Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DENGAN BANTUAN MEDIA SOFTWARE PEMBELAJARAN TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS V SD GUGUS III DESA BENGKEL KECAMATAN BUSUNGBIU Wayan Sastrawan1, Prof. Dr. Gede Sedanayasa, M.Pd, Drs. Ign. I Wayan Suwatra, M.Pd 3 13
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia 2
Jurusan Bimbingan Konseling, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
e-mail:
[email protected] [email protected] [email protected]. Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe numbered heads together dengan bantuan media software pembelajaran dengan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA Kelas V Gugus III Kecamatan Busungbiu. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD Negeri yang ada di gugus III Kecamatan Busungbiu yang berjumlah 182 orang. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri 1 Bengkel yang berjumlah 15 siswa sebagai kelompok kontrol dan siswa kelas V SD Negeri 2 Bengkel yang berjumlah 10 siswa sebagai kelompok eksperimen. Sampel penelitian ditentukan dengan teknik random sampling. Data hasil belajar IPA dikumpulkan dengan menggunakan tes obyektif. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis statistik deskriptif dan statistik inferensial (uji-t polled varians). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar siswa yang mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe numbered heads together dengan bantuan media software pembelajaran dan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional pada siswa kelas V gugus III kecamatan Busungbiu. Rata-rata skor hasil belajar IPA kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe numbered heads together dengan bantuan media software pembelajaran lebih tinggi daripada rata-rata skor hasil belajar IPA kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran konvensional. Kata-kata kunci: NHT, Media Software, Hasil Belajar. Abstract This study aims to determine significant differences between groups of students who learned with using cooperative learning model type numbered heads together with the help of media software learning with a group of students who learned with conventional learning against learning outcomes students in science class lesson V Cluster III District Busungbiu . The study was quasi-experimental research . The study population was all students in fifth grade elementary school that is in group III District Busungbiu totaling 182 people . The samples in this study were fifth grade students of SD Negeri 1 Bengkel are
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) total 15 students as a control group and fifth grade students of SD Negeri 2 Bengkel amounting to 10 students as the experimental group . The research sample was determined by random sampling technique . Science learning outcomes data collected using objective tests . Data were analyzed using descriptive statistics and inferential statistics ( t-test polled variance ) . Results of this study indicate that there are significant differences in learning outcomes of students who take the cooperative learning model type numbered heads together with the help of media software learning and students who take the conventional teaching fifth grade group III sub Busungbiu . The average score of students learning outcomes IPA group that learned to use cooperative learning model type numbered heads together with the help of media software learning higher than the average score of student learning outcomes ipa group that learned using conventional learning model. Key words : NHT, Media Software, Learning Outcomes.
PENDAHULUAN Pendidikan merupakan salah satu aspek penting bagi kehidupan manusia. Pendidikan yang berkualitas sangat diperlukan untuk mendukung terciptanya manusia yang cerdas serta mampu bersaing di era globalisasi. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat besar dalam membentuk karakter, perkembangan ilmu dan mental seorang anak, yang nantinya akan tumbuh menjadi seseorang manusia dewasa yang akan berinteraksi dan melakukan banyak hal terhadap lingkungannya. Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan masnusia yang dinamis dan merupakan syarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau perkembangan pendidikan adalah hal yang memang seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan budaya kehidupan. Pendidikan banyak tergantung pada peran guru dalam membimbing proses pembelajaran serta kemajuan teknologi. Pendidikan merupakan hakikat dari kehidupan masyarakat, oleh karena itu masalah pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah. Mutu pendidkan dapat ditingkatkan dengan cara mewujudkan suasana belajar yang kondusif dan menciptakan proses pembelajran yang berkualitas dengan mengadakan pembaharuan dalam model pembelajaran, metode pembelajaran, dan pendekatan pembelajaran serta penggunaan media yang lebih efektif dalam proses pembelajaran. Berdasarkan uraian tersebut guru memiliki peranan yang sangat penting.
Tugas seorang guru meliputi mendidik, mengajar dan melatih. Guru merupakan faktor penting terselenggaranya proses belajar mengajar di sekolah. Tanggung jawab ini diterima oleh guru dari tiga pihak, yaitu orang tua, masyarakat dan Negara. Peranan guru dalam pengajaran belum dapat tergantikan oleh mesin mengajar, tape recorder, komputer, dan lain-lain yang diciptakan oleh manusia. Karena alat tersebut tidak dapat menggantikan peranan guru berkenaan dengan usur-unsur manusiawi seperti sikap, system nilai, perasaan, kebiasaan, dan unsur-unsur lain yang ingin dicapai. Keberhasilan dalam proses mengajar dipengaruhi oleh banyak faktor. Kunandar (2007) mengatakan bahwa keberhasilan proses belajar mengajar dipengaruhi oleh: (1) diri siswa sendiri sebagai pelaku utama dalam proses belajar mengajar; (2) diri guru sebagai pengelola proses belajar mengajar dengan segala keunikannya; (3) tujuan pembelajaran yang menjadi sasaran pencapaian dari proses belajar mengajar; (4) bahan pengajaran sebagai penunjang pokok bagi tercapainya tujuan; (5) kemudahan untuk mencapai sumber bahan pengajaran; (6) suasana sekitar pada waktu belajar. Sejalan dengan itu, Arsyad (2006) mengatakan bahwa dalam suatu proses belajar mengajar, dua unsur yang amat penting adalah metode mengajar dan media pembelajaran. Kedua aspek ini saling berkaitan. Pemilihan salah satu metode mengajar tertentu akan mempengaruhi jenis media pembelajaran yang sesuai, meskipun masih ada berbagai
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) aspek lain yang harus diperhatikan dalam memilih media, antara lain tujuan pembelajran, jenis tugas dan respon yang diharapkan siswa kuasai setelah pembelajran berlangsung, dan konteks pembelajaran termasuk karakteristik siswa. Meskipun demikian, dapat dikatakan bahwa salah satu fungsi utama media pembelajran adalah sebagai alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi, dan lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru. Pengembangan pengetahuan, keterampilan dan sikap dalam pendidikan formal di sekolah dicapai melalui pemberian atau penyajian mata pelajaran. Ilmu Pengetahua Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tau tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengrtahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidkan IPA diharpkan menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri, dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan seharihari. Proses pembelajaran menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pembelajaran IPA merupakan pelajaran yang sangat menyenangkan karena berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, akan tetapi pada kenyataannya banyak siswa yang sulit memahami konsep-konsep IPA yang abstrak, sehingga menyebabkan pembelajaran menjadi membosankan. Keadaan tersebut akan berdampak pada rendahnya aktivitas dan hasil belajar siswa. Oleh karena itu, agar dapat memahami konsep-konsep IPA dengan baik, siswa harus memiliki kemampuan yang asli yang tidak hanya sekedar hapalan. Hal ini dapat dicapai apabila siswa dibiasakan membangun atau mengkonstruksi konsep IPA yang dipelajari itu sendiri berdasarkan pengalaman atau apa yang telah diketahui sebelumnya karena ada konsep abstrak yang perlu diketahui siswa tidak hanya lewat membaca atau hapalan semata. Guru selama ini lebih banyak memberi ceramah
dan mengerjakan latihan soal-soal tanpa memahami konsep secara mendalam. Ada beberapa permasalahan yang teridentifikasi sebagai faktor penyebab mata pelajaran IPA dikatakan sulit dimengerti bagi siswa dalam pembelajaran antara lain. 1) penggunaan strategi pembelajaran yang monoton, 2) kurangnya penggunaan media pembelajaran, 3) kurangnya sarana dan prasarana yang mendukung proses pembelajaran, 4) guru kurang memperhatikan pengetahuan awal yang dimiliki siswa. Rendahnya kualitas proses belajar mengajar tentu akan mempengaruhi hasil belajar siswa. Berkaitan dengan itu diperlukan peran serta guru dalam pemilihan strategi pembelajaran dan penggunaan media yang sesuai agar konsep yang bersifat abstrak bisa dipahami oleh siswa. Salah satu hal yang dapat diimplementasikan yaitu model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together dengan bantuan media software pembelajaran. Model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Number Head Together) sering disebut penomoran berpikir bersama merupakan model pembelajaran kooperatif yang terdiri atas empat tahap yang digunakan untuk mereview fakta-fakta dan informasi dasar yang berfungsi untuk mengatur interaksi siswa. Model kooperatif tipe NHT adalah suatu model pembelajaran kooperatif yang lebih mengedepankan kepada aktivitas siswa dalam mencari, mengolah, dan melaporkan informasi dari berbagai sumber yang akhirnya dipresentasikan di depan kelas. Model NHT pertama kali dikenalkan oleh Spencer Kagan dkk (1993). Model NHT digunakan untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut (Trianto, 2007: 62). Adapun ciri khas dari model NHT adalah guru menunjuk nomor tertentu pada siswa secara acak tanpa memberi tahu terlebih dahulu yang akan mewakili kelompoknya. Dengan cara tersebut akan menjamin keterlibatan total semua siswa serta meningkatkan tanggung jawab individual dalam diskusi kelompok. Selain itu model pembelajaran NHT memberi
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) kesempatan kepada siswa untuk membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Ibrahim, dkk mengemukakan bahwa dengan belajar kooperatif tipe NHT akan memperbaiki proses dan hasil belajar siswa serta akan memberi keuntungan baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas akademis (dalam Trianto, 2007: 44). Model pembelajaran kooperatif tipe NHT ini dapat memberikan variasi diskusi dalam kegiatan pembelajaran dimana siswa tidak hanya belajar di dalam kelompok namun berkesempatan hadir di depan kelas sebagai individu yang mewakili kelompok. Model pembelajaran kooperatif tipe NHT menuntut tanggung jawab siswa perorangan, sehingga dapat merangsang siswa lebih aktif selama kegiatan pembelajaran serta berdampak pada peningkatan hasil belajar. Secara harfiah, kata media berasal dari bahasa latin medium yang memiliki arti “perantara” atau “pengantar”. Menurut Asosiasi Teknologi dan Komunikasi Guru (Association for Education and Communication technology/AECT) memberikan batasan bahwa media merupakan segala bentuk dan saluran yang dipergunakan untuk proses penyaluran pesan (dalam Susilana, Rudi dan Riyana, Cepi 2006:6). Gerlach & Ely, (dalam Arsyad, 2002:3) mengatakan bahwa “media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap”. Secara khusus, pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alatalat grafis, photografis, atau elektronik untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal. Gagne menyatakan bahwa media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar (dalam Susilana, Rudi dan Riyana, Cepi 2006:6). Dari berbagai definisi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa media adalah segala benda yang dapat menyalurkan pesan atau
isi pelajaran sehingga dapat merangsang siswa untuk belajar. Dalam hal ini digunkan media software pembelajaran, Software Pembelajaran adalah suatu program komputer yang dirancang khusus untuk membantu proses pemahaman ilmu dan pengetahuan tertentu. Software yang digunakan adalah Pesona Edu IPA. Software pesona edu merupakan media pembelajaran berbasis komputer dikembangkan oleh PT Pesona Edukasi sebuah perusahaan pelopor pengembang software Edukasi di Indonesia sejak tahun 1986. PesonaEdu Pembelajaran adalah konten yang digunakan sebagai pendamping belajar bagi siswa, atau alat bantu mengajar bagi guru dan orangtua. PesonaEdu Pembelajaran menyediakan konsep-konsep IPA dan Sains yang biasanya sulit untuk dijelaskan dengan cara konvensional, kini melalui konten PesonaEdu Pembelajaran konsep belajar disajikan dalam bentuk animasi dan simulasi interaktif yang indah, jelas dan kontekstual, sehingga menarik dan sangat mudah dipahami. Sebelum software ini dapat digunakan dalam pembelajaran ada beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain: kebutuhan hardware, kebutuhan software yang mendukung kerjanya software pesona edu, dan tahap penginstalan software dan CRPD atau dongle. Dalam penggunaannya software ini harus menggunakn CRPD atau dongle. Dongle adalah ketulan kecil perkakasan komputer yang bersambung kepada komputer. Fungsi biasa dongle ialah sebagai pengesahan atur cara komputer. Tanpa dongle, atur cara hanya dapat dilaksanakan dalam mod terhad, atau tidak sama sekali. Dongle digunakan oleh sesetengah pengedar proprietari sebagai cara perlindungan salinan atau pengurusan hak digital, kerana ia lebih sukar menyalin dongle berbanding menyalin atur cara yang disahkan olehnya (http://ms.wikipedia.org/wiki/Dongle). Jadi, dongle merupakan kunci yang harus digunakan untuk menjalankan software ini. Pembelajaran di dalam kelas dengan menggunakn software ini bisa
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) menggunakan proyektor yang dihubungan dengan komputer. Dengan diterapkannya model pembelajaran tipe NHT dengan bantuan media software dalam proses pembelajaran, ini akan memberikan kesempatan pada siswa untuk berperan aktif dalam dalam proses belajar mengajar, mengemukakan pemikirannya, saling bertukar pendapat, saling bekerjasama dalam kelompoknya serta dapat memahami konsep-konsep yang abstrak dalam pembelajaran, sehingga dapat membangun pengetahuannya sendiri. Hal ini akan bermanfaat pada peningkatan hasil belajar IPA di SD. Namun harapan tersebut belum terlaksana di lapangan. Dari hasil pengamatan hal tersebut disebabkan oleh (1) guru kurang terampil dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran dengan model-model pembelajaran yang inovatif, (2) kurangnya penggunaan media (3) pembelajaran yang dilaksanakan masih bersifat konvensional, Pengerttian Pembelajaran Konvensional dapat ditemukan pada http://muhammadkholik.wordpress.com/201 1/11/08/evaluasi-pembelajaran/ yang dikemukakan oleh Frere (1999) dan Djamarah (1996). Freire (1999) memberikan istilah terhadap pengajaran seperti itu sebagai suatu penyelenggaraan pendidikan ber-“gaya bank” (banking concept of education). Penyelenggaraan pendidikan hanya dipandang sebagai suatu aktivitas pemberian informasi yang harus “ditelan” oleh siswa, yang wajib diingat dan dihafal. Proses ini lebih jauh akan berimplikasi pada terjadinya hubungan yang bersifat antagonisme di antara guru dan siswa. Guru sebagai subjek yang aktif dan siswa sebagai objek yang pasif dan diperlakukan tidak menjadi bagian dari realita dunia yang diajarkan kepada mereka. Pada model pembelajaran ini, siswa diharuskan untuk menghafal materi yang diberikan oleh guru dan tidak untuk menghubungkan materi tersebut dengan keadaan sekarang (kontekstual). Hal ini tentu saja akan mengakibatkan pembelajaran menjadi kurang bermakna, sehingga berpengaruh negatif terhadap
hasil belajar siswa dengan rata-rata hasil belajar rendah. Mengingat masalah tersebut sangat penting, maka dilakukan penelitian dengan tujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar mata pelajaran IPA antara siswa yang diajar dengan model pemebelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) berbantuan media Software Pembelajaran dan siswa yang diajar dengan pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Gugus III Desa Bengkel Kecamatan Busungbiu. METODE Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu (quasi experiment) karena tidak semua variabel yang muncul dalam kondisi eksperimen dapat diatur dan dikontrol secara ketat. Populasi penelitian ini adalah siswa Kelas V sekolah dasar di gugus III Kecamatan Busungbiu. Sekolah dasar di gugus III Kecamatan Busungbiu berjumlah 8 Sekolah Dasar. Penentuan sampel kelas dilakukan dengan teknik random sampling. Untuk mengetahui kesetaraan kemampuan akademik pada populasi penelitian maka dilakukan Anava satu jalur terhadap data hasil belajar IPA siswa kelas V pada semester ganjil. Dari studi dokumentasi diperoleh 8 SD yang memiliki nilai rata-rata kelas tidak jauh berbeda, yaitu SD No. 1 Pelapuan, SD Negeri 2 Pelapuan, SD Negeri 1 Bengkel, SD Negeri 2 Bengkel, SD Negeri 3 Bengkel, SD Negeri 1 Umejero, SD Negeri 2 Umejero, SD Negeri 3 Umejero Dari 8 kelas yang ada akan dipilih dua kelas secara acak untuk dijadikan sebagai sampel penelitian. Dari dua kelas tersebut, ditetapkan satu kelas sebagai kelompok eksperimen yang diberikan perlakuan dengan menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together dengan bantuan Media Software Pembelajaran dan satu kelas sebagai kelompok kontrol dengan menggunakan pembelajaran konvensional. Dari pengundian ini ternyata yang menjadi kelompok eksperimen SD Negeri 2 Bengkel dan yang menjadi kelompok kontrol adalah SD Negeri 1 Bengkel. Desain Penelitian yang digunakan adalah post-test only control group design.
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) Pemilihan desain ini karena peneliti ingin mengetahui perbedaan hasil belajar IPA antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Data yang dianalisis dalam penelitian ini adalah hasil belajar IPA ranah kognitif yang dikumpulkan melalui tes obyektif. Tes tersebut telah di uji coba lapangan, sehingga teruji validitas dan reliabilitasnya. Hasil tes uji lapangan tersebut selanjutnya diberikan kepada siswa kelas eksperimen dan kontrol sebagai post-test. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis statistik deskriptif dan data dianalisis dengan menghitung nilai mean, median, modus, standar deviasi, varian, skor maksimum, dan skor minimum. Dalam penelitian ini data disajikan dalam bentuk kurva poligon. Sedangkan teknik yang
digunakan untuk menganalisis data guna menguji hipotesis penelitian adalah uji-t (polled varians). Untuk bisa melakukan uji hipotesis, ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi dan perlu dibuktikan. Persyaratan yang dimaksud yaitu: (1) data yang dianalisis harus berdistribusi normal, (2) kedua data yang dianalisis harus bersifat homogen. Untuk dapat membuktikan dan mememenuhi persyaratan tersebut, maka dilakukanlah uji prasyarat analisis dengan melakukan uji normalitas, dan uji homogenitas. HASIL DAN PEMBAHASAN Adapun hasil analisis data statistik deskriptif disajikan pada tabel 1.
Tabel 1. Deskripsi Data hasil belajar Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Statistik Mean Median Modus Varians Standar Deviasi
Kelompok Eksperimen 18,90 19,50 21 16,76 4,09
Apabila divisualisasikan ke dalam bentuk grafik polygon sebaran data hasil belajar kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran kooperatif tipe NHT berbatuan media software (kelompok eksperimen) , maka tampak seperti pada gambar 1. 3.5 3 2.5 2 1.5 1 0.5 0 0
11-13 14-16 17-19 20-22 23-25 kelas Interval
Kelompok Kontrol 14,60 14,20 13,5 13,40 3,66 Gambar 1. Histogram Data Belajar IPA Kelompok Eksperimen
Hasil
Begitu pula dengan sebaran data kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran secara konvensional (kelompok kontrol) apabila divisualisasikan ke dalam bentuk grafik histogram maka tampak seperti pada gambar 2.
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
6
Hasil Uji Prasyarat Analisis Sebelum melakukan uji hipotesis maka harus dilakukan beberapa uji prasyarat. Terhadap sebaran data yang meliputi uji normalitas terhadap data skor hasil belajar IPA siswa. Uji normalitas ini dilakukan untuk membuktikan bahwa kedua sampel tersebut bedistribusi normal. Uji normalitas data hasil belajar IPA dianalisis menggunakan uji Chi-Square ( 2 ) dengan
5 4 3 2 1
kriteria apabila 2 hitung < 2 tabel maka data hasil belajar IPA siswa berdistribusi normal. Adapun hasil perhitungan dari uji normalitas dapat disajikan pada tabel 2.
0 0
9-11 12-14 15-17 18-20 21-23 Kelas interval
Gambar 2. Histogram Data Belajar IPA Kelompok Kontrol
Hasil
Tabel 2. Hasil Uji Normalitas Data Hasil Belajar IPA Siswa Kelompok Data Hasil Belajar Kelompok eksperimen Kelompok kontrol
2
2
hitung
0,6939 2,5606
Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan rumus chi-kuadrat, 2 diperoleh hit data skor hasil belajar IPA siswa kelompok eksperimen adalah 0,6939 2 dan tab dengan taraf signifikansi 5% dan db = 2 adalah 5,99. Hal ini berarti, hit data skor hasil belajar IPA siswa kelompok 2 eksperimen lebih kecil dari tab ( 2
2 hit 2 tab ), sehingga data hasil belajar IPA siswa kelompok eksperimen berdistribusi normal. 2 hit data skor hasil belajar IPA siswa kelompok kontrol adalah 2,5606 dan 2 tab dengan taraf signifikansi 5% dan db
tabel
5,99 5,99
Status Normal Normal
skor hasil belajar IPA kelompok kontrol 2 2 2 lebih kecil dari tab ( hit tab ), sehingga data hasil belajar IPA siswa kelompok kontrol berdistribusi normal. Setelah melakukan uji prasyarat yang pertama yaitu uji normalitas, selanjutnya dilakukan uji prasyarat yang ke dua yaitu uji homogenitas varians. Uji homogenitas varians data hasil belajar IPA dianalisis menggunakan uji F dengan kriteria kedua kelompok memiliki varians homogen jika Fhitung < Ftabel dengan derajat kebebasan untuk pembilang n1–1 dan derajat kebebasan untuk penyebut n2–1. Hasil uji homogenitas varians data hasil belajar IPA dapat dilihat pada tabel 3.
2 = 2 adalah 5,99. Hal ini berarti, hit data
Tabel 3. Hasil Uji Homogenitas Varians Data Hasil Belajar IPA Kelompok Data Hasil Belajar Eksperimen
F hitung
F tabel
Status
1,251493
3,02
Fhitung < Ftabel (Homogen)
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) Hasil Uji Hipotesis Hipotesis penelitian yang diuji adalah terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar siswa yang mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dengan bantuan media Software dan siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional. pada Uji hipotesis ini menggunakan uji–t independent. Adapun hasil analisis untuk uji-t dapat disajikan pada tabel 4. Tabel 4. Hasil Uji Hipotesis
Berdasarkan tabel di atas, diketahui Fhit data hasil belajar IPA siswa kelompok eksperimen dan kontrol adalah 1,251493 sedangkan Ftab (dbpembilang = 9, dbpenyebut = 14, dan taraf signifikansi 5%) adalah 3,02. Hal ini berarti, varians data hasil belajar IPA siswa kelompok eksperimen dan kontrol adalah homogen.
Hasil Belajar Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol
Varians 16,72
n 10
13,39
15
Berdasarkan tabel di atas, diperoleh thit sebesar 2,747, sedangkan ttab dengan db = 23 dan taraf signifikansi 5% adalah 2,069. Hal ini berarti, thit lebih besar dari ttab (thit > ttab) sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. Dengan demikian, dapat diinterpretasikan bahwa, terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar siswa yang mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dengan bantuan media Software dan siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional pada siswa kelas V gugus III kecamatan Busungbiu. Data yang dianalisis dalam penelitian ini diperoleh dari data hasil belajar siswa setelah diberi perlakuan. Berdasarkan hasil analisis data menggunakan uji-t, diketahui nilai thitung sebesar 2,747, db = 23 dan taraf signifikansi 5% diperoleh nilai ttabel = 2,069. Dari hasil perhitungan tersebut pada taraf signifikansi 5% diketahui nilai thitung lebih besar dari ttabel, (thitung > ttabel) ini berarti hasil penelitian adalah signifikan. Berdasarkan hasil analisis uji-t diketahui bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe numbered head together dengan bantuan media software dan siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan model pembelajaran konvensional pada siswa kelas V gugus III Kecamatan Busungbiu. Hal tersebut dapat dilihat dari perbedaan
Db 23
thitung 2,747
ttabel 2,069
Kesimpulan thitung > ttabel (H0 ditolak)
hasil belajar antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol pada tes di akhir kegiatan pembelajaran. Dari rata-rata nilai pada kedua kelompok diketahui rata-rata nilai kelompok eksperimen lebih besar dari rata-rata nilai kelompok kontrol (18,90 > 14,60). Jika skor pemahaman konsep IPA pada kelompok siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe numbered head together dengan bantuan media software digambarkan dalam poligon tampak bahwa kurve sebaran data merupakan juling negatif yang artinya sebagian besar skor hasil belajar IPA siswa cenderung tinggi. Hal ini berbanding terbalik dengan kelompok siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran konvensional, jika skor hasil belajar IPA siswa digambarkan dalam poligon tampak bahwa kurve sebaran data merupakan juling positif yang artinya sebagian besar skor hasil belajar IPA siswa cenderung rendah. Dengan demikian ada perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara kelompok eksperimen yang mengikuti pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe numbered head together dengan bantun media software dengan kelompok kontrol yang mengikuti pembelajaran menggunakan model pembelajaran konvensional. Perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara pembelajaran menggunakan model pembelajaran
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) kooperatif tipe numbered head together dengan bantun media software dan pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran konvensional dapat dijelaskan secara teoritis dan operasional empiris. Dilihat dari segi teoritis, model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Number Head Together) sering disebut penomoran berpikir bersama merupakan model pembelajaran kooperatif yang terdiri atas empat tahap yang digunakan untuk mereview fakta-fakta dan informasi dasar yang berfungsi untuk mengatur interaksi siswa. Model kooperatif tipe NHT adalah suatu model pembelajaran kooperatif yang lebih mengedepankan kepada aktivitas siswa dalam mencari, mengolah, dan melaporkan informasi dari berbagai sumber yang akhirnya dipresentasikan di depan kelas. Model NHT pertama kali dikenalkan oleh Spencer Kagan dkk (1993). Model NHT digunakan untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut (Trianto, 2007: 62). Adapun ciri khas dari model NHT adalah guru menunjuk nomor tertentu pada siswa secara acak tanpa memberi tahu terlebih dahulu yang akan mewakili kelompoknya. Dengan cara tersebut akan menjamin keterlibatan total semua siswa serta meningkatkan tanggung jawab individual dalam diskusi kelompok. Selain itu model pembelajaran NHT memberi kesempatan kepada siswa untuk membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Ibrahim, dkk mengemukakan bahwa dengan belajar kooperatif tipe NHT akan memperbaiki proses dan hasil belajar siswa serta akan memberi keuntungan baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas akademis (dalam Trianto, 2007: 44). Model pembelajaran kooperatif tipe NHT ini dapat memberikan variasi diskusi dalam kegiatan pembelajaran dimana siswa tidak hanya belajar di dalam kelompok namun berkesempatan hadir di depan kelas sebagai individu yang mewakili kelompok. Model pembelajaran kooperatif tipe NHT menuntut tanggung jawab siswa perorangan, sehingga dapat merangsang
siswa lebih aktif selama kegiatan pembelajaran serta berdampak pada peningkatan hasil belajar. Untuk mengoptimalkan hasil belajar, model pembelajaran ini dibantu dengan penggunaan media software yaitu pesona edu yang merupakan konten yang digunakan sebagai pendamping belajar bagi siswa, atau alat bantu mengajar bagi guru dan orangtua. PesonaEdu Pembelajaran menyediakan konsep-konsep IPA dan Sains yang biasanya sulit untuk dijelaskan dengan cara konvensional, kini melalui konten PesonaEdu Pembelajaran konsep belajar disajikan dalam bentuk animasi dan simulasi interaktif yang indah, jelas dan kontekstual, sehingga menarik dan sangat mudah dipahami. Dengan penggunaan media ini siswa akan lebih mudah memahami konsep yang abstrak dalam IPA sehingga merangsang minat siswa untuk belajar. Berbeda halnya dengan model pembelajaran konvensional yang lebih menekankan pada aktivitas guru (teacher centered). Langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran konvensional, yaitu (1) Menyampaikan tujuan-Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut, (2) Menyajikan informasi-Guru menyajikan informasi kepada siswa secara tahap demi tahap dengan metode ceramah (3) Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik-Guru mengecek keberhasilan siswa dan memberikan umpan balik dan (4) Memberikan kesempatan latihan lanjutan-Guru memberikan tugas tambahan untuk dikerjakan di rumah. Sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran tersebut, terlihat bahwa proses belajar sebagian besar masih didominasi oleh guru. Meskipun dalam pembelajaran konvensional digunakan metode selain ceramah seperti tanya jawab, diskusi, dan dilengkapi dengan penggunaan media, namun penekanannya tetap pada proses penerimaan pengetahuan (materi pelajaran) bukan pada proses pencarian ataupun konstruksi pengetahuan. Hal ini dapat mengakibatkan pemahaman konsep siswa yang dibelajarkan menggunakan model konvensional lebih rendah.
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) Berdasarkan hal tersebut maka model pembelajaran kooperatif tipe NHt diyakini dapat mengatasi permasalahan yang dihadapi siswa dalam proses pembelajaran. Dengan mengkondisikan siswa terlibat secara penuh dalam proses pembelajaran, ditambah penggunaan media yang menarik menjadi pilihan yang baik untuk meningkatkan hasil belajar siswa khususnya pada mata pelajaran IPA. Dengan diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan bantuan media software maka siswa akan senang dalam pembelajaran. Siswa satu sama lain saling memotivasi dan berinteraksi untuk mendapatkan hasil yang terbaik pada saat proses pembelajaran berlangsung. Dengan penerapan model pembelajaran ini akan menjamin keterlibatan total semua siswa serta meningkatkan tanggung jawab individual dalam diskusi kelompok. Model pembelajaran kooperatif tipe NHT ini dapat memberikan variasi diskusi dalam kegiatan pembelajaran dimana siswa tidak hanya belajar di dalam kelompok namun berkesempatan hadir di depan kelas sebagai individu yang mewakili kelompok. Siswa yang memiliki kemampuan rendah dimotivasi oleh siswa yang memiliki memampuan yang lebih tinggi dalam menerima pembelajaran. Adanya saling motivasi antar siswa dalam memecahkan suatu masalah yang berkaitan dengan materi pembelajaran akan berpengaruh pada hasil belajar siswa, sehingga dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT terbimbing hasil belajar IPA siswa dapat ditingkatkan serta dengan penggunaan media software tidak hanya membuat siswa senang dalam pembelajaran tetapi juga memudahkan guru dalam menyampaikan konsep-konsep yang abstrak. Hasil penelitian ini memberikan implikasi bahwa penggunaan model kooperatif tipe NHT dengan bantuan media software pada pembelajaran IPA dapat memberikan pengaruh positif terhadap hasil belajar IPA siswa di SD. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, dapat disimpulkan sebagai berikut.
1.
2.
3.
Hasil belajar IPA siswa kelompok eksperimen yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe numbered head together dengan bantuan media software tergolong baik atau tinggi. Jika digambarkan ke dalam grafik mengikuti kurva juling negatif, artinya sebagian besar skor hasil belajar IPA siswa cenderung tinggi. Hasil belajar IPA siswa kelompok kontrol yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional tergolong cukup atau sedang. Jika digambarkan ke dalam grafik mengikuti kurve juling positif, artinya sebagian besar skor hasil belajar IPA siswa cenderung rendah. Terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar siswa yang mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe numbered heads together dengan bantuan media software dengan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional pada mata pelajaran IPA Kelas V Gugus III Kecamatan Busungbiu. Rata-rata skor hasil belajar kelompok eksperimen yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe numbered heads together dengan bantuan media software lebih besar dibandingkan dengan skor hasil belajar kelompok kontrol yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional. Hal ini menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe numbered heads together dengan bantuan media software berpengaruh terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA kelas V Gugus III Kecamatan Busungbiu.
Saran yang dapat disampaikan berdasarkan penelitian yang telah dilakukan adalah sebagai berikut. 1. Siswa Bagi siswa sekolah dasar diharapkan mampu mengembangkan motivasi dan keaktifan dalam mengikuti pembelajaran serta meningkatkan hasil belajar melalui penggunaan model pembelajaran yang tepat, disamping juga siswa diharapkan
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) lebih berani dalam mengungkapkan pendapatnya dan mau bertanya pada saat proses belajar mengajar berlangsung. 2. Kepada Sekolah Diharapkan hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan dalam pengembangan kurikulum serta sebagai perbandingan dalam meningkatkan hasil belajar siswa di sekolah 3. Kepada Guru Disarankan pada guru-guru di Sekolah Dasar di gugus III Kecamatan Busungbiu agar dalam pelaksanaan proses pembelajaran hendaknya menerapkan model pembelajaran yang inovatif dan didukung dengan teknik belajar yang relevan, sehingga prestasi belajar siswa akan semakin meningkat.
Depdiknas. 2003. Undang-undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas. Depdiknas. 2006. Kurikulum 2006 KTSP Standar Kompetensi Mata Pelajaran IPA SD dan MI. Jakarta: Depdiknas. Dimyati dan Mudjiono. 1999. Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta: Dikti Depdiknas. Fathurrohman, Pupuh dkk. Strategi Belajar Mengajar Melalui penanaman Konsep Umum dan Konsep Islami. Bandung: PT Refika Adtama. http://elib.unikom.ac.id/files/disk/373/jbptuni kompp-gdl-hadipraset-18622-3bab2.pdf http://ms.wikipedia.org/wiki/Dongle http://www.pesonaedu.com/
4. Kepada Peneliti Lain Disarankan bagi peneliti lain yang berminat untuk mengadakan penelitian lebih lanjut tentang model pembelajaran kooperatif tipe numbered head together dengan bantuan media software dalam bidang ilmu IPA maupun ilmu lainnya, agar memperhatikan kondisi siswa, waktu, dan kendala lainnya yang dalami dalam penelitian ini, sebagai bahan pertimbangan perbaikan dan penyempurnaan penelitian yang akan dilakukan. DAFTAR RUJUKAN Abimanyu, Soli dkk. 2008. Bahan Ajar Cetak Strategi Pembelajaran. Jakarta: Direktorat Depdiknas. Agung, A.A Gede. 1999. Metodelogi Penelitian Pendidikan. Singaraja: Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP).
Koyan, I Wayan. 2011. Asesmen Dalam Pendidikan. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha Press. Kunandar. 2007. Guru Profesional dalam Implementasi KTSP dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru. Jakarta: Grafindo Persada. Nurkancana, Wayan dan Sunartana. 1992. Evaluasi Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional. Rusman. 2012. Belajar Dan Pembelajaran Berbasis Komputer Mengembangkan Profesionalisme Guru Abad 21. Bandung: Alfabeta. Setiawan, Aan. 2011. ”Perbandingan Pembelajaran Konvensional Dan Hypnotheacing”. Tersedia pada http://aansetiawan2.blogspot.com/20 11/03/perbandingan -pembelajarankonvensional.html; 21 Juni 2013; 11.20
A.A. Gede. 2012. Metodologi Penelitian Pendidikan. Singaraja: Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Ganesha.
Sudjana, Nana. 2006. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar Cetakan Kesebelas. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Arsyad, Azhar. 2003. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Susilana, Rudi dan Riyana, Cepi. Media Pembelajaran Hakikat, Pengembangan, Pemanfaatan, dan
Agung,
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) Penilaian. Bandung: CV Wacana Prima. Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka. Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif Konsep, Landasan, Dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana Prenada Media Group.