e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 3 No: 1 Tahun: 2015
ANALISIS KEMAMPUAN SISWA DALAM KEGIATAN MENANYA PADA PROSES PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK PADA KURIKULUM 2013 (TEMA SEJARAH PERADABAN INDONESIA) DI KELAS V SD NEGERI 7 SESETAN KECAMATAN DENPASAR SELATAN TAHUN AJARAN 2014/2015 Pt. Wahyudhiatmika1, DB.Kt.Ngr. Semara Putra2, I.B. Gd. Surya Abadi3 1,2,3
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
email :
[email protected],
[email protected],
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan kemampuan siswa dalam menanyapada proses pembelajaran dengan pendekatan saintifik pada kurikulum 2013 (Tema Sejarah Peradaban Indonesia) di Kelas V SD Negeri 7 Sesetan Tahun Ajaran 2014/2015. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif dengan subjek penelitian, siswa kelas V SD Negeri 7 Sesetan yang berjumlah 76 orang. Teknik penentuan sampel menggunakan sampel jenuh sehingga seluruh populasi adalah sampel. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Selanjutnya data dianalisis menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif.Hasil penelitian mengungkapkan bahwa kemampuan siswa dalam menanyalebih dominan pada pengetahuan faktual. Hal ini dibuktikan dari hasil analisis data kemampuan menanya siswa menggunakan tabel taksonomi yang kemudian dikonversikan dalam PAP skala 4 diperoleh nilai pengetahuan faktual yaitu 3,6 dengan kategori sangat baik, sedangkan perolehan nilai pengetahuan konseptual adalah 0,3 dengan kategori kurang, nilai pengetahuan prosedural 0,1 dengan kategori kurang, dan nilai pengetahuan metakognitif adalah 0 dengan kategori kurang. Berdasarkan analisis tersebut, dapat disimpulkan bahwa kemampuan siswa dalam menanyapada proses pembelajaran dengan pendekatan saintifik pada kurikulum 2013 (Tema Sejarah Peradaban Indonesia) di Kelas V SD Negeri 7 Sesetan Tahun Ajaran 2014/2015 adalah dominan pada pengetahuan faktual dengan kategori sangat baik secara generalisasi. Kata kunci : kemampuan siswa, menanya, dan pendekatan saintifik Abstract The purpose of this research was to describe students ability in asking questions during study using scientific approach for curriculum 2013 (Tema: Sejarah th Peradaban Indonesia) in grade 5 SD Negeri 7 Sesetan in 2014/2015 academic year. This was a descriptive qualitative research with subjects of 76 students. We use the whole student population as our sample. Data were collected through observation, interviews, and documentation which were then analyzed using descriptive qualitative approach.Derived our conclusion, we analyzed such ability asking question using taxonomy table which is mapped to PAP scale with maximum scale of 4. Factual knowledge has a score of 3.6 which is very good, whereas conceptual, procedural, and meta-cognitive scores are 0.3, 0.1 and 0, respectively, which are poor. This shows that our subjects ability in asking questions during study using scientific approach for curriculum 2013 (Tema: Sejarah Peradaban Indonesia) th in grade 5 SD Negeri 7 Sesetan in 2014/2015 academic yearis dominantly on factual knowledge, with very good level of competence. Keywords : students ability, asking questions, scientific approach
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 3 No: 1 Tahun: 2015
PENDAHULUAN Penyempurnaan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) menjadi kurikulum 2013 (K13) berdampak pada perubahan standar isi, standar proses, standar penilaian dan standar kompetensi lulusan. Pembelajaran pada kurikulum 2013 merupakan pembelajaran tematik terpadu integratif. Artinya tema merajut makna berbagai konsep dasar sehingga peserta didik tidak belajar konsep dasar secara parsial. Dengan demikian, pembelajarannya memberikan makna yang utuh kepada peserta didik seperti tercermin pada berbagai tema yang tersedia (Permendikbud No 67 Tahun 2013). Pada kurikulum 2013, dalam proses pembelajarannya menggunakan pendekatan saintifik atau pendekatan ilmiah. Daryanto (2014) menyatakan pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengkonstruksi konsep, hukum atau prinsip melalui tahapantahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan bebagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang ditemukan. Sejalan dengan pendapat Daryanto, berdasarkan teori Dyer (dalam Sani, 2014) pendekatan saintifik (scientific approach) dalam pembelajaran yang memiliki komponen proses pembelajaran antara lain: 1) mengamati, 2) menanya, 3) mencoba/mengumpulkan informasi, 4) menalar/asosiasi, 5) membentuk jejaring (melakukan komunikasi). Karakteristik pendekatan saintifik antara lain sebagai berikut; 1) berpusat pada siswa, 2) melibatkan proses sains dalam mengonstruksi konsep, hukum atau prinsip, 3) melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang perkembangan intelek, khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa, 4)
dapat mengembangkan karakter siswa (Sani, 2014). Aktivitas pembelajaran dengan pendekatan saintifik siswa belajar dengan menggunakan seluruh alat indra yang ia miliki sehingga pembelajaran itu terasa lebih utuh dan bermakna. Pembelajaran diharapkan berpusat pada siswa (Student centered) dimana siswa yang aktif di dalam kelas sedangkan guru menjadi fasilitator, bukan pemegang kekuasaan penuh atas kelas.Proses pembelajaran dengan pendekatan saintifik guru diharapkan mampu mengembangkan kemampuan siswa belajar seperti layaknya seorang ahli dalam melakukan aktivitas penelitian seperti mengamati, menanya, mencoba, menalar, dan mengkomunikasikan. Terkait dengan hal tersebut, berlakunya kurikulum 2013 menjadikan kemampuan menanya bertambah penting. Dalam implementasi kurikulum 2013 menggunakan pendekatan saintifik dimana dalam pendekatan saintifik terdapat 5 tahapan pembelajaran, salah satunya adalah tahapan menanya. Jadi untuk mengoptimalkan proses pembelajaran, guru dan siswa dituntut untuk memiliki kemampuan bertanya dan menjawab dengan baik.Suyadi (2013) mengatakan kemampuan guru untuk menumbuhkan keberanian bertanya dalam diri siswa menunjukkan keberhasilan guru dalam mengaktifkan proses pembelajaran. Dengan demikian kemampuan bertanya merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam rangka meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran, yang sekaligus merupakan bagian dari keberhasilan dalam pengelolaan instruksional dan pengelolaan kelas. Melalui kemampuan bertanya guru mampu mendeteksi hambatan proses berpikir di kalangan siswa dan sekaligus dapat memperbaiki dan juga meningkatkan proses belajar siswa. Bertanya menyentuh ranah kognitif, karena ketika siswa bertanya berarti aspek yang dikembangkan adalah pengetahuannya (Suyadi, 2013). Oleh karena itu membutuhkan taksonomi pendidikan untuk membantu merumuskan tujuan-tujuan yang ingin dicapai. Anderson
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 3 No: 1 Tahun: 2015 dan Krathwohl, 2010 mengatakan taksonomi merupakan sebuah kerangka pikir khusus. Dalam sebuah taksonomi kategori-kategorinya merupakan satu kontinum. Kontinum merupakan salah satu prinsip klarifikasi pokok dalam taksonomi tersebut. Taksonomi Bloom hanya mempunyai satu dimensi, sedangkan taksonomi revisi memiliki dua dimensi yaitu proses kognitif dan pengetahuan. Interelasi keduanya disebut Tabel Taksonomi. Masalah yang terjadi adalah sampai saat ini kemampuan bertanya masih belum mendapat prioritas dalam pembelajaran, karena (1) guru kurang mampu menumbuhkan keberanian bertanya siswa, dimana dalam satu kelas biasanya hanya beberapa siswa yang aktif bertanya, sedangkan yang lain diam terpaku, (2) telah berakarnya mengajar dengan menggunakan metode ceramah yang cenderung menempatkan guru sebagai sumber informasi sedangkan siswa menjadi penerima informasi yang pasif, (3) latar belakang kehidupan anak dalam lingkungan keluarga dan masyarakat yang kurang biasa mengajukan pertanyaan dan menyatakan pendapat, (4) pandangan yang salah mengenai tujuan pertanyaan yang mengatakan bahwa pertanyaan hanya digunakan untuk mengevaluasi hasil belajar siswa. Oleh karena itu sampai saat in masih banyak siswa mengalami kesulitan untuk bertanya. Banyak siswa lebih senang menunggu untuk menjawab pertanyaan daripada mempertanyakan sesuatu. Sedangkan disisi lain, kebiasaan bertanya merupakan salah satu bagian penting guna menunjang tercapainya hasil belajar yang optimal. Siswa akan terlatih untuk berpikir mengenai pelajaran yang telah diterima dan memperjelasnya dengan mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan pelajaran yang disajikan guru. Dengan bertanya siswa terlatih untuk berpikir, terlatih untuk mengembangkan informasi dan pengetahuan yang didapatnya, dan dengan kebiasaan bertanya akan melatih kepribadiannya agar selalu berani dan percaya diri. Kebiasaan bertanya merupakan salah satu faktor penyumbang yang penting bagi keberhasilan siswa dalam prestasi belajar. Bertanya dapat meningkatkan rasa ingin
tahu, minat dan perhatian siswa dalam proses pembelajaran. Dengan bertanya atau menjawab berbagai pertanyaan, pengetahuan yang diperolehnya akan lebih meninggalkan kesan. Ia akan lebih mengingat dengan apa yang telah ditanyakannya, dengan jawaban yang telah diberikan gurunya, dan begitu juga sebaliknya. Sementarasiswa yang tidak banyak mengajukan pertanyaan-pertanyaan, kurang berkeinginan untuk mengikuti jawabannya, siswa yang kurang berinisiatif untuk mengajukan pertanyaan yang belum dipahaminya, cenderung merupakan siswa yang lamban belajar. Siswa yang lamban belajar sangat sulit mengikuti pelajaran yang disampaikan gurunya, apalagi mencerna dan mengkajinya seperti yang diharapkan kurikulum sekolah. Jika didorong oleh keberaniannya untuk mengajukan suatu pertanyaan, ia sangat gugup untuk menyampaikannya. Siswa seperti ini harus selalu dimotivasi oleh gurunya agar selalu bertanya sehingga keberanian dan kepercayaan diri serta semangat belajarnya bangkit, yang pada akhirnya prestasi belajarnya tidak jelek. Berdasarkan pemaparan di atas, menjadi sangat menarik untuk diteliti bagaimana kemampuan menanya siswa dengan diimplementasikannya kurikulum 2013. Karena dalam implementasi kurikulum 2013 menggunakan pendekatan saintifik, dimana salah satu tahapanya adalah tahap menanya. Penelitian ini akan memberikan deskripsi tentang kemampuan menanya siswa dalam proses pembelajaran tersebut. METODE Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif kualitatif. Yang dimaksud kualitatif adalah datanya. Data kualitatif adalah data yang diunjukan dalam kata keadaan atau kata sifat, misalnya : sangat baik, baik, dan lain-lain yang merupakan kelanjutan kualitasnya, Arikunto (2010). Seperti yang dikemukakan oleh Sugiyono (2011) “ penelitian deskriptif adalah sebuah penelitian yang bertujuan untuk memberi atau menjabarkan suatu keadaan atau fenomena yang terjadi saat ini dengan menggunakan prosedur ilmiah untuk
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 3 No: 1 Tahun: 2015 menjawab masalah secara aktual”. Penelitian deskriptif dimaksudkan untuk memperoleh gambaran yang jelas, objektif, sistematis dan cermat mengenai fakta-fakta yang diperoleh. Pendekatan metode ini menekankan pada ketajaman analisis secara objektif sehingga diperoleh ketepatan dalam interpretasi. Dari pendapat-pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa penelitian deskriptif adalah sebuah penelitian dengan metode seperti mendeskripsikan, menginterpretasi sesuatu fenomena dari bagaimana fenomena tersebut terjadi tanpa ada analisis dengan variabel lain. Oleh karena itu data yang nantinya dianalisis adalah data yang diolah secara analisis deskriptif kualitatif. Agung (2014) menyatakan bahwa metode analisis atau pengolahan data dengan jalan menyusun secara sistematis dalam bentuk kalimat atau kata-kata, kategori-kategori mengenai suatu objek (benda, gejala, variabel tertentu) sehingga akhirnya diperoleh kesimpulan umum. Sehingga, data akhir nantinya berupapenggambaran kemampuan siswa dalam menanya pada proses pembelajaran dengan pendekatan saintifik pada kurikulum 2013 siswa kelas V SD Negeri 7 Sesetan Tahun Ajaran 2014/2015. Penelitian ini dilaksanakan di SD N 7 Sesetan Kecamatan Denpasar Selatan Tahun Ajaran 2014/2015 yang berlangsung pada bulan Februari sampai dengan Maret 2015.Pada penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas V SD Negeri 7 Sesetan Tahun Ajaran 2014/2015 yang dipilih berdasarkan teknik sampling jenuh. Sugiyono (2009) menyatakan “sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel”. Terpilih subjek penelitian sebanyak 76 siswa. Objek penelitian merupakan hal yang dikaji dalam penelitian tersebut. Sesuai dengan permasalahan yang dikaji adalahkemampuan siswa dalam menanya pada proses pembelajaran dengan pendekatan saintifik pada kurikulum 2013 di kelas V SD Negeri 7 Sesetan Tahun Ajaran 2014/2015 yang akan diketahui melalui beberapa metode pengumpulan data.
Dalam penelitian ini peneliti sendiri sebagai instrumen penelitian. Darmadi (2011) mengemukakan, “Instrumen adalah alat untuk mengukurkan informasi atau melakukan pengukuran”. Dari pendapat di atas maka instrumen penelitian merupakan alat yang membantu peneliti untuk mendapat data penelitian serta melakukan pengukuran contohnya seperti angket, lembar pengamatan, dsb. Peneliti melakukan observasi langsung ke lapangan, mengambil dokumentasi, melakukan wawancara serta mendeskripsikan hasil penelitian. Instrumen penelitian yang digunakan adalah pedoman observasi, pedoman wawancara, dan studi dokumentasi. Pedoman observasi digunakan untuk mendapatkan gambaran proses pembelajaran di dalam kelas khususnya pada kegiatan menanya. Pedoman wawancara digunakan untuk memperoleh data faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan siswa dalam menanya pada proses pembelajaran dengan pendekatan saintifik. Studi dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan berbagai hal yang berhubungan dengan pelaksanaan analisis kemampuan siswa dalam menanya pada proses pembelajaran dengan pendekatan saintifik. Sebelum diuraikan lebih lanjut tentang data yang dikumpulkan dalam penelitian ini, terlebih dahulu akan dikemukakan prihal tentang data tersebut. Instrumen atau alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah segala alat yang digunakan untuk pengumpulan data. Dalam penelitian deskriptif kualitatif, seorang peneliti biasanya menjadi kunci utama dalam mengumpulkan data yang diperlukan. Pengumpulan data dalam penelitian deskriptif kualitatif dilakukan pada natural setting (kondisi yang alamiah), sumber data primer, dan teknik pengumpulan data lebih banyak pada observasi, wawancara mendalam, dan dokumentasi. Observasi lapangandilakukan peneliti untuk memperoleh data berkaitan dengan fokus masalah. Menurut Hadi (dalam Sugiyono, 2012) mengemukakan bahwa, observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 3 No: 1 Tahun: 2015 berbagai proses biologis dan psikologis. Dua di antara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan. Dari segi proses pelaksanaan pengumpulan data, observasi dapat dibedakan menjadi participant observation (observasi berperan serta) dan non participant observation. Selanjutnya dari segi instrumentasi yang digunakan, maka observasi dapat dibedakan menjadi observasi terstruktur dan tidak terstruktur (Sugiyono, 2012). Pada tahap observasi, peneliti hadir di kelas yang bersifat non observasi kepada siswa untuk memahami bagaimana kegiatan siswa dalam belajar di sekolah. Kegiatan ini dilakukan untuk mengupayakan perilaku alami dari subyek tetap terjaga tanpa adanya pengaruh perilaku peneliti sehingga peneliti dapat malakukan pengamatan dengan leluasa. Dalam pengamatan, data diinterpretasikan sesuai dengan keadaan empiris secara umum berdasarkan apa yang yang telah dipaparkan pada landasan teori yang ada. Dengan demikian, peneliti mendapatkan pemahaman terhadap perilaku subjek untuk kemudian diungkapkan ke dalam laporan penelitian. Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan dilakukan oleh 2 pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Menurut Riyanto (2001) wawancara merupakan metode pengumpulan data yang menghendaki komunikasi langsung antara penyidik dengan subyek atau responden. Nasution (2008) mengatakan wawancara adalah suatu bentuk komunikasi verbal semacam percakapan yang bertujuan memperoleh informasi. Seperti yang telah dipaparkan wawancara dilakukan sebagai salah satu teknik pengumpulan data khususnya data yang berkaitan dengan fokus masalah yang ada. Wawancara dilakukan terhadap sumber data penelitian, yakni guru dan siswa. Wawancara terhadap guruditujukan untuk memperoleh data berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan siswa dalam kegiatan menanya. Wawancara juga dilakukan pada siswa yang bertujuan untuk memperoleh
informasi secara langsung tentang faktorfaktor yang mempengaruhi kemampuan siswa dalam kegiatan menanya. Peneliti menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis. Namun dalam pelaksanaannya, konteks wawancara dapat berkembang di luar rubrik wawancara. Tujuan dari wawancara ini adalah untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, di mana pihak yang diajak berwawancara diminta pendapat mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan siswa dalam kegiatan menanya pada proses pembelajaran dengan pendekatan saintifik. Dokumentasi digunakan untuk memperoleh data yang bersumber pada tulisan, seperti buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, dan sebagainya (Arikunto, 2010). Menurut Irawan (dalam Sukandarrumidi, 2006) dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang ditunjukan kepada subyek penelitian. Dalam penelitian ini, metode dokumentasi peneliti gunakan untuk memperoleh data yang benar-benar valid dan memang diperlukan dalam penelitian. Peneliti akan mengumpulkan data berupa pertanyaan siswa secara tertulis. Dengan demikian, peneliti dapat melakukan analis untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menanya pada proses pembelajaran dengan pendekatan saintifik pada kurikulum 2013. Dalam penelitian ini, analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif. Agung (2014: 110) menyatakan analisis deskriptif kualitatif adalah metode analisis atau pengolahan data dengan jalan menyusun secara sistematis dalam bentuk kalimat atau kata-kata, kategori-kategori mengenai suatu objek (benda, gejala, variabel tertentu) sehingga akhirnya diperoleh kesimpulan umum. Sugiyono (2012) mengemukakan bahwa analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, ,menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 3 No: 1 Tahun: 2015 sehingga mudah dipahami oleh sendiri maupun orang lain. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan langkah-langkah seperti yang dikemukakan Miles dan Humberman (dalam Sugiyono, 2014) Yaitu bahwa aktivitas dalam analisis data kualitattif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisi data yaitu data reduction, data display, dan conclusion drawing/verification. Data yang diperoleh dari lapangan cukup banyak, untuk itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Seperti telah dikemukakan, semakin lama penelitian di lapangan, maka jumlah data semakin banyak, kompleks dan rumit. Untuk itu perlu segera dilakukan analisis data melalui reduksi data, mereduksi data berati merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting. Dicari tema polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan. Reduksi data dapat dibantu dengan peralatan elektronik seperti komputer mini, dengan memberikan aspek kode pada aspek-aspek tertentu. Setelah data reduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data. Dalam penelitian deskriptif kualitatif penyajian data ini dapat dilakukan dalam bentuk tabel, grafik, phie chard, pictogram dan sejenisnya. Melalui penyajian data tersebut, maka data teroganisasikan, tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan semakin mudah dipahami. Langkah ketiga dalam analisis data menurut miles dan Humberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi ;apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti yang valid dan konsisten saat peneliti dikemukakan merupakan kesimpulan kredibel.
HASIL DAN PEMBAHASAN Data penelitian ini diperoleh dari hasil observasi, wawancara dan dokumentasi. Observasi dilakukan dengan mengamati secara langsung kegiatan belajar siswa kelas V di SDN 7 Sesetan khususnya pada kegiatan menanya. Wawancara dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan siswa kelas V di SDN 7 Sesetan dalam kegiatan menanya pembelajaran dengan pendekatan saintifik pada kurikulum 2013. Dokumentasi dilakukan dengan menganalisis data mengenai kemampuan siswa kelas V di SDN 7 Sesetan dalam kegiatan menanya secara tertulis dalam proses pembelajaran tema Sejarah Peradaban Indonesia dengan pendekatan saintifik pada kurikulum 2013. Selanjutnya akan dibahas mengenai dua hal pokok, yaitu (1) kemampuan menanya siswa dalam proses pembelajaran dengan pendekatan saintifik pada kurikulum 2013 ditinjau dari taksonomi bloom revisi, dan (2) faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan menanya siswa pada proses pembelajaran dengan pendekatan saintifik pada kurikulum 2013. Observasi didalam kelas dilakukan sebanyak 12 kali pertemuan yaitu 6 kali di kelas Va dan 6 kali di kelas Vb. Observasi ini dilakukan pada tanggal 26 februari 2015 sampai 18 maret 2015. Pada saat mengobservasi siswa kelas V SDN 7 Sesetan, proses pembelajaran di kelas khususnya pada kegiatan menanya tidak sesuai dengan yang diharapkan, hanya beberapa siswa yang aktif untuk mengajukan pertanyaan sedangkan siswa yang lain diam. Hal ini tentu tidak sesuai dengan harapan dalam kurikulum 2013 dengan menggunakan pendekatan saintifik. Dimana dalam pendekatan saitifik siswa harus melalui 5 pengalaman pembelajaran yaitu : mengamati, menanya, mengasosiasi, menalar, dan mengkomunikasikan. Karena penelitian ini menggunakan sampel jenuh maka memerlukan bantuan guru untuk memperoleh data kemampuan siswa dalam menanya. Saat kegiatan menanya guru menugaskan siswanya untuk mengajukan pertanyaan secara tertulis. Pertanyaan siswa secara tertulis kemudian dikumpulkan untuk dijadikan dokumentasi. Hasil dokumentasi berupa
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 3 No: 1 Tahun: 2015 pertanyaan siswa secara tertulis kemudian dianalisis sesuai dengan tabel taksonomi Bloom revisi. Dari jumlah seluruh siswa kelas Va dan Vb yang berjumlah 76 orang terkumpul pertanyaan secara tertulis yang sebanyak 912 pertanyaan, kemudian setiap
pertanyaan ini dianalisis. Berikut secara rinci hasil analisis data kemampuan bertanya siswa secara tertulis disajikan pada tabel berikut.
Tabel 1. Tabel Pengkategorian PAP Skala 4 untuk Kemampuan Menanya Berdasarkan Taksonomi Bloom Revisi No Pengetahuan Nilai Hasil Kategori Predikat Keterangan 1
Faktual
828
0.91
3.6
A-
SB
2
Konseptual
67
0.07
0.3
D
K
3 4
Prosedural Metakonitif
17 0
0.02 0
0.1 0
D D
K K
Berdasarkan hasil wawancara dengan wali kelas Va Ibu Ni Komang Asrini, S.Pd. SD mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan menanya siswa meliputi : 1) Pada kegiatan menanya guru lebih dominan mengajukan pertanyaan. 2) Masih banyak siswa yang tidak aktif dalam kegiatan menanya karena jarang ada inisiatif untuk bertanya 3) Saat mengajukan pertanyaan hanya sedikit siswa yang sudah mampu mengajukan pertanyaan dengan baik namun belum maksimal. 4) Masih banyak siswa yang tidak berani bertanya. 5) Pertanyaan yang sering diajukan siswa biasanya pertanyaan mengingat (C1) memahami C2, ada beberapa siswa yang memiliki maksud bertanya pada mengaplikasikan (C3) dan menganalisis (C4) namun tidak mampu menyampaikannya dengan baik 6) Hal yang menyebabkan siswa takut bertanya disebabkan siswa tidak memahami materi sehingga takut salah mengajukan pertanyaan. 7) Guru selalu memberikan kesempatan siswa untuk mengajukan pertanyaan. 8) faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan menanya siswa disebabkan dari dalam diri siswa itu sendiri hal ini meliputi kecerdasan anak itu sendiri, keberaniannya untuk bertanya, sedangkan dari luar diri siswa, memiliki rasa takut disoraki oleh temannya dan siswa cenderung malu bertanya dan lebih sering menungu teman untuk bertanya terlebih dahulu.
Hasil wawancara dengan Ibu A.A. Istri Agung Suryani sebagai wali kelas Vb mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan siswa menanya meliputi. 1) Pada kegiatan menanya guru yang sering mengajukan pertanyaan kepada siswa. 2) Hanya beberapa siswa yang aktif bertanya, masih banyak siswa yang tidak aktif dalam kegiatan menanya. 3) Saat mengajukan pertanyaan beberapa siswa sudah mampu mengajukan pertanyaan dengan baik. 4) Banyak siswa yang tidak berani bertanya karena tidak tahu apa yang ditanyakan. 5) Pertanyaan yang sering diajukan siswa hanya pada pertanyaan mengingat (C1) sampai memahami (C2) jarang ada yang sampai mengaplikasikan dan menganalisis. 6) Hal yang menyebabkan siswa takut bertanya disebabkan karena siswa malu untuk bertanya, siswa tidak memahami materi yang disampaikan guru karena tidak serius mengikuti pelajaran. 7) Dari setiap bahasan guru selalu memberikan kesempatan siswa untuk mengajukan pertanyaan saat itu siswa sudah mulai mau bertanya mengenai materi yang tidak dipahaminya. 8) faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan menanya siswa disebabkan dari dalam diri siswa itu sendiri hal ini meliputi kecerdasan anak itu sendiri, siswa kurang percaya diri untuk mengajukan pertanyaan, sedangkan dari luar diri siswa, biasanya siswa yang ingin bertanya cenderung menunggu temannya agar bertanya terlebih dahulu jika tidak ada
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 3 No: 1 Tahun: 2015 yang bertanya siswa yang ingin bertanya lebih memilih untuk diam. Wawancara juga dilakukan dengan beberapa siswa untuk mengetahui faktorfaktor yang mempengaruhi kemampuan menanya siswa. Berdasarkan jawaban siswa diperoleh data hasil wawancara sebagai berikut. Dalam proses pembelajaran guru lebih sering mengajukan pertanyaan dibandingkan siswanya. Masih banyak siswa yang takut mengajukan pertanyaan saat kegiatan menanya. Siswa cenderung malas untuk mengajukan pertanyaan ketika ia tidak memahami materi yang disampaikan guru. Penelitian ini menggunakan metode observasi, dokumentasi dan wawancara. Pada tanggal 24 februari 2015 pengamatan dilakukan di tempat penelitian dan meminta izin kepada kepala sekolah SDN 7 Sesetan Ibu Ni Wayan Nastri, S.Pd untuk melakukan penelitian di sekolah tersebut. Penelitian diawali dengan melakukan observasi di kelas V. Observasi didalam kelas dilakukan sebanyak 12 kali pertemuan yaitu 6 kali di kelas Va dan 6 kali di kelas Vb. Observasi ini dimulai pada tanggal 26 februari 2015 sampai 18 maret 2015. Pada saat mengobservasi kegiatan pembelajaran khususnya kegiatan menanya masih banyak siswa yang tidak berani mengajukan pertanyaan. Hanya beberapa siswa saja yang aktif dalam kegiatan menanya sedangkan siswa lainnya hanya diam. Berdasarkan hal tersebut penelitian ini memerlukan bantuan dari guru untuk mendapatkan data dari seluruh siswa kelas V maka, saat kegiatan menanya guru menugaskan siswanya untuk mengajukan pertanyaan secara tertulis. Hal ini berkenaan dengan pengumpulan data kemampuan menanya siswa sehingga mendapatkan data dari seluruh siswa kelas V. Pertanyaan siswa secara tertulis dikumpulkan untuk dijadikan dokumentasi. Hasil dokumentasi berupa pertanyaan siswa secara tertulis kemudian dianalisis sesuai dengan tabel taksonomi Bloom revisi. Dari jumlah seluruh siswa kelas Va dan Vb yang berjumlah 76 orang terkumpul pertanyaan secara tertulis yang sebanyak 912 pertanyaan, kemudian setiap pertanyaan ini dianalisis berdasarkan tabel taksonomi.
Berdasarkan hasil rekapitulasi data dokumentasi berupa pertanyaan siswa secara tertulis yang telah dianalisis tersebut menunjukan bahwa kemampuan menanya siswa kelas V diantaranya 1) Pengetahuan Faktual : mengingat 99,8 %, memahami 65,04 %, mengaplikasikan 71 %, Menganalisis 70 %. 2) Pengetahuan Konseptual : mengingat 0,2 %, memahami 32,5 %, mengaplikasikan 16,5 %, menganalisis 25 %. 3) Pengetahuan Prosedural : memahami 2,4 %, mengaplikasikan 12,4 %, dan menganalisis 5 %. Dari hasil distribusi data kemampuan menanya siswa kemudian dikategorikan dalam PAP skala 4 diperoleh data kategori pengetahuan faktual 3,6 masuk predikat Aatau sangat baik, kategori pengetahuan konseptual 0,3 masuk predikat D atau kurang, kategori pengetahuan prosedural 0,1 masuk predikat D atau kurang, dan kategori pengetahuan metakognitif 0 masuk kategori kurang. Sesuai dengan hasil penelitian tersebut menunjukan pengetahuan faktual lebih mendominasi, terlihat pengetahuan faktual masuk kategori 3,6 dengan keterangan Sangat Baik. Hasil tersebut juga didukung dengan teori perkembangan kognitif Piaget dimana anak usia sekolah dasar berada pada tahap operasional kongkrit, kemampuan berpikir logis anak muncul pada tahap ini. Anak usai ini lebih mudah memahami hal-hal yang bersifat nyata. Dalam pendekatan saintifik guru harus mampu membimbing siswa untuk mampu mengajukan pertanyaan dimulai dari pertanyaan tentang hasil pengamatan objek kongkrit sampai kepada yang abstrak berkenaan dengan fakta, konsep, prosedur, ataupun hal lain yang lebih abstrak. Sejalan dengan itu kegiatan menanya sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013 adalah mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati, dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat hipotetik. Berdasarkan hasil wawancara dengan wali kelas V Ibu Ni Komang Asrini, S.Pd. SD dan A.A. Istri Agung Suryani mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan menanya siswa meliputi : pada
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 3 No: 1 Tahun: 2015 kegiatan menanya guru lebih dominan mengajukan pertanyaan, hal ini disebabkan kurangnya keberanian siswa dalam mengajukan pertanyaan. Masih banyak siswa yang tidak aktif dalam kegiatan menanya karena jarang ada inisiatif untuk bertanya. Saat mengajukan pertanyaan hanya sedikit siswa yang sudah mampu mengajukan pertanyaan dengan baik namun belum maksimal. Masih banyak siswa yang tidak berani bertanya karena tidak tahu apa yang harus ditanyakan. Pertanyaan yang sering diajukan siswa biasanya hanya pada pertanyaan mengingat dan memahami, ada beberapa siswa yang memiliki maksud bertanya pada mengaplikasikan dan menganalisis namun tidak mampu menyampaikannya dengan baik. Hal yang menyebabkan siswa takut bertanya disebabkan siswa tidak memahami materi sehingga takut salah mengajukan pertanyaan. Guru selalu memberikan kesempatan siswa untuk mengajukan pertanyaan namun jarang dimanfaatkan dengan baik oleh siswa. Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan menanya siswa disebabkan dari dalam diri siswa itu sendiri hal ini meliputi kecerdasan anak itu sendiri, keberaniannya untuk bertanya, hampir seluruh siswa tidak percaya diri untuk mengajukan pertanyaan, dan lebih sering menungu teman untuk bertanya terlebih dahulu. Sedangkan dari luar dirinya, ejekan teman membuat siswa enggan untuk bertanya, padahal guru sering memotivasi siswa untuk mengajukan pertanyaan. Wawancara juga dilakukan dengan siswa kelas V SDN 7 Sesetan yang seluruhnya berjumlah 76 orang. Wawancara hanya dilakukan dengan beberapa orang siswa untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan menanya siswa. Berdasarkan jawaban siswa diperoleh data hasil wawancara sebagai berikut. Dalam proses pembelajaran guru lebih dominan mengajukan pertanyaan, masih banyak siswa yang takut mengajukan pertanyaan, ini dikarenakan siswa kurang percaya diri untuk mengajukan pertanyaan, mereka malu dan takut bila bertanya nantinya akan disoraki teman-temannya. Siswa cenderung malas mengajukan pertanyaan ketika ia
tidak memahami materi yang disampaikan guru, belum optimalnya motivasi dari guru menyebabkan siswa tidak mampu mengajukan pertanyaan. Jadi dapat disimpulkan faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan siswa menanya adalah kurangnya rasa percaya diri dalam diri siswa yang menyebabkan siswa kurang aktif dalam kegiatan menanya. Sebagai seorang guru seharusnya mampu memotivasi dan membimbing siswa untuk mengajukan pertanyaan sehingga dapat mengoptimalkan kegiatan menanya. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi pada siswa kelas V SD Negeri 7 Sesetan Kecamatan Denpasar Selatan tahun ajaran 2014/2015, dapat disimpulkan kemampuan menanya siswa lebih dominan pada pengetahuan faktual, hal tersebut terlihat dari hasil distribusi data kemampuan menanya siswa pada tabel taksonomi kemudian dikonversikan dalam PAP skala 4 diperoleh nilai pengetahuan faktual yaitu 3,6 dengan kategori sangat baik, sedangkan perolehan nilai pengetahuan konseptual adalah 0,3 dengan kategori kurang, nilai pengetahuan prosedural 0,1 dengan kategori kurang, dan nilai pengetahuan metakognitif adalah 0 dengan kategori kurang. Berdasarkan wawancara dengan guru kelas dan siswa kelas V faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan siswa menanya adalah kurangnya rasa percaya diri siswa yang menyebabkan dalam proses pembelajaran siswa kurang aktif dalam kegiatan menanya, ini juga disebabkan oleh faktor guru yang belum mampu mengaktifkan siswanya. Sebagai seorang guru seharusnya mampu memotivasi dan membimbing siswa untuk mengajukan pertanyaan sehingga dapat mengoptimalkan kegiatan menanya. Sesuai dengan implementasi kurikulum 2013 yang mengharuskan guru mampu memotivasi siswanya agar aktif dalam proses pembelajaran. Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan dan kesimpulan, maka dapat diajukan beberapa saran sebagai berikut. Guru diharapkan mampu memotivasi
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 3 No: 1 Tahun: 2015 siswanya untuk percaya diri dan berani mengajukan pertanyaan, sesuai dengan diberlakukannya Kurikulum 2013 dimana proses pembelajarannya menggunakan pendekatan saintifik siswa harus melalui 5 pengalaman belajar yang salah satunya adalah tahapan menanya. Siswa diharapkan mampu dan berani mengajukan pertanyaan karena bertanya dapat mengembangkan dan memperdalam pengetahuan yang dimilikinya. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan bahan pertimbangan sekolah dalam merencanakan programprogram pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa, khususnya pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik. Disarankan kepada peneliti lain, hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk mengadakan penelitian kembali mengenai kemampuan menanya siswa di Sekolah Dasar. DAFTAR RUJUKAN Agung,
2011. Metodologi Penelitian Pendidikan.Singaraja: Fakultas Ilmu Pendidikan.
Anderson, Larin W. dan Krathwohl, David R. 2010. Kerangka Landasan untuk Pembelajaran, Pengajaran, dan Asesment. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik Edisi Revisi. Jakarta: Reneka Cipta ________
2002. Prosedur Penelitian Pendidikan Suatu Pendekatan. Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Daryanto. 2014. Pendekatan Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013. Yogyakarta : Grava Media Moleong,
Lexy J. 2009.Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung : Rosdakarya
Nasution.2008.Metode Research.Jakarta :Bumi Aksara.
Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 81 A. 2013.Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Riyanto, Yatim. 2001. Metodelogi Penelitian Pendidian. Surabaya: SIC Sani,
Ridwan Abdullah. 2014. Pembelajaran Saintifik Untuk Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta : Bumi Aksara
Sugiyono.
2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
---------, 2012.Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta. Sukmadinata, Nana Syaodih. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Rosdakarya Suyadi,
2013.Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter. Bandung: Rosdakarya