E-jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 2 No:1 2014
PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ACCELERATED INSTRUCTION (TAI) TERHADAP HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS V SD GUGUS VIII KEDEWATAN KECAMATAN UBUD GIANYAR Putu Yuny Wulandari1, I Wayan Sujana2 , Ni Nyoman Ganing3 1,2,3
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
e-mail:
[email protected],
[email protected],
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS antara siswa yang di belajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe TAI siswa yang di belajarkan melalui pembelajaran konvensional siswa kelas V SD Gugus VIII Kedewatan Kecamatan Ubud Gianyar Tahun Pelajaran 2013/2014. Jenis penelitian ini adalah eksperimen semu. Desain penelitian ini menggunakan βPosstest-Only Control Designβ. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD Gugus VIII Kedewatan Kecamatan Ubud Gianyar dengan jumlah populsi 179 siswa. Sampel diambil dengan teknik randomsampling dengan jumlah 60 siswa yang terdiri dari dua sekolah yaitu siswa Kelas V SD Negeri 2Kedewatan sebagai kelas eksperimen dan siswa Kelas V SD Negeri 1Kedewatan sebagai kelas kontrol. Datahasil belajar IPS menggunakan tes pilihan ganda yang dianalisis dengan teknik t-test.Berdasarkan hasil analisis uji-t dapat diketahui terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS siswa kelas V SD Gugus VIII Kedewatan Kecamatan Ubud Gianyar Tahun pelajaran 2013/2014 antara siswa yang melaksanakan model pembelajaran kooperatif tipe TAI dengan siswa yang melaksanakan pembelajaran konvensional (t hitung = 3,69> t tabel =2,00 ; p>0,05). Rata-rata nilai pada kedua kelompok, diketahui rata-rata nilai kelompok eksperimen lebih dari kelompok kontrol ( X 174,66> X 2 67).Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe TAIberpengaruh terhadap hasil belajar IPS pada siswa kelas V SD Gugus VIII Kedewatan Kecamatan Ubud Gianyar. Kata-kata kunci : Model pembelajaran, kooperatif tipe TAI , hasil belajar IPS Abstract This study aims to determine significant differences on learning result among students in social studies (IPS) are teaching with cooperative learning model TAI and students are teaching through conventional teaching on students gradefifth of elementary school group VIII Kedewatan Ubud Gianyar learning year 2013/2014. This research is a quasiexperiment. The design of this study using "pottest-Only Control Design". Population of this study were all students grade fifth of elementary school group VIII Kedewatan Ubud Gianyar with total population of 179 students. Samples were taken with a random sampling technique with total number of 60 students consisting from two schools namely students grade fifth of elementary school SD Negeri 2 Kedewatan as experimental and students grade fifth of elementary school SD Negeri 1 Kedewatan as a controls. Data of learning result social studies ( IPS) uses multiple-choice tests are analyzed by t-test technique.Based on the results of t-test analysis can be seen there is a significant difference in learning result social studies (IPS) students grade fifth elementary school force VIII Kedewatan Ubud Gianyar learning year 2013/2014 among students who implement cooperative learning model TAI with students who undertake conventional learning (t = 3 , 69> t table = 2.00: p.0,05). Average values in both groups, known the average value of the experimental group more than the control group ( X
E-jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 2 No:1 2014
X 2 67). Thus it can be concluded that the cooperative learning model TAI effect on learning result social studies ( IPS) in grade fifth of elementary school group VIII Kedewatan Ubud Gianyar. Key words: learning models, cooperative TAI, learning result social studies (PS) 174,66>
PENDAHULUAN Dalam usaha mencerdaskan kehidupan bangsa, pendidikan memegang peranan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan merupakan upaya nyata yang dilakukan dengan penuh kesadaran, teratur, terarah, dan berencana atau bertahap dalam mengembangkan kemampuan dan kepribadian manusia agar dapat berkompetisi dalam lingkup kehidupan yang berlangsung di rumah, di sekolah, dan di masyarakat. Pendidikan juga merupakan suatu kebutuhan bagi manusia, baik sebagai makhluk sosial maupun individu. Sardiman (2001:139) mengungkapkan bahwa βpendidikan adalah usaha pendidik untuk memimpin anak didik secara umum guna mencapai perkembangannya menuju kedewasaan jasmani maupun rohaniβ. Peningkatan kualitas pendidikan di sekolah dapat ditempuh melalui berbagai cara salah satunya dengan meningkatkan kualitas pembelajaran (Tukiran, dkk, 2011:1). Sehingga dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran setiap guru dituntut untuk selalu menyiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan program pembelajaran yang akan berlangsung agar kegiatan pembelajaran dapat berjalan secara efektif dan efesien, yaitu tujuan akhir yang diharapkan dapat dikuasai oleh semua siswa (Hamzah dan Nurdin, 2011:3). Pendidikan akan berhasil apabila memperhatikan komponen-komponen dalam sistem pendidikan itu sendiri seperti peserta didik, pendidik, metode, model pembelajaran, strategi pembelajaran, media, sarana dan prasarana, kurikulum, evaluasi, dan lingkungan. Kualitas pembelajaran yang optimal dapat tercermin dari keterlibatan siswa secara menyeluruh dalam proses pembelajaran. Keterlibatan yang dimagsud adalah pembelajaran berpusat pada siswa dan peran guru hanya sebagai motivator dan fasilitator yang bertugas memotivasi siswa, menyediakan
fasilitas penunjang pembelajaran berupa media dan sumber belajar dan tentunya guru dapat membimbing siswa secara berkelanjutan dari tidak tahu menjadi tahu dan dapat menyelenggarakan kegiatan pembelajaran yang memungkinkan terjadinya interaksi secara optimal antara siswa dengan guru. Perubahan ilmu pengetahuan, teknologi, dan masyarakat yang semakin pesat menuntut perubahan cara dan strategi guru dalam membelajarkan siswa tentang sesuatu yang harus mereka ketahui untuk masa depan mereka. Pembelajaran yang diperlukan tidak hanya mengulang kembali ide-ide, tetapi pembelajaran yang mampu mengeksplorasi ide-ide siswa agar mampu berkreativitas dan siap menghadapi masalah-masalah masa depan. Tujuan pembelajaran perubahan perilaku yang positif dari siswa setelah mengikuti pembelajaran, seperti perubahan yang secara psikologis akan tampil dalam tingkah laku (over behaviour) yang dapat diamati melalui alat indera oleh orang lain baik tutur katanya, motorik maupun gaya hidupnya (Masnur, 2007:194). Ilmu pengetahuan sosial (IPS) merupakan intregasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya (Fatma, 2010:1). Pada tingkat Sekolah Dasar IPS mencangkup tentang peristiwa, fakta, konsep, generalisasi ilmuilmu sosial dan kaitannya, nilai dan sikap serta ketrampilan intelektual dan kaitannya (Depdiknas, 2006). Badan Standar Nasional Pendidikan dalam Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar menyatakan bahwa pengetahuan sosial bertujuan untuk mengajarkan konsepkonsep dasar sosiologi, geografi, ekonomi, sejarah dan kewarganegaraan, pedagogis dan psikologis, mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan sosial, membangun komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial
E-jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 2 No:1 2014 dan kemanusiaan, meningkatkan kemampuan bekerja sama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk baik secara nasional maupun global (BSNP, 2007). Ciri khas IPS pada jenjang sekolah dasar adalah bersifat terpadu dari sejumlah mata pelajaran dengan tujuan agar mata pelajaran ini lebih bermakna bagi siswa sehingga pengorganisasian materi atau bahan pelajaran disesuaikan dengan lingkungan, karakteristik, dan kebutuhan siswa (Sapriya, 2009:8). Tujuan utama dari IPS adalah untuk mengembangkan potensi siswa agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari baik yang menimpa dirinya maupun yang menimpa masyarakat (Trianto, 2007:128). Pembelajaran IPS yang digunakan dibeberapa sekolah dasar sudah menggunakan model-model pembelajaran tertentu yang mengarahkan siswa belajar secara kelompok tetapi dalam proses pembelajarannya guru lebih mendominasi dibandingkan siswa serta keterbatasan penggunaan media pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan. Siswa hanya sebagai penerima informasi sehingga membuat kecakapan berpikir siswa menjadi rendah, jenuh dan kurangnya antusias siswa mengikuti pembelajaran serta pembelajaran menjadi kurang bermakna. Banyaknya pokok kajian IPS, dan ditambah lagi dengan pembelajarannyayang masih konvensional yang bersifat verbalistik dan proses pembelajaran sangat terpusat pada guru, membuat pembelajaran IPS menjadi kurang menarik lagi bagi siswa (Asyhar, 2012: 14). Hal ini mengakibatkan hubungan antar informasi yang diperoleh menjadi sangat terbatas dan berujung pada minimnya pemahaman dan kreativitas siswa. Kejadiannya ini dirasakan di beberapa sekolah termasuk di Kecamatan Ubud. Berbagai upaya telah dilakukan guru untuk mengatasi hal tersebut. Seperti menerapkan berbagai strategi dan metode dalam pembelajaran. Dengan menerapkan pembelajaran yang mengarahkan siswa
belajar secara berkelompok dan berdiskusi untuk saling bertukar pendapat yang di harapkan dapat meningkatkan motivasi serta hasil belajar siswa terutama pada mata pelajaran IPS. Namun hal tersebut dirasakan belum begitu berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri siswa, sedangkan faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar diri siswa. Yang termasuk faktor internal adalah faktor fisiologis dan psikologis seperti kecerdasan, motivasi berprestasidan kemampuan kognitif. Sedangkan yang termasuk faktor eksternal adalah faktor lingkungan dan faktor instrumental seperti guru, kurikulum, dan model pembelajaran. Semakin tinggi kualitas dari masing-masing faktor tersebut maka semakin tinggi pula hasil belajar siswa. Demikian juga sebaliknya semakin rendah kualitas dari faktor-faktor tersebut maka semakin rendah pula hasil belajar siswa (Suryabrata, 2008:55). Dalam penelitian ini difokuskan pada hasil belajar IPS siswa melalui kualitas salah satu faktor diatas yaitu faktor eksternal yang berupa penggunaan model pembelajaran. Penggunaan model-model pembelajaran yang tepat sangat berpengaruh terhadap efektivitas kegiatan belajar mengajar di sekolah. Dengan menerapkan pembelajaran yang sesuai, siswa dapat mencapai hasil belajar yang tinggi dan dapat mengembangkan potensi yang tersimpan dalam dirinya. Berbagai model pembelajaran inovatif yang dapat di terapkan oleh guru untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran adalah pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning). Dalam kegiatannya siswa di berikan kesempatan untuk melakukan diskusi atau belajar dalam kelompok. Hal tersebut dianggap sebagai alternative untuk memudahkan siswa dalam mengemukakan ide-ide yang ada dalam pikirannya serta melatih siswa untuk saling bekerja sama dalam menyelesaikan suatu persoalan melalui kegiatan saling bertukar pendapat (Trianto, 2007: 41). Terdapat berbagai tipe model pembelajaran kooperatif yang telah
E-jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 2 No:1 2014 dikembangkan antara lain Teams Games Tournament (TGT), Student Teams Achievement Division (STAD), Jigsaw,Cooperative Integrated Readingand Composition (CIRC), Team Accelerated Instruction (TAI), Group Investigation (GI), dan Learning Together (Nurhadi, Yasin, dan Senduk, 2004: 64-65). Dari berbagai tipe model pembelajaran kooperatif tersebut. Model pembelajaran kooperatif tipe Team Accelerated Instruction (TAI) merupakan salah satu tipe model pembelajaran kooperatif yang memadukan antara kemampuan individu yang heterogen dengan kemampuan siswa secara kelompok yang beranggotakan 4-5 orang dengan kemampuan yang berbeda dan cocok untuk diterapkan di sekolah dasar. METODE Penelitian ini dilaksanakan di kelas V SD Gugus VIII Kedewatan Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar dengan waktu pelaksanaanya pada semester II Tahun Pelajaran 2013/2014.Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimen. Penelitian eksperimen adalah penelitian yang bertujuan untuk menguji keefektifan suatu teori atau model dengan menerapkan (treatment) pada suatu kelompok subjek penelitian dengan menggunakan kelompok pembanding yang biasa disebut kelompok control. Penelitian ini tergolong ke dalam penelitian eksperimen semu atau quasi exsperiment. Desain penelitian yang digunakan adalah Nonequivalent Control Group Design. Pada kelas eksperimen diberikan perlakuan berupa penggunaan model pembelajaran team accelerated instruction (TAI), sedangkan pada kelas kontrol mendapat perlakuan berupa pembelajaran konvensional. Sugiyono (2006: 2-3) menyatakan variabel penelitian merupakan gejala yang menjadi fokus peneliti untuk diamati. Penelitian ini melibatkan dua variabel yaitu variabel bebas (Independent Variabel) dan variabel terikat (Dependent Variabel).Variabel bebas (Independent Variabel) adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel terikat (Sugiyono, 2012: 39). Pada penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah penerapan model pembelajaran kooperatif
tipe TAI yang dikenakan pada kelompok eksperimen dan pembelajaran konvensional yang dikenakan pada kelompok control Variabel terikat (Dependent Variabel) adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2012: 39). Pada penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah hasil yang terjadi akibat pengaruh variabel bebas, dalam hal ini variabel terikatnya adalah hasil belajar IPS siswa. Pembelajaran kooperatif tipe TAI merupakan model pembelajaran kooperatif yang memadukan antara kemampuan individu yang heterogen dengan kemampuan siswa secara berkelompok. Dalam proses belajarnya, siswa dalam satu kelas dipecah menjadi beberapa kelompok dengan anggota 4-5 orang, setiap kelompok haruslah heterogen yang terdiri dari laki-laki dan perempuan, berasal dari berbagai suku, memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Ciri khas model pembelajaran kooperatif tipe TAI adalah setiap siswa secara individual belajar materi pembelajaran yang sudah dipersiapkan oleh guru. Hasil belajar individual dibawa ke kelompok-kelompok untuk didiskusikan dan saling dibahas oleh anggota kelompok, dan semua anggota kelompok bertanggung jawab atas keseluruhan jawaban sebagai tanggung jawab bersama. Jadi model pembelajaran kooperatif tipe TAI adalah model pembelajaran kooperatif yang memadukan antara kemampuan individu yang heterogen dengan kemampuan siswa secara berkelompok sedangkan pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran yang biasa digunakan oleh guru dimana dalam pembelajarannya kebanyakan masih terpusat pada guru dengan menggunakan metode ceramah, karena sejak dulu telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dengan siswa. Selain ceramah, pada pembelajaran konvensional juga diiringi dengan penjelasan serta pembagian tugas dan latihan. Sehingga dapat dikatakan pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran yang sudah lazim diterapkan oleh guru. Ciri khas pembelajaran konvensional adalah siswa adalah penerima informasi secara pasif, dimana
E-jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 2 No:1 2014 siswa menerima pengetahuan dari guru dan pengetahuan diasumsinya sebagai badan dari informasi dan ketrampilan yang dimiliki sesuai dengan standar, belajar secara individual, pembelajaran sangat abstrak dan teoritis, perilaku dibangun atas kebiasaan, kebenaran bersifat absolut dan pengetahuan bersifat final, guru adalah penentu jalannya proses pembelajaran, perilaku baik berdasarkan motivasi ekstrinsik, interaksi di antara siswa kurang, dan guru sering bertindak memperhatikan proses kelompok yang terjadi dalam kelompok-kelompok belajar.Hasil belajar IPS adalah tingkat penguasaan yang dicapai siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar IPS sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Batasan mengenai hasil belajar yaitu kemampuan aktual yang dapat diukur dan berwujud penguasaan di bidang kognitif (penguasaan intelektual), bidang afektif (berhubungan dengan sikap dan nilai), serta bidang psikomotor (kemampuan/keterampilan bertindak/berperilaku) yang dicapai siswa sebagai hasil dari proses belajar. Dalam pembahasan kali ini difokuskan pada bidang kognitif siswa sebagai hasil dari proses belajar IPS, yang berupa skor pada skala interval. Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian. Jadi populasi berarti obyek yang akan dijadikan sasaran penelitian oleh peneliti (Arikunto, 2006 : 130).Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD Gugus VIII Kedewatan Kecamatan Ubud Gianyar Tahun Pelajaran 2013/2014 sebanyak 5 kelas, adapun data sebaran siswa kelas V SD Gugus Kedewatan Kecamatan Ubud Gianyar. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik random sampling. Sedangkan sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2006:131). Sedangkan menurut Sutrisno Hadi, sampel adalah sebagian dari populasi atau sejumlah penduduk yang jumlahnya kurang dari populasi (Hadi, 2000 :121). Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik random sampling. Teknik random sampling merupakan teknik pengambilan sampel dimana semua individu dalam populasi baik secara sendiri-sendiri atau
bersama-sama diberi kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel (Agung, 2010:45). Pemilihan sampel penelitian ini tidak dilakukan pengacakan individu, karena tidak bisa mengubah kelas yang telah terbentuk sebelumnya.Kelas dipilih sebagaimana telah terbentuk tanpa campur tangan peneliti dan tidak dilakukannya pengacakan individu, kemungkinan pengaruh-pengaruh dari keadaan subjek mengetahui dirinya dilibatkan dalam eksperimen dapat dikurangi sehingga penelitian ini benarbenar menggambarkan pengaruh perlakuan yang diberikan. Namun yang dirandom dalam pengambilan sampel pada penelitian ini adalah kelas, dengan cara undian. Untuk lebih meyakinkan bahwa sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini mempunyai kemampuan yang setara maka dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas.Sehingga dalam penentuan sampel ini dilakukan langkah-langkah sebagai berikut: a) Mengumpulkan skor hasil ulangan mata pelajaran IPS yang diberikan pada seluruh siswa kelas V SD Gugus VIII Kedewatan Kecamatan Ubud Gianyar kemudian menghitung rata-rata dan standar deviasinya. b) Melakukan uji normalitas dengan menggunakan uji Liliefors. c) Melakukan uji homogenitas variansi. Hal ini dilakukan untuk mengatahui apakah populasi mempunyai variansi yang homogen atau tidak dengan menggunakan uji Bartlett. d) Melakukan uji kesamaan rata-rata untuk melihat apakah populasi mempunyai kesamaan rata-rata atau tidak. e) Menentukan sampel Setelah populasi dinyatakan normal dan homogen, maka pengambilan sampel dilakukan dengan cara pengundian. Dari 5 kelas yang ada diundi untuk diambil 2 kelas yang akan dijadikan subjek penelitian. Dari Hasil pengundian didapat 2 kelas yaitu kelas V SD Negeri 1 Kedewatan dan kelas V SD Negeri 2 Kedewatan. Dari 2 kelas tersebut diundi lagi untuk menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol, setelah diadakan pengundian didapatkan kelas V
E-jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 2 No:1 2014 SD Negeri 2 Kedewatan sebagai kelas eksperimen dan kelas V SD Negeri 1 Kedewatan sebagai kelas kontrol. jumlah siswa kelas eksperimen 30 orang siswa yang terdiri dari 10 laki-laki dan 20 perempuan sedangkan jumlah siswa kelas kontrol 30 urang siswa yang terdiri dari 18 laki-laki dan 12 perempuan.Dalam melakukan penelitian eksperimen terdapat beberapa tahap yang ditempuh untuk mengarahkan peneliti menjalankan eksperimen. Tahapan yang pertama yaitu melakukan observasi kesekolah yang diteliti yaitu di SD Gugus VIII Kedewatan Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar untuk mengetahui keadaan guru dan siswa. Tahap selanjutnya yaitu mengumpulkan data hasil formatif IPS siswa sebelumnya untuk menyetarakan kelompok dan meyakinkan bahwa setiap siswa pada masing-masing kelas mempunyai kemampuan yang homogen dan selanjutnya diundi untuk menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol. Tahap selanjutnya yaitu proses pemberian perlakuan berupa pelaksanaan pembelajaran dengan model Pembelajaran kooperatif tipe TAI pada kelas eksperimen, dan pembelajaran konvensional pada kelas control. Dimana proses pemberian perlakuan ini dilakukan sebanyak 6 kali pertemuan ( masing-masing pertemuan 2 x 35 menit). Kedua kelompok mendapatkan perlakuan pengajaran sesuai dengan isi dan waktu pelaksanaan pengajaran yang sama sesuai dengan jadwal masingmasing.
Langkah-langkah yang ditempuh dalam penelitian ini terdiri dari tiga tahapan yaitu persiapan, pengumpulan data dan pelaksanaan eksperimen. Pada tahap pengakhiran eksperimen langkah yang dilakukan adalah memberikan post-test pada akhir penelitian, baik untuk kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol. a. Tahap Persiapan Eksperimen Pada tahap persiapan eksperimen langkah-langkah yang dilakukan adalah: 1) Menyusun media pembelajaran (alat peraga, LKS, Silabus, dll) yang nantinya digunakan selama
proses belajar mengajar pada kelompok eksperimen. 2) Menyusun instrument penelitian berupa tes hasil belajar dan kisikisi tes hasil belajar (untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 1.1). 3) Mengkonsultasikan instrument penelitian dengan guru IPS di SD Gugus VIII Kedewatan Kecamatan Ubud Gianyar. 4) Mengadakan validasi instrument penelitian yaitu tes hasil belajar IPS b. Tahap Pelaksanaan Eksperimen Pada saat pelaksanaan eksperimen pertemuan diadakan sebanyak 7 kali pertemuan, 6 kali treatment (tindakan ) dan 1 kali post test. Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap ini adalah: 1) Menentukan kelas yang akan digunakan sebagai kelas eksperimen dan kelas control dengan cara random. 2) Melaksanakan penelitian yaitu memberikan perlakuan kepada kelas eksperimen berupa pemblajaran kooperatif tipe TAI dengan sintaks sebagai berikut: a) Pembelajaran secara individual Memberikan tugas kepada siswa untuk mempelajari materi pelajaran secara individual yang sudah dipersiapkan oleh guru. b) Pemberian kuis Memberikan kuis berupa LKS secara individual kepada siswa untuk mendapatkan skor dasar atau skor awal. c) Mengorganisasikan kedalam kelompok kooperaif Membentuk beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4-5 siswa dengan kemampuann yang berbedabeda baik tingkat kemampuan (tinggi, sedang, dan rendah). Jika mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang
E-jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 2 No:1 2014 berbeda serta kesetaraan jender. d) Diskusi kelompok mengenai hasil belajar Memberikan waktu kepada masing-masing kelompok untuk mendiskusikan hasil belajar anggota kelompok, setiap anggota saling memeriksa jawaban teman satu kelompok e) Menyimpulkan materi Memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman, mengarahkan, dan memberikan penegasan pada materi pembelajaran yang telah dipelajari. f) Pemberian kuis secara individual Memberikan kuis berupa tes evaluasi kepada siswa secara individual. g) Memberikan penghargaan Memberi penghargaan pada kelompok berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya 3) Memberikan perlakuan kepada kelas kontrol berupa pembelajaran konvensional dengan langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut: a) Kegiatan Awal Menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai b) Kegiatan Inti a. Menjelaskan materi yang akan dipelajari b. Memberikan contoh soal mengenai materi yang dipelajari c. Membentuk kelompok d. Memberikan tugas/LKS mengenai materi yang dibahas e. Menunjuk beberapa siswa untuk menyampaikan tugas yang diberikan f. Menanggapi hasil kerja kelompok c) Kegiatan Akhir
Memberikan evaluasi c. Tahap Akhir Eksperimen Pada tahap pengakhiran eksperimen langkah yang dilakukan adalah memberikan post-est pada akhir penelitian, baik untuk kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode tes. Menurut Arikunto (2006:223) tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki individu atau kelompok. Metode tes adalah pengumpulan data yang bertujuan untuk mengetahui hasil setelah diberi perlakuan. Metode ini dipilih karena dianggap sebagai metode yang paling tepat dalam rangka mencari pemecahan terhadap masalah yang terdapat dalam penelitian yang menjadi dasar penulisan rancangan penelitian ini. Tes yang digunakan peneliti telah diuji dengan validitas isi. Sugiyono (2007: 353) menjelaskan bahwa untuk instrumen yang berbentuk tes, pengujian validitas isi dapat dilakukan dengan membandingkan antara isi instrumen dengan kurikulum dan materi pelajaran yang diajarkan. Secara teknis pengujian validitas isi dapat dibantu dengan kisi-kisi instrumen. Dalam kisi-kisi tersebut terdapat indikator pembelajaran sebagai tolak ukur dan nomor butir (item) soal yang telah dijabarkan dari tujuan pembelajaran. Dalam uji validitas, semua soal evaluasi dibuat sesuai dengan standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pelajaran dan indikator. Dalam penelitian ini data yang diperlukan adalah data tentang hasil belajar IPS siswa. Untuk mengumpulkan data tersebut digunakan tes, yaitu tes hasil belajar IPS dan disusun sendiri oleh peneliti. Bentuk tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes pilihan ganda yang berjumlah 20 butir soal yang diberikan kepada masingmasing siswa di kelas eksperimen maupun kelas control sebagai post-test. Setiap soal disertai empat alternatif jawaban yang dipilih siswa (alternative a,b,c, dan d). setiap item akan diberikan skor 1 bila siswa menjawab dengan benar ( jawaban disesuaikan
E-jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 2 No:1 2014 dengan kunci jawaban) serta skor 0 untuk siswa yang menjawab salah. Dalam menyusun dan melaksanakan tes hasil belajar penulis melakukan langkahlangkah sebagai berikut:Menyusun kisi-kisi soal tes. Kisi-kisi tes hasil belajar merupakan rencana konkret yang dipersiapkan sebagai petunjuk arah pengembangan tes sesuai dengan tujuan penelitian. Kisi-kisi soal tes ini dapat memberikan pedoman dalam arti memberikan informasi tentang pokok-pokok bahasan materi ajar atau tingkat kemampuan atau keterampilan yang akan diteskan. Sehingga pilihan contoh butir soal dapat mewakili keseluruhan materi ajar.Menyusun tes sesuai dengan kisi-kisi .Apabila kisi-kisi soal tes yang telah disusun sudah dapat dianggap baik, maka langkah selanjutnya adalah menyusun soal tes. Penyusunan soal tes dilakukan berdasarkan kisi-kisi yang telah disusun dan sesuai dengan indikator.Uji coba tes, sebelum tes diberikan kepada kelas sampel, terlebih dahulu tes diuji cobakan. Pengujian ini dilakukan agar tes yang akan diberikan mempunyai kualitas yang baik. Analisis instrument, untuk menentukan kualitas soal yang baik dilakukan beberapa hal sebagai berikut: Uji Validitas, validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan suatu instrumen (Arikunto, 2006:168). Suatu instrument dikatakan valid apabila instrument tersebut mampu mengukur apa yang seharusnya diukur. suatu tes atau instrument pengukuran dikatakan memiliki validitas yang tinggi jika alat tersebut menjalankan fungsi ukurnya atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan tujuan pengukuran.Uji reliabilitas, reliabilitas adalah ketepatan suatu tes apabila diteskan kepada subjek yang sama. Suatu tes dikatakn reliabil jika tes tersebut memberikan hasil yang tetap apabila diteskan berkali-kali, atau dengan kata lain tes dikatakan reliable jika hasil tes tersebut menunjukkan ketepatan (Arikunto, 2006).Untuk menguji validitas dan realibilitas instrument digunakan bantuan computer yaitu dengan program excel dari Microsoft Cooporation. Mengenai uji validitas dan reabilitas ini diterapkan pada satu tes yaitu tes hasil belajar IPS.Taraf Kesukaran, suatu soal dikatakan baik
apabila soal tersebut tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sulit. Uji Daya Beda, daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang mempunyai kemampuan tinggi dengan siswa yang kemampuannya rendah (Arikunto, 2002:211). Sebelum dilakukan uji hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat analisis yaitu uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh berdistribusi normal atau tidak.sedangkan uji homogenitas ini dilakukan untuk mencari tingkat kehomogenan secara dua pihak yang diambil dari kelompok-kelompok terpisah dari satu populasi yaitu kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Untuk menguji homogenitas varians untuk kedua kelompok digunakan uji F.Uji hipotesis ini bertujuan untuk membuktikan apakah hipotesis yang ditetapkan diterima atau ditolak. Untuk menentukan apakah terdapat perbedaan terhadap hasil belajar yang signifikan antara kedua kelas sampel, untuk data yang terdistribusi normal dan homogen maka dilakukan uji kesamaan dua rata-rata (uji-t).Uji hipotesis yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan Analisis uji-t. hipotesis yang di uji yaitu H0 yang berbunyi tidak terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe TAI dengan siswa yang mengikuti pembelajaran yang konvensional pada siswa kelas V SD Gugus VIII Kedewatan Kecamatan Ubud Gianyar. HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL Data hasil belajar ilmu pengetahuan sosial siswa kelompok perlakuan yang diperoleh dari hasil pengukuran terhadap responden menunjukkan bahwa skor tertinggi yang dicapai adalah 95 dari skor tertinggi yang mungkin dicapai yaitu 100, sedangkan skor terendah yang dicapai adalah 55 dari skor terendah yang mungkin dicapai yaitu 0.Data hasil belajar ilmu pengetahuan sosial siswa kelompok kontrol yang diperoleh dari hasil pengukuran terhadap responden menunjukkan bahwa skor tertinggi yang dicapai adalah 90 dari skor tertinggi yang mungkin dicapai yaitu 100, sedangkan skor terendah yang dicapai
E-jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 2 No:1 2014 adalah 45 dari skor terendah yang mungkin dicapai yaitu 0. Hasil pengujian prasyarat analisismenguraikan hasil pengujian data jawaban responden yang terdiri dari pengujian normalitas sebaran data, dan homogenitas.Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui normal tidaknya sebaran data, karena salah satu syarat dari analisis statistik adalah bahwa data yang di analisis mengikuti distribusi normal, apabila data berdistribusi normal menggunakan statistik parametrik, bila tidak normal menggunakan non-parametrik. Dalam penelitian ini, pembuktian normalitas data dilakukan dengan menggunakan uji Liliefors. Berdasarkan uji Liliefors pada kelas eksperimen diperoleh πΏπ = 0,0103 dan πΏπ‘ππππ = 0,161. Data sampel dikatakan berdistribusi normal apabila πΏπ <πΏπ‘ππππ dan jika πΏπ >πΏπ‘ππππ berarti data sampel tidak berdistribusi normal. Karena πΏπ <πΏπ‘ππππ (0,0103 < 0,161), sehingga dapat disimpulkan bahwa kelas eksperimen berdistribusi normal pada taraf kepercayaan 95%. Sedangkan uji normalitas pada kelas kontrol juga dilakukan dengan uji Liliefors. Berdasarkan uji Liliefors pada kelas kontrol diperoleh πΏπ = 0,1296 dan πΏπ‘ππππ = 0,161. Data sampel dikatakan berdistribusi normal apabila πΏπ <πΏπ‘ππππ dan jika πΏπ >πΏπ‘ππππ berarti data sampel tidak berdistribusi normal. Karena πΏπ <πΏπ‘ππππ (0,1296 < 0,161), sehingga dapat disimpulkan bahwa kelas eksperimen berdistribusi normal pada taraf kepercayaan 95%. Pengujian homogenitas varians dimaksudkan untuk meyakinkan bahwa perbedaan yang terjadi dari uji hipotesis benar-benar terjadi akibat adanya perbedaan antar kelompok, bukan disebabkan oleh perbedaan dalam kelompok. Uji homogenitas varians dalam penelitian ini menggunakan uji F, uji hipotesis dalam penelitian ini dilakukan melalui metode statistik dengan uji t. Hipotesis pertama mengatakan bahwaβ terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar mata pelajaran IPS antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe TAI dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD
Gugus VIII Kedewatan Kecamatan Ubud Gianyar. Berdasarkan perhitungan diperoleh thitung = 3,69, pada taraf nyata (Ξ±) = 0.05 dan derajat kebebasan (dk) = 58, maka diperoleh ttabel = 2,00 Hal ini berarti t hitung> t tabel. Dengan demikian hipotesis nol (H0) yang berbunyi tidak terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe TAI dan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Gugus VIII Kedewatan Kecamatan Ubud Gianyar ditolak dan hipotesis alternatif (H1) diterima. Dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS antara siswa yang mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe TAI dan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Gugus VIII Kedewatan Kecamatan Ubud Gianyar. PEMBAHASAN Model pembelajaran yang diterapkan guru dalam menyampaikan materi pelajaran sangat berpengaruh terhadap tingkat pemahaman suatu materi pelajaran. Dengan demikian guru diharapkan mampu untuk memilih model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik dari materi pelajaran yang akan dibahas, sehingga tujuan pembelajaran maupun kompetensi yang diharapkan dari materi pembelajaran tersebut dapat dicapai. Pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe team accelerated instruction (TAI) dari hasil penelitian terbukti lebih baik dalam meningkatan hasil belajar IPS pada siswa kelas V SD Gugus VIII Kedewatan Kecamatan Ubud Gianayar dari pada pembelajaran pendekatan konvensional yang sering dianggap sebagai pendekatan pembelajaran lama. Secara deskriptif hasil penelitian tentang pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe team accelerated instruction (TAI) terhadap hasil belajar IPS siswa kelas V SD Gugus VIII Kedewatan Kecamatan Ubud Gianyar menunjukan bahwa secara umum rata-rata hasil belajar IPS kelompok eksperimen
E-jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 2 No:1 2014 diperoleh sebesar 74,66 dengan simpangan baku (standar deviasi) sebesar 8,94. Hasil ini menunjukkan bahwa kecenderungan hasil belajar IPS kelompok perlakuan eksperimen dapat dikategorikan baik. Dan Secara umum rata-rata hasil belajar IPS kelompok kontrol diperoleh sebesar 67 dengan simpangan baku (standar deviasi) sebesar 14,36. Hasil ini menunjukkan bahwa kecenderungan hasil belajar IPS kelompok kontrol dapat dikategorikan baik. Hasil dari perhitungan uji t untuk pengujian hipotesis diperoleh thitung = 3,69, dan t tabel untuk taraf signifikansi 5% = 2,00. Hal ini berarti t hitung > t tabel. Dengan demikian hipotesis nol (H0) ditolak dan hipotesis alternatif (H1) diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar mata pelajaran IPS antara siswa yang mengikkuti model pembelajaran kooperatif tipe TAI dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Gugus VIII Kedewatan Kecamatan Ubud Gianyar. Perbedaan yang signifikan hasil belajar antara siswa yang mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe TAI dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional disebabkan karena model pembelajaran kooperatif tipe TAI merupakan model pembelajaran kooperatif yang memadukan antara kemampuan individu yang heterogen dengan kemampuan siswa secara berkelompok. Dalam proses belajarnya, siswa dalam satu kelas dipecah menjadi beberapa kelompok dengan anggota 4-5 orang, setiap kelompok haruslah heterogen yang terdiri dari laki-laki dan perempuan, berasal dari berbagai suku, memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Ciri khas model pembelajaran kooperatif tipe TAI adalah setiap siswa secara individual belajar materi pembelajaran yang sudah dipersiapkan oleh guru. Hasil belajar individual dibawa ke kelompok-kelompok untuk didiskusikan dan saling dibahas oleh anggota kelompok, dan semua anggota kelompok bertanggung jawab atas keseluruhan jawaban sebagai tanggung jawab bersama. Dengan adanya keterlibatan siswa dalam pembelajaran untuk menyampaikan ide-idenya melalui LKS, siswa menjadi lebih aktif dan mudah
dalam menyampaiakan kembali apa yang telah di pelajarinya serta informasi yang di peroleh siswa tidak hanya terbatas yang ada pada buku dan yang disampaikan oleh guru. Sehingga hal tersebut berpengaruh terhadap hasil belajar siswa sedangkan model pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran yang biasa dilakukan oleh guru, yang umumnya pembelajaran lebih terpusat pada guru. Dalam pembelajaran ini peran guru terlihat lebih dominan, ketuntasan materi menjadi pijakan dan posisi sentral dari proses dipegang oleh guru sehingga hanya hafalan fakta-fakta dangkal yang diperoleh siswa. Banyak siswa yan mampu menyajikan tingkat hafalan yang baik terhadap materi yang diterima namun tidak diikuti dengan pemahaman secara mendalam mengenai materi yang diterimanya. Sebagian besar siswa tidak mampu menghubungkan antara yang mereka pelajari dengan bagaimana pengetahuan tersebut akan dimanfaatkan. Ciri khas pembelajaran konvensional adalah siswa adalah penerima informasi secara pasif, dimana siswa menerima pengetahuan dari guru dan pengetahuan diasumsinya sebagai badan dari informasi dan ketrampilan yang dimiliki sesuai dengan standar, belajar secara individual, pembelajaran sangat abstrak dan teoritis, perilaku dibangun atas kebiasaan, kebenaran bersifat absolut dan pengetahuan bersifat final, guru adalah penentu jalannya proses pembelajaran, perilaku baik berdasarkan motivasi ekstrinsik, interaksi di antara siswa kurang, dan guru sering bertindak memperhatikan proses kelompok yang terjadi dalam kelompok-kelompok belajar. Sehingga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh Robert Slavin mengemukakan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe TAI merupakan perpaduan antara pembelajaran kooperatif dan pengajaran individual. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Rina Dwiana dengan hasil terdapat pengaruh minat belajar dan hasil belajar melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TAI
E-jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 2 No:1 2014
PENUTUP Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dan pembahasan hasil uji t yang menyatakan Ho yang berbunyi tidak terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe TAI dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Gugus VIII Kedewatan Kecamatan Ubud Gianyar ditolak dan Ha diterima, hal ini berarti terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar mata pelajaran IPS antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe TAI dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Gugus VIII Kedewatan Kecamatan Ubud Gianyar. Dan rata-rata hasil belajar kelompok eksperimen lebih besar dari pada kelompok kontrol, dengan demikian dapat di simpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe TAI berpengaruh terhadap hasil belajar IPS pada siswa kelas V SD Gugus VIII Kedewatan Kecamatan Ubud Gianyar. DAFTAR RUJUKAN Agung, A.A Gde. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan. Singaraja: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Ganesha.
Hamzah B, Uno dan Nurdin Mohamad. 2011. Belajar dengan Pendekatan Pembelajaran Aktif Inovatif Lingkungan Kreatif Efektif Menarik. Jakarta: Bumi Aksara Hidayat,
Komaruddin. 2005. Active Learning. Yogyakarta: Pustaka Insan Madaniara
Irianto, Agus H. 2003. Statistik Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta: Kencana PrenadaMedia Group Koyan, I Wayan. 2007. Statistika Terapan. Singaraja: Undiksha Masnur M. 2007. KTSP: Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual. Jakarta: PT. Bumi Aksara Nur, Mohamad. 2011. Model Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Pusat Sains dan Matematika Sekolah Unesa Oemar Hamalik. 2006. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara Riyanto, Yatim. 2010. Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta: Kencana Rusman. 2010. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Bandung : PT Raja Grafindo Persada
Suharsini. 2006. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Memengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Bachman, Edmurd. 2005. Metode Belajar Berfikir Kritis dan Inovatif. Jakarta: Prestasi Pustakaraya
Solihatin, Etin. 2005. Cooperative Learning Aanalisis Model Pembelajaran IPS. Jakarta: Bumi Aksara
Hamzah, Satria Koni. 2012. Assessment Pembelajaran. Jakarta: Bumi Askara
Sudjana. 2002. Metode Statistika. Bandung: Tarsito.
Arikunto,
Hadi, Sutrisno. 1984. Bimbingan Menulis Skripsi, Tesis. Yogyakarta: Psikologi. GAMA. Hamzah
B, Uno. 2007. Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: Bumi Aksara
Sudjana,
Nana. 2010. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya
Sudijono, Anas. 2006. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada Sugiyono. 2010. Statiska Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta
E-jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 2 No:1 2014 Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta
Suryabrata, Sumadi. 1987. Pengembangan Tes Hasil Belajar. Jakarta: CV Rajawali
Sukardi.
Tanjung, Ardial. 2005. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Medan.: Kencana
2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Yogyakarta: PT Bumi Aksara
Surapranata, Sumarna. 2004. Analisis, Validitas, Reliabilitas dan Interpretasi Hasil Tes. Bandung: Remaja Rosdakarya
Taniredja, Tukiran. 2011. Model-model Pembelajaran Inovatif. Bandung: Alfabeta