e-Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
PENERAPAN PEMBELAJARAN INKUIRI BERBANTUAN MEDIA AUDIOVISUAL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS V SD NO. 3 TIBUBENENG, KUTA UTARA Komang Ary Trisnadewi1, I Wayan Darsana2, I Komang Ngurah Wiyasa3 1,2,3
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
e-mail :
[email protected],
[email protected] ,
[email protected] Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPS melalui penerapan pembelajaran inkuiri siswa kelas V SD No. 3 Tibubeneng Tahun Pelajaran 2013/2014. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas yang dilakukan dalam dua siklus. Subjek penelitian adalah sebanyak 42 orang terdiri dari 21 orang laki-laki dan 21 orang perempuan, siswa kelas V SD No. 3 Tibubeneng semester genap Tahun Pelajaran 2013/2014. Data penelitian tentang hasil aktivitas dilakukan dengan observasi dan hasil belajar dikumpulkan dengan menggunakan metode tes. Data dianalisis dengan menggunakan metode analisis deskriptif kuantitatif. Hasil analisis data menunjukkan persentase hasil aktivitas siklus I pada dimensi bertanya dengan katagori cukup baik (73,81%), dimensi menjawab dengan katagori cukup baik (85,71%), dimensi bekerjasama dengan katagori cukup baik (57,14%) dan dimensi menemukan ide dengan katagori sangat baik (83,33%), mengalami peningkatan siklus II pada dimensi bertanya dengan katagori baik (71,43%), dimensi menjawab dengan katagori baik (71,43%), dimensi bekerjasama dengan katagori sangat baik (33,33%) dan dimensi menemukan ide dengan katagori sangat baik (90,48%). Hasil belajar pada siklus I sebesar 74,11% berada pada kriteria sedang, mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 84,33% tergolong pada kriteria tinggi. Demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran inkuiri berbantuan media audiovisual dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPS siswa kelas V SD No. 3 Tibubeneng, Kuta Utara, Badung. Kata-kata kunci : Inkuiri, IPS, hasil belajar Abstract The purpose of this research is to improve activity and learning outcomes through the implementation of inquiry learning social studies fifth grade elementary school student No. 3 Tibubeneng Academic Year 2013/2014. This study uses action research design conducted in two cycles. Subjects were as many as 42 students consist of 21 male and 21 female of class V SD No. 3 semester even Tibubeneng Academic Year 2013/2014. Research data on learning outcomes was collected using test methods. Data were analyzed using quantitative descriptive analysis method. The results of the analysis of the data shows the percentage of activity result at first cycle at question dimension with good enough category (73,81%), answer dimension with good enough category (85,71%), cooperation dimension with good enough category (57,14%) and to find of idea with very good category (83,33%) at second cycle found improvement at question dimension with good category (71,43%), answer dimension with good category (71,43%), cooperation dimension with very good category (33,33%) and to find of idea with very good category (90,48%). Learning outcomes in the first cycle of 74.11% at the criteria are experiencing an increase in cycle II to 84.33% belong to the high criteria.
e-Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
Conclusions from this research is the application of inquiry learning can improve activity and learning outcomes IPS SD No. 3 Tibubeneng, Kuta Utara, Badung. Key words: Inquiry, IPS, learning outcomes
PENDAHULUAN Dalam dunia pendidikan proses pendidikan tidak dapat dipisahkan dari proses pembangunan itu sendiri, baik pendidikan formal maupun non formal. Karena pendidikan merupakan investasi jangka panjang yang memerlukan usaha dan dana yang cukup besar. Penyelenggara pendidikan di sekolah maupun di luar sekolah sebagai upaya yang harus dilaksanakan untuk mengembangkan sumber daya manusia yang berkualitas disesuaikan dengan tuntutan pembangunan yang memerlukan jenis keterampilan dan keahlian serta peningkatan mutu sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Bertumpu pada Undang- Undang NO.20 tahun 2003 pasal 37 tentang sisdiknas (2003:86), kurikulum KTSP mata pelajaran IPS tahun 2006 bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan berikut (Gunawan, 2011:41): 1) mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan masyarakat dan lingkungan, 2) memiliki kemampuan dasar untuk berfikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan ketrampilan dalam kehidupan sosial, 3) memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan, 4) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, ditingkat lokal, nasional, dan global. Mata pelajaran ini penting dalam memahami berbagai masalah sosial dalam kehidupan sehari-hari, kegiatan kemasyarakatan maupun kegiatan perekonomian. Hal ini menyebabkan mata pelajaran ini sangat bersentuhan langsung dengan kehidupan siswa, baik ketika di sekolah maupun di lingkungan tempat tinggalnya. Pentingnya mata pelajaran IPS diajarkan di sekolah dasar tidak sejalan dengan hasil yang diperoleh. Hal ini terus menjadi kebiasaan dalam pembelajaran IPS di
kalangan siswa sekolah dasar, maka nilai siswa akan semakin menurun. Proses pembelajaran mata pelajaran IPS yang hanya mengandalkan metode ceramah saja, juga terjadi di kelas V SD No. 3 Tibubeneng. Berdasarkan hasil observasi di SD No. 3 Tibubeneng khususnya di kelas V pada mata pelajaran IPS dapat dikatakan dalam kegiatan belajar mengajar keterlibatan siswa dalam proses belajar IPS sangat rendah. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor permasalahan yaitu dalam pembelajaran guru masih menggunakan metode ceramah sehingga keterlibatan siswa selalu pasif karena pembelajaran masih didominasi oleh guru. Selain itu juga faktor permasalahan yang ada pada mata pelajaran IPS guru masih kurang melakukan variasi dalam mengajar tanpa menggunakan media yang menarik sehingga siswa kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran. Akibat dari permasalahan tersebut berpengaruh terhadap evaluasi siswa yang masih banyak belum tuntas. Dilihat dari rata-rata nilai yang diperoleh siswa dalam mata pelajaran IPS belum mencapai 74. Dari 42 siswa hanya 14 siswa yang memperoleh nilai yang memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Tuntutan kurikulum dalam penilaian pembelajaran dikelas dikatakan tuntas jika sudah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 74, sesuai yang sudah ditetapkan. Berdasarkan uraian di atas, perlu adanya perbaikan terhadap proses pembelajaran IPS agar dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPS terhadap proses belajar mengajar sehingga siswa menjadi terpacu untuk lebih aktif dalam pencarian dan pengembangan pengetahuannya dengan melalui penerapan pendekatan pembelajaran inkuiri. Keunggulan metode inkuiri adalah pembelajaran yang menekankan kepada pengembangan
e-Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
aspek kognitif, efektif, dan psikomotor secara seimbang, sehingga pembelajaran melalui strategi ini dianggap lebih bermakna. Selain itu juga dapat memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka. Siswa yang memiliki kemampuan belajar bagus tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar. Identifikasi masalah berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut: 1) Hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS yang masih rendah dari KKM kelas materi pelajaran IPS yaitu 74. 2) Aktivitas belajar mata pelajaran IPS pada siswa kelas V SD No. 3 Tibubeneng, Badung masih dalam kategori cukup dari 42 siswa masih 28 siswa yang memiliki kategori aktivitas belajar yang kurang. 3) Pembelajaran IPS masih berorientasi pada guru. Guru hanya menyampaikan materi dalam pembelajaran IPS sebagai tuntutan agar siswa menghafal saja, serta kecenderungan guru untuk tidak memberikan masalah-masalah yang berlaku di lingkungan sekitar siswa. 4) Guru dalam pembelajaran IPS masih menggunakan metode pembelajaran konvensional yang tidak bervariasi, sehingga metode seperti berpikir kritis dalam pemecahan masalah atau Inkuiri tidak pernah dilakukan. 5) Siswa di sekolah dasar terbiasa menerima informasi atau hal baru dari apa yang disampaikan guru tidak terbiasa untuk berusaha menemukan atau mengkonstruksi pengetahuan. Sehingga aktivitas belajar yang dilakukan di dalam kelas kurang bermakna. Media pembelajaran adalah segala bentuk perangsang dan alat yang disediakan guru untuk mendorong siswa belajar secara cepat, tepat, mudah, benar dan tidak terjadinya verbalisme (Nanang dan Cucu, 2009). Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan di atas, maka dipandang perlu untuk mengangkat topik penelitian dengan judul “Penerapan Pembelajaran Inkuiri Berbantuan Media Audiovisual untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V SD No. 3 Tibubeneng”.
Pendekatan pembelajaran inkuiri adalah serangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analisis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan (Sanjaya, 2011:196). Secara umum pembelajaran dengan menggunakan pendekatan pembelajaran inkuiri, menurut Sanjaya dapat mengikuti langkah-langkah sebagai berikut: (1) orientasi, langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang responsif. Pada langkah ini guru mengkondisikan agar siswa siap melaksanakan pembelajaran. Langkah orientasi merupakan langkah yang sangat penting. Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam tahapan orientasi ini adalah: a) Menjelaskan topik, tujuan dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa. b) Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan. Pada tahap ini dijelaskan langkahlangkah inkuiri serta tujuan setiap langkah, mulai dari langkah merumuskan masalah sampai dengan merumuskan kesimpulan. c) Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar. Hal ini dilakukan dalam rangka memberikan motivasi belajar siswa. (2) merumuskan masalah yaitu langkah membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang siswa untuk berpikir memecahkan teka-teki itu. Dikatakan teka-teki dalam rumusan masalah yang ingin dikaji disebabkan masalah itu tentu ada jawabannya. Proses mencari jawaban itulah yang sangat penting dalam strategi inkuiri. Dengan demikian, teka-teki yang menjadi masalah dalam berinkuiri adalah teka-teki yang mengandung konsep yang jelas yang harus dicari dan ditemukan. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam merumuskan masalah, di antaranya: a) Masalah hendaknya dirumuskan sendiri oleh siswa. b) Masalah yang dikaji adalah masalah yang mengandung teka-teki yang jawabannya pasti. c) Konsep-konsep dalam masalah adalah konsep-konsep yang sudah diketahui terlebih dahulu oleh siswa. (3) merumuskan hipotesis
e-Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
merupakan jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang dikaji. Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk mengembangkan kemampuan menebak (berhipotesis) pada setiap anak adalah dengan mengajukan berbagai pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk dapat merumuskan jawaban sementara atau dapat merumuskan berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dari suatu permasalahan yang dikaji. Perkiraan sebagai hipotesis bukan sembarang perkiraan, tetapi harus memiliki landasan berpikir yang kokoh sehingga hipotesis yang dimunculkan itu bersifat rasional dan logis. Dengan demikian, setiap individu yang kurang mempunyai wawasan akan sulit mengembangkan hipotesis yang rasional dan logis. (4) mengumpulan data adalah aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam strategi pembelajaran inkuiri, mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting dalam pengembangan intelektual. Jika guru mendapatkan hambatan semacam tidak apresiatif dalam belajar maka guru hendaknya terus-meneurus memberikan dorongan kepada siswa untuk belajar melalui penyuguhan berbagai jenis pertanyaan secara merata kepada seluruh siswa sehingga mereka terangsang untuk berpikir. (5) menguji hipotesis merupakan proses menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Yang terpenting dalam menguji hipotesis adalah mencari tingkat keyakinan siswa atas jawaban yang diberikan. Kebenaran jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi, akan tetapi harus didukung oleh data yang ditemukan dan dapat dipertanggung jawabkan. (6) merumuskan kesimpulan merupakan Merumuskan kesimpulan adalah proses mendiskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Merumuskan kesimpulan merupakan gong-nya dalam proses pembelajaran. Untuk mencapai kesimpulan yang akurat harus disertai dengan data yang relevan. Proses pembelajaran berlangsung kondusif apabila siswa merasa nyaman dalam penerima pembelajaran dengan
media yang menarik. Seperti yang dikatakan Asyad (2011:7) media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyampaikan atau menyalurkan pesan dari satu sumber secara terencana sehingga terjadi lingkungan belajar yang kondusif dimana penerimanya dapat melakukan proses belajar secara efesien dan efektif. Macam-macam media pembelajaran menurut Herry (2007:6.31) menyatakan:“Ada tiga jenis media pembelajaran yang dapat dikembangkan dan digunakan dalam kegiatan pembelajaran oleh guru di sekolah, yaitu: (1) media visual adalah media yang hanya dapat dilihat dengan menggunakan indra penglihatan terdiri atas media yang dapat diproyeksikan (projekted visual) dan media yang tidak dapat diproyeksikan (non projekted visual), (2) Media audio adalah media yang mengandung pesan dalam bentuk auditif yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan para siswa untuk mempelajari bahan ajar dan jenisnya, dan (3) Media audio visual merupakan kombinasi dari media audio dan media visual atau media pandang dengar”. Media visual adalah media berbasis visual (image atau perumpamaan) memegang peranan yang sangat penting dalam proses belajar. Media visual dapat memperlancar pemahaman dan memperkuat ingatan. Visual dapat pula menumbuhkan minat siswa dan dapat memberikan hubungan antara isi materi pelajaran dengan dunia nyata. Agar menjadi efektif, visual sebaiknya ditempatkan pada konteks yang bermakna dan siswa harus berinteraksi dengan visual (image) itu untuk meyakinkan terjadinya proses informasi. Yang termasuk dalam kelompok ini yaitu gambar representasi, diagram, peta, grafik, overhead projektor (OHP), slide, dan filmstrip. Media audio membantu menyampaikan maklumat dengan lebih berkesan dan membantu meningkatkan daya tarikan terhadap sesuatu persembahan. Jenis audio termasuk suara latar, musik, atau rekaman suara, dan lainnya. Media audio visual adalah media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar. Jenis media ini mempunyai
e-Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
kemampuan yang lebih baik, karena meliputi kedua jenis media auditif (mendengar) dan visual (melihat). Media Audiovisual merupakan sebuah alat bantu audiovisual yang berarti bahan atau alat yang dipergunakan dalam situasi belajar untuk membantu tulisan dan kata yang diucapkan dalam menularkan pengetahuan, sikap, dan ide. Adapun kelebihan dari media audio visual menurut Sadiman (2002:60) yaitu: (1) dapat digunakan untuk klasikal atau individual, (2) dapat digunakan seketika, (3) digunakan secara berulang, (4) dapat menyajikan materi secara fisik jika tidak dapat bicara ke dalam kelas, (5) dapat menyajikan objek yang bersifat bahaya, (6) dapat menyajikan objek secara detail, (7) tidak memerlukan ruang gelap, (8) dapat di perlambat dan di percepat, dan (9) menyajikan gambar dan suara. Dunia pendidikan pelajaran IPS sangat penting untuk mengembangkan karakter siswa dalam kehidupan sehari-hari maka pelajaran IPS diberikan setiap jenjang sekolah dasar. Pendidikan IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial (Depdiknas, 2006:140). Menurut Ischak (2001:135), menyatakan bahwa IPS sebagai bidang garapan meliputi gejala-gejala dan masalah kehidupan manusia di masyarakat. Tekanan yang dipelajari IPS berkenaan dengan gejala dan masalah kehidupan masyarakat bukan pada teori dan keilmuannya, melainkan pada kenyataan kehidupan kemasyarakatan. Berdasarkan pendapat di atas dapat diartikan bahwa pendidikan IPS adalah ilmu yang mempelajari mengenai peristiwa-peristiwa, fakta, konsep dan generalisasi sosial yang meliputi tentang cara-cara manusia hidup, tentang kebutuhan dasar manusia, tentang kegiatan usaha dalam memenuhi kebutuhan, tentang lembaga yang dikembangkan sehubungan dengan hal tersebut dan menggunakan pendekatan interdisipliner yang melibatkan berbagai cabang ilmu sosial seperti sejarah, geografi, ekonomi, sosiologi, antropologi, bidang politik dan kewarganegaraan. Dalam kegiatan pembelajaran IPS, siswa dapat dibawa langsung ke dalam lingkungan alam dan masyarakat. Dengan
lingkungan alam sekitar, siswa akan akrab dengan kondisi setempat sehingga mengetahui makna serta manfaat mata pelajaran IPS secara nyata. Tujuan pembelajaran IPS menurut Rudy Gunawan (2013:52), secara keseluruhan tujuan pendidikan IPS di SD adalah sebagai berikut: (a) membekali anak didik dengan pengetahuan sosial yang berguna dalam kehidupannya kelak di masyarakat, (b) membekali anak didik dengan kemampuan mengidentifikasi, menganalisis dan menyusun alternatif pemecahan masalah sosial yang terjadi dalam kehidupan di masyarakat, (c) membekali anak didik dengan kemampuan berkomunikasi dengan sesama warga masyarakat dan berbagai bidang keilmuan serta bidang keahlian, (d) membekali anak didik dengan kesadaran, sikap mental yang positif dan keterampilan terhadap pemanfaatan lingkungan hidup yang menjadi bagian dari kehidupan tersebut dan (e) membekali anak didik dengan kemampuan mengembangkan pengetahuan dan keilmuan IPS sesuai dengan perkembangan kehidupan, masyarakat, ilmu pengetahuan dan teknologi. Berdasarkan beberapa pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan dari pembelajaran IPS pada jenjang SD adalah untuk mendidik dan memberi bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan diri sesuai bakat, minat, kemampuan dan lingkungan serta sebagai bekal bagi siswa untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi. Dalam kontek IPS berdasarkan kurikulum tingkat satuan pendidikan meliputi aspekaspek sebagai berikut: (a) manusia, tempat dan lingkungan, (b) waktu, berkelanjutan dan perubahan, (c) sistem sosial dan budaya dan (d) prilaku ekonomi dan kesejahteraan. Akitivitas diartikan sebagai keaktifan dari suatu kegiatan. Di sekolah adalah salah satu pusat kegiatan belajar dan arena untuk mengembangkan aktivitas. Aktivitas belajar IPS menurut Noor (2008:18), Aktivitas merupakan keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian dan aktivitas dalam kegiatan pembelajaran guna menunjang keberhasilan proses belajar mengajar dan memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut. Sedangkan belajar adalah faktor
e-Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
yang berperan penting dan mempengaruhi dalam pembentukan pribadi dan perilaku individu. Aktivitas belajar merupakan suatu proses kegiatan belajar siswa yang menimbulkan perubahan-perubahan atau pembaharuan dalam tingkah laku atau kecakapan. Dalam setiap mengikuti proses pembelajaran di sekolah sudah pasti setiap peserta didik mengharapkan mendapatkan hasil belajar yang baik, sebab hasil belajar yang baik dapat membantu peserta didik dalam mencapai tujuannya. Hasil belajar yang baik hanya dicapai melalui proses belajar yang baik pula. Jika proses belajar tidak optimal sangat sulit diharapkan terjadinya hasil belajar yang baik. Menurut Daryanto (2010:2) belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Sedangkan menurut Djamarah (2008:13) mengatakan bahwa belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor. Menurut Hamalik (2003:155) hasil belajar adalah sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang dapat di amati dan di ukur bentuk pengetahuan, sikap dan keterampilan. Perubahan tersebut dapat di artikan sebagai terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik sebelumnya yang tidak tahu menjadi tahu. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar menurut Menurut Slameto (2010:5) dapat dibagi menjadi dua macam yaitu: faktor internal (faktor jasmani, faktor psikologi, faktor kelelahan) dan faktor eksternal (faktor keluarga dan faktor sekolah. Dalam pendekatan pembelajaran inkuiri siswa diharapkan dapat menyelesaikan masalah-masalah IPS dengan berbagai strategi sehingga merangsang kemampuan intelektual dan pengalaman siswa dalam proses menemukan sesuatu yang baru. Dalam pembelajaran IPS siswa diharapkan mampu mengantisipasi berbagai perubahan yang terjadi di masyarakat
sehingga siswa mempunyai bekal pengetahuan dan keterampilan dalam melakoni kehidupan di masyarakat. IPS sebaiknya diperkenalkan atau diajarkan sejak dini mulai dari anak menginjak bangku sekolah, karena IPS di sekolah juga berperan penting untuk membantu siswa dalam mengembangkan pengetahuan, keterampilan, sikap nilai yang diperlukan untuk berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat baik tingkat lokal maupun global. Sehingga IPS adalah bagian dari kurikulum sekolah yang mempunyai tanggung jawab utama untuk membantu siswa dalam bidang pengembangan intelektual sosial siswa. Untuk mencapai hasil pembelajaran yang bermakna dan menyenangkan pada pelajaran IPS, diperlukan kiat-kiat khusus. Salah satunya dengan menerapkan pendekatan pembelajaran yang efektif dan dibantu dengan media pembelajaran yang menarik serta kreatif. Pendekatan pembelajaran inkuiri sebagai salah satu pembelajaran yang efektif dapat membantu siswa dalam pelajaran yang didapat di bangku sekolah dengan peristiwa yang relevan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam proses pembelajaran diperlukan adanya penggunaan media pembelajaran di dalam menunjang penyampaian materi pelajaran khususnya dalam mata pelajaran IPS. Dipilihnya media audio visual merupakan suatu inovasi dalam pembelajaran yang dapat digunakan sebagai media pembelajaran dan efektif membantu siswa dalam memahami konsep yang abstrak menjadi lebih konkrit (mengkonkritkan suatu yang abstrak). Dapat dikatakan bahwa penerapan pendekatan pembelajaran inkuiri berbantuan media audio visual dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar pada siswa dalam pembelajaran terutama pada pelajaran IPS. Karena dalam penerapan pembelajaran inkuiri siswa menggali gagasan/ide sesuai topik yang dibicarakan. Siswa lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan kreativitas dalam memecahkan masalah. Sehingga siswa mampu mengekspresikan diri masing-masing sesuai dengan penyelidikan yang sudah dilakukan sebelumnya. Selain itu siswa menjadi terlatih untuk mandiri dan berpikir lebih
e-Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
kritis. Tugas guru disini sebagai pembimbing dan fasilitator. Penerapan pembelajaran inkuiri berbantuan media audio visual akan mampu meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPS. Bertitik tolak pada kerangka berpikir diatas, dinyatakan bahwa dengan penerapan pendekatan pembelajaran inkuiri berbantuan media audio visual secara efektif dapat diduga meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPS siswa kelas V SD No. 3 Tibubeneng, Badung. METODE Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yaitu suatu kegiatan penelitian yang dilakukan di dalam kelas yang bersifat reflektif yang dilakukan oleh pelaku tindakan/peneliti terhadap kurikulum, pengembangan sekolah, meningkatkan hasil belajar, pengembangan keahlian mengajar, dan sebagainya. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V semester genap berjumlah sebanyak 42 orang yang terdiri dari 21 siswa laki-laki dan 21 siswa perempuan yang dilaksanakan di SD No. 3 Tibubeneng, Kecamatan Kuta Utara, Kabupaten Badung Tahun Pelajaran 2013/2014. Dipilihnya kelas V sebagai subjek penelitian karena siswa memerlukan tindakan yang segera untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dengan menerapkan pendekatan pembelajaran inkuiri dengan berbantuan media audio visual. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang direncanakan dan dilaksanakan secara kolaborasi dengan guru mata pelajaran IPS dalam beberapa siklus yaitu tiap siklus terdiri atas empat kegiatan yaitu 1) perencanaan, 2) pelaksanaan, 3) pengamatan, dan 4) refleksi. Penelitian dilakukan dalam dua siklus sehingga benar-benar diperoleh hasil yang signifikan. Pada setiap siklus penelitian ini terdiri dari tiga pertemuan, yaitu dua kali pertemuan untuk pelaksanaan tindakan dan satu kali pertemuan untuk tes hasil belajar. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini adalah metode tes yang dilaksanakan pada akhir siklus dengan menggunakan tes hasil belajar untuk mengetahui
peningkatan hasil belajar IPS. Tes yang digunakan berupa tes tertulis. Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan adalah tes hasil belajar dalam bentuk tes pilihan ganda. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Sesuai dengan permasalahan yang diungkapkan pada bagian pendahuluan, dengan melaksanakan penelitian tindakan kelas yaitu menerapkan pembelajaran inkuiri pada pembelajaran IPS siswa kelas V SD No 3 Tibubeneng dengan jumlah subjek 42 siswa yang terdiri dari 21 lakilaki dan 21 perempuan. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah aktivitas melalui observasi dan hasil belajar IPS. Sebelum dilaksanakan penelitian, terlebih dahulu mencatat keadaan kelas untuk dapat dibandingkan dengan keadaan setelah dilakukan penelitian. Hasil pencatatan menunjukkan bahwa terdapat masalah mengenai hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS masih rendah. Adapun hasil belajar IPS siswa yang tercatat pada dokumen nilai ulangan harian IPS sebelum penelitian atau pra siklus PTK didapat hasil nilai rata-rata sebesar 63,76, presentase rata-rata 63,76% dan ketuntasan klasikal sebesar 33%. Karena dari 42 siswa hanya 14 siswa yang memperoleh nilai KKM yaitu 74,00. Dengan demikian pengulangan materi atau remidial dilakukan secara klasik, tercapai ketuntasan maksimal. Data ini selanjutnya menjadi bahan refleksi awal untuk memperbaiki proses pembelajaran melalui PTK secara bersiklus yang terdiri dari rencana tindakan, tindakan, observasi, dan refleksi. Adapun hasil belajar IPS pada siklus I Diperoleh rata-rata hasil belajar sebesar 74,11, presentase rata-rata sebesar 74,11%. Ketuntasan klasikal sebesar 79%. Hasil analisis mengenai siklus I secara umum hasil belajar berada pada kriteria sedang yang dikonversikan pada tabel kriteria presentase berada pada interval 65-79 dan ketuntasan klasikal belum mencapai indikator keberhasilan karena belum tercapainya indikator keberhasilan yang ditetapkan diatas 80%, maka dapat dikatakan bahwa
e-Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
pembelajaran IPS di kelas V pada siklus I ini belum tuntas sehingga dilanjutkan ke siklus II. Tes hasil belajar siklus II diperoleh rata-rata hasil belajar sebesar 84,33, presentase rata-rata sebesar 84,33%. Ketuntasan klasikal sebesar 100% yang dikonversikan pada tabel kriteria persentase berada pada interval 90-100 dengan kriteria tinggi. Ketuntasan klasikal pada siklus II menunjukkan peningkatan dimana sebanyak 42 siswa ternyata keseluruhan melewati batas minimal yang ditetapkan sehingga ketuntasan belajar telah mencapai 100%. Ini berarti peningkatan rata-rata belajar siswa berdampak pada peningkatan ketuntasan klasikal belajar siswa. Sehingga tindakan pada siklus II dinyatakan sudah sesuai dengan indikator keberhasilan yang ditetapkan yaitu berada pada kriteria tinggi. Dari uraian di atas adanya peningkatan hasil yang diperoleh mengenai hasil belajar pada siklus II sudah mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan serta dengan mempertimbangkan hasil refleksi, maka diputuskan tidak melakukan siklus berikutnya. Artinya penelitian ini dilaksanakan terdiri dari dua siklus yaitu siklus I dan siklus II. Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian, yang diperoleh dengan menerapkan pembelajaran inkuiri menunjukkan bahwa terjadi peningkatan pada aktivitas dan hasil belajar IPS berbantuan media audiovisual pada siswa kelas V SD No 3 Tibubeneng. Secara umum penelitian yang dilakukan sudah dikatakan berhasil karena sudah memenuhi kriteria yang diharapkan. Berdasarkan hasil yang diperoleh pada aktivitas siklus I pada dimensi bertanya dengan katagori cukup baik (73,81%), dimensi menjawab dengan katagori cukup baik (85,71%), dimensi bekerjasama dengan katagori cukup baik (57,14%) dan dimensi menemukan ide dengan katagori sangat baik (83,33%), mengalami peningkatan siklus II pada dimensi bertanya dengan katagori baik (71,43%), dimensi menjawab dengan katagori baik (71,43%), dimensi bekerjasama dengan katagori sangat baik
(33,33%) dan dimensi menemukan ide dengan katagori sangat baik (90,48%) sedangkan siklus I persentase rata-rata hasil belajar mencapai 74,11% yang berada pada kriteria ”sedang” dan meningkat menjadi 84,33% yang tergolong kriteria ”tinggi” pada siklus II. Pada penelitian tindakan kelas ini melalui penerapan pembelajaran inkuiri berbantuan media audiovisual mengarahkan siswa untuk menjadi peserta aktif dan berinteraksi bersama kelompok serta memungkinkan siswa untuk berpikir kritis dan mengembangkan kreativitas dalam memecahkan masalah baru. Hal ini membuktikan bahwa penerapan pembelajaran inkuiri menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS di kelas V SD No. 3 Tibubeneng. Dengan demikian penelitian kelas yang dilakukan telah berhasil. Hasil belajar siswa siklus I mengalami peningkatan dari 74,11 menjadi 84,33 pada siklus II. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar dari kriteria ”sedang” meningkat menjadi kriteria ”tinggi”. Ketuntasan klasikal yang diperoleh pada siklus I masih belum memenuhi kriteria yang diharapkan yakni diatas 80%. Data ketuntasan klasikal siklus I menunjukkan bahwa dari 42 siswa hanya 33 siswa yang tuntas yaitu baru mencapai 79% sedangkan pada siklus II menunjukkan peningkatan dimana sebanyak 42 siswa ternyata keseluruhan melewati batas minimal yang ditetapkan sehingga ketuntasan belajar telah mencapai 100% dan memenuhi KKM. Hasil belajar merupakan salah satu tujuan yang hendak dicapai dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukan pendidik. Melalui penelitian dengan penerapan pembelajaran inkuiri berbantuan media audiovisual dapat meningkatkan hasil belajar dari siklus I ke siklus II. Dengan demikian dapat dinyatakan penerapan pembelajaran inkuiri berbantuan media audiovisual dalam pembelajaran IPS dapat meningkatkan hasil belajar pada siswa kelas V. Mencermati peningkatan yang terjadi baik ditinjau dari hasil belajar dengan
e-Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
penerapan pembelajaran inkuiri berbantuan media audiovisual memberikan kontribusi positif untuk peningkatan kualitas pendidikan. Pendekatan pembelajaran inkuiri berbantuan media audiovisual dapat meningkatkan hasil belajar siswa karena memungkinkan siswa untuk menerapkan dan mengalami apa yang sedang diajarkan dengan mengacu pada masalah-masalah dunia nyata serta pembentukan kelompok secara heterogen memungkinkan siswa saling bertukar pikiran dan ide sehingga siswa yang mampu dapat membantu siswa yang kurang serta penggunaan media audio visual dapat menarik minat siswa untuk meningkatkan hasil belajar siswa lebih tinggi. PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas pada pembelajaran IPS dengan menggunakan pembelajaran inkuiri berbantuan media audio visual siswa kelas V SD No. 3 Tibubeneng, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: Terjadinya peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPS melalui penerapan pembelajaran inkuiri berbantuan media audio visual pada siswa kelas V SD No. 3 Tibubeneng. Hal ini terbukti dari peningkatan aktivitas siklus I pada dimensi bertanya dengan katagori cukup baik (73,81%), dimensi menjawab dengan katagori cukup baik (85,71%), dimensi bekerjasama dengan katagori cukup baik (57,14%) dan dimensi menemukan ide dengan katagori sangat baik (83,33%), mengalami peningkatan siklus II pada dimensi bertanya dengan katagori baik (71,43%), dimensi menjawab dengan katagori baik (71,43%), dimensi bekerjasama dengan katagori sangat baik (33,33%) dan dimensi menemukan ide dengan katagori sangat baik (90,48%) serta peningkatan rata-rata hasil belajar, persentase rata-rata hasil belajar, dan peningkatan ketuntasan belajar klasikal. Pada pra siklus hasil belajar yaitu nilai rata-rata hasil belajar 63,76, persentase rata-rata 63,76%, dan ketuntasan klasikal 33% berada dalam kriteria ”rendah”. Selanjutnya pada siklus I diperoleh nilai
rata-rata hasil belajar 74,11, persentase hasil belajar 74,11%, dan ketuntasan klasikal 79% berada pada kriteria ”sedang”. Sedangkan pada siklus II hasil belajar meningkat yaitu nilai rata-rata hasil belajar siswa mencapai 84,33, persentase rata-rata 84,33%, dan ketuntasan klasikal hasil belajar siswa mencapai 100% berada dalam kriteria ”tinggi”. Penelitian ini telah mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan pada akhir penelitian yaitu mencapai kriteria hasil belajar siswa tinggi. Berdasarkan hasil penetitian, disampaikan saran-saran di antaranya adalah sebagai berikut. (1) Bagi Guru, sesuai dengan hasil penelitian tindakan kelas maka, diharapkan kepada guru IPS khususnya di sekolah dasar agar dapat menerapkan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan inkuiri sebagai salah satu alternative dalam melaksanakan pembelajaran yang inovatif media-media yang dikorelasikan dengan kondisi nyata, yang ada pada lingkungan sekitar siswa sehingga memberikan nilai yang bermakna pada pemahaman siswa mengenai materi yang dipetajari dalam upaya meningkatkan hasil belajar IPS. Perlunya pendekatan pembelajaran inkuiri ini diterapkan pada kelas yang lain atau mata pelajaran lain sehingga dapat memperkaya pendekatan pembclajaran yang selama ini digunakan, (2) Bagi siswa, diharapkan kepada siswa kelas V SD No 3 Tibubeneng untuk selanjutnya lebih memperhatikan dan memahami pembelajaran inkuiri yang diberikan oleh guru dalam proses pembelajaran melalui pengembangan karakter bangsa agar dapat menambah wawasan pengetahuan siswa dan (3) Bagi Pembaca, pembaca yang berminat untuk mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai penerapan pendekatan pembelajaran inkuiri berbantuan media audio visual dalam pembelajaran IPS maupun bidang ilmu lainnya yang sesuai, agar memperhatikan hambatan-hambatan dalam pembelajaran yang ditemukan sebagai bahan pertimbangan untuk perbaikan dan penyempurnaan pelaksanaan penelitian.
e-Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
DAFTAR PUSTAKA Asyhar, Rayanda. 2011. Mengembangkan Pembelajaran. Jakarta: Persada.
Kreatif Media Gaung
Depdiknas. 2006. Peraturan Pemerintah RI No. 22 Tahun 2006 Tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta : Cemerlang. Gunawan, R. 2011. Pendidikan IPS : Filosofi, Konsep dan Aplikasi. Bandung: Alfabeta. Gunawan, Rudy. 2013. Pendidikan IPS. Bandung : Alfabeta. Hamalik, Oemar. 2003. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara. Hernawan, Asep, Herry, dkk. 2007. Belajar dan Pembelajaran Sekolah Dasar. Bandung : UPI Press.
Ischak, SU. 2001. Pendidikan IPS di Sekolah Dasar. Jakarta : Universitas Tebuka. Nanang dan Cucu. 2009. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung : PT. Refika Aditama. Noor, Latifah. 2008. Hakekat Aktivitas Siswa. (Online). (Noor Latifah.http://latifah04.wordpress.com, diakses 11 Agustus 2012). Sadiman, Arif, dkk. 2002. Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya. Jakarta : Raja Grafindo Persada. Sanjaya, Wina. 2006. Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta : Prenada Media Group. Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi. Jakarta : Rineka Cipta.