Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN EXPLICIT INSTRUCTION BERBANTUAN MEDIA KONKRET UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS VI SDN 17 DANGIN PURI KOTA DENPASAR Pande Wishnu Ardana1, Ni Wyn. Suniasih2, Ni Nym. Ganing3 1,2,3
Jurusan PGSD, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia e-mail :
[email protected],
[email protected],
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar IPA melalui penerapan model pembelajaran Explicit Instruction berbantuan media konkret siswa kelas VI semester II SDN 17 Dangin Puri Kota Denpasar Kecamatan Denpasar Utara tahun ajaran 2013/2014. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri atas empat tahapan yaitu : perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VI SDN 17 Dangin Puri tahun ajaran 2013/2014 yang berjumlah 30 orang siswa. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui metode tes. Data hasil belajar diperoleh dengan metode tes. Selanjutnya data dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif kuantitatif dan kualitatif. Hasil penelitian menunjukan bahwa penerapan model pembelajaran Explicit Instruction berbantuan media konkret pada mata pelajaran IPA dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VI SDN 17 Dangin Puri tahun ajaran 2013/2014. Hal ini terlihat dari rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I sebesar 75,17 dan pada Siklus II rata-rata hasil belajar siswa meningkat menjadi 80,83. Sedangkan persentase ketuntasan belajar pada siklus I yaitu 73,33% yang berada pada kategori “cukup”, mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 86,67% berada pada kategori “tinggi”. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran Explicit Instruction berbantuan media konkret pada mata pelajaran IPA dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VI SDN 17 Dangin Puri tahun ajaran 2013/2014. Kata kunci : Explicit Instruction, Media Konkret, hasil belajar IPA Abstrak This research aims to determine the improvement of learning outcomes through the application of natural science learning model of explicit instruction, aided by the concrete media of the sixth grade student second semester at SDN 17 Dangin Puri Denpasar in academic year 2013/2014. This type of research is classroom action research was conducted in two cycles. Each cycle consists of four phases: planning, implementation, observation, and reflection. the subject of this research is the sixth grade students of SDN 17 Dangin Puri Denpasar who were 30 people. data collection in this research conducted through the test method. Learning outcomes data obtained with the method, further test data were analyzed using descriptive analysis of quantitative and qualitative. The result showed that the application of learning model of explicit instruction aided by concrete media on the subject of natural science is able to improve learning outcomes of the sixth grade student of SDN 17 Dangin Puri Denpasar in academic year 2013/2014. it's seen from the average student learning outcomes in the first cycle of 75,17 and in the second cycle of the average student learning outcomes increased to 80,83. percentage
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) while mastery learning on the first cycle is 73,33% which is in the category is quite. it's increased to 86,67% in the second cycle at the high category. Thus, it can be concluded of this research is the application of learning model of explicit instruction aided by concrete media on the subject of natural science is able to improve learning outcomes of the sixth grade student of SDN 17 Dangin Puri Denpasar in academic year 2013/2014. Keywords : explicit instruction, concrete media, natural science learning outcomes
PENDAHULUAN Pendidikan yang berkualitas dapat menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas dan produktif. Hal tersebut mendorong suatu negara menjadi negara yang maju dan pesat dalam perkembangan ilmu dan teknologi. Untuk membentuk manusia yang sesuai dengan tujuan pembangunan nasional, pada hakekatnya bertujuan meningkatkan kualitas manusia dan seluruh masyarakat Indonesia yang maju, modern berdasarkan Pancasila, maka dibutuhkan tenaga pendidik yang berkualitas. Guru merupakan salah satu komponen yang sangat berperan dalam terselenggaranya proses pendidikan. Keberadaan guru merupakan pelaku utama sebagai fasilitator penyelenggaraan proses belajar siswa. Guru memiliki peran yang penting, merupakan posisi strategis, dan bertanggung-jawab dalam pendidikan nasional. Guru memiliki tugas sebagai pendidik, pengajar dan pelatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup. Sedangkan mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu, pengetahuan dan teknologi. Melatih berarti mengembangkan keterampilanketerampilan pada siswa. Guru yang profesional akan memperbaiki pembelajaran yang masih kurang efektif dan mampu mengelola proses belajar mengajar untuk memberikan rangsangan kepada siswa sebab, siswa merupakan subjek utama dalam proses pembelajaran dan ikut serta berperan dalam menentukan berhasil tidaknya proses pembelajaran yang diterapkan. Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan adalah masalah lemahnya proses pembelajaran. Ketika proses pembelajaran berlangsung siswa kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan perpikir. Guru hanya menyampaikan sejumlah konsep atau
informasi kepada siswa yang harus dihafalkan, sehingga proses pembelajaran tidak dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan sistematis (Sanjaya, 2011:1). Mulyasa (2002:32) menyatakan bahwa, Pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas apabila seluruhnya atau setidak tidaknya sebagian peserta didik terlibat secara aktif, baik fisik, mental, maupun sosial dalam proses pembelajaran, di samping menunjukkan kegairahan belajar yang tinggi, semangat belajar yang besar, dan rasa percaya diri sendiri. Langkah awal yang dapat dilakukan guru untuk mempersiapkan siswa secara mendasar dalam jenjang pendidikan Sekolah Dasar yaitu dengan menciptakan kegiatan pembelajaran yang membuat siswa-siswi di Sekolah Dasar memaknai bahwa belajar itu merupakan usaha yang sadar dilakukan dan menjadi kebutuhan primer bagi setiap individu siswa. Apabila siswa sudah menyadari hal tersebut maka mengarahkan dan membimbing siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran di sekolah akan menjadi lebih mudah. Menurut Joyce (dalam Trianto, 2007:5) Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya bukubuku, film, computer, kurikulum sedangkan Arends (2001: 24) berpendapat, bahwa tidak ada satu model pembelajaran yang paling baik diantara yang lainnya, karena masing-masing model pembelajaran dapat dirasakan baik, apabila telah diujicobakan untuk mengajar materi pelajaran tertentu. Berdasarkan pengalaman dan pengamatan peneliti mengajar di SDN 17 Dangin Puri, Denpasar Utara tahun ajaran
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
2014/2015, selama ini hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPA masih tergolong rendah dengan angka rata-rata 62,67 sedangkan kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan adalah 70. Hal ini terlihat dari nilai ulangan yang diperoleh siswa, baik ulangan harian maupun ulangan umum masih banyak siswa yangmemperoleh nilai di bawah kriteria ketuntasan minimal (KKM). Berdasarkan analisis data awal hasil belajar dari 30 orang siswa, 19 oarang siswa mendapat nilai di bawah kriteria ketuntasan minimal dan 11 orang siswa mendapat nilai diatas kriteria ketuntasan minimal. Ini berarti ketuntasan belajar siswa belum mencapai kriteria yang telah ditetapkan yaitu sebesar 70%. Karena itu hasil belajar siswa masih tergolong rendah. Untuk itu peneliti memberikan alternatif pemecahan masalah tersebut dengan menerapkan model pembelajaran Explicit Instruction Berbantuan Media Konkret dalam pembelajaran IPA siswa kelas VI SDN 17 Dangin Puri, Denpasar Utara Tahun Ajaran 2014/2015. Model Explicit Instruction didefinisikan salah satu pendekatan mengajar yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural yang terstruktur dengan baik yang dapat diajar dengan pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi selangkah (Arends, 2001:264). Model pembelajaran Explicit Instruction yang dilengkapi dengan media konkret, yang ada disekitar kehidupan anak akan dapat membantu siswa dalam membangun pengetahuannya sendiri terutama dalam pembelajaran IPA. IPA merupakan ilmu yang mempelajari tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam dan hasil kegiatan manusia berupa pengetahuan, gagasan dan konsep antara yang terorganisasi dengan alam sekitar, yang diperoleh dari pengalaman serangkaian proses ilmiah. Untuk menumbuhkan dan mengembangkan, keterampilan, sikap dan nilai ilmiah siswa serta merasa mencintai dan menghargai kebesaran Tuhan Yang Maha Esa (Depdiknas,2006:52). Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini dilaksanakan melalui
penerapkan model pembelajaran Explicit Instruction berbantuan media konkret untuk meningkatan hasil belajar IPA siswa kelas VI SD N 17 Dangin Puri, Denpasar Utara, Tahun Ajaran 2014/2015 Model Explicit Instruction adalah salah satu pendekatan mengajar yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural yang terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi selangkah. (Trianto,2011:41) Tahapan atau sintaks model explicit instruction menurut Bruce dan Weil (dalam Sudrajat, 2011:3), sebagai berikut: (1) Orientasi, (2) Persentasi, (3) Latihan terstruktur, (4) Latihan terbimbing, (5) Latihan mandiri. Menurut Sudrajat (Trianto, 2011:6) model explicit instruction memiliki 7 kelebihan sebagai berikut. (1) Dengan model pembelajaran langsung, guru mengendalikan isi materi dan urutan informasi yang diterima oleh siswa sehingga dapat mempertahankan fokus mengenai apa yang harus dicapai oleh siswa. (2) Dapat diterapkan secara efektif dalam kelas yang besar maupun kecil. (3) Dapat digunakan untuk menekankan poinpoin penting atau kesulitan. (4) kesulitan yang mungkin dihadapi siswa sehingga halhal tersebut dapat diungkapkan. (5) Dapat menjadi cara yang efektif untuk mengajarkan informasi dan pengetahuan faktual yang sangat terstruktur. (6) Merupakan cara yang paling efektif untuk mengajarkan konsep dan keterampilan keterampilan yang eksplisit kepada siswa yang berprestasi rendah. (7) Dapat menjadi cara untuk menyampaikan informasi yang banyak dalam waktu yang relatif singkat yang dapat diakses secara setara oleh seluruh siswa. (8) Memungkinkan guru untuk menyampaikan ketertarikan pribadi mengenai mata pelajaran (melalui presentasi yang antusias) yang dapat merangsang ketertarikan dan dan antusiasme siswa. Menurut Kurniawan (2011:135) Media konkret atau media nyata merupakan media berupa objek sebenarnya dari materi yang dipelajari. Contoh implementasi menggunakan media konkret ketika
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
menjelaskan materi tentang ciri-ciri anatomi cecak. Bukan gambar burung yang ditonton oleh siswa, tetapi cecak asli yang harus dibawa oleh guru untuk membantu menjelaskan mengenai ciri-ciri anatomi cecak. Adapun manfaat dari media kongkret. Dengan menggunakan benda kongkret akan meningkatkan pengalaman belajar siswa agar menjasi lebih kongkret. Dengan demikian, dapat diharapkan hasil pengalaman belajar dapat lebih berarti bagi siswa (Aqib, 2002:58) METODE Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Classroom action research). Penelitian Tindakan Kelas yaitu merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersamaan (Arikunto,dkk. 2006:3). Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat (Wardhani, 2007:1.4). Desain atau model penelitian yang digunakan dalam PTK ini adalah PTK model Kurt Lewin. Model yang dikembangkan oleh Arikunto didasarkan atas konsep pokok bahwa penelitian tindakan terdiri dari empat komponen pokok yaitu perencanaan, pelaksanaa, evaluasi dan refleksi. Pada tahap perencanaan dilakukan analisis kurikulum, sosialisasi tentang model pembelajaran Explicit Instruction berbantu media konkret, penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan penyusunan teknik penilaian. Pada tahap pelaksanaan kegiatan yang dilakukan yaitu menerapkan model pembelajaran explicit instruction berbantu media konkret pada mata pelajaran IPA yang telah direncakanan dalam RPP yang dilakukan secara bersiklus. Secara garis besarnya, tahapan penerapan model pembelajaran explicit instruction dilaksanakan dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1) menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa. Pada tahap ini guru berperan menjelaskan TPK, informasi latar belakang
pelajaran, pentingnya pelajaran yang akan dipelajari dan mempersiapkan siswa untuk belajar, 2) mendemostrasikan pengetahuan dan keterampilan. Pada tahap ini guru berperan mendemonstrasikan keterampilan dengan benar atau menyajikan informasi tahap demi tahap, 3) membimbing pelatihan. Pada tahap ini guru berperan merencakanan dan memberikan bimbingan pelatihan tahap awal, 4) mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik. Pada tahap ini guru berperan mengecek keberhasilan siswa dalam mengerjakan tugas dengan baik serta memberikan umpan balik positif, 5) memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan. Pada tahap ini guru berperan mempersiapkan kesempatan melakukan pelatihan lanjutan, dengan perhatian khusus pada penerapan kepada situasi lebih kompleks dalam kehidupan seharihari. Pada tahap observasi/evaluasi dilaksanakan observasi terhadap pembelajaran serta evaluasi terhadap hasil belajar siswa pada setiap pertemuan dan akhir pembelajaran dengan memberikan tes berupa lembar evaluasi hasil belajar kepada siswa dalam memahami materi pembelajaran. Pada tahap refleksi dilakukan perenungan terhadap kegiatan pembelajaran yang dilakukan untuk melihat, mengkaji dan mempertimbangkan dampak tindakan yang diberikan. Berdasarkan hasil refleksi ini, peneliti bersama guru mitra dapat melakukan perbaikan kekurangankekurangan dalam proses pembelajaran. kegiatan yang dilakukan pada rancangan refleksi ini adalah peneliti mengkaji dan merenungkan hasil penilaian terhadap pelaksanakan tindakan tersebut dengan maksud jika terjadi hambatan, akan dicari pemecahan masalahnya untuk direncakan tindakan pada siklus berikutnya. Dalam penelitian ini, pelaksanaan tindakan dengan menerapkan model pembelajaran explicit instruction berbantu media konkret. Subyeknya adalah siswa kelas VI SD Negeri 17 Dangin Puri Tahun Ajaran 2013/2014, yang berjumlah 30 orang siswa yang terdiri dari orang siswa 15 lakilaki dan 15 orang siswa perempuan. Rancangan penelitian ini dilaksanakan secara bersiklus, masing-masing siklus
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
terdiri atas empat tahap yaitu 1) perencanaan, 2) pelaksanaan tindakan, 3) observasi/evaluasi, dan 4) refleksi. Dalam penelitian ini data penelitian dikumpulkan dengan menggunakan teknik tes, yaitu dengan memberikan soal evaluasi untuk mengetahui pemahaman siswa dan peningkatan hasil belajar siswa setelah kegiatan pembelajaran. Tes ini digunakan untuk mengukur hasil belajar tertentu pada sejumlah siswa peserta tes.Pada tes berisi serangkaian pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk mengukur keterampilan pengetahuan, intelegensi, kemampuan yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Tes yang digunakan berbentuk objektif. Instrument yang digunakan berupa soal-soal tes mata pelajaran IPA, setelah penerapan pembelajaran Explicit Instruction. Tes yang diberikan berupa butir tes objektif sebanyak 20 soal dengan memperhatikan tingkat kesulitan pada setiap butir soal. Agar butir-butir tes dapat mengukur tujuan pembelajaran yang diharapkan maka perlu dibuatkan kisi-kisi tes hasil belajar IPA. Tes objektif adalah tes yang ada satu jawaban yang paling benar (Agung, 2010:17). Tes objektif yang digunakan adalah tes pilihan ganda biasa. Tes pilihan ganda biasa adalah tes yang memuat serangkaian informasi yang belum lengkap, dan untuk melengkapinya adalah dengan jalan memilih dari berbagai alternatif pilihan yang sudah disediakan (Hamzah & Satria Koni.2012:113). Soal pada tes objektif tidak memberikan peluang untuk memberikan penilaian yang bergradasi karena dia hanya mengenal benar dan salah. Apabila jawaban siswa sesuai dengan jawaban yang dikehendaki maka jawaban siswa tersebut benar dan biasa diberi skor 1 dan apabila kondisi yang terjadi sebaliknya, maka jawaban siswa diberi skor 0. Jawaban siswa bersifat mengarah kepada satu jawaban yang benar. Pada kegiatan pembelajaran, tes disiapkan oleh guru dan diberikan kepada siswa sebagai peserta tes untuk mengetahui kemampuan siswa terhadap suatu pemahaman tertentu. Data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis dengan metode analisis diskriptif kuantitatif. Menurut Agung (2010:67) metode analisis deskriftif
kuantitatif adalah suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menyusun secara sistematis dalam bentuk angka-angka atau persentase mengenai keadaan suatu objek yang diteliti sehingga diperoleh kesimpulan umum. Untuk melihat peningkatan hasil belajar setiap siklus dengan membandingkan jumlah siswa tuntas (n) dengan jumlah siswa (N) kemudian dikalikan 100%. Persentase ketuntasan klasikal menggunakan pedoman kriteria ketuntasan hasil belajar yang tercantum pada buku A.A Gede Agung. 2005:97 yaitu : 1) persentase 90% - 100% berada pada kriteria sangat tinggi, 2) persentase 80% 89% berada pada kriteria tinggi, 3) persentase 65% - 79% berada pada kriteria cukup, 4) persentase 55% - 64% berada pada kriteria rendah, dan 5) persentase 0% - 54% berada pada kriteria sangat rendah. HASIL DAN PEMBAHASAN Selama pengamatan peneliti sebelum penelitian ini dilaksanakan mata pelajaran IPA Siswa Kelas VI di SD N 17 Dangin Puri masih tergolong rendah dengan angka rata-rata 60,3. Sedangkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan adalah 70. Hal ini dapat terlihat dari nilai ulangan yang diperoleh siswa, baik ulangan harian maupuan ulangan umum masih banyak siswa yang memperoleh nilai dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Berdasarkan analisis data awal hasil belajar dari 30 siswa terdapat 19 siswa yang memperoleh nilai di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dan 11 siswa dapat memenuhi dan melampaui KKM. Ini berarti siswa hanya mampu mencapai Ketuntasan Belajar (KB) sebesar 36,67%. Hal ini berarti Ketuntasan Belajar (KB) siswa yang belum mencapai kriteria yang telah ditetapkan sebesar 63,33%. Karena itu hasil belajar siswa masih tergolong rendah. Mengacu pada hal tersebut perbaikan pembelajaran perlu diupayakan secara klasikal, agar tercapai ketuntasan belajar yang maksimal melalui siklus perbaikan. Data ini selanjutnya menjadi bahan refleksi awal untuk memperbaiki proses pembelajaran melalui PTK secara bersiklus yang terdiri dari
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
Perencanaan, Pelaksanaan, Observasi dan Refleksi. Berdasarkan hasil penelitian dalam penerapan model pembelajaran explicit instruction berbantu media konkret pada mata pelajaran IPA siswa kelas VI SD N 17 Dangin Puri, pelaksaan penelitian dilakukan selama dua siklus atau dua kali tindakan telah berlangsung dengan baik sesuai dengan yang telah direncakana sebelumnya. Data hasil belajar siswa sudah menunjukkan adanya peningkatan, terlihat dari hasil tes yang dilakukan pada akhir siklus sudah menunjukkan adanya peningkatan, terlihat dari rata-rata hasil belajar pada siklus I diperoleh rata-rata hasil belajar siswa mencapai 75,17 termasuk dalam kriteria ketuntasan belajar cukup karena belum mencapai 100% dilihat dari data hasil belajar siswa, masih terdapat 8 orang siswa yang belum mencapai ketuntasan maksimal atau berada diatas nilai KKM yang ditetapkan. Persentase ketuntasan belajar klasikal adalah 73,33%, namun hal ini belum mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan dalam penelitian ini. Maka untuk meningkatkannya perlu diadakan refleksi dalam menentukan perbaikan pembelajaran pada siklus 2. Pelaksanaan tindakan pada siklus II didasarkan atas hasil refleksi pada siklus I. Untuk mengatasi kekurangan-kekurangan yang ditemukan pada siklus I, peneliti bersama teman sejawat guru mendiskusikan perbaikan tindakan untuk selanjutnya diterapkan pada siklus II. Pelaksanaan tindakan pada siklus II tetap melalui tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Berdasarkan hasil refleksi siklus I, maka dalam perencanaan siklus II ini dilakukan beberapa persiapan sebagai berikut: 1) Perencanaan pada siklus II dirancang dua kali pertemuan, Standar Kompetensi (SK) yang akan dicapai tentang memahami hubungan antara ciri-ciri makhluk hidup dengan lingkungan tempat hidupnya. Kompetensi Dasar (KD) yang akan dicapai tentang mendeskripsikan hubungan antara ciri-ciri khusus yang dimiliki hewan (cicak, kelelawar, bebek) dengan lingkungan hidupnya. Pada tindakan siklus II yaitu menerapkan kembali
model pembelajaran explicit instruction berbantu media konkret secara lebih optimal pada mata pelajaran IPA. Rancangan yang direncanakan pada siklus II yaitu: 1) menyiapkan RPP sesuai dengan sintaks model pembelajaran explicit instruction berbantu media konkret dengan membandingkan dengan RPP pada siklus I untuk dapat mengetahui kelemahan yang muncul pada siklus I, 2) menyiapkan media kongkret sesuai dengan materi pokok yang akan diajarkann, 3) menyiapkan instrument penilaian berupa LKS siklus 2 setiap dua kali pertemuan dan soal pada akhir pelaksanaan siklus II. Proses pembelajaran dilakukan sesuai dengan langkah-langkah yang dimuat dalam RPP yang telah dirancang peneliti. Dari pelaksanaan perbaikan pembelajaran pada siklus II, maka dilakukan analisis data mengenai hasil belajar siswa pada siklus II dapat diperoleh hasil belajar sudah menunjukkan adanya peningkatan, terlihat dari rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I yaitu 75,17 dan persentase ketuntasan belajar siswa secara klasikal yaitu 73,33% berada dalam kriteria cukup. Namun setelah dilaksanakan perbaikan pada siklus II diperoleh rata-rata hasil belajar siswa mencapai 80,83 dan persentase ketuntasan belajar siswa secara klasikal yaitu 86,67% berada dalam kriteria tinggi. Hal ini berarti sudah mencapai indikator keberhasilan 85% yang ditetapkan dalam penelitian ini, yaitu dari 19 orang siswa pada tahap pra siklus yang tidak dapat memenuhi KKM, sudah 15 orang siswa yang dapat melampaui KKM yang ditetapkan. Penelitian ini dilaksanakan selama 4 minggu, mulai dari tanggal 8 April 2014 sampai tanggal 24 April 2014. Pelaksanaan pembelajaran dikelas berlangsung sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang menerapkan model pembelajaran explicit instruction berbantu media konkret. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus, pelaksanaan tindakan pada setiap siklus dilaksanakan dalam 3 kali pertemuan terdiri atas 2 kali pertemuan untuk pelaksanaan kegiatan pembelajaran dan 1 kali pertemuan untuk evaluasi pada akhir siklus. Setiap siklus menghasilkan data tentang hasil belajar IPA siswa kelas VI
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
setelah penerapan model pembelajaran Explicit Instruction berbantuan media konkret. Data penelitian telah dikumpulkan kemudian dilakukan analisis data. Pada tahap perencanaan dilakukan persiapan sebagai berikut: 1) menganalisis kurikulum serta silabus mengenai Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) yang hendak dicapai. Kemudian hasil analisis tersebut disusun dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan menerapkan model pembelajaran Explicit Instruction berbantuan media konkret; 2) menyiapkan kisi-kisi soal, Lembar Kerja Siswa (LKS), serta sumber belajara dan media konkret yang sesuai dengan kebutuhan kegiatan belajar siswa; 3) merencanakan kegiatan pengelolaan kelas dengan memperhatikan karakteristik siswa; 4) melalukan diskusi dengan teman sejawat tentang penyusunan jadwal pelaksanaan kegiatan penelitian sesuai dengan jadwal pelajaran IPA di kelas VI SDN 17 Dangin Puri Tahun Ajaran 2013/2014. Pada tahap pelaksanaan proses pembelajaran yang dilakukan yaitu : 1) pelaksanaan pembelajaran yang diawali dengan guru memberikan salam pembukaan dan menanyakan kehadiran siswa; 2) guru melakukan kegiatan apersepsi untuk menstimulus pengetahuan awal siswa dan mengaitkan dengan materi pembelajaran yang akan dibelajarkan kepada siswa; 3) guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, memeriksa kesiapan siswa dalam pelaksanaan kegiatan pembelajara dan mensosialisasikan media-media kongkret yang berkaitan dengan materi pembelajaran; 4) guru mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan kepada siswa untuk menyampaikan informasiinformasi terkait dengan materi pembelajaran secara tahap demi tahap; 4) guru dan siswa melakukan kegiatan Tanya jawab tentang sub pokok bahasan yang didemostrasikan oleh guru pada tahap sebelumnya; 5) guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari 4-5 anggota. Dalam kelompoknya siswa diberi lembar kerja untuk menyelesaikan masalah-masalah yang digali sebelumnya dari siswa dan mendiskusikannya dengan anggota
kelompoknya; 6) guru membimbing pelatihan dan diskusi untuk menfasilitasi kegiatan belajar siswa; 7) siswa dalam kelompoknya diarahkan untuk melakukan interaksi dan sharing antar anggota kelompok dengan memanfaatkan media kongkret yang telah disediakan untuk memperoleh jawaban secara jelas dan nyata dan menuangkan hasil diskusi kelompoknya pada LKS yang telah dibagikan kepada setiap kelompok; 8) guru dan siswa membahas hasil jawaban yang dirumuskan pada setiap kelompok dan guru mengklarifikasi apabila terjadi penyimpangan pada pemahaman siswa agar tidak berdampak negative pada kemampuan siswa; 9) Guru mempersiapkan kesempatan melakukan pelatihan lanjutan, dengan perhatian khusus pada penerapan kepada situasi lebih kompleks dan kehidupan sehari-hari; 10) pada akhir pembelajaran, siswa dalam bimbingan guru menyimpulkan materi pembelajaran yang telah dipelajari dan merefleksi manfaat apa yang mereka peroleh setelah memahami materi tersebut; 11) guru memberikan tugas renungan (berupa PR) untuk didiskusikan bersama orangtua atau kerabat terdekat. Kegiatan observasi dan evaluasi dilaksanakan saat proses pembelajaran berlangsung yaitu dengan mencatat kekurangan dan kelebihan yang dialami selama proses pembelajaran. kegiatan evaluasi dilaksanakan untuk mengetahui tingkat penguasaan materi ajar setelah penerapan dengan menerapkan model pembelajaran explicit instruction berbantuan media konkret dan menganalisis hasil belajar secara individu pada setiap akhir pertemuan. Hasil belajar IPA pada siklus I dengan rata-rata (x) yaitu 75,17 masih berada dalam kriteria cukup (x) > 70, persentasi daya serap (D) yaitu 75,17% DS > 70%, ketuntasan belajar (KB) yaitu 73,33% belum memenuhi kriteria yang ditetapkan yaitu KB > 80%. Berdasarkan data tersebut, maka penelitian ini dilanjutkan karena rata-rata dan daya serap baru mencapai kriteria cukup dan ketuntasan belajar (KB) belum mencapai 85%.
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
Hasil belajar IPA pada siklus II dengan rata-rata (x) yaitu 80,83 berada dalam kriteria tinggi karena (x) > 70, persentasi daya serap (D) yaitu 80,83% berada dalam kriteria tinggi karena DS > 70%, ketuntasan belajar (KB) yaitu 86,67% Hal ini berarti sudah mencapai indikator keberhasilan 85% yang ditetapkan dalam penelitian ini, yaitu KB > 85%. Berdasarkan data tersebut, maka penelitian pada siklus II sudah memenuhi kriteria keberhasilan penelitian dari hasil belajar IPA kelas VI di SDN 17 Dangin Puri Tahun Ajaran 2013/2014. Pembelajaran IPA dapat memberikan beberapa manfaat bagi siswa di SD. Menurut Darmodjo dan Kaligis (1993:6) melalui pembelajaran IPA diharapkan siswa akan dapat (1) memahami alam sekitar yang meliputi benda-benda alam dan buatan manusia serta konsep-konsep IPA yang terkandung di dalamnya, (2) memiliki keterampilan untuk mendapatkan ilmu khususnya IPA berupa keterampilan proses atau metode ilmiah yang sederhana, (3) memiliki sikap ilmiah di dalam mengenal alam sekitarnya dan memecahkan masalah yang dihadapinya, dan (4) memiliki bekal pengetahuan dasar yang diperlukan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Pembelajaran IPA di SD hendaknya membuka kesempatan untuk memupuk rasa ingin tahu anak didik secara ilamiah. Hal ini akan membantu mereka mengembangkan kemampuan bertanya dan mencari jawaban atas berdasarkan bukti serta mengembangkan cara berfikir ilmiah (Samatowa, 2010:2). Sehingga penerapan model pembelajaran explicit instruction berbantuan media konkret diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Ini terbukti dari hasil penelitian ini, pada siklus I rata-rata hasil belajar siswa 75,17, daya serap 75,17%, persentase ketuntasan belajar siswa 73,33%. Kemudian mengalami peningkatan pada siklus II yaitu rata-rata hasil belajar siswa 80,83, daya serap 80,83%, persentase ketuntasan belajar 86,67%.
SIMPULAN DAN SARAN Dari hasil penelitian dan analisis data pembahasan maka simpulan yang dapat ditarik dari penelitian tindakan kelas ini yaitu, bahwa penerapan model pembelajaran Explicit Instruction berbantuan media konkret dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas VI SDN 17 Dangin Puri, Denpasar Utara tahun ajaran 2013/2014. Hal ini dapat dilihat dari persentase hasil belajar siswa pada siklus I sebesar 75,17% yang berada pada kriteria cukup baik mengalami peningkatan sebesar 5,66% pada siklus II menjadi 80,83% yang berada pada kriteria baik. Selain itu ketuntasan belajar siswa pada siklus I sebesar 73,33% mengalami peningkatan sebesar 13,34% menjadi 86,67% pada siklus II. Model pembelajaran Explicit Instruction adalah model pembelajaran yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural untuk menanamkan konsep yang utuh kepada siswa dengan pola yang bertahap, selangkah demi selangkah. Siswa akan lebih aktif, kreatif dalam memecahkan suatu masalah baik individu maupun kelompok.. Sumber belajar yang disiapkan oleh peneliti sangatlah berperan penting untuk keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran. Dengan hal tersebut, terjadilah peningkatan hasil belajar IPA siswa kelas VI semester 2 SDN 17 Dangin Puri tahun ajaran 2013/2014. Saran yang dapat disampaikan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. (1) siswa diharapkan secara sungguhsungguh berpartisipasi aktif dalam melakukan diskusi kelompok maupun menjawab soal di meja turnamen, sehingga pengetahuan yang diperoleh benar-benar dipahami dan melekat dalam ingatannya sehingga dapat membantu siswa meningkatkan hasil belajar, (2) Penelitian selanjutnya diperlukan adanya inovasi yang dapat menyelesaikan masalah-masalah pembelajaran yang ditemukan di kelas. Guru dalam melaksanakan pembelajaran di kelas, paling tidak untuk tukar pengalaman dan pengetahuan sebagau tugas profesonalisme dalam meningkatkan kualitas pendidikan pada umumnya, (3)
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
Sekolah diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran di sekolah tersebut khususnya pada mata pelajaran IPA untuk meningkatkan kualitas pembelajaran IPA itu sendiri.
DAFTAR RUJUKAN Agung,
A.A. Gede. 2010. Metodelogi Penelitian Pendidikan. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha
Aqib, Zainal. 2002. Profesionalisme Guru dalam Pembelajaran. Surabaya: Insan Cendikia Arends, Richarld. 2001. Classroom Instructional Management. Jakarta: Kencana Arikunto,Suharmini,dkk. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara Darmodjo, Hendro dan Jenny R.E. Kaligis. 1993. Pendidikan IPA 2. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan Depdiknas. 2006. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Dimyati, dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta Hamzah dan Satria Koni. 2012. Assessment Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara Kardi dan Nur. 2008. Model Pembelajaran Kooperatif. Jakarta: Depdiknas Dirjen Dikti
Kemmis & Taggart. 1988. Penelitian Tindakan (Action Research). Deakin University Kurniawan, Deni. 2011. Pembelajaran Terpadu Teori, Praktik dan Penelitian. Bandung: Pustaka Cendikia Utama Mulyasa E. 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi; Konsep, Karakteristik dan Implementasi. Bandung: Remaja Rosdakarya Sanjaya. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Sanjaya. 2011. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana Samatowa, Usman. 2011. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Jakarta : PT. Indeks Permata Puri Media Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi. Jakarta : Rineka Cipta Sudjana, Nana. 2010. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT Remaja Rosdakarya Sudrajat. 2011. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Pusat Sains dan Matematika UNESA Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta : Kencana Prenada Media Group Suwandi. 2010. Model Assesmen dalam Pembelajaran. Surakerta : Yuma Pustaka Thobroni, Mustofa Arif. 2010. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara Trianto. 2007. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Prograsif.Ed ke-4. Jakarta: Prestasi Pustaka
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
Trianto. 2011. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka Wardani, IGAK,dkk. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka