e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF DITINJAU DARI JENIS KELAMIN PADA SISWA KELAS V Ni Made Novia Pramawati1, Nyoman Dantes2, Desak Putu parmiti3 1,Jurusan
PGSD, 2Jurusan BK, 3Jurusan TP FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
e-mail:
[email protected] ,
[email protected] ,
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan (1) mengetahui perbedaan keterampilan berpikir kreatif antara kelompok siswa yang belajar dengan model Think Pair Share (TPS) dan model pembelajaran konvensional, (2) mengetahui perbedaan keterampilan berpikir kreatif antara kelompok siswa laki-laki dan kelompok siswa perempuan, (3) mengetahui pengaruh interaksi antara model pembelajaran dan jenis kelamin terhadap keterampilan berpikir kreatif. Penelitian ini tergolong quasi experiment dengan rancangan posttest-only control group design.Populasi penelitian adalah siswa kelas V SD Gugus III Tambora Kecamatan Melaya Kabupaten Jembrana tahun pelajaran 2015/2016 yang berjumlah 104 orang. Sampel penelitian ini dipilih dengan teknik random sampling. Instrumen penelitian adalah tes keterampilan berpikir kreatif. Data dianalisis menggunakan statistik deskriptif, dan ANAVA AB. Hasil penelitian menunjukkan (1) terdapat perbedaan yang signifikan keterampilan berpikir kreatif antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model Think Pair Share (TPS) dan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional (F hitung = 31,662 dengan sig = 0,001). (2) terdapat perbedaan yang signifikan keterampilan berpikir kreatif antara kelompok siswa laki-laki dan kelompok siswa perempuan (Fhitung = 4,751 dengan sig = 0,033). (3) terdapat interaksi yang signifikan antara model pembelajaran dan jenis kelamin terhadap keterampilan berpikir kreatif (Fhitung = 4,751 dengan sig = 0,033). Kata kunci: Model TPS, gender, berpikir kreatif. Abstract This study aims to (1) to know the difference of creative thinking skills among the group of students who studied with Think Pair Share (TPS) model and those who learn by conventional learning models, (2) to know the difference of creative thinking skills among groups of male students and female students, (3) to know the effect of interaction between learning model and gender toward the creative thinking skills. This study is classified into quasi-experimental design with posttest-only control group design. Population of this study was the fifth grade of elementary students Gugus III Tambora Melaya at Jembrana regency in the academic year 2015/2016 which amounted to 104 students. The research sample was chosen by random sampling technique. The research instrument used creative thinking skills test. The data were analyzed using descriptive statistics and ANOVA AB. The results of this study showed (1) there were significant differences of creative thinking skills between the groups of students who taught by Think Pair Share (TPS) model and those who taught by conventional learning models (Fcount = 31.662 with sig = 0.001). (2) there were significant differences of creative thinking skills between groups of male students and female students (F count = 4.751 with sig = 0,033). (3) there were significant interaction between the learning model and gender toward the creative thinking skills (Fcount = 4.751 with sig = 0,033). Keywords: TPS Model, Gender, Creative Thinking.
1
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
PENDAHULUAN Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas agar mampu berkompetisi dalam perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK). Sehubungan dengan hal tersebut pemerintah Indonesia telah menempuh berbagai upaya untuk memperbaiki sistem pendidikan nasional, yakni melakukan penyempurnaan kurikulum, mengadakan berbagai pelatihan terhadap kualitas guru, pengadaan perbaikan sarana dan prasarana pendidikan. Kualitas sumber daya manusia menyangkut kemampuan manusia baik secara individual maupun secara kolektif untuk dapat bertahan hidup ditengah tuntutan kebutuhan dan arus globalisasi. Potensi yang dimiliki oleh siswa dapat terwujud jika proses pendidikan mampu mendidik siswa dengan baik, memiliki keterampilan berpikir tingkat tinggi dan karakter yang kuat. Keterampilan berpikir tingkat tinggi meliputi keterampilan berpikir kritis dan keterampilan berpikir kreatif, pemecahan masalah dan pengambilan keputusan. Keterampilan berpikir kreatif adalah dasar dari keterampilan berpikir kritis, pemecahan masalah dan pengambilan keputusan. Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mengalami sesuatu yang tidak sesuai dengan rencana atau keinginan, atau sering disebut dengan masalah. Ada masalah yang muncul berulang kali dan ada juga masalah yang belum pernah muncul sebelumnya sehingga diperlukan cara yang efektif dan efisien untuk memecahkan masalah-masalah tersebut. Untuk memperoleh cara yang efektif dan efisien inilah, maka dibutuhkan keterampilan berpikir kreatif dalam memecahkan masalah. Keterampilan berpikir kreatif sangat penting diajarkan kepada seseorang karena keterampilan berpikir kreatif merupakan dasar yang memungkinkan seseorang menanggulangi dan meminimalisir permasalahan dimasa mendatang. Keterampilan berpikir kreatif dapat membantu seseorang untuk menghadapi berbagai tantangan, mengkontruksi argumen, memecahkan
masalah dan mengambil keputusan dengan tepat. Keterampilan berpikir kreatif bukan merupakan karakteristik yang mutlak dibawa sejak lahir, melainkan dapat dilatihkan dan dikembangkan. Pengembangan keterampilan berpikir kreatif dapat dilakukan dengan mengkondisikan pembelajaran sedemikian rupa sehingga seseorang memperoleh pengalaman-pengalaman dalam pengembangan keterampilan berpikir kreatif. “Seseorang yang sering berlatih menggunakan keterampilan berpikir kreatif dicirikan dengan mencetuskan banyak gagasan, jawaban, memberikan banyak cara atau saran untuk melakukan berbagai hal, dapat melihat masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda, mampu mengungkapkan hal yang baru dan unik, dan mampu memperkaya dan mengembangkan suatu gagasan atau produk” (Munandar dalam Susanto, 2013:111). Dengan keterampilan berpikir kreatif seseorang akan mampu melahirkan banyak gagasan dalam penyelesaian suatu masalah yang dapat dipercaya dan masuk akal, serta dapat berpikir secara divergen untuk menyelesaikan masalah yang kompleks dalam kehidupan seharihari. Keterampilan berpikir kreatif sangat penting dilatih dan dikembangkan dalam proses pembelajaran. Berdasarkan hasil observasi awal dapat diketahui kondisi pembelajaran yang ada pada saat ini justru sebaliknya, yaitu pengelolaan pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan berpikir kreatif siswa belum ditangani secara optimal. Proses pendidikan merupakan wahana pertumbuhan potensi yang dimiliki oleh siswa dan guru adalah seseorang yang memfasilitasinya tanpa mencampuri dan mengontrol proses belajar tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa pebelajar secara mandiri merupakan tanggung jawab utama proses pembelajaran terhadap dirinya. Proses pembelajaran di kelas hendaknya tidak terlalu didominasi oleh guru, dimana siswalah yang lebih aktif dalam penentuan tujuan belajar dan sumber belajar. Proses pembelajaran di kelas seharusnya mampu membangun kemauan siswa untuk berperan aktif 2
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
dalam mengikuti pembelajaran. Guru hanya berperan sebagai fasilitator saja sedangkan siswa mempelajari sesuatu dengan mengkontruksi pengetahuannya sendiri. Namun pada kenyataannya, proses pembelajaran yang terjadi saat ini, pada umumnya hanya berorientasi pada hafalan yang bersifat tidak permanen, kurang bermakna, kurang terintegrasi, dan kurang membantu siswa untuk melatih kemampuan berpikir kreatif. Selain itu, proses pembelajaran di kelas lebih didominasi oleh guru (teacher centered), dimana siswa hanya duduk mendengarkan penjelasan dan mencatat materi pelajaran yang disampaikan oleh gurunya sehingga hanya terjadi komunikasi satu arah saja. Proses pembelajaran seperti ini dianggap kurang mampu melatih keterampilan berpikir kreatif siswa di sekolah. Keterampilan berpikir kreatif siswa juga tidak terlepas dari faktor internal siswa salah satunya adalah jenis kelamin. Dalam pemecahan masalah, setiap siswa memiliki proses berpikir yang berbedabeda. Adanya perbedaan jenis kelamin menyebabkan anak laki-laki dan anak perempuan mempunyai pengalaman belajar yang berbeda. “Pada umumnya, perempuan cenderung menggunakan kedua sisi otak mereka secara serentak, sedangkan pria menggunakan satu sisi atau sisi lainnya. Ini berarti bahwa laki-laki cenderung menggunakan keterampilanketerampilan bahasa di otak sebelah kirinya atau keterampilan-keterampilan pemecahan masalah spasial di otak sebelah kanannya. Sedangkan perempuan menggunakan keduanya sekaligus” (Gray dalam Hermaya, 1997:91). Orang dewasa memperlakukan anak laki-laki dan perempuan secara berbeda, bahkan saat anak-anak berperilaku sama. Menurut Santrock (dalam Rachmawati & Anna Kuswani, 2007:263) dalam satu penelitian observasi, anak laki-laki dan perempuan usia 12-16 bulan menunjukkan perilaku asertif yang sama (diukur dari frekuensi usaha mereka untuk menarik perhatian orang dewasa) dan verbal (diukur dari usaha mereka untuk berkomunikasi dengan orang lain). Namun guru memberikan respon lebih antusias
terhadap anak laki-laki yang asertif dibandingkan dengan yang pemalu, dan terhadap anak perempuan yang berkomunikasi secara verbal daripada yang nonverbal. Secara halus, guru-guru mendorong perilaku yang sesuai dengan jenis kelamin. “Saat dilakukan observasi dengan anak-anak yang sama setahun kemudian, perbedaan gender sudah tampak, anak laki-laki berperilaku lebih asertif dan anak perempuan berbicara lebih banyak dengan gurunya” (Fagot Dkk dalam Rachmawati & Anna Kuswani, 2007:263). Kondisi ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sadker dan Klein (dalam Rachmawati & Anna Kuswani, 2007:263) yang mengungkapkan bahwa “anak laki-laki lebih banyak digambarkan dalam peran-peran aktif profesional. Sementara anak perempuan lebih sering diperlihatkan dalam peran-peran pasif dan mengurus rumah”. Dalam penelitiannya juga disebut bahwa guru berinteraksi dengan cara yang berbeda dengan siswa laki-laki dan perempuan. Perbedaan perlakuan antara siswa laki-laki dan perempuan diduga dapat mempengaruhi perkembangan intelektual siswa seperti keterampilan berpikir kreatif yang berdampak pada hasil belajar siswa. Berdasarkan paparan di atas, guru hendaknya meningkatkan keterampilan berpikir kreatif siswa dengan memperhatikan faktor pendekatan belajar dan internalnya. Guru sebagai pendidik perlu memiliki pengetahuan mengenai model pembelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir kreatif siswa. Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas. Dengan kata lain, “model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau pola yang dapat kita gunakan untuk mendesain polapola mengajar secara tatap muka di dalam kelas” (Tabany, 2014:23). Salah satu model pembelajaran yang dapat dikembangkan dalam pembelajaran di kelas dan mampu memfasilitasi pengembangan keterampilan berpikir kreatif dan memungkinkan siswa untuk berinteraksi satu sama lain adalah model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair 3
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
Share (TPS). Menurut Kurniasih dan Sani Berlin (2013:58), model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) atau berpikir berpasangan berbagi adalah jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Pada dasarnya, model ini merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas. Dengan asumsi bahwa semua resitasi atau diskusi membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas secara keseluruhan dan prosedur yang digunakan dalam Think-Pair-Share (TPS) dapat memberi siswa lebih banyak waktu berpikir, untuk merespon dan saling membantu. Model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dapat membantu siswa dalam mengembangkan keterampilan dasar serta pemecahan masalah yang kompleks. Banyak penelitian yang menyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) memberikan pengaruh yang positif terhadap pembelajaran. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Desia, menyampaikan bahwa siswa yang belajar mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) secara signifikan memiliki keterampilan berpikir kreatif yang lebih baik dari siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional. Model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dapat diterapkan dalam usaha untuk melatih kemampuan berpikir kreatif siswa. Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1) Untuk mengetahui perbedaan keterampilan berpikir kreatif antara kelompok siswa yang belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dan model pembelajaran konvensional; 2) Untuk mengetahui perbedaan keterampilan berpikir kreatif antara
kelompok siswa laki-laki dan kelompok siswa perempuan; 3) Untuk mengetahui pengaruh interaksi antara model pembelajaran dan jenis kelamin terhadap keterampilan berpikir kreatif METODE Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Melaya Kabupaten Jembrana dengan rentang waktu dari bulan April sampai bulan Mei tahun 2016. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah semua siswa kelas V SD Gugus III Tambora Kecamatan Melaya Kabupaten Jembrana yang terdiri dari 7 SD yaitu SD N 1 Candikusuma, SD N 3 Candikusuma, SD N 1 Nusasari, SD N 2 Nusasari, SD N 1 Ekasari, SD N 2 Ekasari, dan SDK Budirahayu. Namun, karena SD N 1 Candikusuma dan SD N 1 Nusasari menerapkan kurikulum 2013 maka tidak dimasukkan kedalam jumlah populasi. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik random sampling, yaitu teknik pengambilan sampel dari populasi yang dilakukan secara acak tanpa pilih-pilih dan menganggap semua anggota populasi setara. SD N 1 Ekasari sebagai kelompok eksperimen dan SD N 2 Ekasari sebagai kelompok kontrol. Penelitian ini melibatkan tiga variabel, yaitu variabel bebas, variabel terikat, dan variabel moderator. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model Pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair Share (TPS), variabel terikat dalam penelitian ini adalah keterampilan berpikir kreatif, sedangkan variabel moderator dalam penelitian ini adalah jenis kelamin. Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimen (eksperimen semu) “Rancangan penelitian ini mengikuti rancangan eksperimen Posttest-only control group design” (Setyosari, 2010:179). Rancangan eksperimen tersebut disajikan seperti Tabel 1.
Tabel 1. Rancangan Penelitian
Kelas
Perlakuan
Post-test
Eksperimen
X
O1
Kontrol
-
O2
4
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
Keterangan : X = perlakuan model pembelajaran kooperatif TPS - = perlakuan model pembelajaran konvensional O = menyatakan pengamatan akhir (post-test), dimana indeks ganjil menyatakan pengamatam akhir pada kelompok eksperimen dan indeks genap menyatakan pengamatan akhir pada kelompok kontrol. Langkah-langkah yang dilaksanakan pada penelitian ini terdapat tiga tahap yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap akhir eksperimen. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode tes keterampilan berpikir kreatif. Skor kemampuan berpikir kreatif siswa berada pada interval 0-4. Pemberian masingmasing skor sesuai dengan rambu-rambu rubrik sebagai acuannya. Data keterampilan berpikir kreatif dikumpulkan dengan tes keterampilan berpikir kreatif dalam peringkat skala interval (skor). Jenis kelamin siswa datanya dikumpulkan dengan pencatatan dokumen. Data tentang jenis kelamin dikumpulkan dalam peringkat data nominal. Data yang dikumpulkan dianalisis menggunakan analisis statistik deskriptif dan ANAVA AB.
kelompok siswa perempuan yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) berjumlah 15 orang memperoleh skor maksimal 40 dan skor minimal adalah 32, dengan mean 36,13, median 36, dan modus 35. Berdasarkan skala penilaian skor keterampilan berpikir kreatif dinyatakan bahwa skor rata-rata keterampilan berpikir kreatif kelompok siswa perempuan yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) termasuk kategori sangat tinggi. Hasil perhitungan skor keterampilan berpikir kreatif pada kelompok siswa laki-laki yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran konvensional berjumlah 15 orang memperoleh skor maksimal 38 dan skor minimal 29, dengan mean 33,86, median 34, dan modus 31. Berdasarkan skala penilaian skor keterampilan berpikir kreatif dinyatakan bahwa skor rata-rata keterampilan berpikir kreatif kelompok siswa laki-laki yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran konvensional termasuk kategori sangat tinggi. Hasil perhitungan skor keterampilan berpikir kreatif pada kelompok siswa perempuan yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran konvensional berjumlah 15 orang memperoleh skor maksimal 35 dan skor minimal 28, dengan mean 31, median 31, dan modus 28. Berdasarkan skala penilaian skor keterampilan berpikir kreatif dinyatakan bahwa skor rata-rata keterampilan berpikir kreatif kelompok siswa perempuan yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran konvensional termasuk kategori sangat tinggi. Sebelum dilanjutkan dengan pengujian hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat yaitu uji normalitas
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil yang diperoleh pada penelitian ini berupa data skor keterampilan berpikir kreatif IPA siswa. Variabel keterampilan berpikir kreatif siswa diukur dengan tes uraian yang berjumlah 10 butir, dengan skor minimum ideal 0 dan skor maksimum ideal adalah 40. Hasil perhitungan skor keterampilan berpikir kreatif pada kelompok siswa lakilaki yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) berjumlah 15 orang memperoleh skor maksimal 39 dan skor minimal 32, dengan rata-rata 36,13, median 36,28, dan modus 38, standar deviasi 2,55. Berdasarkan skala penilaian skor keterampilan berpikir kreatif dinyatakan bahwa skor rata-rata keterampilan berpikir kreatif kelompok siswa laki-laki yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) termasuk kategori sangat tinggi. Hasil perhitungan skor keterampilan berpikir kreatif pada
5
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
dan uji homogenitas. Uji normalitas sebaran data dilakukan 6 unit analisis data yaitu data keterampilan berpikir kreatif siswa laki-laki pada kelompok eksperimen (MPKTPS-L), data keterampilan berpikir kreatif siswa perempuan pada kelompok eksperimen (MPKTPS-P), data keterampilan berpikir kreatif siswa laki-laki pada kelompok kontrol (MPK-L), data keterampilan berpikir kreatif siswa perempuan pada kelompok kontrol (MPKP), data keterampilan berpikir kreatif siswa pada kelompok eksperimen (MPKTPS), dan data keterampilan berpikir kreatif
pada kelompok kontrol (MPK). Pada penelitian ini, uji normalitas sebaran data dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov Berdasarkan hasil perhitungan uji prasyarat diperoleh bahwa data keterampilan berpikir kreatif berdistribusi normal dan homogen. Oleh sebab itu, uji hipotesis dengan ANAVA 2 jalur dapat dilanjutkan. Hasil perhitungan ANAVA AB menunjukkan bahwa Fhitung> Ftabel.Rangkuman hasil uji ANAVA AB disajikan pada tabel 2.
Tabel 2. Hasil Uji Anava 2 Jalur (Uji Hipotesis ke-1, ke-2, dan ke-3) Sumber Varian
JK
1db
RJK
F Hitung
F Tabel (α 0,05)
A
205,350
1
205,350
31,662
4,00
B
30,817
1
30,817
4,751
4,00
Inter AB
30,817
1
30,817
4,751
4,00
Dalam
363,200
56
6,486
-
-
Total
630,183
59
-
-
-
Keterangan: A
=
Model pembelajaran
B
=
Gaya kognitif
InterAB
=
Interaksi antara model pembelajaran dan gaya kognitif
PEMBAHASAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) terdapat perbedaan keterampilan berpikir kreatif yang signifikan antara kelompok siswa yang belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dan kelompok siswa yang belajar dengan model pembelajarn konvensional. (F = 31,662; p<0,05). Pencapaian keterampilan berpikir kreatif siswa pada kelompok model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) lebih tinggi dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional. Dengan kata lain, bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) lebih unggul dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional dalam meningkatkan
keterampilan berpikir kreatif siswa. Hal ini dibuktikan dari analisis deskriptif yang menunjukkan bahwa skor rata-rata keterampilan berpikir kreatif pada kelompok siswa yang belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) lebih tinggi dibandingkan dengan skor rata-rata kelompok siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) berpengaruh positif terhadap keterampilan berpikir kreatif pada siswa kelas V SD N 1 Ekasari dibandingkan dengan menggunakan pembelajaran konvensional di SD N 2 Ekasari.
6
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
Perbedaan yang signifikan antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional disebabkan adanya perbedaan perlakuan pada langkahlangkah pembelajaran. Pencapaian keterampilan berpikir kreatif siswa pada model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) terjadi pada tahapan yang kedua yaitu think (berpikir) karena pada saat ini siswa diberikan kesempatan berpikir tentang masalah yang diberikan oleh guru. Sejalan dengan hal itu, Kurniasih dan Sani Berlin, (2013:58) menyatakan model Think Pair Share merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi di kelas, mempengaruhi pola interaksi siswa, dan prosedur yang digunakan dalam model Think Pair Share dapat memberi siswa lebih banyak waktu berpikir, untuk merespon dan salling membantu. Sedangkan pembelajaran konvensional hanya memberikan siswa kesempatan untuk mendengarkan ceramah dari guru tanpa bisa mengembangkan keterampilan berpikir kreatif yang dimiliki siswa. Siswa lebih cenderung diberikan pengetahuan tanpa melibatkan keterampilan berpikir kreatif siswa di dalam pembelajaran. Siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share tentunya memiliki keterampilan berpikir kreatif yang lebih baik karena siswa diberikan kesempatan untuk berpikir dalam memecahkan suatu permasalahan. Suryobroto (2007) menerangkan bahwa model pembelajaran TPS dapat melibatkan semua siswa secara langsung dalam pembelajaran, dapat menumbuhkan dan mengembangkan cara berpikir dan sikap ilmiah siswa, dan siswa akan memperoleh kepercayaan akan kemampuannya.Sedangkan dalam pembelajaran konvensional hanya beberapa siswa saja yang aktif terlibat dalam proses pembelajaran. Sehingga siswa yang cenderung kurang aktif akan kehilangan rasa percaya dirinya untuk terlibat aktif dalam mengkuti pembelajaran. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Desia
Tristiantari (2013) yang menunjukkan bahwa keterampilan berpikir kreatif siswa yang mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) lebih baik daripada siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional. Hasil penelitian ini memberikan petunjuk bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) memiliki keunggulan komparatif dibandingkan model pembelajaran konvensional dalam hal meningkatkan keterampilan berpikir kreatif. Berdasarkan hal tersebut maka implikasi yang dapat diberikan adalah keterampilan berpikir kreatif siswa dapat ditingkatkan dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS), siswa aktif terlibat dalam kegiatan pembelajaran, senantiasa dilatih untuk menganalisis dan memecahkan masalah kontekstual. 2) terdapat perbedaan yang signifikan keterampilan berpikir kreatif antara kelompok siswa laki-laki dan kelompok siswa perempuan, secara deskriptif, skor rata-rata keterampilan berpikir kreatif pada siswa laki-laki sebesar 34,96 lebih tinggi dibandingkan dengan skor rata-rata keterampilan berpikir kreatif siswa perempuan 33,56. berdasarkan analisis deskriptif tersebut bahwa pada kelompok siswa laki-laki memiliki keterampilan berpikir kreatif lebih tinggi daripada kelompok siswa perempuan. Selain dilihat dari nilai rata-rata tersebut, perbedaan antara kelompok siswa laki-laki dengan kelompok siswa perempuan juga dapat dilihat berdasarkan hasil analisis varians dua jalur (Anava AB) yang diketahui α> sig dimana α = 0,05 dan sig = 0,033. Jadi 0,05>0,033. Selain itu dapat dilihat juga bahwa Fhitung >Ftabel, yakni 4,751>4,00. Hal ini berarti penelitian signifikan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pengelompokkan siswa berdasarkan jenis kelamin berpengaruh terhadap keterampilan berpikir kreatif pada siswa kelas V di SD N 1 Ekasari dan SD N 2 Ekasari. Temuan dalam penelitian ini tampaknya sejalan dengan hasil penelitian yang dialkukan oleh Widyaningsih (2012) yang menunjukkan bahwa terdapat 7
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
perbedaan yang signifikan antara keterampilan berpikir kritis siswa laki-laki dengan siswa perempuan. Nilai rata-rata keterampilan berpikir kritis siswa laki-laki lebih baik dibandingkan dengan nilai ratarata keterampilan berpikir kritis perempuan. Perbedaan jenis kelamin membuat setiap individu berbeda dengan individu lainnya, seperti laki-laki berbeda dibandingkan dengan perempuan dalam banyak aspek termasuk dalam hal kecerdasan, minat, ingatan, emosi dan kemauan. Secara umum laki-laki bersifat lebih aktif, memberi, melindungi, meniru pribadi yang menurutnya menarik dan lebih berminat pada hal-hal yang berkaitan dengan intelektual. Sedangkan perempuan cenderung bersifat pasif dan menerima, ingin dilindungi, dan lebih berminat pada hal-hal yang bersifat emosional. Perbedaan potensi dan kecenderungan sifat yang dimiliki antara laki-laki dan perempuan terjadi karena perbedaan perkembangan fisik dan psikis yang terjadi antara keduanya. Perbedaan ini tentu berpengaruh pada kemampuan laki-laki dan perempuan dalam berpikir. Perbedaan kognitif pada anak lakilaki dan perempuan didukung juga dalam sebuah penelitian nasional oleh departemen AS (dalam Rachmawati & Anna Kuswani, 2007:99) menyebutkan bahwa “siswa laki-laki sedikit lebih baik dalam bidang sains daripada siswa perempuan”. 3) Hasil uji coba ketiga telah berhasil menolak hipotesis nol yang menyatakan terdapat pengaruh interaksi antara model pembelajaran dengan jenis kelamin terhadap keterampilan berpikir kreatif pada siswa kelas V SD Gugus III Tambora Kecamatan Melaya Kabupaten Jembrana Tahun Pelajaran 2015/2016 pada kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol. Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan, menunjukkan hasil yang signifikan. Dimana, α> sig dimana α = 0,05 dan sig = 0,033. Jadi 0,05> 0,033. Hal ini juga dapat dilihat bahwa Fhitung > Ftabel, yakni 4,751> 4,00. Hal ini berarti penelitian signifikan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh interaksi antara model pembelajaran dengan jenis kelamin
sehingga berpengaruh terhadap keterampilan berpikir kreatif siswa. Pengaruh interaksi terjadi antara model pembelajaran dengan gaya kognitif berdampak terhadap keterampilan proses sains, karena dalam mengajar guru tidak hanya memerhatikan model pembelajaran yang digunakan melainkan juga memerhatikan siswa sesuai dengan gaya kognitif masing-masing siswa. Sehingga berdampak positif terhadap keterampilan proses sains. Pengaruh interaksi antara model pembelajaran dengan jenis kelamin dimaksudkan ialah siswa yang berjenis kelamin laki-laki apabila dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) maka akan berdampak kepada peningkatan keterampilan berpikir kreatif. Siswa yang berjenis kelamin perempuan apabila dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) juga akan meningkatkan keterampilan berpikir kreatif siswa, namun apabila dilihat dari rata-rata skor keterampilan berpikir kreatif, siswa yang berjenis kelamin laki-laki jika dibelajarkan dengan menggunakan pembelajaran konvensional juga akan menghasilkan keterampilan berpikir kreatif tinggi. Temuan dalam penelitian ini tampaknya sesuai dengan teori yang ada dalam model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS), siswa dituntut bertanggung jawab atas pendidikan yang mereka jalani, serta diarahkan untuk tidak terlalu tergantung pada guru. Model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) atau berpikir berpasangan berbagi merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Penelitian ini membuktikan bahwa keefektifan suatu model pembelajaran dalam meningkatkan keterampilan berpikir kreatif berkaitan dengan jenis kelamin. Pada model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS), siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran dan memecahkan masalah nyata yang merupakan tantangan bagi siswa. Peran guru dalam hal ini hanya diperlukan sebagai fasilitator dan mediator.
8
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
dalam kegiatan pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think pair Share (TPS), sehingga dapat ditingkatkan dan dilanjutkan proses pembelajaran menggunakan pembelajaran ini untuk meningkatkan keterampilan berpikir kreatif siswa agar menjadi lebih baik. ; 2) Diharapkan kepada guru dalam merancang pembelajaran yang bertujuan untuk meningkatkan keterampilan berpikir kreatif siswa sebaiknya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) sebagai alternatif dalam memilih model pembelajaran, karena model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) akan memberikan siswa kesempatan untuk berpikir secara individu, sehingga akan berdampak positif terhadap keterampilan berpikir kreatif siswa.; 3) Diharapkan kepada praktisi pendidikan, Keterampilan berpikir kreatif siswa tidak hanya dipengaruhi oleh model pembelajaran yang diterapkan tetapi dipengaruhi juga oleh faktor demografis siswa yaitu jenis kelamin siswa. Jenis kelamin merupakan salah satu dari beberapa variabel yang dapat mempengaruhi keterampilan berpikir kreatif siswa, maka diharapkan kepada praktisi pendidikan agar memperhatikan dan menggali faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi perbedaan keterampilan berpikir kreatif siswa sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi guru dalam mendidik dan mengajar di dalam kelas.; 4) Jenis kelamin merupakan salah satu dari beberapa variabel yang dapat mempengaruhi keterampilan berpikir kreatif siswa, maka disarankan kepada praktisi pendidikan agar memperhatikan dan menggali faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi perbedaan keterampilan berpikir kreatif siswa sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi guru dalam mendidik dan mengajar di dalam kelas.
Gambar 1. Pengaruh interaksi antara Model Pembelajaran dan Jenis Kelamin terhadap Keterampilan Berpikir Kreatif SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut: 1) Terdapat perbedaan yang signifikan antara keterampilan berpikir kreatif siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dengan siswa yang menggunakan model pembelajaran konvensional. Skor rata-rata keterampilan berpikir kreatif siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) lebih baik dibandingkan dengan skor ratarata keterampilan berpikir kreatif siswa yang menggunakan model pembelajaran konvensional; 2) Terdapat perbedaan yang signifikan antara keterampilan berpikir kreatif kelompok siswa laki-laki dengan kelompok siswa perempuan. Skor rata-rata keterampilan berpikir kreatif siswa laki-laki lebih baik dibandingkan dengan skor rata-rata keterampilan berpikir kreatif siswa perempuan; 3) Terdapat pengaruh interaksi antara model pembelajaran dan jenis kelamin siswa. Model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) sangat baik digunakan untuk meningkatkan keterampilan berpikir kreatif siswa laki-laki maupun siswa perempuan. Berdasarkan hasil penelitian yang dicapai pada penelitian ini, maka dapat disarankan sebagai berikut: 1) Diharapkan kepada siswa agar dapat berpasrtisipasi
DAFTAR PUSTAKA Kurniasih, Imas&Sani, Berlin.2013. Ragam Pengembangan Model Pembelajaran Untuk Peningkatan Profesionalitas Guru. Surabaya: Kata Pena
9
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
Rachmawati, Mila & Anna Kuswanti. 2007. Perkembangan Anak. Jakarta:Erlangga Setyosari, Punaji. 2010. Metode Penelitian Pendidikandan Pengembangan. Jakarta:Kencana Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group. Tabany, Trianto Ibnu Badar al. 2014.Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Progresif, dan Kontekstual. Jakarta:Kencana Tristiantari, Ni Ketut Desia. 2013. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think pair Share (TPS) Terhadap Kemampuan Berbicaradan Keterampilan Berpikir Kreatif Pada Siswa Kelas V SD Negeri Gugus III Kecamatan Seririt. Tesis (tidak diterbitkan). Program Pasca Sarjana, Universitas Pendidikan Ganesha. Widyaningsih, Ni Nyoman. 2012. Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis masalah Tehadap Keterampilan Berpikir Kritis Ditinjau Dari Jenis Kelamin Siswa. Skripsi (tidak diterbitkan). Program Sarjana, Universitas Pendidikan Ganesha.
10