Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) BERBANTUAN BENDA KONKRET TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V GUGUS 1 DALUNG KECAMATAN KUTA UTARA Gusti Ayu Kd Yudiastuti1, Drs.I Wayan Wiarta,S.Pd.M.For2, Drs.Ketut Ardana,M.Pd3 1,2,3
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
e-mail :
[email protected],
[email protected],
[email protected] ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar Matematika siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran tipe numbered heads together berbantuan benda konkret dengan siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional siswa kelas V SD Gugus 1 Kuta Utara Tahun Pelajaran 2013/2014. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu (quasi eksperimental) dengan rancangan penelitian yang digunakan adalah Nonequivalent Control Group Design. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa SD Gugus I Kuta Utara sebanyak 488 siswa. Sampel diambil dengan teknik Random sampling. Data yang dikumpulkan adalah hasil belajar Matematika meliputi aspek kognitif yang digabungkan dengan aspek afektif. Nilai kognitif didapat dari tes hasil belajar bentuk pilihan ganda biasa dan nilai afektif didapat melalui lembar observasi berupa nilai karakter. Data dianalisis dengan uji-t.Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar Matematika siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran numbered heads together berbantuan benda konkret dengan siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional. Dibuktikan dari hasil analisis diperoleh thitung = 2,25 > ttabel = 2,000 dengan dk= 71 dan taraf signifikan 5%. Dengan nilai rata-rata kelas eksperimen yang dibelajarkan melalui model numbered heads together berbantuan benda konkret lebih dari kelas kontrol yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional yaitu : 80,3 > 77,23. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran numbered heads together berbantuan benda konkret berpengaruh terhadap hasil belajar Matematika siswa kelas V SD Gugus I Kuta Utara Tahun Pelajaran 2013/2014. Kata kunci : Model Numbered Heads Together Benda Konkret, Matematika, Hasil Belajar ABSTRACT This study aims to determine significant differences in mathematics learning outcomes of students that learned through learning model Type-aided Numbered Heads Together with the concrete objects that students be taught through conventional teaching fifth grade elementary school students Force 1 North Kuta Academic Year 2013/2014. This study was a quasi-experimental study (quasi-experimental) with the study design used is Nonequivalent Control Group Design. The population in this study were all students from
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) elementary Cluster I North Kuta as 488 students. Samples were taken with a random sampling technique. The data collected is the result of learning mathematics include cognitive aspects combined with affective aspects. Values obtained from tests of cognitive learning outcomes unusual form of multiple choice and affective values obtained through observation sheet a character value. Data were analyzed by t-test.The results showed that there were significant differences in mathematics learning outcomes of students that learned through learning model types Numbered Heads Together concrete objects aided by students that learned through conventional learning. Evidenced from the results of the analysis obtained t = 2.25> t table = 2.000 with df = 71 and a significance level of 5%. With the average value of the experimental class that learned through learning model types Numbered Heads Together aided concrete objects over control class that learned through conventional teaching, namely: 80.3> 77.23.It can be concluded that the type of learning model aided Numbered Heads Together concrete objects affect the results of the fifth grade students learn math elementary Cluster I North Kuta academic year 2013/2014. Keywords: Models Numbered Heads Together Concrete Objects, Mathematics, Learning Outcome
PENDAHULUAN Pemahaman dalam pembelajaran matematika sebagai kemampuan mengingat dan mengulang konsep, serta prinsip dan prosedur. Pemahaman merupakan persyaratan untuk mencapai kemampuan atau keterampilan kognitif pada tingkatan yang lebih tinggi, oleh karena itu pemahaman menduduki posisi yang sangat strategis dalam pembelajaran. Pendidikan matematika sangat penting bagi siswa sebagai ilmu dasar yang harus dikuasai dengan baik karena perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak lepas dari kontribusi matematika. Untuk menciptakan kondisi yang mengarahkan siswa agar mampu mengkontruksi pengalaman yang didapat dalam kehidupan sehari – hari dengan kontruksi pengetahuan di dalam kelas. Siswa Sekolah Dasar secara formal berada rentangan usia 7 – 12 tahun. Rentangan usia ini jika dihubungkan dengan tingkat perkembangan mental dari Piaget berada pada tahap operasional konkret. Piaget (dalam Suparno, 2001:69) menyatakan bahwa anak – anak pada tahap ini mengembangkan kemampuan berfikir secara sistematis dan mengenal dunia dengan bantuan benda – benda kongkret. Ini artinya pemahaman siswa pada materi banyak dipengaruhi oleh hasil observasi mereka terhadap lingkungan. Mereka cenderung ingin tahu beragam kejadian yang terjadi pada lingkungan sekitar. Oleh karena itu, mereka perlu
diberikan kesempatan untuk memperkaya pengetahuan tentang hal – hal yang konkret, urutan logis, tetapi masih tergantung pada objek konkret. Pembelajaran matematika pada siswa sekolah dasar perlu dimatangkan dan diberikan kesempatan mengalami secara langsung, mengenal serta menemukan kaitan informasi yang satu dengan informasi yang lain. Dalam hal ini guru sebaiknya membawa anak belajar pada dunia mereka bukan sebaliknya guru yang mendominasi pembelajaran. Akibat dominasi oleh guru maka akan dapat menimbulkan berbagai masalah antara lain hasil belajar matematika masih rendah,kebanyakan siswa tidak menyiapkan diri sebelum pembelajaran dimulai, siswa masih tertutup dan kelihatan enggan bekerjasama dengan teman dan siswa belum mampu memecahkan masalah sendiri. Karena guru lebih banyak menggunakan metode ceramah, kurangnya pemanfaatan media dan ketidakcocokan dalam pemilihan pendekatan pembelajaran. Oleh karena itu alangkah baiknya dalam pembelajaran diusahakan menggunakan pembelajaran yang inovatif dan menyenangkan seperti model pembelajaran kooperatif, dalam pembelajaran kooperatif terdapat berbagai model/tipe-tipe yang lebih spesifik guna guru lebih leluasa dalam merancang pembelajaran dikelas agar lebih bervariasi. Salah satunya adalah model pembelajaran kooperatif Tipe NHT. Model pembelajaran
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik. Model pembelajaran kooperatif Tipe NHT memiliki kelebihan diantaranya dapat memupuk hasil belajar siswa, mampu memperdalam pamahaman siswa, menyenangkan siswa dalam belajar, mengembangkan sikap positif siswa dan sikap kepemimpinan siswa serta mengembangkan rasa ingin tahu siswa. Meningkatkan rasa percaya diri siswa dan mengembangkan rasa saling memiliki. Terjadinya interaksi antara siswa melalui diskusi/siswa secara bersama dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi. Siswa pandai maupun siswa lemah samasama memperoleh manfaat melalui aktifitas belajar kooperatif . Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan keterampilan bertanya, berdiskusi, dan mengembangkan bakat kepemimpinannya. Hal tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan Putri Agustiana (2012) dalam penelitiannya mengenai model pembelajaran kooperatif Tipe NHT menemukan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan hasil belajar matematika 66,25% pada siswa kelas IV SD No 4 Blahkiuh Abiansemal Badung. Penelitian Ngurah Wirahmat (2012) dalam penelitiannya mengenai model kooperatif NHT menemukan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan hasil belajar IPA mencapai 87,5% pada siswa kelas IVB. Tentunya dengan bantuan benda konkret pembelajaran dapat lebih menyenangkan dan bermakna. Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan tipe pembelajaran yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik. Selanjutnya, Nurhadi (2004: 121) menyatakan pembelajaran kooperatif tipe NHT dikembangkan dengan melibatkan
siswa dalam melihat kembali bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek atau memeriksa pemahaman mereka mengenai isi pelajaran tersebut. Tahapan pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe NHT diungkapkan oleh Nurhadi (2004: 121) dalam empat langkah sebagai berikut : (a) Penomoran (Numbering) yaitu guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok atau tim yang beranggotakan tiga hingga lima orang dan memberi mereka nomor sehingga tiap siswa dalam kelompok memiliki nomor yang berbeda. Pemberian nomor pada siswa dalam satu kelompok disesuaikan dengan banyaknya siswa dalam kelompok itu. (b) Pengajuan Pertanyaan (Questioning) yaitu guru mengajukan pertanyaan kepada para siswa. Pertanyaan dapat bervariasi dari yang bersifat spesifik hingga yang bersifat umum. (c) Berpikir Bersama (Heads Together), para siswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui jawaban tersebut. (d) Pemberian Jawaban (Answering) yaitu guru memanggil satu nomor tertentu kemudian siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban untuk seluruh kelas. Sehingga dalam pembelajaran kooperatif tipe NHT siswa lebih bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan karena dalam tipe pembelajaran ini siswa dalam kelompok diberi nomor yang berbeda dan tiap anggota tahu bahwa hanya satu murid yang dipanggil untuk mempresentasikan jawaban. Setiap kelompok melakukan diskusi untuk berbagi informasi antar anggota sehingga tiap anggota mengetahui jawabannya.
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
Adapun ciri-ciri pembelajaran kooperatif tipe Numbered heads Together (NHT) yaitu : 1. Kelompok Heterogen. 2. Setiap anggota kelompok memiliki nomor kepala yang berbeda-beda. 3. Berpikir bersama (Heads Together) Menurut Kagan (2007) model pembelajaran NHT ini secara tidak langsung melatih siswa untuk saling berbagi informasi, mendengarkan dengan cermat serta berbicara dengan penuh perhitungan,sehingga siswa lebih produktif dalam pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, benda konkret dapat digunakan sebagai media. Menurut Ibrahim dan Nana Syahodih ( 1992 : 3) mengatakan bahwa : benda konkret termasuk media atau sumber belajar yang secara spesifik dikembangkan sebagai komponen sistem instruksional untuk mempermudah radar belajar yang formal dan direncanakan. Benda konkret merupakan benda yang sebenarnya membantu pengalaman nyata peserta didik dan menarik minat dan semangat belajar siswa”. Dengan menggunakan benda konkret akan memberikan rangsangan yang amat penting bagi siswa untuk mempelajari berbagai hal terutama menyangkut pengembangan keterampilan tertentu. Benda konkret memiliki kelebihan dan keunggulan antara lain : 1) Dapat membantu guru dalam menjelaskan suatu materi kepada peserta didik 2) Dapat memberikan kesempatan siswa untuk mempelajari situasi yang nyata 3) Dapat melatih keterampilan siswa menggunakan alat indera. Berdasarkan uraian di atas dapat diperjelas kembali bahwa kelebihan benda konkret dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempelajari sesuatu menggunakan obyek-obyek nyata. Selain memiliki kelebihan, juga memiliki kelemahan-kelemahan antara lain : 1) Membawa siswa ke berbagai tempat di luar sekolah yang terkadang
memiliki resiko dalam bentuk kecelakaan dan sejenisnya 2) Biaya yang diperlukan untuk mengadakan berbagai obyek nyata tidak sedikit dan memiliki kemungkinan kerusakan dalam menggunakannya 3) Tidak selalu memberikan gambaran obyek yang seharusnya (R. Ibrahim dan Nana Syahodih, 1993 : 82) Kelemahan-kelemahan yang diuraikan di atas hendaknya dapat diatasi dengan cara menggunakan benda konkret yang ada di sekitar lokasi sekolah yang dapat dijadikan penunjang dalam proses pembelajaran, disesuaikan dengan pelajaran dan berusaha membawa benda konkret ke dalam kelas yang dapat digunakan untuk menjelaskan materi dalam lingkup kelas. Dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe NHT berbantuan benda konkret merupakan tipe pembelajaran yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa yang memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik dan membantu pengalaman nyata peserta didik untuk menarik minat serta semangat belajar siswa dengan menggunakan benda yang sebenarnya. Pembelajaran konvensional menekankan pada resitasi konten, tanpa memberikan waktu yang cukup kepada anak untuk merefleksi materi – materi yang dipresentasikan, menghubungkannya dengan pengetahuan sebelumnya, atau mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari – hari. Ciri – ciri dalam pembelajaran konvensional yaitu : 1) pembelajaran berpusat pada guru 2) terjadi passive learning interaksi antar siswa kurang 3) tidak ada kelompok-kelompok kooperatif Sumber belajar dalam pembelajaran konvensional adalah berupa informasi verbal yang diperoleh dari buku dan penjelasan guru atau ahli. Siswa dituntut untuk menguasai potongan-potongan
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
informasi yang disampaikan oleh guru. Sehingga sumber belajar yang sering digunakan dalam pembelajaran lebih banyak bersifat tesktual bukan kontekstual. Hasil belajar matematika tidak lain adalah hasil terakhir dari proses balajar matematika sebagai perwujudan segala upaya yang telah dilakukan selama proses itu berlangsung. Sementara itu, pencapaian hasil belajar lebih sering dikaitkan dengan nilai perolehan siswa setelah proses belajar mengajar dan evaluasi yang diberikan. Prestasi belajar yang diperoleh setelah terjadinya proses belajar merupakan bukti utama dari proses belajar. Seorang siswa yang belajar matematika, akan berusaha untuk dapat memahami materi pelajaran matematika yang telah dipelajarinya. Keberhasilan yang dicapai siswa dalam menguasai materi pelajaran yang telah dipelajarinya disebut prestasi belajar matematika. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil belajar matematika adalah hasil yang dicapai oleh siswa setelah mengikuti suatu tes matematika dan penilaiannya didasarkan pada standar tertentu. Pengertian Hasil Belajar Siswa Belajar dan mengajar merupakan konsep yang tidak bisa dipisahkan. Belajar merujuk pada apa yang harus dilakukan seseorang sebagai subyek dalam belajar. Sedangkan mengajar merujuk pada apa yang seharusnya dilakukan seseorang guru sebagai pengajar. Dua konsep belajar mengajar yang dilakukan oleh siswa dan guru terpadu dalam satu kegiatan. Diantara keduanya itu terjadi interaksi dengan guru. Kemampuan yang dimiliki siswa dari proses belajar mengajar saja harus bisa mendapatkan hasil bisa juga melalui kreatifitas seseorang itu tanpa adanya intervensi orang lain sebagai pengajar. Oleh karena yang dimaksud disini adalah kemampuankemampuan yang dimiliki seorang siswa setelah ia menerima perlakukan dari pengajar (guru), seperti yang dikemukakan oleh Sudjana. Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor yakni faktor dari
dalam diri siswa dan faktor dari luar diri siswa (Sudjana, 1989 : 39). Dari pendapat ini faktor yang dimaksud adalah faktor dalam diri siswa perubahan kemampuan yang dimilikinya seperti yang dikemukakan oleh Clark (1981 : 21) menyatakan bahwa hasil belajar siswa disekolah 70 % dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30 % dipengaruhi oleh lingkungan. Demikian juga faktor dari luar diri siswa yakni lingkungan yang paling dominan berupa kualitas pembelajaran (Sudjana, 2002 : 39). Belajar adalah suatu perubahan perilaku, akibat interaksi dengan lingkungannya. Perubahan perilaku dalam proses belajar terjadi akibat dari interaksi dengan lingkungan. Interaksi biasanya berlangsung secara sengaja. Dengan demikian belajar dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan dalam diri individu. Sebaliknya apabila terjadi perubahan dalam diri individu maka belajar tidak dikatakan berhasil. Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh kamampuan siswa dan kualitas pengajaran. Kualitas pengajaran yang dimaksud adalah profesional yang dimiliki oleh guru. Artinya kemampuan dasar guru baik di bidang kognitif (intelektual), bidang sikap (afektif) dan bidang perilaku (psikomotorik). Dari beberapa pendapat di atas, maka hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor dari dalam individu siswa berupa kemampuan personal (internal) dan faktor dari luar diri siswa yakni lingkungan. Dengan demikian hasil belajar adalah sesuatu yang dicapai atau diperoleh siswa berkat adanya usaha atau fikiran yang mana hal tersebut dinyatakan dalam bentuk penguasaan, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupa sehingga nampak pada diri indivdu penggunaan penilaian terhadap sikap, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupan sehingga nampak pada diri individu perubahan tingkah laku secara kuantitatif.
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
METODE Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen semu (quasi experiment), yaitu “Non-equivalent Control Group Design”. Pre-test dilakukan untuk menyetarakan kelompok. Kelompok pertama merupakan kelompok eksperimen dan kelompok kedua merupakan kelompok kontrol. Kelas yang terpilih sebagai kelas kontrol dan kelas eksperimen sebagaimana adanya dan tidak dilakukan pencacahan individu untuk mencegah kemungkinan objek mengetahui dirinya dilibatkan dalam penelitian sehingga penelitian ini benarbenar menggambarkan pengaruh perlakuan yang diberikan. Kelompok eksperimen diberi perlakuan berupa penerapan model pembelajaran tipe NHT berbantuan benda konkret, sedangkan kelompok kontrol diberi perlakuan berupa pembelajaran Konvensional. Setelah itu kedua kelompok diberikan post-test. Terdapat tiga tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini , yaitu persiapan, pelaksanaan dan pengakhiran eksperimen. Pada tahap persiapan eksperimen langkah – langkah yang dilakukan yaitu: 1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, menyiapkan sumber belajar yakni alat peraga, LKS, silabus dan kurikulum serta media pembelajaran yang digunakan selama pembelajaran pada kelompok eksperimen, 2) Menyusun instrumen penelitian berupa tes hasil belajar pada ranah kognitif dan afektif untuk mengukur hasil belajar Matematika siswa. 3) Mengadakan validasi rehabilitas instrumen penelitian yaitu tes hasil belajar Matematika. Langkah-langkah pelaksanaan eksperimen yang dilakukan yakni . 1) Menentukan sampel penelitian berupa kelas dari populasi yang tersedia. 2) Kedua sampel telah disetarakan dan kemudian dipilih secara acak untuk menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol.
3) Melaksanakan penelitian setelah kedua sampel setara yaitu memberikan perlakuan kepada kelas eksperimen berupa model pembelajaran tipe NHT berbantuan benda konkret dan memberikan perlakuan kepada kelas kontrol berupa pembelajaran konvensional. Tahap akhir eksperimen ini dengan memberikan post test kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol agar mengetahui hasil belajar Matematika berdasarkan perlakuan yang berbeda. Menurut Sugiyono (2013: 117) pengertian populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada objek/subjek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh objek atau subjek itu. Jadi dapat disimpulkan bahwa populasi adalah totalitas objek penelitian yang dapat berupa manusia, hewan, tumbuhan, dan benda yang mempunyai kesamaan sifat. Populasi merupakan kelompok besar yang menjadi objek penelitian. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa Kelas V Gugus 1, Kecamatan Kuta Utara, Kabupaten Badung. Sampel merupakan sebagian yang diambil dari totalitas populasi yang digunakan sebagai pusat dalam penelitian. Menurut Sugiyono (2013 : 118) menyatakan bahwa sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut . Selain itu Musfiqon (2012: 90) menyatakan bahwa sampel adalah bagian dari populasi . Keberadaan sampel mewakili populasi. Jadi berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa sampel adalah bagian yang mewakili dari jumlah populasi sebagai objek penelitian. Penelitian ini dilakukan di dua sekolah dengan kelas V yang memiliki jumlah siswa 30 orang atau lebih perkelasnya. Sampel dalam penelitian ini diambil dengan
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
menggunakan teknik acak atau random sampling yang kemudian didapat dua sekolah secara random yaitu SDN. 6 Dalung dan SDN.2 Dalung. Setelah diperoleh dua kelas sebagai sampel penelitian kemudian kedua kelas ini dilakukan uji kesetaraan dengan uji-t. Namun sebelumnya dilakukan uji prasyarat yang meliputi uji normalitas dan uji homogenitas. Kemudian telah diperoleh bahwa hasil pre-test SD N.6 Dalung dan SD N. 2 Dalung Dalam penelitian ini variabel bebasnya adalah model pembelajaran tipe NHT berbantuan benda konkret yang dilakukan pada kelas experimen dan pembelajaran konvensional pada kelas kontrol. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar Matematika. Data tentang hasil belajar matematika kelas V dilakukan dengan memberikan tes hasil belajar Matematika yang peneliti susun sendiri untuk nilai kognitif siswa dan lembar observasi untuk memperoleh nilai afektif siswa. Dan Tes hasil belajar Matematika yang digunakan dalam penelitian ini terlebih dahulu tes diuji validitas dan reliabilitasnya, daya beda dan indeks kesukaran. Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah kelompok-kelompok sampel berasal dari populasi yang sama. Kesamaan asal sampel ini dibuktikan dengan adanya kesamaan variansi kelompok-kelompok yang membentuk sampel tersebut. Jika tidak ada perbedaan variansi antara kelompok-kelompok sampel ini berarti bahwa kelompok tersebut bersifat homogen. Data yang telah diuji normalitas dan homogenitasnya selanjutnya dilakukan uji hipotesis. Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji beda mean (uji t polled varians). Dengan kriteria pengujian adalah H0 ditolak jika thit t(1 ) , di mana t (1 ) didapat dari tabel distribusi t
pada taraf signifikan ( ) 5% dengan derajat kebebasan dk = (n1 + n2 - 2) dan Ha ditolak jika thit < t( 1 - α).
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu dengan desain nonequivalent control group design yang melibatkan dua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen dibelajarkan dengan model pembelajaran Tipe NHT dan kelompok kontrol dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional. Pemberian treatment dilaksanakan sebanyak 6 kali pertemuan baik di kelompok eksperimen maupun kelompok control Setelah treatment diberikan sebanyak 6 kali, di akhir penelitian siswa diberikan post-test untuk memperoleh data hasil belajar Matematika siswa. , Data yang diperoleh kemudian dianalisis untuk mengetahui ukuran tendensi sentral (ratarata), ukuran penyebaran data (standar deviasi dan varians), modus, median, skor maksimum, dan skor minimum. Setelah melaksanakan penelitian, maka diperoleh data nilai akhir yang meliputi aspek kognitif dari hasil post test siswa dan aspek afektif dari perilaku siswa. Hasil nilai akhir hasil belajar siswa kelas V SDN 6 Dalung dan kelas V SDN 2 Dalung diperoleh dari nilai kognitif dan nilai afektif dikomulatifkan. Berdasarkan atas kurva normal, kelas interval, frekuensi observasi (fo) dan frekuensi empirik (fe) dari data nilai akhir kognitif dan afektif Matematika siswa kelas V SDN 2 Dalung pada kelas eksperimen. Kelas interval dapat ditentukan melalui distribusi kurva normal yang dibagi menjadi 6 bagian. Dari hasil uji prasyarat yaitu uji normalitas dan uji homogenitas diperoleh bahwa data dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berdistribusi normal dan homogen. Maka dapat dilanjutkan dengan menguji hipotesis dengan rumus t-test Berdasarkan dari hasil analisis data diperoleh thitung sebesar 2,25. Dengan menggunakan taraf signifikansi 5% dan dk = 71 diperoleh batas penolakan hipotesis nol sebesar 2,000. Berarti thitung> ttabel maka hipotesis nol yang diajukan ditolak dan menerima hipotesis alternatif. Maka dapat dikatakan bahwa terdapat perbedaan yang
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
signifikan hasil belajar Matematika antara siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Tipe Numbered Heads Together berbantuan Benda Konkret dan siswa yang dibelajarkan dengan menerapkan pembelajaran secara konvensional. Berdasarkan perhitungan uji-t pada bab sebelumnya dengan menggunakan taraf signifikansi 5% (α = 0,05) atau taraf kepercayaan 95% dengan dk = 71, diperoleh ttabel= 2,000 dan thitung= 2,25. Kedua nilai tersebut dibandingkan maka diperoleh thitung ˃ ttabel (2,25 ˃ 2,000). Dari perbandingan ini maka H0 ditolak dan Ha diterima, yang artinya terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar Matematika siswa yang dibelajarkan melalui penerapan model pembelajaran Tipe Numbered Heads Together berbantuan Benda Konkret dengan siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran secara konvensional pada siswa kelas V SD Gugus I Kuta Utara Tahun Pelajaran 2013/2014. Berdasarkan hasil analisis data post-test menunjukkan bahwa rerata hasil belajar Matematika siswa kelompok eskperimen lebih daripada rerata hasil belajar Matematika siswa kelompok kontrol (80,3 > 77,23). Hal ini mengandung arti bahwa siswa yang dibelajarkan menggunakan melalui model pembelajaran Numbered Heads Together berbantuan Benda Konkret hasil belajarnya lebih baik daripada siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran konvensional pada standar kompetensi memahami sifat-sifat bangun dan hubungan antar bangun. Hal-hal yang menyebabkan terjadinya perbedaan hasil belajar antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol antara lain : kelompok eksperimen yang dibelajarkan melalui model pembelajaran Tipe Numbered Heads Together berbantuan Benda Konkret dalam pembelajarannya dibentuk kelompokkelompok siswa untuk memecahakan suatu masalah yang dekat dengan lingkungan siswa sesuai dengan materi yang dipelajari, penggunaan jam sebagai media baik jam tombol, lepas, sebagai sugesti di dalam pembelajaran. Penghargaan dalam setiap
aktivitas yang dilakukan siswa selalu diberikan. Sedangkan di kelas kontrol yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional dalam pembelajarannya lebih berpusat kepada guru, guru sebagai subjek pembelajaran yang menyampaikan materi pembelajaran. Tidak adanya pengelompokkan siswa. Setelah penyampaian materi siswa diberikan tugas masing-masing dengan lembar kerja siswa . Hal ini menyebabkan siswa cenderung kurang aktif, merasa bosan dalam pembelajaran, kurang dapat mengembangkan pola pikir dan ide kreatif, pembelajaran yang monoton membuat siswa kurang termotivasi dalam pembelajaran sehingga menimbulkan keributan di kelas kontrol . Dengan demikian menurunnya motivasi dan minat siswa dalam pembelajaran konvensional di kelas kontrol yang merupakan salah satu faktor internal hasil belajar menyebabkan hasil belajar kelompok eksperimen lebih besar dibandingkan dengan kelompok kontrol. Dengan demikian hal ini mendukung hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar Matematika pada kelas yang dibelajarkan melalui model pembelajaran Tipe Numbered Heads Together berbantuan Benda Konkret dengan kelas yang dibelajarkan secara konvensional siswa kelas V SD Gugus 1 Kuta Utara, Badung. PENUTUP Hasil belajar Matematika siswa yang dibelajarkan dengan menerapkan model pembelajaran Tipe Numbered Heads Together berbantuan Benda Konkret pada siswa kelas V SD Gugus I Kuta Utara Tahun Pelajaran 2013/2014 diperoleh rerata post-test = 80,3. Diketahui bahwa terdapat 32 siswa atau 94,12% siswa memperoleh hasil belajar di atas KKM yaitu 71 untuk Matematika dari 34 siswa dan 2 siswa atau 5,88% dari 34 siswa memperoleh hasil belajar di bawah nilai KKM pada kelompok eksperimen. Hal ini menunjukkan bahwa kecenderungan siswa
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
yang mengikuti model pembelajaran Tipe Numbered Heads Together berbantuan Benda Konkret memperoleh hasil belajar di atas KKM. Hasil belajar Matematika siswa yang dibelajarkan dengan menerapkan pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Gugus I Kuta Utara Tahun Pelajaran 2013/2014 diperoleh rerata posttest = 77,23. Diketahui bahwa terdapat 34 siswa atau 87,18% siswa memperoleh hasil belajar di atas KKM yaitu 71 untuk Matematika dari 39 siswa dan 5 siswa atau 12,82% dari 39 siswa memperoleh hasil belajar di bawah nilai KKM pada kelompok kontrol. Berdasarkan hasil analisis data post-test menunjukkan bahwa rerata hasil belajar Matematika siswa kelompok eskperimen lebih tinggi daripada rerata hasil belajar Matematika siswa kelompok kontrol (80,3 > 77,23). Dari perhitungan uji-t pada bab sebelumnya dengan menggunakan taraf signifikansi 5% (α = 0,05) atau taraf kepercayaan 95% dengan dk = 71, diperoleh ttabel= 2,000 dan thitung= 2,25. Kedua nilai tersebut dibandingkan maka diperoleh thitung ˃ ttabel (2,25 ˃ 2,000). Dari perbandingan ini maka H0 ditolak dan Ha diterima, yang artinya terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar Matematika siswa yang dibelajarkan melalui penerapan model pembelajaran Tipe Numbered Heads Together berbantuan Benda Konkret dengan siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran secara konvensional pada siswa kelas V SD Gugus I Kuta Utara Tahun Pelajaran 2013/2014. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran Tipe Numbered Heads Together berbantuan Benda Konkret berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar Matematika siswa kelas V SD Gugus I Kuta Utara Tahun Pelajaran 2013/2014. Berdasarkan hasil penelitian ini sekolah dapat membangun landasan terkait dengan pengembangan dan kemajuan
pendidikan kedepan bagi sekolah itu sendiri. Bagi guru dapat menerapkan model pembelajaran tipe NHT Berbantuan Benda Konkret dalam aktifitas pembelajaran untuk dapat meningkatkan hasil belajar Para siswa agar aktif dalam mengikuti proses pembelajaran dan tidak takut dalam mengeluarkan pendapat atau bertanya, sehingga proses pembelajaran bisa berjalan dengan efektif dan menyenangkan. Bagi peneliti berikutnya dapat menerapkan model pembelajaran NHT berbantuan benda konkret pada materi Matematika yang lainnya.
DAFTAR RUJUKAN Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Dimyati dan Moedjiono. 1994. Belaiar dan Pembelaiaran. Jakarta: Proyek Pembinaan dan Peningkatan Mutu Tenaga Kependidikan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Djamarah, Syaiful Bahri da Zain Aswan. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta Hadari, Nawawi. 1981 . Organisasi Sekolah dan Pengelolaan Kelas. Jakarta: Haji Masagung. Surapranata, Sumarna. 2004. Analisis, Validitas, Reliabilitas, dan Interpretasi Hasil Tes. Bandung: Remaja Rosdakarya. Suharsaputra, Uhar. 2012. Penelitian. Bandung: Aditama.
Metode Refika
Trianto. 2007. Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Prestasi Pustaka.
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Surabaya: Kencana. Winarsunu.2010. Statistik Dalam Penelitian Psikologi dan Pendidikan. Malang : Universitas Muhammadiyah Malang