E-jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 2 No: 1 Tahun 2014
PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBANTUAN MEDIA LINGKUNGAN UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN ALAM SISWA KELAS IV SD NEGERI 3 ABIANTUWUNG TAHUN AJARAN 2014/2015 Ni Gusti Ayu Putu Elida Nopiyanthi1 , I Wayan Wiarta2 , I Made Suara3 123
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
Email:
[email protected] [email protected], i made
[email protected] Abstrak Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas dan dilaksanakan dalam dua siklus.Adapun tujuan dari penelitian ini adalah (1) Untuk meningkatkan aktivitas belajar IPA SD Negeri 3 Abiantuwung (2) Untuk meningkatkan hasil belajar IPA di SD Negeri 3 Abiantuwung.Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV SD Negeri 3 Abiantuwung kecamatan Kediri tahun ajaran 2014/2015 yang berjumlah 31 orang. Data yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif dan kualitatif. Adapun hasil analisis data siklus I menunjukkan persentase skor rata-rata aktivitas belajar IPA adalah 66,82%,pada siklus II persentase skor rata-rata aktivitas belajar IPA mengalami peningkatan mencapai 17,11%,sehingga menjadi 83,93%.Sedangkan skor rata-rata hasil belajar IPA pra siklus adalah 62,50% dengan ketuntasan klasikal 36,36%, skor rata-rata hasil belajar IPA siklus I mengalami peningkatan mencapai 4,45% dari skor rata-rata hasl belajar IPA pra siklus menjadi 67,04% dengan ketuntasan klasikal 63,63%, pada siklus II skor rata-rata hasil belajar IPA mengalami peningkatan mencapai 18,41% dari skor rata-ratahasil belajar siklus I menjadi 86,36%. Berdasarkan hasil
analisis dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan aktivitas dan hasil belajar IPA setelah implementasi pendekatan kontekstual Kata-Kata Kunci: pendekatan pembelajaran kontekstual, media lingkungan, aktivitas belajar IPA, hasil belajar IPA.
Abstract This research is a classroom action research and conducted in two siklus.Adapun objectives of this study were (1) To improve science learning activities Abiantuwung Elementary School 3 (2) To improve science learning outcomes in the Elementary School 3 Abiantuwung.Subjek this study were all students elementary School fourth grade 3 Abiantuwung Kediri districts school year 2014/2015, amounting to 31 orang.Adapun data used is the method of quantitative and qualitative descriptive observation. The first cycle of data analysis results show the average percentage score science learning activity is 66.82%, the second cycle of the average percentage score science learning activities increased to reach 17.11%, thus becoming average score of 83.93% .Sedangkan science learning outcomes pre -rata cycle is 62.50% with 36.36% classical completeness, the average score of science learning outcomes first cycle increased to reach 4.45% of the average score of pre-cycle science learning hasl be 67.04 % with classical completeness 63.63%, the second cycle of the average score increased science learning outcomes reached 18.41% of the average score of the first
E-jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 2 No: 1 Tahun 2014 cycle of learning outcomes be 86.36% .Berdasarkan analysis it is concluded that an increase in activity and science learning outcomes after the implementation of a contextual approach Keywords: contektual, ebvironmental media,learning activities sains,outcomes learning
PENDAHULUAN Sesungguhnya telah banyak usaha yang ditempuh pemerintah untuk meningkatkan kualitas pendidikan khususnya di tingkat Sekolah Dasar (SD). Adapun upaya yang dilakukan anatara lain alokasi dana pendidikan, perubahan kurikulum, peningkatan kualita guru sekolah dasar, pengadaan sarana dan prasarana pembelajaran serta sumber belajar. Selain itu ada beberapa faktor penunjang pendidikan yang lainnya seperti : proses pembelajaran, guru, siswa, sarana dan prasarana pembelajaran,lingkungan sosial siswa disekolah,kurikulum sekolah, dan sumber belajar (Dimyanti dan Moedjiono,1994:248). Dari semua faktor penentu keberhasilan pembelajaran tersebut, proses pembelajaran merupakan salah satu faktor yang paling penting karena jika proses pembelajaran berjalan baik dengan didukung oleh faktor penentu keberhasilan seperti lingkungan, akan menghasilkan anak didik yang bermutu yang dapat bersaing dalam era globalisasi. Berdasarkan berbagai persoalan diatas,maka alternatif pemecahan masalah tersebut adalah dengan mencoba menerapkan pendekatan pembelajaran yang mengacu pada aspek kompetensi siswa.Salah satu pendekatan pembelajaran yang menyediakan peluang agar siswa aktif dalam pembelajaran menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual dengan bantuan media lingkungan Penerapan pembelajaran kontekstual akan sangat membantu guru menghubungkan materi pelajaran dengan situasi dunia nyata. Dengan penerapan pembelajaran kontekstual akan membantu siswa untuk dapat berpikir logis dan sistematik, sehingga siswa memiliki pola pikir yang diperlukan dalam mempelajaran IPA. Dalam pembelajaran kontekstual ini, siswa akan dilatih berpikir secara kritis dan menjadi siswa yang aktif dan kreatif karena siswa mengalami sendiri apa yang dipelajarinya. Sehingga dengan
pembelajaran seperti ini, siswa akan dapat menciptakan suasana pembelajaran yang lebih hidup serta aktivitas dan hasil belajar dapat tercapai secara optimal. Guru hendaknya secara ideal melaksanakan pembelajaran. Dalam pembelajaran terjadi intertaksi antara gurusiswa, siswa-siswa, dan siswa-guru. Untuk itu, antara siswa dan guru menjalankan perannya masing-masing. Guru membelajarkan siswa dan siswa belajar bagaimana belajar. Dengan kata lain dalam pembelajaran harus terjadi interaksi yang bersifat multi arah (Lindgren, dalam Dimyanti dan Mudjiono, 1994:120). Interaksi multi arah akan terjadi bila guru telah mempersiapkan administrasi, materi, dan media pembelajaran yang refresentatif yang akan digunakan dalam melaksanakan pembelajarannya. Saat melaksanakan pembelajaran guru telah terampil menggunakan delapan keterampilan mengajar dan pada akhir pembelajaran guru telah menemukan hasil belajar yang telah dilaksanakan (Sriudin,2009. ”8 Keterampilan Mengajar Untuk Membuat Pembelajaran Yang Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan”. http://s1pgsd.blogspot.com). Dalam pembelajaran di sekolah dasar, siswa diajarkan sejumlah mata pelajaran, salah satu di antaranya adalah IPA. Pembelajaran IPA di sekolah dasar merupakan pondasi yang kokoh untuk dapat memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi dan juga untuk menghadapi tantangan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK). Pada dasarnya pembelajaran IPA siswa belum mengalami perubahan dari paradigma baru dimana pembelajaran masih berpusat pada guru dan juga kurangnya pemanfaatan media lingkungan sebagai sumber belajar. Kenyataan di atas dapat pula dilihat di SD N 3 Abiantuwung pada kelas IV yang memiliki kualitas pembelajaran yang nilai siswanya ada yang belum mencapai KKM yang disebabkan
E-jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 2 No: 1 Tahun 2014 kurangnya motivasi pada diri siswa dalam pembelajaran IPA serta kurangnya pemanfaatan media lingkungan sebagai sumber belajar. Hal ini dapat dilihat dari 1) metode pembelajaran yang diterapkan guru masih banyak didominasi oleh metode ceramah yang kurang mengakomodasi gagasan-gagasan yang dibawa siswa sebelum pembelajaran dan guru lebih banyak bicara didepan kelas.2) media lingkungan kurang dimanfaatkan secara optimal untuk kepentingan pembelajaran 3) guru lebih banyak berfokus pada penggunaan LKS untuk media pembelajaran. Berdasarkan berbagai persoalan diatas,maka alternatif pemecahan masalah tersebut adalah dengan mencoba menerapkan pendekatan pembelajaran yang mengacu pada aspek kompetensi siswa.Salah satu pendekatan pembelajaran yang menyediakan peluang agar siswa aktif dalam pembelajaran menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual dengan bantuan media lingkungan Penerapan pembelajaran kontekstual akan sangat membantu guru menghubungkan materi pelajaran dengan situasi dunia nyata. Dengan penerapan pembelajaran kontekstual akan membantu siswa untuk dapat berpikir logis dan sistematik, sehingga siswa memiliki pola pikir yang diperlukan dalam mempelajaran IPA. Dalam pembelajaran kontekstual ini, siswa akan dilatih berpikir secara kritis dan menjadi siswa yang aktif dan kreatif karena siswa mengalami sendiri apa yang dipelajarinya. Sehingga dengan pembelajaran seperti ini, siswa akan dapat menciptakan suasana pembelajaran yang lebih hidup serta aktivitas dan hasil belajar dapat tercapai secara optimal. Salah satu pendekatan pembelajaran yang menyediakan peluang agar siswa aktif dalam pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual dengan bantuan media lingkungan ,penerapan pembelajaran Kontekstualakan sangat membantu guru menghubungkan materi pelajaran dengan situasi dunia nyata.Dengan penerapan pembelajaran kontekstual akan membantu siswa unutuk dapat berpikir logis dan sitematis,sehingga siswa memiliki pola pikir yang dipelukan
dalam pembelajaran IPA.Dalam pembelajaran kontekstual ini siswa akan dilatih berpikir secara kritis dan menjadi siswa aktif dan kreatif karena siswa mengalami sendiri apa yang dipelajarinya.Sehingga dengan pembelajaran seperti ini siswa akan dapat menciptakanusana pembelajaran yang lebih hidup serta aktivitas dan hasil belajar dapat tercapai secara optimal. Pendekatan Pembelajaran kontekstual menganjurkan bahwa belajar hanya terjadi jika siswa memproses informasi atau pengetahuan baru sedemikian rupa sehingga dirasakan masuk akal sesuai dengan kerangka berpikir yang dimilikinya (ingatan, pengalaman, dan tanggapan). Pembelajaran kontekstual mengasumsikan bahwa secara ilmiah, pikiran mencari makna konteks sesuai dengan situasi nyata lingkungan seseorang (Nurhadi, dkk., 2004:6). Perpaduan meteri pelajaran dengan konteks keseharian siswa di dalam pembelajaran kontekstual akan menghasilkan dasar-dasar pengetahuan yang mendalam dimana siswa kaya akan pemahaman masalah dan cara untuk menyelesaikannya. Melalui hubungan di dalam dan di luar kelas, pembelajaran kontekstual menjadikan pengalaman lebih relevan dan berarti bagi siswa dalam membangun pengatahuan yang mereka terapkan dalam pembelajaran seumur hidup. Jadi jelas bahwa pemanfaatan pembelajaran kontekstual akan menciptakan kelas yang didalamnya siswa menjadi peserta aktif yang bertanggung jawab terhadap belajarnya. Dengan demikian, siswa belajar diawali dengan pengetahuan, pengalaman, dan konteks keseharian yang mereka miliki yang dikaitkan dengan konsep mata pelajaran yang dipelajari di kelas.Beberapa pengertian pembelajaran kontekstual menurut para ahli pendidikan adalah sebagai berikut. a) Johnson (dalam Nurhadi, dkk., 2004) mengartikan pembelajaran kontekstual adalah suatu proses pendidikan yang bertujuan membantu siswa melihat makna dalam bahan pelajaran yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan dengan konteks kehidupan sehari-hari yaitu dengan konteks lingkungan pribadi sosialnya dan
E-jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 2 No: 1 Tahun 2014 budayanya, b) The Washington State Consortium for Contextual Teaching and Learning (2001) mengartikan pembelajaran kontekstual adalah pengajaran yang memungkinkan siswa memperkuat, memperluas, dan menerapkan pengetahuan dan ketrampilan akademisnya dalam berbagai latar sekolah dan di luar sekolah untuk memecahkan seluruh persoalan yang ada dalam dunia nyata, c) Center on Education and Work at The Unnivercity of Wisconsin Madison (2002) mengartikan pembelajaran kontekstual adalah suatu konsepsi belajar mengajar yang membantu guru menghubungkan isi pelajaran dengan situasi dunia nyata dan memotivasi siswa membuat hubungan-hubungan antara pengetahuan dan aplikasinya dalam kehidupan siswa sebagai anggota keluarga, masyarakat, dan pekerja serta meminta ketekunan belajar, d) Nurhadi, dkk. (2004:13) mengartikan pendekatan kontekstual adalah konsep belajar dimana guru menghadirkan dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa mengaitkan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, sementara siswa memperoleh pengetahuan sedikit demi sedikit, dan dari proses kontruksi sendiri, sebagai bekal memecahkan masalah dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Berdasarkan pengertian diatas dapat simpulkan bahwa pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru menghubungkan antara materi pelajaran yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari mereka. Ada tujuh komponen utama pembelajaran yang mendasari penerapan pembelajaran kontekstual di kelas. Ketujuh komponen utama itu adalah konstruktivisme (contructivism), menemukan (inquiry), bertanya (questioning), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modelling), refleksi (reflection), dan penilaian sebenarnya (authentic assesment) (Nurhadi dkk., 2004).
Aktivitas belajar adalah bentuk kegiatan yang muncul dalam suatu proses pembelajaran baik kegiatan fisik, yang mudah diamati maupun kegiatan psikis,yang sulit diamati.Kegiatan fisik diantaranya adalah membaca,mendengar, menulis dan memperagakan. Sedangkan kegiatan psikis seperti mengingat kembali isi pelajaran,menyimpulkan hasil eksperimen,membandingkan suatu konsep dan sebagainya(Moedjiono dan Dimyati,1994). Sedangkan Sudjana dan Rivani (1989:21) menyatakan, “aktivitas belajar adalah peristiwa keterlibatan siswa secara langsung dan intelektual serta emosional sehingga siswa betul-betul berperan dan berpartisipasi aktif dalam suatu kegiatan yang dilakukan selama proses pembelajaran”. Pendapat tersebut menekankan partisipasi aktif dari siswa baik intelektual maupun emosional. Berdasarkan kedua pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar adalah suatu kegiatan yang muncul dari diri siswa dalam kegiatan fisik maupun psikis dimana siswa dapat terlibat secara intelektual dan emosional. Belajar merupakan suatu proses perubahan sikap dan tingkah laku yang relative menetap sebagai hasil dan latihan atau pengalaman (Adnyani,2003). Berhasil tidaknya pendidikan tergantung dari proses belajar yang dialami siswa sehingga belajar merupakan unsur yang sangat penting dalam setiap kegiatan. Belajar terjadi atau berlangsung bila perubahan-perubahan terjadi seperti penambahan informasi, mengembangkan atau meningkatkan pengertian, penerimaan sikap atau sikap baru, memperoleh penghargaan baru, dan mengerjakan seuatu dengan apa yang telah terjadi.Sehubungan hal tersebut,maka peneliti mencoba menerapkan pendekatan kontekstual berbantuan media lingkungan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri 3 Abiantuwung. METODE PENELITIAN Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan tindakan berupa penerapan pendekatan kontekstual dalam mata pelajaran IPA.
E-jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 2 No: 1 Tahun 2014 Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Clasroom Action Research). Menurut Arikunto (2006:91), “penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi di sebuah kelas bersama.” Dalam definisinya, Arikunto (2006) menekankan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu tindakan yang sengaja dimunculkan di kelas dan masalah tersebut perlu diadakan penelitian. Sedangkan menurut Suyanto, dkk. (1997:23), “penelitian tindakan kelas adalah suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakantindakan tertentu agar dapat memperbaiki atau meningkatkan praktek-praktek pembelajaran di kelas secara profesional. Penelitian tindakan kelas merupakan suatu tindakan/permasalahan yang terjadi di kelas dan permasalahan tersebut perlu diadakan tindakan untuk meningkatkan mutu pembelajaran. Adapun subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri 3 Abiantuwung Kecamatan Kediri Kabupaten Tabanan tahun pelajaran 2014/2015. Jumlah siswa yang menjadi subjek penelitian adalah 31 orang yang terdiri dari 14 orang laki-laki dan 17 orang perempuan.Subjek ini dipilih karena hasil belajar IPA siswa masih berada dibawah nilai ketuntasan kriteria minimal ( KKM ). Oleh karena itu semua siswa diberi tindakan untuk meningkatkan hasil belajar IPA.Sedangkan objek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas IV semester I SD Negeri 3 Abiantuwung Kecamatan Kediri Kabupaten Tabanan tahun pelajaran 2014/2015 PROSEDUR PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Clasroom Action Research). Menurut Arikunto (2006:91), “penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi di sebuah kelas bersama.” Dalam definisinya, Arikunto (2006) menekankan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu tindakan yang sengaja dimunculkan di kelas dan masalah tersebut perlu diadakan penelitian.
Sedangkan menurut Suyanto, dkk. (1997:23), “penelitian tindakan kelas adalah suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakantindakan tertentu agar dapat memperbaiki atau meningkatkan praktek-praktek pembelajaran di kelas secara profesional.” Dapat disimpulkan, penelitian tindakan kelas merupakan suatu tindakan/permasalahan yang terjadi di kelas dan permasalahan tersebut perlu diadakan tindakan untuk meningkatkan mutu pembelajaran Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus. Siklus kedua ditentukan dari hasil siklus pertama. Masing – masing siklus terdiri dari empat kegiatan yaitu: perencanaan, tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi tindakan, dan refleksi tindakan.Pada akhir setiap siklus diadakan tes hasul belajar untuk mengetahui peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa. METODE ANALISIS DATA Metode dan Instrumen penelitian yang digunakan adalah jenis tes dan observasi,tes yang digunakan berupa tes obyektif yang berbentuk pilihan ganda. Metode Tes Nurkancana dan Sunartana (1990:34) menyebutkan metode tes merupakan”suatu cara untuk mengadakan penilaian yang berbentuk suatu tugas atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan oleh anak atau sekelompok anak sehingga menghasilkan suatu nilai tentang tingkah laku atau prestasi anak tersebut, yang dapat dibandingkan dengan nilai yang didapat oleh anak lain atau dengan nilai standar yang ditetapkan”. Tes ini diberikan pada setiap akhir pertemuan pada masingmasing siklus. Metode Observasi Observasi adalah suatu cara untuk mengadakan penilaian dengan jalan mengamati secara langsung dan sistematis (Nurkancana dan Sunartana, 1990:51). Instrumen yang digunakan adalah lembar observasi untuk mengamati prilaku siswa dan cara guru mengajar selama proses pembelajaran. Tes Tertulis
E-jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 2 No: 1 Tahun 2014 Menurut Agung (2010;7), “metode tes adalah cara memperoleh data yang berbentuk suatu tugas yang harus dikerjakan oleh seseorang atau sekelompok orang yang dites dan dari tes dapat menghasilkan suatu skor.Sedangkan Nurkancana dan Sunartana (1990:34) menyatakan “tes adalah suatu cara untuk mengadakan penilaian yang berbentuk suatu tugas atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan oeh anak atau sekelompok anak sehingga menghasilkan suatu nilai tentang tingkah laku atau prestasi anak tersebut,yang dapat dibandingkan dengan nilai yang dicapai oleh anak-anak lain atau dengan nilai standar yang ditetapkan. Berdasarkan kedua pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa tes adalah suatu cara untuk mengadakan penilaian yang berbentuk tugas yang harus dikerjakan seseorang atau sekelompok oranguntuk menghasilkan suatu nilai atau skor. Dalam penilaian ini tes yang digunakan adalah tes obyektif berupa pilihan ganda. Tes ini dilakukan untuk mengetahui hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA dengan menggunakan pendekatan Kontekstual. Data yang telah dikumpulkan baik data skor aktivitas maupun data skor hasil belajar siswa, akan dianalisis dengan menggunakan metode analisis deskriptif kuantitatif dan kualitatif yang dikonversikan ke dalam Penelian Acuan Patokan ( PAP ). HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL Dalam penelitian ini, peneliti bekerja sama dengan guru kelas IV baik pada tahap perencanaan maupun pelaksanaan tindakan di dalam kelas. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data aktivitas dan hasil belajar IPA setelah implementasi pendekatan Kontekstual berbantuan media lingkungan. Selanjutnya data yang telah terkumpul dianalisis dengan teknik analisis deskriptif kuantitatif dan kualitatif dengan menggunakan metode observasi dan metode tes. Sebelum mencari hasil analisis data aktivitas dan hasil belajar IPA, terlebih dahulu dicari hasil refleksi awal.
Berdasarkan analisis data hasil belajar IPA pra siklus diperoleh skor ratarata hasil belajar IPA adalah 62,50% dan dikonversikan ke dalam pedoman konversi nilai absolut PAP hasil belajar IPS berada pada interval 50 - 69 dengan kategori cukup. Ketuntasan klasikal hasil belajar IPA pra siklus adalah 36,36%. Skor rata-rata hasil belajar IPA dan ketuntasan klasikal hasil belajar IPA pra siklus yang diperoleh pada refleksi awal belum mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan sehingga perlu dilakukan penelitian ini. Berdasarkan hasil analisis data aktivitas belajar IPA siklus I, persentase skor rata-rata aktivitas belajar IPA adalah 66,82% dan dikonversikan ke dalam pedoman konversi nilai absolut PAP aktivitas belajar IPA berada pada interval 50-69 dengan kategori cukup aktif. Berdasarkan hasil analisis data hasil belajar IPA siklus I diperoleh skor ratarata hasil belajar IPA adalah 67,04% dan dikonversikan ke dalam pedoman konversi nilai absolut PAP hasil belajar IPA berada pada interval 50-69 dengan kategori cukup. Skor rata-rata hasil belajar IPA siklus I mengalami peningkatan sebesar 4.54% dari skor rata-rata hasil belajar IPA pra siklus. Ketuntasan klasikal hasil belajar IPA siklus I adalah 63,63% dengan baru 18 siswa yang tuntas dari jumlah 31 siswa. Berdasarkan hasil analisis tersebut, diperoleh persentase skor aktivitas belajar IPA siklus II adalah 83.93%, dan dikonversikan ke dalam pedoman konversi nilai absolut PAP aktivitas belajar IPA berada pada interval 70-84 dengan kategori aktif. Berdasarkan analisis data hasil belajar IPA siklus II diperoleh persentase skor rata-rata hasil belajar IPA adalah 85,45% dan dikonversikan ke dalam pedoman konversi nilai absolut PAP hasil belajar IPA berada pada interval 85-100 dengan kategori sangat baik. Skor rata-rata hasil belajar IPA siklus II mengalami peningkatan hasil belajar IPA siklus I mencapai 22,73%. Ketuntasan klasikal hasil belajar IPA siklus II adalah 86,36%, dengan sudah 28 siswa yang tuntas dari 31 siswa. Jadi berdasarkan data yang diperoleh dari siklus I ke siklus II terjadi peningkatan skor rata-rata hasil belajar IPA
E-jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 2 No: 1 Tahun 2014 siklus II dari siklus I dan sudah mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan, maka diputuskan untuk tidak melanjutkan ke siklus berikutnya. Artinya penelitian ini hanya dilaksanakan dalam dua siklus. PEMBAHASAN Berdasarkan kendala-kendala tersebut maka dilakukan perbaikan, antara lain (1) peneliti memberikan penjelasan secara singkat tentang proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Kontekstual, (2) mengingatkan siswa bahwa dalam diskusi kelompok tidak hanya satu orang yang bekerja, melainkan semua anggota kelompok, (3) memberikan motivasi kepada siswa agar berani mengemukakan pendapat dan menegur dan mengajukan pertanyaan kepada siswa yang tidak mendengarkan penjelasan guru, (4) memotivasi siswa agar mereka mampu memperoleh nilai evaluasi yang lebih tinggi, (5) selalu memantau kegiatan diskusi kelompok yang dilakukan oleh siswa agar semua anggota kelompok man bekerja kelompok, (6) rnemindahkan tempat duduk siswa yang ada di belakang menjadi di depan. dan (7) memberikan semangat dan motivasi kepada semua siswa agar lebih giat dan serius dalam belajar untuk meningkatkan hasil belajar IPA. Setelah diadakan pelaksanaan tindakan siklus II, hasil belajar IPA yang diperoleh siswa sudah mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut terlihat dari (1) kondisi siswa yang sudah mampu mengikuti proses pembelajaran IPA sesuai dengan tahapan pendekatan Kontekstual, (2) peranan setiap anggota dalam kelompok sudah lebih meningkat dibandingkan pada siklus I karena pada siklus II jumlah soal LKS disesuaikan dengan jumlah anggota kelompok, (3) diskusi dan kerjasama pada masing-masing kelompok sudah baik, dan (4) setiap anggota kelompok memperoleh informasi dan memahami materi yang dipelajari sehingga dapat menyelesaikan permasalahan yang diberikan. Skor persentase rata-rata hasil belajar IPA siklus II mengalami peningkatan dari persentase skor rata-rata hasil belajar IPA siklus I mencapai 22,73% meningkat menjadi 85,45% dan dikonversikan ke dalam pedoman konversi nilai absolut PAP
hasil belajar IPA berada pada 85-100 kategori sangat baik. Ketuntasan klasikal hasil belajar IPA siklus II adalah 86,36% sudah mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan minimal 80%. Dilihat dari skor rata-rata hasil belajar IPA dan ketuntasan klasikal hasil belajar IPA siklus II yang sudah mencapai indikator keberhasilan yang diharapkan, sehingga tidak perlu dilanjutkan kesiklus berikutnya. PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bagian sebelumnya, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut. Terjadi peningkatan aktivitas belajar IPA dengan materi Mengenal Bagian Tubuh Tumbuhan siklus II dari aktivitas belajar IPA siklus I setelah implementasi Pendekatan Kontekstual. Hal ini dapat dilihat pada persentase skor ratarata aktivitas belajar IPA siklus I adalah 66,82% yang berada pada kategori cukup aktif dan belum mencapai kategori aktif sesuai dengan indikator keberhasilan yang ditetapkan. Setelah dilaksanakan tmdakan pada siklus II, persentase skor rata-rata aktivitas belajar IPA meningkat menjadi 83,93% yang berada pada kategori aktif dan sudah mencapai kategori aktif sesuai dengan indikator keberhasilan yang ditetapkan. Dengan demikian persentase skor rata-rata aktivitas belajar IPS mengalami peningkatan mencapai 17,11% dari siklus I ke siklus II. Implementasi Pendekatan Kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar IPA dengan materi Mengenal Bagian Tubuh Tumbuhan. Hal ini dapat dilihat dari persentase skor rata-rata hasil belajar IPA pra siklus adalah 62,50%. Ketuntasan klasikal hasil belajar IPA pra siklus adalah 36,36%. Setelah dilaksanakan tindakan. skor rata-rata hasil belajar IPA siklus I mengalami peningkatan mencapai 4,54% sehingga skor rata-rata hasil belajar IPA siklus I menjadi 67,04%. Ketuntasan klasikal hasil belajar IPA siklus I adalah 63,63% belum mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan minimal 80%. Setelah dilaksanakan tindakan pada siklus II, skor rata-rata hasil belajar IPA siklus II mengalami peningkatan mencapai 18,41% dari siklus I sehingga skor rata-rata hasil
E-jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 2 No: 1 Tahun 2014 belajar IPA meningkat menjadi 85,45% dan sudah mencapai kategori tinggi sesuai dengan indikator keberhasilan yang ditetapkan. Ketuntasan klasikal hasil belajar IPA pada siklus II adalah 86,36% dan sudah mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan minimal 80% Berdasarkan simpulan yang dipaparkan sebelumnya, dapat disarankan kepada: Guru diharapkan agar dapat mengimplementasikan pendekatan Kontekstual untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPA dengan materi Mengenal Bagian Tubuh Tumbuhan di kelas IV SD Negeri 3 Abiantuwung Kediri Tabanan. Kepala sekolah diharapkan agar hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan dalam upaya menentukan kebijakan sekolah serta meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan melalui implementasi pendekatan Kontekstual. Peneliti lain diharapkan agar dapat memanfaatkan hasil penelitian ini sebagai referensi terhadap penelitian yang akan dilakukan, khususnya penelitian yang relevan dengan Pendekatan Kontekstual. DAFTAR RUJUKAN
Astawa, I Nyoman. 2008. Penerapan Model Pembelajaran Inquiry Berbantuan Media Gambar Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Tolak Peluru Gaya O’Brien Dalam Pembelajaran Atletik Pada Siswa Kelas VIIIE SMP Negeri 1 Sukasada Tahun Pelajaran 2007/20008. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Jurusan Pendidikan Jasmani, Kesehatan dan Rekreasi: Universitas Pendidikan Ganesha.
Agung, A. A. Gede. 1997. Pengantar Evaluasi Pengajaran. Singaraja: STKIP Singaraja.
Kunandar. 2007. Implementasi KTSP dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Arikunto, Suharsimi. 1993. Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi. Jakarta: PT. Rineka Cipta -------. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara Asri
Purnami, Ni Wayan. 2005. Penerapan Pendekatan Kontekstual Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Bilangan Pecah Siswa Kelas III SD No. 2 Paket Agung. Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan Pendidikan Matematika: IKIP Negeri Singaraja.
Depdikbud. 1993. Kurikulum Pendidikan Dasar (Landasan, Program dan Pengembangan). Jakarta: Depdikbud. Depdiknas. 2002. Pedoman studi IKIP Negeri Singaraja Fakultas MIPA. Singaraja: Depdiknas. Dimyati dan Moedjiono. 1994 . Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. -------. 2004. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Mariada, I Ketut. 2005. Penggunaan Media Manipulatif Dalam Pembelajaran Matematika Berwawasan Lingkungan Untuk Meningkatkan Pemahaman Konseptual dan Prosedural Siswa Kelas III SD No 5 Penarukan. Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan Pendidikan Matematika: IKIP Negeri Singaraja. Nurhadi
dan Senduk, A,G. 2004. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK. Malang: Universitas Negeri Malang.
E-jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 2 No: 1 Tahun 2014 Nurkancana dan Sunartana.1992.Evaluasi Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional.
Menyenangkan”.Tersedia Pada http://s1pgsd.blogspot.com/20 10/05/08
Oemar Hamalik. 2006. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta: Bumi Aksara.
Sudiana, I Ketut.2004. Pembelajaran Matematika Sekolah Dasar Tahap Awal. Departemen Pendidikan Nasional.
Oka,
I Made. 2003. Penggunaan Metode Demonstrasi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Siswa Kelas III Semester I Di Sekolah Dasar Negeri Subuk Kecamatan Busungbiu Kabupaten Buleleng Tahun Ajaran 2003/2004. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Jurusan Pendidikan Dasar: IKIP Negeri Singaraja.
Sudjana, Nana. 2006. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Riyanto, Yatim. 2009. Paradigma Baru Pembelajaran Sebagai Referensi bagi Pendidik dalam Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Sutawidjaja, Akbar, dkk. 1992. Pendidikan Matematika II. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tingi.
Ruseffendi, E.T.1988. Pengantar Kepala Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya Dalam Pengjaran Matematika Untuk Meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito. Rusyan, Tabrani. 1993. Proses Belajar Mengajar yang Efektif Tingkat SD. Bandung: PT Bina Budaya. Sarna, dkk. 2007. Buku Pedoman Pelaksanaan Program Pengalaman Lapangan (PPL). Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja. Sriudin.
2009. ”8 Keterampilan Mengajar Untuk Membuat Pembelajaran Yang Aktif, Kreatif, Efektif, dan
Sudjana, Nana dan Rivai Ahmad. 1989. Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru. Suryabrata,Sumandi. 2002. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Suyanto, dkk. 1997. Pedoman Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), Pengenalan Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: IKIP Yogyakarta. Tastra, I Dewa Kade, 2007. Strategi Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar Sain Melalui Implementasi Model Siklus Belajar pada Siswa Kleas V Sekolah Dasar No. 2 Banjar Tegal. Penelitian PTK, (Tidak Diterbitkan). Wiriaatmadja, Rochiati. 2005. Metode Penelitian Tindakan Kelas Untuk Meningkatkan Kinerja Guru dan Dosen. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
E-jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 2 No: 1 Tahun 2014