dan total pendapatan asli daerah sebesar Rp 517.092.047.485. Sedangkan pada tahun 2012 kontribusi BPHTB terhadap PAD Kota Tangerang mengalami peningkatan sebesar 34,59%.
Faktor Penghambat dan Faktor Pendukung Dalam Proses Pemungutan BPHTB di Kota Tangerang Faktor penghambat: 1. Adanya pemalsuan bukti pembayaran yang palsu dengan cara pemberian stempel bank yang palsu oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab, sehingga beresiko menurunkan target penerimaan BPHTB.
161
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 3
2. Adanya pemalsuan media setor Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD-BPHTB) . 3. Badan Pertanahan Nasional (BPN) tidak mensyaratkan penelitian BPHTB untuk pembuatan sertifikat, sehingga Wajib Pajak tidak datang ke Pemda untuk verifikasi pembayaran BPHTB. 4. Kurangnya kesadaran dari para Notaris/PPAT untuk melaporkan transaksi BPHTB di tempatnya. 5. Wajib pajak merasa proses penelitian/verifikasi BPHTB terlalu lama di Pemda (DPKD) Kota Tangerang. Faktor Pendukung: 1. Adanya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang menjadi landasan hukum bagi Pemda Kota Tangerang untuk memungut BPHTB sebagai pajak daerah. 2. Pengalihan PBB menjadi pajak daerah pada tahun 2014. 3. Harga tanah di Kota Tangerang yang semakin naik. PENUTUP Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan pada bab sebelumnya, penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Proses pengalihan BPHTB dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah Kota Tangerang diatur dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 beserta peraturan peralihan dari Kementrian Keuangan, Kementrian Dalam Negeri dan Direktorat Jenderal Pajak.
162
November 2014
2. Pemungutan BPHTB di Kota Tangerang sudah sesuai dengan Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2010 dan Peraturan Walikota Nomor 11 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pengelolaan BPHTB yang telah diubah dengan Peraturan Walikota Nomor 41 Tahun 2011. BPHTB terhutang dapat dihitung dengan cara : NPOP xxx NPOPTKP (xxx) NPOPKP xxx BPHTB Terutang 5% x NPOPKP xxx 3. Realisasi dari pemungutan BPHTB di Kota Tangerang mulai tahun 2011 sampai tahun 2012 selalu melampaui target yang ditetapkan oleh Pemda Kota Tangerang. Hal ini menandakan bahwa BPHTB merupakan pajak yang sangat potensial di wilayah Kota Tangerang. Kontribusi BPHTB terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Tangerang tahun 2012 sebesar 34,59%. Kontribusi BPHTB pada tahun ini mengalami sedikit peningkatan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan adanya penerimaan BPHTB yang meningkat dari tahun 20112012 sebesar Rp 49.878.312.580. 4. Munculnya masalah dalam proses pelaksanaan pemungutan BPHTB di Kota Tangerang diantaranya, adanya pemalsuan bukti pembayaran, adanya pemalsuan media setor Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD-BPHTB), wajib pajak merasa verifikasi BPHTB terlalu lama di Pemda (DPKD) Kota Tangerang.
ISSN: 1410 -9875
Adapun faktor pendukung dalam proses pelaksanaan pemungutan BPHTB di Kota Tangerang yaitu, adanya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 yang menjadi landasan hukum bagi DPKD Kota Tangerang untuk memungut BPHTB, dialihkannya PBB menjadi pajak daerah pada tahun 2014 dan harga tanah di Kota Tangerang yang semakin naik, sehingga meningkatkan realisasi penerimaan BPHTB di Kota Tangerang. Keterbatasan yang dihadapi oleh penulis dalam penelitian ini adalah : 1. Kurang banyaknya referensi mengenai perpajakan, khususnya mengenai BPHTB sebagai pajak daerah sehingga penulis kesulitan dalam mencari informasi terkait dengan penelitian ini. 2. Jangka waktu yang digunakan dalam penelitian ini terlalu singkat.
Ida Bagus Nyoman Sukadana
Rekomendasi yang dapat penulis berikan berkaitan dengan hasil penelitian ini antara lain : 1. Untuk pemerintah daerah, penulis menyarankan untuk menggunakan sistem komputerisasi agar dapat lebih cepat dalam memproses verifikasi berkas BPHTB, harus diberlakukan sanksi yang tegas bagi pihak-pihak terkait yang terbukti dengan sengaja melakukan tindak kecurangan. 2. Untuk peneliti selanjuntnya, sebaiknya menambah jangka waktu penelitiannya dan memastikan terlebih dahulu data sekunder yang diperoleh telah sesuai dengan kebutuhan dalam penelitian. Data sekunder tidak hanya berasal dari obyek penelitian tetapi dari pihak ketiga seperti Notaris, hal ini dimaksudkan agar hasil penelitian lebih akurat.
REFERENSI Darwin. 2010. Pajak Daerah & Retribusi Daerah. Jakarta: Mitra Wacana Media. Peraturan Daerah Kota Tangerang Nomor 7 Tahun 2010 Tentang Pajak Daerah. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 111 Tahun 2000 Tentang Pengenaan BPHTB karena Waris dan Hibah Wasiat. Peraturan Walikota Tangerang Nomor 11 Tahun 2011 yang telah diubah dengan Peraturan Walikota Tangerang Nomor 41 Tahun 2011 Tentang Tata Cara Pengelolaan BPHTB. Priantara, Diaz. 2012. Perpajakan Indonesia. Jakarta: Mitra Wacana Media. Resmi, Siti. 2011. Perpajakan Teori & Kasus. Edisi 6. Buku 2. Jakarta: Salemba Empat. Siahaan, Marihot Pahala. 2010. Pajak Daerah & Retribusi Daerah. Edisi Revisi. Jakarta: Rajawali Pers. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2000 Tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.
163
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 3
November 2014
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Wahyudi, Eddi, dan Mamik Eko Soessanto. 2010. Pajak-Pajak Properti untuk Profesional. Jakarta: Mitra Wacana Media. Waluyo. 2011. Perpajakan Indonesia. Edisi 10. Buku 2. Jakarta: Salemba Empat.
164