e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015
PENGARUH PENDEKATAN SAINTIFIK DITINJAU DARI KARAKTERISTIK PERTANYAAN GURU TERHADAP HASIL BELAJAR KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA INDONESIA TEMA CITA-CITAKU PADA SISWA KELAS IV SDN DESA PEGUYANGAN I Md. Bastian Adi Parnata1, M.G. Rini Kristiantari2, Ni Nym. Ganing3 1,2,3
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar,FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
e-mail:
[email protected],
[email protected],
[email protected]
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar keterampilan berbicara Bahasa Indonesia antara kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan langsung dan kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan tidak langsung. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen lemah (pre-eksperiment) dengan rancangan penelitian yang digunakan adalah The Static Pretest-Posttest Design. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN Desa Peguyangan, tahun ajaran 2014/2015. Sampel diambil dengan menggunakan teknik Random Sampling. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi tersruktur menggunakan rubrik pengamatan keterampilan berbicara penilaian skala bertingkat (rating scale). Data dianalisis menggunakan statistik deskriptif dan ujit.Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar keterampilan berbicara Bahasa Indonesia antara kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan langsung dan kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan tidak langsung. Berdasarkan hasil uji-t diperoleh thitung = 1,98 dan ttabel pada taraf signifikansi 5% dengan derajat kebebasan 74 =1,67. Berdasarkan kriteria pengujian thitung > ttabel (1,98>1,67) ini berarti H0 ditolak dan Ha diterima. Rata-rata hasil belajar keterampilan berbicara antara kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pedekatan saintifik menggunakan pertanyaan langsung lebih tinggi daripada kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pedekatan saintifik menggunakan pertanyaan tidak langsung (79,05>76,47). Dengan demikian dapat disimpulkan pendekatan saintifik ditinjau dari karakteristik pertanyaan guru berpengaruh terhadap hasil belajar keterampilan berbicara Bahasa Indonesia tema cita-citaku pada siswa kelas IV SDN Desa Peguyangan tahun pelajaran 2014/2015 Kata kunci: pendekatan saintifik, pertanyaan guru, keterampilan berbicara Abstract The purpose of this research is to determining the differences in learning outcome of Bahasa Indonesia (speaking skill) between the students which is learn trhough scientific approach used direct question and the students which is learn trhough scientific approach used indirect question. This research is pre-experimental with The
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015 Static Pretest-Posttest Design. The population in this research is the fourth grade students at SDN Peguyangan (2014/2015). The Samples in this research were taken by using the random sampling technique. The Data collection methods used in this study is a structured observation using observation rubric speaking skills assessment graduated scale. Data were analyzed using descriptive statistics and t-test.The research showed that there were differences in learning results of Bahasa Indonesia (speaking skill) among the students which is learn trhough scientific approach used direct question and the students which is learn trhough scientific approach used indirect question. Based on t-test results t observe = 1.98 and t table at significance level of 5% with 74 degrees of freedom = 1.67. Based on testing criteria t observe > t table (1.98>1.67) This means that H0 is rejected and Ha accepted. On average speaking skills learning results between groups of students that learned through scientific approuch used direct question was higher than the group of students that learned through scientific opprouch used indirect questions (79.05>76.47). It can be concluded scientific approach in terms of the characteristics of a teacher's question affects the outcome of the skills learned to speak Indonesian theme of Cita-citaku in grade IV SDN Peguyangan (2014/2015). Keywords : Saintific approuch, teacher questions, speaking skills
PENDAHULUAN Pendidikan merupakan sarana penting untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM). Peningkatan kualitas sumber daya manusia jauh lebih mendesak untuk segera direalisasikan terutama dalam era persaingan global. Oleh karena itu, peningkatan kualitas sumber daya manusia sejak dini merupakan hal penting yang harus dipikirkan secara sungguhsungguh demi tercapainya cita-cita luhur bangsa Indonesia. Cita-cita luhur tersebut tercantum secara jelas dalam Pembukaan UUD 1945 alinea empat, yakni melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Kunandar (2014:15) mengemukakan salah satu cara dan strategi untuk mempercepat terwujudnya cita-cita negara Indonesia adalah dengan mempersiapkan generasi masa depan yang tangguh, cerdas, mandiri, dan berpegang pada nilai-nilai spiritual. Mereka harus dipersiapkan sedemikian rupa dalam suatu lingkungan yang kondusif. Salah satu lingkungan yang sangat ideal adalah institusi pendidikan dari prasekolah, tingkat dasar, tingkat menengah sampai perguruan tinggi. Kosasih (2013:1) menyebutkan Pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar. dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlaq mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat dan bangsanya. Pentingnya peran pendidikan dalam membangun dan mengembangkan suatu negara serta meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas, berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk memperoleh hasil yang optimal. Melalui Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan terus melakukan pembaharuan dan inovasi dalam bidang pendidikan. Salah satunya adalah dengan pembaharuan dan inovasi kurikulum. Perubahan kurikulum adalah suatu yang tidak terelakan dalam proses pengembangan pendidikan, karena kurikulum selalu mengalami penyesuaian dengan perkembangan masyarakat. Daryanto (2014:1) menyatakan secara konseptual, kurikulum adalah suatu respon pendidikan terhadap kebutuhan masyarakat dan bangsa dalam membangun generasi muda bangsanya. Secara pedagogis, kurikulum adalah rancangan pendidikan yang memberikan kesempatan untuk peserta didik mengembangkan potensi dirinya dalam suatu suasana belajar yang menyenangkan dan sesuai dengan
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015 kemampuan dirinya untuk memiliki kualitas yang diinginkan masyarakat dan bangsanya. Secara yuridis, kurikulum adalah suatu kebijakan publik yang didasarkan kepada dasar fisiologis bangsa dan keputusan yuridis di bidang pendidikan. Sejarah pendidikan di Indonesia sudah beberapa kali diadakan perubahan dan perbaikan kurikulum. Perubahan kurikulum didasari pada kesadaran bahwa perkembangan dan perubahan yang terjadi menuntut perlunya perbaikan sistem pendidikan nasional, termasuk penyempurnaan kurikulum. Kurikulum yang saat ini diimplementasikan di Indonesia adalah Kurikulum 2013. Kurikulum 2013 dirancang untuk memperbaharui kurikulum sebelumnya dengan harapan dapat memperbaiki sistem pendidikan nasional. Kurikulum 2013 merupakan penyempurnaan terhadap kurikulum yang telah dirintis tahun 2004 yang berbasis kompetensi (KBK) lalu diteruskan dengan kurikulum 2006 (KTSP). Dalam implementasi kurikulum 2013 untuk semua jenjang pendidikan menggunakan pendekatan saintifik dalam proses pembelajaran. Menurut Kurniasih, (2014:29) pembelajaran merupakan proses ilmiah, karena itu kurikulum 2013 mengamanatkan esensi pendekatan saintifik atau ilmiah dalam pembelajaran. Metode ilmiah merujuk pada teknik investigasi atas suatu atau beberapa fenomena atau gejala, memperoleh pengetahuan baru, atau mengoreksi dan memadukan pengetahuan sebelumnya. Untuk dapat disebut ilmiah, metode pencarian (Method of inquiry) harus berbasis pada bukti-bukti dari objek yang dapat diobservasi, empiris, dan terukur dengan prinsip-prinsip penalaran yang spesifik. Karena itu metode ilmiah umumnya memuat serangkaian aktifitas pengumpulan data melalui observasi atau eksperimen, mengolah informasi atau data, menganalisis, kemudian mempormulasi, dan menguji hipotesis. Pendekatan saintifik dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah. Pendekatan saintifik
diyakini sebagai titian emas perkembangan dan pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik karena memiliki berbagai keunggulan. Beberapa keunggulan tersebut adalah (1) dalam proses pembelajaran informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak tergantung pada informasi searah dari guru. Oleh karena itu kondisi pembelajaran yang diharapkan tercipta diarahkan untuk mendorong peserta didik dalam mencari tahu dari berbagai sumber melalui observasi, bukan hanya diberi tahu sehingga siswa menjadi lebih aktif; (2) dalam pendekatan saintifik tidak hanya menekankan pada aspek kognitif saja tetapi memadupadankan antara kognitif, afektif dan psikomotor melaui tahapan pembelajaran yang terintegrasi. Pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengkonstruksi konsep, hukum atau prinsip melalui tahapantahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang ditemukan. Tahap pembelajaran yang dirancang dalam pendekatan saintifik mengharuskan siswa belajar secara aktif untuk membangun pengetahuannya sendiri. Salah satu tahapan tersebut adalah mengkomunikasikan konsep, hukum, prinsip yang ditemukan oleh peserta didik. Pada pendekatan saintifik guru diharapkan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengkomunikasikan apa yang telah mereka pelajari. Kegiatan mengkomunikasikan dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a tahun 2013, adalah menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya. Menyampaikan hasil pengamatan secara lisan berarti menuntut keterampilan siswa dalam berbicara. Berbicara pada dasarnya kemampuan
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015 seseorang untuk mengeluarkan ide, gagasan, ataupun pikiran kepada orang lain melalui media bahasa lisan. Saddhono (2014:56) menyatakan, berbicara adalah tingkah laku yang dipelajari dahulu, kemudian baru bisa dikuasai. Keterampilan berbicara merupakan keterampilan yang mekanistis, artinya semakin banyak berlatih semakin dikuasai dan terampil seseorang dalam berbicara. Tidak ada orang yang langsung terampil berbicara tanpa melalui proses berlatih. Dalam belajar dan berlatih berbicara, seseorang perlu dilatih pelafalan, pengucapan, pengontrolan suara (intonasi), pengontrolan gerak-gerak tubuh (mimik), pemilihan kata, penggunaan bahasa yang baik dan benar, dan pengaturan atau pengorganisaian ide. Mata pelajaran yang dirancang untuk melatih kemampuan dan keterampilan siswa dalam berbahasa khususnya bahasa lisan atau berbicara adalah Bahasa Indonesia. Pembelajaran Bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai rangkaian aktivitas yang dilakukan siswa untuk mencapai keterampilan berbahasa tertentu. Abidin (2014:125) mengungkapkan bahwa dalam pembelajaran bahasa Indonesia salah satu keterampilan yang harus dikuasai siswa adalah keterampilan berbicara. Keterampilan berbicara ini menempati kedudukan yang penting karena merupakan ciri kemampuan komunikatif siswa. Dengan kata lain keterampilan berbicara tidak hanya berperan dalam pembelajaran bahasa Indonesia tetapi berperan penting pula dalam pembelajaran yang lain. Diakui atau tidak, pembelajaran berbicara yang selama ini terjadi di sekolah masih jauh dari kondisi yang diharapkan. Hal ini tercermin dari masih banyaknya siswa yang dibelajarkan sama antara pembelajaran berbicara dengan pembelajaran membaca nyaring. Kondisi ini terutama terjadi pada jenjang sekolah dasar. Pembelajaran berbicara yang kurang baik ini biasanya terjadi karena penampilan siswa lebih diutamakan dan tidak disertai latihan agar siswa mampu menyusun idenya sendiri. Pembelajaran berbicara dilakukan hanya dengan
menggunakan teks yang sudah ada yang secara nyaring dibaca oleh siswa. Siswa sendiri cenderung menghafal teks yang disajikan bukan teks yang disusun sendiri. Hal lain yang lebih parah adalah bahwa pembelajaran berbicara terkadang tidak dilaksanakan. Siswa lebih banyak dilatih menulis dan membaca sehingga keterampilan siswa dalam berbicara menjadi sangat rendah. Kondisi ini diperparah dengan adanya kenyataan bahwa pembelajaran di sekolah khususnya sekolah dasar siswa tidak dibimbing secara intens membina dan melatih siswa berbicara. Anggapan sebagian besar tenaga pendidik pembelajaran berbicara cukup dilakukan dengan cara membaca teks di depan kelas dan mengabaikan siswa agar mereka benar-benar mampu berbicara dengan ekspresi dan performa yang baik. Hal serupa juga dikemukakan oleh Abidin (2014:134) menyatakan bahwa kondisi pembelajaran berbicara yang sering terabaikan karena guru lebih banyak melatih siswa membaca dan menulis juga disebabkan oleh masih adanya anggapan sebagian besar orang bahwa kemampuan berbicara bukanlah kemampuan yang akan diujikan secara nasional dalam ujian nasional. Anggapan semacam ini juga tidak dapat diterima. Walaupun kemampuan berbicara bukanlah bagian dari ujian nasional, kemampuan berbicara justru merupakan atribut siswa yang akan digunakan secara langsung dalam kehidupan sehari-hari. Dari proses pembelajaran seperti yang dikemukakan diatas maka akan berdampak pula pada hasil belajar siswa khususnya dalam keterampilan berbicara masih belum sesuai dengan harapan. Pembelajaran bahasa Indonesia memiliki peranan yang sangat penting bukan hanya untuk penguasaan ilmu pengetahuan melainkan juga untuk membina keterampilan berkomunikasi, baik lisan maupun tertulis. Mengingat fungsi penting pembelajaran bahasa Indonesia, sudah selayaknya pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah khususnya sekolah dasar dilaksanakan dengan sebaik-baiknya melalui pembelajaran yang aktif dan
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015 menyenangkan. Aktif artinya menempatkan siswa sebagai subjek pembelajaran bukan sebagai objek pembelajaran, guru hanya bertugas sebagai fasilitator, mediator, dan motifator bukan sebagai pusat pembelajaran (teacher centered). Menyenangkan artinya dalam prosesnya pembelajaran harus dapat menarik perhatian dan minat siswa untuk belajar, misalnya penggunaan metode pembelajaran yang beragam sehingga siswa tidak bosan, dan penggunaan media pembelajaran untuk menarik perhatian dan minat belajar siswa. Selain penggunaan metode dan media yang beragam, pertanyaan yang diajukan guru juga dapat menarik perhatian siswa. Seperti yang disampaikan Supriyadi (2014:158) dalam proses belajar mengajar, menanya memegang peranan penting, sebab pertanyaan yang tersusun baik dengan teknik pelontaran yang tepat akan meningkatkan partisipasi murid dalam kegiatan belajar mengajar dan membangkitkan minat serta rasa ingin tahu siswa terhadap sesuatu masalah yang sedang dibicarakan. Abidin (2014:6) menyatakan, pembelajaran bahasa haruslah diorientasikan pada pembentukan kemampuan berbahasa dan pembentukan keilmuan yang lain. Atas dasar dua orientasi pokok ini, hendaknya guru dalam pembelajaran bahasa harus dikembangkan pembelajaran yang multifungsi melalui penciptaan pembelajaran harmonis, bermutu, dan bermartabat. Pembelajaran yang harmonis merupakan kondisi pembelajaran yang mampu merangsang guru dan siswa bekerja secara aktif sesuai dengan tugas dan fungsinya masing-masing. Pembelajaran bermutu merupakan kondisi pembelajaran yang berorientasi pada tujuan pembelajaran, artinya pembelajaran yang dilaksanakan benar-benar diarahkan guna mencapai pembentukan kompetensi pada siswanya. Pembelajaran yang bermartabat adalah pemebelajaran yang mencerminkan adanya nilai-nilai dan norma budaya bangsa yang hidup dalam situasi pembelajaran. Kondisi ini dicerminkan dengan adanya hubungan
yang baik antara siswa, guru, dan seluruh elemen pendidikan, kepercayaan siswa terhadap elemen sekolah dan sebaliknya, serta tercerminnya budaya baik dalam setiap gerak dan irama pembelajaran. METODE Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan desain eksperimen lemah (PreExperiment) eksperimen lemah digunakan karena tidak semua karakteristik dan kondisi eksperimen dapat diatur dan dikontrol secara ketat seperti halnya dalam penelitian eksperimen murni (true Experiment). Rancangan eksperimen lemah yang digunakan dalam penelitian ini adalah The Static Pretest-Posttest Design (Sukmadinata, 2013:209). Populasi dalam pene;itian ini adalah seluruh siswa kelas IV di SDN desa Peguyangan tahun pelajaran 2014/2015 yang terdiri dari 12 SD dengan jumlah siswa 567 orang. Sebelum dipilih dua sampel akan dilakukan uji kesataran kelas dengan menggunakan uji t, dengan mengambil nilai keterampilan berbicara Bahasa Indonesia dengan memberikan tes awal (pre-test). Hal tersebut dilakukan untuk memperoleh sampel penelitian yang betulbetul setara. Setelah setara akan dipilih dua kelas yang akan dijadikan sampel menggunakan teknik simple random sampling. Adapun variabel dalam penelitian ini terdiri dari satu variabel bebas dan satu variabel terikat. Penelitian ini memilih dua kelas yang akan dijadikan sampel penelitian. Kelas pertama adalah kelas yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan guru secara langsung, dan kelas kedua adalah kelas yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan guru secara tidak langsung. Data dalam penelitian ini adalah data hasil belajar keterampilan berbicara Bahasa Indonesia. Data hasil belajar dikumpulkan dengan mengkombinasikan teknik tes dan non tes. Tes yang digunakan adalah tes subjektif berbentuk tes lisan tersruktur sedangkan teknik non tes yang digunakan adalah
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015 observasi tersruktur menggunakan rubrik penilain skala bertingkat (rating scale). Sebelum mengambil data menggunakan tes lisan dan penilaian menggunakan rubrik, terlebih dahulu dilakukan validitas, yaitu validitas isi menggunakan ahli atau (experts judgment). Adapun untuk analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis deskriptif dan analisis inferensial. Untuk analisis deskriptif, dideskripsikan data hasil belajar keterampilan berbicara pengetahuan Bahasa Indonesia ke dalam bentuk tabel distribusi dan histogram. Analisis deskriptif berdasarkan rat-rata nilai hasil belajar dan rata-rata skor (Mi) serta simpangan baku (Sdi). Sedangkan untuk analisis inferensial menggunakan analisis uji-t (t-test). Sebelum dilakukan analisis hipotesis dilakukan uji prasyarat analisis yang teridiri dari, uji normalitas, dan uji homogenitas. HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi data hasil penelitian ini memaparkan rata-rata, median, modus, standar deviasi, varian, minimum, maksimum, dan jangkauan dari data hasil belajar keterampilan berbicara Bahasa Indonesia siswa, baik untuk kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan guru secara langsung dan kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan guru secara tidak langsung. Deskripsi data hasil belajar keterampilan berbicara Bahasa Indonesia siswa yang memaparkan rata-rata, median, modus, standar deviasi, varian, minimum, maximum dan jangkauan dikerjakan dengan bantuan program pengolah angka Microsoft Office Excel 2010. Rerata hasil belajar keterampilan berbicara Bahasa Indonesia kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan guru secara langsung tema cita-citaku pada siswa kelas IV SDN 10 Peguyangan tahun pelajaran 2014/2015 sebesar 79,05, dengan persentase di sekitar rata-rata sebesar 15,79%, di bawah rata-rata sebesar 42.1%, dan di atas rata-rata sebesar 42.11%. Hasil
belajar keterampilan berbicara Bahasa Indonesia kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan guru secara langsung berada pada kategori sangat baik sebanyak 29 siswa dengan persentase 76,32%, dan kategori baik sebanyak 9 siswa dengan persentase 23, 68%. Rerata hasil belajar keterampilan berbicara Bahasa Indonesia kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan guru secara tidak langsung tema cita-citaku pada siswa kelas IV SDN 12 Peguyangan tahun pelajaran 2014/2015 sebesar 76,47, dengan persentase di sekitar rata-rata sebesar 15,79%, di bawah rata-rata sebesar 42.1%, dan di atas rata-rata sebesar 42.11 %. Hasil belajar keterampilan berbicara Bahasa Indonesia kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan guru secara tidak langsung berada pada kategori sangat baik sebanyak 22 siswa dengan persentase 57,89%, dan kategori baik sebanyak 16 siswa dengan persentase 42,11%. Sebelum melakukan uji hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat analisis. Uji prasyarat analisis meliputi uji normalitas sebaran data dan uji homogenitas varians. Uji normalitas sebaran data dilakukan dengan 2 menggunakan uji Chi-Square ( ) pada taraf signifikansi 5% dan derajat kebebasan db = k-5. Berdasarkan hasil 2 perhitungan terlihat bahwa untuk dengan taraf signifikansi 5% diperoleh 2 Tabel= 11,07 dan 2 hitung = 7,60. Karena
2 hitung < 2 Tabel maka data hasil belajar keterampilan berbiara Bahasa Indonesia pada kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan guru secara langsung dikatakan berdistribusi normal. Sedangkan untuk kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan tidak langsung dari hasil 2 perhitungan diperoleh bahwa untuk
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015 dengan taraf signifikansi 5% diperoleh 2 Tabel= 11,07 dan 2 hitung = 4,79. Karena
Setelah kedua data berdistribusi normal, dilanjutkan dengan uji homogenitas varian menggunakan uji F. Kriteria pengujian jika Fhitung< Ftabel maka sampel homogen. Pengujian dilakukan pada taraf signifikan 5% dengan derajat kebebasan untuk pembilang n1 – 1 (38-1= 37) dan derajat kebebasan untuk penyebut n2 – 1 (38-1= 37).
2 hitung < 2 Tabel maka data hasil belajar keterampilan berbiara Bahasa Indonesia pada kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan guru secara tidak langsung dikatakan berdistribusi normal.
Tabel 01. Tabel Uji Homogenitas Varians. Sampel Mean Pendekatan saintfik menggunakan 79,05 pertanyaan langsung Pendekatan saintfik menggunakan 76,47 pertanyaan tidak langsung
SD
Varians
6,94
48,23
5,37
Fhitung
Ftabel
Kesimpulan
1,59
1,71
Homogen
28,56
Berdasarkan tabel 01. hasil uji homogenitas varians menunjukkan hasil bahwa Fhitung < FTabel. Ini berarti bahwa varians antar kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan guru secara langsung dan kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan guru secara tidak langsung adalah homogen. Setelah dilakukan uji normalitas data dan homogenitas varian diperoleh
data berdistribusi normal dan data bervarian homogen selanjutnya akan dilakukan uji hipotesis menggunakan uji-t. Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji beda mean (uji t). Dengan kriteria pengujian adalah H0 ditolak jika thit t(1 ) , di mana
t (1 ) didapat dari tabel distribusi t pada
taraf signifikan ( ) 5% dengan derajat kebebasan dk = (n1 + n2 - 2).
Tabel 02. Tabel Uji Hipotesis. Kelas Pendekatan saintfik menggunakan pertanyaan langsung Pendekatan saintfik menggunakan pertanyaan tidak langsung
Varians
N
48,23
38
db
74 28,56
ttabel
1,67
thitung
1,98
Kesimpulan
H0=Ditolak
38
Berdasarkan table 02. tampak bahwa thitung lebih besar dari pada ttabel yaitu 1,98 >1,67 pada derajat kebebasan 74.
Dengan hasil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa H0 yang berbunyi “tidak terdapat perbedaan yang signifikan
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015 hasil belajar keterampilan berbicara Bahasa Indonesia tema cita-citaku antara kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan guru secara langsung dan kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan guru secara tidak langsung pada siswa kelas IV di SDN desa Peguyangan tahun pelajaran 2014/2015.”, ditolak dan Ha yang menyatakan “terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar keterampilan berbicara Bahasa Indonesia tema cita-citaku antara kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan guru secara langsung dan kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan guru secara tidak langsung pada siswa kelas IV di SDN desa Peguyangan tahun pelajaran 2014/2015”, diterima. Pembahasan hasil-hasil penelitian dan pengujian hipotesis terkait dengan hasil belajar keterampilan berbicara Bahasa Indonesia siswa kelas IV semester 2 pada tema cita-citaku khususnya pada sub tema hebatnya citacitaku antara kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan guru secara langsung dan kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan guru secara tidak langsung yang diterapkan dalam penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh terhadap hasil belajar keterampilan berbicara Bahasa Indonesia pada tema cita-citaku. Adanya pengaruh dapat dilihat dari post-test hasil belajar keterampilan berbicara Bahasa Indonesia siswa. Secara deskriptif kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan guru secara langsung memiliki hasil belajar lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan guru secara tidak langsung. Berdasarkan uji hipotesis nilai thitung 1,98 > ttabel 1,67. Secara statistik hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada taraf signifikansi 5% dengan db 74, terdapat perbedaan hasil belajar keterampilan
berbicara Bahasa Indonesia antara kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan guru secara langsung dan kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan guru secara tidak langsung pada tema cita-citaku, subtema hebatnya cita-citaku. Perbedaan hasil belajar keterampilan berbicara Bahasa Indonesia antara kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan guru secara langsung dan kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan guru secara tidak langsung disebabkan karena perbedaan perlakuan pada langkah-langkah pembelajaran dan proses penyampaian materi. Perbedaan dari masing-masing perlakuan yang diberikan adalah terletak pada pertanyaan yang diajukan oleh guru. pertanyaan tersebut adalah pertanyaan langsung dan pertanyaan tidak langsung. Pertanyaan langsung adalah pertanyaan yang dimaksudkan untuk menggali atau merekam informasi mengenai diri responden itu sendiri. Atau dengan kata lain pertanyaan yang diajukan oleh guru dimaksudkan untuk mencari informasi yang berkaitan dengan diri siswa itu sendiri, sedangkan pertanyaan tidak langsung adalah pertanyaan yang bermaksud untuk menggali atau merekam informasi dari apa yang diketahui responden mengenai objek atau subjek tertentu, dan informasi yang dimaksud tidak berbicara langsung mengenai diri responden bersangkutan. Atau dengan kata lain pertanyaan yang diajukan guru dimaksudkan untuk menggali informasi yang secara langsung tidak berkaitan dengan diri siswa sendiri (Faisal, 1981:5). Proses pembelajaran dengan pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan langsung adalah proses yang dirancang dengan berbagai tahapan agar siswa dapat belajar secara aktif dan kreatif. Dalam prosesnya, kegiatan pembelajaran yang dirancang disesuaikan dengan tahapan atau langkah-lagkah yang tercantum dalam pendekatan saintifik seperti mengamati, menanya,
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015 mengumpulkan informasi/ eksperimen, mengasosiasikan atau mengolah informasi, dan mengkomunikasikan. Namun dalam tahap menanya, pertanyaan yang diajukan guru adalah pertanyaan langsung. Pada awal proses pembelajaran guru menyampaikan apersepsi kepada siswa dengan mengajukan pertanyaan langsung untuk mengetahui pengetahuan awal siswa dan menyiapkan fisik dan psikis siswa untuk mengikuti pembelajaran. Pada kegiatan inti, siswa ditugaskan mengamati gambar ataupun media yang disiapkan guru, kemudian guru kembali megajukan pertanyaan langsung sesuai dengan apa yang diamati siswa, dan siswa menanggapi pertanyaan guru dengan menyampaikan jawaban secara lisan. Informasi yang didapatkan siswa melalui apersepsi kemudian diperkaya melalui membaca buku dan sumber lain yang mendukung disertai dengan arahan dari guru. Guru memberikan LKS, siswa mengerjakan LKS dengan mengolah informasi yang telah diperoleh sebelumnya. Kemudian siswa menyampaikan hasil kerjanya secara lisan untuk melatih keterampilan berbicaranya. Siswa dan guru menyimpulkan materi pembelajaran yang telah dipelajari. Diterapkannya pembelajaran saitifik menggunakan pertanyaan guru secara langsung berpengaruh positif terhadap hasil belajar keterampilan berbicara siswa. Rata-rata hasil belajar keterampilan berbicara berbicara kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan langsung pada siswa kelas IV SDN 10 Peguyangan adalah sebesar 79,05. Hasil belajar keterampilan berbicara Bahasa Indonesia pada siswa kelas IV SDN 10 Peguyangan berada pada kategori sangat baik sebanyak 29 siswa atau sebesar 76,32% dan kategori baik sebanyak 9 siswa atau sebesar 23,68%. Pembelajaran saintifik menggunakan pertanyaan tidak langsung adalah proses pembelajaran yang mengaplikasikan pendekatan saintifik atau ilmiah dalam proses pembelajaran dengan meyelipkan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat tidak langsung ke dalam setiap langkah pembelajaran seperti pada saat guru
memberikan apersepsi, pada tahap inti pembelajaran, pada saat memotivasi siswa, ataupun pada saat evalusi untuk menguji pemahaman siswa. Pertanyaan tidak langsung adalah pertanyaan yang diajukan untuk mengetahui pengetahuan diluar diri siswa, atau yang bersifat abstrak. Pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan tidak lansung pada siswa kelas IV SDN 12 Peguyangan memiliki nilai rata-rata sebesar 76,47. Hasil belajar keterampilan berbicara Bahasa Indonesia pada siswa kelas IV SDN 12 Peguyangan berada pada kategori sangat baik sebanyak 22 siswa atau sebesar 57,89% dan kategori baik sebanyak 16 siswa atau sebesar 42,11%. Jika dibandingkan dengan kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saitifik menggunakan pertanyaan langsung persentase nilai kategori sangat baik lebih besar dibandingkan kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan tidak langsung. Perbedaan hasil belajar keterampilan berbicara Bahasa Indonesia pada kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan guru secara langsung pada siswa kelas IV SDN 10 Peguyangan dengan kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan tidak langsung pada siswa kelas IV SDN 12 Peguyangan dikarenakan perbedaan perlukuan yang diberikan. Hasil belajar keterampilan berbicara Bahasa Indonesia pada siswa kelas IV SDN 10 Peguyangan yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan langsung memiliki nilai ratarata lebih tinggi yakni sebesar 79,05 dibandingkan hasil belajar keterampilan berbicara Bahasa Indonesia pada siswa kelas IV SDN 12 Peguyangan yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan tidak langsung yang memiliki nilai rata-rata sebesar 76,47. Hal ini dikarenakan pertanyaan langsung ditujukan untuk menggali atau merekam informasi mengenai diri siswa itu sendiri. Atau dengan kata lain pertanyaan yang diajukan oleh guru dimaksudkan untuk mencari informasi yang berkaitan
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015 dengan diri siswa. Sesuai dengan teori belajar dari Jean Peaget pada anak usia sekolah dasar anak tergolong ke dalam kategori oprasional konkrit, dimana pada masa ini anak lebih mudah memahami suatu konsep pembelajaran yang berkaitan dengan dirinya atau berada disekitar siswa yang bersifat konkrit atau nyata. Siswa akan lebih mudah mendeskripsikan sesuatu yang nyata yang pernah mereka lihat. Dibandingkan dengan pertanyaan tidak langsung yang dimaksukdan untuk menggali atau merekam informasi dari apa yang diketahui siswa mengenai objek atau subjek tertentu, dan informasi yang dimaksud tidak berbicara langsung mengenai diri siswa bersangkutan. Atau dengan kata lain pertanyaan yang diajukan guru dimaksudkan untuk menggali informasi yang tidak berkaitan dengan diri siswa sendiri. Berbeda dengan pertanyaan langsung, pertanyaan tidak langsung bersifat pertanyaan abstrak yang menggali informasi yang tidak berkaitan dengan siswa, hal tersebut yang menyebabkan siswa terkadang kesulitan untuk mendeskripsikan sesuatu yang tidak pernah mereka lihat sebelumnya. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Penelitian dari I Nyoman Sumayasa (2012) dengan judul penelitian adalah SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan pada paparan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut. Hasil belajar keterampilan berbicara Bahasa Indonesia siswa kelas IV SDN 10 Peguyangan tahun pelajaran 2014/2015 yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan guru secara langsung pada tema cita-citaku memiliki nilai rata-rata sebesar 79,05. Dari jumlah sampel penelitian yang ada diperoleh 15,79% siswa berada di sekitar rata-rata, 42,1% siswa berada di bawah rata-rata, dan 42,11% siswa berada di atas rata-rata. Dari hasil perhitungan penentuan kategori hasil belajar keterampilan berbicara Bahasa Indonesia kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan guru secara langsung dengan
Pengaruh Implementasi Pendekatan Saintifik Terhadap Motivasi Belajar dan Hasil Belajar Bahasa Indonesia pada Siswa Kelas IV Di Sekolah Dasar Gugus IV Kecamatan Abang Karangasem. Dimana Hasil Penelitian menunjukkan bahwa: Pertama, Terdapat pengaruh motivasi belajarbahasa Indonesia antara siswa yang mengikuti pelajaran dengan pendekatan saintifik dan siswa yang belajar dengan model pembelajaran konvensional pada siswa kelas VI Gugus VI Kecamatan Abang, Karangasem, motivasi belajar siswa yang mengikuti model pembelajaran saintifik (kelompok eksperimen) hasilnya lebih baik daripada motivasi belajar siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional (kelompok kontrol). Kedua, hasil belajar siswa yang mengikuti model pembelajaran saintifik (kelompok eksperimen) hasilnya lebih baik daripada hasil belajar siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional (kelompok kontrol). Ketiga, motivasi dan hasil belajar siswa yang mengikuti model pembelajaran saintifik (kelompok eksperimen) hasilnya lebih baik daripada motivasi dan hasil belajar siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional (kelompok kontrol). menentukan mean ideal (Mi) dan standar deviasi ideal (SDi) diperoleh hasil sebanyak 29 siswa berada pada kategori sangat baik dengan persentase 76,32%, dan sebanyak 9 siswa berada kategori baik dengan persentase 23, 68%. Hasil belajar keterampilan berbicara Bahasa Indonesia siswa kelas IV SDN 12 Peguyangan tahun pelajaran 2014/2015 yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan guru secara tidak langsung tema cita-citaku pada siswa memiliki nilai rata-rata sebesar 76,47. Dari jumlah sampel penelitian yang ada diperoleh 15,79% siswa berada di sekitar rata-rata, 42,1% siswa berada di bawah rata-rata, dan 42.11% siswa berada di atas rata-rata. Dari hasil perhitungan penentuan kategori hasil belajar keterampilan berbicara Bahasa Indonesia kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015 menggunakan pertanyaan guru secara tidak langsung dengan menentukan mean ideal (Mi) dan standar deviasi ideal (SDi) diperoleh hasil sebanyak 22 siswa berada pada kategori sangat baik dengan persentase 57,89%, dan sebanyak 16 siswa berada pada kategori baik dengan persentase 42,11%. Dari hasil perhitungan menggunakan uji-t, diperoleh thitung = 1, 98 dan ttabel = 1,67. setelah kedua hasil penghitungan dibandingkan maka diperoleh thitung > ttabel (1,98 > 1.67). Dari perbandingan ini maka H0 ditolak dan Ha diterima, yang artinya terdapat perbedaan hasil belajar keterampilan berbicara Bahasa Indonesia tema cita-citaku antara kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan guru secara langsung dan kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan guru secara tidak langsung. Hal tersebut menunjukan bahwa terdapat pengaruh pendekatan saintifik ditinjau dari karakteristik pertanyaan guru terhadap hasil belajar keterampilan berbicara Bahasa Indonesia tema cita-citaku pada siswa kelas IV SDN Desa Peguyangan tahun pelajaran 2014/2015.. DAFTAR PUSTAKA Abidin, Yunus. 2013. Pembelajaran Bahasa Berbasis Pendidikan Karakter. Bandung: Refika Aditama. Daryanto. 2014. Pendekatan Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013. Yogyakarta: Gava Media. Faisal, Sanafah. 1981. Dasar dan Teknik Menyusun Angket. Surabaya: Usaha Nasional Kosasih, E. 2014. Strategi Belajar dan Pembelajaran Implementasi Kurikulum 2013. Bandung. Yrama Widya. Kunandar. 2014. Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik Berdasarkan Kurikulum 2013. Jakarta: Rajagrafindo Persada. Kurniasih, Imas dan Berlin Sani. 2014. Sukses Implementasi Kurikulum 2013. Kata Pena. Peraturan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 81a Tahun 2013 Tentang Implementasi Kurikulum. Tersedia pada http;//www.scribd.com/doc/23733229 6/Salinan-Permen-No-81a-Tahun2013#scribd (diakses pada tanggal 20 Desember 2014) Saddhono, Kundharu dan St.Y. Slamet. 2014. Pembelajaran Keterampilan Berbahasa Indonesia. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sumayasa, I Nyoman. 2012. Pengaruh Implementasi Pendekatan Saintifik Terhadap Motivasi Belajar Dan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Pada Siswa Kelas IV Di Sekolah Dasar Gugus IV Kecamatan Abang Karangasem. Skripsi (tidak diterbitkan) Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Undiksha Singaraja. Tersedia pada http://119.252.161.254/ejournal/inde x.php/jurnal_pendas/article/view/149 3. (diakses pada tanggal 8 Mei 2015 pukul 11.30 wita) Sukmadinata, Syaodih. 2012. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya Surpiyadi. 2014. Strategi Belajar dan Mengajar. Jakarta. Kencana